Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Sense Vol 1 | No 2 | November 2018
155
PENERAPAN MODEL PENDEKATAN ADAPTASI NOVEL OLEH
LOUIS GIANNETTI MELALUI PERBANDINGAN NARATIF PADA
FILM DAN NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
Inggrid Ialfonda Pertiwi
Endang Mulyaningsih.
Lilik Kustanto
Jurusan Film & Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Jl. Parangtritis km. 6.5 Yogyakarta Telp. (0274) 381047
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena karya-karya sastra yang diadaptasi ke
dalam bentuk film. Sehingga menarik untuk diteliti lebih dalam perubahan ekranisasi yang
terjadi di dalam novel ke film dan bagaimana sebuah teori adaptasi digunakan dalam
mentransformasikan teks novel menjadi sebuah visual film, tanpa kehilangan esensi novel
sebagai hipogramnya. Penelitian ini berfokus pada perbandingan unsur naratif menurut
Seymour Chatman, yaitu aksi tokoh, peristiwa, karakter dan lokasi antara novel dan film
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
persentase perubahan unsur naratif pada film dan novel TKVDW, juga untuk mengetahui
penerapan teori adaptasi yang digunakan dalam film TKVDW. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan pendekatan
deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah novel TKVDW cetakan ke 16 karya Buya Hamka dan film TKVDW karya sutradara Sunil Soraya yang dirilis 19 Desember 2012. Penelitian ini akan menggunakan reliabilitas dengan jenis reproduksibilitas. Hasil penelitian ini adalah perbandingan persentase keseluruhan unsur naratif pada akikat ekranisasi dengan jenis perubahan persentase paling dominan adalah penciutan yaitu sebesar 46%, persentase terbesar kedua terletak pada kategori sama yaitu sebesar 19,75%, persentase ketiga terletak pada kategori bertambah yaitu sebesar 17,25% dan persentase paling rendah adalah kategori perubahan variasi yaitu sebesar 17%. Ditelaah lagi aspek persamaan dan perbedaan pada novel dan film TKVDW, persentase persamaannya sebesar 19,75% dan ketidaksamaannya sebesar 80,25%, sehingga pada kasus ini sutradara film TKVDW menggunakan penerapam model pendekatan Loose Adaptation. Kata kunci : adaptasi novel, naratif, film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Pendahuluan Saat ini tren mengadaptasi karya
sastra ke dalam bentuk film semakin
marak dilakukan. Ini disebabkan karena
semakin berkembangnya zaman, semakin
berkembang pula kebutuhan setiap
manusia. Jika dulu orang-orang sangat
gemar membaca sebuah hikayat ataupun
cerita rakyat, saat ini merupakan eranya
audio visual sehingga terjadilah
perubahan budaya membaca menjadi
budaya menonton (Sugono 2008, B7).
Menurut De Witt Bodeen, membuat film
adaptasi bersumber dari karya sastra
merupakan suatu hal yang kreatif untuk
mempertahankan suasana hati, karena
tidak semua orang gemar membaca
(McFarlane 1996, 7).
Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,
Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif
156
Gambar 1 Sumber: cinemapoetica,com
Novel yang diangkat ke dalam
bentuk film biasanya memiliki sifat yang
sama. Entah karena ide cerita yang
menarik, atau dikenalnya novel tersebut
oleh masyarakat umum dengan jumlah
peminat yang tidak main-main dan dapat
dikatakan sangat laris di pasaran,
sehingga sangat menguntungkan bagi
para sineas untuk membuat sebuah film
yang sudah memiliki peminatnya sendiri,
dikarenakan memberikan sumbangsih
yang begitu besar dalam aspek komersil.
Dalam rangka lebih banyak
mendokumentasi sejarah praktik
ekranisasi, “Indonesian Pages to
Indonesian Screens: A Genealogy of
Ekranisasi in Indonesia” menjelaskan
beberapa kecenderungan umum dalam
praktik ekranisasi novel di Indonesia,
sebagaimana terwujud antara 1927 dan
2014.
Berdasarkan data diatas, tidak
kurang dari 240 film diangkat dari novel
menjadi film di Indonesia antara 1927
dan 2014. Terlihat pula terdapat
peningkatan yang sangat signifikan
dalam jumlah film yang diangkat dari
novel. Film-film yang dihasilkan melalui
pengangkatan novel juga sering
memperoleh penghargaan, termasuk film
Ca-Bau-Kan (Nia Dinata, 2001) dan “Di
Bawah Lindungan Ka’bah” (Hanny R
Saputra, 2011) yang menjadi perwakilan
Indonesia untuk Academy Award.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka
menjadi menarik untuk diketahui lebih
mendalam bagaimana karya-karya sastra
diadaptasi menjadi bentuk film.
Peralihan media dari novel
TKVDW menjadi film TKVDW
merupakan proses perubahan yang
dinamakan ekranisasi. Ekranisasi adalah
pelayarputihan atau pemindahan/
pengangkatan sebuah novel ke dalam
film (Eneste 1991, 60). Dalam proses
reproduksi, karya adaptasi biasanya pasti
Sense Vol 1 | No 2 | November 2018
157
terdapat pembiasan estetika karya. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan estetika yang
membangun satu karya dengan karya
lain. Novel dan film merupakan suatu
media dengan jenis/bentuk dan konvensi
yang berbeda, sehingga perpindahan
novel ke layar putih mau tidak mau
mengakibatkan timbulnya berbagai
perubahan. Sebab di dalam novel, segala
sesuatunya disampaikan hanya dengan
kata-kata. Cerita, alur, penokohan, latar,
suasana, dan gaya sebuah novel
direpresentasikan melalui kata- kata
sehingga pembaca dengan bebas
membangun imajinasi dengan tetap
mengacu pada narasi novel. Pada film,
penonton sudah tidak akan dibuat repot
berimajinasi, karena cerita sudah dituang
sedemikian rupa ke dalam bentuk
audiovisual yang membentuk suatu
jalinan peristiwa.
