23
PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI PPN (Persepsi Kantor Konsultan Pajak X ) Selfi Ayu Permata Sari Devi Pusposari, SE., M.Si., Ak Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang Email: [email protected] ABSTRACT From July 1 st 1984 until July 1 st 2015, manual tax invoices was still used by some Tax Payer. However, in practice a lot of abuse in the form of tax invoice emergence of fictitious tax invoices, double tax invoices, as well as the disability tax invoice. Numbers of tax invoice abusement, high cost of compliance, and the burden of government oversight is the reason for applying e-Invoicing. On July 1 st 2015, the use of electronic tax invoices using e-Invoicing applications was required by government in Java and Bali. This research has purpose to determine the e-Invoicing applications as the improvement of the administration of the VAT system from the standpoint of the Tax Consulting Firm X. The results of this research has show that the e-Invoicing has strengths and weaknesses in its application. The strengths of e- Invoicing is that it can be more effective and efficient in manufacturing as well as transaction of tax invoice. While the weakness of e-Invoicing applications is a way of working is more complicated than the manual invoicing tax and previous VAT returns application. Additionally, from 7 causes correction periodic VAT return conducted by CTF client X, 5 of them can be reduced or prevented by the e-Invoicing application. Keywords: Tax Consulting Firm, Manual Tax Invoice, Application of e-Faktur, Periodic VAT Return.

PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM

ADMINISTRASI PPN

(Persepsi Kantor Konsultan Pajak X )

Selfi Ayu Permata Sari

Devi Pusposari, SE., M.Si., Ak

Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang

Email: [email protected]

ABSTRACT

From July 1st 1984 until July 1

st 2015, manual tax invoices was still used by some

Tax Payer. However, in practice a lot of abuse in the form of tax invoice emergence

of fictitious tax invoices, double tax invoices, as well as the disability tax invoice.

Numbers of tax invoice abusement, high cost of compliance, and the burden of

government oversight is the reason for applying e-Invoicing. On July 1st 2015, the

use of electronic tax invoices using e-Invoicing applications was required by

government in Java and Bali. This research has purpose to determine the e-Invoicing

applications as the improvement of the administration of the VAT system from the

standpoint of the Tax Consulting Firm X. The results of this research has show that

the e-Invoicing has strengths and weaknesses in its application. The strengths of e-

Invoicing is that it can be more effective and efficient in manufacturing as well as

transaction of tax invoice. While the weakness of e-Invoicing applications is a way of

working is more complicated than the manual invoicing tax and previous VAT

returns application. Additionally, from 7 causes correction periodic VAT return

conducted by CTF client X, 5 of them can be reduced or prevented by the e-Invoicing

application.

Keywords: Tax Consulting Firm, Manual Tax Invoice, Application of e-Faktur,

Periodic VAT Return.

Page 2: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM

ADMINISTRASI PPN

(Persepsi Kantor Konsultan Pajak X )

Selfi Ayu Permata Sari

Devi Pusposari, SE., M.Si., Ak

Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang

Email: [email protected]

ABSTRAK

1 Juli 1984 hingga 1 Juli 2015, beberapa Pengusaha Kena Pajak masih

menggunakan faktur pajak secara manual. Namun dalam penerapannya banyak

penyalahgunaan faktur pajak berupa munculnya faktur pajak fiktif, nomor seri faktur

pajak ganda, serta faktur pajak cacat. Banyaknya penyalahgunaan faktur pajak,

tingginya biaya kepatuhan, serta beban pengawasan merupakan alasan pemerintah

untuk menerapakan e-Faktur. Pada 1 Juli 2015, pemerintah mewajibkan penggunaan

faktur pajak elektronik dengan menggunakan aplikasi e-Faktur untuk wilayah Jawa

dan Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan e-Faktur sebagai

perbaikan sistem administrasi PPN dari sudut pandang Kantor Konsultan Pajak X .

Berdasarkan hasil penelitian, e-Faktur memiliki kelebihan dan kelemahan dalam

penerapannya. Kelebihan dari e-Faktur yaitu dapat lebih efektif dan efisien dalam

pembuatan serta transaksi faktur pajak. Sedangkan kelemahan dari aplikasi e-Faktur

ini yaitu cara kerja yang lebih rumit dibandingkan dengan pembuatan faktur pajak

manual serta aplikasi SPT PPN sebelumnya. Selain itu, dari 7 penyebab terjadinya

pembetulan SPT Masa PPN yang dilakukan oleh klien KKP X, 5 diantaranya dapat

dikurangi atau dicegah dengan aplikasi e-Faktur.

Kata Kunci: Kantor Konsultan Pajak, Faktur Pajak Manual, Aplikasi e-Faktur,

Pembetulan SPT PPN

Page 3: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

PENDAHULUAN

Pada tahun 1983, Indonesia mengalami perubahan sistem perpajakan dari

Official Assesment System menjadi Self Assesment System. Self Assesment System

merupakan sistem perpajakan di mana pemerintah (fiscus) memberikan kepercayaan

kepada Wajib Pajak (WP) untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan kewajiban

perpajakannya sendiri. Selanjutnya tugas dari pemerintah yaitu melakukan

pembinaan, pelayanan, pengawasan, serta penegakan sanksi perpajakan. Pada

dasarnya dengan Self Assesment System, banyak kemungkinan terjadi ketidakpatuhan

WP, misalnya: akibat dari kelalaian WP, ketidaktahuan WP, hingga kesengajaan yang

dapat dilakukan WP untuk menghindari kewajiban perpajakannya. Oleh sebab itu,

penerapan Self Assesment System perlu didukung dengan penegakan hukum serta

pengawasan terhadap kepatuhan WP.

Berdasarkan Perpres No 162 Tahun 2014 tentang Rincian Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015, penerimaan negara dalam

bentuk pajak 39,5% nya berasal dari PPN dan PPnBM. Hal ini menunjukkan bahwa

PPN merupakan salah satu pendapatan negara yang signifikan, sehingga penegakan

hukum serta pengawasan yang dilakukan pemerintah untuk PPN cukup ketat. Salah

satu bentuk pengawasan yang bisa dilakukan yaitu melalui faktur pajak. Faktur pajak

merupakan bukti pemungutan PPN atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak

(BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak

(PKP). Dari 1 Juli 1984 hingga 1 Juli 2015, di Jawa dan Bali, beberapa Pengusaha

Kena Pajak (PKP) masih membuat faktur pajak secara manual atau dengan

menggunakan aplikasi tertentu yang tidak ditentukan (tidak ada format paten) oleh

Direktorat Jendral Pajak (DJP) sehingga dalam penerapannya banyak muncul

penyalahgunaan faktur pajak berupa beredarnya faktur pajak fiktif, nomor seri faktur

pajak ganda, serta faktur pajak yang dianggap cacat. Faktur pajak yang diakui oleh

DJP merupakan faktur pajak yang sudah mencantumkan kriteria atau informasi yang

diatur dalam Peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata

Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata

Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak beserta

perubahannya.

Faktur pajak yang sudah dibuat oleh PKP wajib dilaporkan melalui SPT masa

PPN selambat-lambatnya akhir bulan berikutnya. Salah satu hak perpajakan dari PKP

yaitu dapat mengkreditkan faktur pajak masukan sehingga dalam perhitungan serta

pengisian SPT PPN, PKP wajib mencantumkan daftar faktur pajak masukan dan

faktur pajak keluaran. Selain itu berdasarkan UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN

dan PPnBM, tidak semua pajak masukan dapat dikreditkan. Rumitnya perhitungan

PPN tersebut mengakibatkan tidak semua orang dapat mengisi SPT PPN dengan

benar ketika pelaporan.

Kantor Konsultan Pajak (KKP) X merupakan salah satu kantor konsultan pajak

yang berlokasi di Malang. Dalam kegiatan operasionalnya, salah satu jasa yang

ditawarkan KKP X yaitu jasa pelaporan serta pembetulan SPT PPN. Setiap bulannya,

tidak jarang KKP X mendapatkan tawaran jasa pembetulan SPT PPN. Bahkan

Page 4: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

beberapa klien melakukan pembetulan untuk satu tahun masa pajak, bahkan beberapa

tahun pajak. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyaknya pembetulan SPT PPN

yang dilakukan sebagian WP. Pembetulan SPT PPN merupakan salah satu contoh

biaya kepatuhan yang dikeluarkan oleh WP. Atas pembetulan SPT PPN kurang bayar,

denda yang dikenakan adalah sebesar 2% per bulannya. Setiap peraturan memiliki

kelemahan masing-masing, untuk itu salah satu alasan tingginya biaya kepatuhan dan

beban pengawasan membuat pemerintah berusaha untuk memperbaiki kelemahan

dari peraturan yang lama dengan dikeluarkannya peraturan yang baru yaitu

diterapkannya aplikasi e-Faktur yang diikuti dengan penggunaan Elektronik Nomor

Faktur (E-NOFA).

Pada tahun 2014, DJP mengeluarkan Peraturan Nomor PER- 16/PJ/2014

tentang Tata Cara Pembuatan Dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.

Dalam peraturan tersebut memberitahukan mengenai tata cara pembuatan dan

pelaporan faktur pajak berbentuk elektronik. Selanjutnya, melalui Keputusan DJP

Nomor KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan Pengusaha Kena Pajak Yang

Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik, DJP menetapkan PKP

(temasuk wajib pajak besar) yang diwajibkan untuk membuat faktur pajak berbentuk

elektronik. Kedua peraturan tersebut berlaku efektif pada tanggal 1 Juli 2014. Untuk

PKP yang telah diwajibkan membuat faktur pajak berbentuk elektronik namun tidak

membuat faktur pajak berbentuk elektronik atau membuat faktur pajak berbentuk

elektronik namun tidak mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud pada PER-

16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan Dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk

Elektronik, PKP tersebut dianggap tidak membuat faktur pajak. (Pasal 11 ayat (4)

PMK-151/PMK.03/2013)

Berdasarkan KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan Pengusaha Kena Pajak Yang

Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik, berikut ini adalah 3 tahap

yang dilakukan Dirjen Pajak untuk menerapkan e-Faktur :

1. Tahap I : mulai tanggal 1 Juli 2014, Wajib Pajak tertentu (diatur dalam KEP-

136/PJ/2014) diwajibkan menggunakan e-Faktur dalam transaksinya.

2. Tahap II : mulai tanggal 1 Juli 2015, seluruh PKP di Jawa dan Bali diwajibkan

untuk menggunakan e-Faktur dalam transaksinya.

3. Tahap III : mulai tanggal 1 Juli 2016, PKP di seluruh Indonesia wajib

menggunakan e-Faktur, serta sejak tanggal dikukuhkannya bagi PKP baru.

Sebagai persiapan penerapan e-Faktur tahap kedua, mulai tanggal 20 Mei s/d 30

Juni 2015 masing-masing Kantor Pelayanan Pajak menyelenggarakan sosialisasi

mengenai administratif dan tata cara penggunaan aplikasi e-Faktur. Hal ini dilakukan

untuk mempersiapkan penerapan e-Faktur yang efektif diterapkan pada tanggal 1 Juli

2015 di Jawa dan Bali.

Dalam penelitian ini, dengan menggunakan aplikasi e-Faktur penulis mencoba

untuk mencari kelemahan dan kelebihan aplikasi e-faktur dibandingkan dengan

pembuatan faktur pajak secara manual serta aplikasi SPT PPN 1111. Selain itu,

penulis mencoba menemukan apakah aplikasi tersebut dapat mengurangi kesalahan

dalam pengisian SPT PPN yang dapat mengakibatkan pembetulan SPT PPN.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang menjadi objek pembahasan yakni, (a) Apakah kelebihan dan

Page 5: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

kekurangan dari penerapan aplikasi e-Faktur? (b) Apakah penerapan e-Faktur dapat

mengurangi tingkat pembetulan SPT PPN oleh Wajib Pajak?

Adapun tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan dari penerapan aplikasi e-Faktur, serta untuk mengetahui apakah

penerapan e-Faktur dapat mengurangi tingkat pembetulan SPT PPN oleh Wajib

Pajak.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Barang Kena Pajak (BKP)

BKP adalah barang yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang

dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Barang adalah barang berwujud,

yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak

bergerak, dan barang tidak berwujud (Pandiangan 2002:287).

Menurut Pandiangan (2002:290), penyerahan BKP adalah setiap kegiatan

penyerahan BKP. Yang termasuk dalam pengertian penyerahan BKP adalah:

1) Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian.

2) Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing.

3) Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang.

4) Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma atas BKP.

5) Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,

sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat

dikreditkan.

6) Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP

antar cabang.

7) Penyerahan BKP secara konsinyasi.

Pengertian PKP

Dalam (Mardiasmo, 2011:280), PKP adalah pengusaha yang melakukan

penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP yang dikenai pajak berdasarkan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah.dan perubahannya. Setiap WP sebagai

pengusaha yang dikenai PPN berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai

1984 dan perubahannya wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

Kewajiban dan Hak Perpajakan bagi Perusahaan yang PKP

Dalam (Mardiasmo, 2010:281), PKP berkewajiban, antara lain untuk :

1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP.

2. Memungut PPN dan PPn BM.

3. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih

besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah yang terutang, dan

4. Melaporkan perhitungan pajak.

Page 6: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

Dalam (Muljono, 2010:5), PKP mempunyai hak, diantaranya:

1) Menerbitkan Faktur Pajak

Faktur pajak hanya boleh diterbitkan oleh pengusaha yang telah dikukuhkan

sebagai PKP karena faktur pajak yang dimiliki oleh pembeli merupakan Pajak

Masukan yang dapat dikreditkan oleh pembeli, sehingga pengusaha yang belum

dikukuhkan sebagai PKP tidak mempunyai hak untuk membuat faktur pajak.

2) Mengkreditkan Pajak Masukan

Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tidak mempunyai hak untuk

mengkreditkan Pajak Masukan yang didapatkan dari penjual.

3) Meminta Kembali Kelebihan Pajak

Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP dapat meminta kembali apabila

terdapat kelebihan PPN atau PPn.BM yang telah dibayar atau telah dipungut

pihak lain.

Kewajiban membuat Faktur Pajak

Dalam (Muljono, 2010:45), PKP wajib membuat faktur pajak untuk setiap:

1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang Dilakukan oleh Pengusaha atau

ekspor BKP Berwujud oleh PKP dan/atau penyerahan BKP berupa aktiva yang

menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas

penyerahan aktiva yang pajak masukannya tidak dapat dikreditkan;

2. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

3. Ekspor BKP Tidak Berwujud ata ekspor BKP berwujud;

4. Ekspor JKP.

Faktur Pajak Standar

Dalam (Muljono, 2010:45), sebuah faktur pajak harus mencantumkan

keterangan tentang penyerahan BKP atau penyerahan JKP, yang paling sedikit

memuat:

1. Nama, alamat, dan NPWP yang melakukan penyerahan atau pembelian BKP

atau JKP;

2. Jenis Barang atau Jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan

harga;

3. PPN yang dipungut;

4. PPnBM yang dipungut;

5. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan FP; dan

6. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak.

Adapun yang dimaksud dengan syarat material adalah bahwa barang yang

diserahkan benar, baik secara nilai maupun jumlah. Demikian juga pengusaha yang

melakukan dan yang menerima penyerahan BKP tersebut sesuai dengan keterangan

yang tercantum pada faktur pajak.

Aplikasi E-Faktur

Aplikasi e-Faktur merupakan aplikasi yang disediakan oleh DJP sebagai

perbaikan sistem administrasi perpajakan yang ada. Dalam penggunaannya aplikasi

ini harus terkoneksi dengan jaringan internet. Sampai dengan 1 Juli 2015, KPP di

Page 7: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

Jawa dan Bali senantiasa mengadakan sosialisasi e-Faktur. Setiap sosialisasi yang

diadakan, bertujuan untuk memberitahukan tata cara pendaftaran e-Faktur, tujuan dan

dasar hukum e-Faktur, serta sistem kerja e-Faktur. Dalam sosialisasi tersebut, setiap

wakil dari WP akan diberikan CD yang berisi aplikasi e-Faktur dummy, materi

sosialisasi e-Faktur, video tutorial e-Faktur, serta kumpulan pertanyaan mengenai e-

Faktur. Setiap peserta sosialisasi diwajibkan untuk membawa laptop untuk

mempraktikan langsung aplikasi e-Faktur pada waktu sosialisasi. Pada waktu

sosialisasi dilakukan, seluruh peserta wajib menggunakan aplikasi e-Faktur dummy

dengan mengikuti instruktur sosialisasi. Untuk selanjutnya, aplikasi e-Faktur dummy

tersebut dapat digunakan masing-masing peserta sebagai latihan setelah sosialisasi

selesai dilaksanakan. Aplikasi tersebut dapat memudahkan setiap orang yang ingin

belajar e-Faktur, tanpa harus takut jika data yang digunakan ter-upload di aplikasi

DJP. Mengingat aplikasi e-Faktur tersebut tidak terkoneksi dengan internet dan tidak

terhubung langsung dengan aplikasi DJP.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian deskriptif

kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif kualitatif

(Arikunto, 1996:243) adalah penelitian yang mengukur dan menggambarkan suatu

fenomena sosial berupa penerapan aplikasi e-Faktur dengan cara menghimpun fakta

yang ada pada KKP X dan mendeskripsikannya dalam kata-kata tanpa melakukan

pengujian hipotesis. Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian studi kasus

(Subiyanto, 2000:143) adalah membandingkan penerapan aplikasi e-Faktur di KKP X

yang diteliti dengan konsep atau teori Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Undang-

Undang Perpajakan yang terkait. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa, penelitian ini difokuskan pada penerapan aplikasi e-Faktur pada KKP X yang

kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan teori PPN beserta Undang-Undang

Perpajakan terkait yang menjadi landasan penelitian.

Objek dan Waktu Penelitian

Obyek penelitian adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan penerapan e-

Faktur. Lokasi penelitian adalah pada KKP X yang berlokasi di Malang. Penelitian

dilakukan dengan mengambil data primer di KKP X. Jangka waktu penelitian

dilakukan selama kurang lebih 2,5 bulan dari tanggal 15 Juni 2015 – 31 Agustus

2015.

Pemilihan Informan

Pada penelitian kualitatif ini, informasi diperoleh langsung dari informan untuk

memperoleh data primer. Informan tersebut diwawancarai secara mendalam yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini.

Informan pada penelitian kualitatif ini dipilih dan ditentukan dengan pertimbangan-

pertimbangan tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Informan tersebut adalah

staf yang bertugas melaksanakan jasa perhitungan, pelaporan, sekaligus pembetulan

Page 8: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

SPT PPN. Terdapat 2 informan yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini profil

kedua informan tersebut: Tabel 3.3.

Profil Informan

NO. KRITERIA INFORMAN 1 INFORMAN 2

1. Jabatan Staf perpajakan Staf perpajakan

2. Lama Kerja 2 tahun 4 tahun

3. Usia 29th 24th

4. Pengalaman

Kerja

Akuntan, bag.

pemasaran

-

5. Pendidikan

Terakhir

S1 D1

6. Jurusan Akuntansi Komputer Aplikasi Bisnis Administrasi

Perkantoran dan Ekspor Impor

Kedua informan tersebut dipilih dari 6 staf KKP X karena merupakan staf yang

bertugas melaksanakan jasa perhitungan, pelaporan, hingga pembetulan SPT PPN.

Dengan pengalaman kerja yang sudah lebih dari 1 tahun, kedua informan ini telah

menguasai aplikasi SPT PPN 1111 dan aplikasi e-Faktur. Selain itu seiring

diterapkannya aplikasi e-Faktur ini, kedua informan tersebut bertugas sebagai

pemandu kliennya untuk belajar dan mengaplikasikan aplikasi e-Faktur sehingga

informan tersebut cukup sesuai dengan tujuan penelitian ini. Dalam memandu

kliennya, komunikasi yang dilakukan kedua informan tersebut dengan kliennya

yaitu: berkomunikasi secara langsung, komunikasi via telepon, serta komunikasi

melalui blackberry messager.

Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan pendiskripsian mengenai teknik analisis data

yang digunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan. Berikut adalah

langkah-langkah analisis data yang dilakukan penulis:

1.) Memperoleh informasi mengenai daftar klien KKP X dari SPT Tahunan 2014.

2.) Membandingkan SPT PPN dengan SPT PPN pembetulannya untuk mengetahui

penyebab dilakukannya pembetulan SPT PPN klien.

3.) Melakukan wawancara dengan staf KKP X untuk mengetahui penyebab

dilakukannya pembetulan SPT PPN oleh klien untuk SPT PPN tahun 2010-2014.

4.) Mengikuti sosialisasi di KPP mengenai persiapan serta tata cara penggunaan

aplikasi e-Faktur dengan menggunakan aplikasi e-Faktur dummy untuk

mempraktikannya.

5.) Melakukan wawancara untuk mengetahui perbedaan FP yang dulu dengan FP

dari aplikasi e-Faktur, serta kendala yang dihadapi kedua informan dalam

penerapan e-Faktur.

Page 9: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

6.) Melakukan wawancara dengan 2 informan mengenai beberapa penyebab

pembetulan yang dapat dan atau tidak dapat dicegah dengan diterapkannya

aplikasi e-Faktur.

7.) Menganalisis perbedaan faktur pajak manual dengan faktur pajak yang dihasilkan

dari aplikasi e-Faktur.

8.) Menganalisis kelemahan dan kelebihan aplikasi e-Faktur dibandingkan dengan

aplikasi SPT PPN 1111 dengan menggunakan aplikasi e-Faktur.

9.) Menganalisis cara kerja aplikasi e-Faktur untuk mengurangi dan atau mencegah

penyebab dilakukannya pembetulan SPT PPN.

10.) Menarik kesimpulan mengenai cara kerja aplikasi e-Faktur yang dapat

mengurangi bahkan dapat mencegah sebab-sebab dilakukannya pembetulan SPT

PPN.

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik

pemeriksaan data. Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan data yang digunakan

yaitu triangulasi. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data

juga dilakukan untuk memperkaya data. Triangulasi dapat dilakukan dengan

menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi

dan dokumentasi.

Dalam Moleong (2001:178), menurut Denzin (1978) membedakan empat

macam triangulasi, antara lain: (1) triangulasi dengan sumber, (2) triangulasi dengan

metode, (3) triangulasi dengan penyidik, serta (4) triangulasi dengan teori. Pada

penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan

triangulasi dengan metode atau teknik. Triangulasi dengan teknik berarti peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data

dari sumber yang sama. Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi partisipatif,

wawancara mendalam, serta dokumentasi untuk sumber data yang sama yaitu 2

informan yang merupakan staf dari KKP X.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kantor Konsultan Pajak (KKP) X

KKP X didirikan pada tahun 2011 berdasarkan Izin DJP No. SI-2002/PJ/2011

yang telah Bersertifikat Konsultan Pajak Brevet B. KKP ini memberikan jasa

pelayanan berupa Jasa Akuntansi maupun Jasa Perpajakan. KKP X merupakan salah

satu KKP ternama di Kota Malang.

KKP X beroperasi dari jam 07.30 WIB- 17.00 WIB. KKP ini banyak dicari

pengusaha untuk menyelesaikan masalah perpajakan yang sedang dihadapi usahanya.

Klien dari KKP ini tidak hanya berasal dari dalam kota Malang saja, melainkan

banyak bertempat tinggal di luar kota seperti : Blitar, Surabaya, Bandung, dan lain-

lain.

Jasa yang ditawarkan oleh KKP X dibedakan menjadi jasa akuntansi dan jasa

perpajakan. Jasa perpajakan merupakan jasa utama yang ditawarkan oleh KKP. Jasa

perpajakan inilah yang paling banyak dibutuhkan oleh para klien KKP dalam

menghadapi masalah perpajakannya. Jasa pelaksanaan kewajiban pajak bulanan dan

tahunan merupakan salah satu jasa perpajakan yang ditawarkan oleh KKP X,

Page 10: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

termasuk di dalamnya berupa jasa perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPN &

PPnBM.

Perbedaan Faktur Pajak Kertas dengan Faktur Pajak dari Aplikasi E-Faktur

FP yang dibuat secara manual, dalam hal ini dapat disebut sebagai FP Kertas,

sedangkan FP yang dibuat dari aplikasi e-Faktur disebut dengan FP Elektronik.

Perbedaan antara FP Kertas dengan FP dari aplikasu e-Faktur diperoleh dengan

membandingkan PER-16/PJ/2014 yang mengatur tentang Tata Cara Pembuatan Dan

Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik serta Peraturan DJP Nomor PER-

24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur

Pemberitahuan dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian,

dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014, berikut

ini beberapa perbedaannya:

1.) Tanda Tangan PKP atau Pegawai yang Bersangkutan

Tanda tangan FP yang dibuat secara manual, menggunakan tanda tangan basah

dari PKP atau pegawai bersangkutan. Sedangkan untuk FP dari aplikasi e-Faktur,

kode QR digunakan sebagai pengganti tanda tangan PKP.

2.) Format atau lay out

Format FP dengan aplikasi e-Faktur ditentukan oleh aplikasi/sistem yang

disediakan oleh DJP, dalam hal ini yaitu aplikasi e-Faktur, sedangkan format

untuk FP kertas yaitu bebas, tidak ada format khusus yang wajib digunakan

namun FP tetap harus dibuat sesuai dengan PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk,

Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam

Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara

Pembatalan Faktur Pajak.

3.) Bentuk dan Jumlah Lembar

Berdasarkan PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian

Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara

Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak, FP

Manual yang digunakan diwajibkan dalam bentuk kertas (hardcopy) dengan

jumlah lembar minimal 2. Sedangkan untuk FP dari aplikasi e-Faktur tidak wajib

dicetak dalam bentuk kertas (hardcopy).

4.) PKP yang Membuat

Seluruh PKP di Indonesia wajib membuat FP dalam bentuk kertas. Namun

setelah 1 Juli 2014, beberapa PKP yang ditetapkan oleh DJP diwajibkan untuk

membuat FP dengan aplikasi e-Faktur. Dalam hal ini, tidak semua PKP yang

berkewajiban membuat FP Elektronik tetapi hanya PKP yang ditunjuk oleh DJP

berdasarkan KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan Pengusaha Kena Pajak yang

Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.

5.) Permintaan NSFP

Saat ini penerapan aplikasi e-Faktur difasilitasi dengan aplikasi e-Nofa yang

dibuat oleh DJP untuk memudahkan PKP dalam melaksanakan aplikasi

perpajakannya. Dengan e-Nofa, PKP tidak harus datang ke KPP untuk meminta

NSFP karena hal itu dapat dilakukan secara online menggunakan Sertifikat

Page 11: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

Elektronik. Berbeda dengan Faktur Pajak Kertas, PKP tidak diwajibkan memiliki

sertifikat elektronik sehingga tidak ada akses untuk masuk ke dalam aplikasi e-

Nofa yang ada. Sehingga PKP harus datang langsung ke KPP untuk meminta

NSFP.

6.) Prosedur Pelaporan Faktur Pajak

Pada aplikasi e-Faktur, baik FP keluaran ataupun FP masukan harus di-upload

terlebih dahulu untuk mendapatkan kode QR dan pengesahan FP dari DJP.

Dengan begitu FP tersebut dapat masuk ke dalam SPT PPN yang akan dibuat.

Berbeda dengan FP Kertas, PKP tidak diwajibkan untuk meng-upload FP yang

ada sebelum pelaporan SPT PPN. FP masukan dan FP keluaran hanya perlu

dicantumkan pada daftar pajak keluaran dan pajak masukan pada saat membuat

SPT PPN.

7.) Pelaporan SPT PPN

Pelaporan FP Kertas menggunakan aplikasi SPT PPN 1111, sedangkan pada FP

Elektronik pembuatan serta pelaporan FP dapat dilakukan dalam 1 aplikasi yang

sama yaitu aplikasi e-Faktur.

8.) Mata Uang Faktur Pajak

Untuk FP kertas, penggunaan mata uang selain rupiah diperbolehkan. Sedangkan

untuk FP yang dibuat dengan menggunakan aplikasi e-Faktur, mata uang yang

digunakan hanya mata uang rupiah. Untuk transaksi dengan mata uang selain

rupiah harus dikonversikan terlebih dahulu ke dalam rupiah.

Kelebihan Aplikasi E-Faktur

Penerapan aplikasi e-Faktur tahap kedua yang akan efektif dilaksanakan pada

tanggal 1 Juli 2015 membutuhkan banyak persiapan. Dari mulai pengadaan

sosialisasi, pendaftaran sertifikat elektronik, hingga penginstalan aplikasi e-Faktur

yang asli oleh PKP. Lalu sebenarnya apakah kelebihan yang dimiliki aplikasi e-

Faktur dibandingkan jika FP dibuat secara manual dan pengisian SPT dengan aplikasi

e-SPT PPN 1111. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh serta observasi yang

dilakukan, maka berikut ini kelebihan serta kelemahan yang ditemukan dari

penerapan aplikasi e-Faktur pada dari sudut pandang KKP X:

1.) Dapat mencegah adanya Faktur Pajak fiktif

“penerapan e-Faktur ini dapat mencegah adanya FP fiktif karena tidak semua

orang bisa membuat FP seperti dulu. FP dari aplikasi e-Faktur saat ini

menggunakan kode QR sebagai ganti tanda tangan Direktur selain itu untuk

mendapatkan kode tersebut FP harus di-upload terlebih dahulu melalui aplikasi

e-Faktur...”, pendapat informan 1.

Adanya Faktur Pajak Fiktif tidak hanya merugikan Negara saja, tetapi juga

pihak-pihak terkait di dalamnya. Tanda tangan basah yang digantikan dengan

kode QR, mengakibatkan tidak setiap orang bisa membuat FP. Kode QR yang

terdapat pada FP harus melalui pendaftaran sertifikat elektronik yang sah agar

dapat menginstal aplikasi e-Faktur. Selain itu, pengawasan dapat dilakukan oleh

DJP dengan mudah, karena setiap FP yang akan diberikan kepada lawan

transaksi harus terlebih dulu di-upload, sehingga setiap FP masukan dan FP

Page 12: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

keluaran akan terlapor secara otomatis ke dalam program DJP sebelum pelaporan

SPT PPN. Dengan demikian dapat ditemukan dengan mudah, jika ada FP fiktif

ataupun FP yang tidak dilapor oleh salah satu lawan transaksi.

2.) Lebih Efisien dalam hal transaksi Faktur Pajak

“...dengan aplikasi e-Faktur ini, transaksi FP antara PKP penjual dan PKP

pembelian dapat lebih efisien karena FP tersebut bisa langsung di-email berupa

file PDF tanpa harus dicetak..”, pendapat informan 2.

Penerapan e-Faktur tidak mewajibkan WP untuk mencetak FP, sehingga FP

dapat diberikan kepada lawan transaksi dalam bentuk PDF. Dengan bentuk file

pdf, pengiriman FP dapat dilakukan melalui email ataupun dengan media sosial

lainnya sehingga hal tersebut dapat menghemat waktu dan biaya bagi PKP dalam

setiap transaksinya.

3.) Meminimalisir Tingkat Kesalahan Nominal Faktur Pajak

“...harga barang dalam aplikasi e-Faktur harus selalu di-update , hal ini akan

meningkatkan kehati-hatian dalam membuat FP keluaran...”, pendapat informan

2.

Dalam aplikasi e-Faktur, ketika terdapat perubahan harga barang, maka harga

barang pada daftar harus selalu di-update karena harga tersebut akan

berpengaruh terhadap total DPP FP. Dengan keharusan semacam ini, maka

tingkat kehati-hatian pembuat FP akan semakin tinggi. Selain itu, perhitungan

total DPP terhitung secara otomatis sehingga terjadinya kesalahan nominal FP

dapat diminimalisir.

4.) Lebih Mudah ketika Meminta NSFP

“...dengan sertifikat elektronik yang dimiliki masing-masing PKP, permintaan

NSFP dapat dilakukan secara online melalui e-Nofa...”, pendapat informan 1.

Aplikasi e-Faktur erat kaitannya dengan aplikasi e-Nofa dalam penerapannya.

Untuk menggunakan aplikasi e-Faktur, setiap PKP wajib mendaftarkan diri untuk

memperoleh sertifikat elektronik. Dengan sertifikat elektronik tersebut, PKP

dapat mengajukan permohonan dan memperoleh NSFP secara online dengan

menggunakan program e-Nofa, sehingga tidak perlu datang langsung ke KPP

untuk meminta NSFP. Dengan adanya aplikasi ini pengawasan terhadap PKP

juga dapat terbantu. PKP tidak bisa lagi mendaftarkan alamat fiktif untuk tempat

usahanya karena semuanya akan terdeteksi melalui e-Nofa. Penomoran faktur

pajak pun lebih valid dan dapat ditelusuri dengan aplikasi e-Nofa ini.

Kelemahan Aplikasi e-Faktur

Aplikasi e-Faktur tidak hanya memiliki kelebihan dalam penerapannya.

Terdapat beberapa faktor yang menjadi kelemahan dalam penerapannya, berikut ini

merupakan kelemahan e-Faktur:

1.) Harus Tersedianya Koneksi Internet

“...tidak semua tempat kerja klien tersedia sarana wifi sehingga beberapa klien

harus membeli modem terlebih dahulu untuk menjalankan aplikasi e-Faktur.

Page 13: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

Selain itu, kecepatan internet juga berpengaruh terhadap kerja aplikasi e-Faktur

tersebut sehingga banyak komplain dari klien mengenai lamanya proses approve

ketika meng-upload FP...” pendapat dari informan 2.

Aplikasi e-Faktur tidak dapat dijalankan tanpa adanya koneksi internet,

mengingat aplikasi ini terkoneksi langsung dengan aplikasi DJP. Namun pada

faktanya, tidak semua PKP memiliki koneksi internet di tempat operasionalnya.

Untuk itu setiap PKP dituntut untuk menyediakan sarana internet. Hal ini sedikit

memberatkan PKP dalam hal persiapan penerapan e-Faktur.

2.) Waktu yang dibutuhkan untuk membuat FP Keluaran Lebih Lama

“...daftar harga per unit barang akan berpengaruh terhadap perhitungan DPP

FP keluaran yang dibuat sehingga jika terjadi perubahan harga maka daftar

harga per unit tersebut harus selalu diperbarui. Ini yang membuat petugas

pembuat FP akan memiliki pekerjaan lebih..” pendapat informan 1.

Selain menjadi kelebihan, hal ini juga dapat menjadi kelemahan pada penerapan

e-Faktur. Daftar harga barang pada aplikasi e-Faktur harus selalu di-update

karena ketika FP dibuat, harga barang akan otomatis muncul sesuai kode barang

yang dipilih. Hal ini akan berpengaruh terhadap DPP FP keluaran yang dibuat.

Jika setiap terjadi perubahan harga barang harus dilakukan update, maka dalam

pembuatan FP keluaran akan membutuhkan waktu lebih lama daripada

pembuatan FP secara manual. Selain itu, keharusan untuk selalu meng-update

harga barang memberikan pekerjaan yang lebih untuk staf yang bertugas

membuat FP keluaran.

3.) Waktu yang dibutuhkan untuk membuat meng-input FP masukan lebih lama

“Kalo dulu kita bisa masukan FP masukan maupun FP keluaran secara

bersamaan dengan menggunakan skema impor. Tapi untuk aplikasi e-Faktur ini

belum diketahui format skema impor yang digunakan untuk mengimpor FP

sehingga input FP harus dilakukan satu per satu secara manual...” pendapat

informan 2.

Hingga saat ini, belum ada contoh skema impor yang dapat memudahkan PKP

untuk meng-input seluruh FP secara bersamaan. Selain itu, ketika sosialisasi e-

Faktur tidak diajarkan untuk membuat skema impor aplikasi e-Faktur sehingga

untuk meng-input FP masukan harus dilakukan satu per satu. Hal ini

menyebabkan waktu untuk meng-input FP masukan lebih lama dibandingkan jika

menggunakan skema impor.

4.) Adanya FP yang Gagal Approve

“...FP yang tanggalnya dibuat sebelum tanggal permintaan NSFP tidak dapat

di-approve oleh DJP, sehingga untuk FP masukan harus diminta FP pengganti

atas FP tersebut...” pendapat informan 2.

Hal ini berkaitan dengan SE-26/PJ/2015 tentang Penegasan Penggunaan NSFP

Dan Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak yang resmi dikeluarkan pada 2 April

2015. Surat Edaran tersebut berisi mengenai penjelasan dalam pelaksanaan

Page 14: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

Peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara

Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata

Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan DJP Nomor

PER-17/PJ/2014 dan Peraturan DJP Nomor PER16/PJ/2014 tentang Tata Cara

Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik. Salah satu

penjelasannya yaitu NSFP yang diberikan oleh DJP digunakan untuk membuat

FP pada tanggal Surat Pemberian NSFP atau tanggal sesudahnya dalam tahun

yang sama dengan Kode Tahun yang tertera pada NSFP tersebut. Untuk FP

dengan tanggal FP sebelum tanggal Surat Pemberian NSFP harus diilakukan

penggantian FP. FP tersebut tidak dapat masuk ketika di-input ke dalam aplikasi

e-Faktur.

Penyebab Dilakukannya Pembetulan SPT PPN oleh Klien KKP X

SPT Pembetulan adalah SPT yang disampaikan kembali yang berisi perubahan

data, perubahan data tersebut bisa berupa jumlah pajak yang disetor atau data lainnya

yang berbeda dengan SPT sebelumnya. SPT pembetulan disampaikan dengan

dilampiri SPT sebelumnya, jika pembetulan pertama maka dilampiri dengan SPT

Normal. Pembetulan SPT PPN sering kali dilakukan oleh WP, termasuk beberapa

klien di KKP X.

Berdasarkan hasil observasi selama kurang lebih 2,5 bulan pada KKP X, dapat

diketahui dari 42 klien KKP X 18 diantaranya merupakan PKP. Selanjutnya dari 18

PKP, 11 diantaranya pernah melakukan Pembetulan SPT PPN. Ini menunjukkan

bahwa Pembetulan SPT PPN merupakan salah satu masalah yang timbul dalam

Pelaporan SPT PPN. Lebih dari 50 % klien PKP yang pernah melakukan Pembetulan

PPN. Berdasarkan hasil wawancara kepada staf KKP X, berikut ini adalah alasan

terjadinya pembetulan SPT PPN:

1.) Adanya Kesalahan Identitas lawan transaksi dalam FP keluaran

“Adanya kesalahan identitas dalam FP Keluaran, padahal ini informasi kita

dapat dari mereka ...”, hasil wawancara dengan informan 2.

Ketika membuat FP keluaran, KKP X membutuhkan data identitas lawan

transaksi dari klien. Identitas lawan transaksi ini meliputi: NPWP, nama, dan

alamat. Terkadang identitas klien yang sudah digunakan selama beberapa bulan,

ternyata mendapat komplain dari lawan transaksi karena adanya kesalahan

identitas sehingga seluruh SPT PPN yang berkaitan dengan identitas tersebut

harus dilakukan pembetulan. Hal ini sering terjadi pada data NPWP ataupun

Nama lawan transaksi.

2.) Adanya FP keluaran yang tidak dilaporkan

“...alasannya ada FP Keluaran yang belum terlapor...”, hasil wawancara

dengan informan 1.

Tidak semua klien menggunakan jasa pembuatan FP dari KKP X. Mereka lebih

banyak membuat FP sendiri dalam transaksinya, sehingga ketika akan dibuat

SPT Masa PPN, staf KKP X harus meminta data berupa FP keluaran dan FP

Page 15: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

masukan terlebih dahulu kepada klien. Dalam hal ini, terkadang FP keluaran

yang diberikan hanya sebagian atau belum lengkap, sehingga ada FP keluaran

yang belum dilaporkan. Jika ada FP keluaran yang belum dilaporkan di masa

pajak yang bersangkutan, maka harus dilakukan pembetulan atas SPT PPN di

masa tersebut. Mengingat FP keluaran yang dibuat di masa tertentu harus

dilaporkan di masa itu juga.

3.) Adanya Omzet tambahan yang belum Dilaporkan

“...Adanya omzet tambahan yang belum dilapor, biasanya omzet penjualan retail

jadi yang penjualannya tanpa FP....”, hasil wawancara dengan informan 2.

Beberapa klien dari KKP X melakukan pembetulan karena adanya omzet yang

belum dilaporkan. Omzet yang dimaksud disini adalah omzet yang tidak

dipungut PPN, atau omzet yang PPN-nya digungung, sehingga ketika pengisian

SPT PPN tidak ada data valid berupa FP keluaran melainkan perhitungan total

yang dibuat oleh klien dari penjualan retail atau eceran tanpa FP.

4.) Adanya Kesalahan Nominal Faktur Pajak

“...alasannya karena mereka salah lapor nominal FP Keluaran jadi harus

dilakukan pembetulan...”, hasil wawancara dengan informan 2.

Ada beberapa alasan terjadinya kesalahan nominal FP dalam SPT PPN, antara

lain: adanya potongan harga yang belum dimasukkan dalam FP, adanya

kesepakatan harga baru yang dibuat antara penjual dan pembeli, dan adanya

kesalahan dalam membuat skema impor. Jika pembetulan SPT PPN terjadi

karena kesalahan nominal FP, maka hal ini dapat berpengaruh terhadap total PPN

yang harus disetor.

5.) Keterlambatan Klien dalam Memberikan data Faktur Pajak

“...Klien telat kirim FP, sehingga SPT PPN-nya dibuat nihil terlebih dahulu

daripada telat lapor. Lalu dilakukan pembetulan nanti...”, hasil wawancara

dengan informan 2.

Ketika KKP X meminta data berupa FP, terkadang ada beberapa klien yang

terlambat memberikan data tersebut. Oleh karena itu, agar pelaporan SPT PPN

tidak terlambat maka SPT PPN sengaja dibuat nihil terlebih dahulu. Untuk

selanjutnya pasti akan dilakukan Pembetulan SPT PPN. Hal ini dilakukan oleh

KKP X untuk menghindari denda keterlambatan yaitu sebesar Rp 500.000,00.

Namun hal ini jarang terjadi dalam KKP X, pelaporan SPT PPN Nihil ini lebih

sering dilakukan oleh beberapa klien yang membuat dan melaporkan SPT PPN-

nya sendiri.

6.) Adanya Kesalahan Pengisian SPT PPN oleh Klien

“...(1) Ada FP yang belum dilapor, (2) Adanya omzet tambahan yang belum

dilapor, biasanya omzet penjualan retail jadi yang penjualannya tanpa FP, (3)

Adanya kesalahan pengisian SPT PPN oleh klien. Alasan k-2 dan ke-3 tersebut

berpengaruh terhadap kurang bayar atau lebih bayar dalam SPT PPN, karena

mereka salah perhitungan dari januari 2014 maka pembetulan yang dilakukan

Page 16: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

juga harus 1 tahun masa pajak karena saling berkaitan hingga desember

2014...”, hasil wawancara dengan informan 2.

Tidak semua klien mengetahui dengan benar pengisian SPT PPN. Ada beberapa

klien yang salah ketika memasukan nominal lebih bayar masa sebelumnya ke

dalam SPT PPN masa tertentu. Hal ini akan berpengaruh besar terhadap total

PPN yang harus disetor ataupun hasil lebih bayar pada masa tersebut. Untuk itu,

klien tersebut menggunakan jasa KKP X untuk melakukan pembetulan SPT

PPN. Tidak hanya beberapa bulan saja, pembetulan yang dilakukan bisa jadi

langsung 1 tahun masa pajak karena SPT PPN satu sama lain berkaitan jika

terjadi lebih bayar di masa-masa tertentu. Hal ini terjadi akibat kesalahan klien

dalam mengisi SPT PPN.

7.) Terjadi Pembetulan Nomor Seri Faktur Pajak

“...Ada Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP) ganda jadi harus pembetulan ...”, hasil

wawancara dengan informan 1.

Pembetulan SPT PPN yang terjadi akibat adanya pembetulan NSFP bisa terjadi

dari pihak penjual ataupun dari pihak pembeli. Pembetulan NSFP yang terjadi

misalnya: adanya NSFP yang ganda, atau ada NSFP yang belum terpakai.

Mengingat NSFP yang digunakan dalam FP keluaran selalu runtun sesuai tanggal

transaksi, jika hal ini terjadi maka harus dilakukan pembetulan pada masa SPT

PPN yang berkaitan dengan lawan transaksi tersebut. Bisa jadi klien harus

melakukan pembetulan SPT PPN dalam 1 masa tahun pajak, jika setiap bulannya

klien melakukan transaksi dengan lawan transaksi yang melakukan pembetulan

NSFP tersebut.

Penerapan e-Faktur untuk Mengurangi Tingkat Pembetulan SPT PPN

Penerapan e-Faktur yang dilakukan oleh DJP ini dilatarbelakangi karena

maraknya penyalahgunaan FP serta tingginya biaya kepatuhan dan beban pengawasan

administrasi perpajakan. Lalu jika dikaitkan dengan masalah yang ada di KKP X

yaitu banyaknya pembetulan SPT PPN yang terjadi, kasus ini merupakan salah satu

biaya kepatuhan yang harus dikeluarkan oleh WP dalam administrasi perpajakannya

karena untuk SPT PPN pembetulan kurang bayar dikenai denda 2% dari kurang bayar

yang timbul dari adanya pembetulan SPT PPN. Contoh pembetulan SPT PPN yang

dilakukan oleh klien KKP X dengan alasan pembetulan yang berbeda-beda, lalu

apakah penerapan e-Faktur dapat mengatasi masalah yang ada tersebut. Untuk itu,

analisis diilakukan dengan mengkaitkan antara penyebab terjadinya pembetulan SPT

PPN klien KKP X dengan cara kerja e-Faktur. Berikut ini merupakan 5 alasan klien

KKP X melakukan Pembetulan beserta solusi yang diberikan melalui aplikasi e-

Faktur:

1.) Adanya Kesalahan Identitas lawan transaksi dalam FP keluaran

“Dalam aplikasi e-Faktur ini, kita harus mengisi detail identitas klien dengan

lengkap, sebelum membuat FP keluaran. Identitas tersebut antara lain: NPWP,

nama, alamat lengkap, jika salah satu keterangan alamat tidak diisi maka harus

diisi dengan tanda “-“. Jika tidak diisi, identitas tersebut dianggap tidak

Page 17: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

lengkap. Selain itu, identitas yang sudah tersimpan akan secara otomatis masuk

ke dalam daftar lawan transaksi sehingga untuk selanjutnya tidak perlu mengisi

identitas lawan transaksi yang bersangkutan”, pendapat informan 1.

NPWP merupakan salah satu identitas yang harus dilengkapi dalam membuat FP

keluaran. Kesalahan NPWP seringkali terjadi dalam pembuatan Faktur Pajak.

Dalam aplikasi e-Faktur, jika NPWP yang diisikan salah, maka terdapat

peringatan bahwa NPWP tidak valid. Jika dalam pembuatan FP keluaran

sebelumnya menggunakan aplikasi Microsoft Office Exel NPWP tidak dapat

diketahui kebenarannya dan dapat diisikan apasaja, maka dengan aplikasi e-

Faktur kesalahan NPWP lawan transaksi bisa dideteksi langsung. Dengan begitu,

kemungkinan terjadinya Pembetulan SPT PPN akibat kesalahan identitas lawan

transaksi dapat dikurangi dengan diterapkannya e-Faktur.

2.) Adanya FP keluaran yang tidak dilaporkan

Dalam Aplikasi e-Faktur, setiap FP keluaran yang dibuat harus di-upload terlebih

dahulu untuk mendapatkan kode QR sebagai pengganti tanda tangan basah dan

dianggap faktur sah oleh DJP.

“Kalau FP yang dibuat secara manual harus ada tanda tangan direktur atau

pengurus, sedangkan kalo di e-Faktur ini tanda tangannya harus pakai barcode.

Cara dapat barcode itu tadi kita harus meng-upload faktur pajak tersebut

terlebih dahulu sebelum dicetak. Selanjutnya ketika posting FP, FP Keluaran

yang sudah di-upload tersebut secara otomatis akan masuk ke dalam SPT PPN

masa yang bersangkutan. Jadi tidak akan ada FP Keluaran yang tidak terlapor”,

pendapat informan 2.

Hal ini menunjukan bahwa setiap FP yang akan diberikan kepada lawan transaksi

akan di-upload terlebih dahulu, sehingga kesalahan berupa FP keluaran yang

tidak dilapor dapat dikurangi. Mengingat setiap FP keluaran yang sudah di-

upload akan secara otomastis masuk ke dalam SPT PPN masa faktur pajak

tersebut ketika dilakukan posting faktur.

3.) Adanya Kesalahan Nominal FP

“Ketika membuat FP Keluaran detail transaksi dalam aplikasi e-Faktur diisi

secara rinci, mulai dari: harga per unit, kode barang, nama barang, jumlah unit

yang dijual. Perhitungan DPP PPN pun terkalkulasi secara otomatis di sini. Jadi

kemungkinan kesalahan nominal FP kecil sekali dengan adanya aplikasi e-

Faktur” pendapat informan 2.

Dalam aplikasi e-Faktur, ketika pembuatan FP keluaran detail transaksi seperti:

harga satuan barang, kode barang, dan jumlah barang yang diperdagangkan harus

diisi terlebih dahulu. Selain itu harga barang per unit harus selalu di-update jika

terjadi perubahan harga barang. Selanjutnya total DPP PPN akan terhitung secara

otomatis dari aplikasi tersebut. Dengan adanya daftar harga barang serta

perhitungan secara otomatis, maka kesalahan nominal FP akan semakin kecil

terjadi.

Page 18: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

4.) Keterlambatan Klien dalam Memberikan data FP

“Dalam aplikasi e-Faktur, aplikasi pembuatan FP dan pembuatan SPT PPN

merupakan satu kesatuan dalam aplikasi e-Faktur. Untuk FP Masukan kita

memang menunggu data dari klien, tetapi FP Masukan tersebut dapat

dikreditkan maksimal 3 bulan. Untuk FP Keluaran kita tidak harus menunggu

data dari klien untuk membuat SPT PPN sehingga penyebab kelima ini dapat

dicegah dengan aplikasi e-Faktur”, pendapat informan 1.

Pembetulan SPT PPN yang disebabkan karena keterlambatan klien dalam

memberikan data FP akan dapat dicegah dengan aplikasi e-Faktur. Dalam

Aplikasi e-Faktur, setiap FP keluaran yang dibuat harus di-upload terlebih dahulu

untuk mendapatkan kode QR sebagai pengganti tanda tangan basah dan dianggap

faktur sah oleh DJP. Hal ini menunjukkan bahwa setiap FP yang akan diberikan

kepada lawan transaksi akan di-upload terlebih dahulu, sehingga FP yang sudah

di-upload akan secara otomastis masuk ke dalam SPT PPN ketika dilakukan

posting faktur pajak masa tersebut tanpa meminta lagi data FP dari klien.

5.) Terjadi Pembetulan NSFP dari Lawan Transaksi

“Dalam aplikasi e-Faktur, setiap NSFP yang sudah digunakan tidak dapat

digunakan lagi secara otomatis. Selain itu, kita harus memasukkan terlebih

dahulu NSFP yang diperoleh dari DJP sehingga selain NSFP tersebut aplikasi e-

Faktur akan menolaknya. Begitu juga ketika meng-input FP Masukkan. Jadi

untuk penyebab yang ketujuh dapat dicegah dengan aplikasi e-Faktur ini”,

pendapat informan 1.

Jika nomor seri FP keluaran diisi dengan nomor yang sudah digunakan, muncul

pemberitahuan dari aplikasi bahwa nomor seri tersebut sudah digunakan.

Sehingga NSFP yang sama tidak dapat digunakan. Hal ini memberikan

kemungkinan tidak akan terjadi NSFP ganda yang akan digunakan pada FP

keluaran yang dibuat oleh lawan transaksi sebagai FP masukan klien.

Kemungkinan terjadinya pembetulan NSFP dapat dikurangi. Namun hal ini juga

tergantung dari kehati-hatian penggunaan jatah NSFP lawan transaksi untuk

membuat FP keluarannya.

Berdasarkan analisis di atas, dari 7 penyebab dilakukannya pembetulan SPT

PPN oleh klien KKP X, 5 diantaranya dapat dikurangi atau bahkan dicegah dengan

aplikasi e-Faktur. 5 penyebab terjadinya pembetulan SPT PPN tersebut, antara lain:

adanya kesalahan identitas lawan transaksi dalam FP keluaran, adanya FP keluaran

yang tidak dilaporkan, adanya kesalahan nominal faktur pajak, keterlambatan klien

dalam memberikan data faktur pajak, dan terjadinya pembetulan NSFP dari lawan

transaksi. Selain itu, berikut ini 2 penyebab terjadinya pembetulan SPT PPN yang

tidak dapat diatasi dengan aplikasi e-Faktur, yaitu:

1.) Adanya Omzet Tambahan yang Belum Dilaporkan

Pembetulan SPT PPN yang terjadi karena adanya omzet tambahan yang belum

dilapor tidak dapat dicegah dengan aplikasi e-Faktur karena dalam hal ini tidak

ada dokumen yang dapat digunakan sebagai perhitungan otomatis dari omzet

tersebut seperti faktur pajak.

Page 19: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

Menurut pendapat informan 1 dalam wawancara, “Informasi mengenai omzet

retail ini sepenuhnya diperoleh dari klien, sehingga penyebab ketiga ini tidak

dapat dicegah atau tidak dapat dikaitkan dengan aplikasi e-Faktur”.

Hal ini bergantung pada kehati-hatian klien dalam menghitung omzet yang tidak

direkam dalam FP keluaran. Omzet tambahan yang dimaksud dalam hal ini yaitu

penjualan retail atau eceran yang dilakukan oleh klien. Oleh karena itu, perlu

dilakukan pencatatan rutin dan sistematis dari setiap penjualan eceran yang

dilakukan klien dengan begitu ketika pelaporan SPT PPN harus dilakukan, omzet

dari penjualan retail sudah diketahui angkanya secara tepat.

2.) Adanya Kesalahan Pengisian SPT PPN oleh Klien

“Untuk penyebab keenam ini sepenuhnya kesalahan klien, jadi kemungkinan

besar tidak dapat dicegah dengan aplikasi ini. Tinggal bagaimana kita sebagai

konsultan pajaknya yang bisa memantau pengisian SPT PPN oleh klien kita”,

pendapat dari hasil wawancara dengan informan 1.

