Upload
buiminh
View
223
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
1. Pendahuluan
Perkembangan di dunia teknologi berkembang begitu pesat salah satunya
perkembangan dibidang telekomunikasi yang berlangsung dengan sangat ketat,
sehingga setiap operator penyedia layanan telekomunikasi dituntut untuk lebih
maksimal dalam memberikan layanannya supaya tidak kehilangan pelanggannya
dikarenakan kualitas sinyal yang tidak merata. Masalah yang seringkali dihadapi
adalah penentuan lokasi untuk membangun sebuah menara Base Transceiver
Station (BTS) baru yang potensial agar sinyal tersebut dapat menjangkau wilayah
pelanggan. Operator dituntut untuk dapat menentukan lokasi menara BTS yang
potensial agar semua wilayah dapat terjangkau sinyalnya [1]. Elimination Et
Choix Traduisant La Realite (ELECTRE) adalah salah satu metode dalam
pengambilan keputusatn multi-kriteria berdasarkan konsep outranking dengan
menggunakan perbandingan dari alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria
yang sesuai [2]. Pada penelitian ini ELECTRE digunakan untuk menentukan
lokasi pembangunan BTS dengan kriteria yang diurutkan berdasarkan prioritas
kepentingannya yaitu kepadatan penduduk, biaya, jarak dan akses. Kepadatan
penduduk menempati urutan pertama pada prioritas kriteria, hal ini disebabkan
karena pembangunan sebuah menara baru untuk memperluas jaringan sekaligus
ingin menambah jumlah pelanggan. Kepadatan penduduk ditentukan sebagai
syarat untuk melihat seberapa banyak pengguna operator yang akan menetapkan
menara. Kriteria biaya diperhitungkan dalam segi pembebasan lahan, material
yang digunakan serta kelistrikan yang akan digunakan. Kriteria akses yang
dimaksud pada kasus ini merupakan kemudahan mengakses calon lokasi
pembangunan menara baru, dan untuk nilai kriteria dari akses berbanding lurus
dengan kepadatan penduduk karena dipengaruhi oleh letak calon menara dengan
jalan utama.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk membangun suatu sistem pendukung
keputusan untuk penempatan lokasi menara BTS baru dengan menggunakan
metode ELECTRE. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dirancang sebuah
sistem pendukung keputusan penempatan BTS berbasiskan teknologi informasi
yang memberikan output berupa prioritas yang dapat menjadi pertimbangan
bagian penentuan lokasi pembangunan BTS. Manfaat dari penelitian ini adalah
mempermudah untuk menentukan pemilihan calon lokasi pembangunan BTS di
PT Indosat Tbk-Solo.
2. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu yang menggunakan metode ELECTRE adalah
penelitian dalam kasus yang digunakan untuk membuat keputusan dalam simulasi
mendeteksi mutasi gen pada manusia yang menderita kanker. Penentuan kriteria
gen bermutasi atau tidaknya didapat dari pendapat ahli. Data dikumpulkan dari
studi tentang mutasi gen. Deteksi mutasi gen diperlukan untuk menghindari
penyakit yang disebabkan oleh gen seperti kanker. Pendeteksian mutasi gen dapat
dilakukan menggunakan sistem berbasis komputer. Sistem pendukung keputusan
grup adalah sistem yang berbasis komputer yang dapat digunakan untuk
2
mendeteksi mutasi gen manusia yang menyebabkan penyakit. Metode ELECTRE
dalam hal ini diterapkan untuk multi-kriteria dimana data simulasi adalah gen
bermutasi yang dapat menyebabkan kanker. Dalam simulasi ini, diterapkan tiga
alternatif untuk mengidientifikasi sel kanker dalam gen manusia yaitu Inactivasi
p53, Activation Rb, c-myc activation dan kriteria sedangkan untuk kriteria yaitu
p53 protein expression, Rb expression dan c-myc expression. Hasil dari
perhitungan simulasi menggunakan ELECTRE diperoleh alternatif Activation Rb
lebih mungkin menyebabkan kanker [3].
Penelitian lain yang menggunakan metode ELECTRE yaitu sistem
pendukung keputusan penyedia barang kerajinan tangan yang terletak di
kabupaten Gianyar, Bali. Perusahaan ini meneriman pesanan kerajinan tangan
dalam jumlah besar yang beragam jenis. Pembuatan pesanannya, perusahaan ini
memberikan ke berbagai supplier kerajinan tangan yang tersebar di Bali.