Damono dalam buku “Sastra
Bandingan” menyatakan bahwa jika
sebuah karya sastra diubah menjadi
media lain seperti film, maka banyak
yang harus dilakukan sehingga
menyebabkan perubahan (Damono 2009,
123-134). Perubahan-perubahan yang
kemungkinan terjadi pada proses
pelayarputihan dirumuskan Eneste dalam
bukunya “Novel dan Film” yaitu berupa
penambahan, penciutan atau
pengurangan maupun variasi-variasi baru
yang bisa dimunculkan (Eneste 1991,
60-65). Meski begitu, ekranisasi telah
membuat novel dan film yang berada
dalam kajian berbeda menjadi
berhubungan erat. Hal ini terjadi karena
novel merupakan suatu ide cerita dalam
film ekranisasi.
Selain itu, perubahan bentuk dari
novel ke film dipengaruhi oleh
keterbatasan yang dimiliki masing-
masing media, juga dipengaruhi oleh
adanya proses resepsi, pembacaan
sutradara atau penulis naskah/skenario
terhadap novel atau karya sastra tersebut
(Bluestone 1957, 1). Louis Giannetti
meyebutkan bahwa seorang sutradara
mampu melakukan pengadaptasian novel
ke dalam bentuk film melalui beberapa
pendekatan. Oleh karena itu, Gianetti
merumuskan teori-teori pendekatan
adaptasi novel untuk mempermudah
penjelasan karena kebanyakan dalam
praktiknya adaptasi berada di antara satu
sama lain teori tersebut. Giannetti
memilah pendekatan adaptasi novel
menjadi 3 model, yaitu loose yang berarti
longgar, faithful yang berarti setia dan
literal (Giannetti 2013, 400).
1. Loose adalah pendekatan
yang dilakukan sutradara dengan
mengambil intisari sebuah novel
secara garis besarnya saja, seperti
mengambil ide, konsep, tokoh dari
novel yang diadaptasi kemudian
dengan bebas dan independen
mengembangkannya di dalam
filmnya.
Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,
Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif
158
2. Faithful adalah pendekatan
yang berlawanan dengan loose,
yaitu sutradara berusaha untuk
mereka ulang novel acuannya ke
dalam bentuk film, seperti seorang
penerjemah menerjemahkan
sebuah novel.
3. Literal merupakan
adaptasi yang dilakukan pada
naskah drama. Naskah drama
sudah terdiri dari lakon (aksi dan
dialog) seperti pada sebuah film,
sehingga pada pendekatan literal
ini, seorang sutradara hanya
mengubah latar ruang dan waktu
saja.
Untuk memudahkan dalam
menggolongkan hasil persentase
ekranisasi novel dan film TKVDW ke
dalam model pendekatan adaptasi novel
oleh Louis Giannetti, teori ini akan
diadaptasi dan diterjemahkan ulang ke
dalam rumusan persentase. Berikut
rumusannya:
Louis Giannetti mengatakan
bahwa loose adaptation adalah
pendekatan yang dilakukan sutradara
dengan mengambil intisari sebuah novel
secara garis besarnya saja, seperti
mengambil ide, konsep, tokoh dari
novel yang diadaptasi kemudian dengan
bebas dan independen
mengembangkannya di dalam filmnya.
Ini artinya, model pendekatan loose
adaptation ini mengubah hampir
keseluruhan unsur naratif yang ada pada
novel ke dalam bentuk film, sehingga
kesamaan pada novel dan film dalam
model pendekatan loose adaptation
memiliki frekuensi yang sangat kecil.
Faithful adalah pendekatan yang
berlawanan dengan loose, yaitu sutradara
berusaha untuk mereka ulang novel
acuannya ke dalam bentuk film, seperti
seorang penerjemah menerjemahkan
sebuah novel. Ini artinya, model
pendekatan faithful adaptation ini dapat
dikatakan sama persis, sehingga
kesamaan pada novel dan film dalam
model pendekatan faithful adaptation
memiliki frekuensi yang sangat besar.
Literal merupakan adaptasi yang
dilakukan pada naskah drama. Naskah
drama sudah terdiri dari lakon (aksi dan
dialog) seperti pada sebuah film,
sehingga pada pendekatan literal ini,
seorang sutradara hanya mengubah latar
ruang dan waktu saja. Ini artinya, model
pendekatan literal adaptation hanya
mengubah beberapa unsur yang ada di
dalam novel ke dalam bentuk film,
sehingga literal adaptation memiliki
frekuensi kesamaan yang lebih besar
dibanding loose, namun lebih kecil
dibanding faithful.
Dengan demikian, dapat
diurutkan tingkatan model pendekatan
adaptasi novel oleh Louis Giannetti
menurut tingkat kesamaannya, yaitu
faithful adaptation yaitu model
Sense Vol 1 | No 2 | November 2018
159
pendekatan yang paling sama atau sama
persis, lalu literal adaptation yaitu model
pendekatan yang sedikit sama, lalu loose
adaptation yaitu model pendekatan yang
paling tidak sama. Sehingga dapat pula
dirumuskan besaran persentase dari tiap-
tiap model pendekatan yang ada. Agar
memiliki besaran persentase yang
seimbang pada 3 model pendekatan,
dilakukannya perhitungan yaitu 100% : 3
kategori = 33,33%. Sehingga, pembagian
setiap model pendekatannya berkisar
antar 33-35%.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa
masing-masing model pendekatan dapat
dirincikan sebagai berikut:
a. Faithful Adaptation
dimana kategori kesamaan total
keseluruhan unsur naratif pada
novel dan film memiliki persentase
sebesar 70-100%
b. Literal Adaptation dimana
kategori kesamaan total
keseluruhan unsur naratif pada
novel dan film memiliki persentase
sebesar 36-69%
c. Loose Adaptation dimana
kategori kesamaan total
keseluruhan unsur naratif pada
novel dan film memiliki persentase
sebesar 1-35%.
Perumusan tersebut penting
kiranya untuk diteliti agar mengetahui
bagaimana teori adaptasi digunakan dan
bekerja dalam mengubah karya sastra
(novel) menjadi bentuk film.
Di Indonesia, proses adaptasi dari
novel ke film—baik layar lebar maupun
sinetron– telah lama dan banyak
dilakukan, seperti pada awal tahun 1970-
an merupakan tonggak awal transformasi
film dari novel. Salah satunya adalah film
yang diangkat dari novel laris dan
fenomenal karya Buya Hamka yang
berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck”. Novel ini merupakan karya
masterpiece Hamka selama berada di
dunia perhikayatan Indonesia.
Keberadaan novel ini tak pernah lekang
oleh zaman, dari awal penerbitan pada
tahun 1939 sampai tahun 2015, novel ini
terus mengalami cetakan ulang hingga ke
32 kali. Kelarisan dan ketenaran novel
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”
membuat produser Sunil Soraya melirik
novel tersebut untuk diangkat ke dalam
bentuk film. Film ini sempat tayang 2 kali
di bioskop Indonesia dengan judul yang
sama persis seperti novel, dikarenakan
Sunil menampilkan versi extended atau
perpanjangan dari film pertama yang
ditayangkan. Film ini telah berhasil
keluar sebagai film terlaris 2013 versi
Akademi Film Indonesia. Film ini juga
memenangkan beberapa penghargaan,
seperti Film Terpuji di Festival Film
Bandung, Piala Antemas dan Piala Jati
Emas sebagai Film Terlaris, serta Penata
Visual Efek Terbaik (Eltra Studio &
Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,
Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif
160
Adam Howarth), Pemeran Utama Wanita
Terpuji dan Pemeran Utama Pria Terpuji
di Festival Film Bandung 2014, dan juga
Best Female Actress dalam NET
Indonesian Choice Awards 2014.
Untuk meneliti perubahan yang
terjadi dari novel TKVDW ke film
TKVDW, aspek/unsur yang sama
dimiliki novel maupun film, yang pasti
terjadi perubahan dan dapat
dibandingkan yaitu unsur naratif. Novel
dan film merupakan bentuk-bentuk dari
teks naratif yang terdiri dari suatu
struktur. Novel berupa teks naratif,
sedangkan film berupa visual naratif.
Naratif adalah suatu rangkaian peristiwa
yang berhubungan satu sama lain dan
terikat oleh logika sebab-akibat
(kausalitas) yang terjadi dalam suatu
ruang dan waktu. Penelitian ini akan
dibatasi pada unsur naratif menurut
Seymour Chatman. Seymour Chatman
dalam bukunya Story and Discourse
(Chatman 1978, 19) mengatakan:
“What are the necessary
components -and only those- of a
narrative? Structuralist theory
argues that each narrative has two
parts: a story (histoire), the content
or chain of events (actions,
happenings), plus what may be
called the existents (characters,
items of setting); and a discourse
(discourse), that is, the expression,
the means by which the con- tent is
communicated. In simple terms, the
story is the what in a narrative that
is depicted, discourse the how. The
following diagram suggest itself”
Actions Events
Happenings Story Characters Narrative Existents
Setting Discourse
Gambar 2 Skema Unsur Naratif Seymour Chatman
“Apa saja komponen yang
diperlukan khusus untuk naratif? Teori
struktural berpendapat bahwa setiap
naratif memiliki 2 bagian: sebuah cerita
merupakan isi atau rantai dari peristiwa-
peristiwa (tindakan/aksi dan
kejadian/peristiwa) dan eksisten-eksisten
(karakter dan latar), ditambah apa yang
dapat disebut eksistensi (karakter, item
pengaturan); dan sebuah wacana
(wacana), yaitu ekspresi, sarana yang
digunakan konkritnya. Dalam istilah
sederhana, cerita mengenai apa yang ada
dalam narasi yang digambarkan,
sedangkan wacana mengenai bagaimana
narasi digambarkan”
Sehingga dapat dirumuskan
bahwa komponen unsur naratif menurut
Seymour Chatman terdiri dari 4
komponen yakni:
1. Tindakan/aksi. Tindakan/aksi
adalah perubahan keadaan yang
ditimbulkan oleh tokoh atau satu
perubahaan keadaan yang
mempengaruhi tokoh lain (Chatman
1980, 84)
Sense Vol 1 | No 2 | November 2018
161
2. Kejadian/peristiwa. Kejadian/
peristiwa adalah semacam (aktivitas
fisik atau mental, suatu ketepatan
waktu (tindakan yang dilakukan oleh
atau atas agen manusia) atau keadaan
yang ada pada waktunya (Cohan dan
Linda Shires 1988, 54)
3. Karakter adalah pemain
yang melakukan dialog dalam scene.
