32
STULOS 12/1 (April 2013) 65-96 PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN KRISTEN DI INDONESIA Heriyanto Abstraksi: Penulisan ini membicarakan Pelaksanaan di sekolah sekuler sudah terwujudkan. Melihat juga urgensi pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan Kristen. Dasar dari pelaksanaan pendidikan karakter merujuk pada PL dan PB. Pola pendidikan karakter Kristen adalah unik yang mencirikan kehidupan umat Tuhan. Kata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, pendidik, praksis, praktisi pendidikan, pendidikan Kristen. PENILAIAN AWAL “To educate a person in mind and not in morals is to educate a manace to society” (Theodore Roosevelt). Pernyataan ini seyogyanya menyadarkan para pendidik akan esensi pendidikan yang seharusnya. Munculnya beragam konsep pendidikan yang kian marak dalam dunia pendidikan di Indonesia turut menyumbang keberagaman dampak proses pendidikan yang dihasilkan. Ada yang menginginkan pendidikan berfokus pada kecerdasan otak dan ada pula yang menganjurkan pendidikan lebih mengedepankan aspek moral. Sementara yang lain lebih memilih agar ada integrasi antara kecerdasan otak dengan aspek moral dalam proporsi yang berlainan. Kondisi ini semakin membingungkan ketika masyarakat terlena dengan sebutan sekolah-sekolah dengan klaim “unggulan” yang pada prakteknya tidak mampu menjamin keunggulan karakter yang menyertainya. 1 1 Majalah Tempo Edisi Januari 3013, dengan lugas membahas persoalan keberadaan sekolah unggulan dalam kaca mata hukum. Dalam laporannya, Tempo membahas keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membatalkan pasal 50 ayat 3 undang-undang nomor 20

PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

STULOS 12/1 (April 2013) 65-96

PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS

DALAM PENDIDIKAN KRISTEN DI INDONESIA

Heriyanto

Abstraksi: Penulisan ini membicarakan Pelaksanaan di sekolah sekuler sudah

terwujudkan. Melihat juga urgensi pendidikan karakter dalam lembaga

pendidikan Kristen. Dasar dari pelaksanaan pendidikan karakter

merujuk pada PL dan PB. Pola pendidikan karakter Kristen adalah

unik yang mencirikan kehidupan umat Tuhan.

Kata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan,

pendidik, praksis, praktisi pendidikan, pendidikan Kristen.

PENILAIAN AWAL

“To educate a person in mind and not in morals is to educate a

manace to society” (Theodore Roosevelt). Pernyataan ini seyogyanya

menyadarkan para pendidik akan esensi pendidikan yang seharusnya.

Munculnya beragam konsep pendidikan yang kian marak dalam dunia

pendidikan di Indonesia turut menyumbang keberagaman dampak proses

pendidikan yang dihasilkan. Ada yang menginginkan pendidikan berfokus

pada kecerdasan otak dan ada pula yang menganjurkan pendidikan lebih

mengedepankan aspek moral. Sementara yang lain lebih memilih agar

ada integrasi antara kecerdasan otak dengan aspek moral dalam proporsi

yang berlainan. Kondisi ini semakin membingungkan ketika masyarakat

terlena dengan sebutan sekolah-sekolah dengan klaim “unggulan” yang

pada prakteknya tidak mampu menjamin keunggulan karakter yang

menyertainya.1

1Majalah Tempo Edisi Januari 3013, dengan lugas membahas persoalan keberadaan

sekolah unggulan dalam kaca mata hukum. Dalam laporannya, Tempo membahas keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membatalkan pasal 50 ayat 3 undang-undang nomor 20

Page 2: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

66 PENDIDIKAN KARAKTER

Dalam konteks dimana masyarakat tidak terlalu ambil peduli dengan

proses pendidikan yang dimaksud, tak heran jika banyak program

pendidikan justru menjauhkan nara didik dari tujuan pendidikan yang

diharapkan.

Pendidikan yang merupakan agent of change harus mampu melakukan

perbaikan karakter peserta didik, demikian kira-kira harapan dari banyak

orang. Karenanya, pola dan konsep pendidikan kita perlu direkonstruksi

ulang agar dapat menghasilkan lulusan yang menunjukkan karakter mulia

(perubahan pikir sekaligus perilaku) sehingga siap menghadapi masa

depan dengan segala problemanya. Dengan kata lain, pendidikan harus

mampu mengemban misi pembentukan karakter (character building)

sehingga peserta didik dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan di

masa depan tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia seiring dengan

berkembangnya wawasan berpikir mereka.2

Pada prakteknya, sekolah sebagai lembaga pendidikan cenderung

mendidik peserta didik cerdas secara kognitif dan sulit mewujudkan

pendidikan yang menyertakan aspek moral jika tidak boleh disebut

mengabaikan aspek moral. Bagaimana tidak, kini lebih sering masyarakat

tahun 2003. Sekitar 1.300 sekolah berstatus rintisan sekolah bertaraf international (RSBI) kehilangan pijakan hukumnya. Dalam pembahasannya, Tempo juga memuat gugatan koalisi pendidikan yang mempertanyaan program pemerintah berkaitan dengan RSBI di sekolah negeri, dengan banyak pertimbangan salah satunya sekolah yang mengadopsi kurikulum negara maju itu dinilai telah melahirkan diskriminasi dan pengastaan dalam pendidikan, ini jelas menabrak juga nilai pendidikan karakter.

2Dalam artikelnya berjudul “The Character Education Movement” David Clyde Jones mengungkapkan keperhatian dan keprihatinan yang sama dalam konteks pendidikan di Amerika terhadap pendidikan karakter. Ia mencermati, one remarkable trend in American culture over the last decade has been the renewed emphasis on “the content of our character.” Kepekaan dan respon yang cepat terhadap pendidikan karakter telah menjadi trend positif dalam konteks pendidikan di Amerika dari berbagai kalangan. Menurutnya, around the same time, a number of national organizations for character education were launched, notably Character Counts! Coalition (1993) and The Character Education Partnership (1994), which have similar goals and some overlapping membership. Dalam artikelnya ini, ia menegaskan bahwa keperhatian terhadap pendidikan karakter di Amerika telah menjadi gerakan bersama (masal) dari beragam kalangan. David Clyde Jones, The Character Education Movement (Journal Presbyterion: Covenent Theological Seminary Review, Vol. XXVI number 2, (Fall 2000): 84-92.

Page 3: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 67

dikejutkan oleh ulah sekelompok pelajar yang selama studi justru

melakukan tindakan-tindakan amoral dan menabrak nilai-nilai luhur

kehidupan. Tawuran pelajar atau mahasiswa, tindak kriminalitas pelajar

yang kian meningkat, budaya menyontek, penyalahgunaan obat terlarang,

pornografi bahkan pornoaksi yang sengaja diekspos di media internet

telah meresahkan banyak kalangan. Kondisi ini diperburuk dengan

meningkatnya tindakan korupsi anggota dewan generasi muda yang

selama sekolah dulunya amat menentang, kini justru seolah menjadi ciri

kehidupan mereka. Kondisi ini hendak menegaskan bahwa penekanan

pada kecerdasan kognitif dalam proses pembelajaran di sekolah tidaklah

cukup untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang mampu bertindak

etis dan meminimalkan krisis moral bangsa ini.3

Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan

di tengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi.

Pengabaian nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kesantunan, kebersamaan

dan religiusitas berdampak masuknya budaya asing yang cenderung

hedonistik, materialistik dan individualistik. Akibatnya, nilai-nilai luhur

yang dipunyai oleh bangsa ini tidak lagi dianggap penting terutama jika

bertentangan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam realitas hidup

keseharian. Perubahan nilai luhur dan mulia bangsa ini tidak saja terjadi

dalam pendidikan umum namun tak jarang juga nyata dalam pendidikan

Kristen.

Artikel ini tidak bertujuan untuk mengevaluasi proses pendidikan

Kristen yang ada, hingga menemukan konsep dan metode pendidikan

karakter yang tepat dan diwujudkan dalam pendidikan karakter di tengah

pendidikan Kristen di Indonesia.

3Tinjauan lembaga ESQ (Emosional Spiritual Quetient adalah lembaga training

membentuk karakter) telah mengungkap terjadinya krisis moral yang mengkuawatirkan di tengah masyarakat. Menurut data mereka setidaknya ada tujuh krisis moral antara lain krisis kejujuran, krisis tanggung jawab, tidak berpikir jauh ke depan, krisis disiplin, krisis kebersamaan, dan krisis keadilan. Baca selengkapnya Darmiyati Zuhdi, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: UNY Press, 2009) 39-40.

Page 4: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

68 PENDIDIKAN KARAKTER

LATAR BELAKANG PEMAHAMAN PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan Karakter: Kontroversi Penyamaan Persepsi.

