Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
PENERAPAN STRATEGI PEER LESSON PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SISWA KELAS X MA AL-MUHAJIRIN TUGUMULYO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
Nama : EKO APRIANTO
NIM : 4011147
Dosen Pembimbing : 1. Sukasno, M.Pd.
2. Idul Adha, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGU
2017
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
PENERAPAN STRATEGI PEER LESSON PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SISWA KELAS X MA AL-MUHAJIRIN TUGUMULYO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
, ,
Email: [email protected]
ABSTRACT
This thesis is entitled "Application of Peer Lesson Strategy in
Mathematics Learning of Grade X Students MA AL-Muhajirin
Tugumulyo Lesson Year 2016/2017". Problems in this research is
whether the results of mathematics learning of grade X MA AL-
Muhajirin Tugumulyo after applied Peer Lesson strategy significantly
completed ?. This study aims to determine the results of learning after
applied strategy Peer Lesson on learning mathematics class X MA
AL-Muhajirin Tugumulyo. The type of research is in the form of quasi
experiments. The population of all students of class X MA AL-
Muhajirin Tugumulyo amounted to 235 students and as sample of
class X.8 amounted to 26 students. Data collection is done by test
technique. The collected data were analyzed using the t-test. Based on
the result of t-test analysis at significant level, t_hitung (2,799)>
t_tabel (1,708) is obtained, so it can be concluded that the result of
mathematics learning of grade X MA AL-Muhajirin Tugumulyo after
applied Peer Lesson strategy is significantly complete. The average
value of student learning outcomes of 75.85 and classical learning
completeness reached 69.23%.
Keywords: Peer Lesson, Mathematics learning outcomes.
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik
interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran (Rusman,
2011:134). Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah
terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
didik, maka kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua
potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan (Jihad dan
Haris, 2013:5).
Dalam kegiatan belajar mengajar, matematika merupakan salah satu mata
pelajaran pokok dan wajib diajarkan kepada siswa mulai dari jenjang
pendidikan dasar sampai kejenjang pendidikan menengah. Oleh karena itu,
matematika memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan maupun dalam
kehidupan sehari-hari sehingga matematika sangat perlu dipahami dan dikuasai
oleh semua masyarakat maupun siswa di sekolah. Menurut Uno (2011:130),
hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti
dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkan pada situasi
nyata.
Sardiman (2001:37) menyatakan bahwa faktor penyebab timbulnya
kesulitan bagi siswa dalam mempelajari matematika karena karakteristik
matematika itu sendiri yakni konsep-konsep umumnya bersifat abstrak. Faktor
lain yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam pembelajaran matematika
adalah kebiasaan hanya menerapkan metode ceramah dalam pelaksanaan belajar
serta kurangnya kemampuan guru untuk menghadirkan pendekatan belajar yang
tepat untuk memotivasi siswa serta melibatkannya dalam proses pembelajaran
(Dimyati dan Mudjiono, 2006:44). Oleh karena itu, diperlukan perhatian dan
perbaikan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah melalui pemilihan
metode yang tepat dan dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam belajar
sehingga bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di MA AL-Muhajirin Tugumulyo
pada tanggal 20 Agustus 2015 mengenai pelajaran matematika kelas X diperoleh
bahwa keberhasialan belajar siswa kelas X masih kurang dari yang diharapakan,
hal ini dapat dilihat dari jumlah keseluruhan yaitu 235 siswa, sebanyak 97 siswa
yang tuntas atau 41,28% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 138 siswa atau
58,72%. Rata-rata nilai ulangan hariannya 62,54. Padahal kriteria ketuntasan
minimal (KKM) adalah lebih dari atau sama dengan 70. Rendahnya hasil belajar
siswa tersebut disebabkan kurangnya minat siswa dalam pembelajaran
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
matematika. Selain itu kegiatan pembelajaran guru cenderung menggunakan
pembelajaran konvensional. Dimana dalam proses pembelajaran masih berpusat
pada guru dan siswa sebagai penerima informasi yang hanya mendengarkan dan
memperhatikan gurunya saja sehingga siswa kurang aktif dalam proses belajar
mengajar.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa adalah strategi pembelajaran aktif Peer Lesson. Strategi
pembelajaran ini merupakan bagian dari active learning (pembelajaran aktif).
Secara singkat strategi Peer Lesson merupakan strategi untuk mendukung
pengajaran sesama siswa di dalam kelas. Strategi ini menempatkan seluruh
tanggung jawab pengajaran kepada anggota kelas (Silberman, 2007:173).
Strategi Peer Lesson ini membagi siswa menjadi kelompok-kelompok
kecil dan masing-masing anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk
menjelaskan materi kepada kelompok lain sesuai sub topik materi yang mereka
dapatkan dan dalam penyampaian materi hendaknya tidak menggunakan metode
ceramah saja atau seperti membaca laporan, namun dapat menggunakan metode
atau strategi pembelajaran lain yang sekiranya cocok dengan materi yang mereka
presentasikan kepada teman mereka (Zaini, 2008:62). Oleh karena itu, peneliti
mencoba menggunakan strategi Peer Lesson. Hal ini dimaksudkan agar selama
proses pembelajaran berlangsung, siswa yang kurang aktif dalam proses
pembelajaran dapat membantu memahami materi yang sedang dipelajari.
Sehingga diharapkan kesulitan yang dihadapi bisa diminimalisir bahkan siswa
dapat dengan mandiri dan berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar
matematika siswa Kelas X MA AL-Muhajirin Tugumulyo Tahun Pelajaran
2016/2017 setelah diterapkan strategi Peer Lesson secara signifikan tuntas?”.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar
matematika siswa kelas X MA AL-Muhajirin Tugumulyo Tahun Pelajaran
2016/2017 setelah diterapkan strategi Peer Lesson.
LANDASAN TEORI
1. Pembelajaran Aktif
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
Untuk menciptakan pembelajaan aktif, beberapa penelitian Zaini, dkk
(2008:xiv), mendefinisikan pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Sedangkan menurut Rusman
(2011:324), pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas,
sehingga peserta didik mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
meningkatkan pemahaman dan kompetensinya”.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan strategi pembelajaran
aktif adalah suatu cara, siasat, kiat, atau trik yang di gunakan guru dalam proses
pembelajaran yang bertujuan untuk mengajak peserta didik untuk belajar aktif dan
terlibat aktif pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
2. Strategi Peer Lesson
Peer Lesson adalah sebuah strategi yang mengembangkan Peer Teaching
dalam kelas yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar pada
peserta didik sebagai anggota kelas (Silberman, 2007:173). Sedangkan menurut
Zaini, dkk (2008:62) “Strategi ini baik digunakan untuk menggairahkan kemauan
peserta didik untuk mengajarkan materi kepada temannya. Jika selama ini banyak
yang menyatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan
mengajarkan kepada orang lain, maka strategi ini akan membantu peserta didik di
dalam mengajarkan materi kepada teman-teman sekelas”. Peer Lesson merupakan
strategi pembelajaran yang merupakan bagian dari active learning (pembelajaran
aktif). Ini berarti strategi Peer Lesson merupakan strategi untuk mendukung
pengajaran sesama siswa di dalam kelas. Adapun langkah-langkah strategi
pembelajaran aktif tipe Peer Lesson antara lain: (1) Guru membagi siswa menjadi
kelompok-kelompok kecil sebanyak materi yang akan disampaikan. (2) Masing-
masing kelompok diberi tugas mempelajari materi yang telah dibagi, kemudian
setiap kelompok wajib mengajarkannya kepada kelompok yang lain, dan materi
harus saling berhubungan. (3) Guru meminta siswa menyiapkan strategi atau
metode yang tepat untuk menyampaikan materi kepada teman-teman sekelas.
Arahkan kepada mereka untuk tidak menggunakan metode ceramah atau seperti
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
membaca laporan. (4) Guru memberikan arahan agar siswa menggunakan alat
bantu agar mudah dimengerti teman-teman yang lain. (5) Guru memberikan
waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan (baik di dalam
maupun di luar kelas). (6) Setiap kelompok memaparkan materi sesuai tugas yang
diberikan. (7) Setelah semua kelompok telah melaksanakan tugasnya, beri
kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman
siswa. Beri tepuk tangan atas usaha keras mereka.
Seperti metode atau strategi pembelajaran yang lain, strategi pembelajaran
Peer Lesson juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut (Wisesa,
2014:04) kelebihan strategi Peer Lesson yaitu: (1) Mengajak siswa untuk belajar
bertanggungjawab terhadap pembelajaran dan pendidikan mereka sendiri. (2)
Kemungkinan penguasaan materi akademik menjadi lebih besar karena
keterlibatan langsung siswa dengan materi tersebut melalui kegiatan yang
lakukannya. (3) Terciptanya atmosfer yang positif bagi siswa untuk belajar dan
bekerja dalam kelompok atau tim, sehingga dapat sebagai wahana untuk
menyiapkan mereka ketika terjun nantinya ke dunia nyata. (4) Mengembangkan
masyarakat belajar dan keterampilan – keterampilan sosial dalam belajar
kelompok. (5) Guru lebih mengetahui kemampuan masing – masing siswa. (6)
Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis. (7) Siswa dibantu belajar berpikir
berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan
siswa dalam praktik berpikir. (8) menggugah siswa untuk mencari bantuan
dan menerima tutor sebaya dari teman – teman sekelasnya. Sedangkan
kekurangan strategi Peer Lesson yaitu: (1) Tidak semua siswa dapat
menyampaikan materi dengan jelas kepada temannya. (2) Tidak semua siswa
dapat menjawab pertanyaan temannya. (3) Terkadang ada siswa yang
meremehkan, karena yang mengajar adalah teman sendiri.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu (quasi eksperiment) . Eksperimen semu dikategori pre-test and post-test
Group design adalah sebuah eksperimen yang dilakukan tanpa adanya kelompok
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
atau kelas pembanding. Adapun desain eksperimen menurut Arikunto (2010:125)
dapat digambarkan dengan pola sebagai berikut:
A
Keterangan:
A = Kelas sampel yang diambil secara acak
O1 = pre-test (tes awal)
O2 = post-test (tes akhir)
X = treatment (penerapan strategi Peer Lesson)
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
Kelas X MA AL-Muhajirin Tugumulyo Tahun Pelajaran 2016/2017 berjumlah
235 siswa dan yang terpilih menjadi sampel yaitu kelas X.8 dengan jumlah 26
siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara tes.
Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa kelas
X MA AL-Muhajirin Tugumulyo. Bentuk tes yang digunakan berbentuk essay
sebanyak enam soal dan data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t satu
sampel pada taraf kepercayaan , karena data berdistribusi normal dan
simpangan baku populasi tidak diketahui.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a. Data Hasil Pre-test
Pelaksanaan pre-test ini dilakukan pada pertemuan petama yaitu pada
tanggal 13 Mei 2016 dan di ikuti oleh 26 siswa pada kelas eksperimen. Pre-test
dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa terhadap
suatu materi yang belum dipelajari. Soal Pre-test yang digunakan adalah
berbentuk essay sebanyak enam soal. Berdasarkan perhitungan data hasil tes awal
nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas X.8 adalah 21,46. Dan tidak ada siswa
yang mendapatkan nilai lebih dari 70. Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan
bahwa kemampuan awal siswa sebelum diterapkan pembelajaran dengan
menggunakan strategi Peer Lesson termasuk kategori belum tuntas, karena nilai
rata-rata siswa masih dibawah KKM yang telah ditetapkan.
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
b. Data Hasil Post-test
Pemberian Post-test berfungsi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran metematika dengan menggunakan strategi Peer Lesson.
Pemberian post-test dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2016. Data post-test
digunakan untuk melihat kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan
dengan strategi Peer Lesson. Berdasarkan rekapitulasi hasil tes akhir siswa dapat
diketahui bahwa Siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 atau di atas KKM
sebanyak 18 siswa atau 69,23%, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang
dari 70 atau di bawah KKM adalah 8 siswa atau sebanyak 30,77%. Nilai rata-rata
keseluruhan yang diperoleh siswa yaitu sebanyak 75,85. Jadi secara deskriptif,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan akhir siswa setelah diterapkan
pembelajaran dengan menggunakan strategi Peer Lesson ini adalah sudah tuntas.
Perbandingan nilai rata-rata dan ketuntasan hasil belajar dapat dilihat
pada grafik 1.
Grafik 1. Nilai Rata-rata dan Ketuntasan belajar
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, nilai rata-rata pre-test sebesar
21,46 dan nilai rata-rata post-test sebesar 75,85. Maka rata-rata nilai yang
diperoleh siswa terdapat peningkatan sebesar 54,39 dan besar ketuntasan belajar
siswa sebesar 69,23%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
post-test lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata pre-test.
c. Pengujian hipotesis
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Rata-rata ketuntasan Belajar
Tes Awal
Tes Akhir
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
Berdasarkan uji normalitas, data berdistribusi normal. Karena simpangan
baku populasi tidak diketahui maka untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji-
t. Dari hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir (post-test) dengan dk = n –
1 = 26 – 1 = 25, = 0,05 diperoleh =
. Dengan demikian (2,799) (1,708), hal ini
berarti ditolak dan diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya. Artinya, hasil belajar
matematika siswa kelas X MA AL-Muhajirin Tugumulyo setelah penerapan
strategi Peer Lesson secara signifikan sudah tuntas.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis rata-rata nilai pre-test dan post-test siswa kelas
X MA AL-Muhajirin Tugumulyo yaitu dengan rincian rata-rata nilai pre-test
sebesar 21,46 dan post-test sebesar 75,85 sehingga dapat disimpulkan terdapat
peningkatan hasil belajar siswa sebesar 54,39. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah diterapkannya strategi Peer
Lesson dikelas X MA AL-Muhajirin Tugumulyo.
Dari analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa menunjukkan bahwa
siswa kelas X MA AL-Muhajirin Tugumulyo adalah tuntas pada taraf signifikan
= 0,05 karena yaitu (2,799) (1,708). Jadi,
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya
sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa setelah
diterapkannya strategi Peer Lesson secara signifikan sudah tuntas.
Pelaksanaan penelitian pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 17
Mei 2016, dimulai dengan peserta didik membaca doa sebelum belajar dan
dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran peserta didik. Kemudian dilanjutkan
dengan menyampaikan dan memberikan motivasi kepada peserta didik serta
menjelaskan tujuan pembelajaran dan menginformasikan cara belajar dengan
menggunakan strategi Peer Lesson.
Dalam menyampaikan materi, guru juga memberikan contoh soal beserta
penyelesaiannya. Kemudian peneliti membagi siswa dalam enam kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa dengan kemampuan heterogen dan
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
masing-masing kelompok diberi satu materi. Setelah itu memberi waktu
kelompok satu dan dua untuk mendiskusikan materi jarak antara titik dengan titik
dan jarak antara titik dengan garis serta menyiapkan alat peraga, sedangkan
kelompok lain juga berdiskusi dengan anggota kelompok nya membahas materi
yang telah didapatnya sambil menunggu kelompok satu dan dua
mempersentasikan hasil diskusinya ke depan kelas secara bergantian dan guru
memberikan pengarahan agar semua anggota kelompok ikut serta dalam
berdiskusi.
Pada kerja pembelajaran aktif ini, masih belum bisa dikondisikan dengan
baik dan belum tercapai. Siswa masih mengalami kesulitan untuk mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan strategi Peer Lesson bahkan siswa terlihat
bingung untuk mempelajarinya. Pada saat perwakilan salah satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi, siswa terlihat sulit untuk menyampaikan hasil
diskusinya dikarenakan siswa takut salah sehingga siswa lain lebih banyak
mengobrol dan masih banyak siswa yang tidak peduli dengan presentasi teman
yang ada di depan kelas. Presentasi hanya dilakukan oleh dua kelompok karena
pada pertemuan pertama siswa sulit untuk dihendel sehingga waktu terbuang
percuma tetapi hasil kerja siswa yang lain tetap dinilai oleh peneliti.
Setelah membenarkan jawaban peserta didik, guru meminta peserta didik
kembali ketempat duduk seperti semula. Sebelum pelajaran diakhiri, guru
memberikan soal untuk dikerjakan di rumah sebagai latihan dan menyampaikan
materi yang akan didiskusikan pada pertemuan selanjutnya.
Pada pertemuan kedua yang dilakukan pada tanggal 20 Mei 2016, proses
pembelajaran seperti pada pertemuan sebelumnya. Pertemuan kedua kelompok
ketiga mempersentasikan dengan materi jarak antara titik dengan bidang dan
kelompok keempat membahas materi jarak antara garis dengan garis. Selama
siswa berdiskusi, guru bertindak mengarahkan atau membimbing siswa. Diskusi
antar anggota kelompok sudah terlihat aktif dan siswa tidak malu bahkan mereka
tidak takut lagi untuk bertanya ketika mereka kurang mengerti materi yang
disampaikan temannya. Siswa lebih berani untuk mempresentasikan hasil
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
kelompoknya ke depan kelas sebagai perwakilan kelompok tanpa harus ditunjuk
oleh guru.
Seperti pertemuan pertama, pertemuan kedua pun siswa diberi tugas
individu agar peneliti mengetahui perkembangan masing-masing siswa. Masih
terlihat siswa yang acuh tak acuh pada saat peneliti menerapkan strategi Peer
Lesson, karena di dalam pembelajaran yang diterapkan terlalu banyak materi yang
harus dikerjakan sehingga membuat sebagian siswa malas untuk mempelajari
sendiri.
Pada pertemuan terakhir (pertemuan ketiga) yang dilakukan pada tanggal
24 Mei 2016, dimana kelompok lima dan kelompok enam membahas materi jarak
antara garis dengan bidang dan jarak antara bidang dengan bidang, pada
pertemuan ini sesuai langkah pada pertemuan sebelumnya dimana siswa selalu
aktif dan kerjasamanya oleh masing-masing kelompok. Kemudian proses
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa mengalami peningkatan dari pada
pertemuan pertama dan kedua karena sudah banyak siswa yang dapat
melaksanakan tahapan tersebut dengan baik dan melaksanakan oleh seluruh siswa
sesuai dengan langkah-langkah dengan baik. Kemudian sudah bisa bekerja sama
antara satu dengan yang lain, siswa tidak malu-malu lagi untuk tampil ke depan
kelas. Apabila ada penyelesaian yang berbeda, kelompok lain menanggapi hasil
presentasi tersebut dan juga siswa sudah bisa memanfaatkan waktu sebaik-
baiknya.
Untuk pertemuan ketiga peneliti pun memberikan tugas yang dikerjakan
secara individu untuk lebih mengetahui kemampuan siswa secara detail, peneliti
pun memberikan sedikit tugas individu agar lebih menyakinkan kalau siswa
mampu menguasahi materi ruang dimensi tiga yang diberikan oleh peneliti.
Selama penelitian di kelas X.8 MA AL-Muhajirin Tugumulyo, peneliti
menemui kendala dalam menggunakan strategi Peer Lesson yaitu sebagian siswa
tidak memperhatikan penjelasan peneliti, siswa malah ribut membuat suasana
kelas menjadi ramai dan tidak kondusif sehingga waktu yang digunakan untuk
berdiskusi terpotong hanya untuk menenangkan kelas. Namun, peneliti mampu
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
mengatasi kendala tersebut dengan cara membatasi waktu siswa dalam berdiskusi
agar semua langkah-langkah kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Selain itu, kendala lain yang ditemui peneliti adalah saat berdiskusi siswa
malah membahas masalah di luar materi yang sedang didiskusikan sehingga
membuat mereka kurang berpartisipasi dalam diskusi. Tapi kendala tersebut dapat
peneliti atasi dengan peneliti berkeliling untuk membimbing bahkan mengawasi
dan memberi teguran ketika siswa yang kurang ikut berpartisipasi dalam diskusi
tersebut.
Kesulitan lain yang ditemukan oleh peneliti yaitu karena siswa dibentuk
secara berkelompok, banyak siswa yang kurang senang untuk bekerjasama dengan
yang lain, siswa yang pandai menyelesaikan materi sendiri sehingga siswa lain
yang kurang mengerti terlihat bingung. Namun kendala tersebut dapat peneliti
atasi, peneliti memberi penjelasan agar setiap anggota kelompok dapat berbagi
tugas dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehingga mereka dapat
saling bertukar informasi.
Menurut zaini dkk (2008:62) strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson
baik digunakan untuk menggairahkan kemauan peserta didik untuk mengajarkan
materi kepada temannya. Jika selama ini ada pameo yang mengatakan bahwa
metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain,
maka strategi ini sangat membantu peserta didik dalam mengajarkan materi
kepada teman-teman sekelas.
Hal tersebut disebabkan karena dalam pembelajaran matematika
menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson, dapat membantu
meningkatkan hasil belajar. Melalui penerapan strategi pembelajaran ini, siswa
dituntut untuk turut aktif dalam proses pembelajaran tidak hanya mental tetapi
juga fisik dalam suasana menyenangkan. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh
Silberman (2009:173) Peer Lesson merupakan strategi untuk mendukung
pengajaran sesama siswa didalam kelas. Strategi ini menempatkan seluruh
tanggung jawab pengajaran kepada seluruh anggota kelas.
Strategi Peer Lesson menuntut siswa untuk belajar aktif dan menggali
pengetahuannya sendiri dengan mempelajari suatu bahan pelajaran atau materi
ajar. Walaupun ada hambatan diatas, namun tidak mematahkan semangat dan
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, Dosen Prodi Matematika
1 2 dan 3
konsentrasi siswa dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang
mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 18 siswa yang sudah
tuntas, sedangkan ada 8 siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
namun hasil tersebut sudah mengalami peningkatan. Berdasarkan analisis secara
statistik bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi Peer
Lesson dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan strategi Peer Lesson di kelas X
MA AL-Muhajirin Tugumulyo secara signifikan sudah tuntas. Nilai rata-rata hasil
belajar yang diperoleh siswa pada tes akhir sebesar 75,85 dan persentase jumlah
siswa yang tuntas sebesar 69,23%.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Rusman. 2011. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model – Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press.
Silberman, Melvin L. 2007. Aktive Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Bandung: Nusamedia.
Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wisesa, Riani dkk. 2014. Strategi Peer Lessons Berbantuan Picture And Picture
Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V SD Negeri 21
Pemecutan Denpasar utara. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha. (2), (2), hlm 1-9.