Upload
vuliem
View
255
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
ii
PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN MOBILISASI
PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DI RUANG MUTIARA
RUMAH SAKIT DEWI SARTIKA KENDARI
TAHUN 2018
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma
III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Keperawatan 2018
OLEH
JASMAWATI
P00320015073
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
iii
iv
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Jasmawati
Nim : P00120015073
Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan
Judul KTI : PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP
KEMAMPUAN MOBILISASI PADA PASIEN SECTIO
CAESAREA DI RUANG MUTIARA RS DEWI
SARTIKA KENDARI TAHUN 2018
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 06 Agustus 2018
Yang membuat pernyataan,
Jasmawati
vi
ABSTRAK
Jasmawati (P00320015073). “Penerapan Latihan Rom Terhadap
Kemampuan Mobilisasi pada Pasien Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Dewi
Sartika Kendari Tahun 2018” di bawah bimbingan ibu Lena atoy, SST.,MPH
dan Bapak Taamu, S.Pd., M.Kes (xi + 56 hal + 9 tabel + 10 lampiran). Latar
belakang : Sectio caesarea merupakan persalinan yang dibuat untuk melahirkan
janin dengan melalui tindakan insisi pada dinding perut dan dinding rahim. Pada
kasus sectio caesarea angka mortalitas dua kali dari angka kelahiran
pervaginam.dari hasil penelitian yang didapatakan di lapangan yaitu pasien
dengan kasus sectio caesarea mengeluh tidak dapat beraktivitas, pasien tampak
lemah dan terbaring ditempat tidur aktivitas pasien tampak dibantu sehingga dapat
mengakibatkan gangguan kebutuhan aktivita, dengan masalah keperawatan utama
yaitu hambatan mobilitas fisik. Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
tersebut degan penerapan latihan rom pada kemampuan mobilisasi. Tujuan :
untuk mengetahui peningkatan aktivitas pada pasien sectio caesarea dalam latihan
rom terhadap kemampuan mobilisasi sebagai hamabatan mobilitas fisik. Meliputi
pengkajian dan evaluasi aktivitas pasien. Metode : penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan bentuk studi kasus dengan jumlah pasien
yaitu sebanyak 1 orang dengan kasus sectio caesarea. Pengumpulan data
dilakukan menggunakan observasi dan pengkajian yang dilakukan di Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika Kendari. Hasil penelitian : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan didapatkan hasil kebutuhan aktivitas pasien terpenuhi pasien mampu
berjalan dengan mandiri tanpa bantuan. Kesimpulan : penerapan latihan rom
yang dilakukan pada pasien dapat meningkatkan aktivitas dan mempercepat
pemulihan luka pasca operasi sectio caesarea.
Kata kunci : mobilisasi,latihan rom,sectio caesarea
vii
Motto
“Man Jadda Wajada”
Siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil
“Man Shabara Zhafira”
Siapa yang bersabar pasti akan beruntung
“Man sara ala darbi Washala”
Siapa menapaki jalan-Nya akan sampai ke tujuan
jasmawati
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kasih sayang dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul “Penerapan Latihan Rom Terhadap
Kemampuan Mobilisasi Pada Pasien Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Dewi
Sartika Kendari Tahun 2018” ini dengan baik. KTI ini disusun sebagai salah
satu syarat menyelesaiakan pendidikan program studi diploma III keperawatan,
poltekkes kendari.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat
diselesaikan tanpa bimbingan dan arahan dari Ibu Lena Atoy, SST., MPH
sebagai pembimbing I dan Bapak Taamu, A.Kep, S.pd.,M.Kes sebagai
pembimbing II yang dengan tulus dan sabar membimbing penulis sejak menyusun
proposal penelitian hingga penyelesaian KTI ini.
Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes selaku Direktur poltekkes kemenkes Kendari.
2. Direktur RSU Dewi Sartika Kota Kendari yang telah memberikan izin kepada
peneliti.
3. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
yang telah memberikan izin penelitian.
4. Bapak Indriono Hadi, S.Kep,Ns.,M.Kes selaku ketua jurusan keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari
5. Bapak, Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan ilmu
pengetahuan pada penulis selama kuliah.
ix
6. Bapak Muslimin L, A.Kep.,S.Pd.,M.Si selaku penguji I, Bapak Indriono Hadi,
S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji II, dan Ibu Reni Devianti Usman,
M.Kep.,Sp.KMB selaku penguji III yang telah membantu dan mengarahkan
serta kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Teristimewa untuk saudara saya Jasruddin dan kedua orangtuaku Ayahanda
Mosisi (alm) dan ibunda tersayang Rosma yang selalu mendukung dan
mendo`akan demi kesuksesan penulis.
8. Kepada sahabat saya squad Vys3ier dan seluruh mahasiswa perawat muda 015
serta rekan-rekan mahasiswa jurusan keperawatan poltekkes kemenkes
kendari angkatan 2015 yang telah banyak membantu serta semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyampaikan maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, kritik dan saran sangan diharapkandemi
kesempurnaan penulisan ini.
Kendari, 06 Agustus 2018
penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DEPAN ......................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
KEASLIAN PENELITIAN ................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan penulisan .................................................................................... 5
D. Manfaat penulisan ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7
Konsep Askep Pasien sectio caesarea ................................................................ 7
1. Pengertian kehamilan ............................................................................. 7
2. Tanda-tanda kehamilan ......................................................................... 10
3. Pengertian persalinan ............................................................................. 11
Asuhan Keperawatan Sectio caesarea ............................................................... 14
1. Pengkajian ............................................................................................... 14
2. Diagnosa ................................................................................................... 21
3. Intervensi ................................................................................................ 21
xi
Konsep Askep dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas ................................ 23
A. Pengertian Kebutuhan aktivitas ............................................................ 23
B. Pengertian mobilisasi .............................................................................. 23
C. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi ................................................ 24
D. Mobilisasi pada Sectio Caesarea ............................................................ 25
E. ROM (range of motion) .......................................................................... 25
F. Konsep askep kebutuhan aktivitas ........................................................ 30
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32
1. Rancangan Stud Kasus ........................................................................... 32
2. Subjek Studi kasus .................................................................................. 32
3. Fokus Studi Kasus ................................................................................... 33
4. Definisi operasional Fokus Studi ........................................................... 33
5. Tempat dan Waktu Studi kasus ............................................................ 35
6. Pengumpulan Data .................................................................................. 35
7. Penyajian Data ........................................................................................ 36
8. Etika Studi kasus ..................................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 38
A. Hasil penelitian ........................................................................................ 38
1. Tinjauan Tentang Lokasi Studi Kasus ............................................ 38
2. Pengkajian keperawatan .................................................................. 44
3. Hasil pengukuran .............................................................................. 45
B. Pembahasan ............................................................................................. 50
1. Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring ................... 50
2. Bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk ............................. 50
3. Bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri .................................. 51
4. Berpindah dari tempat tidur kekursi .............................................. 51
5. Kemampuan mobilisasi .................................................................... 52
xii
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 54
A. Kesimpulan .............................................................................................. 54
B. Saran......................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Derajat normal (ROM) ...................................................................... 26
Tabel 3.1 Prosedur latihan ................................................................................. 34
Tabel 4.1 Fasilitas tempat tidur ......................................................................... 42
Tabel 4.2 penilaian ROM ................................................................................... 46
Tabel 4.3 Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring .................... 46
Tabel 4.4 Bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk............................... 47
Tabel 4.5 Bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri .................................... 47
Tabel 4.6 Berpindah dari tempat tidur kekursi ............................................... 48
Tabel 4.7 Kemampuan mobilisasi ...................................................................... 49
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 posisi miring atau sim .................................................................... 28
Gambar 2.2 ROM aktif....................................................................................... 28
Gambar 2.3 ROM pasif ...................................................................................... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan normal merupakan persalinan yang di mulai dari
mulesnya sampai saat keluarnya bayi dalam kondisi kepala terlebih dahulu
keluar melalui vagina, dengan lama persalinan membutuhkan waktu
kurang dari 24 jam (whalley, 2008). Dalam proses ini kadang tidak
berjalan semestinya sehingga janin tidak dapat lahir secara normal karena
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti komplikasi kehamilan,
Disproporsi sefalo-pelvik, partus lama, ruptur uteri, cairan ketuban yang
tidak normal, kepala panggul. Keadaan tersebut perlu tindakan medis
seperti untuk melakukan operasi sectio caesarea (Padilla,et al., 2008).
