Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN
FIKIH KELAS VIII DI MADRASAH TSANAWIYAH
PONPES AL-ISHLAH DESA MANUNGGAL
MAKMUR KABUPATEN TANJUNG
JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
SRI MAULI DARNI
NIM. 201172424
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
i
PENERAPAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN
FIKIH KELAS VIII DI MADRASAH TSANAWIYAH
PONPES AL-ISHLAH DESA MANUNGGAL
MAKMUR KABUPATEN TANJUNG
JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna
Memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan keguruan
SRI MAULI DARNI
NIM. 201172424
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Jl. Lintas Jambi-Ma. Bulian. KM. 16 Simpang Sungai Duren Muara Jambi
36363Telp/Fax: (0741) 583183-584118 website : www.iainjambi.ac.id
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
KodeDokumen KodeFormulir BerlakuTgl No. Revisi TglRevisi Halaman
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 R-0 - 1-1
Nomor : -
Lampiran : -
Perihal : Nota Dinas
Kepada Yth.
Bapak/Ibu Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di _
Jambi
Assalamualaikum Wr. Wb
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi :
Nama : Sri Mauli Darni
NIM : 201172424
Judul Skripsi : Penerapan Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih Kelas VIII
di Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal
Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Strata Satu dalam Program Pendidikan Agama Islam.
Dengan ini kami berharap agar skripsi/ tugas akhir saudara tersebut di atas dapat
segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapakan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jambi, Maret 2021
Pembimbing I,
Dr. Tuti Indriyani, M.Pd
NIP.197501102009012006
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Jl. Lintas Jambi-Ma. Bulian. KM. 16 Simpang Sungai Duren Muara Jambi
36363Telp/Fax: (0741) 583183-584118 website : www.iainjambi.ac.id
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
KodeDokumen KodeFormulir BerlakuTgl No. Revisi TglRevisi Halaman
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 R-0 - 1-1
Nomor : -
Lampiran : -
Perihal : Nota Dinas
Kepada Yth.
Bapak/Ibu Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di _
Jambi
Assalamualaikum Wr. Wb
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi :
Nama : Sri Mauli Darni
NIM : 201172424
Judul Skripsi : Penerapan Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih Kelas VIII
di Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal
Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Strata Satu dalam Program Pendidikan Agama Islam.
Dengan ini kami berharap agar skripsi/ tugas akhir saudara tersebut di atas dapat
segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapakan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jambi, Maret 2021
Pembimbing II
Yudi Kurniawan, M.Pd
NIP 198911112019031015
iv
PENGESAHAN
v
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya
saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip
dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukaan seluruh atau sebagian skripsi bukan
hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan dan perundang
undangan yang berlaku.
Jambi, Maret 2021
Sri Mauli Darni
Nim: 201172424
vi
MOTTO
… ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي احسن Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik”
Q.S An-Nahl: 125 (Menteri Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahan: 2014)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin
Puji Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kekuatan,
melimpahkan rahmat-Nya dan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Baginda Agung Nabi Muhammad
SAW yang selalu di dambakan Syafa‟atnya.
Lantunan Al-fatihah beriring Sholawat dalam silahku merintih, menadahkan
tangan Do‟a dalam syukur yang tiada terkira, Terima kasihku untuk-Mu.
Sebagai tanda bakti, hormat, cinta maupun sayang
dan rasa terima kasih yang tiada terhingga.
Kupersembahkan Skripsi ini untuk :
Ayahanda Aman dan Ibunda Tercinta Siti Ainun
Serta dua kakak laki-laki ku Bahtiar dan Wahyudin Saputra
Dan dua kakak perempuan ku Linda Wati dan Rena Purwanti
Terima kasih atas kasih sayang yang tiada henti-hentinya memberikan Do‟a
Dalam setiap langkahku serta tetesan keringat perjuangan, mendidik dengn penuh
cinta dan kasih sayang tanpa mengenal lelah.
Semoga dengan karya sederhana ini menjadi langkah awal Ku bisa
Membahagiakan Ayah dan Ibu. Hanya Do‟a yang bisa selalu aku berikan
Untuk Ayah dan Ibu
Terima Kasih Ayah…Terima Kasih Ibu
Dan Terima kasih untuk orang-orang yang telah membantuku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
berkat Rahmat dan Ridho-Nya, Sehingga skripsi ini dapat di rampungkan,
Sholawat dan salam atas kepada Nabi Muhammad Sollallohu Alaihi Wassalam,
pembawa risalah pencerahan bagi manusia.
Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) dalam bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam, di Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Penelitian ini berjudul “Penerapan Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih
Kelas VIII Di Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi”. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah
memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof Dr. Su‟aidi, M.A, Ph.D Selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj Fadlilah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Dr. Risnita, M.Pd selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. Najmul Hayat,
M.Pd.I selaku Wakil Dekan II dan Ibu Dr, Yusria, M.Ag selaku Wakil
Dekan III Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi
4. Bapak Muklis, S.Ag M.Pd.I selaku ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam dan Bapak Habib Muhammad, S.Ag M.Ag selaku Sekretaris
Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifudin Jambi
5. Ibu Dr. Tuti Indriyani, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing I Dan Bapak
Yudi Kurniawan, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
membantu dan memberikan arahan serta masukan dalam penyusunan
dalam skripsi ini
ix
6. Segenap Dosen dan Karyawan/Karyawati Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifudin Jambi
7. Terima kasih kepada seluruh Majelis guru dan karyawan serta para siswa
kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal
Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
8. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi yang tiada henti-
hentinya hingga menjadi kekuatan pendorong bagi penulis dalam
penyelesaian Skripsi ini.
9. Teman-teman mahasiswa seperjuangan angkatan 2017, Khususnya
sahabat- sahabat lokal PAI F yang telah menjadi rekan diskusi dalam
penyusunan skripsi ini
10. Geng Pejuang Toga, Teti Indriani, Wahidah Mukarahmah, Ropiko, Wahyu
Tri Utami, Khairul Rozikin, Riski Pratama, Kholil Rauf, Romadan, dan
Hasian Khasayangan Harahap yang membantu dan mensuport peneliti
selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini banyak terdapat
kelemahan dan kekurangan, oleh karna itu penulis berharap kepada semua pihak
untuk kiranya memberikan sumbang saran demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Akhirnya semoga Allah Subhanallahu wa Ta‟ala berkenan membalas segala
kebaikan dan amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi Pembgembangan ilmu.
Jambi, Maret 2021
Penulis
Sri Mauli Darni
201172424
x
ABSTRAK
Nama : Sri Mauli Darni
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Penerapan Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih Kelas VIII
Di Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal
Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi
Skripsi ini membahas tentang Penerapan Metode Diskusi Pada
Pembelajaran Fikih Kelas VIII Di Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Penelitian
ini merupakan Penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan dengan mengadakan Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Data
diperoleh melalui dua sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Analisa data
yang digunakan adalah Analisa Deskriptif kualitatif dengan memberikan
pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif,
Subjek penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru Fikih dan Siswa Kelas VIII
Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah.
Penerapan Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih kelas VIII Di
Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah yang dilakukan guru sudah baik dengan
tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kendala
yang dihadapi guru yaitu Siswa kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran Fikih, Siswa masih kesulitan dalam menyampaikan pendapatnya,
dan Kesulitan dalam pengaturan waktu terhadap kegiatan pembelajaran. Upaya
untuk mengatasi kendala dalam penerapan metode diskusi pada pembelajaran
Fikih yaitu Membimbing siswa untuk lebih aktif dan kreatif, Membimbing siswa
untuk terbiasa mengembangkan keberanian dalam bertanya dan berpendapat, dan
menyediakan sumber belajar.
Kata Kunci: Penerapan Metode Diskusi, Pembelajaran Fikih
xi
ABSTRACT
Name : Sri Mauli Darni Department : Islamic Religious Education Title : Application of Discussion Method on Fiqh Learning Class VIII In
Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Manunggal Makmur
Village, Tanjung Jabung Timur District, Jambi Province
This thesis discusses the Application of Discussion Method on Fiqh
Learning Class VIII In Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Manunggal
Makmur Village, Tanjung Jabung Timur District, Jambi Province. This research
is qualitative field research. Data collection is done by conducting Observations,
Interviews, and Documentation. Data is obtained through two sources, namely
primary data and secondary data. Data analysis used is qualitative Descriptive
Analysis by providing an overview of the situation studied in the form of narrative
description, The subjects of this study are Principals, Fiqh Teachers and Grade
VIII Students of Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah.
The implementation of discussion method on fiqh learning class VIII in
Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah conducted by teachers has been good
with three activities, namely initial activities, core activities and closing activities.
The obstacles faced by teachers are that students are less active in participating
in fiqh learning activities, students still have difficulty in expressing their
opinions, and difficulty in timing learning activities. Efforts to overcome obstacles
in the application of discussion methods on fiqh learning, namely Guiding
students to be more active and creative, Guiding students to get used to
developing courage in asking and arguing, and providing learning resources.
Keywords: Application of Discussion Methods, Fiqh Learning
xii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
NOTA DINAS I .............................................................................................. ii
NOTA DINAS II ............................................................................................. iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
PERNYATAAN ORSINALITAS ................................................................. v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9
A. Penerapan Metode Diskusi ......................................................... 9
1. Pengertian Penerapan ............................................................. 9
2. Pengertian Metode Diskusi .................................................... 9
3. Tujuan Metode Diskusi .......................................................... 12
4. Indikator Metode Diskusi ....................................................... 15
5. Macam-Macam Metode Diskusi ............................................ 16
6. Tugas Guru Dalam Metode Diskusi ....................................... 21
7. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi ......................... 22
B. Pembelajaran Fikih ..................................................................... 23
1. Pengertian Pembelajaran Fikih .............................................. 23
xiii
C. Studi Relavan .............................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 29
A. Pendekatan dan desain penelitian ............................................... 29
B. Setting dan subjek penelitian ...................................................... 29
C. Jenis dan sumber data ................................................................. 30
D. Teknik pengumpulan data ........................................................... 32
E. Teknik analisis data .................................................................... 33
F. Teknik pemeriksaan keabsahan data ........................................... 34
G. Jadwal penelitian ......................................................................... 36
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 38
A. Temuan Umum ........................................................................... 38
1. Sejarah MTs Ponpes Al-Ishlah ............................................... 38
2. Profil MTs Ponpes Al-Ishlah .................................................. 38
3. Visi Misi MTs Ponpes Al-Ishlah ............................................ 39
4. Struktur Organisasi MTs Ponpes Al-Ishlah ............................ 39
5. Keadaan Tenaga Pendidik ...................................................... 41
6. Keadaan Peserta Didik ............................................................ 42
7. Sarana dan Prasarana .............................................................. 42
B. Temuan Khusus .......................................................................... 44
C. Pembahasan................................................................................. 55
1. Penerapan Metode Diskusi ..................................................... 55
2. Kendala dalam Penerapan Metode Diskusi ............................ 57
3. Upaya Mengatasi Kendala ...................................................... 58
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 60
A. Kesimpulan ................................................................................. 60
B. Saran ........................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62
LAMPIRAN .................................................................................................... 65
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rencana dan Waktu Penelitian ........................................................ 37
Tabel 4.1 Data Guru MTs Al-Ishlah ................................................................ 41
Tabel 4.2 Data Siswa-Siswi MTs Al-Ishlah ..................................................... 42
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana MTs Ponpes Al-Ishlah .................................. 43
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi MTs Al-Ishlah .............................................. 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
membentuk generasi yang siap menggantikan tongkat estafet generasi tua dalam
rangka membangun masa depan. Karena itu pendidikan berperan
mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar rmampu mengantisipasi
tuntutan masyarakat yang dinamis (Muhaimin, 1991:9).
Dalam masyarakat yang dinamis pendidikan memegang peranan yang sangat
menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu Islam
sebagai Agama Rahmatan Lil‟Alamiin merupakan konsekuensi logis bagi
umatnya untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas, baik moral
maupun intelektual serta berketerampilan dan bertanggung jawab. Salah satu
upaya untuk menyiapkan generasi penerus tersebut adalah melalui lembaga
pendidikan sekolah.
Pendidikan pada hakikatnya yaitu suatu kegiatan yang secara sadar dan
disengaja, serta penuh tanggung jawab yang di lakukan oleh orang dewasa kepada
anak sehingga timbul interaksi dari keduanya, agar anak tersebut mencapai
kedewasaan yang di cita-citakan dan berlangsung terus menerus (Ahmadi, 1991:
70). Oleh karena itu pendidikan di pandang salah satu aspek yang memiliki
peranan pokok dalam membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan
diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab
serta dapat mengantisipasi masa depan.
Didalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa:
Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2
Dalam sebuah pendidikan, guru merupakan komponen terpenting yang harus
ada dalam proses pembelajaran. Karena guru sangat berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial disegala bidang (Surya,
2006:44). Dan keberadaan guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik, pada
dasarnya mentransfer ilmu kepada siswa, tetapi yang paling diharapkan adalah
bagaimana seorang guru memiliki tekhnik atau metode yang tepat sehingga
dalam mengajar dapat mengkondisikan keadaan siswa, sebab metode berkaitan
dengan materi, keadaan siswa dan proses penyelenggaraan pengajaran dan
pendidikan di sekolah.
Penanaman nilai-nilai agama dan ibadah melalui mata pelajaran Fikih
sebaiknya dilaksanakan dengan penggunaan metode dan teknik yang tepat dan
sesuai dengan keadaan siswa. teknik yang digunakan dalam menyampaikan materi
Fikih tentu berbeda dengan teknik yang digunakan pada mata pelajaran lain. guru
harus dapat memperhatikan kondisi fisik dan psikologis siswa didalam
menyampaikan materi pelajaran. Guru juga sebagai pendidik harus dapat
memikirkan dan memperhatikan tahapan-tahapan di dalam memberikan
pendidikan agama dan ibadah kepada siswa.
Penggunaan metode dalam proses pembelajaran sangat penting, karena
metode merupakan alat atau perantara untuk menyampaikan materi tertentu
kepada peserta didik. Tanpa metode pembelajaran yang baik, maka keberhasilan
dalam pendidikan tidak akan tercapai secara optimal. Sebagai pendidik dalam
proses belajar mengajar jika menginginkan tujuan agar dapat di capai secara
efektif dan efisien, maka penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus
menguasai berbagai tekhnik atau metode pengajaran yang tepat dalam proses
belajar mengajar sesuai materi yang diajarkan dan kemampuan anak yang
menerimanya.