Permasalahan yang dihadapi adalah penentuan supplier dengan cara manual
menghabiskan waktu yang banyak dikarenakan banyaknya kriteria pemilihan dan
dipersulit dengan objek yang banyak untuk dipilih, untuk itu Fa. Ari memerlukan
sebuah sistem yang dapat menghasilkan urutan prioritas supplier sebagai bahan
pertimbangan dalam proses penentuan supplier. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah sistem pendukung keputusan yang dibangun dapat berjalan sesuai dengan
harapan dan menghasilkan urutan prioritas supplier kerajinan tangan pada Fa. Ari
[4]
Penelitian berikutnya yaitu sistem pendukung keputusan pemilihan mobil
pada showroom mobil di Istana Megah. Istana Megah merupakan sebuah tempat
showroom mobil bekas. Pada showroom mobil Istana Megah terdapat beberapa
kriteria mobil bekas. Permasalahan yang ada yaitu dikarenakan memiliki berbagai
jenis dan kriteria mobil bekas sehingga ini menyebabkan para pelanggan kesulitan
dalam memilih mobil bekas yang sesuai dengan keperluan si pelanggan. Dari
permasalahan tersebut maka perlu dibuat suatu sistem pendukung keputusan
untuk mengatasi masalah pemilihan mobil tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah metode ELECTRE dapat diimplementasikan untuk studi kasus pemilihan
mobil bekas ini serta aplikasi sistem pendukung keputusan dapat menyusun
kriteria-kriteria yang sesuai dengan pemilihan mobil pada Istana Megah [5].
Dari hasil penelitian terdahulu yang dijadikan acuan, penelitian ini metode
ELECTRE (Elimination Et Choix Traduisant He Realite) digunakan untuk
menentukan lokasi penempatan tower Base Transceiver Station (BTS) pada PT.
Indosat, Tbk. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diambil dari database,
dimana data ini dimasukkan langsung oleh bagian penentuan lokasi pembangunan
tower BTS dan semua proses perhitungan ELECTRE dilakukan langsung oleh
sistem. Hasil penelitian ini dilaporkan dalam bentuk form dan laporan yang dapat
memudahkan bagian penentuan lokasi pembangunan tower BTS dalam
menentukan prioritas lokasi penempatan BTS.
ELECTRE merupakan salah satu metode pengambilan keputusan
multikriteria berdasarkan pada konsep outranking dengan menggunakan
perbandingan berpasangan dari alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria
yang sesuai. Metode ELECTRE digunakan pada kondisi dimana alternatif yang
kurang sesuai dengan kriteria dieliminasi, dan alternatif yang sesuai dapat
3
dihasilkan, dengan kata lain, ELECTRE digunakan untuk kasus-kasus dengan
banyak alternatif. Namun, hanya sedikit kriteria yang dilibatkan. Suatu alternatif
dikatakan mendominasi alternatif yang lainnya jika satu atau lebih kriterianya
melebihi (dibandingkan dengan kriteria dari alternatif yang lain) dan sama dengan
kriteria lain yang tersisa[6].
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelesaian masalah menggunakan
metode ELECTRE adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Normalisasi matriks keputusan
Dalam prosedur ini, setiap atribut diubah menjadi nilai yang compareable.
Setiap normalisasi rij dapat dilakukan dengan persamaan (1) :
(1)
Sehingga didapat matriks R hasil normalisasi.
R adalah matriks yang telah dinormalisasi atau disebut normalized decision
matrix. Dimana m menyatakan alternatif, n menyatakan kriteria dan rij adalah
normalisasi pengukuran pilihan dari alternatif ke-i dalam hubungannya dengan
kriteria ke-j.
Langkah 2 : Pembobotan pada matriks yang telah dinormalisasi.
Setelah dinormalisasi, setiap kolom dari matriks R dikalikan dengan bobot-
bobot(Wj) yang ditentukan oleh pembuat keputusan. Sehinga, weighted
normalized matrix adalah V = RW adalah yang ditulis dalam persamaan (2) :
V =
=
RW =
dimana W adalah
W=
, dan = 1 (2)
Langkah 3: Menentukan concordance dan discordance set
4
Untuk setiap pasang dari alterntif k dan l (k,l=1,2,3,…,m dan k ≠ 1) kumpulan
kriteria J dibagi menjadi dua subsets, yaitu concordance dan discordance.
