17
PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL PENGEBORAN MINERAL LOGAM DI DAERAH ULU SULITI, TANJUNG LIMAU KAPEH, KECAMATAN KOTO PARIK GADANG DIATEH, KABUPATEN SOLOK SELATAN, PROVINSI SUMATERA BARAT Franklin Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Mineralisasi yang tersingkap di daerah penelitian ditemukan di daerah Ulu Suliti dan Tanjung Lima Kapas. Mineralisasi di Ulu Suliti terdiri dari beberapa logam-logam sulfida sebagai mineral utamanya seperti sfalerit, galena, kalkopirit, kuarsa sementara besi merupakan logam ikutanya, terbentuk di kontak antara gamping dan granodiorit berasosiasi dengan urat kuarsa yang dikontrol oleh struktur geser mengiri berarah timurlaut-baratdaya. Di Tanjung Lima Kapas di temukan singkapan besi yang terbentuk akibat kontak antara gamping dan granit/granodiorit dikontrol oleh sesar geser mengiri timurlaut-baratdaya. Hasil uji kimia batuan termineralisasi di Ulu Suliti dan Tanjung Lima Kapas menunjukkan kandungan unsur tertinggi antara lain Cu: 5540 ppm, Pb: 129 ppm, Zn: 1464 ppm, Co: 105 ppm, Ni: 30 ppm, Mn: 9733 ppm, Ag: 7 ppm, Au: 47 ppb, As: 32 ppm, Fe: 50,43%, Sn: 140 ppm Sb: 3 ppm, Sr: 455 ppm, W: 450 ppm dan Li: 98 ppm. Mineralisasi di permukaan ini dilanjutkan dengan pendugaan bawah permukaan menggunakan metoda Polarisasi Induksi dan Magnet yang hasilnya menunjukkan adanya anomali logam dimulai pada kedalaman 74 meter dan menerus hingga lebih dari 123 meter di beberapa titik pengukuran. Pengeboran di lakukan pada tiga titik yaitu: BSS-01,BSS-02 dan BSS-03 dengan masing-masing kedalaman 150 meter. Hasil pengeboran ini menunjukan satuan batuan yang ditemukan adalah tanah pelapukan,/koluvial, selang-seling batupasir dengan batulempung, breksi polimik, granodiorit dan gamping/skarn. Satuan tersebut telah tersesarkan dan pada zona sesar tersebut ditemukan ubahan berupa argilik, propilitik. Mineralisasi yang ditemukan berupa sulfida antara lain: pirit, galena, sfalerit, kalkopirit dan magnetit/hematit serta garnet. Mineralisasi ini ditemukan pada satuan batupasir, breksi dan yang paling intesif serta cukup tebal ditemukan pada skarn dimulai pada kedalaman 74 meter hingga lebih 150 meter. Mineralisasi pada skarn ini berasosiasi dengan logam dasar sementara besi masif yang diharapkan terbentuk pada sakrn ini tidak ditemukan di tiga lobang bor. Pendahuluan Kabupaten Solok dan Solok Selatan, khususnya daerah Pantai Cermin dan Sungai Pagu telah diselidiki oleh tim geologi dari Pusat Sumber Daya Geologi sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 (termasuk kerjasama dengan China Geological Resources, Pemerintah Tiongkok). Berbagai kegiatan penyelidikan telah dilakukan di daerah tersebut dan hasilnya memperlihatkan, bahwa daerah ini mempunyai potensi sumber daya mineral logam khususnya logam besi dan logam lainnya yang cukup potensil untuk dikembangkan. Secara administratif lokasi daerah penyelidikan mencakup dua kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis penentuan wilayah pengeboran eksplorasi tersebut terletak di antara 100º 56' 14,36" ~ 101º 0' 46,78" Bujur Timur dan 1º 17' 35,17" ~ 1º 21' 20,68" Lintang (Gb.1). Daerah penyelidikan dapat ditempuh dengan Pesawat dari Jakarta ke Padang dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dan 45 menit, lalu dilanjutkan dengan perjalanan lewat darat memakai kendaraan roda empat ke lokasi penyelidikan dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.

penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL PENGEBORAN MINERAL LOGAM DI DAERAH

