peng ortu.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    1/32

    5

    BAB II

    KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA

    A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA

    1. Pengertian Orang Tua

    Yang dimaksud orang tua adalah pendidik atas dasar hubungan

    darah. 1 Fungsi dan peran orang adalah sebagai pelindung setiap anggota

    keluarga, orang tua merupakan kepala keluarga. Keluarga adalah sebagai

    persekutuan hidup terkecil dari masyarakat negara yang luas. Pangkal

    ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga mengingat

    pentingnya hidup keluarga itu maka Islam memandang keluarga bukan

    hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni

    sebagai lembaga hidup manusia yang dapat memberi kemungkinan celaka

    dan bahagianya anggota-anggota keluarga tersebut dunia dan akherat. 2

    Jadi dapat penulis simpulkan bahwa orang tua adalah orang yang

    usianya lebih tua dan mampu memberikan perlindungan serta bimbingan.

    Orang tua mempunyai fungsi pendidik karena seorang anak pertama kali

    memperoleh pengetahuan dari orang tuanya terutama ibu, ayah serta

    anggota lainnya. Dengan demikian kepribadian seseorang terbentuk

    sebagai hasil perpaduan antara warisan sifat-sifat, bakat orang tua dan

    lingkungan di mana ia berada berkembang. Lingkungan pertama yang

    mula-mula memberikan pengaruh yang mendalam adalah keluarga sendiri.

    2. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

    Pola asuh merupakan pola sikap mendidik dan memberikan

    pelakuan terhadap anak. 3 Yulia Singgih D. Gunarso mengemukakan

    1 Soegarda Poerbakawatja, Harahap, Ensiklopedi Pendidikan , (Jakarta : Gunung Agung,1982), hlm. 263

    2 Arifin, Hubungan Timbal Balik Hubungan Agama Pendidikan Agama di LingkunganSekolah dan Keluarga, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1978), hlm 79

    3 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : Remaja RosdaKarya: 2000), hlm 48

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    2/32

    6

    bahwa Pola Asuh tidak lain merupakan metode atau cara yang dipilih

    pendidik dalam mendidik anak-anaknya yang meliputi bagaimana

    pendidik memperlakukan anak didiknya.4 Jadi yang dimaksud pendidik

    adalah orang tua terutama ayah dan ibu.

    Sedangkan secara etimologi pendidikan oleh Jhon Dewey diartikan

    sebagai berikut Etymologically the word education means just a process

    of leading or bringing up, wen have th out come of the process in mind we

    speak of education as shopping, forming, molding, activity. 5

    Secara etimologi kata pendidikan maksudnya adalah suatu proses

    memimpin atau mengasuh, jika kita renungkan inti proses itu maka kita

    akan berbicara tentang pentingnya pendidikan itu sebagai pembentuk

    perbuatan, pembinaan dan mengarahkan aktivitas.

    Menurut Chabib Thoha Pola Asuh orang tua adalah merupakan

    suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak

    sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. 6 Menurut

    Kohn (1971) yang dikutib oleh Chabib Thoha; mengemukakan pola asuh

    merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya. Sikap

    ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua

    memberikan pengaturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan

    hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua

    memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan anak. Dengan

    demikian yang dimaksud dengan Pola Asuh Orang Tua adalah bagaimana

    cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidakl langsung. 7

    Cara mendidik secara langsung bentuk-bentuk asuhan orang tua

    yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan, ketrampilan

    yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman,

    penciptaan situasi, pemberian hadiah sebagai alat pendidikan. Dalam

    4 Yulia Singgih D. Gunarso, Azas psikologi Keluarga Idaman , (Jakarta; BPR GunungMulia : 2000), hlm 44

    5 Jhon Dewey, Demokrasi and Education, The Macmilan Companya, (New York : 1964).6 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996),

    hlm 1097 Ibid, hlm 110

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    3/32

    7

    situasi seperti ini yang diharapkan muncul dari anak adalah efek

    intruksional yakni respon-respon anak terhadap pendidikan itu.

    Pendidikan secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan sehari-hari baik tutur kata sampai kepada adat kebiasaan pola hidup, hubungan

    antara orang tua dan keluarga, masyarakat, hubungan suami istri, semua

    ini secara tidak sengaja membentuk situasi dimana anak selalu bercermin

    terhadap kehidupan sehari-hari dari orang tuanya. 8

    Dalam pembentukan Akhlak anak, peranan orang tua sangatlah

    besar, oleh karena itu sikap dan tingkah laku orang tua dapat mendukung

    agar tujuan tercapai, sikap orang tua seharusnya menerima keberadaan

    anak, sehingga anak merasa aman. Anak yang merasa dirinya aman dan

    mencurahkan kesulitan yang dihadapinya, karena merasa bahwa orang

    tuanya akan membantu memecahkan masalah yang dihadapi anak

    tersebut. Dengan demikian anak akan berani menghadapi masalah bukan

    menghindari.

    Dari pendapat-pendapat di atas, penulis memberikan batasan

    tentang pengertian Pola Asuh Orang Tua yaitu suatu cara/model

    bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuknya manusia yang

    berkepribadian yang dilandasi dengan kesadaran yang berlangsung dalam

    lingkungan yang ditetapkan orang tua.

    3. Fungsi dan Peran Orang Tua

    Dalam keluarga orang tua merupakan orang tua pertama yang

    bertanggung jawab terhadap proses hubungan dalam keluarga, antara lain

    sebagai tauladan bagi anak, mengarahkan tata cara bergaul dan pendidikan

    bagi anak-anaknya. 9 Dan untuk melaksanakan semua itu orang tua harus

    memerankan fungsi sebagai pelindung, pemelihara dan juga sebagai

    pendidik.

    8 Ibid, hlm 1119 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan (Jogyakarta : Aditya Media,

    1999), hlm 90

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    4/32

    8

    Fungsi ini terwujud secara langsung diberikan oleh Allah sendiri

    sebagai hal yang tergambar dalam firmannya sebagai berikut:

    ( : (

    Hai orang-orang yang beriman pelihara dirimu dan keluargamu dari siksaapi neraka (Q.S At-Tahrim : 6). 10

    Dari kewajiban yang dipikulkan oleh ayat tersebut atas pundak orang tua

    dapat dibedakan dua macam tugas yaitu :

    a. Orang tua berfungsi sebagai pendidik anak.

    Melatih anak suatu hal yang sangat penting sekali karena anak

    sebagai amanat orang tuanya. Hati anak suci bagaikan mutiara

    cemerlang bersih dari segala ukiran serta gambaran ia dapat mampu

    menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong kepada segala

    yang dicondongkan kepadanya. Maka bila ia dibiasakan kearah

    kebaikan dan diajarkan kebaikan jadialah ia baik dan berbahagia dunia

    akhirat, tetapi bila dibiasakan jelek dan dibiarkan tanpa adanya

    pengawasan maka celaka dan rusaklah ia. Untuk itu wajiblah orangtua menjaga anak dari perbuatan dosa dari mendidik dan mengajar

    berakhlak bagus, menjaga dari teman-temannya yang jahat dan tak

    boleh membiarkan anak dengan bernikmat-nikmat. 11

    Ayah dan ibu merupakan dwi tunggal yang bersama-sama

    dalam keluarga yang dijalin dengan kerjasama dan saling pengertian

    dan sebaik-bainya, agar timbul keserasian dalam menunaikan tugas

    tersebut baik yang bersifat paedagogis atau psikologis dalam

    pembentukan watak/sikap seorang anak.12

    10 Soenaryo, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang : Toha Putra, 1997), hlm 9011 Arifin, Op.cit, hlm 8012 Ibid, hlm 88

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    5/32

    9

    b. Orang tua berfungsi sebagai pelindung dan pemelihara keluarga

    Disamping orang tua memiliki kekuasaan pendidikan, juga

    mempunyai tugas melindungi keluarga yakni orang tua harusmemelihara keselamatan kehidupan keluarganya baik moril maupn

    materiilnya. Setiap orang tua mempunyai tanggung jawab dan anak

    merupakan amanat yang harus dijaga dan dipelihara, karena dihadapan

    Allah akan dimintai pertanggung jawaban atas amanat itu

    sebagaimana sabda rasulullah SAW :

    13

    Semua kamu adalah pemimpin dan semua kamu akan dimintai pertanggung jawaban atas yang kamu pimpin

    Dilihat dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap

    anak, maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa

    dipikulkan kepada orang lain sebab guru dan pemimpin umat umumnya

    dalam memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah keikutsertaan.

    Dengan kata lain yang karena satu dengan yang lain tidak mungkin

    melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.

    Orang tua bertanggung jawab dalam kelangsungan keluarga.

    Salah satu tugas utama orang tua mendidik keturunnanya, dengan kata lain

    dalam relasi antara anak dan orang tua itu secara kodrati tercakup unsur-

    unsur pendidikan guna membangun kepribadian anak dan

    mendewasakannya 14.

    Yulia Singgih D. Gunarsa mengemukakan bahwa orang tua

    memiliki peranan penting dalam perkembangan anak, peranan tersebut

    diantaranya :

    13 Shohih Bukhori, Juz III, (Semarang : Maktabatul Munawaroh), hlm. 25714 Kartini Kartono, Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Nasional, (Jakarta : PT. Pranya

    Paramita, 1997), hlm 59

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    6/32

    10

    1) Sebagai orang tua (mereka membesarkan, merawat, memelihara dan

    memberikan kesempatan berkembang).

    2) Sebagai guru (mengajarkan ketangkasan motorik, keterampilanmelalui latihan-latihan mengajarkan peraturan-peraturan, tata cara

    keluarga, tata lingkungan, masyarakat, menanamkan pedoman hidup

    bermasyarakat).

    3) Sebagai tokoh teladan, orang tua menjadi tokoh yang ditiru pola

    tingkah lakunya, cara berekspresi, cara berbicara dan sebagainya.

    4) Sebagai pengawas, orang tua memperhatikan, mengamati tingkah laku

    anak, mereka mengawasi anak agar tidak melanggar peraturan

    dirumah diluar lingkungan keluarga (tidak jangan stop). 15

    Kartini Kartono mengemukakan bahwa tugas orang tua ialah

    mendidik keturunannya. Dengan kata lain, dalam relasi dalam anak

    dengan orang tua secara kodrati tercakup unsur pendidikan untuk

    membangun kepribadian anak dan mendewasakannya. Ditambah dengan

    adanya kemungkinan untuk dapat dididik pada diri anak, maka orang tua

    menjadi agen pertama dan terutama yang mampu dan berhak menolong

    keturunanny, serta mendidik anak-anaknya.16

    Pernyataan ini sesuai dengan sabda Nabi, sebagai berikut:

    ) 17 (

    Sesungguhnya Nabi SAW bersabda tidaklah anak yang baru lahir adalahfitrah (suci), kecuali bapaknya yang menjadikan anaknya yahudi nasraniatau majusi.

    15 Yulia Singgih D. Gunarsa, Op cit hlm 4516 Kartini Kartono, Quo Vadis Tujuan PEndidikan, (Bandung : Mandar Maju, 1991), hlm

    6317 Shohih Muslim, Juz 2 , (Bandung : Dahlan), hlm. 458

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    7/32

    11

    Hadits ini mengemukakan bahwa pendidikan agama islam itu

    merupakan tanggung jawab orang tua dan bersifat keharusan, dan

    pengertian fitrah adalah sikap tauhid kepada Allah SWT, yakni untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu orang tua memiliki tanggung

    jawab atas fitrah tersebut, berbagai macam asuhan (cara mendidik) yang

    dilaksanakan orang tua tidaklah satu dengan dengan yang lainnya sebab

    sesuai dengan prinsip mereka masing-masing.

    4. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua

    Pola asuh adalah sikap atau cara orang tua mendidik dan

    mempengaruhi anak dalam mencapai suatu tujuan yang ditujukan oleh

    sikap perubahan tingkah laku pada anak, cara pendidikan dalam keluarga

    yang berjalan dengan baik akan menumbuhkan perkembangan

    kepribadian anak menjadi pribadi yang kuat dan memiliki sikap positif

    jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal.

    Dengan kata lain bahwa anak-anak itu merupakan tanggung jawab

    orang tua, karena itu ayah dan ibu memberikan bekal dan memberikan

    perhatian yang cukup kepada anaknya itu sejak dari masa mengandung

    hingga sampai kepada masa dapat dilepaskan terjun dalam gelombang

    masyarakat. 18

    Cara mendidik anak menurut Syamsu Yusuf LN. terdapat tiga pola

    asuh (gaya perlakuan) orang tua yaitu:

    1. Authoritarian : (sikap aceptance , suka menghukum, memaksa,

    kaku/keras dan bersikap menolak)

    2. Authoritative : (sikap aceptance dan controlnya tinggi, responsif

    terhadap kebutuhan anak, mendorong serta

    memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan

    yang baik dan buruk)

    18 Muhammad RifaI, Pembina Pribadi Muslim , ( Semarang : CV. Wicaksana, 1993), Cet1, hlm 188

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    8/32

    12

    3. Permisive : (sikap aceptance nya tinggi, kontrolnya rendah

    memberi kebebasan anak untuk menyatakan

    dorongan atau keinginannya.19

    Chabib Thoha mengemukakan ada tiga pola asuh orang tua yaitu:

    demokratis, otoriter, dan permissive. 20

    a. Demokratis

    Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang

    tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak

    selalu tergantung kepada orang tua. Orang tua sedikit memberi

    kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya,

    anak didengar pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama

    yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi

    kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga

    sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri

    sendiri. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi

    dalam mengatur hidupnya. 21

    Jadi dapat disimpulkan, bahwa pola asuh demokratis adalah

    pola pendidikan, dimana anak diberi kebebasan dan kesempatan luas

    dalam mendiskusikan segala permasalahannya dengan orang tua, dan

    orang tua mendengarkan, memberi tanggapan, pandangan serta

    menghargai pendapat anak, keputusan dari orang tua selalu

    dipertimbangkan dengan anak-anaknya. Namun orang tua tetap

    menentukan dalam segala pengambilaln keputusan.

    Jadi ciri-ciri pola asuh demokratis menurut Chabib Thoha

    antara lain mendorong anak untuk menyatakan pendapatnya, anak

    diberi kebebasan untuk menentukan apa yang terbaik buat dirinya

    tetapi masih ada kontrol dari pihak orang tua, hubungan antar keluarga

    harmonis. Sedangkan kondisi pola asuh demikian menyebabkan anak

    19 Syamsu Yusuf, Op. Cit . hlm. 5120 Chabib Thoha , Op.Cit, hlm. 111 21 Ibid, hlm. 111

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    9/32

    13

    memiliki sikap sahabat, percaya diri, sopan, berani berpendapat,

    sedang menurut Yulia Singgih dan Syamsu Yusuf antara lain :

    1. Kebebasan anak tidak mutlak2. Menghargai dengan penuh pengertian

    3. Keterangan yang rasional terhadap yang boleh dan tidak boleh

    dilakukan 22

    4. Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak

    5. Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan

    6. selalu menggunakan cara musyawarah dan kesepakatan

    7. Hubungan antar keluarga sangat harmonis dan akrab.

    8. Orang tua selalu memberikan kesempatan kepada anak untuk berkreatifitas 23

    Dan kondisi pola asuh demikian menyebabkan anak memiliki

    ciri-ciri sebagai berikut:

    a. Bersikap bersahabat

    b. Memiliki percaya diri

    c. Mampu mengendalikan ( self control )

    d. Sikap sopan

    e. Mau bekerjasama

    f. Memiliki rasa ingin tahunya tinggi

    g. Mempunyai tujuan atau arah yang jelas

    h. Berorientasi terhadap prestasi

    i. Berani berpendapat 24

    Dari apa yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan

    bahwa pola asuh demokratis itu ditandai oleh adanya dorongan dari

    orang tua untuk anaknya memberi pengertian, dan diskusi. Biasanya

    menempatkan anak pada posisi yang sama pada mereka, anak

    22 Yulia Singgih D. Gunarsa, Op. Cit , hlm 4623 Syamsu Yusuf. Op. Cit , hlm 5224 Ibid, hlm 53

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    10/32

    14

    diberikan kesempatan untuk memberikan saran atau usul-usul yang

    berhubungan dengan masalah anak dengan demikian akan tumbuh

    rasa tanggung jawab pada anak dan akan memupuk kepercayaan dirianak.

    b. Pola Asuh Otoriter

    Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan

    aturan-aturan yang ketat seringkali memaksa anak untuk berperilaku

    seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama

    dirinya sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan

    bertukar pikiran dengan orang tua. Orang tua menganggap bahwa

    semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan

    dengan anak. 25 Sedangkan menurut Yulia Singgih D. Gunarsa Pola

    Asuh Otoriter adalah orang tua menentukan aturan dan batasan

    mutlak yang harus ditaati anak, apabila dilanggar anak dihukum. 26

    Pola asuh otoriter merupakan sikap orang tua yang keras,

    biasanya memberikan batasan yang jelas antara tingkah laku yang

    diperbolehkan dengan tingkah laku yang dilarang. Namun dalam

    mempertahankannya mereka sering mengabaikan kehangatan dan

    moral memberikan dukungan serta semangat diperlukan oleh seorang

    anak. 27

    Pola asuh otoriter adalah suatu sikap mau menang sendiri,

    main bentak, main pukul, anak serba salah, orang tua serba benar.

    Dengan kata lain orang tua menerapkan pola asuh otoriter membatasi

    anak, berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal) mendesak

    anak untuk bertanya mengapa ia harus melakukan hal-hal tersebut

    mekispun sesungguhnya tidak ingin melakukan sesuatu kegiatan yang

    25 Chabib Thoha, Op. Cit, hlm 11126 Yulia Singgih D. Gunarsa, Op.Cit, hlm 4627 Alex Sobur, Butir-butir Mutiara Rumah Tangga, (Kumpulan Tulisan Mengenai

    Pendidikan Anak Cit. 2) ( Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1997), hlm. 57

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    11/32

    15

    diperintah oleh orang tuanya, ia harus tetap melakukan kegiatan

    tersebut disisi lain ia tidak ingin melakukannya.

    Disisi lain orang tua melarang anaknya melakukan sesuatukegiatan meskipun kegiatan tersebut mungkin sangat disenangi atau

    diinginkan oleh sang anak, maka anak harus tetap rela untuk tidak

    melakukannya.

    Ciri-ciri pola asuh otoriter sebagai berikut :

    1. Sikap Aceptance rendah namun kontrolnya tinggi

    2. Suka menghukum secara fisik

    3. bersikap mengomando (mengharuskan anak untuk melakukan

    sesuatu tanpa kompromi).

    4. Bersikap kaku (keras)

    5. Cenderung emosional dan bersikap menolak

    6. Harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh

    membantah

    Akibat dari pola asuh yang otoriter anak akan cenderung

    memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    a. Mudah tersinggung

    b. Penakut

    c. Pemurung tidak bahagia

    d. Mudah terpengaruh dan mudah stres

    e. Tidak mempunyai arah masa depan yang jelas

    f. Tidak bersahabat

    g. Gagap (stuttering) serta rendah diri 29

    Sedangkan menurut Monty P. Satria Darma mengemukakan

    akan dampak dari perlakuan orang tua yang selalu menyakiti

    (memberi hukuman) adalah rasa sakit, secara fisik rasa sakit dapat

    langsung hanya sesaat saja akan tetapi secara psikologi rasa sakit

    29 Syamsu Yusuf, Op. Cit., hlm 51

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    12/32

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    13/32

    17

    Pola asuh permissive menurut Yulia Singgih adalah : anak

    mencari sendiri batasan perilaku baik dan yang tidak baik tanpa

    dituntut kewajiban dan tanggung jawab, kurang kontrol terhadap perilaku anak dan hanya berperan sebagai pemberi fasilitasi serta

    kurang berkomunikasi dengan anak. 32

    Pola asuh ditandai dengan cara orang tua mendidik anak secara

    bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa/muda, ia diberi

    kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang

    dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak

    memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya. Semua apa

    yang telah dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat

    teguran, aturan atau bimbingan. 33

    Syamsu Yusuf mengemukakan bahwa pola asuh permissive

    memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    1. Sikap Acceptance nya tinggi namun kontrolnya rendah.

    2. Memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan/

    keinginannya

    3. Anak diperbolehkan melakukan sesuatu yang dianggap benar oleh

    anak.

    4. Hukuman tidak diberikan karena tidak ada aturan yang mengikat

    5. Kurang membimbing.

    6. Anak lebih berperan dari pada orang tua

    7. kurang tegas dan kurang komunikasi.

    Kondisi permissive ini cenderung mengakibatkan anak

    memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    a. Bersikap impulsif dan ogresif

    b. Suka bersikap memberontak

    c. Kurang memiliki rasa percaya diri

    32 Yulia Singgih, Op.Cit., hlm 4633 Chabib Thoha, Op.Cit., hlm 112

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    14/32

    18

    d. Suka mendominasi

    e. Tidak jelas arahnya

    f. Prestasinya rendah28

    Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pola

    asuh permissive merupakan pola asuh yang memperlakukan anak secara

    bebas untuk berbuat apa saja yang dikehendakinya dan tanpa dituntut oleh

    kewajiban dan tanggung jawab.

    Dari uraian diatas, dapat penulis simpulkan bahwa ada tiga bentuk

    pola asuh yaitu pola asuh otoriter dan pola asuh permissive. Dan ternyata

    pola asuh demokratis dinilai paling baik buat pendidikan anak

    dibandingkan dengan pola asuh yang lain. Hal ini disebabkan pola asuh

    demokratis dapat membentuk anak yang baik, memiliki hubungan sosial

    yang baik, cenderung mempengaruhi anak menjadi dewasa dalam

    bersikap serta membentuk akhlak anak.

    Dalam penulisan ini penulis menggunakan tiga macam pola asuh

    sebagaimana yang dikemukakan oleh (Chabib Thoha, 1996) yakni pola

    asuh demokratis, pola asuh otoriter dan pola asuh permissive. Pemilihan

    ketiga jenis pola asuh ini secara umum diterapkan oleh orang tua dalam

    mendidik dan mengasuh anaknya baik secara terpisah maupun secara

    bersama-sama, ada orang tua yang melaksanakan pola asuh demokratis

    tetapi kadang juga menerapkan pola asuh otoriter dan pola asuh

    permisive. Bahkan sangat sulit menemukanorang tua yang melaksanakan

    satu pola asuh murni tetapi orang tua cenderung menggabungkan ketiga

    pola asuh tersebut.

    Berdasarkan uraian tersebut diatas maka indikator pola asuh dari

    orang tua terhadap anaknya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

    1) Pola asuh demokratis, antara lain mempunyai indikator hubungan

    orang tua anak hangat, hubungan orang tua anak bersifat fleksibel

    28 Syamsu Yusuf, Op. Cit, hlm 52

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    15/32

    19

    dan pemberian tanggung jawab dari orang tua kepada anak yang

    disertai tanggung jawab anak kepada orang tua.

    2) Pola asuh Otoriter, antara lain mempunyai indikator hubungan orangtua anak kurang hangat, orang tua sering merasa berkuasa, dan

    hubungan orang tua dan anak kaku serta penuh formalitas.

    3) Pola asuh permisive, antara lain mempunyai indikator hubungan orang

    tua dan anak kurang terkontrol, orang tua memberikan kebebasan

    kepada anak, dan hubungan orang tua dan anak cenderung acuh tak

    acuh.

    B. AKHLAK1. Pengertian Akhlak

    Anak merupakan amanah dari Allah yang diberikan kepada orang

    tua dan sebagai orang tua berkewajiban mempesiapkan tubuh, jiwa dan

    akhlak anak-anaknya untuk menghadapi pergaulan masyarakat. Kewajiban

    ini merupakan tugas yang ditekankan agama. Jadi dapat dipahami bahwa

    orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya agar

    berakhlak baik dan pengertian dari akhlak adalah :

    Dari segi bahasa ( etimology ), perkataan akhlak merupakan bentuk

    jamak dari kata khulk yang dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti,

    perangai, tingkah laku, atau tabiat. Di dalam Dairatul Maarif dikatakan :

    Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik. 29

    Rahmat Djatnika mengungkapkan kata Akhlak berasal dari bahasa

    arab ( ) bentuk jamak mufradnya khuluq ( yang berarti (

    budi pekerti, sinonimnya etika dan moral. Etika berasal dari bahasa latin

    29 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak , (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1992), hlm. 1

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    16/32

    20

    etos yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin juga mores

    juga bearti kebiasaannya.

    Secara terminologi kata budi pekerti yang terdiri dari budi dan pekerti, budi ialah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan

    kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, ratio , yang disebut karakter.

    Pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh

    perasaan hati yang disebut behaviour, jadi budi pekerti adalah

    merupakan perpaduan dari hasil ratio dan cara yang bermanifestasi pada

    karsa dan tingkah laku manusia. 30

    Akhlak berarti suatu kemantapan (jiwa) yang menghasilkan

    perbuatan atau pengamalan dengan mudah, tanpa harus direnungkan dan

    disengaja. Jika kemantapan itu sedemikian, sehingga menghasilkan amal-

    amal yang baik yaitu amal yang terpuji menurut akal dan syariah

    maka ini disebut akhlak yang baik. Jika amal-amal yang tercela yang

    muncul dari keadaan (kemantapan) itu, maka itu dinamakan akhlak yang

    buruk. 31

    2. Sumber dan Tujuan Akhlak

    a. Sumber Akhlak

    Sumber dari akhlak dalam Islam tidak lain adalah Al-Quran

    dan Al-Hadits Nabi SAW, firman Allah SWT :

    Sesungguhnya engkau ya Muhammad seorang yang berbudi tinggi

    berakhlak utama. 32

    Sabda Rasulullah SAW

    30 Rahmad Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia ), (Jakarta : Panjimas, 1996), hlm.

    2631 Abul Quasem, Etika Al-Ghazali , (Bandung : Pustaka, 1998), hlm 8132 Barmawie Umari, Materi Akhlak , (Solo : Ramandani), hlm. 1

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    17/32

    21

    Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan Akhlak yang utama, budi yang tinggi. 33

    Berdasarkan uraian singkat di atas, dapat dipahami bahwa

    sumber dari akhlak dalam Islam adalah Al-Quran dan Al-Hadits.

    b. Tujuan Akhlak

    Tujuan adanya akhlak tidak berbeda dengan utjuan agama

    yaitu untuk mengatur manusia yang memperoleh kebahagiaan di dunia

    dan akhirat, kesempurnaan individu dan menciptakan kebahagiaan,

    kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat. 34 Yang ujung-

    ujungnya mengharapkan ridha dari Allah semata. 35

    3. Macam-macam Akhlak

    Pada dasarnya aktivitas hidup sehari-hari manusia senantiasa

    terkait dengan tiga buah kewajiban, yakni kewajiban kepada diri sendiri,

    kewajiban kepada Allah, dan kewajiban kepada orang tua (keluarga)

    maupun kewajiban terhadap lingkungan.

    Sehubungan dengan hal itu, penulis akan menguraikan beberapa macam

    akhlak ditinjau dari dasar kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia

    dalam kehidupan sehari-hari. Terutama yang berkaitan langsung dengan

    skripsi ini :

    a. Akhlak Manusia kepada Allah

    Yang dimaksud kewajiban manusia kepada khaliqnya adalah

    bagian dari rangkaian hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya

    sebagai suatu yang wujud dan maujud artinya hubungan manusia

    dengan Allah adalah hubungan makhluk dengan khaliqnya

    33 Muhammad Al Ghozali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang : Wicaksana, 1981), hlm.10

    34 Mohammad Al-Taomi Al Syaibani, Falsafat at Tarbiyah Al-Islamiyah, atau FalsafatPendidikan Islam , terjemahan Hasan Langgulang, (Jakarta; Bulan Bintang, 1997) hlm. 346

    35 Hamzah Yakub, Etika Islam , (Bandung : Diponegoro, 1983), hlm. 53

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    18/32

    22

    sebagaimana hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan kepada

    orang lain. 36

    1. SalatPada dasarnya salat menurut bahasa adalah doa, Allah

    berfirman :

    : Dan sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman bagimereka. (Q.S. At-Taubah : 103). 37

    Sedang pengertiannya dalam agama dan syariat adalah

    ibadah yang kita kenal selama ini, dimana dituntut kesucian padanya, yang mengandung ucapan-ucapan dan perbuatan

    perbuatan khusus, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan

    salam. 38

    Salat merupakan tiang agama sehingga salatlah yang menopang

    sendi keislaman kita, sebab segala hal amal perbuatan kita tidak

    sempurna bila salat kita tidak baik. Pada dasarnya salat adalah

    pendidikan bagi rohani dan akal manusia yang

    menghubungkannya dengan sang Khalik, salat mendidik manusia

    untuk taat, berkemauan keras, terbiasa sabar, dan mengekang

    hawa nafsu dari perbuata keji dan mungkar.

    Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Al-

    Angkabut ayat 45 yang artinya : Sesungguhnya salat itu

    mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya

    mengingat Allah (salat) adalah ibadah lebih besar (keutamaannya

    dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang

    kamu kerjakan.

    Dalam menjalankan salat telah ditentukan waktunya,

    dengan ditentukannya waktu salat tersebut mengandung hikmah

    36 Rahmat Djatnika, Op. Cit . hlm. 17337 Depag. RI., Al-Aliyy, Op. Cit ., hlm.38 M. Jawwad Mughniyah, Figh Ja fari . (Jakarta : Lentera, 1995). Hlm. 117

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    19/32

    23

    yang sangat besar, diantaranya melatih diri dan membiasakan

    hidup secara teratur dan penuh kedisiplinan sehingga dalam

    mengarungi kehidupan ini akan lebih terarah dan terencana.Di samping itu dalam melaksanakan salat dianjurkanuntuk

    melaksanakannya dengan berjamaah, 27 kali lipat pahalnya bagi

    mereka yang mau melaksanakannya. Bahkan salat berjamaah

    diwajibkan melaksanakan sekali dalam seminggu, yaitu pada salat

    Jumat. Dari sini Islam berusaha mendidik umatnya untuk

    bermasyarakat dan mempererat ukhuwah islamiyah antar sesama

    muslim. Salat berjamaah juga menumbuhkan rasa solidaritas

    dengan yang kaya. Rakyat jelata duduk bersisian dengan para

    pejabat, tak ada tempat yang diisimewakan. Semuanya melakukan

    satu gerakan yang sama dan seirama dan disiplin atas komando

    dari sang imam. Akhirnya salat ditutup dengan salam, maksudnya

    saling menyatakan selamat sejahtera dan damai, sesudah itu

    dimanifestasikan dengan saling berjabat tangan yang menandakan

    ikatan perdamaian dan persaudaraan, sama-sama menyatakan diri

    sebagai hamba Allah yang bersaudara, tak ada permusuhan dan

    satu tujuan mengabdi kepada Allah SWT. 39

    2. Puasa

    Puasa menurut bahasa menahan diri dari sesuatu, seperti

    makan, minum, nafsu dan menahan dari berbicara yang tidak

    bermanfaat. Sedangkan menurut syari puasa digambarkan dalam

    Al-Quran dalam surat Al-Baqarah (ayat : 187) sebagai menahan

    hawa nafsu dari makan, minum dan hubungan seksual dari terbit

    fajar sampai terbenam matahari. 40

    39 Nasiruddin Rozak, Dienul Islam , (Bandung : PT. Al-Maarif, 1996), hlm. 18440 Murni Djamal, Ilmu Fiqh , (Jakarta : Direktorat Pembinaan Tinggi Agama Islam, 1983),

    hlm. 274

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    20/32

    24

    Puasa merupakan salah satu yang telah disyariatkan Islam

    yakni sesudah turunnya perintah salat dan zakat, firman Allah

    SWT :

    ( : . (

    Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasasebagaimana, diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agarkamu bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah : 183) 41

    Dalam ayat diatas dapat dijelaskan bahwa tujuan puasa

    adalah membentuk manusia yang bertaqwa, dan taqwa

    sesungguhnya merupakan sikap mental yang tumbuh atas dasar

    jiwa tauhid dan mengaktualisasikan dalam bentuk ibadah-ibadah

    yang dilakukan semata-mata untuk Allah.

    Dari pengertian yang telah dipaparkan diatas penulis

    menyimpulkan bahwa puasa selain menahan lapar, minum, dan

    menahan dari berbicara yang tidak bermanfaat dari terbit fajar

    sodiq hingga terbenamnya matahari, disini puasa merupakan

    sarana yang dapat menahan dari hawa nafsu, dengan puasa hawa

    nafsu kita melemah, kecenderung kepada kejahatan pun menjadi

    melemah dan kemampuan beramal baik akan meningkat, karena

    nilai saum (puasa) dinamakan landasan bagi kebiasaan beribadah

    dan kunci amal soleh, kalau jiwa dimurnikan dengan lapar ia

    menjadi mampu mengingat Allah dan merenungkannya, dzikir

    kepada Allah dalam keadaan begini menciptakan pengaruh besarkepada jiwa. 42

    Puasa melatih kita untuk berjiwa besar, sanggup mengatasi

    segala kesulitan dan cobaan hidup. Puasa juga melatih kita untuk

    41 Soenarjo dkk, Op. Cit . hlm. 4442 M. Abul Quasem, Op.Cit . hl. 233

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    21/32

    25

    berakhlak teguh memegang amanah, jujur, disiplin serta

    menumbuhkan jiwa sosial kita terhadap orang-orang yang

    bernasib kurang beruntung.

    b. Akhlak Manusia Kepada Dirinya Sendiri

    1. Membina sifat jujur

    Jujur atau benar ialah : memberitahukan, menuturkan

    sesuatu dengan sebenarnya. 43 Kejujuran merupakan salah satu

    untuk mencapai keselamatan, keberuntungan dan kebahagiaan.

    Kejujuran akan menentukan status dan kemajuan masyarakat dan

    baik kemajuan diri sendiri maupun kemajuan masyarakat,

    kejujuran juga akan menimbulkan ketenangan dan rasa percaya

    serta menimbulkan keberanian.

    Islam menganjurkan bahkan menekankan, agar segi-segi

    dan unsur-unsur kejujuran ditanamkan kepada anak-anak sejak

    kecil agar mereka terbiasa melakukan kejujuran dimana pun

    berada. Rasulullah SAW bersabda :

    . :

    Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, mari kemari, saya beri ini, kemudian tidak memberi, maka itu bohong. (H.R.Ahmad) 44

    Hadits diatas menjelaskan bahwa kejujuran itu harus selalu

    ditanamkan orang tua terhadap anaknya sejak kecil dan selain itu

    orang tua harus selalu bersikap jujur terhadap anaknya dalam hal

    apapun, terutama dalam pendidikan anaknya. Karena jika prinsip

    kebenaran dan kejujuran ini telah membudaya maka akan tegaklah

    suatu masyarakat yang harmonis, aman dan sentosa sebagaimana

    43 Muhammad Al-Ghazali, Op.Cit. , (Semarang : Wicaksana, 1986), hlm 7444 Ibid , hlm. 81

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    22/32

    26

    pribadi mumin yang hatinya selalu merasa aman dan tenang

    karena selalu berkata dan bertingkah laku yang benar dan jujur.

    2. Membina sifat disiplin

    Disiplin dapat diartikan sebagai suatu ketaatan atau

    kepatuhan pada aturan dan tata tertib. Pribadi yang memiliki

    dasar-dasar dan mampu mengembangkan disiplin diri, berarti

    memiliki peraturan diri berdasarkan acuan nilai moral, sehubungan

    dengan itu disiplin diri dibangun dari asimilasi dan penggabungan

    nilai-nilai moral untuk diinternalisasi oleh subjek didik sebagai

    dasar untuk mengarahkan perilakunya. Untuk mengupayakan hal

    itu orang tua dituntut untuk memiliki keterampilan paedagogis dan

    proses pembelajaran pada tataran tertinggi. 45 Disiplin erat

    hubungannya dengan pembagian waktu, hal itu dapat kita temukan

    dalam ayat-ayat Al-Quran yang didahului dengan sumpah Allah

    yang berhubungan dengan waktu, misalnya demi waktu Dhuha,

    demi masa dan lain-lain yang secara tidak langsung mengingatkan

    manusia agar dapat membagi dan memanfaatkan waktu sebaik-

    baiknya.

    Untuk membina disiplin diri, pelatihan dan pembinaan

    disiplin diri agar lebih efektif dapat dilakukan secara kolektif,

    misalnya di sekolah, di masyarakat, dan yang paling penting

    adalah di lingkungan keluarga yakni orang tua.

    3. Membina sifat sabar

    Sabar merupakan sikap jiwa yang berupa penerimaan

    terhadap sesuatu baik berkenaan dengan penerimaan tugas dalam

    bentuk suruhan maupun dalam bentuk penerimaan terhadap

    perlakuan orang lain. Sabar yang dimaksudkan adalah sabar atas

    45 Muhammad Shochib, Pola Asuh Orang tua Untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri , (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), hlm. 3

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    23/32

    27

    panjangnya jalan perjuangan, banyak onak dan durinya, banyak

    penghambat karena ketakutan atau karena keuntungan pribadi.

    Semua ini harus dihadapi dengan sabar dan tabah tanpamemperdulikan pemboikotan manusia, penghinaannya,

    pelecehannya maupun penganiayaan dan tekanannya. 46

    Ibnu Abas r.a mengatakan : Sabar dalam Al-Quran terdiri atas

    tiga arah yaitu :

    a) Sabar atas menunaikan segala amalan fardu, sebagai hamba

    berarti manusia harus menyerahkan segenap jiwa dan raga

    kepada kehendak Allah dan patuh serta taat terhadap segala

    amalan fardu Allah.

    b) Sabar terhadap larangan atau yang diharamkan Allah atau

    mengendalikan diri dari hawa nafsu yang mendorong untuk

    melanggar larangan-Nya. Nafsu sesuai dengan sifatnya

    merupakan kekuatan besar yang mendorong manusia untuk

    mencari kenikmatan dan kepuasan semata yang cenderung

    kepada hal-hal buruk. Jadi sabar disini berarti mengendalikan

    diri dan menekan perasaan dan keinginan yang buruk itu,

    sehingga dapat menyikapi setiap larangan Allah sebagai

    sesuatu yang wajar dan harus ditinggalkan.

    c) Sabar atas musibah. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini

    merupakan sesuatu yang sudah dikehendaki Allah

    (sunnatullah ) baik musibah yang disebabkan oleh alam

    maupun kelalaian manusia itu sendiri. 47

    c. Akhlak Terhadap Kedua Orang Tua

    Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya

    kepada anaknya, dan mereka mempunyai tangung jawab yang besar

    terhadap anaknya tersebut, jasa mereka tidak bisa dihitung dan

    46 Yusuf Al-Qordlowy, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Bannah , (Jakarta :Bulan Bintang, 1980), hlm. 52

    47 Ismail Yakup, Terjemahan Ihya Al-Ghazali Jilid III , (Jakarta : Faizan, 1987), hlm. 302

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    24/32

    28

    dibandingkan dengan harta, kecuali mengembalikan menjadi orang

    merdeka sebagai manusia mempunyai hak kemanusiaan yang penuh

    setelah menjadi budak/hamba sahaya karena suatu keadaan yang tidakdiinginkan.

    Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara

    langsung, maka bapak pun merawat, mencari nafkahnya,

    membesarkannya, mendidiknya dan menyekolahkannya, disamping

    itu usaha ibu mulai mengandung sampai masa muhariq (masa dapat

    membedakan baik dan buruk). Seorang ibu sangat berperan, maka

    setelah memasuki masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya,

    mendidiknya dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa. Namun

    apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, mulai

    mengandung sampai dewasa, dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah

    terhadap putranya, maka secara perbandingan tidaklah keliru apabila

    dikatakan lebih berat tugas ibu daripada tugas ayah.

    Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori Muslim

    dari Abu Hurairah : seorang sahabat bertanya kepada Rosulullah : Ya

    Rosulullah, siapakah yang harus saya perbuat baik? (sampai tiga kali)

    Rosulullah menjawab : Kepada ibumu, dan yang keempat kalinya

    sahabat bertanya, kemudian siapa lagi? Rosul menjawab kepada

    ayahmu. 48

    Adapun bentuk-bentuk bakti atau berbuat baik terhadap orang

    tua itu antara lain :

    1) Tata terhadap yang diperintahkan dan meinggalkan segala yang

    dilarang mereka sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran

    agama. Namun jika bertentangan dengan ajaran agama kita tidak

    boleh tidak mentaatinya, tetapi tetap bersikap baik terhadap

    keduanya.

    2) Menghormatinya, merendahkan diri kepadanya. Berkata halus

    baik, tidak membentak dan tidak bersuara melebihi suaranya, tidak

    48 Rahmad Djatnika, Op. Cit . hlm. 203

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    25/32

    29

    bejalan didepannya, memanggil dengan ayah, ibu dan tidak pergi

    kecuali seizinnya.

    3) Memberi penghidupan, pakaian, mengobati sakitnya danmenyelamatkannya dari suatu yang membahayakannya. 49

    d. Akhlak terhadap Alam

    Manusia tidak lepas dari alam, maka hendaknya manusia

    berbuat baik terhadap alam. Adapun bentuk akhlak terhadap alam

    adalah :

    1) Menyayangi binatang

    Sebagian dari binatang merupakan karunia Allah yg boleh

    kita makan dagingnya, tetapi kita harus menyembelihnya terlebih

    dahulu. Jangan sampai kita menghambat kematiannya atau

    menyiksanya sedikit demi sedikit. Berbuatlah sesuatu yang

    membuat binatang itu senang. 50 Firman Allah dalam surat al-

    Anam ayat 38 :

    ( : (

    Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung- burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan seuatupun didalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun.(QS. Al Anam : 38) 51

    49 Asmaran As, Op. Cit . hlm 179-18050 Hamzah Yaqub, Op.Cit ., hlm. 1751 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Quran, op. cit ., hlm 192

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    26/32

    30

    2) Menyayangi tumbuh-tumbuhan

    Tumbuhan yang menghiujau di muka bumi ini sungguh

    memberikan kemanfaatan yang besar bagi kehidupan manusia.Sebagian dari buah-buahnya memberikan manfaat untuk kita

    makan, kayunya memberikan manfaat untuk kita jadikan aneka

    macam bangunan dan kita jadikan sebagian obat-obatan dari daun

    dan akar-akarnya. Semua itu wajib kita pelihara dan kita syukuri. 52

    4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

    Para ahli etika bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh dua

    faktor, yaitu faktor dari luar dan dari dalam. Faktor-faktor dari dalam

    meliputi instink dan akal, adat kebiasaan, keinginan dan hati nurani.

    Sedangkan faktor dari luar meliputi keturunan, lingkungan keluarga. 53

    Berikut ini akan penulis bahas secara singkat beberapa faktor yang

    mempengaruhi pembentukan akhlak tersebut.

    a. Instink dan Akal

    Instink ialah suatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan

    yang menyampaikan pada tujuan dengan tidak berfikir lebih dahulu

    kearah tujuan itu dan tiada didahului latihan perbuatan itu. 54 Instink itu

    dapat tetap tumbuh karena proses pendidikan, sebagaimana ia dapat

    lemah bahkan jika diabaikan. Instink merupakan sifat jiwa yang

    pertama yang membentuk akhlak, akan tetapi suatu sifat yang

    permitive, yang tidak dapat diabaikan dan dibiarkan begitu saja, tetapi

    wajib dididik dan diasuh dengan baik. 55

    b. Adat Kebiasaan

    Sikap dan perbuatan manusia yang menjadi akhlak sangat erat

    kaitannya dengan kebiasaan. Sebagaimana pengertian akhlak yang

    52 Asmaran, As, Op.Cit ., hlm. 17953 Muslim Nurdin, dkk. Moral dan Koqnisi Islam , (Bandung : Alftika, 1995), hlm. 27054 Rahmat Djatnika, Op. Cit . hlm. 7355 Ahmad Amin, Etika , (Ilmu Akhlak), (Jakarta : Bulan Bintang, 1995), hlm. 17

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    27/32

    31

    dikemukakan oleh Prof. Dr. Ahmad Amin bahwa akhlak adalah

    membiasakan kehendak.

    Banyak sebab yang menjadikan adat kebiasaan antara lain :adat kebiasaan warisan nenek moyang dan dilestarikan turun temurun,

    sebab lingkungan tempat bergaul yang memberi pengaruh yang kuat

    dalam kehidupan sehari-hari. Adapun proses pembentukan kebiasaan

    sebagai berikut : pertama, ada kecenderungan hati yang melakukan

    perbuatan itu dan merasa senang untuk meniru dan melakukan

    perbuatan itu. Kedua, diperturutkannya keinginan itu untuk

    dipraktikan dan berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan. 56

    Orang yang sudah menerima suatu perbuatan sebagai

    kebiasaan atau adat pada dirinya, maka perbuatan itu sukar

    ditinggalkan karena telah mengakar kuat di dalam dirinya. Kebiasaan

    inilah yang menjadi salah satu cikal bakal pembentukan akhlak pada

    diri manusia.

    c. Keinginan

    Sebagaimana telah disebutkan dalam pengertian akhlak

    menurut Ahmad Amin diatas, kehendak merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan akhlak. Keinginan merupakan

    kecenderungan yang dimenangkan atau dipilih diantara keinginan atau

    kecenderungan yang banyak setelah bimbang. 57

    Keinginan merupakan salah satu kekuatan besar yang

    tersimpan dalam diri manusia. Keinginanlah yang menggerakkan

    manusia berbuat yang sungguh-sungguh. 58 Seseorang dapat bekerja

    sampai larut malam atau dapat melakukan sesuatu perbuatan yang

    berat dan hebat menurut orang lain karena digerakkan oleh

    keinginannya. Hanya orang-orang keinginannya yang akan dapat

    mencapai setiap tujuan yang dikehendakinya.

    56 Rahmad Djatnika, Op. Cit . hlm. 4857 Ibid , hlm. 4258 Hamzah Yakub, Op. Cit . hlm 73

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    28/32

    32

    d. Hati Nurani

    Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-

    waktu dapat memberi peringatan atau isyarat jika tingkah lakumanusia diambang bahaya dan keburukan suara tersebut yang disebut

    suaru hati (hati nurani). 59 Jika seseorang berhasil dari panggilan hati

    nuraninya, maka ia akan merasa gembira dan puas karena merasa

    menemukan kemuliaan. Jadi hati nurani berperan sebagai salah satu

    kontrol perbuatan manusia.

    e. Keturunan

    Sudah menjadi sunnatullah bahwa makhluk hidup ini

    mempunyai keturunan yang menyerupai indukny. Hal ini dapat dilihat

    pada beberapa makhluk, misalnya tumbuhan, hewan dan manusia itu

    sendiri.

    Dalam dunia manusia dapat dilihat anak-anak yang

    menyerupai orang tuanya bahkan nenek moyangnya sekalipun yang

    sudah jauh, sejumlah warisan, fisik dan mental masih terus diturunkan

    kepada cucu-cucunya. Adapun yang diturunkan itu bukanlah sifat

    yang dimiliki yang telah tumbuh dengan matang karena pengaruh

    lingkungan, adat maupun pendidikan, melainkan sifat-sifat bawaan

    sejak lahir. 60

    f. Lingkungan Keluarga

    Keluarga merupakan arena yang dihadapi oleh anak. Dimana

    anak mendapat pengaruh tingkah laku dan pendidikan. Dalam

    lingkungan keluarga ayah dan ibu berkewajiban mempesiapkan tubuh,

    jiwa dan akhlak anak-anaknya menghadapi pergaulan masyarakat. 61

    59 Ahmad Amin, Op. Cit . hlm. 6860 Ibid , hlm 6861 Muhammad Rifai, Pembinaan Pribadi Muslim , (Semarang : CV. Wicaksana, 1993),

    hlm. 188

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    29/32

    33

    Dengan demikian, keluarga mempunyai fungsi yang tidak

    hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Dalam bidang

    pendidikan keluarga merupakan pendidik utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia diperoleh pertama

    kali dari orang tua dan anggota keluarganya sendiri.

    C. PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AKHLAK

    ANAK

    Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu

    faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak adalah faktor lingkungan,

    termasuk dalam kategori lingkungan ini adalah keluarga yang mana ayah dan

    ibu merupakan pendidik dwi tunggal yang bersama-sama menjalankan tugas

    pendidikan dalam keluarga yang dijalin dengan kerjasama dan saling

    pengertian sebaik-baiknya agar timbul keserasian dalam menunaikan tugas

    tersebut dengan bersifat paedagogis ataupun psikologis dalam pembentukan

    wata katau sikap seseorang anak.

    Dalam mendidik anak biasanya orang tua mengasuh anaknya dengan

    berbagai cara ada yang menggunakan pola asuh demokratis, otoriter,

    permissive, akan tetapi ada pula orang tua yang tidak hanya menerapkan satu

    pola asuh saja. Dan dari pola asuh yang diterapkan tersebut memiliki

    kelebihan dan kekurangan, dan akibat dari pola asuh tersebut.

    Di dalam suatu keluarga biasanya terjadi proses internalisasi nilai.

    Terutama nilai yang dianut dan dijunjung tinggi oleh orang tua kepada setiap

    anak, sehingga orang tua yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur akhlak

    alkarimah akan berusaha agar nilai-nilai terinternalisasi kepada anak-anaknya,

    baik melalui pengajaran (nasehat) maupun melalui contoh-contoh (teladan)

    dari pihak orang tua.

    Dari sekelumit penjelasan diatas ada beberapa hal yang perlu

    ditekankan disini. Pertama sebagai orang tua dalam membina akhlak anak

    akan berusaha membiasakan anak-anaknya untuk bertingkah laku sesuai

    tuntutan akhlakul karimah, sehingga perbuatan yang dibiasakan itu akan

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    30/32

    34

    menjadi bagian dari kepribadiannya. Kedua, sehebat apapun orang tua

    membina akhlak anaknya tidak akan berarti apa-apa jika tidak dibarengi

    dengan teladan ataupun contoh dari pihak orang tua sendiri dan juga sebagaiorang tua harus dapat menerapkan pola asuh yang tepat dalam membina

    akhlak anak. Jadi pola asuh (cara mendidik anak) akan berpengaruh besar

    pada terbentuknya akhlak anak atau dengan bahasa yang lebih bagus orang tua

    yang lebih bisa menerapkan pola asuh yang tepat (sesuai dengan karakteristik

    anak) akan memperoleh hasil yang diinginkan yakni anak yang ber-Akhlak

    Karimah.

    D. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVANPendidikan akhlak terhadap anak adalah persoalan dan pembahsan

    yang sudah selayaknya dilakukan oleh orang tua ataupun guru. Sehingga

    orang tua yang mempunyai peran besar dalam mencetak karakter anak. Untuk

    mengungkap konsep pengaruh pola asuh (cara mendidik) orang tua dalam

    membentuk akhlak anak, penulis berusaha untuk obyektif. Sebenarnya

    penelitian tema tersebut sudah banyak dilakukan oleh para penulis terdahulu.

    Diantaranya adalah sebagai berikut :

    1) Peneliian yang dilakukan oleh Eni Mufti, Pengaruh Pola Pendidikan

    Orang Tua Pada Anak Terhadap Kedisiplinan Belajar Anak di MTs.N

    Uswah Bergas Kabupaten Semarang, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

    Semarang 2001. Dalam penelitiannya lebih menekankan pada pengaruh

    pendidikan orang tua terhadap kedisiplinan belajar anak, yang mana

    bahwa pendidikan orang tua akan mempengaruhi sikap anak yang disiplin

    dan taat pada tata tertib atau peraturan. Cara demokratis atau otoriter dapat

    diterapkan selama masih proporsional. Dalam mendidik anak sikap

    demokratis sangat diperlukan, namun kadang-kadang sikap otoriter orang

    tua juga diperlukan dalam hal-hal tertentu.

    Dengan demikian pola pendidikan orang tua sangat membantu

    anak mencapai kedisiplinan dalam belajarnya, sehingga tujuan pendidikan

    itu akan tercapai. Dan sebagaimana pengaruh Pola Asuh Orang Tua

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    31/32

    35

    terhadap akhlak anak kurang disentuh. Karena fokus dari penelitian lebih

    pada kedisiplinan belajar anak.

    2) Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Perilaku

    Beragama Siswa SLTP NU Hasanudin 6 Semarang tahun 2003/2004,

    penelitian ini dilakukan oleh Fathiyaturrohmah (3198211) Fakultas

    Tarbiyah PAI 2004. Adapun yang dibahas dalam tesis tersebut adalah

    pendidikan agama dalam keluarga seperti apakah yang dapat membentuk

    sikap ketaqwaan kepada Allah bagi anak. Pola asuh yang seperti apakah

    yang sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam, dan pengaruhnya

    terhadap perilaku agama anak. Dalam penelitiannya Fathiyaturrohmah

    menjelaskan bahwa sebagai realisasi terhadap tanggung jawab orang tua

    dalam mendidik anaknya, dan ada beberapa aspek yang harus diperhatikan

    dalam pendidikan antara lain pendidikan ibadah, mengajarkan pokok-

    pokok ajaran Islam dan melatih salat, pendidikan akhlak, juga pendidikan

    aqidah Islamiyah sebagai tiang pendidikan Islam.

    3) Dalam penelitian kwalitatif yang dilakukan oleh Abdul Ghofur yang

    berjudul Pengaruh Kepedulian Orang Tua terhadap Perilaku Keagamaan

    Anak. Dimana orang tua-lah yang pertama memberikan pendidikan

    kepada anaknya dengan melalui pembinaan latihan fisik, latihan mental,

    dan bahasa serta keterampilannya. Dan perilaku tersebut melalui

    pembiasaan untuk bertingkah laku baik, pengarahan dan bimbingan dan

    juga pemilihan tempat pendidikan untuk anaknya oleh orang tua. Dengan

    demikian orang tua sangatlah diharapkan dalam pembentukan tingkah laku

    atau perilaku dalam keagamaan seperti halnya salat, puasa dan lain

    sebagainya.

    4) Penelitian yang dilakukan oleh Windarti (1314990009) Mahasiswa

    UNNES Jurusan BK/2004 dengan tema Hubungan Antara Pola Asuh

    Orang Tua Dengan Perilaku Menyimpang Remaja Kelas II di SMU Santo

  • 8/12/2019 peng ortu.pdf

    32/32

    36

    Bernadus Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004 penelitian tersebut lebih

    menekankan pada hubungan pola asuh orang tua terhadap/dengan perilaku

    menyimpang dilakukan oleh para remaja. Dimana orang tua merupakan pendidik yang utama dan pertama, dan sebagai orang tua yang memiliki

    anak usai remaja harus dapat menentukan sikap dan memberikan teladan

    yang baik bagi anaknya. Karena dengan sikap dan teladan yang baik

    tersebut seorang anak/remaja akan menjadikan orang tua mereka sebagai

    figur yang patut ditiru.

    Pada umumnya penelitian tentang pendidikan (pola asuh) orang tua

    sudah banyak dikaji, namun dalam penelitian kali ini penulis mencoba

    mencari hubungan dari pola asuh orang tua dengan akhlak anak, dan apakah

    pola asuh yang diterapkan orang tua dengan cara otoriter, demokratis,

    permissive yang diberikan kepada anak akan mempengaruhi akhlak anak.

    E. PENGAJUAN HIPOTESIS

    Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian

    sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis ada ketika peneliti

    telah mendalami masalah penelitian serta menetapkan anggapan dasar dan

    membuat teori yang bersifat sementara dan perlu diuji kebenarannya.

    Berdasarkan kajian teori yang tersebut diatas, peneliti mengajukan

    hipotesis sebagai berikut perbedaan Pola asuh orang tua mempunyai

    pengaruh terhadap siswa MTs Taqwal Ilah Meteseh Kec. Tembalang, dengan

    kata lain perbedaan pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anaknya

    akan berbeda pula akhlak anak tersebut.