33
i PENERAPAN FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) UNTUK MENGELUARKAN DAHAK PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI RUANG MELATI RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN SUCI MIHARTI A01401979 STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2016/2017

PENERAPAN FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) UNTUK …elib.stikesmuhgombong.ac.id/648/1/SUCI MIHARTI NIM. A01401979.pdf · studi kasus dengan penerapan. ... Setelah dilakukan pengkajian

Embed Size (px)

Citation preview

i

PENERAPAN FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) UNTUK

MENGELUARKAN DAHAK PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN

PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI RUANG MELATI

RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

SUCI MIHARTI

A01401979

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK

2016/2017

ii

PENERAPAN FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) UNTUK

MENGELUARKAN DAHAK PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN

PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI RUANG MELATI

RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

SUCI MIHARTI

A01401979

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK

2016/2017

iii

iv

v

vi

Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

KTI, Juli 2017

Suci Miharti1, Wuri Utami

2

ABSTRAK

PENERAPAN FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) UNTUK MENGELUARKAN

DAHAK PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN

PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI RUANG MELATI

RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar Belakang : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah gangguan saluran

pernapasan karena adanya sumbatan di dalam jalan nafas, yang ditandai dengan kesulitan

bernafas dan Respiratory Rate (RR) meningkat.

Tujuan Penulisan : Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian fisioterapi

dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak pada anak dengan Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA).

Metode Penulisan. Karya tulis ilmiah ini dengan metode deskriptif analisis dalam bentuk

studi kasus dengan penerapan.

Asuhan Keperawatan : Setelah dilakukan pengkajian didapatkan klien mengalami sesak

nafas, batuk, RR meningkat, auskultasi pada paru terdengar ronchi. Masalah keperawatan

yang didapatkan adalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

adanya penumpukkan sekret. Kemudian menyusun intervensi yaitu memonitor tanda vital

klien yang meliputi pola nafas, RR, Nadi, auskultasi suara nafas, selanjutnya adalah

kolaborasi pemberian terapi inhalasi dan tindakan fisioterapi dada (clapping).

Implementasi Keperawatan yang dilakukan selama 3x7 jam dengan hasil evaluasi

masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

adanya penumpukkan secret pada klien teratasi.

Kesimpulan. Tindakan Fisioterapi dada (clapping) terbukti dapat mengeluarkan dahak

pada anak.

Kata kunci : ISPA, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, fisioterapi dada.

1. Mahasiswa

2. Dosen

vii

DIII Program of Nursing Department

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong

Scientific Paper, July 2017

Suci Miharti1, Wuri Utami

2

ABSTRACT

THE APPLICATION OF CHEST PHYSIOTHERAPY (CLAPPING) TO

EXCRETE SPUTUM OF A CHILD WITH ACUTE RESPIRATORY

INFECTION (ARI) IN MELATI WARD OF

DR. SODIRMAN HOSPITAL OF KEBUMEN

Background. Ineffective airway clearance is a respiratory tract disorder due to a

blockage in the airway characterized by difficulty in breathing and respiratory rate (RR)

increase.

Objective. To describe a nursing care by giving chest physiotherapy (clapping) to excrete

sputum of a child with Acute Respiratory Inefection (ARI).

Method. This study is an analytical descriptive in the form of a case study with the

applicaation.

Nursing Care. The result of the assessment shows that the client had shortness of breath,

cough, RR increases, auscultation in the lung. The nursing problems found were

ineffective airway clearance associated with the accumulation of secretions. Then an

intervention was arranged to monitor the client’s vital sign, such as breath pattern, RR,

pulse, auscultation breath sound. Besides, collaboration of inhalation therapy and chest

physiotherapy (clapping) were also planned. The implementation of nursing care was

conducted in 3x7 hours’ time with the result of the nursing problems evaluation was that

ineffective airway clearance with thw accumulation of secretions of the client was

resolved.

Conclusion. Treatment of chest physitherapy (clapping) can excrete sputum of a child.

Keywords: Acute Respiratory Inefection (ARI), ineffective airway clearance, chest

physiotherapy.

1. Student

2. Lecturer

viii

DAFTAR ISI

COVER i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

LEMBAR PERNYATAAN v

ABSTRAK .................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penulisan 3

D. Manfaat Penulisan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Teori 5

B. Konsep Fisioterapi Dada 8

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Jenis Metode Kasus 11

B. Subyek Studi Kasus 11

C. Fokus Studi Kasus 11

D. Definisi Operasional 11

E. Instrumen Studi Kasus 12

F. Metode Pengumpulan Data 13

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus 14

H. Analisis Data dan Penyajian Data 14

I. Etika Studi Kasus 15

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus 17

B. Pembahasan 25

C. Keterbatasan 28

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 29

B. Saran 29

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin.

Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan pengetahuan selama

penerapan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan ujian komprehensif ini dnegan judul “Penerapan

Fisioterapi Dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak pada anak dengan Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman

Kebumen”. Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

terimakasih kepada :

1. Kedua Orangtua yang selalu mendukung, memberikan kasih sayang,

bimbingan, nasihat, semangat dan do’a yang tidak ada putusnya serta

pelajaran berharga bagi penulis.

2. Herniyatun, M.Kep. Sp. Mat selaku ketua STIKes Muhammadiyah

Gombong, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan keperawatan.

3. Nurlaila, S.Kep. Ns. M. Kep selaku ketua prodi DIII Keperawatan STIKes

Muhammadiyah Gombong dan selaku dewan penguji Karya Tulis Ilmiah.

4. Wuri Utami, S.Kep. Ns. M.Kep selaku pembimbing penulisan karya tulis

komprehensif untuk melakukan ujian akhir.

5. Pembimbing ruangan beserta staf medis dan karyawan yang telah

memberikan izin dan tempat untuk melaksanakan ujian akhir.

6. Teman-teman seperjuangan penulis dalam menempuh KTI jenjang DIII

Keperawatan yang ikut serta dalam memberikan bantuan, semangat serta

do’a untuk kelancaran tugas akhir ini.

xi

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya

tulis ini, oleh sebab itu sartan dan kritik yang mendukung sangat berarti bagi

penulis untuk menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga laporan ini

dapat membawa manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu keperawatan.

Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penulis

Suci Miharti

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

ISPA adalah proses infeksi akut yang berlangsung selama 14 hari,

yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian

dan atau lebih pada saluran nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga

alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,

rongga telinga tengah dan pleura. Gejala awal yang muncul biasanya

disertai batuk pilek, kemudian diikuti dengan nafas cepat atau sesak napas.

Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernafas, tidak dapat

minum, kejang, kesadaran menurun dan meninggal bila tidak segera

diobati (Syair, 2009). Usia balita adalah kelompok paling rentan dengan

infeksi saluran pernafasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan

mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di negara berkembang

(Depkes RI, 2008).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Indonesia menempati

urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita.

Penyakit batuk pilek yang terjadi pada balita diperkirakan 3-6 kali

pertahun. Selain itu ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama

kunjungan pasien di sarana kesehatan dan berada pada daftar 10 penyakit

terbanyak di Rumah Sakit.

Menurut Mairusnita (2007), ISPA merupakan salah satu penyebab

kematian tersering pada anak di negara berkembang. ISPA masih

merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan

kematian balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang

terjadi. Untuk itu dalam Millenium Decelopment Goals (MDG) telah

dicanangkan komitmen bidang kesehatan yang akan menurunkan 2/3

kematian balita pada rentang waktu antara 1990-2015.

2

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011), hasil Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI), 2002-2003 dikatakan bahwa Angka

Kematian Balita (AKBA) di Indonesia sekitar 35/1000 kelahiran hidup.

Sekitar empat dari limabelas juta perkiraan kematian anak berusia dibawah

5 tahun pada setiap tahunnya sebanyak 2/3 kematian tersebut adalah bayi.

Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%,

kematian terbesar umumnya adalah pnemonia dan pada bayi berumur

kurang dari 2 bulan.

Menurut laporan Riskesdas 2013, Period Prevalence tertinggi

pnemonia balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan (21,7%).

Menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah (2010), penemuan dan

penanganan penderita ISPA mengalami fluktasi yaitu sebesar 25,90%

(2009) , mengalami peningkatan sebesar 40,63% (2010), menurun menjadi

25,5% (2011), kemudian mengalami penurunan menjadi 24,74% (2012)

dengan jumlah kasus sebanyak 64.242 kasus. Angka ini masih sangat jauh

dari target standar pelayanan minimal (SPM) tahun 2010 (100%) dengan

presentase tertinggi yaitu Kabupaten Kebumen (93,03%) (Dinkes Jateng,

2012).

Menurut data profil Kesehatan Kabupaten Kebumen (2012),

sebanyak 12. 535 balita atau 29,7% dari total kesaitan yang disebabkan

oleh ISPA. Dan dari balita yang terkena ISPA tersebut 9,11% berstatus

gizi kurang dan 0,04% berstatus gizi buruk.

Banyak penyakit infeksi saluran nafas yang dikelompokkan ke

dalam ISPA. Sehingga kita perlu mengetahui apa sebetulnya penyakit

infeksi yang dialami anak-anak. Apakah penyakit tersebut disebabkan oleh

virus atau bakteri? Diagnosis yang spesifik serta penyebabnya akan

menentukan penangan selanjutnya. Apabila anak menderita pnemonia

bakterial maka ia memerlukan antibiotik dan mungkin juga perlu

perawatan di Rumah Sakit. Agar tidak tertular ISPA maka cara yang bisa

kita lakukan adalah dengan menutup mulut dan hidung saat kita

batuk/bersin, cuci tangan dengan sabun setelah batuk/bersin, gunakan

3

masker (jika anak kooperatif) dan menghindari kontak terlalu dekat

dengan bayi atau manular.

Beberapa dampak yang diakibatkan oleh penyakit ISPA bagi anak-

anak antara lain : kesulitan bernafas, demam tinggi, kesadaran menurun,

batuk dan tenggorokan terasa sakit serta anak akan mudah lelah dan

aktivitas lebih terbatas tidak seperti anak-anak lainnya yang sehat. Bahkan

komplikasi dari ISPA dapat mengakibatkan kerusakan permanen dan

bahkan kematian.

Menurut Syair (2009), beberapa faktor yang menjadi penyebab

angka kejadian ISPA pada balita tinggi antara lain yaitu, keadaan gizi yang

kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi

normal, karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi

sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan

mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita akan

lebih mudah terserang ISPA berat bahkan serangannya lebih lama.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan dengan fisioterai dada (clapping) untuk

mengeluarkan dahak pada anak dengan ISPA?

C. Tujuan

1) Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian fisioterapi

dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak pada anak dengan Infeksi

Saluran Pernapasan Akut.

2) Tujuan Khusus :

a. Menggambarkan bersihan jalan nafas sebelum dilakukan

fisioterapi dada (Clapping), meliputi pola nafas, frekuensi

nafas, dan suara Nafas.

4

b. Menggambarkan bersihan jalan nafas setelah dilakukan

fisioterapi dada (Clapping), meliputi pola nafas, frekuensi

nafas, dan suara Nafas.

D. Manfaat

1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pengaruh fisioterapi

dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak pada anak dengan Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

2. Bagi Pengembangan Ilmu Teknologi Keperawatan

Menambah Keluasan ilmu dan teknologi terapi bidang keperawatan

dalam pengaruh fisioterapi dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak

pada anak dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dan mengimplementasikan pengaruh

fisioterapi dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak pada anak

dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, S., (2009). Faktor Resiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) pada Balita. From : http//syair79.wordpress.com.

Diaskes pada 17 Maret 2012.

Ariasti, D., (2014). Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan

Jalan Nafas pada Pasien ISPA di Desa Pucung Erpmoko

Wonogiri. Wonogiri : Kosma.

Asmadi, (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi

Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Budiman, C., (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran Indonesia.

Depkes RI, (2008). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Depkes RI, (2007). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI, (2007). Pedoman Pemberantasan Penyakit Saluran Pernapasan Akut.

Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Dinkes, Jateng. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang :

Dinkes Jateng.

Dinkes, Kebumen. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen.

Everard. (2015). Pediatric Respiratory Infection. Australia : Comersial Lisecence.

Handayani isti, dkk (2009). Dokumentasi Keperawatan “DAR” Panduan Konsep

dan Aplikasi. Yogyakarta : Mitra Cendekia.

Herdman T. Heather. (2015). NANDA International inc. Nursing Diagnoses :

Definitions & Clasification 2015-2017. Budi Ana Keliat ...

[Et al] (2015) (Alih Bahasa). Jakarta : EGC.

Hidayat, A.A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa

Data. Jakarta : Salemba Medika.

Kemenkes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta : Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

Maidartati. (2014). Pngaruh Fisioterapi Dada. Terhadap Bersihan Jalan Nafas

pada Anak Usia 1-5 Tahun yang Mengalami Gangguan

Bersihan Jalan Nafas di Puskesmas Moch. Ramdhan

Bandung. Bandung. Bandung : Fakultas Ilmu Kedokteran.

Mairusnita, (2007). Karakteristik Penedritaan Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

pada Balita. Medan : USU.

Marni. (2014). Buku Ajar Keperawatan pada Anak dengan Gangguan

Pernapasan. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Nelson. (2008). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan.Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementrian RI. Diaskes : 19 Oktober 2014, dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20

Riskesdas%202013.pdf.

Suharsimi, A., (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Wong Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6 Vol 2.

Jakarta : Pe nerbit Buku Kedokteran EGC.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) PADA ANAK USIA 1-2 TAHUN

Sumber : Lisensi Youtube Standar “Dari Hati”

PENGERTIAN Tindakan untuk mengeluarkan sekret yang terakumulasi

dan mengganggu di saluran nafas bagian bawah.

TUJUAN 1. Membersihkan jalan nafas dari akumulasi sekret.

2. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret.

KEBIJAKAN Klien dengan akumulasi sekret pada saluran nafas bagian

bawah.

PETUGAS Perawat

PERALATAN 1. Minyak kayu putih

2. Alas/perlak

3. Stetoskop

4. Air Panas dalam baskom

5. Tissue

6. Handuk kecil

TAHAP KERJA A. Tahap Pra-Interaksi

1. Melakukan pengecekan program terapi

2. Menyiapkan air panas dalam baskom

3. Menambahkan minyak kayu putih pada air

panas yang akan digunakan

4. Membawa alat di dekat pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam sebagai pendekatan

terapeutik

2. Menanyakan nama dan tanggal lahir pasien

(melihat gelang pasien)

3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan

dilakukan kepada keluarga pasien.

4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan

keluarga pasien.

C. Tahap Kerja

1. Mencuci Tangan

2. Membaca tasmiyah.

3. Menjaga privacy klien.

4. Memasang alas/perlak dan bengkok pada

pangkuan dan air panas pada baskom di lantai.

5. Mengatur posisi pasien (tengkurap di

pangkuan) dengan wajah menghadap ke

baskom yang berisi air panas.

6. Menutup kepala pasien dengan handuk kecil

agar aroma minya kayu putih dapat terhidup

dengan benar.

7. Lakukan clapping dengan cara tangan perawat

menepuk punggung secara bergantian.

8. Lakukan vibrasi pada punggung pasien saat

dahak keluar, kemudian bersihkan area mulut

dan hidung pasien dengan tissue.

9. Berikan minyak kayu putih pada punggung

dan telapak kaki pasien.

10. Melakukan auskultasi paru.

11. Merapikan keadaan pasien.

D. Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan.

2. Membaca tahmid dan berpamitan pada pasien.

3. Merapikan alat-alat

4. Mencuci tangan.

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan

keperawatan.