18
Sense Vol 1 | No 2 | November 2018 155 PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH LOUIS GIANNETTI MELALUI PERBANDINGAN NARATIF PADA FILM DAN NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK Inggrid Ialfonda Pertiwi Endang Mulyaningsih. Lilik Kustanto Jurusan Film & Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jl. Parangtritis km. 6.5 Yogyakarta Telp. (0274) 381047 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena karya-karya sastra yang diadaptasi ke dalam bentuk film. Sehingga menarik untuk diteliti lebih dalam perubahan ekranisasi yang terjadi di dalam novel ke film dan bagaimana sebuah teori adaptasi digunakan dalam mentransformasikan teks novel menjadi sebuah visual film, tanpa kehilangan esensi novel sebagai hipogramnya. Penelitian ini berfokus pada perbandingan unsur naratif menurut Seymour Chatman, yaitu aksi tokoh, peristiwa, karakter dan lokasi antara novel dan film “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase perubahan unsur naratif pada film dan novel TKVDW, juga untuk mengetahui penerapan teori adaptasi yang digunakan dalam film TKVDW. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan pendekatan deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah novel TKVDW cetakan ke 16 karya Buya Hamka dan film TKVDW karya sutradara Sunil Soraya yang dirilis 19 Desember 2012. Penelitian ini akan menggunakan reliabilitas dengan jenis reproduksibilitas. Hasil penelitian ini adalah perbandingan persentase keseluruhan unsur naratif pada akikat ekranisasi dengan jenis perubahan persentase paling dominan adalah penciutan yaitu sebesar 46%, persentase terbesar kedua terletak pada kategori sama yaitu sebesar 19,75%, persentase ketiga terletak pada kategori bertambah yaitu sebesar 17,25% dan persentase paling rendah adalah kategori perubahan variasi yaitu sebesar 17%. Ditelaah lagi aspek persamaan dan perbedaan pada novel dan film TKVDW, persentase persamaannya sebesar 19,75% dan ketidaksamaannya sebesar 80,25%, sehingga pada kasus ini sutradara film TKVDW menggunakan penerapam model pendekatan Loose Adaptation. Kata kunci : adaptasi novel, naratif, film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Pendahuluan Saat ini tren mengadaptasi karya sastra ke dalam bentuk film semakin marak dilakukan. Ini disebabkan karena semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula kebutuhan setiap manusia. Jika dulu orang-orang sangat gemar membaca sebuah hikayat ataupun cerita rakyat, saat ini merupakan eranya audio visual sehingga terjadilah perubahan budaya membaca menjadi budaya menonton (Sugono 2008, B7). Menurut De Witt Bodeen, membuat film adaptasi bersumber dari karya sastra merupakan suatu hal yang kreatif untuk mempertahankan suasana hati, karena tidak semua orang gemar membaca (McFarlane 1996, 7).

PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Sense Vol 1 | No 2 | November 2018

155

PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH

LOUIS GIANNETTI MELALUI PERBANDINGAN NARATIF PADA

FILM DAN NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK

Inggrid Ialfonda Pertiwi

Endang Mulyaningsih.

Lilik Kustanto

Jurusan Film & Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Jl. Parangtritis km. 6.5 Yogyakarta Telp. (0274) 381047

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena karya-karya sastra yang diadaptasi ke

dalam bentuk film. Sehingga menarik untuk diteliti lebih dalam perubahan ekranisasi yang

terjadi di dalam novel ke film dan bagaimana sebuah teori adaptasi digunakan dalam

mentransformasikan teks novel menjadi sebuah visual film, tanpa kehilangan esensi novel

sebagai hipogramnya. Penelitian ini berfokus pada perbandingan unsur naratif menurut

Seymour Chatman, yaitu aksi tokoh, peristiwa, karakter dan lokasi antara novel dan film

“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

persentase perubahan unsur naratif pada film dan novel TKVDW, juga untuk mengetahui

penerapan teori adaptasi yang digunakan dalam film TKVDW. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan pendekatan

deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah novel TKVDW cetakan ke 16 karya Buya Hamka dan film TKVDW karya sutradara Sunil Soraya yang dirilis 19 Desember 2012. Penelitian ini akan menggunakan reliabilitas dengan jenis reproduksibilitas. Hasil penelitian ini adalah perbandingan persentase keseluruhan unsur naratif pada akikat ekranisasi dengan jenis perubahan persentase paling dominan adalah penciutan yaitu sebesar 46%, persentase terbesar kedua terletak pada kategori sama yaitu sebesar 19,75%, persentase ketiga terletak pada kategori bertambah yaitu sebesar 17,25% dan persentase paling rendah adalah kategori perubahan variasi yaitu sebesar 17%. Ditelaah lagi aspek persamaan dan perbedaan pada novel dan film TKVDW, persentase persamaannya sebesar 19,75% dan ketidaksamaannya sebesar 80,25%, sehingga pada kasus ini sutradara film TKVDW menggunakan penerapam model pendekatan Loose Adaptation. Kata kunci : adaptasi novel, naratif, film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Pendahuluan Saat ini tren mengadaptasi karya

sastra ke dalam bentuk film semakin

marak dilakukan. Ini disebabkan karena

semakin berkembangnya zaman, semakin

berkembang pula kebutuhan setiap

manusia. Jika dulu orang-orang sangat

gemar membaca sebuah hikayat ataupun

cerita rakyat, saat ini merupakan eranya

audio visual sehingga terjadilah

perubahan budaya membaca menjadi

budaya menonton (Sugono 2008, B7).

Menurut De Witt Bodeen, membuat film

adaptasi bersumber dari karya sastra

merupakan suatu hal yang kreatif untuk

mempertahankan suasana hati, karena

tidak semua orang gemar membaca

(McFarlane 1996, 7).

