14
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika 1 2 dan 3 PENERAPAN STRATEGI PEER LESSON PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X MA AL-MUHAJIRIN TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ARTIKEL ILMIAH Oleh: Nama : EKO APRIANTO NIM : 4011147 Dosen Pembimbing : 1. Sukasno, M.Pd. 2. Idul Adha, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGU 2017

PENERAPAN STRATEGI PEER LESSON PADA PEMBELAJARAN ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Penerapan Strategi Peer Lesson... · Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

PENERAPAN STRATEGI PEER LESSON PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA SISWA KELAS X MA AL-MUHAJIRIN TUGUMULYO

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

ARTIKEL ILMIAH

Oleh:

Nama : EKO APRIANTO

NIM : 4011147

Dosen Pembimbing : 1. Sukasno, M.Pd.

2. Idul Adha, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGU

2017

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

PENERAPAN STRATEGI PEER LESSON PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA SISWA KELAS X MA AL-MUHAJIRIN TUGUMULYO

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

, ,

Email: [email protected]

ABSTRACT

This thesis is entitled "Application of Peer Lesson Strategy in

Mathematics Learning of Grade X Students MA AL-Muhajirin

Tugumulyo Lesson Year 2016/2017". Problems in this research is

whether the results of mathematics learning of grade X MA AL-

Muhajirin Tugumulyo after applied Peer Lesson strategy significantly

completed ?. This study aims to determine the results of learning after

applied strategy Peer Lesson on learning mathematics class X MA

AL-Muhajirin Tugumulyo. The type of research is in the form of quasi

experiments. The population of all students of class X MA AL-

Muhajirin Tugumulyo amounted to 235 students and as sample of

class X.8 amounted to 26 students. Data collection is done by test

technique. The collected data were analyzed using the t-test. Based on

the result of t-test analysis at significant level, t_hitung (2,799)>

t_tabel (1,708) is obtained, so it can be concluded that the result of

mathematics learning of grade X MA AL-Muhajirin Tugumulyo after

applied Peer Lesson strategy is significantly complete. The average

value of student learning outcomes of 75.85 and classical learning

completeness reached 69.23%.

Keywords: Peer Lesson, Mathematics learning outcomes.

PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik

interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak

langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran (Rusman,

2011:134). Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk

membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah

terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

didik, maka kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua

potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan (Jihad dan

Haris, 2013:5).

Dalam kegiatan belajar mengajar, matematika merupakan salah satu mata

pelajaran pokok dan wajib diajarkan kepada siswa mulai dari jenjang

pendidikan dasar sampai kejenjang pendidikan menengah. Oleh karena itu,

matematika memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan maupun dalam

kehidupan sehari-hari sehingga matematika sangat perlu dipahami dan dikuasai

oleh semua masyarakat maupun siswa di sekolah. Menurut Uno (2011:130),

hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti

dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkan pada situasi

nyata.

Sardiman (2001:37) menyatakan bahwa faktor penyebab timbulnya

kesulitan bagi siswa dalam mempelajari matematika karena karakteristik

matematika itu sendiri yakni konsep-konsep umumnya bersifat abstrak. Faktor

lain yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam pembelajaran matematika

adalah kebiasaan hanya menerapkan metode ceramah dalam pelaksanaan belajar

serta kurangnya kemampuan guru untuk menghadirkan pendekatan belajar yang

tepat untuk memotivasi siswa serta melibatkannya dalam proses pembelajaran

(Dimyati dan Mudjiono, 2006:44). Oleh karena itu, diperlukan perhatian dan

perbaikan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah melalui pemilihan

metode yang tepat dan dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam belajar

sehingga bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di MA AL-Muhajirin Tugumulyo

pada tanggal 20 Agustus 2015 mengenai pelajaran matematika kelas X diperoleh

bahwa keberhasialan belajar siswa kelas X masih kurang dari yang diharapakan,

hal ini dapat dilihat dari jumlah keseluruhan yaitu 235 siswa, sebanyak 97 siswa

yang tuntas atau 41,28% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 138 siswa atau

58,72%. Rata-rata nilai ulangan hariannya 62,54. Padahal kriteria ketuntasan

minimal (KKM) adalah lebih dari atau sama dengan 70. Rendahnya hasil belajar

siswa tersebut disebabkan kurangnya minat siswa dalam pembelajaran

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

matematika. Selain itu kegiatan pembelajaran guru cenderung menggunakan

pembelajaran konvensional. Dimana dalam proses pembelajaran masih berpusat

pada guru dan siswa sebagai penerima informasi yang hanya mendengarkan dan

memperhatikan gurunya saja sehingga siswa kurang aktif dalam proses belajar

mengajar.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan

belajar siswa adalah strategi pembelajaran aktif Peer Lesson. Strategi

pembelajaran ini merupakan bagian dari active learning (pembelajaran aktif).

Secara singkat strategi Peer Lesson merupakan strategi untuk mendukung

pengajaran sesama siswa di dalam kelas. Strategi ini menempatkan seluruh

tanggung jawab pengajaran kepada anggota kelas (Silberman, 2007:173).

Strategi Peer Lesson ini membagi siswa menjadi kelompok-kelompok

kecil dan masing-masing anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk

menjelaskan materi kepada kelompok lain sesuai sub topik materi yang mereka

dapatkan dan dalam penyampaian materi hendaknya tidak menggunakan metode

ceramah saja atau seperti membaca laporan, namun dapat menggunakan metode

atau strategi pembelajaran lain yang sekiranya cocok dengan materi yang mereka

presentasikan kepada teman mereka (Zaini, 2008:62). Oleh karena itu, peneliti

mencoba menggunakan strategi Peer Lesson. Hal ini dimaksudkan agar selama

proses pembelajaran berlangsung, siswa yang kurang aktif dalam proses

pembelajaran dapat membantu memahami materi yang sedang dipelajari.

Sehingga diharapkan kesulitan yang dihadapi bisa diminimalisir bahkan siswa

dapat dengan mandiri dan berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar

matematika siswa Kelas X MA AL-Muhajirin Tugumulyo Tahun Pelajaran

2016/2017 setelah diterapkan strategi Peer Lesson secara signifikan tuntas?”.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar

matematika siswa kelas X MA AL-Muhajirin Tugumulyo Tahun Pelajaran

2016/2017 setelah diterapkan strategi Peer Lesson.

LANDASAN TEORI

1. Pembelajaran Aktif

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

Untuk menciptakan pembelajaan aktif, beberapa penelitian Zaini, dkk

(2008:xiv), mendefinisikan pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang

mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Sedangkan menurut Rusman

(2011:324), pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih

banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan

pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas,

sehingga peserta didik mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat

meningkatkan pemahaman dan kompetensinya”.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan strategi pembelajaran

aktif adalah suatu cara, siasat, kiat, atau trik yang di gunakan guru dalam proses

pembelajaran yang bertujuan untuk mengajak peserta didik untuk belajar aktif dan

terlibat aktif pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

2. Strategi Peer Lesson

Peer Lesson adalah sebuah strategi yang mengembangkan Peer Teaching

dalam kelas yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar pada

peserta didik sebagai anggota kelas (Silberman, 2007:173). Sedangkan menurut

Zaini, dkk (2008:62) “Strategi ini baik digunakan untuk menggairahkan kemauan

peserta didik untuk mengajarkan materi kepada temannya. Jika selama ini banyak

yang menyatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan

mengajarkan kepada orang lain, maka strategi ini akan membantu peserta didik di

dalam mengajarkan materi kepada teman-teman sekelas”. Peer Lesson merupakan

strategi pembelajaran yang merupakan bagian dari active learning (pembelajaran

aktif). Ini berarti strategi Peer Lesson merupakan strategi untuk mendukung

pengajaran sesama siswa di dalam kelas. Adapun langkah-langkah strategi

pembelajaran aktif tipe Peer Lesson antara lain: (1) Guru membagi siswa menjadi

kelompok-kelompok kecil sebanyak materi yang akan disampaikan. (2) Masing-

masing kelompok diberi tugas mempelajari materi yang telah dibagi, kemudian

setiap kelompok wajib mengajarkannya kepada kelompok yang lain, dan materi

harus saling berhubungan. (3) Guru meminta siswa menyiapkan strategi atau

metode yang tepat untuk menyampaikan materi kepada teman-teman sekelas.

Arahkan kepada mereka untuk tidak menggunakan metode ceramah atau seperti

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

membaca laporan. (4) Guru memberikan arahan agar siswa menggunakan alat

bantu agar mudah dimengerti teman-teman yang lain. (5) Guru memberikan

waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan (baik di dalam

maupun di luar kelas). (6) Setiap kelompok memaparkan materi sesuai tugas yang

diberikan. (7) Setelah semua kelompok telah melaksanakan tugasnya, beri

kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman

siswa. Beri tepuk tangan atas usaha keras mereka.

Seperti metode atau strategi pembelajaran yang lain, strategi pembelajaran

Peer Lesson juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut (Wisesa,

2014:04) kelebihan strategi Peer Lesson yaitu: (1) Mengajak siswa untuk belajar

bertanggungjawab terhadap pembelajaran dan pendidikan mereka sendiri. (2)

Kemungkinan penguasaan materi akademik menjadi lebih besar karena

keterlibatan langsung siswa dengan materi tersebut melalui kegiatan yang

lakukannya. (3) Terciptanya atmosfer yang positif bagi siswa untuk belajar dan

bekerja dalam kelompok atau tim, sehingga dapat sebagai wahana untuk

menyiapkan mereka ketika terjun nantinya ke dunia nyata. (4) Mengembangkan

masyarakat belajar dan keterampilan – keterampilan sosial dalam belajar

kelompok. (5) Guru lebih mengetahui kemampuan masing – masing siswa. (6)

Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis. (7) Siswa dibantu belajar berpikir

berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan

siswa dalam praktik berpikir. (8) menggugah siswa untuk mencari bantuan

dan menerima tutor sebaya dari teman – teman sekelasnya. Sedangkan

kekurangan strategi Peer Lesson yaitu: (1) Tidak semua siswa dapat

menyampaikan materi dengan jelas kepada temannya. (2) Tidak semua siswa

dapat menjawab pertanyaan temannya. (3) Terkadang ada siswa yang

meremehkan, karena yang mengajar adalah teman sendiri.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

semu (quasi eksperiment) . Eksperimen semu dikategori pre-test and post-test

Group design adalah sebuah eksperimen yang dilakukan tanpa adanya kelompok

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

atau kelas pembanding. Adapun desain eksperimen menurut Arikunto (2010:125)

dapat digambarkan dengan pola sebagai berikut:

A

Keterangan:

A = Kelas sampel yang diambil secara acak

O1 = pre-test (tes awal)

O2 = post-test (tes akhir)

X = treatment (penerapan strategi Peer Lesson)

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

Kelas X MA AL-Muhajirin Tugumulyo Tahun Pelajaran 2016/2017 berjumlah

235 siswa dan yang terpilih menjadi sampel yaitu kelas X.8 dengan jumlah 26

siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara tes.

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa kelas

X MA AL-Muhajirin Tugumulyo. Bentuk tes yang digunakan berbentuk essay

sebanyak enam soal dan data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t satu

sampel pada taraf kepercayaan , karena data berdistribusi normal dan

simpangan baku populasi tidak diketahui.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

a. Data Hasil Pre-test

Pelaksanaan pre-test ini dilakukan pada pertemuan petama yaitu pada

tanggal 13 Mei 2016 dan di ikuti oleh 26 siswa pada kelas eksperimen. Pre-test

dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa terhadap

suatu materi yang belum dipelajari. Soal Pre-test yang digunakan adalah

berbentuk essay sebanyak enam soal. Berdasarkan perhitungan data hasil tes awal

nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas X.8 adalah 21,46. Dan tidak ada siswa

yang mendapatkan nilai lebih dari 70. Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan

bahwa kemampuan awal siswa sebelum diterapkan pembelajaran dengan

menggunakan strategi Peer Lesson termasuk kategori belum tuntas, karena nilai

rata-rata siswa masih dibawah KKM yang telah ditetapkan.

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

b. Data Hasil Post-test

Pemberian Post-test berfungsi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

mengikuti pembelajaran metematika dengan menggunakan strategi Peer Lesson.

Pemberian post-test dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2016. Data post-test

digunakan untuk melihat kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan

dengan strategi Peer Lesson. Berdasarkan rekapitulasi hasil tes akhir siswa dapat

diketahui bahwa Siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 atau di atas KKM

sebanyak 18 siswa atau 69,23%, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang

dari 70 atau di bawah KKM adalah 8 siswa atau sebanyak 30,77%. Nilai rata-rata

keseluruhan yang diperoleh siswa yaitu sebanyak 75,85. Jadi secara deskriptif,

dapat disimpulkan bahwa kemampuan akhir siswa setelah diterapkan

pembelajaran dengan menggunakan strategi Peer Lesson ini adalah sudah tuntas.

Perbandingan nilai rata-rata dan ketuntasan hasil belajar dapat dilihat

pada grafik 1.

Grafik 1. Nilai Rata-rata dan Ketuntasan belajar

Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, nilai rata-rata pre-test sebesar

21,46 dan nilai rata-rata post-test sebesar 75,85. Maka rata-rata nilai yang

diperoleh siswa terdapat peningkatan sebesar 54,39 dan besar ketuntasan belajar

siswa sebesar 69,23%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata

post-test lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata pre-test.

c. Pengujian hipotesis

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Rata-rata ketuntasan Belajar

Tes Awal

Tes Akhir

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

Berdasarkan uji normalitas, data berdistribusi normal. Karena simpangan

baku populasi tidak diketahui maka untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji-

t. Dari hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir (post-test) dengan dk = n –

1 = 26 – 1 = 25, = 0,05 diperoleh =

. Dengan demikian (2,799) (1,708), hal ini

berarti ditolak dan diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya. Artinya, hasil belajar

matematika siswa kelas X MA AL-Muhajirin Tugumulyo setelah penerapan

strategi Peer Lesson secara signifikan sudah tuntas.

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis rata-rata nilai pre-test dan post-test siswa kelas

X MA AL-Muhajirin Tugumulyo yaitu dengan rincian rata-rata nilai pre-test

sebesar 21,46 dan post-test sebesar 75,85 sehingga dapat disimpulkan terdapat

peningkatan hasil belajar siswa sebesar 54,39. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah diterapkannya strategi Peer

Lesson dikelas X MA AL-Muhajirin Tugumulyo.

Dari analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa menunjukkan bahwa

siswa kelas X MA AL-Muhajirin Tugumulyo adalah tuntas pada taraf signifikan

= 0,05 karena yaitu (2,799) (1,708). Jadi,

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya

sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa setelah

diterapkannya strategi Peer Lesson secara signifikan sudah tuntas.

Pelaksanaan penelitian pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 17

Mei 2016, dimulai dengan peserta didik membaca doa sebelum belajar dan

dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran peserta didik. Kemudian dilanjutkan

dengan menyampaikan dan memberikan motivasi kepada peserta didik serta

menjelaskan tujuan pembelajaran dan menginformasikan cara belajar dengan

menggunakan strategi Peer Lesson.

Dalam menyampaikan materi, guru juga memberikan contoh soal beserta

penyelesaiannya. Kemudian peneliti membagi siswa dalam enam kelompok,

setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa dengan kemampuan heterogen dan

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

masing-masing kelompok diberi satu materi. Setelah itu memberi waktu

kelompok satu dan dua untuk mendiskusikan materi jarak antara titik dengan titik

dan jarak antara titik dengan garis serta menyiapkan alat peraga, sedangkan

kelompok lain juga berdiskusi dengan anggota kelompok nya membahas materi

yang telah didapatnya sambil menunggu kelompok satu dan dua

mempersentasikan hasil diskusinya ke depan kelas secara bergantian dan guru

memberikan pengarahan agar semua anggota kelompok ikut serta dalam

berdiskusi.

Pada kerja pembelajaran aktif ini, masih belum bisa dikondisikan dengan

baik dan belum tercapai. Siswa masih mengalami kesulitan untuk mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan strategi Peer Lesson bahkan siswa terlihat

bingung untuk mempelajarinya. Pada saat perwakilan salah satu kelompok

mempresentasikan hasil diskusi, siswa terlihat sulit untuk menyampaikan hasil

diskusinya dikarenakan siswa takut salah sehingga siswa lain lebih banyak

mengobrol dan masih banyak siswa yang tidak peduli dengan presentasi teman

yang ada di depan kelas. Presentasi hanya dilakukan oleh dua kelompok karena

pada pertemuan pertama siswa sulit untuk dihendel sehingga waktu terbuang

percuma tetapi hasil kerja siswa yang lain tetap dinilai oleh peneliti.

Setelah membenarkan jawaban peserta didik, guru meminta peserta didik

kembali ketempat duduk seperti semula. Sebelum pelajaran diakhiri, guru

memberikan soal untuk dikerjakan di rumah sebagai latihan dan menyampaikan

materi yang akan didiskusikan pada pertemuan selanjutnya.

Pada pertemuan kedua yang dilakukan pada tanggal 20 Mei 2016, proses

pembelajaran seperti pada pertemuan sebelumnya. Pertemuan kedua kelompok

ketiga mempersentasikan dengan materi jarak antara titik dengan bidang dan

kelompok keempat membahas materi jarak antara garis dengan garis. Selama

siswa berdiskusi, guru bertindak mengarahkan atau membimbing siswa. Diskusi

antar anggota kelompok sudah terlihat aktif dan siswa tidak malu bahkan mereka

tidak takut lagi untuk bertanya ketika mereka kurang mengerti materi yang

disampaikan temannya. Siswa lebih berani untuk mempresentasikan hasil

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

kelompoknya ke depan kelas sebagai perwakilan kelompok tanpa harus ditunjuk

oleh guru.

Seperti pertemuan pertama, pertemuan kedua pun siswa diberi tugas

individu agar peneliti mengetahui perkembangan masing-masing siswa. Masih

terlihat siswa yang acuh tak acuh pada saat peneliti menerapkan strategi Peer

Lesson, karena di dalam pembelajaran yang diterapkan terlalu banyak materi yang

harus dikerjakan sehingga membuat sebagian siswa malas untuk mempelajari

sendiri.

Pada pertemuan terakhir (pertemuan ketiga) yang dilakukan pada tanggal

24 Mei 2016, dimana kelompok lima dan kelompok enam membahas materi jarak

antara garis dengan bidang dan jarak antara bidang dengan bidang, pada

pertemuan ini sesuai langkah pada pertemuan sebelumnya dimana siswa selalu

aktif dan kerjasamanya oleh masing-masing kelompok. Kemudian proses

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa mengalami peningkatan dari pada

pertemuan pertama dan kedua karena sudah banyak siswa yang dapat

melaksanakan tahapan tersebut dengan baik dan melaksanakan oleh seluruh siswa

sesuai dengan langkah-langkah dengan baik. Kemudian sudah bisa bekerja sama

antara satu dengan yang lain, siswa tidak malu-malu lagi untuk tampil ke depan

kelas. Apabila ada penyelesaian yang berbeda, kelompok lain menanggapi hasil

presentasi tersebut dan juga siswa sudah bisa memanfaatkan waktu sebaik-

baiknya.

Untuk pertemuan ketiga peneliti pun memberikan tugas yang dikerjakan

secara individu untuk lebih mengetahui kemampuan siswa secara detail, peneliti

pun memberikan sedikit tugas individu agar lebih menyakinkan kalau siswa

mampu menguasahi materi ruang dimensi tiga yang diberikan oleh peneliti.

Selama penelitian di kelas X.8 MA AL-Muhajirin Tugumulyo, peneliti

menemui kendala dalam menggunakan strategi Peer Lesson yaitu sebagian siswa

tidak memperhatikan penjelasan peneliti, siswa malah ribut membuat suasana

kelas menjadi ramai dan tidak kondusif sehingga waktu yang digunakan untuk

berdiskusi terpotong hanya untuk menenangkan kelas. Namun, peneliti mampu

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

mengatasi kendala tersebut dengan cara membatasi waktu siswa dalam berdiskusi

agar semua langkah-langkah kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

Selain itu, kendala lain yang ditemui peneliti adalah saat berdiskusi siswa

malah membahas masalah di luar materi yang sedang didiskusikan sehingga

membuat mereka kurang berpartisipasi dalam diskusi. Tapi kendala tersebut dapat

peneliti atasi dengan peneliti berkeliling untuk membimbing bahkan mengawasi

dan memberi teguran ketika siswa yang kurang ikut berpartisipasi dalam diskusi

tersebut.

Kesulitan lain yang ditemukan oleh peneliti yaitu karena siswa dibentuk

secara berkelompok, banyak siswa yang kurang senang untuk bekerjasama dengan

yang lain, siswa yang pandai menyelesaikan materi sendiri sehingga siswa lain

yang kurang mengerti terlihat bingung. Namun kendala tersebut dapat peneliti

atasi, peneliti memberi penjelasan agar setiap anggota kelompok dapat berbagi

tugas dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehingga mereka dapat

saling bertukar informasi.

Menurut zaini dkk (2008:62) strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson

baik digunakan untuk menggairahkan kemauan peserta didik untuk mengajarkan

materi kepada temannya. Jika selama ini ada pameo yang mengatakan bahwa

metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain,

maka strategi ini sangat membantu peserta didik dalam mengajarkan materi

kepada teman-teman sekelas.

Hal tersebut disebabkan karena dalam pembelajaran matematika

menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson, dapat membantu

meningkatkan hasil belajar. Melalui penerapan strategi pembelajaran ini, siswa

dituntut untuk turut aktif dalam proses pembelajaran tidak hanya mental tetapi

juga fisik dalam suasana menyenangkan. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh

Silberman (2009:173) Peer Lesson merupakan strategi untuk mendukung

pengajaran sesama siswa didalam kelas. Strategi ini menempatkan seluruh

tanggung jawab pengajaran kepada seluruh anggota kelas.

Strategi Peer Lesson menuntut siswa untuk belajar aktif dan menggali

pengetahuannya sendiri dengan mempelajari suatu bahan pelajaran atau materi

ajar. Walaupun ada hambatan diatas, namun tidak mematahkan semangat dan

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

konsentrasi siswa dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang

mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 18 siswa yang sudah

tuntas, sedangkan ada 8 siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal

namun hasil tersebut sudah mengalami peningkatan. Berdasarkan analisis secara

statistik bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi Peer

Lesson dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan strategi Peer Lesson di kelas X

MA AL-Muhajirin Tugumulyo secara signifikan sudah tuntas. Nilai rata-rata hasil

belajar yang diperoleh siswa pada tes akhir sebesar 75,85 dan persentase jumlah

siswa yang tuntas sebesar 69,23%.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo.

Rusman. 2011. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model – Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali

Press.

Silberman, Melvin L. 2007. Aktive Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.

Bandung: Nusamedia.

Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Wisesa, Riani dkk. 2014. Strategi Peer Lessons Berbantuan Picture And Picture

Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V SD Negeri 21

Pemecutan Denpasar utara. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan

Ganesha. (2), (2), hlm 1-9.

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika

1 2 dan 3

Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan

Mandiri.