Maraknya tindakan amoral yang dilakukan oleh generasi muda saat

ini mau tidak mau menghasilkan keprihatinan mendalam dari semua

kalangan. Kondisi ini membawa kesepakatan bahwa sudah saatnya

pendidikan karakter dilaksanakan secara sistematis, strategis dan

menyeluruh di sekolah sehingga pendidikan karakter menjadi efektif

dalam pembentukan pribadi para siswa.4

Gencarnya desakan dan dorongan dari masyarakat akan urgensi

pendidikan karakter dalam pendidikan nasional menunjukkan ketidakpuasan

masyarakat akan kualitas lembaga pendidikan di Indonesia. Di balik semua

ini, harus disadari bahwa membahas gagasan tentang pendidikan karakter

tidaklah sesederhana ketika kita mendesakkan atau membicarakannya.

Secara etimologis ada yang menjelaskan kata karakter (Inggris:

character) berasal dari bahasa Yunani yaitu charassein yang berarti to

engrave, kata ini bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan

atau menggoreskan.5 Pendapat lain mengatakan bahwa istilah karakter

berasal dari bahasa Yunani karaso (cetak biru, format dasar, sidik jari).6

Definisi ini jelas menunjukkan bahwa karakter ternyata telah dibawa oleh

manusia sejak hadirnya ke dalam dunia. Dalam penjelasannya tentang

definisi karakter, Prof. Dr. Muchlas Samani, mengutip beragam pendapat

4Menurut Dr. Zubaedi, kondisi krisis dan dekadensi moral ini menandakan bahwa

seluruh pengetahuan agama dan moral yang didapatkan di bangku sekolah ternyata kurang berdampak terhadap perubahan perilaku manusia Indonesia. Dr. Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter (Jakarta: Prenada Media Group, 2011) 2.

5Kevin Ryan & Karen E. Bohlin, Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life (San Francisco: Jossey Bass, 1999). Apa yang hendak ditekankan oleh mereka adalah bahwa demi pembentukan karakter yang diharapkan diperlukan usaha sengaja layaknya memahat atau melukiskan karakter tersebut atas seorang pribadi.

6Dalam tradisi Yahudi, para tetua melihat alam (laut) sebagai sebuah karakter. Artinya, sebagai sesuatu yang bebas, tidak dapat dikuasai manusia. Karakter adalah sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi manusiawi seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin yang menyertainya. Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter utuh dan menyeluruh (Yogyakarta: Kanisius, 2012) 55.

Page 5: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 69

ahli tentang hal ini.7 Kamus besar bahasa Indonesia memberi pengertian

karakter dapat kita lihat dalam catatan di bawah.8 Sebagai pembanding,

the webster’s dictionary memberikan penjelasan tentang hal ini.9

Berhadapan dengan ambiguitas etimologi “karakter” ini Mounier

mengajukan dua cara interpretasi.10

Menurut Lickona, karakter berkaitan

dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral felling) dan

perilaku moral (moral behavior).11

Berdasarkan ketiga komponen ini dapat

ditegaskan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang

kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan perbuatan

kebaikan.

7Salah satu pendapat yang beliau kutip berasal dari Helen G.Douglas, character

isn’t inherited. One builds its daily by the way one thinks and acts, thought by thought, action by action. Pengertian lain berasal dari Scerenko, ia mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental seseorang, suatu kelompok atau suatu bangsa. Prof.Dr. Muchlas Samani dan Drs. Hariyanto, M.S., Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) 41-43.

8 Kamus besar bahasa Indonesia memberikan definisi karakter sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan lainnya, dan watak. Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. (kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua, 1999). Dalam pemahaman ini karakter dimaknai sebagai nilai unik baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilakunya.

9Webster’s Dictionary menerangkan character sebagai the aggregate features and traits that form the apparent individual nature of some person or thing; moral or ethical quality; qualities of honesty; courage, integrity, good reputation; an account of the qualities or peculiarities of a person or thing. The new International Webster’s student dictionary.

10Ia melihat karakter sebagai dua hal: pertama, sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja atau telah ada begitu saja yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter seperti ini dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dari sananya (given). Kedua, karakter juga dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui mana seorang individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter demikian ini disebut sebagai sebuah proses yang dikehendaki (willed). Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter utuh dan menyeluruh (Yogyakarta: Kanisius, 2012) 56-57.

11Menurutnya, karakter mengalami pertumbuhan yang membuat suatu nilai menjadi budi pekerti, sebuah watak batin yang dapat diandalkan dan digunakan untuk merespon berbagai situasi dengan cara yang bermoral. Kebiasaan pikiran, kebiasaan hati dan kebiasaan perbuatan merupakan ketiga hal yang penting untuk menjalankan hidup yang bermoral dan ketiganya dalah faktor pembentuk kematangan moral. Thomas Lickona, Pendidikan Karakter panduan lengkap Mendidik Siswa menjadi Pintar dan Baik, terj. (Bandung: Nusa Media, 2013) 71-72.

Page 6: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

70 PENDIDIKAN KARAKTER

Doni Koesoema, melihat karakter sebagai kondisi dinamis struktur

antropologis individu yang tidak mau sekedar berhenti atas determinasi

kodratnya, melainkan juga sebuah usaha untuk hidup semakin integral

mengatasi determinasi alam dalam dirinya demi proses penyempurnaan

dirinya secara terus menerus.12

Senada dengan hal ini, Prof. Dr. Muchlas

Samani, menyimpulkan bahwa karakter dimaknai sebagai nilai dasar yang

membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas

maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain

serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan

sehari-hari.13

Pengertian ini dapat dimaknai bahwa karakter identik

dengan akhlak. Dengan demikian karakter merupakan nilai-nilai perilaku

manusia yang universal meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam

rangka dengan dirinya, dengan sesamanya, bahkan dengan Tuhannya,

maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perilaku berdasarkan norma agama, hukum, tata

krama, budaya/tradisi, dan adat istiadat. Pengertian demikian ini jelas

memungkinkan terbentuknya formulasi pendidikan karakter dalam

lingkup sekolah. Dengan kata lain, dari konsep karakter inilah muncul

konsep pendidikan karakter (character education).

Penyelidikan sekilas tentang etimologis “karakter” ini menegaskan

bahwa pemahaman tentang karakter tidak hanya berangkat dari pengertian

akan istilah, tetapi juga menemukan keberadaan atas karakter itu sendiri.

Berkaitan dengan keberadaannya, karakter ternyata secara umum dipahami

setidaknya dengan dua konsep: ia telah dibawa dari lahir, kedua merupakan

hasil dari didikan. Jika kita menerima karakter itu tidak diwariskan tapi

dibawa dari lahir bahkan seperti sidik jari, konsekuensinya adalah sulit

rasanya kita merancang apa yang disebut pendidikan karakter di sekolah

yang diharapkan dapat mengubah perilaku siswa. Sebaliknya jika kita

12Sebagai kondisi dinamis, karakter bukanlah produk yang sudah jadi, bukan

tempelan atau tambahan dalam diri manusia. Ia merupakan proses, sekaligus hasil yang terus berlangsung menuju keutuhan. Doni Koesoema, Pendidikan Karakter utuh dan menyeluruh, 56-57.

13Prof. Dr. Muchlas Samani dan Drs. Hariyanto, M.S, Pendidikan Karakter, 43.

Page 7: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 71

memahami karakter adalah sesuatu tabiat yang dapat diatur dan

diciptakan maka memunculkan persoalan baru mengapa banyak pendidik

gagal menciptakan pribadi yang sesuai dengan karakter yang diajarkannya?

Secara terminologis, makna karakter banyak dibahas dan dikemukakan

oleh Thomas Lickona. Dalam penjelasannya, karakter mulia (good

character) meliputi hal-hal dasar seperti pengetahuan tentang kebaikan,

lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya

benar-benar melakukan kebaikan. Dalam bukunya pendidikan karakter,

Lickona memperlihatkan beberapa kualitas moral, ciri karakter yang

membentuk pengetahuan moral, perasaan moral dan perbuatan moral

(lihat diagram dibawah).14

Melihat rangkaian komponen karakter yang

baik berdasarkan diagram ini maka karakter mengacu kepada serangkaian

pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi (motivations),

serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).

Menurut banyak praktisi pendidikan, terminologi pendidikan karakter

mulai dikenalkan sejak tahun 1900-an. Thomas Lickona dianggap sebagai

14Thomas Lickona, Pendidikan Karakter panduan lengkap Mendidik Siswa menjadi

Pintar dan Baik, terj., 74.

Page 8: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

72 PENDIDIKAN KARAKTER

tokoh pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku The Return of

Character Education dan Educating for Character: How Our School Can

Teach Respect and Responsibility. Melalui buku-buku ini, ia menyadarkan

dunia Barat akan pentingnya pendidikan karakter.15

Pendidikan karakter

menurut Lickona mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui

kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good),

dan melakukan kebaikan (doing the good).16

Tindakan moral menurutnya

adalah produk dari dua bagian karakter lainnya.17

Menurut Doni Koesoema, pendidikan karakter adalah usaha sadar

manusia untuk mengembangkan keseluruhan dinamika relasional antar

pribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari

luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya

sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya

sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka

berdasarkan nilai-nilai moral yang menghargai kemartabatan manusia.18

Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Lickona.19

Penekanan

pada “usaha sadar dan sengaja” merupakan ciri khusus dari praksis

pendidikan karakter.20

Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan

15Dalam artikelnya yang lain ia juga menyinggung tentang apa maksud pendidikan

karakter terkait dengan kebajikan (virtue). Menurutnya, character education is the deliberate effort to teach virtue. Virtues are objectively good human qualities. They are good for the individual (they help a person lead a fulfilling life), and they are good for the whole human community (they enable us to live together harmoniously and productively. Thomas Lickona, dalam Journal of Education, Vol. 179, Number 2, 1997, 64-65.