Page 2: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,

Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif

156

Gambar 1 Sumber: cinemapoetica,com

Novel yang diangkat ke dalam

bentuk film biasanya memiliki sifat yang

sama. Entah karena ide cerita yang

menarik, atau dikenalnya novel tersebut

oleh masyarakat umum dengan jumlah

peminat yang tidak main-main dan dapat

dikatakan sangat laris di pasaran,

sehingga sangat menguntungkan bagi

para sineas untuk membuat sebuah film

yang sudah memiliki peminatnya sendiri,

dikarenakan memberikan sumbangsih

yang begitu besar dalam aspek komersil.

Dalam rangka lebih banyak

mendokumentasi sejarah praktik

ekranisasi, “Indonesian Pages to

Indonesian Screens: A Genealogy of

Ekranisasi in Indonesia” menjelaskan

beberapa kecenderungan umum dalam

praktik ekranisasi novel di Indonesia,

sebagaimana terwujud antara 1927 dan

2014.

Berdasarkan data diatas, tidak

kurang dari 240 film diangkat dari novel

menjadi film di Indonesia antara 1927

dan 2014. Terlihat pula terdapat

peningkatan yang sangat signifikan

dalam jumlah film yang diangkat dari

novel. Film-film yang dihasilkan melalui

pengangkatan novel juga sering

memperoleh penghargaan, termasuk film

Ca-Bau-Kan (Nia Dinata, 2001) dan “Di

Bawah Lindungan Ka’bah” (Hanny R

Saputra, 2011) yang menjadi perwakilan

Indonesia untuk Academy Award.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka

menjadi menarik untuk diketahui lebih

mendalam bagaimana karya-karya sastra

diadaptasi menjadi bentuk film.

Peralihan media dari novel

TKVDW menjadi film TKVDW

merupakan proses perubahan yang

dinamakan ekranisasi. Ekranisasi adalah

pelayarputihan atau pemindahan/

pengangkatan sebuah novel ke dalam

film (Eneste 1991, 60). Dalam proses

reproduksi, karya adaptasi biasanya pasti

Page 3: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Sense Vol 1 | No 2 | November 2018

157

terdapat pembiasan estetika karya. Hal ini

disebabkan oleh perbedaan estetika yang

membangun satu karya dengan karya

lain. Novel dan film merupakan suatu

media dengan jenis/bentuk dan konvensi

yang berbeda, sehingga perpindahan

novel ke layar putih mau tidak mau

mengakibatkan timbulnya berbagai

perubahan. Sebab di dalam novel, segala

sesuatunya disampaikan hanya dengan

kata-kata. Cerita, alur, penokohan, latar,

suasana, dan gaya sebuah novel

direpresentasikan melalui kata- kata

sehingga pembaca dengan bebas

membangun imajinasi dengan tetap

mengacu pada narasi novel. Pada film,

penonton sudah tidak akan dibuat repot

berimajinasi, karena cerita sudah dituang

sedemikian rupa ke dalam bentuk

audiovisual yang membentuk suatu

jalinan peristiwa.

Damono dalam buku “Sastra

Bandingan” menyatakan bahwa jika

sebuah karya sastra diubah menjadi

media lain seperti film, maka banyak

yang harus dilakukan sehingga

menyebabkan perubahan (Damono 2009,

123-134). Perubahan-perubahan yang

kemungkinan terjadi pada proses

pelayarputihan dirumuskan Eneste dalam

bukunya “Novel dan Film” yaitu berupa

penambahan, penciutan atau

pengurangan maupun variasi-variasi baru

yang bisa dimunculkan (Eneste 1991,

60-65). Meski begitu, ekranisasi telah

membuat novel dan film yang berada

dalam kajian berbeda menjadi

berhubungan erat. Hal ini terjadi karena

novel merupakan suatu ide cerita dalam

film ekranisasi.

Selain itu, perubahan bentuk dari

novel ke film dipengaruhi oleh

keterbatasan yang dimiliki masing-

masing media, juga dipengaruhi oleh

adanya proses resepsi, pembacaan

sutradara atau penulis naskah/skenario

terhadap novel atau karya sastra tersebut

(Bluestone 1957, 1). Louis Giannetti

meyebutkan bahwa seorang sutradara

mampu melakukan pengadaptasian novel

ke dalam bentuk film melalui beberapa

pendekatan. Oleh karena itu, Gianetti

merumuskan teori-teori pendekatan

adaptasi novel untuk mempermudah

penjelasan karena kebanyakan dalam

praktiknya adaptasi berada di antara satu

sama lain teori tersebut. Giannetti

memilah pendekatan adaptasi novel

menjadi 3 model, yaitu loose yang berarti

longgar, faithful yang berarti setia dan

literal (Giannetti 2013, 400).

1. Loose adalah pendekatan

yang dilakukan sutradara dengan

mengambil intisari sebuah novel

secara garis besarnya saja, seperti

mengambil ide, konsep, tokoh dari

novel yang diadaptasi kemudian

dengan bebas dan independen

mengembangkannya di dalam

filmnya.

Page 4: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,

Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif

158

2. Faithful adalah pendekatan

yang berlawanan dengan loose,

yaitu sutradara berusaha untuk

mereka ulang novel acuannya ke

dalam bentuk film, seperti seorang

penerjemah menerjemahkan

sebuah novel.

3. Literal merupakan

adaptasi yang dilakukan pada

naskah drama. Naskah drama

sudah terdiri dari lakon (aksi dan

dialog) seperti pada sebuah film,

sehingga pada pendekatan literal

ini, seorang sutradara hanya

mengubah latar ruang dan waktu

saja.

Untuk memudahkan dalam

menggolongkan hasil persentase

ekranisasi novel dan film TKVDW ke

dalam model pendekatan adaptasi novel

oleh Louis Giannetti, teori ini akan

diadaptasi dan diterjemahkan ulang ke

dalam rumusan persentase. Berikut

rumusannya:

Louis Giannetti mengatakan

bahwa loose adaptation adalah

pendekatan yang dilakukan sutradara

dengan mengambil intisari sebuah novel

secara garis besarnya saja, seperti

mengambil ide, konsep, tokoh dari

novel yang diadaptasi kemudian dengan

bebas dan independen

mengembangkannya di dalam filmnya.

