103
1 PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN PPKN (Studi Kasus di SMP N 7 Surakarta) Skripsi Oleh: NIKEN BUDININGTYAS NIM: K6405004 PROGRAM PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

1

PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC

DALAM PEMBELAJARAN PPKN

(Studi Kasus di SMP N 7 Surakarta)

Skripsi

Oleh:

NIKEN BUDININGTYAS

NIM: K6405004

PROGRAM PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan hendaknya berpusat pada peserta didik serta sistem

pengelolaannya harus dirumuskan dan dilaksanakan demi kepentingan peserta

didik, bukan demi kepentingan guru, sekolah atau lembaga yang lain. Pendidikan

yang hanya memusatkan pada kepentingan kebutuhan kerja secara sempit, harus

dikembalikan kepada kepentingan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian

peserta didik secara utuh.

Guru yang efektif ialah guru yang memiliki keunggulan dalam mengajar

yakni sebagai fasilitator, unggul dalam menjalin suatu hubungan atau relasi

maupun komunikasi dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah, serta

memiliki kelebihan dalam membangun relasi serta berkomunikasi dengan pihak

lain seperti orang tua, komite sekolah maupun pihak terkait yang berkompeten

dalam segi administrasi sebagai guru, juga mampu bersikap profesional. Sikap-

sikap professional itu meliputi keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan

untuk mengikuti perkembangan zaman.

Pada masa yang lampau kelas yang dipandang baik adalah kelas yang

tenang, murid-murid selalu patuh pada guru, duduk tenang, diam, memperhatikan

guru, mencatat dan menghafalkan meteri pelajaran dengan baik. Namun kini

gambaran kelas yang baik telah berubah, dimana ketertiban kelas bukan

merupakan tujuan, melainkan merupakan kondisi untuk mencapai tujuan. Kelas

yang baik adalah kelas yang didalamnya murid-murid dapat melakukan kegiatan

atau aktivitas belajar yang meliputi aktivitas mental, fisik dan emosional secara

optimal dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Aktivitas tersebut seperti

berfikir, mengingat, berfantasi, berdiskusi, kerja kelompok, mengadakan

percobaan atau eksperimen, menahan atau mengendalikan diri dalam pergaulan

dengan teman, saling menghormati sesama murid dalam kelas dan lain

Page 3: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

3

sebagainya.

Perubahan tersebut membawa pula perubahan pada letak tanggung jawab

belajar. Apabila dahulu adanya tanggungjawab belajar terpusat hanya pada guru,

kini murid yang harus belajar sendiri. Tugas guru adalah sebagai fasilitator dan

motivator belajar murid. Maka keberhasilan belajar murid ditentukan bersama

oleh murid itu sendiri dan guru.

Menyikapi hal tersebut, kini guru harus lebih kreatif dalam kegiatan

belajar mengajar sebagai fasilitator dan motivator yang baik, yakni dengan

pengelolaan kelas yang tepat sebagai bagian dari pengelolaan pembelajaran,

sehingga dapat menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa

didik, agar keberhasilan proses belajar mengajar dapat tercapai. Apalagi dijaman

globalisasi seperti sekarang ini, persaingan dalam bidang pendidikan semakin

kompetitif. Berkenaan hal tersebut, para akademisi tidak memiliki pilihan lain

selain berjuang meraih peluang untuk bisa mengatasi tantangan globalisasi yang

beraneka ragam dengan menjadi pendidik lebih kreatif dan inovatif. Hal ini

didukung oleh banyaknya ahli luar negeri yang membahas hal tersebut dan

menuangkannya dalam journal internasional seperti yang tercantum dibawah ini:

Management education has been undergoing a major transformation. One of the characteristics of this transformation is internationalization. This article has briefly discussed various dimensions of internationalization of management education. It has also attempt to identify major trends in the internationalization process, together with their implications of business management education. Given the global restructuring of politics as well as economies, it appears that educational institutions have no choice but to rise to the challenge of globalization. It appears that educational institutions and other providers of management education have no choice but to rise to the challenge of global competition. Internationalization requires a new mindset; it requires both commitment and a reasonable level of competence and, among other things, at least a minimum level of competence in international business on the party of faculty as well as students. However, different institutions may meet this requirement in different ways. For example, it may be done “by inserting an international business course into the core curriculum or by demanding that an international component be taught in every course offered. Similarly, different modes and modalities for delivery are also possible. (Basu Sharma and Judy Ann Roy, 1996:5-13)

Page 4: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

4

Pengelolaan kelas harus dikuasai oleh seorang guru sebagai pengajar dan

pendidik demi tercapainya efektifitas dan efisiensi dalam proses belajar mengajar.

Pengelolaan kelas sering disebut sebagai Managemen Kelas. Menurut Sobri, Asep

Jihad, dan Charul Rochman (2009:2), pengelolaan adalah “Serangkaian kegiatan

merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, mengendalikan, dan

mengembangkan segala upaya didalam mengatur dan mendayagunakan sumber

daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi”.

Dari uraian tersebut, maka yang dimaksud pengelolaan kelas adalah

penyelenggaraan kelas, pengaturan kelas atau pengurusan kelas, yaitu

kepemimpinan atau ketatalaksanaan guru dalam menyelenggarakan kelas. Hal ini

sesuai dengan pengertian pengelolaan kelas oleh Sobri, Asep Jihad dan Charul

Rochman (2009:46), yaitu: “Kegiatan mengelola kelas merupakan upaya yang

dilakukan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar tujuan

pembelajaran bisa tercapai secara efektif dan efisien. Hal ini menyangkut strategi

pembelajaran, pemanfaatan media, tempat duduk dan lain-lain”.

Dalam pengelolaan kelas dikenal beberapa pendekatan yang dapat dipilih

dan digunakan oleh guru agar murid-murid dapat mencapai tujuan belajar dengan

efektif dan efisien. Setiap guru harus benar-benar memahami pola-pola

pendekatan yang digunakan-nya dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) sebagai

alternative terbaik yang dipilih-nya. Beberapa pendekatan tersebut menurut weber

dalam buku susunan Iskandar, “diklasifikasikan kedalam tiga pengertian, yaitu

berdasarkan pendekatan otoriter (autority approach), pendekatan permisif

(permissive approach) dan pendekatan modifikasi tingkah laku.” (2009:211)

Pendapat tersebut senada dengan Martinis Yamin dan Maisah (2009:65-

67) yang mengemukakan bahwa, “Terdapat sejumlah konsep tentang pengelolaan

kelas yang sebagian diantaranya tidak lagi dianggap memadai, misalnya

pandangan otoriter yang melihat pengelolaan kelas semata-mata sebagai upaya

untuk menegakkan tata tertib, atau pandangan permissive yang terlalu lemah. Bagi

yang tidak memusatkan perhatian pada usaha ini akan dikemukakan tiga

pandangan yang tampaknya memberi harapan, baik dari penalarannya maupun

Page 5: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

5

berdasarkan informasi yang diperoleh melalui penelitian-penelitian. Tiga

pendekatan tersebut adalah: Behavior-Modification Approach yang

mengemukakan asumsi bahwa semua tingkah laku, yang “baik” maupun yang

“kurang baik” merupakan hasil proses belajar. Socio-Emosional-Climate

Approach yang mengasumsikan bahwa dalam proses pembelajaran yang efektif

mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan

interpersonal yang baik antara guru - peserta didik dan antara peserta didik. Serta

Group Processes Approach yang memiliki asumsi pokok bahwa pengalaman

belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial, sehingga tugas guru

yang utama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok

yang produktif dan kohesive.”

Apabila disimak secara seksama maka ketiga pendekatan yang telah

diuraikan tersebut adalah ibarat sudut pandangan yang berbeda-beda terhadap

objek yang sama. Oleh Martinis Yamin dan Maisah, penerapan ketiga pendekatan

tersebut dinyatakan sebagai penerapan pendekatan eclectic, “…seyogyanya

seorang guru menggunakan pendekatan eclectic (Eclectic Approach).” (2009:68)

Kata “eclectic” dalam kamus bahasa Inggris – Indonesia , memiliki arti

sebagai kata sifat yaitu, “bersifat memilih dari berbagai sumber”. Sehingga dapat

dikatakan bahwa Pendekatan Eclectic atau Eclectic Aproach adalah, suatu cara

yang digunakan sebagai jalan untuk mencapai suatu tujuan dengan memilih hal

yang paling sesuai dengan kebutuhan dan mengambil dari berbagai sumber yang

berkaitan.

Seorang guru seyogyanya menggunakan pendekatan eclectic dikarenakan

dengan menerapkan pendekatan ini dalam proses pembelajaran, maka akan

mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang disampaikan.

Sebab penerapan pendekatan ini, menuntut guru untuk lebih pro-aktif dalam

mengenal karakteristik peserta didik. Sehingga dengan lebih mengetahui karakter

peserta didik, seorang guru akan lebih mudah dalam memilah dan memilih

metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam suatu kelas

yang setiap individu-nya memiliki karakter yang beragam. Dengan penerapan

Page 6: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

6

pendekatan eclectic yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maka tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Untuk maksud itu seorang guru diharuskan menguasai berbagai

pendekatan dalam pengelolaan kelas yang potensial. Dalam hal ini pendekatan

yang dimaksud adalah pendekatan perubahan tingkah laku, penciptaan iklim

sosio-emosional dan proses kelompok. Dan untuk dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan, tentunya seorang guru diharuskan mampu memilih

pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam

masalah pengelolaan kelas.

Hal tersebut seperti yang dipaparkan oleh Martinis Yamin dan Maisah

(2009:68) bahwa, “Pendekatan perubahan tingkah laku dipilih bila tujuan tindakan

pengelolaan yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku peserta didik

yang baik dan/atau menghilangkan tingkah laku peserta didik yang kurang baik;

pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan apabila sasaran

tindakan pengelolaan adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta

didik serta antar peserta didik; sedangkan pendekatan proses kelompok dianut bila

seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.”

Pendekatan eclectic adalah pendekatan yang relevan untuk diterapkan

dalam dunia pendidikan saat ini. Karena melihat fenomena yang terjadi sekarang

ini, banyak guru melalaikan tugas mereka dalam membentuk penerus bangsa yang

unggul baik dalam prestasi maupun budi pekerti. Mayoritas dari mereka hanya

merasa berkewajiban untuk mentransfer ilmu dan lalai dalam hal internalisasi

nilai-nilai yang positif untuk membentuk karakter peserta didik yang unggul

dalam budi pekerti. Untuk itulah diperlukan pendekatan eclectic dalam

pengelolaan kelas, karena penerapan pendekatan tersebut menuntut guru agar

lebih mengenal dan mendalami karakter peserta didik, sehingga guru lebih mampu

memilah dan memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Dengan penerapan pendekatan eclectic yang sesuai dengan kebutuhan peserta

didik, maka akan memudahkan guru dalam hal internalisasi nilai-nilai yang positif

Page 7: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

7

agar tingkah laku siswa yang baik dapat terus ditingkatkan, sehingga budi pekerti

yang luhur dari peserta didik dapat diwujudkan. Dan penerapan pendekatan

eclectic juga dapat membantu guru dalam mencapai tujuan belajar yang efektif

dan efisien karena secara tidak langsung membuat siswa lebih menurut dan patuh.

Dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pendekatan eclectic

adalah pendekatan yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karena tujuan utama dari penyampaian

materi Pendidikan Kewarganegaraan adalah menciptakan karakter siswa didik

yang baik. Bukan hanya baik dalam teori namun juga dalam praktik tingkah laku

sehari-hari.

Dari observasi yang telah penulis lakukan di SMP N 7 Surakarta, terbukti

bahwa dalam PBM PPKn di SMP N 7 Surakarta, pengajar menggunakan

Pendekatan Eclectic dalam Pengelolaan Pembelajaran, sehingga relevan untuk

penulis jadikan sebagai tempat penelitian.

Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan sebelumnya oleh Ade

Tatang M, yang dimuat dalam sebuah situs di internet pada 13 Januari 2009 yang

berjudul “Berbagai macam Pengelolaam Kelas dan Implikasinya Terhadap

Pengembangan RPP”. Dalam jurnal tersebut, disebutkan beberapa pendekatan-

pendekatan dalam Pengelolaan Kelas yaitu:

1. Pendekatan Pengubahan tingkah laku

Yang mengatakan bahwa semua tingkah laku baik yang sesuai

maupun tidak sesuai adalah hasil belajar.

2. Pendekatan Iklim Sosio Emosional

Yang didasarkan pada suatu keyakinan bahwa pengelolaan kelas

yang efektif merupakan fungsi dari hubungan yang positif antara guru

dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, dengan guru sebagai penentu

utama hubungan interpersonal dan iklim kelas.

3. Pendekatan Proses Kelompok

Yang memiliki empat asumsi dasar, yaitu:

a. Kegiatan sekolah berlangsung dalam suasana kelompok,

Page 8: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

8

b. Tugas pokok guru adalah mempertahankan dan mengembangkan

suasana kelompok yang efektif dan produktif,

c. Kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri

sebagaimana yang dimiliki oleh sistem sosial masing-masing siswa,

d. Tugas pengelola kelas adalah mengembangkan dan

mempertahankan kondisi yang dimaksud.

Pendekatan eclectic dilaksanakan oleh guru dengan jalan mewujudkan

suasana kelas yang menyenangkan, interaktif, komunikatif dan mengutamakan

budaya tutur yang santun, agar keteladanan guru dapat tertanam secara otomatis

sehingga menjadi karakter yang mempribadi pada setiap murid. Seperti yang

terjadi di SMP N 7 Surakarta, dengan adanya guru PPKn yang mengajar

menggunakan pendekatan eclectic, telah membuat siswa memiliki kesadaran diri

untuk disiplin terhadap setiap peraturan yang ada tanpa ada paksaan dari pihak

manapun. Ini membuktikan bahwa cara guru menyampaikan materi pelajaran

dengan membiasakan budaya tutur yang santun serta memberi teladan bagi

peserta didik, lebih efektif dalam menanamkan karakter disiplin diri yang

mempribadi pada diri peserta didik, daripada menerapkan peraturan dengan sanksi

yang keras tanpa toleransi. Contoh keteladanan guru di SMP N 7 Surakarta adalah

mereka senantiasa disiplin dalam managemen waktu, dan senantiasa

menyampaikan materi pelajaran dengan bahasa yang menyenangkan dan

membuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan. Setiap pagi sebelum

memulai pelajaran, guru yang mengajar tidak lupa memberikan motivasi-motivasi

bagi peserta didik agar lebih bersemangat dalam menjalani kegiatan belajar

mengajar. Hal ini sesuai dengan UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003, BAB XI

(Pasal 40, Huruf a dan c) yang berbunyi:

Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban :

a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,

kreatif, dinamis, dan dialogis;

c) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Page 9: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

9

Dalam PP, No 19 Tahun 2005, tentang STANDAR NASIONAL

PENDIDIKAN, BAB IV (Pasal 19, ayat 1), disebutkan bahwa “Proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik”.

Secara implicit keberhasilan belajar akan di kaji dari sudut pandang

“Disiplin Kelas”, karena merupakan suatu permasalahan yang penting dalam

pengelolaan kelas yang merupakan salah satu kriteria dalam menilai kualitas

keberhasilan mengajar seorang guru. Ini dikuatkan oleh pendapat:

The foremost concern of new teachers is managing the classroom effectively, but, too often, managing effectively is seen as simply dealing with misbehavior. To view good classroom management as a set of strategies for disciplining student is to misunderstand the basis on which good management rests. Effective classroom managers are distinguished by their success in preventing problems from arising in the first place, rather than by special skills in dealing with problems once they occur. Good management practice begins on the first day of school with carefully organized, systematic plans for accomplishing classroom tasks and activities. Good managers also make clear their expectation for students work and behavior, rules and procedures, routines for checking and monitoring student academic work, procedures for grading and giving feedback to students, incentives and deterrens, methods for grouping student, and a whole variety of seemingly minor but essential procedures. Proactive planning helps avert behavior problems by providing students with ways to be successful. (Carolyn M. Evertson, dalam Ornstein, C.Allan, 1990:350)

Artikel tersebut memperlihatkan bahwa hal utama yang harus dikuasai

oleh seorang guru yang masih baru adalah kemampuan dalam mengelola kelas,

karena ketika menghadapi situasi yang baru seorang guru mayoritas memiliki

tantangan dalam hal mengendalikan siswa dan menciptakan iklim yang kondusif

dalam kelas. Akan tetapi mayoritas guru meremehkan hal ini dan menganggap

pengelolaan kelas yang baik cukup dilakukan dengan memberikan hukuman dan

tindakan tegas pada peserta didik yang melanggar peraturan.

Untuk melihat pengelolaan kelas yang baik sebagai satu paket strategi

Page 10: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

10

untuk mendisiplinkan siswa, adalah dengan tidak menyalah-artikan dasar utama

yang merupakan tujuan dari pengelolaan yang baik. Pengelola kelas yang efektif

dibedakan oleh kesuksesannya dalam mencegah berkembangnya suatu

permasalahan sejak pertama terjadi, daripada oleh kemampuan khusus yang

dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada suatu ketika.

Praktek pengelolaan yang baik dimulai sejak hari pertama di sekolah, dengan

pengorganisasian yang hati-hati, perencanaan yang sistematis untuk

menyelesaikan tugas serta aktivitas kelas. Pengelola yang baik juga menyatakan

dengan benar harapannya tentang pekerjaan dan tingkah laku siswa yang

diinginkan, peraturan dan prosedurnya, kebiasaan untuk mengecek dan memonitor

pekerjaan akademik siswa, prosedur untuk meningkatkan prestasi dan pemberian

umpan balik pada siswa, penghargaan dan pemberian ketakutan, metode untuk

mengelompokkan siswa, dan memperhatikan hal-hal yang kecil namun

merupakan prosedur yang penting. Perencanaan yang pro-aktiv dapat membantu

dalam mencegah permasalahan yang timbul dengan menyediakan jalan menuju

kesuksesan bagi siswa.

Keberhasilan pendidikan yang dilihat dari meningkatnya kedisiplinan

siswa yang selaras dengan perkembangan karakter siswa di jaman globalisasi

seperti sekarang ini, juga disetujui oleh beberapa ahli pendidikan yang dituangkan

dalam sebuah journal internasional yaitu:

Thus one of the features of the current higher education environment, as far as management teaching is concerned, is the polarization of teaching and research into increasingly local disciplines and sub-discipline while at the same time extending the boundary of the meta discipline of management to increased knowledge domains in the pursuit of relevance and legitimation. For individual academics this polarization is reflected in the increasingly local focus of their individual subject areas narrow down and increasingly seek legitimation from within their own knowledge domains. Thus increased localization is the direction of polarization for individual academics, whereas for business schools as the whole the polarity is towards increased globalization as the schools compete and recognition through the vaunting of their universal specialism and relevance.The localization of focus for academics as far as teaching is concerned can be seen to be manifest in the increasing number of discipline studied, research and taught in business school, together with the increasing separation of these disciplines from each other. Increasingly these discipline as taught as discrete subject, with

Page 11: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

11

little or no overlap between them, and with little perceived relationship and relevance of one to another. (David Crowter and Chris Carter, 2002:268-278)

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis telah mengkaji masalah

pengelolaan kelas sebagai bagian dari pengelolaan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan eclectic, dengan judul “PENERAPAN PENDEKATAN

ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN PPKN (Studi Kasus di SMP N 7

Surakarta)”, sehingga mendapatkan hasil penelitian yang semoga memberi

manfaat, agar mutu pendidikan di Indonesia dapat terus ditingkatkan dari waktu

ke waktu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

suatu permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan pendekatan eclectic dalam pembelajaran PPKn

di SMP N 7 Surakarta?

2. Bagaimanakah kendala-kendala pelaksanaan pendekatan eclectic dalam

pembelajaran PPKn di SMP N 7 Surakarta?

3. Mengapa pendekatan eclectic diterapkan dalam pembelajaran PPKn di

SMP N 7 Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan uraian perumusan masalah diatas, maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui praktik penerapan pendekatan eclectic dalam

pembelajaran PPKn di SMP N 7 Surakarta.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dijumpai pada pelaksanaan

pendekatan eclectic dalam pembelajaran PPKn di SMP N 7 Surakarta.

3. Untuk mengetahui alasan penerapan pendekatan eclectic dalam

pembelajaran PPKn di SMP N 7 Surakarta.

Page 12: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

12

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan

Ilmu Pengetahuan Sosial, dan menambah khasanah pustaka.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Bagi penulis, merupakan sarana untuk dapat mengembangkan gagasan atau

pikiran dalam menerapkan teori-teori dengan keadaan yang sebenarnya.

b. Bagi Program PKn sebagai bahan masukan untuk pengayaan khasanah materi

perkuliahan.

c. Bagi siswa SMP N 7 Surakarta pada khususnya maupun siswa diseluruh

nusantara pada umumnya agar mendapat pengajaran serta pendidikan yang

lebih baik.

Page 13: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

13

BAB II

LANDASAN TORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Pendekatan Eclectic

a. Pengertian Pendekatan Eclectic

Pengertian dari “Pendekatan Eclectic”, tentunya tidak terlepas dari

pengertian “Pendekatan” dan “Eclectic”. Pendekatan secara umum dapat

diartikan dengan “cara yang digunakan untuk mendekati atau meraih

sesuatu”.

Sedangkan kata “eclectic” dalam kamus bahasa Inggris–Indonesia,

memiliki arti sebagai kata sifat yaitu, “bersifat memilih dari berbagai

sumber”. Sehingga dapat dikatakan bahwa Pendekatan Eclectic atau

Eclectic Aproach adalah, suatu cara yang digunakan sebagai jalan untuk

mencapai suatu tujuan dengan memilih hal yang paling sesuai dengan

kebutuhan dan mengambil dari berbagai sumber yang berkaitan.

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat dari Martinis Yamin dan

Maisah (2009:68) yang menyatakan bahwa, “…seyogyanya seorang guru

menggunakan pendekatan eclectic (Eclectic Approach). Untuk maksud itu

seorang guru seharusnya; Menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan

kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku,

penciptaan iklim sosio-emosional dan proses kelompok, serta dapat memilih

pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik

dalam masalah pengelolaan kelas. Pendekatan perubahan tingkah laku

dipilih bila tujuan tindakan pengelolaan yang akan dilakukan adalah

menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik dan/atau menghilangkan

tingkah laku peserta didik yang kurang baik; pendekatan penciptaan iklim

sosio-emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan pengelolaan adalah

peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta didik serta antar

peserta didik; sedangkan pendekatan proses kelompok dianut bila seorang

guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.”

