44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat sekarang keperawatan di Indonesia mulai mengembangkan dirinya sebagai suatu profesi yang mandiri dan bekerja secara berkolaborasi dengan team kesehatan lainnya. Sebagai profesi yang mandiri perawat dituntut untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap dan ketrampilannya, sehingga dapat diakui oleh klien dan profesi lain. Perubahan paradigma sehat, kemajuan ilmu dan teknologi serta meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya keperawatan, merupakan tantangan perawat dalam mengembangankan dirinya untuk lebih akontabel. Perawat akontabel adalah perawat yang memiliki dasar kompetensi kognitif, teknikal, interpersonal dan etik legal. Teori keperawatan yang telah ada sebenarnya dapat membantu mengarahkan praktik keperawatan menuju asuhan keperawatan yang lebih baik. Namun saat ini masih kurang usaha penerapan teori keperawatan tersebut. Akibatnya praktik keperawatan saat ini hanya lebih mengarah pada praktik yang berdasarkan order dari medis atau praktik yang berdasarkan rutinitas semata. 1

PENERAPAN TEORI WATSON & ROLE PLAY 2003.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat sekarang keperawatan di Indonesia mulai mengembangkan dirinya sebagai suatu profesi yang mandiri dan bekerja secara berkolaborasi dengan team kesehatan lainnya. Sebagai profesi yang mandiri perawat dituntut untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap dan ketrampilannya, sehingga dapat diakui oleh klien dan profesi lain.

Perubahan paradigma sehat, kemajuan ilmu dan teknologi serta meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya keperawatan, merupakan tantangan perawat dalam mengembangankan dirinya untuk lebih akontabel. Perawat akontabel adalah perawat yang memiliki dasar kompetensi kognitif, teknikal, interpersonal dan etik legal.

Teori keperawatan yang telah ada sebenarnya dapat membantu mengarahkan praktik keperawatan menuju asuhan keperawatan yang lebih baik. Namun saat ini masih kurang usaha penerapan teori keperawatan tersebut. Akibatnya praktik keperawatan saat ini hanya lebih mengarah pada praktik yang berdasarkan order dari medis atau praktik yang berdasarkan rutinitas semata.

Berbagai teori telah banyak dihasilkan oleh pakar keperawatan dan telah banyak dipublikasikan dalam bentuk buku-buku. Usaha yang perlu dilakukan perawat dalam berbagai posisi saat ini adalah mempelajari lebih mendalam dan memahami teori yang menurut mereka lebih mudah atau dapat diterapkan dalam praktik keperawatan. Untuk membantu memberikan gambaran dalam usaha pengembangan teori ke dalam praktik keperawatan, pada makalah ini akan memaparkan salah satu teori Phylosofical Nursing, yaitu teori dari Jean Watson tentang Philosophy and Science of Caring dan penerapan teori tersebut dalam kasus di rumah sakit.

B. Tujuan Penulisan

1. Memberikan gambaran tentang teori Philosophy and Science of Caring dari Jean Watson.

2. Memberikan contoh penerapan teori Philosophy and Science of Caring dari Jean Watson dalam praktik keperawatan di rumah sakit

BAB II

TINJAUAN TEORI JEAN WATSON

A. Sejarah Perkembangan Teori

Theory of Human Caring Margaret Jean Harman Watson atau yang lebih dikenal dengan Jean Watson dikembangkan antara tahun 1975 sampai tahun 1979. Beliau merupakan salah seorang professor ternama dari Universitas Colorado. Jean juga merupakan pendiri Centre of Human Caring dan teorinya telah mengalami beberapa perubahan antara 1985 sampai 1988.

Jean Watson dilahirkan di Southern West Virginia dan tumbuh selama 1940 dan 1950 di kota kecil, Welch, West Virginia di Applachian Mountains. Setelah menamatkan pendidikan menengah atas di West Virginia, Watson melanjutkan pendidikan ke Lewiss Galle School of Nursing di Roanoke, Virginia. Selanjutnya Watson melanjutkan pendidikan B.S. di Universitas Colorado dan mengambil S2 di bidang keperawatan psikiatrik mental di tempat yang sama. Selanjutnya Watson menamatkan pendidikan S3 di bidang Psikologi pendidikan di universitas yang sama. Watson telah melakukan praktik keperawatan pribadi, konsultan klinik, peneliti, anggota fakultas dan administrator pendidikan. Watson juga sebagai penulis berbagai artikel dan buku. Riset yang dilakukannya berada dalam area Human caring and loss.

B. Teori The Philosophy and Science of Caring

Watson merefleksikan teori caring . Tulisan-tulisannya diarahkan dalam mendidik siswa keperawatan dan memberi mereka dasar ontologi dan epistomologi untuk praktis mereka dan juga member petunjuk dalam penelitian. Dasar teori Watson dipublikasikan awalnya pada tahun 1979 dengan judul Nursing : The Philosophy and Science of Caring. Pada publikasinya yang kedua, tahun 1985 yang dirilis ulang tahun 1988, Watson menerangkan tentang Nursing: Human Science and Human Care. Pertentangan dalam keperawatan antara teori dan praktik sudah lama dikenal. Untuk mengurangi dikotomi ini. Watson mengusulkan Philosophy and Science of Caring. Watson mengarahkan caring sebagai inti dalam praktik keperawatan.

Menurut Watson, caring adalah moral ideal yang lebih dari perilaku yang berorientasi tugas dan meliputi aspek aspek diluar tindakan caring yang aktual sebagai hubungan transpersonal antara perawat dan klien. Tujuan caring adalah untuk melestarikan kemuliaan manusia dan kemanusiaan dalam sistem pelayanan kesehatan. Watson percaya keperawatan professional dikembangkan melalui kombinasi kajian ilmu dan kemanusiaan yang dan memuncak pada proses human care antara perawat dan klien yang yang mengutamakan waktu dan ruang serta memiliki dimensi spiritual. Berdasarkan pandangan Watson, tujuan keperawatan adalah untuk memfasilitasi tujuan individu yaitu derajat yang lebih tinggi dari harmoni dalam pikiran, tubuh dan jiwa yang menciptakan pengetahuan pribadi, arahan sendiri, penyembuhan sendiri dan proses perawatan diri ketika keragaman meningkat.