ULU SULITI, TANJUNG LIMAU KAPEH, KECAMATAN KOTO PARIK GADANG DIATEH,

KABUPATEN SOLOK SELATAN, PROVINSI SUMATERA BARAT

Franklin

Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Mineralisasi yang tersingkap di daerah penelitian ditemukan di daerah Ulu Suliti dan

Tanjung Lima Kapas. Mineralisasi di Ulu Suliti terdiri dari beberapa logam-logam sulfida

sebagai mineral utamanya seperti sfalerit, galena, kalkopirit, kuarsa sementara besi

merupakan logam ikutanya, terbentuk di kontak antara gamping dan granodiorit berasosiasi

dengan urat kuarsa yang dikontrol oleh struktur geser mengiri berarah timurlaut-baratdaya. Di

Tanjung Lima Kapas di temukan singkapan besi yang terbentuk akibat kontak antara gamping

dan granit/granodiorit dikontrol oleh sesar geser mengiri timurlaut-baratdaya. Hasil uji kimia

batuan termineralisasi di Ulu Suliti dan Tanjung Lima Kapas menunjukkan kandungan unsur

tertinggi antara lain Cu: 5540 ppm, Pb: 129 ppm, Zn: 1464 ppm, Co: 105 ppm, Ni: 30 ppm,

Mn: 9733 ppm, Ag: 7 ppm, Au: 47 ppb, As: 32 ppm, Fe: 50,43%, Sn: 140 ppm Sb: 3 ppm, Sr:

455 ppm, W: 450 ppm dan Li: 98 ppm. Mineralisasi di permukaan ini dilanjutkan dengan

pendugaan bawah permukaan menggunakan metoda Polarisasi Induksi dan Magnet yang

hasilnya menunjukkan adanya anomali logam dimulai pada kedalaman 74 meter dan menerus

hingga lebih dari 123 meter di beberapa titik pengukuran. Pengeboran di lakukan pada tiga

titik yaitu: BSS-01,BSS-02 dan BSS-03 dengan masing-masing kedalaman 150 meter. Hasil

pengeboran ini menunjukan satuan batuan yang ditemukan adalah tanah pelapukan,/koluvial,

selang-seling batupasir dengan batulempung, breksi polimik, granodiorit dan gamping/skarn.

Satuan tersebut telah tersesarkan dan pada zona sesar tersebut ditemukan ubahan berupa

argilik, propilitik. Mineralisasi yang ditemukan berupa sulfida antara lain: pirit, galena, sfalerit,

kalkopirit dan magnetit/hematit serta garnet. Mineralisasi ini ditemukan pada satuan batupasir,

breksi dan yang paling intesif serta cukup tebal ditemukan pada skarn dimulai pada kedalaman

74 meter hingga lebih 150 meter. Mineralisasi pada skarn ini berasosiasi dengan logam dasar

sementara besi masif yang diharapkan terbentuk pada sakrn ini tidak ditemukan di tiga lobang

bor.

Pendahuluan

Kabupaten Solok dan Solok

Selatan, khususnya daerah Pantai Cermin

dan Sungai Pagu telah diselidiki oleh tim

geologi dari Pusat Sumber Daya Geologi

sejak tahun 2011 sampai dengan tahun

2013 (termasuk kerjasama dengan China

Geological Resources, Pemerintah

Tiongkok). Berbagai kegiatan penyelidikan

telah dilakukan di daerah tersebut dan

hasilnya memperlihatkan, bahwa daerah

ini mempunyai potensi sumber daya

mineral logam khususnya logam besi dan

logam lainnya yang cukup potensil untuk

dikembangkan. Secara administratif lokasi

daerah penyelidikan mencakup dua

kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan

Kabupaten Solok Selatan, Provinsi

Sumatera Barat. Secara geografis

penentuan wilayah pengeboran eksplorasi

tersebut terletak di antara 100º 56' 14,36"

~ 101º 0' 46,78" Bujur Timur dan 1º 17'

35,17" ~ 1º 21' 20,68" Lintang (Gb.1).

Daerah penyelidikan dapat ditempuh

dengan Pesawat dari Jakarta ke Padang

dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dan 45

menit, lalu dilanjutkan dengan perjalanan

lewat darat memakai kendaraan roda

empat ke lokasi penyelidikan dengan

waktu tempuh sekitar 4 jam.

