119
Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009 1 PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN MENURUT UNDANG-UNDANG RI NO. 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum O L E H FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2 0 0 7 YOYOK ADI SYAHPUTRA NIM : 030200015 Departemen Hukum Pidana

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

1

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN MENURUT UNDANG-UNDANG RI

NO. 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

(Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas

Dan Memenuhi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

O

L

E

H

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2 0 0 7

YOYOK ADI SYAHPUTRA

NIM : 030200015

Departemen Hukum Pidana

Page 2: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................. i

Daftar Isi ....................................................................................................................... ii

Abstraksi ......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................... 6

D. Keaslian Penulisan ................................................................................. 7

E. Tinjauan Kepustakaan ............................................................................ 8

1. Pengertian Penegakan Hukum ............................................................ 8

2. Pengertian Pidana ............................................................................. 11

3. Pengertian Keimigrasian................................................................... 16

F. Metode Penelitian ................................................................................ 16

G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 19

BAB II TINJAUAN UMUM ................................................................................. 21

A. Keimigrasian dalam Sistem Hukum Indonesia ...................................... 21

1. Pengertian Keimigrasian................................................................... 21

2. Fungsi Keimigrasian ........................................................................ 24

3. Ruang Lingkup Keimigrasian ........................................................... 29

B. Jenis-jenis Izin Keimigrasian ................................................................ 35

C. Hukum Keimigrasian Indonesia Dalam Sistem Hukum Nasional .......... 40

Page 3: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

3

BAB III PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP

PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN ................................... 45

A. Ketentuan Keberadaan Warga Negara Asing (WNA)

di Indonesia Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian ............................................. 45

B. Faktor-faktor Penyebab terjadinya Penyalahgunaan

Izin Keimigrasian ................................................................................ 53

C. Upaya Penanggulangan Tidak Pidana Penyalahgunaan

Izin Keimigrasian ................................................................................ 61

D. Peranan Aparatur Penegak Hukum dalam Menanggulangi

Tindak Pidana Penyalahgunaan Izin Keimigrasian ..................... 73

BAB IV KASUS DAN ANALISIS KASUS ............................................................ 91

A. Kasus Posisi ................................................................................................ 92

B. Analisis Kasus ............................................................................................ 99

C.

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 104

A. Kesimpulan ........................................................................................ 104

B. Saran.................................................................................................. 106

Page 4: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

4

ABSTRAKSI

Keimingrasian merupakan salah satu bagian terpenting bagisuatu negara, mengingat tugas dan tanggung jawab yang diembannya sangat menentukan keberadaan dan dan kekuatan negara yang bersangkutan. Seluruh warga negara Indonesia maupun warga negara asing setiap kali keluar-masuk wilayah Indonesia pasti berurusan terlebih dahulu dengan bagian keimigrasian. Tidak jarang persoalan kewarganegaraan suatu negara akan berkembang menjadi persoalam besar akibat kelengahan dari bagian keimigrasian negara tersebut. Kompleksnya masalah dalam tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian, mulai dari penggunaan visa yang tidak sesuai, masalah minimnya pengetahuan masayrakat, sampai peranan aparat penegak hukum, menjadikan tindak pidana terhadap penyalahgunaan izin keimigrasian sebagai suatu tindakpidana memerlukan penangan khusus. Skripisi yang berjudul “penegakan hukum pidana terhadap penyalahgunaan izin keimigrasian (studi kasus Pengadilan Negeri Medan dengan Putusan No. 2493/Pid. B/2002/PN. Mdn)” mengetangahkan permasalahan tersendiri mengenai pengaturan tindak pidana terhadap penyalahgunaan izin keimigrasian, serta faktor-faktor yang menjadi penyebab dalam tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasianadan upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan sebagai upaya dalam menangani tindak pidana terhadap penyalahgunaan izin keimigrasian. Penulis menggunakan metode penelitian dengan metode hukum normative dan empiris,pada tahap awal penulis terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap bahan hukum yang berkaitan dengan tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian. Tahap selanjutnya penulis melakukan penelitian dengan menggunakan teknik wawancara dan mengumpulkan bahan dari narasumber yaitu dari Kantor Imigrasi Polinia Medan, Kantor Kepolisian Kota Besar Medan dan Sekitarnya (Poltabes), dan Pengadilan Negeri Medan yang bertujuan untuk mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian serta mengetahui peranan aparatur penegak hukum dalam menggulangi tindak pidana penyalhgunaan izin keimigrasian. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa pengaturan tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian dalam hukum positif Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian juga masih berpedoman dengan KUHP. Hukum pidana masih belum berfungsi secara maksimal terhadap kasus penyalahgunaan izin keimigrasian (Putusan No. 2493/Pid. B/2002/PN. Mdn) disebabkan masih kurangnya ketegasan aparatur penegak hukum dalam memberikan hukuman kepda warga negara asing yang melakukan tindak pidana penyalhgunaan izin keimigrasian, dan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam penegakan hukum dalam tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian adalah dengan meningkatkan profesionalitas aparatur penegak hukum, dan ketegasan aparatur penegak hukum serta memajukan sarana dan prasarana dalam menunjang penegakan hukum tersebut.

Page 5: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam

lalulintas atau hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara. Ditinjau darui sudut subyeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan

oleh subyek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum

itu melibatkan semua subyek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja

yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan

sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti

dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi

subyeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur

penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu,

apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk

menggunakan daya paksa.1

Mengingat demikian banyaknya instansi (struktur kelembagaan) dan

pejabat (kewenangan) yang terkait di bidang penegakan hukum, maka reformasi

penegakan hukum tampaknya memerlukan peninjauan dan penataan kembali

seluruh struktur kekuasaan/kewenangan penegakan hukum. Jadi, “reformasi

1 http://www.solusihukum.com/artikel.php?id=49 yang direkam pada 1 Mar 2007 03:28:22 GMT (“Penegakan Hukum”, 30 Mei 2006)

Page 6: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

6

penegakan hukum” mengandung di dalamnya “reformasi kekuasaan/kewenangan

di bidang penegakan hukum”.2

Reformasi di bidang penegakan hukum dan struktur hukum, bahkan juga

di bidang perundang-undangan (substansi hukum), berhubungan erat dengan

reformasi di bidang “budaya hukum dan pengetahuan/pendidikan hukum”.

Masalah-masalah yang mendapat sorotan masyarakat luas saat ini (seperti kolusi,

korupsi, mafia peradilan dan bentuk-bentk penyalahgunaan kekuasaan atau

persekongkolan lainnya di bidang prosedur/penegakan hukum), jelas sangat

terkait dengan masalah budaya hukum dan pengetahuan/pendidikan hukum.

3

Hukum keimigrasian merupakan bagian dari sistem hukum yang berlaku

di Indonesia, bahkan merupakan subsistem dari Hukum Administrasi Negara.

Sebagai sebuah subsistem hukum, hukum keimigrasian di Indonesia telah ada

sejak pemerintahan kolonial Belanda

4

2 Barda Nawawi Arief, “Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan”, PT. Citra Aditya Bakti, Semarang, 2001, hal. 3.

3 Ibid, hal. 4 4 M. Iman Santoso, “Persfektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan

Nasional”, UI Press Jakarta, 2004, hal. 1

. Ketentuan hukum keimigrasian di

Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 hingga 1991

secara formal tidak mengalami perkembangan berarti. Dikatakan demikian karena

ketentuan keimigrasian masih tersebar dalam beberapa ketentuan perundang-

undangan dan masih kuat dipengaruhi oleh hukum kolonial. Disamping tidak

seseuai lagi dengan perkembangan kehidupan nasional, sebagian dari ketentuan

tersebut masih merupakan ketentuan bentukan pemerintah kolonial. Disamping

Page 7: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

7

tidak sesuai lagi dengan perkembangan kehidupan nasional, sebagian dari

ketentuan tersebut masih merupakan bentukan pemerintah kolonial Belanda yang

diserap ke dalam hukum keimigrasian nasional, seperti Toelatingsbesluit

Staatsblad 1916 Nomor 47 (Penetapan Izin Masuk/PIM), diubah dan ditambah

terakhir dengan Staatsblad 1949 Nomor 330, serta Toelatingsordonnantie

Staatsblad 1949 Nomor 33 (Ordonansi Izin Masuk/OIM), yang tentu saja

kehadirannya ditujukan untuk mendukung kepentingan pemerintah kolonial.

Misalnya disebutkan dalam Ordonansi Izin Masuk bahwa orang asing yang telah

diberi izin masuk, sekaligus juga diberi izin menetap. Demikian pula dalam

pengaturan Penetapan Izin Masuk, keberadaan pendatang ilegal dapat menjadi

legal hanya dengan membayar sejumlah denda. Hal tersebut tentu saja merupakan

kemudahan di bidang keimigrasian karena membuka pintu selebar-lebarnya bagi

pendatang dari berbagai negara demi kepentingan politik, ekonomi, dan

pertahanan pemerintah kolonial.5

Secara faktual harus diakui bahwa peningkatan arus lalu-lintas orang,

barang, jasa dari dan ke wilayah Indonesia dapat mendorong dan memacu

. Barulah kemudian, pada tanggal 31 Maret

1992, Undang-undang tentang keimigrasian yang berjiwa nasional dilahirkan.

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (selanjutnya disebut

UU No. 9 Tahun 1992) merupakan unifikasi beberapa ketentuan yang berkaitan

dengan keimigrasian, yang sebelumnya tersebar dalam beberapa ketentuan

perundang-undangan.

5 Ibid. hal. 2

Page 8: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

8

pertumbuhan ekonomi serta proses modernisasi masyarakat. Peningkatan arus

orang asing ke wilayah RI tentunya akan meningkatkan penerimaan uang yang

dibelanjakan di Indonesia, meningkatnya investasi yang dilakukan, serta

meningkatnya aktivitas perdagangan yang akan meningkatkan penerimaan devisa.

Namun peningkatan arus lalu-lintas barang, jasa, modal, informasi dan

orang juga dapat mengandung pengaruh negative, seperti:

a. Dominasi perekonomian nasional oleh perusahaan transnasional yang

bergabung dengan perusahaan Indonesia (melalui Penanaman Modal

Asing dan/ atau Penanaman Modal Dalam Negeri, pembelian saham

atau kontrak lisensi).

b. Munculnya Transnational Organized Crimes (TOC), mulai dari

perdagangan wanita dan anak-anak, pencucian uang, narkotika, dan

obat terlarang, imigran gelap, sampai ke perbuatan terorisme

internasional.

Dampak negatif ini akan semakin meluas ke pola kehidupan serta tatanan sosial

budaya yang dapat berpengaruh pada aspek pemeliharaan keamanan dan

ketahanan nasional secara makro. Untuk meminimalisasikan dampak negatif yang

timbul akibat mobolitas manusia, baik warga negara Indonesia maupun orang

asing, yang keluar, masuk, dan tinggal di wilayah Indonesia, keimigrasian harus

mempunyai peranan yang semakin besar. Penetapan politik hukum keimigrasian

yang bersifat selektif (selective policy) membuat institusi imigrasi Indonesia

memiliki landasan operasional dalam menolak atau mengizinkan orang asing, baik

Page 9: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

9

dari segi masuknya, keberadaannya, maupun kegiatannya di Indonesia6

a. Memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa, dan negara Republik

Indonesia;

.

Berdasarkan politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif, ditetapkan bahwa

hanya orang asing yang:

b. Tidak membahayakan keamanan dan ketertiban umum; serta

c. Tidak bermusuhan dengan rakyat, bangsa, dan negara Republik Indonesia,

diizinkan masuk dan dibolehkan berada di wilayah Indonesia, serta diberi izin

tinggal sesuai dengan maksud dan tujuan kedatangannya di Indonesia.

Dengan demikian, peran penting aspek keimigrasian dalam tatanan

kehidupan kenegaraan akan dapat terlihat dalam pengaturan keluar-masuk orang

dari dan ke dalam wilayah Indonesia, dan pemberian izin tinggal serta

pengawasan terhadap orang asing selama berada di wilayah Indonesia.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka perlulah kiranya

penulis untuk membahas lebih jauh mengenai tindak pidana di bidang

keimigrasian ini khususnya hal-hal yang berkaitan dengan penyalahgunaan izin

keimigrasian, maka dari itu penulis mengambil judul skripsi “Penegakan Hukum

Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-

Undang RI No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian”.

6 Ibid. hal. 4

Page 10: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

10

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana di uraikan diatas, maka

perlu di rumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana

penyalahgunaan izin keimigrasian?

2. Bagaimana upaya penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan izin

keimigrasian?

3. Bagaimanakah peranan aparatur penegak hukum dalam penegakan hukum

terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah penulis utarakan, maka

dapat disimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan ini adalah

sebagai berikut :

1) Untuk Mengetahui apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebab

terjadinya tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian.

2) Untuk mengetahui bagaiman upaya penganggulangan tindak pidana

penyalahgunaan izin keimigrasian.

Page 11: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

11

3) Untuk mengetahui dan meneliti lebih jauh bagaimana peranan aparatur

penegak hukum dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan izin

keimigrasian.

2. Manfaat Penulisan

Selain tujuan-tujuan tersbut diatas, penulisan skripsi ini juga diharapkan

bermanfaat untuk berbagai hal diantaranya:

a. Manfaaat teoritis

Pembahasan terhadap masalah-masalah dalam skripsi ini tentu akan

menambah pemahaman kepada semua pihak baik masyarakat pada umumnya

maupun para pihak yang berhubungan dengan dunia hukum pada khususnya.

Skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan

perangkat peraturan perundang-undangan terhadap tindak pidana yang terkait

erat dengan izin keimigrasian ini.

b. Manfaaat praktis

Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan bahan

rujukan bagi rekan mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum, dan juga aparat

penegak hukum/pemerintah dalam menghadapi atau mengusut tuntas suatu

peristiwa pidana terutama hal-hal yang berkaitan dengan tindakan yang

menyalahgunakan izin keimigrasian.

D. Keaslian Penulisan

Page 12: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

12

Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan skripsi tentang “Penegakan

Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut

Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian” belum pernah

disajikan sebelumnya baik dalam bentuk tulisan maupun sub pembahasan

permasalahan dalam suatu skripsi. Permasalahan maupun penyajiannya

merupakan hasil dari pemikiran dan ide penulis sendiri. Skripsi juga didasarkan

pada referensi dari buku-buku, informasi dari media cetak dan elektronik serta

fakta yang diperoleh dai data berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh penulis.

Berdasarkan alasan tersebut di atas maka dapat disimpilkan bahwa skripsi adalah

asli.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian penegakan hukum

Hukum adalah sarana yang di dalamnya terkandung nilai-nilai atau

konsep-konsep tentang keadilan, kebenaran, kemanfaatan sosial dan kandungan

hukum ini bersifat abstrak. Penegakan hukum pada hakekatnya merupakan

penegakan ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak itu. Penegakan hukum secara

konkret merupakan berlakunya hukum positif dalam praktek sebagaimana

seharusnya dipatuhi. Oleh karena itu memberikan keadilan dalam suatu perkara

berarti memutuskan perkara dengan menerapkan hukum dan menemukan hukum

secara nyata dalam mempertahankan dan menjamin dipatuhinya hukum materiel

Page 13: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

13

dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal.

Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. Oleh

karena itu keberhasilan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.

Pada dasarnya ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu :

(1) Faktor hukumnya sendiri;

(2) Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang

menerapkan hukum;

(3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

(4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan

diterapkan;

(5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia dalam pergaulan hidup.7

Penegakan hukum khususnya hukum pidana apabila dilihat dari suatu

proses kebijakan maka penegakan hukum pada hakekatnya merupakan penegakan

kebijakan melalui beberapa tahap, yaitu :

a. Tahap Formulasi;

b. Tahap Aplikasi;

c. Tahap Eksekusi;

Dapatlah dikatakan bahwa ketiga tahap kebijakan penegakan hukum

pidana tersebut terkandung didalamnya tiga kekuasaan atau kewenangan, yaitu

7 Soerjono Seokanto, “Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum”, (Jakarta : Rajawali Press, 1983), hal. 4-5.

Page 14: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

14

kekuasaan Legislatif pada tahap formulasi, yaitu kekuasaan legeslatif dalam

menetapkan atau merumuskan perbuatan apa yang dapat dipidana dan sanksi apa

yang dapat dikenakan. Pada tahap ini kebijakan legeslatif ditetapkan sistem

pemidanaan, pada hakekatnya sistem pemidanaan itu merupakan sistem

kewenangan atau kekuasaan menjatuhkan pidana. Yang kedua adalah kekuasaan

Yudikatif pada tahap aplikasi dalam menerapkan hukum pidana, dan kekuasaan

Eksekutif pada tahap Eksekusi dalam hal melaksanakan hukum pidana. 8

Penegakan hukum dalam negara dilakukan secara preventif dan represif.

9

8 Barda Nawani Arief, “Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan Pengembangan Hukum Pidana,” (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2005), hal. 30.

9 Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, “Politik Hukum Pidana”, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005), hal. 111.

Penegakan secara preventif diadakan untuk mencegah agar tidak dilakukan

pelanggaran hukum oleh warga masyarakat dan tugas ini pada umumnya

diberikan pada badan-badan eksekutif dan kepolisian. Walaupun adakalanya

dengan Undang-Undang, dapat ditunjuk pula pengadilan seperti dalam yurisdiksi

volunter, dan Kejaksaan misalnya dengan tugas PAKEM-nya, melakukan

penegakan hukum preventif. Sedangkan penegakan hukum represif dilakukan

apabila usaha preventif telah dilakukan ternyata masih juga terdapat usaha

pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum harus ditegakkan secara represif oleh

alat-alat penegak hukum yang diberi tugas yustisionil. Penegakan hukum represif

pada tingkat operasional didukung dan melalui berbagai lembaga yang secara

organisatoris terpisah satu dengan yang lainnya, namun tetap berada dalam

kerangka penegakan hukum. Pada tahap pertama, penegakan hukum represif

Page 15: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

15

diawali dari Lembaga Kepolisian, berikutnya Kejaksaan, kemudian diteruskan ke

Lembaga Pengadilan dan berakhir pada Lembaga Pemasyarakatan.

Penegakan hukum yang berkeadilan sarat dengan landasan etis dan moral.

Penegasan ini bukanlah tidak beralasan, selama kurun waktu lebih dari empat

Dasawarsa bangsa ini hidup dalam ketakutan, ketidakpastian hukum dan hidup

dalam intimitas yang tidak sempurna antara sesamanya. Apa yang sesungguhnya

dialami tidak lain adalah pencabikan moral bangsa sebagai akibat dari kegagalan

bangsa ini dalam menata manajemen Pemerintahannya yang berlandaskan hukum.

Penegakan hukum adalah proses yang tidak sederhana, karena di dalamnya

terlibat subjek hukum yang mempersepsikan hukum menurut kepentingan

masing-masing, faktor moral sangat berperan dalam menentukan corak hukum

suatu bangsa. Hukum dibuat tanpa landasan moral dapat dipastikan tujuan hukum

yang berkeadilan tidak mungkin akan terwujud.10

2. Pidana

a) Pengertian pidana

Istilah “hukuman” yang merupakan istilah umum konvensional, dapat

mempunyai arti yang luas dan berubah-ubah karena istilah itu dapat mempunyai

arti dapat berkonotasi dengan bidang yang cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya

10 M. Husni, “Moral dan Keadilan Sebagai Landasan Penegakan Hukum Yang Responsif”, (Jurnal Equality : 2006), hal. 1.

Page 16: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

16

sering digunakan dalam bidang hukum, tetapi juga dalam istilah sehari-hari di

bidang pendidikan, moral, agama dan sebagainya.

Oleh karena “pidana” merupakan istilah yang lebih khusus, maka perlu

ada pembatasan pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukkan ciri-ciri

atau sifat-sifat yang khas.

Untuk memberikan gambaran yang lebih luas, berikut ini dikemukakan

beberapa pendapat atau defenisi dari para sarjana sebagai berikut:11

1. Prof. Sudarto, SH :

Yang dimaksud dengan pidana ialah penderitaan yang sengaja diberikan

kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

2. Prof. Roeslan Saleh :

Pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa yang

dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik.

