59
A. Pendahuluan Pertanyaan pertama sebelum membahas lebih lanjut tentang sistem hukum dan peradilan nasional: mengapa manusia perlu aturan di dalam membangun komunitas kehidupan bersama? Manusia di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara memerlukan aturan-aturan yang mampu menjamin rasa keadilan, ketenteraman, dan keamanan bersama. Setiap negara di mana pun berada, memiliki tujuan atau nilai-nilai tertentu yang ingin diperjuangkan. Dalam mencapai tujuan tersebut, agar tidak salah arah dan menjadi otoriter, diperlukan kaidah atau pedoman baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Kaidah atau pedoman tertulis, misalnya ialah Undang-Undang Dasar, Peraturan Pemerintah, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Peraturan Daerah, dan lain-lain. Sedangkan pedoman yang tidak tertulis, antara lain: konvensi (kebiasaan di dalam penyelenggaraan negara), hukum adat pembagian waris, kebiasaan-kebiasaan upacara kematian, dan sebagainya. Kaidah atau pedoman yang ada di dalam suatu masyarakat, bangsa atau negara, pada hakekatnya merupakan cerminan nilai-nilai/aturan suatu bangsa secara keseluruhan. Untuk apa kaidah itu ada? Kaidah itu ada atau diciptakan untuk menjamin terciptanya keteraturan dalam hidup bermasyarakat. Kehidupan bersama dalam suatu

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

A. Pendahuluan

Pertanyaan pertama sebelum membahas lebih lanjut tentang sistem hukum

dan peradilan nasional: mengapa manusia perlu aturan di dalam membangun

komunitas kehidupan bersama? Manusia di dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara memerlukan aturan-aturan yang mampu menjamin rasa

keadilan, ketenteraman, dan keamanan bersama. Setiap negara di mana pun

berada, memiliki tujuan atau nilai-nilai tertentu yang ingin diperjuangkan. Dalam

mencapai tujuan tersebut, agar tidak salah arah dan menjadi otoriter, diperlukan

kaidah atau pedoman baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Kaidah atau pedoman tertulis, misalnya ialah Undang-Undang Dasar,

Peraturan Pemerintah, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Peraturan

Daerah, dan lain-lain. Sedangkan pedoman yang tidak tertulis, antara lain:

konvensi (kebiasaan di dalam penyelenggaraan negara), hukum adat pembagian

waris, kebiasaan-kebiasaan upacara kematian, dan sebagainya. Kaidah atau

pedoman yang ada di dalam suatu masyarakat, bangsa atau negara, pada

hakekatnya merupakan cerminan nilai-nilai/aturan suatu bangsa secara

keseluruhan.

Untuk apa kaidah itu ada? Kaidah itu ada atau diciptakan untuk menjamin

terciptanya keteraturan dalam hidup bermasyarakat. Kehidupan bersama dalam

suatu masyarakat dan bangsa akan menjadi kacau, mana kala tidak didasarkan

pada nilai-nilai dan norma. Untuk itulah, setiap individu di dalam masyarakat atau

negara perlu mempelajari sistem hukum dan peradilan yang ingin diperjuangkan

guna mewujudkan keteraturan hidup (ketertiban), rasa aman, dan kesejahteraan.

Hal ini sejalan dengan pandangan Prof. Y. Van Kant bahwa tujuan hukum

(dibuatnya aturan) adalah untuk menjaga agar kepentingan tiap-tiap manusia tidak

diganggu.

Page 2: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

B. Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

1. Sistem Hukum

a. Pengertian Sistem

Dalam berbagai kesempatan kita sering mendengar kata “sistem". Ketika

berbicara tentang pendidikan, orang akan bertanya mengenai pentingnya sistem

pendidikan, demikian juga ketika orang berbicara tentang ekonomi, orang akan

bertanya bagaimana sistem ekonominya dan sebagainya. Dalam kesempatan ini

kita akan membahas sistem hukum yang ada di Indonesia (sistem hukum

nasional).

Kata “sistem” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengandung arti

susunan kesatuan-kesatuan yang masing-masing tidak berdiri sendiri, tetapi

berfungsi membentuk kesatuan secara keseluruhan. Pengertian sistem dalam

penerapannya, tidak seluruhnya berasal dari suatu disiplin ilmu yang mandiri,

karena dapat pula berasal dari pengetahuan, seni maupun kebiasaan: seperti sistem

mata pencaharian, sistem tarian, sistem perkawinan, sistem pemerintahan, sistem

hukum, dan sebnagainya.

1). W.J.S. Poerwadarminta

Sistem adalah sekelompok bagian (alat dan sebagainya), yang bekerja

bersama-sama untuk melakukan sesuatu maksud.

2). Prof. Soemantri

Sistem adalah sekelompok bagian yang bekerja bersama-sama untuk

melakukan suatu maksud. Apabila salah satu bagian rusak atau tidak

dapat menjalankan tugasnya, maka maksud yang hendak dicapai tidak

akan terpenuhi, atau setidak-tidaknya sistem yang telah terwujud akan

mendapat gangguan.

3). Drs. Musanef

Sistem adalah suatu sarana yang menguasai keadaan dan pekerjaan

agar dalam menjalankan tugas dapat teratur, atau suatu tatanan dari

hal-hal yang saling berkaitan dan berhubungan sehingga membentuk

suatu kesatuan dan satu keseluruhan.

Page 3: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

Unsur-unsur dalam sistem mencakup antara lain:

Seperangkat komponen, elemen, bagian.

Saling berkaitan dan tergantung.

Kesatuan yang terintegrasi.

Memiliki peranan dan tujuan tertentu.

Interaksi antarsistem membentuk sistem lain yang lebih besar.

b. Sistem Hukum

Bertolak dari pengertian sistem yang telah dikemukakan di atas, yang

dimaksudkan dengan sistem hukum adalah satu kesatuan hukum yang berlaku

pada suatu negara tertentu yang dipatuhi dan ditaati oleh setiap warganya.

c. Pengertian hukum

Hukum sulit didefinisikan karena kompleks dan beragamnya sudut

pandang yang mau dikaji. Prof. Van Apeldoorn mengatakan bahwa "definisi

hukum sangat sulit dibuat karena tidak mungkin mengadakan yang sesuai dengan

kenyataan". Karena itu, sebaiknya kita lihat dulu pengertian menurut para ahli

hukum terkemuka berikut ini

1. Prof. Mr. E.M. Meyers

Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,

ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan menjadi

pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakan tugasnya.

2. Drs. E. Utrecht, S.H.

Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus

tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.

3. S.M. Amin S.H.

Hukum merupakan kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi,

dengan tujuan mewujudkan ketertiban dan pergaulan manusia.

4. J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto, S.H

Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan

tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-

Page 4: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

badan resmi yang berwajib, dan yang pelanggaran terhadapnya mengakibatkan

diambilnya tindakan yaitu hukuman tertentu.

Fokus Kita

Dari beberapa pengertian tentang hukum, secara umum dapat dikatakan bahwa

hukum mencakup unsur-unsur berikut ini :

a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat;

b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwenang;

c. Peraturan itu bersifat memaksa; dan

d. Adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran peraturan tersebut.

2. Tujuan Hukum

Hukum mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Adapun tujuan

dibuatnya dapat dilihat pada matriks di bawah ini.

No Tokoh/Pakar Pendapat yang Dikemukakan1 Prof. Subekti, S.H.

Van Apeeldoorn

Teori Etis

Oeny

Bentham(Teori Utilitarianisme)

Hukum itu mengabdi pada tujuan negara, yang mendatangkan atau ingin mencapai kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.

Mengatur pergaulan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu (kehormatan, kemerdekaan jiwa, harta benda) dari semua yang merugikan.

Hukum itu semata-mata menghendaki “keadilan”. Isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita mengenai “apa yang adil dan apa yang tidak adil”.

Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan, sedangkan unsur-unsur keadilan ialah: “kepentingan daya guna dan kemanfaatannya”

Tujuan hukum adalah semata-mata untuk mewujudkan apa yang berfaedah bagi banyak orang. Dengan kata lain “menjamin kebahagiaan sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin orang”.