12

Page 14: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

14

Selain pendapat tersebut, Soedomo Hadi (2005:81) juga

menambahkan bahwa, “Di dalam melaksanakan pendekatan-pendekatan

tersebut, guru tidak harus memilih salah satu pendekatan saja, tetapi dapat

juga mengkombinasikan beberapa pendekatan, sesuai dengan situasi dan

kondisinya. Dalam hal ini berarti guru menggunakan pendekatan eclectic”.

Masih menurut Soedomo Hadi (2005:86), menyatakan bahwa,

“Pendekatan-pendekatan tersebut adalah ibarat sudut pandang yang berbeda

terhadap masalah yang sama. Oleh karena itu, guru harus bersikap eclectic.

Untuk itu harus; Menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang

potensial (3 pendekatan tersebut) serta dapat menggunakan pendekatan yang

tepat dan melaksanakan prosedur dengan baik dalam masalah pengelolaan

kelas.”

Dari penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

pendekatan eclectic adalah sebuah pendekatan dalam pengelolaan kelas

yang bersumber dari tiga jenis pendekatan, yaitu pendekatan perubahan

tingkah laku, pendekatan iklim sosio emosional dan pendekatan proses

kelompok, yang dalam penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan peserta

didik.

b. Jenis Pendekatan Eclectic

Dalam pendekatan eclectic terdapat beberapa pendekatan yang

dapat dipilih dan digunakan oleh guru agar murid-murid dapat mencapai

tujuan belajar dengan efektif dan efisien. Setiap guru harus benar-benar

memahami pola-pola pendekatan yang digunakan-nya dalam Proses Belajar

Mengajar (PBM) sebagai alternative terbaik yang dipilih-nya. Beberapa

pendekatan tersebut menurut weber dalam Iskandar (2009:211) ialah,

“…pendekatan otoriter (autority approach), pendekatan permisif

(permissive approach) dan pendekatan modifikasi tingkah laku.”

Soedomo Hadi (2005:66) dalam bukunya yang berjudul

“Pengelolaan Kelas”, menyebutkan bahwa, “Banyak konsep tentang

pengelolaan kelas, di mana sebagian diantaranya telah dianggap tidak

memadai, misalnya; Pandangan otoriter, yang melihat pengelolaan kelas

Page 15: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

15

semata-mata sebagai upaya untuk menegakkan tata tertib (buku resep,

intimidasi). Dan pandangan permisif, yang memusatkan perhatian pada

usaha untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Sedangkan pandangan-

pandangan yang nampaknya memberi harapan, baik dari aspek penalaran

maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui penelitian-penelitian,

dapat diuraikan sebagai berikut; Pendekatan behavior modification,

Pendekatan socio emotional climate, dan Pendekatan group process.”

Pendapat tersebut senada dengan Martinis Yamin dan Maisah

(2009:65-67) yang mengemukakan bahwa, “Terdapat sejumlah konsep

tentang pengelolaan kelas yang sebagian diantaranya tidak lagi dianggap

memadai, misalnya pandangan otoriter yang melihat pengelolaan kelas

semata-mata sebagai upaya untuk menegakkan tata tertib, atau pandangan

permissive yang terlalu lemah. Bagi yang tidak memusatkan perhatian pada

usaha ini akan dikemukakan tiga pandangan yang tampaknya memberi

harapan, baik dari penalarannya maupun berdasarkan informasi yang

diperoleh melalui penelitian-penelitian. Tiga pendekatan tersebut adalah:

Behavior-Modification Approach yang mengemukakan asumsi bahwa

semua tingkah laku, yang “baik” maupun yang “kurang baik” merupakan

hasil proses belajar. Socio-Emosional-Climate Approach yang

mengasumsikan bahwa dalam proses pembelajaran yang efektif

mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat

hubungan interpersonal yang baik antara guru - peserta didik dan antara

peserta didik. Serta Group Processes Approach yang memiliki asumsi

pokok bahwa pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks

kelompok sosial, sehingga tugas guru yang utama dalam pengelolaan kelas

adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesive.”

Apabila disimak secara seksama maka ketiga pendekatan yang

telah diuraikan tersebut adalah ibarat sudut pandangan yang berbeda-beda

terhadap objek yang sama. Oleh Martinis Yamin dan Maisah, penerapan

ketiga pendekatan tersebut dinyatakan sebagai penerapan pendekatan

Page 16: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

16

eclectic, “…seyogyanya seorang guru menggunakan pendekatan eclectic

(Eclectic Approach).” (2009:68)

Dari penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pendekatan

perubahan tingkah laku perlu digunakan oleh guru bila tujuan tindakan

pengelolaan yang akan dilakukan adalah untuk menguatkan tingkah laku

peserta didik yang baik atau menghilangkan tingkah laku peserta didik yang

kurang baik; pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional perlu

dipergunakan apabila sasaran tindakan pengelolaan adalah peningkatan

hubungan antar pribadi guru dan peserta didik serta antar peserta didik;

sedangkan pendekatan proses kelompok perlun dijalankan bila seorang guru

ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.

c. Penerapan Pendekatan Eclectic Oleh Guru

Salah satu tugas utama guru adalah berusaha mengembangkan

perilaku peserta didiknya. Dalam hal ini, Abin Syamsuddin Makmun dalam

sebuah artikel di internet yang berjudul “Memahami Perilaku Individu”,

menyebutkan bahwa, “Tugas guru antara lain sebagai pengubah perilaku

peserta didik (behavioral changes). Oleh sebab itu, agar perilaku peserta

didik dapat berkembang optimal, tentu saja seorang guru seyogyanya harus

dapat memahami tentang bagaimana proses dan mekanisme terbentuknya

perilaku para peserta didik. Untuk memahami perilaku individu dapat dilihat

dari dua pendekatan, yang saling bertolak belakang, yaitu: behaviorisme dan

holistik atau humanisme.”

Masih dalam situs yang sama, penjelasan kedua pendekatan

tersebut ialah sebagai berikut, “Mekanisme pembentukan perilaku menurut

aliran Behaviorisme yang memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat

dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan

mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu

dalam lingkungan. Dan mekanisme pembentukan perilaku menurut aliran

Holistik (Humanisme) yang memandang bahwa terbentuknya perilaku itu

patilah memiliki suatu tujuan, yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif,

tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan

Page 17: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

17

suatu perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan.”

Hal tersebut diperkuat oleh gagasan seperti tersebut dibawah ini:

Pengelolaan pendidikan merupakan serangkaian kegiatan merencanakan mengorganisasikan, memotivasi, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya didalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Atau bisa juga diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan/organisasi pendidikan. (Sobri, Asep jihad dan Charul Rochman, 2009:3)

Sehingga dalam arti yang sederhana dapat dikatakan bahwa,

pengelolaan pendidikan merupakan proses pencapaian tujuan pendidikan

melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, dan

pengendalian. Dan dalam pengelolaan terhadap siswa, harus memperhatikan

beberapa prinsip dasar seperti yang tersebut dibawah ini:

Dalam mengelola siswa terdapat empat prinsip dasar, yaitu: siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, social ekonomi, minat dan seterusnya, oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. (Sobri, Asep Jihad, dan Charul, 2009:48)

Hal tersebut semakin memberikan sebuah pandangan bahwa dalam

pengelolaan kesiswaan, terdapat sebuah tujuan untuk mengatur berbagai

kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah

dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan

sekolah. Dan memang dalam hal pengelolaan kesiswaan, guru akan

memperoleh banyak tantangan dikarenakan keadaan siswa dalam sebuah

kelompok memiliki kemampuan yang beraneka ragam. Hal ini seperti

dipaparkan sebagai berikut:

Page 18: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

18

Siswa dalam suatu kelompok kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam, terutama dalam menerima sejumlah pengalaman belajar termasuk didalamnya materi yang harus dikuasainya. Oleh karena itu guru hendaknya memahami tentang karakteristik terutama berkenaan dengan kemampuan belajar. (Sobri, Asep Jihad dan Charul Rochman, 2009:111)

Untuk itulah, setiap guru perlu menguasai perihal psikologi

pendidikan yang dapat diimplikasikan dengan jalan menerapkan pendekatan

eclectic dalam pengelolaan kelas, agar guru dapat dengan mudah

mengetahui karakteristik setiap anak didik yang beragam.

Hal ini senada dengan pernyataan dari Iskandar (2009:1) yaitu,

“Upaya menciptakan proses pembelajaran yang bermutu dan berhasil, dapat

dilakukan dengan mewujudkan perilaku psikologis proses pengajaran dan

pembelajaran antara pendidik dan peserta didik, agar dapat berjalan secara

efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran”.

Di dalam proses pengajaran dan pembelajaran terjadi proses (interaksi) antara pendidik dengan peserta didik, dalam interaksi ini terdapat peristiwa psikologis yang dijadikan rambu-rambu oleh para pendidik dalam memperlakukan perserta didik secara efektif dan efisien. Para tenaga pendidik dituntut untuk memahami dan menguasai teori dan aplikasi psikologi pendidikan agar mereka melaksanakan pengajaran dalam proses pendidikan secara berdayaguna dan berhasil guna. (Iskandar, 2009:7)

Sesuai dengan hal tersebut, maka dengan memahami psikologi

pendidikan, seorang guru atau dosen (pendidik) melalui pertimbangan-

pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:

1) Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.

2) Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.

3) Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.

4) Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

5) Menciptakan iklim belajar yang kondusif.

6) Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.

7) Menilai atau mengevaluasi hasil pembelajaran yang adil. (Iskandar,

2009:7-8)

Page 19: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

19

Pentingnya psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan memang

tidak boleh dikesampingkan. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika guru

mengetahui perihal psikologi pendidikan secara lebih mendalam. Psikologi

pendidikan memiliki arti seperti tersebut dibawah ini:

Psikologi Pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan. (Akhmad Sudrajat, 2009).

Tanpa pengetahuan dan pemahaman tentang psikologi dalam

proses pendidikan, mustahil proses pengajaran dan pembelajaran akan

berjalan dengan lancar. Hal ini senada dengan sebuah pernyatan sebagai

berikut:

Agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu, kelompok, maupun social sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif. Dengan demikian mempelajari dan memahami Psikologi Pendidikan merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. (Iskandar, 2009:11).

2. Tinjauan Tentang Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran memiliki pengertian yang sama dengan proses

belajar mengajar. Oleh karena itu mendefinisikan proses belajar mengajar

sama halnya dengan mendefinisikan pembelajaran. Lebih jelasnya, penulis

jabarkan sebagaimana berikut dibawah ini, yaitu:

1) Pengertian Proses

Pengertian “proses” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah, “Runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu,

rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan

produk”.

Page 20: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

20

“Proses dalam pengertiannya disini merupakan interaksi antara

semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar-mengajar yang

satu sama lainnya saling berhubungan (interdependent) dalam ikatan

untuk mencapai tujuan.” (Uzer Usman, 2009:5).

Menurut Makmun (2004:156) proses belajar mengajar

merupakan, “Suatu rangkaian interaksi antara siswa dengan guru dalam

rangka mencapai tujuannya. Maknanya terjadi perilaku belajar pada

siswa dan perilaku mengajar pada pihak guru yang terjadi hubungan

interaktif yang bersifat mengikat antara aktivitas kedua belah pihak.”

Proses pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan siswa (peserta didik). Kegiatan belajar yang dilaksanakan siswa di bawah bimbingan guru. Guru bertugas merumuskan tujuan-tujuan yang hendak dicapai pada saat mengajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk merancangkan sejumlah pengalaman belajar. (Cronbach dalam Iskandar, 2009:98)

2) Pengertian Belajar

Sardiman (2001:3) berpendapat bahwa “Belajar diartikan

sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang

diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang

merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar

untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat

membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran

diri sebagai pribadi.”

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya. Burton menyatakan, “learning is a change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which fells a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment”. (W.H. Burton dalam Uzer Usman, 2009:5)

Daryanto (2009:194) juga memberikan definisi tentang belajar

sebagai berikut, “Suatu proses usaha yang dilakukan setiap individu

Page 21: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

21

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.” Keharusan bagi manusia untuk senantiasa belajar

memang tidak bisa ditawar lagi. Pentingnya belajar juga dipaparkan oleh

banyak ahli seperti tersebut dibawah ini:

Begitu pentingnya belajar maka Islam sebagai agama rahmah li al-alamin sangat mewajibkan umatnya untuk selalu belajar. Bahkan, Allah mengawali menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan rasul-Nya, Muhammad Saw., untuk membaca dan membaca (iqra’). Iqra’ merupakan salah satu perwujudan dari aktivitas belajar. Dan dalam arti yang luas, dengan iqra’ pula manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kehidupannya. Betapa pentingnya belajar, karena itu dalam Al-Qur’an Allah berjanji akan meningkatkan derajat orang yang belajar daripada yang tidak. (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008:29)

Masih menurut Quraish Shihab dalam Baharuddin dan Esa Nur

Wahyuni (2008:31), “Iqra’ berasal dari akar kata yang berarti

menghimpun. Dari kata menghimpun inilah lahir aneka makna seperti

menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri

sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. Berbagai makna

yang muncul dari kata tersebut sebenarnya secara tersirat menunjukkan

perintah untuk melakukan kegiatan belajar, karena dalam belajar juga

mengandung kegiatan-kegiatan seperti mendalami, meneliti, membaca,

dan lain sebagainya.”

Hal ini sesuai dengan apa yang dijabarkan oleh Charunie

Baroroh (2009:23), yang menyatakan bahwa, “Al Qur’an memiliki arti

sebagai bacaan, yang berasal dari kata ‘qara’a’ yang berarti ‘membaca’,

mupun ‘iqra’ yang memiliki arti ‘bacalah, telitilah, dalamilah’. Al-Qur’an

adalah bacaan yang Allah Tuhan turunkan kedunia dan dibawa oleh

malaikat Jibril untuk diberikan kepada utusan-Nya yang terkasih

Rasullullah Muhammad SAW untuk disampaikan/dijelaskan kepada

manusia, akan pentingnya bagi kehidupan dunia dan kehidupan yang

akan datang/akhirat”. Hal yang menarik disini adalah selain dengan

Page 22: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

22

senantiasa membaca dan meneliti serta mendalami, cara manusia belajar

yang paling unik adalah dengan meniru. Maka dari itu, keberadaan

seseorang sebagai figur teladan bagi orang disekelilingnya merupakan

hal yang penting. Hal ini seperti dijabarkan sebagai berikut:

Karena tabiat manusia yang cenderung untuk meniru, maka teladan yang baik merupakan hal yang paling penting dalam membentuk perilaku manusia. Oleh sebab itu, salah satu tujuan Nabi Muhammad Saw., diutus oleh Allah adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dengan memberikan teladan bagi umatnya, bukan hanya dalam hal beribadah tetapi juga dalam perilaku kehidupan sehari-hari. (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008:35)

3) Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. (Uzer Usman, 2009:6)

Penjelasan tersebut diperkuat oleh Nana Sudjana (2009:29) yang

menjelaskan bahwa, “Mengajarpun pada hakikatnya merupakan suatu

proses, yang mencakup proses mengatur, mengorganisasi lingkungan

yang ada disekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong

siswa melakukan proses belajar. Pada tahapan berikutnya mengajar

adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam

melakukan proses belajar.” Sehingga dapat dikatakan bahwa mengajar

tidak semata-mata membutuhkan kemampuan dalam penguasaan

terhadap materi yang disampaikan saja. Namun seorang pengajar juga

harus memiliki kemampuan dalam menciptakan kondisi kelas yang

kondusif. Hal ini senada dengan pendapat seperti tersebut dibawah ini:

Agar mampu mengelola interaksi belajar mengajar, guru harus menguasai bahan atau materi, mampu mendisain program belajar mengajar, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif,

Page 23: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

23

terampil memanfaatkan media dan memilih sumber serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak. (Sardiman, 2001:170)

4) Pengertian Proses Belajar Mengajar

Uzer Usman (2009:4) berpendapat bahwa, “Proses belajar

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu

merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar.

Dalam hal ini bukan hanya memiliki makna penyampaian pesan berupa

materi pelajaran, melainkan juga mencakup penanaman sikap serta nilai

pada diri siswa yang sedang belajar.” Ini diperkuat oleh pendapat sebagai

berikut:

Dalam proses belajar mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain. Serasi dalam hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu akan saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik. (Sardiman, 2001:170)

Dari pernyataan tersebut, dapat terlihat secara jelas bahwa yang

dimaksud dengan proses belajar mengajar adalah proses pembelajaran.

Adapun hal tersebut ditegaskan oleh Daryanto (2009:168), dalam

pernyataannya sebagai berikut, “Dalam pelaksanaan pengelolaan

kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran harus memahami prinsip

pembelajarannya terlebih dahulu, sehingga dengan dasar tersebut akan

mendapatkan hasil pengelolaan yang optimal.”

Hal tersebut didukung oleh pernyataan Cronbach dalam

Iskandar (2009:98) yang menyebutkan bahwa, “Proses pembelajaran

adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa atau

Page 24: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

24

peserta didik. Dan dapat pula dijabarkan sebagai kegiatan belajar yang

dilaksanakan siswa di bawah bimbingan guru. Dalam hal ini guru

bertugas merumuskan tujuan-tujuan yang hendak dicapai pada saat

mengajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk

merancangkan sejumlah pengalaman belajar. Yang dimaksud dengan

pengalaman belajar disini adalah segala yang diperoleh siswa sebagai

hasil dari belajar (learning experience). Belajar ditandai dengan

mengalami perubahan tingkah laku, karena mengalami pengalaman

baru”. Sebagai penguat, ada pula pendapat perihal proses pembelajaran

seperti tersebut dibawah ini:

Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian interaksi antara siswa dengan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Maknanya terjadi perilaku belajar pada siswa dan perilaku mengajar pada pihak guru yang terjadi hubungan interaktif yang bersifat mengikat antara aktivitas kedua belah pihak. (Makmun, 2004:156)

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008:11)

Ditambahkan pula oleh Iskandar (2009:123), “Proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

senantiasa berpartisipasi secara aktif, serta memberikan ruang bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian yang sesuai dengan bahkat, minat

serta tidak terlepas dari perkembangan fisik dan psikologis peserta

didik.”

Page 25: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

25

b. Pengertian Pengelolaan Pembelajaran

Martinis Yamin dan Maisah (2009:164) menjelaskan bahwa,

“Pengelolaan pembelajaran baik dalam kelas maupun di luar kelas, di dalam

upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, meliputi beberapa kegiatan

yakni pengelolaan tempat belajar atau ruang kelas, pengelolaan siswa,

pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan materi pembelajaran,

pengelolaan sumber belajar, serta pengelolaan strategi dan evaluasi

pembelajaran.”

Hal tersebut senada dengan pendapat Nana Sudjana (2009:21),

yang memaparkan bahwa, “Mengelola atau melaksanakan program belajar-

mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah dibuat. Dalam

pelaksanaan proses belajar-mengajar, kemampuan yang dituntut untuk

dimiliki oleh seorang guru adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan

menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah

disusun dalam perencanaan. Guru harus dapat mengambil keputusan atas

dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar-mengajar dihentikan,

ataukah diubah metodenya, apakah mengulang dulu pelajaran yang lalu,

manakala para siswa belum dapat mencapai tujuan pengajaran.”

Daryanto (2009:167) juga berpendapat bahwa, “Pengelolaan

kegiatan belajar mengajar merupakan proses pembelajaran utuh dan

menyeluruh yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi

pembelajaran, termasuk evaluasi programnya dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan seperti yang telah ditentukan.” Hal ini diperkuat oleh pendapat

seperti tersebut dibawah ini:

Pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran adalah dua kegiatan yang sangat erat hubungannya, namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda. Kalau pembelajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pembelajaran; menyusun rencana pembelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai dan lain sebagainya, maka manajemen kelas menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran. (pembinaan “report”, menghentikan perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas,

Page 26: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

26

pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh penetapan norma kelompok yang produktif, dan sebagainya). Dengan kata lain, di dalam proses pembelajaran di sekolah dapat dibedakan adanya dua kelompok masalah yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas. Masalah pengelolaan kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif pengelolaan, sedangkan masalah pembelajaran harus ditanggulangi dengan tindakan korektif instruksional. (Martinis Yamin dan Maisah, 2009:36)

c. Tujuan Pembelajaran

Hamzah B. Uno (2008:34) menjelaskan bahwa, “Tujuan

pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan

dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran

muaranya pada tercapainya tujuan pembelajaran.”

Ada beberapa pendapat dalam Hamzah (2008:35) yang

mengemukakan definisi tujuan pembelajaran seperti tersebut dibawah ini:

1. Robert F. Mager, tujuan pembelajaran adalah sebagai perilaku yang

hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi

dan kompetensi tertentu.

2. Kemp, tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik

yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan

dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang

diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang kongkrit serta

dapat dilihat dan fakta yang tersamar.

3. Fred Percival dan Henry Ellington, tujuan pembelajaran adalah

suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan atau

keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai

hasil belajar.

Swardi (2008:32) turut menjelaskan bahwa, “Tujuan pembelajaran

atau tujuan instruksional terdiri dari tujuan pembelajaran umum dan tujuan

pembelajaran khusus. Dalam kurikulum berbasis kompetensi, istilah tujuan

pembelajaran umum merupakan kompetensi, sedangkan tujuan

pembelajaran khusus merupakan indicator kompetensi”.

Page 27: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

27

Masih senada dengan pernyataan tersebut, Sardiman (2001:25)

menyatakan bahwa, “Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu

diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif.

Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu

usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses

belajar.” Ada beberapa pendapat dalam menyatakan tujuan belajar seperti

tersebut dibawah ini:

Mengenai tujuan-tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan dengan instructional effect, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedang tujuan-tujuan lebih merupakan hasil sampingan yaitu: tercapai karena siswa “menghidupi (to life ini) suatu sistem lingkungan belajar tertentu seperti contohnya, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain. Semua itu lazim diberi istilah nurturant effect. Jadi guru dalam mengajar, guru harus sudah memiliki rencana dan menetapkan strategi belajar-mengajar untuk mencapai instructional effects, maupun kedua-duanya. (Sardiman, 2001:26) Tujuan instruksional pada umumnya dikelompokkan kedalam tiga katagori, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan (recall), pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan, dan minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak (motor). Demikian menurut Bloom (1956) dan Krathwohl (1964) dalam Taxonomy of Educational Objectives. Klasifikasi tujuan tersebut memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar-mengajar. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa hasil belajar dapat terlihat dari tingkah laku siswa. Hal ini memberikan pula petunjuk bagi guru dalam menentukan tujuan-tujuan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan dari dalam diri siswa. (Uzer Usman, 2009:34) Tujuan dalam proses belajar-mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran berfungsi sebagai indicator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pembelajaran. Isi tujuan pembelajaran pada

Page 28: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

28

hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan. (Nana Sudjana, 2009:30)

Tidak terlepas dari penjelasan tentang tujuan belajar, disini Nana

Sudjana (2009:34-35) juga menjelaskan bahwa, “Terdapat dua criteria

keberhasilan pengajaran. Kriteria disini dimaksudkan sebagai ukuran

ataupun patokan-patokan dalam menentukan tingkat keberhasilan suatu

pengajaran. Mengingat pengajaran merupakan suatu proses yang dinamis

untuk mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan, maka kita ditentukan

dua criteria yang bersifat umum, yakni: criteria ditinjau dari sudut prosesnya

dan criteria ditinjau dari sudut hasil yang dicapainya. Criteria dari sudut

proses menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses haruslah

merupakan interaksi dinamis sehingga siswa, sebagai subjek yang belajar

mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri, dan tujuan

yang telah ditetapkan tercapai secara efektif. Sedangkan criteria dari segi

hasil atau produk menekankan kepada tingkat penguasaan tujuan oleh siswa

baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kedua criteria tersebut tidak bisa

berdiri sendiri tetapi harus merupakan hubungan sebab dan akibat. Dengan

kata lain, pengajaran tidak semata-mata output oriented tetapi juga proses

oriented.”

Sebagai tindak lanjut dari pernyataan yang terdahulu, Nana

Sudjana (2009:35-37) menjabarkan bahwa, “Untuk mengukur keberhasilan

pengajaran dari sudut prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan,

yaitu: Pertama, apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih

dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik, ataukah suatu

proses yang bersifat otomatis dari guru disebabkan telah menjadi pekerjaan

rutin?; Kedua, apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia

melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesadaran, kesungguhan dan

tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan pengetahuan,

kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari pengajaran itu sendiri?;

Ketiga, apakah siswa menempuh beberapa kegiatan belajar sebagai akibat

penggunaan multi metode dan multi media yang dipakai guru, ataukah

Page 29: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

29

terbatas kepada satu kegiatan belajar saja?; Keempat, apakah siswa

mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar

yang dicapainya, ataukah ia tidak mengetahui apakah yang ia lakukan itu

benar atau salah?; Kelima, Apakah proses pengajaran dapat melibatkan

semua siswa dalam kelas ataukah hanya siswa tertentu yang aktif belajar?;

Keenam, apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup

menyenangkan dan merangsang siswa belajar ataukah suasana yang

mencemaskan dan menakutkan?; Ketujuh, apakah kelas memiliki sarana

belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium belajar ataukah

kelas yang hampa dan miskin dengan sarana belajar, sehingga tidak

memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar yang optimal?”.

Nana Sudjana (2009:37-39) juga menerangkan bahwa, “Asumsi

dasar ialah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar

yang optimal pula. Ada korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang

dicapai. Makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran,

makin tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu. Berikut ini adalah

beberapa persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan

keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai

siswa, yaitu: Pertama, apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses

pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara

menyeluruh (komprehensif) yang terdiri atas unsur kognitif, afektif dan

psykomotorik secara terpadu pada diri siswa, ataukah hasil belajar yang

bersifat tunggal (single facts) dan terlepas satu sama lain, sehingga tidak

membentuk satu integritas pribadi?; Kedua, apakah hasil belajar yang

dicapai siswa dari proses pengajaran mempunyai daya guna dan dapat

diaplikasikan dalam kehidupan siswa, terutama dalam pemecahan masalah

yang dihadapinya, ataukah suatu hasil yang sifatnya samar-samar sehingga

tak banyak dan tak dapat diterapkan?; Ketiga, apakah hasil belajar yang

diperoleh siswa tahan lama diingat dan mengendap dalam pikirannya serta

cukup mempengaruhi perilaku dirinya, ataukah bersifat incidental masuk

dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan?; Keempat, apakah yakin

Page 30: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

30

bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh siswa merupakan akibat dari proses

pengajaran, ataukah perubahan itu sebagai akibat lain di luar proses

pengajaran?”.

Menurut UNESCO dalam Iskandar (2009, 104-105), terdapat

empat pilar belajar, yaitu:

1. “Learning to know” belajar untuk mengetahui.

2. “Learning to do” belajar untuk aktit, prinsip belajar learning to do

bermakna “live long educational” kegiatan belajar sepanjang hidup.

Dalam isalam kita kenal melalui sabda rasulullah S.A.W menyatakan

“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat”. Makna disini adalah

bahwa belajar merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia apabila

ingin menjadi manusia seutuhnya melalui belajar aktif (active

learning). Kegiatan belajar harus dilakukan secara sadar, terus

menerus, dan aktif sehingga terjadi perubahan diri yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran.

3. “Learning to be” belajar untuk menjadi; makna dari learning to be

adalah proses belajar yang dilakukan peserta didik (siswa,

mahasiswa) menghasilkan perubahan perilaku individu atau

masyarakat terdidik yang mandiri. Makna belajar disini bukan hanya

menulis, menghafal, membaca tetapi melalui belajar seseorang

mendapatkan jati diri dan kebahagiaan. Kegiatan belajar disini

dimaksudkan untuk mendapat pengetahuan untuk berproduktifitas

melalui kerja yang sesuai dengan kompetensi (kemampuan) yang

kita miliki.

4. “Learning to live together” belajar untuk bersama-sama.

Menurut Bloom dalam Iskandar (2009, 105-106) menjabarkan

bahwa, “Belajar merupakan suatu komponen ilmu pendidikan yang

berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat

eksplisit maupun implicit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan

belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan

pada ranah-ranah:

Page 31: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

31

1. Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan,

penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan,

pemahaman, penerapan, ana;isis, sisntesis dan evaluasi.

2. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi dan

reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari

kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan

pembentukan pola hidup.

3. Psikomotorik, yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan

jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan

terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan

kreatifitas.”

Iskandar (2009:164) menjelaskan bahwa, “Pendidikan dan

pengajaran merupakan suatu proses yang sengaja dan sadar tujuan. Artinya

proses belajar mengajar merupakan proses interaksi yang terikat, terarah

pada tujuan, dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Tujuan pendidikan dan pengajaran diartikan sebagai suatu bentuk usaha

untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa sebagai subjek

belajar, sehingga memberi arah kemana proses belajar mengajar itu harus

dibawa dan dilaksanakan. Oleh karena itu, tujuan harus dirumuskan dan

harus memiliki deskripsi yang jelas yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang diinginkan.”

Masih memiliki keterkaitan dengan penjabaran yang terdahulu,

Martinis dalam Iskandar (2009:173-174) menyatakan bahwa, “Ranah afektif

merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai,

dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan

terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu

memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang kompleks yang

merupakan factor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani.

Dalam literature tujuan afektif disebut sebagai: minat, sikap hati, sikap

menghargai, sistem nilai serta kecenderungan emosi.”

Page 32: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

32

Menurut Bloom dalam Iskandar (2009:174-176), “Terdapat

beberapa dimensi-dimensi afektif yang perlu diperhatikan siswa (peserta

didik) dan guru (pendidik) dalam proses pembelajaran, sebagai berikut:

1. Sikap Penerimaan (receiving), ini merupakan proses pembentukan

sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang

adanya (stimulus) tertentu. Sikap penerimaan (receiving) dalam

proses pembelajaran berhubungan dengan sikap atau perilaku

membangkitkan, meningkatkan, dan mengarahkan perhatian siswa

(peserta didik). Misalnya mendengar penuh perhatian, kesadaran

akan pentingnya belajar.

2. Responsif (responding), adalah tanggapan (responding) yang

merupakan reaksi aktif dari siswa (peserta didik) dan guru

(pendidik) untuk berpartisipasi. Responsive atau tanggapan dalam

proses pembelajaran dapat ditunjukkan bahwa siswa tidak saja

memperhatikan tetapi secara aktif memberikan (respon) reaksi

gejala tertentu dengan cara tertentu.

3. Penilaian (valuing), merupakan kemampuan untuk memberikan

penilaian terhadap kemauan untuk menerima suatu objek atau

kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa objek tersebut

mempunyai nilai atau kekuatan, dengan cara menyatakan dalam

bentuk sikap atau perilaku positif atau negatif. Misalnya

menghargai peranan teori dalam penelitian, memberi perhatian

terhadap orang yang membutuhkan bantuan, menunjukkan

komitmen atau kesungguhan terhadap pentingnya belajar.

4. Organisasi (organization), merupakan kemampuan siswa

mengkonseptualisasi perbedaan nilai-nilai dan menyelesaikan

konflik serta menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut. Disini

ditekankan pada membandingkan, menghubungkan,

mengidentifikasi, menjeneralisasikan dan menyintesiskan

kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan.

Page 33: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

33

5. Pembentukan karakter (characterization), merupakan kemampuan

seseorang untuk menyikapi dan menghayati nilai-nilai yang

mempengaruhi kepribadian, sehingga nilai-nilai tersebut dapat

menjadi acuan, pedoman, dan panduan dalam kehidupan. Konsep

ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, seperti; meyakini

suatu konsep yang memiliki dasar ilmiah yang kuat, konsisten dan

kerja keras dalam belajar.”

Martinis dalam Iskandar (2009, 178-179) juga menjelaskan bahwa,

“Secara umum tujuan instruksional dibedakan menjadi dua, yang sampai

sekarang masih dianut oleh sebagian besar pendidik, kata instruksional

dapat juga diganti dengan kata pembelajaran, sebagai berikut:

1. Tujuan instruksional umum atau kompetensi dasar. Dalam bahasa

asing biasa disebut goal, terminal objective, dan target objective.

Tujuan terminal melukiskan hasil belajar utama dalam istilah

perilaku yang semula disebut dalam tujuan umum. Lebih dari satu

tujuan terminal diperlukan untuk mencapai tujuan umum.

2. Tujuan instruksional khusus atau indikator, yang dalam istilah

asing dikenal dengan; enabling objectives, subordinate objectives,

dan supportive objectives (tujuan memungkinkan, tujuan

bawahan, tujuan penyangga). Tujuan penyangga melukiskan

perilaku khusus (kegiatan tunggal atau langkah tunggal) yang

harus dipelajari atau ditampilkan supaya tercapainya tujuan

terminal.”

3. Tinjauan Tentang Disiplin Kelas

a. Pengertian Disiplin

Dalam rangka menciptakan, mempertahankan, dan mengembalikan

kondisi yang optimal untuk menjadikan proses belajar mengajar yang baik,

“disiplin kelas” merupakan salah satu aspek yang besar peranannya.

“Disiplin, disciple, discipline”, artinya “pengikut” atau “penganut”.

Asal mula pengertian disiplin, yaitu suatu keadaan tertib dimana para

Page 34: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

34

pengikut tunduk dengan senang hati pada ajaran pemimpinnya.”

(Amatembun dalam Soedomo Hadi, 2005:58)

Menurut Oteng Sutisna (1989:109), “Disiplin adalah esensial bagi

semua kegiatan kelompok yang terorganisasi. Para anggota harus

mengendalikan keinginan-keinginan pribadi masing-masing dan bekerja

sama untuk kebaikan semua”.

Sedangkan menurut Piet Sahertian & Ida Aleida Sahertian

(1992:106) menjelaskan bahwa, “Disiplin sebenarnya merupakan akibat dari

pengelolaan kelas yang efektif.” Selain pendapat yang tersebut sebelumnya,

terdapat beberapa pendapat yang menjabarkan perihal disiplin seperti

tersebut dibawah ini:

Dalam arti luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditunjukkan untuk membantu peserta didik agar dia dapat mamahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya. (Martinis Yamin dan Maisah, 2009:47-48) Disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan keseimbangan antara apa yang ingin dilakukan oleh individu dan apa yang diinginkan individu dari orang lain sampai batas-batas tertentu dan memenuhi tuntutan orang lain dari dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan dari perkembangan yang lebih luas. (Martini Yamin dan Maisah, 2009:48)

Menurut Wikipedia dalam Martinis Yamin dan Maisah (2009:48)

mengemukakan bawa, “Disiplin merupakan bentuk pelatihan yang

menghasilkan suatu karakter atau perilaku khusus yang menghasilkan

perkembangan moral, fisik dan mental untuk tujuan tertentu”. Dengan

disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan

tertentu dan menjauhi larangan tertentu.

Bertitik tolak dari pengertian diatas, maka dapat dirumuskan bahwa

disiplin kelas adalah, keadaan tertib dimana guru dan murid-murid yang

tergabung dalam suatu kelas tunduk kepada peraturan-peraturan atau tata-

tertib yang telah ditetapkan dengan senang hati.

Page 35: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

35

Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Soedomo

Hadi (2005:59) bahwa “Disiplin kelas adalah keadaan tertib di mana guru

dan siswa-siswa yang tergabung dalam suatu kelas tunduk pada peraturan-

peraturan atau tata tertib yang telah ditentukan sebelumnya dengan senang

hati. Guru harus sadar, bahwa suasana tertib dalam kelas merupakan suatu

syarat penting bagi proses belajar-mengajar yang efektif”.

b. Tahap-Tahap Disiplin Kelas

Martinis Yamin dan Maisah (2009:52-60) menjelaskan bahwa,

“Ada banyak cara yang dapat ditempuh oleh guru yang merupakan tahapan

dalam menciptakan disiplin kelas yang mengerucut pada terciptanya disiplin

diri setiap siswa didik, yaitu: Pertama dengan pengenalan peserta didik,

yang mana berintikan apabila guru makin baik mengenal peserta didik

makin besar kemungkinan guru untuk mencegah terjadinya pelanggaran

disiplin. Dan yang kedua dengan melakukan tindakan korektif, yang dalam

hal ini guru harus segera mengingatkan peserta didik terhadap peraturan

yang ada dan konsekuensinya dan kemudian melaksanakan sanksi yang

seharusnya berlaku. Ketiga yaitu dengan melakukan tindakan penyembuhan,

yaitu tindak lanjut apabila terlanjur terjadi pelanggaran oleh siswa. Dan

yang terakhir ialah tertib ke arah siasat, yang berintikan bahwa pengalaman

dasar dalam disiplin akan menjadi pedoman bagi keteraturan hidup, karena

disiplin diri sendiri hanya akan tumbuh dalam suatu suasana di mana antara

guru dan peserta didik terjalin sikap persahabatan yang berakar pada dasar

saling menghormati dan saling mempercayai.”

Masih menurut Martinis Yamin dan Maisah (2009:53-55) yang

menjelaskan bahwa, “Awali melakukan tindakan dan bukan ceramah, yang

dipraktikkan dengan bila ada seseorang peserta didik melakukan tindakan

yang dapat mengganggu kelas, lakukan tindakan menghentikan kegiatan

tersebut secara tepat dan segera. Kedua, Do not bargain, dikarenakan tak

ada untungnya membuka forum diskusi dan mencari siapa yang bersalah.

Sekali lagi segera hentikan penyimpangan tingkah-laku peserta didik dengan

tindakan. Ketiga, mulai gunakan kontrol kerja, karena kewajiban guru

Page 36: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

36

adalah mencoba menghindarkan hal-hal tersebut dengan melakukan control

sosial dan apabila siswa dekat dengan guru akan memperkecil kesempatan

mereka untuk berbuat nakal dan melanggar tata tertib sekolah. Keempat,

nyatakan peraturan dan konsekuensinya, sehingga apabila peserta didik

melanggar peraturan sekolah, komunikasikan kembali apa aturan yang

dilanggarnya secara jelas dan kemukakan akibatnya bila peraturan yang

telah dibuat dan disepakati bersama dilanggar. Konsekuensi ini dilakukan

secara bertahap dimulai dari peringatan, teguran, memberi tanda cek,

disuruh menghadap kepala sekolah dan atau dilaporkan kepada orang tuanya

tentang pelanggaran yang dilakukannya di sekolah.”

Tahapan ketiga dalam penciptaan Disiplin Kelas, adalah melakukan

tindakan penyembuhan. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan

dalam tindakan penyembuhan ini adalah:

1) Mengidentifikasi peserta didik yang mendapat kesulitan untuk

menerima dan mengikuti tata tertib atau menerima konsekuensi dari

pelanggaran yang dibuatnya.

2) Membuat rencana yang diperkirakan paling tepat tentang langkah-

langkah yang akan ditempuh dalah mengadakan kontak dengan

peserta didik.

3) Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik tersebut yang

disetujui bersama oleh guru dan peserta didik yang bersangkutan.

4) Bila saatnya bertemu dengan peserta didik jelaskanlah maksud

pertemuan tersebut, dan jelaskan pula manfaat yang mungkin

diperoleh oleh peserta didik maupun oleh sekolah.

5) Tunjukkanlah kepada peserta didik bahwa guru pun bukan orang yang

sempurna dan tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan dalam

berbagai hal.

6) Guru berusaha untuk membawa peserta didik kepada masalahnya

yaitu pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di sekolah.

Page 37: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

37

7) Bila pertemuan yang diadakan dan ternyata peserta didik responsif

maka guru bisa mengajak peserta didik untuk melaksanakan diskusi

pada saat lain tentang masalah yang dihadapinya.

8) Pertemuan guru dan peserta didik harus sampai kepada pemecahan

masalah dan sampai kepada “Kontak” yang diterima peserta didik

dalam rangka memperbaiki tingkah laku peserta didik tentang

pelanggaran yang dibuatnya.

9) Melakukan kegiatan tindak lanjut. (Martinis Yamin dan Maisah,

2009:57-58)

Dan yang merupakan tahapan keempat pendiptaan Disiplin Kelas

adalah Tertib ke Arah Siasat. Hal ini akan tumbuh subur bila:

1) Guru bersikap “hangat” dalam membina sikap persahabatan dengan

semua peserta didik. Menghargai mereka dan menerima mereka

dengan berbagai keterbatasan.

2) Guru bersikap adil sehingga mereka diperlakukan sama tanpa tumbuh

rasa dianak tirikan atau dipisahkan.

3) Guru bersikap objektif terhadap kesalahan peserta didik dengan

melakukan sanksi sesuai dengan tata tertib peserta didik melanggar

disiplin yang telah disetujui bersama.

4) Guru tidak menuntut para peserta didik untuk mengikuti aturan-aturan

yang di luar kemampuan peserta didik untuk mengikutinya.

5) Guru tidak menghukum peserta didik di depan teman-temannya

sehingga menyebabkan mereka kehilangan muka.

6) Dapat diciptakan suatu kondisi sehingga setiap peserta didik merasa

berhasil dalam segi-segi tertentu dan tidak senantiasa berada dalam

situasi kegagalan dan kekecewaan.

7) Suasana kehidupan di sekolah tidak mendorong peserta didik kearah

tingkah laku yang dikehendaki.

8) Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan hadiah bagi

peserta didik yang bertingkah-laku sesuai dengan tuntutan disiplin

Page 38: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

38

yang berlaku sebagai tauladan yang baik. (Martinis Yamin dan

Maisah, 2009:57-58)

Sikap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi terbinanya

tertib kearah siasat. Sikap ini akan memberi kesempatan peserta didik untuk

ikut terlibat menegakkan disiplin sekolah, ikut dipikirkan dan ditetapkan

bersama.

d. Penerapan Disiplin Kelas

Secara umum kedisiplinan murid di kelas dan di sekolah saling

berhubungan erat. Murid yang disiplin di kelas biasanya juga disiplin di

sekolah. Sebaliknya murid yang kurang disiplin di kelas juga kurang disiplin

di sekolah. Kedisiplinan merupakan sikap yang harus dibina hingga menjadi

kepribadian setiap peserta didik. Hal ini senada dengan pendapat seperti

tersebut dibawah ini:

Yang sangat berperan penting dalam pembentukan sikap adalah faktor perasaan atau emosi, dan faktor reaksi atau respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Dalam beberapa hal, sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap akan selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakannya atau menjauhi dan menghindari sesuatu. (Robert S. Ellis dalam Ngalim Purwanto, 1990:141)

Dari pernyataan tersebut, maka secara sederhana dapat dinyatakan

bahwa apabila siswa menyenangi sesuatu yang dalam hal ini adalah kondisi

maupun keadaan di sekolah maupun dikelas, maka mereka akan menuruti

dan melaksanakan peraturan yang ada sehingga kedisiplinan dapat terwujud.

Sedangkan apabila siswa tidak senang terhadap segala hal yang ada di

sekolah maupun di kelas, maka mereka akan cenderung menjauhi atau

menghindari hal-hal yang sesuai dengan peraturan sehingga menghambat

terciptanya kedisiplinan baik di kelas maupun sekolah.

Selanjutnya beberapa karakteristik murid yang disiplin di ruang

kelas menurut Chumdari dan Sutini (1996:60-61) adalah memiliki sifat-sifat

sebagai berikut:

1) Memasuki ruangan kelas sebelum guru masuk kelas dan masuk kelas

Page 39: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

39

dengan baik.

2) Mematuhi peraturan kelas dengan baik.

3) Berperilaku baik selama mengikuti pelajaran.

4) Mempergunakan waktu belajar dengan sebaik-baiknya.

5) Mengikuti pelajaran dengan tertib.

6) Menghargai atau menghormati pendapat orang lain.

7) Mengajukan pertanyaan kepada guru dengan tertib atau baik.

8) Meninggalkan kelas dengan ijin guru.

9) Menjaga lingkungan kelas tetap bersih dan rapih.

10) Bersikap sosial kepada guru dan teman-temannya, dan sebagainya.

Sedangkan karakteristik murid yang disiplin di sekolah, menurut

Chumdari dan Sutini (1996:61-62) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1) Datang tepat pada waktunya atau sebelum sekolah masuk.

2) Mengikuti upacara dengan tertib dan khidmad.

3) Ikut serta menjaga kebersihan tembok dan sebagainya.

4) Menempatkan dan merawat perlengkapan sekolah dengan baik.

5) Minta ijin bila meninggalkan sekolah.

6) Hormat dan berlaku sopan terhadap siapapun.

7) Bersikap ramah kepada guru, kepala sekolah, dan sebagainya.

8) Mengenakan pakaian sesuai ketentuan sekolah atau seragam.

9) Bersikap bersahabat dan suka menolong.