Pemilihan tekhnik atau metode yang tepat kiranya memerlukan keahlian
tersendiri. Para pendidik harus pandai memilih dan mempergunakan metode yang
akan dipergunakan. Hal ini sesuai dengan kedudukan metode itu sendiri dimana
kedudukan metode dalam proses belajar mengajar itu ada tiga yaitu : 1, Metode
sebagai alat ekstrinsik, maksudnya adalah dengan menggunakan metode yang
3
tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah. 2, metode sebagai strategi pengajaran
maksudnya seorang guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara
efektif dan efisien dan dapat mengena pada tujuan yang diharapkan. 3, metode
sebagai alat untuk mencapai tujuan, maksudnya adalah kegiatan dari belajar tidak
akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak dipergunakan,
salah satunya adalah komponen metode.
Metode adalah yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah tersususn tercapai
secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran
memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi
pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode
pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat di
implementasikan melalui pengguna an metode pembelajaran (Sanjaya, 2010:201).
Macam-macam Metode yang dapat digunakan oleh guru dalam
menyampaikan materi pelajaran. Salah satu diantaranya adalah metode diskusi.
Metode diskusi merupakan salah satu metode atau cara yang dilakukan oleh guru
yang dimana peserta didik diberi kesempatan untuk mengadakan pembicaraan
ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun
berbagai alternative pemecahan masalah. H.M Arifin menjelaskan bahwa:
“Metode yang cocok di gunakan untuk meningkatkan kualitas belajar peserta
didik yaitu metode-metode yang digali dari dalam sumber-sumber pokok
ajaran Islam”(Arifin, 1995:78).
Sebagaimana Firman Allah dalam QS An-Nahl /16:125
ان ربك هو اعلم بن والموعظة السنة وجادلم بالت هي احسن ادع الى سبيل ربك بالكمة )521 :النحل( بالمهتدين اعلم وهو ضل عن سبيله
Terjemahanya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
4
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk”(An-Nahl:125).
Mengenai Q.S An-Nahl ayat 125, Abuddin Nata Menyebutkan, “ringkasnya
ayat tersebut menyuruh agar Rasulullah menempuh cara berdakwah dan
berdiskusi dengan cara yang baik”. Di dalam Q.S An-Nahl ayat 125 terdapat
metode pendidikan Islam dengan menggunakan metode Diskusi, hal ini sesuai
dengan arti dari Q.S An-Nahl pada ayat 125 yaitu pada kalimat “Jadilhum billati
hiya ahsan” yang artinya bantahlah mereka dengan cara yang baik. (Abuddin
Nata, 2010:172). Bantahan yang dimaksud pada ayat ini adalah pertukaran
pikiran. Jadi dalam mencari penyelesaian dalam suatu permasalahan jika tidak
dapat diselesaikan dengan cara yang lain, kita dapat menggunakan dengan cara
berdiskusi atau saling bertukar pikiran menemukan jalan yang terbaik, jadi salah
satu metode pendidikan Islam yang terkandung dalam ayat tersebut adalah metode
diskusi.
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi adalah lembaga pendidikan
yang sederajat dengan sekolah lanjutan Menengah Pertama yang memiliki ciri
Islam yang dikelola dan dikembangkan dibawah naungan Kementrian Agama.
sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai ciri khas Islam. Madrasah ini
adalah madrasah yang memberikan bimbingan ataupun pembelajaran yang sesuai
dengan syari‟at Islam. agar peserta didik dapat melaksanakan, menerapkan serta
mengamalkan ajaran-ajaran Islam maupun ketentuan hukum Islam dalam
kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu
sendiri, sesama manusia, mahkluk lainnya ataupun lingkungannya.
Berdasarkan hasil observasi awal di Madrasah Tsanawiyah PONPES Al-
Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi. Pada mata pelajaran Fikih di kelas VIII penulis melihat siswa yang kurang
semangat dalam belajar, tidak aktif dan hanya mendengarkan guru pada saat
menjelaskan, bahkan ada siswa yang mengantuk dan berbicara dengan teman di
5
sampingnya pada saat guru menjelasakan pelajaran dan dalam proses
pembelajaran Fikih guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional
yakni guru menjelaskan dan murid mendengarkan, yang dalam kegiatan belajar
mengajarnya lebih di dominasi oleh guru sedangkan siswa hanya duduk lebih
banyak mendengar, mencatat, diberi tugas dan menerima ilmu pengetahuan dari
gurunya tanpa berani mengembangkan kreatifitas, kecerdasan dan kebutuhannya.
Sehingga pelajaran cenderung membosankan, tidak menyenangkan dan kurang
membangkitkan minat belajar siswa yang akibatnya hasil belajar yang diperoleh
peserta didik tidak maksimal.
Pada penelitian ini yang menjadi masalah dalam penelitian yaitu dalam proses
pembelajaran Fikih guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional,
Sehingga pelajaran cenderung membosankan tidak menyenangkan dan kurang
membangkitkan minat belajar siswa yang akibatnya hasil belajar yang diperoleh
siswa tidak maksimal.
Alasan peneliti tertarik memilih judul ini yaitu pada proses pembelajaran
dikelas dalam mata pelajaran Fikih, guru dapat menerapakan metode diskusi,
karena metode diskusi dapat merangsang peserta didik untuk lebih aktif, kreatif,
menyenangkan, tidak membosankan serta berani mengungkapkan pendapatnya
khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide, Metode diskusi juga dapat
melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan, sehingga siswa dapat mengasah dan meningkatkan pemahaman
serta pengalaman mengenai materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh
guru, serta dapat membangkitkan motivasi dan mendapatkan hasil siswa untuk
terus belajar menggali ilmu-ilmu agama untuk menghadapi masalah kehidupan
dimasa yang akan datang. Namun dalam penerapannya, guru belum sepenuhnya
berhasil untuk mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan pemahaman
dengan menerapkan metode diskusi pada pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs
Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Jambi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian pada masalah ini, guna melihat secara lebih dekat bagaimana metode
6
pembelajaran yang diterapkan pada mata pelajaran Fikih di sekolah MTs Ponpes
Al-Ishlah. Oleh sebab itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul.
“Penerapan Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih Kelas VIII Di
Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi”.
B. Fokus Penelitian
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam penulisan ini,
maka penulis memfokuskan penelitian ini pada: Penerapan Metode Diskusi Pada
Pembelajaran Fikih Kelas VIII di MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal
Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan metode diskusi pada pembelajaran Fikih kelas
VIII di Madrasah Tsanawiyah PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal
Makmur Kabuapaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi?
2. Apa saja kendala yang di hadapi dalam penerapan metode diskusi pada
pembelajaran Fikih Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah PONPES Al-
Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Jambi?
3. Bagaimana upaya guru Fikih dalam penerapan metode diskusi pada
pembelajaran Fikih kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah PONPES Al-
Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Jambi?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
7
a. Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan metode diskusi pada
pembelajaran Fikih kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah PONPES Al-
Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabuapaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Jambi .
b. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi guru dalam
penerapan metode diskusi pada pembelajaran Fikih Kelas VIII di
Madrasah Tsanawiyah PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.
c. Untuk mengetahui upaya guru Fikih dalam penerapan Metode Diskusi
pada pembelajaran Fikih kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah PONPES
Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait utamanya bagi pihak-pihak berikut ini:
a. Kegunaan teoritis
1) Dapat memberikan manfaat sebagai salah satu referensi untuk
menggembangkan wawasan akademik di bidang pembelajaran
Fikih, khususnya dalam mengembangkan pengetahuan terkait
penerapan metode diskusi pada pembelajaran Fikih kelas VIII di
Madrash Tsanawiyah (MTs) PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal
Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.
2) Hasil penelitian ini di harapkan bisa sebagai bahan literatur
penelitian yang akan datang dengan masalah yang sejenis.
b. Kegunaan praktis
1) Bagi penulis dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang
pembelajaran Fikih dan dapat memberikan informasi serta masukan
dalam melaksanakan penerapan Metode Diskusi pada pembelajaran
Fikih kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) PONPES Al-Ishlah
8
Desa Manunggal Makmur kabupaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Jambi.
2) Bagi lembaga pendidikan, dapat memberikan kontribusi pemikiran
bagi guru mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah (MTs)
PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur kabupaten Tanjung
Jabung Timur dan pengelola pendidikan dalam menerapkan Metode
diskusi agar lebih kreatif.
3) Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan motivasi dan semangat
serta aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi.
4) Hasil penelitian ini sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
program sarjana strata (S1) dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Bagi Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penerapan Metode Diskusi
1. Pengertian Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan
adalah perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa ahli, penerapan
adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk
mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh
suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.
Menurut J.S badudu dan Sutan mohammad Zain, Penerapan adalah hal,
cara atau hasil (Badudu dan Zain, 1996:1487). Adapun menurut Lukman Ali,
penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan (Ali, 1995:1044).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun
kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
2. Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu model pembelajaran dari sekian
banyak model yang sedang berkembang dewasa ini yang menerapkan sistem
siswa aktif, kreatif dan inovatif. Tidak sebagaimana paradigma lama yang
memerlukan siswa sebagai objek ajar bukan sebagai subjek, sehingga banyak
para ahli dan praktisi pendidikan mengadakan penelitian untuk mencari model
pembelajaran yang efektif guna mengatasi hambatan belajar yang selama ini
dianggap sebagai aktifitas yang membosankan.
Metode Diskusi dalam pembelajaran adalah suatu cara penyajian atau
penyampaian bahan pelajaran, dimana guru memberikan kesempatan kepada
siswa atau kelompok-kelompok siswa untuk mengadakan pembicaraan atau
menyusun alternatif pemecahan masalah sehingga menciptakan siswa kreatif
dalam berfikir.
Menurut Sanjaya (2008:127) sebagaimana di kutip oleh Jamil
Suprihatiningrum metode merupakan cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan ataupun mempraktikkan aktivitas nyata supaya tujuan
yang sudah disusun tercapai secara maksimal.
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
pembelajaran yang telah dirancang dalam kegiatan nyata agar tujuan yang
dirancang dapat tercapai secara optimal. Dengan kata lain metode
pembelajaran adalah cara penyajian yang dikuasai oleh seorang pendidik untuk
menyajikan materi pembelajaran kepada peserta didik, baik secara individual
ataupun kelompok agar materi pembelajaran dapat dengan mudah dipahami.
Dalam kenyataan, cara pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan
informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa
dalam menguasai suatu materi, keterampilan dan sikap. Khususnya metode
pembelajaran di kelas, efektivitasnya di pengaruhi beberapa factor, yaitu
tujuan, situasi dan guru itu sendiri. Keberhasilan suatu pembelajaran sangat
tergantung pada cara guru menerapkan metode dalam suatu pembelajaran
(Parwati dan Suryawan dan Apsari 2019:121).
Muslich (2007) sebagaimana di kutip oleh Suprihatiningrum memberikan
pengertian tentang metode pembelajaran adalah sebagai cara untuk melakukan
aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri atas pendidik dan
siswa untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga
proses belajar mengajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pembelajaran
tercapai (Suprihatiningrum, 2016:154).
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh
pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran
merupakan alat untuk menciptakan proses pembelajaran yang diharapkan
(ramayulis, 2010:3).
Metode pembelajaran adalah “cara melakukan atau menyajikan,
menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan, isi pelajaran kepada siswa
untuk mencapai tujuan tertentu” (Yamin, 2016:153).
Jadi Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran Fikih dalam menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran
sangat berpengaruh terhadap kelancaran dalam proses belajar mengajar hal ini
di karenakan metode merupakan alat atau perantara yang langsung bagi guru
dan siswa pada proses pembelajaran. Apabila guru menguraikan materi,
memberi contoh dan memberi latihan isi kepada siswa dengan tidak tepat,
maka keberhasilan dalam pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal.
Akan tetapi apabila guru dalam menyampaikan materi menggunakan metode
yang tepat dan baik maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik.
Kata diskusi berasal dari bahasa latin yaitu discussus yang berarti to
excamine, investigte (memeriksa atau menyelidiki). Discuture berasal dari kata
dis dan cuture, dis artinya terpisah, cuture artinya menggulung/memukul.
Kalau di artikan maka discuture adalah suatu pukulan yang dapat memisahkan
sesuatu. Atau dengan kata lain membuat sesuatu itu jelas dengan cara
memecahkan atau menguraikan sesuatu tersebut (Ramayulis, 2001:145).
Dalam pengertian umum, diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua
atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka
mengenai tujuan atau saran yang sudah ditentukan melalui cara tukar menukar
informasi (informasion sharing) atau pemecahan masalah (problem solving).
Menurut J.J Hasibun dan Moedjiono (1995:20) mengatakan bahwa diskusi
ialah suatu penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal
atau sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar menukar informasi
mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Dalam pembelajaran dengan metode diskusi, guru dan siswa atau siswa
dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi
gagasan dan pendapat. Pertanyaan yang ditujukan untuk membangkitkan
diskusi berada pada tingkat kongnitif yang lebih tinggi (Trianto, 2013:123).
Menurut JJ Hasibuan dan Dip,Ed dan Moejiono yang dikutip oleh Armai
Arief (2002:146) bahwa “metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan
pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengadakan pembahasan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif atas pemecahan suatu masalah”.
Metode diskusi adalah suatu penyajian bahan pelajaran dengan cara siswa
membahas dengan bertukar pendapat, mengenai topik atau masalah tertentu
untuk memperoleh suatu pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti tentang
topic/sesuatu, maupun untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan
bersama (Febriana, 2019:98).
Metode Diskusi merupakan kegiatan tukar menukar informasi, pendapat,
dan unsur-unsur pengalaman secara teratur. Tujuannya untuk memperoleh
pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti mengenai sesuatu, serta untuk
mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu,
diskusi berbeda dengan debat yang tidak lebih dari perang mulut, dimana orang
beradu argumentasi, paham, dan kemampuan persuasi guna memenangkan
paham, serta pendapatnya sendiri. Diskusi berbeda dengan ceramah, diskusi
tidak hanya melibatkan pengarahan guru, tetapi dalam diskusi anak didik
berusaha mengali berbagai hal yang berkaitan dengan tema atau materi yang
sedang dipelajari. Oleh karenanya diskusi mengandung nilai demokratis
dengan memberikan kepada semua peserta didik untuk mengeluarkan dan
mengembangkan ide-ide mereka (Hamdayama, 2016:102).
Jadi Metode Diskusi dalam pembelajaran adalah suatu cara penyajian atau
penyampaian bahan pelajaran, dimana guru memberikan kesempatan kepada
siswa atau kelompok-kelompok siswa untuk mengadakan pembicaraan atau
menyusun alternatif pemecahan masalah sehingga menciptakan siswa kreatif
dalam berfikir.
3. Tujuan metode diskusi
Diskusi mengandung unsur-unsur demokratis, berbeda dengan ceramah,
diskusi tidak diarahkan oleh guru, siswa-siswa diberi kesempatan untuk
mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Ada berbagai bentuk kegiatan yang
dapat disebut diskusi yaitu dari tanya jawab yang kaku sampai pertemuan
kelompok yang tampaknya lebih bersifat terapis dari pada instruksional (Hadi,
2001:84).
