231
PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN SOLIDARITAS SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR KATOLIK SANTA MARIA TULUNGAGUNG KEPADA KAUM MISKIN S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Agnes Yuliati NIM: 061124020 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN SOLIDARITAS

SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR KATOLIK SANTA MARIA TULUNGAGUNG KEPADA KAUM MISKIN

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Agnes Yuliati

NIM: 061124020

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2010

Page 2: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

i

PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN SOLIDARITAS

SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR KATOLIK SANTA MARIA TULUNGAGUNG KEPADA KAUM MISKIN

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Agnes Yuliati

NIM: 061124020

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2010

Page 3: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

ii

Page 4: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

iii

Page 5: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Suster-Suster Puteri Kasih dari St. Vinsensius de Paul

Provinsi Indonesia

dan

bagi para pendidik.

Page 6: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

v

MOTTO

Allah menyertai kita

(Mat 1 : 23)

Page 7: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya orang lain atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Juni 2010

Penulis,

Agnes Yuliati

Page 8: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Agnes Yuliati

Nomor Induk Mahasiswa : 061124020

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN SOLIDARITAS SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR KATOLIK SANTA MARIA TULUNGAGUNG KEPADA KAUM MISKIN. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, 19 Juni 2010 Yang menyatakan, Agnes Yuliati

Page 9: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA MENGEMBANGKANKAN SOLIDARITAS SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR KATOLIK SANTA MARIA TULUNGAGUNG KEPADA KAUM MISKIN. Penulis memilih judul ini, karena penulis mempunyai keprihatinan bahwa siswa-siswa SD, dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, sehingga melunturkan hubungan antar pribadi dan semakin sibuk dalam kegiatan belajar, sehingga nilai solidaritas kepada sesamanya kurang bertumbuh. Transformasi sosial merupakan usaha yang dilakukan oleh setiap lembaga pendidikan dalam tugasnya untuk melaksanakan perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik. Lembaga pendidikan perlu mengembangkan rasa solidaritas pada para siswa sebagai dasar sebuah tindakan. Untuk mendukung studi pustaka dan melihat sejauh mana hubungan dan pengaruh pendidikan kesadaran sosial dalam mengembangkan rasa solidaritas siswa kelas VI, penulis memperoleh data menggunakan penelitian kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada siswa kelas VI SDK Santa Maria, Tulungagung. Sekolah Katolik, sebagai lembaga pendidikan Kristiani melaksanakan tugas mendidik berdasarkan nilai-nilai Kristiani. Dasar pendidikan kesadaran sosial adalah ditegakkannya Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah harapan bagi orang-orang tertindas untuk mengalami pembebasan, harapan bagi orang miskin dan harapan bagi semua orang yang mengalami penderitaan. Kerajaan Allah menjadi harapan bagi orang-orang yang menderita untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, karena Allah sendirilah Raja dan pelindung mereka. Pendidikan kesadaran sosial dilaksanakan dalam rangka menegakkan Kerajaan Allah di dunia. Melalui pengajaran dan program sekolah, sekolah Katolik dapat menjadi pelaksana perubahan sekaligus membentuk pelaku perubahan sosial. Sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya wawasan tentang transformasi sosial, penulis mengusulkan sebuah program seminar. Usulan program seminar bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran akan Pendidikan Kesadaran Sosial kepada para guru SDK Santa Maria Tulungagung, sehingga para guru semakin meningkatkan usaha mendidik para siswa dalam menumbuhkan nilai-nilai solidaritas kepada kaum miskin.

Page 10: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

ix

ABSTRACT

The title of this thesis is “Education on Social Awareness to Develope Solidarity with the Poor for the Grade 6 Students of Santa Maria Tulungagung Elementary Catholic School.” The writer chosen this has title because she is concern that the elementary students of this present era which are affected by technological development, so that their personal relationships decrease, and they have become busier in their learning activites, so that the value of solidarity toward others is lacking. Education on social awareness is an effort done by every educational institution in its task to do some changes for the better in the society. As act or for change, it is important for the institution to educate its students to develop the value of solidarity as the basis of their actions. To support the educational references and to see the relationship and effect of education on social awareness in the development of the value of solidarity among the Grade 6 students, the writer gathered data using quantitative research by distributing questionnaires to the Grade 6 students of Santa Maria Tulungagung Catholic Elementary School. A Catholic school, as a Christian educational institution, has the task of teaching based on Christian values. The basis of education on social awareness is founded strongly on the values of God’s Kingdom. The Kingdom of God is the hope for those who are persecuted to experience freedom, hope for the poor, and hope for those who suffer to acquire a better life, because it is God who becomes their King and Protector. Education on social transformation is done with the goal of building the Kingdom of God here on earth. Through the teaching and school program, the Catholic school can become an agent of transformation and at the same time form people as agents of social change. As an effort to increase awareness on the importance of education on social awareness, the writer suggests a seminar program. This program has the goal to develop awarennes on Education on Social Awareness for the teachers of Santa Maria Tulungagung Catholic Elementary School, in order that the teachers increase their effort to educate their students in developing the values of solidarity with the poor.

Page 11: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah yang maha baik, karena penyertaan-Nya yang

tiada hentinya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul

PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA

MENGEMBANGKAN SOLIDARITAS SISWA KELAS VI SEKOLAH

DASAR KATOLIK SANTA MARIA TULUNGAGUNG KEPADA KAUM

MISKIN. Penulisan skripsi ini bertujuan memberikan sumbangan, baik secara

reflektif maupun praktis mengenai suatu usaha untuk melihat kembali tugas lembaga

pendidikan Kristiani sebagai pelaksana dan pembentuk pelaku perubahan bagi

masyarakat yang memerlukan perbaikan hidup. Sebagai lembaga pendidikan,

sekolah Katolik berperan serta dalam membangun masyarakat untuk memiliki

kehidupan yang layak, terutama bagi masyarakat yang membutuhkan suatu

perubahan akibat kemiskinan.

Penulis bersyukur, bahwa kehadiran banyak pihak yang mendampingi,

membimbing, mendoakan dan memotivasi penulis, sehingga penulis mampu

menyelesaikan tugas skripsi dengan baik. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Rm. Dr. B. A. Rukiyanto, SJ., selaku dosen pembimbing utama, yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing dengan setia dan sabar, bekerja keras

untuk mengoreksi, memberikan masukan dan memotivasi, sehingga penulis

mampu menyelesaikan tugas skripsi.

Page 12: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

xi

2. Rm. Drs. H.J. Suhardiyanto, SJ., selaku dosen penguji II dan pembimbing

akademik yang telah mendampingi dengan penuh dedikasi selama penulis

menjadi mahasiswa IPPAK.

3. Ibu Dra. Y. Supriyati, M.Pd. yang setia dan siap sedia membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tugas skripsi.

4. Segenap staf dosen prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, yang mendidik dan membimbing penulis selama

penulis belajar.

5. Sr. Laetitia, PK dan para Suster Komunitas Immaculata Tulungagung, yang

terbuka dan mendukung penulis selama penulis mengadakan observasi dan

penelitian di SDK Santa Maria Tulungagung.

6. Ibu Vincentia Sunarlin, S.Pd. selaku kepala sekolah SDK Santa Maria

Tulungagung, Bapak Yohanes Surani sebagai Guru BP (Bimbingan Pribadi),

Bapak A.Y Suryanto, S.Pd. sebagai Wali Kelas IVA, Ibu Elisabeth Murniati,

S.Pd. sebagai Wali Kelas IVB dan segenap guru dan karyawan, yang telah

terbuka dan penuh pelayanan menerima penulis selama penulis mengadakan

observasi dan penelitian di SDK Santa Maria Tulungagung.

7. Sr. Victorin, PK sebagai Provinsial Puteri Kasih Indonesia yang memberi

kesempatan penulis untuk studi, selalu mendukung dan memberikan fasilitas.

8. Sr. Antonia, PK sebagai Suster Abdi Komunitas St. Luisa Kediri bersama semua

Suster anggota komunitas, yang tiada hentinya mendoakan dengan setia,

mendukung dan memperhatikan semua kebutuhan penulis selama melaksanakan

tugas belajar.

Page 13: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

xii

9. Seluruh Suster Puteri Kasih yang selalu memperhatikan dan memotivasi baik

lewat doa, surat dan sapaan selama penulis melaksanakan tugas belajar.

10. Sr. Patrice OSF, sebagai pemimpin Biara ”Maria Tak Bernoda” Yogyakarta,

bersama semua Suster, yang setiap hari mendukung dan memperhatikan penulis

selama penulis tinggal bersama dalam tugas belajar.

11. Para suster anggota komunitas “Inviolata” (Sr. Bernardin SFS, Sr. Kamila SFS,

Sr. Ninfa CM, Sr. Emy CM, Sr. Immaculata CM, Sr. Petronella MASF, dan Sr.

Renata MASF) yang menjadi saudari, pendukung dan bersama-sama berjuang

dalam menjalankan tugas studi.

12. Sahabat-sahabatku angkatan 2006, yang setia, mendukung, menemani, dan

menguatkan selama perjalanan belajar bersama di IPPAK USD.

13. Kedua orang tua dan sanak saudara yang selalu mendoakan dengan setia.

14. Kepada semua orang yang mencintai yang tidak dapat disebutkan satu per-satu

yang selama ini telah banyak memberikan inspirasi dan motivasi kepada penulis.

Semoga Tuhan yang maha baik membalas semua cinta dan ketulusan mereka

semua dengan rahmat yang melimpah. Dengan rendah hati penulis menyadari segala

kelemahan penulisan skripsi ini. Meskipun demikian semoga skripsi ini berguna

memberi sumbangan bagi para pembaca.

Yogyakarta, 19 Juni 2010

Penulis,

Agnes Yuliati

Page 14: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ iv

MOTTO................................................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN............................................................................... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.............................................. vii

ABSTRAK............................................................................................................ viii

ABSTRACT........................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR........................................................................................... x

DAFTAR ISI.................................................................................................. ...... xiii

DAFTAR SINGKATAN...................................................................................... xviii

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Permasalahan......................................................................... 3

C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 4

D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 4

E. Metode Penulisan ................................................................................. 4

F. Sistematika Penulisan............................................................................. 5

BAB II. GAMBARAN TENTANG SEKOLAH DASAR KATOLIK SANTA MARIA TULUNGAGUNG..................................................... 7

A. Gambaran Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung............... 7

1. Sejarah berdirinya Sekolah Dasar Katolik Santa Maria

Tulungagung...................................................................................... 7

2. Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung dalam

Pengelolaan Serikat Puteri Kasih....................................................... 9

Page 15: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

xiv

a. Serikat Puteri Kasih sesuai Kharisma Pendiri............................. 9

b. Visi Misi Puteri Kasih Indonesia................................................ 10

c. Peran Suster Puteri Kasih dalam mengelola Sekolah Dasar

Katolik Santa Maria Tulungagung.............................................. 11

B. Situasi Siswa Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung......... 12

C. Gambaran tentang Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Dasar

Katolik Santa Maria Tulungagung....................................................... 14

BAB III. PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL........................................... 16

A. Pengertian Pendidikan ......................................................................... 16

1. Pengertian pendidikan secara umum................................................ 16

2. Pendidikan Kristiani menurut Ajaran dan Pedoman Gereja............. 18

a. Tugas pendidikan Kristiani ........................................................... 20

b. Sekolah sebagai pusat mendidik ................................................... 22

1) Kekhasan Sekolah Katolik........................................................ 23

2) Sekolah Katolik sebagai pusat mendidik ................................. 24

B. Pendidikan Kesadaran Sosial................................................................ 28

1. Tujuan pendidikan kesadaran Sosial .................................................. 28

2. Dasar transformasi sosial ................................................................... 29

3. Lembaga pendidikan Kristiani sebagai sarana terwujudnya

pendidikan kesadaran sosial............................................................... 31

4. Pendidikan kesadaran sosial dalam pengajaran formal

dan non formal di SDK Santa Maria Tulungagung……………….... 34

a. Pendidikan kesadaran sosial dalam pengajaran formal………….. 35

b. Pendidikan kesadaran sosial dalam pendidikan

non formal di Sekolah Dasar Santa Maria Tulungagung............... 41

BAB IV. SOLIDARITAS SISWA KELAS VI SDK SANTA MARIA KEPADA KAUM MISKIN................................................................... 48

A. Solidaritas kepada Kaum Miskin…………………………………....... 48

1. Arti Solidaritas ................................................................................. 48

2. Gambaran tentang kaum miskin ...................................................... 51

Page 16: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

xv

a. Orang miskin dalam Kitab Suci ............................................... 51

b. Orang miskin dalam ajaran Sosial Gereja................................. 54

c. Gambaran kaum miskin menurut St.Vinsensius...................... 56

d. Gambaran orang miskin jaman sekarang ................................. 58

e. Gambaran orang miskin menurut siswa kelas VI

SDK Santa Maria Tulungagung................................................ 59

3. Solidaritas dengan kaum miskin ................................................... 62

a. Yesus sebagai dasar solidaritas dengan kaum miskin............... 62

b. Solidaritas Gereja dengan kaum miskin.................................. 64

B. Hipotesis................................................................................................ 66

C. Penelitian tentang hubungan dan pengaruh pendidikan

kesadaran sosial terhadap solidaritas siswa kepada kaum miskin........ 66

1. Metodologi penelitian...................................................................... 66

a. Jenis penelitian........................................................................... 66

b. Tempat dan waktu penelitian..................................................... 67

c. Populasi, sampel dan teknik sampling....................................... 67

d. Variabel penelitian .................................................................... 68

e. Instrumen penelitian................................................................... 69

1) Kuesioner............................................................................. 69

(a) Validitas………………………………………………. 70

(b) Reliabilitas...................................................................     70

2) Wawancara ………………………………………………. 71

f. Teknik analisis data.................................................................... 72

2. Hasil Penelitian ………………………………………………..…. 74

a. Hasil Validitas……………………… ……………………….. 74

b. Hasil Reliabilitas......................................................................... 75

c. Hasil Deskripsi Data .......................................................................... 75

d. Hasil Uji prasyarat.................................................................... 78

e. Hasil analisis product moment dan regresi linier........................ 78

1) Correlations........................................................................... 80

Page 17: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

xvi

2) Regression.............................................................................. 81

3. Pembahasan hasil penelitian ............................................................ 85

D. Analisis Tambahan tentang Faktor Pendukung dan Penghambat

Berkembangnya Solidaritas Siswa kelas VI pada Kaum Miskin.......... 88

1. Faktor pendukung solidaritas siswa kelas VI kepada

kaum miskin ...................................................................................... 88

a. Materi Pelajaran agama yang diintegrasikan

dengan kehidupan nyata.............................................................. 89

b. Peranan guru dalam proses penanaman nilai solidaritas................ 90

c. Sekolah memberikan kondisi menciptakan berbagai

kegiatan sosial................................................................................ 91

d. Kerjasama antara orangtua dengan sekolah................................... 91

e. Penanaman nilai dalam keluarga................................................... 92

2. Faktor penghambat solidaritas siswa kelas VI

kepada kaum miskin........................................................................... 93

a. Penanaman nilai keluarga............................................................. 93

b. Teknologi..................................................................................... 94

BAB V USULAN PROGRAM SEMINAR BAGI PARA GURU

SEKOLAH DASAR KATOLIK SANTA MARIA .............................. 96

A. Latar belakang program seminar.......................................................... 97

B. Alasan pemilihan tema.......................................................................... 98

C. Rumusan tema dan tujuan.................................................................... 100

D. Program Seminar bagi guru Sekolah Dasar Katolik

Santa Maria Tulungagung................................................................... 102

E. Petunjuk pelaksanaan program............................................................ 109

F. Contoh satuan pertemuan ................................................................... 109

BAB VI. PENUTUP .............................................................................................. 164

A. Kesimpulan .......................................................................................... 164

B. Saran..................................................................................................... 166

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 168

Page 18: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

xvii

LAMPIRAN .......................................................................................................... 170

Lampiran 1 : Daftar kuesioner untuk siswa............................................ 170

Lampiran 2 : Tabel total variabel........................................................... 174

Lampiran 3 : Tabel hasil Validitas dan Reliabilitas…………………. . 177

Lampiran 4 : Daftar wawancara untuk guru…………………………... 180

Lampiran 5 : Hasil wawancara dengan guru…………………………... 181

Lampiran 6 : Hasil out put grafik analisis regresi…………………….. 189

Lampiran 7 : Observasi di SDK Santa Maria Tulungagung…............... 191

Lampiran 8 : Program SDK Santa Maria Tulungagung......................... 195

Lampiran 9 : Kajian Pendidikan Kesadaran Sosial berdasarkan

Silabus PAK SD....... ......................................................... 202

 

Page 19: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Singkatan Kitab Suci yang berada di dalam skripsi mengikuti Alkitab

Deuterokanonika dengan pengantar dan catatan lengkap:

1. Perjanjian Lama

Ul : Ulangan

Mzm : Mazmur

2. Perjanjian Baru

Mat : Matius

Mrk : Markus

Luk : Lukas

Yoh : Yohanes

Kis : Kisah para Rasul

Rom : Roma

Gal : Galatia

B. Singkatan Dokumen Gereja

CA : Centesimus Annus, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang Kenangan

Ulang Tahun Ke-seratus Ensiklik Rerum Novarum”, 1 Mei 1991.

EN : Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang

Pewartaan Injil dalam Dunia Modern, 8 Desember 1975.

Page 20: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

xix

GE :Gravissimum Educationis, Deklarasi Konsili Vatikan II tentang

Pendidikan Kristiani.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja

di dalam Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus

Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

KGK : Katekismus Gereja Katolik, yang disusun sehubungan dengan Konsili

Vatikan II, oleh Yohanes Paulus II.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja.

OA : Octogesima Adveniens, Ensiklik Paus Paulus VI, peringatan HUT Ke-80

RN, 14 Mei 1971.

PT : Pacem in Terris, Ensiklik Paus Yohanes XXIII tentang Perdamaian

Dunia, 11 April 1963.

PP : Populorum Progressio, Ensiklik Paus Paulus VI, tentang Perkembangan

Bangsa-bangsa , 26 Maret 1967.

RN : Rerum Novarum, Ensiklik Paus Paus Leo XIII, tentang Keadaan Kaum

Buruh, 15 Mei 1891.

SRS : Sollicitudo Rei Socialis, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang

Keprihatinan Sosial, 30 Desember 1987.

QA : Quadragesimo Anno, Ensiklik Paus Pius XII, tentang Pembangunan

Ulang Tata Sosial dan Penyelesaiannya dengan Hukum Injil (Ulang

Tahun ke-40 Rerum Novarum), 15 Maret 1931.

Page 21: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

xx

C. Singkatan lain

Art : artikel

Bdk : Bandingkan

BOS : Bantuan Operasional Sekolah

CTH : Chungha Tjung Hie

CM : Congregatio Missionis (Kongregasi Misi Para Imam)

GBHN : Garis-garis Besar Haluan Negara

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

Konst : Konstitusi

PAK : Pendidikan Agama Katolik

PK : Puteri Kasih

PPM : Pearson Product Moment

PHK : Putus Hubungan Kerja

SDK : Sekolah Dasar Katolik

SMP : Sekolah Menengah Pertama

St : Santo/Santa

Page 22: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menjadi hal yang mutlak bagi setiap manusia untuk

mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang utuh. Pendidikan merupakan suatu

kewajiban bagi setiap orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi

anak-anaknya baik pendidikan formal maupun non formal untuk membantu

bertumbuhkembangnya semua aspek dalam diri anak. Melalui pendidikan itu seorang

anak belajar untuk mengembangkan bakat, kemampuan berpikirnya, dan hidup

bersosialisasi. Peran serta orang tua dan guru sangat membantu seorang anak bisa

mengembangkan kepribadiannya menjadi pribadi yang utuh.

Pendidikan, melalui sekolah membantu dalam mengembangkan pribadi siswa

bertumbuh menjadi pribadi yang utuh. Sekolah Katolik selain mengemban Visi dan

Misi Sekolah, dalam pelayanannya kepada siswa dan tanggung jawabnya kepada

orang tua, mengemban cita-cita Gereja Katolik yaitu ikut serta mewartakan Kerajaan

Allah bagi semua orang secara khusus bagi orang miskin (Deklarasi tentang

Pendidikan Kristiani art.8). Cita-cita ini merupakan panggilan bagi semua orang

Kristiani termasuk lembaga-lembaga Pendidikan Katolik.

SDK “Santa Maria ” berada di daerah pusat kota Tulungagung, dengan siswa-

siswi yang berasal dari berbagai kalangan status sosial, dari etnis Cina dan Jawa.

Perkembangan teknologi yang pesat dan globalisasi juga masuk di kota Tulungagung

yang memberikan pengaruh pembentukan pribadi anak. Keluarga-keluarga saat ini

Page 23: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

2

mampu menjamin semua fasilitas yang diperlukan oleh anak dari alat transportasi,

alat teknologi misalnya komputer yang memberi kemudahan-kemudahan dalam

belajar. Teknologi juga menyediakan berbagai program permainan misalnya play

station, sehingga anak merasa aman dan nyaman di rumahnya sendiri dengan

fasilitas-fasilitas yang tersedia. Teknologi informasi telah menjadi bagian hidup

komunikasi yang dilakukan lewat Hand Phone atau pun internet, sehingga relasi

antar pribadi kurang terbentuk lewat sapaan yang ramah. Kepedulian terhadap

lingkungan kurang terbangun karena sejak usia dini anak banyak menghadapi

berbagai tugas sekolah, les dan kegiatan ekstra lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut

mempengaruhi cara mereka bergaul dengan orang lain, bahkan anak bisa bertumbuh

dengan dunianya sendiri tanpa mengenal lingkungan orang lain atau keadaan

sesamanya, secara khusus kurang mengenal kehidupan mereka yang miskin. Di SDK

Santa Maria Tulungagung, para siswa belajar untuk memiliki kepekaan terhadap

sesamanya yang menderita, hal ini tampak dalam kegiatan-kegiatan misalnya adanya

kolekte dalam membantu bencana, adanya kunjungan kepada lansia yang hidup

sendirian dan miskin, melayani di warung murah untuk melayani masyarakat miskin,

namun dalam menanggapi kegiatan ini masih kurang ditanggapi oleh sebagian

siswa.

”Pendidikan adalah suatu usaha untuk menciptakan kader-kader manusia

untuk melakukan perubahan sosial menuju masyarakat lebih baik” (Banawiratma,

1991:13) yang bisa memungkinkan membantu anak untuk berkembang dalam hidup

sosial. Melalui sekolah, Pendidikan Kesadaran Sosial diberikan melalui pendidikan

agama dan program non formal. Dalam pengajaran di sekolah ”materi pendidikan

Page 24: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

3

kesadaran sosial” terdapat di silabus PAK di kelas V dan kelas VI dan di luar

pengajaran dilakukan dalam program-program sekolah yang mengarah pada kegiatan

sosial. Bersentuhan lewat pengalaman perjumpaan dengan sesamanya yang miskin

membantu siswa untuk mengenal kehidupan sesamanya yang mengalami

kemiskinan, diharapkan bisa tumbuh rasa solidaritas. Melalui ”Pendidikan Kesadaran

Sosial” siswa mengalami suatu proses pembentukan diri yang menumbuhkan rasa

belarasa dan solidaritas yang tertanam dalam diri siswa yang kelak hasil penanaman

nilai ini membentuk pribadi yang mampu memperjuangkan nasib sesamanya yang

menderita.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis bermaksud untuk

memaparkan tulisan dengan judul PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL

DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN SOLIDARITAS SISWA KELAS VI

SDK SANTA MARIA TULUNGAGUNG KEPADA KAUM MISKIN.  

B. Rumusan Permasalahan

Dari uraian di atas ada beberapa hal yang ingin dicermati lebih lanjut yang

pada akhirnya menjadi titik berangkat dari penulisan ini. Adapun masalah yang ingin

dirumuskan sebagai berikut.

1. Berapa besar pengaruh pendidikan kesadaran sosial terhadap berkembangnya

rasa solidaritas siswa kelas VI?

2. Faktor apa yang mendukung dan menghambat berkembangnya rasa solidaritas

siswa kelas VI SDK Santa Maria kepada kaum miskin?

Page 25: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

4

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh pendidikan kesadaran sosial terhadap

berkembangnya rasa solidaritas siswa kelas VI.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat bertumbuhnya rasa

solidaritas bagi siswa kelas VI SDK Santa Maria Tulungagung.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Serikat Puteri Kasih: memberikan suatu refleksi apakah pelayanan

pendidikan telah membantu siswa berkembang rasa solidaritas pada kaum

miskin.

2. Bagi penulis: melalui pemaparan tulisan ini, penulis semakin mendalami dan

menghayati panggilan sebagai pendidik Kristiani yang berpihak pada kaum

miskin.

3. Bagi para pendidik: melalui penulisan ini semakin memotivasi para pendidik

untuk tetap memiliki dedikasi dalam menanamkan nilai-nilai Kristiani pada diri

siswa.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode deskriptif

analisis dengan studi kepustakaan untuk memperoleh gambaran mengenai

Page 26: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

5

pendidikan kesadaran sosial dalam mengembangkan rasa solidaritas siswa Kelas VI

SDK Santa Maria pada kaum miskin dan metode deskriptif kuantitatif untuk

mengetahui pengaruh pendidikan kesadaran sosial dalam mengembangkan rasa

solidaritas siswa kelas VI SDK Santa Maria kepada kaum miskin.

F. Sistematika Penulisan

Pokok-pokok gagasan dalam penulisan ini terdiri dari lima bab yang terurai

seperti di bawah ini :

BAB I berisikan pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan,

perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II menguraikan gambaran umum tentang SDK Santa Maria yang terdiri

dari sejarah singkat SDK Santa Maria, SDK Santa Maria dalam pengelolaan Serikat

Puteri Kasih, gambaran situasi siswa dan gambaran kegiatan belajar mengajar SDK

Santa Maria Tulungagung.

BAB III menguraikan pendidikan kesadaran sosial dengan menguraikan

tentang arti pendidikan secara umum, pendidikan Katolik menurut ajaran dan

pedoman Gereja,  tentang tugas pendidikan Katolik, sekolah Katolik sebagai pusat

mendidik, pendidikan kesadaran sosial dalam PAK dan program kegiatan sekolah.

BAB IV menguraikan solidaritas siswa Kelas VI kepada kaum miskin yang

meliputi arti solidaritas, gambaran orang miskin, hipotesis, penelitian tentang

pengaruh pendidikan kesadaran sosial terhadap solidaritas siswa kelas VI SDK Santa

Page 27: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

6

Maria serta menerangkan faktor penghambat dan pendukung berkembangnya

solidaritas siswa.

BAB V memaparkan usulan program seminar tentang pendidikan kesadaran

sosial bagi para guru SDK Santa Maria Tulungagung.

BAB VI menguraikan kesimpulan dan saran.

Page 28: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

7

BAB II

GAMBARAN TENTANG SEKOLAH DASAR KATOLIK

SANTA MARIA TULUNGAGUNG

Dalam bab ini akan diterangkan gambaran tentang Sekolah Dasar Katolik

Santa Maria Tulungagung yaitu, sejarah berdirinya, kekhasan SDK Santa Maria

dalam pengelolaan Suster Puteri Kasih, gambaran keadaan siswa dan kegiatan belajar

mengajarnya.

A. Gambaran Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung

1. Sejarah berdirinya Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung

Sekolah Dasar Katolik Santa Maria didirikan karena kebutuhan yang

mendesak. Banyak anak yang berasal dari sekolah Tionghoa perlu ditampung

berhubung sekolah Tionghoa, misalnya sekolah Chungha Tjung Hie (CTH), saat itu

oleh pemerintah tidak boleh dioperasikan lagi. Alasan kedua berdirinya SDK Santa

Maria yaitu agar anak-anak yang beragama Katolik bisa mendapatkan pendidikan

berdasarkan ajaran iman Katolik. Ibu-ibu dari keturunan Tionghoa mendesak Pastor

Paroki untuk mendirikan sekolah Katolik. Berhubung untuk mendirikan sekolah

memerlukan biaya, maka ibu-ibu tersebut bekerja keras menghimpun dana untuk

pembangunan sekolah. Romo Paroki Cornellius Schoonmakers, CM memimpin

pembangunan sekolah ini. Pada tanggal 01 Agustus 1952 berdirilah sekolah

Taman Kanak - Kanak dan Sekolah Dasar Katolik Santa Maria di Jalan Wijaya

Page 29: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

8

Kusuma 44 (sekarang Jalan Ahmad Yani Timur 17). Kepala Sekolah pertama adalah

Bapak Teng Swie Hiang dari Trenggalek.

SDK Santa Maria dikelola oleh Yayasan Yohanes Gabriel milik Keuskupan

Surabaya mengalami perkembangan. Pada tahun 1965 seluruh sekolah Tionghoa

akhirnya tidak boleh beroperasi lagi. Pada saat itu banyak murid dari sekolah

Tionghoa dipindahkan oleh orangtuanya ke SDK Santa Maria. Pada awalnya

Sekolah Dasar hanya memiliki kelas I, II dan III, namun karena SMP akan segera

dibuka maka pada tahun 1967 dibangun gedung SDK yang baru di Jalan Seruni 40

(sekarang Jalan Panglima Sudirman 30). Sejak tanggal 01 Januari 1969 TK dan

SDK Santa Maria pindah ke Jalan Seruni 40. Pada saat itu pula pengelolaan sekolah

diserahkan oleh ketua Yayasan Yohanes Gabriel yaitu Romo Pandu, CM kepada para

Suster Puteri Kasih dari Santo Vincentius de Paul dalam Yayasan Santa Luisa.

Alasan dialihkan pengelolaan sekolah kepada para Suster Puteri Kasih adalah guna

meningkatkan kesejahteraan para guru. Tiga tahun kemudian TKK Santa Maria

pindah ke gedung baru di depan SDK Santa Maria .

Pada tahun 1986 dibangun gedung sekolah kedua agar bisa menampung

semua siswa untuk masuk pagi dan siswa bisa belajar lebih baik dengan fasilitas

yang lebih memadai. Tahun 2010, tepatnya tanggal 01 Agustus, SDK Santa Maria

merayakan Ulang Tahunnya yang ke- 58.

Page 30: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

9

2. Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung dalam Pengelolaan

Serikat Puteri Kasih

a. Serikat Puteri Kasih sesuai Kharisma Pendiri

Serikat Puteri Kasih sesuai dengan kharisma para pendiri didirikan di

Perancis dengan latar belakang menanggapi kemiskinan yang terjadi pada abad ke-

17.

Para Puteri Kasih adalah suatu Serikat yang diakui oleh Gereja sebagai Serikat Puteri Kasih dari S.Vinsensius de Paul, abdi-abdi Orang miskin. Serikat ikut ambil bagian dalam misi universal Gereja yang bertujuan membawa keselamatan sesuai dengan kharisma para pendiri, S.Vinsensius de Paul dan S. Luisa de Mariallac. (Konst. 1a)

Demikianlah Serikat Puteri Kasih hingga kini tetap mempertahankan kharisma para

pendiri dalam kehidupannya. Para suster Puteri Kasih memenuhi panggilan hidupnya

untuk melaksanakan misi Serikat dengan semangat kerendahan hati, kesederhanaan

dan kasih, seperti dalam Konstitusi: ”Para Puteri Kasih memberi diri sepenuhnya

dalam komunitas untuk melayani Kristus di dalam orang miskin, yang menjadi

saudara dan saudari mereka, dijiwai oleh semangat kerendahan hati, kesederhanaan

dan kasih” (Konst. 7).

Panggilan Puteri Kasih untuk melayani Kristus dalam diri orang miskin

diharapkan bisa melayani sesuai dengan semangat para pendiri dengan sikap

pelayanan yang penuh kasih:

Dengan suatu pandangan yang dijiwai iman, para Puteri Kasih melihat Kristus dalam orang-orang miskin dan orang-orang miskin dalam Kristus. Mereka melayaniNya dalam anggota-anggotaNya yang menderita, ”dengan kasih, kelembutan, kehangatan , hormat dan semangat pengabdian “ (Konst 10b).

Page 31: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

10

Pelayanan kepada kaum miskin menjadi semangat dan misi Serikat yang

membawa konsekuensi bagi cara hidup para Suster Puteri Kasih untuk bisa melayani

orang miskin dalam bermacam-macam bentuk kemiskinan, dengan terus menerus

mengusahakan memperbaharui diri dengan belajar dari Kristus sendiri,

Belajar dari Putera Allah sendiri, para Puteri Kasih tahu bahwa tidak ada kemiskinan yang asing bagi mereka. Kristus senantiasa memanggil Serikat mereka melalui saudara-saudari mereka yang menderita, melalui tanda-tanda jaman, melalui Gereja. Bentuk kemiskinan bermacam-macam; juga bentuk pelayanan bermacam-macam… (Konst.11: 39).

b. Visi Misi Puteri Kasih Indonesia

Visi Puteri Kasih Indonesia adalah Puteri Gereja yang menghayati semangat

Vinsensian dalam Serikat Hidup kerasulan, yang misioner, meneladan Bunda Maria

dalam memberi diri secara total kepada Allah, hidup dalam komunitas persaudaraan

untuk melayani Kristus dalam diri orang miskin dengan rendah hati, sederhana dan

penuh kasih, berakar dalam budaya Indonesia, mewujudkan persaudaraan sejati

dalam masyarakat majemuk.

Misi Puteri Kasih Indonesia: dengan didorong cinta kasih Kristus (2 Kor

5:14; Konst PK 1983) yang hadir dalam diri orang miskin (Mat 25:31-46) seperti

yang dihayati St. Vinsensius dan St. Luisa, kami:

1) Mewujudkan kontemplasi dalam aksi dan aksi dalam kontemplasi (Konst. 1983:2.14) bahkan bila perlu ”meninggalkan Tuhan untuk Tuhan” (Konferensi St. Vinsensius kepada Puteri Kasih, 30 Mei 1647).

2) Memperjuangkan martabat manusia dan menumbuhkembangkan nilai-nilai kemanusiaan.

3) Melayani Orang miskin secara jasmani dan rohani dengan cinta afektif dan efektif, maka pelayanan tidak hanya karitatif juga pemberdayaan melalui bidang pendidikan, sosial, kesehatan dan pastoral.

4) Menanggapi tanda-tanda zaman dan segala macam bentuk kemiskinan baru dengan percaya pada Penyelenggaraan Ilahi (Konst 1983:2.10)

Page 32: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

11

5) Membentuk jaringan kerjasama dengan keluarga Vinsensian dan kalangan lain untuk menjadi jembatan bagi orang miskin (Surat Superior Jendral Robert Maloney,CM,1997). ( Serikat Puteri Kasih Provinsi Indonesia)

c. Peran Suster Puteri Kasih dalam mengelola Sekolah Dasar Katolik Santa

Maria Tulungagung

Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung dikelola oleh Yayasan

Santa Luisa. Yayasan Santa Luisa adalah Yayasan milik Serikat Puteri Kasih yang

mengelola di bidang pendidikan, sosial dan kesehatan. Di dalam unit-unit sekolah,

Suster Puteri Kasih ditempatkan sebagai perwakilan langsung dari Yayasan Luisa,

yang sifatnya konsultatif. Seorang Suster Puteri Kasih yang bekerja di pendidikan

disebut sebagai Pamong Unit, sedangkan Kepala Sekolah adalah awam. Kepala

Sekolah dipilih seorang awam karena dianggap akan lebih fleksibel dalam

melaksanakan kepemimpinannya dan dianggap lebih banyak mengetahui keadaan

masyarakat pada umumnya. Kepala Sekolah dalam melaksanakan kepemimpinannya

mengadakan konsultasi dengan Pamong Unit. Suster Pamong Unit bertugas sebagai

wakil Yayasan bertugas memantau policy Yayasan sehubungan dengan kebijakan

penyelenggaraan pendidikan yang diharapkan oleh Yayasan, selain itu Suster

Pamong Unit bertugas untuk membina para guru dan murid.

Peran Suster Puteri Kasih dalam mengembangkan karya pendidikan selalu

berpijak pada semangat Yesus yang diwarnai oleh spiritualitas pendiri yang salah

satunya adalah pelayanan kepada kaum miskin. Melalui sekolah menanamkan nilai-

nilai cinta kasih kepada sesama terutama kepada kaum miskin. Seorang Suster Puteri

Kasih wajib memberi motivasi agar setiap warga sekolah senantiasa memiliki

Page 33: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

12

kepedulian kepada orang miskin, baik kepada orang miskin warga sekolah maupun

kepedulian kepada orang miskin di luar sekolah.

Sekolah Dasar Katolik Santa Maria dalam rangka meningkatkan kehidupan

orang miskin maupun menolong warga sekolah yang mengalami kesusahan

mengadakan usaha dana sosial. Usaha sekolah untuk menggalang dana sosial

dilakukan dengan berbagai cara yaitu dari hasil dana sosial siswa/siswi, laba

penjualan buku, laba penjualan seragam sekolah, penjualan barang yang dikupulkan

siswa/siswi, hasil bazaar pramuka peduli, dari bunga bank dana sosial dan dari para

donatur yaitu para alumni SDK Santa Maria. Dana sosial tersebut digunakan untuk

membantu pengadaan buku pelajaran siswa yang kurang mampu, membantu siswa

kurang mampu yang ingin melanjutkan sekolah di SMP Katolik, menyumbang warga

sekolah yang berduka, pelaksanaan kegiatan buka puasa bersama warga masyarakat

miskin, menyumbang warga sekolah kurang mampu yang mengalami sakit berat

misalnya operasi, menyumbang ke panti asuhan ke Panti Wreda dan menyumbang ke

sekolah SLB. Khusus bagi para siswa yang kurang mampu berjumlah 105 mendapat

bantuan keringanan SPP dan biaya gratis kegiatan komputer berasal dari dana BOS

dan para donatur.

B. Situasi Siswa Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung

Sekolah Dasar Katolik Tulungagung memiliki visi “Terwujudnya Sekolah

Dasar Katolik unggul yang menumbuhkembangkan anak didik dalam berbagai

bidang kecerdasan dengan landasan keutamaan: Hormat terhadap Martabat Manusia,

Kasih terhadap Tuhan, Sesama, Diri sendiri dan Lingkungan.” Dalam mengelola

Page 34: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

13

pendidikan, para Suster memberi peluang agar anak-anak dari keluarga miskin bisa

mendapatkan pendidikan yang memadai dan bertumbuh menjadi anak yang cerdas di

bidangnya. Para siswa yang bersekolah di Sekolah Dasar Katolik Tulungagung

merupakan siswa yang berasal dari berbagai tingkat ekonomi mulai dari ekonomi

yang paling bawah, ekonomi menengah dan ekonomi atas. Siswa yang berasal dari

keluarga ekonomi lemah berjumlah 18,01% dari ekonomi menengah 56,94% dan

dari ekonomi atas 25,04%. Orang tua siswa yang berasal dari ekonomi lemah

kebanyakan bekerja sebagai penarik becak, bekerja sebagai TKI di luar negeri dan

sebagian ada yang tidak bekerja. Orang tua siswa yang berasal dari keluarga

menengah ke atas bekerja sebagai guru, karyawan, pedagang dan pengusaha. Para

siswa SDK Santa Maria berasal dari keluarga Warga Negara Indonesia dan Warga

Negara Indonesia keturunan Tionghoa. Siswa seluruhnya berjumlah 583, terdiri dari

45,62% Warga Negara Indonesia dan 54,37% dari keturunan Tionghoa. Siswa yang

beragama Islam 10,63%, beragama Kristen Protestan 51,45%, beragama Katolik

33,61%, beragama Hindu 0,51% dan yang beragama Budha 3,77%.

Tabel 2.1 Keadaan Siswa SDK Santa Maria Tulungagung

Tahun Ajaran 2009/2010

Kls L P Islam Kristiani Katolik Budha Hind WNI China JumIA 17 16 4 15 13 1 16 17 33 1B 18 17 10 21 4 14 21 35 1C 15 17 5 20 5 2 18 14 32 2A 30 21 5 26 20 29 22 51 2B 26 23 6 19 21 2 1 27 22 49 3A 25 26 3 23 22 3 21 30 51 3b 27 24 2 25 21 3 16 35 51

Page 35: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

14

4a 28 24 5 31 13 3 22 30 52 4b 27 23 2 30 15 3 17 33 50 5A 20 26 6 22 16 1 1 28 18 465b 22 24 4 22 18 2 23 23 46 6a 23 20 4 24 14 1 20 23 43 6b 21 23 6 22 14 1 1 15 29 44

Jum 299 284 62 300 196 22 3 266 317 583

C. Gambaran tentang Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Dasar Katolik

Santa Maria Tulungagung

Sekolah Dasar Katolik Santa Maria melaksanakan kegiatan belajar mengajar

setiap hari dimulai pukul 06.40 diawali dengan senam pagi atau renungan pagi

selama 20 menit. Renungan pagi adalah kegiatan awal siswa di masing-masing kelas,

guru memberikan renungan yang sesuai dengan situasi, misalkan renungan pagi

tentang masa prapaskah atau renungan berupa kegiatan siswa menceritakan sebuah

kisah untuk menemukan pesan moral yang ditemukan kemudian disharingkan kepada

semua siswa. Siswa kelas 3 sampai kelas 6 memulai kegiatan pelajaran pukul 07.00

dan selesai pada pukul 12.30. Siswa kelas 1 masuk pukul 6.40 dan pulang pukul

09.50 dan siswa kelas 2 masuk pukul 09.50 dan pulang pukul 12.30.

Sekolah Dasar Katolik Santa Maria selain menyelenggarakan kegiatan belajar

mengajar dalam rangka menumbuhkembangkan kecerdasan juga mewujudkan

visinya sebagai Sekolah Dasar Katolik yang menumbuhkembangkan kepribadian dan

religiositasnya, maka diadakan pembinaan iman bagi siswa selain pelajaran Agama

Katolik. Pembinaan iman bagi siswa Katolik diadakan setiap dua minggu sekali,

pembinaan iman bagi siswa beragama Kristiani diadakan setiap minggu sekali

Page 36: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

15

dengan cara bergiliran mengingat siswa yang beragama Kristiani paling banyak,

pembinaan iman bagi siswa beragama Islam dilaksanakan sesuai waktu yang cocok

bagi siswa misalnya saat puasa atau menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Hari Raya

Kurban dan pembinaan iman bagi siswa beragama Hindu dan Budha diberikan setiap

satu bulan sekali. Kurikulum Pembiasaan Vinsensian diberikan di setiap kelas dalam

waktu 45 menit setiap hari Jumat dengan tujuan agar siswa/siswi memiliki nilai-nilai

hidup yang dimiliki oleh Santo Vinsensius yang mencintai orang miskin. Kurikulum

direalisasikan dalam praktek pelayanan kepada orang miskin yang tampak dalam

kegiatan-kegiatan sekolah yang bersifat sosial. Kegiatan-kegiatan sosial SDK Santa

Maria akan lebih lanjut dijelaskan dalam Bab III.

Page 37: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

16

BAB III

PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL

Bab ketiga ini menerangkan makna pendidikan kesadaran sosial. Terlebih

dahulu akan dijelaskan arti pendidikan pada umumnya, kemudian pemahaman

pendidikan kesadaran sosial. Transformasi sosial merupakan bagian dari tujuan

lembaga pendidikan, di mana Gereja berperan dalam memberi warna Kristianitas

sekolah Katolik. Oleh sebab itu dalam bab ini akan diterangkan pendidikan Kristiani

dan kekhasan sekolah Katolik sebagai tempat terlaksananya pendidikan kesadaran

sosial, yang dapat dilihat dalam kajian materi pelajaran agama Katolik dan program

sosial sekolah.

A. Pengertian Pendidikan

1. Pengertian pendidikan secara umum

Pengertian pendidikan menurut Fuad Ihsan (1995:1-2) merupakan sebuah

proses untuk mengerti arti pendidikan. Pemikiran tentang pendidikan dalam dunia

pendidikan sering menggunakan dua istilah, yaitu: pedagogi dan pedagoik. Pedagogi

berarti “pendidikan“ sedangkan pedagoik artinya “ilmu pendidikan.” Ilmu

pendidikan ialah yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan

mendidik.” Pendidikan berasal bahasa Yunani dari kata “pedagogia” yang berarti

pergaulan dengan anak-anak” Istilah lain yang berkaitan dengan pendidikan adalah

istilah pedagogos, pedagogos adalah seorang pelayan (bujang) pada jaman Yunani

Page 38: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

17

Kuno pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah.

Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing,

memimpin). Pengertian pedagogos berubah dari arti pelayanan menjadi pekerjaan

mulia. Perubahan ini terjadi karena “pengertian pedagogos berarti seorang yang

tugasnya membimbing anak di dalam pertumbuhannya ke daerah berdiri sendiri dan

bertanggung jawab.” Dari uraian tersebut, bisa dikatakan bahwa “makna pendidikan

adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam

masyarakat dan kebudayaan”, dan pengertian pendidikan adalah “suatu hasil

peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri

(nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau

sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya” (Fuad Ihsan, 1995:2).

Setelah memahami arti pendidikan dari kata pedagogi dan pedagoik, arti

pendidikan menurut bermacam-macam pandangan sebagaimana dijelaskan Zahara

Idris (1981:9-10) “Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan

fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia”

(John Dewey). “Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung

maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam

perkembangannya mencapai kedewasaannya” (Branata.dkk). Sedangkan pendidikan

yang terdapat dalam GBHN, adalah “Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar

untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah

dan berlangsung seumur hidup”, sedangkan pendidikan menurut Zahara, adalah:

Serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka dengan menggunakan media dalam

Page 39: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

18

rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam arti supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. (Zahara Idris, 1981:10)

Pengertian pendidikan menurut beberapa ahli pendidikan sebagaimana

dijelaskan oleh Mardiatmadja (1986:49) adalah sebagai berikut: “…bahwa

pendidikan memperkenalkan cara dan jalan kepada peserta didik untuk membina

dirinya sendiri” (Montessori), selanjutnya “pendidikan adalah pemberian bimbingan

dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan” (M.J. Langeveld), dan lebih lanjut

dijelaskan “bahwa pendidikan adalah bantuan supaya orang dapat membantu dirinya

dalam segala bidang hidup” (J. Riberu), lebih jauh lagi dijelaskan bahwa pendidikan

mau “mempersiapkan agar generasi mendatang matang dan siap, dibekali ilmu

pengetahuan serta keterampilan dan kemampuan jiwani maupun jasmani, untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawab” (Soewargana). Sedangkan secara

komprehensif pengertian pendidikan menurut Mardiatmadja (1986:50) adalah:

“Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam keluarga, guru

dalam sekolah, setiap warga dalam masyarakat dan pemerintah dalam negara.”

2. Pendidikan Kristiani menurut Ajaran dan Pedoman Gereja 

Pendidikan dilaksanakan di keluarga, di sekolah maupun di masyarakat.