Watson menekankan pada kualitas interpersonal dan transpersonal yang kongruen, empati dan kehangatan yang dikembangkan oleh Carl Rogers dan penulis psikologi transpersonal lain. Rogers percaya bahwa dengan memahami klien akan dapat menerima dirinya dan menuju hasil yang positif. Therapist dapat membantu melalui mengklarifikasi dan menyatakan perasaan tentang apa yang menurut klien kurang jelas. Untuk mencapai tujuan ini, therapist harus dapat memahami maksud, perasaan dan sikap klien. Perhatian yang hangat dapat memfasilitasi pemahaman. Konsep lain dari teori Rogers adalah bahwa hubungan terapeutik antara klien dan perawat lebih penting dalam mencapai tujuan daripada menyatukan metode tradisional.

Watson percaya latar belakang seni liberal yang kuat juga penting untuk proses asuhan yang holistik bagi klien. Watson percaya kajian tentang kemanusiaan dapat mengembangkan pikiran dan meningkatkan kemampuan berpikir dan pertumbuhan personal (Tomey&Alligood, 2006). Watson membandingkan status keperawatan saat itu dengan mitos Danaides, yang mengisi panci yang rusak dengan air hanya untuk melihat aliran air di tempat yang rusak. Sampai keperawatan menghubungkan teori dan praktik melalui kombinasi kajian ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, dia percaya kerusakan yang sama dapat diterangkan dalam dasar ilmiah dari ilmu keperawatan. Sebelas faktor kuratif dari Yalom menstimulasi Watson untuk berpikir tentang psikodinamik dan komponen manusia yang dapat diterapkan dalam keperawatan dan caring, dan hasilnya sepuluh karatif faktor. Hasil kerja Watson dinamakan uraian, model konseptual, kerangka kerja dan teori. Pada bab ini penggunaan istilah teori dan kerangka kerja dapat saling menggantikan.

Watson mendasarkan teorinya untuk praktik keperawatan dalam sepuluh faktor karatif. Masing masing memilki komponen dinamika fenomena dinamik yang relatif terhadap individu dalam hubungan yang didorong oleh keperawatan. Tiga faktor interdependen pertama menyediakan dasar filosofi untuk ilmu caring. Sepuluh faktor karatif itu adalah :

1. Pembentukan nilai nilai sistem humanistik altruistik.

Nilai nilai humanistik altruistik dipelajari sejak awal dalam hidup tapi dapat dipengaruhi oleh perawat pendidik. Faktor ini dapat dijelaskan sebagai kepuasan melalui pemberian dan perluasan rasa diri. Sistem nilai ini dimediasi oleh pengalaman hidup, belajar, dan terpapar dengan kemanusiaan. Watson menduga bahwa caring didasarkan pada nilai humanistik dan perilaku altruistik yang dapat dikembangkan melalui latihan melihat pandangan diri seseorang, keyakinan, interaksi dengan berbagai budaya, dan pengalaman tumbuh seseorang. Semuanya penting untuk kedewasaan perawat sendiri, yang akan meningkatkan perilaku altruistik kepada yang lain.

2. Menumbuhkan harapan dan kepercayaan

Faktor ini bersama nilai humanistik altruistik memfasilitasi peningkatan asuhan keperawatan yang holistik dan kesehatan positif dalam populasi klien. Ini juga menjelaskan tentang peran perawat dalam pengembangan hubungan perawat klien yang efektif dan dalam peningkatan kesejahteraan dengan membantu klien mengadopsi perilaku mencari kesehatan.

3. Penanaman sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain.

Pengakuan terhadap perasaan mengarahkan ke aktualisasi diri melalui penerimaan diri untuk klien dan perawat. Jika perawat mengakui sensitifitas dan perasaannya, mereka menjadi lebih sejati, autentik dan sensitif terhadap orang lain.

4. Pengembangan hubungan saling percaya dan tolong-menolong

Perkembangan hubungan percaya - membantu antara perawat dan klien penting untuk caring transpersonal. Hubungan saling percaya dapat meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Ini melibatkan kongruen, empati, kehangatan yang tidak posesif, dan komunikasi efektif. Kongruen melibatkan kenyataan, jujur, sejati dan autentik. Empati adalah kemampuan menunjukkan dan sehingga memahami persepsi dan perasaan orang lain dan mengkomunikasikan semua pemahamannya. Kehangatan yang tidak posesif ditunjukkan dengan volume bicara yang sedang, rileks, mimik terbuka, ekspresi wajah yang kongruen dengan komunikasi. Komunikasi efektif adalah komponen kognitif, afektif, dan respon perilaku.

5. Meneriman ekspresi perasaan positif dan negative

Berbagi perasaan adalah pengalaman mengambil risiko untuk klien dan perawat. Perawat harus mempersiapkan diri untuk perasaan positif dan negatif. Perawat harus mengakui bahwa pemahaman intelektual dan emosional terhadap situasi berbeda beda.

6. Menggunakan proses penyelesaian masalah

Penggunaan proses keperawatan membawa penyelesaian masalah secara ilmiah ke dalam asuhan keperawatan, menghapus kesan tradisional bahwa perawat sebagai pembantu dokter. Proses keperawatan sama untuk proses riset yang sistematik dan terorganisir. Tanpa menggunakan metode penyelesaian masalah secara sistematik, praktik yang efektif adalah kecelakaan jika baik dan bahaya jika buruk. Metode penyelesaian masalah yang ilmiah hanya satu-satunya cara yang mengijinkan untuk mengontrol dan memprediksi serta melakukan koreksi diri sendiri.

7. Peningkatan belajar mengajar interpersonal

Faktor ini adalah konsep penting untuk keperawatan yang memisahkan caring dan curing. Hal ini mengijinkan klien diinformasikan dan memindahkan tanggung jawab untuk kesejahteraan seseorang dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi proses ini dengan teknik belajar mengajar yang didesain untuk membantu klien memberi perawatan diri sendiri, menentukan kebutuhan personal, dan memberi kesempatan untuk pertumbuhan personal mereka.

8. Menetapkan dukungan, perlindungan, dan atau koreksi mental, fisik, sosiokultural, dan lingkungan spiritual

Perawat harus mengakui pengaruh lingkungan internal dan eksternal pada kesehatan penyakit individual. Konsep relevan dengan lingkungan internal meliputi kesehatan mental dan spiritual, dan keyakinan sosiokultural individu. Tambahan individual variabel epidemiologi meliputi kenyamanan, privasi, keamanan, dan kebersihan serta lingkungan yang estetik.

9. Membantu kebutuhan dasar manusia

Perawat mengakui kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial, dan intrapersonal dirinya dan klien. Klien harus memuaskan kebutuhan yang lebih rendah sebelum berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.

10. Mendukung untuk kekuatan eksistensial fenomenologikal

Fenomenologi menjelaskan data dari situasi segera yang membantu orang memahami fenomena dalam pertanyaan. Psikologi eksistensial adalah ilmu eksistensi manusia yang menggunakan analisis fenomenologikal. Watson mempertimbangkan faktor ini sulit untuk dipahami. Hal ini meliputi pengalaman berpikir menjemukan menuju pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri dan orang lain.

C. Asumsi Utama Teori Caring

Watson percaya perawat memiliki tanggung jawab di luar sepuluh faktor karatif dan memfasilitasi perkembangan klien dalam area promosi kesehatan melalui tindakan preventif. Tujuan ini dicapai dengan mengajarkan klien perubahan personal untuk meningkatkan kesehatan, memberi dukungan situasional, mengajarkan metode penyelesaian masalah, dan mengenal kemampuan koping dan adaptasi terhadap kehilangan. Menurut Watson, Asumsi utama ilmu caring dalam keperawatan adalah :

1. Caring hanya dapat didemonstrasikan secara efektif dan dipraktikkan secara interpersonal.

2. Caring berisi faktor karatif yang hasil dari kepuasan kebutuhan manusia yang pasti.

3. Caring yang efektif meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu atau keluarga.

4. Caring berespon terhadap menerima seseorang tidak hanya dia sekarang tapi juga untuk menjadi apa dia.

5. Lingkungan caring menawarkan pertumbuhan potensial ketika membiarkan orang memilih tindakan terbaik untuk dirinya pada waktu yang diberikan.

6. Caring lebih heatlhtogenic daripada curing. Praktik caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dengan pengetahuan perilaku manusia untuk membuat atau meningkatkan kesehatan dan memberi bantuan kepada siapa saja yang sakit. Ilmu caring pelengkap ilmu curing.

7. Praktik caring adalah pusat dalam keperawatan.

Gaut mengidentifikasi tiga kondisi yang penting untuk caring yaitu :

1. Kesadaran dan pengetahuan tentang kebutuhan seseorang untuk perawatan.

2. Perhatian untuk bertindak dan tindakan berdasarkan pengetahuan.

3. Perubahan yang positif sebagai hasil dari caring, diputuskan hanya berdasarkan kesejahteraan orang lain.

Watson menambahkan hasil kerja Gaut dengan dua kondisi tambahan yaitu dasar komitmen nilai nilai dan moral untuk merawat, dan keinginan untuk merawat (Tomey&Alligood, 2006).

Dalam bukunya yang kedua Watson menuliskan bahwa pendidikan keperawatan dan sistem pemberian pelayanan kesehatan harus berdasarkan nilai nilai kemanusiaan perhatian terhadap kesejahteraan orang lain. Untuk mendefinisikan lebih jauh tentang tanggung jawab sosial dan etik keperawatan dan menerangkan konsep human care, Watson mengajukan sebelas asumsi yang berhubungan dengan nilai nilai human care, yaitu :

1. Peduli dan cinta berisi energi fisik utama dan universal.

2. Peduli dan cinta, sering tidak terlihat, adalah sudut pandang kemanusiaan kita, makanan yang memenuhi kebutuhan kemanusiaan kita.

3. Kemampuan meneruskan ideal caring dan ideologi dalam praktik akan mempengaruhi perkembangan masyarakat dan menentukan kontribusi keperawatan terhadap masyarakat.

4. Caring terhadap diri kita sendiri adalah syarat untuk caring terhadap orang lain.

5. Secara historis, keperawatan memiliki human care dan sikap caring memandang manusia dalam hal sehat sakit.

6. Caring adalah pusat penyatuan fokus pada praktik keperawatan inti dalam keperawatan.

7. Caring pada tingkat manusia makin menurun dalam sistem pelayanan kesehatan.

8. Dasar caring dalam keperawatan ditinggikan oleh perkembangan tekonologi dan paksaan institusional.

9. Isu penting dalam keperawatan saat ini dan masa depan adalah pelestarian dan pencapaian human care.

10. Hanya melalui hubungan interpersonal human care dapat didemonstrasikan dan dipraktikkan.

11. Kontribusi keperawatan secara sosial, moral, dan keilmuan terhadap kemanusiaan dan masyarakat ada dalam komitmen untuk ideal human care dalam teori, praktik dan riset.

Dengan menggunakan sepuluh faktor karatif perawat dapat memberikan perawatan untuk berbagai klien. Masing-masing faktor karatif menggambarkan proses caring bagaimana klien mencapai atau mempertahankan kesehatan atau kematian dengan tenang. Di sisi lain, Watson menjelaskan curing sebagai istilah medis untuk mengatasi penyakit. Dalam teorinya, Watson menjelaskan dasar premis ilmu keperawatan, yaitu :

1. Caring (dan keperawatan) berada dalam setiap masyarakat.

Setiap masyarakat memiliki orang yang peduli terhadap orang lain. Sikap caring dipindahkan melalui budaya profesi sebagai jalan yang unik dari koping lingkungannya. Kesempatan bagi perawat untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan mengikat dalam tingkat analisis masalah yang lebih tinggi dan perhatian dengan pendidikannya dan praktik dilakukan keperawatan dengan mengkombinasikan orintasi kemanusiaan dengan ilmu yang relevan.

2. Sering terjadi pemisahan antara teori dan praktik atau antara aspek ilmiah dan artistik dalam caring, terpisah karena pemisahan antara nilai keilmuan dan nilai kemanusiaan.

Dalam memperluas hasil kerja sebelumnya, Watson menambahkan komponen untuk konteks teori ilmu perkembangan manusia, yaitu :

1. Filosofi kebebasan manusia, pilihan dan tanggung jawab.

2. Biologi dan psikologi holisme (orang yang tidak dapat dikurangi hubungannya dengan yang lain atau alam).

3. Epistomologi yang mengijinkan tidak hanya untuk empiris tapi juga untuk kemajuan estetik, nilai etik, intuisi dan penemuan proses.

4. Ontologi ruang dan waktu.

5. Konteks kejadian antar manusia, proses, dan hubungan.

6. Pandangan dunia keilmuan yang terbuka.

Watson melanjutkan kerjanya dengan lebih fokus pada proses human care, aspek transpersonal dalam caring. Dasar premis yang disampaikan Watson adalah refleksi dari aspek interpersonal-transpersonalspiritual dalam kerjanya. Semua aspek ini menunjukkan integrasi nilai dan keyakinannya tentang hidup manusia dan memberi dasar untuk pengembangan lebih lanjut dari teorinya. Aspek-aspek ini yaitu (Tomey&Alligood, 2006) :

1. Pikiran manusia dan emosinya adalah jendela jiwa.

2. Tubuh manusia dibatasi waktu dan ruang, tapi pikiran dan jiwa tidak dibatasi secara fisik.

3. Akses ke tubuh, pikiran, dan jiwa manusia mungkin selama manusia dilihat dan dirawat secara menyeluruh.

4. Semangat, daya tilik diri, atau jiwa dari orang ada di dalam dan untuk dirinya.

5. Orang saling memerlukan dalam caring, jalan untuk mencintai.

6. Totalitas pengalaman pada berbagai kejadian menyusun lapang fenomena.

Kerangka kerja ditampilkan dalam bentuk logis yang berisi ide yang luas dan menuju berbagai situasi dalam rentang sehat-sakit. Watosn mendefinikan caring berbeda dengan curing yang memisahkan keperawatan dengan kedokteran. Konsep ini membantu mengelompokkan batang tubuh ilmu keperawatan sebagai ilmu yang terpisah. Perkembangan teori tahun 1979 mengarah pada menjelaskan manusia dari perawat dan manusia dari klien. Penekanan lain pada eksistensial-fenomenologikal dan faktor spiritual.

D. Penerapan Teori Watson dalam Praktek, Pendidikan dan Penelitian

Dalam praktik keperawatan, institusi yang mencari pendekatan yang holistik dalam asuhan keperawatan mengitegrasikan berbagai aspek komitmen teori Watson terhadap caring. Contohnya jurnal keperawatan yang berhubungan dengan pemberian asuhan keperawatan berisi peningkatan jumlah artikel yang merujuk pada Watson dan penggabungan pentingnya caring sebagai domain penting dalam keperawatan (Tomey&Alligood, 2006). Teori divalidasi dalam berbagai setting dan populasi. Setting klinik meliputi unit perawatan kritis, NICU, dan unit perawatan lansia dan anak-anak. Populasi meliputi wanita yang tidak menikah, wanita yang bayi di ICU, dan wanita yang berisiko secara sosial, klien pasca MCI, klien onkologi, orang dengan AIDS, dan lansia. Hubungan caring dengan administrasi keperawatan juga terus dikaji. Tingkat perawatan individu, lama dirawat, dan peningkatan kompleksitas teknologi diidentifikasi sebagai hal yang mungkin mempengaruhi dalam implementasi teori caring.

Dalam hal pendidikan, Watson aktif dalam menyusun kurikulum di universitas Colorado. Kerangka kerjanya diajarkan dalam berbagai kurikulum keperawatan. Kritik yang timbul antara lain penggunaan istilah yang tidak didefinisikan, ketidaklengkapan perawatan terhadap subjek dalam menjelaskan sepuluh faktor karatif, dan hambatan perhatian terhadap aspek patofisiologi dalam keperawatan (Tomey&Alligood, 2006). Watson menjelaskan semua aspek ini dalam pengantar buku keduanya, dimana Watson menjelaskan perhatiannya untuk menjelaskan inti dari keperawatan semua aspek yang berhubungan dengan hubungan perawat-klien yang menghasilkan hasil terapetik lebih dari keteraturan dalam keperawatan - prosedur, tugas dan teknik yang digunakan berbagai setting praktik. Dengan fokus ini, praktik keperawatan tidak dibatasi pada berbagai kekhususan dalam keperawatan. Watson berharap hasil kerjanya akan membantu perawat mengembangkan dasar-dasar nilai moral dan filosofis yang bermakna. Kajian kerangka kerja Watson mengarahkan pembaca melalui pengalaman berpikir dalam menekankan ketrampilan komunikasi, penggunaan pertumbuhan diri sendiri, perhatian pada perawat dan klien, dan proses human caring dalam kesehatan dan penyembuhan manusia.

Sedangkan dalam hal penelitian, Watson berusaha meneliti kerangka kerja dan sampai pada data empiris yang mudah untuk teknik penelitian. Abstrak kerangka kerja ini sulit untuk dipelajari secara kongkrit. Watson percaya sering terjadi jarak antara kualitas esensial dengan subjek yang dipelajari dalam keperawatan dan metode riset yang digunakan. Watson berharap riset keperawatan akan dapat menyatu dan menggali estetik, metafisik, empiris, dan metodologi kontekstual. Riset dan praktik harus fokus pada hasil subjektif dan objektif klien dan dalam menentukan apakah caring adalah inti dari keperawatan. Pengembangan perilaku dan prediktor perubahan penting pengembangan lebih jauh dari kerja ini.

E. Teori Watson dan Paradigma Keperawatan

Berikut ini pandangan Watson terhadap empat konsep sentral dalam paradigma keperawatan. pandangan ini mempengaruhi Watson dalam mengembangkan teorinya. Adapun pandangan Watson tersebut adalah :

1. Manusia

Manusia hidup mempunyai kebutuhan bio, psiko, sosio, dan spiritual yang dapat diukur, membutuhkan perhatian, membutuhkan bantuan dan membutuhkan asuhan.

2. Kesehatan

Kesehatan dipandang dalam pendekatan yang holistic, bisa ke arah fungsi mental, fisik, spiritual, maupun social sesuai dengan kapasitasnya.

Meskipun WHO telah menyatakan bahwa sehat adalah keadaan positif fisik, mental, sosial, Watson percaya bahwa faktor lain perlu dilibatkan. Watson menambahkan tiga elemen yaitu (George, 1995):

a. Level yang tinggi dari seluruh fisik, mental, dan fungsi sosial.

b. Tingkat pertahahan adaptif umum dari fungsi harian.

c. Tidak adanya penyakit (atau adanya usaha yang mengarah supaya tidak ada).

3. Lingkungan/Masyarakat

Lingkungan harus kondusif untuk penyembuhan secara holistic (mental, fisik, social, dan spiritual) sesuai dengan yang dibutuhkan pasien.

Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat dunia saat ini adalah lingkungan sosial.

4. Keperawatan

Menurut Watson, keperawatan adalah suatu ikatan dan kontak antara dua individu dalam ruang lingkup keperawatan. Menyediakan asuhan yang professional dalam rangka untuk meningkatkan kesehatan yang holistic dan mencegah sakit.

Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan sama seperti perawatan penyakit. Watson lebih jauh menjelaskan keperawatan sebagai ilmu manusia tentang orang dan pengalaman sehat-sakit yang dimediasi oleh professional, ilmiah, estetik dan transaksi perawatan manusia yang etis. Keperawatan dalam konteks ini didasarkan pada kemanusiaan sama seperti ilmu alam.

F. Teori Watson dan Proses Keperawatan

Watson mengatakan proses keperawatan sama dengan langkah-langkah proses penelitian ilmiah. Rasonalnya semua proses itu identik dengan usaha untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Juga untuk menemukan menemukan solusi terbaik. Watson mengerjakan dua proses yang dipadukan sebagai berikut (yang digaris miring menujukkan proses riset digabungkan dengan proses keperawatan) :

1. Pengkajian

a. Pengkajian meliputi observasi, identifikasi, dan review masalah: penggunaan pengetahuan yang dapat diterapkan dari literatur.

b. Meliputi pengetahuan konseptual untuk formulasi dan konseptualisasi kerangka kerja untuk melihat dan mengkaji masalah.

c. Juga meliputi formulasi hipotesis tentang hubungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah.

d. Pengkajian juga meliputi mendefinisikan variabel yang akan diuji dalam pemecahan masalah.

2. Perencanaan

a. Rencana membantu menentukan bagaimana variabel akan diuji atau diukur.

b. Meliputi pendekatan konseptual atau desain untuk pemecahan masalah yang merujuk pada asuhan keperawatan.

c. Juga meliputi menentukan data apa yang akan dikumpulkan dan siapa dan bagaimana data dikumpulkan.

3. Intervensi

a. Intervensi adalah tindakan langsung dan implementasi dari rencana.

b. Meliputi kumpulan data.

4. Evaluasi

a. Evaluasi adalah metode dan proses untuk menganalisa data dan sama seperti pengujian efek intervensi berdasarkan data.

b. Meliputi interpretasi hasil, derajat hasil positif yang terjadi, dan apakah hasil dapat digeneralisasikan di luar situasi tersebut.

Diluar hal diatas, menurut Watson, evaluasi mungkin juga membuat hipotesis tambahan atau kemungkinan yang mengarah pada generasi teori keperawatan berdasarkan masalah yang dipelajari dan solusi-solusinya.

BAB III

SKENARIO ROLE PLAY PERAWAT DAN KLIEN

APLIKASI FILOSOFIKAL TEORI JEAN WATSON

PADA PENDERITA GANGREN DM DENGAN RENCANA AMPUTASI

Narator: Eldawati

Klien1: Amila

Klien 2: Nita Syamsiah

Suami Klien: Muhamad Adam

Anak 1: Dwi Kartika Rukmi

Anak 2: Martiningsih

Perawat UGD: Rochmayanti

Dokter UGD: Puji Astuti

Ners: Fitrian Rayasari

Perawat vokasi: Wayunah

Dokter Bedah: Muhammad Ardi

SITUASI 1 (Di Ruang UGD)

Narator :

Seorang artis sinetron Ny. Amila datang ke UGD RS P. Diantar oleh 2 orang anak ( Dwi & Martiningsih ) dan suaminya dengan keluhan badan terasa lemas, muka pucat dan terdapat luka ganggren pada ekstremitas bawah sebelah kanan, kondisi luka kehitaman, mengeluarkan darah serta berbau.. Luka pada kaki mulai timbul sejak 1 minggu yang lalu, tetapi luka tidak sembuh sembuh. Selama ini luka dirawat dengan diberi betadin dan dibalut oleh suami atau anak Ny. Mila sendiri. Ny. Mila mempunyai riwayat DM sejak 2 tahun yang lalu, tidak pernah control/cek gula darahnya dan hanya mengkonsumsi jamu jamuan. Dua hari yang laluNy. Mila merasa badan semakin lemas dan lukanya tambah sakit, sehingga klien tidak bias tidur, Awalnya klien tidak mau dibawa ke rumah sakit, tetapi karena sudah tidak tahan terhadap nyeri di lukanya akhirnya klien mau di bawa ke RS. Dan keluarga membawa Ny. Mila ke RS. Satria

DIALOG

Suami Klien : Sus, tolong istri saya sus ............

Klien ( Ny. Mila ): merintih , hehe..eh..eh.., sakit, sakit, aduh, aduh

Perawat UGD: ( Sambil menyiapkan alat alat untuk memasang infuse , tanpa

melihat kearah pak Adam )

Ia pak, sebentar ya saya ngurus pasien yang lain dulu,

keluarganya daftar dulu aja pak, pasiennya tiduran deh tuh di

tempat tidur yang pojok kosong

Narator :

Perawat setelah memasang infuse ke pasien lain, kemudian mendatangi ny. Amila dan keluarganya

Dwi: Ini sus, tolong mami saya, mami tadi kesakitan, trus kayak gak

sadar gitu suster

Nita: Mami, mami, yang sabar

Perawat UGD: (Perawat UGD langsung memeriksa pasien), Bu ..., Bu....

(perawat memanggil pasien untuk memeriksa kesadaran)

Klien: Eh..., ya suster, saya lemes, kaki saya suster, sakiiiiiiiit,

Perawat: Iya bu ini juga lagi diliat, (sambil ngegerutu perawat ngomong,

pingsan apaan bisa ngomong begini)

Perawat: mana yang sakit bu.., (sambil melihat lukanya, perawat

mendengus mengibaskan tangannya karena tercium bau tidak

enak), gimana gak sakit bu, lukanya busuk begini

Narator :

Setelah memeriksa perawat melaporkan kondisi Ny. Amila ke dokter yang bertugas di UGD

Perawat UGD : Dok, pasien Ny. A : TD 110/60 mmHg, N 68 x/mnt, S 36.7 C, R 18 x/mnt. lab darah Hb 10 gr% Leukosit 20.000 GDS 300 gr/dl serta foto pedis Hasil : Luka ganggren dengan grade IV.

Dokter UGD: Coba saya periksa, waduh ibu, ini lukanya sudah berapa lama ?, DMnya udah lama Pak, gak pernah control gula darahnya ya Pak

Suami klien: Belum lama kok dok lukanya,baru 1 minggu yang lalu, hanya gara-gara lecet kena sandal baru. Kalau DMnya gak pernah kambuh, kan minum jamu godok terus dok

Dokter UGD: Itu namanya gak pernah kontrol

Kalau begitu, kami konsulkan ke dokter ahli bedah, sekarang ibu dirawat dulu di ruang perawatan bedah ya bu, nanti ibu diantar oleh petugas

Perawat UGD : Pak, cari kamar dulu ya, ibunya tunggu aja di sini

Narator :

Setelah mendapatkan kamar, klien di antar ke ruang perawatan

SITUASI II (Di ruang Perawatan)

Narator :

Di ruang perawatan kelas 1 yang berisi 2 bed, tempat Ny. Amila dirawat. Terjadi percakapan antara Ny. Amila dan perawat vokasi.

Perawat Vokasi : Ibu, nanti ibu dirawat oleh dokter bedah ya bu, sebentar

dokternya saya hubungi.

Kemudian dokter bedah datang dan Klien diperiksa oleh dokter spesialis Bedah

Dokter Bedah: Coba bu saya lihat dulu lukanya Wah wah wah Lukanya sudah sangat parah ni bu, kok bisa sampai gini sih , kemungkinan sembuh sih ada tapi kemungkinan terburuknya bisa diamputasi bagian jarinya karena sudah busuk.kalau tidak diamputasi nanti menyebar.

Anak 1: diamputasi, dipotong ya dok, kok diamputasi?

Klien 1: APA DOK....( tiba tiba pasien bangun dari tidurnya ),Aduh, jangan dok, saya gak mau, pokoknya gak mau

Anak 2: Kasihan dok mami saya, mami saya kan artis, ntar gak bisa tampil lagi di TV

Suami: masih ada cara lain tidak dok ?

Dokter Bedah: Agar lukanya tidak menyebar, ya memang harus diamputasi Pak

(Sementara klien berpegangan tangan dengan anaknya dan terlihat air mata menggenang di kelopak matanya)

Klien: Pi.... pulang aja ya pi, aku gak mau di amputasi, aduh, gimana pi....,pulang aja ya pi

Setelah diperiksa dokter datang perawat yang belum tahu pembicaraan klien dengan dokter, perawat tersebut melakukan perawatan luka. Selesai tindakan klien dan keluarga bertanya :

Perawat vokasi : Ibu, sekarang lukanya saya tutup dulu ya bu, agar lukanya tidak kotor sambil menunggu tindakan lain untuk mengatasi luka

Klien1: Sus, bagaimana kaki saya , emang satu satunya cara harus diamputasi ya....

Perawat vokasi: Kalau lihat lukanya sih memang agak berat, tetapi ada kok yang lebih berat dari ini sembuh

Suami Klien: Masa sih, benar tuh sus, kok kata dokter suruh dipotong !

Perawat vokasi : ya begitu pak, tapi kondisi tiap pasien kan beda beda, ada yang cepet sembuh, ada yang lama, apalagi pasien yang gak patuh

Klien 1: Papi..., papi...., pulang aja pi, susternya nakut nakutin aku semua,

Perawat Vokasi: maaf ibu saya gak nakut nakutin, memang seperti itu, maaf ya bu saya harus kembali ke kantor perawatan sudah mau overran.

Suami klien: Suster saya menjadi tidak tenang di rawat di sini, saya kesini ingin mendapat pelayanan yang baik, tapi apa yang saya & istri saya dapatkan ( dengan nada tinggi )

Kejadian tersebut didengar oleh perawat Ners sebagai penanggung jawab ruangan , dan perawat Ners menghampiri kamar klien tersebut.

Ners :Selamat siang bu, pak, Ada yang bisa saya bantu pak, bu?, sepertinya ada yang tidak menyenangkan yang bapak & ibu rasakan,

Suami: Begini suster, kami bingung, mau diapakan istri saya? Dokter bilang kakinya harus diamputasi, sedangkan suster tadi bilang katanya ada pasien yang lebih parah dari istri saya bias sembuh, tapi ditanya lagi tambah gak jelas.gimana sih ini ( bikin bingung aja )

Klien: Suster, saya pulang aja deh, saya udah sakit, susternya dari tadi judes- judes, tambah sakit saya, coba suster...., siapasih yang mau diamputasi, suster mau, gimana coba kalau suster jadi saya, pekerjaan saya ini perlu tubuh yang sempurna, gimana karier sana nanti

Sementara ners mendengarkan keluhan klien & suaminya , sambil sekali kali mengangguk, dan mengusap usap bahu klien.

Ners: Ibu, saya lihat lukanya dulu ya bu ( kemudian Ners melihat luka yang ada di kaki klien ), sambil melihat kaki klien Nes Berkata : ibu, tadi dokter mengatakan harus diamputasi kaki ibu

Klien : Ya suster, apa harus begitu

Ners: Sambi memegang bahu klien, Ners mencoba menguatkan klien saya bias merasakan apa yang ibu rasakan, memang berat untuk semua orang jika harus kehilangan anggota tubuhnya, sekecil apapun itu. Mungkin saya lihat dulu lukanya ya bu..( Ners melihat luka klien )

Kalau dilihat lukanya, memang ada pasien yang lebih parah dari ini dan bisa sembuh, tentunya dengan perawatan luka yang baik dan peran pasien tersebut.Nanti kami konsultasikan dengan dokter bedah yang merawat ibu, kami akan diskusikan untuk perawatan luka ibu, kebetulan di ruangan ini kami punya tim perawatan luka yang kompeten dan sudah banyak pasien yang dirawat dengan luka gangrene sembuh tanpa harus di amputasi. Tetapi ada juga bu pasien yang akhirnya harus tetap di amputasi , tentunya dengan pertimbangan ini akan menyelamatkan diri pasien itu sendiri

Klien : Jadi .., gak harus di amputasi kan sus..

Ners: Insya allah bu, nanti kita diskusikan dengan dokter bedah ibu yah

Suami klien: Tadi kata suster harus ada peran serta dari pasien, maksudnya bagaimana suster

Ners: Iya pa,Bu, luka ibu akan kami rawat dengan cara mengganti luka ibu sehari 2 x, selain mengganti balutan luka ibu juga akan diberikan obat untuk mengatasi infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka, bukan hanya dari obat dan perawatan yang baik, tetapi perlu peran dari ibu & keluaraga untuk tetap menjaga kebersihan luka dan lingkungan, patuh terhadap program diit yang telah ditetapkan dan ibu juga harus mengikuti terapi yang sesuai program dokter dan perawt disini.

Klien: Gitu ya suster....., bisa sembuh ya sus....

Ners: Begini, bu, agar ibu optimis, kebetulan ada pasien yang kondisinya seperti ibu, sore ini sudah mau pulang, sebentar bu, mungkin pasien tersebut bias berbagi pengalaman dengan ibu, dan beliau ada di kamar sebelah

Ners memanggil pasien yang telah sembuh tersebut, dan datang ke Klien 1 dengan pasien tersebut (2)

Ners:Ibu, ini pasien yang saya ceritakan,coba ibu berbagi dengan ibu ......, tentang pengalaman ibu

Klien 2: Iye nih bu, liat nih kaki saye dah sembuh kan, kagak usah kawatir disini mah dirawat dengan baek tiap ari luka aye di rawat, mana liat luka ibu, itu mah kagak seberape ni liat luka aye, bekasnya, ampe atas kan , Alhamdulillah gak jadi diamputasi, ni aye mau pulang, mudah mudahan ibu cepet sembuh ye....

Eh ...., kayaknya aye pernah liat muka ibu deh di Tipi, ibu artis kan...., udah tenang bu, pasti sembuh deh

Ners: Nah gimana bu setelah mendengar pengalaman dari ibu......

Klien 1: Saya lebih tenang suster, saya gak mau di amputasi, saya mau seperti ibu ...., bu saya minta nomer telponnya ya biar saya bias nanya nanya sama ibu

Klien2: iye .... iye

Ners: Alhamdulillah ibu sudah mulai tenang, kami akan berusaha merawat luka Ibu, saya minta Ibu bantu dengan berdoa, semoga usaha kita ini dimudahkan oleh Allah SWT. Wah ternyata sekarang sudah waktunya serah terima dengan perawat yang dinas sore, saya kembali ke ruang perawatan dulu ya bu, nanti kalau ada yang ibu dan bapak ingin tanyakan ibu bisa hubungi kami di ruang perawatan

Klien: terima kasih suster atas penjelasannya, saya merasa lega karena masih

ada harapan untuk sembuh tanpa diamputasi. Coba.. semua perawat sebaik suster ya, pasti semua pasiennya cepet sembuh, adem rasanya denger penjelasan suster

Ners tersenyum dan kembali ke ruang perawatan dan k lien istirahat

BAB IV

PEMBAHASAN

KASUS BERDASARKAN TEORI JEAN WATSON

Berdasarkan skenario di atas, yaitu tentang kasus DM yang terjadi pada Ny.D (40 th, berdasarkan teori Watson dapat diuraikan beberapa hal, tentang karatif factor, yang tergambar dalam peran yang dibawakan oleh perawat, diantaranya :

1. Pembentukan nilai nilai sistem humanistik altruistik.

Dalam hal ini, perawat UGD belum menerapkan nilai nilai humanistic dan altruistic, diantaranya tergambar dari sikap perawat dalam menerima klien, dengan sikap yang kurang bersahabat dan tidak merefleksikan diri, seandainya dia yang menjadi klien.

Sedangkan untuk NERS, sudah menerapkan konsep altruistic diantaranya pada saat dia harusnya sudah pulang karena sudah menyelesaikan, tapi NERS tersebut masih meluangkan waktu untuk memberikan penjelasan kepada klien tentang perawatan luka, sehingga klien menjadi lebih tenang dan memiliki pengharapan, terhadap kesembuhan kakinya.

2. Menumbuhkan harapan dan kepercayaan

Pada saat klien dan keluarga sedang kebingungan, harus memilih diamputasi atau tidak, maka perawat memberikan suatu pengharapan dengan cara menceritakan pengalaman dia dalam merawat luka, yang kondisinya hamper sama dengan klien, tetapi dapat disembuhkan.

3. Penanaman sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain

Pada saat mendengar adanya suara yang gaduh di ruang perawatan,walaupun sudah saatnya pulang, tapi karena adanya rasa sensitifitas yang tinggi dari seorang perawat ,maka NERS menghampiri klien dan keluarga, kemudian menanyakan apa yang sedang terjadi dan dikeluhkan oleh klien

4. Pengembangan hubungan saling percaya dan tolong-menolong

Setelah mendengarkan penjelasan NERS yang begitu baik, maka klien percaya bahwa apa yang disampaikan oleh perawat, merupakan pilihan yang terbaik untuk dirinya, sehingga klien mau mengikuti saran perawat dan bekerja sama dalam proses perawatan luka.

5. Menerima ekspresi perasaan positif dan negative

NERS meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang dikeluhkan klien dan keluarga, dengan penuh kehangatan, ekspresi wajah yang rileks, dengan sikap terbuka, sentuhan kasih sayang dan volume bicara yang sedang, meskipun tidak mengenakkan ataupun saat itu sudah waktunya NERS pulang.

6. Menggunakan proses penyelesaian masalah

Dalam menyelesaikan masalah klien, diantaranya klien tidak mau diamputasi, maka perawat mencoba untuk berkolaborasi dengan dokter, dengan menjalankan fungsi advokasi, yaitu mengusulkan alternative lain kepada dokter sebelum diamputasi, sebaiknya pada klien diberikan kesempatan untuk diberikan perawatan luka, dengan harapan adanya proses perbaikan luka.selain itu, diberi kesempatan untuk mendengarkan pengalaman dari klien lain (sharing) dan perawat memberikan informasi pada klien, tentang adanya praktik mandiri perawat, untuk perawatan luka modern

7. Peningkatan belajar mengajar interpersonal

Perawat memfasilitasi proses ini dengan teknik belajar mengajar yang didesain untuk membantu klien memberi perawatan luka yang baik dan benar. NERS juga menjelaskan dan menginformasikan adanya perawatan mandiri dari perawatan terhadap perawatan luka

8. Menetapkan dukungan, perlindungan, dan atau koreksi mental, fisik, sosiokultural, dan lingkungan spiritual

Dalam hal ini perawat melibatkan suami dan anak klien untuk diikut serta dalam memutuskan untuk tidak dilakukannya amputasi, perawat juga menumbuhkan harapan dan kepercayaan diri pasien serta perawat mengingatkan agar klien dan keluarga berdoa demi kesembuhan.

9. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar

Perawat membantu memenubi kebutuhan dasar seperti memberikan rasa nyaman dengan mengurangi stress yang dirasakan klien seperti memberikan alternative penyelesaian masalah dan melakukan perawatan luka untuk mencegah infeksi

10. Memberi kesempatan kepada klien untuk mempelajari fenomena yang terjadi

Perawat memberikan kesempatan, pada klien untuk melihat realita, yang saat ini sedang dia alami,dalam hal ini perawat, bersikap tidak memaksakan kehendak,dalam menetapkan tindakan medis yang harus dipilih oleh klien, tetapi memberi kesempatan seluas- luasnya, pada klien untuk mempelajari dan memilih, setelah diberikan gambaran atau pengalaman dari klien lain, yang memiliki masalah yang sama.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya semua teori keperawatan yang telah diciptakan oleh para pakar keperawatan adalah hasil yang baik karena telah melalui tahap-tahap metode ilmiah yang sistematis. Teori yang mereka hasilkan juga telah melalui suatu proses panjang untuk dapat diakui oleh komunitas keperawatan di seluruh dunia sebagai bagian dari teori keperawatan. Hal yang perlu dilakukan oleh perawat terutama perawat di Indonesia adalah terus berusaha menerapkan teori yang telah ada dalam praktik keperawatan. Praktik keperawatan yang baik dan professional hanya praktik yang didasarkan pada nilai-nilai perawat professional yang salah satunya tercermin dalam teori keperawatan. Untuk itu salah satu cara meningkatkan kualitas pelayanan atau asuhan keperawatan adalah dengan menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori keperawatan, bukan praktik yang berdasarkan perintah atau order dokter, atau praktik keperawatan yang hanya berdasarkan rutinitas semata. Inilah yang dinamakan Evidence based practice, yang menjadi salah satu kunci berhasilnya perkembangan keperawatan di luar negeri.

Jean Watson telah memberikan salah satu pilihan bagi perawat di Indonesia untuk mulai menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori dengan menciptkan teori yang telah diakui komunitas perawat di dunia, yaitu Philosophy and Science of Caring. Dalam scenario role play yang kelompok buat sudah berusaha memasukan 10 carative factor dari Jean Watson dalam interaksi antara perawat dan pasien serta lingkungan yang mendukung. Sekarang semua kembali kepada diri perawat sendiri, apakah sudah siap dan mulai berpikir untuk menerapkan teori yang telah ada di instistusinya. Kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk menjadikan praktik keperawatan yang professional dan berkualitas dapat diwujudkan.

B. Saran

Dari tinjaun teori, contoh kasus dan pembehasan di atas, maka dami menyarankan sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi perawat untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang teori keperawatan yang telah ada sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan perawat.

2. Perlu dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk dari organisasi profesi, institusi pendidikan tinggi keperawatan dan birokrasi agar praktik keperawatan yang berdasarkan teori dapat diwujudkan.

3. Perlu adanya wadah atau forum diskusi bagi perawat di masing-masing institusi pelayanan atau komunitas perawat terdekat untuk bertukar pikiran tentang cara dan bagaimana praktik keperawatan yang berdasarkan teori atau evidence based practice dapat diwujudkan.

4. Perlu adanya intergrasi nilai-nilai yang terkandung pada teori Watson dalam implementasi keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Afaf Ibrahim (1997), Theoretical Nursing : Development & Progress,3rd ed, Lippincott, Philadelphia New York

2. Barbara Stevens Barhum, (1998),Nursing Theory Analysis, Application, Evaluation 5th ed, Lippincott, Philadelphia New York

3. George, Julia B. (1995). Nursing Theories. The Base for Professional Nursing Practice. (4th ed). Connecticut : Appleton & Lange.

4. Kozier.B, Erb.G, Blais.K. (1997). Professional Nursing Practice Concepts and Perspective. (3th ed). California : Addison Wesley Longman,Inc.

5. Leddy Susan.K.L. (1998). Conceptual Bases ofProfessional Nursing. ( 4th ed). Philadelphia : Lippincot Raven Publisher.

6. Tomey, Ann Marriner & Alligood, Martha R. (2006). Nursing Theorists and Their Work. (4th ed). St Louis : Mosby-Year book Inc.

7. http://www.innovativecaremodels.com/ didownload tanggal 9 Oktober 2009 jam 09.50 WIB

8. http://www.humancaring.org/conted/pragmatic20%View.pdf didownload tanggal 19 Oktober 2009 jam 15.00 WIB

9. http://nursingtheorist.blogspot.com/2008/07/jean-watson-theory-of-human-caring.html didownload tanggal 9 September 2009 pukulo 16.01 WIB

24