Sectio caesarea merupakan persalinan yang dibuat untuk
melahirkan janin dengan melalui tindakan insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh dengan berat lebih
dari 500 gram (Mitayani. 2011).
Pada kasus sectio caesarea angka mortalitas dua kali dari angka
kelahiran pervaginam, disamping itu terdapat angka morbiditas yang
terjadi akibat infeksi, kehilangan darah, maupun kerusakan organ internal
lebih tinggi pada persalinan sectio caesarea (Kulas, 2008).
Di indonesia sudah ada peraturan yang menerangkan tentang
kriteria standar agar persalinan sectio caesarea dapat dilakukan. Walaupun
2
belum membahas secara mendetail namun peraturan tersebut dapat
dijadikan acuan dalam pelaksanaan sectio caesarea (Utomo ang
mcDonald, 2009).
Tindakan operasi sectio caesarea adalah suatu tindakan yang
dilakukan hanya jika terjadi masalah pada saat proses persalinan normal
yang dapat mengancam nyawa ibu dan janin. Masalah yang memerlukan
operasi caesar, misalnya gawat janin, jalan lahir tertutup plasenta (plasenta
previa totalis), persalinan macet, ibu mengalami hipertensi (preeklamsia),
bayi dalam posisi sungsang atau melintang, sampai pendarahan sebelum
proses persalinan. Tindakan operasi caesar ini biasanya telah direncanakan
dari jauh-jauh hari sebelumnya tindakan operasi sectio caesarea dilakukan
(Utama, 2011).
Tindakan sectio caesarea juga bisa berdampak pada pemenuhan
kebutuhan dasar ibu seperti nyeri pada bekas luka operasi, gangguan
eliminasi urin, gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan, gangguan aktifitas,
gangguan personal hygiene, gangguan pola istirahat dan tidur, sampai
masalah produksi dan pemberian air susu ibu pada bayinya (Maryunani,
2015).
Di Indonesia persalinan dengan sectio caesarea bukan merupakan
hal baru. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya angka sectio caesarea.
Hasil dari Riskesdas 2013 bahwa kelahiran dengan sectio caesarea sebesar
9.8% presentase tertinggi di DKI Jakarta (19,9 %) dan terendah di
Sulawesi Tenggara (3,3%).
3
Data yang diperoleh di Rumah Sakit Dewi Sartika tahun 2015
jumlah persalinan dengan sectio caesarea sebanyak 318, dan 2016
sebanyak 496 orang serta mengalami peningkatan pada tahun 2017
sebanyak 679 orang.
Mobilisasi pasca sectio caesarea dapat dilakukan setelah 24 – 48
jam pertama pasca bedah. Mobilisasi bertujuan untuk mempercepat
penyembuhan luka, memperbaiki sirkulasi, mencegah statis vena,
menunjang fungsi pernafasan optimal, meningkatkan fungsi pencernaan,
mengurangi komplikasi pasca bedah, mengembalikan fungsi pasien
semaksimal mungkin seperti sebelum operasi, memperatahankan konsep
diri pasien dan mempersiapkan pasien pulang (Jitowiyono, 2010).
Mobilisasi dini merupakan pergerakan posisi yang dilakukan saat
melakukan aktivitas atau kegiatan. Mobilisasi adalah kemampuan
seseorang untuk bergerak bebas dan merupakan faktor yang mempercepat
pemulihan pasca bedah (Wirnata, 2010)
Mobilisasi juga merupakan hal yang penting pada periode post
operasi sectio caesarea untuk mencegah komplikasi. Beraktivitas di
tempat tidur juga dapat membantu mencegah kompilikasi pada sistem
pernapasan, kardiovaskuler, mencegah dekubitus, merangsang peristaltic
usus dan mengurangi rasa nyeri (Kasdus 2012).
Latihan rentang gerak aktif (klien menggerakkan semua sendinya
dengan rentang gerak tanpa bantuan), pasif (klien tidak dapat
menggerakkan setiap sendi dengan rentang gerak), atau berada di
antaranya. Rencana keperawatan harus meliputi menggerakkan ekstremitas
4
klien dengan rentang gerak penuh. Latihan rentang gerak pasif harus
dimulai segera pada kemampuan klien menggerakkan ekstremitas atau
sendi menghilang.
Pergerakan dilakukan dengan perlahan dan lembut dan tidak
menyebabkan nyeri. Perawat jangan memaksakan sendi melebihi
kemampuannya. Setiap gerakan harus diulang 5 kali setiap bagian (Perry
& Potter, 2005).
Range of motion (ROM) adalah latihan menggerakkan sendi
sebanyak mungkin tanpa meimbulkan nyeri. Pada latihan ini klien dapat
melakukan sendiri tanpa bantuan perawat. ROM aktif bermamfaat untuk
membantu pasien memulai gerak seperti halnya pemanasan, sehingga tidak
menguras tenaga pasien pasca operasi section caesarea.
ROM aktif sangan mudah dilakukan dengan biaya yang murah
selain itu rom aktif memiliki sedikit resiko seperti jatuh dan pembukaan
jahitan serta gerakan yang dihasilkan dapa menstimulasi system saraf
autonom yang mengatur peristaltic usus sehingga bermanfaat dalam
pemulihan peristaltic usus ( Ambarwati & sunarsih, 2005)
Latihan ROM Pasif adalah latihan ROM yang dilakukan pasien
dengan bantuan perawat setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah
pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi
tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengn paralisis ekstermitas
total; ( Suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk
menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan mengerakkan otot
5
orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan
kaki pasien.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik
untuk melakukan studi kasus dengan judul “Penerapan latihan ROM
terhadap kemampuan mobilisasi pada pasien sectio caesarea di Ruang
Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara.”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada studi kasus ini adalah “Bagaimanakah
Penerapan latihan ROM terhadap kemampuan mobilisasi pada pasien
sectio caesarea di Ruang Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menggambarkan penerapan latihan ROM terhadap kemampuan
mobilisasi pada pasien sectio caesarea di ruangan Mutiara di Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan khusus
Menggambarkan penerapan intervensi rom terhadap kemampuan
mobilisasi pada pasien sectio caesarea di Ruang Mutiara Rumah Sakit
Dewi Sartika Kendari tahun 2018
6
D. Manfaat studi kasus
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Rumah Sakit Dewi Sartika dalam pengelolaan pengetahuan
tentang sectio caesarea dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
2. Bagi institusi pendidikan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien Sectio Caesarea.
3. Penulis :
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan
kebutuhan aktivitas.pada pasien sectio caesarea.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Sectio Caesarea
1. Pengertian kehamilan
a. Fertilisasi
Proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi didaerah
ampula tuba fallopi, sekitar 200 – 500 juta sel sperma berhasil
mencapai sel telur, namun hanya 1 sperma yang dapat membuahi
sel telur. Terdapat berbagai rintangan yang menghambat jalan
sperma, lapisan keras yang melindungi ovum sangat sukar untuk di
tembus, namun sperma di lengkapi sistem khusus untuk
membantunya memasuki sel telur yaitu di bawah lapisan pelindung
pada kepala sperma terdapat kantung – kantung kecil yang berisi
enzim – enzim pelarut yaitu enzim – enzim akrosom. Sperma
melepas enzim- enzim akroson untuk menembus zonz pellusida
yaitu sebuah perisai glikoprotein disekeliling sel telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan
menginduksi reaksi akrosom. Reaksi akrosom yaitu reaksi yang
terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan induksi oleh
protein- protein zona. Penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah
antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang
sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa
8
memasuki sitoplasma oosit, sementara spermatozo bergerak maju
terus hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita. Intinya
membengkak dan membentuk pronukleus pria. Sedangkan ekornya
lepas dan bergenerasi .
b. Perkembangan embrio
1. Pembelahan zigot
Setelah pebuahan terjadi mulailah pembelahan zigot. Hal
ini dapat berlangsung karena sitoplasma ovum banyak
mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Setelah zigot
mencapai tingkat dua sel, ia menjadi pembelahan mitosis,
mengakibatkan bertambahnya jumlah sel denga cepat. Sel yang
menjadi semakin kecil ini disebut blastomer dan sampai tingkat
delapan sel, sel- selnya membentuk sebuah gumpalan
longgar.Segera setelah pembelahan ini terjadi maka,
pembelahan- pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar,
dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel- sel embrio
yang termanfaatkan kemudian membelah lagi, kemudian hasil
konsepsi berada pada stadium morula dengan 16 sel.
