Upload
ngotuyen
View
231
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MELIHAT KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS
VIIIA SMP KANISIUS SLEMAN PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN PECAHAN BENTUK ALJABAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Aprianus Paskalis Priska
NIM: 121414041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur kupersembahkan karya sederhana ini kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala berkat, kasih dan
penyertaannya.
2. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Fx. Suparman dan Ibu Krisensia Rini
3. Laurensius Thimas (kakek) dan Maria Sinam (nenek)
4. Kedua adik-adikku Maria Devi Natalianti dan Christofer Leonardus
Glendi
5. Kepada sahabat-sahabatku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Priska, Aprianus Paskalis. (2018). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Melihat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIIIA SMP Kanisius Sleman
pada Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) Penerapan
Pembelajaran Berbasis masalah pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
bentuk aljabar. (2) Kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIIIA SMP Kanisius
Sleman pada materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar setelah
penerapan Pembelajaran Berbasis masalah.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Sleman yang
berjumlah 20 orang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2017 tahun
ajaran 2017/2018 pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Tes tertulis, (2) Observasi, (3)
Wawancara, (4) Rekaman video dan dokumentasi pembelajaran. Sehingga teknik analisis
data yang digunakan adalah (1) Data Reduction (Reduksi Data). (2) Data Display
(Penyajian Data) (3) Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan).
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa (1) Secara keseluruhan siswa antusias
dalam melaksanakan pembelajaran berbasis masalah sangat baik dan siswa aktif dalam
mengikuti setiap tahapan–tahapan yang peneliti rancang sehingga proses belajar
berlangsung lancar dan kondusif. (2) Dari data hasil tes kerja siswa dan hasil wawancara
siswa VIIIA SMP Kanisus Sleman menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, pelaksanaan perencanaan
pemecahan masalah, memeriksa kembali proses dan hasil, dari masalah–masalah pada
soal kemampuan pemecahan masalah. Siswa telah memiliki kemampuan pemecahkan
masalah dengan baik.
Kata Kunci: Penerapan, Kemampuan Pemecahan Masalah, Pembelajaran Berbasis
masalah, Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
Priska, Aprianus Paskalis. (2018). Implementation of Problem Based Learning
(PBL) in Conjunction with the Development of Problem Solving Skill on the
Subject of Addition and Subtraction of Algebraic Fractions Using Polya Steps
on Grade VIIIA Students of Kanisius Junior High School, Sleman. Thesis.
Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Science and Mathematics
Education Major, Faculty of Teachers Training, Sanata Dharma University
The purpose of this study is to know: (1) Implementation of Problem Based Learning
on the subject of addition and subtraction of algebraic fractions. (2) problem solving skill
of grade VIIIA students of Kanisius Junior High School, Sleman on the subject of
addition and subtraction of algebraic fractions after the implementation of Problem Based
Learning.
The type of this research is a descriptive research with a qualitative approach. The
subjects of this research were 20 grade VIIIA students of Kanisius Junior High School,
Sleman. The research was conducted between August until October 2017 in the
2017/2018 study period on the subject of addition and subtraction of algebraic fractions.
The methods employed in this research were (1) Data Reduction. (2) Data Displaying. (3)
Conclusion Drawing/Verification.
The result of this research showed that (1) In general, the students were enthusiastic
in engaging the subject of problem solving based learning and the process was passed
through in such a orderly and effective manner, in accordance with the preparation. (2)
From data of result of student work test and student interview result VIIIA SMP Kanisus
Sleman show ability of student in understanding problem, process plan, process problem,
problem. Students have good problem solving skills.
Keywords: Implementation, Problem Solving Skill, Problem Based Learning,
Addition and Subtraction of Algebraic Fractions.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
berkenan melimpahkan berkat, rahmat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis
Masalah untuk Melihat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas
VIIIA SMP Kanisius Sleman pada Materi Penjumlahan Dan Pengurangan
Pecahan Bentuk Aljabar” ini dengan baik. Skripsi ini disusun dengan tujuan
untuk memenuhi salah stau syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program
Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Selama penyususnan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bimbingan,
bantuan, saran dan dukungan dari beberapa pihak. Maka dari itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing peneliti dengan penuh kesabaran serta memberikan kritik,
saran, semangat, dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
3. Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku wakil ketua Program Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing akademik datas
dukungan, motivasi dan bantuannya.
5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang dengan
kesabaran mendidik dan membimbing penulis selama menenpuh masa
studi di Universitas Sanata Dharma.
6. Karyawan sekretariat JPMIPA Univertias Sanata Dharma atas pelayanan
dan batuan kepada penulis selama penulis menempuh masa studi dan
menyelesaikan tugas akhir.
7. Kepala Bapak Antonius Tatak Handayana Kurniwan, S.Pd., M.Pd selaku
Kepala sekolah di SMP Kanisius Sleman yang telah memberikan izin
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................. v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Batasan Masalah............................................................................. 7
E. Batasan Istilah ................................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 9
A. Pembelajaran Berbasis Masalah ..................................................... 9
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah............................. 9
2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ......................... 11
3. Langkah – langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ............... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah .. 24
5. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran
Berbasis Masalah ..................................................................... 25
B. Kemampuan Pemecahan Masalah.................................................. 26
1. Pengertian Masalah .................................................................. 26
2. Pemecahan Masalah ................................................................. 27
3. Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ................................ 29
C. Materi Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan
Pecahan Bentuk Aljabar ................................................................. 33
1. Pengertian Variabel, Koefisien, Konstanta dan Suku .............. 33
2. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar ........ 34
D. Penelitian yang Relevan ................................................................. 36
E. Kerangka Berpikir .......................................................................... 37
BAB III MODEL PENELITIAN .................................................................. 39
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 39
B. Subjek dan Objek Penelitian .......................................................... 39
C. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 39
D. Bentuk Data .................................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 40
F. Instrument Pengumpulan Data ....................................................... 42
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 46
H. Validasi Instrumen ......................................................................... 48
I. Penelitian Secara Keseluruhan ....................................................... 49
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DAN
PEMBAHASAN ........................................................................................... 51
A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 51
B. Analisis Data .................................................................................. 54
C. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 79
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
E. Refleksi .......................................................................................... 83
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 85
A. Kesimpulan .................................................................................... 85
B. Saran ............................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 87
LAMPIRAN .................................................................................................. 88
Lampiran 1 Surat Izin penelitian .......................................................... 89
Lampiran 2 Validasi Instrumen LKS Penerapan Pembelajaran
Berbasis Masalah .............................................................. 90
Lampiran 3 Validasi Instrumen LKS Pemecahan Masalah ................. 93
Lampiran 4 RPP Penerapan Pembelajaran Berbasis masalah .............. 95
Lampiran 5 LKS Penerapan Pembelajaran Berbasis masalah ............. 102
Lampiran 6 Kunci Jawaban LKS Penerapan Pembelajaran
Berbasis Masalah .............................................................. 103
Lampiran 7 Hasil Pekerjaan Kelompok 1 ............................................ 107
Lampiran 8 Hasil Pekerjaan Kelompok 2 ............................................ 108
Lampiran 9 Hasil Pekerjaan Kelompok 3 ............................................ 109
Lampiran 10 Hasil Pekerjaan Kelompok 4 .......................................... 110
Lampiran 11 Hasil Pekerjaan Kelompok 5 .......................................... 111
Lampiran 12 Kunci jawaban Soal Tes Pemecahan Masalah ............... 112
Lampiran 13 Soal Tes Pemecahan Masalah......................................... 117
Lampiran 14 Hasil Tes Pemecahan Masalah S.1 ................................. 118
Lampiran 15 Hasil Tes Pemecahan Masalah S.8 ................................. 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
Lampiran 16 Hasil Tes Pemecahan Masalah S.3 ................................. 120
Lampiran 17 Hasil Tes Pemecahan Masalah S.10 ............................... 121
Lampiran 18 Hasil Tes Pemecahan Masalah S.12 ............................... 122
Lampiran 19 Transkrip Wawancara Siswa .......................................... 123
Lampiran 20 Dokumentasi Kegiatan Siswa ......................................... 136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Langkah – Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ...................... 23
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Tertulis ......................................................................... 43
Tabel 3.2 Kisi-kisi pemecahan Masalah Polya ................................................. 44
Tabel 4.1 Rekapitulasi Validasi dan Tindak Lanjut .......................................... 52
Tabel 4.2 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa ............................................................ 58
Tabel 4.3 Analisis Hasil Pekerjaan Siswa dan Wawancara pada Masalah 1 .... 60
Tabel 4.4 Analisis Hasil Pekerjaan Siswa dan Wawancara pada Masalah 2 .... 63
Tabel 4.5 Analisis Hasil Pekerjaan Siswa dan Wawancara pada Masalah 3 .... 66
Tabel 4.6 Analisis Hasil Pekerjaan Siswa dan Wawancara pada Masalah 4 .... 69
Tabel 4.7 Analisis Hasil Pekerjaan Siswa dan Wawancara pada Masalah 5 .... 72
Tabel 4.8 Analisis Hasil Pekerjaan Siswa dan Wawancara pada Masalah 6 ... 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Guru membentuk kelompok diskusi ........................................... 54
Gambar 4.2 Guru menanyakan informasi pada LKS ..................................... 55
Gambar 4.3 Guru membantu mengarahkan siswa dalam
mengemukakan ide-idenya.......................................................... 55
Gambar 4.4 Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok ...................... 56
Gambar 4.5 Hasil kerja S.12 ........................................................................... 60
Gambar 4.6 Hasil kerja S.12 ........................................................................... 60
Gambar 4.7 Hasil kerja S.12 ........................................................................... 61
Gambar 4.8 Hasil kerja S.1 ............................................................................. 62
Gambar 4.9 Hasil kerja S.8 ............................................................................. 63
Gambar 4.10 Hasil kerja S.8 ........................................................................... 64
Gambar 4.11 Hasil kerja S.8 ........................................................................... 64
Gambar 4.12 Hasil kerja S.3 ........................................................................... 66
Gambar 4.13 Hasil kerja S.3 ........................................................................... 67
Gambar 4.14 Hasil kerja S.3 ........................................................................... 67
Gambar 4.15 Hasil kerja S.1 ........................................................................... 68
Gambar 4.16 Hasil kerja S.12 ......................................................................... 70
Gambar 4.17 Hasil kerja S.12 ......................................................................... 70
Gambar 4.18 Hasil kerja S.12 ......................................................................... 71
Gambar 4.19 Hasil kerja S.10 ......................................................................... 72
Gambar 4.20 Hasil kerja S.10 ......................................................................... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 4.21 Hasil kerja S.10 ......................................................................... 73
Gambar 4.22 Hasil kerja S.8 ........................................................................... 75
Gambar 4.23 Hasil kerja S.8 ........................................................................... 75
Gambar 4.24 Hasil kerja S.1 ........................................................................... 76
Gambar 4.25 Hasil kerja S.8 ........................................................................... 77
Gambar 4.26 Hasil kerja S.1 .......................................................................... 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu keperluan dasar untuk setiap
manusia. Dengan memiliki pendidikan diharapkan manusia dapat menjadi
manusia yang berahlak mulia, pendidikan merupakan salah satu hal yang
sangat di perhatikan di Indonesia. Seperti yang tercantum dalam undang-
undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Dengan adanya pendidikan manusia dapat
memperoleh pengetahuan, kemampuan dan dapat meningkatkan Sumber
Daya Manusia. Selain itu tujuan dari pendidikan itu sendiri membentuk
karakter manusia menjadi lebih baik dan dapat membantu dalam
memajukan kehidupan bangsa.
Dalam kemajuan suatu bangsa tidak lepas dari sumber daya
manusia dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang
dimiliki negara tersebut. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) tidaklah terlepas dari perubahan yang ada dalam pendidikan.
Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimaksudkan untuk
memperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan
berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. (BSNP, 2006: 3).
Kemampuan berpikir yang demikian dapat dikembangkan melalui belajar
matematika.
Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan
teknologi modern, matematika mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Matematika membekali siswa
untuk mempunyai kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis
serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa
dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti dan kompetitif (BSNP, 2006). Oleh sebab itu, pelajaran matematika
perlu diberikan kepada semua siswa dimulai dari SD.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata
pelajaran matematika memiliki tujuan agar siswa mempunyai kemampuan:
(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah (Permendiknas No.22 Tahun 2006).
Wahyudin (2008) mengatakan bahwa salah satu aspek penting dari
perencanaan bertumpu pada kemampuan guru untuk mengantisipasi kebutuhan
dan materi-materi atau model-model yang dapat membantu para siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Didukung pula oleh Sagala (2011) bahwa guru
harus memiliki model dalam pembelajaran sebagai strategi yang dapat
memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan.
Dalam hal ini para pendidik dituntut untuk mengetahui kesulitan-kesulitan
yang dialami oleh siswa sehingga pendidik dapat memberikan solusi yang
tepat sehingga tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Indonesia telah melakukan berbagai macam upaya dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya dengan menerapkan
model pembelajaran, dengan terciptanya berbagai model pembelajaran
yang dirancang untuk melihat perkembangan peserta didik dari waktu ke
waktu. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).
Nurhasanah (dalam Sriutami 2016: 14) pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) adalah suatu pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran.
Menurut Arends (dalam Sriutami 2016: 14) Pembelajaran Berbasis masalah
(problem based learning) dirancang terutama untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah,
dan keterampilan intelektualnya.
Dengan menggunakan model pembelajaran ini, siswa dilibatkan
dalam memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap model ilmiah
sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah. Masalah diberikan dan digunakan untuk mengikat siswa pada
rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud sebelum siswa
mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang
harus dipecahkan. Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses
pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah
dalam kehidupan nyata, siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya
(prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru matematika kelas
VIIIA SMP Kanisius Sleman bahwa kemampuan siswa dalam
menyelsaikan soal yang berkaitan dangan penjumlahan dan pengurangan
pecahan dalam bentuk aljabar masih mengalami kesulitan. Siswa masih
mengalami kesulitan untuk membedakan antara variabel dan koefisien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Siswa juga mengalami kendala dalam mengoperasikan penjumlahan dan
pengurangan dalam bentuk pecahan dengan penyebut yang berbeda.
Kadang siswa langsung menjumlahkan atau mengurangkan pembilang
dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Sebagian besar siswa
mengalami kesulitan untuk menyamakan penyebut antara dua pecahan
atau lebih yang akan di jumlahkan atau di kurangkan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, guru harus membutuhkan
waktu yang ekstra dalam menjelaskan kembali kepada siswa, mengenai
penjumlahan dan pengurangan pecahan dalam bentuk aljabar. Selain itu,
guru mengajar masih menggunakan cara ceramah. Guru menjelaskan
materi kepada siswa, kemudian memberikan contoh soal. Selanjutnya guru
memberikan latihan soal serupa kepada siswa untuk dikerjakan. Hal ini
menyebabkan siswa berkesan pasif dalam pembelajaran di kelas.
Oleh karena itu, dengan adanya penarapan Pembelajaran Berbasis masalah
diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam pemecahan
masalah serta lebih aktif saat mengikuti pembelajaran matematika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan Pembelajaran Berbasis masalah pada siswa
kelas VIIIA SMP Kanisius Sleman pada materi Penjumlahan dan
Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIIIA SMP
Kanisius Sleman pada materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
Bentuk Aljabar setelah penerapkan Pembelajaran Berbasis masalah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan penerapan Pembelajaran Berbasis masalah pada
siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Sleman pada materi Penjumlahan dan
Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar.
2. Mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIIIA
SMP Kanisius Sleman pada materi Penjumlahan dan Pengurangan
Pecahan Bentuk Aljabar setelah penerapan Pembelajaran Berbasis
masalah.
D. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu dan biaya, maka penelitian ini
dibatasi oleh kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIIIA SMP
Kanisius Sleman tahun ajaran 2017/2018 pada materi Penjumlahan dan
Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar dengan menerapkan Pembelajaran
Berbasis masalah. Sedangkan kemampuan pemecahan masalah siswa,
dilihat berdasarkan langkah-langkah Polya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
E. Batasan Istilah
1. Pembelajaran Berbasis masalah
Pembelajaran Berbasis masalah merupakan salah satu model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan menghadapkan
para peserta didik tersebut dengan berbagai masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah
Suatu proses yang dilakukan peserta didik untuk berfikir dan
mendorong peserta didik dalam menggunakan pemikirannya secara
sadar untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar
Penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar
merupakan salah satu materi pembelajaran dikelas VIII semester 1
pada kurikulum KTSP terkait aljabar.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
Agar siswa dapat mengetahui dan mengerti mengenai strategi
dalam menyelesaikan suatu masalah matematika.
2. Bagi Guru
Penelitian ini dapat membantu guru untuk memilih model
pembelajaran dalam matematika secara tepat. Selain itu, penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
juga membantu guru untuk mengetahui kemampuan pemecahan
masalah siswa dalam menyelesaikan suatu soal matematika.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan baru peneliti,
mengenai penerapan model Pembelajaran Berbasis masalah dalam
pembelajaran matematika, khususnya pada materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan bentuk aljabar. Selain itu, dengan adanya
penelitian ini, peneliti dapat mengetahui secara langsung langkah-
langkah pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa dalam
menyelesaikan soal matematika.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini merupakan salah satu penelitian yang dapat
dijadikan sebagai bahan referensi penelitan yang relevan selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis masalah adalah salah satu model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan cara
menghadapkan para peserta didik tersebut dengan berbagai masalah
yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan model pembelajaran ini,
peserta didik dari sejak awal sudah dihadapkan kepada berbagai
masalah kehidupan yang mungkin akan ditemuinya kelak setelah lulus
dari bangku sekolah. Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai
titik tolak pembahasan masalah untuk dianalisis dan disintesis dalam
usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Permasalahan
dapat diajukan atau diberikan guru kepada siswa, dari siswa bersama
guru, atau dari siswa sendiri, yang kemudian dijadikan pembahasan
dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan belajar siswa.
Menurut Tan (dalam Rusman, 2010: 229), Pembelajaran Berbasis
masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam
Pembelajaran Berbasis masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan.
Menurut Siregar (2010: 120), adalah suatu lingkungan belajar
dimana masalah mengendalikan proses belajar mengajar. Hal ini
berarti, sebelum peserta didik belajar mereka diberikan umpan berupa
masalah. Masalah diajukan agar peserta didik mengetahui bahwa
mereka harus mempelajari beberapa pengetahuan baru sebelum mereka
memecahkan masalah tersebut. Pembelajaran berdasarkan masalah
tidak dirancang untuk guru memberikan informasi yang sebanyak-
banyaknya kepada siswa, akan tetapi Pembelajaran Berbasis masalah
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, dan belajar
berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri.
Berdasarkan beberapa pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis Masalah
merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik dengan cara menghadapkan para peserta didik tersebut dengan
berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Tan (dalam Rusman 2010: 232), Karakteristik
pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Permasalahan menjadi staring point dalam belajar;
b. Permaslahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di
dunia nyata yang tidak terstruktur;
c. Permasalahan membutuhkan persepektif ganda (multiple
perspektif);
d. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan
identifikasi kebutuhan belajar dan bimbingan baru dalam
belajar;
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam,
penggunaanya, dan evaluasi sumber informasi merupakan
proses esensial dalam pembelajaran berbasis masalah;
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah
sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk
mencari solusi dari sebuah permasalahan;
i. Keterbukaan proses dalam pbm meliputi sintesis dan integrasi
dari sebuah proses belajar; dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
j. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review
pengalaman siswa dan proses belajar.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Kosasih (2014: 91), langkah-langkah pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut.
a. Mengamati, mengorentasikan siswa terhadap masalah
Langkah pembelajaran berbasis masalah yang pertama
adalah dengan cara penyajian bahan pelajaran dan menjadikan
masalah sebagai titik tolak pembahasan masalah untuk dianalisis
dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya
oleh siswa. Ngalimun (dalam Nurcahyo, 2013), menyatakan dalam
model pembelajaran berbasis masalah, fokus pembelajaran ada
pada masalah yang dipilih sehingga pembelajar tidak saja
mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah
tetapi model ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh
sebab itu, pembelajaran tidak saja harus memahami konsep yang
relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga
memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan
keterampilan. Pengalaman tidak hanya diartikan sebagai
pengalaman fisik, tetapi juga pengalaman kognitif dan mental
(Rusmono, 2012: 12).
Wina Sanjaya (dalam Nurcahyo, 2013), mengatakan bahwa
dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
aspek psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi
suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan
lingkungannya. Artinya, pengetahuan kita merupakan hasil
kontruksi kita sendiri. Berdasarkan teori Van Hiele (dalam Amir
dan Risnawati, 2015: 93), menyimpulkan bahwa pada dasarnya
belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental
yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu
perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku,
keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Menurut Trianto (2012: 74), teori pembelajaran
konstruktivis menyatakan bahwa "siswa harus menemukan sendiri
dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-
aturan itu tidak lagi sesuai" Teori ini berkembang dari teori Piaget
dan Vigotsky tentang teori-teori pemrosesan informasi dan teori
Bruner yang bermakna bagi siswa agar benar-benar memahami dan
dapat menerapkan pengetahuan. Teori Bruner (dalam Amir dan
Risnawati, 2015: 70), menekankan pada proses belajar
menggunakan model mental, yaitu individu yang belajar
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya agar proses tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dapat direkam dalam pikirannya dengan caranya sendiri. Siswa
harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu
untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Jadi
menurut teori konstruktivis satu prinsip penting dalam psikologi
pendidikan adalah, guru tidak hanya memberi pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
pikirannya. Guru bertindak sebagai fasilitator yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-
ide mereka sendiri.
