Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN JURNALISME DAMAI
DALAM PROGRAM MATA NAJWA
EPISODE PASCA PEMILIHAN PRESIDEN 2019
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Suci Nurhaliza Hermawati
NIM: 11150510000016
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
i
ii
iv
Abstrak
Suci Nurhaliza Hermawati, NIM 11150510000016
Penerapan Jurnalisme Damai dalam Program Mata Najwa
Episode Pasca Pemilihan Presiden 2019
Pemilihan Presiden 2019 menyisakan banyak
pembelajaran baru dalam berdemokrasi bagi seluruh masyarakat
Indonesia. Tahapan pemilu yang memakan waktu berbulan-bulan
membuat hawa politik di Indonesia begitu panas dan menyebabkan
polarisasi yang luar biasa. Para elit juga tak henti-hentinya saling
melempar tudingan kecurangan dan merasa dirinya paling benar.
Media sudah seharusnya berperan sebagai peredam konflik
dengan memastikan berita yang dihasilkan tidak berpotensi
memperpanjang konflik, sehingga media perlu menerapkan
Jurnalisme Damai. Salah satu media yang telah menjadi primadona
masyarakat untuk memperoleh informasi seputar Pilpres 2019
adalah Mata Najwa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai penerapan Jurnalisme Damai
dalam program Mata Najwa yang ditayangkan pasca pemungutan
suara hingga batas akhir rekapitulasi suara oleh KPU, di mana pada
periode tersebut perselisihan akibat pemilu berada pada tensi yang
sangat panas dan mengalami puncaknya pada 22 Mei 2019.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode analisis framing Robert Entman yang berasumsi bahwa
framing merupakan proses seleksi dari berbagai aspek realitas
sehingga bagian tertentu lebih menonjol dibanding aspek lain.
Teori yang digunakan adalah teori Jurnalisme Damai yang
digagas oleh Prof. Johan Galtung, dengan memperhatikan empat
orientasi yaitu perdamaian, kebenaran, masyarakat, dan
penyelesaian.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Mata Najwa telah
memenuhi prinsip-prinsip Jurnalisme Damai dalam tayangannya.
Dalam enam episode yang diteliti, Mata Najwa selalu memberikan
kesempatan yang sama pada semua pihak yang berperan dalam
jalannya Pemilu 2019, termasuk masyarakat yang terkena dampak.
Kata kunci: jurnalisme damai, analisis framing Robert Entman,
Pilpres 2019, Mata Najwa.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pemurah dan lagi
Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
dalam kehidupan umat manusia. Atas rahmat dan karunia-Nya
jugalah peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Penerapan Jurnalisme Damai dalam Program Mata Najwa
Episode Pasca Pemilihan Presiden 2019”. Tidak lupa juga
shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari
sempurna namun tidak menghilangkan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah terlibat, baik secara moril maupun materil.
Dengan demikian peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Suparto, M.Ed., Ph.D.; Wakil Dekan I Bidang Akademik,
Dr. Siti Napsiyah, S.Ag.; Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag.; dan
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Cecep
Castrawijaya, M.A.
2. Ketua Jurusan Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si., dan
Sekretaris Jurusan, Dra. H. Musfirah Nurlaily, M.A.
3. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Suhaimi, M.Si., yang
senantiasa membimbing, mengarahkan, dan memberikan
dukungan penuh selama proses penelitian.
vi
4. Seluruh jajaran dosen dan staff Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Produser Mata Najwa, Mas Wahyu Arifin, dan segenap
pimpinan serta karyawan Narasi TV yang telah bersedia
membantu peneliti dalam kegiatan wawancara untuk
memenuhi data yang dibutuhkan dalam penelitian.
6. Kedua orang tua yang peneliti cintai, Bapak Wanda
Hermawan dan Ibu Holisoh, atas doa yang tak pernah lelah
dipanjatkan untuk peneliti dan selalu memberikan
dukungan moril dan materiil kepada peneliti. Terima kasih
atas kasih sayang dan cinta yang tak pernah putus.
7. Saudara kandung peneliti, Muhammad Fadzli Ubaydillah,
beserta seluruh kerabat yang selalu menyemangati peneliti
dalam menyelesaikan studi.
8. Eriyana Putri Nuramdani, sahabat yang selalu menjadi
tempat berkeluh kesah. Terima kasih karena selalu bisa
diandalkan sebagai pendengar dan penasehat yang baik.
Thank you for existing and making me feel blessed.
9. Pawit Fuji Lestari, Ifna Maulida, dan Rizki Kusumawati,
sahabat yang selalu memberikan keceriaan semasa kuliah.
Terimakasih atas support yang telah kalian berikan.
Semoga kita menjadi apa yang kita harapkan di masa
depan.
10. Ergita Purnama dan Ineike Pramestiya, terimakasih telah
menjadi sahabat yang baik semasa kuliah dan selalu
menemani serta membantu peneliti dalam lika-liku proses
vii
pengerjaan skripsi ini. Terimakasih karena selalu
membawa energi positif kemana pun kalian pergi.
11. Alfi Salamatuz Zakiyah, sahabat yang selalu membuat
peneliti terasa terlindungi. Terima kasih telah menjadi saksi
perjuangan penulisan skripsi ini.
12. Teman-teman Jagung DNK TV angkatan 6 yang telah
memberikan warna yang indah nan sempurna dalam jejak
langkah kehidupan peneliti. Terimakasih banyak telah
menorehkan banyak kisah berharga.
13. Chika Chyntia dan Nursyifa Fauziyah, sahabat baik sejak
SMA dan perkuliahan. Terimakasih atas segala bantuan
yang amat berarti dan hal-hal baik yang telah kalian
lakukan.
14. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2015 dan Riungan
Mahasiswa Sukabumi (RIMASI) angkatan 2015.
Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih telah
memberikan semangat dan bantuan kepada peneliti untuk
menyelesaikan penelitian ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 28 Maret 2020
Suci Nurhaliza Hermawati
viii
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan .........................................................................i
Lembar Persetujuan Pembimbing. ................................................ ii
Lembar Pengesahan ..................................................................... iii
Abstrak. ........................................................................................ iv
Kata Pengantar .............................................................................. v
Daftar Isi......................................................................................vii
Daftar Tabel. ................................................................................ xi
Daftar Gambar ........................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................ 6
C. Rumusan Masalah ............................................. 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................... 7
E. Tinjauan Pustaka ............................................... 8
F. Metodologi Penelitian ....................................... 9
G. Pedoman Penulisan............................................ 14
H. Sistematika Penulisan........................................ 14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA...............................................
16
A. Landasan Teori .................................................. 16
1. Jurnalisme Damai dalam Sejarah
Jurnalistik ...................................................
16
2. Jurnalisme Damai Prof. Johan Galtung...... 17
3. Analisis Framing ....................................... 29
ix
4. Analisis Framing Robert N. Entman ............ 36
B. Kajian Pustaka ..................................................... 44
C. Kerangka Berpikir. .............................................. 47
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ....... 51
A. Profil Trans 7 ....................................................... 51
B. Profil Narasi TV .................................................. 53
C. Profil Mata Najwa ............................................... 55
D. Profil Najwa Shihab ............................................ 57
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN................... 60
A. Mata Najwa Episode Pasca Pemilihan
Presiden 2019 ........................................................ 60
1. Mata Najwa Episode 17 April 2019. ................. 61
2. Mata Najwa Episode 24 April 2019. ................. 64
3. Mata Najwa Episode 1 Mei 2019 ...................... 67
4. Mata Najwa Episode 8 Mei 2019 ...................... 70
5. Mata Najwa Episode 15 Mei 2019 .................... 73
6. Mata Najwa Episode 22 Mei 2019 .................... 75
B. Analisis Framing pada Program Mata Najwa
Episode Pasca Pemilihan Presiden 2019. .............. 78
BAB V PEMBAHASAN ...................................................... 118
A. Penerapan Jurnalisme Damai dalam Program
Mata Najwa Episode Pasca Pemilihan
Presiden 2019. ..................................................... 118
x
BAB VI PENUTUP ............................................................... 146
A. Kesimpulan .......................................................... 146
B. Implikasi .............................................................. 148
C. Saran .................................................................... 149
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 150
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Episode-Episode Mata Najwa
17 April-22 Mei 2019 ................................. 60
Tabel 4.2 VT Mata Najwa 17 April 2019 ................... 62
Tabel 4.3 VT Mata Najwa 24 April 2019.................... 65
Tabel 4.4 VT Mata Najwa 1 Mei 2019........................ 67
Tabel 4.5 VT Mata Najwa 8 Mei 2019....................... 71
Tabel 4.6 VT Mata Najwa 15 Mei 2019..................... 73
Tabel 4.7 VT Mata Najwa 22 Mei 2019 .................... 76
Tabel 4.8 Analisis Framing R. Entman Mata Najwa
17 April 2019 ............................................. 83
Tabel 4.9 Analisis Framing R. Entman Mata Najwa
24 April 2019 ............................................ 89
Tabel 4.10 Analisis Framing R. Entman Mata Najwa
1 Mei 2019 ................................................. 96
Tabel 4.11 Analisis Framing R. Entman Mata Najwa
8 Mei 2019 .................................................. 100
Tabel 4.12 Analisis Framing R.Entman Mata Najwa
15 Mei 2019 ................................................ 106
Tabel 4.13 Analisis Framing R. Entman Mata Najwa
22 Mei 2019 ................................................ 112
Tabel 5.1 Penerapan Jurnalisme Damai pada Mata
Najwa 17 April 2019. .................................. 121
Tabel 5.2 Penerapan Jurnalisme Damai pada Mata
xii
Najwa 24 April 2019.................................... 125
Tabel 5.3 Penerapan Jurnalisme Damai pada Mata
Najwa 1 Mei 2019....................................... 130
Tabel 5.4 Penerapan Jurnalisme Damai pada Mata
Najwa 8 Mei 2019....................................... 134
Tabel 5.5 Penerapan Jurnalisme Damai pada Mata
Najwa 15 Mei 2019.................................... 139
Tabel 5.6 Penerapan Jurnalisme Damai pada Mata
Najwa 22 Mei 2019.................................... 143
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Logo TRANS7........................................... 51
Gambar 3.2 Logo Narasi TV......................................... 53
Gambar 3.3 Logo Mata Najwa...................................... 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembahasan mengenai Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019
selalu dapat menarik perhatian. Semua media di Indonesia, baik
cetak, elektronik, maupun online kerap menyajikan berita-berita
yang erat kaitannya dengan para pasangan calon presiden dan
calon wakil presiden. Berita-berita yang ditayangkan dibingkai
sedemikian rupa untuk menciptakan citra yang baik bagi kedua
capres-cawapres. Di sisi lain, berita-berita yang dinilai
menjatuhkan citra pun sering ditemukan dan mewarnai tahun
politik.
Meskipun Pemilihan Umum (Pemilu) telah dilaksanakan
pada 17 April 2019 lalu, ternyata tak membuat kedua kubu
pendukung masing-masing capres-cawapres menghentikan
kebisingan yang telah terjadi sejak beberapa bulan ke belakang.
Hal ini disebabkan banyaknya isu-isu yang beredar di masyarakat
dan pemberitaan di media yang dianggap merugikan capres-
cawapres mereka, salah satunya isu mengenai berbagai
kecurangan. Dua kubu pendukung capres-cawapres berlomba-
lomba menampilkan kebenaran versi masing-masing dan saling
menyerang satu sama lain. Tak jarang mereka saling menjelekkan
dan menjatuhkan pasangan calon lawan sehingga konflik semakin
memanas. Kegiatan jurnalistik yang seharusnya dapat
meminimalisir konflik, beberapa justru malah memperkeruh
suasana dengan menampilkan berita-berita negatif.
2
Media merupakan sarana penyumbang informasi terbesar
kepada publik. Maraknya berbagai isu yang beredar, menjadikan
media semakin giat memainkan perannya dalam memenuhi
kebutuhan publik akan berita dan fakta. Isu yang beredar
terkadang memposisikan media untuk menciptakan propaganda
yang berimplikasi terhadap kemajuan dan ketenaran media yang
pada hakikatnya menganut asas media komersil.
Di era kebebasan ini, tidak ada syarat ketat dalam
mengelola dan menerbitkan media massa seperti yang terjadi pada
orde baru sehingga siapa yang memiliki modal dan kemampuan
berhak mengelola penerbitan media massa. Pemberitaan oleh
media menjadi subjektif, karena isi media dapat dikonstruksi oleh
pemilik dengan beberapa penonjolan dalam sudut pandang
tertentu. Media dapat menjadi komunikator yang memainkan isi
berita sehingga isi berita dapat dikontrol oleh media massa.
Hal ini memang menjadikan isi berita seperti dua mata
pisau. Media massa dapat memberitakan konflik secara
berimbang dengan prinsip jurnalisme damai sehingga isi berita
yang disampaikan dapat meredam konflik. Namun di sisi lain,
media massa juga dapat menggunakan kekuasaannya dengan
prinsip jurnalisme perang dengan memberitakan konflik secara
membabi buta tanpa memperhatikan norma-norma budaya yang
ada sehingga isi berita dimaksud malah memperparah sebuah
konflik yang terjadi di masyarakat.1
1 Bend Abidin Santosa, “Jurnalisme Damai dan Peran Media Massa
dalam Mengatasi Konflik di Indonesia”, Jurnal Komunikasi Islam Vol.6 No.2,
2016, h.283
3
Tidak dapat disangkal bahwa dalam media komunikasi,
baik cetak maupun audio-visual, kehadiran informasi atau berita
merupakan faktor yang sangat penting. Ia berada di posisi teratas
dalam skala prioritas media dibandingkan dengan pendidikan atau
hiburan sebagai tujuan-tujuan yang lain.2
Dalam kaitannya dengan Pemilihan Presiden (Pilpres)
2019, media massa sebagai sarana kampanye yang efektif kepada
masyarakat. Pernyataan-pernyataan yang bersifat propaganda
muncul dalam liputan media sebagai bentuk kampanye nilai-nilai
strategis yang sedang diperjuangkan. Bahkan, tidak jarang media
menurunkan informasi-informasi tersebut secara bersilangan,
untuk mengadu domba kelompok-kelompok yang sedang bertikai,
sebagai strategi agar berita tersebut berkesan bombastis dan dapat
memenangkan pasar.
Secara tidak langsung, media massa berpotensi
menggerakkan atau malah meredam konflik di tengah masyarakat,
yang dilakukan dengan membentuk opini publik. Terlebih dalam
pemberitaan konflik, media massa bisa menjadi alat propaganda
yang efektif untuk menjatuhkan atau menggulingkan pemerintah.
Banyak penguasa menggunakan media untuk melanggengkan
kekuasaannya.3
Dalam membahas sebuah konflik, media sudah seharusnya
menerapkan prinsip jurnalisme damai agar suasana tidak semakin
tegang sehingga memicu kericuhan yang lebih besar lagi.
2 Tim Redaksi LP3ES,Jurnalisme Liputan 6: Antara Peristiwa dan
Ruang Publik (Jakarta: LP3ES, 2006), h.33 3 Eni Setiati,Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan (Yogyakarta: Penerbit
Andi, 2015), h.75
4
Jurnalisme damai menyorot aspek-aspek yang mendorong bagi
penyelesaian konflik. Oleh karena itu, jurnalisme damai
mengangkat hal-hal yang bersifat mendukung ke arah
perdamaian, salah satunya adalah sikap ketidakberpihakan pada
kubu manapun yang terlibat konflik.
Salah satu produk jurnalistik yang hadir untuk memenuhi
kebutuhan informasi adalah program talkshow berita televisi.
Dikatakan produk jurnalistik sebab peneliti melihat bahwa
program talkshow berita telah menjalankan fungsi-fungsi
jurnalistik seperti yang tercantum dalam pasal 3 UU No. 40 tahun
1999, yaitu sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan
kontrol sosial. Mereka juga melaksanakan kerja-kerja jurnalistik
dari mulai riset, mengumpulkan informasi, mengolah informasi,
dan menyiarkannya kepada khalayak.
Di Indonesia, ada 12 talkshow televisi yang mampu
mengudara selama lebih dari 5 tahun. Program-program tersebut
diantaranya Kick Andy (Metro TV), Apa Kabar Indonesia Pagi
(TV One), Apa Kabar Indonesia Malam (TV One), Mata Najwa
(Metro TV, sekarang TRANS7 bekerjasama dengan Narasi TV),
Just Alvin (Metro TV), dan Ada Apa Berita (Jak TV).
Menurut Emily Hammer dalam Talkshows, Political,
talkshow dengan tema politik mempunyai peran sebagai ruang
yang sangat memungkinkan penontonnya membentuk pandangan
politik. Ia juga mengatakan dengan adanya talkshow, jurnalisme
televisi berkembang nenjadi sarana pengawas para politikus dan
pejabat publik. Hal ini juga ditekankan Wimar Witoelar ketika
berbicara mengenai ide dibalik pembuatan talkshow Perspektif
5
yang tayang pada 1990an. Wimar mengatakan bahwa talkshow,
apalagi yang ditayangkan live, memungkinkan percakapan
tentang politik berlangsung terbuka.4
Di antara program-program tersebut, yang paling menarik
perhatian peneliti adalah program Mata Najwa yang dipandu oleh
jurnalis senior Najwa Shihab. Jika dibandingkan dengan program
lainnya, Mata Najwa merupakan sebuah program talkshow berita
yang tidak hanya sekedar menampilkan tanya jawab, tapi juga
menggali lebih dalam isu yang sedang dibahas dari narasumber
terpercaya sehingga dapat membuka fakta-fakta baru dari
berbagai sisi. Mata Najwa juga selalu menawarkan solusi dari
permasalahan yang dibahas. Hal ini identik dengan ciri jurnalisme
damai yang selalu membuka fakta dan membongkar kepalsuan
serta memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi.
Mata Najwa hadir sebagai salah satu pilar demokrasi untuk
membuka mata masyarakat terhadap permasalahan yang sedang
dihadapi. Dalam Pemilu 2019, Mata Najwa berpartisipasi dalam
mendidik masyarakat agar dapat melihat yang terbaik untuk masa
depan mereka. Setelah pencoblosan pun, Mata Najwa membuka
mata masyarakat mengenai banyaknya polarisasi dan perilaku-
perilaku tokoh elit dalam menghadapi hal tersebut.
Memasuki tahun politik, Mata Najwa selalu menyajikan
talkshow yang berkaitan dengan Pilpres 2019 bersama dengan dua
kelompok pendukung capres-cawapres. Program ini kemudian
4 Husen Abdul Salam, “Arti Penting Talk Show Politik: Cerita dari
Amerika” (https://tirto.id/arti-penting-talk-show-politik-cerita-dari-amerika-
cukU, diakses pada 28 April 2020 pukul 08.58)
6
telah menjadi primadona di masyarakat sebagai program yang
dapat menampilkan lebih dekat bagaimana sosok calon presiden
dan wakil presiden pilihan mereka.
Mata Najwa juga telah mendapatkan banyak penghargaan
diantaranya pemenang kategori Program Televisi Talkshow Berita
KPI Awards 2018 dan pemenang kategori Program Talkshow
Berita Panasonic Gobel Awards 2019. Selain itu host program
Mata Najwa, Najwa Shihab, juga memenangkan penghargaan
kategori Presenter Talkshow Berita Terfavorit di Panasonic Gobel
Awards 2019.
Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai penerapan jurnalisme damai dalam program
tersebut, namun dibatasi pada episode yang ditayangkan pasca
Pilpres 2019 hingga 22 Mei 2019 yang merupakan tanggal batas
akhir rekapitulasi suara di tingkat nasional oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Republik Indonesia.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini berfokus pada penerapan jurnalisme damai
dalam program Mata Najwa, salah satu program talkshow berita di
sebuah stasiun televisi. Adapun episode yang diteliti adalah
episode yang ditayangkan pasca pilpres 2019, yaitu 17 April 2019
hingga 22 Mei 2019 yang merupakan tanggal batas akhir
rekapitulasi suara di tingkat nasional oleh KPU. Peneliti memilih
rentang waktu tersebut karena pada saat itu suasana antar kedua
pendukung capres-cawapres begitu panas. Hal ini disebabkan
7
banyaknya serangan isu-isu negatif yang membuat mereka
berselisih satu sama lain.
C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan jurnalisme damai dalam
program Mata Najwa ditinjau dari orientasi perdamaian, orientasi
kebenaran, orientasi masyarakat, dan orientasi solusi?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
program Mata Najwa dalam menerapkan jurnalisme damai
dalam pemberitaan pasca Pilpres 2019.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
Memberi sumbangsih ilmiah dalam perkembangan
ilmu pengetahuan di bidang Jurnalistik mengenai praktik
jurnalisme damai di sebuah media dalam menyoroti
sebuah isu atau kasus. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat membantu peneliti lain yang nantinya bisa
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sebuah
penelitian dalam bidang Jurnalistik.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan untuk memperkuat eksistensi dan kredibilitas
8
Program Mata Najwa dalam menyorot sebuah kasus,
terutama kasus-kasus konflik.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelumnya terdapat peneletian yang hampir serupa dan
menjadi insipirasi bagi peneliti, yaitu:
a. Skripsi berjudul “Praktik Jurnalisme Damai dalam
Pembingkaian Berita Konflik Poso III Antarumat Islam
dan Kristen di Harian Umum Republika”, karya Dimas
Bagus Laksono (FIDKOM UIN Jakarta, 2017).
b. Skripsi berjudul “Jurnalisme Damai Media Online
dalam Kasus Lurah Susan”, karya Indah Fajar Rosalina
(FIDKOM UIN Sunan Kalijaga, 2014).
c. Jurnal berjudul “Jurnalisme Damai dalam Pemberitaan
Ahmadiyah pada Harian Jawa Pos”, karya Rindang
Senja Andarani (Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi
FISIP UNDIP).
d. Jurnal berjudul “Jurnalisme Damai dalam Berita
Konflik Agama Tolikara di Tempo.co”, karya
Christiany Juditha (Puslitbang Aplikasi Informatika dan
Informasi Komunikasi Publik Kemenkominfo RI,2016).
e. Jurnal berjudul “Jurnalisme Damai dalam Pemberitaan
Pembakaran Gereja di Aceh Singkil Pada Harian
Waspada”, karya Raihan Nusyur (Magister Radio dan
Televisi, Marmara University, Turky, 2017).
9
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, yang
memandang bahwa suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil
konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat
relatif. Paradigma ini menyatakan bahwa kenyataan itu hasil
konstruksi dari manusia itu sendiri. Kenyataan itu bersifat ganda,
dapat dibentuk, dan merupakan satu keutuhan. Oleh karena itu,
hasil dari analisis paradigma konstruktivis adalah bagaimana
sebuah peristiwa dikonstruksi dan dengan cara apa konstruksi
tersebut dibentuk.5
Paradigma konstruktivis lebih mengkaji soal pesan, di
mana pesan dikonstruksikan (dibentuk). Di dunia pertelevisian
pesan disebut juga dengan teks di mana teks bukan hanya tulisan
yang tercetak tetapi semua yang ada dalam layar kaca televisi
mulai dari teks, audio, video, bahkan grafis semuanya memiliki
maksud dan tujuan tertentu sesuai dengan keinginan komunikator
agar dapat menyamakan persepsinya dengan komunikan.6
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang
memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari
perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam
5 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta, Penerbit LKIS,2002),h.15 6 Zikri Fahrul, Teori Komunikasi Kontemporer (Depok: Penerbit Kencana,
2017), h.36
10
masyarakat.7 Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang
dialami. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa metodologi
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dan perilaku dari
orang-orang yang diamati.8
Dengan demikian, penelitian kualitatif berupaya
mengungkapkan gejala secara menyeluruh (wholistic) yang sesuai
dengan situasi lapangan apa adanya (contextual) melalui
pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri
peneliti sebagai instrumen (human instrument) kunci. Penelitian
ini bersifat deskriptif dan menggunakan logika berpikir induktif
(dari khusus ke umum atau dari data lapangan menjadi kesimpulan
umum). Proses dan makna dari sudut pandang subjek yang diteliti
lebih ditonjolkan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, laporan
penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat
kreatif, inovatif, mendalam, dan menunjukkan ciri-ciri alamiah.9
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode studi analisis framing. Secara sederhana, analisis
7 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2007),
h.302 8 Ardial, Pradigma dan Model Penelitian Komunikasi (Jakarta: Bumi Aksara,
2015), h.249 9 Ardial, Pradigma dan Model Penelitian Komunikasi (Jakarta: Bumi Aksara,
2015), h.255-256
11
framing dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui
bagaimana realitas dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut
tentu melalui proses konstruksi.10
Analisis framing berusaha untuk menentukan kunci-kunci
tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang
budaya membentuk pemahaman terhadap sebuah peristiwa. Dalam
mempelajari media, analisis framing menunjukkan bagaimana
aspek-aspek struktur dan bahasa berita mempengaruhi aspek-aspek
yang lain. Analisis framing mencoba untuk membangun sebuah
komunikasi (bahasa, visual, dan perilaku) dan menyampaikan
kepada pihak lain atau menginterpretasikan dan
mengklasifikasikan informasi baru.11
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah program Mata Najwa, dan
objek penelitiannya adalah praktik jurnalisme damai dalam
program talkshow berita Mata Najwa episode pasca Pilpres 2019.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di studio Mata Najwa bulan
Februari 2020 dan melalui channel youtube Najwa Shihab.
10 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LKIS, 2002), h.3 11 Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), h.92
12
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Tayangan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi
tayangan untuk menganalisis isi tayangan Program Mata
Najwa yang ditayangkan setelah dilaksanakannya Pemilu
hingga batas rekapitulasi suara tingkat nasional.
Tabel 1.1
Daftar Episode Penelitian
Episode Tanggal
Suara Penentu 17 April 2019
Usai Pemilu 24 April 2019
Laga Usai Pilpres 1 Mei 2019
Demi Demokrasi 8 Mei 2019
Adu Lantang Jelang Penentuan 15 Mei 2019
Setelah 22 Mei 22 ei 2019
b. Wawancara
Dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara kepada
Produser Program Mata Najwa untuk mengetahui
bagaimana mereka membingkai suatu isu untuk diangkat
ke dalam sebuah program talkshow berita dan melihat
bagaimana mereka menerapkan jurnalisme damai dalam
setiap episode.
c. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data dengan mengkaji buku-
buku, majalah-majalah, website, dan literatur lain yang
relevan dengan materi penelitian.
13
7. Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan teknik analisis framing model
Robert N. Entman, yang berasumsi bahwa analisis framing
merupakan proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga
bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibanding aspek
lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam
konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi
lebih besar daripada sisi yang lainnya.
Menurut Robert N. Entman, teknik framing terdiri dari
empat konsep, yaitu define problem (pendefinisian masalah),
diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), moral
identification (evaluasi moral), dan treatment recommendation
(saran penanggungan masalah).
Tabel 1.2
Teknik Framing Robert N. Entman12
Define Problem Bagaimana suatu peristiwa/isu
dilihat? Sebagai apa, atau sebagai
masalah apa?
Diagnose Causes Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh
apa? Apa yang dianggap sebagai
penyebab dari suatu masalah? Siapa
aktor yang dianggap sebagai
penyebab masalah?
Make Moral Judgement Nilai moral apa yang disajikan untuk
menjelaskan masalah? Nilai moral
apa yang dipakai untuk meligitimasi
atau mendelegitimasi suatu tindakan?
12 Eriyanto, ,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik
Media (Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002), h.223
14
Treatment
Recommendation
Penyelesaian apa yang ditawarkan
untuk mengatasi masalah/isu? Jalan
apa yang ditawarkan dan harus
ditempuh untuk mengatasi masalah?
Hasil dari analisis framing tersebut akan dikaji lebih lanjut
untuk melihat bagaimana penerapan jurnalisme damai dalam
program Mata Najwa. Hasil analisis dikaji menggunakan teori
Jurnalisme Damai Prof. Johan Galtung dengan memperhatikan
empat orientasi, yaitu perdamaian, kebenaran, masyarakat, dan
solusi.
G. Pedoman Penulisan
Pedoman dalam penulisan ini mengacu pada Keputusan
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta nomor 507 Tahun 2017
tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi), yang telah ditetapkan dan ditandatangani oleh Rektor
UIN Jakarta pada 14 Juni 2017.
H. Sistematika Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan yang runut,
maka skripsi ini akan terbagi ke dalam 6 bab pembahasan. Adapun
sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, batasan dan rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan
tinjauan pustaka.
15
BAB II LANDASAN TEORITIS
Bab ini berisi tentang kajian-kajian teoritis mengenai berita
yang merupakan hasil dari konstruksi media, teori mengenai
jurnalisme damai serta indikator-indikatornya, sejarah jurnalisme
damai, dan kerangka berpikir.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Bab ini berisi profil program Mata Najwa beserta pemandu
acaranya, profil Narasi TV yang merupakan media pembuat
konten Mata Najwa, dan profil TRANS7 sebagai stasiun televisi
yang menyiarkan program Mata Najwa.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berisi tentang data-data temuan yang dapat
dijadikan sebagai bahan penelitian bagaimana Mata Najwa
dikonstruksi oleh media dan penerapan jurnalisme damai dalam
program tersebut.
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian yang lebih kompleks mengenai latar
belakang, teori, dan temuan dari hasil penelitian.
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan, implikasi, dan saran dari
peneliti.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Jurnalisme Damai dalam Sejarah Jurnalistik
Ketika Amerika menyerang Irak pada Perang Teluk 1997,
salah satu jaringan televisi dunia CNN melakukan siaran langsung
peristiwa yang meluluh-lantahkan bangunan-bangunan di Irak dan
ribuan nyawa melayang. Semua disiarkan secara vulgar sehingga
terjadi protes keras dari kalangan akademisi, jurnalis, politisi, dan
masyarakat di Amerika. Mereka menolak liputan tersebut yang
dinilai tidak mengindahkan luhur-luhur jurnalisme dari sudut
kemanusiaan.
Kemudian, jurnalisme damai mulai dibicarakan dalam
pertemuan di Taplow Court, Buckinghamshire, Inggris, pada tahun
1997 dan dipelopori oleh Prof. Johan Galtung. Pertemuan itu
dihadiri oleh wartawan, ilmuwan, dan mahasiswa dari berbagai
negara dan dimanfaatkan untuk merevitalisasi peran jurnalisme
dalam meliput sebuah konflik.
Sementara di Indonesia, jurnalisme damai mulai
dibicarakan ketika negara mengalami banyak insiden berbau
SARA sejak tahun 1998, mulai dari kekerasan rasial terhadap etnis
Tionghoa pada 13-14 Mei 1998, konflik Maluku 2000-2001,
darurat militer di Aceh pada 2003-2005, dan konflik Muslim-
Kristen di Poso sejak 1998.
17
Ketika terjadi kerusuhan di Maluku tahun 1999, media
terseret dalam perpecahan. Ada pemisahan kerja wartawan muslim
dan kristen yang memicu semakin pecahnya golongan masyarakat
di Maluku, karena media tidak menyajikan berita yang berimbang.
Mereka mengeksploitasi peristiwa secara berpihak dan vulgar dan
tak jarang mengandalkan narasumber yang diragukan
kredibilitasnya. Dari situlah jurnalisme damai mulai dirasa penting
untuk digunakan dalam peliputan berita konflik. Tujuannya adalah
agar media tidak dijadikan alat propaganda dan pemberitaan yang
disajikan pun lebih menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Penerapan jurnalisme damai di Indonesia juga bertujuan
untuk menghindari “talking journalism” atau “jurnalisme omong
kosong”, di mana kaidah “big name big news, no name no news”
masih berlaku. Pada masa Orde Baru, orang-orang penting seperti
pejabat tinggi dan militer menjadi narasumber, kemudian dianggap
mewakili klaim atas seluruh kejadian dan kebenaran. Setiap terjadi
suatu peristiwa, mereka selalu dijadikan narasumber sehingga jelas
berita yang ada menjadi berat sebelah.1
2. Jurnalisme Damai Prof. Johan Galtung
Pendekatan jurnalisme damai pertama kali dicetuskan oleh
Johan Galtung, seorang profesor studi perdamaian yang merasa
miris dengan kebiasaan media dalam memberitakan konflik.
Galtung lahir di Oslo, 24 Oktober 1930. Ia menamatkan kuliah
1 Hamdani M. Syam, Jurnalisme Damai (Yogyakarta: Penerbit
Samudera Biru, 2016), h.178
18
sarjana pada bidang matematika di Universitas Oslo, kemudian
melanjutkan studi doktoral pada bidang sosiologi di universitas
yang sama. Konsep perdamaiannya sudah dimulai sejak tahun
1959 ketika ia mendirikan International Peace Research Institute
(PRIO), yang dikenal sebagai pusat kajian konflik di Norwegia.
Melalui PRIO, Johan Galtung masuk lebih dalam pada fakta
konflik masyarakat dan upaya menjawab berbagai krisis relasi
sosial yang muncul dalam masyarakat dunia. Kemudian, istilah
jurnalisme damai mulai diperkenalkan secara luas sekitar tahun
1970. Galtung mencermati banyak jurnalisme perang yang
mendasarkan kerja jurnalistiknya pada nilai berita konflik. Berita
yang ditonjolkan hanya aspek kemenangan dan kekalahan
terhadap permainan antara dua pihak yang bertanding.2
Media dikatakan sebagai penjual konflik. Di tengah
berbagai kelompok yang mempunyai kepentingan masing-masing,
media pun memiliki kepentingan sendiri baik kepentingan
ekonomi, idealis, maupun politik, yang harus diperjuangkan. Inilah
yang menyebabkan wartawan kehilangan kontrol profesinya
sehingga lahir liputan-liputan yang bias, tidak berimbang, tidak
adil, termasuk dalam pemberitaan mengenai konflik.
Kecenderungan pemberitaan seperti inilah yang kemudian
memunculkan pendekatan baru pemberitaan konflik yang disebut
jurnalisme damai.3 Di Indonesia, gagasan jurnalisme damai
2 Hamdani M. Syam, Jurnalisme Damai (Yogyakarta: Penerbit
Samudera Biru, 2016), h.174-175 3 Hamdani M. Syam, Jurnalisme Damai (Yogyakarta: Penerbit Samudera Biru,
2016), h.179
19
muncul sekitar tahun 1998 ketika terjadi berbagai konflik baik
agama, etnis, maupun antar kelompok.4
Konflik bukan saja terjadi di lapangan secara tajam, tetapi
juga terjadi dalam ranah wacana alam fikiran publik. Setiap
kelompok selalu berinteraksi, saling timpa dan tumpang tindih
memperebutkan dominasi terhadap publik. Di tengah panasnya
suasana Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, media menjadi titik
singgung dari perebutan ranah publik sebab media merupakan
sarana yang paling efektif membentuk memori kolektif publik.
Siapa yang menguasai media, merekalah yang akan menjadi
pemenang dalam pertarungan memperebutkan simpati publik. 5
Peran media dan wartawan dalam memberitakan isu-isu
krusial, khususnya yang melibatkan ketegangan, bukan hanya
menjadi penyampai informasi, tapi juga berusaha menjadi
penengah dan juru damai. Dalam jurnalisme damai, wartawan
dituntut bukan hanya memberitakan secara netral, tapi dia juga
dianjurkan untuk menyelesaikan persoalan lewat cara pemberitaan
yang menyejukkan.6 Media berfungsi sebagai mediator dengan
menampilkan isu secara berimbang. Keberimbangan inilah yang
menjadi salah satu usaha media dalam mewujudkan jalan-jalan
damai bagi pihak-pihak yang bertikai.
4 Ade Armando dkk, Jurnalisme Keberagaman: Sebuah Panduan
Peliputan (Jakarta: Sejuk Press, 2013), h.222 5 Iswandi Syahputra, Jurnalisme Damai: Meretas Ideologi Peliputan di Area
Konflik (Yogyakarta: Pilar Media,2006), h.6 6 Ade Armando dkk, Jurnalisme Keberagaman: Sebuah Panduan Peliputan
(Sejuk Press, 2013), h.4
20
Sesuai dengan istilah yang dipakai, jurnalisme damai adalah
jenis jurnalisme yang lebih mengarah pada penyampaian informasi
yang berdampak pada perdamaian.7 Penganut jurnalisme damai
selalu mencari tahu asal-usul konflik dan alternatif penyelesaian.
Sedangkan pada jurnalisme perang, pers agak keberatan menggali
asal-usul konflik dan mengabaikan alternatif penyelesaian. Hal itu
disebabkan karena persoalan konflik merupakan hal yang
mengundang perhatian publik.
Dari sudut pandang publik, secara tidak langsung media
sebenarnya sedang menggiring audien untuk memihak salah satu
dari pihak yang bertikai. Suko Widodo menyebutkan bahwa
jurnalisme damai melaporkan setiap kejadian dengan frame yang
lebih luas, lebih berimbang, lebih akurat. Hal ini dilakukan karena
media harus melihat satu persoalan dari berbagai perspektif, bukan
melihat dari satu sudut panjang saja. Semua pihak mendapatkan
porsi yang sama dalam setiap pemberitaan.8
Dalam menentukan angle, jurnalisme damai juga harus
menampilkan empati dan pengertian terhadap pembaca. Selain itu,
jurnalisme damai juga harus fokus pada dampak nonfisik
kekerasan, misalnya kerusakan pada struktur kehidupan
masyarakat dan budaya masyarakat.9 Dengan demikian, dalam
praktik kebijakan redaksional jurnalisme damai memilih terlebih
7 Hamdani M. Syam, Jurnalisme Damai (Yogyakarta: Penerbit
Samudera Biru, 2016), h.167 8 Hamdani M. Syam, Jurnalisme Damai (Yogyakarta: Penerbit Samudera Biru,
2016), h.172 9 Eni Setiati,Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan (Yogyakarta: ANDI,
2005), h.97
21
dahulu materi berita apa saja yang akan disiarkan dan bagaimana
cara menyiarkan dengan tujuan mencari solusi terciptanya
kedamaian.
Dari segi bahasa jurnalisme damai menghindari victimizing
language, memberitakan apa yang telah dilakukan dan bisa
dilakukan, serta bagaimana tindakan tersebut dapat ditiru (upaya
perbaikan konflik), menghindari demonizing language (dan
menggunakan deskripsi yang lebih tepat dan netral), objektif dan
moderat, menghindari kata-kata penuh emosi, memakai bahasa
yang keras hanya untuk situasi mendesak, dan tidak membersar-
besarkan peristiwa.
Pemaparan berita dalam jurnalisme damai diupayakan
berorientasi sedemikian rupa untuk mendorong kedua belah pihak
agar mencapai kemenangan dalam kondisi win-win orientation.
Tabel 2.1
Perbedaan Jurnalisme Damai dan Jurnalisme Perang10
Jurnalisme Damai Jurnalisme Perang
Orientasi pada perdamaian/
konflik
• Membuat konflik
semakin transparan
• Memberi kesempatan
kepada semua pihak
Orientasi pada perang/
kekerasan
• Membuat perang
menjadi samar-samar
• Menggunakan
terminologi ‘kita-
mereka’, dengan
propaganda suara
untuk ‘kita’
10 Nurudin, Jurnalisme Masa Kini (Jakarta: Rajagrafindo
Persada,2009), h.241
22
• Melihat kemanusiaan
dari segala sisi
• Melihat mereka tidak
sebagai manusia
Orientasi pada kebenaran
• Membongkar semua
kepalsuan
Orientasi pada propaganda
• Membantu
menciptakan kepalsuan
Orientasi pada masyarakat
• Berfokus pada
kesengsaraan bersama
• Menyebutkan mereka
yang menjadi
penyebab penderitaan
• Berfokus pada mereka
yang merintis
perdamaian
Orientasi pada elite
• Berfokus pada
penderitaan ‘kita’
• Menyebutkan nama
pembuat penderitaan
• Menyebutkan nama
untuk memfokuskan
pada elite perintis
perdamaian
Orientasi pada penyelesaian
• Perdamaian adalah
kreativitas, tanpa
kekerasaan
• Menggarisbawahi
tentang inisiatif
perdamaian dan
menghindari perang
selanjutnya
• Berfokus pada
struktur, kebudayaan,
dan masyarakat yang
damai
Orientasi pada kemenangan
• Perdamaian adalah
gencatan senjata dan
kemenangan
• Menyembunyikan
tentang inisiatif
perdamaian
• Berfokus pada
perjanjian, institusi,
dan masyarakat yang
telah dikontrol.
Profesor Johan Galtung telah menetapkan dua belas titik
perhatian yang dapat menggiring jurnalis dalam kesalahan saat
melaksanakan peliputan konflik, yaitu:
1. Dekontekstualisasi kekerasan, yaitu fokus pada hal-hal
irasional tanpa melihat alasan bagi konflik yang tidak
terpecahkan dari polarisasi.
23
2. Dualisme, yaitu mengurangi jumlah pihak yang terlibat
menjadi dua meskipun sebenarnya seringkali banyak
pihak yang terlibat. Berita hanya fokus perkembangan
internal dan sering mengabaikan peran pihak eksternal
seperti pemerintah asing dan perusahaan transnasional.
3. Manicheanism, yaitu menggambarkan salah satu pihak
sebagai yang baik dan menuding pihak lain adalah
jahat.
4. Armageddon, yaitu menampilkan kekerasan sebagai
sesuatu yang tidak bisa dihindari.
5. Fokus pada kekerasan individual dan menghindari
sebab-sebab struktural, seperti kelalaian pemerintah.
6. Confusion, yaitu hanya berfokus pada arena konflik
tapi tidak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
7. Mengabaikan fakta dan tidak menjelaskan sebab
munculnya tindakan balas dendam.
8. Gagal mengekplorasi faktor penyebab eskalasi
kekerasan dan dampak peliputan media.
9. Gagal menggali tujuan pihak yang campur tangan dari
luar.
10. Gagal mengekspolarasi usulan perdamaian dan
menawarkan gagasan perdamaian.
11. Kebingungan situasi gencatan senjata dan negosiasi
dengan perdamaian sesungguhnya.
24
12. Menghapus aspek rekonsiliasi. Konflik cenderung
muncul kembali jika tidak ada perhatian pada upaya
penyembuhan luka sosial.11
Dalam tataran praktis, jurnalisme damai adalah jurnalisme
yang tidak melulu mengangkat sisi sensasional suatu konflik,
melainkan sisi lain yang mendamaikan. Jurnalisme damai
senantiasa menelusuri apakah ada fenomena, peristiwa, atau
upaya-upaya damai di balik konflik.
Selain menampilkan sisi damai di balik suatu konflik,
jurnalisme damai juga memberi proporsi yang relatif melimpah
pada fenomena, peristiwa, ataupun upaya-upaya damai dalam
situasi sehari-hari atau situasi damai.12 Jurnalisme damai berusaha
meminimalkan celah antara pihak yang berlawanan dengan tidak
mengulangi fakta yang memperparah atau meningkatkan konflik.
Karena itu, pernyataan mendasarkan yang diajukan jurnalisme
damai sebelum menyusun cerita adalah: “Apa yang dapat saya
lakukan dengan intervensi saya untuk meningkatkan prospek
menuju damai?”13
Berikut ini merupakan beberapa karakteristik jurnalisme
damai, yakni:
1. Melihat perang sebagai masalah.
11 Hamdani M. Syam, Jurnalisme Damai (Yogyakarta: Penerbit
Samudera Biru, 2016), h.182-183 12 Ade Armando dkk, Jurnalisme Keberagaman: Sebuah Panduan Peliputan
(Sejuk Press, 2013) h.223 13 Iswandi Syahputra, Jurnalisme Damai: Meretas Ideologi Peliputan di Area
Konflik (Yogyakarta: Pilar Media,2006) h.90
25
2. Melihat perang sebagai ironi yang seharusnya tidak
terjadi.