Pendidikan Kristiani bisa terselenggara di keluarga ataupun di sekolah. Pendidikan

Kristiani di keluarga merupakan salah satu tujuan perkawinan Katolik, yang berarti

bahwa setiap orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya secara Kristiani

seperti yang disebutkan dalam Kitab Hukum Kanonik (1055-§1). Dalam

Gravissimum Educationis yaitu Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani, pendidik

Page 40: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

19

yang pertama dan utama dilakukan oleh orang tua dalam keluarga ”yang dijiwai oleh

cinta kasih terhadap Allah dan manusia, sehingga membantu pendidikan pribadi dan

sosial anak-anak yang utuh” (art.3). Melalui keluarga, pendidikan Kristiani dapat

membantu anak untuk mencintai Allah dan sesamanya, untuk mendapat pengalaman

pertama tentang masyarakat disekitarnya dan tentang Gereja, yang kemudian secara

perlahan anak-anak diajak masuk dalam lingkup pergaulan Gereja ( GE, art.3)

Pendidikan Kristiani selain dilaksanakan dalam keluarga yaitu orang tua

sebagai pendidik pertama dan utama untuk membina iman anaknya, juga

dilaksanakan di sekolah yaitu berupa pengajaran agama melalui Kurikulum

Pendidikan Agama. Selain Pendidikan Kristiani berarti pembinaan iman anak,

pendidikan Kristiani juga berarti pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga

Kristiani yaitu sekolah-sekolah Katolik. Kesimpulannya Pendidikan Kristiani wajib

diberikan kepada setiap orang Kristiani yang telah dibabtis dan telah menjadi anak-

anak Allah seperti dituliskan dalam Gravissimum Educationis yaitu Deklarasi

tentang Pendidikan Kristiani artikel 2, dalam artikel tersebut juga tujuan Pendidikan

Kristiani, yaitu :

...agar seseorang secara bertahap diantar untuk semakin mengenal rahasia rencana penyelamatan Allah, setiap hari tumbuh menjadi semakin sadar akan kurnia iman yang telah diterimanya; agar dia dapat belajar berbakti kepada Allah, khususnya melalui ibadat; agar dibina untuk menghayati hidup pribadinya dengan jujur dan dalam kesucian dan kebenaran, selaras dengan ukuran baru hidupnya. (GE, art.2)

Menurut Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes artikel 3, tujuan pendidikan

adalah ”dapatlah dihasilkan bukan hanya wanita dan pria yang berbakat tinggi,

melainkan juga pribadi-pribadi yang berjiwa besar.” Pendidikan dimaksudkan bukan

Page 41: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

20

hanya membantu seseorang untuk memiliki kecerdasan di bidang intelektual saja,

tapi juga bertumbuh pribadi yang berjiwa besar; berjiwa besar berarti mampu

mengatasi hambatan-hambatan dalam hidupnya dan tidak mudah putus asa dalam

menghadapi kesulitan hidup.

Pendidikan merupakan usaha untuk pembangunan manusia seutuhnya. Melalui

pendidikan Kristiani, perlu ditambahkan pembangunan manusia seutuhnya dari sudut

pandang Kristiani (Kongregasi Suci, 1988. art. 98). Pendidikan Kristiani merupakan

sebuah proses, mengingat pribadi manusia selalu berkembang dinamis sesuai dengan

jamannya, di mana pendidikan Kristiani berusaha untuk memadukan perkembangan

pribadi dengan pertumbuhan dirinya sebagai ciptaan baru seperti yang tertulis dalam

Lukas 2:40 ”Kanak-kanak itu bertumbuh dan menjadi kuat, penuh dengan kearifan;

dan kasih Allah ada pada-Nya.”

a. Tugas pendidikan Kristiani

Pendidikan Kristiani merupakan usaha Gereja dalam mengemban tugasnya

untuk ikut serta membangun pribadi manusia menuju kedewasaan manusia. Yang

dimaksud dengan manusia dewasa menurut Mardiatmadja (1986:53) adalah:

orang yang melampaui kedewasaan fisiknya mememiliki kemampuan-kemampuan intelektual dasar dan mempunyai keterampilan-keterampilan yang cukup berguna untuk berperan secara aktif dalam hidup kemasyarakatan serta siaga berwawan-sabda dengan sesama dan bersedia bekerja bagi kesejahteraan bersama. Lebih jauh, dewasa berarti bisa secara bebas memikul tanggung jawab bagi perkembangan hidupnya sendiri: yaitu berusaha terus menerus dan berani teguh serta memiliki kemampuan untuk memilih langkah hidup. Seseorang yang dewasa dapat menilai situasi secara sehat berdasarkan prinsip kebenaran dan cinta kasih.

Page 42: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

21

”Makna Pendidikan yang mahapenting di dalam kehidupan manusia dan

pengaruhnya yang makin besar terhadap kemajuan sosial dewasa ini,

dipertimbangkan dengan cermat oleh Konsili Suci.” seperti ditulis dalam pembukaan

Deklarasi Tentang Pendidikan Kristiani (Gravissimum Educationis). Pendidikan

merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia yang menjadi

perhatian bagi keluarga, Gereja dan masyarakat, karena tugasnya untuk

memperkembangkan diri manusia. Pendidikan merupakan hak setiap orang baik itu

wanita, pria, dan dari semua lapisan manapun untuk mendapatkan pendidikan

berdasarkan martabat pribadi yang sama (GE, art.1). Pendidikan merupakan hak

setiap orang tanpa memandang seseorang dari golongan manapun dalam

mengembangkan dirinya, sehingga setiap anak atau pribadi berhak untuk

mendapatkan pendidikan sebagaimanan mestinya. Situasi anak dari latar belakang

manapun lebih-lebih bagi anak dari keluarga yang kurang mampu perlu

mendapatkan perhatian secara khusus agar mereka bisa mendapatkan pendidikan

yang memadai. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju perlu

adanya usaha-usaha agar setiap pribadi mendapatkan pendidikan dengan baik. Secara

khusus pendidikan Kristiani menjadi harapan bagi setiap pribadi untuk merasakan

manfaat dari pendidikan tersebut dalam hidupnya. Sebagaimana dijelaskan bahwa

perhatian terhadap pendidikan merupakan aspek penting dalam hidup manusia maka

Gereja pun memiliki tugas untuk mendidik, seperti dalam GE, artikel 3 :

...karena ia wajib mewartakan jalan keselamatan kepada semua orang dan menyalurkan hidup Kristus kepada orang-orang beriman, serta membantu mereka dengan keprihatinan yang terus menerus agar mereka dapat mencapai kepenuhan hidup ini. Maka sebagai Ibu, Gereja harus memberikan kepada putera-puterinya ini pendidikan yang meresapi seluruh kehidupan mereka dengan semangat Kristus. Serentak pula Ia membantu semua bangsa untuk

Page 43: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

22

memajukan penyempurnaan pribadi manusia sepenuhnya dan untuk membina kepentingan masyarakat sejagat serta membangun dunia yang lebih manusiawi.

Tugas Gereja secara khusus dan berhak mendidik guna menolong orang-

orang agar dapat mencapai kepenuhan hidup Kristiani juga dipertegas dalam KHK,

794 §1: ”Secara khusus tugas dan hak mendidik itu mengena pada Gereja yang

diserahi perutusan ilahi untuk menolong orang-orang agar dapat mencapai

kepenuhan hidup Kristiani.” Dengan demikian tugas mendidik merupakan tanggung

jawab Gereja dalam mengusahakan perkembangan manusia seutuhnya. Kesimpulan

tugas pendidikan Kristiani terangkum dalam KHK 795 yang berbunyi :

Pendidikan yang sejati harus meliputi pembentukan pribadi manusia seutuhnya, yang memperhatikan tujuan akhir dari manusia dan sekaligus pula kesejahteraan umum dari masyarakat, maka anak-anak dan kaum muda hendaknya dibina sedemikian sehingga dapat mengembangkan bakat-bakat fisik, moral, dan intelektual mereka secara harmonis, agar mereka memperoleh rasa tanggungjawab yang lebih sempurna dan dapat menggunakan kebebasan mereka dengan benar, dan terbina pula untuk berperan secara aktif dalam kehidupan sosial.

b. Sekolah sebagai pusat mendidik

Sekolah merupakan pusat untuk mendidik, untuk mengetahui tentang sekolah

Katolik sebagai tempat mendidik terlebih dahulu akan diterangkan mengenai

kekhasan sekolah Katolik, baru kemudian tentang sekolah Katolik sebagai pusat

mendidik.

Page 44: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

23

1) Kekhasan Sekolah Katolik

”Sekolah Katolik ialah suatu sekolah yang dipimpin oleh otoritas Gerejawi

yang berwenang atau oleh badan hukum Gerejawi publik atau yang diakui demikian

oleh otoritas Gerejawi melalui dokumen tertulis” (KHK, 803 §1). Yang dimaksud

dengan sekolah Katolik lebih lanjut dijelaskan, ”...harus berdasarkan asas-asas ajaran

Katolik, hendaknya para pengajar unggul dalam ajaran yang benar dan hidup yang

baik” (KHK, 803 §2). Melalui penjelasan tersebut dikatakan bahwa ciri sekolah

Katolik yaitu berdasarkan ajaran iman Katolik, dan setiap pengajar juga memiliki

kepribadian yang sesuai dengan iman Katolik, sehingga ke-Katolikan sebuah sekolah

sungguh tampak bukan dari ciri lahiriahnya saja tapi justru tampak dalam kualitasnya

dalam menghidupi iman Katolik. Dekrit tentang Dimensi Religius Pendidikan

Sekolah Katolik artikel 1 menyebutkan yang membedakan sekolah Katolik dengan

sekolah lain adalah dimensi religiusnya, dimensi itu terdapat dalam empat aspek

yaitu: “suasana pendidikan, perkembangan pribadi masing-masing siswa, hubungan

yang terjalin antara kebudayaan dan injil, dan penerangan segala pengetahuan oleh

cahaya iman.”

Sekolah Katolik diharapkan memiliki ciri-ciri khusus mengenai suasana

pendidikan seperti, “Saat pertama seorang siswa menginjakkan kakinya di sekolah

Katolik, ia patut mendapatkan kesan bahwa ia memasuki suatu lingkungan baru yang

diterangi oleh cahaya iman...” (Kongregasi Suci, 1988. art. 25). Lingkungan sekolah

Katolik perlu menciptakan suasana yang memberikan kesan bagi siswa dan warga

sekolah bahwa mereka bisa merasakan nafas iman Kristiani yang bersumber pada

pribadi Yesus seperti dijelaskan, “Semangat Injil hendaknya nampak jelas dalam cara

Page 45: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

24

berpikir dan hidup secara Kristiani yang menjiwai semua segi iklim pendidikan”

(Kongregasi Suci, 1988. art.25). Sekolah Katolik memperhatikan juga

perkembangan pribadi masing-masing siswa untuk berkembang sesuai dengan

jamannya (Kongregasi Suci, 1988. art.7). Sekolah Katolik menunjukkan usahanya

untuk mewujudkan injil dalam kebudayaan. Injil mampu menerangi kehidupan

siswanya yang terpancar dalam kehidupan mereka sehari-hari. Iman merupakan

cahaya yang menerangi setiap segi pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar sehingga

ilmu pengetahuan mampu berperan dalam kehidupan dan tindakan yang nyata. Ciri

sekolah Katolik juga tampak melalui tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh masing-

masing sekolah Katolik seperti ditegaskan oleh Kongregasi Suci untuk Pendidikan

Katolik dalam Dekrit Dimensi Religius Sekolah Katolik artikel 100, yaitu:

a) menentukan identitas sekolah: khususnya, nilai-nilai Injil yang menjadi inspirasi harus disebut secara eksplisit;

b) memberikan uraian yang tepat mengenai sasaran pedagogis, edukatif dan kultur sekolah;

c) menyajikan isi pelajaran, bersama dengan nilai-nilai yang akan disampaiakan lewat pelajaran-pelajaran;

d) menguraikan organisasi dan pengelolaan sekolah; e) menetapkan kebijakan yang harus dipercayakan kepada staf profesional

(kepala sekolah dan guru), kebijakan yang harus dikembangkan dengan bantuan orang tua dan siswa, dan kegiatan yang akan diserahkan kepada prakarsa bebas guru-guru, orang tua atau siswa;

f) menunjukkan cara-cara bagaimana kemajuan siswa dikaji dan dievaluasi. 2) Sekolah Katolik sebagai pusat mendidik

Nasution (1994:94) menjelaskan fungsi sekolah ialah: ”Menyampaikan

kebudayaan kepada generasi muda demi kelanjutan bangsa dan negara, memberi

sumbangan kepada perbaikan dan pembangunan masyarakat, dan mengembangkan

pribadi anak seutuhnya.”

Page 46: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

25

Selaras dengan fungsi sekolah yang dimaksud oleh Nasution, Gereja melalui

kehadirannya dalam sekolah Katolik juga memiliki fungsi untuk mendidik seperti

dijelaskan dalam Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani (Gravissimum Educationis)

”mendidik murid-muridnya untuk memajukan kepentingan masyarakat dunia secara

berdaya guna dan mempersiapkan mereka untuk melayani pengembangan Kerajaan

Allah...”(art.8).

Sekolah Katolik adalah tempat di mana segala kesempatan bisa dilakukan

terutama dalam menanamkan nilai Kristiani seperti yang terdapat dalam Dekrit

Sekolah Katolik yaitu ”tempat-tempat pertemuan bagi mereka yang ingin

mengungkapkan nilai-nilai Kristiani dalam pendidikan, ...yang bertujuan

mewariskan nilai-nilai untuk hidup” (Kongregasi Suci, 1977. Art. 53). Nilai-nilai

Kristiani yang dimaksudkan adalah ajaran Yesus sendiri seperti tentang kasih kepada

Allah, kasih kepada sesama, mengampuni, bersikap adil, pengorbanan, belaskasih

dan solidaritas kepada yang menderita, cinta kepada alam lingkungan, dan

sebagainya. Nilai-nilai Kristiani diberikan bukan saja dalam pengajaran Pendidikan

Agama Katolik, tapi terintegrasi dalam pengajaran lainnya. Namun menjadi

kekhasan sekolah Katolik adalah memberikan pelajaran agama Katolik, mengingat

penanaman nilai Kristiani harus diberikan kepada semua anak didik, khususnya bagi

anak didik yang beragama Katolik, sehingga siswa yang beragama Katolik semakin

berkembang imannya. Hal ini merupakan kebijakan sekolah swasta Katolik seperti

dijelaskan oleh Sudiarja (2003:46) bahwa, ”Kalau kebijakan sekolah swasta kita

adalah mengajarkan agama Katolik untuk semua anak didik, memang kita berharap

peluang itu dapat menghasilkan anak didik yang mengenal moral Katolik dengan

Page 47: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

26

baik,...” Selanjutnya dikatakan: ”Akan tetapi perlu diingat, bahwa membaptis anak-

anak menjadi Kristiani bukanlah tugas sekolah Kristiani.”

Sekolah Katolik selain tempat penanaman nilai Kristiani, juga tempat

penanaman nilai dasar kemanusiaan pada umumnya. Menurut Mardiatmadja

(1986:21) nilai berarti hakikat suatu hal, yang menyebabkan sesuatu pantas ’dikejar’

agar manusia dapat berkembang. Selanjutnya Mardiatmadja menjelaskan bahwa

mendidik adalah ”membantu seseorang untuk dapat menyadari adanya nilai-nilai itu,

mendalaminya, meng-aku-inya, memahami hakikatnya, kaitannya satu sama lain

serta peranan dan kegunaannya bagi hidup (bersama).” Selanjutnya dikatakan

”proses pendidikan adalah proses penyadaran akan nilai-nilai dasar manusiawi...”

sehingga sekolah merupakan tempat bertumbuhnya nilai-nilai hidup.

Orang tua dan juga para penggantinya memiliki kewajiban untuk memilih

lembaga yang menyelenggarakan pendidikan Katolik agar anak-anak mereka

mendapat pendidikan yang baik (KHK, 793-§1). Agar sekolah Katolik dapat

memberikan pelayanan pendidikan yang baik, diperlukan sarana-sarana yang

menunjang bagi perkembangan anak didik. Melalui sarana-sarana pendidikan,

sekolah Katolik mempunyai tugas dalam mengusahakan pendidikan, yaitu:

Membina bakat-bakat intelektual dengan perawatan yang tekun, mengembangkan kemampuan menilai dengan tepat, mengantar ke dalam warisan budaya yang diperoleh angkatan-angkatan terdahulu, mengembangkan kepekaan terhadap nilai-nilai, mempersiapkan kehidupan profesi, memupuk antara murid-murid dengan bakat dan lapisan yang berbeda-beda, pergaulan yang akrab, yang melahirkan kesediaan untuk saling memahami. (GE, art. 5).

Sekolah Katolik selain memiliki Visi Misi, merupakan keharusan untuk

membawa misi Gereja dalam karya penyelamatan. Misi Gereja seperti di katakan

Page 48: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

27

dalam Evangelii Nuntiandi artikel 18 ”bagi Gereja mewartakan Injil adalah

membawa Kabar Gembira kepada manusia dengan segala aspeknya dan melalui

pengaruhnya mengubah manusia dari dalam, membuat manusia sendiri menjadi

baru.” Demikian pula sekolah Katolik mempunyai misi sesuai dengan misi Gereja

yaitu membawa Kabar Gembira terutama bagi mereka yang mengalami kemiskinan,

hal ini seperti dikeluarkan oleh Kongregasi Suci untuk Pendidikan Katolik tahun

1977, dalam Dekrit Sekolah Katolik artikel 58, bahwa:

Gereja memberikan pelayanan pendidikannya pertama-tama dan terutama kepada ”orang miskin atau mereka yang kehilangan bantuan dan kehangatan keluarga atau mereka yang jauh dari iman. Karena pendidikan merupakan suatu sarana yang penting untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi perorangan maupun rakyat...”

Dengan kata lain bisa dikatakan, bahwa sekolah Katolik sebagai pusat mendidik

selain menanamkan nilai Kristiani dan nilai dasar kemanusiaan, juga perlu

memperhatikan setiap pribadi yang perlu mendapatkan pendidikan, tidak terkecuali

anak-anak yang berasal dari keluarga miskin. Hal ini menjadi refleksi sekaligus

tantangan bagi sekolah-sekolah Katolik yang seringkali berlabel sebagai ”sekolah

orang kaya” karena biasanya pandangan umum berpendapat bahwa, ”hanya orang-

orang kaya saja yang bisa menyekolahkan anaknya di sekolah Katolik.”

Sebagai pusat mendidik diharapkan sekolah Katolik memperhatikan juga

perkembangan siswa dalam membentuk pribadi yang memiliki kepedulian kepada

masyarakat, ”..sekolah Katolik merupakan sumber pelayanan yang tidak dapat

digantikan, bukan saja bagi para murid dan warga lainnya. Melainkan juga bagi

masyarakat. Terutama sekarang orang melihat suatu dunia yang menyerukan

solidaritas...” (Kongregasi Suci, 1977. art. 62). Kehadiran sekolah Katolik sebagai

Page 49: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

28

pusat mendidik tampak relasinya dengan masyarakat di sekitarnya dalam turut serta

menjawab persoalan-persoalan manusia, dengan usaha membantu anak didik

memiliki kepedulian kepada masyarakat yang membutuhkan kesejahteraan. Maka

sekolah Katolik sebagai pusat mendidik mampu memperhatikan semua aspek

kehidupan baik bagi peserta didik, bagi Gereja dan bagi masyarakat, sehingga

perannya sungguh beramanfaat bagi pembentukan diri siswa.

B. Pendidikan Kesadaran Sosial

1. Tujuan Pendidikan Kesadaran Sosial

Kesadaran sosial yang dimaksud adalah kepekaan seseorang terhadap realitas

hidup sesama dan lingkungannya. Pendidikan kesadaran sosial adalah usaha sekolah

dalam mengembangkan aspek sosial dalam diri siswa dalam menanggapi realitas

masyarakat. Tujuannya adalah terwujudnya transformasi sosial. Memahami kata

transformasi sosial berarti mengaitkan perubahan dengan kehidupan masyarakat,

khususnya masyarakat yang mengalami kemiskinan, penindasan ataupun masyarakat

yang menderita. Perubahan sosial berarti perubahan dari masyarakat yang mengalami

penderitaan menjadi masyarakat yang bebas dari penderitaan. Menurut Banawiratma

(1991:14) kemiskinan merupakan hal yang harus di disingkirkan. Ia melihat bahwa

kemiskinan merupakan faktor terjadinya penindasan, maka diperlukan penghapusan

kemiskinan, seperti dijelaskan :

Kemiskinan membuat orang jadi lemah, dan orang yang lemah mudah ditindas. Karena itu, menegakkan keadilan di dunia sekarang berarti berjuang untuk menghapuskan kemiskinan. Terutama kemiskinan struktural, yakni

Page 50: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

29

kemiskinan yang disebabkan oleh sistem sosial yang eksploitatif, bukan karena kekurangan yang ada pada pribadi-pribadi orang-orang miskin tersebut. (Banawiratma, 1991:14).

2. Dasar transformasi sosial

Kesadaran sosial diperlukan demi terwujudnya perubahan sosial. ”Dasar

terwujudnya perubahan sosial adalah menegakkan keadilan di dunia ini. Atau dalam

bahasa Kristiani-nya, menegakkan Kerajaan Allah di muka bumi” (Banawiratma,

1991:14). Lembaga pendidikan Katolik dalam misinya terkandung pula misi Gereja

yaitu mewujudkan Kerajaan Allah. Pendidikan kesadaran sosial melalui lembaga

pendidikan merupakan usaha dalam rangka untuk mewujudkan Kerajaan Allah hadir

di dunia. Hal ini ditegaskan oleh Banawiratma (1991:32) bahwa “Karya dan lembaga

pendidikan merupakan wujud dan sarana penghayatan iman, yakni ikut menegakkan

Kerajaan Allah.” Pendidikan Kristiani tidak bisa lepas dari pribadi Yesus sebagai

model hidup Kristiani, kembali ditekankan oleh Banawiratma (1991:27) betapa

penting relasi dengan Kristus untuk menjadi pelaku-pelaku perubahan sosial:

Membiarkan transformasi manusia dari dalam oleh Kristus sendiri bukanlah hanya perkara individual dan tidak meniadakan partisipasi aktif dari fihak manusia. Transformasi itu terjadi dengan secara aktif memasuki gerakan Allah sendiri, dengan memperjuangkan perubahan sosial di tengah-tengah masyarakat. Transformasi dari dalam berjalan seiring, terwujud dan dikembangkan melalui dan dalam partisipasi transformasi sosial.

Beriman kepada Yesus berarti ikut serta mewujudkan Kerajaan Allah melalui

kegiatan dan tindakan nyata. Gambaran Kerajaan Allah itu sendiri adalah sebuah

relasi antara Allah dan manusia, seperti dijelaskan oleh Banawiratna adalah:

...merupakan simbol relasional, yaitu relasi antara Allah dengan manusia. Dari fihak Allah, Kerajaan Allah adalah Allah sendiri, yang mewahyukan dan

Page 51: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

30

memberikan Diri kepada manusia. Kerajaan Allah adalah Allah sendiri yang meraja dengan kuasa dan belas kasihNya yang menyelamatkan. Dari fihak manusia, Kerajaan Allah adalah peristiwa, iklim atau suasana, di mana manusia menerima Allah sebagai yang menentukan dalam mengatur hidupnya baik secara perorangan maupun secara sosial. (Banawiratma, 1991:53)

Dalam Perjanjian Baru Kerajaan Allah sangat erat dengan kehadiran Pribadi

Yesus, dalam relasi-Nya dengan Allah, karya dan sabda-Nya. Melalui Diri Yesus

diwujudkannyalah Kerajaan Allah hal ini dinyatakan oleh Lukas: ”Jika Aku

mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah

datang kepadamu” (Luk 11:20), seperti dijelaskan oleh Banawiratma (1991: 53-54).

Dalam Injil, Kerajaan Allah sangat berkaitan dengan kehidupan dengan orang

miskin, Allah memberikan perhatian kepada orang miskin untuk memperoleh

keselamatan ”Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan dan orang kusta menjadi

tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin

diberitakan kabar baik.”(Luk 7:22). Keseluruhan Pribadi Yesus mengungkapkan

bahwa Kerajaan Allah telah datang (Banawiratma, 1991:55), penginjil Lukas

menyatakan perutusan Yesus sebagai berikut,

Roh Tuhan ada di atas-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberikan pembebasan bagi orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun kesukaan Tuhan telah datang.”(Luk 4:18)

Pendidikan kesadaran sosial demi terwujudnya transformasi sosial memiliki dasar

yaitu Allah sendiri yang meraja, terutama dalam memberikan pembebasan kepada

yang miskin. Pendidikan kesadaran sosial membantu terwujudnya pembebasan bagi

orang yang mengalami kemiskinan maupun pemiskinan.

Page 52: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

31

3. Lembaga pendidikan Kristiani sebagai sarana terwujudnya Pendidikan

Kesadaran Sosial

Lembaga pendidikan dikenal sebagai lembaga sosial yaitu untuk mewujudkan

tujuan sosial (Nasution, 1994:159). Hal ini menunjukkan bahwa lembaga pendidikan

tidak bisa lepas dari kehidupan sosial atau masyarakat. Pendidikan berkaitan dengan

masyarakat. Untuk semakin memahami keterkaitan antara pendidikan dan

masyarakat, perlu melihat sejarah pendidikan yang terjadi di Amerika Serikat.

Sesuai keterangan Nasution (1994:163), perkembangan sekolah di Amerika menurut

Olsen mengalami tiga fase: fase pertama adalah sekolah berpusat pada pelajaran atau

”book-centered”; fase kedua adalah sekolah bersifat child-centered atau kurikulum

berdasarkan minat dan kebutuhan siswa; dan fase ketiga adalah ”sekolah yang

bersifat life-centered; yang dimaksud di sini adalah yang menjadi pokok pelajaran

ialah kebutuhan manusia, masalah-masalah dan proses sosial dengan tujuan untuk

memperbaiki kehidupan dalam masyarakat.” Nasution menguraikan lagi bahwa

”lembaga pendidikan melalui sekolah berfungsi untuk memajukan masyarakat dan

bertindak sebagai ”agent of change.” Lebih lanjut dikatakan bahwa “Ada masanya

dengan pengajaran dapat dilenyapkan kemiskinan, kemelaratan, kejahatan dan

macam-macam penyakit masyarakat” (Nasution, 1994:157). Para ahli pendidikan

berpendapat bahwa sekolah merupakan alat efektif untuk memperbaiki kehidupan

masyarakat:

John Dewey memandang sekolah sebagai alat yang paling efektif untuk merekontruksi dan memperbaiki masyarakat melalui pendidikan individu. G.S. Counts mempunyai pendirian yang lebih jauh lagi. Ia tidak hanya mengharapkan bahwa pendidikan harus membawa perubahan dalam

Page 53: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

32

masyarakat akan tetapi mengubah tata-sosial dan mengatur perubahan sosial. (Nasution, 1994:157).

Pandangan para ahli menegaskan bahwa lembaga pendidikan sebagai sarana

perbaikan ataupun perubahan dalam masyarakat berperan memperbaiki kondisi

masyarakat. Demikian pula lembaga pendidikan Kristiani dalam melaksanakan

tugasnya menjadi sarana untuk perbaikan masyarakat. Seperti dasar transformasi

sosial adalah ditegakkannya Kerajaan Allah di dunia, maka melihat masyarakat

dengan segala bentuk masalahnya merupakan tantangan bagi lembaga pendidikan

Kristiani, seperti diungkapkan oleh Banawiratma (1991:68), ”Konteks masyarakat

kita dengan berbagai kemajemukan dan kesenjangan sosial semakin menantang kita

untuk merumuskan peranan dan aksi pendidikan sebagai gerakan dengan paradigma

Kerajaan Allah.”

Lembaga pendidikan Kristiani sebagai sarana terwujudnya pendidikan

kesadaran sosial diwujudkan dalam program pengajaran di sekolah. Pendidikan

kesadaaran sosial berarti suatu usaha untuk membantu pribadi untuk mampu menjadi

pelaku-pelaku perubahan sosial. Pendidikan diharapkan mampu memberikan

sumbangan bagi perkembangan diri siswa dari aspek sosialnya untuk bisa melihat

kebutuhan masyarakat, hal ini seperti dijelaskan oleh Banawiratma (1991:14),

”Orang-orang berilmu yang merupakan hasil dari proses pendidikan harus bisa melihat dan menguraikan masalah... Melalui komitmen etisnya, dia juga bertanggungjawab untuk mengubahnya, mencari alternatif-alternatif pemecahan yang lain yang lebih efektif.”

Pendidikan transformasi sosial membantu seseorang untuk mampu melihat

realita masyarakat yang memerlukan perubahan hidup sosial dari situasi yang kurang

Page 54: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

33

baik menjadi lebih baik. Pribadi yang demikian ini, tidak begitu saja memiliki

kepekaan sosial, tapi perlu suatu bantuan yaitu pendidikan. Tugas pendidikan

Kristiani adalah membentuk pribadi untuk berkembang seutuhnya, maka pendidikan

kesadaran sosial merupakan bagian dari tujuan pendidikan yang mendidik siswa

untuk memiliki kepedulian kepada masyarakat. Hal ini ditegaskan dalam Dimensi

Religius Sekolah Katolik art. 1, bahwa salah satu aspeknya dimensi religius adalah

”penerangan ilmu pengetahuan oleh cahaya iman.” Ilmu pengetahuan perlu

mendapatkan penerangan iman agar ilmu pengetahuan tidak hanya dimengerti secara

intelektual, tapi mampu diterjemahkan dalam kehidupan nyata, atau dalam arti ini,

ilmu pengetahuan yang diterangi iman sungguh bermanfaat untuk membawa

perubahan bagi masyarakat. Hal ini selaras dengan pendapat Banawiratma (1991:18),

bahwa ”pendidikan yang mendapat inspirasi dari iman Kristiani, berhubungan

dengan perubahan sosial tersebut, mencita-citakan munculnya pelaku-pelakunya.”

Lembaga pendidikan Kristiani selain mengembangkan bidang intelektual dan bakat,

pendidikan Kristiani berupaya untuk membangun pribadi peserta didik yang

memiliki kepedulian sosial dan hidupnya peka akan situasi masyarakat atau orang

yang mengalami kesulitan.

Situasi masyarakat dewasa ini, banyak ditandai oleh berbagai masalah sosial.

Salah satu masalah sosial masyarakat yang dominan adalah masalah kemiskinan.

Lembaga pendidikan Kristiani sebagai sarana terwujudnya transformasi sosial tidak

bisa menutup mata terhadap kenyataan masyarakat yang demikian. Banawiratma

dalam pendidikan kepedulian dan ketrampilan analisis sosial menegaskan:

Dalam konteks hidup beriman kita yang ditandai dengan kemiskinan dan ketidakadilan, karya dan lembaga pendidikan tidak dapat bersikap netral.

Page 55: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

34

Bersikap netral berarti tidak mendukung usaha perubahan sosial yang positif, dan itu berarti memihak yang kuat, merugikan yang lemah (Banawiratma, 1991:72).

Melalui pendidikan Kristiani, perhatian kepada yang miskin merupakan suatu nilai,

”Mendahulukan kaum miskin merupakan nilai dalam menentukan keputusan dalam

karya pendidikan kita.” Pendidikan Kristiani diharapkan memiliki kepedulian sosial,

ketrampilan untuk menganalisis sosial untuk mendahulukan yang miskin dan

terlantar (Banawiratma, 1991:73-74). Lembaga pendidikan Kristiani menjadi tempat

dan sarana dalam perubahan sosial. ”Karya dan lembaga pendidikan menjalankan

peranan ganda, yakni sebagai pelaku perubahan sosial itu sekaligus mengusahakan

munculnya pelaku-pelaku perubahan sosial” (Banawiratma, 1991:83). Peran ganda

yang dimaksudkan di sini bisa berarti bahwa lembaga pendidikan Kristiani

melaksanakan tugasnya sebagai pelaku atau pelaksana perubahan sosial misalnya

dengan memperhatikan siswa-siswi yang miskin untuk mendapatkan pendidikan

yang baik sehingga berguna bagi masa depan siswa, sekaligus mengusahakan suatu

program sekolah bagi siswa-siswi untuk mendapatkan pendidikan yang membentuk

mereka menjadi pelaku perubahan sosial.

4. Pendidikan kesadaran sosial dalam pengajaran formal dan non formal di

SDK Santa Maria Tulungagung

Pendidikan berlangsung di sekolah, dalam keluarga dan dalam masyarakat.

Pendidikan formal berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan dan pendidikan non

formal berlangsung di luar lembaga pendidikan (Mardiatmadja, 1986:50). Menurut

Page 56: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

35

Banawiratma (1991:70) pendidikan non formal “merupakan kegiatan atau lembaga

yang melengkapi pendidikan formal, dapat juga berdiri sendiri.” bahwa pendidikan

formal dan non formal bisa saling melengkapi dalam mendidik. Banawiratma

menjelaskan pentingnya pendidikan non formal dalam ikut serta mengembangkan

keterampilan kepekaan dan kepedulian sosial,

Selayaknya pendidikan non formal tidak hanya mengembangkan ketrampilan, melainkan kepekaan dan kepedulian sosial dengan sikap kritis dan kreatif. Dengan demikian subjek didik akan menyadari kewajiban dan haknya, akan mempunyai perhatian terhadap nasib sesamanya (Banawiratma, 1991:70) Pendidikan kesadaran sosial secara implisit terdapat di dalam pendidikan

formal, khususnya dalam tulisan ini materi pendidikan kesadaran sosial dikaji dalam

Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar dan melalui pendidikan non formal yang

dilaksanakan dalam kegiatan sosial yang dikelola oleh lembaga sekolah.

a. Pendidikan kesadaran sosial dalam pengajaran formal

Pendidikan Agama Katolik dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

memiliki ruang lingkup pembelajaran yang mencakup empat aspek, yaitu: pribadi

siswa, Yesus Kristus, Gereja dan Kemasyarakatan. Standar Kompetensi Lulusan

Mata pelajaran PAK SD meliputi :

1) Memahami diri dan lingkungan sebagai karunia Tuhan dan mensyukuri semua kurnia itu dengan mencintai dan menghormati Tuhan dan lingkungan dalam tindakan nyata.

2) Memahami dan menjelaskan pribadi Yesus dan kabar baik-Nya dan meneladani-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

3) Memahami arti dan makna Gereja, sifat-sifat dan tugasnya, sarana-sarana dalam Gereja serta mewujudkan kehidupan menggereja secara aktif.

4) Memahami hidup beriman yang terlibat dalam masyarakat. (Silabus PAK SD, 2007:10).

Page 57: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

36

Keempat standar kelulusan tersebut saling berkaitan dalam membentuk pribadi

siswa. Materi yang berkaitan dengan pendidikan kesadaran sosial terdapat pada

pelajaran kelas V dan VI SD. (Silabus PAK SD, 2007: 158-196) :

Tabel 3.1 Materi Pendidikan Kesadaran Sosial

No. Kelas Semester KompetensiDasar

Materi Pokok Arah Pendidikan Kesadaran Sosial

1. V Ganjil 3 Yesus mengasihi orang yang tersingkir

Memupuk kepedulian terhadap orang miskin

2. V Genap 5 Hidup Baru dalam Roh Kudus

Sebagai dasar untuk melihat cita-cita yang diharapkan dalam hidup bermasyarakat

3. V Genap 6. Berbuat Adil Memupuk sikap adil bagi sesamanya

4. VI Ganjil 4 Nabi Amos Belajar analisis terjadinya ketidakadilan.

5. VI Ganjil 5. Umat Israel merindukan Mesias.

• Meneladan sikap Yesus membebaskan orang dari penderitaan.

• Dasar transformasi sosial yaitu mewujudkan Kerajaan Allah.

6. VI Ganjil 6 Jemaat Kristiani Perdana

Belajar penerapan bentuk solidaritas

Materi Pokok “Yesus Mengasihi Orang yang Tersingkir”, di berikan pada

kelas V semester ganjil (Silabus PAK SD, 2007:158). Orang tersingkir dijelaskan

dalam materi ini, misalnya orang yang berbeda suku, agama, budaya dan status

sosial. Siswa belajar dari sikap Yesus yang tidak membedakan orang. Markus 1:40-

45 mengisahkan tentang Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta. Orang

Page 58: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

37

kusta pada jaman Yesus adalah orang yang tersingkir, yang dijauhi oleh masyarakat

pada waktu itu. Melalui materi ini siswa diajak untuk memiliki “perhatian kepada

semua orang yang menderita” seperti yang diajarkan oleh Yesus. Orang tersingkir

pada konteks jaman sekarang ini misalnya: orang miskin, orang-orang yang dianggap

sampah masyarakat misalnya pengamen, anak jalanan, pengemis, tuna wisma dsb.

Sebagai arah pendidikan kesadaran sosial siswa perlu diajak untuk melihat realita

masyarakat yang termasuk orang-orang tersingkir untuk mendapatkan perhatian dan

memiliki rasa peduli kepada mereka.

Materi pokok tentang ”Hidup Baru dalam Roh” diberikan pada kelas V

semester genap (Silabus PAK SD, 2007:166). Melalui materi ini, siswa masih diajak

untuk mendalami masalah sosial yang terjadi di sekitar hidup siswa, misalnya

tawuran antar siswa yang mencerminkan kehidupan masyarakat yang tidak harmonis.

Ketidakharmonisan suatu masyarakat menyebabkan masyarakat berada dalam situasi

yang tidak bebas karena diliputi oleh perselisihan. Melalui materi ini siswa diajak

untuk ”mendalami makna hidup baru dalam Roh” berdasarkan Kis 2:41-47.

Diharapkan dengan mendalami perikop ini siswa menyadari konsekuensinya sebagai

pribadi yang telah dibaharui oleh Roh untuk memiliki cita-cita atau mewujudkan

suatu masyarakat yang harmonis. Tindakan untuk mewujudkan masyarakat yang

harmonis bisa dimulai dari kehidupan siswa sendiri, misalnya menghargai teman

sendiri yang berbeda etnis, hidup rukun dengan semua teman tanpa memandang

perbedaan. Arah pendidikan kesadaran sosial dari materi ini adalah mengajak siswa

untuk menyadari perannya sebagai orang yang diubah oleh Roh terutama memiliki

Page 59: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

38

kepekaan akan situasi Gereja dan masyarakat, menjadi pribadi yang bisa

mewujudkan keharmonisan atau kesejahteraan masyarakat.

Materi pokok ”Berbuat Adil” diberikan dalam PAK untuk kelas V semester

genap (Silabus PAK SD, 2007:174). Siswa diajak untuk mendalami makna keadilan.

Keadilan merupakan suatu nilai yang perlu dimengerti oleh siswa untuk bisa

menolong sesamanya. Melalui pendalaman teks Kitab Suci dari 1Yohanes 3:17 yang

berbunyi ”Barangsiapa, mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita

kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah

kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” Siswa diajak untuk memahami

penderitaan sesama yang kekurangan. ”Berbuat adil berarti memberikan kepada

sesamanya sesuai dengan hak dan kebutuhannya.” Membagi rejeki, berbuat amal

bagi yang kekurangan merupakan bentuk perbuatan adil karena memberi kepada

yang kekurangan. Hal ini membantu siswa untuk memiliki ”sikap pelayanan kepada

orang lain sesuai dengan hak dan kebutuhannya” dan mendorong ”siswa untuk

memiliki upaya konkret dalam menegakkan keadilan bagi sesamanya” (Silabus PAK

SD, 2007:174). Arah pendidikan kesadaran sosial dalam materi ini adalah bahwa

seringkali ketidakadilan dirasakan oleh orang miskin, kedudukan sebagai manusia

diukur oleh harta benda, seperti dikatakan oleh Van Der Weiden (1987:66) bahwa:

”Kedudukan seseorang dalam masyarakat kerap kali amat ditentukan oleh harta

materi: yang kaya dihormati, yang miskin dihina. Kerapkali kali juga si kaya

memperlakukan si miskin secara tidak wajar...” Orang miskin sering merasakan

ketidakadilan dalam hidupnya. Melalui materi ini, siswa diajak untuk memiliki sikap

adil terutama kepada sesamanya yang membutuhkan bantuan. Siswa juga diajak

Page 60: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

39

untuk memiliki sikap kritis terhadap ketidakadilan yang terjadi dan bertumbuh

dalam dirinya sikap berani menegakkan keadilan.

Materi pokok tentang ”Nabi Amos” diberikan kepada kelas VI pada semester

ganjil (Silabus PAK SD, 2007:188). Melalui materi ini siswa diajak untuk mengenal

sosok Nabi yang sangat terkenal dalam membela keadilan pada jamannya yaitu Nabi

Amos. Situasi Kerajaan Israel di Utara pada waktu itu ditandai dengan kemakmuran

di kalangan atas, tapi ketelantaran bagi orang miskin bahkan orang miskin

mengalami penindasan (Purwo Hadiwardoyo, 1986:63). Siswa belajar dari Nabi

Amos yang memiliki sikap kritis terhadap sikap serakah yang mengakibatkan

ketidakadilan bagi orang miskin. Siswa dibantu untuk melihat bahwa orang banyak

bisa menderita karena keserakahan segelintir orang. Berdasarkan pendalaman teks

Kitab Suci Amos 1-6 dan Amos 9:11-15 siswa semakin mengenal sikap Nabi Amos

yang berani menyerukan keadilan bagi kehidupan orang miskin di jamannya, dalam

hal ini siswa juga disadarkan akan panggilannya sebagai seorang Nabi di jaman

sekarang dengan berani menyerukan keadilan dan kebenaran. Ketidakadilan yang

dimaksud Amos adalah karena banyaknya ketimpangan sosial antara orang yang

kaya dan orang yang miskin. Seringkali orang miskin semakin terjepit hidupnya

(Amos 2:7) karena tidak bisa membela dirinya akibat kemiskinannya dan sikap

orang-orang kaya yang acuh terhadap orang miskin (Amos 5:11). Dengan materi ini,

siswa belajar melihat situasi ketidakadilan karena ketimpangan yang terjadi yaitu

kehidupan orang kaya kurang memperhatikan sesamanya yang kekurangan. Siswa

belajar bertindak adil misalnya dengan dengan berani membela yang benar dan

menunjukkan ketidakadilan yang terjadi di antara teman-temannya. Arah pendidikan

Page 61: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

40

kesadaran sosial dalam materi ini adalah siswa belajar menjadi pelaku-pelaku yang

berani menyerukan ketidakadilan dan mewujudkan keadilan dalam masyarakat.

Materi pokok ”Umat Israel merindukan Mesias” diberikan kepada siswa kelas

VI semester ganjil (Silabus PAK SD, 2007: 192). Melalui materi ini siswa belajar

mengenal kisah Bangsa Israel yang mengalami masa sulit dan hidup menderita.

Dengan penderitaannya, bangsa Israel sangat merindukan seorang pembebas yaitu

Mesias. Melalui pendalaman Kitab Suci yaitu Yesaya 11:1-10, mengisahkan tentang

situasi damai bila Raja Damai yang dirindukan datang untuk membebaskan Bangsa

Israel. Melalui pendalaman materi, siswa belajar mengenal situasi orang yang

menderita, bahwa situasi penderitaan juga dirasakan oleh orang jaman sekarang.

Orang yang mengalami penderitaan selalu merindukan terbebas dari belenggu

penderitaan. Mereka yang termasuk golongan orang yang menderita misalnya; orang

sakit, orang miskin, orang yang di penjara, orang yang sendirian karena tidak punya

kawan juga situasi masyarakat yaitu sekelompok orang yang bersama-sama sedang

mengalami penderitaan bersama misalnya, masyarakat yang sedang menghadapi

kelaparan karena musim kemarau atau masyarakat yang sedang menghadapi bencana

alam. Melalui pemaparan ini siswa diajak untuk ikut merasakan orang atau

masyarakat yang sedang mengalami penderitaan. Ikut merasakan penderitaan orang

lain berarti, siswa belajar menumbuhkan sikap solider kepada sesama yang

menderita. Melalui pendalaman Kitab Suci dari Lukas 4:18-19 tentang tugas

perutusan Yesus, siswa belajar dari perutusan Yesus sendiri untuk membebaskan

sesamanya yang menderita. Menolong orang yang menderita berarti menampilkan

Kerajaan Allah. Hal ini bisa dilakukan oleh siswa misalnya dengan membuat rencana

Page 62: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

41

kegiatan sosial yang konkret yaitu menolong orang yang menderita dalam lingkup

sekolah.

Materi pokok ”Jemaat Kristiani Perdana” diberikan kepada siswa kelas VI

semester ganjil (Silabus PAK SD, 2007:196). Materi yang diberikan siswa tentang

makna kerja sama, yaitu hidup yang saling menolong. Dalam hidup bersama, setiap

orang memiliki kelemahan dan kelebihan, agar kehidupan bisa berjalan baik maka

yang memiliki kelebihan bisa menolong yang kekurangan, demikian pula bahwa

orang yang dianggap lemah pasti memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang

lain, maka untuk hidup bersama dibutuhkan saling menolong. Melalui pendalaman

Kitab Suci dari Kisah 2:41-47 yaitu tentang cara hidup Jemaat Kristiani Perdana,

siswa belajar memiliki sikap hidup yang perhatian kepada orang lain yang

menekankan nilai pengorbanan dan nilai kesetia-kawanan yang sejati. Selain itu

siswa juga mampu menjelaskan ciri-ciri hidup Jemaat Kristiani Perdana yang bisa

diambil dalam kehidupan siswa sebagai bentuk penerapan solidaritas bersama orang

lain.

b. Pendidikan kesadaran sosial dalam pendidikan non formal di Sekolah Dasar

Santa Maria Tulungagung

Pendidikan non formal yang dimaksud di sini adalah kegiatan-kegiatan sosial

yang dilakukan di luar pengajaran formal. Kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan

merupakan usaha sekolah dalam menanamkan nilai-nilai. Maksud dari penanaman

nilai di sekolah ini sebagai bagian intgral dari proses kegiatan belajar siswa

Page 63: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

42

meskipun dilaksanakan di luar jam palajaran. Hal ini seperti dijelaskan oleh

Mardiatmadja (1986:56) ”untuk menyadari dan mengalami nilai-nilai,

menyumbangkan dan menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidup

siswa” Selanjutnya Mardiatmadja (1986:56) menjelaskan bahwa ”pendidikan nilai

itu merupakan usaha khusus, tetapi juga dapat disebut sebagai dimensi dalam

keseluruhan usaha pendidikan. Pendidikan semacam itu penting karena kesadaran

nilai dalam masyarakat semakin tinggi.” Usaha khusus yang dimaksudkan, bisa

merupakan suatu kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh sekolah dalam

memberikan kondisi bagi siswa untuk bertumbuh dalam nilai-nilai sosial. Salah satu

sasaran dalam pendidikan nilai ini seperti dijelaskan oleh Mardiatmadja (1986:56)

adalah ”membantu peserta didik untuk mengambil sikap terhadap aneka nilai dalam

perjumpaan dengan sesama agar dapat mengarahkan hidupnya bersama orang lain

secara bertanggungjawab.” Melalui kegiatan-kegiatan sosial sekolah, para siswa

dibantu untuk berhadapan langsung dengan situasi masyarakat atau orang yang

memerlukan perubahan hidupnya menjadi lebih baik, sehingga dalam diri siswa

semakin tertanam nilai solidaritas sebagai bentuk tanggungjawabnya terhadap

kehidupan sesamanya.

