86
ii PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN MOBILISASI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DI RUANG MUTIARA RUMAH SAKIT DEWI SARTIKA KENDARI TAHUN 2018 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan 2018 OLEH JASMAWATI P00320015073 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2018

PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

  • Upload
    vuliem

  • View
    255

  • Download
    10

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

ii

PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN MOBILISASI

PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DI RUANG MUTIARA

RUMAH SAKIT DEWI SARTIKA KENDARI

TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma

III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Jurusan Keperawatan 2018

OLEH

JASMAWATI

P00320015073

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018

Page 2: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

iii

Page 3: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

iv

Page 4: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Jasmawati

Nim : P00120015073

Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan

Judul KTI : PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP

KEMAMPUAN MOBILISASI PADA PASIEN SECTIO

CAESAREA DI RUANG MUTIARA RS DEWI

SARTIKA KENDARI TAHUN 2018

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil

jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 06 Agustus 2018

Yang membuat pernyataan,

Jasmawati

Page 5: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

vi

ABSTRAK

Jasmawati (P00320015073). “Penerapan Latihan Rom Terhadap

Kemampuan Mobilisasi pada Pasien Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Dewi

Sartika Kendari Tahun 2018” di bawah bimbingan ibu Lena atoy, SST.,MPH

dan Bapak Taamu, S.Pd., M.Kes (xi + 56 hal + 9 tabel + 10 lampiran). Latar

belakang : Sectio caesarea merupakan persalinan yang dibuat untuk melahirkan

janin dengan melalui tindakan insisi pada dinding perut dan dinding rahim. Pada

kasus sectio caesarea angka mortalitas dua kali dari angka kelahiran

pervaginam.dari hasil penelitian yang didapatakan di lapangan yaitu pasien

dengan kasus sectio caesarea mengeluh tidak dapat beraktivitas, pasien tampak

lemah dan terbaring ditempat tidur aktivitas pasien tampak dibantu sehingga dapat

mengakibatkan gangguan kebutuhan aktivita, dengan masalah keperawatan utama

yaitu hambatan mobilitas fisik. Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah

tersebut degan penerapan latihan rom pada kemampuan mobilisasi. Tujuan :

untuk mengetahui peningkatan aktivitas pada pasien sectio caesarea dalam latihan

rom terhadap kemampuan mobilisasi sebagai hamabatan mobilitas fisik. Meliputi

pengkajian dan evaluasi aktivitas pasien. Metode : penelitian ini menggunakan

metode penelitian deskriptif dengan bentuk studi kasus dengan jumlah pasien

yaitu sebanyak 1 orang dengan kasus sectio caesarea. Pengumpulan data

dilakukan menggunakan observasi dan pengkajian yang dilakukan di Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kendari. Hasil penelitian : Setelah dilakukan tindakan

keperawatan didapatkan hasil kebutuhan aktivitas pasien terpenuhi pasien mampu

berjalan dengan mandiri tanpa bantuan. Kesimpulan : penerapan latihan rom

yang dilakukan pada pasien dapat meningkatkan aktivitas dan mempercepat

pemulihan luka pasca operasi sectio caesarea.

Kata kunci : mobilisasi,latihan rom,sectio caesarea

Page 6: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

vii

Motto

“Man Jadda Wajada”

Siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil

“Man Shabara Zhafira”

Siapa yang bersabar pasti akan beruntung

“Man sara ala darbi Washala”

Siapa menapaki jalan-Nya akan sampai ke tujuan

jasmawati

Page 7: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

kasih sayang dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan judul “Penerapan Latihan Rom Terhadap

Kemampuan Mobilisasi Pada Pasien Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Dewi

Sartika Kendari Tahun 2018” ini dengan baik. KTI ini disusun sebagai salah

satu syarat menyelesaiakan pendidikan program studi diploma III keperawatan,

poltekkes kendari.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat

diselesaikan tanpa bimbingan dan arahan dari Ibu Lena Atoy, SST., MPH

sebagai pembimbing I dan Bapak Taamu, A.Kep, S.pd.,M.Kes sebagai

pembimbing II yang dengan tulus dan sabar membimbing penulis sejak menyusun

proposal penelitian hingga penyelesaian KTI ini.

Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes selaku Direktur poltekkes kemenkes Kendari.

2. Direktur RSU Dewi Sartika Kota Kendari yang telah memberikan izin kepada

peneliti.

3. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara

yang telah memberikan izin penelitian.

4. Bapak Indriono Hadi, S.Kep,Ns.,M.Kes selaku ketua jurusan keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari

5. Bapak, Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan ilmu

pengetahuan pada penulis selama kuliah.

Page 8: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

ix

6. Bapak Muslimin L, A.Kep.,S.Pd.,M.Si selaku penguji I, Bapak Indriono Hadi,

S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji II, dan Ibu Reni Devianti Usman,

M.Kep.,Sp.KMB selaku penguji III yang telah membantu dan mengarahkan

serta kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis

Ilmiah ini.

7. Teristimewa untuk saudara saya Jasruddin dan kedua orangtuaku Ayahanda

Mosisi (alm) dan ibunda tersayang Rosma yang selalu mendukung dan

mendo`akan demi kesuksesan penulis.

8. Kepada sahabat saya squad Vys3ier dan seluruh mahasiswa perawat muda 015

serta rekan-rekan mahasiswa jurusan keperawatan poltekkes kemenkes

kendari angkatan 2015 yang telah banyak membantu serta semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyampaikan maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, kritik dan saran sangan diharapkandemi

kesempurnaan penulisan ini.

Kendari, 06 Agustus 2018

penulis

Page 9: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN SAMPUL DEPAN ......................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

KEASLIAN PENELITIAN ................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

MOTTO ............................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan masalah ................................................................................... 5

C. Tujuan penulisan .................................................................................... 5

D. Manfaat penulisan ................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7

Konsep Askep Pasien sectio caesarea ................................................................ 7

1. Pengertian kehamilan ............................................................................. 7

2. Tanda-tanda kehamilan ......................................................................... 10

3. Pengertian persalinan ............................................................................. 11

Asuhan Keperawatan Sectio caesarea ............................................................... 14

1. Pengkajian ............................................................................................... 14

2. Diagnosa ................................................................................................... 21

3. Intervensi ................................................................................................ 21

Page 10: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

xi

Konsep Askep dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas ................................ 23

A. Pengertian Kebutuhan aktivitas ............................................................ 23

B. Pengertian mobilisasi .............................................................................. 23

C. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi ................................................ 24

D. Mobilisasi pada Sectio Caesarea ............................................................ 25

E. ROM (range of motion) .......................................................................... 25

F. Konsep askep kebutuhan aktivitas ........................................................ 30

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32

1. Rancangan Stud Kasus ........................................................................... 32

2. Subjek Studi kasus .................................................................................. 32

3. Fokus Studi Kasus ................................................................................... 33

4. Definisi operasional Fokus Studi ........................................................... 33

5. Tempat dan Waktu Studi kasus ............................................................ 35

6. Pengumpulan Data .................................................................................. 35

7. Penyajian Data ........................................................................................ 36

8. Etika Studi kasus ..................................................................................... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 38

A. Hasil penelitian ........................................................................................ 38

1. Tinjauan Tentang Lokasi Studi Kasus ............................................ 38

2. Pengkajian keperawatan .................................................................. 44

3. Hasil pengukuran .............................................................................. 45

B. Pembahasan ............................................................................................. 50

1. Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring ................... 50

2. Bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk ............................. 50

3. Bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri .................................. 51

4. Berpindah dari tempat tidur kekursi .............................................. 51

5. Kemampuan mobilisasi .................................................................... 52

Page 11: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

xii

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 54

A. Kesimpulan .............................................................................................. 54

B. Saran......................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Derajat normal (ROM) ...................................................................... 26

Tabel 3.1 Prosedur latihan ................................................................................. 34

Tabel 4.1 Fasilitas tempat tidur ......................................................................... 42

Tabel 4.2 penilaian ROM ................................................................................... 46

Tabel 4.3 Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring .................... 46

Tabel 4.4 Bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk............................... 47

Tabel 4.5 Bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri .................................... 47

Tabel 4.6 Berpindah dari tempat tidur kekursi ............................................... 48

Tabel 4.7 Kemampuan mobilisasi ...................................................................... 49

Page 13: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 posisi miring atau sim .................................................................... 28

Gambar 2.2 ROM aktif....................................................................................... 28

Gambar 2.3 ROM pasif ...................................................................................... 29

Page 14: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan normal merupakan persalinan yang di mulai dari

mulesnya sampai saat keluarnya bayi dalam kondisi kepala terlebih dahulu

keluar melalui vagina, dengan lama persalinan membutuhkan waktu

kurang dari 24 jam (whalley, 2008). Dalam proses ini kadang tidak

berjalan semestinya sehingga janin tidak dapat lahir secara normal karena

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti komplikasi kehamilan,

Disproporsi sefalo-pelvik, partus lama, ruptur uteri, cairan ketuban yang

tidak normal, kepala panggul. Keadaan tersebut perlu tindakan medis

seperti untuk melakukan operasi sectio caesarea (Padilla,et al., 2008).