16Muchlas Samani dan Hariyanto, M.S, Pendidikan Karakter, 49-50. 17Thomas Lickona, Pendidikan Karakter panduan lengkap Mendidik Siswa menjadi

Pintar dan Baik, 86. Ia menegaskan untuk memahami sepenuhnya apa yang menggerakkan sesorang sehingga mampu melakukan tindakan bermoral atau justru menghalanginya kita perlu melihat lebih jauh dalam tiga aspek karakter lainnya yakni: kompetensi, kemauan dan kebiasaan.

18Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter utuh dan menyeluruh, 57. 19 Menurut Lickona, pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh untuk

membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Maka penekanan disini, pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa. Prof. Dr. Muchlas Samani dan Drs.Hariyanto, M.S, Pendidikan Karakter, 44.

20Dalam konteks sekolah, menurut Dr. Zubaedi, pendidikan karakter diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character

Page 9: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 73

mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi juga

menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta

didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik, semua

ini merupakan usaha secara sengaja dan sadar.21

Proses pendidikan

karakter dipandang sebagai usaha sadar dan terencana bukan usaha yang

sifatnya terjadi secara kebetulan. Atas dasar ini, pendidikan karakter

adalah usaha yang sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk

nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga

masyarakat atau warga negara secara keseluruhan.

Pendidikan karakter menjadi vital dan tidak ada pilihan lain untuk

mewujudkan Indonesia cerdas dan bermoral. Hal ini penting segera

direncanakan dan dirancang dalam konteks sekolah menghadapi tantangan

regional dan global. Sebagai upaya sengaja, maka diperlukan kecermatan

dan evaluasi objektif dalam pelaksanannya pendidikan karakter.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter yang disebut sebagai

gerakan masal dalam konteks Amerika hendaknya menjadi gerakan positif

khususnya dalam konteks pendidikan Kristen di Indonesia.

Fungsi, Target dan Tujuan Pendidikan Karakter

Apa yang hendak dicapai dalam pelaksanaan konsep pendidikan

karakter dalam lingkup sekolah Kristen? Sekolah Kristen harus sadar

development. Dalam kutipannya terhadap definisi pendidikan karakter ia mengutip pendapat David Elkind, pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia memahami, peduli tentang dan melaksanakan nilai-nilai etika inti. Demikian juga yang dikatakan oleh William dan Schnaps, pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang dilakukan leh para personel sekolah bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggta masyarakat untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian dan bertanggungjawab. Dr. Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, 14-15.

21Thomas Lickona, Pendidikan Karakter panduan lengkap Mendidik Siswa menjadi Pintar dan Baik, terj., hl. 88. Menurutnya, karakter tidak berfungsi dalam ruang hampa, karakter berfungsi dalam lingkungan sosial. Maka tindakan moral amat dipengaruhi oleh ruang yang mendukungnya, sebuah lingkungan seringkali menindas kepedulian moral kita atau membuat seseorang berani bersikap tindakan bermoral.

Page 10: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

74 PENDIDIKAN KARAKTER

benar bahwa keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari lingkup konteks

budaya bangsa yang didalamnya harus mempertimbangkan nilai-nilai

tradisi dan budaya sekitarnya, sekaligus menunjukkan jatidirinya sebagai

murid Kristus. Karenanya, dalam perwujudan pendidikan karakter kita

harus melihat fungsi pendidikan karakter dalam konteks sekolah. Dr.

Zubaedi setidaknya mendaftarkan ada tiga fungsi utama pendidikan

karakter.22

Dalam konteks Indonesia, menurut Novan Ardy Wiyani ada

sejumlah target yang hendak dicapai dengan diadakannya pendidikan

karakter.23

Selain beberapa target ini, praktek pendidikan karakter juga

hendaknya merupakan pencapaian target pada perkembangan kecerdasan

emosi anak, diantaranya: rasa percaya diri, kemampuan bekerjasama,

kemampuan bergaul dalam keanekaragaman, kemampuan berempati, dan

kemampuan berkomunikasi. Target internal ini, merupakan capaian yang

harus dikaitkan dengan budaya bangsa dalam praktek kongkritnya. Harus

diakui, krisis moral bangsa ini telah merobek kebanggaan insan Indonesia

pada negerinya. Dalam konteks inilah, pendidikan karakter dapat dijadikan

sarana pemulihan emosi dan jatidiri kebangsaan. Pengetahuan yang

memadai dalam konteks budaya Indonesia dengan keanekaragamanya ini

penting mendapat perhatian oleh pendidik demi merumuskan konsep

yang tepat dan cermat bagi pelaksanaan pendidikan karakter. Dengan

demikian, pendidikan karakter di Indonesia seharusnya mempertimbangkan

nilai-nilai karakter bangsa yang unik dari konsep pendidikan karakter dari

lainnya.24

Nilai-nilai karakter bangsa yang dianggap penting demi

22Dr. Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, hl.18-19. Pendidikan karakter memiliki

tiga fungsi utama: pertama fungsi pembentukan dan pengembangan potensi, kedua fungsi perbaikan dan penguatan (disini dibutuhkan keterlibatan keluarga, stuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah), serta ketiga fungsi penyaring. Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

23Dalam konteks masyarakat Indonesia, pendidikan karakter harus ditekankan pada upaya mengatasi masalah yang akhir-akhir ini terus berkembang, diantaranya: kepekaan pada solusi kemiskinan dan keterbelakangan, konflik SARA, budaya pembodohan oleh televisi, korupsi yang semakin meluas, dan kerusakan alam. Novan Ardy Wiyani, Manajemen Pendidikan Karakter (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2012) 4-15.

24Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling) dan tindakan (action). Tanpa ketiga hal

Page 11: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 75

terwujudnya tujuan pendidikan karakter telah disusun oleh pusat

Balitbang Kemendiknas. Lembaga ini merumuskan beragam nilai

berlandaskan budaya bangsa yang hendak dicapai dalam perwujudan

tujuan pendidikan karakter dalam lingkup sekolah di Indonesia.

Cakupan pendidikan karakter amatlah kompleks. Selain target yang

hendak kita capai juga ada tujuan yang seharusnya kita pikirkan bersama.

Dalam kerangka pragmatis, perlulah diperjelas tentang tujuan dari

pendidikan karakter. Banyak orang memahami tujuan pendidikan karakter

sebagai pengembangan kepribadian dimana pertumbuhan individu sebagai

pribadi yang sehat merupakan sasaran akhir.25

Mengutip pendapat Said

Hamir Hasan, pendidikan karakter secara terperinci memiliki lima tujuan.26

ini menurut Lickona, pendidikan karakter tidak akan efektif selain harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Melalui hal inilah nara didik diperkenalkan dengan budaya dan persoalan bangsa hingga menumbuhkan kepedulian terhadap usaha perbaikan bangsa. Selain ini, praktek pendidikan karakter di sekolah juga juga akan mengurangi resiko penyebab kegagalan murid disekolah. Ibid, 16.

25Ada pula yang memusatkan diri pada penanaman nilai moral melalui pengajaran, ada pula yang sekedar mengajak anak untuk menjernihkan nilai moralnya sendiri dan mengambil keputusan atas dasar penjernihan tersebut. Ada pula yang berfokus pada pendidikan rohani, agama atau religiusitas karena menganggap bahwa ketaatan dan kepatuhan pada norma agama itulah yang dapat membuat hidup seseorang lebih berbahagia dan bermakna. Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter utuh dan menyeluruh, 34.

26Pertama, mengembangkan potensi nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. Kedua, mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. Ketiga, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Keempat, mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan

Page 12: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

76 PENDIDIKAN KARAKTER

Berdasarkan pembelajaran mengenai tujuan pendidikan karakter, dapat

kita tarik kesimpulan bahwa dalam konteks Indonesia pendidikan karakter

pada intinya bertujuan membentuk pribadi anak bangsa yang tangguh,

kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,

berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan

dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan

berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter sebenarnya tidak dapat

dilepaskan dari faktor pendidikan yang membentuknya: jati diri, nilai

moral, kepekaan terhadap lingkungan sosialnya, agama, keanekaragaman

budaya dan kebanggaannya pada bangsa sendiri. Maka, pendidikan

karakter jelaslah merupakan sebuah upaya pembentukan pribadi yang

mampu menemukan jati dirinya memahami nilai moral, kebajikan, agama,

budaya dan kebanggaan kebangsaan yang dirancang dan dilatih sehingga

pribadi yang dihasilkan mampu bertindak sesuai dengan jati dirinya

tersebut.27

Pendidikan karakter terkait dengan bidang-bidang lain, khususnya

budaya, pendidikan, dan agama. Ketiga bidang kehidupan terakhir ini

berhubungan erat dengan nilai-nilai yang sangat penting bagi manusia

dalam berbagai aspek kehidupannya. Budaya atau kebudayaan umumnya

mencakup nilai-nilai luhur yang secara tradisional menjadi panutan bagi

masyarakat. Pendidikan, selain mencakup proses transfer dan transmisi

ilmu pengetahuan juga merupakan proses sangat strategis dalam

menanamkan nilai dalam rangka pembudayaan anak bangsa. Sementara

itu, agama juga mengandung ajaran tentang berbagai nilai luhur dan mulia

berwawasan kebangsaan. Kelima, mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang amat jujur, penuh kreativitas dan persahabatan dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). Dr. Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, 18.

