106
i PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM BINGKAI HUKUM PERKAWINAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: Annisa Sabilla 21114024 JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2018

PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

i

PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA

TAJUK DALAM BINGKAI HUKUM PERKAWINAN

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Annisa Sabilla

21114024

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

Page 2: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

ii

Page 3: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

iii

PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA

TAJUK DALAM BINGKAI HUKUM PERKAWINAN

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Annisa Sabilla

21114024

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

Page 4: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

iv

H. M. Yusuf Khummaini, M.H

Dosen IAIN Salatiga

PENGESAHAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

KepadaYth.

Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka

naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Annisa Sabilla

NIM : 21114024

Judul : PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK

DALAM BINGKAI HUKUM PERKAWINAN

Dapat diajukan kepada Fakultas Syariah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam

sidang munaqosyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, September 2018

Pembimbing,

M. Yusuf Khummaini, M.H

NIP. 19810508 200312 1003

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYRI’AH Jl. Nakula Sadewa V No. 9Telp (0298) 3419400 Fax. 323423Salatiga5022

Website:www.iainsalatiga.ac.id Email:[email protected]

Page 5: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

v

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK

DALAM BINGKAI HUKUM PERKAWINAN

Oleh:

Annisa Sabilla

NIM 21114024

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Hukum

Keluarga Islam, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga,

pada tanggal 19 September 20186dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH).

Dewan Sidang Munaqosyah:

Ketua Penguji : Muh. Hafidz, M.Ag.

Sekretaris Penguji : H. M. Yusuf Khummaini, M.H.

Penguji I : Drs. Machfudz, M.Ag.

Penguji II : Yahya S.Ag., M.H.I.

Salatiga, 19 September 2018

Dekan Fakultas Syariah IAIN

Salatiga,

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag

NIP. 19670115 199803 2 002

Page 6: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Annisa Sabilla

NIM : 21114024

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Fakultas : Syariah

Judul : PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK

DALAM BINGKAI HUKUM PERKAWINAN

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, September

2018

Yang menyatakan,

Annisa Sabilla

NIM: 21114024

Page 7: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Rahasia keberhasilan adalah kerja keras dan belajar dari

pengalaman

PERSEMBAHAN

Untuk Kedua Orang Tua Tercintaku

Page 8: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

viii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan

yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah

diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini.

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Rasulullah

Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat-sahabatnya, syafa‟at

beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.

Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syariah, Jurusan

Hukum Keluarga Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang

berjudul: “Penentuan Waktu Pernikahan di Desa Tajuk Dalam Bingkai

Hukum Perkawinan”.

Pada penulisan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan serta

dukungan dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan

dengan baik. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat

dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah.

3. Bapak Sukron Ma‟mun, S.H.I. M.Si., selaku Kajur Hukum Keluarga Islam.

4. Bapak M. Yusuf Khummaini, M.H selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

5. Bapak Ibu Dosen Syariah IAIN Salatiga.

Page 9: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

ix

6. Orang tua tercinta dan semua saudara-saudaraku.

7. Teman-teman Hukum Keluarga Islam angkatan tahun 2014.

8.

Atas segala hal tersebut, penulis tidak mampu membalas apapun selain

hanya memanjatkan doa, semoga Allah SWT mencatat sebagai amal sholeh yang

akan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Aamiin yaa robbal

„aalamiin. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak

kekurangannya, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat

bermanfaat, khususnya bagi Almamater dan semua pihak yang membutuhkannya.

Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

Salatiga, September

2018

Penulis

Page 10: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

x

ABSTRAK

Sabilla, Annisa. 2018. Penentuan Waktu Pernikahan di Desa Tajuk Dalam

Bingkai Hukum Perkawinan. Skripsi. Jurusan Hukum Keluarga Islam.

Fakultas Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Pembimbing: H. M. Yusuf Khummaini, M.H

Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan.

Pernikahan merupakan seruan agama yang harus dijalankan oleh manusia

bagi yang mampu untuk berkeluarga. Setiap orang yang ingin melangsungkan

pernikahan sudah pasti menginginkan kelancaran dalam prosesi akad nikah serta

kelancaran dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Dalam hal ini penulis

mengambil sampel di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Bagi

sebagian masyarakat Desa Tajuk penggunaan perhitungan weton dalam

pernikahan menjadi salah satu hal yang wajib. Pertanyaan utama yang ingin

dijawab dalam penelitian ini adalah: Bagaimana praktik penentuan waktu

pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang?; Apakah

faktor-faktor yang melatarbelakangi praktik penentuan dan perhitungan waktu

pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang? Bagaimana

praktik perhitungan waktu pernikahan dalam perspektif hukum perkawinan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan

pendekatan yuridis normatif, dimana penelitian ini sering disebut dengan

penelitian doktriner, dimana data yang digunakan adalah sumber data sekunder.

Prosesnya bertolak dari premis-premis yang berupa norma-norma hukum positif

yang diketahui dan berakhir pada penemuan asas-asas hukum yang menjadi

pangkal tolak pencarian asas adalah norma-norma hukum positif. Atau

singkatnya, metode pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang meneliti

data sekunder di bidang hukum yang ada sebagai data kepustakaan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, praktik pernikahan di Desa

Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah dengan menggunakan

perhitungan weton dalam menentukan apakah kedua calon mempelai pengantin

berjodoh atau tidak. Jika berdasarkan hasil perhitungan weton ternyata berjodoh,

maka langkah selanjutnya adalah menentukan hari, tanggal, bulan dan jam

dilaksanakannya akad juga dengan menggunakan perhitungan weton. Faktor-

faktor yang melatarbelakangi praktik penentuan dan perhitungan waktu

pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah alasan

tidak melangggar ajaran agama, alasan panggilan adat, alasan kewajiban dan

pertimbangan neptu, alasan keselamatan, alasan peristiwa yang pernah terjadi dan

alasan pelestarian ke generasi. Adat yang selama ini terbentuk ternyata dapat

sesuai dan terserap dalam hukum perkawinan di Indonesia, seperti dalam Undang-

Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Dengan demikian, ini

menunjukkan bahwa adat istiadat yang ada di Desa Tajuk Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang sudah selaras dengan apa yang menjadi hukum perkawinan

di Indonesia.

Page 11: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

xi

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i

LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ii

JUDUL ............................................................................................................ iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iv

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4

D. Kegunaan Penelitian.............................................................. 4

E. Penegasan Istilah ................................................................... 5

F. Telaah Pustaka ...................................................................... 6

G. Metode Penelitian.................................................................. 10

H. Sistematika Penulisan............................................................ 14

BAB II TRADISI DALAM PERKAWINAN

A. Perkawinan ........................................................................... 16

a. Pengertian Perkawinan .................................................... 16

b. Dasar Hukum Perkawinan............................................... 17

c. Hukum Perkawinan ......................................................... 17

d. Rukun dan Syarat Sah Perkawinan ................................. 18

e. Tujun Perkawinan ........................................................... 22

f. Tata Cara Pelaksanaan Perkawinan di Indonesia ............ 24

Page 12: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

xii

B. „Urf ........................................................................................ 34

a. Pengertian „Urf .................................................................. 34

b. Landasan Hukum „Urf....................................................... 36

c. Kaidah-Kaidah „Urf ........................................................... 39

d. Macam-Macam „Urf.......................................................... 39

e. Syarat-Syarat „Urf ............................................................. 41

C. Tathayyur Dalam Islam......................................................... 42

BAB III TRADISI PERNIKAHAN DI DESA TAJUK

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 49

a. Letak Geografis ............................................................... 49

b. Demografi ....................................................................... 51

B. Praktik Penentuan dan Perhitungan Waktu Pernikahan di Desa

Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang ................. 54

C. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Praktik Penentuan dan

Perhitungan Waktu Dalam Pernikahan yang Dilakukan di Desa

Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang ................. 65

BAB IV TRADISI PERNIKAHAN DALAM HUKUM PERKAWINAN

A. Analisis Pandangan Hukum Perkawinan Terhadap Praktik

Pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang ............................................................................... 68

B. Analisis Landasan Hukum Islam Terhadap Praktik Pernikahan di

Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang ........ 75

C. Analisis Motif Yang Mendasari Masyarakat Desa Tajuk

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Dalam Menjalankan

Praktik Perhitungan Weton Untuk Menentukan Waktu

Pernikahan ............................................................................. 79

Page 13: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

xiii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 83

B. Saran ...................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari beberapa

pulau dan tersebar di seluruh nusantara dengan berbagai suku.

Keanekaragaman kebudayaan serta suku bangsa menjadi ciri khas yang

menonjol bagi Indonesia sendiri. Masing-masing suku bangsa itu mempunyai

cara hidup yang berbeda-beda, sehingga tiap-tiap suku bangsa mempunyai

kebudayaan yang berbeda-beda.

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil

karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri

manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2002:180). Menurut Sir Edward

Burnett Tylor, kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks meliputi

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral adat dan berbagai

kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota

masyarakat (Pujileksono, 2015:24).

Dalam kebudayaan masyarakat Jawa, perkawinan merupakan hal yang

dianggap sakral, karena perkawinan bukan hanya kepentingan dua orang

anggota pasangan saja tetapi melibatkan dua keluarga asal dan masyarakat.

Perkawinan mempunyai tujuan seperti dalam Undang-undang No. 1 Tahun

1974 pada pasal 1 yang disebutkan bahwa: “Perkawinan adalah ikatan lahir

batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

Page 15: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

2

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Tujuan perkawinan dalam Islam

adalah untuk memenuhi tuntutan naluri hidup manusia, berhubungan antara

laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan keluarga

sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya (Basyir, 2007:13).

Pernikahan merupakan seruan agama yang harus dijalankan oleh

manusia bagi yang mampu untuk berkeluarga. Banyak sekali hikmah yang

dapat diambil dari sebuah pernikahan. Selain sunnatullah yang telah

digariskan ketentuannya, pernikahan juga dapat membuat kehidupan

seseorang menjadi lebih terang, tenang, tenteram, dan bahagia. Perkawinan

adalah sebagai perantara untuk menyatukan dua hati yang berbeda,

memberikan kasih sayang, perhatian dan kepedulian antara lelaki dan

perempuan (BP4, 2009: 1).

Orientasi yang dibangun Islam melalui pernikahan adalah lebih mulia

dari sekedar membangun kesuksesan rumah tangga, dalam arti lancarnya

urusan-urusan rumah tangga. Islam memandang perkawinan sebagai

kehormatan guna menjaga keutuhan nilai-nilai beragama dalam tatanan

rumah tangga sehingga tercapai keberkahan di dunia dan akhirat (Ulfatmi,

2011: 197).

Setiap orang yang ingin melangsungkan perkawinan sudah pasti

menginginkan kelancaran dalam prosesi akad nikah serta kelancaran dalam

kehidupan rumah tangganya kelak. Untuk itu, tak heran banyak orang yang

Page 16: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

3

memikirkan masak-masak mengenai tanggal baik saat di berlangsungkannya

akad nikah.

Bagi seorang muslim, ada baiknya juga untuk mengetahui hari baik

melangsungkan pernikahan sesuai dengan pandangan Islam. Meskipun tidak

dipungkiri banyak di kalangan masyarakat yang menggunakan perhitungan

hari baik menurut adat istiadatnya masing-masing. Hal tersebut sah-sah saja

mengingat pandangan Islam mengenai hari baik di dalam melaksanakan

prosesi akad nikah, seringkali memiliki keselarasan dengan pandangan hari

baik yang di tentukan adat.

Dalam hal ini penulis mengambil sampel di Desa Tajuk Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang. Praktik perhitungan weton dalam penentuan

waktu pernikahan masih dilakukan oleh sebagian masyarakat. Dengan

mengotak-atik hitungan pada tanggal lahir seseorang yang hendak

melangsungkan pernikahan maka akan ditemukan hasilnya. Apakah anaknya

apabila menikah pada hari, tanggal, bulan, dan jam tertentu akan bernasib

beruntung atau bernasib kurang baik.

Bagi sebagian masyarakat Desa Tajuk penggunaan perhitungan weton

dalam pernikahan menjadi salah satu hal yang wajib. Oleh karena itu

mengetahui neptu weton kedua calon mempelai pengantin sangatlah penting.

Kekentalan tradisi masyarakat Desa Tajuk tersebut begitu kuat, menjadikan

proses Islamisasi tersebut menampilkan corak dan ragam dari sistem

keyakinan dan berbagai ekspresi keagamaan yang unik.

Page 17: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

4

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berusaha menengahkan

permasalahan dengan mengkaji lebih lanjut, yang penulis tuangkan ke dalam

penelitian dengan judul “Penentuan Waktu Pernikahan di Desa Tajuk Dalam

Bingkai Hukum Perkawinan”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana praktik penentuan waktu pernikahan di Desa Tajuk

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang?

2. Apakah faktor-faktor yang melatarbelakangi praktik penentuan waktu

pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang?

3. Bagaimana praktik perhitungan waktu pernikahan dalam perspektif

hukum perkawinan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana praktik penentuan waktu pernikahan di

Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi praktik penentuan

waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang.

3. Untuk mengetahui bagaimana praktik perhitungan waktu pernikahan

dalam perspektif hukum perkawinan.

D. Manfaat penelitian

1. Secara Teoritis

Page 18: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

5

a. Dapat menambah pengetahuan tentang keunikan tradisi penentuan

waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang.

b. Untuk pengembangan ilmu hukum dan penelitian hukum, serta

berguna sebagai masukan bagi praktik penyelenggara di bidang

hukum pernikahan, baik pada masa kini maupun masa yang akan

datang.

2. Secara Praktis

Penelitian ini bermafaat untuk mendapatkan gelar sarjana bagi penulis.

E. Penegasan Istilah

Untuk mendapatkan kejelasan di atas, perlu disajikan penegasan untuk

memberi pemahaman dan batasan istilah yang ada supaya tidak ada kesalahan

pemaknaan terhadap konsep kunci dalam penelitian ini.

1. Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

(Pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan).

2. Bingkai. Yang dimaksud bingkai dalam penelitian ini adalah kaca mata

sudut pandang.

3. Hukum Perkawinan adalah sebuah peraturan hukum yang mengatur

tentang pelaksanaan pernikahan yang berlaku di Indonesia, yaitu

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam. Hukum perkawinan ini berupa ikatan hidup

Page 19: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

6

antara perempuan dan laki-laki demi mewujudkan sebuah keluarga yang

teratur yang telah dikukuhkan pada hukum formal.

F. Tinjauan Pustaka

Mengenai tema pembahasan dalam penelitian in terdapat beberapa

penelitian terdahulu yang sama. Adapun tujuan penelusuran terhadap

penelitian terdahulu ialah untuk melihat persamaan dan perbedaan sebagai

bahan perbandingan dan landasan dalam penelitian ini. Adapun penelitian

terdahulu ialah:

1. Skripsi dengan judul “Tradisi Perhitungan Weton Sebagai Syarat

Perkawinan Ditinjau dari Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Pesahangan

Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap)” karya Kukuh Imam Santosa

Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah IAIN Purwokerto

Tahun 2016. Pada skripsi ini terdapat dua rumusan masalah sebagai

berikut:

1) Bagaimana tradisi masyarakat Desa Pesahangan dalam

menentukan calon pasangan perkawinan dengan menggunakan

hitungan weton?

2) Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap tradisi masayrakat

Desa Pesahangan dalam menentukan calon pasangan dengan

menggunakan hitungan weton?

Page 20: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

7

Adapun hasil penelitian dalam rumusan masalah tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Salah satu cara yang digunakan masyarkat desa pesahangan dalam

memmilih pasangan dengan menggabungkan kedua jumlah neptu

antara calon pengantin laki – laki dan wanita lalu di hitung jika

sudah sampai lima maka kembali lagi dari satu, demikan

seterusnya hingga habis samapai jumlah penggabungan bilangan

neptu kedua calon pengantin. Dengan patokan:

a. Sri berarti menunjukan baik yaitu dalam perjodohan selalu

mendapatkan rezki banyak dan selamat rumah tangganya.

b. Lungguh berarti salah satu dari suami atau istri akan

mendapatkan jabatan yang terhormat dan mulia.

c. Dunia berati rumah tangganya bahagia, kekayaan (rizki) yang

melimpah ruah.

d. Lara berarti gangguan sangat berat yang berakibat menderita

suami istri.

e. Pati berarti sangat menderita dalam rumah tangga dan sering

terdapat kematian dalam angota keluarganya.