Page 5: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

Prof. Y. Van Kant

Geny

Tujuan Hukum Nasional Indonesia

Tujuan hukum adalah untuk menjaga agar kepentingan tiap-tiap manusia tidak diganggu.

Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Sebagai unsur keadilan, ada kepentingan daya guna dan kemanfaatan

Ingin mengatur secara pasti hak-hak dan kewajiban lembaga tertinggi negara, lembaga-lembaga tinggi negara, semua pejabat negara, setiap warga Indonesia agar semuanya dapat melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan demi terwujudnya tujuan nosional bangsa Indonesia, yaitu terciptanya masarakat yang terlindungi oleh hukum, cerdas, terampil, cinta dan bangga bertanah air Indonesia dalam suasana kehidupan makmur dan adil berdasarkan falsafahPancasila.

Dengan demikian, hukum merupakan peraturan-peraturan hidup di dalam

masyarakat yang dapat memaksa orang supaya mentaati tata tertib dalam

masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa

saja yang tidak mematuhinya.

3. Sumber Hukum

Sumber hukum adalah segala yang menimbulkan aturan yang mempunyai

kekuatan memaksa, yakni aturan-aturan yang pelanggarannya dikenai sanksi yang

tegas dan nyata. Sumber hukum dibedakan antara sumber hukum "material"

(welborn) dan sumber hukum “formal” (kenborn). Sumber hukum material adalah

keyakinan dan perasaan (kesadaran) hukum individu dan pendapat umum yang

menentukan isi atau materi (jiwa) hukum. Isi hukum dapat menjadi peraturan

yang berlaku dalam pergaulan manusia, bila diberi bentuk tertentu. "Bentuk" atau

"kenyataan" yang oleh karenanya kita dapat menemukan hukum yang berlaku,

disebut sebagai sumber hukum formal. Sumber hukum formal adalah perwujudan

bentuk dari isi hukum material yang menentukan berlakunya hukum itu sendiri.

Page 6: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

Macam-macam sumber hukum formal, antara lain: undang-undang, traktat,

kebiasaan (hukum tidak tertulis), doktrin dan yurisprudensi.

a. Undang-Undang

Pengertian undang-undang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

undang-undang dalam arti material dan undang-undang dalam arti formal.

Undang-undang dalam arti material, adalah setiap peraturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah yang isinya mengikat secara umum. Di

dalam UUD 1945, dapat kita jumpai beberapa contoh seperti: Undang-

Undang Dasar, Ketetapan MPR, Undang-Undang, Perpu, Peraturan

Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Peraturan Daerah.

Undang-undang dalam arti formal, adalah setiap peraturan yang karena

bentuknya dapat disebut undang-undang. Misalnya, ketentuan pasal 5

ayat (1) UUD 1945 (amandemen) yang berbunyi "Presiden memegang

kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat". Jadi, Undang-Undang yang dibentuk oleh

Presiden bersama DPR tersebut dapat diakui sebagai sumber hukum

formal, karena dibentuk oleh yang berwenang sehingga derajat

peraturan itu sah sebagai undang-undang.

b. Kebiasaan (hukum tidak tertulis)

Di dalam masyarakat, keberadaan hukum tidak tertulis (kebiasaan) diakui

sebagai salah satu norma hukum. yang dipatuhi. Kebiasaan, merupakan perbuatan

yang diulang-ulang terhadap hal yang sama dan kemudian diterima serta diakui

oleh masyarakat. Dalam praktek penyelenggaraan negara, hukum tidak tertulis

disebut konvensi. Hukum tidak tertulis dipatuhi, karena adanya kekosongan

hukum tertulis yang sangat dibutuhkan masyarakat/negara. Oleh karena itu,

hukum tidak tertulis (kebiasaan) sering digunakan oleh para hakim untuk

memutuskan perkara yang belum pernah diatur di dalam undang-undang.

Agar suatu kebiasaan mempunyai kekuatan dan dapat dijadikan sebagai

sumber hukum, ada 2 faktor penentu, yaitu:

Page 7: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

1). Adanya perbuatan yang_ dilakukan berulang kali dalam hal yang

sama, yang selalu diikuti dan diterima oleh yang lainnya.

2). Adanya keyakinan hukum dari orang-orang atau golongan-golongan

yang berkepentingan. Maksudnya adanya keyakinan bahwa kebiasaan

itu memuat hal-hal yang baik dan pantas ditaati serta mempunyai

kekuatan mengikat.

Contoh: Dalam hal jual beli atau sewa menyewa terdapat pihak

penghubung (makelar) yang selalu mendapat komisi atau persen dari

hasil. Ia menjadi penghubung antara penjual dengan pembeli.

Meskipun hal ini tidak diatur di dalam hukum tertulis, namun dalam

kenyataan praktik pemberian komisi selalu dipatuhi oleh masyarakat.

c. Yurisprudensi

Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara

yang tidak diatur oleh undang-undang dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya

dalam memutuskan perkara yang serupa. Timbulnya yurisprudensi, karena adanya

peraturan perundang-undangan yang kurang atau tidak jelas pengertiannya

sehingga menyulitkan hakim dalam memutuskan suatu perkara. Untuk itulah

hakim membuat atau membentuk hukum baru dengan cara mempelajari putusan-

putusan hakim terdahulu, khususnya tentang perkara-perkara yang sedang

dihadapinya.

Dalam membuat yurisprudensi, biasanya seorang hakim akan

melaksanakan

sebagai berikut:

Penafsiran secara grammatikal (tata bahasa), yaitu penafsiran

berdasarkan arti kata;

Penafsiran secara historis, yaitu penafsiran berdasarkan sejarah

terbentuknya undang-undang;

Penafsiran sistematis, yaitu penafsiran dengan cara menghubungkan

pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang;

Page 8: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

Penafsiran teleologis, yaitu penafsiran dengan jalan mempelajari

hakikat tujuan undang-undang yang disesuaikan dengan perkembangan

zaman; dan

Penafsiran otentik, yaitu penafsiran yang dilakukan oleh si pembentuk

undang-undang itu sendiri.

d. Traktat

Traktat adalah perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai

persoalan-persoalan tertentu yang menjadi kepentingan negara yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaannya, traktat dapat dibedakan menjadi dua yaitu,

Traktat bilateral, adalah perjanjian yang dibuat oleh dua negara.

Traktat ini bersifat tertutup, karena hanya melibatkan dua negara yang

berkepentingan. Misalnya, masalah Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan

antara Indonesia dan RRC.

Traktat multilateral, adalah perjanjian yang dibuat atau dibentuk oleh

lebih dari dua negara. Traktat ini bersifat terbuka bagi negara-negara

lainnya untuk mengikatkan diri (PBB, NATO, dan sebagainya).

Perbuatan traktat, biasanya melalui tahap-tahap berikut ini.

1). Penetapan isi perjanjian dalam bentuk konsep yang

dibuat/disampaikan oleh delegasi negara yang bersangkutan.

2). Persetujuan Dewan perwakilan Rakyat masing-masing.

3). Ratifikasi atau pengesahan oleh kepala- negara masing-masing

sehingga sejak saat

4). itu dinyatakan berlaku di seluruh wilayah negara.

5). Pengumuman, yaitu penukaran piagam perjanjian.

Setelah diratifikasi oleh DPR dan kepala negara, traktat tersebut menjadi

undang-undang dan merupakan sumber hukum formal yang berlaku.

Page 9: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

e. Doktrin

Doktrin adalah pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar

atau asas- penting dalam hukum dan penerapannya. Doktrin sebagai sumber

hukum formal banyak digunakan para hakim memutuskan perkara melalui

yurisprudensi, bahkan punya pengaruh sangat besar dalam hubungan

internasional.