10) Menggunakan waktu belajar dengan sebaik-baiknya, dan sebagainya.

e. Gangguan Disiplin Kelas

Problema-problema disiplin kelas dalam rangka pengelolaan kelas

menyangkut dua masalah pokok, yaitu (1) masalah individual, dan (2)

masalah kelompok. Tindakan seorang guru akan lebih efektif dalam

mengangani disiplin kelasnya apabila ia dapat mengidentifikasi secara

tepat hakekat masalah yang dihadapinya sehingga ia dapat memilih strategi

penanggulangannya secara tepat.

Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel dalam Chumdari dan Sutini

(1996:67) menjelaskan bahwa, “Terdapat empat macam problema

Page 40: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

40

individual yang didasarkan pada asumsi bahwa semua tingkah laku

individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan yakni terpenuhinya

kebutuhan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga

diri. Apabila kebutuhan-kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi melalui cara-

cara yang wajar, maka individu itu akan berusaha mencapainya dengan

cara-cara lain yang tidak wajar, dengan kata lain ia akan berbuat tidak

wajar / asosial (tak disiplin). Empat problema tersebut adalah sebagai

berikut; Attention-getting behavior (tingkah laku untuk menarik perhatian),

semisal dengan cara membadut di kelas (aktif), atau berbuat serba lamban

sehingga perlu mendapat bantuan ekstra dari guru (pasif); Power-seeking

behavior (tingkah laku untuk mencari kekuasaan), misalnya dengan selalu

mendebat atau kehilangan kendali emosional (aktif) marah-marah,

menangis, atau (pasif) selalu lupa pada peraturan-peraturan penting di

kelas; Revenge-seeking behavior (tingkah laku untuk membalas dendam),

misalnya dengan menyakiti hati orang lain, seperti mengata-ngatai,

mencubit, menggigit, memukul dan sebagainya; Peragaan

ketidakmampuan, misalnya dalam bentuk sama sekali menolak untuk

mencoba melakukan apapun, karena yakin hanya akan mengalami

kegagalan.”

Menurut Lois V. Johnson dan Mary A. Bany dalam buku susunan

Chumdari dan Sutini (1996:68) menerangkan bahwa, “Terdapat empat

katagori problema kelompok yang dihadapi guru dalam pembinaan disiplin

kelas. Empat katagori tersebut adalah sebagai berikut; Pertama, kelas

kurang kohesif, (kurang akrab) karena perbedaan jenis kelamin, suku/ras,

tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya; Kedua, kesebalan/pelanggaran

terhadap norma-norma yang telah sebelumnya disepakati bersama.

Misalnya sengaja berbicara keras-keras di ruang baca perpustakaan, dan

sebagainya; Ketiga, kelas memberi respon negatif terhadap salah seorang

anggotanya, semisal mengejek salah seorang teman yang kurang benar

menjawab pertanyaan dari guru; Keempat, kelas kurang mampu

menyesuaikan diri dengan situasi baru, seperti perubahan jadwal, guru

Page 41: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

41

kelas diganti sementara oleh guru piket, dan sebagainya.” Begitu banyak

karakteristik kelompok dalam sebuah kelas, maka dari itu tentunya

membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Hal ini seperti dijelaskan

dibawah ini:

Dalam pembinaan disiplin kelas, perlu diingatkan bahwa setiap problema harus ditanggapi secara berbeda. Problema individual, individu pelaku yang dijadikan sasaran. Sedangkan problema kelompok tindakan korektif harus ditujukan kepada kelompok. Sebab diagnosis yang keliru akan mengakibatkan terjadinya tindakan korektif yang keliru pula. (Chumdari dan Sutini, 1996:68)

4. Tinjauan Tentang Keterkaitan Pendekatan Eclectic dengan Disiplin Kelas

a. Indikator Pengelolaan Kelas Yang Baik

Pengelolaan kelas yang baik, dapat dilihat dari terciptanya

efektivitas dalam proses pembelajaran oleh seoarng guru. Hal ini seperti

yang dipaparkan oleh Martinis Yamin dan Maisah (2009:17) bahwa,

“Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan (atau

kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan terlebih dahulu. Efektivitas tugas dari segi proses menyangkut

perilaku pimpinan yang dinilai dari proses kerjanya berdasarkan standar

penampilan dalam membuat perencanaan, mengorganisir, memotivasi, dan

mengawasi. Efektivitas tugas dilihat dari segi karakteristik kepribadian,

kemampuan, sikap, keteladanan dan keterbukaan. Sedangkan efektifitas

tugas dari segi hasil yaitu menempatkan tingkat penyelesaian tugas dalam

pencapaian tujuan yang muaranya pada mutu produk dan mutu pelayanan.”

Masih berkaitan dengan pendapat tersebut, Iskandar (2009:95) turut

menjelaskan bahwa, “Efektivitas proses pembelajaran banyak bergantung

kepada kesiapan dan cara mengajar yang dilakukan pendidik (guru/dosen),

sedangkan kesiapan cara belajar yang dilakukan oleh peserta didik

(siswa/mahasiswa) itu sendiri, baik yang dilakukan secara mandiri maupun

kelompok.”

Indikator pengelolaan kelas yang baik, mampu dilihat dari

pengelola kelas yang baik dan efektif, karena tentunya pengelolaan kelas

Page 42: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

42

yang baik adalah pengelolaan kelas yang dijalankan oleh pengelola kelas

yang baik dan efektif. Disiplin kelas yang terwujud dengan ditanganinya

gangguan kelas dengan baik, merupakan salah satu indikator yang menonjol

dari pengelolaan kelas yang berhasil. Sebab dengan pengelolaan kelas yang

tepat dan sesuai dengan kebutuhan kelas, maka dapat meminimalisir bahkan

mengatasi gangguan yang terjadi didalam kelas. Sehingga dengan dapat

diatasinya gangguan kelas yang terjadi, seperti keributan yang diakibatkan

oleh aktivitas peserta didik yang kurang produktif, kedisiplinan dan

keteraturan dalam kelas dapat diwujudkan.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik perlu diupayakan

pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi di dalam proses

pembelajaran. Karena dengan meningkatkan pengembangan aktivitas siswa

yang positif dan produktif, dapat memacu pada terciptanya kreativitas dan

berkembangnya daya nalar peserta didik sehingga dapat meningkatkan

potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dan untuk dapat meningkatkan

aktivitas siswa, dibutuhkan adanya motivasi-motivasi yang akan menarik

minat siswa untuk melakukan hal-hal yang positif dan produktif sesuai

dengan yang direncanakan dalam tujuan pembelajaran. Berkaitan dengan

hal tersebut, upaya yang dapat dilakukan oleh guru sebagai seorang

pendidik dalam membangkitkan motivasi belajar peserta didik dalam proses

pembelajaran, seorang guru sebagai pengajar dan pendidik perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya

menarik dan berguan bagi dirinya;

2) Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan

kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak

dicapai. Siswa juga dilibatkan dalam penyusunan tersebut;

3) Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya;

4) Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun

sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan;

5) Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa;

Page 43: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

43

6) Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti:

perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau

subyek tertentu.

7) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan

memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa guru

peduli terhadap mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian

rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta

mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga

mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri. (E. Mulyasa

dalam Iskandar, 2009:97).

b. Kaitan Pengelolaan Kelas dengan Pendekatan Eclectic

Pendekatan eclectic merupakan bagian dari pengelolaan kelas.

Diharapkan dengan diterapkannya pendekatan eclectic dalam Pengelolaan

Kelas atau managemen kelas, mampu memberi kontribusi yang positif

dalam menciptakan keberhasilan proses pengelolaan kelas. Beberapa teori

ahli yang mendukung gagasan ini adalah:

Menurut Daryanto dalam buku “Panduan Proses Pembelajaran

Kreatif dan Inovatif” (2009:201), “Mengajar yang dapat membawa siswa

belajar efektif, adalah belajar yang didalamnya terdapat aktivitas mencari,

menemukan dan melihat pokok masalah, serta siswa berusaha memecahkan

masalah termasuk berpendapat.”

Hal tersebut dapat dilakukan dengan menempuh beberapa langkah

sebagai berikut:

1) Belajar secara aktif

2) Gunakan metoda dan media yang bervariasi

3) Motivasi terus

4) Pertimbangan perbedaan individu

5) Buat perencanaan sebelum mengajar

6) Pengaruh guru yang sugestif

7) Guru harus memiliki keberanian menghadapi siswa

8) Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis

Page 44: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

44

9) Berikan masalah yang merangsang untuk berpikir

10) Pelajaran perlu diintegrasikan

11) Perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata

12) Berikan kebebasan untuk mengamati, mencoba, dan belajar sendiri

13) Pengajaran remedial. (Daryanto, 2009:201)

Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pula oleh guru

apabila ingin mewujudkan mengajar yang efektif, seperti tersebut dibawah

ini:

Dan ada pula beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam mewujudkan mengajar yang efektif yaitu, pertama dengn penguasaan materi pelajaran, kemudian dengan memiliki rasa cinta pada yang diajarkan (materi/pekerjaan/siswa), dan didukung dengan pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, menggunakan variasi metode dalam mengajar, selalu menambah ilmu, serta tidak lupa memberi pujian dan dorongan semangat pada siswa. (Daryanto, 2009:201).

Memang dalam kegiatan belajar peserta didik, guru harus dapat

menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif dalam kegiatan belajar

peserta didik. Kata kunci berhasilnya kegiatan pendidikan terletak pada

kegiatan mengajar guru yang dapat menciptakan proses belajar siswa

berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Masih menurut Daryanto (2009:203), menyatakan beberapa ciri

individu (guru dan siswa) yang kreatif sehingga mampu mendorong

terwujudnya proses belajar yang efektif, yakni sebagai berikut:

1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar

2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru

3. Panjang akal

4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti

5. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit

6. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

7. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas

8. Berpikir fleksibel

Page 45: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

45

9. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi

jawaban lebih banyak

10. Kemampuan membuat analisa dan sintesis

11. Memiliki semangat bertanya serta meneliti

12. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik

13. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas

Muhammad Ridwan (13 September 2007, 11:09) dalam sebuah

jurnal di internet memberi definisi pengelolaan kelas sebagai, “suatu

kegiatan untuk menciptakan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses

belajar, yang didalamnya mencakup pengaturan orang (siswa) dan fasilitas,

serta segala aktivitas yang dikerjakan dari mulai terjadinya kegiatan

pembelajaran di dalam kelas sampai berakhirnya pembelajaran di dalam

kelas”.

Senada dengan pernyataan tersebut, Dede Sudjadi (8 Januari 2009,

06:20) dalam sebuah situs di internet, turut menyatakan sebagai berikut,

“Pengelolaan Kelas, didefinisikan sebagai: Perangkat kegiatan guru untuk

mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi

tingkah laku yang tidak diinginkan. Seperangkat kegiatan guru untuk

mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio

emosional kelas yang positif. Seperangkat kegiatan guru untuk

menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.”

Ini sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh Chumdari dan Sutini

(1996:13-19), ialah sebagai berikut: “Inti pelaksanaan pendekatan berdasar

studi psikologi pada hakekatnya bertujuan untuk menguatkan tingkah laku

murid yang baik, atau menghilangkan tingkah laku yang kurang baik.”

Dalam buku “Membangun Kompetensi Belajar”, yang disusun oleh

A. Suhaenah Suparno (2000:54), memuat pandangan seorang tokoh

behaviourisme terkenal, yakni Skinner. Mengajar menurut Skinner adalah,

“Serangkaian penataan penguatan dibawah apa pengubahan perilaku

berlangsung. Tugas guru adalah mengubah perilaku yang dimulai dengan

proses menyadari adanya tujuan yang berbentuk perubahan serta menguasai

Page 46: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

46

teknik-teknik mengajar untuk mencapainya”. Oleh karena itu, guru harus

pandai memilah dan memilih teknik mengajar yang sesuai agar dapat

membawa murid pada perubahan perilaku yang baik. Bila seorang guru

telah dapat membawa murid pada perubahan perilaku yang baik, barulah ia

dikatakan professional dalam mengajar. Hal tersebut dikuatkan pula oleh

pendapat seperti tersebut dibawah ini:

Salah satu indikator yang menyatakan bahwa guru, dosen (pendidik) yang professional adalah memiliki kemampuan mengelola kelas, yaitu menyediakan suasana yang kondusif untuk berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Apabila belum kondusif, maka seorang guru atau dosen (pendidik) harus berupaya seoptimal mungkin untuk menguasai, mengatur dan membenahi, serta menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. (Iskandar, 2009:209) Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas dan efisiensi pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dan dosen (pendidik) dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga peserta didik dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan. (Iskandar, 2009:210)

c. Kaitan Pengelolaan Kelas dengan Disiplin Kelas

Keterkaitan disiplin kelas dengan pengelolaan kelas terlihat jelas

dari penjelasan mengenai indikator-indikator pengelolaan kelas yang baik

dan efektif. Terciptanya disiplin kelas yang baik merupakan salah satu tolok

ukur keberhasilan tindakan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh seorang

pengelola kelas (guru). Gagasan ini didukung oleh pendapat para ahli

sebagai berikut:

Chumdari dan Sutini (1996:54) berpendapat bahwa, “Masalah

disiplin kelas merupakan suatu problema yang penting dalam managemen

kelas oleh seorang guru. Bahkan hal ini merupakan suatu kriteria penting

dalam menilai kualitas kepemimpinan seorang guru”.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Suharsimi Arikunto (1989:67)

menjelaskan bahwa, “Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan

oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran yang dimaksud untuk

Page 47: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

47

mencapai kondisi yang kondusif dan optimal sehingga dapat terlaksana

kegiatan pembelajaran yang diharapkan”. Usaha uang dimaksud tentunya

adalah upaya guru dalam menciptakan kondisi kelas yang disiplin.

Menurut Chumdari dan Sutini (1996:55), “Bagaimanapun

pengertian kita tentang disiplin kelas, setiap guru menyadari bahwa suasana

yang tertib dalam kelas merupakan suatu prasyarat penting bagi proses

mengajar dan belajar yang efektif”.

Pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas. (Akhmad Sudrajat, 24 Januari 2008, 08:32)

Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel dalam Ahmad Rohani (2004:125)

menjelaskan bahwa, “Empat kelompok masalah dalam pengelolaan kelas

yang individual, didasarkan pada asumsi bahwa semua tingkah laku individu

merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima

kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuhan ini

tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang lumrah dalam masyarakat

kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan

cara-cara lain. Dengan kata lain, dia akan berbuat tidak baik”.

Empat tingkah laku yang merupakan permasalahan individual

dalam pengelolaan kelas menurut Dreikurs dan Cassel dalam Ahmad

Rohani (2004:125), diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain, misalnya

membatu di kelas (aktif), atau dengan berbuat serba lamban sehingga

perlu mendapat pertolongan ekstra (pasif).

2. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan, misalnya selalu

mendekat atau kehilangan kendali emosional marah-marah, menangis

(aktif), atau selalu “lupa” pada aturan-aturan penting di kelas (pasif).

Page 48: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

48

3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain, misalnya seperti

mencaci-maki, memukul, menggigit, dan lain sebagainya (kelompok

ini tampaknya kebanyakan dalam bentuk aktif/pasif).

4. Peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak

untuk menolak untuk mencoba melakukan apapun karena yakin

bahwa hanya kegagalanlah yang menjadi bagiannya.

Pentingnya pengelolaan kelas dalam meraih keberhasilan proses

belajar mengajar, sesuai dengan pendapat Piet Sahertian & Ida Aleida

(1992:106) yang menerangkan bahwa, “Pengelolaan kelas sangat erat

hubungannya dengan keberhasilan dalam situasi belajar mengajar. Maka

guru diharapkan terampil untuk menciptakan dan memaklumi kondisi

belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal

dengan cara mendisiplinkan dan melakukan kegiatan remedial.”

d. Kaitan Pendekatan Eclectic dengan Disiplin Kelas

Antara disiplin kelas dan pendekatan eclectic, terdapat keterkaitan

yang kuat. Dengan menerapkan pendekatan eclectic, diharapkan mampu

menyelesaikan permasalahan gangguan disiplin kelas.

Oteng Sutisna (1989:109) memaparkan bahwa, “Disiplin adalah

esensial bagi semua kegiatan kelompok yang terorganisasi. Para anggota

harus mengendalikan keinginan-keinginan pribadi masing-masing dan

bekerja sama untuk kebaikan semua”.

Piet Sahertian & Ida Aleida (1992:106) juga menjelaskan bahwa,

“Disiplin sebenarnya merupakan akibat dari pengelolaan kelas yang

efektif.”

Dalam buku “Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif”

(Daryanto, 2009:46-47), terdapat hasil sebuah penelitian yang relevan

dengan masalah penciptaan kedisiplinan kelas yang berkaitan dengan

pendekatan mengajar guru dalam pengelolaan kelas yang menggunakan

konsep psikologi pendidikan, ialah sebagai berikut, “Salah satu model

pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang

dikembangkan Rogers, diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975,

Page 49: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

49

mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang

mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri

guru yang fasilitatif adalah:

1. Merespon perasaan siswa

2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah

dirancang

3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa

4. Menghargai siswa

5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan

6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk

memantapkan kebutuhan segera dari siswa)

7. Tersenyum pada siswa

Dari penelitian ini diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka

bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya

untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika

yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan

disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa

menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.”

Situasi kelas yang pelajar-pelajarnya termotivasi dapat mempengaruhi sikap belajar dan tingkah laku pelajar. Pelajar yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan, menunjukkan ketekunan yang tinggi, variasi aktivitas belajar merekapun akan lebih banyak. Disamping keterlibatan mereka dalam belajar lebih besar, mereka juga kurang menyukai tingkah laku yang negatif yang dapat menimbulkan masalah disiplin kelas. Oleh karena itu, dalam upaya menjaga dan meningkatkan disiplin kelas maka motivasi pelajar mesti dikembangkan. (Robert J. Songgok, Senin 09 Juni 2008, 05:17)

Sedangkan pemberian motivasi itu sendiri, merupakan bagian yang

penting dari penerapan pendekatan psikologikal dalam pengelolaan kelas.

Seperti dengan pemberian reinforcement atau penguatan-penguatan yang

diharapkan mampu menjadi motivator bagi siswa didik untuk mengikuti

peraturan yang ada, sehingga mampu terwujud adanya disiplin kelas.

Page 50: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

50

Sebagai implementasi hal tersebut, terkait kuat dengan pelaksanaan

disiplin kelas yang tergantung pada senang atau tidak senang-nya siswa

terhadap peraturan yang ada sehingga menentukan tingkah laku siswa untuk

melaksanakan atau justru menghindari peraturan yang ada. Karena inti dari

disiplin adalah “kesadaran untuk melaksanakan peraturan yang ada”.

Dari penjabaran diatas, maka hubungan atau keterkaitan antara

Pendekatan Eclectic, Pengelolaan Kelas dan Disiplin kelas, dapat dinyatakan

secara ringkas sebagai berikut: Dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang

relevan dengan kebutuhan dunia pendidikan pada saat ini sebagai salah satu

bagian dari kegiatan pengelolaan kelas, diharapkan mampu mewujudkan

disiplin kelas yang merupakan salah satu tolok ukur penting keberhasilan

tindakan pengelolaan kelas.

5. Dasar Hukum Pengelolaan Kelas Sebagai Implikasi Penyelenggaraan

Pendidikan Di Indonesia

Segala hal yang berlaku dalam suatu negara tidak pernah terlepas dari

payung hukum yang mengayominya. Begitu pula halnya dengan pelaksanaan

pendidikan di Indonesia, ada aturan hukum yang melandasi

penyelenggaraannya. Aturan yang mengatur pengelolaan kelas sebagai salah

satu wujud penyelenggaraan pendidikan di Indonesia antara lain:

Undang-Undang Republik Indonesia, No. 20 Tahun 2003, tentang

“Sistem Pendidikan Nasional”. (Pasal 40, ayat 2), yang menyatakan bahwa:

“Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban : a) menciptakan suasana

pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; b)

mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu

pendidikan; dan c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi,

dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.” Aturan

ini merupakan dasar seorang guru dalam mengelola kelas secara baik dengan

menciptakan iklim kelas yang menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis,

serta mampu menjadi teladan bagi siswa didiknya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No 19 Tahun 2005 tentang

“Standar Nasional Pendidikan” (Pasal 19 ayat 1, 2 dan 3) yang menyatakan

Page 51: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

51

bahwa:

a. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

b. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses

pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

c. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan

pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses

pembelajaran yang efektif dan efisien.

Aturan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan guru dalam mengelola

kelas agar proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik.

B. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan acuan yang digunakan di dalam melakukan

suatu penelitian. Pada penelitian ini kerangka berfikir dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Pengelolaan kelas harus dikuasai oleh seorang guru sebagai pengajar dan

pendidik demi tercapainya efektifitas dan efisiensi dalam proses belajar mengajar.

Dan yang dimaksud pengelolaan kelas adalah penyelenggaraan, pengurusan,

kepemimpinan atau ketatalaksanaan guru dalam kelas, mencakup kegiatan-

kegiatan menciptakan dan memelihara kondisi-kondisi yang optimal bagi

terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Hal ini sesuai

Page 52: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

52

dengan UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003, BAB XI (Pasal 39, ayat 1 dan 2),

yang berbunyi:

1. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,

pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang

proses pendidikan pada satuan pendidikan.

2. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan

tinggi.

Dalam pengelolaan kelas dikenal beberapa pendekatan yang dapat dipilih

dan digunakan oleh guru agar murid-murid dapat mencapai tujuan belajar dengan

efektif dan efisien. Salah satu pendekatan yang penulis kaji adalah “Pendekatan

Eclectic”, dalam pengelolaan kelas atau managemen kelas, sebagai alternative

terbaik dalam mencapai tujuan belajar yang efektif dan efisien. Pendekatan ini

pada hakekatnya bertujuan untuk menguatkan tingkahlaku murid yang baik, atau

menghilangkan tingkah laku yang kurang baik. Karena perilaku baik maupun

kurang baik, sama-sama merupakan hasil dari proses belajar.

Penulis tertarik mengkaji pendekatan eclectic, karena menurut penulis

pendekatan ini adalah pendekatan yang paling baik digunakan terutama dalam

menyampaikan materi pelajaran “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”.

Karena tujuan utama dari penyampaian materi ini adalah menciptakan karakter

siswa didik yang baik. Bukan hanya baik dalam teori namun juga dalam praktik

tingkah laku sehari-hari.

Penerapan pendekatan ini dalam pengelolaan kelas, dilaksanakan oleh

guru dengan jalan mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan, interaktif,

komunikatif dan mengutamakan budaya tutur yang santun, agar keteladanan guru

dapat tertanam secara otomatis sehingga menjadi karakter yang mempribadi pada

setiap murid. Hal ini sesuai pula dengan UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003,

BAB XI (Pasal 40) yang berbunyi:

Page 53: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

53

Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban :

1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,

kreatif, dinamis, dan dialogis;

2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu

pendidikan; dan

3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Selain pasal tersebut, pelaksanaan pengelolaan kelas dengan pendekatan

yang mengarahkan kegiatan belajar mengajar menjadi kegiatan yang

menyenangkan dan interaktif, didukung pula dengan adanya PP, No 19 Tahun

2005, tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN, BAB IV (Pasal 19, ayat

1), yang berbunyi: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik”.

Dan secara implicit keberhasilan belajar penulis kaji dari sudut pandang

“Disiplin Kelas”. Karena masalah disiplin kelas merupakan suatu problema yang

penting dalam pengelolaan kelas oleh seorang guru. Bahkan hal ini merupakan

suatu kriteria penting dalam menilai kualitas keberhasilan mengajar seorang guru.

Sebagai gambaran pemikiran untuk memecahkan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 54: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

54

Interaksi

Gb. 1 Skema Kerangka Berpikir

Pendekatan Eclectic dalam Pengelolaan Kelas Oleh Guru

SISWA GURU

Pengelolaan Kelas Oleh Guru

Guru Menghadapi Kendala “Gangguan Disiplin Kelas”

Guru Mengupayakan Pemecahan Masalah

Terwujud Disiplin Kelas

Preventif (Pencegahan) Kuratif (Penindakan)

Tujuan Pembelajaran Tercapai

Page 55: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

55

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti yang

dipersiapkan dengan baik dalam suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan,

dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau pengetahuan

dan memakai metode-metode ilmiah untuk mencapai suatu tujuan penelitian, yang

terdiri dari:

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SMP N 7 Surakarta yang beralamat di

Jl. Mr. Sartono No. 34 Surakarta, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten/Kodya

Surakarta. Alasan pemilihan tempat penelitian adalah, karena penulis pernah

menjadi bagian dari instansi tersebut selama masa PPL sehingga memudahkan

penulis dalam memperoleh hasil penelitian. Selain itu, penulis telah memiliki

ikatan emosional dengan siswa sebagai obyek penelitian, sehingga data yang akan

penulis dapatkan lebih bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan terhadap permasalah yang telah

dirumuskan pada bab terdahulu membutuhkan waktu selama 8 (delapan) bulan,

yakni mulai bulan Mei 2009 sampai bulan Desember 2009.

Tabel 1. Jadwal Penelitian

2009 No Jenis Kegiatan

Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

1 Pengajuan Judul

2 Pembuatan proposal

3 Perijinan Penelitian

4 Pengumpulan Data

5 Analisis data

6 Pembuatan Laporan

54

Page 56: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

56

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian merupakan suatu keadaan dari hasil pencarian atas

sesuatu yang dilakukan secara sistematis, dimana pencarian tersebut dimaksudkan

untuk mendapatkan pemecahan masalah.

Adapun data yang digunakan bersifat kualitatif, yaitu “Riset kualitatif

memusatkan pada diskripstif, data yang dikumpulkan berujud kata-kata dalam

kalimat atau gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka atau jumlah.

Berisi catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung

penyajian”. (HB. Sutopo, 1996:35).

Hakikat penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan

hidupnya berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran

mereka tentang dunia sekitarnya, mendekati atau berinteraksi dengan orang-orang

yang berhubungan dengan focus penelitian dengan tujuan mencoba memahami,

menggali pandangan dan pengalaman mereka untuk mendapatkan informasi atau

data yang diperlukan. (Iskandar, 2009:24)

Panelitian deskriptif merupakan bentuk penelitian yang digunakan untuk

menjelaskan peristiwa yang terjadi pada masa sekarang sebagaimana adanya pada

saat penelitian dilakukan, mengenai gambaran secara tepat mengenai sifat-sifat

individu, keadaan atau kelompok tertentu antara suatu gejala lain di masyarakat.

Sedangkan data yang digunakan bersifat kualitatif karena data yang digunakan

berupa kata-kata, kalimat, atau gambar yang memiliki arti lebih dari sekedar

angka. Seperti yang dijelaskan oleh H.B. Sutopo (1996 : 35) bahwa :

Berdasarkan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yang menekan pada masalah proses dan makna (persepektif dan partisipasi) maka bentuk penelitian dengan strategi terbaik adalah penelitian kualitatif deskriptif yang penuh nuansa lebih berharga daripada sekedar pertanyaan jumlah ataupun frekuensi dalam bentuk angka.

Hal tersebut juga di ungkapkan oleh Lexy J. Moleong (1995:137) yang

mengutip pendapat Bogdan dan Tylor, penelitian kualitatif adalah sebagai berikut

“Metodologi kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Page 57: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

57

Sesuai dengan penjelasan tersebut maka dalam penelitian ini

memusatkan perhatian pada masalah penerapan pendekatan eclectic dalam

pembelajaran PPKn di SMP N 7 Surakarta. Pelaksanaan dari penelitian deskriptif

dalam penyusunan skripsi ini tidak terbatas hanya pada waktu pengumpulan data

saja melainkan juga dilakukan ketika proses penganalisaan data yang diakhiri

dengan penarikan kesimpulan. Tapi selain penggunaan pendekatan kualitatif

deskriptif, pengumpulan data dalam penelitian ini juga memanfaatkan pendekatan

kuantitatif sebagai pelengkap atau pendukung. Karena sebelum melakukan

pengumpulan data dengan teknik wawancara, penelitian ini memanfaatkan

kuesioner sebagai instrument untuk memperoleh data awal sebelum melakukan

wawancara secara mendalam.

Hal tersebut seperti dipaparkan oleh Iskandar (2009:31) bahwa,

“…pendekatan kuantitatif dan kualitatif dapat dilakukan secara bersama-sama

dalam sebuah penelitian, dengan cara kerjanya dilakukan secara bertahap dan

desainnya adalah memberikan manfaat pada salah satu paradigma penelitian,

sedangkan paradigma lainnya hanya sebagai pelengkap atau pendukung saja”.

Dalam hal ini, pendekatan kuantitafif melengkapi pendekatan kualitatif sebagai

pendekatan utama dalam penelitian di SMP N 7 Surakarta.

2. Strategi Penelitian

Strategi penelitian merupakan cara yang ditempuh pada saat proses

pencarian atas sesuatu yang dilakukan dengan sistematis dalam rangka

mendapatkan pemecahan masalah. Sesuai dengan masalah yang penulis teliti,

penelitian ini termasuk penelitian studi kasus dengan tipe tunggal terpancang.

Studi kasus tunggal terpancang adalah suatu penelitian mengenai

fenomena dalam kehidupan nyata yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu yang

telah ditentukan sebelumnya. Fenomena dalam penelitian ini terjadi pada satu

lokasi (tunggal) yaitu keluarga besar SMP N 7 Surakarta. Terpancang pada tujuan

untuk mengetahui perubahan tingkah laku disiplin siswa saat kegiatan belajar

mengajar berlangsung, ketika guru mengelola kelas dengan menerapkan

pendekatan eclectic serta sejauh mana disiplin kelas dapat terwujud dengan

adanya penerapan pendekatan eclectic dalam pengelolaan kelas. Sehingga tujuan

Page 58: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

58

penelitian ini terbatas pada aspek perubahan tingkah laku siswa, dalam hal ini

kedisiplinan siswa sewaktu proses belajar mengajar berlangsung dengan

diterapkannya pendekatan eclectic dalam pengelolaan kelas oleh guru mata

pelajaran PPKn.

C. Sumber Data

Menurut HB. Sutopo (1996:23) sumber data dalam penelitian kualitatif

dapat berupa manusia dan tingkah lakunya, peristiwa, dokumen, arsip dan benda-

benda lainnya.

Dalam penelitian kualitatif ada beberapa sumber data yang dapat

digunakan, antara lain:

1. Informan

“Informan adalah orang yang memberikan informasi. Dengan pengertian

ini maka informan dapat dikatakan sama dengan responden, apabila pemberian

keterangannya karena dipancing oleh pihak peneliti. Istilah ‘informan’ ini banyak

digunakan dalam penelitian kualitatif” (Suharsimi Arikunto, 2006:145). Jadi

informan adalah orang yang mengetahui dan memahami tentang permasalahan

yang ada dan bersedia memberikan informasi pada peneliti. Dalam hal ini

informan yang peneliti ambil terdiri dari:

a) Siswa SMP N 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2009-2010:

1) 10 Orang Siswa Kelas 7 SMP N 7 Surakarta

2) 10 Orang Siswa Kelas 8 SMP N 7 Surakarta

3) 10 Orang Siswa Kelas 9 SMP N 7 Surakarta

b) Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP N 7 Surakarta Tahun Pelajaran

2009-2010:

1) Prasmani, S.Pd

2) Dimyati, A.Md

3) Sri Prihandajatin

4) Aisah, S.Pd

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada daftar informan (lampiran:1,

halaman:103)

Page 59: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

59

2. Dokumen dan arsip

Dokumen ada dua yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi, dokumen

pribadi yaitu tulisan tentang diri seseorang yang ditulisnya sendiri, sedang

dokumen resmi adalah dokumen yang dikeluarkan suatu instansi. Sumber arsip

merupakan informasi yang dapat diperoleh peneliti tentang subjek yang akan

diteliti. Macam-macam dokumen yang digunakan disini meliputi seluruh

dokumen resmi tentang hal-hal yang terkait dengan kegiatan pendidik dalam

pengelolaan kelas yaitu antara lain:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim

Pendidikan Nasional

b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan.

c. RPP guru SMP N 7 Surakarta, yang tercantum dalam perangkat mengajar

(lampiran:2, halaman:104)

3. Tempat dan peristiwa

Kegiatan penelitian kualitatif tidak lepas dari wawancara dan observasi

yang akan melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa yang terjadi. Hal ini dilakukan

agar peneliti dapat berhasil sesuai dengan tujuan. Melalui tempat dan peristiwa

peneliti dapat memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu

dengan menggunakan wawancara maupun observasi. Dalam penelitian ini lokasi

yang dijadikan tempat penelitian adalah kelas-kelas yang ada di SMP N 7

Surakarta.

Peristiwa yang peneliti amati adalah segala kegiatan yang terjadi di SMP

N 7 Surakarta, yang berkaitan dengan penerapan pendekatan eclectic. Semisal

interaksi yang terjadi antara guru dan siswa dalam PBM PPKn di SMP N 7

Surakarta, maupun kegiatan yang dilakukan antara guru dan siswa di SMP N 7

Surakarta di luar proses belajar mengajar yang mencerminkan penerapan

pendekatan eclectic.

Page 60: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

60

D. Teknik Pengumpulan Data

“Teknik pengumpulan data adalah suatu kegiatan yang terarah dengan

mencari bahan-bahan yang umumnya telah ditentukan lebih dahulu dalam

program research”. (Sutrisno Hadi, 2000:8). Dalam penelitian ini, teknik

pengumpulan data yang dipergunakan merupakan penggabungan dari pendekatan

kuantitatif dan pendekatan kualitatif, yaitu dengan memanfaatkan kuesioner

sebagai instrument untuk memperoleh data awal yang dipergunakan untuk

melakukan wawancara mendalam dengan key informan.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Iskandar (2009:31) yang

menyatakan bahwa, “pada tahap pertama peneliti menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, sedangkan

pada tahap kedua peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik

pengumpulan data seperti teknik observasi dan teknik wawancara secara

mendalam dan terfokus kepada subjek penelitian yang berkompeten dengan

permasalahan penelitian tersebut.” Oleh karena itu, disini peneliti turut

menggunakan kuesioner sebagai salah satu instrument dalam pengumpulan data

awal sebelum ditindak lanjuti dengan wawancara secara mendalam, karena

paradigma utama dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sehingga

paradigma kwantitatif hanya berfungsi sebagai pelengkap saja.

“Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang ia ketahui” (Suharsimi Arikunto, 2006:151). Dalam penelitian ini,

kuesioner hanya digunakan sebagai instrument untuk memperoleh data awal

sebelum melakukan wawancara secara mendalam. Dan jenis kuesioner yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, karena peneliti sudah

menyediakan jawaban sehingga responden tinggal memilih. Kuesioner dalam

penelitian ini, dibagikan kepada siswa dan guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada angket penelitian untuk siswa (lampiran:3, halaman:144) dan angket

penelitian untuk guru (lampiran:4, halaman:147)

Untuk lebih jelasnya, beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain:

Page 61: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

61

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah “Studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena

social dengan jalan pengamatan dan pencatatan” (Kartini Kartono, 1996:42).

Dalam reseach kualitatif, observasi dapat dilakukan dengan cara observasi

berperan dan tidak berperan.

Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi tak berperan, karena

peneliti secara langsung ke lokasi penelitian guna mendapatkan gambaran yang

jelas dalam wawancara. Selain itu, penulis ikut mengalami peristiwa yang terjadi

sehingga lebih membantu dalam menjawab permasalahan yang ada di SMP N 7

Surakarta mengenai perubahan tingkah laku disiplin siswa dengan diterapkannya

pendekatan eclectic kaitannya dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang

efektif dan efisien.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan suatu teknik dalam rangka mencari informasi

melalui percakapan atau dialog guna memperoleh jawaban atas pertanyaan yang

diajukan. Seperti dipaparkan oleh Suharsimi Arikunto (2006:155) bahwa,

“Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan,

adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh

informasi dari terwawancara.”

Dalam hal ini penulis menggunakan teknik wawancara secara mendalam.

Mendalam karena informan penelitian sekaligus obyek yang diteliti adalah siswa

SMP yang mayoritas masih lugu dan polos, sehingga membutuhkan penelusuran

secara perlahan dan hati-hati. Dan dengan wawancara secara mendalam, maka

data yang diperoleh lebih dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, terlebih

peneliti memiliki ikatan emosional yang kuat sebagai mantan mahasiswa PPL

terhadap informan. Namun penulis juga mempergunakan wawancara terbuka atau

secara langsung karena informan penelitian yang lain adalah guru PPKn di SMP

N 7 Surakarta, sehingga diperlukan wawancara formal untuk perolehan data.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pedoman wawancara untuk siswa

(lampiran:5, halaman:149) dan pedoman wawancara untuk guru (lampiran:6,

halaman:150).

Page 62: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

62

3. Dokumentasi

Dokumentasi dan arsip merupakan sumber data yang sangat penting

artinya dalam penelitian kualitatif, terutama bila sasarannya sangat berkaitan

dengan peristiwa yang sedang di pelajari. Dalam penelitian ini, penulis membuat

beberapa dokumentasi yang berupa gambar (cetak foto) antara penulis dengan

informan, yang dapat dilihat secara jelas dalam foto-toto penelitian (lampiran:7,

halaman:151).

E. Teknik Sampling (Cuplikan)

Teknik sampling adalah “Suatu bentuk khusus atau proses bagi

pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi”. (HB

Sutopo, 1996:52)

Teknik pengambilan sampling dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan

dengan beberapa cara yaitu: purposif sampling, internal sampling, time sampling,

dan snow ball sampling. Sehingga dalam penelitian kualitatif sample ditujukan

oleh peneliti sendiri dengan mempertimbangkan bahwa sample itu dimengerti,

jujur, dapat dipercaya, dan datanya bersifat objektif.

Kemudian teknik cuplikan atau sampling yang biasa digunakan adalah

teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan

berdasarkan konsep teoritis yang digunakan dan keingintahuan pribadi peneliti.

Oleh karena itu cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Purposive sampling digunakan karena dalam penelitian ini

menggunakan sampel yang dianggap mengetahui secara mendalam mengenai

dampak dilaksanakannya pendekatan pengelolaan kelas, yaitu siswa yang diajar

oleh guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menerapkan

pendekatan eclectic ketika proses belajar mengajar dilaksanakan, serta guru itu

sendiri sebagai pribadi yang mengajar dengan memilih eclectic demi mewujudkan

tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Page 63: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

63

F. Validitas Data

Validitas data atau kesahihan data merupakan kebenaran data dari kancah

peneliti. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan maksud supaya hasil penelitiannya

benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena validitas data menunjukkan

mutu seluruh proses pengumpulan data dalam penelitian. Data yang telah

dikumpulkan, diolah, dan diuji kesahihannya melalui teknik pemeriksaan tertentu.

Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yaitu:

1. Trianggulasi

Mengenai pengertian trianggulasi, Lexy J. Moleong (1995:178)

berpendapat bahwa trianggulasi adalah, “tehnik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau

sebagai bahan pembanding terhadap data itu.”

Dalam penelitian ini penulis melakukan trianggulasi data dengan

mengadakan pengecekan antara pernyataan yang diungkapkan oleh guru lewat

wawancara formal dengan pernyataan yang dijabarkan oleh murid lewat

wawancara non-formal. Dan dari kedua macam pernyataan tersebut, penulis

kroscek dengan metode pengamatan atau observasi yang penulis lakukan ketika

kegiatan penelitian berlangsung dengan mengikuti jalannya kegiatan belajar

mengajar mata pelajaran PPKn di dalam kelas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada trianggulasi data (lampiran:8, halaman:155).

2. Informan Review

Informan review adalah “cara dalam usaha pengembangan validitas

dimana peneliti yang sudah mendapatkan data dan berusaha menyusun sajian

datanya walaupun mungkin masih utuh dan menyeluruh. Sehingga unit-unit

laporan yang telah disusun dikomunikasikan dengan informan, khususnya

informan pokok (Key Informan)”. (HB Sutopo, 1996:70)

Dalam hal ini, penulis memiliki beberapa informan pokok (Key

Informan) yang merupakan siswa SMP N 7 Surakarta yang merasakan dan

mengalami perubahan kondisi psikis dengan diterapkannya pendekatan eclectic

dalam pengelolaan kelas oleh guru mereka. Sehingga apabila dalam pengumpulan

data terjadi kehilangan data, semisal ada beberapa data yang tercecer, penulis

Page 64: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

64

meminta bantuan pada informan pokok untuk memberikan keterangan yang

menyempurnakan hasil penelitian.

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif biasanya dilakukan bersamaan

dengan proses pengumpulan data sampai diperoleh suatu kesimpulan, sehingga

analisis data tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Lexy J.

Moleong (1995:103) analisis data adalah “Proses pengorganisasian dan

pengurutan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh

data”, jadi analisis data diperoleh dengan mengorganisasikan dan mengurutkan

data tersebut ke dalam kelompok tertentu.

Penelitian ini menggunakan analisis data model interaktif (Interactive of

Analysis). Menurut M.B Miles dan A.M Huberman (1999:16) “…Analisis terdiri

dari tiga alur kegiatan yang bersamaan, tiga komponen kegiatan tersebut adalah

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi)”. Tiga hal

tersebut merupakan sesuatu yang menjalin dalam bentuk sejajar untuk

membanguan wawasan umum yang disebut “analisis”.

1. Pengumpulan Data

Proses analisis data dimulai dengan mengumpulkan data, sesuai

dengan teknik pengumpulan data seperti yang dikemukakan sebelumnya,

maka pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan

wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dapat dilakukan sejak

pengumpulan data awal sampai pengumpulan data terakhir.

2. Reduksi Data

Pengertian reduksi data menurut Miles dan Huberman (1999:16) “

Reduksi data diartikan sebagai suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian

dan penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan”. Setelah data dikumpulkan

maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Reduksi data

Page 65: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

65

dilakukan dengan cara membuat suatu abstraksi yaitu membuat rangkuman

yang inti. Kegiatan reduksi data berlangsung selama penelitian berlangsung.

3. Sajian Data

Suatu penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun, yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian yang sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk

teks naratif.

Proses analisis selanjutnya adalah penyajian data yang mengorganisir

informasi secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam

menggabungkan dan merangkai keterkaitan antara daya dalam menyusun

penggambaran proses serta memahami fenomena yang ada pada obyek

penelitian.

4. Penarikan Kesimpulan

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari hasil wawancara,

observasi dan dokumentasi dapat segera ditarik kesimpulan yang bersifat

sementara. Agar kesimpulan tersebut lebih mantap maka peneliti

memperjuangkan pada waktu obsevasi. Dari observasi tersebut dapat

ditemukan data baru yang dapat mengubah kesimpulan sementara, sehingga

diperoleh kesimpulan yang mantap. Proses analisis dengan model interaktif

dapat ditujukkan dengan bagan sebagai berikut:

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan

Gambar 2. Skema Model Interaktif (H.B Sutopo, 1996:96)

Page 66: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

66

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap dalam penelitian dari awal

sampai akhir. Dalam kegiatan ini sejak pembuatan proposal penelitian, mengurus

perijinan, pelaksanaan penelitian di lapangan, analisis data dan pembuatan

laporan. Dijabarkan dalam skema sebagai berikut

Persiapan Penelitian Pengumpulan Data Analisis Data Awal

Pembuatan Proposal Analisis Data Akhir

Penelitian dan Perijinan

Penarikan Kesimpulan

Pembuatan dan

Penggandaan Laporan

Gb.3: Skema Prosedur penelitian

Penjelasan mengenai tahapan penelitian tersebut adalah:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap ini kegiatannya adalah merencanakan segala sesuatu yang

berhubungan dengan pelaksanaan penelitian. Dari mulai pengajuan judul,

pembuatan proposal penelitian dan mengurus perijinan untuk memperlancar

jalannya penelitian.

2. Tahap Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan data ini peneliti menggunakan tiga teknik yaitu:

pengamatan (observasi), wawancara, dan analisis dokumen. Ketiga teknik ini

digunakan untuk melengkapi data satu dengan lainya sehingga data yang

dkumpulkan benar-benar valid.

3. Tahap Analisis Data Awal

Analisis data awal digunakan untuk mengetahui apakah data yang

tidak dikumpulkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan yang tidak

Page 67: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

67

diperlukan agar data yang sangat diperlukan dapat terpisah dari data yang

tidak berguna.

4. Tahap Analisis Data Akhir

Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah data yang diperoleh dalam

pengumpulan data dan merupakan data yang sangat mendukung tujuan

penelitian. Karena data ini sudah dianalisis awal, maka merupakan data yang

valid. Setelah tahap analisis data selesai maka dapat diteliti.

5. Tahap Penarikan Kesimpulan

Setelah semua data dianalisis yang sesuai dengan penelitian kualitatif,

maka tahap selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari apa yang dihasilkan

dalam analis data tersebut. Penarikan kesimpulan harus didasarkan pada

tujuan penelitian dengan didukung olah data yang valid, sehingga hasil

penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

6. Tahap Penulisan dan penggandaan Laporan

Dalam tahap ini, semua kegiatan yang berhubungan dengan penelitian

dan hasil yang dicapai, ditulis dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan dan bentuk laporan harus sesuai dengan aturan yang sudah

ditetapkan.

Page 68: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

68

I. OPERASIONAL KEGIATAN GURU YANG DIOBSERVASI

Operasional kegiatan guru yang diobservasi adalah kegiatan guru dalam

kelas yang diamati oleh penulis. Ini adalah serangkaian kegiatan yang merupakan

penerapan dari pendekatan eclectic dalam pengelolaan kelas.

Dijelaskan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Interaksi

II.

III.

IV.

Gb.4: Operasional Kegiatan Guru yang Diobservasi

Penjelasan mengenai operasional kegiatan guru tersebut adalah:

1. Dalam kegiatan pengelolaan kelas oleh guru, terdapat interakasi antara

guru dengan siswa didik.

2. Dari interaksi yang terjadi dalam pengelolaan kelas oleh guru, guru

meghadapi kendala “gangguan disiplin kelas” oleh siswa didik.

Pendekatan Eclectic dalam Pengelolaan Kelas Oleh Guru

SISWA GURU

Guru Menghadapi Kendala “Gangguan Disiplin Kelas”

Guru Mengupayakan Pemecahan Masalah

Terwujud Disiplin Kelas

Preventif (Pencegahan) Kuratif (Penindakan)

Tujuan Pembelajaran Tercapai

Pengelolaan Kelas Oleh Guru

Page 69: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

69

3. Menyikapi kendala “gangguan disiplin kelas” tersebut, guru

mengupayakan dua tindakan, yaitu tindakan pencegahan (Preventif)

dengan membuat peraturan di dalam kelas, juga dengan melakukan suatu

bentuk hukuman sebagai bentuk penindakan (Kuratif).

4. Kedua tindakan tersebut baik preventif maupun kuratif, dilakukan oleh

guru dengan mengimplementasikan hal-hal yang terkandung dalam

pendekatan eclectic. Sehingga dalam mengupayakan ketertiban di dalam

kegiatan pengelolaan kelas, guru menggunakan pendekatan eclectic yang

relevan dengan kebutuhan dunia pendidikan pada saat ini.

5. Dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang relevan dalam

pengelolaan kelas, diharapkan disiplin kelas dapat terwujud.

6. Dengan terwujudnya disiplin kelas dalam kegiatan belajar mengajar di

dalam kelas, maka diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang

berupa perubahan tingkah laku siswa ke arah yang positif.

Page 70: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis SMP N 7 Surakarta

Secara geografis, SMP Negeri 7 Surakarta terletak di bagian utara kota

Surakarta, tepatnya di Jl. Mr. Sartono No. 34 Surakarta, kecamatan Banjarsari,

Kabupaten / Kota madya Surakarta dengan nomor telepon (0271) 852674. Lokasi

SMP N 7 Surakarta cukup kondusif untuk proses belajar mengajar karena

daerahnya yang cukup tenang dan nyaman. Walaupun berada di daerah perkotaan,

namun terhindar dari kebisingan jalan raya sehingga mendukung kelancaran

proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan tata letak bangunan yang bagus

sehingga antara lingkungan sekolah dengan dunia luar terpisah secara baik dan

tepat. Dengan demikian maka seluruh elemen pembelajaran dapat melaksanakan

kegiatannya masing-masing dengan lebih fokus dan terhindar dari gangguan dunia

luar.

Gedung SMP Negeri 7 Surakarta menghadap ke utara atau tepatnya

terletak di sebelah selatan Jl. Mr. Sartono No. 34. Gedung SMP N 7 Surakarta

berbentuk persegi panjang dan dikelilingi oleh ruang kelas, ruang perpustakaan,

ruang musik, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang

keterampilan, ruang koperasi siswa, ruang aula, ruang laboratorium, ruang

komputer, ruang agama dan terdapat pula lapangan olah raga. Semua ruangan

tersebut tertata secara rapih dan senantiasa terjaga kebersihannya, sehingga sangat

mendukung terlaksananya kegiatan akademik yang kondusif dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

Untuk menggambarkan secara jelas perihal keadaan geografis SMP N 7

Surakarta, dibawah ini penulis sajikan denah sekolah SMP N 7 Surakarta

berdasarkan hasil observasi, sebagai berikut:

69

Page 71: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

71

er

Gb. 5: Denah SMP N 7 Surakarta

1 2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

31

30

29

28

27

26

25 24 23 22 20 19

21 18 17 16

41

42

32

40

39

38

37

36

35

33 34

15

14

13

Page 72: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

72

Keterangan:

1. Gerbang I

2. Gerbang II

3. Ruang Multimedia

4. Ruang Kurikulum

5. Ruang Bimbingan Konseling

6. Ruang Tata Usaha

7. Ruang Penerimaan Tamu

8. Ruang Wakil Kepala Sekolah

9. Ruang Kepala Sekolah

10. Ruang Guru

11. Ruang Aula

12. Ruang Karawitan

13. Ruang Keterampilan

14. Ruang Koperasi Siswa

15. Ruang Laboratorium IPA

16. Ruang Komputer

17. Ruang Agama

18. Ruang Kelas VII A

19. Ruang Kelas VII B

20. Ruang Kelas VII C

21. Ruang Kelas VII D

22. Ruang Kelas VII E

23. Ruang Kelas VII F

24. Ruang Kelas VIII A

25. Ruang Kelas VIII B

26. Kamar Mandi (WC)

27. Ruang Kelas VIII C

28. Ruang Kelas VIII D

29. Ruang Kelas VIII E

30. Ruang Kelas VIII F

31. Ruang Perpustakaan

32. Mushola

33. Ruang OSIS

34. Kamar Mandi (WC)

35. Ruang Kelas IX A

36. Ruang Kelas IX B

37. Ruang Kelas IX C

38. Ruang Kelas IX D

39. Ruang Kelas IX E

40. Ruang Kelas IX F

41. Ruang Laboratorium Biologi

42. Lapangan Upacara

Setiap sekolah sudah pasti memiliki visi dan misi tertentu yang bertujuan

sebagai patokan seluruh elemen pembelajaran dalam bertindak, sehingga dapat terus

mingkatkan mutu sekolah dari waktu ke waktu. Adapun visi dari SMP N 7 Surakarta,

adalah “ Unggul dalam prestasi berdasar Iman dan Taqwa”. Sedangkan misi dari

SMP N 7 Surakarta, adalah “Mewujudkan system pendidikan yang merata dan adil.

Mewujudkan system pendidikan yang bermutu serta menghasilkan lulusan cerdas,

71

Page 73: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

73

terampil, budaya beriman dan bertaqwa. Dan mewujudkan system pendidikan yang

transparan, akuntabel, partisipatif dan efektif.” Visi dan missi ini, terimplementasi

dalam keseharian seluruh elemen pembelajaran yang berada di SMP N 7 Surakarta,

baik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas maupun dalam kegiatan sekolah secara

umum.

2. Komposisi Guru dan Siswa SMP N 7 Surakarta

Sebagai salah satu elemen pembelajaran yang krusial, keberadaan guru

dalam sebuah instansi pendidikan merupakan hal yang mutlak. Tanpa keberadaan

seorang guru, maka kegiatan pembelajaran tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu

setiap instansi pendidikan pasti membutuhkan sosok seorang guru. Karena sekolah

merupakan salah satu instansi yang bergerak dibidang pendidikan, maka keberadaan

guru dalam sekolah merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi.

Di sebuah sekolah, guru memiliki kedudukan di bawah otoritas Kepala

Sekolah. Oleh karena itu guru bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah. Selain hal

tersebut, guru memiliki tugas melaksanakan Proses Belajar Mengajar secara efektif

dan efisien. Secara lebih terperinci tugas tersebut antara lain:

a. Membuat program rencana pengajaran

b. Membuat satuan pengajaran

c. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar

d. Melaksanakan kegiatan penilaian

e. Mengisi daftar nilai siswa

f. Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar

g. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan

h. Melaksanakan kegiatan pembimbingan

i. Membuat alat pelajaran

j. Menciptakan karya seni

k. Mengikuti perkembangan kurikulum

l. Melaksanakan kegiatan tertentu di sekolah

m. Mengadakan pengembangan

Page 74: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

74

n. Membuat LKS

o. Membuat catatan perkembangan siswa

p. Meneliti daftar hadir siswa

q. Mengatur kebersihan kelas

r. Menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkat

Selain beberapa tugas tersebut, ada beberapa tugas tambahan lain yang harus

dijalankan oleh guru yang terpilih sebagai wali kelas. Wali kelas adalah guru yang

diberi tanggung jawab untuk mengampu sebuah kelas, sehingga membantu Kepala

Sekolah dalam kegiatan sebagai berikut:

a. Pengelolaan Kelas

b. Penyelenggaraan Administrasi Kelas yang meliputi::

1) Denah tempat duduk siswa

2) Papan absensi siswa

3) Daftar pelajaran kelas

4) Daftar piket kelas

5) Buku absensi siswa

6) Buku kegiatan belajar mengajar

7) Tata tertib siswa

c. Pembuatan statistik siswa

d. Daftar nilai siswa

e. Catatan tentang siswa

f. Pengisian buku laporan pendidikan

Adapun jumlah guru SMP N 7 Surakarta tahun pelajaran 2009 / 2010 adalah

sebanyak 58 orang, yang terdiri dari 52 orang guru tetap dan 6 orang guru honorer.

Untuk lebih jelasnya, lihat tabel.2:

Page 75: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

75

Tabel 2 : Daftar guru SMP N 7 Surakarta Th. 2009 / 2010

No Kode Nama dan NIP Mata Pelajaran dan Kelas 1 1 Drs. Karyana, M.M

19641022 198803 1 006 BK

2 2 Dra. Sri Rahayu 19610511 198703 2 005

BK, Kelas VIII (A,B,C,D)

3 3 Drs. Kaswan Darmasto 19600529 198803 1 002

BK, Kelas IX (A,B,C,D,E,F)

4 4 Drs. Sulistyo 19590813 197903 1 003

IPA Fisika, VII (A,B,C,D,E,F)

5 5 Dra. Ratna Istikawati 19620130 198903 2 002

IPS Geografi, Kelas VII (A,B,C,D,E,F)

6 6 Waluyo 19500408 197703 2 002

Matematika, Kelas VIII (A,B)

7 7 Endang Darmastuti, B.A 19520520 197903 2 004

IPS Sejarah, Kelas VII (A,B,C,D,E,F)

8 8 Sis Dumadi, B.A 19531124 197711 1 001

Matematika, Kelas IX (A,B,C)

9 9 Gomar Sumardjo 19540714 197803 1 007

IPA Biologi, Kelas VII (A,B,C,D,E,F)

10 10 L.B Woro Sujiatmi, A.Md 19550991 197902 2 001

Bhs. Indonesia, Kelas VII (A,B)

11 11 Deasy Puparita 19600203 198102 2 002

IPA Biologi, Kelas IX (A,B,C,D,E,F)

12 12 Sri Mulyaningsih, R.H 19610101 198303 2 002

Matematika, Kelas IX (D,E,F)

13 13 Surono, S.Pd 19580419 197903 1 005

BK, Kelas VII (A,B,C,D,)

14 14 J.M. Wiwiek Dianawati 19570527 198502 2 002

Bhs. Jawa, Kelas VII (A,B,C,D,E,F); IX (D,E,F)

15 15 Prasmani, S.Pd 19600706 198112 1 004

PPKN, Kelas IX (A,B,C,D,E,F)

16 16 Christiana Dyah S, S.Pd 19510110 198301 2 001

IPA Fisika, Kelas IX (A,B,C,D,E,F)

17 17 E. Harimurni M.A.P, S.Pd 19631221 198403 2 002

Matematika, VIII (E,F)

18 18 R.A, Retno Lesnaming, S.Pd 19611029 198302 2 005

Kesenian Daerah, Kelas VIII (D,E,F); IX (A,B,C,D,E,F)

19 19 Dimyati, A.Md 19550913 198303 1 009

PPKN, Kelas VIII (C,D,E,F)

20 20 Sutrisni, S.Pd IPS Ekonomi, VIII (A,B,C,D,E,F)

Page 76: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

76

19690523 198803 2 010 21 21 Drs. Joko Riyanto

19631029 199512 1 001 BK, Kelas VII (E,F)

22 22 Sri Wahyuni, S.Pd 19611007 198302 2 003

Bhs. Indonesia, Kelas VII (E,F)

23 23 Tarmi, S.Pd 19621006 198303 2 008

Bhs. Indonesia, Kelas VII (C,D)

24 24 Giyanto, S.Pd 19610915 198601 1 003

Bhs. Jawa, Kelas VIII (A,B,C,D,E,F); IX (A,B,C)

25 25 Dwi Atmodjo Chris Gunawan 19610125 198112 1 002

IPA Biologi, Kelas VIII (A,B,C,D,E,F)

26 26 Sri Lestari 19640718 198112 1 002

Pendidikan Agama, Kelas VII (A,B,C,D,E,F); VIII (A,B,C,F); IX (A,B,C,F)

27 27 Heni Kusmardini, S.Pd 1966064 199003 2 007

Bhs. Indonesia, Kelas IX (D,E,F)

28 28 Sri Yuswati, S.Pd 19680426 199203 2 005

Matematika, Kelas VII (D,E)

29 29 Vera Lucia Soepadi 19600520 198301 2 004

Bhs. Indonesia, Kelas IX (A,B,C)

30 30 Sri Prihandajatih 19550822 198503 2 003

PPKN, Kelas VII (C,D,E,F)

31 31 Giyamtini 19560920 198601 2 001

Seni Budaya, Kelas IX (A,B,C,D,E,F)

32 32 Achir Arjani, S.Pd 19680920 199802 2 001

IPS Geografi, Kelas VIII (A,B,C,D,E,F)

33 33 Drs. Sri Widodo 19660329 199802 1 002

Matematika, Kelas VIII (C,D)

34 34 Lestari Mahanani, S.Pd 19690324 199802 2 003

Bhs. Inggris, Kelas VII (A,B); VIII (D,E,F)

35 35 Mulyadi 19590706 198601 1 003

Pendidikan Jasmani, Kelas VIII (A,B,C,D,E,F)

36 36 Nur Rokhmawati, S.Ag 19690413 199903 2 004

Pendidikan Agama Islam, Kelas VII F, IX (A,B,C,D,E)

37 37 Sri Wulandari, S.Pd 19701015 199903 2 005

IPS Sejarah, Kelas IX (A,B,C,D,E,F)

38 38 Drs. Gunawati 19680310 200312 1 003

Pendidikan Jasmani, Kelas IX (A,B,C,D,E,F)

39 39 Dian Ekawati, S.Pd 19750125 200501 2 017

Bhs. Inggris, Kelas VIII A, IX (A,B,C)

40 40 Reni Sunarso, S.Pd 19701231 200501 2 036

Bhs. Indonesia, Kelas VIII (A,B,C)

41 41 Agung Wijayanto, S.Psi BK, Kelas VII (E,F), VIII (E,F)

Page 77: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

77

19790808 200604 1 008 42 42 F. Dina Swantari, S.Pd

19690619 200711 2 017 IPS Geografi, Kelas VII (A,B,C,D,E,F)

43 43 L.S. Rina Harmastuti 19681207 200701 2 017

Pendidikan Agama Katolik, Kelas VII (A,D,F), VIII (A,D,F), IX (A,D,F)

44 44 Kasih Hanggeni, S.Pd 19711120 200701 1 007

Kesenian Daerah, Kelas VII (A,B,C,D,E,F), VIII (A,B,C)

45 45 Maryadi, A.M.D 19640808 200701 1 002

Bhs. Inggris, Kelas VIII (E,F), IX (D,E,F)

46 46 Mahmudiyah, S.Pd 19741115 200801 2 014

Bhs. Inggris, Kelas VII (C,D,E,F)

47 47 Eko Supriyadi, S.Pd 19750422 200801 1 005

IPA Fisika, VIII (A,B,C,D,E,F)

48 48 Aisyah, S.Pd 19670425 200801 2 008

PPKN, Kelas VII (A,B), VIII (A,B)

49 49 Septriana Handajani, S.Pd 19690923 200801 1 007

Matematika, Kelas VII (A,B,C)

50 50 Adi Putranto, S.Pd 19700504 200801 1 007

Pendidikan Jasmani, Kelas VII (A,B,C,D,E,F)

51 51 Mustajab, S.Pd 19760208 200801 1 005

Bhs. Indonesia, Kelas VIII (D,E,F)

52 52 Qoribah Rahmawati, S.Pdi 19790120 200902 2 003

Pendidikan Agama Islam, Kelas VIII (A,B,C,D,E), IX F

53 53 Tri Wahyuni TIK, Kelas VIII (D,E,F), IX (A,B,C,D,E,F) 54 54 Moh. Muhtarom, S.E, S.Kom TIK, Kelas VII (A,B,C,D,E,F), VIII (A,B,C) 55 55 Gideon Yusep P. Seni Budaya, Kelas VII (A,B,C,D,E,F), VIII

(A,B,C,D,E,F) 56 56 Lis Hastutik Matematika, Kelas VII D 57 57 Nivorita Dwi Dayanti, S.Sn Seni Budaya, Kelas VII (A,B,C,D,E,F), VIII

(A,B,C,D,E,F) 58 58 Paderi Siammudin, S.Pdi Seni Budaya, Kelas VII (A,B,C,D,E) dan VIII

F

Dari banyak guru tetap yang mengajar di SMP N 7 Surakarta tersebut, ada

beberapa orang yang diberi tanggung jawab untuk menjadi seorang wali kelas.

Adapun susunan Wali Kelas SMP Negeri 7 Surakarta adalah sebagai berikut, lihat

tabel.3:

Page 78: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

78

Tabel 3 : Susunan wali kelas SMP N 7 Surakarta Th. 2009/2010

NO WALI KELAS VII – IX NAMA I Wali Kelas VII :

1. VII A 2. VII B 3. VII C 4. VII D

5. VII E 6. VII F

L.S. Rina Harmastuti, S.Ag Septriana Handayani, S.Pd Sri Lestari Adi Putranto, S.Pd Mahmudiyah, S.Pd Sri Yuswati, S.Pd

II Wali Kelas VIII : 1. VIII A 2. VIII B 3. VIII C 4. VIII D 5. VIII E 6. VIII F

Reni Sunarso, S.Pd Aisyah, S.Pd Sutrisni, S.Pd D.A.C. Gunawan Qoribah, S.Ag Endang Harimurni, M.A.P, S.Pd

III Wali Kelas IX : 1. IX A 2. IX B 3. IX C 4. IX D 5. IX E 6. IX F

Deasy Puparita Sri Wulandari, S.Pd Drs. Gunawan J.M Wiwiek D, S.Pd Sri Mulyaningsih, S.Pd Ch. Dyah Soeprobo, S.Pd

Dari data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 (empat) guru

yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP N

7 Surakarta, yakni:

a. Bapak Prasmani, S.Pd

b. Ibu Dimyati, S,Pd

c. Ibu Sri Prihandajatih

d. Ibu Aisyah, S.Pd

Dan dari keempat guru tersebut, ada salah satu guru yang ditunjuk menjadi

seorang wali kelas. Beliau adalah ibu Aisyah, S.Pd yang mengampu kelas VIII B di

SMP N 7 Surakarta.

Page 79: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

79

Selain guru, tentunya elemen yang tidak kalah penting dalam sebuah instansi

pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah, adalah keberadaan siswa atau murid.

Karena tanpa adanya siswa maka guru tidak dapat melaksanakan tugas mereka yaitu

mengajar dan mendidik siswa sebagai anak didiknya.

Jumlah peserta didik di SMP N 7 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010

adalah sebanyak 658 orang siswa, yang mana 538 orang siswa diantaranya memeluk

agama Islam (78%), 127 orang siswa diantaranya memeluk agama Kristen (19%), 20

orang siswa diantaranya memeluk agama Katolik (2,9%), dan terdapat 1 orang siswa

yang memeluk agama Hindu (0,1%). Dan bila dibedakan berdasarkan jenis kelamin,

maka terdapat 305 orang siswa yang berjenis kelamin laki-laki di SMP N 7 Surakarta

(45%), dan 381 orang siswa yang berjenis kelamin perempuan di SMP N 7 Surakarta

(56%). Selengkapnya tersaji seperti tabel dibawah ini:

Tabel 4 : Rekapitulasi data siswa SMP N 7 Surakarta Th. 2009/2010

Agama No Kelas Islam Kristen Katolik Hindu

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1 VII A 30 5 0 1 18 18 36 2 VII B 22 14 0 0 15 21 36 3 VII C 28 8 0 0 16 20 36 4 VII D 28 0 8 0 18 18 36 5 VII E 36 0 0 0 16 20 36 6 VII F 29 7 0 0 17 19 36 7 VIII A 31 8 1 0 17 23 40 8 VIII B 26 14 0 0 18 22 40 9 VIII C 26 14 0 0 20 20 40

10 VIII D 33 7 0 0 19 21 40 11 VIII E 40 0 0 0 17 23 40 12 VIII F 34 5 1 0 15 25 40 13 IX A 28 10 2 0 17 23 40 14 IX B 24 14 0 0 15 23 38 15 IX C 25 13 0 0 14 24 38 16 IX D 32 0 6 0 12 26 38 17 IX E 38 0 0 0 16 22 38 18 IX F 28 8 2 0 25 13 38 JUMLAH 538 127 20 1 305 381 686

Page 80: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

80

Dari data tersebut, terlihat bahwa jumlah total siswa yang ada adalah

sebanyak 686 murid. Jumlah tersebut cukup besar sehingga menuntut kinerja guru

yang optimal agar dapat mengajar dan membimbing murid secara efektif dan efisien.

Terlebih keberagaman yang ada ditinjau dari segi agama, menuntut guru agar lebih

kreatif dan inovatif dalam mengelola kegiatan belajar mengajar di kelas, agar mampu

mencapai keberhasilan proses belajar mengajar.

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Penerapan pendekatan eclectic dalam pembelajaran PPKn di SMP N 7

Surakarta

Pada suatu sistem pendidikan dibutuhkan kinerja yang baik dari setiap

komponen yang terlibat didalamnya. Termasuk salah satu komponen pendidikan yang

penting adalah seorang guru yang bertugas untuk mendidik dan mengajar peserta

didik. Sistem pendidikan hendaknya berpusat pada peserta didik serta sistem

pengelolaannya harus dirumuskan dan dilaksanakan demi kepentingan peserta didik,

bukan demi kepentingan guru, sekolah atau lembaga yang lain. Pendidikan yang

hanya memusatkan pada kepentingan kebutuhan kerja secara sempit, harus

dikembalikan pada kepentingan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta

didik secara utuh. Karena itulah dibutuhkan adanya jiwa dedikasi yang tinggi pada

diri seorang guru sebagai pendidik.

Pada masa yang lampau kelas yang dipandang baik adalah kelas yang

tenang, murid-murid selalu patuh pada guru, duduk tenang, diam, memperhatikan

guru, mencatat dan menghafalkan meteri pelajaran dengan baik. Namun kini

gambaran kelas yang baik telah berubah, dimana ketertiban kelas bukan merupakan

tujuan, melainkan merupakan kondisi untuk mencapai tujuan. Kelas yang baik adalah

kelas yang didalamnya murid-murid dapat melakukan kegiatan atau aktivitas belajar

yang meliputi aktivitas mental, fisik dan emosional secara optimal dalam rangka

mencapai tujuan pengajaran. Aktivitas tersebut seperti berfikir, mengingat, berfantasi,

berdiskusi, kerja kelompok, mengadakan percobaan atau eksperimen, menahan atau

Page 81: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

81

mengendalikan diri dalam pergaulan dengan teman, saling menghormati sesama

murid dalam kelas dan lain sebagainya.

Perubahan tersebut membawa pula perubahan pada letak tanggung jawab

belajar. Apabila dahulu adanya tanggungjawab belajar terpusat hanya pada guru, kini

murid yang harus belajar sendiri. Tugas guru adalah sebagai fasilitator dan motivator

belajar murid. Maka keberhasilan belajar murid ditentukan bersama oleh murid itu

sendiri dan guru.

Menyikapi hal tersebut, kini guru harus lebih kreatif dalam kegiatan belajar

mengajar sebagai fasilitator dan motivator yang baik, yakni dengan pengelolaan kelas

yang tepat sehingga dapat menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik

siswa didik, agar keberhasilan proses pembelajaran dapat tercapai.

Yang dimaksud dengan pengelolaan kelas atau managemen kelas adalah

penyelenggaraan kelas, pengaturan kelas atau pengurusan kelas, yaitu kepemimpinan

atau ketatalaksanaan guru dalam menyelenggarakan kelas. Dalam pengelolaan kelas

dikenal beberapa pendekatan yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru agar murid-

murid dapat mencapai tujuan belajar dengan efektif dan efisien. Setiap guru harus

benar-benar memahami pola-pola pendekatan yang digunakan-nya dalam Proses

Pembelajaran sebagai alternatif terbaik yang mereka pilih. Beberapa pendekatan

tersebut adalah pendekatan perubahan tingkah laku (behavioral modification),

pendekatan sosio emosional climate, dan pendekatan group process. Ketiga

pendekatan yang tersebut adalah ibarat sudut pandangan yang berbeda-beda terhadap

objek yang sama. Oleh karena itu seyogyanya seorang guru menggunakan pendekatan

ecletic (Eclectic Approach). Untuk maksud itu seorang guru diharuskan menguasai

pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan

perubahan tingkah laku, penciptaan iklim sosio-emosional dan proses kelompok;

serta dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai

dengan baik dalam masalah pengelolaan kelas.

Pendekatan perubahan tingkah laku dipilih bila tujuan tindakan pengelolaan

yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik

Page 82: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

82

dan/atau menghilangkan tingkah laku peserta didik yang kurang baik; pendekatan

penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan pengelolaan

adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta didik serta antar peserta

didik; sedangkan pendekatan proses kelompok dianut bila seorang guru ingin

kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.

Dari beberapa pernyataan tersebut, maka dapat dijelaskan secara singkat

bahwa terdapat tiga pendekatan yang relevan untuk diterapkan dalam dunia

pendidikan saat ini. Dan ketiga pendekatan tersebut, tercover dalam pendekatan

eclectic. Sehingga dengan diterapkannya pendekatan eclectic dalam proses

pembelajaran, dapat membantu guru dalam mencapai tujuan belajar yang efektif dan

efisien.

Pendekatan eclectic adalah pendekatan yang sesuai untuk digunakan dalam

menyampaikan materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karena tujuan utama

dari penyampaian materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah menciptakan

karakter siswa didik yang baik. Bukan hanya baik dalam teori namun juga dalam

praktik tingkah laku sehari-hari.

Dari wawancara yang telah penulis lakukan terhadap guru PPKn di SMP N 7

Surakarta, penulis mendapati bahwa mereka mengakui telah menerapkan pendekatan

pengelolaan kelas yang sesuai dengan karakteristik pendekatan eclectic. Semisal,

mereka mengakui bahwa dalam menyampaikan materi pelajaran PPKn, pengenalan

karakteristik peserta didik sangat diperlulan agar guru lebih mampu memilah dan

memilih metode yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dan dalam

mengatasi pesermasalahan yang terjadi dalam kelas, guru senantiasa menerapkan

hukuman atau punishment yang disesuaikan dengan kondisi psikologis anak didik

agar tidak membawa dampak negatif, seperti ada anak yang merasa dipermalukan

didepan teman-temannya sehingga menimbulkan rasa dendam dikemudian hari. Guru

juga mengakui sering memberikan award maupun pujian terhadap anak yang

berprestasi maupun telah melakukan hal yang baik dan membanggakan, agar dapat

dijadikan teladan oleh siswa yang lain. Dan mayoritas guru yang mengajar di SMP N

Page 83: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

83

7 Surakarta memang mengakui bahwa mereka memiliki kedekatan yang positif

dengan siswa didiknya, sehingga sering membuka forum baik didalam maupun di

luar kelas sebagai kegiatan sharing dan problem solving terhadap masalah yang

dihadapi siswa. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dalam hasil wawancara pada guru

(lampiran:9, halaman:159)

Dari kegiatan observasi yang telah penulis lakukan di SMP N 7 Surakarta,

penulis melihat bahwa dalam PBM PPKn di SMP N 7 Surakarta, pengajar

menggunakan Pendekatan Eclectic dalam proses belajar mengajar. Dan dengan

diterapkannya pendekatan tersebut, telah memudahkan mereka dalam mengelola

kelas dan mengarahkan peserta didik agar lebih disiplin dan teratur. Dan secara

spesifik, keberhasilan belajar penulis kaji dari sudut pandang “Disiplin Kelas”.

Karena masalah disiplin kelas merupakan suatu problema yang penting dalam

pengelolaan kelas oleh seorang guru. Bahkan hal ini merupakan suatu kriteria penting

dalam menilai kualitas keberhasilan mengajar seorang guru.

Di SMP N 7 Surakarta, guru yang mengajar mata pelajaran PPKn telah

menerapkan pendekatan eclectic dengan cukup baik dalam proses belajar mengajar.

Pendekatan ini diterapkan oleh mereka dengan jalan senantiasa memberikan motivasi

dalam setiap penyampaian materi pelajaran sebagai bentuk implementasi pendekatan

pengubahan tingkah laku, karena memberikan motivasi pada peserta didik sama

halnya dengan memberikan penguatan yang positif agar tingkah laku siswa yang baik

akan terus terbina dan semakin ditingkatkan dari waktu ke waktu. Selain hal tersebut,

sebagai bentuk penerapan pendekatan pengubahan tingkah laku, guru di SMP N 7

Surakarta yang mengajar mata pelajaran PPKn juga senantiasa memberikan tindakan-

tindakan pencegahan terhadap disiplin kelas dengan memberikan sanksi kepada

peserta didik yang melanggar peraturan agar menjadi contoh bagi peserta didik yang

lain, namun pelaksanaan pemberian sanksi tersebut memperhatikan kondisi psikis

peserta didik agar tidak memberi kesan mencemarkan nama baik mereka dihadapan

teman sekelasnya.

Page 84: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

84

Pendekatan iklim sosio emosional sebagai bagian dari pendekatan eclectic,

juga telah dilaksanakan dengan cukup baik oleh guru PPKn di SMP N 7 Surakarta

dengan jalan membuka sharing terhadap permasalahan yang dihadapi oleh peserta

didik, dan tidak dibatasi ketika proses belajar mengajar berlangsung. Sehingga diluar

jam mata pelajaran PPKn, peserta didik yang mengalami segala macam permasalahan

dapat menceritakan kesulitan yang mereka hadapi kepada guru mereka baik di ruang

guru maupun dirumah masing-masing melalui telephone cellular. Guru senantiasa

bersikap ramah dan membiasakan budaya tutur yang santun, sehingga membuat siswa

merasa nyaman dan mudah menyayangi guru bahkan benar-benar menganggap guru

di sekolah sebagai pengganti orang tua mereka dirumah. Dengan keadaan yang

demikian, guru lebih mudah memberikan teladan untuk dicontoh siswa didiknya dan

lebih mudah dalam memberikan nasehat maupun arahan yang mampu mendorong

siswa untuk bertingkah laku dengan baik, sehingga disiplin diri yang mempribadi

dalam diri peserta didik dapat terwujud.

Sedangkan pelaksanaan pendekatan proses kelompok sebagai bagian terakhir

dari pendekatan eclectic, telah dilaksanakan dengan cukup baik oleh guru PPKn di

SMP N 7 Surakarta, dengan jalan membimbing peserta didik ketika menjalankan

forum diskusi dalam proses belajar mengajar. Saat diskusi kelas sedang berlangsung,

guru mendekati setiap kelompok kerja siswa dan mengamati dengan cermat kegiatan

yang dilakukan oleh peserta didik. Apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan,

guru segera menghampiri dan memberikan arahan. Dan setiap terdapat kegiatan yang

dirasa kurang efektif ketikan forum diskusi sedang berlangsung, guru seketika

mengendalikan keadaan agar situasi kelas kembali kondusif sehingga kegiatan

kelompok dapat berjalan dengan produktif, seperti apabila ada salah satu peserta

didik yang mengacaukan keadaan dengan mengganggu teman yang lain, maka segera

memberi peringatan dan menegur dengan halus agar anak tersebut kembali

mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya, bila ternyata anak tersebut sudah

selesai mengerjakan, maka langsung diberi kesempatan untuk menjelaskan hasil

kerjanya sebagai perwakilan kelompok. Dengan demikian, maka situasi yang tidak

Page 85: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

85

terkendali akan kembali dapat ditangani.

Penerapan pendekatan eclectic di SMP N 7 Surakarta, selain bisa ditemukan

dengan jalan observasi mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kelas, juga ditemukan

secara implicit dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun oleh guru

yang mengajar pada mata pelajaran PPKn, dalam hal ini penulis menganalisis RPP

yang disusun oleh Ibu Aisah, S.Pd yang selain merupakan guru mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan juga merupakan seorang wali kelas.

Pada RPP yang disusun oleh Ibu Aisah, S.Pd selaku guru pendidikan

kewarganegaraan, terkandung secara implicit penerapan pendekatan eclectic dalam

pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terlihat dari penerapan metode diskusi kelompok

serta pemberian motivasi yang senantiasa dilakukan dalam setiap pertemuan untuk

membahas sebuah kompetensi dasar. Penerapan dari pemberian motivasi dan diskusi

kelompok memperlihatkan praktik pendekatan eclectic yang merupakan pendekatan

behavior modification (pengubahan tingkah laku) dengan jalan pemberian penguatan

atau reinforcement lewat motivasi, serta praktik pendekatan group process (proses

kelompok) dengan menggunakan diskusi kelas sebagai sarana untuk membina anak

didik dalam berlatih menjadi sebuah kelompok untuk menyelesaikan suatu

permasalahan. Dan dalam membina hubungan secara lebih mendalam antara guru

dengan anak didik maupun membantu memperbaiki hubungan antar peserta didik,

guru menggunakan pendekatan sosio emosional climate dengan membuka forum

sharing baik secara formal maupun non-formal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dalam perangkat mengajar (lampiran:2, halaman:104).

2. Kendala-kendala pelaksanaan pendekatan eclectic dalam pembelajaran PPKn

di SMP N 7 Surakarta

Kendala-kendala maupun gangguan yang terdapat dalam pelaksanaan

pendekatan eclectic ketika pengelolaan kelas yang merupakan salah satu aspek

pengelolaan pembelajaran, sedang berlangsung, dapat ditinjau dari penciptaan

disiplin kelas. Sebagaimana disebutkan pada pembahasan yang sebelumnya, secara

spesifik, efektifitas serta efisiensi keberhasilan belajar dapat dikaji dari sudut pandang

Page 86: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

86

disiplin kelas. Karena masalah disiplin kelas merupakan suatu problema yang penting

dalam pengelolaan kelas oleh seorang guru. Bahkan hal ini merupakan suatu kriteria

penting dalam menilai kualitas keberhasilan mengajar seorang guru.

Untuk dapat melihat secara jelas tentang gangguan disiplin kelas yang dapat

menjadi kendala dalam pelaksanaan pendekatan eclectic pada proses pembelajaran,

dapat dilihat dari pengakuan beberapa siswa didik sebagai key informan yang diambil

dengan proses wawancara dan memadukan pengakuan tersebut dengan hasil

questioner yang dibagikan kepada beberapa siswa lain di SMP N 7 Surakarta.

Dari sudut pandang siswa yang merasakan secara langsung penerapan

pendekatan pengelolaan kelas yang dijalankan oleh guru PKn di SMP N 7 Surakarta

dapat dikatakan bahwa dari pernyataan mereka merupakan pencerminan dari

penerapan pendekatan eclectic yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar

mengajar pada materi pendidikan kewarganegaraan. Dan berikut merupakan hasil

wawancara dan observasi terhadap peserta didik di SMP N 7 Surakarta, berkaitan

dengan penerapan pendekatan pengelolaan kelas yang mampu mewujudkan disiplin

kelas pada proses pembelajaran materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Dari wawancara dengan key informan, yaitu beberapa siswa di SMP N 7

Surakarta yang memiliki kedekatan emosional dengan penulis, didapatkan beberapa

pernyataan yang secara singkat memperlihatkan bahwa, “Beberapa siswa didik masih

ada yang melanggar peraturan kelas secara sembunyi-sembunyi, dan perbuatan

tersebut tidak pernah diketahui oleh guru pendidikan kewarganegaraan. Beberapa

pelanggaran tersebut menurut pengakuan mereka antara lain; membaca komik di

kelas ketika guru sedang menerangkan dan apabila guru berpindah posisi mereka

akan segera menutupi buku bacaan tersebut dengan buku pelajaran, tidur dikelas

secara diam-diam dengan posisi seperti orang menundukkan kepala dan meminta

bantuan pada teman disamping tempat duduknya untuk membangunkan jika guru

mendekat atau memberikan pertanyaan, mengerjakan tugas rumah di sekolah dengan

mencuri pekerjaan teman yang telah lebih dahulu selesai mengerjakan, ijin

kebelakang ketika ulangan sedang berlangsung untuk bisa melihat catatan di kamar

Page 87: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

87

mandi, dan yang paling sering adalah melakukan pembicaraan selain hal yang

berkaitan dengan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan ketika diskusi kelas

sedang berlangsung secara diam-diam selama tidak diketahui oleh guru”. Untuk lebih

jelasnya lihat hasil wawancara pada siswa (Lampiran:10, halaman:170)

Dari hal tersebut, memperlihatkan secara jelas bahwa guru kurang teliti

dalam mengelola kelas, namun karena selama ini tindakan tersebut tidak pernah

diketahui oleh guru, tentunya mereka tidak merasakan kekurangan atau kelalaian

tersebut. Kediaman siswa, tidak selamanya berarti “focus” atau sedang berpikir

namun bisa juga berarti “tidur”. Siswa yang terlalu memperhatikan buku dan mudah

gelisah ketika didekati, dapat berarti “menyembunyikan buku bacaan selain buku

pelajaran”. Siswa yang ijin di kamar mandi ketika ujian sedang berlangsung, perlu

diperhatikan secara teliti karena ada kemungkinan bertindak curang dengan melihat

catatan di kamar mandi. Dan yang paling rawan, diskusi kelas merupakan ajang siswa

didik untuk menyampaikan pendapat mereka, namun bila tidak diberi batasan waktu

yang tepat dengan bobot materi yang didiskusikan, akan menjadi kesempatan bagi

siswa untuk memperbincangkan hal lain selain materi yang mereka diskusikan.

Disini, penulis juga memberikan hasil penyebaran questioner pada beberapa

siswa, yang walaupun sudah penulis jelaskan bahwa nama mereka tidak akan penulis

terakan dalam hasil penelitian, namun penulis merasa apa yang mereka jabarkan tidak

seluruhnya sesuai dengan fakta yang ada. Mungkin ada ketakutan dari mereka apabila

mereka menyatakan pendapat yang tidak baik, akan membawa dampak yang tidak

baik pula bagi diri mereka di masa yang akan datang. Namun tidak ada salahnya

apabila penulis jabarkan hasil penyebaran questioner tersebut, agar dapat menjadi

masukan lain bagi seluruh kalangan pendidikan. Dan beberapa pendapat tersebut

antara lain:

“Guru PKn di SMP N 7 Surakarta memang sering menegur atau

mengingatkan, apabila siswa sedang berbicara dengan teman ketika pelajaran sedang

berlangsung. Dan guru PKn di SMP N 7 Surakarta memang sering membantu atau

mengarahkan, apabila siswa sedang mengalami kesulitan ketika mengadakan diskusi

Page 88: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

88

kelas. Mereka juga sering berpindah posisi dan berkeliling ketika mengajar di kelas.

Guru PKn di SMP N 7 Surakarta memang menyampaikan materi pelajaran dengan

cepat dan tepat serta mudah dimengerti. Dan mereka memang senantiasa memberikan

catatan penting disetiap akhir pelajaran, yang berkaitan dengan materi pelajaran yang

disampaikan. ” Hal ini merupakan bentuk penerapan tindakan pengelolaan kelas yang

memerlukan penguasaan mengenai pendekatan pengelolaan kelas yaitu “Group

Processes Approach”. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi sosial dan dinamika

kelompok. Oleh karena itu maka asumsi pokoknya adalah (1) pengalaman belajar

sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial, dan (2) tugas guru yang

terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang

produktif dan kohesif.

“Bapak/ibu guru PKn, tidak langsung menghukum ketika siswanya lupa

mengumpulkan tugas, melainkan memberikan nasihat dan kesempatan untuk

mengumpulkan tugas tersebut dipertemuan berikutnya. Apabila ada seorang siswa

yang bertindak tidak baik di dalam kelas dan membuat keadaan kelas menjadi tidak

menyenangkan, bapak/ibu guru PKn di SMP N 7 Surakarta langsung menegur anak

yang membuat onar dan kembali mengajar. Yang dilakukan oleh guru PKn di SMP N

7 Surakarta kepada siswa, apabila siswa mendapatkan nilai rendah ketika ulangan

adalah memberikan tugas sebagai nilai tambah. Yang dilakukan guru PKn di SMP N

7 Surakarta apabila ada siswa yang kurang bisa memahami materi pelajaran yang

disampaikan adalah memberi kesempatan untuk bertanya.” Ini merupakan bentuk

penerapan pendekatan pengelolaan kelas oleh guru yang didasarkan pada Behavior-

Modification Approach atau pendekatan modifikasi tingkah laku. Pendekatan ini

bertolak dari psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi bahwa (1) semua

tingkah laku, yang “baik” maupun yang kurang “baik” merupakan hasil proses

belajar, dan (2) ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat

digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud. Adapun

proses psikologi yang dimaksud adalah penguatan positif, hukuman, penghapusan,

dan penguatan negatif.

Page 89: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

89

“Peserta didik di SMP N 7 Surakarta memang cenderung lebih merasa akrab

dengan bapak/ibu guru PKn yang mengajar mereka di bandingkan dengan perasaan

takut. Dan peserta didik tidak pernah meninggalkan jam pelajaran tanpa ijin terlebih

dahulu kepada bapak/ibu guru PKn yang sedang mengajar. Serta mereka berpakain

rapih di dalam kelas dikarenakan “rasa senang” terhadap peraturan yang ada. Yang

siswa ucapkan saat bapak/ibu guru PKn selesai mengajar mayoritas adalah,

“terimakasih ibu/bapak guru”. Dan mayoritas dari mereka tidak merasa bosan ketika

diajar oleh guru PKn di SMP N 7 Surakarta. Bahkan ada diantara mereka yang

menganggap guru PKn di SMP N 7 Surakarta sebagai sahabat, maupun pengganti

orang tua kandung mereka di rumah.” Perasaan akrab, rasa senang maupun kedekatan

antara siswa dengan guru bahkan adanya perasaan ingin membalas budi dengan

mengucapkan kata “terima kasih” kepada bapak/ibu guru PKn disetiap akhir

pelajaran berlangsung, merupakan bentuk keberhasilan dari penerapan pendekatan

pengelolaan kelas oleh guru yang berakar dari Socio-Emosional-Climate Approach

atau pendekatan iklim sosial kelas. Dengan berlandaskan psikologi klinis dan

konseling, pendekatan pengelolaan kelas ini mengasumsikan bahwa (1) proses

pembelajaran yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik dalam

arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru - peserta didik dan antara

peserta didik, dan (2) guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim

sosio-emosional yang baik itu.

Dan sikap disiplin yang telah mempribadi dalam setiap diri peserta didik

serta merupakan bukti keberhasilan guru dalam menanamkan kedisiplinan pada

mereka, terlihat dari, “Cara peserta didik dalam menyampaikan pendapat ketika

diskusi kelas sedang berlangsung”, yaitu dengan jalan mengacungkan jari terlebih

dahulu dan berpendapat setelah ditunjuk oleh guru. Dan yang mereka lakukan ketika

melihat ada sampah yang tergeletak di sudut-sudut ruangan kelas adalah membuang

sampah tersebut ketempat sampah. Serta didukung oleh beberapa pernyataan peserta

didik di SMP N 7 Surakarta mengenai alasan mereka mengikuti upacara bendera

yaitu, “Karena dengan mengikuti upacara bendera dapat membuat kita lebih disiplin

Page 90: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

90

dan teratur”. Serta terlihat pula dari tindakan yang mereka lakukan apabila ada teman

yang sedang sakit dan butuh untuk diantarkan ke UKS, adalah segera mengantar dan

kembali ke dalam kelas untuk kembali melanjutkan pelajaran. Dan disetiap jam

pelajaran kosong yang mereka lakukan adalah segera mengeluarkan buku materi dan

mempelajari materi yang belum dibahas tanpa disuruh. Untuk lebih jelasnya, lihat

jawaban angket penelitian dari siswa (Lampiran:11, halaman:181).

Pernyataan-pernyataan tersebut, memperlihatkan secara nyata bahwa guru

telah berhasil dalam menerapkan pendekatan eclectic dalam proses pengelolaan kelas

yang merupakan bagian dari proses pembelajaran. Namun kenyataan yang terjadi,

masih terdapat kendala-kendala atau gangguan disiplin kelas yang tidak diketahui

oleh guru dikarenakan mereka kurang teliti dalam memperhatikan detil kecil dari

tingkah laku peserta didik. Namun secara umum, dapat dikatakan guru SMP N 7

Surakarta telah melaksanakan pendekatan eclectic dalam pengelolaan pembelajaran

dengan sangat baik. Mereka memberikan penguatan dan hukuman disesuaikan

dengan kebutuhan siswa, mereka mengarahkan dan membantu siswa dalam kegiatan

diskusi kelas secara kelompok, juga mereka mengendalikan emosi kelas agar stabil

dan tidak terjadi kericuhan. Kekurangan ini, diharapkan akan lebih dibenahi di waktu

yang akan datang.

3. Alasan penerapan pendekatan eclectic dalam pembelajaran PPKn di

SMP N 7 Surakarta

Pendekatan eclectic yang diterapkan dalam pengelolaan pembelajaran PPKn

di SMP N 7 Surakarta, bukanlah tanpa suatu alasan. Disiplin kelas yang terbentuk

pada peserta didik, tidak akan terwujud dengan adanya pemaksaan kehendak dari

guru maupun pelaksanaan peraturan yang ketat dari sekolah. Dengan adanya

penerapan pendekatan eclectic, mampu meningkatkan keberhasilan proses belajar

utamanya dalam pendidikan kewarganegaraan yang terlihat dengan dapat

terwujudnya disiplin pada siswa didik serta dapat dilihat dari sudut pandang guru

PKn di SMP N 7 Surakarta yang mendidik dan mengajar peserta didik dengan

menggunakan pendekatan eclectic agar mampu menciptakan disiplin kelas yang

Page 91: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

91

merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan proses belajar. Berikut adalah hasil

wawancara dan observasi peneliti dengan guru PKn di SMP N 7 Surakarta:

“Peserta didik senantiasa memasuki ruangan kelas sebelum guru masuk

kelas. Kemudian mereka memasuki ruangan kelas dengan baik dan tertib. Setelah itu

memberi salam kepada guru secara baik. Dan mereka juga selalu mengikuti acara doa

bersama dengan baik. Serta memberikan penghormatan dengan baik. Jika terjadi

keterlambatan, mereka senantiasa patuh terhadap peraturan yang ada. Dalam

keseharian di ruang kelas, mereka menempatkan peralatan sekolah sesuai dengan

ketentuan. Juga yang paling membuat saya bangga, mereka tidak pernah saling

mengganggu selama pelajaran berlangsung”. Demikian dipaparkan oleh guru SMP N

7 Surakarta. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada jawaban angket penelitian

dari guru (lampiran:12, halaman:184).

Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan saya sendiri ketika melihat

beliau mengajar dikelas. Saya melihat bahwa memang peserta didik berperilaku baik

selama mengikuti pelajaran, mereka memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh

guru dan mempergunakan waktu belajar dengan sebaik-baiknya. Mereka juga

mengikuti pelajaran dengan tertib. Meminjam barang milik teman dengan ijin adalah

hal yang sering saya dapati dan apabila mereka saling meminjam maka akan segera

mengembalikan. Peserta didik juga terlihat ceria dalam menyambut setiap tugas yang

diberikan guru dan segera mengerjakan dengan semangat.

Guru PKn di SMP N 7 Surakarta menambahkan, “Siswa yang saya ajar

senantiasa bekerja atau belajar dengan jujur. Saya tidak pernah mendapati mereka

mencontek maupun berbuat curang baik ketika ujian maupun mengerjakan tugas

kelas dan pekerjaan rumah. Mereka juga selalu menghargai atau menghormati

pendapat orang lain. Saya membiasakan mereka untuk selalu tertib dalam kegiatan

diskusi, yaitu dengan mengajukan pertanyaan dengan tertib dan baik serta

mengacungkan jari terlebih dahulu serta menjawab setelah dipersilahkan. Siswa di

SMP N 7 Surakarta ini memang cukup baik dalam tindakan meninggalkan kelas

dengan ijin guru, saya jarang melihat mereka bolos bahkan saya juga jarang

Page 92: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

92

mendapati mereka bermain di jam kosong. Murid-murid selalu menjaga kebersihan

meja atau tempat duduknya. Bukankan ini merupakan hal yang cukup baik dan

memperlihatkan tindakan partisipasi mereka dalam menjaga kebersihan kelas?”.

Secara singkat, hasil wawancara penulis dengan Ibu Aisah, S.Pd, beliau

adalah salah seorang guru PKn di SMP N 7 Surakarta, berkaitan dengan masalah

penerapan pendekatan pengelolaan kelas pada disiplin kelas ialah sebagai berikut,

“Menurut saya pengelolaan kelas yaitu mengelola apa yang ada dalam kelas, baik

siswanya yang utama juga alat-alat yang ada didalamnya. Kesemuanya itu tidak lain

harus dikuasai untuk mendukung sistem pembelajaran. Dan yang paling utama harus

dikuasai oleh seorang guru agar dapat mengelola kelas dengan baik adalah dengan

memiliki penguasaan terhadap karakter siswa. Didalam hal tersebut, penting sekali

penguasaan pada psikologi pendidikan. Karena dengan hal tersebut akan membantu

sekali dalam pengelolaan kelas. Menurut saya dengan mengetahui karakter per siswa

didik kita akan lebih menguasai pengelolaan kelas. Bila sebagai seorang guru kita

terlalu dekat atau terlalu jauh sama anak sangat tidak bagus, sebagai pendidik yang

mengarahkan perilaku siswa dan sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu

kepada siswa, kita harus bisa menyeimbangkan kedudukan kita dengan siswa didik.

Tidak terlalu jauh tapi juga tidak terlalu dekat. Jadi peserta didik bisa menghargai dan

menyayangi guru. Masalah kedisiplinan, dapat dibina dengan menerapkan peraturan

yang ada dengan tegas dan ditindak lanjuti dengan baik, sehingga ada pemantauan

dan evaluasi. Sementara ini kebanyakan peraturan kelas dibuat oleh sekolah, namun

ada juga yang merupakan kesepakatan dengan siswa didik bahkan orang tua atau wali

murid. Ada banyak sekali faktor yang harus dikorelasikan dalam mewujudkan

kedisiplinan peserta didik. Sementara ini, banyak anak yang berani mengutarakan

pendapat kepada guru. Itu semua tidak terlepas dengan adanya pemberian motivasi

dan juga keterbukaan antara guru dengan peserta didik.”

Beberapa fakta tersebut merupakan bukti dari diakuinya sikap disiplin

peserta didik oleh guru PKn di SMP N 7 Surakarta. Sehingga memang antara

pernyataan yang dikemukakan oleh guru dan siswa, memiliki kesesuaian dan

Page 93: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

93

memang benar adanya dalam pengamatan saya selaku peneliti. Menurut peserta didik,

guru PKn di SMP N 7 Surakarta dalam cara mereka mengajar di kelas,

mencerminkan penerapan pendekatan eclectic yang baik dan relevan, sehingga

membuat peserta didik menjadi betah dan tidak merasa bosan dalam mengikuti proses

belajar mengajar. Dan menurut pandangan guru PKn di SMP N 7 Surakarta, peserta

didik menjadi jauh lebih disiplin dan tertib, serta lebih mudah menerima setiap materi

pelajaran yang diberikan dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang relevan

dengan dunia pendidikan sekarang ini karena mendorong guru agar lebih mampu

mengenal karakteristik tiap anak didik, sehingga turut meningkatkan keberhasilan

proses belajar mengajar PKn di SMP N 7 Surakarta. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada trianggulasi data (lampiran:8, halaman:155).

C. Temuan Studi

Berdasarkan data penelitian yang dipaparkan di atas, peneliti menemukan

beberapa temuan studi yaitu :

1. Memang benar adanya bahwa dengan diterapkannya

pendekatan eclectic yang relevan dengan kebutuhan dunia pendidikan pada

saat ini, mampu menciptakan disiplin kelas sehingga dapat memberi

kemudahan dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran pada PBM

PKn di SMP N 7 Surakarta. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan Ade Tatang M. Dalam hasil penelitian tersebut, disebutkan

beberapa pendekatan-pendekatan dalam Pengelolaan Kelas yaitu:

Pendekatan Pengubahan tingkah laku, yang mana pendekatan pegubahan

tingkah laku ini didasarkan pada suatu teori yang mengatakan bahwa semua

tingkah laku baik yang sesuai maupun tidak sesuai adalah hasil belajar.

Kemudian ada pula Pendekatan Iklim Sosio Emosional yang didasarkan

pada suatu keyakinan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan

fungsi dari hubungan yang positif antara guru dengan siswa dan antara siswa

dengan siswa, dengan guru sebagai penentu utama hubungan interpersonal

Page 94: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

94

dan iklim kelas. Dan yang terakhir adalah Pendekatan Proses Kelompok,

yang mana pendekatan ini mendasarkan pada prinsip-prinsip psikologi sosial

dan dinamika kelompok. Empat asumsi dasar yang diadopsi dari pendekatan

proses kelompok, yaitu; kegiatan sekolah berlangsung dalam suasana

kelompok, tugas pokok guru adalah mempertahankan dan mengembangkan

suasana kelompok yang efektif dan produktif, kelas adalah suatu sistem

sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana yang dimiliki oleh sistem sosial

masing-masing siswa, dan tugas pengelola kelas adalah mengembangkan

dan mempertahankan kondisi yang dimaksud. Dan dengan diterapkannya

ketiga pendekatan ini dalam pengelolaan kelas oleh guru, mampu

mempermudah dalam penciptaan kedisiplinan dan pencapaian tujuan belajar

yang efektif dan efisien. Dan ketiga pendekatan ini, tercover dalam

pendekatan eclectic.

2. Peneliti menemukan bahwa guru PPKn di SMP N 7

Surakarta merasa telah berhasil dalam menerapkan pendekatan eclectic

dalam proses pengelolaan kelas yang merupakan bagian dari proses

pembelajaran. Namun kenyataan yang terjadi, masih terdapat kendala-

kendala atau gangguan disiplin kelas yang tidak diketahui oleh guru

dikarenakan mereka kurang teliti dalam memperhatikan detil kecil dari

tingkah laku peserta didik. Beberapa kelalaian guru antara lain, “Kediaman

siswa, tidak selamanya berarti “focus” atau sedang berpikir namun bisa juga

berarti “tidur”. Siswa yang terlalu memperhatikan buku dan mudah gelisah

ketika didekati, dapat berarti “menyembunyikan buku bacaan selain buku

pelajaran”. Siswa yang ijin di kamar mandi ketika ujian sedang berlangsung,

perlu diperhatikan secara teliti karena ada kemungkinan bertindak curang

dengan melihat catatan di kamar mandi. Dan yang paling rawan, diskusi

kelas merupakan ajang siswa didik untuk menyampaikan pendapat mereka,

namun bila tidak diberi batasan waktu yang tepat dengan bobot materi yang

didiskusikan, akan menjadi kesempatan bagi siswa untuk

Page 95: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

95

memperbincangkan hal lain selain materi yang mereka diskusikan.” Tapi

secara umum, dapat dikatakan guru PPKn di SMP N 7 Surakarta telah

melaksanakan pendekatan eclectic dalam pengelolaan pembelajaran dengan

baik. Mereka memberikan penguatan dan hukuman disesuaikan dengan

kebutuhan siswa, mereka mengarahkan dan membantu siswa dalam kegiatan

diskusi kelas secara kelompok, juga mereka mengendalikan emosi kelas agar

stabil dan tidak terjadi kericuhan. Kekurangan ini, diharapkan akan lebih

dibenahi di waktu yang akan datang.

3. Peneliti juga menemukan bahwa disiplin kelas yang

terbentuk dengan adanya penerapan pendekatan pengelolaan kelas sehingga

meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar, adalah disiplin kelas

yang tidak dipaksakan oleh aturan yang terlalu ketat dan tidak dapat

dibentuk dengan sikap otoriter guru sebagai pendidik dan pengajar. Namun

disiplin kelas dapat dibentuk dengan penerapan peraturan yang ada dengan

baik, dan segera di tindaklanjuti secara hati-hati dengan toleransi yang ada

namun tetap tegas sanksinya, dengan peran serta guru yang mengarahkan

dan membimbing untuk peningkatan kedisiplinan dari dalam diri sendiri

sehingga terbentuk “self discipline” atau disiplin diri, dari peserta didik yang

lahir secara naluriah dari diri mereka sendiri dan mempribadi dalam

penerapan kehidupan sehari-hari. Dan menurut pandangan guru PPKn di

SMP N 7 Surakarta, alasan mereka menerapkan pendekatan eclectic dalam

proses pembelajaran adalah, karena peserta didik menjadi jauh lebih disiplin

dan tertib, serta lebih mudah menerima setiap materi pelajaran yang

diberikan dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang relevan dengan

dunia pendidikan sekarang ini, karena pendekatan tersebut mendorong guru

agar lebih mampu mengenal karakteristik tiap anak didik, sehingga turut

membantu dalam mewujudkan keberhasilan proses belajar mengajar PKn di

SMP N 7 Surakarta.

Page 96: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

96

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian mengenai penerapan pendekatan eclectic dan

pengaruhnya secara implicit pada disiplin kelas dalam proses pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan di SMP N 7 Surakarta, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dengan penerapan

pendekatan eclectic yang relevan dengan kebutuhan peserta didik, maka

mampu menciptakan disiplin kelas, yang berakar dari terbentuknya

disiplin diri pada diri peserta didik sehingga dapat membantu guru dalam

mewujudkan keberhasilan proses pembelajaran pada mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan di SMP N 7 Surakarta. Dikarenakan

dengan penerapan pendekatan eclectic yang relevan dan sesuai dengan

kebutuhan peserta didik, membuat guru menjadi lebih mudah dalam

menyampaikan materi pelajaran dan peserta didik menjadi lebih mudah

dalam menyerap materi pelajaran yang diajarkan.

2. Praktik penerapan

pendekatan eclectic oleh guru PPKn di SMP N 7 Surakarta, menjumpai

beberapa kendala atau gangguan antara lain: dalam proses pembelajaran

masih terdapat pelanggaran disiplin kelas karena guru kurang

memperhatikan tingkah laku peserta didik secara cermat. Beberapa

kelalaian guru antara lain, “Sikap ‘diam’ yang ditunjukkan oleh siswa,

tidak selamanya berarti ‘focus’ atau sedang berpikir namun bisa juga

berarti ‘tidur’. Siswa yang terlalu memperhatikan buku dan mudah

95

Page 97: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

97

gelisah ketika didekati, dapat berarti ‘menyembunyikan buku bacaan

selain buku pelajaran’. Siswa yang ijin ke kamar mandi sewaktu ujian

sedang berlangsung, perlu diperhatikan secara teliti karena ada

kemungkinan bertindak curang dengan melihat catatan di kamar mandi.

Dan yang paling rawan, diskusi kelas merupakan ajang peserta didik

untuk menyampaikan pendapat, namun bila tidak diberi batasan waktu

yang tepat dengan bobot materi yang didiskusikan, akan menjadi

kesempatan bagi siswa untuk memperbincangkan hal lain selain materi

yang mereka diskusikan.” Kekurangan ini, diharapkan akan lebih

dibenahi di waktu yang akan datang.

3. Alasan guru PPKn

di SMP N 7 Surakarta dalam menerapkan pendekatan eclectic dalam

proses pembelajaran adalah, karena peserta didik menjadi jauh lebih

disiplin dan tertib, serta lebih mudah menerima setiap materi pelajaran

yang diberikan dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang relevan

dengan dunia pendidikan sekarang ini, dikarenakan pendekatan tersebut

mendorong guru agar lebih mampu mengenal karakteristik tiap anak

didik, sehingga turut membantu dalam mewujudkan keberhasilan proses

belajar mengajar PKn di SMP N 7 Surakarta.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan sebagaimana tersebut diatas, maka implikasi dari

penelitian ini adalah :

1. Dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang sesuai dengan

kebutuhan peserta didik oleh guru, dapat memberi dampak yang positif

bagi terciptanya disiplin kelas dalam proses pembelajaran dan

memudahkan guru saat menyampaikan materi pelajaran pada peserta

didik karena dapat memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan

Page 98: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

98

siswa, sehingga dapat meningkatkan keberhasilan proses belajar

mengajar pada PBM PKn di SMP N 7 Surakarta.

2. Penerapan pendekatan eclectic yang sesuai dengan kebutuhan peserta

didik menuntut keluwesan guru dalam mengenal karakteristik peserta

didik. Karena apabila guru kurang teliti dalam mengenal karakteristik

peserta didik, penerapan pendekatan eclectic ini justru dapat menjadi

celah bagi peserta didik yang ingin melakukan tindakan yang tidak

disiplin, seperti tidur di dalam kelas ketika diberi kesempatan untuk

berdikusi maupun membaca buku selain buku materi pelajaran ketika

guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode

ceramah. Sehingga pelaksanaan pendekatan eclectic harus diimbangi

dengan lebih meningkatkan ketelitian guru dalam pelaksanaan

pendekatan tersebut hingga detil terkecil, agar mampu menghindari

kelalaian guru yang menjadi kesempatan bagi siswa untuk melakukan

hal-hal yang merupakan tindakan tidak disiplin.

3. Diterapkannya pendekatan eclectic dalam pembelajaran juga berdampak

pada perwujudan self discipline. Dengan adanya penerapan pendekatan

eclectic, dapat membantu mewujudkan keberhasilan proses belajar

mengajar sehingga disiplin kelas tidak perlu dijalankan dengan terlalu

ketat dan otoriter. Disiplin kelas yang terbentuk dengan penerapan

peraturan yang ada dengan baik dan segera di tindaklanjuti secara hati-

hati dengan toleransi yang ada namun tetap tegas sanksinya, dibantu

dengan peran serta guru yang mengarahkan dan membimbing untuk

peningkatan kedisiplinan dari dalam diri sendiri, dapat membentuk “self

discipline” atau disiplin diri, dari peserta didik yang lahir secara naluriah

dari diri mereka sendiri dan mempribadi dalam penerapan kehidupan

sehari-hari.

Page 99: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

99

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti

dapat mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada pihak SMP

N 7 Surakarta, semoga lebih meningkatkan pengarahan pada seluruh staf

pengajar agar penerapan pendekatan pengelolaan kelas dapat terus

dijalankan dan dikembangkan seperti dengan apa yang telah diterapkan

sebelumnya oleh guru pendidikan kewarganegaraan sehingga dapat

bermanfaat untuk mata pelajaran yang lain.

2. Kepada guru

pendidikan kewarganegaraan yang telah menerapkan pendekatan

pengelolaan kelas dalam kegiatan belajar mengajar, diharapkan dapat

lebih meningkatkan kualitas dan terus mencari inovasi baru dalam

rangka pengembangan penerapan pendekatan pengelolaan kelas

sehingga semakin mempermudah dalam mengenal karakter peserta didik

dan mendukung dalam penyampaian materi pelajaran guna

meningkatkan kualitas pembelajaran, serta memperbaiki kelalaian yang

tidak disadari karena kurang teliti memperhatikan detil terkecil dari

tingkah laku peserta didik.

3. Kepada seluruh

kalangan akademisi yang membaca karya tulis ini, semoga dapat

memetik manfaat. Sehingga diharapkan jangan hanya dijadikan sebagai

sebuah wacana tanpa tindak lanjut. Terutama bagi mahasiswa FKIP

sebagai seorang calon guru, semoga dengan membaca karya tulis ini,

Page 100: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

100

terketuk untuk meneliti lebih jauh mengenai penerapan pengelolaan

kelas yang semakin berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan

perkembangan zaman dan sesuai dengan perkembangan peserta didik

yang berbeda dari waktu ke waktu.

DAFTAR PUSTAKA

A, Suhaenah Suparno. 2000. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Akhmad Sudrajat. 2009. Psikologi Pendidikan. Kuningan: PE-AP Press.

Asep Jihad dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Baharuddin dan Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media. Basu Sharma and Judy Ann Roy. 1996. “Aspects of the internationalization of

management education,” Journal of Management Development [Vol.15, No.1, pp:5-13]. MBC University Press.

Ch. Baroroh. 2009. Hukum Islam Suatu Pengantar. Surakarta: UNS Press. Chumdari dan Sutini. 1996. Managemen Kelas. Surakarta: FKIP UNS.

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: Publisher.

David Crowther and Chris Carter. 2002. “Legitimating irrelevance: management education in higher education institutions”, The International Journal of Educational Management [pp:268-278]. MBC UP Limited.

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Page 101: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

101

Kartini Kartono. 1996. Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lexy J Moleong. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Madya

Karya.

Martinis Yamin dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran . Jakarta: Gaung Persada Press.

Makmun, Abin Syamsudin. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Milles, Mathew B & A. Hubberman. 1999. Analisis Data Kualitatif terjemah Tjejep

Rohendi Rohidin. Jakarta :UI Press. Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo Offset. Ornstein, C. Allan.1990. Strategies for Effective Teaching. USA, Harper & Co.

Publisher Inc. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada. Sahertian, Piet & Ida Aleda. 1992. Supervisi Pendidikan dalam Program Inservice

Education. Jakarta: Rineka Cipta. Sobri, Asep dan Charul. 2009. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Multi Pressindo. Soedomo Hadi. 2005. Pengelolaan Kelas. Surakarta: UNS Press. Suharsimi Arikunto. 1989. Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Page 102: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

102

Sutisna, Oteng. 1989. Administrasi Pendidikan (Dasar-dasar teoritis untuk praktek professional). Bandung: Angkasa.

Sutopo HB. 1996. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar Teoritis dan Praktis. Surakarta:

UNS. Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: UGM. Swardi. 2008. Manajemen Pembelajaran. Surabaya: Tempina Media Grafika. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Uno, Hamzah B. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Uzer Usman. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/teknik-pengelolaan-kelas/ http://atmmuharam.blogspot.com/2009/01/pengelolaan-kelas.html http://dedesudjadimath.blogspot.com/2009/01/berbagai-macam-pengelolaan-kelas-dan.html http://laisalax.multiply.com/journal/item/23 http://sn2dg.blogspot.com/2008/06/motivasi-dalam-belajar-mandiri.html

Page 103: PENERAPAN PENDEKATAN ECLECTIC DALAM PEMBELAJARAN …... · DALAM PEMBELAJARAN PPKN ... pengaturan kelas atau pengurusan kelas, ... pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional dipergunakan

103