Pada stadium morulla energi untuk pembelahan ini
diperoleh dari vitelus, hingga volume vitellus makin berkurang
dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demekian, zona
pellusida tetap utuh, dengan perkataan lain, besarnya hasil
konsepsi disalurkan melalui saluran tuba yang sempit dan terus
9
kearah cavum uteri kira-kira pada waktu morula memasuki
rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk
kedalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam.
Berangsur – angsur antar sel menyatu, dan akhirnya
terbentuklah sebuah rongga, bastokel, pada saat ini mudigah
disebut blastokista. Sel-sel didalam massa sel dalam, yang
sekarang disebut embrioblast, terletak pada salah satu kutub,
sedangkan sel – sel dimassa sel luar atau trofoblast, menipis
dan membentuk dinding epitel blastokista.Zona pellusida
sekarang menghilang, sehingga implantasi dapat dimulai.
Dengan demikian, menjelang akhir minggu pertama
perkembangan, zigot telah melewati tingkat morula dan
blastokista dan sudah mulai berimplantasi di selaput lendir
rahim.
2. Proses Implantasi
Kemudian blastula tersebut berimplantasi dalam
endometrium dengan bagian dimana bagian inner cell mass
berlokasi, hal ini yang menyebabkan tali pusat berpangkal
sentral atau prasentral. Bila nidasi terjadi mulailah diferensiasi
sel-sel blastula . Sel-sel yang lebih kecil, yang dekat dengan
ruang eksoselom, membentuk ruangan amnion.
c. Perkembangan Trofoblast:
1. Pembentukan plasenta
10
2. Pembentukan tali pusat
3. Selaput janin (Amnion dan Korion)
2. Tanda- tanda kehamilan
1. Tanda tidak pasti kehamilan
a. Amenorhoe (berhentinya menstruasi pada seorang wanita
b. Mual dengan atau tanpa muntah(mual emesi dan muntah
vomiting)
c. Ngidam
d. Sering kencing
e. Kostipasi atau obstipasi
f. Sinkope/ pingsan
g. Payudara Tegang
h. Pigmentasi Kulit
i. Epulis
j. Varices
k. Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan
2 Tanda Pasti Kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan:
a. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin, dengan stetoskop pada usia
kehamilan 17-19 minggu, dengan Doppler pada usia
kehamilan 10 minggu, dengan elektrokardiografi dapat
mendeteksi sejak 48 hari setelah HPHT terakhir.
11
b. Persepsi Gerakan Janin
Gerakan janin terdeteksi oleh pemeriksa setelah usia
kehamilan sekitar 20 minggu
c. Deteksi kehamilan secara Ultrasonograi
Setelah 6 minggu denyut jantung sudah terdeteksi. Kantung
gestasi mulai dapat dilihat sejak usia kehamilan 4 – 5
minggu sejak menstruasi terakhir dan pada minggu ke- 8,
usia gestasi dapat diperkirakan secara cukup akurat.
3. PengertianPersalinan
Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu (Depkes, 2008). Sedangkan menurut
Sumara ( 2009) persalinan adalah proses membuka dan menipisnya
serviks, dan janin turun kejalan lahir.
Persalinan adalah dproses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usian kehamilan cukup bulan ( setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan (impartu) sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(menbuka dan menepis ) dan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap. Ibu belum imfartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks ( Wiknjosastro, 2008)
Persalinan normal merupakan persalina yang di mulai dari
mulesnya sampai saat keluarnya bayi dalam kondisi kepala terlebih
12
dahulu keluar melalui vagina, dengan lama persalinan
membutuhkan waktu kurang dari 24 jam (whalley, 2008). Dalam
proses ini kadang tidak berjalan semestinya sehingga janin tidak
dapat lahir secara normal karena disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti komplikasi kehamilan,disproporsi sefalo-pelvik, partus
lama, ruptur uteri, cairan ketuban yang tidak normal, kepala
panggul. Keadaan tersebut perlu tindakan medis seperti untuk
melakukan operasi sectio caesarea (padilla,et al., 2008)
a. Bentuk persalinan
1) Bentuk persalinan spontan
Persalinan yang berlansung dengan kekuatan ibu sendiri,
dan melalui jalan lahir.
2) Persalinan Bantuan
Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan tenaga
dari luar ekstraksi dengan forcep atau dengan dilakukan
sectio caesarea.
3) Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak di mulai dengan sendirinya, baru
belangsung setelah pemecahan ketuban.
b. Proses persalinan
1) Kala I
Disebut kala pembukaan dimulai dengan pembukaan
serviks sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses
13
pembukaannya serviks disebabkan oleh HIS persalinan/
kontraksi.
Tanda dan gejala kala I
a. HIS sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit
b. Penipisan dan pembukaan serviks
c. Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir
bercampur darah.
2. Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran
Tanda dan gejala kala II :
a) Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan
dengan terjadinya kontraksi.
b) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada
rectum dan atau vaginanya.
c) Perineum terlihat menonjol.
d) Vulva – vagina dan singter ani terlihat membuka.
e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
3) Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah setelah lahirnya bayi
dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
14
Tanda dan Gejala lepasnya plasenta:
a. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
b. Tali pusat memanjang
c. Semburan darah tiba – tiba
4) Kala IV
Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan
amplitude 60 sampai 80 mmHg, kekuatann kontraksi ini
tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat
dan terjadi kesempatan membentuk thrombus melalui
kontraksi yang kuat dan pembentukan thrombus terjadi
penghentian pengeluaran darah post partum.
Tanda dan gejala kala IV:
a) Bayi dan plasenta telah lahir
b) Tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat
B. Asuhan Keperawatan Sectio Caesarea
1. Pengkajian sectio caesarea
a. Identitas
Pada penderita dengan indikasi sectio caesarea dapat terjadi pada
setiap umur kehamilan yang dapat dilihat pada kehamilan muda.
b. Keluhan Utama
Pada klien dengan post operasi keluhan utamanya yaitu klien
mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, badannya lemah, tidak
berani bergerak, dan rasa haus yang berlebihan.
15
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang yang perlu dikaji yaitu jam selesai
operasi.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat tindakan operasi
sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab
penting yang perlu di kaji yaitu penyakit berat yang pernah di
derita salah satu amggota yang ada hubungannya dengan operasi
misalnya : TBC, DM, dan Hypertensi.
f. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan letak lintang
yang perlu diketahui adalah :
1. Keadaan haid
Perlu ditanyakan kapan datangnya menarche siklus haid, hari
pertama hari terakhir untuk dapat diketahui yang keluar darah
muda atau darah tua, encer atau menggumpal, lamanya nyeri
atau tidak, pada sebelum atau sesudah haid, berbau atau tidak,
dimana untuk mengetahui gambaran tentang keadaan alat
kandungan.
2. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Ditanyakan kelangsungan dari kehamilan dan persalinan serta
nifas lalu, bagaimana keadaan bayi yang dilahirkan, apakah
16
cukup bulan atau tidak, kelahirannya normal atau tidak, siapa
yang menolong persalinan dan dimana melahirkannya,
sehingga mendapat gambaran yang jelas tentang riwayat
kehamilan, persalinan yang lalu.
g. Pola Kebiasaan Hehari-Hari menurut Virginia Henderson
1. Respirasi
Pada kasus post sectio caesarea penyulit yang sering
ditemuakan adalah obstruksi jalan nafas, rspirasi yang tidak
adekuat dan respirasi arrest.
2. Nutrisi
Klien setelah selesai operasi pemenuhan nutrisinya selama
puasa melalu infus dan setelah 6 jam baru diberikan minum
secara bertahap dan setelah 8 jam baru diberikan makanan
lunak, tapi bila klien dengan lumbal fungsi langsung diberi
makan, minum seperti biasanya, bahkan dianjurkan banyak
minum.
3. Eliminasi
Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan
klien dengan post sectio caesarea, untuk BAK melalui dower
cateter yang sebelumnya telah terpasang
4. Istrahat/tidur
Pada klien dengan post sectio caesarea mengalami
gangguan istrahat tidur karena adanya rasa nyeri pada daerah
17
operasi dan ada rasa yang tidak enak pada uretra akibat
terpasangnya dower cateter.
5. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan post op sectio caesarea mengalami
gangguan dalam hal temperatur tubuh, suhu tubuh > 37,5 oC.
6. Kebutuhan personal hygiene
Klien dengan post sectio caesarea pada hari pertama dan
kedua sebelum kateter dibuka klien membutuhkan orang lain
untuk membersihkan diri dalam hal ini klien harus dimandikan.
7. Aktivitas
Pola aktivitas dapat terganggu dengan adanya rasa nyeri
pada daerah operasi sehingga klien membatasi gerakan.
8. Gerak dan keseimbangan tubuh
Aktivitas berkurang, tidak bisa berjalan karena nyeri dan
ketidaknyamanan.
9. Kebutuhan berpakaian
Klien dengan post op sectio caesarea mengalami
gangguan dalam memenuhi kebutuhan berpakain tersebut.
10. Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah klien
tetap merasa aman dan terlindungi oleh keluarganya. Klien
mampu menghindari bahaya dan lingkungan.
18
11. Sosialisasi
Pada data sosial ini dapat dilihat apakah klien merasa
terisolasi atau terpisah karena terganggunya komunikasi,
adanya perubahan pada kebiasaan atau perubahan dalam
kapasitas fisik untuk menentukan keputusan untuk beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya. Klien mungkin tampak sangat
cemas dan ketakutan.
12. Kebutuhan spiritual
Klien yang menganut agama islam selama keluar darah
nifas/masa nifas tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.
Sedangkan darah nifas adalah darah yang keluar dari rahim ibu
sesudah ia melahirkan anak, ini berlangsung selama 40 hari dan
selama-lamanya 60 hari sesudah melahirkan.
h. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum biasanya lemah
2. Kesadaran
Apatis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal atau menurun < 120/90 mmHg.
Nadi : Nadi meningkat > 80x/menit.
Suhu : Suhu meningkat > 37,5 oC.
Respirasi : Respirasi meningkat
19
4. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala
Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan
rambut dan keadaan kulit kepala.
b. Wajah
Apakah ada cloasma gravidarum, konjungtiva pucat atau
marah, adanya oedema.
c. Mata-telinga-hidung
Pada daerah wajah dikaji bentuk wajah, keadaan mata,
hidung, telinga, mulut dan gigi.
d. Leher
Apakah terdapat benjolan pada leher, pembesaran vena
jugularis dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.
e. Dada dan Punggung
Kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi intercostae,
pernafasan tertinggal, suara wheezing, ronchi,bagaimana
irama dan frekuensi pernafasan,. Pada jantung dikaji bunyi
jantung (interval) adakah bunyi gal-lop, mur-mur.
f. Payudara/mammae
Apakah puting menonjol atau tidak, areola menghitam,
kolostrum.
20
g. Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan luka
operasi, adakah perdarahan, berapa tinggi fundus uterinya,
bagaimana dengan bising usus, adakah nyeri tekan.
h. Ekstermitas atas dan bawah
1. Ekstermitas atas
Kesimetrisannya, ujung-ujung jari sianosis atau tidak,
ada tidaknya ordema, klien dengan post operasi
biasanya terpasang infus
2. Ekstermitas bawah
Kesimetrisannya, ada tidaknya oedema, bagaimana
dengan pergerakannya biasanya biasanya klien dengan
post operasi biasanya takut menggerakkan kakinya,
apakah tanda-tanda hormon, refleks patella, adakah
tanda-tanda trombosis vena.
i. Genetalia
Adakah pengeluaran lochea, bagaimana warnanya,
banyaknya, bau serta adakah oedama vulva, bagaimana
posisi cateter terpasang dengan baik atau tidak, apakah
lancar dan bagaimana kebersihan klien pada post operasi
yang biasanya akan tampak kotor karena banyak usia darah
yang belum dibersihkan.
21
2. Diangnosa Keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik
Berhubungan dengan nyeri luka bekas operasi, di tandai dengan
klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah,
kebutuhan aktivitas klien tampak dibantu.
3. Rencana keperawatan
1. Diagnosa
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan yeri luka bekas
operasi ditandai dengan klien mengeluh sakit bila bergerak,
keadaan umum lemah kebutuhan aktivitas klien tampak dibantu.
2. Tujuan (NOC)
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama .....x 24
jam diharapkan menunjukkan mobilisasi klien meningkat (mobility
level) dengan kriteri
a. Kemampuan bergerak secara mandiri atau dengan batuan alat
b. Posisi tubuh dengan inisiatif sendiri
c. Kemampuan berpindah secara mandiri atau dengan alat bantu
d. Ambulasi berjalan.
3. Intervensi (NIC)
a. Bantuan perawatan diri : berpindah
1. Kaji kemampuan klien saat ini untuk memindahkan diri
sendiri
2. Instruksikan kepada klien semua tehnik perpindahan
22
3. Berikan alat bantu kepada klien untuk membatu berpindah
secara mandiri dengan baik.
4. Bantu klien untuk ambulasi dengan menggunakan tubuh kita
sebagai kruk manusia
d. Pengaturan posisi
1. Jelaskan pada pasien bahwa badannya akan dibalik
2. Dorong pasien untuk terlibat dalam perubahan posisi
3. Posisikan pasien sesuai dengan kesejajaran tubuh yang tepat
4. Dorong untuk melakukan latihan ROM aktif dan pasif
5. Jangan menempatkan pasien pada posisi yang bisa
meningkatkan nyeri
6. Instruksikan pasien bagaiman menggunakan postur tubuh dan
mekanika tubuh yang baik ketika beraktivitas
e. Terapi latihan fisik : mobilitas sendi
1. Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap
fungsi sendi
2. Jelaskan pada pasien atau keluarga mamfaat dan tujuan
melakukan latihan sendi
3. Monitor lokasi dan kecenderungan adanya nyeri dan
ketidaknyamanan selama pergerakan/aktivitas
1. Bantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang optimal untuk
pergerakan sendi pasif maupun aktif
2. Dukung latihan ROM aktif dan pasif dengan bantuan serta
jadwal yang teratur dan terencana sesuai indikasi
23
3. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan ROM aktif
4. Dukung ambulasi jika memungkinkan
5. Sediakan dukungan positif dalam melakukan latiha sendi.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Dalam Kebutuhan Aktivitas
1. Kebutuhan aktivitas
merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap
manusia. Kemampuan tersebut meliputi berdiri, berjalan, bekerja,
makan, minum, dan lain sebagainya. Dengan beraktivitas tubuh akan
menjadi sehat sistem pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi
dengan baik, dan metabilisme tubuh akan optimal. Di samping itu,
kemampuan beergerak juga akan memengaruhi harga diri dan citra
tubuh seseorang. Dalam hal ini, kemampuan beraktivitas tidak lepas
dari sistem persyarafan dan muskuloskeletal yang adekuat( Lilis,
Taylor, Lemonek ,1989 dalam Wahit, Nurul,2008).
2. Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan,
memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Kemampuan pasien dalam melaksanakan mobilisasi tidak sama
antara pasien satu dengan pasien yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain seperti usia, status perkembangan,
pengalaman yang lalu atau riwayat pembedahan sebelumnya, gaya
24
hidup, tingkat pendidikan dan pemberian informasi oleh petugas
kesehatan tentang proses penyakit/injury (Kozier, 2010
3. Faktor yang mempengaruhi mobilitas
1. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup hidup memengaruhi kemampuan mobilitas
seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau
kebiasaan sehari-hari.
2. Proses penyakit/cedera
Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karean
dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh.
3. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering
berjalan jauh memiliki kemampuan mobiitas yang kuat; sebaliknya
ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat
dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivits.
4. Tingkat energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilisasi. Agar seseorang
dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang
cukup.
5. Usia dan status perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang
berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi
alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.
25
4. Mobilisasi pada sectio caesarea
Mobilisasi merupakan kegiatan yang penting pada periode post
operasi sectio caesarea untuk mencegah komplikasi. Kemampuan
pasien untuk bergerak dan berjalan pada post operasi akan menentukan
kegiatan yang harus dilakukan untuk memberi kesempatan pada
pergerakan yang maksimal. Bergerak dan beraktivitas diatas tempat
tidur membantu mencegah komplikasi pada sistem pernafasan,
kardiovaskular, mencegah dekubitus, merangsang peristaltic usus dan
mengurangi rasa nyeri ( kasdu, 2012).
5. ROM (range of motion)
Range of motion (ROM) adalah latihan menggerakkan sendi
sebanyak mungkin tanpa meimbulkan nyeri, Pada latihan ini klien
dapat melakukan sendiri tanpa bantuan perawat.
Latihan rentang gerak aktif (klien menggerakkan semua
sendinya dengan rentang gerak tanpa bantuan), latihan gerak pasif
(klien tidak dapat menggerakkan setiap sendi dengan rentang gerak),
atau berada di antaranya. Rencana keperawatan harus meliputi
menggerakkan ekstremitas klien dengan rentang gerak penuh. Latihan
rentang gerak pasif harus dimulai segera pada kemampuan klien
menggerakkan ekstremitas atau sendi menghilang.
Pergerakan dilakukan dengan perlahan dan lembut dan tidak
menyebabkan nyeri. Perawat jangan memaksakan sendi melebihi
kemampuannya. Setiap gerakan harus diulang 5 kali setiap bagian
(Perry & Potter, 2005)
26
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan
beberapa atau semua latihan gerak dengan mandiri, pasien tirah baring
total atau pasien dengn paralisis ekstermitas tota; ( Suratun, dkk,
2008).
Latihan gerak sendi merupakan hal yang sangan baik dilakukan
oleh pasien paska operasi,karena pasien dapat segera melakukan
berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh
karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama
sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien
pasca operasi dan segera bergeraka maka akan cepat merangsang usus
sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. (Patriani, 2008).
Tabel 2.1 derajat normal rentang gerak sendi (ROM)
Gearakan
Sendi
Derajat rentang
normal
Bahu Adduksi : gerakan lengan ke lateral dari
posisi samping keatas kepala, telapak tangan
menghadap keposisi yang paling jauh
180
Siku Fleksi : angkat lengan bawah kearah depan
dan kerah ats menuju bahu
150
Pergelangan
tangan
Fleksi : tekuk jari-jari tangan kerah bagian
dalam lengan bawah
80-90
27
Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari
posisi fleksi
80-90
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan kerah
belakang sejauh mungkin
70-90
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke sisi
ibu jari ketika telapak tangan menghadap
keatas
0-20
Adduksi : tekuk pergelangan tangan kerah
kelingking delapak tangan menghadap ketas
30-50
Tangan dan
jari
Fleksi : buat kepalan tangan 90
Ekstensi : luruskan jari 90
Hiperekstensi : tekut jari-jari tanagn ke
belakang sejauh mungkin
30
Abduksi : kembangkan jari tangan 20
Adduksi : rapatkan jari-jari tangan dari
posisi abduksi
20
Pengaturan posisi dan latihan ROM aktif dan pasif
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilisasi
dapat disesuaikan dengan tingkat gangguan.
Latihan ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kekakuan otot.
1. Posisi miring atau sim
2. Latihan fleksi ekstensi pergelangan tangan
3. Fleksi dan ekstensi siku
4. Proonasi dan supinasi lengan bawah
28
5. Pronasi fleksi bahu
6. Abduksi dan adduksi
7. Rotasi bahu
8. Fleksi dan ekstensi jari-jari
9. Infersi dan efersi kaki
10. Fleksi dan ekstensi lutut
Gambar 2.1 posisi miring atau sim
Gambar 2.2 ROM aktif
29
Gambar 2.3 ROM pasif dengan bantuan perawat
30
6. Konsep askep kebutuhan aktivitas
1. Pengkajian
Aktivitas klien meliputi riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik tentang kesejajaran tubuh,gaya berjalan,
penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan
gerak, kekuatan dan masa otot, toleransi aktivitas, masalah terkait
mobilitas serta kebugaran fisik.
2. Diagnosa
a. Hambatan mobilitas fisik
b. Intoleransi aktivitas
c. Risiko intoleransi aktivitas
d. Risiko disuse syndrome
3. Perencanaan
a. Mengatur posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam
postur tubuh yang benar.
b. Ambulasi dini merupakan salah satu tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
31
c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih
kekuatan dan ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah
bergerak.
d. Latihan isotonik dan isometrik.
e. Latihan ROM, baik secara aktif maupun pasif. ROM
merupakan tindakan untuk mengurangi kekakuan pada sendi
dan kelemahan pada otot.
4. Implementasi
Klien mampu menghadapkan badannya ke kiri dan kanan
selanjutnya dengan istruksi klien mampu menjuntaikan tungkainya
ke tepi tempat tidur, kemudian duduk di sebuah kursi, dan akhirnya
berjalan, perawat membantu dengan latihan ROM segera setelah
prosedur pembedahan, sesuai dengan program dokter bedah.
Sehingga membantu sirkulasi, meningkatkan respirasi, mencegah
kongesti paru, membantu aktivitas berkemih dan defekasi.. Ia dapat
lebih mampuh memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri,
sehingga meningkatkan pemulihan dengan cepat.
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan
untuk mengatasi gangguan mobilitas adalah pasien mampu
melakukan aktivitas dengan mudah serta tidak merasakan
kelemahan.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Studi Kasus
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan bentuk studi kasus.
Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian dengan tujuan
utama untuk memberikan gambaran tentang keadaan atau fenomena secara
objektif dan rinci tentang apa yang terjadi ( Notoatmodjo, 2012). Hasil
yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat penerapan latihan ROM
terhadap kemampuan mobilisasi pada pasien dengan kasus sectio caesarea
di Ruang Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari pada Tahun
2018.
B. Subjek Studi Kasus
Subjek dari penelitian studi kasus ini adalah pasien diruangan
Mutiara RSU Dewi Sartika Kendari yang berjumlah satu orang. Dengan
kriteria inklusi :
1. Pasien yang menerima pelayanan post operasi sectio caesarea di ruang
Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi sartika Kendari
2. Pasien post operasi sectio caesarea hari pertama / 10 jam pasca operasi
3. Pasien yang bersedia melakukan latihan mobilisasi ROM
33
Dan dengan kriteria eksklusi :
Pasien yang tidak menerima pelayanan post operasi sectio caesarea
dengan diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik di ruang Mutiara
Dewi Sartika Kendari
C. Fokus Studis Kasus
1. Penerapan ROM secara pasif/aktif dengan mobilisasi pada pasien yang
mengalami masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik.
2. Kebutuhan Aktivitas pada pasien sectio caesarea
D. Definisi Operasional Fokus Studi
1. Aktivitas merupakan suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukannya untuk memenuhi aktivitas setiap hari serta
menjadi kebutuhan yang penting bagi manusia untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, seperti aktivitas berjalan, berdiri, bekerja, makan
dan lain sebagainya.
2. Pasien sectio caesarea adalah pasien yang mengalami masalah dalam
persalina normal sehingga membutuhkan tindakan sectio caesarea.
3. ROM adalah upaya tindakan yang dilakukan untuk melatih pergerakan
sendi pada pasien sectio caesarea sehingga dapat melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri. Latihan ROM terdiri dari ROM pasif yaitu
dengan bantuan perawat dan ROM aktif yaitu latihan yang dilakukan
oleh pasien secara mandiri.
4. Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,
mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup
aktivitasnya guna mempertahankan kesehatannya.
34
Dengan kriteria objektif :
a. Mampu melakukan latihan ROM dan mobilisasi : jika pasien dapat
melakukan 9 item prosedur
b. Tidak mampu melakukan latihan ROM dan mobilisasi : jika pasien
dapat melakukan kurang dari 9 item prosedur.