Page 2: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Fisiografi dan Morfologi

Fisiografi di dua lokasi ini dibagi

menjadi 3 (tiga) satuan yaitu : perbukitan

tinggi, perbukitan rendah dan pedataran

(Gb.2). Perbukitan tinggi menempati

sebelah barat, merupakan bagian dari

Bukit Barisan dengan ketinggian lebih dari

800 m dpl. Perbukitan sedang menempati

bagian timur dengan ketinggian antara

400 - 600 m dpl, umumnya merupakan

hutan lindung dan area pengguna lain. Di

bagian tengah merupakan pedataran

dengan ketinggian 50 - 200 m dpl (Gb 3

dan Gb.4). Pola aliran sungai di daerah ini

umumnya trellis dengan sungai utama

adalah Batang Suliti yang mengalir dari

utara - selatan.

Pemetaan Situasi

Pemetaan dilakukan di daerah Ulu

Suliti IV dan Tanjung Limau Kapeh dengan

skala 1 : 1.000. Pemetaan ini dimaksudkan

untuk mengetahui objek-objek yang ada

disekitar daerah pengeboran, seperti jalan,

irigasi, persawahan, perkebunan, sarana

sosial, pemukiman yang selanjutnya akan

digunakan untuk menentukan jalur

mobilisasi dan demobilisasi dari satu titik

bor ke titik bor lainnya. Hasil pemetaan

situasi tersebut dapat dilihat pada Gb. 5.

Satuan Batuan

Pengamatan satuan batuan di

daerah ini dilakukan di sungai-sungai serta

di sepanjang jalan serta perbukitan yang

batuannya tersingkap. Berdasarkan ciri-

ciri litologi yang teramati di lapangan,

terdapat empat satuan batuan dengan

urut-urutan dari tua ke muda yaitu: Satuan

Batugamping, Satuan Granodiorit, Satuan

Gabro dan Satuan Breksi. Deskripsi

lapangan dari batuan yang teramati adalah

sebagai berikut : Satuan Batugamping,

merupakan satuan tertua pada daerah

penelitian, di tandai dengan warna biru

pada peta geologi. Litologi penyusun

satuan ini terdiri dari packstone dan

wackestone. Packstone, grain-supported,

terdapat foraminifera besar. Wackestone,

mud-supported. Gejala metamorfisme

juga teramati pada Satuan Batugamping

berupa tekstur crenulation cleavage dan

filitik. Satuan Granodiorit, Satuan

Granodorit memiliki ciri litologi, fanerik,

komposisi mineral primer terdiri dari

plagioklas dan hornblenda. Gejala

metamorfisme juga teramati pada Satuan

Granodiorit berupa tekstur slaty cleavage.

Satuan Gabro, memiliki ciri litologi

berwarna hitam kehijauan, fanerik,

komposisi mineral primer berupa

plagioklas dan piroksen. Satuan Breksi-

Tufa, dicirikan dengan warna cokelat pada

daerah penelitian. Litologi Breksi secara

umum menyudut-menyudut tanggung,

terpilah buruk dengan kemas terbuka

dengan fragmen monomik berupa andesit.

Gambaran lengkap pengamatan batuan di

daerah penyelidikan dapat dilihat pada

Gb.6.

Pengeboran

Tajak Lobang Bor dan Perhitungan

kedalaman

Pengeboran awal dilakukan di

lokasi BSS-03 Ulu Suliti IV, namun

sebelum dilakukan pengeboran diperiksa

terlebih dahulu posisi pipa bor dan

persiapan lainnya.

Prosedur sama juga diterapkan

untuk titik bor BSS-01 dan BSS-02 yang

berlokasi di Tanjung Limau Kapeh.

Perhitungan Kedalaman, Perolehan Inti

Bor dan Penyimpanan di Dalam Core

Box

Kedalaman lobang bor ditentukan

dengan cara:

Depth hole = Rod string - Stickup -

Constan.

Depth hole = Kedalaman lobang bor

(meter)

Rod string = Jumlah pipa yang masuk

(panjang tiap pipa 1,5 meter)

Stickup = sisa pipa diatas head

(meter atau centimeter)

Page 3: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Constan = Jarak dari head ke

permukaan tanah (meter/centimeter,

konstan tergantung dari tipe mesin bor dan

kemiringan pengeboran). Untuk BSS-03,

mesin yang digunakan adalah LY-38,

konstannya 2,5 meter dengan posisi tegak

(90°), sedangkan untuk BSS-01 dan BSS-

02, mesin yang digunakan adalah

Jackrow-200 dengan konstannya 50 cm.

posisi 90°. Untuk lebih jelasnya

keterangan tersebut dapat dilihat pada

Gambar 7.