Sectio caesarea merupakan persalinan yang dibuat untuk

melahirkan janin dengan melalui tindakan insisi pada dinding perut dan

dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh dengan berat lebih

dari 500 gram (Mitayani. 2011).

Pada kasus sectio caesarea angka mortalitas dua kali dari angka

kelahiran pervaginam, disamping itu terdapat angka morbiditas yang

terjadi akibat infeksi, kehilangan darah, maupun kerusakan organ internal

lebih tinggi pada persalinan sectio caesarea (Kulas, 2008).

Di indonesia sudah ada peraturan yang menerangkan tentang

kriteria standar agar persalinan sectio caesarea dapat dilakukan. Walaupun

Page 15: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

2

belum membahas secara mendetail namun peraturan tersebut dapat

dijadikan acuan dalam pelaksanaan sectio caesarea (Utomo ang

mcDonald, 2009).

Tindakan operasi sectio caesarea adalah suatu tindakan yang

dilakukan hanya jika terjadi masalah pada saat proses persalinan normal

yang dapat mengancam nyawa ibu dan janin. Masalah yang memerlukan

operasi caesar, misalnya gawat janin, jalan lahir tertutup plasenta (plasenta

previa totalis), persalinan macet, ibu mengalami hipertensi (preeklamsia),

bayi dalam posisi sungsang atau melintang, sampai pendarahan sebelum

proses persalinan. Tindakan operasi caesar ini biasanya telah direncanakan

dari jauh-jauh hari sebelumnya tindakan operasi sectio caesarea dilakukan

(Utama, 2011).

Tindakan sectio caesarea juga bisa berdampak pada pemenuhan

kebutuhan dasar ibu seperti nyeri pada bekas luka operasi, gangguan

eliminasi urin, gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan, gangguan aktifitas,

gangguan personal hygiene, gangguan pola istirahat dan tidur, sampai

masalah produksi dan pemberian air susu ibu pada bayinya (Maryunani,

2015).

Di Indonesia persalinan dengan sectio caesarea bukan merupakan

hal baru. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya angka sectio caesarea.

Hasil dari Riskesdas 2013 bahwa kelahiran dengan sectio caesarea sebesar

9.8% presentase tertinggi di DKI Jakarta (19,9 %) dan terendah di

Sulawesi Tenggara (3,3%).

Page 16: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

3

Data yang diperoleh di Rumah Sakit Dewi Sartika tahun 2015

jumlah persalinan dengan sectio caesarea sebanyak 318, dan 2016

sebanyak 496 orang serta mengalami peningkatan pada tahun 2017

sebanyak 679 orang.

Mobilisasi pasca sectio caesarea dapat dilakukan setelah 24 – 48

jam pertama pasca bedah. Mobilisasi bertujuan untuk mempercepat

penyembuhan luka, memperbaiki sirkulasi, mencegah statis vena,

menunjang fungsi pernafasan optimal, meningkatkan fungsi pencernaan,

mengurangi komplikasi pasca bedah, mengembalikan fungsi pasien

semaksimal mungkin seperti sebelum operasi, memperatahankan konsep

diri pasien dan mempersiapkan pasien pulang (Jitowiyono, 2010).

Mobilisasi dini merupakan pergerakan posisi yang dilakukan saat

melakukan aktivitas atau kegiatan. Mobilisasi adalah kemampuan

seseorang untuk bergerak bebas dan merupakan faktor yang mempercepat

pemulihan pasca bedah (Wirnata, 2010)

Mobilisasi juga merupakan hal yang penting pada periode post

operasi sectio caesarea untuk mencegah komplikasi. Beraktivitas di

tempat tidur juga dapat membantu mencegah kompilikasi pada sistem

pernapasan, kardiovaskuler, mencegah dekubitus, merangsang peristaltic

usus dan mengurangi rasa nyeri (Kasdus 2012).

Latihan rentang gerak aktif (klien menggerakkan semua sendinya

dengan rentang gerak tanpa bantuan), pasif (klien tidak dapat

menggerakkan setiap sendi dengan rentang gerak), atau berada di

antaranya. Rencana keperawatan harus meliputi menggerakkan ekstremitas

Page 17: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

4

klien dengan rentang gerak penuh. Latihan rentang gerak pasif harus

dimulai segera pada kemampuan klien menggerakkan ekstremitas atau

sendi menghilang.

Pergerakan dilakukan dengan perlahan dan lembut dan tidak

menyebabkan nyeri. Perawat jangan memaksakan sendi melebihi

kemampuannya. Setiap gerakan harus diulang 5 kali setiap bagian (Perry

& Potter, 2005).

Range of motion (ROM) adalah latihan menggerakkan sendi

sebanyak mungkin tanpa meimbulkan nyeri. Pada latihan ini klien dapat

melakukan sendiri tanpa bantuan perawat. ROM aktif bermamfaat untuk

membantu pasien memulai gerak seperti halnya pemanasan, sehingga tidak

menguras tenaga pasien pasca operasi section caesarea.

ROM aktif sangan mudah dilakukan dengan biaya yang murah

selain itu rom aktif memiliki sedikit resiko seperti jatuh dan pembukaan

jahitan serta gerakan yang dihasilkan dapa menstimulasi system saraf

autonom yang mengatur peristaltic usus sehingga bermanfaat dalam

pemulihan peristaltic usus ( Ambarwati & sunarsih, 2005)

Latihan ROM Pasif adalah latihan ROM yang dilakukan pasien

dengan bantuan perawat setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah

pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi

tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan gerak dengan

mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengn paralisis ekstermitas

total; ( Suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk

menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan mengerakkan otot

Page 18: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

5

orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan

kaki pasien.

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik

untuk melakukan studi kasus dengan judul “Penerapan latihan ROM

terhadap kemampuan mobilisasi pada pasien sectio caesarea di Ruang

Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara.”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada studi kasus ini adalah “Bagaimanakah

Penerapan latihan ROM terhadap kemampuan mobilisasi pada pasien

sectio caesarea di Ruang Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota

Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Menggambarkan penerapan latihan ROM terhadap kemampuan

mobilisasi pada pasien sectio caesarea di ruangan Mutiara di Rumah

Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Tujuan khusus

Menggambarkan penerapan intervensi rom terhadap kemampuan

mobilisasi pada pasien sectio caesarea di Ruang Mutiara Rumah Sakit

Dewi Sartika Kendari tahun 2018

Page 19: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

6

D. Manfaat studi kasus

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Rumah Sakit Dewi Sartika dalam pengelolaan pengetahuan

tentang sectio caesarea dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.

2. Bagi institusi pendidikan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien Sectio Caesarea.

3. Penulis :

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan

kebutuhan aktivitas.pada pasien sectio caesarea.

Page 20: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Sectio Caesarea

1. Pengertian kehamilan

a. Fertilisasi

Proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi didaerah

ampula tuba fallopi, sekitar 200 – 500 juta sel sperma berhasil

mencapai sel telur, namun hanya 1 sperma yang dapat membuahi

sel telur. Terdapat berbagai rintangan yang menghambat jalan

sperma, lapisan keras yang melindungi ovum sangat sukar untuk di

tembus, namun sperma di lengkapi sistem khusus untuk

membantunya memasuki sel telur yaitu di bawah lapisan pelindung

pada kepala sperma terdapat kantung – kantung kecil yang berisi

enzim – enzim pelarut yaitu enzim – enzim akrosom. Sperma

melepas enzim- enzim akroson untuk menembus zonz pellusida

yaitu sebuah perisai glikoprotein disekeliling sel telur yang

mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan

menginduksi reaksi akrosom. Reaksi akrosom yaitu reaksi yang

terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan induksi oleh

protein- protein zona. Penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah

antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang

sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa

Page 21: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

8

memasuki sitoplasma oosit, sementara spermatozo bergerak maju

terus hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita. Intinya

membengkak dan membentuk pronukleus pria. Sedangkan ekornya

lepas dan bergenerasi .

b. Perkembangan embrio

1. Pembelahan zigot

Setelah pebuahan terjadi mulailah pembelahan zigot. Hal

ini dapat berlangsung karena sitoplasma ovum banyak

mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Setelah zigot

mencapai tingkat dua sel, ia menjadi pembelahan mitosis,

mengakibatkan bertambahnya jumlah sel denga cepat. Sel yang

menjadi semakin kecil ini disebut blastomer dan sampai tingkat

delapan sel, sel- selnya membentuk sebuah gumpalan

longgar.Segera setelah pembelahan ini terjadi maka,

pembelahan- pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar,

dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel- sel embrio

yang termanfaatkan kemudian membelah lagi, kemudian hasil

konsepsi berada pada stadium morula dengan 16 sel.

