18
2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO DALFI BP : 0910532068

Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

2013

Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka

Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di

Indonesia

NAMA : HENDRO DALFI BP : 0910532068

Page 2: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara merupakan sebuah indikator

dalam menilai kemajuan perekonomian negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

stabil bukanlah suatu perkara yang mudah dalam pencapaiannya jika tidak diikuti oleh

kemampuan variabel makroekonomi dalam mengatasi setiap permasalahan. Perekonomian

suatu negara dikatakan tidak stabil dan rentan terhadap suatu perubahan, apabila dampak suatu

goncangan menyebabkan fluktuasi yang besar pada variabel makroekonomi dan diperlukan

waktu yang relatif lama untuk mencapai keseimbangan jangka panjang. Sebaliknya,

perekonomian dapat dikatakan stabil apabila dampak dari suatu goncangan menunjukan

fluktuasi yang relatif kecil dan untuk mencapai keseimbangan jangka panjang tidak

membutuhkan waktu yang lama.

Untuk itu salah satu kebijakan yang digunakan untuk meningkatkan dan menjaga

kestabilan pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah dengan menggunakan kebijakan moneter

(monetary policy). Kebijakan moneter merupakan salah satu ilustrasi kebijakan yang digunakan

untuk mengatasi permasalahan ekonomi dengan tujuan utama adalah memelihara kestabilan

nilai rupiah. Kebijakan moneter ini juga sebagai senjata untuk mengatur jalannya perekonomian

dan khususnya mengendalikan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai keinginan yaitu

dengan beberapa instrument-instrument kebijakan moneter yang sudah ditentukan oleh

pembuat kebijakan (Sprillina, 2013).

Page 3: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

2

Pada perkembangan teoritis terdapat dua aliran makroekonomi baru yang

memperdebatkan permasalahan dampak kebijakan moneter, yaitu New Classical dan New

Keynesian. New Classical berpendapat bahwa kebijakan moneter hanya akan memiliki dampak

jika kebijakan tersebut tidak diantisipasi oleh masyarakat. Inti dari aliran ini menyatakan bahwa

kebijakan moneter tidak memiliki dampak terhadap perekonomian (tidak dapat meningkatkan

output ataupun mengurangi pengangguran) atau money neutrality. Sedangkan aliran New

Keynesian berpendapat bahwa kebijakan moneter dapat digunakan untuk mempengaruhi

perekonomian riil atau yang terjadi di sini adalah money non-neutrality.

Berdasarkan pasal 8 UU no.3 tahun 2004, Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki

tugas yaitu menetapkan kebijakan moneter dalam rangka memelihara kestabilan rupiah. Hal

yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga

barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005

Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama

kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang

mengambang (free floating).

Page 4: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai

tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan

moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement",

kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui

persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk

mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,

pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)

serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur

dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang

seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter

dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali

akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi

secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan

tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara

persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan

Page 5: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

4

kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan

antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku

bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi

bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

2.2 Inflasi

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus

menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila

kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari

inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah

Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan

harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Inflasi yang diukur dengan IHK di

Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of

individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :

1. Kelompok Bahan Makanan

2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau

3. Kelompok Perumahan

4. Kelompok Sandang

5. Kelompok Kesehatan

6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga

7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.

Page 6: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

5

Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan

(demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation

dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara

partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price),

dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.

Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa

relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh

output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih

besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi

oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi

dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung

bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di

tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan

(lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun

ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan

permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih

tinggi dari komdisi supply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan UMR,

pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu

signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan.

Page 7: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

6

2.3 BI Rate

BI Rate merupakan suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank

Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter. Secara

sederhana, BI Rate merupakan indikasi level suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank

Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi

moneter untuk mengarahkan agar Suku Bunga SBI 1 bulan hasil lelang Operasi Pasar Terbuka

(OPT) berada di sekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga BI Rate diharapkan mempengaruhi suku

bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB), suku bunga simpanan, dan suku bunga lainnya dalam

jangka waktu yang lebih panjang.

Penetapan respon kebijakan moneter biasa dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG)

triwulanan (Januari, April, Juli dan Oktober) untuk berlaku selama triwulan berjalan. Apabila

diperlukan, perubahan BI Rate juga dapat dilakukan dalam RDG bulanan. Dalam setiap RDG

triwulanan yang dilakukan asesmen menyeluruh terhadap kondisi makroekonomi, prakiraan

inflasi, dan penentuan respon kebijakan moneter. Dalam RDG bulanan, review atas

perkembangan inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter dan likuiditas di pasar dilakukan untuk

memonitor dan menilai apakah sesuai dengan prakiraan yang dilakukan dalam RDG triwulanan.

Perubahan BI Rate dilakukan dalam kelipatan 25 bps (perubahan dapat 25, 50 ataupun 75 bps

sesuai dengan situasi moneter yang terjadi).