Jika perhitungan habis di antara lara dan pati maka perjodohan

atau pernikahan kedua calon pengantin tersebut harus dibatalkan.

Namun hal itu hanya dilakukan dari pihak laki – laki saja dan dari

pihak wanita mengikuti.

Page 21: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

8

Bagi sebagian masyarakat desa Pesahangan penggunaan

perhitungan weton dalam pernikahan menjadi salah satu hal yang

wajib. Oleh karena itu mengetahui neptu weton kedua calon

pengantin sangatlah penting. Kekentalan tradisi masyarakat

Pesahangan tersebut begitu kuat, menjadikan proses Islamisasi

tersebut menampilkan corak dan ragam dari sistem keyakinan dan

berbagai ekspresi keagamaan yang unik.

2) Penetapan hukum weton dengan menggunakan „urf sebenarnya

mengembalikan hukum sesuatu pada hukum asalnya. Hal ini

sesuai dengan sebuah kaidah yang berbunyi: “Pada dasarnya

hukum segala sesuatu adalah boleh, hingga ada dalil yang

mengharamkannya”. Namun karena penggunaan weton pada

kasus perkawinan tidak murni urusan mu‟amalah, melainkan

terselip urusan keyakinan, maka tidak tepat jika menggunakan

kaidah di atas. Alternatif lain adalah kaidah yang dirumuskan oleh

kalangan hanafiyyah: “Pada dasarnya hukum segala sesuatu

adalah haram, hingga ada dalil yang membolehkannya”.

2. Skripsi dengan judul “Persepsi Masyarakat Jawa Mengenai Penentuan

Hari Perkawinan di Desa Margosari Kecamatan Pagelaran Utara

Kabupaten Pringsewu” karya Yuliana Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pengetahuan Universitas Lampung 2017. Pada skripsi ini terdapat satu

rumusan masalah, yaitu bagaimanakah persepsi masyarakat Jawa

Page 22: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

9

mengenai penentuan hari perkawinan di Desa Margosari Kecamatan

Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu?

Adapun hasil penelitian dari rumusan masalah tersebut adalah Penentuan

Hari Perkawinan adalah tata cara yang digunakan masyarakat Jawa untuk

menentukan hari perkawinan, bagi masyarakat yang percaya perhitungan

ini sangat penting untuk dilakukan apabila seseorang akan

melangsungkan perkawinan. Dalam penentuan hari perkawinan ini

dilakukan dengan menghitung hari kelahiran kedua calon mempelai untuk

mengetahui kecocokan dari kedua calon mempelai sebelum hari

perkawinan ditetapkan. Perhitungan ini dilakukan oleh keluarga mempelai

perempuan bersama dengan tokoh adat atau seseorang yang dianggap

paham dengan penentuan hari perkawinan tersebut. Perhitungan ini sangat

penting untuk dilakukan karena dimaksudkan sebagai usaha yang

dilakukan oleh manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa agar rumah

tangganya dapat berjalan dengan baik. Hal ini karena dalam perhitungan

tersebut memiliki tujuan yang menjadi sebuah doa dan harapan dengan

mencari hari yang baik untuk melangsungkan perkawinan dengan

memilih hari yang tepat sehingga perkawinan tersebut awet, bahagia,

tentram, damai, selamat, mudah rezekinya dan selalu diberikan kesehatan

untuk seluruh keluarganya. Tidak ada syarat khusus untuk melakukan

perhitungan tersebut yang jelas keluarga melibatkan keluarga besar dan

dilakukan oleh orang yang paham mengenai perhitungan tersebut.

Page 23: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

10

Dari beberapa skripsi yang telah penulis paparkan di atas, terdapat

perbedaan dengan skripsi yang akan penulis kerjakan. Adapun perbedaan

tersebut terletak pada rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimanakah praktik pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang?

2. Bagaimanakah landasan pernikahan yang dilakukan di Desa Tajuk

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang?

3. Bagaimanakah pandangan hukum perkawinan terhadap praktik

pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang?

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research) yaitu

penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi

yang diperoleh langsung dari responden dan mengamati secara langsung

tugas-tugas responden (Kriyantono, 2008:106).

Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan

yuridis normatif, dimana penelitian ini sering disebut dengan penelitian

doktriner, dimana data yang digunakan adalah sumber data sekunder.

Prosesnya bertolak dari premis-premis yang berupa norma-norma hukum

positif yang diketahui dan berakhir pada penemuan asas-asas hukum yang

menjadi pangkal tolak pencarian asas adalah norma-norma hukum positif

(Ali, 2010:25). Atau singkatnya, metode pendekatan yuridis normatif

Page 24: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

11

adalah pendekatan yang meneliti data sekunder di bidang hukum yang ada

sebagai data kepustakaan.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen sekaligus

menjadi pengumpul data. Instrumen lain yang penulis gunakan adalah alat

perekam, alat tulis, serta alat dokumentasi. Akan tetapi instrumen ini

hanya sebagai pendukung. Oleh karena itu, kehadiran penulis di lapangan

mutlak diperlukan. Kehadiran penulis di lokasi adalah untuk mencari

informasi tentang penentuan waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang yang akan dijadikan bahan analisis serta

untuk melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat dan sesepuh desa

guna menggali keterangan yang diperlukan. Kehadiran penulis diketahui

statusnya sebagai peneliti.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terfokus di Desa Tajuk Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena di

Desa Tajuk masih menjalankan tradisi penentuan waktu pernikahan.

4. Sumber Data

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek peneliti

dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data

langsung dari subyek sebagai sumber informasi yang dicari. (Azwar,

2007 : 91). Dalam hal ini keterangan diperoleh dari tokoh adat yaitu

Mbah Wage.

Page 25: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

12

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitian. (Azwar, 2007:

91). Dalam memperoleh data sekunder biasanya berwujud data

dokumentasi atau laporan yang tersedia. Peneliti menggunakan

Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Undang-Undang (UU) No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagai sumber resmi serta buku-

buku yang membahas mengenai pernikahan.

5. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan mengamati dan mencermati serta

melakukan pencatatan data atau informasi yang sesuai dengan konteks

penelitian (Hikmat, 2011: 73).

b. Wawancara

Adalah Teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab

lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak

yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai

(Fathoni, 2011:105). Dalam metode ini peneliti menggunakan metode

wawancara terbuka, artinya pertanyaan-pertanyaan yang peneliti

kemukakan dapat di tambah atau dikurangi menyesuaikan situasi dan

kondisi saat pelaksanaan tanpa mengganggu kelancaran jalannya

wawancara dan akan membawa hasil yang akurat. Metode ini

Page 26: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

13

digunakan untuk memperoleh informasi tentang praktik pernikahan di

Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

6. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analisis

dengan mengggunakan pola pikir deduktif. Artinya, menggambarkan

hasil penelitian dengan diawali teori atau dalil yang bersifat umum

tentang pernikahan, kemudian mengemukakan kenyataan yang bersifat

khusus dari hasil penelitian terhadap tradisi penentuan waktu pernikahan

di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Hasil penelitian

kemudian dianalisa dengan menggunakan metode tersebut.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam

penelitian. Maka fakta-fakta ini nanti digunakan penulis sebagai bahan

pembahasan. Untuk memperoleh keabsahan temuan, penulis akan

menggunakan teknik triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Dengan tujuan untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Menurut

Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik

dan teori (Moleong, 2009:330).

Teknik triangulasi yang digunakan penulis yaitu pemeriksaan

melalui sumber. Triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan

Page 27: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

14

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif

(Moleong, 2009:330).

Untuk mendapatkan data yang akurat serta seperti yang diinginkan

penulis maka penulis akan membandingkan data hasil pengamatan dengan

data hasil wawancara, membandingkan keadaan dan persepektif

masyarakat sekitar, tokoh masyarakat dan sesepuh desa.

8. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahap-tahap yang peneliti lakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian seperti peneliti menentukan topik penelitian,

mencari informasi tentang tradisi penentuan waktu pernikahan di Desa

Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan

untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada

informan dan melakukan observasi.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa

cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut

dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada

objek yang akan diteliti.

Page 28: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

15

d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul dan

dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang

dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut

sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

H. Sistematika Penulisan

Agar dalam proposal ini mendapat gambaran yang jelas, maka

sistematika penulisan ini akan dipaparkan dalam 5 bab.

Bab pertama berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Adapun bab dua berupa landasan teori yang membahas mengenai

perkawinan yang meliputi pengertian perkawinan, dasar hukum perkawinan,

hukum perkawinan, tujuan perkawinan, rukun dan syarat perkawinan, tata

cara perkawinan di Indonesia. Selain itu, pada bab ini juga membahas urf dan

Tathayyur dalam Islam.

Bab tiga berisi uraian data dan temuan yang diperoleh dari penelitian

yang disajikan dalam tiga sub bab, yaitu: gambaran umum Desa Tajuk

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, praktik penentuan dan perhitungan

waktu pernikahan serta faktor-faktor yang mendorong masyarakat Desa Tajuk

dalam melestarikan tradisi tersebut.

Pada bab keempat memuat mengenai analisis terhadap hasil penelitian

pada bab 3.

Page 29: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

16

Dan yang terakhir ialah bab lima yang memuat kesimpulan serta

saran-saran yang diajukan.

Page 30: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

17

BAB II

TRADISI DALAM PERKAWINAN

A. Gambaran Umum Perkawinan

1. Definisi Perkawinan

Istilah nikah berasal dari bahasa Arab, yaitu ( النكاح ), ada pula

yang mengatakan perkawinan menurut istilah fiqh dipakai perkataan

nikah dan perkataan zawaj. Sedangkan menurut istilah Indonesia adalah

perkawinan. Dewasa ini kerap kali dibedakan antara pernikahan dan

perkawinan, akan tetapi pada prinsipnya perkawinan dan pernikahan

hanya berbeda dalam menarik akar katanya saja (Sudarsono, 1997: 62).

Perkawinan adalah:

لى ع ل م ت ش م ال ر و ه ش م ال د ق ع ال ن ع ة ار ب ع ط و ر الش و ان ك ر ال

Sebuah ungkapan tentang akad yang sangat jelas dan terangkum

atas rukun-rukun dan syarat-syarat (al-Syafi‟i, tt: 36).

Para ulama fiqh pengikut mazhab yang empat (Syafi‟i, Hanafi,

Maliki, dan Hanbali) pada umumnya mereka mendefinisikan

perkawinan pada:

ااه ن ع م و أ ج ي و ز ت و أ اح ك ن ا ظ ف ل ب ء ط و ك ل م ن م ض ت ي ذ ق ع

Akad yang membawa kebolehan (bagi seorang laki-laki untuk

berhubungan badan dengan seorang perempuan) dengan (diawali

dalam akad) lafazh nikah atau kawin, atau makna yang serupa

dengan kedua kata tersebut (al-Jaziri, 1986)

Page 31: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

18

2. Dasar Hukum Perkawinan

a. QS Ar-Ruum ayat 21:

ج و ا ل ي ه ا لت س ك ن و ا ا ز و اجا ك م ا ن ف س من ل ك م خ ل ق ا ن ايت و م ن مو دةو ب ي ن ك م ع ل

لايتلق و مي ت ف كر و ن و ر ح ة،ا نف ذل ك

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,

supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Ruum : 21)

b. Hadits Nabi Muhammad SAW:

ص الله ر س و ل ق ال البيهقى، فىرواية س لم و و الله ع ل ي و ف ق د لى ا لع ب د ت ز وج ا ذ ا :

ا لب اق ى النص ف فى الله ي ن ،ف ل ي تق الد م ل ن ص ف ت ك اس

Dan dalam riwayat Baihaqi disebutkan, Rasulullah SAW

bersabda, “Apabila seorang hamba telah menikah, berarti dia

telah menyempurnakan separo agamanya, maka hendaklah

dia bertaqwa kepada Allah pada separo sisanya.

3. Hukum Perkawinan

Hukum perkawinan menurut pandangan Islam yaitu sebagai

berikut:

a. Wajib kepada orang yang mempunyai nafsu yang kuat sehingga

bisa menjerumuskannya ke lembah maksiat (zina dan sebagainya)

sedangkan ia seorang yang mampu.disini mampu bermaksud ia

mampu membayar mahar dan mampu nafkah kepada calon

isterinya.

Page 32: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

19

b. Sunat kepada orang yang mampu tetapi dapat mengawal nafsunya.

c. Harus kepada orang yang tidak ada padanya larangan untuk

berkawin dan ini merupakan hukum asal perkawinan.

d. Makruh kepada orang yang tidak berkemampuan dari segi nafkah

batin dan lahir tetapi sekadar tidak memberi kemudaratan kepada

isteri.

e. Haram kepada orang yang tidak berkempuan untuk memberi

nafkah batin dan lahir dan ia sendiri tidak berkuasa (lemah), tidak

punya keinginan menikah serta akan menganiaya isteri jika dia

menikah (Aminnudin, 2008).

4. Rukun dan Syarat Sah Perkawinan

Dalam melaksanakan suatu perikatan terdapat rukun dan syarat

yang harus di penuhi. Menurut bahasa rukun adalah yang harus dipenuhi

untuk sahnya suatu pekerjaan, sedangkan syarat adalah ketentuan

(peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan (Ghozali,

2010: 45-46).

Secara istilah rukun adalah suatu unsur yang merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang

menentukan sah atau tidaknya suatu perbuatan tersebut dan ada atau

tidaknya sesuatu itu. Sedangkan syarat adalah sesuatu yang tergantung

padanya keberadaan hukum syar‟i dan ia berada diluar hukum itu sendiri

yang ketiadaanya menyebabkan hukum itupun tidak ada. Dalam syari‟ah

rukun dan syarat sama-sama menentukan sah atau tidaknya suatu

Page 33: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

20

transaksi. Perbedaan rukun dan syarat menurut ulama ushul fiqih, bahwa

rukun merupakan sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum,

tetapi ia berada di dalam hukum itu sendiri, sedangkan syarat merupakan

sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum tetapi ia berada

diluar hukum itu sendiri. Sah yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang

memenuhi rukun dan syarat (Dewi, 2005:49-50).

a. Rukun Nikah

Jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas:

1) Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan pernikahan;

2) Adanya wali dari pihak wanita;

3) Adanya dua orang saksi;

4) Sighat akad nikah (Ghozali, 2010: 46).

Tentang jumlah rukun para ulama berbeda pendapat:

a) Imam Malik mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima

macam:

(1) Wali dari pihak perempuan;

(2) Mahar (mas kawin);

(3) Calon pengantin laki-laki;

(4) Calon pengantin perempuan;

(5) Sighat aqad nikah (Ghozali, 2010: 48).

b) Imam Syafi‟i mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima

macam:

(1) Calon pengantin laki-laki;

(2) Calon pengantin perempuan;

(3) Wali;

(4) Dua orang saksi;

(5) Sighat akad nikah (Ghozali, 2010: 48).

c) Menurut ulama Hanafiyah rukun nikah itu hanya ijab dan qabul.

d) Menurut segolongan yang lain rukun nikah itu ada empat:

Pendapat yang mengatakan bahwa rukun nikah itu ada

empat karena calon pengantin laki-laki dan calon pengantin

perempuan di gabung satu rukun:

Page 34: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

21

(1) Dua orang yang saling melakukan akad perkawinan;

(2) Adanya wali;

(3) Adanya dua orang saksi;

(4) Dilakukan dengan sighat tertentu (Ghozali, 2010:48).

b. Syarat Sahnya Perkawinan

Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya

perkawinan, apabila syarat-syarat terpenuhi maka perkawinan itu sah

dan menimbulkan adanya hak dan kewajiban sebagai suami istri.

