19
PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 JURNAL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat S-1 Pada Program Studi Ilmu Hukum Program Studi Ilmu Hukum Oleh : YULIA ELSA D1A013388 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2017

PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

i

PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 8 TAHUN 2010

JURNAL ILMIAH

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Untuk Mencapai Derajat S-1 Pada

Program Studi Ilmu Hukum

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

YULIA ELSA

D1A013388

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2017

Page 2: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 8 TAHUN 2010

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh:

YULIA ELSA

D1A013388

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Pertama,

Lewis Grindulu,SH.,MH.

NIP. 195910041987031001

Page 3: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

iii

PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 8 TAHUN 2010

NAMA: YULIA ELSA

NIM: D1A013388

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan pembuktian terbalik dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang,

dasar pemikiran digunakannya pembuktian terbalik dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, serta penerapan

pembuktian terbalik dalam tindak pidana pencucian uang dalam praktik peradilan

pidana. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif. Manfaat penelitian

ini terdiri dari manfaat akademis, teoritis, dan praktisi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengaturan pembuktian terbalik diatur dalam Pasal 77 dan

78 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, dasar pemikiran digunakannya

pembuktian terbalik adalah karena TPPU merupakan tidak pidana yang kompleks

dan sulit dalam penanganannya sehingga memerlukan cara-cara baru yang lebih

efektif, dan penerapannya dilakukan saat proses pembuktian dalam persidangan.

Kata Kunci : Pembuktian Terbalik, Tindak Pidana Pencucian Uang

THE APPLICATION OF PROFITABILITY OF MONEY LAUNDERING

BY LAW NUMBER 8 YEAR 2010

ABSTRACT

This study aims to determine the provision of reversed evidence in Law Nomor 8

of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse

proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime, and the application

of reversed proof in money laundering crime In the practice of criminal justice.

This research uses normative research type. The benefits of this study consist of

academic, theoretical, and practitioner benefits. The results showed that the

reversed proofing arrangement is regulated in articles 77 and 78 of Law Nomor 8

of 2010, the rationale behind the reverse verification is that the TPPU is a

complex criminal and difficult to handle so it requires new and more effective

ways, and its application Done during the verification process in the trial.

Keywords : Reversed Proof, Money Laundering Crime

Page 4: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

i

I. PENDAHULUAN

Tindak pidana pencucian uang atau money loundry di Indonesia menjadi

salah satu permasalahan bangsa yang belum terselesaikan. Money loundering

dapat diistilahkan dengan pencucian uang, pemutihan uang, pendulangan uang

atau bisa juga pembersihan uang dari hasil transaksi gelap (kotor). Tujuannya

adalah menyembunyikan atau mengaburkan asal usul uang haram tersebut

sehingga dapat digunakan seolah-olah sebagai uang yang sah.1

Dibentuknya Undang-Undang nomor 8 tahun 2010 tentang Pencucian Uang,

merupakan sebuah bentuk komitmen dan political will negara Indonesia untuk

memerangi permasalahan pencucian uang. Konsep yang revolusioner dituangkan

dalam peraturan ini adalah dipergunakannya beban pembuktian terbalik

(Omkering van het Bewijslat).

Dalam perkara pidana, beban pembuktian ada di tangan jaksa. Adalah jaksa

yang berkewajiban membuktikan tuduhan yang dimuat dalam surat dakwaan.

Demikian pula halnya dalam tindak pidana pencucian uang. Menjadi kewajiban

jaksa untuk membuktikan kejahatan asal (predicate crime) sebelum menuduh

terdakwa melakukan pidana pencucian uang.

Urgensi penerapan pembuktian terbalik dalam Tindak Pidana Pencucian

Uang sangatlah tepat, berbagai pertentangan dengan asas, peraturan, doktrin dan

lain sebagainya tidaklah menjadi penghambat pemberlakuan pembuktian terbalik.

Pertentangan yang hanya disandarkan atas pemikiran positivis law janganlah

menjadi penghambat pemberlakuan pembuktian terbalik. Pemikiran harus dirubah

1 Philips Darwin, Money Laundering (Cara Memahami Dengan Tepat dan Benar Soal

Pencucian Uang), Sinar Ilmu, 2012, hlm. 9.

Page 5: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

ii

dengan melihat kebutuhan bangsa saat ini, bahwa pembuktian terbalik dalam

Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan hal yang revolusioner progresif dan

memerlukan dukungan bersama dalam pelaksanaannya.

Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) atau lebih dikenal dengan

istilah money laundry, merupakan proses dengan mana aset-aset pelaku, terutama

aset tunai yang diperoleh dari suatu tindak pidana, dimanipulasikan sedemikian

rupa sehingga aset-aset tersebut seolah-olah berasal dari sumber yang sah.2

Dengan demikian sumber perolehan dana yang dapat dikatakan illegal dan

dilarang oleh negara melalui peraturan perUndang-Undangan dapat diubah

menjadi legal melalui tahap penempatan (Placement Stage) tahap penyebaran

(Layering Stage), dan tahap pengumpulan (Integration Stage).

Keadaan ini menjadikan TPPU sebagai sebuah bentuk tindakan kriminal

yang perlu penanganan khusus. Dampak terbesar dari TPPU selain merugikan

keuangan negara juga dapat berakibat fatal. Penggunaan uang hasil money

laundry dimungkinkan untuk membiayai aktivitas legal dan juga untuk melakukan

kejahatan lainnya. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa kekhususan

penanganan TPPU dengan beban pembuktian terbalik harus dilakukan.

Maka dari itu penyusun tertarik untuk mengkaji mengenai PENERAPAN

PEMBUKRIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan

masalah: 1. Bagaimana pengaturan pembuktian terbalik dalam tindak pidana

2 http://www.hukumpedia.com/agnesharvelian/pelaksanaan-beban-pembuktian-terbalik-

dalam-tindak-pidana-pencucian-uang. diakses pada tanggal 5 februari 2017.

Page 6: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

iii

pencucian uang bedasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010? 2. Apakah

yang menjadi dasar pemikiran digunakannya pembuktian terbalik dalam tindak

pidana pencucian uang? 3. Bagaimana penerapan pembuktian terbalik dalam

tindak pidana pencucian uang dalam praktik peradilan pidana?.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaturan

pembuktian terbalik dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, Dasar

pemikiran digunakannya pembuktian terbalik dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2010, serta mengetahui penerapan pembuktian terbalik dalam tindak

pidana pencucian uang dalam praktik peradilan pidana. Adapun manfaat

penelitian antara lain: Manfaat akademis, Manfaat teoritis dan keilmuan, dan

Manfaat praktisi.

Metode penelitian adalah jenis penelitian hukum Normatif, pendekatan

penelitian yang digunakan adalah pendekatan perUndang-Undangan, pendekatan

konseptual, pendekatan kasus. Sumber dan bahan hukum didapat dari bahan

hukum primer, sekunder dan bahan hukum tersier. Tehnik pengumpulan bahan

hukum adalah dengan cara studi kepustakaan lalu dilakukan analisis bahan hukum

secara interpretasi, sistematis dan historis Undang-Undang.

Page 7: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

iv

II. PEMBAHASAN

Pengaturan Pembuktian Terbalik dalam Tindak Pidana Pencucian Uang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010

Tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang terjadi secara sistematis dan

meluas mengakibatkan semakin banyaknya pelaku-pelaku tindak pidana

pencucian uang sehingga menimbulkan kekhawatiran dari masyarakat, karena

perbuatan dari tindak pidana ini dapat menimbulkan masalah dan ancaman yang

serius terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat serta menghambat

pembangunan yang berkelanjutan. Sudah menjadi kewajiban dari para penegak

hukum untuk memberantas dan menangkap para pelaku TPPU untuk kemudian

diberikan sanksi yang berat, namun tidak mudah untuk menentukan seseorang

tersebut bersalah atau tidak bersalah telah melakukan suatu perbuatan TPPU,

maka dari itu dibutuhkan sistem pembuktian untuk menentukan terdakwa bersalah

atau tidak bersalah telah melakukan suatu perbuatan pidana (TPPU).

Pembuktian memegang peranan penting dalam setiap proses pemeriksaan

dipersidangan guna menentukan benar tidaknya suatu tindak pidana dan salah atau

tidaknya seseorang terdakwa terhadap suatu perbuatan. Dalam melakukan proses

pembuktian para penegak hukum harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang

mengatur tentang alat-alat bukti dan cara-cara yang dibenarkan oleh Undang-

Undang untuk membuktikan kesalahan yang didakwakan terhadap terdakwa.

Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang alat bukti dan sistem pembuktian

yang digunakan terdapat dalam KUHAP dan Undang-Undang pidana khusus.