Ini artinya, model pendekatan loose

adaptation ini mengubah hampir

keseluruhan unsur naratif yang ada pada

novel ke dalam bentuk film, sehingga

kesamaan pada novel dan film dalam

model pendekatan loose adaptation

memiliki frekuensi yang sangat kecil.

Faithful adalah pendekatan yang

berlawanan dengan loose, yaitu sutradara

berusaha untuk mereka ulang novel

acuannya ke dalam bentuk film, seperti

seorang penerjemah menerjemahkan

sebuah novel. Ini artinya, model

pendekatan faithful adaptation ini dapat

dikatakan sama persis, sehingga

kesamaan pada novel dan film dalam

model pendekatan faithful adaptation

memiliki frekuensi yang sangat besar.

Literal merupakan adaptasi yang

dilakukan pada naskah drama. Naskah

drama sudah terdiri dari lakon (aksi dan

dialog) seperti pada sebuah film,

sehingga pada pendekatan literal ini,

seorang sutradara hanya mengubah latar

ruang dan waktu saja. Ini artinya, model

pendekatan literal adaptation hanya

mengubah beberapa unsur yang ada di

dalam novel ke dalam bentuk film,

sehingga literal adaptation memiliki

frekuensi kesamaan yang lebih besar

dibanding loose, namun lebih kecil

dibanding faithful.

Dengan demikian, dapat

diurutkan tingkatan model pendekatan

adaptasi novel oleh Louis Giannetti

menurut tingkat kesamaannya, yaitu

faithful adaptation yaitu model

Page 5: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Sense Vol 1 | No 2 | November 2018

159

pendekatan yang paling sama atau sama

persis, lalu literal adaptation yaitu model

pendekatan yang sedikit sama, lalu loose

adaptation yaitu model pendekatan yang

paling tidak sama. Sehingga dapat pula

dirumuskan besaran persentase dari tiap-

tiap model pendekatan yang ada. Agar

memiliki besaran persentase yang

seimbang pada 3 model pendekatan,

dilakukannya perhitungan yaitu 100% : 3

kategori = 33,33%. Sehingga, pembagian

setiap model pendekatannya berkisar

antar 33-35%.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa

masing-masing model pendekatan dapat

dirincikan sebagai berikut:

a. Faithful Adaptation

dimana kategori kesamaan total

keseluruhan unsur naratif pada

novel dan film memiliki persentase

sebesar 70-100%

b. Literal Adaptation dimana

kategori kesamaan total

keseluruhan unsur naratif pada

novel dan film memiliki persentase

sebesar 36-69%

c. Loose Adaptation dimana

kategori kesamaan total

keseluruhan unsur naratif pada

novel dan film memiliki persentase

sebesar 1-35%.

Perumusan tersebut penting

kiranya untuk diteliti agar mengetahui

bagaimana teori adaptasi digunakan dan

bekerja dalam mengubah karya sastra

(novel) menjadi bentuk film.

Di Indonesia, proses adaptasi dari

novel ke film—baik layar lebar maupun

sinetron– telah lama dan banyak

dilakukan, seperti pada awal tahun 1970-

an merupakan tonggak awal transformasi

film dari novel. Salah satunya adalah film

yang diangkat dari novel laris dan

fenomenal karya Buya Hamka yang

berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der

Wijck”. Novel ini merupakan karya

masterpiece Hamka selama berada di

dunia perhikayatan Indonesia.

Keberadaan novel ini tak pernah lekang

oleh zaman, dari awal penerbitan pada

tahun 1939 sampai tahun 2015, novel ini

terus mengalami cetakan ulang hingga ke

32 kali. Kelarisan dan ketenaran novel

“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”

membuat produser Sunil Soraya melirik

novel tersebut untuk diangkat ke dalam

bentuk film. Film ini sempat tayang 2 kali

di bioskop Indonesia dengan judul yang

sama persis seperti novel, dikarenakan

Sunil menampilkan versi extended atau

perpanjangan dari film pertama yang

ditayangkan. Film ini telah berhasil

keluar sebagai film terlaris 2013 versi

Akademi Film Indonesia. Film ini juga

memenangkan beberapa penghargaan,

seperti Film Terpuji di Festival Film

Bandung, Piala Antemas dan Piala Jati

Emas sebagai Film Terlaris, serta Penata

Visual Efek Terbaik (Eltra Studio &

Page 6: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,

Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif

160

Adam Howarth), Pemeran Utama Wanita

Terpuji dan Pemeran Utama Pria Terpuji

di Festival Film Bandung 2014, dan juga

Best Female Actress dalam NET

Indonesian Choice Awards 2014.

Untuk meneliti perubahan yang

terjadi dari novel TKVDW ke film

TKVDW, aspek/unsur yang sama

dimiliki novel maupun film, yang pasti

terjadi perubahan dan dapat

dibandingkan yaitu unsur naratif. Novel

dan film merupakan bentuk-bentuk dari

teks naratif yang terdiri dari suatu

struktur. Novel berupa teks naratif,

sedangkan film berupa visual naratif.

Naratif adalah suatu rangkaian peristiwa

yang berhubungan satu sama lain dan

terikat oleh logika sebab-akibat

(kausalitas) yang terjadi dalam suatu

ruang dan waktu. Penelitian ini akan

dibatasi pada unsur naratif menurut

Seymour Chatman. Seymour Chatman

dalam bukunya Story and Discourse

(Chatman 1978, 19) mengatakan:

“What are the necessary

components -and only those- of a

narrative? Structuralist theory

argues that each narrative has two

parts: a story (histoire), the content

or chain of events (actions,

happenings), plus what may be

called the existents (characters,

items of setting); and a discourse

(discourse), that is, the expression,

the means by which the con- tent is

communicated. In simple terms, the

story is the what in a narrative that

is depicted, discourse the how. The

following diagram suggest itself”

Actions Events

Happenings Story Characters Narrative Existents

Setting Discourse

Gambar 2 Skema Unsur Naratif Seymour Chatman

“Apa saja komponen yang

diperlukan khusus untuk naratif? Teori

struktural berpendapat bahwa setiap

naratif memiliki 2 bagian: sebuah cerita

merupakan isi atau rantai dari peristiwa-

peristiwa (tindakan/aksi dan

kejadian/peristiwa) dan eksisten-eksisten

(karakter dan latar), ditambah apa yang

dapat disebut eksistensi (karakter, item

pengaturan); dan sebuah wacana

(wacana), yaitu ekspresi, sarana yang

digunakan konkritnya. Dalam istilah

sederhana, cerita mengenai apa yang ada

dalam narasi yang digambarkan,

sedangkan wacana mengenai bagaimana

narasi digambarkan”

Sehingga dapat dirumuskan

bahwa komponen unsur naratif menurut

Seymour Chatman terdiri dari 4

komponen yakni:

1. Tindakan/aksi. Tindakan/aksi

adalah perubahan keadaan yang

ditimbulkan oleh tokoh atau satu

perubahaan keadaan yang

mempengaruhi tokoh lain (Chatman

1980, 84)

Page 7: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Sense Vol 1 | No 2 | November 2018

161

2. Kejadian/peristiwa. Kejadian/

peristiwa adalah semacam (aktivitas

fisik atau mental, suatu ketepatan

waktu (tindakan yang dilakukan oleh

atau atas agen manusia) atau keadaan

yang ada pada waktunya (Cohan dan

Linda Shires 1988, 54)

3. Karakter adalah pemain

yang melakukan dialog dalam scene.

Karakter dalam sebuah skenario

mencerminkan peranan emosi,

keterampilan, dan tugas-tugas yang

diembannya (Sony Set dan Sidharta

2003, 74)

4. Dan latar adalah Menurut

Semi (1988, 46) lingkungan tempat

seluruh peristiwa berlangsung. Latar

bisa merupakan tempat kejadian

secara fisik, waktu ketika kejadian

berlangsung, suatu periode sejarah

ataupun keadaan sosial yang ada di

sekitar terjadinya sebuah peristiwa.

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam

tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu

dan sosial.

a. Latar tempat menyaran pada

lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya

fiksi. Unsur tempat yang

dipergunakan mungkin berupa

tempat-tempat dengan nama

tertentu, inisial tertentu, mungkin

lokasi tertentu tanpa nama jelas

(Nurgiyantoro 1998, 227)

b. Latar waktu berhubungan

dengan masalah ―kapanǁǁ

terjadinya peristiwa- peristiwa

yang diceritakan dalam sebuah

karya fiksi

c. Latar sosial menyaran pada

hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial

masyarakat di suatu tempat yang

diceritakan dalam karya fiksi.

Penelitian ini akan melakukan

penelitian ekranisasi dengan pendekatan

analisis isi. Analisis isi adalah metode

ilmiah untuk mempelajari dan menarik

kesimpulan atas suatu fenomena dengan

memanfaatkan dokumen (teks) (Eriyanto

2011, 10). Dipilihnya metode analisi isi

dalam melakukan penelitian terkait

ekranisasi ini dengan maksud ingin

mencoba dan membuktikan bahwa

perubahan ekranisasi yang terjadi pada

novel dan film mampu dilihat datanya

dengan menggunakan angka, dalam hal

ini berupa frekuensi dan persentase.

Sehingga, keunggulan penelitian

ekranisasi dengan metode analisis isi ini

adalah mampu memberikan data yang

lebih valid terkait besaran persentase

perubahan yang terjadi pada setiap aspek

ekranisasi yang ada. Penelitian ini

menggunakan

pendekatan deskriptif. Pendekatan ini

semata untuk deskripsi, tidak

dimaksudkan untuk menguji sutau

hipotesis tertentu (Eriyanto 2011, 47).

Page 8: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,

Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif

162

Dalam penelitian ini, pendekatan

deskriptif digunakan dengan dasar bahwa

ingin memaparkan perubahan dan

perbedaan yang terjadi antar novel dan

film dengan menghitung frekuensi

kemunculan perubahannya.

Metode ini akan berjalan dengan

menghitung jumlah frekuensi persamaan

dan perbedaan antara novel dan film

TKVDW dari tiap-tiap hakikat ekranisasi

yang ada, yaitu penambahan, penciutan

dan perubahan variasi. Sehingga,

pembatasan dilakukan karena dari

banyaknya unsur naratif yang ada, hanya

keempat unsur tersebut yang dapat

dihitung kemunculan gejala

perubahannya.

Data dianalisis dengan teknik

analisis isi menurut Eriyanto (2011, 56)

yaitu desain, konseptualisasi &

operasionalisasi, penyiapan alat ukur, uji

reliabilitas, pengukuran, analisis data.

Keabsahan data dalam penelitian ini

diperoleh melalui uji reliabilitas yang

akan dilakukan oleh para pengkode.

Penelitian ini akan menggunakan

reliabilitas dengan jenis reproduksibilitas

yang dimana akan melihat sejauh mana

alat ukur dapat menghasilkan temuan

yang sama dalam berbagai keadaan yang

berbeda, di lokasi yang berbeda dan

menggunakan pengkode yang berbeda.

Kegiatan penyajian data akan

dimulai dari tahap menyajikan urutan

story/cerita dari novel dan film,

menyusun operasionalisasi kategori

sebagai protokol alat ukur, menyajikan

alat ukur yang akan digunakan dalam

penelitian, kemudian menyajikan hasil

dari uji reliabilitas yang dilakukan oleh

para pengkode, lalu tahap pengukuran

dan analisis data. Penelitian ini akan

menggunakan alat ukur berupa tabel

ekranisasi yang akan menghitung

frekuensi kemunculan persamaan dan

perbedaan (tidak sama) novel dan film

TKVDW. Untuk kategori perbedaan,

terdapat 3 unsur yang akan dilihat yaitu

penambahan, penciutan dan perubahan

variasi. Berikut contoh alat ukurnya:

Page 9: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Sense Vol 1 | No 2 | November 2018

163

Tabel 1 Contoh alat ukur table

Pembahasan

Sumber data yang digunakan yaitu

berupa novel “Tenggelamnya Kapal Van

Der Wijck” dan film “Tenggelamnya

Kapal Van Der Wijck”. Kegiatan

penyajian data akan dimulai dari tahap

menyajikan urutan story/cerita dari novel

dan film. Eriyanto pada buku Analisis

Naratif menjelaskan bahwa story/cerita

merupakan peristiwa yang utuh, yang

sesungguhnya dari awal hingga akhir

(Eriyanto 2011, 16). Peristiwa-peristiwa

di- susun berdasarkan urutan waktu

logika cerita, tidak dengan urutan waktu

wacana (Soleh 1998, 264). Setelah itu

menghitung frekuensi kemunculan

perubahan pada tiap-tiap hakikat

ekranisasi, yaitu penambahan, penciutan

dan perubahan variasi yang ada pada film

“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”.

Berikut sebagian urutan story novel dan

film TKVDW:

18) Zainuddin sampai di

Padang Panjang dan

langsung menuju

Batipuh menemui

Mande Jamilah dan

memperkenalkan diri

18) Zainuddin tiba di

Batipuh. Zainuddin

lantas pergi ke rumah

Mande Jamilah pada

malam hari dan

memperkenalkan diri

19) Zainuddin juga

mencoba mencari dan

menemui neneknya

yang ditunjukkan orang

di sebuah kampung di

Ladang Lawas

19) –

20) 6 Bulan Zainuddin

tinggal di dusun

Batipuh, ia merenung

merasa bahwa

pandangan orang

kepadanya bukan

padangan yang sama

rata

20) –

20a) Zainuddin dan Pak

Cik sedang berjalan di

sawah. Pak Cik

menawarkan Zainuddin

untuk datang ke sekolah

agama dan belajar ilmu

agama disana

Page 10: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,

Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif

164

21) Zainuddin dan

Hayati akan kembali ke

Batipuh, namun karna

hari sedang hujan lebat

mengharuskan mereka

untuk berteduh di

depan warung orang.

Zainuddin menawarkan

payungnya untuk

dipakai Hayati. Hayati

menerima tawaran itu

dan pergi bersama

temannya

menggunakan payung

milik Zainuddin

21) Zainuddin dan

Hayati akan kembali ke

Batipuh, namun karna

hari sedang hujan lebat

mengharuskan mereka

untuk berteduh di

depan warung orang.

Zainuddin menawarkan

payungnya untuk

dipakai Hayati. Hayati

menerima tawaran itu

dan pergi bersama

temannya

menggunakan payung

milik Zainuddin

22) Hujan pun reda.

Pulang lah Zainuddin

ke Batipuh, pergi ke

surau tidur bersama

anak- anak muda

lainnya.

22)

Konseptualisasi 1. Cerita/Story adalah urutan

kronologi dari suatu peristiwa,

dimana peristiwa tersebut bisa

ditampilkan di dalam teks bisa juga

tidak ditampilkan dalam teks

(Eriyanto 2013, 16)

2. Novel adalah prosa rekaan yang

menyuguhkan tokoh dan

menampilkan serangkaian

peristiwa serta latar secara tersusun

(Sudjiman 1988, 53)

3. Film adalah salah satu media yang

berkarakteristik masal, yang

merupakan kombinasi antara

gambar-gambar bergerak dan

perkataan (Syamsudin dan Palapah

1986, 114)

4. Peristiwa menggambarkan

semacam (aktivitas fisik atau

mental, suatu ketepatan waktu

(tindakan yang dilakukan oleh atau

atas agen manusia) atau keadaan

yang ada pada waktunya (Cohan

dan Linda Shires 1988, 54)

5. Aksi Tokoh adalah perubahan

keadaan yang ditimbulkan oleh

tokoh atau satu perubahaan

keadaan yang mempengaruhi

tokoh lain (Chatman 1980, 84)

6. Karakter adalah pemain yang

melakukan dialog dalam scene.

Karakter dalam sebuah skenario

mencerminkan peranan emosi,

keterampilan, dan tugas-tugas yang

diembannya (Sony Set dan

Sidharta 2003, 74)

7. Setting adalah waktu dan tempat

dimana cerita sebuah film

berlangsung (Sani 1992, 68)

8. Bertambah : Bertambah atau

penambahan dapat pula disebut

dengan ‘perluasan’ (Eneste 1991,

64)

9. Menciut : Menciut atau penciutan

juga dikenal dengan istilah

‘penghilangan’ (Eneste 1991, 61)

10. Berubah Variasi adalah Perubahan

yang secara garis besar tidak

mengubah inti dari cerita di dalam

novel (Eneste 1991, 65)

Operasionalisasi

1. Story (cerita) : Urutan kronologi

dari suatu peristiwa

Page 11: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Sense Vol 1 | No 2 | November 2018

165

2. Novel : Karya sastra (novel) yang

menjadi objek penelitian

3. Film : Film yang menjadi objek

penelitian

4. Peristiwa : Kejadian pokok yang

sedang berlangsung atau yang

dialami

5. Aksi Tokoh : Perlakuan atau

tindakan yang menimbulkan

sebab akibat, dilakukan oleh tokoh

sehingga mampu menjalankan

suatu peristiwa

6. Karakter : Tokoh-tokoh yang

muncul dalam satu jalinan cerita

7. Setting : Dibatasi hanya pada

lokasi/tempat dimana peristiwa

terjadi

8. Bertambah : Story yang sama

sekali tidak dimiliki novel namun

ada di dalam film

9. Menciut : Story yang dimiliki

novel namun tidak ada sama sekali

di dalam film

10. Berubah Variasi : Story yang ada

di dalam novel juga dimunculkan

di dalam film tetapi kedua story

tersebut menjadi tidak sama

persis. Story pada film terdapat

penambahan atau pengurangan

adegan/tokoh/lokasi yang

membuat story menjadi berbeda,

entah lebih panjang atau menjadi

lebih pendek

11. Sama : Story yang tidak memiliki

perbedaan sama sekali pada novel

dan film, atau juga bisa disebut

sama persis

Tabel 2 Contoh Uji Reliabilitas

Unsur

Naratif Kategori N1 N2 M

Peritstiwa Sama 44 48 44

Penambahan 5 5 5

Penciutan 34 34 34

Perubahan

Variasi

19 15 15

Jumlah 102 102 98

Hasil perhitungan dengan

menggunakan rumus reliabilitas

pengkode formula Holsti, menunjukan

bahwa kesepakatan hubungan antar

pengkode untuk unsur naratif peristiwa

sebesar 96%. Maka berdasarkan

identifikasi dikemukakan oleh R. Holsti,

kategori Peristiwa dapat dikatakan

reliabel karena memiliki nilai indeks

reliabilitas di atas 0,7 atau 70 %.

Tabel 3 Contoh Hasil Temuan Data

STORY

STORY TIDAK SAMA

NO

NOVEL

NO

FILM SAMA BRT MCT BVR

1 1 1 √

2 2 2 √

3 3 3 √

4 4 4 √

5 5 5 √

6 6 6 √

7 7 7 √

8 8 8 √

9 9 9 √

10 10 10 √

11 11 11 √

12 12 12 √

13 13 13 √

14 14 14 √

15 15 15 √

16 16 16 √

17 17 17 √

18 18 18 √

19 19 19 √

Page 12: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,

Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif

166

20 20 20 √

21 - 20a √

22 21 21 √

23 22 22 √

24 23 23 √

25 24 24 √

26 - 24a √

27 - 24b √

28 25 25 √

29 25a √

30 26 26 √

31 27 27 √

32 28 28 √

33 29 29 √

34 30 30 √

35 31 31 √

36 32 32 √

37 33 33 √

38 33a √

39 34 34 √

40 35 35 √

41 36 36 √

42 37 37 √

43 38 38 √

44 39 39 √

45 40 40 √

46 41 41 √

47 42 42 √

48 43 43 √

49 44 44 √

50 45 45 √

51 46 46 √

52 47 47 √

53 48 48 √

54 49 49 √

55 49a √

56 50 50 √

57 50a √

58 51 51 √

59 52 52 √

60 52a √

61 52b √

62 52c √

63 53 53 √

64 53a √

65 54 54 √

66 54a √

67 55 55 √

68 56 56 √

69 57 57 √

70 58 58 √

71 59 59 √

72 60 60 √

73 61 61 √

74 62 62 √

75 63 63 √

76 64 64 √

77 65 65 √

78 66 66 √

79 67 67 √

80 68 68 √

81 69 69 √

82 70 70 √

83 71 71 √

84 72 72 √

85 73 73 √

86 74 74 √

87 75 75 √

88 76 76 √

89 77 77 √

90 78 78 √

91 79 79 √

92 80 80 √

93 81 81 √

94 82 82 √

95 83 83 √

96 84 84 √

97 85 85 √

98 86 86 √

99 87 87 √

100 88 88 √

101 89 89 √

102 90 90 √

103 91 91 √

104 92 92 √

105 93 93 √

106 94 94 √

107 94a √

108 95 95 √

109 96 96 √

110 96a √

111 96b √

112 97 97 √

113 98 98 √

114 98a √

115 99 99 √

116 100 100 √

117 100a √

118 100b √

119 101 101 √

120 101a √

121 102 102 √

122 103 103 √

123 103a √

124 104 104 √

125 104a √

126 105 105 √

127 106 106 √

128 107 107 √

129 108 108 √

130 109 109 √

131 110 110 √

132 111 111 √

133 112 112 √

134 113 113 √

135 114 114 √

136 115 115 √

137 116 116 √

138 117 117 √

139 118 118 √

140 119 119 √

141 119a √

Page 13: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Sense Vol 1 | No 2 | November 2018

167

142 119b √

143 119c √

144 119d √

145 120 120 √

146 121 121 √

147 122 122 √

148 122a √

149 122b √

150 123 123 √

151 123a √

152 124 124 √

153 125 125 √

154 126 126 √

155 127 127 √

156 128 128 √

157 128a √

158 129 129 √

159 130 130 √

160 131 131 √

161 132 132 √

162 133 133 √

163 134 134 √

164 135 135 √

165 136 136 √

166 137 137 √

167 138 138 √

168 139 139 √

169 140 140 √

170 141 141 √

171 142 142 √

172 142a √

173 142b √

174 143 143 √

175 144 144 √

176 145 145 √

177 146 146 √

JUMLAH F % F % F % F %

4

4

25 31 17 81 46 21 12

177 100%

Dari tabel hasil penelitian

mengenai perbedaan unsur peristiwa,

aksi tokoh, setting (lokasi), serta karakter

pada novel dan film TKVDW, ditemukan

frekuensi perubahan yang terjadi pada

proses ekranisasi. Pada kategori tidak

sama terdapat 3 aspek, yaitu

penambahan, penciutan dan perubahan

variasi. Aspek penambahan pada unsur

peristiwa, aksi tokoh, setting (lokasi) dan

karakter ditemukan sebanyak 31 story

yang bertambah dari 177 story yang ada.

Aspek penciutan pada unsur peristiwa,

aksi tokoh, setting (lokasi) dan karakter

ditemukan sebanyak 81 story yang hilang

dari 177 story yang ada. Aspek perubahan

variasi pada unsur peristiwa ditemukan

sebanyak 21 story, pada unsur aksi tokoh

sebanyak 44 adegan, pada unsur

setting-lokasi sebanyak 33 adegan dan

pada unsur karakter sebanyak 22 story

yang berubah dari 177 story yang ada.

Adapun kategori sama, pada

unsur peristiwa ditemukan 44 story yang

sama, pada unsur aksi tokoh ditemukan

21 story, pada unsur setting (lokasi)

ditemukan 32 story dan pada unsur

karakter ditemukan 43 story yang sama

dari 177 story yang ada. Secara

keseluruhan, sutradara film tidak

mengambil sepenuhnya story yang ada

pada novel, melainkan sutradara film

mengambil 64% peristiwa di dalam novel

yang masuk dalam story film.

Contoh Wujud Perbedaan Unsur

Peristiwa pada Novel dan Film

TKVDW

Suatu peristiwa menggambarkan

semacam (aktivitas fisik atau mental,

suatu ketepatan waktu (tindakan yang

dilakukan oleh atau atas agen manusia)

atau keadaan yang ada pada waktunya

(Cohan dan Linda Shires 1988, 54).

a. Kategori Sama

Pada tabel 4.6 mengenai hasil

penelitian terhadap peristiwa yang telah

Page 14: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,

Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif

168

disajikan, ditemukan sebanyak 44

persamaan yakni pada nomor story 12,

15, 18, 21, 23, 27, 28, 31, 32, 38, 41, 42,

49, 50, 54, 56,-61, 70, 71, 75, 78, 83, 84,

86, 87, 89, 102, 104, 109, 115, 117, 121,

122, 123, 124, 127, 129, 130, 131, 134,

136, 138, 139, 141. Jika dilihat dari 64%

peristiwa novel yang diambil ke dalam

story film, kategori persamaan ini cukup

memiliki jumlah persentase yang besar

dibanding 2 lainnya, kategori bertambah

dan berubah variasi, yaitu sebesar 25%.

Sutradara film juga masih mengambil

sebagian besar cerita yang ada. Adapun

beberapa data yang masuk dalam kategori

persamaan terlihat pada kutipan berikut

ini:

Story 21 Novel

Seketika hari hujan lebat, sebab

daerah Padang Panjang itu, lebih banyak

hujannya daripada panasnya. Mereka

akan kembali ke Batipuh, tiba-tiba hujan

lebat turun seketika mereka ada di Ekor

Lubuk. Zainuddin ada membawa payung

dan Hayati bersama seorang temannya

kebetulan tidak berpayung. (Hamka

1984, 30).

Story 21 Film

Kutipan dan gambar

menunjukkan peristiwa pertemuan

Zainuddin dengan Hayati di sebuah

warung saat hujan turun deras. Dalam

peristiwa tersebut, sutradara benar-benar

mengambil seluruh adegan sama persis

tanpa ada yang dihilangkan maupun

ditambahkan. Diidentifikasi bahwa

sutradara sengaja mengambil adegan

tersebut sama persis karena

menjelaskan awal mula perkenalan

Zainuddin dan Hayati.

Gambar 3 Screenshot film TKVDW

Gambar 4 Screenshot film TKVDW

Page 15: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Sense Vol 1 | No 2 | November 2018

169

Terlihat hasil persentase yang

paling signifikan terletak pada

kategori menciut yaitu sebesar 46%.

Penciutan tersebut juga dapat dilihat

dari jumlah story novel yang memiliki

jumlah lebih banyak dibandingkan

film. Ini wajar terjadi karena kembali

lagi dikatakan bahwa novel dan film

merupakan 2 bentuk dan medium yang

berbeda. Dengan adanya perbedaan,

justru kesenjangan antara bentuk-

bentuk yang diadaptasi memiliki

kemungkinan untuk diterjemahkan

dengan lebih kreatif dan konstruktif,

karena adaptor bukanlah hanya

sekedar penerjemah, melainkan

seorang penulis baru (Jenkins 1997,

15). Sehingga dengan banyaknya

penciutan yang dilakukan di novel ke

dalam bentuk film berdampak kepada

adegan-adegan lain yang secara

otomatis perlu untuk diubah, entah

ditambahkan ataupun diubah

bervariasi. Pada kategori sama

persentase yang dihasilkan sebesar

19,75%, dimana unsur yang paling

dominan adalah unsur peristiwa yaitu

sebesar 25%. Hal ini menandakan

bahwa sutradara film tetap mengambil

garis besar peristiwa yang ada pada

novel dengan maksud tidak

mengurangi kompleksitas dari

peristiwa novel TKVDW. Selanjutnya

kategori bertambah memiliki

persentase sebesar 17,25% dimana

unsur yang paling dominan adalah

unsur karakter yaitu sebesar 18%.

Tabel 4 Tabel Rincian Persentase Kategori Ekranisasi

UNSUR % SAMA % BERTAMBAH % MENCIUT % BERUBAH VARIASI

PERISTIWA 25 17 46 12

AKSI TOKOH 12 17 46 25

LOKASI 18 17 46 19

KARAKTER 24 18 46 12

JUMLAH 79 69 184 68

RATA-RATA 19,75 17,25 46 17

Dalam hal pengadaptasian novel ke

dalam bentuk film, penambahan

karakter sangat mungkin dilakukan

untuk menunjang cerita dan alur atau

dengan kata lain, penokohan bertugas

menyiapkan atau menyediakan alasan

bagi tindakan-tindakan tertentu

(Eneste 1991, 25), sehingga hal ini

berkaitan dengan unsur aksi tokoh

yang memiliki persentase paling

dominan pada kategori perubahan

variasi yaitu sebesar 25%. Dapat juga

dilihat dari besarnya kategori

persamaan pada unsur peristiwa di atas

dan besarnya perubahan variasi yang

terjadi pada unsur aksi tokoh,

Page 16: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,

Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif

170

menandakan bahwa sutradara film

ingin menceritakan hal yang sama

namun dengan sudut pandang

berbeda. Secara keseluruhan, kategori

yang menempati perubahan terbesar

terletak pada kategori penciutan yaitu

sebesar 46%, lalu kategori sama

sebesar 19,75%, kategori bertambah

sebesar 17,25% dan kategori berubah

variasi sebesar 17%. Dapat

disimpulkan bahwa sutradara film

tetap mengambil intisari dari novel

tersebut namun karna dampak dari

penciutan yang terlalu besar, sehingga

perlu adanya penambahan adegan

ataupun variasi-variasi yang

dimunculkan guna tercapainya garis

besar cerita yang ada pada novel.

Selanjutnya, dari hasil

penelitian yang sudah dijabarkan

diatas, dapat pula disimpulkan

mengenai persentase persamaan dan

ketidaksamaan antara novel dan film

sebagai hakikat dasar sebuah adaptasi.

Agar proses ekranisasi ini mampu

dilihat penerapannya ke dalam model

pendekatan adaptasi novel oleh Louis

Giannetti, perlu juga dirumuskan

besaran persamaan dan

ketidaksamaan antar keduanya.

Berikut rinciannya:

Tabel 5 Tabel Rincian Tabel Sama & Tidak Sama

UNSUR SAMA TIDAK SAMA

PERISTIWA 25 75

AKSI TOKOH 12 88

LOKASI 18 82

KARAKTER 24 76

JUMLAH 79 321

HASIL RATA- RATA 19,75% 80,25%

Jika dilihat dari rincian persentase

persamaan dan ketidaksamaan di atas,

kategori sama memiliki persentase lebih

kecil dibandingkan persentase

ketidaksamaannya. Hal ini juga

merupakan dampak dari banyaknya

penciutan pada film yang hampir

mencapai setengah dari keseluruhan

cerita yaitu sebesar 46%. Sehingga

menyebabkan kategori ketidaksamaan

saat diakumulasikan seluruhnya

memperoleh persentase yang lebih besar

daripada kategori sama.

Melihat pula dari hasil

persentase yang ada yaitu kategori sama

sebesar 19,75% dan kategori tidak sama

sebesar 80,25%, dapat diidentifikasi

bahwa sutradara film TKVDW

menerapkan pendekatan adaptasi model

loose/longgar, dimana model loose

adaptation dirumuskan dengan

persentase kategori kesamaannya

memiliki persentase sebesar 1-35%.

Kesimpulan

Perbandingan frekuensi dan

persentase pada keseluruhan unsur naratif

menghasilkan jenis perubahan dengan

persentasenya masing-masing. Adapun

jenis perubahan dengan persentase paling

dominan adalah penciutan yaitu sebesar

Page 17: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Sense Vol 1 | No 2 | November 2018

171

46%. Tentunya aspek penciutan pasti

akan terjadi pada proses

pengadaptasian/pengangkatan sebuah

novel ke dalam film. Ini dikarenakan

adanya perbedaan medium antara film

dan novel. Film mempunyai keterbatasan

teknis dan waktu putar, berbeda halnya

dengan novel yang penulis mampu

menuangkan sepenuhnya cerita hingga

beratus-ratus lembar halaman tanpa ada

pembatasan ruang, sehingga

menyebabkan pembuat film mau tidak

mau melakukan penyederhanaan dalam

cerita di filmnya. Selanjutnya, jenis

perubahan dengan persentase terbesar

kedua terletak pada kategori sama yaitu

sebesar 19,75%, dimana hasil tersebut

didapatkan dari hasil rata-rata

keseluruhan unsur naratif. Kemudian,

jenis perubahan ketiga terletak pada

kategori bertambah yaitu sebesar 17,25%

dan kategori dengan persentase paling

rendah adalah kategori perubahan variasi

yaitu sebesar 17% didapat dari hasil rata-

rata keseluruhan unsur naratif.

Ditelaah dari hasil penelitian yang

sudah dilakukan pada novel dan film

TKVDW, persamaan pada novel dan

film TKVDW memiliki persentase

sebesar 19,75% dan ketidaksamaannya

sebesar 80,25%. Sesuai dengan

rumusan yang telah disepakati di awal,

jika kesamaan unsur naratif berkisar antar

1-35% artinya tergolong dalam model

pendekatan loose adaptation. Sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa diukur

dari 4 unsur naratif menurut Seymour

Chatman yakni peristiwa, aksi tokoh,

lokasi dan karakter, sutradara pada film

TKVDW menerapkan pendekatan

adaptasi novel oleh Louis Giannetti pada

aspek loose adaptation (adaptasi

longgar), dimana pendekatan yang

dilakukan sutradara dengan mengambil

intisari sebuah novel secara garis

besarnya saja.

Daftar Pustaka

Bluestone, George. 1957. Novels Into

Films. Los Angeles: University of

California Press

Boggs, Joseph M. 1992. Terj. Cara

Menilai Sebuah Film. Jakarta:

Yayasan Citra

Chatman, Seymour. 1978. Story and

Discourse: Narrative Structure in

Fiction and Film. London: Cornell

University

Cohan, Steven dan Linda Shires. 1988.

Telling Stories ‘A Theoretical

Analysis of Narrative Fiction’.

London: Routledge

Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra

Bandingan. Jakarta: Editum

Eneste, Pamusuk. 1991. Novel dan

Film. Jakarta: Nusa Indah Eriyanto.

2011. Analisis Isi. Jakarta: Kencana

Giannetti, Louis. 2013. Understanding

Movies (Cet. Ke 13). London:

Laurence King Publishing Ltd

Page 18: PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH …

Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,

Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif

172

Hamka, Buya. 1984. Tenggelamnya

Kapal Van Der Wijck. Jakarta: PT

Bulan Bintang

Jenkins, Richard. 1997. Rethinking

Argumens and Exploration.

London: SagePublications

McFarlane, Brian. 1996. Novel to Film:

An Introduction to The Theory of

Adaptation. Oxford:Clarendon

Press

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori

Pengkajian Fiksi. Yogyakarta :

Gajah Mada University Press.

Palapah dan Syamsudin. 1986. Studi

Ilmu Komunikasi. Bandung:

Universitas Padjadjaran

Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra.

Padang: Angkasa Raya

Set, Sony, dan Sita Sidharta. 2003.

Menjadi Penulis Skenario

Profesional. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami

Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka

Jaya

Sugono, D. 2008. Kongres Bahasa dan

Nasib Sastra Daerah. Republika