Sedangkan menurut Slavin (dalam Trianto, 2012:74-75),
bahwa pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan
pembelajaran kooperatif secara intesif, atas dasar teori bahwa siswa
akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang
sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah
itu dengan temannya. Vygotky (dalam Amir dan Risnawati, 2015:
137), berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi efisien dan
efektif apabila anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang
mendukung (supportive) dalam bimbingan atau dampingan dari
seseorang yang lebih dewasa dan lebih mampu dari mereka seperti
guru dan orang tua. Dengan bantuan yang sesuai dari guru atau
teman sebaya yang lebih mampu, siswa bergerak maju ke dalam
zona perkembangan terdekat mereka tempat terjadinya
pembelajaran baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Menanya, memunculkan permasalahan
Menurut teori belajar Vigotsky (dalam Rusman, 2012:
244), perkembangan intelektual terjadi pada saat individu
berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika
mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan.
Vigotsky menyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual siswa.
Dalam suatu pembelajaran siswa harus banyak bertanya
ketika mengalami suatu permasalahan. Siswa dituntut untuk bisa
menemukan konsep matematika sendiri berdasarkan masalah yang
diberikan oleh guru. Karena pada dasarnya, Pembelajaran Berbasis
masalah menuntut siswa bisa memecahkan masalah dan
menemukan pengetahuan sendiri. Guru hanya berperan sebagai
fasilitator yang membimbing siswa, ketika siswa bertanya guru
mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban. Piaget (dalam
Amir dan Risnawati, 2015: 65), berkeyakinan bahwa interasi sosial
dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi, berdiskusi,
membantu memperjelaskan pemikiran, yang pada akhirnya
membuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Siswa harus lebih aktif
dalam KBM dengan berdiskusi sesama teman. Ketika ada siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bertanya maka secara tidak langsung, kita bisa melihat bahwa
siswa menemukan masalah dalam belajar atau diskusi kelompok.
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari
kesenjangan, selanjutnya difokuskan pada masalah apa yang pantas
untuk dikaji. Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya
akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang
masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus
dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang
diharapkan dari siswa dalam langkah ini adalah siswa dapat
menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan
pengetahuanya untuk mengkaji, memperinci, dan menganalisis
masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang
jelas, spesifik, dan dapat dipecahkan.
c. Menalar, mengumpulkan data
Menurut Amir dan Risnawati (2015: 170), kemandyrian
belajar (Self-Regulated Leraning) dapat diartikan sebagai usaha
untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan
bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk
menguasai suatu materi dan atau suatu kompetensi tertentu
sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang
dijumpai di dunia nyata.
Siswa dituntut agar bisa berpikir atau menalar dalam
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Ketika dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menyelesaikan suatu masalah yang diberikan oleh guru, siswa
harus berusaha untuk menemukan ide sendiri dan mengumpulkan
idenya dalam bentuk data untuk diselesaikan pada tahap
selanjutnya. Guru berperan penting pada tahap ini, yaitu
mengarahkan pola pikir siswa ketujuan masalah sebenarnya.
Artinya ketika ada siswa yang melakukan kesalahan atau
mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal, guru tidak
memberitahukan langsung dimana letak kesalahan siswa. Guru
memberikan pertanyaan kepada siswa yang bersifat menuntun
siswa agar siswa sendiri mengetahui letak kesalahannya. Guru
perlu memberikan gambaran berupa contoh yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari yang mudah mengantar siswa dalam
menterjemahkan masalah tersebut dalam kalimat matematika yang
tepat.
Sawyer (dalam Putra, 2015), yaitu “pengetahuan yang
diberikan langsung kepada para siswa akan kurang meningkatkan
kemampuan bernalar siswa”. Untuk itu diperlukan suatu
keterampilan baru yang berguna mengasah kemampuan penalaran
siswa agar pengetahuan yang di dapat tidak hanya sebatas
kemampuan hafalan saja.
Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah,
sedangkan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Pembelajaran ini membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi
siswa bekerja sampai menemukan jawaban. Brunner (dalam Amir
dan Risnawati, 2015: 70), siswa belajar memecahkan masalah
secara mandyri dengan keterampilan berpikir, sebab mereka harus
menganalisis dan memanipulasi informasi.
Sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam
proses berpikir ilmiah merupakan hal yang sangat penting, sebab
menentukan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan hipotesis
yang diajukan harus diajukan sesuai dengan data yang ada.
Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan
siswa untuk mengumpulkan dan memilah data, kemudian
memetakan dan menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga
mudah dipahami.
d. Mengasosiasi, merumuskan jawaban
Menurut Amir dan Risnawati (2015: 177), daya juang
adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan dan
upaya bergerak ke depan secara maksimal dan mengatasi segala
kesulitan untuk mencampai tujuan tertentu. Ada 3 tipe dalam daya
juang yaitu:
1) Tipe quiter, yaitu tipe seseorang yang memiliki daya juang
yang randah. Tipe ini sangat mudah menyerah jika usahanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
tidak membuahkan hasil seperti yang dia harapkan atau jika
usahanya mengalami jalan buntu.
2) Tipe camper, yaitu tipe seseorang yang cenderung mudah
puas. Tipe ini memiliki daya juangyang cenderung rendah
karena tipe ini sangat mudah puas dengan hasil yang
didapatnya.
3) Tipe climber, yaitu tipe yang memiliki daya juang yang tinggi.
Tipe ini tidak sungkan untuk mengeluarkan usaha yang
optimal demi demi menuai hasil yang maksimal.
Dalam merumuskan jawaban atas masalah yang diberikan
oleh guru, tentunya siswa harus memiliki usaha kerja keras. Siswa
mempunyai daya juang yang berbeda-beda dalam merumuskan
jawaban atas masalah yang diberikan. Sebagai seorang guru kita
harus mampu memotivasi siswa berupa dukungan dan memberi
semangat terhadap usaha siswa dalam menemukan jawaban agar
tujuan dari pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang telah
direncanakan sebelumnya.
Menurut Mimin Haryati (dalam Arifin, 2010), tingkat
analisis adalah kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan
membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta,
konsep, pendapat, asumsi, hipotesa, atau kesimpulan, dan
memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau
tidaknya kontradiksi. Siswa diharapkan dapat merumuskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
jawaban berupa sebuah kesimpilan, dengan menunjukkan
hubungan diantara berbagai gagasan dengan cara membandyngkan
gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah
dipelajari sebelumnya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa
mengumpulkan hipotesis yang bisa diterima atau ditolak.
Kemampuan yang diharapkan dari siswa pada tahapan ini adalah
kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk
melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji. Selain itu, siswa
diharapkan dapat mengambil keputusan dan mengambil
kesimpulan.
Menurut Putra (2015), Kegiatan mengasosiasi atau
mengolah informasi dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013 adalah
memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
hasil kegiatan mengumpulkan atau eksperimen maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan
pola dari keterikatan informasi tersebut.
e. Mengkomunikasikan
Siswa diharapkan dapat melaporkan hasil dari pekerjaan
atau diskusi kelompok mereka dan siswa lain menanggapinya.
Dalam menyampaikan hasil tentunya siswa harus mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi atas hasil pekerjaannya, agar memiliki
mental yang kuat dalam menyampaikannya. Bandura (dalam Amir
dan Risnawati, 2015: 158), mendefinisikan kepercayaan diri (self-
efficacy), sebagai penilaian seseorang terhadap kemampuannya
untuk mengorganisasikan dan melaksanakan sejumlah tingkah laku
yang sesuai dengan petunjuk kerja (performance) yang dirancang.
Dengan kata lain bahwa kepercayaan diri merupakan suatu
pendapat atau kenyakinan yang dimiliki sesorang mengenai
kemampuannya dalam menampilkan suatu bentuk prilaku dan hal
yang berhubungan dengan situasi yang dihadapi oleh seseorang
tersebut. Selanjutnya Bandura mengemukakan self-efficacy
berakibat pada suatu tindakan manusia melalui proses
motivasional, kognitif dan afektif adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1) Proses motivasional dimana individu memiliki self-efficacy
yang tinggi akan meningkatkan usaha untuk mengatasi
tantangan.
2) Proses kognitif dimana self-efficacy akan berpengaruh
terhadap pola berfikir yang dapat bersifat membantu atau
menghambat perilaku tertentu.
3) Proses afektif yaitu seberapa banyak tekanan yang dialami
dalam situasi-situasi yang mengancam.
4) Proses pemilihan individu cenderung menghindari aktivitas
dan situasi yang diluar batas kemampuan mereka.
Selain kepercayaan diri, kemandirian siswa juga dibutuhkan
pada tahap ini. Siswa secara mandiri atau kelompok memberikan
tanggapan atas hasil kerja temannya. Dalam hal ini guru
mengarahkan dalam memberikan tanggapan atas pendapat-
pendapat yang diberikan dari siswa. Guru membantu siswa
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan
masalah yang dilakukan.
Salah satu kemampuan yang penting untuk dikembangkan
adalah kemampuan komunikasi. Komunikasi merupakan hal
penting karena dengan komunikasi kita bisa berinteraksi dengan
orang lain. NCTM (dalam Ardina, 2016), menyatakan bahwa
komunikasi marupakan bagian esensial dalam matematika dan
pendidikan matematika. Menurut McCartney (dalam Ardina,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2016), komunikasi membuat siswa melakukan evaluasi terhadap
dirinya sendiri secara berkala di dalam kelas. Dalam
menyampaikan ide, menjelaskan ide, ataupun mengklarifikasikan
ide dibutuhkan komunikasi.
Pada proses pembelajaran di dalam kelas, guru dapat
menekankan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Komunikasi matematis ini dapat membuat siswa yang mengalami
kesalah pahaman terhadap suatu konsep menjadi mengerti akan
konsep tersebut karena telah melakukan interaksi atau bertanya
kepada siswa lain yang lebih mengerti. Floriano (dalam Ardina,
2016), komunikasi matematis merupakan hal penting untuk siswa
dalam memahami, berdiskusi atau membuat suatu keputusan
terkait penyelesaian suatu masalah. Oleh karena itu, siswa
membutuhkan kesempatan untuk dapat menjelaskan pendapat
terkait suatu kondisi atau permasalahan sesuai yang dipahaminya
dan juga untuk mempertanggungjawabkan pendapat atau ide
tersebut dengan menyiapkan suatu alasan yang mendasarinya.
Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman 2010: 243), langkah-
langkah Pembelajaran Berbasis Masalah dapat disajikan pada tebel
berikut.
Tabel 2.1. Langkah–Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase Indikator Tingkah laku guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
1 Orientasi siswa pada
masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan, dan
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah
2 Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing
pengalaman
individual/kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melakasanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah
4 Mengembangkan
dan menghasilkan
hasil karya
Membantu siswa untuk merencanakan dan
mentiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses yang mereka gunakan.
4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Hamdani (dalam Sukmawati: 2015), ada beberapa
kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran berbasis masalah,
yaitu:
a. Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah adalah:
1) Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga
pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik
2) Siswa dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain
3) Siswa dapat memperoleh pemecahan dari berbagai sumber.
b. Kekurangan model pembelajaran berbasis masalah adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
1) Untuk siswa yang malas, tujuan dari model tersebut tidak dapat
tercapai
2) Membutuhkan banyak waktu dan dana
3) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan model ini.
5. Teori belajar yang melandasi pembelajaran berbasis masalah
a. Teori Ausubel
Ausubel (dalam Rusman 2010: 244), membedakan antara
belajar bermakna (meaningfull learning) dengan belajar menghafal
(rote learning). Belajar bermakna merupakan proses belajar
dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian
yang sudah dimiliki seseoeng yang sedang belajar.
b. Teori Vigotsky
Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu
berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika
mereka berusaha memecahkan masalah yang dimunculkan
(Rusman 2010: 244). Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman
2010: 244), Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan
teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan PBM dalam hal
mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial
dengan teman lain.
c. Teori Bruner
Bruner menggunakan konsep scaffolding dan interaksi
sosial dikelas maupun diluar kelas. Scaffolding adalah suatu proses
untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui
kapasitas perkembangan melalui bantuan guru, teman atau orang
lain yang memiliki kemampuan lebih (Rusman 2010: 245).
B. Kemampuan Pemecahan Masalah
1. Pengertian Masalah
Menurut Priansa (2017: 226), masalah adalah suatu kondisi
yang menuntut peserta didik untuk menyelsaikan suatu hal, tetapi ia
tidak mempu menyelsaikannya. Masalah tersebut dapat diartikan
sebagai setiap hal yang mengundang keraguan, ketidakpastian atau
kesulitan yang harus segera diselesaikan. Bahkan, rumusan masalah
merupakan gabungan antara cara mengatasi hambatan dengan
menggunakan konsep yang sudah ada.
Menurut Krulik dan Rudnik (dalam Priansa 2017: 226),
menyatakan bahwa masalah adalah suatu situasi besar-besaran atau
lainnya yang dihadapkan kepada individu atau kelompok untuk
mencari pemecahan, tetapi para individu atau kelompok tidak
mengetahui solusinya. Sedangkan menurut Ruseffendi (dalam Priansa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2017: 226), menyatakan bahwa sesuatu itu merupakan suatu masalah
bagi seseorang apa bila sesuatu itu baru, sesuai dengan kondisi
individu yang memecahkan masalah (tahap perkembangan mentalnya)
dan mengetahui pengetahuan prasyarat.
2. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan suatu proses dimana seseorang
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Menurut Sumarmo (dalam Sriutami 2016: 13), pemecahan
masalah adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui
untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Branca (dalam Sriutami 2016), mengatakan bahwa pemecahan
masalah dapat diartikan dengan menggunakan interpretasi umum, yaitu
pemecahan masalah sebagai tujuan, pemecahan masalah sebagai proses,
dan pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar. Pemecahan masalah
sebagai tujuan menyangkut alasan mengapa matematika itu diajarkan.
Dalam interpretasi ini, pemecahan masalah bebas dari soal, prosedur,
model atau isi khusus yang menjadi pertimbangan utama adalah bagaimana
cara menyelesaikan masalah yang merupakan alasan mengapa matematika
itu diajarkan.
Sumardiyono (Indrawati, 2014), mengungkapkan bahwa
pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal.
Pemecahan masalah pada dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh
seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai
masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya (Hudojo, 1988).
Menurut Polya (Nuralam, 2009), pemecahan masalah
merupakan suatu usaha untuk menemukan jalan keluar dari kesulitan
dan mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai dengan segera.
Nazwandy (dalam Indrawati, 2014), Pemecahan masalah merupakan
proses bagaimana mengatasi suatu persoalan atau pertanyaan yang
bersifat menantang yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin
yang sudah biasa dilakukan/sudah diketahui. Krulik dan Rudnik (dalam
Lidinilah, 2009), juga mendefinisikan pemecahan masalah sebagai
suatu usaha individu menggunakan pengetahuan, keterampilan dan
pemahamannya untuk menemukan solusi dari suatu masalah.
Sukmadinata dan As'ari (dalam Lidinilah, 2009), menempatkan
penyelesaian masalah pada tahapan berpikir tingkat tinggi setelah
evaluasi dan sebelum kreativitas yang menjadi tambahan pada tahapan
berpikir yang dikembangkan oleh Anderson dan Krathwohl. Menurut
Slavin (dalam Indrawati, 2014), pemecahan masalah merupakan
penerapan dari pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan
dengan tepat. (Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006),
pengetahuan dan keterampilan dalam pemecahan masalah diperoleh
dari pengalaman-pengalaman sebagai pengetahuan awal yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
disintesiskan. (Supinah, 2010), mengemukakan, bahwa pemecahan
masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang
mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka
dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara
penyelesaian. Gegne (dalam Priansa 2017: 227), menyatakan bahwa
pemecahan masalah dapat dipandang sebagai proses menemukan
panduan rumus/aturan/konsep yang sudah dipelajari peserta didik yang
kemudian diterapkan untuk memperoleh cara pemecahan masalah
dalam situsai dan kondisi yang baru. Sudirman, dkk (dalam Priansa
2017: 227), pemecahan masalah merupakan cara penyajian bahan
pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan
untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau
jawabannya oleh peserta didik.
Berdasarkan beberapa pengertian pemecahan masalah di atas,
dapat di simpulkan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses
yang dilakukan peserta didik untuk berfikir dan mendorong peserta
didik dalam menggunakan pemikirannya secara sadar untuk
memecahkan masalah tersebut.
3. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Menurut Bell (dalam Sriutami 2016), menyatakan bahwa terdapat
lima strategi yang berkaitan dengan pemecahan masalah dunia nyata (real
world) yaitu: (1) menyajikan masalah dalam bentuk yang jelas sehingga
tidak bermakna ganda; (2) menyatakan masalah dalam bentuk yang jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sehingga tidak bermakna ganda; (3) menyusun hipotesi-hipotesis alternatif
dan prosedur yang diperkirakan dapat dipergunakan untuk memecahkan
masalah tersebut; (4) menguji hipotesis dan melakukan kerja untuk
memperoleh solusi (pengumpulan data, pengolahan data, dll), solusi yang
diperoleh mungkin lebih dari satu; (5) jika diperoleh satu solusi maka
langkah selanjutnya memeriksa kembali apakah solusi itu benar namun jika
diperoleh lebih dari satu solusi maka memilih solusi mana yang paling
baik.
Olkin dan Schoenfeld (dalam Sriutami 2016), menyatakan bahwa
bentuk soal pemecahan masalah yang baik hendaknya memiliki
karakteristik sebagai berikut: (1) dapat diakses tanpa banyak menggunakan
mesin, ini berarti masalah yang terlibat bukan karena perhitungan yang
sulit; (2) dapat diselesaikan dengan beberapa cara, atau bentuk soal yang
open ended; (3) melukiskan ide matematika yang penting (matematika
yang bagus); (4) tidak memuat solusi dengan trik; (5) dapat diperluas dan
digeneralisasikan (untuk memperkaya eksplorasi).
Langkah–langkah pemecahan masalah menurut Polya
(Indarwati, 2014), yakni memahami masalah, merencanakan
penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan melakukan pengecekan
kembali semua langkah yang telah dikerjakan. Pada fase memahami
masalah siswa tidak mungkin menyelesaikan masalah dengan benar
tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan,
selanjutnya siswa harus mampu menyusun rencana atau strategi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Penyelesaian masalah dalam fase ini sangat tergantung pada
pengalaman siswa yang kreatif dalam menyusun penyelesaian suatu
masalah. Langkah selanjutnya adalah siswa mampu menyelesaikan
masalah sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dianggap tepat.
Langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut Polya
adalah melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan, mulai dari fase
pertama hingga hingga fase ketiga. Kesalahan yang tidak perlu terjadi
dapat dikoreksi kembali dengan model seperti ini, sehingga siswa
dapat menemukan jawaban yang benar-benar sesuai dengan masalah
yang diberikan. Secara garis besar langkah-langkah pemecahan
masalah menurut Polya dapat digambarkan seperti pada Diagram 2.1.
Diagram 2.1. Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya
Adapun penjabaran dari keempat langkah tersebut yang
digunakan sebagai landasan dalam memecahkan suatu masalah pada
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.
Memahami Masalah (Understandyng)
Merencanakan Penyelesaian (Planning)
Menyelesaikan Masalah (Solving)
Melakukan Pengecekan Kembali (Checking)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tahap pertama adalah tahap memahami soal (understandyng).
Pada tahap pemahaman soal, siswa harus dapat memahami kondisi
soal atau masalah yang ada pada soal tersebut. Ciri-ciri siswa yang
paham terhadap isi soal ialah siswa dapat mengungkapkan pertanyaan-
pertanyaan beserta jawabannya seperti berikut: data atau informasi apa
yang dapat diketahui dari soal?, apa inti permasalahan dari soal yang
memerlukan pemecahan?, adakah dalam soal itu rumus-rumus,
gambar, grafik, tabel, atau tanda-tanda khusus?, adakah syarat-syarat
penting yang perlu diperhatikan dalam soal?. Sasaran penilaian pada
tahap pemahaman soal ini adalah siswa mampu menganalisis soal, hal
ini dapat terlihat apakah siswa tersebut paham dan mengerti terhadap
apa yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal, serta siswa dapat
menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam bentuk
rumus, simbol, atau kata-kata sederhana.
Tahap kedua adalah tahap pemikiran suatu rencana (planning).
Menurut Polya pada tahap pemikiran suatu rencana, siswa harus dapat
memikirkan langkah-langkah apa saja yang penting dan saling
menunjang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Kemampuan berpikir yang tepat hanya dapat dilakukan jika
sebelumnya siswa telah dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan
yang cukup memadai dalam arti masalah yang dihadapi siswa bukan
hal yang baru tetapi sejenis atau mendekati. Pada tahap ini siswa harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mencari konsep-konsep atau teori-teori yang saling menunjang dan
mencari rumus-rumus yang diperlukan.
Tahap ketiga adalah pelaksanaan rencana (solving), yang
dimaksud tahap pelaksanaan rencana ialah siswa telah siap melakukan
perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk
konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai. Pada tahap ini siswa
harus dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku, dalam arti
rumus-rumus yang akan digunakan sudah merupakan rumus yang siap
untuk digunakan sesuai dengan apa yang digunakan dalam soal,
kemudian siswa mulai memasukkan data-data hingga menjurus ke
rencana pemecahannya, setelah itu siswa melaksanakan langkah-
langkah rencana sehingga siswa dapat menyelsaikan atau
membuktikan soal tersebut.
Tahap terakhir adalah tahap peninjauan kembali (checking),
yang diharapkan dari keterampilan siswa dalam memecahkan masalah
untuk tahap ini adalah siswa harus berusaha mengecek ulang dan
menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang
dilakukannya.
C. Materi Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
Bentuk Aljabar
Penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar merupakan
salah satu materi pembelajaran dikelas VIII semester 1 pada kurikulum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
KTSP terkait aljabar. Peneliti mengambil materi penjumlahan dan
pengurangan bentuk aljabar dari buku Mathematics for Junior High School
Grade VIII 1st Semester (M. Cholic Adinawan dan Sugijono: 2010), dan
buku Matematika untuk SMP dan MTs kelas VIII (Umi Salamah: 2015).
1. Pengertian Variabel, Koefisien, Konstanta dan Suku.
Bentuk aljabar adalah bentuk yang diperoleh dari penjumlahan,
mengurangkan, mengalikan, membagikan dan menarik akar dari
veriabel dan/atau konstanta. Pada bentuk aljabar terdapat unsur-unsur
aljabar yang meliputi variabel, koefisien, konstanta, suku sejenis dan
suku tak sejenis.
a. Variabel
Variabel (peubah) adalah simbol pengganti suatu bilangan yang
belum diketahui nilainya. Variabel biasanya diwakili dengan huruf.
b. Konstanta
Konstanta adalah sebuah simbol yang nilainya tetap.
c. Koefisien
Koefisien adalah pengganti konstanta dari sebuah suku.
d. Suku
Suku adalah bentuk aljabar yang seluruh bagiannya dihubungkan
oleh operasi hitung. Dua buah suku dikatakan sejenis jika
keduanya konstanta atau bagian non koefisien dari suku itu sama.
Lalu dua suku dikatakan tidak sejenis adalah dua suku yang tidak
termasuk keriteria di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar
Operasi pecahan yang memiliki penyebut yang sama dapat
langsung dijumlahkan atau dikurangkan dengan cara menjumlahkan
atau mengurangkan pembilang-pembilangnya sedangkan penyebutnya
tetap.
Contoh:
a. 𝑥
3+
4𝑥
3=
𝑥 +4𝑥
3=
5𝑥
3
b. 9
𝑦−
4
𝑦=
9 − 4
𝑦=
5
𝑦 ; dengan 𝑦 ≠ 0.
Penjumlahan dan pengurangan pecahan aljabar dengan
penyebutnya menjadi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
penyebut-penyebutnya. Kemudian masing-masing pecahan diubah
menjadi pecahan lain yang senilai, dan penyebutnya merupakan KPK
yang sudah ditentukan.
Contoh:
1. 2𝑥 − 1
4−
2(2𝑥−1)
3 = …
2. 3
(𝑥−10)+
4
(𝑥−3) =…
Jawab:
1. 2𝑥 − 1
4−
2(2𝑥−1)
3=
3(2𝑥 − 1)
4(3)−
2(4)(2𝑥−1)
3(4)
=6𝑥 − 3
12−
8(2𝑥 − 1)
12
𝑎
𝑏−
𝑐
𝑑=
𝑎𝑑 − 𝑏𝑐
𝑏𝑑𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑎
𝑏+
𝑐
𝑑=
𝑎𝑑 + 𝑏𝑐
𝑏𝑑 ; 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏 ≠ 0, 𝑑 ≠ 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
=6𝑥 − 3
12−
16𝑥 − 8
12
=6𝑥 − 16𝑥 − 3 − 8
12
= −10𝑥 − 11
12
2. 3
(𝑥−10)+
4
(𝑥−3)=
3(𝑥−3)
(𝑥−10)(𝑥−3)+
4(𝑥−10)
(𝑥−3)(𝑥−10)
=3𝑥 − 9 + 4𝑥 − 40
(𝑥 − 10)(𝑥 − 3)
=3𝑥 + 4𝑥 − 9 − 40
(𝑥 − 10)(𝑥 − 3)
=7𝑥 − 49
(𝑥 − 10)(𝑥 − 3)
D. Penelitian yang Relavan
Di bawah ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang
relevan adalah sebagai berikut.
Indarwati, Desi. Dkk (2014) dengan judul: "Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Penerapan
Problem based Learning Untuk Siswa Kelas V SD."
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah operasi hitung bilangan pecahan pada siswa kelas V
SDN Mlowo Karagtalun 04 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.
Dalam penelitian ini menerapkan model Problem Based Learning. Jenis
penelitian adalah penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah operasi
hitung bilangan pecahan. Terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari
62,87 pada pra siklus menjadi 74,96 pada siklus 1 dan 84,43 pada siklus 2.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Riati, Ifut (2015)
dengan judul: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning Siswa
Kelas VIII Putra SMP IT Masjid Syuhada.”
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP IT Masjid Syuhada
tahun ajaran 2014/2015 mata pelajaran matematika materi pokok teorema
Pythagoras. Pada penelitian ini menerapkan model Problem Based
Learning (PBM). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
secara kolaboratif dan partisipatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan Problem Based
Learning hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
siklus I sebesar 74,60 kemudian nilai hasil tes meningkat menjadi 82,71
pada siklus II. Sehingga nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan
sebesar 8,11. Setiap langkah dari kemampuan pemecahan masalah
matematika juga mengalami peningkatan yaitu (1) memahami masalah
meningkat sebesar 39,25% dari 30,00% menjadi 69,25%, (2)
merencanakan penyelesaian masalah meningkat sebesar 1,51% dari
79,78% menjadi 81,29%, (3) menyelesaikan masalah meningkat 1,10%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dari 90,30% menjadi 91,40%, (4) memeriksa kembali proses dan hasil
meningkat 12,73% dari 55,33% menjadi 68,06%.
E. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika guru dan siswa mempunyai
kaitan yang sangat erat. Guru yang menjebatani siswa agar dapat berfikir
logis, analis, sistematis, kritis dan kreatif. Oleh karena itu guru dituntut
agar dapat mengembangkan materi pembelajaran yang dapat mengasah
kemampuan pemecahan masalah siswa. Salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan oleh guru adalah Pembelajaran Berbasis masalah.
Artinya bahwa dalam pembelajaran yang menjadi starting point adalah
masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini bertujuan untuk melatih strategi dan kemampuan berfikir
siswa dalam menyelsaikan soal matematika yang berkaitan langsung
dengan kehidupan siswa tersebut. Sehingga dengan adanya Pembelajaran
Berbasis masalah diharapkan siswa termotivasi untuk menyelsaikan
permasalahan yang mengarahkan siswa dalam proses pemecahan masalah.
Oleh karena itu peneliti ingin melihat kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Sleman dengan menggunakan
langkah polya. Untuk melihat kemampuan pemecahan masalah siswa
maka peneliti menerapkan Pembelajaran Berbasis masalah dengan harapan
bahwa siswa semakin termotivasi dan kemampuan pemecahan masalah
siswa meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB III
MODEL PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono
(2015: 15), mengatakan bahwa model penelitian kualitatif adalah model
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah instrument kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induksi/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian: 5 siswa dari 20 siswa kelas VIIIA SMP Kanisius
Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018.
2. Objek Penelitian: kemampuan pemecahkan masalah siswa kelas VIIIA
SMP Kanisius Sleman menggunakan langkah Polya dengan
menerapkan Pembelajaran Berbasis Masalah.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian: penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-
Oktober 2017 tahun ajaran 2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2. Tempat Penelitian: SMP Kanisius Sleman, Jln. Bayangkara 17
Murangan – Yogyakarta.
D. Bentuk Data
Pada penelitian ini, bentuk data yang yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif, berdasarkan data yang diperoleh dari tes tertulis,
pengamatan atau observasi langsung di lapangan, dan hasil wawancara.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes Tertulis
Peneliti membuat soal yang berupa soal cerita matematika
tentang Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar,
kemudian diberikan kepada siswa sebagai subjek penelitian untuk
menyelesaikannya. Soal tes tertulis ini dibuat dalam bentuk soal
urainan, sehingga siswa membutuhkan stategi dan pola pikir dalam
memecahkan masalah tersebut. Tes tertulis ini bertujuan untuk melihat
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika, dengan
menerapkan pembelajaran berbasis masalah.
2. Observasi
Menurut Widoyoko (2015: 47), observasi partisipan
(participant observation) adalah jika orang yang melakukan observasi
(obsever) turut mengambil bagian kegiatan atau langsung dalam
aktivitas orang-orang yang sedang diobservasi (observes).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Anecdotal record merupakan salah satu model dalam observasi.
Model yang digunakan peneliti melakukan observasi dengan hanya
membawa kertas kosong untuk mencatat prilaku yang khas, unik, dan
penting yang dilakukan subjek penelitian (Herdiansyah 2012: 133).
Observasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah, kegiatan
pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti baik
sebelum melakukan penelitian maupun saat melakukan penelitian
dilapangan. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung
situasi atau kondisi siswa sebagai subjek penelitian. Sehingga, peneliti
dapat mengetahui proses pembelajaran yang terjadi berdasarkan
penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah.
3. Wawancara
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara
tidak terstruktrur, maka peneliti tidak menyediakan pertanyaan secara
detail. Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2015: 317),
mendefinisikan interview "a meeting of two person to exchange
information and idea through qustion and responses, resulting in
comunication and join contruction of meaning abaut particular topic".
Wawancara merupakan pertemuan dua orang, untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat mengkonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.
Namun, peneliti sekedar menyediakan pedoman wawancara
berupa kisi-kisi mengenai langkah pemecahan masalah yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
oleh siswa. Pedoman ini digunakan oleh peneliti saat mengamati atau
melakukan wawancara terhadap siswa saat memecahkan masalah
matematika berdasarkan langkah-langkah Polya. Jadi yang diutamakan
dalam penelitian ini adalah pemecahan masalah, namun peneliti juga
melihat tingkat metakognisi siswa dalam memecahkan masalah
matematika.
4. Rekaman Video dan Dokumentasi Pembelajaran
Pada penelitian ini, digunakan rekaman video mengenai proses
pembelajaran yang terjadi di kelas. Selain itu, peneliti juga
mendokumentasikan kegiatan pembelajaran, misalnya hasil pekerjaan
siswa. Dari hasil rekaman video dan dokumentasi tersebut
dideskripsikan secara kualitatif.
F. Instrumen Pengumpulan Data
1. Tes Tertulis
Pada penelitian ini, peneliti menyediakan soal cerita tentang
materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar Berikut
adalah kisi-kisi soal tentang materi Penjumlahan dan Pengurangan
Pecahan Bentuk Aljabar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel 3.1. Kisi-kisi Tes tertulis
Materi : Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar
Kompotensi Dasar : Melakukan operasi aljabar
Indikator Soal Uraian
Menyelsaikan
soal cerita dalam
kehidupan
sehari-hari
dengan konsep
penjumlahan
pecahan.
Masalah 1
Ibu mempunyai persediaan mentega sebanyak 2
3 kg.
Kemudian ibu membeli lagi mentega sebanyak 3
4 kg
mentega. Berapa banyak mentega yang ibu miliki sekarang?
Menyatakan
konsep
penjumlahan
pecahan dalam
bentuk aljabar.
Masalah 2
Dari soal di atas tentukan konsep penjumlahan pecahan
dalam bentuk aljabar!
Menyelsaikan
soal cerita dalam
kehidupan
sehari-hari
dengan konsep
pengurangan
pecahan.
Masalah 3
Meli ingin membuat baju batik. Ia mempunyai 5
3 kain batik,
dalam pembuatan kain batik memerlukan 2
3 meter kain batik.
Berapa meterkah sisa kain batik yang Meli miliki?
Menyatakan
konsep
pengurangan
dalam bentuk
pecahan aljabar.
Masalah 4
Dari soal di atas tentukan konsep pengurangan pecahan
dalam bentuk aljabar!
Menyelsaikan
soal cerita dalam
kehidupan
sehari-hari
dengan konsep
penjumlahan
pecahan bentuk
aljabar.
Masalah 5
Ayah mempunyai tanah seluas 67
𝑥 m2. Kemudian, ayah
membeli lagi tanah seluas 133
𝑥 m2. Berapa jumlah luas tanah
yang ayah miliki?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Menyelsaikan
soal cerita dalam
kehidupan
sehari-hari
dengan konsep
pengurangan
pecahan bentuk
aljabar.
Masalah 6
Ayah mempunyai tanah seluas 21300
𝑎 cm2. Tanah tersebut
diberikan kepada ketiga orang anaknya. Anak pertama
mendapatkan 6300
𝑎 cm2, anak kedua mendapatkan
6300
𝑎 cm2
dan anak ketiga mendapatkan 6300
𝑎 cm2. Berapa sisa luas
tanah yang ayah miliki?
2. Lembar Observasi
Karena jenis model obeservasinya adalah anecdotal record
maka peneliti tidak menyediakan lembar observasi secara langsung.
Namun, peneliti hanya menyediakan kertas kosong untuk mencatat
hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti untuk di analisis.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan setelah siswa mengikuti tes tertulis,
dimana peneliti akan melakukan wawancara terhadap 5 siswa yang
ditentukan berdasarkan range hasil pekerjaan siswa. Penetapan range
hasil pekerjaan siswa adalah 10.
Berikut adalah kisi-kisi langkah-langkah pemecahan masalah
Polya.
Tabel 3.2. Kisi-kisi pemecahan Masalah Polya.
No Langkah Polya Kisi-kisi Pertanyaan
1 Memahami Masalah
i. Data atau informasi apa yang dapat
diketahui dari soal?
ii. Apakah inti permasalahan dari soal yang
memerlukan pemecahan?
iii. Adakah dalam soal itu rumus-rumus,
gambar, grafik, tabel, atau tanda-tanda
khusus?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
iv. Adakah syarat-syarat penting yang perlu
diperhatikan dalam soal?
2 Langkah merencanakan
pemecahan masalah
(devising a plan)
i. Pernahkah ada soal ini sebelumnya?
ii. Atau pernahkah ada soal yang sama atau
serupa dalam bentuk lain?
iii. Tahukah soal yang mirip dengan soal ini?
iv. Teori mana yang dapat digunakandalam
masalah ini?
v. Perhatikan yang ditanyakan!
vi. Coba pikirkan soal yang pernah dikenal
dengan pertanyaan satu atau serupa!
vii. Jika ada soal yang serupa dengan soal
yang pernah diselesaikan, dapatkah
pengalaman itu digunakan dalam masalah
sekarang?
viii. Dapatkah hasil dan model yang lalu
digunakan di sini?
ix. Apakah harus dicari unsur lain agar dapat
memanfaatkan soal semula?
x. Dapatkah mengulang soal tadi?
xi. Dapatkah menyatakan dalam bentuk lain?
xii. Kembalikan pada definisi!
xiii. Andaikan soal baru belum dapat
diselesaikan, coba pikirkan soal serupa
dan selesaikan!
3 Melaksanakan
perhitungan (carrying
out theplan)
i. Bagaimana melaksanakan rencana
penyelesaian dan memeriksa tiap
langkahnya, memeriksa bahwa tiap
langkah sudah benar?
ii. Bagaimana membuktikan bahwa langkah
yang dipilih sudah benar?
4 Memeriksa kembali
proses dan hasil (looking
break)
i. Bagaimana cara memeriksa hasil
kebenaran yang diperoleh?
ii. Dapatkah diperiksa sanggahannya?
Dapatkah dicari hasil itu dengan cara yang
lain?
iii. Dapatkah Anda melihatnya dengan
sekilas? Dapatkah hasil atau cara itu
digunakan untuk soal-soal lainnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
G. Teknik Analisis Data
1. Jawaban Tes Tertulis
Data yang diperoleh dari hasil pekerjaan siswa melalui tes
tertulis dianalisi dan dibahas secara kualitatif. Data dianalisis melalui
tiga tahap setelah peneliti melakukan pengumpulan data, yaitu sesuai
yang dikemukakan oleh Miles & Heberman (dalam Sugiyono, 2015:
337). Ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Tahap pertama: Data Reduction (reduksi data)
Setelah memperoleh data dilapangan, yaitu tes tertulis dan
wawancara, maka peneliti membuat rangkuman, memilih hal-hal
yang pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang penting
berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu bentuk tulisan
(scrip) yang akan dianalisis.
b. Tahap kedua: Data Display (penyajian data)
Menurut Miles & Huberman (dalam Sugiyono, 2015: 341),
menyatakan bahwa “the most frequent form of display data for
qualitative reserch data in the past has been narrative tex.” Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami tersebut. Selain menggunakan teks naratif, juga
dapat berupa grafik, matrik, network, (jejaring kerja) dan chart.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Display data adalah mengolah data setelah jadi yang telah
seragam dalam bentuk tulisan dan telah memiliki alur tema yang
jelas (yang disusun alurnya dalam tabel akumulasi tema) kedalam
suatu matrik kategorisasi sesuai tema-tema yang telah
dikelompokkan dan dikategorisasikan serta memecah tema-tema
tersebut kedalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana
(subtema). Peneliti menganalisis data yang telah disajikan dalam
tabel kategori jawaban siswa kemudian dibahas.
c. Tahap ketiga: Conclucsion Drawing/Verification (penarikan
kesimpulan)
Kesimpulan atau verifikasi berisi tentang uraian dari seluruh
subkategorisasi tema yang tercantum pada tabel kategorisasi dan
pengkodean, berdasarkan analisis dan pembahasan data hasil
penelitian. Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak
awal, tetapi mungkin juga tidak karena seperti yang telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti berada dilapangan.
2. Hasil Wawancara
Data hasil wawancara dianalisis dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
a. Transkispsi
Seluruh proses yang terjadi dalam wawancara ditranskrispsi
secara apa adanya, baik berupa jawaban lisan sikap tubuh maupun
gerak-gerik yang mengungkapkan proses berpikir siswa.
b. Reduksi
Data hasil wawancara yang telah ditranskrispsi, diolah hingga
menghasilkan deskripsi proses berpikir tiap siswa yang dijadikan
subjek penelitian dalam menyelesaikan soal.
c. Penyajian data
Proses berpikir tiap siswa yang diwawancari selanjutnya
disajikan dalam bentuk tabel, kemudian disesuaikan dengan langkah
pemecahan masalah Polya dan juga dikaitkan dengan tingkat
metakognisi siswa dalam memecahkan masalah tersebut.
H. Validasi Instrumen
Sebelum soal tes tertulis digunakan sebagai instrumen perolehan
data, maka harus dilakukan pengujian validitas terlebih dahulu. Menurut
Sugiono (dalam Widoyoko, 2015: 146), jumlah tenaga ahli yang
digunakan adalah minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah
bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Namun, penelitian yang merupakan tugas akhir perkuliahan seperti
skripsi, tesis, maupun desertasi tenaga ahlinya adalah pembimbing
walaupun belum mendapat gelar doktor. Sehingga pada penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dilakukan ini, rencana uji validitas instrumen oleh guru matematika yang
mengajar di kelas subjek penelitian dan seorang dosen atau dosen
pembimbing.
Validasi dilaksanakan pada tanggal 16 September 2017 oleh Bapak
Marjono, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika di kelas VIIIA SMP
Kanisius Slaman.
I. Penelitian Secara Keseluruhan
Berikut adalah prosedur secara keseluruhan dalam melakukan
penelitian:
1. Mengantar Surat Ijin Penelitian dari kampus ke sekolah
Sebelum melakukan penelitian di SMP Kanisius Sleman,
terlebih dahulu peneliti mengantar surat ijin penelitian di sekolah yang
bersangkutan. Adapun tujuan dari pengantaran surat ini adalah, agar
dari pihak sekolah yang bersangkutan bisa mengetahui akan ada
penelitian di sekolah tersebut.
2. Observasi Kelas
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi
kelas terlebih dahulu. Kelas yang dimaksud adalah kelas yang
dijadikan sebagai subjek penelitian. Hal ini dilakukan guna mengetahui
situasi kelas dan keadaan siswa sehingga menjadi bahan pertimbangan
dalam penelitian atau pengambilan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3. Memberikan Tes Tertulis Serta Melakukan Wawancara
Peneliti memberikan tes tertulis kepada siswa guna mengetahui
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Setelah
mendapatkan data dari hasil tes tersebut, peneliti melakukan analisis
untuk melakukan pengambilan data lebih lanjut yaitu dengan
melakukan wawancara secara langsung pada subjek penelitian. Tujuan
melakukan wawancara ini adalah, agar peneliti dapat memperoleh data
yang akurat mengenai tingkat kemampuan siswa dalam menyelsaikan
soal matematika.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis sesuai dengan rancangan yang
telah dibuat oleh peneliti sebelumnya.
5. Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut, peneliti
dapat menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan yang diharapkan pada
penelitian ini adalah agar peneliti dapat mengetahui kemampuan siswa
dalam pemecahan masalah matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pada bab ini peneliti memaparkan tentang pelaksanaan penelitian dan
langkah-langkah Pembelajaran Berbasis masalah untuk melihat kemampuan
pemecahan masalah siswa VIIIA SMP Kanisius Sleman.
1. Sebelum Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan proses
persiapan penelitian yang meliputi pengurusan surat izin penelitian,
diskusi bersama guru pelajaran matematika yaitu Bapak Marjono, S.Pd
menyiapkan instrument penelitian, validasi soal oleh ahli. Instrumen
penelitian yang peneliti persiapkan antara lain Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), Lembar Jawab Siswa
(LJS), lembar tes kemampuan pemecahan masalah. Peneliti tidak
menyiapkan lembar observasi, karena peneliti mengamati dan mencatat
hal–hal yang menarik yang akan dianalisis mengenai keterlaksanaan
pembelajaran berbasis masalah. Namun peneliti menggunakan video dan
dokumentasi sebagai bahan yang akan dideskripsikan untuk melihat
keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis
masalah. Peneliti melakukan validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar tes kemampuan pemecahan
masalah kepada Bapak Marjono, S.Pd selaku guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pembelajaranmatematika kelas VIIIA SMP Kanisius Sleman pada hari
Senin, tanggal 16 September 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Berikut ini merupakan rekapitulasi validasi dan tindak lanjut yang
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Validasi dan Tindak Lanjut
Instrumen Validator Catatan Tindak Lanjut
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
Bapak
Marjono,
S.Pd
RPP dapat
langsung
digunakan tanpa
revisi.
Melaksanakan
Pembelajaran sesuai
dengan RPP yang
telah dibuat.