Pada stadium morulla energi untuk pembelahan ini

diperoleh dari vitelus, hingga volume vitellus makin berkurang

dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demekian, zona

pellusida tetap utuh, dengan perkataan lain, besarnya hasil

konsepsi disalurkan melalui saluran tuba yang sempit dan terus

Page 22: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

9

kearah cavum uteri kira-kira pada waktu morula memasuki

rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk

kedalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam.

Berangsur – angsur antar sel menyatu, dan akhirnya

terbentuklah sebuah rongga, bastokel, pada saat ini mudigah

disebut blastokista. Sel-sel didalam massa sel dalam, yang

sekarang disebut embrioblast, terletak pada salah satu kutub,

sedangkan sel – sel dimassa sel luar atau trofoblast, menipis

dan membentuk dinding epitel blastokista.Zona pellusida

sekarang menghilang, sehingga implantasi dapat dimulai.

Dengan demikian, menjelang akhir minggu pertama

perkembangan, zigot telah melewati tingkat morula dan

blastokista dan sudah mulai berimplantasi di selaput lendir

rahim.

2. Proses Implantasi

Kemudian blastula tersebut berimplantasi dalam

endometrium dengan bagian dimana bagian inner cell mass

berlokasi, hal ini yang menyebabkan tali pusat berpangkal

sentral atau prasentral. Bila nidasi terjadi mulailah diferensiasi

sel-sel blastula . Sel-sel yang lebih kecil, yang dekat dengan

ruang eksoselom, membentuk ruangan amnion.

c. Perkembangan Trofoblast:

1. Pembentukan plasenta

Page 23: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

10

2. Pembentukan tali pusat

3. Selaput janin (Amnion dan Korion)

2. Tanda- tanda kehamilan

1. Tanda tidak pasti kehamilan

a. Amenorhoe (berhentinya menstruasi pada seorang wanita

b. Mual dengan atau tanpa muntah(mual emesi dan muntah

vomiting)

c. Ngidam

d. Sering kencing

e. Kostipasi atau obstipasi

f. Sinkope/ pingsan

g. Payudara Tegang

h. Pigmentasi Kulit

i. Epulis

j. Varices

k. Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan

2 Tanda Pasti Kehamilan

Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan:

a. Denyut jantung janin

Denyut jantung janin, dengan stetoskop pada usia

kehamilan 17-19 minggu, dengan Doppler pada usia

kehamilan 10 minggu, dengan elektrokardiografi dapat

mendeteksi sejak 48 hari setelah HPHT terakhir.

Page 24: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

11

b. Persepsi Gerakan Janin

Gerakan janin terdeteksi oleh pemeriksa setelah usia

kehamilan sekitar 20 minggu

c. Deteksi kehamilan secara Ultrasonograi

Setelah 6 minggu denyut jantung sudah terdeteksi. Kantung

gestasi mulai dapat dilihat sejak usia kehamilan 4 – 5

minggu sejak menstruasi terakhir dan pada minggu ke- 8,

usia gestasi dapat diperkirakan secara cukup akurat.

3. PengertianPersalinan

Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu (Depkes, 2008). Sedangkan menurut

Sumara ( 2009) persalinan adalah proses membuka dan menipisnya

serviks, dan janin turun kejalan lahir.

Persalinan adalah dproses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usian kehamilan cukup bulan ( setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan (impartu) sejak

uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(menbuka dan menepis ) dan berakhir dengan lahirnya plasenta

secara lengkap. Ibu belum imfartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan serviks ( Wiknjosastro, 2008)

Persalinan normal merupakan persalina yang di mulai dari

mulesnya sampai saat keluarnya bayi dalam kondisi kepala terlebih

Page 25: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

12

dahulu keluar melalui vagina, dengan lama persalinan

membutuhkan waktu kurang dari 24 jam (whalley, 2008). Dalam

proses ini kadang tidak berjalan semestinya sehingga janin tidak

dapat lahir secara normal karena disebabkan oleh beberapa faktor,

seperti komplikasi kehamilan,disproporsi sefalo-pelvik, partus

lama, ruptur uteri, cairan ketuban yang tidak normal, kepala

panggul. Keadaan tersebut perlu tindakan medis seperti untuk

melakukan operasi sectio caesarea (padilla,et al., 2008)

a. Bentuk persalinan

1) Bentuk persalinan spontan

Persalinan yang berlansung dengan kekuatan ibu sendiri,

dan melalui jalan lahir.

2) Persalinan Bantuan

Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan tenaga

dari luar ekstraksi dengan forcep atau dengan dilakukan

sectio caesarea.

3) Persalinan Anjuran

Persalinan yang tidak di mulai dengan sendirinya, baru

belangsung setelah pemecahan ketuban.

b. Proses persalinan

1) Kala I

Disebut kala pembukaan dimulai dengan pembukaan

serviks sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses

Page 26: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

13

pembukaannya serviks disebabkan oleh HIS persalinan/

kontraksi.

Tanda dan gejala kala I

a. HIS sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10

menit

b. Penipisan dan pembukaan serviks

c. Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir

bercampur darah.

2. Kala II

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks

sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran

Tanda dan gejala kala II :

a) Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan

dengan terjadinya kontraksi.

b) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada

rectum dan atau vaginanya.

c) Perineum terlihat menonjol.

d) Vulva – vagina dan singter ani terlihat membuka.

e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

3) Kala III

Kala III persalinan dimulai setelah setelah lahirnya bayi

dan berakhir dengan lahirnya plasenta.

Page 27: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

14

Tanda dan Gejala lepasnya plasenta:

a. Perubahan ukuran dan bentuk uterus

b. Tali pusat memanjang

c. Semburan darah tiba – tiba

4) Kala IV

Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan

amplitude 60 sampai 80 mmHg, kekuatann kontraksi ini

tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat

dan terjadi kesempatan membentuk thrombus melalui

kontraksi yang kuat dan pembentukan thrombus terjadi

penghentian pengeluaran darah post partum.

Tanda dan gejala kala IV:

a) Bayi dan plasenta telah lahir

b) Tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat

B. Asuhan Keperawatan Sectio Caesarea

1. Pengkajian sectio caesarea

a. Identitas

Pada penderita dengan indikasi sectio caesarea dapat terjadi pada

setiap umur kehamilan yang dapat dilihat pada kehamilan muda.

b. Keluhan Utama

Pada klien dengan post operasi keluhan utamanya yaitu klien

mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, badannya lemah, tidak

berani bergerak, dan rasa haus yang berlebihan.

Page 28: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

15

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada riwayat penyakit sekarang yang perlu dikaji yaitu jam selesai

operasi.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah klien pernah mengalami riwayat tindakan operasi

sebelumnya.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab

penting yang perlu di kaji yaitu penyakit berat yang pernah di

derita salah satu amggota yang ada hubungannya dengan operasi

misalnya : TBC, DM, dan Hypertensi.

f. Riwayat Obstetri

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan letak lintang

yang perlu diketahui adalah :

1. Keadaan haid

Perlu ditanyakan kapan datangnya menarche siklus haid, hari

pertama hari terakhir untuk dapat diketahui yang keluar darah

muda atau darah tua, encer atau menggumpal, lamanya nyeri

atau tidak, pada sebelum atau sesudah haid, berbau atau tidak,

dimana untuk mengetahui gambaran tentang keadaan alat

kandungan.

2. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

Ditanyakan kelangsungan dari kehamilan dan persalinan serta

nifas lalu, bagaimana keadaan bayi yang dilahirkan, apakah

Page 29: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

16

cukup bulan atau tidak, kelahirannya normal atau tidak, siapa

yang menolong persalinan dan dimana melahirkannya,

sehingga mendapat gambaran yang jelas tentang riwayat

kehamilan, persalinan yang lalu.

g. Pola Kebiasaan Hehari-Hari menurut Virginia Henderson

1. Respirasi

Pada kasus post sectio caesarea penyulit yang sering

ditemuakan adalah obstruksi jalan nafas, rspirasi yang tidak

adekuat dan respirasi arrest.