Usaha SDK Santa Maria membantu siwa-siswinya agar bertumbuh rasa

solidaritas bagi sesama, melalui kegiatan-kegiatan sosial sekolah. Kegiatan-kegiatan

sosial dilakukan dengan melibatkan para guru, siswa dan karyawan sekolah.

Kegiatan-kegiatan sosial tersebut sebagai berikut:

Page 64: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

43

1) Home Visit

Kunjungan rumah yang dimaksud di sini adalah kunjungan siswa kepada

orang sakit, orang cacat dan orang lansia yang tinggal di rumah. Secara bergiliran

siswa-siswi SDK Santa Maria mengunjungi mereka yang tinggal di sekitar sekolah.

Kunjungan ini dilakukan oleh siswa-siswi setiap minggu satu kali secara bergiliran.

Tujuan kunjungan ini adalah agar siswa memiliki kepedulian kepada mereka yang

hidupnya menderita serta menumbuhkan dalam diri siswa rasa belarasa. Guru dalam

hal ini memotivasi siswa-siswi dan mengatur jadwal waktu kunjungan. Siswa yang

mendapat giliran melaksanakan kunjungan biasanya akan mempersiapkan segala

sesuatu yang akan dibawa saat kunjungan misalnya buku cerita. Hal-hal yang

dilakukan siswa dalam kunjungan ini adalah menghibur mereka dengan membacakan

sebuah cerita, mendoakan ataupun sekedar membawakan oleh-oleh. Keterlibatan

guru dan karyawan dalam hal ini sangat mendukung siswa, misalnya siswa selalu

diantar oleh karyawan sekolah sehingga siswa selalu merasa aman di jalan menuju

rumah yang akan dikunjungi. Hal-hal lain yang dilakukan oleh siswa dalam

mengunjungi orang sakit adalah mengumpulkan dana apabila orang yang sakit

tersebut dalam keadaan kekurangan dana untuk berobat; biasanya mereka

menyampaikan inisiatif ini kepada guru sehingga guru turut mendukung usaha siswa

dalam menolong sesamanya yang sakit.

2) Membantu Posyandu

Kegiatan pelayanan masyarakat dikenalkan oleh sekolah kepada siswa-siswi

melalui pelayanan di posyandu. Pelayanan posyandu dilakukan setiap bulan. Siswa-

Page 65: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

44

siswi dilibatkan dalam pelayanan masyarakat dengan cara ikut melayani pembagian

gizi bagi anak-anak balita. Tujuan keterlibatan kegiatan ini adalah agar siswa-siswi

memiliki perhatian dan kepedulian bagi kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

3) Live in

Program Live in dilakukan oleh siswa-siswi SDK Santa Maria bekerjasama

dengan siswa-siswi SMPK Santa Maria . Tujuan live in adalah untuk melatih siswa-

siswi memiliki solidaritas kepada masyarakat miskin, yaitu hidup bersama seperti

yang dialami oleh masyarakat tersebut. Melalui kegiatan ini siswa-siswi diajak untuk

menyadari akan keadaan orang lain yang berbeda dengan dirinya, untuk bisa

memandang mereka dengan hormat, bahwa meraka adalah sesama yang memiliki

martabat yang sama sebagai ciptaan Allah. Kegiatan siswa-siswi selama live in

adalah tinggal beberapa hari di rumah-rumah penduduk, makan segala sesuatu yang

disediakan oleh setiap keluarga, melakukan aktivitas bersama keluarga tersebut.

4) Pelayanan warung murah sekolah

Warung murah adalah kegiatan sekolah berjualan nasi murah yang

dikhususkan bagi bapak-bapak penarik becak dan keluarganya. Warung murah

diadakan setiap satu minggu sekali. Para siswa dilibatkan dalam pelayanan ini dan

mendapat kesempatan secara bergiliran. Dalam waktu-waktu khusus misalnya pada

menjelang hari raya, pihak sekolah mengajak para siswa mengumpulkan sembako

untuk dijual murah bagi mereka. Hal ini dilakukan karena keluarga-keluarga

tersebut sangat memerlukan sembako menjelang hari raya dengan harga yang murah.

Page 66: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

45

5) Kunjungan ke lembaga sosial

Program sekolah kunjungan ke lembaga sosial bertujuan mengajak para siswa

untuk memiliki kepedulian bagi sesama yang tinggal di Panti sosial. Para siswa

dalam melaksanakan aksi sosialnya diajak untuk mengadakan kunjungan ke lembaga

sosial yaitu kunjungan ke Panti Werda, dan kunjungan ke Panti Asuhan Betesda.

Kunjungan biasanya dilakukan saat menjelang Natal atau menjelang Paskah dalam

rangka mewujudkan perhatian siswa bagi penghuni Panti yang memerlukan

penghiburan. Hal-hal yang dilakukan siswa adalah mereka membawa bingkisan

untuk penghuni panti dan mengadakan kegiatan untuk menghibur mereka.

6) Pendampingan belajar dan tambahan gizi bagi anak-anak keluarga

pemulung di Barak Bakti

Para guru mendapat kewajiban untuk secara bergilir mendampingi belajar

bagi anak-anak dari keluarga-keluarga pemulung di Barak Bakti. Usaha ini dilakukan

dalam rangka membantu anak-anak untuk mendapat bimbingan belajar yang baik.

Pendampingan ini melibatkan para guru TK, SDK dan SMP. Selain itu pemberian

tambah gizi juga diberikan kepada anak-anak tersebut. Kegiatan ini dilakukan setiap

satu Minggu sekali dan melibatkan siswa-siswa SDK Santa Maria. Tujuan sekolah

melibatkan para siswa adalah agar mereka mengetahui keadaan teman-teman mereka

yang berkekurangan, agar mereka bisa bergaul dengan teman sebaya yang miskin

dan menumbuhkan dalam diri mereka rasa solidaritas yaitu untuk ikut merasakan

keadaan mereka yang serba kekurangan.

Page 67: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

46

7) Kolekte

Kolekte adalah kegiatan pengumpulan dana oleh seluruh warga sekolah.

Melalui kolekte dimaksudkan agar para siswa-siswi sungguh belajar untuk memiliki

kepedulian kepada sesamanya yang menderita. Kolekte dilaksanakan dalam berbagai

kesempatan, yaitu dalam rangka Aksi Natal atau aksi Paskah sebagai wujud

kepedulian dan keterlibatan sosial sekolah sebagai warga Gereja bagi pembangunan

Gereja. Selain berpartisipasi mengumpulkan kolekte pada masa menjelang Natal,

aksi Paskah, para siswa juga menghimpun kolekte, bila ada bencana alam, bila ada

kematian dari saudara siswa atau keluarga karyawan dan guru. Kebiasaan

mengumpulkan dana juga dilakukan oleh siswa berdasarkan kebutuhan mereka di

kelas, misalnya ketika ada teman yang sakit, mereka berinisiatif untuk

mengumpulkan dana dengan sepengetahuan guru.

8) Pramuka peduli lewat bazar

Pramuka peduli adalah salah satu kegiatan sosial yang digelar untuk

menghimpun dana sosial bila ada bencana alam yang terjadi, misalnya gempa atau

bencana banjir, dengan mengadakan bazar. Bazar dilaksanakan dengan cara bahwa

setiap siswa wajib menyumbangkan bahan makanan untuk disumbangkan dan

kemudian dijual dalam bazar. Hasil penjualan bazar seluruhnya dipakai untuk

menyumbang bencana alam. Dalam kegiatan ini pihak sekolah melibatkan pula orang

tua siswa untuk berpartisipasi, sehingga bazar bisa terjual dan hasilnya

disumbangkan untuk masyarakat yang mengalami bencana alam.

Page 68: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

47

9) Piket

Piket yang dimaksud di sini adalah para siswa SDK Santa Maria secara

bergiliran menjalankan tugas kewajiban untuk membersihkan WC dan menyapu

lingkungan sekolah setiap selesai jam istirahat. Maksud dari kegiatan ini adalah

mengajak siswa untuk memiliki kepedulian lingkungan, menjaga dan memelihara

lingkungan agar tetap bersih. Kedua, para siswa diajak untuk memiliki kesadaran

bahwa tugas menyapu atau membersihkan WC bukan tugas yang hina tapi justru

tugas mulia, karena bekerja untuk kepentingan umum. Rasa solidaritas juga

ditanamkan dalam tugas ini bahwa para siswa ikut merasakan pekerjaan-pekerjaan

yang dilakukan para karyawan. Sikap kesederajatan ditanamkan kepada para siswa

dalam berelasi dengan para karyawan yang bekerja sebagai pembantu pelaksana,

misalnya para siswa tidak boleh menyebut para karyawan dengan sebutan Pak Bon

tapi memanggil dengan namanya. Hal ini mau mengajak siswa bahwa mereka adalah

pribadi yang juga perlu dihormati dengan berlaku sopan dan hormat kepada siapa

saja tanpa memandang status.

Dari uraian di atas tampak bahwa SDK Santa Maria Tulungagung telah

berusaha memasukkan pendidikan kesadaran sosial dalam materi kegiatan sosial dan

belajar mengajarnya.

Page 69: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

48

BAB IV

SOLIDARITAS SISWA KELAS VI SDK SANTA MARIA

KEPADA KAUM MISKIN

Bab ketiga telah membahas pendidikan kesadaran sosial. Bab keempat ini

akan menerangkan solidaritas siswa kelas VI kepada orang miskin. Pendidikan

kesadaran sosial memiliki sumbangan terhadap bertumbuhnya rasa solidaritas kepada

orang miskin. Gereja melalui Ajaran Sosialnya mengajarkan bahwa solidaritas

merupakan salah satu nilai Kristiani, sehingga Gereja menyerukan pentingnya

solidaritas bagi orang miskin. Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh pendidikan

kesadaran sosial terhadap bertumbuhnya solidaritas siswa, dalam bab ini akan

dipaparkan hasil penelitian melalui analisis regresi linier sebagai hasil penelitian

kuantitatif. Akhirnya akan diterangkan juga faktor pendukung dan penghambat

solidaritas siswa.

A. Solidaritas Kepada Kaum Miskin

1. Arti Solidaritas

Arti solidaritas dalam Katekismus Gereja Katolik artikel 1948, dikatakan:

“Solidaritas adalah keutamaan Kristiani unggul. Solidaritas mendorong untuk

membagi-bagikan barang material; dan terutama kekayaan rohani.” Solidaritas

merupakan suatu keutamaan Kristiani artinya suatu nilai yang perlu dikejar oleh

Page 70: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

49

seorang Kristiani. Solidaritas mendapat tekanan sebagai dorongan dalam diri

manusia untuk memberi, seorang Kristiani diharapkan mampu menangkap situasi

sesamanya yang kekurangan baik materi maupun rohani, sehingga tergerak untuk

membantu untuk melengkapi apa yang kurang dalam diri sesamanya. Prinsip

Solidaritas di sebut juga ”Persahabatan” atau ”cinta kasih sosial,” yaitu tuntutan yang

muncul secara langsung dari persaudaraan, manusia dan Kristiani (KGK, art.1939).

Solidaritas merupakan ciri dari kehidupan seorang Kristiani yang dihayati dalam

persaudaraan, menganggap sesamanya adalah sahabat, bahwa dalam persaudaraan

tersebut tidak mungkin tanpa ada cinta kasih sebagai dasar untuk hidup bersama.

Persahabatan dalam hidup bersama juga memampukan seseorang untuk menjalin

relasi dengan setiap orang tanpa memandang ras, golongan, agama, dan status kaya-

miskin. KGK artikel 1940 lebih menekankan bahwa solidaritas itu dapat diwujudkan

dalam “pembagian barang, pembayaran upah yang adil, suatu usaha menuju tata

sosial yang lebih adil, dimana ketegangan dapat diselesaikan dengan baik dan

pertentangan diselesaikan dengan jalan perundingan, yang menekankan suatu

keadilan bagi para pekerja. Arti solidaritas dalam hal ini adalah mampu mengatasi

persoalan-persoalan ekonomi. Uraian pemahaman tentang solidaritas dalam

Katekismus Gereja Katolik meyimpulkan bahwa solidaritas merupakan ciri dari

pandangan hidup manusia, di mana solidaritas mampu memberikan solusi untuk

mengatasi masalah-masalah sosial. Mardiatmadja (1986:59) menyebutkan dasar dari

solidaritas adalah karena Allah menciptakan manusia tidak sendirian dan

menyelamatkan manusia sebagai kebersamaan, seperti ditegaskan “Allah yang

sebagai Bapa memelihara semua orang, menghendaki agar mereka semua merupakan

Page 71: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

50

satu keluarga, dan saling menghadapi dengan sikap persaudaraan” (GS, art.24).

Maka benar bahwa solidaritas mampu membantu mengatasi masalah-masalah sosial

karena menyangkut hidup bersama seluruh umat manusia. Solidaritas merupakan

ciri dari hidup bersama yang dikehendaki oleh Allah terutama dalam mengusahakan

suatu kehidupan yang lebih baik.

Solidaritas tercermin dalam hubungan antara Gereja dengan seluruh keluarga

bangsa-bangsa seperti terdapat dalam ajakan Konsili Vatikan II dalam Gaudium et

Spes artikel 1, “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia dewasa ini,

terutama yang miskin dan terlantar, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan

kecemasan murid-murid Kristus.” Gereja dalam kehadirannya di dunia menunjukkan

bahwa apa yang sedang dialami setiap manusia di dunia ini merupakan kegembiraan,

kecemasan dan harapan setiap murid Kristus. Solidaritas dalam artikel ini ditekankan

terutama bagi “yang miskin dan terlantar.” Hal ini mau menunjukkan bahwa

solidaritas Gereja sebagai murid-murid Kristus mengutamakan keberpihakan kepada

mereka yang miskin dan terlantar.

Solidaritas disebut sebagai jalan untuk mengatasi struktur dosa. Pertobatan

memiliki dimensi individual sekaligus sosial politis (Banawiratma, 1988:172).

Solidaritas mengatasi keserakahan demi kesejahteraan sosial. Solidaritas menjadi

cara pertobatan, mengembangkan sikap dasar perubahan dari dosa, yaitu

keserakahan, menjadi sikap yang peduli kepada sesama demi kesejahteraan bersama.

Solidaritas dengan jelas dilaksanakan oleh Kristus sendiri dalam hidup-Nya,

yaitu dengan mengalami maut senasib dengan manusia berdosa yang harus mati

karena dosa yang dilakukan manusia (Iman Katolik, 1996:280). Senasib adalah cara

Page 72: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

51

yang ditempuh Tuhan sendiri untuk memberikan pembebasan bagi manusia,

“Kristus mau mengalami nasib itu, karena Ia mengasihi aku dan menyerahkan Diri

untuk aku” (Gal 2:20). Arti solidaritas semakin diperteguh oleh teladan hidup Yesus

sendiri dalam mengupayakan keselamatan bagi umat manusia. Uraian arti solidaritas

bisa disimpulkan, bahwa solidaritas mengandung unsur keselamatan bagi orang lain

dan senasib dengan orang yang menderita, berpihak bagi orang yang lemah,

membantu kehidupan bersama dengan lebih baik yang menuntut pertobatan demi

kesejahteraan bersama yang didasari oleh kasih sebagai prinsip dari solidaritas. Oleh

karena itu cintakasih terhadap Allah dan sesama merupakan perintah yang pertama

dan terbesar, kasih kepada Allah tidak terpisahkan dari cinta terhadap sesama (Rom

13:8-10).

2. Gambaran tentang kaum miskin

a. Orang miskin dalam Kitab Suci

Perjanjian Lama dalam menggambarkan keadaan orang miskin terutama

dalam kitab Amos. Amos seorang nabi yang banyak mengecam para penindas orang

miskin, karena orang miskin semakin mengalami penderitaan karena ketidakadilan,

banyak orang miskin yang kehilangan tanah pertanian dan kehilangan hasil panen

oleh karena tanah mereka diambil oleh orang kaya “celakalah atas orang orang-orang

yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung

Samaria (Amos 6:1). Banyak orang miskin yang tidak mendapat keadilan dalam

peradilan pada waktu jaman nabi Amos (Herman Hendriks, 1990: 46), “Orang

benar” adalah pihak yang tidak bersalah dalam suatu proses pengadilan, yang dipakai

Page 73: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

52

untuk memeras orang miskin dan menjadikan mereka budak (Amos 5:10) seperti

ungkapan “mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu dan

membelokkan jalan orang sengsara...” (Amos 2:7). Keadaan orang miskin semakin

lemah karena banyak orang kaya yang tidak peduli dengan kehidupan orang miskin,

terutama karena kekayaan dibangun atas penderitaan orang yang melarat (Herman

Hendriks, 1990: 47). Kitab Mikka menggambarkan orang mengalami kemiskinan

akibat dari ketidakadilan yang dilakukan oleh para pemimpin yaitu hakim-hakim

yang disuap, imam-imam yang mata duitan dan nabi-nabi karena uang (Mikha 3:9-

12). Gambaran keadaan orang miskin dalam Perjanjian Lama memiliki ciri, bahwa

orang miskin adalah korban dari perampasan tanah orang-orang kaya sehingga

mereka tidak menghasilkan, mereka mengalami ketidakadilan dalam pengadilan

akibat diperas, pemimpin yang tidak adil kepada orang miskin karena penyuapan.

Kemiskinan yang digambarkan lebih menekankan ketidakadilan yang dialami orang

miskin.

Kitab Suci Perjanjian Baru menggambarkan bahwa kaum miskin adalah

orang yang buta (Mat 9:27-31), kusta (Mat 8:1-4, Lukas 5:12-16), lumpuh, tuli dan

bisu (Mat 15:29-31). Penarikan pajak oleh pemerintah Romawi membuat rakyat pada

waktu itu sangat menderita, terutama para petani dan buruh. Akibatnya seorang

penarik pajak waktu itu sangat dibenci dan dianggap pendosa (Mat 9:12).

Digambarkan bagaimana Yesus selalu berbelaskasih ketika melihat penderitaan

orang yang sakit (Mat 9:18-34), mengusir roh dari anak yang sakit (Mat 17:14-21,

Mrk 9:14-29, Luk 9:37-43a), orang banyak yang terlantar (Mat 9:35-38) dan mereka

yang kelaparan (Mat14:13-21, Mrk 6:30-44, Luk 9:10-17, Yoh 6:1-13).

Page 74: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

53

Secara khusus keadaan orang miskin diulas dalam Sabda bahagia yaitu pada

Lukas 6 : 20-21b, “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang

empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena

kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena

kamu akan tertawa.” Inti Sabda itu menyatakan bahwa yang “berbahagia” bukan

orang saleh, melainkan orang miskin, orang lapar dan orang yang menangis (Nico

Dister, 1987:80). Orang miskin dijelaskan dalam Sabda Yesus dengan dua versi yaitu

versi Lukas dan versi Matius. Versi Lukas dengan menggunakan rumusan yang

pendek, “Berbahagialah hai yang miskin” (6:20) dan versi Matius dengan rumusan

panjang, “Berbahagialah orang miskin dihadapan Allah” (Nico Dister, 1987:81).

Keadaan orang miskin dengan dua versi ini mau menggambarkan keadaan orang

miskin secara jasmani dan rohani. Tradisi Lukas berpikir bahwa orang miskin adalah

mereka yang betul-betul miskin, sungguh-sungguh lapar, menangis, dan ditolak,

Lukas mau menggambarkan keadaan miskin secara jasmani. Tradisi Matius lebih

menggambarkan keadaan orang miskin secara rohani, yaitu, “Lapar dan haus akan

kebenaran” (5:3,6) seperti dijelaskan dalam Perjanjian Lama bahwa mereka yang

miskin adalah mereka yang rendah hati, yang berdiri di hadapan Tuhan bagaikan

pengemis, dengan tangan hampa, sadar akan kemiskinan rohani mereka” (Nico

Dister, 1987:82). Dalam uraian selanjutnya Nico (1987:82-83) menjelaskan bahwa

Yesus sendiri mengartikan siapa orang miskin, yaitu dengan mengacu pada Lukas

4:18-19, “...untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia

telah mengutus Aku, untuk memberikan pembebasan bagi orang-orang tahanan dan

penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas...”

Page 75: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

54

(bdk Mat 11:5). Yesus memakai istilah “orang miskin” dalam arti luas yaitu semua

orang yang sedang susah, yang lapar dan haus, yang telanjang dan asing, yang sakit

dan dalam penjara, mereka semua termasuk” saudara-saudara-Nya yang paling hina

(Mat 25:31-46).

b. Orang miskin dalam ajaran Sosial

Ajaran Sosial Gereja mengungkapkan dari waktu ke waktu keadaan orang

miskin menjadi perhatian Gereja. Orang miskin menjadi salah satu subjek utama

dalam pembahasan Ajaran Sosial Gereja. Gereja bertugas untuk mewartakan Injil

kepada orang-orang jaman sekarang, bagi mereka yang takut dan gelisah (Evangelii

Nuntiandi, art.1). Gereja berusaha mengenal keadaan orang miskin, masalah dan

penyebabnya, dan upaya mencari cara untuk membantu orang miskin mengalami

perbaikan hidupnya. Gereja dalam membantu nasib orang miskin mau tidak mau

harus mengenal keadaan mereka. Ajaran Sosial Gereja memberikan gambaran

keadaan orang miskin pada umumnya, dan keadaan orang miskin dari waktu ke

waktu memiliki ciri kemiskinan baru seiring perubahan jaman. Gambaran orang

miskin tersebut misalnya, soal nasib buruh yang semakin tidak menentu sebagai

dampak indutrialisasi, seperti yang dituliskan dalam Rerum Novarum artikel ke-2 :

“Kebanyakan kaum buruh terombang-ambingkan oleh nasib malang, serba lumpuh menghadapi kenyataan penderitaan yang amat menyedihkan, tanpa kesalahan mereka sedikitpun,...menjadi bulan-bulan perlakuan tak manusiawi oleh kaum majikan, dan sasaran keserakahan tak terkendalikan orang-orang yang bersaing.”

Page 76: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

55

Gereja memandang bahwa keadaan buruh yang tidak menentu tersebut tergolong

orang miskin. Gereja berusaha meningkatkan kehidupan para buruh dengan

memperhatikan upah yang adil. Hal ini membuktikan bahwa nasib para buruh

sebagai orang miskin masih perlu diperjuangkan, seperti ditegaskan dalam

Quadragesimo Anno artikel 65 dan Centesimus Annus artikel 5. Gambaran orang

miskin secara umum dalam Ajaran Sosial Gereja adalah mereka yang sakit, yang

menderita cacat akibat pekerjaannya, janda, lanjut usia, pengangguran karena PHK

(Pacem In Terris, art. 11; Sollicitudo Rei Socialis, art. 18), buta huruf, kelaparan

(GS, art. 4). Gereja juga prihatin dengan situasi kesenjangan sosial miskin-kaya yang

semakin menyolok (Populorum Progressio, art. 9; Sollicitudo Rei Socialis, art.14),

perumahan yang tidak memadai/kumuh, sehingga banyaknya tunawisma (SRS,

art.17), munculnya anak-anak jalanan (Octogesima Adveniens, art. 11). Jaman yang

semakin berkembang juga memunculkan ciri baru orang miskin, seperti yang

dituliskan dalam Centesimus Annus artikel 48 yaitu: ”Ingatlah saja hidup para

pengungsi dan perantau, begitu pula mereka yang terlantar, lanjut usia dan sedang

sakit, dan mereka semua yang memerlukan segala macam pertolongan, seperti

mereka yang kecanduan narkotika.” Diterangkan bahwa semakin banyaknya masalah

perantau di mana orang tidak bisa aman lagi di tanah airnya sendiri, masalah

narkotika yang semakin merajalela melanda masyarakat dunia. Jaman yang semakin

berkembang menjadi tantangan baru bagi Gereja dalam menghadapi model baru

kemiskinan.

Ajaran Sosial Gereja menjadi tanda keprihatinan Gereja menghadapi

kemiskinan, bahwa dari waktu ke waktu ada ciri orang miskin yang tetap sama

Page 77: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

56

misalnya soal kelaparan, sakit dan soal tempat tinggal yang layak. Ajaran Sosial

Gereja menyebutkan Gereja memberikan perhatian kepada orang miskin berdasarkan

martabat manusia sebagai ciptaan Allah yang agung yang perlu mendapatkan

perhatian sebagai manusia yang layak dihargai: “Manusia menurut kodratnya berhak

dihargai. Ia berhak atas nama baik” (Pacem in Terris, art. l12).

c. Gambaran kaum miskin menurut St.Vinsensius de Paulo

Santo Vinsensius adalah pendiri Kongregasi Misi dan Serikat Puteri Kasih,

pergaulan dengan orang miskin dan kenyataan yang dilihatnya mendorongnya untuk

mendirikan Kongregasi Misi yaitu para imam Lazare untuk melayani umat miskin di

pedesaan, mendirikan perkumpulan Ibu-ibu cinta kasih dalam pelayanan kepada

orang miskin, dan mendirikan Serikat Puteri Kasih bersama St. Luisa de Marillac

agar pelayanan kepada orang miskin semakin total dilakukan oleh para suster. Abad

ke-17 di Paris terdapat banyak orang-orang miskin, keadaan orang-orang miskin

pada waktu itu seperti yang digambarkan Vinsensius seperti yang diterjemahkan oleh

Tondowidjojo (1984:30-40), yaitu :

1) “Bayi-bayi yang ditinggalkan oleh ayah ibunya”, bayi-bayi ini ada yang

dibiarkan mati, kelaparan dan yang lain patah tangan dan kakinya.

2) Kaum muda yang miskin yang butuh pelajaran.

3) Orang Miskin yang sakit dan terlantar. ”...untuk mempertahankan

keselamatannya atau menolong agar meninggal dengan baik.”

Page 78: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

57

4) Orang miskin yang tolol. “Aku berangkat untuk melihat kebijaksanaan Tuhan

yang menjelma dalam mereka dan Ia ingin hadir dalam diri orang tolol yang tidak

berhasil dalam hidupnya.”

5) Orang-orang yang cacat badan.

6) Kaum petani yang miskin.

7) Kaum tertindas yang miskin, “Hendaknya diperhatikan apakah orang-orang

tertindas ini mempunyai baju, kaos, jas, mantel, baret, sepatu. Apakah ada tenda

rangkap di penjara. Tanyakan apakah rotinya diberikan menurut ukuran yang

telah ditetapkan? Apakah ia masih baik?”

8) Budak miskin. “Aku tak bisa berbuat lain, selain betul-betul merasa sedih karena

penderitaan-penderitaan yang luar biasa dari pada budak miskin.”

Gambaran orang miskin menurut St. Vinsensius pada jamannya bisa

disimpulkan dengan ciri: terlantarnya anak-anak atau bayi-bayi tanpa orang tua,

anak-anak muda yang tidak berpendidikan, orang sakit, cacat, petani yang miskin,

orang miskin tertindas yang berada di penjara dan para budak yang miskin. Keadaan

orang miskin yang demikian banyak terdapat pada jaman St. Vinsensius, sehingga

menimbulkan belaskasihnya untuk menolong mereka dengan menjadi pemimpin dan

pembimbing bagi para anggotanya agar banyak orang miskin yang mendapat

pertolongan baik jasmani maupun rohani.

Page 79: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

58

d. Gambaran orang miskin jaman sekarang

Gambaran tentang kaum miskin jaman sekarang selalu dihubungkan dengan

sekelompok orang atau masyarakat karena status sosialnya yang rendah, kurang

materi, tinggal di kawasan perkumuhan, tidak mempunyai pekerjaan yang tetap,

tidak berpendidikan, kotor, kasar dan sejumlah gambaran lainnya untuk mengatakan

siapa kaum miskin. Magnis-Suseno (1987:37) menggambarkan kaum miskin sebagai

yang “tidak menguasai sarana-sarana fisik secukupnya untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan dasarnya, untuk mencapai tingkat minimum kehidupan yang masih dapat

dinilai manusiawi.” Nilai manusiawi menjadi ukuran bahwa orang menikmati

hidupnya sebagai manusia yang layak. Apabila manusia hidup berada di bawah nilai-

nilai manusiawi, ia tergolong miskin. Dewasa ini, yang tergolong miskin adalah

mereka yang mempunyai tempat tinggal yang kumuh dengan lingkungan yang

kurang mendukung kesehatan sehingga banyak warganya yang sakit, pengemis dan

tunawisma di berbagai kota besar, mereka yang kehidupan ekonominya sangat lemah

atau tanpa pekerjaan. Pengangguran menimbulkan kejahatan karena kebutuhan yang

mendesak, urbanisasi terjadi dari daerah pedesaan ke perkotaan yang mengakibatkan

bertambahnya penduduk miskin di perkotaan untuk mencari pekerjaan. Kemiskinan

seringkali merupakan akibat dari ketidakadilan struktural. Hanya sekelompok kecil

yang menjadi penguasa pengambil keputusan mengenai hidup bersama (Magnis-

Suseno, 1987:38), sehingga kesejahteraan hanya menjadi milik orang-orang atau

kelompok tertentu, sedangkan rakyat pada umumnya tetap mengalami kemiskinan.

Dengan demikian keadilan kurang merata dan hanya bisa dinikmati oleh sebagian

kecil saja dari masyarakat. Ketidakadilan dapat menimbulkan berbagai macam

Page 80: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

59

masalah sosial yang saling tumpang tindih sehingga memunculkan kemiskinan baru

dalam masyarakat yang sudah miskin. Misalnya, yang daapat menjadi menjadi

pegawai negeri negara ini adalah mereka yang sudah mapan ekonominya karena

mampu membayar biaya untuk menjadi pegawai negeri, sedangkan mereka yang

tidak bisa membayar tidak bisa menikmati kesempatan untuk menjadi pegawai

negeri. Akibatnya, banyak pengangguran di mana-mana. Kesimpulannya,

kompleksnya masalah sosial memicu semakin banyaknya kemiskinan pada jaman

sekarang. Kemiskinan merupakan akibat dari proses ketidakadilan sebagaimana

digambarkan pada jaman Perjanjian Lama.

e. Gambaran orang miskin menurut siswa kelas VI SDK Santa Maria

Tulungagung

Melalui observasi, penulis mendapatkan informasi bagaimana siswa kelas VI

mengenal keadaan sesamanya yang miskin, melalui perjumpaan-perjumpaan dengan

teman-teman sekelas, dalam pengalaman dengan teman sekelas. Hal ini tampak dari

inisiatif siswa ketika mengunjungi teman miskin yang sedang sakit. Para siswa

melihat bahwa temannya membutuhkan uang untuk berobat karena keadaan

orangtuanya berkekurangan. SDK Santa Maria mempunyai program tambahan gizi

bagi ± 75 siswa miskin dengan menyediakan makanan setiap minggu. Para siswa

mengenal teman-temannya sebagai teman yang patut mendapatkan makanan bergizi

karena keadaan keluarga mereka yang miskin. Dari pengalaman siswa kunjungan ke

Barak Bakti, yaitu tempat para pemulung dan keluarganya tinggal, para siswa

Page 81: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

60

mengenal keadaan orang miskin sebagai orang yang tidak mempunyai pekerjaan,

sehingga harus menjadi pemulung untuk mencari barang-barang bekas yang bisa

dijual untuk mendapatkan penghasilan. Anak-anak keluarga pemulung dikenal

sebagai teman sebaya yang tidak mempunyai fasilitas seperti yang mereka alami,

misalnya kurang mendapatkan kesempatan belajar yang baik, kurang mendapatkan

gizi yang memadai sehingga memerlukan tambahan gizi. Gambaran kaum miskin

juga dikenal ketika para siswa mengunjungi orang-orang miskin yang tinggal di

sekitar sekolah, misalnya melalui kunjungan kepada para lansia yang tinggal

sendirian dan hidup bergantung dari kebaikan orang di sekitarnya, orang miskin yang

sakit dan cacat, sehingga hidup mereka sungguh bergantung dari belasakasih orang

di sekitarnya. Di sekitar sekolah terdapat sejumlah bapak-bapak tukang becak yang

mangkal. Para siswa mengenal mereka sebagai orang yang berkekurangan. Melalui

kegiatan warung murah para bapak tukang becak dapat membeli makanan yang

bergizi. Kunjungan-kunjungan siswa yang diadakan dalam rangka aksi sosial ke

sejumlah Panti Asuhan dan Panti Werda membuat siswa mengenal lebih lanjut

keadaan kaum miskin. Mereka yang tinggal di Panti Asuhan tidak memiliki orang

tua dan yang tinggal di Panti Werda tidak mempunyai keluarga untuk merawatnya.

Kesimpulannya, gambaran orang miskin bagi siswa kelas VI adalah mereka

yang berkekurangan secara materi, mereka yang tidak mempunyai pekerjaan baik,

yang sakit atau cacat, anak-anak yang tidak mempunyai orang tua dan orang tua

yang tinggal di Panti Werda.

Gambaran atau keadaan kaum miskin yang telah dijelaskan di atas mau

mengatakan bahwa orang miskin ada dari waktu ke waktu, sejak jaman para Nabi,

Page 82: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

61

jaman Yesus, dan selanjutnya hingga saat ini. Keadaan orang miskin hampir selalu

memprihatinkan. Orang miskin, pada jaman nabi Amos dan Mikha mengalami

ketidakadilan, pemerasan dan akibat dari ketidakpedulian orang-orang yang kaya.

Keadaan itu banyak dialami juga oleh orang miskin pada saat ini, dengan ciri bahwa

mereka merupakan akibat pemiskinan dari sistem struktural, di mana pengambilan

kebijakan hanya dilakukan oleh sekelompok kecil orang tanpa memperhitungkan

kebutuhan rakyat kebanyakan. Hal ini banyak mengakibatkan kehidupan ekonomi

yang tidak seimbang sehingga kesenjangan sosial semakin lebar, yang kaya semakin

kaya dan yang miskin semakin miskin. Keadaan orang miskin pada umumnya selalu

memprihatinkan, dengan ciri sebagai korban ketidakadilan, ketidaklayakan tempat

tinggal, kekurangan secara materi sehingga mengakibatkan kurang makan, kurang

gizi, yang membuat mereka rentan sakit dan cacat, kurang pendidikan, kehidupan

sosial yang kurang sehat dengan munculnya kelompok-kelompok baru orang miskin

misalnya anak jalanan dan tunawisma. Keadaan orang miskin lebih dialami oleh

kelompok orang tak berdaya yaitu anak-anak, wanita dan para lansia.

Orang miskin ada di sepanjang jaman. Menjadi tugas Negara, Gereja,

masyarakat, lembaga atau institusional apa pun, dan setiap orang untuk memiliki

kepedulian kepada mereka yang miskin, untuk mengusahakan kehidupan yang lebih

baik. Solidaritas kepada orang miskin menjadi salah satu jalan bagaimana

mengangkat keadaan mereka untuk memiliki kehidupan yang lebih baik.

Page 83: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

62

3. Solidaritas dengan kaum miskin

a. Yesus sebagai dasar solidaritas dengan kaum miskin

Gambaran keadaan orang miskin memberikan alasan mengapa orang miskin

perlu diperhatikan. Secara khusus Yesus sendiri memberikan perhatianNya kepada

orang miskin. Sebagai orang yang tertindas yang tidak dapat membela diri, sebagai

orang yang putus asa dan patah harapan, satu-satunya pertolongan mereka adalah

Tuhan. ”...Mereka yang tidak bisa mengharapkan apa-apa dari dunia ini, paling

condong mengharapkan segalanya dari Allah” (Nico Dister, 1987:83). Dengan

keadaan mereka ini Allah menjanjikan Kerajaan Allah kepada mereka yang miskin

untuk mengalami pembebasan (Luk 6:20-21b). Sebagai Raja Allah bertindak untuk

menegakkan keadilan. Dia adalah Raja terutama bagi-orang-orang miskin, pelindung

orang-orang yang tertindas dan pemberi harapan orang-orang yang tersisih (Mzm 72:

1-4;12-14).

Solidaritas menjadi suatu ajaran cinta kasih yang langsung dilakukan Yesus

sendiri dalam karya-Nya di dunia agar orang mengalami keselamatan. Yesus menjadi

senasib dengan orang berdosa untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa,

membangkitkan orang dari kematian (Yoh 4:49), menyembuhkan orang sakit (Mat

8:1-4, Luk 5:12-16), dan mengampuni orang berdosa (Yoh 8:11). Matius 25: 31-46

menjadi dasar mengapa orang miskin penting agar diperhatikan. Yesus sendiri

mengindentifikasikan dirinya sebagai orang miskin yang menderita:

Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan. Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian, ketika Aku

Page 84: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

63

sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (Mat 25:35-36).

Yesus mengajarkan bahwa orang-orang yang hina adalah saudara-Nya;

”...sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah satu seorang dari

saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).

Dengan demikian Yesus mengajarkan bahwa bentuk cinta kepada Tuhan ialah

dengan mencintai orang yang menderita atau orang miskin. Dalam diri orang

menderita Tuhan hadir.

Ajaran Yesus tentang pelayanan kepada orang miskin sungguh disemangati

oleh Vinsensius. Bagi Vinsensius orang miskin adalah raja dan penguasa, karena

Tuhan berada dalam kaum miskin. Bagi Vinsensius kaum miskin adalah tuan dan

majikan. Bukan berlebihan menyebut mereka demikian karena Tuhan berada di

dalam mereka (St.Vinsensius). Mereka menghadirkan pribadi Tuhan kita yang

mengatakan “Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau sebagai orang

asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani

Engkau?” Kehadiran Tuhan dalam diri orang miskin sungguh meyakinkan

Vinsensius, dan bagi Vinsensius kebenaran ini tidak pernah salah seperti yang

diungkapkan:

Apa yang kita lihat itu tidak begitu pasti, karena pancaindera kita dapat keliru, tapi kebenaran Allah tidak pernah menipu. Pergilah menengok kaum miskin yang dibelenggu dengan rantai, dan anda akan melihat Tuhan. Layanilah anak-anak, maka akan menemukan Tuhan. Pergilah ke gubug-gubug miskin, maka anda akan menemukan Tuhan.” (St. Vinsensius)

Page 85: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

64

b. Solidaritas Gereja kepada kaum miskin

Gereja merupakan umat Allah. Gereja sebagai umat Allah merupakan

persekutuan yang berjalan dalam sejarah menuju Kerajaan Allah (Putranto,

1987:103). Dalam peziarahannya sebagai umat Allah Gereja terus merefleksikan

kehadirannya dalam menanggapi kehidupan manusia yang terus berlangsung.

Kehidupan masyarakat dunia ditandai dengan kemiskinan. Refleksi tersebut terus

diserukan melalui berbagai cara dan melalui ajaran sosial Gereja.

Ajaran sosial Gereja yang dimulai dengan Rerum Novarum hingga

Centesimus Annus mengajak seluruh umat Allah untuk melihat keadaan orang miskin

dan aplikasi ajaran Sosial Gereja. Kieser (1991:82) menjelaskankan “Seluruh ajaran

sosial Gereja adalah pandangan yang tepat mengenai manusia dan martabatnya yang

khas; pada manusia Allah mengukir citra dan gambar-Nya dan kepadanya Ia berikan

martabat yang tiada tandinganya, yang berulang kali ditegaskan oleh ensiklik dengan

begitu jelas.” Centesimus Annus artikel 1 menegaskan: ”Sebelum segala hak yang

diperoleh orang karena usaha dan tindakannya, manusia memiliki hak-hak yang tidak

merupakan balas jasa melainkan bersumber pada martabatnya yang hakiki sebagai

pribadi.” Solidaritas kepada kaum miskin terkandung dalam isi dan orientasi

ensiklik-ensiklik sosial seperti dipaparkan oleh Kieser (1991:83) “Permasalahan

sosial yang dari jaman ke jaman menantang tanggungjawab (khususnya penderitaan

manusia), hormat kepada manusia sebagai pribadi (yang terwujud dalam hormat

terhadap hak-hak azasi manusia dan manusiawi) dan demi pengabdian terhadap

kehendak Allah.” Perwujudan solidaritas yang diserukan dalam ajaran sosial Gereja

mau menegaskan bahwa manusia tidak hidup sendirian, melainkan saling tergantung,

Page 86: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

65

sehingga masing-masing mempunyai tanggungjawab etis untuk mengusahakan

solidaritas dan bonum commune/kepentingan umum. Para Uskup Indonesia

menengaskan, “Harus diberikan perhatian khusus kepada orang-orang kecil” (Surat

gembala KWI, 1991:131-132).

Gereja dalam menanggapi kemiskinan selalu meyerukan agar dalam

kegiatan-kegiatannya Gereja selalu memberikan bantuan berdasarkan Kristus

Pendirinya yang siap sedia menolong mereka yang serba kekurangan (CA, art.49).

Nilai-nilai Solidaritas sungguh dibutuhkan dalam mengatasi berbagai masalah sosial

baik nasional maupun internasional. Gereja dan bahkan seluruh dunia dipanggil

untuk menunjukkan solidaritas dengan orang-orang miskin di dunia. Bagi Gereja

amanat sosial Injil (Mat 25:40) dipandang sebagai dasar yang nyata dan motivasi

untuk bertindak dalam membaktikan diri kepada mereka yang serba miskin dan

tersingkirkan (CA, art. 57).

Bentuk konkrit solidaritas dalam Gereja tampak dalam kiprahnya dalam

perjuangannya untuk mengentaskan kemiskinan yang telah dilakukan sejak

berdirinya Gereja, dengan memperhatikan mereka yang berkekurangan (Kis 4:32-

35). Gereja dari waktu ke waktu berusaha menanggapi keprihatinan sosial dengan

cara yang khas sesuai dengan jamannya. Gereja dengan berbagai cara mengusahakan

agar perubahan demi perubahan dirasakan oleh orang miskin.

Solidaritas merupakan nilai warisan dari Kristus sendiri dalam menegakkan

Kerajaan-Nya di dunia, maka sebagai anggota Gereja, hal ini adalah suatu keharusan

untuk tetap berpihak pada orang miskin.

Page 87: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

66

B. Hipotesis

Pendidikan kesadaran sosial diyakini memberikan pengaruh bagi

berkembangnya rasa solidaritas siswa kepada orang miskin. Maka hipotesis yang

diajukan dalam penulisan ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesadaran sosial

terhadap berkembangnya rasa solidaritas siswa kepada orang miskin.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesadaran sosial dengan

berkembangnya rasa solidaritas siswa kepada orang miskin.

C. Hubungan dan Pengaruh Pendidikan Kesadaran Sosial terhadap

Berkembangnya Solidaritas Siswa Kelas VI kepada Kaum Miskin

Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan metode

penelitian, yaitu jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel,

variabel penelitian, validitas, reliabilitas, teknik pengumpulan data, teknis analisis

data dan hasil penelitian.

1. Metodologi penelitian

a. Jenis penelitian

Dari segi pendekatan merupakan penelitian kuantitatif, dengan memakai

penelitian ex post facto ”Penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan

untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi (Riduwan,2004:50).

Page 88: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

67

b.Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDK Santa Maria, Jalan Panglima Sudirman No.

30 Tulungagung. Waktu penelitian pada tanggal 23 Februari sampai dengan 13

Maret 2010.

c. Populasi, sampel dan teknik sampling

”Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran

yang menjadi objek penelitian” (Riduwan, 2004:10). Populasi dalam penelitian ini

adalah para siswa-siswi kelas VI SDK Santa Maria Tulungagung. ”Sampel adalah

bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan

diteliti” (Riduwan, 2004:11).

”Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang

representatif dari populasi” (Riduwan, 2004:11). Kehadiran siswa pada saat

pengambilan data berjumlah 85 siswa. Teknik yang digunakan untuk menentukan

sampel yaitu dengan teknik pengambilan sampel dari tabel Krecjie (Sugiyono,

2006:62) ”Krecjie dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan tingkat

kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap

populasi.” Menurut tabel Krecjie, bila jumlah populasi 85 maka sampel yang diambil

adalah 70 (Sugiyono, 2006:63). Pengambilan sampel dengan simple random

sampling yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan

acak (Riduwan., 2004:58), untuk mengambil sampel sejumlah 70 dari populasi yang

berjumlah 85. Sedangkan pengambilan sampel dengan rumus (Riduwan, 2004:65),

sebagai berikut:

Page 89: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

68

N = __ N __ N.d² + 1

N = __ 85 _ N= __ 85 ____ 85.0,05² + 1 85.0,005 + 1

N = __ 85 __ N = __ 85 _ N = 70,2 0,21 + 1 1,21

Jadi sampel yang diambil adalah 70 dari 85 populasi dengan tingkat kesalahan 5%.

d. Variabel penelitian

Ada dua variabel dalam penelitian ini yang terdiri dari satu variabel bebas

dan satu variabel terikat. Menurut Sugiyono (2006:3), Variabel bebas adalah variabel

yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat).

Jadi variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi.” Sedangkan yang dimaksud

dengan variabel terikat adalah ”variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas.” Dalam penulisan ini, variabel bebas adalah

pendidikan kesadaran sosial dan yang menjadi variabel terikat adalah sikap

solidaritas.

Tabel 4.1 Variabel Penelitian

Variabel Item No item

Variabel

bebas

Pendidikan

Kesadaran

Sosial

1. Makna teladan Yesus yang

mengasihi orang miskin

2. Cita-cita yang diharapkan dalam

hidup bermasyarakat

3. Memupuk sikap adil bagi sesamanya

4. Meneladan sikap nabi Amos yang

adil

5. Meneladan sikap Yesus

1-2

3-4

5

6-7

8-9

Page 90: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

69

membebaskan orang dari penderitaan

6. Belajar dari Jemaat Perdana untuk

solidaritas

7. Makna kunjungan ke orang sakit

8. Makna pelayanan untuk masyarakat

10-11

12-13

14-15

Variabel

Terikat

Rasa

Solidaritas

1. Rasa setiakawan

2. Peka akan penderitaan orang lain/

masyarakat sekitar

3. Berinisiatif bertindak membantu

orang yang menderita

4. Mengunjungi orang sakit

5. Memberi bantuan sesuai kemampuan

6. Adil terhadap semua teman

7. Sikap berkorban

8. Mencintai orang dan teman yang

miskin

16-17

18-19

20-21

22-23

24

25-26

27-28

29-30

e. Instrumen penelitian

1) Kuesioner

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner.

Instrumen yang dipakai dalam penelitian memakai skala likert. “Skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok

tentang kejadian atau gejala sosial” (Riduwan, 2004:87). Dalam penelitian ini skala

likert untuk mengungkap aspek penghayatan yakni solidaritas dan mengukur

pendidikan kesadaran sosial.

Instrumen berdasarkan kisi-kisi dengan uraian bagian pendidikan kesadaran

sosial adalah pernyataan positif sebanyak 15 butir yaitu nomor 1-15, dan pernyataan

Page 91: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

70

positif rasa solidaritas 15 butir yaitu nomor 16-30 (lihat tabel 4.1). Alternatif jawaban

tersedia lima kolom, kolom pertama dengan skor 5, kolom kedua dengan skor 4,

kolom ketiga dengan skor 3, kolom keempat dengan skor 2, dan kolom kelima

dengan skor 1.