Dari definisi di atas dapatlah disimpulkan bahwa pidana mengandung

unsur-unsur atau ciri-ciri sebagai berikut :

1) pidana itu pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau

nestapa atau akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan;

11 Muladi dan Barda Nawawi Arif, “Teori-teori dan Kebijakan Pidana”, Cetakan Ke-2 (Bandung: Alumni, 1998) hal. 2 – 4.

Page 17: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

17

2) pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai

kekuasaan (oleh yang berwenang);

3) pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak pidana

menurut undang-undang;

b) Jenis-jenis Pidana

1. Menurut hukum pidana positif (KUHP dan di luar KUHP)

Jenis pidana menurut KUHP, seperti terdapat dalam pasal 10, dibagi dalam

dua jenis12

a. pidana pokok, yaitu :

:

1) pidana mati

2) pidana penjara

3) pidana kurungan

4) pidana denda

5) pidana tutupan (ditambah berdasarkan UU No. 20 tahun 1946)

b. pidana tambahan, yaitu :

1) pencabutan hak-hak tertentu;

2) perampasan barang-barang tertentu;

3) pengumuman putusan hakim.

12 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal (Bogor: Politeia, 1988) hal. 34

Page 18: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

18

Disamping jenis sanksi yang berupa pidana dalam hukum pidana positif

dikenal juga sanksi yang berupa tindakan, misalnya :

a. penempatan di rumah sakit jiwa bagi orang yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya atau terganggu

karena penyakit (lihat Pasal 44 ayat 2 KUHP);

b. bagi anak yang sebelum umur 16 tahun melakukan tidak pidana, Hakim dapat

mengenakan tindakan berupa (lihat Pasal 45 KUHP);

1) mengembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemelihatanya atau

2) memerintahkan agar anak tersebut diserahkan kepada pemerintah.

Dalam hal yang ke-2, anak tersebut dimasukkan dalam rumah pendidikan

negara yang penyelenggaraannya diatur dalam Peraturan Pendidikan Paksa

(Dwangopvoedingregeling, Stb. 1916 no. 741) yang sekarang telah diganti dengan

Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan.

c. penempatan di tempat kerja Negara (Landswerkinrichting) bagi pengenggur

yang malas bekerja dan tidak mempunyai mata pencaharian, serta

mengganggu ketertiban umum dengan melakukan pengemisan,

bergelandangan atau perbuatan asosial (Stb. 1936 no. 160);

d. tindakan tata-tertib dalam hal tindak pidana ekonomi (Pasal 8 UU No. 7 Drt.

1955) dapat berupa :

1) penempatan perusahaan si terhukukm di bawah pengampuan untuk selama

waktu tertentu (3 tahun untuk kejahatan TPE dan 2 tahun untuk

pelanggaran TPE);

Page 19: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

19

2) pembayaran uang jaminan selama waktu tertentu;

3) pembayaran sejumlah uang sebagai pencabutan keuntungan menurut

taksiran yang diperoleh dari tindak pidana yang dilakukan;

4) kewajiban mengerjakan apa yang dilakukan tanpa hak, dan melakukan

jasa-jasa untuk memperbaiki akibat-akibat satu sama lain, semua atas

biaya si terhukum sekedar Hakim tidak menentukan lain.

2. Menurut Konsep Rancangan KUHP tahun 1972.

Ketentuan tentang “pidana” dalam konsep terdapat dalam Bab V, mulai

Pasal 43 s.d. Pasal 82.

Pembagian jenis pidanannya sebagai berikut :

a. Pidana pokok:

1) pidana mati

2) pidana permasyarakatan, yang terdiri dari :

a) pidana permasyarakatan istimewa (utuk yang melakukan tindak pidana

karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati);

b) pidana permasyarakatan khusus (untuk yang melakukan tindak pidana

karena kebiasaan);

c) pidana permasyarakatan biasa (untuk yang melakukan tindak pidana

karena kesempatan).

3) pidana pembimbingan, yang terdiri dari :

a) pidana pengawasan;

Page 20: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

20

b) pidana penentuan tempat tinggal;

c) pidana latihan kerja;

d) pidana kerja bakti.

4) pidana perserikatan, yang terdiri dari :

a) pidana perserikatan;

b) penuntutan (sic. : penutupan) usaha sebagian atau seluruhnya;

c) penempatan usaha di bawah pengawasan pemerintah untuk jangka

waktu yang ditentukan oleh Hakim;

d) pembayaran uang jaminan yang jumlahnya ditentukan oleh Hakim;

e) penyitaan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;

f) perbaikan akibat-akibat dari tindak pidana.

b. Pidana tambahan:

1) pencabutan hak tertentu;

2) penempatan barang tertentu;

3) pengumuman keputusan Hakim;

4) pengenaan kewajiban ganti rugi;

5) pengenaan kewajiban agama;

6) pengenaan kewajiban adat.

3. Pengertian Keimigrasian

Istilah imigrasi berasal dari bahasa Latin migratio yang artinya

perpindahan orang dari suatu tempat atau negara menuju ke tempat negara lain.

Page 21: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

21

Oxford Dictionary of Law juga memberikan defenisi sebagai berikut:

“Immigration is the act of entering a country other than one’s native

country with the intention of living there permanently”.

Dari defenisi ini dipahami bahwa perpindahan itu mempunyai maksud

yang pasti, yakni untuk tinggal menetap dan mencari nafkah di suatu tempat baru,

Oleh karena itu, orang asing yang bertamasya, atau mengunjungi suatu konferensi

internasional, atau merupakan rombongan misi kesenian atau olahraga, atau juga

menjadi diplomat tidak dapat disebut sebagai seorang imigran.

Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

1992 dalam pasal 1 butir 1 disebutkan: “Keimigrasian adalah hal ikhwal lalu

lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan

pengawasan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia”.13

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan

dalam skripsi ini adalah menggunakan metode yuridis – normatif. Penelitian

yuridis – normatif merupakan penelitian yang dilakukan dan ditujukan pada

Peraturan-peraturan tertulis atau bahan-bahan lain, serta menelaah peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Untuk

menunjang pembahasan demi pembahasan masalah, penulis melakukan studi

13 Lihat Pasal 1 butir 1 Undang-undang no. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian

Page 22: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

22

langsung untuk mendapatkan data-data seperti di Kantor Imigrasi Polnia Medan,

Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Medan dan sekitarnya, serta di Pengadilan

Negeri Medan.

2. Lokasi penelitian

Dalam hal peneltian yang berkaitan dengan bahan bacaan, dilakukan di

Perpustakaan Univesitas Sumatera Utara maupun yang di-download melalui

internet ataupun situs-situs berkaitan dengan bahan-bahan yang sifatnya skunder

(tulisan, skripsi, tesis, berita dsb.).

Dalam hal penelitian lapangan penulis melakukannya di Kantor Imigrasi

Polnia Medan, Kantor Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Medan Sekitarnya, serta

Pengadilan Negeri Medan untuk mendapatkan gambaran ataupun bahan akurat

berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

3. Sumber dan pengumpulan data

Data-data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersumber

dari :

a. Data Primer yaitu data pokok yang diperoleh atau bersumber dari hasil

penelitian langsung di lapangan14

14 Soerjono Soekamto, “Pengantar Penelitian Hukum”, UI-Press Jakarta, 1984, hal. 12

, responden dari narasumber atau lembaga di

tempat penelitian dilakukan yang berkaitan dengan permasalahan dalam

penulisan skripsi ini. Studi lapangan ini dilakukan melalui wawancara dengan

Page 23: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

23

menggunakan pedoman wawancara (interview guide) kepada para informan.

Informan yang dipilih adalah mempunyai keterkaitan erat dengan pokok

bahasan pada skripsi ini yaitu:

1) Petugas Keimigrasian Polonia Medan

2) Kepolisian kota Medan

b. Data Skunder yaitu data-data yang diperoleh dari peraturan-peraturan, buku-

buku literatur, artikel ataupun majalah-majalah serta data lain yang diperoleh

melalui internet yang berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan

skripsi ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Yakni melakukan penelitian dengan berbagai sumber bacaan atau tulisan

seperti: buku, majalah, internet, pendapat sarjana dan bahan-bahan kuliah

lainnya yang berkaitan erat dengan pokok bahasan atau permasalahan dalam

skripsi ini.

b. Penelitian lapangan (Field Research)

Yakni dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan baik berupa

wawancara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dalam proses

Page 24: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

24

penyidikan kasus ini serta dengan memperoleh salinan data-data yang lebih

lengkap dan menunjang pembahasan permasalahan yang disusun penulis.

5. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan

cara kualitatif, yaitu jawaban dari responden dan data-data yang diperoleh

dilapangan diedit dan dianalisis sehingga diperoleh data yang dapat menjawab

permasalahan demi permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan atau penyajiannya, penulis menjabarkan

materi ataupun isi dari skripsi ini menjadi lima bab dengan sistematika sebagai

berikut :

BAB I : Bab ini memuat latarbelakang, perumusan permasalahan, tujuan dan

manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjaun kepustakaan, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini menjelaskan tentang tinjauan umum mengenai keimigrasian,

baik itu mengenai keimigrasian dalam sistem hukum Indonesia dan

nasional, dan apa saja yang termasuk dalam jenis-jenis izin

keimigrasian.

BAB III : Bab ini nerupakan bab yang membahas bagaimana penegakan

hukum terhadap tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian.

Page 25: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

25

BAB IV : Bab yang membahas Kasus dan Analisis Kasus Putusan

No.2493/Pid. B/2002/PN. Mdn.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang

berisi kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan yang

telah dibahas.

BAB II

Page 26: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

26

TINJAUAN UMUM

A. Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Indonesia

1) Keimigrasian di Indonesia

Di Indonesia pemeriksaan keimigrasian telah ada sejak zaman penjajahan

Belanda. Pada saat itu, terdapat badan pemerintah kolonial Belanda bernama

Immigratie Dienst yang bertugas menangani masalah keimigrasian untuk seluruh

kawasan Hindia Belanda.

Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun baru pada

tanggal 26 Januari 1950 Immigratie Dienst ditimbang terimakan dari H. Breekland

kepada Kepala Jawatan Imigrasi dari tangan Pemerintah Belanda ke tangan

Pemerintah Indonesia, tetapi yang lebih penting adalah peralihan tersebut

merupakan titik mula dari era baru dalam politik hukum keimigrasian Indonesia,

yaitu perubahan dari politik hukum keimigrasian yang bersifat terbuka (open door

policy) untuk kepentingan pemerintahan kolonial, menjadi politik hukum

keimigrasian yang bersifat selektif didasarkan pada kepentingan nasional

Indonesia.

Undang-undang No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian, dalam pasal 1

menyebutkan:

“Keimigrasian adalah hal-ikwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar

wilayah Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Republik

Indonesia.”

Page 27: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

27

Dengan menggunakan pendekatan gramatikal (tata bahasa) dan

pendekatan semantik (ilmu tentang arti kata), defenisi keimigrasian dapat kita

jabarkan sebagai berikut:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata hal diartikan sebagai

keadaan, peristiwa, kejadian (sesuatu yang terjadi). Sementara itu kata ihwal

diartikan hal, perihal. Dengan demikian, hal-ihwal diartikan berbagai-bagai

keadaan, peristiwa, kejadian.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata lalu-lintas diartikan sebagai

hubungan antara suatu tempat dan tempat lain, hilir-mudik, bolak-balik.15

1) Pengaturan tentang berbagai hal mengenai lalu-lintas orang keluar, masuk, dan

tinggal dari dan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.

Dengan demikian, menurut Undang-undang No. 9 tahun 1992 tentang

keimigrasian terdapat dua unsur pengaturan yang penting, yaitu:

2) Pengaturan tentang berbagai hal mengenai pengawasan orang asing di wilayah

Republik Indonesia.16

Unsur pertama, pengaturan lalu-lintas keluar masuk wilayah Indonesia.

Berdasarkan hukum internasional pengaturan hal ini merupakan hak dan

wewenang suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatan

sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar

15 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001 16 Lihat Penjelasan Umum Undang-undang No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian

Page 28: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

28

1945, Undang-undang No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian tidak

membedakan antara emigrasi dan imigrasi. Selanjutnya, pengaturan lalu-lintas

keluar-masuk wilayah Indonesia ditetapkan harus melewati Tempat Pemeriksaan

Imigrasi (TPI), yaitu di pelabuhan laut, Bandar udara, atau tempat tertentu atau

daratan lain yang ditetapkan Menteri Kehakiman sebagai tempat masuk atau

keluar wilayah Indonesia (entry point).

Pelanggaran atas ketentuan ini dikategorikan sebagai tindakan memasuki

wilayah negara Indonesia secara tidak sah, artinya setiap tindakan keluar-masuk

wilayah tidak melalui TPI, merupakan tindakan yang dapt dipidana.

Unsur kedua dari pengertian keimigrasian yaitu pengawasan orang asing di

wilayah Indonesia. Dalam rangka ini “pengawasan” adalah keseluruhan proses

kegiatan untuk mengontrol atau mengawasi apakah proses pelaksanaan tugas telah

sesuai dengan rencana atau aturan yang telah ditentukan.17

Pengawasan orang asing meliputi masuk dan keluarnya orang asing ke dan

dari wilayah Indonesia, dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah

Maka pengertian pengawasan orang asing adalah seluruh rangkaian

kegiatan yang ditujukan untuk mengontrol apakah keluar-masuknya serta

keberadaan orang asing di Indonesia telah atau tidak sesuai dengan ketentuan

keimigrasian yang berlaku.

17 Iman Santoso, “Persfektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional”, UI-Press Jakarta, 2004, hal. 20

Page 29: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

29

Indonesia. Pengawasan orang asing sebagai suatu rangkaian kegiatan pada

dasarnya telah dimulai dan dilakukan oleh perwakilan RI di luar negeri ketika

menerima permohonan pengajuan visa. Pengawasan selanjutnya dilaksanakan

oleh pejabat imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) ketika pejabat

imigrasi dengan kewenangannya yang otonom memutuskan menolak atau

memberikan izin tinggal yang sesuai dengan visa yang dimilikinya, selanjutnya

pengawasan beralih ke kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat

tinggal waraga asing tersebut. Dari keseluruhan prosedur keimigrasin yang

ditetapkan, perlu dipahami bahwa operasionalisasinya dilaksanakan berdasarkan

politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif.

1) Fungsi Keimigrasian

Dari uraian mengenai pengertian umum, dapat dinyatakan juga bahwa

pada hakikatnya keimigrasian merupakan:

“suatu rangkaian kegiatan dalam pemberian pelayanan dan penegakan

hukum serta pengamanan terhadap lalu lintas keluar masuknya setiap

orang dari dank e dalam wilayah RI, serta pengawasan terhadap

keberadaan warga negara asing di wilayah Republik Indonesia.”18

Dari pernyataan tersebut, maka secara operasional peran keimigrasian

dapat diterjemahkan ke dalam konsep Trifungsi Imigrasi. Dimana konsep ini

hendak menyatakan bahwa sistem keimigrasian, baiak ditinjau dari budaya hukum

18 Ibid, hal. 21

Page 30: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

30

keimigrasian, materi hukum (peraturan hukum) keimigrasian, lembaga, organisasi,

aparatur, mekanisme hukum keimigrasian, sarana dan prasarana hukum

keimigrasian, dalam operasionalisasinya harus selau mengandung Trifungsi,

yaitu:

a. Fungsi pelayanan masyarakat

Salah satu fungsi keimigrasian adalah fungsi penyelenggaraan

pemerintahan atau administrasi negara yang mencerminkan aspek pelayanan. Dari

aspek itu, imigrasi dituntut untuk memberi pelayanan prima di bidang

keimigrasian, baik kepada Warga negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara

Asing).

Pelayanan bagi Warga Negara Indonesia terdiri dari:

1) Pemberian paspor/ pemberian Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP)/Pas

lalu lintas Batas (PLB), dan

2) Pemberian Tanda bertolak/ masuk

Pelayanan bagi Warga Negara Asing terdiri dari:

1. Pemberian Dokumen Keimigrasian (DOKIM) berupa: Kartu Izin Tinggal

Terbatas Keimigrasian (KITAS), Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP),

Kemudahan Khusus Keimigrasian (DAHSUSKIM).

Page 31: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

31

2. Perpanjangan izin tinggal meliputi: Visa Kunjungan Wisata (VKM), Visa

Kunjungan Sosial Budaya (VKSB), Visa Kunjungan Usaha (VKU).

3. Perpanjangan DOKIM meliputi KITAS, KITAP, DAHSUSKIM

4. Pemberian Izin Masuk Kembali, Izin Bertolak

5. Pemberian Tanda Bertolak dan Masuk.

b. Fungsi penegakan hukum

Dalam Pelaksanaan tugas keimigrasian, keseluruhan aturan hukum

keimigrasian itu ditegakkan kepada setiap orang yang berada di dalam wilayah

hukum negara Republik Indonesia baik itu Warga Negara Indonesia (WNI) atau

Warga Negara Indonesia (WNA).

Penegakan hukum keimigrasian terhadap Warga Negara Indonesia (WNI),

ditujukan pada permasalahan:

1. Pemalsuan identitas

2. Pertanggungjawaban sponsor

3. Kepemilikan paspor ganda

4. Keterlibatan dalam pelaksanaan aturan keimigrasian

Penegakan hukum kepada Warga Negara Asing (WNA) ditujukan pada

permasalahan:

Page 32: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

32

1. Pemalsuan identitas Warga Negara Asing (WNA)

2. Pendaftaran orang asing dan pemberian buku pengawasan orang asing

3. Penyalahgunaan izin tinggal

4. Masuk secara ilegal atau berada secara ilegal

5. Pemantauan/razia

6. Kerawanan keimigrasian secara geografis dalam pelintasan.

Secara operasional fungsi penegakan hukum yang dilaksanakan oleh

institusi Imigrasi Indonesia juga mencakup penolakan pemberian izin masuk, izin

bertolak, izin keimigrasian, dan tindakan keimigrasian. Semua itu merupakan

bentuk penegakan hukum yang bersifat administratif. Sementara itu, dalam hal

penegakan hukum yang bersifat proyustisia, yaitu kewenangan penyidikan,

tercakup tugas penyidikan (pemanggilan, penangkapan, penahanan, pemeriksaan,

penggeledahan, pemyitaan), pemberkasan perkara, serta pengajuan berkas perkara

ke penuntut umum.

c. Fungsi keamanan

Imigrasi berfungsi secara penjaga pintu gerbang negara. Dikatakan

demikian karena imigrasi merupakan institusi pertama dan terakhir yang

menyaring kedatangan dan keberangkatan orang asing ke dan dari wilayah

Republik Indonesia. Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada Warga

Negara Indonesia dijabarkan melalui tindakan pencegahan ke luar negeri bagi

Warga Negara Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan dan Kejasksaan

Page 33: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

33

Agung. Khusus untuk Warga Negara Indonesia (WNI) tidak dapat dilakukan

pencegahan karena alasan-alasan keimigrasian belaka.

Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada Warga Negara

Asing (WNA) adalah:

1. Melakukan seleksi terhadap setiap maksud kedatangan orang asing melalui

pemeriksaan permohonan visa

2. Melakukan kerjasama dengan aparatur keamanan negara lainnya khususnya di

dalam memberikan supervisi perihal penegakan hukum keimigrasian.

3. Melakukan operasi intelijen keimigrasian bagi kepentingan keamanan negara

4. Melaksanakan pencegahan dan penangkalan, yaitu larangan bagi seseorang

untuk meninggalkan wilayah Indonesia dalam jangka waktu tertentu dan/atau

larangan untuk memasuki wilayah Indonesia dalam waktu tertentu.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, harus diingat bahwa di era

globalisasi aspek hubungan kemanusiaan yang selama ini bersifat nasional

berkembang menjadi bersifat internasional, terutama di bidang perekonomian,

demi peningkatan kesejahteraan. Untuk mengantisipasinya, perlu menata atau

mengubah peraturan perundangan, secara sinergi baik di bidang ekonomi,

industri, perdagangan, transportasi, ketenagakerjaan, maupun peraturan di bidang

lalu-lintas orang dan barang yang dapat memfasilitasi pertumbuhan ekonomi.

Perubahan itu diperlukan guna meningkatkan intensitas hubungan negara

Republik Indonesia dengan dunia Internasional yang mempunyai dampak sangat

Page 34: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

34

besar pada pelaksanaan fungsi dan tugas keimigrasian serta menghindari adanya

tumpang tindih peraturan.