3. Mementingkan empati kepada korban daripada liputan
konflik yang terus-menerus.
4. Menonjolkan rekonsiliasi kedua belah phak.
5. Mengedepankan harapan dan hasrat berdamai daripada
kebencian kepada kedua belah pihak.
6. Memberikan konflik apa adanya dan memberikan porsi
yang sama kepada semua pihak yang muncul dalam
wacana konflik.
7. Mengungkapkan ketidakbenaran kedua belah pihak
dan menghindari keberpihakan.
8. Jika perlu, menyebutkan nama pelaku kejahatan (evil-
doers) di kedua belah pihak. guna mengungkap
ketidakbenaran atau kebohongan masing-masing
pihak.14
Konsep jurnalisme damai dikembangkan berdasarkan
penawaran bahwa membekali reporter dengan keahlian resolusi
konflik akan memungkinkan reporter tersebut menjadi profesional
yang lebih efektif. Jurnalis yang secara konstan mencari dan
mengembangkan ide untuk mencapai perdamaian dapat membantu
menciptakan kondisi damai, yang juga dapat membawa audiens
menuju cerita yang penting dan menarik.
14 Hamdani M. Syam, Jurnalisme Damai (Yogyakarta: Penerbit
Samudera Biru, 2016), h.185
26
Jurnalisme damai melahirkan berita damai yang ditandai
oleh:
1. Mendalami konflik dengan pandangan “menang-
menang”.
2. Tidak menekankan pada efek nyata kekerasan.
3. Empati untuk semua pihak.
4. Proaktif – mencari cara untuk mengurangi kekerasan.
5. Berorientasi pada solusi (solution oriented).15
Akhirnya, jurnalisme damai ialah jurnalistik yang
melaporkan suatu kejadian dengan bingkai yang lebih luas, yang
lebih berimbang dan lebih akurat, yang didasarkan pada informasi
tentang konflik dan perubahan-perubahan yang terjadi. Pendekatan
jurnalisme damai memberikan semacam peta jalan baru yang
menghubungkan para wartawan dengan sumber-sumber informasi
mereka, liputan yang mereka kerjakan dan konsekuensi etis dari
liputan itu ialah etika intervensi jurnalistik. Jurnalisme damai
membuka peluang ada pemahaman non-kekerasan (non-violence)
dan kreativitas seperti yang diaplikasikan sehari-hari oleh para
wartawan dalam membuat liputan.16
Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa
jurnalisme damai adalah sebuah kegiatan pencarian, pengolahan,
dan penyampaian berita yang meminimalkan celah konflik dengan
menawarkan alternatif solusi sehingga tercipta suasana damai.
15 15Iswandi Syahputra, Jurnalisme Damai: Meretas Ideologi Peliputan di Area
Konflik (Yogyakarta: Pilar Media,2006), h.94 16 Sudirman Tebba,Jurnalistik Baru (Tangerang Selatan: Penerbit Kalam
Indonesia, 2005), h.29
27
Jurnalisme damai tentu saja bukan genre baru dalam
jurnalisme. Ia adalah cara dan pilihan sikap dalam pemberitaan.
Jurnalisme damai diharapkan dapat membangun tatanan pola pikir
baru dan sebuah pendekatan yang dapat digunakan agar media bisa
mengarahkan konflik dengan baik. Di tengah dunia yang penuh
prasangka, jurnalisme damai adalah alternatif yang patut
dipertimbangkan.
Peneliti beranggapan bahwa program Mata Najwa telah
menerapkan jurnalisme damai. Dalam wawancaranya, Najwa
menyebutkan data-data serta laporan permasalahan yang terjadi
ketika Pilpres 2019 dan memberikan kesempatan kepada KPU,
Perludem, Charta Politika sebagai perwakilan lembaga survey,
perwakilan dari TKN Jokowi-Ma’ruf, dan perwakilan BPN
Prabowo-Sandi untuk sama-sama berbicara mengenai hal ini.
Dengan begitu, konflik menjadi transparan dan semua pihak
mendapat kesempatan yang sama untuk berbicara sehingga sudah
jelas program ini cukup berorientasi pada perdamaian.
Selain itu, Najwa meng-crosscheck pernyataan Prabowo
Subianto yang mengklaim dirinya sebagai pemenang Pilpres 2019
berdasarkan quick count dan exit-poll. Najwa melemparkan
pertanyaan kepada Mardani Ali yang diundang sebagai perwakilan
BPN Prabowo Sandi, “tadi kita dengarkan pernyataan Pak
Prabowo yang mengatakan dari hasil quick count yang menang
Pak Prabowo. Anda tahu, quick count yang dimaksud yang mana?
Apakah terdaftar quick countnya dan bagaimana?”.
Melalui pertanyaan tersebut, Najwa berusaha menggali
informasi mengenai quick count dan exit poll yang disebutkan
28
dalam pernyataan Prabowo Subianto. Pertanyaan tersebut
dimaksudkan untuk memastikan apakah ada kepalsuan atau tidak
dalam pernyataan tersebut. Dengan demikian, hal ini cukup
membuktikan bahwa Mata Najwa berorientasi pada kebenaran.
Pilpres 2019 telah menyebabkan perpecahan tak hanya di
kalangan elit, tapi juga di masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat
telah jadi korban contoh perilaku tidak baik yang dilakukan oleh
para elit dalam menghadapi Pilpres 2019. Kampanye-kampanye
yang tidak sehat, saling menjatuhkan satu sama lain, membuat
kehidupan masyarakat terkena dampaknya. Banyak masyarakat
mengeluh karena hubungan mereka dengan keluarga, teman,
kolega, menjadi tidak baik karena berbeda pilihan.
Pada segmen 3, Najwa bertanya kepada Jusuf Kalla,
“....tujuh bulan kebisingan yang amat sangat memekakkan telinga
dan hati, kira-kira kalau sekarang sudah selesai bisa dengan
mudah berbaikan lagi tidak ya, Pak?”. Peneliti beranggapan,
melalui pertanyaan tersebut Najwa sepertinya khawatir gesekan-
gesekan yang terjadi di masyarakat akibat Pilpres 2019 ini akan
berlanjut. Dengan demikian, hal ini membuktikan Mata Najwa
juga telah berorientasi kepada masyarakat.
Terakhir, yang menjadi poin penting dalam penerapan
jurnalisme damai adalah berorientasi pada penyelesaian. Dalam
akhir wawancaranya kepada hampir semua narasumber, Najwa
selalu menanyakan saran, hal-hal apa saja yang harus dilakukan
oleh elit dan masyarakat setelah dilaksanakan Pilpres 2019 agar
suasana tetap kondusif dan damai.
29
Pada segmen terakhir Najwa memberikan pernyataan
penutupnya, “....memang tak harus sama, tetapi beda itu tetap
saudara. Saya rasa itu pesan yang harus kita gaungkan. Karena
rasa-rasanya tidak akan secepat itu bisa hilang sama sekali rasa-
rasa permusuhan akibat copras-capres ini. Tetapi insyaAllah
mudah-mudahan kita semua dewasa apalagi kalau elitnya juga
mencontohkan bagaimana rakyatnya harus bersikap.”
Melalui pernyataan tersebut, terutama pada kata-kata “tak
harus sama, tetapi beda itu tetap saudara”, peneliti beranggapan
bahwa program Mata Najwa jelas berorientasi pada penyelesaian
dengan mengajak masyarakat untuk tetap menjunjung tinggi rasa
persaudaraan sebangsa dan setanah air meskipun berbeda pilihan
politik. Selain itu, elit juga berperan penting memberikan contoh
yang baik untuk masyarakat.
3. Analisis Framing
Gagasan framing pertama kali dikemukakan oleh Baterson
pada tahun 1955. Pada mulanya, frame dimaknai sebagai struktur
konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisisr
pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Namun
kemudian pengertian framing berkembang dan ditafsirkan untuk
menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek
khusus sebuah realita oleh media.17
17 Zikri Fachrul, Teori-Teori Komunikasi: Teori Komunikasi dalam
Perspektf Penelitian Kualitatif (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h.77
30
Teori analisis framing melihat bahwa pesan atau peristiwa
dapat dikonstruksi oleh media. Peristiwa dipahami bukan sesuatu
yang taken for granted, namun wartawan dan medialah yang
secara aktif membentuk realitas. Realitas tercipta dalam konsepsi
wartawan. Berbagai hal yang terjadi, fakta, orang, diabstraksikan
menjadi peristiwa yang kemudian hadir di hadapan khalayak. Jadi,
dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah
bagaimana realitas atau peristiwa dikonstruksi oleh media. Lebih
spesifik, bagaimana media membingkai peristiwa dalam
konstruksi tertentu. Sehingga, yang menjadi perhatian bukan
apakah media memberikan negatif atau positif, melainkan
bagaimana bingkai yang dikembangkan media.18
Terdapat beberapa definisi mengenai framing yang
dikemukakan oleh para ahli yang dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.2
Definisi Framing Menuurut Para Ahli19
Tokoh Definisi
Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas
sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu
lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia
juga menyertakan penempatan informasi-
informasi dalam konteks yang khas
sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi
lebih besar daripada sisi yang lain.
18 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002,) h.7 19 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002), h.67-68
31
William A.
Gamson
Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang
terorganisir sedemikian rupa dan
menghadirkan konstruksi makna peristiwa-
peristiwa yang berkaitan dengan objek
suatu wacana. Cara bercerita itu terbetuk
dalam sebuah kemasan (package).
Kemasan itu semacam skema atau struktur
pemahaman yang digunakan individu
untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan
yang ia sampaikan, serta untuk
menafsirkan makna pesan-pesan yang ia
terima.
Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk
dan disederhanakan sedemikian rupa untuk
ditampilkan kepada khalayak pembaca.
Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam
pemberitaan agar tampak menonjol dan
menarik perhatian khalayak pembaca. Itu
dilakukan dengan seleksi, pengulangan,
penekanan, dan presentasi aspek tertentu
dari realitas.
David E. Snow &
Robert Benfort
Pemberian makna untuk menafsirkan
peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame
mengorganisasikan sistem kepercayaan
dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu,
anak kalimat, citra tertentu, sumber
informasi, dan kalimat tertentu.
Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh
individu untuk menempatkan,
menafsirkan, mengidentifikasi peristiwa
secara langsung atau tidak langsung.
Frame mengorganisir peristiwa yang
kompleks ke dalam bentuk dan pola yang
mudah dipahami dan membantu individu
untuk mengerti makna peristiwa.
Zhongdang Pan &
Gerald M. Kosicki
Strategi konstruksi dan memproses berita.
Perangkat kognisi yang digunakan dalam
mengkode informasi, menafsirkan
peristiwa, dan dihubungkan dengan
rutinitas dan konvensi pembentukan berita.
32
Meskipun berbeda dalam penekanan dan pengertian, ada
titik utama dari definisi mereka. Framing adalah pendekatan untuk
melihat bagaimana realitas isu dibentuk dan dikonstruksi oleh
media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil
akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol
dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah
mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol
oleh media.
Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta atau
realitas. Proses ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak
mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Tentu saja hal ini
menyebabkan pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa
jadi berbeda antara satu media dengan media yang lain. Kedua,
menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta
yang dipilih itu disajikan pada khalayak. Gagasan itu diungkapkan
dengan kata, kalimat, proposisi dengan bantuan aksentuasi foto
atau gambar, dan sebagainya. Bagaimana fakta yang dipilih
tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu,
misalnya penempatan yang mencolok seperti menempatkan di
headline depan atau di bagian belakang.20
Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah
realitas sosial yang kompleks, penuh dimenasi dan tidak beraturan
disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan,
dan memenuhi logika tertentu. Framing menyediakan alat
20 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002), h.81
33
bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam kategori yang
dikenal masyarakat.
Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek
tertentu dari realitas. Berita, secara sadar atau tidak, diarahkan
pada aspek tertentu. Akibatnya, aspek lain tidak mendapatkan
perhatian. Pemberitaan suatu peristiwa dari perpektif politik
misalnya, mengabaikan aspek lain seperti ekonomi, sosial, dan
sebagainya.21 Berita juga seringkali memfokuskan pemberitaan
pada aktor tententu. Hal ini menyebabkan aktor lain yang mungkin
relevan dan penting dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.22
Pola penonjolan tersebut tidak dimaknai sebagai bias,
tetapi secara ideologis sebagai strategi wacana, yaitu upaya
menyuguhkan pada publik tentang pandangan tertentu agar
pandangannya lebih diterima. Kata penonjolan didefinisikan
sebagai membuat sebuah informasi lebih diperhatikan, bermakna,
dan berkesan. Suatu peningkatan dalam penonjolan mempertinggi
probabilitas penerima akan memahami informasi, melihat makna
lebih tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam
ingatan.23
Framing juga akan berdampak pada opini publik. Ketika
isu dikemas dengan bingkai tertentu, maka dapat mengakibatkan
pemahaman khalayak yang berbeda atas isu yang sama. Hal ini
21 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002), h.167 22 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002), h.171 23 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),
h. 164
34
membuat framing menjadi senjata yang ampuh untuk menarik
dukungan publik ataupun untuk melupakan kesalahan. Lewat
framing, khalayak disediakan perspektif tertentu, seakan hanya
perspektif itulah yang digunakan untuk memahami dan
mendefinisikan masalah. Karena itu, framing dapat menjadi
senjata untuk menghapus kesalahan atau menuduhkan kesalahan
pada pihak lain. 24
Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep,
simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat
dideteksi dan diselidiki dari kata, citra, dan gambar tertentu yang
memberi makna tertentu dari teks berita. Kosa kata dan gambar itu
ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol dibandingkan
bagian lain dalam teks. Hal itu dilakukan lewat pengulangan,
penempatan yang lebih menonjol, atau menghubungkan dengan
bagian lain dalam teks berita. Secara luas, pendefinisian masalah
ini menyertakan konsepsi dan skema interpretasi wartawan. Pesan,
secara simbolik menyertakan sikap dan nilai. Ia hidup,
membentuk, dan menginterpretasikan makna di dalamnya.25
Framing pada akhirnya menentukan bagaimana realitas itu
hadir di hadapan khalayak. Framing dapat mengakibatkan suatu
peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita yang secara radikal
berbeda apabila wartawan mempunyai frame yang berbeda ketika
melihat sebuah peristiwa dan menuliskan pandangannya dalam
berita. Jadi, apa yang dilaporkan oleh media seringkali merupakan
24 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002), h.171 25 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002), h.224
35
hasil dari pandangan mereka. Analisis framing membantu kita
untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa yang sama itu
dikemas secara berbeda oleh wartawan sehingga menghasilkan
berita yang berbeda.
Pamela J. Shoemaker menyebutkan ada lima hal yang
mempengaruhi bagaimana media massa mengkonstruksi sebuah
peristiwa.
1. Individu/Pekerja Media
Faktor ini berhubungan dnegan latar belakang profesional
dari pengelola media. Latar belakang pendidikan atau
kecenderungan orientasi pada partai politik bisa mempengaruhi
pemberitaan media. Wartawan yang memiliki orientasi terhadap
partai politik tertentu akan memberitakan secara berbeda partai
politik yang kebetulan menjadi idolanya.
2. Rutinitas Media
Faktor ini berhubungan dengan mekanisme dan proses
penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran
tersendiri tentang apa yang disebut berita, bagaimana ciri-ciri
berita yang baik, atau apa saja kriteria yang harus dimiliki sebuah
berita sehingga layak untuk ditampilkan. Ukuran tersebut adalah
rutinitas yang berlangsung setiap hari sehingga dalam hal ini media
massa memiliki Standard Operational Procedure (SOP) dalam
mencari dan menemukan berita.
3. Organisasi Media
Organisasi media berhubungan dnegan struktur organisasi
yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Setiap bagian
dalam organisasi media mempunyai tujuan dan target masing-
36
masing, juga strategi yang berbeda. Hal inilah yang kemudian
mempengaruhi sikap wartawan dan bagaimana juga seharusnya
peristiwa disajikan dalam berita.
4. Ekstra media
Hal ini berhubungan dengan faktor di luar media, yaitu
sumber berita dan sumber penghasilan media, dan pihak eksternal.
Sumber berita dipandang bukanlah orang yang memberikan
keterangan secara netral, tetapi ia juga memiliki kepentingan untuk
mempengaruhi media dengan berbagai alasan, misalnya
memberikan citra tertantu kepada khalayak. Sedangkan sumber
penghasilan media ini berupa iklan atau pelanggan media.
Adapaun pihak eksternal, seperti pemerintah dan lingkungan
bisnis.
5. Ideologi
Ideologi adaah salah satu kerangka berpikir atau referensi
tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan
bagaimana mereka menghadapinya.
4. Analisis Framing Robert N. Entman
Robert N. Entman adalah seorang ahli yang meletakkan
dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media.
Menurutnya, konsep framing digunakan untuk menggambarkan
proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh
media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-
informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu
mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain.
37
Menurut Robert N. Entman, framing memiliki implikasi
penting bagi komunikasi politik. Frame, menurutnya, menuntut
perhatian terhadap beberapa aspek dari realitas dengan
mengabaikan elemen-elemen lainnya yang memungkinkan
khalayak memiliki reaksi berbeda. Framing memainkan peran
utama dalam mendesakan kekuasaan politik, dan frame berita
dapat menujukkan identitas para aktor yang berkompetisi untuk
mendominasi teks.26
Robert N. Entman melihat framing dalam dua dimensi
besar: selesksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek
tertentu dari realitas atau isu. Realitas yang disajikan secara
menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami
suatu realitas.27
Tabel 2.3
Perangkat Framing
Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan
fakta. Dari realitas yang kompleks dan
beragam itu, aspek mana yang diseleksi
untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu
terkandung di dalamnya ada bagian berita
yang dimasukkan (included), tetapi ada
juga berita yang dikeluarkan (excluded).
Penonjolan aspek Aspek ini berhubungan dengan penulisan
fakta. Hal ini berkaitan dengan
pemakaian kata, kalimat, gambar, dan
26 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h.164 27 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002), h.221
38
citra tertentu untuk ditampilkan kepada
khalayak.
Penonjolan aspek-aspek tertentu dari isu berkaitan dengan
penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa dipilih,
bagaimana aspek tersebut ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan
kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada
khalayak. Misalnya penempatan yang mencolok di headline,
pengulangan, pemakaian grafis, pemakaian label tertentu untuk
menggambarkan orang atau peristiwa, asosiasi terhadap simbol
budaya, generalisasi, simplifikasi, dan sebagainya.28
Dalam konsepsi Entman, framing biasanya merujuk pada
pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam
suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu
terhadap peristiwa. Konsep ini menawarkan sebuah cara untuk
mengungkap kekuatan teks komunikasi. Analisis framing dapat
menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran
manusia yang didesak oleh transfer atau komunikasi informasi dari
sebuah lokasi seperti pidato, ucapan atau ungkapan, new report,
atau novel.
Tabel 2.4
Konsepsi Framing Robert N. Entman
Define problems
(pendefinisan masalah)
Bagaimana suatu peristiwa/isu
dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai
masalah apa?
28 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta:
Kencana, 2007), h.253
39
Diagnose causes
(memperkirakan masalah
atau sumber masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan
oleh apa? Apa yang dianggap
sebagai penyebab masalah? Siapa
aktor yang dianggap penyebab
masalah?
Make moral judgement
(membuat keputusan
moral)
Nilai moral apa yang disajikan
untuk menjelaskan masalah? Nilai
moral apa yang dipakai untuk
melegitimasi atau mendelegetimisi
suatu tindakan?
Treatment
recommendation
(penekanan
penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan
untuk mengatasi masalah/isu? Jalan
apa yang ditawarkan dan harus
ditempuh untuk mengatasi
masalah?
Define problems (pendefinisan masalah) adalah elemen
yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini
merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ia
menekankan bagaimana peristiwa tersebut dipahami oleh
wartawan.29 Pendefinisian masalah ini merupakan penekanan
bagaimana sebuah peristiwa yang dimaknai berbeda oleh
wartawan akan membentuk realitas yang berbeda pula. Elemen ini
juga berfungsi menetapkan apa yang dilakukan agen kausal,
dengan biaya dan keuntungan apa, biasanya diukur dengan nilai-
nilai budaya bersama.30
29 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002), h.227 30 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),
h.182
40
Media berperan mendefinisikan bagaimana realitas
seharusnya dipahami dan dijelaskan dengan cara tertentu kepada
khalayak. Diantara berbagai fungsi dari media dalam
mendefinisikan realitas, fungsi pertama dalam ideologi adalah
media sebagai mekanisme integrasi sosial. Media berfungsi
menjaga nilai-nilai kelompok, dan mengontrol bagaimana nilai-
nilai kelompok itu dijalankan.31
Dalam program Mata Najwa episode spesial pemilu Suara
Penentu yang tayang pada 17 April 2019, permasalahan yang
diangkat adalah mengenai jalannya Pemilu 2019. Dari tayangan
tersebut, peneliti melihat bahwa Najwa Shihab sebagai jurnalis
memandang bahwa dalam pelaksanaan Pemilu 2019 masih banyak
hal yang perlu dievaluasi dari kinerja Komisi Pemilihan Umum.
Hal ini dapat dilihat pada segment pertama, Najwa
bertanya kepada Wahyu Setiawan dari komisioner KPU,
“....karena ada banyak laporan yang masuk misalnya di beberapa
TPS kertas suaranya tidak cukup... bagaimana menggambarkan
apakah itu anomali sink?”.
Selain itu, Najwa juga memandang bahwa pemilu 2019 kali
ini terlalu bising sehingga banyak menimbulkan perselisihan dan
suasana panas yang cukup serius di masyarakat. Hal ini terlihat dari
pertanyaan Najwa yang dilontarkan kepada Jusuf Kalla pada
segment 3,
31 Ayub Dwi Anggoro, “Media, Politik, dan Kekuasaan”, Jurnal Aristo
Vol.2 No.2, 2014, h.32
41
“.....kira-kira kalau sekarang sudah selesai bisa dengan mudah
berbaikan lagi tidak ya, Pak, atau terlalu banyak kata-kata yang
menyakitkan hati sudah terlontar?”.
Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah),
merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang
dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa
berarti apa dan siapa. Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja
menetukan apa dan siapa yang dianggap sumber masalah. Karena
itu, masalah yang dipahami secara berbeda, secara tidak langsung
penyebab masalahnya pun dipahami secara berbeda pula.32
Peneliti mengambil contoh dari episode yang sama pada
program Mata Najwa. Dalam episode ini, Najwa Shihab
memperkirakan penyebab masalahnya adalah waktu kampanye
yang terlalu panjang dan pelaksanaan pilpres dan pileg secara
bersamaan. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan-pertanyaan Najwa
yang bersifat mencari argumen pendukung, yang ditanyakan
berulang-ulang kepada narasumber yang berbeda.
Pada segment 3, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan
bahwa tujuh bulan terlalu panjang untuk masa kampanye.
Menanggapi hal ini, Najwa bertanya kepada Zainal Arifin,
“....tujuh bulan terlalu panjang katanya, Anda setuju dengan Pak
JK?”.
Selanjutnya pada segment 10 ketika Najwa mewawancarai
Yasonna Laoly sebagai Menteri Hukum dan HAM, ia bertanya,
“Pak Yasonna, ini tadi saya berbincang dengan KPU, dengan
Bawaslu, dengan beberapa teman-teman yang mengatakan
kampanye sekarang melelahkan dan terlalu panjang. MK, itu
32 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002), h.227
42
keputusan MK dibuat serentak. Dalam kacamata Anda sebagai
Menteri Hukum dan HAM dan juga kacamata Anda sebagai caleg.
Apakah memang perlu dievaluasi ulang?”
Peneliti beranggapan, kata-kata “kampanye sekarang
melelahkan dan terlalu panjang” yang selalu diulang-ulang dalam
pertanyaan Najwa semakin menunjukkan bahwa permasalahan
dalam segala hiruk pikuk pemilihan presiden 2019 menurutnya
adalah karena waktu kampanye yang terlalu panjang dan
pelaksanaan yang dibuat serentak bersamaan dengan pemilihan
legislatif.
Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah
elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi
argumentasi pada pendefinisan masalah yang sudah dibuat. Ketika
masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan,
dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung
gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan
sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.33 Elemen yang
ketiga ini memberikan penilaian moral serta mengevaluasi agen-
agen kausal dan dampak-dampaknya.34
Moral judgement yang ditampilkan oleh Mata Najwa
episode Suara Penentu adalah keputusan MK untuk
menyelenggarakan pemilu serentak yang terdiri dari pilpres dan
pileg ternyata bukan keputusan terbaik sehingga membuat kinerja
33 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002), h.227 34 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),
h.182
43
KPU dan KPPS tidak maksimal. Kinerja yang tidak maksimal
inilah kemudian menyebabkan banyak permasalahan seperti surat
suara tidak cukup, surat suara tidak sampai, dan TPS buka tidak
sesuai jam seharusnya.
Selain itu, Najwa juga mengatakan bahwa sikap yang
ditunjukkan para elit kurang memberi contoh yang baik untuk
masyarakat. Hal ini menyebabkan gesekan-gesekan yang terjadi di
masyarakat semakin tajam.
Treatment recommendation (menekankan penyelesaian)
adalah elemen framing yang dipakai untuk menilai apa yang
dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk
menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat
tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang
dipandang sebagai penyebab masalah.35 Wartawan memberikan
pembenaran terhadap penanganan masalah, serta memprediksi
kemungkinan akibatnya.36
Dalam episode yang sama di segment terakhir yang diberi
judul “Berbeda Tapi Bersaudara”, Najwa memberikan pertanyaan
terakhir kepada Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Nurdin
Abdullah sebagai narasumber mengenai hal-hal apa saja yang
sebaiknya dilakukan oleh para elit dan masyarakat Indonesia
setelah pemilihan presiden.
35 Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2002), h.227 36 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),
h.182
44
Di menit-menit terakhir, Najwa menekankan kembali apa
yang telah dikatakan oleh ketiga narasumber. Ia mengatakan,
“Memang tak harus sama, tetapi beda itu tetap saudara. Saya rasa
itu pesan yang harus kita gaungkan. Karena rasa-rasanya tidak
akan secepat itu bisa hilang sama sekali rasa-rasa permusuhan
akibat copras-capres ini. Tetapi insyaAllah mudah-mudahan kita
semua dewasa apalagi kalau elitenya juga mencontohkan
bagaimana rakyatnya harus bersikap.”
Melalui kata-katanya, “...memang tak harus sama, tetapi
beda itu tetap saudara...”, Najwa bermaksud memberikan pesan
kepada rakyat Indonesia untuk tetap menjaga persaudaraan sesama
bangsa Indonesia meskipun berbeda pilihan politik. Selain itu, ia
juga menyampaikan pesan bahwa para elit harus bisa bersikap
dewasa, tidak berlarut-larut dalam perselisihan, dan memberikan
contoh yang baik untuk masyarakat.
B. Kajian Pustaka
Peneliti melakukan kajian pustaka pada skripsi terdahulu
yang berjudul Praktik Jurnalisme Damai dalam Pembingkaian
Berita Konflik Poso III Antarumat Islam dan Kristen di Harian
Umum Republika yang diItulis oleh Dimas Bagus Laksono,
mahasiswa Universitas Islam Nergeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tahun 2017.
Metode penelitian yang digunakan pada skripsi tersebut
adalah metode analisis framing Robert N. Entman. Hasilnya,
45
jurnalisme damai belum sepenuhnya diterapkan oleh Republika
sebab dalam pemberitannya, Republika mendefinisikan konflik
poso adalah masalah SARA yang melebar ke penindasan atau
pelanggaran HAM. Dalam hal ini, Republika memandang umat
islam sebagai korban, dan umat kristenlah yang harus
bertanggungjawab atas setiap kerusuhan. Selain itu, diksi yang
dipilih oleh Republika cenderung memihak satu kelompok saja.
Skripsi lain yang menjadi inspirasi bagi peneliti adalah
skripsi karya Indah Fajar Rosalina, mahasiswi Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, tahun 2014 yang berjudul Jurnalisme
Damai Media Online dalam Kasus Lurah Susan. Penelitian ini
membandingkan pemberitaan konflik Lurah Susan pada media
online Kompas dan Tempo dengan menggunakan metode analisis
framing Robert N. Entman. Hasilnya, Indah menyebutkan bahwa
Kompas telah menjadi media provokasi dan menerapkan
jurnalisme perang, sedangkan Tempo menerapkan jurnalisme
damai karena telah mengawal upaya-upaya mediasi.
Selain skripsi, peneliti juga menemukan beberapa jurnal
yang relevan, salah satunya adalah jurnal berjudul Jurnalisme
Damai dalam Pemberitaan Ahmadiyah Pada Harian Jawa Pos
karya Rindang Senja Andarani, mahasiswi Magister Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro. Penelitian dalam jurnal tersebut menggunakan
metode analisis framing model Pan dan Kosicki. Hasilnya,
Rindang menyebutkan bahwa Jawa Pos belum sempurna dalam
menerapkan jurnalisme damai sebab Ahmadiyah telah menjadi
46
korban dari penyerangan warga, namun Jawa Pos justru
menonjolkan JAI sebagai biang dari aksi kekerasan tersebut.
Inspirasi lainnya adalah jurnal berjudul Jurnalisme Damai
dalam Berita Konflik Agama Tolikara di Tempo.co karya
Christiany Juditha dari Puslitbang Aplikasi Informatika dan
Informasi Komunikasi Publik Kemenkominfo RI tahun 2016.
Penelitian tersebut menggunakan metode analisis isi kuantitatif
yang bertujuan menggambarkan karakteristik pesan-pesan dalam
ranah publik melalui perantara teks. Adapun penarikan sampelnya
menggunakan teknik purposive sampling, sedangkan unit
analisisnya adalah keseluruhan berita mengenai konflik agama
Tolikara yang diposting oleh Tempo.co selama pada tanggal 17
hingga 18 Juli 2015. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
sebagian dari 37 berita yang dikaji pada situs berita Tempo.co telah
mengarah pada perdamaian dimana berita-beritanya lebih
menekankan pada upaya perdamaian.
Selanjutnya jurnal berjudul Jurnalisme Damai dalam
Pemberitaan Pembakaran Gereja di Aceh Singkil pada Harian
Waspada karya Raihan Nusyur mahasiswa Magister Radio dan
Televisi, Marmara University, Turky tahun 2017. Metode
penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
analisis isi terhadap 17 berita pembakaran gereja di Aceh Singkil
pada 12-26 Oktober 2015. Adapun sampelnya dipilih berdasarkan
teknik purposive sampling. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pemberitaan Harian Waspada mengenai pembakaran gereja
di Aceh Singkil telah menerapkan 4 kategori jurnalisme damai
47
Johan Galtung, yaitu perdamaian, kebenaran, msyarakat, dan
penyelesaian konflik.
C. Kerangka Berpikir
Dalam melakukan penelitian mengenai jurnalisme damai
pada program Mata Najwa, peneliti merasa analisis framing model
Entman cocok dijadikan metode penelitian. Pada prinsipnya,
jurnalisme damai adalah jenis pemberitaan yang menawarkan
penyelesaian atas suatu konflik yang terjadi di masyarakat
sehingga hal ini sesuai dengan perangkat analisis framing model
Entman yang juga melihat kepada penyelesaian sebuah maslaah.
Agar bisa melihat sebuah pemberitaan disajikan
menggunakan jurnalisme damai atau tidak, kita terlebih dahulu
harus melihat bagaimana berita dikonstruksi oleh media. Define
problems, diagnose causes, dan moral judgement merupakan
konsepsi analisis framing yang dirasa cukup untuk menjelaskan ke
arah mana sebuah berita dikonstruksi. Selain ketiga hal tersebut,
framing Robert N. Entman juga memungkinkan kita untuk dapat
menganalisis seperti apa penyelesaian yang ditawarkan oleh
jurnalis dan media melalui treatment recommendation. Dengan
demikian, treatment recommendation dapat membantu kita
melihat apakah dalam pemberitaannya media yang diteliti
mengarah pada perdamaian atau tidak seperti yang ditawarkan oleh
jurnalisme damai.
48
Tabel 2.5
Framing Program Mata Najwa Episode Suara Penentu
Define problems
(pendefinisan masalah)
Pelaksanaan Pemilu 2019 masih
belum sempurna.
Diagnose causes
(memperkirakan
masalah atau sumber
masalah)
Keputusan Mahkamah Konstitusi
untuk menyelenggarakan pemilu
serentak dan masa kampanye terlalu
lama.
Make moral judgement
(membuat keputusan
moral)
Keputusan Mahkamah Konsititusi
untuk melaksanakan pemilu secara
serentak dan masa kampanye terlalu
lama bukan keputusan terbaik sebab
kinerja KPU dan KPPS menjadi
tidak maksimal. Selain itu, elite
juga tidak memberikan contoh yang
baik kepada masyarakat dalam
menyikapi dinamika pemilu.
Treatment
recommendation
(penekanan
penyelesaian)
Seluruh rakyat Indonesia harus
tetap menjaga persaudaraan, elite
harus bisa bersikap dewasa dan
memberikan contoh yang baik
untuk rakyat agar gesekan-gesekan
yang terjadi dapat segera pulih.
Setelah mengetahui bagaimana media membingkai sebuah
peristiwa, maka langkah selanjutnya adalah memperhatikan
apakah pembingkaian tersebut memenuhi kriteria jurnalisme
damai atau tidak. Kriteria tersebut adalah berorientasi pada
perdamaian, kebenaran, masyarakat, dan solusi.
49
Tabel 2.6
Penerapan Jurnalisme Damai
Program Mata Najwa Epiode Suara Penentu37
Orientasi Ciri Hasil
Frame
Keterangan
Perdamaian • Membuat
konflik
menjadi
transparan
• Memberikan
kesempatan
kepada semua
pihak
• Melihat
kemanusiaan
dari segala sisi
Memenuhi Mata Najwa
tidak menutup
mata bahwa
banyak sekali
kekurangan
yang terjadi
dalam Pemilu
2019. Dalam
talkshownya,
Mata Najwa
mengundang
narasumber
dari dua
kubung
pendukung,
peserta pemilu,
penyelenggara
pemilu,
lembaga
survey, dan
para aktivis.
Kebenaran • Membongkar
semua
kepalsuan
Memenuhi Mata Najwa
mengundang
narasumber
agar isu-isu
yang beredar
di masyarakat
dapat langsung
diklarifikasi.
37 diadaptasi dari Jurnalisme Damai (Peace Journalism) dalam
Kerukunan Antarumat Beragama, karya Ayu Usada Rengkaningtyas, Jurnal
Kajian Islam Indisipliner Vol.2 No.2, 2017, h.182
50
Masyarakat • Berfokus pada
kesengsaraan
bersama
• Menyebutkan
mereka yang
menjadi
penyebab
• Berfokus pada
mereka yang
merintis
perdamaian
Memenuhi Mata Najwa
melihat bahwa
masyarakat
telah menjadi
korban dari
segala
kebisingan
yang dilakukan
oleh para
politisi dan
berharap
segala gesekan
yang terjadi di
masyarakat
dapat segera
berakhir.
Penyelesaian • Perdamaian
adalah
kreativitas,
tanpa
kekerasaan
• Menggaris-
bawahi tentang
inisiatif
perdamaian
dan
menghindari
perang
selanjutnya
• Berfokus pada
struktur,
kebudayaan,
dan
masyarakat
yang damai
Memenuhi Mata Najwa
menghimbau
masyarakat
untuk tetap
menjaga
persatuan, dan
menghimbau
para politisi
untuk memberi
contoh yang
baik bukan
malah
membuat
suasana
semakin keruh.
Dalam Mata
Najwa juga
dikatakan
bahwa Pemilu
2019 perlu
dilakukan
evaluasi
menyeluruh.
51
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Profil TRANS7
Gambar 3.1 Logo TRANS7
TRANS7 yang semula bernama TV7 dimulai pada tanggal
22 Maret 2000 yang diumumkan dalam Tambahan Berita Negara
Nomor 8687 Tahun 2001 tanggal 28 Desember 2001 sebagai PT
Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Pada tanggal 4 Agustus
2006, Kelompok Kompas Gramedia membangun hubungan
kerjasama strategis dengan CT Corp dan sejak itu TV7 berubah
menjadi TRANS7.
Saat ini TRANS7 beroperasi berdasarkan Izin
Penyelenggaraan Penyiaran Nomor 1820 Tahun 2016 tanggal 13
Oktober 2016 yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia, sebagai bagian dari
kelompok media yang berada dalam naungan CT Corp.
TRANS7 menjadi televisi pilihan pemirsa Indonesia
dengan positioning Smart, Entertaining & Family. Dalam
perjalanannya sampai dengan saat ini, siaran kami telah tersebar di
29 provinsi di Indonesia. Sebanyak 40 stasiun transmisi telah
52
beroperasi untuk memperluas jangkauan siaran secara nasional dan
dioperasikan oleh sumber daya setempat.1
Visi dan Misi perusahaan
Visi: Menjadi stasiun televisi terbaik di Indonesia dan
ASEAN.
Misi: Menjadi wadah ide dan aspirasi guna mengedukasi
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
TRANS7 beralamat di Jalan Kapten P. Tendean
Kav.12-14A, Jakarta Selatan. Adapun struktur jabatan di
TRANS7 adalah sebagai berikut2:
President Director : Atiek Nur Wahyuni
Production Director : Andi Chairil Edward
FRM Director : CH. Suswati
Divison Head
Programming : Leona Anggraeni
Marketing : Muhammad Ichsan
1 , “About Profile” (https://www.trans7.co.id/about#profile, diakses
pada 23 September 2019 pukul 12.25) 2 ,”About BOD” (https://www.trans7.co.id/about#bod, diakses pada 23
September 2019 pukul 12.40)
53
Marketing Public Relations : Anita Wulandari
News : Titin Rosmasari
Production Facilities : Lambok Sibarani
Sales : Muhammad Ridha
HR & GS : Antonius Refijanto
Sales II : Fillis Dilen Panorama
Production : Sambodo
B. Profil Narasi TV
Gambar 3.2 Logo Narasi TV
Narasi TV merupakan sebuah media platfrom digital yang
didirikan oleh jurnalis senior, Najwa Shihab, pada tahun 2018.
Narasi TV hadir dengan tayangan-tayangan yang tak hanya
menghibur, tapi juga sangat informatif melalui program-program
dalam kemasan talkshow, reportase, dokumenter, dan opini.
Program-program tersebut diantaranya Mata Najwa, Catatan
Najwa, Shihab dan Shihab, Sarah Secharian, Tech It Easy, dan
54
Kejar Tayang. Program-program Narasi TV dapat dinikmati kapan
saja oleh siapa saja melalui website www.narasi.tv dan kanal
youtube Narasi TV.
Adapun struktur jabatan di Narasi TV3 adalah sebagai
berikut:
Pemimpin Redaksi : Z. Rachmat Sugito
Manajer Pemberitaan : Laban Abraham Laisila,
Surya Wijayanti
Manajer Produksi Konten: Amanda Valani Nurvadila
Selain menyajikan tayangan-tayangan informatif dan
menghibur, Narasi TV juga memberikan ruang kepada siapa saja
yang ingin aktif berkarya dan menebar energi positif terutama bagi
kaum muda dengan membentuk komunitas Mata Kita.
Kantor Narasi TV beralamat di Intiland Tower lantai 20,
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 32 Jakarta Pusat 10220. Telp: 021-
57939176, fax: 021-57930649, email: [email protected].
3”Corporates Informastion”,(https://www.narasi.tv/pages/corporates-
informationm, diakses pada 14 Januari 2020 pukul 14.20)
55
C. Profil Mata Najwa
Gambar 3.3 Logo Mata Najwa
Mata Najwa adalah program talkshow yang dipandu oleh
Najwa Shihab, seorang jurnalis yang memiliki karakter cerdas,
lugas, dan berani serta memiliki karisma kuat di mata
pemirsa. Gaya bertanya Najwa Shihab yang tegas, menusuk,
dan kerap sedikit provokatif berpadu dengan treatment-
treatment yang spesifik untuk mengakomodir karakter bintang
tamu atau narasumber mampu menghadirkan show yang
menarik sepanjang durasi penayangan program.
Awalnya, program Mata Najwa merupakan program in
depth talkshow unggulan yang tayang di Metro TV. Program ini
telah meraih beberapa penghargaan di dalam dan di luar negeri,
di antaranya berhasil menjadi nominasi talkshow terbaik se-
Asia Pasifik dalam ajang Asian Television Awards 2010,
talkshow terbaik Dompet Dhuafa Awards 2011, dan pada 2011-
2012 berhasil masuk tiga besar talkshow yang paling banyak
dibicarakan versi SWA Magazine.
Mata Najwa juga memiliki brand image yang kuat
sebagai salah satu program talkshow yang menjadi referensi
saat ada isu atau fenomena nasional selain Indonesia Lawyers
Club (ILC). Namun pada tahun 2017, Najwa mengundurkan
56
diri dari Metro TV. Pengunduran diri ini secara otomatis
mengakhiri pula program Mata Najwa.
Mundur dari Metro TV, Najwa membentuk Narasi TV,
sebuah media baru berbasis digital. Tiga bulan setelahnya,
Narasi TV bekerja sama dengan TRANS 7 sehingga Mata
Najwa dapat hadir kembali di layar kaca, menjadi sebuah
program talkshow berita di TRANS7 setiap Rabu pukul 20.00
dan berdurasi dua jam. Selain itu, Mata Najwa juga dapat
disaksikan di website www.narasi.tv dan kanal youtube Najwa
Shihab.
Pasca break selama tiga bulan, Mata Najwa tak
menghilangkan ciri khasnya, program ini tetap menjadi
program yang kritis, lugas, to the point, dan ditunggu-tunggu
pemirsa setianya.. Kemampuan Mata Najwa menghadirkan
narasumber yang merupakan sosok nomor satu dari tema-tema
yang luas menjadi salah satu daya tarik utama program ini.
Tayang pada satu kali dalam sepekan di slot super
primetime, genre program Mata Najwa berpotensi untuk
menarik pemirsa male dengan rentang usia yang lebar (youth -
oldies). Selain itu, fleksibilitas tema bahasan yang diangkat
juga bisa dilebarkan untuk mengakomodasi pemirsa female.4
4 ,”Program Mata Najwa”, (https://www.trans7.co.id/programs/mata-
najwa, diakses pada 23 September 2019 pukul 12.20)
57
D. Profil Najwa Shihab
Najwa Shihab adalah seorang jurnalis kelahiran Makassar,
16 September 1977. Ia adalah anak dari Qurais Shihab dan
Fatmawati Assegaf. Ayahnya adalah ahli tafsir yang menjadi
Menteri Agama pada era Presiden Soeharto. Sedangkan
pamannya, Alwi Shihab adalah menteri luar negeri pada kabinet
Gus Dur.
Najwa Shihab besar dalam lingkungan pengetahuan
keagamaan yang kuat. Lulus SMA, ia memilih kuliah di Fakultas
Hukum Universitas Indonesia (UI). Setelah itu, memulai kariernya
di media. Pada Agustus 2000, ia menjadi reporter Metro TV. Di
sini ia digembleng dan mengeluarkan kemampuannya sebagai
jurnalis televisi, mulai dari reporter, anchor, hingga host program.
Pada 2006, ia pun mendapat penghargaan dari Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) Pusat dan PWI Jakarta Raya (PWI
Jaya) atas seluruh laporannya tentang Tsunami Aceh. Pada tahun
yang sama pula, Najwa Shihab terpilih sebagai wartawan terbaik
Metro TV dan masuk dalam jajaran nominasi Pembaca Berita
Terbaik Panasonic Awards 2004.
Najwa juga terpilih menjadi salah satu wartawan yang
mewakili Indonesia dalam Senior Journalist Seminar yang
berlangsung di beberapa kota di Amerika Serikat bersama
wartawan manca negara. Ia juga menjadi pembicara pada
Konvensi Asian American Journalist Association.
58
Pada tahun 2007, Najwa masuk ke dalam deretan nominasi
berbagai penghargaan bergengsi salah satunya, nominasi Best
Current Affairs/Talkshow presenter, Asian Television Awards.
Kepiawaian dan profesionalismenya sebagai wartawan pun mulai
ditengok negara luar.
Berkat netralitas dan independensinya sebagai wartawan,
Najwa pun didapuk sebagai moderator debat kandidat Gubernur
DKI Jakarta 2007 antara Fauzi Bowo-Priyanto dan Adang
Daradjatun-Dani Anwar yang diselenggarakan oleh KPUD DKI
Jakarta serta ditayangkan langsung oleh Metro TV dan Jak TV.5
Dilansir dari youthmanual.com, pada tahun 2016, Najwa
terpilih menjadi Duta Baca Indonesia yang turut serta dalam upaya
meningkatkan minat baca bangsa, terutama di kalangan generasi
muda. Ia pun menulis buku berjudul Catatan Najwa yang
merupakan kumpulan narasi puitis mengenai berbagai isu yang ia
susun untuk program Mata Najwa.
Bulan Agustus 2017, Najwa Shihab mundur dari Metro TV
dan mengakhiri program Mata Najwa. Namun ia tetap rajin
memproduksi konten-konten jurnalistik seperti mewawancarai
para tokoh-tokoh di Indonesia, membuat berita investigasi yang
kemudian ia tayangkan di channel youtube Mata Najwa miliknya.
5 ,”Najwa Shihab”, https://www.viva.co.id/siapa/read/506-najwa-
shihab, diakses pada 23 September 2019 pukul 13.49
59
Ia juga aktif mengkampanyekan literasi dan minat baca, serta
semangat antikorupsi.
Beberapa bulan lamanya ia vakum dari televisi, Najwa
Shihab kembali hadir melalui Mata Najwa yang kini ditayangkan
di stasiun TV TRANS7.6
PENGHARGAAN
1. Jurnalis Terbaik Metro TV (2006)
2. Australian Alumni Award for Journalism and Media
(2009)
3. Highly Commended for the Best Current Affairs Presenter
di Asian Television Award (2007 dan 2009)
4. National Award for Journalistic Contribution to
Democracy (2010)
5. Young Global Leader oleh The World Economic Forum
(2011)
6. Best Current Affairs Presenter dalam acara Mata Najwa di
Metro TV oleh Asian Television Awards (2011)
7. Most Progressive Figure oleh Forbes Magazine (2015)7
6 Wink, Biografi Najwa Shihab – Profil Presenter Najwa Shihab”,
(https://www.biografiku.com/biografi-najwa-shihab-profil-presenter-mata-
najwa/, diakses pada 25 September 2019 pukul 14.02) 7 ,”Najwa Shihab”, (https://www.viva.co.id/siapa/read/506-najwa-shihab,
diakses pada 23 September 2019 pukul 13.49)
60
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Ketika terjadi sebuah peristiwa konflik, termasuk
perselisihan ketika Pemilu 2019, media mempunyai peran penting
untuk meredam konflik tersebut dengan menerapkan prinsip-
prinsip jurnalisme damai dalam produk jurnalistiknya. Di era
modern ini, produk-produk jurnalistik menjadi lebih bervariasi.
Salah satu produk jurnalistik baru adalah talkshow berita yang
ditayangkan baik di televisi ataupun di media digital. Talkshow
berita Mata Najwa yang ditayangkan di TRANS7 menarik
perhatian peneliti untuk melihat apakah Mata Najwa telah
menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme damai.
A. Program Mata Najwa Episode 17 April 2019-22 Mei 2019
Peneliti mengambil enam episode terkait Pemilu 2019 yang
tayang pada 17 April 2019 yang merupakan tanggal pemungutan
suara, hingga 22 Mei 2019 yang merupakan batas akhir
penghitungan suara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Tabel 4.1
Episode Mata Najwa 17 April 2019 – 22 Mei 2019
No Tanggal Judul Episode Jumlah
segmen
1 17 April 2019 Suara Penentu 13
61
2 24 April 2019 Usai Pemilu 7
3 1 Mei 2019 Laga Usai Pilpres 7
4 8 Mei 2019 Demi Demokrasi 7
5 15 Mei 2019 Adu Lantang Jelang
Penentuan
7
6 22 Mei 2019 Setelah 22 Mei 7
1. Mata Najwa Episode Spesial Suara Penentu, 17 April
2019
Mata Najwa Episode Suara Penentu tayang dengan durasi
yang lebih lama, yaitu 180 menit. Narasumber yang dihadirkan
pun lebih banyak dari biasanya, terdiri atas orang-orang yang
mewakili hampir seluruh pihak terkait pemilu. Mereka adalah
perwakilan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Ace
Hasan Syadzily dan Rizal Malaranggeng; perwakilan Badan
Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Mardani Ali Sera
dan Gamal Albinsaid; Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto
Wijaya; Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini; pakar
hukum tata negara, Zainal Arifin Muchtar; komisioner KPU,
Wahyu Setiawan.
Hadir pula politikus PDIP, Adian Napitupulu; politikus
Partai Gerindra, Arief Poyuono; politikus PKS, Hidayat Nur
Wahid; Sekretaris Jenderal Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso;
Sekretaris Jenderal PAN, Edi Suparno; Ketua Bidang Legislatif
Hanura, Inaz N. Zubir; Komisioner Bawaslu, Fritz Edward
Siregar; Ketua Umum Gerakan Gusdur untuk Jokowi, Yeni
Wahid; perwakilan PKS, Habib Aboe Bakar Al-Habsyi. Kemudian
hadir juga calon anggota DPD Provinsi Istimewa Yogyakarta,
62
Gusti Kanjeng Ratu Hemas, dan menteri sekaligus kader PDIP,
Yasonna Laoly.
Selain berbincang dengan narasumber yang hadir di studio,
Najwa juga berbincang dengan Wakil Presiden Jusul Kalla dan
Presiden Indonesia ketiga, Bacharuddin Jusuf Habibie melalui
sambungan panggilan video.
Tabel 4.2
Tayangan Video Tape (VT)
dalam Mata Najwa Episode Spesial Suara Penentu,
17 April 2019
Segmen Judul
Segmen
VT Menit
1 Pemenang
Pilpres Versi
Hitung Cepat
1. Kampanye kedua
pasangan calon dan
pemungutan suara di
TPS di mana masing-
masing pasangan
calon menggunakan
hak pilihnya
2. Pernyataan Prabowo
Subianto tentang hasil
exit-poll dan quick
count, yang tidak
disebutkan
lembaganya,
memenangkan mereka
dan meminta relawan
memantau
kemenangan di TPS
dan kecamatan.
Kemudian, Prabowo
mengatakan bahwa
01.09-
02.00
07.00-
10.24
63
lembaga survey telah
bekerja untuk satu
pihak dan meminta
pendukungnya untuk
mengawasi TPS dan
C1 serta menghimbau
pendukungnya untuk
tetap tenang.
2 Beda Jokowi
dan Prabowo
Sikapi Quick
Count
1. Pernyataan Jokowi
yang meminta
pendukungnya untuk
bersabar menunggu
penghitungan KPU
secara resmi.
00.21-
03.11
3 Jusuf Kalla –
Mari
Lupakan
yang Lalu
- -
4 Poyuono –
Prabowo
Menang
1. Antusiasme
masyarakat lanjut usia
dalam pemilu
13.20-
13.43
5 BPN vs TKN
Soal Quick
Count
1. Antusiasme anak
muda dalam pemilu
09.00-
10.06
6 Inilah Parpol
yang
Melenggang
ke Senayan
- -
7 Politik Uang
di Pusara
Pemilu
- -
8 Kontroversi
Hasil Hitung
Cepat
1. Lagu persatuan, pilih
satu atau dua
#MantapMemilih
10.54-
11.44
9 Mereka yang
Kembali
Berlaga
- -
10 Cerita GKR
Hemas Bujuk
Pemilih
--
64
11 Ganjar,
Anies, dan
Nurdin Soal
Pilpres
1. Pernyataan Prabowo
bahwa ia telah
menang 62%
kemudian meminta
partai-partai koalisi
dan pendukungnya
menjaga kotak suara.
Prabowo mengatakan,
“saya akan dan
sudaah jadi
presidennya seluruh
rakyat Indoneisa”.
2. Pernyataan Said Aqil
Siradj yang
menghimbau
masyarakat menjaga
persaudaraan.
00.05-
08.50
15.28-
17.00
12 Prabowo –
Saya Akan
dan Sudah
Jadi Presiden
Rakyat
Indonesia
- -
13 Berbeda tapi
Bersaudara
- -
2. Mata Najwa Episode Usai Pemilu, 24 April 2019
Pada episode Usai Pemilu, Mata Najwa berfokus pada isu
klaim kemenangan, sebab dalam kurun waktu seminggu setelah
dilaksanakan pencoblosan muncul deklarasi kemenangan dari
kubu 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Adapun narasumber
yang dihadirkan adalah Sekretaris Tim Kemenangan Nasional
(TKN), Hasto Kristiyanto; Wakil Ketua Badan Pemenangan
Nasional (BPN), Priyo Budi Santoso; Wakil Sekretratis Jenderal
65
(Wasekjen), Partai Gerindra Andre Rosiade; Ketua KPU, Arief
Budiman; Ketua Bawaslu, Abhan; dan Sekjen Perhimpunan
Survey Opini Publik Indonesia dan juga direktur eksekutif Charta
Politika, Yunarto Wijaya.
Tabel 4.3
Tayangan Video Tape (VT)
dalam Mata Najwa Episode Usai Pemilu, 24 April 2019
Segmen Judul
Segmen
VT Menit
1 Jokowi Soal
Deklarasi
Kemenangan
Prabowo
1. Pernyataan Jokowi
dan Prabowo yang
sama-sama
menyodorkan data
quick count dan exit
poll yang
memenangkan
mereka.
01.08-
02.09
2 Jokowi –
Kalau Ada
Kecurangan,
Lapor
Bawaslu
1. Deklarasi
kemenangan
Prabowo-Sandi.
2. Cuplikan berita
online tentang
deklarasi
kemenangan
Prabowo-Sandi.
(sumber:detik)
02.05-
03.06
08.12-
08.42
3 BPN –
Deklarasi
Kemenangan
itu Pilihan
Rasional
4 Disuruh ke
Antartika, Ini
1. Pernyataan Bactiar
Nasir dan Prabowo
00.05-
01.35
66
Jawaban
Lembaga
Survey
Subianto tentang
ketidakpercayaan
terhadap lembaga
survey.
5 KPU – Kalau
Curang,
Kenapa
Kami
Pertontonkan
1. Pernyataan Amien
Rais yang menilai
pemilu tahun ini
ugal-ugalan dan
kepercayaan rakyat
kepada KPU semakin
tipis.
2. Cuplikan berita
online tantang adanya
kesalahan input
dalam sistem hitung
KPU. (sumber: idn
times, detik,
istimewa)
00.05-
00.59
03.01-
03.38
6 BPN – Hak
Kami
Menyatakan
Prabowo
Menang
1. Cuplikan berita
online tentang
banyaknya petugas
KPU yang
meninggal. (sumber:
detik)
2. Pernyataan
Menkopolhukam,
Wirato, bahwa
tuduhan konspirasi
antara penyelenggara
pemilu dan
pemerintah, TNI, dan
Polri yang disebut-
sebut untuk
memenangkan salah
satu pihak adalah
sesuatu yang ngawur,
tendisius, dan
mendelegitimasi
pemilu.
00.05-
00.55
02.38-
03.38
67
7 BPN –
Kecurangan
Pemilu
Terstruktur,
Masif,
Sistematis,
dan Brutal
1. Pernyataan Eggi
Sudjana yang
mengatakan bahwa
people power tidak
perlu mengikuti
tahapan-tahapan
dalam pemilu, tidak
perlu menunggu 20
Oktober untuk
pelantikan.
00.05-
00.33
3. Mata Najwa Episode Laga Usai Pilpres, 1 Mei 2019
Mata Najwa Episode Laga Usai Pilpres 1 Mei 2019
memfokuskan diri membahas tudingan-tudingan kecurangan yang
terjadi dalam kurun waktu dua minggu sejak dilaksanakannya
pemilu Narasumber yang dihadirkan adalah tim sukses calon
presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf
Amin, Adian Napitupulu dan Guntur Romli; tim sukses calon
presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Arief Poyuono dan
Eggi Sudjana.
Tabel 4.4
Tayangan Video Tape (VT)
dalam Mata Najwa Episode Laga Usai Pilpres, 1 Mei 2019
Segmen Judul
Segmen
VT Menit
1 Siap
Presiden!
1. Cuplikan berita
online
(sumber:detik)
tentang kecurangan,
01.09-
01.57
68
dan tanggapan kedua
pasangan calon
presiden dan wakil
presiden.
2. Kelucuan Arief
Poyuono dan Adian
Napitupulu yang
menunjukkan
kedekatan mereka.
3. “Siap Presiden!” di
istana kepada
Jokowi.
4. Penurunan baliho
klaim kemenangan
Prabowo-Sandi di
Bogor.
02.21-
03.02
03.32-
04.17
08.51-
09.45
2 Arief
Poyuono –
Kami
Diancam
1. Pantun klaim
kemenangan
Prabowo-Sandi
2. Ketua BPN tidak
tahu ada real count
di internal BPN.
00.05-
01.24
07.29-
07.59
3 Prabowo-
Sandi Tak
Akan Akui
Legitimasi
Pemilu
1. Berita tentang
kesalahan input
KPU, DPT
bermasalah,
tudingan kecurangan
pemilu. (sumber:
detik, cnn)
2. Pernyataan Prabowo
tentang kontestasi
politik layaknya
pertandingan, jika
aturan main tidak
dipatuhi biasanya
hasil pertandingan
tidak akan diakui.
00.05-
00.31
04.02-
05.36
4 “People
Power” Usai
Pencoblosan
1. Amien Rais dan
Eggi Sudjana
mengatakan apabila
00.05-
01.07
69
sudah ada people
power, maka jika
terjadi kecurangan
tidak akan
menyerahkan ke
MK, tapi langsung
menggerakan people
power. Rizieq
Shihab juga
meminta untuk
mengakui
kemenangan
Prabowo-Sandi.
5 Prabowo –
Kambing
atau Rakyat
yang
Terhormat
1. Prabowo
mengatakan bahwa
apabila sudah
sampai pada titik
yang tidak masuk
akal maka harus
dilawan.
00.05-
01.12
6 Ijtima Ulama
Jadi Badan
Pemenangan
1. Ijtima Ulama
mengatakan bahwa
telah terjadi
kecurangan yang
terstruktur,
sistematis, dan masif
dalam Pemilu. Ijtima
Ulama mendorong
BPN untuk
mengajukan
keberatan.
00.05-
01.41
7 Najwa
Pegangi
Tangan
Adian dan
Poyuono
1. Dialog Najwa
Shihab dengan
Jokowi, jangan
sampai daerah yang
suaranya kecil untuk
presiden menjadi
kurang perhatian.
00.05-
00.32
70
4. Mata Najwa Episode Demi Demokrasi, 8 Mei 2019
Mata Najwa tanggal 8 Mei 2019 yang diberi judul Demi
Demokrasi memfokuskan diri untuk membahas perjuangan orang-
orang dibalik penyelenggaran Pemilu 2019. Narasumber yang
hadir pada episode kali ini adalah Sukaesih dan Ines Nabilah
Martini, istri dan anak dari Almarhum Rudi Mulya Prabowo, ketua
PPS dari TPS 009 Matraman, Jakarta Timur. Ada juga Ali Azhari,
ayah dari Almarhum Ahmad Farhan, anggota PPS dari TPS 068
Jatinegara.
Hal yang sangat penting dari pelaksanaan Pemilu 2019
adalah distribusi logistik. Para petugas harus berjuang ekstra untuk
mengantarkan logistik pemilu ke lokasi-lokasi di daerah terpencil
yang sulit diakses. Oleh karena itu, Mata Najwa episode kali ini
juga berbincang bersama orang-orang yang bertugas mengirimkan
logistik, Bripka Sam Tulak Alla, petugas pengamanan TPS di
Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, dan Hermansyah, petugas PPS
Bengalau, Pasangkayu, Sulawesi Barat; ketua KPPS TPS 042 Pasir
Gunung Selatan Kota Depok, Jawa Barat, Farid Abdurrahman;
Dekan Fakultas Kedokteran UI yang juga ahli spesialis penyakit
dalam Prof. Dr. Ari Fahrizal Syam; petugas pengamanan kotak
suara di Kabupaten Aceh Utara, Brigadir Tengku Murizal Saputra;
Ketua KPU DKI Jakarta, Betty Epsilon Idrus; Wakil Ketua Komisi
2 DPR RI, Mardani Ali Sera; Guru besar psikologi politik UI,
Professor Hamdi Muluk; dan Direktur Ekskekutif Perludem, Titi
Anggraini.
71
Tabel 4.5
Tayangan Video Tape (VT)
dalam Mata Najwa Episode Demi Demokrasi, 8 Mei 2019
Segmen Judul
Segmen
VT Menit
1 Cerita
Keluarga
Petugas
KPPS yang
Meninggal
1. Petugas KPPS
yang sakit dan
perjuangan
distribusi
logistik.
(sumber: detik,
cnn, merdeka)
2. Petugas KPPS
yang meninggal
dan sakit, dan
dokumentasi
pemakaman
petugas.
3. Berita online
mengenai ketua
KPPS
Matraman yang
meninggal dan
dokumentasi
mengenai
almarhum.
01.14-
02.06
02.26-
03.13
06.09-
06.52
2 Curhat
Beratnya
Kerja
Petugas
KPPS
- -
3 Perjuangan
Distribusi
Logistik
Pemilu
1. Perjuangan
distribusi logistik ke
daerah terpencil.
2. Dokumentasi Bripka
Sam Tulak Alla
dalam
mendistribusikan
00.18-
00.48
01.21-
02.17
72
logistik ke daerah
terpencil.
3. Distribusi logistik
sampai harus
menyusuri sungai di
malam hari.
04.45-
06.00
4 Kisah Polisi
Gendong
Anak Jaga
Kotak Suara
1. Distribusi surat
suara di Pasangkayu,
Sulawesi Barat.
2. Brigadir Teuku
Murizal Saputra
yang bertugas
sambil membawa
anak.
3. Tangkapan layar
status facebook
Brigadir TM
mengenai tugasnya
sebagai keamanan
TPS.
4. Dokumentasi
perjuangan petugas
pemilu.
00.05-
00.44
05.16-
05.46
09.51-
10.50
12.30-
13.26
5 Pesta
Demokrasi
atau Tragedi
Demokrasi
- -
6 Evaluasi
Pemilu
Serentak
1. Suasana KPUD DKI
Jakarta saat proses
penghitungan suara.
00.05-
00.25
7 Demi
Demokrasi
- -
73
5. Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan,
15 Mei 2019
Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan
tanggal 15 Mei 2019 membahas segala kebisingan-kebisingan para
elit menjelang keputusan presiden dan wakil presiden terpilih yang
akan dilakukan seminggu kemudian. Narasumber yang dihadirkan
pada episode kali ini adalah Direktur Program Tim Kampanye
Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Arya Bima; Juru Bicara TKN
Jokowi-Ma’ruf, Ace Hasan Syadzily; Juru Bicara Badan
Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Ahmad Riza Patria;
anggota tim advokasi Prabowo-Sandi, Novel Bamukmin; dan
Direktur Pusat Konstitusi Universitas Andalas, Feri Amsari.
Tabel 4.6
Tayangan Video Tape (VT)
dalam Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan,
15 Mei 2019
Segmen Judul
Segmen
VT Menit
1 BPN Tak
Percaya
Mahkamah
Konstitusi
1. Amien Rais tidak
ingin ke MK,
apabila ada
kecurangan
langsung
menggerakkan
people power.
2. Pernyataan Wiranto
tentang Tim
Asistensi Hukum.
01.11-
01.19
01.20-
01.35
74
3. Pernyataan Polri
mengenai status
Eggi Sudjana yang
dinaikkan menjadi
tersangka.
4. Orang-orang yang
dijerat pasal makar.
5. Pernyataan Prabowo
bahwa ia akan
menolak hasil
penghitungan yang
curang.
6. Penolakan hasil
penghitungan KPU
oleh kubu 02
01.36-
01.42
01.43-
01.54
01.56-
02.15
02.35-
03.49
2 BPN Tolak
Pilpres,
Bagaimana
dengan
Pileg?
1. Pernyataan Prabowo
Subianto yang akan
menolak hasil
penghitungan yang
curang.
2. Komisioner KPU,
Evi Novida Ginting,
membantah adanya
kecurangan.
00.05-
01.39
01.40-
02.30
3 Seberapa
Makar
1. Penangkapan orang-
orang yang dianggap
makar.
00.05-
01.01
4 Beda People
Power dan
Kedaulatan
Rakyat
1. Pernyataan Amien
Rais mengubah
People Power
menjadi Gerakan
Kedaulatan Rakyat.
2. Seorang Pria
mengatakan akan
memenggal kepala
Jokowi
3. Pernyataan Kivlan
Zen untuk meminta
00.05-
00.20
04.45-
05.05
08.31-
08.56
75
Jokowi
didiskualifikasi.
5 Penangkapan
Atas Nama
Makar
Berlebihan
1. Pernyataan Permadi
bahwa permasalahan
dalam pemilu hanya
bisa diselesaikan
dengan revolusi.
00.05-
00.52
6 Tim
Asistensi
Hukum,
Ancaman
Demokrasi
1. Pernyataan
Menkopohulkam,
Wiranto, yang
megesahkan
dibentuknya Tim
Asistensi Hukum.
00.05-
00.21
7 Adu Lantang
Jelang
Penentuan
1. Pernyataan K.H.
Ma’ruf Amin yang
meminta keutuhan
negara harus
diutamakan dan
berdewasa dalam
berdemokrasi.
00.05-
00.29
6. Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei, 22 Mei 2019
Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei yang tayang pada 22
Mei 2019 membahas peristiwa kericuhan yang terjadi di depan
kantor Bawaslu pasca pengumuman hasil pemilihan presiden dan
wakil presien. Narasumber yang dihadirkan pada episode kali ini
antara lain Ketua KPU, Arief Budiman; Ketua Bawaslu, Abhan;
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya; Direktur
Pusat Studi Konstitusi Universitas Andalas, Feri Amsari;
perwakilan TKN, Abdul Kadir; dan juru bicara BPN, Andre
Rosiade.
76
Selanjutnya pada segmen keempat, Mata Najwa
menghadirkan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief
Poyuono; dan juru bicara TKN sekaligus politikus Partai Golkar,
Meutya Hafid. Kemudian pada segmen keenam ada tambahan
narasumber, yaitu Ketua Divisi (Kadiv) Advokasi dan Bantuan
Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean.
Tabel 4.7
Tayangan Video Tape (VT)
dalam Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei, 22 Mei 2019
Segmen Judul
Segmen
VT/Live Report/
Breaking News
Menit
1 KPU –
Jangan
Selesaikan di
Jalanan
1. VT Pihak kubu 02
menolak hasil
penetapan KPU.
2. Live Report
3. VT Kapolri
mengatakan bahwa
aksi di depan kantor
Bawaslu telah
ditunggangi oleh
sekelompok orang
yang ingin membuat
kerusuhan.
4. VT Polda merilis
tersangka
provokator aksi
massa.
5. Breaking News
6. Breaking News
7. Breaking News
01.04-
01.50
02.08-
06.30
07.46-
09.22
09.40-
12.41
14.56-
15.20
16.08-
16.40
17.20-
17.49
77
2 Jokowi dan
Prabowo
Soal Aksi
Rusuh
1. Breaking News
2. Prabowo Subianto
mengucapkan bela
sungkawa kepada
korban kerusuhan
dan meminta aparat
untuk melindungi
rakyat.
3. Jokowi mengatakan
bahwa ia membuka
diri kepada siapapun
yang ingin bersama-
sama memajukan
negara dan tidak
akan memberi
tolerasi kepada
siapapun yang
mengganggu
keamanan,
demokrasi, dan
persatuan.
4. Breaking News
00.04-
01.27
01.38-
03.56
03.56-
05.10
07.42-
09.18
3 Sikap Elite
Politik Soal
Aksi Rusuh
1. Pernyataan
Moeldoko bahwa
berita mengenai
aparat menyerang
mesjid adalah tidak
benar.
2. Prabowo meminta
rakyat untuk damai.
00.05-
00.48
07.18-
08.17
4 Kontroversi
Rekapitulasi
1. Prabowo
mengatakan
pihaknya tidak akan
menerima hasil
penghitungan suara
dari KPU bila
berasal dari
kecurangan.
2. Breaking News
00.05-
01.27
04.53-
05.05
78
3. Live Report 05.10-
07.35
5 Menuju
Mahkamah
Konstitusi
1. Breaking News 05.14-
07.23
6 Peta Koalisi
Pasca
Rekapitulasi
Pilpres
1. Pidato Susilo
Bambang
Yudhoyono
meminta komitmen
kedua calon
presiden untuk
memimpin dan
mengayomi rakyat
Indonesia secara
adill.
2. Live Report
3. Pertemuan Agus
Harimukti
Yudhoyono dengan
Jokowi
00.05-
01.15
01.42-
05.10
07.46-
07.57
7 Pelukan
Kubu 01 dan
02
1. Jusuf Kalla berharap
kerushan tidak
terjadi lagi dan
meminta Prabowo-
Sandi untuk
menenangkan
rakyat.
00.05-
01.34
B. Framing Mata Najwa Episode Pasca Pilpres 17 April 2019
– 22 Mei 2019
Pemilu 2019 merupakan pemilu serentak pertama di
Indonesia. Dalam pelaksanaannya, pemilu 2019 belum bisa
dikatakan sempurna. Siapa sangka pemilu kali ini akan memakan
banyak korban jiwa bagi mereka yang menjadi petugas TPS. Hal
79
ini disebabkan kelelahan yang luar biasa akibat jam kerja yang
kelewat batas, bahkan tidak sedikit yang harus bekerja lebih dari
24 jam.
Selain itu, dalam proses pelaksanaan pemilu 2019 muncul
banyak isu di tengah masyarakat yang membuat suasana semakin
keruh, seperti isu kecurangan yang dilakukan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU), berupa penginputan data yang tidak
sesuai dengan C1 KWK.
Setelah proses pencoblosan, lembaga-lembaga survey
dengan sigap melakukan quick count. Namun, kubu dari Badan
Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto dan Sandiaga
Uno nampaknya tidak setuju dengan hasil quick count yang
dilakukan oleh lembaga survey. Hasil-hasil quick count lembaga
survey yang menyebutkan Jokowi-Ma’ruf unggul itu disebut
sangat berbeda dengan hasil quick count yang dilakukan oleh
internal BPN yang memenangkan Prabowo-Sandi.
Akhirnya, berbagai tuduhan kecurangan juga dilontarkan
kepada lembaga-lembaga survey. BPN sangat menaruh curiga
bahwa lembaga-lembaga survey tersebut dibayar untuk
memenangkan Jokowi-Ma’ruf, meskipun hal ini telah dibantah
oleh Direktur Lembaga Suvey Charta Politika, Yunarto Wijaya.
Kekecewaan BPN Prabowo-Sandi terhadap Pemilu 2019
rupanya bukan hanya soal kecurangan tapi juga jalur-jalur
konstitusi yang mereka jalani untuk melaporkan segala bentuk
kecurangan, menurut mereka tidak bekerja dengan baik. Mereka
80
mengaku merasakan adanya ketidakadilan sebab laporan-laporan
yang mereka lakukan tak kunjung ditindaklanjuti, sedangkan
beberapa pendukung mereka yang bermasalah diproses dengan
cepat bahkan sudah ada yang ditangkap polisi. Karena hal inilah
beberapa tokoh pendukung calon presiden dan wakil presiden
nomor urut 02 kerap kali menyatakan ketidakpercayaan mereka
kepada kepolisian dan Mahkamah Konstitusi dan membuat sebuah
gerakan bernama People Power.
Hingga pada puncaknya pada tanggal 22 Mei 2019 ketika
KPU telah mengumumankan presiden dan wakil presiden terpilih
adalah pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin, massa pendukung
Prabowo-Sandi bergerak memadati depan kantor Bawaslu di Jalan
M.H. Thamrin, Jakarta. Mereka berunjuk rasa menuntut untuk
mendiskualifikasi hasil pengumuman pemilihan presiden dan
wakil presiden oleh KPU.
Kericuhan pun terjadi ketika aparat meminta massa untuk
membubarkan diri karena sudah melewati batas waktu tetapi massa
masih belum mau meninggalkan lokasi. Akhirnya petasan dan gas
air mata pun ditembakkan aparat untuk memecah konsentrasi
massa unjuk rasa.
Tidak hanya di depan kantor Bawaslu di Jalan M.H.
Thamrin, kericuhan pun terjadi di asrama polisi di Petamburan,
Jakarta. Kapolri Tito Karnavian mengatakan, aksi unjuk rasa ini
telah ditungganggi oknum bersenjata seolah-olah aparat yang
menjadi provokator kericuhan antara massa dan aparat. Selain itu,
Polda juga mengatakan telah menangkap 257 tersangka provokator
81
aksi yang sebelumnya memang telah merencanakan kerusuhan 22
Mei, termasuk penyerangan asrama polisi di Petamburan. Akibat
peristiwa ini, setidaknya 6 orang tewas dan ratusan lainnya luka-
luka.
Segala peristiwa terkait Pemilu 2019 dari mulai proses
pencoblosan tanggal 17 April 2019 hingga pengumuman presiden
dan wakil presiden terpilih tanggal 22 Mei 2019 rupanya selalu
menjadi isu yang menarik untuk dibahas dalam program Mata
Najwa.
Dalam bab sebelumnya, telah dibahas bahwa ada enam
episode yang akan diteliti. Keenam episode Mata Najwa tersebut
akan dianalisis menggunakan perangkat framing Robert N.
Entman, yaitu Define Problem (mengindentifikasi masalah),
Diagnoses Causes (memperkirakan penyebab masalah), Make
Moral Judgement (membuat keputusan moral), dan Treatment
Recommendations (penekanan penyelesaian).
1. Framing Mata Najwa Episode Spesial Suara Penentu,
17 April 2019
Sebanyak 250 juta penduduk telah memberikan hak
pilihnya di lebih dari 800.000 TPS yang tersebar di seluruh negeri.
Dengan jumlah yang luar biasa besar tersebut, memang mustahil
jika Pemilu 2019 diselenggarakan dengan tanpa kekurangan,
apalagi pemilu kali ini merupakan pemilu serentak pemilihan
presiden dan legislatif.
82
Pemilu yang diselenggarakan secara serentak ini
tampaknya membuat masyarakat tak begitu tertarik terhadap
pemilihan legislatif. Pemilihan legislatif seperti tenggelam oleh
kebisingan pilpres yang tentu saja menyebabkan konsentrasi
masyarakat lebih dominan kepada pemilihan presiden. Kemudian,
tujuh bulan masa kampanye sepertinya memang tidak efektif.
Waktu yang terlalu lama itu menyebabkan kelelahan yang luar
biasa yang dirasakan oleh berbagai pihak, sehinga kinerjanya tak
mampu maksimal saat hari pencoblosan tiba. Hal inilah yang
kemudian menimbulkan permasalahan-permasalahan di lapangan.
Komisioner Bawaslu, Fritz Edward Siregar, mengatakan
ada 30 kasus politik uang yang terjadi di 30 tempat. Kemudian
dalam hal pemungutan suara permasalahan yang terjadi adalah
mengenai logistik dan Daftar Pemilih Tetap (DPT). Ia mengatakan
laporan bahwa di 4-6 TPS surat suaranya sudah tercoblos lebih
dulu padahal proses pencoblosan belum dilaksanakan. Kemudian
ia juga mengatakan bahwa Bawaslu telah merekomendasikan 38
TPS untuk melakukan Pemungutan Suara Ulang (PSU) dan 1395
TPS direkomendasikan melakukan Pemungutan Suara Lanjutan
(PSL) karena distribusi logistik ke TPS tersebut terlambat atau
surat suara yang tidak lengkap.1
1 Mata Najwa Episode Suara Penentu, segmen 7 menit 00.58-03.05
83
Tabel 4.8
Analisis Framing Mata Najwa Episode Spesial Suara Penentu
17 April 2019
Define Problem Pelaksanaan Pemilu 2019 masih belum
sempurna.
Diagnose Causes Keputusan Mahkamah Konstitusi untuk
menyelenggarakan pemilu serentak dan masa
kampanye terlalu lama.
Make Moral
Judgement
Keputusan Mahkamah Konsititusi untuk
melaksanakan pemilu secara serentak dan
masa kampanye terlalu lama bukan
keputusan terbaik sebab kinerja KPU dan
KPPS menjadi tidak maksimal. Selain itu, elit
juga tidak memberikan contoh yang baik
kepada masyarakat dalam menyikapi
dinamika pemilu.
Treatment
Recommendations
Seluruh rakyat Indonesia harus tetap menjaga
persaudaraan, elit harus bisa bersikap dewasa
dan memberikan contoh yang baik untuk
rakyat agar gesekan-gesekan yang terjadi
dapat segera pulih.
Define Problem. Pada episode Suara Penentu Mata Najwa
tanggal 17 April 2019, Najwa membuka dialog dengan sebuah
pertanyaan mengenai penilaian proses pemilihan umum kepada
KPU sebagai penyelenggara.
“Bagaimana KPU? Memberi nilai sendiri berani tidak? Hari ini
berapa nilainya pelaksanaan pemilu? Kalau tidak berani, saya
lempar ke yang lain, tapi bagaimana KPU melihat seluruh
rangkaian proses pemilihan hari ini?”2
2 Mata Najwa episode Suara Penentu, segmen 1 menit 03.27-03.38
84
Melalui pertanyaan tersebut, Najwa berusaha memberikan
kesempatan kepada KPU untuk mengevaluasi diri. Kemudian, ia
juga menanyakan pertanyaan yang sama kepada hampir seluruh
narasumber yang hadir pada episode tersebut, yaitu bagaimana
mereka menilai proses pemilihan umum hari itu. Tak hanya
narasumber yang hadir, Mata Najwa menampilkan Video Tape
pernyataan dari kedua calon presiden dan wakil presiden, Joko
Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo-Sandi, tentang penilaian
mereka terhadap pemilu.
Dengan demikian, Najwa Shihab sebagai pemandu
program talkshow Mata Najwa mengindentifikasi bahwa dalam
proses pemilu 2019 masih banyak aspek yang perlu dievaluasi
bersama oleh seluruh pihak baik KPU, elit politik, dan masyarakat.
Diagnose Causes. Jusuf Kalla adalah yang pertama kali
mengatakan bahwa waktu kampanye pada pemilu 2019 terlalu
lama. Selama tujuh bulan masa kampanye, tak melulu kampanye
sehat yang diperlihatkan kepada masyarakat. Hal inilah yang
kemudian menyebabkan kebisingan-kebisingan di masyarakat dan
elit politik semakin memanas.
“Tujuh bulan orang berpikir, mendengarkan perdebatan, orang
mendengarkan segala macam pikiran negatif atau kampanye
negatif, itu terlalu lama. Jadi memang harus dievaluasi lagi lah.
Yang lalu-lalu hanya satu setengah bulan atau dua bulan. Ini
karena disatukan ini menyebabkan masalah sebetulnya.” 3
3 Mata Najwa episode Suara Penentu, segmen 3 menit 03.33-04.08
85
Setelah mendengarkan pernyataan dari Jusuf Kalla, Najwa
Shihab terus mengulang-ngulang pertanyaan tersebut kepada
narasumber yang lain. Najwa bertanya kepada Zainal Arifin,
“....tujuh bulan terlalu panjang katanya, Anda setuju dengan Pak
JK?”. Kemudian pada segmen 10, Najwa juga menanyakan
pertanyaan yang sama kepada Yasona Laoly,
“Pak Yasonna, ini tadi saya berbincang dengan KPU, dengan
Bawaslu, dengan beberapa teman-teman yang mengatakan
kampanye sekarang melelahkan dan terlalu panjang. MK, itu
keputusan MK dibuat serentak. Dalam kacamata Anda sebagai
Menteri Hukum dan HAM dan juga kacamata Anda sebagai caleg.
Apakah memang perlu dievaluasi ulang?”
Pertanyaan-pertanyaan mengenai kampanye terlalu
panjang yang diulang menunjukkan bahwa Mata Najwa berusaha
mencari argumen-argumen pendukung bahwa penyebab segala
hiruk pikuk, kebisingan, dan perselisihan yang terjadi dalam
pemilu 2019 disebabkan oleh keputusan Mahkamah Konstitusi
untuk menyelenggarakan pemilu secara serentak sehingga
menyebabkan proses kampanye yang terlalu lama.
Make Moral Judgement. Penilaian terhadap
penyelenggaran pemilu 2019 secara serentak adalah bukan
keputusan terbaik yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konsitusi.
Keputusan ini harus dievaluasi secara keseluruhan, sebab telah
mengakibatkan banyak permasalahan dalam praktiknya.
Dalam dialog berikut Najwa Shihab bertanya kepada
komisioner Bawaslu, Fritz Edward Siregar dan Direktur Eksekutif
Perludem, Titi Anggraeni, tentang temuan-temuan mereka selama
86
proses pemilu yang kemudian dapat dijadikan sebagai argumen
pendukung bahwa pemilu 2019 memang benar-benar harus
dievaluasi.
Najwa: “....apakah memang banyak temuan pelanggaran-
pelanggaran yang patut dicurigai akan mempengaruhi hasil atau
pelanggaran-pelanggaran yang masuk kategori kalaupun ada, itu
tidak signifikan.”
Fritz: “....Sampai hari ini memang pada saat masa tenang sampai
dengan hari pemungutan suara kami menemukan ada 30 kasus
mengenai politik uang yang terjadi di 30 tempat. Ada persoalan
logistik seperti misalnya surat suaranya ada yang tertukar, atau
surat suara yang terlambat, atau juga terkait dnegan pemilih yang
tidak bisa mencoblos karena dia tidak terdaftar di DPT atau di
DPTB ataupun karena dia tidak bia mendaftar karena KTPnya
tidak berada di situ.”
Najwa: “....saya harus tanya spesifik karena ini disebutkan oleh
Prabowo Subianto dalam konferensi persnya. Belum lagi banyak
ditemukan surat suara yang dicoblos 01, apakah itu juga Anda
temukan?”
Fritz: “Ada 5-6 TPS di mana ada laporannya surat suaranya
sudah tercoblos. Tetapi jumlahnya itu juga ada 7, 1, atau 2. Tetapi
memang kami bawaslu ada merekomendasikan untuk pemungutan
suara ulang di 34 TPS serta pemungutan suara lanjutan di 1390
TPS. Tapi itu disebabkan karena logistiknya terlambat datang.”
Najwa: “Baik, Mbak Titi, bagaimana mengomentari itu? Jadi dari
sekian banyak ini temuan Bawaslu, itu artinya?”
Titi: “....secara garis besar temuannya hampir sama. Temuan
paling mendasar adalah soal kapasitas teknis. Bagaimana teknis
KPPS dikelola, misalnya hal-hal yang secara administratif harus
dipenuhi, memang itu ada kendala, misal tidak diumumkannya
DPT, DCT, dan lain sebagainya. Yang kedua soal ketidakpahaman
soal penggunaan hak pilih, yang ketiga soal kapasitas KPPS yang
memang itu tidak standar. Ini PR besar kita, Pak..”4
4 Mata Najwa episode Suara Penentu, segmen 7 menit 00.35-04.23
87
Treatment Recommendations. Dalam wawancaranya,
Najwa Shihab meminta solusi dari setiap narasumber sebelum
menutup dialognya agar segala kebisingan dan perselisihan ini
tidak terjadi berlarut-larut di masyarakat dan para elite. Kemudian
Najwa Shihab berusaha kembali menekankan solusi dengan
merangkum pernyataan-pernyataan setiap narasumber yang hadir
sebagai penutup program episode Suara Penentu.
“Memang tak harus sama, tetapi beda itu tetap saudara. Saya rasa
itu pesan yang harus kita gaungkan. Karena rasa-rasanya tidak
akan secepat itu bisa hilang sama sekali rasa-rasa permusuhan
akibat copras-capres ini. Tetapi insyaAllah mudah-mudahan kita
semua dewasa apalagi kalau elitenya juga mencontohkan
bagaimana rakyatnya harus bersikap.”5
Melalui kata-kata “memang tak harus sama, tetapi beda itu
tetap bersaudara”, jelas bahwa solusi yang ditawarkan adalah
dengan mengajak masyarakat untuk tetap menjaga persaudaraan
sebangsa dan setanah air, juga mengajak elit untuk memberi
contoh kepada masyarakat dengan bersikap dewasa dalam proses
pemilu ini.
2. Framing Mata Najwa Episode Usai Pemilu, 24 April
2019
Mata Najwa Epiosde Usai Pemilu 24 April 2019
menghadirkan narasumber-narasumber yaitu Sekretaris Tim
Kemenangan Nasional (TKN), Hasto Kristiyanto; Wakil Ketua
5 Mata Najwa episode Suara Penentu, segmen 13 menit 05.08-05.29
88
Badan Pemenangan Nasional (BPN), Priyo Budi Santoso; Wakil
Sekretratis Jenderal (Wasekjen), Partai Gerindra Andre Rosiade;
Ketua KPU, Arief Budiman; Ketua Bawaslu, Abhan; dan Sekjen
Perhimpunan Survey Opini Publik Indonesia dan juga direktur
eksekutif Charta Politika,Toto Winarto Wijaya.
Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02,
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengklaim telah memenangkan
Pemilu 2019 berdasarkan exit-poll dan quick count yang dilakukan
oleh lembaga internal BPN Prabowo-Sandi dengan angka 62%,
padahal KPU sendiri belum selesai merekapitulasi surat suara
secara nasional. Klaim kemenangan ini kemudian menjadi
kontroversial dan menyebabkan suasana di tengah masyarakat
semakin tidak kondusif.
Wakil ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN), Priyo
Budi Santoso, mengatakan bahwa klaim kemenangan merupakan
hal yang wajar dilakukan dan lazim terjadi di negara-negara
demokrasi, apalagi jika dilakukan oleh calon dari pihak penantang
petahana. Pilihan politik semacam ini, menurutnya, adalah pilihan
rasional yang berhak untuk dilakukan.6
Selain klaim kemenangan, muncul juga tudingan-tudingan
bahwa KPU tidak netral dan mencoba melebihkan angka perolehan
suara agar dapat memenangkan calon nomor urut 01, Joko
Widodo-Ma’ruf Amin. KPU juga telah menyangkal adanya
kecurangan yang dituduhkan kepadanya. Ketua KPU, Arief
6 Mata Najwa Episode Usai Pemilu, segmen 3 menit 04.03-04.34
89
Budiman, mengatakan bahwa tidak mungkin mereka berlaku
curang ketika mereka membuka data penghitungan secara
transparan kepada masyarakat.