Bilamana sebuah kriteria dalam suatu 4alternative termasuk concordance adalah :
Ckl = { j,ykj e” ylj }, untuk j = 1,2,3, …,n (3)
Sebaliknya, komplementer dari subset ini adalah discordance, yaitu bila:
Dkl ={ j,ykj < yij }, untuk j = 1,2,3,…,n (4)
Langkah 4 : Hitung matriks concordance dan discordance
a. Concordance
Untuk menentukan nilai dari elemen-elemen pada matriks concordance
adalah dengan menjumlahkan bobot-bobot yang termasuk dalam subset
concordance :
(5)
Sehingga matriks concordance yang dihasilkan adalah :
b. Discordance
Untuk menentukan nilai dari elemen-elemen pada matriks discordance adalah
dengan membagi maksimum selisih nilai kriteria yang termasuk dalam subset
discordance dengan maksimum selisih nilai seluruh kriteria yang ada, secara
matematisnya adalah
–
(6)
Selanjutnya diperoleh matriks discordance :
Langkah 5 : Menentukan matriks dominan concordance dan discordance
a. Concordance
Matriks dominan concordance dapat dibangun dengan bantuan
nilai threshold, yaitu dengan membandingkan setiap nilai elemen
matriks concordance dengan nilai threshold.
(7)
Dengan nilai threshold ©, adalah :
5
c =
(8)
dan nilai setiap elemen matriks F sebagai matriks dominan
concordance ditentukan sebagai berikut :
= 1, jika ckl ≥ c dan
= 0, jika ckl < c (9)
b. Discordance
Untuk membangun matriks dominan discordance juga
menggunakan bantuan nilai threshold, yaitu :
d =
(10)
dan nilai setiap elemen untuk matriks G sebagai matriks dominan
discordance ditentukan sebagai berikut :
gkl = 1, jika dkl ≥ d dan gkl = 0, jika dkl < d (11)
Langkah 6 : Menentukan aggregate dominance matrix.
Langkah selanjutnya adalah menentukan aggregate dominance matrix
sebagai matriks E, yang setiap elemennya merupakan perkalian antara elemen
matriks F dengan elemen matriks G, sebagai berikut :
ekl = fkl x gkl (12)
Langkah 7 : Eliminasi alternatif yang less favorable
Matriks E memberikan urutan pilihan dari setiap alternatif, yaitu bila ekl = 1
maka alternatif Ak merupakan pilihan yang lebih baik daripada Ar sehingga baris
dalam matriks E yang memiliki jumlah ekl = 1 paling sedikit dapat dieliminasi.
Dengan demikian alternatif terbaik adalah yang mendominasi alternatif lainnya.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode prototyping
yang dapat digambarkan sebagai proses pembuatan model dan simulasi dari
semua aspek produk yang sesungguhnya dikembangkan. Paradigma prototyping
membantu pengembang dan pengguna untuk memiliki pemahaman yang lebih
baik tentang apa yang dibangun ketika kebutuhan yang diinginkan tidak diuraikan
secara jelas. Tahap-tahap di dalam prototyping model yang diimplementasikan di
dalam perancangan aplikasi sistem pendukung keputusan ini antara lain analisis
kebutuhan yang merupakan pengumpulan bahan dan data yang mendukung dalam
perancangan sistem, perancangan aplikasi, dan evaluasi prototype. Beberapa
proses yang akan berjalan antara lain proses manajemen data, perhitungan data
dan penyajian data hasil.
6
Gambar 1 Model Prototyping[7]
Tahapan awal yaitu mengumpulkan kebutuhan dari sistem yang akan dibuat.
Tahapan ini diawali dengan pengumpulan data yang dilakukan menggunakan
metode observasi dan wawancara yang dilakukan di PT. Indosat Tbk-Solo. Hasil
yang didapatkan dari proses observasi adalah data tentang kriteria apa saja yang
menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi sebuah menara BTS yang nantinya
dijadikan acuan dalam proses perhitungan dengan metode ELECTRE. Untuk
menggambarkan arsitektur sistem secara keseluruhan digunakan Diagram
Konteks. Diagram konteks sistem pendukung keputusan untuk mengidentifikasi
pemilihan lokasi pembangunan menara dengan metode ELECTRE.
SistemUSER Username,Password, Data Kriteria, Data Lokasi, Data Matriks
Hasil Keputusan, Data Kriteria, Data Lokasi, Data Matriks, Hak Akses
Gambar 2 Diagram Konteks Sistem Pendukung Keputusan Metode ELECTRE
Gambar 2 menjelaskan sistem secara garis besar yang memperlihatkan
masukan, proses, dan keluaran dari sistem yang dirancang. Proses yang terjadi
pada diagram konteks diatas dapat dilihat bahwa data yang diterima sistem adalah
data kriteria dan lokasi. Sistem akan mengolah data-data ini menjadi informasi
hasil berupa prioritas lokasi yang telah dilakukan sesuai tahapan perhitungan
dengan metode ELECTRE.
7
USER1.