Di dalam perkembangan Trifungsi Imigrasi dapat dikatakan mengalami

suatu pergeseran bahwa pengertian fungsi keamanan dan penegakan hukum

merupakan satu bagian yang tak terpisahkan karena penerapan penegakan hukum

dibidang keimigrasian berarti sama atau identik dengan menciptakan kondisi

keamanan yang kondusif atau sebaliknya19

Tuntutan perubahan Trifungsi Imigrasi dipertegas oleh pernyataan Prof.

Dr. Yusril Ihza Mahendra selaku Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia

Republik Indonesia, yang menyatakan:

. Di dalam rangka memelihara kondisi

keamanan yang kondusif secara otomatis fungsi penegakan hukum keimigrasian

harus dilakasanakan secara terus-menerus dan konsekuen. Sedangkan fungsi baru

yaitu sebagai fasilisator pembagunan ekonomi merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dengan fungsi keimigrasian lainnya. Hal ini terlihat ketika jasa

keimigrasian telah menjadi bagian dari infrastruktur perekomian.

20

“Trifungsi Imigrasi yang merupakan ideologi atau pandangan hidup bagi setiap kebijakan dan pelayanan keimigrasian harus diubah karena tutntutan zaman. Paradigma konsepsi keamanan saat ini mulai bergeser, semula menggunakan pendekatan kewilayahan (territory) yang hanya meliputi keamanan nasional (national security) berubah menjadi pendekatan yang komprehensif selain keamanan nasioanal juga keamanan warga masyarakat (human security) dengan menggunakan pendekatan

19 Ibid, hal. 24 20 Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, dalam sambutan tertulis pada upacara Hari Bhakti

Imigrasi ke-52 tanggal 26 Januari 2002.

Page 35: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

35

hukum. Mendukung konsepsi tersebut, saya memberi pesan agar insane imigrasi mengubah cara pandang mengenai konsep keamanan yang semula hanya sebagai alat kekuasaan, agar menjadi apratur yang dapat memberikan kepastian hukum, mampu melaksanakan penegakan hukum, dan dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat. Bertitik tolak dari berbagai tantangan itu, sudah waktunya kita membuka cakrawala berpikir yang semula hanya dalam cara pandang ke dalam (inward looking) menjadi cara pandang ke luar (outward looking) dan mulai mencoba untuk mengubah paradigma Trifungsi Imigrasi yang pada mulanya sebagai pelayan masyarakat, penegak hukum, dan sekuriti, agar diubah menjadi Trifungsi Imigrasi baru yaitu sebagai pelayan masyarakat, penengak hukum, dan fasilisator pembangunan ekonomi”.

3. Ruang Lingkup Fungsi Keimigrasian

Paradigma lama hanya melihat esensi keimigrasian sebatas hal-ihwal

orang asing, sehingga muncul pendapat seolah-olah masalah keimigrasian sebatas

masalah yang berporos pada atau paling tidak bertalian dengan negara asing.

Sebaliknya, paradigma baru melihat bahwa keimigrasian itu bersifat

multidimensional, baik itu dalam tatanan nasional maupun internasional. Hal ini

lebih disebabkan karena dunia telah menjadi semakin kecil dan bahwa subjek

masalah keimigrasian adalah manusia yang bersifat dinamis. Hal itu dapat

dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:

a. Bidang Politik

Ada berbagai pendapat yang menyatakan di mana sebenarnya fungsi

keimigrasian itu berada. Di satu sisi, sebagai bagian dari sistem hukum

administrasi negara, hukum keimigrasian sering disertai dengan sanksi pidana

Page 36: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

36

yang kadangkala terasa janggal. Di sisi lain, hukum keimigrasian juga mengatur

kewarganegaraan seseorang. Di samping itu hukum keimigrasian mempunyai

kaitan yang sangat erat dengan hubungan internasional. Berbagai pendapat

tersebut ada benarnya karena segalanya bergantung pada cara memandang fungsi

keimigrasian itu. Di Bidang politik sering fungsi keimigrasian ditempatkan pada

hubungan hubungan internasional, disisi lain hak seseorang untuk melintasi batas

negara dan bertempat tinggal di suatu negara dilihat sebagai hak asasi manusia.

Meskipun demikian, kedaulatan negara penerima juga tidak dapat di abaikan.

Berbagai konvensi internasional, seperti United Nations Convention 1951

Concerning of Refugees Status (selanjutnya disebut konvensi PBB Tahun 1951)

menyebutkan hak-hak seorang pengungsi serta kewajiban negara penerima.

Pencari Suaka politik(asylum seekers) akan mendapatkan hak-hak hidupnya dan

perlindungan atas dirinya di negara terakhir ia berada. Itu berarti bahwa ia

mendapatkan suatu perlakuan khusus di bidang keimigrasian. Seorang assign

dapat bertempat tinggal di suatu negara tanpa mengikuti ketentuan umum

mengenai keimigrasian. Pada kesempatan ini sering hukum keimigrasian

digunakan untuk melindungi kepentingan politik suatu negara, seperti yang

menyangkut masalah sentimen ras, agama, serta faktor lain yang berkaitan dengan

komposisi atau struktur kependudukan di dalam suatu negara.

b. Bidang Ekonomi

Di bidang ekonomi tampak jelas sekali keterkaitan fungsi imigrasi dalam

rangka melaksanakan politik perekonomian suatu negara. Hal itu terkait dalam

Page 37: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

37

kerangka pertumbuhan dan perkembangan perekonomian global yang ditandai

dengan peningkatan arus investasi sehingga menciptakan lapangan kerja,

mengalirkan teknologi baru, dan akan meningkatkan arus manusia ke kawasan

tersebut, atau dengan kata lain, ke mana investasi ditanamke sana pula arus

manusia mengikutinya. Di dalam kaitan ini sangatlah jelas bahwa jasa keimigrsian

di suatu negara merupakan bagaian yang tidak dapat dipisahkan dari kepentingan

ekonominya. Sektor peronomian membutuhkan jas infrastruktur lain, seperti jasa

fasilitas tranportasi , jasa fasilitas komunikasi, jasa fasilitas pengelolaan sumber

daya alam dan manusia serta jasa fasilitas perbankan. Maka, sudah dapat

dipastikan bahwa kini jasa fasilitas keimigrasian merupakan bagian dari

infrastruktur perekonomian.

Pemberian fasilitas jasa keimigrasian, seperti pemberian izin masuk, izin

masuk kembali (re-entry permit), izin masuk beberapa kali perjalanan (multiple

re-entry permit)., serta bermacam-macam izin tinggal (izin singgah, izin

kunjungan, izin tinggal terbatas, izin tinggal tetap) merupakan bagian dari

infrastruktur perekonomian. Begitu pula dengan aspek pengawasan orang asing,

termasuk pembatasan yang diberlakukan terhadap seorang asing untuk meperoleh

izin masuk atau tinggal di suatui negara baik sebagai pencari kerja maupun

investor, yang dimaksudkan untuk merlindungi warga negaranya dari sisi

perekonomian dalam menghadapi persaingan hidup.

Sebagai infrastruktur perekonomian, pembentukan pola-pola keimigrasian

dengan alasan perekonomian dalam memberikan izin masuk dan bertempat

Page 38: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

38

tinggal bagi warga negara asing ke negaranya, tentu saja memliki persyaratan

yang ketat dan menguntungkan negara tersebut. Begitu pula negara yang termasuk

dalam kategori migrant country. Sebagai contoh, Australia, dengan alasan

perekonomian, mensyaratkan bahwa orang asing yang mengajukan permohonan

untuk masuk dan bertempat tinggal disana harus memiliki rumah dan dana dalam

jumlah tertentu sebagai modal kerja yang ditanam dalam suatu perusahaan.

Kemudian, kinerja perusahaan akan dinilai setiap tahun sebelum pihak imigrasi

Australia memutuskan untuk memberikan izin tinggal tetap bagi orang asing

tersebut.

c. Bidang Sosial Budaya

Pergerakan dan perpindahan manusia sebagai individu atau kelompok

akan mempunyai dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif pada individu

atau kelompok penerima. Pengaruh sosial dan budaya terjadi karena ada interaksi

diantara mereka, baik di lingkungan pendatang maupun penerima. Negara

berkepentingan, melalui fungsi keimigrasian, untuk tetap menjaga kondisi sosial

dan budaya yang ada di dalam masyarakat agar pengaruh dari luar tidak merusak

struktur sosial budaya masyarakatnya. Fungsi keimigrasian, melalui kebijakan

yang diberlakukan oleh pemerintah, harus mampu menyaring serta mengatur hal-

hal dimaksud diatas.

Sebagai contoh, terjadinya peningkatan jumlah pengungsi Afghanistan

yang masuk ke Indonesia beberapa waktu yang lalu, sedikit banyak telah

mempengaruhi kondisi sosial dan budaya penduduk Indonesia yang tinggal di

Page 39: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

39

sekitar tempat penampungan orang Afghanistan tersebut. Berbagai hal dapat

terjadi, misalnya konflik sosial, perkawinan antara pengungsi dan penduduk lokal

yang berdampak pada status kewarganegaraan anak mereka, serta pertikaian

akibat kecemburuan sosial dari suatu kelompok kepada kelompok lain. Sekalipun

tempat penampungan pengungsi tersebut diklelola oleh International

Organization for Migration (IOM), keberadaan dan kegiatan orang-orang

Afghanistan itu terus diawasi imigrasi setempat. Satu kasus pernah diungkap oleh

Direktorat Jendral Imigrasi ketika warga Afghanistan pemegang status pengungsi

tertangkap tangan dalam sebuah operasi pengawasan keimigrasian ketika bekerja

sebagai gigolo atau pria tuna susila.

d. Bidang Keamanan

Permasalahan yang timbul dan berkaitan dengan aspek politis, ekonomis,

sosial, dan budaya pada masyarakat akan sangat berpengaruh pada stabilitas

keamanan negara tersebut. Fungsi keimigrasian yang mengatur serta mengawasi

keberadaan orang di negara tersebut akan memiliki peran yang signifikan. Secara

universal imigrasi dijadikan sebagai penjuru (vocal point). Kebijakan yang salah

atau tidak tepat di dalam menangani masalah ini akan mempunyai dampak yang

sangat besar pada bidang lain. Sebagai contoh, kebijakan keimigrasian untuk

mengatasi kejahatan terorganisasi lintas negara, harus dapat menjangkau juga

bidang lain seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya, baik yang berskala

nasional, regional, maupun internasional. Oleh karena itu, kebijakan keimigrasian

mempunyai keterkaitan substansial yang berdampak beruntun (multiplier effect).

Page 40: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

40

Contoh lainnya setelah terjadi insiden pemboman di Bali pada tanggal 12

November 2002 tengah malam. Pada esok harinya telah terjadi suatu evakuasi

korban dan eksodus para wisatawan asing meninggalkan Bali secara besar-besaran

ke Australia dengan menggunakan penerbangan pesawat tambahan. Pada saat itu

imigrasi Indonesia telah menetapkan suatu kebijakan dalam keadaan force mayeur

untuk mengizinkan dokumen (paspor kebangsaan) karena kebanyakan dari

mereka telah kehilangan paspor. Namun demikian dari segi keamanan, petugas

imigrasi melakukan pencatatan (fotokopi) dokumen yang ada dan pengambilan

gambar diri (potret) secara langsung bagi mereka yang tidak memiliki dokumen

keimigrasian. Hal ini dimaksud sebagi tindakan antisipatif sekiranya diantara

mereka terdapat pelaku pengeboman yang hendak melarikan diri.

e. Bidang Kependudukan

Demikian pula kependudukan yang merupakan salah satu gatra di dalam

konsep ketahanan nasional. Kependudukan merupakan aset bangsa. Struktur dan

komposisi penduduk negara memiliki hubungan yang sangat erat dengan kondisi

politis, ekonomis, sosial, budaya, serta keamanan nasional. Isu SARA sering

menjadi pemicu stabilitas keamanan yang akan berkaitan erat atau berdampak

pada situasi perekonomian baik perekonomian wilayah maupun nasional. Bahkan,

lebih luas daripada itu, isu SARA dapat berpengaruh pada situasi perekonomian

dan keamanan secara regional ataupun internasional. Di sini tampak secara jelas

bahwa fungsi keimigrasian di berbagai lini kehidupan, walaupun pengaruhnya

tidak begitu signifikan, terlihat keterkaitannya.

Page 41: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

41

Dibeberapa negara seperti Brunei Darussalam dan Singapura, fungsi

keimigrasian juga disatukan dengan fungsi pelaksanaan registrasi kependudukan.

Di Amerika Serikat, masalah naturalisasi atau pewarganegaraan, dilakukan oleh

pihak imigrasi. Hal ini memang tepat karena sejak kedatangan orang asing pada

saat pertam kali sampai ia mempunyai hak menurut ketentuan yang berlaku untuk

mengajukan perwarganegaraan seluruh catatan keberadaan orang tersebut ada

pada pihak imigrasi.

B. Jenis-Jenis Izin Keimigrasian

Dalam pasal 24 Undang-undang no. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian

disebutkan:21

a. Izin Singgah;

“(1) setiap orang yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian. (2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri atas:

b. Izin Kunjungan; c. Izin Tinggal Terbatas; d. Izin Tinggal Tetap.”

a) Izin Singgah

Izin singgah diberikan untuk orang asing yang memerlukan singgah di

wilayah Indonesia guna dapat meneruskan perjalanan ke negara lain atau kembali

ke negara asal. Izin singgah diberikan kepada orang asing pemegang visa singgah

yang telah memperoleh izin masuk dan orang asing pemegang visa singgah saat

kedatangan yang telah memperoleh izin masuk.

21 Lihat pasal 24 Undang-undang no. 9 tahun 1992 tentang keimigrasian.

Page 42: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

42

Izin singgah diberikan untuk jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung

sejak tanggal diberikan izin masuk dan tidak dapat diperpanjang. Dalam hal

jangka waktu 14 (empatbelas) hari izin singgah terlampaui oarng asing belum

dapat melanjutkan perjalanan karena suatu keadaan memaksa diluar

kemampuannya atau keadaan darurat seperti kerusakan alat angkutm cuaca buruk,

sakit dan lain sebagainya dapat diberikan batas waktu izin untuk tetap singgah

oleh kepala kantor inigrasi dengan setiap kali pemberian 14 (empat belas) hari

sampai paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal diberikan izin

masuk.

Adapun persyaratan untuk memperoleh izin singgah adalah:

1. Memliki surat perjalanan (paspor) yang sah dan masih berlaku minimal 6

(enam) bulan.

2. Memiliki trough ticket atau return ticket yang masih berlaku

3. Tidak termasuk dalam daftar pencegahan/penagkalan

4. Memiliki visa singgah dan telah memperoleh izin masuk.

b) Izin Kunjungan

Izin kunjungan diberikan oleh pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan

imigrasi kepada orang asing mancanegara yang dibebaskan keharusan memiliki

visa kunjungan, dan orang asing pemegang visa kunjungan.

Izin kunjungan diberikan dalam rangka:

1. Tugas pemerintahan

Page 43: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

43

2. Usaha

3. Kegiatan sosial budaya

4. Kepariwisataan

Izin kunjungan diberikan untuk jangka waktu:

1. Izin kunjungan untuk keperluan tugas pemerintahan tugas pemerintahan,

kegiatan sosial budaya atau usaha diberikan selama 60 (enam puluh) hari

terhitung sejak tanggal diberikan izin masuk dan dapat diperpanjang paling

banyak 5 (lima) kali berturut-turut, untuk setiap kali perpanjangan selama 30

(tiga puluh) hari .

2. Izin kunjungan untuk keperluan pariwisata diberikan selama 60 (enam) puluh

hari terhitung sejak tanggal diberikan izin masuk dan tidak dapat

diperpanjang.

3. Izin kunjungan ex visa kunjungan saat kedatangan diberikan selam 30 (tiga

puluh) hari dan tidak dapat diperpanjang

4. Izin kunjungan ex bebas visa kunjungan singkat diberikan selama 60 (enam

puluh) hari terhitung sejak tanggal diberikan izin masuk dan tidak dapat

diperpanjang.

5. Izin kunjungan ex visa kunjungan diplomatik (dinas) diberikan sesuai dengan

visanya.

Pemintaan perpanjangan ijin kunjungan diajukan oleh orang asing

kuasanya atau sponsornya kepada kepala kantor imigrasi yang di wilayah kerjanya

meliput i tempat tinggal pemohon.

Page 44: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

44

Persayaratan untuk memperoleh izin kunjungan adalah:

1. Memliki surat perjalanan (paspor) yang sah dan masih berlaku minimal 6

(enam) bulan

2. Memiliki through ticket atau return ticket yang masih berlaku

3. Tidak termasuk dalam daftar pencegahan/penangkalan

4. Memiliki visa kunjungan, kecuali yang dibebaskan dari keharusan memiliki

visa dan telah memperoleh izin masuk.

c) Izin Tinggal Terbatas

Izin tinggal terbatas diberikan kepada:

1) Orang asing pemegang izin masuk dengan visa tinggal terbatas

2) Anak yang lahir dan berada di wilayah Indonesia yang berumur di bawah 18

(delapan belas) tahun dan belum kawin dari orang tua pemegang izin tinggal

terbatas.

3) Anak yang lahir dan berada di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum

kawin dari ibu warga negara Indonesia dan ayahnya tidak memiliki ijin tinggal

terbatas

4) Orang asing yang mendapat alih status izin kunjungan menjadi izin tinggal

terbatas.

Visa tinggal terbatas diberikan kepada mereka yang bermaksud untuk:22

1) Menanamkan modal;

22 Lihat Pasal 1 ayat (2) huruf e Peraturan Pemerintah RI no. 32 tahun 1994 tentang Visa, Izin masuk, dan Izin Keimigrasian.

Page 45: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

45

2) Bekerja;

3) Malaksanakan tugas sebagai rohaniwan;

4) Mengikuti pendidikan dan latihan atau melakukan penelitian ilmiah;

5) Menggabungkan diri dengan suami dan atau orang tua bagi isteri dan atau

anak sah dari seorang Warga Negara Indonesia;

6) Menggabungkan diri dengan suami dan atau orang tua bagi istri dan anak-anak

sah di bawah umur dari Orang Asing sebagaimana dimaksud dalam huruf e

angka 1, angka 2, angka 3, dan angak 4;

7) Repatriasi.

d) Izin Tinggal Tetap

Izin tingal tetap diberikan kepada orang asing untuk tinggal menetap di

Indonesia. Perpanjangan izin tinggal tetap diajukan paling lama 60 (enam puluh)

hari sebelum izin tinggal tetap berakhir.

Dalam hal izin tinggal tetap berakhir sedangkan keputusan Direktur

jenderal Imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang asing yang

bersangkutan dapat memberikan perpanjangan sementara izin tinggal tetap paling

lama (90) hari terhitung sejak izin tinggal tetap berakhir.

C. Hukum Keimigrasian Indonesia Dalam Sistem Hukum Nasional

Page 46: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

46

Dalam ilmu hukum terdapat beberapa ilmu hukum positif sebagai induk,

yaitu ilmu hukum kepidanaan, ilmu hukum keperdataan, ilmu hukum kenegaraan,

dan ilmu hukum internasional23. Sejalan dengan perkembangan zaman, telah

tumbuh pula berbagai cabang ilmu hukum sebagai disiplin hukum baru, seperti

hukum administrasi negara, hukum agrarian, hukum pajak, hukum lingkungan,

hukum ekonomi, dan hukum keimigrasian. Jika dikaitkan dengan ilmu hukum

yang menjadi induknya, hukum keimigrasian adalah bagian dari ilmu hukum

kenegaraan, khususnya merupakan cabang ilmu dari hukum administrasi negara24

23. A. Ridwan Halim , Flora Liman Mangestu, “Persoalan Praktis Filsafat Hukum dalam Himpunan Distingsi”, Jakarta: UKI, 1992, hlm. 22.

24 Iman Santoso, Op. cit, hal. 39

.

Hal itu terlihat dari fungsi keimigrasian yang dilaksanakannya, yaitu fungsi

penyelenggara pemerintahan atau administrasi negara (bestuur) dan pelayanan

masyarakat (publiek dienst), bukan pembentuk undang-undang (wetgever) dan

bukan juga fungsi peradilan (rechtspraak).

Dengan demikian, keimigrasian dapat dilihat dalam persfektif hukum

administrasi negara. Sesungguhnya, masalah keimigrasian justru merupakan

sebagian kebijakan oragan administrasi negara yang melaksanakan kegiatan

pemerintahan (administrasi negara). Kebijakan yang dimaksud adalah gambaran

dari perbuatan hukum pemerintah (overheads handeling). Contoh, kewenangan

imigrasi untuk menangkal dan mencegah orang yang hendak masuk atau keluar

wilayah Indonesia.