Sedangkan dalam bukunya J.S. Khamdi (Diskusi yang Efektif),
menerangkan bahwa, tujuan diskusi adalah :
1) Menumbuh kembangkan Tradisi Intelektual
Menumbuh kembangkan tradisi intelektual hanya dapat ditempuh
dengan membiasakan berpikir bersama. Hanya dengan berpikir bersama
kita dapat melihat suatu realitas atau suatu masalah dari berbagai sudut
pandang.
2) Mengambil Keputusan dan Kesimpulan
Keputusan adalah kegiatan akal yang mengakui atau mengingkari
suatu realitas atau masalah. Sedangkan keputusan merupakan satu-satunya
pernyataan yang benar atau tidak benar, Di dalam diskusi, bersama-sama
kita merumuskan keputusan pengakuan atau pengingkaran akan realitas
atau masalah. Berdasarkan keputusan inilah, kita merumuskan kesimpulan
sebagai pijakan bersama dalam menghadapi permasalahan.
3) Menyamakan Apresiasi, Persepsi, dan Visi
Di dalam diskusi, „mengerti‟ dan „mau‟ menjadi tujuan utama,
sehingga terciptakan kesamaan pemahaman, cara pandang, dan wawasan.
Itu berarti musyawarah untuk mufakat sungguh-sungguh menjadi
kenyataan dalam setiap diskusi.
4) Menghidup suburkan Kepedulian dan Kepekaan
Dengan diskusi kepedulian dan kepekaan, setiap pribadi dihidup
suburkan. Hal ini terjadi karena dengan berfikir bersama, kita berusaha
untuk mengakui, menghargai, serta menerima keunikan, ketertentuan, dan
keutuhan orang lain.
5) Sarana Komunikasi dan Konsultasi
Sebagai sarana proses berpikir bersama, diskusi akan menjadi sarana
berkomunikasi dan berkonsultasi dengan lebih intens dan efektif. Setiap
orang akan menemukan pengalaman verbal dan non verbal, pengalaman
intelektual dan emosional, serta pengalaman moral dan social (Khamdhi,
1995:16-19).
Jadi tujuan diskusi adalah untuk mengasah intelektual seseorang yang
didasarkan dengan pikiran rasional, sehingga dalam mengambil keputusan itu
ada kesamaan visi yang berdampak pada tingkat kepedulian yang tinggi.
Metode diskusi sebagai salah satu metode pembelajaran yang tepat
digunakan atau diterapkan dalam pembelajaran fiqih karena sudah saatnya
siswa dibimbing agar mempunyai kemandirian dalam memecahkan setiap
masalah yang dihadapi dan dapat meningkatkan motivasi dan memberi
rangsangan kepada siswa yang pasif agar menjadi aktif. Serta kondisi
masyarakat yang demokratis diskusi perlu dikembangkan dan terus diterapkan
dalam proses belajar mengajar. Guru harus pandai-pandai menerapkan metode
dalam tiap-tiap mata pelajaran yang diajarkan agar apa yang diinginkan dalam
tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Adapun manfaat dan keuntungan yang dapat diambil dari metode diskusi
antara lain :
a. Membantu siswa untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih
baik daripada memutuskan sendiri.
b. Siswa tidak terjebak pada jalan pemikiran sendiri, yang kadang
salah, penuh prasangka dan sempit, karena dengan diskusi ia
mempertimbangkan alasan orang lain.
c. Dengan diskusi timbul percakapan antara guru dan siswa sehingga
diharapkan hasil belajarnya lebih baik.
d. Dengan diskusi memberi motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan
perhatian kelas.
e. Diskusi membantu mendekatkan/mengerakkan hubungan antara kegiatan
kelas di tingkat perhatian.
f. Diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang
pengalaman (Suryabrata, 1997:185).
Jadi manfaat dari diskusi adalah untuk menumbuhkan rasa kebersamaan
antara siswa dengan guru, serta dapat berpikir secara rasional sehingga
menumbuhkan motivasi dalam belajar.
Selain manfaat yang dapat diambil dari metode diskusi, ada pula
keuntungan menerapkan/menggunakan metode diskusi dalam Proses Belajar
Mengajar, antara lain :
a. Metode diskusi melibatkan siswa secara langsung dalam proses
belajar.
b. Tiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajaran
c. Dapat menimbulkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
d. Mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan
siswa dapat memperoleh kepercayaan akan diri sendiri.
e. Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap
demokratis para siswa (Suryabrata, 1997:185).
Jadi keuntungan menggunakan metode diskusi adalah untuk
mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam
rangka membentuk ketrampilan (motorik, kognitif, sosial) penghayatan serta
nilai-nilai dalam, pembentukan sikap.
4. Indikator Metode Diskusi
Indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran degan metode
diskusi belajar adalah :
1) Siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi lebih banyak mencari
dan memberikan informasi
2) Siswa banyak mengajukan pertanyaan, baik kepada guru maupun
kepada siswa lainnya
3) Siswa lebih banyak mengajukan pendapat terhadap informasi yang
disampaikan oleh guru atau terhadap siswa lainnya
4) Siswa memberikan respon yang nyata terhadap stimulus belajar yang
dilakukan guru
5) Siswa berkesempatan melakukan penilaian secara sendiri terhadap
hasil pekerjaannya, sekaligus memperbaiki dan menyempurnakan
hasil pekerjaan yang belum sempurna
6) Siswa membuat kesimpulan pelajaran dengan bahasanya sendiri
7) Siswa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada
disekitarnya secara optimal (Sudjana, 1989:101).
Dalam Metode Diskusi, peranan guru sangat penting dalam rangka
menghidupkan kegairahan murid dalam berdiskusi, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Guru atau pemimpin diskusi harus berusaha dengan semaksimal
mungkin agar semua murid atau anggota turut aktif berperan dalam
diskusi tersebut
b. Guru atau pemimpin diskusi sebagai pengatur lalu lintas
pembicaraan harus bijaksana dalam mengarahkan diskusi, sehingga
diskusi tersebut berjalan lancar dan aman
c. Membimbing diskusi agar sampai kepada suatu kesimpulan, guru
atau pemimpin diskusi perlu ada keterampilan mengumpulkan
hasil-hasil pembicaraan.
5. Macam-Macam Metode Diskusi
Beberapa metode dalam pembelajaran yang ditawarkan merupakan solusi
dalam mengatasi kejenuhan penerapan PBM. Menurut Zakiyah Daradjat.
Metode diskusi yang dilakukan guru dalam membimbing belajar siswa dibagi
dalam beberapa jenis, antara lain :
a. Diskusi Informal
Diskusi ini terdiri dari satu diskusi yang pesertanya terdiri dari peserta
didik yang jumlahnya sedikit. Dalam diskusi informal ini hanya seorang
yang menjadi pimpinan, tidak perlu ada pembantu-pembantu sedangkan
yang lain hanya sebagai anggota diskusi.
b. Diskusi Formal
Diskusi ini berlangsung dalam suatu diskusi yang serba diatur dari
pimpinan sampai anggota kelompok. Diskusi dipimpin oleh seorang
pendidik atau peserta didik yang dianggap cakap. Karena semua telah
diatur, para anggota tidak dapat begitu saja berbicara (semua harus diatur
melalui aturan yang dipegang oleh pimpinan diskusi), diskusi yang diatur
seperti ini memang lebih baik.
Adapun Kebaikan metode diskusi ini diantaranya :
1) Adanya partisipasi peserta didik yang terarah terhadap diskusi
tersebut.
2) Peserta didik berpikir secara kritis
3) Peserta didik dapat meningkatkan keberanian
Sedang kelemahanya adalah :
1) Banyak waktu yang buang.
2) Berlangsung pada peserta didik yang pandai.
c. Diskusi Panel
Diskusi ini di ikuti oleh banyak peserta didik sebagai peserta, yang
dibagi menjadi peserta aktif dan tidak aktif. Peserta aktif adalah lansung
mengadakan diskusi. Sedangkan peserta tidak aktif sebagai pendengar.
d. Simposium
Dalam simposium, masalah-masalah yang akan dibicarakan diantar
oleh satu orang atau lebih dan disebut pemrasaran. Pemrasaran boleh
berpendapat beda-beda terhadap suatu masalah, sedangkan peserta boleh
mengeluarkan pendapat menanggapi yang telah di kemukakan oleh
pemrasaran (Daradjat,dkk, 1995:293-294).
Penggunaan metode diskusi dalam proses pembelajaran fiqih di kelas,
masih membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung. Ada
beberapa prinsip-prinsip dasar yang perlu dipegang oleh guru dalam
melakukan diskusi antara lain :
a) Melibatkan siswa secara aktif dalam diskusi yang diadakan.
b) Diperlukan keterlibatan dan keteraturan dalam mengemukakan
pendapat secara bergilir dipimpin seorang ketua /moderator.
c) Masalah diskusi disesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan
anak.
d) Guru berusaha mendorong siswa yang kurang aktif agar mengeluarkan
pendapatnya.
e) Siswa dibiasakan menghargai pendapat orang lain dalam menyetujui
dan menentang pendapat.
f) Aturan dan jalannya diskusi hendaknya dijelaskan kepada siswa yang
belum mengenal tata cara diskusi (Usman, 2002:36).
Jadi prinsip umum dalam menggunakan metode diskusi adalah guru
melibatkan seluruh siswa dan memotivasi siswa dalam berdiskusi serta
memberikan penjelasan tentang tata cara berdiskusi.
Disamping prinsip-prinsip diatas dalam penerapan metode diskusi,
perlu juga memperhatikan syarat-syarat dalam diskusi, antara lain sebagai
berikut :
a. Permasalahan yang didiskusikan hendaknya menarik perhatian.
b. Persoalan yang didiskusikan adalah persoalan relatif banyak
menimbulkan pertanyaan.
c. Peranan moderator yang aspiratif dan proposional.
d. Permasalahan yang didiskusikan hendaknya membutuhkan
pertimbangan dari berbagai pihak.
Ada beberapa komponen dalam ketrampilan membimbing diskusi,
yaitu :
a. Memusatkan perhatian.
b. Memperjelas masalah.
c. Menganalisis pandangan siswa.
d. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi.
e. Menutup diskusi (Imran, 1995:149).
Diketahui bahwa diskusi berguna sekali untuk mengubah perilaku
efektif siswa secara konkret, karena sikap atau nilai perubahan sukar sekali
diadakan jika siswa tidak diberi kesempatan mengatakan perasaannya
(James, Popham dan Eva L, terj, Hadi dkk, 2005:85).
Namun untuk mengubah perilaku kognitif menurut taksonomi
Bloom mengenai taraf pengetahuan, tidak efisien dengan metode
diskusi.Tetapi perilaku efektif /taraf evaluasi, diskusi tepat digunakan pada
fase program pengajaran (James, Popham dan Eva L, terj, Hadi dkk,
2005:85).
Dalam pelaksanaannya, metode diskusi diterapkan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a) Pendahuluan
Pada tahap ini guru dan murid menentukan masalah dan
menentukan diskusi yang akan digunakan sesuai dengan masalah yang
digunakan sesuai masalah yang akan didiskusikan (Arief, 2002:147-
148).
Pertanyaan/masalah yang layak didiskusikan ialah yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
1) Menarik minat siswa yang sesuai dengan tarafnya.
2) Mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari
sebuah yang dapat dipertahankan kebenarannya.
3) Pada umumnya tidak menanyakan “ manakah jawaban yang benar”
tetapi lebih mengutamakan hal yang mempertimbang kan dan
membandingkan (winarno surahmad, 1987:85).
b) Pelajaran inti
Metode diskusi dapat dipimpin langsung oleh guru atau murid
yang dianggap cakap dan bertangggung jawab.
Dengan pimpinan guru, peran siswa membentuk kelompok
diskusi memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris/pencatat, notulis,
pelapor) dan sebagainya (bila perlu), mengatur tempat duduk,
ruangan, sarana, dan sebagainya.
Pimpinan diskusi sebaiknya berada ditangan siswa yang :
1) Lebih memahami / menguasai yang akan didiskusikan
2) Berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya
3) Berbahasa dengan baik dan lancar bicaranya.
4) Dapat bertindak tegas, adil dan demokrasi.
Adapun tugas pimpinan diskusi antara lain, adalah :
1) Pengatur dan pengarah acara diskusi.
2) Pengatur “lalu lintas” pembicaraan.
3) Penengah dan penyimpul dari berbagai pendapat (Ramayulis,
2001:148).
Selanjutnya para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-
masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok
yang lain (kalau ada lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban
serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap
anggota berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap
peserta kelompok harus tahu persoalan apa yang akan didiskusikan
dan bagaimana caranya diskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana
bebas, setiap anggota harus tahu bahwa hak bicaranya sama
(Suryabrata, 1997:182).
c) Penutup
Pada tahap ini guru atau pemimpin diskusi memberikan tugas
kepada audience membuat kesimpulan diskusi, kemudian guru
memberikan ulasan atau memperjelas dari kesimpulan
diskusi (Arief, 2002:148).
Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil-hasil
diskusinya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama
dari kelompok lain) guru memberi penjelasan terhadap laporan
tersebut.
Akhirnya para siswa mencatat hasil diskusi tersebut dan guru
mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok, sesudah
para siswa mencatatnya untuk “file” kelas (Ramayulis, 2001: 148).
6. Tugas Guru dalam Metode Diskusi
Sudah tentu guru mempunyai tugas yang lebih banyak dalam pelaksanaan
diskusi ini mulai dari :
1) Mencari topik
2) Membagi kelompok
3) Mengatur ruang kelas
4) Menetapkan jalan diskusi
5) Menilai atau mengevaluasi
Di dalam pelaksanaan diskusi guru tidak lagi berfungsi sebagai
pengajar saja tetapi guru mempunyai peran lebih dari mengajar yakni
sebagai penunjuk jalan, sebagai pengatur lalu lintas, sebagai benteng
pelindung (Zein, 1990:176).
Adapun Peranan guru dalam penggunaan metode diskusi sebagai:
a. Penunjuk Jalan
1) Guru memberi petunjuk umum kepada peserta didik untuk
mencapai kemajuan dalam diskusi. Semua jawaban-jawaban yang
diberikan oleh anggota kelompok dijadikan bahan untuk
pemecahan masalah.
2) Merumuskan jalannya diskusi.
3) Guru meluangkan jalan bagi siswa sehingga diskusi berjalan
dengan lancar.
b. Pengaturan Lalu Lintas
1) Mengajukan semua pernyataan secara teratur untuk semua anggota
diskusi.
2) Menjaga agar semua anggota dapat berbicara bergiliran.