Lembar Tes
Penerapan
pembelajaran
berbasis
masalah
Bapak
Marjono,
S.Pd
1. Soal nomor 4
dibentuk
menjadi
operasi satu
variabel.
1. Pada soal nomor
4 merubah soal
menjadi operasi
penjumlahan
dengan
menggunakan
satu variabel.
Lembar tes
kemampuan
pemecahan
masalah.
Bapak
Marjono,
S.Pd
1. Soal nomor
1 sebaiknya
dipecah
sehingga
soal nomor 1
dapat
menjadi dua
soal.
2. Soal nomor
5 dan nomor
6 nilai-nilai
dalam soal
dibuat
1. Pada soal nomor
1 soal berbentuk
operasi
campuran yaitu
penjumlahan dan
pengurangan
sehingga soal
tersebut dipecah
menjadi dua
buah soal yaitu
soal operasi
penjumlahan dan
soal operasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
menjadi
lebih
konseptual.
pengurangan
2. Memperbaiki
soal sesuai
dengan catatan
yang diberikan.
2. Selama penelitian
Penelitian berlangsung sebanyak dua pertemuan yaitu penerapan
model pembelajaran berbasis masalah dan tes tertulis mengenai
kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan
bentuk aljabar. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah
dilaksanakan pada hari Rabu, 4 Oktober 2017. Sedangkan tes tertulis
dilaksanakan pada hari Senin, 9 Oktober 2017. Pada penerapan model
pembelajaran maupun tes tertulis dilaksanakan sebanyak 2 jam pertemuan.
3. Setelah Penelitian
Setelah pelaksanaan penelitian, peneliti melanjutkan dengan
wawancara kepada 5 siswa yang peneliti tentukan berdasarkan hasil
pengerjaan soal tes dan pengamatan selama proses Pembelajaran Berbasis
masalah berlangsung. Pelaksanaan wawancara ini dilaksanakan setelah
siswa mengikuti tes tertulis. Tujuan wawancara ini untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah siswa setelah mengikuti pembelajaran
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
B. Analisis Data
1. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
Selama proses penelitian di kelas VIIIA peneliti menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah. Berikut adalah deskripsi proses
pembelajaran di lakukan oleh peneliti, berdasarkan langkah–langkah
pembelajaran berbasis masalah.
a. Kegiatan Guru Selama Pembelajaran
Kegiatan pendahuluan yang guru lakukan selama pembelajaran
yang pertama adalah memberi salam pembuka, melakukan presentasi
kehadiran siswa, dan melakukan apresepsi.
Dalam kegiatan inti yang guru laksanakan adalah menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan berlangsung, memberikan motivasi
kepada siswa,
(Gambar 4.1 Guru membentuk kelompok diskusi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pada gambar 4.1 guru membagi siswa dalam kelompok diskusi
secara acak dan memberikan LKS kepada siswa yang telah berkumpul
secara berkelompok.
(Gambar 4.2 Guru menanyakan informasi)
Pada gambar 4.2 guru menanyakan informasi apa saja yang terdapat
dari masalah yang akan dikerjakan oleh siswa, bertanya tentang
bagaimana cara menyelsaikan masalah yang diberikan kepada siswa
dengan memanfaatkan informasi yang telah dikumpulkan dari masalah–
masalah yang diberikan.
(Gambar 4.3 Guru Mengarahkan siswa dalam mengemukakan
ide-idenya)
Kemudian guru membantu siswa dalam mengarahkan siswa dalam
mengemukakan ide–ide yang siswa miliki, membantu dan mendorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
siswa dalam menggunakan atau menemukan informasi pendukung
dalam pengerjaan LKS, mengkondisikan siswa dalam kelompok,
mengigatkan dan membantu siswa dalam mengkaji ulang pekerjaan
siswa, membimbing dan mengamati kegiatan siswa dalam pengerjaan,
memberikan penguatan pada jawaban siswa.
(Gambar 4.4 Siswa mempresntasikan hasil diskusi kelompok)
Pada gambar 4.4 tiap perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan pekerjaannya dengan soal yang telah ditentukan
untuk setiap kelompok.
Pada kegiatan penutup, guru mengajak siswa alam membuat
kesimpulan dalam pembelajaran, guru memberikan salam penutup dan
doa penutup.
b. Kegiatan Siswa Selama Pembelajaran
Dalam kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh siswa dalam
pembelajaran ini adalah dengan menjawab salam guru, menjawab
presentasi guru, mendengarkan dan menanggapi penjelasan guru.
Dalam kegiatan inti siswa memperhatikan penjelasan guru,
menanggapi dan merespon motivasi yang guru berikan, siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
berkumpul dalam kelompok, mencermati masalah–masalah yang
terdapat pada soal di LKS, merespon dan menjawab pertanyaan guru
tentang apa saja informasi yang didapatkan dalam masalah–masalah
pada LKS dan cara penyelesaian masalah–masalah dengan
memanfaatkan informasi yang didapatkan dari masalah–masalah pada
LKS, mengumpulkan informasi pendukung dalam menyelesaikan
permasalahan– permasalahan tersebut, berdiskusi dengan anggota
kelompok, menyelesaikan permasalahan–permasalahan, memberikan
kesimpulan pada hasil pekerjaan, mengkoreksi kembali pekerjaan
siswa, menentukan anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil
perkerjaan, memperhatikan dan memberikan tanggapan pada kelompok
yang presentasi, memperhatikan guru dalam memberikan penguatan
dalam jawaban pekerjan siswa.
Dalam kegiatan penutup, siswa bersama guru membuat
kesimpulan pembelajaran, siswa mendengarkan informasi tentang tugas
untuk pertemuan selanjutnya, siswa menjawab salam penutup, dan
berdoa bersama.
Secara keseluruhan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah berjalan dengan lancar sesuai dengan
langkah–langkah pembelajaran berbasis masalah yaitu: mengamati,
menanya, menalar, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Antusias
siswa dalam belajar sangat baik, siswa juga aktif berdiskusi dalam
kelompok dalam pemecahan masalah–masalah pada LKS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Setelah menerapkan pembelajaran di kelas VIIIA dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah, peneliti
mengadakan tes tertulis untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah
siswa setelah mengikuti pembelajaran tersebut. Selain itu peneliti
melakukan wawancara terhadap siswa yang terpilih sebagai subjek
penelitian berdasarkan hasil pekerjaan siswa.
Pada analisis kemampuan pemecahan masalah siswa, terlebih dahulu
peneliti akan memilih siswa berdasarkan nilai siswa. Berikut adalah hasil
belajar siswa dalam menyelesaikan masalah menurut langkah – langkah
polya yang akan disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa
Nama
Siswa
Nomor Soal
Nilai
Total
1 2 3 4 5 6
Langkah Pemecahan Masalah Menurut Polya
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Skor Maksimal
4 3 10 3 2 2 4 2 4 3 10 3 2 2 4 2 4 3 10 3 4 3 10 3
S.1 2 1 4 0 2 0 4 2 2 0 4 1 2 0 0 0 0 0 0 0 4 0 10 3 41
S.2 4 3 10 3 2 1 4 2 4 3 10 3 2 1 4 2 4 3 10 3 4 3 10 3 98
S.3 3 3 10 3 1 1 4 1 3 3 10 2 1 1 4 2 4 3 10 3 2 0 10 3 87
S.4 3 3 10 3 2 1 4 1 2 0 10 3 1 0 4 2 4 0 10 3 4 3 10 3 86
S.5 4 3 10 3 2 2 4 2 4 3 10 3 2 2 4 2 4 3 10 3 4 3 10 3 100
S.6 3 3 10 2 2 0 4 2 4 3 10 2 2 0 4 2 3 3 10 3 4 3 10 3 92
S.7 4 3 10 3 2 1 4 1 4 3 10 2 2 1 4 1 4 3 10 3 4 3 10 3 95
S.8 3 3 10 3 2 2 4 2 3 3 4 10 2 2 4 2 4 3 10 3 4 3 10 3 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
S.9 4 3 10 3 2 1 4 2 4 3 10 3 2 1 4 2 4 3 10 3 4 3 10 3 98
S.10 3 3 10 3 1 1 4 1 4 3 10 3 0 0 4 0 4 3 10 3 4 3 0 0 77
S.11 4 3 10 0 2 1 4 2 4 3 10 0 1 1 4 2 0 3 10 3 4 0 10 2 83
S.12 4 3 10 3 2 2 4 2 4 3 10 3 2 2 4 2 4 3 10 3 4 3 10 3 100
S.13 4 3 10 3 2 1 4 0 3 3 10 2 2 1 4 0 4 3 10 0 4 3 10 0 86
S.14 4 0 10 3 1 2 4 2 3 3 10 3 1 2 4 2 4 3 10 3 4 3 10 3 94
S.15 4 3 10 3 2 1 4 2 4 3 10 3 2 1 4 2 4 3 10 3 4 3 10 3 98
S.16 3 3 10 3 2 0 4 1 3 0 10 0 1 1 4 1 4 3 10 3 4 3 10 3 86
S.17 4 3 10 2 1 0 4 0 4 3 10 3 1 0 4 0 3 4 10 0 4 3 10 0 83
S.28 4 3 10 3 2 1 4 2 4 3 10 0 2 0 4 0 4 2 10 3 4 3 5 1 84
S.29 4 3 10 2 2 1 4 2 4 3 10 0 2 1 4 2 4 3 10 3 4 3 10 3 94
S.20 4 3 10 3 1 2 4 2 4 3 10 3 1 1 4 2 4 3 10 3 4 3 10 3 97
Keterangan:
Kriteria penskoran pada masing – masing soal tes kemampuan mengacu
pada pedoman pensekoran di lampiran 12.
Pemilihan 5 siswa yaitu S.1, S.10, S.3, S.8, dan S.12, berdasarkan
kriteria sebagai berikut: siswa S.1 merupakan siswa yang mendapatkan
nilai terendah dalam tes hasil belajar pada range nilai 40-50 dengan nilai
41. Siswa S.10 merupakan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi pada
range 71 – 80 dengan nilai 77. Siswa S.3 merupakan siswa yang
mendapatkan nilai tertinggi pada range nilai 81–90 dengan nilai 87. Siswa
S.8 dan S.12 adalah siswa yang mendapatkan dua nilai tertinggi yaitu 99
dan 100.
Berikut adalah deskripsi kemampuan pemecahan masalah siswa
menurut langkah–langkah Polya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
1. Masalah 1
Tabel 4.3 Analisis Hasil Pekerjaan Siswa dan Wawancara pada Masalah 1
1. Memahami Masalah
(Gambar 4.5 Hasil kerja S.12)
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, S.12 sudah mampu menuliskan
apa saja informasi yang diketahui dan ditanyakan pada masalah 1.
Berdasarkan wawancara S.12 sudah dapat memahami masalah dengan
menjelaskan apa saja informasi-informasi yang didapatnya pada
masalah 1. Hal serupa juga dilakukan oleh S.1, S.10, S.3, dan S.8.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.12, berikut adalah
kutipan wawancara S.12:
P : “Apa saja informasi yang kamu ketahui pada soal?”
S.12: “Persediaan mentega ibu dan mentega yang ibu beli” (Sambil
menunjuk soal)
P : “Selain itu informasi apa yang kamu dapatkan?”
S.12: “Yang ditanya mas.”
P : “yang ditanya apa?”
S.12: “Banyak mentega yang ibu miliki.” (Sambil menunjuk soal)
Dari wawancara S.12 dapat menceritakan kembali masalah tersebut
menggunakan bahasanya sendiri. Ketika peneliti melakukan wawancara
terhadap S.1, S.10, S.3, dan S.8, siswa dapat menceritakan kembali apa
yang diketahui dan ditanyakan pada masalah tersebut.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 1, maka dapat disimpulkan bahwa siswa S.1, S.12, S.10, S.3,
dan S.8, sudah dapat memahami masalah dengan baik.
2. Merencanakan Pemecahan Masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
(Gambar 4.6 Hasil kerja S.12)
Dari gambar 4.2, dapat dilihat bahwa S.12 sudah dapat
merencanakan pemecahan masalah dengan menggunakan operasi
penjumlahan. Hal serupa juga dilakukan oleh S.1, S.10, S.3, dan S.8.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.12, berikut adalah
kutipan wawancara S.12:
P : “Kok kamu menggunakan tambah?”
S.12 : “Karena awalnya ibu punya dua per tiga kg mentega, terus ibu
beli lagi mentega sebanyak tiga per empat kg, makanya
ditambahin aja.”
Dari kutipan wawancara di atas, S.12 sudah dapat menyampaikan
ide untuk merencanakan penyelesaian masalah tersebut, menggunakan
operasi penjumlahan. Ketika peneliti melakukan wawancara terhadap
S.1, S.10, S.3, dan S.8, secara garis besar siswa juga mengatakan hal
yang sama seperti yang dikatakan oleh S.12.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 1, maka dapat disimpulkan bahwa siswa S.1, S.12, S.10, S.3,
dan S.8, sudah merencanakan pemecahan masalah dengan baik.
3. Pelaksanaan Perencanakan Pemecahan Masalah
(Gambar 4.7 Hasil kerja S.12)
Dari gambar 4.2, dapat dilihat bahwa S.12 sudah dapat
melaksanakan perencanaan pemecahan masalah dengan menggunakan
operasi penjumlahan. Dimana S.12 menyamakan penyebut terlebih
dahulu sebelum menjumlahkannya. Kemudian S.12 menjumlahkan
kedua pembilang dari kedua pecahan tersebut, sedangkan penyebutnya
tetap. Setelah memperoleh hasil, S.12 menyimpulkan hasil pekerjaannya
dengan menggunakan kata–kata yaitu jumlah mentega yang dimiliki ibu
adalah 17
12 kg. Hal serupa juga dilakukan oleh S.10, S.3, dan S.8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.12, berikut adalah
kutipan wawancara S.12:
P : “Kenapa kamu menyamakan penyebutnya duluan?”
S.12 : “Kan, penyebutnya belum sama mas...”
P : “Kenapa penyebutnya kamu gunakan dua belas?”
S.12 : “Karena KPK dari tiga dan empat adalah dua belas …”
P : “Kenapa pembilangnya menjadi delapan dan sembilan?”
S.12 : “Karena dua belas dibagi tiga kemudian dikalikan dua sama
dengan delapan, sedangkan dua belas dibagi empat kemudian
dikali tiga sama dengan sembilan…”
Dari kutipan wawancara di atas, S.12 sudah mempunyai ide untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Dimana S.12 menyamakan dahulu
penyebut dari kedua pecahan tersebut dengan cara mencari KPK dari
kedua penyebut tersebut. Selanjutnya S.12 menjumlahkan kedua
pecahan tersebut. Ketika peneliti melakukan wawancara terhadap S.10,
S.3, secara garis besar siswa juga mengatakan hal yang sama seperti
yang dikatakan oleh S.12. Sedangkan S.8 ketika dalam menyelesaikan
masalah tersebut, S.8 menyamakan penyebut dari kedua pecahan
tersebut dengan cara mengalikan kedua penyebut tersebut.
(Gambar 4.8 Hasil kerja S.1)
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa S.1 sudah melaksanakan
rencana pemecahan masalah, namun hasilnya salah. Oleh karena itu
penenliti melakukan wawancara terhadap S.1.
Berikut adalah kutipan wawancara S.1:
P : “Kok bisa enam per delapan hasilnya?”
S.1 : “Dikali silang mas...”
P : “Gimana kamu ngaliinnyya?”
S.1 : “dua kali empat sama dengan delapan, sedangkan tiga tambah
tiga sama dengan tiga…”
Dari kutipan wawancara di atas, S.1 belum dapat memahami konsep
penjumlahan pada pecahan dengan penyebut yang berbeda.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 1, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa S.1, S.12,
S.10, S.3, dan S.8, sudah dapat melaksankan pemecahan masalah
berdasarkkan rencana pemecahan masalah yang telah dibuat
sebelumnya.
4. Memeriksa Kembali Proses dan Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
P : “Yakin gak sama jawabanmu?”
S.12 : “Yakin mas...”
P : “Kok bisa yakin?”
S.12 : “ya, karna tadi saya sudah cek lagi mas…”
P : “Yang kamu cek apa?”
S.12 : “kan pertama menyamakan penyebutnya mas, dan menyebutnya
adalah dua belas karena KPK empat dan tiga adalah dua belas
mas, selanjutnya penjumlahannya juga sudah benar mas…”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas S.12 sudah memerikasa
kembali setiap proses yang ia lakukan maupun hasil akhir untuk
memastikan kebenarannya. Sedangkan S.1, S.10, S.3, dan S.8 juga
sudah memeriksa kembali jawaban mereka.
Kesimpulan masalah 1:
Berdasarkan deskripsi hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa
pada tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sudah memiliki
kemampuan pemecahan masalah pada masalah 1.
2. Masalah 2
Tabel 4.4 Analisis Hasil Pekerjaan Siswa dan Wawancara pada Masalah 2
1. Memahami Masalah
(Gambar 4.9 Hasil kerja S.8)
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, S.8 sudah mampu menuliskan
apa saja informasi yang diketahui, memisalkan pembilang dan penyebut
dengan variabel a, b untuk pecahan pertama dan c, d untuk pecahan
kedua kemudian hal yang ditanyakan pada masalah 2. Hal tersebut juga
dilakuan oleh S.1, S.10, S.3, dan S.12 dalam memahami masalah 2.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.8, berikut adalah
kutipan wawancara S.8:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
P : “Apa yang diketahui pada masalah kedua?”
S.8 : (Siswa membaca soal pada masalah 1).
P : “Terus,yang ditanyain masalah kedua apa?”
S.8 : “Mentukan konsep penjumlahan pada pecahan aljabar mas…”
Berdasarkan kutipan wawancara S.8 sudah dapat memahami
masalah dengan menjelaskan apa saja informasi–informasi yang
didapatnya pada masalah 2 dan menceritakan kembali masalah tersebut
menggunakan bahasanya sendiri. Ketika peneliti melakukan wawancara
terhadap S.1, S.10, S.3, dan S.12, hal serupa juga dilakukan oleh S.1,
S.10, S.3, dan S.12, siswa juga dapat menceritakan kembali apa yang
diketahui dan ditanyakan pada masalah tersebut.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 2, maka dapat disimpulkan bahwa siswa S.1, S.12, S.10, S.3,
dan S.8, sudah dapat memahami masalah dengan baik.
2. Merencanakan Pemecahan Masalah
(Gambar 4.10 Hasil kerja S.8)
Dari gambar 4.6, dapat dilihat bahwa S.8 sudah dapat
merencanakan pemecahan masalah dengan menggunakan operasi
penjumlahan bentuk umum pecahan aljabar berdasarkan yang diketahui.
Hal serupa juga dilakukan oleh S.1, S.10, S.3, dan S.8.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.8, berikut adalah
kutipan wawancara S.8:
P : “Kenapa kamu jumlahkan?”
S.8: “Karna yang ditanya konsep penjumlahan mas…”
Dari kutipan wawancara di atas, S.8 sudah dapat menyampaikan ide
untuk merencanakan penyelesaian masalah tersebut, menggunakan
operasi penjumlahan bentuk umum pecahan aljabar. Ketika peneliti
melakukan wawancara terhadap S.1, S.10, S.3, dan S.12, secara garis
besar siswa juga mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh
S.8.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 2, maka dapat disimpulkan bahwa siswa S.1, S.12, S.10, S.3,
dan S.8, sudah merencanakan pemecahan masalah dengan baik.
3. Pelaksanaan Perencanakan Pemecahan Masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
(Gambar 4.11 Hasil kerja S.8)
Dari gambar 4.7, dapat dilihat bahwa S.8 sudah dapat melaksanakan
perencanaan pemecahan masalah dengan menggunakan operasi
penjumlahan bentuk umum pecahan aljabar. Ketika siswa mengerjakan
siswa menuliskan 𝑎.𝑑+𝑐.𝑏
𝑏.𝑑, kemudian siswa menyimpulkan konsep
penjumlahan pecahan dalam bentuk aljabar adalah 𝑎.𝑑+𝑐.𝑏
𝑏.𝑑, dengan syarat
𝑏. 𝑑 ≠ 0. Hal serupa juga dilakukan oleh S.1, S.10, S.3, dan S.8.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.8, berikut adalah
kutipan wawancara S.8:
P : “Kenapa a dikali d ditambah c dikali d dibagi b kali d?”
S.8 : “Kan caranya sama kayak masalah pertama...”
P : “Kok bisa sama?”
S.8: “Ya sama mas, karena pemisalan yang diketahui itu a sama dengan
dua, b sama dengan tiga, c sama dengan tiga, d sama dengan
empat…”
P : “Kenapa b dikali d tidak sama dengan nol?”
S.8: “Karena kalo nol hasilnya tak diidefinisikan…”
Dari kutipan wawancara di atas, S.8 sudah mempunyai ide untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Dimana S.8 menggunakan cara yang
sama pada masalah 1, namun dengan menggunakan pemisalan yang
telah dibuat sebelumnya. Ketika peneliti melakukan wawancara
terhadap S.1 S.10, S.3, S.12 secara garis besar siswa juga mengatakan
hal yang sama seperti yang dikatakan oleh. Berdasarkan hasil pekerjaan
siswa dan wawancara siswa pada masalah 1, maka dapat disimpulkan
secara keseluruhan bahwa S.1, S.12, S.10, S.3, dan S.8, sudah dapat
melaksankan pemecahan masalah berdasarkkan rencana pemecahan
masalah yang telah dibuat sebelumnya.
4. Memeriksa Kembali Proses dan Hasil
P : “Yakin gak sama jawabanmu?”
S.8: “Yakin mas...”
P : “kenapa bisa yakin?”
S.8 : “karena saya sudah cek lagi…”
P : “Bagaimana kamu ceknya?”
