276
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank

Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Liabilitas danModalPenerapan Anti Pencucian Uang danPencegahan Pendanaan Terorismebagi Bank

Page 2: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar

Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul

Anggayasti Hayu Anindita Tresna Kholilah Aprilia Anjarsari

Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indonesia Telp: 021-3817321 Fax.: 021-3501912 email: [email protected] Hak Cipta © 2013, Bank Indonesia 2013

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Liabilitas dan Modal

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank

Page 3: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

i

DAFTAR ISI

Paragraf Halaman

Daftar Isi

Hal. i – v Rekam Jejak Regulasi Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank

Hal. vi

Dasar Hukum

Hal. vii

Regulasi Terkait

Hal. vii

Regulasi Bank Indonesia

Hal. vii

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Teorisme bagi Bank Umum

Ketentuan Umum Pg. 1 – 3 Hal. 1 – 3

Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris Pg. 4 – 7 Hal. 3 – 7

Kebijakan dan Prosedur Pg. 8 - 39 Hal. 7 – 35

Permintaan Informasi dan Dokumen Pg. 13 – 18 Hal. 12 – 16

Beneficial Owner Pg. 19 – 21 Hal. 16 – 18

Verifikasi Dokumen Pg. 22 Hal. 18 – 19

CDD yang Lebih Sederhana Pg. 23 Hal. 19 – 21

Penutupan Hubungan Usaha atau Penolakan Transaksi Pg. 24 – 25 Hal. 21 – 24

Politically Exposed Person dan Area Berisiko Tinggi Pg. 26 Hal. 24 – 27

Pelaksanaan CDD oleh Pihak Ketiga Pg. 27 – 28 Hal. 27 – 28

Pengkinian dan Pemantauan Pg. 29 – 32 Hal. 28 – 30

Cross Border Corresponent Banking Pg. 33 – 36 Hal. 30 – 32

Transfer Dana Pg. 37 – 40 Hal. 32 – 35

Penatausahaan Dokumen Pg. 41 Hal. 35

Pengendalian Intern Pg. 42 Hal. 35 – 36

Sistem Informasi Manajemen Pg. 43 Hal. 36 – 37

Sumber Daya Manusia dan Pelatihan Pg. 44 – 45 Hal. 37 – 38

Penerapan Program APU dan PPT bagi Kantor Cabang dari Bank yang Berbadan Hukum Indonesia di Luar Negeri Pg. 46

Hal. 38 – 39

Pelaporan Pg. 47 – 49 Hal. 39 – 41

Ketentuan Lain-Lain Pg. 50 – 51 Hal. 41

Penilaian dan Pengenaan Sanksi atas Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dan Kewajiban lain Terkait dengan Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Pg. 52 Hal. 41 – 43

Sanksi Pg. 53 Hal. 43 – 46

Ketentuan Peralihan Pg. 54 Hal. 46

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan

Pendanaan Terorisme Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah

Ketentuan Umum Pg. 54 – 57 Hal. 46 – 48

Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris Serta Mekanisme Pg. 58 – 61 Hal. 48 – 50

Page 4: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

ii

Pertanggungjawaban

Kebijakan dan Prosedur Pg. 62 – 89 Hal. 50 – 64

Customer Due Diligence (CDD) Pg. 66 – 74 Hal. 53 – 59

Permintaan Informasi dan Dokumen Pg 66 – 69 Hal. 53 – 57

Verifikasi Dokumen Pg. 73 Hal. 57 – 58

Pengkinian dan Pemantauan Pg. 74 – 77 Hal. 58 – 59

Penatausahaan Dokumen Pg. 78 Hal. 59 – 60

Pemindahan Dana Pg. 79 – 81 Hal. 60 – 61

Penutupan Hubungan Usaha atau Penolakan Transaksi Pg. 82 Hal. 61

Beneficial Owner Pg. 83 – 85 Hal. 61 – 62

Politically Exposed Person dan Area Berisiko Tinggi Pg. 86 – 87 Hal. 63 – 64

CDD yang Lebih Sederhana Pg. 88 Hal. 64 – 65

Pelaksanaan CDD oleh Pihak Ketiga Pg. 89 Hal. 65 – 66

Pengendalian Intern Pg. 90 Hal. 66

Sumber Daya Manusia dan Pelatihan Pg. 91 – 92 Hal. 66 – 67

Pelaporan Pg. 93 – 94 Hal. 67 – 68

Ketentuan Lain-Lain Pg. 95 – 96 Hal. 68

Penilaian Penerapan Program APU dan PPT Pg. 97 Hal. 68 – 70

Sanksi Pg. 98 Hal. 70 – 72

Lampiran

Hal. 73 – 267

Lampiran 1 : Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum

Hal. 73 – 198

I. Pendahuluan

Hal. 74 – 80

A. Pengertian, Tahap-tahap, dan Modus Pencucian Uang

Hal. 74 – 76

B. Pendanaan Terorisme

Hal. 76 – 77

C. Pelaporan Kepada PPATK

Hal. 77

D. Kebijakan Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan pendanaan Terorisme (Program APU dan PPT)

Hal. 77 – 80

II. Manajemen

Hal. 81 – 88

A. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris

Hal. 81 – 83

B. Unit Kerja Khusus (UKK)

Hal. 83 – 88

III. Kebijakan Customer Due DIlligence

Hal. 89 – 91

IV. Kebijakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk Based Approach)

Hal. 92 – 104

A. Pendekatan Berdasarkan RIsiko

Hal. 92

B. Pengelompokan Nasabah dan WIC

Hal. 93 – 94

C. Penilaian Profil Risiko Meggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko

Hal. 94 – 104

V. Prosedur Penerimaan, Identifikasi dan Verifikasi (Customer Due DIllegence)

Hal. 105 – 128

A. Kebijakan Penerimaan dan Identifikasi Nasabah

Hal. 105 – 106

B. Permintaan Informasi

Hal. 106 – 110

C. Permintaan Dokumen Pendukung

Hal. 111 – 115

D. Benefical Owner

Hal. 115 – 119

E. Verifikasi

Hal. 119 – 122

F. CDD yang Lebih Sederhana CDD Sederhana)

Hal. 122 – 128

VI. Penutupan Hubungan Usaha degan Nasabah

Hal. 129 – 133

Page 5: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

iii

A. Kewajiban Menolak Transaksi, Membatalkan Transaksi, dan/ atau Menutup Hubungan Usaha

Hal. 129 – 130

B. Penolakan Hubungan Usaha atau Penolakan Transaksi

Hal. 130 – 133

VII. Area Berisiko Tinggi dan Politically Exposed Person

Hal. 134 – 142

A. Penetapan Kriteria Area Berisiko TInggi dan Politically

Hal. 134 – 138

B. Prosedur Terhadap Area Berisiko TInggi dan PEP

Hal. 138 – 139

C. Enhanced Due Dilligence (EDD)

Hal. 139 – 140

D. EDD terhadap Jasa Penitipan dengan Pengelolaan (Trust)

Hal. 140 – 142

VIII. Prosedur Pelaksanaan Customer Due Dilligence (CDD) oleh Pihak Ketiga

Hal. 143 – 145

A. Kriteria Pihak Ketiga dan Prosedur

Hal. 143 – 144

B. Bank sebagai Agen Penjual Produk Lembaga Keuangan Non Bank

Hal. 144 – 145

IX. Cross Border Correspondent Banking Hal. 146 – 148

A. Prosedur Cross Border Correspondent Banking Hal. 146 – 147

B. Payable Through Account Hal. 148

X. Prosedur Transfer Dana Hal. 149 – 153

A. Prosedur Transfer Dana Hal. 149 – 152

B. Permintaan Informasi Hal. 152 - 153

C. Pelapoian Hal. 153

XI. Sistem Pengendalian Intern Hal. 154 – 155

XII. Sistem Pengendalian Manajemen Hal. 156 – 164

A. Sistem Informasi Manajemen Hal. 156 – 157

B. Pemantauan Hal. 157 – 160

C. Database Daftar Teroris dan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi

Teroris Hal. 160 – 161

D. Pengkinian Data sebagai Tindak Lanjut dari Pemantauan Hal. 161 – 163

E. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Hasil Pemantauan Hal. 164

XIII. Sumber Daya Manusia dan Pelatihan Karyawan Hal. 165 – 168

A. Sumber Daya Manusia Hal. 165 – 166

B. Pelatihan Hal. 166 – 168

XIV. Kebijakan dan Prosedur Penerapan APU dan PPT Bagi Kantor Bank dan

Anak Perusahaan Di Luar Negeri Hal. 169 – 170

XV. Penatausahaan Dokumen dan Pelaporan Hal. 171 – 174

A. Penatausahaan Dokumen Hal. 171

B. Pelaporan Hal. 172 – 174

Lampiran :

I. Laporan Rencana Pengkinian Data dan Laporan Realisasi Rencana

Pengkinian Data Hal. 175 – 179

II. Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red

Flag) Hal. 180 – 190

III. Glossray Hal. 191 – 198

Lampiran 2 : Kriteria Penilaian atas Penerapan PROGRAM APU DAN PPT dan UU PPTPPU

Hal. 199 – 201

Lampiran 3 : Pedoman Standar Pelaksanaan Program Anti Pencucian Uang dan pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank

Hal. 202 - 264

Page 6: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

iv

Pembiayaan Rakyat Syariah

Pendahuluan Hal. 202 – 209

Pencucian Uang Hal. 203 – 207

Pendanaan Terorisme Hal. 207

Pelaporan Kepada PPATK Hal. 207 – 208

Kebijakan Pelaksanaan Program APU dan PPT Hal. 208 – 209

Manajemen Hal. 210 – 214

Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris Hal. 210 – 211

Unit Kerja Khusus Hal. 211– 214

Kebijakan CDD dan EDD Hal. 215 – 216

Pengelompokan Nasabah Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk Based Approach)

Hal. 217 – 222

Pengelompokan Nasabah Hal. 217

Penetapan Profil Risiko Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko Hal.218 – 222

Prosedur Identifikasi, Verifikasi, dan Pemantauan Nasabah (Customer Due Dilligence)

Hal. 223 – 234

Kebijakan dan Prosedur Penerimaan dan Identifikasi Nasabah Hal. 223 – 224

Permintaan Informasi Hal. 224 – 227

Permintaan Dokumen Hal. 227 – 229

Verifikasi Dokumen Hal. 229 – 231

Pemantauan Hal. 231 – 232

Pengkinian Hal. 232 – 233

Daftar Teroris Hal. 233 – 234

Penatausahaan Dokumen dan Pelaporan Hal. 235 – 236

Penatausahaan Dokumen Hal. 235

Pelaporan Hal. 235 – 236

Pemindahan Dana Hal. 192 – 193

Prosedur Pemindahan Dana Hal. 237

Permintaan Informasi Hal. 237

Pelaporan Hal. 238

Penutupan Hubungan dan Penolakan Transaksi Hal. 239

Penolakan Calon Nasabah atau WIC Hal. 239

Penutupan Hubungan Usaha dengan Nasabah Hal. 239

Beneficial Owner Hal. 240 – 241

Politically Exposed Person (PEP) dan Area Berisiko Tinggi Hal. 245 – 246

Prosedur terhadap PEP dan Area berisiko Tinggi Hal. 242

Penetapan PEP dan Kriteria Area Berisiko Tinggi Hal. 242– 245

Enhanced Due Dilligence (EDD) Hal. 245 – 246

CDD yang Lebih Sederhana Hal. 247 – 248

CDD oleh Pihak Ketiga Hal. 249

Pengendalian Intern Hal. 250

Sistem Pencatatan Hal. 251

Sumber Daya Manusia dan Pelatihan Karyawan Hal. 252 – 253

Sumber Daya Manusia Hal. 252

Pelatihan Hal. 252 – 253

Tabel Hal. 220 – 248

Page 7: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

v

Tabel 1. Contoh matriks klasifikasi profil risiko Hal. 220 – 222

Tabel 2. Informasi calon Nasabah Hal. 224 – 225

Tabel 3. Informasi WIC Hal. 225 – 225

Tabel 4. Dokumen Pendukung Calon Nasabah Perorangan dan Perusahaan Hal. 228

Tabel 5. Dokumen pendukung Nasabah selain Perorangan dan Perusahaan Hal. 229

Tabel 6. Bukti dan informasi lainnya terkait Beneficial Owner (BO) Hal. 240

Tabel 7. Ketentuan Mengenai PEP Hal. 243 – 244

Tabel 8. CDD yang Lebih Sederhana Hal. 247 – 248

Lampiran Hal. 254 – 264

Lampiran A. Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar dan/atau Tidak Sesuai dengan Profil Nasabah

Hal. 254 – 259

Lampiran B. Glossary Hal. 260 – 264

Lampiran 4 : Kriteria Penilaian Penerapan Program APU dan PPT serta

UU PP PPTPPU oleh BPR dan BPRS Hal. 265 – 267

Page 8: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

vi

Rekam Jejak Regulasi Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Terorisme bagi Bank

11/28/PBI/2009Penerapan Program Anti

Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme

Bagi Bank Umum

5/21/PBI/2003Perubahan Kedua atas PBI 3/10/

PBI/2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah

(Know Your Customer Principles)

12/20/PBI/2010

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan

Pendanaan TerorismeBagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

5/23/PBI/2003Prinsip Mengenal Nasabah

(Know Your Customer Principles) bagi Bank Perkreditan Rakyat

3/23/PBI/2001Perubahan atas PBI 3/10/PBI/2001

tentang Prinsip Mengenal Nasabah

(Know Your Customer Principles)

3/10/PBI/2001Prinsip Mengenal Nasabah

(Know Your Customer Principles)

SE 11/31/DPNP 2009Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan

Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum

SE 13/14/DKBU 2011

SE 6/19/DBPR 2004

SE 7/58/DBPR 2005Penilaian dan Pengenaan Sanksi

atas Penerapan PrinsipMengenal Nasabah dan

Kewajiban Lain Terkait denganUndang-Undang tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang

SE 6/37/DPNP 2004Penilaian dan Pengenaan Sanksi atas

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dan Kewajiban Lain Terkait dengan

Undang-undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Judul Bab V, Pasal 13, 18, 19

Pasal 1, 7, 9, 12, 14, 17, 18, 19A

SE 3/29/DPNP 2001

SE 5/32/DPNP 2003

Beberapa ketentuan lampiran

- Keputusan Kepala PPATK Nomor KEP-47/1.02./PPATK/06/ 2008 tentang Pedoman Identifikasi Produk, Nasabah, Usaha dan Negara yang Berisiko Tinggi bagi Penyedia Jasa Keuangan- Keputusan Kepala PPATK Nomor KEP-13/1.02.2/PPATK/ 02/08 tentang Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Terkait Pendanaan Terorisme bagi Penyedia Jasa Keuangan- 13/1/PBI/2011 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum- 12/23/PBI/2010 Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test)

14/27/PBI/2012Penerapan Program Anti

Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme

Bagi Bank Umum

Keterangan :

Diubah

Dicabut

PBI Masih Berlaku

PBI Tidak Berlaku

Terkait

SE Masih Berlaku

SE Tidak Berlaku

Regulasi Terkait

SE 15/21/DPNP 2013

Bab II.B.6, Bab II.B, Bab II.C.4a, Bab IV.B.4, Bab

IV.B.5, Bab IV.B.6, Bab IV.C.1, Bab IV.C.3, Bab

IV.D.4

Page 9: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

vii

Dasar Hukum : - Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali,

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 - Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2002 - Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian

Uang - Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana - Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Regulasi Terkait : - Keputusan Kepala PPATK Nomor KEP-47/1.02/PPATK/06/2008 tentang Pedoman Identifikasi Produk,

Nasabah, Usaha dan Negara yang Berisiko Tinggi bagi Penyedia Jasa Keuangan

- Keputusan Kepala PPATK Nomor KEP-13/1.02.2/PPATK/02/08 tentang Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Terkait Pendanaan Terorisme bagi Penyedia Jasa Keuangan

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/23/PBI/2010 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test)

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP 2011 perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP 2011 perihal Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test)

Regulasi Bank Indonesia : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan

Pencegahan Pendanaan Teorisme bagi Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan

Pencegahan Pendanaan Teorisme bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Syariah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/21/DPNP 2013 perihal Pedoman Standar Penerapan Program Anti

Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/14/DKBU 2011 perihal Penerapan Program Anti Pencucian Uang

dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/37/DPNP 2004 perihal Penilaian dan Pengenaan Sanksi atas

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dan Kewajiban Lain Terkait dengan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Page 10: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

1

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Perbankan Liabilitas dan Modal Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan

Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum BAB I Ketentuan Umum

1 Pasal 1 14/27/PBI/2012

1. Bank adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2. Pencucian Uang adalah pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

3. Pendanaan Terorisme adalah penggunaan harta kekayaan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

4. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank dan memiliki rekening pada Bank tersebut.

5. Calon Nasabah adalah pihak yang akan menjalani hubungan usaha dengan Bank.

6. Walk in Customer yang selanjutnya disebut sebagai WIC adalah pihak yang menggunakan jasa Bank namun tidak memiliki rekening pada Bank tersebut, tidak termasuk pihak yang mendapatkan perintah atau penugasan dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas kepentingan Nasabah.

7. Customer Due Diligince yang selanjutnya disebut sebagai CDD adalah kegiatan berupa identifikasi, v erifikasi dan pemantauan yang dilakukan Bank untuk memastikan bahwa transaksi tersebut sesuai dengan profil Calon Nasabah WIC, atau Nasabah.

8. Enhanced Due Dilligence yang selanjutnya disebut sebagai EDD adalah tindakan CDD lebih mendalam yang dilakukan Bank pada saat berhubungan dengan Nasabah , WIC, atau Nasabah yang tergolong bersiko tinggi, termasuk Politically Exposed Person, terhadap kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme.

9. Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah transaksi keuangan mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

10. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjutnya disebut sebagai PPATK adalah PPATK sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.

11. Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme yang untuk selanjutnya disebut sebagai APU dan PPT adalah upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan

Page 11: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

2

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

terorisme. 12. Beneficial Owner adalah setiap orang yang :

a. merupakan pemilik sebenarnya dari dana yang ditempatkan pada Bank (ultimetaly own account);

b. mengendalikan transaksi Nasabah; c. memberikan kuasa untuk melakukan transaksi; d. mengendalikan badan hukum; dan/ atau e. merupakan pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan melalui

badan hukum atau berdasarkan suatu perjanjian. 13. Rekomendasi Financial Action Task Force yang selanjutnya disebut

sebagai Rekomendasi FATF adalah standar pencegahan dan pemberantasan pencucian uang dan pendanaan terorisme yang dikeluarkan oleh FATF.

14. Negara berisiko tinggi (high risk country) adalah negara atau teritori yang potensial digunakan sebagai tempat: a. terjadinya atau sarana tindak pidana pencucian uang; b. dilakukannya tindak pidana asal (predicate offense); dan/atau c. dilakukannya aktivitas Pendanaan Kegiatan Terorisme.

15. Lembaga Pemerintahan adalah lembaga yang memiliki kewenangan di bidang eksekutif, yudikatif, dan legislatif.

16. Instansi Pemerintah adalah sebutan kolktif dari unit organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meliputi Kementrian Koordinator/ Kementrian Negara/ Departemen/ Lembaga Pemerintahan Non Departemen, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kota, Pemerintah Kabupaten serta lembaga-lembaga pemerintahan yang menjalankan fungsi pemerintahan dengan menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan/ atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.

17. Politically Exposed Person yang selanjutnya disebut sebagai PEP adalah orang yang mendapatkan kepercayaan untuk memiliki kewenangan publik diantaranya adalah Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Penyelenggara Negara, dan/atau orang yang tercatat sebagai anggota partai politik yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dan operasional partai politik, baik yang berkewarganegaraan Indonesia maupun yang berkewarganegaraan asing.

18. Correspondent Banking adalah kegiatan suatu bank (correspondent) dalam menyediakan layanan jasa bagi bank lainnya (respondent) berdasarkan suatu kesepakatan tertulis dalam rangka memberikan jasa pembayaran dan jasa perbankan lainnya.

19. Cross Border Corespondent Banking adalah Correspondent Banking dimana salah satu kedudukan bank corespondent atau bank respondent berada di luar wilayah Negara Republik Indonesia.

20. Bank Pengirim adalah bank yang mengirimkan perintah transfer dana. 21. Bank Penerus adalah bank yang meneruskan perintah transfer dana dari

Bank Pengirim. 22. Bank Penerima adalah bank yang menerima perintah transfer dana.

2 Pasal 2 14/27/PBI/2012

(1) Bank wajib menerapkan program APU dan PPT.

Page 12: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

3

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Yang dimaksud dengan “pencucian uang” sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana, dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah. Yang dimaksud dengan “pendanaan terorisme” adalah penggunaan harta kekayaan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Dalam kaitan ini termasuk upaya-upaya setiap orang yang dengan sengaja memberikan bantuan atau kemudahan dengan cara memberikan atau meminjamkan uang atau barang atau harta kekayaan lainnya kepada pelaku tindak pidana terorisme sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pemberantasan tindak pidana terorisme.

(2) Dalam penerapan program APU dan PPT, Bank wajib berpedoman pada ketentuan ini.

3 Pasal 3 14/27/PBI/2012

(1) Program APU dan PPT merupakan bagian dari penerapan manajemen risiko Bank secara keseluruhan.

(2) Penerapan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang mencakup: a. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris; b. kebijakan dan prosedur; c. pengendalian intern; d. sistem informasi manajemen; dan

e. sumber daya manusia dan pelatihan.

BAB II Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris 4 Pasal 4

14/27/PBI/2012

Pengawasan aktif Direksi Bank paling kurang mencakup: Untuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, yang dimaksud dengan “Direksi” adalah pimpinan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yakni pemimpin kantor cabang Bank dan pejabat satu tingkat di bawah pemimpin kantor cabang. a. memastikan Bank memiliki kebijakan dan prosedur program APU dan

PPT; b. mengusulkan kebijakan tertulis program APU dan PPT kepada Dewan

Komisaris; c. memastikan penerapan program APU dan PPT dilaksanakan sesuai

dengan kebijakan dan prosedur tertulis yang telah ditetapkan; d. membentuk unit kerja khusus yang melaksanakan program APU dan

Page 13: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

4

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi II.A No. 2

PPT dan/atau menunjuk pejabat yang bertanggungjawab terhadap Program APU dan PPT di Kantor Pusat; Pembentukan unit kerja khusus dan/atau penunjukan pejabat tanpa pembentukan unit kerja khusus dilakukan sesuai dengan kebutuhan Bank.

e. melakukan pengawasan atas kepatuhan satuan kerja dalam menerapkan program APU dan PPT;

f. memastikan bahwa kantor cabang wajib memiliki unit kerja khusus dan memiliki : 1) pegawai yang menjalankan fungsi unit kerja khusus; atau 2) pejabat yang mengawasi penerapan program APU dan PPT.

Untuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, ketentuan ini berlaku juga bagi Kantor Cabang Pembantu.

g. memastikan bahwa bahwa kantor cabang dengan kompleksitas usaha

yang tinggi memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada huruf f di atas dan terpisah dari satuan kerja yang melaksanakan kebijakan dan prosedur program APU dan PPT. Yang dimaksud dengan “kompleksitas usaha yang tinggi” adalah dengan mempertimbangkan antara lain ragam produk dan jasa, serta jumlah nasabah yang memiliki risiko tinggi dengan berpedoman pada ketentuan PPATK yang mengatur mengenai pedoman identifikasi produk, nasabah, usaha, dan negara berisiko tinggi bagi penyedia jasa keuangan.

h. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tertulis mengenai program APU dan PPT sejalan dengan perubahan dan pengembangan produk, jasa, dan teknologi Bank serta sesuai dengan perkembangan modus pencucian uang atau pendanaan terorisme; dan

i. memastikan bahwa seluruh pegawai, khususnya pegawai dari unit kerja terkait dan pegawai baru, telah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan program APU dan PPT secara berkala; Yang dimaksud dengan “unit kerja terkait” antara lain unit kerja yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Nasabah dan/atau WIC, seperti petugas pelayanan nasabah (front liner), petugas pemasaran, petugas yang terkait pengelolaan dan pengembangan teknologi informasi, serta internal auditor.

j. menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan Bank

telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai APU dan PPT dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait;

k. memantau pelaksanaan tugas unit kerja khusus dan/atau pejabat Bank yang bertanggung jawab atas penerapan Program APU dan PPT;

l. memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama mengenai pejabat yang akan memimpin unit kerja khusus atau pejabat yang bertanggung

Page 14: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

5

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi II.A No. 1

jawab atas penerapan Program APU dan PPT; m. memberikan persetujuan terhadap Laporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan (LTKM); dan n. mengevaluasi transaksi yang memerlukan persetujuan pejabat senior.

Dalam melaksanakan pengawasan aktif, Direksi perlu memiliki pemahaman yang memadai mengenai risiko pencucian uang dan pendanaan teroris yang melekat pada seluruh aktivitas operasional Bank sehingga Direksi mampu mengambil tindakan yang diperlukan sesuai dengan profil risiko Bank.

5 Pasal 5 14/27/PBI/2012

Pengawasan aktif Dewan Komisaris paling kurang mencakup: a. persetujuan atas kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan

PPT; b. pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab Direksi terhadap

penerapan program APU dan PPT.

6 Pasal 6 14/27/PBI/2012 Ayat (1)

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi II.B No. 1b

Pasal 6 14/27/PBI/2012 Ayat (2) – (3)

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi II.B No. 2

(1) Bank wajib membentuk unit kerja khusus (UKK) dan/atau menunjuk pejabat Bank yang bertanggung jawab atas penerapan program APU dan PPT.

Pembentukan unit kerja khusus dan/atau penunjukan pejabat tanpa pembentukan unit kerja khusus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas permasalahan Bank.

Berdasarkan pertimbangan beban tugas operasional dan kompleksitas usaha, Bank dapat menunjuk paling kurang seorang pejabat Bank yang bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi UKK.

(2) Unit kerja khusus dan/atau pejabat Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan.

(3) Bank wajib memastikan bahwa unit kerja khusus dan/atau pejabat Bank yang bertanggungjawab atas penerapan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memiliki kemampuan yang memadai dan memiliki kewenangan untuk mengakses seluruh data Nasabah dan informasi lainnya yang terkait. Kemampuan yang memadai antara lain mencakup pengalaman, pengetahuan termasuk pengalaman dan pengetahuan mengenai perkembangan rezim APU dan PPT.

Pejabat UKK atau pejabat Bank yang bertanggung jawab menjalankan fungsi UKK paling kurang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki pengetahuan yang memadai mengenai APU dan PPT dan

peraturan lainnya yang terkait dengan produk dan aktivitas perbankan;

b. memiliki pengalaman yang memadai di bidang perbankan; dan c. memiliki pengetahuan yang memadai mengenai risk assessment dan

risk mitigation yang terkait dengan penerapan Program APU dan PPT.

Page 15: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

6

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi II.B No. 4 – 8

Pelaksanaan fungsi UKK di kantor cabang dilakukan oleh pejabat atau pegawai paling kurang setingkat dengan penyelia. Terhadap kantor cabang dengan kompleksitas usaha tinggi, pejabat atau pegawai yang menjalankan fungsi UKK tidak berasal dari unit kerja yang melaksanakan kebijakan dan prosedur Program APU dan PPT atau yang berhubungan dengan Nasabah. Terhadap kantor cabang dengan kompleksitas usaha tinggi dan didalamnya hanya terdapat unit kerja yang berhubungan dengan Nasabah maka pejabat atau pegawai yang menjalankan fungsi UKK dapat: a. berasal dari kantor pusat atau kantor wilayah dengan tugas dan

tanggung jawab khusus mengawasi pelaksanaan Program APU dan PPT di beberapa kantor cabang tertentu; atau

b. dirangkap oleh pegawai dari unit kerja yang tidak berhubungan dengan Nasabah (non operasional) pada kantor cabang lainnya.

Terhadap kantor cabang dengan kompleksitas usaha rendah maka pegawai yang menjalankan fungsi UKK dapat dirangkap oleh pegawai yang berasal dari unit kerja yang berhubungan dengan Nasabah (operasional), sepanjang tugas operasional tersebut tidak mempengaruhi independensi dan profesionalisme pegawai tersebut dalam menjalankan fungsi UKK.

(4) Dalam menetapkan kompleksitas usaha kantor cabang, Bank menggunakan pendekatan berdasarkan risiko (risk based approach) dengan memperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut: a. produk dan jasa Bank yang memerlukan persetujuan Bank Indonesia; b. jumlah Nasabah berisiko tinggi yang dimiliki; c. volume usaha kantor cabang; d. aktivitas transaksi dengan luar negeri; dan/atau e. lokasi kantor cabang berada pada wilayah yang masyarakatnya

dikenal sebagai cash society.

7 Pasal 7 14/27/PBI/2012

Pejabat unit kerja khusus atau pejabat yang bertanggungjawab terhadap program APU dan PPT wajib: a. Menyusun dan mengusulkan pedoman penerapan program APU dan

PPT kepada Direksi b. memastikan :

1) adanya sistem yang mendukung program APU dan PPT; dan

Yang dimaksud dengan “sistem yang mendukung” adalah sistem yang antara lain dapat mengidentifikasi Nasabah, Transaksi Keuangan Mencurigakan, dan transaksi keuangan lainnya sebagaimana diwajibkan dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

2) kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan perkembangan program APU dan PPT yang terkini, risiko produk Bank, kegiatan dan

Page 16: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

7

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

kompleksitas usaha Bank, dan volume transaksi Bank; c. memantau :

1) pengkinian profil Nasabah dan profil transaksi Nasabah; 2) Bank telah memiliki mekanisme komunikasi yang baik dari setiap

unit kerja terkait kepada unit kerja khusus atau kepada pejabat yang bertanggungjawab terhadap penerapan program APU dan PPT dengan menjaga kerahasiaan informasi;

3) Unit kerja terkait melakukan fungsi dan tugas dalam rangka mempersiapkan laporan mengenai dugaan Transaksi Keuangan Mencurigakan sebelum menyampaikannya kepada unit kerja khusus atau pejabat yang bertanggungjawab terhadap penerapan program APU dan PPT;

4) Bank telah mengidentifikasi area yang berisiko tinggi yang terkait dengan APU dan PPT dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku dan sumber informasi yang memadai;

d. melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap pelaksanan kebijakan program APU dan PPT dengan unit kerja terkait yang berhubungan dengan Nasabah.

e. menerima laporan transaksi keuangan yang berpotensi mencurigakan (red flag) dari unit kerja terkait yang berhubungan dengan Nasabah dan melakukan analisis atas laporan tersebut;

f. menyusun laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan laporan lainnya sebagaimana diatur dalam Undang–Undang mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang untuk disampaikan kepada PPATK berdasarkan persetujuan Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan; dan

g. memantau, menganalisis, dan merekomendasi kebutuhan pelatihan program APU dan PPT bagi pegawai Bank.

BAB III Kebijakan dan Prosedur 8 Pasal 8

14/27/PBI/2012 (1) Bank wajib memiliki pedoman pelaksanaan program APU dan PPT.

Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT mengacu kepada Pedoman Standar Penerapan Program APU dan PPT yang ditetapkan dalam ketentuan ini.

(2) Pedoman pelaksanaan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kebijakan dan prosedur tertulis, yang paling kurang mencakup: a. permintaan informasi dan dokumen; b. Beneficial Owner; c. verifikasi dokumen; d. CDD yang lebih sederhana; e. penutupan hubungan dan penolakan transaksi; f. ketentuan mengenai area berisiko tinggi dan PEP;

Penetapan penggolongan area berisiko tinggi dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan PPATK yang mengatur mengenai pedoman identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan terkait pendanaan terorisme, produk, nasabah, usaha, dan negara berisiko

Page 17: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

8

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

tinggi bagi penyedia jasa keuangan. g. pelaksanaan CDD oleh pihak ketiga; h. pengkinian dan pemantauan; i. Cross Border Correspondent Banking; j. transfer dana; k. penatausahaan dokumen; dan l. pelaporan kepada PPATK.

(3) Bank wajib menerapkan pedoman pelaksanaan program APU dan PPT

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara konsisten dan berkesinambungan.

(4) Pedoman pelaksanaan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapat persetujuan dari Direksi.

9 Pasal 9 14/27/PBI/2012 SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.B No. 1

(1) Bank wajib melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian terhadap risiko terjadinya pencucian uang atau pendanaan terorisme dari.

a. pengembangan produk dan aktivitas baru termasuk

pelaksanaannya; b. penggunaan atau pengembangan teknologi baru baik untuk produk

baru maupun untuk produk yang sudah berjalan.

Bank dalam melakukan identifikasi, pengukuran, monitoring dan pengendalian perlu memperhatikan risiko yang timbul atas penerbitan produk, pelaksanaan aktivitas baru, penggunaan atau pengembangan teknologi baru, serta mengupayakan tindakan yang memadai untuk mengelola dan memitigasi risiko yang timbul.

(2) Untuk pelaksanaan identifikasi, pengukuran, monitoring dan

pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank wajib berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerapan manajemen risiko dan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pelaporan produk dan aktivitas baru.

(3) Pelaksanaan Program APU dan PPT harus dilakukan dengan pendekatan berdasarkan risiko yang dituangkan dalam kebijakan secara tertulis dan komprehensif yang paling kurang mencakup : a. proses risk assesment yang meliputi identifikasi, pengukuran,

pemantauan, dan pengendalian risiko terhadap seluruh faktor risiko yang bersifat material, dengan melakukan analisis terhadap hal-hal sebagai berikut: 1) seluruh karakteristik risiko yang melekat pada Bank dan upaya

mitigasi risiko yang dilakukan; dan 2) risiko dari produk, jasa, dan aktivitas yang berisiko tinggi,

termasuk transaksi yang dilakukan Politically Exposed Person (PEP);

b. pengukuran risiko yang paling kurang mencakup : 1) evaluasi secara berkala untuk memastikan ketepatan kebijakan,

Page 18: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

9

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

prosedur dan penetapan tingkat risiko dari produk, jasa, dan aktivitas yang berisiko tinggi, termasuk PEP; dan

2) penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko; c. pendokumentasian hasil risk assessment terhadap ancaman,

kerentanan (vulnerability), dan konsekuensi yang mungkin timbul dari aktivitas perbankan;

d. pengkinian risk assessment secara berkala; e. penyediaan informasi mengenai risk assessment kepada otoritas

yang berwenang atau Bank Indonesia; f. pengendalian dan prosedur mitigasi risiko; g. pemantauan terhadap penerapan fungsi pengendalian termasuk

pengembangannya, apabila diperlukan; dan h. penetapan tindak lanjut yang diperlukan untuk mengelola dan

memitigasi risiko yang berindikasi meningkat.

10 Pasal 10 14/27/PBI/2012 Ayat (1) a SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.A No. 1 Pasal 10 14/27/PBI/2012 Ayat (1) b – d SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.A No. 2 – 6

(1) Bank wajib melakukan prosedur CDD pada saat: a. melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah;

Dalam hal rekening merupakan rekening joint account atau rekening bersama maka CDD dilakukan terhadap seluruh pemegang rekening joint account tersebut.

antara lain pada saat pembukaan rekening, pemilikan kartu kredit, atau penyewaan safe deposit box.

b. melakukan hubungan usaha dengan WIC; c. Bank meragukan kebenaran informasi yang diberikan oleh Nasabah,

penerima kuasa, dan/atau Beneficial Owner; atau d. terdapat transaksi keuangan yang tidak wajar yang terkait dengan

pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme.

Transaksi yang tidak wajar adalah transaksi yang memenuhi salah satu kriteria dari transaksi keuangan yang mencurigakan namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah transaksi tersebut tergolong sebagai transaksi keuangan yang mencurigakan yang wajib dilaporkan kepada PPATK

(2) Bank harus melakukan CDD ulang terhadap Nasabah dalam hal terdapat

transaksi yang memenuhi salah satu kriteria dari Transaksi Keuangan Mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, dengan tetap memperhatikan ketentuan anti tipping off.

(3) Apabila CDD ulang dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya tipping off, Bank dapat melaporkan transaksi yang diindikasikan mencurigakan dalam LTKM tanpa didahului dengan proses CDD ulang.

(4) Bank dapat meminta pihak lain (outsourcing atau agen) untuk melakukan CDD berupa pertemuan langsung (face to face), permintaan informasi dan dokumen pendukung, serta proses verifikasi terhadap dokumen pendukung.

Page 19: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

10

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(5) Dalam hal Bank menggunakan pihak lain dalam melakukan prosedur CDD, Bank harus: a. memberikan informasi mengenai prosedur CDD kepada pihak lain; b. memberikan pelatihan mengenai pelaksanaan CDD kepada pihak lain

tersebut; dan c. membuat perjanjian atau kontrak sebagai dasar kerja sama antara

Bank dengan pihak lain dengan salah satu materi perjanjiannya adalah mewajibkan pihak lain untuk menerapkan prosedur CDD sesuai dengan prosedur Bank.

(6) Bank bertanggung jawab atas hasil CDD yang dilakukan oleh pihak lain.

11 Pasal 11 14/27/PBI/2012

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.B No. 2 – 6

(1) Bank wajib mengelompokkan Nasabah berdasarkan tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau pendanaan terorisme.

Untuk efektifitas pengelompokkan Nasabah, diperlukan informasi baik dari Nasabah itu sendiri maupun dari informasi lainnya yang tersedia di masyarakat.

(2) Pengelompokkan Nasabah berdasarkan tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan analisis yang paling kurang mencakup: a. identitas; b. lokasi usaha bagi Nasabah perusahaan; c. profil Nasabah; d. jumlah transaksi; e. kegiatan usaha Nasabah; f. struktur kepemilikan bagi Nasabah perusahaan; dan g. informasi lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

risiko Nasabah. (3) Pengaturan mengenai pengelompokan risiko Nasabah akan diatur

sebagaimana berikut :

1) Kebijakan pendekatan berdasarkan risiko juga dilakukan dalam rangka pengelompokan Nasabah, termasuk Walk in Customer (WIC) yang melakukan transaksi sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih atau yang nilainya setara baik yang dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.

2) Pengelompokan Nasabah dan WIC sebagaimana dimaksud dalam angka 1) paling kurang terdiri dari 3 (tiga) klasifikasi risiko, yaitu: a. rendah, sehingga terhadap yang bersangkutan diterapkan

prosedur CDD sederhana. b. menengah, sehingga terhadap yang bersangkutan diterapkan

prosedur CDD. c. tinggi, sehingga terhadap yang bersangkutan diterapkan

prosedur Enhanced Due Dilligence (EDD). 3) Penetapan klasifikasi tingkat risiko tidak berlaku bagi Nasabah atau

WIC yang tergolong PEP atau pihak yang terafiliasi dengan PEP, sehingga yang bersangkutan secara otomatis diklasifikasikan sebagai Nasabah atau WIC berisiko tinggi.

Page 20: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

11

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

4) Pengelompokan Nasabah dan WIC sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus didokumentasikan dan dipantau secara berkesinambungan untuk memastikan kesesuaian tingkat risiko yang telah ditetapkan.

5) Apabila terdapat ketidaksesuaian antara transaksi dan/atau profil Nasabah dengan tingkat risiko yang telah ditetapkan, Bank harus menyesuaikan tingkat risiko dengan cara : a. menerapkan prosedur CDD bagi Nasabah yang semula tergolong

berisiko rendah berubah menjadi berisiko menengah sesuai dengan penetapan tingkat risiko yang baru; atau

b. menerapkan prosedur EDD bagi Nasabah yang semula tergolong berisiko rendah atau menengah berubah menjadi berisiko tinggi.

12 Pasal 12 14/27/PBI/2012 Ayat (1) a

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.C No. 1

Pasal 12 14/27/PBI/2012 Ayat (1) b – e

(1) Dalam rangka melakukan hubungan usaha dengan Nasabah, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Bank wajib meminta informasi untuk mengetahui profil Calon

Nasabah.

Dalam rangka meminta informasi, Bank dapat diwakili oleh pihak lain. Pihak lain yang dapat mewakili Bank harus mengetahui prinsip dasar dari CDD. Informasi yang harus diminta Bank dari Calon Nasabah perorangan antara lain mengenai: 1) perkiraan nilai transaksi dalam 1 (satu) tahun yang paling kurang

menggambarkan rata-rata transaksi dalam 1 (satu) tahun; dan 2) informasi lainnya seperti rata-rata penghasilan dalam 1 (satu)

tahun.

b. Identitas Calon Nasabah harus dapat dibuktikan dengan keberadaan dokumen-dokumen pendukung.

c. Bank wajib meneliti kebenaran dokumen pendukung identitas Calon Nasabah sebagaimana dimaksud dalam huruf b.

d. Bank dilarang membuka atau memelihara rekening anonim atau rekening yang menggunakan nama fiktif.

Termasuk dalam pengertian rekening fiktif adalah rekening Nasabah yang menggunakan nama yang tidak sesuai dengan yang tertera pada dokumen identitas Nasabah yang bersangkutan.

e. Bank wajib melakukan pertemuan langsung (face to face) dengan

Calon Nasabah pada awal melakukan hubungan usaha dalam rangka meyakini kebenaran identitas Calon Nasabah.

Termasuk dalam pengertian hubungan usaha adalah penggunaan

jasa perbankan melalui media elektronik. Dalam melakukan pertemuan langsung (face to face), Bank dapat diwakili oleh pihak lain. Pihak lain yang dapat mewakili Bank harus mengetahui prinsip dasar CDD.

Page 21: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

12

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 12 14/27/PBI/2012 Ayat (2)

(2) Bank wajib mewaspadai transaksi atau hubungan usaha dengan Nasabah yang berasal atau terkait dengan negara yang tergolong berisiko tinggi.

Untuk mengetahui tingkat risiko suatu negara antara lain dapat dilihat di laman www.fatf-gafi.org atau www.apgml.org

Bagian Pertama Permintaan Informasi dan Dokumen

13 Pasal 13 14/27/PBI/2012

Bank wajib mengidentifikasi dan mengklasifikasikan Calon Nasabah atau Nasabah ke dalam kelompok perorangan atau perusahaan.

14 Pasal 14 14/27/PBI/2012

(1) Informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 12 ayat (1) huruf a paling kurang mencakup: a. Bagi calon Nasabah perorangan:

1) identitas yang memuat: a) nama lengkap termasuk alias apabila ada; b) nomor dokumen identitas;; c) alamat tempat tinggal sesuai dokumen identitas dan alamat

tinggal lain apabila ada; Informasi mengenai alamat tempat tinggal lain diperlukan apabila Calon Nasabah perseorangan memiliki alamat tempat tinggal berbeda dengan alamat yang tercatat pada dokumen identitas.

d) tempat dan tanggal lahir; e) kewarganegaraan; f) pekerjaan;

Informasi pekerjaan mencakup nama perusahaan/institusi, alamat perusahaan/ institusi, dan jabatan.

g) jenis kelamin; h) status perkawinan; dan

2) identitas Beneficial Owner, apabila Nasabah mewakili Beneficial Owner;

3) sumber dana; 4) perkiraan nilai transaksi dalam 1 (satu) tahun; 5) maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan

dilakukan Calon Nasabah dengan Bank; 6) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan

Kewajiban ini berlaku untuk Calon Nasabah yang berdasarkan Undang-Undang yang berlaku wajib memiliki NPWP dan telah memiliki NPWP.

7) informasi lain yang memungkinkan Bank untuk dapat mengetahui profil calon Nasabah lebih dalam, termasuk informasi yang diperintahkan oleh ketentuan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

Page 22: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

13

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Informasi lain misalnya, nomor telepon, alamat penagihan telepon/listrik/kartu kredit, dan lain-lain. Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait” antara lain ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah yang berlaku bagi lembaga keuangan non bank.

b. Bagi calon Nasabah perusahaan selain Bank: 1) nama perusahaan; 2) nomor izin usaha dari instansi berwenang;

Termasuk izin usaha adalah izin lainnya yang dipersamakan dengan izin usaha yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

3) bidang usaha; 4) alamat kedudukan perusahaan 5) tempat dan tanggal pendirian perusahaan; 6) bentuk badan hukum perusahaan; 7) identitas Beneficial Owner, apabila Nasabah mewakili Beneficial

Owner; 8) sumber dana; 9) maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan

dilakukan Calon Nasabah perusahaan dengan Bank; dan 10) informasi lain untuk mengetahui profil Calon Nasabah lebih

dalam, termasuk informasi yang diperintahkan oleh ketentuan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

Informasi lain misalnya nomor telepon, alamat penagihan telepon/listrik/kartu kredit, dan lain-lain. Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait” antara lain ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah yang berlaku bagi lembaga keuangan non bank.

(2) Sebelum melakukan transaksi dengan WIC, Bank wajib meminta:

a. Seluruh informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi WIC perseorangan maupun WIC perusahaan yang melakukan transaksi sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih atau yang nilainya setara baik yang dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja. Ketentuan dalam ayat ini juga berlaku bagi perantara atau pihak yang mendapatkan kuasa dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas kepentingan Nasabah yang transaksinya tergolong tidak wajar atau mencurigakan.

b. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) huruf a), huruf b), dan huruf c) bagi WIC perorangan yang melakukan transaksi kurang dari Rp 100.000.000,00 (seratus juta

Page 23: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

14

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

rupiah) atau nilai yang setara. c. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 1)

dan angka 3) bagi WIC perusahaan yang melakukan transaksi kurang dari Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau nilai yang setara.

15 Pasal 15 14/27/PBI/2012

Untuk Calon Nasabah perorangan dan WIC sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (2) huruf a, informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (1) huruf a angka 1) wajib didukung dengan dokumen identitas Calon Nasabah dan spesimen tanda tangan. Dokumen pendukung bagi identitas Calon Nasabah perorangan yang berkewarganegaraan Indonesia adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), atau paspor yang masih berlaku. Sedangkan dokumen pendukung bagi identitas Calon Nasabah perorangan yang berkewarganegaraan asing adalah paspor yang disertai dengan Kartu Izin Tinggal sesuai dengan ketentuan keimigrasian. Dokumen pendukung identitas tersebut juga diperlukan bagi perorangan yang ditunjuk bertindak untuk dan atas nama perusahaan. Dokumen Kartu Izin Tinggal dapat digantikan oleh dokumen lainnya yang dapat memberikan keyakinan kepada Bank tentang profil Calon Nasabah berkewarganegaraan asing tersebut antara lain surat referensi dari: a. seorang berkewarganegaraan Indonesia atau perusahaan/ instansi/

pemerintah Indonesia mengenai profil Calon Nasabah berkewarganegaraan asing; atau

b. penyedia jasa keuangan di negara atau jurisdiksi tempat kedudukan Calon Nasabah dan negara atau jurisdiksi tersebut tidak tergolong berisiko tinggi

Termasuk spesimen tanda tangan bagi Calon Nasabah perorangan yang berkewarganegaraan Indonesia adalah cap jempol atau sidik jari.

16 Pasal 16 14/27/PBI/2012

(1) Untuk Nasabah perusahaan, informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (1) huruf b angka 1), angka 2), angka 3), angka 4), angka 5), angka 6), angka 7) dan angka 8) wajib didukung dengan dokumen identitas perusahaan dan:

Dokumen pendukung bagi identitas Nasabah perusahaan berupa: a. akte pendirian dan/atau anggaran dasar perusahaan; dan b. izin usaha atau izin lainnya dari instansi berwenang.

Contoh: izin usaha dari Bank Indonesia bagi Pedagang Valuta Asing dan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang, atau izin usaha dari Departemen Kehutanan bagi kegiatan usaha di bidang perkayuan/kehutanan.

a. Untuk Nasabah perusahaan yang tergolong usaha mikro dan usaha

kecil ditambah dengan: 1) spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak-pihak yang

ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama perusahaan dalam melakukan hubungan usaha dengan Bank;

Page 24: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

15

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Yang dimaksud dengan Nasabah perusahaan yang tergolong usaha mikro dan usaha kecil adalah Nasabah perusahaan yang memenuhi kriteria usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

2) kartu NPWP bagi Nasabah yang diwajibkan untuk memiliki NPWP

sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan 3) Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau dokumen lain yang

dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang.

b. Untuk Nasabah perusahaan yang tidak tergolong usaha mikro dan usaha kecil selain disertai dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2) dan angka 3), ditambah dengan: 1) laporan keuangan atau deskripsi kegiatan usaha perusahaan

Deskripsi kegiatan usaha perusahaan mencakup informasi mengenai bidang usaha, profil pelanggan, alamat tempat kegiatan usaha dan nomor telepon perusahaan.

2) struktur manajemen perusahaan; 3) struktur kepemilikan perusahaan; dan 4) dokumen identitas anggota Direksi yang berwenang mewakili

perusahaan untuk melakukan hubungan usaha dengan Bank. Yang dimaksud dengan anggota Direksi yang berwenang mewakili perusahaan untuk melakukan transaksi dengan Bank adalah anggota Direksi yang memiliki spesimen tanda tangan (authorized signature).

(2) Untuk Nasabah perusahaan berupa Bank, dokumen yang disampaikan

paling kurang: a. akte pendirian/anggaran dasar Bank; b. izin usaha dari instansi yang berwenang; dan c. spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak-pihak yang ditunjuk

mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama Bank dalam melakukan hubungan usaha dengan Bank.

17 Pasal 17 14/27/PBI/2012

(1) Untuk calon Nasabah selain nasabah perorangan dan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14, Paragraf 15 dan Paragraf 16, Bank wajib meminta informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (1) huruf b.

(2) Bank wajib meminta dokumen pendukung informasi untuk Calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang sebagai berikut: a. Untuk calon Nasabah berupa yayasan, berupa:

1) izin bidang kegiatan/tujuan yayasan; 2) deskripsi kegiatan yayasan; 3) struktur pengurus yayasan; dan 4) dokumen identitas anggota pengurus yang berwenang mewakili

Page 25: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

16

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

yayasan untuk melakukan hubungan usaha dengan Bank. b. Untuk Nasabah berupa perkumpulan, dokumen yang disampaikan

paling kurang berupa: 1) bukti pendaftaran pada instansi yang berwenang; 2) nama penyelenggara; dan 3) pihak yang berwenang mewakili perkumpulan dalam

melakukan hubungan usaha dengan Bank. Perkumpulan yang berbadan hukum antara lain Lembaga Swadaya Masyarakat, perkumpulan keagamaan, partai politik dan organisasi non profit.

18 Pasal 18 14/27/PBI/2012

(1) Untuk calon Nasabah berupa Lembaga Negara/Pemerintahan, instansi Pemerintah, lembaga internasional, dan perwakilan negara asing, Bank wajib meminta informasi mengenai nama dan alamat kedudukan lembaga atau perwakilan.

(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didukung dengan dokumen sebagai berikut: a. surat penunjukan bagi pihak-pihak yang berwenang mewakili

lembaga atau perwakilan dalam melakukan hubungan usaha dengan Bank; dan

b. spesimen tanda tangan.

Bagian Kedua Beneficial Owner 19 Pasal 19

14/27/PBI/2012 Ayat (1)

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.C No. 3 Pasal 19 14/27/PBI/2012 Ayat (2) – (3)

(1) Bank wajib memastikan Calon Nasabah atau WIC yang membuka hubungan usaha atau melakukan transaksi bertindak untuk diri sendiri atau untuk kepentingan Beneficial Owner.

Pengertian Beneficial Owner dalam ayat ini dapat lebih dari satu.

Dasar pertimbangan Bank dalam menetapkan Beneficial Owner adalah dengan tahapan sebagai berikut: a. perorangan yang memiliki saham sebesar 25% (dua puluh lima

persen) atau lebih; b. perorangan yang memiliki saham kurang dari 25% (dua puluh lima

persen) namun dapat dibuktikan yang bersangkutan melakukan pengendalian; atau

c. perorangan dalam perusahaan tersebut yang menjabat sebagai anggota direksi yang paling berperan dalam pengendalian perusahaan.

(2) Dalam hal Calon Nasabah atau WIC bertindak untuk kepentingan

Benefical Owner, Bank wajib melakukan CDD terhadap Beneficial Owner yang sama dengan CDD bagi Calon Nasabah atau WIC.

(3) Dalam hal Beneficial Owner sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tergolong sebagai PEP maka prosedur yang diterapkan adalah prosedur EDD.

20 Pasal 20 14/27/PBI/2012

(1) Bank wajib memperoleh bukti atas identitas dan/atau informasi lainnya mengenai Beneficial Owner, antara lain berupa:

Page 26: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

17

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

a. bagi Beneficial Owner perorangan: Termasuk Beneficial Owner perorangan dalam ayat ini adalah Beneficial Owner perorangan dari Calon Nasabah yang merupakan Lembaga Pemerintahan atau Instansi Pemerintah. 1) informasi dan dokumen identitas sebagaimana dimaksud dalam

Paragaraf 14 Ayat (1) huruf a dan Paragraf 15; 2) hubungan hukum antara calon Nasabah atau WIC dengan

Beneficial Owner yang ditunjukkan dengan surat penugasan, surat perjanjian, surat kuasa atau bentuk lainnya; dan

3) pernyataan dari calon Nasabah atau WIC mengenai kebenaran identitas maupun sumber dana dari Beneficial Owner.

b. bagi Beneficial Owner perusahaan, yayasan atau perkumpulan: 1) informasi dan dokumen identitas sebagaimana dimaksud dalam

Paragraf 16 dan Paragraf 17; 2) dokumen dan/atau informasi identitas pemilik atau pengendali

akhir perusahaan, yayasan, atau perkumpulan; dan Yang dimaksud dengan “pemilik atau pengendali akhir perusahaan, yayasan atau perkumpulan (ultimate owner/ultimate controller)” adalah perorangan yang menurut penilaian Bank memiliki dan/atau yang melakukan pengendalian akhir untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan perusahaan. Dokumen identitas pemilik atau pengendali akhir dapat berupa surat pernyataan atau dokumen lainnya yang memuat informasi mengenai identitas pemilik atau pengendali akhir.

3) pernyataan dari calon Nasabah atau WIC mengenai kebenaran identitas maupun sumber dana dari Beneficial Owner.

(2) Dalam hal calon Nasabah merupakan Bank lain di dalam negeri yang mewakili Beneficial Owner, maka dokumen mengenai Beneficial Owner berupa pernyataan tertulis dari Bank di dalam negeri bahwa identitas Beneficial Owner telah dilakukan verifikasi oleh Bank lain di dalam negeri tersebut.

(3) Dalam hal calon Nasabah merupakan Bank lain di luar negeri yang menerapkan program APU dan PPT yang paling kurang setara dengan ketentuan ini yang mewakili Beneficial Owner, maka dokumen mengenai Beneficial Owner berupa pernyataan tertulis dari Bank di luar negeri bahwa identitas Beneficial Owner telah dilakukan verifikasi oleh Bank di luar negeri tersebut.

(4) Dalam hal Bank meragukan atau tidak dapat meyakini identitas Beneficial Owner, Bank wajib menolak untuk melakukan hubungan usaha atau transaksi dengan calon Nasabah atau WIC.

21 Pasal 21 14/27/PBI/2012

Kewajiban penyampaian dokumen dan/atau informasi identitas pemilik atau pengendali akhir Beneficial Owner sebagaimana yang dimaksud dalam Paragraf 20 ayat (1) huruf b angka 2) tidak berlaku bagi Beneficial Owner

Page 27: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

18

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

berupa: a. lembaga Pemerintahan ; atau

Lembaga pemerintahan yang dimaksudkan dalam huruf ini mencakup lembaga pemerintahan Indonesia dan lembaga pemerintahan asing.

b. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek.

Bagian Ketiga Verifikasi Dokumen 22 Pasal 22

14/27/PBI/2012 Ayat (1)

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.C No. 4 Pasal 22 14/27/PBI/2012 Ayat (2) – (6)

(1) Bank wajib meneliti kebenaran dokumen pendukung dan melakukan verifikasi terhadap dokumen pendukung yang memuat informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 dan Paragraf 18 ayat (1) berdasarkan dokumen dan/atau sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya dan independen serta memastikan bahwa data tersebut adalah data terkini. Untuk memastikan kebenaran identitas Nasabah perseorangan, dokumen identitas hendaknya merupakan dokumen yang mencantumkan foto diri yang diterbitkan oleh pihak yang berwenang dengan jangka waktu yang masih berlaku.

Untuk memastikan bahwa Calon Nasabah tidak memiliki rekam jejak negatif, Bank melakukan verifikasi identitas Calon Nasabah dengan sumber independen lainnya, antara lain sebagai berikut: a. Daftar Teroris dan/atau Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris

yang diterbitkan oleh Kepolisian Republik Indonesia; b. Daftar Hitam Nasional (DHN); dan/atau c. Data lainnya yang dimiliki Bank.

(2) Bank dapat melakukan wawancara dengan calon Nasabah untuk

meneliti dan meyakini keabsahan dan kebenaran dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Dalam hal terdapat keraguan, Bank wajib meminta kepada calon Nasabah untuk memberikan lebih dari satu dokumen identitas yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang, untuk memastikan kebenaran identitas Calon Nasabah. Yang dimaksud dengan lebih dari satu dokumen identitas misalnya selain Kartu Tanda Penduduk adalah paspor atau Surat Izin Mengemudi

(4) Bank wajib menyelesaikan proses verifikasi identitas calon Nasabah dan Beneficial Owner sebelum membina hubungan usaha dengan calon Nasabah atau sebelum melakukan transaksi dengan WIC.

(5) Dalam kondisi tertentu Bank dapat melakukan hubungan usaha sebelum proses verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) selesai.

Yang dimaksud dengan kondisi tertentu antara lain: a. kelengkapan dokumen tidak dapat dipenuhi pada saat hubungan

usaha akan dilakukan misalnya karena dokumen masih dalam proses

Page 28: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

19

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

pengurusan; dan b. apabila tingkat risiko Calon Nasabah tergolong rendah.

(6) Proses verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib diselesaikan paling lambat: a. untuk nasabah perorangan, 14 (empat belas) hari kerja setelah

dilakukannya hubungan usaha. b. untuk nasabah perusahaan, 90 (sembilan puluh) hari kerja setelah

dilakukannya hubungan usaha bagi Calon Nasabah.

Bagian Keempat CDD yang Lebih Sederhana 23 Pasal 23

14/27/PBI/2012

(1) Bank dapat menerapkan prosedur CDD yang lebih sederhana dari prosedur CDD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14, Paragraf 15, Paragraf 16, Paragraf 17, Paragraf 18, dan Paragraf 20 terhadap Calon Nasabah atau transaksi yang tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau pendanaan terorisme tergolong rendah dan memenuhi kriteria antara lain sebagai berikut:

Dalam hal ini termasuk tingkat risiko negara asal Nasabah.

a. tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran dan penerimaan gaji; Rekening yang dimaksud dalam huruf ini adalah rekening milik perusahaan yang digunakan hanya untuk pembayaran gaji karyawan perusahaan tersebut secara periodik dan/atau rekening karyawan yang digunakan hanya untuk menerima gaji dari pemberi kerja.

b. Calon Nasabah berupa perusahaan publik yang tunduk pada peraturan tentang kewajiban untuk mengungkapkan kinerjanya; Perusahaan publik yang dimaksudkan dalam huruf ini adalah perusahaan yang terdaftar pada bursa efek dimana informasi tentang identitas perusahaan dan Beneficial Owner perusahaan tersebut dipublikasikan kepada masyarakat.

c. Calon Nasabah perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah;

d. Calon Nasabah berupa Lembaga Pemerintahan atau Instansi Pemerintah; atau

e. transaksi pencairan cek yang dilakukan oleh WIC perusahaan f. tujuan pembukaan rekening terkait dengan program Pemerintah

dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan; atau

Program Pemerintah yang dimaksud dalam huruf ini antara lain program Pemerintah untuk tujuan sosial, bantuan layanan tunai dan gerakan Indonesia menabung.

g. jumlah setoran awal paling besar Rp50.000,00 (lima puluh ribu

Page 29: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

20

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

rupiah), maksimum saldo pada akhir bulan paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), dan maksimum transaksi dalam 1 (satu) bulan sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

(2) Terhadap Calon Nasabah yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank wajib meminta informasi dengan ketentuan sebagai berikut : a. bagi Calon Nasabah perorangan yang memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank wajib meminta informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (1) huruf a angka 1) huruf a), huruf b), huruf c), dan huruf d);

b. bagi Calon Nasabah perusahaan atau Lembaga Pemerintahan atau instansi Pemerintah yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, Bank wajib meminta informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (1) huruf b angka 1) dan angka 4)

c. bagi WIC perusahaan yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, Bank wajib meminta informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (1) huruf b angka 1) dan angka 4); dan

d. bagi Calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dan huruf g, Bank wajib meminta informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (1) huruf a angka 1) huruf a), huruf c), huruf d), dan huruf f).

(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib didukung dengan:

a. dokumen identitas sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 15, bagi Calon Nasabah perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a;

b. dokumen identitas perusahaan ditambah dengan spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak-pihak yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama perusahaan dalam melakukan hubungan usaha dengan Bank bagi Calon Nasabah perusahaan yang tergolong usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e;

c. dokumen identitas perusahaan dan dokumen identitas anggota direksi yang berwenang mewakili perusahaan untuk melakukan hubungan usaha dengan Bank bagi Calon Nasabah perusahaan yang tidak tergolong usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e; atau

d. dokumen lainnya sebagai pengganti dokumen identitas yang dapat memberikan keyakinan kepada Bank tentang profil Calon Nasabah tersebut, dan spesimen tanda tangan, bagi Calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dan huruf g.

Dokumen lainnya sebagai pengganti dokumen identitas antara lain :

a. Kartu pengenal yang dikeluarkan oleh pemerintah yang

Page 30: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

21

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.C No. 6 – 7

mencantumkan foto diri seperti kartu peserta program yang dikeluarkan oleh Pemerintah;

b. dokumen identitas dan surat referensi dari Nasabah lain yang mengenal profil Calon Nasabah;

c. surat referensi dari Kelurahan atau Kepala Desa dimana Calon Nasabah berdomisili yang mencantumkan foto diri; atau

d. kartu tanda pelajar bagi Calon Nasabah Perorangan yang belum memenuhi syarat untuk memiliki KTP yang disertai dengan dokumen identitas dan surat persetujuan dari orangtua atau pihak lainyang bertanggungjawab terhadap Calon Nasabah tersebut.

(4) Prosedur CDD yang lebih sederhana sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tidak berlaku apabila terdapat dugaan terjadi transaksi Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme.

(5) Bank wajib membuat dan menyimpan daftar Nasabah yang mendapat perlakuan CDD yang lebih sederhana.

Daftar yang dibuat antara lain memuat informasi mengenai alasan penetapan risiko sehingga digolongkan sebagai risiko rendah.

(6) Dalam hal penggunaan rekening tidak sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau jumlah maksimum saldo dan/atau maksimum transaksi Nasabah melebihi batasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g maka Bank wajib melakukan prosedur CDD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (1) huruf a dan Paragraf 15 terhadap Nasabah yang bersangkutan.

(7) Nasabah yang telah mendapatkan perlakuan CDD yang lebih sederhana

(CDD sederhana) harus dikeluarkan dari daftar Nasabah CDD sederhana apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. diindikasikan terkait dengan pencucian uang atau pendanaan

terorisme; b. tidak sesuai dengan tujuan awal pembukaan rekening yaitu hanya

untuk pembayaran atau penerimaan gaji; atau c. saldo pada akhir bulan melebihi Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)

dan transaksi dalam 1 (satu) bulan melebihi Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

(8) Terhadap Nasabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) harus mendapatkan perlakuan CDD atau EDD dengan prosedur sebagaimana berlaku pada Nasabah biasa dan dilaporkan dalam LTKM apabila transaksi diindikasikan terkait dengan pencucian uang atau pendanaan terorisme.