(a) Validitas

Validitas artinya sahih, tepat sasaran, mengukur apa yang hendak diukur

(Dapiyanta, 2008: 31). Suatu instrumen dikatakan valid/sahih jika mampu mengukur

apa saja yang hendak diukurnya. Instrumen yang dimaksudkan di sini adalah

kuesioner. Validitas didasarkan pada validitas isi yakni kesesuaiannya dengan

indikator dan validitas butir dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir terhadap

skor total. Rumus yang dipakai yakni rumus yang dikemukakan oleh Pearson yang

dikenal dengan rumus korelasi product moment, dengan program Exel. Instrumen

dikatakan valid bila dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r)

sebagai berikut, seperti diterangkan oleh Riduwan (2004:98) sebagai berikut :

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,199 : sangat rendah (tidak valid)

(b) Reliabilitas

Reliabilitas berarti kehandalan atau keajegan. Kehandalan atau keajegan

adalah sebuah kata keadaan. Keadaan yang dimaksud memiliki rentangan dari rendah

sampai tinggi (Dapiyanta, 2008:33). Sebuah alat dikatakan reliabel bila jika

menghasilkan sesuatu yang konsisten, tidak berubah. Untuk mencari reliabilitas

Page 92: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

71

digunakan dengan rumus dari Alpha Kornbach (Dapiyanta, 2008:57) yaitu, (n/n-1)

((1-)(Evi/Vt) melalui program excel.

2) Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara dilakukan sebagai metode

pelengkap. Metode pelengkap yang dimaksud di sini adalah wawancara sebagai alat

untuk mencari informasi-informasi dalam rangka melengkapi data yang sudah ada.

Alat yang dipakai dengan cara mencatat hasil wawancara. Wawancara dilakukan

kepada guru dengan tujuan untuk mengungkap aspek solidaritas, yaitu faktor

pendukung dan faktor penghambat bertumbuhnya rasa solidaritas dalam diri siswa.

(a) Identitas responden :

• Ibu Vincentia Sunarlin, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SDK Santa Maria

Tulungagung.

• Bapak Yohanes Surani, sebagai guru Bimbingan Pribadi (BP).

• Bapak A.Y Suryanto, S.Pd, sebagai guru wali kelas VIA

• Ibu Elisabeth Murniati, S.Pd, sebagai guru wali kelas VIB

(b) Pelaksanaan tempat dan waktu wawancara

Wawancara dilakukan di SDK Santa Maria Tulungagung. Wawancara

dilakukan pada tanggal 24 dan 25 Februari 2010.

Page 93: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

72

f. Teknik analisis data

  Teknis analisis dilakukan dalam beberapa langkah, pertama analisis deskripsi. 

Analisis diskripsi dilakukan untuk memperoleh nilai rerata setiap variabel dan

mengklasifikasikan data variabel dengan lima tingkat. Kriteria tersebut diambil

dengan cara, skor maksimal dikurangi skor minimal dan dibagi 5 skala. Masing-

masing variabel ada 15 soal dengan 5 skala. Skor tiap variabel bebas dan terikat

diketahui: skor maksimal adalah 75 dan skor minimal adalah 15. Maka ( 75 - 15 ) : 5

= 12. Jadi diketahui batas skala kriteria variabel adalah 12.

Tabel 4.2 Kriteria Klasifikasi Data

Klasifikasi Skor

Sangat baik 63-75

Baik 51-62

Cukup 39-50

Kurang 27-38

Sangat kurang 15-26

Kedua dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan linieritas, serta

autokorelasi dan multikolinieritas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui

apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi

normal maka analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Analisis dilakukan

dengan bantuan komputer program SPSS. Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui

apakah ada sifat hubungan yang linier antara variabel bebas dan terikat. Rumus yang

dilakukan adalah rumus persamaan garis regresi dengan menghitung nilai F atau

analisis varian linearitas. Linieritas hubungan variabel bebas dan terikat dapat

Page 94: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

73

dilakukan melalui uji analisis data (F) dengan taraf signifikansi 5%, bila F di hitung

>F table berarti hubungan linier. Uji Multikolinieritas persyaratan untuk dapat

dilaksanakan tehnik analisis regresi adalah tidak terjadi multikolinieritas atau

hubungan yang erat antara variable independent. Tingginya korelasi antara variable

bebas (X) merupakan indikasi adanya masalah kolinieritas, hal ini dapat

diidentifikasi dari besarnya nilai determinasi (R2). jika nilai determinasi (0,50) berarti

tidak terjadi masalah kolinieritas.

Ketiga, penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis

Product moment. Analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM), menurut

Riduwan (2004:138), korelasi ini dikemukakan oleh Karl Pearson tahun 1900,

kegunaannya untuk mengetahui derajad hubungan antara variabel bebas

(independent) dengan variabel terikat (dependent).” Untuk mencari derajad

hubungan variabel bebas dengan variabel terikat digunakan program SPSS dengan

mengkorelasikan jumlah variabel bebas dengan jumlah variabel terikat (Sugiyono,

2001:170). Untuk menemukan besar kecilnya koefisien korelasi dapat berpedoman

pada tabel penafsiran Koefisien Korelasi :

Tabel 4.3 Penafsiran Koefisien

Interval Koefisens Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat kuat

( Sugiyono, 2001:172)

Keempat dengan menggunakan regresi linier hal ini mengacu ”bahwa

korelasi dan regresi mempunyai hubungan yang sangat erat. Setiap regresi pasti ada

Page 95: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

74

korelasinya.”(Sugiyono, 2006:243). Regresi linier sederhana didasarkan pada

hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independent dengan satu variabel

dependent persamaan umum regresi linier sederhana adalah : Y = a + bX.

2. Hasil Penelitian

a. Hasil uji validitas

Dari hasil pengolahan data melalui program excel diketahui pakah instrumen

tersebut valid atau tidak, dengan r tabel bila N= 70 diketahui taraf signifikan 5%

adalah 0,235 (Riduwan. 2004:234). Jika t hitung > t tabel berarti valid, sebaliknya

jika t hitung < t tabel berarti tidak valid (Riduwan, 2004:98).

Tabel 4.4 Validitas Instrumen (sesuai lampiran 3)

No. Soal

T hitung Kriteria Keterangan Hasil

1 0,47 Cukup tinggi 0,47 > 0,235 Valid 2 0,5 Tinggi 0,5 > 0,235 Valid 3 0,33 Rendah 0,33 > 0,235 Valid 4 0,49 Cukup tinggi 0,49 > 0,235 Valid 5 0,5 Cukup tinggi 0,50 > 0,235 Valid 6 0,51 Cukup tinggi 0,51 > 0,235 Valid 7 0,5 Cukup tinggi 0,5 > 0,235 Valid 8 0,55 Cukup tingii 0,55 > 0,235 Valid 9 0,5 Cukup tinggi 0,5 > 0,235 Valid 10 0,47 Cukup tinggi 0,47 > 0,235 Valid 11 0,35 Rendah 0,35 > 0,235 Valid 12 0,64 Tinggi 0,64 > 0,235 Valid 13 0,6 Tinggi 0,6 > 0,235 Valid 14 0.49 Cukup tinggi 0.49 > 0,235 Valid 15 0,5 Cukup tinggi 0,5 > 0,235 Valid 16 0,5 Cukup tinggi 0,5 > 0,235 Valid 17 0,5 Cukup tinggi 0,5 > 0,235 Valid 18 0,4 Cukup tinggi 0,4 > 0,235 Valid 19 0,5 Cukup tinggi 0,5 > 0,235 Valid

Page 96: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

75

20 0,62 Tinggi 0,62 > 0,235 Valid 21 0,54 Cukup tinggi 0,54 > 0,235 Valid 22 0,69 Tinggi 0,69 > 0,235 Valid 23 0,5 Cukup tinggi 0,5 > 0,235 Valid 24 0,61 Tinggi 0,61 > 0,235 Valid 25 0,44 Cukup tinggi 0,44 > 0,235 Valid 26 0,5 Cukup tinggi 0,5 > 0,235 Valid 27 0,59 Cukup tinggi 0,59 > 0,235 Valid 28 0,4 Cukup tinggi 0,4 > 0,235 Valid 29 0,66 Tinggi 0,66 > 0,235 Valid 30 0,6 Tinggi 0,6 > 0,235 Valid

Kesimpulannya bahwa setiap instrumen dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam

penelitian.

b. Hasil uji reliabilitas

Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa tes yang digunakan tersebut

memiliki nilai reliabilitas yang tinggi yaitu 0,9 (lampiran 3).

c. Hasil deskripsi data

Data dari pendidikan kesadaran sosial tersebut bila diklasifikasikan

berdasarkan kriteria (Tabel 4.2), hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.5 Deskripsi Data Pendidikan Kesadaran Sosial

Klasifikasi Skor Jumlah Siswa

%

Sangat baik 63-75 15 21,43%

Baik 51-62 43 61,42%

Cukup Baik 39-50 10 14,29%

Page 97: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

76

Kurang 27-38 2 2,86%

Sangat kurang 15-26 0 0%

Jumlah 70 100%

051015202530354045

jumlahsiswa

Sangat baik /21,43%Baik / 61,42%

Cukup baik /14,29%Kurang / 2,86%

Sangat Kurang /0%

Kesimpulannya :

Pendidikan kesadaran sosial diterima oleh siswa dengan keterangan sebagai

berikut : sejumlah 15 siswa (21,43%) memahami pendidikan kesadaran sosial dengan

sangat baik, 43 siswa (61,42%) memahami pendidikan kesadaran sosial dengan baik,

10 siswa (14,29%) memahami pendidikan kesadaran sosial dengan cukup baik, dan

2 siswa (2,86%) kurang memahami pendidikan kesadaran sosial dengan baik.

Sedangkan hasil data solidaritas bila diklasifikasikan berdasarkan kriteria

(Tabel 4.2), hasilnya sebagai berikut:

Page 98: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

77

Tabel 4.6 Data Deskripsi Solidaritas

Klasifikasi Skor Jumlah Siswa %

Sangat baik 63-75 13 18,58%

Baik 51-62 39 55,71%

Cukup Baik 39-50 16 22,86%

Kurang 27-38 2 2,86%

Sangat kurang 15-26 0 0%

Jumlah 70 100%

0510152025303540

JumlahSiswa

Sangat baik/18,58%Baik / 55,7%

Cukup baik /22,86%Kurang 2,86%

Sangat Kurang/ 0%

Kesimpulannya :

Solidaritas adalah nilai yang bertumbuh dalam diri siswa dengan keterangan

sebagai berikut : sejumlah 13 siswa (18,58%) memahami nilai solidaritas dengan

sangat baik, 39 siswa (55,7%) memahami nilai solidaritas dengan baik, 16 siswa

(22,86%) memahami nilai solidaritas dengan cukup baik, 2 siswa (2,86%) kurang

memahami nilai solidaritas 0%.

Page 99: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

78

d. Hasil uji prasyarat:

1) Uji normalitas

Data hasil output regresi pada tabel Normal Probability Plots ditemukan

bahwa titik-titik data membentuk pola linier sehingga konsisten dengan distribusi

normal, maka data tersebut tergolong normal (lampiran 6).

2) Uji outokorelasi

Data output regresi pada tabel Model Summary (tabel 4.12), pada kolom

Durbin-Watson di dapat nilai 1.963. Nilai Durbin-Watson digunakan untuk

menentukan uji autokorelasi dengan ketentuan apabila nilai Durbin-Watson di bawah

5, maka tidak terjadi autokorelasi.

3) Uji multikolinieritas

Dari tabel Coefficients (tabel 4.14), terlihat bahwa nilai VIF =1,000 maka

dianggap tidak terjadi multikolinieritas.

e. Hasil analisis product moment dan regresi linier

Melalui program SPPS (Sugiyono, 2001:170-172), untuk mengetahui hasil

penelitian terlebih dahulu data X dan data Y di korelasikan seperti tabel dibawah ini.

Tabel 4.7 Data pendidikan Kesadaran Sosial dan Solidaritas Siswa

No X (Pendidikan Keadaran Sosial)

Y (Solidaritas)

1 63 62 2 64 69 3 56 52 4 62 61

Page 100: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

79

5 66 64 6 59 53 7 57 56 8 62 52 9 60 47 10 63 68 11 61 60 12 48 46 13 56 51 14 52 48 15 51 53 16 50 39 17 57 59 18 51 47 19 50 45 20 58 49 21 49 54 22 58 55 23 54 53 24 62 58 25 44 43 26 58 63 27 56 59 28 56 51 29 64 64 30 58 56 31 67 65 32 58 55 33 54 54 34 61 64 35 49 5036 47 48 37 60 50 38 46 46 39 65 65 40 60 51 41 67 6742 64 67 43 63 52 44 70 69 45 60 55 46 56 54 47 47 5348 56 48 49 56 53 50 65 62 51 62 62 52 53 56 53 64 6054 55 57 55 35 36 56 53 52 57 56 59

Page 101: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

80

58 63 61 59 62 62 60 57 54 61 61 55 62 58 61 63 57 57 64 62 65 65 54 50 66 65 68 67 60 57 68 50 48 69 38 34 70 56 50

Hasil analisis korelasi product moment melalui program SPSS (Sugiyono, 2001:167)

muncul interpretasi hasil analisis untuk korelasi dengan satu prediktor:

1) Correlations Hasil analisis product moment, dihasilkan output sebagai berikut:

Tabel 4.8 Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N X 57.10 6.697 70 Y 55.27 7.688 70

Pembahasan :

Tabel di atas merupakan tabel stastistik deskriptif. Rata-rata X adalah 57.10

sedangkan Y adalah 55.27, simpangan baku atau standart deviasi X adalah 6.697

sedangkan Y adalah 7.688. N adalah jumlah sampel.

Tabel 4.9 Correlations X Y X Pearson Correlation 1 .836(**) Sig. (2-tailed) . .000 N 70 70Y Pearson Correlation .836(**) 1 Sig. (2-tailed) .000 . N 70 70

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 102: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

81

Pembahasan :

Pada tabel korelasi di atas besarnya korelasi antara X terhadap Y adalah

0.836 dengan signifikansi sebesar 0.000, pengujian dilakukan dengan pengujian dua

ekor dengan jumlah N adalah 70. Adapun ketentuan apabila signifikansi dibawah

atau sama dengan 0.05 maka Ha diterima, kesimpulannya ada hubungan yang nyata

dan signifikan antara pendidikan kesadaran sosial terhadap bertumbuhnya rasa

solidaritas siswa. ( Sugiyono, 2001:171).

Bila dibandingkan dengan tabel, besar r tabel dengan N=70 pada taraf

signifikan 5% adalah 0,235 dan 0,306 pada taraf signifikan 1%, berarti 0,836 > 0,306

> 0,235. Maka kesimpulannya ada hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara

pendidikan kesadaran sosial dengan bertumbuhnya rasa solidaritas siswa.

2) Regression Hasil analisis regresi linier dengan program SPSS, (Sugiyono. 2001:190-

203), dihasilkan output sebagai berikut :

Tabel 4.10 Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Y 54.5429 7.55787 70X 56.2143 6.74568 70

Pembahasan :

Rata-rata Y = 54.5429 Standar deviasi Y = 7.557 87

Rata-rata X = 56.2143 Standar deviasi X = 6.74568

Jumlah sampel = 70

Page 103: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

82

Tabel 4.11 Correlations

Y X Pearson Correlation Y 1.000 .741 X .741 1.000 Sig. (1-tailed) Y . .000 X .000 . N Y 70 70 X 70 70

Pembahasan:

Tabel korelasi variabel Y dikorelasikan dengan Y dan X. Variabel X

dikorelasikan dengan X dan Y, besar korelasi adalah 1.000 dan korelasi X terhadap

Y sebesar 0.741 jumlah sampel 70 orang. Angka ini menunjukkan koefisien korelasi

yang positif antara variabel X dan Y. Angka 0.741 merupakan r hitung. Untuk

menguji hipotesis yang diajukan diterima atau di tolak dengan melihat signifikansi.

Ketentuan penerimaan atau penolakan apabila signifikansi dibawah atau sama

dengan 0,005, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Untuk menguji hipotesis dengan

membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel pada taraf signifikan 5% dengan

N=70 adalah 0,235 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,306. Kesimpulannya

0,741 > 0,306 > 0,235, dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak, disimpulkan

terdapat hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,741 antara variabel X dan

variabel Y.

Tabel 4.12 Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson 1 .741(a) .549 .542 5.11435 1.963

a Predictors: (Constant), X b Dependent Variable: Y

Page 104: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

83

Pembahasan:

R square (Koefisien diterminasi) sebesar 0,549 atau 54,9%, koefisien

determinasi digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independent

(Predictor) terhadap perubahan variabel dependent. Dari hasil olahan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi 0,549. Artinya besarnya pengaruh variabel

independent (predictor/X) terhadap perubahan variabel dependent (Y) adalah 54,9%,

sedangkan 45,1% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel independent yaitu

pendidikan kesadaran sosial. Besarnya standar estimasi sebesar 5,114. Nilai durbin-

Watson digunakan uji autokorelasi dengan ketentuan apabila nilai Durbin-Watson di

bawah 5, maka tidak terjadi autokorelasi dan angka Durbin-Watson diketahui 1,963.

Tabel 4.13 ANOVA(b)

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2162.724 1 2162.724 82.684 .000(a)

Residual 1778.647 68 26.157 Total 3941.371 69

a Predictors: (Constant), X b Dependent Variable: Y

Pembahasan :

Tabel anova menunjukkan nilai F hitung sebesar =82.684 dengan df1=

derajat kebebasan pembilang 1 dan df2 = dengan derajat kebebasan penyebut 70.

Untuk menguji apakah Ho ditolak dan Ha diterima dengan melihat signifikasi dengan

ketentuan apabila signifikansi dibawah atau sama dengan 0,05 maka Ha diterima dan

Ho ditolak.

Page 105: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

84

Pengujian hipotesis dengan membandingkan F tabel dengan df1 dan df2

didapat 3,98 pada taraf signifikan 5% dan 7,01 pada taraf signifikan 1% (Sugiyono,

2006:300). Maka disimpulkan 82,684 > 7,01 > 3,98, artinya Ha diterima dan Ho

ditolak.

Tabel 4.14 Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Correlations

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero-order

Partial Part

Tolerance VIF

1 (Constant) 7.888 5.167 1.52

7 .132

X .830 .091 .741 9.093 .000 .741 .741 .741 1.000 1.00

0a Dependent Variable: Y

Pembahasan :

Harga beta nol 7,888 (a) dan harga beta satu (b) adalah 0,830 maka

persamaan regresinya antara pendidikan transformasi sosial dengan rasa solidaritas

siswa dapat disusun sebagai berikut : Y= 7,888+0,830X. Persamaan regresi yang

ditemukan dapat digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana pengaruh variabel

independent terhadap besarnya perubahan variabel dependent.

Tabel 4.15 Residuals Statistics(a) Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 36.9361 65.9843 54.5429 5.59856 70Residual -15.8549 11.4446 .0000 5.07715 70Std. Predicted Value -3.145 2.044 .000 1.000 70Std. Residual -3.100 2.238 .000 .993 70

a Dependent Variable: Y

Pembahasan:

Page 106: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

85

Residual statistik menunjukkan korelasi linier (segaris) positif, yang

dijelaskan dalam peta grafik. Scatterplot antara standarzed residual dan standardized

predicted value tidak membentuk pola tertentu, sehingga dianggap residual

mempunyai variance konstan (Lampiran 6).

3. Pembahasan Hasil Penelitian Melalui uji validitas, diketahui semua data valid sehingga bisa dilanjutkan

penelitian. Deskripsi data menunjukkan bahwa jumlah siswa yang memahami

pendidikan kesadaran sosial dengan baik yaitu 61,42% dan memahami solidaritas

dengan baik yaitu 55,71%. Uji Prasyarat diperoleh bahwa ditemukan data tergolong

normal, tidak terjadi autokorelasi dan tidak terjadi multikorelasi.

Melalui penelitian dengan analisis product moment tentang derajat hubungan

variabel bebas yaitu pendidikan kesadaran sosial terhadap rasa solidaritas siswa,

diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan yaitu 0.836, artinya

pendidikan kesadaran sosial memiliki hubungan yang erat terhadap berkembangnya

rasa solidaritas siswa.

Melalui analisis regresi linier diketahui bahwa Ha diterima dan Ho ditolak,

disimpulkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,741 antara

variabel X dan variabel Y. Diketahui besar pengaruh variabel X terhadap Y adalah

54,9%, sedangkan 45,1% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel independent

yaitu pendidikan kesadaran sosial. Sedangkan persamaan regresi dari rumus Y=

a+bX adalah Y= 7,888+0,830X. Persamaan regresi yang ditemukan digunakan untuk

Page 107: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

86

melakukan prediksi bagaimana pengaruh variabel independent terhadap besarnya

perubahan variabel dependent.

Kesimpulannya bahwa hipotesis yang diajukan baik dengan analisis korelasi

maupun regresi linier bahwa Ha diterima yaitu bahwa ada hubungan yang signifikan

antara variabel X yaitu pendidikan kesadaran sosial dengan variabel Y yaitu

berkembangnya rasa solidaritas siswa dan ada pengaruh antara variabel X yaitu

pendidikan kesadaran sosial terhadap variabel Y yaitu berkembangnya rasa

solidaritas siswa.

Hasil dari analisis korelasi menunjukkan bahwa pendidikan kesadaran sosial

dan berkenbangnya rasa solidaritas pada diri siswa sungguh memiliki hubungan yang

erat. Artinya bahwa pendidikan kesadaran sosial yang dikaji dari materi tertentu

dalam pelajaran agama kelas V dan VI (tabel 3.1) dan kegiatan-kegiatan sosial

memberikan keterkaitan yang erat dalam membantu siswa berkembang memiliki

solidaritas siswa terhadap orang miskin. Pemahaman siswa tentang solidaritas

kepada sesamanya yang miskin tercermin dari cara siswa memahami dan

mengungkapkan pengertiannya dengan mengisi angket. Hasil angket setelah

dianalisis dengan analisis product moment menunjukkan bahwa pendidikan

kesadaran sosial sungguh bermanfaat dalam mengembangkan solidaritas siswa.

Analisis regresi linier menunjukkan bahwa variabel bebas (X) yaitu

pendidikan kesadaran sosial memiliki pengaruh terhadap variabel terikat (Y) yaitu

bertumbuhnya rasa solidaritas siswa kepada orang miskin. Hal ini berarti bahwa

pendidikan kesadaran sosial dalam kajian materi pelajaran agama kelas V dan kelas

VI (Tabel 3.1) dan kegiatan-kegiatan sosial di sekolah sungguh berperan dalam

Page 108: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

87

mempengaruhi sikap siswa untuk memiliki rasa solidaritas. Pengaruh ini ditunjukkan

oleh hasil analisis regresi dengan nilai 54,9%, selebihnya dipengaruhi oleh variabel

lainnya.

Pendidikan kesadaran sosial yang dimaksud di sini adalah materi pelajaran

agama yang memiliki indikator-indikator dalam rangka membentuk siswa untuk

memiliki solidaritas kepada sesamanya khusus pada materi kelas V dan VI dan

kegiatan-kegiatan sosial sekolah yang mendukung proses terbentuknya rasa

solidaritas siswa. Solidaritas merupakan salah satu sikap yang perlu dimiliki oleh

siswa, agar siswa memiliki kepedulian terhadap perubahan nasib sesamanya yang

menderita, miskin dan mengalami ketidakadilan. Sikap solidaritas perlu ditanamkan

dalam diri siswa sejak di tingkat dasar agar bertumbuh dalam diri siswa sejak dini

keberpihakkannya kepada orang miskin. Sekolah Katolik sebagai lembaga

pendidikan memiliki tanggung jawab dalam membentuk karakter siswa yang peduli

akan nasib sesamanya yang miskin. Sebagai pribadi yang sedang bertumbuh,

penanaman nilai ini sungguh dibutuhkan oleh siswa melalui pelajaran maupun

kondisi dalam hal ini adalah kegiatan-kegiatan sosial yang memungkinkan siswa

memiliki rasa solidaritas terhadap sesamanya. Melalui sikap solidaritas diharapkan

kelak setiap siswa memiliki kepedulian dalam membantu sesamanya yang miskin

dan menjadi pelaku perubahan sosial.

Page 109: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

88

D. Analisis Tambahan tentang Faktor Pendukung dan Penghambat

Berkembangnya Rasa Solidaritas Siswa kelas VI pada Kaum Miskin

Analisis Tambahan merupakan hasil wawancara dengan guru yang

membahas tentang faktor pendukung dan penghambat berkembangnya rasa

solidaritas siswa. Sekolah Dasar Santa Maria Tulungagung merupakan bagian dari

lembaga Katolik yang ikut mendengarkan seruan Gereja dalam mewujudkan

solidaritas kepada orang miskin, “Didorong oleh cita-cita Kristiani, sekolah Katolik

terutama peka akan seruan dari segala penjuru dunia mengenai masyarakat yang

lebih adil, dan ia berusaha memberikan sumbangannya untuk itu” (Kongregasi Suci,

1977 art. 58). Sebagai lembaga pendidikan yang khas Vinsensian, SDK Santa Maria

mengupayakan suatu kepedulian kepada orang miskin dalam kegiatan-kegiatan

sekolah baik secara reflektif maupun tindakan praktis untuk menumbuhkan kepada

setiap warga sekolah suatu solidaritas bagi orang miskin. Solidaritas sebagai suatu

nilai, merupakan dasar untuk berpihak kepada orang miskin dalam memperjuangkan

hak dan perubahan bagi orang miskin.

Melalui wawancara kepada para guru (lampiran 5), ditemukan hal-hal yang

mendukung dan menghambat berkembangnya rasa solidaritas siswa kelas VI kepada

orang miskin. Pengamatan para guru yang jeli dan pengenalan akan siswa dalam hal

ini sungguh membantu dalam memberikan gambaran tersebut.

1. Faktor pendukung solidaritas siswa kelas VI kepada kaum miskin

Solidaritas siswa kepada sesamanya yang miskin bertumbuh dari waktu ke

waktu seiring dengan perkembangan siswa dalam relasinya dengan sesama dan

Page 110: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

89

lingkungan. Sifat belaskasih, murah hati dan inisiatif dalam menolong sesamanya

tampak dalam diri siswa ketika berhadapan dengan sesamanya yang miskin atau

menderita. Indikator-indikator solidaritas ini tampak dalam hidup siswa karena

beberapa faktor pendukung. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Materi pelajaran agama yang diintegrasikan dengan kehidupan nyata

Siswa SDK Santa Maria Tulungagung menerima Pelajaran Agama Katolik,

Pelajaran Agama yang berpijak akan iman akan Yesus Kristus. Sebagaimana

dijelaskan dalam silabus PAK SD (2007:9) bahwa agama amat penting dalam

kehidupan umat manusia :

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan, baik, di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pelajaran Agama Katolik yang diberikan kepada siswa merupakan suatu materi yang

dintegrasikan juga dalam kehidupan nyata siswa. Tugas-tugas pelajaran agama yang

terkait dengan bertumbuhnya kepedulian siswa kepada sesama mengajak siswa untuk

berhadapan langsung dengan keadaan sesamanya. Tugas-tugas tersebut misalnya

menggali pengalaman tentang kehidupan yang harmonis dalam masyarakat seperti

yang dialami oleh siswa, sehingga siswa juga memiliki cita-cita dalam mewujudkan

masyarakat yang adil dan damai. Observasi tentang hidup yang tidak adil, misalnya

siswa mengamati apakah ketidakadilan terjadi di dalam sekolah, sehingga siswa

mengetahui akibat ketidakadilan dan berani menjadi pembela keadilan. Membuat

Page 111: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

90

suatu rencana konkret dalam membantu sesama yang menderita di lingkungan

sekolah. Mampu mesharingkan pengalaman saling membantu dalam suatu kegiatan

sosial. Materi pelajaran agama bukan sekedar melulu untuk mengembangkan

kognitif siswa, melainkan materi menjadi pemahaman siswa dalam mewujudkan

sikap yang peduli kepada sesama.

b. Peranan guru dalam proses penanaman nilai solidaritas

Guru sangat berperan dalam mendidik dan membantu siswa untuk

berkembang, demikian pula dalam membantu siswa menumbuhkan rasa solidaritas.

Pertama-tama para guru terlebih dahulu memiliki semangat solidaritas sehingga

bersama para guru para siswa belajar dan dibimbing.

Penanaman nilai merupakan sebuah proses, demikian pula nilai solidaritas

yang ditanamkan dalam diri siswa. Proses tersebut menyangkut bagaimana seorang

guru memiliki peran dalam membantu siswa bertumbuh dalam sebuah nilai. Hasil

wawancara (lampiran 5) dengan beberapa guru menunjukkan bahwa para guru

sungguh berperan sekali dalam membantu siswa untuk belajar. Bentuk belajar

menurut A. De Block juga menyangkut belajar bermasyarakat, yang bertujuan untuk

mengembangkan hidup bersama dengan konsep solidaritas, penghargaan dan

kerukunan, berelasi dan sopan santun (Winkel, 1996:74). Penghayatan siswa akan

sebuah nilai sangat dipengaruhi oleh peran guru dalam menghayati sebuah nilai

(Winkel, 1996:195). Hasil wawancara dengan para guru menunjukkan bahwa para

guru selalu memberi contoh bagaimana guru juga mencintai orang miskin; misalnya

dengan kunjungan kepada keluarga para pemulung dan memberi bimbingan belajar

Page 112: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

91

bagi anak-anak keluarga pemulung; selain itu guru juga selalu memberikan dorongan

atau motivasi misalnya dengan membacakan suatu kisah tentang penderitaan orang

lain. Guru sebagai inspirator dalam memberikan semangat kepada setiap siswa

(Winkel, 1996:197). Penanaman nilai bagi siswa berlangsung sebuah proses dengan

berbagai faktor yang mendukung, di antaranya peran guru yang sungguh menjadi

pendorong dan teladan bagi siswa dalam bertumbuh rasa solidaritasnya bagi orang

miskin.

c. Sekolah memberikan kondisi untuk menciptakan berbagai kegiatan sosial

Sekolah Dasar Katolik Santa Maria menyelenggarakan pendidikan formal

dengan ditunjang oleh kegiatan-kegiatan yang bersifat non formal. Kegiatan-kegiatan

tersebut termasuk dalam program sekolah. Siswa sambil belajar juga telah terbiasa

dengan waktu-waktu tertentu melayani orang miskin. Pengenalan pelayanan kepada

orang miskin atau keterlibatan siswa dalam pelayanan pada masyarakat dikenalkan

sejak siswa kelas IV; misalnya dengan kunjungan ke orang sakit, membantu

posyandu, live in, pelayanan warung murah, maupun kegiatan-kegiatan dalam

penggalangan dana. Perjumpaan langsung dengan keadaan orang miskin membuat

siswa tumbuh dalam dirinya belaskasih, kemurahan hati juga sikap mau berbagi.

d. Kerjasama antara orangtua dengan sekolah

Pendidikan berlangsung berkat kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak

orang tua. Program sekolah selalu disosialisasikan kepada wali murid agar para

orang tua mengetahui seluruh program yang berlangsung dalam satu tahun

pengajaran. Komunikaasi yang terjalin antara sekolah yaitu, kepala sekolah, guru

Page 113: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

92

dengan wali murid menjadi sarana untuk bekerjasama. Wali murid dilibatkan dalam

kegiatan-kegiatan sekolah, misalnya dalam bekerjasama untuk menggalang dana saat

bazar berlangsung. Komunikasi yang baik memungkinkan pihak orangtua

mengetahui tujuan-tujuan kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, sehingga

dengan demikian orang tua juga mendukung kegitan-kegiatan yang dilakukan siswa

di sekolah. Contoh konkret dukungan orang tua dalam kegiatan sosial sekolah

misalnya, orang tua selalu memberi bekal kepada anaknya bila saatnya mengunjungi

orang sakit, dalam hal ini orang tua mendukung anaknya secara materi dan moral

untuk bertumbuh rasa solidaritasnya kepada orang miskin.

e. Penanaman nilai dalam keluarga

”Dari semua faktor penentu kepribadian, keluargalah yang paling penting.

Keluarga adalah kelompok sosial pertama dengan siapa anak diidentifikasikan; anak

lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga...” (Elisabeth B.

Hurlock, 1999:257). Hasil wawancara dengan seorang guru BP menerangkan, bahwa

guru ini mengamati ada anak-anak yang sungguh memiliki antusias yang tinggi bila

ada kegiatan sosial sekolah. Hal ini tidak lepas dari nilai yang dianut dalam

keluarganya. Jika orangtuanya memiliki kepedulian kepada sesamanya, maka

anaknya pun akan mewarisi dan belajar menghayati nilai yang diajarkan dalam

keluarga, demikian pula dengan nilai hidup yang lainnya. Nilai-nilai yang

ditanamkan dalam keluarga bisa berkembang dengan dukungan lingkungan lainnya,

misalnya lingkungan sekolah. Sehingga nilai dalam keluarga mendapat peneguhan

dalam pendidikan sekolah dalam setiap aspek perkembangan siswa.

Page 114: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

93

2. Faktor penghambat solidaritas siswa kelas VI kepada kaum miskin

Solidaritas siswa kelas VI kepada orang miskin menjadi keprihatinan bagi

para pendidik karena masih melihat siswa yang kurang menampakkan sikap

memiliki solidaritas dalam relasinya dengan teman maupun orang yang menderita.

Hal ini tampak dalam sikap siswa yang kurang peduli kepada sesamanya yang

menderita. Sebagai pendidik, para guru menyadari bahwa waktu di sekolah sungguh

terbatas dalam membantu siswa untuk berkembang. Dalam hal ini ada beberapa

faktor yang mempengaruhi siswa kurang memiliki kepedulian kepada sesamanya

sesuai pengamatan mereka sebagai pendidik. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Penanaman nilai keluarga

Keluarga adalah tempat anak belajar untuk yang pertamakalinya,

sebagaimana keluarga merupakan tempat betumbuhnya nilai-nilai yang baik maupun

yang buruk. Melalui wawancara dengan para guru, kepekaan siswa terhadap

lingkungan maupun keadaan sesamanya sangat dipengaruhi juga oleh nilai-nilai yang

ditanamkan dalam keluarga. Siswa memiliki keadaan awal yang dipengaruhi oleh

nilai dalam keluarga. Meskipun ada siswa yang memiliki kepedulian sosial yang

tinggi, tidak menutup kenyataan bahwa masih ada siswa yang memiliki sikap kurang

peduli bahkan terlihat acuh tak acuh terjadap teman atau sesamanya yang menderita.

Hal ini karena pengaruh keluarga yang kurang mendukung anak bertumbuh memiliki

sikap peka akan keadaan orang lain. Sikap orangtua yang demikian tentu

berseberangan dengan tujuan sekolah yang mengajarkan nilai-nilai hidup. Hal ini

seperti yang dikatakan Paul Suparno (Hidup,18 April 2010:12), ”Kadangkala ada

Page 115: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

94

nilai-nilai yang telah ditanamkan di sekolah, tetapi orangtua dengan alasan tertentu

tidak melanjutkan nilai-nilai itu kepada anaknya.” Contoh keadaan keluarga yang

kurang mendukung penanaman nilai yang baik menurut pengamatan para guru

adalah bahwa dalam keluarga sekarang ini banyak kedua orangtua yang bekerja,

sehingga anak hanya tinggal di rumah dengan pembantu. Orangtua yang sebenarnya

memiliki tugas mendampingi anak tidak dapat melaksanakan tugas pendampingan ini

karena kesibukan mereka. Mereka kurang memperhatikan perkembangan

kepribadian anaknya. Contoh lainnya adalah bahwa orangtua di jaman sekarang juga

memiliki kecenderungan terlalu melindungi anaknya. Orangtua bermaksud baik

untuk melindungi anaknya, namun bisa berdampak bahwa anak kurang mengenal

keadaan orang lain. Hal ini seperti yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya

untuk melarang bermain di luar rumah atau lebih baik ada teman anaknya yang

datang ke rumahnya untuk bermain bersama. Cara melindungi anak yang berlebihan

mengakibatkan anak kurang bersosialisasi dengan orang lain dan anak tidak belajar

mengenal keadaan orang lain.

b. Teknologi

Teknologi informasi merupakan indikasi kemajuan jaman yang melanda

setiap daerah, tidak terbatas di kota-kota besar saja, tetapi juga di pedesaan. Siswa

SDK Santa Maria tidak lepas dari perkembangan teknologi ini. Para guru

menyebutkan bahwa salah satu sebab bertumbuhnya keegoisan adalah pengaruh

Hand Phone (HP). Siswa yang memiliki HP cenderung memiliki sikap egois karena

Page 116: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

95

pengaruh gaya hidup yang ditawarkan oleh HP, misalnya siswa hanya berteman

dengan teman yang memiliki HP saja. Sikap egois juga bisa ditimbulkan karena gaya

hidup lewat SMS (Short Message Services) yang membuat siswa memiliki

kecenderungan memenuhi keinginannya dengan cepat. Pengalaman para guru dalam

mengamati para siswa yang kurang peduli kepada sesamanya menjadi peringatan

terhadap perkembangan teknologi informasi seperti diungkapkan oleh Paul Suparno

(Hidup,18 April 2010:12), ”Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi,

tidak tertutup kemungkinan terjadinya pergeseran nilai, pola pikir, kepribadian, dan

struktur masyarakat dewasa ini.”

Melalui wawancara dengan para guru tampak bahwa masih ada hambatan-

hambatan dalam membina siswa bertumbuh rasa solidaritas. Maka dirasa perlu usaha

lebih lanjut untuk menumbuhkan rasa solidaritas siswa. Untuk semakin memahami

pendidikan kesadaran sosial dalam menumbuhkan rasa solidaritas siswa, maka akan

dipaparkan usulan program bagi guru oleh bab berikutnya.

Page 117: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

96

BAB V

USULAN PROGRAM SEMINAR BAGI GURU SEKOLAH DASAR

KATOLIK SANTA MARIA TULUNGAGUNG

 

Para guru merupakan pribadi yang sungguh berperan dalam pendidikan bagi

siswa di sekolah untuk membantu siswa berkembang dalam semua aspek. Para guru

dalam mendidik siswa perlu berusaha untuk terbuka pada perkembangan jaman,

sehingga metode yang dipakai sesuai dengan kebutuhan siswa. Para guru, selain

sebagai tenaga pendidik dalam bidang studi, perlu menyadari akan tugasnya sebagai

seorang guru Kristiani, yang memiliki kewajiban untuk mendidik para siswa

berdasarkan nilai Kristiani. Solidaritas merupakan bagian dari nilai Kristiani.

Pendidikan kesadaran sosial membantu siswa dalam menumbuhkan rasa solidaritas

siswa kepada orang miskin.

Para guru dirasa perlu untuk mendalami tentang pendidikan kesadaran sosial.

Maka diusulkan pendalaman pendidikan kesadaran sosial melalui program seminar.

Seminar berarti satu pertemuan, di mana semua para pesertanya terlibat aktif dengan

bantuan seorang pembicara yang menguasai tema, sedangkan peserta adalah orang

yang mempelajari tema tersebut. Seminar bertujuan untuk mengeksplorasi sebuah ide

(http://Onisur.wordpress.com.). Usulan program seminar bertujuan untuk

menyampaikan sebuah gagasan, yaitu pendidikan kesadaran sosial kepada para guru

SDK Santa Maria Tulungagung.

Page 118: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

97

A. Latar Belakang Program Seminar

Para guru adalah seorang profesional yaitu para pendidik yang ahli di

bidangnya. Para guru berusaha untuk menunjukkan diri sebagai seorang pendidik

yang profesional sehingga mampu dipertanggungjawabkan kepada siswa, masyarakat

dan yayasan melalui evaluasi belajar siswa. Evaluasi hasil belajar siswa seringkali

cenderung hanya menekankan pada aspek kognitif.

Para guru SDK Santa Maria Tulungagung yang mengabdi dalam Yayasan

St. Luisa mendapatkan pembinaan dalam menghayati dan menghidupi semangat

Vinsensian dalam mendidik siswa. Diharapkan para guru mewujudkan penghayatan

semangat Vinsensian dengan terlibat dan melibatkan siswa dalam kegiatan sosial di

sekolah.

Para guru sebagai pendidik Kristiani, memiliki tugas mendidik siswa bukan

hanya mengembangkan segi intelektual saja, melainkan juga mendidik yang

mengarah pada perkembangan siswa secara menyeluruh sesuai visi Kristiani

(Kongregasi Suci, 1982:57). Para guru sebagai pendidik Kristiani perlu menggali

tentang hakekat pendidikan Kristiani yang menyangkut pengertian, tujuan, visi dan

misinya.

Lembaga pendidikan Kristiani memiliki tugas untuk mendidik siswa menjadi

agen perubahan sosial. Para guru yang bekerja di lembaga pendidikan Kristiani

memiliki peran dalam melaksanakan tugas mendidik siswa untuk menjadi pelaku

perubahan sosial. Para guru diharapkan memiliki kesadaran akan perkembangan

masyarakat dengan segala bentuk permasalahan sosial, terlebih masalah kemiskinan

yang banyak dialami sebagian besar rakyat. Oleh sebab itu, para guru memerlukan

Page 119: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

98

pengetahuan untuk mengerti apa yang dimaksud dengan pendidikan kesadaran sosial

melalui program seminar.

Program seminar bertujuan memaparkan apa yang dimaksud dengan

pendidikan kesadaran sosial. Program seminar merupakan program yang sesuai bagi

para guru sebagai sumber pengetahuan yang terus digali untuk menambah wawasan

maupun sebagai bentuk refleksi atas apa yang telah mereka laksanakan dalam

mendidik siswa. Program seminar dirasa sesuai dengan keadaan para guru dengan

waktu pertemuan sekitar delapan jam yang memungkinkan semua guru bisa

menghadiri program seminar. Melalui program seminar, para guru diharapkan

semakin memahami pendidikan kesadaran sosial dan meneguhkan pengalaman

bersama para siswa dalam membantu para miskin.

B. Alasan Pemilihan Tema

Sesuai dengan judul skripsi “Pendidikan Kesadaran Sosial dalam Rangka

Mengembangkan rasa Solidaritas Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Santa Maria

Tulungagung kepada Kaum Miskin”, tema seminar kepada para guru adalah

“Seminar Pendidikan Kesadaran Sosial bagi Para Guru Sekolah Dasar Katolik Santa

Maria Tulungagung.”

Transformasi sosial merupakan bagian tugas dari pendidikan (Nasution,

1994:157). Para guru perlu menyadari akan tanggung jawabnya sebagai pendidik

Kristiani yang terlibat dalam melaksanakan perutusan Gereja yang dijiwai oleh iman

untuk membentuk pelaku-pelaku perubahan sosial. Dasar transformasi sosial adalah

menegakkan Kerajaan Allah di muka bumi” (Banawiratma, 1991:14). Para guru

Page 120: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

99

sebagai awam Katolik merupakan pribadi yang dipanggil untuk turut  serta

mewujudkan Kerajaan Allah dalam bidang pendidikan. Melalui sekolah Katolik, para

guru “mendidik murid-muridnya untuk memajukan kepentingan masyarakat dunia

secara berdaya guna dan mempersiapkan mereka untuk melayani pengembangan

Kerajaan Allah, sehingga mereka menjadi seumpama ragi yang menyelamatkan bagi

masyarakat dan manusia...” (GE, art. 8).

Kehidupan masyarakat dewasa ini dengan segala kemajuannya, bukan berarti

banyak masyarakat yang telah terbebas dari kemiskinan, baik kemiskinan rohani

maupun jasmani. Sebaliknya kemiskinan akibat kemajuan jaman memunculkan

kemiskinan baru, misalnya banyaknya pengangguran, karena tidak ada tempat untuk

bekerja; kemiskinan akibat urbanisasi yang menimbulkan bertumpuknya penduduk

kota, padahal mereka tidak memiliki tempat tinggal yang tetap; atau bertambahnya

pemukiman kumuh yang tidak sehat, karena banyaknya penduduk di sebuah tempat.

Anak-anak menjadi korban dari keadaan tersebut sehingga masih ada anak yang

tidak menikmati pendidikan dan tidak mendapatkan gizi yang cukup untuk

pertumbuhan diri. Keadaan masyarakat yang demikian, dengan keadaan yang

bermacam-macam di jaman ini, menjadi alasan perlunya menumbuhkan solidaritas

kepada mereka yang miskin.

Tema seminar dibagi menjadi empat, yaitu: identitas pendidik Kristiani di

SDK Santa Maria Tulungagung, pendidikan kesadaran sosial, refleksi pendidikan

kesadaran sosial di sekolah dan solidaritas kepada kaum miskin. Melalui keempat

tema ini, para guru diharapkan semakin memiliki pemahaman yang menyeluruh

dalam menghayati profesinya sebagai pendidik Kristiani.

Page 121: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

100

C. Rumusan Tema dan Tujuan

Tema umum dan tujuan umum akan dijabarkan dalam empat sub tema.

Rumusan tersebut sebagai berikut:

Tema : Seminar Pendidikan Kesadaran Sosial bagi Para Guru

Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung

Tujuan : Para guru semakin menyadari akan tanggung jawabnya

sebagai pendidik Kristiani dalam mewujudkan pendidikan

kesadaran sosial di Sekolah Dasar Katolik Santa Maria

Tulungagung, sehingga memampukan para guru

membimbing siswa untuk memiliki rasa solidaritas kepada

orang miskin.

Sub Tema I : Identitas Pendidik Kristiani di SDK Santa Maria

Tulungagung,

Tujuan : Para guru memahami identitasnya sebagai pendidik Kristiani

yang berkarya di SDK Santa Maria Tulungagung, sehingga

semakin memahami tugas mereka untuk mendidik siswa

sesuai nilai-nilai Kristiani.

Sub Tema II : Pendidikan Kesadaran Sosial

Tujuan : Para guru memahami tentang pendidikan kesadaran sosial

sebagai salah satu tugas lembaga pendidikan, sehingga

menumbuhkan kepada mereka kesungguhan dalam mendidik

para siswa sebagai pelaku perubahan sosial.

Sub Tema III : Refleksi Pendidikan Kesadaran Sosial di Sekolah

Page 122: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

101

Tujuan : Para guru mampu memahami systemic change (strategi untuk

meningkatkan pemberdayaan orang miskin) untuk

merefleksikan pengalamannya melayani orang miskin

bersama siswa, dan memahami analisis sosial (ansos)

sehingga mampu menganalisis penyebab kemiskinan di

masyarakat

Sub Tema IV : Solidaritas kepada kaum miskin

Tujuan Para guru menyadari perannya dalam mengembangkan rasa

solidaritas siswa kepada orang miskin, sehingga banyak

orang miskin yang terbantu hidupnya.

Page 123: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

102D. Program Seminar Bagi Guru Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung

PROGRAM SEMINAR

BAGI GURU SDK SANTA MARIA TULUNGAGUNG

Tema : Seminar Pendidikan Kesadaran Sosial Bagi Para Guru Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung

Tujuan : Para Guru semakin menyadari akan tanggung jawabnya sebagai pendidik Kristiani dalam mewujudkan pendidikan

Kesadaran sosial di Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung, sehingga memampukan para guru membimbing

siswa memiliki rasa solidaritas kepada orang miskin.

No. Waktu Judul Pertemuan

Tujuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

1 2 3 4 5 6 7 1. Sesi I

08.00-09.00

Identitas pendidik Kristiani di SDK Santa Maria Tulungagung.

Para guru memahami identitasnya sebagai pendidik Kristiani yang berkarya di SDK Santa Maria Tulungagung, sehingga semakin

Identitas guru SDK Santa Maria Tulungagung: a. Menghayati diri

sebagai anggota Gereja yang dipanggil untuk melaksanakan tugas Gereja di bidang

a. Ceramah b. Tanya

jawab c. Tangga- pan

a. Hand Out b. LCD c. Laptop

a. Alkitab. b. KWI. 1983.

Dokumen Konsili Vatikan II. Hardawiryana (Penerjemah). Bogor: Obor.

c. Darminta.

Page 124: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

103memahami tugas mereka untuk mendidik siswa sesuai nilai-nilai Kristiani.

pendidikan b. Memahami visi dan

misi sekolah Katolik c. Menghayati

Spiritualitas guru d. Menghidupi

Spiritualitas Vinsensian

2006. Pendidikan Religiositas Sebagai Landasan Etika Profesi. Yogayakartaa: FKIP-IPPAK

d. Heryatno. 2008. Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Yogyakarta: IPPAK

e. KWI. 1999. Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial Gereja Tahun 1891-1991. Hardawiryana (penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana

Page 125: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

104f. KWI. 1996.

Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius

g. KWI. 2006. Kitab Hukum Kanonik. Rubiyatmoko (Editor). Bogor: Grafika Mardi Yuana

h. ___ 2004. Konstitusi dan Statuta Serikat Puteri Kasih dari S. Vinsensius De Paul. Ponticelli & Laettia(Pernerjemah). Vatikan: Serikat Puteri Kasih

i. ___ 1991. Ajaran dan pedoman Gereja

Page 126: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

105Tentang Pendidikan Katolik. Sewaka (Pengantar). Jakarta: Grasindo

j. Roman. 1993. Santo Vinsensius De Paul Hidup Panggilan dan Spiritualitasnya. (Ponticelli. Penterjemah). Malang: Dioma.

2. Sesi II 09.00-10.00

Pendidikan Kesadaran Sosial

Para guru memahami tentang pendidikan kesadaran sosial sebagai salah satu tugas lembaga pendidikan,

a. Tugas sekolah terhadap masyarakat

b. Dasar pendidikan kesadaran sekolah

c. Tujuan pendidikan kesadaran sosial

a. Ceramah b. Tanya Jawab c. Tangga- pan

a. Hand out b. LCD c. Laptop

a. Banawiratma. 1991. Iman, Pendidikan dan perubahan sosial. Yogyakarta:

Page 127: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

106sehingga menumbuhkan kepada mereka kesungguhan dalam mendidik para siswa sebagai pelaku perubahan sosial

Kanisius. b. Nico

Dister.1987.Kritologi Sebagai Skesta. Yogyakarta: Kanisus

c. Nasution. 1994. Asas-asas Kurikulum. Jakarta :Bumi Aksara

d. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Kanisius

3 10.00-

10.30 Istirahat - - - - -

4. Sesi III 10.30- 13.00

Refleksi pelaksanaan pendidikan kesadaran sosial

Para guru mampu memahami systemic change untuk merefleksikan

a. Pengetrapan pendidikan kesadaran sosial dalam sekolah : Diskusi kelompok

b. Systemic Change :

a. Diskusi b. Pleno c. Ceramah d. Refleksi e. Tanya

a. Kertas flap b. Spidol c. Uang

Kertas

a. Pengalaman para guru

b. CD Systemic Change

c. Suryawasita.

Page 128: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

107pengalamannya melayani orang miskin bersama siswa, dan memahami ansos sehingga mampu menganalisis penyebab kemiskinan di masyarakat.

- 20 strategi systemic change

c. Ansos - Simulasi ansos - Refleksi ansos

jawab f. Dinamika

Kelompok

g. Tangga- pan

d. LCD e. Laptop

1987. Analisis Sosial dalam Kemiskinan dan Pembebasan. (Banawiratma, Editor). Yogyakarta: Kanisius

d. Suryawasita. 1988. Perubahan sosial:Tinjauan Historis Kultural dalam Aspek-aspek Teologi Sosial Banawiratma.(Editor).Yogyakarta:Kanisius

5. 13.00-13.30

Makan siang

6. Sesi IV 14.00-15.30

Solidaritas kepada kaum miskin

Para guru menyadari perannya dalam

a. Solidaritas Yesus kepada orang miskin

b. Solidaritas Gereja

a. Ceramah b. Tanya jawab

a. Hand out b. Ceramah c. Tanya

a. Kitab Suci. b. Nico

Dister.1987.

Page 129: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

108menumbuhkan solidaritas siswa kepada kaum miskin, sehingga semakin banyak orang miskin yang terbantu hidupnya.

bagi orang miskin c. Penanaman nilai

solidaritas kepada siswa

c. Refleksi d. Tangga- pan

jawab Kristologi Sebagai Skesta. Yogyakarta: Kanisus

c. Pengalaman para guru

7. Sesi V

15.30-16.00

Evaluasi Peserta seminar memberikan evaluasi tentang proses seminar, sehingga evaluasi berguna untuk memperbaiki kekurangan dan mempertahankan hal yang sudah baik dan evaluasi bagi peserta dalam menerima materi seminar.

Refleksi : a. Hal-hal apa yang

telah Anda peroleh? b. Apa sumbangan

materi seminar bagi Anda sebagai

pendidik ? c. Kesadaran baru apa

yang Anda peroleh? d. Bagaimana Proses

pelaksanaan seminar?

Mengisi lembar evaluasi

Lembar evaluasi

Page 130: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

109

E. Petunjuk Pelaksanaan Program

Program seminar diberikan secara khusus bagi para guru Sekolah Dasar

Katolik Santa Maria Tulungagung. Namun demikian, seminar ini juga terbuka bagi

para guru TKK Santa Maria dan SMPK Santa Maria Tulungagung, karena letak

sekolah yang berdekatan dan masih dalam satu Yayasan yang dikelola oleh Yayasan

St. Luisa.

Program seminar di laksanakan dalam rangka memperingati 350 tahun

wafatnya para pendiri Serikat Puteri Kasih yaitu Santo Vinsensius de Paul dan Santa

Luisa de Marillac tepatnya pada tanggal 27 September 2010.

Program seminar dibagi menjadi empat bagian sub tema. Keempat tema

tersebut merupakan satu rangkaian kesatuan materi yang saling melengkapi untuk

memahami tema yaitu, pendidikan kesadaran sosial.

F. Contoh Satuan Pertemuan

1. Satuan pertemuan pertama

a. Identitas

1) Judul pertemuan : Identitas pendidik Kristiani di SDK Santa Maria

Tulungagung

2) Peserta : Para guru SDK Santa Maria Tulungagung

3) Jumlah peserta : 30 orang

4) Waktu : 60 menit (08.00-09.00)

Page 131: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

110

b. Pemikiran dasar

Guru adalah seorang yang ahli di bidangnya yaitu sebagai pendidik. Guru

sebagai pendidik memberikan keahliannya untuk mengembangkan siswa, sesuai

dengan tuntutan profesinya. Hal ini tampak dari cara kerja para guru yang berusaha

untuk memajukan kecerdasan setiap siswa. Dalam menekuni tugasnya ada

kemungkinan guru kurang menyadari keberadaannya dalam sebuah lembaga

pendidikan Kristiani. Guru yang bekerja di sebuah lembaga pendidikan Kristiani atau

sekolah Katolik perlu mengenal identitasnya sebagai seorang pendidik Kristiani.

Pertemuan seminar ini terlebih dahulu mengajak para guru untuk semakin

mengenal identitasnya sebagai seorang guru Kristiani dengan menyadari diri sebagai

anggota Gereja. Para guru Kristiani merupakan anggota Gereja yang turut serta

melaksanakan tugas Gereja. Para guru setelah mengenal identitasnya sebagai

pendidik Kristiani juga perlu memperdalam spiritualitas seorang guru dan

memperdalam spiritualitas Vinsensian dalam melaksanakan tugas mendidiknya di

SDK Santa Maria Tulungagung.

Melalui pertemuan seminar di bagian yang pertama ini, para guru diharapkan

semakin memahami diri sebagai anggota Gereja yang menjalankan tugas

perutusannya sebagai pendidik di sebuah lembaga pendidikan Kristiani berdasarkan

nilai-nilai Kristiani. Para guru juga semakin diteguhkan untuk menjalankan tugas

mendidik dengan semangat Yesus Kristus melalui spiritualitas seorang guru. Para

guru yang menghidupi semangat Vinsensian akan semakin diteguhkan bahwa

semangat Vinsensian merupakan bagian menjalankan tugas Gereja, yaitu membawa

kabar gembira bagi semua orang.

Page 132: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

111

c. Tujuan pertemuan

Agar para guru memahami identitasnya sebagai pendidik Kristiani yang

berkarya di SDK Santa Maria Tulungagung, sehingga semakin memahami tugas

untuk mendidik siswa sesuai nilai-nilai Kristiani.

d. Materi

a) Guru Kristiani sebagai anggota Gereja

b) Visi dan misi sekolah Katolik

c) Spiritualitas guru Kristiani

d) Spiritualitas Vinsensian

e. Metode

a) Ceramah

b) Tanya Jawab

c) Refleksi

d) Tanggapan

f. Sarana

2) Hand Out

3) LCD

4) Laptop

Page 133: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

112

g. Sumber Bahan

a) Alkitab.

b) Darminta. 2006. Pendidikan Religiositas sebagai Landasan Etika Profesi.

Yogyakarta: FKIP-IPPAK

c) Heryatno. W.W. 2008. Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah.

Yogyakarta: FKIP- IPPAK

d) KWI. 1993. Dokumen Konsili Vatikan II. Hardawiryana (Penerjemah). Bogor:

Obor.

e) KWI. 1999. Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial Gereja Tahun 1891-1991.

Hardawiryana (penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana

f) KWI. 1996. Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius

g) KWI. 2006. Kitab Hukum Kanonik. Rubiyatmoko (Editor). Bogor: Grafika Mardi

Yuana.

h) ___ 2004. Konstitusi dan Statuta Serikat Puteri Kasih dari S. Vinsensius De

Paul. Ponticelli, CM & Laetitia, PK (Team Penerjemah). Vatikan: Serikat

Puteri Kasih.

i) Kongregasi Suci untuk Pendidikan Katolik. 1982. Awam Katolik di Sekolah :

Saksi-saksi Iman. Sewaka (Pengantar). 1991. dalam Ajaran dan pedoman

Gereja Tentang Pendidikan Katolik. Jakarta: Grasindo.

j) Roman. 1993. Santo Vinsensius De Paul Hidup Panggilan dan Spiritualitasnya.

Ponticelli (Penerjemah). Malang: Dioma.

Page 134: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

113

h. Langkah-langkah pertemuan

1) Doa Pembukaan

Allah sumber cinta kasih, kami bersyukur bahwa pada kesempatan ini kami

bisa berkumpul untuk semakin mengenal dan memahami kehendak-Mu dalam hidup

kami. Sebagai pendidik, kami juga Kau panggil untuk membawa warta keselamatan

bagi sesama melalui sekolah. Bantulah kami agar kami sungguh terbuka dengan

bimbingan Roh Kudus-Mu sehingga kami mampu menghayati tugas kami sesuai

dengan kehendak-Mu. Semua ini kami mohon kepadaMu dengan perantaraan Kristus

Tuhan dan sahabat kami. Amin.

2) Pengantar

Bapak dan ibu guru yang terkasih, selamat pagi dan selamat datang dalam

pertemuan kita pada hari ini. Dalam rangka menandai wafatnya St. Vinsensius dan

St. Luisa ke-350 tahun, kita mengadakan seminar dengan tema “Pendidikan

Kesadaran Sosial.” Pada seminar ini, kita akan bersama-sama mencoba mendalami

apa yang dimaksud dengan pendidikan kesadaran sosial. Pendidikan kesadaran sosial

secara eksplisit tidak banyak dibicarakan dalam pendidikan. Namun kita akan

mencoba mempelajari bersama, mengapa pendidikan kesadaran sosial perlu kita

bicarakan pada saat ini.

Pada bagian yang pertama ini kita akan mencoba memahami identitas kita

dalam lembaga pendidikan Kristiani. Identitas seseorang biasanya berkisar pada

nama, tanggal lahir, tempat tinggal, status, maupun pekerjaan seseorang. Mengenal

identitas sebagai guru Kristiani mengajak kita mengenal diri kita sebagai pribadi

Page 135: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

114

yang beriman kepada Kristus. Dalam rangka melihat identitas kita sebagai guru

Kristiani, kita akan mencoba melihat guru Kristiani sebagai anggota Gereja,

memahami visi dan misi sekolah Katolik, mendalami spritualitas guru dan

memahami diri sebagai guru di SDK Santa Maria yang menghayati semangat

Vinsensian.

Pada kesempatan seminar ini kita mencoba terlibat aktif bersama, kita akan

saling memberi masukan yang berguna sehingga tema ini akan semakin kaya berkat

keterlibatan Bapak dan Ibu guru terutama dalam refleksi dan sharing pengalaman.

Selamat mengikuti.

3) Guru Kristiani sebagai anggota Gereja

“Awam Katolik yang berkarya di sekolah, bersama setiap orang Kristiani

merupakan anggota Umat Allah (Kongregasi Suci, 1982. art. 6). Guru Kristiani

menerima martabat yang sama sebagai Umat Allah, merupakan bagian dari anggota

Gereja. Sebagai anggota Gereja, seorang guru Kristiani berdasarkan permandian

menjalankan tugas sebagai Imam, Nabi dan Raja sesuai dengan kedudukan masing-

masing (KHK, 204). Tugas sebagai nabi adalah tugas mewartakan, tugas imami

adalah tugas pengudusan dan tugas rajawi adalah tugas pelayanan (Iman Katolik,

1996:382).

Tugas Gereja mewartakan adalah tugas setiap orang Kristiani, mewartakan

Sabda Allah dalam aktualisasi hidup manusia. Dalam Evangelii Nuntiandi artikel 1

disebutkan : “Pantang diragukan: usaha mewartakan Injil kepada orang-orang zaman

sekarang, yang diteguhkan oleh harapan tetapi sekaligus sering ditimpa oleh rasa

Page 136: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

115

takut dan gelisah, merupakan pelayanan kepada jemaat Kristiani maupun seluruh

umat manusia.” Sabda Allah memberikan harapan kepada semua orang terlebih

mereka yang mengalami kegelisahan. Tugas mewartakan beranjak dari tugas Yesus

sendiri, yaitu memberitakan warta gembira Kerajaan Allah (Luk 4:43), maka tugas

mewartakan adalah melanjutkan apa yang dilakukan Yesus sendiri di dunia dalam

mewartakan Kerajaan Allah. Sebagai seorang guru Kristiani, tugas mewartakan

dilakukan baik itu di masyarakat, lingkungan Gereja dan terlebih di lingkungan

sekolah. Kesaksian hidup seorang guru di hadapan para siswa merupakan pewartaan

apa yang diimani oleh seorang guru. Guru sebagai awam Katolik yang berkarya di

sekolah “dipanggil secara khusus untuk mengusahakan agar Gereja hadir dan

berkarya di tempat dan situasi ketika hanya melalui Gereja dapat menjadi garam

dunia, supaya kehadiran Gereja dan Sang penyelamat yang diwartakan oleh Gereja

terlaksana...” (Kongregasi Suci, 1982. art. 9). Kehadiran guru dalam sekolah Katolik

merupakan kehadiran Gereja dan membawa Sang Penyelamat dalam tugasnya di

sekolah. Dengan demikian guru mengajar dan membimbing siswa di sekolah dalam

rangka mewartakan keselamatan bagi seluruh warga sekolah. Warga sekolah adalah

seluruh siswa, para rekan guru, para karyawan sekolah dan orang tua murid yang

bekerjasama dalam mendidik siswa. Membawa warta keselamatan tentang Kristus

bagi seorang guru adalah kesaksian imannya yang bisa dirasakan oleh seluruh warga

sekolah. Kesaksian iman para guru adalah ketika mampu membawa harapan bagi

setiap warga sekolah, terlebih bagi mereka yang mengalami kegelisahan hidup.

Tugas Gereja menguduskan sangat berkaitan erat dengan tugas dalam

pelayanan sakramen-sakramen yang dilakukan oleh para pelayan sakramen (Kaum

Page 137: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

116

tertahbis). Para guru Kristiani dalam menghayati tugas ini, tidak secara langsung

melakukan tugas pengudusan lewat sakramen-sakramen, namun melalui tindakan-

tindakan yang dilakukan bersama siswa misalnya memimpin doa, memimpin ibadat

sabda, mendampingi siswa saat perayaan ekaristi, menjalankan tugas liturgi bersama

siswa. Guru sebagai pendidik di sekolah Katolik sangat akrab dengan kegiatan-

kegiatan tersebut, terlebih saat masa Adven, masa Prapaskah ataupun bulan Maria.

Para guru sebagai awam Kristiani melalui imannya memberikan sumbangannya

dalam mewujudkan tugas pengudusan ini bersama dengan para siswa. Tugas ini

dilakukan oleh para guru, sebagai awam yang memperoleh martabat yang sama

karena pembaptisannya, dianugerahi tugas imamat Kristus sendiri, seperti yang

terdapat dalam Konstitusi Dogmatik tentang Gereja artikel 34 (Lumen Gentium):

Karena kepada mereka, yang dihubungkanNya secara mesra dnegan hidup dan perutusan-Nya, Ia anugerahkan juga bagian dari tugas imam-Nya, untuk melaksanakan ibadat rohani, supaya Allah dimuliakan dan manusia diselamatkan. Oleh sebab itu awam sebagai orang yang diperuntukkan bagi Kristus dan diurapi Roh Kudus, dipanggil secara mengagumkan dan dilengkapi, agar selalu dihasilkan buah-buah Roh yang lebih melimpah....karena semua kegiatan mereka, doa dan usaha kerasulan...jika dilakukan dalam Roh...menjadi kurban rohani, yang bisa diterima Allah dengan perantaraan Yesus Kristus (1 Pt 2:5). Tugas gereja melayani. Gereja dipanggil supaya melayani manusia.

Dikatakan bahwa, “pengungkapan iman saja tidak cukup. Tujuannya adalah

Kerajaan Allah, yang oleh Allah sendiri telah dimulai di dunia” (Lumen Gentium, art.

9). Gereja dipanggil untuk mewujudkan Kerajaan Allah di dunia supaya terwujudlah

keselamatan segala bangsa manusia (Gaudium et Spes, art. 45). Dasar pelayanan

adalah iman akan Kristus sendiri. Yesus telah mengambil rupa sebagai seorang

Page 138: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

117

hamba (Flp 2:7). Maka sebagai murid Kristus, kita juga hidup seperti Kristus, untuk

mengikuti jejak Kristus (Mat 10:24).

Pelayanan merupakan perwujudan iman akan Kristus. Guru Kristiani dalam

tugasnya mendidik para siswa diharapkan juga memiliki semangat pelayanan.

Pemahaman dan semangat akan pelayanan ini berdasarkan iman akan Kristus,

sehingga penghayatan iman para guru tampak dalam hidup pelayanannnya.

Semangat pelayanan para guru tidak terbatas di lingkup sekolah saja, tetapi juga

pelayanan dalam masyarakat. Seorang guru memiliki semangat pelayanan terutama

untuk mendidik para siswa, yang terus-menerus mempersiapkan para siswa untuk

memiliki kesadaran sosial terutama dalam mengembangkan kepedulian sosial siswa.

Dekrit Awam Katolik di Sekolah: Saksi-saksi Iman artikel 19, mengatakan:

Para pendidik awam harus memberikan pengalamannya untuk pembangunan sosial dan kesadaran sosial, sehingga para siswa disiapkan untuk mengambil tempat mereka dalam masyarakat dengan sikap menghargai peranan khusus orang awam, sehingga kehidupan semacam itu yang akan dihayati oleh hampir semua siswa sebagai panggilan.

Kehadiran para guru memberikan bantuan bagi para siswa untuk bertumbuh

memiliki hidup pelayanan bagi kehidupan masyarakat.

Guru Kristiani sebagai bagian dari anggota Gereja memiliki Martabat yang

sama untuk menjalankan tugas perutusannya sesuai dengan situasi dan

lingkungannya. Kehadiran para guru bagi siswa dalam menjalankan tugas Gereja

yaitu tugas mewartakan, tugas menguduskan dan tugas melayani di lingkup sekolah

maupun di masyarakat menjadi kesaksian bagi para siswa dan masyarakat untuk

membantu menghidupi kekhasan sebuah lembaga Kristiani yang tetap menunjukkan

sifat Kristianitas sebuah sekolah.

Page 139: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

118

5) Visi dan misi sekolah Katolik

Guru Kristiani adalah mereka yang bekerja di lembaga pendidikan Kristiani

ataupun mereka yang bekerja di lembaga pendidikan swasta maupun lembaga

pendidikan negeri. Secara khusus, para guru yang bekerja di lembaga pendidikan

Kristiani atau sekolah-sekolah Katolik perlu memahami akan misi dan visi sekolah

Katolik. Visi dan misi sekolah Katolik dicantumkan dalam Deklarasi tentang

Pendidikan Kristiani atau Gravissimum Educationis. Visi Sekolah Katolik (GE, 8)

adalah :

Menciptakan lingkungan paguyuban sekolah yang dijiwai semangat kebebasan dan cinta kasih injili, membantu tunas muda agar dalam mengembangkan pribadinya serentak pula bertumbuh menurut ciptaan baru, yang merupakan keadaan mereka berdasarkan permandian; dan akhirnya mengarahkan seluruh kebudayaan manusiawi kepada warta keselamatan, sehingga pengetahuan yang perlahan-lahan diperoleh murid tentang dunia, kehidupan manusia diterangi oleh iman. Berdasarkan tugasnya, sekolah pada umumnya memiliki tugas sebagai

berikut, (GE, art. 5) :

...membina bakat-bakat intelektual dengan perawatan yang tekun, mengembangkan kemampuan menilai dengan tepat, mengantar ke dalam warisan budaya yang diperoleh dengan tepat, mengantar ke dalam warisan budaya yang diperoleh angkatan-angkatan terdahulu, mengembangkan kepekaan terhadap nilai-nilai, mempersiapakan kehidupan profesi, memupuk antara murid-murid dengan bakat dan dari lapisan berbeda-beda, pergaulan yang akrab, melahirkan kesediaan untuk saling memahami.

Sedangkan tujuan Sekolah Katolik seperti tujuan sekolah pada umumnya yaitu,

bertujuan mengadakan komunikasi kebudayaan manusia secara kritis dan

membentuk seutuhnya tiap manusia. Kekhasannya, untuk mencapai tujuan tersebut

dibimbing oleh visi Kristiani.

Page 140: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

119

Mengingat kenyataan bahwa manusia ditebus oleh Kristus, sekolah-sekolah Katolik bercita-cita membentuk dalam diri orang Kristiani keutamaan-keutamaan khusus akan memungkinkan dan menghayati hidup baru dalam Kristus dan membantunya memainkan peranan dengan setia dalam membangun Kerajaan Allah (Dekrit Sekolah Katolik, art. 36)

Sekolah Katolik memiliki tugas untuk mewujudkan tujuan sekolah dengan

“mengintegrasikan semua aspek yang berbeda-beda dari pengetahuan manusiawi

melalui mata pelajaran yang diajarkan, dengan cahaya Injil, dan untuk

menumbuhkan keutamaan-keutamaan yang khas Kristiani” (Dekrit Sekolah Katolik,

art. 37).

Kekhasan sekolah Katolik tampak dalam unsur yang terkandung dalam visi

dan tujuan sekolah Katolik, yaitu mampu menciptakan suasana persaudaraan

berdasarkan cinta kasih Injili, membantu siswa agar bertumbuh menjadi ciptaan baru

dan pengetahuan yang senantiasa diterangi oleh terang iman. Visi sekolah Katolik

perlu dipahami oleh semua penyelenggara sekolah Katolik dan semua guru yang

berkarya, agar unsur-unsur visi sekolah Katolik seperti yang dituliskan dalam Dekrit

tentang Pendidikan Kristiani (GE, art.8) menjiwai dan mendasari pelaksanaan

pendidikan Kristiani.

Kitab Hukum Kanonik menerangkan bahwa Sekolah katolik hendaknya

menyelenggarakan berdasarkan azas-azas ajaran Katolik, artinya bahwa sekolah

Katolik memiliki kekhasan yang perlu dipahami oleh setiap guru Kristiani dalam

menjadi pengajar di sebuah sekolah Katolik, ”...harus berdasarkan asas-asas ajaran

Katolik, hendaknya para pengajar unggul dalam ajaran yang benar dan hidup yang

baik” (KHK, 803 §2). Melalui penjelasan tersebut dikatakan bahwa ciri sekolah

Katolik yaitu berdasarkan ajaran iman Katolik, dan setiap pengajar juga memiliki

Page 141: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

120

kepribadian yang sesuai dengan iman Katolik, sehingga kekatolikan sebuah sekolah

sungguh tampak bukan dari ciri lahiriahnya saja, tetapi justru tampak dalam kualitas

para guru dalam menghidupi iman Katolik.

Dekrit tentang Dimensi Religius Pendidikan Sekolah Katolik artikel 1

menyebutkan, yang membedakan sekolah Katolik dengan sekolah lain adalah

dimensi religiusnya; dimensi itu terdapat dalam empat aspek, yaitu: “suasana

pendidikan, perkembangan pribadi masing-masing siswa, hubungan yang terjalin

antara kebudayaan dan injil, dan penerangan segala pengetahuan oleh cahaya iman.”

Sekolah Katolik diharapkan memiliki ciri-ciri khusus mengenai suasana pendidikan

seperti, “Saat pertama seorang siswa menginjakkan kakinya di sekolah Katolik, ia

patut mendapatkan kesan bahwa ia memasuki suatu lingkungan baru yang diterangi

oleh cahaya iman ...” (Kongregasi Suci, 1988. art. 25). Lingkungan sekolah Katolik

perlu menciptakan suasana yang memberikan kesan bagi siswa dan warga sekolah

bahwa mereka bisa merasakan nafas iman Kristiani yang bersumber pada pribadi

Yesus seperti dijelaskan, “Semangat Injil hendaknya tampak jelas dalam cara

berpikir dan hidup secara Kristiani yang menjiwai semua segi iklim pendidikan”

(Kongregasi Suci, 1988. art. 25). Sekolah Katolik memperhatikan juga

perkembangan pribadi masing-masing siswa untuk berkembang sesuai dengan

jamannya (Kongregasi Suci. 1988 art. 7). Sekolah Katolik menunjukkan usahanya

untuk mewujudkan Injil dalam kebudayaan. Injil mampu menerangi kehidupan

siswanya yang terpancar dalam kehidupan mereka sehari-hari. Iman merupakan

cahaya yang menerangi setiap segi pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar sehingga

ilmu pengetahuan mampu berperan dalam kehidupan dan tindakan yang nyata.

Page 142: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

121

Para guru Kristiani yang berkarya di sekolah Katolik mampu memahami visi

dan tujuan sekolah Katolik. Para guru adalah pribadi yang sangat dekat dengan

siswa maka dengan memahami visi, tugas, dan tujuan sekolah katolik akan mampu

menjalankan tugas mendidik sesuai dengan cita-cita pendidikan Kristiani.

6) Spiritualitas guru Kristiani

Spiritualitas berhubungan dengan kata ‘Spirit” artinya Roh daya kekuatan

yang menghidupkan atau menggerakkan seseorang untuk bertindak. Spritualitas guru

Kristiani berarti mengenal daya kekuatan yang menjiwai dan memberi daya kekuatan

seorang guru Kristiani dalam melaksanakan tugas mendidik. Dalam arti ini

spiritualitas guru Kristiani adalah spiritualitas yang bersumber pada Yesus Kristus

dan Roh-Nya yang membimbing dalam hidupnya terutama dalam tugas mendidik.

Arti spiritualitas ini seperti yang dijelaskan oleh Heryatno (2008:99) dalam buku ajar

pokok-pokok pendidikan agama Katolik:

...Spiritualitas yang dipahami sebagai aktualisasi hidup berdasarkan bimbingan Roh yang membantu dan mendorong seseorang ke arah kepenuhan hidupnya melalui relasi yang intim dengan Allahnya yang berupa penyerahan dan pengabdian diri serta kepeduliannya pada hidup sesama.

Memahami spiritualitas guru Kristiani, akan belajar bagaimana Kitab Suci Perjanjian

Lama dan Perjanjian Baru memberi inspirasi bagi setiap guru untuk memiliki

spiritualitas dan mengembangkannya dalam hidup sehari-hari.

Perjanjian Lama (Ul 32:10-12) memberi contoh bagaimana Musa

mengungkapkan bahwa Allah adalah seorang pendidik (Darminta, 2006:17),

Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya. Laksana rajawali

Page 143: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

122

menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah Tuhan sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.

Musa menggambarkan bagaimana Allah sungguh seorang pendidik, pembimbing dan

pembentuk umat-Nya dengan penuh kasih, bijaksana dan tak pernah mengenal lelah.

Allah sungguh menyertai dan mendidik umat-Nya untuk menghadapi kekerasan

hidup di padang gurun untuk menuju Tanah Terjanji. Semua itu bisa dilalui oleh

umat Israel karena tak lepas dari perhatian dan kasih Allah dalam hubungan yang

kepercayaan penuh dan tanpa syarat (Darminta, 2006:18). Allah sendiri memberi

inspirasi bagi setiap guru Kristiani yang membawa setiap murid menuju kedewasaan.

Membimbing tak lepas dari halangan-halangan, namun seperti Allah sendiri yang

setia membimbing umat-Nya berjalan dalam kerasnya hidup, seorang guru terus

menumbuhkan dalam dirinya yaitu kasih kepada para murid seperti Allah sendiri

sungguh mengasihi umat-Nya. Kasih adalah kekuatan dan dasar bagi seorang guru

untuk melaksanakan tugas mendidik seperti Allah mendidik umat-Nya dengan penuh

kasih. Kasih itu adalah Allah sendiri (1 Yoh 4:8) yang tinggal dalam setiap hati

seorang guru, agar bisa melaksanakan tugas mendidik dengan baik.

Seorang guru Kristiani adalah seorang yang beriman kepada Yesus Kristus

dan memperkembangkan imannya secara terus menerus agar imannya semakin

dewasa. Iman yang demikian menjadi kesaksian bagi para murid yang dididiknya.

Sebagai seorang beriman kepada Kristus, maka seorang guru menjadikan Kristus

adalah pusat hidupnya, artinya seorang guru Kristiani hendaknya terus menerus

menerima kekuatan dan inspirasi dari nilai-nilai hidup Kristus dalam hidupnya.

Page 144: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

123

Sebagai pendidik, Yesus adalah teladan pendidik yang sejati, terutama dalam

mendidik para murid-Nya dan mengajar orang banyak (Mrk 1:21). Ia mengajar

dengan penuh kuasa dan wibawa (Mrk1:22). Seorang guru Kristiani diharapkan

adalah seorang yang memiliki kewibawaan dalam mengajar. Kewibawaan seorang

guru terletak dari kesaksiannya hidupnya di hadapan para muridnya. Kata-katanya

akan diingat oleh para anak didiknya, karena apa yang dikatakan berdasarkan

kebenaran dan dilakukan dalam hidupnya. Kepribadian Yesus sebagai guru

mengundang para murid-Nya untuk datang dan tinggal bersama Dia (Yoh 1:39).

Seorang guru Kristiani memiliki kepribadian yang menarik bagi para murid, yaitu

ramah, menghargai pribadi anak didik, akrab dengan anak didik sehingga para murid

akan selalu merasa dekat dengan gurunya. Kedekatan antara guru dan murid

memungkinkan murid bisa terbuka, terutama mengenai masalah-masalahnya

sehingga guru sungguh mengenal muridnya dan murid mengenal gurunya, seperti

yang diteladankan oleh Yesus sebagai gembala (Yoh 10:3,14). Seorang guru adalah

seorang gembala bagi para muridnya membimbing dan menuntunnya untuk menuju

kedewasaan seperti Yesus yang membimbing domba-dombanya menuju keluar

kandang (Yoh 10:3) Untuk itu seorang guru juga seringkali perlu banyak berkorban

demi perkembangan anak didiknya, berkorban apabila menghadapi berbagai

kesulitan dalam tugasnya (Yoh 10: 11-12). Seorang guru Kristiani seharusnya adalah

seorang pendoa yang setiap kali menimba sumber kekuatan dari Allah, menjalin

relasi dengan Yesus dalam hidupnya, seperti Yesus mengenal Bapa dan dikenal Bapa

(Yoh 10:15).

Page 145: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

124

Spiritualitas guru Kristiani berpijak pada iman akan Yesus Kristus dan

meneladan Yesus sebagai pribadi yang sangat dekat para murid-Nya dalam menjalin

relasi. Tugas sebagai pendidik perlu dipahami agar seorang guru mampu

mengembangkan hidup spiritualitasnya. Heryatno (2008:106-107) dalam buku ajar

tentang pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik menjelaskan spiritualitas yang

perlu dikembangkan adalah perlunya menyadari bahwa setiap pendidik adalah

pribadi yang yang dikasihi Tuhan, berkat dan rahmat Tuhan itu memperkembangkan

hidupnya dan menjadi mitra Allah dalam bekerja. Seorang guru Kristiani bekerja

berdasarkan kasih. Kasih sebagai dasar untuk mengasihi setiap siswa sebagai pribadi

dengan segala keberadaannya dan memberikan pelayanan terutama kepada mereka

yang membutuhkan perhatian. Para guru membantu para siswa untuk memperoleh

kebahagiaan hidup, melalui kesaksian hidupnya yang berdasarkan hatinurani yang

bebas, kebenaran, kedamaian dan belaskasih Allah. Akhirnya sebagai seorang guru

Kristiani yang berpusat pada hidup Kristus, selalu mengandalkan Roh Kudus sebagai

pendidik utama dan pertama yang selalu membimbing hidup dan tugasnya sebagai

pendidik mereka.

7) Penghayatan Spiritualitas Vinsensian

Spiritualitas vinsensian merupakan nilai-nilai yang digali dari hidup St.

Vinsensius. Para Suster Puteri Kasih dalam melaksanakan pelayanan berdasarkan

semangat Kristus sendiri melalui spiritualitas Vinsensius, dan memperkenalkan

semangat Vinsensian ini kepada mereka yang menjadi rekan kerja Puteri Kasih. Para

guru yang berkarya di sekolah-sekolah yang dikelola oleh para Suter Puteri Kasih

Page 146: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

125

perlu juga mengenal semangat Vinsensian dalam menjalankan tugas mendidik.

Mengenal Spiritualitas Vinsensian berarti mengenal spiritualitas berdasarkan

pengalaman hidup religius St. Vinsensius. “St. Vinsensius adalah seorang yang

terarah pada kegiatan, dia mampu mengungkapkan diri lebih jelas melalui kegiatan

daripada melalui kata-kata. Dalam tulisan-tulisan Santo Vinsensius, sering kali

dijumpai ungkapan ini: Inilah imanku dan pengalamanku” (Roman, 1993:63).

Roman (1993:81-82) menguraikan spiritualitas St. Vinsensius, bahwa

spiritualitas St. Vinsensius berdasarkan tiga hal yaitu iman, terarah pada tindakan

(aksi) dan cintakasih. Bagi Vinsensius iman adalah penuntun hidup, “Hanyalah

kebenaran Ilahi mampu memenuhi hati dan menuntun kita dengan pasti.”

Keterbukaan terhadap iman sebagai sikap menyerah kepada pribadi Kristus. Bagi

Vinsensius, iman bukanlah pengakuan terhadap suatu deretan kebenaran-kebenaran

abstrak. Orang beriman ialah manusia yang menyerahkan kepada Kristus yang hidup.

Penghayatan iman seperti inilah yang menjadi dasar St. Vinsensius dan seperti yang

dikatakan oleh Abelly (Roman, 1993:83): “untuk lebih menghormati Yesus Kristus

dan untuk meneladani-Nya secara lebih sempurna, berjanji secara tegas bahwa dia

akan membaktikan seluruh hidupnya bagi pelayanan orang miskin demi cinta kepada

Kristus.” Vinsensius mengenal Kristus sebagaimana ia menghayati imannya terutama

dalam mengenal Kristus dalam diri orang miskin. Vinsensius mengajarkan bahwa

bagaimana beriman kepada Kristus, pertama dengan memiliki sikap hormat penuh

kasih kepada Bapa sebagaimana yang dilakukan oleh Kristus sendiri kepada Bapa-

Nya; kedua, meneladan Kristus sebagaimana Kristus telah hidup di dunia. Ia

menemukan panggilan Kristus ialah pewarta kabar gembira kepada orang miskin.

Page 147: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

126

Vinsensius berpandangan bahwa dalam usaha meneladan Kristus, tugas pokok

Gereja dan setiap orang Kristiani ialah penyelamatan orang miskin (Roman,

1993:86). “Semangat Vinsensian sejati yaitu suatu cara tertentu untuk membaca Injil,

sehingga hidup Kristiani tampak sebagai usaha untuk meneladan Yesus Kristus

dalam tugas panggilan mesianisme, yaitu pewartaan kabar gembaira kepada orang

miskin” (Roman,1993:86).

Penghayatan Vinsensius meneladanYesus sebagai pewarta kabar gembira

bagi orang miskin membawanya dalam spiritualitas yang mengarahkan pada

tindakan (aksi). Tindakan diartikan sebagai selalu berhasrat melakukan apa yang

telah diperintahkan kepada kita, bahwa kita harus bekerja tanpa hentinya demi

Kerajaan Allah (Roman, 1993:88). Dasarnya adalah “Carilah dahulu Kerajaan Allah

dan kebenaran-kebenaranya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6:

30). Menurut Vinsensius tindakan hendaknya berdasarkan pada doa. Doa merupakan

cara bagaimana mengenal Allah, mengenal diri sendiri dan doa adalah makanan jiwa

(Roman, 1993:90). Doa menjadi kekuatan dalam melakukan tindakan. Bagi

Vinsensius “tidak cukup bagi saya mencintai Allah kalau saya tidak mencintai

sesama”. Vinsensius mengajak untuk mencintai Tuhan melalui pelayanan kepada

sesama. Seperti yang diungkapkan “Marilah mencintai Tuhan, saudara-saudara,

marilah mencintai Tuhan, tetapi dengan menyingsingkan lengan baju dan dengan

mencucurkan keringat” (SV XI, 40) seperti dijelaskan oleh Roman (1993:91).

Tujuan utama dari seluruh spiritualitas Vinsensius adalah Kasih. Tindakan

yang dianjurkan oleh Vinsensius adalah tindakan kasih (Roman, 1993:93). Sasaran

kasih itu adalah kasih terhadap Tuhan, terhadap sesama dan terhadap orang miskin;

Page 148: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

127

bahwa mencintai Tuhan lewat mencintai sesama dan orang miskin. Menurut

Vinsensius, tiga keutamaan yang perlu diperhatikan dalam melayani orang miskin

yaitu kerendahan hati, keserhanaan dan cinta kasih (Konst. 18). Kerendahan hati

mendorong untuk mensyukuri anugerah Allah dan memanfaatkan untuk melayani

orang-orang miskin, untuk menyadari keterbatasan diri dan memerlukan pertobatan

terus-menerus, dan menumbuhkan dalam diri sikap sebagai seorang pelayan (Konst.

18a). Kesederhanaan mendorong untuk mencari dan mengasihi kebenaran dan

membelanya dalam situasi yang mengarah kepada ketidakadilan, dalam bertindak

harus bersikap transparan, otentik dalam kata maupun dalam hidup (Konst. 18b).

Kasih mendorong untuk mengasihi Tuhan, mendorong untuk melayani orang-orang

miskin dan mewujudkan panggilan sebagai anak Allah tanpa membedakan-bedakan

ras, budaya, status sosial atau agama (Konst. 18c).

Semangat Vinsensian menjadi semangat para guru dalam menjalankan

tugasnya sebagai pendidik Kristiani di Sekolah Dasar Santa Maria Tulungagung.

Semangat Vinsensian yang menghidupi dan menjiwai para guru memberikan

dorongan dalam dirinya untuk mencintai Tuhan dan sesama, mewujudkannya dalam

pengajaran kepada para siswa dan membimbing para siswa untuk bertumbuh

memiliki semangat Vinsensian.

7) Refleksi

Sejauh mana saya sebagai guru SDK Santa Maria, menyadari identitas guru

Kristiani yaitu menghayati diri sebagai anggota Gereja, memahami visi dan misi

sekolah Katolik, menimba spiritualitas guru dan menghidupi semangat Vinsensian?

Page 149: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

128

2. Satuan pertemuan kedua

a. Identitas

1) Judul pertemuan : Pendidikan Kesadaran Sosial

2) Waktu : 60 menit (09.00-10.00)

b. Pemikiran dasar

Para guru melaksanakan tugas utamanya sebagai pendidik. Guru

melaksanakan tugas sesuai dengan bidang studi masing-masing, misalnya sebagai

guru Matematika, sebagai guru bahasa Inggris atau sebagai wali kelas yang mengajar

semua bidang studi dalam kelas bawah (kelas I-III). Para guru hanya mementingkan

agar tugas dalam mengajar bidang studi bisa terlaksana dengan baik, dengan hasil

belajar siswa yang memuaskan. Nilai rapor / ijazah seringkali menjadi ukuran

keberhasilan belajar. Hal ini tidak bisa disangkal karena salah satu tujuan belajar agar

siswa mampu mengerti pelajaran dan hanya bisa diukur melalui suatu tes.

Pemahaman yang kurang mendapat perhatian dari para guru adalah pentingnya

pendidikan kesadaran sosial dalam sebuah lembaga pendidikan. Maka dalam bagian

kedua seminar diberikan materi sehubungan dengan pendidikan kesadaran sosial.

Pertemuan seminar pada bagian kedua ini memaparkan tugas sekolah bagi

masyarakat, dasar dan tujuan pendidikan kesadaran sosial di lembaga pendidikan.

Setiap lembaga pendidikan memiliki tugas untuk membina para siswa menjadi agen

perubahan dalam masyarakat. Lembaga pendidikan Kristiani melaksanakan

pendidikan berdasarkan nilai-nilai Kristiani. Dasar dari transformasi sosial adalah

menegakkan Kerajaan Allah di dunia. Melalui pertemuan ini para Guru diharapkan

Page 150: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

129

mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan kesadaran sosial dan memahami

bahwa transformasi sosial merupakan salah satu tugas lembaga pendidikan, sehingga

menumbuhkan bagi para guru kesungguhan untuk mendidik para siswa sebagai

pelaku perubahan sosial.

c. Tujuan pertemuan

Para guru memahami tentang pendidikan kesadaran sosial sebagai salah satu

tugas lembaga pendidikan, sehingga menumbuhkan bagi mereka kesungguhan dalam

mendidik para siswa sebagai pelaku perubahan sosial.

d. Materi

1) Tugas sekolah terhadap masyarakat

2) Dasar pendidikan kesadaran sekolah

3) Tujuan pendidikan kesadaran sosial

e. Metode

1) Ceramah

2) Tanya Jawab

3) Tanggapan

f. Sarana

a) Hand out

b) LCD

Page 151: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

130

c) Laptop

g. Sumber Bahan

a) Alkitab

b) Banawiratma .1991. Iman, Pendidikan dan perubahan Sosial. Yogyakarta:

Kanisius.

c) KWI. 1993. Dokumen Konsili Vatikan II. Hardawiryana (Penerjemah). Bogor:

Obor.

d) Komisi Pendidikan KWI. (1991). Ajaran Pedoman Gereja tentang Pendidikan

Katolik. Sewaka (Pengantar). Jakarta: Gramedia.

e) Mardiatmadja. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

f) Nasution. 1994. Asas-asas Kurikulum. Jakarta :Bumi Aksara.

h. Langkah-langkah pertemuan

1) Pengantar

Para bapak-ibu guru yang terkasih, pada bagian berikutnya kita akan

mendalami apa yang dimaksud dengan pendidikan kesadaran sosial. Pendidikan

kesadaran sosial kurang banyak dibicarakan karena tidak ada kurikulum khusus

tentang hal ini. Namun pendidikan kesadaran sosial menjadi salah satu tugas sekolah,

sehingga sebagai pendidik kita perlu memahami hal ini. Pada bagian ini kita akan

mendalami tugas sekolah bagi masyarakat, dasar dan tujuan pendidikan kesadaran

sosial.

Page 152: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

131

2) Tugas sekolah terhadap masyarakat

Sekolah Katolik adalah tempat di mana segala kesempatan bisa dilakukan

terutama dalam menanamkan nilai Kristiani seperti yang terdapat dalam Dekrit

Sekolah Katolik yaitu ”tempat-tempat pertemuan bagi mereka yang ingin

mengungkapkan nilai-nilai Kristiani dalam pendidikan, ...yang bertujuan

mewariskan nilai-nilai untuk hidup” (Kongregasi Suci, 1977. art. 53). Nilai-nilai

Kristiani yang dimaksudkan adalah ajaran Yesus sendiri, seperti kasih kepada Allah,

kasih kepada sesama, mengampuni, bersikap adil, pengorbanan, belas kasih dan

solidaritas kepada yang menderita, cinta kepada alam lingkungan, dan sebagainya.

Dengan demikian sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan nilai-nilai Kristiani

dalam diri siswa. Nilai-nilai Kristiani tersebut sangat erat kaitannya dengan cara

siswa bersikap terhadap sesama dan lingkungannya dalam menanggapi suatu situasi.

Maka pengembangan nilai Kristiani bagi siswa juga berkaitan dengan tugas sekolah

bagi masyarakat. Sikap adil, sikap penghormatan dan kasih sangat dibutuhkan dalam

menghadapi situasi masyarakat.

Nasution (1994:94) menjelaskan fungsi sekolah, yaitu: ”Menyampaikan

kebudayaan kepada generasi muda demi kelanjutan bangsa dan negara, memberi

sumbangan kepada perbaikan dan pembangunan masyarakat, dan mengembangkan

pribadi anak seutuhnya.” Sekolah Katolik selain tempat penanaman nilai Kristiani,

juga tempat penanaman nilai dasar kemanusiaan pada umumnya. Menurut

Mardiatmadja (1986:21) nilai berarti hakikat suatu hal, yang menyebabkan sesuatu

pantas ’dikejar’ agar manusia dapat berkembang. Selanjutnya Mardiatmadja

menjelaskan bahwa mendidik adalah ”membantu seseorang untuk dapat menyadari

Page 153: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

132

adanya nilai-nilai itu, mendalaminya, meng-aku-inya, memahami hakikatnya,

kaitannya satu sama lain serta peranan dan kegunaannya bagi hidup (bersama).”

Selanjutnya dikatakan ”proses pendidikan adalah proses penyadaran akan nilai-nilai

dasar manusiawi...” sehingga sekolah merupakan tempat bertumbuhnya nilai-nilai

hidup. Maka sekolah memiliki tugas untuk membentuk kepribadian siswa melalui

nilai-nilai yang berguna dalam kehidupan bersama, memberikan sumbangan bagi

pembangunan masyarakat. Dengan kata lain sekolah mempunyai tugas untuk

meyiapkan siswa agar hidupnya berguna bagi masyarakat.

Selaras dengan fungsi sekolah yang dimaksud oleh Nasution, Gereja melalui

kehadirannya dalam sekolah Katolik juga memiliki fungsi untuk mendidik seperti

dijelaskan dalam Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani atau yang disebut

Gravissimum Educationis ”mendidik murid-muridnya untuk memajukan kepentingan

masyarakat dunia secara berdaya guna dan mempersiapkan mereka untuk melayani

pengembangan Kerajaan Allah...” (art.8).

Sekolah memiliki tugas bagi pembangunan masyarakat itu, maka sekolah

Katolik diharapkan memperhatikan perkembangan pribadi siswa untuk memiliki

kepedulian kepada masyarakat, seperti diungkapkan dalam Dekrit Sekolah Katolik

artikel 62, ”...sekolah Katolik merupakan sumber pelayanan yang tidak dapat

digantikan, bukan saja bagi para murid dan warga lainnya. Melainkan juga bagi

masyarakat. Terutama sekarang orang melihat suatu dunia yang menyerukan

solidaritas...” Kehadiran sekolah Katolik sebagai pusat mendidik tampak relasinya

dengan masyarakat di sekitarnya dalam turut serta menjawab persoalan-persoalan

manusia, dengan usaha membantu anak didik memiliki kepedulian kepada

Page 154: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

133

masyarakat yang membutuhkan kesejahteraan. Maka sekolah Katolik sebagai pusat

mendidik diharapkan mampu memperhatikan semua aspek kehidupan baik, bagi

peserta didik, bagi Gereja maupun bagi masyarakat, sehingga perannya sungguh

beramanfaat bagi pembentukan diri siswa.

3) Dasar pendidikan kesadaran sosial

Kesadaran sosial merupakan sikap peka akan situasi masyarakat dan

lingkungannya. Tujuan pendidikan kesadaran sosial adalah terwujudnya

transformasi sosial. Memahami kata transformasi sosial berarti mengaitkan

perubahan dengan kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat yang mengalami

kemiskinan, penindasan atau pun masyarakat yang menderita. Perubahan sosial

berarti perubahan dari masyarakat yang mengalami penderitaan menjadi masyarakat

yang bebas dari penderitaan. Menurut Banawiratma (1991:14) kemiskinan

merupakan hal yang harus disingkirkan. Ia melihat bahwa kemiskinan merupakan

faktor terjadinya penindasan, maka diperlukan penghapusan kemiskinan, seperti

dijelaskan:

Kemiskinan membuat orang jadi lemah, dan orang yang lemah mudah ditindas. Karena itu, menegakkan keadilan di dunia sekarang berarti berjuang untuk menghapuskan kemiskinan. Terutama kemiskinan struktural, yakni kemiskinan yang disebabkan oleh sistem sosial yang eksploitatif, bukan karena kekurangan yang ada pada pribadi-pribadi orang-orang miskin tersebut. (Banawiratma, 1991:14).

Pendidikan kesadaran sosial adalah pendidikan dengan usaha agar terwujudlah

suatu perubahan bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat yang mengalami

penderitaan, kemiskinan atau pun yang memerlukan pembebasan. Sekolah Katolik

Page 155: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

134

memiliki tugas sehubungan dengan pembangunan masyarakat, yaitu mampu

menyiapkan siswa agar menjadi pelaku perubahan sosial. Dasar transformasi sosial

di sekolah Katolik adalah ”...menegakkan keadilan di dunia ini. Atau dalam bahasa

Kristiani-nya, menegakkan Kerajaan Allah di muka bumi” (Banawiratma, 1991:14).

Lembaga pendidikan Katolik dalam misinya terkandung pula misi Gereja yaitu

mewujudkan Kerajaan Allah. Pendidikan kesadaran sosial melalui lembaga

pendidikan merupakan usaha dalam rangka untuk mewujudkan Kerajaan Allah hadir

di dunia. Hal ini ditegaskan oleh Banawiratma (1991:32) bahwa “Karya dan lembaga

pendidikan merupakan wujud dan sarana penghayatan iman, yakni ikut menegakkan

Kerajaan Allah.” Pendidikan Kristiani tidak bisa lepas dari pribadi Yesus sebagai

model hidup Kristiani. Kembali ditekankan oleh Banawiratma (1991:27) betapa

penting relasi dengan Kristus untuk menjadi pelaku-pelaku perubahan sosial:

Membiarkan transformasi manusia dari dalam oleh Kristus sendiri bukanlah hanya perkara individual dan tidak meniadakan partisipasi aktif dari pihak manusia. Transformasi itu terjadi dengan secara aktif memasuki gerakan Allah sendiri, dengan memperjuangkan perubahan sosial di tengah-tengah masyarakat. Transformasi dari dalam berjalan seiring, terwujud dan dikembangkan melalui dan dalam partisipasi transformasi sosial.

Beriman kepada Yesus berarti ikut serta mewujudkan Kerajaan Allah melalui

kegiatan dan tindakan nyata. Dalam Perjanjian Baru Kerajaan Allah sangat erat

dengan kehadiran Pribadi Yesus, dalam relasi-Nya dengan Allah, karya dan sabda-

Nya. Melalui Diri Yesus diwujudkannyalah Kerajaan Allah, sebagaimana dinyatakan

oleh Lukas: ”Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya

Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11:20), seperti dijelaskan oleh

Banawiratma (1991: 53-54). Dalam Injil, Kerajaan Allah sangat berkaitan dengan

Page 156: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

135

kehidupan orang miskin; Allah memberikan perhatian kepada orang miskin untuk

memperoleh keselamatan, ”Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan dan orang

kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada

orang miskin diberitakan kabar baik” (Luk 7:22). Keseluruhan Pribadi Yesus

mengungkapkan bahwa Kerajaan Allah telah datang (Banawiratma, 1991:55).

Penginjil Lukas menyatakan perutusan Yesus sebagai berikut,

Roh Tuhan ada di atas-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberikan pembebasan bagi orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun kesukaan Tuhan telah datang.”(Luk 4:18)

Pendidikan kesadaran sosial memiliki dasar yaitu Allah sendiri yang meraja,

terutama dalam memberikan pembebasan kepada yang miskin. Transformasi sosial

membantu terwujudnya pembebasan bagi orang yang mengalami kemiskinan

maupun pemiskinan.

4) Tujuan pendidikan kesadaran sosial

Tujuan pendidikan kesadaran sosial berdasarkan nilai-nilai Kerajaan Allah

adalah mewujudkan kehidupan yang adil, damai, cinta kasih, dan kesatuan. Maka

tujuan pendidikan kesadaran sosial adalah mewujudkan suatu perubahan hidup yang

berdasarkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Pendidikan dipahami sebagai mediasi dan

jalan menuju transformasi sosial. Dijelaskan oleh Heryatno (2008:14), bahwa:

“merupakan tantangan yang mendasar bagi pendidikan Katolik untuk

memperkembangkan kesadaran, kepekaan dan kepedulian sosial di dalam diri para

Page 157: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

136

staf dan siswa-siswinya. Pendidikan Katolik menyadari pentingnya menumbuhkan

dalam diri lulusan kesediaan untuk berjuang demi reformasi sosial”.

Tujuan pendidikan kesadaran sosial membentuk para siswa untuk menjadi

pelaku perubahan sosial dan bagi lembaga pendidikan mampu memberikan

perubahan sosial. Sekolah menjadi tempat dan sarana dalam perubahan sosial seperti

yang ditegaskan oleh Banawiratma (1991:83), ”Karya dan lembaga pendidikan

menjalankan peranan ganda, yakni sebagai pelaku perubahan sosial itu sekaligus

mengusahakan munculnya pelaku-pelaku perubahan sosial.” Nasution (1994:157)

menguraikan ”lembaga pendidikan melalui sekolah berfungsi untuk memajukan

masyarakat dan bertindak sebagai ”agent of change.” Lebih lanjut dikatakan bahwa

“Ada masanya dengan pengajaran dapat dilenyapkan kemiskinan, kemelaratan,

kejahatan dan macam-macam penyakit masyarakat.” Para ahli pendidikan

berpendapat bahwa sekolah merupakan alat efektif untuk memperbaiki kehidupan

masyarakat:

John Dewey memandang sekolah sebagai alat yang paling efektif untuk merekonstruksi dan memperbaiki masyarakat melalui pendidikan individu. G.S. Counts mempunyai pendirian yang lebih jauh lagi. Ia tidak hanya mengharapkan bahwa pendidikan harus membawa perubahan dalam masyarakat akan tetapi mengubah tata-sosial dan mengatur perubahan sosial. (Nasution, 1994:157).

Pandangan para ahli menegaskan bahwa lembaga pendidikan sebagai sarana

perbaikan atau pun perubahan dalam masyarakat berperan memperbaiki kondisi

masyarakat.

Page 158: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

137

  Pendidikan kesadaran sosial bertujuan mampu memberikan sumbangan bagi

perkembangan diri siswa dari aspek sosialnya untuk bisa melihat kebutuhan

masyarakat, seperti dijelaskan oleh Banawiratma (1991:14),

”Orang-orang berilmu yang merupakan hasil dari proses pendidikan harus bisa melihat dan menguraikan masalah... Melalui komitmen etisnya, dia juga bertanggungjawab untuk mengubahnya, mencari alternatif-alternatif pemecahan yang lain yang lebih efektif.”

Pendidikan kesadaran sosial membantu seseorang untuk mampu melihat realitas

masyarakat yang memerlukan perubahan hidup sosial dari situasi yang kurang baik

menjadi lebih baik. Pribadi yang demikian ini, tidak begitu saja memiliki kepekaan

sosial, tapi perlu suatu bantuan yaitu pendidikan.

Kesimpulannya tujuan pendidikan kesadaran sosial untuk membawa

perubahan hidup bagi masyarakat yang mengalami kemiskinan dan penderitaan

untuk mengalami pembebasan, dengan membentuk pribadi siswa menjadi pelaku

perubahan sosial sekaligus lembaga pendidikan yang mengadakan perubahan itu

sendiri.

5) Refleksi

• Apakah sekolah kita sudah menjalankan tugas sekolah sebagai trasformasi sosial?

• Apakah kita menemukan kesadaran baru akan perlunya pendidikan kesadaran

sosial dalam tugas mendidik?

Page 159: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

138

3. Satuan pertemuan ketiga

a. Identitas

1) Judul pertemuan : Refleksi pelaksanaan pendidikan kesadaran sosial

2) Waktu : 150 menit (10.30-13.00)

b. Pemikiran dasar

Para guru di SDK Santa Maria Tulungagung menjalankan tugas mendidik

dijiwai oleh semangat Vinsensian. Semangat Vinsensian adalah penghayatan

keutamaan nilai-nilai Vinsensius yaitu melayani Kristus dalam diri orang miskin

berdasarkan kerendahan hati, kesederhanaan dan cinta kasih. Para guru menghayati

semangat Vinsensian dengan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial baik di

masyarakat, di sekolah dan bersama siswa melayani orang-orang miskin yang ada di

sekitar sekolah. Namun para guru perlu mendapatkan wawasan agar dapat

melaksanakan pelayanan kepada orang miskin semakin baik lagi. Para guru perlu

menerima materi systemic change dan analisis sosial (ansos) agar semakin mampu

mengenal cara yang baik dalam melayani orang miskin dan mampu mengetahui

penyebab kemiskinan di masyarakat. Materi systemic change adalah salah satu

materi dalam pertemuan keluarga Vinsensisan di Bangkok. Analisis sosial adalah

cara untuk mempelajari struktur sosial yang ada dan mencari penyebab kemiskinan

Pertemuan bagian ketiga ini bertujuan untuk melihat kembali pengalaman

para guru bersama siswa melayani orang miskin melalui diskusi kelompok. Dengan

mengenal materi systemic change dan analisis sosial membantu para guru untuk

mampu merefleksikan pengalaman para guru bersama siswa dalam melayani orang-

Page 160: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

139

orang miskin. Melalui simulasi analisi sosial para guru semakin memahami penyebab

kemiskinan dan menjadi pribadi yang mampu memberdayakan para miskin dalam

meningkatkan kehidupannya.

c. Tujuan pertemuan

Para guru mampu memahami systemic change untuk merefleksikan

pengalamannya melayani orang miskin bersama siswa, dan memahami analisis sosial

sehingga mampu menganalisis penyebab kemiskinan di masyarakat.

d. Materi

1) Diskusi kelompok

2) 20 strategi systemic change

3) Simulasi analisis sosial

e. Metode

1) Ceramah

2) Tanya Jawab

3) Diskusi kelompok

4) Refleksi

f. Sarana

a) Hand Out

b) LCD

Page 161: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

140

c) Laptop

d) Kertas flap

e) Spidol

f) Kantong uang

g) Spidol

h) Papan pencatat

i) 250 uang kertas

g. Sumber Bahan

a) Alkitab.

b) KWI. 1993. Dokumen Konsili Vatikan II. Hardawiryana (Penerjemah). Bogor:

Obor.

c) KWI. 1999. Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial Gereja Tahun 1891-1991.

Hardawiryana (penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana.

d) KWI. 2006. Kitab Hukum Kanonik. Rubiyatmoko (Editor). Bogor: Grafika Mardi

Yuana.

e) Suryawasita. 1988. Kemiskinan dan Struktur Sosial Tawar Menawar. Dalam

Aspek-aspek Teologi Sosial. Banawiratma (Editor). Yogyakarta: Kanisius.

f) Vincentian Family. 2009. Systemic Change.

Page 162: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

141

h. Langkah-langkah pertemuan

1) Pengantar

Bapak dan ibu guru yang terkasih, setelah kita beristirahat sejenak kita akan

melanjutkan seminar kita. Pada bagian ketiga ini kita akan bersama-sama melihat

pengalaman kita bersama siswa dalam melayani orang miskin dan mengenal strategi

systemic change dalam merefleksikan pelayanan kita. Melalui dinamika kelompok

kita juga akan akan mencoba bermain untuk semakin mengetahui bahwa kemiskinan

di masyarakat merupakan akibat dari sistem yang tidak berubah. Selamat mengikuti.

2) Diskusi kelompok dan Pleno 45 menit

Para peserta dibagi ke dalam beberapa telah kelompok. Setelah mengetahui

kelompoknya, para peserta masuk dalam kelompok. Masing-masing kelompok ada 5

orang. Bahan diskusi sebagai berikut:

(a) Menurut Anda, orang miskin yang bagaimanakah yang perlu ditolong?

(b) Bentuk pertolongan apa yang telah Anda lakukan bersama para siswa kepada

orang miskin?

(c) Apa tujuan Anda melayani orang miskin bersama para siswa?

(d) Menurut Anda bentuk pemberdayaan apa yang perlu diusahakan dalam

memandirikan orang miskin?

Para peserta memulai diskusi dengan waktu menit dan berkumpul untuk pleno. Hasil

diskusi sebagai acuan untuk direfleksikan melalui materi berikutnya.

Page 163: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

142

3) Strategi Systemic change (45menit)

Systemic Chage adalah salah satu materi pertemuan Vincentian Family di

Bangkok pada tanggal 9-13 November 2009. Systemic Chage mewujudkan

solidaritas demi perubahan orang miskin melalui strategi-strategi. Seruan Paus

Yohanes Paulus II saat berbicara kepada jemaat di New York pada 02 Oktober 1979

bahwa: Dalam melayani orang miskin, perlu menganalisis situasi orang miskin

secara hati-hati, dengan mengidentifikasikan akar struktural kemiskinan, dan

menyusun solusi secara konkrit.

Komisi internasional Vincentian Family telah banyak menganalisis beberapa

proyek yang sukses, menemukan bahwa strategi-strategi yang selama ini dibuat

ternyata datang dari Injil dan tradisi Vinsensian. Strategi yang digunakan bukan yang

berasal dari refleksi abstrak, melainkan merupakan buah dari pengalaman praktis

yang sangat berguna dan esensial dalam membuat perubahan. Kategori strategi ada

empat yaitu :

• strategi yang berorientasi pada misi yang berfokus pada arah dan motivasi,

• strategi yang berorientasi pada tugas, yang berorientasi pada organisasi,

• strategi yang beroreintasi pada manusianya, yang berfokus pada orang miskin itu

sendiri sebagai pribadi-pribadi yang paling bisa mengubah situasinya sendiri,

• dan strategi yang berfokus pada pada tanggungjawab bersama, networking, aksi

politik, yang menekankan partisipasi dan solidaritas.

Strategi pertama:

“Jangan mengira bahwa kemiskianan itu hanya sebagai akibat dari situasi

lingkungan yang tak dapat dihindarkan, tetapi juga merupakan produk dari situasi

Page 164: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

143

ketidakadilan yang dapat diubah, dan berfokus pada tindakan yang akan dapat

mematahkan mata rantai kemiskinan”

Strategi ini bertujuan untuk mengembangkan sikap menyadari bahwa

matarantai kemiskinan itu bisa dipatahkan, daripada menganggapnya sebagai hal

yang tak dapat dihindari. Dunia ini memiliki materi lebih dari cukup bagi semua

umat manusia. Kenyataan yang ada sekarang ini hanya karena ekonomi yang dapat

berubah dan struktur masyarakat yang menguntungkan yang kuat. Kemiskinan dapat

dihapus hanya dengan membangun struktur masyarakat yang adil di mana orang

miskin mempunyai akses untuk memperoleh pendidikan, perumahan, pekerjaan,

pelayanan kesehatan, gizi dan kebutuhan dasar lainnya. Nelson Mandela pemimpin

Afrika Selatan mengatakan ”Mengatasi kemiskinan tidak cukup hanya dengan

perbuatan karitatif saja, tetapi juga dengan keadilan.” Frederick Ozanam (1813-1853)

seorang awam dan dokter pendiri SSV (Serikat Sosial Vinsensius), 150 tahun yang

lalu mengatakan, “Kasih karitatif saja belum cukup. Ini hanya mengobati lukanya,

tetapi tidak menghentikan penyebab luka itu. Kasih yang benar adalah yang seperti

orang Samaritan yang baik itu, yang menuangkan minyak pada luka pada si korban,

merupakan kewajiban dalam keadilan untuk mencegah terjadinya serangan itu”.

Strategi kedua:

“Rancangan proyek-proyek, strategi-strategi kreatif, kebijakan dan pedoman

harus mengalir dari nilai-nilai Kristiani dan misi kita (Vinsensian) mulai proyek yang

kecil, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dikembangkan dan dapat

berlangsung dalam waktu yang relatif panjang.”

Page 165: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

144

Strategi ketiga:

”Mempertahankan respect yang mendalam akan budaya setempat, menginjili

dan menginkulturasikan nilai Kristiani dan nilai-nilai kharisma Vinsensian.

Inkulturasi tersebut meliputi: hidup bersama orang miskin, mempelajari cerita-cerita

mereka dan memiliki solidaritas, yaitu mampu merasakan apa yang dialami oleh

orang miskin.

Strategi keempat:

”Menggalang komunitas yang memiliki satu suara bulat” maksudnya yaitu,

menyatukan komunitas sehingga dapat menyuarakan satu suara bulat dan

bekerjasama untuk mengubah kondisi hidup orang miskin.

Strategi kelima:

“Memiliki visi holistik yang mengungkapkan kebutuhan dasar manusia: baik

individu maupun sosial; jasmani dan rohani; khususnya pekerjaan-pekerjaan

perawatan kesehatan, perumahan, pendidikan, perkembangan kepribadian yang

merupakan pendekatan integral untuk menjaga mempertahankan perkembangan itu.

Strategi keenam:

“Melaksanakan strategi-stratetgi secara bertautan, mulai dengan sederhana,

mendelegasikan tugas-tugas dan tanggungjawab, dan menyediakan pelayanan yang

berkualitas dengan mengindahkan martabat manusiawi.” Frederick Ozanam

mengatakan: “Jangan takut untuk memulai sesuatu yang baru. Jadilah kreatif,

inventive. Organisasikan karya kasih yang baru dalam pelayanan kepada orang

miskin. Anda yang punya energi; yang punya antusiasme; yang ingin melakukan

Page 166: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

145

suatu nilai untuk masa depan, jadilah inventive, mulai saja, jangan menunggu-

nunggu.”

Strategi ketujuh:

“Buatlah sistematisasi, institusionalisasi dan evaluasilah proyek-proyek dan

prosedurnya, dengan menerangkan indikator keberhasilan.” Sistematisasi: dalam

melakukan sistematisasi, hendaknya kita tidak berfokus pada aspek individual atas

masalah itu sendiri, tetapi lebih pada sistem sebagai keseluruhan, yang mempunyai

banyak aspek. Institusionalisasi: jika Proyek itu dapat dipertahankan

kelangsungannya, harus diinstitusikan, sehingga struktur harus dibentuk untuk

membuat planning, pemerintahan, pendanaan, penyempurnaan dan kelangsungan

proyek. Evaluasi: Evaluasi yaitu untuk melihat aksi dan menindaklanjuti aksi.

Strategi kedelapan:

”Proyek bisa bertahan, bila proyek itu memiliki sumber daya manusia yang

diperlukan demi kelangsungan proyek tersebut.” Srategi ini bergantung pada strategi

yang lain, antara lain harus ada visi holistik dan lain-lain.

Strategi kesembilan:

“Jadilah transparant dengan mengajak peserta untuk menyusun budget,

meminta komentar atas laporan keuangan akhir, dan dengan tetap menjaga kontrol

yang teliti atas management keuangan. Transparansi ini mengandaikan adanya

komunikasi yang jelas dan terbuka.”

Strategi kesepuluh:

“Dengarkan baik-baik untuk mencari apa yang menjadi kebutuhan dan

aspirasi orang miskin, sementara juga menciptakan suasana hormat dan saling

Page 167: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

146

percaya serta membantu perkembangan harga diri (Pedro Opeka, CM). Bahwa

mendengarkan, menghormati, saling percaya dan mengembangkan rasa harga diri

adalah hal-hal yang tak dapat dilupakan dalam Systemic Change; agar cahaya yang

mulai berkedit bisa tetap menyala. “Tiuplah dengan halus, agar berkembang dan

menyalakan rasa ada hidup baru”.

Strategi kesebelas:

“Libatkan orang miskin itu sendiri, rangkul juga orang muda dan kaum

perempuan, pada setiap tahap: saat mengindentifikasi kebutuhan; dalam membuat

perencanaan, dalam pelaksanaan, dalam evaluasi dan revisi.”

Strategi keduabelas:

“Mendidik, melatih dan memberi formasio bidang kerohanian kepada semua

anggota dalam proyek.”

Strategi ketigabelas:

”Promosikan proses belajar di mana anggota kelompok, khususnya yang

miskin itu sendiri, dapat berbicara satu sama lain tentang sukses dan kegagalan

mereka, sharekan pandangan dan bakat mereka. Bekerja dengan membina secara

efektif, sambil memperbanyak agen secara efektif, dengan pemimpin yang memiliki

visi bagi komunitasnya, pemimpin yang melayani ini seperti yang digagas oleh

St.Vinsensius a Paulo.”

Strategi keempatbelas

“Mendirikan model yang struktural dan institusional di mana komunitas dapat

mengidentifikasi sumber dan kebutuhannya, membuat keputusan yang cukup

Page 168: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

147

informasi dan membuat strategi yang efektif dalam komunitas itu sendiri dan antar

komunitas.”

Strategi kelimabelas:

“Promosikan keterlibatan dalam proses politik, lewat pendidikan

kewarganegaraan kepada orang-orang secara individu dan komuniter.”

Strategi keenambelas:

“Dukunglah dan hormatilah mekanisme untuk mempromosikan solidaritas

yang timbul di antara anggota komunitas.”

Strategi ketujuhbelas:

“Promosikan tanggungjawab sosial dan networking, jadikan anggota

masyarakat itu peka kepada semua tingkatan: lokal, nasional, internasional tentang

perubahan kondisi ketidakadilan yang mempengaruhi kehidupan orang miskin.”

Strategi kedelapanbelas:

“Bangunlah suatu visi untuk disharingkan dengan stakeholders yang

berbeda-beda: komunitas orang miskin, individu yang berminat, donatur, Gereja,

pemerintahan, sektor private, perkumpulan, media, organisasi internasional dan

jaringan-jaringan.”

Strategi kesembilanbelas:

“Berjuanglah untuk mengubah situasi tidak adil, dan raihlah untuk

memperoleh dampak yang positif, melalui aksi politik atas kebijakan umum dan

perundang-undangan.”

Page 169: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

148

Strategi keduapuluh:

“Milikilah sikap prophetis: yang mewartakan kebenaran, membentuk

jaringan dengan mereka yang terlibat dalam aksi yang mendesak agar terjadi

perubahan.”

4) Refleksi :

• Apa yang bisa kita ambil maknanya dengan paparan tentang strategi systemic

change ini?

• Dari pengalaman Anda melayani orang miskin bersama para siswa, strategi

manakah yang sudah Anda lakukan?

• Apa yang harus kita perbaharui dalam rangka semakin mampu melayani orang

miskin?

• Bentuk pelayanan kita bersifat apa? Karitatif atau pemberdayaan orang miskin?

• Apa yang perlu kita usahakan agar kita semakin mampu membina para siswa

dalam menunjukkan keberpihakkannya pada orang miskin?

5) Simulasi analisis sosial (60 menit)

a) Pengantar :

Bapak ibu guru yang terkasih, setelah kita mengetahui 20 strategi systemic

change, kita akan belajar mengetahui mengapa orang miskin hidupnya tidak pernah

berubah? Apa yang menyebabkannya? Oleh sebab itu mengapa kita perlu

memperjuangkan keadilan bagi mereka?

Page 170: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

149

Pada kesempatan ini kita akan bermain bersama, permainan ini akan

mengajak semua semakin mengenal situasi masyarakat kita. Kita akan bermain

“uang-uangan.”

b) Proses permainan “Uang-uangan”:

(1) Persiapan :

• Pendamping menunjukkan alat atau sarana permainan yaitu uang kertas yang

berwarna, kuning, hijau, biru, merah, hitam dengan jumlah uang keseluruhan

adalah 250 buah. 250 “mata uang”, terdiri dari 15 buah mata uang berwarna

kuning, 25 buah mata uang berwarna hijau, 50 buah mata uang berwarna merah,

70 buah mata uang berwarna hitam dan 90 buah mata uang berwarna biru.

• Uang dimasukkan kedalam sebuah tempat yang dapat memungkinkan peserta

mengambil dengan leluasa.

• Menyiapkan sebuah tulisan berupa kolom tentang kelompok tertentu.

• Menyiapkan papan pencatat score point perolehan transaksi.

(2) Aturan permainan:

• Selama mengadakan transaksi peserta wajib bersalaman dengan lawan transaksi,

sambil berdiri.

• Kegiatan transaksi, yaitu tukar menukar mata uang hanya boleh terjadi selama

salaman dan bila tidak berhasil menukarkan mata uang tangan tidak boleh lepas.

• Dilarang berbicara kecuali selama bersalaman.

• Peserta yang tidak ingin transaksi, wajib melipat tangan.

Page 171: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

150

• Semua mata uang harus tetap tersembunyi.

• Jumlah mata uang harus lima buah.

• Setiap transaksi berlangsung hanya 5 menit.

(3) Pelaksanaan Permainan :

• Peserta diajak untuk bergembira dengan menyanyikan sebuah lagu.

• Setiap peserta dipersilahkan mengambil uang kertas berjumlah 5 buah.

Peserta diajak menghitung uang kertas yang diperolehnya dengan ketentuan :

Kuning : 80

Hijau : 40

Merah : 30

Hitam : 20

Biru : 10

• Untuk meningkatkan nilai uang peserta diajak untuk transaksi (transaksi I).

• Pendamping mencatat nilai uang setelah transaksi, dan mengelompokkan

kelompok kaya dengan nilai 200 keatas, kelompok menengah dengan nilai 170-

190 dan kelompok miskin dengan nilai 0-160.

• Kemudian diadakan transaksi berikutnya dan hasilnya kembali dicatat untuk

melihat perubahan nilai uang.

• Berikut adalah pemberian bantuan kepada masing-masing kelompok dengan nilai

450 untuk kelas miskin, 300 untuk kelas menengah dan 200 untuk kelas atas.

Uang dibagi dalam waktu 5 menit. Peserta diajak untuk menghitung lagi nilai

uangnya.

Page 172: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

151

• Diadakan lagi transaksi yang ketiga.

• Pada tahap ini peserta diberi kesempatan untuk membicarakan peraturan

permainan, kelompok yang paling cepat itulah yang menentukan peraturan

permainan.

• Transaksi yang berikutnya adalah sesuai dengan peraturan yang baru, hasil

transaksi ditulis di papan skoring.

c) Refleksi:

• Peserta diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan atas permainan yang

baru dilakukan bersama.

• Pendamping memberikan pertanyaan pendalaman :

(a) Manakah sifat-sifat, sikap kelompok bawah yang tampak dalam permainan tadi?

(b) Kapan sifat-sifat atau sikap kelompok bawah tersebut muncul: pada awal?

Pertengahan? Atau pada akhir permainan? Adakah perubahan sifat-sifat, sikap

kelompok bawah selama proses permainan?

(c) Sifat dan sikap apa yang muncul dalam kelompok menengah?

(d) Sifat dan sikap apa yang muncul dalam kelompok atas?

(e) Berapa peserta yang berhasil naik jenjang? (banyak atau sedikit)?

(f) Berapa peserta yang turun jenjang? (banyak atau sedikit)?

(g) Berapa peserta yang tidak naik jenjang?

(h) Mengapa kelompok atas berhasil mempertahankan kedudukannya terus menerus?

(i) Mengapa kelompok bawah praktis sulit naik jenjang?

Page 173: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

152

(j) Bagaiamana pembagian kekuasaa dalam permainan? (dimonopoli kelompok

tertentu atau cukup terbagi rata)? manakah nilai-nilai yang ada dalam permainan?

(nilai persaingan, kompetisi, atau nilai persaudaraan kerjasama)?

d) Pendalaman :

Dalam permainan tersebut sangat tampak bahwa ada penggolongan antara

kelas atas, menengah dan bawah. Penggolongan ini ternyata juga memberikan

gambaran bagaimana kehidupan yang dirasakan oleh kelas atas, menengah dan

bawah. Dalam kenyataan hidup bermasyarakat hal itu juga sungguh nyata. Namun

yang lebih perlu kita cermati bersama adalah apa yang menyebabkan bahwa keadaan

golongan bawah tidak bisa berubah adalah suatu struktur yang dibangun sedemikian

rupa sehingga tidak memungkinkan golongan kelas bawah berubah hidupnya. Kelas

bawah di sini adalah rakyat miskin, dengan berbagai masalah yang ada. Keadaan

mereka ternyata tergantung dari sistem yang dibangun oleh penguasa.

Melalui permainan ini kita tahu bagaimana sebenarnya masalah sosial bisa

tercipta di negara kita, dan mengetahui mengapa keadaan orang atau rakyat kelas

bawah tidak bisa berubah dengan lebih baik. Menyadari keadaan ini, sebagai orang

Kristiani kita semakin menyadari keberadaan masyarakat yang ada di sekitar kita

dengan berbagai masalahnya. Apa yang bisa kita lakukan sebagai seorang guru

Kristiani dengan menyadari keadaan ini ? apa yang bisa kita kembangkan dalam

menanggapi masalah-masalah sosial yang ada di sekitar kita?

Page 174: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

153

4. Satuan pertemuan keempat

a. Identitas

1) Judul pertemuan : Solidaritas kepada kaum miskin

2) Waktu : 60 menit (14.00-15.30.)

b. Pemikiran dasar

Para guru berkewajiban mengajar kepada siswa setiap bidang studi dan

mendidik siswa untuk memiliki ilmu pengetahuan sehingga siswa menguasai setiap

bidang studi dengan baik. Dalam menghayati diri sebagai seorang guru Kristiani di

Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung, para guru menyadari perannya

dalam mendidik para siswa, bukan hanya mentransfer ilmu, tetapi juga mendidik

secara menyeluruh berdasarkan nilai Kristiani. Dalam penghayatan semangat

Vinsensian para guru telah melakukan berbagai kegiatan sosial bersama siswa,

sehingga membantu siswa bertumbuh rasa cinta, belarasa dan solidaritas kepada

orang miskin.

Dalam usahanya membina para siswa untuk memiliki rasa solidaritas kepada

orang miskin, para guru perlu mengetahui perlunya solidaritas kepada orang miskin

menjadi bagian dari pendidikan. Oleh sebab itu para guru pada sesi keempat ini

diajak untuk melihat ajaran Yesus dalam mencintai orang miskin dan ajaran

solidaritas yang dianjurkan oleh Gereja, yang berguna bagi penanaman nilai bagi

siswa. Pertemuan ini bertujuan agar para guru semakin menyadari perannya dalam

menumbuhkan solidaritas dalam diri siswa kepada orang miskin, sehingga

diharapkan akan semakin banyak orang miskin hidupnya diperhatikan.

Page 175: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

154

c. Tujuan pertemuan

Para guru menyadari perannya dalam menumbuhkan solidaritas siswa kepada

kaum miskin, sehingga semakin banyak orang miskin yang terbantu hidupnya.

d. Materi

1) Solidaritas Yesus kepada orang miskin

2) Solidaritas Gereja bagi orang miskin

3) Penanaman nilai solidaritas kepada siswa

e. Metode

1) Ceramah

2) Tanya jawab

3) Tanggapan

f. Sumber Bahan

a) Alkitab.

b) KWI. 1993. Dokumen Konsili Vatikan II. Hardawiryana (Penerjemah). Bogor:

Obor.

c) KWI. 1999. Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial Gereja Tahun 1891-1991.

Hardawiryana (Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana.

d) Nico Dister. 1987. Kristologi sebuah Skesta. Yogyakarta: Kanisius.

e) KWI. 2006. Kitab Hukum Kanonik. Rubiyatmoko (Editor). Bogor: Grafika Mardi

Yuana.

Page 176: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

155

f) Spektrum. No. 2 Tahun XX, 1992. Seminar Ajaran Sosial Gereja ”Centesimus

Annus”. Jakarta : Departemen Dokumentasi & Penerangan KWI.

g) Mardiatmadja. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

g. Sarana

1) Hand out

2) Laptop

3) LCD

h. Langkah-langkah pelaksanaan

1) Pengantar

Bapak ibu guru yang terkasih, tidak terasa kita menginjak pada bagian

terakhir seminar kita, semoga bapak dan ibu guru masih tetap setia untuk

menyelesaikan seminar ini. Dalam bagian pertama tadi, kita memulai dengan melihat

identitas kita sebagai guru Kristiani dengan menyadari diri sebagai anggota Gereja,

di mana sebagai seorang guru Kristiani, kita juga dipanggil untuk melaksanakan

tugas kita sebagai anggota Gereja dalam lingkungan dan situasi kita masing-masing,

khususnya di lingkungan sekolah. Lalu kita juga disadarkan akan pentingnya untuk

mendalami lagi tentang visi, tugas dan tujuan sekolah Katolik, di mana dalam

mendidik kita berpijak pada nilai-nilai Kristiani, sehingga Katolisitas sekolah kita

tetap terpelihara. Salah satu kekhasan identitas kita sebagai guru di SDK Santa Maria

Tulungagung juga dalam menghayati nilai Vinsensian, dan kita telah disegarkan

kembali untuk mendalami spiritualitas Vinsensian.

Page 177: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

156

Bagian pertama tentang identitas kita sebagai guru Kristiani di SDK Santa

Maria Tulungagung meneguhkan tugas kita dalam melaksanakan tugas sekolah

sebagai transformasi sosial, dan memberi kesadaran baru akan perlunya pendidikan

kesadaran sosial. Materi ini membuat kita berefleksi apakah sekolah kita sudah

melaksanakan pendidikan kesadaran sosial? Bagaimana bentuknya? Selanjutnya kita

semakin diperkaya dengan materi systemic change dan simulasi ansos. Kedua materi

ini memberi wacana baru bagaimana strategi yang ditawarkan itu mampu

meningkatkan pemberdayaan orang miskin. Melalui permainan kita belajar

bagaimana orang miskin bisa mengubah hidupnya.

Perjalanan seminar kita sampai pada penghujung. Pada pertemuan kita yang

terakhir ini, kita akan mencoba memahami mengapa orang miskin patut

mendapatkan perhatian dan mengapa kita perlu mengembangkan rasa solidaritas

kepada anak didik kita? Maka kali ini kita akan melihat ajaran Yesus sendiri dalam

melayani dan mencintai orang miskin dan seruan gereja tentang solidaritas kepada

orang miskin, yang akan meneguhkan dalam usaha kita membina para siswa.

2) Solidaritas Yesus kepada orang miskin

Kehadiran Yesus di dunia menjadi tanda kehadiran Allah. Allah yang hadir

untuk menyelamatkan semua orang. Allah hadir dan menjadi harapan bagi orang-

orang yang mengalami penindasan. Dalam hidupnya Yesus menunjukkan bahwa Ia

menjadi harapan khususnya bagi banyak orang yang mengalami penderitaan.

Digambarkan bagaimana Yesus selalu berbelaskasih ketika melihat penderitaan

orang yang sakit (Mat 9:18-34), mengusir roh dari anak yang sakit (Mat 17:14-21,

Page 178: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

157

Mrk 9:14-29, Luk 9:37-43a), orang banyak yang terlantar (Mat 9:35-38) dan mereka

yang kelaparan (Mat14:13-21, Mrk 6:30-44, Luk 9:10-17, Yoh 6:1-13). Yesus

sendiri menyatakan diri bahwa dirinya diutus untuk membawa kabar baik kepada

orang-orang miskin dan pembebasan bagi orang yang tertawan, “...untuk

menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku,

untuk memberikan pembebasan bagi orang-orang tahanan dan penglihatan bagi

orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas...” (Luk 4:18-19).

Keadaan orang miskin yang tak berdaya, menderita dan sakit menjadi alasan

Yesus untuk memperhatikan orang miskin. Sebagai orang yang tertindas yang tak

dapat membela diri, sebagai orang yang putus asa dan patah harapan, mereka

berharap akan pertolongan dari Allah. ”..Mereka yang tidak bisa mengharapkan apa-

apa dari dunia ini, paling condong mengharapkan segalanya dari Allah” (Nico Dister,

1987:83). Dengan keadaan mereka ini, Allah menjanjikan Kerajaan Allah kepada

mereka yang miskin untuk mengalami pembebasan (Luk 6:20-21b). Sebagai Raja

Allah bertindak untuk menegakkan keadilan. Dia adalah Raja terutama bagi orang-

orang miskin, pelindung orang-orang yang tertindas dan pemberi harapan orang-

orang yang tersisih (Mzm 72:1-4;12-14).

Solidaritas menjadi suatu ajaran cinta kasih yang langsung dilakukan Yesus

sendiri dalam karya-Nya di dunia agar orang mengalami keselamatan. Yesus menjadi

senasib dengan orang berdosa untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa,

membangkitkan orang dari kematian (Yoh 4:49), menyembuhkan orang sakit (Mat

8:1-4, Luk 5:12-16), dan mengampuni orang berdosa (Yoh 8:11). Matius 25: 31-46

Page 179: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

158

menjadi dasar mengapa orang miskin penting agar diperhatikan, Yesus sendiri

mengindentifikasikan dirinya sebagai orang miskin yang menderita:

Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan. Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian, ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (Mat 25:35-36).

Yesus mengajarkan bahwa orang-orang yang hina adalah saudara-Nya;

”..sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah satu seorang dari

saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).

Dengan demikian Yesus mengajarkan bahwa bentuk cinta kepada Tuhan dengan

mencintai orang yang menderita atau orang miskin; dalam diri orang menderita

Tuhan hadir.

  Beriman kepada Kristus memiliki dimensi lain dalam memandang orang

miskin. Beriman kepada Kristus memampukan orang Kristiani bisa melihat

kehadiran Kristus dalam diri orang miskin. Kehadiran orang miskin menjadi suatu

tanda yang tak kelihatan akan kehadiran-Nya, sekaligus mau menguji kepekaan iman

kita sebagai orang Kristiani terhadap situasi yang dialami orang miskin. Belajar dari

sikap Yesus terhadap orang miskin dan mengerti akan ajaran-Nya bahwa:

melakukan.... kepada salah satu dari orang yang hina dina itu adalah melakukan bagi

Tuhan (Mat 25:35-36), mengajak setiap orang Kristiani untuk memiliki perhatian

dan kepedulian kepada orang miskin.

Page 180: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

159

3) Solidaritas Gereja bagi orang miskin

Solidaritas Gereja kepada orang miskin menjadi ajaran bagi seluruh anggota

Gereja, sekaligus menjadi perutusan Gereja. Perutusan Gereja adalah untuk

membawa kabar baik kepada orang miskin, seperti terdapat dalam Konstitusi

Dogmatik tentang Gereja, artikel 8 (Lumen Gentium):

Kristus diutus Bapa untuk ‘menyampaikan kabar baik kepada orang miskin,...untuk meyembuhkan orang yang remuk hatinya’ (Luk 4:18), untuk ‘mencari dan menyelamatkan yang hilang’ (Luk 19:10), demikianlah pula Gereja merangkul semua yang dilanda kelemahan manusiawi dengan cinta, malah ia mengenal dalam orang miskin dan yang menderita wajah Pendirinya yang miskin dan yang menderita. Ia berusaha meringankan beban mereka dan ingin melayani Kristus dalam mereka.

Solidaritas Gereja terhadap kehidupan manusia tercermin dalam hubungan

antara Gereja dengan seluruh keluarga bangsa-bangsa seperti terdapat dalam ajakan

Konsili Vatikan II dalam Gaudium et Spes artikel 1, “Kegembiraan dan harapan,

duka dan kecemasan manusia dewasa ini, terutama yang miskin dan terlantar, adalah

kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Kristus.” Gereja dalam

kehadirannya di dunia menunjukkan bahwa apa yang sedang dialami setiap manusia

di dunia ini merupakan kegembiraan, kecemasan dan harapan setiap murid Kristus.

Solidaritas dalam artikel ini ditekankan terutama bagi “yang miskin dan terlantar.”

Hal ini mau menunjukkan bahwa solidaritas Gereja sebagai murid-murid Kristus

mengutamakan keberpihakan kepada mereka yang miskin dan terlantar.

Ajaran sosial Gereja yang dimulai dengan Rerum Novarum hingga

Centesimus Annus mengajak seluruh umat Allah untuk melihat keadaan orang miskin

dan aplikasi ajaran Sosial Gereja, Kieser (1991:82) menjelaskankan “Seluruh ajaran

sosial Gereja adalah pandangan yang tepat mengenai manusia dan martabatnya yang

Page 181: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

160

khas; pada manusia Allah mengukir citra dan gambar-Nya dan kepadanya Ia berikan

martabat yang tiada tandinganya, yang berulang kali ditegaskan oleh ensiklik dengan

begitu jelas”, dalam Centesimus Annus artikel 1: ”Sebelum segala hak yang

diperoleh orang karena usaha dan tindakannya, manusia memiliki hak-hak yang tidak

merupakan balas jasa melainkan bersumber pada martabatnya yang hakiki sebagai

pribadi.” Solidaritas kepada kaum miskin terkandung dalam isi dan orientasi

ensikilik-ensiklik sosial seperti dipaparkan oleh Kieser (1992:83) “Permasalahan

sosial yang dari jaman ke jaman menantang tanggungjawab (khususnya penderitaan

manusia), hormat kepada manusia sebagai pribadi (yang terwujud dalam hormat

terhadap hak-hak azasi manusia dan manusiawi) dan demi pengabdian terhadap

kehendak Allah.” Perwujudan solidaritas yang diserukan dalam ajaran sosial Gereja,

mau menegaskan bahwa manusia tidak hidup sendirian melainkan saling tergantung,

maka masing-masing mempunyai tanggungjawab etis untuk mengusahakan

solidaritas dan bonum commune/kepentingan umum, selanjutnya ditekankan “Harus

diberikan perhatian khusus kepada orang-orang kecil” (Surat gembala KWI,

1991:131-132).

Solidaritas Gereja kepada orang miskin berangkat dari solidaritas Yesus

sendiri kepada orang miskin dan tugas ini dilanjutkan oleh Gereja. Kehidupan orang

miskin dari jaman ke jaman terus mewarnai kehidupan di dunia ini, maka Gereja

yang hadir di dunia juga menjadi harapan bagi mereka yang miskin. Gereja adalah

umat Allah, maka solidaritas kepada orang miskin juga menjadi tugas bagi anggota

umat Allah. Setiap anggota Gereja diajak melalui hidupnya masing-masing untuk

berkembang secara rohani dan perwujudan imannya peduli kepada hidup sesamanya.

Page 182: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

161

4) Penanaman nilai solidaritas kepada siswa

Sekolah Katolik selain tempat penanaman nilai Kristiani, juga tempat

penanaman nilai dasar kemanusiaan pada umumnya. Menurut Mardiatmadja

(1986:21) nilai berarti hakikat suatu hal, yang menyebabkan sesuatu pantas ’dikejar’

agar manusia dapat berkembang. Selanjutnya Mardiatmadja menjelaskan bahwa

mendidik adalah ”membantu seseorang untuk dapat menyadari adanya nilai-nilai itu,

mendalaminya, meng-aku-inya, memahami hakikatnya, kaitannya satu sama lain

serta peranan dan kegunaannya bagi hidup (bersama).” Selanjutnya dikatakan

”proses pendidikan adalah proses penyadaran akan nilai-nilai dasar manusiawi...”

sehingga sekolah merupakan tempat bertumbuhnya nilai-nilai hidup.

Solidaritas merupakan nilai Kristiani, karena nilai yang diwariskan sendiri

oleh Kristus kepada kita. Mengapa nilai ini penting? Mengapa Kristus melalui

gereja-Nya terus mengusahakan solidariats bagi kehidupan manusia, terlebih mereka

yang lemah, miskin, kecil dan terlantar? Secara iman Kirstiani kita telah mengetahui

dari paparan di atas karena Kristus sendiri mengidentifikasikan diri sebagai orang

miskin. Melalui nilai solidaritas, banyak orang akan bisa tertolong hidupnya untuk

mengalami kebahagiaan.

Nilai solidaritas tidak terbatas diberikan kepada orang golongan tertentu,

tetapi nilai yang mampu mengatasi perbedaan. Maka nilai solidaritas merupakan nilai

yang perlu dikembangkan sebagai nilai dasar manusia dalam hubungannya hidup

bersama dengan orang lain, demi kebahagiaan bersama. Kesadaran akan hidup

bersama dengan orang lain perlu disadari oleh setiap orang, agar tidak berkembang

individualistis dan egois, tetapi sebaliknya mengembangkan sikap terbuka pada

Page 183: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

162

orang lain. Maka setiap orang perlu membuka diri pada orang lain, golongan lain dan

status sosial lain.

Sekolah katolik tempat bertumbuhnya nilai-nilai manusiawi. Program sekolah

sangat terkait dengan usaha sekolah dalam membantu siswa bertumbuh nilai

solidaritas misalnya, bertemu dengan kelompok lain, berhadapan dengan situasi

orang lain dan hidup di dalam masyarakat yang berbeda dengan dirinya. Kegiatan-

kegiatan yang diadakan oleh sekolah, misalnya aksi sosial, kunjungan ke orang sakit,

kegiatan pramuka, kunjungan ke pondok pesantren, live in dan sebagainya,

diharapkan bisa membantu siswa untuk mengenal keadaan orang lain dan

masalahnya. Kepekaan siswa akan kebutuhan sesamanya semakin terasah bila sering

berhadapan dengan situasi sesamanya. Pengalaman siswa berjumpa dengan

sesamanya yang menderita menjadi pengalaman batin siswa yang menumbuhkan

solidaritas bagi sesamanya, mendorong diri siswa memiliki suatu cita-cita bagi

kebaikan sesamanya.

5) Refleksi

• Bagaimana pelaksanaan penanaman nilai solidaritas kepada siswa?

• Sudahkan kita menjadi agen perubahan di lingkungan sekolah kita dan menjadi

pembina pembentuk agen perubahan dalam diri siswa?

Page 184: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

163

5. Satuan pertemuan kelima

a. Identitas

1) Judul pertemuan : Evaluasi

2) Waktu : 30 menit (15.30-16.00)

b. Tujuan

Peserta seminar memberikan evaluasi tentang proses seminar, sehingga

evaluasi berguna untuk memperbaiki kekurangan dan mempertahankan hal yang

sudah baik serta evaluasi bagi peserta dalam menerima materi seminar.

c. Materi evaluasi :

1) Hal-hal apa yang telah Anda peroleh dalam seminar ini?

2) Apa sumbangan materi seminar bagi Anda sebagai pendidik ?

3) Kesadaran baru apa yang Anda peroleh dalam seminar ini ?

4) Bagaimana proses pelaksanaan seminar?

Page 185: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

164

BAB VI

PENUTUP

Bagian penutup ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan

merangkum secara singkat pemaparan tentang pendidikan kesadaran sosial dan nilai

solidaritas. Saran merupakan suatu refleksi penulis dari hasil penulisan skripsi dan

memberikan suatu usulan pemikiran maupun suatu kegiatan, yang bisa

dikembangkan oleh SDK Santa Maria Tulungagung dalam rangka melaksanakan

tugas mendidik bagi siswa menjadi pelaku perubahan sosial yang dilandasi rasa

solidaritas.

A. Kesimpulan

Pendidikan kesadaran sosial adalah suatu usaha pendidikan yang bertujuan

untuk transformasi sosial. Transformasi sosial yang dimaksud di sini adalah suatu

perubahan hidup masyarakat yang dianggap membutuhkan sebuah perbaikan dalam

hidupnya. Maka pendidikan kesadaran sosial merupakan usaha lembaga pendidikan

dalam mewujudkan suatu perubahan hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.

Lembaga pendidikan Kristiani melaksanakan tugasnya berdasarkan nilai-nilai

Kristiani. Dasar transformasi sosial adalah tegakkannya Kerajaan Allah di dunia.

Maka sebagai lembaga pendidikan Kristiani, sekolah berkewajiban menjadi

pelaksana perubahan sosial dan membina pelaku perubahan sosial guna menegakkan

Kerajaan Allah di dunia.

Page 186: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

165

Solidaritas siswa kelas VI SDK Santa Maria kepada kaum miskin dapat

terwujud berkat usaha sekolah yang membina para siswa melalui pengajaran-

pengajaran khususnya dalam pengajaran Pendidikan Agama yang mengintegrasikan

dalam kegiatan nyata. Program sekolah yang berkaitan dengan kegiatan sosial

memberikan sumbangan bagi siswa untuk mengembangkan sikap solider terhadap

sesamanya. Sikap solidaritas menjadi dasar dalam diri siswa menumbuhkan suatu

cita-cita, yaitu pribadi yang peduli akan nasib sesamanya yang memerlukan

perubahan dalam hidupnya. Penanaman nilai solidaritas dalam lembaga pendidikan

Kristiani merupakan suatu usaha yang berdasarkan pada ajaran Gereja dalam

melaksanakan tugas perutusan dari Yesus, yaitu untuk mewujudkan Kerajaan Allah,

sebagaimana Yesus sendiri telah menjadi pembebas bagi mereka yang miskin, sakit,

terlantar dan berdosa.

Pada kenyataannya, ada siswa yang memiliki sikap solidaritas kepada orang

miskin, namun juga ada siswa yang masih memiliki sikap yang acuh tak acuh dan

kurang peduli akan keadaan sesamanya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor yang

mendukung dan faktor yang menghambat. Melalui wawancara dengan beberapa guru

disebutkan bahwa pada umumnya penanaman nilai dalam keluarga baik yang positif

maupun yang negatif sangat memiliki peran yang besar dalam membentuk siswa

bertumbuh dalam suatu nilai. Demikian pula tumbuhnya nilai solidaritas pada diri

siswa sangat dipengaruhi oleh keadaan keluarga. Peran guru sebagai pribadi yang

membina siswa memberikan kesaksian bagi siswa untuk melihat teladan hidup yang

peduli kepada orang miskin, sehingga memberi inspirasi bagi siswa untuk

menumbuhkan rasa solidaritas. Proses bertumbuhnya rasa solidaritas siswa juga

Page 187: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

166

didukung oleh kondisi sekolah yang mampu menciptakan kreativitas sekolah dalam

membuat program yang mengajak siswa untuk memiliki kepedulian terhadap sesama

dan lingkungan.

Melalui analisis product moment diketahui, bahwa hubungan pendidikan

kesadaran sosial dengan berkembangnya rasa solidaritas kepada kaum miskin

memiliki hubungan yang sangat kuat yaitu dengan menunjuk besarnya korelasi X

terhadap Y adalah 0.836 sesuai dengan penafsiran koefisien. Sedangkan pendidikan

kesadaran sosial memiliki pengaruh terhadap bertumbuhnya rasa solidaritas siswa

kepada kaum miskin. Besar pengaruh tersebut diketahui dengan analisis regresi

linier yaitu 54,9%, sedangkan 45, 1% dipengaruhi oleh variabel yang lain.

B. Saran

Sekolah mempunyai tugas dan salah satunya adalah perannya untuk

pengembangan masyarakat. Selama ini terkesan bahwa tugas sekolah sebagai

transformasi sosial kurang dikenal. Tugas sekolah sebagai transformasi sekolah perlu

didalami, digali, dan dihayati oleh setiap pendidik. Penghayatan ini untuk

memotivasi tiap pendidik agar mampu mengintegrasikan setiap pelajaran bidang

studi yang memberi sumbangan bagi pengembangan masyarakat menuju suatu

perubahan yang lebih baik.

Istilah pendidikan kesadaran sosial kurang dikenal dan secara eksplisit tidak

ada di dalam kurikulum tersendiri. Maka disarankan agar sekolah membuat program

pendidikan kesadaran sosial sebagi usaha sekolah menjalankan tugas transformasi

sosial yang dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Saran lain adalah perlunya

Page 188: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

167

sebuah pertemuan bagi para guru untuk mendalami pendidikan kesadaran sosial

melalui seminar maupun dalam bentuk lainnya sehingga menambah wawasan dalam

mengembangkan diri sebagai pendidik.

Pendidikan kesadaran sosial merupakan bagian dari tugas sekolah yang

menuntut suatu komitmen dari setiap sekolah untuk mewujudkannya dalam kegiatan

belajarnya. Melalui pendidikan kesadaran sosial, para siswa diharapkan bertumbuh

menjadi pribadi yang cerdas sekaligus pribadi yang peduli akan kehidupan sesama

dan lingkungan di sekitarnya. Dengan demikian, pada akhirnya pendidikan menjadi

harapan bagi masyarakat untuk meningkatkan kehidupannya menjadi lebih baik.

Page 189: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

168

DAFTAR PUSTAKA

____ Alkitab. (1974). Ende: Arnoldus. Banawiratma, J.B. (1991). Iman, Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta:

Kanisius. Banawiratma, J.B. (1988). Aspek-aspek Teologi Sosial. Yogyakarta: Kanisius. _____ 2002. Buku Kenangan Reuni/Ulang Tahun Emas TK/SD Santa Maria

Tulungagung. Tulungagung: SDK Santa Maria. Dapiyanta, F.X. (2008). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di

Sekolah. Yogyakarta: IPPAK. Darminta. 2006. Pendidikan Religiositas Sebagai Landasan Etika Profesi.

Yogayakartaa: FKIP-IPPAK. Fuad Ihsan, H. (1995). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta. _____ (1995). Katekismus Gereja Katolik. Hardawiryana,R. (Penerjemah). Ende:

Arnoldus. Purwo Hadiwardoyo, 1986. “Pewartaan Injil dan Keadilan.” Dalam Gereja dan

Masyarakat. Banawiratma (Editor). Yogyakarta: Kanisius. Hurlock, Elisabeth B. 1999. Perkembangan Anak. Med. Meitasari Tjandrasa (Alih

Bahasa). Jakarta: Erlangga. Hendriks, Herman. 1990. Keadilan Sosial dalam Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius. Heryatno. W.W. 2008. Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah.

Yogyakarta: IPPAK. Idris, Zahara (1981). Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya. Kieser. 1992. “Iman dan Keadilan”. Dalam Majalah Spektrum No.2 Tahun XX.

Seminar Ajaran Sosial gereja”Centesimus Annus.” Jakarta: Departemen Dokumentasi dan penerangan KWI.

_____ http:// Onisur.wordpress.com/2008/05/19/. Membuat- Seminar. Kongregasi Suci untuk Pendidikan Katolik. (1977). ”Dekret Sekolah Katolik.”

Roma. Dalam Ajaran Pedoman Gereja Tentang Pendidikan Katolik. Sewaka (Pengantar). Jakarta: Gramedia.

Kongregasi Suci untuk Pendidikan Katolik. (1982). ”Awam Katolik di Sekolah sebagai Saksi Iman.” Roma. Dalam Ajaran Pedoman Gereja Tentang Pendidikan Katolik. Sewaka (Pengantar). Jakarta :Gramedia.

Kongregasi Suci untuk Pendidikan Katolik. (1988). ”Dimensi Religius Pendidikan di Sekolah Katolik.” Roma. Dalam Ajaran Pedoman Gereja Tentang Pendidikan Katolik. Sewaka (Pengantar). Jakarta :Gramedia.

Komisi Kateketik KWI. (2007). Silabus Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar. Yogyakarta: Kanisius.

_____ (2004). Konstitusi dan Statuta Serikat Puteri Kasih dari Vinsensius De Paul. Ponticelli & Laetitia (Team penerjemah). Vatikan: Serikat Puteri Kasih.

KWI. (1983). Dokumen Konsili Vatikan II. Hardawiryana (Penerjemah). Bogor: Obor.

KWI. 2006. Kitab Hukum Kanonik. Rubiyatmoko (Editor). Bogor: Grafika Mardi Yuana.

KWI. 1996. Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius; Bogor: Obor.

Page 190: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

169

KWI. 1999. Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial Gereja Tahun 1891-1991 dari Rerum Novarum sampai Centesimus Annus. Bogor: Grafika Mardi Yuana

KWI. 1992. “Surat Gembala.” Majalah Spektrum No.2 Tahun XX. Seminar Ajaran Sosial Gereja ”Centesimus Annus.” Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Mardiatmadja. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius. Magnis-Suseno. 1987. “Keadilan dan Analisis Sosial: Segi-segi Etis.” Dalam

Kemiskinan dan Pembebasan. Banawiratma (Editor). Yogyakarta: Kanisius. Mangu, Konfarf R. ”Pentingnya Pendidikan Nilai” Majalah Hidup. 2010. Edisi 16

Tahun ke-64. Hlm:12 Dister, Nico. 1987. Kristologi Sebuah Sketsa. Yogyakarta: Kanisius. Nasution. 1994. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Putranto. 1987. “Gereja Kaum Miskin dalam Konsili Vatikan II dan Dokumen

Federasi Uskup-Uskup Asia.” Dalam Kemiskinan dan Pembebasan. Banawiratma (Editor). Yogyakarta: Kanisius.

Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru –Karyawan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Roman. 1993. Santo Vinsensius De Paul Hidup Panggilan dan Spiritualitasnya. Ponticelli (Penerjemah). Malang: Dioma.

_____ 2009. Systemic Change. Bangkok: Vincentian Family. _____ 1984. St. Vincentius De Paul terhadap Kaum Miskin. Tondowidjojo

(Penerjemah). 1984. Surabaya: Yayasan Sanggar Bina Tama. Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono& Ery. 2001. Statistik untuk Penelitian dan Aplikasinya dengan SPPS 10.0

For Windows. Bandung : Alfabeta. Sudiarja. 2003. Pelajaran Agama dan Tugas Sekolah Kita. Yogyakarta: Fakultas

Teologi Universitas Sanata Dharma. Suryawasita. 1987. ”Analisis Sosial” Dalam Kemiskinan dan Pembebasan

(Banawiratma, Editor). Yogyakarta: Kanisius. Suryawasita. 1988. ”Perubahan Sosial:Tinjauan Historis Kultural” Dalam Aspek-

aspek Teologi Sosial. Banawiratma (Editor).Yogyakarta:Kanisius. Teguh. 2004. Cara Mudah Melakukan Analisa Statistik dengan SPSS. Yogyakarta:

Gaya Media. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo. _____ Visi Misi Sekolah SDK Santa Maria Tulungagung. (2009). Tulungagung:

SDK Santa Maria. Van Der Weiden. 1987. ”Hidup Bermasyarakat dalam Perjanjian Lama” Dalam

Kemiskinan dan Pembebasan. Banawiratma (Editor). Yogyakarta: Kanisius.

Page 191: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

170

Lampiran 1: Kuisioner bagi siswa kelas VI SDK Santa Maria Tulungagung

A. Berilah tanda √ pada kolom yang tersedia sesuai dengan kenyataan:

Ada lima kolom jawaban, setiap kolom dengan nilai

Benar ! 5 ! 4 ! 3 ! 2 ! 1 ! Tidak benar

Setuju ! 5 ! 4 ! 3 ! 2 ! 1 ! Tidak setuju

Contoh :

1. Saya sudah rajin belajar

Benar !........!........!.. √.....!........!........! Tidak benar

Memilih kolom tengah berarti dengan nilai 3

2. Belajar itu menyenangkan

Setuju !........!.... √....!........!.........!.......! Tidak setuju

Memilih kolom kedua berarti dengan nilai 4

B. Soal

1) Yesus mengajarkan untuk mengasihi semua orang yang berbeda dengan diri kita

misalkan beda agama, beda suku, beda budaya, kaya atau miskin. Terhadap

ajaran Yesus ini saya sudah melaksanakannya dalam hidup sehari-hari :

Benar !........!........!.......!........!........! Tidak benar

2) Dalam pelajaran agama di kelas V, diajarkan tentang kisah Yesus yang

menyembuhkan orang yang sakit kusta. Terhadap kisah ini membuat saya

memiliki sikap belas kasih terhadap sesama yang menderita

Benar !........!........!........!.........!.......! Tidak benar

3) Kita pernah mendengar peristiwa tentang tawuran antar siswa. Kita tidak ingin

hidup dalam perselisihan, maka saya punya cita-cita untuk menciptakan suatu

masyarakat yang harmonis.

Setuju !........!........!........!.........!.......! Tidak setuju

Page 192: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

171

4) Sebagai seorang siswa kelas VI, saya bercita-cita menjadi seorang pribadi yang

bisa berguna untuk kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang sejahtera adalah

masyarakat yang terbebas dari penindasan.

Setuju !........!........!........!.........!.......! Tidak setuju

5) Adil berarti memberikan kepada sesama sesuai dengan hak dan kebutuhannya.

Setuju !........!........!........!.........!.......! Tidak setuju

6) Meneladan sikap Nabi Amos berarti belajar berani melawan ketidakadilan yang

terjadi di sekitar kita.

Setuju !........!........!........!.........!.......! Tidak Setuju

7) Ketidakadilan bisa terjadi karena sikap serakah kita. Maka sebagai siswa kelas VI

saya sudah memiliki sikap tidak serakah.

Benar !........!........!........!.........!.......! Tidak benar

8) Masyarakat yang menderita misalkan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan.

Seperti Yesus yang datang membebaskan orang dari penderitaan. Saya mulai

membiasakan diri mencintai orang miskin dengan berbuat amal.

Sering !........!........!........!.........!.......! Jarang

9) Sikap Yesus yang membebaskan orang dari penderitaan adalah wujud

mendatangkan Keselamatan bagi manusia. Menolong teman atau orang yang

sedang mengalami kesulitan.

Sering !........!........!........!.........!.......! Jarang

10) Pada jaman Jemaat Perdana, para rasul mengajar umat untuk memiliki rasa

solidaritas kepada umat yang kekurangan dengan cara membagi pakaian atau

makanan. Rasa solidaritas kepada orang yang kekurangan sudah bertumbuh

dalam diri saya.

Benar !........!........!........!.........!.......! Belum

11) Bentuk solidaritas yang sudah saya lakukan misalnya, mengumpulkan kolekte

bagi masyarakat yang terkena bencana alam.

Sering !........!........!........!.........!.......! Jarang

12) Kegiatan sekolah mengunjungi orang sakit membantu saya memiliki sikap

belaskasih.

Benar !........!........!........!.........!.......! Tidak benar

Page 193: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

172

13) Kunjungan ke orang sakit menumbuhkan dalam diri saya kerelaan untuk

meringankan beban orang yang sakit misalkan mendoakan, menyumbang uang

untuk beli obat atau membawakan makanan.

Sering !........!........!........!.........!.......! Jarang

14) Kegiatan sosial sekolah antara lain membantu pelayanan masyarakat di

posyandu. Kegiatan ini menumbuhkan dalam diri saya suatu keinginan kelak

menjadi orang mau melayani masyarakat.

Benar !........!........!........!.........!.......! Tidak benar

15) Kegiatan warung murah di sekolah bagi bapak-bapak becak menumbuhkan

dalam diri saya sikap untuk melayani dengan tulus ikhlas.

Benar !........!........!........!.........!.......! Tidak benar

16) Bila ada teman yang kesulitan dalam hal belajar, saya rela membantu

mengajarinya.

Sering !........!........!........!.........!.......! Jarang

17) Misalkan ada teman yang kesulitan dalam hal membayar SPP, maka saya bilang

ke orang tua agar mereka bisa membantunya.

Setuju !........!........!........!.........!.......! Tidak setuju

18) Di sekitar sekolah ada seorang yang telah lanjut usia, miskin dan hidup sendiri,

saya mengunjunginya, menghiburnya dan membawakan oleh-oleh kepadanya.

Pernah !........!........!........!.........!.......! Tidak pernah

19) Saya sungguh sedih melihat banyak teman0teman sebaya menjadi pengamen di

jalanan

Benar !........!........!........!.........!.......! Tidak benar

20) Ada teman kelas yang sakit hingga berhari-hari, maka saya berinisiatif untuk

mengunjungi dan mengumpulkan uang untuk biaya pengobatan.

Benar !........!........!........!.........!.......! Tidak benar

21) Suatu hari ada berita bencana banjir di kota X, maka saya berinisiatif tergerak

menyumbangkan uang saku untuk dana sosial tanpa disuruh.

Benar !........!........!........!.........!.......! Tidak benar

22) Menjalankan tugas sekolah bergiliran mengunjungi orang yang sakit di sekitar

sekolah, saya lakukan dengan ........................

Page 194: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

173

Rela !........!........!........!.........!.......! Terpaksa

23) Membantu orang/teman yang sedang mengalami kesulitan sesuai dengan

kemampuan saya.

Sering !........!........!........!.........!.......! Jarang

24) Kalau saya tidak punya uang banyak untuk kolekte saya tidak perlu malu bila

saya hanya bisa memberi sedikit.

Benar !........!........!........!.........!.......! Tidak benar

25) Saya telah bersikap adil dengan semua teman tanpa pilih kasih

Sering !........!........!........!.........!.......! Jarang

26) Saya berani membela teman yang mengalami ketidakadilan karena difitnah.

Pernah !........!........!........!.........!.......! Tidak pernah

27) Saya rela membawa makanan untuk bazaar dan hasil penjualan diberikan untuk

masyarakat yang tertimpa bencana

Benar !........!........!........!.........!.......! Tidak benar

28) Sikap berkorban berarti saya harus rela kehilangan waktu, tenaga maupun

materi (uang atau barang) untuk orang yang mengalami kesulitan.

Setuju !........!........!........!.........!.......! tidak setuju

29) Saya bergaul dengan siapa saja tanpa memandang apakah mereka kaya atau

miskin karena mereka adalah sesama ciptaan Tuhan.

Setuju !........!........!........!.........!.......! Tidak setuju

30) Mencintai orang miskin berarti bersikap ramah, hormat dan tidak semena-mena

terhadap mereka. Sikap yang demikian ………………..saya lakukan

Sering !........!........!........!.........!.......! jarang

Page 195: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

174

Lampiran 2. Tabel total variabel

Tabel Pengumpulan Data Pendidikan Transformasi Sosial

PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL No No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total Nama

1 Angelica D.V 4 3 5 4 5 5 2 4 4 5 5 4 4 5 4 63 2 Aprilia A. 5 4 5 3 5 5 5 5 3 2 5 5 5 2 5 64 3 Ariestya K. 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 5 3 4 4 56 4 Bamas A. 4 5 4 5 3 5 4 4 3 3 3 5 5 4 5 62 5 Chrissellya G. 4 3 5 5 3 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 66 6 Chrishoper M 4 3 3 5 3 4 3 3 4 5 3 5 5 5 4 59 7 Deny V. 5 4 5 3 5 4 5 3 5 3 3 4 2 3 3 57 8 Eva Monica 4 4 5 5 5 5 3 3 4 3 4 5 4 5 3 62 9 Farenta 4 5 4 4 5 3 1 3 4 4 5 4 4 5 5 60

10 Felicia K. 4 5 4 5 5 4 2 5 3 4 5 5 4 3 5 63 11 Gabriel Deva 3 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 61 12 Gelly Moneta 4 3 3 3 4 3 2 3 4 2 4 4 2 3 4 48 13 Glad Maurina 3 4 5 5 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 56 14 Glendio Kevin 5 3 4 4 5 4 2 4 2 4 2 5 3 1 4 52 15 Vincent R. 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 51 16 Irma Desy A. 4 4 3 3 4 4 3 4 2 2 3 4 3 3 4 50 17 Joshua C. 3 5 4 5 3 5 5 3 4 3 2 4 5 3 3 57 18 Prista R.A. 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 51 19 Nadya S.I. 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 50 20 Monica T. P. 3 3 4 5 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 58 21 Kevin C. 3 4 3 2 3 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 49 22 Richard G.W 4 3 5 4 5 4 3 3 4 3 4 5 3 4 4 58 23 R. Kurniawan 3 3 5 3 2 5 3 4 2 3 5 5 3 4 4 54 24 Salpen N. 5 4 4 5 3 5 4 4 5 3 3 4 4 5 4 6225 Sastro Utomo 3 2 4 4 3 4 3 2 3 3 4 2 2 2 3 44 26 Sherly V. 4 3 4 5 5 4 4 3 4 4 5 4 2 3 4 58 27 Silvie W.O. 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 56 28 Tina Chrisma 3 4 3 5 4 3 4 2 4 4 4 5 2 5 4 56 29 Velia Putri S. 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 3 4 5 4 5 64 30 Stevanus W. 4 5 3 5 3 5 3 3 5 2 2 5 5 3 5 5831 Wahono B. 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 67 32 Wawan S. 4 5 3 2 4 4 3 5 5 4 5 4 4 3 3 58 33 Yolanda Ary 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 54 34 Wiranata S. 3 3 3 5 5 6 3 4 3 3 4 5 4 5 5 61 35 Yeremia J.B. 5 3 4 3 3 4 3 3 2 1 4 4 2 3 5 49 36 A.Trisulasakti 3 4 2 4 5 3 2 3 2 2 4 3 4 2 4 4737 Albertus A.W 4 4 4 5 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4 5 60 38 Andre G. 3 3 4 3 3 5 2 2 2 3 4 3 3 3 3 46 39 Andrew K. 4 3 5 5 5 5 4 5 4 3 4 5 5 3 5 65 40 Anita Krisanti 4 4 5 4 5 4 5 2 4 4 4 4 4 3 4 60 41 Bilha Sofia M. 5 4 5 5 3 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 67 42 Brigita Cyntia 4 5 3 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4 5 5 6443 Cynthia Filicia 4 5 5 3 2 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 63 44 C. Reinhart 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 70

Page 196: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

175

45 Christian D. 5 3 4 5 5 4 3 2 4 4 4 5 4 3 5 60 46 David A. 4 4 3 4 4 3 4 5 3 4 4 4 2 3 5 56 47 Dinda R.P. 4 2 3 5 2 4 2 4 2 2 1 5 3 3 5 47 48 Dony C. 4 3 4 5 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 5 56 49 Elda Silvana 4 4 5 5 5 5 3 2 3 2 3 4 3 5 3 56 50 Graciana M. 4 3 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 3 65 51 Hans Eka W. 4 5 2 4 5 5 5 3 5 4 5 4 3 3 5 62 52 Ina Istiana 4 4 4 5 4 5 3 2 2 2 4 4 2 4 4 53 53 Jelita Sparta 5 4 5 5 5 4 4 3 4 3 4 5 4 5 4 64 54 Kartika Sari 5 3 5 5 5 5 3 1 3 1 4 5 3 3 4 55 55 Kelvin W. 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 35 56 Kevin Surya 4 4 5 4 3 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 53 57 Kiki Novi A. 4 3 5 5 3 2 4 3 3 4 4 4 4 3 5 56 58 Melsynia 4 5 4 5 4 4 3 3 4 4 5 5 3 5 5 63 59 Michelle S. 4 4 5 5 5 4 3 4 4 3 4 4 4 4 5 62 60 Moch. Adrio 3 4 5 4 5 5 3 2 3 4 3 4 3 4 5 57 61 Onny M. 4 4 4 5 4 5 5 3 3 3 5 5 3 4 4 61 62 Rachmad W. 4 4 5 4 4 5 3 3 5 4 3 3 4 4 3 58 63 Samad W. 4 4 5 5 5 5 3 3 4 2 3 3 3 4 4 57 64 Sharon N. 4 4 5 5 5 5 3 3 4 3 4 5 3 4 5 62 65 Jabriha Sonia 4 4 5 3 4 5 3 2 4 3 3 4 4 3 3 54 66 Theresia Ayu 5 5 5 4 5 4 3 4 4 3 4 5 5 4 5 65 67 Th. Stefani 3 3 5 5 5 5 3 3 4 3 4 4 5 4 4 60 68 Yohana L 3 4 5 4 4 5 3 2 3 2 3 3 2 3 4 50 69 Yonathan R. 2 2 4 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 38 70 Yosia C.P 4 4 5 5 3 5 2 3 4 3 4 5 2 3 4 56

Tabel Pengumpulan Data Solidaritas

SOLIDARITAS

No No. Item 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Tot Nama 1 Angelica D.V 3 3 5 5 5 4 5 4 3 2 5 5 4 5 4 62 2 Aprilia A. 5 2 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 69 3 Ariestya K. 3 3 5 4 4 3 5 3 3 3 4 3 3 3 3 52 4 Bamas A. 4 3 2 5 4 5 5 3 5 5 2 4 5 5 4 61 5 Chrissellya 4 4 2 5 4 2 5 4 5 5 5 5 5 5 4 64 6 Chrishoper M 3 3 3 1 4 2 5 5 5 2 4 5 3 5 3 53 7 Deny V. 2 3 4 3 4 5 5 3 5 4 3 2 3 5 5 56 8 Eva Monica 4 3 2 4 4 2 4 4 5 3 3 3 3 4 4 52 9 Farenta 4 3 2 2 2 2 4 3 4 3 3 5 2 5 3 47 10 Felicia K. 4 4 5 5 5 3 5 4 5 4 5 5 5 5 4 68 11 Gabriel Deva 4 3 4 4 3 3 4 5 5 4 4 4 4 5 4 60 12 Gelly Moneta 3 2 2 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 46 13 Glad Maurina 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 51 14 Glendio 4 1 1 4 2 1 5 4 4 2 4 5 2 5 4 48 15 Vincent R. 5 3 3 4 3 3 5 4 3 3 4 3 3 4 3 53 16 Irma Desy A. 3 2 3 5 2 2 3 3 3 2 1 2 3 3 2 39 17 Joshua C. 3 3 3 4 5 3 5 5 5 4 3 4 3 5 4 59 18 Prista R.A. 3 4 2 4 3 3 4 3 4 3 2 2 4 4 2 47

Page 197: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

176

19 Nadya S.I. 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 45 20 Monica T. P. 4 2 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 49 21 Kevin C. 3 2 3 3 5 4 4 3 4 3 5 4 3 4 4 54 22 Richard G.W 5 2 2 3 3 2 4 4 5 4 4 3 5 5 4 55 23 R. Kurniawan 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 5 5 3 53 24 Salpen N. 3 2 3 4 3 3 5 5 5 3 4 5 5 5 3 58 25 Sastro U. 3 2 2 4 2 2 4 3 4 3 2 2 3 4 3 43 26 Sherly V. 5 3 2 5 4 5 5 4 5 4 5 5 3 5 3 63 27 Silvie W.O. 4 3 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 59 28 Tina Chrisma 3 2 3 5 3 2 5 4 4 2 3 5 4 3 3 51 29 Velia Putri S. 4 3 5 5 5 4 5 3 5 4 3 5 3 5 5 64 30 Stevanus W. 5 2 5 5 3 2 5 5 3 2 5 1 3 5 5 56 31 Wahono B. 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 65 32 Wawan S. 3 2 5 3 3 2 5 5 3 4 3 3 4 5 5 55 33 Yolanda Ary 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 54 34 Wiranata S. 5 3 5 5 5 5 5 4 3 3 5 5 3 5 3 64 35 Yeremia J.B. 4 2 4 3 2 1 4 4 5 3 5 2 3 5 3 50 36 A.Trisulasakti 3 2 1 4 2 1 3 4 5 5 4 3 2 5 4 48 37 Albertus A.W 3 2 3 4 4 5 3 3 4 3 2 3 3 4 4 50 38 Andre G. 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 46 39 Andrew K. 5 3 2 4 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 40 Anita Krisanti 4 2 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 51 41 Bilha Sofia M 3 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 67 42 Brigita Cyntia 5 4 3 5 4 3 5 5 5 4 5 5 5 5 4 67 43 Cynthia F. 5 2 2 5 2 5 4 4 5 2 3 3 2 4 4 52 44 C. Reinhart 3 5 5 4 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 69 45 Christian D. 4 5 3 3 2 3 5 3 3 2 4 5 4 5 4 55 46 David A. 4 2 2 5 1 1 4 5 5 5 3 3 4 5 5 54 47 Dinda R.P. 2 5 1 3 2 4 3 3 5 3 5 4 5 5 3 53 48 Dony C. 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 48 49 Elda Silvana 4 3 1 3 3 2 5 3 4 3 3 5 5 5 4 5350 Graciana M. 4 4 4 4 5 3 5 4 4 3 4 5 4 5 4 62 51 Hans Eka w. 3 5 1 5 3 3 5 3 5 5 5 4 5 5 5 62 52 Ina Istiana 3 4 2 5 3 2 4 3 4 3 5 4 5 5 4 56 53 Jelita Sparta 4 2 2 4 3 3 5 4 5 4 5 5 5 5 4 60 54 Kartika Sari 3 3 5 5 3 3 5 3 5 3 3 4 4 5 3 57 55 Kelvin W. 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3656 Kevin Surya 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 52 57 Kiki Novi A. 3 3 3 5 3 5 5 4 4 4 5 3 4 4 4 59 58 Melsynia 4 4 3 4 4 4 5 3 5 3 5 4 5 5 3 61 59 Michelle S. 5 2 3 4 3 3 5 4 5 3 5 5 5 5 5 62 60 Moch. Adrio 3 2 4 4 4 2 5 3 5 3 3 2 5 5 4 54 61 Onny M. 3 3 1 5 3 3 4 5 5 3 4 3 4 5 4 5562 Rachmad W. 5 3 3 4 2 3 5 5 5 4 5 3 4 5 5 61 63 Samad W. 3 3 2 5 3 4 5 3 4 4 4 4 4 5 4 57 64 Sharon N. 5 3 1 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 65 65 Jabriha S. 2 2 3 4 4 2 5 4 4 3 3 3 4 4 3 50 66 Theresia Ayu 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 68 67 Th. Stefani 5 3 1 4 4 3 5 4 5 2 5 2 4 5 5 5768 Yohana L 4 2 2 4 2 2 4 3 4 2 3 4 4 5 3 48 69 Yonathan R. 3 2 2 3 1 1 2 3 2 2 3 2 4 2 2 34 70 Yosia C.P 4 1 2 4 4 2 4 3 4 4 4 2 3 5 4 50

Page 198: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

Lampiran 3: Tabel Validitas dan Reliabilitas

HASIL ANGKET SISWA KELAS VI SDK SANTA MARIA TULUNGANGGUNG 2010 PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL SOLIDARITASNo No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total

Nama1 Angelica D.V 4 3 5 4 5 5 2 4 4 5 5 4 4 5 4 3 3 5 5 5 4 5 4 3 2 5 5 4 5 4 1252 Aprilia A. 5 4 5 3 5 5 5 5 3 2 5 5 5 2 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 1333 Ariestya K. 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 5 3 4 4 3 3 5 4 4 3 5 3 3 3 4 3 3 3 3 1084 Bamas A. 4 5 4 5 3 5 4 4 3 3 3 5 5 4 5 4 3 2 5 4 5 5 3 5 5 2 4 5 5 4 1235 Chrissellya G. 4 3 5 5 3 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 2 5 4 2 5 4 5 5 5 5 5 5 4 1306 Chrishoper M. 4 3 3 5 3 4 3 3 4 5 3 5 5 5 4 3 3 3 1 4 2 5 5 5 2 4 5 3 5 3 1127 Deny V. 5 4 5 3 5 4 5 3 5 3 3 4 2 3 3 2 3 4 3 4 5 5 3 5 4 3 2 3 5 5 1138 Eva Monica G. 4 4 5 5 5 5 3 3 4 3 4 5 4 5 3 4 3 2 4 4 2 4 4 5 3 3 3 3 4 4 1149 Farenta 4 5 4 4 5 3 1 3 4 4 5 4 4 5 5 4 3 2 2 2 2 4 3 4 3 3 5 2 5 3 107

10 Felicia K. 4 5 4 5 5 4 2 5 3 4 5 5 4 3 5 4 4 5 5 5 3 5 4 5 4 5 5 5 5 4 13111 Gabriel Deva 3 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 5 5 4 4 4 4 5 4 12112 Gelly Moneta 4 3 3 3 4 3 2 3 4 2 4 4 2 3 4 3 2 2 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 9413 Glad Maurina 3 4 5 5 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 10714 Glendio Kevin 5 3 4 4 5 4 2 4 2 4 2 5 3 1 4 4 1 1 4 2 1 5 4 4 2 4 5 2 5 4 10015 Vincent R. 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 5 3 3 4 3 3 5 4 3 3 4 3 3 4 3 10416 Irma Desy A. 4 4 3 3 4 4 3 4 2 2 3 4 3 3 4 3 2 3 5 2 2 3 3 3 2 1 2 3 3 2 8917 Joshua C. 3 5 4 5 3 5 5 3 4 3 2 4 5 3 3 3 3 3 4 5 3 5 5 5 4 3 4 3 5 4 11618 Prista R.A. 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 2 4 3 3 4 3 4 3 2 2 4 4 2 9819 Nadya S.I. 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 9520 Monica T. P. 3 3 4 5 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 10721 Kevin C. 3 4 3 2 3 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 5 4 4 3 4 3 5 4 3 4 4 10322 Richard G.W 4 3 5 4 5 4 3 3 4 3 4 5 3 4 4 5 2 2 3 3 2 4 4 5 4 4 3 5 5 4 11323 R. Kurniawan 3 3 5 3 2 5 3 4 2 3 5 5 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 5 5 3 10724 Salpen N. 5 4 4 5 3 5 4 4 5 3 3 4 4 5 4 3 2 3 4 3 3 5 5 5 3 4 5 5 5 3 120

Page 199: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

25 Sastro Utomo 3 2 4 4 3 4 3 2 3 3 4 2 2 2 3 3 2 2 4 2 2 4 3 4 3 2 2 3 4 3 8726 Sherly V. 4 3 4 5 5 4 4 3 4 4 5 4 2 3 4 5 3 2 5 4 5 5 4 5 4 5 5 3 5 3 12127 Silvie W.O. 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 11528 Tina Chrisma J 3 4 3 5 4 3 4 2 4 4 4 5 2 5 4 3 2 3 5 3 2 5 4 4 2 3 5 4 3 3 10729 Velia Putri S. 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 3 4 5 4 5 4 3 5 5 5 4 5 3 5 4 3 5 3 5 5 12830 Stevanus W. 4 5 3 5 3 5 3 3 5 2 2 5 5 3 5 5 2 5 5 3 2 5 5 3 2 5 1 3 5 5 11431 Wahono Bimo 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 13232 Wawan S. 4 5 3 2 4 4 3 5 5 4 5 4 4 3 3 3 2 5 3 3 2 5 5 3 4 3 3 4 5 5 11333 Yolanda Ary W 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 10834 Wiranata S. 3 3 3 5 5 6 3 4 3 3 4 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 4 3 3 5 5 3 5 3 12535 Yeremia J.B. 5 3 4 3 3 4 3 3 2 1 4 4 2 3 5 4 2 4 3 2 1 4 4 5 3 5 2 3 5 3 9936 Adil Trisulasakt 3 4 2 4 5 3 2 3 2 2 4 3 4 2 4 3 2 1 4 2 1 3 4 5 5 4 3 2 5 4 9537 Albertus A.W 4 4 4 5 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4 5 3 2 3 4 4 5 3 3 4 3 2 3 3 4 4 11038 Andre G. 3 3 4 3 3 5 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 9239 Andrew K. 4 3 5 5 5 5 4 5 4 3 4 5 5 3 5 5 3 2 4 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 13040 Anita Krisanti 4 4 5 4 5 4 5 2 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 11141 Bilha Sofia M. 5 4 5 5 3 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 3 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 13442 Brigita Cyntia 4 5 3 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4 5 5 5 4 3 5 4 3 5 5 5 4 5 5 5 5 4 13143 Cynthia Filicia 4 5 5 3 2 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 2 2 5 2 5 4 4 5 2 3 3 2 4 4 11544 C. Reinhart 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 13945 Christian D. 5 3 4 5 5 4 3 2 4 4 4 5 4 3 5 4 5 3 3 2 3 5 3 3 2 4 5 4 5 4 11546 David Aryanto 4 4 3 4 4 3 4 5 3 4 4 4 2 3 5 4 2 2 5 1 1 4 5 5 5 3 3 4 5 5 11047 Dinda R.P. 4 2 3 5 2 4 2 4 2 2 1 5 3 3 5 2 5 1 3 2 4 3 3 5 3 5 4 5 5 3 10048 Dony Chandra 4 3 4 5 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 5 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 10449 Elda Silvana 4 4 5 5 5 5 3 2 3 2 3 4 3 5 3 4 3 1 3 3 2 5 3 4 3 3 5 5 5 4 10950 Graciana M. 4 3 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 5 3 5 4 4 3 4 5 4 5 4 12751 Hans Eka W. 4 5 2 4 5 5 5 3 5 4 5 4 3 3 5 3 5 1 5 3 3 5 3 5 5 5 4 5 5 5 12452 Ina Istiana 4 4 4 5 4 5 3 2 2 2 4 4 2 4 4 3 4 2 5 3 2 4 3 4 3 5 4 5 5 4 10953 Jelita Sparta 5 4 5 5 5 4 4 3 4 3 4 5 4 5 4 4 2 2 4 3 3 5 4 5 4 5 5 5 5 4 12454 Kartika Sari 5 3 5 5 5 5 3 1 3 1 4 5 3 3 4 3 3 5 5 3 3 5 3 5 3 3 4 4 5 3 112

Page 200: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

55 Kelvin Wahyudi 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 7156 Kevin Surya 4 4 5 4 3 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 10557 Kiki Novi A. 4 3 5 5 3 2 4 3 3 4 4 4 4 3 5 3 3 3 5 3 5 5 4 4 4 5 3 4 4 4 11558 Melsynia 4 5 4 5 4 4 3 3 4 4 5 5 3 5 5 4 4 3 4 4 4 5 3 5 3 5 4 5 5 3 12459 Michelle S. 4 4 5 5 5 4 3 4 4 3 4 4 4 4 5 5 2 3 4 3 3 5 4 5 3 5 5 5 5 5 12460 Moch. Adrio E. 3 4 5 4 5 5 3 2 3 4 3 4 3 4 5 3 2 4 4 4 2 5 3 5 3 3 2 5 5 4 11161 Onny Mardiana 4 4 4 5 4 5 5 3 3 3 5 5 3 4 4 3 3 1 5 3 3 4 5 5 3 4 3 4 5 4 11662 Rachmad W. 4 4 5 4 4 5 3 3 5 4 3 3 4 4 3 5 3 3 4 2 3 5 5 5 4 5 3 4 5 5 11963 Samad W. 4 4 5 5 5 5 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 3 2 5 3 4 5 3 4 4 4 4 4 5 4 11464 Sharon Natalia 4 4 5 5 5 5 3 3 4 3 4 5 3 4 5 5 3 1 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 12765 Jabriha Sonia 4 4 5 3 4 5 3 2 4 3 3 4 4 3 3 2 2 3 4 4 2 5 4 4 3 3 3 4 4 3 10466 Theresia Ayu 5 5 5 4 5 4 3 4 4 3 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 13367 Th. Stefani W. 3 3 5 5 5 5 3 3 4 3 4 4 5 4 4 5 3 1 4 4 3 5 4 5 2 5 2 4 5 5 11768 Yohana L 3 4 5 4 4 5 3 2 3 2 3 3 2 3 4 4 2 2 4 2 2 4 3 4 2 3 4 4 5 3 9869 Yonathan Ricky 2 2 4 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 1 1 2 3 2 2 3 2 4 2 2 7270 Yosia C.P 4 4 5 5 3 5 2 3 4 3 4 5 2 3 4 4 1 2 4 4 2 4 3 4 4 4 2 3 5 4 106

N 269 263 292 298 283 300 229 234 250 225 265 298 245 255 291 256 202 208 284 233 210 308 264 295 229 268 262 263 321 266Jawb benar 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350IK 0.77 0.8 0.83 0.9 0.8 0.9 0.7 0.7 0.7 0.64 0.76 0.85 0.7 0.73 0.8 0.7 0.6 0.6 0.8 0.67 0.6 0.88 0.75 0.84 0.65 0.8 0.75 0.8 0.92 0.8Jum.Soal - 1 30 29Var Butir 0.48 0.7 0.72 0.7 0.9 0.7 0.8 1 0.7 0.81 0.75 0.63 0.9 0.84 0.6 0.7 0.9 1.6 0.8 1.04 1.3 0.56 0.61 0.81 0.84 1 1.21 1 0.45 0.7 24.73Var Total 190Reliabilitas 0.9Validitas 0.47 0.5 0.33 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.47 0.35 0.64 0.6 0.49 0.5 0.5 0.5 0.4 0.5 0.62 0.54 0.69 0.5 0.61 0.44 0.5 0.59 0.4 0.66 0.6

Page 201: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

177

Lampiran 4: Daftar wawancara kepada guru SDK Santa Maria Tulungagung 1. Sejauh mana siswa /siswi bertumbuh rasa solidaritas kepada sesama yang miskin?

2. Hal apa yang mendukung siswa bertumbuh rasa solidaritas kepada sesama yang

miskin?

3. Apa yang menghambat siswa bertumbuh rasa solidaritas kepada sesama yang

miskin?

Page 202: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

178

Lampiran 5 : Hasil wawancara dengan Guru SDK Santa Maria Tulungagung

A. Wawancara Pertama

1. Pelaksanaan

a. Hari dan Tanggtal : Rabu, 24 Februari 2010

b. Tempat : SDK Santa Maria Tulungagung

c. Waktu : 09.00 – 10.00

d. Nama : Ibu Vincentia Sunarlin, S.Pd. (Kepala Sekolah)

2. Hasil wawancara

a. Sejauh mana siswa-siswa kelas VI bertumbuh rasa solider dengan

sesamanya, terutama mereka yang miskin?

Anak-anak di sini memang tampak memiliki kepedulian pada orang-orang

yang menderita atau teman yang membutuhkan bantuan tidak hanya terbatas pada

kelas VI saja, tapi juga siswa-siswa kelas lainnya. Sikap ini tampak dari inisiatif

mereka dalam menolong teman yang sakit, mengunpulkan dana untuk teman mereka

yang berobat, menjadi tutor sesama teman yang lemah belajar, dan kemauan anak-

anak yang senang mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan oleh sekolah.

Hal ini juga merupakan bagian dari integrasi pelajaran di kelas, khususnya

pelajaran agama yang banyak mengajarkan tentang kasih.

Di sekolah ini banyak kegiatan sosial yang ditawarkan kepada anak-anak

misalnya: pelayanan di posyandu. Pelayanan di posyandu dilakukan setiap bulan

sekali meskipun siswa hanya membantu membagi makanan sebagai tambahan gizi

bagi balita. Siswa ikut pelayanan warung murah. Kunjungan ke orang sakit.

Kunjungan ke orang sakit hampir setiap minggu ada dua siswa yang mengunjungi

orang sakit secara bergiliran yang rumahnya ada di sekitar sekolah. Orang yang

dikunjungi adalah cacat, sakit stroke dan orang jompo, meskipun keadaan orang

sakit itu miskin tapi para siswa tidak merasa jijik. Kegiatan lainnya adalah

kunjungan ke Panti Asuhan dan kunjungan ke Panti Werda. Kunjungan ini biasa

dilakukan dalam rangka aksi Natal atau aksi Paskah. Lalu adanya bazar untuk

Page 203: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

179

mencari dana. Seperti yang baru saja terjadi, bazar diadakan untuk mencari dana

korban gempa di Padang. Bazar adalah hasil pengumpulan bahan makanan dari

siswa kemudian dijual, hasilnya untuk dana gempa. Adanya Kolekte. Adanya live in.

Live in biasanya dilakasanakan bergabung dengan siswa SMP Santa Maria,

tujuannya agar mereka mengenal kehidupan masyarakat di mana mereka tinggal

bersama. Kunjungan ke Barak Bakti yaitu tempat para pemulung, di sana para guru

memberi les belajar pada anak-anak keluarga pemulung dan biasanya para guru

mengajak serta siswa-siswa sekitar 4-5 siswa secara bergiliran untuk kegiatan ini.

Selain itu siswa-siswa juga diajak untuk bisa menolong orang lain dengan cara

melatih mereka mengolah sampah. Hasil pengolahan sampah dijual dan hasil

penjualannya untuk dana sosial sekolah.

b. Hal-hal apa yang mendukung siswa-siswa bertumbuh rasa solidaritas

kepada orang miskin ?

Kegiatan-kegiatan sosial sekolah ini memberi kondisi pada siswa untuk

terlibat dan berhadapan langsung dengan keadaan orang miskin, misalnya mereka

kunjungan ke Barak Bakti mereka melihat keadaan keluarga-keluarga yang miskin

dan anak-anak yang hidup kekurangan. Saat mengujungi orang sakit, siswa

langsung melihat penderitaan mereka yang kekurangan sekaligus menderita sakit.

Selain itu dorongan dari para guru sungguh membuat siswa terbantu bertumbuh

rasa solider pada orang yang menderita, misalnya guru membacakan sebuah berita

di koran tentang seorang yang sakit kanker dan hidup dalam kemiskinan, guru

mengajak siswa apa yang bisa dilakukan untuk membantu orang tersebut, reaksi

yang terjadi adalah siswa-siswa tergerak untuk membantu dengan mengumpulkan

dana, selain itu setiap dua minggu sekali ada siswa yang mengunjunginya. Kegiatan-

kegiatan yang dilakukan di sekolah ini juga melibatkan semua warga sekolah,

misalnya bila anak-anak mengunjungi orang sakit, demi keselamatan mereka,

mereka selalu dihantar oleh karyawan sekolah, atau bila memerlukan transportasi

siswa-siswa ini melibatkan orangtuanya untuk menyediakan mobil untuk kunjungan

yang agak jauh. Dalam sekolah ini ada kurikulum Vinsensian yaitu setiap Minggu

Page 204: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

180

ada satu jam yang dipakai oleh masing-masing guru dalam menyampaikan nilai-

nilai hidup yang dimiliki oleh St. Vinsensius, misalnya dengan mengenalkan hidup

St. Vinsensius, Hidup St. Luisa, para kudus Vinsensian yang diwarnai oleh sikap

sikap belaskasih, murah hati, rendah hati, hormat kepada orang miskin. Jadi situasi

ini sungguh mendukung siswa untuk berkembang rasa sosialnya.

c. Hal-hal apa yang kurang membantu siswa memiliki rasa solider siswa

kepada sesamanya ?

Bila di sekolah sudah banyak hal yang diusahakan agar anak bisa memiliki

jiwa sosial kepada sesamanya yang menderita, sekarang hanya tergantung

keluarganya, ada orang tua yang cenderung terlalu melindungi anaknya, sehingga

anak kurang bergaul dengan orang lain, misalnya lebih baik ada teman yang datang

ke rumahnya, dari pada anaknya yang pergi ke tempat lain, hal ini membuat anak

kurang mengetahui keadaan orang lain yang susah.

B. Wawancara Kedua

1. Pelaksanaan

a. Hari dan Tanggtal : Rabu, 24 Februari 2010

b. Tempat : SDK Santa Maria Tulungagung

c. Waktu : 10.00 – 10.30

d. Nama : Bapak Yohanes Surani (Guru BP)

2. Hasil wawancara

a. Sejauh mana siswa /siswi bertumbuh rasa solidaritas kepada sesama yang

miskin?

Anak-anak memiliki rasa solidaritas cukup tinggi, seperti bila ada kegiatan

Pramuka Peduli, aksi Natal dan aksi Paskah, mereka sangat antusias membawa

sumbangan ataupun kolekte. Untuk kegiatan Pramuka peduli biasanya mereka

membawa bahan makanan untuk dijual di bazar dan hasilnya untuk kegiatan sosial

Page 205: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

181

misalnya untuk kunjungan ke Panti Asuhan, biasanya mereka dengan senang hati

membawa bahan makanan untuk bazar. Selain itu solidaritas siswa juga tampak

dalam semangat siswa yang mau mengunjungi orang sakit, orang jompo yang hidup

sendiri yang tinggal di sekitar sekolah.

b. Hal apa yang mendukung siswa bertumbuh rasa solidaritas kepada sesama

yang miskin?

Hal-hal yang mendukung siswa untuk bisa bertumbuh rasa solidaritas bisa

dari orangtua yang mendukung anaknya, misalnya bila mereka akan melakukan

kunjungan, biasanya siswa menyampaikan kepada orangtua dan orang tua

membekali anaknya dengan memberi oleh-oleh bagi orang yang akan dikujungi.

Dukungan orangtua juga lewat kesediaan mereka meminjami kendaraan bila anak-

anak memerlukan transportasi untuk kegiatan sosial. Kesadaran orangtua seperti

ini sugguh membantu siswa untuk memiliki solidaritas. Hal lain yang mendukung

adalah kebiasaan-kebiasaan baik yang ditanamkan di sekolah misalnya memberi

kesempatan kepada siswa untuk secara bergiliran mengadakan kunjungan kepada

orang cacat, orang sakit, memberi kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan

posyandu dan membantu kegiatan warung murah. Guru selalu memotivasi siswa

dengan menceritakan kejadian bencana alam yang terjadi dan mendorong siswa

untuk memberikan kolekte. Pengarahan-pengarahan dari Pamong Unit juga sangat

berguna bagi siswa untuk memiliki kepedulian untuk orang lain.

c. Apa yang menghambat siswa bertumbuh rasa solidaritas kepada sesama

yang miskin?

Hal-hal yang menghambat siswa bertumbuh rasa solidaritas biasanya

dipengaruhi kebiasaan yang ditanamkan di keluarga. Misalnya bila ada siswa

hanya membawa sumbangan sesuai ditentukan sekolah, padahal sebagai orang

yang kaya sebenarnya bisa memberi lebih, kepekaan sosial yang tidak dimiliki oleh

Page 206: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

182

keluarga tersebut membuat anaknya pun juga memiliki nilai hidup seperti yang

ditanamkan di keluarga. Bila keluarga tersebut kikir maka anak juga bisa memiliki

sifat kikir terhadap orang yang kekurangan.

C. Wawancara Ketiga

1. Pelaksanaan

a. Hari dan Tanggtal : Rabu, 24 Februari 2010

b. Tempat : SDK Santa Maria Tulungagung

c. Waktu : 10.30 – 11.00

d. Nama : Bapak A.Y. Suryanto, S.Pd. (Wali Kelas VIA)

2. Hasil wawancara

a. Sejauh mana siswa kelas VI bertumbuh solidaritas kepada orang miskin ?

Jawab:

Yah anak-anak di SD ini memang pada umumnya memiliki sikap yang baik

dalam menerima orang lain, misalnya tidak memandang rendah guru, mereka semua

hormat kepada karyawan sekolah. Mereka tidak menyebut karyawan sekolah dengan

sebutan ”pak Bon” sebagaimana sering dilakukan siswa pada sekolah lain, tapi

mereka terbiasa memanggil mereka dengan nama mereka, hal ini sebagai tanda

mereka memiliki hormat kepada orang-orang kecil. Anak-anak di SD ini juga

terbiasa melakukan tugas membersihkan WC dengan senang hati, tidak memandang

bahwa itu pekerjaan rendah dan tugas karyawan sekolah, hal ini menunjukkan

bahwa mereka mau mengerjakan tugas-tugas yang rendah bukan sebagai hukuman

tapi demi nilai yang baik yaitu kebersihan lingkungan. Sikap-sikap yang demikian

menjadi tanda bahwa siswa mulai bertumbuh rasa solider terhadap sesamanya juga

melalui lingkungan. Selain itu anak-anak terbiasa belajar berinisiatif menolong

temannya, misalnya tahu ada teman yang taidak membawa bekal dan membagi bekal

dengan temannya.

Page 207: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

183

b. Hal-hal apa yang mendukung siswa kelas VI bertumbuh rasa solider ?

Siswa-siswa di sini dikenalkan dengan kegiatan-kegiatan sekolah yang selalu

berbuhungan dengan orang-orang miskin sejak mereka kelas IV, misalnya dengan

kegiatan warung murah untuk abang-abang becak, kunjungan ke orang jompo,

kunjungan ke orang sakit. Selain itu biasanya saya memberikan cerita pada anak-

anak tentang penderitaan orang lain yang pernah saya kenal, sehingga anak

mengenal bahwa ada orang lain yang membutuhkan pertolongan, biasanya hal ini

saya lakukan saat renungan pagi sekitar 5-10 menit sebelum pelajaran dimulai.

Renungan pagi itu juga diisi oleh siswa dengan sebuah cerita, siswa dibiasakan

untuk membagi cerita pada teman di kelas sekaligus mereka menemukan sendiri

pesan moral dari cerita tersebut. Kebiasaan ini membantu siswa untuk memiliki rasa

empati pada sesama.

c. Hal-hal apa yang kurang mendukung siswa VI memiliki rasa solider kepada

sesamanya yang menderita ? :

Memang selain banyak siswa yang sudah tampak memiliki kesadaran akan

penderitaan sesamanya, memang ada siswa yang masih kurang meeiliki sikap

solider. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan keluarga. Ada siswa yang

sehari-hari tidak diasuh oleh orangtuanya karena mereka bekerja, sehingga mereka

diasuh oleh pembantu, meskipun di sekolah telah diajari bagaimana memiliki

kepedulian pada orang lain, tapi tampak keacuhannya dalam merespon kegiatan-

kegiatan sosial sekolah. Orangtua yang demikian seringkali juga kurang mendukung

nilai-nilai yang diajarkan di sekolah. Ada hal lain lagi yang membuat siswa kurang

memiliki rasa solider dengan orang lain yaitu dengan adanya HP. Anak-anak yang

memiliki HP tampak lebih mementingkan diri sendiri, lebih egois, karena HP hanya

untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Page 208: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

184

D. Wawancara Keempat

1. Pelaksanaan

a. Hari dan Tanggtal : Rabu, 25 Februari 2010

b. Tempat : SDK Santa Maria Tulungagun

c. Waktu : 11.00 – 11.30

d. Nama : Ibu Elisabeth Murniati, S.Pd. (Wali Kelas VIB)

2. Hasil wawancara

a. Sejauh mana siswa kelas VI memiliki solidaritas ?

Pada umumnya anak-anak memiliki solidaritas yang tinggi kepada teman

tentang masalah yang sedang dihadapi teman, misalnya ada teman yang sakit sudah

berhari-hari mereka berinisiatif untuk menjenguk, kemudian mengumpulkan uang

untuk membantu biaya berobat. Setiap hari pun ada siswa yang singgah ke teman

tersebut sebelum ke sekolah, hal ini dilakukan oleh siswa tanpa disuruh oleh guru.

Hal lain yang tampak adalah bahwa mereka sudah terbiasa bergaul dengan teman

siapa saja, tanpa memandang siapa teman tersebut, bahkan duduknya pun diatur

sedemikian rupa supaya anak-anak bisa belajar bergaul tanpa memandang latar

belakang temannya.

b. Hal-hal apa yang mendukung bertumbuhnya siswa memiliki rasa solidaritas

ini ?

Hal-hal yang mendukung adalah bahwa ketika anak-anak menceritakan

kepada saya, bahwa mereka telah mengunjungi temannya yang sakit dan mereka

mengumpulkan uang, saya hanya bisa memotivasi dan memberikan dukungan bahwa

apa yang mereka lakukan itu baik. Jadi hal yang mendukung adalah guru-guru di

sini selalu mendukung dan memotivasi siswa tentang hal baik yang telah mereka

lakukan.

Page 209: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

185

c. Hal-hal apa yang menghambat siswa kurang memiliki rasa solider dengan

sesamanya? :

Hal-hal yang menghambat siswa memiliki rasa solidaritas adalah kurangnya

kerjasama dan komitmen dari keluarga, misalnya orangtua kurang mendukung apa

yang sudah ditanamkan di sekolah tentang semangat dan peduli kepada orang lain.

Kedua bahwa nilai yang dianut masyarakat juga mempengaruhi siswa dalam

melihat siapa yang yang akan diberi sesuatu, maksudnya bahwa bila ada yang

memberi maka baru akan memberi, dengan kata lain memberi bila diberi. Hal ini

tampak dalam acara valentine yang baru saja terjadi, bahwa ada 4 siswa tidak

membawa coklat, 4 siswa tersebut juga tidak mendapatkan coklat dari teman yang

membawa coklat. Hal lain yang kurang mendukung adalah alat komunikasi. HP

(Hand Phone) juga menjadi kendala bagi siswa bertumbuh rasa solidaritas,

kecenderungannya adalah bahwa ada siswa hanya berteman dengan teman yang

memiliki HP dengan saling SMS. Hal ini membuat siswa kurang berteman dengan

semua teman, dengan kata lain sesama teman adalah mereka yang hanya memiliki

HP, sedangkan teman yang tidak punya HP kurang mendapat perhatian.

Page 210: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

186

Lampiran 6 : Grafik hasil Analisis Regresi

Normal P-P Plot of Regression Standa

Dependent Variable: Y

Observed Cum Prob

1.00.75.50.250.00

Expe

cted

Cum

Pro

b1.00

.75

.50

.25

0.00

Scatterplot

Dependent Variable: Y

Regression Standardized Predicted Value

3210-1-2-3-4

Reg

ress

ion

Stan

dard

ized

Res

idua

l

3

2

1

0

-1

-2

-3

-4

Page 211: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

187

Regression Standardized Residual

2.001.50

1.00.500.00

-.50-1.00

-1.50-2.00

-2.50-3.00

Histogram

Dependent Variable: Y

Freq

uenc

y

12

10

8

6

4

2

0

Std. Dev = .99 Mean = 0.00

N = 70.00

Page 212: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

188

Lampiran 7: Hasil kunjungan Penulis di SDK Santa Maria Tulungagung

Tanggal 24 Februari 2010:

1. Penulis bertemu dengan Suster pamong unit

Dalam kunjungan ke SDK Santa Maria Tulungagung, penulis bertemu

dengan Suster Pamong Unit yaitu Sr. Laetitia, PK. Dalam kunjungan ini penulis

menyampaikan maksud dan kedatangan penulis dalam rangka mengenal siswa,

kegiatan siswa, observasi lingkungan sekolah dan mengadakan wawancara dengan

beberapa guru, guna memenuhi keperluan penulisan skripsi. Dalam kesempatan

bertemu dengan Suster pamong unit, penulis berkesempatan mendengarkan uraian

Suster pamong unit tentang kegiatan-kegiatan siswa di luar jam pelajaran yaitu

tentang kegiatan sosial yang dilakukan oleh siswa dan para guru misalnya tentang

kunjungan siswa kepada orang sakit, ikut sertanya siswa dalam bimbingan belajar di

Barak Bakti (tempat para pemulung), terlibatnya siswa dalam pelayanan warung

murah untuk bapak penarik becak, tentang pemberian makanan gizi bagi siswa yang

membutuhkan dan tentang usaha sekolah untuk memberi bantuan keringanan SPP

bagi siswa yang miskin.

2. Penulis mengikuti kegiatan belajar di kelas VIA

Penulis mengikuti kegiatan belajar siswa di kelas VI dan Pak Suryanto

sebagai pengajar. Tujuan penulis mengikuti kegiatan belajar di kelas adalah

mengamati para siswa belajar, dalam rangka untuk mengenal siswa dan

menyampaikan sosialisasi tentang data penelitian yang hendak diisi oleh siswa.

3. Penulis berbincang dengan siswa saat waktu istirahat

Saat istirahat penulis mengadakan perbincangan dengan beberapa siswa.

Perbincangan penulis kepada siswa bertujuan untuk mengadakan wawancara singkat

tentang kegiatan sosial yang pernah diikuti oleh siswa. Perbincangan dilakukan

dengan tiga siswi kelas VIA yaitu Elisabet Wonadyayu Puji Christanti, Ariestya

Kumalasari, dan Glad Mauraina.

Page 213: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

189

Pertanyaan kepada Elisabeth Tarti :

a. Kegiatan sosial apa saja yang pernah kamu lakukan saat di sekolah ?

Kegiatan yang yang pernah saya lakukan adalah kunjungan kepada orang sakit

tiga kali, ikut ke Barak bakti dua kali dan ikut melayani warung murah untuk

bapak becak satu kali.

b. Mengapa kamu mengikuti kegiatan itu ?

Saya senang karena membantu orang yang susah.

c. Apa yang kamu rasakan saat bertemu dengan orang yang kamu kunjungi

itu?

Kasihan, karena mereka miskin.

Pertanyaan kepada Ariestya Kumalasari :

a. Kegiatan sosial apa saja yang pernah kamu lakukan saat di sekolah ?

Saya kunjungan kepada orang sakit dan mbah yang hidup sendiri sebanyak dua

kali, ikut melayani di warung murah satu kali.

b. Mengapa kamu mengikuti kegiatan itu ?

Saya senang bisa membantu.

c. Apa yang kamu rasakan saat bertemu dengan orang yang kamu kunjungi

itu?

Kasihan dan peduli kepada mereka.

Pertanyaan kepada Glad Maurina:

a. Kegiatan sosial apa saja yang pernah kamu lakukan saat di sekolah ?

Membantu warung murah untuk pak becak, ikut ke Barak bakti, kunjungan ke

orang-orang yang sakit.

b. Mengapa kamu mengikuti kegiatan itu ?

Senang, kenal banyak orang, mengenal sifat orang.

c. Apa yang kamu rasakan saat bertemu dengan orang yang kamu kunjungi

itu?

Iba, kasihan.

Page 214: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

190

Pertanyaan kepada ketiga siswi:

Setelah bertemu orang yang susah hidupnya, apa cita-citamu untuk mereka?

Saya ingin mendirikan panti jompo, mendirikan lapangan pekerjaan karena banyak

orang yang menjadi pemulung karena tidak punya pekerjaan, membantu anak-anak

pemulung untuk bisa sekolah. Mereka hidup sederhana, tdak punya tempat tinggal.

4. Mengikuti kunjungan siswa kepada orang sakit, lansia dan cacat.

Pada pukul 11. 00 penulis berkesempatan untuk mengikuti dua siswi yang

mengadakan kunjungan kepada tiga orang. Bersama dengan dua karyawan yang

membonceng kedua siswi tersebut, kami beriringan mengadakan perjalanan

kunjungan. Kedua siswi tersebut adalah Elisabeth Yunita kelas IV dan seorang

temannya (lupa mencatat nama). Pertama, kunjungan dilakukan kepada seorang yang

mengalami cacat fisik, dengan keadaan selalu berada di kursi roda. Secara bergantian

kedua siswi tersebut membacakan sebuah cerita kepadanya. Setelah selesai

membacakan sebuah cerita, mereka memberikan oleh-oleh sebungkus makan siang

kepadanya. Kunjungan kedua dilakukan kepada seorang ibu yang sakit stroke.

Kepada ibu ini kedua siswi ini membawakan oleh-oleh makan siang dan

mendoakannya. Kunjungan ketiga kepada seorang lansia yang hidup sendiri yaitu

seorang kakek yang hidup sendiri di sebuah rumah yang kecil. Mereka sudah saling

mengenal dan berbincang sejenak. Setelah berbincang sejenak dengan kakek

tersebut, tidak lupa kedua siswi memberikan oleh-oleh makan siang kepada kakek

tersebut. Setelah melakukan kunjungan, ternyata kedua siswi masih melanjutkan

untuk belajar di kelas.

Tanggal 25 Februari 2010

1. Mengikuti kegiatan belajar di kelas VIB

Observasi penulis dilanjutkan dengan mengikuti kegiatan belajar di kelas VIB

dengan Ibu Elisabeth sebagai pengajarnya. Dalam kegiatan belajar ini penulis

mengamati, bahwa di antara kegiatan belajar sedang berlangsung ada beberapa siswa

yang keluar kelas, ternyata mereka berkesempatan untuk menikmati makan sebagai

Page 215: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

191

program tambahan gizi dari sekolah. Hal tersebut tidak mengganggu suasana belajar

karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan di sekolah tersebut. Maksud penulis

hadir dalam kegiatan belajar tersebut pertama untuk mengenal siswa dan kedua untuk

menyampaikan sosialisasi kepada siswa untuk mengisi kuesioner data penelitian.

2. Kegiatan gizi untuk siswa-siswi

Kegiatan makan sebagai tambahan gizi dilakukan setiap Minggu. Pada

kesempatan observasi di sekolah, sedang ada kegiatan makan bersama. Ada sekitar

75 siswa yang mengikuti program ini. Mereka adalah siswa-siswi yang memerlukan

tambahan gizi untuk kesehatan mereka.

3. Mengamati siswa saat istirahat.

Hal yang menarik dalam observasi ini adalah, setelah para siswa beristirahat

ada beberapa siswa yang sudah siap untuk menyapu halaman, menyapu lantai dan

ketika penulis menyapa, mereka mengatakan bahwa mereka sedang melaksanakan

piket untuk membersihkan halaman dan lantai galeri.

Page 216: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

192

Lampiran 8: Program Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Tulungagung

SD KATOLIK “SANTA MARIA” JLN. PANGLIMA SUDIRMAN NO. 30 TULUNGAGUNG-66212

Program Sekolah

Tahun Pelajaran 2009 / 2010

No. BULAN JENIS KEGIATAN

WAKTU SASARAN PENANGGUNG JAWAB

1. Juli 2009

Mos Mg III I-VI Guru kelas Pertemuan wali murid kelas I

Mg III I Kasek dan Guru kelas

Menyanyikan lagu daerah

Mg III I-VI Guru kelas

Kepedulian sosial

Mg III I-VI Guru kelas

Les organ Mg II Perwakilan guru

Wakasek

Persiapan lomba PHBN

Mg III IV-VI Sie Lomba dan Sie OR

Pengenalan Santo/Santa

Mg III I -VI dan Karyawan

Sie Vincentian

Pelantikan anggota PKS

Mg IV Angg. PKS Sie PKS

Kaderisasi petugas Upacara

Mg II V Sie upacara

Sosialisasi SKJ 08

Mg III-IV

Guru Sie OR

Pembinaan 18-20 Guru Perwakilan TA

P. Handiko

Pertemuan Ortu calon katekumen

Mg V Ortu Calon Katekumen

Sie liturgi dan P. Kamto

Pendataan keg. ekskul

Mg III I-VI Kasek

2.

Agustus 2009

Warjur 1 X 1 Mg I-VI Kasek Pengumpulan sampah plastik dan organik

Mg I I-VI Sie Vincentian

Kerja Bakti di 3 V-VI Sie Vincentian

Page 217: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

193

sekolah Upcr. Hari Pramuka dan Pelantikan kader tiwisada/PKS

14 Kader Tiwisada PKS

Sie Vincentian Sie UKS dan PKS

Misa Hut sekolah

3 I-VI Sie liturgi dan Koor

Lomba berbaris rapi danDiknas lomba kelas bersih

Mg I I-VI Sie Pra PKS dan Sie UKS

Mulai keg. Eskul dan les

Mg I I-VI Kasek/Wakasek

Lomba PHBN Diknas I-VI Sie Lomba dan OR

Upacara Proklamasi dan antraksi seni

17 IV-VI, Guru/ Kry TK/SD

Sie Upacara dan Sie tari dan Sie musik

Pembinaan rutin PKS

Mg II Angg. PKS Sie PKS

Persami 15-16 Pramuka penggalang

Sie Pramuka

Senam dan Tari massal

Mg IV I-VI Sie OR danTari

Menyanyikan lagu perjuangan

Mg I I-VI Guru kelas

3.

September 2009

Lomba peringatan hari Vinsensius & BKSN • Mewarnai • Membaca

puisi • Bercerita

tentang St. Vinsensius

• Membaca KS • Menyusun

ayat KS • Membuat

pembatas buku

27 I-II III-IV V-VI IV-VI I-II III-VI

Sie Vincentian, Liturgi dan Lomba

Memajang KS besar (serambi

1 I-VI

Sie Liturgi

Page 218: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

194

Salomo) Membaca ayat KS

Tiap Hari I-VI

Sie Liturgi

Menyanyikan lagu Vinsensius

Tiap Hari I-VI

Sie Liturgi

Screening Diknes I Sie UKS Pengukuran TB/BB

Mg III I-VI

Sie UKS

UTS I 8-12 I-VI Kasek Anjangsana ke Kwarcab.

Mg III Pramuka Penggalang

Sie Pramuka

4. Oktober 2009

Ziarah ke Poh Sarang (rekoleksi kelas IV-VI)

Mg V Anggota PSSM I-VI

Sie Vincentian dan Sie Liturgi

Memajang patung Bunda Maria

Mg I I-VI Sie Liturgi

• Doa Rosario bersama di halaman

• Doa Rosario bergiliran

1 Sesuai jadwal

I-VI Sie Liturgi

Menyayi lagu-lagu Maria dan doa salam Maria 5X

Setiap Hari

I-VI Sie Liturgi

Pembinaan dari Polres

Mg II Anggota PKS

Sie PKS

Simulasi kesehatan • Gosok gigi • Makanan

sehat

Mg II I-II III-IV

Sie UKS

Upacara sumpah Pemuda dan pengumumuman hasil lomba baris berbaris dan kelas rapi.

28 I-VI Sie UKS, Pra PKS dan Sie Upacara

Lomba SKJ Mg III I-VI Sie OR dan Sie Lomba

Upacara Hapsak 1 III-VI Sie Upacara 5.

November 2009

Pendalaman Materi Adven

Mg IV I-VI Sie Liturgi

Page 219: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

195

didahului pembuatan korona Adven (tiap kelas di halaman sekolah) Ziarah ke makam Katolik

2 Anggota PSSM kls IV-VI

Sie Vincentian

Kunjungan ke PMI

Mg I Kader Tiwisada

Sie UKS

PSN dan Kerja Bakti Di KM. Gereja

Sabtu pagi

Kader Tiwisada

Sie UKS

Upacara Hari Pahlawan

10 III-VI Sie Upacara

Ziarah ke TMP Tulungagung

10 Pramuka Penggalang

Sie Pramuka

Menyayikan lagu-lagu Pahlawan dan Adven

Mg I I-VI Guru kelas

6.

Desember 2009

Pengumpulan dan pembagian aksi Natal

Mg II-III I-VI Sie Vincentian

Pendalaman materi Adven

Mg I-III I-VI Sie Liturgi

Lomba Koor Mg III I-VI Sie Liturgi Tugas koor Natal pagi

25 Anggota koor PSSM

Sie Liturgi dan koor

Persiapan pengakuan dosa

Mg III V-VI Sie Liturgi

UAS I Mg II I-VI Kasek Pengukuran TB/BB

Mg I I-VI Sie UKS

PSN di sekolah Mg I Kader Tiwisada

Sie UKS

Pertandingan sepak bola antar kelas

Mg III III-VI Sie OR dan Sie Lomba

Lomba menendang bola ke gawang

Mg III I-II Putra Sie OR dan Sie Lomba

Lomba memasukkan

Mg III I-II Putri Sie OR dan Sie Lomba

Page 220: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

196

bola ke keranjang Anjangsana ke Laka

Mg II Anggota PKS dan Pra PKS

Sie PKS dan Pra PKS

Live In Mg V Pramuka dan PPSM

Sie Pramuka dan Sie Vincentian

Menyayikan lagu Adven dan Persiapan Misa Natal

Mg I I-VI Guru kelas dan Sie Liturgi

Membuat kartu ucapan kasih sayang untuk Ibu

22 I-VI Sie Pramuka

Evaluasi program Semester I

Guru Kasek

7.

Januari 2010

Pesta Natal dan Pentas Seni

8 I-VI Sie Liturgi dan Sie Seni

PSN ke masyarakat sekitar sekolah

Mg IV Kader Tiwisada

Sie UKS

Penjelajahan Mg IV Anggota Pramuka

Sie Pramuka

Pelantikan anggota PKS

Mg III Anggota PKS

Sie PKS

Rekoleksi di Poh Sarang

5 VI Sie Vincentian dan Sie Liturgi

Menyanyikan lagu-lagu Tahun baru

Mg I I-VI Guru Kelas

8.

Februari 2010

Kunjungan ke teman yang sakit

11 Kader Tiwisada dan Anggota PSSM

Sie UKS dan Sie Vincentian

Pendalaman materi APP dan kolekte (tiap Rabu dan Jumat)

Mg III-IV

I-VI Sie Liturgi

Pengumuman baris berbaris rapi

Mg II I-VI Sie Pra PKS

Page 221: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

197

Pergantian petugas PKS

Mg I Anggota PKS

Sie PKS

Menyanyikan lagu Prapaskah dan Valentine Day

Mg I I-VI Guru kelas

Membuat kartu ungkapan kasih sayang untuk Ayah

14 I-VI Sie Pramuka

9.

Maret 2010

Pendalaman materi APP

Mg I-III I-VI Sie Liturgi

Jalan Salib dan pementasan drama St. Luisa dan bazar

26 I-VI Sie Liturgi dan Sie Vincentian

UTS II Mg III I-VI Kasek Pengukuran TB/BB

Mg I I-VI Sie UKS

Pembinaan dari Polres

Mg IV Anggota PKS

Sie UKS

Sepeda sehat 28 Anggota Pramuka

Sie Pramuka

Menyanyikan lagu-lagu St. Yosef dan St. Luisa

Mg I I-VI Guru Kelas

10. April 2010

Perayaan Paska • Lomba

menghias telor paskah

• Pembagian telor paskah pada masyarakat

9 I-VI Sie Liturgi dan Sie Lomba

Upacara Hari Kartini dilanjutkan lomba berpakaian rapi dan anak TK

21 I-II dan anak TK

Sie Vincentian dan Sie Lomba

Menyanyikan lagu Kartini dan Paskah

Mg I I-VI Guru kelas

Jalan Salib Mg IV I-VI Guru kelas

Page 222: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

198

klasikal 11.

Mei 2010

Memajang patung/gambar Maria

Mg I I-VI Sie Liturgi

Menyanyikan lagu bertema Maria, lagu wajib bertema pendidikan dan doa 5 X Salam Maria

Tiap Hari I-VI Sie Liturgi dan Sie upacara

Upacara Hardiknas, dilanjutkan lomba Bahasa Inggris: • Spelling • Cerdas

Cermat • Menyanyi

2 I-III IV-V I-V

Sie upacara dan Sie lomba

Upcara Harkitnas, dilanjutkan pengumumam lomba berbaris rapi, kelas bersih dan lomba PBB

20 III-VI Sie Upacara, Sie OR dan Sie Lomba

UAS II Mg IV I-VI Kasek 12.

Juni 2010

UAS II Mg I I-VI Kasek Lomba Mapel Mg II I-V Sie Lomba Bahtera St. Petrus dan pelantikan kenaikan tingkat

14-15 Anggota PPSM kelas IV-V dan anggota Pramuka Penggalang

Sie Liturgi dan Sie Vincentian dan Sie Pramuka

Menyanyikan lagu Hati Kudus

Mg I I-VI Guru kelas

Tulungagung, 13 Juli 2009 Kepala Sekolah Vincentia Sunarlin, S.Pd.

Page 223: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

202

Lampiran 9: Kajian Pendidikan Kesadaran Sosial berdasarkan Silabus PAK No. Kelas/

Sem Kompetensi

Dasar Materi Pokok

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi waktu

Sumber Belajar

1 V/I Mengenal dan memahami karya keselamatan Allah melalui peristiwa-peristiwa Yesus yang menyelamatkan.

Yesus mengasihi Orang yang Tersingkir

a. Doa pembukaan b. Membaca cerita yang

menggambarkan perwujudan ajaran kasih pada sesama, misalnya cerita tentang “Ibu Teresa yang Baik Hati”.

c. Mendalami cerita dengan berdialog untuk menjelaskan perjuangan Ibu Teresa dalam memberikan perhatian kepada semua orang menderita dan usaha siswa meneladan cara hidup Ibu Teresa.

d. Mengomentari beberapa gambar, misalnya perusakan rumah ibadah, perawat yang sedang merawat orang sakit, para pengungsi, gambar Ibu Teresa bersama para penderita.

e. Membaca Kitab Suci tentang “Yesus Mencintai Orang-orang Tersingkir” dalam Mrk 1:40-45.

a. Menceritakan sikap dan tindakan siswa dan orang lain terhadap orang yang berbeda suku, agama, budaya, status sosial. dll.

b. Menjelaskan ajaran Yesus dalam bertindak terhadap sesama yang berbeda (suku, agama, budaya, status sosial, dll.) berdasarkan Mrk 1:40-45.

c. Memberikan contoh-contoh sikap dan tindakan meneladan Yesus terhadap orang yang berbeda (suku, agama, budaya, status sosial, dll.)

Tes tertulis/lisan: a. Menjelaskan

makna ajaran Yesus tentang tindakan terhadap sesama yang berbeda (suku, agama, budaya, status sosial, dll.)berdasarkan Mrk 1:40-45.

b. Menjelaskan contoh-contoh sikap dan tindakan meneladan Yesus terhadap orang yang berbeda.

Untuk kerja: a. Menceritakan

sikap dan tindakannya sendiri serta

2 X 40 menit

a. Teks KS Mrk 1:40-45.

b. Pengalaman siswa dan guru.

c. Cerita ”Ibu Teresa yang Baik Hati”.

d. Komkat KWI. Seri Murid-Murid Yesus. Menjadi Murid Yesus. Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar. Buku Guru 5 dan buku Siswa 5A. Kanisius, Yogyakarta.

Page 224: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

203

f. Mendalami Kitab Suci dengan berdialog unutk menjelasakan sikap dan perbuatan Yesus pada orang-orang yang sakit dan menderita.

g. Mendalami makna dan sikap tolerasni dengan berdiskusi dalam kelompok tentang golongan masyarakat tersingkir saat ini dan bagaimana seharusnya sikap kita.

h. Pleno hasil diskusi dan guru menegaskan jawaban siswa.

i. Merangkum bersama oleh guru dan siswa.

j. Doa penutup

orang lain terhadap orang yang berbeda suku, agama, budaya, status sosial, dll.

2.

V/ II

Memahami dan menghayati hidup baru dalam Roh Kudus yang terungkap melalui doa-doa dan diwujudkan dalam tindakan-tindakan jujur dan adil dalam Gereja.

Hidup Baru dalam Roh Kudus

a. Doa pembukaan. b. Mendalami situasi suram

dalam Gereja dan Masyarakat dengan dialog tentang masalah-masalah sosial (kejahatan) yang terjadi di sekitar hidup siswa.

c. Merangkum jawaban siswa.

d. Membaca dan mendalami cerita kanonik, misalnya “Paus Yohanes XXIII”

e. Menjelaskan makna Roh

a. Menguraikan

pengalaman melihat tawuran anak-anak sekolah, sebab dan akibatnya.

b. Menjelaskan cita-cita masyarakat terhadap kehidupan bersama.

c. Menjelaskan hal-hal yang mendorong

Tes tertulis/lisan: a. Menjelaskan

pengalaman melihat tawuran anak-anak sekolah, sebab dan akibatnya.

b. Menyebutkan cit-cita masyarakat terhadap kehidupan

2 X 40 menit

a. Teks KS : Kis

2:41-47. b. Pengalaman

siswa dan guru.

c. Komkat KWI. Seri Murid-Murid Yesus. Menjadi Murid Yesus. Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah

Page 225: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

204

Kudus sebagai Roh pembaharu kehidupan Gereja.

f. Membaca Kitab Suci tentang “Cara hidup Jemaat Perdana” dalam Kis 2:41-47.

g. Mendalami teks Kitab Suci dengan mendialogkan makna pembaharuan oleh Roh Kudus dan konsekuensinya bagi hidup sehari-hari.

h. Membuat rangkuman dan dicatat.

i. Doa penutup

terciptanya kehidupan harmonis dalam Gereja para Rasul (Kis 2:41-47)

d. Memberikan contoh usaha-uaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kehidupan harmonis dalam masyarakat.

e. Menghafalkan doa” Damai” (dari buku Puji Syukur No. 221)

bersama. c. Menjelaskan

makna hidup harmonis berdasarkan Kis 2:41-47.

Unjuk Karya: a. Menghafal doa

“Damai” (buku Puji Syukur No.221)

b. Mengamati perilaku siswa sehari-hari (gunakan lembaran pengamatan)

Dasar. Buku Guru 5 dan buku Siswa 5A. Kanisius, Yogyakarta

3.

V/ II

Memahami dan menghayati hidup baru dalam Roh Kudus yang diwujudkan dalam tindakan-tindakan jujur dan adil dalam masyarakat.

Berbuat Adil

a. Doa pembukaan. b. Mendalami makna keadilan

dengan membaca cerita, misalnya serita ”Hol Tobok”.

c. Mendalami cerita dengan berdialog tentang tokoh yang berbuat adil dan tokoh yang berbuat tidak adil, serta sebab akibatnya.

d. Merangkum makna keadilan berdasarkan jawaban siswa.

e. Membaca Kitab Suci

a. Menjelaskan

perbedaan perbuatan yang adil dan tidak ad

b. Menjelaskan pengalaman diperlakukan adil atau tidak adil.

c. Menjelaskan bahwa setiap orang dipanggil untuk memberikan pelayanan kepada orang lain sesuai

Tes tertulis/lisan: a. Menjelaskan

perbedaan antara perbuatan yang adil dan tidak adil.

b. Menjelaskan makna panggilan dan pelayanan bagi setiap orang.

2 X 40 menit

a. Teks KS:

1Yoh 3:17; Luk 10:7.

b. Pengalaman siswa dan guru.

c. Cerita “Hol Tobok”.

d. Allah memanggil kita, PAK, Kur. 84, PUSPA KAE, 1986.

Page 226: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

205

tentang ketidakadilan dalam 1 Yoh 3: 17 dan Luk 10:7.

f. Mendalami Kitab Suci dengan berdialog tentang makna perintah ke-7 dan pengalaman diperlakukan tidak adil serta upaya konkret untuk menegakkan keadilan bagi sesamanya.

g. Berdiskusi untuk menyusun suatu rencana konkret untuk gerakan menegakkan keadilan di lingkungan sekolah.

h. Guru dan siswa membuat rangkuman.

i. Doa penutup.

dengan hak dan kebutuhannya.

Unjuk Karya: a. Menceritakan

pengalaman diperlakukan adil atau tidak adil

e. Allah Bapa penyayang, PAK Sekolah Dasar, Sekpasber Regio Nusra, 2000.

f. Komkat KWI. Seri Murid-Murid Yesus. Menjadi Murid Yesus. Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar. Buku Guru 5 dan buku Siswa 5A. Kanisius, Yogyakarta

4.

VI/I

Memahami dan menyadri kesetiaan Allah yang memenuhi janji-Nya untuk menyelamatkan umat manusia melalui para Nabi.

Nabi Amos

a. Doa pembukaan b. Mendalami cerita tentang

keserakahan dan akibatnya dengan membaca cerita rakyat “tujuh buli-buli berisi emas”.

c. Berdialog secara partisipatif tentang sikap serakah yang bisa menyebabkan penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain.

a. Mengungkapkan

pendapat tentang akibat keserakahan dan ketidakadilan manusia.

b. Menyebutkan situasi masyarakat pada zaman nabi Amos.

c. Menjelaskan tugas-tugas nabi

Tes tertulis/lisan: a. Menguraikan

pendapat tentang akibat keserakahan dan ketidakadilan manusia.

b. Menjelaskan gambaran situasi masyarakat

2 X 40 menit

a. Pengalaman

hidup siswa dan guru.

b. Teks Kitab Suci: Am 1-6,; 9:11-15.

c. Komkat KWI. Seri Murid-Murid Yesus. Menjadi Murid Yesus.

Page 227: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

206

d. Mendalami Kitab Suci tentang Nabi Amos dengan membaca teks Am 1-6, 5:4-6, 5:15, 5:21-27, 9:11-15.

e. Diskusi dalam kelompok tentang gambaran situasi masyarakat pada zaman nabi Amos, perjuangan nabi Amos, pesan nabi Amos, relevansinya bagi kehidupan kita, dan yang dapat kita lakukan untuk melawan ketidakadilan dalam keluarga dan masyarakat.

f. Melaporkan jawaban siswa dan memberikan informasi tentang masalah keserakahan, ketidakadilan dan peran nabi pada masa lalu seperti nabi Amos dan nabi masa kini, termasuk para siswa yang juga dipanggil untuk mengambil bagian dalam tugas kenabian.

g. Tugas kelompok: Siswa mengamati ketidakadilan yang terjadi di antara teman-teman di sekolah dan mencari jalan keluar untuk mengatasi atau melawan

Amos. d. Mengadakan

pengamatan terjadinya tindak ketidakadilan di antara teman-teman di sekolah.

e. Menjelaskan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakadilan yang terjadi di antara teman-teman.

pada zaman nabi Amos.

c. Menjelaskan tugas-tugas nabi Amos.

Unjuk Karya: a. Mengamati

macam-macam tindak ketidakadilan di antara teman-teman di sekolah.

b. Menguraikan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidaadilan yang terjadi di antara teman-teman.

Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar. Buku Guru 6 dan buku Siswa 6A. Kanisius, Yogyakarta, 2004.

d. Cerita berisi tentang keserakahan manusia, misalnya cerita “Tujuh Buli-Buli Berisi Emas”.

e. I. Suharyo, Pr, Mengenal tulisan-tulisan Perjanjian Lama, Kanisius, 1995.

Page 228: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

207

ketidakadilan tersebut. Hasil pengamatan dilaporkan dalam bentuk tuliasn/karangan dengan judul ”Ketidakadilan yang terjadi di sekolahku dan cara mengatasinya”.

i. Doa penutup

5.

VI/I

Memahami bahwa Allah membimbing bangsa Israel pulang dari pembuangan dan kerinduan bangsa Israel akan kedatangan seorang Mesias.

Umat Israel Merindukan mesias.

a. Doa pembukaan b. Berdialog tentang makna

kerinduan manusia pada seorang penyelamat dan harapan seseorang atau siswa sendiri ketika mengalami kesulitan/penderitaan serta alasannya.

c. Menjelaskan dan menegaskan jawaban siswa, misalnya : Di saat-saat menghadapi kesulitan dan penderitaan, kita mengharapkan pertolongan seseorang yang dapat menyelamatkan kita.

d. Membaca dan mendengarkan cerita Kitab Suci tentang kerinduan bangsa Israel pada sang Mesias dalam teks Yes 11:1-10

a. Menjelaskan apa

yang sangat diharapkan oleh orang yang sedang menderita. Menjelaskan siapa Mesias yang dirindukan bangsa Israel.

b. Memberikan alasan mengapa umat Israel merindukan Mesias.

c. Menjelaskan apa tugas perutusan Yesus sebagai Mesias.

d. Membuat perencanaan suatu kegiatan konkret untuk membantu orang yang

Tes tertulis/ lisan: a. Menjelaskan

apa yang diharapkan oleh oreng yang sedang menderita.

b. Menguraikan siapa tokoh Mesias yang dirindukan bangsa Israel.

c. Menjelaskan alasan umat Israel merindukan Mesias.

d. Menjelaskan tugas perutusan Yesus sebagai Mesias.

2 X 40 menit

a. Pengalaman

hidup siswa dan guru.

b. Teks KS: Yes 11:1-10; Luk 4:8-19.

c. Komkat KWI. Seri Murid-Murid Yesus. Menjadi Murid Yesus. Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar. Buku Guru 6 dan buku Siswa 6A. Kanisius, Yogyakarta, 2004.

d. Seri Allah

Page 229: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

208

e. Mendialogkan harapan bangsa Israel dari Mesias dan apakah kita juga mengharapkan datangnya Mesias untuk negara kita saat ini.

f. Menjelaskan dan menegaskan jawaban siswa, misalnya :Umat israel sangat menderita dan mengharapkan datangnya seorang penyelamat atau Mesias yang dapat menyelamatkan mereka dari penderitaan lahir batin dan membawa kebahagiaan/kesejahteraan.

g. Diskusi kelompok: membahas pesan teks Luk 4:8-19 tentang perutusan Yesus sebagai Mesias dan apa yang dapat dilakukan siswa bagi mereka yang menderita agar sekolah menampakkan wajah Kerajaan Allah.

h. Pleno hasil diskusi. i. Guru bersama siswa

membuat rangkuman. j. Tugas kelompok :

Membuat rencana kegiatan untuk menampakkan Kerajaan Allah (Kabar gemabira bagi mereka yang

menderita di sekolah.

Unjuk karya: Merencanakan bersama satu kegiatan membnatu orang yang menderita di lingkungan sekolah.

BapaPenyayang, PAK untuk SD Regio Nusra, 1994.

e. Komkat KAE, Allah Memanggil Kita, PAK untuk SD.

Page 230: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

209

menderita) di lingkungan sekolah. Hasil kerja kelompok didiskusikan dalam pleno dan menjadi rencana kegiatan siswa.

k. Doa penutup: oleh salah satu siswa secara spontan.

6.

VI/ I

Memahami dan menyadari kesetiaan Allah akan janji penyelamatan melelui Gereja-Nya

Jemaat Kristen Perdana

a. Doa pembukaan. b. Bermain puzle dalam

kelompok-kjelompok untuk memahami makna kerjasama dan saling membantu.

c. Mendalami pengalaman kerja kelompok dengan berdialog tentang pelajaran yang bisa dipetik; perasaan ketika mengalami kegagalan dan keberhasilan; kunci keberhasilan dan kegagalannya; perasaan ketika membantu kelompok lain, dan sebaliknya ketika dibantu.

d. Menjelaskan dan menegaskan jawaban siswa tentang makna kerjasama.

e. Membaca dan mendengarkan cerita Kitab Suci tentang “Cara Hidup

a. Menjelaskan

pengalaman saling membantu dan kerjasama dalam kelompok.

b. Menyebutkan ciri-ciri ”hidup Jemaat Perdana”sebagaimana digambarkan dalam Kis 2:41-47.

c. Menjelaskan bentuk-bentuk penerapan solidaritas bersama teman.

a. Menguraikan

pengalaman saling membantu dan kerja sama kelompok dalam satu kegiatan.

b. Menjelaskan ciri-ciri hidup jemaat perdana berdasarkan Kis 2:41-47.

Unjuk karya: Mengamati perilaku dalam kerja sama di kelas (menggunakan lembaran pengamatan).

2 X 40 menit

a. Pengalaman

hidup siswa dan guru.

b. Teks KS: Kis 2:41-47.

c. Komkat KWI. Seri Murid-Murid Yesus. Menjadi Murid Yesus. Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar. Buku Guru 6 dan buku Siswa 6A. Kanisius, Yogyakarta, 2004.

d. Permainan yang bertujuan untuk

Page 231: PENDIDIKAN KESADARAN SOSIAL DALAM RANGKA …

210

Jemaat perdana” dalam Kis 2:41-47.

f. Berdialog tentang cara hidup jemaat perdana, hasil/buah dari cara hidup mereka, serta pesan yang dapat dipetik untuk hidup kita sekarang.

g. Menjelaskan dan menegaskan jawaban siswa tentang cara hidup jemaat perdana.

h. Membaca cerita tentang makna kesetiakawanan sejati dalam hidup, misalnya cerita”willie dan Timpang”.

i. Berdialog tentang buah pengurbanan dalam cerita dan pesan bagi hidup siswa.

j. Tugas pribadi: meresapkam nilai-nilai kesetiakawanan, misalnya dengan menjodohkan antara pernyataan di kolom A dan jawaban di kolom B.

k. Doa penutup.

membangun kerja sama, misalnya puzle.

e. Modul Seminar Orientasi Dasar Komunitas Basis Gerejawi, seri forum LLPS No. 40.

f. PAK untuk SD kelas IV (Kur 1984) Allah memanggil Kita, Obor, Jakarta, 1984