Proses Login
5.
Proses
Perhitungan
ELECTRE
3.
Pengolahan
Data Lokasi
Hak akses sistem
Username, Password
Data Users
Data Lokasi
Data Lokasi
Users
Lokasi
Hasil Keputusan
Data Matriks
2.
Pengolahan
Data Kriteria
Data KriteriaKriteriaData Kriteria
4.
Pengolahan
Data Matriks
MatriksData Matriks
Matriks Keputusan
Data Users
Bobot kriteria
Data Kriteria
Data Kriiteria
Data Lokasi
Data Matriks
Gambar 3 DFD level 1
Gambar 3 merupakan DFD level 1 yang diawali dengan proses login lalu
proses memasukkan data kriteria, data lokasi, data matriks dan proses perhitungan
ELECTRE. Data-data tersebut diambil dari tabel users untuk mengambil data
value dari nama kolom tabel users, lalu tabel kriteria untuk memasukan data value
atau alternatif yang sudah dimasukkan ke dalam tabel lokasi serta data matriks
untuk data value nilai pembobotan tiap kriteria, serta peroses perhitungan
ELECTRE.
8
UserInput Matriks
Keputusan
Normalisasi
Matriks
Membuat
Weight
Normalized
Matriks
Data Alternatif Data Matriks Data Matriks Normalisasi
Menentukan
Concordance
dan
Discordance
Menghitung
Matriks
Concordance dan
Discordance
Menghitung
Dominan
Concordance
dan
Discordance
Menentukan
Agregate
Dominan
Matriks
Eliminasi
Alternatif Less
Favorable
Data Matriks Normalized Weight
Data Concordance dan Discordance
Data Matriks Discordance dan Concordance
Data Dominan Concordance dan Discordance
Data Agregate Dominan Matriks
Data Ranking Lokasi BTS
Pembobotan Kriteria
Gambar 4 DFD Level 2
Pada level ini dijelaskan tentang dekomposisi dari proses Sistem
Pendukung Keputusan. Terdapat 9 proses dalam level ini, dimana sebagaian besar
proses dari metode ELECTRE yang digunakan dalam sistem ini, proses tersebut
adalah Normalization Matrix, membuat Weight Normalized Matrix, menentukan
Concordance dan Discordance set,menghitung Matrix Concordance dan
Discordance, menghitung Dominant Concordance dan Discordance, menentukan
Agregate Dominant Matrix, dan eliminasi alternatif yang less favorable.
Pegawai
PK,I1 PegawaiID
Nama
Telepon
Administrasi
AdministrasiID
FK1 LokasiID
FK3 TowerID
KontrakPLN
FK2 PegawaiID
sysdiagrams
PK,I1 diagram_id
I2 name
I2 principal_id
version
definition
Kecamatan
PK,I1 KecamatanID
Nama
Tower
PK,I1 TowerID
Nama
Vendor
Kolokasi
KolokasiID
FK2 MitraID
FK1 LokasiID
Kriteria
PK,I1 KriteriaID
Nama
Nilai
Keterangan
Lokasi
PK,I1 LokasiID
Nama
FK1 KecamatanID
Matriks
PK,I1 MatriksID
FK2 LokasiID
Nilai
FK1 KriteriaID
Mitra
PK,I1 MitraID
Nama
Telepon
Alamat
Gambar 5 Entity Relationship Diagram Sistem Penempatan Lokasi BTS
Gambar 5 merupakan Entity Relationship Diagram sistem penempatan
lokasi BTS baru yang sekaligus menjadi tabel-tabel dalam basisdata, yaitu tabel
kriteria,kecamatan,lokasi, mitra, menara, kolokasi, administrasi, matriks dan
pegawai.
Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan ini terdiri dari empat
kriteria yang diambil dari wawancara dengan Bapak Andri Yoga Putra selaku
GRAN-Integrator dari Vendor serta Bapak Rinaldo Satrya selaku project dan
9
quality di PT. Indosat area Solo. Kriteria-kriteria tersebut antara lain kepadatan
penduduk, biaya, jarak, akses.
Rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria, dinilai dengan skala
1 sampai 5 [4]. Skala yang tersebut memiliki keterangan yaitu untuk 1 = Kurang,
2 = Sedang, 3 = Cukup, 4 = Baik, 5 = Sangat Baik.