27Dalam pandangannya, Lickona juga membahas perbedaan antara virtue dan value. Baginya, virtue unlike “values,” don’t change. Justice, honesty and patience always have been virtuees and always will be virtues. Virtues represent objective moral standards that transcend time, culture, and invidual choice. Every virtue has three parts: moral knowledge, moral feeling, and moral behavior. Thomas Lickona, The Character’s role in Character Education, 65.

Page 13: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 77

bagi manusia untuk mencapai harkat kemanusiaan dan kebudayaannya.

Dalam konteks pendidikan karakter di sekolah Kristen diperlukan

kecermatan untuk mendesain program ini berdasarkan karakter Kristen.

Jika tidak, konsep pendidikan karakter bisa jadi hanya didasarkan pada

pengapdosian nilai-nilai luhur/tradisi atas nama budaya yang justru

mungkin bertabrakan dengan nilai kekristenan itu sendiri.28

Konsep nilai

moral Lickona menjadi relevan bagi pendidikan Kristen guna memilah

budaya mana yang sesuai dengan pengajaran Kristen. Apresiasi terhadap

budaya hendaknya tidak bertabrakan dengan nilai-nilai pengajaran agama

yang dianut peserta didik. Sebaliknya penegasan terhadap nilai-nilai

agama, haruslah bijaksana mengingat Indonesia memiliki beragam agama

selain keragaman budayanya. Disinilah, dibutuhkan kreativitas dan

sensitivitas akademisi Kristen dalam mendesain program pendidikan

karakter di sekolahnya.

Asumsi Dibalik Praksis Pendidikan Karakter

Evaluasi terhadap hal ini dapat terlihat ketika mempelajari praksis

pendidikan karakter. Doni Koesoema dengan baik menjelaskan beberapa

asumsi dibalik praksis pendidikan karakter. Menurutnya setidaknya ada 4

asumsi yang terjadi:29

pertama, asumsi membuat mata pelajaran khusus

yang berbeda dengan mata pelajaran lain yang sudah ada. Kedua,

28Dalam penjelasannya mengenai nilai moral, Lickona membagi dua macam nilai:

moral dan nonmoral. Nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab dan keadilan mengandung kewajiban. Sementara nilai nonmoral menjukkan apa yang kita ingini dan sukai yang tidak mengandung kewajiban bagi orang lain. Nilai-nilai moral menurutnya dibagi kedalam dua kategori: universal dan nonuniversal. Nilai moral universal seperti memperlakukan orang dengan adil, menghormati kehidupan, kebebasan, kesetaraan, dll. Nilai nonuniversal sebaliknya tidak mengandung kewajiban moral yang universal, misalnya memeluk agama tertentu, melakukan kewajiban ibadah agama tertentu: doa, puasa, memperingati hari besar agama, dll. Thomas Lickona, Pendidikan Karakter panduan lengkap Mendidik Siswa menjadi Pintar dan Baik, terj., 55-60.

29 Dalam penjelasannya, setiap asumsi memiliki konsekwensi logis dalam prakteknya. Baca selanjutnya dalam bukunya pendidikan karakter. Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter utuh dan menyeluruh, 10-14.

Page 14: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

78 PENDIDIKAN KARAKTER

pengelompokan mata pelajaran tertentu yang sengaja dirancang dengan

muatan pendidikan karakter. Ketiga, pendidikan karakter dilaksanakan

secara sistematis melalui kebijakan terpusat negara dengan kekuatan

memaksa baik dari segi penentuan isi materi maupun praksis di lapangan.

Keempat, pendidikan karakter terjadi begitu saja, tidak perlu direncanakan

atau diprogramkan karena setiap tindakan mendidik adalah proses

pembentukan karakter.

Berdasarkan pandangan asumsi di atas, praktisi pendidikan perlu

mencermati praksis pendidikan karakter yang ada masuk dalam kategori

“asumsi” atau nyata berdampak bagi perilaku siswa. Hal ini memerlukan

evaluasi objektif dan kejujuran pelaku pendidikan. Menurut Novan Ardy

Wiyani, terdapat beberapa pendekatan yang biasanya dilakukan dalam

lingkup pendidikan karakter. Pertama pendekatan komprehensif dalam

pendidikan karakter, kedua, pembelajaran terintegrasi dan ketiga,

pengembangan kultur sekolah.30

Pada prakteknya, hal ini membutuhkan

penilaian dan evaluasi.31

Karenanya, sesulit apapun dalam rangka

penilaian dan evaluasi, proses ini perlu dilakukan guna memberikan

jaminan bahwa sebuah proses pendidikan karakter telah memberi dampak

yang nyata sebagaimana yang diharapkan.32

30Dalam evaluasinya, ia menyebutkan bahwa bagi generasi masa lalu, pendidikan

karakter yang bersifat indoktrinasi sudah cukup memadai untuk membendung terjadinya perilaku menyimpang dari nrma kemasyarakatan. Namun kini cara ini tidak efektif. Maka diperlukan pendekatan yang komprehensif yang mengandung beberapa aspek: pertama, isinya harus komprehensif meliputi persoalan yang menyangkut pribadi sampai umum, kedua metdenya harus komprehensif (di dalamnya inkulkasi nilai, pemberian teladan, pelatihan soft skill, dll), ketiga pendidikan karakter hendaknya terjadi dalam keseluruhan proses pendidikan (di kelas, ekstrakurikuler, pembimbingan, penghargaan, dll). Dan keempat, pendidikan karakter hendaknya terjadi pula melalui kehidupan masyarakat. Novan Ardy Wiyani, Manajemen Pendidikan Karakter, 27-30.

31Menurut Prof.Dr. Muchlas Samani, evaluasi terhadap pendidikan karakter harus juga menilai karakter sekolah (komunitas yang peduli dan menghargai), fungsi staff sebagai pendidik karakter, sampai pada implementasi pada kehidupan nyata siswa (jujur, relasi baik, penyelesaian konflik, dll). Prof.Dr. Muchlas Samani dan Drs.Hariyanto, M.S, Pendidikan Karakter, 174-175.

32 Demi efektivitas praksis pendidikan karakter, Doni Koesoema mengusulkan beberapa kriteria penilaian pendidikan karakter, meliputi: criteria tindakan, criteria moral, criteria perfomansi (kinerja) pendidikan, kerjasama dengan lembaga lain serta kedisiplinan. Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter utuh dan menyeluruh, 208-220.

Page 15: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 79

Pendidikan Karakter dalam Sejarah Pendidikan Kristen

Proses formulasi pendidikan karakter amat penting untuk dikaji dan

dipikirkan praktisi pendidikan Kristen oleh karena kita harus mampu

membawa dan menunjukkan keunikan pendidikan Kristen yang kita

maksud kepada dunia. Konsepsi mengenai hal ini mendasari pemunculan

proses pendidikan yang dapat diklaim sebagai pendidikan Kristen.

Menurut Lawrence Cremin, pendidikan adalah usaha sengaja,

sistematis dan terus-menerus untuk menyampaikan, menimbulkan atau

memperoleh pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keahlian atau kepekaan,

juga setiap akibat dari usaha itu.33

Sementara Alfred North Whitehead

mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan bagi individu untuk

memahami seni kehidupan, yang dimaknai sebagai prestasi paling

lengkap dari pelbagai kegiatan yang mengekpresikan potensi makhluk

hidup ketika berhadapan dengan lingkungannya yang sebenarnya.

Kekuatan definisi ini adalah penekanannya pada pendekatan holistik

terhadap manusia yang memperhatikan seluruh “seni kehidupan.”

Melihat sekilas definisi pendidikan di atas, apa sebenarnya keunikan

pendidikan Kristen. Konsepsi istilah pendidikan dalam konteks Kristen

memunculkan perdebatan. Ada yang tetap menggunakan istilah

pendidikan Kristen (Christian Education), tetapi ada pula yang

menekankan istilah pendidikan agama Kristen (Christian Religious

Education).34

Tanpa bermaksud mengabaikan perdebatan yang ada, dan

33Dalam pandangan ini pendidikan selalu mewajibkan kesengajaan, sistematis dan

terus menerus. Maka kekuatan lain definisi ini adalah mengarahkan kegiatan pendidikan ke arah manusia yang utuh “pengetahuan, sikap, nilai, keahlian, dan kepekaan seseorang.” Thomas Groom, Christian Religious Education, terj. (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2010) 30.