3) Menjaga supaya diskusi jangan semata-mata dikuasai oleh siswa
yang gemar berbicara.
4) Terhadap murid pendiam dan pemalu guru harus mendorongnya
supaya ia berani mengeluarkan pendapat.
c. Dinding Penangkis
Guru harus memantulkan semua pertanyaan yang diajukan kepada
pengikut diskusi. Dia tidak harus menjawab pertanyaan yang
diberikan kepadanya. Dia hanya boleh menjawab pertanyaan yang
tidak dapat dijawab oleh pengikut diskusi (Hasibuan dan Moedjiono,
2001:23).
7. Kelebihan Dan Kekurangan Meode Diskusi
Adapun Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi Sebagai Berikut:
1) Metode Diskusi Memiliki Beberapa Kelebihan, yaitu :
a. Menghidupkan suasana kelas, karena setiap siswa diberi
kesempatan untuk berpendapat
b. Melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain dan mematuhi
aturan kelompok
c. Meningkatkan rasa percaya diri siswa karena berbicara di depan
teman-temannya dalam satu kelompok bagi sebagian siswa lebih
mudah dari pada berbicara di depan kelas
d. Memberi kesempatan siswa untuk mengekspresikan pendapatnya
secara bebas dan mandiri
e. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk
memecahkan masalah bersama
f. Meningkatkan prestasi siswa
g. Mempermudah pemahaman materi karena penyimpulan materi
dilakukan oleh kelompok
h. Merangsang siswa untuk berfikir kritis dan memutuskan
pemecahan masalah berdasarkan pilihan kelompok.
2) Adapun kekurangan dari metode diskusi ini antara lain:
a. Tidak jarang diskusi dikuasai oleh anak-anak yang aktif dan suka
berbicara. Jika hal ini terjadi, guru perlu memberikan arahan
diskusi
b. Hasil diskusi kadang tidak terduga dan tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran jika guru tidak memberikan rambu-rambu secara
jelas
c. Membutuhkan waktu lebih lama, karena terkadang anggorta
kelompok membicarakan hal lain diluar materi yang didiskusikan
d. Hanya efektif diterapkan untuk kelompok kecil
e. Anggota kelompok hanya mendapatkan informasi/materi yang
terbatas (Suprihatiningrum, 2016:288).
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui kekurangan dan
kelebihan Metode diskusi. Guru harus pandai-pandai menentukan
kapan waktu metode diskusi ini dapat digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar serta guru harus memperhatikan dasar-dasar
pemilihan metode belajar dan prinsip dalam pemilihan metode belajar.
B. Pembelajaran Fikih
1. Pengertian Pembelajaran Fikih
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam
pembelajaran, guru harus memahami berbagai model pembelajaran yang dapat
merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran
yang matang oleh guru.
Belajar mengajar merupakan proses yang dilakukan antara pendidik dan
peserta didik, dimana kegiatan tersebut bernilai edukatif yang bertujuan untuk
membangun dan mengembangkan potensi peserta didik, maka dari itu pendidik
diharapkan mampu mendesain pembelajaran yang inovatif bagi peserta didik.
Menurut Suprihatiningrum (2016:75) Pembelajaran adalah serangkaian
kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara
terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud
tidak hanya berupa tempat ketika pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga
metode, media, dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi.
Jadi Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu
siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu
memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan belajar dengan sengaja
agar seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu (Yamin,
2012:67). Pembelajaran adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang
ada di sekitar peserta didik, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan
peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar (Murafikah, 2014:27).
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara
guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka
maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media
pembelajaran. didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola
pembelajaran (Rusman, 2013:134).
Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil pengertian bahwa
pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku di dalam diri manusia.
Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan, maka dikatakan bahwa padanya
belum berlangsung proses belajar. Selain itu belajar juga berkenaan dengan
perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar.
Sedangkan yang dimaksud dengan Mata pelajaran Fiqih dalam
Kurikulum adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar
pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
latihan penggunaan, pengamalan dan pembiasaan.
Ilmu Fiqih dimaksudkan sebagai ilmu yang berbicara tentang hukum-
hukum Syar‟i amali (praktis) yang penetapannya melalui pemahaman yang
mendalam terhadap dalil-dalilnya yang teperinci dalam nash Al-Qur‟an dan
Hadis. Fiqih juga disebut sebagai koleksi (majmu‟) hukum-hukum syarat yang
berkaitan dengan perbuatan mukallaf dan diambil dari dalil-dalilnya yang
tafshili (Koto, 2006:2)
Fiqih adalah seperangkat ketentuan-ketentuan hukum syara‟ yang berasal
dari Allah Swt. Melalui wahyu yang disampaikan kepada rasulnya,
Muhammad Saw. dengan demikian hukum akal (logika), hukum kebiasaan (al-
adat), hukum kausalitas, dan hukum-hukum lainnya yang murni berasal dari
pemikiran manusia, tidak termasuk kedalam pengertian dan pembahasan fiqih
(Dahlan, 2011:6).
Fiqih diartikan dengan sekumpulan hukum syara‟ yang berhubungan
dengan perbuatan yang diketahui melalui dalil-dalinya yang terperinci dan
dihasilkan dengan jalan ijtihad. Fiqih berarti mengetahui, memahami dan
mendalami ajaran-ajaran agama secara keseluruhan. Jadi pengertian Fiqih
dalam arti yang sangat luas sama dengan pengertian syariah dalam arti yang
sangat luas (Djazuli, 2005:4).
Pembelajaran Fiqih yaitu mengarahkan untuk mengantarkan peserta didik
dapat memahami pokok-pokok hukum islam dan tata cara pelaksanaannya
untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu
taat menjalankan syariat islam secara kaffah (sempurna). dalam pembelajaran
Fiqih, tidak hanya terjadi proses interaksi antara guru dan anak didik di dalam
kelas. Namun pembelajaran juga dilakukan dengan berbagai interaksi, baik di
lingkungan kelas maupun musholla sebagai tempat praktek-praktek yang
menyangkut ibadah. VCD, film, atau lainnya yang mendukung pembelajaran
Fiqih bisa dijadikan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Termasuk pula
kejadian-kejadian sosial baik yang terjadi di masa sekarang maupun masa
lampau, yang bisa dijadikan cerminan dalam perbandingan dan penerapan
hukum islam (Umalee, 2015:19).
Pada hakekatnya Mengajar merupakan upaya guru dalam menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan harmonis, maka diharapkan guru
mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar mengajar, dengan kata lain
proses belajar mengajar merupakan proses interaksi edukatif antara guru
dengan siswa dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang memberi
respon terhadap usaha guru tersebut, oleh sebab itu metode mengajar yang baik
adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar bagi siswa.
Dari definisi yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Fikih itu tidak hanya dilakukan di dalam kelas, akan tetapi
seluruh kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan Fikih. Selain itu,
pembelajaran Fiqih juga banyak mengandung aspek nilai, maka pembelajaran
yang hanya mengarah pada aspek kognitif saja merupakan suatu kesalahan
besar. Oleh karena itu, pembelajarannya harus mengarah pada tiga aspek, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
C. Studi Relavan
Dalam rangka menetapkan permasalahan dalam melakukan suatu penelitian,
subjek penelitian, untuk selanjutnya melaksanakan penelitian kelapangan, peneliti
perlu memperhatikan apakah yang akan peneliti angkat ini telah ada yang meneliti
baik itu ditinjau dari aspek yang sama, menggunakan metode yang sama dan
mengambil lokasi yang sama, serta apakah ada relevansinya dengan penelitian
yang diteliti ini, agar tidak terjadi pengulangan. Di bawah ini beberapa hasil
penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, antara lain:
1. Skripsi Ratna Dewi Rahman (2008) dengan judul penerapan metode diskusi
dalam meningkatkan motovasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMPN 1 Prambon Sidoarjo, Hasil penelitian tersebut
menunjukkan: bahwasannya metode diskusi merupakan salah satu metode yang
digunakan pada pembelajaran PAI dan dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa di SMPN 1 Prambon Sidoarjo. Dan dengan disediakannya media
pendukung belajar seperti VCD yang mana akan membantu memotivasi siswa-
siswa yang kurang senang atau malas dalam mengikuti metode pembelajaran
tersebut.
2. Skripsi Herti (2014) dengan judul penerapan metode diskusi dalam
meningkatkan kemampuan memahami materi Fikih pada siswa kelas VIII di
MTs Batusitanduk Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan: (1) Bentuk penerapan metode diskusi dalam
proses pembelajaran mata pelajaran fikih di MTs Batusitanduk dilakukan
dengan menjadikan semua kelompok belajar aktif dalam menuangkan ide-ide,
pengalaman, dan wawasan mengeni materi pelajaran yang dilakukan dalam
tiga langkah, yaitu penyajian materi pelajaran, bimbingan kepada siswa, dan
penarikan kesimpulan dari hasil diskusi; (2) Faktor-Faktor yang mendukung
penerapan metode diskusi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada mata
pelajaran fikih Di MTs Batusitanduk yaitu faktor guru, siswa, penataan ruang
kelas yang baik, dan ineraksi yang baik antara guru dan siswa. (3) Faktor-
Faktor yang menghambat penerapan metode diskusi dalam upaya
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa kelas VIII terhadap materi Fikih
di MTs Batusitanduk yaitu jalannya diskusi kelas lebih dikuasai oleh siswa
yang lebih pandai, siswa yang cenderung berminta pada mata pelajaran
tertentu, keterbatasn waktu (jam pelajaran), dan sering terjadinya perbedaan
pendapat dalam diskusi.
3. Skripsi Riza Fatmawati (2017) dengan judul penelitian “Peran Metode Diskusi
dalam Pembelajaran PAI Pada Pembentukan Karakter Siswa Kelas VIII SMPN
05 Salatiga”. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Metode Diskusi memiliki
Peran Penting pada Pembentukan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI di
SMPN 05 Salatiga yaitu: (1) Metode diskusi memiliki peran dalam
pembentukan karakter siswa, hal itu dibuktikan dengan siswa menjadi lebih
aktif dalam pembelajaran, berani berpendapat, bertanya dan menyanggah
jawaban yang kurang sesuai pemahamannya. (2) ada nilai-nilai karakter yang
dapat dimunculkan atau dikembangkan dari pembelajaran PAI dengan metode
diskusi, antara lain: nilai religious, toleransi, berani, menghargai pendapat
orang, kritis, teliti, bersahabat dan tanggung jawab. (3) kendala yang terjadi
berserta solusinya antara lain adalah : a) proses diskusi hanya oleh sebagian
orang saja (solusi: guru mengambil alih diskusi dan mempersilahkan kepada
yang lain). b) waktu yang kurang efisien (solusi: guru memberikan batas waktu
diskusi siswa). c) materi menjadi menyebar luas (solusi: pertanyaan yang
diajukan harus sesuai dengan materi). d) siswa pasif cenderung hanya diam
(solusi: guru memberikan stimulus agar anak itu aktif). e) perbedaan pendapat
dalam kelompok (solusi: pertanyaan yang belum bisa di jawab dilemparkan
kepada yang lain).
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut
pandang pendidikan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Sugiyono, 2013:253).
Dalam penelitian kualitatif, permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih
bersifat sementara, sehingga teori yang digunakan dalam menyusun proposal
penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah
memasuki lapangan atau konteks sosial. Peneliti dalam hal ini dituntut untuk
dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan
oleh partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat perspektif emit
yang artinya memperoleh data bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh
peneliti, tetapi berdasarkan apa adanya dan sesuai dengan apa yang terjadi di
lapangan, yang dialami, dan dirasakan oleh partisipan atau sumber data.
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, tulisan maupun hasil
wawancara yang kemudian dijadikan satu dalam bentuk hasil penelitian yang
berupa kalimat. Dalam hal ini peneliti menelusuri permasalahan yang berkaitan
dengan Penerapan Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Fikih Kelas VIII di
Madrasah Tsanawiyah PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Situasi sosial adalah lokasi atau tempat yang ditetapakan untuk melakukan
penelitian, situasi social dalam penelitian ini meliputi aspek tempat (place),
pelaku (actori), dan aktivitas (activity). Yang berinteraksi secara sinergis
(Sugiyono, 2013:297).
Lokasi penelitian ini berada di Madrasah Tsanawiyah (MTs) PONPES Al-
Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi. Penelitian ini tentang Penerapan Metode Diskusi dalam Pembelajaran
Fikih kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) PONPES Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Yang
berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut pandang pendidikan.
Dan Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara dan dokumentasi.
2. Subjek Penelitian
Subyek adalah narasumber, orang, tempat peneliti bertanya mengenai
variabel yang sedang diteliti (Arikunto, 2013:88). Subjek dapat disebut juga
orang yang paling utama yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang apa saja yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini yang menjadikan subyek adalah guru Fikih kelas VIII di
Madrasah Tsanawiyah (MTs) PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. dan untuk informan
tambahannya yaitu siswa kelas VIII dan kepala sekolah MTs PONPES Al-
Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
kualitatif, jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari
data primer dan data sekunder.
a) Data Primer
Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data
sekunder kalau di pergunakan orang yang tidak berhubungan langsung
dengan penelitian yang bersangkutan (Mukhtar, 2010:87).
31
Data primer ini diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara
kepada guru Fikih, kepala sekolah dan siswa kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah (MTs) PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Data yang termasuk dalam data primer
tersebut adalah :
1) Proses pelaksanaan Metode Pembelajaran Fikih kelas VIII di
Madrasah Tsanawiyah PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal
Makmur Kabuapaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi
2) Kendala yang dihadapi dalam Penerapan Metode Diskusi Pada
Pembelajaran Fikih Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah PONPES
Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Provinsi Jambi
3) Upaya guru Fikih dalam Penerapan Metode Diskusi Pada
Pembelajaran Fikih kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah PONPES
Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Provinsi Jambi
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, misalanya dari biro statistik, majalah,
Koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya (Mukhtar, 2010:91).
Dalam penelitian ini adalah data yang diambil di gambaran umum di
Madrasah Tsanawiyah (MTs) PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal
Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu sebagai berikut:
1) Historis dan geografis
2) Struktur organisasi
3) Keadaan guru dan siswa
4) Keadaan sarana dan prasarana.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dimana data diperoleh.
Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan
tertulis maupun lisan (Arikunto, 2014:172). Sedangkan sumber data dalam
penelitian ini meliputi:
a. Sumber Primer
1) Guru Fikih
2) Kepala sekolah
3) Siswa kelas VIII
b. Sumber Sekunder
1) Dokumentasi
2) Catatan-catatan penting lainnya
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diharapkan dalam menunjang keberhasilan
penelitian ini, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Metode observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan
kegiatan pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indra
(Arikunto, 2010:156). Penulis menggunakan metode observasi non partisipan
untuk melihat di lapangan tentang penerapan Metode Diskusi pada
pembelajaran Fikih kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) PONPES Al-
Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi.
2. Wawancara
Wawancara adalah “…sebuah dialog yang dilaksanakan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara” (Arikunto,
2010:155). Wawancara tidak terstruktur dilakukan untuk mengumpulkan data
tentang Penerapan Metode Diskusi pada pembelajaran Fikih kelas VIII di
Madrasah Tsanawiyah (MTs) PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.
33
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel-
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).
Dokumentasi penulis gunakan untuk memperoleh semua data-data yang
berhubungan dengan gambaran umum disekolah Madrasah Tsanawiyah
(MTs) PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, yang meliputi:
a. Historis dan geografis
b. Struktur organisasi
c. Keadaan guru dan siswa
d. Keadaan sarana dan prasarana.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperlukan dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri dan orang lain.
1. Reduksi data
Reduksi data di artikan sebagai “… proses pemilihan, pemusatan,
perhatian, pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data-data
kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapangan” (Matthew dan
Huberman, 2007:16). Masalah mengenai gambaran umum yaitu mengenai
gambaran umum tentang Penerapan Metode Diskusi pada pembelajaran Fikih
Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) PONPES Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Yang diambil melalui
wawancara dan observasi kemudian di analisis dengan menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data tersebut sehingga bisa di sajikan.
2. Penyajian data
Penyajian data sebagai “… sekumpulan data/informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan” (Matthew dan Huberman, 2007:17). Penyajian data mengenai
Penerapan Metode Diskusi pada Pembelajaran Fikih kelas VIII di Madrasah
Tsanawiyah (MTs) PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi yang telah direduksi melalui bab-bab
yang sudah tersedia.
1. Verifikasi/penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
dalam pikiran penganalisis dengan menulis suatu tinjauan ulang pada
catatan (Matthew dan Huberman, 2007:19). Hasil penyajian data bisa
diambil kesimpulan tentang temuan lapangan mengenai Penerapan Metode
Diskusi pada Pembelajaran Fikih kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah
(MTs) PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung
Jabung Timur Provinsi Jambi.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data, maka diperlukan teknik pemeriksaan.
Pelaksanaan pemeriksaan data didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada
beberapa teknik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data yaitu:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal dilapangan penelitian
sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika itu dilakukan akan membatasi :
a. Gangguan dari dampak peneliti pada konteks
b. Membatasi kekeliruan peneliti
c. Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau
pengaruh sesaat.
35
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksud dengan teknik pemeriksaan keabsahan data
berdasarkan seberapa tinggi derajat ketekunan peneliti didalam melakukan
kegiatan pengamatan. “ketekunan” adalah sikap mental yang disertai dengan
ketelitian dan keteguhan didalam melakukan pengamatan untuk memperoleh data
penelitian. Adapun “pengamatan” merupakan proses yang kompleks, yang
tersusun dari proses biologis (mata,telinga) dan psikologis (daya adaptasi yang
didukung oleh bersifat kritis dan cermat). Ketekunan pengamatan yang dimaksud
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relavan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan
menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamat menyediakan kedalaman
sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara
membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-
dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah pengamatan yang terus menerus sampai datanya jenuh. Uji
keabsahan data melalui triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2018:330).
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Menurut Denzim dalam kutipan Moleong membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik dan teori sebagai berikut:
a. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2018:331).
Hal itu dapat dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu
4) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
b. Trianggulasi dengan metode yaitu melakukan perbandingan, pengecekan
kebenaran dan kesesuaian data penelitian melalui “metode” yang berbeda.
c. Trianggulasi dengan penyidik yaitu dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan
data untuk membantu mengurangi kekeliruan dalam pengumpulan data.
d. Trianggulasi dengan toeri, Menurut Lincon dan Guba, sebagaimana yang
dikutip oleh Moleong, (2018:331). Berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak
dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
G. Jadwal Penelitian
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian dilapangan maka
penulis menyusun agenda secara sistematis yang terlihat pada tabel jadwal
penelitian sebagai berikut:
37
Tabel 3.1
Rencana dan Waktu Penelitian
: Waktu Pelaksanaan
No
Jenis
Kegiatan
Tahun 2020-2021
Oktober Novemb
er
Desembe
r
Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul
Proposal
2. Penyusunan
Proposal
3. Bimbingan
Proposal
4. Seminar
proposal
5. Perbaikan
Proposal
6. Pelaksanaan
Riset
7. Penyusunan
Data
8.
Penulisan
Skripsi
9.
Perbaikan
Skripsi
10. AAC
Munaqasah
38
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah MTs Ponpes Al-Ishlah
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menggunakan
sistem asrama dengan Kyai sebagai sentral figurnya serta menjadikan masjid
sebagai pusat yang menjiwai seluruh kegiatannya. Dengan sistem ini pondok
pesantren mampu mewujudkan pendidikan yang komprehensif baik spiritual
maupun intelektual.
Dan Pondok Pesantren Al-Ishlah merupakan salah satu dari sekian banyak
lembaga pendidikan di Indonesia yang telah ikut andil dalam berjuang
mencerdaskan anak-anak bangsa lewat pendidikan dan pengajarannya. Pondok
Pesantren Al-Ishlah didirikan oleh Hadrotussyekh KH Maksum, yang berdirinya
di tandai dengan peresmian oleh Bapak Bupati Kabupaten Tanjung Jabung Timur
yaitu Bapak Drs. H. Abdullah Hich pada tanggal 21 April 2005.
Hadrotussyekh KH. Maksum merupakan murid kesayangan seorang kyai
alim yang merupakan Pimpinan Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa
Timur periode ke IV yaitu Hadrotussyekh KH. Habib Dimyathi, yang mendidik
beliau mulai tahun 1951-1959. Sebelumnya, beliau pernah belajar di Pondok
Semelangu kebumen dan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak yang saat itu
masih di pimpin oleh KH. Ali Maksum.
Sebelum mendirikan Pondok Pesantren Al-Ishlah, pada tahun 1966 beliau
telah mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Al-Ishlah, disusul Madrasah Tsanawiyah
Al-Ishlah pada tahun 1998, kemudian Madrasah Aliyah Al-Ishlah tepatnya pada
tahun 2001, baru pada tahun 2005 mendirikan Pondok Pesantren Al-Ishlah.
2. Profil MTs Ponpes Al-Ishlah
Nama Sekolah : MTs Al-Ishlah
Alamat : Desa Parit X Teluk Majelis
Kecamatan : Muara Sabak
39
Kabupaten : Tanjung Jabung
Provinsi : Jambi
Penyelenggara Madrasah : Pengurus
Berdiri Sejak Tanggal : 1998
Nomor Standar Madrasah (NSM) : 212150503055
3. Visi Misi MTs Ponpes Al-Ishlah
a. Visi : Berilmu, Beramal dan Bertaqwa Dengan Dilandasi Ahlaqul
Karimah
b. Misi : Menumbuhkan Budaya Ilmu, Amal, Dan Taqwa Serta Ahlaqul
Qarimah Pada Jiwa Santri Dalam Pengabdiannya Kepada Agama Dan
Masyarakat.
4. Struktur Organisasi MTs Al-Ishlah
Struktur organisasi merupakan susunan atau jenjang kepangkatan dan
pemberian tugas-tugas yang pada akhirnya harus dipertanggung jawabkan.
Semuanya mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya terhadap etika-etika
dan tata tertib organisasi. Sukses dan lancarnya suatu badan organisasi tergantung
pada pengurusnya dan tentunya setiap organisasi mempunyai pimpinan atau
kepala yang bertugas mengatur dan mengontrol organisasi tersebut.
Struktur organisasi mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting
terhadap keberhasilan suatu sekolah/madrasah struktur organisasi adalah sebagai
kerangka pembangunan dan pengelompokan tugas. Kegiatan apapun namanya di
suatu lembaga instansi pemerintahan maupun lembaga organisasi masyarakat,
proses kegiatan diharapkan dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya
tentu diharpakan pendistribusian yang baik pula dengan melalui organisasi yang
baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing komponen
organisasi.
MTs Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur dalam tinjuan struktur
kelembagaan, memiliki beberapa formatur yang masing-masing personalia
memiliki tugas, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan amanah yang
diberikan. dilihat dari pelaksanaan dan operasional MTs Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur terdiri dari beberapa desain unsur-unsur, yaitu: Kepala
Madrasah, Wakil Kepala Madrasah, Kepala Tata Usaha, Guru dan Peserta didik.
Adapun Struktur Organisasi MTs Al-Ishlah sebagai berikut:
Gambar 4.1
“Struktur Organisasi MTs Al-Ishlah 2021”
(Sumber: Dokumen MTs Al-Ishlah 2021)
Kepala Sekolah
Thoyyiban, S.H.I
Wakil Kepala Sekolah
Irma Mutiara, S.Pd.I
Koordinator TU
Emila Nisa’ush S, S.Ip
Komite Sekolah
Tarmuzi
Bimbingan Konseling
A.Kholil, S.Pd.I
Bendahara
Sahrida
Wali Kelas VII
Nashirotun
Wali Kelas VIII
Surya Ningsih
Wali Kelas IX
Lailatul Wahidah
Siswa
Majelis Guru
MTs AL-Ishlah
41
5. Keadaan Tenaga Pendidik
Guru merupakan unsur terpenting dalam keseluruhan sistem pendidikan. Guru
juga sebagai pendidik yang menjadi sumber pengetahuan bagi peserta didik,
karena guru yang mentransper pengalaman dan pengetahuannya secara langsung
baik teori maupun praktek pada proses belajar mengajar. Guru atau Tenaga
Pendidik di MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur mempunyai tugas
utama dalam mengelola pelajaran untuk disampaikan kepada siswa dan siswi.
Berikut data dan jumlah guru MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur:
Tabel 4.1
Data Guru MTs Al-Ishlah
(Sumber: Dokumen MTs Al-Ishlah 2021)
Nama LK/PR NUPTK Jabatan
1. Thoyyiban, S.H.I LK 1442763663120002 Kepala Sekolah
2. Irma Mutiara Sholiha,
S.Pd.I
PR 2042763665300073 Wakil Kepala Sekolah
3. A.Kholil, S.Pd.I LK 7440760661200022 Guru
4. Nurul Kholifah Marmi PR 10504311194002 Guru
5. Parno LK 7133731633200043 Guru
6. Kardi LK 9947764666200002 Guru
7. Abdi LK 1644732642200002 Guru
8. Ririn Andriani PR Guru
9. Emila Nisa‟ush S, S.Ip PR Guru
10. Surya Ningsih PR Guru
11. Sahrida PR Guru
12. Nashirotun PR Guru
13. Lailatul Wahidah PR Guru
6. Keadaan Peserta Didik
Peserta didik merupakan bagian dalam sistem pendidikan. Peserta didik adalah
objek atau bahan mentah (input) dalam proses transpormasi pendidikan. Tanpa
adanya peserta didik, keberadaan sistem pendidikan tidak akan berjalan. Adapun
jumlah keseluruhan Siswa-siswi MTs Al-Ishlah 2020/2021 dari kelas VII-IX
Sebanyak 46 Siswa, terdiri dari Siswa kelas VII berjumlah 15 orang, siswa kelas
VIII berjumlah 16 orang dan siswa kelas IX berjumlah 15 orang. Selengkap dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Data Siswa-siswi MTs Al-Ishlah
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah (Orang)
1 VII 6 9 15
2 VIII 9 7 16
3 IX 5 10 15
Jumlah 20 26 46
(Sumber: Dokumen MTs Al-Ishlah 2021)
7. Sarana dan Prasarana
Meskipun diakui bahwa sarana dan prasarana dalam konteks pendidikan
bukanlah faktor utama kesuksesan proses pendidikan. Namun demikian, fasilitas
pendidikan tersebut dianggap cukup urgen dalam mendukung elemen pendidikan
lainnya seperti guru, peserta didik, materi ajar, dan lain sebagainya.
Sarana prasarana menjadi penunjang dalam pendidikan karena sarana dan
prasarana inilah yang akan memfasilitasi proses pembelajaran. Sarana dan
prasarana sekolah yang dimaksud dalam peneliti ini adalah seluruh peralatan dan
perlengkapan yang menunjang proses pembelajaran guna mencapai tujuan
pendidikan. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai maka tujuan
pendidik tidak akan tercapai dengan baik. Adapun sarana dan pra sarana yang
dapat menunjang proses belajar mengajar di MTs Ponpes Al-Ishlah sebagai
berikut:
43
Tabel 4.3
Sarana dan Prasarana MTs Ponpes Al-Ishlah
No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan
1 Ruang Kelas VII 1 Baik
2 Ruang Kelas VIII 1 Baik
3 Ruang Kelas IX 1 Baik
4 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
5 Ruang Guru 1 Baik
6 Ruang Perpustakaan 1 Baik
7 Ruang Uks 0 Tidak Layak
8 Kamar Asrama Putra 3 Baik
9 Kantin 1 Baik
10 Tempat Parkir 1 Baik
11 Ruang Tata Usaha 1 Baik
12 Ruang Keterampilan 0 Tidak Tersedia
13 Ruang Bimbingan Konseling 1 Baik
13 Masjid/Mushola 1 Baik
14 Kamar Asrama Putri 5 Baik
15 Wc Putra 4 Baik
16 Wc Putri 4 Baik
(Sumber: Dokumen MTs Al-Ishlah 2021)
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Temuan Khusus
Berdasarkan hasil pemaparan penelitian, data dalam penelitian ini akan
disajikan dengan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara dengan kepala
sekolah, guru Fikih dan siswa kelas VIII, Adapun yang dimaksud dalam penyajian
data disini adalah pengungkapan data yang diperoleh dari hasil penelitian di
lapangan yang sesuai dengan masalah yang ada dalam skripsi yaitu Penerapan
Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih Kelas VIII di MTs Ponpes Al-Ishlah
Desa Manunggal Makmur.
a. Pelaksanaan Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih Kelas VIII di
MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Untuk mengetahui Pelaksanaan Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih
Kelas VIII di MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur, peneliti
mengumpulkan data melalui wawancara, observasi serta dokumentasi dari
beberapa informan, seperti kepala sekolah, guru Fikih, dan siswa kelas VIII.
Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah MTs Al-Ishlah desa
Manunggal Makmur yaitu bapak Thoyyiban, S.H.I. Pada tanggal 25 januari
2021 mengenai pelaksanaan pembelajaran Fikih di MTs Ponpes Al-Ishlah desa
manunggal makmur, beliau memberi jawaban sebagai berikut:
“Alhamdulillah pembelajaran Fikih di MTs Ponpes Al-Ishlah
berjalan dengan baik dan termasuk mata pelajaran unggulan karena
di dukung oleh adanya pondok pesantren, MTs pagi mengikuti
kurikulum Kemenag dan kitab kuning untuk pondok pesantrennya.