Pada garis besarnya syarat sah perkawinan itu ada dua:

1) Calon mempelai perempuan halal dikawin oleh laki-laki yang

ingin menjadiknnya istri (UU RI No. 1 Tahun 1974 Pasal 8);

2) Akad nikahnya dihadiri oleh para saksi (Ghozali, 2010:49).

c. Syarat-Syarat Rukun Nikah

1) Syarat-syarat kedua mempelai

a) Calon mempelai laki-laki

Syari‟at Islam menentukan beberapa syarat yang harus

dipenuhi oleh seorang suami berdasarkan ijtihad para ulama

yaitu:

(1) Calon suami beragama Islam;

(2) Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki;

(3) Orangnya diketahui dan tertentu;

(4) Calon laki-laki itu jelas halal dikawin dengan calon istri;

(5) Calon laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu betul

calon istri halal baginya;

(6) Calon suami rela untuk melakukan perkawinan itu (UU

RI No. 1 Tahun 1974 Pasal 6 Ayat 1);

(7) Tidak sedang melakukan ihram;

(8) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon

istri;

(9) Tidak sedang mempunyai istri empat. (UU RI No. 1

Tahun 1974 Pasal 3 Ayat 1) (Ghozali, 2010: 50).

b) Syarat bagi mempelai perempuan yaitu:

(1) Beragama Islam.

Page 35: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

22

(2) Terang bahwa ia wanita

(3) Wanita itu tentu orangnya

(4) Halal bagi calon suami (UU RI No. 1 Tahun 1994 Pasal

8)

(5) Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak

masih dalam iddah

(6) Tidak dipaksa/ikhtiyar (UU RI No. 1 Tahun 1974 Pasal 6

Ayat 1)

(7) Tidak dalam ihram haji atau umrah (Ghozali, 2010: 55).

2) Syarat-syarat ijab kabul

Ijab adalah pernyataan dari calon pengantin perempuan

yang diawali oleh wali. Hakikat dari ijab adalah sebagai

pernyataan perempuan sebagai kehendak unutk mengikatkan diri

dengan seorang laki-laki sebagai suami sah. Kabul adalah

pernyataan penerimaan dari calon penganitn laki-laki atas ijab

calon pengantin perempuan. Bentuk pernyataan penerimaan

berupa sighat atau susunan kata-kata yang jelas yang

memberikan pengertian bahwa laki-laki tersebut menerima atas

ijab perempuan (Dewi, 2005:63).

Perkawinan wajib ijab dan kabul dilakukan dengan lisan,

inilah yang dinamakan akad nikah. Bagi orang bisu sah

perkawinannya dengan isyarat tangan atau kepala yang bisa

difahami. Ijab dilakukan oleh pihak wali mempelai perempuan

atau walinya sedangkan Kabul dilakukan oleh mempelai laki-laki

atau wakilnya. Menurut pendapat Hanafi boleh juga dilakukan

oleh pihak mempelai laki-laki atau wakilnya dan Kabul oleh

Page 36: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

23

pihak perempuan (wali atau wakilnya) apabila perempuan itu

telah baligh dan berakal dan boleh sebaliknya.

Lafadz yang digunakan akad nikah adalah lafadz nikah

atau tazwij, yang terjemahannya adalah kawin dan nikah. Sebab

kalimat-kalimat itu terdapat didalam kitabullah dan sunnah.

Demikian menurut Asy-Syafi‟i dan Hambali. Sedangkan Hanafi

membolehkan kalimat yang lain yang tidak dengan Al-Qur‟an

misalnya dengan kalimat hibah, sedekah, pemilikan, dan

sebagainya, bahasa sastra atau biasa yang artinya perkawinan

(Ghozali, 2010:56).

3) Syarat-syarat wali

Wali hendaklah seorang laki-laki, muslim, baligh, berakal,

dan adil. Perkawinan tanpa wali tidaklah sah (Sudarsiono, 1992:

602).

4) Syarat-syarat saksi

Saksi yang menghadiri akad nikah haruslah dua orang

laki-laki, muslim, baligh, melihat, berakal, melihat dan

mendengar serta mengerti akan maksud akad nikah (Sudarsono,

1992: 604).

5. Tujuan Perkawinan

Menurut (Khoiruddin Nasution, 2005 : 37-38) setidaknya

terdapat 5 tujuan pernikahan, yaitu sebagai berikut:

a. Memperoleh kehidupan sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Page 37: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

24

Tujuan ini dapat dicapai secara sempurna apabila tujuan-

tujuan lain dapat terpenuhi. Dengan ungkapan lain, tujuan-tujuan

lain adalah sebagai pelengkap untuk memenuhi tujuan utama ini.

Dengan tercapainya tujuan reproduksi, tujuan memenuhi

kebutuhan biologis, tujuan menjaga diri, dan ibadah, dengan

sendirinya insya Allah tercapai pula ketenangan, cinta dan kasih

sayang. Inilah yang dimaksud dengan tujuan lain sebagai

pelengkap untuk mencapai tujuan pokok atau utama.

b. Reproduksi/regenerasi

Tujuan yang kedua ini untuk mengembangbiakan ummat

manusia (reproduksi) di muka bumi dapat dilihat dalam beberapa

ayat dan hadis di bawah ini:

1) Al-Syura (42): 11 “Manusia dan binatang diciptakan secara

berpasangan dari jenisnya sendiri agar berkembang biak”.

2) Al-Nisa‟ (4): 1. “Allah menciptakan kamu dari seorang diri,

kemudian daripadanya menciptakan isterinya dan dari

keduanya mengemabangbiakan manusia laki-laki dan

perempuan”.

3) Hadis Nabi yang memerintahkan untuk menikah dengan

pasangan yang penuh kasih dan subur (produktif).

c. Pemenuhan kebutuhan biologis

Tujuan ketiga, pemenuhan biologis (seksual) dapat dlihat

dalam beberapa ayat:

Page 38: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

25

1) Surat al-Baqarah (2): 187: “Dihalalkan pada malam hari puasa

bercampur dengan isteri-isterimu, mereka pakaian bagimu dan

kamu pakaian bagi mereka”.

2) Surat al-Baqarah (2): 223:” Isteri-isterimu seperti tanah tempat

kamu becocok tanam, datangilah tempat bercocok tanam itu

bagaimana saja kamu mau”

d. Menjaga kehormatan

Tujuan keempat dari perkawinan ialah untuk menjaga

kehormatan. Dimaksud dengan kehormatan ialah kehormtan diri

sendiri, anak dan keluarga.

e. Ibadah

Tujuan perkawinan yang kelima ialah untuk mengabdi dan

beribadah kepada Allah.

6. Tata Cara Pelaksanaan Perkawinan di Indonesia

a. Proses Peminangan

Peminangan merupakan langkah awal menuju gerbang

pernikahan. Diadakannya peminangan (khitbah) merupakan tanda

akan segera dilaksanakannya sebuah perkawinan. Dalam kompilasi

Hukum Islam Bab I Pasal I huruf a. memberi pengertian bahwa

Peminangan ialah kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan

perjodohan antara seorang pria dan seorang wanita. Peminangan

dapat langsung dilakukan oleh orang yang berkehendak mencari

Page 39: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

26

pasangan jodoh, tapi dapat pula dilakukan oleh perantara yang

dapat dipercaya (pasal 11 KHI).

Dalam pasal 12 KHI menjelaskan, pada prinsipnya,

peminangan dapat dilakukan terhadap seorang wanita yang masih

perawan atau terhadap janda yang telah habis masa iddahnya.

Selain itu ada beberapa ketentuan dalam peminangan. Diantaranya:

1) Wanita yang ditalak suami yang masih berada dalam masa

iddah raj‟iah, haram dan dilarang untuk dipinang;

2) Dilarang juga meminang seorang wanita yang sedang dipinang

pria lain, selama pinangan tersebut belum putus atau belum ada

penolakan dari pihak wanita;

3) Putus pinangan pihak pria, karena adanya pernyataan tentang

putusnya hubungan pinangan atau secara diam-diam pria yang

meminang telah menjauhi dan meninggalkan wanita yang

dipinang.

4) Dalam peminangan, laki-laki yang meminang dapat melihat

wanita yang dipinangnya. Melihat wanita yang dipinang

hukumnya sunnah, karena dengan melihat akan dapat diketahui

identitas maupun pribadi wanita yang akan dinikahi. Namun

pada prinsipnya, peminangan belum berakibat hokum, maka

diantara mereka yang telah bertunangan tetap dilarang untuk

berkhalwat (berdua-duaan dalam tempat sepi).

Page 40: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

27

b. Proses Pemberitahuan ke Kantor Urusan Agama (KUA) atau

Kantor Catatan Sipil (KCS)

Proses pemberitahuan ke Kantor Urusan Agama (KUA)

atau Kantor Catatan Sipil (KCS) dilakukan 10 (sepuluh) hari

sebelum pelaksanaan perkawinan. Apabila peminangan telah

diterima oleh pihak wanita dan dipastikan akan segera

dilangsungkan pernikahan, maka hal selanjutnya yang harus

dilakukan adalah melakukan pemberitahuan ke kantor KUA

minimal 10 hari sebelum perkawinan itu dilaksanakan (Bab II Pasal

3 ayat (1) KHI). Pemberitahuan dapat dilakukan baik secara lisan

maupun tertulis oleh calon mempelai, atau oleh orang tua, atau

wakilnya (Bab II Pasal 4 KHI). Bagi orang yang beragama Islam

mendatangi Kantor Urusan Agama dan bagi orang non-Islam

mendatangi Kantor Catatan Sipil.

Hal-hal yang perlu dicatat dalam pemberitahuan tersebut

meliputi: nama, umur, agama, pekerjaan, dan tempat kediaman

calon mempelai. Apabila salah seorang atau kedua calon mempelai

pernah kawin, disebutkan juga nama istri atau suami terdahulu.

Sebagai pengukuhan adanya persetujuan calon mempelai, Pegawai

Pencatat menanyakan kepada kedua calon mempelai, sebagaimana

diatur dalam pasal 17 KHI:

Page 41: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

28

1) Sebelum berlangsungnya perkawinan, Pegawai Pencatat Nikah

menanyakan terlebih dahulu persetujuan calon mempelai di

hadapan dua saksi nikah;

2) Bila ternyata perkawinan tidak disetujui oleh salah seorang

mempelai maka perkawinan itu tidak dapat dilangsungkan;

3) Bagi calon mempelai yang menderita tuna wicara atau tuna

rungu persetujuan dapat dinyatakan dengan tulisan atau isyarat

yang dapat dimengerti.

Disamping hal tersebut usia mempelai perlu di perhatikan

ketika akan melangsungkan akad perkawinan. pasal 7 UU No. 1

Tahun 1974 ayat (1) menyatakan bahwa “Perkawinan hanya

diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur Sembilan belas

tahun dan pihak wanita mencapai umur enam belas tahun.”

Ketentuan batas umur ini seperti disebutkan dalam KHI pasal 15

ayat (1) didasarkan atas pertimbangan kemaslahatan keluarga dan

rumah tangga perkawinan. ini sejalan dengan prinsip yang

diletakkan oleh Undang- Undang Perkawinan bahwa calon suami

istri harus telah masak jiwa raganya agar dapat mewujudkan

perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan

menddapat keturunan yang baik dan sehat.oleh sebab itu harus

dicegah adanya perkawinan antar suami istri yang masih dibawah

umur.

Page 42: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

29

c. Pengumuman kepada Publik oleh Pegawai Pencatat Nikah dan

Pengecekan Berkas-Berkas

Setelah selesai pemberitahuan itu, calon mempelai

menunggu pengumuman yang dikeluarkan oleh PegawaI Pencatat

Nikah yang memuat hari, tanggal, jam, dan tempat dilangsungkan

perkawinan. Pengumuman tersebut biasanya ditempelkan pada

Kantor Pencatatan Perkawinan pada suatu tempat yang sudah

ditentukan dan mudah dibaca oleh umum (Pasal 8 PP No. 9 tahun

1975). Maksud pengumuman tersebut untuk memberi kesempatan

kepada umum untuk mengetahui dan mengajukan keberatan-

keberatan bagi dilangsungkannya perkawinan apabila yang

demikian itu diketahuinya bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan lainnya.

d. Pelaksanaan Akad Nikah

Menurut ketentuan PP No.9 tahun 1975 pasal 10,

“perkawinan dilangsungkan setelah hari kesepuluh sejak

pengumuman kehendak perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah.”

Tata cara pelaksanaan perkawinan dilakukan menurut ketentuan

agama dan kepercayaannya, dan dilaksanakan dihadapan pegawai

pencatat dan dihadiri oleh dua orang saksi.

Hukum Islam memberikan ketentuan bahwa syarat-syarat

ijab qobul dalam akad nikah adalah:

1) Adanya pernyataan mengawinkan dari wali;

Page 43: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

30

2) Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai pria;

3) Menggunakan kata-kata : nikah atau tazwij atau terjemah dari

kata-kata nikah atau tazwij;

4) Antara ijab dan qobul bersambungan;

5) Antara ijab dan qobul jelas maksudnya;

6) Tidak dalam ihram haji atau umrah;

7) Majlis ijab qobul tersebut harus dihadiri minimal oleh 4

(empat) orang yaitu: calon mempelai pria atau wakilnya, wali

dari mempelai wanita atau wakilnya, dan dua orang saksi

Dalam KHI Pasal 27: “Ijab qobul antara wali dan calon

mempelai pria harus jelas, beruntun, dan tidak berselang waktu”.

Dan dalam pasal 28 pun disebutkan “Akad nikah dilaksanakan

sendiri secara pribadi oleh wali nikah yang bersangkutan, wali

nikah dapat mewakilkan kepada orang lain.” Apabila diwakilkan,

sebelum ijab harus ada akad wakalah, yaitu penyerahan hak untuk

menikahkan calon mempelai wanita, dari wali kepada wakil yang

ditunjuk.

Dalam pelaksanaan akad nikah disunahkan adanya khutbah

Nikah yang bermanfaat untuk menambah kekhidmatan suatu akad

yang dinamakan mitsaqan ghalidhan. Juga memberi informasi

tentang hikmah perkawinan.

Dalam pasal 29 ayat (1) disebutkan jika sudah diucapkan

kalimat ijab atau penyerahan, maka mempelai laki- laki

Page 44: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

31

mengucapkan qabul(penerimaan) dan ijab tersebut dilakukan secara

pribadi. Jika karena suatu hal, calon mempelai pria tidak bisa hadir

secara pribadi, maka ucapan qobul dapat diwakilkan kepada pria

lain dengan ketentuan calon mempelai pria memberi kuasa yang

tegas secara tertulis bahwa penerimaan wakil atas akad nikah itu

adalah untuk mempelai pria. Namun apabila calon mempelai

wanita keberatan atas wakil tersebut, maka akad nikah tidak dapat

dilangsungkan (KHI Pasal 29 ayat (3)).

Setelah akad nikah disahkan oleh para saksi, prosesi akad

nikah ditutup dengan doa agar kedua mempelai diberi berkah dan

mendapat ridho dari Allah swt dalam mengarungi bahtera rumah

tangga. Langkah selanjutnya adalah kedua calon mempelai

menandatangani akta perkawinan yang telah disiapkan oleh

Pegawai Pencatat berdasarkan ketentuan yang berlaku, diteruskan

dengan kedua saksi dan wali. Berdasarkan pasal 11 dengan bukti

penandatanganan yang sudah dilaksanakan maka perkawinan

tersebut telah tercatat secara resmi, sedangkan dalam pasal 6 ayat

(2) perkawinan tersebut sudah mempunyai kekuatan hukum.

e. Pencatatan Perkawinan dan Akta Nikah

Pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan

ketertiban perkawinan dalam masyarakat. Hal ini merupakan suatu

upaya yang diatur melalui perundang-undangan untuk melindungi

martabat dan kesucian perkawinan, dan lebih khusus lagi sebagai

Page 45: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

32

perlindungan bagi wanita dalam kehidupan berumah tangga. Dalam

UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat (2) dinyatakan

bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Sedangkan dalam KHI Pasal 5 ayat (1)

menyatakan bahwa agar terjamin ketertiban perkawinan bagi

masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat. Dalam pasal 6

ayat (1) disebutkan bahwa untuk memenuhi ketentuan dalam pasal

5, setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan di bawah

pengawasan Pegawai Pencatat Nikah. Dan dalam ayat lanjutannya

yakni pasal 6 ayat (2) juga disebutkan bahwa perkawinan yang

dilakukan di luar Pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak

mempunyai kekuatan hukum.

Secara terperinci, PP No. 9 Tahun 1975 Bab II pasal 2

menjelaskan tentang pencatatan perkawinan sebagai berikut:

a. Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan

perkawinannya menurut Islam, dilakukan oleh Pegawai

Pencatat, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No.

32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk.

b. Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan

perkawinannya menurut agama dan kepercayaannya selain

agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah pada

Kantor Catatan Sipil sebagaimana yang dimaksud dalam

Page 46: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

33

berbagai perundang-undangan mengenai pencatatan

perkawinan.

c. Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan khusus berlaku

bagi tata cara pencatatan perkawinan dilakukan sebagaimana

ditentukan dalam pasal 9 Peraturan Pemerintah ini.

Setelah perkawinan tersebut sudah dicatat dan dinyatakan

sah secara agama dan hukum, maka kedua mempelai mendapatkan

akta nikah. Dengan adanya akta nikah tersebut, suami istri

memiliki bukti otentik atas perbuatan hukum yang telah mereka

lakukan. Selain itu, fungsi akta nikah tersebut juga sebagai

“jaminan hukum” apabila salah satu pasangan tidak menjalankan

kewajibannya baik sebagai istri maupun suami, maka dapat

mengajukan perkara ke pengadilan. Akta nikah juga berguna untuk

membuktikan keabsahan anak dari perkawinan itu. Upaya hukum

tidak dapat dilakukan apabila perkawinan tidak dapat dibuktikan

dengan akta niikah. Oleh karena itu, KHI pasal 7 ayat (1)

menegaskan bahwa “perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan

Akta Nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah”.

Adapun Akta Nikah memuat:

1) Nama, tanggal dan tempat lahir, agama/ kepercayaan,

pekerjaan dan tempat kediaman suami istri; Apabila seseorang

atau keduanya pernah kawin, disebutkan juga nama istri atau

suami terdahulu.

Page 47: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

34

2) Nama, agama/ kepercayaan, pekerjaan dan tempat kediaman

orang tua mereka;

3) Izin kawin sebagai dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), (3), (4),

dan (5) undang-undang;

4) Dispensasi sebagai dimaksud dalam Pasal 7 (2) UU;

5) Izin pengadilan sebagai dimaksud Pasal 4 UU;

6) Persetujuan sebagai dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) UU;

7) Izin dari pejabat yang ditunjuk oleh Menhankam/ Pangab bagi

Angkatan Bersenjata;

8) Perjanjian perkawinan apabila ada;

9) Nama, umar, agama/ kepercayaan, pekerjaan dan tempat

kediaman para saksi, dan wali nikah bagi yang beragama

Islam;

10) Nama, umur, agama/ kepecayaan, pekerjaan dan tempat tinggal

kuasa apabila perkawinan dilakukan melalui seorang kuasa.

Selain hal-hal tersebut di atas, dalam akta nikah

dilampirkan naskah perjanjian perkawinan (taklik talak/

penggantungan talak), yaitu teks yang dibaca suami setelah akad

nikah sebagai perjanjian kesetiaannya terhadap istri. KHI Pasal 46

menegaskan:

1) Isi taklik talak tidak boleh bertentangan dengan hukum Islam.

2) Apabila keadaan yang diisyaratkan dalam taklik talak betul-

betul terjadi kemudian, tidak dengan sendirinya talak jatuh.

Page 48: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

35

Supaya talak sungguh-sunggu jatuh, istri harus mengajukan

persoalannya ke Pengadilan Agama.

3) Perjanjian taklik talak bukan suatu perjanjian yang wajib

diadakan pada setiap perkawinan, akan tetapi sekali taklik

talak sudah diperjanjikan, tidak dapat dicabut kembali.

4) Akta nikah dan salinannya tersebut, sebagaimana diatur dalam

PP No. 9 Tahun 1975 Pasal 11 ayat (1) dan (2) ditandatangani

oleh kedua mempelai sesaat setelah dilangsungkannya akad

nikah. Setelah itu, diikuti penandatanganan oleh kedua saksi

dan pegawai pencatat yang menghadiri akad nikah, lalu wali

nikah atau yang mewakili.

B. ‘Urf

1. Pengertian „Urf

Dari segi etimologi al-„urf berasal dari kata yang terdiri dari

huruf „ain, ra‟ dan fa‟ yang berarti kenal. Dari kata ini muncul

kata ma‟rifah (yang dikenal), ta‟rif (definisi), kata ma‟ruf (yang dikenal

sebagai kebaikan), dan kata „urf (kebiasaan yang baik). Adapun dari segi

terminologi, kata „urf mengandung makna:

Seuatu yang menjadi kebiasaan manusia, dan mereka

mengikutinya dalam bentuk setiap perbuatan yang populer di

antara mereka, ataupun suatu kata yang biasa mereka kenal

dengan pengertian tertentu, bukan dlam pengertian etimologi,

dan ketika mendengar kata itu, mereka tidak memahaminya

dalam pengertian lain (Dahlan, 2011:208).

Dalam istilah fuqaha „urf ialah kebiasaan. Dari pengertian ini

kita mengetahui bahwa „urf dalam sesuatu perkara tidak bisa terwujud

Page 49: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

36

kecuali apabila „urf itu mesti berlaku atau sering-seringnya berlaku pada

perkara tersebut, sehingga masyarakat yang mempunyai „urf tersebut

selalu memperhatikan dan menyesuaikan diri dengannya. Jadi unsur

pembentukan „urf ialah pembiasaan bersama antara orang banyak, dan

hal ini hanya terdapat pada keadaan terus-menerus atau sering-

seiringnya dan kalau tidak demikian, maka disebut perbuatan

perseoranagan.

Sebagian Ushuliyyin, seperti Al-Nafasi dari kalangan Hanafi,

Ibnu Abidin, Al-Rahawi dalam Syarah kitab Al-Mannar dan Ibnu Ujaim

dalam kitab Al-Sybah wa al-Nazhair berpendapat bahwa „urf sama

dengan adat, tidak ada perbedaan antara keduanya. Namun sebagian

Ushuliyyin, seperti Ibnu Humam dan al-Bazdawi membedakan antara

adat dengan „urf dalam membahas kedudukannya sebagai salah satu

dalil untuk menetapkan hukum syara‟. Adat didefinisikan sebagai

sesuatu yang dikerjakan berulang-ulang tanpa adanya hubungan

rasional. Sedangkan „urf ialah kebiasaan mayoritas kaum, baik dalam

perkataan atau perbuatan. Dalam pengertian ini adat lebih luas daripada

„urf. Adat mencakup seluruh jenis „urf. Tetapi tidaak sebaliknya.

Kebiasaan individu-individu atau kelompok tertentu dalam makan,

berpakaian, tidur dan sebagainya dinamakan adat, tidak dikatakan „urf.

Tetapi, dari sisi yang lain, „urf lebih umum daripada adat, sebab adat

hanya menyangkut perbuatan, sedangkan „urf menyanggkut perbuatan

dan ucapan sekaligus (Suwarjin, 2012: 148-149).

Page 50: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

37

Dari adanya ketentuan bahwa „urf atau adat itu sesuatu yang

harus dikenali, diakui, dan diterima oleh orang banyak, terlihat ada

kemiripannya dengaan ijma‟. Namun antara keduanya terdapat

beberapa perbedaaan yang diantaranya ialah sebagai berikut:

a. Dari segi ruang lingkupnya, ijma‟ harus diterima semua

pihak. Sedangkan „urf atau adat sudah dapat tercapai bila ia telah

dilakukan dan dikenal oleh sebagian orang saja.

b. Ijma‟ ialah kesepakatan (penerimaan) diantara orang-orang tertentu,

yaitu para mujtahid, dan yang bukan mujtahid tidak diperhitungkan

kesepakatan ataupun penolakannya. Sedangkan „urf atau adat yang

mengakui ialah seluruh lapisan manusia baik mujtahid atau bukan.

c. „Urf atau adat itu dapat mengalami perubahan karena berubahnya

orang-orang yang menjadi bagian dari umat itu. Sedangkan ijma‟

tidak akan mengalami perubahan (Syarifudin, 2011: 389).

2. Landasan Hukum „Urf

„Urf menurut penyelidikan bukan merupakan dalil syara‟

tersendiri. Pada umumnya, urf ditujukan untuk memelihara

kemaslahatan umat serta menunjang pembentukan hukum dan

penafsiran beberapa nash. Namun hal ini bukan berarti „urf tidak

mempunyai dasar hukum sebagai salah satu sahnya sumber syari‟at

Islam. Mengenai kehujjahan „urf menurut pendapat kalangan ulama

ushul fiqh, diantaranya:

Page 51: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

38

a. Golongan Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa „urf adalah

hujjah untuk menetapkan hukum Islam. Alasan mereka ialah

berdasarkan firman Allah dalam surat al A‟rof ayat 199:

ع ن ا لج اى ل ي و ا ع ر ض ب ا لع ر ف و أم ر خ ذ ا لع ف و

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang-orang

mengerjakan yang ma‟ruf serta berpalinglah daripada

orang-orang yang bodoh.

Ayat ini bermaksud bahwa „urf ialah kebiasaan manusia dan

apa-apa yang sering mereka lakukan (yang baik). Ayat ini,

bersighat „am artinya Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk

mengerjakan suatu hal yang baik, karena merupakan perintah, maka

urf dianggap oleh syara‟ sebagai dalil hukum.

Maka dari pernyataan di atas, dapar dikatakan bahwasannya

sesuatu yang sudah lumrah dilakukan manusia di dunia untuk

kemaslahatan hidupnya, maka hal itu dianggap benar oleh syari‟at

Islam meskipun tidak ada dalil yang menyatakannya baik dalam al

Qur‟an ataupun sunnah.

Selain berdasarkan dalil al qur‟an tersebut, ulama Hanafiyah

dan Malikiyah juga berhujjah dengan hadits nabi:

ع ن د الله ح س ن ناف ه و ل م و ن ح س س م ار ا ه ا لم

Sesuatu yang dianggap baik oleh umat Islam, termasuk

suatu hal yang baik pula menurut Allah.

Page 52: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

39

Hadits ini mengandung arti bahwa hal yang dipandang baik

bagi orang Islam berarti hal itu baik pula di sisi Allah yang di

dalamnya termasuk juga „urf yang baik. Yang mana berdasarkan

dalil-dalil tersebut, „urf yang baik adalah suatu hal yang baik di

hadapan Allah.

b. Golongan Syafi‟iyah dan Hanbaliyah, keduanya tidak menganggap

„urf sebagai hujjah atau dalil hukum syar‟i. Golongan Imam Syafi‟i

tidak mengakui adanya istihsan, mereka betul-betul menjauhi untuk

menggunakannya dalam istinbath hukum dan tidak

menggunakannya sebagai dalil. Maka dengan hal itu, secara

otomatis golongan Imam Syafi‟ juga menolak menggunakan „urf

sebagai sumber hukum Islam. Penolakannya itu tercermin dari

perkataannya sebagaimana berikut:

“Barang siapa yang menggunakan istihsan maka sesungguhnya ia

telah membuat hukum” (Umam, 2000: 166).

Bahkan dalam kitab „Risalah‟-nya, beliau menyatakan

dengan tegas sebagai berikut, yang artinya:

Tidak seorang pun berhak selain Rasulullah menetapkan

sesuatu hukum tanpa alasan (dalil) dan tidak seorang pun

pantas menetapkan berdasarkan apa yang dianggap baik

(istihsan). Sesungguhnya menetapkan hukum dengan

istihsan adalah membuat ketentuan baru yang tidak

mempedomani ketentuan yang telah digariskan sebelumnya

(Umam, 2000: 167).

Berkaitan dengan penolaknnya terhadap istihsan ini, beliau

mengemukakan beberapa dalil (argumen) sebagai dasar dari

Page 53: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

40

penolakannya, sebagaimana tercermin dalam kitabnya al-Risalah

dan al-Umm. Ia mengemukakan dalil-dalil dari al-Quran dan hadits,

di antaranya:

1) Surat al-Maidah (5): 3 yang berbunyi:

ل ك م ي ت ع ل ي ك م ن ع م ت و ر ض ل ك م د ي ن ك م و أ ت م ت م ل ت ا ل ي و م أ ك

د ي نا ا لا س لا م

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,

dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah

Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.

2) Surat al-Nahl (16): 89 yang berbunyi:

ءو ى دىو ر ح ة.... ت ب ي انال ك لش ي ا لك ت اب و ن زل ن اع ل ي ك

Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur‟an) untuk

menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat.

Berdasarkan dalil-dalil tersebut, maka Imam Syafi‟i

menolak adanya sumber hukum dari „urf, karena beliau

menganggap bahwa „urf merupakan penetapan suatu hukum yang

tidak berdasarkan dalil yang sudah ditetapkan yakni; Al Qur‟an,

Hadits, Ijma‟ dan Qiyas.

3. Kaidah-Kaidah „Urf

a. ة ا ل ع اد ة م كم

(Adat itu dapat dijadikan hukum)

Page 54: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

41

b. ك ن ة ن ة و ال م م ب ت غ ي ال ز م ك لا ي ن ك ر ت غ ي ر الح

(Tidak di ingkari perubahan hukum disebabakan perubahan zaman

dan tempat)

c. ر طا ر و ط ش ا ل م ش ع ر و ف ع ر فا ك ا ل م

(Yang baik itu menjadi „urf, sebagaimana yang disyaratkan itu

menjadi syarat)

d. ال ثاب ت ب االناص ا لثاب ت ب ال ع ر ف ك

(Yang ditetapkan melalui „urf sama dengaan yangg ditetapkan

melalaui nash (nash atau hadist) (Umam, 1998: 168).

4. Macam-Macam „Urf

Ditinjau dari jangkauannya, „urf dibagi menjadi:

a. Al- „Urf al-Amm (Adat kebiasaan umum)

Yaitu kebiasaan yang bersifat umum dan berlaku bagi

sebagian besar masyarakat dalam berbagai wilayah yang luas.

Misalnya, membayar ongkos kendaraan umum dengan harta tertentu,

tanpa perincian jauh atau dekatnya jarak yang ditempuh, dan hanya

dibatasi oleh jarak tempuh maksimum. Demikian juga, membayar

sewa penggunaan tempat pemandian umum dengan harga tiket

masuk tertentu, tanpa membatasi fasilitas dan jumlah air yang

digunakan, kecuali hanya membatasi pemakaian dari segi waktunya

saja.

Page 55: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

42

b. Al-„Urf al-Khashsh (Adat kebiasaan khusus)

Yaitu adat kebiasaan yang berlaku secara khusus pada suatu

masyarakat tertentu, atau wilayah tertentu saja. Misalnya, kebiasaan

masyarakat Jambi menyebut kalimat “satu tumbuk tanah” untuk

menunjukkan pengertian luas tanah 10 x 10 meter. Demikian juga

kebiasaan masyarakat tertentu yang menjadikan kuitansi sebagai alat

bukti pembayaran yang sah, meskipun tanpa disertai dengan dua

orang saksi (Dahlan, 2011:210).

Menurut Syafe‟i (2007:128) ditinjau dari segi ketentuan

hukumnya, „urf terbagi menjadi dua yaitu:

a. Al-„Urf ash-Shahih („Urf yang absah)

Yaitu sesuatu yang telah saling dikenal oleh manusia dan

tidak bertentangan dengan dalil syara‟ , tidak menghalalkan yang

haram dan tidak juga membatalkan yang wajib. Seperti adanya

saling pengertian diantara manusia tentang kontrak borongan,

pembagian mas kawin (mahar) yang didahulukan dan yang

diakhirkan. Begitu juga bahwa istri tidak boleh menyerahkan dirinya

kepada suaminya sebelum ia menerima sebagian dari maharnya.

Juga tentang sesuatu yang telah diberikan oleh pelamar (calon

suami) kepada calom istri, berupa perhiasaan, pakaian, atau apa saja,

dianggap sebagai hadiah dan bukan merupakan sebagian dari mahar.

Page 56: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

43

b. Al-„Urf al-Fasid („Urf yang rusak/salah)

Yaitu sesuatu yang telah saling dikenal manusia, tetapi

bertentangan dengan syara‟, atau menghalalkan yang haram dan

membatalkan yang wajib. Seperti adanya saling pengertian diantara

manusia tentang beberapa perbuatan munkar dalam upacara

kelahiran anak. Juga tentang memakan barang riba dan kontrak judi.

5. Syarat-Syarat „Urf

Sebagian besar ulama yang menggunakan „urf sebagai hujjah,

memberikan syarat-syarat tertentu dalam menggunakan al-urf sebagai

sumber hukum, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Tidak bertentangan dengan al-Quran atau As-Sunnah. Jika

bertentangan, seperti kebiasaan orang minum khamr, riba, berjudi,

dan jual beli gharar (ada penipuan) dan yang lainnya maka tidak

boleh diterapkan.

b. Adat kebiasaan tersebut sudah menjadi tradisi dalam muamalat

mereka, atau pada sebagian besarnya. Jika hanya dilakukan dalam

tempo tertentu atau hanya beberapa individu maka hal itu tidak dapat

dijadikan sumber hukum.

c. Tidak ada kesepakatan sebelumnya tentang penentangan terhadap

adat tersebut. Jika adat suatu negeri mendahulukan sebagai mahar

dan menunda sebagainya, namun kedua calon suami istri sepakat

untuk membayarnya secara tunai lalu keduanya berselisih pendapat,

maka yang menjadi patokan adalah apa yang sudah disepakati oleh

Page 57: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

44

kedua belah pihak, karena tidak ada arti bagi sebuah adat kebiasaan

yang sudah didahului oleh sebuah kesepakatan untuk menentangnya.

d. Adat istiadat tersebut masih dilakukan oleh orang ketika kejadian itu

berlangsung. Adat lama yang sudah ditinggalkan orang sebelum

permasalahan muncul tidak dapat digunakan, sama seperti adat yang

baru lahir setelah permasalahannya muncul (Khalil, 2009:170).

C. Tathayyur Dalam Islam

“At-Tathayyur” secara bahasa, adalah mashdar dari (kata) ت ط ير

(Tathayyara) asal mulanya diambil dari kata انطير (Ath-Thairu) (yang berarti

burung), karena bangsa Arab (sebelum datangnya Islam) menentukan nasib

sial dan nasib baik dengan menggunakan burung-burung, melalui cara yang

telah mereka ketahui, yaitu dengan melepaskan seekor burung, kemudian

dilihat apakah burung tersebut terbang ke kanan, ke kiri, ataukah terbang ke

arah yang mendekati (kanan atau kiri). Jika (burung tersebut) terbang ke arah

kanan dia pun berangkat (maju), (dan jika) terbang ke arah kiri, maka dia pun

mundur (menahan diri untuk berangkat).

Adapun (“At-Tathayyur”) dalam istilah (syari‟at) adalah merasa

bernasib sial disebabkan karena sesuatu yang dilihat atau didengar, atau

karena sesuatu yang diketahui (selain dari yang dilihat atau didengar)

(Utsaimin, tt: 348).

Beberapa contohnya:

Berikut ini beberapa contoh “At-Tathayyur” berdasarkan beberapa sebabnya:

Page 58: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

45

1. Karena sesuatu yang dilihat

Misal: Seseorang melihat seekor burung, kemudian dia merasa dirinya

akan mendapatkan kesialan karena (menurut anggapannya) burung

tersebut membawa sial.

2. Karena sesuatu yang didengar

Misal: Seseorang telah berniat (melakukan) sebuah urusan, lalu dia

mendengar seseorang mengatakan kepada orang lain (selain dirinya): “Hai

si Rugi” atau “Wahai Orang Gagal”, kemudian dia merasa akan bernasib

sial (mendapatkan kerugian atau kegagalan karena omongan orang tadi).

3. Karena sesuatu yang diketahui

Misal: Merasa sial dengan beberapa hari tertentu, bulan-bulan tertentu,

atau tahun-tahun tertentu. Contoh yang (ketiga) ini adalah sesuatu yang

tidak bisa dilihat dan tidak bisa didengar.

Salah satu contoh perbuatan manusia yang termasuk dalam

tathayyur adalah dalam penentuan waktu pernikahan. Menikah merupakan

salah satu fenomena yang senantiasa diharapkan oleh setiap manusia yang

berakal dan berjiwa sehat. Biasanya pada masyarakat Jawa sebelum

melangsungkan sebuah pernikahan dilakukan penentuan hari pernikahan,

diawali dengan pihak laki-laki akan mengirimkan orang yang dipercaya

sebagai perwakilan untuk bertemu dengan pihak perempuan guna

memberitahukan bahwa pihak laki-laki telah siap untuk melangsungkan

pernikahan, sehingga hari pernikahan dapat segera ditentukan. Penentuan

hari pernikahan dilakukan oleh pihak perempuan dibantu oleh sesepuh

Page 59: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

46

atau tokoh adat. Setelah pihak perempuan melakukan penentuan hari

pernikahan akan diberitahukan kepada kerabat atau keluarga laki-laki

dengan berganti pihak perempuan akan datang berkunjung pada keluarga

laki-laki. Pada pernikahan orang Jawa dilakukan perhitungan dengan

menggunakan sistem pengetahuan orang Jawa berdasarkan perhitungan

weton, yaitu perhitungan hari lahir kedua calon mempelai. Masyarakat

percaya bahwa menikah pada jam-jam tertentu akan berpengaruh pada

kehidupan mereka di masa yang akan datang.

Sebagai penganut agama Islam yang taat terkait pernikahan,

mencari tanggal dan hari yang baik untuk menikah memang penting.

Sebab pernikahan merupakan suatu acara sakral demi menghindari segala

hal buruk atau hal-hal yang tidak kita inginkan. Ini tentu sangat berbeda

dari orang Jawa yang lebih ke titen. Muslim yang taat tentu menggunakan

hadits untuk menentukan tanggal, hari dan bulan pernikahan. Menikah di

bulan, hari dan tanggal yang baik dipercaya bakal membawa banyak

kebaikan juga bagi pasangan suami dan istri serta kedua keluarga. Jadi,

itulah kepentingan dari mencari hari baik.

Sebenarnya semua hari itu baik selama tidak ditemukan adanya

larangan dalam syariat, jadi mau kapan saja mengadakan hajatan, semua

tanggal dan hari itu baik. Kecuali memang ada dalilnya, dalam hukum

Islam, kita dilarang keras untuk menghukumi tanggal atau hari sial. Kabar

baiknya, tidak ada satu dalil yang dijumpai tentang tanggal atau hari sial

Page 60: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

47

yang memang perlu dijauhi untuk mengadakan suatu acara sakral atau

hajatan lainnya.

Banyak orang memilih hari atau tanggal tertentu karena

menganggapnya paling baik, sedangkan ada hari dan tanggal yang mereka

anggap sebagai hari sial, hal ini sebaiknya dijauhi. Seperti yang

disabdakan oleh Rasulullah bahwa hal menganggap suatu hari adalah hari

atau tanggal sial maka itu disebut sebagai sebuah kesyirikan. Satu contoh

yang bisa diambil tentang thiyaroh yang syirik adalah keyakinan sial akan

bulan Syuro atau Muharam oleh masyarakat Jawa. Banyak yang akan

menjauhi bulan Syuro saat mencari hari baik untuk menikah. Mereka

berpantang untuk mengadakan hajatan dalam bentuk apapun karena ada

anggapan bulan Syuro bisa mendatangkan celaka. Padahal menurut

Rasulullah saw adalah perbuatan tersebut adalah sebuah hal syirik.

Namun untuk masalah bulan baik yang bisa dipertimbangkan

ketika akan menikah menurut Islam adalah bulan Syawal. Selain bulan

Syawal, hari baik untuk menikah menurut Islam adalah pada bulan

Ramadhan. Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Rasulullah dan

istrinya menikah tepat di bulan Syawal dan di bulan yang sama jugalah

mereka memasuki nikah. Disunnahkan juga oleh sayyidah Aisyah bahwa

bulan Syawal merupakan bulan baik untuk pernikahan, sedangkan

Rasulullah sendiri menyatakan bahwa bulan Ramadhan hari baik untuk

menikah menurut Islam. Hal ini sebagaimana yang dikisahkan oleh Aisyah

ra:

Page 61: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

48

“Rasulullah saw menikahiku pada bulan Syawal dan mengadakan

malam pertama dengan aku di bulan Syawal. Manakah istri beliau

yang lebih mendapatkan perhatian selain aku?” Salah seorang

perawi mengatakan, “aisyah menyukai jikalau suami melakukan

malam pertama di bulan Syawal.” (HR. Muslim, An-Nasa‟i, dan

yang lain).

Tidak disarankan untuk meyakini hal-hal yang berbau ramalan

karena takdir, dan nasib seseorang tidak ada hubungannya sama sekali

dengan bulan jodoh, tanggal nikah, weton dan lain-lainnya. Rasulullah saw

sendiri sudah bersabda bahwa siapa yang datang ke peramal dan

menanyakan hal-hal yang berhubungan tentang masa depan, nasib dan

sebagainya, sholat orang tersebut selama 40 hari tidak akan diterima. Nabi

muhammad saw bersabda yang artinya “barang siapa yang mendatangi

peramal, kemudian bertanya tentang sesuatu hal, maka shalatnya tidak

akan diterima selama 40 hari.” (HR. Ahmad, Muslim)

“At-Tathayyur” dapat meniadakan “At-Tauhid” dari dua sisi.

Pertama, pelaku “At-Tathayyur” telah menghilangkan tawakkalnya

kepada Allah SWT, serta bersandar kepada selain Allah SWT. Padahal

Allah SWT adalah satu-satunya tempat bergantung. Sebagaimana

disebutkan dalam surat Al-Ikhlas ayat ke-2 (yang artinya): “Allah adalah

Rabb yang bergantung kepadanya segala sesuatu.” (Al-Ikhlas: 2). Dan

perintah Allah SWT: “Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah (hanya)

kepada-Nya.” (Hud: 123)

Kedua, pelaku “At-Tathayyur” sesungguhnya bergantung kepada

sesuatu yang tidak ada hakekatnya, bahkan hal itu hanya sebuah dugaan

dan khayalannya saja (yang tidak layak untuk dijadikan tempat

Page 62: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

49

bergantung). Karena antara sesuatu yang dijadikan tathayyur dengan

kejadian yang menimpanya tidak memiliki hubungan apa-apa (terkhusus

hubungan sebab akibat). Bagaimana bisa belok kanannya burung menjadi

penentu nasib baiknya seseorang, hal ini jelas dapat merusak Tauhid

seseorang, karena dapat memalingkan tawakkal kita kepada selain Allah

SWT, ketika umat Islam dituntut untuk beribadah dan beristi‟anah

(meminta pertolongan) hanya kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman

(yang artinya): “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya

kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (Al-Fatihah: 4). Dan kita

pun dituntut untuk bertawakkal hanya kepada Allah SWT saja,

sebagaimana disebutkan pada surat Hud ayat ke-123 di atas. Sehingga

tawakkal adalah sebuah ibadah yang tidak boleh dipalingkan kepada selain

Allah SWT.

Sebagaimana dijelaskan oleh sahabat yang mulia „Abdullah bin

Mas‟ud r.a dalam kelanjutan riwayat hadits di atas, bahwa “At-Tathayyur”

atau “Ath-Thiyarah” dapat dihilangkan dengan “tawakkal” kepada Allah

SWT saja. Bergantung hanya kepada Allah SWT dalam rangka

mendapatkan manfaat atau menolak mudharat, serta mengiringinya dengan

usaha. Sehingga apapun yang menimpa kita baik berupa kesenangan,

kesedihan, musibah, dan yang lainnya, kita yakini bahwa itu semua

merupakan kehendak-Nya yang penuh dengan keadilan dan hikmah.

Rasulullah saw telah mengajarkan kepada kita (umat Islam) sebuah do‟a:

“Ya Allah, tidaklah kebaikan itu datang kecuali dari-Mu, dan tidaklah

Page 63: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

50

kesialan itu datang kecuali dari-Mu, dan tidak ada sesembahan yang

berhak disembah kecuali Engkau.” (HR. Ahmad). Dengan mengetahui

perkara tersebut, kita berharap bisa lebih berhati-hati dalam menyikapi

suatu keyakinan-keyakinan yang tidak bersumber dari Al-Qur ‟an maupun

Al-Hadits,

Page 64: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

51

BAB III

TRADISI PERNIKAHAN DI DESA TAJUK

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

a. Batas administrasi

Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang secara

Geografis terletak pada 110º14‟54,75” sampai dengan 110º39‟3”

Bujur Timur dan 7º3‟57” sampai dengan 7º30‟ Lintang Selatan.

Secara administratif, letak Geografis Desa Tajuk dibatasi oleh empat

desa. Di sisi barat, Desa Tajuk berbatasan dengan Desa Batur, di sisi

selatan berbatasan dengan Desa Ngaglik Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali, sementara di sisi timur berbatasan dengan Desa

Jetak dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Samirono.

b. Luas wilayah

Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

mempunyai luas keseluruhan sebesar 1235,89 Ha. Terbagi 543 Ha

lahan pertanian atau tegal (ladang), 60 Ha pemukiman, perkantoran

1,5 Ha, lapangan 0,9 Ha, tanah kas desa atau bengkok 32,7 Ha.

Secara administrasi, Desa Tajuk Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang terdiri dari 11 dusun, 4 RW dan 35 RT.

Page 65: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

52

Tabel 3.1 Luas wilayah Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang menurut dusun

No Dusun Luas (Ha)

1 Pulihan 7

2 Puyang 4

3 Kaliajeng 7

4 Banaran 5

5 Ngroto 4

6 Macanan 5

7 Cingklok 5

8 Tajuk 7

9 Sokowolu 7

10 Gedong 4

11 Ngaduman 5

Jumlah 60

c. Topografis

Ketinggian wilayah Desa Tajuk berada pada kisaran antara

1.200 – 1.450 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan ketinggian

terendah berada di Dusun Banaran dan tertinggi di Dusun Ngaduman.

d. Penggunaan lahan dan iklim

Wilayah Desa Tajuk memiliki iklim tropis dengan curah

hujan rata-rata 180 mm/tahun, suhu udara berkisar antara 20 derajat

C, kecepatan angin 0,37-0,71 knot, dan kelembapan udara 38,5-98%.

Page 66: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

53

2. Demografi

a. Kependudukan

Dari data statistik yang diperoleh penulis saat melakukan

penelitian pada tanggal 9 Agustus 2018, jumlah keseluruhan warga

Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah 4.534

jiwa, yang terdiri dari 1.099 Kepala Keluarga (KK). Adapun

rinciannya adalah 2.233 warga berjenis kelamin laki-laki dan 2.301

berjenis kelamin perempuan. Sehingga kalau digambarkan dalam

bentuk tablel adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Tabel jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No

Dusun

Jumlah KK

Jumlah

Penduduk

Total

Lk Pr

1 Pulihan 148 256 350 606

2 Puyang 69 175 200 375

3 Kaliajeng 109 200 250 450

4 Banaran 90 185 225 410

5 Ngroto 68 119 176 245

6 Macanan 102 159 186 335

7 Cingklok 92 145 161 306

8 Tajuk 119 200 265 465

9 Sokowolu 147 270 304 574

Page 67: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

54

10 Gedong 67 125 163 288

11 Ngaduman 94 200 220 420

Jumlah 1.009 2.233 2.301 4.534

Sumber Data: Monografi Desa Tajuk Agustus 2018

Dari semua jumlah penduduk Desa Tajuk yang berjumlah

4.534 jiwa itu mendiami area yang dibagi dalam 11 dusun, 4 RW dan

35 RT. Jumlah penduduk tersebut belum termasuk mereka yang masih

di bawah umur 5 tahun (balita), atau dengan kata lain jumlah ini

hanya meliputi mereka yang sudah duduk di bangku Sekolah Dasar

(SD) hingga manula. Dengan demikian, data statistik yang ada di

Desa Tajuk tersebut merupakan data yang bersifat relatif, yang masih

saja bisa berubah-ubah.

b. Agama

Dari data statistik warga Desa Tajuk Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang yang berjumlah 4.534 jiwa, 3.382 orang

beragama Islam dan 1.152 orang beragama Kristen. Sehingga kalau

digambarkan dalam bentuk tablel adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Jumlah Pemeluk Agama Penduduk Desa Tajuk Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang Tahun 2018

No Agama Jumlah

1 Islam 3.382

2 Kristen 1.152

Sumber Data: Monografi Desa Tajuk Agustus 2018

Page 68: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

55

Dalam konteks sosio-religius, mayoritas warga masyarakat

Desa Tajuk memeluk Agama Islam. Mereka yang mayoritas Islam

sudah membentuk kultur dan budaya dengan ciri khas dan karakter

masing-masing kelompok. Seperti masyarakat Desa Tajuk ini, ia telah

membentuk pola hidup masyarakat yang mempertahankan kultur

organisme yang cukup kuat. Dalam menjalani kehidupan beragama

sebagai umat Islam, sebagian masyarakat Tajuk megikuti aliran Ahlus

Sunnah Wal Jamaah yang menganut mazhab Syafi‟i dan sebagian

lainnya menganut Islam kejawen.

c. Sosial budaya

Suatu kondidi sosial budaya masyarakat akan sangat

berpengaruh terhadap sebuah tradisi kebudayaan di dalam wilayah

tersebut, yaitu apakah budaya tersebut akan tetap dijalankan, ataukah

sudah mulai ditinggalkan karena masuknya budaya-budaya lain yang

mempengaruhi tatanan kehidupan sosial dan budaya masyarakat

setempat. Walaupun proses sebuah penerimaan budaya luar tidak

selalu dilewati dengan jalan mudah dan langsung diterima oleh

masyarakat, akan tetapi bila perubahan dapat menerima kedudukan

tradisi dan budaya luar, maka dengan sendirinya budaya luar itu akan

diikuti dan dijalankan oleh masyarakat setempat.

Begitu juga sebaliknya, sebuah budaya yang sudah ada sejak

nenek moyang mereka terdahulu, akan sangat sulit untuk ditinggalkan

atau diganti budaya lain. Kalaupun bisa, proses perubahan pun akan

Page 69: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

56

terasa sulit dan memakan waktu yang sangat lama, karena harus

melewati banyak tantangan untuk merubahnya dengan kebudayaan-

kebudayaan yang baru. Terkadang suatu masyarakat untuk

mempertahankan dan memperjuangkan suatu kebudayaan yang telah

ada sejak leluhur mereka terdahulu, harus mengorbankan harta dan

benda, agar budaya tersebut tetap lestari ataupun tetap ada hingga

akhir hayat mereka.

Masyarakat Desa Tajuk bisa dikategorikan sebagai masyarakat

yang peduli akan kebudayaan yang ditinggalkan leluhur mereka. Hal

ini dapat dilihat dari berbagai tradisi yang nenek moyang tinggalkan

di Desa Tajuk yang sampai saat ini masih dijalankan oleh sebagian

kelompok, seperti tradisi penentuan waktu pernikahan, tradisi

larangan melaksakan hajat di bulan-bulan tertentu, dan lain

sebagainya.

B. Praktik Penentuan dan Perhitungan Waktu Pernikahan di Desa Tajuk

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

1. Penentuan Jodoh

Mencari kecocokan jodoh yang tepat dan sesuai selera memang

menjadi dambaan semua orang. Baik laki-laki maupun perempuan pasti

menginginkan pasangan hidup terbaik. Di Desa Tajuk Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang terdapat sebuah adat berupa perhitungan weton

untuk mengetahui apakah kedua calon mempelai berjodoh atau tidak.

Page 70: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

57

Masing-masing calon mempelai pengantin akan dihitung neptu kelahiran

dan kemudian dijumlahkan. Jika menunjukkan hasil yang sedikit, berarti

tidak jodoh. Sebaiknya rencana awal untuk menikah dibatalkan, karena

jika nekat menikah akan menimbulkan mara bahaya bagi kedua calon

pengantin.

Nilai minimal dari jumlah neptu kedua calon mempelai yang

diyakini baik adalah 25. Artinya, jika jumlah nilai neptu kedua calon

mempelai lebih dari 25, entah ganjil ataupun genap maka dinilai jodoh.

Adapun jumlah nilai neptu yang paling baik dari kedua calon mempelai

pengantin adalah 27 yang berarti tibo ratu. Akan tetapi, ada pengecualian

jumlah nilai neptu dari kedua calon mempelai pengantin yang nilainya

kurang dari 25 yang dinilai jodoh, yaitu apabila neptu tersebut berjumlah

22 dan 24. Artinya jika jumlah neptu kedua calon mempelai selain angka

22, 24, dan 25 ke atas berarti tidak berjodoh (wawancara dengan Mbah

Wage pada hari Kamis tanggal 9 Agustus 2018 pukul 12.12 WIB di Desa

Tajuk).

Untuk lebih jelasnya, penulis akan memaparkan nilai neptu dari

masing-masing hari dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 3.4

Neptu Hari Nasional dan Hari Pasaran

Hari Neptu Pasaran Neptu

Senin 4 Legi 5

Selasa 3 Pahing 9

Page 71: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

58

Rabu 6 Pon 7

Kamis 8 Wage 4

Jum’at 6 Kliwon 8

Sabtu 9

Minggu 5

Berdasarkan tabel 3.4 di atas, penulis akan memberikan sebuah

contoh kasus. Misalnya, Bagus dan Cantik hendak melangsungkan

pernikahan. Bagus lahir pada hari Selasa Kliwon sedangkan Cantik lahir

pada hari Sabtu Wage. Maka neptu dari kedua calon mempelai

dijumlahkan untuk mengetahui jodoh atau tidak.

Perhitungannya adalah sebagai berikut. Hari Selasa mempunyai

nilai neptu 3 dan Kliwon mempunya nilai neptu 8. Jika ditambahkan akan

berjumlah 11. Sementara itu, hari Sabtu mempunyai nilai neptu 9 dan

Wage mempunyai nilai neptu 4. Jika ditambahkan akan berjumlah 13.

Kemudian, jumlah neptu dari masing-masing calon mempelai pengantin

ditambahkan. Maka, 11 + 13 = 24. Menurut keterangan dari Mbah Wage

di atas, meskipun jumlah neptu 24 lebih sedikit dari 25, tetapi mendapat

pengecualian karena diyakini baik untuk menikah, sehingga Bagus dan

Cantik berjodoh.

2. Penentuan Hari, Tanggal dan Bulan Pernikahan

Kemampuan orang Jawa dalam membaca tanda-tandan jaman

diwariskan secara turun termurun. Ramalan, petungan, dan keberuntungan

Page 72: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

59

nasib manusia mengacu kepada perubahan musim, siklus alam, suara hati

dan bisikan gaib. Bagi masyarakat Jawa, kelahiran, kematian,jodoh, dan

rejeki adalah takdir Tuhan. Namun demikian manusia tetap diberi

kewenangan untuk berikhtiar.

Seperti halnya dalam menentukan hari, tanggal dan bulan

pernikahan, orang Jawa mempunyai perhitungan yang unik, tak terkecuali

masyarakat Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Untuk

menghindari mala petaka di kemudian hari, masyarakat Desa Tajuk tidak

akan melaksanakan akad pernikahan pada saat-saat tertentu.

Ketika penulis melakukan wawancara dengan Mbah Wage,

setidaknya ada tiga saat dimana masyarakat Desa Tajuk dilarang untuk

menikah, yaitu sebagai berikut:

a. Hari meninggalnya orang tua, baik orang tua laki-laki maupun orang

tua perempuan;

b. Naas calon mempelai pengantin laki-laki dan perempuan;

c. Minggu Pahing, Selasa Wage, Rabu Legi, Kamis Pon dan Sabtu

Kliwon, karena hari-hari itu tidak ada dalam tanggalan. Maksudnya

tanggal 1 Syuro tidak pernah dan tidak akan pernah jatuh pada hari-

hari itu;

d. Sementara bulan-bulan yang tidak boleh melaksanakan akad

pernikahan adalah tanggal 1 Syuro, karena ini lahirnya tahun baru

Islam dan bulan selo karena bulan ini tidak baik untuk pelaksanaan

kegiatan perkawinan, namun baik untuk mbeguru/mencari ilmu

Page 73: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

60

(Wawancara dengan Mbah Wage pada hari Kamis tanggal 9 Agustus

2018 pukul 12.30 WIB di Desa Tajuk).

3. Penentuan Waktu Pernikahan

Setelah diketahui kedua calon mempelai pengantin mempunyai

kecocokan berdasarkan perhitungan weton (berjodoh), langkah

selanjutnya yaitu menentukan hari, bulan dan jam dilaksanakannya akad.

Pada pembahasan di atas sudah dijelaskan bagaimana cara menentukan

hari dan bulan yang diyakini akan mendatangkan kebaikan dan

keselamatan.

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan kepada Mbah

Wage, waktu yang baik untuk melangsungkan akad pernikahan berbeda-

beda, meskipun harinya sama. Berikut ini adalah gambar tabel yang

digunakan oleh Mbah Wage dalam menentukan waktu dilaksanakannya

akad suatu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang.

Gambar 3.1

Penentuan Waktu Pernikahan Menggunakan Perhitungan Weton

Page 74: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

61

Sumber Gambar: Mbah Wage

Penentuan waktu pernikahan dengan menggunakan perhitungan

aboge di atas ditulis tangan oleh sesepuh Desa Tajuk yang tak lain adalah

kakek Mbah Wage yang sudah lama meninggal. Mbah Wage sebagai cucu

mendapat kepercayaan dari masyarakat Desa Tajuk untuk menjadi tokoh

adat menggantikan kakeknya yang sudah meninggal. Ketika penulis

bertanya tentang bagaimana cara membaca gambar tabel tersebut, Mbah

Wage memberikan keterangan sebagai berikut:

Angka pada bagian atas mulai dari 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 1, 2, 3, 4

dan 5 menunjukkan jam dilaksanakannya akad pernikahan. Jam tersebut

berlaku 24 jam. Adapun angka pada bagian kiri mulai dari 7, 8, 9, 10, 11,

12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 adalah menunjukkan hasil penjumlahan

nilai dari hari-hari nasional seperti Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum‟at,

Sabtu, dan Minggu dengan nilai dari hari-hari pasaran seperti Wage,

Page 75: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

62

Kliwon, Legi, Pahing dan Pon (wawancara dengan Mbah wage pada hari

Kamis tanggal 9 Agustus 2018 pukul 13.00 WIB di Desa Tajuk).

Jika digambarkan dalam sebuah tabel, maka hasil penjumlahan

neptu dari hari-hari nasional dengan hari pasaran adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Penjumlahan Neptu Dari Hari-Hari Nasional Dengan Hari Pasaran

Hari/Weton Pahing Pon Wage Legi Kliwon

Senin 13 11 8 9 12

Selasa 12 10 7 8 11

Rabu 16 14 11 12 15

Kamis 17 15 12 13 16

Jum’at 15 13 10 11 14

Sabtu 18 16 13 14 17

Minggu 14 16 9 10 13

Sementara itu simbol-simbol yang ada di dalam gambar tabel di

atas juga mempunyai makna yang berbeda-beda sebagai berikut:

a. Simbol (-) berarti sae atau selamat. Maksudnya, jika kedua calon

mempelai pengantin akan memperoleh keselamatan dan kebahagian

jika memilih melangsungkan akan pada jam yang ditandai dengan

simbol (x) tersebut.

b. Simbol (o) berarti padang atau terang. Maksudnya, kedua calon

mempelai tidak akan mendapatkan keburukan jika memilih jam yang

ditandai dengan simbol (o) tersebut.

Page 76: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

63

c. Simbol (●) berarti peteng atau gelap. Maksudnya, kehidupan rumah

tangga dari kedua calon mempelai pengantin tidak akan bahagia jika

memilih melaksanakan akad pada jam yang ditandai dengan simbol

(●) tersebut. Untuk itu, sebaiknya simbol (●) tidak dipilih oleh kedua

calon mempelai pengantin.

d. Simbol (m) berarti mati atau sirik. Maksudnya, kedua calon

mempelai akan mendapatkan kesialan dan keburukan jika

melaksanakan akad pada jam yang ditandai dengan simbol (m)

tersebut. Bahkan, kesialan terburuk adalah kedua calon mempelai

pengantin akan mati atau meninggal. Sebaiknya, memilih jam untuk

melangsungkan akad pada simbol (m) dijauhi.

e. Simbol (x) berarti sri rejeki. Maksudnya, rezeki yang melimpah ruah

akan didapatkan oleh kedua calon mempelai pengantin jika

melakukan akad nikah pada jam yang ditandai dengan simbol (x)

tersebut.

Adapun untuk mengetahui hari dan jam dilaksanakannya akad

apakah baik atau tidak adalah dengan merujuk pada tabel 3.5 di atas,

kemudian dicocokkan dengan gambar 3.1. Misalnya, Toni dan Tini akan

menikah pada hari Senin Pahing. Pada tabel 3.5 jumlah neptu Senin

Pahing adalah 13. Setelah itu, angka 13 tersebut dicocokkan dengan

gambar 3.1 untuk memilih waktu yang diinginkan untuk melaksanakan

akad. Sebaiknya, pemilihan waktu menghindari simbol (m) dan simbol

(●). Berdasarkan gambar 3.1 di atas, waktu yang diyakini baik adalah jam

Page 77: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

64

6, 7, 8 yang ditandai dengan simbol (-), jam 11, 12 yang ditandai dengan

simbol (o) dan jam 1 atau 2 yang ditandai dengan simbol (x). Selanjutnya,

kedua calon mempelai pengantin bebas memilih jam yang dikehendaki

untuk melaksanakan akad nikah, boleh di waktu siang ataupun malam hari

yang diyakini akan membawa kebaikan dalam rumah tangganya kelak.

Setelah menentukan waktu dilaksanakannya akad pernikahan,

pihak keluarga calon mempelai pengantin perempuan mengundang

pegawai KUA Kecamatan Getasan untuk datang ke rumah. Permasalahan

baru muncul ketika pihak pegawai KUA datang terlambat untuk

menikahkan kedua calon mempelai. Jika terjadi hal demikian, maka kedua

calon mempelai pengantin akan dinikahkan secara siri terlebih dahulu oleh

keluarga, kemudiaan dinikahkan secara resmi dihadapan Pegawai Pencatat

Nikah. Akan tetapi sejauh ini belum pernah terjadi hal demikian, karena

koordinasi yang baik antara pihak keluarga calon mempelai pengantin

dengan KUA Kecamatan Getasan.

4. Rangkain upacara pernikahan di Desa Tajuk

Setelah menentukan hari, tanggal, bulan dan jam untuk melakukan

akad, maka tibalah pada rangkaian acara pernikahan. Adapun rangkaian

acara pernikahan yang biasa dilakukan masyarakat Desa Tajuk adalah

sebagai berikut:

a. Upacara ijab

Sebagai prosesi pertama pada acara ini adalah pelaksanaan ijab yang

melibatkan pihak penghulu dari KUA. Setelah acara ini berjalan

Page 78: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

65

dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua mempelai resmi menjadi

suami istri.

b. Upacara panggih

Setelah upacara ijab selasai, kemudian dilanjutkan dengan upacara

panggih yang meliputi:

1) Liron kembar mayang atau saling menukar kembar mayang dengan

makna dan tujuan bersatu cipta, rasa, dan karsa demi kebahagiaan

dan keselamatan.

2) Gantal atau lempar sirih, mempunyai makna agar semua godaan

hilang karena lemparan itu.

3) Ngidak endhog atau pengantin laki-laki menginjak telur ayam

kemudian dibersihkan atau dicuci kakinya oleh pengantin

perempuan, hal itu mempunyai makna bahawa seksual kedua

mempelai sudah pecah pamornya.

4) Minum air kelapa yang menjadi lambang air suci, air hidup, air

mani dan dilanjutkan dengan dikepyok bunga warna warni dengan

harapan keluarga mereka dapat berkembang segala-galanya dan

bahagia lahir batin.

5) Sindur, yaitu menyampirkan kain (sindur) ke pundak pengantin

dan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan dengan

harapan keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi

tantangan hidup.

Page 79: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

66

6) Setelah upacara panggih, kedua mempelai diantar duduk ke sasana

rinengga. Kemudian acarapun dilanjutkan.

7) Timbangan yaitu kedua mempelai duduk di pangkuan ayah

pengantin perempuan sebagai simboh bahwa sang ayah mengukur

keseimbangan masing-masing pengantin.

8) Kacar kucur, dijalankan dengan cara pengantin laki-laki

mengucurkan penghasilan kepada pengantin perempuan berupa

uang receh beserta kelengkapannya. Hal itu mempunyai makna

bahwa sang laki-laki bertanggung jawab memberi nafkah kepada

keluarga.