Dalam hukum ketatanegaraan, kita mengenal doktrin, seperti doktrin dari

Montesquieu, yaitu Trins politica yang membagi kekuasaan menjadi tiga bagian

yang terpisah, yakni:

Kekuasaan eksekutif (kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang)

Kekuasaan legislatif (kekuasaan untuk membuat undang-undang)

Kekuasaan yudikatif (kekuasaan untuk mengadili pelanggaran undang-

undang)

Info Kewarganegaraan

Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan (TAP MPR No. III/MPR/2003)

Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan, merupakan pedoman

pembuatan aturan hukum dibawahnya. Tata urutan peraturan perundang-undangan

Indonesia adalah sebagai berikut:

1). Undang-Undang Dasar L945; 5' Peraturan Pemerintah;

2). Ketetapan MPR-RI;

3). Undang-undang;

4). Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (perpu)

5). Peraturan pemerintah;

6). Keputusan Presiden; dan

7). Peraturan Daerah

Page 10: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

4. Penggolongan Hukum

Hukum

Wujud

Ruang

Waktu

Tertulis

Tidak Tertulis

Ius Constitutum

Ius Constituendum

Hukum Antarwaktu

Satu Golongan

Semua

Antargolongan

Hukum Tata Negara

Publik

Hukum Adm Negara

Hukum Pidana

Hukum Acara

Privat/PerdataHukum Perorangan

Hukum Keluarga

Hukum Kekayaan

Hukum WarisMaterial

Forum

Pribadi

Isi

Hukum Waris

Hukum Waris

Tugas dan

Fungsi

Lokal

Nasional

Internasional

Page 11: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

Keterangan

a. Berdasarkan wujudnya

1). Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk tulisan

dan dicantumkan dalam berbagai peraturan negara. Contoh: UUD 1945,

UU, dan lain-lain.

2). Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam

keyakinan masyarakat tertentu (hukum adat). Dalam praktik

ketatanegaraan hukum tidak tertulis disebut konvensi. Pidato Kenegaraan

Presiden setiap tanggal 16 Agustus.

b. Berdasarkan ruang atau wilayah berlakunya

1). Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu saja

(hukum adat Manggarai-Flores, hukum adat Batak, Jawa, Minangkabau,

dan sebagainya).

2). Hukum nasional yaitu hukum yang berlaku di negara tertentu (hukum

Indonesia, Malaysia, Mesir, dan sebagainya).

3). Hukum Internasiona! yui} hukum yTg mengatur hubungan antara dua

negara atau lebih (hukum perang, hukum perdata internasional, dan

sebagainya).

Berdasarkan waktu yang diaturnya

1). Hukum yang berlaku saat ini (ius constitutum); disebut juga hukum

positif.

2). Hukum yang berlaku pada waktu yang akan datang (ius constituendum).

3). Hukum antarwaktu, yaitu hukum yang mengatur suatu peristiwa yang

menyangkut hukum yang berlaku saat ini dan hukum yang berlaku pada

masa lalu.

d. Berdasarkan pribadi yang diaturnya

1). Hukum satu golongan, yaitu hukum yang mengatur dan berlaku hanya bagi

golongan tertentu saja.

2). Hukum semua golongan, yaitu hukum yang mengatur dan berlaku bagi

semua golongan.

Page 12: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

3). Hukum antargolongan, yaitu hukum yang mengatur dua orang atau lebih

yang masing-masingnya tunduk pada hukum yang berbeda.

e. Berdasarkan isi masalah yang diaturnya

Berdasarkan isi masalah yang diaturnya, hukum dapat dibedakan menjadi

hukum publik dan hukum privat.

1). Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara warga

negara dan negara yang menyangkut kepentingan umum. Dalam arti

formal, hukum publik mencakup Hukum Tata Negara, Hukum

Administrasi Negara, Hukum pidana dan Hukum Acara.

(a). Hukum Tata Negara,- mempelajari negara tertentu, seperti bentuk

negara, bentuk pemerintahan hak-hak asasi warga negara, alat-alat

perlengkapan negara. Singkatnya, mempelajari hal-hal yang bersifat

mendasar dari negara.

(b). Hukum Administrasi Negara, adalah seperangkat peraturan yang

mengatur cara bekerja alat-alat perlengkapan negara, termasuk cara

melaksanakan kekuasaan dan wewenang yang dimiliki oleh setiap

organ negara. Singkatnya, mempelajari hal-hal yang bersifat teknis

dari negara.

(c). Hukum Pidana, adalah hukum yang mengatur pelanggaran-

pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum

yang diancam dengan sanksi pidana tertentu. Dalam KUHP (Kitab

Undang-Undang Hukum pidana), pelanggaran (overtredingen)

adalah perbuatan yang melanggar (ringan) dengan ancaman denda.

Sedangkan kejahatan (misdrijven) adalah perbuatan yang melanggar

(berat) seperti pencurian, penganiayaan, pembunuhan, dan

sebagainya.

(d). Hukum Acara, disebut juga hukum formal (Pidana dan Perdata),

adalah seperangkat aturan yang berisi tata cara menyelesaikan,

melaksanakan, atau mempertahankan hukum material. Di dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) No. 8/l98l

diatur tata cara penangkapan dan penahanan penyitaan, dan

Page 13: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

penuntutan. Selain itu, juga diatur siapa-siapa yang berhak

melakukan penyitaan, penyelidikan, sebagainya.

2). Hukum Privat (hukum perdata), adalah hukum yang mengatur kepentingan

orang-Perorangan. Perdata berarti warga negara, pribadi, atau sipil.

Sumber pokok hukum perdata adalah Buergelijik Wetboek (BW). Dalam

arti luas hukum privat (perdata) mencakup juga Hukum Dagang dan

Hukum Adat. Hukum Perdata dapat dibagi berikut:

(a). Hukum-Perorangan adalah himpunan peraturan yang mengatur

manusia sebagai subjek hukum dan tentang kecakapannya memiliki

hak-hak serta bertindak sendiri dalam melaksanakan hak-halnya itu.

Manusia dan Badan Hukum (PT, CV, Firma, dan sebagainya)

merupakan “pembawa hak” atau sebagai “subjek hukum”.

(b). Hukum keluarga, adalah -huk1m yang memuat serangkaian

peraturan yang timbul dari pergaulan hidup dan keluarga (terjadi

karena perkawinan yang melahirkan anak).

(c). Hukum Kekayaan Adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur

hak dan kewajiban manusia yang dapat dinilai dengan uang. Hukum

kekayaan mengatur benda (segala barang dan hak yang dapat

menjadi milik orang atau objek hak milik) dan hak-hak yang dapat

dimiliki atas benda.

(d). Hukum Waris, hukum yang mengatur kedudukan hukum harta

kekayaan seseorang setelah ia meninggal, terutama berpindahnya

harta kekayaan itu kepada orang lain. Hukum waris mengatur

pembagian harta peninggalan, ahli waris, urutan penerima waris,

hibah serta wasiat..

5. Sanksi Hukum

Pada setiap negara, yang menerapkan supremasi hukum, setiap jenis

hukum, apapun pelanggarannya akan diberikan sanksi. Pemberian, saksi kepada

yang melanggar hukum, merupakan bentuk nyata pelaksanaan suatu produk

Page 14: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

hukum baik tertulis maupun tidak tertulis oleh aparat penegak hukum. Hal ini juga

dimaksudkan agar para pelanggar hukum tidak mengulangi lagi perbuatannya.

Warga negara suatu negara dianggap telah melaksanakan hukum atau

peraturan-peraturan dengan baik, apabila mereka menunjukkan kesadaran untuk

berlalu lintas dengan tertib, rasa aman dan nyaman pada saat di ruang publik,

berbudaya antri di halte kendaraan dan sebagainya. Berikut ini adalah macam-

macam sanksi pidana sesuai dengan pasal 10 KUHP:

a. Hukuman pokok, yang terdiri dari:

1). Hukuman mati

2). Hukuman penjara, yang terdiri dari:

Hukuman seumur hidup

Hukuman sementara waktu (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-

kurangnya 1 tahun)

3). Hukuman kurungan (setinggi-tingginya 1 tahun dan sekurang-kurangnya 1

hari).

b. Hukuman tambahan, yang terdiri dari:

1). Pencabutan hak-hak tertentu.

2). Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu.

3). Pengumuman keputusan hakim.

Catatan: Bahwa KUHP yang berlaku, terlahir pada zaman Hindia Belanda

(1 Januari 1918) yang bersumber dari (Wetboek Van Strafrehf). Namun

pada KUHP tersebut telah banyak mengalami penyesuaian.

6. Perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata

Dalam mempelajari hukum pidana dan hukum perdata, perlu diberikan

pemahaman perbedaan yang sangat mendasar dari keduanya sebagai berikut:

a. Hukum pidana

Pelanggaran terhadap norma hukum pidana pada umumnya segera

disikapi pengadilan setelah menerima berkas polisi yang mengadakan

penyelidikan dan penyidikan. Tindakan pidana (delik) yang disengaja

Page 15: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

disebut delik doloes, sedangkan tindak pidana yang tidak sengaja

disebut delik coelpa.

b. Hukum perdata

Pelanggaran terhadap norma hukum perdata baru dapat disikapi oleh

setelah ada pengaduan dari pihak yang merasa sangat dirugikan. Di

sini, ada yang mengadu (penggugat) dan pihak yang diadukan

(tergugat).

Sedangkan untuk perbedaan antara hukum acara pidana dan hukum acara

perdata dilihat pada matriks berikut ini:

Titik PerhatianPerbedaan Hukum Acara

Hukum Acara Perdata Hukum Acara PidanaPelaksanaan Inisiatif datang dari pihak

yang dirugikan (penggugat)Inisiatif datang dari pihak penuntut umum (jaksa)

Penuntutan Penuntut adalah pihak yang dirugikan (penggugat), dan berhadapan dengan tergugat.

Jaksa sebagai penuntut umum, yang memiliki wewenang atas nama negara dan berhadapan dengan pihak terdakwa.

Alat-alat Bukti 1. tulisan2. saksi3. persangkaan4. pengakuan5. sumpah

1. tulisan2. saksi3. persangkaan4. pengakuan

Kedudukan para pihak

Semua pihak mempunyai kedudukan yang sama, dan hakim bertindak sebagai wasit dan bersifat pasif.

Jaksa mempunyai keduduk-an yang lebih tinggi dari pada terdakwa. Hakim aktif.

Macam Hukuman Hukum dapat berupa denda atau hukuman kurungan sebagai pengganti hukuman denda.

Hukum berupa hukuman mati, penjara, kurungan denda dan hukuman tambahan.

Page 16: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

7. Peradilan Nasional

Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya

Negara Hukum Republik Indonesia.

Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, kekuasaan

kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya

dalam lingkungan sebagai berikut:

Peradilan Umum,

Peradilan Agama,

Peradilan Militer,

Peradilan Tata Usaha Negara, dan

Oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Berikut adalah susunan badan atau lembaga peradilan yang ada di

Indonesia.

Dari bagan tersebut, badan peradilan dapat diklasifikasikan berdasarkan

tingkatannya sebagai berikut.

a. Pengadilan Sipil, terdiri dari:

(1).Pengadilan Umum

a. Pengadilan Negeri

b. Pengadilan Tinggi

c. Mahkamah Agung

Mahkamah Agung

Pengadilan TinggiUmum / Sipil

Pengadilan Tinggi

Pengadilan Tinggi Militer

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

Pengadilan NegeriUmum/Sipil

Pengadilan Negeri

Umum / Sipil

Pengadilan Militer

PengadilanTata Usaha Negara

Page 17: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

(2).Pengadilan Khusus

a. Pengadilan Agama

b. Pengadilan Adat

c. Pengadilan Tata Usaha Negara (Administrasi Negara)

b. Pengadilan Militer, terdiri dari:

1). Pengadilan Tentara

2). Pengadilan Tentara Tinggi

3). Mahkamah Tentara Agung

a. Macam-macam Lembaga Peradilan Nasional

1. Pengadilan Negeri

Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan umum yang sehari-hari

memeriksa dan memutuskan perkara dalam tingkat pertama dari segala perkara

perdata dan pidana sipil untuk semua golongan penduduk (warga negara dan

orang asing). Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, yang

dimaksud Peradilan Umum adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi

rakyat pencari keadilan pada umumnya.

Pengadilan Negeri berkedudukan di ibukota kabupaten/kota, dan daerah

hukumnya meliputi wilayah kabupaten/kota. Perkara-perkara yang ada

diselesaikan oleh hakim dan dibantu oleh panitera. Pada tiap-tiap Pengadilan

Negeri ditempatkan pula Kejaksaan Negeri sebagai alat pemerintah yang

bertindak sebagai penuntut umum dalam suatu perkara pidana terhadap si

pelanggar hukum. Tetapi dalam perkara perdata, Kejaksaan Negeri tidak ikut

campur (tangan).

2. Pengadilan Agama

Adalah pengadilan yang memeriksa dan memutuskan perkara-perkara yang

timbul antara orang-orang Islam, yang berkaitan dengan nikah, rujuk, talak

(perceraian), nafkah, waris, lain-lain. Dalam hal yang dianggap perlu,

Page 18: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

keputusan Pengadilan Agama dapat dinyatakan berlaku oleh Pengadilan

Negeri.

3. Pengadilan Militer

Adalah pengadilan yang mengadili hanya dalam lapangan pidana

khususnya bagi:

(1) Anggota TNI dan Polri,

(2) Seseorang yang menurut Undang-Undang dapat dipersamakan dengan

anggota TNI dan Polri,

(3) Anggota jawatan atau golongan yang dapat dipersamakan dengan TNI

dan Polri menurut Undang-Undang,

(4) Tidak termasuk a sampai dengan c tetapi menurut keputusan Menteri

pertahanan yang ditetapkan dengan persetujuan Menteri Kehakiman

harus diadili oleh pengadilan militer.

4. Pengadilan Tata Usaha Negara

Kehadiran Pengadilan Tata usaha Negara di Indonesia tergolong masih

sangat baru. Hal itu bisa kita lihat dari keberadaannya berdasarkan UU Nomor 5

Tahun 1986 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1991.

Pengadilan Tata Usaha Negara adalah badan yang berwenang memeriksa

dan memutus semua sengketa tata usaha negara dalam tingkat pertama. Sengketa

dalam tata usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha

negara sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara.

Keputusan tata usaha negara adalah suatu ketetapan tertulis yang

dikeluarkan oleh badan tata usaha negara yang berisi tindakan hukum badan tata

usaha negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang

menerbitkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum.

Masalah-masalah yang menjadi jangkauan Pengadilan Tata usaha Negara,

antara lain sebagai berikut berikut.

Page 19: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

(1) Bidang sosial yaitu gugatan atau permohonan terhadap keputusan

administrasi tentang penolakan permohonan suatu izin.

(2) Bidang Ekonomi, yaitu gugatan atau permohonan yang berkaitan

dengan perpajakan, merk, agraria, dan sebagainya.

(3) Bidang Function Publique, yaitu gugatan atau permohonan yang

berhubungan dengan status atau kedudukan seseorang. Misalnya,

bidang kepegawaian, pemecatan, pemberhentian hubungan kerja dan

sebagainya.

(4) Bidang Hak Asasi Manusia, yaitu gugatan atau permohonan yang

berkaitan dengan pencabutan hak milik seseorang serta penangkapan

dan penahanan yang tidak sesuai dengan prosedur hukum (seperti

yang diatur dalam KUHP) mengenai praperadilan, dan sebagainya.

Pengadilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh badan pengadilan

berikut:

(a) Pengadilan Tata usaha Negara sebagai pengadilan tingkat pertama di

kabupaten/kota.

(b) Pengadilan Tata usaha Negara sebagai pengadilan tingkat banding di

provinsi.