Aturan dalam pengambilan keputusan meliputi beberapa tahap yang pada
dasarnya dalam tahap pembangunan BTS didasarkan permintaan dari operator
terlebih dahulu, dengan beberapa faktor yaitu konsumen pengguna, trafic lokasi,
kepadatan penduduk, biaya, akses dan jarak, tahap selanjutnya akan mengirimkan
team survey kelokasi untuk mempelajari tekstur tanah diarea, ketinggian lokasi
apakah perbukitan atau diroof atau bahkan dilembah, kondisi cuaca dilokasi dan
yang terpenting membuat akses jalan darat untuk peletakan BTS tersebut. Setelah
team survey memberikan data, kemudian diolah team CME (Civil Mechanical
Engineering), CME merupakan tim khusus yang melakukan perhitungan
selanjutnya berapa tinggi BTS yang diperlukan, kekuatan BTS yang diperlukan
serta kelistrikan BTS yang diperlukan, setelah semua proses tersebut selesai maka
selanjutnya semua tim project tersebut dikumpulkan guna memberitahukan
informasi bahwa BTS itu memungkinkan untuk diletakkan dilokasi tersebut.
4. Hasil pembahasan dan implementasi
SPK penempatan BTS menggunakan metode ELECTRE dimulai dengan
memasukkan kriteria yang sudah menjadi acuan untuk layak atau tidaknya sebuah
BTS didirikan pada lokasi tersebut, seperti terlihat pada Gambar 9.
Gambar 6 Input Kriteria
Pada Gambar 9 merupakan tampilan untuk User memasukan data kriteria
yang sudah diketahui. Pada Gambar 9 terlihat jelas bagaimana melakukan input
data kriteria sesuai yang diinginkan. Namun untuk penelitian ini hanya 4 kriteria
saja. Untuk langkah selanjutnya user melakukan input lokasi yang nantinya akan
dijadikan tempat calon pembangunan BTS yang terbaru, pada Gambar 10 dapat
dilihat bagaimana tampilan untuk memasukkan data alternatif atau dalam sistem
ini yaitu lokasi dari calon penempatan BTS.
10
Gambar 7 Input Lokasi/Alternatif
Gambar 7 menunjukkan tampilan untuk memasukkan data lokasi atau
alternatif. Data yang dimasukkan berupa id lokasi, kecamatan dan nam site lokasi
yang menjadi calon penempatan.
Gambar 8 Input Kriteria dan Bobot tiap kriteria untuk tiap lokasi
Gambar 8 merupakan input lokasi alternatif. Kriteria dan bobot harus
dimasukkan, untuk pembobotan dapat dilakukan dengan indikator angka 1-5
dengan keterangan : 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = sedang, 4 = baik, 5 = sangat baik.
Setelah semua sudah dipenuhi, maka selanjutnya melakukan proses kalkulasi
dengan metode ELECTRE, untuk melakukan proses tersebut harus masuk terlebih
dahulu ke menu formulasi, dimenu ini user atau pengambil keputusan harus
memilih lokasi lebih dari atau sama dengan dua, setelah itu tekan tombol hitung
untuk melakukan kalkulasi dengan metode ELECTRE. Hasil dari perhitungan
metode ini dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Hasil Kalkulasi ELECTRE
Gambar 9 menunjukkan hasil dari perhitungan ELECTRE yang ditampilan
berupa chart kolom yang dapat dijelaskan bahwa hasil akhir dari gambar 9
menunjukkan bahwa daerah yang dipilih dalam sistem ini adalah daerah
Banyuanyar yang merupakan daerah paling mendominasi dari daerah Balapan dan
Jajar. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perhitungan yang dilakukan
dengan ELECTRE berdasarkan dari kriteria kepadatan penduduk, biaya, jarak dan
11
akses dalam hal ini adalah daerah Banyuanyar. Metode ELECTRE menganggap
semua kriteria merupakan kriteria keuntungan, oleh karena itu dalam hal ini, maka
semua kriteria dianggap kriteria keuntungan dengan ketentuan kepadatan
penduduk terdiri dari nilai 1 = Sangat Jarang, 2 = Jarang, 3 = Sedang, 4 = Cukup
Padat, 5 = Sangat Padat, untuk biaya dari nilai 1 = Sangat Mahal, 2 = Mahal, 3 =
Sedang, 4 = Cukup Mahal, 5 = Sangat Padat, untuk jarak dari nilai 1 = Sangat
Dekat, 2 = Dekat, 3 = Sedang, 4 = Jauh, 5 = Sangat Jauh, sedangkan untuk kriteria
akses yaitu nilai 1 = Sangat Sulit, 2 = Sulit, 3 = Sedang, 4 = Mudah, 5 = Sangat
Mudah.
Tabel 3 Matriks Keputusan
Alternatif Kepadatan Penduduk Biaya Jarak Akses
Banyuanyar 4 2 3 4
Balapan 5 3 4 5
Jajar 3 3 2 3
Tabel 3 merupakan matriks keputusan yang sudah ditentukan oleh
pengambil keputusan. Banyuanyar, Balapan dan Jajar merupakan alternatif
dengan rating kecocokan pada tiap alternatif dengan kriteria-kriteria yang ada.
Alternatif Banyuanyar memiliki kepadatan penduduk dengan nilai 4 yang berarti
bahwa kepadatan penduduk di daerah Banyuanyar padat, untuk kriteria biaya
bernilai 2 yang berarti mahal, untuk kriteria jarak bernilai 3 yang berarti jarak
sedang, untuk kriteria akses sama dengan kriteria kepadatan penduduk yaitu padat
dengan nilai 4 dikarenakan mudah, sedangkan untuk alternatif Balapan memiliki
kepadatan penduduk yang sangat padat dengan nilai 5 dengan biaya sedang nilai
3, untuk kriteria jarak jauh dengan nilai 4 dan untuk kriteria akses sama dengan
nilai kepadatan penduduk yaitu sangat baik nilai 5 karena sangat mudah. Untuk
alternatif ketiga yaitu alternatif Jajar memiliki kepadatan penduduk dan biaya
sama-sama sedang dengan nilai 3, namun untuk jarak dekat dengan nilai 2 serta
akses bernilai 3 yang berarti sedang untuk dijangkau, setelah itu melakukan
penginputan sesuai alternatif dan bobot nilai. Nilai untuk pembobotan w adalah
sebagai berikut :
W = (4,3,2,1)
Ketentuan dari nilai bobot W yaitu 4 = Penting, 3 = Cukup Penting, 2 = Kurang
Penting, 1 = Tidak Penting.
Matriks R merupakan normalisasi dari Matriks X atau matriks keputusan
yaitu dengan cara sebagai berikut:
12
Demikian seterusnya terakhir diperoleh matriks x ternormalisasi yang disebut
dengan matriks R.
Matriks R merupakan matriks normalisasi yang berasal dari hasil
perhitungan pada langkah pertama dalam metode ELECTRE. Nilai-nilai tersebut
diperoleh dari matriks keputusan pada Tabel 3 yang kemudian dilakukan
perhitungan sesuai Persamaan 1.
Matriks V, dihitung dengan Persamaan 2 yaitu sebagai berikut :
V11 = w1r11 = (4) (0,5657) = 2,2628
V12 = w2r12 = (3) (0,4264) = 1,2792
V13 = w3r13 = (2) (0,5571) = 1,1142
V14 = w4r14 = (1) (0,5657) = 2,2627
Dan seterusnya, hingga diperoleh matriks V :
Matriks V merupakan hasil dari perkalian bobot dengan matriks normalisasi
sesuai dengan Persamaan 2. Matriks weighted normalized decision disebut juga
matriks V. Setelah ditemukan matriks V maka selanjutnya ditentukan himpunan
concordance. Untuk menentukan himpunan concordance dengan persamaan 3
adalah sebagai berikut :
13
Tabel 4 Himpunan Concordance
Ckl Himpunan
c12 {}
c13 {1,3,4}
c21 {1,2,3,4}
c23 {1,2,3,4}
c31 {2}
c32 {2}
Tabel 4 merupakan hasil perhitungan yang merupakan himpunan
concordance. Himpunan concordance ditentukan dari matriks V sesuai dengan
Persamaan 3, setelah itu ditentukan untuk himpunan discordance sesuai dengan
persamaan 4, yaitu sebagai berikut :
Tabel 5 Himpunan Discordance
Dkl Himpunan
d12 {1,2,3,4}
d13 {2}
d21 {}
d23 {}
d31 {1,3,4}
d32 {1,4}
Tabel 5 merupakan hasil perhitungan yang merupakan himpunan
discordance. Himpunan discordance juga ditentukan dari matriks V sesuai dengan
Persamaan 4. Untuk menentukan matriks c sesuai persamaan 5 yaitu sebagai
berikut :
C12 = tidak ada = 0 = 0
C13 = w1 + w3 + w4 = 4 + 2 + 1 = 7
C21 = w1 + w2 + w3 + w4 = 4 + 3 + 2 + 1 = 10
C23 = w1 + w2 + w3 + w4 = 4 + 3 + 2 + 1 = 10
C31 = w2 = 3 = 3
C32 = w2 = 3 = 3
Maka, hasil dari matriks C adalah sebagai berikut :
14
Matriks C merupakan matriks concordance. Matriks C diperoleh dari
himpunan concordance dengan menambah bobot yang termasuk dalam himpunan
concordance sehingga diperoleh nilai-nilai seperti pada Matriks C tersebut.
