12
Penetapan Kadar Sari I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu, yaitu air dan etanol. III. Teori Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Kemajuan pengetahuan dan tekhnologi modern tidak mampu menggeser peranan obat tradisional, bahkan pada saat ini pemerintah tengah menggalakkan pengobatan kembali ke alam. Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan pengobatan modern. Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan tekhnologi juga dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat tradisional tersebut. Pengembangan obat tradisional juga didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, tentang fitofarmaka, 1

Penetapan Kadar Sari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari

I. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia.

2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia.

II. Prinsip Percobaan

Penentuan kadar sari berdasarkan jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang

dapat tersari dalam pelarut tertentu, yaitu air dan etanol.

III. Teori

Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara turun

temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan tradisional

dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan

masyarakat. Kemajuan pengetahuan dan tekhnologi modern tidak mampu menggeser

peranan obat tradisional, bahkan pada saat ini pemerintah tengah menggalakkan

pengobatan kembali ke alam.

Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan pengobatan

modern. Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan

tekhnologi juga dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang

diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat tradisional

tersebut. Pengembangan obat tradisional juga didukung oleh Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, tentang fitofarmaka, yang berarti diperlukan adanya

pengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan

galenik.

Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan

standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang

seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut.

Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan

untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu

simplisa meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam,

kadar sari larut air, kadar sari larut etanol serta kadar senyawa identitas.

1. Penetapan kadar sari bahan obat tradisional

Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan

senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini

1

Page 2: Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari

dilakukan untuk simplisia yang tidak ada cara yang memadahi baik kimia atau

biologi untuk penentuan konstituen aktifnya. Penetapan kadar sari dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari

yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang

terkandung dalam simplisia.

a. Penetapan kadar sari yang larut dalam air

Sampel serbuk sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL

kloroform, ekstraksi dilakukan dalam labu bersumbat, berkali-kali dikocok

selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sebanyak 20

mL filtrat disaring dan diuapkan sampai kering dalam cawan porselen, hasil

penguapan dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam

persen sari larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di

udara.

b. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol

Sampel serbuk sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL

etanol 95%, ekstraksi dilakukan dalam labu bersumbat, berkali-kali dikocok

selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Filtrat disaring

lalu diambil sebanyak 20 mL filtrat dan diuapkan sampai kering dalam

cawan porselen, hasil penguapan dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot

tetap. Kadar sari larut dalam etanol 95% dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan di udara.

2. Penetapan kadar tannin

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar tanin dalam bahan baku

obat tradisional. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan kualitas dan

kemurnian dari simplisia yang diuji.

3. Penetapan kadar abu

Abu adalah sisa pembakaran sempurna bahan organik (residu yang tidak

menguap bila suatu bahan dibakar dengan cara tertentu). Secara kimia abu dapat

didefinisikan sebagai oksida logam dan bahan-bahan lain yang tidak dapat

dibakar. Dalam kaitan dengan simplisia, abu merupakan indicator derajat

kebersihan penanganan simplisia.

2

Page 3: Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari

Secara alami didalam simplisia terdapat logam. Logam-logam ini

merupakan komponen hara tumbuhan yang dapat merupakan komponen molekul

penting dalam reaksi biokimiawi tumbuhan. Logam-logam tersebut merupakan

abu fisiologis. Sebagian besar abu fisiologis ini larut air. Pada saat penyiapan,

simplisia dapat terkotaminasi oleh tanah, pasir, dsb. Pasir merupakan senyawa

silikat yang tidak terbakar. Senyawa silikat ini tidak larut asam, sehingga

merupakan komponen penyusun abu tidak larut asam. Oleh karena itu, kadar abu

dalam simplisia harus ditentukan untuk melihat kadar senyawa pengotor yang

terkandung di dalamnya. Bila kadar abu simplisia melebihi persyaratan yang

ditentu maka simplisia tersebut tidak boleh digunakan untuk bahan baku

pembuatan obat tradisional.

4. Penetapan logam berat

Logam berat merupakan bahan berbahaya yang sama sekali tidak

diperbolehkankan ada dalam simplisia. Pengujian ini sangat penting untuk

menjamin keamanan dari bahan baku maupun produk obat tradisional jadi yang

siap dikonsumsi.

5. Penetapan kadar minyak atsiri

Minyak atsiri adalah kandungan utama beberapa simplisia bahan baku obat

tradisional. Minyak atsiri sering disebut volatile oil, oleh karena sifatnya yang

sangat mudah menguap, bahkan dalam suhu kamar. Kadar minyak atsiri dapat

menunjukkan kualitas dari simplisia yang diperiksa.

Selain mengerjakan pemeriksaan di atas, laboratorium juga menentukan

berat jenis, rotasi optik, indeks bias, pH minyak berkhasiat dari bahan baku serta

menetapkan kadar bahan pembantu berdasarkan farmakope Indonesia.

Pengetahuan akan kandungan kimia suatu tumbuhan merupakan suatu langkah

awal pemahaman tumbuhan tersebut sebagai obat. Hal ini dapat digunakan untuk

mengatasi permasalahan penyakit yang berkembang di masyarakat. Tanaman Sidaguri

(Sida rhombifolia) dengan rasa yang manis pedas dan sifat herbanya yang sejuk,

menurut literatur memiliki aktifitas antiradang, penghilang nyeri (analgesik), peluruh

kencing (diuretik), peluruh haid, dan pelembut kulit. Akarnya yang manis dan bersifat

3

Page 4: Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari

sejuk, dapat merangsang enzim pencernaan, mempercepat pematangan bisul, dan dapat

berfungsi juga sebagai antiradang.

Sida rhombifolia

IV. Alat dan Bahan

Alat:

1. Seperangkat alat maserasi

2. Cawan penguap

3. Labu tersumbat

4. Gelas ukur

5. Corong

Bahan:

1. Herba Sidaguri

2. Aquadest

3. Kloroform

4. Etanol (95%)

V. Prosedur Percobaan

a. Penetapan kadar sari larut air

1. Sejumlah lima gram serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi

selama 24 jam dengan 100 mL air-kloroform P menggunakan labu bersumbat

sambil sekali-kali dikocok pada enam jam pertama kemudian dibiarkan selama

18 jam.

2. Disaring dan 20 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal yang

berdasar rata yang telah ditara kemudian sisanya dipanaskan pada suhu 105°C

hingga bobot tetap.

3. Kadar sari yang larut air dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan di udara.

b. Penetapan kadar sari larut etanol

4

Page 5: Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari

1. Sejumlah lima gram serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi

selama 24 jam dengan 100 mL etanol (95%) menggunakan labu bersumbat

sambil sekali-kali dikocok pada enam jam pertama kemudian dibiarkan selama

18 jam.

2. Disaring dan 20 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal yang

berdasar rata yang telah ditara kemudian sisanya dipanaskan pada suhu 105°C

hingga bobot tetap.

3. Kadar sari yang larut air dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan di udara.

VI. Pengamatan

a. Pengamatan langkah kerja

Langkah Kerja Pengamatan

Penimbangan bahan

Dimaserasi dalam labu tertutup

Pengocokan secara konstan

5

Page 6: Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari

Penyaringan

Filtrat yang terkumpul dipanaskan hingga didapat bobot tetap

Perhitungan kadar sari

b. Data

1. Penimbangan

Cawan 1 (sari larut air) : 84,69 gram

Cawan 2 (sari larut etanol) : 87,26 gram

Cawan + sari larut air : 84,78 gram

Cawan + sari larut air : 87,28 gram

2. Perhitungan

Kadar sari larut air (20 mL filtrat) ¿(84,78−84,69 ) x 10

5 gramx100 %=18 %

6

Page 7: Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari

Kadar sari larut etanol (10 mL filtrat)¿(87,28−87,26 ) x 5

5 gramx 100 %=2 %

7

Page 8: Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari

VII. Pembahasan

Pada percobaan kali ini, dilakukan penetapan kadar sari larut air dan larut etanol

dari simplisia herba sidaguri (Sida rhombifolia). Untuk penetapan kadar sari larut air,

digunakan air yang dijenuhkan dengan kloroform. Sedangkan untuk penetapan kadar

sari larut etanol, digunakan etanol 95%. Penetapan ini berdasarkan pada jumlah

kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut, yaitu air dan

etanol.

Simplisia yang digunakan adalah herba sidaguri sebanyak 5 gram. Untuk

penetapan kadar sari larut air, simplisia dimasukkan kedalam 100 mL air yang telah

dijenuhkan dengan 2 tetes kloroform, sesuai dengan yang terdapat pada literatur,

sebanyak 1 liter air dapat dijenuhkan dengan 1 mL kloroform. Penjenuhan tersebut

bertujuan agar pelarut tidak menarik kembali senyawa lain yang semipolar, tetapi sari

dalam simplisia. Simplisia dalam pelarut kemudian dikocok dalam labu tertutup selama

6 jam dan didiamkan selama 18 jam. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat tingkat

kelarutan, sehingga kadar yang tersari dalam pelarut semakin banyak.

Dari hasil penyaringan, diambil sebanyak 10 mL filtrat. 10 mL pertama filtrat

tidak digunakan karena mengandung pengotor yang terdapat pada kertas saring. Jumlah

penggunaan filtrat tersebut mempengaruhi bilangan pengali yang digunakan pada

perhitungan kadar sari.

Filtrat yang didapat kemudian dipanaskan dalam cawan penguap hingga bobot

tetap. Hasil pemanasan dalam cawan kemudian didinginkan, jika perlu dapat digunakan

desikator. Pendinginan dilakukan dengan seksama karena dapat mempengaruhi massa

filtrat yang telah dipanaskan dalam cawan. Setelah cawan dingin, kemudian dilakukan

penimbangan dan perhitungan kadar sari larut air dapat dilakukan.

Pada penetapan kadar sari larut etanol, prosedur yang dilakukan serupa dengan

penetapan kadar sari larut air, tetapi pelarut yang digunakan adalah etanol 95%.

Penjenuhan dengan kloroform tidak diperlukan karena etanol sudah merupakan pelarut

organik universal yang dapat menyari secara baik senyawa dalam simplisia.

Pada proses penyaringan, terdapat perbedaan yang signifikan antara pembentukan

filtrat pada sari larut air dan sari larut etanol. Simplisia lebih cepat terlarut dalam etanol

dan filtrat lebih cepat terbentuk. Untuk proses penguapan selanjutya, dapat digunakan

20 mL sari larut etanol.

8

Page 9: Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari

Pemanasan filtrat dengan etanol dilakukan menggunakan oven. Disebabkan

perbedaan titik didih pelarut. Setelah didapat ekstrak kering, kemudian dilakukan

prosedur seperti pada penetapan kadar sari larut air.

VIII. Kesimpulan

Pada penetapan kadar sari simplisia herba sidaguri, didapat kadar sari larut air sebanyak

18% dan kadar sari larut etanol sebanyak 2%.

9

Page 10: Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, DepKes RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta, 194-197.

WHO. 1998. Quality control method for medicinal plant material.

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/531/jbptitbpp-gdl-nendensz10-26519-1-laporan-g.pdf

10