Adanya kesalahan Pengisian SPT PPN oleh klien KKP X merupakan hal yang

tidak dapat dicegah dengan aplikasi e-Faktur. Hal ini bergantung pada KKP X

dalam memberikan arahan mengenai cara pengisian SPT PPN yang benar kepada

kliennya. Untuk itu, KKP X perlu memantau kliennya dalam melaporkan SPT

PPN setiap bulannya. Dengan demikian tidak akan terjadi kesalahan pengisian

SPT PPN yang berpengaruh terhadap perhitungan PPN kurang atau lebih bayar.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan aplikasi e-Faktur dapat

mengurangi tingkat pembetulan SPT PPN oleh wajib pajak khususnya klien KKP X.

Namun, perlu diingat bahwa setiap aplikasi dijalankan oleh manusia. Sebagus

mungkin suatu sistem dibuat, tetapi itu semua bergantung pada manusia yang

menjalankan aplikasi tersebut. Di sini Faktor “human error” tidak masuk dalam

pertimbangan penelitian. Sehingga data yang di-input oleh manusia dalam hal ini

dianggap tidak ada kesalahan.

Analisis Triangulasi untuk Menguji Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

triangulasi dengan metode. Untuk pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil

penelitian, digunakan beberapa teknik pengumpulan data dengan satu sumber data.

Dalam hal ini sumber data yang dimaksud yaitu kedua informan yang merupakan staf

KKP X, serta beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain:

wawancara, dokumentasi, dan observasi. Berikut ini beberapa informasi yang

diperoleh beserta teknik pengumpulan datanya:

1. Untuk mengetahui perbedaan FP kertas dengan FP hasil aplikasi e-Faktur,

peneliti membandingkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-

24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,

Prosedur Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau

Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak sebagaimana telah

Page 20: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor PER-17/PJ/2014 dengan PER-16/PJ/2014 yang mengatur tentang tata

cara pembuatan FP elektronik. Selain itu, peneliti menggunakan catatan

pribadi yang diperoleh ketika mengikuti sosialisasi e-Faktur.

2. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan aplikasi e-Faktur, peneliti

menggunakan teknik wawancara dengan 2 informan yang merupakan staf

KKP X serta melakukan observasi langsung selama 2 bulan di KKP X untuk

menemukan kelebihan serta kelemahan aplikasi e-Faktur.

3. Untuk mengetahui penyebab pembetulan SPT PPN yang dilakukan klien KKP

X, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dokumentasi dengan

membandingkan SPT PPN normal dengan SPT PPN pembetulannya. Selain

itu, teknik wawancara dilakukan dengan kedua staf KKP X untuk mengetahui

penyebab dilakukannya pembetulan SPT PPN.

4. Untuk mengetahui penyebab pembetulan SPT PPN yang dapat atau tidak

dapat dikurangi dengan diterapkannya aplikasi e-Faktur, peneliti

menggunakan teknik wawancara dengan kedua staf KKP X serta melakukan

observasi langsung di KKP X selama 2,5 bulan dari tanggal 15 Juni 2015 –

31 Agustus 2015, untuk menemukan penyebab pembetulan SPT PPN yang

dapat atau tidak dapat dikurangi dengan diterapkannya aplikasi e-Faktur.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Berikut ini kelebihan dan kelemahan e-Faktur dibandingkan dengan pembuatan

faktur pajak secara manual dan aplikasi SPT PPN 1111.

a. Kelebihan dari aplikasi e-Faktur, meliputi: (1) dapat mencegah adanya FP

fiktif dengan adanya kode QR yang merupakan bukti pengesahan FP dari

DJP dan sebagai pengganti tandatangan basah, (2) lebih efisien dalam hal

transaksi FP karena FP tidak wajib dicetak, sehingga transaksi FP dapat

berupa file PDF, (3) meminimalisir tingkat kesalahan nominal FP dengan

keharusan untuk selalu meng-update ketika terjadi perubahan harga barang

per unit, dan (4) lebih mudah ketika meminta NSFP karena dapat dilakukan

secara online.

b. Penerapan aplikasi e-Faktur tidak hanya memiliki kelebihan, namun juga

terdapat beberapa kelemahan, antara lain: (1) harus tersedianya koneksi

internet karena tidak semua klien KKP X memilki sarana internet di tempat

mereka beroperasi, (2) waktu yang dibutuhkan untuk membuat FP keluaran

lebih lama dengan harus meng-update terlebih dahulu data harga barang

per unit sebelum membuat FP keluaran, dan (3) waktu yang dibutuhkan

untuk meng-input FP masukan lebih lama karena hingga saat ini belum

diketahui format skema impor yang dapat digunakan untuk meng-input

pajak masukan secara bersamaan.

2. Penerapan e-Faktur dapat mengurangi tingkat pembetulan SPT PPN jika dilihat

dari cara kerja sistem e-Faktur. Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa dari 7

alasan dilakukannya pembetulan SPT PPN oleh klien KKP X, 5 diantaranya,

Page 21: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

yaitu : (1) adanya kesalahan identitas lawan transaksi dalam FP keluaran, (2)

adanya FP keluaran yang tidak dilaporkan, (3) adanya kesalahan nominal FP,

(4) keterlambatan klien dalam memberikan data FP, (5) terjadi pembetulan

NSFP dari lawan transaksi, dapat dikurangi bahkan dapat dicegah dengan

aplikasi e-Faktur.

3. Penerapan e-Faktur dapat memperbaiki sistem administrasi PPN.

Keterbatasan

Pada bagian ini akan diungkapkan kelemahan-kelemahan yang disadari oleh

penelilti selama melakukan penelitian. Hal tersebut dirasa penting bagi penelitian

selanjutnya yang mengacu pada penelitian ini. Beberapa keterbatasan pada penelitian

ini yaitu: penelitian yang dilakukan kali ini hanya bisa melihat penerapan aplikasi e-

Faktur dari sudut pandang KKP X dan dengan keterbatasan waktu penelitian, karena

penelitian ini dilakukan tanggal 15 Juni – 31 Agustus 2015 yaitu 2 bulan setelah

aplikasi e-Faktur efektif diterapkan pada 1 Juli 2015.

Saran

Aplikasi e-Faktur efektif diterapkan mulai tanggal 1 Juli 2015 sehingga waktu

penelitan yang dilakukan oleh peneliti selanjutnya bisa lebih panjang. Dengan waktu

penelitian yang lebih lama tersebut, peneliti selanjutnya diharapkan dapat

menggunakan Wajib Pajak sebagai responden dalam penelitiannya dan dengan

metode penelitian berupa wawancara dan quisioner.

Page 22: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1996. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Djoko Muljono. 2010. Panduan Brevet Pajak. Yogyakarta : Andi.

Ely, Suhayati dan Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Teori dan Teknis

Perhitungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ibnu Subiyanto, 2000, Metodologi Penelitian, edisi 3, Yogyakarta, Penerbit UPP

AMP YKPN.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan

Pengusaha Kena Pajak Yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk

Elektronik

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta : ANDI.

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya Offset.

Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Pandiangan, Liberty. 2002. Pemahaman Praktis Undang-Undang Perpajakan

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-08/PJ/2013 tentang perubahan atas

Peraturan DJP PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian

Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara

Pembetulan Atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

dipersamakan dengan Faktur Pajak.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara

Pembuatan Dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran,

Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka

Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan Tata Cara

Pembatalan Faktur Pajak

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2010 tentang Bentuk, Isi, dan

Tata Cara Pengisian serta Penyampaian SPT Masa

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-45/PJ/2010 tentang Bentuk, Isi, dan

Tata Cara Pengisian serta Penyampaian SPT Masa PPN bagi PKP yang

Menggunakan Pedoman Perhitungan Pengkreditan Pajak Masukan

Sekaran, Uma. 2009. Research method for business-metodologi penelitian untuk

bisnis buku 1 edisi 4. Jakarta : Universitas Indonesia Esa Tunggal.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ/2015 tentang Penegasan

Penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak Dan Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak

Ulber, Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.

Page 23: PENERAPAN E-FAKTUR SEBAGAI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI …

Undang - Undang Nomor UU 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan

Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Untung Sukardji. 2011. Pajak Pertambahan Nilai Edisi Revisi 2011. Jakarta:

Rajawali Pers