2. Nutrisi

Klien setelah selesai operasi pemenuhan nutrisinya selama

puasa melalu infus dan setelah 6 jam baru diberikan minum

secara bertahap dan setelah 8 jam baru diberikan makanan

lunak, tapi bila klien dengan lumbal fungsi langsung diberi

makan, minum seperti biasanya, bahkan dianjurkan banyak

minum.

3. Eliminasi

Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan

klien dengan post sectio caesarea, untuk BAK melalui dower

cateter yang sebelumnya telah terpasang

4. Istrahat/tidur

Pada klien dengan post sectio caesarea mengalami

gangguan istrahat tidur karena adanya rasa nyeri pada daerah

Page 30: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

17

operasi dan ada rasa yang tidak enak pada uretra akibat

terpasangnya dower cateter.

5. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi

Pada klien dengan post op sectio caesarea mengalami

gangguan dalam hal temperatur tubuh, suhu tubuh > 37,5 oC.

6. Kebutuhan personal hygiene

Klien dengan post sectio caesarea pada hari pertama dan

kedua sebelum kateter dibuka klien membutuhkan orang lain

untuk membersihkan diri dalam hal ini klien harus dimandikan.

7. Aktivitas

Pola aktivitas dapat terganggu dengan adanya rasa nyeri

pada daerah operasi sehingga klien membatasi gerakan.

8. Gerak dan keseimbangan tubuh

Aktivitas berkurang, tidak bisa berjalan karena nyeri dan

ketidaknyamanan.

9. Kebutuhan berpakaian

Klien dengan post op sectio caesarea mengalami

gangguan dalam memenuhi kebutuhan berpakain tersebut.

10. Kebutuhan keamanan

Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah klien

tetap merasa aman dan terlindungi oleh keluarganya. Klien

mampu menghindari bahaya dan lingkungan.

Page 31: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

18

11. Sosialisasi

Pada data sosial ini dapat dilihat apakah klien merasa

terisolasi atau terpisah karena terganggunya komunikasi,

adanya perubahan pada kebiasaan atau perubahan dalam

kapasitas fisik untuk menentukan keputusan untuk beradaptasi

dengan lingkungan sekitarnya. Klien mungkin tampak sangat

cemas dan ketakutan.

12. Kebutuhan spiritual

Klien yang menganut agama islam selama keluar darah

nifas/masa nifas tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.

Sedangkan darah nifas adalah darah yang keluar dari rahim ibu

sesudah ia melahirkan anak, ini berlangsung selama 40 hari dan

selama-lamanya 60 hari sesudah melahirkan.

h. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Keadaan umum biasanya lemah

2. Kesadaran

Apatis

3. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : Normal atau menurun < 120/90 mmHg.

Nadi : Nadi meningkat > 80x/menit.

Suhu : Suhu meningkat > 37,5 oC.

Respirasi : Respirasi meningkat

Page 32: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

19

4. Pemeriksaan head to toe

a. Kepala

Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan

rambut dan keadaan kulit kepala.

b. Wajah

Apakah ada cloasma gravidarum, konjungtiva pucat atau

marah, adanya oedema.

c. Mata-telinga-hidung

Pada daerah wajah dikaji bentuk wajah, keadaan mata,

hidung, telinga, mulut dan gigi.

d. Leher

Apakah terdapat benjolan pada leher, pembesaran vena

jugularis dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.

e. Dada dan Punggung

Kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi intercostae,

pernafasan tertinggal, suara wheezing, ronchi,bagaimana

irama dan frekuensi pernafasan,. Pada jantung dikaji bunyi

jantung (interval) adakah bunyi gal-lop, mur-mur.

f. Payudara/mammae

Apakah puting menonjol atau tidak, areola menghitam,

kolostrum.

Page 33: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

20

g. Abdomen

Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan luka

operasi, adakah perdarahan, berapa tinggi fundus uterinya,

bagaimana dengan bising usus, adakah nyeri tekan.

h. Ekstermitas atas dan bawah

1. Ekstermitas atas

Kesimetrisannya, ujung-ujung jari sianosis atau tidak,

ada tidaknya ordema, klien dengan post operasi

biasanya terpasang infus

2. Ekstermitas bawah

Kesimetrisannya, ada tidaknya oedema, bagaimana

dengan pergerakannya biasanya biasanya klien dengan

post operasi biasanya takut menggerakkan kakinya,

apakah tanda-tanda hormon, refleks patella, adakah

tanda-tanda trombosis vena.

i. Genetalia

Adakah pengeluaran lochea, bagaimana warnanya,

banyaknya, bau serta adakah oedama vulva, bagaimana

posisi cateter terpasang dengan baik atau tidak, apakah

lancar dan bagaimana kebersihan klien pada post operasi

yang biasanya akan tampak kotor karena banyak usia darah

yang belum dibersihkan.

Page 34: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

21

2. Diangnosa Keperawatan

a. Hambatan mobilitas fisik

Berhubungan dengan nyeri luka bekas operasi, di tandai dengan

klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah,

kebutuhan aktivitas klien tampak dibantu.

3. Rencana keperawatan

1. Diagnosa

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan yeri luka bekas

operasi ditandai dengan klien mengeluh sakit bila bergerak,

keadaan umum lemah kebutuhan aktivitas klien tampak dibantu.

2. Tujuan (NOC)

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama .....x 24

jam diharapkan menunjukkan mobilisasi klien meningkat (mobility

level) dengan kriteri

a. Kemampuan bergerak secara mandiri atau dengan batuan alat

b. Posisi tubuh dengan inisiatif sendiri

c. Kemampuan berpindah secara mandiri atau dengan alat bantu

d. Ambulasi berjalan.

3. Intervensi (NIC)

a. Bantuan perawatan diri : berpindah

1. Kaji kemampuan klien saat ini untuk memindahkan diri

sendiri

2. Instruksikan kepada klien semua tehnik perpindahan

Page 35: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

22

3. Berikan alat bantu kepada klien untuk membatu berpindah

secara mandiri dengan baik.

4. Bantu klien untuk ambulasi dengan menggunakan tubuh kita

sebagai kruk manusia

d. Pengaturan posisi

1. Jelaskan pada pasien bahwa badannya akan dibalik

2. Dorong pasien untuk terlibat dalam perubahan posisi

3. Posisikan pasien sesuai dengan kesejajaran tubuh yang tepat

4. Dorong untuk melakukan latihan ROM aktif dan pasif

5. Jangan menempatkan pasien pada posisi yang bisa

meningkatkan nyeri

6. Instruksikan pasien bagaiman menggunakan postur tubuh dan

mekanika tubuh yang baik ketika beraktivitas

e. Terapi latihan fisik : mobilitas sendi

1. Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap

fungsi sendi

2. Jelaskan pada pasien atau keluarga mamfaat dan tujuan

melakukan latihan sendi

3. Monitor lokasi dan kecenderungan adanya nyeri dan

ketidaknyamanan selama pergerakan/aktivitas

1. Bantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang optimal untuk

pergerakan sendi pasif maupun aktif

2. Dukung latihan ROM aktif dan pasif dengan bantuan serta

jadwal yang teratur dan terencana sesuai indikasi

Page 36: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

23

3. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan ROM aktif

4. Dukung ambulasi jika memungkinkan

5. Sediakan dukungan positif dalam melakukan latiha sendi.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Dalam Kebutuhan Aktivitas

1. Kebutuhan aktivitas

merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap

manusia. Kemampuan tersebut meliputi berdiri, berjalan, bekerja,

makan, minum, dan lain sebagainya. Dengan beraktivitas tubuh akan

menjadi sehat sistem pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi

dengan baik, dan metabilisme tubuh akan optimal. Di samping itu,

kemampuan beergerak juga akan memengaruhi harga diri dan citra

tubuh seseorang. Dalam hal ini, kemampuan beraktivitas tidak lepas

dari sistem persyarafan dan muskuloskeletal yang adekuat( Lilis,

Taylor, Lemonek ,1989 dalam Wahit, Nurul,2008).

2. Mobilisasi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara

bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan,

memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan

untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).

Kemampuan pasien dalam melaksanakan mobilisasi tidak sama

antara pasien satu dengan pasien yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain seperti usia, status perkembangan,

pengalaman yang lalu atau riwayat pembedahan sebelumnya, gaya

Page 37: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

24

hidup, tingkat pendidikan dan pemberian informasi oleh petugas

kesehatan tentang proses penyakit/injury (Kozier, 2010

3. Faktor yang mempengaruhi mobilitas

1. Gaya hidup

Perubahan gaya hidup hidup memengaruhi kemampuan mobilitas

seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau

kebiasaan sehari-hari.