Prosedur yang sama juga

diterapkan untuk titik bor BSS-01 dan

BSS-02. Kemajuan pengeboran

dilaporkan setiap hari dan dicatat pada

Daily Drilling Report (DDR) yang dibuat

sesuai dengan format perusahaan dan

ditandatangani oleh Drilling Supervisior

serta disetujui oleh Pengawas Dari PSDG.

Total core box yang ada dapat dilihat pada

Gb 10, 11 dan Gb 12.

Pemerian Inti Bor

Sebelum dilakukan pemerian, inti

bor yang ada di core box dicuci terlebih

dahulu sampai bersih kemudian disusun

ulang dan setelah itu didokumentasi.

Selanjutnya inti bor tersebut dibelah

dengan menggunakan mesin pembelah

(Coreshaw). Inti bor yang telah dibelah

siap untuk dilakukan pemerian. Tahapan

tersebut dapat dilihat pada Gambar 13,

14,dan 15.

Pemerian Inti Bor BSS-03

Hasil pengamatan inti bor dari

permukaan hingga 150 meter

menunjukkan:

Litologinya tersusun dari :

0.00 m - 4.30 m, Endapan permukaan

(tanah lapukan granodiorit, lempung,

pasir, kerikil dan kerakal).

4.30 m - 15.40 m, Selang-seling

batulempung mengandung mangan dan

batupasir, bercampur breksi polimik

tersemenkan karbonat.

15.40 m - 20.10 m, Breksi polimik, pirit,

klorit, argilik

20.10 m - 30.35 m, Selang-seling pasir-

lempung hitam sisipan breksi, batupasir

kuarsa.

30.35 m - 42.30 m, Batupasir berukuran

sedang-halus bagian bawah fragmental,

sisipan breksi polimik.

42.30 m - 64.90 m, Batupasir kuarsa

dengan bagian atas konglomeratan

sisipan breksi hancuran bagian bawah

lempung berkarbon.

64.90 m - 149.00 m, Breksi polimik, pirit,

magnetit, hematit, urat kalsit, semen

karbonat dibeberapa tempat

terhancurkan.

149.00 m - 150.10 m, Gamping, magnetit,

hematit, terpotong urat kalsit.

Struktur, di breksi teramati adanya

pengarahan fragmen batuan serta jejak

aliran pada sementasinya. Sementara di

kedalaman 64.90 m - 83.20 m, terbentuk

zona hancuran pada breksi yang

diperkirakan akibat sesar.

Ubahan, berupa argilik, propilik

dan kloritisasi ditemukan pada breksi

polimik di kedalaman 15.40 m - 21.20 m.

ubahan yang sama ditemukan di

kedalaman 76.80 m - 83.20 m.

Mineralisasi, Umumnya terbentuk

pada breksi polimik di fragmen-fragmen

batuan berupa pirit terserak setempat

mengisi rekahan pada ke dalaman 20.10

m - 21.20 m, 76.80 m - 83.20 m. Magnetit

dan hematit ditemukan dalam bentuk

sekunder di breksi dan metasedimen pada

ke dalaman 124.90 m - 149.50 m.

Deskripsi lengkap dapat dilihat pada Gb.

16 (Lampiran).

Pemerian Inti Bor BSS-01

Hasil pengamatan inti bor dari

permukaan hingga 150 meter

menunjukkan:

Litologinya tersusun dari:

0.00 m - 3.60 m, Lempung coklat

kemerahan, pasir, kerikil dan kerakal).

Page 4: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

3.60 m - 11.10 m, Selang-seling

batulempung mengandung mangan dan

oksida besi, batupasir, bercampur breksi

polimik tersemenkan karbonat.

11.10 m - 20.90 m, Breksi polimik,

bercampur batupasir, lempungpasiran,

metasedimen dan batupasir kuarsa.

20.90 m - 31.00 m, Breksi polimik semen

karbonat, hancuran, bagian bawah berupa

metasedimen.

31.00 m - 111.50 m, Metasedimen,

terhancurkan, urat kalsit, feldspar terubah,

piritisasi terserak, kalkopirit, garnet,

magnetit, hematit, klorit sisipan

pasirlempungan pada 42.00 m - 42.60 m,

gamping pada 42.60 m - 44.40 m dan

breksi polimik pada 44.80 m - 45.00 m.