Page 8: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

v

Di dalam pemeriksaan tindak pidana, yang mempunyai kewajiban untuk

membuktikan dakwaannya adalah Jaksa penuntut umum, dimana dalam

pemeriksaan tersebut jaksa penuntut umum berperan aktif dalam mencari bukti-

bukti yang berkaitan dengan tindak pidana yang didakwakan guna membuktikan

dakwaanya.`

Selain pembuktian yang diatur dalam ketentuan KUHAP terdapat juga

pembuktian lain yang diatur dalam ketentuan Undang-Undang khusus diluar

KUHAP, dan salah satunya adalah pembuktian yang terdapat dalam ketentuan

Undang-Undang Nomor 8 Tatun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Indonesia dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

pencucian uang, sebelumnya telah memiliki Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Namun ketentuan dalam Undang-

Undang tersebut dirasakan belum memenuhi standar internasional serta

perkembangan proses peradilan tindak pidana pencucian uang sehingga perlu

diubah, agar upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang

dapat berjalan secara efektif. Oleh karenanya disempurnakan melalui Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Namun seiring dengan

berjalannya waktu, ketentuan pada Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 dan

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 dirasakan sudah tidak sesuai dengan

perkembangan kebutuhan penegakan hukum, praktik, dan standar internasional,

sehingga kemudian ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Page 9: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

vi

Pembuktian terbalik diatur dalam Pasal 77 dan 78 Undang-Undang Nomor

8 tahun 2010. Pembuktian terbalik maksudnya adalah beban pembuktian ada pada

terdakwa. Pada tindak pidana pencucian uang yang harus dibuktikan adalah asal-

usul harta kekayaan yang bukan berasal dari tindak pidana, misalnya bukan

berasal dari korupsi, kejahatan narkotika serta perbuatan haram lainnya. Pasal 77

dan 78 tersebut berisi ketentuan bahwa terdakwa diberi kesempatan untuk

membuktikan harta kekayaannya bukan berasal dari tindak pidana. Ketentuan ini

dikenal sebagai asas pembuktian terbalik. Dimana sifatnya sangat terbatas, yaitu

hanya berlaku pada sidang di pengadilan, tidak pada tahap penyidikan. Selain itu

tidak pada semua tindak pidana, hanya pada serious crime atau tindak pidana berat

seperti korupsi, penyelundupan, narkotika, psikotropika atau tindak pidana

perbankan. Dengan sistem ini, justru terdakwa yang harus membuktikan, bahwa

harta yang didapatnya bukan hasil tindak pidana. Yang harus dilakukan adalah

mengetahui apa saja bentuk aset korupsi, dimana disimpan dan atas nama siapa.3

Dasar Pemikiran Digunakannya Pembuktian Terbalik dalam Tindak Pidana

Pencucian Uang

Dilihat secara komperhensif melalui pendekatan sejarah pembuktian terbalik

sebetulnya tidak dikenal dalam negara yang menganut sistem hukum Civil

Law maupun Common Law. Namun pada akhirnya terdapat pengecualian terhadap

peraturan kedua sistem tersebut, yakni diaturnya beban pembuktian terbalik atas

kasus suap atau gratifikasi.4 Perdebatan para ahli dengan mengomparasikan

penggunaan beban pembuktian terbalik dengan negara lain sebetulnya terletak

pada ruh dari kedua sistem hukum ini. Keduanya mengakui penggunaan

pembuktian terbalik, namun ruh dari civil law berasas praduga tak bersalah,

sedangkan common law sebaliknya dengan menggunakan praduga bersalah.

Money Laundrey diperkenalkan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sejak

disahkannya konvensi Wina tentang Perdagangan Gelap Narkotika dan

3Sutan Remy Sjahdeini, “Memburu Aset Koruptor Dengan Menebar Jerat

PencucianUang,”

HukumOnline:http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol12317/%20memburu-aset-koruptor-

denganmenebar-jerat-pencucian-uang, di akses 4 Mei 2017 4 Harry Murti, dalam jurnal ilmiah “Beban Pembuktian Terbalik Tindak Pidana Korupsi

dalam Perspektif Juridis Sosiologis”, 2011

Page 10: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

vii

Psikotropika di tahun 1988. Amerika telah memiliki Undang-Undang pertama

dalam pemberantasan TPPU “Money Laundering Control Act 1986.5 TPPU telah

disadari oleh masyarakat dunia sebagai sebuah kejahatan yang multidimensional

dan syarat dilatarbelakangi oleh kejahatan berkategori white collar crime.

Urgensi pengaturan TPPU pun menjadi materi utama setiap negara yang berada

dalam gerakan money laundering dengan membuat peraturan TPPU melalui

instrument hukum nasional.