Karakter dalam sebuah skenario
mencerminkan peranan emosi,
keterampilan, dan tugas-tugas yang
diembannya (Sony Set dan Sidharta
2003, 74)
4. Dan latar adalah Menurut
Semi (1988, 46) lingkungan tempat
seluruh peristiwa berlangsung. Latar
bisa merupakan tempat kejadian
secara fisik, waktu ketika kejadian
berlangsung, suatu periode sejarah
ataupun keadaan sosial yang ada di
sekitar terjadinya sebuah peristiwa.
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam
tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu
dan sosial.
a. Latar tempat menyaran pada
lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Unsur tempat yang
dipergunakan mungkin berupa
tempat-tempat dengan nama
tertentu, inisial tertentu, mungkin
lokasi tertentu tanpa nama jelas
(Nurgiyantoro 1998, 227)
b. Latar waktu berhubungan
dengan masalah ―kapanǁǁ
terjadinya peristiwa- peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi
c. Latar sosial menyaran pada
hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial
masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi.
Penelitian ini akan melakukan
penelitian ekranisasi dengan pendekatan
analisis isi. Analisis isi adalah metode
ilmiah untuk mempelajari dan menarik
kesimpulan atas suatu fenomena dengan
memanfaatkan dokumen (teks) (Eriyanto
2011, 10). Dipilihnya metode analisi isi
dalam melakukan penelitian terkait
ekranisasi ini dengan maksud ingin
mencoba dan membuktikan bahwa
perubahan ekranisasi yang terjadi pada
novel dan film mampu dilihat datanya
dengan menggunakan angka, dalam hal
ini berupa frekuensi dan persentase.
Sehingga, keunggulan penelitian
ekranisasi dengan metode analisis isi ini
adalah mampu memberikan data yang
lebih valid terkait besaran persentase
perubahan yang terjadi pada setiap aspek
ekranisasi yang ada. Penelitian ini
menggunakan
pendekatan deskriptif. Pendekatan ini
semata untuk deskripsi, tidak
dimaksudkan untuk menguji sutau
hipotesis tertentu (Eriyanto 2011, 47).
Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,
Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif
162
Dalam penelitian ini, pendekatan
deskriptif digunakan dengan dasar bahwa
ingin memaparkan perubahan dan
perbedaan yang terjadi antar novel dan
film dengan menghitung frekuensi
kemunculan perubahannya.
Metode ini akan berjalan dengan
menghitung jumlah frekuensi persamaan
dan perbedaan antara novel dan film
TKVDW dari tiap-tiap hakikat ekranisasi
yang ada, yaitu penambahan, penciutan
dan perubahan variasi. Sehingga,
pembatasan dilakukan karena dari
banyaknya unsur naratif yang ada, hanya
keempat unsur tersebut yang dapat
dihitung kemunculan gejala
perubahannya.
Data dianalisis dengan teknik
analisis isi menurut Eriyanto (2011, 56)
yaitu desain, konseptualisasi &
operasionalisasi, penyiapan alat ukur, uji
reliabilitas, pengukuran, analisis data.
Keabsahan data dalam penelitian ini
diperoleh melalui uji reliabilitas yang
akan dilakukan oleh para pengkode.
Penelitian ini akan menggunakan
reliabilitas dengan jenis reproduksibilitas
yang dimana akan melihat sejauh mana
alat ukur dapat menghasilkan temuan
yang sama dalam berbagai keadaan yang
berbeda, di lokasi yang berbeda dan
menggunakan pengkode yang berbeda.
Kegiatan penyajian data akan
dimulai dari tahap menyajikan urutan
story/cerita dari novel dan film,
menyusun operasionalisasi kategori
sebagai protokol alat ukur, menyajikan
alat ukur yang akan digunakan dalam
penelitian, kemudian menyajikan hasil
dari uji reliabilitas yang dilakukan oleh
para pengkode, lalu tahap pengukuran
dan analisis data. Penelitian ini akan
menggunakan alat ukur berupa tabel
ekranisasi yang akan menghitung
frekuensi kemunculan persamaan dan
perbedaan (tidak sama) novel dan film
TKVDW. Untuk kategori perbedaan,
terdapat 3 unsur yang akan dilihat yaitu
penambahan, penciutan dan perubahan
variasi. Berikut contoh alat ukurnya:
Sense Vol 1 | No 2 | November 2018
163
Tabel 1 Contoh alat ukur table
Pembahasan
Sumber data yang digunakan yaitu
berupa novel “Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck” dan film “Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck”. Kegiatan
penyajian data akan dimulai dari tahap
menyajikan urutan story/cerita dari novel
dan film. Eriyanto pada buku Analisis
Naratif menjelaskan bahwa story/cerita
merupakan peristiwa yang utuh, yang
sesungguhnya dari awal hingga akhir
(Eriyanto 2011, 16). Peristiwa-peristiwa
di- susun berdasarkan urutan waktu
logika cerita, tidak dengan urutan waktu
wacana (Soleh 1998, 264). Setelah itu
menghitung frekuensi kemunculan
perubahan pada tiap-tiap hakikat
ekranisasi, yaitu penambahan, penciutan
dan perubahan variasi yang ada pada film
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”.
Berikut sebagian urutan story novel dan
film TKVDW:
18) Zainuddin sampai di
Padang Panjang dan
langsung menuju
Batipuh menemui
Mande Jamilah dan
memperkenalkan diri
18) Zainuddin tiba di
Batipuh. Zainuddin
lantas pergi ke rumah
Mande Jamilah pada
malam hari dan
memperkenalkan diri
19) Zainuddin juga
mencoba mencari dan
menemui neneknya
yang ditunjukkan orang
di sebuah kampung di
Ladang Lawas
19) –
20) 6 Bulan Zainuddin
tinggal di dusun
Batipuh, ia merenung
merasa bahwa
pandangan orang
kepadanya bukan
padangan yang sama
rata
20) –
20a) Zainuddin dan Pak
Cik sedang berjalan di
sawah. Pak Cik
menawarkan Zainuddin
untuk datang ke sekolah
agama dan belajar ilmu
agama disana
Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,
Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif
164
21) Zainuddin dan
Hayati akan kembali ke
Batipuh, namun karna
hari sedang hujan lebat
mengharuskan mereka
untuk berteduh di
depan warung orang.
Zainuddin menawarkan
payungnya untuk
dipakai Hayati. Hayati
menerima tawaran itu
dan pergi bersama
temannya
menggunakan payung
milik Zainuddin
21) Zainuddin dan
Hayati akan kembali ke
Batipuh, namun karna
hari sedang hujan lebat
mengharuskan mereka
untuk berteduh di
depan warung orang.
Zainuddin menawarkan
payungnya untuk
dipakai Hayati. Hayati
menerima tawaran itu
dan pergi bersama
temannya
menggunakan payung
milik Zainuddin
22) Hujan pun reda.
Pulang lah Zainuddin
ke Batipuh, pergi ke
surau tidur bersama
anak- anak muda
lainnya.
22)
Konseptualisasi 1. Cerita/Story adalah urutan
kronologi dari suatu peristiwa,
dimana peristiwa tersebut bisa
ditampilkan di dalam teks bisa juga
tidak ditampilkan dalam teks
(Eriyanto 2013, 16)
2. Novel adalah prosa rekaan yang
menyuguhkan tokoh dan
menampilkan serangkaian
peristiwa serta latar secara tersusun
(Sudjiman 1988, 53)
3. Film adalah salah satu media yang
berkarakteristik masal, yang
merupakan kombinasi antara
gambar-gambar bergerak dan
perkataan (Syamsudin dan Palapah
1986, 114)
4. Peristiwa menggambarkan
semacam (aktivitas fisik atau
mental, suatu ketepatan waktu
(tindakan yang dilakukan oleh atau
atas agen manusia) atau keadaan
yang ada pada waktunya (Cohan
dan Linda Shires 1988, 54)
5. Aksi Tokoh adalah perubahan
keadaan yang ditimbulkan oleh
tokoh atau satu perubahaan
keadaan yang mempengaruhi
tokoh lain (Chatman 1980, 84)
6. Karakter adalah pemain yang
melakukan dialog dalam scene.
Karakter dalam sebuah skenario
mencerminkan peranan emosi,
keterampilan, dan tugas-tugas yang
diembannya (Sony Set dan
Sidharta 2003, 74)
7. Setting adalah waktu dan tempat
dimana cerita sebuah film
berlangsung (Sani 1992, 68)
8. Bertambah : Bertambah atau
penambahan dapat pula disebut
dengan ‘perluasan’ (Eneste 1991,
64)
9. Menciut : Menciut atau penciutan
juga dikenal dengan istilah
‘penghilangan’ (Eneste 1991, 61)
10. Berubah Variasi adalah Perubahan
yang secara garis besar tidak
mengubah inti dari cerita di dalam
novel (Eneste 1991, 65)
Operasionalisasi
1. Story (cerita) : Urutan kronologi
dari suatu peristiwa
Sense Vol 1 | No 2 | November 2018
165
2. Novel : Karya sastra (novel) yang
menjadi objek penelitian
3. Film : Film yang menjadi objek
penelitian
4. Peristiwa : Kejadian pokok yang
sedang berlangsung atau yang
dialami
5. Aksi Tokoh : Perlakuan atau
tindakan yang menimbulkan
sebab akibat, dilakukan oleh tokoh
sehingga mampu menjalankan
suatu peristiwa
6. Karakter : Tokoh-tokoh yang
muncul dalam satu jalinan cerita
7. Setting : Dibatasi hanya pada
lokasi/tempat dimana peristiwa
terjadi
8. Bertambah : Story yang sama
sekali tidak dimiliki novel namun
ada di dalam film
9. Menciut : Story yang dimiliki
novel namun tidak ada sama sekali
di dalam film
10. Berubah Variasi : Story yang ada
di dalam novel juga dimunculkan
di dalam film tetapi kedua story
tersebut menjadi tidak sama
persis. Story pada film terdapat
penambahan atau pengurangan
adegan/tokoh/lokasi yang
membuat story menjadi berbeda,
entah lebih panjang atau menjadi
lebih pendek
11. Sama : Story yang tidak memiliki
perbedaan sama sekali pada novel
dan film, atau juga bisa disebut
sama persis
Tabel 2 Contoh Uji Reliabilitas
Unsur
Naratif Kategori N1 N2 M
Peritstiwa Sama 44 48 44
Penambahan 5 5 5
Penciutan 34 34 34
Perubahan
Variasi
19 15 15
Jumlah 102 102 98
Hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus reliabilitas
pengkode formula Holsti, menunjukan
bahwa kesepakatan hubungan antar
pengkode untuk unsur naratif peristiwa
sebesar 96%. Maka berdasarkan
identifikasi dikemukakan oleh R. Holsti,
kategori Peristiwa dapat dikatakan
reliabel karena memiliki nilai indeks
reliabilitas di atas 0,7 atau 70 %.
Tabel 3 Contoh Hasil Temuan Data
∑
STORY
STORY TIDAK SAMA
NO
NOVEL
NO
FILM SAMA BRT MCT BVR
1 1 1 √
2 2 2 √
3 3 3 √
4 4 4 √
5 5 5 √
6 6 6 √
7 7 7 √
8 8 8 √
9 9 9 √
10 10 10 √
11 11 11 √
12 12 12 √
13 13 13 √
14 14 14 √
15 15 15 √
16 16 16 √
17 17 17 √
18 18 18 √
19 19 19 √
Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,
Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif
166
20 20 20 √
21 - 20a √
22 21 21 √
23 22 22 √
24 23 23 √
25 24 24 √
26 - 24a √
27 - 24b √
28 25 25 √
29 25a √
30 26 26 √
31 27 27 √
32 28 28 √
33 29 29 √
34 30 30 √
35 31 31 √
36 32 32 √
37 33 33 √
38 33a √
39 34 34 √
40 35 35 √
41 36 36 √
42 37 37 √
43 38 38 √
44 39 39 √
45 40 40 √
46 41 41 √
47 42 42 √
48 43 43 √
49 44 44 √
50 45 45 √
51 46 46 √
52 47 47 √
53 48 48 √
54 49 49 √
55 49a √
56 50 50 √
57 50a √
58 51 51 √
59 52 52 √
60 52a √
61 52b √
62 52c √
63 53 53 √
64 53a √
65 54 54 √
66 54a √
67 55 55 √
68 56 56 √
69 57 57 √
70 58 58 √
71 59 59 √
72 60 60 √
73 61 61 √
74 62 62 √
75 63 63 √
76 64 64 √
77 65 65 √
78 66 66 √
79 67 67 √
80 68 68 √
81 69 69 √
82 70 70 √
83 71 71 √
84 72 72 √
85 73 73 √
86 74 74 √
87 75 75 √
88 76 76 √
89 77 77 √
90 78 78 √
91 79 79 √
92 80 80 √
93 81 81 √
94 82 82 √
95 83 83 √
96 84 84 √
97 85 85 √
98 86 86 √
99 87 87 √
100 88 88 √
101 89 89 √
102 90 90 √
103 91 91 √
104 92 92 √
105 93 93 √
106 94 94 √
107 94a √
108 95 95 √
109 96 96 √
110 96a √
111 96b √
112 97 97 √
113 98 98 √
114 98a √
115 99 99 √
116 100 100 √
117 100a √
118 100b √
119 101 101 √
120 101a √
121 102 102 √
122 103 103 √
123 103a √
124 104 104 √
125 104a √
126 105 105 √
127 106 106 √
128 107 107 √
129 108 108 √
130 109 109 √
131 110 110 √
132 111 111 √
133 112 112 √
134 113 113 √
135 114 114 √
136 115 115 √
137 116 116 √
138 117 117 √
139 118 118 √
140 119 119 √
141 119a √
Sense Vol 1 | No 2 | November 2018
167
142 119b √
143 119c √
144 119d √
145 120 120 √
146 121 121 √
147 122 122 √
148 122a √
149 122b √
150 123 123 √
151 123a √
152 124 124 √
153 125 125 √
154 126 126 √
155 127 127 √
156 128 128 √
157 128a √
158 129 129 √
159 130 130 √
160 131 131 √
161 132 132 √
162 133 133 √
163 134 134 √
164 135 135 √
165 136 136 √
166 137 137 √
167 138 138 √
168 139 139 √
169 140 140 √
170 141 141 √
171 142 142 √
172 142a √
173 142b √
174 143 143 √
175 144 144 √
176 145 145 √
177 146 146 √
JUMLAH F % F % F % F %
4
4
25 31 17 81 46 21 12
177 100%
Dari tabel hasil penelitian
mengenai perbedaan unsur peristiwa,
aksi tokoh, setting (lokasi), serta karakter
pada novel dan film TKVDW, ditemukan
frekuensi perubahan yang terjadi pada
proses ekranisasi. Pada kategori tidak
sama terdapat 3 aspek, yaitu
penambahan, penciutan dan perubahan
variasi. Aspek penambahan pada unsur
peristiwa, aksi tokoh, setting (lokasi) dan
karakter ditemukan sebanyak 31 story
yang bertambah dari 177 story yang ada.
Aspek penciutan pada unsur peristiwa,
aksi tokoh, setting (lokasi) dan karakter
ditemukan sebanyak 81 story yang hilang
dari 177 story yang ada. Aspek perubahan
variasi pada unsur peristiwa ditemukan
sebanyak 21 story, pada unsur aksi tokoh
sebanyak 44 adegan, pada unsur
setting-lokasi sebanyak 33 adegan dan
pada unsur karakter sebanyak 22 story
yang berubah dari 177 story yang ada.
Adapun kategori sama, pada
unsur peristiwa ditemukan 44 story yang
sama, pada unsur aksi tokoh ditemukan
21 story, pada unsur setting (lokasi)
ditemukan 32 story dan pada unsur
karakter ditemukan 43 story yang sama
dari 177 story yang ada. Secara
keseluruhan, sutradara film tidak
mengambil sepenuhnya story yang ada
pada novel, melainkan sutradara film
mengambil 64% peristiwa di dalam novel
yang masuk dalam story film.
Contoh Wujud Perbedaan Unsur
Peristiwa pada Novel dan Film
TKVDW
Suatu peristiwa menggambarkan
semacam (aktivitas fisik atau mental,
suatu ketepatan waktu (tindakan yang
dilakukan oleh atau atas agen manusia)
atau keadaan yang ada pada waktunya
(Cohan dan Linda Shires 1988, 54).
a. Kategori Sama
Pada tabel 4.6 mengenai hasil
penelitian terhadap peristiwa yang telah
Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,
Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif
168
disajikan, ditemukan sebanyak 44
persamaan yakni pada nomor story 12,
15, 18, 21, 23, 27, 28, 31, 32, 38, 41, 42,
49, 50, 54, 56,-61, 70, 71, 75, 78, 83, 84,
86, 87, 89, 102, 104, 109, 115, 117, 121,
122, 123, 124, 127, 129, 130, 131, 134,
136, 138, 139, 141. Jika dilihat dari 64%
peristiwa novel yang diambil ke dalam
story film, kategori persamaan ini cukup
memiliki jumlah persentase yang besar
dibanding 2 lainnya, kategori bertambah
dan berubah variasi, yaitu sebesar 25%.
Sutradara film juga masih mengambil
sebagian besar cerita yang ada. Adapun
beberapa data yang masuk dalam kategori
persamaan terlihat pada kutipan berikut
ini:
Story 21 Novel
Seketika hari hujan lebat, sebab
daerah Padang Panjang itu, lebih banyak
hujannya daripada panasnya. Mereka
akan kembali ke Batipuh, tiba-tiba hujan
lebat turun seketika mereka ada di Ekor
Lubuk. Zainuddin ada membawa payung
dan Hayati bersama seorang temannya
kebetulan tidak berpayung. (Hamka
1984, 30).
Story 21 Film
Kutipan dan gambar
menunjukkan peristiwa pertemuan
Zainuddin dengan Hayati di sebuah
warung saat hujan turun deras. Dalam
peristiwa tersebut, sutradara benar-benar
mengambil seluruh adegan sama persis
tanpa ada yang dihilangkan maupun
ditambahkan. Diidentifikasi bahwa
sutradara sengaja mengambil adegan
tersebut sama persis karena
menjelaskan awal mula perkenalan
Zainuddin dan Hayati.
Gambar 3 Screenshot film TKVDW
Gambar 4 Screenshot film TKVDW
Sense Vol 1 | No 2 | November 2018
169
Terlihat hasil persentase yang
paling signifikan terletak pada
kategori menciut yaitu sebesar 46%.
Penciutan tersebut juga dapat dilihat
dari jumlah story novel yang memiliki
jumlah lebih banyak dibandingkan
film. Ini wajar terjadi karena kembali
lagi dikatakan bahwa novel dan film
merupakan 2 bentuk dan medium yang
berbeda. Dengan adanya perbedaan,
justru kesenjangan antara bentuk-
bentuk yang diadaptasi memiliki
kemungkinan untuk diterjemahkan
dengan lebih kreatif dan konstruktif,
karena adaptor bukanlah hanya
sekedar penerjemah, melainkan
seorang penulis baru (Jenkins 1997,
15). Sehingga dengan banyaknya
penciutan yang dilakukan di novel ke
dalam bentuk film berdampak kepada
adegan-adegan lain yang secara
otomatis perlu untuk diubah, entah
ditambahkan ataupun diubah
bervariasi. Pada kategori sama
persentase yang dihasilkan sebesar
19,75%, dimana unsur yang paling
dominan adalah unsur peristiwa yaitu
sebesar 25%. Hal ini menandakan
bahwa sutradara film tetap mengambil
garis besar peristiwa yang ada pada
novel dengan maksud tidak
mengurangi kompleksitas dari
peristiwa novel TKVDW. Selanjutnya
kategori bertambah memiliki
persentase sebesar 17,25% dimana
unsur yang paling dominan adalah
unsur karakter yaitu sebesar 18%.
Tabel 4 Tabel Rincian Persentase Kategori Ekranisasi
UNSUR % SAMA % BERTAMBAH % MENCIUT % BERUBAH VARIASI
PERISTIWA 25 17 46 12
AKSI TOKOH 12 17 46 25
LOKASI 18 17 46 19
KARAKTER 24 18 46 12
JUMLAH 79 69 184 68
RATA-RATA 19,75 17,25 46 17
Dalam hal pengadaptasian novel ke
dalam bentuk film, penambahan
karakter sangat mungkin dilakukan
untuk menunjang cerita dan alur atau
dengan kata lain, penokohan bertugas
menyiapkan atau menyediakan alasan
bagi tindakan-tindakan tertentu
(Eneste 1991, 25), sehingga hal ini
berkaitan dengan unsur aksi tokoh
yang memiliki persentase paling
dominan pada kategori perubahan
variasi yaitu sebesar 25%. Dapat juga
dilihat dari besarnya kategori
persamaan pada unsur peristiwa di atas
dan besarnya perubahan variasi yang
terjadi pada unsur aksi tokoh,
Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,
Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif
170
menandakan bahwa sutradara film
ingin menceritakan hal yang sama
namun dengan sudut pandang
berbeda. Secara keseluruhan, kategori
yang menempati perubahan terbesar
terletak pada kategori penciutan yaitu
sebesar 46%, lalu kategori sama
sebesar 19,75%, kategori bertambah
sebesar 17,25% dan kategori berubah
variasi sebesar 17%. Dapat
disimpulkan bahwa sutradara film
tetap mengambil intisari dari novel
tersebut namun karna dampak dari
penciutan yang terlalu besar, sehingga
perlu adanya penambahan adegan
ataupun variasi-variasi yang
dimunculkan guna tercapainya garis
besar cerita yang ada pada novel.
Selanjutnya, dari hasil
penelitian yang sudah dijabarkan
diatas, dapat pula disimpulkan
mengenai persentase persamaan dan
ketidaksamaan antara novel dan film
sebagai hakikat dasar sebuah adaptasi.