Tabel 3.1 Prosedur latihan
No Prosedur tindakan ya tidak
1. Dalam posisi terlentang ibu dapat menggerakkan
jari-jari tangan (fleksi 90o ekstensi 90
o hiperekstensi
30o abduksi dan adduksi 20
o) pada hari pertama atau
10 jam pasca operasi.
2. Menggerakkan pergelangan tangan (fleksi 80-90o
ekstensi 90o hiperekstensi 70-90
o abduksi 0-20
o
adduksi 30-50o ) pada hari pertama atau 10 jam
pasca operasi.
3. Menggerakkan siku fleksi 150o
pada hari pertama
atau 10 jam pasca operasi
4. Menggerakkan bahu adduksi 180o pada hari pertama
atau 10 jam pasca operasi.
5. Dalam posisi terlentang ibu dapat menggerakkan
pergelangan kaki pada hari pertama atau 10 jam
pasca operasi
6. Ibu bisa memiringkan badan ke kanan dan ke kiri
pada hari pertama pasca operasi
35
7. Hari kedua mengulang kembali tindakan yang di
lakukan pada hari pertama
8. Ibu mengangkat kaki kiri dan kaki kanan secara
bergantian
9. Hari ketiga mengulang kembali tidakan yang
dilakukan pada hari pertama dan kedua
10. Hari ke tiga ibu bisa duduk dengan posisi setengah
duduk atau semifowler
11 Ibu bisa berjalan dan berpindah tempat dari tempat
tidur ke kursi
12 Hari ke empat mengulang kembali tindakan latihan
pada hari pertama sampai ketiga
E. Tempat dan Waktu Studi Kasus
Tempat :Dilaksanakan di Ruang Mutiara Rumah Sakit Dewi Sartika
Kendari pada Tahun 2018.
Waktu : pada tanggal 18 sampai 21 juli tahun 2018.
F. Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan dilakukan dengan dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
36
(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaannya tersebut
(meleong, 2010).
Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan
yang telah disusun, wawancara ini dilakukan pada pasien dengan post
operasi sectio caesarea yang meliputi misalnya, merasa nyeri saat
melakukan pergerakan, di ruang mutiara dewi sartika kendari.
2. Observasi
Observasi merupakan pengamatan terhadap suatu objek yang
diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung tidak memperoleh
data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Dilakukan secara
langsung pada pasien sectio caesarea di rumah sakit dewi sartika
kendari.
G. Penyajian Data
Data yang diperoleh dari responden dengan wawancara telah diolah
dan di sajikan dalam bentuk narasi beserta interprestasinya.
Interprestasinya adalah pengambilan kesimpulan dari suatu data, data yang
ditulis dalam bentuk narasi atau tekstuler. Narasi yaitu penyajian data hasil
penelitian dalam bentuk kalimat. (notoatmojo, 2010).
H. Etika studi kasus
Penelitian ini akan diajukan kepada tim program karya tulis ilmiah
poltekkes kemenkes kendari jurusan keperawatan, adapun etika yang harus
di taati oleh peneliti dalam melaksanakan studi kasus yakni :
1. Klien memiliki otonomi dan hak untuk membuat keputusan secara
sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari paksaan untuk
37
berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini untuk mengundurkan diri
dari penelitian ini ( self determination).
2. Klien memiliki hak untuk di hargai tentang apa yang mereka lakukan
dan apa yang dilakukan terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan
dan bagaimana informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain (
privacy dan dignity )
3. Semua informasi yang didapatkan dari klien harus dijaga dengan
sedemikian rupa sehingga informasi individu tertentu tidak bisa
langsung dikaitkan dengan klien, dan klien juga harus dijaga
kerahasiaan atas keterlibatannya dalam penelitian ini ( anonymity
confidentialy).
4. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hak yang
sama untuk dipilih dalam penelitian tanpa diskriminasi dan diberikan
hak yang sama dengan menghormati seluruh persetujuan yang
disepakati.
5. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan
kerugian mengharuskan agar klien dilindungi dan eksploitasi dan
peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk
meminimalkan bahaya atau kerugian dari suatu penelitian, serta
memaksimalkan manfaat dari penelitian (macnee, 2004).
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Tinjauan Tentang Lokasi Studi Kasus
a. Letak geografis
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika terletak dijalan kapten piere
Tandean No. 118 Kecamatan Baruga Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena berada
ditengah-tengah lingkungan pemukiman penduduk dan mudah
dijangkau dengan kendaraan umum karena berada disisi jalan raya.
b. Status
RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun tahun 2009
dengan izin operasional sementara dari Walikota Kendari
No.56/IZN/XI/2010/001 tanggal 5 november 2010, maka Rumah
Sakit ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan
pelayanan kesehatan pada masyarakat pencari jasa kesehatan
dibawah naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang
sekaligus sebagai pemilik Rumah Sakit. RSU Dewi Sartika Kendari
telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah
Sakit tipe D.
39
c. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Dewi sartika Kendari
Visi RSU Dewi Sartika Kendari adalah terwujudnya Rumah
Sakit yang mandiri dan bersaing global.
Misi RSU Dewi Sartika kendari adalah :
a. Memberikan pelayanan kesehatan prima kepada masyarakat
b. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas
c. Memberikan pelayanan yang optimal dan terjangkau dengan
mengutamakan kepuasan pasien.
d. Meningkatkan profesionalisme SDM (Sumber Daya Manusia)
d. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kendari
Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan
upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilakasanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
Fungsi RSU Dewi Sartika Kendari adalah sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pelayanan medik.
b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.
c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik.
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
40
e. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah
sebagai berikut :
a. IGD, Poliklinik Spesialis, ruangan perawatan VIP, Kelas I,
Kelas II, Kelas III dan dengan fasilitasnya.
b. Listrik dan PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit
genset sebagai cadangan.
c. Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika Kendari adalah air
dari sumur bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi
24 jam.
d. Sarana komunikasi berupa telepon, fax, dan dilengkapi dengan
fasilitas internet (Wi-fi).
e. Alat pemadam kebakaran.
f. Pembuangan limbah.
g. Untuk sampah disediakan tempat sampah disetiap ruangan dan
juga luar ruangan. Sampah akhirnya dibuang ke tempat
pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh
mobil pengangkut sampah.
h. Untuk limbah cair disetiap ruangan disediakan kamar mandi
dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah.
f. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika
Kendari adalah sebagai berikut :
41
a. Pelayanan medis
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Poliklini obgyn
4. Poliklinik penyakit dalam
5. Poliklinik mata
6. Poliklinik bedah
7. Poliklinik anak
8. Poliklinik THT
9. Poliklinik radiologi
10. Poliklinik jantung
11. Poliklinik gigi anak
12. Instalasi Rawat Inap
a. Dewasa/Anak/Umum
b. Persalinan
13. Kamar Operasi
a. Opeasi obgyn
b. Bedah Umum
14. HCU
b. Pelayanan Penunjang Medis
1. Instalasi farmasi
2. Radiologi
3. Laboratorium
4. Instalasi gizi
42
5. Ambulance
c. Pelayan non medis
1. Sterilisasi
2. Laundry
g. Fasilitas Tempat Tidur
Jumlah tempat tidur yang ada di RSU Dewi Sartika Kendari
adalah sebanyak 91 tempat tidur yag terbagi dalam bebrapa kelas
perawatan yakni sebagai berikut :
Tabel 4.1 Fasilitas Tempat Tidur
No. Jenis ruangan Jumlah tempat tidur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
IGD
Ruang bersalin
14
10
12
37
11
7
Jumlah 91
h. Sumber Daya Manusia
Sunber Daya Manusia pada Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kendari secara keseluuhan berjumlah 128 orang, dengan
spesifikasi tenaga adalah sebagai berikut :
43
a. Tenaga Medis
1. Dokter Obgyn : 2 orang
2. Dokter Bedah : 1 orang
3. Dokter Interna : 1 orang
4. Dokter Anastesi : 1 orang
5. Dokter Anak : 2 orang
6. Dokter Jantung : 1 orang
7. Dokter Gigi : 3 orang
8. Dokter Umum : 9 orang
b. Tenaga Paramedis
1. D3 Bidan : 41 orang
2. D4 Bidan : 3 orang
3. D3 Perawat : 26 orang
4. S1 Keperawatan : 12 orang
5. Perawat Gigi : 4 orang
c. Tenaga Kesehatan Lainnya
1. D3 Farmasi : 2 orang
2. S1 Farmasi : 1 orang
3. Apoteker : 1 orang
4. D3 Analis Kesehatan : 3 orang
5. S1 Gizi : 1 orang
d. Non Medis
Staf lainnya : 14 orang
44
2. Pengkajian keperawatan
a. Identitas
Dari data yang diperoleh oleh penulis dari hasil wawancara
dan observasi pada saat melakukan pengkajian pada Ny.Y dari
tanggal 18 juli 2018 sampai dengan 21 juli 2018 adalah sebagai
berikut : nama : Ny.Y, umur : 26 tahun, suku/bangsa :
tolaki/indonesia, agama : islam, pendidikan terakhir : SMA,
pekerjaan : ibu rumah tangga (IRT), status perkawinan : sudah
kawin, perkawinan ke : 1, alamat : jalan mayjend katamson.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 18 juli 2018 Saat dilakukan pengkajian pada
Ny. Y, klien mengatakan tidak dapat beraktivitas, keadaan umum
klien lemah.