Selama Indonesia merdeka permasalahan penegakan hukum selalu menjadi

masalah rumit atas dasar konsekuensi falsafah negara hukum Pasal 1 ayat (3)

UUD 1945. Indonesia menjadi salah satu negara yang masuk daftar negara yang

bermuatan TPPU oleh Financial Action Task Force on Money Laundering

(FATF) tahun 2001, dan dinobatkan sebagai negara terkorup di tahun 2010 se-

Asia oleh Political and Economic Risk Consultance (PERC) telah mensiratkan

Indonesia untuk membenahi penegakan hukum.

Pelaksanaan Beban Pembuktian Terbalik dalam Tindak Pidana Pencucian

Uang, melalui dasar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Dilematika dari kajian diatas

cukup berdampak signifikan dalam penerapan metode pembuktian terbalik saat

ini. Di satu sisi banyak yang menuding konsep baru ini merupakan penegasian

atas kaidah hukum positif di Indonesia dengan berbagai pemikiran dan tinjuan.

Politik hukum dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, adalah penguatan

5 R. Dea Rhinofa, SH dalam Jurnal ilmiah “Kewenangan Badan Narkotika Nasional

dalam Pemberantasan Money Laundering Hasil Tindak Pidana Narkotika”. Tanpa tahun

Page 11: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

viii

sistem pemberantasan TPPU dalam kaidah sinergisitas pemberantasan kejahatan

asal. Tujuan yang tertuang dalam Undang-Undang inipun memerlukan dukungan

dari segala elemen. Undang-Undang yang cukup revolusioner progresif dengan

berani memasukan metode baru pembuktian terbalik didalamnya.

Penegasan atas kajian dari tema ini adalah bahwa penulis tetap sependapat

terhadap penggunaan konsep beban pembuktian terbalik atas TPPU di Indonesia.

Harus disadari bahwa urgensi penerapan pembuktian terbalik atas TPPU

merupakan sebuah konsep yang revolusioner dan progresif yang dirumuskan

pembentuk Undang-Undang.

Secara sosiologis bahwa keadaan di Indonesia saat ini dari apa yang

dikemukakan sebelumnya telah berada dalam transisi pembenahan permasalahan

TPPU dengan berbagai kejahatan asal. Kebutuhan hukum serta kondisi faktual

saat ini adalah konsep baru dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, dengan

penguatan sistem beban pembuktian terbalik dalam penyelesaian TPPU.

Penyusunan UU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang menjadi semakin strategis dan relevan dengan telah

diratifikasinya International Convention for the Suppression of the Financing of

Terrorism, 1999 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pendanaan Terorisme

Tahun 1999) berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2006 dan United Nations

Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Anti Korupsi) berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2006. Dengan telah

diratifikasinya kedua konvensi internasional tersebut, maka pemerintah Indonesia

berkewajiban untuk memenuhi semua kewajiban yang diatur oleh kedua konvensi

Page 12: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

ix

dan menyampaikan country report yang memuat upaya tindak lanjut dari ratifikasi

kedua konvensi tersebut.

Salah satu kewajiban sesuai Pasal 2 Konvensi PBB mengenai

Pemberantasan Pendanaan Terorisme, adalah penerapan kewajiban bagi lembaga

keuangan untuk melaporkan transaksi yang mencurigakan kepada instansi

berwenang serta bekerja sama untuk saling tukar-menukar informasi dalam rangka

pencegahan dan pemberantasan aliran dana untuk tindak pidana terorisme.

Konvensi PBB mengenai Pencegahan Pendanaan Terorisme juga mewajibkan

setiap “negara pihak” (state party) untuk mengatur pengidentifikasian,

pendeteksian, dan pembekuan dana yang digunakan untuk membiayai tindak

pidana terorisme. Dengan telah diratifikasinya Konvensi Anti Korupsi

sebagaimana diuraikan di atas maka pemerintah Indonesia harus memenuhi segala

kewajiban yang timbul sebagai “negara pihak” karena telah menandatangani

perjanjian internasional tersebut. Salah satu kewajiban yang diatur dalam

konvensi tersebut antara lain mengenai upaya-upaya pencegahan dan

pemberantasan korupsi yang sudah tentu terkait erat dengan TPPU.

Maka dengan dasar itulah digunakannya pembuktian terbalik dalam tindak

pidana pencucian uang. Pembuktian terbalik menjadi upaya pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan Indonesia untuk

memenuhi kewajibannya dalam perjanjian internasional tersebut.