Dengan perpaduan itu harapan kami anak-anak lebih memahami
materi Fikih yang diajarkan oleh guru. Selain memahami materi
anak-anak juga dituntut untuk memperaktekkan beberapa materi
khusus seperti praktek wudlu, sholat dan lain-lain, bahkan anak-
anak tidak bisa mengikuti ujian tulis sebelum berhasil ujian praktek
yang dibimbing guru mata pelajarannya” (Wawancara: Thoyyiban:
25 Januari 2021).
Kemudian peneliti mewawancarai kepala sekolah yaitu bapak Thoyyiban,
S.H.I. mengenai penerapan metode diskusi yang diterapkan guru Fikih pada
45
pembelajaran Fikih di MTs Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur pada tanggal
25 januari 2021, Beliau memberi jawaban sebagai berikut:
“Untuk metode diskusi di kelas VIII MTs AI-Ishlah baru pada
tahap pengenalan. Kami lebih menekankan kepada anak-anak
untuk menghapal dan memahami materi pelajaran. Untuk metode
diskusi kami pakai dalam beberapa materi khusus dalam satu bulan
atau dua kali anak-anak kita latih untuk menggunakan metode
diskusi agar proses belajar mengajar tidak mengalami kejenuhan
dan membosankan, serta agar siswa lebih aktif, dan kreatif dalam
pembelajaran dikelas” (Wawancara: Thoyyiban: 25 Januari 2021).
Dari hasil wawancara diatas dapat menunjukan bahwa metode diskusi
merupakan salah satu model pembelajaran dari sekian banyak model yang
sedang berkembang dewasa ini yang menerapkan sistem siswa aktif, kreatif
dan inovatif. Tidak sebagaimana paradigma lama yang memerlukan siswa
sebagai objek ajar bukan sebagai subjek, sehingga banyak para ahli dan praktisi
pendidikan mengadakan penelitian untuk mencari model pembelajaran yang
efektif guna mengatasi hambatan belajar yang selama ini dianggap sebagai
aktifitas yang membosankan.
Hasil wawancara peneliti dengan guru Fikih MTs Al-Ishlah desa
Manunggal Makmur yaitu bapak A.Kholil, S.Pd.I Pada tanggal 26 januari
2021 mengenai pelaksanaan pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs Ponpes Al-
Ishlah desa manunggal makmur, beliau memberi jawaban sebagai berikut:
“Pelaksanaan pembelajaran fikih sesuai dengan kurikulum K13,
yang mana pelaksanaan pembelajaran fikih itu dilaksanakan satu
kali pertemuan di kelas VIII yaitu 2 jam pelajaran”(Wawancara:
A.Kholil: 26 Januari 2021).
Kemudian peneliti mewawancarai guru Fikih yaitu bapak A.Kholil, S.Pd.I
mengenai penerapan metode diskusi pada pembelajaran Fikih kelas VIII di
MTs Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur pada tanggal 26 januari 2021, Beliau
memberi jawaban sebagai berikut:
“Penerapan metode diskusi di kelas VIII pada pembelajaran fikih,
kita perlu memberikan bermacam-macam teori atau penjelasan
kepada siswa, artinya diskusi pada tingkat madrasah tsanawiyah ini
perlu memberikan penjelasan dan pemahaman serta pengertian
terlebih dahulu mengenai metode diskusi ini karena dikelas VIII
metode diskusi ini diterapkan baru pada tahap pemula atau
pengenalan” (Wawancara: A.Kholil: 26 Januari 2021).
Sehubungan dengan hal tersebut bapak A.Kholil, S.Pd.I menambah
keterangannya pada tanggal 26 januari 2021 sebagai berikut:
“Pembelajaran Fikih sangatlah penting bagi siswa, untuk itu
seorang guru mempunyai tanggung jawab dan peranan penting
dalam proses pembelajaran di kelas, sebagai seorang guru saya
berusaha untuk membuat siswa agar tidak bosan dalam mengikuti
pembelajaran Fikih di kelas dengan itu saya menerapankan metode
diskusi, dan dengan menggunakan metode diskusi ini siswa sangat
antusias atau semangat mengeluarkan pendapat serta ide-ide materi
yang diberikan dalam pembelajaran dikelas” (Wawancara:
A.Kholil: 26 Januari 2021).
Apabila dilaksanakan dengan cermat maka metode diskusi ini merupakan
cara belajar yang menyenangkan dan merangsang siswa untuk aktif dan kreatif
dalam mengeluarkan ide-ide, pengalaman dan wawasan mengenai materi yang
diberikan oleh guru dalam pembelajaran dikelas.
Dalam pelaksanaannya metode diskusi diterapkan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Pendahuluan
a) Guru dan murid menentukan masalah
b) Menentukan bentuk diskusi yang akan digunakan sesuai dengan
masalah yang akan didiskusikan dan kemampuan murid dalam
melaksanakan diskusi
2. Pelajaran inti
Dalam melaksanakan diskusi guru dapat langsung memimpin (moderator)
atau dipimpin oleh murid yang dianggap cakap namun guru tetap
bertanggung jawab atas berlangsungnya diskusi
47
3. Penutup
Guru atau pemimpin diskusi memberikan tugas kepada audience membuat
kesimpulan diskusi. Kemudian guru memberikan ulasan atau memperjelas
dari kesimpulan diskusi (Ramayulis, 2001:148).
Temuan dilapangan terlihat bahwa metode diskusi yang diterapkan bapak
A.Kholil, S.Pd.I kegiatan pembelajaran yang diterapkan terdiri dari tiga tahap
yaitu:
a) Kegiatan awal (pendahuluan)
Langkah pertama siswa dan guru berdo‟a bersama-sama dipimpin oleh
ketua kelas, setelah selesai berdo‟a guru mengucapkan salam dan bersama-
sama membaca basmalah, kemudian di lanjutkan dengan menyapa siswa
selamat siang dan menanyakan kabar siswa, kemudian guru memeriksa
kehadiran siswa. dan Sebelum memulai pelajaran fikih, guru menjelaskan
mengenai cara berdiskusi, menentukan arah diskusi, membagi kelompok,
menunjuk satu siswa sebagai moderator dan sekretaris dalam pelaksanaan
diskusi kelompok yang berpresentasi untuk maju kedepan kelas agar dapat
memulai diskusi.
b) Kegiatan inti
Sebelum siswa memulai presentasi guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, kemudian guru langsung
mempersilahkan kelompok diskusi untuk memulai melaksanakan diskusi,
dan Moderator membuka diskusi dengan mengucapkan basmalah dan
mempersilahkan peserta diskusi untuk mempresentasikan atau
menyampaikan materi pelajaran yaitu Shadaqah, Hibah dan Hadiah, dan
kelompok diskusi menyampaikan materi yang telah dipersiapkannya serta
siswa yang lainnya mendengarkan peserta diskusi menyampaikan materi,
setelah selesai moderator memberikan kesempatan kepada audience atau
siswa lainnya untuk bertanya tentang materi yang belum paham kepada
kelompok diskusi dan guru juga mengarahkan siswa untuk mengoreksi
serta memberi saran mengenai jawaban temannya, kemudian siswa lainnya
bertanya mengenai materi yang telah disampaikan dan peserta diskusipun
menjawab pertanyaannya, setelah semua pertanyaan dijawab guru
mengakhiri pelajaran dengan menambahkan jawaban peserta diskusi dan
memperjelaskan materi yang telah dibahas.
c) Kegiatan penutup
Moderator membacakan kesimpulan diskusi, setelah itu Guru melakukan
revisi dan evaluasi terhadap hasil diskusi, hasil diskusi dinilai untuk
digunakan sebagai bahan evaluasi agar diskusi selanjutnya bisa lebih baik,
Kemudian bersama-sama menutup kegiatan pembelajaran dengan
membaca do‟a (Observasi, 02 Februari 2021).
Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh bapak A.Kholil, S.Pd.I selaku guru
Fikih mengenai langkah-langkah penerapan metode diskusi dalam
pembelajaran Fikih pada tanggal 26 januari 2021 sebagai berikut:
“Metode diskusi yang saya terapkan pada pembelajaran fikih ini
bervariasi tergantung pada pembahasan yang akan dibahas, di
semester ini saya menerapkannya pada pembahasan shadaqah,
hibah dan hadiah pada pembelajaran materi ini terlebih dahulu saya
menyampaikan dan menjelaskan permasalahan materi yang akan
dibahas, kemudian saya membagikan siswa menjadi beberapa
kelompok, masing-masing kelompok tersebut di beri materi
mengenai permasalahan yang akan dibahas, kemudian saya
melakukan evaluasi terhadap hasil diskusi agar diskusi kedepannya
bisa berjalan lebih baik lagi” (Wawancara: A.Kholil: 26 Januari
2021).
Bapak A.Kholil, S.Pd.I juga menambah keterangannya pada tanggal 26
januari 2021 sebagai berikut:
“Metode diskusi yang saya terapkan di kelas VIII pada pelajaran
Fikih ini dapat mebantu siswa untuk semangat dalam belajar dan
dapat meningkatkan keaktifan siswa, serta siswa percaya diri dalam
mengemukakan atau menyampaikan pendapatnya di depan teman-
tamanya dan guru pada pembelajaran dikelas” (Wawancara:
A.Kholil: 26 Januari 2021).
Sehubungan dengan hal tersebut Siti Susanti siswi kelas VIII pada tanggal
02 Februari 2021 mengatakan:
49
“Saya senang belajar Fikih apalagi dengan menggunakan metode
diskusi yang di terapkan oleh bapak A.Kholil karena dengan
metode diskusi bisa melatih diri untuk berani menjelaskan atau
menyampaikan materi di hadapan teman-teman dan mencari
jawaban bersama-sama” (Wawancara: Siti Susanti: 02 Februari
2021).
Berdasarkan uraian diatas bahwa metode diskusi yang diterapkan guru
Fikih dalam pembelajaran dikelas selain dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam memahami materi juga dapat meningkatkan kepercayaan diri
siswa serta keberanian berbicara didepan teman-temanya dan guru. Siswa juga
dapat aktif dan kreatif khususnya dalam menberikan gagasan dan ide-ide serta
dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi
setiap permasalahan sehingga siswa dapat mengasah dan meningkatkan
pemahaman dan pengalaman mengenai materi pembelajaran yang telah
disampaikan oleh guru sehingga keberhasilan pembelajaran lebih maksimal.
b. Kendala yang dihadapi dalam penerapan metode diskusi pada
pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs Ponpes Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur
Dalam pendidikan, k egiatan pembelajaran tidaklah selalu berjalan dengan
baik sesuai dengan harapan, ada kalanya terdapat kendala-kendala yang dapat
menghambat keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran seperti berikut ini :
1) Siswa kurang aktif berpartisipasi dalam pembelajaran Fikih.
Penerapan metode diskusi menuntun siswa untuk lebih aktif dalam
belajar, terutama dalam pembelajaran Fikih, siswa secara keseluruhan belum
terlihat semua aktif.
Seperti hasil wawancara peneliti dengan guru Fikih yaitu bapak A.Kholil,
S.Pd.I mengenai kendala yang di hadapi dalam penerapan metode diskusi
pada pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs Ponpes Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur pada tanggal 26 januari 2021 beliau memberi jawaban
sebagai berikut:
“metode diskusi ini sangat baik namun terdapat beberapa kendala
yang menghambat dalam pembelajaran, kendala utama dalam
penerapan metode diskusi adalah pada umumnya diskusi di kelas
ini cenderung dikuasai oleh murid yang gemar berbicara dan lebih
pintar di banding dengan teman lainnya serta ada sebagian murid
yang tidak ikut aktif dalam proses diskusi dikelas, dan juga dalam
metode diskusi waktunya yang kurang, serta sarana pendukung
seprti media itu juga kurang”(Wawancara: A.Kholil: 26 januari
2021).
Berdasarkan observasi peneliti melihat bahwa secara keseluruhan siswa
kelas VIII di MTs Ponpes Al-Ishlah desa manunggal makmur, memang
belum seluruhnya aktif dalam belajar Fikih oleh karena itu guru menerapkan
strategi metode diskusi agar dapat merangsang siswa untuk ikut berpartisipasi
dalam pembelajaran, dalam hal ini kelas VIII belum seluruhnya berpartisipasi
dalam mengikuti diskusi belajar dikelas.
Seperti yang di ungkapkan bapak A.Kholil S,Pd.I selaku guru Fikih pada
tanggal 26 januari 2021 sebagai berikut:
“Dalam pembelajaran Fikih memang belum seluruhnya siswa
berpartisipasi dalam belajar oleh karena itu saya sebagai guru
menerapkan metode diskusi agar siswa tidak bosan dalam
mengikuti pembelajaran, tidak jenuh dan tidak mengantuk serta
dapat merangsang dan mengarah siswa untuk aktif dalam
mengikuti diskusi, dan saya memberikan kesempatan bagi setiap
siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya didalam
diskusi dikelas” (Wawancara: A.Kholil: 26 januari 2021).
2) Siswa masih kesulitan dalam menyampaikan pendapatnya
Metode diskusi dalam pembelajaran Fikih, guru selalu memberikan
kebebasan bagi siswa dalam menyampaikan pendapatnya dan bertanya di
dalam diskusi agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif serta guru
dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
diberikan, namun dalam kegiatan pembelajaran masih ada siswa yang
kesulitan, tidak berani dalam menyampaikan pendapatnya dengan alasan
malu dan kurang percaya diri atas jawaban yang akan mereka sampaikan.
Hal ini di ungkapkan oleh bapak A.Kholil S,Pd.I selaku guru Fikih pada
tanggal 26 januari 2021 sebagai berikut:
51
“Dalam menerapkan metode diskusi ini saya selalu berusaha
mengkondisikan proses belajarnya dari awal sampai akhir, dan
disaat diskusi berlangsung saya selalu mengarahkan dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
pendapatnya serta untuk bertanya, namun disini siswa masih ada
yang malu-malu, kurang percaya diri dalam menyampaikan
pendapatnya. disaat diskusi berakhir saya selalu menjelaskan dan
menambahkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang di
tanyakan siswa dan menyimpulkan dari pemahaman siswa yang
belum jelas terhadap pembelajaran tersebut” (Wawancara:
A.Kholil: 26 januari 2021).
Kemampuan siswa dalam berinteraksi ketika belajar sangatlah berbeda-
beda, ada siswa yang pasif, aktif maupun kreatif dalam menyampaikan
pendapatnya, ketika guru memberi pertanyaan dan meminta pendapatnya, ada
pula siswa yang masih malu dan takut, karena kurang percaya dengan
jawaban yang mereka sampaikan.
