4
JURNAL 1 Gambar 1 Citra Udara Lokasi Tapak (sumber: google earth) Gambar 2 Perspektif Mata Burung (sumber: karya pribadi) Abstrak - Gefung Opera (teater) adalah sebuah tempat untuk mewadahi para seniman yang mau menyajikan karya seninya dengan fasilitas yang memadai dan standar. Akan tetapi sekarang ini gedung yang bisa memenuhi fungsi tersebut dengan maksimal masih jarang atau bahkantidak ada. Padahal untuk mempertemukan seniman dengan para penikmat seni mutlak dibutuhkan adanya tempat yang memadai. Oleh karena itu Gedung Opera ini bertujuan untuk menjadi tempat yang mampu memenuhi standar - standar yang dibuthkan untuk suatu pagelaran karya seni sehingga mampu menumbuhkan kembali animo masyarakat Jawa Timur khususnya Surabaya terhadap seni. Kata Kunci: Gedung, Opera, Surabaya I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian, dengan berbagai kebudayaan itu pula Indonesia mampu dikenal masyarakat internasional. Untuk mewujudkan sebuah pertunjukan kesenian maka para seniman membutuhkan suatu wadah atau tempat untuk memajang karya seninya Oleh karena itu, dibutuhkan suatu tempat untuk saling mempertemukan keduanya agar terjadi interaksi satu sama lain yang berupa gedung pertunjukan atau Opera House. Surabaya sebagai kota terbesar kedua setelah Jakarta memiliki unsur perkembangan seni dan budaya pada strata masyarakatnya, baik seni budaya lokal, lain maupun mancanegara. Dengan kapasitas Surabaya sebagai kota metropoilitan tersebut Surabaya memiliki potensi dalam bidang kesenian serta budaya, tidak hanya seni ludruk namun Surabaya sebagai kota etalase seni masyarakat jawa timur yang mewakili beberapa seni luhur asli Indonesia. Dari perkembangan kota yang mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakatnya, potensi seniman Surabaya sendiri masih merasa kesulitan mengapresiasikan karya-karya mereka. Kota metropolis Surabaya sebagai kurang memiliki sarana apresiasi kesenian semacam gedung pertunjukan ataupun galeri seni. Adapun beberapa sarana seperti Gedung Balai Pemuda , Gedung Cak Durasim , Gedung Taman Hiburan Rakyat namun kondisinya memprihatinkan. Hal semacam inilah sebagai salah satu permasalahan kota Surabaya dalam menghargai seni budaya yang sebenarnya dirasa memiliki potensi serta mengembangkan seni tradisional maupun modern. . Penerapan Tema Atraktif dalam Rancangan Gedung Opera Surabaya Musa Mardwiana Thohir dan Ir. M Dwi Hariadi, MT Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 [email protected]

Penerapan Tema Atraktif dalam Rancangan Gedung Opera … - paper.pdf · penikmat seni mutlak dibutuhkan adanya tempat yang memadai. Oleh karena itu Gedung Opera ini bertujuan untuk

  • Upload
    lythuan

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penerapan Tema Atraktif dalam Rancangan Gedung Opera … - paper.pdf · penikmat seni mutlak dibutuhkan adanya tempat yang memadai. Oleh karena itu Gedung Opera ini bertujuan untuk

JURNAL

1

Gambar 1 Citra Udara Lokasi Tapak (sumber: google earth)

Gambar 2 Perspektif Mata Burung (sumber: karya pribadi)

Abstrak - Gefung Opera (teater) adalah sebuah tempat untuk mewadahi para seniman yang mau menyajikan karya seninya dengan fasilitas yang memadai dan standar. Akan tetapi sekarang ini gedung yang bisa memenuhi fungsi tersebut dengan maksimal masih jarang atau bahkantidak ada. Padahal untuk mempertemukan seniman dengan para penikmat seni mutlak dibutuhkan adanya tempat yang memadai. Oleh karena itu Gedung Opera ini bertujuan untuk menjadi tempat yang mampu memenuhi standar - standar yang dibuthkan untuk suatu pagelaran karya seni sehingga mampu menumbuhkan kembali animo masyarakat Jawa Timur khususnya Surabaya terhadap seni. Kata Kunci: Gedung, Opera, Surabaya I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian, dengan berbagai kebudayaan itu pula Indonesia mampu dikenal masyarakat internasional. Untuk mewujudkan sebuah pertunjukan kesenian maka para seniman membutuhkan suatu wadah atau tempat untuk memajang karya seninya Oleh karena itu, dibutuhkan suatu tempat untuk saling mempertemukan keduanya agar terjadi interaksi satu sama lain yang berupa gedung pertunjukan atau Opera House. Surabaya sebagai kota terbesar kedua setelah Jakarta memiliki unsur perkembangan seni dan budaya pada strata masyarakatnya, baik seni budaya lokal, lain maupun mancanegara. Dengan kapasitas Surabaya sebagai kota metropoilitan tersebut Surabaya memiliki potensi dalam bidang kesenian serta budaya, tidak hanya seni ludruk namun Surabaya sebagai kota etalase seni masyarakat jawa timur yang mewakili beberapa seni luhur asli Indonesia. Dari perkembangan kota yang mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakatnya, potensi seniman Surabaya sendiri masih merasa kesulitan mengapresiasikan karya-karya mereka. Kota metropolis Surabaya sebagai kurang memiliki sarana apresiasi kesenian semacam gedung pertunjukan ataupun galeri seni. Adapun beberapa sarana seperti Gedung Balai Pemuda , Gedung Cak Durasim , Gedung Taman Hiburan Rakyat namun kondisinya memprihatinkan. Hal semacam inilah sebagai salah satu permasalahan kota Surabaya dalam menghargai seni budaya yang sebenarnya dirasa memiliki potensi serta mengembangkan seni tradisional maupun modern.

.

Penerapan Tema Atraktif dalam Rancangan Gedung Opera Surabaya

Musa Mardwiana Thohir dan Ir. M Dwi Hariadi, MT Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

[email protected]

Page 2: Penerapan Tema Atraktif dalam Rancangan Gedung Opera … - paper.pdf · penikmat seni mutlak dibutuhkan adanya tempat yang memadai. Oleh karena itu Gedung Opera ini bertujuan untuk

JURNAL

2

Gambar 3. Bermacam - macam pola bentukan (sumber: www.google.com)

Gambar 5. Blok Massa (sumber: karya pribadi)

Gambar 4. Sketsa Ide (sumber: karya pribadi)

Teori yang di gunakan dalam proses perancangan Galeri Seni Surabaya ini adalah teori G Broadbent dalam bukunya “Design in Architecture” , teori ini dipilih karena menjelaskan sebuah desain bangunan harus dapat menyelaraskan antara persepsi mengenai keindahan, kebutuhan fisik pengguna, perilaku pengguna, faktor ekonomi dan budaya. Adapun sub teori yang di kaji adalah, delight yang berhubungan dengan estetika bangunan, container of activity yang berkaitan dengan fungsi bangunan, climate modifier yang berkaitan dengan kenyamanan bangunan, behavior modifier yang berkaitan dengan hubungan pengguna dengan bangunan, capital investment yang berhubungan dengan nilai investasi bangunan dan yang terahir adalah cultural symbol yang berkaitan dengan budaya setempat dan rancangan. Untuk mempermudah proses rancangan, penulis mencari beberapa studi kasus yang bisa di jadikan acuan dalam perancangan diantaranya Contemporary Art Centre, Museum Art XXI oleh Zaha Hadid, dan Art Gallery of Ontario oleh Frank Gehry. Setelah mengacu pada studi kasus diatas, diambil kesimpulan bahwa yang menjadi prioritas utama dalam mendesain sebuah galeri seni adalah delight, container, dan behaviour modifier.

Selain menggunakan teori, penetapan tema juga dapat membantu dalam proses merancang. Tema yang diangkat adalah “atraktif”. Atraktif diambil dari esensi sebuah pertunjukkan dimana seni yang dipertunjukkan dapat menjadi daya tarik bagi pengamatnya (gambar 3). Teori yang digunakan untuk menjelaskan tema rancangan adalah pendekatan teori metafora. Metafora memiliki arti sebagai hubungan yang terjadi antara dua benda atau lebih yang bersifat abstrak dan dapat mengidentifikasi pola hubungan tersebut secara sejajar. Metafora dalam hal ini merupakan sarana untuk menyampaikan suatu pesan dan kesan dari perancang kepada pengamat yang berkaitan dengan fungsi, aktifitas, serta nilai obyek yang bersangkutan. Kaitannya dengan obyek rancang yaitu dengan mengangkat tema atraktif yang merupakan esensi dari karya seni, perancang ingin menyejajarkan keatraktifan karya seni dengan desain bangunan Gedung Opera Surabaya. Dimana desain bangunan Gedung Opera Surabaya mampu menjadi daya tarik bagi pengamat maupun pengunjung.

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG Prinsip-prinsip atraktif tersebut dapat menjadi dasar sebagai elemen komposisi bentuk dalam arsitektur. Berikut adalah hasil analisis karakteristik tema atraktif yang nantinya dapat ditransformasikan ke dalam rancangan.

1. Bentukan rupa yang memesona atau menarik perhatian

2. Muncul suatu gerakan yang dinamis 3. Adanya pengulangan pola bentukan yang mampu

menciptakan ketertarikan Dari berbagai macam bentukan dasar dapat diambil salah satu dan dikembangkan menjadi suatu gubahan massa. dari bentukan dasar yang diambil tadi dapat dikembangkan menjadi pola. dari yang sederhana sampai ke yang rumit. sehingga menimbulakan kesan dinamis dan mampu mempesona seseorang (atraktif)

Page 3: Penerapan Tema Atraktif dalam Rancangan Gedung Opera … - paper.pdf · penikmat seni mutlak dibutuhkan adanya tempat yang memadai. Oleh karena itu Gedung Opera ini bertujuan untuk

JURNAL

3

Gambar 6. Konsep Sirkulasi dalam Site (sumber: karya pribadi)

Gambar 7. 3d View (sumber: karya pribadi)

Gambar 8. Serial Vision 1 (sumber: karya pribadi)

Gambar 9. Serial Vision 2 (sumber: karya pribadi)

Dengan mengambil bentukan dasar yang simpel dari bentukan ruang limasan yang diolah dengan menonjolkan salah satu ujungnya. selanjutnya dari bentukan tersebut ditata dan digabungkan untuk mampu menciptakan pola yang mudah dimengerti. tujuan pengulangan dari bentukan ini agar mampu mengesankan kesatuan bentuk sehingga orang lebih mudah menikmati gubahan bentukan massa dan sekaligus memesona orang tersebut

III. HASIL RANCANGAN A. PARKIR

Dalam sebuah bangunan penempatan area parkir sangatlah penting untuk menunjang aktivitas dalam bangunan. Maka penempatan area parkir terletak di sepanjang area depan bangunan agar terlihat ketika memasuki entance. Ini dimaksutkan agar para pengunjung tidak kebingungan ketika memasuki site.

B. PENCAPAIAN KE BANGUNAN

Dari entrance pengunjung dapat langsung menuju lobby dan memutari bangunan untuk menuju ke tempat parkir yang terdapat pada sekeliling bangunan. Dengan penataan parkir yang jelas dan arah sirkulasi dalam site yang berbelok-belok lebih memudahkan pengunjung mencapai bangunan.

C. ENTRANCE Hasil dari survey keadaan sekitar didapat keadaan kepadatan jalan disekitar site. Penempatan entrance dari gedung opera ini berada pada jalan Abd. Wahab Siamin, dikarenakan jalan yang lebar sekitar 18 meter dan arus kendaran yang lancar. Sehingga lebih memudahkan pengunjung yang datang dari arah utara maupun selatan.

D. SIRKULASI Untuk memudahkan kegiatan pertunjukkan yang diadakan di bangunan opera ini maka sirkulasi dibedakan menjadi 3, yaitu : • sirkulasi pengunjung ( biasa dan vip)

pengunjung dari entrance site dapat langsung ke parkiran yang tersebar di sekitar bangunan atau drop off dulu dan langsung masuk ke bangunan

• sirkulasi pemain dan kru Untuk sirkulasi kru dan pemain langsung menuju area backstage dan masuk melalui pintu khusus kru untuk keperluan pertunjukkan.

• sirkulasi service Sirkulasi service sama dengan sirkulasi pemain dan kru hanya saja untuk sirkulasi sevice langsung bongkar muat di area loading dock. Dengan begitu jalannya sirkulasi service ini tidak menggangu sirkulasi pengunjung dan sirkulasi pemain dan kru.

Gambar 12. Bird Eye View

Page 4: Penerapan Tema Atraktif dalam Rancangan Gedung Opera … - paper.pdf · penikmat seni mutlak dibutuhkan adanya tempat yang memadai. Oleh karena itu Gedung Opera ini bertujuan untuk

JURNAL

4

Gambar 7. Serial vision 3 (sumber: karya pribadi)

Gambar 7. Interior Auditorium 1 (sumber: karya pribadi)

Gambar 7. Interior Auditorium 2 (sumber: karya pribadi)

Gambar 7. Interior VIP Lounge (sumber: karya pribadi)

IV. KESIMPULAN Gedung Opera Surabaya sekiranya mampu untuk

mewadahi aktivitas seniman dan penikmat seni. Diharapkan dengan landasan tema atraktif ini mampu membuat desain bangunan yang mampu menarik minat pengunjung untuk mendatangi bangunan dan menikmati seni yang digelar.

UCAPAN TERIMA KASIH Dalam menyusun dan menyelesaikan artikel imliah ini tidak terlepas dari bantuan, petunjuk, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini, penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. M Dwi Hariadi, MT. , selaku dosen pembimbing, yang banyak memberikan pengetahuan dan masukan

2. Ir. M Salatoen Pujiono MT, selaku dosen koordinator mata kuliah Tugas Akhir

3. Orang tua yang selalu senantiasa memberikan dukungan

4. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penyusun dalam menyusun dan menyelesaikan laporan ini

Dalam kesempatan ini, penyusun memohon maaf kepada pembaca apabila terdapat kesalahan pada penyusunan artikel ilmiah ini.. Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat.

DAFTAR PUSTAKA [1] Antoniades, Anthony C. 1990. Poetics of Architecture, Theory of

Design. New York : Van Nostrand Reinhold [2] Donna P. 1993. Architectural Programming : Information

Management for Design. New York : Van Nostrand Reinhold [3] Neufert, Ernest. 1980. Architect’s Data Second (International)

English Edition, Granada Publishing. [4] Littlefield, David. 2008. Metric Handbook Planning and Design Data

Third Edition. Elsevier Ltd. [5] Merancang dengan tema sebagai titik awal penyelesaian, gunawan

tjahjono [6] Kamus besar bahasa Indonesia online (kamusbahasaindonesia.org) [7] http://geometryarchitecture.wordpress.com/2010/04/05/metafora-

sebagai-pendekatan-dalam-mencapai-geometri/ [8] http://sukmahadi.blogspot.com/2009/07/metafora-dan-arsitektur.html [9] http://senikriyaa.blogspot.com/ [10] http://christianbarnardblog.blogspot.com/2009/09/tensile-roof-

structure.html [11] http://fabricarchitecturemag.com/articles/0110_ce_connection.html [12] http://www.spandesign.com/technical/article_typical_details.aspx