Penugasan Praktik Kewarganegaraan

Setelah mempelajari tentang: Penggolongan Hukum, sanksi Hukum, dan

perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata, dilanjutkan Penugasan dengan

menjawab pertanyaan atau pernyataan setelah menyimak wacana berikut:

HUKUM MATI BUKAN SOLUSI TAPI PROBLEM

Tiga orang dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Negeri Poso, Sulawesi

Tengah, Fabianus Tibo, Marianus Riwu, dan Dominggus da Silva, menyatakan

diri tidak bersalah. Mereka dituduh mendalangi pembunuhan 200 orang Muslim

ketika terjadi konflik umat beragama di Poso tahun 2001. Semua upaya hukum

telah dilakukan menentang keputusan pengadilan; mulai dari upaya peninjauan

Page 20: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

kembali (PK) di Mahkamah Agung (MA) RI hingga permohonan grasi kepada

Presiden Susilo Yudhoyono. Kesemuanya gagal. Upaya terakhir dilakukan para

pembelanya dengan memohon kepada Presiden Susilo Yudhoyono untuk

mengubah hukuman seumur hidup. Ini merupakan hak prerogatif presiden yang

diatur Undang-Undang tentang Grasi. Presiden mempunyai wewenang

mengubahnya karena hukum mati pada dasarnya bertentangan dengan konstitusi-

dan hak asasi manusia. Kalau Presiden Susilo Yudhoyono, akan meredakan

ketegangan di Poso. Sebaliknya, pelaksanaan hukuman mati terhadap ketiga orang

tersebut akan semakin meningkatkan suhu permusuhan di sana.

Sebagai bangsa yang menghormati Pancasila sebagai ideologi, pidana mati

harus dihilangkan dalam hukum pidana kalau saja Indonesia ingin diakui sebagai

bangsa beradab. Hak untuk hidup adalah hak dasar dari setiap individu dan tidak

dicabut oleh siapa pun, termasuk penguasa, yang sedang memerintah, raja,

presiden, perdana menteri, jenderal, atau diktator. Mereka tidak berhak merampas

nyawa seseorang. Indonesia sebaiknya tidak menganut hukuman mati di dalam

sistem peradilan pidana, bukan tidak berperikemanusiaan saja, hak hidup dijamin

dan dilindungi konstitusi, khususnya dalam pasal 28. Oleh karena itu, Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana yang baru sebaiknya tidak menganut hukuman

mati.

Di mana Pun di seluruh dunia, fakta menunjukkan hukuman mati dapat

menekan angka kejahatan secara signifikan. Sebaliknya hukuman mati selalu

menimbulkan perdebatan yang melelahkan dan berkepanjangan. Ketiga terpidana

di Poso itu sekarang menggantungkan nasibnya kepada Presiden Susilo

Yudhoyono.

Mereka sekarang hidup dalam ketidakpastian yang tentunya sangat

menyiksa keadaan mereka mirip dengan apa yang dideskripsikan sebuah film

Hollywood yang ditayangkan tahun 1950-an berjudul I Want To Live, dibintangi

oleh Susan Hayward yang menghadapi eksekusi mati di negara bagian Texas

karena pembunuhan yang dilakukannya. Hampir saja dia menerima pengampunan

(grasi) dari Gubernur Texas, tetapi kemudian dieksekusi di atas kursi listrik .

ketegangan yang dialaminya, emosi yang disebabkan berita yang saling

Page 21: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

bertentangan tentang pelaksanaan eksekusi, perlu direnungkan lagi bagi pihak-

pihak yang mendukung hukuman mati. Pengadilan Tibo dan kawan-kawan yang

dituduh mendalangi pembunuhan besar-besaran (genoside) di Poso sebenarnya

harus diadili pengadilan hak asasi manusia dan bukan pengadilan biasa.

Pembunuhan secara massal termasuk kejahatan atas kemanusiaan (crime against

humanity). Ini diatur secara jelas dalam Statuta Roma. Kenyataan bahwa

Indonesia telah meratifikasi The International Covenant on Civil and Political

Rights, the International Covenant on Social, Economical and Cultural Rights dan

UN Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman and Degrading

Treatment and Punishment mengandung konsekuensi untuk tidak melaksanakan

hukuman mati terhadap ketiga orang terpidana tersebut dan terpidana lainnya.

Para pejuang hak asasi manusia memang semakin meningkatkan protes atas

hukuman mati itu. Namun pertanyaannya sekarang adalah apakah presiden mau

menggunakan haknya untuk mengubah hukuman mati.

Sumber: Dari Frans H. Winarta, dalam Harian Sinar Harapan, 18/4/2006

Setelah membaca dengan cermat wacana tersebut di atas, jawablah pertanyaan

atau pernyataan berikut ini.

1. Jelaskan, apa yang mendasari pemikiran penulis dengan judul “Hukuman

Mati Bukan Solusi Tapi Problem”!

2. Menurut pendapat Anda, sudah benarkan negara Indonesia menerapkan

hukuman mati bagi mereka yang bersalah (seperti terhadap kasus Tibo Cs.

Di Poso). Berikan alasan!

3. Tuliskan bagaimana, proses peninjauan kembali (PK) oleh Mahkamah

Agung dan pemberian grasi oleh presiden!

4. Berikan tanggapan, bagaimana yang seharusnya dilakukan oleh Pengadilan

di Indonesia dengan telah diratifikasinya penghormatan terhadap hak asasi

manusia terhadap kasus Tibo Cs. yang dihukum mati!

Page 22: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

b. Peranan Lembaga-lembaga Peradilan

1.) Pengadilan Tingkat Pertama (Pengadilan Negeri)

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun t986 tentang Peradilan umum,

Pengadilan Tingkat Pertama atau Pengadilan Negeri dibentuk oleh Menteri

Kehakiman dengan persetujuan Mahkamah Agung yang mempunyai kekuasaan

hukum pengadilan meliputi satu kabupaten/kota. Dengan adanya perubahan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004, maka pembentukan Pengadilan Umum

beserta fungsi dan kewenangannya ada pada Mahkamah Agung.

Fungsi pengadilan tingkat pertama adalah memeriksa tentang sah atau

tidaknya suatu penangkapan atau penahanan yang diajukan oleh tersangka,

keluarga atau kuasanya kepada Ketua Pengadilan dengan menyebutkan alasan-

alasannya. Tugas dan wewenang pengadilan negeri adalah memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama. Hal lain yang

menjadi tugas dan kewenangannya, antara lain:

1). Menyatakan sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian

penyelidikan atau penghentian tuntutan.

2). Tentang ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang

perkaranya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

3). Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang hukum

kepada instansi Pemerintah di daerahnya, apabila diminta.

4). Mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku

Hakim, Panitera, Sekretaris, dan Juru Sita di daerah hukumnya.

5). Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan dan menjaga agar

peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.

6). Memberikan petunjuk, teguran dan peringatan yang dipandang perlu

dengan tidak mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan

memutus perkara.

7). Melakukan pengawasan atas pekerjaan notaris di daerah hukumnya,

dan melaporkan hasil pengawasannya kepada Ketua Pengadilan

Tinggi, Ketua Mahkamah Agung dan Menteri yang tugas dan

tanggung jawabnya meliputi jabatan notaris.

Page 23: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

Ketua Pengadilan Negeri dapat menetapkan perkara yang harus diadili

berdasarkan nomor urut, kecuali terhadap tindak pidana yang pemeriksaannya

harus didahulukan yaitu:

1). Korupsi,

2). Terorisme

3). Narkotika/psikotropika,

4). Pencucian uang atau

5). Perkara tindak pidana lainnya yang ditentukan oleh undang-undang

dan perkara yang terdakwanya berada di dalam Rumah Tahanan

Negara.

2). Pengadilan Tingkat Kedua

Pengadilan Tingkat Kedua disebut juga Pengadilan Tinggi yang dibentuk

dengan undang-undang. Daerah hukum Pengadilan Tinggi berkedudukan di

ibukota provinsi, dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi. Pengadilan

Tinggi, disebut juga sebagai Pengadilan Tingkat Banding.

Fungsi Pengadilan Tingkat Kedua adalah:

(1) Menjadi pemimpin bagi pengadilan-pengadilan Negeri di dalam

daerahnya.

(2) Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di dalam daerah

hukumnya dan menjaga supaya peradilan itu diselesaikan dengan

seksama dan sewajarnya.

(3) Mengawasi dan meneliti perbuatan para hakim pengadilan negeri di

hukumnya.

(4) Untuk kepentingan negara dan keadilan, Pengadilan Tinggi dapat

memberi peringatan, teguran, dan petunjuk yang dipandang perlu

kepada Pengadilan Negeri dalam daerah hukumnya.