34Kecaman terhadap penggunaan istilah Pendidikan Kristen (Christian Education) datang dari beragam kalangan. Menurut ajaran Marx maupun Freud, penegasan pemakaian istilah kristen menghalangi timbulnya pembebasan dan kebebasan manusia. Alasan lain, menurut Moran istilah pendidikan Kristen pada umumnya dimengerti sebagai kegiatan yang melaluinya “pejabat-pejabat gereja mengindoktrinasi anak-anak agar mematuhi gereja yang resmi.” Thomas Groom, Christian Religious Education, 35.

Page 16: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

80 PENDIDIKAN KARAKTER

dalam kerangka memikirkan kembali efektivitas proses pendidikan

Kristen, saya akan menggunakan kedua istilah ini dalam maksud yang

sama. Menurut Groom, tujuan pendidikan agama Kristen adalah untuk

memampukan orang-orang hidup sebagai orang-orang Kristen yakni

hidup sesuai iman Kristen.35

Tujuan semua pendidikan Kristen yakni

merespon perintah Yesus: “Karena itu pergilah, ajarlah… Mat. 28:19-20).

Bagi Groom, tujuan ini sebagai metapurpose pendidikan agama Kristen.

Maka tujuan utama para pendidik agama Kristen adalah untuk menuntun

orang-orang keluar menuju ke kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus.36

Dalam pemahaman ini, maka sekolah Kristen merupakan suatu wadah

yang seharusnya menanamkan, melatih dan membentuk pribadi Kristen

yang sesuai dengan karakter Kerajaan Allah.

Peta Konteks Pendidikan Di Indonesia

Persoalan Pendidikan di Indonesia

Pendidikan karakter kembali menemukan momentumnya belakangan

ini; bahkan menjadi salah satu program prioritas Kementerian Pendidikan

Nasional (Kemendikbudnas). Telah banyak diskusi baik melalui konferensi

atau seminar tentang pendidikan karakter, namun belum banyak terobosan

kongkrit dalam memajukan pendidikan karakter.

Disatu sisi hal ini amat positif, namun disisi lain ternyata menegaskan

perubahan perilaku peserta didik yang perlu mendapatkan pengarahan

secara sistematis. Persoalan pendidikan di Indonesia sebenarnya dipicu

35Apa yang sebenarnya diharapkan dari seorang Kristen dan bagaimana gaya hidup

yang demikian dipromosikan telah mengambil ekspresi-ekspresi yang berbeda pada waktu yang berbeda pula. Ibid, 48.

36Ada tiga alasan menurut Groom yang mendukung alasan ini: pertama dalam kitab suci orang Yahudi, visi kerajaan Allah ditempatkan sebagai visi dan rencana Allah sendiri bagi seluruh manusia dan ciptaan. Kedua, kesinambungan dengan tradisi Yahudi tersebut, Yesus memberitakan kabar baik-Nya dalam konteks kerajaan Allah. Ketiga, meskipun kerajaan Allah sebagai tema utama pemberitaan Kristen mengalami stagnasi di gereja mula-mula, kerajaan Allah telah menjadi yang utama kembali dalam telogi kontemporer. Ibid, 49-50.

Page 17: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 81

oleh banyak faktor. Factor pertama datang dari kehadiran budaya kota di

Indonesia, factor kedua adalah teknologi komunikasi. Dua faktor ini, kini

menghasilkan “dunia modern” dengan segala pengaruhnya. Teknologi

komunikasi dan informasi memungkinkan para siswa mengakses informasi

tanpa batas. Menurut Robby I Chandra, praktisi pendidikan harus peka

terhadap perubahan yang ada. Kondisi ini menuntut evaluasi ulang proses

pembelajaran: materi, metode dan sensitifitas pada perubahan dunia yang

terjadi dengan cepat.37

Dimana letak pendidikan karakter? Setidaknya ada

3 sumber nilai yang perlu ditegaskan: budaya, pendidikan dan agama.

Budaya, pendidikan dan bahkan agama boleh jadi mengalami disorientasi

karena terjadinya perubahan-perubahan cepat, misalnya, industrialisasi,

urbanisasi, modernisasi dan terakhir sekali globalisasi.

Tujuan pendidikan di Indonesia

Amanat UUD 1945 amat jelas menentukan Arah dan tujuan

pendidikan nasional Indnesia. Tujuan pendidikan adalah peningkatan

iman dan takwa serta pembinaan akhlak mulia para peserta didik yang

dalam hal ini adalah seluruh warga negara yang mengikuti proses

pendidikan di Indonesia. Amanat ini tegas memberikan perhatian besar

akan pentingnya pendidikan karakter (akhlak mulia) dalam setiap proses

pendidikan demi membumikan nilai-nilai agama dan kebangsaan melalui

ilmu pengetahuan dan teknologi bagi peserta didik. Munculnya undang-

undang tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas), yakni UU no. 20

tahun 2003, menegaskan kembali fungsi dan tujuan pendidikan nasional

37Dr. Robby I Chandra, Pendidikan Menuju Manusia Mandiri (Bandung: Generasi

Infomedia, 2006) 27-43. Dalam pemaparannya, ia mengingatkan para pendidik sadar bahwa kini mereka mendidik di dunia yang berubah cepat. Setidaknya ada 3 paradigma pendidikan yang berkembang: paradigma pertama, menganggap proses pendidikan adalah proses menolong siswa agar potensi terpendam mereka menjadi berkembang penuh. Para pendidik berperan sebagai fasilitator, teladan dan inspirasi siswa. Paradigma kedua, pendidikan dipandang sebagai proses membekali dan melatih siswa dengan kompetensi umum yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari atau profesi mereka kelak. Paradigm ketiga, pendidikan dipandang sebagai proses menyiapkan para siswa untuk dapat melakukan rangkaian tugas tertentu.

Page 18: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

82 PENDIDIKAN KARAKTER

Indonesia. Penegasan pasal 3 UU adalah pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Amanat mulia

pendidikan nasional seperti ini menuntut semua praktisi pendidikan

memiliki kepedulian yang tinggi akan masalah moral atau karakter.

Pendidikan Karakter dalam perspektif Kristen

Praksis pendidikan karakter dalam konteks sekolah Kristen di

Indonesia tidak dapat dilepaskan dari arah dan tujuan pendidikan nasional

yang telah diamanatkan dalam UUD 1945. Disamping ini, harus juga

dipertimbangkan sejarah pendidikan karakter dalam perspektif kristen.

Para sejarawan pendidikan Kristen meyakini bahwa pengajaran Kristen

saat ini menemukan akarnya pada pendidikan Ibrani (Yudaisme). Menurut

Hope S.Antone, setidaknya ada tiga periode utama dalam Alkitab yang

perlu ditinjau kembali agar dapat memahami bagaimana pendidikan

Kristiani terjadi pada zaman Alkitab.38

Dalam penjabarannya, Hope S.

Antone membahas bahwa Pendidikan pre-exilic yang sebagian dijelaskan

dalam kitab Ulangan 6, menyiratkan pola-pola kehidupan keluarga yang

kuat sebagai latar belakang utama bagi pemeliharaan iman dan karakter.

Pada masa pembuangan dan sesudahnya, Sinagoge menjadi penanda

pemeliharaan pengajaran agama yang di dalamnya juga penerusan warisan

nilai-nilai kehidupan karakter umat Allah. Dalam Perjanjian Baru

pendidikan karakter dapat dilihat dalam dua cara yakni: pertama, menurut

cara Yesus yang terwujud dalam tiga metode: pemberitaan langsung,

38Tiga periode utama tersebut adalah: periode sebelum pembuangan (pre-exilic),

peride sesudah pembuangan (post-exilic) dari masa Perjanjian Lama, dan periode Perjanjian Baru. Hope S.Antone, Pendidikan Kristiani Kontekstual, terj. (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2010) 17-18.

Page 19: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 83

perayaan doa dan pelayanan bagi kebutuhan manusia). Kedua, cara

murid-murid Yesus yang pertama, terwujud dalam tiga metode juga:

perhatian pada kebutuhan manusia, merayakan hubungan yang baru

dengan Allah dan pekabaran Injil.

Jelaslah kini, pendidikan karakter dalam perspektif Kristen tak dapat

dipisahkan dari peran Kristen secara kongkrit pada waktu, kondisi dan

tempat sesuai dengan jaman mereka. Sejarah mencatat, kekristenan

mula-mula justru amat dihormati oleh karena mereka dikenal sebagai

komunitas yang disukai semua orang dan bahkan diikuti oleh banyak

orang (Kis. 2:47, tiap hari Tuhan menambah jumlah orang yang

diselamatkan). Pembahasan ini menegaskan bahwa konsepsi pendidikan

karakter dalam perspektif sejarah Kristen telah berlangsung nyata dalam

kehidupan umat Allah. Maka, sejatinya pendidikan karakter telah menjadi

ciri umat Allah yang membedakannya dari umat lainnya.

Isu-isu Pendidikan Kristen: problematika dan tantangan39

Disadari atau tidak, Pendidikan Kristen telah mengalami pergeseran

baik arah maupun nilai. Pergesaran itu nampak pada dasar, isi dan tujuan

pendidikan. Persoalan yang sedang terjadi dengan Pendidikan Kristen

masa kini:

1. Pendidikan Agama sebagai benteng moral tidak lagi menjadi hal

terdepan.

