Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENETAPAN KADAR HASIL UJI DISOLUSI TABLET
PARASETAMOL MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
TUGAS AKHIR
Oleh:
M.YUSUF
142410012
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR HASIL UJI DISOLUSI TABLET
PARASETAMOL MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
M.YUSUF
142410012
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
iii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
PENETAPAN KADAR HASIL UJI DISOLUSI TABLET
PARASETAMOL MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
M.YUSUF
142410012
Medan, 25 September 2017
Disetujui Oleh:
Pembimbing,
Henny Sri Wahyuni, S.Farm., M.Si., Apt.
NIP 85092211092001
Disahkan Oleh:
Dekan,
Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.
NIP 195707231986012001
Universitas Sumatera Utara
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
kesehatan, kesempataan dan pengetahuan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir ini, sholawat beriring salam kepada Rasulullah SAW.
yang menjadi contoh panutan dalam kehidupan.
Tugas akhir ini berjudul “PENETAPAN KADAR HASIL UJI
DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN MENGGUNAKAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET”. Tugas akhir ini
disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada keduaa orang tua penulis yaitu ayahanda tercinta Supianto, dan
ibunda tercinta Siti Hindun, dan adik tersayang Siti Humayrah yang telah
mencurahkan perhatian serta memberikan dukungan moril maupun materil serta
segenap doa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan berbagai pihak,
penulis tidak dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya. Untuk
itu penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak antara lain:
1. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
ii
2. Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc. Apt., sebagai Ketua Program Studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., sebagai Dosen Penasehat
Akademik yang telah memberikan nasehat dan arahan kepada penulis
setiap semester.
4. Ibu Henny Sri Wahyuni, S.Farm., Apt., sebagai Dosen pembimbing Tugas
akhir yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
dalam penyusunan tugas akhir ini.
5. Bapak Drs. Zulfadli, Apt., sebagai Pembimbing Lapangan yang telah
membimbing dan memberikan saran serta petunjuk selama pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan di PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk. Plant
Medan.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
atas semua ilmu, didikan dan bimbingannya kepada penulis selama di
Perguruan Tinggi ini.
7. Teman-teman Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2014, yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih untuk kebersamaannya selama
ini.
8. Teman-teman saya dalam grup “one big family” yang telah memberikan
segenap perhatian, kasih sayang dan membantu dalam menyeleaikan
penulisan tugas akhir ini.
9. Teman-teman Praktik Kerja Lapangan di Kimia Farma yang telah
berkerjasama dalam menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan.
Universitas Sumatera Utara
iii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penyusunan tugas akhir ini. Maka dari itu penulis berharap adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun agar menyempurnakan tugas akhir ini.
Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca dan khusus nya bagi penulis
sendiri. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih.
Medan, 24 Oktober 2017
Penulis,
M.Yusuf
NIM 142410012
Universitas Sumatera Utara
iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M.Yusuf
Nomor Induk Mahasiswa : 142410012
Program Studi : D III Analis Farmasi dan Makanan
Judul Tugas Akhir : Penetapan Kadar Hasil Uji Disolusi Tablet
Parasetamol Menggunakan Metode Spektrofotometri
Ultraviolet
dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar Ahli Madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah menyebutkan atau mencantumkan sumbernya di
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas
akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi
tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Medan, 24 Oktober 2017
Yang Menyatakan,
M.Yusuf
NIM 142410012
Universitas Sumatera Utara
v
Penetapan Kadar Hasil Uji Disolusi Tablet Parasetamol
Menggunakan Metode Spektrofotometri Ultraviolet
ABSTRAK
Latar Belakang: Parasetamol (asetaminofen) merupakan salah satu obat
analgesik-antipiretik yang sangat populer. Parasetamol dapat tersedia dalam
berbagai macam sediaan seperti tablet, kapsul, tetes, eliksir, suspensi, dan
supositoria. Parasetamol pada umumnya diberikan dalam bentuk tablet yang
mengandung 500 mg bahan aktif. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV salah
satu parameter pengujian tablet adalah uji disolusi, tablet parasetamol diuji
disolusi dengan metode dayung. Parasetamol dapat ditetapkan kadarnya dengan
cara yang hampir sama dengan asetofenetidin yakni dengan titrimetri dengan
metode diazotasi, spektrofotometri (baik UV maupun dengan cara
spektrofotometri visibel) dan dengan kromatografi.
Tujuan: Untuk menentukan apakah kadar zat terlarut dari hasil uji disolusi
parasetamol telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi IV
yaitu tiap unit tidak kurang dari Q + 5% = 85%, dimana Q = 80%.
Metode: Uji disolusi dilakukan terhadap 6 tablet paracetamol 500 mg dengan
metode dayung pada media buffer fosfat 68,10 g dengan pH 5,8 , suhu ± 370C
dengan laju kecepatan putaran 50 rpm selama 30 menit. Zat yang larut, ditetapkan
kadarnya dengan metode Spektrofotometri Ultraviolet pada panjang gelombang
243 nm
Hasil: Hasil uji disolusi terhadap 6 buah tablet parasetamol 500 mg diperoleh
kadar zat terlarut yaitu : 97,406%, 91,284%, 94,553%, 94,786%, 96,564%, dan
96,308.
Kesimpulan: Dari analisis yang dilakukan, diketahui bahwa tablet parasetamol
generik produksi PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Plant Medan telah memenuhi
persyaratan sesuai dengan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV,
yaitu tidak satupun kadar yang diperoleh kurang dari (Q + 5%) yaitu (80% + 5% =
85%)
Kata kunci : Parasetamol, Uji Disolusi, Tablet
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... vii
Abstrak ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang. ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan. ...................................................................................................... 2
1.3. Manfaat. .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1. Definisi Obat ........................................................................................... 3
2.2.Obat Nama Generik .................................................................................. 4
2.3. Tablet ....................................................................................................... 5
2.4. Parasetamol (Asetaminofen) ................................................................... 9
2.4.1. Sifat Fisika dan Kimia Parasetamol .............................................. 9
2.4.2. Uraian Parasetamol ....................................................................... 9
2.5. Uji Disolusi ............................................................................................. 10
2.6. Spektrofotometri UV ............................................................................... 12
2.6.1. Definisi Spektrofotometri UV ....................................................... 12
2.6.2. Instrumen ...................................................................................... 13
Universitas Sumatera Utara
vii
BAB III METODE .......................................................................................... 14
3.1. Tempat dan Waktu .................................................................................... 14
3.2. Alat dan Bahan ......................................................................................... 14
3.2.1 Alat ................................................................................................. 14
3.2.2. Bahan ............................................................................................ 14
3.3. Prosedur .................................................................................................. 14
3.3.1. Pembuatan buffer fosfat pH = 5,8 .................................................. 14
3.3.2. Pembuatan Larutan Standar Baku Pasetamol ................................. 15
3.3.3. Proses disolusi dan pengambilan larutan sampel parasetamol ........ 15
3.3.4. Analisis larutan standar dan hasil disolusi sampel tablet parasetamol
secara spektrofotometri UV.......................................................... 15
3.3.4.1. Analisis larutan standar parasetamol ................................. 15
3.3.4.2. Analisis Hasil Uji Disolusi Sampel tablet parasetamol...... 16
3.4. Perhitungan .............................................................................................. 17
3.4.1. Perhitungan konsentrasi larutan standar dan larutan sampel ..........
parasetamol.................................................................................... 17
3.4.4.1. Konsentrasi larutan standar parasetamol .......................... 17
3.4.4.2. Konsentrasi larutan sampel parasetamol .......................... 17
3.4.2. Perhitungan kadar hasil uji disolusi tablet parasetamol ................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 18
4.1. Hasil Analisis Standar Parasetamol ......................................................... 18
4.2. Hasil Analisis Uji Disolusi 6 Sampel Tablet Parasetamol ........................ 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 22
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 22
5.2. Saran ......................................................................................................... 22
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Pengukuran Standar Parasetamol .................................................. 19
2. Hasil Disolusi Sampel Parasetamol ......................................................... 20
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar Rumus Bangun Parasetamol ................................................................ 9
2. Panjang Gelombang Standar Parasetamol ......................................................... 18
3. Panjang Gelombang Sampel Tablet Parasetamol ....................................... 20
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Perhitungan konsentrasi larutan standar parasetamol ......................... 24
2. Perhitungan konsentrasi larutan sampel parasetamol ......................... 25
3. Perhitungan Hasil Uji Disolusi Sampel Parasetamol ......................... 26
4. Gambar Alat disolusi Hanson Type G2 Elite 8 (AL-04-0035) dan Alat
spektrofotometri ultraviolet (agilent 8453) ........................................ 28
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Parasetamol (asetaminofen) merupakan salah satu obat analgesik-antipiretik yang
sangat populer. Parasetamol dapat tersedia dalam berbagai macam sediaan seperti
tablet, kapsul, tetes, eliksir, suspensi, dan supositoria. Parasetamol pada umumnya
diberikan dalam bentuk tablet yang mengandung 500 mg bahan aktif (Sudjadi dan
Rohman, 2008).
Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan
permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), salah satu parameter pengujian
tablet adalah uji disolusi, uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan
persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sedian
tablet dan kapsul.
Uji disolusi tablet parasetamol memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi
IV apabila dalam waktu 30 menit tablet parasetamol larut tidak kurang dari Q +
5% = 85% ; Q = 80% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995).
Parasetamol dapat ditentukan kadarnya dengan metode nitrimetri,
spektrofotometri (baik UV maupun dengan cara spektrofotometri visibel) dan
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) (Sudjadi dan Rohman, 2008).
Metode spektrofotometri ultraviolet memiliki banyak keuntungan antara
lain dapat digunakan untuk analisis zat dalam jumlah kecil, pengerjaan mudah,
Universitas Sumatera Utara
2
sederhana, cukup sensitif, selektif, biayanya murah dan mempunyai kepekaan
analisis yang cukup tinggi (Munson,1991).
Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk melakukan penetapan kadar zat
terlarut hasil uji disolusi tablet parasetamol menggunakan metode
spektrofotometri ultraviolet.
1.2 Tujuan
Untuk menentukan apakah kadar zat terlarut dari hasil uji disolusi tiap
satuan tablet parasetamol telah memenuhi syarat sesuai dengan yang tertera pada
Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tidak kurang dari Q + 5% = 85% ; Q = 80%
dari jumlah yang tertera pada etiket.
1.3 Manfaat
Untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa penetapan kadar
hasil uji tablet parasetamol generik produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Medan telah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV.
Universitas Sumatera Utara
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Obat
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 193/KabB/.
VII/71 mendefinisikan bahwa obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan
yang digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan serta memperindah badan atau
bagian badan manusia (Zaman dan Joenoes, 1995).
Sesuai definisi diatas ada beberapa pengertian obat, yaitu:
- Obat baku ialah bahan obat berupa substansi yang memenuhi syarat syarat
yang ditentukan Farmakope Indonesia atau buku resmi lainnya yang
ditetapkan oleh pemerintah. Obat baku dalam substansi selanjutnya akan
disebut bahan obat (Zaman dan Joenoes, 1995).
- Obat jadi ialah obat dalam keadaan tunggal ataupun campuran dalam
bentuk sediaan tertentu: serbuk, cairan, salep, tablet, kapsul, pil,
suppositoria, atau bentuk lain dan mempunyai nama teknik sesuai dengan
Farmakope Indonesia atau buku-buku lainnya yang di tetapkan oleh
pemerintah. Obat-jadi berupa komposisi yang sudah standar dapat disebut
“preparat standard” (Zaman dan Joenoes, 1995).
- Obat paten ialah berupa obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas
nama si pembuat (pabrik) atau yang dikuasakannya, dan dijual dalam
Universitas Sumatera Utara
4
bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya (Zaman dan Joenoes,
1995).
- Obat asli ialah obat yang didapat langsung dari bahan bahan alamiah
(Indonesia), terolah secara sederhana atas dasar pengalaman, dan diunakan
dalam pengobatan tradisional (Zaman dan Joenoes, 1995).
- Obat baru ialah obat yang terdiri dari satu atau campuran beberapa bahan-
obat sebagai baian yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat (antara
lain zat pengisi, pelarut, vehikulum) atau komponen lain yang belum
dikenal, sehingga belum diketahui khasiat serta keamanannya (Zaman dan
Joenoes, 1995).
2.2 Obat Nama Generik
Obat generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama
resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International
Non-propieretary Names) dari WHO (World Health Organization) untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya. Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari
monografi sediaan obat yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat
tunggal (Widodo, 2004).
Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram oleh pemerintah dengan
nama generik yang dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Harga
obat disubsidi oleh pemerintah. Logo generik menunjukkan persyaratan mutu
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) RI. Obat generik esensial
adalah obat generik terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat (Widodo, 2004).
Universitas Sumatera Utara
5
Menurut Widodo (2004) manfaat obat generik secara umum adalah,
sebagai sarana pelayanan kesehatan massyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, dari segi ekonomis obat generik dapat dijangkau
masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah, dari segi kualitas obat generik
memiliki mutu atau khasiat yang sama dengan obat yang bermerek dagang (obat
paten).
2.3 Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet dapat
berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya,
dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode
pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara
oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat
pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang
penggunaannya dengan cara sublingual, bukal, atau melalui vagina, tidak boleh
mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral
(Ansel, 1989).
Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet dibuat
dengan mencetak, tetapi secara singkat dapat dikatakan bahwa tablet yang dibuat
secara kompresi menggunakan mesin yang mampu menekan bahan bentuk serbuk
atau granul dengan menggunakan berbagai bentuk punch atau ukuran dan die.
Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari berbagai kapasitas dipilih sesuai
dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta produksi rata-rata yang
Universitas Sumatera Utara
6
diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau cetakan, kemudian
bahan tablet yang telah terbentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan sampai
kering (Ansel, 1989).
Jenis-jenis tablet adalah sebagai berikut :
1. Tablet kompresi
Yaitu tablet kompresi dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk
tablet dan ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya diberi tambahan sejumlah
bahan pembantu antara lain :
a) Pengencer atau pengisi yang ditambahakan jika perlu kedalam
formulasi supaya membentuk ukuran tablet yang diinginkan.
b) Pengikat atau perekat, yang membantu pelekatan partikel dalam
formulasi, memungkinkan granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil
tabletnya.
c) Penghancur atau bahan yang dapat membantu penghancuran, akan
membantu memecah atau menghancurkan tablet setelah pemberian
sampai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, sehingga lebih mudah
diabsorpsi.
d) Antirekat pelincir atau zat pelincir yaitu zat yang meningkatkan aliran
bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya bahan ini
pada punch dan dieserta membuat tablet-tablet menjadi bagus dan
berkilat
e) Bahan tambahan lain seperti zat warna dan zat pemberi rasa (Ansel,
1989).
Universitas Sumatera Utara
7
2. Tablet kompresi ganda
Yaitu tablet kompresi berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih
dari satu kali tekanan. Tablet berlapis dibuaat dengan cara memasukkan satu
campuran obat kedalam cetakan dan ditekan, demikian pula campuran obat
sebagai lapisan berikutnya dimasukkan kedalam cetakan yang sama dan ditekan
lagi, untuk membentuk dua atau tiga lapisan tergantung pada jumlah obat yang
ditambah secara terpisah dalam satu tablet berlapis (Ansel, 1989).
3. Tablet salut gula
Tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna dan mungkin juga
tidak, lapisan ini larut dalam air cepat terurai begitu ditelan (Ansel, 1989).
4. Tablet salut selaput
Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut atau tidak
larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet. Biasanya lapisan
ini bewarna, kelebihannya dari penyalutan dengan gula adalah lebih tahan lama,
lebih sedikit bahan, waktu yang lebih sedikit untuk penggunaanya. Selaput ini
pecah dalam saluran lambung-usus (Ansel, 1989).
5. Tablet salut cokelat
Yaitu lapisan cokelat merupakan hal yang penting dalam sejarah
karena diwaktu itu hanya cokelat yang dipakai untuk menyalut dan mewarnai
tablet. Sekarang ini cokelat telah digantikan oleh bahan-bahan pewarna lain
seperti oksida besi yang dipakai sebagai warna tiruan cokelat (Ansel, 1989).
6. Tablet salut enterik
Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang relatif
tidak larut dalam asam lambung, tetapi larut dalam usus halus.
Universitas Sumatera Utara
8
Penyalut enterik dimaksudkan:
a) Agar obat tidak mengiritir perut
b) Dikehendaki agar obat berkhasiat dalam usus seperti antelmintika
c) Menghindari obat menjadi inaktif dalam cairan lambung, yaitu karena pH
rendah atau dirusak enzim digostif dalam perut (Ansel, 1989).
7. Tablet effervescent
Yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam
effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur
dengan air (Ansel, 1989).
8. Tablet sublingual atau bukal
Yaitu tablet yang disisipkan di pipi dan di bawah lidah biasanya
berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam kantung pipi atau
dibawah lidah untuk diabsorbsi melalui mukosa oral (Ansel, 1989).
9. Tablet kunyah
Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau
dibiarkan melarut dalam mulut, menghasilkan dasar seperti krim dari mannitol
yang berasa dan berwarna khusus (Ansel, 1989).
Universitas Sumatera Utara
9
2.4 Parasetamol (Asetaminofen)
2.4.1 Sifat fisika dan kimia parasetamol
Rumus bangun :
Gambar 1. Rumus bangun parasetamol
Rumus molekul : C8H9NO2
Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida
Sinonim : Parasetamol
Asetaminofen
Kandungan : Tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksi 1 N,
mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan rapat dan tidak tembus cahaya
(Depkes RI, 1995).
2.4.2 Uraian parasetamol
Parasetamol (asetaminofen) merupakan golongan para aminofenol bersama
dengan fenasetin. Efek samping golongan ini serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sedang, dan dapat menurunkan suhu
tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Efek samping dari
Universitas Sumatera Utara
10
parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama
dapat menyebabkan kerusakan hati (Dermawan, 2015).
Parasetamol (asetaminofen) mempunyai kerja sebagai obat analgesik dan
antipiretik, tetapi tidak mempunyai aktivitas anti – inflamasi atau antitrombotik.
Parasetamol hanya menghambat sintesis prostaglandin secara lemah dan tidak
mempunyai efek pada agregasi platelet (Stinger, 2009).
2.5 Uji Disolusi
Uji Disolusi didefenisikan sebagai proses suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses zat padat
melarut. Secara prinsip, proses ini dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dan
pelarut (Ansel, 1989).
Secarasingkatalat untuk menguji karakteristik disolusi dan sediaan padat kapsul
atau tablet terdiri dari (Ansel, 1989):
1. Motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat diubah.
2. Keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk ditempelkan
keujung batang pengaduk.
3. Bejana dari gelas, atau bahan lain yang inert dan transparan dengan
volume 1000 ml, bertutup sesuai dengan di tengah-tengahnya ada tempat untuk
menempelkan pengaduk dan ada lubang tempat masuk pada 3 tempat, dua untuk
memindahkan contoh dan satu untuk menempatkan termometer.
4. Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi
(seperti yang dicantumkan dalam masing-masing monografi) ditempatkan dalam
bejana dan biarkan mencapai temperatur 37°C±0,5°C. Kemudian satu tablet atau
satu kapsul yang diuji dicelupkan ke dalam bejana atau ditempatkan dalam
Universitas Sumatera Utara
11
keranjang dan pengaduk diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam
monografi. Pada waktu-waktu tertentu contoh dari mesin diambil untuk analisis
kimia dari bagian obat yang terlarut. Tablet atau kapsul harus memenuhi
persyaratan seperti yang tertera dalam monografi untuk kecepatan disolusi.
Menurut Depkes RI (1995), ada dua metode alat uji disolusi sesuai dengan yang
tertera dalam masing-masing monografi:
a. Alat 1 (Tipe Keranjang)
Alat terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca, suatu motor, suatu batang
logam yang digerakkan oleh motor dan wadah disolusi (keranjang) berbentuk
silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm-175 mm, diameter 98
mm−106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Batang logam berada pada posisi
sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu
vertikal wadah dan berputar dengan halus dan tanpa goyangan. Sebuah tablet
diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yang diikatkan pada bagian
bawah batang logam yang digerakkan oleh motor yang kecepatannya dapat diatur.
Wadah dicelupkan sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai sehingga dapat
mempertahankan suhu dalam wadah pada 37°C ±0,5°C selama pengujian dan
menjaga agar gerakan air halus dan tetap.
b. Alat 2 (Tipe Dayung)
Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri
dari daun dan batang logam sebagai pengaduk. Daun melewati diameter batang
sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi dengan jarak
25 mm ±2 mm antara daun dan bagian dasar wadah yang dipertahankan selama
pengujian berlangsung. Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah
Universitas Sumatera Utara
12
sebelum dayung mulai berputar. Gulungan kawat berbentuk spiral dapat
digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan.
2.6 Spektrofotometri UV
2.6.1 Defenisi spektrofotometri UV
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi, spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang (Gandjar dan Rohman, 2007).
Metode spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran intensitas sinar ultraviolet
dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya
tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit
terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrofotometri UV-Vis biasanya
digunakan untuk molekul organik di dalam larutan. Spektrumnya mempunyai
daerah yang lebar dan sedikit informasi yang bisa didapatkan dari spektrum ini,
tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Sinar
ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan visible berada
pada panjang gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004).
2.6.2 Instrumen
Komponen-komponen suatu spektrofotometer meliputi sebagai berikut:
a. Sumber cahaya
Universitas Sumatera Utara
13
Lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari 190-
350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk
daerah visible (pada panjang gelombang antara 350-900 nm) (Gandjar dan
Rohman, 2007).
b. Monokromator
Digunakan untuk mendispersikan sinar kedalam komponen-komponen panjang
gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit). Monokromator
berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada
sampel sebagai scan instrumen melewati spektrum (Gandjar dan Rohman, 2007).
c. Optik-optik
Dapat didesain untuk memecah sumber sinar, sehingga sumber sinar melewati 2
kompartemen, dan sebagaimana dalam spektrofotometer berkas ganda (double
beam), suatu larutan blanko dapat digunakan dalam suatu kompartemen untuk
mengkoreksi pembacaan atau spektrum sampel. Yang paling sering digunakan
sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah semua pelarut yang digunakan
untuk melarutkan sampel atau pereaksi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Universitas Sumatera Utara
14
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu percobaan
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Quality Controlindustri PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan Jalan Raya Tanjung Morawa Km. 9
pada bulan Februari 2017.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat disolusi (tipe
dayung) (Merk Hanson Type G2 Elite 8 (AL-04-0035)), beaker glass, labu
tentukur, pipet volum, dan perangkat spekrofotometri ultraviolet (Agilent 8453).
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tablet
parasetamol 500 mg produksi PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan,
buffer fosfat pH= 5,8, baku parasetamol, aquades.
3.3 Prosedur
3.3.1 Pembuatan buffer fosfat pH = 5,8
Ditimbang KH2PO4 sebanyak 68,10 gr, masukkan kedalam beaker glass.
Ditambahkan 18 ml NaOH 2N dilarutkan dalam 10 L aquades dan dihomogenkan.
Universitas Sumatera Utara
15
3.3.2 Pembuatan larutan standar baku parasetamol
Ditimbang seksama 55,55 mg baku parasetamol, masukkan dalam labu ukur 100
ml. Ditambahkan ± 20 ml pelarut(buffer fosfat pH 5,8), laludisonikasi selama 10
menit, dicukupkansampai batas tanda, dan dihomogenkan.
3.3.3 Proses disolusi dan pengambilan larutan sampel parasetamol
Ditimbang bobot tablet satu persatu sebanyak 6 tablet, dicatat bobotnya. Diisi
tabung disolusi dengan media (buffer fosfat) masing-masing sebanyak 900 ml.
Dipanaskan media hingga suhu ± 37°C, dengan cara menekan “HEATER”
(kontrol dengan termometer bila perlu). Setelah suhu sesuai, dimasukkan tablet
yang telah ditimbang kedalam masing-masing tabung (satu tablet per tabung).
Ditekan tombol “ON” pada alat, diatur waktu dengan menggunakan timer selama
30 menit. Setelah selesai, dipipet 30 ml larutan sampel dari masing- masing
tabung disolusi dengan menggunakan spuit 100 ml (posisi alat dayung masih
berputar) dimasukkan kedalam beaker glass berukuran 50 ml (satu sampel per
beaker glass).
3.3.4 Analisis larutan standar dan hasil disolusi sampel tablet parasetamol
secara spektrofotometri UV
3.3.4.1 Analisis larutan standar parasetamol
Dipipet 1 ml larutan standar kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml,
ditambahkan buffer fosfat pH 5,8 sampai garis tanda kemudian dikocok hingga
homogen dan dimasukkan kedalam kuvet kemudian dibaca absorbansinya pada
panjang gelombang 200-400 nm.
Universitas Sumatera Utara
16
3.3.4.2 Analisis hasil uji disolusi sampel tablet parasetamol
Dipipet 1 ml larutan sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml, ditambahkan buffer fosfat pH 5,8 sampai garis tanda kemudian dikocok
hingga homogen dan dimasukkan kedalam kuvet kemudian dibaca absorbansinya
pada panjang gelombang 200-400 nm.
Universitas Sumatera Utara
17
3.4 Perhitungan
3.4.1 Perhitungan konsentrasi larutan standar dan larutan sampel parasetamol
3.4.1.1 Konsentrasi larutan standar parasetamol
Konsentrasi larutan standar parasetamol dapat di tulis dengan rumus :
x
Dimana :
Bst = Berat standar
3.4.1.2 Konsentrasi larutan sampel parasetamol
Konsentrasi larutan sampel parasetamol dapat ditulis dengan rumus :
x
Dimana :
Bsp = Berat sampel
3.4.2Perhitungan kadar hasil uji disolusi tablet parasetamol
Kadar = x x x x Kst
Dimana :
Asp : Absorbansi sampel
Ast : Absorbansi standar
Bst : Berat standar
Bsp : Berat sampel
Kst : Kadar standar
Universitas Sumatera Utara
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Standar Parasetamol
Penetapan kadar standar parasetamol menggunakan metode spektrofotometri
ultraviolet ini diukur pada panjang gelombang yaitu 243 nm. Hasil spektrum dapat
dilihat pada Gambar 2.
Ga
mbar 2. Panjang Gelombang standar parasetamol
Menurut Ditjen POM (1995), penetapan kadar parasetamol dilakukan pada λ 243
nm. Pengujian dan penetapan kadar secara spektrofotometri pada Farmakope
Indonesia Edisi IV memerlukan baku pembanding (larutan standar). Hal ini untuk
memastikan bahwa pengukuran dilakukan pada kondisi yang sama untuk
spesimen uji dan zat pembanding. Penetapan kadar baku pembanding harus
disiapkan dan dilakukan pengamatannya dengan cara yang praktis sama dengan
yang dilakukan untuk sampel uji.
Universitas Sumatera Utara
19
Tabel. 1 Hasil Pengukuran Standar Parasetamol
NO Berat Standar (mg)
Absorbansi Standar
Konsentrasi standard (mg/ml)
Kadar zat terlarut (%)
1 55,55 0,36752 0,005555 100,269
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa standar tablet parasetamol 55,55 mg dengan
konsentrasi 0,0055 mg/ml (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1)
parasetamol = 100,269 %,hal ini menunjukkan bahwa hasil penetapan kadar
standar parasetamol sesuai dengan persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV
dimana tablet parasetamol tidak kurang dari Q + 5% = 85% ; Q = 80% dari
jumlah yang tertera pada etiket(Ditjen POM, 1995).
4.2 Hasil Analisis Uji Disolusi 6 sampelTablet Parasetamol
Analisis sampel tablet parasetamol dilakukan dengan menggunakan
metode spektrofotometri ultraviolet. Sebelum dianalisis dengan spektrofotometer
terlebih dahulu tablet parasetamol didisolusi dengan metode dayung dan
menggunakan buffer posfat pH 5,8. Setelah itu dipipet 5 ml hasil uji disolusi dari
tabung disolusi ke dalam labu ukur 100 ml, dilarutkan dengan buffer posfat
sampai garis tanda. Setelah itu larutan sampel diuji spektrofotometri ultraviolet.
Perlakuan ini dilakukan sebanyak 6 kali pada sampel tablet parasetamol.Spektrum
dapat dilihat pada Gambar 3.
Universitas Sumatera Utara
20
Gambar 3. Panjang gelombang sampel tablet parasetamol
Sampel tablet parasetamol diukur pada λ 243 nm, sama seperti pada
standar. Hasil penetapan kadar sampel tablet parasetamol dapat dilihat pada tabel
2.
Tabel.2 Hasil Disolusi Sampel Parasetamol
NO Berat Sampel (mg)
Absorbansi sampel
Konsentrasi sampel (mg/ml)
Kadar zat terlarut (%)
1 555,9 0,35681 0,0061
97,406
2 601,9 0,33550 0,0066
91,284
3 606,1 0,34994 0,0067
94,553
4 604,2 0,34970 0,0067
94,786
5 603,3 0,35573 0,0067
96,564
6 605,7 0,35620 0,0067
96,308
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 6 sampel hasil uji disolusi tablet
parasetamol dengan konsentrasi 0,0061 mg/ml, 0,0066 mg/ml, 0,0067 mg/ml,
0,0067 mg/ml, 0,0067 mg/ml, 0,0067 mg/ml (perhitungan konsentrasi dapat
dilihat pada Lampiran 2), yang ditetapkan kadarnya dengan spekrofotometri
ultraviolet diperoleh hasil 97,406%, 91,284%, 94,553%, 94,786%, 96,564%,
Universitas Sumatera Utara
21
96,308% (Perhitungan kadar zat terlarut dapat dilihat pada Lampiran 3). Hal ini
menunjukkan kadar parasetamol yang diproduksi pada PT Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan pada Farmakope Indonesia Edisi IV
yaitu tidak kurang dari Q + 5% = 85% ; Q = 80% dari jumlah yang tertera pada
etiket (Ditjen POM, 1995).
Farmakope Indonesia Edisi IV menyatakan, kecuali dinyatakan lain dalam
masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut
dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Pengujian dilanjutkan
sampai tiga tahap, Pada tahap 1 (S1), 6 tablet diuji. Bila pada tahap ini tidak
memenuhi syarat, maka akan dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap 2 (S2).
Pada tahap ini 6 tablet tambahan diuji lagi. Bila tetap tidak memenuhi syarat,
maka pengujian dilanjutkan lagi ke tahap 3 (S3). Pada tahap ini 12 tablet
tambahan diuji lagi (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Universitas Sumatera Utara
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kadar zat terlarut dari hasil uji disolusi tiap satuan tablet parasetamol
produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yaitu tablet 1 = 97,406%,
tablet 2 = 91,284%, tablet 3 = 94,553%, tablet 4 = 94,786%, tablet 5 = 96,564%,
tablet 6 = 96,308%,telah memenuhi syarat sesuai dengan yang tertera pada
Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tiap unit tidak kurang dari Q + 5% = 85%,
dimana Q = 80%.
5.2 Saran
Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menetapkan kadar
tablet parasetamol dengan metode lainnya seperti metode kromatografi cair
kinerja tinggi untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.
Universitas Sumatera Utara
23
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Empat. Jakarta: UI
Press. Hal. 244-249.
Dachriyanus, (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Padang: Andalas University Press. Hal. 1.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Jakarta Hal. 648-651.
Dermawan, D. (2015). Farmakologi Untuk Keperawatan. Yogyakarta: Gosye
Publishing. Hal. 79.
Gandjar & Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.
261-262.
Munson, J.W. (1984). Pharmaceutical Analysis Modern Methods. Penerjemah:
Harjana. (1991). Analisis Farmasi Metode Modern. Surabaya: Airlangga
University Press. Halaman 334.
Sardjoko. (1992). Rancangan Obat. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas
Press Hal. 3.
Siregar., C., dan Wikarsa. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar
Praktis. Jakarta: EGC. Hal. 17.
Stringer, J. L. (2009). Konsep Dasar Farmakologi Paduan Untuk Mahasiswa .
Edisi Ketiga. Jakarta: EGC. Hal. 239.
Sudjadi., dan Rohman, A. (2008). Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. Hal. 49-51.
Widodo, R. (2004). Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat.
Yogyakarta: Kreasi Wacana. Hal. 21-22.
Zaman, Nanizar., dan Joenoes. (1995). Ars Prescribendi Resep Yang Rasional
Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 27.
Universitas Sumatera Utara
24
Lampiran 1. Perhitungan konsentrasi larutan standar parasetamol
Konsentrasi larutan standar parasetamol
Konsentrasi larutan standar parasetamol dapat di tulis dengan rumus :
x
Dimana :
Bst = Berat standar
x = 0,0055 mg/ml
Universitas Sumatera Utara
25
Lampiran 2. Perhitungan konsentrasi larutan sampel parasetamol
Konsentrasi larutan sampel parasetamol
Konsentrasi larutan sampel parasetamol dapat ditulis dengan rumus
x
Dimana :
Bsp = Berat sampel
Konsentrasi 1 = x = 0,0061 mg/ml
Konsentrasi 2 = x = 0,0066 mg/ml
Konsentrasi 3 = x = 0,0067 mg/ml
Konsentrasi 4 = x = 0,0067 mg/ml
Konsentrasi 5 = x =0,0067 mg/ml
Konsentrasi 6 = x =0,0067 mg/ml
Universitas Sumatera Utara
26
Lampiran 3. Perhitungan Hasil Uji Disolusi Sampel Parasetamol
Perhitungan kadar dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar = x x x x Kst
Dimana :
Asp : Absorbansi sampel
Ast : Absorbansi standar
Bst : Berat standar
Bsp : Berat sampel
Kst : Kadar standar
Kadar 1 = x x x x Kst
= x x x x100.269% = 97.406%
Kadar 2 = x x x x Kst
= x x x x 100.269% = 91.284%
Kadar 3 = x x x x Kst
= x x x x100.269% = 94.553%
Kadar 4 = x x x x Kst
= x x x x 100.269% = 94.786%
Kadar 5 = x x x x Kst
Universitas Sumatera Utara
27
= x x x x100.269% = 96.564%
Kadar 6 = x x x x Kst
= x x x x100.269% = 96.308%
Universitas Sumatera Utara
28
Lampiran 4. Gambar Alat disolusi Hanson Type G2 Elite 8 (AL-04-0035) dan
Alat spektrofotometri ultraviolet (agilent 8453)
A.Gambar Alat disolusi Hanson Type G2 Elite 8 (AL-04-0035)
B. Gambar Alat spektrofotometri ultraviolet (agilent 8453)
Universitas Sumatera Utara
29
Universitas Sumatera Utara