Bagian Kelima Penutupan Hubungan Usaha atau Penolakan Transaksi 24 Pasal 24

14/27/PBI/2012 Ayat (1) – (3)

(1) Bank wajib menolak melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah dan/atau melaksanakan transaksi dengan WIC, dalam hal Calon Nasabah atau WIC:

Page 31: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

22

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.C No. 5 Pasal 24 14/27/PBI/2012 Ayat (4) – (6)

a. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 12, Paragraf 14, Paragraf 15, Paragraf 16, Paragraf 17, Paragraf 18 dan Paragraf 20;

b. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen palsu; c. menyampaikan informasi yang diragukan kebenarannya; dan/atau d. berbentuk Shell Bank atau Bank yang mengizinkan rekeningnya

digunakan oleh Shell Bank. Yang dimaksud dengan “shell bank” adalah Bank yang tidak mempunyai kehadiran secara fisik (physical presence) di wilayah hukum Bank tersebut didirikan dan memperoleh izin, dan tidak berafiliasi dengan kelompok usaha jasa keuangan yang menjadi subyek pengawasan terkonsolidasi yang efektif.

(2) Bank wajib menolak transaksi, membatalkan transaksi, dan/atau menutup hubungan usaha dengan Nasabah dalam hal: a. kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi; dan/ atau b. memiliki sumber dana transaksi yang diketahui dan/atau patut

diduga berasal dari hasil tindak pidana. (3) Bank tetap wajib menyelesaikan proses identifikasi dan verifikasi

terhadap identitas Calon Nasabah atau WIC dan Benefical Owner, dalam hal penolakan hubungan usaha dengan Calon Nasabah dan/atau penolakan transaksi dengan WIC berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf b dan huruf c. Kewajiban Bank untuk tetap melakukan proses identifikasi dan verifikasi terhadap identitas Calon Nasabah atau WIC dan Beneficial Owner dimaksudkan untuk kepentingan pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada PPATK. Terhadap Calon Nasabah, WIC, atau Beneficial Owner yang hubungan usaha atau transaksinya ditolak, Bank harus memperoleh informasi paling kurang adalah nama, nomor identitas, alamat dan tempat tanggal lahir sesuai dengan salinan dokumen identitas yang diperoleh Bank untuk kepentingan pelaporan LTKM.

(4) Bank wajib mendokumentasikan calon Nasabah, Nasabah, atau WIC

yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(5) Bank wajib melaporkan Calon Nasabah atau WIC sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dalam laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan apabila transaksinya mencurigakan.

(6) Kewajiban Bank untuk menolak, membatalkan dan/atau menutup hubungan usaha dengan Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dicantumkan dalam perjanjian pembukaan rekening dan diberitahukan kepada Nasabah

25 Pasal 25 14/27/PBI/2012 Ayat (1)

(1) Dalam hal dilakukan penutupan hubungan usaha sebagaimana dimaksud pada Paragraf 24 ayat (2), Bank wajib memberitahukan secara tertulis kepada Nasabah mengenai penutupan hubungan usaha

Page 32: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

23

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.D

tersebut. Pemberitahuan dapat dilakukan secara tertulis yang ditujukan kepada

Nasabah sesuai dengan alamat yang tercantum dalam database Bank atau diumumkan melalui media cetak, media elektronik maupun media lainnya.

(2) Penolakan atau pembatalan transaksi terhadap rekening Nasabah

penerima yang digunakan untuk menampung hasil kejahatan dapat disertai dengan pengembalian dana kepada Nasabah pengirim apabila memenuhi syarat sebagai berikut: a. terdapat laporan dari Nasabah pengirim kepada Bank Pengirim

dengan dilengkapi dokumen pendukung laporan tersebut seperti laporan kepada Kepolisian;

b. identitas Nasabah penerima diketahui dan/atau patut diduga palsu; c. masih terdapat sisa dana di rekening Nasabah penerima; d. transaksi dari rekening Nasabah pengirim dilakukan melalui transfer

dana; e. dana yang tersimpan pada rekening Nasabah penerima baik sebagian

maupun seluruhnya adalah berasal dari rekening Nasabah pengirim; f. rekening atau saldo dana dalam rekening Nasabah penerima tidak

sedang dalam status diblokir atau disita oleh instansi yang berwenang;

g. terdapat klausula dalam perjanjian pembukaan rekening mengenai kewajiban Bank untuk menolak transaksi, membatalkan transaksi, dan/atau menutup hubungan usaha dengan Nasabah; dan/atau

h. pengembalian dana melalui proses pendebetan dana dari rekening Nasabah penerima untuk dikreditkan kembali ke rekening Nasabah pengirim.

(3) Prosedur pengembalian dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

adalah apabila: a. hanya terdapat 1 (satu) Nasabah pengirim yang mengajukan

permohonan pengembalian dana maka dana yang dikembalikan kepada Nasabah pengirim adalah sebesar dana milik Nasabah pengirim yang masih ada pada rekening Nasabah penerima; atau

b. terdapat lebih dari 1 (satu) Nasabah pengirim yang mengajukan permohonan pengembalian dana maka dalam hal dana yang terdapat pada rekening penerima diyakini oleh Bank: 1) berasal dari beberapa Nasabah pengirim dan jumlah dananya

mencukupi untuk pengembalian dana kepada semua Nasabah pengirim maka Bank dapat mengembalikan dana tersebut;

2) hanya berasal dari sebagian Nasabah pengirim maka Bank hanya akan mengembalikan dana kepada sebagian Nasabah pengirim yang diyakini Bank sebagai sumber atas dana pada rekening Nasabah penerima;

3) berasal dari semua Nasabah pengirim dan jumlah dananya tidak mencukupi untuk pengembalian dana kepada semua Nasabah pengirim maka pengembalian dana hanya dilakukan berdasarkan kesepakatan para Nasabah pengirim. Apabila tidak tercapai

Page 33: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

24

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 25 14/27/PBI/2012 Ayat (2)

kesepakatan, pengembalian dana dilakukan berdasarkan pada Putusan Pengadilan yang sudah berkekuatan hokum tetap yang memerintahkan Bank untuk mengembalikan dana kepada pihak yang berhak; atau

4) berasal dari sebagian Nasabah pengirim dan jumlah dananya tidak mencukupi untuk pengembalian dana kepada sebagian Nasabah pengirim maka pengembalian dana hanya dilakukan kepada masingmasing Nasabah pengirim yang diyakini Bank dananya masih ada pada rekening Nasabah penerima berdasarkan kesepakatan para Nasabah pengirim tersebut. Apabila tidak tercapai kesepakatan, pengembalian dana dilakukan berdasarkan pada Putusan Pengadilan yang sudah berkekuatan hokum tetap yang memerintahkan Bank untuk mengembalikan dana kepada pihak yang berhak.

Pada saat telah terjadi pengembalian dana kepada Nasabah pengirim, Bank Pengirim membuat Berita Acara Pengembalian Dana yang ditandatangani oleh pejabat Bank Pengirim dan Nasabah pengirim.

(4) Prosedur pengembalian dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak berlaku terhadap Nasabah penerima dan/atau Nasabah pengirim yang namanya tercantum dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.

(5) Dalam hal setelah dilakukan pemberitahuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Nasabah tidak mengambil sisa dana yang tersimpan di Bank maka penyelesaian terhadap sisa dana Nasabah yang tersimpan di Bank dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan “penyelesaian terhadap sisa dana Nasabah” antara lain berupa penyerahan sisa dana kepada Balai Harta Peninggalan.

Bagian Keenam Politically Exposed Person dan Area Berisiko Tinggi 26 Pasal 26

14/27/PBI/2012 Ayat (1) SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.E No. 1 Pasal 26 14/27/PBI/2012 Ayat (2) – (6)

(1) Bank wajib memastikan adanya Nasabah dan Beneficial Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi atau PEP. Penetapan penggolongan berisiko tinggi dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan PPATK yang mengatur mengenai pedoman identifikasi produk, nasabah, usaha, dan negara berisiko tinggi bagi penyedia jasa keuangan dan pedoman mengenai identifikasi transaksi keuangan mencurigakan terkait pendanaan terorisme bagi penyedia jasa keuangan. Dalam menetapkan tingkat risiko Nasabah, jasa, dan produk Bank, Bank berpedoman pula pada referensi lainnya yang diterbitkan oleh otoritas berwenang atau yang telah menjadi international best practice.

(2) Nasabah dan Beneficial Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi

atau PEP dibuat dalam daftar tersendiri.

Page 34: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

25

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pembuatan daftar tersendiri ditujukan untuk memudahkan identifikasi dan pemantauan.

(3) Dalam hal Nasabah atau Beneficial Owner tergolong berisiko tinggi atau PEP, Bank wajib melakukan: a. EDD secara berkala paling kurang berupa analisis terhadap

informasi mengenai Nasabah atau Beneficial Owner, sumber dana, tujuan transaksi, dan hubungan usaha dengan pihak-pihak yang terkait; dan

b. pemantauan yang lebih ketat terhadap Nasabah atau Beneficial Owner. Yang dimaksud dengan “pemantauan yang lebih ketat” adalah proses pemantauan yang dilakukan oleh Bank secara berkala dengan frekuensi yang lebih tinggi atas transaksi yang dilakukan oleh Nasabah. Dalam menetapkan frekuensi yang lebih tinggi tersebut, Bank dapat menetapkan klasifikasi high risk lebih lanjut sesuai dengan profil Nasabah atau Beneficial Owner yang bersangkutan.

(4) Kewajiban Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberlakukan pula terhadap Nasabah atau WIC yang: a. menggunakan produk perbankan yang berisiko tinggi untuk

digunakan sebagai sarana pencucian uang atau pendanaan teroris; Produk perbankan yang berisiko tinggi antara lain transfer dana, private banking, internet banking.

b. melakukan transaksi dengan pihak yang berasal dari negara berisiko tinggi;

Negara berisiko tinggi antara lain negara yang diidentifikasikan sebagai Tax Heaven Country .

c. melakukan transaksi tidak sesuai dengan profil; atau d. merupakan pihak yang terkait dengan PEP.

Yang dimaksud dengan “pihak yang terkait dengan PEP” adalah: a. Perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh PEP; b. anggota keluarga PEP sampai dengan derajat kedua; dan/atau c. Pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik

mempunyai hubungan dekat dengan PEP.

(5) Dalam hal Bank akan melakukan hubungan usaha dengan calon Nasabah yang tergolong berisiko tinggi atau PEP, Bank wajib menunjuk pejabat senior yang bertanggung jawab atas hubungan usaha dengan calon Nasabah tersebut. Yang dimaksud dengan “pejabat senior” adalah Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai bank umum, telah memiliki pengetahuan dan/atau

Page 35: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

26

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.E No. 2 – 3

pengalaman mengenai anti pencucian uang atau pencegahan pendanaan terorisme misalnya kepala divisi atau kepala bagian di kantor pusat Bank atau pimpinan di kantor cabang Bank.

(6) Pejabat senior sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berwenang untuk: a. memberikan persetujuan atau penolakan terhadap calon Nasabah

yang tergolong berisiko tinggi atau PEP; dan b. membuat keputusan untuk meneruskan atau menghentikan

hubungan usaha dengan Nasabah atau Beneficial Owner yang tergolong berisiko tinggi atau PEP.

Dalam hal ini khususnya terhadap Nasabah yang statusnya mengalami perubahan dari Nasabah biasa menjadi PEP termasuk Nasabah yang baru teridentifikasi sebagai PEP.

(7) Dalam hal terdapat Nasabah atau WIC yang menggunakan produk

dan/atau jasa yang berisiko tinggi maka transaksi yang dilakukan akan memenuhi kriteria sebagai risiko tinggi apabila jumlah transaksi yang dilakukan tidak sesuai dengan profil Nasabah atau WIC.

(8) Beberapa aktivitas atau produk Bank yang berisiko tinggi untuk digunakan sebagai sarana untuk pencucian uang atau pendanaan teroris adalah: a. Penitipan dengan pengelolaan (trust) Bank yang melakukan trust

wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) Bank melakukan EDD terhadap:

a) pihak yang memiliki dan menitipkan pengelolaan hartanya (settlor); dan

b) pihak yang menerima manfaat dari harta yang dititipkan (beneficiary).

Dalam hal settlor juga bertindak sebagai beneficiary maka EDD dilakukan hanya pada settlor atau beneficiary dengan menjelaskan bahwa settlor dan beneficiary adalah pihak yang sama.

2) Bank meminta informasi kepada settlor dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku bagi Calon Nasabah perusahaan.

3) Bank meminta informasi kepada beneficiary paling kurang mencakup: a) jenis informasi dengan berpedoman pada ketentuan yang

berlaku bagi Calon Nasabah perorangan atau Calon Nasabah perusahaan;

b) nomor rekening beneficiary; dan c) nama bank yang menerima pemindahan dana dari rekening

settlor. 4) Dalam hal bank yang menerima pemindahan dana dari rekening

settlor pada Bank yang berada di luar negeri maka harus memenuhi persyaratan: a) memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan yang

berlaku;dan b) berkedudukan di negara yang tidak tergolong berisiko tinggi.

5) Dalam hal bank yang menerima pemindahan dana dari rekening

Page 36: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

27

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

settlor pada Bank yang berada di negara yang tergolong berisiko tinggi maka harus memenuhi persyaratan: a) berada dalam kelompok usaha yang sama dengan Bank tempat

settlor tercatat, yaitu pemegang saham pengendali antara bank tempat settlor tercatat dengan bank yang menerima pemindahan dana dari rekening settlor adalah sama; dan

b) kelompok usaha tersebut telah menjalankan CDD, penatausahaan dokumen, dan Program APU dan PPT secara efektif sesuai dengan Rekomendasi Financial Action Task Force (FATF).

b. Kartu kredit

Bagi Bank yang menyediakan produk kartu kredit melalui program member get member, maka proses EDD yang dilakukan termasuk: 1) memastikan bahwa dokumen pendukung yang memuat identitas

Calon Nasabah telah dilegalisir oleh lembaga yang berwenang; 2) transaksi pembayaran dengan Bank untuk pertama kalinya secara

tunai di Bank penerbit kartu kredit yang berkedudukan di Indonesia.

Bagian Ketujuh Pelaksanaan CDD oleh Pihak Ketiga 27 Pasal 27

14/27/PBI/2012 (1) Bank dapat menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak

ketiga terhadap calon Nasabahnya yang telah menjadi nasabah pada pihak ketiga tersebut.

(2) Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus merupakan lembaga keuangan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Prosedur CDD antara lain mencakup identifikasi dan verifikasi Calon Nasabah.

b. memiliki kerja sama dengan Bank dalam bentuk kesepakatan tertulis; c. tunduk pada pengawasan dari otoritas berwenang sesuai dengan

ketentuan yang berlaku; d. bersedia memenuhi permintaan informasi dan salinan dokumen

pendukung apabila sewaktu-waktu dibutuhkan oleh Bank dalam rangka pelaksanaan program APU dan PPT; dan

Informasi yang dimaksudkan dalam huruf ini paling kurang berupa informasi mengenai nama lengkap sesuai dengan yang tercantum pada kartu identitas, alamat atau tempat dan tanggal lahir, nomor kartu identitas, dan kewarganegaraan dari Calon Nasabah.

e. berkedudukan di negara yang tidak tergolong berisiko tinggi. Untuk mengetahui tingkat risiko suatu negara antara lain dapat dilihat di laman www.fatf-gafi.org atau www.apgml.org

(3) Dalam Dalam hal pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berkedudukan di negara yang tergolong berisiko tinggi maka pihak

Page 37: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

28

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

ketiga tersebut wajib memenuhi kriteria: a. berada dalam kelompok usaha yang sama dengan Bank; dan b. kelompok usaha tersebut telah menjalankan CDD, penatausahaan

dokumen, dan program APU dan PPT secara efektif sesuai dengan Rekomendasi FATF.

(4) Bank wajib melakukan identifikasi dan verifikasi atas hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Tanggung jawab akhir atas hasil identifikasi dan verifikasi Calon Nasabah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Bank.

(5) Bank yang menggunakan hasil CDD dari pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab untuk melaksanakan penatausahaan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 41

28 Pasal 28 14/27/PBI/2012

(1) Dalam hal Bank bertindak sebagai agen penjual produk lembaga keuangan lainnya, Bank wajib memenuhi permintaan informasi hasil CDD dan salinan dokumen pendukung apabila sewaktu-waktu dibutuhkan oleh lembaga keuangan lainnya tersebut dalam rangka pelaksanaan program APU dan PPT.

(2) Tata cara pemenuhan permintaan informasi hasil CDD dan salinan dokumen pendukung sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam perjanjian kerja sama antara Bank dengan lembaga keuangan lainnya tersebut.

Bagian Kedelapan Pengkinian dan Pemantauan 29 Pasal 29

14/27/PBI/2012 (1) Bank wajib melakukan pengkinian data terhadap informasi dan

dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14, Paragraf 15, Paragraf 16, Paragraf 17, Paragraf 18, dan Paragraf 20 serta menatausahakannya. Pengkinian terhadap dokumen identitas antara lain dilakukan apabila terdapat transaksi keuangan yang memenuhi kriteria sebagai transaksi keuangan mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

(2) Dalam melakukan pengkinian data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank wajib: a. melakukan pemantauan terhadap informasi dan dokumen Nasabah; b. menyusun laporan rencana pengkinian data; dan c. menyusun laporan realisasi pengkinian data.

Laporan kegiatan pengkinian data meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Yang dimaksud dengan “data kuantitatif” antara lain berupa statistic jumlah Nasabah yang datanya telah atau belum dikinikan. Yang dimaksud dengan “data kualitatif” antara lain berupa kendala, upaya yang telah dilakukan Bank serta kemajuan (progress) dari upaya

Page 38: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

29

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

tersebut. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c

wajib mendapat persetujuan dari Direksi.

30 Pasal 30 14/27/PBI/2012

(1) Bank wajib memelihara database Daftar Teroris yang diterima dari Bank Indonesia setiap 6 (enam) bulan berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Yang dimaksud dengan Daftar Teroris adalah daftar nama-nama teroris yang tercatat pada Resolusi Dewan Keamanan PBB 1267. Bank dapat secara aktif mengkinikan Daftar Teroris berdasarkan database Daftar Teroris yang dipublikasikan melalui media internet seperti website PBB http://www.un.org/sc/committees/1267/consolist.shtml atau sumber lain yang lazim digunakan

(2) Bank wajib memastikan secara berkala nama-nama Nasabah Bank yang

memiliki kesamaan atau kemiripan dengan nama yang tercantum dalam database Daftar Teroris.

(3) Dalam hal terdapat kemiripan nama Nasabah dengan nama yang tercantum dalam database Daftar Teroris, Bank wajib memastikan kesesuaian identitas Nasabah tersebut dengan informasi lain yang terkait. Yang dimaksud dengan informasi lainnya antara lain tempat tanggal lahir dan alamat Nasabah.

(4) Dalam hal terdapat kesamaan nama Nasabah dan kesamaan informasi lainnya dengan nama yang tercantum dalam database Daftar Teroris, Bank wajib melaporkan Nasabah tersebut dalam laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan.

Yang dimaksud dengan nama Nasabah adalah termasuk nama alias dari Nasabah. Informasi lainnya antara lain tempat tanggal lahir dan alamat.

31 Pasal 31

14/27/PBI/2012 (1) Bank wajib melakukan pemantauan secara berkesinambungan untuk

mengidentifikasi kesesuaian antara transaksi Nasabah dengan profil Nasabah dan menatausahakan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 41.

(2) Bank wajib melakukan analisis terhadap seluruh transaksi yang tidak sesuai dengan profil Nasabah. Yang dimaksud dengan transaksi yang tidak sesuai dengan profil Nasabah adalah transaksi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undanganan yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

(3) Bank dapat meminta informasi tentang latar belakang dan tujuan

Page 39: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

30

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai dengan profil Nasabah, dengan memperhatikan ketentuan anti tipping-off sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

(4) Bank wajib melakukan pemantauan yang berkesinambungan terhadap hubungan usaha/transaksi dengan Nasabah yang berasal dari negara yang berisiko tinggi dan/ atau Bank yang berkedudukan di negara yang berisiko tinggi. Informasi mengenai Negara yang berisiko tinggi antara lain dapat dilihat pada informasi yang dipublikasikan oleh otoritas di luar negeri yang berwenang seperti Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF), Asia Pasific Group on Money Laundering (APG), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan lain-lain.

32 Pasal 32 14/27/PBI/2012

Bank wajib melakukan CDD terhadap Nasabah sesuai dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based Approach) apabila: Yang dimaksud dengan “pendekatan berdasarkan risiko” adalah pendekatan yang mempertimbangkan tingkat materialitas dan risiko. a. terdapat peningkatan nilai transaksi yang signifikan; b. terdapat perubahan profil nasabah yang bersifat signifikan; c. informasi pada profil nasabah yang tersedia dalam Customer

Identification File belum dilengkapi dengan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 15, Paragraf 16, Paragraf 17 ayat (2), Paragraf 18 ayat (2), dan Paragraf 20; dan/atau

d. menggunakan rekening anonim atau rekening yang menggunakan nama fiktif.

Bagian Kesembilan

Cross Border Corresponent Banking

33 Pasal 33 14/27/PBI/2012

(1) Sebelum menyediakan jasa Cross-border Correspondent Banking, Bank wajib meminta informasi mengenai: a. profil calon Bank Penerima dan/atau Bank Penerus;

Informasi mengenai profil Bank Penerima dan/atau Bank Penerus antara lain mencakup susunan anggota Direksi dan Dewan Komisaris, kegiatan usaha, dan produk hasil usaha.

b. reputasi Bank Penerima dan/atau Bank Penerus berdasarkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan Dalam meneliti reputasi Bank Penerima dan/atau Bank Penerus, Bank perlu meneliti reputasi yang bersifat negatif, misalnya sanksi yang pernah dikenakan oleh otoritas kepada Bank Penerima dan/atau Bank Penerus terkait dengan pelanggaran ketentuan otoritas termasuk ketentuan yang terkait dengan rekomendasi FATF, atau Bank Penerima dan/atau Bank Penerus sedang dalam proses penyidikan dan/atau pembinaan oleh otoritas yang berwenang terkait dengan pencucian uang atau pendanaan

Page 40: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

31

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

terorisme.

c. tingkat penerapan program APU dan PPT di negara tempat kedudukan Bank Penerima dan/atau Bank Penerus; dan Tingkat penerapan program APU dan PPT suatu negara dapat dilihat dari tingkat risiko negara tempat kedudukan Bank tersebut yang dikeluarkan oleh FATF atau Asia Pacific Group on Money Laundering (APG) terhadap kemungkinan terjadinya pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme.

d. informasi relevan lain yang diperlukan Bank untuk mengetahui profil calon Bank Penerima dan/atau Bank Penerus.

Yang dimaksud dengan “informasi relevan lain”antara lain informasi mengenai: a. kepemilikan, pengendalian, dan struktur manajemen, untuk

memastikan apakah terdapat PEP dalam susunan kepemilikan atau sebagai pengendali;

b. posisi keuangan Bank Penerima dan/atau Bank Penerus; dan c. profil perusahaan induk dan anak perusahaan.

(2) Sumber informasi untuk memastikan huruf a, huruf b. huruf c dan huruf d berdasarkan informasi publik yang memadai yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh otoritas yang berwenang. Otoritas di dalam negeri yang berwenang seperti PPATK dan Bank Indonesia, sedangkan otoritas di luar negeri yang berwenang seperti Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF), Asia Pasific Group on Money Laundering(APG), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan lain-lain.

(3) Bank wajib menunjuk pejabat senior yang bertanggung jawab atas hubungan usaha dengan calon Bank Penerima dan/atau Bank Penerus. Yang dimaksud dengan “pejabat senior” adalah Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai bank umum dan telah memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman mengenai anti pencucian uang atau pencegahan pendanaan terorisme, misalnya kepala divisi atau kepala bagian di kantor pusat Bank atau pimpinan di kantor cabang Bank.

34 Pasal 34 14/27/PBI/2012

Bank wajib melakukan CDD terhadap Bank Penerima dan/atau Bank Penerus yang disesuaikan dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based Approach) apabila: a. terdapat perubahan profil Bank Penerima dan/atau Bank Penerus yang

bersifat substansial; dan/atau b. informasi pada profil Bank Penerima dan/atau Bank Penerus yang

tersedia belum dilengkapi dengan informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 33 ayat (1).

Page 41: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

32

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

35 Pasal 35 14/27/PBI/2012

Dalam hal terdapat nasabah yang mempunyai akses terhadap Payable Through Account dalam jasa Cross Border Correspondent Banking, Bank Pengirim wajib memastikan: Payable Through Account adalah rekening koresponden yang digunakan secara langsung oleh pihak ketiga untuk melakukan transaksi atas nama pihak ketiga tersebut. a. Bank Penerima dan/atau Bank Penerus telah melaksanakan proses

CDD dan pemantauan yang memadai yang paling kurang sama dengan yang diatur dalam ketentuan ini; dan

b. Bank Penerima dan/atau Bank Penerus bersedia untuk menyediakan data identifikasi Nasabah yang terkait, apabila diminta oleh Bank Pengirim.

36 Pasal 36 14/27/PBI/2012

Bank Pengirim yang menyediakan jasa Cross Border Correspondent Banking wajib: a. mendokumentasikan seluruh transaksi Cross Border Correspondent

Banking; Yang dimaksud kegiatan dokumentasi adalah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 41 ketentuan ini.

b. menolak untuk berhubungan dan/atau meneruskan hubungan Cross Border Correspondent Banking dengan Shell Bank; dan Yang dimaksud dengan “shell bank” adalah Bank yang tidak mempunyai kehadiran secara fisik (physical presence) di wilayah hukum Bank tersebut didirikan dan memperoleh izin, dan tidak berafiliasi dengan kelompok usaha jasa keuangan yang menjadi subyek pengawasan terkonsolidasi yang efektif.

c. memastikan bahwa Bank Penerima dan/atau Bank Penerus tidak mengijinkan rekeningnya digunakan oleh Shell Bank pada saat mengadakan hubungan usaha terkait dengan Cross Border Correspondent Banking.

Bagian Kesepuluh Transfer Dana 37 Pasal 37

14/27/PBI/2012 Ayat (1) a

(1) Bagi Bank yang melakukan kegiatan transfer dana baik di dalam wilayah Indonesia maupun secara lintas negara berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Bank Pengirim wajib:

Yang dimaksud dengan “Bank Pengirim” termasuk pula Bank yang melakukan kegiatan usaha sebagai agen dari penyelenggara kegiatan pengiriman uang.

1) memperoleh informasi dan melakukan identifikasi serta verifikasi

Page 42: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

33

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 37 14/27/PBI/2012 Ayat (1) b

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.F No. 3 Pasal 37 14/27/PBI/2012 Ayat (1) c SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.F No. 4

terhadap Nasabah/WIC pengirim dan/atau Nasabah/WIC penerima, paling kurang meliputi: a) nama Nasabah atau WIC pengirim; b) nomor rekening Nasabah pengirim; c) alamat Nasabah atau WIC pengirim; d) nomor dokumen identitas, nomor identifikasi, atau tempat

dan tanggal lahir dari Nasabah atau WIC pengirim; Yang dimaksud dengan “nomor identifikasi” antara lain

nomor yang secara unik mengidentifikasikan Nasabah/WIC pengirim dari Bank Pengirim dengan data informasi yang dikelola oleh Bank Pengirim. Dalam hal ini, nomor identifikasi berbeda dengan nomor transaksi.

e) sumber dana Nasabah atau WIC pengirim f) nama Nasabah atau WIC penerima; g) nomor rekening Nasabah penerima; h) alamat WIC penerima; i) jumlah uang dan jenis mata uang; dan j) tanggal transaksi;

2) menyampaikan informasi sebagaimana dimaksud pada angka 1) kepada Bank Penerima; dan

3) mendokumentasikan seluruh transaksi transfer dana.

Yang dimaksud dengan “kegiatan dokumentasi” adalah kegiatan dokumentasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 41 ketentuan ini.

b. Bank Penerus wajib meneruskan pesan dan perintah transfer dana,

serta menatausahakan informasi yang diterima dari Bank Pengirim.

Yang dimaksud dengan “informasi” adalah informasi mengenai pihak yang pertama kali mengeluarkan perintah transfer dana. Dalam menatausahakan informasi yang diterima, Bank Penerus harus memastikan kelengkapan informasi mengenai Nasabah atau WIC pengirim dan Nasabah atau WIC penerima terhadap transaksi transfer dana ke luar wilayah Indonesia dengan pola straight-through processing.

c. Bank Penerima wajib memastikan kelengkapan informasi Nasabah pengirim dan WIC pengirim sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1). dan Nasabah atau WIC penerima dalam transaksi transfer dana dari luar wilayah Indonesia baik pada saat transaksi dilakukan (real-time monitoring) maupun setelah transaksi dilakukan (post-event monitoring).

Page 43: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

34

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 37 14/27/PBI/2012 Ayat (2) SE 15/21/DPNP 2013 Romawi III.F No. 2

(2) Untuk kegiatan transfer dana di dalam wilayah Indonesia, Bank Pengirim wajib menyampaikan secara tertulis informasi yang dibutuhkan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja berdasarkan permintaan tertulis dari Bank Penerima, dan/atau dari otoritas yang berwenang, apabila Bank Penerima hanya memperoleh informasi nomor rekening atau nomor referensi transaksi.

Informasi atau permintaan tertulis dapat berupa surat yang ditandatangani maupun informasi atau permintaan yang disampaikan melalui media eletronik lainnya. Otoritas yang berwenang dalam ayat ini termasuk otoritas penegak hukum dengan memperhatikan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kerahasiaan Bank.

(3) Dalam hal kegiatan transfer dana memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Tujuan transfer dana di luar wilayah Republik Indonesia; dan b. Terdapat transaksi transfer dana yang dilakukan oleh beberapa

Nasabah atau WIC pengirim dari pengirim yang sama dalam bentuk batch file transmission;

maka Bank Pengirim wajib memperoleh informasi mengenai masing-masing Nasabah atau WIC penerima sebagai berikut: a. nama Nasabah atau WIC penerima; dan b. nomor rekening Nasabah penerima atau alamat WIC penerima

38 Pasal 38 14/27/PBI/2012

Ketentuan dalam Paragraf 37 dikecualikan terhadap: a. transfer dana yang menggunakan kartu debet, kartu ATM maupun

kartu kredit. b. transfer dana yang dilakukan antar penyedia jasa keuangan dan untuk

kepentingan penyedia jasa keuangan dimaksud.

Penyedia jasa keuangan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

39 Pasal 39 14/27/PBI/2012

(1) Dalam hal informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 37 ayat (1) huruf a angka 1) tidak dipenuhi maka Bank Pengirim wajib menolak untuk melaksanakan transfer dana.

(2) Dalam hal Bank Penerus dan/atau Bank Penerima menerima perintah transfer dari Bank Pengirim di luar negeri yang tidak dilengkapi dengan informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 37 ayat (1) huruf a angka 1) maka Bank Penerus dan/atau Bank Penerima dapat:

Yang dimaksud dengan “tindak lanjut yang memadai” antara lain melakukan pemantauan yang lebih ketat, melaporkan sebagai Transaksi Keuangan yang Mencurigakan.

a. melaksanakan transfer dana; b. menolak untuk melaksanakan transfer dana; atau c. menunda transaksi transfer dana,

Page 44: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

35

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

disertai dengan tindak lanjut yang memadai.

40 Pasal 40 14/27/PBI/2012

Dalam hal terdapat transfer dana yang memenuhi kriteria mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, Bank wajib melaporkan transfer dana tersebut sebagai laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan.

Bagian Kesebelas Penatausahaan Dokumen 41 Pasal 41

14/27/PBI/2012 (1) Bank wajib tetap menatausahakan:

Dokumen dapat ditatausahakan dalam bentuk asli, salinan, electronic form, microfilm atau dokumen yang berdasarkan undang-undang yang berlaku dapat digunakan sebagai alat bukti a. dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC dengan

jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun sejak: Yang dimaksud dengan “dokumen yang terkait data Nasabah atau WIC” antara lain dokumen identitas, hasil analisis yang terkait dengan profil Nasabah atau WIC, dan korespondensi dengan Nasabah atau WIC. 1) berakhirnya hubungan usaha atau transaksi dengan Nasabah

atau WIC; atau 2) ditemukannya ketidak sesuaian transaksi dengan tujuan

ekonomis dan/atau tujuan usaha. b. dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan transaksi

keuangan dengan jangka waktu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Dokumen.

(2) Dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) paling kurang mencakup: a. identitas Nasabah atau WIC; dan b. informasi transaksi yang antara lain meliputi jenis dan jumlah mata

uang yang digunakan, tanggal perintah transaksi, asal dan tujuan transaksi, serta nomor rekening yang terkait dengan transaksi.

(3) Bank wajib memberikan informasi dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bank Indonesia dan/atau otoritas lain yang berwenang sebagaimana diperintahkan oleh Undang-undang, pada saat diperlukan.

BAB IV Pengendalian Intern 42 Pasal 42

14/27/PBI/2012 Ayat (1)

(1) Bank wajib memiliki sistem pengendalian intern yang efektif. Dalam memastikan efektivitas penerapan program APU dan PPT oleh Bank, Bank mengoptimalkan satuan kerja Audit Intern yang telah ada antara lain untuk melakukan uji kepatuhan (termasuk penggunaan sample testing) terhadap kebijakan dan prosedur yang terkait dengan program APU dan PPT

Page 45: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

36

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi IV.B Pasal 42 14/27/PBI/2012 Ayat (2)

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi IV.A

Pengendalian intern dalam rangka penerapan Program APU dan PPT dilaksanakan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) dengan kewenangan paling kurang mencakup: 1. melakukan uji kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur melalui

penggunaan sample testing dari beberapa jasa, produk, dan Nasabah dengan pendekatan berdasarkan risiko untuk mendapatkan gambaran efektifitas penerapan kebijakan dan prosedur;

2. menyusun program dan prosedur audit berbasis risiko dengan prioritas audit pada satuan kerja atau kantor cabang yang tergolong memiliki kompleksitas usaha yang tinggi; dan

3. melakukan penilaian atas kecukupan proses yang berlaku di Bank dalam mengidentifikasi dan melaporkan transaksi yang mencurigakan dengan memperhatikan ketentuan anti tipping-off.

(2) Pelaksanaan sistem pengendalian intern yang efektif antara lain

dibuktikan dengan: a. dimilikinya kebijakan, prosedur, dan pemantauan internal yang

memadai; b. badanya batasan wewenang dan tanggung jawab satuan kerja

terkait dengan penerapan program APU dan PPT; dan c. dilakukannya pemeriksaan untuk memastikan efektivitas

pelaksanaan program APU dan PPT oleh satuan kerja audit intern.

(3) Untuk meminimalkan potensi risiko yang dihadapi Bank, sistem pengendalian intern harus mampu secara tepat waktu mendeteksi kelemahan dan penyimpangan yang terjadi dalam penerapan Program APU dan PPT.

BAB V Sistem Informasi Manajemen 43 Pasal 43

14/27/PBI/2012

(1) Bank wajib memiliki sistem informasi yang dapat mengidentifikasi, menganalisa, memantau, dan menyediakan laporan secara efektif mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh Nasabah Bank. Sistem informasi yang dimiliki harus dapat memungkinkan Bank untuk menelusuri setiap transaksi (individual transaction) apabila diperlukan, baik untuk keperluan intern dan atau Bank Indonesia, maupun dalam kaitannya dengan kasus peradilan.

(2) Bank wajib memiliki dan memelihara profil Nasabah secara terpadu

(Single Customer Identification File), yang meliputi informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14, Paragraf 17, dan Paragraf 18 ayat (1). Yang dimaksud dengan profil Nasabah secara terpadu adalah data profil Nasabah yang mencakup seluruh rekening yang dimiliki oleh satu Nasabah pada suatu Bank antara lain tabungan, deposito, giro dan kredit.

(3) Bank wajib memiliki dan memelihara profil WIC sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (2) huruf a.

Page 46: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

37

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi V

(4) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada Paragraf 8 ayat (2) wajib mempertimbangkan faktor teknologi informasi yang berpotensi disalahgunakan oleh pelaku pencucian uang atau pendanaan terorisme. Penggunaan teknologi yang berpotensi disalahgunakan seperti pembukaan rekening dan/atau melakukan transaksi melalui pos, fax, telepon, internet banking, dan ATM.

(5) Sistem informasi manajemen untuk mengidentifikasi transaksi

keuangan yang mencurigakan dengan menggunakan parameter disesuaikan secara berkala dan memperhatikan kompleksitas usaha, volume transaksi, dan risiko yang dimiliki Bank. Parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi transaksi keuangan yang mencurigakan mengacu pada Lampiran 1.

BAB VI Sumber Daya Manusia dan Pelatihan 44 Pasal 44

14/27/PBI/2012 Pasal 44 14/27/PBI/2012 SE 15/21/DPNP 2013 Romawi VI.A

(1) Untuk mencegah digunakannya Bank sebagai media atau tujuan pencucian uang atau pendanaan terorisme yang melibatkan pihak intern Bank, Bank wajib melakukan :

Pemanfaatan jasa perbankan sebagai media pencucian uang dan pendanaan terorisme dimungkinkan juga melibatkan karyawan Bank itu sendiri. Dengan demikian untuk mencegah ataupun mendeteksi terjadinya dugaan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan melalui lembaga perbankan perlu diterapkan Know Your Employee (KYE) yang diantaranya adalah melalui prosedur pre employee screening, pengenalan dan pemantauan profil yang mencakup karakter, perilaku dan gaya hidup karyawan

a. prosedur penyaringan dalam rangka penerimaan karyawan baru (pre

employee screening); dan b. pengenalan dan pemantauan terhadap profil karyawan.

yang berpedoman pada ketentuan yang mengatur mengenai penerapan strategi anti fraud.

45 Pasal 45 14/27/PBI/2012 SE 15/21/DPNP 2013 Romawi VI. B – D

(1) Bank wajib menyelenggarakan pelatihan yang berkesinambungan tentang: a. implementasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

program APU dan PPT; b. Teknik, metode, dan tipologi pencucian uang atau pendanaan

terorisme; dan c. Kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT serta

peran dan tanggungjawab pegawai dalam memberantas pencucian uang atau pendanaan terorisme.

(2) Bank harus memberikan pelatihan mengenai penerapan Program APU

dan PPT kepada seluruh karyawan. Dalam menentukan peserta pelatihan, Bank mengutamakan karyawan yang tugas sehari-harinya

Page 47: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

38

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

memenuhi kriteria sebagai berikut : a. berhadapan langsung dengan Nasabah (front liner); b. melakukan pengawasan pelaksanaan penerapan Program APU dan

PPT; atau c. terkait dengan penyusunan pelaporan kepada PPATK dan Bank

Indonesia (3) Karyawan yang memenuhi kriteria harus mendapatkan pelatihan secara

berkala, sedangkan karyawan lainnya harus mendapatkan pelatihan paling kurang 1 (satu) kali dalam masa kerjanya. Khusus bagi karyawan yang berhadapan langsung dengan Nasabah (front liner) harus mendapatkan pelatihan sebelum penempatan.

(4) Untuk mengetahui tingkat pemahaman karyawan dan kesesuaian materi pelatihan, Bank harus melakukan evaluasi terhadap setiap pelatihan yang telah diselenggarakan. Bank melakukan tindak lanjut dari hasil evaluasi pelatihan melalui penyempurnaan materi dan metode pelatihan.

BAB VII

Penerapan Program APU dan PPT bagi Kantor Cabang dari Bank yang Berbadan Hukum Indonesia di Luar Negeri

46 Pasal 46 14/27/PBI/2012 Ayat (1) SE 15/21/DPNP 2013 Romawi VII.A Pasal 46 14/27/PBI/2012 Ayat (2) – (4)

(1) Bank yang berbadan hukum Indonesia wajib meneruskan kebijakan dan prosedur program APU dan PPT ke seluruh jaringan kantor dan anak perusahaan di luar negeri, dan memantau pelaksanaannya. Kebijakan dan prosedur program APU dan PPT yang dimaksudkan dalam ayat ini termasuk kebijakan dan prosedur pertukaran informasi untuk tujuan CDD dan manajemen risiko terhadap pencucian uang dan pendanaan terorisme. Dalam melaksanakan pertukaran informasi tersebut tetap memperhatikan tingkat keamanan informasi dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan “anak perusahaan” adalah anak perusahaan yang mayoritas kepemilikannya berada pada Bank. Dalam rangka pemantauan pelaksanaan Program APU dan PPT pada jaringan kantor dan anak perusahaan di luar negeri maka Bank meminta jaringan kantor dan anak perusahaan tersebut untuk melaporkan pelaksanaan Program APU dan PPT secara berkala, termasuk statistik LTKM yang telah dilaporkan kepada otoritas setempat.

(2) Dalam hal di negara tempat kedudukan jaringan kantor dan anak perusahaan di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki peraturan APU dan PPT yang lebih ketat dari yang diatur dalam ketentuan ini, jaringan kantor dan anak perusahaan dimaksud wajib tunduk pada ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas negara dimaksud. Dalam hal ini Bank perlu memastikan bahwa ketentuan dalam ketentuan ini lebih longgar dibandingkan dengan ketentuan yang

Page 48: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

39

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 15/21/DPNP 2013 Romawi VII.B

dikeluarkan oleh otoritas tempat kedudukan kantor cabang Bank dan anak perusahaan di luar negeri.

(3) Dalam hal di negara tempat kedudukan jaringan kantor dan anak perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum mematuhi rekomendasi FATF atau sudah mematuhi namun standar Program APU dan PPT yang dimiliki lebih longgar dari yang diatur dalam ketentuan ini, jaringan kantor dan anak perusahaan dimaksud wajib menerapkan Program APU dan PPT sebagaimana diatur dalam ketentuan ini. Dalam hal ini Bank perlu memastikan bahwa ketentuan dalam ketentuan ini lebih longgar dibandingkan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas tempat kedudukan kantor cabang Bank dan anak perusahaan di luar negeri.

(4) Dalam hal penerapan Program APU dan PPT sebagaimana diatur dalam ketentuan ini mengakibatkan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku di negara tempat kedudukan jaringan kantor dan anak perusahaan berada maka pejabat kantor Bank di luar negeri tersebut wajib menginformasikan kepada kantor pusat Bank dan Bank Indonesia bahwa kantor Bank dimaksud tidak dapat menerapkan Program APU dan PPT sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.

Dalam hal peraturan di Indonesia mengenai penerapan Program APU dan PPT mengakibatkan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku di negara tempat jaringan kantor dan anak perusahaan berada maka Bank harus melakukan tindakan yang memadai untuk memitigasi risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme serta melaporkannya kepada Bank Indonesia.

BAB VIII Pelaporan 47 Pasal 47

14/27/PBI/2012 Ayat (1) a SE 15/21/DPNP 2013 Romawi VIII.A – B

(1) Dalam rangka menerapkan program APU dan PPT berdasarkan ketentuan ini, Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia : a. penyesuaian action plan pelaksanaan program APU dan PPT dalam

laporan pelaksanaan tugas Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan pada bulan Juni 2013;

Action plan adalah langkah-langkah Bank untuk melaksanakan program APU dan PPT dengan target waktu penyelesaian selama periode tertentu, yang paling kurang memuat penyempurnaan infrastruktur terkait dengan teknologi informasi, penyiapan sumber daya manusia, dan program pengkinian data Nasabah, WIC dan Beneficial Owner.

Action plan pelaksanaan Program APU dan PPT memuat strategi, langkah-langkah, dan/atau rencana pemenuhan kewajiban, antara lain: 1. penyesuaian sistem, perjanjian pembukaan hubungan usaha, dan

mitigasi risiko terkait penerapan CDD sederhana dalam rangka financial inclusion;

Page 49: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

40

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 47 14/27/PBI/2012 Ayat (1) b Pasal 47 14/27/PBI/2012 Ayat (2) SE 15/21/DPNP 2013 Romawi VIII.D

2. pengelompokan Nasabah berdasarkan RBA; 3. penyempurnaan infrastruktur terkait dengan teknologi informasi; 4. persiapan dalam pembangunan single Customer Identification File

(CIF); 5. penunjukan pegawai yang menjalankan fungsi UKK di kantor cabang

yang kompleksitas usahanya tinggi; 6. penyiapan sumber daya manusia yang memadai; dan/atau 7. penyesuaian teknologi informasi untuk pelaksanaan program

pengkinian data Nasabah.

Laporan action plan dan laporan rencana pengkinian data mendapatkan persetujuan dari 2 (dua) anggota Direksi yaitu Direktur Utama dan Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan.

b. penyesuaian Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT

sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 8 ayat (1) paling lambat 6 (enam) bulan sejak diberlakukannya ketentuan ini;

c. laporan rencana kegiatan pengkinian data sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 29 ayat (2) huruf b disampaikan setiap tahun dalam Laporan Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan bulan Desember; dan

d. laporan realisasi pengkinian data sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 29 ayat (2) huruf c disampaikan setiap tahun dalam laporan pelaksanaan tugas Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan bulan Desember.

(2) Dalam hal terdapat perubahan atas action plan, Pedoman Pelaksanaan

Program APU dan PPT, laporan rencana kegiatan pengkinian data, yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c, Bank wajib menyampaikan perubahan tersebut paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak perubahan dilakukan.

Perubahan atas laporan action plan dan laporan rencana kegiatan pengkinian data dapat dilakukan sepanjang terdapat perubahan yang terjadi di luar kendali Bank

48 Pasal 48 14/27/PBI/2012

(1) Bank wajib menyampaikan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan, laporan transaksi keuangan tunai, dan laporan lain kepada PPATK sebagaimana diatur dalam ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

(2) Kewajiban Bank untuk melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan juga berlaku untuk transaksi yang diduga terkait dengan kegiatan terorisme atau pendanaan terorisme.

(3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan yang dikeluarkan oleh PPATK.

49 Pasal 49 14/27/PBI/2012

Penyampaian pedoman dan laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47 ditujukan kepada:

Page 50: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

41

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

a. Departemen Pengawasan Bank, Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia;

b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.

BAB IX Ketentuan Lain-Lain 50 Pasal 50

14/27/PBI/2012 Bank wajib mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan pengembangan teknologi dalam skema pencucian uang atau pendanaan terorisme.

51 Pasal 51 14/27/PBI/2012

Bank wajib bekerja sama dengan penegak hukum dan otoritas yang berwenang dalam rangka memberantas pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme.

Termasuk dalam kerja sama dengan penegak hukum yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah menyampaikan dokumen atau informasi kepada penegak hukum terkait dengan identitas nasabah yang diduga melakukan tindak pidana yang merupakan tindak pidana asal (predicate crime) dari tindak pidana pencucian uang sesuai perundangan-undangan yang berlaku.

Penilaian dan Pengenaan Sanksi atas Penerapan Prinsip

Mengenal Nasabah dan Kewajiban lain Terkait dengan Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

52 SE 6/37/DPNP 2004 Romawi I – III

Tujuan penilaian atas penerapan prinsip mengenal nasabah dan kewajiban lain terkait dengan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (PPTPPU) antara lain : 1. Penilaian atas penerapan prinsip mengenal nasabah dan kewajiban lain

terkait dengan UU PPTPPU (untuk selanjutnya disebut dengan Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU) dimaksudkan untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai kecukupan dan efektivitas Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU pada setiap Bank Umum. Gambaran menyeluruh mengenai kecukupan dan efektivitas Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU tersebut diperlukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan Bank Umum terhadap ketentuan yang berlaku dan efektivitas penerapannya, serta untuk mengidentifikasi langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

2. Penilaian oleh Bank Indonesia dilakukan secara kualitatif atas faktor-faktor manajemen risiko Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU dengan pertimbangan bahwa penilaian atas faktor-faktor dimaksud dapat memberikan gambaran menyeluruh atas Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU oleh Bank Umum yang bersangkutan.

3. Penilaian dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia. Cakupan dan Kriteria Penilaian : 1. Penilaian atas Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU pada

Bank Umum mencakup 5 (lima) faktor manajemen risiko Penerapan

Page 51: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

42

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Program APU dan PPT dan UU PPTPPU, yakni : a. Pengawasan Aktif oleh Pengurus; b. Kebijakan dan Prosedur; c. Pengendalian Intern dan Fungsi Audit Intern; d. Sistem Informasi Manajemen; dan e. Sumber Daya Manusia dan Pelatihan.

2. Kriteria penilaian terhadap masing-masing faktor tersebut adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2.

3. Hasil penilaian diberikan terhadap masing-masing faktor tersebut berupa nilai 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sesuai dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam angka 2.

4. Berdasarkan hasil penilaian atas masing-masing faktor tersebut, secara kualitatif ditetapkan hasil akhir penilaian Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU yang dituangkan dalam predikat penilaian berupa nilai 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sebagai berikut : a. Nilai 1 (satu), mencerminkan bahwa Penerapan Program APU dan PPT

dan UU PPTPPU tergolong Sangat Baik, karena penerapannya dinilai sangat memadai dan sangat efektif untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan untuk memenuhi kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku antara lain kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi tunai kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK);

b. Nilai 2 (dua), mencerminkan bahwa Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU tergolong Baik, karena penerapannya dinilai telah memadai dan efektif untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan untuk memenuhi kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku antara lain kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi tunai kepada PPATK;

c. Nilai 3 (tiga), mencerminkan bahwa Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU tergolong Cukup Baik, karena penerapannya dinilai cukup memadai dan cukup efektif untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan untuk memenuhi kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku antara lain kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi tunai kepada PPATK, walaupun masih terdapat kelemahan-kelemahan cukup signifikan;

d. Nilai 4 (empat), mencerminkan bahwa Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU tergolong Kurang Baik, karena penerapannya dinilai kurang memadai dan kurang efektif untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan untuk memenuhi kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku antara lain kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi tunai kepada PPATK dan masih terdapat kelemahan-kelemahan signifikan yang harus diperbaiki;

e. Nilai 5 (lima), mencerminkan bahwa Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU tergolong Tidak Baik, karena penerapannya dinilai tidak memadai dan tidak efektif untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan untuk memenuhi kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku antara lain kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi tunai kepada PPATK.

Page 52: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

43

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Tindak Lanjut Hasil Penilaian antara lain : 1. Hasil penilaian Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU

diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan Bank Umum melalui faktor manajemen.

2. Dalam hal hasil penilaian Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU adalah 5 (lima) maka selain diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan Bank Umum melalui faktor manajemen sebagaimana dimaksud dalam angka 1, juga dikaitkan dengan pengenaan sanksi administratif berupa penurunan tingkat kesehatan Bank Umum dan pemberhentian pengurus Bank Umum melalui mekanisme penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) sebagimana diatur dalam Paragraf 53 ayat (4) b dan d.

BAB X Sanksi 53 Pasal 52

14/27/PBI/2012 Ayat (1) – (2)

(1) Bank yang terlambat menyampaikan: a. penyesuaian action plan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47

huruf a; b. penyesuaian pedoman sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47

huruf b; c. laporan rencana kegiatan pengkinian data sebagaimana dimaksud

dalam Paragraf 47 huruf c; e. laporan realisasi pengkinian data sebagaimana dimaksud dalam

Paragraf 47 huruf d; atau f. laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 48, dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan per laporan dan paling tinggi sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).

(2) Bank yang belum menyampaikan: a. penyesuaian action plan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47

huruf a; b. penyesuaian pedoman sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47

huruf b; c. laporan rencana kegiatan pengkinian data sebagaimana dimaksud

dalam Paragraf 47 huruf c; d. laporan realisasi pengkinian data sebagaimana dimaksud dalam

Paragraf 47 huruf d; atau e. laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 48, dalam waktu lebih 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47 ayat (1) dan Paragraf 48, dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Tata cara penyampaian laporan pelaksanaan tugas Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pelaksanaan fungsi kepatuhan bank umum.

Page 53: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

44

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 6/37/DPNP 2004 Romawi IV No. 1b Pasal 52 14/27/PBI/2012 Ayat (3) – (4) Pasal 52 14/27/PBI/2012 Ayat (4) a

(3) Pengenaan sanksi kewajiban membayar bagi Bank Umum yang terlambat menyampaikan atau tidak menyampaikan laporan transaksi keuangan mencurigakan tersebut dilakukan setelah Bank Indonesia memperoleh pemberitahuan dan atau konfirmasi dari PPATK.

(4) Bank yang: a. tidak melaksanakan komitmen penyelesaian hasil temuan

pemeriksaan Bank Indonesia dalam kurun waktu 2 (dua) kali pemeriksaan; dan/atau

b. tidak melaksanakan komitmen yang telah dituangkan dalam action plan dan/atau rencana kegiatan pengkinian data sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47 huruf a dan huruf c,

Pelaksanaan sanksi ini setelah Bank memperoleh 2 (dua) kali surat teguran dengan jangka waktu masing-masing 7 (tujuh) hari kerja, serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tidak dilaksanakannya komitmen.

c. tidak melaksanakan kebijakan dan prosedur yang tertuang dalam

pedoman pelaksanaan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47 huruf (b) yang berdampak signifikan terhadap pelaksanaan program APU dan PPT,

dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Yang dimaksud dengan “berdampak signifikan” antara lain adalah menimbulkan risiko reputasi Bank.

(4) Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Paragraf 2, Paragraf 4, Paragraf 5, Paragraf 6 ayat (1), ayat (3), Paragraf 7, Paragraf 8, Paragraf 9, Paragraf 10, Paragraf 11 ayat (1), Paragraf 12, Paragraf 13, Paragraf 14, Paragraf 15, Paragraf 16, Paragraf 17, Paragraf 18, Paragraf 19, Paragraf 20 ayat (1), dan ayat (4), Paragraf 22 ayat (1), ayat (4), dan ayat (6), Paragraf 23 ayat (2), ayat (3), ayat (5) dan ayat (6), Paragraf 24, Paragraf 25 ayat (1), Paragraf 26 ayat (1), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), Paragraf 27 ayat (4), Paragraf 28 ayat (1), Paragraf 29 ayat (1), Paragraf 30, Paragraf 31 ayat (1), ayat (2) dan ayat (4), Paragraf 32, Paragraf 33 ayat (1) dan ayat (3), Paragraf 34, Paragraf 35, Paragraf 36, Paragraf 37, Paragraf 39 ayat (1), Paragraf 41 ayat (1) dan ayat (3), Paragraf 42 ayat (1), Paragraf 43, Paragraf 44, Paragraf 45, Paragraf 46, Paragraf 50, Paragraf 51, dan ketentuan pelaksanaan terkait lainnya dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 dan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, antara lain berupa: a. teguran tertulis;

Page 54: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

45

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

SE 6/37/DPNP 2004 Romawi IV No.2 a) Pasal 52 14/27/PBI/2012 Ayat (4) b SE 6/37/DPNP 2004 Romawi IV No.2 b) Pasal 52 14/27/PBI/2012 Ayat (4) c SE 6/37/DPNP 2004 Romawi IV No.2 c) Pasal 52 14/27/PBI/2012 Ayat (4) d SE 6/37/DPNP 2004 Romawi IV No.2 d)

Teguran tertulis dikenakan dalam hal Bank Umum melakukan pelanggaran atas satu atau lebih dalam ketentuan ini.

b. penurunan dalam penilaian tingkat kesehatan;

Penurunan tingkat kesehatan Bank Umum menjadi satu tingkat lebih rendah dikenakan dalam hal Bank Umum melakukan pelanggaran terhadap ketentuan ini dan hasil akhir penilaian atas Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU adalah nilai 5 (lima) sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 52.

Yang dimaksud dengan tingkat kesehatan Bank Umum adalah: 1) Peringkat Komposit (PK) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum;

2) Predikat Tingkat Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah;

Penurunan tingkat kesehatan Bank Umum tersebut berlaku sampai dengan dilakukannya perbaikan-perbaikan oleh Bank Umum yang disertai dengan bukti-bukti perbaikan yang diyakini kebenarannya oleh Bank Indonesia.

c. pembekuan kegiatan usaha tertentu;

Pembekuan kegiatan usaha tertentu dilakukan terhadap kegiatan usaha yang menurut penilaian Bank Indonesia merupakan kegiatan usaha berisiko tinggi dalam hal pencucian uang namun Bank Umum tidak menerapkan prinsip mengenal nasabah secara memadai atas kegiatan tersebut sehingga berpotensi atau patut diduga digunakan sebagai sarana pencucian uang.

d. pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan

mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota Koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia; dan/atau

Pemberhentian pengurus Bank Umum melalui mekanisme penilaian kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) dilakukan dalam hal: 1) Pengurus Bank Umum tidak melaksanakan langkah-langkah yang

diperlukan untuk memastikan ketaatan Bank Umum terhadap ketentuan program APU dan PPT dan hasil akhir penilaian penerapan program APU dan PPT dan UU PPTPPU adalah 5 (lima), atau

2) Pengurus Bank Umum terlibat dalam tindak pidana pencucian uang.

Page 55: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

46

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 52 14/27/PBI/2012 Ayat (4) e

e. pencantuman anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris, pegawai bank, pemegang saham dalam daftar orang tercela di bidang Perbankan.

BAB XI Ketentuan Peralihan 54 Pasal 53

14/27/PBI/2012 Bank yang telah memiliki Pedoman Pelaksanaan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme wajib menyesuaikan dan menyempurnakan menjadi Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT paling lambat 6 (enam) bulan sejak diberlakukannya ketentuan ini.

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

BAB I Ketentuan Umum 55 Pasal 1

12/20/PBI/2010 1. Bank adalah Bank sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2. Bank Umum adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

3. Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disebut BPR adalah BPR sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang selanjutnya disebut BPRS adalah BPRS sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

5. Direksi : a. bagi BPR dan BPRS berbentuk hukum Perseroan Terbatas, adalah

Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

b. bagi BPR berbentuk hukum Perusahaan Daerah, adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

c. bagi BPR berbentuk hukum Koperasi, adalah Pengurus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

6. Komisaris : a. bagi BPR dan BPRS berbentuk hukum Perseroan Terbatas, adalah

Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

b. bagi BPR berbentuk hukum Perusahaan Daerah, adalah Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

c. bagi BPR berbentuk hukum Koperasi, adalah Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 25

Page 56: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

47

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Tahun 1992 tentang Perkoperasian. 7. Pencucian Uang adalah pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang.

8. Pendanaan Terorisme adalah penggunaan harta kekayaan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang.

9. Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme yang selanjutnya disebut sebagai APU dan PPT adalah upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.

10. Transaksi Keuangan Mencurigakan (Suspicious Transaction) adalah transaksi keuangan mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang.

11. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa BPR/BPRS dan memiliki rekening pada BPR/BPRS tersebut.

12. Walk in Customer yang selanjutnya disebut sebagai WIC adalah pengguna jasa BPR/BPRS yang tidak memiliki rekening pada BPR/BPRS tersebut, tidak termasuk pihak yang mendapatkan perintah atau penugasan dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas kepentingan Nasabah tersebut.

13. Beneficial Owner adalah setiap orang yang memiliki dana, yang mengendalikan transaksi nasabah atau WIC, yang memberikan kuasa atas terjadinya suatu transaksi dan/atau yang melakukan pengendalian melalui badan hukum atau perjanjian.

14. Politically Exposed Person yang selanjutnya disebut sebagai PEP adalah orang yang mendapatkan kepercayaan untuk memiliki kewenangan publik diantaranya adalah Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Penyelenggara Negara, dan/atau orang yang tercatat sebagai anggota partai politik yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dan operasional partai politik.

15. Customer Due Dilligence yang selanjutnya disebut sebagai CDD adalah kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan BPR dan BPRS untuk memastikan bahwa transaksi dilakukan sesuai dengan profil pengguna jasa bank.

16. Enhanced Due Dilligence yang selanjutnya disebut sebagai EDD adalah CDD dan kegiatan lain yang dilakukan oleh BPR dan BPRS untuk mendalami profil calon Nasabah, Nasabah atau Beneficial Owner yang tergolong berisiko tinggi termasuk PEP terhadap kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme.

17. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjutnya disebut sebagai PPATK adalah PPATK sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang.

18. Rekomendasi Financial Action Task Force yang selanjutnya disebut sebagai Rekomendasi FATF adalah rekomendasi standar pencegahan dan pemberantasan pencucian uang dan pendanaan terorisme yang

Page 57: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

48

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

dikeluarkan oleh FATF. 19. Lembaga Negara/Pemerintah adalah lembaga yang memiliki

kewenangan di bidang eksekutif, yudikatif, dan legislatif. 20. BPR/BPRS Pengirim adalah BPR/BPRS yang mengirimkan perintah

pemindahan dana. 21. BPR/BPRS Penerima adalah BPR/BPRS yang menerima perintah

pemindahan dana.

56 Pasal 2 12/20/PBI/2010 SE 13/14/DKBU 2011 Romawi I

(1) BPR dan BPRS wajib menerapkan program APU dan PPT. (2) Dalam penerapan program APU dan PPT, BPR dan BPRS wajib

berpedoman pada ketentuan ini. (3) Sesuai dengan ketentuan ini, setiap BPR dan BPRS wajib menyampaikan

Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT kepada Bank Indonesia paling lambat tanggal 1 Desember 2011. Pedoman standar pelaksanaan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 3 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ketentuan ini, menjadi acuan standar minimum yang wajib dipenuhi oleh BPR dan BPRS dalam menyusun Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT. BPR dan BPRS dapat menyusun dan mengembangkan Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas operasional usahanya dengan tetap mengacu pada pedoman standar pelaksanaan program APU dan PPT dalam Lampiran 3 ketentuan ini.

57 Pasal 3 12/20/PBI/2010

(1) Program APU dan PPT pada BPR dan BPRS merupakan bagian dari pengelolaan risiko BPR dan BPRS secara keseluruhan.

(2) Penerapan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada Paragraf 56 ayat (1) paling kurang mencakup: a. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris; b. kebijakan dan prosedur; c. pengendalian intern; dan d. Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelatihan.

BAB II

Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris Serta Mekanisme Pertanggungjawaban

58 Pasal 4 12/20/PBI/2010

Pengawasan aktif Direksi BPR dan BPRS paling kurang mencakup hal-hal sebagai berikut: a. memastikan BPR dan BPRS memiliki kebijakan dan prosedur program

APU dan PPT; b. mengusulkan kebijakan dan prosedur tertulis program APU dan PPT

kepada Dewan Komisaris; c. memastikan penerapan program APU dan PPT dilaksanakan sesuai

dengan kebijakan dan prosedur tertulis yang telah ditetapkan; d. membentuk unit kerja khusus dan/atau menunjuk pegawai yang

bertanggungjawab terhadap program APU dan PPT di Kantor Pusat; e. memastikan bahwa unit kerja/pegawai yang melaksanakan kebijakan

dan prosedur program APU dan PPT terpisah dari unit kerja/pegawai yang mengawasi penerapannya;

Unit kerja/pegawai yang mengawasi penerapan program APU dan PPT adalah unit kerja khusus/pegawai yang bertanggungjawab terhadap

Page 58: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

49

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

program APU dan PPT.

f. pengawasan atas kepatuhan unit kerja/pegawai dalam menerapkan program APU dan PPT;

g. memastikan bahwa kantor cabang BPR dan BPRS memiliki pegawai yang bertanggungjawab terhadap program APU dan PPT;

h. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tertulis mengenai program APU dan PPT sejalan dengan perubahan dan pengembangan produk, jasa, dan teknologi BPR dan BPRS serta sesuai dengan perkembangan modus pencucian uang atau pendanaan terorisme; dan

i. memastikan bahwa seluruh pegawai, khususnya pegawai terkait dan pegawai baru, telah mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan program APU dan PPT secara berkala.

Yang dimaksud dengan pegawai terkait antara lain pegawai yang berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan Nasabah dan/atau WIC, seperti pegawai pelayanan nasabah (front liner), pegawai pemasaran, dan pegawai yang terkait pengelolaan dan pengembangan teknologi informasi, serta internal auditor.

59 Pasal 5 12/20/PBI/2010

Pengawasan aktif yang dilakukan oleh Dewan Komisaris BPR dan BPRS paling kurang mencakup hal-hal sebagai berikut: a. persetujuan atas kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan

PPT; dan b. pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab Direksi terhadap

penerapan program APU dan PPT.

60 Pasal 6 12/20/PBI/2010

(1) BPR dan BPRS wajib membentuk unit kerja khusus dan/atau menunjuk pegawai BPR dan BPRS yang bertanggungjawab atas penerapan program APU dan PPT.

Pembentukan unit kerja khusus dan/atau penunjukan pegawai tanpa pembentukan unit kerja khusus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas permasalahan BPR/BPRS.

(2) Unit kerja khusus atau pegawai BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) bertanggungjawab kepada Direktur. (3) BPR dan BPRS memastikan bahwa pegawai di unit kerja khusus atau

pegawai yang bertanggungjawab atas penerapan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memiliki kemampuan yang memadai dan memiliki kewenangan untuk mengakses seluruh data Nasabah dan informasi lainnya yang terkait.

Kemampuan yang memadai antara lain mencakup pengalaman dan pengetahuan mengenai perkembangan rezim APU dan PPT.

(4) Dalam hal BPR dan BPRS tidak dapat membentuk unit kerja khusus atau

menunjuk pegawai yang bertanggungjawab atas penerapan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka fungsi

Page 59: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

50

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

dimaksud dilaksanakan oleh salah satu anggota Direksi.

61 Pasal 7 12/20/PBI/2010

Unit kerja khusus atau pegawai BPR dan BPRS yang bertanggungjawab terhadap program APU dan PPT sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 60 ayat (1) wajib: a. memantau adanya sistem yang mendukung program APU dan PPT; b. memantau pengkinian profil Nasabah dan profil transaksi Nasabah; c. melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan

kebijakan program APU dan PPT dengan unit kerja/pegawai terkait yang berhubungan dengan Nasabah;

d. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan perkembangan program APU dan PPT yang terkini, risiko produk BPR dan BPRS, kegiatan dan kompleksitas usaha BPR dan BPRS, dan volume transaksi BPR dan BPRS;

Untuk BPR/BPRS dengan kriteria tertentu, BPR/BPRS besar misalnya.

e. menerima laporan transaksi keuangan yang berpotensi mencurigakan

dari unit kerja atau pegawai terkait yang berhubungan dengan Nasabah dan melakukan analisis atas laporan tersebut;

f. menyusun laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan laporan lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang untuk disampaikan kepada PPATK berdasarkan persetujuan Direktur;

g. memantau bahwa: 1) terdapat mekanisme komunikasi yang baik dari setiap unit kerja

atau pegawai terkait kepada unit kerja khusus atau pegawai yang bertanggungjawab terhadap penerapan program APU dan PPT dengan menjaga kerahasiaan informasi;

2) unit kerja atau pegawai terkait mempersiapkan laporan mengenai dugaan Transaksi Keuangan Mencurigakan sebelum menyampaikannya kepada unit kerja khusus atau pegawai yang ditunjuk yang bertanggungjawab terhadap penerapan program APU dan PPT;

3) area yang berisiko tinggi, terkait dengan APU dan PPT dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku dan sumber informasi yang memadai.

Penetapan penggolongan area yang berisiko tinggi dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan PPATK yang mengatur mengenai pedoman identifikasi produk, nasabah, usaha dan Negara berisiko tinggi bagi penyedia jasa keuangan dan pedoman mengenai identifikasi transaksi keuangan mencurigakan terkait Pendanaan Terorisme bagi penyedia jasa keuangan.

BAB III Kebijakan dan Prosedur 62 Pasal 8

12/20/PBI/2010 (1) Dalam menerapkan program APU dan PPT, BPR dan BPRS wajib memiliki

kebijakan dan prosedur tertulis yang paling kurang mencakup hal-hal

Page 60: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

51

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

sebagai berikut: a. pelaksanaan CDD, yang terdiri dari:

1) permintaan informasi dan dokumen; 2) verifikasi dokumen; dan 3) pengkinian dan pemantauan.

b. penatausahaan dokumen; c. pemindahan dana; d. penutupan hubungan dan penolakan transaksi; e. ketentuan mengenai Beneficial Owner; f. ketentuan mengenai area berisiko tinggi dan PEP; g. pelaksanaan CDD yang lebih sederhana; dan h. pelaksanaan CDD oleh pihak ketiga.

(2) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib: Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT mengacu pada Pedoman Standar Penerapan Program APU dan PPT yang ditetapkan dalam Lampiran 1 ketentuan ini.

a. dituangkan ke dalam Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT; b. mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris; dan c. diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan.

(3) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mempertimbangkan faktor teknologi informasi yang berpotensi disalahgunakan oleh pelaku pencucian uang atau pendanaan terorisme.

Penggunaan teknologi informasi yang berpotensi untuk disalahgunakan antara lain pembukaan rekening atau transaksi melalui pos, fax, telepon atau ATM.

63 Pasal 9 12/20/PBI/2010

(1) BPR dan BPRS wajib melakukan CDD pada saat: a. melakukan hubungan usaha dengan calon Nasabah;

Dalam hal rekening merupakan rekening bersama maka CDD dilakukan terhadap seluruh pemegang rekening bersama tersebut.

b. melakukan hubungan usaha dengan WIC;

(2) BPR dan BPRS juga wajib melakukan CDD dalam hal:

a. terdapat keraguan atas kebenaran informasi yang diberikan oleh Nasabah, penerima kuasa, dan/atau Beneficial Owner; atau

Yang dimaksud dengan terdapat keraguan atas kebenaran informasi adalah terdapat keraguan atas data yang ada atau perubahan profil Nasabah yang bersifat signifikan.

b. terdapat transaksi keuangan yang tidak wajar yang diduga terkait dengan pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme.

Yang dimaksud dengan transaksi keuangan yang tidak wajar antara lain terdapat jumlah nominal transaksi tertentu dan peningkatan nilai transaksi yang signifikan.

Page 61: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

52

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(3) Terhadap Nasabah yang telah ada sebelum ketentuan ini berlaku, BPR dan BPRS wajib melakukan CDD sesuai dengan pendekatan berdasarkan materialitas dan risiko dalam hal: a. terdapat transaksi dalam jumlah yang signifikan; b. terdapat perubahan standar dokumentasi yang mendasar; c. terdapat perubahan pola transaksi yang signifikan; d. BPR dan BPRS mengetahui adanya kekurangan informasi dan/atau

dokumen yang diperlukan; dan/atau e. menggunakan rekening anonim atau rekening yang diindikasikan

menggunakan nama fiktif.

64 Pasal 10 12/20/PBI/2010

(1) Dalam melakukan penerimaan Nasabah, BPR dan BPRS wajib menggunakan pendekatan berdasarkan risiko dengan mengelompokkan Nasabah berdasarkan tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau pendanaan terorisme.

(2) Pengelompokan Nasabah berdasarkan tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang dilakukan dengan melakukan analisis terhadap: a. identitas Nasabah; b. lokasi usaha Nasabah; c. profil Nasabah; d. nilai transaksi; e. kegiatan usaha Nasabah; f. struktur kepemilikan bagi Nasabah perusahaan; dan g. informasi lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

risiko Nasabah. (3) Ketentuan mengenai pengkategorian tingkat risiko pencucian uang atau

pendanaan terorisme sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam ketentuan ini.

65 Pasal 11 12/20/PBI/2010

(1) BPR dan BPRS wajib : a. meminta informasi calon Nasabah dan WIC sebelum melakukan

hubungan usaha, termasuk identitas calon Nasabah yang dibuktikan dengan keberadaan dokumen pendukung;

Dalam hal ini diperlukan informasi baik dari Nasabah itu sendiri maupun dari informasi lainnya yang tersedia di masyarakat.

b. meneliti kebenaran dokumen pendukung identitas calon Nasabah;

dan c. melakukan pertemuan langsung/tatap muka dengan calon Nasabah

pada awal melakukan hubungan usaha dalam rangka meyakini kebenaran identitas calon Nasabah. Termasuk dalam pengertian hubungan usaha adalah penggunaan jasa perbankan melalui media elektronik. Dalam rangka meyakini kebenaran identitas calon nasabah, BPR dan BPRS dapat diwakili oleh pihak lain yang bertindak sebagai pihak yang mewakili BPR/BPRS yang mengetahui prinsip dasar dari APU dan PPT.

Page 62: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

53

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) Dalam hal pertemuan langsung/tatap muka dengan calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tidak dapat dilakukan pada awal hubungan usaha, maka pertemuan dapat dilakukan di kemudian hari sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. calon Nasabah tergolong berisiko rendah; atau b. dokumen pendukung yang memuat identitas telah dilegalisir oleh

pihak yang berwenang. (3) BPR dan BPRS dilarang untuk membuka atau memelihara rekening

anonim atau rekening yang menggunakan nama fiktif.

Termasuk dalam pengertian rekening yang menggunakan nama fiktif adalah rekening Nasabah yang menggunakan nama tidak sesuai dengan yang tertera pada dokumen identitas Nasabah.

(4) BPR dan BPRS memberikan perhatian khusus terhadap transaksi atau

hubungan usaha dengan Nasabah yang kegiatan usahanya terkait dengan negara yang belum memadai dalam melaksanakan rekomendasi FATF.

Bagian Kesatu Customer Due Diligence (CDD) Paragraf 1 Permintaan Informasi dan Dokumen

66 Pasal 12 12/20/PBI/2010

BPR dan BPRS wajib mengidentifikasi dan mengklasifikasikan calon Nasabah, Nasabah dan Beneficial Owner ke dalam kelompok perorangan, perusahaan atau lainnya. Termasuk dalam kelompok perusahaan adalah perusahaan berupa Bank dan perusahaan selain Bank. Termasuk dalam kelompok lainnya adalah yayasan, perkumpulan dan Lembaga Negara.

67 Pasal 13 12/20/PBI/2010

(1) Informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 65 ayat (1) bagi calon Nasabah perorangan paling kurang mencakup : a. identitas calon Nasabah yang memuat:

1) Nama lengkap termasuk alias apabila ada; 2) Nomor dokumen identitas yang dibuktikan dengan

menunjukkan dokumen dimaksud; 3) Alamat tempat tinggal yang tercantum pada kartu identitas; 4) Alamat tempat tinggal terkini termasuk nomor telepon apabila

ada;

Informasi ini hanya diperlukan bagi nasabah perseorangan yang memiliki alamat tempat tinggal yang berbeda dengan alamat yang tercatat pada kartu identitas.

5) Tempat dan tanggal lahir; 6) Kewarganegaraan; 7) Pekerjaan;

Informasi pekerjaan merupakan sumber penghasilan utama

Page 63: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

54

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

termasuk jenis usaha yang dikelola atau nama perusahaan/institusi, alamat perusahaan/institusi, dan jabatan apabila calon Nasabah merupakan karyawan perusahaan.

8) Jenis kelamin; 9) Status perkawinan.

b. identitas Beneficial Owner, apabila calon Nasabah mewakili Beneficial Owner;

c. sumber dana; d. rata-rata penghasilan; dan e. maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan

dilakukan calon Nasabah dengan BPR/BPRS. (2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib didukung

dengan dokumen identitas calon Nasabah dan spesimen tanda tangan.

Dokumen pendukung bagi identitas Nasabah perseorangan yang berkewarganegaraan Indonesia adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Izin Mengemudi (SIM) atau paspor yang masih berlaku.

68 Pasal 14 12/20/PBI/2010

(1) Informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 65 ayat (1) bagi calon Nasabah perusahaan selain Bank paling kurang mencakup: a. nama perusahaan; b. nomor izin usaha dari instansi berwenang;

Termasuk izin usaha adalah izin lainnya yang dipersamakan dengan izin usaha yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

c. alamat kedudukan perusahaan; d. tempat dan tanggal pendirian perusahaan; e. bentuk badan hukum perusahaan; f. identitas Beneficial Owner, apabila calon Nasabah mewakili

Beneficial Owner; g. sumber dana; dan h. maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan

dilakukan calon Nasabah dengan BPR/BPRS. (2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai e wajib

didukung dengan dokumen identitas perusahaan berupa izin usaha dari instansi berwenang.

(3) Untuk Nasabah perusahaan yang tergolong usaha mikro dan usaha kecil, dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditambah dengan:

Yang dimaksud dengan usaha mikro dan usaha kecil adalah usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perundang-undangan yang mengatur mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

a. spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak-pihak yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama perusahaan dalam melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS;

b. kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Nasabah yang

Page 64: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

55

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

diwajibkan untuk memiliki NPWP sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

c. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau dokumen lain yang dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang.

(4) Untuk Nasabah perusahaan yang tidak tergolong usaha mikro dan usaha kecil selain disertai dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), ditambah dengan: a. laporan keuangan atau deskripsi kegiatan usaha perusahaan; b. struktur manajemen perusahaan; c. struktur kepemilikan perusahaan; dan d. dokumen identitas anggota Direksi yang berwenang mewakili

perusahaan untuk melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS.

69 Pasal 15 12/20/PBI/2010

(1) Informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 65 ayat (1) bagi calon Nasabah perusahaan berupa Bank paling kurang mencakup: a. nama Bank; b. nomor izin usaha dari Bank Indonesia; c. alamat kedudukan Bank; d. tempat dan tanggal pendirian Bank; dan e. bentuk badan hukum Bank;

(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai e wajib didukung dengan dokumen identitas Bank berupa: a. izin usaha dari Bank Indonesia; dan b. spesimen tanda tangan dan surat kuasa kepada pihak-pihak yang

ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama Bank dalam melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS.

70 Pasal 16 12/20/PBI/2010

(1) Untuk calon Nasabah berupa yayasan dan perkumpulan, BPR dan BPRS wajib meminta informasi paling kurang sebagai berikut: Yang dimaksud dengan perkumpulan antara lain Lembaga Swadaya Masyarakat, perkumpulan keagamaan, partai politik, dan organisasi non profit, yang berbadan hukum.

a. nama yayasan/perkumpulan; b. nomor izin pendirian dari instansi berwenang; c. alamat kedudukan yayasan/perkumpulan; d. tempat dan tanggal pendirian yayasan/perkumpulan; e. bentuk badan hukum; f. identitas Beneficial Owner, apabila calon Nasabah mewakili

Beneficial Owner; g. sumber dana; dan h. maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan

dilakukan calon Nasabah dengan BPR/BPRS. (2) Untuk calon Nasabah berupa yayasan, informasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) wajib didukung dengan dokumen yang memuat informasi paling kurang berupa: a. izin bidang kegiatan/tujuan yayasan; b. deskripsi kegiatan yayasan; c. struktur pengurus yayasan; dan

Page 65: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

56

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

d. identitas anggota pengurus yang berwenang mewakili yayasan untuk melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS.

(3) Untuk calon Nasabah berupa perkumpulan, informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didukung dengan dokumen yang memuat informasi paling kurang berupa: a. bukti pendaftaran pada instansi yang berwenang; b. nama penyelenggara; dan

Yang dimaksud dengan “nama penyelenggara” adalah nama-nama dari pengurus dan pengawas perkumpulan tersebut

c. identitas pihak yang berwenang mewakili perkumpulan dalam

melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS.

71 Pasal 17 12/20/PBI/2010

(1) Terhadap calon Nasabah berupa Lembaga Negara/Pemerintah, BPR dan BPRS wajib meminta informasi mengenai nama dan alamat kedudukan Lembaga Negara/Pemerintah.

(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didukung dengan dokumen berupa: a. surat penunjukan bagi pihak-pihak yang berwenang mewakili

Lembaga Negara/Pemerintah dalam melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS; dan

b. spesimen tanda tangan.

72 Pasal 18 12/20/PBI/2010

(1) Informasi yang wajib diminta oleh BPR dan BPRS kepada WIC sebelum melakukan transaksi : a. Untuk transaksi kurang dari Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

adalah informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67 ayat (1) huruf a angka 1) sampai angka 3) bagi WIC perorangan, dan Paragraf 68 ayat (1) huruf a dan huruf c bagi WIC perusahaan.

b. Untuk transaksi sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih, baik yang dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja adalah seluruh informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67 ayat (1) bagi WIC perorangan dan Paragraf 68 ayat (1) bagi WIC perusahaan.

Ketentuan dalam ayat ini juga berlaku bagi perantara atau pihak yang mendapatkan kuasa dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas kepentingan Nasabah yang transaksinya tergolong tidak wajar atau mencurigakan.

(2) Informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b wajib didukung

dengan dokumen berupa: a. Bagi WIC perorangan adalah dokumen identitas. b. Bagi WIC perusahaan adalah

Termasuk dalam WIC perusahaan, adalah WIC yayasan/perkumpulan atau WIC Lembaga Negara/Pemerintah.

1) Izin usaha dari instansi berwenang;

Page 66: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

57

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Termasuk izin usaha adalah izin usaha dari Bank Indonesia bagi Pedagang Valuta Asing dan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang, serta izin usaha dari Departemen Kehutanan bagi kegiatan usaha di bidang perkayuan/kehutanan.

2) Surat kuasa kepada pihak-pihak yang ditunjuk mempunyai

wewenang bertindak untuk dan atas nama perusahaan dalam melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS;

3) danKartu NPWP bagi Nasabah yang diwajibkan untuk memiliki NPWP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Paragraf 2 Verifikasi Dokumen 73 Pasal 19

12/20/PBI/2010 (1) BPR dan BPRS wajib melakukan verifikasi terhadap dokumen pendukung

yang memuat informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67 ayat (1), Paragraf 68 ayat (1), Paragraf 69 ayat (1), Paragraf 70 ayat (1) dan Paragraf 71 ayat (1) serta memastikan bahwa data tersebut adalah data yang benar dan terkini.

Untuk memastikan data dokumen pendukung adalah benar dan terkini misalnya untuk dokumen identitas perorangan dilakukan dengan cara membandingkan foto diri yang tercantum dalam dokumen yang diterbitkan oleh pihak yang berwenang dan masih berlaku.

(2) BPR dan BPRS dapat melakukan wawancara dengan calon Nasabah

untuk meneliti dan meyakini kebenaran dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Dalam hal terdapat keraguan, BPR dan BPRS wajib meminta kepada calon Nasabah untuk memberikan dokumen identitas lainnya atau dokumen pendukung yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang, untuk memastikan kebenaran identitas calon Nasabah.

Yang dimaksud dengan “dokumen identitas lainnya” misalnya selain KTP yaitu SIM atau paspor. Sedangkan yang dimaksud dengan “dokumen pendukung” misalnya Kartu Keluarga atau NPWP.

(4) BPR dan BPRS wajib menyelesaikan proses verifikasi identitas terhadap:

a. calon Nasabah dan Beneficial Owner sebelum melakukan hubungan usaha dengan calon Nasabah.

b. WIC dan Beneficial Owner sebelum melakukan transaksi. (5) Dalam kondisi tertentu BPR/BPRS dapat melakukan hubungan usaha

sebelum proses verifikasi selesai sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a selesai. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu antara lain: a. kelengkapan dokumen tidak dapat dipenuhi pada saat hubungan

usaha akan dilakukan misalnya karena dokumen masih dalam proses pengurusan yang dibuktikan dengan dokumen pendukung; dan

b. apabila tingkat risiko calon nasabah tergolong rendah.

Page 67: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

58

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(6) Proses verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib diselesaikan paling lambat: a. untuk Nasabah perorangan, 14 (empat belas) hari kerja setelah

dilakukannya hubungan usaha. b. untuk Nasabah perusahaan, 90 (sembilan puluh) hari kerja setelah

dilakukannya hubungan usaha.

Paragraf 3 Pengkinian dan Pemantauan 74 Pasal 20

12/20/PBI/2010 (1) BPR dan BPRS wajib melakukan pengkinian data terhadap informasi dan

dokumen Nasabah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67, Paragraf 68, Paragraf 69, Paragraf 70 dan Paragraf 71 serta menatausahakannya.

(2) Pengkinian data terhadap informasi dan dokumen Nasabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk didalamnya adalah pengkinian data terhadap nasabah yang telah melakukan hubungan usaha sebelum ketentuan ini diterbitkan.

75 Pasal 21 12/20/PBI/2010

BPR dan BPRS wajib : a. memelihara Daftar Teroris berdasarkan data yang diterima dari Bank

Indonesia setiap 6 (enam) bulan berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB);

Yang dimaksud dengan Daftar Teroris adalah daftar nama-nama teroris yang tercatat pada Resolusi Dewan Keamanan PBB 1267. BPR dan BPRS dapat secara aktif mengkinikan Daftar Teroris berdasarkan database Daftar Teroris yang dipublikasikan melalui media internet seperti website PBB http://www.un.org/sc/committees/1267/consolist.shtml atau sumber lain yang lazim digunakan (termasuk website laporan bulanan BPR/BPRS jika tersedia).

b. memastikan secara berkala nama-nama Nasabah BPR dan BPRS yang

memiliki kesamaan atau kemiripan dengan nama yang tercantum dalam Daftar Teroris;

c. memastikan kesesuaian identitas Nasabah tersebut dengan informasi lain yang terkait dalam hal terdapat kemiripan nama Nasabah dengan nama yang tercantum dalam Daftar Teroris; dan

Yang dimaksud dengan informasi lainnya antara lain tempat dan tanggal lahir, serta alamat Nasabah.

d. melaporkan Nasabah tersebut dalam laporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan dalam hal terdapat kesamaan nama Nasabah dan kesamaan informasi lainnya dengan nama yang tercantum dalam Daftar Teroris.

Termasuk sebagai nama Nasabah adalah nama alias dari Nasabah.

76 Pasal 22 12/20/PBI/2010

(1) BPR dan BPRS wajib melakukan : a. pemantauan secara berkesinambungan untuk mengidentifikasi

kesesuaian antara transaksi Nasabah dengan profil Nasabah dan menatausahakan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf

Page 68: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

59

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

78. b. analisis terhadap seluruh transaksi yang tidak sesuai dengan profil

Nasabah.

(2) BPR dan BPRS dapat meminta informasi tentang latar belakang dan tujuan transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai dengan profil Nasabah, dengan memperhatikan ketentuan anti tipping-off sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang.

Ketentuan anti tipping-off adalah ketentuan untuk merahasiakan Nasabah yang akan dilaporkan kepada PPATK.

77 Pasal 23 12/20/PBI/2010

(1) BPR dan BPRS wajib memiliki sistem pencatatan yang dapat mengidentifikasi, menganalisa, memantau dan menyediakan laporan secara efektif mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh Nasabah.

Sistem pencatatan yang dimiliki harus dapat memungkinkan BPR dan BPRS untuk menelusuri setiap transaksi apabila diperlukan, baik untuk keperluan intern dan/atau Bank Indonesia, maupun dalam kaitannya dengan kasus peradilan.

(2) BPR dan BPRS wajib memelihara profil Nasabah paling kurang meliputinformasi mengenai: a. pekerjaan atau bidang usaha; b. jumlah penghasilan; c. rekening lain yang dimiliki, apabila ada; d. aktivitas transaksi normal; dan e. tujuan pembukaan rekening.

Bagian Kedua Penatausahaan Dokumen 78 Pasal 24

12/20/PBI/2010 (1) BPR dan BPRS wajib menatausahakan:

Dokumen dapat ditatausahakan dalam bentuk asli, salinan, electronic form, microfilm, atau dokumen yang berdasarkan undang-undang yang berlaku dapat digunakan sebagai alat bukti.

a. dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC dengan

jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun sejak: 1) berakhirnya hubungan usaha atau transaksi dengan Nasabah

atau WIC; atau 2) ditemukannya ketidaksesuaian transaksi dengan tujuan

ekonomis dan/atau tujuan usaha. b. dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan transaksi

keuangan dengan jangka waktu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Dokumen Perusahaan.

(2) Dokumen yang terkait sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) paling kurang mencakup: a. identitas Nasabah atau WIC; dan

Page 69: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

60

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

b. informasi transaksi yang antara lain meliputi jenis mata uang dan jumlah uang yang digunakan, tanggal perintah transaksi, asal dan tujuan transaksi, serta nomor rekening yang terkait dengan transaksi.

Dokumen informasi transaksi berupa jenis mata uang selain rupiah (valuta asing) berlaku bagi BPR dan BPRS yang telah memiliki izin

melakukan kegiatan usaha jual beli valuta asing. (3) BPR dan BPRS wajib memberikan informasi dan/atau dokumen

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bank Indonesia dan/atau otoritas lain yang berwenang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan “otoritas lain yang berwenang” antara lain PPATK.

Bagian Ketiga Pemindahan Dana 79 Pasal 25

12/20/PBI/2010 Dalam melakukan kegiatan pemindahan dana untuk kepentingan Nasabah atau WIC melalui rekening BPR/BPRS yang ada di Bank Umum dan/atau Unit Usaha Syariah: Kegiatan pemindahan dana BPR dan BPRS dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Unit Usaha Syariah adalah Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. a. BPR dan BPRS Pengirim wajib:

Yang dimaksud dengan BPR/BPRS Pengirim termasuk pula BPR/BPRS yang melakukan kegiatan usaha sebagai agen dari penyelenggara kegiatan pengiriman uang. Yang dimaksud dengan kegiatan dokumentasi adalah kegiatan dokumentasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 78 ketentuan ini. 1) memperoleh informasi dan melakukan identifikasi serta verifikasi

terhadap Nasabah pengirim atau WIC pengirim, paling kurang meliputi: a) nomor rekening dan identitas Nasabah pengirim atau identitas

WIC pengirim; dan b) tanggal transaksi dan nominal.

2) mendokumentasikan seluruh transaksi pemindahan dana. b. BPR dan BPRS Penerima wajib memastikan kelengkapan informasi

Nasabah pengirim dan WIC pengirim sebagaimana dimaksud pada huruf a.

80 Pasal 26 12/20/PBI/2010

Dalam hal informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 79 tidak dipenuhi, BPR dan BPRS dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko dapat:

Page 70: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

61

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

a. menolak untuk melaksanakan pemindahan dana; b. membatalkan transaksi pemindahan dana; dan/atau c. mengakhiri hubungan usaha dengan Nasabah.

81 Pasal 27 12/20/PBI/2010

Dalam hal terdapat pemindahan dana yang memenuhi kriteria mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang, BPR dan BPRS wajib melaporkan pemindahan dana tersebut sebagai laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada PPATK.

Bagian Keempat Penutupan Hubungan Usaha atau Penolakan Transaksi 82 Pasal 28

12/20/PBI/2010 (1) BPR dan BPRS wajib menolak melakukan hubungan usaha dengan calon

Nasabah dan/atau melaksanakan transaksi dengan WIC, dalam hal calon Nasabah atau WIC: a. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf

67, Paragraf 68, Paragraf 69, Paragraf 70, dan Paragraf 71; atau b. diketahui menggunakan identitas dan/atau memberikan informasi

yang tidak benar. (2) BPR dan BPRS dapat menolak transaksi, membatalkan transaksi,

dan/atau menutup hubungan usaha dengan Nasabah dalam hal : a. kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi; b. BPR dan BPRS ragu terhadap kebenaran informasi Nasabah; atau c. penggunaan rekening tidak sesuai dengan profil Nasabah.

(3) BPR dan BPRS wajib : a. mendokumentasikan data calon Nasabah, WIC, atau Nasabah yang

memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

b. melaporkan calon Nasabah, WIC, atau Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dalam laporan TransaksiKeuangan Mencurigakan kepada PPATK apabila transaksinya tidak wajar atau mencurigakan.

Kewajiban BPR dan BPRS untuk mendokumentasikan dan melaporkan data calon Nasabah dan WIC dilakukan apabila BPR dan BPRS menolak atau membatalkan transaksi, setelah BPR dan BPRS mendapatkan data nama, alamat, dan jumlah transaksi.

Bagian Kelima Beneficial Owner 83 Pasal 29

12/20/PBI/2010 (1) BPR dan BPRS wajib memastikan apakah calon Nasabah atau WIC

mewakili Beneficial Owner untuk membuka hubungan usaha atau melakukan transaksi.

Yang dimaksud Beneficial Owner dalam ayat ini termasuk Beneficial Owner lainnya yang terkait dengan calon Nasabah atau WIC, apabila Beneficial Owner lebih dari satu.

(2) Dalam hal calon Nasabah atau WIC mewakili Beneficial Owner untuk

membuka hubungan usaha atau melakukan transaksi, BPR dan BPRS wajib melakukan prosedur CDD terhadap Beneficial Owner sebagaimana

Page 71: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

62

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

dilakukan terhadap calon Nasabah atau WIC.

Dalam hal Beneficial Owner digolongkan sebagai PEP, maka prosedur yang diterapkan adalah prosedur EDD.

84 Pasal 30 12/20/PBI/2010

(1) BPR dan BPRS wajib memperoleh bukti atas identitas dan/atau informasi lainnya mengenai Beneficial Owner, antara lain berupa: a. bagi Beneficial Owner perorangan:

1) dokumen identitas sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67 ayat (2);

2) hubungan hukum antara calon Nasabah atau WIC dengan Beneficial Owner yang ditunjukkan dengan surat penugasan, surat perjanjian, surat kuasa atau bentuk lainnya; dan

3) pernyataan dari calon Nasabah atau WIC mengenai kebenaran identitas maupun sumber dana dari Beneficial Owner.

b. bagi Beneficial Owner perusahaan, yayasan atau perkumpulan: 1) dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 68 ayat (2),

ayat (3) dan ayat (4), Paragraf 70 ayat (2) dan ayat (3); 2) informasi dan dokumen identitas pemilik atau pengendali akhir

perusahaan, yayasan, atau perkumpulan; dan Yang dimaksud dengan pemilik atau pengendali akhir perusahaan, yayasan, atau perkumpulan (ultimate owner/ultimate controller) adalah perorangan yang menurut penilaian Bank memiliki dan/atau yang melakukan pengendalian akhir untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan perusahaan. Dokumen identitas pemilik atau pengendali akhir dapat berupa surat pernyataan atau dokumen lainnya yang memuat informasi mengenai identitas pemilik atau pengendali akhir.

3) pernyataan dari calon Nasabah atau WIC mengenai kebenaran identitas maupun sumber dana dari Beneficial Owner.

(2) Dalam hal calon Nasabah merupakan Bank lain yang mewakili Beneficial Owner, maka dokumen mengenai Beneficial Owner berupa pernyataan tertulis dari Bank dimaksud bahwa identitas Beneficial Owner telah dilakukan verifikasi oleh Bank lain di dalam negeri tersebut.

(3) Dalam hal BPR dan BPRS meragukan atau tidak dapat meyakini identitas Beneficial Owner, BPR dan BPRS wajib menolak untuk melakukan hubungan usaha atau transaksi dengan calon Nasabah atau WIC.

85 Pasal 31 12/20/PBI/2010

Kewajiban penyampaian dokumen dan/atau informasi identitas pemilik atau pengendali akhir Beneficial Owner sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 84 ayat (1) huruf b angka 2) tidak berlaku bagi Beneficial Owner berupa: (1) Lembaga Negara/Pemerintah; atau (2) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek.

Page 72: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

63

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Bagian Keenam Politically Exposed Person dan Area Berisiko Tinggi 86 Pasal 32

12/20/PBI/2010 (1) BPR dan BPRS wajib meneliti adanya calon Nasabah, Nasabah dan

Beneficial Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi atau PEP.

Penetapan penggolongan berisiko tinggi dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan PPATK yang mengatur mengenai pedoman identifikasi produk, nasabah, usaha, dan negara berisiko tinggi bagi penyedia jasa keuangan dan pedoman mengenaiidentifikasi transaksi keuangan mencurigakan terkait pendanaanterorisme bagi penyedia jasa keuangan.

(2) Dalam hal calon Nasabah diketahui tergolong PEP maka BPR dan BPRS

wajib melakukan EDD pada awal melakukan hubungan usaha dengan BPR dan BPRS.

(3) Nasabah dan Beneficial Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi atau PEP dibuat dalam daftar tersendiri.

Pembuatan daftar tersendiri ditujukan untuk memudahkan identifikasi dan pemantauan.

(4) Kewajiban BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diberlakukan pula terhadap Nasabah atau WIC yang menerima kiriman uang dari dan/atau melakukan transaksi lainnya dengan pihak yang berasal dari negara berisiko tinggi melalui rekening BPR/BPRS yang ada di Bank Umum dan/atau Unit Usaha Syariah dalam negeri.

Negara berisiko tinggi antara lain negara yang diidentifikasikan sebagai Tax Haven seperti British Virgin Island.

(5) Dalam hal BPR dan BPRS akan melakukan hubungan usaha dengan calon

Nasabah yang tergolong PEP, Direksi BPR/BPRS atau Pejabat Eksekutif bertanggung jawab atas pelaksanaan hubungan usaha dengan calon Nasabah tersebut.

Yang dimaksud Pejabat Eksekutif adalah Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).

(6) Direksi atau Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

berwenang untuk : a. memberikan persetujuan atau penolakan terhadap calon Nasabah

yang tergolong berisiko tinggi atau PEP; danme b. membuat keputusan untuk meneruskan atau menghentikan

hubungan usaha dengan Nasabah atau Beneficial Owner yang tergolong PEP.

Dalam hal ini khususnya terhadap Nasabah yang statusnya mengalami perubahan dari Nasabah biasa menjadi PEP atau berisiko tinggi, termasuk Nasabah yang baru teridentifikasi sebagai PEP atau berisiko tinggi.

Page 73: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

64

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

87 Pasal 33 12/20/PBI/2010

BPR dan BPRS wajib melakukan EDD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 86 dengan cara melakukan CDD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 62 ayat (1) huruf a serta melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Bagi calon Nasabah:

1) meminta informasi tambahan yang diperlukan untuk memastikan kebenaran profil calon Nasabah; dan/atau

2) meminta dokumen pendukung tambahan untuk meyakini kebenaran informasi mengenai identitas dan sumber dana.

b. Bagi Nasabah atau Beneficial Owner: 1) melakukan kegiatan seperti yang dilakukan terhadap calon Nasabah

sebagaimana dimaksud pada huruf a; 2) melakukan analisa secara berkala paling kurang terhadap informasi

mengenai sumber dana, tujuan transaksi, dan hubungan usaha dengan pihak-pihak yang terkait; dan

Yang dimaksud dengan pihak-pihak yang terkait antara lain: a. Perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh PEP; b. Keluarga PEP sampai dengan derajat kedua; dan/atau c. Pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik

mempunyai hubungan dekat dengan PEP.

3) memantau lebih ketat pola transaksi nasabah untuk kepentingan pengkinian profil Nasabah atau Beneficial Owner.

Bagian Ketujuh CDD yang Lebih Sederhana 88 Pasal 34

12/20/PBI/2010 (1) BPR dan BPRS dapat menerapkan prosedur CDD yang lebih sederhana

dari prosedur CDD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67, Paragraf 68, Paragraf 69, dan Paragraf 70 terhadap calon Nasabah yang tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau pendanaan terorisme tergolong rendah dan memenuhi kriteria sebagai berikut: a. tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran gaji karyawan; b. rekening berupa tabungan wajib terkait dengan pemberian

kredit/pembiayaan dari BPR/BPRS yang sama; c. calon Nasabah berupa perusahaan publik yang tunduk pada

peraturan tentang kewajiban untuk mengungkapkan kinerjanya; atau

d. nilai transaksi awal pembukaan rekening dibawah Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

(2) Dalam hal terhadap nilai transaksi awal rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d ditemukan indikasi transaksi keuangan yang tidak wajar yang diduga terkait dengan pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme, Bank wajib melakukan CDD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 63.

(3) BPR dan BPRS wajib membuat dan menyimpan daftar Nasabah yang mendapat perlakuan CDD yang lebih sederhana.

(4) Bagi calon Nasabah perorangan yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPR dan BPRS wajib meminta informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67 ayat (1) huruf a angka 1) sampai angka 5) dengan disertai dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada Paragraf 67 ayat (2).

Page 74: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

65

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(5) Bagi calon Nasabah perusahaan yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPR dan BPRS wajib meminta: a. informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 68 ayat (1) huruf a

dan huruf c; dan b. dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 68 ayat (3) huruf a

untuk perusahaan yang tergolong usaha mikro dan usaha kecil, dan Paragraf 68 ayat (4) huruf d untuk perusahaan yang tidak tergolong usaha mikro dan usaha kecil.

(6) Prosedur CDD yang lebih sederhana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila terdapat dugaan terjadi transaksi Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme dan berlaku ketentuan CDD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 63.

Calon Nasabah yang tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau pendanaan terorisme tergolong rendah antara lain adalah pihak/orang yang tidak tergolong PEP.

Bagian Kedelapan Pelaksanaan CDD oleh Pihak Ketiga 89 Pasal 35

12/20/PBI/2010 (1) BPR dan BPRS dapat menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan oleh

pihak ketiga terhadap calon Nasabahnya yang telah menjadi nasabah pada pihak ketiga tersebut. Yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah lembaga yang berada dalam pengawasan otoritas yang berwenang.

(2) Hasil CDD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan oleh

BPR/BPRS apabila pihak ketiga : a. memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Prosedur CDD antara lain mencakup identifikasi dan verifikasi calon Nasabah.

b. memiliki kerja sama dengan BPR/BPRS dalam bentuk kesepakatan

tertulis; c. tunduk pada pengawasan dari otoritas berwenang sesuai dengan

ketentuan yang berlaku; dan d. bersedia memenuhi permintaan informasi dan salinan dokumen

pendukung apabila sewaktu-waktu dibutuhkan oleh BPR/BPRS dalam rangka pelaksanaan program APU dan PPT.

Informasi yang dimaksud paling kurang berupa informasi mengenai nama lengkap sesuai dengan yang tercantum pada kartu identitas, alamat atau tempat dan tanggal lahir, nomor kartu identitas, dan kewarganegaraan dari calon Nasabah.

(3) BPR dan BPRS wajib memastikan kecukupan identifikasi dan verifikasi

atas hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Tanggung jawab akhir atas hasil identifikasi dan verifikasi calon

Page 75: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

66

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Nasabah sepenuhnya menjadi tanggung jawab BPR dan BPRS. (4) BPR dan BPRS yang menggunakan hasil CDD dari pihak ketiga

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab untuk melaksanakan penatausahaan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 78.

BAB IV Pengendalian Intern 90 Pasal 36

12/20/PBI/2010 (1) BPR dan BPRS wajib memiliki sistem pengendalian intern yang efektif.

Dalam hal BPR dan BPRS tidak memiliki Satuan Kerja Audit Internal (SKAI), BPR dan BPRS menunjuk pejabat (pegawai, Direksi, Komisaris) yang melaksanakan fungsi pengendalian intern dalam rangka memastikan efektivitas penerapan program APU dan PPT. Dalam memastikan efektivitas penerapan program APU dan PPT oleh BPR dan BPRS, BPR dan BPRS mengoptimalkan satuan kerja Audit Intern yang telah ada antara lain untuk melakukan uji kepatuhan (termasuk penggunaan sample testing) terhadap kebijakan dan prosedur yang terkait dengan program APU dan PPT.

(2) Pelaksanaan sistem pengendalian intern yang efektif antara lain

dibuktikan dengan: a. adanya batasan wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk

unit kerja atau pegawai yang terkait dengan penerapan program APU dan PPT;

b. adanya pemisahan fungsi antara pelaksana penerapan program APU dan PPT dengan pegawai yang ditunjuk untuk mengawasi efektivitas penerapan program tersebut; dan

c. dilakukannya pemantauan terhadap efektivitas pelaksanaan program APU dan PPT oleh satuan kerja audit intern/pegawai yang ditunjuk untuk melakukan fungsi pengawasan sebagaimana disebutkan pada huruf b.

BAB V Sumber Daya Manusia dan Pelatihan 91 Pasal 37

12/20/PBI/2010 BPR dan BPRS wajib melakukan prosedur penyaringan (screening) dalam rangka penerimaan pegawai baru, untuk mencegah digunakannya BPR dan BPRS sebagai media atau tujuan pencucian uang atau pendanaan terorisme yang melibatkan pihak intern BPR/BPRS. Pemanfaatan jasa perbankan sebagai media pencucian uang dan pendanaan terorisme dimungkinkan juga melibatkan pegawai BPR itu sendiri. Dengan demikian untuk mencegah ataupun mendeteksi terjadinya dugaan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan melalui lembaga perbankan perlu diterapkan Know Your Employee (KYE) yang diantaranya adalah melalui prosedur screening.

92 Pasal 38 12/20/PBI/2010

(1) BPR dan BPRS wajib menyelenggarakan pelatihan mengenai program APU dan PPT.

Page 76: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

67

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pelatihan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa seluruh pegawai, khususnya pegawai terkait dan pegawai baru, telah mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan program APU dan PPT.

(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan

dengan cara antara lain: a. menyelenggarakan in house training; b. mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan yang diselenggarakan

oleh pihak lain; c. menyelenggarakan forum tukar-menukar informasi (knowledge

sharing); dan/atau

Tukar menukar informasi dapat dilakukan secara internal atau dengan BPR/BPRS/instansi lain.

d. melakukan pembelajaran dengan menggunakan sarana elektronik

(elearning).

BAB VI Pelaporan 93 Pasal 39

12/20/PBI/2010 (1) Dalam rangka menerapkan program APU dan PPT, BPR dan BPRS wajib

menyampaikan: a. Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT sebagaimana

dimaksud dalam Paragraf 62 ayat (2) paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak diberlakukannya ketentuan ini;

b. Setiap perubahan Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 62 ayat (2) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak perubahan tersebut kepada Bank Indonesia.

c. Dalam hal batas akhir laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b jatuh pada hari Sabtu atau hari libur, maka batas akhir laporan adalah hari kerja berikutnya.

(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan perubahan sebagaimana ayat (1) huruf b disampaikan kepada: a. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU), Bank Indonesia, Jl. M.H.

Thamrin No.2 Jakarta 10350, bagi BPR yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia;

b. Direktorat Perbankan Syariah (DPbS), Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350, bagi BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia;

c. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BPR/BPRS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.

94 Pasal 40 12/20/PBI/2010

(1) BPR dan BPRS wajib menyampaikan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan, laporan transaksi keuangan tunai, dan laporan lain kepada PPATK sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang.

Laporan disampaikan kepada PPATK Jl. Ir. H. Juanda No.35, Jakarta 10120.

Page 77: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

68

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

(2) Kewajiban BPR dan BPRS untuk melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga berlaku untuk transaksi yang diduga terkait dengan kegiatan terorisme atau pendanaan terorisme.

(3) BPR dan BPRS wajib menyampaikan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada PPATK paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah BPR dan BPRS mengetahui adanya unsur Transaksi Keuangan Mencurigakan. Yang dimaksud dengan “BPR dan BPRS mengetahui adanya unsur Transaksi Keuangan Mencurigakan” adalah sejak direktur yang berwenang menyetujui transaksi tersebut sebagai Transaksi Keuangan Mencurigakan.

(4) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan berpedoman pada ketentuan yang dikeluarkan oleh PPATK.

Yang dimaksud dengan “ketentuan yang dikeluarkan oleh PPATK” adalah Pedoman PPATK yang mengatur mengenai Pedoman Identifikasi dan Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan bagi Penyedia Jasa Keuangan.

BAB VII Ketentuan Lain-Lain 95 Pasal 41

12/20/PBI/2010 BPR dan BPRS harus melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan teknologi dalam pengembangan modus pencucian uang atau skema pendanaan terorisme.

96 Pasal 42 12/20/PBI/2010

BPR dan BPRS wajib bekerja sama dengan penegak hukum dan otoritas yang berwenang dalam rangka memberantas pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme. Termasuk kerjasama dengan penegak hukum yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah menyampaikan dokumen atau informasi kepada penegak hukum terkait dengan identitas nasabah yang diduga melakukan tindak pidana yang merupakan tindak pidana asal (predicate crime) dari tindak pidana pencucian uang sesuai perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII Penilaian Penerapan Program APU dan PPT 97 SE

13/14/DKBU 2011 Romawi II

Penilaian penerapan program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 4 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ketentuan ini. 1. Tujuan Penilaian

a. Penilaian atas penerapan program APU dan PPT dan kewajiban lainnya terkait dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PPTPPU) dimaksudkan untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai kecukupan dan efektifitas penerapan program APU dan PPT dan kewajiban lainnya terkait dengan UU PPTPPU pada setiap BPR dan BPRS. Gambaran menyeluruh tersebut

Page 78: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

69

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

diperlukan untuk memastikan tingkat kepatuhan BPR dan BPRS terhadap ketentuan yang berlaku dan efektivitas penerapannya, serta untuk mengidentifikasi langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

b. Bank Indonesia melakukan penilaian secara kuantitatif terhadap penerapan program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan UU PPTPPU berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia.

2. Cakupan Penilaian Penilaian atas penerapan program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan UU PPTPPU pada BPR dan BPRS paling kurang mencakup 4 (empat) aspek sebagai berikut: a. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris; b. kebijakan dan prosedur; c. pengendalian intern; dan d. sumber daya manusia dan pelatihan.

3. Hasil Penilaian Penilaian atas penerapan program APU dan PPT dilakukan terhadap masing-masing aspek sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan diberikan nilai dalam skala 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sesuai kriteria sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 4. Berdasarkan penilaian terhadap masing-masing aspek tersebut, secara kuantitatif ditetapkan hasil akhir penilaian berupa nilai dalam skala 1 sampai dengan 5 dan predikat sebagai berikut: a. Nilai 1 sampai dengan 1,9 mencerminkan bahwa penerapan

program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan UU PPTPPU tergolong Sangat Baik. Predikat Sangat Baik diberikan karena penerapannya dinilai sangat memadai dan sangat efektif untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme serta memenuhi kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan tunai kepada PPATK.

b. Nilai 2 sampai dengan 2,9 mencerminkan bahwa penerapan program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan UU PPTPPU tergolong Baik. Predikat Baik diberikan karena penerapannya dinilai memadai dan efektif untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme serta memenuhi kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan tunai kepada PPATK.

c. Nilai 3 sampai dengan 3,9 mencerminkan bahwa penerapan program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan UU PPTPPU tergolong Cukup Baik. Predikat Cukup Baik diberikan karena penerapannya dinilai cukup memadai dan cukup efektif untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme serta memenuhi kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan tunai kepada PPATK.

d. Nilai 4 sampai dengan 4,9 mencerminkan bahwa penerapan program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan UU PPTPPU tergolong Kurang Baik. Predikat Kurang Baik diberikan karena penerapannya dinilai kurang memadai dan kurang efektif

Page 79: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

70

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme serta memenuhi kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan tunai kepada PPATK.

e. Nilai 5 mencerminkan bahwa penerapan program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan UU PPTPPU tergolong Tidak Baik. Predikat Tidak Baik diberikan karena penerapannya dinilai tidak memadai dan tidak efektif untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme serta memenuhi kewajiban pelaporan transaksi keuangan yang mencurigakan dan transaksi keuangan tunai kepada PPATK.

4. Tindak Lanjut Hasil Penilaian Hasil penilaian atas penerapan program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan UU PPTPPU diperhitungkan dalam penilaian faktor manajemen tingkat kesehatan BPR dan BPRS.

BAB IX Sanksi 98 Pasal 43

12/20/PBI/2010 Ayat (1) SE 13/14/DKBU 2011 Romawi III No. 2a Pasal 43 12/20/PBI/2010 Ayat (2) SE 13/14/DKBU 2011 Romawi III No. 2b

(1) BPR dan BPRS yang terlambat menyampaikan Pedoman Program APU dan PPT dan/atau perubahannya sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 93 ayat (1) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan per laporan dan paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). 1) BPR dan BPRS dianggap terlambat menyampaikan Pedoman

Pelaksanaan Program APU dan PPT apabila menyampaikan Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT setelah tanggal 1 Desember 2011.

2) BPR dan BPRS dianggap terlambat menyampaikan perubahan Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT apabila menyampaikan perubahan Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak perubahan tersebut ditandatangani oleh Dewan Komisaris.

3) BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 1) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan dan paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

4) BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 2) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan dan paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

(2) BPR dan BPRS yang terlambat menyampaikan Laporan Transaksi

Keuangan Mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 94 ayat (3) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan per laporan dan paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

1) BPR dan BPRS dianggap terlambat menyampaikan Laporan

Transaksi Keuangan Mencurigakan apabila menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan lebih dari 3 (tiga) hari kerja setelah BPR dan BPRS mengetahui adanya unsur Transaksi

Page 80: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

71

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 43 12/20/PBI/2010 Ayat (3) SE 13/14/DKBU 2011 Romawi III No. 2c Pasal 43 12/20/PBI/2010 Ayat (4) SE 13/14/DKBU 2011 Romawi III No. 2d

Keuangan Mencurigakan, yaitu sejak direktur yang berwenang menyetujui transaksi tersebut sebagai Transaksi Keuangan Mencurigakan.

2) BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 1) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan dan paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

(3) BPR dan BPRS yang belum menyampaikan Pedoman Program APU dan

PPT dan/atau perubahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu lebih 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

Selain terkena kewajiban membayar, BPR dan BPRS tetap wajib menyampaikan Pedoman Program APU dan PPT dan/atau perubahannya.

1) BPR dan BPRS dianggap tidak menyampaikan Pedoman Pelaksanaan

Program APU dan PPT apabila belum menyampaikan Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT sampai dengan tanggal 2 Januari 2012.

2) BPR dan BPRS dianggap tidak menyampaikan perubahan Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT apabila BPR dan BPRS belum menyampaikan perubahan Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT lebih dari 1 (satu) bulan sejak perubahan tersebut ditandatangani oleh Dewan Komisaris.

3) BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 1) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) serta teguran tertulis.

4) BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 2) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) serta teguran tertulis.

(4) BPR dan BPRS yang belum menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu lebih 1 (satu) bulan sejak ditemukan pada saat pemeriksaaan dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

Selain terkena kewajiban membayar, BPR dan BPRS tetap wajib menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan.

1) BPR dan BPRS dianggap tidak menyampaikan Laporan Transaksi

Keuangan Mencurigakan apabila menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan lebih dari 1 (satu) bulan sejak ditemukan pada saat pemeriksaan.

2) BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 1) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) serta teguran tertulis.

Page 81: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

72

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan

Pasal 43 12/20/PBI/2010 Ayat (5) SE 13/14/DKBU 2011 Romawi III No. 1

(5) BPR dan BPRS yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 56, Paragraf 60 ayat (1), Paragraf 61, Paragraf 62, Paragraf 63, Paragraf 65, Paragraf 66, Paragraf 67, Paragraf 68, Paragraf 69, Paragraf 70, Paragraf 71, Paragraf 72, Paragraf 73 ayat (1), ayat (4), ayat (6), Paragraf 74, Paragraf 75, Paragraf 76 ayat (1), Paragraf 77, Paragraf 78, Paragraf 79, Paragraf 81, Paragraf 82 ayat (1), ayat (3), Paragraf 83, Paragraf 84, Paragraf 86, Paragraf 87, Paragraf 88 ayat (3), Paragraf 89 ayat (3), Paragraf 90, Paragraf 91, Paragraf 92, Paragraf 93, Paragraf 94, dan/atau Paragraf 96 ketentuan ini dan ketentuan pelaksanaan terkait lainnya dapat dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, antara lain berupa: a. teguran tertulis; b. penurunan tingkat kesehatan Bank;

Yang dimaksud dengan tingkat kesehatan BPR/BPRS adalah tingkat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR/BPRS.

c. pembekuan kegiatan usaha tertentu;

Pembekuan kegiatan usaha tertentu adalah larangan terhadap kegiatan usaha yang menurut penilaian Bank Indonesia merupakan kegiatan usaha berisiko tinggi untuk digunakan sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme dalam hal BPR/BPRS tidak menerapkan program APU dan PPT secara memadai.

d. pemberhentian pengurus Bank; dan/atau e. pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank, dan/atau

pemegang saham dalam daftar pihak-pihak yang mendapat predikat tidak lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan atau dalam catatan administrasi Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

Page 82: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA

NOMOR 15/21/DPNP TANGGAL 14 Juni 2013

PERIHAL

PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN

UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN

TERORISME BAGI BANK UMUM

PEDOMAN STANDAR PENERAPAN PROGRAM

ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN

PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

BANK INDONESIA

2013

73

THI_fariza
TextBox
1
Page 83: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

1

BAB I

PENDAHULUAN

Lembaga keuangan, khususnya perbankan, sangat rentan terhadap

kemungkinan digunakan sebagai media pencucian uang dan pendanaan

terorisme, karena pada perbankan tersedia banyak pilihan transaksi bagi

pelaku pencucian uang dan pendanaan terorisme dalam upaya

melancarkan tindak kejahatannya. Melalui berbagai pilihan transaksi

tersebut, seperti transaksi pengiriman uang, perbankan menjadi pintu

masuk harta kekayaan yang merupakan hasil tindak pidana atau

merupakan pendanaan kegiatan terorisme ke dalam sistem keuangan

yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pelaku

kejahatan. Misalnya untuk pelaku pencucian uang, harta kekayaan

tersebut dapat ditarik kembali sebagai harta kekayaan yang seolah-olah

sah dan tidak lagi dapat dilacak asal usulnya. Sedangkan untuk pelaku

pendanaan terorisme, harta kekayaan tersebut dapat digunakan untuk

membiayai kegiatan terorisme.

A. Pengertian, Tahap-tahap, dan Modus Pencucian Uang

1. Pencucian uang atau secara internasional dikenal dengan istilah

money laundering adalah perbuatan menempatkan,

mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,

menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,

menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang

diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana

dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan

asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta

kekayaan yang sah.

2. Pada dasarnya proses pencucian uang dapat dikelompokkan ke

dalam 3 (tiga) tahap kegiatan yang meliputi:

a. Penempatan (Placement), adalah upaya menempatkan

uang tunai yang berasal dari tindak pidana ke dalam

sistem keuangan (financial system), atau upaya

74

THI_fariza
Rectangle
Page 84: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

2

menempatkan uang giral (cheque, wesel bank, sertifikat

deposito, dan lain-lain) kembali ke dalam sistem keuangan,

terutama sistem perbankan.

b. Transfer (Layering), adalah upaya untuk mentransfer

harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana (dirty

money) yang telah berhasil ditempatkan pada Penyedia

Jasa Keuangan (terutama bank) sebagai hasil upaya

penempatan (placement) ke Penyedia Jasa Keuangan (PJK)

yang lain. Sebagai contoh adalah dengan melakukan

beberapa kali transaksi atau transfer dana.

c. Penggunaan harta kekayaan (Integration), adalah upaya

menggunakan harta kekayaan yang berasal dari tindak

pidana yang telah berhasil masuk ke dalam sistem

keuangan melalui penempatan atau transfer sehingga

seolah-olah menjadi harta kekayaan halal (clean money),

untuk kegiatan bisnis yang halal atau untuk membiayai

kembali kegiatan kejahatan. Sebagai contoh adalah dengan

pembelian aset dan membuka atau melakukan kegiatan

usaha.

3. Beberapa modus pencucian uang yang banyak digunakan oleh

pelaku pencucian uang adalah:

a. Smurfing, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan

dengan memecah-mecah transaksi yang dilakukan oleh

banyak pelaku.

b. Structuring, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan

dengan memecah-mecah transaksi sehingga jumlah

transaksi menjadi lebih kecil.

c. U Turn, yaitu upaya untuk mengaburkan asal usul hasil

kejahatan dengan memutarbalikkan transaksi untuk

kemudian dikembalikan ke rekening asalnya.

d. Cuckoo Smurfing, yaitu upaya mengaburkan asal usul

sumber dana dengan mengirimkan dana-dana dari hasil

kejahatannya melalui rekening pihak ketiga yang

75

THI_fariza
Rectangle
Page 85: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

3

menunggu kiriman dana dari luar negeri dan tidak

menyadari bahwa dana yang diterimanya tersebut

merupakan “proceed of crime”.

e. Pembelian asset atau barang-barang mewah, yaitu

menyembunyikan status kepemilikan dari aset/barang

mewah termasuk pengalihan aset tanpa terdeteksi oleh

sistem keuangan.

f. Pertukaran barang (barter), yaitu menghindari

penggunaan dana tunai atau instrumen keuangan sehingga

tidak dapat terdeteksi oleh sistem keuangan.

g. Underground Banking atau Alternative Remittance

Services, yaitu kegiatan pengiriman uang melalui

mekanisme jalur informal yang dilakukan atas dasar

kepercayaan.

h. Penggunaan pihak ketiga, yaitu transaksi yang dilakukan

dengan menggunakan identitas pihak ketiga dengan tujuan

menghindari terdeteksinya identitas dari pihak yang

sebenarnya merupakan pemilik dana hasil tindak pidana.

i. Mingling, yaitu mencampurkan dana hasil tindak pidana

dengan dana dari hasil kegiatan usaha yang legal dengan

tujuan untuk mengaburkan sumber asal dananya.

j. Penggunaan identitas palsu, yaitu transaksi yang

dilakukan dengan menggunakan identitas palsu sebagai

upaya untuk mempersulit terlacaknya identitas dan

pendeteksian keberadaan pelaku pencucian uang.

B. Pendanaan Terorisme

1. Pendanaan terorisme adalah penggunaan harta kekayaan secara

langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme,

organisasi teroris atau teroris. Pendanaan terorisme pada

dasarnya merupakan jenis tindak pidana yang berbeda dari

Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), namun demikian,

keduanya mengandung kesamaan, yaitu menggunakan jasa

76

THI_fariza
Rectangle
Page 86: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

4

keuangan sebagai sarana untuk melakukan suatu tindak

pidana.

2. Berbeda dengan TPPU yang tujuannya untuk menyamarkan

asal-usul harta kekayaan, maka tujuan tindak pidana

pendanaan terorisme adalah membantu kegiatan terorisme,

baik dengan harta kekayaan yang merupakan hasil dari suatu

tindak pidana ataupun dari harta kekayaan yang diperoleh

secara sah.

3. Untuk mencegah Bank digunakan sebagai sarana tindak pidana

pendanaan terorisme, maka Bank perlu menerapkan Program

Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme

secara memadai.

C. Pelaporan Kepada PPATK

Berdasarkan Undang-undang tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, laporan yang

disampaikan oleh Bank kepada Pusat Pelaporan dan Analisis

Transaksi Keuangan (PPATK) meliputi:

1. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) atau

Suspicious Transaction Report (STR);

2. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) atau Cash

Transaction Report (CTR); dan

3. Laporan lainnya, yaitu antara lain Laporan Transaksi Keuangan

Transfer Dana dari dan ke luar negeri .

Tata cara pelaporan mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh

PPATK.

D. Kebijakan Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan

Pencegahan Pendanaan Terorisme (Program APU dan PPT)

1. Program APU dan PPT merupakan program yang wajib

diterapkan Bank dalam melakukan hubungan usaha dengan

pengguna jasa Bank (Nasabah atau Walk In Customer). Program

tersebut antara lain mencakup hal-hal yang diwajibkan dalam

Financial Action Task Force (FATF) Recommendation dan The

77

THI_fariza
Rectangle
Page 87: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

5

Basel Committee on Banking Supervision sebagai upaya untuk

melindungi Bank agar tidak dijadikan sebagai sarana atau

sasaran kejahatan baik yang dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung oleh pelaku kejahatan.

2. Customer Due Dilligence (CDD) merupakan salah satu instrumen

utama dalam Program APU dan PPT. CDD tidak saja penting

untuk mendukung upaya pemberantasan pencucian uang dan

pendanaan teroris, melainkan juga dalam rangka penerapan

prinsip kehatian-hatian perbankan (prudential banking).

Penerapan CDD membantu melindungi Bank dari berbagai

risiko dalam kegiatan usaha Bank, seperti risiko operasional,

risiko hukum, dan risiko reputasi serta mencegah industri

perbankan digunakan sebagai sarana atau sasaran tindak

pidana, khususnya pencucian uang dan pendanaan terorisme.

3. Sebagai upaya meminimalisasi penggunaan Bank sebagai media

pencucian uang dan pendanaan terorisme, Bank wajib

menerapkan Program APU dan PPT, yang merupakan bagian

dari penerapan manajemen risiko Bank yang paling kurang

mencakup:

a. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;

b. kebijakan dan prosedur;

c. pengendalian intern;

d. sistem manajemen informasi; dan

e. sumber daya manusia dan pelatihan.

4. Program APU dan PPT memuat kebijakan dan prosedur tertulis

yang paling kurang mencakup:

a. permintaan informasi dan dokumen;

b. Beneficial Owner;

c. verifikasi dokumen;

d. CDD yang lebih sederhana;

e. penutupan hubungan dan penolakan transaksi;

f. ketentuan mengenai area berisiko tinggi dan PEP;

g. pelaksanaan CDD oleh pihak ketiga;

78

THI_fariza
Rectangle
Page 88: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

6

h. pengkinian dan pemantauan;

i. Cross Border Correspondent Banking;

j. transfer dana;

k. penatausahaan dokumen; dan

l. pelaporan kepada PPATK.

5. Kebijakan dan prosedur di atas wajib mempertimbangkan faktor

teknologi informasi yang berpotensi disalahgunakan oleh pelaku

pencucian uang dan pendanaan terorisme, termasuk jika Bank

mengeluarkan produk dan aktivitas baru. Dalam hal Bank akan

mengeluarkan produk dan aktivitas baru, Bank wajib

melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan

pengendalian terhadap risiko terjadinya pencucian uang atau

pendanaan terorisme dari:

a. pengembangan produk dan aktivitas baru termasuk

pelaksanaannya;

b. penggunaan atau pengembangan teknologi baru baik

untuk produk dan aktivitas baru maupun untuk produk

dan aktivitas yang sudah berjalan.

Dalam melakukan identifikasi, pengukuran, monitoring dan

pengendalian perlu:

a. memperhatikan risiko yang timbul, antara lain risiko

operasional, risiko hukum, risiko konsentrasi, dan risiko

reputasi, atas penerbitan produk, pelaksanaan aktivitas

baru, penggunaan atau pengembangan teknologi baru,

serta mengupayakan tindakan yang memadai untuk

mengelola dan memitigasi risiko yang timbul.

b. berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia yang

mengatur mengenai penerapan manajemen risiko dan

ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

pelaporan produk dan aktivitas baru.

6. Agar tercapai penerapan Pedoman Pelaksanaan Program APU

dan PPT yang efektif maka pedoman tersebut wajib

dikomunikasikan kepada seluruh pegawai dan diterapkan

79

THI_fariza
Rectangle
Page 89: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

7

secara konsisten serta berkesinambungan.

80

THI_fariza
Rectangle
Page 90: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

8

BAB II

MANAJEMEN

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Anti Pencucian

Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT), selain

dibutuhkan kepedulian dari Direksi dan Komisaris, Bank wajib

membentuk Unit Kerja Khusus atau menunjuk pejabat Bank yang

bertanggung jawab atas penerapan Program APU dan PPT. Peran aktif

dari Direksi dan Dewan Komisaris sangat diperlukan dalam menciptakan

efektifitas penerapan Program APU dan PPT, mengingat peranan Direksi

dan Dewan Komisaris akan mempengaruhi tingkat pencapaian tujuan

organisasi dalam penerapan Program APU dan PPT. Selain itu, peranan

Direksi dan Dewan Komisaris juga dapat memotivasi karyawan dan unit

kerja dalam mendorong terbentuknya budaya kepatuhan di seluruh

jajaran organisasi. Terbentuknya kerangka kerja tata kelola perusahaan

(corporate governance) yang kuat dalam organisasi akan mendukung

pengawasan terhadap pelaksanaan Pedoman Penerapan Program APU

dan PPT yang dimiliki.

A. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris

1. Pengawasan aktif Direksi Bank

Pengawasan aktif Direksi Bank paling kurang mencakup:

a. memastikan Bank memiliki kebijakan dan prosedur

Program APU dan PPT;

b. mengusulkan kebijakan tertulis Program APU dan PPT

kepada Dewan Komisaris;

c. memastikan penerapan Program APU dan PPT

dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur

tertulis yang telah ditetapkan;

d. membentuk Unit Kerja Khusus yang melaksanakan

Program APU dan PPT dan/atau menunjuk pejabat yang

bertanggung jawab terhadap Program APU dan PPT di

Kantor Pusat;

81

THI_fariza
Rectangle
Page 91: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

9

e. melakukan pengawasan atas kepatuhan satuan kerja

dalam menerapkan Program APU dan PPT;

f. memastikan bahwa kantor cabang wajib memiliki pegawai

atau pejabat yang menjalankan fungsi Unit Kerja Khusus.

Untuk kantor cabang dari Bank yang berkedudukan di luar

negeri, ketentuan ini berlaku juga untuk kantor cabang

pembantu;

g. memastikan bahwa kantor cabang dengan kompleksitas

usaha yang tinggi memenuhi kewajiban sebagaimana

dimaksud pada huruf f dan terpisah dari satuan kerja yang

melaksanakan kebijakan dan prosedur Program APU dan

PPT;

h. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tertulis

mengenai Program APU dan PPT sejalan dengan perubahan

dan pengembangan produk, aktivitas, dan teknologi Bank

serta sesuai dengan perkembangan modus pencucian uang

atau pendanaan terorisme; dan

i. memastikan bahwa seluruh pegawai, khususnya pegawai

dari unit kerja terkait dan pegawai baru, telah mengikuti

pelatihan yang berkaitan dengan Program APU dan PPT

secara berkala.

Dalam melaksanakan pengawasan aktif Direksi, Direktur yang

membawahkan fungsi Kepatuhan paling kurang mempunyai

tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk

memastikan Bank telah memenuhi ketentuan Bank

Indonesia mengenai Program APU dan PPT dan peraturan

perundang-undangan lainnya yang terkait;

b. memantau pelaksanaan tugas unit kerja khusus dan/atau

pejabat Bank yang bertanggung jawab atas penerapan

Program APU dan PPT;

c. memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama

mengenai pejabat yang akan memimpin Unit Kerja Khusus

82

THI_fariza
Rectangle
Page 92: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

10

atau pejabat yang bertanggung jawab atas penerapan

Program APU dan PPT;

d. memberikan persetujuan terhadap Laporan Transaksi

Keuangan Mencurigakan (LTKM); dan

e. mengevaluasi transaksi yang memerlukan persetujuan

pejabat senior.

2. Pengawasan aktif Dewan Komisaris

Pengawasan aktif Dewan Komisaris paling kurang mencakup:

a. memberikan persetujuan atas kebijakan Program APU dan

PPT;

b. mengawasi pelaksanaan tanggung jawab Direksi terhadap

penerapan Program APU dan PPT, termasuk komitmen

yang dibuat oleh Bank kepada Bank Indonesia.

B. Unit Kerja Khusus (UKK)

1. UKK di Kantor Pusat

a. UKK merupakan unit kerja yang bertanggung jawab

terhadap penerapan Program APU dan PPT, dengan jumlah

karyawan yang memadai. Penyediaan sumber daya

manusia yang memadai mencerminkan komitmen Bank

terhadap penerapan Program APU dan PPT.

b. Berdasarkan pertimbangan beban tugas operasional dan

kompleksitas usaha, Bank dapat menunjuk paling kurang

seorang pejabat Bank yang bertanggung jawab dalam

menjalankan fungsi UKK.

c. Dalam menjalankan tugasnya, UKK melapor dan

bertanggung jawab kepada Direktur yang membawahkan

fungsi Kepatuhan.

d. Agar arahan dan ketentuan dari UKK dapat dilaksanakan

dengan baik, Bank harus memiliki mekanisme kerja yang

memadai, serta didokumentasikan oleh setiap unit kerja

terkait dengan memperhatikan anti tipping off dan menjaga

kerahasiaan informasi.

83

THI_fariza
Rectangle
Page 93: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

11

e. Pejabat UKK atau pejabat Bank yang bertanggung jawab

dalam menjalankan fungsi UKK paling kurang memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1) memiliki pengetahuan yang memadai mengenai APU

dan PPT dan peraturan lainnya yang terkait dengan

produk dan aktivitas perbankan;

2) memiliki pengalaman yang memadai di bidang

perbankan; dan

3) memiliki pengetahuan yang memadai mengenai risk

assessment dan risk mitigation yang terkait dengan

penerapan Program APU dan PPT.

f. Pejabat UKK atau pejabat Bank yang bertanggung jawab

menjalankan fungsi UKK memiliki kewenangan untuk

mengakses seluruh data Nasabah dan informasi lainnya

yang terkait dalam rangka pelaksanaan tugas.

g. Tugas dan tanggung jawab UKK atau pejabat Bank yang

bertanggung jawab terhadap penerapan Program APU dan

PPT adalah:

1) menyusun dan mengusulkan pedoman penerapan

Program APU dan PPT kepada Direktur yang

membawahkan fungsi Kepatuhan;

2) memastikan adanya sistem yang mendukung Program

APU dan PPT, yaitu sistem yang antara lain dapat

mengidentifikasi Nasabah, Transaksi Keuangan

Mencurigakan, dan transaksi keuangan lainnya yang

diwajibkan dalam Undang-undang;

3) memantau pengkinian profil Nasabah dan profil

transaksi Nasabah;

4) melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap

pelaksanaan kebijakan Program APU dan PPT dengan

unit kerja terkait yang berhubungan dengan Nasabah;

5) memastikan kebijakan dan prosedur telah sesuai

dengan perkembangan Program APU dan PPT yang

84

THI_fariza
Rectangle
Page 94: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

12

terkini, risiko produk Bank, kegiatan dan

kompleksitas usaha Bank, dan volume transaksi

Bank;

6) memantau kesesuaian transaksi keuangan dengan

profil Nasabah khususnya Nasabah dan transaksi

yang berisiko tinggi;

7) menerima laporan transaksi keuangan yang berpotensi

mencurigakan (red flag) dari unit kerja terkait dan

melakukan analisis atas laporan tersebut;

8) mengidentifikasikan transaksi yang memenuhi kriteria

mencurigakan berdasarkan laporan hasil analisa

transaksi keuangan dari unit kerja terkait dan/atau

hasil pemantauan yang dilakukan;

9) menyusun LTKM dan laporan lainnya sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan

mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaan

terorisme, untuk disampaikan kepada PPATK

berdasarkan persetujuan Direktur yang

membawahkan fungsi Kepatuhan;

10) memastikan bahwa:

a) terdapat mekanisme kerja yang memadai dari setiap

satuan kerja terkait kepada UKK atau kepada

pejabat yang bertanggung jawab terhadap

penerapan Program APU dan PPT dengan menjaga

kerahasiaan informasi; dan

b) satuan kerja terkait melakukan fungsi dan tugas

dalam rangka mempersiapkan laporan transaksi

keuangan yang berpotensi mencurigakan sebelum

menyampaikannya kepada UKK atau pejabat yang

bertanggung jawab terhadap penerapan Program

APU dan PPT.

11) memantau, menganalisis, dan merekomendasi

85

THI_fariza
Rectangle
Page 95: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

13

kebutuhan pelatihan Program APU dan PPT bagi

pegawai Bank; dan

12) berperan sebagai contact person bagi Bank Indonesia

serta Penegak Hukum.

2. UKK di Kantor Cabang

a. Pelaksanaan fungsi UKK di kantor cabang dilakukan oleh

pejabat atau pegawai paling kurang setingkat dengan

penyelia.

b. Terhadap kantor cabang dengan kompleksitas usaha tinggi,

pejabat atau pegawai yang menjalankan fungsi UKK tidak

berasal dari unit kerja yang melaksanakan kebijakan dan

prosedur Program APU dan PPT atau yang berhubungan

dengan Nasabah.

c. Terhadap kantor cabang dengan kompleksitas usaha tinggi

dan di dalamnya hanya terdapat unit kerja yang

berhubungan dengan Nasabah maka pejabat atau pegawai

yang menjalankan fungsi UKK dapat:

1) berasal dari kantor pusat atau kantor wilayah dengan

tugas dan tanggung jawab khusus mengawasi

pelaksanaan Program APU dan PPT di beberapa kantor

cabang tertentu; atau

2) dirangkap oleh pegawai dari unit kerja yang tidak

berhubungan dengan Nasabah (non operasional) pada

kantor cabang lainnya seperti unit kerja manajemen

risiko. Rangkap jabatan diperkenankan dengan

mempertimbangkan bahwa satuan kerja yang

melaksanakan kebijakan dan prosedur Program APU

dan PPT terpisah dari satuan kerja yang mengawasi

penerapannya.

d. Terhadap kantor cabang dengan kompleksitas usaha

rendah maka pegawai yang menjalankan fungsi UKK dapat

dirangkap oleh pegawai yang berasal dari unit kerja yang

86

THI_fariza
Rectangle
Page 96: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

14

berhubungan dengan Nasabah (operasional), sepanjang

tugas operasional tersebut tidak mempengaruhi

independensi dan profesionalisme pegawai tersebut dalam

menjalankan fungsi UKK.

e. Dalam menetapkan kompleksitas usaha kantor cabang,

Bank menggunakan pendekatan berdasarkan risiko (risk

based approach) dengan memperhatikan paling kurang hal-

hal sebagai berikut:

1) produk dan jasa Bank yang memerlukan persetujuan

Bank Indonesia;

2) jumlah Nasabah berisiko tinggi yang dimiliki;

3) volume usaha kantor cabang;

4) aktivitas transaksi dengan luar negeri; dan/atau

5) lokasi kantor cabang berada pada wilayah yang

masyarakatnya dikenal sebagai cash society.

Hal-hal yang mempengaruhi kompleksitas usaha kantor

cabang sebagaimana contoh dalam angka 1) sampai 5) di

atas, dituangkan dalam kebijakan pendekatan berdasarkan

risiko (Risk Based Approach).

f. Pejabat atau pegawai yang menjalankan fungsi UKK di

kantor cabang memiliki paling kurang sebagai berikut:

1) pengetahuan yang memadai mengenai APU dan PPT

dan peraturan lainnya yang terkait dengan produk dan

aktivitas perbankan;

2) pengalaman yang memadai di bidang perbankan; dan

3) kewenangan untuk mengakses data Nasabah dan

informasi lainnya yang terkait dalam rangka

pelaksanaan tugas menjalankan fungsi UKK di kantor

cabang.

g. Tugas dan tanggung jawab pejabat atau pegawai yang

menjalankan fungsi UKK di kantor cabang adalah sebagai

berikut:

1) memastikan bahwa kebijakan, prosedur, dan

87

THI_fariza
Rectangle
Page 97: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

15

peraturan lainnya yang terkait penerapan Program

APU dan PPT di kantor cabang telah dilaksanakan

secara efektif.

2) memastikan bahwa persetujuan penerimaan dan/atau

penolakan permohonan pembukaan rekening atau

transaksi oleh calon Nasabah atau WIC yang tergolong

berisiko tinggi diberikan oleh pejabat senior di kantor

cabang setempat.

3) memantau setiap validitas proses, checklist atau daftar

periksa dan pelaksanaan verifikasi dokumen

pendukung pada saat pembukaan rekening dan/atau

terdapat transaksi keuangan yang tidak wajar yang

terkait dengan pencucian uang dan/atau pendanaan

terorisme;

4) mengkoordinasikan dan memantau proses pengkinian

data Nasabah dan memastikan bahwa pengkinian data

tersebut sejalan dengan laporan rencana kegiatan

pengkinian data yang dikoordinir oleh UKK di kantor

pusat.

5) menerima laporan transaksi keuangan yang berpotensi

mencurigakan dari unit kerja terkait di kantor cabang,

mengidentifikasikan, dan melakukan analisis atas

laporan tersebut.

6) menyusun laporan transaksi keuangan yang

berpotensi mencurigakan untuk disampaikan kepada

UKK di kantor pusat.

7) memberikan masukan yang terkait dengan penerapan

Program APU dan PPT kepada pegawai di kantor

cabang dan/atau UKK di kantor pusat.

8) memantau, menganalisis, dan merekomendasikan

kebutuhan pelatihan Program APU dan PPT para

pegawai di kantor cabang kepada UKK di kantor pusat.

88

THI_fariza
Rectangle
Page 98: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

16

BAB III

KEBIJAKAN CUSTOMER DUE DILLIGENCE

Customer Due Dilligence (CDD) merupakan kegiatan berupa

identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan Bank untuk

memastikan bahwa transaksi tersebut sesuai dengan profil Calon

Nasabah, Walk in Customer (WIC), atau Nasabah.

A. Bank wajib melakukan prosedur CDD pada saat:

1. melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah. Hubungan

usaha yang dimaksudkan dalam hal ini adalah antara lain

pembukaan rekening, pemilikan kartu kredit, atau penyewaan

safe deposit box. Apabila rekening merupakan rekening joint

account atau rekening bersama maka CDD dilakukan terhadap

seluruh pemegang rekening joint account tersebut;

2. melakukan hubungan usaha dengan WIC. Dalam hal ini

termasuk Nasabah Bank lain dimana Bank tidak memiliki akses

untuk mendapatkan informasi mengenai Nasabah tersebut

(WIC). Contoh: A adalah Nasabah Bank asing “X” cabang

Singapura dan ingin melakukan transaksi di Bank asing “X”

cabang Indonesia. A tidak memiliki rekening di Bank asing “X”

cabang Indonesia dan Bank asing “X” tidak memiliki

kemampuan untuk mendapatkan informasi mengenai profil A

yang ada dalam sistem Bank asing “X” cabang Singapura. Pada

saat melakukan transaksi di Bank asing “X” cabang Indonesia,

A tergolong sebagai WIC. Dalam hal Bank asing “X” di Indonesia

memiliki kemampuan untuk mendapatkan informasi mengenai

profil A yang ada dalam sistem Bank asing “X” cabang

Singapura, maka A tergolong sebagai Nasabah.

3. Bank meragukan kebenaran informasi yang diberikan oleh

Nasabah, penerima kuasa, dan/atau Beneficial Owner.

4. terdapat transaksi keuangan yang tidak wajar yang terkait

dengan pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme, yaitu

transaksi yang memenuhi salah satu kriteria dari transaksi

89

THI_fariza
Rectangle
Page 99: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

17

keuangan mencurigakan namun masih perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut (CDD ulang) untuk memastikan apakah

transaksi tersebut tergolong sebagai Transaksi Keuangan

Mencurigakan yang wajib dilaporkan kepada PPATK, dengan

tetap memperhatikan ketentuan anti tipping off.

B. CDD ulang yang dimaksudkan pada huruf A angka 4 di atas

ditujukan untuk mendapatkan informasi yang terkini mengenai

profil Nasabah sehingga dapat dipastikan kesesuaian antara profil

Nasabah dengan transaksi yang dilakukan. CDD ulang dapat

dilakukan baik terhadap seluruh informasi maupun hanya terhadap

sebagian informasi, sesuai dengan kebutuhan Bank dalam

memastikan kesesuaian antara profil Nasabah dengan transaksi

yang dilakukan.

C. Perlakuan CDD ulang juga berlaku terhadap WIC yang melakukan

transaksi sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih

atau yang nilainya setara baik yang dilakukan dalam 1 (satu) kali

maupun beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.

D. Apabila CDD ulang dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya

tipping off, Bank dapat melaporkan transaksi yang diindikasikan

mencurigakan dalam LTKM tanpa didahului dengan proses CDD

ulang.

E. Untuk Nasabah dan/atau Bank koresponden di luar negeri (Bank

Penerima atau Bank Penerus) yang telah melakukan hubungan

usaha dengan Bank sebelum tanggal 28 Desember 2012, CDD ulang

dilakukan sesuai dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based

Approach) yaitu apabila:

Nasabah Perorangan dan

Nasabah Perusahaan

Bank Penerima atau Bank

Penerus

a. terdapat peningkatan nilai

transaksi yang signifikan

b. terdapat perubahan profil

Nasabah yang bersifat

signifikan

a. terdapat perubahan profil

Bank Penerima dan/atau

Bank Penerus yang bersifat

substansial

b. informasi pada profil Bank

90

THI_fariza
Rectangle
Page 100: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

18

Nasabah Perorangan dan

Nasabah Perusahaan

Bank Penerima atau Bank

Penerus

c. informasi pada profil Nasabah

yang tersedia dalam Customer

Identification File belum

dilengkapi dengan dokumen

sebagaimana dimaksud dalam

Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4

pada bab V.

d. menggunakan rekening

anonim atau rekening yang

menggunakan nama fiktif

Penerima dan/atau Bank

Penerus yang tersedia belum

dilengkapi dengan informasi

sebagaimana dimaksud

dalam bab IX butir A.2.

F. Bank dapat meminta pihak lain (outsourcing atau agen) untuk

melakukan CDD berupa pertemuan langsung (face to face),

permintaan informasi dan dokumen pendukung, serta proses

verifikasi terhadap dokumen pendukung.

G. Dalam hal Bank menggunakan pihak lain dalam melakukan

prosedur CDD, Bank harus:

1. memberikan informasi mengenai prosedur CDD kepada pihak

lain;

2. memberikan pelatihan mengenai pelaksanaan CDD kepada pihak

lain tersebut; dan

3. membuat perjanjian atau kontrak sebagai dasar kerja sama

antara Bank dengan pihak lain dengan salah satu materi

perjanjiannya adalah mewajibkan pihak lain untuk menerapkan

prosedur CDD sesuai dengan prosedur Bank.

H. Bank bertanggung jawab atas hasil CDD yang dilakukan oleh pihak

lain mengingat pihak lain tersebut merupakan perpanjangan tangan

dari Bank.

91

THI_fariza
Rectangle
Page 101: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

19

BAB IV

KEBIJAKAN PENDEKATAN BERDASARKAN RISIKO

(RISK BASED APPROACH)

A. Pendekatan Berdasarkan Risiko

Pelaksanaan Program APU dan PPT harus dilakukan dengan

pendekatan berdasarkan risiko yang dituangkan dalam kebijakan

secara tertulis dan komprehensif yang paling kurang mencakup:

1. proses risk assesment yang meliputi identifikasi, pengukuran,

pemantauan, dan pengendalian risiko terhadap seluruh faktor

risiko yang bersifat material, dengan melakukan analisis

terhadap hal-hal sebagai berikut:

a. seluruh karakteristik risiko yang melekat pada Bank dan

upaya mitigasi risiko yang dilakukan; dan

b. produk, jasa, dan aktivitas yang berisiko tinggi, termasuk

Politically Exposed Person (PEP);

2. pengukuran risiko yang paling kurang mencakup:

a. evaluasi secara berkala untuk memastikan ketepatan

kebijakan, prosedur dan penetapan tingkat risiko dari

produk, jasa, dan aktivitas yang berisiko tinggi, termasuk

PEP; dan

b. penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko.

3. pendokumentasian hasil risk assessment terhadap ancaman,

kerentanan (vulnerability), dan konsekuensi yang mungkin

timbul dari aktivitas perbankan;

4. pengkinian risk assessment secara berkala;

5. penyediaan informasi mengenai risk assessment kepada otoritas

yang berwenang atau Bank Indonesia;

6. pengendalian dan prosedur mitigasi risiko;

7. pemantauan terhadap penerapan fungsi pengendalian termasuk

pengembangannya, apabila diperlukan; dan

8. penetapan tindak lanjut yang diperlukan untuk mengelola dan

memitigasi risiko yang berindikasi meningkat.

92

THI_fariza
Rectangle
Page 102: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

20

B. Pengelompokan Nasabah dan WIC

1. Kebijakan pendekatan berdasarkan risiko juga dilakukan dalam

rangka pengelompokan:

a. Nasabah; dan

b. WIC yang melakukan transaksi sebesar Rp100.000.000,00

(seratus juta rupiah) atau lebih atau yang nilainya setara

baik yang dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun beberapa

kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.

2. Pengelompokan Nasabah dan WIC sebagaimana dimaksud pada

angka 1 paling kurang terdiri dari 3 (tiga) klasifikasi risiko,

yaitu:

a. rendah, sehingga terhadap yang bersangkutan diterapkan

prosedur CDD sederhana sebagaimana dimaksudkan

dalam Bab V huruf F.

b. menengah, sehingga terhadap yang bersangkutan

diterapkan prosedur CDD sebagaimana diatur dalam Bab

V.

c. tinggi, sehingga terhadap yang bersangkutan diterapkan

prosedur Enhanced Due Dilligence (EDD) sebagaimana

dimaksud dalam Bab VII.

3. Penetapan klasifikasi tingkat risiko tidak berlaku bagi Nasabah

atau WIC yang tergolong PEP atau pihak yang terafiliasi dengan

PEP, sehingga yang bersangkutan secara otomatis

diklasifikasikan sebagai Nasabah atau WIC berisiko tinggi.

4. Untuk efektivitas pengelompokan Nasabah diperlukan informasi

baik dari Nasabah itu sendiri maupun dari informasi lainnya

yang tersedia di masyarakat, seperti media cetak, media

elektronik, dan internet. Semakin banyak informasi yang

diperoleh akan mempermudah proses pengelompokan Nasabah.

Selain itu, tingkat kesalahan dalam pengelompokan Nasabah

relatif dapat diminimalkan.

5. Pengelompokan Nasabah dan WIC sebagaimana dimaksud pada

angka 2 harus didokumentasikan dan dipantau secara

93

THI_fariza
Rectangle
Page 103: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

21

berkesinambungan untuk memastikan kesesuaian tingkat risiko

yang telah ditetapkan.

6. Penilaian risiko (risk assessment) secara memadai perlu

dilakukan terhadap Nasabah yang telah menjalani hubungan

usaha dalam jangka waktu tertentu, dengan cara

mempertimbangkan informasi serta profil Nasabah serta

kebutuhan Nasabah terhadap produk dan jasa yang ditawarkan

Bank.

7. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara transaksi dan/atau

profil Nasabah dengan tingkat risiko yang telah ditetapkan,

Bank harus menyesuaikan tingkat risiko dengan cara:

a. menerapkan prosedur CDD bagi Nasabah yang semula

tergolong berisiko rendah berubah menjadi berisiko

menengah sesuai dengan penetapan tingkat risiko yang

baru; dan/atau

b. menerapkan prosedur EDD bagi Nasabah yang semula

tergolong berisiko rendah atau menengah berubah menjadi

berisiko tinggi.

C. Penilaian Profil Risiko Menggunakan Pendekatan Berdasarkan

Risiko

1. Profil risiko menggambarkan tingkat risiko dari Nasabah,

produk maupun jasa yang memiliki potensi pencucian uang

atau pendanaan teroris.

2. Bank wajib memiliki prosedur pendekatan berdasarkan risiko

sesuai dengan tingkat kompleksitas usaha Bank dan dikelola

secara memadai.

3. Profil risiko merupakan nilai akhir dari seluruh komponen

penilaian yang ditetapkan berdasarkan rating yang paling

dominan dari seluruh komponen. Klasifikasi profil risiko terdiri

dari risiko rendah, menengah, atau tinggi.

4. Dalam hal tidak terdapat rating yang paling dominan namun

terdapat komposisi yang seimbang atau sama dari komponen

94

THI_fariza
Rectangle
Page 104: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

22

penilaian, maka profil risiko yang digunakan adalah profil risiko

yang lebih ketat.

5. Dalam hal nilai akhir dari seluruh komponen penilaian adalah

rendah, maka terhadap yang bersangkutan perlu diuji terlebih

dahulu apakah Nasabah tersebut memenuhi kriteria untuk

memperoleh penerapan CDD sederhana sebagaimana

dimaksudkan dalam Bab V huruf F. Apabila memenuhi, maka

terhadap Nasabah tersebut diberikan pengecualian beberapa

persyaratan, namun apabila tidak memenuhi maka Nasabah

tersebut ditetapkan sebagai Nasabah yang berisiko menengah.

6. Untuk memudahkan pelaksanaan pemantauan terhadap

Nasabah PEP yang tergolong berisiko tinggi, Bank dapat

mengelompokkan kembali sesuai tingkat risiko dengan

mempertimbangkan antara lain masa jabatan PEP. Contoh:

Frekuensi pemantauan terhadap Nasabah berisiko tinggi sesuai

dengan kebijakan Bank adalah misal setiap 1 (satu) tahun.

Berdasarkan kebijakan tersebut terhadap Nasabah PEP

dikelompokkan sebagai berikut:

Masa Jabatan Frekuensi Pemantauan

Masih aktif menjabat Setiap 3 bulan

Sudah tidak aktif atau pensiun < 1 tahun Setiap 6 bulan

Sudah tidak aktif atau pensiun 1-3 tahun Setiap 9 bulan

Sudah tidak aktif atau pensiun > 3 tahun Setiap 12 bulan

7. Penetapan profil risiko WIC antara lain dengan melakukan

analisis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan faktor risiko,

sebagai berikut:

a. Identitas

Sebagai contoh:

Kondisi identitas Nasabah dapat digolongkan sebagai risiko

tinggi sehingga memerlukan analisis antara lain apabila:

1) Nasabah tidak memiliki dokumen identitas dan

dokumen lainnya sebagai pengganti dokumen identitas

95

THI_fariza
Rectangle
Page 105: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

23

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam ketentuan

yang berlaku.

2) Data atau informasi identitas yang disampaikan

Nasabah tidak sesuai dengan profil Nasabah.

3) Dokumen identitas calon Nasabah palsu atau

dokumen identitas asli tapi data atau informasi palsu.

4) Dokumen pendukung identitas Nasabah khususnya

dokumen perusahaan tidak lengkap, misalnya ijin-ijin

perusahaan, Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah

Tangga, Pemegang Kuasa atau Kewenangan bertindak

mewakili perusahaan.

Kondisi identitas Nasabah dapat digolongkan sebagai risiko

menengah antara lain apabila:

1) Jangka waktu berlakunya dokumen identitas Nasabah

sudah kadaluarsa, namun tidak ada perubahan

terhadap alamat tempat tinggal Nasabah dimaksud

yang telah diyakini kebenarannya oleh Bank.

2) Informasi pekerjaan dalam dokumen identitas sudah

tidak sesuai dengan profil Nasabah terkini.

Ketidaksesuaian tersebut bukan karena faktor

kesengajaan dari Nasabah, misal dalam dokumen

identitas pekerjaan tertulis sebagai mahasiswa,

sedangkan menurut pengakuan Nasabah yang

bersangkutan telah bekerja dan pengakuan Nasabah

dimaksud diyakini kebenarannya oleh Bank.

Kondisi identitas Nasabah dapat digolongkan sebagai risiko

rendah antara lain apabila Nasabah memberikan dokumen

identitas lebih dari 1 (satu) yaitu Kartu Tanda Penduduk

(KTP) dan paspor dengan informasi yang sama dan diyakini

kebenarannya oleh Bank.

b. Lokasi Usaha bagi Nasabah perusahaan

Sebagai contoh:

Kondisi lokasi usaha Nasabah dapat digolongkan sebagai

96

THI_fariza
Rectangle
Page 106: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

24

risiko tinggi sehingga memerlukan analisis antara lain

apabila:

1) Lokasi usaha calon Nasabah berada di yurisdiksi yang

ditetapkan berisiko tinggi oleh lembaga atau badan

internasional terhadap kondisi suatu yurisdiksi.

2) Lokasi usaha Nasabah berada dalam wilayah rawan

tingkat kejahatan atau kriminal seperti kejahatan

terhadap penyelundupan atau produk ilegal, dan

kejahatan teroris.

3) Lokasi usaha Nasabah berada di zona perdagangan

bebas.

4) Perusahaan yang berlokasi di negara atau wilayah

yang tergolong tax haven.

Kondisi lokasi usaha Nasabah dapat digolongkan sebagai

risiko menengah antara lain apabila:

1) Nasabah Warga Negara Asing (WNA) yang bertempat

tinggal di negara yang merupakan salah satu

yurisdiksi yang ditetapkan berisiko tinggi oleh FATF,

namun berdasarkan hasil penilaian FATF diketahui

bahwa kelemahan regim APU dan PPT di negara

tersebut tidak terkait dengan rekomendasi yang wajib

dipenuhi oleh sektor keuangan di negara tersebut.

2) Nasabah dengan pekerjaan sebagai pedagang batu

mulia dan bertempat tinggal di wilayah yang

merupakan penghasil batu mulia.

Kondisi lokasi usaha Nasabah perusahaan dapat

digolongkan sebagai risiko rendah antara lain apabila

lokasi usaha Nasabah perusahaan berdekatan dengan

lokasi Bank.

c. Profil Nasabah

Sebagai contoh:

Kondisi profil Nasabah dapat digolongkan sebagai risiko

tinggi sehingga memerlukan analisis antara lain apabila:

97

THI_fariza
Rectangle
Page 107: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

25

1) Nasabah yang tidak memiliki penghasilan secara

regular;

2) Tergolong sebagai PEP atau memiliki hubungan

dengan PEP;

3) Aparat penegak hukum;

4) Orang-orang yang melakukan jenis-jenis kegiatan atau

sektor usaha yang rentan terhadap pencucian uang;

5) Pihak-pihak yang dicantumkan dalam daftar

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau daftar lainnya

yang dikeluarkan oleh organisasi internasional sebagai

teroris, organisasi teroris ataupun organisasi yang

melakukan pendanaan atau melakukan

penghimpunan dana untuk kegiatan terorisme;

6) Pegawai dari instansi atau lembaga yang berkaitan

dengan pengelolaan keuangan negara.

Kondisi profil Nasabah dapat digolongkan sebagai risiko

menengah antara lain apabila:

1) Ibu rumah tangga atau pelajar atau mahasiswa

dengan Beneficial Owner (suami atau orang tua) tidak

tergolong sebagai PEP.

2) Pegawai instansi pemerintah, khususnya yang terkait

dengan pelayanan publik, seperti pegawai yang

bertanggung jawab melayani kesehatan masyarakat.

Kondisi profil Nasabah dapat digolongkan sebagai risiko

rendah antara lain apabila profil Nasabah adalah pegawai

suatu perusahaan yang telah memiliki kerja sama

pembayaran gaji pegawai (payroll) dengan Bank dimana

Nasabah tersebut tercatat.

d. Jumlah Transaksi

Sebagai contoh:

Kondisi jumlah transaksi Nasabah dapat digolongkan

sebagai risiko tinggi sehingga memerlukan analisis antara

lain apabila:

98

THI_fariza
Rectangle
Page 108: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

26

1) Pada saat pembukaan rekening, Nasabah melakukan

transaksi dengan nilai besar atau signifikan namun

informasi mengenai sumber dana dan tujuan transaksi

tidak sesuai dengan profil ataupun tujuan pembukaan

rekening.

2) Nasabah melakukan sejumlah transaksi dalam nilai

kecil namun secara akumulasi merupakan transaksi

bernilai besar atau signifikan.

3) Transaksi tunai dalam jumlah besar yang tidak sesuai

dengan profil Nasabah.

Kondisi jumlah transaksi Nasabah dapat digolongkan

sebagai risiko menengah antara lain apabila:

1) Pada saat pembukaan rekening, Nasabah melakukan

transaksi dalam nilai besar atau signifikan dengan

informasi mengenai sumber dana dan tujuan transaksi

mendukung transaksi tersebut dan sesuai dengan

tujuan pembukaan rekening, misalnya untuk

menampung hasil kegiatan usaha.

2) Transaksi tunai dalam jumlah besar dengan

underlying transaction yang sesuai dengan profil

Nasabah.

Kondisi jumlah transaksi Nasabah dapat digolongkan

sebagai risiko rendah antara lain apabila jumlah transaksi

relatif kecil dan sesuai dengan profil Nasabah.

e. Kegiatan Usaha Nasabah

Sebagai contoh:

Kondisi kegiatan usaha Nasabah dapat digolongkan sebagai

risiko tinggi sehingga memerlukan analisis antara lain

apabila:

1) Kegiatan usaha yang berbasis uang tunai seperti mini

market, jasa pengelolaan parkir, rumah makan,

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU),

pedagang isi pulsa.

99

THI_fariza
Rectangle
Page 109: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

27

2) Kegiatan usaha yang memberikan jasa pengurusan

dokumen hukum.

3) Kegiatan usaha yang melakukan perdagangan rumah,

saham, perhiasan, mobil atau aset lainnya.

4) Kegiatan usaha yang memasarkan produknya melalui

internet.

5) Perusahaan perdagangan ekspor atau impor.

6) Advokat, akuntan atau konsultan keuangan.

7) Kegiatan usaha multi level marketing.

8) Kegiatan usaha nirlaba.

Kondisi kegiatan usaha Nasabah dapat digolongkan sebagai

risiko menengah antara lain apabila kegiatan usaha yang

menyediakan jasa penukaran atau pengiriman uang dan

memiliki izin dari otoritas yang berwenang.

Kondisi kegiatan usaha Nasabah dapat digolongkan sebagai

risiko rendah antara lain apabila kegiatan usaha yang

dikelola oleh individual dan tergolong usaha kegiatan

mikro, seperti pedagang di pasar tradisional, usaha

kerajinan.

f. Struktur kepemilikan bagi Nasabah perusahaan

Sebagai contoh:

Kondisi struktur kepemilikan Nasabah dapat digolongkan

sebagai risiko tinggi sehingga memerlukan analisis antara

lain apabila:

1) struktur kepemilikan perusahaan yang kompleks

sehingga akses untuk mendapatkan informasi

terbatas;

2) komposisi pemilik perusahaan berbadan hukum

Indonesia mayoritas adalah WNA dan tidak memiliki

dokumen pendukung identitas yang memadai,

misalnya tidak memiliki KIMS/KITAS;

3) terdapat Beneficial Owner yang mengendalikan

perusahaan;

100

THI_fariza
Rectangle
Page 110: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

28

4) terdapat pemberitaan negatif dalam media massa

mengenai Beneficial Owner perusahaan dimaksud,

sehingga mengakibatkan tingkat risiko perusahaan

menjadi tinggi;

5) perusahaan yang didirikan dan/atau dimiliki oleh

badan hukum berdasarkan hukum di negara-negara

tax haven yang sulit menyediakan informasi

kepemilikan Ultimate Beneficial Owner atau apabila

kepemilikan perusahaan tersebut didasarkan pada

saham dalam bentuk atas unjuk sehingga perubahan

pemegang saham sangat mudah terjadi; atau

6) perusahaan yang didirikan dan/atau dimiliki oleh PEP

atau pihak yang terafiliasi dengan PEP.

Kondisi struktur kepemilikan Nasabah dapat digolongkan

sebagai risiko menengah antara lain apabila:

1) komposisi pemilik perusahaan berbadan hukum

Indonesia mayoritas adalah WNA dilengkapi dengan

dokumen pendukung identitas yang memadai, misal

memiliki KIMS/KITAS;

2) terdapat Beneficial Owner yang mengendalikan

perusahaan dengan informasi yang memadai;

Kondisi struktur kepemilikan Nasabah dapat digolongkan

sebagai risiko rendah antara lain apabila perusahaan

dimiliki atau dikendalikan oleh Pemerintah Republik

Indonesia (“Pemerintah”).

g. Informasi lainnya

Kondisi informasi Nasabah lainnya dapat digolongkan

sebagai risiko tinggi sehingga memerlukan analisis antara

lain apabila dari informasi yang dapat diyakini

kebenarannya diketahui bahwa Nasabah memiliki

hubungan kedekatan atau bisnis dengan PEP.

Kondisi informasi Nasabah lainnya dapat digolongkan

sebagai risiko menengah antara lain apabila pada saat

101

THI_fariza
Rectangle
Page 111: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

29

Nasabah melakukan transaksi yang signifikan yang tidak

sesuai dengan profilnya, diperoleh informasi yang dapat

diyakini kebenarannya oleh Bank bahwa Nasabah

dimaksud mendapatkan warisan dari orang tuanya dalam

jumlah yang besar atau memperoleh aset lain dari sumber

yang sah secara hukum.

Kondisi informasi Nasabah lainnya dapat digolongkan

sebagai risiko rendah antara lain apabila Nasabah

merupakan peserta program Pemerintah yang bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

8. Penetapan profil risiko WIC antara lain dengan melakukan

analisis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan faktor risiko,

sebagai berikut:

a. Identitas

Rendah Menengah Tinggi

WIC memberikan

dokumen identitas

lebih dari 1 (satu).

Jangka waktu

berlakunya

dokumen identitas

WIC sudah

kadaluarsa namun

tidak ada

perubahan alamat

tempat tinggal WIC

dimaksud yang

telah diyakini

kebenarannya oleh

Bank.

WIC tidak memiliki

dokumen

identitas.

b. Lokasi usaha bagi WIC perusahaan

Rendah Menengah Tinggi

Berdekatan

dengan lokasi

Bank

Berada di sentra

industri kegiatan

usaha WIC

Berada dalam

wilayah rawan

tingkat kejahatan

102

THI_fariza
Rectangle
Page 112: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

30

c. Profil

Rendah Menengah Tinggi

Tergolong sebagai

PJK yang memiliki

ijin dari otoritas

Pengusaha Tergolong sebagai

PEP

d. Nilai transaksi

Rendah Menengah Tinggi

Rp100 juta Rp200 juta < nilai

transaksi < Rp500

juta

di atas Rp500 juta

e. Kegiatan usaha

Rendah Menengah Tinggi

PJK yang memiliki

ijin dari otoritas

Perusahaan yang

kegiatan usahanya

berbasis uang

tunai

PJK yang tidak

memiliki ijin dari

otoritas

f. Struktur kepemilikan bagi WIC perusahaan

Rendah Menengah Tinggi

Dimiliki atau

dikendalikan oleh

Pemerintah

Mayoritas dimiliki

oleh WNA yang

dilengkapi dengan

dokumen

pendukung

identitas yang

memadai

Struktur

kompleks,

sehingga akses

untuk

mendapatkan

informasi terbatas

g. Informasi lainnya, seperti frekuensi transaksi

Rendah Menengah Tinggi

Transaksi

dilakukan hanya 1

(satu) kali

Transaksi

dilakukan secara

insidental

Transaksi

dilakukan secara

rutin

103

THI_fariza
Rectangle
Page 113: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

31

9. Selain hal sebagaimana dimaksud pada angka 7 dan 8, Bank

dapat mengembangkan sendiri metode untuk memperoleh profil

risiko Nasabah sesuai dengan kebutuhan dan profil risiko dari

masing-masing Bank.

104

THI_fariza
Rectangle
Page 114: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

32

BAB V

PROSEDUR PENERIMAAN, IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI

(CUSTOMER DUE DILLIGENCE)

A. Kebijakan Penerimaan dan Identifikasi Nasabah

1. Bank wajib memiliki kebijakan tentang penerimaan Nasabah

dan identifikasi calon Nasabah, termasuk dalam berhubungan

dengan WIC yang sekurang-kurangnya mencakup hal-hal

sebagai berikut:

a. permintaan informasi mengenai calon Nasabah;

b. permintaan bukti-bukti identitas dan dokumen pendukung

informasi dari calon Nasabah;

c. penelitian atas kebenaran dokumen pendukung identitas

calon Nasabah;

d. permintaan kartu identitas lebih dari satu yang

dikeluarkan oleh pihak yang berwenang, apabila terdapat

keraguan terhadap kartu identitas yang ada;

e. apabila diperlukan dapat dilakukan wawancara dengan

calon Nasabah untuk memperoleh keyakinan atas

kebenaran informasi, bukti-bukti identitas dan dokumen

pendukung Calon Nasabah;

f. larangan untuk membuka atau memelihara rekening

anonim atau rekening yang menggunakan nama fiktif;

g. pertemuan langsung (face to face) dengan calon Nasabah

pada awal melakukan hubungan usaha dalam rangka

meyakini kebenaran identitas Calon Nasabah;

h. kewaspadaan terhadap transaksi atau hubungan usaha

dengan Calon Nasabah yang berasal atau terkait dengan

negara yang belum memadai dalam melaksanakan

rekomendasi FATF; dan

i. penyelesaian proses verifikasi identitas calon Nasabah dan

Beneficial Owner atau WIC dilakukan sebelum membina

hubungan usaha dengan Calon Nasabah atau sebelum

105

THI_fariza
Rectangle
Page 115: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

33

melakukan transaksi dengan WIC.

2. Calon Nasabah wajib diidentifikasikan dan diklasifikasikan ke

dalam kelompok perorangan dan perusahaan. Dalam hal Calon

Nasabah adalah Nasabah perusahaan maka dalam kelompok

Nasabah perusahaan tersebut mencakup pula Beneficial Owner.

3. Bank wajib menolak untuk membuka rekening Calon Nasabah

dan atau menolak melaksanakan transaksi yang dilakukan oleh

WIC yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. tidak memenuhi ketentuan atau persyaratan sebagaimana

dimaksud dalam angka 1 huruf a sampai dengan huruf i;

b. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen

palsu;

c. menyampaikan informasi yang diragukan kebenarannya;

dan/atau

d. berbentuk Shell Bank atau dengan Bank yang mengizinkan

rekeningnya digunakan oleh Shell Bank.

4. Bank wajib mendokumentasikan Calon Nasabah atau WIC yang

memenuhi kriteria pada angka 3 di atas dalam suatu daftar

tersendiri dan melaporkannya dalam LTKM apabila

transaksinya tidak wajar atau mencurigakan.

5. Bank wajib memberitahukan kewenangan Bank untuk menolak

transaksi, membatalkan transaksi, dan/atau menutup

hubungan usaha dengan Nasabah sebagaimana tercantum

dalam perjanjian pembukaan rekening, apabila setelah menjadi

Nasabah, yang bersangkutan melakukan transaksi yang

memenuhi kriteria:

a. sebagaimana dimaksud pada angka 3; dan/atau

b. memiliki sumber dana transaksi yang diketahui dan/atau

patut diduga berasal dari tindak pidana.

B. Permintaan Informasi

1. Dalam rangka melakukan hubungan usaha dengan Nasabah,

Bank wajib meminta informasi untuk mengetahui profil Calon

Nasabah.

106

THI_fariza
Rectangle
THI_fariza
Rectangle
Page 116: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

34

2. Informasi yang harus diminta Bank dari Calon Nasabah paling

kurang sebagai berikut:

Tabel 1

Informasi Calon Nasabah

Perorangan

(a)

Perusahaan

(termasuk

Bank)

(b)

Yayasan/

Perkumpulan

(c)

Lembaga

Pemerintahan,

Instansi

Pemerintah,

Lembaga

Internasional,

Perwakilan

Negara Asing

(d)

a. Nama lengkap

termasuk alias

b. Nomor dokumen

identitas

c. Alamat tempat

tinggal yang

sesuai dengan

dokumen

identitas

d. Alamat tempat

tinggal lain

apabila ada

e. Tempat dan

tanggal lahir

f. Kewarganegaraan

g. Sumber dana

h. Jenis kelamin

i. Status

perkawinan

j. Identitas

Beneficial Owner

apabila ada

a. Nama

perusahaan

b. Nomor izin

usaha dari

instansi yang

berwenang

c. Bidang

usaha

d. Alamat

kedudukan

e. Tempat dan

tanggal

pendirian

f. Bentuk

badan

hukum

g. Identitas

Beneficial

Owner

apabila

memiliki

h. Sumber

dana

a. Nama

yayasan/perk

umpulan

b. Nomor izin

bidang

kegiatan/

usaha

(termasuk

bidang

kegiatan/

usaha) atau

tujuan

yayasan atau

nomor bukti

pendaftaran

pada instansi

yang

berwenang

c. Alamat

kedudukan

d. Tempat dan

tanggal

pendirian

e. Bentuk badan

a. Nama

b. Alamat

kedudukan

107

THI_fariza
Rectangle
Page 117: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

35

Perorangan

(a)

Perusahaan

(termasuk

Bank)

(b)

Yayasan/

Perkumpulan

(c)

Lembaga

Pemerintahan,

Instansi

Pemerintah,

Lembaga

Internasional,

Perwakilan

Negara Asing

(d)

k. Pekerjaan (nama

perusahaan/

institusi, alamat

perusahaan

/institusi, dan

jabatan/golongan)

l. Perkiraan nilai

transaksi dalam 1

(satu) tahun

m. Rata-rata

penghasilan

n. Maksud dan

tujuan hubungan

usaha

o. Nomor Pokok

Wajib Pajak

(NPWP) *)

p. Informasi lain

i. Maksud dan

tujuan

hubungan

usaha

j. Informasi

lain

hukum

f. Identitas

Beneficial

Owner apabila

memiliki

g. Sumber dana

h. Maksud dan

tujuan

hubungan

usaha

i. Informasi lain

*) bagi NPWP Calon Nasabah yang berdasarkan undang-undang yang

berlaku wajib memiliki NPWP dan telah memiliki NPWP.

3. Informasi yang harus diminta Bank dari Calon Nasabah

perorangan berupa:

a. Alamat tempat tinggal, termasuk alamat tempat tinggal lain

apabila Calon Nasabah yang memiliki alamat tempat

tinggal berbeda dengan alamat tercatat pada dokumen

identitas;

108

THI_fariza
Rectangle
Page 118: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

36

b. perkiraan nilai transaksi dalam 1 (satu) tahun, paling

kurang menggambarkan rata-rata transaksi dalam 1 (satu)

tahun; dan

c. informasi lainnya, apabila diperlukan untuk mengetahui

profil calon Nasabah lebih dalam seperti rata-rata

penghasilan dalam 1 (satu) tahun, nomor telepon dan

alamat penagihan telepon/listrik/kartu kredit, dan

termasuk informasi yang diperintahkan oleh ketentuan dan

peraturan perundang-undangan yang terkait, misal

ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia atau

otoritas lainnya;

4. Dalam hal yang akan melakukan transaksi dengan Bank adalah

WIC, maka informasi yang wajib diminta oleh Bank paling

kurang sebagai berikut:

Tabel 2

Informasi WIC

Transaksi sebesar Rp100.000.000,00

(seratus juta rupiah) atau lebih atau

yang nilainya setara

Transaksi kurang dari

Rp100.000.000,00 (seratus juta

rupiah) atau yang nilainya setara

Perorangan Perusahaan Perorangan Perusahaan

a. Nama lengkap

termasuk alias.

b. Nomor dokumen

identitas

c. Alamat tempat

tinggal sesuai

dengan dokumen

identitas

d. Alamat tempat

tinggal lain

apabila ada

e. Tempat dan

tanggal lahir

f. Kewarganegaraan

a. Nama

perusahaan

b. Nomor izin

usaha dari

instansi yang

berwenang

c. Bidang

usaha

d. Alamat

kedudukan

e. Tempat dan

tanggal

pendirian

f. Bentuk

a. Nama lengkap

termasuk

alias

b. Nomor

dokumen

identitas

c. Alamat

tempat tinggal

sesuai

dokumen

identitas

a. Nama

perusahaan

b. Alamat

kedudukan

109

THI_fariza
Rectangle
Page 119: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

37

Transaksi sebesar Rp100.000.000,00

(seratus juta rupiah) atau lebih atau

yang nilainya setara

Transaksi kurang dari

Rp100.000.000,00 (seratus juta

rupiah) atau yang nilainya setara

Perorangan Perusahaan Perorangan Perusahaan

g. Pekerjaan

h. Jenis kelamin

i. Status

perkawinan

j. Identitas

Beneficial Owner

apabila ada

k. Sumber dana

l. Perkiraan nilai

transaksi dalam 1

(satu) tahun

m. Rata-rata

penghasilan

n. Maksud dan

tujuan hubungan

usaha

o. NPWP

p. Informasi lain

badan

hukum

g. Identitas

Beneficial

Owner

apabila ada

h. Sumber dana

i. Maksud dan

tujuan

hubungan

usaha

j. Informasi

lain

5. Transaksi dengan WIC dengan nilai sebesar Rp100.000.000,00

(seratus juta rupiah) atau lebih atau yang nilainya setara yang

dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun beberapa kali transaksi

dalam 1 (satu) hari kerja sebagaimana dimaksud pada Tabel 2

adalah transaksi yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. dilakukan pada kantor Bank yang sama; dan

b. jenis transaksi yang dilakukan adalah transaksi yang

sama, misal transaksi penyetoran, transaksi penarikan,

transaksi pengiriman atau transfer uang, transaksi

pencairan cek, dan bukan merupakan gabungan dari

beberapa transaksi yang berbeda jenis transaksinya.

110

THI_fariza
Rectangle
Page 120: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

38

C. Permintaan Dokumen Pendukung

1. Calon Nasabah Perorangan

a. Untuk informasi pada Tabel 1 kolom (a) wajib didukung

dengan dokumen identitas yang masih berlaku berupa KTP,

Surat Izin Mengemudi (SIM), atau paspor yang masih

berlaku, mencantumkan foto diri, dan diterbitkan oleh

pihak yang berwenang. Ketentuan ini juga berlaku bagi

WIC sebagaimana dimaksud di Tabel 2.

b. Khusus untuk Calon Nasabah perorangan, dokumen

pendukung identitas juga disertai dengan spesimen tanda

tangan atau cap jempol atau sidik jari.

c. Dokumen pendukung bagi NPWP berupa salinan kartu

NPWP, Surat Pemberitahuan Pajak (SPT), atau dokumen

lainnya yang mencantumkan NPWP dan nama pemilik

NPWP. Dalam hal Calon Nasabah atau Nasabah merupakan

pihak yang berdasarkan undang-undang tidak wajib

memiliki NPWP seperti ibu rumah tangga yang tidak

memiliki penghasilan, pelajar atau mahasiswa, maka NPWP

yang digunakan adalah NPWP dari Beneficial Owner Calon

Nasabah atau Nasabah tersebut antara lain suami dan

orangtua dari Calon Nasabah atau Nasabah.

d. Dalam hal Calon Nasabah perorangan berdasarkan

undang-undang diwajibkan memiliki NPWP namun belum

memilikinya, maka Bank meminta surat pernyataan dari

Calon Nasabah yang menjelaskan bahwa yang

bersangkutan belum memiliki NPWP dan berkomitmen

akan segera menyampaikan setelah memiliki NPWP.

e. Untuk Calon Nasabah perorangan WNA, termasuk

perorangan yang ditunjuk bertindak untuk dan atas nama

perusahaan, maka dokumen identitas adalah paspor yang

disertai dengan Kartu Izin Tinggal sesuai dengan ketentuan

keimigrasian. Dalam hal Calon Nasabah perorangan WNA

tidak menetap di Indonesia, maka dokumen Kartu Izin

111

THI_fariza
Rectangle
Page 121: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

39

Tinggal dapat digantikan oleh dokumen lainnya yang dapat

memberikan keyakinan kepada Bank tentang profil Calon

Nasabah WNA tersebut antara lain surat referensi dari:

1) seorang berkewarganegaraan Indonesia atau

perusahaan atau instansi atau Pemerintah mengenai

profil Calon Nasabah WNA tersebut; atau

2) PJK di negara atau yurisdiksi tempat kedudukan

Calon Nasabah yang tidak tergolong berisiko tinggi.

2. Calon Nasabah Perusahaan

a. Untuk informasi pada Tabel 1 kolom (b) wajib didukung

dengan dokumen identitas perusahaan yaitu berupa:

1) Akta pendirian dan/atau anggaran dasar perusahaan.

Untuk perusahaan yang berbadan hukum asing, maka

dokumen identitas yang dimaksudkan adalah

dokumen lainnya yang sejenis dengan akta pendirian

dan/atau anggaran dasar sesuai dengan peraturan

otoritas di negara tempat kedudukan perusahaan

tersebut; dan

2) Izin usaha atau izin lainnya dari instansi berwenang.

Contoh: izin usaha dari Bank Indonesia bagi Pedagang

Valuta Asing dan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang,

atau izin usaha dari Kementerian Kehutanan bagi

kegiatan usaha di bidang perkayuan atau kehutanan

(Hak Pengusahaan Hutan, Hutan Tanaman Industri,

Izin Pemanfaatan Kayu, Rencana Kerja Umum, dan

Rencana Kerja Tahunan).

b. Terhadap Calon Nasabah perusahaan yang didirikan di luar

wilayah Indonesia, maka nama dan/atau jenis dokumen

identitas perusahaan yang diminta disesuaikan dengan

ketentuan hukum setempat yang memiliki fungsi setara.

c. Di samping dokumen identitas perusahaan, Bank wajib

memperoleh dokumen lainnya berupa:

112

THI_fariza
Rectangle
Page 122: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

40

Tabel 3

Dokumen Pendukung Calon Nasabah Perusahaan

Perusahaan (selain Bank) Perusahaan

Berupa Bank Usaha Mikro dan Usaha

Kecil

Bukan Usaha Mikro dan

Usaha Kecil

a. Spesimen

tandatangan

Pengurus atau pihak

yang diberi kuasa

melakukan

hubungan usaha

dengan Bank

b. Kartu NPWP bagi

Nasabah yang

diwajibkan untuk

memiliki NPWP

sesuai dengan

ketentuan yang

berlaku

c. Surat Izin Tempat

Usaha (SITU) atau

dokumen lain yang

dipersyaratkan oleh

instansi yang

berwenang

a. Spesimen tanda

tangan anggota

Direksi yang

berwenang mewakili

perusahaan atau

pihak yang diberi

kuasa untuk

melakukan hubungan

usaha dengan Bank

b. Kartu NPWP bagi

Nasabah yang

diwajibkan untuk

memiliki NPWP sesuai

dengan ketentuan

yang berlaku

c. Surat Izin Tempat

Usaha (SITU) atau

dokumen lain yang

dipersyaratkan oleh

instansi yang

berwenang

d. Laporan keuangan

atau deskripsi

kegiatan usaha

perusahaan

e. Struktur manajemen

perusahaan

f. Struktur kepemilikan

perusahaan

g. Dokumen identitas

anggota Direksi yang

berwenang mewakili

a. Spesimen tanda

tangan anggota

Direksi yang

berwenang

mewakili

perusahaan

atau pihak

yang diberi

kuasa untuk

melakukan

hubungan

usaha dengan

Bank

113

THI_fariza
Rectangle
Page 123: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

41

Perusahaan (selain Bank) Perusahaan

Berupa Bank Usaha Mikro dan Usaha

Kecil

Bukan Usaha Mikro dan

Usaha Kecil

perusahaan atau

pihak yang diberi

kuasa untuk

melakukan hubungan

usaha dengan Bank

3. Calon Nasabah berupa Yayasan atau Perkumpulan dan

Lembaga Pemerintahan, Instansi Pemerintah, Lembaga

Internasional dan Perwakilan Negara Asing

a. Untuk informasi pada Tabel 1 kolom (c) wajib didukung

dengan dokumen identitas yayasan atau perkumpulan

berupa akta pendirian yang telah disahkan oleh instansi

yang berwenang dan/atau berupa izin bidang kegiatan atau

tujuan yayasan atau bukti pendaftaran sebagai

perkumpulan pada instansi berwenang.

b. Untuk informasi pada Tabel 1 kolom (d) wajib didukung

dengan dokumen surat penunjukan bagi pihak yang

berwenang yang mewakili Lembaga Pemerintahan, Instansi

Pemerintah, lembaga internasional, perwakilan negara

asing atau perwakilan dalam melakukan hubungan usaha

dengan Bank.

c. Disamping dokumen pada huruf a dan huruf b, Bank wajib

memperoleh dokumen lainnya berupa:

114

THI_fariza
Rectangle
Page 124: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

42

Tabel 4

Dokumen pendukung Nasabah selain Perorangan dan Perusahaan

Yayasan Perkumpulan yang

Berbadan Hukum

Lembaga

Pemerintahan,

Instansi Pemerintah,

Lembaga

Internasional, dan

Perwakilan Negara

Asing

a. Deskripsi kegiatan

yayasan

b. Struktur dan nama

pengurus yayasan

c. Dokumen identitas

anggota pengurus

yang berwenang

mewakili yayasan

untuk melakukan

hubungan usaha

dengan Bank

a. Identitas

penyelenggara

b. Pihak yang

berwenang mewakili

perkumpulan dalam

melakukan

hubungan usaha

dengan Bank

a. Spesimen tanda

tangan

D. Beneficial Owner

1. Bank wajib memastikan apakah calon Nasabah atau WIC yang

membuka hubungan usaha atau melakukan transaksi

bertindak untuk diri sendiri atau untuk kepentingan Beneficial

Owner.

2. Beneficial Owner adalah setiap orang yang:

a. merupakan pemilik sebenarnya dari dana yang

ditempatkan pada Bank (ultimately own account). Pemilik

sebenarnya dari dana yang dimaksud di sini termasuk

sumber dana yang ditempatkan, contoh Nasabah dengan

profil ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan,

maka suami menjadi Beneficial Owner dari Nasabah

tersebut;

115

THI_fariza
Rectangle
Page 125: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

43

b. mengendalikan transaksi Nasabah, contoh Nasabah dengan

profil pelajar Sekolah Dasar dan tidak memiliki penghasilan

maka orang tua menjadi Beneficial Owner dari Nasabah

tersebut;

c. memberikan kuasa untuk melakukan transaksi, contoh

seorang lanjut usia memberikan kuasa kepada anaknya

untuk melakukan transaksi dengan Bank, termasuk

pembukaan rekening atas nama anaknya, maka seorang

lanjut usia tersebut menjadi Beneficial Owner dari rekening

yang dibuka oleh anaknya;

d. mengendalikan badan hukum, contoh Nasabah perusahaan

A dikendalikan oleh seseorang yang bernama B yang

namanya tidak tercantum dalam anggaran dasar

perusahaan A tersebut namun terdapat bukti bahwa B

mengendalikan perusahaan A, maka B menjadi Beneficial

Owner dari perusahaan A; dan/atau

e. merupakan pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan

melalui badan hukum atau berdasarkan suatu perjanjian,

contoh Nasabah perusahaan X dikendalikan oleh seseorang

yang bernama Y yang namanya tidak tercantum dalam

anggaran dasar. Selanjutnya berdasarkan sumber yang

diyakini oleh Bank, Y dikendalikan lagi oleh seseorang

bernama Z dan menetap di tax haven country. Dalam hal ini

Z menjadi pengendali akhir (Ultimate Beneficial Owner) dari

Nasabah perusahaan X.

3. Apabila calon Nasabah atau WIC mewakili Beneficial Owner

untuk membuka hubungan usaha atau melakukan transaksi,

Bank wajib melakukan prosedur CDD terhadap Beneficial

Owner yang sama ketatnya dengan prosedur CDD bagi calon

Nasabah atau WIC.

4. Dalam hal Beneficial Owner tergolong sebagai PEP, maka

prosedur yang diterapkan adalah prosedur EDD, contoh calon

Nasabah ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan

116

THI_fariza
Rectangle
Page 126: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

44

dengan sumber dana berasal dari suaminya yang tergolong PEP

maka terhadap calon Nasabah tersebut dilakukan prosedur

EDD.

5. Terhadap Beneficial Owner, Bank wajib memperoleh bukti atas

identitas dan/atau informasi lainnya yang sama dengan calon

Nasabah sebagaimana dimaksud pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3,

dan Tabel 4, ditambah dengan:

Tabel 5

Bukti/Informasi Lainnya Terkait Beneficial Owner (BO)

BO dari Nasabah

Perorangan

BO dari Nasabah

Perusahaan/

Yayasan

/Perkumpulan

BO dari Nasabah Berupa

Bank

Bank Lain di

Dalam Negeri

Bank Lain

di Luar

Negeri*)

a. hubungan hukum

antara calon

Nasabah atau WIC

dengan Beneficial

Owner yang

ditunjukkan

dengan surat

penugasan, surat

perjanjian, surat

kuasa atau bentuk

lainnya

b. pernyataan dari

calon Nasabah

atau WIC

mengenai

kebenaran

identitas maupun

sumber dana dari

Beneficial Owner

a. dokumen

dan/atau

informasi

identitas pemilik

atau pengendali

akhir

perusahaan,

yayasan, atau

perkumpulan

b. pernyataan dari

calon Nasabah

atau WIC

mengenai

kebenaran

identitas

maupun sumber

dana dari

Beneficial Owner

pernyataan

tertulis dari

Bank di dalam

negeri bahwa

identitas

Beneficial

Owner telah

dilakukan

verifikasi oleh

Bank lain di

dalam negeri

tersebut

pernyataan

tertulis dari

Bank di luar

negeri

bahwa

identitas

Beneficial

Owner telah

dilakukan

verifikasi

oleh Bank

di luar

negeri

tersebut

117

THI_fariza
Rectangle
Page 127: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

45

*) Bank lain di luar negeri yang dimaksudkan adalah bank lain di luar

negeri yang menerapkan Program APU dan PPT yang paling kurang

setara dengan ketentuan Bank Indonesia

6. Termasuk sebagai Beneficial Owner perorangan adalah

Beneficial Owner perorangan dari calon Nasabah yang

merupakan Lembaga Pemerintahan atau Instansi Pemerintah,

contoh rekening Instansi Pemerintah yang fungsinya hanya

untuk menampung setoran dana dari masyarakat untuk

kegiatan tertentu, misal rekening Instansi Pemerintah yang

menampung setoran untuk kegiatan haji, dengan sumber dana

berasal dari para calon jemaah haji maka calon jemaah haji

menjadi Beneficial Owner perorangan dari rekening Nasabah

Instansi Pemerintah.

7. Dalam melakukan identifikasi terhadap Calon Nasabah

perusahaan, Bank wajib menetapkan Beneficial Owner. Dasar

pertimbangan Bank dalam menetapkan Beneficial Owner adalah

dengan tahapan sebagai berikut:

a. perorangan yang memiliki saham sebesar 25% (dua puluh

lima persen) atau lebih;

b. perorangan yang memiliki saham kurang dari 25% (dua

puluh lima persen) namun dapat dibuktikan yang

bersangkutan melakukan pengendalian; atau

c. perorangan dalam perusahaan tersebut yang menjabat

sebagai anggota direksi yang paling berperan dalam

pengendalian perusahaan.

Sedangkan yang termasuk sebagai pengendali akhir adalah

perorangan atau badan hukum yang secara langsung maupun

tidak langsung memiliki saham perusahaan dan merupakan

pengendali terakhir dari perusahaan dan/atau keseluruhan

struktur kelompok usaha yang mengendalikan perusahaan.

8. Nasabah perorangan termasuk sebagai pengendali apabila

memiliki kepentingan atas suatu transaksi yang dilakukan.

118

THI_fariza
Rectangle
Page 128: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

46

9. Dokumen identitas pemilik atau pengendali akhir dapat berupa

surat pernyataan atau dokumen lainnya yang memuat informasi

mengenai identitas pemilik atau pengendali akhir.

10. Bagi Beneficial Owner berupa Lembaga Pemerintahan, Instansi

Pemerintah, atau perusahaan yang terdaftar di bursa efek

(listing), tidak memiliki kewajiban untuk menyampaikan

dokumen dan/atau identitas pengendali akhir. Termasuk

pengertian perusahaan yang terdaftar di bursa efek adalah:

a. Nasabah perusahaan yang merupakan anak perusahaan

(subsidiary) dari perusahaan yang terdaftar di bursa efek,

dimana kepemilikan perusahaan induk adalah mayoritas.

b. Nasabah perusahaan yang bukan merupakan perusahaan

yang terdaftar di bursa efek namun kebijakan internal

perusahaan tersebut mewajibkan adanya public expose

yang memaparkan kepada publik untuk menjelaskan

mengenai kinerja perusahaan tersebut sebagaimana yang

berlaku pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek.

11. Pengecualian terhadap kewajiban penyampaian dokumen

dan/atau identitas pengendali akhir Beneficial Owner wajib

didokumentasikan.

12. Apabila Bank meragukan atau tidak dapat meyakini identitas

Beneficial Owner, Bank harus menolak untuk melakukan

hubungan usaha atau transaksi dengan Calon Nasabah atau

WIC.

E. Verifikasi

1. Bank wajib meneliti kebenaran informasi yang disampaikan oleh

Calon Nasabah, Nasabah atau WIC dengan melakukan verifikasi

terhadap dokumen pendukung berdasarkan dokumen dan/atau

sumber independen lainnya serta memastikan kekinian

informasi tersebut.

2. Dalam rangka meyakini kebenaran identitas calon Nasabah,

verifikasi dilakukan dengan:

119

THI_fariza
Rectangle
Page 129: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

47

a. pertemuan langsung (face to face) dengan calon Nasabah

pada awal melakukan hubungan usaha;

b. melakukan wawancara dengan calon Nasabah apabila

diperlukan;

c. mencocokkan kesesuaian profil calon Nasabah dengan foto

diri yang tercantum dalam kartu identitas;

d. mencocokkan kesesuaian tanda tangan, cap jempol, atau

sidik jari dengan dokumen identitas atau dokumen lainnya

yang mencantumkan tanda tangan, cap jempol, atau sidik

jari. Dokumen lainnya antara lain surat pernyataan

Nasabah, Kartu Keluarga, atau kartu kredit;

e. meminta kepada calon Nasabah untuk memberikan lebih

dari satu dokumen identitas yang dikeluarkan oleh pihak

yang berwenang, apabila timbul keraguan terhadap kartu

identitas yang ada;

f. menatausahakan salinan dokumen kartu identitas setelah

dilakukan pencocokan dengan dokumen asli yang sah;

g. melakukan pengecekan silang untuk memastikan adanya

konsistensi dari berbagai informasi yang disampaikan oleh

Calon Nasabah, antara lain seperti:

1) menghubungi Nasabah melalui telepon (rumah atau

kantor);

2) menghubungi pejabat Sumber Daya Manusia tempat

Nasabah bekerja apabila pekerjaan Nasabah adalah

karyawan suatu perusahaan atau instansi;

3) melakukan konfirmasi atas penghasilan Nasabah

dengan mensyaratkan rekening koran dari Bank

lainnya; atau

4) melakukan analisis informasi geografis untuk melihat

kondisi hutan melalui teknologi remote sensing

terhadap calon Nasabah perusahaan yang bergerak di

bidang kehutanan.

h. memastikan bahwa Calon Nasabah tidak memiliki rekam

120

THI_fariza
Rectangle
Page 130: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

48

jejak negatif dengan melakukan verifikasi identitas Calon

Nasabah menggunakan sumber independen lainnya antara

lain sebagai berikut:

1) Daftar Teroris dan/atau Daftar Terduga Teroris dan

Organisasi Teroris yang diterbitkan oleh Kepolisian

Republik Indonesia;

2) Daftar Hitam Nasional (DHN);

3) Data lainnya yang dimiliki Bank, seperti major credit

card, identitas pemberi kerja dari Calon Nasabah,

rekening telepon dan rekening listrik.

i. memastikan adanya kemungkinan hal-hal yang tidak wajar

atau mencurigakan.

3. Proses verifikasi identitas calon Nasabah dan Beneficial Owner

wajib diselesaikan sebelum membina hubungan usaha dengan

Calon Nasabah atau sebelum melakukan transaksi dengan WIC.

4. Untuk kepentingan pelaporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan kepada PPATK, Bank harus memperoleh

informasi paling kurang adalah nama, nomor identitas, alamat

dan tempat tanggal lahir sesuai dengan salinan dokumen

identitas yang diperoleh Bank terhadap Calon Nasabah, WIC,

atau Beneficial Owner yang hubungan usaha atau transaksinya

ditolak apabila transaksinya mencurigakan.

5. Dalam kondisi tertentu, proses verifikasi dapat diselesaikan

kemudian, yaitu paling lambat:

a. untuk Nasabah perorangan, 14 (empat belas) hari kerja

setelah dilakukannya hubungan usaha.

b. untuk Nasabah perusahaan yang masih dalam proses

pendirian, 90 (sembilan puluh) hari kerja setelah

dilakukannya hubungan usaha.

6. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 5 yaitu:

a. kelengkapan dokumen tidak dapat dipenuhi pada saat

hubungan usaha akan dilakukan misalnya karena

dokumen masih dalam proses pengurusan. Contoh:

121

THI_fariza
Rectangle
Page 131: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

49

1) Dokumen identitas Calon Nasabah S sedang dalam

proses perpanjangan, maka S dapat menyampaikan

dokumen identitas kepada Bank 14 (empat belas) hari

kerja kemudian setelah S menjadi Nasabah Bank;

2) Perusahaan P yang dalam proses pendirian belum

memiliki anggaran dasar yang telah disahkan oleh

otoritas yang berwenang, dengan demikian

perusahaan P dapat menyampaikan anggaran dasar

yang telah disahkan sebagai dokumen identitas

kepada Bank 90 (sembilan puluh) hari kerja kemudian

setelah perusahaan P menjadi Nasabah Bank;

b. apabila tingkat risiko calon Nasabah perorangan tergolong

rendah.

7. Bank wajib menolak melakukan hubungan usaha dengan Calon

Nasabah dan/atau melaksanakan transaksi dengan WIC

apabila:

a. tidak memenuhi ketentuan permintaan informasi dan

dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam Tabel

1, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7, Tabel

8, dan Tabel 9;

b. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen

palsu yaitu dokumen identitas (KTP, SIM, paspor) dan/atau

dokumen lainnya, yang tidak terdaftar pada instansi yang

berwenang atau tidak dapat diverifikasi kebenarannya;

c. menyampaikan informasi yang diragukan kebenarannya;

dan/atau

d. berbentuk Shell Bank atau Bank yang mengijinkan

rekeningnya digunakan oleh Shell Bank.

F. CDD yang lebih sederhana (CDD sederhana)

1. Bank dapat menerapkan prosedur CDD sederhana terhadap

Calon Nasabah atau transaksi yang tingkat risiko terjadinya

pencucian uang atau pendanaan terorisme tergolong rendah

dan memenuhi kriteria sebagai berikut:

122

THI_fariza
Rectangle
Page 132: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

50

a. tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran atau

penerimaan gaji, misalnya rekening milik perusahaan yang

digunakan untuk pembayaran gaji karyawan perusahaan

tersebut secara periodik dan/atau rekening karyawan yang

digunakan hanya untuk menerima gaji dari pemberi kerja;

b. Calon Nasabah berupa perusahaan publik (perusahaan

yang terdaftar pada bursa efek) yang tunduk pada

peraturan tentang kewajiban untuk mengungkapkan

kinerjanya sehinga informasi tentang identitas perusahaan

dan Beneficial Owner dari Nasabah perusahaan tersebut

dapat diakses oleh masyarakat;

c. Calon Nasabah perusahaan yang mayoritas sahamnya

dimiliki oleh Pemerintah;

d. Calon Nasabah berupa Lembaga Pemerintahan atau

Instansi Pemerintah;

e. transaksi pencairan cek yang dilakukan oleh WIC

perusahaan;

f. tujuan pembukaan rekening terkait dengan program

Pemerintah dalam rangka peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan pengentasan kemiskinan, misal program

Pemerintah untuk tujuan sosial seperti program keluarga

harapan yang diselenggarakan Departemen Sosial, bantuan

layanan tunai dan gerakan Indonesia menabung. Syarat

setoran awal dan jumlah penggunaan rekening mengacu

pada ketentuan yang ditetapkan oleh Lembaga/Instansi

Pemerintah yang menyelenggarakan program terkait; atau

g. jumlah setoran awal paling besar Rp50.000,00 (lima puluh

ribu rupiah), maksimum saldo pada akhir bulan paling

banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), dan

maksimum transaksi dalam 1 (satu) bulan sebesar

Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

123

THI_fariza
Rectangle
Page 133: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

51

2. Informasi dan dokumen pendukung yang wajib diminta

terhadap Calon Nasabah perorangan dengan tujuan pembukaan

rekening untuk penerimaan gaji paling kurang sebagai berikut:

Tabel 6

Informasi dan Dokumen Pendukung Calon Nasabah Perorangan

Informasi Dokumen Pendukung

a. Nama lengkap termasuk nama

alias apabila ada

b. Nomor dokumen identitas

c. Alamat tempat tinggal sesuai

dokumen identitas

d. Alamat tempat tinggal lain

apabila ada

e. Tempat dan tanggal lahir

a. KTP/SIM/paspor

b. Spesimen tanda

tangan/cap

jempol/sidik jari

3. Informasi dan dokumen pendukung yang wajib diminta

terhadap Calon Nasabah perusahaan, Lembaga Pemerintah,

atau Instansi Pemerintah:

a. dengan tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran

gaji; atau

b. merupakan perusahaan publik, perusahaan yang

mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, atau

merupakan Lembaga Pemerintahan/Instansi Pemerintah,

paling kurang sebagai berikut:

124

THI_fariza
Rectangle
Page 134: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

52

Tabel 7

Informasi dan Dokumen Pendukung untuk Calon Nasabah

Perusahaan, Lembaga Pemerintah, atau Instansi Pemerintah

Informasi

Dokumen Pendukung

Calon Nasabah Perusahaan

(selain Bank)

Lembaga

Pemerintahan

/Instansi

Pemerintah Usaha Mikro

dan Usaha

Kecil

Bukan Usaha

Mikro dan

Usaha Kecil

a. Nama

perusahaan

b. Alamat

kedudukan

a. Dokumen

identitas

perusahaan

b. Spesimen

tanda

tangan

a. Dokumen

identitas

perusahaan

b. Dokumen

identitas

anggota

Direksi

yang

berwenang

mewakili

perusahaan

dalam

melakukan

hubungan

usaha

dengan

Bank

a. Surat

penunjukan

bagi pihak

berwenang

mewakili

dalam

melakukan

hubungan

usaha

dengan

Bank

b. Spesimen

tanda

tangan

4. Informasi dan dokumen pendukung yang wajib diminta

terhadap WIC perusahaan yang akan melakukan transaksi

pencairan cek paling kurang sebagai berikut:

125

THI_fariza
Rectangle
Page 135: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

53

Tabel 8

Informasi dan Dokumen Pendukung untuk WIC Perusahaan

Informasi

Dokumen Pendukung WIC Perusahaan

Usaha Mikro dan

Usaha Kecil

Bukan Usaha Mikro

dan Usaha Kecil

a. Nama

perusahaan

b. Alamat

kedudukan

a. Dokumen identitas

perusahaan

b. Spesimen tanda

tangan

a. Dokumen identitas

perusahaan

b. Dokumen identitas

anggota Direksi

yang berwenang

mewakili

perusahaan dalam

melakukan

hubungan usaha

dengan Bank

5. Informasi dan dokumen pendukung yang wajib diminta

terhadap:

a. Calon Nasabah perorangan dengan tujuan pembukaan

rekening terkait dengan program Pemerintah; atau

b. Calon Nasabah dengan jumlah setoran awal paling besar

Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah), maksimum saldo

pada akhir bulan paling banyak sebesar Rp1.000.000,00

(satu juta rupiah), dan maksimum transaksi dalam 1 (satu)

bulan sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah)

paling kurang sebagai berikut:

Tabel 9

Informasi dan Dokumen Pendukung untuk Calon Nasabah

Informasi Dokumen pendukung

a. Nama lengkap

termasuk nama alias

apabila ada

b. Alamat tempat tinggal

a. Dokumen lainnya sebagai

dokumen pengganti identitas

antara lain:

b. Kartu pengenal yang dikeluarkan

126

THI_fariza
Rectangle
Page 136: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

54

Informasi Dokumen pendukung

sesuai dengan

dokumen lain yang

digunakan sebagai

pengganti dokumen

identitas

c. Tempat dan tanggal

lahir

d. Pekerjaan

oleh pemerintah yang

mencantumkan foto diri;

c. dokumen identitas dan surat

referensi dari Nasabah lain yang

mengenal profil Calon Nasabah;

d. surat referensi dari Kelurahan

atau Kepala Desa dimana Calon

Nasabah berdomisili yang

mencantumkan foto diri; atau

e. kartu tanda pelajar bagi Calon

Nasabah Perorangan yang belum

memenuhi syarat untuk memiliki

KTP yang disertai dengan

dokumen identitas dan surat

persetujuan dari orangtua atau

pihak lain yang bertanggung

jawab terhadap Calon Nasabah

tersebut.

f. Spesimen tanda tangan/cap

jempol/sidik jari

6. Terhadap Nasabah yang mendapat perlakuan CDD sederhana,

Bank wajib mendokumentasikannya dalam daftar yang memuat

antara lain informasi mengenai alasan penetapan risiko

sehingga digolongkan sebagai risiko rendah.

7. Nasabah yang telah mendapatkan perlakuan CDD sederhana

harus dikeluarkan dari daftar Nasabah CDD sederhana apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. diindikasikan terkait dengan pencucian uang atau

pendanaan terorisme;

b. tidak sesuai dengan tujuan awal pembukaan rekening,

antara lain untuk pembayaran atau penerimaan gaji; atau

c. saldo pada akhir bulan melebihi Rp1.000.000,00 (satu juta

rupiah) dan transaksi dalam 1 (satu) bulan melebihi

127

THI_fariza
Rectangle
Page 137: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

55

Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

8. Terhadap Nasabah sebagaimana dimaksud dalam angka 7,

berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. dikeluarkan dari daftar Nasabah yang mendapat perlakuan

CDD sederhana sehingga prosedur CDD sederhana yang

telah diterapkan menjadi tidak berlaku;

b. dilakukan CDD atau EDD sesuai dengan tingkat risiko

Nasabah terkini; dan

c. dilaporkan dalam LTKM apabila transaksi diindikasikan

terkait dengan pencucian uang atau pendanaan terorisme.

128

THI_fariza
Rectangle
Page 138: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

56

BAB VI

PENUTUPAN HUBUNGAN USAHA DENGAN NASABAH

A. Kewajiban Menolak Transaksi, Membatalkan Transaksi, dan/atau

Menutup Hubungan Usaha

1. Bank wajib menolak transaksi, membatalkan transaksi,

dan/atau menutup hubungan usaha dengan Nasabah apabila

Nasabah:

a. tidak memenuhi ketentuan permintaan informasi dan

dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam Bab V

Tabel 1, Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8,

dan Tabel 9;

b. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen

palsu yaitu dokumen identitas (KTP, SIM, paspor) dan/atau

dokumen lainnya, yang tidak terdaftar pada instansi yang

berwenang atau tidak dapat diverifikasi kebenarannya;

c. menyampaikan informasi yang diragukan kebenarannya;

d. berbentuk Shell Bank atau Bank yang mengijinkan

rekeningnya digunakan oleh Shell Bank; dan/atau

e. memiliki sumber dana transaksi yang diketahui dan/atau

patut diduga berasal dari hasil tindak pidana.

2. Bank wajib melaporkan Nasabah atau WIC sebagaimana

dimaksud pada angka 1 dalam Laporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan apabila transaksinya mencurigakan.

3. Kewajiban Bank untuk menolak atau membatalkan transaksi

berlaku apabila sebagai contoh terdapat:

a. Nasabah yang ingin melakukan transaksi transfer dana,

namun karena Nasabah tersebut tidak bersedia melengkapi

aplikasi transfer dana maka Bank wajib menolak transaksi

Nasabah yang bersangkutan.

b. Incoming transfer pada rekening Nasabah, namun setelah

Bank Penerima melakukan CDD ulang dan berdasarkan

informasi dari Bank Pengirim diketahui bahwa rekening

129

THI_fariza
Rectangle
Page 139: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

57

Nasabah penerima merupakan rekening penampungan

hasil penipuan maka Bank wajib membatalkan transaksi

incoming transfer dengan mengembalikan dana kepada

Bank Pengirim sepanjang dana masih tersimpan di dalam

rekening Nasabah penerima.

4. Bank wajib mendokumentasikan Nasabah yang memenuhi

kriteria pada angka 1 di atas dalam daftar tersendiri dan

melaporkannya dalam LTKM apabila transaksinya tidak wajar

dan mencurigakan.

5. Terhadap Nasabah yang ditutup hubungan usahanya, Bank

wajib memberitahukan secara tertulis kepada Nasabah

mengenai penutupan hubungan usaha tersebut.

6. Pemberitahuan tertulis dapat dilakukan dengan penyampaian

surat yang ditujukan kepada Nasabah sesuai dengan alamat

yang tercantum dalam database Bank atau diumumkan melalui

media cetak, media elektronik maupun media lainnya.

7. Apabila setelah dilakukan pemberitahuan tertulis Nasabah tidak

mengambil sisa dana yang tersimpan di Bank maka

penyelesaian terhadap sisa dana Nasabah tersebut dilakukan

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara

lain dengan menyerahkan sisa dana ke Balai Harta Peninggalan.

8. Dalam hal penutupan hubungan usaha terkait dengan transaksi

transfer dana, maka prosedur penutupan hubungan usaha

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

mengatur mengenai transfer dana.

B. Penolakan Hubungan Usaha atau Penolakan Transaksi

1. Penolakan atau pembatalan transaksi terhadap rekening

Nasabah penerima yang digunakan untuk menampung hasil

kejahatan dapat disertai dengan pengembalian dana kepada

Nasabah pengirim apabila memenuhi syarat sebagai berikut:

130

THI_fariza
Rectangle
Page 140: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

58

a. terdapat Laporan dari Nasabah pengirim kepada Bank

Pengirim dengan dilengkapi dokumen pendukung laporan

tersebut seperti laporan kepada Kepolisian RI;

b. identitas Nasabah penerima dana diketahui dan/atau patut

diduga palsu;

c. masih terdapat sisa dana di rekening Nasabah penerima;

d. transaksi dari rekening Nasabah pengirim dilakukan

melalui transfer dana;

e. dana yang tersimpan pada rekening Nasabah penerima

baik sebagian maupun seluruhnya adalah berasal dari

rekening Nasabah pengirim;

f. rekening atau saldo dana dalam rekening Nasabah

penerima tidak sedang dalam status diblokir atau disita

oleh instansi yang berwenang;

g. terdapat klausula dalam perjanjian pembukaan rekening

mengenai kewajiban Bank untuk menolak transaksi,

membatalkan transaksi, dan/atau menutup hubungan

usaha dengan Nasabah; dan/atau

h. pengembalian dana melalui proses pendebetan dana dari

rekening Nasabah penerima untuk dikreditkan kembali ke

rekening Nasabah pengirim.

2. Prosedur pengembalian dana sebagaimana dimaksud dalam

angka 1 adalah apabila:

a. hanya terdapat 1 (satu) Nasabah pengirim yang

mengajukan permohonan pengembalian dana, maka dana

yang dikembalikan kepada Nasabah pengirim adalah

sebesar dana milik Nasabah pengirim yang masih ada pada

rekening penerima.

b. terdapat lebih dari 1 (satu) laporan Nasabah pengirim yang

mengajukan permohonan pengembalian dana, maka dalam

hal dana yang terdapat pada rekening penerima diyakini

oleh Bank:

1) berasal dari beberapa Nasabah pengirim dan jumlah

131

THI_fariza
Rectangle
Page 141: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

59

dananya mencukupi untuk pengembalian dana

kepada semua Nasabah pengirim maka Bank dapat

mengembalikan dana tersebut;

2) hanya berasal dari sebagian Nasabah pengirim maka

Bank hanya akan mengembalikan dana kepada

sebagian Nasabah pengirim yang diyakini Bank

sebagai sumber atas dana pada rekening Nasabah

penerima;

3) berasal dari semua Nasabah pengirim dan jumlah

dananya tidak mencukupi untuk pengembalian dana

kepada semua Nasabah pengirim maka pengembalian

dana hanya dilakukan berdasarkan kesepakatan para

Nasabah pengirim. Apabila tidak tercapai kesepakatan,

pengembalian dana dilakukan berdasarkan pada

Putusan Pengadilan yang sudah berkekuatan hukum

tetap yang memerintahkan Bank untuk

mengembalikan dana kepada pihak yang berhak; atau

4) berasal dari sebagian Nasabah pengirim dan jumlah

dananya tidak mencukupi untuk pengembalian dana

kepada sebagian Nasabah pengirim maka

pengembalian dana hanya dilakukan kepada masing-

masing Nasabah pengirim yang diyakini Bank dananya

masih ada pada rekening Nasabah penerima

berdasarkan kesepakatan para Nasabah pengirim

tersebut. Apabila tidak tercapai kesepakatan,

pengembalian dana dilakukan berdasarkan pada

Putusan Pengadilan yang sudah berkekuatan hukum

tetap yang memerintahkan Bank untuk

mengembalikan dana kepada pihak yang berhak.

Pada saat telah terjadi pengembalian dana kepada Nasabah

pengirim, Bank Pengirim membuat Berita Acara

Pengembalian Dana yang ditandatangani oleh pejabat Bank

Pengirim dan Nasabah pengirim.

132

THI_fariza
Rectangle
Page 142: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

60

3 Prosedur pengembalian dana sebagaimana dimaksud pada

angka 2 tidak berlaku terhadap Nasabah penerima dan/atau

Nasabah pengirim yang namanya tercantum dalam Daftar

Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.

133

THI_fariza
Rectangle
Page 143: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

61

BAB VII

AREA BERISIKO TINGGI DAN POLITICALLY EXPOSED PERSON

A. Penetapan Kriteria Area Berisiko Tinggi dan Politically Exposed

Person (PEP)

Dalam menetapkan tingkat risiko Nasabah, jasa, dan produk Bank,

Bank berpedoman pada ketentuan PPATK yang mengatur mengenai

pedoman identifikasi produk, Nasabah, usaha, dan negara Berisiko

Tinggi Bagi Penyedia Jasa Keuangan (selanjutnya disebut dengan

Pedoman Identifikasi PPATK) dan referensi lainnya yang dikeluarkan

oleh otoritas berwenang atau yang telah menjadi international best

practice.

1. Produk dan Jasa Berisiko Tinggi

Karakteristik dari high risk product dan high risk services adalah

produk atau jasa yang ditawarkan kepada Nasabah yang mudah

dikonversikan menjadi kas atau setara kas, atau yang dananya

mudah dipindah-pindahkan dari satu yurisdiksi ke yurisdiksi

lainnya dengan maksud mengaburkan asal usul dana tersebut.

Sebagai contoh:

a. Electronic banking (internet banking, mobile banking, phone

banking, dan SMS banking);

b. Transfer dana;

c. Pemberian kredit atau pembiayaan dan pendanaan

(termasuk credit card);

d. Travellers’ cheque dan bank draft;

e. Private banking;

f. Custodian;

g. Safe deposit box;

h. Reksadana;

i. Jual beli valuta asing (Bank notes);

j. Penitipan dengan pengelolaan (trust); atau

k. Letter of credit (LC).

134

THI_fariza
Rectangle
Page 144: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

62

Dalam hal terdapat Nasabah atau WIC yang menggunakan

produk dan/atau jasa yang berisiko tinggi maka transaksi yang

dilakukan akan memenuhi kriteria sebagai risiko tinggi apabila

jumlah transaksi yang dilakukan tidak sesuai dengan profil

Nasabah atau WIC.

2. Nasabah Berisiko Tinggi

Salah satu Nasabah yang berisiko tinggi adalah Penyelenggara

Negara atau PEP. Peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang Penyelenggara Negara adalah:

Tabel 10

Ketentuan mengenai PEP

Ketentuan Definisi Keterangan

UU No.28

Tahun 1999

Pejabat Negara yang

menjalankan fungsi

eksekutif, legislatif, atau

yudikatif, dan pejabat

lain yang fungsi dan

tugas pokoknya

berkaitan dengan

penyelenggaraan negara

sesuai dengan

ketentuan peraturan

perundang-undangan

yang berlaku.

a. Pejabat Negara pada

Lembaga Tertinggi

Negara;

b. Pejabat Negara pada

Lembaga Tinggi Negara;

c. Menteri;

d. Gubernur;

e. Hakim;

f. Pejabat negara yang lain

sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-

undangan yang berlaku,

dan

g. Pejabat lain yang

memiliki fungsi strategis

dalam kaitannya dengan

penyelenggaraan negara

sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-

undangan yang berlaku,

yaitu:

1) Direksi, Komisaris,

dan pejabat

135

THI_fariza
Rectangle
Page 145: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

63

Ketentuan Definisi Keterangan

struktural lainnya

pada Badan Usaha

Milik Negara dan

Badan Usaha Milik

Daerah;

2) Pimpinan Bank

Indonesia dan

Pimpinan Badan

Penyehatan

Perbankan Nasional;

3) Pimpinan Perguruan

Tinggi Negeri;

4) Pejabat Eselon I dan

Pejabat lain yang

disamakan di

lingkungan sipil,

militer, dan

Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

5) Jaksa;

6) Penyidik;

7) Panitera Pengadilan;

8) Pemimpin dan

bendaharawan

proyek;

SE/03/M.PAN

/01/2005

tanggal 20

Januari 2005

Penyelenggara Negara a. Pejabat eselon II dan

pejabat lain yang

disamakan di

lingkungan Instansi

Pemerintah dan/atau

lembaga negara.

b. Semua kepala kantor di

lingkungan Departemen

Keuangan

c. Pengawas Bea dan

136

THI_fariza
Rectangle
Page 146: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

64

Ketentuan Definisi Keterangan

Cukai;

d. Auditor;

e. Pejabat yang

mengeluarkan perijinan;

f. Pejabat/Kepala Unit

Masyarakat; dan

g. Pejabat pembuat regulasi

3. Usaha Berisiko Tinggi

Contoh usaha yang berisiko tinggi antara lain:

a. Penyedia jasa keuangan yang belum memiliki ijin dari

otoritas berwenang;

b. Bank dan perusahaan yang berlokasi di negara penghasil

narkoba atau tax haven countries;

c. Kasino, tempat hiburan dan executive club;

d. Jasa akuntan, pengacara dan notaris (Perusahaan atau

Perorangan);

e. Jasa surveyor dan agen real estat (perusahaan);

f. Pedagang logam mulia (perusahaan atau perorangan);

g. Usaha barang-barang antik, dealer mobil, kapal serta

penjual barang atau barang mewah;

h. Agen perjalanan;

i. Pegawai Bank;

j. Pelajar atau mahasiswa yang memiliki Beneficial Owner

berisiko tinggi; atau

k. Ibu rumah tangga yang memiliki Beneficial Owner berisiko

tinggi.

4. Transaksi yang Terkait dengan Negara Lain yang Berisiko Tinggi

Contoh negara yang berisiko tinggi antara lain:

a. negara yang pelaksanaan rekomendasi FATF

diidentifikasikan belum memadai;

b. termasuk dalam daftar yang dipublikasikan oleh FATF;

137

THI_fariza
Rectangle
Page 147: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

65

c. diketahui secara luas sebagai tempat penghasil dan pusat

perdagangan narkoba;

d. dikenal secara luas menerapkan banking secrecy law yang

ketat;

e. dikenal sebagai tax haven antara lain berdasarkan data

terkini dari Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD). Posisi Mei 2012 terdapat 2 (dua)

negara/wilayah yang tergolong tax haven yaitu: Nauru dan

Niue.

f. dikenal memiliki tingkat korupsi yang tinggi;

g. dianggap merupakan sumber kegiatan terorisme, seperti

yang diidentifikasikan oleh Office of Foreign Asset Control

(OFAC); atau

h. terkena sanksi PBB.

Sehubungan dengan area berisiko tinggi di atas, Bank wajib

meneliti adanya Nasabah dan/atau Beneficial Owner yang

memenuhi kriteria berisiko tinggi tersebut dan

mendokumentasikannya dalam daftar tersendiri.

B. Prosedur Terhadap Area Berisiko Tinggi dan PEP

1. Apabila terdapat transaksi atau hubungan usaha dengan

Nasabah yang berasal atau terkait dengan negara yang belum

memadai dalam melaksanakan rekomendasi FATF, maka Bank

wajib mewaspadainya dan menetapkan mitigasi risiko yang

mungkin terjadi.

2. Dalam hal Bank akan melakukan hubungan usaha dengan

calon Nasabah yang tergolong PEP, Bank wajib menunjuk

pejabat senior yang bertanggung jawab atas hubungan usaha

dengan calon Nasabah tersebut dan berwenang untuk:

a. memberikan persetujuan atau penolakan terhadap calon

Nasabah yang tergolong berisiko tinggi atau PEP; dan

138

THI_fariza
Rectangle
Page 148: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

66

b. membuat keputusan untuk meneruskan atau

menghentikan hubungan usaha dengan Nasabah atau

Beneficial Owner yang tergolong PEP.

3. Pejabat senior harus memiliki pengetahuan yang memadai

mengenai kemungkinan risiko yang timbul, seperti risiko

reputasi, risiko operasional dan risiko hukum, dan mampu

mengambil tindakan yang diperlukan sesuai dengan profil risiko

Nasabah dan transaksi.

C. Enhanced Due Dilligence (EDD)

1. Dalam hal Bank berhubungan dengan Calon Nasabah atau WIC

atau Nasabah yang tergolong berisiko tinggi terhadap

kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme, Bank

wajib melakukan prosedur CDD yang lebih mendalam yang

disebut dengan Enhanced Due Diligence (EDD).

2. EDD atau kegiatan CDD yang lebih mendalam harus dilakukan

terhadap area yang berisiko tinggi dan Nasabah yang tergolong

PEP.

3. Apabila Calon Nasabah, Nasabah atau WIC memenuhi

ketentuan sebagai berikut:

a. tergolong berisiko tinggi atau PEP;

b. menggunakan produk perbankan yang berisiko tinggi

untuk digunakan sebagai sarana pencucian uang atau

pendanaan terorisme;

c. melakukan transaksi dengan pihak yang berasal dari

negara berisiko tinggi;

d. melakukan transaksi tidak sesuai dengan profil; atau

e. merupakan pihak yang terkait dengan PEP, yaitu:

1) perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh PEP;

2) anggota keluarga PEP sampai dengan derajat kedua;

dan/atau

3) pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik

mempunyai hubungan dekat dengan PEP.

139

THI_fariza
Rectangle
Page 149: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

67

maka terhadap Calon Nasabah, Nasabah atau WIC tersebut,

Bank wajib melakukan EDD.

4. Apabila dari hasil EDD yang dilakukan terhadap Nasabah yang

melakukan transaksi tidak sesuai dengan profil sebagaimana

dimaksud pada angka 3 huruf d diperoleh underlying atau

alasan yang jelas, maka terhadap transaksi tersebut dilakukan

pemantauan sebagaimana biasanya. Sedangkan apabila dari

hasil EDD tidak diperoleh underlying atau alasan yang jelas

maka terhadap transaksi tersebut wajib dilaporkan dalam LTKM

dan dilakukan pemantauan yang lebih ketat.

5. Sifat, kualitas, dan kuantitas informasi Nasabah yang perlu

diperoleh harus memberikan gambaran mengenai tingkat risiko

yang timbul dari hubungan usaha yang terjadi.

6. Informasi yang diperoleh harus dapat diverifikasi dan

memberikan keyakinan terhadap profil Nasabah sesungguhnya.

7. Bagi Bank yang menyediakan produk kartu kredit melalui

program member get member, maka proses EDD yang dilakukan

termasuk:

a. memastikan bahwa dokumen pendukung yang memuat

identitas Calon Nasabah telah dilegalisir oleh lembaga yang

berwenang;

b. transaksi pembayaran dengan Bank untuk pertama kalinya

secara tunai di Bank penerbit kartu kredit yang

berkedudukan di Indonesia.

D. EDD terhadap Jasa Penitipan dengan Pengelolaan (Trust)

Bank yang melakukan trust wajib memenuhi ketentuan sebagai

berikut:

1. Bank melakukan EDD terhadap:

a. pemilik harta yang menitipkan pengelolaan hartanya

(settlor); dan

b. penerima manfaat dari harta yang dititipkan (beneficiary).

140

THI_fariza
Rectangle
Page 150: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

68

Dalam hal settlor juga bertindak sebagai beneficiary maka EDD

yang dilakukan hanya pada settlor atau beneficiary dengan

menjelaskan bahwa settlor dan beneficiary adalah pihak yang

sama.

2. Bank meminta informasi kepada calon settlor dengan

berpedoman kepada ketentuan yang berlaku kepada Calon

Nasabah perusahaan sebagaimana dimaksud di Tabel 1 pada

Bab V huruf B.

3. Bank meminta informasi kepada beneficiary paling kurang

mencakup:

a. jenis informasi dengan berpedoman kepada ketentuan yang

berlaku kepada Calon Nasabah perorangan dan Calon

Nasabah perusahaan sebagaimana dimaksud di Tabel 1

pada Bab V huruf B;

b. nomor rekening beneficiary; dan

c. nama bank yang menerima pemindahan dana dari rekening

settlor.

4. Dalam hal bank yang menerima pemindahan dana dari rekening

settlor pada Bank yang berada di luar negeri, maka harus

memenuhi persyaratan:

a. memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan yang

berlaku; dan

b. berkedudukan di negara yang tidak tergolong berisiko

tinggi. Informasi mengenai tingkat risiko suatu negara

antara lain dapat dilihat dalam website www.fatf-gafi.org

atau www.apgml.org.

5. Dalam hal bank yang menerima pemindahan dana dari rekening

settlor pada Bank yang berkedudukan di negara yang tergolong

berisiko tinggi maka harus memenuhi persyaratan:

a. berada dalam kelompok usaha yang sama dengan Bank

tempat settlor tercatat, dimana pemegang saham

pengendali antara bank dimana settlor tercatat dengan

bank yang menerima pemindahan dana dari rekening

141

THI_fariza
Rectangle
Page 151: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

69

settlor adalah sama; dan

b. kelompok usaha tersebut telah menjalankan CDD,

penatausahaan dokumen, dan Program APU dan PPT

secara efektif sesuai dengan Rekomendasi FATF.

142

THI_fariza
Rectangle
Page 152: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

70

BAB VIII

PROSEDUR PELAKSANAAN CUSTOMER DUE DILLIGENCE (CDD) OLEH

PIHAK KETIGA

A. Kriteria Pihak Ketiga dan Prosedur

1. Bank dapat menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan oleh

pihak ketiga terhadap Calon Nasabahnya yang telah menjadi

Nasabah pada pihak ketiga tersebut. Dalam hal ini Bank tetap

wajib melakukan identifikasi dan verifikasi atas hasil CDD yang

telah dilakukan oleh pihak ketiga.

2. Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus

merupakan lembaga keuangan yang memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan yang

berlaku;

b. memiliki kerja sama dengan Bank dalam bentuk

kesepakatan tertulis;

c. tunduk pada pengawasan dari otoritas berwenang (antara

lain Lembaga Pengawas dan Pengatur seperti Bank

Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan) sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

d. bersedia memenuhi permintaan informasi yang paling

kurang berupa informasi mengenai:

1) nama lengkap sesuai dengan yang tercantum pada

kartu identitas;

2) alamat, tempat dan tanggal lahir;

3) nomor kartu identitas; dan

4) kewarganegaraan dari calon Nasabah.

e. bersedia memenuhi permintaan salinan dokumen

pendukung segera apabila dibutuhkan oleh Bank dalam

rangka pelaksanaan Program APU dan PPT; dan

f. berkedudukan di negara yang tidak tergolong berisiko

tinggi. Informasi mengenai tingkat risiko suatu negara

143

THI_fariza
Rectangle
Page 153: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

71

antara lain dapat dilihat dalam website www.fatf-gafi.org

atau www.apgml.org.

3. Kesediaan pihak ketiga untuk memenuhi permintaan informasi

dan permintaan salinan dokumen pendukung dituangkan

dalam kesepakatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam

angka 2 huruf b;

4. Dalam hal pihak ketiga berkedudukan di negara yang tergolong

berisiko tinggi maka pihak ketiga tersebut wajib memenuhi

kriteria:

a. berada dalam kelompok usaha yang sama dengan Bank,

dalam hal ini pemegang saham pengendali antara Bank

pengguna hasil CDD dengan pihak ketiga pemilik hasil

CDD adalah sama; dan

b. kelompok usaha tersebut telah menjalankan CDD,

penatausahaan dokumen, dan Program APU dan PPT

secara efektif sesuai dengan rekomendasi FATF.

5. Tanggung jawab akhir atas hasil identifikasi dan verifikasi calon

Nasabah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Bank.

6. Bank bertanggung jawab untuk melaksanakan penatausahaan

dokumen hasil CDD yang dilakukan pihak ketiga serta data

hasil identifikasi dan verifikasi yang dilakukan oleh Bank.

B. Bank sebagai Agen Penjual Produk Lembaga Keuangan Non Bank

1. Apabila Bank bertindak sebagai agen penjual produk lembaga

keuangan non Bank (misal reksadana, asuransi), maka Bank

wajib memenuhi permintaan informasi hasil CDD dan salinan

dokumen pendukung apabila dibutuhkan oleh lembaga

keuangan lainnya (misal manajer investasi) dalam rangka

pelaksanaan Program APU dan PPT.

2. Tata cara pemenuhan permintaan informasi hasil CDD dan

salinan dokumen pendukung dituangkan dalam perjanjian kerja

sama antara Bank dengan lembaga keuangan non Bank

tersebut yang antara lain memuat kesediaan Bank untuk

144

THI_fariza
Rectangle
Page 154: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

72

memberikan informasi sebagaimana dimaksud pada butir A.2.d)

dan butir A.2.e).

3. Pada saat Bank bertindak sebagai penjual produk keuangan

non Bank, maka penjualan produk lembaga keuangan non

Bank kepada Nasabah Bank berpedoman pada ketentuan yang

mengatur mengenai penerapan manajemen risiko pada Bank

yang melakukan aktivitas berkaitan dengan reksadana, dan

pada Bank yang melakukan aktivitas kerjasama pemasaran

dengan perusahaan asuransi (bancassurance) yaitu sebagai

berikut:

a. dilakukan dalam perjanjian tersendiri yang terpisah dari

perjanjian pembukaan hubungan usaha atau rekening

yang terkait dengan produk dan usaha Bank.

b. mencantumkan logo lembaga keuangan lainnya yang

mengeluarkan produk terkait dalam perjanjian tersendiri

tersebut.

c. mengungkapkan informasi yang lengkap, benar, dan tidak

menyesatkan kepada Nasabah mengenai produk lembaga

keuangan non Bank termasuk informasi mengenai

kejelasan cakupan program penjaminan atas produk

lembaga keuangan non Bank.

d. memastikan:

1) pemberian informasi yang berimbang antara potensi

manfaat yang mungkin diperoleh dengan risiko yang

mungkin timbul bagi Nasabah dari produk lembaga

keuangan non Bank.

2) informasi yang disampaikan tidak menyamarkan,

mengurangi, atau menutupi hal-hal yang penting

terkait dengan risiko-risiko yang mungkin timbul dari

produk lembaga keuangan non Bank.

145

THI_fariza
Rectangle
Page 155: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

73

BAB IX

CROSS BORDER CORRESPONDENT BANKING

A. Prosedur Cross Border Correspondent Banking

1. Sebelum menyediakan jasa Cross Border Correspondent

Banking, Bank wajib melakukan proses CDD terhadap calon

Bank responden baik yang bertindak sebagai Bank Penerus

maupun sebagai Bank Penerima. Untuk transaksi L/C, yang

dimaksud dengan Bank Penerima dan/atau Bank Penerus

termasuk issuing bank, advising bank, confirming bank, dan

negotiating bank.

2. Proses CDD yang dilakukan dengan meminta informasi

mengenai:

a. profil calon Bank Penerima dan/atau Bank Penerus, antara

lain mencakup susunan anggota Direksi dan Dewan

Komisaris, kegiatan usaha, produk perbankan yang

dimiliki, target pemasaran, dan tujuan pembukaan

rekening. Sumber informasi untuk memastikan informasi

dimaksud berdasarkan informasi publik yang memadai

yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh otoritas yang

berwenang, antara lain Banker’s Almanac;

b. reputasi Bank Penerima dan/atau Bank Penerus

berdasarkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan,

termasuk reputasi yang bersifat negatif, misalnya:

1) sanksi yang pernah dikenakan oleh otoritas kepada

Bank Penerima dan/atau Bank Penerus terkait dengan

pelanggaran ketentuan otoritas dan/atau rekomendasi

FATF; atau

2) Bank Penerima dan/atau Bank Penerus sedang dalam

proses penyidikan dan/atau pembinaan oleh otoritas

yang berwenang terkait dengan pencucian uang atau

pendanaan terorisme.

146

THI_fariza
Rectangle
Page 156: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

74

c. tingkat penerapan Program APU dan PPT di negara tempat

kedudukan Bank Penerima dan/atau Bank Penerus yang

dapat dilihat antara lain dari tingkat risiko negara tempat

kedudukan bank tersebut yang dikeluarkan oleh FATF atau

The Asia/Pacific Group on Money Laundering (APG)

terhadap kemungkinan terjadinya pencucian uang

dan/atau pendanaan terorisme; dan

d. informasi relevan lain yang diperlukan Bank untuk

mengetahui profil calon Bank Penerima dan/atau Bank

Penerus antara lain informasi mengenai:

1) seperti kepemilikan, pengendalian, dan struktur

manajemen, untuk memastikan apakah terdapat PEP

dalam susunan kepemilikan atau sebagai pengendali;

2) posisi keuangan Bank Penerima dan/atau Bank

Penerus; dan

3) profil perusahaan induk dan anak perusahaan.

3. Bank Pengirim yang menyediakan jasa Cross Border

Correspondent Banking wajib melakukan :

a. mendokumentasikan seluruh transaksi Cross Border

Correspondent Banking;

b. menolak untuk berhubungan dan/atau meneruskan

hubungan Cross Border Correspondent Banking dengan

Shell Bank; dan

c. memastikan bahwa Bank Penerima dan/atau Bank

Penerus tidak mengijinkan rekeningnya digunakan oleh

Shell Bank pada saat mengadakan hubungan usaha terkait

dengan Cross Border Correspondent Banking

4. Persetujuan untuk pembukaan hubungan usaha pada calon

Bank Penerima dan/atau Bank penerus dalam rangka Cross

Border Correspondent Banking maupun untuk penutupan

hubungan usaha dengan Bank Penerima dan/atau Bank

penerus dalam rangka Cross Border Correspondent Banking

diberikan oleh pejabat senior.

147

THI_fariza
Rectangle
Page 157: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

75

B. Payable Through Account

1. Terhadap Nasabah yang mempunyai akses terhadap Payable

Through Account (PTA), Bank Pengirim wajib memastikan hal-hal

sebagai berikut:

a. Bank Penerima dan/atau Bank Penerus telah

melaksanakan proses CDD dan pemantauan yang memadai

yang paling kurang sama dengan yang diatur dalam

Peraturan Bank Indonesia ini; dan

b. Bank Penerima dan/atau Bank Penerus bersedia untuk

menyediakan data identifikasi Nasabah yang terkait,

apabila diminta oleh Bank Pengirim.

2. Akses terhadap PTA yang wajib dipastikan oleh Bank Pengirim

dituangkan dalam kerjasama antara Bank Pengirim dengan

Bank Penerima dan/atau Bank Penerus dalam bentuk

kesepakatan tertulis.

3. Contoh dari transaksi PTA adalah sebagai berikut:

Bank A (didirikan dan berada dibawah pengawasan Otoritas

South Pacific Island Vanuatu) membuka PTA di American Express

Bank International (AMEX) di Miami, US. Tujuan pembukaan

PTA tersebut adalah agar Bank A di Vanuatu dapat memberikan

jasa perbankan AMEX secara virtual kepada Nasabah

berkewarganegaraan Amerika yang tinggal di wilayah Vanuatu

namun bukan merupakan Nasabah AMEX.

Nasabah diberikan buku cek serta aplikasi yang memungkinkan

mereka untuk melakukan deposit atau penarikan dana melalui

PTA Bank A. Transaksi PTA ini memungkinkan penyalahgunaan

rekening maupun transaksi yang dilakukan yang pada akhirnya

menimbulkan risiko reputasi bagi AMEX.

148

THI_fariza
Rectangle
Page 158: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

76

BAB X

PROSEDUR TRANSFER DANA

A. Prosedur Transfer Dana

1. Ketentuan yang berlaku bagi Bank Pengirim adalah sebagai

berikut:

a. Bank Pengirim wajib memperoleh informasi dan melakukan

identifikasi serta verifikasi terhadap Nasabah atau WIC

pengirim dan/atau Nasabah atau WIC penerima, paling

kurang meliputi:

1) nama Nasabah atau WIC pengirim;

2) nomor rekening Nasabah pengirim;

3) alamat Nasabah atau WIC pengirim;

4) nomor dokumen identitas, nomor identifikasi, atau

tempat dan tanggal lahir dari Nasabah atau WIC

pengirim. Nomor identifikasi adalah nomor yang

secara unik mengidentifikasikan Nasabah atau WIC

pengirim dari Bank Pengirim dengan data informasi

yang dikelola oleh Bank Pengirim. Dengan demikian

nomor identifikasi berbeda dengan nomor transaksi;

5) sumber dana Nasabah atau WIC pengirim;

6) nama Nasabah atau WIC penerima;

7) nomor rekening Nasabah penerima;

8) alamat WIC penerima;

9) jumlah uang dan jenis mata uang; dan

10) tanggal transaksi.

b. Apabila pengirim asal telah menjadi Nasabah pada Bank

Pengirim maka Bank pengirim wajib memperoleh informasi:

1) nama Nasabah pengirim;

2) nomor rekening Nasabah pengirim;

3) sumber dana Nasabah pengirim;

4) nama Nasabah atau WIC penerima;

5) nomor rekening Nasabah penerima atau alamat WIC

149

THI_fariza
Rectangle
Page 159: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

77

penerima;

6) jumlah uang dan jenis mata uang; dan

7) tanggal transaksi.

c. Dalam hal kegiatan transfer dana memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1) Tujuan transfer dana di luar wilayah Republik

Indonesia; dan

2) Terdapat transaksi transfer dana yang dilakukan oleh

beberapa Nasabah atau WIC pengirim dari pengirim

yang sama dalam bentuk batch file transmission;

maka Bank Pengirim wajib memperoleh informasi mengenai

masing-masing Nasabah atau WIC penerima sebagaimana

dimaksud pada butir a.6) sampai dengan a.8).

d. Informasi mengenai Nasabah atau WIC pengirim dan/atau

Nasabah atau WIC penerima pada huruf a dan b wajib

disampaikan Bank Pengirim kepada Bank Penerus atau

Bank Penerima.

e. Dalam hal Nasabah atau WIC Pengirim menolak untuk

memenuhi permintaan informasi sebagaimana dimaksud

pada huruf a, maka Bank Pengirim wajib menolak

melaksanakan perintah transfer.

f. Seluruh kegiatan transfer dana wajib didokumentasikan

dengan ketentuan mengacu pada Bab XV mengenai

Penatausahaan Dokumen dalam Pedoman ini.

2. Ketentuan yang berlaku bagi Bank Penerus adalah sebagai

berikut:

a. Memastikan kelengkapan informasi mengenai Nasabah

atau WIC pengirim dan Nasabah atau WIC penerima

sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a.

b. Meneruskan pesan dan perintah transfer dana yang

diterima dari Bank Pengirim.

c. Seluruh informasi yang diterima dari Bank Pengirim,

sebagai pihak yang pertama kali mengeluarkan perintah

150

THI_fariza
Rectangle
Page 160: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

78

transfer dana, wajib didokumentasikan sesuai dengan

ketentuan mengacu pada Bab XV mengenai Penatausahaan

Dokumen dalam Pedoman ini.

d. Memastikan kelengkapan informasi mengenai Nasabah

atau WIC pengirim dan Nasabah atau WIC penerima

terhadap transaksi transfer dana ke luar wilayah Indonesia

dengan pola straight-through processing.

e. Dalam hal Bank Penerus menerima perintah transfer dari

Bank Pengirim di luar negeri yang tidak dilengkapi dengan

informasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a,

maka Bank Penerus dapat:

1) melaksanakan transfer dana;

2) menolak untuk melaksanakan transfer dana; atau

3) menunda transaksi transfer dana.

f. Tindakan yang akan diambil oleh Bank Penerus

sebagaimana pilihan tindakan pada huruf e di atas disertai

dengan tindak lanjut yang memadai yaitu antara lain

melakukan pemantauan yang lebih ketat, dan/atau

melaporkan sebagai Transaksi Keuangan yang

Mencurigakan.

3. Ketentuan yang berlaku bagi Bank Penerima adalah sebagai

berikut:

a. Memastikan kelengkapan informasi Nasabah atau WIC

pengirim dan Nasabah atau WIC penerima dalam transaksi

transfer dana dari luar wilayah Indonesia baik pada saat

transaksi dilakukan (real-time monitoring) maupun setelah

transaksi dilakukan (post-event monitoring).

b. Seluruh informasi yang diterima wajib didokumentasikan

sesuai dengan ketentuan mengacu pada Bab XV mengenai

Penatausahaan Dokumen dalam Pedoman ini.

c. Dalam hal Bank Penerima menerima perintah transfer dari

Bank Pengirim di luar negeri yang tidak dilengkapi dengan

informasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a,

151

THI_fariza
Rectangle
Page 161: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

79

maka Bank Penerima dapat:

1) melaksanakan transfer dana;

2) menolak untuk melaksanakan transfer dana; atau

3) menunda transaksi transfer dana.

d. Tindakan yang akan diambil oleh Bank Penerima

sebagaimana pilihan tindakan pada huruf cdisertai dengan

tindak lanjut yang memadai yaitu antara lain melakukan

pemantauan yang lebih ketat, dan/atau melaporkan

sebagai Transaksi Keuangan yang Mencurigakan.

e. Dalam hal Bank Penerima menerima perintah transfer dari

Bank Pengirim di dalam wilayah Indonesia yang tidak

dilengkapi dengan informasi sebagaimana dimaksud pada

angka 1 huruf a namun hanya dilengkapi dengan informasi

nomor rekening Nasabah Pengirim atau nomor referensi

transaksi Nasabah atau WIC Pengirim, maka Bank

Penerima dapat meminta secara tertulis informasi yang

dibutuhkan kepada Bank Pengirim.

4. Ketentuan mengenai prosedur transfer dana tidak berlaku bagi:

a. transfer dana yang menggunakan kartu debet, kartu ATM

maupun kartu kredit.

b. transfer dana yang dilakukan antar penyedia jasa

keuangan dan untuk kepentingan penyedia jasa keuangan

dimaksud, seperti transfer dana yang dilakukan oleh

Nasabah perusahaan berupa perusahaan sekuritas untuk

tujuan kegiatan sekuritas Nasabah dimaksud.

B. Permintaan Informasi

1. Terhadap permintaan informasi yang disampaikan oleh Bank

Penerima sebagaimana dimaksud dalam butir A.3.e, Bank

Pengirim wajib menyampaikan secara tertulis informasi yang

dibutuhkan tersebut dalam waktu 3 (tiga) hari kerja.

2. Kewajiban penyampaian informasi oleh Bank Pengirim, juga

berlaku apabila permintaan serupa dilakukan oleh otoritas yang

152

THI_fariza
Rectangle
Page 162: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

80

berwenang seperti Bank Indonesia, dan Penegak Hukum.

3. Permintaan informasi harus diajukan secara tertulis dari

pejabat yang berwenang baik melalui surat maupun melalui

media elektronik.

4. Pemenuhan permintaan informasi dari Bank Penerima

dilakukan dalam rangka tukar menukar informasi antar Bank,

sehingga dikecualikan dari ketentuan tentang rahasia Bank.

5. Permintaan informasi bersifat sangat rahasia sehingga hanya

boleh digunakan untuk kepentingan analisis transaksi,

penyidikan, dan kebutuhan otoritas yang berwenang.

6. Permintaan dan penyampaian informasi wajib

didokumentasikan.

C. Pelaporan

1. Apabila terdapat transfer dana, baik yang merupakan incoming

atau outgoing, berasal dari dalam negeri atau lintas negara yang

memenuhi kriteria mencurigakan, maka transfer dana tersebut

wajib dilaporkan sebagai LTKM kepada PPATK. Dalam hal ini

termasuk transfer dana yang terkait dengan transaksi

pendanaan terorisme.

2. Untuk kegiatan transfer dana dari dan ke luar negeri, maka tata

cara pelaporan transfer dana tersebut wajib dilaporkan kepada

PPATK dengan berpedoman pada ketentuan yang dikeluarkan

oleh PPATK.

153

THI_fariza
Rectangle
Page 163: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

81

BAB XI

SISTEM PENGENDALIAN INTERN

1. Bank wajib melakukan pemisahan fungsi yang jelas antara satuan

kerja operasional dengan satuan kerja yang melaksanakan fungsi

pengendalian.

2. Dalam penerapan Program APU dan PPT, Bank harus memiliki

kebijakan, prosedur, dan pemantauan internal yang memadai, serta

melakukan pemisahan tugas dan tanggung jawab antara:

a. pelaksana kebijakan dengan pengawas penerapan kebijakan,

dan

b. pelaksana transaksi dengan pemutus transaksi.

3. Bank harus mempunyai sistem pengendalian intern, baik yang

bersifat fungsional maupun melekat yang dapat memastikan bahwa

penerapan Program APU dan PPT oleh satuan kerja terkait telah

sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dengan

memastikan satuan kerja telah:

a. menerapkan pengawasan internal dengan baik, tepat dan

efektif; dan

b. memberikan pelatihan yang memadai bagi seluruh pegawai di

unit kerja operasional.

4. Pengendalian intern dalam rangka penerapan Program APU dan PPT

dilaksanakan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) dengan

kewenangan paling kurang mencakup:

a. melakukan uji kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur

melalui penggunaan sample testing dari beberapa jasa, produk,

dan Nasabah dengan pendekatan berdasarkan risiko untuk

mendapatkan gambaran efektifitas penerapan kebijakan dan

prosedur;

b. menyusun program dan prosedur audit berbasis risiko dengan

prioritas audit pada satuan kerja atau kantor cabang yang

tergolong memiliki kompleksitas usaha yang tinggi; dan

c. melakukan penilaian atas kecukupan proses yang berlaku di

154

THI_fariza
Rectangle
Page 164: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

82

Bank dalam mengidentifikasi dan melaporkan transaksi yang

mencurigakan dengan memperhatikan ketentuan anti tipping

off.

5. Sistem pengendalian intern harus mampu secara tepat waktu

mendeteksi kelemahan dan penyimpangan yang terjadi dalam

penerapan Program APU dan PPT.

155

THI_fariza
Rectangle
Page 165: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

83

BAB XII

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

A. Sistem Informasi Manajemen

1. Kebijakan dan prosedur tertulis yang dimiliki Bank wajib

mempertimbangkan faktor teknologi informasi yang berpotensi

disalahgunakan oleh pelaku pencucian uang atau pendanaan

terorisme, misal pembukaan rekening melalui internet banking,

perintah transfer dana melalui fax atau telepon, dan transaksi

melalui ATM.

2. Untuk keperluan pemantauan profil dan transaksi Nasabah

atau WIC, Bank wajib memiliki sistem informasi yang dapat

mengidentifikasi, menganalisa, memantau dan menyediakan

laporan secara efektif mengenai karakteristik transaksi yang

dilakukan oleh Nasabah atau WIC Bank.

3. Sistem informasi yang dimiliki harus dapat memungkinkan

Bank untuk menelusuri setiap transaksi (individual transaction),

baik untuk keperluan intern dan atau Bank Indonesia, maupun

dalam kaitannya dengan kasus peradilan.

4. Tingkat kecanggihan sistem informasi untuk mengidentifikasi

transaksi keuangan yang mencurigakan disesuaikan dengan

kompleksitas usaha, volume transaksi, dan risiko yang dimiliki

Bank.

5. Bank wajib melakukan penyesuaian secara berkala terhadap

parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi transaksi

keuangan yang mencurigakan.

6. Untuk memudahkan pemantauan dalam rangka menganalisis

transaksi keuangan yang mencurigakan, Bank wajib memiliki

dan memelihara profil Nasabah secara terpadu (Single Customer

Identification File/CIF), paling kurang meliputi informasi

sebagaimana dimaksud dalam Tabel 1 pada Bab V.

7. Informasi yang terdapat dalam single CIF mencakup seluruh

produk dan jasa yang digunakan oleh Nasabah pada suatu

156

THI_fariza
Rectangle
Page 166: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

84

Bank yaitu tabungan, deposito, giro, kredit/pembiayaan, safe

deposit box, structured product, dan trustee.

8. Untuk rekening joint account maka CIF dibuat atas masing-

masing pihak pemilik joint account, misal:

a. Rekening joint account atas nama A dan B, maka CIF yang

dibuat adalah 2 (dua) CIF yaitu CIF atas nama A dan B

dengan menginformasikan bahwa baik A maupun B

memiliki rekening joint account.

b. Rekening joint account atas nama A atau B, maka CIF yang

dibuat adalah 2 (dua) CIF yaitu CIF atas nama A dan B

dengan menginformasikan bahwa baik A maupun B

memiliki rekening joint account.

9. Untuk keperluan pemeliharaan single CIF, Bank harus

menetapkan kebijakan bahwa untuk setiap penambahan

rekening dan/atau jasa atau produk Bank oleh Nasabah yang

sudah ada, Bank wajib mengkaitkan rekening, jasa atau produk

tambahan tersebut dengan nomor informasi Nasabah dari

Nasabah yang bersangkutan.

10. Dalam hal terdapat Nasabah yang selain tercatat sebagai

Nasabah pada Bank Umum Konvensional juga tercatat sebagai

Nasabah pada Unit Usaha Syariah dari Bank yang sama, maka

Nasabah tersebut memiliki 2 (dua) CIF yang berbeda.

B. Pemantauan

1. Bank wajib melakukan kegiatan pemantauan yang sekurang-

kurangnya mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Dilakukan secara berkesinambungan untuk

mengidentifikasi kesesuaian antara transaksi Nasabah

dengan profil Nasabah dan menatausahakan dokumen

tersebut, terutama terhadap hubungan usaha atau

transaksi dengan Nasabah dan/atau Bank dari negara

dengan Program APU dan PPT kurang memadai.

157

THI_fariza
Rectangle
Page 167: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

85

b. Melakukan analisis terhadap seluruh transaksi yang tidak

sesuai dengan profil Nasabah. Contoh transaksi, aktivitas,

dan perilaku yang tidak sesuai dengan profil Nasabah

adalah sebagaimana terlampir dalam Lampiran II.

c. Apabila diperlukan, meminta informasi tentang latar

belakang dan tujuan transaksi terhadap transaksi yang

tidak sesuai dengan profil Nasabah, dengan

memperhatikan ketentuan anti tipping off sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

2. Kegiatan pemantauan profil dan transaksi Nasabah yang

dilakukan secara berkesinambungan meliputi kegiatan:

a. memastikan kelengkapan informasi dan dokumen

Nasabah;

b. meneliti kesesuaian antara profil transaksi dengan profil

Nasabah;

c. meneliti kemiripan atau kesamaan nama dengan nama

yang tercantum dalam:

1) database daftar teroris;

2) Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris;

3) nama tersangka atau terdakwa yang dipublikasikan

dalam media massa atau oleh otoritas yang

berwenang; dan

4) Daftar Hitam Nasional (DHN).

3. Sumber informasi yang dapat digunakan untuk memantau

Nasabah Bank yang ditetapkan sebagai status tersangka atau

terdakwa dapat diperoleh antara lain melalui:

a. database yang dikeluarkan oleh pihak berwenang seperti

PPATK; atau

b. media massa, seperti koran, majalah, televisi, dan internet.

4. Pemantauan terhadap profil dan transaksi Nasabah harus

dilakukan secara berkala dengan menggunakan pendekatan

berdasarkan risiko.

158

THI_fariza
Rectangle
Page 168: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

86

5. Apabila berdasarkan hasil pemantauan terdapat kemiripan atau

kesamaan nama sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c,

maka Bank harus melakukan klarifikasi untuk memastikan

kemiripan tersebut.

6. Dalam hal nama dan identitas Nasabah sesuai dengan nama

tersangka atau terdakwa yang diinformasikan dalam media

massa dan/atau sesuai dengan daftar teroris sebagaimana

dimaksud pada butir 2.c.1) dan butir 2.c.3), maka Bank wajib

melaporkan Nasabah tersebut dalam LTKM.

7. Dalam hal nama dan identitas Nasabah sesuai dengan nama

Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris sebagaimana

dimaksud pada butir 2.c.2), maka Bank wajib melaporkan

Nasabah tersebut dalam LTKM dan melakukan pemblokiran

setelah menerima surat permintaan atau perintah pemblokiran

dari lembaga yang berwenang sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan mengenai Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Tata cara

pemblokiran berpedoman pada peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

8. Dalam hal nama dan identitas Nasabah sesuai dengan nama

yang tercantum dalam DHN sebagaimana dimaksud pada butir

2.c.4) maka Bank wajib meneliti proses rehabilitasi yang

dilakukan Nasabah tersebut. Dalam hal terdapat

ketidakwajaran dalam proses rehabilitasi maka Bank wajib

melaporkan Nasabah tersebut dalam LTKM.

9. Pemantauan terhadap rekening Nasabah harus dipantau lebih

ketat apabila terdapat antara lain:

a. Nasabah tergolong berisiko tinggi;

b. penggunaan produk atau jasa perbankan yang berisiko

tinggi sebagai sarana pencucian uang atau pendanaan

teroris, contoh:

1) kartu kredit dengan over payment dengan nilai yang

signifikan;

159

THI_fariza
Rectangle
Page 169: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

87

2) debitur berbadan hukum asing menggunakan jaminan

seperti back to back LC dan/atau standby L/C;

c. transaksi dengan pihak yang berasal dari negara berisiko

tinggi, contoh transaksi pengiriman uang yang terkait

dengan Nasabah yang tinggal di negara yang berisiko tinggi;

d. transaksi tidak sesuai dengan profil; atau

e. Nasabah merupakan PEP dan/atau pihak yang terkait

dengan PEP, yaitu:

1) perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh PEP;

2) anggota keluarga PEP sampai dengan derajat kedua;

dan/atau

3) pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik

mempunyai hubungan dekat dengan PEP.

10. Seluruh kegiatan pemantauan didokumentasikan dengan tertib

dan dalam bentuk tertulis baik melalui dokumen formal seperti

memo, nota, atau catatan maupun melalui dokumen informal

seperti korespondensi melalui email.

C. Database Daftar Teroris dan Daftar Terduga Teroris dan

Organisasi Teroris

1. Bank wajib memelihara:

a. database Daftar Teroris yang diterima dari Bank Indonesia

setiap 6 (enam) bulan berdasarkan data yang

dipublikasikan oleh PBB;

b. Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris yang

dipublikasikan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia

dan diterima melalui Bank Indonesia.

2. Informasi mengenai Daftar Teroris antara lain dapat diperoleh

melalui:

a. website PBB:

http://www.un.org/sc/committees/1267/consolist.shtml;

atau

160

THI_fariza
Rectangle
Page 170: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

88

b. sumber lainnya yang lazim digunakan oleh perbankan dan

merupakan data publik antara lain The Office of Foreign

Assets Controls List (OFAC List) dengan alamat situs

internet:

http://www.treas.gov/offices/enforcement/ofac/index.sht

ml.

3. Kegiatan pemantauan yang wajib dilakukan Bank terkait

dengan database daftar teroris yang dimiliki adalah:

a. Memastikan secara berkala terdapat atau tidaknya nama-

nama Nasabah Bank yang memiliki kesamaan atau

kemiripan dengan nama yang tercantum dalam database

tersebut.

b. Dalam hal terdapat kemiripan nama Nasabah dengan nama

yang tercantum dalam database Daftar Teroris, Bank wajib

memastikan kesesuaian identitas Nasabah tersebut dengan

informasi lain yang terkait.

Dalam hal terdapat kesamaan nama Nasabah dan

kesamaan informasi lainnya dengan nama yang tercantum

dalam database Daftar Teroris, Bank wajib melaporkan

Nasabah tersebut dalam LTKM.

D. Pengkinian Data sebagai Tindak Lanjut dari Pemantauan

1. Bank wajib melakukan pengkinian data terhadap informasi dan

dokumen sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank

Indonesia mengenai APU dan PPT serta menatausahakannya.

2. Bank wajib mengkinikan data Nasabah yang dimiliki agar

identifikasi dan pemantauan transaksi keuangan yang

mencurigakan dapat berjalan efektif.

3. Pengkinian data Nasabah dilakukan dengan menggunakan

pendekatan berdasarkan risiko yang mencakup pengkinian

profil Nasabah dan transaksinya. Dalam hal sumber daya yang

dimiliki Bank terbatas, kegiatan pengkinian data dilakukan

dengan skala prioritas. Contoh: pemenuhan informasi NPWP

161

THI_fariza
Rectangle
Page 171: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

89

bagi Nasabah yang belum memiliki NPWP diprioritaskan

terhadap Nasabah layanan prima atau Nasabah dengan jumlah

saldo outstanding tertentu.

4. Parameter untuk menetapkan skala prioritas sebagaimana

dimaksud pada angka 2 antara lain:

a. tingkat risiko Nasabah tinggi;

b. transaksi dengan jumlah yang signifikan dan/atau

menyimpang dari profil transaksi atau profil Nasabah (red

flag);

c. saldo yang nilainya signifikan; atau

d. informasi yang ada pada CIF belum sesuai dengan

Peraturan Bank Indonesia mengenai APU dan PPT.

5. Pengkinian data dilakukan secara berkala berdasarkan tingkat

risiko Nasabah atau transaksi. Sebagai contoh, untuk Nasabah

risiko tinggi pengkinian data dilakukan setiap 6 bulan, untuk

Nasabah risiko rendah pengkinian data dilakukan setiap 2

tahun, dan untuk Nasabah risiko menengah pengkinian data

dilakukan setiap 1 tahun.

6. Pelaksanaan pengkinian data terhadap Nasabah yang tercantum

dalam laporan rencana pengkinian data dapat dilakukan antara

lain pada saat:

a. pembukaan rekening tambahan;

b. perpanjangan fasilitas pinjaman;

c. penggantian buku tabungan, ATM, atau dokumen produk

perbankan lainnya;

d. kunjungan untuk keperluan safe deposit box;

e. pelunasan pinjaman; atau

f. lain-lain.

Tata cara penyampaian laporan rencana pengkinian data

sebagaimana diatur dalam Bab XV butir B.1.b.

7. Pencatatan ke dalam CIF atas informasi Nasabah yang dikinikan

tanpa didukung dengan dokumen, harus dengan persetujuan

dari Pejabat Bank yang berwenang. Contoh Nasabah mengisi

162

THI_fariza
Rectangle
Page 172: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

90

jumlah penghasilan dalam perjanjian rekening sebesar Rp5 juta

per bulan, namun dari transfer gaji yang rutin setiap bulan

dilakukan oleh perusahaan tempat Nasabah tersebut bekerja,

jumlah penghasilan diketahui sebesar Rp15 juta per bulan.

Dalam hal ini jumlah penghasilan yang diisikan dalam CIF

adalah sebesar Rp15 juta. Untuk keperluan pengisian data CIF

tersebut diperlukan catatan, nota, atau memo yang menjelaskan

alasan atau pertimbangan pemilihan angka Rp15 juta dan

persetujuan pejabat Bank yang berwenang terhadap catatan,

nota, atau memo tersebut. Dokumen catatan, nota, atau memo

tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian

pembukaan rekening Nasabah.

8. Seluruh kegiatan pengkinian data harus diadministrasikan.

9. Dalam hal Nasabah yang akan dilakukan pengkinian data telah

menjadi Nasabah sebelum Peraturan Bank Indonesia ini

berlaku, Bank wajib memberitahukan secara tertulis kepada

Nasabah dimaksud mengenai kewajiban Bank untuk menolak

transaksi, membatalkan transaksi dan/atau menutup

hubungan usaha apabila Nasabah memenuhi kriteria:

a. Nasabah tidak memenuhi ketentuan permintaan informasi

dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam

Tabel 1, Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8,

Tabel 9, dan Tabel 10;

b. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen

palsu;

c. menyampaikan informasi yang diragukan kebenarannya;

d. berbentuk Shell Bank atau Bank yang mengijinkan

rekeningnya digunakan oleh Shell Bank; dan/atau

e. memiliki sumber dana transaksi yang diketahui dan/atau

patut diduga berasal dari hasil tindak pidana.

10. Bank wajib melaporkan realisasi rencana pengkinian data 1

(satu) tahun sebelumnya dengan tata cara penyampaian

sebagaimana diatur dalam Bab XV butir B.1.c.

163

THI_fariza
Rectangle
Page 173: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

91

E. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Hasil Pemantauan

Berdasarkan hasil pemantauan atas profil dan transaksi Nasabah,

Bank wajib melaporkan dalam LTKM apabila:

1. Nasabah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada

huruf B angka 6 dan angka 7;

2. Nasabah yang ditutup hubungan usahanya karena tidak

bersedia melengkapi informasi dan dokumen pendukung, dan

berdasarkan penilaian Bank, transaksi yang dilakukan tidak

wajar atau mencurigakan;

3. Nasabah atau WIC yang ditolak atau dibatalkan transaksinya

karena tidak bersedia melengkapi informasi yang diminta oleh

Bank dan berdasarkan penilaian Bank transaksi yang dilakukan

tidak wajar atau mencurigakan; atau

4. Transaksi yang memenuhi kriteria mencurigakan sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

164

THI_fariza
Rectangle
Page 174: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

92

BAB XIII

SUMBER DAYA MANUSIA DAN PELATIHAN KARYAWAN

A. Sumber Daya Manusia

1. Dalam rangka pencegahan penggunaan Bank sebagai media

atau tujuan pencucian uang dan pendanaan terorisme, Bank

wajib melakukan:

a. prosedur penyaringan (pre-employee screening) pada saat

penerimaan pegawai baru sebagai bagian dari penerapan

Know Your Employee (KYE), dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) Metode screening disesuaikan dengan kebutuhan,

kompleksitas usaha Bank, dan profil risiko Bank.

2) Metode screening paling kurang memastikan profil

calon karyawan tidak memiliki catatan kejahatan,

seperti:

a) mewajibkan calon karyawan membuat surat

pernyataan dan/atau menyerahkan Surat

Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).

b) melakukan verifikasi ID dan pendidikan yang

telah diperoleh calon karyawan.

c) memastikan apakah calon karyawan memiliki

kredit macet.

d) memastikan track record calon karyawan dalam

kurun waktu tertentu, misal 5 tahun terakhir.

e) melakukan penelitian melalui media informasi

lainnya.

b. pengenalan dan pemantauan profil karyawan antara lain

mencakup perilaku dan gaya hidup karyawan, seperti:

1) memastikan karyawan tidak memiliki kredit macet;

2) melakukan penelitian melalui media internet;

165

THI_fariza
Rectangle
Page 175: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

93

3) melakukan verifikasi terhadap karyawan yang

mengalami perubahan gaya hidup yang cukup

signifikan;

4) memantau rekening karyawan;

5) memastikan bahwa karyawan telah memahami dan

mentaati kode etik karyawan (staff code of conduct);

6) mengevaluasi karyawan yang bertanggung jawab pada

aktivitas yang tergolong berisiko tinggi antara lain

memiliki akses ke data Bank, berhadapan dengan

Calon Nasabah atau Nasabah, dan terlibat dalam

pengadaan barang dan jasa bagi Bank.

2. Prosedur penyaringan (pre-employee screening), pengenalan dan

pemantauan terhadap profil karyawan dituangkan dalam

kebijakan Know Your Employee yang berpedoman pada

ketentuan yang mengatur mengenai penerapan strategi anti

fraud.

B. Pelatihan

1. Peserta Pelatihan

a. Bank harus memberikan pelatihan mengenai penerapan

Program APU dan PPT kepada seluruh karyawan.

b. Dalam menentukan peserta pelatihan, Bank

mengutamakan karyawan yang tugas sehari-harinya

memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) berhadapan langsung dengan Nasabah (pelayanan

Nasabah);

2) melakukan pengawasan pelaksanaan penerapan

Program APU dan PPT; atau

3) terkait dengan penyusunan pelaporan kepada PPATK

dan Bank Indonesia.

c. Karyawan yang mendapatkan prioritas harus mendapatkan

pelatihan secara berkala, sedangkan karyawan lainnya

166

THI_fariza
Rectangle
Page 176: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

94

harus mendapatkan pelatihan paling kurang 1 (satu) kali

dalam masa kerjanya.

d. Karyawan yang berhadapan langsung dengan Nasabah

(front liner) harus mendapatkan pelatihan sebelum

penempatan.

2. Metode Pelatihan

a. Pelatihan dapat dilakukan secara elekronik (online base)

maupun melalui tatap muka.

b. Pelatihan secara elektronik (online base) dapat

menggunakan media e-learning baik yang disediakan oleh

otoritas berwenang seperti PPATK atau yang disediakan

secara mandiri oleh Bank.

c. Pelatihan melalui tatap muka dilakukan dengan

menggunakan pendekatan antara lain:

1) Tatap muka secara interaktif (misal workshop) dengan

topik pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan

peserta. Pendekatan ini digunakan untuk karyawan

yang mendapatkan prioritas dan dilakukan secara

berkala, misal setiap tahun.

Tatap muka satu arah (misal seminar) dengan topik

pelatihan adalah berupa gambaran umum dari

penerapan Program APU dan PPT. Pendekatan ini

diberikan kepada karyawan yang tidak mendapatkan

prioritas dan dilakukan apabila terdapat perubahan

ketentuan yang signifikan.

3. Topik dan Evaluasi Pelatihan

a. Topik pelatihan paling kurang mengenai:

1) implementasi peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan Program APU dan PPT;

2) teknik, metode, dan tipologi pencucian uang atau

pendanaan terorisme termasuk trend dan

perkembangan profil risiko produk perbankan; dan

167

THI_fariza
Rectangle
Page 177: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

95

3) kebijakan dan prosedur penerapan Program APU dan

PPT serta peran dan tanggung jawab pegawai dalam

mencegah dan memberantas pencucian uang atau

pendanaan terorisme, termasuk konsekuensi apabila

karyawan melakukan tipping off.

Kedalaman topik pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan

karyawan dan kesesuaian dengan tugas dan tanggung

jawab karyawan.

b. Untuk mengetahui tingkat pemahaman karyawan dan

kesesuaian materi pelatihan, Bank harus melakukan

evaluasi terhadap setiap pelatihan yang telah

diselenggarakan.

c. Evaluasi dapat dilakukan secara langsung melalui

wawancara atau secara tidak langsung melalui tes.

d. Bank harus melakukan upaya tindak lanjut dari hasil

evaluasi pelatihan melalui penyempurnaan materi dan

metode pelatihan.

168

THI_fariza
Rectangle
Page 178: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

96

BAB XIV

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENERAPAN APU DAN PPT BAGI

KANTOR BANK DAN ANAK PERUSAHAAN DI LUAR NEGERI

1. Bank yang berbadan hukum Indonesia wajib meneruskan

kebijakan dan prosedur Program APU dan PPT, termasuk

kebijakan dan prosedur pertukaran informasi untuk tujuan

CDD dan manajemen risiko terhadap pencucian uang dan

pendanaan terorisme, ke seluruh jaringan kantor dan anak

perusahaannya di luar negeri.

2. Kebijakan dan prosedur Program APU dan PPT di seluruh

jaringan kantor dan anak perusahaan di luar negeri wajib

dipantau pelaksanaannya secara berkala.

3. Dalam melaksanakan pertukaran informasi sebagaimana

dimaksud pada angka 1, Bank harus memperhatikan tingkat

keamanan informasi dan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

4. Terhadap jaringan kantor dan anak perusahaan Bank di luar

negeri berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Apabila di negara tempat kedudukan jaringan kantor atau

anak perusahaan memiliki peraturan APU dan PPT yang

lebih ketat dari peraturan di Indonesia, jaringan kantor

atau anak perusahaan dimaksud wajib tunduk pada

ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas negara dimaksud.

b. Apabila di negara tempat kedudukan jaringan kantor atau

anak perusahaan belum mematuhi rekomendasi FATF atau

sudah mematuhi namun standar Program APU dan PPT

yang dimiliki lebih longgar dari yang peraturan yang

berlaku di Indonesia, jaringan kantor atau anak

perusahaan wajib menerapkan Program APU dan PPT

sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.

c. Dalam hal peraturan di Indonesia mengenai penerapan

Program APU dan PPT mengakibatkan pelanggaran

169

THI_fariza
Rectangle
Page 179: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

97

terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku di

negara tempat kedudukan jaringan kantor atau anak

perusahaan berada maka pejabat kantor Bank atau anak

perusahaan di luar negeri tersebut wajib menginformasikan

kepada Bank dan Bank Indonesia bahwa tidak dapat

menerapkan Program APU dan PPT yang berlaku di

Indonesia.

Selanjutnya Bank harus menerapkan tindakan yang

memadai terhadap jaringan kantor atau anak perusahaan

di luar negeri untuk memitigasi risiko pencucian uang dan

pendanaan terorisme serta melaporkannya kepada Bank

Indonesia.

5. Penetapan ketat atau longgarnya peraturan di tempat

kedudukan jaringan kantor dan anak perusahaan di luar negeri

harus didukung dengan analis terhadap masing-masing

peraturan yang berlaku.

6. Dalam rangka pemantauan pelaksanaan Program APU dan PPT

pada jaringan kantor dan anak perusahaan di luar negeri maka

jaringan kantor dan anak perusahaan harus melaporkan

pelaksanaan Program APU dan PPT kepada Bank secara

berkala, termasuk statistik LTKM yang telah dilaporkan kepada

otoritas setempat.

170

THI_fariza
Rectangle
Page 180: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

98

BAB XV

PENATAUSAHAAN DOKUMEN DAN PELAPORAN

A. Penatausahaan Dokumen

1. Bank wajib menatausahakan data atau dokumen dengan baik

sebagai upaya untuk membantu pihak yang berwenang dalam

melakukan penyidikan terhadap dana-dana yang diindikasikan

berasal dari hasil kejahatan atau membantu pelaksanaan tugas

dari otoritas berwenang. Dengan demikian, dokumen yang

dimiliki atau disimpan Bank harus akurat dan lengkap,

sehingga mudah pencariannya jika diperlukan.

2. Jangka waktu penatausahaan dokumen adalah sebagai berikut:

a. dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC

dengan jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun sejak:

1) berakhirnya hubungan usaha dengan Nasabah;

2) transaksi dilakukan dengan WIC; atau

3) ditemukannya ketidaksesuaian transaksi dengan

tujuan ekonomis dan/atau tujuan usaha.

b. dokumen yang terkait dengan transaksi keuangan Nasabah

atau WIC dengan jangka waktu sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang tentang Dokumen Perusahaan.

3. Dokumen yang ditatausahakan paling kurang mencakup:

a. identitas Nasabah atau WIC; dan

b. informasi transaksi yang antara lain meliputi jenis dan

jumlah mata uang yang digunakan, tanggal perintah

transaksi, asal dan tujuan transaksi, serta nomor rekening

yang terkait dengan transaksi.

4. Bank wajib memastikan bahwa seluruh dokumen baik yang

terkait dengan data Nasabah atau WIC maupun dokumen yang

terkait dengan transaksi Nasabah atau WIC dapat disediakan

setiap saat untuk kebutuhan otoritas yang berwenang.

171

THI_fariza
Rectangle
Page 181: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

99

B. Pelaporan

1. Pelaporan kepada Bank Indonesia

a. Action Plan Pelaksanaan Program APU dan PPT

1) Laporan disampaikan dalam Laporan Pelaksanaan

Tugas Direktur yang membawahkan fungsi

Kepatuhan.

2) Penyesuaian action plan pelaksanaan Program APU

dan PPT terhadap Peraturan Bank Indonesia ini untuk

pertama kalinya dilakukan pada bulan Juni 2013.

3) Laporan action plan paling kurang memuat langkah-

langkah pelaksanaan Program APU dan PPT dalam

rangka kepatuhan terhadap Peraturan Bank Indonesia

mengenai APU dan PPT yang wajib dilaksanakan oleh

Bank sesuai dengan target waktu selama periode

tertentu sebagaimana ditetapkan dalam action plan,

yaitu memuat antara lain:

a) penyesuaian sistem, perjanjian pembukaan

hubungan usaha, dan mitigasi risiko terkait

penerapan CDD sederhana;

b) pengelompokan Nasabah berdasarkan RBA;

c) penyempurnaan infrastruktur terkait dengan

teknologi informasi;

d) persiapan dalam pembangunan single Customer

Identification File (CIF);

e) penunjukkan pegawai yang menjalankan fungsi

UKK di kantor cabang yang kompleksitas

usahanya tinggi;

f) penyiapan sumber daya manusia yang memadai;

dan/atau

g) penyesuaian teknologi informasi untuk

pelaksanaan program pengkinian data Nasabah.

4) Action plan mendapatkan persetujuan dari 2 (dua)

172

THI_fariza
Rectangle
Page 182: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

100

anggota Direksi yaitu Direktur Utama dan Direktur

yang membawahkan fungsi Kepatuhan.

5) Perubahan atas action plan dapat dilakukan sepanjang

terdapat perubahan-perubahan yang terjadi di luar

kendali Bank dan disampaikan kepada Bank

Indonesia paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak

perubahan dilakukan.

b. Laporan Rencana Kegiatan Pengkinian Data

1) Laporan disampaikan setiap tahun dalam Laporan

Pelaksanaan Tugas Direktur yang membawahkan

fungsi Kepatuhan semester II.

2) Penyampaian laporan rencana pengkinian data

terhadap Peraturan Bank Indonesia ini untuk pertama

kalinya dilakukan pada pelaporan Laporan

Pelaksanaan Tugas Direktur yang membawahkan

fungsi Kepatuhan semester II bulan Desember 2013.

3) Laporan rencana kegiatan pengkinian data

mendapatkan persetujuan dari 2 (dua) anggota Direksi

yaitu Direktur Utama dan Direktur yang

membawahkan fungsi Kepatuhan.

4) Laporan rencana kegiatan pengkinian data

berpedoman pada format sebagaimana terlampir

dalam Lampiran I.

5) Perubahan atas laporan rencana kegiatan pengkinian

data dapat dilakukan sepanjang terdapat perubahan-

perubahan yang terjadi di luar kendali Bank dan

disampaikan kepada Bank Indonesia paling lama 7

(tujuh) hari kerja sejak perubahan dilakukan.

c. Laporan Realisasi Kegiatan Pengkinian Data

1) Laporan disampaikan dalam Laporan Pelaksanaan

Tugas Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan

semester II.

173

THI_fariza
Rectangle
Page 183: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

101

2) Penyampaian laporan realisasi pengkinian data

terhadap Peraturan Bank Indonesia ini untuk pertama

kalinya dilakukan pada pelaporan Laporan

Pelaksanaan Tugas Direktur yang membawahkan

fungsi Kepatuhan semester II bulan Desember 2014.

3) Laporan realisasi kegiatan pengkinian data yang

disampaikan wajib mendapatkan persetujuan dari

Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan.

4) Laporan realisasi kegiatan pengkinian data

berpedoman pada format laporan sebagaimana

terlampir dalam Lampiran I.

2. Pelaporan kepada PPATK

a. Pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi

keuangan tunai dengan ketentuan dan tata cara pelaporan

mengacu kepada Keputusan Kepala PPATK.

b. Pelaporan transaksi keuangan mencurigakan termasuk

untuk transaksi yang diduga terkait dengan kegiatan

terorisme atau pendanaan terorisme.

c. Pelaporan transaksi transfer dana dari dan ke luar negeri,

dengan ketentuan dan tata cara pelaporan mengacu

kepada Keputusan Kepala PPATK.

174

THI_fariza
Rectangle
Page 184: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

102

LAMPIRAN I

LAPORAN RENCANA PENGKINIAN DATA

PT. BANK …

Posisi …..

NO

JENIS NASABAH

DAN

TINGKAT RISIKO

JUMLAH CIF INFORMASI

YG AKAN

DIKINIKAN

**)

METODE/

STRATEGI

**)

TIME FRAME (%) *)

6

bulan

***)

9

bulan

***)

12

bulan

***)

CIF yg akan

Dikinikan

% terhadap

jml seluruh

CIF

1. Nasabah

Perorangan:

a. High Risk

b. Medium Risk

c. Low Risk

2. Nasabah

Perusahaan:

175

THI_fariza
Rectangle
Page 185: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

103

NO

JENIS NASABAH

DAN

TINGKAT RISIKO

JUMLAH CIF INFORMASI

YG AKAN

DIKINIKAN

**)

METODE/

STRATEGI

**)

TIME FRAME (%) *)

6

bulan

***)

9

bulan

***)

12

bulan

***)

CIF yg akan

Dikinikan

% terhadap

jml seluruh

CIF

a. Perusahaan

usaha mikro dan

usaha kecil:

1) High Risk

2) Medium Risk

3) Low Risk

b. Perusahaan non

usaha mikro dan

usaha kecil

1) High Risk

2) Medium Risk

3) Low Risk

3. Perkumpulan

4. Yayasan

176

THI_fariza
Rectangle
Page 186: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

104

NO

JENIS NASABAH

DAN

TINGKAT RISIKO

JUMLAH CIF INFORMASI

YG AKAN

DIKINIKAN

**)

METODE/

STRATEGI

**)

TIME FRAME (%) *)

6

bulan

***)

9

bulan

***)

12

bulan

***)

CIF yg akan

Dikinikan

% terhadap

jml seluruh

CIF

5. Cross Border

Correspondent

Banking

*) Penetapan waktu terhitung sejak tanggal penyampaian laporan kepada Bank Indonesia

**) Dapat diisi lebih dari satu

***) target waktu disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing Bank.

177

THI_fariza
Rectangle
Page 187: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

105

LAPORAN REALISASI RENCANA PENGKINIAN DATA

PT. BANK …

PERIODE: …

NO. JENIS NASABAH

PROGRESS

KENDALA

UPAYA YANG

AKAN

DILAKUKAN Target Realisasi Deviasi (%)

1. Nasabah Perorangan :

a. High Risk

b. Medium Risk

c. Low Risk

2. Nasabah Perusahaan :

a. Perusahaan usaha

mikro & usaha kecil:

1) High Risk

2) Medium Risk

3) Low Risk

b. Perusahaan Non Usaha

mikro dan usaha kecil

Selain Bank :

178

THI_fariza
Rectangle
Page 188: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

106

NO. JENIS NASABAH

PROGRESS

KENDALA

UPAYA YANG

AKAN

DILAKUKAN Target Realisasi Deviasi (%)

1) High Risk

2) Medium Risk

3) Low Risk

3. Perkumpulan

4. Yayasan

5. Cross Border

Correspondent Banking

179

THI_fariza
Rectangle
Page 189: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

107

LAMPIRAN II

CONTOH-CONTOH

TRANSAKSI, AKTIVITAS, DAN PERILAKU

YANG TIDAK WAJAR (RED FLAG)

1. Transaksi yang tidak Bernilai Ekonomis

a. Hubungan Nasabah dengan Bank dimana Nasabah memiliki

banyak rekening pada Bank yang sama, dan sering melakukan

transfer kepada beberapa rekening yang dimiliki tersebut atau

melakukan transfer dalam jumlah yang signifikan.

b. Transaksi di mana dana yang baru saja disetorkan kemudian

diambil kembali secara tiba-tiba, kecuali apabila terdapat alasan

yang jelas atas penarikan secara tiba-tiba tersebut.

c. Transaksi yang tidak dapat direkonsiliasi dengan aktivitas yang

biasa dilakukan oleh Nasabah, contohnya, penggunaan Letter of

Credits dan metode pendanaan perdagangan lainnya yang

memindahkan uang dari Negara satu ke Negara lainnya dimana

perdagangan dimaksud tidak konsisten dengan bisnis yang biasa

dilakukan oleh Nasabah.

d. Penarikan atau penyetoran dalam jumlah besar dari rekening

Nasabah yang semula tidak aktif atau dari rekening Nasabah yang

menerima setoran dalam jumlah besar dari luar negeri tanpa

didukung dengan alasan yang memadai dan tidak terdapat

adanya keterkaitan antara Nasabah dengan kegiatan usaha

Nasabah.

e. Ketentuan Bank garansi atau ganti rugi sebagai jaminan untuk

pinjaman antara pihak ketiga yang tidak sesuai dengan kondisi

pasar.

f. Back to back loans tanpa ada tujuan yang dapat diidentifikasi dan

dapat diterima secara hukum.

g. Terdapat transaksi penyetoran uang tunai pada suatu Bank yang

180

THI_fariza
Rectangle
Page 190: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

108

pada saat yang sama langsung dilakukan penarikan pada Bank

yang lokasinya berbeda.

2. Transaksi dengan Menggunakan Uang Tunai dalam Jumlah Besar

a. Penukaran uang tunai berdenominasi kecil dalam jumlah besar

dengan uang tunai berdenominasi besar.

b. Pembelian atau pembayaran atas mata uang asing dalam jumlah

yang besar dengan menggunakan cash settlement walaupun

Nasabah memiliki rekening di Bank.

c. Penarikan sejumlah besar uang yang sering dilakukan, dengan

menggunakan cek, termasuk traveller cheques.

d. Penarikan sejumlah besar uang tunai yang sering dilakukan yang

tidak sesuai dengan aktivitas bisnis Nasabah.

e. Sejumlah uang tunai ditarik dari rekening yang semula tidak aktif

(dormant account) atau dari sebuah rekening yang baru saja

menerima kredit yang tak terduga dalam jumlah besar dari luar

negeri.

f. Transaksi perusahaan, baik setoran maupun penarikan dengan

jumlah yang sangat besar dan di luar kewajaran, yang biasanya

dilakukan dengan operasi komersial yang normal dari

perusahaan, misalnya cek, LC, bill of exchange namun dilakukan

dengan uang tunai.

g. Penyetoran uang tunai dengan cara menggunakan banyak slip

penyetoran dalam jumlah kecil, yang bila digabungkan maka

jumlahnya menjadi sangat besar.

h. Penyetoran dalam bentuk tunai untuk penyelesaian tagihan wesel,

transfer atau instrumen pasar uang lainnya.

i. Nasabah yang depositnya terdiri dari mata uang palsu dan

instrumen tiruan.

j. Penyetoran uang tunai dalam jumlah besar dengan menggunakan

ATM di malam hari, untuk menghindari hubungan langsung

dengan Bank.

k. Nasabah membuat penyetoran uang tunai dalam jumlah besar

181

THI_fariza
Rectangle
Page 191: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

109

dan frekuensi yang tinggi, tetapi penarikan cek atas rekening lebih

banyak ditujukan untuk rekening pihak ketiga yang tidak terkait

dengan bisnisnya.

l. Beberapa Nasabah datang ke Bank secara bersamaan dan

menggunakan teller yang berbeda untuk melakukan penarikan

atau penyetoran dalam jumlah besar atau melakukan transaksi

penukaran uang asing.

m. Terdapat penarikan secara tunai dalam jumlah yang besar dan

dalam waktu yang sama langsung disetorkan ke rekening yang

lain.

3. Transaksi dengan Menggunakan Rekening Bank

a. Pemeliharaan beberapa rekening atas nama pihak lain yang tidak

sesuai dengan jenis kegiatan usaha Nasabah.

b. Terdapat pemecahan transaksi melalui penyetoran secara tunai

dalam jumlah kecil ke dalam beberapa rekening sehingga jumlah

total penyetoran tersebut menjadi sangat besar.

c. Penyetoran dan/atau penarikan dalam jumlah besar dari rekening

perorangan atau perusahaan yang tidak sesuai atau tidak terkait

dengan usaha Nasabah.

d. Pemberian informasi yang sulit dibuktikan atau memerlukan

biaya yang sangat besar bagi Bank untuk melakukan

pembuktian.

e. Pembayaran dari rekening Nasabah yang dilakukan setelah

adanya penyetoran tunai kepada rekening dimaksud pada hari

yang sama atau pada hari yang berdekatan.

f. Penarikan dalam jumlah besar dari rekening Nasabah yang

semula tidak aktif atau dari rekening Nasabah yang menerima

setoran dalam jumlah besar dari luar negeri.

g. Pihak yang mewakili perusahaan selalu menghindar untuk

berhubungan dengan petugas Bank.

h. Peningkatan yang besar atas penyetoran tunai atau negotiable

instruments oleh suatu perusahaan dengan menggunakan

182

THI_fariza
Rectangle
Page 192: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

110

rekening Nasabah perusahaan, khususnya apabila penyetoran

tersebut langsung ditransfer di antara rekening Nasabah lainnya.

i. Penolakan oleh Nasabah untuk menyediakan tambahan dokumen

atau informasi penting, yang apabila diberikan memungkinkan

Nasabah menjadi layak untuk memperoleh fasilitas pemberian

kredit atau jasa perbankan lainnya.

j. Penolakan Nasabah terhadap fasilitas perbankan yang lazim

diberikan, seperti penolakan untuk diberikan tingkat bunga yang

lebih tinggi terhadap jumlah saldo tertentu.

k. Pembayaran dengan cek kepada pihak ketiga dalam jumlah besar

yang dilakukan oleh Nasabah besar.

l. Sebuah rekening dibuka atas nama pedagang valuta asing yang

menerima structured deposits.

m. Rekening atas nama sebuah perusahaan offshore dengan

structured movement of funds.

n. Penyetoran dana dengan menggunakan cek perusahaan ke

rekening pegawai yang dilakukan secara berkala.

o. Transfer dana dari rekening perusahaan kepada rekening pegawai

atau sebaliknya.

4. Transaksi dengan Melakukan Transfer ke Luar Negeri

a. Pengenalan Nasabah oleh kantor cabang di luar negeri,

perusahaan afiliasi atau Bank lain yang berada di negara yang

diketahui sebagai tempat produksi atau perdagangan narkotika.

b. Penggunaan Letter of Credits (L/C) dan instrumen perdagangan

internasional lain untuk memindahkan dana antar negara dimana

transaksi perdagangan tersebut tidak sejalan dengan kegiatan

usaha Nasabah.

c. Penerimaan atau pengiriman transfer oleh Nasabah dalam jumlah

besar ke atau dari negara yang diketahui merupakan negara yang

terkait dengan produksi, proses, dan atau pemasaran obat

terlarang atau kegiatan terorisme.

d. Penghimpunan saldo dalam jumlah besar yang tidak sesuai

183

THI_fariza
Rectangle
Page 193: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

111

dengan karakteristik perputaran usaha Nasabah yang kemudian

ditransfer ke negara lain.

e. Transfer secara elektronis oleh Nasabah tanpa disertai penjelasan

yang memadai atau tidak dengan menggunakan rekening.

f. Permintaan travellers cheques, wesel dalam mata uang asing, atau

negotiable instrument lainnya dengan frekuensi tinggi.

g. Pembayaran dengan menggunakan travellers cheques atau wesel

dalam mata uang asing khususnya yang diterbitkan oleh negara

lain dengan frekuensi tinggi.

h. Seseorang yang tidak memiliki rekening di Bank dan tidak dapat

memberikan penjelasan yang memadai atas kegiatan transfer

yang dilakukannya dalam jumlah besar ke luar negeri.

i. Seorang Nasabah yang kelihatannya memiliki rekening di

beberapa Bank yang berlokasi di tempat yang sama, terutama

ketika Bank waspada akan proses konsolidasi yang teratur dari

rekening-rekening dimaksud sebelumnya untuk meminta

transmisi seterusnya dari dana di mana saja.

j. Transfer yang dilakukan secara berulang atas sejumlah uang ke

luar negeri yang diikuti dengan penyetoran tunai.

k. Peningkatan yang besar dalam penyetoran uang tunai oleh

Nasabah tanpa penjelasan yang memadai, terutama apabila dana

tersebut ditransfer kembali dalam waktu yang singkat dengan

tujuan transfer tidak terkait dengan Nasabah.

l. Laporan keuangan yang disediakan tidak konsisten dengan turn

over bisnis Nasabah, dan selanjutnya ditransfer ke rekening di

luar negeri.

m. Penyetoran secara tunai kepada suatu rekening yang dilakukan

oleh beberapa orang tanpa penjelasan yang memadai.

n. Transaksi pengiriman uang yang dilakukan dari satu rekening ke

rekening lainnya di luar negeri dan sebagai penerima akhir adalah

pengirim yang pertama kali melakukan transaksi baik

keseluruhan maupun sebagian (“U Turn” transaction).

184

THI_fariza
Rectangle
Page 194: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

112

5. Transaksi yang Berkaitan dengan Investasi

a. Pembelian surat berharga untuk disimpan di Bank sebagai

kustodian yang seharusnya tidak layak apabila memperhatikan

reputasi atau kemampuan finansial Nasabah.

b. Transaksi pinjaman dengan jaminan dana yang diblokir (back-to-

back deposit/loan transactions) antara Bank dengan anak

perusahaan, perusahaan afiliasi, atau institusi perbankan di

negara lain yang dikenal sebagai negara tempat lalu-lintas

perdagangan narkotika.

c. Permintaan Nasabah untuk jasa pengelolaan investasi dengan

sumber dana investasi yang tidak jelas sumbernya atau tidak

konsisten dengan reputasi atas kemampuan finansial Nasabah.

d. Transaksi surat berharga dalam bentuk uang tunai dalam jumlah

besar yang tidak sesuai dengan profil transaksi atas.

e. Pembelian dan penjualan surat berharga tanpa tujuan yang jelas.

f. Transfer jumlah besar atas surat berharga ke rekening yang tidak

memiliki keterkaitan.

g. Transaksi dengan pihak lawan (counterparty) yang tidak dikenal

atau sifat, jumlah dan frekuensi transaksi yang tidak lazim.

h. Investor yang diperkenalkan oleh pihak ketiga (Bank atau

perusahaan afiliasi, atau investor lain) dari negara yang dikenal

sebagai sebagai tempat produksi atau perdagangan narkotika.

6. Transaksi yang Berhubungan dengan Pihak-pihak yang Tidak Dapat

Diidentifikasi

a. Pihak ketiga yang tidak dikenali Bank dan tidak memiliki

hubungan dengan Nasabah menjanjikan atau menjaminkan tanpa

adanya penjelasan yang memadai.

b. Permintaan pembayaran dengan informasi yang tidak akurat

tentang pihak yang meminta informasi tersebut.

c. Kepemilikan saham di sebuah perusahaan yang unlisted yang

aktivitasnya tidak dapat dipastikan sebagai Bank.

185

THI_fariza
Rectangle
Page 195: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

113

7. Transaksi yang Terkait dengan Perilaku Nasabah atau Pelaku

Transaksi

a. Menggunakan banyak nama untuk melakukan transaksi yang

serupa.

b. Transfer dana ke organisasi amal yang terletak di luar negeri.

c. Banyak transaksi yang serupa yang dilakukan pada hari yang

sama di lokasi yang berbeda.

d. Pihak ketiga hadir dalam keseluruhan transaksi namun tidak

berpartisipasi dalam transaksi aktual.

e. Nasabah bersikeras agar transaksi dilakukan dengan cepat.

f. Transaksi dilakukan melalui telepon atau faksimili atau internet

(non face to face).

g. Transfer dana dalam jumlah yang banyak ke atau dari luar negeri

dengan instruksi untuk pembayaran dalam bentuk tunai

h. Nasabah berbentuk grup tiba di Bank tetapi bertindak seolah-olah

tidak saling mengenal satu sama lain, kemudian mereka

melakukan transaksi yang bersamaan secara terpisah.

i. Uang dalam jumlah besar namun sumber dana tidak jelas atau

tidak konsisten dengan situasi keuangan Nasabah.

j. Nasabah memiliki pengetahuan tentang kewajiban pelaporan atau

pengendalian internal Bank, Pengawasan dan proses operasional

secara tidak wajar.

k. Nasabah memberikan informasi yang tidak konsisten kepada

pegawai yang berbeda pada Bank yang sama.

l. Informasi detail mengenai Nasabah tidak jelas atau sulit untuk

diverifikasi.

m. Nasabah memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu

yang terkait dengan prosedur pengecualian.

n. Nasabah tertutup dan menghindari pertemuan secara personal.

o. Nasabah menjelaskan transaksi secara berlebihan.

p. Nasabah bersikeras terhadap pertanyaan yang diajukan oleh staf

Bank.

q. Pertanyaan yang diajukan kepada pegawai Bank tidak sesuai atau

186

THI_fariza
Rectangle
Page 196: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

114

tidak wajar.

r. Nasabah terburu-buru, panik atau gugup.

s. Informasi yang diberikan oleh Nasabah berlawanan dengan

informasi yang didapat dari sumber lain.

t. Nasabah menggunakan banyak alamat yang mirip/sama.

u. Informasi mengenai nama, alamat atau tanggal lahir tidak

konsisten.

v. Nasabah menolak memberikan penjelasan atau berusaha

menutup-nutupi dengan mengalihkan pembicaraan kepada

masalah lain yang tidak terkait dengan transaksi yang ditanyakan

(transaksi besar yang dilakukan Nasabah dalam periode tertentu).

w. Nasabah menjawap pertanyaan dengan nada menantang, dengan

mengatakan bahwa Nasabah adalah orang terpandang atau dekat

dengan pejabat di daerah tertentu pada saat petugas Bank

mengklarifikasi data Nasabah.

x. Pola transaksi Nasabah di luar kebiasaan, misalnya Nasabah

terbiasa bertransaksi melalui kurir kemudian berubah menjadi

perintah tertulis.

y. Pola transaksi Nasabah yang biasanya tidak pernah dilakukan

tunai atau jarang, berubah menjadi tunai dalam jumlah yang

sangat signifikan.

z. Nasabah diberitakan terlibat tindakan kriminal (korupsi, illegal

logging, dll), maka terindikasi simpanannya berasal dari tindakan

dimaksud.

aa. Nasabah memberikan penjelasan yang tidak masuk akal atas

penyetoran uang tunai yang dilakukan dengan jumlah sangat

besar. Misalnya Nasabah mengatakan bahwa uang tunai

dimaksud berasal dari hasil penjualan tanah untuk

pengembangan jalan tol. Selazimnya transaksi tersebut melalui

transfer yang dilakukan oleh instansi yang jelas, dan tidak melalui

setoran tunai.

8. Aktivitas yang Dapat Dikategorikan Ilegal

a. Nasabah diberitakan oleh media massa sebagai seseorang yang

187

THI_fariza
Rectangle
Page 197: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

115

diduga terlibat aktivitas illegal atau tindak pidana.

b. Instruksi transfer dana masuk dari Negara tax haven atau Negara

yang terkenal dengan pendanaan terorisme

9. Transaksi Mencurigakan yang Melibatkan Karyawan Bank dan/atau

Agen

a. Peningkatan kekayaan karyawan dan agen Bank dalam jumlah

besar tanpa disertai penjelasan yang memadai;

b. Hubungan transaksi melalui agen yang tidak dilengkapi dengan

informasi yang memadai mengenai penerima akhir (ultimate

beneficiary).

10. Transaksi Mencurigakan Melalui Transaksi Pinjam Meminjam

a. Pelunasan pinjaman bermasalah secara tidak terduga;

b. Permintaan fasilitas pinjaman dengan agunan yang asal usulnya

dari aset yang diagunkan tidak jelas atau tidak sesuai dengan

reputasi dan kemampuan finansial Nasabah;

c. Permintaan Nasabah kepada Bank untuk memberikan fasilitas

pendanaan dimana porsi dana sendiri Nasabah dalam fasilitas

dimaksud tidak jelas asal usulnya, khususnya apabila terkait

dengan properti.

11. Transaksi yang Terkait dengan Hasil Kejahatan di Bidang

Kehutanan

a. Penyetoran dengan sumber dana berasal dari hasil penjualan

kayu yang diperoleh secara ilegal melalui upaya penipuan dan

penyuapan.

b. Pemindahan dana baik melalui transfer atau pemindahbukuan

dengan sumber dana berasal dari hasil penjualan kayu yang

diperoleh secara ilegal melalui upaya penipuan dan penyuapan.

c. Pembangunan kebun kelapa sawit dengan sumber dana berasal

dari hasil penjualan kayu yang diperoleh secara ilegal melalui

upaya penipuan dan penyuapan.

188

THI_fariza
Rectangle
Page 198: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

116

d. Penjualan hasil kebun kelapa sawit dari lahan yang diperoleh

melalui penipuan dan penyuapan.

12. Tipe-tipe Transaksi Lainnya

a. Pembelian atau penjualan sejumlah besar logam berharga oleh

interim customer.

b. Pembelian cek Bank dalam skala besar oleh interim customer.

c. Perluasan atau peningkatan penggunaaan fasilitas

penyetoran/tabungan yang tidak diikuti dengan aktivitas bisnis

atau personal Nasabah yang meningkat.

d. Aktivitas rekening tidak setara dengan profile Nasabah (misal:

umur, pekerjaan, pendapatan)

e. Nasabah sering mengubah alamat dan tanda tangan.

f. Sejumlah besar dana diterima, dan tiba-tiba digunakan sebagai

jaminan untuk memperoleh fasilitas perbankan.

g. Seseorang yang baru berusia sekitar 17-26 tahun membuka

rekening dan melakukan penarikan atau transfer dana dalam

waktu yang singkat, yang dapat diindikasikan sebagai pendanaan

teroris.

h. Nasabah menerima dana dari organisasi keagamaan atau amal

dan memanfaatkan dananya untuk pembelian aset atau

mentransfer dana dimaksud keluar dalam waktu yang relatif

pendek.

i. Nasabah atau WIC yang bersikeras tidak mau memberikan

informasi dan dokumen yang dipersyaratkan atau hanya mau

memberikan informasi yang minim, dan atau memberikan

informasi yang tidak sesuai dengan dokumen pendukung.

13. Transaksi yang Dilakukan oleh Nasabah yang Mendapatkan

Perlakuan CDD Sederhana

a. Sikap Nasabah yang kurang kooperatif ketika petugas Bank

mengajukan pertanyaan lebih lanjut dalam rangka mendapatkan

informasi yang lebih lengkap atau Bank mengidentifikasikan

189

THI_fariza
Rectangle
Page 199: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

117

adanya perilaku Nasabah yang mencurigakan.

b. Terdapat pola transaksi yang tidak konsisten dengan profil

Nasabah yang pada awal melakukan hubungan usaha dengan

Bank memenuhi kriteria mendapat perlakuan CDD sederhana.

c. Nasabah diindikasikan terlibat dalam kegiatan pendanaan

terorisme.

d. Nasabah diindikasikan melakukan percobaan penyuapan untuk

mempengaruhi Pejabat atau pegawai Bank.

e. Nasabah dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak

benar sebagai upaya untuk mendapatkan perlakuan CDD

sederhana.

14. Transaksi yang Dilakukan Terkait dengan Proses Rehabilitasi

Pencatuman Nama dalam Daftar Hitam Nasional

Dalam proses rehabilitasi, Nasabah melakukan penyelesaian transaksi

yang sebelumnya ditolak karena tidak memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam ketentuan yang mengatur mengenai sistem

pembayaran. Penyelesaian dilakukan dengan melakukan beberapa

transaksi secara tunai pada hari yang sama dalam jumlah yang

signifikan tanpa disertai dengan underlying yang jelas.

190

THI_fariza
Rectangle
Page 200: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

118

LAMPIRAN III

GLOSSARY

Anti Tipping-Off : larangan memberikan keterangan pada pihak yang

tidak berhak dengan tujuan untuk mencegah pihak yang dilaporkan

(Nasabah) mengalihkan dananya dan/atau melarikan diri untuk

menjaga efektifitas penyelidikan dan penyidikan tindak pidana

pencucian uang.

Bank Draft : warkat pembayaran yang diterbitkan dalam valas oleh Bank

di Indonesia yang dapat diuangkan pada Bank di luar negeri.

Bank Notes : layanan ini rentan terhadap aksi pencucian uang karena

Bank notes diterima di hampir semua jenis usaha dan lokasi.

Beneficial Owner : setiap orang yang merupakan pemilik sebenarnya

dari dana yang ditempatkan pada Bank (ultimately own account);

mengendalikan transaksi Nasabah; memberikan kuasa untuk

melakukan transaksi; mengendalikan badan hukum; dan/atau

merupakan pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan melalui

badan hukum atau berdasarkan suatu perjanjian.

Correspondent Banking : kegiatan suatu bank (correspondent) dalam

menyediakan layanan jasa bagi bank lainnya (respondent)

berdasarkan suatu kesepakatan tertulis dalam rangka memberikan

jasa pembayaran dan jasa perbankan lainnya.

Credit : penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antara Bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga atau imbalan/bagi hasil.

Credit Card : lihat penjelasan dalam credit.

Cross Border Correspondent Banking : Correspondent Banking di mana

salah satu kedudukan bank corespondent atau bank respondent

berada di luar wilayah Negara Republik Indonesia.

Cuckoo Smurfing : adalah upaya mengaburkan asal usul sumber dana

dengan mengirimkan dana-dana dari hasil kejahatannya melalui

rekening pihak ketiga yang menunggu kiriman dana dari luar negeri

191

THI_fariza
Rectangle
Page 201: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

119

dan tidak menyadari bahwa dana yang diterimanya tersebut

merupakan “proceed of crime”. Istilah ini pertama kali muncul di

Eropa karena adanya kesamaan antara modus operandi TPPU ini

dengan aktivitas dari “Cuckoo Bird”.

Custodian : jasa penitipan dan penatausahaan surat berharga yang telah

diperdagangkan di pasar modal yang dimiliki oleh perorangan atau

perusahaan baik lokal maupun asing. Bank Custodian bertindak

untuk dan atas nama Nasabah melakukan pengurusan kepentingan

Nasabahnya, seperti penerimaan dividen, pembelian saham baru

yang ditawarkan oleh suatu perusahaan secara terbatas (right

issue), penerimaan saham bonus, pendaftaran saham atas nama

pembeli untuk dicatat sebagai pemegang saham, mencatat

perubahan akibat pemecahan saham, dan pengiriman dan

penerimaan obligasi baik dari/ke broker maupun custodian lainnya.

Customer Due Diligence : adalah kegiatan berupa identifikasi, verifikasi,

dan pemantauan yang dilakukan Bank untuk memastikan bahwa

transaksi tersebut sesuai dengan profil Calon Nasabah, WIC, atau

Nasabah.

Electronic Banking : meliputi antara lain jasa ATM, jasa transaksi on

line, mobile banking, phone Banking dan SMS banking.

Enhance Due Dilligence (EDD) : tindakan CDD lebih mendalam yang

dilakukan Bank pada saat berhubungan dengan Calon Nasabah,

WIC, atau Nasabah yang tergolong berisiko tinggi, termasuk

Politically Exposed Person, terhadap kemungkinan pencucian uang

dan pendanaan terorisme.

Financial Action Task Force (FATF) : Didirikan tahun1989 oleh G-7

dengan mandate menilai hasil kerjasama antar negara yang telah

ada untuk mencegah dipergunakannya sistem perbankan sebagai

media pencucian uang antara lain dengan mengeluarkan standar

mengenai anti-pencucian uang yang komprehensif (40 Rekomendasi

FATF yang telah direvisi pada tahun 1996 dan 2003). Oktober 2001

dikeluarkan 8 Rekomendasi Khusus mengenai Pendanaan Teroris

dan Oktober 2004 dikeluarkan 9 Rekomendasi Khusus yang terkait

dengan pembawaan uang tunai.

Front Liner/Officer : petugas Bank yang langsung berhubungan dengan

192

THI_fariza
Rectangle
Page 202: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

120

Nasabah yang membutuhkan pelayanan perbankan, antara lain

teller dan customer service.

Hak Pengusahaan Hutan (HPH) : izin konsesi kehutanan dengan daur

20-25 tahun [tergantung jenis topologi hutannya]. Pada dasarnya

pemegang HPH diberikan izin untuk mengelola kawasan yang sudah

ada hutannya untuk ditebang kayunya berdasarkan sistem Tebang

Pilih Tanam Indonesia. Dengan sistem ini hutan yang dikelola HPH

akan tetep utuh sepanjang siklus 25 tahun tersebut. Nama HPH

sekarang berubah menjadi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan

Kayu pada Hutan Alam atau disingkat IUPHHK-HA.

High Risk Countries : negara-negara yang diklasifikasikan mempunyai

risiko tinggi terhadap terjadinya pencucian uang atau pendanaan

terorisme, antara lain karena tidak/belum menerapkan

rekomendasi FATF.

High Risk Customer : Nasabah yang diklasifikasikan mempunyai risiko

tinggi sebagai pelaku/ikut serta dalam kegiatan pencucian uang

baik karena pekerjaan, jabatan, jasa perbankan yang digunakan

maupun kegiatan usahanya.

High Risk Product : Produk perbankan yang banyak diminati oleh

pelaku pencucian uang.

High Risk Service : Jasa perbankan yang banyak diminati oleh pelaku

pencucian uang.

Hutan Tanaman Industri (HTI), izin ini hampir sama dengan HPH,

namun berlokasi pada kawasan hutan yang sudah tidak memiliki

hutan lagi (kawasan hutan yang gundul). Pemegang HTI diwajibkan

untuk melakukan penanaman kebun kayu daur cepat 7-10 tahun.

Kemudian kayu tersebut dapat dipanen oleh perusahaan. Sehingga

hutan dari HTI adalah hutan yang memang dibudidayakan oleh

perusahaan. Saat ini, nama HTI sekarang adalah Izin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman disingkat

IUPHHK-HT.

Internet Banking : layanan yang diberikan kepada Nasabahnya untuk

193

THI_fariza
Rectangle
Page 203: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

121

melakukan transaksi perbankan melalui komputer dalam jaringan

internet.

Izin Pemanfaatan Kayu : izin ini diperoleh untuk melakukan

pembukaan lahan (land clearing) pada kawasan hutan yang telah

dilepaskan menjadi kawasan bukan hutan.

Joint Account : rekening yang dimiliki secara bersama-sama oleh dua

orang atau lebih Nasabah yang memiliki hak dan kewajiban yang

sama atas rekening tersebut.

Legal Risk : risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek

yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya

tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang

mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya

syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak

sempurna.

Letter of Credit : dokumen yang diterbitkan bagi pihak ketiga atas

permintaan Nasabah Bank penerbit. Dalam transaksi tersebut Bank

penerbit berjanji untuk melakukan pembayaran atas instruksi

pihak ketiga tersebut sebagai pembayaran hutang Nasabah Bank

penerbit.

Major Credit Card : kartu kredit yang secara aktif digunakan oleh

Nasabah untuk bertransaksi.

Money Laundering (Pencucian Uang) : perbuatan menempatkan,

mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,

menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,

menukarkan, atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang

diketahuinya atau patut diduga merupakan Hasil Tindak Pidana

dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal-

usul Harta Kekayaan sehingga seolah-olah menjadi Harta Kekayaan

yang sah.

Operational Risk : risiko Bank tidak dapat melakukan kegiatan

operasionalnya secara normal, yang antara lain disebabkan adanya

ketidak-cukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal,

194

THI_fariza
Rectangle
Page 204: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

122

kesalahan manusia, gangguan dan kegagalan sistem informasi

manajemen dan komunikasi, ketidakpastian ketentuan, kelemahan

struktur pengendalian, adanya problem eksternal, atau adanya hal-

hal yang bersifat force majeur, seperti bencana alam, kebakaran, dll.

Payable Through Account : memberikan peluang bagi pelaku transaksi

untuk menyembunyikan identitas dirinya mengingat pelaku

transaksi mendapatkan ijin dari Bank dimana dia tercatat sebagai

Nasabah untuk menarik cek dari rekening Bank yang tersimpan

pada Bank koresponden. Karena rekening koresponden digunakan

secara langsung oleh Nasabah sehingga dalam transaksi ini hanya

melibatkan Bank responden dan Bank koresponden, tanpa

melibatkan keberadaan pelaku transaksi yang merupakan Nasabah

Bank responden. Oleh karena itulah, Payable Through Account

sangat rentan terhadap terjadinya pencucian uang.

Politically Exposed Person : orang yang memiliki atau pernah memiliki

kewenangan publik diantaranya adalah Penyelenggara Negara

sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan

yang mengatur tentang Penyelenggara Negara, dan/atau orang yang

tercatat atau pernah tercatat sebagai anggota partai politik yang

memiliki pengaruh terhadap kebijakan dan operasional partai

politik, baik yang berkewarganegaraan Indonesia maupun yang

berkewarganegaraan asing.

Private Banking : jasa pelayanan khusus yang diberikan Bank kepada

Nasabah tertentu (prime customer), berupa pemberian keistimewaan

jasa pelayanan dan jasa bunga/bagi hasil dan pelayanan

multiproduk guna memberikan keuntungan yang lebih kepada

Nasabah dan pemahaman atas risiko berinvestasi yang mungkin

timbul. Jasa atau produk Private Banking selain produk

konvensional perbankan juga meliputi penasihat keuangan pribadi

yang melibatkan officer Bank sebagai financial analyst, economist,

treasury dan product specialist untuk memberikan advise yang

optimum juga melakukan pengelolaan dana di luar negeri yang

195

THI_fariza
Rectangle
Page 205: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

123

tidak bisa diakomodasi oleh Bank di dalam negeri seperti trust fund.

Selain itu ditawarkan juga rangkaian produk keuangan yang "tailor

made" sesuai kebutuhan Nasabahnya seperti asuransi, forex

trading, derivative, equity trading, bond trading, dsb. Pengawasan

terhadap private Banking perlu mendapat perhatian khusus,

mengingat besarnya potensi Nasabah untuk mempengaruhi

keputusan Bank, sehingga memungkinkan masuknya dana ilegal

ke dalam Bank.

Reksadana : Reksadana merupakan produk penghimpunan dana dari

masyarakat pemodal (investor) yang ditanamkan oleh Manajer

Investasi dalam portofolio surat berharga pasar modal dan pasar

uang.

Rencana Kerja Tahunan (RKT) untuk perusahaan di bidang

kehutanan: merupakan dasar penebangan bagi perusahaan

konsesi, antara lain penetapan produksi yang harus dilakukan oleh

perusahaan dan lokasi tempat produksi tersebut dilakukan.

Berdasarkan tata urutan administrasi kayu, RKT dikeluarkan

setelah pengesahan RKU.

Rencana Kerja Umum (RKU) : Pemegang IUPHHK diwajibkan untuk

menyusun rencana kerja yang berlaku untuk sepanjang 20 tahun

masa konsesinya. Terdapat dua jenis RKU yaitu RKUPHHK-HA

untuk HPH dan RKUPHHK-HT untuk HTI.

Reputational Risk : risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi

negatif yang terkait dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi

negatif terhadap Bank.

Risk assessment : Proses identifikasi, evaluasi, dan perkiraan tingkat

risiko, serta membandingkan tingkat risiko tersebut terhadap tolok

ukur atau standar yang telah ditetapkan.

Save Deposit Box : Safe Deposit Box adalah jasa yang ditawarkan oleh

Bank dengan menyediakan tempat penyimpanan barang atau

dokumen berharga.

Shell Banks : Bank yang tidak memiliki kehadiran secara fisik (physical

presence) di Negara tempat Bank tersebut didirikan dan

196

THI_fariza
Rectangle
Page 206: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

124

memperoleh izin, dan tidak berafiliasi dengan kelompok usaha jasa

keuangan yang menjadi subyek pengawasan terkonsolodasi yang

efektif.

Single Customer Identification File : data profil Nasabah yang

mencakup seluruh rekening yang dimiliki oleh satu Nasabah pada

suatu Bank antara lain tabungan, deposito, giro dan kredit

Smurfing : adalah upaya untuk menghindari pelaporan dengan

memecah-mecah transaksi yang dilakukan oleh banyak pelaku.

Straight-through Processing : transaksi pembayaran yang dilakukan

secara elektronik tanpa memerlukan intervensi manual.

Tax Haven Country/Territory : negara atau wilayah yang undang-

undang dan kebijakannya dapat dipergunakan untuk menghindari

atau mengelabui ketentuan pajak dari negara lain. Kriteria pada

umumnya memenuhi 1) tidak ada pajak atau pajak hanya nominal

saja, 2) tidak adanya pertukaran informasi perpajakan dengan

negara lain, 3) tidak ada transparansi dalam pelaksanaan undang-

undang dan peraturan pelaksanaannya, 4) tidak ada kewajiban bagi

badan usaha asing untuk berada secara fisik pada negara itu, 5)

mempromosikan negara atau wilayahnya sebagai offshore financial

center, 6) negara atau wilayah kecil yang keadaan politik dan

ekonominya stabil serta didukung oleh prasarana yang baik.

Terrorist List : daftar nama-nama teroris yang tercatat pada Resolusi

Dewan Keamanan PBB 1267

Trust : adalah kegiatan penitipan dengan pengelolaan atas harta milik

settlor berdasarkan perjanjian tertulis antara Bank sebagai trustee

dengan settlor untuk kepentingan beneficiary.

U Turn : adalah upaya untuk mengaburkan asal usul hasil kejahatan

dengan memutarbalikkan transaksi untuk kemudian dikembalikan

ke rekening asalnya

197

THI_fariza
Rectangle
Page 207: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

125

Walk in Customer : pihak yang menggunakan jasa Bank namun tidak

memiliki rekening pada Bank tersebut, tidak termasuk pihak yang

mendapatkan perintah atau penugasan dari Nasabah untuk

melakukan transaksi atas kepentingan Nasabah.

BANK INDONESIA,

JONI SWASTANTO

KEPALA DEPARTEMEN

PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN

198

THI_fariza
Rectangle
Page 208: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/37/DPNP tanggal 10 September 2004

1

KRITERIA PENILAIAN ATAS PENERAPAN KYC DAN UU TPPU

HASIL PENILAIAN CAKUPAN 1 2 3 4 5 Penetapan kebijakan dan prosedur tertulis oleh Pengurus serta kebijakan pengorganisasian sangat memadai.

Penetapan kebijakan dan prosedur tertulis oleh Pengurus serta kebijakan pengorganisasian memadai.

Penetapan kebijakan dan prosedur tertulis oleh Pengurus serta kebijakan pengorganisasian cukup memadai.

Penetapan kebijakan dan prosedur tertulis oleh Pengurus serta kebijakan pengorganisasian kurang memadai.

Tidak terdapat pengawasan Pengurus melalui penetapan kebijakan dan prosedur tertulis serta kebijakan pengorganisasian.

Pengawasan aktif oleh Pengurus

Pelaksanaan pengawasan Pengurus sangat efektif.

Pelaksanaan pengawasan Pengurus efektif.

Pelaksanaan pengawasan Pengurus cukup efektif.

Pelaksanaan pengawasan Pengurus kurang efektif.

Pelaksanaan pengawasan Pengurus tidak efektif.

Kebijakan dan Prosedur

Kebijakan dan prosedur komprehensif (sangat memadai), termasuk penanganan high risk customer, high risk business, high risk products/ services.

Kebijakan dan prosedur memadai, termasuk penanganan high risk customer, high risk business, high risk products/ services, namun masih terdapat kelemahan yang tidak signifikan.

Kebijakan dan prosedur cukup memadai namun masih terdapat beberapa kelemahan yang masih harus diperbaiki.

Kebijakan dan prosedur kurang memadai dan masih terdapat kelemahan-kelemahan yang harus diperbaiki.

Tidak memiliki kebijakan dan prosedur, atau memiliki kebijakan dan prosedur namun sangat tidak memadai.

199

THI_fariza
TextBox
KRITERIA PENILAIAN ATAS PENERAPAN PROGRAM APU DAN PPT DAN UU PP TPPU
THI_fariza
TextBox
Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/37/DPNP tanggal 10 September 2004
THI_fariza
Rectangle
Page 209: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/37/DPNP tanggal 10 September 2004

2

HASIL PENILAIAN CAKUPAN 1 2 3 4 5

Pelaksanaan kebijakan dan prosedur sangat konsisten dan sangat efektif, termasuk namun tidak terbatas pada :

- penerimaan nasabah

- pengkinian data nasabah

- monitoring dan pelaporan STR

- penanganan high risk customer, high risk business, high risk product/ services.

Pelaksanaan kebijakan dan prosedur konsisten dan efektif, termasuk namun tidak terbatas pada : - penerimaan nasabah

- pengkinian data nasabah

- monitoring dan pelaporan STR

- penanganan high risk customer, high risk business, high risk product/ services.

Pelaksanaan kebijakan dan prosedur cukup konsisten dan mencakup sekurang-kurangnya: - penerimaan nasabah

- pengkinian data nasabah

- monitoring dan pelaporan STR,

walaupun masih kurang efektif.

Pelaksanaan kebijakan dan prosedur kurang konsisten dan dan kurang efektif.

Pelaksanaan kebijakan dan prosedur tidak memadai.

Sistem dan prosedur pengendalian intern dan fungsi audit intern komprehensif.

Sistem dan prosedur pengendalian intern dan fungsi audit intern memadai.

Sistem dan prosedur pengendalian intern dan fungsi audit intern cukup memadai.

Sistem dan prosedur pengendalian intern dan fungsi audit intern kurang memadai.

Tidak terdapat sistem dan prosedur pengendalian intern dan fungsi audit intern.

Pengendalian Intern

Pelaksanaan pengendalian intern dan fungsi audit intern sangat efektif.

Pelaksanaan pengendalian intern dan fungsi audit intern efektif.

Pelaksanaan pengendalian intern dan fungsi audit intern cukup efektif.

Pelaksanaan pengendalian intern dan fungsi audit intern kurang efektif.

Tidak dilakukan pengendalian intern dan audit intern.

200

THI_fariza
TextBox
Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/37/DPNP tanggal 10 September 2004
THI_fariza
Rectangle
Page 210: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/37/DPNP tanggal 10 September 2004

3

HASIL PENILAIAN CAKUPAN 1 2 3 4 5

Memiliki SIM yang komprehensif dan dapat diandalkan.

Memiliki SIM yang memadai walaupun masih terdapat kelemahan yang tidak signifikan dan tidak mempengaruhi keakuratan informasi.

Memiliki SIM yang cukup memadai dan kelemahan yang ada mudah diperbaiki.

Memiliki SIM, namun kurang memadai dan terdapat kelemahan yang signifikan.

Tidak memiliki SIM atau memiliki SIM namun sama sekali tidak memadai dan tidak dapat mengidentifikasi terjadinya transaksi keuangan mencurigakan.

Sistem Informasi Manajemen (SIM)

SIM sangat efektif untuk mengidentifikasi terjadinya transaksi keuangan mencurigakan.

SIM efektif untuk mengidentifikasi terjadinya transaksi keuangan mencurigakan.

SIM cukup efektif untuk mengidentifikasi terjadinya transaksi keuangan mencurigakan.

SIM kurang efektif untuk mengidentifikasi terjadinya transaksi keuangan mencurigakan.

Memiliki SDM yang sangat kompeten dan terlatih dengan jumlah yang memadai.

Memiliki SDM yang kompeten dan terlatih dengan jumlah yang memadai.

Memiliki SDM yang kompeten dan terlatih namun jumlahnya tidak memadai.

Memiliki SDM yang kurang kompeten dan kurang terlatih.

Memiliki SDM yang tidak kompeten dan tidak terlatih.

Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelatihan

Memiliki program pelatihan yang komprehensif dan sangat efektif.

Memiliki program pelatihan yang komprehensif dan efektif.

Memiliki program pelatihan sederhana namun cukup efektif.

Memiliki program pelatihan sederhana dan kurang efektif.

Tidak memiliki program pelatihan.

201

THI_fariza
TextBox
Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/37/DPNP tanggal 10 September 2004
THI_fariza
Rectangle
Page 211: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 1

Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.13/14 /DKBU Tanggal 12 Mei 2011

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU)

Direktorat Perbankan Syariah (DPbS)

202

nurul
Rectangle
nurul
Rectangle
nurul
TextBox
3
nurul
Rectangle
Page 212: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 4

BAB I

PENDAHULUAN

Lembaga keuangan, khususnya perbankan (termasuk BPR dan BPRS), sangat

rentan untuk digunakan sebagai media pencucian uang dan/atau pendanaan

terorisme. Perbankan menyediakan banyak pilihan transaksi bagi pelaku pencucian

uang dan/atau pendanaan terorisme dalam upaya melancarkan tindak kejahatannya.

Melalui berbagai pilihan transaksi tersebut seperti transaksi penyimpanan dan

pengiriman uang, perbankan menjadi pintu masuk harta kekayaan yang merupakan

hasil tindak pidana atau merupakan pendanaan kegiatan terorisme ke dalam sistem

keuangan. Bagi pelaku pencucian uang, harta kekayaan tersebut dapat ditarik kembali

sebagai harta kekayaan yang seolah-olah sah dan tidak lagi dapat dilacak asal

usulnya. Sedangkan untuk pelaku pendanaan teroris, harta kekayaan tersebut dapat

digunakan untuk membiayai kegiatan terorisme.

A. Pencucian Uang

1. Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PPTPPU),

a. Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-

unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam UU PPTPPU.

b. Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak

pidana:

1) korupsi

2) penyuapan

3) narkotika

4) psikotropika

5) penyelundupan tenaga kerja

6) penyelundupan migran

7) di bidang perbankan

8) di bidang pasar modal

9) di bidang perasuransian

10) kepabeanan

11) cukai

12) perdagangan orang

13) perdagangan senjata gelap

14) terorisme

15) penculikan

16) pencurian

17) penggelapan

18) penipuan

19) pemalsuan uang

20) perjudian

203

nurul
Rectangle
Page 213: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 5

21) prostitusi

22) di bidang perpajakan

23) di bidang kehutanan

24) di bidang lingkungan hidup

25) di bidang kelautan dan perikanan, atau

26) tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4

(empat) tahun atau lebih,

yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau

di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak

pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum

Indonesia.

c. Tindak pidana pencucian uang

1) Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,

membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,

membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan

dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain

atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya

merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

huruf b diatas dengan tujuan menyembunyikan atau

menyamarkan asal usul Harta Kekayaan.

2) Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal

usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau

kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang

diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak

pidana. sebagaimana dimaksud dalam huruf b diatas.

3) Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan,

pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan,

penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang

diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam huruf a diatas.

2. Berdasarkan Ikhtisar Ketentuan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme yang dikeluarkan oleh

PPATK,

a. metode pencucian uang mencakup :

1) Buy and sell conversion yaitu pencucian uang melalui jual beli

barang dan jasa antara lain dengan membayar kelebihan harga

dengan menggunakan uang ilegal dan kemudian dicuci melalui

transaksi bisnis. Dengan cara ini setiap aset, barang atau jasa

dapat diubah seolah-olah menjadi hasil yang legal melalui

rekening pribadi atau perusahaan yang ada di suatu bank.

2) Off-shore conversions yaitu pengalihan dana ilegal ke wilayah

yang merupakan tax haven money laundering centers dan

204

nurul
Rectangle
Page 214: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 6

kemudian disimpan di bank atau lembaga keuangan yang ada

di wilayah tersebut untuk digunakan membeli aset dan investasi

(fund investment). Di wilayah atau negara yang merupakan tax

haven terdapat kecenderungan hukum perpajakan yang lebih

longgar, ketentuan rahasia bank yang cukup ketat dan prosedur

bisnis yang sangat mudah sehingga memungkinkan adanya

perlindungan bagi kerahasiaan suatu transaksi bisnis,

pembentukan dan kegiatan usaha trust fund maupun badan

usaha lainnya. Kerahasiaan inilah yang memberikan ruang

gerak yang leluasa bagi pergerakan “dana kotor” melalui

berbagai pusat keuangan di dunia. Dalam hal ini, para

pengacara, akuntan, dan pengelola dana biasanya sangat

berperan dalam metode offshore conversion ini dengan

memanfaatkan celah yang ditawarkan oleh ketentuan rahasia

bank dan rahasia perusahaan.

3) Legitimate business conversions yaitu menggunakan bisnis

atau kegiatan usaha yang sah sebagai sarana untuk

memindahkan dan memanfaatkan hasil kejahatan dengan cara

mengkonversikan melalui transfer, cek, atau instrumen

pembayaran lainnya yang kemudian di simpan di rekening bank

atau ditarik atau di transfer kembali ke rekening bank lainnya.

Metode ini memungkinkan pelaku kejahatan menjalankan

usaha atau bekerjasama dengan mitra bisnisnya dan

menggunakan rekening perusahaan yang bersangkutan

sebagai tempat penampungan untuk hasil kejahatan yang

dilakukan.

b. Pada dasarnya proses pencucian uang yang sering terjadi di sektor

keuangan dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) tahap kegiatan

yang meliputi :

1) Penempatan (Placement), adalah upaya menempatkan dana

yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana ke dalam

sistem keuangan. Bentuk kegiatan ini antara lain:

a) Menempatkan uang giral (cheque, wesel bank, sertifikat

deposito, dan lain-lain) kembali ke dalam sistem

keuangan, terutama sistem perbankan.

b) Menyetorkan uang pada penyedia jasa keuangan sebagai

pembayaran kredit untuk mengaburkan rekam jejak

kredit.

c) Menyelundupkan uang tunai dari suatu negara ke negara

lain.

d) Membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait

dengan usaha.

205

nurul
Rectangle
Page 215: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 7

2) Transfer (Layering), adalah upaya memisahkan hasil tindak

pidana transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau

menyamarkan asal usul dana. Dalam kegiatan ini terdapat

proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi

tertentu sebagai hasil placement ke tempat lain melalui

serangkaian transaksi yang kompleks dan didesain untuk

menyamarkan dan menghilangkan jejak sumber dana tersebut.

Bentuk kegiatan ini antara lain:

a) Transfer dana dari satu bank ke bank lain dan atau antar

wilayah/negara.

b) Penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk

mendukung transaksi yang sah.

c) Memindahkan uang tunai lintas batas negara melalui

jaringan kegiatan usaha yang sah maupun shell

company.

3) Penggunaan harta kekayaan (Integration), adalah upaya

menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik

untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai

bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan

untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun untuk

membiayai kembali kegiatan tindak pidana.

3. Beberapa modus pencucian uang yang banyak dilakukan oleh pelaku

pencucian uang adalah:

a. Smurfing, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan

memecah-mecah transaksi yang dilakukan oleh banyak pelaku.

b. Structuring, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan

memecah-mecah transaksi sehingga jumlah transaksi menjadi lebih

kecil.

c. U Turn, yaitu upaya untuk mengaburkan asal usul hasil kejahatan

dengan memutarbalikkan transaksi untuk kemudian dikembalikan ke

rekening asalnya.

d. Cuckoo Smurfing, yaitu upaya mengaburkan asal usul sumber dana

dengan mengirimkan dana-dana dari hasil kejahatannya melalui

rekening pihak ketiga yang menunggu kiriman dana dari luar negeri

dan tidak menyadari bahwa dana yang diterimanya tersebut

merupakan hasil kejahatan.

e. Pembelian aset/barang-barang mewah, yaitu menyembunyikan

status kepemilikan dari aset/barang mewah termasuk pengalihan

aset tanpa terdeteksi oleh sistem keuangan.

f. Pertukaran barang (barter), yaitu menghindari penggunaan dana

tunai atau instrumen keuangan sehingga tidak dapat terdeteksi oleh

sistem keuangan.

206

nurul
Rectangle
Page 216: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 8

g. Alternative Remittance Services menggunakan Underground

Banking, yaitu kegiatan pengiriman uang melalui mekanisme jalur

informal yang dilakukan atas dasar kepercayaan.

h. Penggunaan pihak ketiga, yaitu transaksi yang dilakukan dengan

menggunakan identitas pihak ketiga dengan tujuan menghindari

terdeteksinya identitas dari pihak yang sebenarnya merupakan

pemilik dana hasil tindak pidana.

i. Mingling, yaitu mencampurkan dana hasil tindak pidana dengan dana

dari hasil kegiatan usaha yang legal dengan tujuan untuk

mengaburkan sumber asal dananya.

j. Penggunaan identitas palsu, yaitu transaksi yang dilakukan dengan

menggunakan identitas palsu sebagai upaya untuk mempersulit

terlacaknya identitas dan pendeteksian keberadaan pelaku pencucian

uang.

B. Pendanaan Terorisme

1. Pendanaan terorisme adalah penggunaan harta kekayaan secara langsung

atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme. Pendanaan terorisme pada

dasarnya merupakan jenis tindak pidana yang berbeda dari Tindak Pidana

Pencucian Uang (TPPU), namun demikian, keduanya mengandung

kesamaan, yaitu menggunakan jasa keuangan sebagai sarana untuk

melakukan suatu tindak pidana.

2. Berbeda dengan TPPU yang tujuannya untuk menyamarkan asal-usul

harta kekayaan, maka tujuan tindak pidana pendanaan terorisme adalah

membantu kegiatan terorisme, baik dengan harta kekayaan yang

merupakan hasil dari suatu tindak pidana ataupun dari harta kekayaan

yang diperoleh secara sah.

3. Untuk mencegah BPR dan BPRS digunakan sebagai sarana tindak pidana

pendanaan terorisme, maka BPR dan BPRS perlu menerapkan Program

Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme secara

memadai.

C. Pelaporan Kepada PPATK

BPR dan BPRS wajib menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan (LTKM) atau Suspicious Transaction Report (STR) dan Laporan

Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) atau Cash Transaction Report (CTR) kepada

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), sesuai dengan UU

PPTPPU. Adapun mengenai tata cara pelaporan dari kedua laporan tersebut

mengacu kepada pedoman yang dikeluarkan oleh PPATK.

Termasuk dalam unsur Transaksi Keuangan Mencurigakan sesuai dengan UU

PPTPPU adalah:

207

nurul
Rectangle
Page 217: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 9

1) Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau

kebiasaan pola transaksi dari pengguna jasa yang bersangkutan;

2) Transaksi keuangan oleh pengguna jasa yang patut diduga dilakukan dengan

tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib

dilakukan oleh pihak pelapor sesuai dengan ketentuan UU PPTPPU;

3) Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan

menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana; dan

4) Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh pihak

pelapor karena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil

tindak pidana.

D. Kebijakan Pelaksanaan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan

Pendanaan Terorisme (Program APU dan PPT)

1. Program APU dan PPT merupakan program yang wajib diterapkan oleh

BPR dan BPRS dalam melakukan hubungan usaha dengan pengguna jasa

BPR/BPRS (baik Nasabah maupun Walk In Customer). Program tersebut

antara lain mencakup hal-hal yang diwajibkan dalam Rekomendasi

Financial Action Task Force (FATF), yang dikenal dengan Rekomendasi 40

+ 9 FATF sebagai upaya untuk melindungi BPR dan BPRS agar tidak

dijadikan sebagai sarana atau sasaran kejahatan baik yang dilakukan

secara langsung maupun tidak langsung oleh pelaku kejahatan.

2. Customer Due Dilligence (CDD) merupakan salah satu instrumen utama

dalam Program APU dan PPT. CDD tidak saja penting untuk mendukung

upaya pemberantasan pencucian uang dan pendanaan terorisme,

melainkan juga dalam rangka penerapan prinsip kehatian-hatian perbankan

(prudential banking). Pelaksanaan CDD membantu melindungi BPR dan

BPRS dari berbagai risiko dalam kegiatan usaha BPR dan BPRS, seperti

risiko operasional, risiko hukum, dan risiko reputasi serta mencegah

industri perbankan digunakan sebagai sarana atau sasaran tindak pidana,

khususnya pencucian uang dan pendanaan terorisme.

3. Sebagai upaya meminimalisasi penggunaan BPR dan BPRS sebagai

media pencucian uang atau pendanaan terorisme, maka BPR dan BPRS

wajib menerapkan Program APU dan PPT. Program APU dan PPT

merupakan bagian dari penerapan prinsip kehati-hatian BPR/BPRS dan

paling kurang mencakup:

a. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;

b. kebijakan dan prosedur;

c. pengendalian intern; dan

d. sumber daya manusia dan pelatihan.

4. Dalam menerapkan Program APU dan PPT, BPR dan BPRS wajib memiliki

kebijakan dan prosedur tertulis yang paling kurang mencakup:

208

nurul
Rectangle
Page 218: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 10

a. pelaksanaan CDD, yang terdiri dari:

1) permintaan informasi dan dokumen;

2) verifikasi dokumen; dan

3) pengkinian dan pemantauan.

b. penatausahaan dokumen;

c. pemindahan dana;

d. penutupan hubungan dan penolakan transaksi;

e. ketentuan mengenai Beneficial Owner;

f. ketentuan mengenai area berisiko tinggi dan PEP;

g. pelaksanaan CDD yang lebih sederhana; dan

h. pelaksanaan CDD oleh pihak ketiga.

5. Kebijakan dan prosedur diatas dituangkan dalam Pedoman Pelaksanaan

Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme,

dan harus mempertimbangkan faktor teknologi informasi yang berpotensi

disalahgunakan oleh pelaku pencucian uang atau pendanaan terorisme,

termasuk jika BPR/BPRS mengeluarkan produk dan jasa baru. Agar

tercapai pelaksanaan program APU dan PPT yang efektif, maka pedoman

tersebut wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai serta diterapkan

secara konsisten dan berkesinambungan.

209

nurul
Rectangle
Page 219: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 11

BAB II

MANAJEMEN

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Anti Pencucian Uang dan

Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT), selain dibutuhkan pengawasan

aktif dari Direksi dan Dewan Komisaris, BPR dan BPRS wajib membentuk Unit Kerja

Khusus atau menunjuk pegawai yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Program

APU dan PPT. Peran aktif Direksi dan Dewan Komisaris sangat diperlukan dalam

menciptakan efektifitas pelaksanaan Program APU dan PPT, mengingat peran Direksi

dan Dewan Komisaris akan mempengaruhi tingkat pencapaian tujuan organisasi dalam

pelaksanaan Program APU dan PPT. Selain itu, peran Direksi dan Dewan Komisaris

juga dapat memotivasi karyawan dan unit kerja dalam mendorong terbentuknya

budaya kepatuhan di seluruh jajaran organisasi. Terbentuknya kerangka kerja tata

kelola perusahaan (corporate governance) yang kuat dalam organisasi akan

mendukung pelaksanaan Program APU dan PPT yang dimiliki.

A. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris

1. Pengawasan Aktif Direksi

Pengawasan aktif Direksi paling kurang mencakup:

a. memastikan bahwa BPR dan BPRS memiliki kebijakan dan prosedur

program APU dan PPT;

b. mengusulkan kebijakan dan prosedur tertulis Program APU dan PPT

kepada Dewan Komisaris;

c. memastikan Program APU dan PPT dilaksanakan sesuai dengan

kebijakan dan prosedur tertulis yang telah ditetapkan;

d. membentuk unit kerja khusus dan/atau menunjuk pegawai yang

bertanggungjawab terhadap Program APU dan PPT di Kantor Pusat;

e. memastikan bahwa unit kerja/pegawai yang melaksanakan kebijakan

dan prosedur program APU dan PPT terpisah dari unit kerja/pegawai

yang mengawasi pelaksanaannya;

f. pengawasan atas kepatuhan unit kerja/pegawai dalam menerapkan

program APU dan PPT;

g. memastikan bahwa kantor cabang BPR dan BPRS memiliki pegawai

yang bertanggungjawab terhadap Program APU dan PPT;

h. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tertulis mengenai

program APU dan PPT sejalan dengan perubahan dan

pengembangan produk, jasa, dan teknologi BPR dan BPRS serta

sesuai dengan perkembangan modus pencucian uang atau

pendanaan terorisme; dan

210

nurul
Rectangle
Page 220: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 12

i. memastikan bahwa seluruh pegawai, khususnya pegawai terkait dan

pegawai baru, telah mendapatkan pengetahuan yang berkaitan

dengan program APU dan PPT secara berkala.

2. Kewenangan dan Tanggung Jawab Direktur

Direktur yang ditunjuk menangani Program APU dan PPT bertugas dan

bertanggung jawab paling kurang :

a. menetapkan dan mengevaluasi transaksi yang memerlukan

persetujuan pejabat eksekutif;

b. mengevaluasi secara berkala untuk memastikan ketepatan kebijakan,

prosedur dan penetapan tingkat risiko dari area yang berisiko tinggi

dan Politically Exposed Person (PEP);

c. menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan

BPR dan BPRS telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia tentang

APU dan PPT dan peraturan perundang-undangan lainnya yang

terkait;

d. memastikan cakupan pengawasan aktif Direksi telah terpenuhi

secara memadai;

e. memantau dan menjaga kepatuhan BPR dan BPRS terhadap seluruh

komitmen yang dibuat oleh BPR/BPRS kepada Bank Indonesia

antara lain komitmen dalam Action Plan, dan hasil Pengawasan Bank

Indonesia yang terkait dengan pelaksanaan Program APU dan PPT;

f. memantau pelaksanaan tugas Unit Kerja Khusus dan/atau pegawai

BPR/BPRS yang bertanggungjawab atas pelaksanaan Program APU

dan PPT;

g. memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama mengenai pejabat

yang akan memimpin Unit Kerja Khusus atau pegawai yang

bertanggungjawab atas pelaksanaan Program APU dan PPT; dan

h. memberikan persetujuan terhadap LTKM.

3. Pengawasan aktif Dewan Komisaris

Pengawasan aktif Dewan Komisaris paling kurang mencakup:

a. persetujuan atas kebijakan dan prosedur pelaksanaan program APU

dan PPT; dan

b. pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab Direksi terhadap

pelaksanaan program APU dan PPT.

B. Unit Kerja Khusus

1. Pembentukan Unit Kerja Khusus.

a. Unit Kerja Khusus (UKK) wajib dibentuk dalam rangka melaksanakan

Program APU dan PPT.

211

nurul
Rectangle
Page 221: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 13

b. Dalam hal berdasarkan pertimbangan beban tugas dan kompleksitas

usahanya tidak dapat memenuhi kewajiban pembentukan UKK, maka

BPR dan BPRS wajib menunjuk sekurang-kurangnya seorang

pegawai yang bertanggungjawab dalam melaksanakan Program APU

dan PPT.

c. Tugas tersebut dapat dirangkap oleh pegawai yang mempunyai tugas

lain, dengan mempertimbangkan bahwa unit kerja yang

melaksanakan Program APU dan PPT terpisah dari unit kerja yang

mengawasi pelaksanaannya, sehingga rangkap jabatan

diperkenankan sepanjang tugas lain tersebut tidak merupakan bagian

dari tugas operasional. Yang dimaksud dengan tugas operasional

antara lain seperti unit kerja kasir (teller) atau Customer Service yang

menangani penerimaaan calon Nasabah.

d. Dalam hal BPR dan BPRS tidak dapat membentuk Unit Kerja Khusus

atau menunjuk pegawai yang bertanggungjawab atas pelaksanaan

program APU dan PPT, maka fungsi dimaksud dilaksanakan oleh

salah satu anggota Direksi.

2. Struktur Organisasi.

a. Dalam menjalankan tugasnya, UKK atau pegawai yang ditunjuk

melapor dan bertanggung jawab kepada Direktur yang berwenang.

b. Seluruh unit kerja operasional, termasuk Kantor Cabang wajib

menerapkan Program APU dan PPT dibawah koordinasi UKK atau

pegawai yang ditunjuk di Kantor Pusat. Hal ini mengingat unit kerja

operasional yang berhadapan langsung dengan Nasabah sebagai lini

terdepan yang memagari BPR/BPRS dari upaya pencucian uang dan

pendanaan terorisme.

c. Unit kerja operasional memastikan bahwa pengawasan internal

berfungsi dengan baik, tepat dan beroperasi secara efektif serta

memastikan bahwa seluruh pegawai operasional telah diberi

pelatihan yang memadai.

d. Agar arahan dan ketentuan dari UKK dapat dilaksanakan dengan

baik, BPR dan BPRS harus memiliki mekanisme kerja yang

memadai, dan mekanisme kerja dimaksud didokumentasikan oleh

setiap unit kerja. Mekanisme kerja tersebut juga dengan

memperhatikan ketentuan anti tipping off dan menjaga kerahasiaan

informasi.

3. Tugas dan Tanggung Jawab UKK.

Tugas pokok UKK atau pegawai BPR dan BPRS yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan Program APU dan PPT adalah:

a. memantau adanya sistem yang mendukung program APU dan PPT;

b. memantau pengkinian profil Nasabah dan profil transaksi Nasabah;

212

nurul
Rectangle
Page 222: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 14

c. melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan

kebijakan Program APU dan PPT dengan unit kerja/pegawai terkait

yang berhubungan dengan Nasabah;

d. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan

perkembangan Program APU dan PPT yang terkini, risiko produk

BPR dan BPRS, kegiatan dan kompleksitas usaha BPR dan BPRS,

dan volume transaksi BPR dan BPRS;

e. menerima laporan transaksi keuangan yang berpotensi

mencurigakan dari unit kerja terkait yang berhubungan dengan

Nasabah dan melakukan analisis atas laporan tersebut;

f. menyusun LTKM dan laporan lainnya sebagaimana dimaksud dalam

UU PPTPPU untuk disampaikan kepada PPATK berdasarkan

persetujuan Direktur;

g. memantau bahwa:

1) terdapat mekanisme komunikasi yang baik dari setiap unit kerja

atau pegawai terkait kepada UKK atau pegawai yang

bertanggungjawab terhadap pelaksanaan program APU dan

PPT dengan menjaga kerahasiaan informasi;

2) Unit kerja atau pegawai terkait mempersiapkan LTKM dan

LTKT sebelum menyampaikannya kepada UKK atau pegawai

yang ditunjuk yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan

program APU dan PPT; dan

3) area yang berisiko tinggi, terkait dengan APU dan PPT dengan

mengacu pada ketentuan yang berlaku dan sumber informasi

yang memadai.

h. berperan sebagai petugas penghubung (contact person) bagi otoritas

yang berwenang terkait dengan pelaksanaan program APU dan PPT,

antara lain Bank Indonesia, PPATK, dan Penegak Hukum.

4. Persyaratan Pegawai UKK atau Pegawai yang Menjalankan Fungsi UKK.

Pegawai yang bertanggung jawab dalam menerapkan program APU dan

PPT wajib memenuhi ketentuan:

a. memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai mengenai

APU dan PPT dan peraturan lainnya yang terkait dengan pendanaan

dan produk perbankan; dan

b. memiliki kewenangan untuk mengakses seluruh data Nasabah dan

informasi lainnya yang terkait dalam rangka pelaksanaan tugas.

5. Pegawai yang Bertanggungjawab terhadap Program APU dan PPT di

Kantor Cabang.

a. Setiap kantor cabang BPR dan BPRS wajib memiliki pegawai yang

bertanggungjawab terhadap program APU dan PPT.

213

nurul
Rectangle
Page 223: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 15

b. Pegawai yang bertanggungjawab terhadap program APU dan PPT

tersebut bukan merupakan pegawai dari satuan kerja operasional.

Namun dalam hal kondisi tidak memungkinkan maka pegawai di

kantor cabang yang menjalankan fungsi UKK dapat berasal dari

satuan kerja operasional sepanjang tidak memiliki benturan

kepentingan dengan nasabah secara langsung.

c. Tugas dan tanggung jawab pegawai yang bertanggungjawab

terhadap program APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada huruf

b adalah sebagai berikut:

1) Memastikan bahwa kebijakan, prosedur, dan peraturan lainnya

yang terkait pelaksanaan program APU dan PPT telah

dilaksanakan secara efektif.

2) Memantau dan meninjau setiap validitas proses, checklist/daftar

periksa dan dokumen pendukung pada saat pembukaan

rekening.

3) Memastikan bahwa persetujuan penerimaan dan/atau

penolakan permohonan pembukaan rekening atau transaksi

oleh calon Nasabah/WIC yang tergolong berisiko tinggi

diberikan oleh pejabat eksekutif di unit kerja terkait atau Kantor

Cabang setempat.

4) Mengkoordinasikan dan memantau proses pengkinian data

Nasabah.

5) Menerima laporan transaksi keuangan yang mencurigakan dari

unit kerja terkait dan melakukan analisa terhadap laporan

tersebut untuk dilaporkan kepada UKK atau pegawai yang

ditunjuk untuk menangani program APU dan PPT di Kantor

Pusat.

6) Memberikan masukan yang terkait dengan pelaksanaan APU

dan PPT kepada pegawai unit kerja terkait atau Kantor Cabang

yang memerlukan.

7) Memantau, menganalisis, dan merekomendasikan kebutuhan

pelatihan APU dan PPT para pegawai di unit kerja terkait atau

Kantor Cabang kepada UKK di Kantor Pusat.

214

nurul
Rectangle
Page 224: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 16

BAB III

KEBIJAKAN CDD DAN EDD

Costumer Due Dilligence (CDD) merupakan kegiatan berupa identifikasi,

verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan BPR dan BPRS untuk memastikan bahwa

transaksi dilakukan sesuai dengan profil pengguna jasa bank. Dalam hal BPR dan

BPRS berhubungan dengan Nasabah yang tergolong berisiko tinggi terhadap

kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme, BPR dan BPRS melakukan

prosedur CDD yang lebih mendalam yang disebut dengan Enhanced Due Diligence

(EDD).

1. BPR dan BPRS wajib melakukan prosedur CDD pada saat:

a. melakukan hubungan usaha dengan calon Nasabah. Apabila rekening

merupakan rekening joint account atau rekening bersama maka CDD

dilakukan terhadap seluruh pemegang rekening joint account tersebut;

b. melakukan hubungan usaha atau transaksi dengan WIC atau Nasabah

yang tidak memiliki rekening di BPR dan BPRS;

c. meragukan kebenaran informasi yang diberikan oleh Nasabah, penerima

kuasa, dan/atau Beneficial Owner; atau

d. terdapat transaksi keuangan yang tidak wajar yang terkait dengan

pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme. Hal ini antara lain dapat

dicermati dari jumlah nominal transaksi tertentu dan adanya peningkatan

nilai transaksi yang signifikan.

2. Untuk Nasabah yang telah ada sebelum peraturan ini berlaku, BPR dan BPRS

wajib melakukan CDD sesuai dengan pendekatan berdasarkan materialitas dan

risiko apabila:

a. terdapat transaksi dalam jumlah yang signifikan;

b. terdapat perubahan standar dokumentasi yang mendasar;

c. terdapat perubahan pola transaksi yang signifikan;

d. informasi pada profil Nasabah yang tersedia dalam Customer Identification

File (CIF) belum dilengkapi dengan dokumen sebagaimana dimaksud pada

Bab V huruf C; dan/atau

e. menggunakan rekening anonim atau rekening yang diindikasikan

menggunakan nama fiktif.

3. Apabila calon Nasabah/Nasabah/WIC memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. tergolong berisiko tinggi atau PEP;

b. melakukan transaksi yang terkait dengan negara berisiko tinggi; atau

c. melakukan transaksi tidak sesuai dengan profil.

215

nurul
Rectangle
Page 225: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 17

maka terhadap calon Nasabah/Nasabah/WIC tersebut, BPR dan BPRS wajib

melakukan EDD. Apabila dari hasil EDD diperoleh dasar transaksi/alasan yang

jelas, maka pemantauan terhadap transaksi tersebut dilakukan sebagaimana

biasanya, sedangkan apabila tidak diperoleh alasan yang jelas maka terhadap

transaksi tersebut wajib dilakukan pemantauan yang lebih ketat.

4. Penetapan penggolongan berisiko tinggi dilakukan dengan berpedoman pada

ketentuan PPATK yang mengatur mengenai pedoman identifikasi produk,

nasabah, usaha, dan negara berisiko tinggi bagi penyedia jasa keuangan dan

pedoman mengenai identifikasi transaksi keuangan mencurigakan terkait

pendanaan terorisme bagi penyedia jasa keuangan.

5. BPR dan BPRS wajib melakukan EDD sebagaimana dimaksud angka 3 di atas

dengan cara melakukan CDD sebagaimana dimaksud dalam Bab V serta

melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Bagi calon Nasabah:

1) meminta informasi tambahan yang diperlukan untuk memastikan

kebenaran profil calon Nasabah; dan/atau

2) meminta dokumen pendukung tambahan untuk meyakini kebenaran

informasi mengenai identitas dan sumber dana.

b. Bagi Nasabah atau Beneficial Owner:

1) melakukan kegiatan seperti yang dilakukan terhadap calon Nasabah

sebagaimana dimaksud pada huruf a;

2) melakukan analisa secara berkala paling kurang terhadap informasi

mengenai sumber dana, tujuan transaksi, dan hubungan usaha

dengan pihak-pihak yang terkait; dan

3) memantau lebih ketat pola transaksi nasabah untuk kepentingan

pengkinian profil Nasabah atau Beneficial Owner.

216

nurul
Rectangle
Page 226: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 18

BAB IV

PENGELOMPOKAN NASABAH MENGGUNAKAN

PENDEKATAN BERDASARKAN RISIKO

(RISK BASED APPROACH)

A. Pengelompokkan Nasabah

1. Untuk mendukung kebijakan dan pelaksanaan CDD yang efektif, BPR dan

BPRS wajib mengelompokkan Nasabah berdasarkan tingkat risiko

terhadap kemungkinan terjadinya pencucian uang atau pendanaan

terorisme.

2. Mempertimbangkan peluang untuk dijadikan media pencucian uang atau

media pendanaan terorisme, tingkat risiko Nasabah dapat dikategorikan

menjadi tingkat risiko rendah, menengah, dan tinggi.

a. Dalam hal Nasabah memiliki tingkat risiko yang rendah dan

memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 Peraturan

Bank Indonesia Nomor 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Program

Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi

BPR dan BPRS, maka terhadap Nasabah tersebut dapat dilakukan

CDD yang lebih sederhana sebagaimana diatur pada BAB XI.

b. Dalam hal Nasabah memiliki tingkat risiko menengah maka terhadap

yang bersangkutan dilakukan CDD sebagaimana diatur pada BAB V.

c. Dalam hal Nasabah memiliki tingkat risiko tinggi maka terhadap yang

bersangkutan dilakukan EDD sebagaimana diatur pada Bab X huruf

C.

3. Pengelompokkan Nasabah harus didokumentasikan dan dipantau secara

berkesinambungan.

4. Penilaian risiko (risk assessment) secara memadai dan pemantauan perlu

dilakukan terhadap Nasabah yang telah menjalani hubungan usaha

dengan mempertimbangkan informasi yang diperoleh BPR/BPRS, profil

Nasabah dan kebutuhan Nasabah terhadap produk dan jasa yang

ditawarkan BPR/BPRS.

5. Apabila terdapat ketidak sesuaian antara transaksi/profil Nasabah dengan

tingkat risiko yang telah ditetapkan, maka BPR dan BPRS harus

menyesuaikan tingkat risiko dengan cara:

a. Menerapkan prosedur CDD bagi Nasabah yang semula tergolong

berisiko rendah berubah menjadi berisiko menengah yang sesuai

dengan penetapan tingkat risiko yang baru.

b. Menerapkan prosedur EDD bagi Nasabah yang semula tergolong

berisiko rendah atau menengah berubah menjadi berisiko tinggi atau

PEP.

217

nurul
Rectangle
Page 227: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 19

B. Penetapan Profil Risiko Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko

1. Profil risiko menggambarkan tingkat risiko dari Nasabah, produk maupun

jasa yang memiliki potensi pencucian uang atau pendanaan teroris, antara

lain jasa pengiriman uang atau produk bank menggunakan jasa elektronik.

2. Profil risiko merupakan nilai akhir dari seluruh komponen penilaian yang

ditetapkan berdasarkan rating yang paling dominan dari seluruh komponen.

3. Dalam hal tidak terdapat rating yang paling dominan namun terdapat

komposisi yang seimbang atau sama dari komponen penilaian, maka profil

risiko yang digunakan adalah profil risiko yang lebih ketat.

4. Penetapan klasifikasi tingkat risiko tidak berlaku bagi Nasabah yang

tergolong sebagai PEP. Dengan demikian apabila terdapat calon Nasabah

atau Nasabah yang karena pekerjaannya atau jabatannya tergolong

sebagai PEP, maka yang bersangkutan secara otomatis diklasifikasikan

sebagai risiko tinggi.

5. Pengelompokan profil risiko nasabah dapat dilakukan dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Identitas Nasabah

Contoh identitas Nasabah yang perlu dilakukan analisis antara lain

sebagai berikut:

1) Nasabah tidak memiliki dokumen identitas namun memiliki

surat keterangan dari aparat pemerintah setempat yang

menerangkan bahwa yang bersangkutan:

a) adalah warga setempat dan beralamat sesuai dengan

informasi yang diberikan kepada BPR/BPRS; dan/atau

b) telah menetap dalam jangka waktu yang cukup lama.

2) Data/informasi identitas Nasabah sudah tidak sesuai.

3) Jangka waktu berlakunya dokumen identitas Nasabah sudah

kadaluarsa, namun tidak ada perubahan terhadap alamat

tempat tinggal Nasabah dimaksud yang telah diyakini

kebenarannya oleh BPR/BPRS.

4) Dokumen pendukung identitas Nasabah khususnya dokumen

perusahaan tidak lengkap, misalnya ijin-ijin perusahaan,

Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Pemegang Kuasa

atau Kewenangan bertindak mewakili perusahaan.

b. Lokasi Usaha

Contoh lokasi usaha Nasabah yang perlu dilakukan analisis antara

lain sebagai berikut:

1) Lokasi usaha calon Nasabah berada di yurisdiksi yang

ditetapkan berisiko tinggi oleh lembaga atau badan

internasional terhadap kondisi suatu yurisdiksi.

218

nurul
Rectangle
Page 228: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 20

2) Lokasi usaha Nasabah berada dalam wilayah rawan tingkat

kejahatan (kriminal) seperti kejahatan terhadap penyelundupan

atau produk ilegal.

3) Lokasi usaha Nasabah berada di zona perdagangan bebas.

c. Profil Nasabah

Contoh profil Nasabah yang perlu dilakukan analisis antara lain

sebagai berikut:

1) Nasabah yang tidak memiliki penghasilan secara regular.

2) Tergolong sebagai PEP atau memiliki hubungan dengan PEP.

3) Pegawai instansi pemerintah, khususnya yang terkait dengan

pelayanan publik.

4) Aparat penegak hukum.

5) Orang-orang yang melakukan jenis-jenis kegiatan atau sektor

usaha yang rentan terhadap pencucian uang.

6) Pihak-pihak yang dicantumkan dalam daftar Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) atau daftar lainnya yang dikeluarkan

oleh organisasi internasional sebagai teroris, organisasi teroris

ataupun organisasi yang melakukan pendanaan atau

melakukan penghimpunan dana untuk kegiatan terorisme.

d. Nilai Transaksi

Contoh nilai transaksi Nasabah yang perlu dilakukan analisis antara

lain sebagai berikut:

1) Pada saat pembukaan rekening, Nasabah melakukan transaksi

dengan nilai besar atau signifikan namun informasi mengenai

sumber dana dan tujuan transaksi tidak sesuai dengan profil

ataupun tujuan pembukaan rekening.

2) Nasabah melakukan sejumlah transaksi dalam nilai kecil namun

secara akumulasi merupakan transaksi bernilai besar atau

signifikan.

3) Transaksi tunai dalam jumlah besar.

e. Kegiatan Usaha Nasabah

Contoh kegiatan usaha Nasabah yang perlu dilakukan analisis antara

lain sebagai berikut:

1) Kegiatan usaha yang menyediakan jasa penukaran uang;

2) Kegiatan usaha yang menyediakan jasa pengiriman uang;

3) Kegiatan usaha yang berbasis uang tunai dan tidak sesuai

dengan profil nasabah seperti mini market, jasa pengelolaan

219

nurul
Rectangle
Page 229: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 21

parkir, rumah makan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum

(SPBU), pedagang isi pulsa;

4) Kegiatan usaha yang memberikan jasa pengurusan dokumen

hukum;

5) Kegiatan usaha yang melakukan perdagangan rumah, saham,

perhiasan, mobil atau aset lainnya;

6) Kegiatan usaha yang memasarkan produknya melalui internet;

7) Perusahaan perdagangan ekspor/impor;

8) Advokat, akuntan atau konsultan keuangan; atau

9) Kegiatan usaha multi level marketing.

f. Struktur kepemilikan bagi Nasabah perusahaan

Contoh struktur kepemilikan bagi Nasabah perusahaan yang perlu

dilakukan analisis antara lain sebagai berikut:

1) struktur kepemilikan perusahaan yang kompleks sehingga

akses untuk mendapatkan informasi terbatas;

2) terdapat Beneficial Owner yang mengendalikan perusahaan;

atau

3) terdapat pemberitaan negatif dalam media massa mengenai

Beneficial Owner perusahaan dimaksud, sehingga

mengakibatkan tingkat risiko perusahaan menjadi tinggi.

g. Informasi lainnya

Contoh informasi lainnya : nasabah BPR/BPRS menerima kiriman

dana yang berasal dari negara-negara yang belum menerapkan

rekomendasi FATF secara memadai.

6. Selain hal sebagaimana dimaksud pada angka 5, BPR/BPRS dapat

mengembangkan sendiri metode untuk memperoleh profil risiko Nasabah

sesuai dengan kebutuhan dan profil risiko dari masing-masing BPR/BPRS.

Tabel 1. Contoh matriks klasifikasi profil risiko.

Rendah Menengah Tinggi

Identitas

Nasabah

Menyerahkan lebih dari

satu identitas yang

masih berlaku dan

berdomisili sesuai

dengan alamat dalam

kartu ID.

Data/informasi

identitas calon

Nasabah kadaluarsa,

namun Nasabah tetap

kooperatif melakukan

updating

Nasabah tidak memiliki

ID yang dikeluarkan

oleh pihak yang

berwenang,

Data/informasi identitas

calon Nasabah

diragukan, misalnya

kartu ID tidak

dikeluarkan oleh pihak

yang berwenang, data

tidak benar, dll

220

nurul
Rectangle
Page 230: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 22

Rendah Menengah Tinggi

Data/informasi identitas

tidak sesuai dengan

domisili atau Nasabah

selalu berpindah

tempat atau tidak dapat

dihubungi (misal nomor

telpon)

Nasabah WNI yang

pada saat pembukaan

rekening menggunakan

alamat yang

wilayahnya berada di

luar wilayah Indonesia.

Lokasi Usaha Lokasi usaha di dalam

kabupaten/ kota yang

sama atau berbatasan

dengan lokasi

kabupaten/kota berada.

Lokasi usaha di luar

kabupaten/ kota

dimana lokasi

kabupaten/kota

BPR/BPRS berada.

Lokasi usaha Nasabah

berada di zona

perdagangan bebas.

Bidang

usaha/

pekerjaan

Buruh tani. Pegawai Perusahaan Pekerjaan ybs tidak

tergolong berisiko

tinggi, namun ybs

tergolong sebagai PEP

atau orang yang

digolongkan berisiko

tinggi dengan

berpedoman pada

ketentuan PPATK.

Pegawai dari

perusahaan yang

tergolong berisiko

tinggi.

Nilai

Transaksi

Nilai transaksi rendah,

misal dibawah Rp

1.000.000 (satu juta

Rupiah) dan sesuai

dengan profil nasabah.

Peningkatan jumlah

transaksi tidak

signifikan atau

signifikan namun

didukung dengan

dokumen yang

memadai atau masih

tergolong wajar atau

masih sesuai dengan

profil nasabah.

Transaksi tunai dalam

jumlah besar, misal diatas

Rp100.000.000,- (seratus

juta) dan/atau tidak

sesuai dengan profil

nasabah.

Kegiatan

Usaha

Pedagang di pasar

tradisional

Pedagang valuta asing

atau pengiriman uang

Kegiatan usaha yang

berbasis uang tunai

seperti mini market, jasa

pengelolaan parkir, rumah

makan, Stasiun Pengisian

Bahan Bakar (SPBU),

pedagang isi pulsa.

221

nurul
Rectangle
Page 231: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 23

Rendah Menengah Tinggi

Struktur

Kepemilikan

Tidak memiliki

pengendali dan

komposisi pemegang

saham tersedia dalam

data publik

Informasi mengenai

pemegang saham

tidak tersedia dalam

data publik

Perusahaan dengan

pemegang saham atas

unjuk

Informasi

Lainnya

Tidak terdapat informasi

negatif lain

Memiliki usaha lainnya

disamping sebagai

karyawan perusahaan

Nasabah kredit yang

barang jaminannya atas

nama pihak lain (baik

jaminan tunai/jaminan

dalam bentuk barang)

yang tidak memiliki

hubungan yang jelas

Nasabah yang

memberikan kuasa

kepada pihak lain untuk

melakukan penarikan

pada rekening Nasabah

setelah permohonan

rekening disetujui

222

nurul
Rectangle
Page 232: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 24

BAB V

PROSEDUR IDENTIFIKASI, VERIFIKASI DAN PEMANTAUAN NASABAH

(CUSTOMER DUE DILLIGENCE)

A. Kebijakan dan Prosedur Penerimaan dan Identifikasi Nasabah

Kebijakan dan prosedur tertulis tentang penerimaan Nasabah dan identifikasi

calon Nasabah, termasuk dalam berhubungan dengan WIC sekurang-kurangnya

mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Penggunaan pendekatan berdasarkan risiko dengan mengelompokkan

Nasabah berdasarkan tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau

pendanaan terorisme.

2. Permintaan informasi mengenai calon Nasabah mencakup:

a. identitas calon Nasabah;

b. identitas Beneficial Owner, apabila Nasabah mewakili Beneficial Owner;

c. sumber dana;

d. rata-rata penghasilan;

e. maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan dilakukan

calon Nasabah dengan BPR/BPRS; dan

f. informasi lain yang diperlukan, yang memungkinkan BPR/BPRS

mengetahui profil calon Nasabah.

3. Permintaan bukti-bukti identitas dan dokumen pendukung informasi dari

calon Nasabah.

4. Penelitian atas kebenaran dokumen pendukung identitas calon Nasabah.

5. Permintaan kartu identitas lebih dari satu yang dikeluarkan oleh pihak yang

berwenang, apabila terdapat keraguan terhadap kartu identitas yang ada.

6. Apabila diperlukan dapat dilakukan wawancara dengan calon Nasabah untuk

memperoleh keyakinan atas kebenaran informasi, bukti-bukti identitas dan

dokumen pendukung calon Nasabah.

7. Larangan untuk membuka atau memelihara rekening anonim atau rekening

yang menggunakan nama fiktif.

8. Pertemuan langsung/tatap muka dengan calon Nasabah pada awal

melakukan hubungan usaha dalam rangka meyakini kebenaran identitas

calon Nasabah.

9. Kewaspadaan terhadap transaksi atau hubungan usaha dengan calon

Nasabah yang terkait dengan negara yang belum memadai dalam

melaksanakan rekomendasi FATF, misalnya Calon Nasabah mempunyai

mitra usaha dari negara yang memenuhi kriteria berisiko tinggi.

10. Penyelesaian proses verifikasi identitas calon Nasabah sebelum membina

hubungan usaha dengan calon Nasabah.

223

nurul
Rectangle
Page 233: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 25

11. Penolakan pembukaan rekening calon Nasabah dan atau penolakan

pelaksanaan transaksi dengan WIC yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. tidak memenuhi ketentuan atau persyaratan sebagaimana diatur

dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16 dan Pasal 17 Peraturan

Bank Indonesia Nomor 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Program

Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi

BPR dan BPRS; atau

b. diketahui menggunakan identitas dan atau memberikan informasi yang

tidak benar.

12. Pendokumentasian calon Nasabah atau WIC yang memenuhi kriteria

sebagaimana angka 11 diatas dalam suatu daftar tersendiri dan

melaporkannya dalam LTKM apabila transaksinya tidak wajar atau

mencurigakan.

B. Permintaan Informasi

1. Sebelum melakukan hubungan usaha dengan Nasabah, BPR dan BPRS

wajib meminta informasi yang memungkinkan BPR/BPRS untuk dapat

mengetahui profil calon Nasabah.

2. Calon Nasabah wajib diidentifikasikan dan diklasifikasikan ke dalam

kelompok perseorangan dan perusahaan. Dalam hal calon Nasabah

adalah Nasabah perusahaan maka dalam kelompok Nasabah perusahaan

tersebut mencakup pula Beneficial Owner.

3. Informasi yang wajib diminta terhadap calon Nasabah yang telah

dikelompokan, paling kurang sebagai berikut:

Tabel 2. Informasi calon Nasabah.

No. Perorangan Perusahaan

(termasuk Bank)

Yayasan/

Perkumpulan

Lembaga

Negara/

Pemerintah

1. Nama lengkap

termasuk alias

Nama perusahaan

termasuk bentuk

badan hukum

Nama yayasan/

perkumpulan

termasuk bentuk

badan hukum

(apabila berbadan

hukum)

Nama lembaga

Negara/

pemerintah

2. Nomor dokumen

identitas

Nomor izin usaha

dari instansi yang

berwenang

Nomor izin bidang

kegiatan/ usaha

(termasuk bidang

kegiatan/ usaha) atau

tujuan yayasan atau

nomor bukti

pendaftaran pada

instansi yang

berwenang.

224

nurul
Rectangle
Page 234: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 26

No. Perorangan Perusahaan

(termasuk Bank)

Yayasan/

Perkumpulan

Lembaga

Negara/

Pemerintah

3. Alamat tempat tinggal

yang tercantum pada

kartu identitas

Alamat kedudukan Alamat kedudukan

termasuk no. telepon

Alamat

kedudukan

termasuk no.

telepon

4. Alamat tempat tinggal

terkini termasuk no.

telepon apabila ada

5. Tempat dan tanggal

lahir

Tempat dan

tanggal pendirian

Tempat dan tanggal

pendirian

6. Kewarganegaraan

7. Pekerjaan (nama

perusahaan/ institusi,

alamat perusahaan

/institusi, dan jabatan)

8. Jenis kelamin Maksud dan tujuan

hubungan usaha

Maksud dan tujuan

hubungan usaha

9. Status perkawinan

10. Identitas Beneficial

Owner apabila ada

Identitas Beneficial

Owner apabila ada

Identitas Beneficial

Owner apabila ada

11. Sumber dana Sumber dana Sumber dana

12. Rata-rata penghasilan

13. Maksud dan tujuan

hubungan usaha

Maksud dan tujuan

hubungan usaha

Maksud dan tujuan

hubungan usaha

14. Informasi lain yang

memungkinkan

BPR/BPRS untuk

dapat mengetahui

profil calon Nasabah

Informasi lain yang

diperlukan

Informasi lain yang

diperlukan mis.

laporan keuangan

calon Nasabah atau

keterangan

mengenai pelanggan

utamanya

4. Dalam hal yang akan melakukan transaksi dengan BPR/BPRS adalah

WIC, maka informasi yang wajib diminta oleh BPR dan BPRS paling

kurang sebagai berikut:

Tabel 3. Informasi WIC

No.

WIC yang melakukan transaksi sebesar

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

atau lebih atau yang nilainya setara

WIC yang melakukan transaksi kurang

dari Rp100.000.000,00 (seratus juta

rupiah) atau yang nilainya setara

Perorangan Perusahaan Perorangan Perusahaan

1. Nama lengkap

termasuk alias

Nama perusahaan Nama lengkap

termasuk alias

Nama perusahaan

225

nurul
Rectangle
Page 235: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 27

No.

WIC yang melakukan transaksi sebesar

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

atau lebih atau yang nilainya setara

WIC yang melakukan transaksi kurang

dari Rp100.000.000,00 (seratus juta

rupiah) atau yang nilainya setara

Perorangan Perusahaan Perorangan Perusahaan

2. Nomor dokumen

identitas

Nomor izin usaha dari

instansi yang

berwenang

Nomor dokumen

identitas

3. Alamat tempat

tinggal yang

tercantum pada

kartu identitas

Alamat kedudukan Alamat tempat

tinggal yang

tercantum pada

kartu identitas

Alamat kedudukan

4. Alamat tempat

tinggal terkini

termasuk nomor

telepon apa bila

ada

5. Tempat dan

tanggal lahir

Tempat dan tanggal

pendirian

6. Kewarganegara

an

Bentuk badan hukum

7. Pekerjaan

8. Jenis kelamin

9. Status

perkawinan

10. Identitas

Beneficial Owner

apabila ada

Identitas Beneficial

Owner apabila ada

11. Sumber dana Sumber dana

12. Rata-rata

penghasilan

13. Maksud dan

tujuan hubungan

usaha

Maksud dan tujuan

hubungan usaha

14. Informasi lain yg

memungkinkan

BPR/BPRS

mengetahui

Informasi lain yang

diperlukan

226

nurul
Rectangle
Page 236: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 28

No.

WIC yang melakukan transaksi sebesar

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

atau lebih atau yang nilainya setara

WIC yang melakukan transaksi kurang

dari Rp100.000.000,00 (seratus juta

rupiah) atau yang nilainya setara

Perorangan Perusahaan Perorangan Perusahaan

profil calon

Nasabah

5. Transaksi dengan WIC dengan nilai sebesar Rp100.000.000,00 (seratus

juta rupiah) atau lebih atau yang nilainya setara yang dilakukan dalam 1

(satu) kali maupun beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja

sebagaimana dimaksud pada tabel 2 adalah transaksi yang memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. Dilakukan pada kantor BPR/BPRS yang sama; dan

b. Jenis transaksi yang dilakukan adalah transaksi yang sama, misal

transaksi pengiriman/transfer uang, transaksi pembayaran dan bukan

merupakan gabungan dari beberapa transaksi yang berbeda jenis

transaksinya.

C. Permintaan Dokumen

1. Untuk Nasabah perorangan, informasi pada tabel 1 dan tabel 2 di atas

wajib didukung dengan dokumen identitas yang masih berlaku

mencantumkan foto diri dan diterbitkan oleh pihak yang berwenang.

2. Dokumen pendukung utama bagi identitas Nasabah perorangan yang

berkewarganegaraan Indonesia adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP),

Surat Izin Mengemudi (SIM), atau paspor yang masih berlaku. Sedangkan

untuk dokumen pendukung tambahan antara lain adalah kartu Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP), atau Kartu Keluarga (KK).

3. Untuk calon Nasabah perusahaan, dokumen identitas yang wajib diminta

adalah:

a. akte pendirian dan/atau anggaran dasar perusahaan, dan

b. izin usaha atau izin lainnya dari instansi berwenang. Contoh: izin

usaha dari Bank Indonesia bagi Pedagang Valuta Asing Bukan Bank

dan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang, atau izin usaha dari

Departemen Kehutanan bagi kegiatan usaha di bidang

perkayuan/kehutanan (Hak Pengusahaan Hutan, Hutan Tanaman

Industri, Izin Pemanfaatan Kayu).

4. Untuk calon Nasabah berupa yayasan atau perkumpulan, dokumen

identitas yang wajib diminta adalah akta pendirian yang telah disahkan oleh

instansi yang berwenang dan/atau berupa izin bidang kegiatan/ tujuan

yayasan atau surat telah terdaftar sebagai perkumpulan.

227

nurul
Rectangle
Page 237: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 29

5. Disamping dokumen identitas, BPR/BPRS wajib memperoleh dokumen

lainnya berupa:

Tabel 4. Dokumen Pendukung Calon Nasabah Perorangan dan Perusahaan

No. Perorangan

Perusahaan (selain Bank) Perusahaan

berupa Bank Usaha Mikro dan

Usaha Kecil

Bukan usaha Mikro

dan Usaha Kecil

1. Spesimen

tanda tangan

Spesimen tandatangan

Pengurus atau pihak

yang diberi kuasa

melakukan hubungan

usaha dengan

BPR/BPRS

Spesimen tanda tangan

anggota Direksi yang

berwenang mewakili

perusahaan atau pihak

yang diberi kuasa untuk

melakukan hubungan

usaha dengan

BPR/BPRS

Spesimen tanda

tangan anggota

Direksi yang

berwenang

mewakili

perusahaan atau

pihak yang diberi

kuasa untuk

melakukan

hubungan usaha

dengan

BPR/BPRS

2. kartu NPWP bagi

Nasabah yang

diwajibkan untuk

memiliki NPWP sesuai

dengan ketentuan yang

berlaku

kartu NPWP bagi

Nasabah yang

diwajibkan untuk

memiliki NPWP sesuai

dengan ketentuan yang

berlaku

3. Surat Izin Tempat

Usaha (SITU) atau

dokumen lain yang

dipersyaratkan oleh

instansi yang

berwenang

Surat Izin Tempat

Usaha (SITU) atau

dokumen lain yang

dipersyaratkan oleh

instansi yang

berwenang

Izin usaha dari

Bank Indonesia.

4. laporan keuangan atau

deskripsi kegiatan

usaha perusahaan

5. struktur manajemen

perusahaan

6. struktur kepemilikan

perusahaan

7. dokumen identitas

anggota Direksi yang

berwenang mewakili

perusahaan atau pihak

yang diberi kuasa untuk

melakukan hubungan

usaha dengan

BPR/BPRS

228

nurul
Rectangle
Page 238: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 30

6. Untuk calon Nasabah selain yang tercantum dalam Tabel 3 di atas, maka

BPR/BPRS wajib memperoleh dokumen lainnya selain dokumen identitas,

yaitu:

Tabel 5. Dokumen pendukung Nasabah selain Perorangan dan Perusahaan

No. Yayasan Perkumpulan

Lembaga Negara/

Pemerintah, lembaga

internasional, perwakilan

asing

1. izin bidang kegiatan/

tujuan yayasan

bukti pendaftaran pada

instansi yang berwenang

2. deskripsi kegiatan

yayasan

nama penyelenggara surat penunjukan bagi pihak-

pihak yang berwenang

mewakili lembaga atau

perwakilan dalam melakukan

hubungan usaha dengan

BPR/BPRS

3. struktur pengurus

yayasan

identitas pihak yang

berwenang mewakili

perkumpulan dalam

melakukan hubungan

usaha dengan BPR/BPRS

spesimen tanda tangan

4. dokumen identitas

anggota pengurus yang

berwenang mewakili

yayasan untuk

melakukan hubungan

usaha dengan

BPR/BPRS

D. Verifikasi Dokumen

1. Informasi yang disampaikan oleh calon Nasabah/Nasabah/WIC beserta

dokumen pendukungnya wajib diteliti kebenarannya dengan melakukan

verifikasi terhadap dokumen pendukung untuk memastikan bahwa data

tersebut adalah data yang benar dan terkini. Dalam hal terdapat keraguan,

verifikasi dilakukan berdasarkan dokumen dan/atau sumber informasi

lainnya yang dapat dipercaya dan independen.

2. Dalam rangka meyakini kebenaran identitas calon Nasabah, verifikasi

dilakukan dengan:

a. Pertemuan langsung/tatap muka dengan calon Nasabah pada awal

melakukan hubungan usaha. Dalam hal ini, BPR/BPRS dapat diwakili

oleh pihak lain yang mengetahui prinsip dasar APU dan PPT,

termasuk prosedur CDD yang diterapkan BPR/BPRS. Dalam hal

pertemuan langsung dengan calon Nasabah tidak dapat

dilaksanakan pada awal pertama membuka hubungan usaha dengan

BPR/BPRS, maka kewajiban pertemuan langsung dapat dilakukan

229

nurul
Rectangle
Page 239: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 31

kemudian sepanjang memenuhi persyaratan paling kurang sebagai

berikut:

1) calon Nasabah tergolong berisiko rendah; atau

2) mensyaratkan dokumen pendukung yang memuat identitas

calon Nasabah yang telah dilegalisir oleh lembaga yang

berwenang.

b. Melakukan wawancara dengan calon Nasabah apabila diperlukan.

c. Mencocokan kesesuaian profil calon Nasabah dengan foto diri yang

tercantum dalam kartu identitas.

d. Meminta kepada calon Nasabah untuk memberikan lebih dari satu

dokumen identitas yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang,

apabila timbul keraguan terhadap kartu identitas yang ada.

e. Menatausahakan salinan dokumen kartu identitas setelah dilakukan

pencocokan dengan dokumen asli yang sah.

f. Melakukan pengecekan silang untuk memastikan adanya konsistensi

dari berbagai informasi yang disampaikan oleh calon Nasabah,

antara lain seperti:

1) menghubungi Nasabah melalui telepon (rumah atau kantor);

2) menghubungi pejabat Sumber Daya Manusia tempat dimana

Nasabah bekerja apabila pekerjaan Nasabah adalah karyawan

suatu perusahaan atau instansi; atau

3) melakukan konfirmasi atas penghasilan Nasabah dengan

mensyaratkan rekening Koran dari Bank lainnya yang

berkedudukan di Indonesia.

g. Pengecekan dimaksud juga mencakup pemeriksaan nama calon

Nasabah terhadap:

1) Daftar Teroris.

2) Daftar lainnya yang dimiliki oleh BPR/BPRS (apabila ada),

seperti daftar calon nasabah/ nasabah/ WIC sebagaimana

dimaksud pada Pasal 28 Peraturan Bank Indonesia Nomor

12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Program Anti Pencucian

Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi BPR dan

BPRS.

3) Dokumen lainnya seperti identitas pemberi kerja dari calon

Nasabah, rekening telepon dan rekening listrik.

h. Memastikan adanya kemungkinan hal-hal yang tidak wajar atau

mencurigakan.

3. Proses verifikasi identitas calon Nasabah dan Beneficial Owner wajib

diselesaikan sebelum membina hubungan usaha dengan calon Nasabah

atau sebelum melakukan transaksi dengan WIC.

230

nurul
Rectangle
Page 240: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 32

4. Dalam kondisi tertentu, proses verifikasi dapat diselesaikan kemudian,

yaitu paling lambat:

a. untuk Nasabah perorangan, 14 (empat belas) hari kerja setelah

dilakukannya hubungan usaha.

b. untuk Nasabah perusahaan, 90 (sembilan puluh) hari kerja setelah

dilakukannya hubungan usaha

Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud di atas yaitu:

a. kelengkapan dokumen tidak dapat dipenuhi pada saat hubungan

usaha akan dilakukan misalnya karena dokumen masih dalam proses

pengurusan yang dibuktikan dengan dokumen pendukung; dan

b. apabila tingkat risiko calon Nasabah tergolong rendah.

E. Pemantauan

1. BPR dan BPRS wajib melakukan kegiatan pemantauan yang paling kurang

mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Dilakukan secara berkesinambungan untuk mengidentifikasi

kesesuaian antara transaksi Nasabah dengan profil Nasabah dan

menatausahakan dokumen tersebut, terutama terhadap hubungan

usaha/transaksi dengan Nasabah WNI yang berdomisili di Negara

lain.

b. Melakukan analisis terhadap seluruh transaksi yang tidak sesuai

dengan profil Nasabah. Contoh transaksi, aktivitas dan perilaku yang

tidak sesuai dengan profil Nasabah adalah sebagaimana terlampir

dalam Lampiran A pada Pedoman Standar ini.

2. BPR dan BPRS dapat meminta informasi tentang latar belakang dan tujuan

transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai dengan profil Nasabah,

dengan memperhatikan ketentuan anti tipping-off sebagaimana dimaksud

dalam UU PPTPPU .

3. Kegiatan pemantauan profil dan transaksi Nasabah yang dilakukan secara

berkesinambungan meliputi kegiatan:

a. memastikan kelengkapan informasi dan dokumen Nasabah;

b. meneliti kesesuaian antara profil transaksi dengan profil Nasabah;

c. meneliti kemiripan atau kesamaan nama dengan nama yang

tercantum dalam database daftar teroris; dan

d. meneliti kemiripan atau kesamaan nama dengan nama tersangka

atau terdakwa yang dipublikasikan dalam media massa atau oleh

otoritas yang berwenang.

231

nurul
Rectangle
Page 241: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 33

4. Sumber informasi yang dapat digunakan untuk memantau Nasabah BPR

dan BPRS yang ditetapkan sebagai status tersangka atau terdakwa dapat

diperoleh antara lain melalui :

a. media massa, seperti koran dan majalah; dan/atau

b. sumber informasi lainnya.

5. Pemantauan terhadap profil dan transaksi Nasabah harus dilakukan secara

berkala dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko.

6. Apabila berdasarkan hasil pemantauan terdapat kemiripan atau kesamaan

nama sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf c dan huruf d diatas,

maka BPR dan BPRS harus melakukan klarifikasi kepada nasabah untuk

memastikan kemiripan tersebut.

7. Dalam hal nama dan identitas Nasabah sesuai dengan nama tersangka

atau terdakwa yang diinformasikan dalam media massa dan/atau sesuai

dengan daftar teroris sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf c dan

huruf d diatas, maka BPR dan BPRS wajib melaporkan Nasabah tersebut

dalam LTKM .

8. Pemantauan terhadap rekening Nasabah harus dipantau lebih ketat

apabila terdapat antara lain:

a. transaksi pengiriman uang (incoming transfer) yang terkait dengan

Negara yang berisiko tinggi;

b. pembayaran pinjaman/kredit/pembiayaan yang dipercepat dan/atau

nilainya lebih dari yang seharusnya dan dilakukan secara tunai

dengan nilai yang signifikan ;

c. belum dilakukan tatap muka dengan nasabah pada awal melakukan

hubungan usaha.

9. Seluruh kegiatan pemantauan didokumentasikan dengan tertib.

F. Pengkinian

1. BPR dan BPRS wajib melakukan pengkinian data terhadap informasi dan

dokumen serta menatausahakannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal

13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16 dan Pasal 17 Peraturan Bank Indonesia

Nomor 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang

dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi BPR dan BPRS.

2. BPR dan BPRS wajib melakukan pengkinian data Nasabah yang dimiliki

agar identifikasi dan pemantauan transaksi keuangan yang mencurigakan

dapat berjalan efektif.

3. Pengkinian data Nasabah dilakukan dengan menggunakan pendekatan

berdasarkan risiko yang mencakup pengkinian profil Nasabah dan

transaksinya. Dalam hal sumber daya yang dimiliki BPR dan BPRS

terbatas, kegiatan pengkinian data dilakukan dengan skala prioritas.

232

nurul
Rectangle
Page 242: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 34

4. Parameter untuk menetapkan skala prioritas sebagaimana dimaksud pada

angka 3 antara lain :

a. tingkat risiko Nasabah tinggi;

b. transaksi dengan jumlah yang signifikan dan/atau menyimpang dari

profil transaksi atau profil Nasabah;

c. saldo yang nilainya signifikan; atau

d. informasi yang ada pada CIF belum sesuai dengan PBI APU dan

PPT.

5. BPR dan BPRS harus melakukan pengkinian data antara lain pada saat:

a. pembukaan rekening tambahan;

b. perpanjangan fasilitas pinjaman;

c. penggantian buku tabungan, ATM, atau dokumen produk perbankan

lainnya; atau

d. terdapat transaksi keuangan yang signifikan dan/atau tidak sesuai

dengan profil Nasabah.

6. Selain melakukan pengkinian data sebagaimana dimaksud pada angka 5,

pengkinian data dilakukan secara berkala berdasarkan tingkat risiko

Nasabah/transaksi.

7. Pencatatan pada CIF atas informasi Nasabah yang dikinikan tanpa

didukung dengan dokumen, harus dengan persetujuan dari Pejabat

BPR/BPRS yang berwenang.

8. Seluruh kegiatan pengkinian data harus diadministrasikan.

9. Dalam melakukan pengkinian data tersebut, BPR dan BPRS wajib

melakukan pemantauan terhadap informasi dan dokumen Nasabah.

G. Daftar Teroris

1. BPR dan BPRS wajib memelihara Daftar Teroris yang diterima dari Bank

Indonesia setiap 6 (enam) bulan berdasarkan data yang dipublikasikan

oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

2. Informasi mengenai Daftar Teroris antara lain dapat diperoleh melalui:

a. website PBB :

http://www.un.org/sc/committees/1267/consolist.shtml;

b. sumber lainnya yang lazim digunakan oleh perbankan dan

merupakan data publik antara lain The Office of Foreign Assets

Control List (OFAC List) dengan alamat situs internet :

http://www.treas.gov/offices/enforcement/ofac/index.shtml; atau

c. pihak berwenang, seperti informasi dari PPATK atau Kepolisian.

233

nurul
Rectangle
Page 243: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 35

3. Kegiatan pemantauan yang wajib dilakukan BPR dan BPRS terkait dengan

Daftar Teroris adalah :

a. Memastikan secara berkala nama-nama Nasabah yang memiliki

kesamaan atau kemiripan dengan nama yang tercantum dalam

Daftar Teroris.

b. Memastikan kesesuaian identitas Nasabah tersebut dengan informasi

lain yang terkait dalam hal terdapat kemiripan nama Nasabah dengan

nama yang tercantum dalam Daftar Teroris.

c. Melaporkan Nasabah tersebut dalam LTKM dalam hal terdapat

kesamaan nama Nasabah dan kesamaan informasi lainnya dengan

nama yang tercantum dalam Daftar Teroris.

234

nurul
Rectangle
Page 244: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 36

BAB VI

PENATAUSAHAAN DOKUMEN DAN PELAPORAN

A. Penatausahaan Dokumen

1. BPR dan BPRS wajib menatausahakan data atau dokumen dengan baik

sebagai upaya untuk membantu pihak yang berwenang dalam melakukan

penyidikan terhadap dana-dana yang diindikasikan berasal dari hasil

tindak pidana pencucian uang. Dengan demikian, dokumen yang

dimiliki/disimpan BPR dan BPRS harus akurat dan lengkap, sehingga

mudah pencariannya jika diperlukan.

2. Jangka waktu penatausahaan dokumen adalah sebagai berikut:

a. dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC dengan

jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun sejak:

1) berakhirnya hubungan usaha dengan Nasabah;

2) transaksi yang dilakukan dengan WIC; atau

3) ditemukannya ketidak sesuaian transaksi dengan tujuan

ekonomis dan/atau tujuan usaha.

b. dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan transaksi keuangan

dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

yang mengatur mengenai Dokumen Perusahaan.

3. Dokumen dapat ditatausahakan dalam bentuk asli, salinan, electronic form,

microfilm, atau dokumen yang berdasarkan Undang-Undang yang berlaku

dapat digunakan sebagai alat bukti.

4. Dokumen yang ditatausahakan paling kurang mencakup:

a. identitas Nasabah atau WIC; dan

b. informasi transaksi yang antara lain meliputi jenis mata uang dan

jumlah uang yang digunakan, tanggal perintah transaksi, asal dan

tujuan transaksi, serta nomor rekening yang terkait dengan transaksi.

5. BPR dan BPRS wajib memberikan informasi dan/atau dokumen

sebagaimana dimaksud pada angka 4 diatas kepada Bank Indonesia

dan/atau otoritas lain yang berwenang sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Pelaporan

1. BPR dan BPRS wajib menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan (LTKM), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT), dan

laporan lain kepada PPATK sebagaimana diatur dalam UU PPTPPU .

235

nurul
Rectangle
Page 245: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 37

2. Berdasarkan hasil pemantauan atas profil dan transaksi Nasabah, BPR

dan BPRS wajib melaporkan dalam LTKM apabila:

a. Nasabah memiliki kemiripan atau kesamaan nama dan identitas

dengan nama tersangka atau terdakwa yang diinformasikan dalam

media massa dan/atau sesuai dengan daftar teroris;

b. Nasabah yang ditutup hubungan usahanya karena tidak bersedia

melengkapi informasi dan dokumen pendukung dan berdasarkan

penilaian BPR/BPRS transaksi yang dilakukan tidak wajar atau

mencurigakan;

c. Nasabah/WIC yang ditolak atau dibatalkan transaksinya karena tidak

bersedia melengkapi informasi yang diminta oleh BPR/BPRS dan

berdasarkan penilaian BPR/BPRS transaksi yang dilakukan tidak wajar

atau mencurigakan; atau

d. Transaksi keuangan yang memenuhi kriteria mencurigakan

sebagaimana dimaksud dalam UU PPTPPU.

3. BPR dan BPRS wajib menyampaikan laporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan kepada PPATK paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah

BPR dan BPRS mengetahui adanya unsur Transaksi Keuangan

Mencurigakan.

4. BPR dan BPRS wajib menyampaikan laporan Transaksi Keuangan Tunai

kepada PPATK paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak

tanggal transaksi dilakukan.

5. Tatacara pelaporan transaksi keuangan mencurigakan (termasuk transaksi

yang diduga terkait dengan kegiatan terorisme atau pendanaan terorisme),

transaksi keuangan tunai dan laporan lain kepada PPATK sebagaimana

diatur dalam Pedoman PPATK yang mengatur mengenai Pedoman

Identifikasi dan Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan

bagi Penyedia Jasa Keuangan.

236

nurul
Rectangle
Page 246: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 38

BAB VII

PEMINDAHAN DANA

A. Prosedur Pemindahan Dana

1. Dalam melakukan kegiatan pemindahan dana, BPR dan BPRS Pengirim

wajib memperoleh informasi dan melakukan identifikasi serta verifikasi

terhadap Nasabah pengirim atau WIC pengirim, paling kurang meliputi:

a. Nomor rekening dan identitas Nasabah pengirim atau identitas WIC

pengirim.

b. Tanggal transaksi dan nominal.

2. BPR dan BPRS Pengirim wajib mendokumentasikan seluruh kegiatan

pemindahan dana.

3. BPR dan BPRS Penerima wajib memastikan kelengkapan informasi

Nasabah pengirim dan WIC pengirim sebagaimana dimaksud pada angka

1.

4. Apabila Nasabah/WIC tidak memenuhi permintaan informasi sebagaimana

dimaksud pada angka 1, maka BPR/BPRS Pengirim dengan menggunakan

pendekatan berdasarkan risiko dapat:

a. menolak untuk melaksanakan pemindahan dana;

b. membatalkan transaksi pemindahan dana; dan/atau

c. mengakhiri hubungan usaha dengan Nasabah.

B. Permintaan Informasi

Dalam rangka memastikan kelengkapan informasi Nasabah Pengirim diberikan

penjelasan mengenai mekanisme tukar-menukar informasi sebagai berikut:

1. Apabila diperlukan, BPR/BPRS Penerima dapat meminta informasi

pengirim sebagaimana yang tercantum dalam huruf A.1 diatas kepada

Bank Pengirim.

2. Permintaan informasi harus diajukan secara tertulis dari pejabat yang

berwenang baik melalui surat maupun melalui media elektronik.

3. Tukar menukar informasi antar Bank sebagaimana dimaksud dalam angka

1 di atas bersifat sangat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk

kepentingan analisis transaksi, penyidikan, dan kebutuhan otoritas yang

berwenang.

4. Pemenuhan permintaan informasi dari BPR/BPRS Penerima dilakukan

dalam rangka tukar menukar informasi antar Bank, sehingga dikecualikan

dari ketentuan tentang rahasia Bank.

5. Permintaan dan penyampaian informasi wajib didokumentasikan.

237

nurul
Rectangle
Page 247: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 39

C. Pelaporan

Apabila terdapat pemindahan dana, yang memenuhi kriteria mencurigakan, maka

pemindahan dana tersebut wajib dilaporkan sebagai LTKM kepada PPATK.

Dalam hal ini termasuk pemindahan dana yang terkait dengan transaksi

pendanaan terorisme.

238

nurul
Rectangle
Page 248: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 40

BAB VIII

PENUTUPAN HUBUNGAN DAN PENOLAKAN TRANSAKSI

A. Penolakan calon Nasabah atau WIC

1. BPR dan BPRS wajib menolak melakukan hubungan usaha dengan calon

Nasabah dan/atau melaksanakan transaksi dengan WIC, dalam hal calon

Nasabah atau WIC:

a. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,

Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17 Peraturan Bank

Indonesia Nomor 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Program Anti

Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi BPR

dan BPRS; atau

b. diketahui menggunakan identitas dan/atau memberikan informasi

yang tidak benar.

2. BPR dan BPRS dapat menolak transaksi, membatalkan transaksi, dan/atau

menutup hubungan usaha dengan Nasabah dalam hal:

a. kriteria sebagaimana dimaksud pada angka 1 terpenuhi;

b. BPR dan BPRS ragu terhadap kebenaran informasi Nasabah; atau

c. penggunaan rekening tidak sesuai dengan profil Nasabah.

3. BPR dan BPRS wajib:

a. mendokumentasikan data calon Nasabah, WIC, atau Nasabah yang

memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan 2

diatas.

b. melaporkan calon Nasabah, WIC, atau Nasabah sebagaimana

dimaksud pada angka 1 dan 2 dalam laporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan kepada PPATK apabila transaksinya tidak wajar atau

mencurigakan.

B. Penutupan hubungan usaha dengan Nasabah

1. BPR/BPRS dapat menutup hubungan usaha dengan Nasabah apabila:

a. Nasabah tidak memenuhi ketentuan permintaan informasi dan

dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam Tabel 1, Tabel,

3, dan Tabel 4;

b. BPR/BPRS ragu terhadap kebenaran informasi Nasabah; atau

c. penggunaan rekening tidak sesuai dengan profil Nasabah.

2. melaporkan Nasabah sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan 2 dalam

LTKM.

239

nurul
Rectangle
Page 249: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 41

BAB IX

BENEFICIAL OWNER

1. BPR dan BPRS wajib memastikan apakah calon Nasabah atau WIC mewakili

Beneficial Owner (termasuk Beneficial Owner lainnya apabila terdapat lebih dari

satu Beneficial Owner) untuk membuka hubungan usaha atau melakukan

transaksi dengan BPR/BPRS.

2. Dalam hal calon Nasabah atau WIC mewakili Beneficial Owner untuk membuka

hubungan usaha atau melakukan transaksi, BPR dan BPRS wajib melakukan

prosedur CDD terhadap Beneficial Owner yang sama ketatnya dengan prosedur

CDD bagi calon Nasabah atau WIC.

3. Dalam hal Beneficial Owner digolongkan sebagai PEP, maka prosedur yang

diterapkan adalah prosedur EDD.

4. Terhadap Beneficial Owner, BPR dan BPRS wajib memperoleh bukti atas

identitas dan/atau informasi lainnya yang sama dengan calon Nasabah

sebagaimana dimaksud pada Tabel 1, Tabel 3, dan Tabel 4, ditambah dengan :

Tabel 6. Bukti dan informasi lainnya terkait Beneficial Owner (BO)

No. BO dari Nasabah

Perorangan

BO dari Nasabah

Perusahaan/ Yayasan

/Perkumpulan

BO dari Nasabah

berupa Bank lain di

dalam negeri

1. hubungan hukum antara

calon Nasabah atau WIC

dengan Beneficial Owner

yang ditunjukkan dengan

surat penugasan, surat

perjanjian, surat kuasa atau

bentuk lainnya

dokumen dan informasi

identitas pemilik atau

pengendali akhir perusahaan,

yayasan, atau perkumpulan

pernyataan tertulis dari

Bank dimaksud bahwa

identitas Beneficial

Owner telah dilakukan

verifikasi oleh Bank lain

di dalam negeri tersebut

2. pernyataan dari calon

Nasabah atau WIC

mengenai kebenaran

identitas maupun sumber

dana dari Beneficial Owner

pernyataan dari calon

Nasabah atau WIC mengenai

kebenaran identitas maupun

sumber dana dari Beneficial

Owner

5. Terhadap Nasabah perusahaan, yang termasuk sebagai pengendali apabila

memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a. memiliki saham perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung

sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari jumlah saham yang

dikeluarkan dan mempunyai hak suara; atau

b. saham perusahaan kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara namun yang

bersangkutan dapat dibuktikan telah melakukan Pengendalian perusahaan,

baik secara langsung maupun tidak langsung.

240

nurul
Rectangle
Page 250: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 42

Sedangkan yang termasuk sebagai pengendali terakhir adalah apabila

perorangan atau badan hukum yang secara langsung maupun tidak

langsung memiliki saham perusahaan dan merupakan pengendali terakhir

dari perusahaan dan/atau keseluruhan struktur kelompok usaha yang

mengendalikan perusahaan.

6. Terhadap Nasabah perorangan yang termasuk sebagai pengendali adalah

apabila memiliki kepentingan atas suatu transaksi yang dilakukan.

7. Dokumen identitas pemilik atau pengendali akhir dapat berupa surat pernyataan

atau dokumen lainnya yang memuat informasi mengenai identitas pemilik atau

pengendali akhir.

8. Apabila Beneficial Owner berupa lembaga pemerintah atau perusahaan yang

terdaftar di bursa efek (listing), maka kewajiban penyampaian dokumen dan/atau

identitas pengendali akhir dikecualikan atau tidak berlaku. Dalam hal ini termasuk

terhadap Nasabah perusahaan yang merupakan anak perusahaan (subsidiary)

dari perusahaan yang terdaftar di bursa efek (listing), dimana kepemilikan

perusahaan induk adalah mayoritas.

9. Apabila BPR/BPRS meragukan atau tidak dapat meyakini identitas Beneficial

Owner, BPR dan BPRS wajib menolak untuk melakukan hubungan usaha atau

transaksi dengan calon Nasabah atau WIC.

10. Beneficial Owner yang mendapatkan pengecualian wajib didokumentasikan.

241

nurul
Rectangle
Page 251: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 43

BAB X

POLITICALLY EXPOSED PERSON (PEP) DAN AREA BERISIKO TINGGI

A. Prosedur terhadap PEP dan Area Berisiko Tinggi

1. BPR dan BPRS wajib meneliti adanya calon Nasabah, Nasabah dan

Beneficial Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi atau PEP.

2. Dalam hal calon Nasabah diketahui tergolong PEP maka BPR dan BPRS

wajib melakukan EDD pada awal melakukan hubungan usaha dengan BPR

dan BPRS.

3. Nasabah dan Beneficial Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi atau

PEP dibuat dalam daftar tersendiri.

4. Kewajiban BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 3

diberlakukan pula terhadap Nasabah atau WIC yang menerima kiriman uang

dari dan/atau melakukan transaksi lainnya dengan pihak yang berasal dari

negara berisiko tinggi melalui rekening BPR/BPRS yang ada di Bank Umum

dan/atau Unit Usaha Syariah dalam negeri.

5. Dalam hal BPR dan BPRS akan melakukan hubungan usaha dengan calon

Nasabah yang tergolong PEP, Direksi BPR/BPRS atau Pejabat Eksekutif

bertanggung jawab atas pelaksanaan hubungan usaha dengan calon

Nasabah tersebut.

6. Apabila terdapat transaksi atau hubungan usaha dengan Nasabah yang

terkait dengan negara yang belum memadai dalam melaksanakan

rekomendasi FATF, maka BPR dan BPRS wajib mewaspadainya dan

menetapkan mitigasi risiko yang mungkin terjadi.

7. Direksi atau Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud pada angka 5

berwenang untuk:

a. memberikan persetujuan atau penolakan terhadap calon Nasabah yang

tergolong berisiko tinggi atau PEP; dan

b. membuat keputusan untuk meneruskan atau menghentikan hubungan

usaha dengan Nasabah atau Beneficial Owner yang tergolong PEP.

B. Penetapan PEP dan Kriteria Area Berisiko Tinggi

Dalam mengelompokkan Nasabah berdasarkan tingkat risikonya, BPR dan

BPRS antara lain dapat berpedoman pada ketentuan PPATK yang mengatur

mengenai Pedoman Identifikasi Produk, Nasabah, Usaha, dan Negara Berisiko

Tinggi Bagi Penyedia Jasa Keuangan (selanjutnya disebut dengan Pedoman

Identifikasi PPATK).

Area berisiko tinggi dalam pedoman ini, selain mendasarkan pada Pedoman

Identifikasi PPATK juga referensi lainnya yang dikeluarkan oleh otoritas

242

nurul
Rectangle
Page 252: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 44

berwenang atau yang telah menjadi kelaziman internasional (international best

practice).

1. Produk dan Jasa Berisiko Tinggi

Karakteristik dari high risk product dan high risk services adalah

produk/jasa yang ditawarkan kepada Nasabah yang mudah dikonversikan

menjadi kas atau setara kas, atau yang dananya mudah dipindah-

pindahkan dari satu yurisdiksi ke yurisdiksi lainnya dengan maksud

mengaburkan asal usul dana tersebut. Sebagai contoh:

a. Electronic Banking;

b. Internet Banking;

c. Pemindahan Dana;

d. Pemberian Kredit/ Pembiayaan dan Pendanaan; atau

e. Jual Beli Valuta Asing (Bank notes).

2. Nasabah Berisiko Tinggi

Salah satu Nasabah yang berisiko tinggi adalah PEP yaitu orang yang

mendapatkan kepercayaan untuk memiliki kewenangan publik diantaranya

adalah Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai Penyelenggara Negara,

dan/atau orang yang tercatat sebagai anggota partai politik yang memiliki

pengaruh terhadap kebijakan dan operasional partai politik. Peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang Penyelenggara Negara

adalah:

Tabel 7. Ketentuan mengenai PEP

Ketentuan Definisi Keterangan

UU No.28 Tahun 1999 Pejabat Negara yang

menjalankan fungsi eksekutif,

legislatif, atau yudikatif, dan

pejabat lain yang fungsi dan tugas

pokoknya berkaitan dengan

penyelenggaraan negara sesuai

dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang

berlaku.

Pejabat Negara pada

Lembaga Tertinggi

Negara;

Pejabat Negara pada

Lembaga Tinggi Negara;

Menteri;

Gubernur;

Hakim;

Pejabat negara yang lain

sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-

undangan yang berlaku,

dan

Pejabat lain yang memiliki

fungsi strategis dalam

kaitannya dengan

penyelenggaraan negara

sesuai dengan ketentuan

243

nurul
Rectangle
Page 253: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 45

Ketentuan Definisi Keterangan

peraturan perundang-

undangan yang berlaku

SE/03/M.PAN/01/2005

tanggal 20 Januari

2005

Penyelenggara Negara Pejabat eselon II dan

pejabat lain yang

disamakan di lingkungan

Instansi Pemerintah

dan/atau lembaga negara.

Semua kepala Kantor di

lingkungan Departemen

Keuangan

Pengawas Bea dan Cukai;

Auditor;

Pejabat yang

mengeluarkan perijinan;

Pejabat/Kepala Unit

Masyarakat; dan

Pejabat pembuat regulasi

3. Usaha Berisiko Tinggi

Contoh usaha yang berisiko tinggi antara lain:

a. Pedagang Efek yang melakukan fungsi sebagai Perantara Efek

(Nasabah perusahaan);

b. Perusahaan Asuransi dan Broker Asuransi (Perusahaan);

c. Money Changer (Perusahaan);

d. Dana Pensiun dan Usaha Pendanaan (Perusahaan);

e. Tempat hiburan dan executive club;

f. Jasa pengiriman uang;

g. Jasa akuntan, pengacara dan notaris (Perusahaan/ Perorangan);

h. Jasa surveyor dan agen real estat (Perusahaan);

i. Pedagang logam mulia (Perusahaan/perorangan);

j. Usaha barang-barang antik, dealer mobil, kapal serta penjual

barang/barang mewah;

k. Agen perjalanan; atau

l. Milik pegawai BPR/BPRS sendiri.

4. Transaksi Nasabah yang Terkait dengan Negara Lain yang Berisiko Tinggi.

Contoh negara yang berisiko tinggi antara lain:

244

nurul
Rectangle
Page 254: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 46

a. negara yang pelaksanaan rekomendasi FATF diidentifikasikan belum

memadai;

b. termasuk dalam daftar FATF statement;

c. diketahui secara luas sebagai tempat penghasil dan pusat

perdagangan narkoba;

d. dikenal secara luas menerapkan banking secrecy laws yang ketat;

e. dikenal sebagai tax haven antara lain berdasarkan data terkini dari

Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD).

Posisi Mei 2009 terdapat 35 negara/wilayah yang tergolong tax haven

yaitu:

1. Aruba

2. Anguilla

3. Antigua and Barbuda

4. Bermuda

5. Bahamas

6. Bahrain

7. Belize

8. British Virgin Islands

9. Cook Islands

10. Cyprus

11. Dominica

12. Gibraltar

13. Grenada

14. Guernsey

15. Isle of Man

16. Jersey

17. Liberia

18. Malta

19. Marshall Islands

20. Mauritius

21. Montserrat

22. Niue

23. Nauru

24. Netherlands Antilles

25. Samoa

26. Panama

27. San Marino

28. Seychelles

29. St. Lucia

30. St. Kitts & Nevis

31. St. Vincent and the

Grenadines

32. Turks & Caicos Islands

33. US Virgin Islands

34. Vanuatu

35. Cayman Islands

f. dikenal memiliki tingkat korupsi yang tinggi. Informasi tersebut dapat

diperoleh antara lain dari publikasi Transparency International;

g. dianggap merupakan sumber kegiatan terorisme, seperti yang

diidentifikasikan oleh Office of Foreign Asset Control (OFAC); atau

h. terkena sanksi PBB.

Sehubungan dengan area berisiko tinggi di atas, BPR dan BPRS wajib

meneliti adanya Nasabah dan/atau Beneficial Owner yang memenuhi

kriteria berisiko tinggi tersebut dan mendokumentasikannya dalam daftar

tersendiri.

C. Enhanced Due Dilligence (EDD)

1. EDD atau kegiatan CDD yang lebih mendalam harus dilakukan terhadap

Nasabah berisiko tinggi dan yang tergolong PEP.

2. Sifat, kualitas, dan kuantitas informasi Nasabah yang perlu diperoleh harus

memberikan gambaran mengenai tingkat risiko yang timbul dari hubungan

usaha yang terjadi.

245

nurul
Rectangle
Page 255: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 47

3. Informasi yang diperoleh harus dapat diverifikasi dan memberikan

keyakinan terhadap profil Nasabah sesungguhnya.

4. Bagi calon Nasabah :

a. meminta informasi tambahan yang diperlukan untuk memastikan

kebenaran profil calon Nasabah; dan/atau

b. meminta dokumen pendukung tambahan untuk meyakini kebenaran

informasi mengenai identitas dan sumber dana.

5. Bagi Nasabah atau Beneficial Owner :

a. melakukan kegiatan seperti yang dilakukan terhadap calon Nasabah

sebagaimana dimaksud pada angka 4;

b. melakukan analisa secara berkala paling kurang terhadap informasi

mengenai sumber dana, tujuan transaksi, dan hubungan usaha

dengan pihak-pihak yang terkait, yaitu:

1) perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh PEP;

2) keluarga PEP sampai dengan derajat kedua; dan/atau

3) pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik mempunyai

hubungan dekat dengan PEP; dan

c. memantau lebih ketat pola transaksi nasabah untuk kepentingan

pengkinian profil Nasabah atau Beneficial Owner.

246

nurul
Rectangle
Page 256: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 48

BAB XI

CDD YANG LEBIH SEDERHANA

1. BPR dan BPRS dapat menerapkan prosedur CDD yang lebih sederhana

terhadap calon Nasabah atau transaksi yang tingkat risiko terjadinya pencucian

uang atau pendanaan terorisme tergolong rendah dan memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran gaji karyawan. Dalam hal

ini rekening tersebut adalah rekening milik perusahaan yang digunakan

untuk pembayaran gaji karyawan perusahaan tersebut atau rekening

Nasabah perorangan yang tujuan pembukaan rekening adalah untuk

menampung gaji yang diberikan oleh perusahaannya secara periodik;

b. rekening berupa tabungan wajib terkait dengan pemberian

kredit/pembiayaan dari BPR/BPRS yang sama;

c. calon Nasabah berupa perusahaan publik (perusahaan yang terdaftar pada

bursa efek) yang tunduk pada peraturan tentang kewajiban untuk

mengungkapkan kinerjanya sehinga informasi tentang identitas

perusahaan dan Beneficial Owner dari Nasabah perusahaan tersebut

dapat diakses oleh masyarakat;

d. nilai transaksi awal pembukaan rekening dibawah Rp1.000.000,00 (satu

juta rupiah).

2. Informasi dan dokumen yang dibutuhkan oleh calon Nasabah yang mendapat

perlakukan CDD yang lebih sederhana adalah:

Tabel 8. CDD yang lebih sederhana

No. Perorangan

Perusahaan (selain Bank) WIC

Perusahaan Usaha Mikro dan

Usaha Kecil

Bukan Usaha Mikro dan

Usaha Kecil

1. Nama lengkap

termasuk alias

apabila ada

Nama perusahaan Nama perusahaan Nama

perusahaan

2. Nomor dokumen

identitas

Alamat kedudukan Alamat kedudukan Alamat

kedudukan

3. Alamat tempat

tinggal yang

tercantum pada

kartu identitas

Spesimen tanda

tangan anggota

Direksi yang

berwenang mewakili

perusahaan atau

pihak yang diberi

kuasa untuk

melakukan

Dokumen identitas

anggota Direksi yang

berwenang mewakili

perusahaan atau pihak

yang diberi kuasa untuk

melakukan hubungan

usaha dengan BPR/BPRS

247

nurul
Rectangle
Page 257: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 49

No. Perorangan

Perusahaan (selain Bank) WIC

Perusahaan Usaha Mikro dan

Usaha Kecil

Bukan Usaha Mikro dan

Usaha Kecil

hubungan usaha

dengan BPR/BPRS

4. Alamat tempat

tinggal terkini

termasuk no.

telepon apabila

ada

5. Tempat dan

tanggal lahir

6. Dokumen

identitas

7. Spesimen tanda

tangan

3. Terhadap Nasabah yang mendapat perlakukan CDD yang lebih sederhana, BPR

dan BPRS wajib mendokumentasikannya dalam suatu daftar yang antara lain

memuat informasi mengenai alasan penetapan risiko sehingga digolongkan

sebagai risiko rendah.

4. Apabila Nasabah yang mendapat perlakuan CDD yang lebih sederhana

melakukan transaksi yang diindikasikan adanya pencucian uang atau pendanaan

terorisme, maka prosedur CDD yang lebih sederhana yang telah diterapkan

menjadi tidak berlaku namun sebaliknya terhadap Nasabah tersebut wajib

dilakukan CDD dan dikeluarkan dari daftar CDD sederhana.

248

nurul
Rectangle
Page 258: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 50

BAB XII

CDD OLEH PIHAK KETIGA

1. BPR dan BPRS dapat menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak

ketiga terhadap calon Nasabahnya yang telah menjadi Nasabah pada pihak

ketiga tersebut. Dalam hal ini BPR dan BPRS tetap wajib melakukan identifikasi

dan verifikasi atas hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak ketiga.

2. Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada angka 1 adalah lembaga keuangan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Pihak ketiga berupa perusahaan non keuangan yang melakukan CDD atas dasar

perjanjian kontrak (outsourcing atau agen), tidak termasuk sebagai pihak ketiga

yang dimaksudkan dalam ketentuan ini. Mengingat outsourcing atau agen

merupakan perpanjangan tangan BPR/BPRS dimana proses CDD masih tetap

mengacu kepada BPR/BPRS tersebut, bukan pada pihak ketiga.

4. Hasil CDD yang dapat digunakan oleh BPR dan BPRS adalah hasil CDD dari

pihak ketiga yang memenuhi kriteria paling kurang sebagai berikut:

a. memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

b. memiliki kerja sama dengan BPR/BPRS dalam bentuk kesepakatan tertulis;

c. tunduk pada pengawasan dari otoritas berwenang (antara lain Bank

Indonesia atau Bapepam-LK) sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

d. bersedia memenuhi permintaan informasi yang paling kurang berupa

informasi mengenai:

1) nama lengkap sesuai dengan yang tercantum pada kartu identitas;

2) alamat, tempat dan tanggal lahir;

3) nomor kartu identitas; dan

4) kewarganegaraan dari calon Nasabah,

serta salinan dokumen pendukung apabila dibutuhkan oleh BPR/BPRS

dalam rangka pelaksanaan Program APU dan PPT. Kesediaan dimaksud

dituangkan dalam kesepakatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam huruf

b.

5. BPR dan BPRS wajib memastikan kecukupan identifikasi dan verifikasi atas hasil

CDD yang telah dilakukan oleh pihak ketiga. Tanggung jawab akhir atas hasil

identifikasi dan verifikasi calon Nasabah sepenuhnya menjadi tanggung jawab

BPR/BPRS.

6. BPR dan BPRS bertanggung jawab untuk melaksanakan penatausahaan

dokumen hasil CDD yang dilakukan pihak ketiga serta data hasil identifikasi dan

verifikasi yang dilakukan oleh BPR dan BPRS.

249

nurul
Rectangle
nurul
Rectangle
Page 259: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 51

BAB XIII

PENGENDALIAN INTERN

1. BPR dan BPRS wajib memiliki sistem pengendalian intern yang efektif dan

melakukan pemisahan fungsi yang jelas antara unit kerja operasional dengan

unit kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian.

2. Dalam pelaksanaan Program APU dan PPT, BPR dan BPRS harus melakukan

pemisahan tugas dan tanggung jawab antara:

a. pelaksana kebijakan dengan pengawas pelaksanaan kebijakan; dan

b. pelaksana transaksi dengan pemutus transaksi.

3. Termasuk dalam sistem pengendalian intern yang efektif adalah yang bersifat

fungsional maupun melekat yang dapat memastikan bahwa pelaksanaan

Program APU dan PPT oleh satuan kerja terkait atau Satuan Kerja Audit Intern

(SKAI) telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

4. Dalam hal BPR dan BPRS tidak memiliki Satuan Kerja Audit Internal (SKAI),

BPR dan BPRS menunjuk pejabat (pegawai/direksi/komisaris) yang

melaksanakan fungsi pengendalian intern dalam rangka memastikan efektivitas

pelaksanaan program APU dan PPT.

5. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) atau pegawai yang ditunjuk untuk

melaksanakan fungsi pengendalian intern harus memiliki kewenangan dan

sarana yang memadai paling kurang mencakup:

a. program dan prosedur audit yang mencakup uji kepatuhan dengan fokus

pada CDD, operasional, produk dan jasa yang berisiko tinggi. Dalam

memastikan efektivitas pelaksanaan program APU dan PPT, BPR dan BPRS

mengoptimalkan satuan kerja Audit Intern yang telah ada antara lain untuk

melakukan uji kepatuhan (termasuk penggunaan sample testing) terhadap

kebijakan dan prosedur yang terkait dengan program APU dan PPT;

b. penilaian kecukupan proses yang berlaku di BPR/BPRS dalam

mengidentifikasi dan melaporkan transaksi yang mencurigakan;

c. pelaporan temuan pemeriksaan kepada Direksi dan/atau manajemen

dengan tepat waktu; dan

d. rekomendasi upaya-upaya perbaikan terhadap temuan yang ada.

6. Sistem pengendalian intern harus mampu secara tepat waktu mendeteksi

kelemahan dan penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan Program APU

dan PPT dengan tujuan untuk meminimalkan potensi risiko yang dihadapi

BPR/BPRS.

250

nurul
Rectangle
Page 260: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 52

BAB XIV

SISTEM PENCATATAN

1. Untuk keperluan pemantauan profil dan transaksi Nasabah, BPR dan BPRS

wajib memiliki sistem pencatatan yang dapat mengidentifikasi, menganalisa,

memantau dan menyediakan laporan secara efektif mengenai karakteristik

transaksi yang dilakukan oleh Nasabah.

2. Sistem pencatatan yang dimiliki harus dapat memungkinkan BPR dan BPRS

untuk menelusuri setiap transaksi individual, baik untuk keperluan intern dan atau

Bank Indonesia, maupun dalam kaitannya dengan kasus peradilan.

3. Tingkat kecanggihan sistem pencatatan untuk mengidentifikasi transaksi

keuangan yang mencurigakan disesuaikan dengan kompleksitas, volume

transaksi, dan risiko yang dimiliki BPR/BPRS.

4. BPR dan BPRS yang tergolong besar didorong untuk memiliki pencatatan profil

Nasabah secara terpadu (Single Customer Identification File/CIF) yang ditujukan

untuk memudahkan pemantauan dalam rangka menganalisis transaksi keuangan

yang mencurigakan dan paling kurang meliputi informasi sebagaimana dimaksud

dalam Tabel 1 pada Bab V.

5. Profil nasabah paling kurang meliputi:

a. Pekerjaan/bidang usaha

b. Jumlah penghasilan

c. Rekening lain yang dimiliki (apabila ada)

d. Aktivitas transaksi normal

e. Tujuan pembukaan rekening.

6. Pencatatan yang terdapat dalam single CIF mencakup seluruh rekening yang

dimiliki oleh Nasabah pada suatu BPR/BPRS yaitu tabungan, deposito, dan

kredit.

7. Untuk rekening joint account terdapat dua pendekatan, yaitu:

a. Apabila pemilik dari joint account (Rek A dan B) juga memiliki rekening

lainnya atas nama masing-masing (Rek. A dan Rek. B), maka CIF yang

dibuat adalah 2 (dua) CIF yaitu CIF atas nama A dan CIF atas nama B.

Dalam setiap CIF harus menginformasikan bahwa baik A maupun B

memiliki rekening joint account.

b. Apabila pemilik dari joint account (Rek A dan B) tidak memiliki rekening

lainnya, maka CIF yang dibuat mencakup pencatatan A dan B.

Untuk keperluan pemeliharaan single CIF, BPR dan BPRS harus menetapkan

kebijakan bahwa untuk setiap penambahan rekening oleh Nasabah yang sudah

ada, BPR dan BPRS wajib mengkaitkan rekening tambahan tersebut dengan

nomor informasi Nasabah dari Nasabah yang bersangkutan.

251

nurul
Rectangle
Page 261: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 53

BAB XV

SUMBER DAYA MANUSIA DAN PELATIHAN KARYAWAN

A. Sumber Daya Manusia

1. BPR dan BPRS wajib melakukan prosedur penyaringan (screening) dalam

rangka penerimaan pegawai baru, untuk mencegah digunakannya BPR

dan BPRS sebagai media atau tujuan pencucian uang atau pendanaan

terorisme yang melibatkan pihak intern BPR/BPRS.

2. Pemanfaatan jasa perbankan sebagai media pencucian uang dan

pendanaan terorisme dimungkinkan juga melibatkan pegawai BPR itu

sendiri. Dengan demikian untuk mencegah ataupun mendeteksi terjadinya

dugaan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan melalui lembaga

perbankan perlu diterapkan Know Your Employee (KYE) yang diantaranya

adalah melalui prosedur screening.

3. Metode screening disesuaikan dengan kebutuhan, kompleksitas kegiatan

BPR/BPRS, dan profil risiko BPR/BPRS.

4. Metode screening paling kurang memastikan profil calon pegawai tidak

memiliki catatan kejahatan.

5. Melakukan pemantauan terhadap profil karyawan.

B. Pelatihan

1. Peserta Pelatihan

a. Seluruh karyawan harus mendapatkan pengetahuan mengenai

kebijakan, prosedur, dan pelaksanaan Program APU dan PPT.

b. Karyawan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) berhadapan langsung dengan Nasabah (pelayanan Nasabah);

2) pelaksanaan tugas sehari-hari terkait dengan pengawasan

pelaksanaan Program APU dan PPT; atau

3) pelaksanaan tugas sehari-hari terkait dengan pelaporan kepada

PPATK dan Bank Indonesia,

mendapatkan prioritas untuk memperoleh pelatihan.

c. Karyawan yang mendapatkan prioritas harus mendapatkan pelatihan

secara berkala, sedangkan karyawan lainnya yang tidak memenuhi

kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf b, harus mendapatkan

pelatihan paling kurang 1 (satu) kali dalam masa kerjanya.

d. Karyawan yang berhadapan langsung dengan Nasabah (front liner)

harus mendapatkan pelatihan sebelum penempatan.

252

nurul
Rectangle
Page 262: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 54

2. Metode Pelatihan

Pelatihan dapat dilakukan dengan cara:

a. menyelenggarakan in house training;

b. mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh

pihak lain;

c. menyelenggarakan forum tukar-menukar informasi (knowledge

sharing);

d. melakukan pembelajaran dengan menggunakan sarana elektronik (e-

learning) maupun melalui pertemuan.

e. Tatap muka secara interaktif (misal workshop) dengan topik pelatihan

disesuaikan dengan kebutuhan peserta. Pendekatan ini digunakan

untuk karyawan yang mendapatkan prioritas dan dilakukan secara

berkala, misal setiap tahun; dan/atau

f. Tatap muka satu arah (misal seminar) dengan topik pelatihan adalah

berupa gambaran umum dari pelaksanaan Program APU dan PPT.

Pendekatan ini diberikan kepada karyawan yang tidak mendapatkan

prioritas dan dilakukan apabila terdapat perubahan ketentuan yang

signifikan.

3. Topik dan Evaluasi Pelatihan

a. Topik pelatihan paling kurang mengenai:

1) implementasi peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan program APU dan PPT;

2) Teknik, metode, dan tipologi pencucian uang atau pendanaan

terorisme termasuk trend dan perkembangan profil risiko

produk perbankan; dan

3) Kebijakan dan prosedur pelaksanaan Program APU dan PPT

serta peran dan tanggungjawab pegawai dalam memberantas

pencucian uang atau pendanaan terorisme, termasuk

konsekuensi apabila karyawan melakukan tipping off.

b. BPR dan BPRS harus melakukan evaluasi terhadap setiap pelatihan

yang telah diselenggarakan untuk mengetahui tingkat pemahaman

peserta pelatihan dan kesesuaian materi yang diberikan.

c. Evaluasi dapat dilakukan secara langsung melalui wawancara atau

tidak secara langsung melalui penyediaan soal.

d. BPR dan BPRS harus melakukan upaya tindak lanjut dari hasil

evaluasi pelatihan melalui penyempurnaan materi dan metode

pelatihan.

253

nurul
Rectangle
Page 263: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 55

Lampiran A

CONTOH-CONTOH

TRANSAKSI, AKTIVITAS, DAN PERILAKU YANG TIDAK WAJAR

DAN/ATAU TIDAK SESUAI DENGAN PROFIL NASABAH

1. Transaksi yang Tidak Bernilai Ekonomis

a. Dana yang baru saja disetorkan kemudian diambil kembali secara tiba-tiba,

kecuali apabila terdapat alasan yang jelas atas penarikan secara tiba-tiba

tersebut.

b. Penarikan atau penyetoran dalam jumlah besar dari rekening Nasabah

yang semula tidak aktif atau dari rekening Nasabah yang menerima

setoran dalam jumlah besar dari luar negeri (melalui jalur kerjasama BPR

dengan Bank Umum dan lembaga pengirim uang, e.g Western Union)

tanpa didukung dengan alasan yang memadai dan tidak terdapat

keterkaitan antara Nasabah dengan kegiatan usaha Nasabah

c. Pinjaman back to back tanpa ada tujuan yang dapat diidentifikasi dan dapat

diterima secara hukum

d. Terdapat transaksi penyetoran uang tunai oleh seseorang untuk rekening

Nasabah BPR dan pada saat yang berdekatan langsung dilakukan

penarikan oleh nasabah.

2. Transaksi dengan Menggunakan Uang Tunai dalam Jumlah Besar

a. Penyetoran uang tunai dengan cara menggunakan banyak slip penyetoran

dalam jumlah kecil, yang bila digabungkan maka jumlahnya menjadi sangat

besar.

b. Penyetoran dalam bentuk tunai untuk penyelesaian tagihan kepada

BPR/BPRS termasuk tagihan kredit

c. Nasabah yang depositnya terbukti terdiri dari mata uang palsu dan

instrumen tiruan.

d. Penyetoran secara tunai dalam jumlah besar ke rekening Nasabah yang

tidak sesuai dengan profil Nasabah

e. Penyetoran uang tunai dalam jumlah besar dengan menggunakan ATM

dimalam hari untuk menghindari hubungan langsung dengan Bank.

f. Beberapa Nasabah datang ke Bank secara bersamaan dan menggunakan

teller yang berbeda untuk melakukan penarikan atau penyetoran dalam

jumlah besar atau melakukan transaksi penukaran uang asing di

BPR/BPRS yang mempunyai izin sebagai pedagang valuta asing.

g. Terdapat penarikan secara tunai dalam jumlah yang besar dan dalam

waktu yang sama langsung disetorkan ke rekening yang lain.

254

nurul
Rectangle
Page 264: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 56

h. Penukaran uang tunai berdenominasi kecil dalam jumlah besar dengan

uang tunai berdenominasi besar

i. Pembelian atau pembayaran atas mata uang asing dalam jumlah besar

dengan menggunakan uang tunai walaupun Nasabah memiliki rekening di

BPR/BPRS

j. Penyetoran sejumlah besar uang tunai yang sering dilakukan yang tidak

sesuai dengan aktivitas bisnis atau profil Nasabah

k. Terdapat penarikan secara tunai dalam jumlah yang besar dan dalam

waktu yang sama langsung disetorkan ke rekening yang lain

3. Transaksi dengan menggunakan Rekening Bank

a. Pemeliharaan beberapa rekening atas nama pihak lain (Nasabah sebagai

Beneficial Owner) yang tidak sesuai dengan jenis kegiatan usaha Nasabah;

b. Terdapat pemecahan transaksi melalui penyetoran secara tunai dalam

jumlah kecil ke dalam beberapa rekening sehingga jumlah total penyetoran

tersebut menjadi sangat besar;

c. Penyetoran dalam jumlah besar dari rekening perorangan atau perusahaan

yang tidak sesuai atau tidak terkait dengan usaha Nasabah;

d. Pemberian informasi yang sulit dibuktikan atau memerlukan biaya yang

sangat besar bagi BPR/BPRS untuk melakukan pembuktian;

e. Pembayaran dari rekening Nasabah yang dilakukan setelah adanya

penyetoran tunai kepada rekening dimaksud pada hari yang sama atau

pada hari yang berdekatan;

f. Pihak yang mewakili perusahaan selalu menghindar untuk berhubungan

dengan petugas Bank;

g. Penolakan oleh Nasabah untuk menyediakan tambahan dokumen atau

informasi penting, yang apabila diberikan memungkinkan Nasabah menjadi

layak untuk memperoleh fasilitas pemberian kredit atau jasa perbankan

lainnya;

h. Penolakan Nasabah terhadap fasilitas perbankan yang lazim diberikan,

seperti penolakan untuk diberikan tingkat bunga yang lebih tinggi terhadap

jumlah saldo tertentu;

i. Pembukaan rekening atas nama pedagang valuta asing yang menerima

structured deposits.

j. Pemindahanbukuan dana dari rekening perusahaan kepada rekening

pegawai atau sebaliknya.

k. Peningkatan yang besar atas penyetoran tunai oleh suatu perusahaan

dengan menggunakan rekening Nasabah perusahaan

255

nurul
Rectangle
Page 265: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 57

4. Transaksi yang Berhubungan dengan Pihak-pihak yang Tidak dapat Diidentifikasi

a. Pihak ketiga yang tidak dikenali Bank dan tidak memiliki hubungan dengan

Nasabah menjanjikan atau memberikan jaminan tanpa adanya penjelasan

yang memadai.

b. Permintaan pembayaran dengan informasi yang tidak akurat tentang pihak

yang meminta informasi tersebut.

c. Kepemilikan saham di sebuah perusahaan yang unlisted yang aktivitasnya

tidak dapat dipastikan sebagai Bank.

5. Transaksi yang Terkait dengan Perilaku Nasabah atau Pelaku Transaksi

a. Menggunakan banyak nama untuk melakukan transaksi yang serupa.

b. Transfer dana ke organisasi amal yang terletak di luar negeri.

c. Banyak transaksi yang serupa yang dilakukan pada hari yang sama di

lokasi yang berbeda.

d. Pihak ketiga hadir dalam keseluruhan transaksi namun tidak berpartisipasi

dalam transaksi aktual.

e. Nasabah bersikeras agar transaksi dilakukan dengan cepat.

f. Transaksi dilakukan melalui telepon atau faksimili atau internet (non face to

face).

g. Transfer dana dalam jumlah yang banyak ke atau dari luar negeri dengan

instruksi untuk pembayaran dalam bentuk tunai

h. Nasabah berbentuk grup tiba di Bank tetapi bertindak seolah-olah tidak

saling mengenal satu sama lain, kemudian mereka melakukan transaksi

yang bersamaan secara terpisah.

i. Uang dalam jumlah besar namun sumber dana tidak jelas atau tidak

konsisten dengan situasi keuangan Nasabah.

j. Nasabah memiliki pengetahuan tentang kewajiban pelaporan atau

pengendalian internal Bank, Pengawasan dan proses operasional secara

tidak wajar.

k. Nasabah memberikan informasi yang tidak konsisten kepada pegawai yang

berbeda pada Bank yang sama.

l. Informasi detail mengenai Nasabah tidak jelas atau sulit untuk diverifikasi.

m. Nasabah memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu yang terkait

dengan prosedur pengecualian.

n. Nasabah tertutup dan menghindari pertemuan secara personal.

o. Nasabah menjelaskan transaksi secara berlebihan.

p. Pertanyaan yang diajukan kepada pegawai Bank tidak sesuai atau tidak

wajar.

256

nurul
Rectangle
Page 266: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 58

q. Nasabah terburu-buru, panik atau gugup.

r. Informasi yang diberikan oleh Nasabah berlawanan dengan informasi yang

didapat dari sumber lain.

s. Nasabah menggunakan banyak alamat yang mirip/sama.

t. Informasi mengenai nama, alamat atau tanggal lahir tidak konsisten.

u. Nasabah menolak memberikan penjelasan atau berusaha menutup-nutupi

dengan mengalihkan pembicaraan kepada masalah lain yang tidak terkait

dengan transaksi yang ditanyakan (transaksi besar yang dilakukan

Nasabah dalam periode tertentu).

v. Nasabah menolak menjawab pertanyaan dengan mengatakan bahwa

Nasabah adalah orang terpandang/penting atau dekat dengan pejabat di

daerah tertentu pada saat petugas Bank mengklarifikasi data Nasabah.

w. Pola transaksi Nasabah di luar kebiasaan, misalnya Nasabah terbiasa

bertransaksi melalui kurir kemudian berubah menjadi perintah tertulis.

x. Pola transaksi Nasabah yang biasanya tidak pernah dilakukan tunai atau

jarang, berubah menjadi tunai dalam jumlah yang sangat signifikan.

y. Nasabah diberitakan terlibat tindakan kriminal (korupsi, illegal logging, dll),

maka terindikasi simpanannya berasal dari tindakan dimaksud.

z. Nasabah memberikan penjelasan yang tidak masuk akal atas penyetoran

uang tunai yang dilakukan dengan jumlah sangat besar. Misalnya Nasabah

mengatakan bahwa uang tunai dimaksud berasal dari hasil penjualan tanah

untuk pengembangan jalan tol. Selazimnya transaksi tersebut melalui

transfer yang dilakukan oleh instansi yang jelas, dan tidak melalui setoran

tunai.

6. Aktivitas yang Dapat Dikategorikan Ilegal

a. Nasabah diberitakan oleh media massa sebagai seseorang yang diduga

terlibat aktivitas illegal atau tindak pidana.

b. Instruksi transfer dana masuk dari Negara tax haven atau Negara yang

terkenal dengan pendanaan terorisme

7. Transaksi mencurigakan yang melibatkan karyawan Bank dan atau agen

a. Peningkatan kekayaan karyawan dan agen Bank dalam jumlah besar tanpa

disertai penjelasan yang memadai;

b. Hubungan transaksi melalui agen yang tidak dilengkapi dengan informasi

yang memadai mengenai penerima akhir (ultimate beneficiary).

8. Transaksi mencurigakan melalui transaksi pinjam meminjam

a. Pelunasan pinjaman bermasalah secara tidak terduga;

257

nurul
Rectangle
Page 267: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 59

b. Permintaan fasilitas pinjaman dengan agunan yang asal usulnya dari aset

yang diagunkan tidak jelas atau tidak sesuai dengan reputasi dan

kemampuan finansial Nasabah;

c. Permintaan Nasabah kepada Bank untuk memberikan fasilitas pendanaan

dimana porsi dana sendiri Nasabah dalam fasilitas dimaksud tidak jelas

asal usulnya, khususnya apabila terkait dengan properti.

d. Percepatan pelunasan kredit jauh sebelum jatuh tempo jangka waktu kredit

dengan pembayaran secara tunai/kas tanpa informasi yang jelas mengenai

asal usul dana.

9. Transaksi yang terkait dengan hasil Kejahatan dibidang Kehutanan

a. Penyetoran dengan sumber dana berasal dari hasil penjualan kayu yang

diperoleh secara ilegal melalui upaya penipuan dan penyuapan.

b. Pemindahan dana baik melalui transfer atau pemindahbukuan dengan

sumber dana berasal dari hasil penjualan kayu yang diperoleh secara ilegal

melalui upaya penipuan dan penyuapan.

c. Pembangunan kebun kelapa sawit dengan sumber dana berasal dari hasil

penjualan kayu yang diperoleh secara ilegal melalui upaya penipuan dan

penyuapan.

d. Penjualan hasil kebun kelapa sawit dari lahan yang diperoleh melalui

penipuan dan penyuapan.

10. Tipe-tipe Transaksi Lainnya

a. Perluasan atau peningkatan penggunaaan fasilitas penyetoran/tabungan

yang tidak diikuti dengan aktivitas bisnis atau personal Nasabah yang

meningkat.

b. Aktivitas rekening tidak setara dengan profile Nasabah (misal: umur,

pekerjaan, pendapatan)

c. Nasabah sering mengubah alamat dan tanda tangan.

d. Sejumlah besar dana diterima, dan tiba-tiba digunakan sebagai jaminan

untuk memperoleh fasilitas perBankan.

e. Seseorang yang baru berusia sekita 17-26 tahun membuka rekening dan

melakukan penarikan atau transfer dana dalam waktu yang singkat, yang

dapat diindikasikan sebagai pendanaan teroris.

f. Nasabah menerima dana dari organisasi keagamaan atau amal dan

memanfaatkan dananya untuk pembelian aset atau mentransfer dana

dimaksud keluar dalam waktu yang relatif pendek.

g. Nasabah atau WIC yang bersikeras tidak mau memberikan informasi dan

dokumen yang dipersyaratkan atau hanya mau memberikan informasi yang

258

nurul
Rectangle
Page 268: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 60

minim, dan atau memberikan informasi yang tidak sesuai dengan dokumen

pendukung.

259

nurul
Rectangle
Page 269: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 61

Lampiran B

GLOSSARY

Beneficial Owner : setiap orang yang memiliki dana, yang mengendalikan transaksi

nasabah atau WIC, yang memberikan kuasa atas terjadinya suatu transaksi

dan/atau yang melakukan pengendalian melalui badan hukum atau perjanjian.

Buy and sell conversion : pencucian uang melalui jual beli barang dan jasa antara lain

dengan membayar kelebihan harga dengan menggunakan uang ilegal dan

kemudian dicuci melalui transaksi bisnis. Dengan cara ini setiap aset, barang

atau jasa dapat diubah seolah-olah menjadi hasil yang legal melalui rekening

pribadi atau perusahaan yang ada di suatu bank.

Cuckoo Smurfing : upaya mengaburkan asal usul sumber dana dengan mengirimkan

dana-dana dari hasil kejahatannya melalui rekening pihak ketiga yang

menunggu kiriman dana dari luar negeri dan tidak menyadari bahwa dana

yang diterimanya tersebut merupakan “proceed of crime”.

Customer Due Diligence : kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan

yang dilakukan BPR dan BPRS untuk memastikan bahwa transaksi dilakukan

sesuai dengan profil pengguna jasa bank.

Electronic Banking : meliputi antara lain jasa ATM, jasa transaksi on line, phone

Banking dan cash management.

Enhanced Due Dilligence (EDD) : CDD dan kegiatan lain yang dilakukan oleh BPR

dan BPRS untuk mendalami profil calon Nasabah, Nasabah atau Beneficial

Owner yang tergolong berisiko tinggi termasuk PEP terhadap kemungkinan

pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Financial Action Task Force (FATF) : didirikan tahun1989 oleh negara-negara

kelompok G-7, dengan tugas untuk menilai hasil kerjasama antar negara yang

telah ada untuk mencegah dipergunakannya sistem perbankan sebagai media

pencucian uang antara lain dengan mengeluarkan standar mengenai anti-

pencucian uang yang komprehensif.

Front Liner/Officer : petugas Bank yang langsung berhubungan dengan Nasabah

yang membutuhkan pelayanan perbankan, antara lain teller dan customer

service.

High Risk Countries : negara-negara yang diklasifikasikan mempunyai risiko tinggi

terhadap terjadinya pencucian uang atau pendanaan terorisme, antara lain

karena tidak/belum menerapkan rekomendasi FATF.

260

nurul
Rectangle
Page 270: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 62

High Risk Customer : Nasabah yang diklasifikasikan mempunyai risiko tinggi sebagai

pelaku/ikut serta dalam kegiatan pencucian uang baik karena pekerjaan,

jabatan, jasa perBankan yang digunakan maupun kegiatan usahanya.

High Risk Product : produk perbankan yang banyak diminati oleh pelaku pencucian

uang.

High Risk Service : jasa perbankan yang banyak diminati oleh pelaku pencucian

uang.

Internet Banking : layanan yang diberikan kepada Nasabahnya untuk melakukan

transaksi perbankan melalui komputer dalam jaringan internet.

Integration : upaya menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik untuk

dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk kekayaan

material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis

yang sah, ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana.

Joint Account : rekening yang dimiliki secara bersama-sama oleh dua orang atau

lebih Nasabah yang memiliki hak dan kewajiban yang sama atas rekening

tersebut.

Kredit : penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank

dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutang

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga atau imbalan/bagi

hasil.

Legal Risk : risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek hukum (yuridis).

Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum,

ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan

perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan

agunan yang tidak sempurna.

Legitimate Business Conversions : menggunakan bisnis atau kegiatan usaha yang

sah sebagai sarana untuk memindahkan dan memanfaatkan hasil kejahatan

dengan cara mengkonversikan melalui transfer, cek, atau instrumen

pembayaran lainnya yang kemudian di simpan di rekening bank atau ditarik

atau ditransfer kembali ke rekening bank lainnya. Metode ini memungkinkan

pelaku kejahtan menjalankan usaha atau bekerjasama dengan mitra bisnisnya

dan menggunakan rekening perusahaan yang bersangkutan sebagai tempat

penampungan untuk hasil kejahatan yang dilakukan.

Mingling : mencampurkan dana hasil tindak pidana dengan dana dari hasil kegiatan

261

nurul
Rectangle
Page 271: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 63

usaha yang legal dengan tujuan untuk mengaburkan sumber asal dananya.

Money Laundering (Pencucian Uang) : perbuatan menempatkan, mentransfer,

membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan,

menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya

atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil

tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan

asal-usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang

sah.

Off-shore conversions : pengalihan dana ilegal ke wilayah yang merupakan tax haven

money laundering centers dan kemudian disimpan di bank atau lembaga

keuangan yang ada di wilayah tersebut untuk digunakan membeli aset dan

investasi (fund investment). Di wilayah atau negara yang merupakan tax

haven terdapat kecenderungan hukum perpajakan yang lebih longgar,

ketentuan rahasia bank yang cukup ketat dan prosedur bisnis yang sangat

mudah sehingga memungkinkan adanya perlindungan bagi kerahasiaan suatu

transaksi bisnis, pembentukan dan kegiatan usaha trust fund maupun badan

usaha lainnya.

Penempatan (Placement) : upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu

kegiatan tindak pidana dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana ke dalam

sistem keuangan.

Politically Exposed Person : orang yang mendapatkan kepercayaan untuk memiliki

kewenangan publik diantaranya adalah Penyelenggara Negara

sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang

mengatur mengenai Penyelenggara Negara, dan/atau orang yang tercatat

sebagai anggota partai politik yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dan

operasional partai politik.

Reputational Risk : risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negatif yang

terkait dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi negatif terhadap Bank.

Safe Deposit Box : jasa yang ditawarkan oleh Bank dengan menyediakan tempat

penyimpanan barang atau dokumen berharga.

Shell Banks : Bank yang tidak memiliki kehadiran secara fisik (physical presence) di

Negara tempat Bank tersebut didirikan dan memperoleh izin, dan tidak

berafiliasi dengan kelompok usaha jasa keuangan yang menjadi subyek

pengawasan terkonsolodasi yang efektif.

Single Customer Identification File : data profil Nasabah yang mencakup seluruh

262

nurul
Rectangle
Page 272: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 64

rekening yang dimiliki oleh satu Nasabah pada suatu Bank antara lain

tabungan, deposito, giro dan kredit

Smurfing : upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecah-mecah transaksi

yang dilakukan oleh banyak pelaku.

Structuring : upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecah-mecah transaksi

sehingga jumlah transaksi menjadi lebih kecil.

Suspicious Transaction : transaksi keuangan yang mencurigakan sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana

Pencucian Uang.

Tax Haven Country : negara atau wilayah yang undang-undang dan kebijakannya

dapat digunakan untuk menghindari atau mengelabui ketentuan pajak dari

negara lain. Kriteria pada umumnya memenuhi 1) tidak ada pajak atau pajak

hanya nominal saja, 2) tidak adanya pertukaran informasi perpajakan dengan

negara lain, 3) tidak ada transparansi dalam pelaksanaan undang-undang dan

peraturan pelaksanaannya, 4) tidak ada kewajiban bagi badan usaha asing

untuk berada secara fisik pada negara itu, 5) mempromosikan negara atau

wilayahnya sebagai offshore financial center, 6) negara atau wilayah kecil

yang keadaan politik dan ekonominya stabil serta didukung oleh prasarana

yang baik.

Terrorist List : daftar nama-nama teroris yang tercatat pada Resolusi Dewan

Keamanan PBB No.1267.

Transfer (Layering) : upaya memisahkan hasil tindak pidana transaksi keuangan

untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul dana. Dalam kegiatan

ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi

tertentu sebagai hasil placement ke tempat lain melalui serangkaian transaksi

yang kompleks dan didesain untuk menyamarkan dan menghilangkan jejak

sumber dana tersebut.

Ultimate owner/ultimate controller : perorangan yang menurut penilaian Bank memiliki

dan/atau yang melakukan pengendalian akhir untuk mengambil keputusan

dalam pengelolaan perusahaan.

U Turn : upaya untuk mengaburkan asal usul hasil kejahatan dengan

memutarbalikkan transaksi untuk kemudian dikembalikan ke rekening asalnya

263

nurul
Rectangle
nurul
Rectangle
Page 273: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Pedoman Standar Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS

DKBU dan DPbS 65

Walk in Customer (WIC) : pengguna jasa BPR/BPRS yang tidak memiliki rekening

pada BPR/BPRS tersebut, tidak termasuk pihak yang mendapatkan perintah

atau penugasan dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas kepentingan

Nasabah tersebut.

264

nurul
Rectangle
Page 274: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia No.13/14/DKBU Tanggal 12 Mei 2011

1 of 3

KRITERIA PENILAIAN

PENERAPAN PROGRAM APU DAN PPT SERTA UU PP TPPU OLEH BPR DAN BPRS

CAKUPAN HASIL PENILAIAN

1,0 - 1,9 2,0 - 2,9 3,0 - 3,9 4,0 - 4,9 5,0

Pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris.

Penetapan kebijakan dan prosedur tertulis oleh Direksi dan Dewan Komisaris serta kebijakan pengorganisasian dan SDM sangat memadai.

Penetapan kebijakan dan prosedur tertulis oleh Direksi dan Dewan Komisaris serta kebijakan pengorganisasian dan SDM memadai.

Penetapan kebijakan dan prosedur tertulis oleh Direksi dan Dewan Komisaris serta kebijakan pengorganisasian dan SDM cukup memadai.

Penetapan kebijakan dan prosedur tertulis oleh Direksi dan Dewan Komisaris serta kebijakan pengorganisasian dan SDM kurang memadai.

Tidak terdapat pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris melalui penetapan kebijakan dan prosedur tertulis serta kebijakan organisasi.

Pelaksanaan pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris sangat efektif.

Pelaksanaan pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris efektif.

Pelaksanaan pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris cukup efektif.

Pelaksanaan pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris kurang efektif.

Pelaksanaan pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris tidak efektif.

265

nurul
Rectangle
nurul
Rectangle
nurul
TextBox
4
Page 275: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia No.13/14/DKBU Tanggal 12 Mei 2011

2 of 3

CAKUPAN HASIL PENILAIAN

1,0 - 1,9 2,0 - 2,9 3,0 - 3,9 4,0 - 4,9 5,0

Kebijakan dan prosedur

Kebijakan dan prosedur telah dituangkan dalam Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT secara komprehensif dan sangat memadai serta telah disetujui oleh Dewan Komisaris.

Kebijakan dan prosedur telah dituangkan dalam Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT secara memadai dan telah disetujui oleh Dewan Komisaris.

Kebijakan dan prosedur telah dituangkan dalam Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT dan telah disetujui oleh Dewan Komisaris namun masih terdapat beberapa kekurangan yang harus diperbaiki.

Kebijakan dan prosedur telah dituangkan dalam Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT namun masih kurang memadai dan belum disetujui oleh Dewan Komisaris

Kebijakan dan prosedur belum dituangkan dalam Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT.

Kebijakan dan prosedur program APU dan PPT telah dilaksanakan sepenuhnya secara konsisten sesuai pedoman yang telah disusun.

Kebijakan dan prosedur program APU dan PPT telah dilaksanakan sepenuhnya, namun belum konsisten.

Kebijakan dan prosedur program APU dan PPT telah dilaksanakan, namun belum konsisten, dan masih terdapat kekurangan.

Kebijakan dan prosedur program APU dan PPT belum dilaksanakan sepenuhnya.

Kebijakan dan prosedur program APU dan PPT tidak dilaksanakan.

Pengendalian intern

Sistem dan prosedur pengendalian intern komprehensif.

Sistem dan prosedur pengendalian intern memadai.

Sistem dan prosedur pengendalian intern cukup memadai.

Sistem dan prosedur pengendalian intern kurang memadai.

Tidak terdapat sistem dan prosedur pengendalian Intern.

Pelaksanaan pengendalian intern sangat efektif.

Pelaksanaan pengendalian intern efektif.

Pelaksanaan pengendalian intern cukup efektif.

Pelaksanaan pengendalian intern kurang efektif.

Tidak dilakukan pengendalian intern.

266

nurul
Rectangle
nurul
Rectangle
nurul
TextBox
4
Page 276: Penerapan Anti Pencucian Uang dan P encegahan ......Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Flag) Hal. 180 – 190 III. Glossray Hal. 191 – 198 Lampiran

Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia No.13/14/DKBU Tanggal 12 Mei 2011

3 of 3

CAKUPAN HASIL PENILAIAN

1,0 - 1,9 2,0 - 2,9 3,0 - 3,9 4,0 - 4,9 5,0

Sumber daya manusia dan pelatihan

Memiliki SDM yang sangat kompeten dan terlatih dengan jumlah yang memadai.

Memiliki SDM yang kompeten dan terlatih dengan jumlah yang memadai.

Memiliki SDM yang kompeten dan terlatih namun jumlahnya tidak memadai.

Memiliki SDM yang kurang kompeten dan kurang terlatih.

Memiliki SDM yang tidak kompeten dan tidak terlatih dengan jumlah yang tidak memadai.

Memiliki program pelatihan yang komprehensif dan sangat efektif.

Memiliki program pelatihan yang komprehensif dan efektif.

Memiliki program pelatihan sederhana namun cukup efektif.

Memiliki program pelatihan sederhana dan kurang efektif.

Tidak memiliki program pelatihan.

Lampiran 1 dan Lampiran 2 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

BANK INDONESIA,

S. BUDI ROCHADI

DEPUTI GUBERNUR

267

nurul
Rectangle
nurul
Rectangle
nurul
Rectangle
nurul
TextBox
4