Matriks D merupakan matriks discordance, untuk menentukan matriks D
diperoleh dari himpunan discordance dengan menggunakan elemen dkl
berdasarkan persamaan 6 yaitu sebagai berikut :
d12 = –
–
=
= 1
d13 =
–
=
= 1
d21 =
– – –
= 0
d23 =
= = 0
d31 =
= = 0,8843
d32 =
= = 1
Maka, matriks discordance adalah :
Matriks D merupakan matriks discordance. Matriks ini diperoleh dari
himpunan discordance dan dihitung sesuai dengan Persamaan 6. Matriks
15
concordance dan discordance diketahui, maka selanjutnya dilakukan perhitungan
untuk mencari nilai dari matriks F.
Nilai-nilai dari matriks dominan concordance atau matriks F diperoleh dari
persamaan 9 yaitu dengan membandingkan setiap nilai elemen matriks
concordance dengan nilai threshold. Nilai threshold dihitung dengan berdasarkan
persamaan 8, setelah itu tiap elemen pada matriks C dibandingkan dengan nilai
threshold dengan ketentuan seperti pada persamaan 7 Ckl ≥ nilai threshold,
sedangkan untuk matriks dominan dicordance
c = 6
Maka diperoleh matriks concordance dominan yaitu matriks F sebagai berikut :
Nilai-nilai dari matriks dominan discordance atau matriks G diperoleh dari
persamaan 11 yaitu dengan membandingkan setiap nilai elemen matriks
discordance dengan nilai threshold dari matriks discordance. Nilai threshold
dihitung dengan berdasarkan persamaan 10.
d =
Maka matriks discordance dominan yaitu matriks G sebagai berikut :
Matriks E adalah matriks agregasi dominan yang diperoleh dari perkalian
antara matriks F dan Matriks G. Nilai pada matriks E diperoleh dari persamaan
12, yaitu mengkalikan maka diperoleh hasil nilai dari matriks E yaitu sebagai
berikut :
Matriks E merupakan matriks terakhir yang menyarankan bahwa A1
(Banyuanyar) > A3 (Jajar) nilai e13 = 1 berarti bahwa A1 lebih dipilih
dibandingkan dengan A3 atau dengan kata lain alternatif lokasi pertama lebih
dipilih dibandingkan alternatif lokasi ketiga, tidak ada informasi lain yang
diberikan metode ELECTRE mengenai hubungan antara alernatif yang lain.
Berdasarkan matriks E dari metode ELECTRE dapat disimpulkan bahwa menurut
16
metode ELECTRE alternatif pertama atau dalam hal ini Banyuanyar lebih dipilih
dibandingkan daerah lainnya. Hasil keputusan awal yang dilakukan Indosat
dengan hasil perhitungan dalam hal ini sesuai dengan metode ELECTRE,
meskipun dari pembobotan terlihat bahwa alternatif Balapan lebih dipilih,
dikarenakan metode ELECTRE menghasilkan sistem hubungan perankingan biner
antara alternatif. Karena sistem ini tidak selalu lengkap, metode ELECTRE
kadang-kadang tidak dapat mengidentifikasi alternatif yang lebih dipilih, tetapi
hanya menghasilkan inti dari alternatif yang lebih unggul. Metode ini memiliki
pandangan yang jelas dari alternatif dengan mengeliminasi alternatif yang kurang
menguntungkan. Metode ini sangat sesuai untuk masalah keputusan yang
melibatkan beberapa kriteria dengan banyak alternatif.
Gambar 10 Perhitungan ELECTRE Sistem
Pada Gambar 10 menunjukkan hasil dari perhitungan ELECTRE yang
sudah dilakukan oleh sistem. Hasil perhitungan sistem pada Gambar 10
menunjukkan bahwa perhitungan manual dengan perhitungan sistem sudah sesuai,
sehingga hasil perhitungan manual dibandingkan dengan sistem, dapat dikatakan
bahwa perhitungan metode ELECTRE dalam sistem penempatan BTS
menggunakan metode ELECTRE tepat dan sesuai serta valid.
Bentuk dari pengujian yang dilakukan adalah pengujian kebenaran
fungsional unit program, pengujian yang dilakukan menggunakan teknik
pengujian Black-Box.
17
Tabel 6 Operasi Login
Operation ID Kondisi Respon Sistem Hasil
01 Syarat untuk
login lengkap
dan benar.
Melanjutkan ke
form utama
sesuai dengan
hak akses
pengguna
Login berhasil
02 Username dan
password tidak
diisi semua.
Menampilkan
peringatan untuk
mengisi
username dan
password lagi.
Login gagal
03 Salah satu dari
username dan
password tidak
diisi.
Menampilkan
peringatan untuk
mengisi
username dan
password lagi.
Login gagal
04 Kesalahan
mengisi
username dan
password.
Menampilkan
pesan eror bahwa
login gagal.
Login gagal
Pengujian Black-Box dilakukan untuk menemukan kesalahan yang terjadi
seperti fungsi yang tidak benar/hilang, kesalahan interface, kesalahan struktur
data, kesalahan kinerja, atau kesalahan inisialiasi dan terminasi. Hasil pengujian
black-box dapat dijelaskan hubungan proses yang terjadi pada proses pengolahan
data sistem mencakup proses login,input kriteria, input lokasi, dan proses
perhitungan. Data tersebut selanjutnya dilakukan uji coba pada aplikasi untuk
dapat mengetahui hasil. Input dan Output sistem telah berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Pengujian aplikasi berdasarkan hasil perhitungan ELECTRE manual
telah dibuktikan dengan hasil perhitungan yang sama dengan hasil perhitungan
yang terdapat di dalam aplikasi. Pada sistem ditemukan bahwa alternatif lokasi
Banyuanyar merupakan lokasi yang lebih dipilih dibandingkan dengan alternatif
lokasi Balapan ataupun Jajar, begitu juga pada hasil manual sistem, sehingga
dapat dikatakan aplikasi dengan perhitungan dalam sistem penempatan lokasi
BTS menggunakan metode ELECTRE tepat, sedangkan untuk hasil akurasi
penerapan metode dalam hal ini dapat dikatakan cukup akurat, karena sesuai
dengan keputusan yang dilakukan oleh pihak Indosat meskipun dari pembobotan
terlihat alternatif Balapan lebih diunggulkan.
5. Simpulan
Metode ELECTRE dapat digunakan untuk merancang dan membangun
sistem untuk rekomendasi lokasi penempatan BTS. Kriteria yang dibutuhkan
untuk menentukan lokasi BTS baru dengan faktor expansi yaitu kepadatan
penduduk, biaya, jarak dan akses. Hasil perhitungan metode ELECTRE dipilih
yaitu alternatif lokasi Banyuanyar karena mendominasi alternatif lainnya.
Pengembangan yang dapat dilakukan yaitu dengan menambah secara lengkap
18
informasi yang dibutuhkan seperti resiko dari setiap hasil alternatif-alternatif
prioritas dari yang diutamakan hingga prioritas terendah, misalnya jika suatu
alternatif terpilih dapat menjelaskan apa saja dampak dan kemungkinan yang ada
jika alternatif tersebut dipilih, selain itu dapatn menggunakan metode lain seperti
WP, SAW, TOPSIS, AHP.
6. Daftar Pustaka
[1] Madalina, Falia. 2005. Evaluasi Alternatif Lokasi Menara BTS (Base
Transceiver Station) Menggunakan GIS (Geographic Information System)
dan AHP (Analytical Hierarchy Process). http://digilib.its.ac.id/. Diakses 17
Desember 2011.
[2] Janko, Wolfgang & Bernroider Edward, 2005, Multi-Criteria Decision Making
An Application Study of ELECTRE & TOPSIS. dalam Fuzzy Multi-Attribute
Decision Making (FUZZY MADM). Yogyakarta : Graha Ilmu.
[3] Ermatita, Sri Hartati, Retantyo Wardoyo, Agus Harjoko, 2011, ELECTRE
METHODS IN SOLVING GROUP DECISION SUPPORT SYSTEM
BIOINFORMATICS ON GENE MUTATION DETECTION SIMULATION,
IJCSIT 3:40-52.
[4] Satyawan, I Nyoman Sedanayasa, 2009, Rancang Bangun Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Supplier Kerajinan Tangan Dengan Metode Electre
(Studi Kasus di Fa. Ari). http://digilib.stikom.edu. Diakses 12 Mei 2012.
[5] Saununu, Yohanes Christian, 2009, Rancang Bangun Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Mobil Pada Showroom Mobil Menggunakan Metode
Electre(Studi Kasus di showroom mobil Istana Megah).
http://digilib.stikom.edu. Diakses 12 Mei 2012..
[6] Kusumadewi, Sri, Sri Hartanti, Agus Hardjoko, Retantyo Wardoyo, 2006,
Fuzzy Multiple Attribut Decision Making (Fuzzy MADM), Yogyakarta :
Graha Ilmu.
[7] Pressman, Roger, 1997, Software Enginering : A Practioner’s Approach,
Boston: Mc. Graw-Hill.