44
PENGANTAR PERPAJAKAN Chapter 1: Pendahuluan Kelompok 1: Anggana Bayu Aji (04) Arif Prajanata (05) Sandi Parulian (17)

PENGANTAR PERPAJAKAN

Embed Size (px)

Citation preview

PENGANTAR PERPAJAKAN Chapter 1: PendahuluanKelompok 1: Anggana Bayu Aji (04) Arif Prajanata (05) Sandi Parulian (17)

Sejarah Pemungutan PajakMulanya pajak = upeti (pemberian secara cuma-cuma) bersifat wajib, memaksa, dan harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau penguasa. Upeti yang diberikan berbentuk hasil alam seperti: padi, ternak, pisang, kelapa, dan lain-lain.

Sejarah Pemungutan PajakPemberian dari rakyat (upeti) dipakai untuk keperluan/kepentingan raja. Tidak ada imbalan atau prestasi yang dikembalikan kepada rakyat karena upeti dulunya bersifat : -hanya untuk kepentingan sepihak -ada tekanan secara psikologis.

Sejarah Pemungutan PajakDalam perkembangannya, sifat upeti tidak lagi hanya untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat itu sendiri. Artinya upeti digunakan untuk kepentingan umum (menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan, membangun saluran air, dll)

Sejarah Pemungutan PajakPerkembangan dalam masyarakat mengubah sifat upeti (pemberian),yang dulunya cuma-cuma dan memaksa, menjadi punya suatu aturan-aturan yang lebih baik ,jadi meski sifatnya memaksa, namun unsur keadilan lebih diperhatikan. Unsur keadilan diwujudkan dengan ikut sertanya rakyat dalam membuat aturan-aturan dalam pemungutan pajak, yang hasilnya dikembalikan rakyat sendiri.

Dasar Pemungutan Pajak (Menurut Asas)Agar tujuan dari pemungutan pajak tercapai, beberapa ahli yang mengemukakan tentang asas pemungutan pajak: 1. Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations, ada 4 asas: y Asas Equality (asas keadilan): pemungutan pajak negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.y Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak

harus berdasarkan UU, yang melanggar dikenai sanksi hukum.

y Asas Convinience of Payment (asas pemungutan tepat waktu):

pajak harus dipungut pada saat yang tepat (paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau saat menerima hadiah. pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

y Asas Effeciency (asas efesien atau asas ekonomis): biaya

Dasar Pemungutan Pajak (Menurut Asas)2.Menurut W.J. Langen, asas pemungutan pajak adalah:y Asas daya pikul: besar kecilnya pajak=besar kecilnya

penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang dibebankan. dan sebaliknya kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum. digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

y Asas manfaat: pajak yang dipungut digunakan untuk

y Asas kesejahteraan: pajak yang dipungut oleh negara y Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama, jumlah wajib pajak

yang satu = jumlah wajib pajak yang lain(diperlakukan sama). diusahakan sekecil-kecilnya (serendah-rendahnya) jika dibandinglan sengan nilai obyek pajak. Sehingga tidak memberatkan para wajib pajak.

y Asas beban yang sekecil-kecilnya: pemungutan pajak

Dasar

g ta

ajak (

r t sas)

3. Menurut Adolf Wagner, asas pemungutan pajak sebagai berikut. yAsas politik finansial : pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara yAsas ekonomi: penentuan obyek pajak harus tepat Misalnya: pajak pendapatan, pajak untuk barang-barang mewah yAsas keadilan yaitu pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi. yAsas administrasi: menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan, dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara membayarnya) dan besarnya biaya pajak. yAsas yuridis segala pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.

Dasar Pemungutan Pajak (Menurut Teori)Menurut R. Santoso Brotodiharjo SH, dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak, ada beberapa teori yang mendasari adanya pemungutan pajak, yaitu:Teori asuransi, Negara bertugas melindungi warganya dari segala kepentingannya baik keselamatan jiwan dan harta bendanya. Sehingga diperlukan adanya pembayaran pajak yang sifatnya seperti pembayaran premi. Pembayaran pajak ini dianggap sebagai pembayaran premi kepada negara. Teori ini banyak ditentang karena negara tidak boleh disamakan dengan perusahaan asuransi.

Dasar Pemungutan Pajak (Menurut Teori)Teori kepentingan, Dasar pemungutan pajak adalah adanya kepentingan dari masing-masing warga negara. Termasuk kepentingan dalam perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan perlindungan, maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan. Teori ini banyak ditentang, karena pada kenyataannya bahwa tingkat kepentingan perlindungan orang miskin lebih tinggi daripada orang kaya. Ada perlindungan jaminan sosial, kesehatan, dan lain-lain. Bahkan orang yang miskin justru dibebaskan dari beban pajak.

Sumber Hukum Pajak1. Sumber hukum Material y Yaitu faktor-faktor yang membantu pembentukan hukum (hukum pajak), misal: faktor-faktor hubungan sosial, politik, ekonomi, maupun hubungan internasional.