115.50 m - 150.00 m, Skarn, magnetik

kuat, urat kalsit, klorit, argilik, pirit terserak,

garnet, kalkopirit.

Struktur, Zona geseran pada

metasedimen dan batulempung pasiran

pada ke dalaman 18.60 m - 20.90 m dan

20.90 m - 42.00 m pada metasedimen.

Zona hancuran ditemukan juga pada ke

dalaman 92.90 m - 115.50 di batuan

metasedimen yang diperkirakan akibat

sesar.

Ubahan, berupa argilik, propilik

dan kloritisasi ditemukan pada batupasir

kuarsa terbreksikan di kedalaman 17.10 m

- 18.60 m. ubahan yang sama ditemukan

di kedalaman 20.90 m - 31.00 m, 37.80 m

- 42.00 m di metasedimen dan di

kedalaman 47.00 m - 99.40 m. Di batuan

skarn terargilikkan, terkloritkan ditemukan

pada kedalaman 112.00 m - 15.00 m.

Mineralisasi, berupa piritisasi

terserak terbentuk pada metasedimen

setempat mengisi rekahan pada ke

dalaman 20.10 m - 26.30 m., Mineralisasi

yang sama ditemukan pada metasedimen

di kedalaman 30.20 m - 42.00 m dandi

kedalaman 45.00 m - 112.50. Magnetit,

hematit, pirit terserak dan kalkopirit

ditemukan pada batuan skarn di

kedalaman 112.50 m - 149.50 m.

Deskripsi lengkap dapat dilihat pada Gb.

17 (Lampiran).

Pemerian Inti Bor BSS-02

Hasil pengamatan inti bor dari

permukaan hingga 150 meter

menunjukkan:

Litologinya tersusun dari:

0.00 m - 3.10 m, Endapan permukaan

(tanah lapukan granodiorit, lempung,

pasir, kerikil dan kerakal).

3.10 m - 9.60 m, Selang-seling

batulempung mengandung mangan dan

batupasir, bercampur dengan bolder

granodiorit.

9.60 m - 13.80 m, Batupasir halus, urat

kalsit, mengandung mangan.

13.80 m - 18.80 m, Bagian atasnya

gamping klastik dan bagian bawahnya

batupasir halus.

18.80 m - 25.00 m, Selang-seling

batupasir halus dengan lempung,

setempat terhancurkan dan di bagian

bawah berupa fragmental.

25.30 m - 30.60 m, Metasedimen,

fragmental, urat kalsit, terbreksiasi.

30.64 m - 41.10 m, Selang-seling

batupasir dengan lempungpasiran,

karbonatan.

41.10 m - 52.50 m, metagamping klastik,

urat mineral hitam terpotong urat kalsit.

52.50 m - 60.60 m, Granodiorit lapuk.

60.60 m - 62.60 m, Metabatugamping

62.60 m - 63.30 m, Zona breksiasi,

lempung, argilik, milonitisasi.

63.30 m - 69.50 m, Gamping klastik, urat

mineral hitam, setempat sisipan breksi

polimik.

69.50 m - 150.20 m, Granodiorit, putih,

massif, biotit, hornblende, kuarsa, urat

kalsit berasosiasi dengan mineral hitam

bertekstur dendritik. Di kedalaman 75.50

m - 75.60 m, 79.40 m - 79.90 m, 80.20 m -

80.40 m, 84.90 m - 85.10 m, 87.90 m -

88.40 m123.70 m - 123.90 m, 139.60 m -

140.00 m, 140.50 m -140.60 m, 143.90 m

- 144.00, terpotong oleh lempung argilik

karbonatan/shear zone, urat kalsit. Di

Page 5: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

kedalaman 114.90 m - 115.15 m, intrusi

granodiorit kedua?, abu-abu kehijauan,

porfir afanitik, fenokris kuarsa, ubahan

silika-klorit berasosiasi dengan mineral

hitam bertekstur dendritik.