Page 47: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

47

Dalam ilmu pengetahuan hukum dikenal istilah pembidangan hukum, yang

secara khusus terbagi menurut fungsi pengaturannya. Pembidangan hukum

tersebut dalam praktiknya dapat dijabarkan sebagai berikut:25

a. Bidang hukum materil, terdiri atas:

1) Hukum negara yang mencakup: hukum tata negara, dan hukum

administrasi negara

2) Hukum perdata yang mencakup: hukum pribadi, hukum benda, hukum

perjanjian, hukum keluarga, hukum waris, hukum objek immaterial, dan

hukum penyelewengan perdata dan sikap tindak lain

3) Hukum pidana

b. Bidang hukum formil

1) Hukum tata negara formil atau hukum acara tata negara

2) Hukum administrasi negara formil atau hukum acara administrasi negara

3) Hukum perdata formil atau hukum acara perdata

4) Hukum pidana formil atau hukum acara pidana

c. Bidang Hukum Hubungan Antar Tata Hukum (HATAH), khusus mengatur

penyelesaian perkara yang mengandung pertemuan antara dua atau lebih

sistem hukum (HATAH intern dan HATAH ekstern).

Luas lingkup keimigrasian tidak lagi hanya mencakup pengaturan,

pemyelenggaraan keluar-masuk orang dari dan ke dalan wilayah Indonesia, serta

25 Purmadi Purbacaraka, “Penggarapan Disiplin Hukum dan Filsafat Hukum bagi Pendidikan Hukum”, Jakarta: Rajawali, 1987, hal. 15

Page 48: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

48

pengawasan orang asing yang berada di wilayah Indonesia, tetapi telah bertalian

juga dengan pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan penangkalan orang

masuk wilayah Indonesia demi kepentingan umum, penyidikan atas dugaan

terjadinya tindak pidana keimigrasian, serta pengaturan prosedur keimigrasian dan

mekanisme pemberian izin keimigrasian. Maka, dapat dikatakan bahwa fungsi

keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan administrasi negara atau

penyelenggaraan administrasi pemerintahan (besturr)26. Oleh karena itu, sebagai

bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yaitu fungsi administrasi

negara dan pemerintahan, maka Hukum Keimigrasian dapat dikatakan merupakan

bagian dari bidang hukum administrasi negara27

Berhubung hukum keimigrasian harus mengikuti dan tunduk pada asas-

asas dan kaidah hukum administrasi negara umum (algemene administratiefrecht),

. Hukum administrasi negara

mengatur tata cara menjalankan pemerintahan atau administrasi negara serta

mengatur hubungan antara aparatur administrasi negara dan masyarakat yang

mencakup dua hal pokok. Pertama, mengatur tata cara administrasi negara

(diperkenankan atau diwajibkan) yang mencampuri kehidupan masyarakat, seperti

tata cara bepergian ke luar negeri, pemberian izin masuk ke dalam negeri, dan izin

bertempat tinggal di Indonesia. Kedua, mengatur tata cara melindungi masyarakat

da ri pelanggaran hak warga negara ataupun dari bahaya yang ditimbukan atau

berkaitan dengan orang asing.

26 Iman Santoso, Op.cit, hal. 41 27 Bagir Manan, “Hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional”, disampaikan

dalam Rapat Kerja Nasional Keimigrasian, Jakarta, 14 Januari 2000, hlm. 7

Page 49: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

49

terdapat dua asas umum yang harus diterapkan dalam setiap implementasi peran

keimigrasian, yaitu:

1. asas-asas umum penyelengaraan administrasi yang baik (general principles of

good administration) yang mencakup asas persamaan perlakuan, asas dapat

dipercaya, asas kepastian hukum, asas motivasi yang benar, asas larangan

melampaui wewenang, asas tidak sewenang-wenang, asas keseimbangan, dan

asas keterbukaan.

Oleh karena itu setiap tindakan yang bertentangan dengan asas

penyelenggaraan pemerintahan yang baik dapat dijadikan dasar tuntutan bagi

koreksi dan pelaksanaan kewajiban hukum apratur keimigrasian atau ganti rugi

apabila sudah tidak mungkin lagi dipulihkan. Setiap keputusan yang bertentangan

dengan asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik dapat dijadikan dasar

tuntutan atau pembatalan, disertai ganti rugi.

2. asas legalitas, yaitu setiap tindakan pejabat administrasi negara dilaksanakan

menurut ukuran hukum yang berlaku mencakup ukuran kewenangan, ukuran

isi tindakan atau isi keputusan, ukuran tata cara melakukan tindakan atau

membuat keputusan, sebab tindakan atau keputusan yang bertentangan dengan

asas legalitas dapat mengakibatkan tindakan atau keputusan yang

bersangkutan batal demi hukum.28

28 Ibid, hal. 9

Page 50: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

50

Dalam perspektif yang lebih besar lagi, dapat dikatakan bahwa hukum

keimigrasian merupakan bagian dari hukum ekonomi. Dalam perspektif

pembangunan nasional, hukum mempunyai peranan yang penting bagi

keberhasilan pembangunan ekonomi, sebab melalui hukum, selain ditetapkan hak

dan kewajiban, proses, serta kelembagaan dari setiap kegiatan interaksi ekonomi,

juga diberikan kepastian mengenai subjek dan objek hukum dalam setiap kegiatan

ekonomi. Karena semakin banyak peraturan yang mengatur bidang perekonomian

dengan menggunakan kaidah hukum administrasi negara ini, terbentuklah bidang

hukum baru yang disebut hukum ekonomi dalam arti sempit, yang diberi nama

droit economique.

Hal yang membuktikan bahwa kaidah hukum keimigrasian merupakan

bagian dari hukum ekonomi dalam arti sempit adalah ketika kepemilikan hak

orang asing atas satuan rumah susun (apartemen dan kondominium) di Indonesia

hanya diberikan apabila orang asing tersebut adalah pemegang KITAS (Kartu Izin

Tinggal Terbatas). KITAS ini merupakan produk administrasi negara yang berasal

dari kaidah keimigrasian. Demikian pula dengan pemberian izin keimigrasian,

seperti izin kunjungan, izin tinggal terbatas, ataupun tetap, yang dikaitkan dengan

investasi pekerjaan, aktivitas perdagangan, dan pembicaraan traksaksi bisnis.

Page 51: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

51

BAB III

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN

KEIMIGRASIAN

A. Ketentuan Keberadaan Warga Negara Asing (WNA) di Indonesia

Menurut Undang-undang RI No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian

1. Visa sebagai izin masuk

Penduduk Indonesia pada hakikatnya terdiri atas dua golongan, yaitu

warga Negara Indonesia (WNI) dan orang asing atau warga negara asing (WNA).

Oleh karena itu, Indonesia merasa perlu untuk mengatur permasalahan orang

asing yang berada di Indonesia.29

Pasal 2 sampai 9 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur

mengenai batas-batas berlakunya perundang-undangan hokum pidana menurut

29 Koerniatmanto Soetoprawiro, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia, Gramedia Jakarta, 1996, hal. 74.

Page 52: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

52

tempat terjadinya perbuatan. Ditinjau dari sudut negara, ada dua kemungkinan

pendirian, yaitu: 30

1. Perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi semua perbuatan pidana

yang terjadi dalam wilayah negara, baik dilakukan oleh warga negaranya

sendiri maupun oleh negara asing (asas teritorial).

2. Perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi semua perbuatan pidana

yang dilakukan oleh waraga negara, dimana saja, juga diluar wilayah negara

(asas personal atau juga dinamakan prinsip nasional aktif).

Sesuai dengan ketentuan ketentuan Undang-undang RI Nomor 9 tahun

1992 tentang keimigrasian, dalam pasal 6 ayat 1 disebutkan bahwa “setiap orang

asing yang masuk wilayah Indonesia wajib membawa Visa”.31

Menurut Hadi Kiswanto:

Oleh karena itu setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib

memiliki visa, ada beberapa pengertian visa yang dapat dikemukakan, antara lain:

32

Di dalam Buku Petunjuk Keimigrasian Republik Indonesia Bagian I Visa

dan Izin Tinggal disebutkan:

“Visa adalah izin tertulisuntuk masuk ke suatu negara yang tercantum

dalam surat perjalanan”.

33

30 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 38. 31Lihat Pasal 6 ayat (1) Undang-undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian. 32Hadi Kiswanto, Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jendral Imigrasi, Departemen

Kehakiman RI, Jakarta, 1983, hal. 10. 33 Direktorat Jendral Imigrasi, Buku Petunjuk Keimigrasian RI Bagian I Visa Izin

Tinggal, Jakarta, 1982, hal. 2.

Page 53: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

53

“Visa adalah izin tertulis yang ditandatangani oleh pejabat yang

berwenang di dalam papor kebangsaan yang menyatakan bahwa yang

bersangkutan dapat mengadakan perjalanan ke negara yang dituju”.

WJS Poerwadarnita, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

menyebutkan:34

“Visa adalah izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang pada Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lainnya yang ditetapkan olah Pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk masuk dan melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia.”

“Visa adalah izin untuk keluar atau masuk ke sesuatu negara.”

Sedangkan menurut Undang-undang RI No. 9 Tahun 1992 Tentang

Keimigrasian menyebutkan:

35

“Tugas Pokok Direktorat Jendral Imigrasi adalah mengtaur dan mengawasi lalu lintas antar Republik Indonesia dengan negara lain serta menyelenggarakan pengawasan orang asing dalam wilayah negara

Maksud dan tujuan pemberian visa menurut petunjuk Pusdiklat

Departemen Kehakiman Republik Indonesia yaitu untuk dapt mengendalikan serta

mengawasi lalu lintas orang asing yang keluar nasuk (ke dan dari) wilayah

Indonesia. Hal ini sejalan dengan tugas pokok Direktorat Jendaral Imigrasi yang

tertuang dalam keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.29. PR. 07.04 Tahun

1981 yang menyatakan sebagai berikut:

34 WJS Poerwadarninta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hal. 142.

35 Lihat Pasal 1 butir 7 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

Page 54: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

54

Republik Indonesia demi menjamin ketertiban, ketentraman, dan keamanan nasional.” 36

Berdasarkan prinsip ini, hanya orang asing yang dapat memberikan

manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesi serta

tidak membahayakan keamanan dan ketertiban, juga tidak bermusuhan baik

terhadap rakyat, maupun negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD

1945 yang diizinkan masuk ke wilayah Indonesia.

Menurut Undang-undang No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian Visa ini

diberikan kepada orang asing yang maksud dan tujuan kedatangannya di

Indonesia tidak menimbulkan gangguan terhadap ketertiban dan keamanan

nasional. Hal ini sejalan dengan prinsip yang bersifat “selekrif” (selective policy).

37

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 32 Tahun 1994 tentang Visa,

Izin masuk dan Izin Keimigrasian, ada lima jenis visa:

38

a. Visa Diplomatik, diberikan kepada orang asing pemegang Paspor Diplomatik

yang hendak bepergian ke Indonesia dengan tugas Diplomatik.

b. Visa Dinas, diberikan kepada orang asing pemegang Paspor Dinas yang

hendak bepergian ke Indonesia untuk melaksanakan tugas resmi dari

Pemerintah asing yang bersangkutan atau diutus oleh Organisasi Internasional,

tetapi tugas tersebut tidak bersifat Diplomatik.

36 Pusdiklat Pegawai Departemen Kehakiman, Beberapa Pedoman dan Ketentuan Tentang Imigrasi dan Ketatalaksanaan: Bahan Penataran Administrasi Apratur Kehakiman, Jakarta, 1982, hal. 6.

37 Lihat dalam Penjelasan Umum Undang-undang RI No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian.

38 Lihat Pasal 1-17 PP No. 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk dan Izin Keimigrasian

Page 55: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

55

c. Visa Singgah, dapat diberikan kepada orang asing untuk singgah di wilayah

Negara Republik Indonesia untuk meneruskan perjalanan ke negara lain atau

kembali ke negara asal. Visa ini diberikan untuk singgah di wilayah Negara

Indonesia paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal

diberikannya izin masuk di wilayah Negara Republik Indonesia.

d. Visa Kunjungan, dapat diberikan kepada orang asing untuk berkunjung di

wilayah Negara Republik Indonesia paling lama 60 (enam puluh) hari

terhitung sejak tanggal diberikannya Izin Masuk di wilayah Negara Indonesia.

Dalam hal ini orang asing dapat menggunakan Multipel Visa, yaitu visa

Kunjungan untuk beberapa kali melakukan perjalanan dari dan ke wilayah

Negara Republik Indonesia.

e. Visa Tinggal Terbatas, dapat diberikan kepada orang asing untuk tinggal di

wilayah Negara Republik Indonesia paling lama satu tahun terhitung sejak

tanggal diberikannya izin masuk di wilayah Negara Republik Indonesia.

2. Bebas visa kunjungan singkat (BVKS)

Pada dasarnya setiap orang yang akan memasuki suatu negara harus

memiliki visa, tetapi dalam pasal 7 Undang-undang No. 9 tahun 1992 tentang

Keimigrasian dinyatakan:39

39 Lihat Pasal 7 Undang-undang RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian

“dikecualikan dari kewajiban memiliki visa bagi

orang asing yang masuk wilayah Indonesia adalah:

Page 56: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

56

a. Orang asing warga negara dari negara yang berdasarkan keputusan Presiden

tidak diwajibkan memilki visa

b. Orang asing yang memiliki Ijin masuk kembali

c. Kapten atau Nakoda kapal dan awak yang bertugas pada alat angkut yang

berlabuh dipelabuhan atau mendarat di Bandar Udara di wilayah Indonesia

d. Penumpang transit di Pelabuhan atau Bandar Udara diwilayah Indonesia

sepanjang tidak keluar dari tempat transit yang berada di daerah tempat

Pemeriksaan Imigrasi.

Dalam hal tertentu, terdapat negara-negara yang diberikan kemudahan

kepada orang asing untuk masuk ke suatu negra Indonesia dengan tidak

memerlukan visa, seperti yang disebutkan pada huruf (a) diatas. Biasanya

kemudahan ini diberikan untuk kepentingan negara tersebut yaitu agar orang asing

lebih banyak masuk ke negaranya dan ini akan menghasilkan devisa.40

40 Tim Analisa dan Evakuasi (Antonius Ginting, dkk), “Analisa dan Evaluasi tentang Pengaturan Fasilitas Bebas Visa wisata bagi Orang Asing yang Berkunjung ke Indonesia” (Laporan Penelitian), Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), Jakarta, 1984, hal. 9.

Selain itu juga pemberian kemudahan tersebut juga didasarkan kepada

azas resiprositas yaitu negara yang memberikan kemudahan bebas visa terhadap

waraga asing tertentu, maka waraga negara dari negara tersebut juga mendapatkan

pembebasan visa apabila akan ke negara asing tertentu. Sebagai contoh, warga

negara ASEAN dapat saling masuk ke negara-negara ASEAN lainnya tanpa

terlebih dahulu meminta visa.

Page 57: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

57

Pemerintah Republik Indonesia dengan peraturan perundang-undangan

berupa Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.02.01.01 tahun

1993 tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS), memberikan kemudahan

kepada waraga negara dari +

Kunjungan wisata adalah perjalanan mengunjungi Indonesia untuk

berlibur, menikmati objek-objek wisata dan lain-lain. Kunjungan sosial budaya

adalah kunjungan dalam rangak mengunjungi family, melakukan penelitian dan

kunjungan yang bersifat sosial budaya, sedangkan kunjungan usaha adalah

kunjungan dalam rangaka membina hubungan bisnis, pembicaraan bisnis dan

penjajakan memperluas usaha bisinis di Indonesia. Orang asing yang diberikan

BVKS ini dapat melakukn kegiatan-kegiatan sebagaimana tersebut diatas dengan

catatan dilarang melakukan kegiatan yang sifatnya bekerja.

46 negara dapat masuk ke wilayah Indonesia selama

2 (dua) bulan. Orang asing yang diberi fasilitas BVKS dapat melakukan kegiatan

seperti kunjungan wisata, social budaya dan usaha.

41

Adapun negara-negara penerima BVKS, adalah:

42

1. Amerika Serikat 24. Malaysia

2. Arab Saudi 25. Maldive 3. Argentina 26. Malta 4. Australia 27. Maroko 5. Austria 28. Mesir 6. Belanda 29. Mexico 7. Belgia 30. Monaco 8. Brazil 31. Myanmar 9. Brunai Darussalam 32. Nepai 10. Chili 33. Norwegia

41 Lukman Bratamidjaja, “Aspek Ilmu Perundang-undangan BVKS Bagian I”, Pintu Gerbang No. 44, Direktorat Jendral Imigrasi, Jakarta, 2002, hal. 24-25

42 Berdasarkan Data Kantor Imigrasi Polonia Medan Tahun 2001.

Page 58: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

58

11. Denmark 34. Prancis 12. Finlandia 35. Philipina 13. Hongkong 36. Selandia Baru 14. Hungaria 37. Spanyol 15. Inggris 38. Singapura 16. Irlandia 39. Swedia 17. Israel 40. Swiss 18. Italia 41. Taiwan 19. Jepang 42. Tanzania 20. Jerman 43. Thailand 21. Kanada 44. Turki 22. Korea Selatan 45. Uni Emirat Arab 23. Luxemburg 46. Yunani

3. Surat perjalanan republik Indonesia (Paspor)

Paspor adalah sebuah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh suatu badan

pemerintah yang berwenang untuk bangsanya atau untuk penduduk asing.43

“surat perjalanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara”.

Sedangkan menurut Undang-undang RI No. 9 tahun 1992 tentang keimigrasian

menyatakan:

44

Paspor berfungsi sebagai surat perjalanan yang digunakan untuk

meninggalkan dan memasuki kembali negara yang bersangkutan, dan memasuki

dan meninggalkan negara lain yang mempunyai hubungan diplomatik dengan

negara yang mengeluarkan paspor tersebut. Orang yang ingin mengunjungi negara

lain harus mengetahui apakah paspornya berlaku untuk negara yang akan dituju

43 R. Felix Hadi Mulyatno dan Endar Sugiarto, Pabean, Imigrasi, dan Karantina, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta, 1997, hal. 39.

44 Lihat Pasal 1 angka 3 Undang-undang RI no. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian.

Page 59: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

59

atau tidak45

Kebangsaan seseorang bisa dilihat pada kartu identitasnya, misalnya

dipaspor atau kartu penduduk. Itu bukan berarti bahwa pemegang paspor dari

negara yang mengeluarkan paspor tersebut adalah warga negaranya. Itu sebabnya

kita dulu mengenal “Dwi Warga Negara”, yang artinya seseorang bias mempunyai

dua warga negara, misalnya Cina dan Indonesia, dan mereka boleh menggunakan

kedua paspor mereka.

. Disamping itu, kita juga harus mengetahui apakah paspor berlaku

untuk negara transit yang akan disinggahi dalam perjalanan menuju ke negara

tujuan atau tidak.

46

Dalam pasal 29 Undang-undang No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian

disebutkan Surat Perjalanan Republik Indonesia terdiri atas:

47

a. Papor biasa, diberikan kepada warga negara Indonesia yang akan melakukan

perjalanan keluar negeri (keluar wilayah Indonesia) secara normal.

b. Paspor diplomatik, diberikan kepada warga negara Indonesia yang akan

melakukan perjalanan keluar wilayah Indonesia dalam rangka penamatan atau

tugas yang bersifat diplomatik

c. Paspor Haji, diberikan kepada waraga negara Indonesia yang akan melakukan

perjalanan keluar wilayah Indonesia dalam rangka menunaikan inbadah haji.

d. Paspor untuk orang asing, diberikan kepada orang asing yang pada saat

diberlakukannya undang-undang ini telah memliki izin tinggal tetap akan

45 R. Felix Hadi Mulyatno dan Endar Sugiarto, Op. cit, hal. 40. 46 Ibid, hal. 40 47 Lihat Pasal 29 Undang-undang No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian.

Page 60: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

60

melakukan perjalanan keluar wilayah Indonesia dan tidak mempunyai surat

perjalanan serta dalam waktu yang dianggap layak tidak dapat memperolehnya

dari negaranya atau negara lain.

e. Surat perjalanan laksana paspor untuk orang asing, dapat diberikan kepada

orang asing yang tidak mempunyai surat perjalanan yang sah dan atas

kehendak sendiri keluar dari wilayah Indonesia sejauh dia tidak terkena

pencegahan, dan dikenakan tindakan pengusiran atau deportasi atau dalam

keadaan tertentu yang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional diberi

izin untuk masuk ke wilayah Indonesia.

f. Surat perjalanan laksana paspor untuk warga negara Indonesia, diberikan

dalam keadaan khusus apabila paspor biasa tidak diberikan.

g. Surat perjalanan laksana paspor dinas, diberikan kepada warga negara

Indonesia dalam keadaan khusus apabila tidak mendapatkan paspor dinas.

h. Paspor dinas, diberikan kepada warga negara Indonesia yang akan melakukan

perjalanan keluar wilayah Indonesia dalam rangka dinas/tugas dari

pemerintah, yang bukan bersifat diplomatik.

Masa berlakunya paspor adalah 5 (lima) tahun. Sedangkan untuk WNI

yang berdomisili di luar negeri masa berlakunya paspor adalah 2 tahun.

B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Penyalahgunaan Izin Keimigrasian

Warga negara asing (WNA) yang masuk ke Indonesia pada umumnya atau

kota medan khususnya, menggunakan fasilitas BVKS maupun menggunakan visa

Page 61: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

61

wisata akan mendapat izin kunjungan wisata sesuai dengan izin masuk baik

dengan visa atau bebas visa. Di dalam izin kunjungan tersebut dijelaskan bahwa

izin kunjungan digunakan penggunaannya untuk berwisata, tetapi kenyataannya

ada juga wisatawan yang menyalahgunakannya untuk keperluan lain sebagai

sampingan bahkan ada juga wisatawan yang sama sekali tidak berwisata.

Penyalahgunaan tersebut bisa terjadi karena faktor-faktor ruang lingkup

fasilitas bebas visa yang dinilai terlalu luas, dan pemberian tenggang waktu pada

izin kunjungan wisata yang terlalu lama atau karena faktor petugas imigrasi

sendiri. Hal ini dimannfaatkan oleh warga negara asing untuk menyalahgunakan

izin keimigrasian.48

1. Ruang lingkup fasilitas bebas visa

Menurut Keputusan Menteri Kehakiman No. M.01-12.01.02 tahun 1993

tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS). Keputusan Menteri Kehakiman

tersebut mengatur pelaksanaan teknis bebas visa, yang meliputi:

a. Kunjungan wisata

b. Kunjungan sosial budaya

c. Kunjungan usaha

Kunjungan wisata adalah perjalanan mengunjungi Indonesia untuk

berlibur, menikmati objek-objek wisata dan lain-lain. Kunjungan sosial budaya

48 Hasil wawancara dengan Pejabat Imigrasi Seksi Wasdakim, Kantor Imigrasi Polonia Medan.

Page 62: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

62

adalah kunjungan dalam rangak mengunjungi family, melakukan penelitian dan

kunjungan yang bersifat sosial budaya, sedangkan kunjungan usaha adalah

kunjungan dalam rangaka membina hubungan bisnis, pembicaraan bisnis dan

penjajakan memperluas usaha bisnis di Indonesia.49

Keputusan Menteri Kehakiman ini merupakan suatu kebijaksanaan

pemerintah yang memperluas pemberian fasilitas bebas visa jika dibandingkan

dengan ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik

Indonesia No. M.01-12.01.02 tahun 1983 tentang Pelaksanaan Pembebasan

Keharusan memiliki visa bagi wisatawan asing, yang merupakan fasilitas untk

kunjungan khusus wisata.

50

Namun, masih saja ditemukan penyalahgunaan oleh warga negara asing

(WNA) yang melakukan perjalanan wisata atau yang biasa disebut wisatawan

asing, misalnya bekerja atau berusaha atau bahkan ada yang mengedarkan ganja

atau narkotika. Hal ini yang mendasari diterbitkan Keputusan Menteri Kehakiman

No. M.01-12.01.02 tahun 1983 tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS).

Keputusan Menteri ini bertujuan memperjelas kepastian dan batasan fasilitas

bebas visa.

Oleh karena itu, tujuan pemberian fasilitas Bebas Visa

Wisata (BVW) sudah diatur secara tegas.

51

Hasil penelitian Timi Evaluasi dan Analisa dari Badan Pembinaan Hukum

Nasional (BPHN) yang dilakukan sejak tahun 1992-1993 disejumlah daerah

49 Lukman Bratamidjaja, Op. cit, hal. 25 50 Tim Analisa dan Evakuasi (Antonius Ginting, dkk), Op. cit, hal. 9 51 Hasil wawancara dengan Pejabat Imigrasi Seksi Wasdakim, Kantor Imigrasi Polonia

Medan

Page 63: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

63

wisata di Indonesia mengenai Pengaturan Fasilitas Bebas Visa Wisata (BVW)

bagi orang asing yang berkunjung ke Indonesia, menyebutkan adanya pelanggaran

terhadap pemberian fasilitas Bebas Visa Wisata (BVW) yang telah diatur dalam

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01-12.01.02 tahun

1983. Kemudian, setelah ruang lingkup fasilitas bebas visa dalam BVKS diperluas

tetap saja ditemukan pelanggaran yang sama. Olah karena itu, kegagalan ini telah

dimanfaatkan orang asing sebagai salah satu cara masuknya imigran gelap ke

Indonesia.52

2. Tenggang waktu fasilitas bebas visa

Sebagaimana telah diketahui mengenai tenggang waktu pemberian fasilitas

bebas visa untuk wisata telah beberapa kali diatur, yaitu dalam:

Tabel. 1. Masa Tenggang Waktu Pemebrian Fasilitas Bebas Visa

Bentuk Peraturan Tahun Tenggang Waktu

PP No. 26 tahun 1970 tentang Koordinasi Pengawasan Orang Asing yang Berkunjung ke Indonesia SKB Menteri Luar Negeri dan Menteri Kehakiman tentang Peraturan Visa Keputusan Menteri Kehakiman tentang Bebas Visa Wisata (BVW) Keputusan Kehakiman tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS)

1970

1979

1983

1993

7 (tujuh) hari 30 (tiga puluh) hari + 15 (lima belas) hari 60 (enam puluh ) hari atau 2 (dua) bulan 60 (enam puluh) hari atau 2 (dua) bulan

Sumber: Hasil Investarisasi Peraturan Perundang-undangan Bebas Visa Wisata Tahun 1970-1993

52 I Wayan Tangun Susila, dkk, “Usaha Penaggulangan Tindak Pidana Imigrasi dan Imigrasi Gelap di Kota Madya Denpasar”, Laporan Penelitian, Universitas Udayana dan PDII LIPI (Jakarta), Denpasar, 1993, hal. 23

Page 64: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

64

Perkembangan tenggang waktu pemberian fasilitas bebas visa bagi

wisatawan dimaksudkan untuk mendukung pertumbuhan kepariwisataan dan

meningkatkan arus wisatawan. Tenggang waktu wisatawan di Indonesia selama 2

(dua) bulan merupakan pendapatan bagi pengelola wisata.

Tetapi tenggang waktu 2 (dua) bulan ini dirasakan terlalu panjang atau

lam. Hal ini dikarenakanjarang sekali wisatawan asing yang berkunjung ke

Indonesia selama 2 (dua) bulan untuk berwisata saja. Lamanya jangka waktu ini

ternyata dapat memberikan peluang bagi wisatawan asing untuk melakukan

pelanggaran dengan berbagai motivasi, seperti disalahgunakan untuk bekerja.

Sedangkan bagi orang asing yang akan bekerja di Indonesia sudah ad

pengaturannya, yaitu mempunyai Izin Tinggal Terbatas dan memiliki Izin Kerja

yang diberikan oleh Menteri Tenaga Kerja.53

Berdasarkan hasil penelitian oleh Tim Evaluasi dan Analisa terhadap

responden yaitu para wisatawan asing tentang waktu pemberian fasilitas bebas

visa adalah sebagai berikut:

54

1. Tenggang waktu pemberian fasilitas bebas visa untuk wisata yang paling ideal

adalah 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang selama 30 (tiga puluh) hari.

Alasan-alasan yang dikemukakan adalah:

53 H. S. Sjarif, Pedoman Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia dan Peraturan-peraturannya, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal. 6-8.

54 Tim Analisa dan Evakuasi (Antonius Ginting, dkk), Op. cit, hal. 16-17

Page 65: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

65

a. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa lama masa kunjungan

wisatawan asing ke Indonesia rata-rata antara 3 (tiga) sampai 4 (empat)

minggu saja;

b. Pemberian fasilitas bebas visa selam 1 (satu) bulan dirasakan masih

kurang bagi sebagian besar wisatawan asing, sebab objek wisata di

Indonesia sangat banyak dan menarik;

c. Pemasukan devisa dapat memenuhi target yang diharapakan;

d. Pengawasan terhadap orang asing bisa terkendali.

2. Tenggang waktu pemberian fasilitas bebas visa selama2 (dua) bulan apalagi 3

(tiga) bulan dipandang tidak ideal, sebab:

a. Terlalu lama;

b. Bisa disalahgunakan untuk tujuan lain selain berwisata;

c. Jarang sekali wisatawan asing yang berwisata sampai 3 (tiga) bulan;

d. Pengawasan terhadap orang asing memerlukan perhatian yang lebih

seksama.

C. Petugas Imigrasi

Peranan petugas imigrasi dalam hal pengawasan sangat besar. Tidak dapat

dipungkiri, meskipun ataruan tentang keimigrasian telah baik, harus didukung

oleh mental petugas yang baik pula. Terutama para petugas yang bertugas di

Page 66: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

66

pintu-pintu masuknya orang asing ke Indonesia, apabila mereka bertindak masa

bodoh, maka orang asing tersebut akan leluasa berkeliaran di Indonesia.55

Hasil pengawasan terhadap orang asing yang berkunjung, khususnya yang

menggunakan fasilitas bebas visa untuk wisata menunjukkan perlu adanya

pemantauan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui secara dini setiap peristiwa yang dapat diduga mengandung unsure-

unsur pelanggaran keimigrasian. Mekanisme pengawasan tersebut adalah sebagai

berikut:

56

1. Tahap pengawasan, yaitu dilakukan mulai pada saat orang asing mengurus

izin masuk ke Indonesia di luar negeri, kemudian saat orang asing tersebut

mendarat di wilayah Republik Indonesia harus juga diperiksa dan ketika orang

asing tersebut berada tinggal di Indonesia.

2. Tekhnik pengawasan, yaitu secara administrarif tentang perizinannya,

wawancara/ilicting untuk mencari mengetahui kebenaran materil terhadap

keberadaan orang asing yang berkunjung, dan diadakan peninjauan ke lokasi.

3. System pelaporan, sebaiknya memiliki satu sistem database diseluruh

Indonesia yang dapat diakses oleh semua petugas imigrasi dimanapun berada,

dan juga membuat daftar terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan

oleh orang aing yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

penindakan imigrasi.

55 I Wayan Tangun Susila, dkk, Op. cit, hal. 21 56 Tim Analisa dan Evakuasi (Antonius Ginting, dkk), Op. cit, hal. 25-30

Page 67: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

67

4. Koordinasi dengan instansi terkait, karena dari segi kauntitas petugas imigrasi

sangat kurang untuk mengawasi keadaan setiap oarng asing dalam segala

kegiatan mereka di Indonesia, maka Menteri Kehakiman sebagai yang

bertanggung jawab dalam pengawasan orang asing dan dalam dalam hal ini

lebih dititik beratkan kepad imigrasi, maka harus melakukan koordinasi

dengan instansi pemerintah lainnya, sepanjang yang menyangkut masalah:57

a. Tenaga kerja; Departemen Kehakiman c. q Direktorat Jenderal Imigrasi

melakukan kerja sama dengan:

1) Departemen Tenaga Kerja

2) Departemen Luar Negeri

3) Badan Koordinasi Penanaman Modal

4) Polri

5) Pemda dan Departemen Tekhnis

b. Tourist; Departemen Kehakiman bekerja sama dengan:

1) Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi

2) Departemen Luar Negeri

3) Departemen Dalam Negeri

4) Polri

c. Artis Asing; Departemen KEhakiman bekerja sama dengan:

1) Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi

2) BAKIN (BIN)

57 Ibid, hal. 19-30

Page 68: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

68

3) Departemen Luar Negeri

4) Departemen Tenaga Kerja

5) Polri

6) Pemda/Departemen Luar Negeri

d. Awak Kapal; Departemen Kehakiman bekerja sama dengan:

1) Departemen Perhubungan

2) Departemen Luar Negeri

3) Departemen Pertanian

4) TNI Angkatan Laut

e. Masalah khusus; misalnya mengenai Cletering house mengenai masalah izin

masuk warga RRC dan lain-lain, Departemen Kehakiman melakukan

koordinasi dengan:

1) BAKN

2) BIN

3) Polri

4) Kejaksaan Agung

5) Departemen Tenaga Kerja

6) Pemda

Meskipun pengawasan terhadap orang asing yang berkunjung ke Indonesia

sudah diatur dan mekanismenya sudah sedemikian rupa, namun dalam

pelaksanaannya masih saja terdapar orang asing yang melakukan pelanggaran atau

penyalahgunaan. Hal ini terjadi karena pengawasan yang kurang efektif dari

Page 69: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

69

Petugas Imigrasi yang terbatas. Karena itu, sangata penting koordinasi dengan

instansi lain. Karena salah satu faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan izin

keimigrasian adalah kurangnya koordinasi petugas keimigrasian dengan instansi

lain.

C. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Izin

Keimigrasian

Penanggulangan adalah cara mengatasi terjadinya sesuatu tindak pidana

keimigrasian.58

1. Upaya preventif

Usaha penanggulangan terjadinya pelanggaran ketentuan

keimigrasian dibedakan atas dua upuya, yaitu:

Terjadinya tindak pidana keimigrasian tidak terlepas dari masalah

pengawasan orang asing. Pengawasan yang kurang terhadap orang asing yang

masuk ke Indonesia dapat menimbulkan tindakan yang mengarah kepada

kejahatan maupun pelanggaran. Satu diantaranya adalah penyalahgunaan izin

masuk ke Indonesia yaitu izin kunjungan wisata yang pada dasarnya telah

melanggar ketentuan Undang-undang keimigrasian.59

58 I Wayan Tangun Susila, dkk, Op. cit, hal. 28 59 Ibid, hal. 28

Page 70: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

70

Dalam bagian Penjelasan Umum UU no. 9 tahun 1992 tentang

keimigrasian ditegaskan bahwa terhadap orang asing, pelayanan, dan pengawasan

di bidang keimigrasian dilakukan dengan prinsip yang bersifat “selektif” (selective

policy) .60

Untuk menjamin kemanfaatan orang asing tersebut dan dalam rangka

menunjang tetap terpeliharanya stabilitas dan kepentingannasioanl, kedaulatan

negara, keamanan dan ketertiban umum serta kewaspadaan terhadap dampak

negatif yang timbul akibat perlintasan orang antar negara, keberadaan dan

berdasarkan prinsip ini, hanya orang asing yang diizinkan masuk ke

Indonesia adalah orang asing yang memberikan manfaat bagi kesejahteraan

rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia serta tidak membahayakan

keamanan dan ketertiban, juga tidak bermusuhan baik terhadp rakyat, maupun

terhadp negra Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar

1945.

Dengan demikian orang asing yang ingin masuk dan menetap di wilayah

Indonesia harus dipertimbangkan dari berbagai segi, baik dari segi politik,

ekonomi maupun sosial budaya bangsa dan negara Indonesia. Sikap dan cara

pandang seperti ini merupakan hal yang wajar, terutama bila dikaitkan dengan

pembangunan nasional, kemajuan ilmu dan teknologi, perkembangan kerja sama

regional meupun internasional, dan meningkatnya arus orang asing yang masuk

dan keluar wilayah Indonesia.

60 Arief Rahman Kunjono, “Illegal Migrants dan Sisitem Keimigrasian Indonesia: suatu tinjauan Analisis”, Pintu Gerbang No. 44, Direktorat Jendral Imigrasi, Jakarta, 2002, hal. 27

Page 71: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

71

kegiatan orang asing di wilayah Indonesia, dipandang perlu melakukan

pengawasan bagi orang asing dan tindakan keimigrasian keimigrasian secara

tepat, cepat, teliti dan terkoordinir tanpa mengabaikan keterbukaan dalam

memberikan pelayanan orang asing. Makna dari pengawasan mempunyai

pengertian yang luas dan mengandung pengertian yang positif. Pengawasan

berarti juga mengadakan pengendalian serta bimbingan penyuluhan yang

ditujukan untuk mengadakan perbaikan yang diikuti dengan pemecahannya.61

Sistem pengawasan keimigrasian adalah suatu sistem pengawasan terhadp

orang asing, sisitam itu meliputi pengamatan dan pemeriksaan segala kegiatannya

mulai dari rencan dan beradanya orang asing di Indonesia sampai dengan

meninggalkan Indonesia (the equality of service and security.)

Dapat dikatakan, proses pengamatan dan penghayatan seluruh kegiatan

dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan, instruksi, dan kebijaksanaanyang

berlaku. Di dalam pengawasan yang penting adalah mengetahui apakah dalam

pelaksanaan tugas-tugas terjadi penyimpangan atau kesalahan. Hal ini secara

preventif agar dilaksanakan sedini mungkin supaya tidak terjadi adanya

pelanggaran-pelanggaran yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang

berlaku.

62 Hal ini

ditegaskan Pasal 38 ayat (1), Undang-undang No. 9 tahun 1992, yaitu:63

(1) Pengawasan terhadap orang asing di Indonesia meliputi:

61 I Wayan Tangun Susila, dkk, Loc, cit. 62 Arief Rahman Kunjono, Loc, cit. 63 Lihat pasal 38 ayat (1) Undang-undang RI no. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian.

Page 72: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

72

a. Masuk dan keluarnya orang asing ke dan dari wilayah Indonesia

b. Keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia.

Perihal pengawasan orang asing diatur dalam Undang-undang no. 9 tahun

1992, seperti pada Bab VI tentang pengawasan terhadap orang asing dan tindakan

keimigrasian. Pelaksanaan pengawasan terhadap orang asing yang berada di

wilayah Indonesia dilakukan oleh Menteri Kehakiman dan HAM dengan

koordinasi bersama badan dan instansi yang terkait (Pasal 41 UU No. 9 tahun

1992).

Dalam hal ini diadakan pemantapan mekanisme koordinasi dan operasi

antara instansi yang terkait dalam rangka pengawasan orang asing, instansi-

instansi tersebut akan melakukan tugas dan wewenangnya masing-masing sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Koordinasi dimaksudkan

untuk memaksimalkan daya guna dan hasil guna pengawasan terhadap orang

asing. Tujuan pengawasan tersebut untuk mewujudkan prinsip selective policy

yang dipandang perlu dalam mengawasi orang asing.64

Untuk kelancaran dan ketertiban dalam mengawasi orang asing,

pemerintah telah menyelenggarakan pendaftaran orang asing yang berada di

wilayah Indonesia sehingga dapat dihimpun data mengenai orang asing. Seperti

disebutkan, Direktorat Jendral Imigrasi Departemen Kehakiman dan HAM

64 Koerniatmanto Soetoprawiro, Op. cit, hal. 90-91

Page 73: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

73

Republik Indonesia mengadakn pendaftaran ulang warga negara assign secara

serentak di seluruh wilayah RI sejak tanggal 10 Agustus-31 Oktober 2001.65

Pada pasal 39 Undang-undang no. 9 tahun 1992 disebutkan bahwa dalam

menyelenggarakan pendaftaran orang asing yang ada di Indonesia berkewajiban

untuk:

Pendaftaran ulang pada tahun 2001 lalu adalah untuk pertama kalinya

sejak Undang-undang no. 9 tahun 1992 berlaku dan akan dilakukan setiap lima

tahun sekaliberdasarkan peraturan keimigrasian yang berlaku.

66

a. Memberikan segala keterangan yang perlu mengenai identitas diri dan /atau

keluarganya, perubahan status sipil dan kewarganegaraan, serta perubahan

alamatnya,

b. Memperlihatkan Surat Perjalanan atau dokumen keimigrasian yang

dimilikinya pada waktu diperlukan dalam angka pengawasan,

c. Mendaftarkan diri jika berada di Indonesia lebih dari Sembilan puluh hari.

Pengumpulan data dengan cara pengawasan orang asing ini dilaksanakan

bagi setiap orang asing yang:

1. Masuk atau keluar wilayah negara Republik Indonesia;

2. Berada di wilayah negara Republik Indonesia;

3. Melakukan kegiatan di wilayah negara Republik Indonesia.

65 Direktorat Jenderal Imigrasi, “Imigrasi Daftar Ulang Warga Negara Asing”, Pintu Gerbang No. 42, Jakarta, 200, hal. 13

66 Lihat pasal 39 Undang-undang no. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian.

Page 74: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

74

1. 1 Pengawasan orang asing yang masuk atau keluar wilayah RI

Pengawasan orang asing sebelum memasuki wilayah Indonesia

berhubungan dengan konsulat atau kedutaan RI khusus atas imigrasi untuk

melayani dan meneliti secara selektif setiap permohonan visa ke Indonesi, serta

memuttuskan apakah dapat diberikan atau tidak berdasarkan pertimbangan

kepentingan Ipoleksosbudhankamnas. Setiap orang asing yang akan datang atau

masuk ke wilayah Indonesia haruslah memiliki visa yang merupakan izin masuk

ke Indonesia.67

Pengawasan terhadap orang asing sebelum memasuki Indonesia dilakukan

oleh para atase imigrasi pada setiap perwakilan Indonesia di luar negeri pada saat

orang asing bersangkutan mengajukan permohonan unutk mendapatkan visa. Oleh

karena itu sebaliknya setiap atase atau KBRI dsetiap negara terdapat aparatur

imigrasi yang bertugas disana.

68

Tahap akhir pengawasan adalah saat meninggalkan Indonesia. Hal itu

bertujuan untuk mencegah orang asing tersebut meninggalkan Indonesia karena

mereka telah menimbulkan suatu permasalahan selama berada di Indonesia.

69

1. 2 Pengawasan orang asing ketika berada di wilayah negara RI

Pada saat orang asing sedang menuju atau sudah di pelabuhan pendaratan,

baik Bandar udara maupun pelabuhan laut, diadakan pengawasan yang dilakukan

67 I Wayan Tangun Susila, dkk, Op. cit, hal. 29 68 Saleh Wiramiharja, “Langkah-langkah Baru Menunjang Peningkatan Profesionalisme

Keimigrasian”, Pintu Gerbang No. 45, Direktorat Jenderal Imigrasi, Jakarta, 2002, hal. 21 69 I Wayan Tangun Susila, dkk, Op. cit, hal. 31

Page 75: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

75

ileh petugas imigrasi. Fungsi pengawasan ini sama juga dengan pengawasan

sewaktu hendak mengajukan permohonan mendapatkan visa, yaitu pengawasan

untuk mencegah masuknya orang-orang assign yang akan menimbulkan

permasalahn setelah berada di Indonesia.

1. 3 Pengawasan orang asing yang melakukan kegiatan di wilayah RI

Pengawasan yang dimaksudkan disini merupakan tindak lanjut dari

pengawasan setelah orang asing mendapatkan izin tinggal di Indonesia, baik yang

mendarat melalui udara maupun laut.

Pengawasan terhadap orang asing yang telah mendapatkan izin masuk di

Indonesia dapat dilihat dari dua segi, yaitu:70

a. Dari segi keimigrasian, yaitu mengawasi apakah orang asing tersebut

melakukan kegiatan, dan apakah lamanya tinggal sesuai dengan izin

keimigrasian yang diberikan kepadanya.

b. Dari segi Ipoleksosbudhankamnas, yaitu mengawasi apakah kegiatan yang

dilakukan oleh orang asing tersebut menimbulkan benturan-benturan yang

mengganggu kepentingan ketahanan dan keamanan nasional atau tiadak.

Dengan kegiatan diatas, jelaslah apa yang dimaksud dengan tindakan

preventif ini, yaitu tindakan yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau

menjaga kemungkinan terjadinya tindak pidana imigrasi dalam hal ini yaitu tindak

70 Ibid, hal. 30

Page 76: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

76

pidana penyalahgunaan izin keimigrasian. Beberapa usaha preventif sehubungan

dengan hal tersebut antara lain sebagai berikut:71

1. Pejabat pendaftaran dibekali pengetahuan tentang kerahasian/ciri-ciri khusus

dari paspor-paspor negara lain dan dilengkapi dengan alat sinar ultraviolet dan

kaca pembesar maupun dengan teknologi modern;

2. Setiap pelabuhan pendaratan memilki contoh-contoh tanda tangan dari pejabat

konsuler pada perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, yang berwenang

menandatangani visa;

3. Meneliti setiap orang asing atau wisatawan yang hendak masuk lewat

wawancara singkat di setiap tempat pemeriksaan imigrasi;

4. Melakukan pengecekan data yang diperoleh dari tempat-tempat wisatawan

menginap, baik hotel, motel, losmen atau tempat kediaman teman.

2. Upaya Represif

Menurut Soedarto yang dimaksud dengan tindakan represif adalah segala

tindakan yang dilakukan aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau

tindak pidana.72

Dalam kaitannya dengan penggulangan terhadap orang asing yang

menyalagunakan izin keimigrasian dilakukan sesudah terjadinya atau terbukti

71 Ibid, hal. 31-32 72 Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1984, hal. 110

Page 77: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

77

adanya penyalahgunaan izn keimigrasian. Tindakan ini bisa bersifat yuridis, dan

bisa juga bersifat administrasi.

2. 1. Tindakan yuridis

Dalam pasal 50 undang-undang no. 9 tahun 1992 disebutkan:73

2. 2. Tindakan administrative

“orang asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan pemberian izin keimigrasin yang diberikan kepadanya dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).” Jadi tindakan yuridis adalah orang asing yang dengan sengaja

menyalahgunakan maksud pemberian izin keimigrasian dan harus dibuktikan di

pengadilan oleh hakim dan kemudian dapat dikenakan sanksi pidana sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut pasal 42 Undang-undang no. 9 tahun 1992 yang mengatur

mengenai tindakan keimigrasian terhadap orang asing di wilayah Indonesia, yaitu:

(1) Tindakan keimigrasian dilakukan terhadap orang asing yang berada di wilayah

Indonesia yang melakukan kegiatan yang berbahaya dan patut akan diduga

berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, atau tidak menghormati atau

menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tindakan keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:

73 Lihat pasal 50 Undang-undang no. 9 tahun 1992 tenang keimgrasian

Page 78: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

78

a. Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keberadaan

b. Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di wilyah

Indonesia

c. Keharusan untuk bertempat tinggal disuatu tempat tertentu di wilayah

Indonesia

d. Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke

wilayah Indonesia.

Dengan demikian penyalahgunaan izin keimigrasian dapat dilakukan

dengan 4 (empat) alternative seperti disebutkan diatas dengan alasan bahwa orang

asing yang bersangkutan tidak mengindahkan peraturan yang mengatur

keberadaan orang asing di wilayah Republik Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas tindakan-tindakan represif yang dapat diambil

adalah pemidanaan, pengusiran (deportasi) dan memasukkan orang asing yang

terlibat ke dalam daftar pencegahan dan penangkalan atau cekal (black list).

a. Pemidanaan

Fungsi pemidanaan adalah sebagai penjeraan, pada RUU keimigrasian

terdapat perubahn dalam hal ancaman sanksi pidana, begitu juga tindak pidana

penyalahgunaan izin keimigrasian yang diberikan kepadanya, yaitu diatur pada

pasal 110, RUU keimigrasian yang berbunyi:74

“Dipidana dengan pidana paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah), orang asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang

74 Lihat Pasal 10 RUU Keimigrasian.

Page 79: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

79

bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian izin tinggal yang diberikan kepadanya.”

b. Pengusiran

Pengusiran atau deportasi (deportation) adalah suatu tindakan sepihak dari

pemerintah berupa tindakan mengeluarkan orang asing dari wilayah Republik

Indonesia karena berbahaya bagi ketentraman, kesusilaan, atau kesejahteraan

umum. Selain itu, bagi orang asing yang masuk serta berada di wilayah Republik

Indonesia dapat juga diusir. Ketentuan mengenai deportasi ini dapat dilihat pada

pasal 42 Undang-undang no. 9 tahun 1992, khususnya pada ayat (2) point d.

Menurut Sri Setianingsih bahwa:75

Sedangkan menurut I Wayan Parthiana, bahwa:

“Deportasi adalah pengusiran orang asing keluar wilayah Indonesia (keluar wilayah suatu negara) dengan alasan bahwa orang asing tersebut wilayahnya tidak dikendaki oleh negara yang bersangkutan.”

76

c. Black list (daftar cekal)

“Hak suatu negara untuk mengusir orang asing yang berada di negaranya dikenal dengan pengusiran atau deportasi explution, pengusiran tersebut semata-mata berdasarkan kepentingan negara itu sendiri. Jadi tidak ada sangkut pautnya dengan negara asal atau negara dari mana dia semula datang.”

Black list adalah istilah yang dipakai dalam bahasa sehari-hari untuk

menggantikan daftar orang-orang yang tidak diperbolehkan meninggalkan

Indonesia dan orang-orang yang tidak diperbolehkan memasuki wilayah

Indonesia. Di dalam keimigrasian daftar ini disebut “daftar pencegahan dan

75 I Wayan Tangun Susila, dkk, Op. cit, hal. 37 76 Ibid

Page 80: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

80

penangkalan”. Di dalam pasal 1 angka 13 dan 14 Undang-undang no. 9 tahun

1992, disebutkan pengertian dari:

“Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-

orang tertentu untuk keluar dari wilayah Indonesia berdasarlan alasan tertentu.”

“Penangkalan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-

orang tertentu untuk masuk ke wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu.”

Berdasarkan pasal 17 Undang-undang no. 9 tahun 1992, penangkalan

terhadap orang asing dilakukan karena:

a. Diketahui atau diduga terlibat dengan kegitan sindikasi kejahatan

internasional;

b. Pada saat berada di negaranya sendiri atau di negara lain bersikap bermusuhan

terhadap pemerintah Indonesia atau melakukan perbuatan yang mencemarkan

nama baik bangsa dan negara Indonesia;

c. Diduga melakukan perbuatan yang bertentangan dengan keamanan dan

ketertiban umum, kesusilaan, agama dan adat kebiasaan masyarakat

Indonesia;

d. Atas permintaan suatu negara, orang asing yang berusaha menghindarkan diri

dari ancaman dan pelaksanaan hukuman di suatu negara tersebut karana

melakukan kejahatan yang juga diancam pidana menurut hukum yang berlaku

di Indonesia;

e. Pernah diusir atau dideportasi dari wilayah Indonesia; dan

Page 81: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

81

f. Alasan-alasanlain yang berkaitan dengan keimigrasian yang diatur lebih lanjut

dengan peraturan pemerintah.

Mengenai pencegahan orang asing untuk memasuki wilayah RI diatur di

dalam pasal 11, 12, 13, dan 14 Undang-undang no. 9 tahun 1992. Di dalam pasal

disebutkan bahwa:

(1) Pencegahan ditetapkan dengan keputusan tertulis.

(2) Keputusan sebagaimana didalam ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:

a. Identitas orang yang terkena pencegahan

b. Alasan pencegahan

c. Jangka waktu pencegahan

(3) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan dengan surat

tercatat kepada orang-orang yang terkena pencegahan selambat-lambatnya 7

(tujuh) hari terhitung sejak tanggal penetapan.

Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa pencegahan ditujukan kepada

orang asing yang masih memiliki masalah di Indonesia, baik masalah politik,

ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, keimigrasian, pidana, perdata

dan lain sebagainya yang dapat mengganggu dan mengancam stabilitas nasional.

Sedangkan penangkalan ditujukan hanya kepada orang asing yang hendak masuk

ke wilayah Indonesia, orang asing mana pernah terlibat masalah-masalah

sebagaimana disebutkan diatas.

Page 82: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

82

D. Peranan Aparatur Penegak Hukum dalam Menanggulangi Tindak

Pidana Penyalahgunaan Izin Keimigrasian

Aparatur penegak hukummencakup pengertian mengenai institusi penegak

hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur

penegak hukum yang terlibat tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi,

penasehat hukum, jaksa, hakim dan petugas-petugas sipir permastarakatan. Setiap

aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan

tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan,

penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan,vonis dan

pemberian sanksi, serta upaya permasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat 3 (tiga)

elemen penting yang mempengaruhi, yaitu:

(1) Institusi penegak hukum beserta berbagai prangkat sarana dan prasarana

pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya;

(2) Budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan

aparatnya, dan

(3) Perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun

yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum

materilnya maupun hukum acaranya. Upaya penegakan hukum yang

sistematik haruslah memperhatikan ketiga aspek itu secara simultan, sehingga

proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara internal dapat

terwujud secara nyata.

Page 83: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

83

1. Pengawasan keimigrasian

Sesuai dengan undang-undang no. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian,

pelayanan dan pengawasandi bidang keimigrasiandilaksanakan berdasarkan

prinsip-prinsip yang bersifat selektif (selective policy). Berdasarkan prinsip ini

hanya orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat,

bangsa dan Negara Indonesia serta tidak membahayakan keamanan, ketertiban

serta bermusuhan baik terhadap rakyat maupun Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang

diizinkan masuk atau keluar wilayah Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan prinsip “selective policy” diperlukan

pengawasan terhadap orang asing. Pengawasan ini tidak hanya pada saat mereka

masuk, tetapi selama mereka berada di Wilayah Indonesia termasuk kegiatan-

kegiatannya. Pengawasan Keimigrasian mencakup penegakan hukum

keimigrasian baik yang bersifat administratif maupun tindak pidana

keimigrasian.77

Dalam mewujudkan kebijaksanaan dimaksud serta mengantisipasi era

globalisasi dan informasi yang semakin meningkat selaras dengan peningkatan

arus lalu lintas orang asing, maka pelaksanaan pengawasan orang asing perlu

diberikan prioritas utama. Pengawasan orang asing dimulai dari pemantauan

77 Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, “Petunjuk Pemantauan Operasional Keimigrasian No.: F4-IL. 01. 10-1.1044” tentang Keradaan dan Kegiatan Orang Asing Di Indonesia, 1999, hal. 2.

Page 84: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

84

terhadap keberadaan dan kegiatannya serta operasi-operasi baik operasi khusus

maupun rutin. Keberhasilan pengawasan orang asing sangat tergantung kepada

berhasil tidaknya pelaksanaan pemantauan dilapangan.78

a. Pemantauan keimigrasian dan operasional keimigrasian

Pemantauan merupakan salah saru cara atau kegiatan/upaya yang

dilakukan untuk mengetahui secara dini setiap peristiwa yang diduga mengandung

unsur-unsur pelanggaran/kejahatan, abaik mengenai keberadaan maupun kegiatan

orang asing.

Pemantauan keimigrasian dapat berupa:79

1) Memantau terhadap setiap peristiwa yang dapat diduga dan atau mengandung

unsur-unsur terjadinya pelanggaran keimigrasian seperti penyalahgunaan izin

tinggal sesuai visa yang bersangkutan.

2) Menginventarisir bahan keterangan berdasarkan modus operandi terjadinya

pelanggaran keimigrasian serta pembinaan teknis tempat-tempat pemeriksaan

keimigrasian.

3) Mengumpulkan bahan keterangan tetnang suatu peristiwa terjadinnya

pelanggaran keimgrasian, pengumpulan dan penilaian bahan keterangan dari

tempat-tempat pemeriksaan keimigrsian.

Operasi adalah suaru kegiatan suatu objek tertentu terhadap yang dibatasi

oleh tempat, waktu serta dana.80

78 Ibid, hal. 2 79 Ibnu Suud, “Manajemen Keimigrasian”, Amarja Press, 2005, hal. 55 80 Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, Op. cit. hal. 2

Unutk mengetahui setiap peristiwa yan diduga

Page 85: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

85

mengandung unsur pelanggaran/kejahatan terhadap ketentuan yang berlaku

dibidangkeimigrasian, dapat diperoleh dari setiap bahan keterangan yang

mempunyai kaitan dengan perbuatan orang asing baik lalu lintas, keberadaan

maupun kegiatannya.

Dalam mencari dan menemukan keterangan yang berkaitan dengan

peristiwa dimaksud agar diupayakan pelaksanaanya disesuaikan dengan jenis dan

macam pelanggaran dalam bidang pembangunan, baik berupa pembangunan

phisik maupun non phisik, dengan memperhatikan hak-hak azasi manusia dan

senantiasa disertai dengan dasar hukum dalam artian dilengkapi dengan sudut

perintah.

Keberhasilan penyelenggaraan, sangat ditenteukan oleh kwalitas dan

kwantitas pelaksanaan dalam menghadapi jenis dan macam pelanggaran kejahatan

seperi halnya bentuk dan sifat pelanggaran politik ataupun pekerja terselubung.

Oleh karena itu, upaya dalam mencari dan menemukan bahan keterangan

perlu perencanaan melalui mekanisme adanya perencanaan yang matang,

organisasi serta pengawasan dan koordinasi dengan memperhatikan situasi dan

kondisi medan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cermat,

tepat, berhasil guna dan berdaya guna.

Upaya/ cara pemantauan dan operasi keimigrasian dapat berupa:81

81 Ibid, hal. 3

Page 86: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

86

1) Pengamatan dengan panca indera secara teliti, cermat terhadap surat-surat,

benda dan tempat kejadian untuk dapat gambaran yang lebih jelas baik secara

keseluruhan atau lebih rinci.

2) Pembuntutan terhadp objek yang kaitan atau hubungan dengan peristiwa-

peristiwa yang akan, sedang dan atau telah terjadi

3) Penyusupan dalam ruang lingkup peristiwa atau golongan kegiatan peristiwa

yang akan, sedang atau telah terjadinya unsur pelanggaran.

4) Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang mengetahui atau patut

diduga mengetahui terjadinya peristiwa pelanggaran/kejahatan keimigrasian

dengan memperhatikan sumber dan nilai keterangan.

Adapun sasaran pemantauan adalah:82

a. Orang asing

1) Orang asing pemegang izin singgah

2) Orang asing pemegang izin kunjung

Wisata

Sosial budaya

Usaha/beberapa kali perjalanan

3) Orang asing pemegang izin tinggal terbatas

4) Orang asing pemegang izin tinggal tetap

5) Orang asing tanpa izin keimigrasian

6) Orang asing yang over stay

82 Ibid, hal. 5

Page 87: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

87

7) Orang asing imigran gelap

8) Orang asing yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan izin yang

diberikan.

b. Alat angkut

1) Niaga

2) Non niaga

3) Alat apung

c. Bangunan-bangunan

1) Hotel, wisma, hostel dan sebagainya

2) Kantor-kantor/perusahaan yang mempekerjakan dan menampung tenaga

kerja/orang asing

3) Rumah/asrama tempat orang asing bertempat tinggal

Pelaksanaan pemantauan dilakukan baik secara terbuka maupun secara

tertutup (undercover) dengan tahapan sebagai berikut:83

1. Mendatangi orang/tempat yang telah ditentukan;

2. Melakukan pemerikasaan terhadap orang asing tersebut beserta dokumen yang

dimilikinya selanjutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan di lapangan;

3. Menindaklanjuti dari hasil pemeriksaan, apabila ditemukan bukti-bukti

permulaan atau patut diduga telah terjadi pelanggaran/kejahatan keimigrasian;

83 Ibid, hal. 6

Page 88: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

88

4. Melakukan pemeriksaan terhadap orang asing yang diduga melakukan

pelanggaran/kejahatan yang diutangkan dalam berita Acara Pemeriksaan dan

Berita Acara Pendapat.

b. Kerjasama pengawasan

Untuk mensukseskan tugas pengawasan ini, jajaran Direktorat Jenderal

Imigrasi harus bekerjasama dan berkoordinasi dengan aparat keamanan lainnya

seperti pemerintah daerah, polisi atau aparat yang terkait lainnya. Kerjasama ini

secara fungsi masing-masing tanpa mengganggu dan mencampuri teknis tugas

instansi masing-masing. Pengawasan yang tertuju terhadap kemungkinan

terjadinya pelanggaran, penyalahgunaan perizinan dan pemberian perizinan

keimigrasian serta pengawasan atas imigran gelap.

Lingkup tugas ini meliputi:84

a. Pengawasan

Mendeteksi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan perijinan dan

pemberian perijinan keimigrasian serta evaluasi dan laporan.

b. Imigran gelap

Mengawasi masuknya orang asing secara gelap (illegal) ke wilayah

Indonesia yagn tidak didukung oleh dokumen resmi yang sah dan masih berlaku.

Dan orang asing yang karena peraturan perundang-undangan telah dideportasi

keluar Indonesia namun karena sesuatu dan lain hal belum dapat berangkat.

84 Ibnu Suud, Op. cit, hal. 56

Page 89: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

89

c. Pengawasan perlintasan

Mengawasi lau-lalangnya orang asing maupun warganegara Indonesia

yang melintasi tempat (pos) lintas batas dengan tetangga atas kemungkinan

terjadinya pelanggaran keimigrasian.

d. Pengawasan orang asing

Adanya kerjasama antar instansi terkait dalam pengawasan orang asing di

dalam wadah koordinasi pengawasan orang asing (SIPORA).

Pelaksanaan kerjasama pengawasan ini diupayakan tanpa mengurangi

tugas, fungsi dan wewenang masing-masing instansi dan dilakukan dengan cepat ,

tepat, lengkap terpadu dan aman.

2. Penindakan keimigrasian

a. Penyidikan keimigrasian

Dalam pasal 47 ayat (1) Undang-undang no. 9 tahun 1992 tentang

Keimigrasian disebutkan:85

85 Lihat pasal 47 ayat (1) Undang-undang no. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian

”selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia, juga Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Departemen

yang lingkup tugas dan tangung jawabnya meliputi pembinaan keimigrasian diberi

wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan

penyidikan tindak pidana keimigrasian”.

Page 90: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

90

Di dalam Undang-undang no. 9 tahun 1992 diatas, penyidikan

keimigrasian adalah suatu proses penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik

Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia juga PPNS imigrasi terhadap setiap

orang yang melakukan perbuatan sebagai tindak pidana keimigrasian. Dengan

demikian penyidikan hanya dapat dilakukan oleh kedua pejabat yang telah

disebutkan di atas.

Dengan demikian disamping menjalankan tugas sebagai aparat pelayanan

keimigrasian, aparat imigrasi juga bertugas sebagai aparat penegak hukum86.

Dalam pasal 47 ayat (2) disebutkan:87

a. Menerima laporan tentang adanya tindak pidana keimigrasian;

“Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) berwenang:

b. Memanggil, memeriksa, menggeledah, menangkap, menahan sesorang yang

disangka melakukan tindak pidana keimigrasian;

c. Memeriksa dan/atau menyita surat-surat, dokumen-dokumen, Surat

Perjalanan, atau benda-benda yang ada hubungannya dengan tindak pidana

keimigrasian;

d. Memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi;

86 Ramadhan K. H dan Abrar Yusra, “Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia”, Dirjen Imigrasi Hukum dan HAM RI, 2005, hal. 152.

87 Lihat pasal 47 ayat (2) Undang-undang No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian

Page 91: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

91

e. Melakukan pemeriksaan di tempat-tempat tertentu yagn diduga terdapat surat-

surat, dokumen-dokumen, Surat Perjalanan, atau benda-benda lain yang ada

hubungannya dengan tindak pidana keimigrasian;

f. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka.

Wewenang ini sudah sesuai dengan ketetuan dari pasal 7 ayat (2) Undang-

undang no. 8 tahun 1981 (KUHAP) yang menyebutkan bahwa penyidik

sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf b mempunyai wewenang

sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan

dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan

penyidik tersebut dalam pasal 6 ayat (1) huruf a.

Pejabat Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang sesuai dengan

undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam

pelaksanaan tugasnya berada di bawah tangan koordinasi dan pengawasan

penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

SK Markas Besar Kepolisian RI No. Pol S. SKep/369/X/1985 yang

menyatakan bahwa kooradinasi adalah suatu bentuk hubungan kerja antara

penyidik Polri dengan Pegawai Negeri Sipil dalam rangka pelaksanaan penyidikan

tindak pidana yang menyangkut bidang tertentu.

Adapun wujud koordinasi dapat berupa:

1. Mengatur dan menerangkan lebih lanjut dalam keputusan instansi bersama.

2. Mengadakan rapat-rapat berkala pada waktu-waktu yang dipandang perlu.

Page 92: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

92

3. Menunjuk sesorang atau lebih pejabat dari masing-masing

Departemen/instansi yang secara fungsionl dan menangani penyidik Pegawai

Negeri Sipil dengan penghubung

4. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan penyidik Pegawai Negeri Sipil

dengan penekanan dibidang pendidikan.

Sedangkan yang dimaksud dengan “pengawasan” adalah proses

pengamatan pelaksanaan penyidikan yang dilakukan dapat dibenarkan secara

materil maupun formal dan berjalan sesuai dengan yang berlaku, adapun wujud

pengawasan ini meliputi:

1. Pengawasan kegiatan penyidik yang sedang dilakukan oleh penyidik Pegawai

Negeri Sipil serta memberikan pengawasan teknis.

2. Pengawasan teknis dalam rangka pembinaan dan peningkatan kemampuan

penyidik Pegawai Negeri Sipil dan memberikan petunjuk bila terdapat

kekurangan-kekurangan untuk disempurnakan.

Keseluruhan ini merupakan penjabaran dari pasal 7 ayat (1) UU No. 8

tahun 1981 (KUHAP) dan juga merupakan bantuan yang dapat diberikan oleh

penyidik sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a KUHAP

kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil seperti yang diatur oleh pasal 47 UU No. 9

tahun 1992.

Proses penyidikan ini dilakukan sebagai Pro Justisia yang akan segera

diajukan ke Pengadilan untuk diadili, dan bertugas melakukan identifikasi

pengumpulan, pemilahan, pengevaluasian tindak pidana pelanggaran dan

Page 93: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

93

kejahatan keimigrasian yang diatur dalam Undang-undang no. 9 tahun 1992

tentang Keimigrasian.88

b. Sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan izin

keimigrasian

Sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan izin

keimigrasian dapat dilakukan dengan cara:

1) Pro justitia

Apabila kasus terhadap tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian

yang ditangani oleh pihak keimigrasian ingin ditempuh dengan cara pro justitia,

maka hal harus dilakukan oleh petuga keimigrasin adalah:

a. Membuat berkas hasil penyelidikan sesuai dengan ketentuan yagn berlaku;

b. Menyampaikan hasil pemberkasan kepada Penuntut Umum melalui polisi;

c. Mengikuti perkembangan persidangan;

d. Bila telah selesai melaksanakan keputusan Pengadilan, koordinasi dengan

Lembaga Pemasyarakatan untuk proses pemulangan.

Tetapi jalan ini jarang sekali ditempuh oleh pihak keimigrasian dalam

kasus penyalahgunaan izin keimigrasian. Hal ini dikarenakan apabila kasus

tersebut diajukan ke pengadilan akan menggunakan upaya hukum mulai dari

banding, kasasi dan jika perlu grasi yang akan digunakan oleh warga negara asing

yang terlibat tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian, akan sangat

88 Ibnu Suud, Op. cit, hal. 57

Page 94: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

94

merugikan negara, karena dalam hal ini negara akan mengeluarkan biaya besar

untuk menjalani proses pro justitia tersebut. Ditambah lagi orang asing tersebut

tidak memiliki uang untuk membayar ongkos biaya perkara. Maka akan lebih

efektif apabila dilakukan dengan cara non pro justitia.89

2) Non pro justitia

Menurut pertimbangan polits, ekonomis, serta sosial dan budaya serta

kemananan, maka akan lebih efektif apabila dilakukan tindakan keimigrasian.

Tindakan Keimigrasian adalah tindakan administratif dibidang

keimigrasian yang dilakukan oleh pejabat imigrasi berupa:

1) Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keberdaan;

2) Larangan untuk berada disuatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah

Indonesia;

3) Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di wilayah

Indonesia;

4) Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke

wilayah Indonesia.

Tindakan keimigrasian dilakukan sebagai sanksi administratif terhadap

orang asing yang melanggar peraturan keimigrasian dan ketentuan-ketentuan

lainnya mengenai orang asing sesuai dengan dimaksud dalam pasal 19 keputusan

Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.02-PW.09.02 tanggal 14

89 Hasil wawancara dengan Pejabat Imigrasi Seksi Wasdakim, Kantor Imigrasi Polonia Medan.

Page 95: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

95

Maret tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang

Asing dan Tindakan Keimigrasian.

Tindakan Keimigrasian dapat dilakukan terhadap oaring asing pemegang

izin Keimigrasian atau tanpa izin keimigrasian, mulai saat masuk, berada dan akan

meninggalkan wilayah Indonesia.

Dalam hal terjadi tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian, maka

berdasarkan data yang diperoleh baik dari kantor kepolisian maupun kantor

imigrasi sangat sedikit yang ditindaklanjuti secara pro justitia. Hal ini bukan

menandakan bahwa kasus tentang penyalahgunaan izin keimigrasian sangat

sedikit, tetapi karena kedua instansi ini lebih banyak melakukan tindakan

keimigrasian yaitu berupa pendeportasian ke negara asal tanpa melalui proses pro

justitia walaupun telah ada pengaturannya dalam Undang-undang no. 9 tahun

1992 tentang Keimigrasian.90

a. Masalah kepraktisan, yaitu penanganan suatu kasus dengan cara

pendeportasian tidak memakan waktu yagn lama atau berlarut-larut, jika

dibandingkan dengan pro justitia. Ancaman hukuman penjara maksimum

Pihak Kepolisian dan Keimigrasian menyebutkan beberapa alasan dan

pertimbangan melakukan tindakan keimigrasian yang berupa pendeportasian yang

oleh pihak keimigrasian (walupun penangkapan dilakuakn oleh pejabat imigrasi),

yaitu:

90 Hasil wawancara dengan Kanit Pengawasan Orang Asing (POA) Poltabes Medan Sekitarnya Pada tanggal 9 Agustus 2007

Page 96: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

96

hanya lima tahun sehingga hukuman akan selesai jika dikurangi dengan masa

penahanan. Selain itu jenis hukuman yang diancamkan berupa pidana

alternative atau jika didenda belum tentu mereka memiliki uang. Karena itu

yagn dihasilkan tidak sesuai dengan yagn diharapkan.

b. Masalah sumber daya manusia khususnya petugas imigrasi, baik dari segi

kualitas maupun kwntitas yang sangat kurang. Apabila penanganan masalah

ini untuk dilakukan secara pro justitia masih sedikit yang dilengkapi

pengetahuan sebagai PPNS.

c. Masalah anggaran dana yang dialokasikan untuk melakukan tindakan hukum

di kantor Imigrasi sangat terbatas. Hal ini tentu saja menghambat tugas para

pejabat imigrasi atau PPNS dalam penyidikan.

Tetapi apabila masalah penyalahgunaan izin keimigrasian tersebut

menyangkut masalah permpokan bersenjata, peredaran narkoba, terorisme atau

perdangan manusia (trafficking), maka sanksi hukum yang harus dijalankan

adalah dengan cara pro-justitia, hal ini dikarenakan tindakan tersebut sudah sangat

mengancam keamanan negara serta stabilitas nasional.91

91 Hasil wawancara dengan Pejabat Imigrasi Seksi Wasdakim, Kantor Imigrasi Polonia Medan.

Page 97: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

97

BAB IV

KASUS DAN ANALISIS KASUS

A. Perkara Pidana No. 2493/Pid.B/2002/PN.Mdn

Identitas Terdakwa

Pengadilan Negeri Medan yang meemriksa dan mengadili perkara-perkara

Pidana Biasa/ Singkat/ Cepat telah menyatakan bahwa terdakwa :

1. Nama Lengkap : Dr. K. Mathiya HMBS als Raja

Tempat Lahir : Malaysia

Umur/ Tgl. Lahir : 59 Tahun/ 21 Desember 1943

Jenis Kelamin : Laki-laki

Page 98: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

98

Kebangsaan : Malaysia

Tempat Tinggal : Jl. Karya Wisata No. 47 Medan

Agama : Hindu

Pekerjaan : Dokter

Pendidikan : Sarjana

2. Nama Lengkap : Dr. Kali Mutu Kumar Marimutu

Tempat Lahir : Kedah Malaysia

Umur/ Tgl. Lahir : 26 Tahun/ 04 Desember 1976

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Malaysia

Tempat Tinggal : Jl. Binjai Km 5,5 Komp. RRI Medan

Agama : Hindu

Pekerjaan : Dokter Homeopati

Pendidikan : Sarjana

Kasus Posisi

Bahwa mereka terdakwa I, Dr. K. Mathiya H.M.B.S alias Raja dan

terdakwa II, Dr. Kalimutu Kumar Marimutu secara bersama-sama atau bertindak

secara sendiri-sendiri pada hari Jumat tanggal 16 Agustus 2002 sekitar pukul

14.30 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2002, bertempat

di Jl. Karya Wisata No. 47 Medan dan di Jl. Binjai Km 5,5 Komp. RRI Medan

Page 99: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

99

atau setidak-tidaknya disuatu tempat yang masih termasuk daerah hukum

Pengadilan Negeri Medan, orang asing yang dengan sengaja menyalahdunakan

atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud pemberian izin

keimigrasian yang diberikan kepadanya, perbuatan mana dilakukan terdakwa-

terdakwa dengan cara sebagai berikut :

Mula-mula terdakwa-terdakwa selaku Warga Negara Malaysia datang

berkunjung ke Indonesia melakukan perjalanan kunjungan praktek yaitu terdakwa

I dengan Visa Sosial Budaya sedangkan terdakwa II menggunakan Pasport

Malaysia dengan Visa Turis selama 2 (dua) bulan, namun ternyata setelah tiba di

Indonesia yaitu kota Medan ternyata terdakwa-terdakwa membuka Klinik

Homeopati di Medan dan bekerja selaku Dokter Homeopati pada klinik tersebut di

kota Medan, sedangkan terdakwa-terdakwa datang ke Indonesia hanya

diperbolehkan untuk wisata namun ternyata terdakwa-terdakwa bekerja maupun

mengajar yang sifatnya mencari keuntungan, sedangkan dalam Pasport terdakwa-

terdakwa menggunakan Visa hanay selama 60 (enam puluh) hari selaku Visa

Turis dan Pelancong namun ternyata terdakwa-terdakwa selaku Dokter pada

Klinik Homeopati di Jl. Karya Wisata No. 47 Medan dan di Jl. Binjai Km 5,5

Komp. RRI Medan telah membuka Klinik Homeopati dengan menerima pasien

yang berobat dan rawat inap kliniknya dengan biaya sekali berkunjung antara Rp.

30.000,- (tiga puluh ribu rupiah) s/d Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) dimana

terdakwa-terdakwa dalam membuka Klinik Homeopati tersebut tidak berubah

Page 100: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

100

Hukum dan tidak memiliki Izin dari Menteri Kesehatan sesuai dengan persyaratan

mendirikan Klinik/Balai pengobatan yang harus memiliki, yaitu :

- Adanya permohonan yang ditujukan ke Dinas Kesehatan Kota Medan,

- Adanya penanggung jawab klinik,

- Adanya izin/keterangan ketenagakerjaan medis dan Para Medis,

- Keterangan adanya obat-obatan/alat yang dipergunakan,

- Keterangan izin lokasi/ Denah,

- KTP yang berdomisili di Kota Medan, serta

- Izin-izin lainya yang menyangkut tentang usaha dan Bidang Kesehatan.

Sedangkan Izin Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Tingkat I Propinsi dan Izin

dari Menteri Kesehatan, dan terdakwa-terdakwa dalam memberikan obat-obatan

kepada para pasien yang datang berobat ke Klinik Homeopati tersebut tidak

memiliki izin untuk memproduksi obat-obatan dan komposisi dari obat-obatan

tidak ada dibuatkan dalam labelnya, selain itu terdakwa-terdakwa juga telah

menerima siswa/ murid sebanyak 20 (dua puluh) orang dengan menerima biaya

pendidikan selama 6 (enam) bulan sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah

rupiah) persiswa, sedangkan waktu kuliah/belajar pada hari kamis san jumat dari

pukul 19.00 Wib s/d pukul 20.00 Wib, oleh karena terdakwa-terdakwa dalam

membuka Klinik Hemeopati tersebut tidak memiliki Badan Hukum dan tidak

memiliki izin lalu kemudian terdakwa-terdakwapun ditangkap petugas Kepolisian

Poltabes Medan.

Page 101: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

101

Dalam surat tuntutannya Jaksa Penuntut Umum menguraikan berbagai

tuntutannya sebagai berikut :

1. Menyatakan terdakwa Dr. K. Mathiya HMBS dkk, bersalah melakukan tindak

pidana menyalahgunakan izin sebagaimana diatur dalam Pasal 50 UU RI No.

9 Tahun 1992 dalam dakwaan kesatu.

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Dr. K. Mathiya HMBS dkk, dengan

pidana denda masing-masing Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah)

subsider 3 (tiga) bulan kurungan dengan perintah terdakwa tetap

ditahan/terdakwa supaya ditahan (jika terdakwa tidak ditahan).

3. Menyatakan barang bukti berupa obat-obatan dirampas untuk dimusnahkan

dan Pasport An. Terdakwa-terdakwa dikembalikan kepada terdakwa-

terdakwa.

4. Menetapkan supaya terpidana dibebani biaya perkara sebesar Rp. 1.000,-

(seribu rupiah).

Putusan Perkara Pidana No. 2493/Pid.B/2002/PN.Mdn

Hakim Pertama yang mengadili perkara ini dalam putusannya memberikan

pertimbangan hukum sebagai berikut :

Bahwa dari keterangan saksi-saksi dan terdakwa dihubungkan dengan

barang bukti yang diajukan di persidangan, majelis telah menemukan adanya

fakta-fakta yuridis sebagai berikut;

Page 102: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

102

Terdakwa didakwakan Jaksa Penuntut Umum melakukan tindak pidana

yang diatur dan diancam dalam pasal 80 ayat (2) UU RI No. 23 tahun 1992

tentang Kesehatan jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 50 UU RI No. 9

Tahun 1992 tentang Keimigrasian;

Tentang Kesehatan :

1. Unsur-unsur Objektif

a. Barang Siapa

Berdasarkan Fakta-fakta dan keterangan para saksi serta keterangan

terdakwa sendiri didukung alat bukti yang telah disita, sebagai subjek

hukum yang dapat dipertanggung jawabkan perbuatannya adalah

keterangan terdakwa Dr. K. Mathiya H.M.B.S serta Dr. Kali Mutu Kumar

Marimutu

b. Dengan Sengaja

Jelas perbuatan yang dilakukan terdakwa-terdakwa Dr. K.Mathiya

H.M.B.S dan Dr. Kali Mutu Kumar Malimutu dengan sengaja

menghimpun dana untuk kesehatan yang diambil dari para mahasiswa

yang mengikuti pendidikan Homeopati yang dilakukan di Rumah Sakit

Homeopati yang terletak di jalan Binjai Km 5,5 Medan atau di Komp. RRI

Cabang Medan.

c. Menyelenggarakan Kesehatan

Page 103: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

103

Kedua terdakwa Dr. K. Mathiya H.M.B.S dan Dr. Kalimutu Kumar

Marimutu telah melakukan pengobatan secara alternatif dengan cara

mendirikan klinik serta Rumah Sakit Homeopati tanpa memiliki izinnya,

dan menerima pasien untuk rawat jalan serta rawat nginap bagi setiap

pasien yang berobat kepada terdakwa;

2. Unsur-Unsur Subjektif

a. Tidak berbentuk badan hukum

Klinik serta Rumah Sakit Homeopati Megawati Sukarno Putri didirikan

kedua terdakwa tersebut jelas tidak berbentuk badan hukum karena tidak

mempunyai izinnya, tentang pendirian Klinik serta Rumah Sakit

Homeopati Megawati Sukarno Putri tersebut

b. Tidak memiliki Izin operasional

Klinik serta Rumah Sakit Homeopati Megawati Sukarno Putri tidak

mempunyai izin operasionalnya. Dibuktikan dengan tidak adanya surat-

surat yang sah tentang adanya Klinik serta Rumah Sakit Homeopati

Megawati Sukarno Putri tersebut

Keimigrasian :

1. Unsur-unsur Objektif

a. Orang asing

Page 104: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

104

Benar keduan terdakwa tersebut yaitu Dr. K. Mathiya H.M.B.S dan Dr.

Kalimutu Kumar Marimutu adalah orang asing atau warga Negara asing

atau warga Negara Malaysia;

b. Dengan Sengaja

Benar kedua terdakwa tersebut yaitu Dr. K. Mathiya H.M.B.S dan Dr.

Kalimutu Kumar Marimutu dengan sengaja datang ke Indonesia telah

menyalahgunakan passport yang ada padanya;

2. Unsur-unsur Subjektif

Melakukan kegiatan tidak sesuai izinnya

Benar kedua terdakwa tersebut melakukan kegiatannya tidak sesuai dengan

izin yang ada dimana ia datang ke Indonesia seharusnya hanya sebagai wisata

saja akan tetapi visa tersebut ia gunakan untuk kepentingan mencari suatu

pekerjaan atau keuntungan.

Meninbang, bahwa oleh karena dakwaan kesatu primair, subsidair kedua

sesuai pasal undang-undang dimaksud pasal 80 ayat (2) Sub Pasal 84 ayat (5) UU

RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Pasal 50 UU RI No. 9 Tahun 1992

tentang Keimigrasian, terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut

HUKUM, maka ia terdakwa harus dinyatakan bersalah tentang hal ini, dan oleh

karenanya dijatuhi hukuman;

Page 105: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

105

Menimbang bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi hukuman maka

terdakwa dihukum pula untuk membayar biaya perkara;

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dihukum maka dipandang perlu

untuk tetap menahannya;

Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan hukuman , maka majelis akan

memperimbangkan hal-hal yang memberatkan maupun yang meringankan

hukumannya terdakwa sebagai berikut:

Hal-hal yang memberatkan :

- Bahwa perbuatan dari terdakwa-terdakwa dapat merugikan pemerintah

republik Indonesia.

Hal-hal yang meringankan :

- Ia terdakwa-terdakwa belum pernah dihukum;

- Memberikan keterangan yang jelas dan terang dipersidangan dan menyatakan

menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu dikemudian hari

yang akan datang/ tobat dan mempunyai tanggungan istri dan anak yang masih

memerlukan pertanggungjawaban sebagai kepala keluarganya;

Memperhatikan ketentuan pasal 80 ayat (2) sub Pasal 84 ayat (5) UU RI

No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan jo Pasal 50 UU RI No. 9 tahun 1992

tentang Keimigrasian dan ketentuan perundang-undangan yang berhubungan

dengan perkara ini;

Page 106: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

106

M E N G A D I L I

Menyatakan Terdakwa :

1. Dr. K. MATHIYA H.M.B.S alias RAJA

2. Dr. KALIMUTU KUMAR MARIMUTU

tersebut diatas telah trbukti dengan sah dan meyakinkan bersalah

melakukan kejahatan Menyalahgunakan Izin;

Menghukum Terdakwa-terdakwa dengan hukuman denda sebesar Rp.

7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dengan ketentuan jika denda

tersebut tidak dibayar harus diganti dengan hukuman kurungan selama 2 (dua)

bulan;

Menghukum terdakwa-terdakwa lagi membayar ongkos perkara sebanyak

Rp. 1.000,- (seribu rupiah)

Menyatakan barang bukti berupa obat-obatan diarmpas untuk

dimusnahkan dan pasport atas nama terdakwa dikembalikan kepada terdakwa;

B. Analisis Putusan

Setelah penulis mempelajari dan membaca pertimbangan hukum putusan

Pengadilan Negeri Medan, maka dapat diketahui bahwasannya telah terjadi suatu

tindak pidana di bidang Imigrasi yakni telah terjadinya penyalahgunaan ijin

keimigrasian yang dilakukan oleh Terdakwa-terdakwa Dr. K. Mathiya H.M.B.S

alias Raja dan Dr. Kalimutu Kumar marimutu keduanya berkebangsaan Malaysia

Page 107: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

107

yang telah mendirikan usaha atau praktek tanpa memiliki ijin untuk melakukan

hal tersebut.

Oleh karena itu keduanya dikenakan pidana karena telah melanggar

ketentuan undang-undang yang berlaku di indonesia yakni Pasal 80 ayat (2) Sub

Pasal 84 ayat (5) UU RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Pasal 50 UU RI

No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian, berdasarkan pemeriksaan di persidangan

menunjukkan bahwa Terdakwa-terdakwa telah terbukti secara sah dan

meyakinkan menurut hukum.

Pasal 80 ayat (2) UU RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan

bahwa :

”Barangsiapa dengan sengaja menghimpun dana dari masyarakat untuk menyelenggaraakan pemeliharaan kesehatan, yang tidak berbentuk badan hukum dan tidak memiliki izin operasional serta tidak melaksanakan ketentuan tentang jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 Ayat (2) dan Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).”

Dari ketentuan Pasal ini perbuatan terdakwa-terdakwa telah terbukti tidka

memiliki izin operasional dengan demikian secara otomatis tidak melaksanakan

ketentuan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat sebagai mana yang

dimaksud Pasal 66 yang menyatakan :

Ayat (2) : ” Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat merupakan cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dan pembiayaannya, dikelola secara terpadu untuk tujuan meningkatkan derajat kesehatan, wajib dilaksanakan oleh setiap penyelenggara.”

Page 108: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

108

Ayat (3) ; ”Penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat harus berbentuk badan hukum dan memiliki izin operasional serta kepesertaannya bersifat aktif.”

Berdasarkan ketentuan tersebut, selain merugikan keuangan negara

dimana dengan adanya izin usaha seharusnya ada pemasukan kas negara baik dari

pajak maupun biaya pengurusan izin pada umumnya. Dan juga bisa saja tidak ada

jaminan kesehatan masyarakat di klinik yang mereka dirikan hal ini seharusnya

menjadi pertimbangan hal yang memberatkan karena dapat dikatakan suatu hal

yang penting jika dikaitkan dengan masalah kesehatan.

Hal mana dinyatakan juga dalam sub Pasal 84 point 5 UU RI No. 23 tahun

1992 tentang kesehatan yang menyatakan Barang siapa :

”Menyelenggarakan sarana kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 Ayat (1) atau tidak memilki izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).”

Pasal 58 Ayat (1) menyatakan bahwa : ”Sarana kesehatan tertentu yang diselenggarakan masyarakat harus berbentuk badan hukum.”

Pasal 59 Ayat (1) menyatakan bahwa : “Semua penyelenggaraan sarana kesehatan harus memiliki izin.”

Pasal 50 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian menyatakan

bahwa :

“Orang asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud pemberian izin keimigrasian yang diberikan kepadanya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 25.000.000,-“

Page 109: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

109

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum yang ada yang

ditemukan dari keterangan para saksi dan keterangan para terdakwa telah terbukti

dan meyakinkan melanggar ketentuan pasal-pasal yang dimaksud di atas. Menurut

penulis penentuan pasal-pasal terhadap tindakan para terdakwa telah benar.

Tuntutan yang diajukan Jaksa Penuntut Umum menurut penulis kurang

menekankan kepada unsur pemidanaan terhadap tindakan pelaku demikian juga

vonis majelis hakim, hanya ditekankan pada pengenaan hukuman denda sejumlah

uang. Hal mana menurut penulis tidak memberikan sifat penjeraan terhadap

tindakan semacam ini sedangkan menurut teori telatif (Doeltheorie)92

Hukuman yang dijatuhkan hanya sebatas denda sejumlah uang yang

apabila kita lihat jumlahnya relative tidak memberatkan terdakwa-terdaka (para

pelaku). Bisa saja dilain waktu para pelaku mengulangi perbuatannya dan yang

ditakutkan banyak bermunculan tindakan-tindakan serupa baik itu dibidang

tujuan

hukum pidana salah satunya adalah menjerakan, yang dimaksud dengan

menjerakan disini adalah dengan penjatuhan hukuman, diharapkan si pelaku atau

terpidana menjadi jera dan tidak mengulangi lagi perbuatannya (speciale

preventie) serta masyarakat umum mengetahui bahwa jika melakukan perbuatan

sebagaimana dilakukan terpidana, maka akan mengalami hukuman yang serupa

(generale preventie).

92 Leden Marpaung, “Asas – Teori – Praktik Hukum Pidana “,Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal. 4.

Page 110: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

110

kesehatan atau bidang lainnya, hal mana akan dapat merugikan keuangan negara,

kesehatan maupun keamanan masyarakat.

Kasus-kasus semacam ini sebenarnya harus mendapat perhatian yang

serius dari apart penegak hukum dengan segala kelengkapannya, namun kadang

kala pelaksanaan dilapangan kebanyakan tidak sejalan dengna peraturan yang ada.

Oleh karena itu sebenarnya yang perlu ditingkatkan adalah pemahaman dan

kesadaran hukum serta tanggung jawab hukum para aparat penegak hukum dalam

menjalankan tugasnya. Hal ini tujuannya adalah tidak lain untuk menciptakan dan

membudayakan adanya sinkronisasi antara peraturan hukum yang ada dengan

pelaksanaan di lapangan, tidak hanya dalam bidang keimigrasian dan kesehatan

saja tetapi juga bidang-bidang lain yang menyangkut kepentingan publik atau

masyarakat luas.

Page 111: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

111

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian penulisan skripsi ini, dapat diambil beberapa

kesimpulan yaitu:

1. Faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan izin keimigrasian adalah:

a. Ruang lingkup fasilitas bebas visa yang terlalu luas yang mencakup

kegiatan wisata,sosial budaya dan usaha, yang pada awalnya dimaksudkan

untuk mengatur secar tegas fasilitas bebas visa, tetapi setalah pemberian

fasilitas bebas visa dalam BVKS yang lebih luas ruang lingkupnya tetap

ditemukan pelanggaran terhadap fasilitas bebas visa tesebut. Sehingga

maksud dan tujuan dari BVKS sebagai pengganti BVW tidak tercapai,

malah dipergunakan oleh orang asing sebagi salah satu cara masuknya

imigran gelap ke Indonesia.

b. Adanya perkembangan tenggang waktu dalam pemberian fasilitas bebas

visa bagi wisata. Dimana wisatawan tersebut dapat menikmati wisata di

Indonesia dalam kurun waktu 2 (dua) bulan. Tetapi tenggang waktu 2

(dua) bulan ini dirasakan terlalu panjang atau lama, karena fakta di

Page 112: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

112

lapangan menunjukkan bahwa wisatawan asing yang berkunjung ke

Indonesia pada umumnya dan Medan pad khusunya jarang yang tinggal

sampai 2 (dua) bulan. Panjang atau lamanya jangka waktu ini ternyata

dapat memberikan peluang bagi wisatawan asing untuk melakukan

pelanggaran dengan berbagi motivasi, seperi disalahgunakan untuk

bekerja.

c. Peranan petugas/pejabat/aparatur imigrasi sangat besar. Dan tidak

dipungkiri, bahwa betapapun baiknya aturantntangkeimigrasian, jika para

petugasnya bermental yang kurang baik, maka aturan itu tidak aka nada

artinya. Terutama sekali para petugas yang bertugas di pintu-pintu

masuknya orang asing ke Indonesia, jika mereka bertindak masa bodoh

terhadap orang asing tersebut, maka orang asing yang dapat dengan

leluasanya berkeliaran di Indonesia.

2. Upaya menanggulangi terjadinya suatu tindakan yang melanggar ketentuan

izin keimigrasian dibedakan atas dua cara yaitu:

a. Penanggulangan secara preventif

b. Penanggulangan secara represif

Dalam hal penanggulangan ini sangat erat kaitannya dengan hal

pengawasan baik wisatawan yang masuk atau keluar wilayah Negara Republik

Indonesia, dan melakukan kegiatan di wilayah Negara Republik Indonesia.

Penanggulangan secara preventif adalah tindakan penanggulangan yang dilakukan

dalam usaha untuk mencegah atau menjga kemungkinan yang terjadinya tindak

Page 113: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

113

pidana imigrasi dalam hal ini yaitu tindak pidana penyalahgunaan izin

keimigrasian. Sedangkan dalam penaggulangan represif ini dapat dilakukan

dengan cara pemidanaan, deportasi maupun black list.

3. Dalam proses penyidikan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana

dibidang keimigrasian, khususnya penyalahgunaan izin keimgrasian, maka

tunduk pada Undang-undang no. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, yang

juga tidak terlepas dengan ketentuan yang diatur dalam pasal-pasal KUHAP

tentang penyidikan.

4. Dari data yang diperoleh, bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh aparatur penegak

hukum dalam kasus tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian adalah

lebih sering bersifat non pro justitia. Yang dapat berupa tindakan keimigrasian

yang salah satunya pendeportasian. Hal ini dikarenakan mengingat adanya

upaya hukum banding, kasasi, atau grasi yang dimiliki oleh warga negara

asing apabila ditempuh dengan cara pro justitia. Hal ini tentu saja

membuthkan biaya operasional yang cukup tinggi, mengingata dana orasional

dari negara yang sangat terbatas. Karena menurut politis, dan ekonomis cara

tindakan keimigrasian dianggap lebih praktis dan efisien. Kecuali masalah

penyalahgunaan izin tersebut menyangkut masalah peredaran narkoba,

terorisme, dan perdagangan manusia (trafickking), maka jalan pro justitialah

yang harus ditempuh, agar menimbulkan efek jera bagi warga negara asing

yang melakukan tindak pidana di bidang keimigrasian.

B. Saran

Page 114: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

114

1. Pada saat sekarang ini sedang disusun RUU tentang keimigrasian yang telah

disosialisasikan oleh Tim dari Direktorat Jenrak Imigrasi, dengan adanya

berbagai kritikan dan tanggapan terhadap RUU tersebut, sebaiknya Tim

melakukan koreksi, dan koreksi yang patut untuk diperhatikan yaitu mengenai

tata urutan peraturan-peraturan perundang-undangan tentang keimigrasian,

agar nantinya walaupun telah disahakan menjadi Undang-undang tidak

menambah kerancuan. Karena Undang-undang sebelumnya dianggap masih

belum sempurna, karena masih banyak celah yang memungkinkan untuk

warga negara asing melakukan tindak pidana di bidang keimigrasian.

2. Sebaiknya pemberian fasilitas bebas visa ditinjau ulang kembali dan

dikembalikan kepada latar belakang pemberian fasilitas tersebut, yaitu hanya

unutk wisata. Dan juga pemberian fasilitas tersebut sebaiknya dilakukan

secara reciprocal atau prinsip timabal balik, hal ini juga menunjukkan bahwa

Indonesia bukan hanya mengharapkan faktor ekonomi saja dari keunjungan

wisatwan asing , tetapi juga menunjukkan martabat bangsa. Tenggang waktu

pemeberian fasilitas bebas visa untuk wisata sebaiknya adalah 1 (satu) bulan

dan dapt diperpanjang selam 30 (tiga puluh) hari, hal ini disebabkan karena

penberian fasilitas bebas visa sekarang adalah 2 (dua) bulan dan ini terlalu

lama, sedangkan rata-rata masa kunjungan wisatawan asing ke Indonesia pada

umunya dan kota Medan khususnya adalah 3-4 (tiga sampai empat) minggu

saja. Sehingga hal ini jangan sampai dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan

yang lain yang tidak sesuai dengan izin keimigrasiannya.

Page 115: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

115

3. Penegakan hukum di Indonesia terlihat lemah dan hanya mengandalkan

tindakan pendeportasian, karena itu perlu para petugas/pejabat imigrasi

dilengkapi dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia baik lewat

pendidikan foramal meupun pendidikan latihan mengenai pelayanan dan

pengawasan bagi orang asing atau wisatawan asing yang datang. Dan juga

diadakan penindakan secara hukum bagi petugas/pejabat imigrasi sendiri yang

membantu stsu melakukan tindak pidana keimigrasian. Demikian juga yang

penting adalah diperlengkapinya peralatan dengan kemajuan teknologi seperti

sistem komputerisasi sehingga dapat melayani maupun memantau orang asing

yang ada di wilayah Indonesia.

4. Dalam hal penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian

khsusnya black list atau cekal hendaknya mencerminkan prinsip-prinsip

negara yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan kekuasaan belaka. Dan

juga dalam mengkoordinasikan tindakan cekal agar dapat dengan cepat

dilaksanakan sebelum orang yang dimaksud melarkan diri, maka peralatn

komunikasi sangat diperlukan dan semua instansi dapat selalu memonitor

setiap orang yang terkena daftar cekal apakah sudah habis waktunya atau

belum.

Page 116: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

116

DAFTAR PUSTAKA

A. Ridwan Halim , Flora Liman Mangestu, 1992, Persoalan Praktis Filsafat Hukum dalam Himpunan Distingsi, UKI: Jakarta.

Direktorat Jendral Imigrasi, Buku Petunjuk Keimigrasian RI Bagian I Visa Izin Tinggal, Jakarta, 1982.

Hadi Kiswanto, 1983, Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jendral Imigrasi, Departemen Kehakiman RI, Jakarta.

H. S. Sjarif, 1996, Pedoman Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia dan Peraturan-peraturannya, Sinar Grafika, Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001

Koerniatmanto, Soetoprawiro, 1996, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia, Gramedia, Jakarta.

Leden Marpaung, 2005, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta.

Muladi & Barda Nawawi Arif, 1998, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Cetakan Ke-2, Alumni, Bandung

Moeljatno, 2000, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta.

Page 117: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

117

Nawani Arief, Barda, 2005, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan Pengembangan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

, 2001, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan, PT. Citra Aditya Bakti, Semarang. Purbacaraka, Purmadi, 1987, Penggarapan Disiplin Hukum dan Filsafat

Hukum bagi Pendidikan Hukum, Rajawali, Jakarta.

Ramadhan K. H dan Abrar Yusra, 2005 “Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia”, Dirjen Imigrasi Hukum dan HAM RI, Jakarta..

R. Soesilo, 1988, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal , Politeia : Bogor.

R. Felix Hadi Mulyatno dan Endar Sugiarto, 1987, Pabean, Imigrasi, dan Karantina, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Santoso Imam, M, 2004, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional, UI Press, Jakarta.

Soedarto, 1984, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung.

Soekamto, Soerjono, 1983, “Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta : Rajawali Press, Jakarta.

,1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta

Suud, Ibnu, 2005, Manajemen Keimigrasian, Amarja Press, Jakarta

Teguh Prasetyo & Abdul Halim Barkatullah, 2005, Politik Hukum Pidana, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Peraturan Perundang-undangan :

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA.

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

PERATURAN PEMERINTAH RI NO. 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN.

Page 118: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

118

UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN.

Media Cetak dan Elektronik :

http://www.google.com

http://www.solusihukum.com

Arief Rahman Kunjono, “Illegal Migrants dan Sisitem Keimigrasian Indonesia: suatu tinjauan Analisis”, Pintu Gerbang No. 44, Direktorat Jendral Imigrasi, Jakarta, 2002

Direktorat Jenderal Imigrasi, “Imigrasi Daftar Ulang Warga Negara Asing”, Pintu Gerbang No. 42, Jakarta, 2002.

Lukman Bratamidjaja, “Aspek Ilmu Perundang-undangan BVKS Bagian I”, Pintu Gerbang No. 44, Direktorat Jendral Imigrasi, Jakarta, 2002.

Saleh Wiramiharja, “Langkah-langkah Baru Menunjang Peningkatan Profesionalisme Keimigrasian”, Pintu Gerbang No. 45, Direktorat Jenderal Imigrasi, Jakarta, 2002.

Laporan :

Bagir Manan, 2000, Hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional, disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional Keimigrasian, Jakarta, 14 Januari 2000, hlm. 7

Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, “Petunjuk Pemantauan Operasional Keimigrasian No.: F4-IL. 01. 10-1.1044” tentang Keradaan dan Kegiatan Orang Asing Di Indonesia, 1999.

I Wayan Tangun Susila, dkk, “Usaha Penanggulangan Tindak Pidana Imigrasi dan Imigrasi Gelap di Kota Madya Denpasar”, Laporan Penelitian, Universitas Udayana dan PDII LIPI (Jakarta), Denpasar, 1993.

Page 119: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12185/1/09E01683.pdf · Kompleksnya masalah dalam tindak pidana ... Keimigrasian juga masih berpedoman

Yoyok Adi Syahputra : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan), 2007. USU Repository © 2009

119

Pusdiklat Pegawai Departemen Kehakiman, Beberapa Pedoman dan Ketentuan Tentang Imigrasi dan Ketatalaksanaan: Bahan Penataran Administrasi Apratur Kehakiman, Jakarta, 1982.

Tim Analisa dan Evakuasi (Antonius Ginting, dkk), “Analisa dan Evaluasi tentang Pengaturan Fasilitas Bebas Visa wisata bagi Orang Asing yang Berkunjung ke Indonesia” (Laporan Penelitian), Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), Jakarta, 1984.