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dengan mempertimbangkan

rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk

Page 8: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

7

pencapaian sasaran inflasi. Selain itu BI Rate yang ditetapkan juga mempertimbangkan berbagai

informasi lainnya seperti leading indicators, survei, informasi anekdotal, variable informasi,

expert opinion, asesmen faktor risiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan

kebijakan moneter. BI rate diumumkan ke publik segera setelah ditetapkan dalam RDG. Langkah-

langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas tata kelola (governance) kebijakan

moneter dalam mencapai kestabilan harga sebagai elemen sasaran akhir kebijakan ekonomi

makro yang menyeluruh (social welfare).

2.4 Kerangka Kebijakan Moneter di Indonesia

Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut sebuah kerangka kerja

yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka kerja ini diterapkan secara

formal sejak Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan kebijakan moneter yang menerapkan

uang primer (base money) sebagai sasaran kebijakan moneter. Dengan kerangka ini, Bank

Indonesia secara eksplisit mengumumkan sasaran inflasi kepada publik dan kebijakan moneter

diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah tersebut. Untuk

mencapai sasaran inflasi, kebijakan moneter dilakukan secara forward looking, artinya

perubahan stance kebijakan moneter dilakukan melaui evaluasi apakah perkembangan inflasi

ke depan masih sesuai dengan sasaran inflasi yang telah dicanangkan. Dalam kerangka kerja ini,

kebijakan moneter juga ditandai oleh transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada

publik. Secara operasional, stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga

kebijakan (BI Rate) yang diharapkan akan memengaruhi suku bunga pasar uang dan suku bunga

Page 9: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

8

deposito dan suku bunga kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan

memengaruhi output dan inflasi.

Dengan telah dilepaskannya sistem nilai tukar dengan band intervensi nilai tukar (crawling

band) di tahun 1997, Bank Indonesia memerlukan jangkar nominal (nominal anchor) baru dalam

rangka menjalankan kebijakan moneter. Jangkar nominal adalah variabel nominal (seperti

indeks harga, nilai tukar, atau uang beredar) yang ditargetkan secara eksplisit oleh bank sentral

sebagai dasar/patokan bagi pembentukan harga lainnya. Misalnya kalau nilai tukar dijadikan

target, maka inflasi luar negeri akan menjadi inflasi domestik. Jangkar nominal diperlukan agar

ada kejelasan kemana kebijakan moneter akan diarahkan sehingga masyarakat memiliki

pedoman dalam membuat ekspektasi inflasi.

Dalam kerangka ITF, Bank Indonesia mengumumkan sasaran inflasi ke depan pada periode

tertentu. Setiap periode Bank Indonesia mengevaluasi apakah proyeksi inflasi ke depan masih

sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Proyeksi ini dilakukan dengan sejumlah model dan

sejumlah informasi yang dapat menggambarkan kondisi inflasi ke depan. Jika proyeksi inflasi

sudah tidak kompatibel dengan sasaran, Bank Indonesia melakukan respon dengan

menggunakan instrumen yang dimiliki. Misalnya jika proyeksi inflasi telah melampaui sasaran,

maka Bank Indonesia akan cenderung melakukan pengetatan moneter.

2.5 Transmisi Kebijakan Moneter

Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah

yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan

itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebijakan

Page 10: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

9

utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian

inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran

inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag). Mekanisme bekerjanya

perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme

transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui

perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai

variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi.

Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor

keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur,

diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.

Sumber : www.bi.go.id

Page 11: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

10

Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku

bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia

dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk

mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit

sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan

meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk

melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga

aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami

kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem

aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.

Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering

disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih

antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku

bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-

instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan

tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan

mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor

lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif

sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan

berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.

Page 12: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

11

Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan

harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi

sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi

kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.

Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi

publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan mendorong

aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan

inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh

produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time lag). Time

lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih

cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat cepat. Kondisi

sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan

moneter. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan

terhadap penurunan suku bunga BI rate biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan

sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit

dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran

kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon

oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang

lesu.

Page 13: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

12

2.6 Hambatan Dalam Pelaksanaan Inflation Targeting Framework

Meski kebijakan Inflation Targeting ini cukup menjanjikan, namun sebenarnya terdapat

banyak hambatan yang berkaitan dengan banyaknya prasyarat yang harus dipenuhi dalam

pelaksanaannya di Indonesia. Ditambah dengan adanya faktor lain yang juga menjadi kendala

dalam pemberlakuan kebijakan ini. Secara singkat, hambatan-hambatan dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Hambatan dalam menciptakan independensi

Sulitnya menciptakan independensi bank sentral, karena hingga saat ini sistem pemerintahan

Indonesia tidak memungkinkan untuk memberikan kewenangan penuh terhadap suatu

lembaga/otoritas dalam menjalankan fungsi pengawasan instrumen keuangan. Dengan kata lain

bahwa pemerintah tidak dapat benar-benar tidak turun campur tangan dalam urusan lembaga

pengawas, meski lembaga tersebut disebut lembaga independen. Para pejabat dalam lembaga

tersebut digaji oleh pemerintah, yang berarti loyalitas mereka terhadap pemerintah tak

diragukan lagi. Hal ini jelas-jelas menyebabkan fungsi pengawasan tak dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

2. Hambatan dalam memprediksi inflasi

Kemampuan untuk memprediksi inflasi merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kebijakan

target inflasi. Kemungkinan besar, peramalan inflasi di Indonesia akan sulit dilaksanakan. Hal ini

berkaitan dengan kondisi politik dan keamanan yang boleh dikatakan tidak menentu akhir-akhir

ini. Padahal, stabilitas nasional sangat berperan dalam menentukan kondisi ekonomi suatu

Page 14: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

13

negara. Untuk saat ini, para investor masih beranggapan bahwa negara kita tidak cukup kondusif

bagi investasi. Isu-isu seputar politik dan keamanan daerah sudah rawan untuk memporak-

porandakan perekonomian nasional. Jika stabilitas belum tercapai, mustahil dapat memprediksi

dengan cermat.

3. Hambatan dalam mewujudkan kebijakan secara konsisten dan transparan

Pelaksanaan kebijakan Inflation Targeting secara konsisten dan transparan juga akan sulit

terwujud. Tingkat korupsi di Indonesia yang sedemikian tinggi akan mempersulit pemerintah

dalam meraih kepercayaan dari masyarakat. Juga maraknya praktik kolusi yang menyebabkan

sikap masyarakat semakin apatis dan enggan berpartisipasi dalam pelaksanaan pemulihan krisis

ekonomi. Kebijakan target inflasi belum tentu didukung oleh masyarakat, kecuali apabila

lembaga pelaksana kebijakan ini dapat meyakinkan masyarakat bahwa aparaturnya negara

bersih dan bebas korupsi.

4. Hambatan dalam mewujudkan kebijakan secara fleksibel dan kredibel

Menjalankan kebijakan secara fleksibel sekaligus kredibel juga bukan merupakan pekerjaan

yang mudah. Jika kebijakan diberlakukan secara lentur, maka akan membuka kesempatan

korupsi dan kolusi, sehingga menyebabkan incredible. Demikian juga sebaliknya, apabila

kebijakan ini lebih berfokus pada kredibilitas, maka akan timbul sifat inflexible.

5. Tingkat keparahan krisis

Faktor lain adalah tingkat keparahan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sudah tergolong

akut, sehingga penanganannya juga lebih sulit dibanding negara-negara lain. Mungkin kebijakan

Page 15: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

14

target inflasi ini berhasil diberlakukan di negara-negara lain, namun belum tentu akan sesuai

diberlakukan di Indonesia.

Page 16: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

15

BAB III

KESIMPULAN

Kemajuan perekonomian suatu negara dapat diindikasikan dengan pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan stabil. Perekonomian suatu negara dikatakan stabil dan tidak rentan

terhadap suatu perubahan, apabila dampak suatu goncangan menyebabkan fluktuasi yang kecil

pada variabel makroekonomi dan diperlukan waktu yang relatif pendek untuk mencapai

keseimbangan jangka panjang. Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan tersebut salah satu

kebijakan yang dapat digunakan adalah kebijakan moneter (monetary policy).

Di Indonesia yang mempunyai otorisasi dalam melaksanakan kebijakan moneter ini

adalah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Sesuai dengan pasal 8 UU no.3 tahun 2004, Bank

Indonesia sebagai bank sentral memiliki tugas yaitu menetapkan kebijakan moneter dalam

rangka memelihara kestabilan rupiah. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara

lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk

mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan

inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan

menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating).

Dalam pelaksanaannya di Indonesia, Inflation Targeting Framework ini mempunyai

beberapa hambatan diantaranya yaitu : Hambatan dalam menciptakan independensi, Hambatan

dalam memprediksi inflasi, Hambatan dalam mewujudkan kebijakan secara konsisten dan

Page 17: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

16

transparan, Hambatan dalam mewujudkan kebijakan secara fleksibel dan kredibel, dan Tingkat

keparahan krisis.

Agar kebijakan moneter dapat berkerja secara efektif, dibutuhkan komunikasi yang

terbuka antara Bank Indonesia dengan masyarakat. Oleh karenanya, kebijakan moneter Bank

Indonesia senantiasa dikomunikasikan secara transparan kepada masyarakat. Komunikasi

tersebut juga dijadikan ebagai bagian dari akuntabilitas kebijakan moneter dan berperan dalam

membantu pembentukan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ke depan. Komunikasi

kebijakan moneter dapat dilakukan dalam bentuk siaran pers, konferensi pers setelah Rapat

Dewan Gubernur, publikasi Tinjauan/Laporan Kebijakan Moneter yang memuat latar belakang

pengambilan keputusan, maupun penjelasan langsung kepada masyarakat luas, media massa,

pelaku ekonomi, analis pasar dan akademisi.

Page 18: Pengantar Ekonomi Makro - · PDF file2013 Pengantar Ekonomi Makro Inflation Targeting Framework Sebagai Kerangka Kerja Dalam Penerapan Kebijakan Moneter di Indonesia NAMA : HENDRO

17

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Seprillina, L., 2013, “Efektivitas Instrumen Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Indonesia”: Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Sutanto, S., 2011, “Berbagai Hambatan dalam Penerapan Kebijakan Moneter Inflation Targeting”:

http://www.duniaesai.com

Sutikno, 2007, “Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Performance Makro Ekonomi Indonesia”:

Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang

http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/