Menanggapi hal ini, pada segment pertama Mata Najwa
menayangkan rekaman dialog antara Najwa Shihab dan Joko
Widodo. Dalam dialog tersebut, Jokowi mengatakan bahwa
tudingan adanya kesengajaan untuk menambah suara kepada
dirinya merupakan sikap yang terlalu berlebihan.7 Jokowi juga
menilai bahwa KPU sudah bekerja dengan sangat netral dan
profesional.8
Tabel 4.9
Analisis Framing Mata Najwa Episode Usai Pemilu,
24 April 2019
Define Problem Klaim-klaim kemenangan pasangan calon
presiden dan wakil presiden.
Diagnose Causes Ketidakpercayaan kepada lembaga
survey.
Make Moral
Judgement
Klaim kemenangan akan berdampak
serius pada persatuan bangsa. Selain itu,
ketidakterbukaan kubu 02 terhadap data
yang dijadikan dasar klaim kemenangan
dinilai melanggar hak rakyat untuk
mendapat keterbukaan informasi.
Treatment
Recommendations
Memantau tahapan penghitungan suara
dan melakukan langkah-langkah
konstitusional apabila ada kecurangan.
7 Mata Najwa episode Usai Pemilu, segmen 2 menit 03.35-03.55 8 Mata Najwa episode Usai Pemilu, segmen 2 menit 02.44-02.53
90
Define Problem. Mata Najwa Episode Usai Pemilu 24
April 2019 dibuka dengan sebuah narasi, yang menjadi ciri khas
program Mata Najwa.
“.....pencoblosan telah dilaksanakan dan kini memasuki fase
genting penghitungan. Sangat wajar muncul ketidakpuasan
musykil pemilu berjalan nihil kekurangan. Silahkan mengawal
penghitungan dengan suara lantang, suara rakyat mutlak dijaga
agar tidak lekang. Tapi bagaimana dengan klaim-klaim
kemenangan? Berbahayakah bagi prinsip-prinsip persatuan?”9.
Selain itu, Mata Najwa juga menampilkan video deklarasi
kemenangan yang dilakukan oleh calon presiden nomor urut 02
Prabowo Subianto. Video itu diputar dua kali pada segmen
pertama dan ketiga.
Melalui narasi dan penayangan video deklarasi tersebut,
dapat diidentifikasi bahwa Mata Najwa epiosde kali ini
memfokuskan diri terhadap kegentingan-kegentingan yang terjadi
usai pencoblosan, terutama tentang klaim-klaim kemenangan.
Diagnose Causes. Segmen pertama dibuka dengan
penayangan Video Tape yang menampilkan kedua calon presiden
dan wakil presiden berpidato di hadapan pendukungnya. Calon
nomor urut 01 mengatakan bahwa 12 lembaga survey menyatakan
Jokowi dan K.H. Ma’ruf Amin mendapatkan persentase 54,5%.
Sedangkan calon nomor urut 02 mengatakan mereka menang
dengan angka 62% dan mendeklarasikan kemenangan sebagai
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2019-2024.
9 Mata Najwa episode Usai Pemilu, segmen 1 menit 00.36-00.59
91
Pada segmen 3 Wakil Ketua Umum BPN, Priyo Budi
Santoso mengatakan bahwa alasan Prabowo Subianto melakukan
deklarasi adalah karena situasi politik yang genting.
Najwa “Apa sebetulnya dasar Pak Prabowo dan Pak Sandiaga
Uno mendeklarasikan kemenangan sampai berkali-kali? Dasar
utamanya apa, Mas Priyo?”
Priyo: “....karena memang situasi politik yang agak -tanda kutip-
genting. Kemudian menghasilkan sebuah kesimpulan, ini patut
untuk dideklarasikan.”10
Kemudian pada segmen 4 dibahas mengenai kecurigaan-
kecurigaan dari kubu calon nomor urut 02 kepada lembaga-
lembaga survey yang mengadakan quick count. Wasekjen Partai
Gerindra, Andre Rosiade mempertanyakan dana survey yang
dimiliki oleh lembaga-lembaga survey.
Andre: “Patut diduga, lembaga survey sekaligus menjadi
konsultan kemenangan Pak Jokowi.”11
Peneliti beranggapan bahwa pada episode Mata Najwa kali
ini, yang menjadi penyebab terjadinya deklarasi kemenangan oleh
calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo
Subianto-Sandiaga Uno adalah karena ketidakpercayaan kepada
lembaga-lembaga survey. Mereka mengkhawatirkan terjadi
kecurangan-kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif
yang kemudian memenangkan calon presiden dan wakil presiden
nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
10 Mata Najwa episode Usai Pemilu, segmen 3 menit 01.02-01.32
11 Mata Najwa episode Usai Pemilu, segmen 4 menit 05.00-05.08
92
Make Moral Judgement. Pada segmen keenam, terjadi
perdebatan antara BPN, TKN, dan lembaga survey mengenai
klaim kemenangan yang dilakukan oleh Prabowo-Sandi. BPN
mengatakan bahwa mereka sangat berhak mengatakan bahwa
Prabowo-Sandi adalah pemenang Pemilu 2019. Pernyataan ini
disanggah oleh TKN dan lembaga survey, sebab data yang
digunakan untuk mendeklarasikan kemenangan itu tidak pernah
dibuka kepada publik.
Andre: “Semua sepakat bahwa yang menentukan siapa pemenang
pemilu adalah KPU. Proses rekapitulasi sedang berlangsung.
Menjadi bias ketika ada klaim sepihak dari BPN yang menyatakan
Pak Prabowo menang sementara quick count yang diterima
sebagai metodologi ilmiah menyatakan berbeda. Kami hanya
minta sederhana, mengapa BPN nggak terbuka?”12
Yunarto: “....semua lembaga kecuali lembaga Pak Prabowo yang
tidak pernah dibuka datanya mengatakan Prabowo unggul. Jadi
Anda jangan gunakan yang bahaya terminologi secara hukum.”13
Melalui perdebatan yang cukup panas tersebut, peneliti
menganalisa bahwa dialog tersebut cukup dapat dijadikan
pendukung bahwa klaim kemenangan memang tidak seharusnya
dilakukan. Proses rekapitulasi suara oleh KPU sebagai lembaga
resmi penyelenggara pemilu belum selesai, tetapi klaim
kemenangan sudah dilakukan, apalagi tanpa menunjukkan kepada
publik data-data yang digunakan sebagai dasar dilakukannya
deklarasi kemenangan tersebut.
12 Mata Najwa episode Usai Pemilu, segmen 6 menit 08.28-08.49
13 Mata Najwa episode Usai Pemilu, segmen 6 menit 10.04-10.12
93
Kemudian dalam narasi pembuka segmen pertama Najwa
mengatakan, “...bagaimana dengan klaim-klaim kemenangan?
Berbahayakah bagi prinsip-prinsip persatuan?”14 menunjukkan
bahwa klaim kemenangan yang dilakukan pasangan calon presiden
dan wakil presiden tampaknya akan membawa dampak yang serius
bagi persatuan bangsa Indonesia.
Dengan demikian, Mata Najwa Episode Usai Pemilu
menunjukkan bahwa ada nilai moral yang dilanggar dalam klaim-
klaim kemenangan dan saling tuding kecurangan, yaitu hak publik
terhadap keterbukaan informasi dan ancaman terhadap prinsip-
prinsip kesatuan.
Treatment Recommendations. Pada segmen terakhir,
Najwa mempersilakan narasumber untuk menyampaikan kalimat
penutupnya dimulai dari Andre Rosiade sebagai perwakilan dari
kubu Prabowo Subianto, dan yang terakhir oleh Arief Budiman
sebagai perwakilan dari KPU dan Bawaslu. Arief mengatakan
bahwa dalam proses pemilu, pihaknya sudah melakukan pekerjaan
secara transparan dan menyarankan kubu Prabowo-Sandi untuk
membuktikan apabila terjadi kecurangan.
“Silahkan Anda saksikan, silahkan Anda catat semua kejadian-
kejadiannya. Saya pikir kalau memang ada kecurangan silahkan
dibuktikan dan disampaikan gitu ya, tidak perlu mengambil
kesimpulan bahwa ada kecurangan yang masif gitu ya.”15
14 Mata Najwa episode Usai Pemilu, segmen 1 menit 00.59 15 Mata Najwa episode Usai Pemilu, segmen 7 menit 06.27-07.12
94
Kemudian Najwa Shihab juga menyampaikan narasi
penutupnya,
“....yang pokok adalah kesediaan mengoreksi diri agar apa yang
luput kelak tidak terulang kembali. Tiap elemen demokrasi wajib
menjaga suara rakyat. Tiap suara terlalu berarti untuk dibuat
khianat. Bersama dengan tetap memantau proses penghitungan,
pakai semua jalur legal untuk pecahkan persoalan. Agar
ketidakpuasan tak berakhir dengan perpecahan....”16
Peneliti beranggapan narasi tersebut banyak sekali
mengandung solusi yang berarti. Najwa Shihab, sebagai pemandu
acara Mata Najwa, menghimbau agar seluruh pihak harus bersedia
mengoreksi diri dan melakukan pekerjaannya dengan amanah. Ia
juga mengajak seluruh masyarakat untuk memantau proses
penghitungan suara dan melakukan tahapan-tahapan
konstitusional apabila melihat hal-hal yang terindikasi sebuah
kecurangan.
3. Framing Mata Najwa Episode Laga Usai Pilpres, 1
Mei 2019
Dua minggu setelah pelaksanaan Pemilu, suasana di tengah
masyarakat masih terasa panas. Dalam kurun waktu dua minggu,
muncul isu kecurangan yang dilakukan oleh KPU. Hal ini
berdasarkan kesaksian-kesaksian masyarakat yang melihat adanya
perbedaan angka perolehan antara C1 KWK dan laman resmi
KPU.
16 Mata Najwa episode Usai Pemilu, segmen 7 menit 07.56-08.22
95
Selain isu kecurangan yang dilakukan KPU, muncul pula
isu kecurangan yang dilakukan oleh kubu pemenangan calon
presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo dan
Ma’ruf Amin. Isu ini muncul karena video yang beredar yang
didalamnya terdapat sejumlah orang beramai-ramai mencoblos
nomor urut 01 sebelum TPS dibuka.
Mata Najwa Episode Laga Usai Pilpres 1 Mei 2019
kemudian memfokuskan diri membahas tudingan-tudingan
kecurangan yang terjadi dalam kurun waktu dua minggu sejak
dilaksanakannya pemilu. Dalam talkshownya, dibahas juga
mengenai pidato-pidato dan video kontroversial yang kebanyakan
dilakukan oleh para pendukung calon presiden dan wakil presiden
nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Salah satunya
adalah video Eggi Sudjana yang membahas people power dan
mengatakan tidak perlu lagi mengikuti tahapan-tahapan. Video itu
pun kemudian membuat dirinya dipanggil dan diperiksa oleh
polisi.
Selain menampilkan video-video yang mengundang
ketegangan, Mata Najwa juga menampilkan video yang cukup
membuat suasana lebih rileks. Video tersebut adalah video para
pendukung capres-cawapres nomor urut 01 yang memberi sikap
hormat kepada Joko Widodo sambil berkata “Siap, Pak Presiden!”,
yang mirip dengan video para pendukung capres-cawapres nomor
urut 02 yang beredar beberapa waktu sebelumnya. Kemudian
ditayangkan pula video lucu kebersamaan Arief Puyouno dan
96
Adian Napitupulu yang menggambarkan bahwa dua orang yang
berbeda pilihan politik seharusnya tetap menjaga persahabatan.
Tabel 4.10
Analisis Framing Mata Najwa Episode Laga Usai Pilpres
1 Mei 2019
Define Problem Suasana politik di Inonesia masih
belum mendingin.
Diagnose Causes Semakin marak tudingan-tudingan
kecurangan.
Make Moral Judgement Elite politik tidak memberi contoh
yang baik, beberapa tindakannya
terkesan mengompori rakyat.
Treatment
Recommendations
Seluruh rakyat Indonesia harus
tetap taat pada aturan yang berlaku
serta menjunjung tinggi
kemanusiaan dan persatuan.
Define Problem. Mata Najwa Episode Laga Usai Pilpres 1
Mei 2019 dibuka dengan pembacaan narasi singkat oleh Najwa
Shihab yang menggambarkan bagaimana situasi politik di
Indonesia setelah dilaksanakan pencoblosan dua minggu
sebelumnya.
“Selama sang wait belum meniup peluit panjang, satu sama lain
masih akan terjang menerjang. Pekat telinga kita oleh retorika
permusuhan yang berkobar di tengah gempita klaim
kemenangan.....”17
17 Mata Najwa episode Laga Usai Pilpres, segmen 1 menit 00.43-00.52
97
Melaui narasi tersebut, peneliti beranggapan Mata Najwa
mendefinisikan bahwa dua minggu setelah proses pencoblosan,
suasana politik di Indonesia masih belum mendingin. Para
pendukung dan elit politik masih saja menyerang satu sama lain,
dan merasa kubu mereka adalah yang paling benar dan akan
memenangkan Pemilu 2019.
Diagnose Causes. Dalam episode kali ini, tampaknya yang
menjadi fokus dalam talkshow adalah soal tudingan-tudingan
kecurangan. Kecurangan yang beredar itu diduga dilakukan oleh
banyak pihak, baik penyelenggara pemilu maupun peserta pemilu
itu sendiri. Selain itu, masyarakat masih disuguhkan oleh pidato-
pidato provokatif dan menyerang penyelenggara pemilu dan kubu
pasangan capres-cawapres lawan.
Arief Poyuono, pendukung calon presiden dan wakil
presiden nomor urut 02 berkali-kali mengatakan bahwa ia merasa
pihaknya dicurangi oleh KPU, lembaga survey, dan pendukung
lawan.
Arief: “....KPU kan sampai hari ini masih terus menghitung
walaupun dengan penuh kesalahan-kesalahan dan kecurangan-
kecurangan oleh KPU.”18
Arief: “.....ini adalah pemilu curang. ketika sebuah penelitian
mengatakan bahwa di Bengkulu ini menang Joko Widodo 58%
begitu dibuka kotaknya, kalah. Artinya penelitian quick count ini
gugur. Artinya quick count ini memang mau menipu rakyat.”19
18 Mata Najwa episode Laga Usai Pilpres, segmen 1 menit 10.26-10.33
19 Mata Najwa episode Laga Usai Pilpres, segmen 2 menit 04.36-05.19
98
Najwa: “Tapi bukankah TKN pun juga memiliki bukti kecurangan.
Jadi ya harus diakui ada kecurangan dalam pemilu kemarin?”
Adian : “Bahwa pemilu pasti tidak sempurna iya.”20
Tudingan-tudingan kecurangan ini pun disebutkan berkali-kali
dalam episode Mata Najwa kali ini. Hal ini menunjukkan bahwa
tudingan-tudingan inilah yang menyebabkan suasana setelah
pemilu di tengah masyarakat masih panas.
Make Moral Judgement. Pada segmen pertama, Mata
Najwa memperlihatkan bahwa suasana politik yang amat tegang
yang disuguhkan oleh para pendukung dan elite politik menjadi
contoh yang tidak baik dan membawa dampak yang serius di
masyarakat.
“.....mungkin saja dua politikus ini tidak baper, tidak tersinggung.
Cuma efeknya di bawah, ada yang seperti ini, ketika akhirnya
ramai pemasangan baliho dukungan terhadap Pak Prabowo yang
kemudian berlanjut sampai seperti ini, kita lihat.”21
Pada segmen pertama menit 08.48 sampai 09.45 Mata
Najwa menayangkan berita-berita online dan video mengenai
keributan akibat pemasangan baliho klaim kemenangan calon
presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-
Sandiaga Uno di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Masyarakat
pendukung Prabowo-Sandi tersulut emosi saat baliho itu
diturunkan oleh aparat. Dalam tayangan itu juga diketahui bahwa
wakil ketua umum Partai Gerindra ikut hadir ketika pemasangan
baliho yang kemudian dianggap mengompori rakyat.
20 Mata Najwa episode Laga Usai Pilpres, segmen 3 menit 01.18-
01.25 21 Mata Najwa episode Laga Usai Pilpres, segmen 1 menit 08.30-08.46
99
Peneliti beranggapan, bahwa tayangan tersebut cukup
dapat dijadikan sebagai bukti atau pendukung argumen bahwa
suasana panas kebencian akibat pemilu masih begitu terasa di
berbagai lapisan, baik elit politik maupun masyarakat.
Treatment Recommendations. Pada segmen terakhir,
Najwa membacakan sebuah narasi penutup yang berisi pesan
bahwa para calon presiden dan wakil presiden beserta
pendukungnya harus lebih bisa memaknai hakikat demokrasi.
“Mengapa sulit memaknai hakikat kompetisi sampai
meluluhlantahkan lawan jadi obsesi. Bukankah tanpa lawan tak
ada prosses kontestasi? Permusuhan ialah ciri perang, bukan
demokrasi. Rival bukanlah musuh tapi hanya sekedar lawan. Rival
bisa dikalahkan tapi tidak untuk dihancurkan. Ambang
minimalnya peraturan, batas maksimalnya kemanusiaan. Titik
medianya adalah persatuan.”22
Peneliti beranggapan bahwa kalimat terakhir Najwa
Shihab, “ambang minimalnya peraturan, ambang maksimalnya
kemanusiaan, titik medianya adalah persatuan”, perlu
digarisbawahi. Melalui kalimatnya, Najwa menyampaikan bahwa
dalam menyikapi pemilu, seluruh rakyat Indonesia termasuk elit
politik harus tetap taat kepada peraturan yang berlaku dengan
mengikuti tahapan-tahapan yang telah ditetapkan. Semua elemen
masyarakat juga menjaga agar tidak terjadi perpecahan dengan
menjunjung tinggi kemanusiaan dan persatuan.
Selain itu, Mata Najwa juga menayangkan video Arief
Poyuono dan Adian Napitupulu berkali-kali bertingkah lucu satu
22 Mata Najwa episode Laga Usai Pilpres, segmen 7 menit 09.41-10.08
100
sama lain. Melalu video tersebut, peneliti melihat bahwa Mata
Najwa ingin memberi pesan bahwa masyarakat Indonesia harus
tetap menjaga persaudaraan meskipun berbeda pilihan politik.
4. Framing Mata Najwa Episode Demi Demokrasi, 8 Mei
2019
Hampir seluruh aspek pelaksanaan Pemilu 2019 memang
masih perlu dievaluasi. Pemilu 2019 menjadi sejarah baru bagi
Indonesia sebagai pemilu serentak pertama dan memakan waktu
sangat panjang. Pemilu 2019 melibatkan 6 juta petugas untuk 800
ribu TPS yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Alih-alih
menjadi pesta demokrasi, pemilu 2019 ini malah menjadi sebuah
tragedi yang memilukan. Sebanyak lebih dari 500 orang petugas
pemilu meninggal dunia karena kelelahan luar biasa. Bagaimana
tidak, banyak dari mereka harus bekerja overtime, bahkan
beberapa petugas bekerja lebih dari 24 jam nonstop, tanpa istirahat
sama sekali.
Tabel 4.11
Analisis Framing Mata Najwa Episode Demi Demokrasi
8 Mei 2019
Define Problem Banyaknya petugas TPS dalam
Pemilu 2019 yang meninggal dunia.
Diagnose Causes DPR dan pemerintah yang menyusun
undang-undang pelaksanaan pemilu,
yang aturannya mengakibatkan
101
kelelahan yang luar biasa sehingga
jatuh korban meninggal dunia.
Make Moral Judgement Sistem pemilu serentak tak layak lagi
untuk diperhatakankan.
Treatment
Recommendations
Perlu dilakukan evaluasi secara
menyeluruh.
Define Problem. Mata Najwa episode Demi Demokrasi
menjadi sangat dramatis dan menyentuh hati karena menghadirkan
kisah-kisah luar biasa dari orang-orang yang berjasa dalam
penyelenggaraan pemilu. Seperti biasa, Najwa mengawali program
dengan membacakan sebuah narasi yang menggambarkan betapa
luar biasanya perjuangan para petugas yang bekerja di balik
pelaksanaan Pemilu 2019. Dalam narasinya Najwa mengatakan,
“Kertas yang diisi dan dihitung sampai lima buah, bekerja untuk
pemilu ini menjadi amat lelah. Belum lagi kondisi geografis negeri
yang begitu beragam, medan yang berat kerap menyulitkan
pergerakan. Di tengah tekanan para pendukung kontestan,
petugas pemilu bekerja dalam kecemasan. Ratusan petugas
akhirnya meninggal dunia, menjadi korban demi menjaga setiap
suara.”23
Melalui kalimat “ratusan petugas akhirnya meninggal
dunia, menjadi korban demi menjaga setiap suara. Siapa yang
pantas diminta pertanggungjawaban?”, Mata Najwa tampaknya
mendefinisikan bahwa banyaknya jumlah korban meninggal dunia
menunjukkan pemilu 2019 mempunyai masalah yang sangat serius
dan harus ada yang bertanggungjawab atas peristiwa ini.
23 Mata Najwa Epsiode Demi Demokrasi, segmen 1 menit 00.38-01.00
102
Selain itu, korban-korban meninggal akibat pemilu ini juga
menjadi perhatian utama dalam Mata Najwa episode Demi
Demokrasi sebab mendapatkan durasi lebih banyak dibanding
kasus lain, yaitu segmen satu dan dua yang total durasinya adalah
30 menit 16 detik dari total keseluruhan durasi 90 menit. Belum
lagi pada segmen-segmen selanjutnya, kasus meninggalnya para
petugas pemilu ini tetap disebut berkali-kali semakin menujukkan
bahwa peristiwa ini menjadi indikator utama bahwa pemilu 2019
tak sepenuhnya berjalan dengan baik.
Diagnose Causes. Pada episode Demi Demokrasi, Mata
Najwa fokus kepada perjuangan orang-orang yang bekerja dalam
penyelengaraan pemilu, baik petugas TPS, petugas keamanan,
maupun petugas distribusi logistik. Para petugas yang meninggal
dunia, hampir seluruhnya merupakan petugas di TPS yang bekerja
secara overtime, bahkan tidak sedikit yang bekerja sampai lebih
dari 24 jam tanpa istirahat. Kelelahan karena jam kerja yang
overtime ini lah disebutkan oleh dokter Ari Fahrizal Syam sebagai
faktor pencetus kematian.24
Pada segmen 6, ketika Najwa berdialog dengan ketua KPU
DKI Jakarta, wakil ketua komisi 2 DPR RI, guru besar psikologi
politik UI, dan direktur eksekutif Perludem, Najwa bertanya,
“Saya tidak mau mencari siapa yang salah sih, cuma kan undang-
undang itu yang bikin DPR dan pemerintah ya...”25
24 Mata Najwa Episode Demi Demokrasi, segmen 2 menit 09.42-09.50
25 Mata Najwa Episode Demi Demokrasi, segmen 6 menit 01.47-01.51
103
Melalui pertanyaan tersebut, peneliti beranggapan bahwa
secara tidak langsung Najwa menjadikan DPR dan pemerintah
sebagai penyebab dari segala permasalahan yang terjadi dalam
pemilu 2019, karena yang menyusun undang-undang pelaksanaan
pemilu adalah DPR dan pemerintah.
Make Moral Judgement. Narasi yang dibacakan oleh
Najwa dalam pembuka program di segmen pertama, penggalannya
adalah sebagai berikut,
“Ratusan petugas akhirnya meninggal dunia, menjadi korban
demi menjaga setiap suara. Siapa yang pantas diminta
pertanggungjawaban? Masih layakkah pemilu serentak
dipertahankan?”26
Selain itu, dalam narasi penutup pada segmen terakhir,
Najwa mengatakan bahwa Pemilu 2019 amat menyita tenaga yang
luar biasa dan tak bisa lagi ditoleransi jika telah menyebabkan
banyak korban meninggal.
“Ribuan petugas bekerja menembus medan yang berat, begadang
berhari-hari dalam rekap yang berlarat-larat. Tetap saja kematian
ratusan tak bisa ditolerir, sistem yang tumbalkan nyawa tak layak
diakomodir.”27
Penggalan narasi yang dibacakan tersebut tampaknya
sangat menggambarkan betapa luar biasa permasalahan yang
terjadi dalam Pemilu 2019 ini. Melalui kalimat “masih layakkah
pemilu serentak dipertahankan?” dan “kematian tak bisa ditolerir,
sistem yang tumbalkan nyawa tak layak diakomodir”, peneliti
26 Mata Najwa Episode Demi Demokrasi, segmen 1 menit 00.55-01.06
27 Mata Najwa Episode Demi Demokrasi, segmen 7 menit 05.36-05.49
104
beranggapan bahwa pemilu serentak tampaknya tak bisa
dipertahankan apabila menimbulkan masalah yang luar biasa
serius, apalagi sampai meregang nyawa orang-orang yang bekerja
menjadi petugas pemilu.
Treatment Recommendations. Pada segmen terakhir,
Najwa membacakan narasi sebagai penutup program. Ia
mengatakan bahwa petugas adalah warga yang harus dilindungi
sehingga patut diapresiasi, bukannya malah menjadi tumbal
sebuah peristiwa yang kerap kali dikatakan pesta demokrasi.
“Para petugas adalah warga yang harus dilindungi, mereka layak
diapresiasi dan bukannya malah mati. Evaluasi harus dilakukan
secara menyeluruh, agar lima tahun lagi tidak ada yang terbunuh.
Tak perlu ragu untuk mencari format alternatif, asal jangan
dipakai demi motif politik yang sempit. Bukankah demokrasi untuk
melindungi sang warga? Tak boleh ada lagi pemilu yang
merenggut nyawa.”28
Dalam narasinya tersebut, jelas sekali Najwa memberikan
solusi untuk permasalahan yang sedang dihadapi Indonesia
sekarang ini. Melalui kalimat “evaluasi harus dilakukan secara
menyeluruh, agar lima tahun lagi tidak ada yang terbunuh”,
Najwa menginginkan proses Pemilu 2019 harus dievaluasi secara
menyeluruh, meliputi segala aspek dalam setiap detail pelaksanaan
pemilu. Hal ini perlu dilakukan agar bisa menjadi pembelajaran
agar pemilu-pemilu selanjutnya tak terjadi hal yang serupa, apalagi
sampai menyebabkan banyak korban meninggal seperti yang
terjadi saat ini.
28 Mata Najwa Episode Demi Demokrasi segmen 7 menit 05.50-06.14
105
5. Framing Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang
Penentuan, 15 Mei 2019
Satu minggu sebelum penetapan presiden dan wakil
presiden terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum, tampaknya
suasana politik di Indonesia malah semakin panas. Calon presiden
nomor urut 02 Prabowo Subianto mengatakan dalam orasi di
hadapan para pendukungnya bahwa ia akan menolak hasil
penghitungan suara yang dilakukan dengan curang.
Kemudian, pihak pendukung calon presiden dan wakil
presiden nomor urut 02 dengan lantang terus mengatakan bahwa
mereka tidak akan membawa hasil penghitungan suara ke
Mahkamah Konstitusi, namun langsung mengerahkan massa yang
mereka sebut dengan People Power. Hal ini disebabkan mereka
kecewa dengan Mahkamah Konstitusi, yang menurut mereka, akan
mengikuti naluri keinginan petahana, penguasa, pemerintah, bukan
demokrasi.29
Selain itu, masalah kecurangan masih lantang diteriakkan
oleh para pendukung calon presiden dan wakil presiden nomor urut
02. Kemudian terjadi pula penangkapan beberapa tokoh yang
gencar dilakukan akibat kasus makar, salah satunya penangkapan
Eggi Sudjana akibat pidatonya mengenai people power dan
mengatakan untuk tidak perlu lagi mengikuti tahapan-tahapan
29 Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan, segmen 1
menit 12.38-13.01
106
berikutnya dalam Pemilu 2019. Kedua hal ini juga menjadi salah
satu pemicu semakin memanasnya suasana politik di Indonesia.
Tabel 4.12
Analisis Framing Mata Najwa
Episode Adu Lantang Jelang Penentuan
15 Mei 2019
Define Problem Perseteruan akibat pemilu masih
terus berlanjut, bahkan semakin
memanas.
Diagnose Causes Saling tuding kecurangan dan
ujaran penolakan hasil pemilu.
Make Moral Judgement Hukum tak lagi dianggap penting.
Treatment
Recommendations
Yang kalah harus bisa menerima
kekalahan, yang menang harus bisa
merangkul.
Define Problem. Suasana panas pemilu 2019 tampaknya
tak akan bisa membaik dalam waktu singkat. Satu minggu
menjelang keputusan KPU untuk menentukan calon presiden dan
wakil presiden terpilih, ujaran-ujaran yang bersifat tudingan masih
terasa memenuhi udara politik Indonesia.
Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Demokrasi
dimulai dengan narasi singkat yang menggambarkan bahwa
suasana politik di Indonesia memang sedang tidak baik-baik saja.
“Semua kubu bersiap-siap menjadi pemenang seraya
menuding yang lain sebagai pecundang. Begitu ada yang memulai
klaim sarat arogansi, sudah tak ada lagi yang bisa menahan diri.
107
Yang terjadi adalah adu lantang yang memekakkan, retorika yang
melulu sarat dengan ancaman. Masih adakah jalan keluar dari
kebuntuan? Mengapa pemilu tak jua mampu akhiri perseteruan”30
Melalui narasi tersebut, Najwa membingkai bahwa
perseteruan akibat pemilu masih sangat sengit. Ia pun mengatakan
bahwa elit politik tampaknya tak bisa menahan diri untuk
melakukan pernyataan-pernyataan yang isinya penuh ancaman
ketika terjadi klaim-klaim kemenangan dan saling tuding
kecurangan pun masih terus terjadi.
Diagnose Causes. Pada aspek ini, Mata Najwa membingkai
bahwa penyebab perseteruan pemilu masih berlanjut adalah karena
para elit masih terus melakukan hal-hal yang dinilai kurang dewasa
dalam menyikapi segala permasalahan yang ada. Sikap yang
dimaksud adalah saling tuding kecurangan dan pernyataan
penolakan terhadap hasil penghitungan suara.
Hal ini berdasarkan pengamatan peneliti terhadap tayangan
Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan. Saling
tuding kecurangan dan penolakan hasil penghitungan suara
mendapat perhatian lebih karena berkali-kali dibahas oleh Najwa
dalam beberapa segmen.
“Semua kubu bersiap-siap menjadi pemenang seraya menuding
yang lain sebagai pecundang.”31
“Satu minggu lagi KPU menetapkan pasangan presiden dan
wakil presiden terpilih. Namun gaung penolakan hasil
30 Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan, segmen 1
menit 00.38-01.02 31 Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan, segmen 1 menit 00.38-
00.42
108
penghitungan KPU terus dilontarkan dari pasangan nomor urut
dua.”32
“Hari-hari yang gaduh menuju pentapan tak henti-hentinya suara
klaim kemenangan. Saling tuding hingga adu argumentasi terus
diserukan dua kubu.”33
“....soal akan menolak, soal kecurangan dan sebagainya, itu kerap
kali sudah dilontarkan oleh Pak Prabowo dan juga teman-teman
BPN....”34
Selain pertanyaan-pertanyaan tentang tudingan dan
penolakan hasil pilpres yang dilontarkan kepada Narasumber,
Mata Najwa juga memutar video orasi Prabowo Subianto yang
menyatakan bahwa ia akan menolak hasil penghitungan suara
pemilihan presiden. Video tersebut diputar sebanyak dua kali,
yaitu pada segmen pertama menit 01.55 dan segmen kedua menit
01.24.
Make Moral Judgement. Pada episode kali ini,
pembahasan mengenai ketidakadilan disebutkan 11 kali oleh
pendukung calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2
Prabowo-Sandi. Mereka merasa setiap laporan kecurangan yang
mereka laporkan hampir tidak diproses untuk ditindaklanjuti,
sedangkan penangkapan-penangkapan terhadap pendukung calon
presiden dan wakil presiden banyak dilakukan. Misalnya,
penangkapan Eggi Sudjana karena pidatonya yang mengatakan
tidak perlu mengikuti tahapan pemilu selanjutnya, dan
32 Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan, segmen 1
menit 02.23-02.34 33 Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan, segmen 1 menit 03.54-
04.03 34 Mata Najwa Epsiode Adu Lantang Jelang Penentuan, segmen 1 menit 06.18-
06.25
109
penangkapan seorang pendukung Prabowo-Sandi akibat
mengatakan bahwa ia akan memenggal kepala Joko Widodo.
Selain itu pada segmen pertama, Najwa bertanya soal
pernyataan-pernyataan yang beredar mengenai sikap BPN yang
tidak akan mengadukan segala persoalan ke Mahkamah Konsitusi.
Najwa : “....hari ini kencang sekali suara-suara dari BPN, tidak
akan membawa persoalan hasil penghitungan ke MK. Jadi tidak
akan menggunakan jalur Mahkamah Konstitusi. Apakah itu sikap
resmi BPN?”
Riza : “....undang-undang telah mengatur, laporan ke Bawaslu
kalau ada kekecewaan, pelanggaran, kecurangan. Kami lakukan.
Apakah berhasil? Banyak yang tidak berhasil. Kenapa? Kami
kecewa karena sistemnya sentragakumdu itu ada Bawaslu, ada
kepolisian, ada kejaksaan. Nyata-nyata kami selalu dikalahkan
karena ada dua instrumen di bawalsu itu adalah bagian dari
pemerintah.”
Najwa : “Jadi artinya....”
Riza : “Semua kami lakukan sesuai konstitusi, pengadilan
termasuk MK. Tapi kami terus terang meyakini apapun yang kami
lakukan kami tidak akan dimenangkan. Karena rezim yang
sekarang ini berbeda.”
Najwa : “Tetapi saya ingin dapat konfirmasi, apakah ya akan ke
MK atau tidak akan mengambil jalur MK?”
Riza : “Banyak kekecewaan kami yang luar biasa..... Hari ini
apakah ke MK? Kita akan lihat perkembangannya nanti...”35
Dialog Najwa dengan Riza Patria, juru bicara BPN
Prabowo Sandi, menunjukkan bahwa pihak BPN masih ragu-ragu
untuk membawa kasus ke Mahkamah Konstitusi akibat
35 Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan, segmen 1
menit 11.00-12.37
110
kekecewaan yang mereka alami. Hal ini jelas memperlihatkan
bahwa hukum di Indonesia tak sepenuhnya bisa diandalkan untuk
menyelesaikan kasus.
Selanjutnya dalam narasi penutupnya di segmen terakhir
Najwa mengatakan,
“Argumentasi menjadi tidak berarti lagi, semua suara akhirnya
lindap menuju mati. Akhirnya semua terbiasa dengan adu
kekuatan. Adu lantang menjelma rimba raya perkelahian. Tak
akan ada lagi yang namanya demokrasi, ketika hukum tak
diindahkan lagi.”36
Melalui narasi tersebut Najwa menggambarkan bahwa saat
ini para elit sepertinya lebih memilih untuk saling adu kekuatan
daripada berargumentasi. Kemudian peneliti beranggapan dalam
kata-kata terakhir narasi Najwa, “tak akan ada lagi yang namanya
demokrasi ketika hukum tak diindahkan lagi”, nilai moral yang
disajikan adalah bahwa di dalam negara demokrasi hukum
seharusnya menjadi hal yang sangat penting dan dijunjung tinggi,
karena tidak akan ada demokrasi jika hukum tidak lagi diindahkan.
Treatment Recommendations. Pada awal segmen terakhir
Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan, Mata Najwa
memutar video pernyatan calon wakil presiden nomor urut 01 KH.
Ma’ruf Amin yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia harus bisa
bersikap dewasa dalam berdemokrasi. Selanjutnya Najwa
mempersilakan narasumber untuk mengatakan closing
36 Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan, segmen 7
menit 07.26-07.45
111
statementnya masing-masing. Kemudian Najwa menekankan
kembali pernyataan Ace Hasan Syadzily,
“Ukuran berdemokrasi yang kalah menerima kekalahan, yang
menang katanya bisa merangkul begitu ya. Merangkul yang
kalah....”37
Peneliti beranggapan bahwa Najwa berusaha membingkai
penyelesaian masalah, yaitu para elit politik harus bisa bersikap
dewasa dalam berdemokrasi. Adapun sikap dewasa tersebut dapat
ditunjukkan dengan menerima kekalahan apabila kalah dan harus
bisa merangkul yang kalah apabila menang.
6. Framing Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei, 22 Mei
2019
KPU akhirnya telah mengumumkan pasangan Joko
Widodo-Ma’ruf Amin sebagai calon presiden dan wakil presiden
peraih suara terbanyak pada 21 Mei 2019, satu hari lebih cepat dari
rencana awal pada tanggal 22 Mei. Namun rupanya hal ini tak
membuat suasana politik di Indonesia semakin baik, malah justru
bayang-bayang perpecahan memenuhi udara Indonesia.
Ribuan massa pendukung calon presiden dan wakil
presiden nomor urut 02 berunjuk rasa di depan kantor Bawaslu di
Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. Mereka menuntut untuk
mendiskualifikasi hasil pengumuman pemilihan presiden oleh
37 Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan, segmen 7
menit 03.45-03.51
112
KPU dan berorasi untuk akan terus mengawal tuntutan dan juga
gugatan yang dilayangkan oleh kubu 02 kepada Mahkamah
Konstitusi.38
Berdasarkan laporan reporter Mata Najwa, Hana Puspita,
yang melaporkan langsung dari tempat kejadian, awalnya Kapolres
Jakarta Pusat menghimbau agar massa meninggalkan lokasi pada
pukul 18.00 kemudian ditelorensi hingga pukul 21.00. Namun
sampai pukul 21.20, massa belum juga mau membubarkan diri
sehingga kepolisian memutuskan untuk menembakkan petasan dan
gas air mata untuk memecah konsentrasi massa.
Pada segmen pertama, Mata Najwa memutar sebuah video
pernyataan Kapolri, Tito Karnavian, bahwa dalam aksi ini diduga
ada oknum bersenjata seolah-olah aparat yang memancing amarah
massa.39 Hal inilah kemudian memunculkan kebencian massa
kepada aparat. Setelah itu, Mata Najwa juga memutar video
pernyatan Polda mengenai penangkapan 257 tersangka yang
diduga menjadi provokator aksi massa.40
Tabel 4.13
Framing Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei,
22 Mei 2019
Define Problem Kericuhan unjuk rasa pendukung
calon presiden dan wakil presiden
nomor urut 2.
38 Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei, segmen 1 menit 04.18-04.41
39 Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei, segmen 1 menit 07.45-09.21 40 Mata Najwa Epiosde Setelah 22 Mei, segmen 1 menit 09.40-12.41
113
Diagnose Causes Ketidakpuasan atas hasil
pengumuman presiden dan wakil
presiden terpilih oleh KPU.
Make Moral Judgement Kepolisian menyebutkan bahwa aksi
ini telah ditungganggi oleh oknum
yang menjadi provokator kerusuhan
massa dengan aparat.
Treatment
Recommendations
Prabowo Subianto sebagai calon
presiden nomor urut 02 harus
menemui Jokowi sebagai presiden
terpilih dan mencontohkan sikap
yang menyejukkan bagi masyarakat.
Selain itu para tokoh elite dan seluruh
lapisan masyarakat tidak boleh
mengatakan ujaran-ujaran provokasi
baru.
Define Problem. Pemilu 2019 sudah sampai pada titik
akhir prosesnya, yaitu pengumuman presiden dan wakil presiden
terpilih yang dimenangkan oleh pasangan nomor urut 01, Joko
Widodo-Ma’ruf Amin. Sayangnya, para pendukung dari calon
nomor urut 02 tidak terima atas keputusan ini dan melakukan unjuk
rasa di depan kantor Bawaslu yang berakhir dengan kericuhan.
Oleh karena itu, Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei
memfokuskan diri dengan peristiwa kericuhan yang terjadi pada
hari itu.
“Deru deram kampanye yang begitu riuh rendah berlanjut
dengan kericuhan yang sampai memerah. Miris melewati pemilu
seperti ini, proses politik yang sungguh menyayat-nyayat hati.
Perpecahan kini menjadi ancaman yang konkrit.”41
41 Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei, segmen 1 menit 00.38-00.53
114
Narasi tersebut dibacakan Najwa sebagai pembuka
program. Melalui kalimat-kalimat tersebut, peneliti beranggapan
bahwa Najwa menggambarkan bahwa proses politik yang terjadi
sekarang ini sepertinya sudah kelewat batas. Ia mendefinisikan
bahwa kericuhan-kericuhan yang terjadi ini tentu dikhawatirkan
akan membawa dampak perpecahan bagi bangsa Indonesia.
Diagnose Causes. Reporter Mata Najwa, Cindy Melody,
mengatakan dalam laporan langsungnya bahwa massa aksi unjuk
rasa yang terjadi di depan kantor Bawaslu ini menuntut untuk
dilakukan diskualifikasi terhadap hasil pengumuman pemilihan
presiden yang dilakukan oleh KPU.
“Mereka masih memiliki tuntutan yang sama, yakni meminta untuk
mendiskualifikasi hasil dari pengumuman pilpres oleh KPU dan
juga mereka berorasi akan terus mengawal tuntutan dan juga
gugatan yang dilayangkan oleh kubu 02 kepada Mahkamah
Konstitusi.”42
Peneliti beranggapan, adanya unjuk rasa di depan kantor
Bawaslu ini disebabkan oleh kekecewaan para pendukung calon
presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-
Sandiaga Uno terhadap hasil pengumuman presiden dan wakil
presiden terpilih.
Aksi ini sebenarnya sudah bisa diprediksi akan terjadi
karena sebelumnya para pendukung calon presiden dan wakil
presiden nomor urut 02 seringkali menyebut adanya kecurangan
yang dilakukan dalam pemilu 2019 yang akhirnya merugikan kubu
42 Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei, segmen 1 menit 04.18-04.41
115
mereka. Para pendukung calon presiden nomor urut 02 mengaku
telah melakukan jalur-jalur konstitusional dengan melaporkan
segala perkara ke Bawaslu namun laporan mereka tidak
ditindaklanjuti, sehingga meluaplah kekecewaan mereka yang
disuarakan pada aksi unjuk rasa 22 Mei ini.
Make Moral Judgement. Pada segmen pertama, Najwa
memutar sebuah video pernyataan Kapolri, Tito Karnavian, yang
mengatakan bahwa aksi ini telah ditunggangi oleh oknum yang
mengakibatkan kericuhan antara massa dan aparat.
“....polri juga sudah melakukan penangkapan terhadap sejumlah
orang berikut senjata api yang bertujuan untuk membuat
kerusuhan di tanggal 22. Kita memang sudah mendapat informasi
bahwa akan ada rencana pada saat aksi 22 yang akan melakukan
aksi penembakan termasuk penembakan terhadap massa, yang
nanti kemudian diciptakan martir seolah-olah yang melakukannya
adalah dari aparat sehingga timbul kemarahan publik...”43
Setelah itu, Mata Najwa juga menayangkan video
pernyataan Polda yang merilis penangkapan 257 orang yang
menjadi provokator aksi massa.
“.... yang bersangkutan dikenakan pasal 170 KUHP, dan pasal
212, pasal 214, pasal 218. Dan yang di petamburan ada tambahan
pasal 187 yaitu pembakaran, di petamburan itu. Jadi bahwa
pelaku-pelaku ini yang kita amankan, yang kita tangkap sebanyak
257 ini ada yang nyuruh dan sudah mensetting kegiatan.”44
Melalui dua video yang ditayangkan tersebut, peneliti
beranggapan bahwa nilai moral yang digunakan Mata Najwa untuk
menjelaskan kerusuhan yang terjadi dalam unjuk rasa adalah
43 Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei, segmen 1 menit 08.05-09.17
44 Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei, segmen 1 menit 10.05-10.50
116
bahwa aksi ini memang telah dimanfaatkan oleh oknum-oknum
tertentu yang menjadi provokator. Mata Najwa tidak membahas
secara detail siapa yang menjadi tersangka kerusuhan dalam aksi
tersebut bahkan sampai segmen terakhir topik mengenai pelaku
provokasi kerusuhan ini tidak dibahas.
Treatment Recommendations. Melihat bagaimana
kerusuhan ini terjadi, tentu tidak akan mudah mengembalikan
suasana menjadi baik lagi, apalagi jika tokoh elite tidak
mencerminkan sikap yang seharusnya bisa dijadikan contoh baik
untuk masyarakat. Pada segmen terakhir, Mata Najwa memutar
video pernyataan Jusuf Kalla yang menghimbau agar para elite dan
para pemimpin dapat memberikan ketenangan agar kerusuhan
tidak terus berlanjut dan membawa dampak yang merugikan.
Kemudian Najwa memberikan kesempatan kepada
narasumber untuk memberikan closing statement berisi apa saja
hal-hal yang harus dilakukan bangsa Indonesia setelah peristiwa
ini.
Direktur Pusat Studi Konstitusi Univeritas Andalas, Feri
Amsari, dan Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya,
sepakat bahwa Prabowo harus segera bertemu dengan Jokowi
untuk saling merangkul karena akan menimbulkan kesejukan dan
tentunya akan diikuti oleh para pendukung mereka yang selama ini
berseteru. Kemudian Yunarto Wijaya juga mengatakan bahwa para
tokoh dan seluruh lapisan masyarakat termasuk para pendukung
juga tidak boleh mengatakan kalimat-kalimat provokasi baru yang
bisa memicu terjadinya kericuhan lagi.
117
“....lima tahun terakhir kita terbelah menjadi pendukung Prabowo
dan pendukung Jokowi. Cebong dengan kampret. Demokrasi
kultus yang kemudian bergantung pada sosok tersebut. Dan
memang simbolisasi itu dibutuhkan dalam waktu cepat tetapi tidak
berhenti pada level itu. Bagaimana tokoh lokal, masyarakat, dan
pendukung, dan orang-orang yang berada di depan sini tadi juga
berbicara dan berdialog dengan kita, memulai dengan tidak
membuat kalimat-kalimat provokasi baru.”45
Selanjutnya sebagai penutup program, Najwa mengajak
perwakilan BPN dan TKN yang hadir pada malam itu untuk
berpelukan sebagai bentuk simbol kesejukan yang diharapkan
akan diikuti oleh seluruh pendukung mereka.
“....ditengah situasi belum kondusif di tengah-tengah masyarakat,
kita ingin para elite kita, para politikus-politikus hebat ini bisa
memberikan contoh dengan saling berpelukan, bersalaman....”46
“Mudah-mudahan suasana sejuk ini juga bisa ditularkan nanti di
bawah. Karena sekarang bukan lagi nomor satu atau nomor dua,
tapi nomor tiga, persatuan Indonesia.”47
45 Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei, segmen 7 menit 07.55-08.21
46 Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei, segmen 7 menit 09.43-09.52 47 Mata Najwa Epiosde Setelah 22 Mei, segmen 7 menit 10.35-10.57
118
BAB V
PEMBAHASAN
A. Penerapan Jurnalisme Damai dalam Program Mata
Najwa Episode Pasca Pemilihan Presiden 2019
Setelah keenam episode program Mata Najwa dianalisis
menggunakan perangkat framing Robert N. Entman, langkah
selanjutnya adalah menganalisis bingkai yang dihasilkan
memenuhi kriteria penerapan Jurnalisme Damai atau tidak.
Analisis ini memperhatikan empat orientasi Jurnalisme Damai
Prof. Johan Galtung, yaitu orientasi perdamaian, orientasi
kebenaran, orientasi masyarakat, dan orientasi penyelesaian.
1. Mata Najwa Episode Spesial Suara Penentu, 17 April
2019
Orientasi Perdamaian. Mata Najwa Episode Spesial Suara
Penentu mendefinisikan bahwa pelaksanaan Pemilu 2019 masih
belum sempurna. Permasalahan yang ramai dibicarakan publik
adalah surat suara yang tidak lengkap, distribusi logistik yang
terlambat, politik uang, sampai beberapa warga tidak terdaftar
dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Dalam talkshownya, Najwa berusaha menggali informasi
mengenai permasalahan yang terjadi dalam Pemilu 2019 tak hanya
dari sudut pandang Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai
119
penyelenggara, tapi juga memberikan kesempatan pihak lain untuk
berbicara yaitu Bawaslu, Perludem, Tim Kampanye Nasional
(TKN) Jokowi-Ma’ruf, Badan Pemenangan Nasional (BPN)
Prabowo-Sandi, lembaga survey, dan juga politikus-politikus
partai.
Dengan demikian, peneliti beranggapan bahwa Mata
Najwa berorientasi pada perdamaian sebab telah berusaha
mengungkap permasalahan menjadi lebih transparan dan memberi
kesempatan bicara kepada semua pihak.
Orientasi Kebenaran. Ciri bahwa sebuah pemberitaan,
termasuk talkshow berita, telah berorientasi pada perdamaian
adalah jurnalis berusaha membongkar semua kepalsuan. Ia juga
akan mengungkap ketidakbenaran dari segala sisi.
Mata Najwa Spesial Suara Penentu menghadirkan
narasumber dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses Pemilu
2019, mulai dari KPU, Bawaslu, Perludem, partai politik, lembaga
survey, dan tim sukses para calon presiden dan wakil presiden.
Upaya penggalian informasi dari berbagai pihak ini tak hanya
merupakan ciri dari orientasi perdamaian, tapi juga ciri orientasi
kebenaran. Sebab dengan menggali informasi kepada narasumber
yang berasal dari berbagai latar belakang tersebut, Mata Najwa
juga tengah berusaha untuk menggali informasi yang benar-benar
valid sehingga dapat dipastikan tidak ada kepalsuan karena
informasi didapatkan dari orang-orang yang mengetahui segala
lika-liku pelaksanaan Pemilu 2019.
120
Orientasi Masyarakat. Dalam Mata Najwa Episode Suara
Penentu terungkap bahwa penyebab segala permasalahan yang
terjadi baik teknis pelaksanaan Pemilu dan perselisihan antar
pendukung calon presiden dan wakil presiden adalah keputusan
Mahkamah Konstitusi untuk menyelenggarakan pemilu serentak
dan masa kampanye terlalu lama. Hal ini berdampak pada
kelelahan yang sangat panjang sehingga petugas tidak sepenuhnya
bekerja dengan maksimal, maka timbullah permasalahan-
permasalahan lain.
Selain itu masyarakat juga menjadi korban akibat contoh-
contoh tidak baik yang dilakukan para elit politik, terutama para
pendukung calon presiden dan wakil presiden. Elit politik calon
pendukung presiden dan wakil presiden kerap kali masih
menyerang satu sama lain. Sikap elit politik yang merupakan tokoh
publik tentu akan dicontoh oleh para pengikutnya sehingga terjadi
pula gesekan-gesekan di dalam masyarakat.
Orientasi Penyelesaian. Solusi yang ditawarkan oleh Mata
Najwa Episode Suara Penentu dalam hal ini adalah perlu dilakukan
evaluasi agar pemilu selanjutnya dapat lebih baik lagi. Seluruh
rakyat Indonesia juga harus tetap menjaga persaudaraan sebangsa
dan setanah air. Selain itu, elit harus bisa bersikap dewasa dan
memberikan contoh yang baik untuk rakyat agar gesekan-gesekan
yang terjadi dapat segera pulih.
121
Tabel 5.1
Jurnalisme Damai
dalam Mata Najwa Episode Spesial Suara Penentu
17 April 2019
Orientasi Ciri-ciri Hasil
Frame
Keterangan
Perdamaian • Membuat
konflik
menjadi
transparan
• Memberikan
kesempatan
kepada semua
pihak
• Melihat
kemanusiaan
dari segala sisi
Memenuhi Mata Najwa
tidak menutup
mata bahwa
banyak sekali
kekurangan
yang terjadi
dalam Pemilu
2019. Dalam
talkshownya,
Mata Najwa
mengundang
narasumber
dari dua
kubung
pendukung,
peserta
pemilu,
penyelenggara
pemilu,
lembaga
survey, dan
para aktivis.
Kebenaran • Membongkar
semua
kepalsuan
Memenuhi Mata Najwa
mengundang
narasumber
terkait agar
dapat langsung
mengklarifika-
si isu-isu yang
beredar di
masyarakat.
122
Masyarakat • Berfokus pada
kesengsaraan
bersama
• Menyebutkan
mereka yang
menjadi
penyebab
• Berfokus pada
mereka yang
merintis
perdamaian
Memenuhi Mata Najwa
melihat bahwa
masyarakat
telah menjadi
korban dari
segala
kebisingan
yang
dilakukan oleh
para politisi.
Mata Najwa
mengharapkan
segala gesekan
yang terjadi di
masyarakat
dapat segera
berakhir.
Penyelesaian • Perdamaian
adalah
kreativitas,
tanpa
kekerasaan
• Menggaris-
bawahi tentang
inisiatif
perdamaian
dan
menghindari
perang
selanjutnya
• Berfokus pada
struktur,
kebudayaan,
dan
masyarakat
yang damai
Memenuhi Mata Najwa
menghimbau
masyarakat
untuk tetap
menjaga
persatuan, dan
menghimbau
para politisi
untuk
memberi
contoh yang
baik bukan
malah
membuat
suasana
semakin
keruh. Selain
itu, dalam
Mata Najwa
juga dikatakan
bahwa
penyelengga-
raan Pemilu
123
2019 perlu
dilakukan
evaluasi
menyeluruh.
2. Program Mata Najwa Episode Usai Pemilu, 24 April
2019
Orientasi Perdamaian. Mata Najwa Episode Usai Pemilu
memfokuskan diri pada klaim-klaim kemenangan dan tudingan-
tudingan kecurangan baik terhadap masing-masing kubu
pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden maupun
penyelenggara serta pengawas pemilu.
Tidak hanya mengundang perwakilan kubu pendukung
calon presiden dan wakil presiden, ketua KPU, dan ketua Bawaslu,
Mata Najwa juga mengundang Sekjen Perhimpunan Survey Opini
Publik Indonesia agar diskusi tersebut mempunyai argumen dari
sudut pandang lain selain peserta, penyelenggara, dan pengawas
pemilu.
Dalam talkshownya, dibahas bagaimana klaim-klaim
kemenangan dan tudingan-tudingan kecurangan itu bisa terjadi.
Baik kubu pendukung calon presiden dan wakil presiden nomor
urut 01 maupun 02 mempunyai kesempatan untuk menjelaskan
kecurangan-kecurangan yang mereka temui yang dinilai sangat
merugikan, sehingga konflik menjadi lebih transparan.
124
Selain itu, Mata Najwa juga membahas bagaimana klaim
kemenangan dan tudingan-tudingan kecurangan tersebut dapat
menimbulkan dampak yang serius terhadap kehidupan
masyarakat. Gesekan-gesekan akibat pemilu bisa jadi semakin
tegang dan memanas, perselisihan hingga saling melontarkan
ujaran kebencian bisa terus terjadi. Dengan demikian, Mata Najwa
juga memperhatikan dampaknya terhadap kemanusiaan dari segala
sisi.
Orientasi Kebenaran. Mata Najwa menghadirkan
narasumber-narasumber yang terkait dengan fokus pembahasan,
sehingga memberikan kesempatan kepada mereka agar bisa
langsung megkonfirmasi benar atau tidaknya tudingan-tudingan
yang diarahkan kepada mereka.
Misalnya, pendukung calon presiden dan wakil presiden
nomor urut 02 mengatakan bahwa klaim kemenangan yang
dilakukan oleh kubunya disebabkan oleh ketidakpercayaan mereka
terhadap lembaga survey. Mereka menilai bahwa lembaga survey
telah dimanfaatkan untuk memenangkan calon presiden dan wakil
presiden nomor urut 01 yang merupakan petahana. Dalam Mata
Najwa, Sekjen Perhimpunan Survey Opini Publik dapat langsung
membantah bahwa tudingan tersebut sama sekali tidak benar.
Orientasi Masyarakat. Mata Najwa memandang bahwa
klaim-klaim kemenangan dan tudingan-tudingan kecurangan tidak
hanya berdampak pada masing-masing kubu pasangan calon
presiden dan wakil presiden, tapi juga pada masyarakat. Pemandu
acara, Najwa Shihab, dalam narasi pembukanya mempertanyakan
125
bahwa klaim-klaim kemenangan dan tudingan kecurangan dapat
menyebabkan gesekan-gesekan di masyarakat menjadi semakin
tegang sehingga persatuan bangsa menjadi terancam.
Orientasi Penyelesaian. Dalam segmen terakhir Mata
Najwa Episode Usai Pemilu, Najwa Shihab menyampaikan dalam
narasi penutupnya bahwa semua pihak baik elit politik dan
masyarakat harus memantau tahapan penghitungan suara dari
tingkat paling rendah sampai ke tingkat pusat. Selain itu, ia juga
mengajak masing-masing kubu pendukung pasangan calon
presiden dan wakil presiden untuk menempuh langkah-langkah
konstitusional jika memang menemukan adanya tindakan-tindakan
kucurangan atau apapun yang melanggar hukum.
Tabel 5.2
Jurnalisme Damai dalam Program Mata Najwa Episode Usai
Pemilu
24 April 2019
Orientasi Ciri-ciri Hasil
Frame
Keterangan
Perdamaian • Membuat konflik
menjadi
transparan
• Memberikan
kesempatan
kepada semua
pihak
• Melihat
kemanusiaan dari
segala sisi
Memenuhi Dalam hal ini,
Mata Najwa
berfungsi
sebagai
penengah
konflik,
berusaha
mendamaikan
dengan
memberikan
kesempatan
126
berbicara
kepada
narasumber
dari masing-
masing pihak
terkait. Mata
Najwa juga
melihat
dampak yang
akan terjadi
berupa
gesekan-
gesekan yang
bisa
mengancam
persatuan.
Kebenaran
• Membongkar
semua kepalsuan
Memenuhi Menayangkan
data berupa
video-video
berisi klaim
kemenangan
dan tudingan
kecurangan
yang ramai
beredar di
masyarakat,
kemudian
langsung
diklarifikasi
oleh
narasumber
terkait. Segala
bentuk
ketidakbenaran
dapat langsung
diklarifikasi.
Masyarakat • Berfokus pada
kesengsaraan
bersama
Memenuhi Mata Najwa
memandang
bahwa
masyarakat
127
• Menyebutkan
mereka yang
menjadi
penyebab
• Berfokus pada
mereka yang
merintis
perdamaian
akan menjadi
korban karena
gesekan-
gesekan akan
terus terjadi
karena
maraknya
klaim
kemenangan
dan saling
tuding
kecurangan.
Penyelesaian • Perdamaian
adalah
kreativitas, tanpa
kekerasaan
• Menggarisbawahi
tentang inisiatif
perdamaian dan
menghindari
perang
selanjutnya
• Berfokus pada
struktur,
kebudayaan, dan
masyarakat yang
damai
Memenuhi Tahapan
penghitungan
suara harus
terus dipantau
dan
menjalankan
langkah-
langkah
konstitusi
apabila
menemukan
sesuatu yang
terbukti
sebagai
kecurangan
atau
pelanggaran
apapun dalam
pemilu.
3. Mata Najwa Epiosde Laga Usai Pilpres, 1 Mei 2019
Orientasi Perdamaian. Mata Najwa Episode Laga Usai
Pilpres masih memfokuskan diri terhadap isu-isu kecurangan yang
diduga dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan kubu
pendukung calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02. Mata
128
Najwa juga menayangkan video sejumlah orang yang mencoblos
nomor urut 01 secara beramai-ramai sebelum TPS dibuka.
Pada episode kali ini, Mata Najwa menghadirkan tim
sukses dari masing-masing calon presiden dan wakil presiden yang
memang selalu menarik perhatian masyarakat, yaitu Adian
Napitupulu, Guntur Romli, Arief Poyuono, dan Eggi Sudjana.
Keempat narasumber ini dinilai sangat vokal dan selalu
mempunyai argumen yang sama-sama kuat.
Selain menampilkan diskusi yang kritis dan panas, pada
episode kali ini Mata Najwa juga menampilkan video-video
menggelitik yang menampilkan kedekatan para narasumber di
belakang layar.
Peneliti beranggapan bahwa Mata Najwa sengaja
menampilkan video-video kedekatan mereka agar ketegangan
akibat pemilu bisa lebih mencair. Hal ini menunjukkan bahwa
Mata Najwa tidak hanya menampilkan konflik menjadi lebih
transparan, tapi juga cerdas dalam mengambil momen untuk
mengedepankan perdamaian.
Orientasi Kebenaran. Dalam hampir semua segmennya,
Mata Najwa selalu menayangkan video-video berisi pidato klaim
kemenangan, people power, penurunan baliho klaim kemenangan
yang rusuh, sampai cuplikan-cuplikan berita online tentang
kesalahan input data oleh KPU. Video-video tersebut juga
langsung ditanggapi oleh kedua kubu pendukung pasangan calon
presiden dan wakil presiden yang menjadi narasumber.
129
Ketika menayangkan video tentang Ijtima’ Ulama, Mata
Najwa berusaha meminta klarifikasi Eggi Sudjana, tim sukses
pasangan calon nomor urut 02, yang hadir pada acara tersebut.
Mata Najwa berusaha meminta klarifikasi apakah acara tersebut
benar dilakukan oleh Ijtima’ Ulama atau Badan Pemenangan
Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, sebab dalam video tersebut
terdengar yel-yel pemenangan Prabowo-Sandi.
Dengan demikian, jelas bahwa dalam episode ini Mata
Najwa berusaha mengungkap fakta yang sesungguhnya agar tidak
ada kesalahpahaman terhadap orang-orang yang menonton video
tersebut.
Orientasi Masyarakat. Pada episode kali ini, Mata Najwa
kembali melihat bahwa tindakan para elit politik akan berdampak
kepada masyarakat. Klaim kemenangan, tudingan kecurangan, dan
retorika kebencian hanya akan membuat gesekan di tengah
masyarakat menjadi semakin memanas. Elit politik dinilai tidak
memberi contoh yang baik, bahkan beberapa di antara mereka
terkesan menjadi provokator.
Orientasi Penyelesaian. Solusi yang ditawarkan oleh Mata
Najwa pada akhir episode untuk mengurangi segala kebisingan dan
gesekan-gesekan yang terjadi akibat Pemilu adalah dengan
mengajak seluruh masyarakat termasuk elit politik untuk tetap taat
pada aturan dan mengikuti segala tahapan yang sudah ditentukan.
Selain itu, Mata Najwa juga meminta seluruh pihak untuk tetap
menjaga persatuan dan menjunjung tinggi kemanusiaan.
130
Tabel 5.3
Jurnalisme Damai dalam Mata Najwa Episode Laga Usai
Pilpres
1 Mei 2019
Orientasi Ciri-ciri Hasil
Frame
Keterangan
Perdamaian • Membuat
konflik menjadi
transparan
• Memberikan
kesempatan
kepada semua
pihak
• Melihat
kemanusiaan
dari segala sisi
Memenuhi Mata Najwa
mengundang
dua politisi
dari
pendukung
masing-
masing calon
presiden dan
wakil
presiden.
Tidak hanya
membahas
tentang
tudingan
kecurangan
dan klaim
kemenangan,
tapi juga
menayangkan
video
kedekatan
mereka di
belakang
layar untuk
mencairkan
suasana.
Kebenaran • Membongkar
semua
kepalsuan
Memenuhi Menayang-
kan video-
video dan
cuplikan
pemberitaan
online
131
tentang klaim
kemenangan,
tudingan
kecurangan,
dan
sebagainya,
kemudian
langsung
ditanggapi
oleh kedua
kubu.
Masyarakat • Berfokus pada
kesengsaraan
bersama
• Menyebutkan
mereka yang
menjadi
penyebab
• Berfokus pada
mereka yang
merintis
perdamaian
Memenuhi Mata Najwa
memandang
bahwa
masyarakat
akan menjadi
korban dari
elite politik
yang tidak
dapat
menyikapi
segala yang
terjadi dalam
pemilu
dengan baik.
Gesekan di
masyarakat
semakin
memanas,
disebabkan
para elite
politik yang
menjadi
provokator.
Penyelesaian • Perdamaian
adalah
kreativitas,
tanpa
kekerasaan
Memenuhi Seluruh
masyarakat
termasuk
elite politik
harus patuh
terhadap
132
• Menggaris-
bawahi tentang
inisiatif
perdamaian dan
menghindari
perang
selanjutnya
• Berfokus pada
struktur,
kebudayaan,
dan masyarakat
yang damai
peraturan,
menjunjung
tinggi
kemanusiaan,
dan menjaga
persatuan.
4. Mata Najwa Episode Demi Demokrasi, 8 Mei 2019
Orientasi Perdamaian. Mata Najwa Episode Demi
Demokrasi memfokuskan diri pada perjuangan orang-orang di
balik Pemilu 2019, dari mulai distribusi logistik hingga ratusan
petugas TPS yang meninggal dunia akibat kelelahan. Episode kali
ini menghadirkan keluarga dari petugas yang meninggal dunia,
petugas logistik, petugas pengamanan TPS, petugas PPS, ketua
KPPS, petugas pengamanan kotak suara, ketua KPU DKI Jakarta,
wakil ketua Komisi 2 DPR RI, guru besar psikologi politik,
direktur eksekutif Perludem, dan dokter ahli spesialis penyakit
dalam.
Peneliti beranggapan, dengan menjadikan orang-orang
yang bekerja dalam penyelenggaraan pemilu sebagai narasumber
menghadirkan sudut pandang baru kepada masyarakat dalam
memandang Pemilu 2019. Konflik menjadi semakin terbuka,
karena masyarakat mendapatkan informasi baru dari orang-orang
yang bekerja langsung di lapangan.
133
Banyaknya korban meninggal menunjukkan bahwa Pemilu
2019 memang tidak berjalan dengan baik. Mata Najwa berusaha
menjadi jembatan antara petugas TPS di tingkatan bawah dengan
penyelenggara pemilu dan pembuat kebijakan tentang Pemilu
2019.
Orientasi Kebenaran. Pada episode kali ini, Mata Najwa
menayangkan VT berisi berita-berita online tentang petugas TPS
yang meninggal dan sakit, video distribusi logistik dengan
menempuh medan yang ekstrim, hingga repotnya kerja KPU DKI
Jakarta. Tayangan-tayangan tersebut kemudian ditanggapi oleh
para narasumber dan diceritakan betapa beratnya pekerjaan
mereka dalam melaksanakan tugas.
Mengenai korban meninggal, Najwa Shihab
mempertanyakan prosedur menjadi petugas TPS. Aturannya,
petugas TPS harus melakukan cek kesehatan dan mendapatkan
surat kesehatan. Tapi hal itu dibantah oleh ketua TPS 042 Pasir
Gunung Selatan Depok, Farid Abdurrahman. Ia mengatakan
bahwa dirinya hanya diminta membuat surat pernyataan netralitas,
tidak ada pemeriksaan kesehatan ataupun dimintai surat
keterangan sehat.
Dengan demikian, peneliti melihat bahwa Mata Najwa
berhasil membuka fakta baru bahwa prosedur dalam memilih
petugas TPS tidak dijalankan dengan baik sebagaimana mestinya.
Orientasi Masyarakat. Dengan mengundang masyarakat
yang menjadi petugas dalam Pemilu 2019, menceritakan
134
perjuangan mereka dalam melaksanakan tugas, bahkan sampai ada
yang harus meregang nyawa, peneliti melihat bahwa Mata Najwa
Episode kali ini sangat berorientasi kepada masyarakat. Mata
Najwa telah menjadi jembatan mereka untuk menceritakan apa
yang sebenarnya terjadi di lapangan dan mempunyai kesempatan
didengar oleh para pembuat kebijakan agar dapat dipertimbangkan
kembali bahwa Indonesia belum siap untuk pemilu yang
dilaksanakan secara serentak.
Orientasi Penyelesaian. Solusi yang ditawarkan Mata
Najwa adalah mengadakan evaluasi secara menyeluruh, tidak
hanya di tingkat pusat tapi juga sampai ke tingkat paling bawah.
Evaluasi tersebut juga harus meliputi segala aspek hingga ke setiap
detail pelaksanakan pemilu, agar pemilu selanjutnya benar-benar
menjadi pesta demokrasi bukan tragedi demokrasi.
Tabel 5.4
Jurnalisme Damai dalam Program Mata Najwa Episode
Demi Demokrasi
8 Mei 2019
Orientasi Ciri-ciri Hasil
Frame
Keterangan
Perdamaian • Membuat konflik
menjadi
transparan
• Memberikan
kesempatan
kepada semua
pihak
Memenuhi Mata Najwa
mengundang
narasumber
yang
merupakan
petugas
pemilu yang
berada di
135
• Melihat
kemanusiaan dari
segala sisi
tingkat
bawah,.
Dengan
demikian,
permasalahan
dalam pemilu
2019 menjadi
lebih
transparan
sampai ke
tingkat
bawah.
Selain itu,
Mata Najwa
juga
mengundang
dokter dan
ketua komisi
2 DPR RI
untuk
mendapatkan
informasi
dari berbagai
sudut
pandang.
Kebenaran • Membongkar
semua kepalsuan
Memenuhi Narasumber
menceritakan
yang
sebenarnya
terjadi di
lapangan,
baik di TPS
maupun saat
distribusi
logistik.
Dalam
episode ini
terungkap
bahwa
prosedur
136
dalam
memilih
petugas TPS
tidak berjalan
dengan baik.
Masyarakat • Berfokus pada
kesengsaraan
bersama
• Menyebutkan
mereka yang
menjadi
penyebab
• Berfokus pada
mereka yang
merintis
perdamaian
Memenuhi Mata Najwa
melihat
bahwa
masyarakat
lagi-lagi
menjadi
korban
sistem
kebijakan
pemerintah.
Dalam
episode ini
Mata Najwa
telah menjadi
jembatan
antara
masyarakat
dan pembuat
kebijakan.
Penyelesaian • Perdamaian
adalah
kreativitas, tanpa
kekerasaan
• Menggarisbawahi
tentang inisiatif
perdamaian dan
menghindari
perang
selanjutnya
• Berfokus pada
struktur,
kebudayaan, dan
masyarakat yang
damai
Memenuhi Evaluasi
secara
menyeluruh
dalam segala
aspek, dari
tingkat pusat
sampai
paling
bawah.
137
5. Mata Najwa Episode Adu Lantang Jelang Penentuan,
15 Mei 2019
Orientasi Perdamaian. Mata Najwa Episode Adu Lantang
Jelang Penentuan masih membahas tentang panasnya suasana
demokrasi di Indonesia. Tudingan-tudingan kecurangan masih
sering dilontarkan hingga pidato-pidato berisi penolakan terhadap
hasil pemilu. Video-video pidato tim sukses calon presiden dan
wakil presiden nomor urut 02 juga membuat suasana semakin
kacau karena mengatakan tidak perlu lagi mengikuti tahapan-
tahapan konstitusi. Hal ini lantaran mereka merasa kecewa
terhadap Mahkamah Konstitusi sebab menurut mereka,
Mahkamah Konstitusi akan megikuti keinginan petahana.
Mata Najwa episode kali ini tidak hanya mengundang dua
kubu pendukung calon presiden dan wakil presiden, tapi juga
mengundang Direktur Pusat Konstitusi Universitas Andalas.
Dengan hadirnya Direktur Pusat Konstitusi, peneliti melihat bahwa
diskusi Mata Najwa malam ini menginginkan jalan tengah untuk
konflik yang terjadi di antara dua kubu pendukung. Hal ini
menunjukkan bahwa Mata Najwa jelas berorientasi pada
perdamaian.
Orientasi Kebenaran. Pada episode kali ini ditayangkan
video pidato calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto,
yang mengatakan bahwa ia akan menolak hasil penghitungan suara
yang curang. Selain itu ada juga video-video para pendukungnya
yang mengatakan tidak akan menempuh langkah-langkah
konstitusi.
138
Dengan penayangan video-video tersebut dan langsung
ditanggapi oleh tim sukses terkait, maka data-data atau fakta yang
mereka miliki dapat dipastikan kebenarannya saat itu juga
sehingga tidak ada kepalsuan informasi.
Orientasi Masyarakat. Pada diskusi kali ini, tidak begitu
ditonjolkan bagaimana perilaku elite politik dalam berdemokrasi
akan membawa dampak kepada masyarakat. Tapi peneliti melihat
dengan keterbukaan informasi yang disajikan dalam diskusi, baik
dari data yang mereka miliki maupun dari narasumber, Mata
Najwa memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi
dari sumber yang valid. Mata Najwa juga mengharapkan
masyarakat Indonesia dapat lebih jernih memandang konflik yang
terjadi akibat pemilu dan tidak menginginkan masyarakat terus-
terusan menjadi korban elite politik yang haus kekuasaan.
Orientasi Penyelesaian. Mata Najwa menayangkan video
pidato Menkopolhukam, Wiranto, yang membahas Tim Asistensi
Hukum yang akan mengkaji ucapan, tindakan, dan pemikiran dari
tokoh-tokoh tertentu yang melanggar hukum. Narasumber dari
kubu calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 setuju
dengan pembentukan Tim Asistensi Hukum, sebab menurut
mereka, tim ini akan menjawab kekhawatiran adanya tindakan
kecurangan.
Namun, peneliti melihat bahwa Mata Najwa tidak setuju
dengan pembentukan Tim Asistensi Hukum. Hal ini terlihat dari
pemberian judul segmen 6, dengan redaksi “Tim Asistensi Hukum,
Ancaman Demokrasi”. Mata Najwa tampaknya lebih setuju
139
dengan pernyataan calon wakil presiden nomor urut 01, K.H.
Ma’ruf Amin, yang dalam videonya mengatakan bahwa Indonesia
harus bersikap dewasa dalam demokrasi. Hal ini ditegaskan
kembali oleh pemandu acara, Najwa Shihab, yang mengatakan
bahwa ukuran kedewasaan berdemokrasi adalah yang kalah
menerima kekalahan dan yang menang harus bisa merangkul yang
kalah.
Tabel 5.5
Jurnalisme Damai dalam Mata Najwa
Episode Adu Lantang Jelang Penentuan
15 Mei 2019
Orientasi Ciri-ciri Hasil
Frame
Keterangan
Perdamaian • Membuat konflik
menjadi
transparan
• Memberikan
kesempatan
kepada semua
pihak
• Melihat
kemanusiaan dari
segala sisi
Memenuhi Mata Najwa
mengundang
dua kubu
pendukung
calon presiden
dan wakil
presiden.
Keduanya
mendapat
kesempatan
biicara yang
sama mengenai
konflik yang
dibahas.
Diundang pula
Direktur Pusat
Studi Konstitusi
Universitas
140
Andalas sebagai
narasumber
yang dianggap
dapat
memberikan
jalan tengah.
Kebenaran • Membongkar
semua kepalsuan
Memenuhi Penayangan
video-video
yang menjadi
sumber
kegaduhan.
Video tersebut
dapat langsung
diklarifikasi
oleh kubu
terkait sehingga
dipastikan tidak
ada
kesalahpahaman
atau kepalsuan
informasi.
Masyarakat • Berfokus pada
kesengsaraan
bersama
• Menyebutkan
mereka yang
menjadi
penyebab
• Berfokus pada
mereka yang
merintis
perdamaian
Memenuhi Mata Najwa
telah memenuhi
hak masyarakat
untuk
mendapatkan
informasi secara
terbuka dari
sumber yang
kredibel. Mata
Najwa tidak
menginginkan
masyarakat
terus menjadi
korban
kegaduhan
pemilu yang
dilakukan elit
politik.
141
Penyelesaian • Perdamaian
adalah
kreativitas, tanpa
kekerasaan
• Menggarisbawahi
tentang inisiatif
perdamaian dan
menghindari
perang
selanjutnya
• Berfokus pada
struktur,
kebudayaan, dan
masyarakat yang
damai
Memenuhi Para elit harus
bersikap dewasa
dalam
berdemokrasi,
salah satu
tindakan yang
bisa dilakukan
adalah; yang
kalah menerima
kekelahan, dan
yang menang
harus
merangkul yang
kalah.
6. Mata Najwa Episode Setelah 22 Mei, 22 Mei 2019
Orientasi Perdamaian. Mata Najwa Episode Setelah 22
Mei memfokuskan diri pada kericuhan yang terjadi di depan kantor
Bawaslu setelah pengumaman hasil penghitungan suara.
Narasumber yang hadir pada episode kali ini adalah ketua KPU,
ketua Bawaslu, Direktur Pusat Studi Konstitusi Universitas
Andalas, perwakilan TKN dan BPN, dan politikus partai.
Narasumber yang dihadirkan merupakan narasumber
dengan latar belakang berbeda sehingga membuat masyarakat
yang menonton mendapat banyak informasi mengenai aksi unjuk
rasa dari berbagai sudut pandang. Selain itu, reporter Mata Najwa
juga melakukan live report dari depan kantor Bawaslu, di mana
kericuhan berlangsung.
142
Kemudian, pada episode kali ini ditayangkan video-video
pidato dari kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden
terkait pengumuman hasil penghitungan suara. Dalam hal ini
peneliti melihat bahwa Mata Najwa memberikan porsi yang sama
kepada kedua kubu dalam penayangan video.
Orientasi Kebenaran. Dengan melakukan live report di
lokasi kericuhan, maka masyarakat akan mengetahui informasi
terkini apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Sehingga, fakta
yang dihadirkan di Mata Najwa dapat dipastikan kebenarannya.
Narasumber juga dapat langsung mengklarifikasi atau mengoreksi
apabila ada kesalahan persepsi dalam video yang ditayangkan.
Pada episode kali ini juga terungkap bahwa kericuhan yang
terjadi di depan kantor Bawaslu disebabkan karena ketidakpuasan
atas hasil pengumuman penghitungan suara presiden dan wakil
presiden oleh KPU.
Orientasi Masyarakat. Pada episode kali ini Mata Najwa
melihat bahwa masyarakat, termasuk yang melakukan aksi unjuk
rasa di depan kantor Bawaslu, telah menjadi korban dari segala
kegaduhan pemilu. Hal ini juga ditegaskan dengan penayangan
video konferensi pers Kapolri, Tito Karnavian, yang mengatakan
bahwa aksi unjuk rasa tersebut telah diprovokatori oleh oknum
yang menginginkan terjadinya kerusuhan antara aparat dengan
massa.
Mata Najwa memandang bahwa ketegangan yang terjadi di
masyarakat adalah akibat dari elit politik yang tidak memberikan
143
contoh yang baik dalam berdemokrasi. Oleh karena itu pada
segmen terakhir, Najwa Shihab mempersilakan narasumber untuk
memperlihatkan sikap yang baik di depan masyarakat dengan
saling berpelukan sebagai simbol kesejukan dan diharapkan dapat
menular ke masyarakat.
Orientasi Penyelesaian. Solusi yang ditawarkan Mata
Najwa untuk permasalahan ini adalah Prabowo Subianto, sebagai
calon presiden nomor urut 02, harus menemui Joko Widodo
sebagai presiden terpilih dan mencontohkan sikap yang dapat
menyejukkan masyarakat. Para tokoh elit dan seluruh lapisan
masyarakat juga tidak boleh membuat ujaran-ujaran kebencian
baru yang dapat kembali menaikkan tensi dan ketegangan di
kehidupan masyarakat.
Tabel 5.6
Jurnalisme Damai dalam Program Mata Najwa Episode
Setelah 22 Mei
22 Mei 2019
Orientasi Ciri-ciri Hasil
Frame
Keterangan
Perdamaian • Membuat konflik
menjadi
transparan
• Memberikan
kesempatan
kepada semua
pihak
• Melihat
kemanusiaan dari
segala sisi
Memenuhi Mata Najwa
telah
memberikan
kesempatan
yang sama
kepada kedua
kubu
pendukung
dalam
menanggapi
144
hasil
penghitungan
suara dan
kericuhan
yang terjadi di
depan kantor
Bawaslu.
Selain itu,
diundang juga
penyelenggara
pemilu agar
didapatkan
sudut pandang
lain dan
konflik
menjadi lebih
transparan.
Kebenaran • Membongkar
semua kepalsuan
Memenuhi Penayangan
video-video
yang dapat
langsung
dikonfirmasi
sehingga tidak
ada kepalsuan
dan diadakan
live report
dari tempat
kericuhan
membuat
fakta-fakta
semakin
terbuka.
Masyarakat • Berfokus pada
kesengsaraan
bersama
• Menyebutkan
mereka yang
menjadi
penyebab
Memenuhi Masyarakat
telah menjadi
korban dari
sikap para elit
yang tidak
mencerminkan
sikap yang
baik dalam
145
• Berfokus pada
mereka yang
merintis
perdamaian
demokrasi. Di
segmen akhir,
Najwa Shihab
meminta
narasumber
untuk
berpelukan
sebagai
simbol
kesejukan
agar bisa
ditularkan
kepada
masyarakat.
Penyelesaian • Perdamaian
adalah
kreativitas, tanpa
kekerasaan
• Menggarisbawahi
tentang inisiatif
perdamaian dan
menghindari
perang
selanjutnya
• Berfokus pada
struktur,
kebudayaan, dan
masyarakat yang
damai
Memenuhi Para elit
politik harus
mencontohkan
sikap yang
baik kepada
masyarakat
dan seluruh
lapisan
masyarakat
tidak boleh
lagi membuat
ujaran
kebencian.
146
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai
penerapan jurnalisme damai pada Program Mata Najwa Episode-
Episode Pasca Pemilihan Presiden 2019, maka dapat ditarik garis
besar kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah
penelitian.
Mata Najwa telah menempatkan diri sebagai media yang
turut berpartisipasi dalam sistem demokrasi di Indonesia.
Berdasarkan framing yang dihasilkan dari keenam episode yang
diteliti, peneliti melihat bahwa Mata Najwa telah menerapkan
prinsip-prinsip jurnalisme damai dengan alasan sebagai berikut:
1. Orientasi Perdamaian. Mata Najwa selalu berimbang
dalam menghadirkan narasumber. Tidak hanya dari pihak
kubu 01 dan 02, penyelenggara pemilu, dan pengawas
pemilu, tapi juga orang-orang pembuat kebijakan,
pengamat, akademisi, dokter, bahkan masyarakat biasa
yang terkena dampak. Hal ini membuat Mata Najwa benar-
benar melihat permasalahan secara holistik yang
menyebabkan konflik semakin transparan dari berbagai
sudut pandang.
147
2. Orientasi Kebenaran. Program Mata Najwa dalam setiap
episodenya tidak pernah absen untuk menampilkan VT
(Video Tape) yang berkaitan dengan permasalahan yang
sedang dibahas. Peneliti melihat bahwa dengan
penayangan VT tersebut, kebenaran akan lebih mudah
terungkap sebab seluruh penonton akan melihat video yang
sama dan langsung dapat dikonfirmasi kebenarannya atau
diklarifikasi apabila ada kesalahan. Dengan demikian,
fakta-fakta yang dihadirkan dalam Mata Najwa tidak
diragukan lagi kebenarannya.
3. Orientasi Masyarakat. Mata Najwa selalu melihat bahwa
masyarakat kerap menjadi korban dalam kontestasi politik
ini dari mulai masa kampanye sampai pasca pemungutan
suara. Segala kegaduhan dalam pemilu yang dilakukan oleh
elit politik berimbas pada polarisasi luar biasa di
masyarakat. Hal ini rupanya menjadi kekhawatiran yang
serius sebab dalam diskusinya berkali-kali Mata Najwa
membahas bahwa apa yang dilakukan elite politik
mempunyai dampak cukup besar kepada persatuan bangsa.
4. Orientasi Penyelesaian. Pada setiap episodenya, Mata
Najwa selalu menyajikan solusi sehingga diskusi yang
dilakukan tidak hanya menjadi debat kusir. Dari keenam
episode yang diteliti, solusi yang paling sering diutarakan
adalah evaluasi menyeluruh meliputi semua detail dalam
penyelenggaraan pemilu. Kemudian, elite politik harus
dapat memberikan contoh yang baik dalam berdemokrasi,
sebab masyakrakat Indonesia yang masih terpaku pada
148
penokohan tentu akan mencontoh siapa yang dia jadikan
tokoh panutan. Selain itu, seluruh lapisan masyarakat juga
termasuk elit politik tidak boleh membuat ujaran-ujaran
kebencian serta harus menjaga persaudaraan dan kesatuan
bangsa.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa Mata
Najwa telah menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme damai dengan
berorientasi pada perdamaian, kebenaran, masyarakat, dan
penyelesaian.
B. Implikasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, implikasi
yang dihasilkan dari penelitian ini adalah ketika terjadi peristiwa
konflik, perdamaian dapat diciptakan melalui media. Media dapat
membingkai pemberitaan mereka sesuai dengan prinsip-prinsip
jurnalisme damai agar konflik dapat diredam.
Media yang menerapkan prinsip-prinsip jurnalistik dapat
dilihat dari bagaimana cara mereka mengevaluasi pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik dan bagaimana penyelesaian yang
ditawarkan untuk meredam konflik. Selain itu, dapat juga dilihat
dari penggunaan istilah-istilah kunci, penyajian gambar atau video,
dan pemilihan narasamber sebab hal-hal tersebut dapat
dimanfaatkan untuk merekonstruksi sebuah peristiwa.
149
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti merasa perlu
untuk mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Media perlu menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme damai
dan memastikan jurnalisnya mampu mengolah data dan
fakta konflik yang ia temukan di lapangan menjadi sebuah
berita yang tidak berpotensi membuat konflik semakin
panjang atau menciptakan konflik baru. Jurnalis juga harus
menanamkan rasa empati yang dapat membuat dia
melakukan inisiatif perdamaian ketika melakukan tugas
peliputan konflik.
2. Masyarakat atau pembaca harus bersikap kritis terhadap
pemberitaan apapun, sebab media bisa menggunakan
powernya untuk mengkonstruksi sebuah berita sesuai
dengan opini publik yang ingin mereka bangun. Hal ini
diperlukan agar pembaca tidak mudah terprovokasi oleh
pemberitaan yang ditampilkan oleh media.
3. Peneliti juga menyarankan agar penelitian mengenai
penerapan jurnalisme damai dapat dilakukan pada media
lain dan kasus lain, agar kita dapat mengetahui berapa
banyak media-media di Indonesia yang telah menerapkan
prinsip-prinsip jurnalisme damai dalam pemberitaannya.
150
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Ardial. 2015. Pradigma dan Model Penelitian Komunikasi.
Jakarta: Bumi Aksara
Armando, Ade, dkk. 2013. Jurnalisme Keberagaman: Sebuah
Panduan Peliputan. Jakarta: Sejuk Press
Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma,
dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
Jakarta: Kencana
Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan
Politik Media. Yogyakarta: LKIS
Fachrul, Zikri. 2017. Teori Komunikasi Kontemporer. Depok:
Penerbit Kencana
Jumroni dan Suhaimi. 2006. Metode-Metode Penelitian
Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi.
Jakarta: Kencana
Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajagrafindo
Persada
Setiati, Erni. 2015. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk
Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Syahputra, Iswandi. 2006. Jurnalisme Damai: Meretas Ideologi
Peliputan di Area Konflik. Yogyakarta: Pilar Media
Syam, Hamdani M. 2016. Jurnalisme Damai. Yogyakarta:
Penerbit Samudera Biru
151
Tebba, Sudirman. 2005. Jurnalistik Baru. Tangerang Selatan:
Penerbit Kalam Indonesia
Tim Redaksi LP3ES. 2006. Jurnalisme Liputan 6: Antara
Peristiwa dan Ruang Publik. Jakarta: LP3ES
JURNAL:
Anggoro, Ayub Dwi. 2014. Media, Politik, dan Kekuasaan. Jurnal
Aristo: Volume 2 Nomor 2
Santosa, Bend Abidin. 2016. Jurnalisme Damai dan Peran Media
Massa dalam Mengatasi Konflik di Indonesia. Jurnal
Komunikasi Islam: Volume 6 Nomor 2
Usada Rekaningtyas, Ayu. 2017. Jurnalisme Damai (Peace
Journalism) dalam Kerukunan Antarumat Beragama. Jurnal
Kajian Islam Indisipliner: Volume 2 Nomor 2
INTERNET:
Abdul Salam, Husen. 2017. Arti Penting Talk Show Politik: Cerita
dari Amerika. Diakses pada 28 April 2020, dari website
Tirto (https://tirto.id/arti-penting-talk-show-politik-cerita-dari-
amerika-cukU)
About Board of Direction. Diakses pada 23 September 2019, dari
website TRANS7 (https://www.trans7.co.id/about#bod)
About Profile. Diakses pada 23 September 2019, dari website
TRANS7 (https://www.trans7.co.id/about#profile)
Corporates Information – Tentang Narasi. Diakses pada 14
Januari 2020, dari website Narasi TV
(https://www.narasi.tv/pages/corporates-information)
Mata Najwa. Diakses pada 23 September 2019, dari website
TRANS7 (https://www.trans7.co.id/programs/mata-
najwa)
Najwa Shihab. Diakses pada 23 September 2019, dari viva
(https://www.viva.co.id/siapa/read/506-najwa-shihab)
152
Wink. 2019. Biografi Najwa Shihab – Profil Presenter Najwa
Shihab. Diakses pada 23 September 2019, dari
biografiku.com (https://www.biografiku.com/biografi-
najwa-shihab-profil-presenter-mata-najwa/)
Scanned by TapScanner
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Februari 2020
Tempat : Studio Mata Najwa
Narasumber : Wahyu Arifin
Jabatan : Produser
1. Sebelumnya saya mau tanya dulu tentang kebijakan
umumnya dalam menentukan isu? Bagaimana sampai
bisa diangkat ke talkshow?
Jawab:
Biasanya Mata Najwa itu kan siaran itu hari Rabu. Nah, itu kita
sudah rapat redaksi itu dari hari Jum’at. Seperti biasa media
pada umumnya kita melihat isu-isu apa yang sedang ramai dan
dampak kepada publiknya seperti apa. Jadi kita ngelist dalam
setiap rapat itu, sampai Selasa itu kita rapat terus. Terkadang,
Jum’at sudah memilih tema di H-2 bahkan H-1, bahkan satu
kejadian dua jam sebelum live kita berubah itu saat wafatnya
Pak Habibie. Jadi kebijakan redaksinya kita melihat efek
terhadap publiknya seperti apa ketika salah satu tema kita
angkat dan dampak terhadap kebijakan juga. Itu sih yang kita
pertimbangkan. Dan biasanya dalam rapat itu kita melibatkan
produser, tim riset, dan termasuk Mbak Nana sendiri.
2. Mengenai Pemilu 2019, bagaimana Mata Najwa
melihat penyelenggaraan kemarin?
Jawab:
Bicara penilaian secara spesifik sih sulit, ya, karena kita kan
bukan orang yang ahli politik atau pakar dalam hal politik. Tapi
ya seperti kita ketahui bersama ya setiap pemilu kan, terutama
pemilu kemarin, hal yang paling menyakitkan itu kan soal
polarisasi masyarakat di mana masyarakat terpecah sejak 2017
sih bahkan sejak sebelumnya ya walaupun kecil sehingga pada
puncaknya pada Pemilu kemarin. Bagi Mata Najwa,
seharusnya pemilu itu pesta demokrasi di mana masyarakat itu
memilih yang terbaik dari yang baik itu bicara soal untuk
memimpin mereka, memberikan kebijakan, membuat
kebijakan yang bermanfaat untuk publik dan kemaslahatan.
Tapi ternyata proses pengambilan suaranya saja sudah sangat
buruk walaupun kita gak bisa bilang sistem pemilu itu harus
digantikan karena kalau bicara sistem demokrasi itu sudah
paling baik ya semua orang punya hak untuk memilih ataupun
tidak memilih. Tapi kalau bicara penyelenggaraan pasti ada
bolong sana-sininya terutama soal kesiapan dan bagaimana
etika politik para politisi dalam setiap pemilu. Saya gak tahu
kalau misalnya evaluasi dari pribadi atau dari kebijakan itu
kadang pemilih itu hanya disayang-sayang, hanya didekati,
ketika mereka ingin maju dan sudah jadi memang ada janji-
janji kampanye yang tidak ditepati. Ini juga harus menjadi
refleksi juga kepada rakyat bahwa mereka punya hak untuk
menuntut yang sudah dipilih dan politisi juga punya kewajiban
untuk menepati janji mereka terutama soal manfaat terhadap
publik. Itu kadang yang mungkin menjadikan orang bicara
memilih itu hanya sekedar ruang pencoblosan, hanya seperti
syarat saja padahal ini adalah jangka panjang.
3. Lalu, bagaimana Mata Najwa menempatkan diri?
Jawab:
Mata Najwa sebagai media tentunya menempatkan diri dalam
sistem demokrasi ya sebagai salah satu pilar demokrasi. Mata
Najwa hadir untuk membuka mata masyarakat mengenai
begitu banyak persoalan. Ketika bicara soal pemilu, ini ada
peluang bagi masyarakat untuk mencari yang terbaik bagi
mereka. Jadi Mata Najwa hadir untuk membuka mata publik,
mencoba mendidik publik, jadi kami pikir ini waktunya. Kami
gak bisa memaksa orang untuk memilih atau tidak tapi
mungkin partisipasi itu sangat diperlukan karena ini salah satu
upaya publik untuk menekan persoalan atau berpartisipasi pada
kebijakan yang akan berimbas pada mereka. Jadi Mata Najwa
menempatkan sebagai media yang berpartisipasi, ya tentu kita
mendidik masyarakat melihat yang terbaik, melihat bagaimana
janji-janji itu harus realistis jadi gak terbuai dengan omongan
dan memilih yang paling baik.
4. Dari mana Mata Najwa mendapatkan data yang
kemudian dijadikan bahan talkshow?
Jawab:
Kita biasanya ada beberapa metode karena ada tim riset juga.
Pertama, kita melakukan pra-interview. Kita baca-baca juga
dari media massa tentang satu tema, misalnya tentang salah
satu tokoh, biasanya kita cari bahan dari jurnal atau media agar
kita tahu bagaimana sih kebijakan dia, langkah-langkah dia,
latar belakang politiknya, rekam jejaknya. Biasanya itu kita
baca kemudian wawancara lah untuk menggali informasi lebih
banyak lagi.
5. Terkait narasumber, bagaimana kriterianya ketika
Mata Najwa memilih seseorang untuk menjadi
narasumber?
Jawab:
Ketika kita memilih narasumber ya kita memilih orang-orang
yang memang terkait langsung, misalnya terkait kebijakan, ya
pasti kita mengundang orang mengambil kebijakan itu atau
stakeholder. Jadi kita melihat dia adalah orang yang sangat
penting ya, seperti dalam teori jurnalistik, kita juga mencari
keseimbangan juga. Ketika seseorang melihat persoalan dari
sudut pandang eksekutif, ya kita juga mencari dari sudut
pandang legislatif, siapa yang paling kritis, yang paling vokal,
yang paling punya data, punya argumen yang logis dan
rasional. Kita juga menghadirkan orang-orang yang
terdampak. Jadi tidak hanya dari level elit si pemangku
kebijakan tapi juga orang-orang yang terdampak langsung.
Misalnya pada saat pemilu, kita undang masyarakat yang
memilih juga. Tidak hanya sekedar cover both side sih, tapi
kita lebih holistik, lebih meyeluruh. Jadi dialog talkshow ini
tidak hanya sekedar syarat tapi juga bisa melihat kedepannya
harus seperti apa sehingga tidak menjadi debat omong kosong
yang berisik.
6. Apa yang menjadi latar belakang pemilihan judul
segmen dan judul episode?
Jawab:
Biasanya kita diskusi dan follow up dari isu-isu yang
sebelumnya sudah diangkat. Mata Najwa kan terkenal dengan
follow upnya, jadi tidak hanya di atas kertas tapi juga menukik
menggali lebih dalam, apasih substasi atau pokok
permasalahan dari tema yang kita angkat.
7. Dari Pemilu 2019 kemarin, opini publik apa yang ingin
dibangun oleh Mata Najwa?
Jawab:
Kita berharap publik atau penonton Mata Najwa lebih jeli,
lebih cerdas dalam memilih orang-orang yang akan
mewakilinya, jadi bukan sekedar membeli kucing dalam
karung. Makanya ketika mengangkat pemilu kemarin itu kita
buat rangkaiannya, misalnya ketika sedang ramai pemilihan
legislatifnya, kita angkat beberapa orang artis yang
mencalonkan diri. Publik kan biasanya melihat mereka di layar
kaca sebagai artis, dan ketika mereka memilih mencalonkan
diri sebagai politisi yang akan membuat kebijakan buat orang
banyak, apakah mereka layak dalam arti mereka paham soal
legislasi, anggaran, kebijakan, dan dampaknya. Jadi kita
mengupas rekam jejaknya sih. Ada beberapa pertanyaan
challenge juga yang bisa membuat publik tahu kemampuan
dia. Saya gak tahu ya ini stereotype atau gimana, tapi biasanya
artis itu memilih masuk di Komisi 10, tentang kesenian,
pendidikan, dan kebudayaan. Saya gak tahu apakah itu
dianggap relate dengan kehidupan mereka atau dianggap
sebagai komisi yang paling gampang ya karena ketika ditanya
kebijakan-kebijakan ya jawabnya nanti bisa belajar. Ya itu sih,
harapan kita publik lebih jernih, lebih jeli dan cermat. Apa
yang dipilih itu akan menentukan masa depan kamu, masa
depan kita semua juga walaupun pada akhirnya kita gak
menutup mata bahwa banyak kebijakan atau produk hukum
yang diambil DPR harus diuji materi. Itu kan bicara judicial
review di MK itu tanda adanya kealpaan atau kebolongan
produk hukum yang diambil DPR seperti revisi UU KPK
kemarin. Itu sih, kami mengharapkan penonton Mata Najwa
lebih terbuka lah.
8. Menurut Mata Najwa, apakah KPU sudah bekerja
dengan baik sebagai penyelenggara Pemilu?
Jawab:
Sulit, ya, kalau bicara penilaian. Tapi gini, sebagai
penyelenggara pemilu pasti kita gak menafikkan bahwa KPU
sudah bekerja keras walaupun pada akhirnya banyak kealpaan,
banyak hal-hal yang perlu diperbaiki seperti data-data yang
kemarin diperdebatkan, soal data yang double, orang yang
sudah meninggal tapi datanya masih ada, kemudian kotak
suara kerdus juga menghabiskan banyak anggaran. Hal-hal
seperti itu kan harusnya sudah bisa diantisipasi dan dipikirkan
secara cermat, tapi saya gak menafikkan bahwa mereka sudah
bekerja keras.
9. Menurut Mata Najwa, apa permasalahan terbesar
yang terjadi ketika Pemilu 2019?
Jawab:
Politisasi agama, SARA, dan hilangnya nyawa banyak orang
yang mencoba untuk ikut berpartisipasi, bahkan
mendedikasikan dirinya untuk masa depan negara kita, mudah-
mudahan mereka dilapangkan kuburnya. Itu sih yang saya kira
paling fatal bicara soal mereka kelelahan. Saya gak tahu, ini
kan bukan sekadar relawan tapi juga dalam satu naungan
institusi yang seharusnya dapat diantisipasi misalnya harus ada
asuransi ketika mereka sakit, kemudian pekerjaan yang terlalu
menumpuk. Ini kan hierarkis ya KPU dari tingkat paling atas
sampai paling bawah, kenapa hal itu tidak terpikirkan.
Kemudian ada politisasi warga juga karena adanya politisasi
SARA, agama, itu juga kan efeknya sangat besar sampai ke
ranah paling kecil. Di ranah privat saja keluarga banyak yang
bahkan bercerai, baku hantam. Melihat itu, kok kita mundur,
demokrasi kita mundur. Itu yang menurut kami fatal. Pertama
nyawa, kedua polarisasi, dan juga pada akhirnya gak juga
menghasilkan yang berkualitas. Itu yang pedih juga.
Contohnya, setelah pemilu tiba-tiba kadonya revisi UU KPK,
KUHP, dan sebagainya. Padahal secara sistem, demokrasi
yang paling baik karena setiap orang berhak memilih. Tapi ya
itu, hasilnya masih sangat buruk.
10. Apakah dengan banyaknya korban jiwa berjatuhan
dan permasalahan lain, apakah menurut Mata Najwa
bahwa pemilu serentak tidak layak dilakukan lagi pada
pemilu selanjutnya?
Jawab:
Kalau itu perlu kajian lebih mendalam ya ketika memutuskan
pilkada serentak. Pasti ada evaluasinya. Itu kan amanat
konstitusi ya, ketika diuji di MK ketika bicara soal efisiensi
penyelenggaraan, pendanaan, itu kan pada akhirnya juga gak
menghasilkan orang-orang yang secara kualitas oke, tapi hanya
meningkatkan partisipasi publik untuk ikut dalam pemilu. Itu
sih yang pada akhirnya terlihat, ternyata juga tetap berbiaya
mahal. Perdebatan sebelumnya juga kan sempat evaluasi
pemilu serentak, ada yang minta dihapuskan, ada yang minta
gak digabungkan antara pileg dan pilpres. Perlu kajian lebih
mendalam, karena itu kan amanat konstitusi pasti sudah ada
pertimbangan matang sebelumnya walaupun apada akhirnya
buruk atau bahkan meleset dari target.
11. Pada Pemilu 2019, banyak tudingan-tudingan
kecurangan dan klaim kemenangan oleh elit politik.
Apakah hal itu akan berdampak kepada masyarakat?
Jawab:
Bisa sih sebenarnya, walaupun dalam setiap pemilu entah itu
di luar atau di mana, orang kan mengklaim kemenangan karena
mereka belum tahu hasilnya. Semua orang bisa mengklaim
karena hasil secara resminya belum keluar. Namanya orang
berkontestasi pasti ya merasa ada kecurangan. Saya gak
menutup mata pasti ada kecurangan ya, dan itu tidak hanya
dilakukan oleh satu pihak, tapi kedua belah pihak juga ikut
terlibat dalam kecurangan, seperti dalam beberapa tayangan
kan mereka juga saling mengakui, saling klaim bicara
kemenangan, saling mengeluarkan argumen masing-masing
curang. Bawaslu juga sudah membuktikan bahwa memang ada
dari kedua belah pihak juga. Itu memang realita dari sistem
pemilunya seperti itu.
12. Tapi bagaimana dampaknya kepada masyarakat?
Jawab:
Tentu punya dampak kepada kubu masing-masing ya, karena
ketika satu kubu merasa dicurangi sementara kubu yang lain
merasa nggak melakukan kecurangan, ya pasti jadi saling
mengeraskan benturan ya. Saya pikir elit politik juga kan
banyak dari ormas dan negarawan, seharusnya elit saling
mengademkan ya bukan saling memanasi. Nah himbauan-
himbauan seperti itu sebenarnya sudah ada tapi tetap saja,
mereka merasa ini adalah akses kepada kekuasaan. Pada
akhirnya, menguatkan polarisasi itu, benturannya semakin
panas.
13. Kemarin juga sampai ada unjuk rasa di depan kantor
Bawaslu, ya. Mata Najwa memandang kejadian itu
seperti apa?
Jawab:
Kita harus lebih jeli. Ini kan bicara soal pendukung, tapi saya
gak tahu apakah ini pendukung bayaran atau memang orang-
orang yang berharap jagoannya menang ya. Di luar itu, saya
pikir mereka korban dari politik dan elit politik kita yang
seperti mempermainkan mereka, menjadikan mereka alat
politik, bukannya mengademkan. Banyak yang pada akhirnya
mereka kroban dan banyak orang yang gak tahu tapi jadi
korban, seperti anak di bawah umur. Kita punya aturan sebagai
negara hukum dan hukum itu harus menjunjung HAM.
Persoalannya, penanganan dari unjuk rasa itu banyak yang
pada akhirnya ketika ditelusuri banyak yang mengabaikan
prinsip-prinsip kemanusiaan. Pada akhirnya ya itu, mereka itu
korban politik dari para elite politik yang hanya memanfaatkan
konstituen ketika mau maju aja. Kita menyayangkan ya,
masyarakat kita gak semuanya tingkat pendidikannya tinggi,
yang tinggi aja masih banyak yang terkena hoax. Nah ini yang
kadang publik kita masih gampang terbuai dengan janji-janji
walaupun pada akhirnya janji lima tahunan yang terulang lagi.
Jadi ya itu, mereka korban politik, dimanfaatkan secara politik,
dan perilaku elite politik kita juga malah memperkeruh
suasana.
14. Berkali-kali narasumber yang diundang di Mata
Najwa mengatakan bahwa Pemilu kali ini adalah
pemilu terburuk sepanjang demokrasi Indonesia.
Apakah Mata Najwa setuju dengan pernyatan itu?
Jawab:
Itu kan bukan klaim ya, itu argumen, pendapat mereka. Kita
gak bisa menilai satu rezim penyelanggaraan atau satu
momentum itu dari satu sisi ya. Kita melihatnya secara holistik,
menyeluruh. Mungkin kalau bicara banyaknya korban jiwa
meninggal, kita bisa melihat ini yang terburuk. Melihat dari
polarisasi, mungkin iya juga. Tapi kalau bicara soal partisipasi
justru meningkat. Masyarakat sudah lebih aware bahwa pemilu
ini akan menentukan nasib mereka kedepannya, nasib anak
cucunya. Nah itu mungkin satu sisi yang gak bisa kita abaikan.
Jadi kita harus melihat secara menyeluruh. Mereka menilai ini
yang paling buruk, padahal ya karena perilaku mereka juga.
Mereka-mereka juga yang menyebabkan penyelenggaraan
pemilu ini buruk juga pada akhirnya.
15. Menurut Mata Najwa, apa yang menjadi penyebab
banyaknya permasalahan yang terjadi dalam Pemilu
2019 kemarin?
Jawab:
Saya gak tahu ya kalau soal penyebab masalah. Tapi mungkin,
pertama ketidaksiapan, itu yang utama. Kedua, politik ini bagi
elite politik hanya dipikirkan sebagai alat kekuasaan yang pada
akhirnya kalau bicara soal kepentingan publik itu mereka
abaikan. Ya pokoknya mereka hanya bicara soal siapa yang
jadi nomor satu, siapa yang memegang kekuasaan. Makanya
dari dulu juga golput tinggi, gak percaya sama politisi.
Dulunya aktivis tapi ketika masuk ke sistem akhirnya terseret
arus juga. Ini harus evaluasi menyeluruh dari parpolnya juga
sistemnya, terutama dari tujuan mendirikan parpol itu seperti
apa, kaderisasinya bagaimana, apakah memang demi
kepentingan publik atau hanya mencari keuntungan.
Penyebabnya ya banyak. Banyak dari mereka yang ketika
masuk DPR atau menteri ujung-ujungnya ya demi kepentingan
mereka, kepentingan golongannya, kepentingan keluarganya.
Ini yang pada akhirnya menyebabkan sistem kita gak berjalan
dengan baik. Jadi partai ya jadi partai keluarga. Masalah kita
jadi ruwet dan publik hanya dimanfaatkan, dijadikan alat untuk
kepentingan mereka untuk naik kalau udah jadi ya diabaikan.
16. Jadi dengan mereka yang hanya mementingkan diri
sendiri dan golongannya, apakah termasuk
pelanggaran nilai moral?
Jawab:
Ya, tentu saja. Bicara soal politik sebagai alat menyejahterakan
publik itu dilanggar. Itu menurut saya memang ada nilai-nilai
penting yang lebih prinsipil yang dilanggar, tidak masuk dalam
sikap dan perilaku mereka. Kadang gak memperhatikan publik,
susah ditemui juga padahal dulu ketika mau dipilih gampang
sekali ditemui. Hal seperti itulah, mereka gak peka terhadap
publik.
17. Lalu, apakah menurut Mata Najwa Bawaslu sudah
melaksanakan tugasnya dengan baik?
Jawab:
Ya sama seperti KPU ya. Lembaga negara pasti kan bicara
tentang tarik-menarik politik. Kalau bicara sistem pemilu kan
berlapis-lapis ya, ada KPU, Bawaslu, DKPP. Kan ada sidang-
sidang juga, kalau ada pelanggaran kode etik kan disidangkan
ketika ada laporan atau aduan. Ya walaupun saya gak tahu
apakah semua aduan itu terselesaikan. Kan pasti ada
ketidakpuasan ketika satu kubu tidak puas. Ya meskipun ada
juga beberapa pelanggaran yang diselesaikan. Jadi ya saya kira
Bawaslu sudah melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai
pengawas.
18. Dalam Program Mata Najwa, Najwa Shihab selalu
mengatakan bahwa elit politik harus memberi contoh
yang baik kepada rakyat. Seberapa besar sikap para
elit politik akan mempengaruhi rakyat?
Jawab:
Tentu ya. Kan gini, kadang bagi orang-orang yang sangat
konsen dengan politik, sangat memperhatikan, atau sangat
terkena dampak, itu kan pasti sangat melihat perilaku
politisinya, bagaimana orangnya. Itu sangat punya dampak
terutama pada konstituen walaupun ada juga konstituen yang
apatis, masa bodoh gitu kan. Kita ambil bukti saja, ketika
bicara dua kontestan saat pilpres, bagaimana rakyat terbelah.
Benar-benar terbelah. Yang ditengah itu kegencet, misalnya
aktivis, SJW, orang-orang golput. Yang satu keras, satunya
juga gak mau kalah, saling merasa saling suci. Problem
masyarakat kita adalah terlalu terpaku pada penokohan ya.
Tidak hanya bicara soal rekam jejak atau kualitas tapi banyak
juga yang hanya melihat dari luar saja, misalnya dia pintar
orasi, pintar retorika, atau merakyat. Banyak yang pada
akhirnya terbelah ya kubunya sangat terlihat, tidak hanya di
media sosial tapi perang di dunia nyata juga kan sangat keras.
Itu kan berarti bahwa sikap politis di Indonesia ya sangat
berpengaruh kepada masyarakat walaupun pada akhirnya
menyesali ya karena sudah memaki habis-habisan di media
sosial eh pada akhirnya kena jerat UU ITE. Jadi ya saya pikir
sangat mempengaruhi ya.
19. Jadi evaluasi apa saja yang harus dilakukan? Dan
bagaimana solusinya?
Jawab:
Ya kalau untuk masyarakat, kita mendidik warga masyarakat
itu harus melihat lebih jernih. Walaupun ya apakah masyarakat
itu bodoh kan nggak juga ya, disebut pinter-pinter ya nggak
juga. Apakah memang masyarakat kita udah saking sabarnya,
yaudah lah mau gimana lagi, pasrah gitu kan. Tapi ya itu kalau
Mata Najwa ingin masyarakat melihat lebih jernih, menjaga
jarak dari kebisingan. Masyarakat juga harus logis dan rasional
ketika memilih seseorang itu apa dampaknya? Tidak hanya
buat kita tapi juga buat masyarakat banyak, buat anak-cucu
kita, gitu. Kalau untuk elit politiknya ya kita kan punya hak
yang setara ya, sama-sama masyarakat Indonesia, sama-sama
berada di tanah air. Ayolah melihat kepentingan yang lebih
besar. Masa sih tega terus-menerus membuat masyarakat
menderita? Apa nggak mikirin anak cucu mereka, atau kerabat
mereka yang mungkin juga gak seberentung mereka? Ya
mereka harus punya pertanggungjawaban sebagai seorang
manusia. Martabat manusia kan adalah sesuatu hal yang harus
dijunjung tinggi, itu kan di atas segalanya. Seharusnya sebagai
manusia, apalagi sebagai orang beragama, itu kan ada sepihan
hal-hal yang harus dijunjung tinggi tentang kemanusiaan.
Jangan terus-menerus tentang kepentingan pribadi ya kan harta
juga gak bakal dibawa, yang ditinggalkan kan nama baiknya.
Ketika menjadi negarawan kan mereka harusnya menjadi
negarawan atau politisi yang baik dan itu akan dikenang, akan
menjadi ladang ibadah juga buat mereka.
20. Kalau untuk penyelenggara pemilunya sendiri
bagaimana?
Jawab:
Ya satu kata sih, pastinya harus lebih baik. Secara kualitas
harus punya dampak ya walaupun gak mungkin sempurna tapi
paling tidak mendekati kepuasan publik. Kemaslahatan
masyarakat harus benar-benar nyata dari hasil pemilu yang kita
selenggarakan lima tahun sekali itu. Ini kan bukan cuma buat
kita aja, tapi juga buat semua. Jangan gara-gara ini aja kita
saling terpecah, negara kita bubar, kita saling bermusuhan.
Kalau secara kuantitas kan memang partisipasi publik sudah
tinggi, tapi kan harusnya secara kuantitas juga harus dibarengi
dengan kualitas ya.
DOKUMENTASI
Peneliti mewawancari produser Mata Najwa di Studio TRANS7,
23 Februari 2020
Peneliti bersama produser Mata Najwa di Studio TRANS7,
23 Februari 2020
TRANSKRIP TAYANGAN MATA NAJWA
1. Tanggal : 17 April 2019
Judul Episode : Suara Penentu
Segment 1 : Pemenang Pilpres Versi Hitung Cepat
Najwa Selamat datang di Mata Najwa. Saya
Najwa Shihab, tuan rumah Mata
Najwa. Hari pencoblosan akhirnya
telah dilewati, berlalu sudah bising
yang sengit berhari-hari. Hasil-hasil
sementara pun telah bermunculan,
sisi kemenangan mulai tampak di
permukaan. Tapi proses perhitungan
masih akan panjang karena pemilu
bukan cuma soal pencapresan. Masih
banyak tahapan pemilu yang
berikutnya, tiap kubu berhak
mengawal dengan sewajarnya. Mari
mendiskusikan hasil pemilu kita,
hajatan besar rakyat Indonesia. Inilah
mata najwa spesial pemilu, suara
penentu.
00.26-
01.03
VT
Kampanye
01.08-
02.00
Najwa Baik, dan yang punya hajatan paling
besar hari ini adalah KPU, hadir
komisioner KPU, Wahyu Setiawan.
Mas Wahyu, terimakasih sudah hadir.
Mas Wahyu, mohon maaf agak jauh
sedikit. Tapi teman-teman, yang
paling bertanggungjawab atas
keseluruhan proses hari ini itu KPU.
Bagaimana KPU? Memberi nilai
sendiri berani tidak hari ini berapa
nilainya pelaksaan pemilu? Kalau
02.55-
03.38
tidak berani, saya lempar ke yang
lain, tapi bagaimana KPU melihat
seluruh rangkaian proses pemilihan
hari ini?
Segmen 3: Jusuf Kalla – Mari Lupakan yang Lalu
Najwa Yang jelas ini kita sudah empat kali
pilpres langsung Pak JK, kita bertambah
baik, biasa saja, atau malah mundur ke
belakang, ya, Pak, setelah empat kali kita
coblos langsung ini?
03.13-
03.24
JK Semua mempunyai ciri yang khas, tapi
khususnya yang terakhir ini saya rasa itu
kampanyenya kelewat panjang, tujuh
bulan itu. Tujuh bulan orang berpikir,
orang mendengarkan berdebatan, orang
mendengarkan segala macam pikiran
negatif atau kampanye negatif, itu terlalu
lama. Jadi memang harus dievaluasi lagi
lah. Yang lalu-lalu hanya satu setengah
bulan atau dua bulan. Ini karena
disatukan ini menyebabkan masalah
sebetulnya. Jadi ya mungkin harus
dievaluasilah semuanya, di DPR juga.
03.26-
04.13
Najwa Pak JK, tujuh bulan kebisingan yang
amat sangat memekakkan telinga dan
hati, kira-kira kalau sekarang sudah
selesai bisa dengan mudah berbaikan
lagi tidak ya, Pak, atau terlalu banyak
kata-kata yang menyakitkan hati sudah
terlontar?
04.14-
04.26
JK Mari kita lupakan yang lalu, biasanya
begitu.
04.29-
04.33
Najwa Mari kita lupakan yang lalu. 04.33-
04.34
JK Misalnya dulu kita berhadap-hadapan
dengan beberapa partai, tapi begitu
04.34-
04.46
diajak di pemerintah yang kemudian
terkonsolidasi kembali, semuanya
berjalan baik.
Najwa Baik. 04.46
JK Bahwa kemudian ada yang bersikap
oposisi di DPR, itu wajar. Itu penting
untuk demokrasi ada oposisi. Kalau
tidak ada oposisi, demokrasi tidak
berjalan dengan baik.
04.46-
04.58
Najwa Pak JK, ada beberapa narasumber lain di
studio. Saya ingin minta tanggapan
mereka dan kemudian nanti saya minta
Bapak juga menanggapi. Ada Zainal
Arifin Muhtar juga, Bapak, di studio.
Mas Uceng, tujuh bulan terlalu panjang
katanya, Anda setuju dengan Pak JK,
Mas Uceng?
04.59-
05.12
Segmen 7: Politik Uang di Pusara Pemilu
Najwa Baik, saya ingin ke Bawaslu dulu, Bang
Fritz, temuan hari ini, apakah memang
banyak temuan pelanggaran-
pelanggaran yang patut dicurigai akan
mempengaruhi hasil atau pelanggaran-
pelanggaran yang masuk kategori
kalaupun ada, itu tidak signifikan.
00.30-
00.45
Fritz Terimakasih, Mbak Nana. Kalau kami
kan dari Bawaslu mengapresiasi setiap
kerja keras yang telah dilakukan oleh
KPU serta juga teman-teman dari
Bawaslu sekalian. Itu yang pertama-tama
harus kami sampaikan. Yang kedua
adalah, sampai hari ini memang pada
saat masa tenang sampai dengan hari
pemungutan suara kami menemukan ada
30 kasus mengenai politik uang yang
terjadi di 30 tempat. Ada berbagai, dari
100 juta, 190juta, sampai satu setengah
00.46-
01.53
milyar yang kami temukan di Jogja.
Terkait dengan pemungutan suara, kami
melihat ada dua persoal. Pertama
mengenai logistik, dan hak pilihnya.
Kalau terkait dengan logistik kan
memang sebuah rekomendasi Bawaslu
kepada KPU yang sudah kami
sampaikan kepada KPU terkait dengan
indeks kerawanan memang ada
persoalan logistik seperti misalnya surat
suaranya ada yang tertukar, atau surat
suara yang terlambat, atau juga terkait
dengan pemilih yang tidak bisa
mencoblos karena dia tidak terdaftar di
DPT atau di DPTB ataupun karena dia
tidak bia mendaftar karena KTPnya tidak
berada di situ. Jadi..
Najwa Bang Fritz, saya harus tanya spesifik
karena ini disebutkan oleh Prabowo
Subianto dalam konferensi persnya.
Belum lagi banyak ditemukan surat suara
yang dicoblos 01, apakah itu juga Anda
temukan?
01.53-
02.03
Fritz Kami menemukan ada beberapa. Jadi,
memang ada beberapa TPS. Ada 5-6 TPS
di mana ada laporannya surat suaranya
sudah tercoblos. Tetapi jumlahnya itu
juga ada 7, 1, atau 2. Jadi bukanlah dapat,
sampai sekarang ya kami belum bisa
mengatakan kalau itu adalah sebuah
sesuatu yang masif. Tetapi memang kami
bawaslu ada merekomendasikan untuk
pemungutan suara ulang di 34 TPS serta
pemungutan suara lanjutan di 1390 TPS.
Tapi itu disebabkan karena logistiknya
terlambat datang. Jadi sehingga harus
dilakukan pemilu lanjutan lagi..
02.04-
02.41
Najwa Saya harus meminta Anda mengulangi
supaya angkanya tidak salah. Kan kita
tahu ada 800ribu lebih TPS dan Bawaslu
02.41-
02.50
merekomendasikan yang diulang dari
800ribu itu hanya 34.
Fritz 38 untuk diulang, dan 1395 untuk
dilanjutkan. Jadi artinya sudah dimulai,
tapi mungkin ada satu surat suara yang
gak ada, atau surat suara tidak lengkap
sehingga harus dilanjutkan.
02.50-
03.05
Najwa Baik, Mbak Titi, bagaimana
mengomentari itu? Jadi dari sekian
banyak ini temuan Bawaslu, itu artinya?
03.06-
03.10
Titi Tentu dari sisi infres, struktur, dan
personel, kami tidak sebaik Bawaslu,
tetapi secara garis besar temuannya
hampir sama. Temuan paling mendasar
adalah soal kapasitas teknis. Bagaimana
teknis KPPS dikelola, misalnya hal-hal
yang secara administratif harus dipenuhi,
memang itu ada kendala, misal tidak
diumumkannya DPT, DCT, dan lain
sebagainya. Yang kedua soal
ketidakpahaman soal penggunaan hak
pilih, kategorisasi pemilih. Ada pemilih
yang kategori DPTB, harusnya bisa
menggunakan hak pilih dari jam 7,
disuruh datengnya malah jam 12. Ada
pemilih DPK, tapi kemudian gak
dilayani, dan sebagainya. Termasuk juga
saking euforia dan antusiasmenya, Mbak
Nana, kami menemukan pemilih yang
walaupun dia KTPnya tidak di sana dia
beranggapan saya bisa memilih pakai
KTP elektonik di manapun saya mau,
dan itu banyak sekali. Saya sendiri
menerima telepon, hampir 20 telfon,
minta diadvokasi supaya bisa nyoblos.
Nah yang ketiga soal kapasitas KPPS
yang memang itu tidak standar. Ini PR
besar kita, Pak, tidak hanya untuk pemilu
2019, pilkada pun demikian, bagaimana
03.11-
04.32
prosedur teknis itu tidak sepenuhnya
sampai kepada petugas di lapangan.
Segmen 13: Berbeda tapi Bersaudara
Najwa Baik. Jadi memang saatnya untuk
menutup dan pesannya harus itu.
Memang tak harus sama, tetapi beda itu
tetap saudara. Saya rasa itu pesan yang
harus kita gaungkan. Karena rasa-
rasanya tidak akan secepat itu bisa
hilang sama sekali rasa-rasa permusuhan
akibat copras-capres ini. Tetapi insya
Allah mudah-mudahan kita semua
dewasa apalagi kalau elitnya juga
mencontohkan bagaimana rakyatnya
harus bersikap.
05.02-
05.29
2. Tanggal : 24 April 2019
Judul Episode : Usai Pemilu
Segment 1 : Jokowi Soal Deklarasi Kemenangan Prabowo
Najwa Selamat malam, selamat datang di
Mata Najwa. Saya Najwa Shihab, tuan
rumah Mata Najwa. Hari besar
demokrasi baru saja berlalu walaupun
masih ada tahapan lain dalam pemilu.
Setidaknya pencoblosan telah
dilaksanakan dan kini memasuki fase
genting penghitungan. Sangat wajar
muncul ketidakpuasan musykil pemilu
berjalan nihil kekurangan. Silakan
mengawal penghitungan dengan suara
lantang, suara rakyat mutlak dijaga
01.06
agar tidak lekang. Tapi bagaimana
dengan klaim-klaim kemenangan?
Berbahayakah bagi prinsip-prinsip
persatuan? Inilah Mata Najwa, Usai
Pemilu.
VT klaim
kemenangan
02.10
Segmen 2: Jokowi – Kalau Ada Kecurangan, Lapor Bawaslu
Najwa Baik, saya ingin meminta penilaian bapak
soal penyelenggara pemilu kita Pak.
Apakah menurut bapak mereka netral dan
profesional? Karena misalnya kemarin
sempat ramai soal salah input data C1 yang
kemudian dinilai, wah ini justru salah
inputnya menguntungkan petahana.
Apakah bapak menilai mereka netral,
profesional, betul-betul melakukan tugas?
01.44-
02.07
Jokowi Ya KPU itu mengelola 813ribu TPS di
seluruh tanah air dan di luar negeri. 813
ribu TPS tersebar di 17ribu pulau. 514
kabupaten dan kota yang medannya juga
berbeda-beda. Ada yang sangat berat, ada
yang berat sekali mengirimkan logistik itu
ke TPS-TPS yang ada. Dan saya melihat
KPU sangat netral. Profesional dan sangat
netral. Kalau ada misalnya kayak tadi apa..
salah input data, ya dikoreksi. Kalau ada
salah input data ya dikoreksi. Udah. Kita ini
semuanya terbuka kok. Bisa ngecek, bisa
ngontrol semuanya. Apa sih yang
dikhawatirkan, semuanya terbuka. Apa?
Semuanya punya data. C1 tuh semuanya
punya. NGO punya, punya semuanya.
Semua caleg pasti punya. Parpol pasti
punya. Kita sendiri punya. Kepolisian juga
ada. Semuanya, pasti ada semuanya.
02.10-
03.34
Najwa Jadi tudingan bahwa ada kesengajaan untuk
menambah suara kepada Pak Jokowi... itu
tudingan yang.. bapak nilai..?
03.35-
03.44
Jokowi Yaaa, kalau saya terlalu berlebihan. Kalau
ada yang perlu dikoreksi ya dikoreksi saja.
Ya namanya jumlah TPSnya seperti itu.
03.44-
04.01
Segmen 3: Deklarasi Kemenangan itu Pilihan Rasional
Najwa Tadi sudah kita dengarkan percakapan saya
dengan Pak Jokowi. Saya ingin ke Mas
Priyo dulu. Tadi Pak Jokowi katakan tidak
apa-apa kalo mau deklarasi aja kok, gak
apa-apa. Tadi Pak Jokowi katakan seperti
itu. Saya ingin tau, Mas Priyo. Apa
sebetulnya dasar Pak Prabowo dan Pak
Sandiaga Uno mendeklarasikan
kemenangan sampai berkali-kali? Dasar
utamanya apa, Mas Priyo?
00.49-
01.11
Priyo Kenapa beliau akhirnya memutuskan untuk
menyampaikan atau mendeklarasikan
kemenangan karena memang situasi politik
yang agak -tanda kutip- genting. Kemudian
menghasilkan sebuah kesimpulan, ini patut
untuk dideklarasikan. Setelah kemudian
pemberitaan mengharu biru sedemikian
rupa sehingga setelah hasil quick count
tersebut seolah-olah kemudian ada pihak
yang sudah tarolah disampaikan atau
diputuskan sebagai pemenang. Karena kita
semua tahu proses yang sesungguhnya
terjadi adalah nanti tergantung pada proses
yang ada di KPU Republik Indonesia.
01.11-
01.55
Najwa Baik, Mas Priyo sebelum dilanjutkan saya
ingin kita dengarkan lagi orasinya dan nanti
ada bisa menambahkan, supaya
mengingatkan pemirsa bagaimana
deklarasi itu dilakukan, kita lihat yang ini.
01.55-
02.04
VT
Deklarasi
Prabowo
Subianto
02.06-
03.05
Najwa Mas Priyo, jadi deklarasi pertama hasil
quick count 55,4% eh 52,4% tapi kemudian
malamnya hasil real count 62%. Ini angka-
angka ini didapat dari mana saja?
03.06-
03.23
Priyo Dari data yang masuk. Jadi kalau quick
count, kita punya juga quick count, tapi
mohon maaf saya tidak bermaksud
menandingin tapi karena sedemikian rupa
sehingga sudah teropinikan luar biasa mau
gak mau harus disampaikan hasil dari kita.
Tapi yang kedua, ini yang terpenting
sebenarnya bukan quick count tapi adalah
real count yang kami dapatkan. Angka
yang 62 yang disampaikan oleh Pak
Prabowo itu adalah angka real dari data-
data yang masuk dari seluruh lini dari TPS-
TPS. Sudah tentu belum 100% karena
300ribu dari sekian dari 800ribu jadi masih
sekitar 40% lah.
03.23-
03.59
Najwa Deklarasi itu jam 20.30 malam. 03.59-
04.02
Priyo Dan yang kedua, yang perlu saya jelaskan
di sini, deklarasi kemenangan semacam ini
itu sebenarnya biasa. Normal, lazim terjadi
di beberapa belahan negara demokrasi
manapun juga. Apalagi di situasi di mana
kami dalam posisi penantang. Tarolah
mereka menang seluruhnya, mau nggak
mau pilihan politik semacam itu adalah
pilihan rasional yang tersedia dan itu adalah
hak kami secara politik yang kami lakukan.
04.02-
04.34
Najwa Bagaimana dengan... 04.34-
04.35
Priyo Dengan tetap menghormati. Terakhir nih,
dan kata-kata ini dari Pak Prabowo
04.35-
04.44
langsung. Menghormat perhitungan
terakhir dari KPU Republik Indonesia.
Najwa Walaupun sudah bilang saya akan dan
sudah jadi presiden seluruh rakyat
Indonesia?
04.45-
04.49
Priyo Ya gapapa. Di belahan dunia lain juga
demokrasi semacam itu.
04.49-
04.52
Najwa Baik, bagaimana Mas Hasto? 04.52-
04.54
Hasto Kalau kami melihat suasana genting politik
tadi genting, gak pas. Restoran padang tetep
laris, mie aceh tetap laris, jadi gak ada itu
situasi genting secara politik. Bahwa
kemudian ada ketegangan setelah quick
count, iya, tetapi kalau kita lihat ekspresi
dari Pak Sandi kan mencerminkan bahasa
yang sebenarnya. Deklarasi boleh terjadi
tiga kali, lima kali sekalipun. Tapi kan Pak
Sandi tidak mengekspresikan sebuah rasa
keyakinan, kegembiraan...
04.54-
05.23
Najwa Dan Anda menginterpretasikan itu
sebagai..?
05.23-
05.25
Hasto Ya sebagai bentuk menjaga militansi Pak
Prabowo perlu menjaga militansi dari
anggotanya. Mengingat itu penting bagi
seluruh partai politik, menjelang 2024 ke
depan sehingga mereka jaga militansinya.
Tetapi kemudian dari klaimnya aja kan
berubah-ubah, 62%, 54%, dan yang
terakhir yang kita ajak supaya rakyat juga
mendapatkan informasi yang benar yang
bisa dipertanggungjawabkan. Kami
mengajak BPN untuk sama-sama membuka
data. Karena bagi PDI Perjuangan, untuk
klaim 60% data atau 40% data masuk itu
tidak mudah. Kami meliki jejaring
komputer 150ribu secara nasional. Kami
punya kamar hitung seperti ini
(menunujukkan gambar) setiap provinsi.
Rata-rata privinsi 75-100 komputer
05.25-
06.45
kemudian ditingkatkan di kabupaten kota
itu 40-60, 75. Itu pun pada hari ini baru
sekitar 27% sore ini dengan tingkat
perolehan buat Pak Jokowi-Pak K.H
Ma’ruf Amin itu adalah 58% dan Pak
Prabowo-Sandi 42%. Itu dengan seluruh
infrastruktur yang kami bangun. Jadi kami
ajak BPN untuk mari kita terbuka saja.
Diaudit saja, pengamat politik datang,
untuk melihat apakah C1nya benar, apakah
sistemnya benar, itu yang kami harapkan
untuk dapat dibuka ke publik.
Najwa Oke, siapa mau menanggapi? 06.45-
06.46
Priyo Sebelumnya saya mau menanggapi
sebentar. Mengenai Pak Sandiaga Uno,
yang tahu posisi wajah dan hatinya Pak
Sandiaga Uno itu kami, saya dan Mas
Andre. Jadi kalau pihak luar
menerjemahkan itu totally wrong. Salah
besar, seolah-olah cemberut dan
seterusnya, itu mencoba image dan opini
yang dibangun. Yang terjadi sesungguhnya
adalah Mas Sandiaga Uno pada hari itu lagi
kurang sehat. Ada orang mengatakan beliau
kena santet, dan itu kemudian liar sekali.
Apapun yang terjadi yang harus saya
luruskan di sini adalah beliau kurang sehat,
dan itu betul-betul dokter nyatakan itu. Jadi
kalau diterjemahkan seolah-olah perasaan
Pak Sandi tidak bersama Pak Prabowo itu
totally wrong, salah besar. Berduet itu
dalam kondisi sampai sekarang pun mereka
adalah duet dwitunggal yang insyaAllah
tetap mengawal pelaksanaan dan
penghitungan yang hari ini semua sudah
menanti...
06.46-
07.44
Najwa Yang jelas tadi juga ada acara di Taman
Mini, yang dihadiri oleh Pak Prabowo
Subianto dan juga dihadiri oleh ketua
07.44-
08.20
Badan Pemenangan Nasional, Pak Joko
Santoso. Saya ingin tunjukkan pernyataan
Pak Joko Santoso yang menyebut
pernyataan Pak Prabowo “menang 62% itu
titik yang tidak akan kembali”. Bisa kita
tunjukkan juga. “Untuk itu kita harus
berjuang, saya sudah instruksikan daerah
yang menang dari Jawa Barat adakan
syukuran deklarasi, Jabar-Banten-Jakarta-
Sulsel. Pulau Besar yang penduduknya
banyak kita menang. Jadi tidak mungkin
Prabowo kalah.” Bagaimana, tidak
mungkin Prabowo kalah berdasarkan apa
yang disebutkan ketua BPN?
Priyo Ya, jadi begini na. Saya ingin sampaikan
kondisinya. Waktu malam itu deklarasi ada
40%, Mas Hasto. Perhitungan suara itu jam
2, sudah selesai di seluruh TPS untuk
presiden. DPR-RI itu kalau gak slaah jam 4
jam 5 sudah selesai. Sehingga, jam 2 jam 3
tuh tim kami sudah mengirimkan datanya
ke masing-masing koordinator. Sehingga
malam itu Pak Prabowo mendapatkan data
40% sehingga kita bisa deklarasi. Nah Mas
Hasto mau tahu C1 kita, nah itu saja, kami
selalu komitmen, dulu 2014 kami bawa tuh
truk-truk C1. Kami siap lagi bawa truk-
trukan C1 nanti di Mahkamah Konstitusi,
itu satu. Kita sesuai konstitusi saja. Yang
kedua, kalau Mas Hasto bilang suasana
tidak genting, pertanyaan saya, kenapa sih
ribuan brimob masuk Jakarta? Lalu kapolri
pas saya tanya, anda bawa peluru berapa?
Coba, berapa hampa, berapa itu peluru
karet, kalau gak genting, gak mungkin
polisi, ribuan brimob masuk jakarta.
08.20-
09.26
Najwa Ya, kita akan lanjutkan setelah pariwara,
masih ada waktu untuk membahas itu.
Tetap di Mata Najwa, Usai Pemilu akan
kembali,sesaat lagi.
09.26-
09.32
Segmen 4: Disuruh ke Antartika, Ini Jawaban Lembaga
Survey
Najwa Saya ingin langsung ke Yunarto Wijaya,
sekjen Persepi. Tukang survey bohong,
pindah ke antartika. Bagaimana tanggapan
Anda?
01.38-
01.46
Yunarto Ya pertama yang jelas kami bukan sihir
science, atau setan seperti istilah Ustadz
Bahtiar Natsir ya. Karena keberadaan
hitung cepat itu dilindungi oleh PKPU
nomor 10 tahun 2018 pasal 28 ayat 1-3.
Jadi kalau ada yang mengatakan ini sihir ya
kalau bisa dihapus aja nanti secara aturan.
Yang kedua ada beberapa hal saya pikir, ini
kita bicara logika saja yang bisa
dipertanyakan balik. Selama ini kan kita
defensif, dituduh bermacam-macam dan
kami kemarin sudah melakukan ekspos
data keseluruhan semua yang
dipertanyakan. Seperti yang ditayakan
terkait dengan dana, data, sampai level
TPS. Sayangnya BPN mengatakan tidak
mau datang. Nah saya ingin coba tanyakan
dan publik melihat logikanya adalah
pertama, bisakah dari BPN atau Ustadz
Bachtiar Natsir menjelaskan dalam sejarah
qick count pilpres dan pilkada perbedaan
data yang bisa menjelaskan bahwa
lembaga survey salah. Seperti Ustadz
Bactiar Natsir tadi tidak mengerti
perbedaan quick count dengan survey. Itu
yang pertama. Sebutkan satu saja, ketika
quick count mengalami kesalahan kecuali
ketika Pak Prabowo sujud syukur tahun
2014. Mungkin itu yang menyebabkan Pak
Prabowo trauma terhadap lembaga survey.
Itu pertama. Yang kedua, saya pikir ini
menarik ya, tadi dijelaskan ada angka.
01.47-
03.42
Saya tidak mengerti logika yang dibangun
oleh Pak Prabowo dan saya pikir kalau
saya jadi penasehat Pak Prabowo saya akan
sarankan Pak Prabowo pecat orang yang
melakukan real count ataupun quick count.
Quick count 52%, real count 62%, margin
of error 10%. Ini buat apa dilakukan quick
count? Jadi yang salah, bermasalah entah
real countnya atau quick countnya. Exit-
poll beda lagi, 55%. Jadi saran saya, Pak
Prabowo pecat real count atau quick count,
itu akan baru ketauan 22Mei.
Najwa Sebentar Toto, saya akan kasih kesempatan
untuk menanggapi, nanti Anda bisa
menanggapi. Silahkan Bang Andre?
03.42-
03.45
Andre Betul kata Mas Toto, ya, bahwa dilindungi
oleh PKPU. Di PKPU pun itu juga
disebutkan, Mbak Nana, bahwa publik juga
berhak tahu, sumber dana lembaga survey
itu dari mana. Nah ini yang belum pernah
dibuka. Mbak Nana bayangkan, publik
juga perlu tau setiap survey nasional itu
butuh duit banyak. Mas Toto ini, coba lihat
dari pemilu, mulai kampanye sampai
pencoblosan berapakali merilis? Temen-
temen Persepi ya, bahkan udah kayak
arisan. Misalnya, ni dari bulan Januari
sampai April tuh berurutan, hari ini
lembaga A, tiga hari kemudian lembaga B,
besoknya lembaga C. Isinya apa
narasinya? 20% Pak Jokowi menang. Nah,
kalau kita bicara data quick count, ternyata
quick countnya beliau-beliau ini
menyatakan bahwa Pak Jokowi hanya
menang 8-9%, berbeda dengan 20%. Ada
error sebenarnya 12-10%. Itu pertama.
Yang kedua, kita butuh bukan hanya
metodologi dan data yang diungkapkan
Mas Toto, kita juga pengen tahu apakah
mungkin Mas Toto Yunarto Wijaya
03.46-
05.01
meskipun saya tahu duitnya banyak, akan
mengeluarkan uang pribadi milyaran untuk
membiayai survey? Apakah mungkin Mas
Saeful Munjani mengeluarkan duit pribadi
dari survey-survey sampai quick count?
Apakah mungkin? Rakyat juga butuh.
Najwa Dan kecurigaan Anda apa, Bang Andre
ketika mempertanyakan dana?
05.01-
05.04
Andre Patut diduga, lembaga survey sekaligus
jadi konsultan kemenangan Pak Jokowi.
05.04-
05.08
Najwa Bagaimana, Mas Toto? 05.09-
05.10
Yunarto Anggaran.. kode etik di Persepi mengatur
semua. Itulah mengapa kemarin kita
melakukan ekspos data. Pertanyaan-
pertanyaan seperti itu, kalau perlu bahkan
disidang di dewan etik seperti dulu pernah
memecat dua lembaga survey yang
memenangkan Pak Prabowo pada 2014, itu
bisa ditanyakan semua dan kemarin
diekspos. Sayangnya lagi-lagi lempar batu
sembunyi tangan. BPN tidak berani datang.
05.11-
05.34
Najwa Tidak berani datang, BPN? 05.34-
05.35
Segmen 6: BPN – Hak Kami Menyatakan Prabowo Menang
Hasto Namanya politik akal sehat itu mengikuti
aturan main, bukan deklarasi menyatakan
dirinya sebagai presiden sampai hormat
bapak presiden! Itu yang diluar akal sehat
pak. Maka mari dalam konteks seperti ini
kita kembalikan pada tracknya. Semua
sepakat bahwa yang menentukan siapa
pemenang pemilu adalah KPU. Proses
rekapitulasi sedang berlangsung. Menjadi
bias ketika ada klaim sepihak dari BPN
yang menyatakan Pak Prabowo menang
08.15-
09.04
sementara quick count yang diterima
sebagai metodologi ilmiah menyatakan
berbeda. Kami hanya minta sederhana,
mengapa BPN nggak terbuka? undang aja
mahasiswa, undang aja pengamat politik.
Sangat simple untuk menentukan siapa
pemenang. Kami terbuka. Kami,
mahasiswa, penonton yang di sini, besok
mau dateng ke TKN, mau dateng ke PDI
Perjuangan untuk ngecek C1 kami, untuk
ngecek sistem hitung kami, silahkan.
Najwa Silahkan, Mas Priyo atau Bang Andre? 09.06-
09.08
Andre Nanti Mas Priyo sempurnakan. Saya jawab
ya. Saya ingin sampaikan bahwa itu hak
Pak Prabowo. Yunarti Wijaya saja boleh
mengumumkan....
09.08-
09.16
Hasto Berbeda ini! Presiden hanya satu pak. 09.16-
09.18
Andre Mas Hasto berbicara saya gak potong! 09.19-
09.21
Hasto Bapak menyatakan presiden, Pak Prabowo
menyatakan presiden, tidak boleh! (gebrak
meja)
09.21-
09.25
Andre Ini cara-cara otoriter. Kita bicara distop!
Belum diumumkan aja udah otoriter. Saya
ingin sampaikan, Mas Toto saja boleh
mengumumkan, mendeklarasikan Pak
Jokowi jadi presiden.
09.28-
09.41
Yunarto Tidak pernah ada. Anda fitnah, ini yang
jadi masalah. Anda bedakan tadi istilah
Mas Priyo kebebasan berpendapat itu
kembang demokrasi, fitnah itu hama
demokrasi, yang Anda sebutkan tadi itu
fitnah.
09.41-
09.53
Andre Lah lembaga survey menyatakn Pak
Jokowi menang. Itu kan mendeklarasikan.
09.53-
09.56
Yunarto Tidak pernah mendeklarasikan. Ini data
ilmiah secara statistik...
09.56-
10.00
Andre Ya itu sama saja dengan mendeklarasikan.
Itu lah hak kami juga!
09.58-
10.05
Yunarto .....data ilmiah statistik bahwa semua
lembaga kecuali lembaga Pak Prabowo
yang tidak pernah dibuka datanya
mengatakan Prabowo unggul. Jadi Anda
jangan gunakan yang bahaya terminologi
secara hukum.
10.01-
10.12
Segmen 7: BPN – Kecurangan Pemilu Terstruktur, Masif,
Sistematis, dan Brutal
Najwa Silahkan penutup, Mas Arief, mewakili
KPU dan Bawaslu silahkan penutup.
06.42-
06.46
Arief Ya pertama, proses tahapan ini semua
dilakukan secara transparan termasuk
yang saat ini sedang berlaku, sedang
berlangsung di kecamatan-kecamatan.
Silahkan Anda saksikan, silahkan Anda
catat semua kejadian-kejadiannya. Saya
pikir kalau memang ada kecurangan
silahkan dibuktikan dan disampaikan
gitu ya, tidak perlu mengambil
kesimpulan bahwa ada kecurangan yang
masif gitu ya. Karena data yang
disampaikan ke kami juga nggak banyak
sebetulnya gitu loh. Jadi silahkan ikuti
sampai nanti rekap di tingkat nasional
yag seluruh prosesnya seluruh
masyarakat Indonesia bisa lihat.
06.47-
07.22
Najwa Terimakasih banyak sudah hadir di Mata
Najwa malam hari ini. Terimakasih
sudah menyaksikan, selamat malam,
sampai jumpa.
07.22-
07.27
Transisi 07.27-
07.36
Closing
Najwa
Proses politik kadang-kadang memicu
kekecewaan. Demokrasi kadang tak
07.38-
03.02
selalu memuaskan. Wajar saja jika di
sana-sini muncul kemarahan. Politik
memang mendayung antara ideal dan
kenyataan. Dari sanalah kematangan
pelan-pela dapat dipupuk. Belajar
demokrasi tak serta merta langsung
dipucuk. Yang pokok adalah kesediaan
mengoreksi diri agar apa yang luput
kelak tidak terulang kembali. Tiap
elemen demokrasi wajib menjaga suara
rakyat. Tiap suara terlalu berarti untuk
dibuat khianat. Bersama dengan tetap
memantau proses penghitungan, pakai
semua jalur legal untuk pecahkan
persoalan. Agar ketidakpuasan tak
berakhir dengan perpecahan. Jangan
sampai politik malah membelah
persaudaraan. Karena capres-cawapres
itu fana, Indonesia yang mesti abadi
selamanya.
3. Tanggal : 1 Mei 2019
Judul Episode : Laga Usai Pilpres
Segmen 1: Siap, Presiden!
Najwa Selamat malam, selamat datang di
Mata Najwa. Saya Najwa Shihab, tuan
rumah Mata Najwa. Ibarat sebuah
pertandingan sepaak bola yang seru,
proses pemilu seperti masuk
perpanjangan waktu. Babak yang
utama memang baru saja berlalu.
Keseruan yang tanpa ujung yang masih
menggebu. Selama sang wasit belum
meniup peluit panjang, satu sama lain
masih akan terjang menerjang. Pekat
telinga kita oleh retorika permusuhan
00.27-
01.07
yang berkobar di tengah gempita klaim
kemenangan. Begitu banyak momen
untuk mengambil jeda, tidakkah capek
terus menerus menepuk dada? Ini lah
Mata Najwa, Laga Usai Pilpres.
VT tudingan
kecurangan
01.09-
02.00
Najwa Iya, panas pilpres tak kunjung usai.
Ada beragam isu usai pencoblosan
yang menaikkan tensi politik. Malam
ini kita lihat hingar bingar tensi politik
dari dua sudut pandang dua politikus
yang belakangan melekat dengan
istilah ‘debat tanpa baper’.
02.04-
02.18
VT
Kelucuan
Adian
Napitupulu
dan Arief
Poyuono
02.20-
03.02
Najwa Ya, dan bergabung di meja Mata
Najwa, Adian Napitupulu dan Arief
Poyuono, selamat malam. Terimakasih
sudah hadir di Mata Najwa. Saya ingin
ke Bang Adian dulu karena dua hari
belakangan ini rame ada video viral di
media sosial. Ada Anda dan teman-
teman melakukan hal yang kemudian
jadi perbincangan banyak orang. Ini dia
videonya yang viral itu, aksi Adian
Napitupulu.
03.05-
03.31
VT
Siap,
Presiden!
(kepada Pak
Jokowi)
03.32-
04.17
Najwa Bang Adian, itu kan yang memulai
Anda, tuh. Dari rombongan itu. Itu
sesuatu yang direncanakan atau
spontan? Dan maksudnya apa itu?
04.20-
04.26
Adian Spontan. Tidak ada maksud apa-apa
selain menyatakan Siap, Pak Presiden.
Karena tidak mungkin saya bilang
Siap, Pak Joko, tidak mungkin saya
bilang Siap, Pak Widodo. Dia presiden
ya harus Siap, Pak Presiden dong.
04.27-
04.38
Najwa Itu apa pemicunya? 04.38
Adian Gak ada pemicu apa-apa. 04.39
Najwa Gak menyindir seseorang atau siapa
gitu?
04.40-
04.43
Adian Ya saya tidak bermaksud menyindir.
Kalau memang ada yang tersindir saya
tidak tahu ya. Itu kalau misalnya
kemudian saya bilang “Siap, Pak
Presiden!”, emang ada presiden yang
tersindir? Kan nggak ada, presiden
cuma Joko Widodo kok. Mungkin ada
yang merasa dirinya presiden dan
tersindir, boleh saja. Harusnya yang
merasa tersindir itu presiden aslinya
dong. Tapi presiden aslinya tidak
merasa tersindir. Lah kenapa sih harus
merasa tersindir? Itu bener kok. Apa
salahnya dengan ucapan itu. Kalau
saya ketemu dengan Bang Eggi
misalnya, saya bilang “Siap, Bang
Egi!” dan Bang Arief, “Siap, Bang
Arief!”. Dengan presiden ya siap pak
presiden!
04.43-
05.16
Najwa Kenapa harus pakai hormat, kemudian
kata-kata siap, sama persis, tidak sama
persis ya, sangat mirip dengan video
yang beredar beberapa waktu
sebelumnya yang ada sejumlah
purnawirawan memberikan hormat dan
siap presiden kepada Prabowo
Subianto?
05.16-
05.32
Adian Lalu kalimatnya apa? 05.33
Najwa Siap, presiden. 05.34
Adian Ya emang kalimat lain yang pantas apa
untuk presiden, ya siap presiden.
05.35-
05.38
Najwa Jadi ini bukan sesuatu yang
dimaksudkan dengan menyindir
sebelah?
05.38-
05.41
Adian Tidak ada maksud itu. Secara khusus
tidak ada, secara umum tidak ada. Tapi
kalau ada yang tersinggung kita tidak
melarang sih ya. Nggak penting
menurut kita menggunakan perasaan-
perasaan yang terlalu berlebihan dalam
situasi seperti ini. Harusnya yang
tersinggung itu adalah presiden yang
sekarang sedang menjabat ketika ada
orang lain yang ngaku-ngaku presiden.
05.41-
06.03
Najwa Ada yang ngaku-ngaku presiden? 05.04-
06.05
Adian Ya di video sebelumnya. 06.07
Najwa Oke. Tapi yang jelas, mungkin saja dua
politikus ini tidak baper, tidak
tersinggung. Cuma efeknya di bawah,
ada yang seperti ini, ketika akhirnya
ramai pemasangan baliho dukungan
terhadap Pak Prabowo yang kemudian
berlanjut sampai seperti ini, kita lihat
08.29-
08.46
VT Berita
online
tentang
penurunan
baliho klaim
kemenangan
02
08.49-
09.45
Najwa Ya itu sempat ramai di Cileungsi dan
sampai, teman Anda Mas Arief, wakil
ketua umum gerindra juga ikut hadir di
sana dan kemudian ada yang menilai
itu bahkan mengompori rakyat
katanya.
09.46-
09.58
Arief Saya rasa sih itu gak mengompori
rakyat karena ucapan selamat kepada
dua pasangan capres juga terjadi.
Artinya kemaren aja kan di istana
banyak, di rumahnya Pak Joko Widodo
di Solo juga banyak yang
mengucapkan selamat terpilihnya Joko
Widodo dengan Pak Ma’ruf Amin. Di
tempatnya Pak Prabowo juga banyak,
selamat terpilihnya Prabowo Subianto
dengan Sandi. Jadi itu sah-sah saja ya
karena kan sampai hari ini belum ada
keputusan final siapa yang menang
siapa yang kalah. KPU kan sampai hari
ini masih terus menghitung walaupun
dengan penuh kesalahan-kesalahan dan
kecurangan-kecurangan oleh KPU.
Jadi dua-duanya sah. Inilah indahnya
demokrasi.
09.59-
10.36
Segmen 2: Arief Poyuono – Kami Diancam
Arief Yang pertama baliho itu ya. Yang baliho itu
kan dari pihaknya Pak Jokowi juga banyak.
Walaupun sebenarnya kan perhitungan suara
belum selesai. Kalau mau yang sudah ada
pemenangnya kan di Bengkulu Prabowo.
Kalau dari seluruh provinsi kan belum ada
yang selesai. Ya artinya itu sah-sah saja ya.
Nah mengenai pantun ya, saya rasa ini biasa
ya, karena kita kan saat ini dicurangi. Ada
kecurangan-kecurangan, artinya Pak Prabowo
itu menyemangati para relawan dan kader-
kader untuk terus bekerja mengawasi jangan
sampai kecurangan ini akhirnya mencuri
kemenangan kita.
01.38-
02.18
Najwa Yang melakukan kecurangan akhlaknya
seperti lutung tadi..
02.19-
02.22
Arief Ya benar, memang kalau curang pasti seperti
lutung. Ya itu udah pasti. Artinya....
02.22-
02.27
Najwa Keyakinan Pak Prabowo yang tampaknya
semakin hari semakin bertambah soal
kecurangan, soal kemenangan itu, informasi
itu didapatkan Pak Prabowo dari mana mas?
02.27-
02.37
Arief Dari C1 kita. C1 kita yang terkumpul. Kan
sudah ada buktinya di Bengkulu kita menang.
Nah sekarang udah ada belum satu provinsi
yang sudah dihitung sampai 100% yang
menang Joko Widodo, kan belum ada.
02.37-
02.49
Najwa Bang Adian? 02.49
Arief Ya artinya kita kayak begini ya, masyarakat di
bengkulu sudah menyatakan, mendeklarasi
bahwa presiden terpilih ya Prabowo-Sandi.
02.49-
02.56
Najwa Bang Adian, 02.57
Adian Ya pertama, Indonesia bukan hanya Bengkulu.
Jadi sabar, masih ada banyak sekian provinsi
lain yang harus ditunggu, kecuali dia presiden
Bengkulu. Jadi saya pikir tidak pantas kita
bilang seperti itu. Kita sedang memilih
presiden Indonesia, bukan satu-dua provinsi.
02.57-
03.12
Arief Ya memang. Tapi kan baru selesai 100%
perhitungannya itu di Provinsi Bengkulu.
Artinya, masyarakat Bengkulu sudah memilih
siapa presiden Indonesia, yaitu Prabowo-
Sandi.
03.12-
03.25
Adian Nah, soal pantun juga biasa-biasa saja. Kita
tidak merasa tersindir karena kita tidak merasa
curang. Artinya, kalau kita tidak curang, yang
curang siapa? Jangan-jangan kalau yang
dibilang curang itu seperti lutung, yang pasti
bukan kita dong, kan seperti itu. Nah, kalau
bicara klaim kemenangan, semua lembaga
yang melakukan quick count sudah
mengatakan Jokowi yang menang. Berbagai
negara sudah mengucapkan selamat terhadap
jalannya pemilu yang baik, bagus, dan
sebagainya, dan itu penghargaan buat Jokowi.
33 negara yang mengirimkan pemantau
03.27-
04.31
pemilunya sama sekali tidak ada satu pun yang
mengatakan curang. Kemudian 11 NGO
independen dari berbagai negara asing juga
tidak ada yang mengatakan ini curang.
Kemudian 51 pemantau dalam negeri juga
tidak mengatakan ini curang. Lalu yang bilang
curang ini siapa? Nanti kasian kesepian ini dia.
Kenapa berbicara sendirian, tidak didukung
dengan yang lainnya?
Najwa Mas Arief? 04.31
Arief Loh nggak dong, rame-rame dong yang
mendukung rakyat Indonesia semua bahwa ini
adalah pemilu curang. Kalau berdasarkan
quick count, satu teori quick count sudah kita
patahkan yaitu dikatakan hasil quick count
lembaga survey bayaran mengatakan bahwa
Prabowo kalah di Bengkulu. Begitu di real
count 100% oleh KPU ternyata yang menang
Prabowo-Sandi. Ya jadi kalau di dalam
akademik, itu sudah terbantahkan. Ya artinya
ketika sebuah penelitian mengatakan bahwa di
Bengkulu ini menang Joko Widodo 58%
begitu dibuka kotaknya, kalah. Artinya
penelitian quick count ini gugur. Artinya quick
count ini memang mau menipu rakyat.
04.32-
05.19
Najwa Mas Arief, soal quick count itu, data yang saya
peroleh itu memang margin of errornya besar
di sana. Dan kalau di Jawa Tengah, misalnya,
sampel yang diambil besar, di Bengkulu beda,
lebih kecil, karena mengikuti populasi, dan
nilai margin of errornya memang besar,
bereda-beda karena sebaran TPSnya memang
berbeda.
05.19-
05.41
Arief Begini, Mbak. Kalau Margin of error di dalam
sebuah quick count, saya pun berani bertaruh
sama yang punya lembaga-lembaga quick
count. Dia gak bisa menghitung teorinya atau
rumusnya untuk menarik sampel. Artinya gini,
kan yang diambil 2500, artinya total, jadi 2500
diambillah sampel 2500 TPS dari 800ribu
05.41-
06.18
sekian dengan margin of error kalau gak salah
kalau 2500, satu poin atau dua poin. Kalau ada
kertas saya itung tuh.
Segmen 3: Prabowo-Sandi Tak Akan Akui Legitimasi Pemilu
VT (Berita online soal kesalahan input data oleh
KPU)
00.05-
00.31
Najwa Saling tuding kecurangan, sampai
kemudian yang terakhir soal relawan
Jokowi-Ma’ruf yang akan memberikan 1
Milyar jika ada bukti, seratus milyar, jika
ada bukti kecurangan yang terstruktur dan
masif. Lagi-lagi ini bentuk sindirankah akan
memberikan sejumlah uang milyaran begitu
kalau ada bukti kecurangan? Ini sesuatu
yang menurut Anda dirancang oleh TKN
untuk menyindir BPN?
00.33-
01.03
Adian Nggak, kita tidak pernah membuat hal
seperti itu. Tapi kalaupun ada kelompok
lain diluar dari TKN melakukan itu ya
selama uang mereka dapatkan secara bener
tidak ajdi persoalan, terserah saja. Apakah
maksudnya menyindir? Nggak juga.
01.03-
01.17
Najwa Tapi bukankah TKN pun juga memiliki
bukti kecurangan. Jadi ya harus diakui ada
kecurangan dalam pemilu kemarin?
01.18-
01.23
Adian Bahwa pemilu pasti tidak sempurna iya.
Dengan delapan ratus ribu TPS dengan luas
yang sangat luar bisa seperti sekarang
17.400 pulau, sebarannya sangat luas, akan
ada yang tidak sempurna itu pasti. Makanya
kita akan pake toleransinya nanti seberapa
persen curangnya kemudian berapa persen
yang bisa ditoleransi. Kenapa? Banyak
faktor. Orang tidak mengerti bagaimana
menulisnya, keterlambatan pendataan, ada
banyak faktor dan setiap pemilu ke pemilu
pasti ada, apakah itu antar caleg, antar
partai, apakah itudi pilpresnya atau di
01.24-
02.38
pilegnya. Tapi kan yang penting begini
misalnya, kalau kemudian pemilu ini sudah
selesai lalu dibatalkan, pemilu ini kan
berbarengan pilpres dan pilegnya. Yang
batal pilpresnya saja atau dengan pilegnya?
Kalau dengan pilegnya, kasian dong temen-
temen gerindra yang udah menang. Ribuan
orang loh itu dari gerindra yang menang,
dari DPR RI, Provinsi, sampai kabupaten.
Dan yang sudah menang yang lain
bagaimana? Masa mau diulang terus pasang
spanduk lagi? Bikin kaos lagi, bikin stiker
lagi. Jangan lah, kasian juga. Artinya jangan
lah kemudian dikorbankan temen-temen
kita nyaleg lagi hanya karena untuk ambisi
satu-dua orang saja. Hargai keringat
mereka.
Segmen 7: Najwa Pegangi Tangan Adian dan Poyuono
Najwa-
Closing
Masih juga caci maki berhamburan di mana-
mana. Walau pencoblosan sudah berlalu
cukup lama. Kampanye delapan bulan tak
cukup puaskan nafsu, untuk mencabik
mereka yang dianggap seteru. Seakan tidak
ada laga-laga penting berikutnya. Perjalanan
macam akan berhenti hanya di sini saja.
Mengapa sulit memaknai hakikat kompetisi
sampai meluluhlantahkan lawan jadi obsesi.
Bukankah tanpa lawan tak ada prosses
kontestasi? Permusuhan ialah ciri perang,
bukan demokrasi. Rival bukanlah musuh tapi
hanya sekedar lawan. Rival bisa dikalahkan
tapi tidak untuk dihancurkan. Ambang
minimalnya peraturan, ambang maksimalnya
kemanusiaan. Titik medianya adalah
persatuan.
09.25-
10.08
4. Tanggal : 8 Mei 2019
Judul Episode : Demi Demokrasi
Segmen 1: Cerita Keluarga Petugas KPPS yang Meninggal
Najwa Selamat malam, selamat datang di Mata
Najwa. Saya Najwa Shihab, tuan rumah
Mata Najwa. Pemilu serentak pertama telah
dilewati, hampir dua ratus juta warga
berpartisipasi. Kertas yang diisi dan dihitung
sampai lima buah, bekerja untuk pemilu ini
menjadi amat lelah. Belum lagi kondisi
geografis negeri yang begitu beragam,
medan yang berat kerap menyulitkan
pergerakan. Di tengah tekanan para
pendukung kontestan, petugas pemilu
bekerja dalam kecemasan. Ratusan petugas
akhirnya meninggal dunia, menjadi korban
demi menjaga setiap suara. Siapa yang
pantas diminta pertanggungjawaban? Masih
layakkah pemilu serentak dipertahankan?
Inilah Mata Najwa, Demi Demokrasi.
00.27-
01.11
Segmen 2: Curhat Beratnya Kerja Petugas KPPS
Najwa Dokter, tapi kelelahan yang luar biasa itu
memang bisa berbahaya dan bisa berakibat
kematian?
09.06-
09.13
dr. Ari
Fahrizal
Secara langsung saya bilang tidak. Jadi kalau
kita bicara soal bagaimana
seseorang....artinya kalau ketika kita melihat
seseorang itu sakit maka pertama kali yang
kita lihat adalah kapan dia sakit, kemudian
kita tarik ke belakang awal dia sakit, berarti
dia sehat. Kemudian hal-hal yang kita lihat
adalah apakah ada penyakit kronis atau tidak
padaorang tersebut, kemudian yang kita
tanya lagi apa faktor pencetusnya? Nah,
tentu di sini dengan kerja yang luar biasa tadi
kelelahan ya, bekerja sampai 24 jam, ini bisa
09.14-
10.01
jadi faktor pencetus. Kalau memang dia
menderita penyakit kronis, sebagai contoh
mislanya penderita hipertensi, tentu dengan
kondisi tersebut darahnya bisa naik dan dia
mengalami tekanan darah tinggi maka
stroke, misalnya.
Najwa Baik, maka itu jadi penting pemeriksaan
awal dalam bentuk surat kesehatan tadi.
10.02-
10.06
dr. Ari
Fahrizal
Iya salah satunya, tapi juga seberapa besar,
artinya seberapa lengkapnya pemeriksaan
tersebut. Karena kita mesti tau memang
faktor pasien-pasien di atas 40 tahun itu
medical check upnya juga mesti lebih
lengkap misalnya.
10.06-
10.20
Najwa Oke, terimakasih Pak Dekan. Saya ingin ke
Bang Farid, ketika itu Anda sempat cek
kesehatan dulu dan sebagainya, atau seperti
apa?
10.20-
10.32
Farid Nggak. 10.32
Najwa Nggak? Tidak dimintai juga? 10.33-
10.34
Farid Seingat saja tidak. 10.36
Najwa Tidak ada? 10.36
Farid Tidak. Saya cuman disuruh membuat surat
pernyataan netralitas, cuma berikrar, dapet
sosialisasi dan bimbingan teknis, abis itu
yaudah.
10.37-
10.53
Najwa Bisa gambarkan ke kami, seberapa rumit,
seberapa complicated tugas KPPS dan juga
anggotanya?
10.54-
11.00
Farid Sebenernya proses dari pagi sampai jam satu,
ketika pemungutan suara itu umum, pada
umumnya lah, semua orang juga tahu.
Kemudian jam satu selesai, kita menghitung
surat suara. Ketika menghitung surat suara
juga nggak ada masalah. Umumnya gak ada
masalah. Orang juga banyak yang
mengalami dan melaksaakan itu jadi gak
terlalu rumit sebenernya. Paling ada
beberapa masalah kalau surat suara salah
11.01-
12.05
masuk kotak. Mestinya surat suara DPR RI,
masuknya DPRD Provinsi, atau surat suara
DPD masuk ke DPRD kota, gitu. Paling itu
aja. Tapi yang paling berat yang saya alami
itu adalah mengisi form C1 itu. Itu pekerjaan
yang paling berat, paling nyebelin, hampir
semua temen-temen KPPS itu ngeluhnya pas
ngisi form itu.
Najwa Dan itu banyak sekali kan? 12.05
Farid Ya lumayan tebel. 12.06
Najwa Ratusan itu? 12.08
Farid Saya gak mau ngitung deh, Mbak, udah
males saya.
12.10-
12.12
Segmen 6: Evaluasi Pemilu Serentak
Najwa Saya tidak mau mencari siapa yang salah sih,
cuma kan undang-undang itu yang bikin
DPR dan pemerintah ya. Bagaimana, Bang
Mardani? Ketika menyusun itu, memang
tidak terpikirkan sama sekali atau karena
belum realnya akhirnya....
01.47-
01.58
Mardani Kalau tanggung jawab, harus tanggung
jawab, ya. Jadi gini, waktu itu kan prosesnya
untuk pemilu yang sekarang dari TPS tidak
dibawa ke PPS desa, kelurahan, tidak ada.
Dia langsung jumping, dari TPS ke
kecamatan. Harapannya dengan memangkas
proses, awalnya proposalnya tidak
kecamatan, tapi kabupaten/kota. Tapi
ternyata gak kelar itu, rentang wilayah
dengan waktu....
01.59-
02.26
Najwa Jadi sesungguhnya ada penyesuaian-
penyesuaian yang sudah dilakukan?
02.26-
02.28
Mardani Iya, harapannya ingin lebih efektif, gitu loh
sehingga lebih cepat. Tetapi ketika dalam
PKPU karena setiap peraturan KPU,
Bawaslu, DKPP, berkordinasi dengan kami,
02.28-
03.01
kami langsung juga membuat. Termasuk
yang terakhir, itu tiap TPS ada saksi negara
satu dibawah Bawaslu. Ternyata syaratnya
SMA, minimal 25 tahun. Nggak ketemu tuh
813 ribu TPS, cuma 75%. Akhirnya kita buat
beberapa fleksibilitas.
Najwa Ok. Mbak Beti apa lagi berarti yang
kemudian menjadi masalah sekarang?
03.02-
03.05
Beti Jadi curhat, Mbak... 03.06
Najwa Gapapa, boleh. 03.07
Beti Tugas KPPS itu tidak hanya dilakukan saat
pemungutan suara. Tugas KPPS itu
bebannya tidak hanya di lokasi TPS. Ketika
dibimtek, itu adalah rangkaian yang harus
dilalui oleh KPPS.
03.08-
03.21
Najwa Bimtek ini bimbingan teknis? Jadi yang
memang penyuluhan untuk semua petugas?
03.21-
03.27
Beti Betul, karena ini sangat baru di pemilu 2019.
Lalu, mereka juga harus sosialisasi satu
minggu sebelum hari H kepada publik
bahwa tanggal 17 April kita akan ada
pemilihan umum. Lalu harus mengisi form
C6, surat pemberitahuan kepada pemilih
berdasarkan DPT terakhir yang kemudian
harus diantar satu demi satu ke rumah
pemilih untuk kemudian menjadi dasar
pemilih terdaftar dalam DPT dan datang ke
TPS. Lalu mereka juga harus mencari dan
membangun TPS secara mandiri, dan
anggaran negara hanya 1,6 juta rupiah per
TPS.
03.27-
04.01
Najwa Dan tadi sempat dibilang dipotong pajak lagi
yang 500 ribu, Mbak.
04.01-
04.04
Beti Betul. Itu anggaran honor yang disiapkan
oleh negara itu ketua 550, lalu anggota
500ribu, itu potong pajak. Makanya juga...
20 ribuan ya, mas, seharian. Dan kemudian
snack 20ribuan. Jadi itu yang negara.
PPKPPS, PPK itu hanya 1,8 juta dan PPS, itu
ketua ya Mbak, itu 900 ribu dari negara. Dan
04.04-
04.39
mereka bekerja, kalau Mbak lihat sekarang,
rekap tingkat kecamatan itu luar biasa. 17
hari ternyata kurang untuk DKI Jakarta, dan
honor mereka hanya itu 1,8 juta.
Najwa Untuk keseluruhan total? 04.40
Beti Iya. 04.41
Najwa Dengan kerja seperti tadi 24 jam? 04.42
Beti Itu situng, Mbak. 04.44
Najwa Itu baru situng tuh? 04.45
Beti Betul. Kalau rekap itu jauh lebih kompleks.
Misalnya sekarang di Cakung itu ada 13
kelas paralel, 17 harian, itu saja belum cukup
untuk DKI Jakarta.
04.45-
04.49
Najwa Baru DKI, belum kita bicara daerah-daerah
di pelosok.
04.50-
05.02
Beti Iya, saya membayangkan tadi melihat...kami
sendiri atas nama KPU mengapresiasi,
berempati, bersimpati terhadap kerja-kerja
ujung tombak kami semua, KPPS, PPK, dan
PPS se-DKI Jakarta.
05.02-
05.16
Segmen 7: Demi Demokrasi
Najwa Pelaksanaan demokrasi memang tidak
sederhana, banyak tahapan dan rincian yang
sarat tata cara. Namanya juga melibatkan
partisipasi jutaan warga, pasti menyita harga
ekstra dan tenaga luar biasa. Ribuan petugas
bekerja menembus medan yang berat,
begadang berhari-hari dalam rekap yang
berlarat-larat. Tetap saja kematian ratusan tak
bisa ditolerir, sistem yang tumbalkan nyawa
tak layak diakomodir. Para petugas adalah
warga yang harus dilindungi, mereka layak
diapresiasi dan bukannya malah mati.
Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh,
agar lima tahun lagi tidak ada yang terbunuh.
Tak perlu ragu untuk mencari format
05.23-
06.14
alternatif, asal jangan dipakai demi motif
politik yang sempit. Bukankah demokrasi
untuk melindungi sang warga? Tak boleh ada
lagi pemilu yang merenggut nyawa.
5. Tanggal : 15 Mei 2019
Judul Episode : Adu Lantang Jelang Penentuan
Segmen 1: BPN Tak Percaya Mahkamah Konstitusi
Najwa Selamat malam, selamat datang di Mata
Najwa. Saya Najwa Shihab, tuan rumah
Mata Najwa. Tinggal seminggu tenggat
penghitungan hasil pemilu, dentang
menuju 22 Mei sudah bertalu-talu.
Semua kubu bersiap-siap menjadi
pemenang seraya menuding yang lain
sebagai pecundang. Begitu ada yang
memulai klaim sarat arogansi, sudah tak
ada lagi yang bisa menahan diri. Yang
terjadi adalah adu lantang yang
memekakkan, retorika yang melulu sarat
dengan ancaman. Masih adakah jalan
keluar dari kebuntuan? Mengapa pemilu
tak jua mampu akhiri perseteruan? Inilah
Mata Najwa, Adu Lantang Jelang
Penentuan.
00.27-
01.09
VT 01.10-
02.16
Najwa Satu minggu lagi KPU menetapkan
pasangan presiden dan wakil presiden
terpilih. Namun gaung penolakan hasil
penghitungan KPU terus dilontarkan dari
pasangan nomor urut dua.
02.22-
02.34
VT 02.35-
03.49
Najwa Hari-hari yang gaduh menuju pentapan
tak henti-hentinya suara klaim
kemenangan. Saling tuding hingga adu
argumentasi terus diserukan dua kubu.
Kembali Mata Najwa hadirkan dua kubu
untuk di tujuh hari menuju 22 Mei
penetapan KPU.
Baik, satu minggu lagi. Persis nanti
minggu depan, hari Rabu juga tanggal 22
Mei seharusnya sudah selesai. Tetapi
kemarin kita dengar jagoan Anda, Mas
Riza, tadi mengatakan akan menolak
hasil penghitungan KPU...
03.54-
05.07
Patria Riza Kalau curang. 05.08
Najwa Kalau curang. Oh jadi belum tentu
curang?
05.08-
05.10
Patria Riza Ya kan fakta dan data menjelaskan
bahwa banyak sekali proses kecurangan.
05.11-
05.17
Najwa Jadi akan menolak? 05.18
Patria Riza Ya kita akan lihat nanti
perkembangannya seperti apa. Ini kan
sangat dinamis, tapi sejauh yang kami
kumpulkan data-data dari mulai regulasi
hingga hari ini semua dirancang
direkayasa sedemikian untuk
kemenangan petahana 01. Mulai dari
pembuatan undang-undang, presiden
treshold yang 20% yang melanggar
HAM, demokrasi, undang-undang, kami
protes sampai kami walk out nanti akan
terjadi..kan terbukti sekarang. Kalau
kemarin 0% tidak seperti ini
kejadiannya. Kemudian juga cuti
kampanye presden. Kan terbukti berapa
kali susah membedakan antara cuti
kampanye dan tidak kampanye. Banyak
sekali di masa kampanye presiden
05.19-
06.13
menggunakan instrumen pemerintah,
mengumpulkan camat, kepala desa,
aparat desa, dengan alasan lain-lain tapi
itu disebutnya kampanye tersembunyi.
Jadi banyak sampai dengan PERPPU
ormas....
Najwa Tapi acara kemarin itu tujuannya apa?
Karena kan sesungguhnya soal akan
menolak, soal kecurangan dan
sebagainya, itu kerap kali sudah
dilontarkan oleh Pak Prabowo dan juga
teman-teman BPN. Kemarin sampai
konferensi pers khusus.....
06.14-
06.27
Patria Riza Kemarin itu bukan konferensi pers,
kemarin itu adalah satu acara silaturahmi
ya, memang sudah lama kita tidak
berkumpul, kemudian juga ingin
menjelaskan perolehan suara
berdasarkan C1 yang kami kumpulkan.
Kemudian juga itu acara menjelaskan
apa sih kecurangan yang ada selama ini...
06.27-
06.49
Najwa Jadi tujuannya ekspose publik? 06.50
Patria Riza Iya dong kita ekspose publik. Kita kan
harus terbuka, harus transparan, tidak
bisa bicara di belakang apalagi tidak
didukung data-data. Itulah harinya.
Kemudian kita ingin mengajak seluruh
masyarakat Indonesia untuk melek
politik, melek demokrasi, marilah kita
bangun bangsa ini dengan demokrasi
yang berkualitas. Itu yang lebih penting.
06.50-
07.08
Najwa Oke, Mas Arya Bima, kemarin sempat
menyimak ekspose publik tadi? Acara
simposium, ada cuplikannya tadi...
07.12-
07.19
Arya Bima Saya lagi menyimak ini, adu lantang ini.
Bahasa puitisnya Mbak Najwa ini
memang luar biasa bahwa adu lantang
sampai suara serak saya kira sah-sah saja
yang penting tanggal 22 itu adalah
kesepakatan kita sesuai konstitusi yang
07.20-
07.47
tidak bisa ditolak yang tidak bisa
dihindari bahwa KPU harus memutuskan
siapa yang menang siapa yang kalah, itu
dulu.
Najwa Oke, tapi kemarin ketika menyimak Pak
Prabowo apakah menangkap itu akan
dilakukan 22 Mei? Karena kalau yang
saya tangkap belum selesai.
07.47-
07.54
Arya Bima Selesai atau tidak selesai, undang-
undang yang saya buat di DPR bersama
Pak Patria, itu sepakat tanggal 22 besok
harus diumumkan hasil pileg dan pilpres.
Bukan hanya pilpresnya. Masa akhirnya
harus diumumkan. Itu adalah imperatif,
instruktif harus diumumkan. Nah
menanggapi menang dan kalah,
mendekati tanggal 22 memang sah sah
saja untuk mengatakan berbagai
pengkritisan tentang kinerja. Mengkritisi
ya, bukan mencurigai apalagi
mendeklarasikan hasil bahwa KPU
curang, tidak akan mengakui, itu tidak
bener. Tadi ada tanda koma curang.
Kecurangan seperti apa? Semua
mekanisme kecurangan yang terjadi itu
sudah diatur penyelesaiannya sampai
pada tahapan yang paling tinggi di
Mahkamah Konstitusi, yaitu sengketa
pemilu. Ini adalah aturan yang kita buat.
Kalau ada alasan-alasan Pak Patria yang
dikatakan tadi proses pembuatan
undang-undang ada gesekan-gesekan itu
udah selesai, kita udah sepakat, tanda
tangan sebelum pilpres dan pileg, partai
politik, timses, dan paslon tanda tangan
menyepakati untuk mentaati bahwa
peraturan ini adalah ternyata sepakat.
Semua punya peluang kalah, semua
punya peluang menang. Itu sah. Kenapa
07.55-
09.26
sekarang diingkari? Gak bisa Pak Patria
mengorek-ngorek kembali, itu kan....
Patria Riza Bukan diingkari, justru adalah ini bagian
dari strategi petahana. Kita paham kok,
gitu loh. Ketika pilkada kita bisa bikin
karena kita punya kepentingan yang
sama. Tapi ketika pilpres, beda
kepentingan. Petahana punya
kepentingan dan mengedepankan
kepentingannya daripada kepentingan
publik yang lebih besar. Makanya
presiden treshold itu kan kami paham
pak menteri bilang silahkan semua
dibahas, untuk presiden treshold
pokoknya harus 20%.
09.25-
09.53
Arya Bima Sebagai peserta, Pak? 09.55
Patria Riza Loh kami sebagai peserta, tapi kan kami
paham.
09.55-
09.57
Arya Bima Ini kan persoalan KPU... 09.58
Patria Riza ...di DPR itu kan urusannya bukan benar
salah, urusannya adalah banyak atau
sedikit jumlah karena akhirnya voting
kok.
09.58-
10.05
Arya Bima Kan kita sepakati, artinya sama-sama
bahwa aturan ini fair ya. Kamu punya
peluang untuk menang, dan kami punya
peluang kalah....
10.06-
10.13
Patria Riza Ya tapi tidak berarti kami menyetujui, ini
bagian dari koreksi. Ke depan kita akan
koreksi terus. Pak Prabowo
menyampaikan, kita akan kembali ke
0%. Itu bentuk komitmen kami untuk
membangun demokrasi yang berkualitas.
10.13-
10.25
Arya Bima Tapi tidak menegasikan kesepakatan
kita.
10.25-
10.26
Patria Riza Boleh dong kita kecewa dengan hasil
yang sebelumnya karena akan
berdampak sekalipun ini jalan terus,
boleh...
10.26-
10.33
Arya Bima Yang saya persoalkan, mengapa Pak
Patria menegasikan kesepakatan
konstitusional undang-undang itu yang
kita buat bareng-bareng.
10.33-
10.40
Patria Riza Bukan menegasikan. Itu boleh, bentuk
kritik kami bahwa itu proses yang sudah
berjalan dan memang kami tidak setuju
hingga hari ini.
10.40-
10.47
Najwa Itu kalau bicara proses sebelum pemilu
dilakukan. Nah sekarang pemungutan
suara sudah dilakukan, KPU sekarang
sedang merekapitulasi hasil. Hari ini,
Bang Riza, saya ingin konfirmasi ke
Anda, hari ini kencang sekali suara-suara
dari BPN, tidak akan membawa
persoalan hasil penghitungan ke MK.
Jadi tidak akan menggunakan jalur
Mahkamah Konstitusi. Apakah itu sikap
resmi BPN?
10.48-
11.14
Patria Riza Begini. Yang pertama, undang-undang
telah mengatur, laporan ke Bawaslu
kalau ada kekecewaan, pelanggaran,
kecurangan. Kami lakukan. Apakah
berhasil? Banyak yang tidak berhasil.
Kenapa? Kami kecewa karena sistemnya
sentragakumdu itu ada Bawaslu, ada
kepolisian, ada kejaksaan. Nyata-nyata
kami selalu dikalahkan karena ada dua
instrumen di bawalsu itu adalah bagian
dari pemerintah. Contoh yang sederhana,
ketika kami protes terhadap camas yang
jelas ASN, viral kampanye itu harus
dipecat bahkan dipenjarakan. Ketika ada
kepala desa yang selfie sama Sandi,
dipenjarakan hingga hari ini. Dimana
keadilannya? Ternyata kata Bawaslu,
kami sudah proses, tindak lanjut. Tapi
kan kembali pada kepolisian, kejaksaan,
itu satu contoh saja. Banyak contoh.
11.14-
12.04
Najwa Jadi artinya... 12.05
Patria Riza Jadi artinya apa? Semua kami lakukan
sesuai konstitusi, pengadilan termasuk
MK. Tapi kami terus terang meyakini
apapun yang kami lakukan kami tidak
akan dimenangkan. Karena rezim yang
sekarang ini berbeda.
12.05-
12.16
Najwa Tetapi saya ingin dapat konfirmasi,
apakah ya akan ke MK atau tidak akan
mengambil jalur MK?
12.19-
12.24
Patria Riza Banyak kekecewaan kami yang luar
biasa. Dulu Ibu Mega tahun 2004 ke MK.
Kami, Bu Mega, Pak Prabowo ke MK.
2014 kami ke MK. Hari ini apakah ke
MK? Kita akan lihat perkembangannya
nanti...
12.24-
12.37
Najwa Jadi belum pasti.... 12.37
Patria Riza ...sejauh ini kami banyak kekecewaan
dengan putusan MK. Apalagi MK
kemarin juga memutuskan, mohon maaf
ya, MK hakim, tidak semua ya kami
kecewa dengan hakim-hakim yang ada,
tidak semua. Tapi kan ketika dengan
memutuskan presiden treshold di MK
adalah open legal policy, di situ kita bisa
melihat bahwa MK ini mengikuti naluri
keinginan petahana, penguasa,
pemerintah, bukan demokrasi.
12.38-
13.00
Najwa Jadi prinsipnya tidak percaya MK? 13.00
Patria Riza Pasti. 13.03
Najwa Tidak percaya bawaslu? 13.04
Patria Riza Bukan tidak percaya bawaslu, justru
kami percaya bawaslu tapi bawaslu diisi
sentragakumdu ada kepolisian dan
kejaksaan yang mana dua instrumen ini
bagian dari pemerintah. Itu masalahnya.
Justru bawaslu banyak menegakkan
keadilan, kebenaran, tapi kami kalah.
13.04-
13.21
Najwa Baik. 13.22
Segmen 7: Adu Lantang Jelang Penentuan
VT
wawancara
Ma’ruf
Amin
00.05-
00.29
Najwa Kapan kita bisa dewasa berdemokrasi? Itu
pertanyaan yang diucapkan cawapres 01,
K.H. Ma’ruf Amin. Kita sudah dewasa
belum sih? Bagaimana kita melihat
perjalanan proses kontestasi politik kita?
Sejak awal, sampai sekarang, seminggu
jelang penentuan. Sudahkah kita dewasa
berdemokrasi atau memang mau
mengakui masih anak-anak kok kita
dalam demokrasi. Bang Riza, sudah
dewasa?
00.30-
00.56
Patria Riza Ya kita bersyukur sebetulnya dari pemilu
ke pemilu, pilkada ke pilkada, kita bisa
melalui dnegan baik. Sekalipun setiap
pilkada, pemilu, ada saja hal-hal baru bagi
masyarakat Indonesia. tapi kita bisa
melaluinya dnegan baik. Kita bersaudara,
berpolitik bisa berbeda pendapat,
pasangan bisa beda pilihan, tapi akhirnya
kita bisa bersatu. Kita memahami
pentingnya ideologi kita pancasila
sebagai pemersatu. Jadi tidak usah
berlebihan menyikapi ini semua. Yang
penting, sekali lagi, semua
mengedepankan kepentingan bangsa dan
egara. Itulah yang sering kami sampaikan.
Sekarang ini bolanya ada di pemerintah,
karena pemerintah yang punya kekuatan
program, anggaran, alat, instrumen.
Bahkan senjata kan dibawah kekuasaan
pemerintah. Jadi pemerintah yang harus
lebih hati-hati, cermat, teliti, dan harus
adil. Kalau itu bisa dilakukan pemerintah,
insyaAllah tidak ada masalah yang luar
00.56-
02.14
biasa. Semua demokrasi ini akan baik dan
kita bangga sebagai negara demokrasi
terbesar ketiga di dunia. Sekarang adalah
cobaan yang paling berat memang. Setiap
pemilu, pilkada, cobaan kita semakin
berat. Hari ini paling berat, tapi kita yakin
sejauh kita seluruh masyarakat Indonesia
dengan pemerintah yang bisa
menunjukkan keadilan insyaAllah kita
lalui dengan baik.
Najwa Cobaan yang paling berat sekarang.
Sependapat?
02.14-
02.17
Ace Hasan
Sadili
Ya saya kira yang paling penting
sesungguhnya adalah dalam demokrasi,
prinsip dasarnya bahwa kita siap menang
dan siap kalah. Konstitusi kita, aturan
yang kita buat, itu sesungguhnya
memberikan ruang di mana kita bisa
menyelesaikan persoalan mengenai
demokrasi kita dengan cara-cara yang
lebih beradab. Kita sudah melaksanakan
pemilihan presiden secara langsung itu
sudah 4 kali, dan tentu kita lihat bahwa
proses tersebut bisa diselesaikan dengan
baik. Tentu yang kalah harus menerima
kekalahan. Yang menang jangan jumawa
dan jangan mensoraki. Itu prinsip kita
semua. Karena apa? Karena tujuan dari
pilpres dan pileg ini adalah justru kita
ingin mencari pemimpin yang terbaik.
Kalau ada kekurangan tentu kita bisa
selesaikan. Nah oleh karena itu, Mbak
Nana, yang terpenting buat kita apalagi
ini bulan Ramadhan, seharusnya para
tokoh publik menjaga tutur kata,
menciptakan suasana yang betul-betul
sebagaimana halnya bulan Ramadhan ini
penuh berkah. Ya kita harus jaga
kebersamaan kita sebagai sebuah bangsa.
Kita bangun silaturahmi, kita bangun
02.18-
03.44
ukhuwah, baik ukhuwah islamiyah
maupun ukhuwah watoniyah karena itu
adalah prinsip kehidupan berbangsa dan
bernegara kita.
Najwa Ukuran berdemokrasi yang kalah
menerima kekalahan, yang menang
katanya bisa merangkul begitu ya.
Merangkul yang kalah. Itu juga prinsip
Anda?
03.45-
03.53
Novel Jadi semua pasti paham kalah menang itu
biasa dalam hal apapun. Cuma yang kita
masalahin, kalau ada kecurangan gak
boleh kita diam karena terlalu murah kita
membela partai membela pemimpin,
hanya yang kita bela adalah prinsip-
prinsip daripada keadilan. Siapapun yang
menegakkan keadilan, disitulah adanya
kita. Siapapun yang menentang keadilan,
disitulah yang kita lawan. Itu yang akan
kita perjuangkan sampai saat ini.
03.54-
04.17
Najwa Oke, Mas Arya Bima? 04.18
Arya Bima Ya, tidak ada aturan ataupun lembaga
yang bisa membatalkan hasil pemilu.
Adanya adalah menyelesaikan sengketa
pemilu. Jadi satu keniscayaan bahwa
nanti ada kontestasi, pemilu ini siapa yang
menang dan siapa yang kalah. Dan
menurut saya, dalam hal
memperjuangkan kepentingan rakyat,
kepentingan bangsa, tidak ada kata kalah.
Kita hanya kalah dan menang di
kontestasi. Suatu saat begitu selesai nanti
kontestasi lagi. Jadi tidak perlu kita
membela mati-matian, bertempur habis-
habisan di kontestasi. Saya pernah kalah
dua kali dalam hal pilpres. Kita pun juga
insyaAllah menang dua kali. Kita tidak
akan merendahkan bagi yang kalah dan
kita tidak akan congkak dan sombong
bagi yang menang. Saya berharap bahwa
04.19-
05.29
proses pendewasaan demokrasi, saat ini
terutama pilpres dan pileg yang
dilaksanakan bersama-sama dengan
berbagai dinamika yang ada, baik
buruknya, nanti kita akan duduk bareng
lagi mencari formulasi yang pas, baik,
bagus buat Indonesia itu apa. Semua
adalah pembelajaran dan menurut saya
kontestasi ada kalah menang, tapi
memperjuangkan kepentingan rakyat
tidak ada kalah menang.
Najwa Oke, Pak Feri, singkat saja. 05.33
Feri
Amsari
Ada hikmah yang bisa diambil dalam
kasus di Amerika. Ketika diumumkan
kemenangan Bush, ternyata ditemukan
ada masalah di Florida, yang waktu itu
gubernurnya adik Bush. Nah ketika
terjadi keributan tingkat tinggi luar biasa,
Mahkamah Agung Amerika bilang tidak
dalam persidangan, tapi melalui jubirnya,
hentikan keributan antar bangsa ini.
Kasus ini harus dihentikan. Segera,
seketika itu juga, Algor menelepon Bush,
tuan presiden terpilih, saya Algor
mengakui kemenangan Anda, diri saya
dan seluruh pendukung saya siap
mendukung Anda menyukseskan bangsa
ini. Saya sedang menunggu, siapapun
yang kalah mulai membangun tradisi
ketatanegaraan, menelepon yang menang
lalu berpidato di depan para
pendukungnya bahwa presiden yang
terpilih dengan kerumitan ini adalah
presiden kita. Hentikan keributan. Jangan
pertaruhkan nasib rakyat dengan
kekerasaan maupun berdarah-darah.
Hentikan.
05.24-
06.36
Najwa Baik. Terimakasih banyak sudah hadir di
Mata Najwa. Terimakasih sudah
06.38-
06.46
menyaksikan Mata Najwa malam ini.
Selamat malam. Sampai jumpa.
Transisi 06.49-
06.56
Najwa Demokrasi menjamin kebebasan
berbicara, setiap orang jelas berhak
bersuara. Ruang publik hakikatnya arena
kontestasi untuk menjadi pemenang
perebutan opini. Kita semua yang akan
menjadi makin cerdas saat publik disesaki
argumen bernas. Tapi lebih mudah
menciptakan insinuasi, menjejali publik
dengan polusi agitasi. Yang menggejala
adalah kuat-kuatan berteriak, perang yang
baru kelar saat semua kadung serak.
Argumentasi menjadi tidak berarti lagi,
semua suara akhirnya lindap menuju mati.
Akhirnya semua terbiasa dengan adu
kekuatan. Adu lantang menjelma rimba
raya perkelahian. Tak akan ada lagi yang
namanya demokrasi, ketika hukum tak
diindahkan lagi.
06.56-
07.45
6. Tanggal : 22 Mei 2019
Judul Episode : Setelah 22 Mei
Segmen 1: Jangan Selesaikan di Jalan
Najwa Selamat malam, selamat datang di Mata
Najwa. Saya Najwa Shihab, tuan rumah
Mata Najwa. Siapa yang menduga pemilu
akan memakan korban? Tapi inilah
kenyataan yang sedang terbentang di
hadapan. Deru deram kampanye yang
begitu riuh rendah berlanjut dengan
kericuhan yang sampai memerah. Miris
melewati pemilu seperti ini, proses politik
yang sungguh menyayat-nyayat hati.
00.27-
01.02
Perpecahan kini menjadi ancaman yang
konkrit. Saatnya menagih
pertanggungjawaban para elit. Inilah Mata
Najwa, setelah 22 Mei.
VT 01.03-
01.50
Najwa Sampai saat ini penumpukan massa masih
terjadi di depan gedung Bawaslu, di ruas
Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. Saya ingin
mengajak Anda bergabung dengan reporter
Mata Najwa, Cindy Melody, untuk melihat
bagaimana situasi terkini di sana. Cindy,
apa yang bisa Anda laporkan untuk Mata
Najwa malam ini?
01.56-
02.11
Reporter
Cindy
Najwa, di sepanjang jalan M.H. Thamrin di
area gedung Sarinah, suasana mulai
beranjak kondusif pasca tadi memang ada
pembubaran massa selepas magrib yang
menimbulkan sedikit kericuhan di sekitar
depan gedung Bawaslu ditengarai oleh
adanya lemparan botol kaca ke arah
anggota kepolisian yang diikuti dengan
suara saut-sautan dari petasan dan kembang
api yang memicu warga menjadi ricuh dan
diikuti oleh tembakan peringatan dari pihak
kepolisian dan juga serangan gas air mata.
Memang massa yang dihimbau sudah harus
meninggalkan lokasi belum mau beranjak
pergi dikarenakan ada info mereka
menunggu dari calon presiden nomor urut
02 Prabowo Subianto yang kabarnya akan
menuju Bawaslu untuk berorasi. Sementara
pihak kepolisian sudah menghimbau pada
warga untuk segera meninggalkan lokasi
karena memang sebagai antisipasi untuk
adanya kericuhan lanjutan dan juga
memang di sepanjang Jalan M.H. Thamrin
ini belum ada moda transportasi yang bisa
digunakan karena adanya beberapa
penutupan ruas jalan diakibatkan oleh
02.16-
04.03
barikade-barikade untuk mengamankan
situasi.
Najwa Sepanjang yang Anda tangkap, berbagai
orasi atau berbagai hal yang dilontarkan
oleh orator di depan massa, apa saja yang
mereka tuntut, Cindy?
04.04-
04.14
Reporter
Cindy
Mereka masih memiliki tuntutan yang
sama, yakni meminta untuk
mendiskualifikasi hasil dari pengumuman
pilpres oleh KPU dan juga mereka berorasi
akan terus mengawal tuntutan dan juga
gugatan yang dilayangkan oleh kubu 02
kepada Mahkamah Konstitusi.
04.16-
04.41
Najwa Dibandingkan dengan kemarin malam, saya
tau Anda juga memantau di sana, malam ini
konsentrasi massa lebih besar atau lebih
kecil?
04.42-
04.49
Reporter
Cindy
Dari pantauan yang kami lihat di sini
memang beberapa massa masih terus
memadati area gedung sarinah dan terus
menerus bertambah karena memang
beberapa masih ingin menanti apakah calon
presiden nomor urut 2 akan hadir untuk
berorasi di depan mereka, di depan gedung
Bawaslu ini.
04.50-
05.19
Najwa Selain informasi tadi, nanti saya akan
konfirmasi ke juru bicara BPN yang malam
ini hadir di Mata Najwa. Tapi, apakah ada
tokoh-tokoh BPN lainnya yang sempat
datang untuk menemui massa hari ini?
05.19-
05.32
Reporter
Cindy
Betul Najwa, sore tadi ada Amien Rais
yang berorasi di sekitar pukul 16.30. isi
orasinya mengingatkan kepada TNI, polri,
dan warga agar menahan diri supaya tidak
ada kericuhan dan mengucapkan
belasungkawa atas korban-korban yang
tewas akibat adanya orasi dan unjuk rasa di
berbagai tempat.
05.35-
05.59
Najwa Apakah sudah ada ultimatum jam berapa
massa harus bubar dari kepolisian?
06.00-
06.06
Reporter
Cindy
Sejauh ini kepolisian menghimbau kepada
massa untuk meninggalkan lokasi
maksimal pada pukul 21.00.
06.11-
06.21
Najwa Baik, Cindy Melody melaporkan dari
gedung Bawaslu, terimakasih. Nanti
kembali kita akan melihat situasi di sana.
Untuk sementara, terimakasih Cindy.
Akan ada apa hari ini? Bersama saya di
studio sudah hadir saya perkenalkan ketua
KPU Arief Budiman. Selamat malam, Mas
Arief ada di sebelah kanan saya.
Terimakasih sudah hadir. Menengok ke
sebelah kiri ada ketua Bawaslu, Pak Abhan,
selamat malam Pak Abhan. Di samping
kanan kiri saya hadirkan ada direktur
eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya,
selamat malam Toto. Dan ada direktur
Pusat Studi Konstitusi Universitas Andalas,
Padang, ada Feri Amsari, selamat malam
Pak Feri. Saya perkenalkan paling akhir
tapi sesungguhnya ini paling penting, ada
perwakilan dari TKN dan BPN. Dari TKN
ada Abdul Kadir, selamat malam. Dan ada
juru bicara BPN, Andre Rosiade, selamat
malam.
Baik, sebelum kita mulai, karena tadi kita
sudah melihat bagaimana situasi terkini,
saya ingin kita mendengarkan pernyataan
Kapolri, Tito Karnavian, tentang apa yang
terjadi sepanjang hari ini. Kita akan lihat
pernyataan Tito Karnavian berikut ini.
06.24-
07.44
VT Diduga ada oknum bersenjata seolah-olah
aparat yang memancing amarah massa.
Peristiwa di jam 23.00 sampai dengan
pagi, itu bukan lagi peserta aksi yang tadi,
tapi pelaku yang sengaja, sekelompok yang
sengaja langsung menyerang dan
07.45-
09.22
bertujuan untuk melakukan kerusuhan.
Dalam waktu smeinggu ini, dari polri juga
sudah melakukan penangkapan terhadap
sejumlah orang berikut senjata api yang
bertujuan untuk membuat kerusuhan di
tanggal 22. Ini sudah diamankan. Jadi ini
senjata panjang jenis M4 yang dilengkapi
dengan peredam. Ini kalau ditembakkan,
suaranya gak kedengeran. Kemudian juga
tanpa dilengkapi dnegan fisir, ini artinya
bisa dipake teleskop untuk sniper. Kita
memang sudah mendapat informasi bahwa
akan ada rencana pada saat aksi 22 yang
akan melakukan aksi penembakan
termasuk penembakan terhadap massa,
yang nanti kemudian diciptakan martir
seolah-olah yang melakukannya adalah
dari aparat. Sehingga timbul kemarahan
publik untuk menjadi martir, pembenar
langkah-langkah berikutnya...
Najwa Itu pernyataan kapolri, Tito Karnavian,
siang tadi. Baru saja polda juga
mengeluarkan pernyataan soal
ditangkapnya 257 tersangka di TKP, kita
akan dengarkan pernyataan selengkapnya.
09.26-
09.39
VT Polda rilis terduga provokator aksi massa
Ada uang lima juta juga, mana? Nah, ada
uang lima juta ini untuk operasional untuk
yang di petamburan. Terus kemudian sama
ya. Mungkin saya jelaskan bahwa yang
bersangkutan dikenakan pasal 170 KUHP,
dan pasal 212, pasal 214, pasal 217... saya
ulangi pasal 218. Dan yang di petamburan
ada tambahan pasal 187 yaitu
pembakaran, di petamburan itu. Jadi
bahwa pelaku-pelaku ini yang kita
amankan, yang kita tangkap sebanyak 257
ini, ada yang nyuruh dan sudah mensetting
kegiatan. Jadi bahwa tadi saya jelaskan
09.40-
12.41
ada uang lima juta, dan uang yang
diamplop ini. Jadi yang diamplop ini uang
perorangan, ada nama-namanya,
sedangkan yang lima juta untuk
operasional kegiatan tersebut. Setelah kita
tanyakan uang itu dari mana, ada dari
seseorang yang sampai saat ini masih kita
cari, kita gali. Jadi penyisik nanti bertugas
untuk mencari siapa seseorang itu yang
telah memberikan dana operasional dan
amplop. Jadi ini sudah... perusuh ini
disuruh dan disetting. Kemudian bahwa
para tersangka yang tadi disuruh itu
berasal dari luar Jakarta, dan kemudian
dari Jawa Barat datang ke Sunda Kelapa,
ketemu beberapa orang di sana yang
sedang kita cari dan merencanakan
menyerang asrama polisi di petamburan.
Ini ada barang buktinya, ada rekamannya.
Jadi udah disetting untuk melakukan
penyerangan ke asrama polisi di
Petamburan. Sudah ada buktinya, sudah
kita kantongi di situ.
Najwa Itu tadi pernyataan dari Polda soal sejumlah
provokator yang sudah ditangkap dan
beberapa skenario kericuhan yang
dipersiapkan. Saya ingin ke Mas Arief,
ketua KPU. Proses politik yang sedemikian
panjang, dari mulai persiapan, kampanye
yang rasanya juga sangat panjang, proses
rekapitulasi yang lebih dari sebulan dan
kemudian kini kita lihat demo dan
kericuhan. Anda sebagai ketua KPU,
melihat ini sebagai sesuatu yang sudah bisa
diprediksi sesungguhnya atau diluar dugaan
sama sekali?
12.42-
13.15
Arief Kekecewaan, kegelisahan, termasuk
kemarahan, sebenarnya itu hal yang wajar
dari setiap pemilu. Saya mengikuti proses
pemilu dan terlibat di dalamnya sejak
13.16-
14.38
pemilu 1999. Tetapi pemilu kali ini
memang menurut saya ini berlebihan. Saya
pikir semuanya harus menahan diri dan bisa
melihat, memahami, apa yang seharusnya
harus dikerjakan atas putusan yang sudah
dibuat. Jadi cara merespon harus sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku karena undang-undang sudah
menyediakan semua ruangnya sejak
tahapan itu dimulai. Ketika kita menyusun
regulasinya, ruangnya ada, dibahas di KPU,
dibahas di pemerintah dan DPR. Ketika kita
melakukan pemutakhiran data pemilih,
kampanye, ditribusi logistik, kalau
prosedurnya dianggap salah ada ruang
pengaduannya di Bawaslu. Sampai
terakhir, ketika KPU menetapkan hasil
pemilu dan tidak puas terhadap hasilnya
maka Mahkamah Konstitusi diberikan
kewenangan untuk memeberikan proses
penyelesaian sengketanya. Jadi tentu
undang-undang sudah membuka ruang
yang cukup maka jangan selesaikan di
jalanan gitu loh.
Najwa Mas Arief, ketika Anda katakan respon
yang sekarang berlebihan itu Anda
mengacu ke aksi-aksi di jalanan saat ini?
14.38-
14.45
Arief Ya saya kan melihat banyak masyarakat
kemudian menjadi korban juga sebetulnya.
Kepentingan umum misalnya, akses jalan
ke titik-titik tertentu kemudian menjadi
tidak lancar lagi. Bahkan saya tadi malam
harus menuju ke beberapa tempat harus
muter sana muter sini, jalan macet. Saya
pikir ini harus jadi perhatian kita bersama.
Tanggung jawab kita bersama, bukan hanya
menjadi tanggung jawab salah satu pihak.
14.45-
15.14
Najwa Saya ingin ke bawaslu, Pak Abhan,
penumpakan massa di depan kantor Anda
15.15-
15.21
nih, sudah dua hari. Aktivitas pegawai
seperti apa di sana?
Abhan Alhamdulillah aktivitas pegawai tetep
jalan. Kami juga harus tetap melakukan
pelayan publik. Satu contoh, misalnya,
penerimaan laporan dugaan pelanggaran
administratif itu kan juga dibatasi waktu.
Kalau itu melampaui waktu kan bisa
kadaluwarsa. Jadi kami tetap melakukan
fungsi-fungsi pelayanan terhadap
masyarakat.
15.22-
15.44
Najwa Bawaslu sudah memprediksi ini akan
terjadi? Sudah mencium baunya mulai
berbagai hal yang terjadi sebelum ini?
15.44-
15.51
Abhan Ya kalau sebelum penetapan perolehan
suara ini kemarin juga sudah banyak aksi-
aksi, demo-demo di bawaslu kan. Artinya
bahwa asumsi kami ketidakpuasan itu ada.
Tetapi mestinya tidak sampai pada hal yang
merugikan masyarakat, ada kerusuhan dan
sebagainya.
15.51-
16.11
Najwa Kan demonya, orasinya di depan kantor
bawaslu. Itu kira-kira memang ditujukan ke
Anda? Anda melihat ini ditujukan ke
Bawaslu atau Bawaslu hanya dijadikan
tempat untuk menyuarakan? Orasi-orasinya
kan tadi reporter Mata Najwa bilang minta
didiskualifikasi, soal kecurangan, dan lain
sebagainya. Ini Bawaslu yang diprotes atau
bagaimana Anda melihatnya?
16.12-
16.28
Abhan Jadi kalau demo-demo yang sebelumnya itu
jelas ya, untuk diskualifikasi, soal TSM,
dan lain sebagainya. Demo-demo kemarin
memang ada suara-suara itu. Tetapi, sampai
malam tidak ada yang mereka minta
bertemu dengan kami, negosiasi dan
sebagainya. Tidak sampai ke situ.
16.28-
16.50
Najwa Oh tidak ada permintaan bertemu? 16.52
Abhan Belum ada, sampai sore ini pun belum ada
kan. Sehingga saya kira yang membedakan
16.52-
17.04
antara demo yang sebelum penetapan
perolehan suara dan setelah penetapan
perolehan suara kemarin....
Arief Ini harus ada yang anu, Mbak Nana, harus
ada yang jadi jembatan, mediator yang
baik, karena sepanjang yang kita rekap
demo itu selalu datang dengan dua
perspektif. Yang satu mengatakan KPU
jalan terus! Yang satu mengatakan KPU
harus stop. Jadi menggelisahkan termasuk
pagi ini. Jadi pagi ini tuh tadi ada yang
mengatakan A, dan yang lain mengatakan
B. Ini harus ada yang menjadi jembatan
yang baik.
17.09-
17.36
Najwa Bagaimana jembatan itu bisa terjadi? Yang
jelas yang Anda lihat saat ini di kamera
adalah situasi terkini yang terjadi di
ibukota. Apa yang bisa kita lakukan setelah
ini? Kita akan jawab di Mata Najwa, setelah
pariwara. Tetap di sini.
17.37-
17.53
Segmen 7: Pelukan Kubu 01 dan 02
VT Wapres Jusuf Kalla Menanggapi
Kondisi Terkini Ibukota
00.05-
01.33
Najwa Ya, itu harapan Wakil Presiden, Pak
Jusuf Kalla yang rasanya juga
menggambarkan harapan kita semua
bahwa bagaimana semua elite, semua
pemimpin bisa memberikan
ketenangan agar kerusuhan,
kericuhan, tidak membawa kerugian
yang lebih dalam untuk bangsa ini.
Bang Feri, saya minta closing
statement dari Anda juga malam ini.
Apa yang bisa kita harapkan? Judul
Mata Najwa malam ini Setelah 22
Mei, berarti setelah malam ini, besok.
Apa yang bisa kita harapkan dan apa
01.34-
02.06
yang bisa kita lakukan untuk
memastikan harapan itu terpenuhi.
Feri Amsari Mbak Nana, Uda Andre ini sahabat
saya, tapi kali ini dia salah memaknai
apa yang saya ucapkan. Saya sedang
tidak mengkritisi Pak Prabowo, saya
sedang memuji Pak Prabowo. Saya
ingin mengatakan bahwa Pak
Prabowo hari ini satu-satunya orang
yang bisa menghentikan keributan ini.
Bukan presiden. Dalam sejarah
ketatanegaraan, tidak pernah ada
pidato orang yang menang yang
menyejukkan suasana, karena yang
kecewa adalah orang yang kalah
sehingga pidato itu harus dibangun
oleh orang yang dinyatakan kalah. Pak
Prabowo boleh kalah dalam
pernyataan KPU, tapi harus menang
sebagai negarawan. Bagaimana
menang secara negarawan itu? Harus
ditunjukkan dengan sikap-sikap,
dimulai dengan pidato yang
menyejukkan, rangkul semua. Jangan
merubah makom Pak Prabowo,
makom itu tingkatan ya maksudnya.
Jangan sampai seperti Pak Amien Rais
yang dari jadi guru bangsa jatuh jadi
provokator bangsa. Jadilah guru
bangsa baru yang menyejukkan kita
semua. Datangi Pak Jokowi, rangkul
dia, berhenti besok pagi semua
keributan ini.
02.06-
03.32
Najwa Itu yang Anda harapkan, baik. Dari
KPU. Yang jelas KPU sesuai
konstitusi nanti akan berlanjut
sengketa ini di Mahkamah Konstitusi
dan KPU sudah siap jika harus
membuka bukti-bukti untuk
03.33-
03.53
menunjukkan apa yang ditunjukkan
oleh rekapitulasi.
Arief Membuktikan apa yang telah
dikerjakan oleh KPU itu adalah benar,
itu adalah bagian tanggung jawab
KPU. Dua tahap lagi akan kita
selesaikan, menetapkan pasangan
calon terpilih, menetapkan perolehan
kursi, dan akhirnya siapapun yang
terpilih dia akan dilantik, dia akan
menjalankan amanah dan tugas-tugas
yang diberikan oleh negara ini. Maka
bersama-sama kita kawal mereka
untuk memenuhi janji-janjinya.
03.53-
04.24
Najwa Oke, terimakasih Mas Arief. Bawaslu,
apa peran Bawaslu sekarang? Yang
jelas sih demonya di depan kantor
Bawaslu. Adakah sesuatu yang bisa
dilakukan Bawaslu atau memang
sekarang bolanya sudah ada di
Mahkamah Konstitusi?
04.25-
04.39
Abhan Saya kira memang ada beberapa hal
yang menjadi kewenangan Bawaslu
soal tadi penanganan pelanggaran
administratif masih menjadi
kewenangan Bawaslu. Tetapi juga
persoalan hasil adalah kewenangan di
Mahkamah Konstitusi. Kami kira
kalau BPN sudah memutuskan jalan
konstitusional yang akan ditempuh,
saya kira adalah mari kita ikuti proses
di Mahkamah Konstitusi. KPU
sebagai termohon, dan KPU nanti
sebagai pihak terkait. Kami akan
memberikan keterangan atas dasar
fakta-fakta pengawasan kami.
Nantilah keterangan kami yang akan
dinilai oleh Yang Mulia Mahkamah
Konstitusi. Saya kira saat ini yang
penting adalah bagaimana
04.39-
05.23
argumentasi hukum disiapkan oleh
BPN, argumentasi hukum dari KPU
dipersiapkan, dan kami juga akan
menyiapkan sebagai pihak pemberi
keterangan fakta-fakta dari hasil
pengawasan selama ini.
Najwa Oke. Jadi Bawaslu kalau memang
diperlukan akan menjadi pihak terkait
atau itu sesuatu yang....
05.24-
05.28
Abhan Iya, pihak terkait atau bahasa di
Mahkamah Konstitusi adalah sebagai
pihak pemberi keterangan dan itu
sangat menentukan. Ketika di pilkada
kemarin keterangan kami
dipertimbangkan oleh MK.
05.29-
05.40
Najwa Oke. Jadi jalur konstitusional adalah
jalur yang akan terus dikawal oleh
KPU, Bawaslu, dan diharapkan juga
oleh semua pihak yang memang
memperkarakan.
05.41-
05.49
Abhan Iya. 05.49
Najwa Baik, Toto. 05.50
Yunarto Saya ingin menyempurnakan tadi
Bung Feri katakan. Kritik dari Bung
Andre seakan-akan ada kecurigaan
terhadap Pak Prabowo. Tidak. Kita
yang memuji Pak Prabowo bahwa
pertarungan politik dua kali berturut-
turut dari Pak Jokowi dan Pak
Prabowo itu harus diakui dalam
sejarah pilpres kita adalah pendidikan
politik terbaik. Tidak perah ada
diskursus dan dialog sebanyak ini
yang melibatkan masyarakat di semua
elemen. Yang terbukti misalnya
partisipasi yang mencapai angka di
atas target KPU, di atas 80%. Yang
ingin saya katakan adalah, Pak
Prabowo, Anda tidak perlu menjadi
seorang presiden untuk dikenang. Kita
05.53-
07.21
harus akui, tanpa Prabowo mungkin
tidak ada Jokowi, Ahok, ataupun
Ridwan Kamil. Tetapi bagaimana
akhir kisah pertarungan 2014 dan
2019 ini bisa dikenang dengan tinta
emas, bukan tinta hitam. Minimal
misalnya jangka pendek, dimulai
dengan samasaya meminta dengan
sangat, Pak Prabowo himbauan Anda
dan ucapan bela sungkawa Anda tidak
membuat pendukung Anda bersikap
damai, berakhlak, dan konstitusional.
Tarik secepatnya massa sehingga
kemudian kita bersama-sama bisa
melihat proses di MK dengan damai
dan dengan akhlak yang juga akan
membawa ini secara konstitusional.
Pak Prabowo, kalau Anda melakukan
itu dan menerima proses yang akan
diputuskan oleh MK, apapun, itulah
yang disebut SBY, Anda akan menjadi
the real champion of democracy.
Najwa Oke. Seberapa penting, seberapa
krusial pertemuan antara Pak Jokowi
dan Pak Probowo sekarang terjadi
dalam waktu dekat? Seberapa itu akan
mengubah konstelasi? Karena kalau
hanya sekedar pidato atau himbauan,
dua-duanya sudah melakukan
himbauan tadi siang, kita dengar. Tapi
malam ini kenyataannya dengan
sangat sedih kita lihat kericuhan masih
terjadi. Berarti apakah memang perlu
gesture yang lebih untuk saling
bertemu? Seberapa itu insyaAllah
akan mendinginkan suasana ya?
07.22-
07.49
Yunarto Menurut saya betul bahwa simbolisasi
dibutuhkan. Suka atau tidak, lima
tahun terakhir kita terbelah menjadi
pendukung Prabowo dan pendukung
07.50-
08.27
Jokowi. Cebong dengan kampret.
Demokrasi kultus yang kemudian
bergantung pada sosok tersebut. Dan
memang simbolisasi itu dibutuhkan
dalam waktu cepat tetapi tidak
berhenti pada level itu. Bagaimana
tokoh lokal, masyarakat, dan
pendukung, dan orang-orang yang
berada di depan sini tadi juga
berbicara dan berdialog dengan kita,
memulai dnegan tidak membuat
kalimat-kalimat provokasi baru.
Menghormati sisa proses yang ada dan
kita akan menjadi semuanya, the real
champion of democracy tadi.
Najwa Semoga. 08.28
Feri Amsari Ada jalan konstitusional lain selain ke
Mahkamah Konsitusi, yaitu mengakui
hasil keputusan KPU. Jika Pak
Prabowo dan Pak Jokowi bertemu,
saya yakin InsyaAllah manusia
Indonesia akan menjadi manusia lagi.
Dari cebong, kampret, berubah lagi
menjadi insan Indonesia yang
seutuhnya. Kalau mereka bertemu.
08.29-
08.52
Najwa Kalau bertemu. Semoga segera bisa
bertemu. Yang jelas bukan hanya elite
atau tokoh sentralnya, tetapi malam ini
Mata Najwa mempertemukan dua
teman-teman saya dari BPN dan TKN.
Dan saya ingin dimulai malam ini,
boleh saya minta teman-teman untuk
naik ke atas. Kalau Pak Prabowo dan
Pak Jokowi belum berpelukan, boleh
saya minta yang sekarang dulu
berpelukan? Boleh naik ke atas sini?
Perwakilan dari BPN dan TKN, boleh
saya minta berdiri di sini? Harus ada
simbol kesejukkan itu dicontohkan
08.53-
09.54
oleh para elite. Ini adalah..... kenapa
kami undang? Ini adalah narasumber
Mata Najwa yang kerap kali memang
diundang dan selama kampanye sering
berdebat. Tapi prinsipnya kita itu
berdebat tanpa baper. Dan kita ingin
menutup Mata Najwa malam ini
ditengah situasi belum kondusif di
tengah-tengah masyarakat, kita ingin
para elite kita, para politikus-politikus
hebat ini bisa memberikan contoh
dengan saling berpelukan,
bersalaman, dan mudah-mudahan....
(berpelukan.....) 09.54
Mutia saya yang peluk. Dan mudah-
mudahan bisa menjadi.... boleh saya
minta ke depan juga KPU, Bawaslu,
Mas Yunarto, boleh ke depan Mas
Feri.
Mudah-mudahan pelukan ini juga bisa
dicontohkan oleh Pak Prabowo dan
Pak Jokowi. Apalagi di suasana bulan
Ramadhan, suasana sebentar lagi juga
insyaAllah mudah-mudahan bisa
melewati ramadhan dengan tenang.
Mudah-mudahan suasana sejuk ini
juga bisa ditularkan nanti di bawah.
Karena sekarang bukan lagi nomor
satu atau nomor dua, tapi nomor tiga,
persatuan Indonesia.
09.55-
10.57
Arief
Poyuono
Damai di bumi, damai di Indonesia.
Hatiku Indonesia.
11.07-
11.13
Najwa Hatiku Indonesia. Hati kita semua
Indonesia. karena kalau ada satu yang
tergores padamu, yang luka kita
semua.
11.14-
11.18
Arief
Poyuono
Betul. 11.19
Najwa Terimakasih sudah hadir di Mata
Najwa. Terimakasih sudah
menyaksikan Mata Najwa malam ini.
Selamat malam teman-teman, sampai
jumpa.
11.21-
11.28
Transisi 11.30
Najwa Semua harus dimintai pertanggung
jawaban. Tak ada elit yang boleh
buang badan. Tiap kubu harus turun
menjemput perdamaian, tak bisa lagi
sekadar membuat himbauan. Masih
ada ruang untuk memakai akal, jangan
sampai yang tersisa hanyalah sesal
oleh pertarungan yang kelewat brutal
demi meraih ambisi elektoral. Politik
harus mengenal batas agar para
aktornya tak menjadi buas.
Kemenangan dan kekalahan mestinya
bisa dijelaskan agar seluruh proses
politik bisa jadi pelajaran. Kembali ke
konstitusi untuk tuntaskan sengketa.
Tak ada menang kalah yang seharga
persatuan bangsa.
11.39-
12.21