Page 13: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

x

Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang

Dalam Praktik Peradilan Pidana (Terdakwa dalam Putusan Mahkamah

Agung Nomor 1454 K/PID.SUS/2011)

Proses pembuktian atau membuktikan mengandung maksud dan usaha

untuk menyatakan kebenaran atas sesuatu peristiwa, sehingga dapat diterima akal

terhadap kebenaran peristiwa tersebut. Pembuktian mengandung arti bahwa benar

suatu peristiwa pidana telah terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya,

sehingga harus mempertanggung jawabkannya.6

Pembuktian merupakan suatu proses kegiatan untuk membuktikan sesuatu

atau menyatakan kebenaran tentang suatu peristiwa. Pasal 183 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

menyatakan :

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang, kecuali apabila

dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan

bahwa suatu tindak pidana benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah

melakukannya.”

Berdasarakan Teori di atas yang melatarbelakangi kenapa Jaksa/Penuntut

Umum menerapkan Pembuktian Terbalik terhadap terdakwa Bahasyim Assiffie,

karena selain pembuktian tindak pidana pencucian uang yang sangat sulit juga

merupakan suatu kegiatan yang dapat berdampak sangat serius terhadap stabilitas

sistem keuangan maupun perekonomian secara keseluruhan. Tindak pidana

pencucian uang merupakan tindak pidana multidimensi dan bersifat transnasional

yang sering kali melibatkan jumlah uang yang cukup besar juga dapat

6 Darwan Prinst. Hukum Acara Pidana Dalam Praktik. Jakarta: Djambatan. 1998. hal.

133.

Page 14: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

xi

membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Bahwa dalam proses persidangan Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie juga telah

melakukan pembuktian terbalik untuk membuktikan mengenai asal usul perolehan

uang yang dimiliknya sebesar Rp. 60.992.238.206,- (enam puluh milyar Sembilan

ratus sembilan puluh dua juta dua ratus tiga puluh delapan ribu dua ratus enam

rupiah) dan USD 681,147.37 (enam ratus delapan puluh satu ribu seratus empat

puluh tujuh Dollar AmerikaSerikat tiga puluh tujuh sen), yaitu sebagaimana

dibuktikan oleh bukti dari T- 1A sampai T- 7D.

Pada tahap persidangan pembuktian terbalik dapat diterapkan, tepatnya pada

proses pembuktian yaitu pada saat keterangan dari terdakwa, dan hanya

menyangkut harta dari terdakwa tidak ada kaitannya dengan pelaku yang

menyebabkan pelanggaran terhadap asas praduga bersalah nantinya. Dalam

perkara putusan Nomor 1454 K/PID.SUS/2011 penuntut umum menerapkan

pembuktian terbalik dengan berlandaskan pada Pasal 35 Undang-Undang Tindak

Pidana Pencucian Uang Nomor 25 Tahun 2003. Sehingga terdakwa diwajibkan

untuk membuktikan asal usul harta kekayaan yang dimilikinya. Fakta yang terjadi

di persidangan bahwa Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie telah membuktikan di

persidangan bahwa Dr. Bahasyim Assifie memiliki uang tunai sejumlah sebesar

Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681.147.37 bukan merupakan hasil tindak pidana

dengan pembuktian yang sudah disampaikan di persidangan dan selama proses

pembuktian di persidangan Jaksa/Penuntut Umum tidak dapat membuktikan

Page 15: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

xii

sebaliknya selain daripada apa yang diungkapkan oleh keterangan saksi-saksi dan

bukti-bukti yang telah kami ajukan dalam pemeriksaan di persidangan. Sehingga

dari seluruh harta kekayaan milik terdakwa hanya sebagian yang dirampas oleh

negara karena terdakwa tidak bisa membuktikan bahwa uang sebesar Rp 1 miliar

yang diperoleh terdakwa dari saksi kartini mulyadi bukan dari tindak pidana

namun terdakwa tidak bisa membuktikan kalau uang tersebut bukan hasil pinjam

modal, sehingga untuk keseluruhannya hanya sekitar senilai Rp 60,9 miliar

ditambah 681.147 dollar AS dirampas untuk negara karena terbukti merupakan

hasil tindak pidana korupsi.