c. Riwayat peyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah melakukan tindakan operasi
sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga didapatkan
data bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit :
TBC, DM, Hipertensi.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan jalan
napas,pemenuhan nutrisi melalui infus dan klien baru makan dan
minum setelah 8 jam pasca operasi, untuk eliminasi klien terpasang
45
cateter dan klien membutuhkan orng lain untuk membersihkan
badannya serta memakaikan pakaian pada klien. Klien mengatakan
tidak bisa tidur tidak bisa bergerak atau melakukan aktivitas akibat
adanya rasa nyeri pada bekas luka operasi.
f. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan pasien didapatkan data yaitu : keadaan
umum pasien lemah, kesadaran composmentis, suhu tubuh 37,3oC,
klien tampak terbaring lemas ditempat tidur, klien tampak tidak
dapat melakukan aktivitas, terdapat nyeri tekan pada bekas luka
operasi sectio caesarea ,klien tampak meringis apabila bergerak,
tidak terdapat pembengkakkan atau oedema pada kedua
ekstremitas atas maupun pada ekstremitas bawah pasien, tekanan
darah 100/70mmHg, frekuensi nadi 72x/menit, frekuensi
pernafasan 20x/menit.
3. Hasil pengukuran
Penerapan latihan ROM terhadap mobilisasi pasien
dilaksanakan selama 4 hari, dengan frekuensi latihan 1 kali dalam
sehari. Sebelum latihan dilaksanakan, peneliti mengukur tanda-tanda
vital agar memastikan keadaan pasien dapat melakukan latihan ROM
untuk mempercepat penyembuhannya. Setelah pasien melakukan
latihan ROM dan selanjutnya dilakukan pengukuran dan hasil yang
diperoleh :
46
Tabel 4.2 Penilaian ROM
No. Gerakan ROM Mampu Tdk
Mampu
1. Jari-jari tangan Mampu
2. Pergelangan tangan Mampu
3. Siku Mampu
4. Bahu Mampu
a. Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring
Tabel 4.3
No. Hari
Latihan
Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring
Bantuan Minimal maksimal
1. Hari ke-1
2. Hari ke-2
3. Hari ke-3
4. Hari ke-4
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pada hari pertama
setelah dilakukan latihan ROM terhadap kemampuan pasien,
kemampuan berpindah pasien telah berada pada tahap minimal atau
mampu bergerak sedikit. Pada hari kedua sampai pada hari terakhir
pengukuran peneliti mendapatkan hasil kemampuan berpindah
pasien telah berada pada tahap maksimal atau mampu bergerak.
47
b. Bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk
Tabel 4.4
No. Hari
Latihan
bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk
Bantuan Minimal Maksimal
1. Hari ke-1
2. Hari ke-2
3. Hari ke-3
4. Hari ke-4
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pada hari pertama
setelah dilakukan latihan ROM terhadap kemampuan pasien,
kemampuan pasien untuk duduk masih membutuhkan bantuan.
Dan pada hari kedua setelah dilakukan latihan pasien telah mampu
bergerak sedikit, sedangkan pada hari ketiga sampai hari terakhir
setelah dilakukan latihan pasien mampu bergerak dari posisi
berbaring ke posisi duduk.
c. Bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri
Tabel 4.5
No. Hari
Latihan
bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri
Bantuan Minimal Maksimal
1. Hari ke-1
2. Hari ke-2
3. Hari ke-3
4. Hari ke-4
48
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pada hari pertama
setelah dilakukan latihan ROM pada pasien, didapatkan
kemampuan pasien untuk bergerak keposisi berdiri masih
membutuhkan bantuan, dan pada hari kedua pasien telah mampu
bergerak dengan sedikit gerakan,dan hari ketiga dan hari keempat
telah menunjukkan perkembangan setelah dilakukan latihan pasien
dapat berdiri dengan gerakan yang minimal.
d. Berpindah dari tempat tidur kekursi
Tabel 4.6
No. Hari
Latihan
Berpindah dari tempat tidur kekursi
Bantuan Minimal maksimal
1. Hari ke-1
2. Hari ke-2
3. Hari ke-3
4. Hari ke-4
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pada hari pertama
setelah dilakukan latihan ROM telah diperoleh data bahwa
kemampuan pasien untuk berpindah masih dalam tahap
membutuhkan bantuan. Dan pada hari kedua pasien telah mampu
bergerak sedikit dan pada ketiga dan terakhir setelah dilakukan
latihan didapatkan hasil pengukuran pasien dapat berpindah dengan
kemampuan gerak yang maksimal.
49
e. Kemampuan mobilisasi
Tabel 4.7
No. H-lat
KEMAMPUAN MOBILISASI
Berpindah dari satu
sisi kesisi lain
sambil berbaring
Bergerak dari posisi
baring keduduk
Bergerak dari posisi
duduk keposisi
berdiri
Berpindah dari
tempat tidur
kekursi
hasi
l bntn Min Mak bntn min mak bntn min mak bntn Min mak
1 H.Ke
-1
TM
2 H.Ke
-2
TM
3 H.Ke
-3
M
4 H.Ke
-4
M
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa stelah peneliti melakukan latihan
ROM pada pasien, diketahui berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring,
bergerak dari posisi baring ke posisi duduk, bergerak dari posisi duduk ke posisi
berdiri, dan berpindah dari tempat tidur ke kursi pada hari pertama bisa dilihat
bahwa pasien masih dalam tahap membutuh bantuan sehingga dapat dinilai bahwa
pasien belum mampu untuk mobilisasi. Dan pada hari kedua pasien sudah mampu
bergerak sedikit atau masih dalam tahap minimal Dan pada hari ketiga dan ke
empat setelah dilakukan latihan dapat dinilai bahwa pasien mampu untuk
melakukan mobilisasi karena berpindah dari sisi kesisi lain sambil berbaring,
bergerak dari posisi baring keposisi duduk, bergerak dari posisi duduk ke posisi
berdiri, dan berpindah dari tempat tidur ke kursi dilakukan dengan gerakan
maksimal.