Agar proses ekranisasi ini mampu
dilihat penerapannya ke dalam model
pendekatan adaptasi novel oleh Louis
Giannetti, perlu juga dirumuskan
besaran persamaan dan
ketidaksamaan antar keduanya.
Berikut rinciannya:
Tabel 5 Tabel Rincian Tabel Sama & Tidak Sama
UNSUR SAMA TIDAK SAMA
PERISTIWA 25 75
AKSI TOKOH 12 88
LOKASI 18 82
KARAKTER 24 76
JUMLAH 79 321
HASIL RATA- RATA 19,75% 80,25%
Jika dilihat dari rincian persentase
persamaan dan ketidaksamaan di atas,
kategori sama memiliki persentase lebih
kecil dibandingkan persentase
ketidaksamaannya. Hal ini juga
merupakan dampak dari banyaknya
penciutan pada film yang hampir
mencapai setengah dari keseluruhan
cerita yaitu sebesar 46%. Sehingga
menyebabkan kategori ketidaksamaan
saat diakumulasikan seluruhnya
memperoleh persentase yang lebih besar
daripada kategori sama.
Melihat pula dari hasil
persentase yang ada yaitu kategori sama
sebesar 19,75% dan kategori tidak sama
sebesar 80,25%, dapat diidentifikasi
bahwa sutradara film TKVDW
menerapkan pendekatan adaptasi model
loose/longgar, dimana model loose
adaptation dirumuskan dengan
persentase kategori kesamaannya
memiliki persentase sebesar 1-35%.
Kesimpulan
Perbandingan frekuensi dan
persentase pada keseluruhan unsur naratif
menghasilkan jenis perubahan dengan
persentasenya masing-masing. Adapun
jenis perubahan dengan persentase paling
dominan adalah penciutan yaitu sebesar
Sense Vol 1 | No 2 | November 2018
171
46%. Tentunya aspek penciutan pasti
akan terjadi pada proses
pengadaptasian/pengangkatan sebuah
novel ke dalam film. Ini dikarenakan
adanya perbedaan medium antara film
dan novel. Film mempunyai keterbatasan
teknis dan waktu putar, berbeda halnya
dengan novel yang penulis mampu
menuangkan sepenuhnya cerita hingga
beratus-ratus lembar halaman tanpa ada
pembatasan ruang, sehingga
menyebabkan pembuat film mau tidak
mau melakukan penyederhanaan dalam
cerita di filmnya. Selanjutnya, jenis
perubahan dengan persentase terbesar
kedua terletak pada kategori sama yaitu
sebesar 19,75%, dimana hasil tersebut
didapatkan dari hasil rata-rata
keseluruhan unsur naratif. Kemudian,
jenis perubahan ketiga terletak pada
kategori bertambah yaitu sebesar 17,25%
dan kategori dengan persentase paling
rendah adalah kategori perubahan variasi
yaitu sebesar 17% didapat dari hasil rata-
rata keseluruhan unsur naratif.
Ditelaah dari hasil penelitian yang
sudah dilakukan pada novel dan film
TKVDW, persamaan pada novel dan
film TKVDW memiliki persentase
sebesar 19,75% dan ketidaksamaannya
sebesar 80,25%. Sesuai dengan
rumusan yang telah disepakati di awal,
jika kesamaan unsur naratif berkisar antar
1-35% artinya tergolong dalam model
pendekatan loose adaptation. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa diukur
dari 4 unsur naratif menurut Seymour
Chatman yakni peristiwa, aksi tokoh,
lokasi dan karakter, sutradara pada film
TKVDW menerapkan pendekatan
adaptasi novel oleh Louis Giannetti pada
aspek loose adaptation (adaptasi
longgar), dimana pendekatan yang
dilakukan sutradara dengan mengambil
intisari sebuah novel secara garis
besarnya saja.
Daftar Pustaka
Bluestone, George. 1957. Novels Into
Films. Los Angeles: University of
California Press
Boggs, Joseph M. 1992. Terj. Cara
Menilai Sebuah Film. Jakarta:
Yayasan Citra
Chatman, Seymour. 1978. Story and
Discourse: Narrative Structure in
Fiction and Film. London: Cornell
University
Cohan, Steven dan Linda Shires. 1988.
Telling Stories ‘A Theoretical
Analysis of Narrative Fiction’.
London: Routledge
Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra
Bandingan. Jakarta: Editum
Eneste, Pamusuk. 1991. Novel dan
Film. Jakarta: Nusa Indah Eriyanto.
2011. Analisis Isi. Jakarta: Kencana
Giannetti, Louis. 2013. Understanding
Movies (Cet. Ke 13). London:
Laurence King Publishing Ltd
Inggrid Ialfonda Pertiwi, Endang Mulyaningsih, Lilik Kustanto,
Penerapan Model Pendekatan Adaptasi Novel Oleh Louis Giannetti Melalui Perbandingan Naratif
172
Hamka, Buya. 1984. Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck. Jakarta: PT
Bulan Bintang
Jenkins, Richard. 1997. Rethinking
Argumens and Exploration.
London: SagePublications
McFarlane, Brian. 1996. Novel to Film:
An Introduction to The Theory of
Adaptation. Oxford:Clarendon
Press
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
Palapah dan Syamsudin. 1986. Studi
Ilmu Komunikasi. Bandung:
Universitas Padjadjaran
Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra.
Padang: Angkasa Raya
Set, Sony, dan Sita Sidharta. 2003.
Menjadi Penulis Skenario
Profesional. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami
Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka
Jaya
Sugono, D. 2008. Kongres Bahasa dan
Nasib Sastra Daerah. Republika