9) Dulangan, kedua mempelai saling menyuapi. Hal itu mengandung

laku perpaduan kasih pasangan laki-laki dan perempuan, sebagai

simbol seksual. Namun, ada juga yang memaknai lain, yaitu tutur

adilinuwih atau seribu nasihat yang adiluhung yang dilambangkan

dengan sembilan tumpeng.

c. Upacara bubak kawak

Upacara ini khusus dilakukan untuk keluarga yang baru pertama kali

menikahkan anak perempuan sulungnya, yang ditandai dengan

membagi-bagikan harta benda berupa uang receh, beras kuning, umbi-

umbian, dan lain-lain.

d. Tumplak punjen

Numplak berarti menumpahkan, sedangkan punjen berarti berbeda

beban di atas bahu. Jadi, makna dari tumplak punjen adalah lepas

Page 80: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

67

sudah darma orang tua kepada anaknya. Tata cara ini dilakukan pada

keluarga yang tidak akan bermenantu lagi atau semua anaknya sudah

menikah.

e. Sungkeman

Sungkeman dilakukan sebagai ungkapan bakti kepada orang tua

sekaligus meminta doa restu.

f. Kirab

Kirab adalah istilah yang digunakan untuk pengantin yang

meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana (wawancara

dengan Mbah wage pada hari Kamis tanggal 9 Agustus 2018 pukul

13.10 WIB di Desa Tajuk)

C. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Praktik Penentuan dan

Perhitungan Waktu Pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang

Masyarakat Jawa telah tersebar ke hampir seluruh wilayah di

Indonesia dengan membawa kebudayaan yang mereka miliki. Salah satu

kebudayaannya adalah dalam pelaksanaan pernikahan yang membedakan

dengan kebudayaan lainnya. Pernikahan merupakan sebuah upacara

penyatuan jiwa yang mengikat lahir dan batin seorang pria dan wanita yang

bersifat sakral, sehingga diharapkan hanya sekali terjadi dalam kehidupan

seseorang.

Untuk menyambut hari pernikahan tersebut dipersiapkan sebaik

mungkin, bahkan dalam menentukan hari pernikahnya harus diperhitungan

Page 81: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

68

dengan baik, karena pada umumnya masyarakat Jawa sangat percaya akan

adanya hari baik dalam pelaksaan pernikahan yang akan berpengaruh dengan

keberlangsungan pernikahan tersebut.

Dalam penentuan hari pernikahan pada masyarakat Jawa biasanya

dilakukan oleh pihak mempelai perempuan bersama tokoh adat atau sesepuh

yang dipercaya. Penentukan hari tersebut dilakukan dengan menghitung hari

kelahiran kedua mempelai untuk melihat kecocokan dari kedua mempelai.

Apabila dalam perhitungan tersebut diperoleh hasil yang cocok maka hari

pernikahan dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan keluarga.

Masyarakat Jawa percaya dengan melakukan penentuan hari

pernikahan yang tepat untuk melangsungkan pernikahan maka pernikahan

tersebut dapat berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun, bahkan

dapat membawa pernikahan tersebut pada kebahagiaan. Begitu juga

sebaliknya apabila dalam melakukan penentuan hari pernikahan tidak tepat

maka dapat terjadi hal yang tidak diingiinkan dalam pernikahan tersebut

seperti sulitnya mencari rezeki, tidak bahagia dalam rumah tangga, tidak

tentram rumah tangganya, bahkan menimbulkan kematian dalam keluarga.

Di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, pada saat

ini masih ada sebagian masyarakat yang menggunakan perhitungan weton

dalam penentuan waktu pernikahan. Dasar keyakinan masyarakat Desa Tajuk

menggunakan perhitungan weton dalam kegiatan perkawinan adalah sebagai

berikut:

a. Alasan tidak melangggar ajaran agama;

Page 82: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

69

b. Alasan panggilan adat;

c. Alasan kewajiban dan pertimbangan neptu;

d. Alasan keselamatan;

e. Alasan peristiwa yang pernah terjadi;

f. Alasan pelestarian ke generasi (Wawancara dengan Mbah Wage pada

hari Kamis tanggal 9 Agustus 2018 pukul 13.10 WIB di Desa Tajuk).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan terhadap

perhitungan weton dalam kegiatan perkawinan di Desa Tajuk Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang sebagaimana diungkapkan oleh salah satu

warga yang bernama Mbak Ida adalah sebagai berikut:

a. Faktor keselamatan. Orang-orang terdahulu yang melaksanakan akad

pernikahan dengan menggunakan perhitungan weton terbukti bahagia

dan jauh dari mala petaka. Sebaliknya, masyarakat yang tidak

menggunakan perhitungan weton dalam penentuan waktu pernikahannya

banyak yang tidak bahagia, cerai, dan sering sakit-sakitan/tertimpa

musibah.

b. Kemantapan dalam hati. Dengan menggunakan perhitungan weton,

masyarakat akan merasa lebih optimis dalam mengarungi bahtera rumah

tangganya.

c. Pelestarian Tradisi. Tradisi perhitungan weton dalam penentuan waktu

pernikahan sudah lama dilakukan masyarakat Desa Tajuk Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang. Ketaatan kepada pemuka

masyarakat/orang tua menjadi salah satu kunci masih dipraktikkannya

Page 83: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

70

perhitungan weton dalam penentuan waktu pernikahan sampai pada saat

ini. (Wawancara dengan Mbak Ida pada hari Kamis tanggal 9 Agustus

2018 pukul 11.30 WIB di Desa Tajuk).

Page 84: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

71

BAB VI

TRADISI PERNIKAHAN DALAM HUKUM PERKAWINAN

A. Analisis Pandangan Hukum Perkawinan Terhadap Praktik Pernikahan

di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Pernikahan dalam keyakianan masyarakat Desa Tajuk adalah sebuah

akad yang mempertemukan kedua pasang manusia untuk menjadi sebuah

keluarga dalam upacara yang sakral dan agung. Pemahaman masyarakat Desa

Tajuk akan makna sebuah pernikahan tersebut adalah sesuai dengan makna

dan arti pernikahan atau perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan

Nomor 1 Tahun 1974, yaitu ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Pemahaman masyarakat tersebut juga sudah sesuai dengan definisi nikah

dalam Kompilasi Hukum Islam. Dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan

bahwa pernikahan adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan

untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Tujuan nikah seperti yang terdapat dalam Undang-Undang

Perkawinan maupun juga dalam Kompilasi Hukum Islam adalah untuk

melaksanakan sebuah ibadah dan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

sakinah, mawaddah, dan rahmah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Tujuan akan sebuah pernikahan yang agung tersebut juga berusaha

Page 85: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

72

diaplikasikan oleh masyarakat Desa Tajuk dalam penentuan waktu

pernikahan yang akan mereka laksanakan.

Penentuan waktu pernikahan tersebut dihitung oleh tokoh adat

setempat yang dituakan. Masyarakat Desa Tajuk akan memilih hari dan jam

pernikahan yang mereka anggap baik, yaitu seperti simbol (-) yang berarti sae

atau selamat, simbol (x) yang berarti sri rejeki yaitu rezeki yang lancar, dan

simbol (o) yang berarti padang atau terang, yaitu boleh memilih hari dan jam

yang telah tertera dalam rumus penentuan waktu pernikahan dalam aboge.

Adapun hari dan jam yang masyarakat Desa Tajuk tinggalkan dalam

menentukan hari dan jam pernikahan adalah ketika perhitungan yang

dilakukan tokoh adat setempat jatuh pada dua simbol, yaitu simbol (●) dan

simbol (m). Simbol (●) berarti peteng atau gelap, yaitu berarti jika menikah

di hari dan jam pada waktu tersebut maka pernikahan tersebut tidak akan

bahagia. Sedangkan simbol (m) adalah mati (sirik), yang berarti bahwa kedua

mempelai akan meninggal jika menikah pada hari dan jam tersebut. Maka

bisa dilihat dari hal-hal di atas bahwa kearifan lokal masyarakat Desa Tajuk

berusaha menerapkan apa yang yang menjadi tujuan nikah, baik seperti yang

terdapat dalam al-Qur‟an dan al-Hadis maupun dalam hukum perkawinan di

Indonesia.

Penggunaan sistem perhitungan weton dalam menentukan waktu

pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tajuk Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang merupakan salah satu usaha dalam mencari

keselamatan dalam pernikahan, mengandung doa dan harapan kebaikan.

Page 86: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

73

Dengan begitu, konsep perhitungan weton tersebut tidak lain hanyalah sebuah

ikhtiar untuk memperoleh keselamatan, yang dirasa mampu memberikan

pengaruh baik terhadap kondisi jiwa, memberikan kemantapan untuk

bertindak, dan perasaan aman dari gangguan yang bersifat gaib. Setidaknya

itulah alasan masyarakat Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang dalam melakukan perhitungan weton dalam menentukan waktu

pernikahan.

Sampai di sini dapat penulis katakan, dengan adanya konsep

perhitungan weton dalam menentukan waktu pernikahan, masyarakat Desa

Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yang mayoritas beragama

Islam, tetap meyakini bahwa segala kebaikan hanya berasal dari Allah swt.

Begitu pula berbagai musibah yang menimpa manusia juga tidak luput dari

takdir Allah swt. Manusia hanya berusaha melakukan yang terbaik bagi

dirinya dan orang lain, sesuai dengan pandangan hidup dan pemaknaan

terhadap konteks agama yang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh lingkungan.

Ketika hal tersebut dikaitkan dengan konsep „urf yang diakui sebagai

salah satu element pembentuk hukum, maka konsep perhitungan weton dalam

menentukan waktu pernikahan yang dilakukan masyarakat Desa Tajuk

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang harus sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan, bahwa tradisi atau adat istiadat dapat diberlakukan dan mendapat

legitimasi syara‟ jika memenuhi syarat-syarat-syarat di bawah ini. Jika salah

satu syaratnya tidak terpenuhi, maka tradisi tersebut tidak dapat dijadikan

landasan hukum م ك ح م ر ي غ) ).

Page 87: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

74

Pertama, tradisi tersebut harus bersifat konstan dan mendominasi di

daerah tersebut ا( ب ان غ و ا أ د ر ط م ف ر ع ان ن ى ك ي ن أ ). Yang dimaksud ittirad di

sini adalah sifat konstan yang tidak berubah dari waktu ke waktu. Sedangkan

ghalib di sini berarti parameter yang digunakan adalah asumsi masyarakat

mayoritas, dan dikembalikan kepada pelaku tradisi atau adat istiadat itu

sendiri (Qadir, 1997:218-2019).

Konsep perhitungan weton pun demikian, ia merupakan pedoman

yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi sampai saat ini

dengan kaidah-kaidah yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

informan bahwa perhitungan weton untuk menentukan waktu pernikahan

merupakan tradisi yang dipraktikkan masyarakat Desa Tajuk Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang.

Kedua, tradisi „urf „am (universal) / اام ع ف ر ع ان ن ى ك ي ن أ , dalam

syarat kedua ini, para ulama‟ khilaf, sebagian ulama Hanafiyyah (seperti Ibnu

Nujaim dan Ibnu Abidin) dan sebagian ulama‟ Syafi‟iyyah (seperti Ibnu Hajr

Al Haitami) mensyaratkan „urf harus bersifat umum, maka „urf khas menurut

mereka tidak dianggap/ghairu mu‟tabar. Jumhur Malikiyyah, sebagian

Hanafiyyah dan Syafi‟iyyah tidak menganggapnya sebagai syarat, artinya „urf

khas dapat diberlakukan sebagaimana „urf ahli madinah yang juga salah satu

hukum syara‟ walaupun itu adalah urf khas (Ahmad, 1996:93-94).

Menurut penulis, tidak disyaratkan „urf harus „am dikarenakan melihat

definisi „urf yaitu segala sesuatu (ucapan atau perbuatan, baik ataupun jelek

menurut syara‟) yang telah menjadi tradisi mayoritas suatu kelompok, berlaku

Page 88: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

75

di seluruh daerah atau sebagian dan baik berlaku di setiap masa atau pada

masa tertentu.

Ketiga, menurut Ahmad (1996:97) tradisi yang berlaku tidak boleh

bertentangan dengan nas yang ada, baik dari al-kitab maupun al-sunnah:

ت ى س و أ اب ت ك ه ا م ي ع ر اش ص و ف ر ع ان ف ان خ ي ل ن أ

Artinya, adat tersebut berupa adat shahih, sehingga tidak akan menganulir

seluruh aspek substansial nash. Maka bila seluruh isi substantif nash tidak

dianulir, maka tidak dinamakan bertentangan dengan nas karena masih

terdapat beberapa unsur nas yang tidak tereliminasi, sebagaimana keberadaan

perhitungan weton dalam menentukan waktu pernikahan itu sendiri bahwa

tidak ditemukan dalil yang mendukung keberlangsungannya dan tidak ada

pula dalil yang melarangnya, kecuali apabila dalam praktik perhitungan

weton tersebut terdapat unsur syirik yang tidak dapat ditolerir agama Islam.

Keempat, menurut Qadir (1997:225) tradisi yang diakui adalah tradisi

yang berlaku saat berlangsungnya tasarruf:

ف ر تص ان اء ش إو ذ ى ا ع م ائ ق و ا أ د ى ج ى م ف ر ع ان ن ى ك ي ن أ

Jika menghendaki menjadikan „urf sebagai hukum dalam suatu

masalah, maka harus dapat dipastikan bahwa „urf tersebut yang mendominasi

ketika tasarruf itu berlangsung, baik tasarruf itu melalui ucapan ataupun

perbuatan, dikarenakan dengan tidak adanya penjelasan bagi perkara-perkara

yang bersifat „urfiyyah akan menimbulkan pergeseran makna di kemudian

hari (Ahmad,1996: 99).

Page 89: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

76

Ketika seseorang menyebut perhitungan weton untuk menentukan

waktu pernikahan dengan menjumlahkan neptu, maka tidak bisa ditafsirkan

kepada hal lain karena tradisi itu yang berlaku di masyarakat. Dari sini dapat

dimengerti jika ada orang tua berwasiat kepada anak-anaknya kalau menikah

maka harus menggunakan hitungan aboge agar diberikan keselamatan dalam

menyelenggarakan hajat pernikahan. Maka istilah perhitungan weton tidak

bisa ditafsirkan ke hitungan yang lain karena itulah tradisi yang berlaku di

masyarakat.

Kelima, Komunitas Kajian Ilmiyah Lirboyo (2005:285) menjelaskan

bahwa agar „urf diakui sebagai salah satu element pembentuk hukum, maka

dalam „urf tidak boleh terdapat ucapan atau perbuatan yang bertentangan

dengan nilai-nilai substansial adat/ ه ف ل خ ح ب ي ر ص ت ه ض ار ع ي ل ن أ

Sebagaimana salah satu kaidah fiqh:

ه ف ل ى خ ه ص ع ا و إر ت ب ث ي دكر , ل ن و ذ ب ف ر ع ان ب ت ب ث ا ي م

Segala hal yang ditetapkan oleh adat tanpa disebutkan, maka tidak

dapat dilegalisasi bila dilakukan kebalikannya.

Semisal ada tradisi pembayaran penyewaan diperbolehkan hanya

dengan uang muka dan sisanya di kemudian hari, akan tetapi sang pemilik

mensyaratkan harus melunasinya di awal transaksi, maka tradisi tersebut

tidak berlaku dengan adanya aksi perlawanan. Begitu pula dengan tradisi

perhitungan weton untuk menentukan waktu pernikahan, ia bukanlah suatu

tradisi yang harus dilakukan oleh semua orang ketika hendak melaksanakan

pernikahan, meskipun perhitungan weton tersebut sudah menjadi suatu norma

Page 90: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

77

di kalangan masyarakat. Segala bentuk usaha yang dipercaya berakibat baik

terhadap pernikahan adalah diperbolehkan, jadi tidak harus mengikuti praktik

perhitungan weton seperti yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Desa

Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

Syarat terakhir yaitu tradisi yang berlaku haruslah mempunyai sifat

mengikat/ ه ف ر ع ان ن ى ك ي ن أ ام ز م (Ahmad, 1996: 102). Oleh karena adanya

syarat ini, maka muncullah kaidah-kaidah berikut ini:

ت م ك ح م ة اد ع ن ا

Adat atau tradisi dapat dijadikan landasan hukum (Yasin, 1997:266)

ا ط ر ش ط و ر ش م ا ن ا ك ف ر ع ف و ر ع م ن ا

Tradisi yang berlaku dihukumi sebagaimana syarat (Al-Burnu, 1994:251)

م ه ى ي ب ط و ر ش م ان ك ار ج انت ه ي ب ف و ر ع م ن ا

Tradisi di kalangan pedagang dihukumi sebagaimana syarat yang berlaku di

kalangan mereka (Al-Burnu, 1994:251).

Adanya kaidah-kaidah di atas memberi pengertian bahwa dalam suatu

tradisi menyimpan suatu sifat atau hukum mengikat. Andaikan tidak

mempunyai hukum mengikat maka tentunya tidak dapat dijadikan landasan

hukum. Misalnya jika terdapat perselisihan antara kedua mempelai suami

isteri tentang kadar nafkah yang menjadi hak isteri, maka bagi sang suami

hanya berkewajiban memberinya nafkah sesuai dengan tradisi yang berlaku di

daerah tersebut dan sang isteri harus menerimanya.

Page 91: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

78

Dalam konsep perhitungan weton, terkadang terdapat perbedaan

pendapat antar masing-masing keluarga pihak calon pengantin, dimana kedua

pihak keluarga sama-sama mencari hari baik dengan perhitungan weton yang

sama. Dalam hal perbedaan pendapat ini, maka pada umumnya yang

digunakan adalah sistem perhitungan weton oleh pihak keluarga calon

pengantin perempuan. Sebab, budaya di masyarakat Jawa (termasuk di Desa

Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang) hajatan pesta perkawinan

dan upacara ijab qabul dilaksanakan di rumah pengantin perempuan.

Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa penggunaan sistem

perhitungan weton untuk mencari hari dan jam yang baik dalam pernikahan

yang ada di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang termasuk

„urf shahih yang boleh untuk dijalankan selama tidak menyebabkan kepada

perbuatan syirik. Karena „urf shahih merupakan sesuatu yang telah saling

diketahui mayoritas masyarakat, baik berupa ucapan ataupun perbuatan yang

mendapatkan legitimasi dari syar‟i dengan adanya dalil-dalil pendukungnya,

atau yang tidak mendapatkan legitimasi dari syar‟i akan tetapi tidak

melepaskan segi maslahat dan tidak mengandung mafsadah.

B. Analisis Landasan Hukum Islam Terhadap Praktik Pernikahan di Desa

Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Menikah merupakan salah satu fenomena yang senantiasa diharapkan

oleh setiap manusia yang berakal dan berjiwa sehat. Biasanya pada

masyarakat Jawa sebelum melangsungkan sebuah pernikahan dilakukan

Page 92: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

79

penentuan hari pernikahan, diawali dengan pihak laki-laki akan mengirimkan

orang yang dipercaya sebagai perwakilan untuk bertemu dengan pihak

perempuan guna memberitahukan bahwa pihak laki-laki telah siap untuk

melangsungkan pernikahan, sehingga hari pernikahan dapat segera

ditentukan. Penentuan hari pernikahan dilakukan oleh pihak perempuan

dibantu oleh sesepuh atau tokoh adat. Setelah pihak perempuan melakukan

penentuan hari pernikahan akan diberitahukan kepada kerabat atau keluarga

laki-laki dengan berganti pihak perempuan akan datang berkunjung pada

keluarga laki-laki. Pada pernikahan orang Jawa dilakukan perhitungan dengan

menggunakan sistem pengetahuan orang Jawa berdasarkan perhitungan

weton, yaitu perhitungan hari lahir kedua calon mempelai.

Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah salah

satu desa yang sebagian masyarakatnya sampai saat ini masih percaya dengan

perhitungan weton dalam menentukan apakah kedua calon mempelai itu

berjodoh atau tidak. Jika ternyata hasil perhitungan tidak jodoh, maka rencana

untuk melangsungkan pernikahan tersebut dibatalkan. Sebaliknya, jika

perhitungan weton menunjukkan hasil yang baik (jodoh) maka penentuan hari

pernikahan segera ditentukan. Kemudian langkah terakhir yaitu menentukan

waktu (jam) pernikahan. Masyarakat Desa Tajuk percaya bahwa menikah

pada jam-jam tertentu akan berpengaruh pada kehidupan mereka di masa

yang akan datang.

Bagi sebagian masyarakat Desa Tajuk penggunaan perhitungan weton

dalam pernikahan menjadi salah satu hal yang wajib. Oleh karena itu

Page 93: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

80

mengetahui neptu weton kedua calon pengantin sangatlah penting.

Kekentalan tradisi masyarakat Tajuk tersebut begitu kuat, menjadikan proses

Islamisasi tersebut menampilkan corak dan ragam dari sistem keyakinan dan

berbagai ekspresi keagamaan yang unik.

Dalam hierarki masadir al-ahkam dalam Islam, kita mengenal

beberapa metode istinbat hukum, baik yang disepakati (muttafaq „alaih)

maupun diperdebatkan (mukhtalaf fih). Al-Quran, sunah, ijma‟ dan qiyas

adalah yang disepakati. Sedangkan yang tidak disepakati bermacam-macam,

salah satunya „urf (kebiasaan/adat istiadat). ‟Urf sendiri legal diterapkan

selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Perhitungan weton

merupakan bagian dari kebiasaan masyarakat Tajuk yang sangat mungkin

untuk dianalisis dari kacamata „urf tersebut.

Penetapan hukum weton dengan menggunakan „urf sebenarnya

mengembalikan hukum sesuatu pada hukum asalnya. Hal ini sesuai dengan

sebuah kaidah yang berbunyi:

يم ر ح ى انت ه ع م ي ن انذ ل ذ ى ي حت ت الإباح ياء ش ل في ا م ص ال

Pada dasarnya hukum segala sesuatu adalah boleh, hingga ada dalil

yang mengharamkannya.

Namun karena penggunaan weton pada kasus perkawinan tidak murni

urusan mu‟amalah, melainkan terselip urusan keyakinan, maka tidak tepat

jika menggunakan kaidah di atas. Alternatif lain adalah kaidah yang

dirumuskan oleh kalangan Hanafiyyah:

ت باح ى الإ ه ع م ي ن انذ ل ذ ى ي ت ح م ي ر ح انت اء ي ش في ال م ص ل ا

Page 94: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

81

Pada dasarnya hukum segala sesuatu adalah haram, hingga ada dalil

yang membolehkannya.

Bila pernikahan terjadi berdasarkan hitungan weton, pernikahan

tersebut tetap sah selama rukun dan syarat dalam Kompilasi Hukum Islam

terpenuhi. Penggunanan perhitungan weton ini diperbolehkan selama tidak

ada unsur syirik, akan tetapi jika tidak digunakan juga tidak menjadi masalah.

Apapun hukumnya, jika dilihat dari sudut pandang sosial, hitung weton untuk

perkawinan bisa dipahami sebagai keinginan orang tua untuk memilihkan

pasangan hidup terbaik bagi anak.

C. Analisis Motif Yang Mendasari Masyarakat Desa Tajuk Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang Dalam Menjalankan Praktik Perhitungan

Weton Untuk Menentukan Waktu Pernikahan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Desa Tajuk

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang ada tiga faktor yang

melatarbelakangi penggunaan perhitungan weton dalam penentuan waktu

pernikahan, yaitu sebagai berikut:

1. Keselamatan

Sebagian masyarakat Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam pernikahan

itu sedikit banyak ada kaitannya dengan perhitungan weton. Ketika salah

dalam memilih hari dan jam pernikahan maka diyakini akan

menimbulkan ketidakberuntungan bagi kedua calon pengantin.

Page 95: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

82

Sebaliknya, dengan mencari hari baik sesuai pedoman yang nenek

moyang ajarkan berarti telah melakukan upaya untuk memperoleh

keberuntungan dan keselamatan.

Penggunaan perhitungan weton dalam penentuan hari dan jam

pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

merupakan salah satu upaya mencari keselamatan dalam melaksanakan

perkawinan. Mereka percaya bahwa semua hajat dalam pesta perkawinan

akan mendapat kemudahan dan keberuntungan, baik keberuntungan pada

saat melaksanakan hajat pernikahan, berumah tangga, rezeki, maupun

keberuntungan lain bagi kedua mempelai terkait kehidupan rumah

tangga.

2. Psikologis

Sebagian masyarakat Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang memiliki alasan tersendiri menggunakan sistem perhitungan

weton dalam menentukan hari pernikahan yaitu untuk memperoleh

kemantapan dan rasa aman terhadap berbagai macam mara bahaya.

Meskipun dengan mengikuti perhitungan weton dalam penentuan waktu

pernikahan juga bukan sebuah jaminan memperoleh kehidupan yang

bahagia dalam rumah tangga, setidaknya dengan memakai perhitungan

weton tersebut dapat menimbulkan fikiran positif terhadap psikologi

seseorang, yaitu rasa mantap dalam melaksanakan hajat pernikahan.

Karena dalam konsep perhitungan weton terkandung harapan agar

pernikahan dilingkupi keberuntungan-keberuntungan dan keselamatan.

Page 96: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

83

Sehingga sebagian masyarakat Desa Tajuk Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang percaya bahwa perhitungan weton dalam

penentuan waktu pernikahan tersebut dapat memberikan dampak rasa

optimis terhadap psikologi.

3. Pelestarian Tradisi

Aspek perhitungan weton sebagai salah satu instrumen dalam

pernikahan masyarakat Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang sudah menjadi tradisidan adat istiadat yang telah lama hidup.

Adat yang berlaku dalam ranah kehidupan sosial memiliki andil dan

pengaruh terhadap keyakinan masyarakat terhadap perhitungan weton

dalam prosesi pernikahan. Begitu pentingnya pernikahan dalam

kehidupan maka diberlakukan berbagai macam aturan yang lambat laun

kemudian menjadi tradisi. Melaksanakan adat merupakan bagian

penghormatan terhadap leluhu, dan tradisi yang dipraktikkan hari ini

tidak lain merupakan praktik masa lalu yang menjadi kesepakatan para

orang tua. Pelaksanaa adat pada dasarnya ditujukan untuk mendapatkan

legalitas secara sosial.

Adat istiadat secara khusus terdiri dari nilai-nilai budaya,

keyakinan dan pengetahuan yang dijadikan pedoman dalam kehidupan

masyarakat. Pernikahan tidak hanya menyangkut masalah individu, tetapi

juga sosial. Hal ini dikarenakan pernikahan tidak akan mungkin

terlaksana tanpa adanya bantuan kerja sama dari kerabat calon kedua

mempelai. Dengan demikian maka hal ini tidak hanya menjadi identitas

Page 97: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

84

bagi komunitas tetapi diadakan dalam rangkan melestarikan adat istiadat

yang di dalamnya memang terdapat syarat makna

Page 98: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Praktik pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang adalah dengan menggunakan perhitungan weton dalam

menentukan apakah kedua calon mempelai pengantin berjodoh atau

tidak. Jika berdasarkan hasil perhitungan weton ternyata berjodoh, maka

langkah selanjutnya adalah menentukan hari, tanggal, bulan dan jam

dilaksanakannya akad juga dengan menggunakan perhitungan weton.

2. Faktor-faktor yang melatarbelakangi praktik penentuan dan perhitungan

waktu pernikahan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang adalah alasan tidak melangggar ajaran agama, alasan

panggilan adat, alasan kewajiban dan pertimbangan neptu, alasan

keselamatan, alasan peristiwa yang pernah terjadi dan alasan pelestarian

ke generasi.

3. Rangkaian acara pra nikah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tajuk

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang di atas merupakan sebuah

kearifan lokal yang menjadi warisan leluhur. Adat yang selama ini

terbentuk ternyata dapat sesuai dan terserap dalam hukum perkawinan di

Indonesia, seperti dalam Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam. Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa adat istiadat

yang ada di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sudah

Page 99: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

86

selaras dengan apa yang menjadi hukum perkawinan di Indonesia. Selain

itu kekayaan makna yang terkandung dalam setiap prosesi yang

dilaksanakan menunjukkan betapa hukum dan aturan yang mereka buat

dan warisi memang benar-benar bertujuan untuk mencapai apa yang

menjadi pesan Tuhan.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Untuk melestarikan perhitungan Jawa sebagai warisan budaya,

maka penggunaan perhitungan Jawa dalam kegiatan perkawinan layak

dipergunakan sebagai bahan untuk menentukan hari baik dalam

pelaksanaan kegiatan perkawinan serta menentukan baik buruknya

perjodohan. Pada dasarnya maksud dari perhitungan Jawa pada kegiatan

perkawinan pada dasarnya baik, namun masyarakat diharapkan harus

lebih bijak dalam menyikapi perhitungan Jawa tersebut. Masalah-

masalah yang muncul dalam perkawinan bukan semata-mata karena

kesalahan dari perhitungan Jawanya, namun ada banyak faktor yang

mendasari hal tersebut. Selain untuk melestarikan adat yang ada dalam

masyarakat hal itu juga bertujuan agar kegiatan perkawinan yang

dilaksanakan bisa berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang

diharapkan.

2. Bagi pihak-pihak yang berkompeten dalam perhitungan Jawa

Agar penentuan hari pelaksanaan kegiatan perkawinan dan

perjodohan bisa tepat maka harus benar-benar teliti dalam melakukan

Page 100: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

87

perhitungan. Memperhatikan neptu dari kedua calon mempelai pengantin

serta hari-hari yang dilarang untuk melaksanakan akad perkawinan.

DAFTAR PUSTAKA

Adil bin Abd Qadir. 1997. Al-„urf. Cet I. Makkah. Al- Maktabah al-Makkiyah.

Al-Burnu, Muhammad Sidqi bin Ahmad. 1994. Al-Wajiz fi Idah al-Qowaid. Cet

III. Riyadh: Al-Maktabah al Taubah.

Al-Imam Taqi al-Din Abi Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Damsyiqi al-Syafi‟i.

tt. Kifayah al-Akhyar fi Halli Ghayat al-Ikhtishar. Semarang: Usaha

Keluarga.

Al-Jaziri, Abdurrahman. 1986. Al-Fiqh „ala Madzahib al-Arba‟ah. Beirut: Dar al-

Fikr.

Al-Mubariki, Ahmad bin Ali Sir. 1996. Al-urf. Riyadh: t.p.

Ali, Zainuddin. 2010. Metodologi penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Aminuddin. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Penasihat dan Pelestarian Perkawinan (BP4). 2009. Buku Panduan

Keluarga Muslim. Semarang.

Basyir, Azhar, Ahmad. 2007. Hukum Perkawinan Islam. Jogjakarta: UII Press.

Dahlan, Abd. Rahman. 2011. Ushul Fiqh. Jakarta: Bumi Aksara.

Dewi, Gemala dkk. 2005. Hukum Perikatan Islam Indonesia. Jakarta: Kencana.

Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan

Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghozali, Abdul Rahman. 2010. Fiqih Munakahat. Jakarta : Kencana Prenada

Media.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Penelitian Reseach. Yogyakarta: Yayasan

Penelitian Fakultas Psikologi UGM.

Hikmat, Mahi. 2011. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi Dan

Page 101: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan

88

Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Koentjaraningrat. 1971. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

Komunitas Kajian Ilmiyah Lirboyo. 2005. Formulasi Nalar Fiqh. Cet II. Surabya:

Khalista.

Moloeng, Lexy, J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda

Karya.

Pujileksono, Sugeng. 2015. Pengantar Antropologi Memahami Realita Sosial

Budaya. Malang: Intrans Publishing.

Sudarsono. 1922. Pokok-Pokok hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Suwarjin. 2012. Ushul Fiqh. Yogyakarta: Penerbit Teras.

Syarifudin, Amir. 2011. Ushul Fiqh Jilid 2. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Ulfatmi. 2011. Keluarga Sakinah dalam Persepektif Islam. Kementerian Agama

RI.

Umam, Chaerul. 1998. Ushul Fiqh-1. Bandung: CV Pustaka Setia.

Umam, Chaerul dkk. 2000. Ushul Fiqh 1. Bandung: CV Pustaka Setia.

Yasin, Moh Nur. 2008. Hukum Perkawinan Islam Sasak. UIN Malang Press.

https://fadhlihsan.wordpress.com/2011/02/08/apa-itu-at-tathayyur/

Page 102: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan
Page 103: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan
Page 104: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan
Page 105: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan
Page 106: PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA TAJUK DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4690/1/skripsi.pdf · Kata Kunci: Waktu, Pernikahan dan Hukum Perkawinan. Pernikahan merupakan