Sehubungan dengan hal tersebut Muhammad Sutan Abadi siswa kelas
VIII pada tanggal 02 februari 2021 menurutnya:
“Saya senang dengan metode diskusi yang terapkan oleh bapak
A.kholil dalam pembelajaran fikih karena saya tidak mengantuk
dan bosan dalam pembelajaran di kelas namun disaat diskusi
berlangsung ketika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan menyampaikan pendapatnya, nah disitu saya masih
merasa takut untuk menyampaikan pendapat saya di depan guru
dan dan teman-teman yang lain” (Wawancara: Muhammad Sutan
Abadi: 02 februari 2021).
Hal yang hampir sama yang disampaikan oleh Sahrul Arami siswa kelas
VIII pada tanggal 02 februari 2021 menurutnya:
“Ketika bapak A.Kholil memberikan saya kesempatan untuk
menyampaikan pendapat didalam diskusi saya merasa malu untuk
menyampaikan pendapat saya di depan teman-teman dan guru
padahal saya ingin mengungkapkan pendapat saya, tetapi saya
malu dan tidak percaya diri” (Wawancara: Sahrul Arami: 02
februari 2021).
Hal yang hampir sama juga disampaikan oleh Nur Azizah siswi kelas
VIII pada tanggal 02 februari 2021 menurutnya:
“Ketika saya di berikan kesempatan dalam berdiskusi untuk
menyampaikan pendapat saya selalu ingin mengungkapkan
pendapat saya tetapi saya sering kesulitan bagaimana cara
menyampaikan jawaban, pendapat atau ide saya itu, terkadang saya
merasa gugup, bingung bahkan hilang jawaban apa yang ingin saya
sampaikan” (Wawancara: Nur Azizah: 02 februari 2021).
Berdasarkan uraian diatas bahwa kurang terbiasanya siswa berinteraksi
didepan orang banyak baik di depan guru ataupun teman-temannya
menyebabkan siswa kesulitan mengikuti pembelajaran Fikih. kesulitan
tersebut tentunya menjadi Kendala bagi guru Fikih dalam melakukan
pembelajaran khususnya dalam menggunakan metode diskusi karena siswa
kurang terbiasa belajar menyampaikan pendapatnya serta menjadikan kurang
efektif dalam proses pembelajaran.
3) Kesulitan dalam pengaturan waktu terhadap kegiatan pembelajaran
Salah satu kendala yang sering dialami dalam mengajar adalah soal
waktu, seringkali guru mengajar tidak dapat mengendalikan waktu.
Akibatnya bisa terjadi bahan pelajaran sudah selesai, namun waktu masih
panjang atau sebaliknya, waktu sudah habis, bahan belum tuntas.
Seperti halnya berdasarkan observasi peneliti pada tanggal 02 februari
2021 dalam metode diskusi yang diterapkan bapak A.Kholil dikelas VIII pada
pembelajaran Fikih membutuhkan waktu yang cukup, oleh karena itu
diperlukannya perencanaan penyesuaian alokasi waktu di RPP baik dengan
materi, strategi maupun media yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran
dapat berjalan dengan efisien.
Dari beberapa kendala diatas dapat peneliti temukan bahwa ada beberapa
kendala guru dalam penerapan metode diskusi pada pembelajaran Fikih di
MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur yaitu: 1) Siswa kurang aktif
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran Fikih. 2) Siswa masih kesulitan
dalam menyampaikan pendapatnya. 3) Kesulitan dalam pengaturan waktu
terhadap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu harus tetap dilakukan usaha-
usaha yang mengarah kepada perbaikan dan peningkatan kualitas
53
pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran Fikih agar dapat berjalan dengan
maksimal.
c. Upaya guru Fikih dalam penerapan metode diskusi pada
pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs ponpes Al-Ishlah desa
manunggal makmur
Para guru hendaknya mempunyai kemampuan yang dapat menunjang
keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Seorang guru
harus mampu mengatur siswa dengan baik, mengembangkan metode yang
diterapkan dengan bimbingan disertai dengan pengawasan guru agar
penggunaan motode diskusi pada pembelajaran Fikih dapat membimbing siswa
menjadi lebih aktif dan kreatif.
Adapun upaya untuk mengatasi kendala yang dilakukan guru Fikih dalam
penerapkan metode diskusi pada pembelajaran Fikih di MTs Ponpes Al-Ishlah
desa manunggal makmur sebagai berikut:
1) Membimbing siswa untuk lebih aktif dan kreatif
Hasil wawancara peneliti dengan guru Fikih MTs Al-Ishlah desa
Manunggal Makmur yaitu bapak A.Kholil, S.Pd.I Pada tanggal 26 januari
2021 mengenai upaya untuk mengatasi kendala dalam penerapan metode
diskusi pada pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs Ponpes Al-Ishlah desa
manunggal makmur, beliau memberi jawaban sebagai berikut:
“Upaya yang saya lakukan dalam penerapan metode diskusi yaitu
memberikan bimbingan serta dorongan motivasi agar siswa aktif
bertanya, menjawab serta kreatif mengeluarkan ide-ide dalam
melaksanakan diskusi di kelas pada pembelajaran Fikih
(Wawancara: A.Kholil: 26 Januari 2021).
Berdasarkan uraian diatas bahwa dalam pembelajaran Fikih, guru sangat
mengupayakan semua siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
pendapatnya dan menyanggah jawaban dari siswa lainnya sehingga terlihat
kondisi pembelajaran cukup aktif. dengan menerapkan metode diskusi telah
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran yang
menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana yang positif, siswa
merasa bahwa yang dialaminya belajar bukanlah sebuah beban, karena
pembelajaran yang dialaminya adalah pembelajaran yang menyenangkan,
aktif dan kreatif.
2) Membimbing siswa untuk terbiasa mengembangkan keberanian dalam
bertanya dan berpendapat
Pembelajaran dengan metode diskusi yaitu belajar bertukar pendapat atau
menyampaikan pendapat kepada teman-teman lainnya dengan cara diskusi
kelompok dengan demikian membuat siswa mengembangkan keberaniannya
dalam menyampaikan pendapatnya didalam diskusi.
Hal ini sesuai yang di ungkapkan oleh bapak A.Kholil S,Pd.I selaku guru
Fikih pada tanggal 26 januari 2021 sebagai berikut:
“Selanjutnya upaya yang saya lakukan pada penerapan metode
diskusi yaitu melatih siswa berani berbicara dan percaya diri,
dengan melakukan usaha-usaha pendekatan terhadap siswa yang
pendiam, dan kurang aktif, agar siswa bisa aktif ikut serta dalam
pelaksanaan diskusi dan kreatif dalam mengeluarkan pendapat
pada saat diskusi dikelas dalam pembelajaran Fikih” (Wawancara:
A.Kholil: 26 januari 2021).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan
metode diskusi guru membimbing siswa untuk percaya diri dan berani
mengeluarkan pendapat serta dapat melatih siswa untuk bertukar pikiran
dengan teman-teman lainnya, metode diskusi ini membuat siswa saling
menghargai pendapat teman yang satu dengan yang lainnya. sehingga
membuat siswa mengembangkan keberaniannya dalam berbicara maupun
menyampaikan pendapatnya.
3) Menyediakan sumber belajar
Sumber belajar merupakan salah satu penunjang untuk kelancaran dalam
belajar, tanpa adanya sumber belajar maka proses belajar mengajar kurang
terlaksana dengan baik. dengan adanya sumber belajar maka proses belajar
55
mengajar akan terlaksana dengan baik, kelengkapan sumber belajar dapat
memotivasi siswa agar semangat belajar.
Hal ini sesuai yang di kemukakan oleh bapak A.Kholil S,Pd.I selaku guru
Fiqh pada tanggal 26 januari 2021 sebagai berikut:
“Banyak hal yang dapat medukung proses pembelajaran
diantaranya adanya LKS (lembar kerja siswa) dan buku paket
dengan adanya LKS (lembar kerja siswa) dan buku paket maka
siswa mempunyai sumber belajar atau panduan untuk belajar,
untuk mendapatkan informasi mengenai materi, selain itu saya juga
memanfaatkan buku lain yang ada kaitannya dengan Fikih yang
saya ajarkan” (Wawancara: A.Kholil: 26 januari 2021).
Hal yang sama diungkapkan oleh Aulia Dewi Lestari siswi kelas VIII
pada tanggal 02 februari 2020 menurutnya:
“Saat pembelajaran Fikih selesai guru Fikih menganjurkan untuk
banyak-banyak membaca dirumah serta memahami buku Fikih
yang kami miliki sehingga dapat menambah wawasan saya tentang
materi-materi Fikih, semakin banyak kami membaca maka semakin
banyak ilmu yang kami dapat” (Wawancara: Aulia Dewi Lestari:
02 februari 2020).
Dengan adanya sumber belajar maka sangat membantu proses
pembelajaran siswa, karena tanpa adanya sumber belajar, maka guru akan
terbatas meyampaikan informasi dan siswa akan sedikit terbatas dalam
menerima informasi dan pembelajarannya. karena semakin banyak sumber
belajar yang digunakan maka semakin banyak pula pengetahuan yang akan
didapatkan dalam proses pembelajaran.
2. Pembahasan
1. Pelaksanaan Metode Diskusi pada Pembelajaran Fikih kelas VIII di
MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran metode diskusi memiliki peranan
yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. hal
ini karena dalam penerapan metode diskusi bukan hanya guru yang aktif,
namun juga siswa turut aktif dalam menyumbangkan pengetahuannya tentang
materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya dituntun untuk
memahami dan menguasai jenis, tekhnik, dan prosedur tetapi yang juga perlu
diperhatikan kreativitas, inovasi serta cara menyampaikan atau menyajikan
materi agar dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan. Artinya siswa tidak merasa tegang untuk menerima pelajaran
dan mengeluarkan pendapatnya, sehingga dapat mengekpresikan kemampuan
lisannya. Selain itu semangat dan antusias yang tinggi harus juga ada pada
diri guru dalam menerapkan metode diskusi agar siswa dapat terlibat aktif
dalam pembelajaran fikih.
Dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya mentransfer ilmu
pengetahuan pada siswa dengan cara pendekatan konvensional yang dalam
kegiatan belajar mengajarnya lebih di dominasi oleh guru sedangkan siswa
hanya duduk lebih banyak mendengar, mencatat, di beri tugas dan menerima
ilmu pengetahuan dari gurunya tanpa berani mengembangkan kreatifitas,
kecerdasaan dan kebutuhannya. Sehingga proses pembelajaran cenderung
membosankan, tidak menyenangkan dan kurang membangkitkan minat
belajar siswa yang akibatnya hasil belajar yang diperoleh peserta didik tidak
sesuai dengan yang diharapakan.
Disadari atau tidak model pembelajaran seperti ini sangat
menghambat tumbuh kembang potensi dan kreatifitas yang dimiliki peserta
didik itu sendiri. Pada era sekarang system intruksional lebih menghendaki
dalam proses belajar mengajar yang diperhatikan adalah student Needed
(kebutuhan siswa).
Setelah serangkaian proses penelitian yang telah dilakukan peneliti
baik melalui wawancara kepada guru, siswa serta kepala sekolah, maupun
observasi pada Pembelajaran Di Kelas MTs Ponpes Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur, Maka dalam hal ini dapat diambil suatu analisis tentang
Pelaksanaan Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih Kelas VIII MTs
Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur.
Sesuai dengan observasi yang penulis lakukan di MTs Ponpes Al-
Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur, penulis
57
melihat bahwa metode diskusi diterapkan dalam proses pembelajaran, dalam
penerapan metode diskusi, guru dan siswa membahas materi pelajaran
bersama-sama, saling bertukar pikiran dan menyelesaikan suatu masalah
secara bersama-sama, sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak bosan
dan mengantuk serta semangat mengikuti pelajaran dan aktif dalam proses
pembelajaran Hal ini karena metode diskusi dinilai efektif dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa
Penerapan Metode Diskusi pada Pembelajaran Fikih di MTs Ponpes Al-Ishlah
Desa Manunggal Makmur kabupaten tanjung jabung timur dilakukan dengan
menjadikan siswa aktif dalam menuangkan ide-ide, pengalaman, dan
wawasan mengenai materi pelajaran yang dilakukan dalam tiga kegiatan
yaitu: 1) kegiatan awal (pendahuluan), 2) kegiatan inti, 3) kegiatan penutup.
2. Kendala yang dihadapi dalam Penerapan Metode Diskusi pada
Pembelajaran Fiqh kelas VIII Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal
Makmur
Dalam proses pendidikan sering ditemukan kegagalan-kegagalan.
Dalam hal ini biasanya disebabkan oleh lemahnya sistem komunikasi. Untuk
itu, guru perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses
pembelajaran. Komunikasi pendidikan yang peneliti maksud adalah
hubungan atau interaksi antara guru dengan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung, atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif
antara guru dan siswa.
Ketika guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, pada
dasarnya guru tersebut sedang mempraktekkan metode pembelajaran. Dalam
proses kegiatan pembelajaran seorang guru sebelumnya pasti akan
mempersiapkan terlebih dahulu apa yang akan disampaikan pada siswa
dengan menyusun persiapan mengajar atau rencana pembelajaran. Rencana
pembelajaran memuat topik yang dibahas, tujuan pembelajaran, alat-alat yang
digunakan, langkah-langkah pembelajaran atau skenario pembelajaran, dan
penilaian yang akan dilakukan.
Pelajaran Fikih secara subtansial memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk mempraktekkan nilai-nilai ibadah, keyakinan keagamaan (tauhid)
dan akhlakul karimah dalam kehidupan. Sedangkan didalam metode diskusi
untuk mencapai tujuan pembelajaran terdapat beberapa kendala, baik yang
ada pada pihak siswa maupun materi (bahan) yang akan didiskusikan.
Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa
ada beberapa kendala guru dalam penerapan metode diskusi pada
pembelajaran Fikih di MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
yaitu: 1) Siswa kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran
Fikih. 2) Siswa masih kesulitan dalam menyampaikan pendapatnya. 3)
Kesulitan dalam pengaturan waktu terhadap kegiatan pembelajaran. Oleh
karena itu harus tetap dilakukan usaha-usaha yang mengarah kepada
perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran melalui kegiatan
pembelajaran Fikih agar dapat berjalan dengan maksimal.
3. Upaya Guru Fikih dalam Penerapan Metode Diskusi pada
Pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs Ponpes Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur
Guru hendaknya mempunyai kemampuan yang dapat menunjang
keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Seorang guru
harus mampu mengatur siswa dengan baik, mengembangkan metode yang
diterapkan dengan bimbingan disertai dengan pengawasan guru agar
penggunaan motode diskusi pada pembelajaran Fikih dapat membimbing
siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.