Wewenang Pengadilan Tingkat Kedua adalah:

(1) Mengadili perkara yang diputus oleh pengadilan negeri dalam daerah

hukumnya yang dimintakan banding.

Page 24: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

(2) Berwenang untuk memerintahkan pengiriman berkas-berkas perkara

dan surat-surat untuk diteliti dan memberi penilaian tentang

kecakapan dan kerajinan para hakim.

3). Kasasi oleh Mahkamah Agung

Mahkamah Agung sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2004 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985,

adalah pemegang Pengadilan Negara tertinggi dari semua Lingkungan Peradilan,

yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah dan

pengaruh-pengaruh lain. Mahkamah Agung berkedudukan di Ibu Kota Negara

Republik Indonesia atau di lain tempat yang ditetapkan oleh Presiden.

Pimpinan Mahkamah Agung terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil

Ketua dan beberapa orang Ketua Muda. Tiap-tiap bidang dipimpin oleh seorang

Ketua Muda yang dibantu oleh beberapa Hakim Anggota Mahkamah Agung,

yaitu Hakim Agung.

Tugas atau Fungsi Mahkamah Agung adalah, sebagai berikut:

(1) Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan

di semua lingkungan peradilan dalam menjalankan kekuasaan

kehakiman.

(2) Mengawasi tingkah laku dan perbuatan para Hakim di semua

lingkungan peradilan dalam menjalankan tugasnya.

(3) Mengawasi dengan cermat semua perbuatan para hakim di semua

lingkungan pengadilan.

(4) Untuk kepentingan negara dan keadilan Mahkamah Agung memberi

peringatan, teguran, dan petunjuk yang dipandang perlu baik dengan

surat tersendiri, maupun dengan surat edaran.

Wewenang Mahkamah Agung (dalam lingkungan peradilan) adalah

sebagai berikut:

Page 25: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

(1) Memeriksa dan memutus permohonan kasasi, (terhadap putusan

Pengadilan Tingkat Banding atau Tingkat Terakhir dari semua

Lingkungan Peradilan),

(2) Memeriksa dan memutus sengketa tentang kewenangan mengadili,

(3) Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali putusan

Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,

(4) Menguji secara materiil hanya terhadap peraturan perundang-undangan

di bawah undang-undang,

(5) Meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis

peradilan dari semua Lingkungan Peradilan

(6) Memberi petunjuk, teguran, atau peringatan yang dipandang perlu

kepada Pengadilan di semua Lingkungan Peradilan dengan tidak

mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutus

perkara.

(7) Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali pada

tingkat pertama dan terakhir atas putusan Pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

Tugas dan kewenangan lain (di luar lingkungan peradilan) dari Mahkamah

Agung, adalah sebagai berikut:

(1) Menyatakan tidak sah semua peraturan perundang-undangan dari

tingkat yang lebih rendah daripada undang-undang atas alasan

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,

(2) Memutus dalam tingkat pertama dan terakhir semua sengketa yang

timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal

perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku,

(3) Memberikan nasihat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara

dalam rangka pemberian atau penolakan grasi,

(4) Bersama Pemerintah melakukan pengawasan atas Penasihat Hukum

dan Notaris,

Page 26: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

(5) Memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum baik

diminta maupun tidak kepada Lembaga Tinggi Negara yang lain.

Dalam hal kasasi, yang menjadi wewenang Mahkamah Agung adalah

membatalkan putusan penetapan pengadilan-pengadilan dari semua Lingkungan

Peradilan karena:

(1) Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang,

(2) Salah menerapkan atau karena melanggar hukum yang berlaku,

(3) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan

perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya

putusan yang bersangkutan.

Info Kewarganegaraan

Daerah hukum MA meliputi seluruh Indonesia dan kewajiban utamanya

adalah melakukan pengawasan tertinggi atas tindakan-tindakan segala pengadilan

lainnya di seluruh Indonesia, dan meniaga/menjamin agar hukum dilaksanakan

dengan sepatutnya. Di samping Mahkamah Agung, juga ada suatu Kejaksaan

Agung yang dikepalai oleh Jaksa Agung. Di bawah Jaksa Agung ada seorang atau

lebih Jaksa Agung Muda. Dalam hal memeriksa dan memutuskan perkara pidana

militer, ketua wakil ketua dan anggota-anggota Mahkamah Agung beserta jaksa

Agung diberi pangkat militer (tituler).

c. Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang

selanjutnya disahkan menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, memiliki

wewenang dan kewajiban sebagai berikut:

Wewenang, yaitu mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang

putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap

Undang-Undang Dasar, memutuskan sengketa kewenangan lembaga

negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar

Page 27: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan

pemilihan umum.

Kewajiban, yaitu memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan

Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil

Presiden menurut Undang-Undang Dasar 1945.

Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk

masa (tiga) tahun. Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 (sembilan) Hakim

Konstitusi yang ditetapkan. Hakim Konstitusi diajukan masing-masing 3 (tiga)

orang oleh Mahkamah Agung, 3 (tiga) orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan

3 (tiga) orang oleh Presiden. Masa jabatan Hakim Konstitusi adalah 5 (lima)

tahun, dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa berikutnya.

Info Kewarganegaraan

IHWAL MAHKAMAH KONSTITUSI

Sejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi diawali dengan

Perubahan Ketiga UUD 1945 dalam Pasal 24 ayat (2), Pasal 24 C, dan Pasal 7 B

yang disahkan Pada 9 November 2001. Setelah disahkannya Perubahan Ketiga

UUD 1945, maka dalam rangka menunggu pembentukan Mahkamah Konstitusi,

MPR menetapkan Mahkamah Agung menjalankan fungsi Mahkamah Konstitusi

untuk sementara sebagai diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 hasil

Perubahan Keempat. DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan

Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan

mendalam, DPR dan Pemerintah menyetujui secara bersama Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan

disahkan oleh pada hari itu. Dua hari kemudian, pada tanggal 15 Agustus 2003,

Presiden mengambil sumpah jabatan para hakim konstitusi di Istana Negara pada

tanggal 16 Agustus 2003. Ketua Mahkamah Konstitusi RI yang pertama adalah

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. Guru besar hukum tata negara Universitas

Indonesia kelahiran 17 April 1956 ini terpilih pada rapat internal antaranggota

Page 28: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

hakim Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Agustus 2003. Ketua Mahkamah

Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk masa jabatan 3 tahun.

Saat ini Ketua Mahkamah Konstitusi dijabat oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie,

S.H. untuk masa bakti 2006-2009 (masa jabatan kedua kalinya), yang disumpah

pada tanggal 22 Agustus 2006.

Penugasan Praktik Kewarganegaraan

Setelah mempelajari materi tentang: Peradilan Nasional, lakukan Strategi

Pembelajaran dengan Penugasan Cooperative integrated Reading and

Composition (CIRC) atau Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis.

Langkah-langkah:

1. Bentuk kelompok dengan anggotanya antara 3-4 orang.

2. Diberikan "wacana" atarJ klipitg sesuai dengan topik pembelajaran.

3. Setiap kelompok bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide

pokok serta memberi tanggapan terhadap wacana/kliping, dan ditulis pada

lembar kertas.

4. Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.

5. Buatlah kesimpulan bersama.

6. Penutup.

C. Menunjukkan Sikap yang Sesuai dengan Ketentuan Hukum yang

Berlaku

Hukum dibuat dengan tujuan menjaga dan memelihara ketertiban dalam

masyarakat, dan sekaligus juga untuk memenuhi rasa keadilan manusia. Oleh

sebab itu, agar kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara dapat

berlangsung dengan aman, tenteram dan tertib diperlukan sikap yang mampu

mendukung ketentuan hukum yang berlaku. Sikap yang mendukung ketentuan

hukum antara lain adalah sikap terbuka sikap objektif, dan sikap mengutamakan

kepentingan umum.