S.8 : “ya itukan sama dengan soal masalah 1 tinggal ganti sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
variable aja mas …”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas S.8 sudah memerikasa
kembali setiap proses yang ia lakukan maupun hasil akhir untuk
memastikan kebenarannya. Sedangkan S.1, S.10, S.3, dan S.12 juga
sudah memeriksa kembali jawaban mereka.
Kesimpulan masalah 2:
Berdasarkan deskripsi hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa
pada tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sudah memiliki
kemampuan pemecahan masalah pada masalah 2.
3. Masalah 3
Tabel 4.5 Analisis Hasil Pekerjaan Siswa dan Wawancara pada Masalah 3
1. Memahami Masalah
(Gambar 4.12 Hasil kerja S.3)
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, S.3 sudah mampu menuliskan
apa saja informasi yang diketahui dan ditanyakan pada masalah 3.
Berdasarkan wawancara S.3 sudah dapat memahami masalah dengan
menjelaskan apa saja informasi - informasi yang didapatnya pada
masalah 3. Hal serupa juga dilakukan oleh S.1, S.10, S.8, dan S.12.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.3, berikut adalah
kutipan wawancara S.3:
P : “Kamu apa saja yang diketahui dari masalah ketiga?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
S.3 : “Panjang kain yang meli punya sama kain yang diperluin meli
untuk buat baju mas…”
P : “terus yang ditanyain apa?”
S.3 : “Sisa kain yang meli punya mas…”
Dari wawancara S. 3 dapat menceritakan kembali masalah tersebut
menggunakan bahasanya sendiri dengan menyebutkan yang diketahui
dan ditanyakan. Ketika peneliti melakukan wawancara terhadap S.1,
S.10, S.8, dan S.12, siswa juga dapat menceritakan kembali apa yang
diketahui dan ditanyakan pada masalah tersebut.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 3, maka dapat disimpulkan bahwa siswa S.1, S.12, S.10, S.3,
dan S.8, sudah dapat memahami masalah dengan baik.
2. Merencanakan Pemecahan Masalah
(Gambar 4.13 Hasil kerja S.3)
Dari gambar 4.9, dapat dilihat bahwa S.3 sudah dapat
merencanakan pemecahan masalah dengan menggunakan operasi
pengurangan dalam menyelsaikan masalah 3. Hal serupa juga dilakukan
oleh S.1, S.10, S.8, dan S.12.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.3, berikut adalah
kutipan wawancara S.3:
P : “Kenapa kamu kurangin?”
S.3 : “Karena yang ditanya sisa mas, jadi tak kurangin aja mas...”
Dari kutipan wawancara di atas, S.3 sudah dapat menyampaikan ide
untuk merencanakan penyelesaian masalah tersebut, menggunakan
operasi pengurangan. Ketika peneliti melakukan wawancara terhadap
S.1, S.10, S.8, dan S.12, secara garis besar siswa juga mengatakan hal
yang sama seperti yang dikatakan oleh S.3.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 3, maka dapat disimpulkan bahwa siswa S.1, S.12, S.10, S.3,
dan S.8, sudah merencanakan pemecahan masalah dengan baik.
3. Pelaksanaan Perencanakan Pemecahan Masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
(Gambar 4.14 Hasil kerja S.3)
Dari gambar 4.10, dapat dilihat bahwa S.3 sudah dapat
melaksanakan perencanaan pemecahan masalah dengan menggunakan
operasi pengurangan. Dimana S.3 menyamakan penyebut terlebih
dahulu sebelum mengurangkannya. Kemudian S.3 mengurangkan kedua
pembilang dari kedua pecahan tersebut, sedangkan penyebutnya tetap.
Setelah memperoleh hasil, S.3 menyimpulkan hasil pekerjaannya
dengan menggunakan kata – kata yaitu sisa kain meli = 7
12 m. Hal serupa
juga dilakukan oleh S.10, S.8, dan S.12.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.3, berikut adalah
kutipan wawancara S.3:
P : “Kenapa penyebutnya dua belas?”
S.3: “Kan, disamain dulu mas penyebutnya...”
P : “Kenapa kenapa jadi dua belas?”
S.3 : “Dikaliin aja mas penyebut - penyebutnya …”
Dari kutipan wawancara di atas, S.3 sudah mempunyai ide untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Dimana S.3 menyamakan dahulu
penyebut dari kedua pecahan tersebut dengan mengalikan penyebut dari
kedua pecahan tersebut. Selanjutnya S.3 mengurangkan kedua pecahan
tersebut. Ketika peneliti melakukan wawancara terhadap S.10, secara
garis besar siswa juga mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan
oleh S.3. Sedangkan S.8 dan S13 ketika dalam menyelesaikan masalah
tersebut, S.8 dan S.12 menyamakan penyebut dari kedua pecahan
tersebut dengan menentukan KPK.
(Gambar 4.15 Hasil kerja S.1)
Dari gambar 4.11 dapat dilihat bahwa S.1 sudah melaksanakan
rencana pemecahan masalah, namun hasilnya salah. Oleh karena itu
penenliti melakukan wawancara terhadap S.1.
Berikut adalah kutipan wawancara S.1:
P : “Kok bisa delapan per lima belas hasilnya?”
S.1 : “Tak kali silang mas...”
P : “Gimana kamu ngaliinnya?”
S.1 : “dua kali empat sama dengan delapan, sedangkan lima kali tiga
sama dengan lima belas…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Dari kutipan wawancara di atas, S.1 belum dapat memahami konsep
pengurangan pada pecahan dengan penyebut yang berbeda.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 3, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa S.1, S.12,
S.10, S.3, dan S.8, sudah dapat melaksankan pemecahan masalah
berdasarkkan rencana pemecahan masalah yang telah dibuat
sebelumnya.
4. Memeriksa Kembali Proses dan Hasil
P : “Apakah kamu sudah yakin sama jawabanmu?”
S.3 : “Sudah mas...”
P : “yakin?”
S.3 : “ya mas, karna tadi saya sudah cek lagi mas…”
P : “Coba kamu ceritain deh prosesnya?”
S.3 : “Pencahan yang pertama itukan lima per empat terus pecahan
kedua itu dua per tiga nah terus samain penyebutnya, pecahan
pertama penyebutnya dikali tiga sama dengan dua belas, terus
pecahan kedua penyebutnya dikali empat sama dengan dua belas.
Terus pembilang yang pertama itu dikali tiga juga mas jadi
hasilnya lima belas, Terus pembilang yang kedua itu dikali empat
juga mas jadi hasilnya delapan, nah tadikan penyebunya udah
disamain jadi dua belas, tinggal di kurangin aja mas
pembilangnya jadi lima belas dikurang delapan hasilnya itu
tujuh jadi jawabannya tujuh per dua belas …”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas S.3 sudah memerikasa
kembali setiap proses yang ia lakukan maupun hasil akhir untuk
memastikan kebenarannya. Sedangkan S.1, S.10, S.3, dan S.8 juga
sudah memeriksa kembali jawaban mereka.
Kesimpulan masalah 3:
Berdasarkan deskripsi hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa
pada tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sudah memiliki
kemampuan pemecahan masalah pada masalah 3.
4. Masalah 4
Tabel 4.6 Analisis Hasil Pekerjaan Siswa dan Wawancara pada Masalah 4
1. Memahami Masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
(Gambar 4.16 Hasil kerja S.12)
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, S.12 sudah mampu menuliskan
apa saja informasi yang diketahui pada masalah 4, memisalkan
pembilang dan penyebut dengan variabel a, b untuk pecahan pertama
dan c, d untuk pecahan kedua kemudian hal yang ditanyakan pada
masalah 4. Berdasarkan wawancara S.12 sudah dapat memahami
masalah dengan menjelaskan apa saja informasi–informasi yang
didapatnya pada masalah 4. Hal serupa juga dilakukan oleh S.1, S.10,
S.3, dan S.8.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.12, berikut adalah
kutipan wawancara S.12:
P : “Dari masalah keempat apa aja yang diketahui?”
S.12: (Siswa membaca masalah 3).
P : “Terus,yang ditanyain masalah keempat apa?”
S.12: “Menentukan konsep pengurangan pada pecahan aljabar mas…”
Dari wawancara S.12 dapat menceritakan kembali informasi dari
masalah tersebut menggunakan bahasanya sendiri. Ketika peneliti
melakukan wawancara terhadap S.1, S.10, S.3, dan S.12, siswa dapat
menceritakan kembali apa yang diketahui dan ditanyakan pada masalah
tersebut.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 4, maka dapat disimpulkan bahwa siswa S.1, S.12, S.10, S.3,
dan S.8, sudah dapat memahami masalah dengan baik.
2. Merencanakan Pemecahan Masalah
(Gambar 4.17 Hasil kerja S.12)
Dari gambar 4.13, dapat dilihat bahwa S.12 sudah dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
merencanakan pemecahan masalah dengan menggunakan operasi
pengurangan bentuk umum pecahan aljabar berdasarkan yang diketahui.
Hal serupa juga dilakukan oleh S.1, S.10, S.3, dan S.8.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.12, berikut adalah
kutipan wawancara S.12:
P : “Kenapa dikurangin?”
S.12: “Karna yang ditanya konsep pengurangan mas…”
Dari kutipan wawancara di atas, S.12 sudah dapat menyampaikan
ide untuk merencanakan penyelesaian masalah tersebut, menggunakan
operasi pengurangan bentuk umum pecahan aljabar. Ketika peneliti
melakukan wawancara terhadap S.1, S.10, S.3, dan S.8, secara garis
besar siswa juga mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh
S.12.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 4, maka dapat disimpulkan bahwa siswa S.1, S.12, S.10,
S.3, dan S.8, sudah merencanakan pemecahan masalah dengan baik.
3. Pelaksanaan Perencanakan Pemecahan Masalah
(Gambar 4.18 Hasil kerja S.12)
Dari gambar 4.14, dapat dilihat bahwa S.12 sudah dapat
melaksanakan perencanaan pemecahan masalah dengan menggunakan
operasi pengurangan bentuk umum pecahan aljabar. Ketika siswa
mengerjakan siswa menuliskan 𝑎.𝑑−𝑐.𝑏
𝑏.𝑑, kemudian siswa menyimpulkan
konsep pengurangan pecahan dalam bentuk aljabar adalah 𝑎.𝑑−𝑐.𝑏
𝑏.𝑑,
dengan syarat 𝑏. 𝑑 ≠ 0. Hal serupa juga dilakukan oleh S.10, S.3, dan
S.8.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.12, berikut adalah
kutipan wawancara S.12:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
P : “Kenapa a dikali d dikurang c dikali d dibagi b kali d?”
S.12: “kan caranya sama kayak masalah dua...”
P : “Kok bisa sama?”
S.12: “Ya sama mas, karena yang masalah dua itu konsep penjumlahan
dan yang masalah empat itu pengurangan …”
Dari kutipan wawancara di atas, S.12 sudah mempunyai ide untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Dimana S.12 menggunakan cara yang
sama pada masalah 2, namun dengan operasi pengurangan. Ketika
peneliti melakukan wawancara terhadap S.10, S.3, S.8 secara garis besar
siswa juga mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh S.12.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 4, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa S.12,
S.10, S.3, dan S.8, sudah dapat melaksankan pemecahan masalah
berdasarkkan rencana pemecahan masalah yang telah dibuat
sebelumnya. Namun S.1 tidak melaksanakan pemecahan masalah yang
telah direncanakan.
4. Memeriksa Kembali Proses dan Hasil
P : “Kamu yakin gak sama jawabanmu?”
S.12: “Ia, yakin mas...”
P : “Kenapa bisa yakin?”
S.12: “Ya itukan sama dengan soal masalah dua tinggal ganti sama
pengurangan aja mas …”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas S.12 sudah memerikasa
kembali setiap proses yang ia lakukan maupun hasil akhir untuk
memastikan kebenarannya. Sedangkan S.1, S.10, S.3, dan S.12 juga
sudah memeriksa kembali jawaban mereka.
Kesimpulan masalah 4:
Berdasarkan deskripsi hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa
pada tabel 4.6 di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sudah memiliki
kemampuan pemecahan masalah pada masalah 4.
5. Masalah 5
Tabel 4.7 Analisis Hasil Pekerjaan Siswa dan Wawancara pada Masalah 5
1. Memahami Masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
(Gambar 4.19 Hasil kerja S.10)
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, S.10 sudah mampu menuliskan
apa saja informasi yang diketahui pada masalah 5, dengan menuliskan
informasi yang diketahui dan ditanyakan pada masalah 5. Hal serupa
juga dilakukan oleh S.10, S.3, dan S.8.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.10, berikut adalah
kutipan wawancara S.10:
P : “Yang diketahui pada masalah kelima apa aja?”
S.10: “Tanah yang ayah punya sama tanah yang ayah beli lagi mas”.
P : “Yang ditanyakan pada masalah lima apa?”
S.10: “Berapa jumlah tanah ayah mas…”
Dari wawancara S.10 dapat menceritakan kembali informasi dari
masalah tersebut menggunakan bahasanya sendiri. Ketika peneliti
melakukan wawancara terhadap S.3, S.8, dan S.12, siswa dapat
menceritakan kembali apa yang diketahui dan ditanyakan pada masalah
tersebut.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 5, maka dapat disimpulkan bahwa siswa S.12, S.10, S.3, dan
S.8, sudah dapat memahami masalah dengan baik.
2. Merencanakan Pemecahan Masalah
(Gambar 4.20 Hasil kerja S.10)
Dari gambar 4.16, dapat dilihat bahwa S.10 sudah dapat
merencanakan pemecahan masalah dengan menggunakan operasi
penjumlahan berdasarkan yang diketahui. Hal serupa juga dilakukan
oleh S.3, S.8, dan S.12.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.10, berikut adalah
kutipan wawancara S.10:
P : “Kenapa kamu gunakan tambah?”
S.10: “Karna yang ditanyakan itu jumlahnya mas…”
Dari kutipan wawancara di atas, S.10 sudah dapat menyampaikan
ide untuk merencanakan penyelesaian masalah tersebut, menggunakan
operasi penjumlahan bentuk umum pecahan aljabar. Ketika peneliti
melakukan wawancara terhadap S.3, S.8, dan S.12, secara garis besar
siswa juga mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh S.10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 5, maka dapat disimpulkan bahwa siswa S.12, S.10, S.3, dan
S.8, sudah merencanakan pemecahan masalah dengan baik.
3. Pelaksanaan Perencanakan Pemecahan Masalah
(Gambar 4.21 Hasil kerja S.10)
Dari gambar 4.17, dapat dilihat bahwa S.10 sudah dapat
melaksanakan perencanaan pemecahan masalah dengan menggunakan
operasi penjumlahan. Dengan penyebut yang sama lansung
menjumlahkan pembilangnya, kemudian siswa menyimpulkan hasil
pekerjaannya dengan menuliskan jadi jumlah tanah ayah = 200
𝑥 m2, Hal
serupa juga dilakukan oleh S.3, S.8 dan S.12.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.10, berikut adalah
kutipan wawancara S.10:
P : “Kenapa kamu langsung mendapatkan hasil dua ratus?”
S.10: “Karena penyebutnya sudah sama mas jadi langsung di jumlahin
aja...”
Dari kutipan wawancara di atas, S.10 sudah mempunyai ide untuk
menyelesaikan masalah dan meralisasikan ide tersebut dalam
menyelesaikan masalah. Ketika peneliti melakukan wawancara terhadap
S.3, S.8, dan S.12 secara garis besar siswa juga mengatakan hal yang
sama seperti yang dikatakan oleh S.10.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 4, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa S.3, S.10,
S.3, dan S.8, sudah dapat melaksankan pemecahan masalah
berdasarkkan rencana pemecahan masalah yang telah dibuat
sebelumnya. Namun S.1 tidak melaksanakan pemecahan masalah yang
telah direncanakan.
4. Memeriksa Kembali Proses dan Hasil
P : “Apakah kamu sudah yakin sama jawabanmu?”
S.10: “Yakin mas...”
P : “Bagaimana bisa yakin?”
S.10: “Karena saya sudah periksa kembali pekerjaan saya mas …”
P : “Contohya?”
S.10: “Saya periksa lagi hasil hitungan saya mas…”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas S.10 sudah memerikasa
kembali setiap proses yang ia lakukan maupun hasil akhir untuk
memastikan kebenarannya. Sedangkan S.3, S.8, dan S.12 juga sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
memeriksa kembali jawaban mereka.
Kesimpulan masalah 5:
Berdasarkan deskripsi hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa
pada tabel 4.7 di atas dapat disimpulkan bahwa S.3, S.8, dan S.12 sudah
memiliki kemampuan pemecahan masalah pada masalah 4. Namun S.1
tidak mengerjakan masalah 5.
6. Masalah 6
Tabel 4.8 Analisis Hasil Pekerjaan Siswa dan Wawancara pada Masalah 6
1. Memahami Masalah
(Gambar 4.22 Hasil kerja S.8)
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, S.8 sudah mampu menuliskan
apa saja informasi–informasi yang diketahui pada masalah 6. Hal serupa
juga dilakukan oleh S.1, S.10, S.3, dan S.12.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.8, berikut adalah
kutipan wawancara S.8:
P : “Apa saja yang diketahui dari masalah keenam?”
S.8: “Luas tanah ayah, luas tanah untuk anak satu, anak dua, dan anak
tiga mas…”
P : “Terus,yang ditanyain apa?”
S.8: “Sisa luas tanah ayah mas…”
Dari kutipan wawancara di atas, S.8 dapat menceritakan kembali
informasi–informasi dari masalah tersebut menggunakan bahasanya
sendiri. Ketika peneliti melakukan wawancara terhadap S.1, S.10, S.3,
dan S.12, siswa dapat menceritakan kembali apa yang diketahui dan
ditanyakan pada masalah tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 6, maka dapat disimpulkan bahwa siswa S.1, S.12, S.10, S.3,
dan S.8, sudah dapat memahami masalah dengan baik.
2. Merencanakan Pemecahan Masalah
(Gambar 4.23 Hasil kerja S.8)
Dari gambar 4.9, dapat dilihat bahwa S.8 sudah dapat
merencanakan pemecahan masalah dengan menggunakan operasi
pengurangan, dan operasi perkalian pada luasan tanah untuk ketiga
anak. Hal serupa juga dilakukan oleh S.10, S.3, dan S.12.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.8, berikut adalah
kutipan wawancara S.8:
P : “Kok kalikan dengan tiga?”
S.8: “Karena luas tanah buat ketiga anak sama mas makanya kaliin
tiga mas …”
P : “Terus kenapa kamu kurangin?”
S.8: “Karena ayah memberikan kepada anaknya mas, jadi saya
kurangin aja luas tanah ayah…”
Dari kutipan wawancara di atas, S.8 sudah dapat menyampaikan ide
untuk merencanakan penyelesaian masalah tersebut, dengan mengalikan
luas tanah yang diberikan kepada setiap anak dengan jumlah anak,
kemudian S.8 mengurangkan luas tanah yang ayah miliki dengan jumlah
tanah yang diberikan kepada ketiga anaknya. Ketika peneliti melakukan
wawancara terhadap S.10, S.3, dan S.12, secara garis besar siswa juga
mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh S.8. Namun S.1
memiliki perencanaan yang berbeda.
(Gambar 4.24 Hasil kerja S.1)
Berdasarkan gambar 4.20, S.1 menggunakan operasi penjumlahan
dan operasi pengurangan dalam perencanaan pemecahan masalahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Peneliti melakukan wawancara terhadap S.1, berikut adalah kutipan
wawancara S.1:
P : “Kenapa kamu pake tambah?”
S.1: “Karna buat dapatin total luas tanah milik semua anak mas...”
P : “Terus kenapa kamu kurangi?”
S.1: “Kan diberikan mas, jadi tanah ayah berkurang dong …”
Dari kutipan wawancara di atas, S.1 dapat menceritakn idenya
dalam penyelesaian masalah dengan memanfaatkan informasi–informasi
yang terdapat pada masalah 6.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 6, maka dapat disimpulkan bahwa siswa S.1, S.12, S.10, S.3,
dan S.8, sudah merencanakan pemecahan masalah dengan baik.
3. Pelaksanaan Perencanakan Pemecahan Masalah
(Gambar 4.25 Hasil kerja S.8)
Dari gambar 4.21, dapat dilihat bahwa S.8 sudah dapat
melaksanakan perencanaan pemecahan masalah dengan operasi
perkalian terlebih, dilanjutkan dengan pengurangan, kemudian siswa
menyimpulkan sisa luas tanah yang ayah miliki 2400
𝑥 cm2. Hal serupa
juga dilakukan oleh S.10, S.3, dan S.8.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.8, berikut adalah
kutipan wawancara S.8:
P : “Kenapa kamu kalikan dulu?”
S.8 : “Biar lebih mudah dikuranginya mas ...”
P : “Cuma itu aja ?”
S.8 : “Supaya tau jumlah total jumlah luas tanah punya anak-anaknya
mas…”
P : “Terus kenapa dikurangi?”
S.8 : “Karena yang ditanyakan itu sisa luas tanah ayah mas, jadi luas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tanah ayah dikurangi sama jumlah total tanah milik anak-
anaknya mas…”
Dari kutipan wawancara di atas, S.8 sudah mempunyai ide untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Dimana S.8 mengalikan terlebih
dahulu tanah luas tanah yang diberikan kepada salah satu anak dengan
jumlah anak yang diberikan, dan S.8 mengurangkan luas tanah ayah
dengan total luas yang dimiliki ketiga anak. Ketika peneliti melakukan
wawancara terhadap S.10, S.3, S.12 secara garis besar siswa juga
mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh S.8.
(Gambar 4.26 Hasil kerja S.1)
Dari gambar 4.22, dapat dilihat bahwa, S.1 menjumlahkan semua
luas tanah yang diberikan kepada anak, selanjutnya S.1
mengurangkannya dengan luas tanah yang dimiliki oleh ayah dengan
hasil jumlah luas tanah semua anaknya. S.1 menuliskan sisa luas tanah
ayah = 2400
𝑥 cm2 sebagai kesimpulanya.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap S.1, berikut adalah
kutipan wawancara S.1:
P : “Kenapa kamu jumlahin luas tanah semua anak-anaknya?”