2. Proses penyakit/cedera

Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karean

dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh.

3. Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi

kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering

berjalan jauh memiliki kemampuan mobiitas yang kuat; sebaliknya

ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat

dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivits.

4. Tingkat energi

Energi adalah sumber untuk melakukan mobilisasi. Agar seseorang

dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang

cukup.

5. Usia dan status perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang

berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi

alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

Page 38: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

25

4. Mobilisasi pada sectio caesarea

Mobilisasi merupakan kegiatan yang penting pada periode post

operasi sectio caesarea untuk mencegah komplikasi. Kemampuan

pasien untuk bergerak dan berjalan pada post operasi akan menentukan

kegiatan yang harus dilakukan untuk memberi kesempatan pada

pergerakan yang maksimal. Bergerak dan beraktivitas diatas tempat

tidur membantu mencegah komplikasi pada sistem pernafasan,

kardiovaskular, mencegah dekubitus, merangsang peristaltic usus dan

mengurangi rasa nyeri ( kasdu, 2012).

5. ROM (range of motion)

Range of motion (ROM) adalah latihan menggerakkan sendi

sebanyak mungkin tanpa meimbulkan nyeri, Pada latihan ini klien

dapat melakukan sendiri tanpa bantuan perawat.

Latihan rentang gerak aktif (klien menggerakkan semua

sendinya dengan rentang gerak tanpa bantuan), latihan gerak pasif

(klien tidak dapat menggerakkan setiap sendi dengan rentang gerak),

atau berada di antaranya. Rencana keperawatan harus meliputi

menggerakkan ekstremitas klien dengan rentang gerak penuh. Latihan

rentang gerak pasif harus dimulai segera pada kemampuan klien

menggerakkan ekstremitas atau sendi menghilang.

Pergerakan dilakukan dengan perlahan dan lembut dan tidak

menyebabkan nyeri. Perawat jangan memaksakan sendi melebihi

kemampuannya. Setiap gerakan harus diulang 5 kali setiap bagian

(Perry & Potter, 2005)

Page 39: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

26

Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,

pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan

beberapa atau semua latihan gerak dengan mandiri, pasien tirah baring

total atau pasien dengn paralisis ekstermitas tota; ( Suratun, dkk,

2008).

Latihan gerak sendi merupakan hal yang sangan baik dilakukan

oleh pasien paska operasi,karena pasien dapat segera melakukan

berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses

penyembuhan. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh

karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama

sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien

pasca operasi dan segera bergeraka maka akan cepat merangsang usus

sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. (Patriani, 2008).

Tabel 2.1 derajat normal rentang gerak sendi (ROM)

Gearakan

Sendi

Derajat rentang

normal

Bahu Adduksi : gerakan lengan ke lateral dari

posisi samping keatas kepala, telapak tangan

menghadap keposisi yang paling jauh

180

Siku Fleksi : angkat lengan bawah kearah depan

dan kerah ats menuju bahu

150

Pergelangan

tangan

Fleksi : tekuk jari-jari tangan kerah bagian

dalam lengan bawah

80-90

Page 40: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

27

Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari

posisi fleksi

80-90

Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan kerah

belakang sejauh mungkin

70-90

Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke sisi

ibu jari ketika telapak tangan menghadap

keatas

0-20

Adduksi : tekuk pergelangan tangan kerah

kelingking delapak tangan menghadap ketas

30-50

Tangan dan

jari

Fleksi : buat kepalan tangan 90

Ekstensi : luruskan jari 90

Hiperekstensi : tekut jari-jari tanagn ke

belakang sejauh mungkin

30

Abduksi : kembangkan jari tangan 20

Adduksi : rapatkan jari-jari tangan dari

posisi abduksi

20

Pengaturan posisi dan latihan ROM aktif dan pasif

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilisasi

dapat disesuaikan dengan tingkat gangguan.

Latihan ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk

mengurangi kekakuan pada sendi dan kekakuan otot.

1. Posisi miring atau sim

2. Latihan fleksi ekstensi pergelangan tangan

3. Fleksi dan ekstensi siku

4. Proonasi dan supinasi lengan bawah

Page 41: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

28

5. Pronasi fleksi bahu

6. Abduksi dan adduksi

7. Rotasi bahu

8. Fleksi dan ekstensi jari-jari

9. Infersi dan efersi kaki

10. Fleksi dan ekstensi lutut

Gambar 2.1 posisi miring atau sim

Gambar 2.2 ROM aktif

Page 42: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

29

Gambar 2.3 ROM pasif dengan bantuan perawat

Page 43: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

30

6. Konsep askep kebutuhan aktivitas

1. Pengkajian

Aktivitas klien meliputi riwayat keperawatan dan

pemeriksaan fisik tentang kesejajaran tubuh,gaya berjalan,

penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan

gerak, kekuatan dan masa otot, toleransi aktivitas, masalah terkait

mobilitas serta kebugaran fisik.

2. Diagnosa

a. Hambatan mobilitas fisik

b. Intoleransi aktivitas

c. Risiko intoleransi aktivitas

d. Risiko disuse syndrome

3. Perencanaan

a. Mengatur posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam

postur tubuh yang benar.

b. Ambulasi dini merupakan salah satu tindakan yang dapat

meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

Page 44: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

31

c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih

kekuatan dan ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah

bergerak.

d. Latihan isotonik dan isometrik.

e. Latihan ROM, baik secara aktif maupun pasif. ROM

merupakan tindakan untuk mengurangi kekakuan pada sendi

dan kelemahan pada otot.

4. Implementasi

Klien mampu menghadapkan badannya ke kiri dan kanan

selanjutnya dengan istruksi klien mampu menjuntaikan tungkainya

ke tepi tempat tidur, kemudian duduk di sebuah kursi, dan akhirnya

berjalan, perawat membantu dengan latihan ROM segera setelah

prosedur pembedahan, sesuai dengan program dokter bedah.

Sehingga membantu sirkulasi, meningkatkan respirasi, mencegah

kongesti paru, membantu aktivitas berkemih dan defekasi.. Ia dapat

lebih mampuh memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri,

sehingga meningkatkan pemulihan dengan cepat.

5. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan

untuk mengatasi gangguan mobilitas adalah pasien mampu

melakukan aktivitas dengan mudah serta tidak merasakan

kelemahan.

Page 45: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan bentuk studi kasus.

Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian dengan tujuan

utama untuk memberikan gambaran tentang keadaan atau fenomena secara

objektif dan rinci tentang apa yang terjadi ( Notoatmodjo, 2012). Hasil

yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat penerapan latihan ROM

terhadap kemampuan mobilisasi pada pasien dengan kasus sectio caesarea

di Ruang Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari pada Tahun

2018.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek dari penelitian studi kasus ini adalah pasien diruangan

Mutiara RSU Dewi Sartika Kendari yang berjumlah satu orang. Dengan

kriteria inklusi :

1. Pasien yang menerima pelayanan post operasi sectio caesarea di ruang

Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi sartika Kendari

2. Pasien post operasi sectio caesarea hari pertama / 10 jam pasca operasi

3. Pasien yang bersedia melakukan latihan mobilisasi ROM

Page 46: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

33

Dan dengan kriteria eksklusi :

Pasien yang tidak menerima pelayanan post operasi sectio caesarea

dengan diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik di ruang Mutiara

Dewi Sartika Kendari

C. Fokus Studis Kasus

1. Penerapan ROM secara pasif/aktif dengan mobilisasi pada pasien yang

mengalami masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik.

2. Kebutuhan Aktivitas pada pasien sectio caesarea

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Aktivitas merupakan suatu energi atau keadaan bergerak dimana

manusia memerlukannya untuk memenuhi aktivitas setiap hari serta

menjadi kebutuhan yang penting bagi manusia untuk melakukan

aktivitas sehari-hari, seperti aktivitas berjalan, berdiri, bekerja, makan

dan lain sebagainya.

2. Pasien sectio caesarea adalah pasien yang mengalami masalah dalam

persalina normal sehingga membutuhkan tindakan sectio caesarea.

3. ROM adalah upaya tindakan yang dilakukan untuk melatih pergerakan

sendi pada pasien sectio caesarea sehingga dapat melakukan aktivitas

sehari-hari secara mandiri. Latihan ROM terdiri dari ROM pasif yaitu

dengan bantuan perawat dan ROM aktif yaitu latihan yang dilakukan

oleh pasien secara mandiri.

4. Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,

mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup

aktivitasnya guna mempertahankan kesehatannya.

Page 47: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

34

Dengan kriteria objektif :

a. Mampu melakukan latihan ROM dan mobilisasi : jika pasien dapat

melakukan 9 item prosedur

b. Tidak mampu melakukan latihan ROM dan mobilisasi : jika pasien

dapat melakukan kurang dari 9 item prosedur.

Tabel 3.1 Prosedur latihan

No Prosedur tindakan ya tidak

1. Dalam posisi terlentang ibu dapat menggerakkan

jari-jari tangan (fleksi 90o ekstensi 90

o hiperekstensi

30o abduksi dan adduksi 20

o) pada hari pertama atau

10 jam pasca operasi.

2. Menggerakkan pergelangan tangan (fleksi 80-90o

ekstensi 90o hiperekstensi 70-90

o abduksi 0-20

o

adduksi 30-50o ) pada hari pertama atau 10 jam

pasca operasi.

3. Menggerakkan siku fleksi 150o

pada hari pertama

atau 10 jam pasca operasi

4. Menggerakkan bahu adduksi 180o pada hari pertama

atau 10 jam pasca operasi.

5. Dalam posisi terlentang ibu dapat menggerakkan

pergelangan kaki pada hari pertama atau 10 jam

pasca operasi

6. Ibu bisa memiringkan badan ke kanan dan ke kiri

pada hari pertama pasca operasi

Page 48: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

35

7. Hari kedua mengulang kembali tindakan yang di

lakukan pada hari pertama

8. Ibu mengangkat kaki kiri dan kaki kanan secara

bergantian

9. Hari ketiga mengulang kembali tidakan yang

dilakukan pada hari pertama dan kedua

10. Hari ke tiga ibu bisa duduk dengan posisi setengah

duduk atau semifowler

11 Ibu bisa berjalan dan berpindah tempat dari tempat

tidur ke kursi

12 Hari ke empat mengulang kembali tindakan latihan

pada hari pertama sampai ketiga

E. Tempat dan Waktu Studi Kasus

Tempat :Dilaksanakan di Ruang Mutiara Rumah Sakit Dewi Sartika

Kendari pada Tahun 2018.

Waktu : pada tanggal 18 sampai 21 juli tahun 2018.

F. Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan dilakukan dengan dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

Page 49: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

36

(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaannya tersebut

(meleong, 2010).

Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan

yang telah disusun, wawancara ini dilakukan pada pasien dengan post

operasi sectio caesarea yang meliputi misalnya, merasa nyeri saat

melakukan pergerakan, di ruang mutiara dewi sartika kendari.

2. Observasi

Observasi merupakan pengamatan terhadap suatu objek yang

diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung tidak memperoleh

data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Dilakukan secara

langsung pada pasien sectio caesarea di rumah sakit dewi sartika

kendari.

G. Penyajian Data

Data yang diperoleh dari responden dengan wawancara telah diolah

dan di sajikan dalam bentuk narasi beserta interprestasinya.

Interprestasinya adalah pengambilan kesimpulan dari suatu data, data yang

ditulis dalam bentuk narasi atau tekstuler. Narasi yaitu penyajian data hasil

penelitian dalam bentuk kalimat. (notoatmojo, 2010).

H. Etika studi kasus

Penelitian ini akan diajukan kepada tim program karya tulis ilmiah

poltekkes kemenkes kendari jurusan keperawatan, adapun etika yang harus

di taati oleh peneliti dalam melaksanakan studi kasus yakni :

1. Klien memiliki otonomi dan hak untuk membuat keputusan secara

sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari paksaan untuk

Page 50: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

37

berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini untuk mengundurkan diri

dari penelitian ini ( self determination).

2. Klien memiliki hak untuk di hargai tentang apa yang mereka lakukan

dan apa yang dilakukan terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan

dan bagaimana informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain (

privacy dan dignity )

3. Semua informasi yang didapatkan dari klien harus dijaga dengan

sedemikian rupa sehingga informasi individu tertentu tidak bisa

langsung dikaitkan dengan klien, dan klien juga harus dijaga

kerahasiaan atas keterlibatannya dalam penelitian ini ( anonymity

confidentialy).

4. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hak yang

sama untuk dipilih dalam penelitian tanpa diskriminasi dan diberikan

hak yang sama dengan menghormati seluruh persetujuan yang

disepakati.

5. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan

kerugian mengharuskan agar klien dilindungi dan eksploitasi dan

peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk

meminimalkan bahaya atau kerugian dari suatu penelitian, serta

memaksimalkan manfaat dari penelitian (macnee, 2004).

Page 51: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Tinjauan Tentang Lokasi Studi Kasus

a. Letak geografis

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika terletak dijalan kapten piere

Tandean No. 118 Kecamatan Baruga Kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena berada

ditengah-tengah lingkungan pemukiman penduduk dan mudah

dijangkau dengan kendaraan umum karena berada disisi jalan raya.

b. Status

RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun tahun 2009

dengan izin operasional sementara dari Walikota Kendari

No.56/IZN/XI/2010/001 tanggal 5 november 2010, maka Rumah

Sakit ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan

pelayanan kesehatan pada masyarakat pencari jasa kesehatan

dibawah naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang

sekaligus sebagai pemilik Rumah Sakit. RSU Dewi Sartika Kendari

telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah

Sakit tipe D.

Page 52: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

39

c. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Dewi sartika Kendari

Visi RSU Dewi Sartika Kendari adalah terwujudnya Rumah

Sakit yang mandiri dan bersaing global.

Misi RSU Dewi Sartika kendari adalah :

a. Memberikan pelayanan kesehatan prima kepada masyarakat

b. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas

c. Memberikan pelayanan yang optimal dan terjangkau dengan

mengutamakan kepuasan pasien.

d. Meningkatkan profesionalisme SDM (Sumber Daya Manusia)

d. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kendari

Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan

upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan

penyembuhan dan pemulihan yang dilakasanakan secara serasi dan

terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

melaksanakan upaya rujukan.

Fungsi RSU Dewi Sartika Kendari adalah sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan pelayanan medik.

b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.

c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik.

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.

e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

Page 53: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

40

e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah

sebagai berikut :

a. IGD, Poliklinik Spesialis, ruangan perawatan VIP, Kelas I,

Kelas II, Kelas III dan dengan fasilitasnya.

b. Listrik dan PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit

genset sebagai cadangan.

c. Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika Kendari adalah air

dari sumur bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi

24 jam.

d. Sarana komunikasi berupa telepon, fax, dan dilengkapi dengan

fasilitas internet (Wi-fi).

e. Alat pemadam kebakaran.

f. Pembuangan limbah.

g. Untuk sampah disediakan tempat sampah disetiap ruangan dan

juga luar ruangan. Sampah akhirnya dibuang ke tempat

pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh

mobil pengangkut sampah.

h. Untuk limbah cair disetiap ruangan disediakan kamar mandi

dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah.

f. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika

Kendari adalah sebagai berikut :

Page 54: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

41

a. Pelayanan medis

1. Instalasi Gawat Darurat

2. Instalasi Rawat Jalan

3. Poliklini obgyn

4. Poliklinik penyakit dalam

5. Poliklinik mata

6. Poliklinik bedah

7. Poliklinik anak

8. Poliklinik THT

9. Poliklinik radiologi

10. Poliklinik jantung

11. Poliklinik gigi anak

12. Instalasi Rawat Inap

a. Dewasa/Anak/Umum

b. Persalinan

13. Kamar Operasi

a. Opeasi obgyn

b. Bedah Umum

14. HCU

b. Pelayanan Penunjang Medis

1. Instalasi farmasi

2. Radiologi

3. Laboratorium

4. Instalasi gizi

Page 55: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

42

5. Ambulance

c. Pelayan non medis

1. Sterilisasi

2. Laundry

g. Fasilitas Tempat Tidur

Jumlah tempat tidur yang ada di RSU Dewi Sartika Kendari

adalah sebanyak 91 tempat tidur yag terbagi dalam bebrapa kelas

perawatan yakni sebagai berikut :

Tabel 4.1 Fasilitas Tempat Tidur

No. Jenis ruangan Jumlah tempat tidur

1.

2.

3.

4.

5.

6.

VIP

Kelas I

Kelas II

Kelas III

IGD

Ruang bersalin

14

10

12

37

11

7

Jumlah 91

h. Sumber Daya Manusia

Sunber Daya Manusia pada Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kendari secara keseluuhan berjumlah 128 orang, dengan

spesifikasi tenaga adalah sebagai berikut :

Page 56: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

43

a. Tenaga Medis

1. Dokter Obgyn : 2 orang

2. Dokter Bedah : 1 orang

3. Dokter Interna : 1 orang

4. Dokter Anastesi : 1 orang

5. Dokter Anak : 2 orang

6. Dokter Jantung : 1 orang

7. Dokter Gigi : 3 orang

8. Dokter Umum : 9 orang

b. Tenaga Paramedis

1. D3 Bidan : 41 orang

2. D4 Bidan : 3 orang

3. D3 Perawat : 26 orang

4. S1 Keperawatan : 12 orang

5. Perawat Gigi : 4 orang

c. Tenaga Kesehatan Lainnya

1. D3 Farmasi : 2 orang

2. S1 Farmasi : 1 orang

3. Apoteker : 1 orang

4. D3 Analis Kesehatan : 3 orang

5. S1 Gizi : 1 orang

d. Non Medis

Staf lainnya : 14 orang

Page 57: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

44

2. Pengkajian keperawatan

a. Identitas

Dari data yang diperoleh oleh penulis dari hasil wawancara

dan observasi pada saat melakukan pengkajian pada Ny.Y dari

tanggal 18 juli 2018 sampai dengan 21 juli 2018 adalah sebagai

berikut : nama : Ny.Y, umur : 26 tahun, suku/bangsa :

tolaki/indonesia, agama : islam, pendidikan terakhir : SMA,

pekerjaan : ibu rumah tangga (IRT), status perkawinan : sudah

kawin, perkawinan ke : 1, alamat : jalan mayjend katamson.

b. Riwayat penyakit sekarang

Pada tanggal 18 juli 2018 Saat dilakukan pengkajian pada

Ny. Y, klien mengatakan tidak dapat beraktivitas, keadaan umum

klien lemah.

c. Riwayat peyakit dahulu

Klien mengatakan tidak pernah melakukan tindakan operasi

sebelumnya.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga didapatkan

data bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit :

TBC, DM, Hipertensi.

e. Pola kebiasaan sehari-hari

Klien mengatakan tidak mengalami gangguan jalan

napas,pemenuhan nutrisi melalui infus dan klien baru makan dan

minum setelah 8 jam pasca operasi, untuk eliminasi klien terpasang

Page 58: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

45

cateter dan klien membutuhkan orng lain untuk membersihkan

badannya serta memakaikan pakaian pada klien. Klien mengatakan

tidak bisa tidur tidak bisa bergerak atau melakukan aktivitas akibat

adanya rasa nyeri pada bekas luka operasi.

f. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan pasien didapatkan data yaitu : keadaan

umum pasien lemah, kesadaran composmentis, suhu tubuh 37,3oC,

klien tampak terbaring lemas ditempat tidur, klien tampak tidak

dapat melakukan aktivitas, terdapat nyeri tekan pada bekas luka

operasi sectio caesarea ,klien tampak meringis apabila bergerak,

tidak terdapat pembengkakkan atau oedema pada kedua

ekstremitas atas maupun pada ekstremitas bawah pasien, tekanan

darah 100/70mmHg, frekuensi nadi 72x/menit, frekuensi

pernafasan 20x/menit.

3. Hasil pengukuran

Penerapan latihan ROM terhadap mobilisasi pasien

dilaksanakan selama 4 hari, dengan frekuensi latihan 1 kali dalam

sehari. Sebelum latihan dilaksanakan, peneliti mengukur tanda-tanda

vital agar memastikan keadaan pasien dapat melakukan latihan ROM

untuk mempercepat penyembuhannya. Setelah pasien melakukan

latihan ROM dan selanjutnya dilakukan pengukuran dan hasil yang

diperoleh :

Page 59: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

46

Tabel 4.2 Penilaian ROM

No. Gerakan ROM Mampu Tdk

Mampu

1. Jari-jari tangan Mampu

2. Pergelangan tangan Mampu

3. Siku Mampu

4. Bahu Mampu

a. Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring

Tabel 4.3

No. Hari

Latihan

Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring

Bantuan Minimal maksimal

1. Hari ke-1

2. Hari ke-2

3. Hari ke-3

4. Hari ke-4

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pada hari pertama

setelah dilakukan latihan ROM terhadap kemampuan pasien,

kemampuan berpindah pasien telah berada pada tahap minimal atau

mampu bergerak sedikit. Pada hari kedua sampai pada hari terakhir

pengukuran peneliti mendapatkan hasil kemampuan berpindah

pasien telah berada pada tahap maksimal atau mampu bergerak.

Page 60: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

47

b. Bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk

Tabel 4.4

No. Hari

Latihan

bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk

Bantuan Minimal Maksimal

1. Hari ke-1

2. Hari ke-2

3. Hari ke-3

4. Hari ke-4

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pada hari pertama

setelah dilakukan latihan ROM terhadap kemampuan pasien,

kemampuan pasien untuk duduk masih membutuhkan bantuan.

Dan pada hari kedua setelah dilakukan latihan pasien telah mampu

bergerak sedikit, sedangkan pada hari ketiga sampai hari terakhir

setelah dilakukan latihan pasien mampu bergerak dari posisi

berbaring ke posisi duduk.

c. Bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri

Tabel 4.5

No. Hari

Latihan

bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri

Bantuan Minimal Maksimal

1. Hari ke-1

2. Hari ke-2

3. Hari ke-3

4. Hari ke-4

Page 61: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

48

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pada hari pertama

setelah dilakukan latihan ROM pada pasien, didapatkan

kemampuan pasien untuk bergerak keposisi berdiri masih

membutuhkan bantuan, dan pada hari kedua pasien telah mampu

bergerak dengan sedikit gerakan,dan hari ketiga dan hari keempat

telah menunjukkan perkembangan setelah dilakukan latihan pasien

dapat berdiri dengan gerakan yang minimal.

d. Berpindah dari tempat tidur kekursi

Tabel 4.6

No. Hari

Latihan

Berpindah dari tempat tidur kekursi

Bantuan Minimal maksimal

1. Hari ke-1

2. Hari ke-2

3. Hari ke-3

4. Hari ke-4

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa pada hari pertama

setelah dilakukan latihan ROM telah diperoleh data bahwa

kemampuan pasien untuk berpindah masih dalam tahap

membutuhkan bantuan. Dan pada hari kedua pasien telah mampu

bergerak sedikit dan pada ketiga dan terakhir setelah dilakukan

latihan didapatkan hasil pengukuran pasien dapat berpindah dengan

kemampuan gerak yang maksimal.

Page 62: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

49

e. Kemampuan mobilisasi

Tabel 4.7

No. H-lat

KEMAMPUAN MOBILISASI

Berpindah dari satu

sisi kesisi lain

sambil berbaring

Bergerak dari posisi

baring keduduk

Bergerak dari posisi

duduk keposisi

berdiri

Berpindah dari

tempat tidur

kekursi

hasi

l bntn Min Mak bntn min mak bntn min mak bntn Min mak

1 H.Ke

-1

TM

2 H.Ke

-2

TM

3 H.Ke

-3

M

4 H.Ke

-4

M

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa stelah peneliti melakukan latihan

ROM pada pasien, diketahui berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring,

bergerak dari posisi baring ke posisi duduk, bergerak dari posisi duduk ke posisi

berdiri, dan berpindah dari tempat tidur ke kursi pada hari pertama bisa dilihat

bahwa pasien masih dalam tahap membutuh bantuan sehingga dapat dinilai bahwa

pasien belum mampu untuk mobilisasi. Dan pada hari kedua pasien sudah mampu

bergerak sedikit atau masih dalam tahap minimal Dan pada hari ketiga dan ke

empat setelah dilakukan latihan dapat dinilai bahwa pasien mampu untuk

melakukan mobilisasi karena berpindah dari sisi kesisi lain sambil berbaring,

bergerak dari posisi baring keposisi duduk, bergerak dari posisi duduk ke posisi

berdiri, dan berpindah dari tempat tidur ke kursi dilakukan dengan gerakan

maksimal.