Page 29: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

1. Sikap Terbuka

Sikap terbuka merupakan sikap yang secara internal menunjukkan adanya

keinginan dari setiap warga negara untuk membuka diri dalam memahami hukum

yang berlaku di dalam masyarakat. Sikap ini sangat penting dalam rangka

menghilangkan rasa curiga dan salah paham sehingga dapat memupuk rasa saling

percaya dalam membangun persatuan dan kesatuan. Sikap terbuka dalam

memahami ketentuan hukum yang berlaku, dapat mencakup hal-hal berikut:

a. Sanggup menyatakan suatu ketentuan hukum adalah benar atau salah,

b. Mau mengatakan apa adanya benar atau salah,

c. Berupaya selalu jujur dalam memahami ketentuan hukum,

d. Berupaya untuk tidak menutup-nutupi kesalahan,

2. Sikap Objektif/Rasional

Bersikap objektif atau rasional merupakan sikap yang ditunjukkan oleh

seseorang dalam memahami ketentuan-ketentuan hukum dikembalikan pada data,

fakta, dan dapat diterima oleh akal sehat. Seseorang yang mengedepankan

objectivitias atau rasionalitas, akan memiliki pendirian kuat dan mampu berpikir

jernih dalam menghadapi berbagai persoalan sehingga tidak mudah difitnah atau

terombang-ambing oleh keadaan. Beberapa contoh sikap objektifyang dapat

ditunjukkan antara lain:

a. mampu menyatakan/menunjukkan bahwa suatu ketentuan hukum

benar atau salah dengan argumentasi yang baik,

b. sanggup menyatakan ya atau tidak untuk suatu pelaksanaan ketentuan

hukum dengan segala konsekuensinya

c. mampu memberi penjelasan yang netral dan dapat diterima akal sehat

bahwa suatu pelaksanaan ketentuan hukum benar atau salah,

d. sanggup menyatakan kekurangan atau kelemahannya jika orang lain

lebih baik,

e. menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan, keahlian atau

profesinya.

Page 30: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

3. Sikap Mengutamakan Kepentingan Umum

Kepentingan umum atau kepentingan orang lain di mana pun berada pasti

didahulukan. Sikap mengutamakan kepentingan umum merupakan sikap

seseorang untuk menghargai atau menghormati orang lain yang dirasakan lebih

membutuhkan/penting dalam suatu kurun waktu tertentu untuk sesuatu yang lebih

besar manfaatnya. Dalam pelaksanaan ketentuan hukum, sikap mengutamakan

kepentingan umum dapat dilihat pada beberapa contoh berikut:

a. merelakan tanah atau bangunan diambil oleh pemerintah untuk

kepentingan sarana jalan atau jembatan,

b. memberikan jalan kepada orang lain untuk lebih dahulu menyeberang

atau melewatinya,

c. memberi tempat/pertolongan kepada orang lain yang sangat

membutuhkan,

d. memenuhi tugas yang diberikan oleh atasan atau guru di sekolah sesuai

dengan kesepakatan,

e. membayar pajak (bumi dan bangunan, kendaraan, perusahaan, dan

lain-lain pada waktunya.

D. Upaya Pemberantasan Korupsi

1. Pengertian Korupsi

Kata "korupsi" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti

penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan) dan sebagainya

untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Oleh sebab itu, perbuatan korupsi

sesungguhnya selalu mengandung unsur "penyelewengan" atau dishonest

(ketidakjujuran). Sedangkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme, disebutkan bahwa "korupsi" adalah tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang tindak pidana korupsi.

Page 31: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

2. Gambaran Umum Korupsi

Praktik-praktik korupsi di bumi Indonesia, sebenarnya telah berlangsung

sejak era Orde Lama (sekitar tahun 1960-an) bahkan sangat mungkin pada tahun-

tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Prp 1960 yang

diikuti dengan dilaksanakannya "Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim

Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967

yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.

Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971

dengan "Operasi Tertib” yang dilakukan oleh Komando Operasi Pemulihan

Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), namun sejalan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit

sehingga undang-undang tersebut dinyatakan tidak mampu lagi untuk

dilaksanakan. Selanjutnya untuk lebih memperkuat pelaksanaan pemberantasan

korupsi, dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.

Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan oleh pemerintah sebenarnya

sudah cukup banyak dan sistematis. Namun dirasakan sangat berat beban korupsi

di Indonesia yakni sejak akhir tahun 1997 saat negara mengalami krisis ekonomi

dan moneter. Krisis demi krisis menyusul seperti krisis politik, sosial

kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi.

Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru menuntut antara lain

ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme. Tuntutan masyarakat tersebut selanjutnya dituangkan di dalam

Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih Bebas dari Korupsi, Kolusi,

dan Nepotisme (KKN).

3. Persepsi Masyarakat tentang Korupsi

Di negara Indonesia meskipun sejak Orde Lama, Orde Baru, dan sekarang

ini telah diupayakan pemberantasan korupsi, namun hingga sekarang ini penyakit

"korupsi" masih berkembang cukup subur di segala bidang pemerintahan dan

sektor kehidupan. Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan

Page 32: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

koreksi dan memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun

yang paling menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi semakin apatis dengan

semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal,

maupun nasional.

Sedangkan persepsi pada kelompok masyarakat terpelajar (mahasiswa)

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Kelompok mahasiswa sering menanggapi masalah korupsi dengan emosi yang

meluap-luap dan protes-protes terbuka. Mereka sangat sensitif terhadap

perbuatan korupsi, juga sangat mengutuk perbuatan yang merugikan negara

dan bangsa. Oleh aspirasi sosialnya yang sehat dan tidak memiliki vested

interest, mereka tidak henti-hentinya melontarkan kritik. Mereka memberikan

sugesti-sugesti kepada pemerintah untuk melakukan tindakan korektif tegas

terhadap perbuatan korupsi. Hal ini cukup berhasil terutama pada gerakan

reformasi digulirkan pada tahun 1998.

b. Mereka pada umumnya tidak melakukan identifikasi terhadap strata ekonomi

atau strata etnik tertentu. Oleh karena pengaruh pembelajaran yang intensif,

muncullah kesadaran politik pada diri mereka dan timbul pula aspirasi politik.

Mereka mampu melihat secara kritis, dan merasa sangat tidak puas terhadap

perbuatan-perbuatan manipulatif dan koruptif banyak pejabat. Mereka masih

memiliki idealisme tinggi dan berpikir jauh ke depan.

c. Kritik-kritik dan oposisi mahasiswa itu pada umumnya tidak bersumber pada

masalah kekurangan materiil atau kemiskinan, akan tetapi karena faktor

ketidakpuasan dan kegelisahan psikolois (psychological insecurity). Mereka

ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem

pemerintahan secara menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan, dan

kesejahteraan yang lebih merata. Tema-tema demonstrasi sering mengangkat

permasalahan "penguasa yang korup" dan "derita rakyat”.

4. Fenomena Korupsi di Indonesia

Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang termasuk

Indonesia ialah proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber

Page 33: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

daya manusia pada lembaga-lembaga politik yang ada. Sementara di sisi lain,

institusi-institusi politik yang ada juga masih lemah. Lemahnya lembaga-lembaga

politik tersebut banyak disebabkan oleh mudahnya "oknum" lembaga tersebut

dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan kelompok bisnis/ekonomi, sosial,

keagamaan, kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan-kekuatan asing

tertentu.

Pada kehidupan masyarakat yang mengalami proses perubaharL selalu

muncul kelompok-kelompok sosial baru yang ingin berpartisipasi dalam bidang

politik, namun sesungguhnya banyak di antara mereka yang tidak mampu. Di

lembaga-lembaga politik, mereka (politikus instan) sering hanya ingin

memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih “kepentingan

rakyat". Oleh sebab itu, tidak jarang di antara mereka sering terjebak pada ambisi

pribadi dan kepentingan kelompok tertentu. Sebagai akibatnya, terjadilah

runtunan peristiwa sebagai berikut:

a. Partai-partai politik sering inkonsisten, artinya apa yang diperjuangkan dan

menjadi misinya sering berubah-ubah (pendirian dan ideolog) d.an "mudah

dibeli” sesuai dengan kepentingan politik saat itu.

b. Munculnya "oknum" pemimpin yang lebih mengedepankan kepentingan

pribadi daripada kepentingan umum, sehingga kesejahteraan umum mudah

dikorbankan. Dengan demikian lembaga-lembaga politik tidak bisa berfungsi

sebagaimana mestinya, dan cenderung dimanipulir oleh oknum-oknum

pemimpinnya.

c. Sebagian oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba-

lomba untuk mencapai "objek politik" dalam bentuk keuntungan materiil

dengan mengabaikan kebutuhan rakyat banyak sehingga terjadi "kehampaan

motivasi perjuangan”.

d. Terjadilah erosi loyalitas kepada bangsa dan negara, karena lebih menonjolkan

dorongan pemupukan harta kekayaan dan kekuasaan. Jadi, mulailah

penampilan pola tingkah laku yang korup.

e. Di masyarakat, mereka sebagai kelompok Orang-orang Kaya Baru (OKB,

nouveaux riches) yang ingin mendapatkan status sosial dan kekuasaan politik

Page 34: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

yang seimbang dengan posisi ekonominya yang baru. Sumber kekuasaan dan

ekonomi, mulai terkonsentrasi pada satu atau beberapa kelompok kecil yang

melimpah sehingga kekayaan dan kesejahteraan yang ada terkonsentrasi pada

yang menguasai sumber-sumber pendapatan dan tampuk pemerintahan.

Sedangkan derita dan kemiskinan tetap ada pada kelompok masyarakat besar

(rakyat).

f. Penggunaan lembaga-lembaga politik sebagai sarana untuk mencapai harta

kekayaan itu mencakup pengertian adanya: dwi-aliansi di antara bidang

“politik” dengan sektor “ekonomi-bisnis”. Bahkan tidak jarang nilai-nilai

politik dan lembaga-lembaga politik itu menjadi bawahan/subordinat dari nilai

dan ambisi lembaga-lembaga ekonomi. Tujuan-tujuan politik yang prinsipil

bukannya kesejahteraan dan kepentingan rakyat banyak, melainkan promosi

kepentingan-kepentingan pribadi dan golongan.

g. Pada umumnya, kesempatan korupsi akan lebih meningkat seiring dengan

semakin meningkatnya jabatan dalam hirarki politik kekuasaan. Para legislator

(pembuat Undang-Undang) tingkat nasional pada umumnya relatif lebih korup

dari pejabat-pejabat lokal. Demikian juga untuk aparat birokrat tingkat atas,

lebih memiliki kesempatan daripada pejabat-pejabat eselon di bawahnya.

E. Peran Serta dalam Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Negara Indonesia meskipun dewasa ini telah diwarisi oleh "budaya

korupsi” yang sudah "menggurita" atau berurat berakar dalam sendi-sendi

kehidupan masyarakat, namun masih optimis untuk upaya penanggulangannya.

Partisipasi dan dukungan segenap lapisan masyarakat sangat dibutuhkan dalam

mengawal upaya-upaya pemerintah melalui Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK), dan aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberantas korupsi merupakan komisi

independen yang diharapkan mampu menjadi "martir" bagi para pelaku tindak

KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).

Page 35: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

KPK dengan keterbatasan yang ada sangat menyadari bahwa untuk

memberantas ‘korupsi” di Indonesia bukanlah pekerjaan mudah. Oleh sebab itu,

agenda yang perlu dilakukan antara lain: Pertama, membangun kultur yang

mendukung pemberantasan korupsi. Kedua, mendorong pemerintah melakukan

reformasi public sector dengan mewujudkan good governance. Ketiga

membangun kepercayaan masyarakat. Keempat, mewujudkan keberhasilan

penindakan terhadap pelaku korupsi besar (big fish). Kelima, memacu aparat

penegak hukum lain untuk memberantas korupsi.

Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk pemberantasan

tindak pidana Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme di Indonesia antara lain:

1. Upaya Pencegahan (Preventif)

a. Menanamkan aspirasi, semangat, dan spirit nasional yang positif dengan

mengutamakan kepentingan nasional kejujuran serta pengabdian pada bangsa

dan negara melalui sistem pendidikan formal, non-formal, dan pendidikan

agama.

b. Melakukan sistem penerimaan Pegawai berdasarkan prinsip achievement atau

keterampilan teknis dan tidak lagi berdasarkan norma ascription yang dapat

membuka peluang berkembangnya nepotisme.

c. Para pemimpin dan pejabat selalu dihimbau untuk memberikan keteladanan,

dengan mematuhi pola hidup sederhana, dan memiliki rasa tanggung jawab

sosial yang tinggi.

d. Demi kelancaran layanan administrasi pemerintah, untuk para pegawai selalu

diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua.

e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.

Jabatan dan kekuasaan, akan didistribusikan melalui norma-norma teknis

kemampuan dan kelayakan.

f. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab

etis tinggi; dibarengi sistem kontrol yang efisien. Menyelenggarakan sistem

pemungutan pajak dan bea cukai yang efektif dan ada supervisi yang ketat,

baik di pusat maupun di daerah.

Page 36: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

g. Melakukan herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan

“pejabat” yang mencolok. Kekayaan yang statusnya tidak jelas dan diduga

merupakan hasil korupsi, akan disita oleh negara.

h. Berusaha untuk melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi

pemerintahan, melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di

bawahnya. Akan selalu ada koordinasi antardepartemen yang lebih baik,

disertai sistem kontrol yang teratur terhadap administrasi pemerintahan baik di

pusat maupun di daerah

2. Upaya Penindakan (Kuratif)

Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti

melanggar dengan diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak hormat, dan

dihukum pidana. Beberapa contoh penanganan kasus dan penindakan yang sudah

dilakukan oleh pemerintah melalui KPK (Sumber: Wikipedia), yaitu:

a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov

Rusia milik Pemda NAD (2004).

b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia EM. Ia diduga

melakukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.

c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI

Jakarta(2004).

d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan

keuangan negara Rp 10 milyar lebih (2004).

e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement

deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui Bank BNI (2004).

f. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).

g. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).

h. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.

i. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam

kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar

Rp 15, 9 miliar (2004).

j. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

Page 37: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa

a. Memiliki rasa tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol

sosial, terkait dengan kepentingan-kepentingan publik (masyarakat luas).

b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh, karena hal ini justru akan merugikan

masyarakat itu sendiri.

c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan, terutama yang dilaksanakan

oleh pemerintahan desa, kecamatan dan seterusnya sampai tingkat

pusat/nasional.

d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan

pemerintahan dan aspek-aspek hukumnya.

e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif

dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

a. Indonesia Corruption Watch atau disingkat ICW adalah sebuah organisasi

non-pemerintah (NGO) yang mempunyai misi untuk mengawasi dan

melaporkan kepada publik mengenai aksi korupsi yang terjadi di Indonesia.

ICW adalah lembaga nirlaba yang terdiri sekumpulan orang yang memiliki

komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha-usaha pemberdayaan

rakyat untuk terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan terhadap

praktek korupsi. ICW lahir di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1998 di tengah-

tengah gerakan reformasi yang menghendaki pemerintahan pasca-Soeharto

yang demokratis, bersih, dan bebas korupsi.

b. Transparency International (TI), adalah sebuah organisasi internasional yang

bertujuan memerangi korupsi politik. Organisasi yang didirikan di Jerman

sebagai organisasi nirlaba sekarang menjadi organisasi non-pemerintah yang

bergerak menuju organisasi yang berstruktur demokratik.

Publikasi tahunan terkenal yang diluncurkan TI adalah Laporan Korupsi

Global. Hubungan antara kompetitifnya sebuah negara dan korupsi telah dibahas

pertama kali dalam TI di Praha, November 1998. Survei TI Indonesia yang

Page 38: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMA

berbentuk Indeks Persepsi (IPK) Indonesia 2004 mengungkapkan Jakarta sebagai

kota paling korup di Tanah Air, Surabaya, Medan, Semarang dan Batam.

Indonesia sendiri, dibandingkan dengan negara-negara lainnya, berada di posisi

keenam terkorup di dunia menurut survei TI pada tahun 2005. IPK Indonesia

adalah 2,2 sejaiar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Liberia dan

Usbekistan, serta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay,

Somalia Sudan, Angola Nigeria, Haiti, dan Myanmar. Menurut hasil survei ini,

Islandia adalah negara paling bebas korupsi.