S.1: “Supaya tau total tanah yang dikasi sama anak – anaknya mas...”
P : “Terus kamu samakan dulu gak penyebutnya?”
S.1: “Penyebutnyakan udah sama mas…”
P : “Oke, terus kenapa kamu kurangin sama luas tanah ayah ?”
S.1: “Karena yang ditanyain kan sisa mas…”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, S.1 sudah dapat
merealisasikan perencanaan pemecahan masalah dengan menjumlahkan
luas tanah untuk ketiga anak, dan mengurangi luas tanah yang ayah
miliki dengan total penjumlahan luas tanah dari ketiga anak.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa pada
masalah 6, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa S.1, S.12,
S.10, S.3, dan S.8, sudah dapat melaksankan pemecahan masalah
berdasarkkan rencana pemecahan masalah yang telah dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
sebelumnya.
4. Memeriksa Kembali Proses dan Hasil
P : “Kamu udah yakin sama jawabanmu?”
S.8 : “Yakin mas...”
P : “Kenapa kamu bisa yakin?”
S.8 : “Karena laus tanah yang dikasi kesetiap anak sama jadi dikaliin
aja sama banyak anaknya, terus karna penyebut dari luas tanah
ayah sama dengan ppenyebut pada hasil kali tanah buat
anaknya tinggal dikurang, terus dapet hasilnya …”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas S.8 sudah memerikasa
kembali setiap proses yang ia lakukan maupun hasil akhir untuk
memastikan kebenarannya. Sedangkan S.1, S.10, S.3, dan S.12 juga
sudah memeriksa kembali jawaban mereka.
Kesimpulan masalah 6:
Berdasarkan deskripsi hasil pekerjaan siswa dan wawancara siswa
pada tabel 4.8 di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sudah memiliki
kemampuan pemecahan masalah pada masalah 6.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Penerapan pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas
VIIIA SMP Kanisius Sleman pada Rabu tanggal 4 Oktober 2017.
Pembelajaran dimulai pada pukul 12.10–13.30 WIB. Secara
keseluruhan yang pembelajaran dengan penerapan pembelajaran
berbasis masalah telah terlaksana. Langkah–langkah penerapan
pembelajaran berbasis masalah yang telah terlaksana yaitu:
a) Mengamati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Siswa mengamati masalah–masalah pada LKS yang
diberikan kepada siswa. Kemudian guru menanyakan apa saja
informasi yang dapat dikumpulkan dari LKS yang diberikan.
b) Menanya
Dari permasalahan-permasalahan pada LKS dan informasi
yang didapatkan dari LKS. Siswa bersama anggota kelompok
mendiskusikan apakah yang menjadi pokok permasalahan yang
siswa selesaikan.
c) Menalar
Setelah mengumpulkan informasi–informasi yang didapat
dari LKS dan mengetahui pokok permasalah yang akan siswa
selesaikan, siswa berdiskusi dalam menemukan ide untuk
menyelesaikan permasalahan yang siswa hadapi.
d) Mengasosiasikan
Setelah siswa merencanakan pemecahan masalah, siswa
mengasosiasikan perencanaan tersebut pada masalah–masalah
yang terdapat pada LKS.
e) Mengkomunikasikan
Tahap terakhir pada Pembelajaran Berbasis masalah yaitu
dengan mengkomunikasikan/mempresentasikan hasil pemecahan
masalah yang telah siswa kerjakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Dari keseluruhan pelaksanaan Pembelajaran Berbasis masalah
ini siswa sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti setiap
langkah–langkah pembelajaran.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas VIIIA SMP
Kanisius Sleman terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah
yaitu:
a. Memahami masalah
Dari hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara siswa terlihat
bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIIIA SMP
Kanisius Sleman sudah baik. Siswa dapat memahami masalah yang
diberikan dengan menuliskan informasi–informasi apa saja yang
terdapat pada soal dengan menggunakan kalimat–kalimat yang
siswa buat. Khususnya pada masalah kedua dan keempat siswa
dapat memahami masalah dengan baik, siswa menggunakan
kembali informasi–informasi yang telah siswa dapat pada masalah
pertama dan masalah ketiga.
b. Merencanakan penyelesaian masalah
Dari perencanaan penyelesaian masalah yang siswa terutama pada
masalah keenam terdapat dua jenis perencanaan penyelesaian
masalah yang siswa buat, yaitu dengan menggunakan perkalian dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
penjumlahan. Dari dua jenis perencanaan penyelesaian masalah
tersebut terlihat bahwa kemampuan perencanaan siswa bervariatif.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
pada langkah perencanaan penyelesaian masalah yang dimiliki
siwa VIIIA SMP Kanisius sudah baik.
c. Melaksanakan perencanaan masalah
Dalam tahap melaksanakan perencanaan pemecahan masalah dari
perencanaan pemecahan masalah yang telah siswa buat, siswa
sudah mampu melaksanakan perencanaan tersebut. Namun masih
terdapat siswa yang belum dapat memahami konsep penjumlahan
dan pengurangan pada pecahan dengan penyebut yang berbeda.
d. Melakukan pengecekan kembali
Pada tahap terakhir dalam langkah–langkah pemecahan masalah
menurut polya yaitu melakukan pengecekan kembali pada
pekerjaan yang telah siswa selesaikan. Dari wawancara siswa
terlihat siswa telah mengecek kembali pekerjaannya bahkan siswa
mampu menceritakan kembali proses penyelesaian yang siswa
kerjakan menggunakan kalimatnya sendiri.
Secara keseluruhan kemampuan pemecahan masalah siswa
kelas VIIIA SMP Kanisius Sleman pada materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan bentuk aljabar sudah baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
D. Keterbatasan Penelitian
Selama penelitian dan proses pembelajaran matematika pada sub
pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar
dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah di kelas VIIIA
SMP Kanisus Sleman terdapat beberapa keterbatasan yang dialami
peneliti, antara lain:
1. Tidak terlaksananya kegiatan observasi pembelajaran sebelum
melakukan penelitian.
Hal ini mengakibatkan peneliti tidak mengetahui pemahaman
siswa tentang operasi hitung pada bentuk aljabar yang berkaitan
dengan operasi pada pecahan bentuk aljabar.
2. Penerapan model pembelajaran hanya satu kali dengan dua jam
pertemuan.
Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan waktu pada sekolah,
sehingga peneliti tidak dapat mengembangkan model pembelajaran
lebih jauh pada materi selanjutnya.
E. Refleksi
Berikut adalah cerita saya dalam proses penyusunan skripsi. Pada
awalnya saya ingin meneliti beberapa hal yaitu grafik computer,
pengguanaan media komik dalam pembelajaran matematika, pengguanaan
media animasi dalam pembelajaran matematika dan unsur-unsur
matematika dalam tattoo dayak iban. Namun dalam pelaksanaannya saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
masih terkendala dengan mata kuliah yang belum tuntas. Saya bahkan
sempat putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun dalam
keterpurukan tersebut saya semakin diberikan dukungan dari orang tua dan
sahabat-sahabat saya. Dari semangat dan dukungan yang diberikan
sahabat-sahabat dan orang tua, saya kembali bersemangat dalam
menyelasaikan kuliah yang belum tuntas dan skripsi.
Dari proses penyusunan hingga saya melaksanakan ujian
pendadaran banyak pelajaran yang dapat saya ambil terutama keterbukan
kepada orang tua, sahabat dan terutama dosen pembimbing yang selalu
memberikan solusi dalam penyusunan skripsi ini. Hal lain yang dapat saya
ambil sebagai pelajarannya adalah semangat, keuletan dan keyakinan
dalam proses sangat berpengaruh. Hal ini tidaklah mudah, namun dengan
keyakinan dan kesadaran bahwa hal ini harus dihadapi adalah faktor
penting dalam membentuk semangat dan keyakinan diri dalam
menyelesaikannya.
Perubahan yang terjadi pada saya setelah penyelesaian penulisan
skripsi ini yaitu kepercayaan diri bahwa tidak ada yang mustahil selama
ada kemauan dan semangat, memang tidak mudah dalam menyelesaikan,
namun Tuhan tidak akan berdia jika anak-Nya berusaha dan berdoa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
Keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah untuk
pembelajaran matematika dengan materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan bentuk aljabar di kelas VIIIA SMP Kanisius
Sleman tahun ajaran 2017/2018 terlaksana sebanyak 1 kali pertemuan.
Pembelajaran menggunakan tahap–tahap pembelajaran berbasis
masalah, yaitu: mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan data,
merumuskan jawaban, dan mengkomunikasikan. Secara keseluruhan
antusias siswa dalam melaksankan pembelajaran berbasis masalah
sangat baik dan siswa aktif dalam mengikuti setiap tahapan–tahapan
yang peneliti rancang sehingga proses belajar berlangsung lancar dan
kondusif.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Berdasarkan data hasil tes kerja siswa dan hasil wawancara
siswa VIIIA SMP Kanisus Sleman menunjukkan bahwa siswa sudah
memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam menyelsaikan
masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan bentuk aljabar. Hal ini ditunjukkan dengan
kemampuan siswa dalam memahami masalah, merencanakan
pemecahan masalah, melaksanakan perencanaan pemecahan masalah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
memeriksa kembali proses dan hasil yang diperoleh dari permasalahan
kontekstual tersebut.
B. Saran
1. Bagi Sekolah
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan menjadi
sebuah masukan bagi sekolah dalam pengembangan model
pembelajaran yang dapat merangsang siswa aktif dan mandiri dalam
pembelajaran.
2. Bagi Guru Bidang Studi
Guru di harapkan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi siswa. Hal ini dilaksakan agas siswa tidak
bosan dan semangat dalam melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran
berbasis masalah merupakan salah satu model yang dapat digunakan
untuk membangun semangat siswa dalam belajar dan dapat membuat
siswa lebih aktif dalam belajar dan berkomunikasi.
3. Bagi Calon Peneliti dengan Penelitian Serupa
Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan model pembelajaran yang
serupa pada materi dan kelas yang berbeda agar kemampuan
pemecahan masalah siswa semakin baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Zubaidah dan Risnawati. (2015). Psikologi Pembelajaran Matematika.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Ardina, F.R. (2016). Analisis Lembar Kerja Siswa Dalam Meningkatkan
Komunikasi Matematis Tulis Siswa.
Arifin. (2010). Bab II Kajian Teori Pembelajaran Berbasis Masalah.
BSNP. (2006). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006.
Hermansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Selemba Humanika
Indarwati, Desi. Dkk. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Melalui Penerapan Problembased Learning Untuk Siswa Kelas
V SD. Satya Widya, Vol. 30, No.l.
Kosasih, E (2014). Strategi Belajar dan Pembelajaran inplementasi 2013.
Bandung: Yrama Widya.
Lidinillah, D. A. M. 2009. Heuristik dalam Pemecahan Masalah Matematika dan
Pembelajarannya di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Bandung.
Nuralam. (2009). Pemecahan Masalah Sebagai Pendekatan dalam Belajar
Matematika. Jurnal Edukasi, Vol. V, No. 1.
Nurcahyo, S (2013). Bab II Kajian Teori.
Putra. (2015). Analisis Kemampuan Siswa Dalam Mengasosiasi Pada Proses
Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013 (Tema
Air, Bumi Dan Matahari) Di Kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan
Denpasar Barat (Tahun Ajaran 2014/2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Priansa, D. J. (2017). Pengembangan Strategi Dan Model Pembelajaran.
Bandung: CV Pustaka Setia
Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu
Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Riati, Ifut. (2015). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning Siswa
Kelas VIII Putra Smp It Masjid Syuhada (Tahun ajaran 2014/2015)
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini.
Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2015). Model Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta cv.
Sukmawati dll. (2015). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis masalah
Pada Pemecahan Masalah Matematika Di Kelas VIII SMP.
Syah, Mushibbin. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grasido Persada
Sriutami, T. S. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa melalui Pembelajaran Berbasis masalah.
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Widoyoko, S. Eko. (2015) Teknik Penyususnan Instrumen Penilaian. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 1
Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 3
Lembar Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP Kanisius Sleman
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VIII
Semester : 1 (Satu)
A. Standar Kompetensi
1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.
B. Kopetensi Dasar
1.1. Melakukan operasi aljabar.
C. Alokasi Waktu
2 x 35 Menit
D. Indikator
1. Menyelsaikan soal cerita dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep
penjumlahan pecahan.
2. Menemukan konsep penjumlahan pecahan dalam bentuk aljabar.
3. Menyelsaikan soal cerita dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep
pengurangan pecahan.
4. Menemukan konsep pengurangan dalam bentuk pecahan aljabar.
5. Menyelsaikan soal cerita dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep
penjumlahan pecahan bentuk aljabar.
6. Menyelsaikan soal cerita dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep
pengurangan pecahan bentuk aljabar.
Lampiran 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
E. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat melakukan operasi penjumlahan bentuk pecahan.
2. Siswa dapat melakukan operasi pengurangan bentuk pecahan.
3. Siswa dapat menemukan konsep operasi penjumlahan pecahan dalam
bentuk aljabar.
4. Siswa dapat menemukan konsep operasi pengurangan pecahan dalam
bentuk aljabar.
5. Siswa dapat melakukan operasi penjumlahan pecahan bentuk aljabar.
6. Siswa dapat melakukan operasi pengurangan pecahan bentuk aljabar.
F. Materi Ajar
1. Penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar
Operasi pecahan yang memiliki penyebut yang sama dapat
langsung dijumlahkan atau dikurangkan dengan cara menjumlahkan atau
mengurangkan pembilang-pembilangnya sedangkan penyebutnya tetap.
Contoh:
c. 𝑥
3+
4𝑥
3=
𝑥 +4𝑥
3=
5𝑥
3
d. 9
𝑦−
4
𝑦=
9 − 4
𝑦=
5
𝑦 ; dengan 𝑦 ≠ 0.
Penjumlahan dan pengurangan pecahan aljabar dengan
penyebutnya menjadi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari penyebut-
penyebutnya. Kemudian masing-masing pecahan diubah menjadi pecahan
lain yang senilai, dan penyebutnya merupakan KPK yang sudah
ditentukan.
Contoh:
3. 2𝑥 − 1
4−
2(2𝑥−1)
3=
4. 3
(𝑥−10)+
4
(𝑥−3)=
𝑎
𝑏−
𝑐
𝑑=
𝑎𝑑 − 𝑏𝑐
𝑏𝑑𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑎
𝑏+
𝑐
𝑑=
𝑎𝑑 + 𝑏𝑐
𝑏𝑑 ; 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏 ≠ 0, 𝑑
≠ 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Jawab:
3. 2𝑥 − 1
4−
2(2𝑥−1)
3=
3(2𝑥 − 1)
4(3)−
2(4)(2𝑥−1)
3(4)
=(6𝑥 − 3)
12−
8(2𝑥 − 1)
12
=6𝑥 − 3
12−
16𝑥 − 8
12
=6𝑥 − 16𝑥 − 3 − 8
12
= −10𝑥 − 11
12
4. 3
(𝑥−10)+
4
(𝑥−3)=
3(𝑥−3)
(𝑥−10)(𝑥−3)+
4(𝑥−10)
(𝑥−3)(𝑥−10)
=3𝑥 − 9 + 4𝑥 − 40
(𝑥 − 10)(𝑥 − 3)
=3𝑥 + 4𝑥 − 9 − 40
(𝑥 − 10)(𝑥 − 3)
=7𝑥 − 49
(𝑥 − 10)(𝑥 − 3)
G. Model Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi kelompok dan presentasi kelompok.
H. Model Pembelajaran
Pembelajaran Berbasis Masalah:
1. Fase pertama, yaitu proses pengumpulan data.
2. Fase kedua, yaitu planing atau merencanakan penyelesaian
3. Fase ketiga, yaitu solving atau menyelsaikan masalah
4. Fase keempat, yaitu checking atau memeriksa kembali perkerjaan
I. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
a) Orientasi:
1) Guru memberikan salam kepada seluruh siswa dan mengajak siswa
untuk berdoa bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
2) Guru menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3) Guru menyiapkan presensi siswa.
b) Apersepsi:
1) Guru membahas materi sebelumnya tentang Pemfaktoran Bentuk
Aljabar.
2) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
a) Motivasi:
1) Guru memberikan motivasi dalam mengikuti pembelajaran terkait
materi yang diajarkan.
2) Guru memberikan penjelasan tentang proses pembelajaran yang
berlangsung yaitu menggunakan model pembelajaran Pembelajaran
Berbasis masalah.
2. Kegiatan Inti (fase Pembelajaran Berbasis Masalah)
a. Eksplorasi
1) Guru meminta siswa membentuk kelompok diskusi (setiap
kelompok terdiri dari 5 siswa) agar siswa dapat menyelesaikan
permasalahan secara berkelompok.
2) Guru membagikan LKS yang berisi beberapa butir permasalahan
mengenai sub materi penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk
aljabar.
3) Siswa berdiskusi bersama kelompok untuk menemukan informasi-
informasi yang didapat dari permasalahan yang diberikan.
4) Guru meminta siswa dalam masing-masing kelompok untuk
mengumpulkan informasi dari permasalahan yang diberikan dan
menuliskan informasi tersebut pada LJS. (fase pertama)
5) Siswa berdiskusi menyelsaikan permasalahan yang diberikan
berdasarkan informasi yang diperoleh siswa dalam diskusi. (fase
kedua)
6) Siswa melakukan proses penyelesaian dari informasi-informasi
yang telah dimiliki siswa. (fase ketiga)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
b. Elaborasi
1) Guru mendampingi sebagai fasilitator ke tiap kelompok selama
proses diskusi berlangsung.
2) Guru meminta siswa untuk memeriksa kembali hasil perkerjaannya.
(fase keempat)
3) Masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusi mereka kepada guru dan teman-teman.
4) Siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan dari hasil diskusi
kelompok yang sedang presentasi.
5) Masing-masing kelompok bertanggung jawab terhadap hasil diskusi
yang telah mereka lakukan.
c. Konfirmasi
1) Guru meminta siswa untuk mengevaluasi proses pemecahan
masalah yang telah dilaksanakan.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru mengevaluasi pembelajaran yang telah berlangsung.
b. Guru mengingatkan kembali siswa untuk mempelajari materi
selajutnya yaitu perkalian dan pembagian pecahan bentuk aljabar.
c. Guru menakhiri pertemuan dengan memberikan motivasi kepada
siswa.
J. Sumber Belajar
- Mathematics for Junior High School Grade VIII 1st Semester
- Buku Matematika untuk SMP dan MTs kelas VIII
- Lembar Kerja Siswa/LKS (terlampir)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
K. Penilaian Hasil Belajar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen Instrumen/ Soal
1. Menyelsaikan soal cerita
dalam kehidupan sehari-
hari dengan konsep
penjumlahan pecahan.
2. Menyelsaikan soal cerita
dalam kehidupan sehari-
hari dengan konsep
pengurangan pecahan.
3. Menyelsaikan soal cerita
dalam kehidupan sehari-
hari dengan konsep
penjumlahan pecahan
bentuk aljabar.
4. Menyelsaikan soal cerita
dalam kehidupan sehari-
hari dengan konsep
pengurangan pecahan
bentuk aljabar.
Tes tertulis Uraian 1. Adi adalah seorang atlet
lari. Adi berlatih untuk
persiapan perlombaan
olimpiade nasional dan
menempuh jarak pada
hari pertama
7
2 kilometer, pada hari
kedua Adi menempuh
jarak 11
3 kilometer dan
pada hari ketiga Adi
menempuh jarak 9
2
kilometer. Berapa total
jarak yang Adi
tempuh…
2. Ibu memiliki pita
merah 8
3 m dan pita
putih 15
6 m. Pita-pita
tersebut akan diberikan
kepada Devi sepanjang
17
2 m. Berapa panjang
sisa pita ibu...
3. Misalkan jarak tempuh
perjalanan ayah pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
hari pertama 15000
2−𝑥
meter dan pada hari
kedua ayah melanjutkan
perjalanan sejauh 13000
2−𝑥
meter. Berapa jauh
jarak tempuh ayah …
4. Glendi sedang bekerja
di Demak, ia ingin
mudik ke kampungnya
di Kudus. Namun,
karena jalan ke Kudus
sedang dalam perbaikan
maka Glendi melalui
Pati. Jarak Demak ke
Pati adalah 100
𝑥−5 km,
sedangkan jarak Demak
ke Kudus adalah 43
𝑥−5
km. Berapa jauh jarak
Pati ke Kudus…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lembar Kerja Siswa
(LKS)
Kelas/Sekolah :
Nama Kelompok :
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
Petunjuk:
1. Bacalah soal dengan teliti sebelum mengerjakannya.
2. Tulislah jawaban anda dengan tepat pada lembar jawab.
3. Kerjakan soal berikut WAJIB menggunakan bulpen.
4. Periksa kembali perkerjaan anda.
1. Adi adalah seorang atlet lari. Adi berlatih untuk persiapan perlombaan
olimpiade nasional dan menempuh jarak pada hari pertama 7
2 kilometer, pada
hari kedua Adi menempuh jarak 11
3 kilometer dan pada hari ketiga Adi
menempuh jarak 9
2 kilometer. Berapa total jarak yang Adi tempuh?
2. Ibu memiliki pita merah 8
3 m dan pita putih
15
6 m. Pita-pita tersebut akan
diberikan kepada Devi sepanjang 7
2 m. Berapa panjang sisa pita ibu?
3. Misalkan jarak tempuh perjalanan ayah pada hari pertama 15000
2−𝑥 meter dan
pada hari kedua ayah melanjutkan perjalanan sejauh 13000
2−𝑥 meter. Berapa jauh
jarak tempuh ayah ?