Upaya untuk mengatasi kendala dalam penerapan metode diskusi pada
pembelajaran Fikih di MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
yaitu:
1. Membimbing siswa untuk lebih aktif dan kreatif
59
Dalam membimbing siswa untuk lebih aktif dan kreatif guru
memberikan bimbingan dan dorongan motivasi agar siswa aktif bertanya,
menjawab serta kreatif mengeluarkan ide-ide dalam melaksanakan diskusi
di kelas pada pembelajaran Fikih.
2. Membimbing siswa untuk terbiasa mengembangkan keberanian dalam
bertanya dan berpendapat
Pada saat pelaksanaan diskusi ada siswa yang hanya diam menikmati
jalannya diskusi tanpa ikut andil dalam diskusi tersebut atau (siswa tidak
bertanya atau berpendapat).
Guru melakukan usaha-usaha pendekatan dan stimulus agar siswa
bertanya atau berpendapat, terhadap siswa yang pendiam, dan kurang
aktif, agar siswa bisa aktif ikut serta dalam pelaksanaan diskusi dan kreatif
dalam mengeluarkan pendapat pada saat diskusi dikelas dalam
pembelajaran Fikih.
3. Menyediakan sumber belajar
Dengan adanya sumber belajar maka sangat membantu proses
pembelajaran siswa, dan proses belajar mengajar akan terlaksana dengan
baik, kelengkapan sumber belajar dapat memotivasi siswa agar semangat
belajar.
Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa
ada beberapa Upaya yang dilakukan guru dalam penerapan metode diskusi
pada pembelajaran Fikih di MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
yaitu: 1) Membimbing siswa untuk lebih aktif dan kreatif, 2) Membimbing
siswa untuk terbiasa mengembangkan keberanian dalam bertanya dan
berpendapat, 3) Menyediakan sumber belajar.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab pembahasan sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih Kelas VIII di
Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi sudah baik, ditandai
dengan pelaksanaan metode diskusi pada pembelajaran Fikih yang
dilakukan guru dengan tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan penutup, untuk menjadikan semua siswa atau semua kelompok
belajar aktif dalam menuangkan ide-ide, pengalaman, dan wawasan
mengenai materi pelajaran serta dapat meningkatkan kepercayaan diri dan
berani berbicara di depan guru dan teman-temanya sehingga keberhasilan
pembelajaran lebih maksimal.
2. Kendala yang dihadapi dalam Penerapan Metode Diskusi Pada
Pembelajaran Fikih Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah
Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi masih banyak diantaranya: Siswa kurang aktif berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran Fikih, Siswa masih kesulitan dalam menyampaikan
pendapatnya, dan Kesulitan dalam pengaturan waktu terhadap kegiatan
pembelajaran. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha yang mengarah
kepada perbaikan dan peningkatan kualitas belajar agar dapat berjalan
dengan maksimal.
3. Upaya Guru Fikih dalam Penerapan Metode Diskusi Pada Pembelajaran
Fikih Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi
sudah baik, diantaranya: Membimbing siswa untuk lebih aktif dan kreatif,
61
Membimbing siswa untuk terbiasa mengembangkan keberanian dalam
bertanya dan berpendapat, dan menyediakan sumber belajar.
B. Saran
Selama penelitian dilakukan peneliti beberapa temuan yang dapat dijadikan
sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan penerapan metode diskusi.
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh penulis dapat memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Kepala sekolah
Kepala sekolah diharapkan memberikan dukungan kepada guru yang
akan melakukan perbaikan proses pembelajaran. Dukungan tersebut dapat
dilakukan dengan pemberian waktu dan media yang diperlukan dalam proses
pembelajaran. Karena media dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa
disetiap proses pembelajaran.
2. Guru
Dalam setiap proses pembelajaran hendaknya menerapkan metode
diskusi yang menciptakan kreatifitas, agar siswa dapat terlibat pada materi
yang sedang dipelajari. Sehingga tidak ada lagi siswa yang merasa jenuh
dalam proses pembelajaran.
3. Untuk siswa-siswi
Siswa-siswi MTs Ponpes Al-Ishlah diharapkan mampu lebih aktif, kritis
dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar meskipun tidak menggunakan
metode diskusi
62
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetyo, (1997). Stategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Ahmad, Tafsir. (1996), Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ahmadi, Uhbiyati, Nur. (1991), Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, Lukman. (1995). Kamus besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Arief. Armai. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:
Ciputat.
Arifin. (1995). Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Cet.III; Jakarta:
Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Edisi
Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Badudu J.S Dan Zain mohammad. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Jakarta: pustaka sinar harapan.
Dahlan, Abd Rahman. 2011. Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah.
Daradjat Zakiah, dkk. (1995). Metodik khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta:
Bumi Akasara, Direktur Pembinaan PTAI Depag.
Departemen Agama RI. Al-qur’an Dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al-Qur‟an
Departemen Pendidikan Indonesia (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Febriana, Rina. (2019). Kompetensi Guru. Jakarta: Bumi Aksara
Hadi, Amirul. (2001). Teknik mengajar secara sistematis. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamdayama, Jumanta. (2016). Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hasibun, J.J dan Moedjiono. (1995). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
63
Hasibuan dan Moedjiono. (2001). Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Imran, Ali (1995). Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.
James, W, Popham, Eva L terj. Amirul Hadi dkk. (2005). Teknik Mengajar Secara
Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta.
Kamdhi. J.S. (1995). Diskusi yang Efektif. Jogjakarta: Kanisius.
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. (2007). Analisis Data Kualitatif,
Terj. Tjetjep Rohedi Rohidi, Jakarta: UI Press.
Mukhtar. (2010). Sepuluh Kiat Sukses Mengajar di Kelas. Jakarta: Nimas
Multina.
Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Moleong, L.J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin. (1991). Konsep Pendidikan Islam. Solo: Ramadhan,
Nata, Abuddin.(2010). Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Partanto, Pius A & Al Barry, Dahlan M. (1994), Kamus Ilmiah Populer,
Surabaya: Arkola
Parwati. Ni Nyoman, Putu Pasek Suryawan, Ratih Ayu Apsari. (2019). Belajar
dan pembelajaran. Depok: Rajawali Pers
Ramayulis. (2010) Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Ramayulis. (2001) Metodologi PAI. Jakarta: Kalam Mulia
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sanjaya,Wina. (2010). Stratetgi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sudjana, Nana. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar
Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Suprihatiningrum, Jamil. (2016). Strategi Pembelajaran, Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media.
64
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kuantitatif,
kualitatif, R&D). Bandung: Alfabeta.
Suryabrata. (1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka cipta.
Surya, Muhammad. (2006). Percikan Perjuangan Guru Menuju Guru
Profesional, Sejahtera dan Terlindungi. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Tafsir, Ahmad. (1996) Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Undang-undang Republik Indonesia. No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pasal 1 Ayat 1 Jakarta: Sinar Grafika.
Usman, M. Basyirudin. (2002). Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta :
Ciputat Pers.
Yamin, Martinis. (2016). Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta:
Gaung Persada Press
Zein. M. (1990). Methodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta : AK Group
65
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
PENERAPAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN FIKIH
KELAS VIII DI MTs PONPES AL-ISHLAH DESA MANUNGGAL
MAKMUR KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
A. Data Observasi
No Aspek yang di observasi Terlakasana
Iya Tidak
1. Metode diskusi yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai
2. Metode diskusi yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan
materi pelajaran yang diajarkan
3. Metode diskusi mampu dilaksanakan oleh guru dalam
proses belajar mengajar
4. Metode diskusi yang dilaksanakan oleh guru mampu
diikuti oleh siswa sehingga siswa aktif dalam belajar
5. Metode diskusi yang dilaksanakan oleh guru menarik
perhatian siswa terhadap penyajian bahan pelajaran yang
diberikan
6. Metode diskusi yang dilaksanakan oleh guru dapat
disimpulkan diakhir proses belajar mengajar
7 Metode diskusi yang dilaksanakan oleh guru dapat
menuntaskan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan
B. Data Wawancara
a. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
1) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Fikih di MTs PONPES Al-Ishlah
Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur ?
66
2) Bagaimana menurut bapak mengenai penerapan metode diskusi yang
diterapkan guru Fikih pada pembelajaran Fikih di MTs PONPES Al-Ishlah
Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur ?
b. Pedoman Wawancara Guru Fikih
1) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs PONPES
Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur ?
2) Bagaimana penerapan metode diskusi pada pembelajaran Fikih kelas VIII
di MTs PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung
Jabung Timur ?
3) Bagaimana respon siswa terhadap penerapan metode diskusi pada
pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs PONPES Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur ?
4) Bagaimana keadaan kelas saat bapak menerapkan metode diskusi pada
pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs PONPES Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur ?
5) Apa faktor pendukung dalam penerapan metode diskusi pada
pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs PONPES Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur ?
6) Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan metode diskusi pada
pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs PONPES Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur ?
7) Bagaimana solusi dalam menghadapi kendala tersebut ?
8) Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala dalam penerapan metode
diskusi pada pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs PONPES Al-Ishlah
Desa Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur ?
9) Apa manfaat penerapan metode diskusi pada pembelajaran Fikih kelas
VIII di MTs PONPES Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur ?
67
10) Bagaimana harapan bapak terhadap penerapan metode diskusi pada
pembelajaran Fikih kelas VIII di MTs PONPES Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur ?
c. Pedoman Wawancara Siswa
1) Bagaimana menurutmu mengenai metode diskusi yang diterapkan guru
pada pembelajaran Fikih ?
2) Apakah kamu merasakan suatu kendala/masalah dalam pelaksanaan
diskusi ?
3) Apakah penerapan metode diskusi pada pembelajaran Fikih dapat
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan ?
4) Bagaimana respon kamu ketika metode ini di terapkan pada pembelajaran
fikih ?
5) Bagaimana kondisi kelas pada saat pelaksanaan diskusi pada pembelajaran
Fikih ?
C. Data Dokumentasi
1. Sejarah MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur
2. Profil MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur
3. Visi, Misi MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur
4. Struktur Organisasi MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
5. Keadaan Tenaga Pendidik MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal
Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
6. Keadaan Peserta Didik MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
7. Sarana dan Prasarana MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
68
DAFTAR KEY INFORMAN
No Nama Jabatan Keterangan
1 A.Kholil S,Pd.I Guru Fikih Observasi,
Wawancara,
Dokumentasi,
DAFTAR INFORMAN TAMBAHAN
No Nama Jabatan Keterangan
1 Thoyyiban, S.H.I. Kepala Sekolah MTs
Ponpes Al-Ishlah
Wawancara
2 Muhammad sutan abadi Siswa kelas VIII Wawancara
3 Sahrul arami Siswa kelas VIII Wawancara
4 Siti Susanti Siswi kelas VIII Wawancara
5 Aulia dewi lestari Siswa kelas VIII Wawancara
6 Nur azizah Siswa kelas VIII Wawancara
69
DOKUMENTASI
Gedung MTs Ponpes Al-Ishlah Desa Manunggal Makmur
70
Dokumentasi Bersama Kepala Sekolah Bapak Thoyyiban, S.H.I.
71
Dokumentasi Bersama Guru Fikih Bapak A.Kholil S,Pd.I
72
73
Kegiatan Pembelajaran Kelas VIII
74
Dokumentasi Bersama Siswa-Siswi Kelas VIII
75
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Jl. Jambi-Ma.Bulian Km.16 Simp.Sungai Duren Kab.Muaro Jambi 36363
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen
Kode Formulir
Berlaku
Tanggal
No
Revisi
Tanggal
Revisi
Halaman
In. 08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 2021 R-0 - 1 dari 2
Nama Mahasiswa : Sri Mauli Darni
NIM : 201172424
Pembimbing I : Dr. Tuti Indriani, M.Pd
Judul : Penerapan Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih
Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Jambi
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
No Tanggal Materi Bimbingan Tanda Tangan
Pembimbing
1. 9 November 2020 Penyerahan surat penunjukan dosen
pembimbing
2. 15 November 2020 Bimbingan Proposal
3. 16 November 2020 Perbaikan Proposal
4. 19 November 2020 ACC Proposal untuk Diseminarkan
5. 1 Desember 2020 Seminar Proposal
6. 1 Januari 2021 Perbaikan Proposal Sesuai Hasil
Seminar
7. 5 Januari 2021 ACC Riset
8. 22 Maret 2021 Bimbingan Bab I, II, III,IV dan V
9. 23 Maret 2021 Perbaikan Skripsi Lengkap
10. 24 Maret 2021 ACC Skripsi
Jambi, Maret 2021
Pembimbing I
Dr. Tuti Indriani, M.Pd
NIP.197501102009012006
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Jl. Jambi-Ma.Bulian Km.16 Simp.Sungai Duren Kab.Muaro Jambi 36363
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen
Kode Formulir
Berlaku
Tanggal
No
Revisi
Tanggal
Revisi
Halaman
In. 08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 2021 R-0 - 1 dari 2
Nama Mahasiswa : Sri Mauli Darni
NIM : 201172424
Pembimbing II : Yudi Kurniawan, M.Pd
Judul : Penerapan Metode Diskusi Pada Pembelajaran Fikih
Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Ponpes Al-Ishlah Desa
Manunggal Makmur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Jambi
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
No Tanggal Materi Bimbingan Tanda Tangan
Pembimbing
1. 23 Oktober 2020 Penyerahan surat penunjukan dosen
pembimbing
2. 26 Oktober 2020 Bimbingan Bab I,II, dan III
3. 2 November 2020 Perbaikan Proposal
4. 4 November 2020 ACC Proposal untuk Diseminarkan
5. 1 Desember 2020 Seminar Proposal
6. 15 Desember 2020 Perbaikan Proposal Sesuai Hasil
Seminar
7. 31 Desember 2020 ACC Riset
8. 3 Maret 2021 Bimbingan Bab I, II, III,IV dan V
9. 15,18 Maret 2021 Perbaikan Sikripsi Lengkap
10. 19 Maret 2021 ACC Skripsi
Jambi, Maret 2021
Pembimbing II
Yudi Kurniawan, M.Pd
NIP. 198911112019031015
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Sri Mauli Darni
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : Parit Culum 1, 10 Februari 1999
Alamat Asal : Parit Culum 1, Rt. 12, Rw 03, Kelurahan Parit Culum 1,
Kecamatan Muara Sabak Barat, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Provinsi Jambi, Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : 0857-8383-2225
Riwayat Pendidikan
1. SD/MI : SDN 77/X Parit Culum 1 : 2011
2. SMP/MTS : SMPN 17 Tanjung Jabung Timur : 2014
3. SMA/MA : SMAN 8 Tanjung Jabung Timur : 2017
4. Perguruan Tinggi : UIN STS Jambi : 2021
Motto Hidup
“Hidup sekali hidup lah yang berarti”