Page 63: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

50

B. Pembahasan Hasil Penelitian

setelah dilakukan latihan ROM pada pasien selama 4 hari maka

dilakukan pengukuran terhadap kemampuan mobilisasi yang meliputi 4

aspek yaitu berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring, bergerak

dari posisi baring ke posisi duduk, bergerak dari posisi duduk ke posisi

berdiri, dan berpindah dari tempat tidur ke kursi.

a. berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring

hasil penelitian meunjukkan bahwa pada hari pertama setelah

dilakukan latihan ROM, kemampuan berpindah pasien telah berada

pada tahap minimal atau mampu bergerak sedikit. Pada hari kedua

sampai pada hari terakhir pengukuran peneliti mendapatkan hasil

kemampuan berpindah pasien telah berada pada tahap maksimal atau

mampu bergerak. Hal ini di tunjang dengan teori yang menyebutkan

bahwa mobilisasi merupakan hal yang penting pada pasien yang telah

melakukan tindakan operasi sectio caesare untuk mencegah

komplikasi, bergerak dan beraktifitas di atas tempat tidur akan

membantu mencegah komplikasi pada sistem pernapasan,

kardiovaskuler dan merangsang peristaltic usus serta mengurangi rasa

nyeri ( Kasdu, 2012)

b. Bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk

Hasil penelitian bahwa pada hari pertama setelah dilakukan

latihan ROM kemampuan pasien untuk duduk masih membutuhkan

bantuan. Dan pada hari kedua setelah dilakukan latihan ROM pasien

telah mampu bergerak sedikit, sedangkan pada hari ketiga sampai hari

Page 64: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

51

terakhir setelah dilakukan latihan pasien mampu bergerak dari posisi

berbaring ke posisi duduk. menunjukkan Penelitian ini ditunjang oleh

teori yang mengatakan bahwa melakukan mobilisasi merupakan

kemapuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan

faktor yang menonjol dalam mempercepat penyembuhan atau

pemulihan pasca bedah serta merupakan suatu aspek yang terpenting

pada fungsi fisiologis karena hal ini esensial untuk mempertahankan

kemandirian ( Wirnata, 2010).

c. Bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari pertama setelah

dilakukan latihan ROM didapatkan kemampuan pasien untuk bergerak

keposisi berdiri hanya bergerak sedikit, dan pada hari ketiga dan hari

keempat setelah dilakukan latihan pasien dapat berdiri dengan gerakan

yang minimal. Kondisi ini di tujang oleh teori yang megatakan bahwa

melakukan mobilisasi merupakan kemapuan seseorang untuk bergerak

dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam

mempercepat penyembuhan atau pemulihan pasca bedah serta

merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena

hal ini esensial untuk mempertahankan kemandirian ( Wirnata, 2010).

d. Berpindah dari tempat tidur kekursi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari pertama setelah

dilakukan latihan ROM telah diperoleh data bahwa kemampuan

pasien untuk berpindah masih dalam tahap membutuhkan bantuan.

Dan pada hari kedua pasien telah mampu bergerak sedikit dan pada

Page 65: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

52

ketiga dan terakhir setelah dilakukan latihan didapatkan hasil

pengukuran pasien dapat berpindah dengan kemampuan gerak yang

minimal. Kondisi ini ditunjang oleh teori yang mengatakan bahwa

melakukan mobilisasi merupakan kemapuan seseorang untuk bergerak

dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam

mempercepat penyembuhan atau pemulihan pasca bedah serta

merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena

hal ini esensial untuk mempertahankan kemandirian ( Wirnata, 2010).

e. Kemampuan mobilisasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stelah peneliti melakukan

latihan ROM pada pasien, diketahui berpindah dari satu sisi ke sisi lain

sambil berbaring, bergerak dari posisi baring ke posisi duduk, bergerak

dari posisi duduk ke posisi berdiri, dan berpindah dari tempat tidur ke

kursi pada hari pertama bisa dilihat bahwa pasien masih dalam tahap

membutuh bantuan sehingga dapat dinilai bahwa pasien belum mampu

untuk mobilisasi. Dan pada hari kedua pasien sudah mampu bergerak

sedikit atau masih dalam tahap minimal Dan pada hari ketiga dan ke

empat setelah dilakukan latihan dapat dinilai bahwa pasien mampu

untuk melakukan mobilisasi karena berpindah dari sisi kesisi lain

sambil berbaring, bergerak dari posisi baring keposisi duduk, bergerak

dari posisi duduk ke posisi berdiri, dan berpindah dari tempat tidur ke

kursi dilakukan dengan gerakan maksimal. Hal ini ditunjang oleh teori

yang mengatakan bahwa melakukan mobilisasi merupakan kemapuan

seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang

Page 66: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

53

menonjol dalam mempercepat penyembuhan atau pemulihan pasca

bedah serta merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi

fisiologis karena hal ini esensial untuk mempertahankan kemandirian

( Wirnata, 2010).

Page 67: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

54

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan latihan ROM terhadap kemampuan

mobilisasi pada pasien Ny.Y dengan diagnosa medis G1 P0 A0 yang dirawat

di Ruang Mutiara Rumah Sakit Dewi Sartika Kendari pada tahun 2018

peneliti mengambil kesimpulan bahwa penerapan latihan rom yang

dilaksanakan selama 4 hari berpengaruh terhadap kemampuan mobilisasi

pasien sehingga mempercepat proses penyembuhan pasien yang dapat di

buktikan sebagai berikut :

1. Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring

hari pertama setelah dilakukan latihan, kemampuan berpindah pasien

telah berada pada tahap minimal atau mampu bergerak sedikit. Pada

hari kedua sampai pada hari terakhir pengukuran peneliti mendapatkan

hasil kemampuan berpindah pasien telah berada pada tahap maksimal

atau mampu bergerak

2. Bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk

hari pertama setelah dilakukan latihan kemampuan pasien untuk duduk

masih membutuhkan bantuan. Dan pada hari kedua setelah dilakukan

latihan pasien telah mampu bergerak sedikit, sedangkan pada hari

ketiga sampai hari terakhir setelah dilakukan latihan pasien mampu

bergerak dari posisi berbaring ke posisi duduk.

Page 68: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

55

3. Bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri

hari pertama setelah dilakukan latihan didapatkan kemampuan pasien

untuk bergerak keposisi berdiri hanya bergerak sedikit, dan pada hari

ketiga dan hari keempat setelah dilakukan latihan pasien dapat berdiri

dengan gerakan yang minimal.

4. Berpindah dari tempat tidur kekursi

hari pertama setelah dilakukan latihan telah diperoleh data bahwa

kemampuan pasien untuk berpindah masih dalam tahap membutuhkan

bantuan. Dan pada hari kedua pasien telah mampu bergerak sedikit dan

pada ketiga dan terakhir setelah dilakukan latihan didapatkan hasil

pengukuran pasien dapat berpindah dengan kemampuan gerak yang

minimal.

B. Saran

1. Bagi RS Dewi Sartika

Peneliti berharap agar RS Dewi Sartika menjadikan latihan ROM

sebagai salah satu alternatif dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas

2. Bagi istitusi pendidikan

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu

bagian dari pembelajaran penerapan latihan ROM pada pasien

sectio caesarea dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada

program maternitas.

Page 69: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

56

3. Bagi penulis

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis

dalam menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan

penerapan latihan ROM pada pasien sectio caesarea dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas.

Page 70: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

57

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reni Yuli.(2017). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : Trans Info

Media

Hidayat, A. Aziz Alimul., & Uliyah, Usrifatul.(2014). Pengantar kebutuhan dasar

manusia. Jakarta : Salemba Medika

Latifa, Anida Hasan. (2017, Agustus 15). Analisis asuhan keperawatan pada

pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar hambatan mobilitas fisik post

sectio caesarea. Di peroleh tanggal 22 maret 2018 dari

Mitayani. (2011). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Mubarak, W.I., &Chayatin, N. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia.

Jakarta : EGC

Mulyawati, I., Azam, M., Ningrum, D.N.A. (2011). Faktor tindakan persalinan

operasi sectio caesarea. Journal kesehatan Masyarakat, kesmas 7 (1)

(2011) 14-21. Diperoleh tanggal 22 maret 2018 dari

http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/729/1/ANIDA%20HASNA%20LATIFAH%20NIM.%20

A31600865.pdf

Pratiwi., ika, winta., & rahayuningsi, faizah betty.(2016,juli 27). Upaya

peningkatan istrahat tidur pada ibu post sectio ceasarea. Diperoleh 22

maret 2018 dari

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/1788

pratiwi, Ratna.,ermiati., & Widiasih Restuning.(2012). Penurunan intensitas nyeri

akibat luka post sectio caesarea setelah dilakukan tehnik relaksasi

pernapasan menggunakan aromaterapi. Volume 1, No 1 (2012). Di

peroleh 22 maret 2018.

http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/44494

Page 71: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 72: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio

Nama : Ny. Y

Umur : 26 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

INSTRUMEN PENELITIAN

No bantuan minimal maksimal

1. Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring

2. Bergerak dari posisi berbaring keposisi duduk

3. Bergerak dari posisi duduk keposisi berdiri

4. Berpindah dari tempat tidur kekursi

Page 73: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 74: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 75: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 76: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 77: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 78: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 79: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 80: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 81: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 82: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 83: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 84: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 85: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio
Page 86: PENERAPAN LATIHAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/528/1/JASMA KTI.pdf · III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari ... Konsep Askep Pasien sectio