Dari kasus tersebut, konsekuensi logis beban pembuktian terbalik ini tidak

bersinggungan dengan pelanggaran hak asasi manusia, ketentuan hukum acara

pidana khususnya tentang asas praduga tidak bersalah, asas tidak mempersalahkan

diri sendiri (non-self incrimination), asas hak untuk diam (right to remain silent),

hukum pidana materiil serta instrumen hukum Internasional. Hal ini dikarenakan

beban pembuktian terbalik hanya dapat dilakukan terhadap harta kekayaan pelaku

tindak pidana pencucian uang Sehingga titik beratnya hanya pada pengembalian

harta negara. Karena itu, sudah saatnya pengadilan mengunakan asas beban

pembuktian terbalik kepada para tersangka tindak pidana pencucian uang.

Penerapan asas tersebut akan membuktikan bahwa harta kekayaan tersangka

benar-benar merupakan hasil tindak pidana atau sebaliknya. Beban pembuktian

terbalik secara berimbang yang menjadi muatan utama konsep di Indonesia

merupakan salah satu jalan terbaik untuk mengikis pergesekan pertentangan.

Sekaligus menjawab atas permasalahan mengakar dalam kejahatan asal Tindak

Page 16: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

xiii

Pidana Pencucian Uang yang tidak kunjung menempati titik terbaik dalam sejarah

bangsa.

Page 17: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

xiv

III. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam bagian pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut: 1. Pengaturan pembuktian terbalik diatur dalam pasal 77 dan 78

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang. 2. Dasar pemikiran digunakannya sistem

pembuktian terbalik dalam tindak pidana pencucian uang di Indonesia, adalah

karena semakin berkembangnya tindak pidana pencucian uang dengan berbagai

modos dengan teknologi yang canggih serta terjadi secara sistematis sehingga

dalam pembuktiannya tidak lagi bisa menggunakan cara-cara pembuktian biasa

melainkan dituntut untuk menggunakan cara-cara baru yang dianggap lebih

efektif. 3. Pembuktian terbalik diterapkan pada proses pembuktian di dalam

persidangan yaitu pada saat keterangan dari Terdakwa dan hanya menyangkut

harta kekayaan dari terdakwa tidak ada kaitannya dengan pelaku dan harus sesuai

dengan aturan yang berlaku.

Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian, penyusun dapat memberikan saran sebagai

berikut: 1. Perlu adanya dukungan dari semua pihak mengenai pengaturan

pembuktian terbalik dalam TPPU, agar tujuan dari pengaturan pembuktian

terbalik dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dapat tercapai. 2.

Diharapkan aturan mengenai pembuktian terbalik dalam Undang-Undang Nomor

8 Tahun 2010 ini bukan hanya sekedar aturan tertulis yang dianggap efektip

dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU, cara-cara baru dan aturan

Page 18: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

xv

hukum baru tentu tidak cukup tanpa adanya dukungan dari penegak hukum dalam

menerapkan aturan ini. 3. Dibutuhkan keberanian dari penegak hukum dalam

penerapan pembuktian terbalik dalam kasus-kasus TPPU. Sesama penegak hukum

harus memiliki persamaan perspsi dalam menerapkan dan melaksanakan

pembuktian terbalik.

Page 19: PENERAPAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK … · of 2010 on Money Laundering Crime, the rationale behind the use of reverse proof in Law Nomor 8 of 2010 on Money Laundering Crime,

xvi

DAFTAR PUSTAKA

BUKU dan JURNAL

Darwin, Philips, Money Laundering (Cara Memahami Dengan Tepat dan Benar

Soal Pencucian Uang), Sinar Ilmu, 2012.

Murti, Hary, dalam jurnal ilmiah “Beban Pembuktian Terbalik Tindak Pidana

Korupsi dalam Perspektif Juridis Sosiologis”, 2011.

Prinst Darwan, Hukum Acara Pidana Dalam Praktek, Cet. 3, Djambatan, Jakarta,

2002.

Rhinofa, Dea, R, dalam Jurnal ilmiah “Kewenangan Badan Narkotika Nasional

dalam Pemberantasan Money Laundering Hasil Tindak Pidana Narkotika”.

Tanpa tahun.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANG

Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang.

INTERNET

http://www.hukumpedia.com/agnesharvelian/pelaksanaan-beban-pembuktian-

terbalik-dalam-tindak-pidana-pencucian-uang,

Sutan Remy Sjahdeini, “Memburu Aset Koruptor Dengan Menebar Jerat

PencucianUang,”

HukumOnline:http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol12317/%20m

emburu-aset-koruptor-denganmenebar-jerat-pencucian-uang,