4. Glendi sedang bekerja di Demak, ia ingin mudik ke kampungnya di Kudus.
Namun, karena jalan ke Kudus sedang dalam perbaikan maka Glendi melalui
Pati. Jarak Demak ke Pati adalah 100
𝑥−5 km, sedangkan jarak Demak ke Kudus
adalah 43
𝑥−5 km. Berapa jauh jarak Pati ke Kudus?
Lampiran 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Kunci Jawaban LKS
No Soal Kunci Jawaban Skor Fase pembelajaran berbasis
masalah*
1. Adi adalah seorang
atlet lari. Adi
berlatih untuk
persiapan
perlombaan
olimpiade nasional
dan menempuh
jarak pada hari
pertama 7
2 kilometer, pada
hari kedua Adi
menempuh jarak 11
3 kilometer dan
pada hari ketiga
Adi menempuh
jarak 9
2 kilometer.
Berapa total jarak
Diketahui : - Jarak tempuh hari pertama = 7
2 km
- Jarak tempuh hari kedua = 11
3 km
- Jarak tempuh hari ketiga = 9
2 km
5 1
Ditanya : Berapa total jarak yang Adi tempuh… 5 2
Jawab :
Total jarak yang Adi tempuh = Jarak tempuh hari pertama +
Jarak tempuh hari kedua +
Jarak tempuh hari ketiga
=7
2+
11
3+
9
2
=7(3) + 11(2) + 9(3)
6
=21 + 22 + 27
6
=70
6
10 3
Lampiran 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
yang Adi tempuh?
Jadi, total jarak yang Adi tempuh adalah 70
6 km 5 4
Total Skor 25 -
2. Ibu memiliki pita
merah 8
3 m dan pita
putih 15
6 m. Pita-
pita tersebut akan
diberikan kepada
Devi sepanjang 7
2
m. Berapa panjang
sisa pita ibu?
Pita merah = 8
3 m
Pita putih = 15
6 m
Pita yang akan diberikan = 7
2 m
Diketahui : 5 1
Ditanya : Berapa panjang sisa pita ibu… 5 2
Jawab :
Panjang sisa pita ibu = ((Pita merah + Pita putih) - Pita yang
akan diberikan)
= ((8
3+
15
6) −
7
2)
= ((8(2) + 15
6) −
7
2)
= (31
6−
7
2)
= (31 − 7(3)
6)
= (31 − 21
6)
=10
6
10 3
Jadi, panjang sisa pita ibu adalah 10
6 𝑚 5 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Total Skor 25 -
3. Misalkan jarak
tempuh perjalanan
ayah pada hari
pertama 15000
2−𝑥
meter dan pada hari
kedua ayah
melanjutkan
perjalanan sejauh 13000
2−𝑥 meter. Berapa
jauh jarak tempuh
ayah?
Diketahui : - Jarak tempuh hari pertama = 15000
2−𝑥 meter
- Jarak tempuh hari kedua = 13000
2−𝑥 meter 5 1
Ditanya : Berapa jauh jarak tempuh ayah … 5 2
Jawab :
Jauh jarak tempuh ayah = Jarak tempuh hari pertama +
Jarak tempuh hari kedua
= (15000
2 − 𝑥 +
13000
2 − 𝑥)
= (15000 + 13000
2 − 𝑥)
= 28000
2 − 𝑥
10 3
Jadi, jauh jarak tempuh ayah adalah 28000
2−𝑥 meter. 5 4
Total Skor 25 -
4. Glendi sedang
bekerja di Demak,
ia ingin mudik ke
Jarak Demak ke Pati = 100
𝑥−5 km
Jarak Demak ke Kudus = 43
𝑥−5 km.
Diketahui :
3 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
kampungnya di
Kudus. Namun,
karena jalan ke
Kudus sedang
dalam perbaikan
maka Glendi
melalui Pati. Jarak
Demak ke Pati
adalah 100
𝑥−5 km,
sedangkan jarak
Demak ke Kudus
adalah 43
𝑥−5 km.
Berapa jauh jarak
Pati ke Kudus?
5
Ditanya : Berapa jauh jarak Pati ke Kudus… 2 2
Jawab :
Jarak Pati ke Kudus = Jarak Demak ke Pati - Jarak Demak
ke Kudus
= 100
𝑥−5 −
43
𝑥−5
= 100−43
𝑥−5
= 57
𝑥−5
10 3
Jadi, jauh jarak Pati ke Kudus adalah 57
𝑥−5 km. 5 4
Total Skor 25 -
Jumlah Total Skor 100
Demak
Kudus
Pati
100
𝑥−5 km
43
𝑥−5 km
Sketsa :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Hasil Pekerjaan Kelompok 1
Lampiran 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Hasil Pekerjaan Kelompok 2
Lampiran 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Hasil Pekerjaan Kelompok 3
Lampiran 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Hasil Pekerjaan Kelompok 4
Lampiran 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Hasil Pekerjaan Kelompok 5
Lampiran 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Kunci Jawaban Soal Tes Pemecahan Masalah
No Soal Kunci Jawaban Skor Fase *
1. Ibu mempunyai
persediaan
mentega
sebanyak 2
3 kg.
Kemudian ibu
membeli lagi
mentega
sebanyak 3
4 kg
mentega. Berapa
banyak mentega
yang ibu miliki
sekarang?
Diketahui : - Persediaan mentega ibu = 2
3 kg
- Mentega yang ibu beli = 3
4 kg
4 1
Ditanya : Berapa banyak mentega yang ibu miliki
sekarang? 3 2
Jawab :
Banyak mentega yang ibu miliki = Persediaan mentega ibu +
Mentega yang ibu beli
=2
3+
3
4
= 2(4) + 3(3)
3.4
=8 + 9
12
=17
12
10 3
Jadi, banyak mentega yang ibu miliki sekarang adalah 17
12 kg 3 4
Total Skor 20 -
Lampiran 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
2. Dari soal di atas
tentukan konsep
penjumlahan
pecahan dalam
bentuk aljabar!
Misalkan :
Persediaan mentega ibu = 2
3 kg =
𝑎
𝑏
Mentega yang ibu beli = 3
4 kg =
𝑐
𝑑
Diketahui :
2 1
Ditanya : Konsep penjumlahan pecahan dalam bentuk
aljabar. 2 2
Jawab : 𝑎
𝑏+
𝑐
𝑑=
𝑎𝑑+𝑏𝑐
𝑏.𝑑 ; dimana 𝑏 ≠ 0 dan 𝑑 ≠ 0 4 3
Jadi, konsep penjumlahan pecahan dalam bentuk aljabar
adalah
𝑎
𝑏+
𝑐
𝑑=
𝑎𝑑+𝑏𝑐
𝑏.𝑑 ; dimana 𝑏 ≠ 0 dan 𝑑 ≠ 0.
2 4
Total Skor 10 -
3. Meli ingin
membuat baju
batik. Ia
mempunyai 5
4 meter kain
Diketahui : - Kain batik yang Meli miliki adalah 5
3 meter
- Kain batik yang diperlukan untuk membuat
baju adalah 2
3 meter.
4 1
Ditanya : Berapa meterkah sisa kain batik yang Meli
miliki? 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
batik, dalam
pembuatan baju
batik memerlukan 2
3 meter kain
batik. Berapa
meterkah sisa
kain batik yang
Meli miliki?
Jawab :
Sisa kain batik yang Meli miliki = Kain batik yang Meli
miliki - Kain batik yang
diperlukan
=5
4−
2
3
= 5(3) − 2(4)
4.3
=15 − 8
12
=7
12
10 3
Jadi, sisa kain batik yang Meli miliki adalah 7
12 meter. 3 4
Total Skor 20 -
4. Dari soal di atas
tentukan konsep
pengurangan
pecahan dalam
bentuk aljabar!
Misalkan :
- Kain batik yang Meli miliki = 5
3 m =
𝑎
𝑏
- Kain batik yang diperlukan untuk
membuat baju = 2
3 m =
𝑐
𝑑
Diketahui :
2 1
Ditanya : Konsep pengurangan pecahan dalam bentuk
aljabar. 2 2
Jawab :
𝑎
𝑏−
𝑐
𝑑=
𝑎𝑑−𝑏𝑐
𝑏.𝑑 ; dimana 𝑏 ≠ 0 dan 𝑑 ≠ 0
4 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Jadi, konsep pengurangan pecahan dalam bentuk aljabar
adalah
𝑎
𝑏−
𝑐
𝑑=
𝑎𝑑−𝑏𝑐
𝑏.𝑑 ; dimana 𝑏 ≠ 0 dan 𝑑 ≠ 0.
2 4
Total Skor 10 -
5. Ayah mempunyai
tanah seluas 67
𝑥
m2. Kemudian,
ayah membeli
lagi tanah seluas 133
𝑥 m2. Berapa
jumlah luas tanah
yang ayah miliki?
Diketahui : - Besar tanah yang ayah miliki = 67
𝑥 m2
- Besar tanah yang ayah beli = 133
𝑥 m2 4 1
Ditanya : Berapa besar luas tanah yang ayah miliki? 3 2
Jawab :
Jumlah luas tanah yang ayah miliki = luas tanah yang ayah
miliki + luas tanah
yang ayah beli
=67
𝑥+
133
𝑥
= 67 + 133
𝑥
=200
𝑥
10 3
Jadi, luas tanah yang ayah miliki adalah 200
𝑥 m2 3 4
Total Skor 20 -
6. Ayah mempunyai
tanah seluas 21300
𝑎
cm2. Tanah
Diketahui : - luas tanah yang ayah miliki = 21300
𝑎 cm2
- luas tanah anak pertama = 6300
𝑎 cm2
- luas tanah anak kedua = 6300
𝑎 cm2
4 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
tersebut diberikan
kepada ketiga
orang anaknya.
Anak pertama
mendapatkan 6300
𝑎
cm2, anak kedua
mendapatkan 6300
𝑎
cm2 dan anak
ketiga
mendapatkan 6300
𝑎
cm2. Berapa sisa
luas tanah yang
ayah miliki?
- luas tanah anak ketiga = 6300
𝑎 cm2
Ditanya : Berapa sisa luas tanah yang ayah miliki? 3 2
Jawab :
Sisa tanah yang ayah miliki = luas tanah yang ayah miliki -
(luas tanah anak pertama +
luas tanah anak kedua + luas
tanah anak ketiga)
=21300
𝑎− (
6300
𝑎+
6300
𝑎
+6300
𝑎)
= 21300 − 18900
𝑎
=2400
𝑎 𝑚2
10 3
Jadi, sisa luas tanah yang ayah miliki adalah 2400
𝑎 𝑐𝑚2 3 4
Total Skor 20 -
Jumlah Total Skor 100
*) Nt : Fase pemecahan masalah
1. Fase pertama, yaitu proses pengumpulan data;
2. Fase kedua, yaitu planing atau merencanakan penyelesaian;
3. Fase ketiga, yaitu solving atau menyelsaikan masalah;
4. Fase keempat, yaitu checking atau memeriksa kembali perkerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Soal Tes Pemecahan Masalah
Kelas/Sekolah :
Nama Siswa :
Petunjuk:
1. Bacalah soal dengan teliti sebelum mengerjakannya.
2. Tulislah jawaban anda dengan tepat pada lembar jawab.
3. Kerjakan soal berikut WAJIB menggunakan bulpen.
Masalah 1.
Ibu mempunyai persediaan mentega sebanyak 2
3 kg. Kemudian ibu membeli lagi
mentega sebanyak 3
4 kg mentega. Berapa banyak mentega yang ibu miliki
sekarang?
Masalah 2.
Dari soal di atas tentukan konsep penjumlahan pecahan dalam bentuk aljabar!
Masalah 3.
Meli ingin membuat baju batik. Ia mempunyai 5
3 meter kain batik, dalam
pembuatan kain batik memerlukan 2
3 meter kain batik. Berapa meterkah sisa kain
batik yang Meli miliki?
Masalah 4.
Dari soal di atas tentukan konsep pengurangan pecahan dalam bentuk aljabar!
Masalah 5.
Ayah mempunyai tanah seluas 67
𝑥 m2
. Kemudian, ayah membeli lagi tanah seluas 133
𝑥 m2. Berapa luas tanah yang ayah miliki?
Masalah 6.
Ayah mempunyai tanah seluas 21300
𝑎 cm2. Tanah tersebut diberikan kepada ketiga
orang anaknya. Anak pertama mendapatkan 6300
𝑎 cm2, anak kedua mendapatkan
6300
𝑎 cm2 dan anak ketiga mendapatkan
6300
𝑎 cm2. Berapa sisa luas tanah yang ayah
miliki?
Lampiran 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
118
Hasil Tes Pemecahan Masalah S.1
Lampiran 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
119
Hasil Tes Pemecahan Masalah S.8
Lampiran 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
120
Hasil Tes Pemecahan Masalah S.3
Lampiran 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
121
Hasil Tes Pemecahan Masalah S.10
Masalah S.1
Lampiran 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
122
Hasil Tes Pemecahan Masalah S.12
Lampiran 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Transkrip Wawancara Siswa
Masalah 1
S.12
P : “Gimana sama masalah pertama, kamu ada kesulitan gak?”
S.12 : “Buat yang ini gak ada sih mas…”
P : “Apa saja informasi yang kamu ketahui pada soal?”
S.12 : “Persediaan mentega ibu dan mentega yang ibu beli” (Sambil menunjuk
soal)
P : “Selain itu informasi apa yang kamu dapatkan?”
S.12 : “Yang ditanya mas.”
P : “yang ditanya apa?”
S.12 : “Banyak mentega yang ibu miliki.” (Sambil menunjuk soal)
P : “Kok kamu menggunakan tambah?”
S.12 : “Karena awalnya ibu punya dua per tiga kg mentega, terus ibu beli lagi
mentega sebanyak tiga per empat kg, makanya ditambahin aja.”
P : “Kenapa kamu menyamakan penyebutnya duluan?”
S.12 : “Kan, penyebutnya belum sama mas...”
P : “Kenapa penyebutnya kamu gunakan dua belas?”
S.12 : “Karena KPK dari tiga dan empat adalah dua belas …”
P : “Kenapa pembilangnya menjadi delapan dan sembilan?”
S.12 : “Karena dua belas dibagi tiga kemudian dikalikan dua sama dengan
delapan, sedangkan dua belas dibagi empat kemudian dikali tiga sama
dengan sembilan…”
P : “Yakin gak sama jawabanmu?”
S.12 : “Yakin mas...”
P : “Kok bisa yakin?”
S.12 : “ya, karna tadi saya sudah cek lagi mas…”
P : “Yang kamu cek apa?”
S.12 : “kan pertama menyamakan penyebutnya mas, dan menyebutnya adalah
dua belas karena KPK empat dan tiga adalah dua belas mas, selanjutnya
penjumlahannya juga sudah benar mas…”
S.1
P : “Buat masalah pertama, kamu ada kesulitan gak?”
S.1 : “Gak sih mas, cuma aku lupa cara ngitungnya…”
P : “Oke, menurutmu yang di ketahui dari soal masalah pertama apa?”
S.1 : (Siswa membaca masalah pertama pada LKS)
P : “Terus yang ditanyain apa?”
S.1 : (Siswa membaca kembali masalah pertama pada LKS)
P : “Terus menurutmu cara nyelesainnya gimana?”
S.1 : “Ditambah mas…”
Lampiran 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
P : “Kok bisa enam per delapan hasilnya?”
S.1 : “Dikali silang mas...”
P : “Gimana kamu ngaliinnyya?”
S.1 : “dua kali empat sama dengan delapan, sedangkan tiga tambah tiga sama
dengan enam…”
P : “Terus kamu yakin gak sama jawabanmu?”
S.1 : “Gak terlalu yakin mas…”
P : “Loh kenapa?”
S.1 : “Soalnya aku lupa mas cara nambahinnya…”
P : “Oke…oke gak papa. Tetep semangat dan rajiin belajar yah biar gak
lupa…”
S.8
P : “Gimana, buat masalah pertama ada kesulitan gak?”
S.8 : “Gak ada mas, lancar…”
P : “Kalo gitu apa aja yang diketahui pada masalah yang pertama?”
S.8 : “Mentega ibu punya sama mentega yang ibu beli…”
P : “Oke, terus yang ditanyain?”
S.8 : “Banyak mentega ibu…”
P : “Terus menurutmu kalo ditanya banyak mentega ibu gitu, kamu ngerjainya
gimana?”
S.8 : “Ditambahin aja mas mentega ibu sebelumnya sama yang ibu beli…”
P : “Oke cara kamu nambahinnya gimana?”
S.8 : “Samain dulu mas penyebut – penyebutnya…”
P : “Caranya?”
S.8 :“Dikaliin aja penyebunya, mentega yang punya ibu kan penyebutnya tiga
terus yang ibu beli lagi itu kan 4 jadi penyebutnya dua belas…”
P : “Oke, udah gitu aja?”
S.8 : “Terus pembilang yang mentega punya ibu dikali empat, jadi dua kali empat
sama dengan delapan. Terus yang pembilang yang mentega ibu beli itu
dikali tiga, jadi tiga dikali tiga sama dengan sembilan…”
P : “Terus selanjutnya apa?’’
S.8 :”Terus dijumlahin aja mas, kan penyebut nya udah sama...”
P : “Trus kamu yakin sama jawaban mu?”
S.8 : “Yakin Mas, soalnya yang ditanya pada masalah pertama itu jumlah
menyega Ibu jadi saya tambahin semuanya…”
S.10
P : “Apa saja informasi yang kamu ketahui pada masalah pertama?”
S.10 : “mentega ibu, sama yang ibu beli lagi…”
P : “Terus yang ditanya apa?”
S.10 : “Banyak mentega yang ibu mas…”
P : “Menurutmu gmana cara ngerjainnya?”
S.10 : “Dijumlahin aja mas…”
P : “Kenapa kamu menyamakan penyebutnya duluan?”
S.10 : “Kan, penyebutnya belum sama mas...”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
P : “Kenapa penyebutnya kamu gunakan dua belas?”
S.10 : “Karena KPK tiga sama empat itu dua belas mas…”
P : “Kenapa pembilangnya menjadi delapan dan sembilan?”
S.10 : “Karena dua belas dibagi tiga terus dikalikan dua sama dengan delapan,
sedangkan dua belas dibagi empat kemudian dikali tiga itu sama dengan
sembilan…”
P : “Yakin gak sama jawabanmu?”
S.10 : “Yakin mas...”
P : “Kok bisa yakin?”
S.10 : “Saya coba hitung lg jawabanya bener apa gak…”
S.3
P : “Apa aja yang diketahui pada masalah yang pertama?”
S.3 : “Mentega punya ibu sama mentega yang ibu beli mas…”
P : “Oke, terus yang ditanyain apa?”
S.3 : “Berapa banyak mentega ibu sekarang…”
P : “Terus menurut kamu buat nyari banyak mentega, gimana?”
S.3 : “Ditambahin aja …”
P : “Oke cara kamu nambahinnya gimana?”
S.3 : “Penyebut – penyebutnya disamain dulu mas …”
P : “Caranya?”
S.3 :“Dikaliin aja penyebunya, mentega yang punya ibu kan penyebutnya tiga
terus yang ibu beli lagi itu kan empat jadi penyebutnya dua belas…”
P : “Oke, terus?”
S.3 : “Terus pembilang pertama kali empat sama dengan delapan. Terus
pembilang yang kedua dikali tiga, jadi tiga dikali tiga sama dengan
sembilan…”
P : “Pembilang yang pertama sama yang kedua itu apa?’’
S.3 : “Pembilang yang pertama itu buat mentega yang ibu miliki, terus yang
kedua buat mentega yang ibu beli…”
P : “Oke, terus selanjutnya apa?”
S.3 :”Terus dijumlahin aja mas, kan penyebut – penyebunya udah sama...”
P : “Oke udh selesai po?”
S.3 : “Udah mas…”
P : “Trus kamu yakin sama jawaban mu?”
S.3 : “Yakin Mas, soalnya yang ditanyain itu jumlahin jadi pasti ditambah…”
Masalah 2
S.12
P : “Menurutmu informasi apa aja yang diketahui dari masalah kedua?”
S.12 : “Ngikutin informasi masalah yang pertama…”
P : “Terus,yang ditanyain apa?”
S.12 : “Mentukan konsep penjumlahan pada pecahan aljabar…”
P : “Terus cara kamu ngerjain gimana?”
S.12 : “Karna yang ditanya konsep penjumlahan makannya cara ngerjainnya
dijumlahin…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
P : “Kenapa a dikali d ditambah c dikali d lalu dibagi b kali d?”
S.12 : “kan caranya sama kayak masalah satu cuma diganti sama variabel aja...”
P : “kok bisa sama?”
S.12 : “ya sama mas, karena yang ditanyakan penjumlahan tapi bentuk aljabar
…”
P : “kenapa b dikali d tidak sama dengan nol?”
S.12 : “Karena kalo nol hasilnya tidak diidefinisikan…”
P : “Yakin gak sama jawabanmu?”
S.12 : “Yakin mas...”
P : “Kok kamu bisa yakin?”
S.12 : “Karena saya sudah cek lagi…”
P : “Bagaimana kamu ceknya?”
S.12 : “Masalah satukan gak pake variabel nah terus gantiin aja pake variabel
terus caranya sama karna yang ditanyain itu tambah jadii tinggal tambahin
…”
S.1
P : “Yang diketahui dari masalah kedua apa?”
S.1 : “Yang diketahui itu sama kayak masalah pertama…”
P : “Yang ditanya dari masalah kedua apa?”
S.1 : “Konsep penjumlahan dalam bentuk ajabar mas…”
P : “Oke, menurut kamu ngerjainya gimana?”
S.1 : “Dimisalin dulu pake a, b, c, d …”
P : “Apa itu a, b, c, d?”
S.1 : “Variabel mas…”
P : “Terus gimana?”