2. Kekristenan yang menjunjung tinggi finalitas Kristus dan Alkitab,

kebanyakan tergeser dari esensi Pendidikan Kristen, oleh sebab

pluralitas agama dan pengetahuan. Hingga nyaris menjadi pendidikan

tanpa Allah (Godless Education).

3. Nilai-nilai non Kristen bahkan anti Kristen memberikan penekanan

39Materi ini diambil dari bahan kuliah Sejarah PAK STT Bandung yang diampu

oleh Heriyanto, M.Th.

Page 20: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

84 PENDIDIKAN KARAKTER

luar biasa di sekolah-sekolah Kristen.

4. Dampak dan pengaruh globalisasi Pendidikan. Dampak globalisasi

terhadap dunia pendidikan paling tidak terlihat dalam 3 perubahan

mendasar dalam dunia pendidikan. Pertama, dalam perspektif

neo-liberalisme, globalisasi menjadikan pendidikan sebagai komoditas

dan komersil. Globalisasi mampu memaksa liberalisasi berbagai

sektor yang dulunya non-komersial menjadi komoditas dalam pasar

yang baru. Menurut C. Leys, Pasar baru bisa muncul kalau memenuhi

4 kriteria: (1) Rekonfigurasi (membentuk ulang) produk dan layanan

sehingga memiliki nilai dan layak dijual; (2) Merayu agar orang mau

membelinya: (3) Mengubah perilaku melayani kepentingan bersama

menjadi usaha untuk menghasilkan laba bagi pemilik modal sesuai

dengan mekanisme pasar; dan (4) Adanya jaminan negara terhadap

resiko yang mungkin terjadi terhadap modal. Tuntutan pasar ini

mendorong perubahan dalam dunia pendidikan. Perubahan tersebut

bisa dalam bentuk penyesuaian program studi, kurikulum,

manajemen, dll. Komersialisasi pendidikan juga memacu privatisasi

lembaga-lembaga pendidikan. Kedua, globalisasi mempengaruhi

kontrol pendidikan oleh negara. Sepintas terlihat bahwa pemerintah

masih mengontrol sistem pendidikan di suatu negara dengan cara

intervensi langsung berupa pembuatan kebijakan dan payung

legalitas. Ketiga, globalisasi mendorong delokalisasi dan perubahan

teknologi serta orientasi pendidikan. Pemanfaataan teknologi baru

disamping membantu akselerasi arus pertukaran informasi, juga telah

ikut mendorong menjamurnya sistem pendidikan jarak jauh. Di sini

terlihat fenomena delokalisasi, di mana orang-orang belajar dalam

suasana yang sangat individual dan menghalanginya untuk

berinteraksi dengan tetangga atau orang-orang di sekitarnya.

Dipandang dari beragam sisi, kita bisa membuat sebuah generalisasi

bahwa kata kunci dari globalisasi adalah: kompetisi.

5. Pendidikan seutuhnya yang terdiri dari aspek Religious, Knowledge

Page 21: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 85

dan Skill yang seharusnya menjadi satu paket, kini terabaikan dan

menjadi humanistic (hanya berpusat pada manusia).

6. Pendidikan Agama Kristen (PAK) telah dijadikan kurikulum dalam

pendidikan nasional, namun pelaksanaannya masih belum terasa pada

anak didik. Hal ini disebabkan: a. Adanya pemisahan antara masalah

iman dengan masalah pengetahuan, sehingga mempersempit wilayah

kerja PAK. b. Integrasi antara iman Kristen dan dampaknya bagi

perubahan perilaku hidup anak didik belum nampak. c. Falsafah

pluralisme yang merendahkan finalitas Kristus dan Alkitab sebagai

satu-satunya jalan keselamatan dan standart moral.

7. Carl Henry mengingatkan : ”Generasi kita kini kehilangan kebenaran

Allah, realitas pewahyuan Ilahi, isi kehendak Allah, otoritas Firman

Allah dan kuasa penebusan-Nya. Kehilangan ini membuat

kekristenan membayar mahal yakni kekafiran yang merajalela dalam

kehidupan yang mengaku diri sebagai Kristen.” Jika kebenaran Allah

yang seharusnya menjadi dasar dari pendidikan karakter terabaikan,

tidak heran persoalan karakter dalam pribadi nara didik kristen akan

semakin merajalela.

Hasil dari teori pendidikan karakter yang diterapkan oleh lembaga

pendidikan sekuler terbatas pada pemulihan hubungan dengan pluralitas

kemanusiaan, apa yang menjadi keunikan pendidikan karakter Kristen?

Jelas, tidak hanya pemulihan antar sesama manusia dan tanggung

jawabnya sebagai warga negara tetapi juga menuntun pada pemulihan

antara nara didik Kristen dengan Allah dan mampu menunjukkan

kesaksian dirinya sebagai umat Allah dalam dunia.

Pelaku Pendidikan Karakter dalam Konteks Pendidikan Kristen,

Tiga Faktor Penentu

1. Pendidikan Karakter dalam Keluarga Kristen. Melalui kitab

Ulangan 6, keluarga Kristen diperingatkan tanggung jawabnya

Page 22: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

86 PENDIDIKAN KARAKTER

mewujudkan pendidikan umat Allah termasuk pendidikan karakter.

Peran keluarga yang dimaksud adalah Ayah dan Ibu. Ulangan 6:4-9

diawali perintah Allah agar bangsa Israel melakukan dan memegang

teguh segala perintah dan peraturan yang Allah berikan, disertai janji

berkat jika mereka setia melakukannya. (ayat 1-3).5 Perintah ini

diberikan dalam kaitan persiapan mereka memasuki tanah Kanaan

(ayat 3). Maksud dari perintah ini diberikan supaya bangsa Israel

melakukannya ketika mereka masuk dan hidup di tanah Perjanjian

sehingga mereka mampu menunjukkan keunikan sebagai umat Allah.

Dalam tradisi Yahudi kata “syema” disebut sebagai “the fundamental

truth of Israel’s religion” and “ the fundamental duty founded upon

it.” Maka Ulangan 6:4-9 merupakan patokan bagi keluarga Yahudi

yang harus dilaksanakan. “Syema” merupakan merupakan inti dari

pengakuan iman bangsa Israel. Dalam perkembangannya “syema”

menjadi bagian penting bagi kehidupan bangsa Israel dan menjadi

dasar bagi pendidikan kepada anak-anak mereka.

Prinsip penting pendidikan anak berdasarkan Ul.6 : pendidikan harus

berkaitan dengan pengakuan bahwa Allah itu Esa, pendidikan harus

dilakukan dengan serius, harus diajarkan di setiap kesempatan, harus

diajarkan dengan prinsip keteladanan, pendidikan harus diberikan

sejak Anak-anak dan pendidikan adalah tanggung jawab orang tua.

Karenanya, tidak ada satu orangtuapun yang dapat menghindar atau

beralasan untuk tidak melakukan peran ini sekalipun dalam

keterbatasan mereka.40

Perlu diingat, banyak orang tua gagal dalam

pendidikan karakter anak-anaknya karena kesibukan atau justru karena

lebih mementingkan aspek kognitif saja.

40Para ahli pendidikan meyakini bahwa keluarga merupakan agen terdepan dalam

pembentukan watak sehat. Mengutip pendapat Virginia Satir, keluarga merupakan pabrik pengolahan kepribadian (peoplemakers), tata nilai dan watak. Dalam keluargalah tata nilai ditanamkan: keluarga membentuk konsep diri (posistif atau negative), keluarga mengajarkan kepada anak cara berkomunikasi (tertutup atau terbuka), keluarga menanamkan disiplin, dan keluarga mendidik anak memainkan peran social mereka. B.S. Sidjabat, Membangun Pribadi Unggul suatu Pendekatan Telogis terhadap Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2011) 23-24.

Page 23: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 87

2. Pendidikan karakter dalam sekolah Kristen

Semua pihak mengharapkan, sekolah dapat benar-benar menjalankan

perannya sebagai wadah pendidikan bagi pembentukan pribadi

siswanya.41

Dalam pembahasannya, Lazerson menegaskan ada dua

tantangan yang harus dijawab oleh sekolah sebagai wadah pendidikan

yakni equality (persamaan) dan Excellence (keunggulan). Sekolah

haruslah menanamkan pada siswa sikap persamaan sekaligus

penerimaan keunggulan pribadi.

3. Pendidikan Karakter dalam Masyarakat atau Gereja

Kebiasaan karakter membutuhkan komunitas yang mendukungnya.

Maka, gereja dan komunitas Kristen perlu bersatu untuk memiliki

konsepsi dan gerakan yang sama dalam perwujudannya. Komunitas

Kristen tidak boleh dianggap hanya sebagai wadah bertemu untuk

beribadah semata, komunitas ini harus juga berperan sebagai

“community as educator. Kini kita diperhadapkan dengan pekerjaan

rumah yang berat di tengah pluralitas pendidikan yang ada. Dalam

penjelasannya, Hope S Antone, menggambarkan metode pendidikan

Kristiani dari waktu ke waktu. Menurutnya, pada periode Reformasi

baik Katolik maupun Protestan melanjutkan pemanfaatan pendidikan

di rumah, di gereja (ibadah), pengajaran pastoral, bimbingan iman

yang benar dan praktik benar (karakter).42

Gambaran ini menegaskan

bahwa pendidikan karakter dalam komunitas, diwarisi dari komunitas

Kristen awal, dan terus dipelihara dalam konteks kekristenan.