Sumber Hukum Pajak2. Sumber hukum Formal y Sumber dimana peraturan hukum punya kekuatan hukum atau, y Cara yang membuat peraturan hukum tersebut berlaku formal. y Misalnya, peraturan perundang-undangan (asas Pancasila, UUD 1945, dll), kebiasaan, traktat (Tax Treaty), Yurisprudensi, dan Doktrin.

Sumber Hukum PajakSifat-Sifat dari Hukum Pajak: y Kaidah hukum pajak hanya lahir karena tertulis. Kebiasaan sebagai sumber hukum pada umumnya tidak dikenal dalam hukum pajak. y Bersumber dasar Pancasila. Pancasila merupakan alat penguji terhadap sumber hukum tertulis, apakah sudah sesuai atau tidak dan juga tolok ukur untuk menentukan kebenaran substansi hukum yang terkandung dalam setiap UU Pajak.

Sumber Hukum PajakSumber hukum pajak yang sifatnya tertulis, terdiri dari: 1. UUD 1945 -Mengandung asas legalitas -Meletakkan kewenangan pada negara untuk memungut pajak jika diperlukan, tapi harus berdasar UU. No taxation without representation . y Setelah UUD 1945 diamandemen, terjadi perubahan ketentuan pajak yang sangat prinsipil. Dibuktikan dalam Pasal 23A UUD 1945: pajak dan pugutan yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undangundang. Bukan hanya pajak, melainkan pungutan yang bersifat memaksa juga harus diatur dengan undang-undang. Hal ini agar tidak ada kesewenang-wenangan dalam pembebanan pungutan yang bersifat memaksa.

Sumber Hukum Pajak2. Perjanjian Perpajakan y Karena tiap negara memiliki peraturan pajak yang berbeda dengan negara lain, maka dapat timbul pengenaan pajak ganda internasional sehingga menimbulkan beban yang tinggi terhadap Wajib Pajak. y Untuk mengatasi hal tersebut, negara-negara yang berkepentingan mengadakan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B), agar Wajib pajak dari tiap negara yang bersangkutan tidak dikenakan pajak ganda. y Perjanjian perpajakan juga dapat mencegah terjadinya penghindaran pajak (tax avoidance) dan penyelundupan pajak (tax evasion).

Sumber Hukum Pajak3. Yurisprudensi Perpajakan y Yurisprudensi perpajakan adalah putusan pengadilan mengenai perkara pajak yang meliputi sengketa pajak dan tindak pidana pajak yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap. y Putusan pengadilan yang terkait dengan sengketa pajak adalah Putusan Pegadilan Pajak maupun Mahkamah Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum mengikat para pihak yang bersengketa, sedangkan putusan pengadilan yang terkait dengan tindak pidana pajak adalah Putusan Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum maupun Mahkamah Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Sumber Hukum Pajak4. Doktrin Perpajakan y Agar doktrin menjadi sumber hukum pajak, substansinya harus dalam konteks bidang perpajakan, dan dikemukakan ahli hukum pajak. y Substansi hukum pajak berbeda secara prinsipil dengan hukum lain karena memiliki ciri khas tersendiri.

Pengertian Hukum Pajaky Hukum pajak,

Dalam bahasa Inggris disebut tax law. Dalam bahasa Belanda disebut belasting recht. Di Indonesia, selain hukum pajak, dikenal pula hukum fiskal, meski keduanya berbeda substansi. Hukum pajak objek kajiannya hanya sekadar membicarakan tentang pajak. Hukum fiskal objek kajiannya. meliputi pajak dan sebagian keuangan Negara.

Pengertian Hukum PajakHukum Pajak dalam arti luas: hukum yang berkaitan dengan pajak. dalam arti sempit: seperangkat kaidah hukum tertulis yang memuat sanksi hukum. Sebagai bagian ilmu hukum, hukum pajak tidak lepas dari sanksi hukum (sanksi administrasi dan pidana) sebagai substansi di dalamnya agar Pejabat Pajak dan Wajib Pajak taat kaidah hukum.

Pengertian Hukum PajakMenurut Rochmat Soemitro (1979): Hukum pajak ialah suatu kumpulan peraturan yang engatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Jadi, hukum pajak menerangkan : y Siapa-siapa Wajib Pajak (subjek pajak); y Objek-objek yang dikenakan pajak (objek pajak); y Kewajiban Wajib Pajak terhadap pemerintah; y Timbulnya dan hapusnya utang pajak; y Cara penagihan pajak; y Cara mengajukan keberatan dan banding pada peradilan pajak

Pengertian Hukum Pajaky Undang-undang No. 28 Tahun 2007 (UU KUP)hanya menyatakan kedudukan Hukum Pajak sebagai ketentuan umum bagi peraturan perundang-undangan perpajakan yang lain. y UU KUP merupakan kaderwet yang berfungsi sebagai payung terhadap undang-undang pajak yang sifatnya sektoral. y Pengertian hukum pajak dapat memberi : Petunjuk, bagi penegak hukum pajak dalam menggunakan wewenang dan kewajibannya untuk menegakkan hukum pajak. Pedoman, bagi Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban dan menggunakan hak umtuk memperoleh perlindungan hukum sebagai konsekuensi dari penegakan hukum pajak.

