Upload
aline-williams
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PENGANTAR ILMU HUKUM. Prof. Jawahir Thontowi , SH., Ph.D. Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. BAB II MANUSIA, MASYARAKAT DAN HUKUM. Manusia Masyarakat (Society) Hukum dan Masyarakat. 1.1. MANUSIA sebagai makhluk. - PowerPoint PPT Presentation
Citation preview
PENGANTARILMU HUKUM
Prof. Jawahir Thontowi, SH., Ph.D.Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia
BAB IIMANUSIA, MASYARAKAT
DAN HUKUM
1. Manusia2. Masyarakat (Society)3. Hukum dan Masyarakat
Manusia adalah makhluk unik belum ada defenisi hakikat manusia secara komprehensif.
Manusia ciptaan Tuhan terdiri dari unsur tanah (thin) dan unsur api atau cahaya (Nur) dalam diri manusia terdapat unsur malaikat (kepatuhan) dan unsur api atau syaitan (Ali Sariyati).
Teori Devine Law Thomas van Aquinas, “umat manusia wajib memuliakan Tuhan, sebagai urusan dari setiap manusia” (Ismail Farugi).
Manusia hidup tidak lain hanya untuk mengabdi kepada Tuhan. Kehidupan merupakan realisasi dari pengabdian pada Yang Maha Kuasa.
1.1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
Manusia terdiri dari unsur jasmani, rohani, dan akal manusia dianugerahi berbagai potensi, seperti indra, akal, hati, dan lain-lain.
Manusia tidak dapat hidup sendirian. Seperti Adam yang hidup bersama Hawa.
Manusia memiliki akal atau fikiran sebagai pembeda dengan hewan manusia dapat dinamis.
Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya, karena kebudayaan manusia selalu berkembang seiring dengan kemajuan yang dicapai oleh umat manusia.
1.2. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifahdi muka bumi.“ (Q.S. Al-Baqarah [2]: 30)
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al Qashash [28]: 77).
1.3. MANUSIA DIBERI AMANAH MEMAKMURKAN JAGAT RAYA
A. Manusia sebagai makhluk sosial- Zon Politicon (Makhluk Sosial), artinya manusia
ingin selalu berkumpul dengan sesamanya (Aristoteles).
- Makhluk yang berevolusi dari empat unsur (Paul Buhamay).
- Makhluk Sosial merupakan fitrah dan keniscayaan (Davies, Antropologi Islam).
B. Homo Homini Lupus dan Teori Contract Social- Manusia saling “memakan” sesamanya (homo
homini lupus), terdapat egoisme yang kuat.- Untuk terciptanya perdamaian, maka dibuatlah
kesepakatan (kontrak) untuk membentuk suatu masyarakat yang berkembang.
1.4. SIFAT-SIFAT MANUSIA SECARA SOSIAL
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama-sama di suatu tempat dan dalam waktu tertentu yang memiliki kesamaan tujuan serta memiliki instrumen peraturan.
Konsekuensi hidup bermasyarakat: Setiap individu memiliki hak kebebasan yang dibatasi oleh hak anggota masyarakat lain. Jadi, selain masyarakat itu ditandai oleh ciri-ciri adanya kehidupan bersama, dalam suatu waktu, tempat dan tujuan, juga tidak terlepas dari adanya interaksi sosial yang seimbang.
2. MASYARAKAT (SOCIETY)
Kelompok jaringan interaksi sosial masyarakat:
Bilamana ketiga kelompok sosial tersebut telah berdiri, maka kelompok sosial tersebut berubah menjadi organisasi masyarakat yang memiliki kedaulatan atau kekuasaan.
2. MASYARAKAT (SOCIETY)
Kensip(Kekeluargaan )
Kelompok berdasarkan
profesi
Kelompok berdasarkan
agama, ideologi, dan politik
3. HUKUM DAN MASYARAKAT
Skema Pelembagaan Interaksi SosialPelembagaan Interaksi
Sosial
Kekerabatan
Keluarga, Suku,
Bangsa
Profesi
Politik, Pengacara, Bisnis, dll
Keagamaan
Islam, Kristen, dll
3. HUKUM DAN MASYARAKAT
Perbandingan antara Hukum Masyarakat Primitif dan Masyarakat Modern
Hukum MasyarakatPrimitif
Hukum MasyarakatModern
Terdiri dari kebiasaan-kebiasaan
Peraturan-peraturan, norma-norma
Tidak tertulis Tertulis (Undang-Undang)
Bisa bersifat mistik (tabu) ditakuti Rasional
Informal Formal
Dogmatik Dialogis