Efektivitas praksis pendidikan Kristen harus menjadi gerakan bersama

antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.43

Karenanya, langkah

41From the beginning, schools had a special role in preparing the next generation

for the responsibilities of citizenship. Demikian pernyataan Marvin Lazerson dan kawan-kawan, dalam buku mereka. Marvin Lazerson, An Education of Value the Purpose and Practices f Schools (Cambridge: Cambridge University Press, 1985) 4-5.

42Hope S.Antone, Pendidikan Kristiani Kontekstual, terj. 21-23. 43Dalam pemaparannya, B.S.Sidjabat menegaskan orang tua di rumah, guru di

sekolah, majelis/diaken dan gembala siding di gereja memiliki peran penting dan mendesak. Mereka semua merupakan pengarah iman (spiritual director) dan pembimbing

Page 24: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

88 PENDIDIKAN KARAKTER

pertama yang harus dilakukan adalah menyambung kembali hubungan

dan educational networks yang nyaris terputus antara ketiga

lingkungan pendidikan ini. Pembentukan watak dan pendidikan

karakter tidak akan berhasil selama antara ketiga lingkungan

pendidikan tidak ada kesinambungan dan harmonisasi.

Sekolah Kristen sebagai Entitas Strategis dalam Implementasi

Pendidikan Karakter. Tidak adil rasanya jika kita menumpahkan

semua tanggung jawab praksis pendidikan Kristen pada lembaga

sekolah Kristen semata. Sebaliknya, tidak bertanggung jawab pula

kiranya jika sekolah Kristen sebagai wadah yang dipercaya

menanamkan karakter Kristen justru tak mampu mewujudkan

perannya. Praksis pendidikan karakter harus menjadi kesadaran tugas

mendesak dan tepat guna. Kondisi ini diperparah oleh jaman yang

disebut oleh James Davison Hunter sebagai The Death of

Character.44

Bagaimana sekolah Kristen memaksimalkan perannya

dalam praksis pendidikan karakter?

- Pilar Pendidikan Karakter

Pada umumnya terdapat beberapa pilar dalam pendidikan

karakter, setidaknya ada 6 pilar yang harus nyata, yakni:45

trustworthiness (be honest), respect (treat others with respect),

responsibility (do what you are supposed to do, fairness (play

by the rules), caring (be kind), and citizenship (do your share to

make your school and community better. Dengan tidak

mengabaikan pilar-pilar pendidikan karakter yang telah ada,

moral (moral guide) bagi pribadi-pribadi dan kelompok yang diasuh dan dibesarkan. B.S.Sidjabat, Membangun Pribadi Unggul suatu Pendekatan Telogis terhadap Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2011) 25.

44Mengawali bukunya, James Davison Hunter menegaskan: The death of character comes at a time when the call to “renew values” and to “restore character” is especially loud, persistent, universal-not to mention urgent. James Davison Hunter, The Death of Character Moral Education in age without Good or Evil (New York: Basic Books, 2000)

45David Clyde Jones, The Character Education Movement (Journal Presbyterion: Covenent Theological Seminary Review, Vol. XXVI Fall 2000 number 2, 85.

Page 25: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 89

pendidikan karakter dalam konteks sekolah Kristen perlu

menambahkan kekhususan mereka. David Gill mengusulkan

apa yang disebut dengan pembaruan karakter yang diwujudkan

dalam prinsip-prinsip praktis.46

Dalam praksis pendidikan

karakter di pendidikan Kristen, semua pilar pendidikan yang

ada haruslah menghasilkan tujuan yang ultimat, demikian

pendapat Gill, yakni: supaya Allah dimuliakan dengan perubahan

karakter kita (Mat. 5:13-16. Kedua, untuk menyatakan kasih

kepada sesame manusia dan perubahan karakter itu membawa

dampak bagi orang-orang di sekitarnya. Ketiga, dunia “digarami”

melalui karakter baik. Keempat, Kristen menghadirkan hidup,

terang dan perubahan dunia. Kelima kita sendiri dan orang-orang

sekitar akan mendapat berkat.

- Sekolah Kristen sebagai wahana pendidikan karakter.

Fungsi transformasi nilai-nilai luhur yang dilaksanakan di

sekolah mencakup lima dimensi, yaitu:47

pertama, pendidikan

tidak hanya mencakup pengetahuan dan ketrampilan semata

tetapi juga sikap, nilai dan kepekaan pribadi. Kedua, peran

seleksi (mencakup tidak hanya pemberian sertifikat, tetapi juga

melakukan seleksi terhadap peluang kerja). Ketiga, fungsi

indktrinasi. Keempat, fungsi pemeliharaan anak. Kelima, aktivitas

kemasyarakatan.

4. Pribadi umat Allah yang dihasilkan. Menanggapi maraknya

pendidikan karakter yang diusulkan oleh para pakar pendidikan

umum, beberapa pemikir Kristiani memberikan pendapat mereka

46B.S.Sidjabat, Membangun Pribadi Unggul suatu Pendekatan Telogis terhadap

Pendidikan Karakter, hl. 284. Prinsip-prinsip pembaruan karakter: pertama, hidup dalam relasi dengan Allah termasuk mengalami perjumpaan pribadi dengan Dia melalui kelahiran baru. kedua, mendengarkan dan menceritakan kisah perbuatan-perbuatan-Nya sebagaimana ditulis dalam Alkitab. Ketiga, mempelajari secara lebih dalam ajaran tentang kebaikan Allah. Keempat, meneladani dan menaati kebaikan Allah. Kelima, bertumbuh dalam komunitas yang beriman kepada Allah dalam Kristus Yesus.

47Novan Ardy Wiyani, Manajemen Pendidikan Karakter, 35-36.

Page 26: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

90 PENDIDIKAN KARAKTER

sebagai arahan kepada praktisi pendidikan dalam mengadopsi

konsepsi pendidikan karakter yang ada dan berkembang. Menurut

Nicholas Wolterstorff, manusia dipanggil untuk hidup bertanggung

jawab kepada Tuhan, dirinya, sesamanya dan terhadap lingkungannya.

Pemberontakan manusia pertama membuat manusia jatuh ke dalam

dosa, yang selanjutnya melumpuhkan kemampuan manusia untuk

hidup bertanggung jawab. Tetapi karena kasih dan kemurahan Allah

melalui karya Yesus Kristus di kayu salib. Hasil pembenaran dan

pendamaian dengan Allah dalam Kristus inilah yang memunculkan

berbagai potensi moral baru.48

Wolterstorff menegaskan dalam

landasan anugerah Allah sematalah pendidikan karakter itu dapat

dibangun. Maka ia mengusulkan tiga strategi dalam prakteknya:

pertama, dengan jalan pembangkitan kesadaran akan anugerah Allah

oleh pendidik (orang tua, guru dan gereja). Kedua, pembangkitan

kesanggupan atau ability learning (bersifat dorongan, kesempatan

dan pemberian pujian). Ketiga, pembiasaan atau tendency learning

(harus ada model).

Apa yang diharapkan terjadi dalam pribadi umat Allah dalam

pembentukan karakter? Menurut David Gill, pertama memahami dan

mempraktikkan kebajikan utama yang sudah dikenal gereja sejak

awal yakni keadilan, hikmat atau kebijaksanaan, keberanian dan

pengendalian diri. Kedua, memahami dan mengembangkan akhlak

utama Kristen sebagaimana disebutkan oleh Paulus: iman, kasih dan

pengharapan (1 Kor. 13:13, Kol. 1:4-5, 1 Tes. 1:2-3). Ketiga,

menjadikan 8 dasar hidup bahagia menurut Yesus Kristus menjadi

dasar kekuatan moral kita (Mat. 5:3-12).

5. Peran guru. Peran guru amat vital terwujudnya praksis pendidikan

karakter dalam konteks pendidikan Kristen. Guru sebagai model

48B.S.Sidjabat, Membangun Pribadi Unggul suatu Pendekatan Telogis terhadap

Pendidikan Karakter, hl.272-274. Berkenaan dengan pendidikan karakter, Wolterstoff tidak setuju kepada pandangan humanistis yang menekankan bahwa anak harus diizinkan memilih sikap dan perbuatan moral sesuai kehendaknya.

Page 27: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 91

pembentukan karakter secara otomatis harus memiliki syarat-syarat

yang ketat. Menurut Craig R. Dykstra, The teacher is a person who is

intentionally responsible for involving learners in the experience of

the repenting, praying, and serving community in such a way that its

various aspect might be explored, shared, understood, and participated

in.49

Dalam konteks sekolah, pengajaran nilai hidup, iman dan

karakter membutuhkan pendekatan seperti ini: pertama, truth

encounter yakni melalui pengajaran verbal atau penyelidikan dan

diskusi atas Firman Tuhan. Kedua, power encounter yakni melalui

kehadiran dan karya kuasa Allah (jamahan Ilahi). Ketiga, life

encounter yakni melalui keteladan hidup sehari-hari, demikian

menurut B.S.Sidjabat. figur seorang guru Kristen dengan demikian

bukanlah sembarang dan gampangan, ia tidak boleh hanya fasih

dalam penyampaian materi, tapi ia harus menghidupi pembaharuan

karakter yang dialami secara pribadi bersama Allah hingga hidupnya

layak diteladani.50

Dalam penjelasannya mengenai seni mendidik

karakter Kristen, Dr. Stephen Tong menegaskan seorang guru selain

meneladani Kristus, ia juga memiliki beberapa aspek penting dalam

profesinya: pendidik yang mencintai Tuhan, pendidik yang mencintai

kebenaran, dan pendidik yang mencintai murid.51

6. Strategi manajemen pendidikan karakter di sekolah. Banyak

pendekatan yang telah dilakukan demi terwujudnya praksis

49Ibid, hl. 279-280. Maka menurutnya, ada tiga langkah yang harus dilakukan guru

dalam pembelajaran watak: pertama, dengan sikap sensitive mengenali peserta didiknya, termasuk konteks kehidupan (tetangga, musuh dan rang asing), kedua, menyediakan sumber-sumber belajar dalam rangka menuntun peserta didik memahami pergumulannya. Ketiga, guru memberanikan peserta didik mengusulkan konsep “jalan keluar” cara menghadapi konflik atau pergumulan moralnya.

50Penegasan senada juga disampaikan oleh Steven S.Tigner, baginya teacher and other school personnel best promote dispositions in student t make people seriously as a persons by taking students themselves seriously as persons. Indeed, there is no other way to do it. It must be made clear t students that who they are-the persons that they are (and are becoming)-really matters. Steven S.Tigner, Character Education: outline of seven point program, Journal of Education vol.175 number 2, 1993, hl. 13-15.

51Dr.Mary Setiawani, Pdt Dr. Stephen Tong, Seni mendidik Karakter Kristen (Jakarta: Lembaga Reformed Injil Indnesia, 1995) 78-81.

Page 28: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

92 PENDIDIKAN KARAKTER

pendidikan karakter dalam konteks sekolah. Beberapa pola berikut ini

dapat dijadikan pertimbangan dalam konteks sekolah Kristen.

Thomas Lickona, memberikan diagram strategi praksis pendidikan

karakter dalam lingkup sekolah.52

7. Bagi Novan Ardy Wiyani, dalam pendidikan karakter di sekolah,

semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen

pendidikan itu sendiri:53

isi kurikulum, proses pembelajaran dan

penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata

pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas/kegiatan

kokurikuler, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan,

serta etos kerja seluruh warga sekolah. Lihat diagram berikut:

52Lickona mengusulkan komponen-komponen yang seharusnya terjadi dalam kelas:

1. The Teacher as caregiver, moral model and moral mentor. 2. Creating a caring classroom community. 3. Moral discipline. 4. Creating a democratic classroom environment. 5. teaching values through the curriculum.6 cooperative learning. 7. The conscience of craft. 8. Ethical reflection. 9. Teaching conflict resolution. Thomas Lickona,The Character’s role in Character Education, Journal of Education, Vol. 179, number 2, 1997, 66-76.

53 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Pendidikan Karakter, hl.78-79. Baginya, penerapan pendidikan karakter di sekolah setidaknya dapat ditempuh melalui 4 alternatif strategi secara terpadu: pertama, mengintegrasikan konten pendidikan karakter yang telah dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran. Kedua, mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Ketiga, mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan yang diprogramkan atau direncanakan. Keempat, membangun komunikasi dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua peserta didik.

Page 29: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 93

8. Pendidikan Karakter: Meneladani Kristus dan Pembaharuan

dalam Roh Kudus.

Keunikan pendidikan karakter Kristen tentu tidak dapat

dipisahkan dari teladan Kristus. Sehebat apapun kemampuan

manusia tanpa kesadaran anugerah Kristus dan meneladani

karakter-Nya hanya akan menghasilkan karakter yang amat

humanistic. Apa yang dapat kita teladani dari Yesus Kristus

sebagai Guru Agung dalam rangka pendidikan karakter? Menurut

B.S. Sidjabat: pertama, Dia mengkomunikasikan kebenaran dan

nilai hidup melalui khotbah, percakapan dan Tanya jawab. Kedua,

Ia melakukan berbagai tanda dan mujizat untuk menyatakan

bahwa kebenaran Allah itu nyata. Ketiga, Dia hidup di tengah

banyak orang sebagai teladan. Pribadi pendidik maupun peserta

didik seharusnya menjadi komunitas yang mengalami secara

pribadi pembaharuan karakter dari Roh Kudus. Dengan demikian,

pembaharuan karakter terjadi bukan didasari oleh usaha manusia

semata tetapi merupakan pengalaman hidup nyata bersama Tuhan

kita.

Page 30: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

94 PENDIDIKAN KARAKTER

PENUTUP

Gagasan tentang pendidikan karakter kini telah menjadi gerakan

bersama dalam konteks pendidikan di Indonesia. Apa yang dapat dilihat

sebagai keunikan pendidikan Kristen dalam konteks Indonesia, menjadi

pembukti yang dinantikan dunia pendidikan. Anggapan sekolah Kristen

sebagai lembaga sekolah yang elit dan ekslusive yang pada gilirannya

menciptakan pengastaan dan diskriminasi, sebaiknya segera dihindari.

Dibalik semua ini, konsepsi dan praksis pendidikan karakter dalam

lingkup sekolah Kristen harus mampu menunjukkan keunikannya. Tujuan

akhir pembinaan iman dan moral adalah menuntun orang menjadi murid

Kristus (Mat. 28:19-20) dalam arti anak-anak, remaja, pemuda dan orang

tua yang percaya, mempercayakan diri dan mengikuti serta menaati

pengajaran-Nya dalam realitas kehidupan sehari-hari. Tanpa mengabaikan

semua upaya yang dilakukan oleh beragam kalangan untuk

mewujudnyatakan pendidikan karakter, tapi jika semua upaya tersebut

tanpa intervensi Allah tidaklah sanggup mengubah karakter sejati siswa.

Praksis pendidikan karakter dalam konteks komunitas Kristen

melibatkan banyak kalangan yang dengannya harus memiliki semangat

yang sama dalam perwujudannya. Dibutuhkan upaya, kerjasama dan

penyerahan nyata pada Allah agar upaya ini tidak sia-sia belaka. Dalam

semua upaya tersebut tidak boleh abai dan lupa esensi pembaharuan

karakter dalam pribadi umat-Nya memiliki tujuan yang khas yakni

pemberitaan Injil yang menuntun agar orang mengaku percaya dengan

hati dan mulutnya dalam kesadaran (Roma 3:24-25), menyadari dan

mensyukuri kehadiran Roh Allah dalam hidup kita, serta tujuan akhir

perubahan ini adalah menjadi serupa dengan gambar-Nya (2 Kor. 3:17-18)

hingga dunia tahu keunikan umat-Nya.

Jadi akhirnya, saudara-saudara semua yang benar, semua yang mulia,

semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap

didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah

semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu

Page 31: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

JURNAL TEOLOGI STULOS 95

terima dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat

padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan

menyertai kamu (Fil. 4:8-9).

Page 32: PENDIDIKAN KARAKTER: TEORI DAN PRAKSIS DALAM PENDIDIKAN ... · PDF fileKata kunci: Pendidikan karakter, moral, nilai, budaya, lembaga pendidikan, ... perilaku moral (moral behavior).11

96 PENDIDIKAN KARAKTER

DAFTAR PUSTAKA

A, Doni Koesoema. Pendidikan Karakter utuh dan menyeluruh.

Yogyakarta: Kanisius, 2012.

Dr. Chandra, Robby I. Pendidikan Menuju Manusia Mandiri, Bandung:

Generasi Infomedia, 2006.

Dr. Setiawani, Mary Pdt Dr. Stephen Tong, Seni mendidik Karakter

Kristen (Jakarta: Lembaga Reformed Injil Indnesia,

Dr. Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Prenada Media

Group, 2011.

Groom, Thomas. Christian Religious Education, terj. Jakarta: PT BPK

Gunung Mulia, 2010.

Hunter, James Davison The Death of Character Moral Education in age

without Good or Evil, New York: Basic Books, 2000

Lazerson, Marvin An Education of Value the Purpose and Practices of

Schools, Cambridge: Cambridge University Press, 1985.

Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter panduan lengkap Mendidik

Siswa menjadi Pintar dan Baik, terj. Bandung: Nusa Media, 2013.

Prof.Dr. Samani, Muchlas dan Drs.Hariyanto, M.S, Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Ryan, Kevin & Karen E. Bohlin, Building Character in Schools:

Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Francisco:

Jossey Bass, 1999.

Sidjabat, B.S. Membangun Pribadi Unggul suatu Pendekatan Telogis

terhadap Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Yayasan Andi, 2011

Wiyani, Novan Ardy. Manajemen Pendidikan Karakter, Yogyakarta: PT.

Pustaka Insan Madani, 2012

Zuhdi, Darmiyati. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press, 2009.