Sejarah Hukum Pajaky y y y y y y y y y y

Sejak zaman kolonial Belanda, telah diberlakukan undangundang yang mengatur mengenai pembayaran pajak, yaitu : Ordonansi Pajak Rumah Tangga; Aturan Bea Meterai; Ordonansi Bea Balik Nama; Ordonansi Pajak Kekayaan; Ordonansi Pajak Kendaraan Bermotor; Ordonansi Pajak Upah; Ordonansi Pajak Potong; Ordonansi Pajak Pendapatan; Undang-undang Pajak Radio; Undang-undang Pajak Pembangunan I; Undang-undang Pajak Peredaran.

Sejarah Hukum PajakKemudian diundangkan lagi beberapa undang-undang, antara lain: UU Pajak Penjualan Tahun 1951 yang diubah dengan UU No. 2 Tahun 1968; UU No. 21 Tahun 1959 tentang Pajak Dividen yang diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1967 tentang Pajak atas Bunga, Dividen, dan Royalti; UU No. 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa; UU No. 74 Tahun 1958 tentang Pajak Bangsa Asing; UU No. 8 Tahun 1967 tentang Tata Cara Pemungutan PPd, PKK, dan PPs atau Tata Cara MPS-MPO.

y y y y y

Sejarah Hukum PajakKarena t erlalu banyak undang-undang, masyarakat mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya. Beberapa undang-undang tersebut juga tidak memenuhi rasa keadilan, dan masih memuat unsur-unsur kolonial. Pada tahun 1983, Pemerintah bersama-sama DPR melakukan reformasi undang-undang perpajakan yang ada dengan mencabut semua undang-undang yang ada dan mengundangkan 5 (lima) paket undangundang perpajakan yang lebih mudah dipelajari, dipraktikkan, tidak menimbulkan duplikasi dalam hal pemungutan, dan unsur keadilan diutamakan, Sistem perpajakan yang semula official assessment diubah menjadi self assessment.

Sejarah Hukum PajakKelima undang-undang tersebut adalah: y UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP); y UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh); y UU No. 8 Tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM; y UU No. 12 Tahun1985 tentang PBB (masih menggunakan official assessment); y UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM).

Sejarah Hukum Pajaky y y y

Tahun 1994, empat dari kelima undang-undang mengalami perubahan dengan mengubah beberapa pasal yang dipandang perlu, akibatnya: UU No.6 Tahun 1983 diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994; UU No. 7 Tahun 1983 diubah dengan UU No. 10 Tahun 1994; UU No. 8 Tahun 1983 diubah dengan UU No. 11 Tahun 1994; UU No. 12 Tahun 1985 diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994;

Sejarah Hukum Pajaky y y y y

Di tahun 1997, Pemerintah membuat beberapa undangundang perpajakan untuk mendukung undang-undang yang sudah ada, yaitu: UU No. 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian dan Sengketa Pajak; UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa; UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Sejarah Hukum PajakPerkembangan ekonomi dan masyarakat yang terus menerus, mengakibaatkan pemerintah kembali mengubah undang-undang perpajakan di tahun 2000, yaitu: UU No. 16 Tahun 2000 tentang KUP; UU No. 17 Tahun 2000 tentang PPh; UU No. 18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM; UU No. 19 Tahun 2000 tentang PPSP; UU No. 21 Tahun 2000 tentang BPHTB; UU No. 34 Tahun 2000 tentang PDRD; serta Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai.

y y y y y y y

Sejarah Hukum PajakTahun 2002, karena Badan Penyelesaian Sengketa Pajak belum merupakan badan peradilan yang berpuncak di Mahkamah Agung, maka dibentuklah Pengadilan Pajak dengan UU No. 14 Tahun 2002 sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997.

Sejarah Hukum PajakPada tahun 2007 dan 2008 kembali mengalami perubahan, yang menghasilkan: UU KUP No. 28 Tahun 2007 yang berlaku mulai tahun 2008 UU PPh No. 36 Tahun 2008 yang berlaku mulai tahun 2009. Namun, adanya sunset policy beberapa waktu lalu, berakibat UU KUP diperbaharui lagi dengan UU No. 16 Tahun 2009 sebagai penetapan Perpu No. 5 Tahun 2008 yang hanya mengubah satu bunyi ketentuan Pasal 37A ayat (1) UU KUP No. 28 Tahun 2007.

Sejarah Hukum PajakPerubahan terbaru, terjadi pada UU PPN dengan disahkannya UU No. 42 Tahun 2009 yang mulai berlaku pada tanggal 1 April 2010.

Fungsi Hukum PajakFungsi hukum pajak berkaitan erat dengan fungsi dari negara. Beberapa fungsi dari negara seperti:1. Mensejahterakan dan memakmurkan masyarakat 2. Melaksanakan ketertiban 3. