41
LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGAMATAN PROSES BLENDING BATUBARA DI PT SUMBER KURNIA BUANA, DESA SALAM BABARIS KECAMATAN TAPIN SELATAN, KABUPATEN TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN OLEH : FERDIYAN C. GIRSANG (H1C111031) BALYA MUHAMMAD AKBAR (H1C111053) KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN BANJARBARU 2014

Pengamatan Proses Blending Batubara (H1C111031 & H1C111053)

Embed Size (px)

Citation preview

  • LAPORAN KERJA PRAKTEK

    PENGAMATAN PROSES BLENDING BATUBARA

    DI PT SUMBER KURNIA BUANA, DESA SALAM BABARIS

    KECAMATAN TAPIN SELATAN, KABUPATEN TAPIN

    PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

    OLEH :

    FERDIYAN C. GIRSANG (H1C111031)

    BALYA MUHAMMAD AKBAR (H1C111053)

    KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    FAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

    BANJARBARU

    2014

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    menganugerahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan

    Kerja Praktek ini untuk memenuhi tugas yang telah diberikan.

    Penyusunan Laporan Kerja Praktek ini dapat tersusun dengan baik atas

    bimbingan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan

    terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

    1. Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas

    Lambung Mangkurat.

    2. Bapak Riswan, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas

    Teknik, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

    3. Ibu Sari Melati, MT selaku dosen pembimbing laporan Kerja Praktek.

    4. Bapak Ahmad Sufrin . selaku Head of Human Resources General Accounting

    PT. Sumber Kurnia Buana

    5. Bapak Haryadi selaku Head of Geology PT. Sumber Kurnia Buana

    6. Bapak Ahmad Gazali selaku Quality Control PT. Sumber Kurnia Buana

    sekaligus pembimbing saya selama Kerja Praktek.

    7. Karyawan PT Sumber Kurnia Buana yang telah memberikan masukan dan

    pengarahannya selama Kerja Praktek.

    Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

    sangat diharapkan.

    Banjarbaru, Desember 2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pesatnya kemajuan ilmu teknologi dan munculnya pemikiran-pemikiran dalam

    mengelola sumberdaya alam yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari,

    terutama batubara sumberdaya alam yang banyak sekali kegunaannya seperti

    pembangkit tenaga listrik atau bahan bakar. Kalimantan Selatan merupakan salah

    satu Provinsi yang mempunyai cadangan sumberdaya batubara yang cukup banyak

    tersebar dimana-mana yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dan menambah

    sumber devisa negara. Sedangkan, batubara adalah sumberdaya alam yang tidak bisa

    diperbaharui, maka dari itu kita harus mengelolanya dengan baik.

    Dalam hal ini juga berkaitan dengan adanya suatu kegiatan praktek kerja

    lapangan ini yang merupakan salah satu unsur dalam dunia pendidikan dan

    menambah ilmu pengetahuan. Banyak sekali perusahaan tambang yang telah

    menggali dan memanfaatkan batubara sebagai salah satu komoditas ekspor dan untuk

    meningkatkan komoditas ekspor batubara perlu adanya batubara dengan kualitas

    yang baik. Maupun tahap-tahap penambangannya yang baik sehingga hasil yang

    didapatkannya memuaskan pembeli.

    Adapun blending atau mixing merupakan bagian dari kegiatan pertambangan

    untuk memperoleh batubara dengan nilai kalori yang diinginkan konsumen. Hal ini

    berkaitan sekali dengan pemasaran batubara itu sendiri. Manfaatnya selain untuk

    mengaplikasikan semua pengetahuan yang didapat selama di bangku perkuliahan,

    juga bermanfaat untuk penunjangan dalam usaha pencarian lapangan pekerjaan. Oleh

    karena itu, dilakukan suatu Praktek Kerja Lapangan di PT Sumber Kurnia Buana

    sebagai perusahaan yang bergerak pada dunia pertambangan terutama pada tambang

    batubara.

  • 1.2. Maksud dan Tujuan

    Maksud diangkatnya judul ini adalah untuk mengamati bagaimana proses

    blending dan mengetahui perbandingan blending yang digunakan untuk memenuhi

    permintaan pasar.

    Tujuan dari penulisan laporan ini adalah:

    a. Menghitung jumlah tonase batubara dengan kalori berbeda yang harus disediakan

    oleh PT Sumber Kurnia Buana untuk memenuhi permintaan pasar dengan proses

    blending.

    b. Menghitung ritase alat angkut (dump truck) yang diperlukan untuk kebutuhan

    blending.

    c. Mengetahui cara penentuan kualitas dan kuantitas batubara.

    1.3. Metode Penelitian

    Beberapa metode yang digunakan dalam penyusunan laporan praktek kerja

    lapangan ini antara lain:

    a. Metode Observasi adalah metode yang digunakan untuk menumpulkan data

    dengan mengamati secara langsung dilapangan.

    b. Metode Interview adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

    dengan cara bertanya langsung pada karyawan atau nara sumber yang terkait.

    c. Metode Literatur atau Study Pustaka adalah suatu metode yang didapat dibangku

    kuliah, berupa laporan hasil praktikum dan buku yang dianggap relevan dalam

    penyusunan laporan ini.

    1.4. Batasan Masalah

    Dalam penyusunan laporan ini penulis hanya membatasi mengenai proses

    pencampuran/blending/mixing untuk mendapatkan kalori seperti yang diminta

    pasar/buyer pada PT Sumber Kurnia Buana.

  • BAB II

    TINJAUAN UMUM

    2.1. Sejarah dan Perkembangan PT Sumber Kurnia Buana

    PT Sumber Kurnia Buana (SKB) merupakan perusahaan yang bergerak pada

    kegiatan usaha pertambangan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Kantor

    operasionalnya berada di Jl. A. Yani Km.88, Desa Pualamsari, Kecamatan Binuang,

    Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan.

    Sesuai dengan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara

    (PKP2B) antara Departemen Pertambangan dan Energi dengan PT Sumber Kurnia

    Buana yang telah di tandatangani pada tanggal 31 Mei 1999, PKP2B PT SKB

    meliputi wilayah Kecamatan Bungur, Tapin Selatan dan Binuang di Kabupaten

    Tapin dan Kecamatan Simpang Empat, di Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan

    Selatan.

    Proyek pertambangan batubara PT SKB dengan kode wilayah KW 98 AGB

    072 meliputi luas lokasi 10,924 Ha. Lokasi ini dibagi menjadi 3 blok, yaitu blok

    Karet di daerah tengah, blok Paringguling di bagian utara dan blok selain blok Karet

    dan blok Paringguling, berada di bagian selatan, sedangkan lokasi stockpile berada di

    desa Pualamsari, Kecamatan Binuang dengan luas area 4 Ha.

    2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah

    Secara geografis PKP2B PT SKB terletak pada 115o 6 32- 115o 15 32 BT

    dan 3o

    00 10- 3o 11 52 LS. Kantor site PT SKB berlokasi di Desa Pualam Sari,

    Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin, Propinsi Kalimantan Selatan, dapat dicapai

    melalui jalan darat dengan rute:

    1. Dari Simpang Empat Banjarbaru ke Simpang Tiga Binuang dengan jarak

    52km dengan waktu tempuh 80 menit dengan kondisi jalan beraspal.

    2. Dari Simpang Tiga Binuang ke Desa Pualamsari berjarak 4 km dengan waktu

    tempuh 10 menit dengan kondisi jalan beraspal.

  • 3. Dari jalan Desa Pualamsari masuk menuju kantor Site PT SKB berjarak 0.5km

    dengan kondisi jalan tidak beraspal.

    4. Dari kantor Site PTSKB menuju daerah penelitian berjarak 17 km.

    Lambung Mangkurat

    Gambar 2.1

    Peta Lokasi Kesampaian Daerah

    2.3. Iklim dan Cuaca

    Iklim adalah cuaca rata-rata dari suatu daerah atau tempat selama bertahun-

    tahun, dimana iklim dipengaruhi oleh letak lintang, letak ketinggian relief terhadap

    benua dan samudera, kondisi geografis lokal.

    Cuaca adalah keadaan atmosfer pada waktu tertentu atau dalam periode pendek

    ditandai dengan berbagai fenomena meteoris yaitu tekanan udara, suhu, kelembaban

    dan curah hujan.

  • Lokasi penambangan batubara PT SKB beriklim tropis dengan suhu rata-rata

    2030C. Dengan 2 kali pergantian musim yaitu musim penghujan dan musim

    kemarau. Keadaan iklim dan cuaca ini sangat berpengaruh pada aktivitas kerja, baik

    di daerah penambangan maupun di stockpile.

    2.4. Keadaan Geologi

    2.4.1. Morfologi

    Secara regional daerah penelitian merupakan dataran rendah, dataran rendah

    pedalaman, dan perbukitan rendah yang dicirikan dengan ketinggian absolut berkisar

    antara 26 170 meter. Dengan kelas relief yang datar hampir datar, berombak dan

    berombak bergelombang, menurut klasifikasi satuan morfologi (lihat tabel 2.1).

    Tabel 2.1

    Klasifikasi Satuan Morfologi

    Kelas Relief Kemiringan

    Lereng ( % )

    Perbedaan

    Ketinggian

    (m)

    Datar - Hampir datar 0 2 < 5

    Berombak 3 7 5 - 50

    Berombak -

    Bergelombang

    8 13 25 - 75

    Bergelombang -

    Berbukit

    14 20 75 - 200

    Berbukit - Pegunungan 21 55 200 - 500

    Pegunungan curam 55 - 140 500 - 1.000

    pegunungan sangat

    curam

    > 140 > 1.000

    *Sumber: Van Zuidam, 1985 (diolah)

    Di daerah penelitian kondisi morfologinya terdiri atas perbukitan rendah

    berombak-bergelombang dengan dicirikan pada ketinggian mencapai 130 meter di

    atas permukaan laut dan perbedaan ketinggian yang mencapai 30 meter dengan

    kemiringan lereng mencapai 18 %. Sungai-sungai di daerah ini sebagian besar terdiri

    dari anak-anak sungai yang mengalir dari puncak-puncak bukit menuju sungai-

    sungai utama seperti Sungai Tapin, Sungai Tajau, Sungai Lampinit, Sungai Tarik,

    Sungai Bumbu, dan lain-lain dengan membentuk pola pengaliran dendritik.

  • 2.4.2. Stratigrafi

    Secara regional daerah penelitian terdiri atas satuan batuan jura, kapuas, tersier,

    dan quarter.

    1. Satuan batuan jura terdiri dari:

    a. Batuan Ultramafik (Mub) yaitu Hazburgit, wehrlit, websterlite, piroksenit

    dan serpentinit;

    b. Batuan Malihan (Mm) yaitu sekis horenblenda, sekis muskovit, sekis klorit

    dan kuarsit muskovit;

    2. Satuan batuan kapur terdiri dari:

    a. Gabro (Mgb) yaitu gabro berwarna kelabu kehijauan, berhablur penuh,

    hipidiomorf, berbutir seragam;

    b. Diorit (Mdi) berwarna kelabu, berhablur penuh hipidiomorf berbutir

    seragam;

    c. Granit (Mgr) yaitu Granit, berwarna putih kecoklatan, berhablur penuh,

    hipidiomorf berbutir seragam;

    d. Diabas (Mdb) Diabas, berwarna kelabu, berhablur penuh hipidiomorf,

    berbutir seragam, butiran 0,5-1,5 mm;

    e. Basal (Mba) basal berwarna kelabu hitam, berhablur penuh hipidiomorf,

    berbutir tak seragam berbutir halus-sedang, porforitik dengan fenokris

    plagioklas (labradorit) dan piroksen (augit);

    f. Formasi Pitanak (Kvpi) lava andesit berwarna kelabu, coklat bila lapuk;

    g. Andesit Porfir (Man) Andesit berwarna kelabu, berhablur penuh

    hipidiomorf, berbutir tak seragam, porfiritik;

    h. Formasi Paau (Kvp) breksi gunungapi, berwarna kelabu kehitaman,

    berkomponen batuan andesit-basal;

    i. Formasi Batununggal (Klb) yaitu batugamping klastika berwarna kelabu

    hitam, berlapis baik, setempat merupakan breksi batugamping;

    j. Formasi Paniungan (Kpn) yaitu Batulempung berwarna kelabu, gampingan

    dan agak rapuh;

    k. Olistolit Kintap, Formasi Pudak (Kok) Batugamping klastika pejal sampai

    berlapis tebal, berwarna kelabu muda-tua dan putih kekuningan. Bagian

  • bawah mengandung batupasir konglomeratan warna kelabu kehitaman,

    terpilah buruk, bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, sangat padu;

    l. Anggota Batukora, Formasi Pudak (Kab) yaitu andesit piroksen porfir, hijau

    tua-hitam, dengan fenokris plagioklas dan piroksen, masadasar tansatmata;

    m. Formasi Pudak (Kap) lava dengan perselingan konglomerat/breksi

    vulkaniklastik (hialoklastik) dan batupasir kotor dengan olistolit

    batugamping, basal porfir, ignimbrit, batuan malihan dan ultra mafik;

    n. Formasi Keramaian (Kak) yaitu perselingan batupasir (vulkarenite)

    berwarna kelabu kehitaman sangat padat; dengan batulanau dan

    batulempung, setempat sisipan batugamping konglomeratan, tebal

    perlapisan berkisar 2-50 cm;

    o. Formasi Manunggal (Km) konglomerat aneka bahan, berwarna kelabu

    kemerahan, dengan komponen batuan mafik, ultramafik, rijang, kuarsit,

    sekis dan batuan sedimen.

    3. Satuan batuan tersier terdiri dari:

    a. Formasi Tanjung (Tet) yaitu batupasir kuarsa berbutir halus sampai kasar

    dengan tebal perlapisan 50-150 cm, berstruktur sedimen perairan halus dan

    perlapisan silang-siur; sisipan batulempung berwarna kelabu setempat

    menyerpih, ketebalan perlapisan 30-150 cm, dijumpai pada bagian atas

    formasi; sisipan batubara berwarna hitam, mengkilat, pejal, dijumpai pada

    bagian bawah formasi dengan tebal lapisan 50-150 cm setempat dijumpai

    lensa batugamping warna kelabu kecoklatan;

    b. Formasi berai (Tomb) Batugamping berwarna putih kelabu, berlapis baik

    dengan ketebalan 20 sampai 200 cm, setempat kaya akan koral, foraminifera

    dan gangang, bersisipan napal berwarna kelabu muda padat dan berlapis

    baik (10-15 cm), mengandung foraminifera plankton, dan batulempung

    berwarna kelabu setempat tersepihkan dengan ketebalan 25 sampai 75 cm;

    c. Formasi Warukin (Tmw) yaitu perselingan batupasir kuarsa halus-kasar

    setempat konglomeratan (5-30 cm) dan batulempung (3-100 cm), dengan

    sisipan batulempung pasiran dan batubara (20-50cm) yang terendapkan

    dalam lingkungan paralik dengan ketebalan diperkirakan 1250 m;

  • 4. Satuan batuan antara tersier da quarter terdiri dari formasi Dahor (TQd) yaitu

    batupasir kuarsa kurang padu, konglemerat dan batulempung lunak, dengan

    sisipan lignit (5-10 cm), kaolin (30-100 cm), dan limonit;

    5. Satuan batuan tersier terdiri dari alluvial (Qa) yang terdiri dari kerikil, pasir,

    lanau, lempung dan lumpur.

    Formasi Tanjung di wilayah PT SKB terletak di tepi timur Cekungan Barito,

    dialasi oleh batuan Pratersier berupa batuan malihan, beku, vulkanik, dan sedimen.

    Formasi Tanjung ini tersusun oleh batupasir kasar dan konglomerat di bagian bawah,

    batulempung dengan sisipan batubara dan batupasir di bagian tengah, dan

    perselingan batulanau dan batupasir halus dengan struktur sedimen laminasi sejajar,

    serta lapisan wavy-lenticular dan flaser bersisipan batupasir berbutir sedang sampai

    kasar di bagian atas. Seluruh runtunan batuan tersebut ditindih oleh Anggota

    Batulempung Formasi Tanjung.

    *Sumber: Lampiran A

    Gambar 2.2

    Skala Waktu Geologi

  • 2.4.3. Struktur Geologi.

    Struktur geologi yang menonjol di daerah ini secara umum berupa struktur

    homoklin dimana lapisan batuan miring seragam kearah baratlaut dengan antiklin

    dan sinklin yang membentuk antiklomorium pada sayap pengunungan

    meratus.Terindikasi perlipatan secara umum mempunyai pola arah sumbu lipatan

    timurlaut baratdaya dan umumnya sejajar dengan arah sesar normal.

    Sesar turun pada umumnya dijumpai dalam bentuk sesar-sesar minor dengan

    besar pergerakan sebesar 2 sampai 4 meter dengan arah memanjang searah dengan

    jurus (strike) perlapisan batuan. Di beberapa lokasi sesar naik ini menyebabkan

    perlapisan batuan terpotong dan terbelokkan dan bahkan ada yang menghancurkan

    batubara.

    2.5. Sumberdaya dan Produksi Batubara

    Secara umum batubara yang terdapat di PT SKB, dikenal tiga seam utama

    yaitu berturut-turut dari lapisan atas ke lapisan bawah adalah seam A

    (A1a,A1b,A2a,A2b), B (B1a,B1b) dan C dengan target penambangan yaitu seam A2

    (A2a,A2b)dan C dengan ketebalan masingmasing yaitu berkisar 0.50 1 m dan

    2.5 5 m.

    Sumberdaya terukur di PT SKB pada tahun 2008 tercatat sebesar 12.920.103

    Ton. Produksi batubara dalam beberapa tahun dapat dilihat pada grafik berikut.

    *Sumber: Laporan Produksi Batubara PT SKB, 2012 (diolah)

    Gambar 2.3

    Produksi Batubara

    6,182,250

    5,749,698

    6,545,403

    5,146,674

    305,582 478,753 352,119

    501,201

    0

    1,000,000

    2,000,000

    3,000,000

    4,000,000

    5,000,000

    6,000,000

    7,000,000

    2008 2009 2010 2011

    OB

    COAL

    OB (BCM) COAL (TON)

  • 2.6. Kualitas Batubara

    Kualitas batubara PT SKB meliputi beberapa parameter dan rentang kendali

    nilai (range of value), dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan untuk nilai Hardgrove

    Grindability Index (HGI) berkisar antara 35-40.

    Tabel 2.2

    Kualitas Batubara

    No Analysis Parameter

    Kualitas Rata-rata

    Satuan AR ADB DAF

    1 Calorific Value Nilai Kalori 6733 7011 8048 Cal/g

    2 Proximate Kelembapan Total (TM ) 8.11 - - %

    Kelembapan Asal (IM) - 4.32 - %

    Kadar Abu (AC) - 8.57 - %

    3 Ultimate Kandungan Sulfur - 0.98 - % *Sumber: Laporan Analysis PT Geoservices, 2014 (diolah)

  • BAB III

    DASAR TEORI

    3.1. Ganesa Batubara

    Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah

    batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya

    adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur

    utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.

    Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan

    tumbuhan, keduanya terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini disebabkan batubara

    terbentuk dari jaringan tumbuhan yang mengalami proses pembatubaraan

    (coalification).

    Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya

    terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Teori pembentukan batubara

    dikenal dengan dua istilah :

    a. Teori insitu menjelaskan tempat dimana batubara terbentuk sama dengan tempat

    terjadinya proses coalification dan sama pula tempat dimana tumbuhan asalnya

    berkembang. Beberapa ciri yg digunakan dalam memberlakukan teori insitu pada

    daerah tambang batubara:

    1) Terdapatnya Harz adalah geteh tumbuhan yang telah membatu. Warna harz

    kuning tua sampai kuning kehitaman, relatif lunak jika dibandingkan dengan

    kuku manusia dan mudah digerus menjadi butir-butir halus, jika dibakar

    berbau kemenyan

    2) Terdapatnya imprint adalah tikas tulang daun tumbuhan yang tumbang dan

    tertutup oleh batuan sedimen, umumnya sedimen berbutir halus/jenis batu

    lempung.

  • b. Teori drift menjelaskan bahwa endapan batubara yang berada pada cekungan

    sedimen berasal dari tempat lain, dengan kata lain tempat terbentuknya batubara

    berbeda dengan tempat semula tumbuhan asal batubara. Oleh kerena itu bahan

    pembentuk batubara telah mengalami proses transportasi, sortasi dan terakumulasi

    pada suatu cekungan sedimen, dimana keberadaan harz dan imprint tidak

    didapatkan, selain itu lapisan batubara dengan lapisan statigrafi yang diatasnya

    berbeda.

    Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,

    panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas:

    a. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)

    metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air

    kurang dari 8%.

    b. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari

    beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.

    c. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya

    menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

    d. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung

    air 35-75% dari beratnya.

    e. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling

    rendah.

    Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara disebut

    dengan istilah pembatubaraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang

    terjadi, yakni:

    a. Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi

    hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini

    adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan

    proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta

    membentuk gambut.

  • b. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi

    bituminus dan akhirnya antrasit.

    Dikenal serangkaian faktor yang akan berpengaruh dan akan menentukan

    terbentuknya batubara (Hutton dan Jones, 1995 dalam Sukandarrumidi, 2005)

    diantaranya: posisisi geoteknik, keadaan topografi daerah, iklim daerah, proses

    penurunan cekungan sedimen, umur geologi, jenis tumbuh-tumbuhan, proses

    dekomposisi, sejarah pengendapan, struktur geologi cekungan, dan metamorfisme

    organik.

    3.2. Proses Pengolahan Batubara

    Bahan galian yang selesai di tambang umumnya harus diolah terlebih dahulu.

    Hal ini disebabkan karena tercampurnya pengotor bersama bahan galian, perlunya

    spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalau tidak diolah harga jualnya relatif

    rendah jika dibandingkan dengan yang sudah diolah. Proses pemisahan dan

    pengolahan batubara merupakan proses awal penyiapan produksi batubara setelah

    keluar dari area pertambangan sebelum dipasarkan.

    3.2.1. Kominusi

    Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses

    pengolahan batubara. Kominusi ada 2 macam, yaitu :

    a. Peremukan / pemecahan (crushing)

    Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari bahan galian yang langsung

    dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100

    cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Peralatan yang

    dipakai antara lain adalah : jaw crusher, gyratory crusher, cone crusher, roll crusher,

    impact crusher, rotary breaker, hammer mill.

    b. Penggerusan / penghalusan (grinding)

    Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah

    berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan

    dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri dari Bola-bola baja atau

    keramik (steel or ceramic balls).

  • 1) Batang-batang baja (steel rods).

    2) Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang disebut

    semi autagenous mill (SAG).

    3) Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling

    menggerus dan disebut autogenous mill.

    Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah Ball mill dengan media

    penggerus berupa bola-bola baja atau keramik.

    1) Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja.

    2) Semi autogenous mill (SAG) bila media penggerusnya sebagian adalah bahan

    galian atau bijihnya sendiri.

    3) Autogenous mill bila media penggerusnya adalah bahan galian atau bijihnya

    sendiri.

    3.2.2. Sizing

    Setelah bahan galian diremuk dan digerus, maka akan diperoleh bermacam-

    macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan berdasarkan

    ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses pengolahan

    yang berikutnya.

    a. Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)

    Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik

    berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala

    industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium. Saringan

    (sieve) yang sering dipakai di laboratorium adalah: hand sieve, vibrating sieve

    series / tyler vibrating sive, sieve shaker / rotap, wet and dry sieving.

    Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri antara lain : stationary

    grizzly, roll grizzly, sieve bend, revolving screen, vibrating screen (single deck,

    double deck, triple deck), shaking screen, rotary shifter. Produk dari proses

    pengayakan/penyaringan ada 2, yaitu :

  • 1) Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).

    2) Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).

    b. Klasifikasi (Classification)

    Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan

    pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam

    suatu alat yang disebut classifier. Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi

    dalam tiga cara (concept), yaitu : partition concept, tapping concept, rein concept.

    Produk dari proses klasifikasi ada 2, yaitu :

    1) Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas

    disebut overflow.

    2) Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah

    (dasar) disebut underflow.

    Hal ini dapat berlangsung apabila sejumlah partikel dengan bermacam-

    macam ukuran jatuh bebas di dalam suatu media atau fluida (udara atau air), maka

    setiap partikel akan menerima gaya berat dan gaya gesek dari media. Pada saat

    kecepatan gerak partikel menjadi rendah (tenang/laminer), ukuran partikel yang

    besar-besar mengendap lebih dahulu, kemudian diikuti oleh ukuran-ukuran yang

    lebih kecil, sedang yang terhalus (antara lain slimes) akan tidak sempat mengendap.

    Peralatan yang umum dipakai dalam proses klasifikasi adalah : scrubber, log

    washer, sloping tank classifier (rake, spiral & drag), hydraulic bowl classifier,

    hydraulic clindrical tank classifier, hydraulic cone classifier, counter current

    classifier, pocket classifier, hydrocyclone, air separator, solid bowl centrifuge,

    elutriator.

    3.2.3. Konsentrasi (Concentration)

    Agar bahan galian yang mutu atau kadarnya rendah (marginal) dapat diolah

    lebih lanjut, maka kadar bahan galian itu harus ditingkatkan dengan proses

    konsentrasi. Proses pencucian batubara ialah usaha yang dilakukan untuk

    memperbaiki kualitas batubara, agar batubara tersebut memenuhi syarat penggunaan

  • tertentu. Termasuk di dalamnya pembersihan untuk mengrangi impurities anorganik.

    Karakteristik batubara dan impurities yang utama ditinjau dari segi pencucian secara

    mekanis ialah komposisi ukuran yang disebut size consist, perbedaan berat jenis dan

    material yang dipisahkan, kimia permukaan, friability relative dan batubara yang

    impurities-nya serta kekuatan dan kekerasan.

    a. Jig

    Pencucian dengan alat ini didasarkan pada specific gravity. Proses yang

    dilakukan Jig ini adalah adanya stratifikasi dalam bed sewaktu adanya air hembusan.

    Kotoran cenderung tenggelam dan batubara bersih akan timbul di atas.

    Basic jig, Baum jig sesuai digunakan untuk pencucian batubara ukuran besar,

    walaupun Baum jig dapat melakukan pencucian pada batubara ukuran besar tetapi

    lebih efektif melakukan pencucian pada ukuran 10-35 mm dengan spesifik gravity

    1,5 1,6. Modifikasi Baum jig adalah Batac jig biasa digunakan untuk batubara

    ukuran halus.

    Untuk batubara ukuran sedang, prinsipnya sama yaitu pulsing (tekanan) air

    hembusan berasal dari samping atau dari bawah bed. Untuk menambah bed atau

    mineral keras yang digunakan untuk meningkatkan stratifikasi dan menghindari

    percampuran kembali, mineral yang digunakan biasanya adalah felspar yang berupa

    lump silica dengan ukuran 60 mm.

    b. Dense Medium Separator (DMS)

    Dense medium juga dioperasikan berdasarkan perbedaan spercific gravity.

    Menggunakan medium pemisahan air, yaitu campuran magnetite dan air. Medium

    campuran ini mempunyai spesific gravity antara batubara dan pengotornya. Slurry

    magnetite halus dalam air dapat mencapai densitas relatif sekitar 1,8 ukuran batubara

    yang efektif untuk dilakukan pencucian adalah 0,5 - 150 mm dengan spesifik gravity

    1,3- 1,9 tipe dense-medium separator yang digunakan dapat berupa bath cyclone dan

    cylindrical centrifugal . Untuk cylinder centrifugal separator digunakan untuk

    pencucian batubara ukuran besar dan sedang.

    Dense medium cyclone bekerja karena adanya kecepatan dense medium,

    batubara pengotor oleh gaya centrifugal. Batubara bersih ke luar menuju ke atas dan

    pengotornya menuju ke bawah. Faktor penting dalam operasi berbagai

  • dense medium sistem didasarkan pada magnetite dan efisiensi recovery magnetite

    yang digunakan lagi.

    c. Hydrocyclone

    Hydrocyclone adalah water cyclone dimana partikel-partikel berat

    mengumpul dekat dengan dinding cyclone dan kemudian akan ke luar lewat cone

    bagian bawah. Partikel-partikel yang ringan (partikel bersih) menuju pusat dan

    kemudian keluar lewat vortex finder. Diameter cyclone sangat berpengaruh terhadap

    efektifitas pemisahan. Kesesuaian ukuran partikel batubara yang akan dicuci adalah

    0,5 150 cm dengan spesifik gravity 1,3 - 1,5.

    d. Concentration Tables

    Proses konsentrasi table adalah konsentrasi meja miring terdiri dari rib-rib

    (tulang-tulang) bergerak ke belakang dan maju terus menerus dengan arah yang

    horizontal. Partikel-partikel batubara bersih (light coal) bergerak ke bawah table,

    sedangkan partikel-partikel kotor (heavy partical) merupakan partkel yang tidak

    diinginkan terkumpul dalam rib dan bergerak ke bagian akhir table.

    Batubara ukuran halus dapat dcuci dengan alat ini secara murah tetapi

    kapasitasnya kecil dan hanya efektif untuk melakukan pencucian pada batubara

    dengan specific gravity lebih besar 1,5 dengan ukuran partikel batubara yang dicuci

    0,5 15 mm.

    e. Froth Flotation

    Froth Flotation merupakan metode pencucian batubara yang banyak

    digunakan untuk ukuran batubara halus. Froth flotation cell digunakan untuk

    membedakan karakteristik permukaan batubara. Campuran batubara dan air

    dikondisikan dengan reagen kimia supaya gelembung udara melekat pada batubara

    dan mengapung sampai ke permukaan, sementara itu partikel-partikel yang tidak

    diinginkan akan tenggelam. Gelembung udara naik ke atas melalui slurry di dalam

    cell dan batubara bersih terkumpul dalam gelembung busa di atas. Kesesuaian

    ukuran butir batubara yang dicuci

  • 3.3. Blending Batubara

    Sebagai salah satu jenis bahan bakar pembangkit energi, disamping gas alam

    dan minyak bumi, batubara diperlukan dengan nilai-nilai kalori tertentu. Apabila

    persediaan batubara di Stockpile tidak memiliki kalori seperti yang diminta

    konsumen/buyer maka blending dilakukan.

    Blending atau mixing adalah pencampuran dua jenis batubara dengan kalori

    yang berbeda untuk menghasilkan batubara dengan nilai kalori yang diinginkan

    dengan rumus tertentu.

    Rumus blending yang digunakan yaitu:

    Keterangan

    A : Berat batubara a

    B : Berat batubara b

    C : Berat batubara yang diinginkan sesuai permintaan

    X : Kalori batubara a

    Y : Kalori batubara b

    Z : Kalori yang diinginkan sesuai permintaan

    Cara-cara blending (Muchjidin, 2006) antara lain:

    a. Chevron stockpiling ialah suatu cara blending dengan membentuk tumpukan

    menurut garis bujur dari penampang silang (cross section) berbentuk segitiga

    dimana komponen-komponen berurutan ditimbun sama rata sepanjang poros

    tengah tumpukan. Cara blending tumpukan ini merupakan salah satu cara yang

    banyak dipakai.

    (C . Z) = (A . X) + (C A).Y

    C A = B

  • Gambar 3.1

    Chevron

    b. Windrow stockpiling ialah suatu cara blending dengan membentuk tumpukan

    menurut garis bujur dari penampang saling berbentuk segitiga dimana komponen-

    komponen berurutan ditimbun dalam tumpukan yang berdampingan maju

    membentuk keseluruhan tumpukan. Cara blending ini memberikan derajat

    kehomogenan paling tinggi.

    Gambar 3.2

    Windrow

    c. Layered stockpiling merupakan cara membentuk tumpukan dimana komponen-

    komponen berurutan ditambahkan dalam bentuk lapisan. Jika hal ini dikerjakan

    untuk mem-blending, komponen yang berurutan tersebar merata ke seluruh daerah

    tumpukan. Cara ini umumnya digunakan untuk mem-blending tumpukan yang

    kecil dan jumlah batubaranya tidak terlalu banyak.

  • Gambar 3.3

    Layered

  • BAB IV

    HASIL PENGAMATAN

    4.1. Pemuatan dan Pengangkutan Batubara

    Bahan-bahan hasil tambang akan memerlukan pemrosesan yang terlebih

    dahulu sebelum dipasarkan. Batubara hasil penambangan PT Sumber Kurnia Buana

    (SKB) dari tempat penggalian atau pit akan diangkut langsung ke Stockpile dengan

    menggunakan dump truck.

    Pemuatan (coalgetting) merupakan kegiatan lanjutan setelah kegiatan

    pembongkaran atau penggalian dilakukan. Dimana pemuatan dapat didefinisikan

    sebagai serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil dan memuat

    material (batubara) ke dalam suatu alat angkut, ke dalam tempat penampungan

    material ataupun ke dalam suatu alat pengatur aliran material/batuan. Sebagaimana

    defenisi diatas, kegiatan pemuatan yang mula-mula dilakukan oleh PT SKB terjadi

    ditambang dengan menggunakan Excavator Back Hoe Doosan 500 LCV.

    Gambar 4.1

    Excavator Back Hoe Doosan 500 LCV

    Untuk kegiatan pengangkutan (hauling) batubara hasil tambang, PT SKB

    bekerjasama dengan perusahaan kontraktor dimana untuk biaya jasa tiap

    angkutannya telah disepakati oleh kedua belah pihak yaitu pihak kontraktor dan PT

    SKB. Jarak pengangkutan batubara dari pit ke stockpile 10 Km. Kelancaran

  • kegiatan pengangkutan sangat mempengaruhi keekonomisan suatu penambangan.

    Alat angkut yang digunakan adalah dump truck jenis HINO FM260JD.

    Gambar 4.2

    Dump Truck

    4.2. Pengolahan Batubara

    Batubara yang ditambang memiliki ukuran tidak seragam dan ukuran yang

    telah disepakati antara pihak kontraktor dengan PT SKB maksimal 50 cm. Oleh

    karena itu pengolahan batubara disini bertujuan untuk menghancurkan atau

    memperkecil ukuran batubara sesuai dengan kebutuhan pasar atau permintaan buyer.

    Gambar 4.3

    Batubara Sebelum Crushing

  • Gambar 4.4

    Crushing

    Gambar 4.5

    Batubara Hasil Crushing

    Batubara yang telah melewati proses crushing akan ditumpuk menurut

    pit/kualitas masing-masing dimana batubara tersebut dapat dibagi menjadi:

    a. Batubara Pit Gunung Pakan

    b. Batubara Pit Karet 3B

  • Loader

    Dump Truck Haulage Batubara hasil Crushing

    Pit Karet 3B

    Batubara hasil Crushing Crusher

    Pit Gunung Pakan

    Hopper

    Timbangan

    Loader

    ROM (Run Of Mine)

    Pit Gunung Pakan Pit Karet 3B

    Gambar 4.6

    Layout Stockpile PT SKB

    4.3. Proses Blending Batubara

    Adapun proses blending oleh PT SKB dilakukan terlebih dahulu perencanaan

    komposisi blending batubara, meliputi kode batubara dan tonase beserta urutan

    sequence pengirimannya. Dilanjutkan loading/ memuat batubara hasil crushing ke

    dalam dump truck sesuai dengan perencanaan komposisi blending. Selanjutnya truck

    melakukan hauling dari stockpile Tatakan ke TCT (Tapin Coal Terminal) sejauh 29

    Km. Sesampai di TCT, truck melakukan dumping di hopper yang ditentukan.

    Batubara yang masuk kedalam hopper kemudian diangkut belt conveyor ke stockpile

    yang ditentukan. Setelah sequence pengiriman komplit, maka batubara sudah

    terblending secara berlapis dan sudah siap diangkut ke tongkang kemudian

    dilanjutkan dengan proses pengapalan (untuk foto kegiatan lihat pada lampiran F).

  • Coal Mining Crushing Tatakan Stockpile

    Coal transport to the port Hopper

    TCT Stockpile

    29 Km

    Barge

    Gambar 4.7

    Sketsa proses blending batubara

    4.4. Pengapalan

    Secara sederhana pengapalan diartikan sebagai proses fisik pengangkutan

    batubara dengan kegiatan memasukkan batubara kedalam tongkang untuk dibawa ke

    tempat tujuan tertentu. Pengapalan inilah yang menjadi ujung tombak kegiatan yang

    dilakukan oleh PT SKB untuk pemasaran batubaranya.

    Untuk penentuan kualitas dan kuantitas batubara hasil blending dilakukan oleh

    Surveyor Independent yang telah disepakati kedua belah pihak. Untuk Surveyor

    Independent PT SKB menggunakan jasa PT Geoservices. Adapun kualitas batubara

    tersebut mencakup :

    a. Gross calorific Value atau Gross Specific Energy diartikan dengan pada volume

    konstan ditentukan dengan mengukur jumlah panas yang dikeluarkan ketika

    sebuah massa batubara yang telah diketahui dan dipanaskan sesuai dengan

    kondisi standar.

    b. Total Moisture, yaitu seluruh jumlah air yang terdapat pada batubara dalam

    bentuk inherent dan adherent pada kondisi saat batubara tersebut diambil

    contohnya (as sampled) atau pada pada kondisi saat batubara tersebut diterima

    (as received).

  • c. Equilibrium moisture adalah parameter penentuan moisture sebagai pendekatan

    untuk menentukan inherent moisture atau insitu moisture dalam batubara.

    d. Ash Content, yaitu istilah parameter di mana setelah batubara dibakar dengan

    sempurna, material yang tersisa dan tidak terbakar adalah ash atau abu sebagai

    sisa pembakaran. Jadi ash atau abu merupakan istilah umum sebagai sisa

    pembakaran.

    e. Fixed Carbon, yaitu parameter yang tidak ditentukan secara analisis melainkan

    merupakan selisih 100 % dengan jumlah kadar moisture, ash, dan volatile matter.

    f. Total sulfur, yaitu kadar sulfur yang ada pada batubara baik dalam bentuk sulfur

    organik (sulfur dalam batubara seiring dengan pembentukan batubara yang

    berasal dari tumbuhan pembentuk batubara tersebut) dan sulfur anorganik (sulfur

    berasal dari lingkungan di mana batubara tersebut terbentuk).

    g. HGI, yaitu suatu bilangan yang menunjukkan mudah tidaknya batubara digerus

    menjadi bahan bakar serbuk.

    Sedangkan untuk mengetahui kuantitas batubara, Surveyor Independent

    menggunakan teknik Draft Survey yang terdiri dari 2 kegiatan, yaitu :

    a. Initial Draft, yaitu draft yang dilakukan ketika tongkang dalam keadaan kosong.

    b. Final Draft, yaitu draft yang dilakukan ketika tongkang telah selesai diisi

    batubara.

    Gambar 4.8

    Tongkang Kosong

  • Gambar 4.9

    Tongkang Berisi Batubara

    Draft Survey adalah menentukan besarnya Weight of Displacement atau berat

    benaman kapal pada suatu draft tertentu dengan jalan penilikan draft kapal. Dengan

    kata lain dapat diartikan sebagai angka yang menunjukkan batas permukaan air pada

    bagian tongkang yang tenggelam pada saat tongkang dalam keadaan kosong ataupun

    terisi batubara. Selisih dari kedua proses pengukuran draft ini akan diperoleh nilai

    kuantitas batubara yang masuk kedalam tongkang.

    4.5. Formula Kalori Blending Batubara

    PT SKB telah melakukan perjanjian kontrak terhadap pihak Buyer untuk

    menyediakan batubara dengan kalori 6500 kcal/kg. Sedangkan persediaan batubara

    dari Pit Karet 3B dengan kalori 6300 kcal/kg dan batubara Pit Gunung Pakan

    berkalori 6800 kcal/kg tidak memenuhi kriteria permintaan pihak Buyer. Maka dari

    itu PT SKB akan melakukan blending batubara dari Pit Karet 3B dan Pit Gunung

    Pakan dengan memperoleh perhitungan tonase yang harus disediakan sebagai

    berikut:

    a. 4.500 Ton batubara kalori 6300 kcal/kg = 60% untuk 1 tongkang dengan

    b. 3.000 Ton batubara kalori 6800 kcal/kg = 40% kapasitas 7500 Ton

    (Untuk perhitungannya lihat pada lampiran E).

  • Dari hasil perhitungan diatas, untuk mengetahui jumlah total rit yang harus

    disediakan oleh perusahaan dengan kapasitas dump truck per 1 Rit yaitu 30 Ton,

    maka:

    a. Untuk batubara yang memiliki kalori 6300 kcal/kg sebanyak

    4.500 : 30 = 150 Rit

    b. Untuk batubara yang memiliki kalori 6800 kcal/kg sebanyak

    3.000 : 30 = 100 Rit

    Selanjutnya proses blending dilakukan dengan memasukkan 150 rit batubara

    berkalori 6300 kcal/kg dan 100 rit batubara berkalori 6800 kcal/kg ke dalam hopper

    di TCT secara berselang-seling sampai termuat 7500 Ton batubara dengan kalori

    6500 kcal/kg.

    4.6. Keuntungan Dilakukannya Blending Batubara

    Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan dilakukannya blending batubara

    antara lain :

    a. Mudah mendapatkan kalori batubara yang diinginkan.

    b. Batubara yang kalorinya rendah tetap ditambang karena dapat digunaka

    untuk blending sehingga memaksimalkan hasil penambangan.

    c. Mengurangi jumlah batubara yang parameter kualitasnya tidak sesuai

    permintaan buyer.

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpluan

    Adapun hasil kegiatan blending batubara yang dilakukan di PT Sumber

    Kurnia Buana (SKB) adalah sebagai berikut:

    1. Dalam memenuhi permintaan pasar dengan kalori 6500 kcal/kg, maka PT SKB

    harus menyediakan 4.500 Ton batubara kalori 6300 kcal/kg dan 3.000 Ton

    batubara kalori 6800 kcal/kg untuk 1 tongkang dengan kapasitas 7.500 Ton.

    2. Untuk alat angkut jenis HINO FM260JD yang berkapasitas rata-rata 30 Ton/rit

    maka diperlukan 150 rit batubara berkalori 6300 kcal/kg dan 100 rit batubara

    berkalori 6800 kcal/kg.

    3. Sampling bertujuan untuk mengetahui kualitas batubara dengan melakukan

    analisa di laboratorium, sedangkan draft survey bertujuan untuk mengetahui

    kuantitas batubara di tongkang.

    5.2. Saran

    1. Untuk menjaga kualitas batubara, sebaiknya kegiatan penambangan dilakukan

    dengan cara yang benar supaya kualitas batubara yang akan dipasarkan tidak jauh

    berbeda dengan kualitas batubara insitu.

    2. Pada saat proses handling sebaiknya dilakukan pengawasan lebih oleh pihak staff

    perusahaan, baik dalam hal mengangkut dan menumpuk material batubara.

    3. Untuk pengambilan sample sebaiknya dengan cara mechanical sampling agar

    dapat mewakili kualitas batubara secara keseluruhan pada saat uji lab.

    4. Proses blending batubara akan lebih baik apabila memperhitungkan parameter

    kualitas yang lain seperti total moisture, inherent moisture, ash, dan total sulfur.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2009, Peta Lokasi Blok Penambangan PT SKB, Divisi Eksplorasi PT

    Sumber Kurnia Buana (SKB), Binuang.

    Muchjidin, 2006, Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara. ITB , Bandung hal,

    372-376.

    Hatt, Rod, 1997, Washed Coal from a Utilization Perspective, Versailles, KY pada

    http://www.academia.edu/5448002/Proses_Pencucian_batubara diakses pada tanggal

    05 November 2014 pukul 09.00 WITA

    Sukandarrumidi, 2005, Batuan dan Pemanfaatannya, Gajah Mada University Press,

    Yogjakarta.

    Zuidam, Van, 1985, Aerial Photo-Interpretation Terrain Analysis and

    Geomorphology Mapping. Smith Publisher The Hague, ITC pada

    http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/30/morfometri/ diakses pada tanggal 08

    November 2014 pukul 08.00 WITA

  • LAMPIRAN

  • Pengolahan Data

    Untuk memenuhi permintaan Buyer yaitu batubara yang kalorinya 6500

    kcal/kg, dengan persediaan batubara Karet 3B berkalori 6300 kcal/kg dan batubara

    Gunung Pakan berkalori 6800 kcal/kg. Sebagai contoh perhitungan seperti di bawah

    ini :

    Diketahui: X = 6300 kcal/kg

    Y = 6800 kcal/kg

    Z = 6500 kcal/kg

    C = 7500 Ton (kapasitas untuk 1 tongkang)

    Ditanya: A = ?

    B = ?

    Perhitungan:

    7.500 x 6.500 = (A x 6.300) + (7.500 A) x 6.800

    48.750.000 = 6.300A + 51.000.000 6.800A

    2.250.000 = 500A

    A = 4.500

    B = 7.500 4.500

    B = 3.000

    Jadi untuk mendapatkan batubara dengan kalori 6500 kcal/kg, diperlukan :

    1. 4.500 Ton batubara kalori 6300 kcal/kg = 60% untuk 1 tongkang dengan

    2. 3.000 Ton batubara kalori 6800 kcal/kg = 40% kapasitas 7500 Ton

    (C . Z) = (A . X) + (C A).Y

    C A = B

  • ROM Loader

    Crushing Hopper

    Sampling Hasil Crushing

  • Loading Hauling

    TCT Stockpile Hopper

    Port Sampling Barging