Struktur, Di batupasir lempungan,

komponen batuan terbreksikan di

kedalaman 20.10 m - 30.60 m dan di

kedalaman 38.70 m - 39.10 m. Zona

breksiasi, milonitisasi di

metagamping/gamping klastik di

kedalaman 62.60 m - 63.30 m. Mulai di

kedalaman 72.50 m - 150,20 m kerap

ditemukan granodiorit terpotong oleh

lempung terargilikkan/zona. Sementara di

kedalaman 114.90 m - 115.15 m, teramati

granodiorit yang diintrusi kembali oleh

granodiorit (kedua?). Struktur-struktur

tersebut diperkirakan terjadi akibat sesar

atau adanya intrusi berikutnya.

Ubahan, berupa argilik, propilik

dan kloritisasi ditemukan pada granodiorit

dan granodiorit yang diintrusi kembali di

kedalaman 72.50 m - 150.20 m.

Mineralisasi, Pirit dan galena

serta mangan ditemukan pada gamping

klastik pada kedalaman 13.80 m - 18.80 m

berasosiasi dengan urat kalsit. Di

batupasir lempungan dengan komponen

batuan yang terbreksikan/zona hancuran

ditemukan pirit dan kalkopirit pada

kedalaman 23.10 m - 23.80 m.

Mineralisasi yang sama ditemukan pada

metasedimen terhancurkan di kedalaman

28.60 m - 30.10 m. Di batupasir, zona

hancuran ditemuka pirit pada kedalaman

39.10 m - 41.10 m. Mineralisasi yang sama

ditemukan pada gamping klastik di

kedalaman 52.50 m - 54.00 m dan di

kedalaman, 63.30 m - 66.90 m.

Deskripsi lengkap dapat dilihat pada Gb.

18 (Lampiran).

Pemercontohan

Dari hasil pemerian conto inti bor

BSS-03, BSS-01 dan BSS-02, teramati

adanya keterdapatan mineralisasi sulfida

dan oksida dalam batuan breksi,

batupasir, metasedimen/skarn dan

granodiorit baik itu terserak, dalam urat,

dalam fragmen batuan atau yang mengisi

rongga-rongga. Untuk mengetahui tipe

batuan, paragenesa dan besaran

kandungan logam dan jenisnya, maka inti

bor yang termineralisasi diambil contohnya

untuk dianalisis di laboratorium.

Beberapa conto yang diambil dari

3 (tiga) lobang bor dapat dilihat pada

Lampiran B, C dan D. Selanjutnya gambar

conto-conto tersebut dapat dilihat di

bawah ini.

Korelasi Lobang Bor

Hasil pemerian dari 3 (tiga) lobang

bor tersebut kemudian disusun kembali

berdasarkan kesamaan ciri-ciri litologinya

ataupun ciri-ciri mineral penyusun batuan,

sehingga diperoleh susunan satuan

batuan dari permukaan hingga pada

kedalaman 150 meter. Berdasarkan

susunan tersebut, maka dilakukan

penarikan batas-batas satuan batuan

sehingga terbentuk korelasi yang sesuai

seperti yang terlihat pada Gb. 24.

Pembahasan

Pengeboran yang telah

dilaksanakan di daerah Ulu Suliti IV dan

Tanjung Limau Kapeh merupakan tidak

lanjut dari hasil penyelidikan geologi

permukaan serta hasil penyelidikan

geofisika Induksi Polarisasi dan Magnet.

Hasil pengeboran ini menunjukkan adanya

variasi litologi, sturktur, ubahan dan

mineralisasi serta fenomena lainnya.

Sasaran utama pengeboran ini, yaitu

menemukan bijih besi masif dan mineral

logam dasar serta perkiraan sebarannya

pada kedalaman yang telah diproyeksikan

oleh hasil pendugaan geofisika. Di titik

pengeboran BSS-03, hingga kedalaman

150,10 meter, tidak menemukan bijih besi

masif sementara mineralisasi yang

ditemukan adalah mineralisasi sulfida

(pirit, kalkopirit, sfalerit dan galena) pada

batuan breksi, umumnya pada fragmen

Page 6: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

batuan dan batuan ini cukup tebal. Breksi

ini terbentuk akibat adanya sesar (sesar

turun) dan dibeberapa tempat terbentuk

milonitisasi dan ubahan argilik. Di batuan

lainnya mineralisasi juga terbentuk namun

setempat-setempat berupa piritisasi

terserak. Berdasarkan data-data ini,

respon yang terbaca pada induksi

polarisasi diperkirakan berasal dari

mineral-mineral sulfida bukan dari

magnetit (besi). Di titik pengeboran BSS-

01, hingga kedalaman 150,0 meter, tidak

ditemukan bijih besi masif sementara

mineralisasi ditemukan pada batupasir,

breksi dan skarn. Di batupasir mineralisasi

umumnya pirit terserak dan setempat-

setempat, di breksi mineralisasi umunya

terbentuk sama seperti yang ditemukan

pada titik bor BSS-03. Mineralisasi yang

intensif dan cukup tebal ditemukan pada

metagamping dan skarn berupa pirit

terserak, kalkopirit, galena, sfalerit dan

magnetit. Skarn ini terbentuk akibat

terobosan granodiorit pada gamping

sementara breksi yang terjadi akibat

adanya sesar turun. Ubahan yang

terbentuk pada gamping dan skarn adalah

argilik.

Di titk pengeboran BSS-02, hingga

kedalaman 150,20 meter, tidak ditemukan

bijih besi masif. Sama seperti di kedua

lobang bor, mineralisasi berupa pirit

terserak, galena, magnetit dan garnet

ditemukan pada zona breksiasi, batupasir

dan skarn. Di titik ini, breksiasi terbentuk

akibat sesar turun dan metasedimen yang

terbentuk akibat adanya terobosan

granodiorit. Di kedalaman 114,90 m,

granodiorit ini diterobos kembali namun

tidak disertai oleh pemineralana, namun

terjadi ubahan argilik dan silisifikasi yang

cukup intensif dan di beberapa tempat

ditemukan urat-urat mineral hitam

bertekstur denritik berasosiasi dengan

granodiorit yang terpotong oleh lempung

karbonatan. Tekstur dari granodiorit yang

diterobos ini adalah porfir afanitik dengan

fenokris kuarsa dan alterasinya silika-

propilitik-klorit. Berdasarkan hasil ini,

dapat disimpulkan bahwa mineralisasi

yang terbentuk di daerah ini terutama yang

terjadi pada skarn tidak berasosiasi

dengan bijih besi namun cenderung ke

arah mineral-mineral sulfida. Dari

pengamatan permukaan, bahwa besi yang

ditemukan berupa onggokan merupakan

hasil transportasi yang diendapkan

kembali di sekitar wilayah penyelidikan,

hal ini dikuatkan dari hasil penyelidikan

geofisika yang menunjukkan di bawah

permukaan di sekitar onggokan tidak

menunjukkan adanya anomali baik

resistiviti juga chargeabiliti. Diperkirakan

mineralisasi di daerah ini dikontrol oleh

patahan naik baratlaut - tenggara atau

patahan Semangko.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengeboran ini,

maka dapat disimpulkan bahwa

mineralisasi sulfida ditemukan pada breksi

di BSS-03 di ke dalaman 70 m - 83 m, 107

m - 112 m dan 126 m - 129 m, umumnya

pada fragmen batuan. Sementara itu

mineralisasi sulfida ditemukan di BSS-01

pada zona breksiasi pada ke dalaman 20

m - 41 m, di zona metasedimen pada ke

dalaman 45 m - 83 m dan di skarn pada ke

dalaman 84 m - 150 m. Di BSS-02,

mineralisasi sulfida di temukan pada ke

dalaman 13 m - 24 m pada zona breksiasi,

47 m - 67 m pada metasedimen/skarn?.

Mineralisasi bijih besi masif tidak

ditemukan sampai pada ke dalaman 150

meter di 3 (tiga) lobang bor.

Dengan demikian dapat diduga

bahwa onggokan besi yang ditemukan di

daerah Ulu Suliti IV dan Tanjung Limau

Kapeh merupakan hasil transportasi

karena hasil dari Polarisasi Induksi di

sekitar onggokkan tersebut ke arah bawah

permukaan tidak menghasilkan resistiviti

dan chargeabiliti yang tinggi. Jalur

mineralisasi sulfida dalam batuan skarn

kemungkinannya mengikuti arah baratlaut

Page 7: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

- tenggara atau mengikuti arah patahan

Sumatera (patahan Semangko).

Saran

Untuk mendapatkan potensi

sumber daya mineral yang akurat maka

jumlah titik pengeboran perlu diperbanyak

minimal dua atau tiga.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Solok Selatan (2012), Solok Selatan Dalam Angka.

Crow, M.J., Johnson, C.C., McCourt, W.J. dan Harmanto, 1993, Geokimia Regional Lembar

Painan dan Muara Siberut, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.

Ernowo dkk (2011), Penyelidikan Anomali geokimia stream sedimen di wilayah Solok Selatan,

Pusat Sumber Daya Geologi Bandung.

Franklin dkk, 2014., Penyelidikan Untuk Menentukan Wilayah Pengeboran Eksplorasi Logam

Besi Dan Logam Lainnya di Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok Dan

Kecamatan Pagu Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat, Pusat Sumber

Daya Geologi, Bandung.

PT.Bumi Surya Kirana (2012), Survey Induce Polarization dan Magnetic untuk Eksplorasi Bijih

Besi di Daerah Pekan Rati Sumatera barat.

Rosidi dkk, 1996, Peta Geologi Lembar Painan, Sumatera skala 1 : 250.000. PPPG, Bandung.

Suganda, E dan Johnson, C.C., 1993, Geokimia Regional Lembar Sungai Penuh dan Ketaun,

Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.

Yudi A dkk, 2014., Survei Polarisasi Terimbas (IP) dan Geomagnet Daerah Ulu Suliti dan

Tanjung Lima Kapas Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat. Pusat

Sumber Daya Geologi, Bandung.

Page 8: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Ga

mb

ar

1.

Peta

Lo

ka

si d

an

Infr

astr

uktu

r D

aera

h P

enye

lidik

an

Page 9: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Gambar 2. Bentang Alam Daerah Pekan Rabaa Utara

Gambar 3.- 4. Bentang alam Ulu Suliti IV - Tanjung Limau Kapeh

Gambar 5. Peta Situasi Daerah Pengeboran Ulu Suliti IV dan Tanjung Limau Kapeh

Pedataran

Perbukitan Sedangi Perbukitan Tinggi

Pedataran

Perbukitan Sedangi Perbukitan Tinggi

Page 10: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Gambar 6. Peta Gelogi Daerah Pengeboran Ulu Suliti IV dan Tanjung Limau Kapeh

Page 11: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Gambar 7. Perhitungan Kedalaman Lobang Bor Perolehan Inti bor dihitung berdasarkan

Panjang Pipa Yang Masuk Sama Dengan Panjang Material Yang Diperoleh Dikali 100

Persen (Gb 8).

Gambar 8. Perhitungan Perolehan Inti Bor Inti Bor Yang Diperoleh Kemudian Disimpan

Dalam Core Box dan Diberi Tanda Interval Kedalamanya (Gba 9).

Gambar 9. Penyimpanan Inti Bor Dalam Core Box dan Penandaan Kedalaman

Page 12: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Gambar 10. Jumlah Perolehan Inti Bor 27 Core Box BSS-03

Gambar 11. Jumlah Perolehan Inti Bor 28 Core Box BSS-01

Gambar 12. Jumlah Perolehan Inti Bor 30 Core Box BSS-02

Page 13: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Gambar13. Total Core Box BSS-03 (kiri) Ulu Suliti IV dan BSS-01 (tengah) dan BSS-02

(kanan) Tanjung Limau Kapeh Siap Untuk Dibelah

Gambar 14. Inti Bor Dalam Proses Pembelahan dan Yang Telah Dibelah

Gambar 15. Contoh Inti Bor Yang Telah Dibelah Dari Tiap-Tiap Lobang Bor dan Siap Untuk

Dideskripsi

Page 14: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Ga

mb

ar

16.

Pem

erian

Lo

ba

ng

Bo

r B

SS

-03, U

lu S

ulit

i IV

Page 15: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Ga

mb

ar

17.

Pem

erian

Lo

ba

ng

Bo

r B

SS

-01, T

an

jung

Lim

au K

ape

h

Page 16: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Gambar 18. Pemerian Lobang Bor BSS-02, Tanjung Limau Kapeh

Gambar 19. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis Kimia

Gambar 20. Conto Inti Bor dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis Mineragrafi

Page 17: penelitian dan evaluasi hasil pengeboran mineral logam di daerah

Gambar 21. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis Petrografi

Gambar 22. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis REE

Gambar 23. Conto Inti Bor Dari Tiap-tiap Lobang Bor Untuk Analisis XRD

Gambar 24. Penampang Korelasi Lobang Bor Ulu Suliti IV - Tanjung Limau Kapeh Solok

Selatan