50
B. Pembahasan Hasil Penelitian
setelah dilakukan latihan ROM pada pasien selama 4 hari maka
dilakukan pengukuran terhadap kemampuan mobilisasi yang meliputi 4
aspek yaitu berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring, bergerak
dari posisi baring ke posisi duduk, bergerak dari posisi duduk ke posisi
berdiri, dan berpindah dari tempat tidur ke kursi.
a. berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring
hasil penelitian meunjukkan bahwa pada hari pertama setelah
dilakukan latihan ROM, kemampuan berpindah pasien telah berada
pada tahap minimal atau mampu bergerak sedikit. Pada hari kedua
sampai pada hari terakhir pengukuran peneliti mendapatkan hasil
kemampuan berpindah pasien telah berada pada tahap maksimal atau
mampu bergerak. Hal ini di tunjang dengan teori yang menyebutkan
bahwa mobilisasi merupakan hal yang penting pada pasien yang telah
melakukan tindakan operasi sectio caesare untuk mencegah
komplikasi, bergerak dan beraktifitas di atas tempat tidur akan
membantu mencegah komplikasi pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan merangsang peristaltic usus serta mengurangi rasa
nyeri ( Kasdu, 2012)
b. Bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk
Hasil penelitian bahwa pada hari pertama setelah dilakukan
latihan ROM kemampuan pasien untuk duduk masih membutuhkan
bantuan. Dan pada hari kedua setelah dilakukan latihan ROM pasien
telah mampu bergerak sedikit, sedangkan pada hari ketiga sampai hari
51
terakhir setelah dilakukan latihan pasien mampu bergerak dari posisi
berbaring ke posisi duduk. menunjukkan Penelitian ini ditunjang oleh
teori yang mengatakan bahwa melakukan mobilisasi merupakan
kemapuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan
faktor yang menonjol dalam mempercepat penyembuhan atau
pemulihan pasca bedah serta merupakan suatu aspek yang terpenting
pada fungsi fisiologis karena hal ini esensial untuk mempertahankan
kemandirian ( Wirnata, 2010).
c. Bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari pertama setelah
dilakukan latihan ROM didapatkan kemampuan pasien untuk bergerak
keposisi berdiri hanya bergerak sedikit, dan pada hari ketiga dan hari
keempat setelah dilakukan latihan pasien dapat berdiri dengan gerakan
yang minimal. Kondisi ini di tujang oleh teori yang megatakan bahwa
melakukan mobilisasi merupakan kemapuan seseorang untuk bergerak
dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam
mempercepat penyembuhan atau pemulihan pasca bedah serta
merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena
hal ini esensial untuk mempertahankan kemandirian ( Wirnata, 2010).
d. Berpindah dari tempat tidur kekursi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari pertama setelah
dilakukan latihan ROM telah diperoleh data bahwa kemampuan
pasien untuk berpindah masih dalam tahap membutuhkan bantuan.
Dan pada hari kedua pasien telah mampu bergerak sedikit dan pada
52
ketiga dan terakhir setelah dilakukan latihan didapatkan hasil
pengukuran pasien dapat berpindah dengan kemampuan gerak yang
minimal. Kondisi ini ditunjang oleh teori yang mengatakan bahwa
melakukan mobilisasi merupakan kemapuan seseorang untuk bergerak
dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam
mempercepat penyembuhan atau pemulihan pasca bedah serta
merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena
hal ini esensial untuk mempertahankan kemandirian ( Wirnata, 2010).
e. Kemampuan mobilisasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stelah peneliti melakukan
latihan ROM pada pasien, diketahui berpindah dari satu sisi ke sisi lain
sambil berbaring, bergerak dari posisi baring ke posisi duduk, bergerak
dari posisi duduk ke posisi berdiri, dan berpindah dari tempat tidur ke
kursi pada hari pertama bisa dilihat bahwa pasien masih dalam tahap
membutuh bantuan sehingga dapat dinilai bahwa pasien belum mampu
untuk mobilisasi. Dan pada hari kedua pasien sudah mampu bergerak
sedikit atau masih dalam tahap minimal Dan pada hari ketiga dan ke
empat setelah dilakukan latihan dapat dinilai bahwa pasien mampu
untuk melakukan mobilisasi karena berpindah dari sisi kesisi lain
sambil berbaring, bergerak dari posisi baring keposisi duduk, bergerak
dari posisi duduk ke posisi berdiri, dan berpindah dari tempat tidur ke
kursi dilakukan dengan gerakan maksimal. Hal ini ditunjang oleh teori
yang mengatakan bahwa melakukan mobilisasi merupakan kemapuan
seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang
53
menonjol dalam mempercepat penyembuhan atau pemulihan pasca
bedah serta merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi
fisiologis karena hal ini esensial untuk mempertahankan kemandirian
( Wirnata, 2010).
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan latihan ROM terhadap kemampuan
mobilisasi pada pasien Ny.Y dengan diagnosa medis G1 P0 A0 yang dirawat
di Ruang Mutiara Rumah Sakit Dewi Sartika Kendari pada tahun 2018
peneliti mengambil kesimpulan bahwa penerapan latihan rom yang
dilaksanakan selama 4 hari berpengaruh terhadap kemampuan mobilisasi
pasien sehingga mempercepat proses penyembuhan pasien yang dapat di
buktikan sebagai berikut :
1. Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring
hari pertama setelah dilakukan latihan, kemampuan berpindah pasien
telah berada pada tahap minimal atau mampu bergerak sedikit. Pada
hari kedua sampai pada hari terakhir pengukuran peneliti mendapatkan
hasil kemampuan berpindah pasien telah berada pada tahap maksimal
atau mampu bergerak
2. Bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk
hari pertama setelah dilakukan latihan kemampuan pasien untuk duduk
masih membutuhkan bantuan. Dan pada hari kedua setelah dilakukan
latihan pasien telah mampu bergerak sedikit, sedangkan pada hari
ketiga sampai hari terakhir setelah dilakukan latihan pasien mampu
bergerak dari posisi berbaring ke posisi duduk.
55
3. Bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri
hari pertama setelah dilakukan latihan didapatkan kemampuan pasien
untuk bergerak keposisi berdiri hanya bergerak sedikit, dan pada hari
ketiga dan hari keempat setelah dilakukan latihan pasien dapat berdiri
dengan gerakan yang minimal.
4. Berpindah dari tempat tidur kekursi
hari pertama setelah dilakukan latihan telah diperoleh data bahwa
kemampuan pasien untuk berpindah masih dalam tahap membutuhkan
bantuan. Dan pada hari kedua pasien telah mampu bergerak sedikit dan
pada ketiga dan terakhir setelah dilakukan latihan didapatkan hasil
pengukuran pasien dapat berpindah dengan kemampuan gerak yang
minimal.
B. Saran
1. Bagi RS Dewi Sartika
Peneliti berharap agar RS Dewi Sartika menjadikan latihan ROM
sebagai salah satu alternatif dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas
2. Bagi istitusi pendidikan
Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu
bagian dari pembelajaran penerapan latihan ROM pada pasien
sectio caesarea dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada
program maternitas.
56
3. Bagi penulis
Peneliti berharap agar hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis
dalam menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan
penerapan latihan ROM pada pasien sectio caesarea dalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas.
57
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reni Yuli.(2017). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : Trans Info
Media
Hidayat, A. Aziz Alimul., & Uliyah, Usrifatul.(2014). Pengantar kebutuhan dasar
manusia. Jakarta : Salemba Medika
Latifa, Anida Hasan. (2017, Agustus 15). Analisis asuhan keperawatan pada
pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar hambatan mobilitas fisik post
sectio caesarea. Di peroleh tanggal 22 maret 2018 dari
Mitayani. (2011). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Mubarak, W.I., &Chayatin, N. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia.
Jakarta : EGC
Mulyawati, I., Azam, M., Ningrum, D.N.A. (2011). Faktor tindakan persalinan
operasi sectio caesarea. Journal kesehatan Masyarakat, kesmas 7 (1)
(2011) 14-21. Diperoleh tanggal 22 maret 2018 dari
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/729/1/ANIDA%20HASNA%20LATIFAH%20NIM.%20
A31600865.pdf
Pratiwi., ika, winta., & rahayuningsi, faizah betty.(2016,juli 27). Upaya
peningkatan istrahat tidur pada ibu post sectio ceasarea. Diperoleh 22
maret 2018 dari
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/1788
pratiwi, Ratna.,ermiati., & Widiasih Restuning.(2012). Penurunan intensitas nyeri
akibat luka post sectio caesarea setelah dilakukan tehnik relaksasi
pernapasan menggunakan aromaterapi. Volume 1, No 1 (2012). Di
peroleh 22 maret 2018.
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/44494
Nama : Ny. Y
Umur : 26 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
INSTRUMEN PENELITIAN
No bantuan minimal maksimal
1. Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring
2. Bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk
3. Bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri
4. Berpindah dari tempat tidur kekursi