S.1 : “Dijumlahin aja kayak masalah yang pertama mas, tapi ganti pake
variabel…”
P : “kamu udh yakin sama jawabanmu?”
S.1 : “yakin mas, udah tak cek lg jawabannya.”
S.8
P : “Apa yang diketahui pada masalah kedua?”
S.8: (Siswa membaca soal pada masalah 1).
P : “Terus,yang ditanyain masalah kedua apa?”
S.8: “Mentukan konsep penjumlahan pada pecahan aljabar mas…”
P : “Kenapa kamu jumlahkan?”
S.8: “Karna yang ditanya konsep penjumlahan mas…”
P : “Kenapa a dikali d ditambah c dikali d dibagi b kali d?”
S.8: “kan caranya sama kayak masalah pertama...”
P : “kok bisa sama?”
S.8: “ya sama mas, karena pemisalan yang diketahui itu a=2, b=3, c=3, d=4…”
P : “kenapa b dikali d tidak sama dengan nol?”
S.8: “Karena kalo nol hasilnya tak diidefinisikan…”
P : “Yakin gak sama jawabanmu?”
S.8: “Yakin mas...”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
P : “kenapa bisa yakin?”
S.8: “karena saya sudah cek lagi…”
P : “Bagaimana kamu ceknya?”
S.8: “Ya itukan sama dengan soal masalah 1 tinggal ganti sama variable aja mas
…”
S.10
P : “Apa yang diketahui pada masalah dua?”
S.10 : “sama kayak masalah satu mas tapi dimisalin pake variabel…”
P : “Terus,yang ditanyain masalah dua apa?”
S.10 : “Konsep penjumlahan pada pecahan aljabar…”
P : “Terus menurut kamu gimana nyelesaiinnya?”
S.10 : “bilangan yang udah dimisalin pake variabel dijumlahin…”
P : “Kenapa a dikali d ditambah c dikali d dibagi b kali d?”
S.10 : “caranya sama kayak masalah satu cuma dijumlahin itukan yang udah
dimisalin...”
P : “kenapa b dikali d tidak sama dengan nol?”
S.10 : “Kalo pecahankan penyebutnya gak boleh nol mas…”
P : “Yakin gak sama jawabanmu?”
S.10 : “Yakin mas...”
P : “kenapa bisa yakin?”
S.10 : “Udah tak cek lagi pembilang sama penyebutnnya yang dijawabanya
mas…”
S.3
P : “Apa yang diketahui pada masalah dua?”
S.3: (Siswa membaca soal pada masalah 1).
P : “Terus,yang ditanyain masalah dua apa?”
S.3: “Mentukan konsep penjumlahan pada pecahan aljabar mas…”
P : “Kenapa kamu jumlahkan?”
S.3: “Karna yang ditanya konsep penjumlahan mas…”
P : “Kenapa a dikali d ditambah c dikali d dibagi b kali d?”
S.3: “kan caranya sama kayak masalah satu...”
P : “kok bisa sama?”
S.3: “ya sama mas, karena pemisalan yang diketahui itu a sama dengan dua, b
sama dengan tiga, c sama dengan tiga, d sama dengan empat…”
P : “kenapa b dikali d tidak sama dengan nol?”
S.3: “Karena kalo nol hasilnya tak diidefinisikan…”
P : “Yakin gak sama jawabanmu?”
S.3: “Yakin mas...”
P : “kenapa bisa yakin?”
S.3: “karena saya sudah cek lagi…”
P : “Bagaimana kamu ceknya?”
S.3: “ya itukan sama dengan soal masalah 1 tinggal ganti sama variable aja mas
…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Masalah 3
S.12
P : “Yang diketahui pada masalah ketiga apa?”
S.12 : “Kain punya meli sama kain yang diperlukan buat baju…”
P : “Terus yang ditanyain apa?”
S.12 : “Berapa meter sisa kain batik punya meli…”
P : “Menurutmu buat nyelesaiinnya gimana?”
S.12 : “Dikurangin mas…”
P : “Kenapa dikurangin?”
S.12 : “Yang ditanyakan sisa, makanya dikurangin aja...”
P : “Terus cara nguranginya gimana?”
S.12 : “Disamain dulu penyebutnya...”
P : “Caranya?”
S.12 : “KPK dari tiga sama empat mas …”
P : “udah yakin belum sama jawanmu?”
S.12 : “yakin mas...”
P : “Kok bisa yakin?”
S.12 : “Udah tak hitung ulang mas jawabannya…”
S.1
P : “Menurutmu yang diketahui dari masalah ketiga apa?”
S.1 : “kain punya meli sama kain batik yang mau dibuatin baju…”
P : “Yang ditanya apa?”
S.1 : “Sisa kali yang meli miliki…”
P : “Kok bisa delapan per lima belas hasilnya?”
S.1 : “Tak kali silang mas...”
P : “Gimana kamu ngaliinnya?”
S.1 : “dua kali empat sama dengan delapan, sedangkan lima kali tiga sama
dengan lima belas…”
P : “Kamu yakin sama jawabanmu?”
S.1 : “Aku lupa cara nguranginnya mas, udah tak ulang – ulang tp lupa…”
S.8
P : “apa saja yang diketahui dari masalah ketiga?”
S.8 : “Panjang kain meli sama kain yang diperluin untuk buat baju…”
P : “Yang ditanyain apa?”
S.8 : “Sisa kain meli…”
P : “Terus menurutmu ngerjainnya gimana?”
S.8 : “dikurang mas...”
P : “Kenapa penyebutnya dua belas?”
S.8 : “Kan, penyebut – penyebutnya disamain...”
P : “Kenapa kenapa jadi dua belas?”
S.8 : “Dikaliin aja mas penyebut - penyebutnya …”
P : “Kamu yakin sama jawabanmu?”
S.8 : “yakin mas...”
P : “kok kamu bisa yakin?”
S.8 : “ya mas, karna tadi saya sudah hitung ulang lg mas…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
S.10
P : “Dari masalah tiga apa saja yang diketahui?”
S.10 : “Kain yang meli punya sama kain yang diperluin meli untuk buat baju…”
P : “Terus yang ditanyain?”
S.10 : “Sisa kain punya meli…”
P : “Menurutmu cara kerjainnya gimana?”
S.10 : “Dikurangin…”
P : “Kenapa dikurangin?”
S.10 : “Kan yang ditanya sisa, jadi dikurangin aja...”
P : “Kenapa penyebutnya dua belas?”
S.10 : “Disamain dulu penyebutnya...”
P : “Kenapa kenapa jadi dua belas?”
S.10 : “KPK dari tiga sama empat mas …”
P : “Yakin gak sama jawabanmu?”
S.10 : “yakin mas...”
P : “Kok bisa yakin?”
S.10 : “Udah tak cek, sama hitung ulang mas jawabannya…”
S.3
P : “Kamu apa saja yang diketahui dari masalah ketiga?”
S.3 : “Panjang kain yang meli punya sama kain yang diperluin meli untuk buat
baju mas…”
P : “Terus yang ditanyain apa?”
S.3 : “Sisa kain yang meli punya mas…”
P : “Kenapa kamu kurangin?”
S.3 : “Karena yang ditanya sisa mas, jadi tak kurangin aja mas...”
P : “Kenapa penyebutnya dua belas?”
S.3 : “Kan, disamain dulu mas penyebutnya...”
P : “Kenapa kenapa jadi dua belas?”
S.3 : “Dikaliin aja mas penyebut - penyebutnya …”
P : “Apakah kamu sudah yakin sama jawabanmu?”
S.3 : “Sudah mas...”
P : “yakin?”
S.3 : “ya mas, karna tadi saya sudah cek lagi mas…”
P : “Coba kamu ceritain deh prosesnya?”
S.3 : “Pencahan yang pertama itukan lima per empat terus pecahan kedua itu dua
per tiga nah terus samain penyebutnya, pecahan pertama penyebutnya
dikali tiga sama dengan dua belas, terus pecahan kedua penyebutnya dikali
empat sama dengan dua belas. Terus pembilang yang pertama itu dikali
tiga juga mas jadi hasilnya lima belas, Terus pembilang yang kedua itu
dikali empat juga mas jadi hasilnya delapam, nah tadikan penyebunya udah
disamain jadi dua belas, tinggal di kurangin aja mas pembilangnya jadi
lima belas dikurang delapan hasilnya itu tujuh jadi jawabannya tujuh per
dua belas…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Masalah 4
S.12
P : “Dari masalah keempat apa aja yang diketahui?”
S.12 : (Siswa membaca masalah 3).
P : “Terus,yang ditanyain masalah keempat apa?”
S.12 : “Menentukan konsep pengurangan pada pecahan aljabar mas…”
P : “Kenapa dikurangin?”
S.12 : “Karna yang ditanya konsep pengurangan mas…”
P : “Kenapa a dikali d dikurang c dikali d dibagi b kali d?”
S.12 : “kan caranya sama kayak masalah dua...”
P : “Kok bisa sama?”
S.12 : “Ya sama mas, karena yang masalah dua itu konsep penjumlahan dan yang
masalah empat itu pengurangan …”
P : “Kamu yakin gak sama jawabanmu?”
S.12 : “Ia, yakin mas...”
P : “Kenapa bisa yakin?”
S.12 : “Ya itukan sama dengan soal masalah dua tinggal ganti sama pengurangan
aja mas …”
S.1
P : “Dari masalah keempat apa aja yang diketahui?”
S.1 : “Sama kayak masalah ketiga mas…”
P : “Yang tanya pada masalah keempat apa?”
S.1 : “Konsep pengurangan pada pecahan aljabar mas…”
P : “Kenapa dikurangin?”
S.1 : “Karna yang ditanya konsep pengurangan mas…”
P : “Kamu yakin sama jawabanmu?”
S.1 : “Gak mas…”
P : “lah, kenapa?”
S.1 : “Waktunya keburu habis, soalnya aku ngerjain yang masalah enam
duluan…”
S.8
P : “Buat masalah keempat informasi apa aja yang kamu ketahui?”
S.8 : “Yang diketahui itu sama kayak masalah yang ketiga mas…”
P : “Ditanyain masalah keempat apa?”
S.8 : “Tenentukan konsep pengurangan pada pecahan dalam bentuk aljabar
mas…”
P : “Cara ngerjainnya gimana?”
S.8 : “Karna yang ditanya konsep pengurangan, jadi pake pengurangan mas…”
P : “kan ditanyainnya bentuk aljabar, pecahan bentuk aljabar itu gimana?”
S.8 : “pecahan yang pake variabel mas...”
P : “Contohnya?”
S.8 : “ a per b, c per d…”
P : “Kamu udah yakin sama jawabanmu?”
S.8 : “Ia, yakin mas...”
P : “Kenapa bisa yakin?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
S.8 : “Ya itukan sama dengan soal masalah dua tinggal ganti sama pengurangan
aja mas …”
S.10
P : “Kalo buat masalah keempat yang diketahui apa?”
S.10 : “Sama kayak masalah ketiga mas…”
P : “Terus,yang ditanyain apa?”
S.10 : “Menentukan konsep pengurangannya…”
P : “Kamu ngerjakannya gimana?”
S.10 : “Sama kayak masalah dua mas, tapi karna yang ditanya konsep
pengurangan mas jadi dikurangin…”
P : “yakin gak sama jawabanmu?”
S.10 : “Ia, yakin mas...”
P : “Kenapa bisa yakin?”
S.12 : “Karena konsepnya hampir sama dengan masalah dua tp yang ini
pengurangan…”
S.3
P : “Buat masalah yang keempat yang diketahui apa?”
S.3 : “yang diketahuinya sama kayak masalah tiga mas…”
P : “Terus,yang ditanyain?”
S.3 : “konsep pengurangan…”
P : “Terus cara kamu ngerjainya gimana?”
S.3 : “dikurangin mas tapi pake variabel…”
P : “Variabelnya apa?”
S.3 : “a, b, c, sama d…”
P : “Terus kenapa bisa jadi b kali d?”
S.3 : “Karena b sama d itu penyebut – penyebutnya mas jadi disamain dulu…”
P : “Oke, cara nyamainnya gimana?”
S.3 : “Dikali mas…”
P : “udah yakin kamu sama jawabanmu?”
S.3 : “Yakin mas, udh tak cek lagi kayak yang masalah dua...”
Masalah 5
S.12
P : “informasi yang terdapat pada masalah lima apa aja?”
S.12 : “Tanah ayah sama tanah yang ayah beli…”
P : “Yang ditanyakan apa?”
S.12 : “Berapa jumlah luas tanah yang ayah miliki…”
P : “Terus nyelesaiinnya gimana?”
S.12 : “Ditambahin, karena penyebut – penyebutnya sama makanya bisa langsung
di jumlahin aja …”
P : “Kamu yakin sama jawabanmu?”
S.12 : “Yakin mas, karena saya sudah periksa kembali pekerjaan saya mas …”
P : “Bagaimana bisa yakin?”
S.12 : “Saya periksa lagi hasil hitungan saya mas…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
S.8
P : “Pada masalah lima apa saja yang diketahui?”
S.8 : “Tanah punya ayah sama tanah yang ayah beli…”
P : “Ditanyanya apa?”
S.8 : “Berapa jumlah luas tanah ayah…”
P : “Kenapa tambah?”
S.8 : “Karena yang ditanyakan itu jumlah luas tanah ayah,jadi luas tanah yang
sebelumnya ditambah sama luas tanah yang ayah beli …”
P : “Terus cara kamu jumlahinya gimana?”
S.8 : “Karena penyebut pada luasan tanah ayah sama dengan luasan tanah yang
ayah beli jadi bisa langsung ditambah...”
P : “Kamu yakin sama jawabanmu?”
S.8 : “Yakin mas...”
P : “Bagaimana bisa yakin?”
S.8 : “Udah tak baca lg soalnya sama tak hitung lg mas hasilnya …”
S.10
P : “Yang diketahui pada masalah lima apa aja?”
S.10 : “Tanah yang ayah punya sama tanah yang ayah beli lagi mas”.
P : “Yang ditanyakan pada masalah lima apa?”
S.10 : “Berapa jumlah tanah ayah mas…”
P : “Kenapa kamu gunakan tambah?”
S.10 : “Karna yang ditanyakan itu jumlahnya mas…”
P : “Kenapa kamu langsung mendapatkan hasil 200?”
S.10 : “Karena penyebutnya sudah sama mas jadi langsung di jumlahin aja...”
P : “Apakah kamu sudah yakin sama jawabanmu?”
S.10 : “Yakin mas...”
P : “Bagaimana bisa yakin?”
S.10 : “Karena saya sudah periksa kembali pekerjaan saya mas …”
P : “Contohya?”
S.10 : “Saya periksa lagi hasil hitungan saya mas…”
S.3
P : “Buat yang masalah lima informasi apa aja yang bisa kamu kumpul?”
S.3 : “Tanah ayah sama beli tanah lagi…”
P : “Yang ditanyakan apa?”
S.3 : “Berapa jumlah luas tanah ayah…”
P : “terus cara kamu ngerjainya gimana?”
S.3 : “Ditambahin aja mas…”
P : “Terus dua ratus kamu dapet dari mana?”
S.3 : “Pembilang ditambah pembilang...”
P : “Yakin sama jawabanmu?”
S.3 : “Ia mas...”
P : “Kenapa bisa yakin?”
S.3 : “Udah tak cek lagi mas …”
P : “kayak mana ngeceknya?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
S.3 : “liat lg masalah kelima terus liat hasilnya mas…”
Masalah 6
S.12
P : “Dari masalah 6,menurutmu apa aja yang informasi yang dapat?”
S.12: “Luas tanah ayah, sama luas tanah buat anak satu,dua,tiga …”
P : “Terus, apa lagi?”
S.12 : “Berapa sisa luas tanah ayah…”
P : “Oke, yang kamu kaliin sama 3 itu apa?”
S.12 : “Itu luas jumlah tanah buat ketiga anaknya karena luas buat anak satu,
dua, tiga itu sama makanya kaliin tiga mas …”
P : “Terus kenapa kamu kurangin?”
S.12 : “Karena ayah memberikan kepada anaknya mas, jadi saya kurangin aja
luas tanah ayah…”
P : “Kenapa kamu kalikan dulu?”
S.12: “Supaya tau jumlah total luas tanah punya anak-anaknya mas…”
P : “Terus kenapa dikurangi?”
S.12 : “Kan yang ditanya sisa tanah ayah setelah dikasi sama anaknya, jadi
dikurangi aja…”
P : “Kamu udah yakin sama jawabanmu?”
S.12 : “Yakin mas...”
P : “Kenapa kamu bisa yakin?”
S.12 : “Saya cek lg mas hasilnya, saya coba buat hitung lg jumlah tanah anak –
anaknya terus saya hitung lg tanah ayah dikurangi tanah buat anaknya…”
S.1
P : “Yang diketahui dari masalah enam apa?”
S.1 : “Tanah ayah, tanah anak satu, dua, sama tiga…”
P : “Yang ditanya apa?”
S.1 : “Sisa tanah ayah yang udah dikasi sama anak – anaknya…”
P : “Terus kira-kira cara kamu nyelesaiinnya gimana?”
S.1 : “Ditambahin dulu tanah buat tiga anaknya…”
P : “Kenapa kamu pake tambah?”
S.1 : “Karna buat dapatin total luas tanah milik semua anak mas...”
P : “Terus kenapa kamu kurangi?”
S.1 : “Kan diberikan mas, jadi tanah ayah berkurang dong …”
P : “Kenapa kamu jumlahin luas tanah semua anak-anaknya?”
S.1 : “Supaya tau total tanah yang dikasi sama anak – anaknya mas...”
P : “Terus kamu samakan dulu gak penyebutnya?”
S.1 : “Penyebutnyakan udah sama mas…”
P : “Oke, terus kenapa kamu kurangin sama luas tanah ayah ?”
S.1 : “Karena yang ditanyain kan sisa mas…”
P : “Kamu udah yakin sama jawabanmu?”
S.1 : “Yakin mas…”
P : “Kok kamu yakin?”
S.1 : “Karena penyebutnya udah sama jadi bisa langsung ditambahin selanjutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
dikurangin…”
P : “oke, makasih yah.”
S.1 : “Ia, sama – sama…”
S.8
P : “Kalo buat masalah enam apa aja yang diketamui?”
S.8 : “Luas tanah punya ayah, lalu diberikan sama anak satu, anak dua, dan anak
tiga …”
P : “yang ditanyain apa?”
S.8 : “Berapa sisa luas tanah yang ayah miliki …”
P : “Kok luas tanah yang buat anak dikalikan dengan tiga?”
S.8 : “Karena luas tanah yang buat tiga anak sama, makanya kaliin tiga …”
P : “Terus kenapa pake kurang juga?”
S.8 : “Karena ayah memberikan kepada anak, jadi dikurangin luas tanah ayah…”
P : “Kenapa kamu kalikan dulu?”
S.8 : “Biar lebih mudah ngurangin sama tanah...”
P : “Kamu yakin sama jawabanmu?”
S.8 : “Yakin mas...”
P : “Kenapa kamu bisa yakin?”
S.8 : “kan luuas tanah anak udh dikali tiga, terus tanah ayah dikurangin sama
tanah anak – anaknya, jadi dapet deh hasilnya …”
P : “Oke makasih yah.”
S.10
P : “Apa saja yang diketahui dari masalah enam?”
S.10: “Luas tanah ayah, luas tanah untuk anak satu, anak dua, dan anak tiga
mas…”
P : “Terus,yang ditanyain apa?”
S.10 : “Sisa luas tanah ayah mas…”
P : “Kok dikalikan dengan 3?”
S.10 : “Karena luas tanah buat ketiga anak sama mas makanya kaliin tiga mas
…”
P : “Terus kenapa kamu kurangin?”
S.10 : “Karena ayah memberikan kepada anaknya mas, jadi saya kurangin aja
luas tanah ayah…”
P : “Kenapa kamu kalikan dulu?”
S.10 : “Biar lebih mudah dikuranginya mas ...”
P : “Cuma itu aja ?”
S.10 : “Supaya tau jumlah total jumlah luas tanah punya anak-anaknya mas…”
P : “Terus kenapa dikurangi?”
S.10 : “Karena yang ditanyakan itu sisa luas tanah ayah mas, jadi luas tanah
ayah dikurangi sama jumlah total tanah milik anak-anaknya mas…”
P : “Kamu udah yakin sama jawabanmu?”
S.10 : “Yakin mas...”
P : “Kenapa kamu bisa yakin?”
S.10 : “Karena laus tanah yang dikasi kesetiap anak sama jadi dikaliin aja sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
banyak anaknya, terus karna penyebut dari luas tanah ayah sama dengan
penyebut pada hasil kali tanah buat anaknya tinggal dikurang, terus dapet
hasilnya …”
P : “Oke, terimakasi yah.”
S.3
P : “Kalo buat masalah enam ada informasi apa aja menurutmu?”
S.3 : “Luas tanah ayah, terus luas tanah buat anak satu, luas tanah buat anak
kedua sama buat anak yang ketiga…”
P : “Kalo yang ditanyain apa?”
S.3 : “Berapa sisa luas tanah ayah…”
P : “Terus kamu ide kamu buat ngerjainnya gimana?”
S.3 : “ditambahin dulu luas tanah yang punya anak satu, dua, sama tiga. Terus
luas tanah ayah dikurangin sama luas tanah dari ketiga anaknya…”
P : “Oke, kamu yakin sama jawabanmu?”
S.3 : “ia mas, tapi gak aku garap, keburu habis waktunya…”
P : “Ya udah gak papa, lain kali harus lebih konsen dan teliti lg supaya bisa
selesai semua kalo buat tugas.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Lampiran 20
Dokumentasi Kegiatan Siswa
Gambar 2. Peneliti mengamati kegiatan diskusi siswa
Gambar 1. Siswa berdiskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Gambar 3. Peneliti membantu siswa dalam memukakan ide – ide siswa.
Gambar 4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI