penelitian dahulu

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    1/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    Pengaruh Skeptisme Profesional, Keahlian, Independensi dan Reduksi Kualitas Audit

    terhadap Kualitas Audit (Studi pada BPK RI Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan)

    Mutia Effendi

    Syaiful Hifni

    Lili Safrida

    Universitas Lambung Mangkurat

    [email protected]

     Abstract

    This study aimed to analyze the effect of professional scepticism, expertise, independence, and

    audit quality reduction for quality audit on BPK RI Representative Government Auditor in South

     Kalimantan Province. Type of research is quantitative research with survey explanationmethod. The research was obtained from questionnaires which were distributed to all auditors

    that work at BPK RI Representative Government Auditors in South Kalimantan Province. The

     sample of this research are 40 respondens. The method of determining the sample was using

     purposive sampling method and multiple liniear used as data analysis technique.The result ofthis research show that professional scepticism, expertise, independence, and audit quality

    reduction have an effect on the audit quality simultaneously and partially. Professional

     skepticism is the most dominant influence on the audit quality.

    Keywords: professional scepticism, experti se, independence, audit quali ty reduction, audi t

    quality

    A.  PENDAHULUAN

    Audit dalam laporan keuangan sangat perlu dilakukan, apalagi dalam berkembangnya

     bisnis di Indonesia yang menyebabkan banyak pihak membutuhkan laporan keuangan yang

    relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Laporan keuangan menyajikan informasi

    keuangan yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan oleh berbagai pihak. Laporan

    keuangan, disamping sebagai alat pertanggungjawaban keuangan juga merupakan alat

    komunikasi antara perusahaan atau pemerintah dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Peran

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    2/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    auditor sebagai pihak yang netral dan independen sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan dan

    meningkatkan kepercayaan para pemakai informasi laporan keuangan.

    Keberadaan dan peran profesi auditor mengalami peningkatan yang sesuai dengan

     perkembangan bisnis dan perubahan global. Meningkatnya perkembangan bisnis dan perubahan

    global tersebut membuat para auditor menjadi lebih sulit berperilaku secara profesional.

    Kurangnya independensi auditor dan maraknya rekayasa laporan keuangan, telah menurunkan

    kepercayaan para pengguna laporan keuangan atau masyarakat mempertanyakan keberadaan

    auditor sebagai pihak yang independen.

    Kewajaran penyajian laporan ke  Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SKPN)

    merupakan standar yang ditetapkan dengan peraturan BPK Nomor 01 tahun 2007 yang menjadi

     pedoman oleh BPK dalam memeriksa laporan Keuangan Negara sehingga hasil pemeriksaan

    (laporan hasil audit) BPK dapat lebih tepat dan berkualitas yaitu memberikan nilai tambah yang

     positif bagi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang selanjutnya akan

     berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia seluruhnya.

    Tahun 2009 terdapat kasus di Jakarta yaitu auditor BPK Bagindo Quirinno ditetapkan

    sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena menerima sejumlah uang

    dari kliennya untuk mengubah hasil auditnya yang ternyata berindikasi penyalahgunaan

    anggaran. Ini menyebabkan laporan audit dan opini yang dihasilkan tidak akurat dan objektif

    karena informasi dalam laporan audit tidak sesuai dengan fakta dan bukti-bukti yang terjadi.

    Ayu (2013) menyatakan bahwa kualitas audit merupakan suatu issue  yang kompleks,

    karena begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, yang tergantung dari

    sudut pandang masing-masing pihak. Hal tersebut menjadikan kualitas audit sulit

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    3/26

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    4/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    dalam melakukan audit. Pengurangan kualitas audit diartikan sebagai “pengurangan mutu dalam

     pelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja oleh auditor” Suryanita (2006). Peristiwa

     pengurangan kualitas audit yang banyak terjadi dimasa ini salah satunya adalah tidak

    dilakukannya semua prosedur audit yang disyaratkan, tindakan ini dapat berpengaruh terhadap

     pendapat yang dikeluarkan auditor. Auditor pemerintah merupakan auditor yang juga

    menghadapi time pressure  dalam melaksanakan prosedur audit, mengingat institusi tempat

    mereka bekerja juga memperoleh anggaran waktu untuk menunjang kegiatannya.

    Kecenderungan anggaran waktu ini disinyalir akan berdampak pula terhadap prosedur audit

    yang akan dilaksanakan oleh auditor (Erika, dkk 2008).

    Berdasarkan dasar latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat tema “Pengaruh

    Skeptisme Profesional, Keahlian, Independensi dan Reduksi Kualitas Audit terhadap Kualitas

    Audit.” 

    B.  KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    1.  Kualitas Audit

    DeAngelo (1981) dalam Bawono dan Elisha (2010) mendefinisikan “kualitas audit

    sebagai probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam

    sistem akuntansi klien”. Menurut Ida Rosnidah (2010) kompetensi auditor berpengaruh terhadap

    kualitas audit. Christiawan (2002) mengungkapkan kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu

    independensi dan kompetensi.

    Auditor dengan kemampuan profesionalisme tinggi akan lebih melaksanakan audit secara

     benar dan cenderung menyelesaikan setiap tahapan-tahapan proses audit secara lengkap dan

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    5/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    mempertahankan sikap skeptisme profesionalnya dalam mempertimbangkan bukti-bukti audit

    yang kurang memadai yang ditemukan selama proses audit untuk memastikan agar

    menghasilkan kualitas audit yang baik (Bawono dan Elisha, 2010).

    2.  Skeptisme Profesional dan Kualitas Audit

    Auditor yang disiplin menerapkan skeptisme profesional, tidak akan terpaku pada

     prosedur audit yang tertera dalam program audit. Skeptisme profesional akan membantu auditor

    dalam menilai dengan kritis risiko yang dihadapi dan memperhitungkan risiko tersebut dalam

     bermacam-macam keputusan (seperti menerima atau menolak klien; memilih metode dan teknik

    audit yang tepat; menilai bukti-bukti audit yang dikumpulkan dan seterusnya) (Theodorus,

    2011:77).

    Pernyataan Standar Umum ketiga tentang Standar Pemeriksaan 01 dalam SPKN

    menetapkan “Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,

     pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.” 

    Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisme profesional yaitu

    sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis

    terhadap bukti pemeriksaan (Wandanarum, 2013:88).

    Menurut Sabrina dan Januarti (2012) skeptisme profesional adalah sikap yang harus

    dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sebagai akuntan publik yang dipercaya oleh

    masyarakat dengan selalu mempertanyakan dan tidak mudah percaya atas bukti-bukti audit agar

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    6/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

     pemberian opini auditor tepat sehingga menghasilkan kualitas audit yang baik. Menurut Tania

    (2013) skeptisme profesional dapat dilatih oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit,

     pemberian opini harus didukung oleh bukti audit yang kompeten, dimana dalam mengumpulkan

     bukti tersebut auditor harus menggunakan sikap profesionalnya agar diperoleh bukti yang

    meyakinkan sebagai dasar pengambilan keputusan berbagai pihak. Keyakinan yang memadai

    atas bukti-bukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor dalam melaksanakan proses

    audit agar kualitas audit dapat tercapai.

    Auditor harus tetap menjaga sikap skeptis profesionalnya selama proses pemeriksaan,

    karena auditor sudah tidak mampu lagi mempertahankan sikap skeptisme profesionalnya, maka

    laporan keuangan yang diaudit tidak dapat dipercaya lagi (Bawono dan Elisha, 2010).

    Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

    H1 : Skeptisme Profesional berpengaruh terhadap kualitas audit.

    3. Keahlian dan Kualitas Audit

    Standar Umum pertama dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

    menyebutkan bahwa mewajibkan semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk

    memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa yang memiliki

     pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut

    (Wandanarum, 2013:81).

    Dunia usaha selalu mengalami perubahan dan perkembangan, akuntan publik juga perlu

    selalu mengikuti perkembangan bidang akuntansi agar tetap dapat menyediakan jasa yang

     bermanfaat bagi lingkungan masyarakatnya. Profesi akuntan publik Indonesia mengharuskan

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    7/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

     para anggotanya untuk secara periodik mengikuti pendidikan berkelanjutan, agar mereka tetap

    memperoleh izin praktik sebagai akuntan publik (Mulyadi, 2002:26).

    Keahlian yang ditunjang dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki auditor

    merupakan dasar yang dibutuhkan seorang auditor dalam proses audit, sehingga mampu

    memberikan kontribusi yang baik pada kualitas audit (Ayu, 2013). Alim, dkk (2007) juga

    membuktikan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki keahlian yang baik.

    Keahlian tersebut terdiri dari pengelaman dan pengetahuan. Auditor harus senantiasa

    meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan sejalan dengan bertambahnya

     pengalaman yang dimiliki auditor. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan

    adalah:

    H2 : Keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit.

    4.  Independensi dan Kualitas Audit

    Independensi berarti sikap mental independen auditor yang bebas pengaruh, tidak

    dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya

    kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang

    objektif tidak memihak dalam diri audior dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya

    (Mulyadi, 2002:27).

    Pernyataan Standar Umum kedua tentang Standar Pemeriksaan 01 dalam SPKN

    menetapkan “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi

     pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan

     probadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.” Independensi

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    8/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    adalah sikap tidak memihak dan salah satu faktor yang menentukan kredibilitas pendapat

    auditor. Kebutuhan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor yang independen menjadi

    hal yang penting, sehingga sebagai seorang auditor ia diharuskan tetap mengaja kualitas

    auditnya dengan menjaga sikap independensinya. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis

    yang diajukan adalah:

    H3 : Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

    5. 

    Reduksi Kualitas Audit dan Kualitas Audit

    Reduksi kualitas audit / perilaku pengurangan kualitas audit yang dideskripsikan oleh

    Suryanita dkk (2006) sebagai tindakan yang dilakukan oleh auditor selama melakukan pekerjaan

    dimana tindakan ini dapat mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit.

    Menurut Suryanita dkk (2006) perilaku tersebut muncul karena adanya dilema antara inherent

    cost   (biaya yang melekat pada proses audit) dan kualitas, yang dihadapi oleh auditor dalam

    lingkungan auditnya. Disatu sisi, auditor harus memenuhi standar profesionalnya yang

    mendorong mereka untuk mencapai kualitas audit pada level tinggi, namun disisi lain, auditor

    menghadapi hambatan cost /biaya yang membuat mereka memiliki kecenderungan untuk

    menurunkan kualitas audit.

    Herningsih (2001) menemukan bahwa akhir-akhir ini tuntutan melakukan efisiensi biaya

    dan waktu menimbulkan time pressure dalam pelaksanaan audit. Time pressure memiliki dua

    dimensi yaitu time budget pressure  (keadaan dimana auditor dituntut melakukan efisiensi

    terhadap anggaran waktu yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    9/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    yang sangat ketat) dan time deadline pressure  (kondisi dimana auditor dituntut untuk

    menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya).

    Penelitian yang dilakukan Suryanita, dkk (2006) memberikan kesimpulan bahwa time

     pressure berpengaruh terhadap penghentian premature atas prosedur audit. Prosedur audit yang

    sering ditinggalkan saat time pressure adalah pemahaman terhadap bisnis klien. Penelitian yang

    dilakukan Ni Made dan Mertha (2014)  membuktikan bahwa faktor situasional auditor yakni

    time pressure  mempunyai pengaruh positif signifikan pada Penghentian Prematur Prosedur

    Audit di Kantor BPK-RI Perwakilan Provinsi Bali merupakan perilaku pengurangan kualitas

    audit (reduksi kualitas audit) yang dilakukan oleh auditor yang dapat menurunkan kualitas audit.

    Auditor pemerintah merupakan auditor yang juga menghadapi time pressure dalam

    melaksanakan prosedur audit, mengingat institusi tempat mereka bekerja juga memperoleh

    anggaran untuk menunjang kegiatannya yang bersumber dari APBD (Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Daerah) dari pemerintah masing-masing daerah. Anggaran waktu/ time pressure 

     pemeriksaan sangat dipengaruhi oleh jumlah anggaran pemeriksaan yang ada. Jika anggaran

    yang diperoleh sedikit, maka anggaran waktu pemeriksaan juga akan sedikit. Kecenderungan

    anggaran waktu ini disinyalir akan berdampak pula terhadap prosedur audit yang akan

    dilaksanakan dan mengurangi kualitas audit. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang

    diajukan adalah:

    H4 : Reduksi Kualitas Audit berpengaruh terhadap kualitas audit.

    6.  Skeptisme Profesional, Keahlian, Independensi dan Reduksi Kualitas Audit

    terhadap Kualitas Audit

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    10/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    Skeptisme Profesional merupakan keharusan dalam setiap penugasan auditor. Audit harus

    memberikan keyakinan yang memadai bahwa bukti audit telah mencukupi dan sesuai untuk

    mendukung temuan dan kesimpulan auditor. Keyakinan yang memadai atas bukti-bukti yang

    ditemukan akan sangat membantu auditor dalam melaksanakan proses audit agar kualitas audit

    dapat tercapai. Auditor yang memiliki keahlian teknis melalui pelatihan praktik dan ahli dalam

     bidang audit akan memberikan kontribusi yang baik untuk kualitas audit yang baik. Sikap

    mental auditor yang bebas pengaruh, tidak berpihak pada siapapun dan jujur sangat diperlukan

    untuk mempertahankan kebebasannya memberikan pendapat yang mana kualitas audit yang

    dihasilkannya semakin baik.

    Perilaku pengurangan kualitas audit (reduksi kualitas audit) merupakan keadaan dimana

    auditor menghadapi time pressure dalam melaksanakan prosedur audit, mengingat institusi

    tempat mereka bekerja juga memperoleh anggaran untuk menunjang kegiatannya. Anggaran

    waktu/ time pressure pemeriksaan sangat dipengaruhi oleh jumlah anggaran pemeriksaan yang

    ada. Jika anggaran yang diperoleh sedikit, maka anggaran waktu pemeriksaan juga akan sedikit.

    Kecenderungan anggaran waktu ini disinyalir akan berdampak pula terhadap prosedur audit

    yang akan dilaksanakan dan mengurangi kualitas audit. Berdasarkan uraian di atas maka

    hipotesis yang diajukan adalah:

    H5: Skeptisme Profesional, Keahlian, Independensi dan Reduksi Kualitas Audit secara bersama-

    sama berpengaruh terhadap Kualitas Audit.

    C.  METODE PENELITIAN

    1.  Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel Penelitian

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    11/26

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    12/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Variabel skeptisme profesional, keahlian,

    independensi, reduksi kualitas audit, dan kualitas audit memiliki nilai cronbach’s alpha >0,70.

    Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur memenuhi syarat reliabilitas.Hasil pengujian reliabilitas

    dapat dilihat pada tabel berikut:

    3.  Pengukuran Variabel

    a)  Skeptisme Profesional

    Kemahiran profesional akan sangat mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh

    auditor. Semakin tinggi tingkat skeptisme seorang auditor dalam mengaudit, akan berpengaruh

     pada ketepatan pemberian opini dan berdampak pada kualitas audit. Untuk mengukur variabel

    ini, peneliti menggunakan instrumen yang telah dikembangkan oleh Noviyanti dan Bandi (2008)

    yang kemudian digunakan Tania (2013). Setiap responden diminta untuk menjawab pertanyaan

    untuk mengukur skeptisme profesional, dan diminta memilih dengan menggunakan skala likert

     poin 1 sampai 5.

    b)  Keahlian

    Auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang

    diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya Ayu (2013). Variabel keahlian dalam

     penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen digunakan Ayu (2013). Setiap responden

    diminta untuk menjawab pertanyaan untuk mengukur keahlian, dan diminta memilih dengan

    menggunakan skala likert  poin 1 sampai 5.

    c)  Independensi

    Independensi berarti sikap mental independen auditor yang bebas pengaruh, tidak

    dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi, 2002:27). Variabel

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    13/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    Independensi auditor dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang

    dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf (1980) yang kemudian digunakan Ayu (2013). Setiap

    responden diminta untuk menjawab pertanyaan untuk mengukur independensi, dan diminta

    memilih dengan menggunakan skala likert  poin 1 sampai 5.

    d)  Reduksi Kualitas Audit

    Perilaku reduksi kualitas audit muncul karena adanya dilema antara inherent cost  (biaya

    yang melekat pada proses audit) dan kualitas, yang dihadapi oleh auditor dalam lingkungan

    auditnya. Disatu sisi, auditor harus memenuhi standar profesionalnya yang mendorong mereka

    untuk mencapai kualitas audit pada level tinggi, namun disisi lain, auditor menghadapi

    hambatan cost/  biaya yang membuat mereka memiliki kecenderungan untuk menurunkan

    kualitas audit. Variabel reduksi kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

    instrumen yang dikembangkan oleh Herningsih (2001) yang kemudian digunakan oleh

    Suryanita (2006). Setiap responden diminta untuk menjawab pertanyaan untuk mengukur

    reduksi kualitas audit, dan diminta memilih dengan menggunakan skala likert  poin 1 sampai 5.

    e)  Kualitas Audit

    Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi (Christiawan,

    2002). Kualitas audit adalah sikap auditor dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin dalam

    hasil pemeriksaannya yang dapat diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku (Bawono dan

    Elisha, 2010). Untuk mengukur variabel ini, peneliti menggunakan instrumen yang telah

    dikembangkan oleh Christiawan (2002) yang kemudian digunakan Ayu (2013). Setiap

    responden diminta untuk menjawab pertanyaan untuk mengukur kualitas audit, dan diminta

    memilih dengan menggunakan skala likert  poin 1 sampai 5.

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    14/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    4.  Teknik Analisis Data

    Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dengan bantuan Statistical

    Product and Service Solution (SPSS) versi 22. Untuk menguji hipotesis 1, 2 dan 3 dilakukan

    dengan analisis regresi berganda (multiple regression analysis).

    Untuk menguji hipotesis 1, 2, 3, dan 4 persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

    Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 - β4 X4 + e

    Keterangan:

    Y : Kualitas Audita : Konstanta

    β1,,4  : Koefisien Regresi

    X1  : Skeptisme ProfesionalX2  : Keahlian

    X3  : Independensi

    X4  : Reduksi Kualitas Audite : error terms

    D.  HASIL DAN ANALISIS

    1.  Distribusi Jawaban Responden dan Analisis Statistik Deskriptif Variabel

    Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penyebaran kuesioner sebanyak 56, jumlah

    kuesioner yang kembali dan dapat diolah sebanyak 40 atau 71,5% dan jumlah kuesioner yang

    tidak kembali sebanyak 16 atau 28,5%. menunjukkan responden laki-laki menjadi terbanyak

    dalam penelitian ini yaitu sebesar 26 orang atau 65% dan 14 orang atau 36% berjenis kelamin

     perempuan. Jawaban responden menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan umur

    diantara 30-39 tahun yaitu sebesar 20 orang atau 50%. Mayoritas responden dengan pendidikan

    terakhir S1 berjumlah 25 orang atau 62,5. Mayoritas responden yang memiliki masa kerja 5-10

    tahun sebanyak 26 orang atau 65%. Dan mayoritas responden dengan jabatan sebagai

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    15/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

     pemeriksa muda menjadi yaitu sebanyak 19 orang atau sebesar 61,3%. Tabel dibawah ini

    menunjukkan deskriptif variabel dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

    Tabel E.1

    Deskriptif Variabel

    Variabel N Min Max Mean St. Deviasi

    Skeptisme Profesional

    (X1)

    40 19 30 20,00 2,591

    Keahlian (X2) 40 22 30 25,67 2,585

    Independensi (X3) 40 19 30 25,20 2,420

    Reduksi Kualitas Audit

    (X4)

    40 12 30 20,50 3,616

    Kualitas Audit (Y) 40 39 30 55,00 4,162

    Sumber: Data yang diolah kembali (2015)

    2.  Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

    Untuk menguji kelayakan suatu model regresi yang digunakan dalam menguji hipotesis,

    dilakukan uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan

    normalitas data). Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan klasik tidak ditemukan masalah

     pada pengujian tersebut.

    Berdasarkan hasil korelasi antar variabel dapat dijelaskan bahwa korelasi antara skeptisme

     profesional (X1) dengan kualitas audit (Y) ditunjukkan sebesar 37,6%, keahlian (X2) dengan

    kualitas audit (Y) sebesar 51,4%, independensi (X3) dengan kualitas audit (Y) sebesar 65,2%

    dan reduksi kualitas audit (X4) dengan kualitas auditor (Y) sebesar 20,7%. Nilai R pada

    koefisien determinasi sebesar 0,888 atau 88,8% adalah koefisien korelasi yang menunjukkan

    tingkat hubungan antara variabel yaitu skeptisme profesional, keahlian, independensi dan

    reduksi kualitas audit, dengan variabel kualitas audit. Nilai korelasi menunjukkan tingkat

    hubungan yang sangat kuat karena berada diantara 0,800-1,000.

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    16/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    Penelitian ini menggunakan tingkat keyakinan 95%, yang berarti menggunakan α sebesar

    0,05. Hal ini berarti jika nilai p value < 0,05 maka variabel independen memiliki besaran

     pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis regresi

     berganda diperoleh nilai adjusted r-square sebesar 0,764. Hasil ini menindikasikan bahwa

     pengaruh skeptisme profesional, keahlian, independensi dan reduksi kualitas audit secara

     bersama-sama terhadap kualitas audit adalah sebesar 76,4%. Nilai F sebesar 32,543 dengan

    tingkat signifikasi p=0,000 (p1,684) sehingga dapat dikatakan H1 diterima dan

    dapat disimpulkan bahwa skeptisme profesional berpenngaruh terhadap kualitas audit.

    Hasil penelitian ini mendukung teori-teori yang dikemukakan sebelumnya yang

    menyatakan bahwa skeptisme profesional akan membantu auditor dalam menilai dengan kritis

    risiko yang dihadapi dan memperhitungkan risiko tersebut dalam bermacam-macam keputusan

    (seperti menerima atau menolak klien; memilih metode dan teknik audit yang tepat; menilai

     bukti-bukti audit yang dikumpulkan dan seterusnya) (Theodorus, 2011:77).

    Standar Umum Ketiga dalam SPKN (Standar Pemeriksaan Keuangan Negara) yang

    menetapkan bahwa dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil

     pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    17/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    seksama.” Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisme

     profesional yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan

    evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan.

    Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Bawono dan

    Elisha (2010) yang menyatakan bahwa due professional care  yang didalamnya termasuk

    skeptisme profesional dan memberikan keyakinan yang memadai berpengaruh positif terhadap

    kualitas audit. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tania (2013) bahwa

    skeptisme profesional dapat dilatih oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit, pemberian

    opini harus didukung oleh bukti audit yang kompeten, dimana dalam mengumpulkan bukti

    tersebut auditor harus menggunakan sikap profesionalnya agar diperoleh bukti yang

    meyakinkan sebagai dasar pengambilan keputusan berbagai pihak. Keyakinan yang memadai

    atas bukti-bukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor dalam melaksanakan proses

    audit agar kualitas audit dapat tercapai.

    Penelitian ini juga sesuai dengan Sabrina dan Januarti (2012) yang mengungkapkan

     bahwa skeptisme profesional adalah sikap yang harus dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan

    tugasnya sebagai akuntan publik yang dipercaya oleh masyarakat dengan selalu

    mempertanyakan dan tidak mudah percaya atas bukti-bukti audit agar pemberian opini auditor

    tepat sehingga menghasilkan kualitas audit yang baik.

    Besarnya pengaruh skeptisme profesional terhadap kualitas audit adalah sebesar 37,6%.

    Bila dilihat dari pengaruh yang sebesar 37,6%, dengan angka signifikasi 0,000, maka diduga

    masih ada faktor-faktor lain diluar variabel skeptisme profesional yang mempengaruhi kualitas

    audit.

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    18/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    Pengujian Hipotesis 2

    Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,03 dengan tingkat

    signifikansinya (p) sebesar 0,03 (p ttabel (3,215>1,684) sehingga dapat dikatakan H2 diterima dan

    dapat disimpulkan bahwa keahlian berpenngaruh terhadap kualitas audit.

    Hasil penelitian ini mendukung teori-teori yang dikemukakan sebelumnya dan pernyataan

    Pernyataan Standar Umum pertama tentang Standar Pemeriksaan 01 dalam SPKN menetapkan

    “pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk

    melaksanakan tugas pemeriksaan.” Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan secara k olektif

    harus memiliki keahlian yang dibutuhkan serta memiliki sertifikasi keahlian yang berterima

    umum. yang menyatakan bahwa auditor harus telah menjalani pendidikan dan pelatihan teknis

    yang cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing. Auditor yang melaksanakan

     pemeriksaan keuangan harus memiliki keahlian dibidang akuntansi dan auditing, serta

    memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum berkaitan entitas yang diperiksa (Mulyadi,

    2002:26).

    Hasil penelitian juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan Ayu (2013) yang

    mengyatakan bahwa keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit. Keahlian yang ditunjang

    dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki auditor merupakan dasar yang dibutuhkan

    seorang auditor dalam proses audit, sehingga mampu memberikan kontribusi yang baik pada

    kualitas audit. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alim, dkk (2007)

    yang menyatakan bahwa keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit. membuktikan bahwa

    kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki keahlian yang baik. Keahlian tersebut terdiri

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    19/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    dari pengelaman dan pengetahuan. Auditor harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang

    telah dimiliki agar penerapan sejalan dengan bertambahnya pengalaman yang dimiliki auditor.

    Definisi keahlian dalam bidang auditing sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari,

    2003). Penelitian yang dilakukan Mayangsari (2003) menjelaskan bahwa pengalaman dan

     pengetahuan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan pemberian opini, dimana dalam

     penelitiannya hal tersebut termasuk sebagai indikator pada kualitas audit. Penelitian juga sesuai

    dengan penelitian yang dilakukan Bonner (1990) yang menunjukkan bahwa pengetahuan

    mengenai spesifik tugas dapat meningkatkan kinerja auditor sehingga memberikan kualitas

    audit yang baik.

    Pengujian Hipotesis 3

    Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,002 dengan tingkat

    signifikansinya (p) sebesar 0,002 (p ttabel (3,373>1,684) sehingga dapat dikatakan H3 diterima dan

    dapat disimpulkan bahwa independensi berpenngaruh terhadap kualitas audit.

    Pernyataan Standar Umum kedua tentang Standar Pemeriksaan 01 dalam SPKN

    menetapkan “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi

     pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan

     probadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.” Proses

     pemeriksaan yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan berdasarkan sikap yang jujur dan

    tidak memihak pada siapapun akan memberikan kualitas audit yang baik bila dibandingkan

    dengan auditor yang tidak memiliki sikap independensi pada saat melakukan proses audit.

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    20/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hasil penelitian ini sesuai

    dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Alim (2007) yang menyatakan bahwa bahwa

    independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor harus memiliki sikap independen

    agar pengumpulan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan didasarkan

     pada sikapnya yang jujur dan tidak memihak pada siapapun akan memberikan kualitas audit

    yang baik bila dibandingkan dengan auditor yang tidak memiliki sikap independensi pada saat

    melakukan proses audit.

    Hasil penelitian juga konsisten dengan penelitian Bawono dan Elisha (2010) yang

    membuktikan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor yang baik tidak

    dibenarkan memihak kepada siapapun, sikap independensi yang dimilikinya sangat diperlukan

    untuk mempertahankan kebebasannya memberikan pendapat yang mana kualitas audit yang

    dihasilkannya semakin baik. Dan penelitian juga sesuai dengan penelitian Ayu (2013) yang

    menyatakan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. membuktikan bahwa

    independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor yang menjaga independensinya

    dalam menjalankan penugasan profesionalnya maka kualitas audit yang dihasilkan akan

    semakin baik.

    Pengujian Hipotesis 4

    Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,027 dengan tingkat

    signifikansinya (p) sebesar 0,027 (p ttabel (2,303>1,684) sehingga dapat dikatakan H4 diterima dan

    dapat disimpulkan bahwa reduksi kualitas audit berpenngaruh terhadap kualitas audit. Penelitian

    ini menunjukkan bahwa semakin tinggi auditor melakukan perilaku pengurangan kualitas audit

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    21/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    yang didalamnya terdapat adanya tekanan waktu/ time pressure dan tekanan anggaran/budget

     pressure maka memungkinkan auditor menurunkan kualitas auditnya.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Suryanita, dkk

    (2006) yang menyatakan bahwa time pressure berpengaruh terhadap penghentian premature atas

     prosedur audit. Berpengaruh dalam hasil penelitiannya yang berarti bahwa semakin tinggi

    tekanan waktu yang diberikan semakin tinggi kemungkinan auditor melakukan penghentian

     premature atas prosedur audit yang menimbulkan perilaku reduksi kualitas audit dan

    menyebabkan terjadinya penurunan kualitas audit.

    Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Qurrahman, 2012) bahwa

    time pressure berpengaruh terhadap penghentian premature atas prosedur audit yang

    menimbulkan adanya perilaku reduksi kualitas audit. Tindakan tersebut dapat berpengaruh

    langsung terhadap kualitas laporan audit yang dihasilkan auditor, apabila salah satu langkah

    dalam prosedur audit dihilangkan, maka kemungkinan auditor membuat judgment yang salah

    akan semakin tinggi yang menimbulkan kualitas audit menurun.

    Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ni Made dan I Made (2014) yang

    membuktikan bahwa faktor situasional auditor yakni time pressure mempunyai pengaruh positif

     pada Penghentian Prematur Prosedur Audit di Kantor BPK-RI Perwakilan Provinsi Bali

    merupakan perilaku pengurangan kualitas audit (reduksi kualitas audit) yang dilakukan oleh

    auditor.

    Auditor pemerintah terutama Badan Pemeriksa Keuangan RI merupakan auditor

    menghadapi time pressure dalam melaksanakan prosedur audit, mengingat institusi tempat

    mereka bekerja memperoleh anggaran untuk menunjang kegiatannya yang bersumber dari

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    22/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) dari pemerintah masing-masing daerah.

    Anggaran waktu/ time pressure pemeriksaan sangat dipengaruhi oleh jumlah anggaran

     pemeriksaan yang ada sehingga auditor cenderung mampu menjaga kualitas auditnya. Anggaran

    yang diperoleh sedikit, maka anggaran waktu pemeriksaan juga akan sedikit.

    Pengujian Hipotesis 5

    Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa variabel skeptisme profesional, keahlian,

    independensi, dan reduksi kualitas audit berpengaruh terhadap kualitas audit. Dilihat dari nilai

    signifikansinya (p) sebesar 0,000 (p F tabel (32,543 > 2,64) sehingga dapat dikatakan H5 diterima.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Theodorus, (2011) bahwa

    skeptisme profesional membantu auditor dalam menilai dengan kritis risiko yang dihadapi dan

    memperhitungkan risiko tersebut dalam bermacam-macam keputusan (seperti menerima atau

    menolak klien; memilih metode dan teknik audit yang tepat; menilai bukti-bukti audit yang

    dikumpulkan dan seterusnya). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan

    Elisha dan Bawono (2010) yang mengemukakan bahwa skeptisme profesional merupakan

    keharusan dalam setiap penugasan auditor agar memberikan keyakinan yang memadai bahwa

     bukti audit telah mencukupi dan sesuai untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor.

    Keyakinan yang memadai atas bukti-bukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor

    dalam melaksanakan proses audit sehingga kualitas audit dapat tercapai. Auditor yang memiliki

    skeptisme profesional disertai dengan memiliki keahlian teknis melalui pelatihan praktik

    auditing akan memberikan kualitas audit yang baik untuk pihak-pihak yang berkepentingan.

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    23/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Ayu (2013) membuktikan bahwa

    independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor yang menjaga independensinya

    dalam menjalankan penugasan profesionalnya maka kualitas audit yang dihasilkan akan

    semakin baik. Penelitian yang dilakukan Bawono dan Elisha (2010) juga membuktikan bahwa

    independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor yang baik tidak dibenarkan memihak

    kepada siapapun, sikap independensi yang dimilikinya sangat diperlukan untuk

    mempertahankan kebebasannya memberikan pendapat yang mana kualitas audit yang

    dihasilkannya semakin baik.

    Pendapat De Angelo (1981) yang menyatakan bahwa independensi merupakan hal yang

     penting selain kemampuan auditor sejalan dengan penelitian yang dilakukan Alim, dkk (2007)

     bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor harus memiliki sikap

    independensi disetiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Keputusan

    yang didasarkan pada sikapnya yang jujur dan tidak memihak pada siapapun akan memberikan

    kualitas audit yang baik dan lebih cermat dalam perencanaan anggaran waktu agar kualitas audit

    tetap terjaga dengan tidak melakukan perilaku reduksi kualitas audit.

    E.  Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi Penelitian

    Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan pada

     penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel skeptisme profesional berpengaruh

    terhadap kualitas audit, keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit, independensi berpengaruh

    terhadap kualitas audit dan reduksi kualitas audit berpengaruh terhadap kualitas audit. Dan uji

    signifikansi simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel skeptisme profesional, keahlian,

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    24/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    independensi, dan reduksi kualitas audit berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit

     pada Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini

    tidak terlepas dari keterbatasan, keterbatasan diantaranya penelitian ini hanya dilakukan di

    Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan saja sehingga tidak

    dimaksudkan untuk menggeneralisasi hasil penelitian.

    Hasil penelitian ini memberikan masukan bagi auditor di Badan Pemeriksa Keuangan RI

    Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan bahwa untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan

    adanya sikap skeptisme profesional, keahlian yang memadai sesuai dengan Standar Umum

    yang ditetapkan SPKN, Independensi dan tidak melakukan pengurangan kualitas audit (reduksi

    kualitas audit) dengan tetap lebih cermat dalam perencanaan anggaran waktu.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arens, et. al. 2008.  Auditing and Assurance Service An Integrated Approach An Indonesia

     Adaptation. Buku Satu. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

    Ayu Dewi Riharna Najib. 2013.  Pengaruh keahlian, Independensi, dan Etika terhadap Kualitas

     Audit (Studi Pada Auditor Pemerintah di BPKP Perwakilan Provinsi Sul-Sel). Skripsi.

    Bawono, Rangga Icuk dan Elisha Muliani Singgih. 2010.  Pengaruh independensi, pengalaman,due profesional care dan akuntabilitas terhadap kualitas audit (studi pada Auditor di KAP

    “Big Four” di Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XIII.

    Bonner, S.E. dan B.L. Lewis. 1990. Determinants of Auditor Expertise. Journal Accounting

     Research (Supplement). p 1-28.

    Christiawan, Yulius Yogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 4 No.2 Hal 79-92.

    De Angelo, LE.1981. Auditor Independent, “Low Balling”, and Disclosure Regulation. Journal

    of Accounting and Economics 3 August.113-127.

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    25/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    Erika, Nita Ariani dan Maya Febrianty Lautania. 2008. Persepsi Auditor terhadap Penghentian

     Prematur atas Prosedur Audit yang dikaitkan dengan Time Budgen Pressure (studi pada

     Auditor Pemerintah di Kota Banda Aceh). Jurnal Telaah &Riset Akuntansi Vol. 1 No. 2Juli 2008 hal 163-170.

    Ghozali, Imam. 2011.  Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS .  Universitas

    Diponegoro, Semarang.

    Herningsih, Sucahyo. 2001. Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit : Studi Empiris pada

    Kantor Akuntan Publik. Tesis, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

    Ida Rosnidah, Rawi, Kamarudin. 2011.  Analisis Dampak Motivasi dan Profesionalismeterhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat DalamPengawasan Keuangan Daerah (Studi

     Empiris pada Pemerintah Kabupaten Cirebon).  Pekbis Jurnal, Vol.3, No.2, Juli 2011:

    456-466 456.

    I Gusti Agung Rai. 2010. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

    Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2012. Metodologi Peneli tian Bisnis untuk Akuntansi

    dan Manajemen. Yogyakarta.

    Mayangsari, S. 2003.  Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit;

    Sebuah Kuasieksperiman. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 6 No. 1. Januari. p.

    1255-1269.

    Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Buku Satu. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

     Ni Made Surya Andani dan I Made Mertha. 2014.  Pengaruh Time Pressure, Audit Risk, Professional Commitment dan Locus Of Control pada Penghentian Prematur Prosedur

     Audit. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.2 (2014):185:196.

     Noviyanti, Putri dan Bandi. 2002.  Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan terhadap Struktur

     Pengetahuan Auditor tentang Kekeliruan. Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang.

    Qurrahman Taufik, Susfayetti, & Andi Mirdah. 2012. Pengaruh Time Presure, Audit risk, Materialitas, Prosedur Review Dan Kontrol Kualitas, Locus Of Control Serta

     Professional commitment Terhadap Penghentian Prematur Prosedur Audit.  E-Jurnal

    Binar Akuntansi, 1 (1).

    Sabrina dan Indira Januarti. 2012. Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika, danGender terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit melalui Skeptisme Profesional

     Auditor (Studi Kasus Pada KAP Big Four di Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi

    XV, Banjarmasin.

    Suryanita, Weningtyas, Doddy Setiawan, dan Hanung Triatmoko. 2006. Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

    Tania. 2013. Pengaruh Independensi, Keahlian, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing serta

    Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit oleh Akuntan

     Publik. Skripsi. Jakarta.

  • 8/16/2019 penelitian dahulu

    26/26

     

    Member of

    Departemen Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Kanjuruhan Malang

    Ikatan Akuntan IndonesiaWilayah Jawa Timur

    Tuanakotta, Theodorus M. 2011.  Berpikir kritis dalam Auditing.  Penerbit Salemba Empat.

    Jakarta

    Wandanarum. Puspa Mayangsari, 2013. Auditing Pendekatan Sektor Publik dan Privat. Penerbit Media Bangsa. Jakarta.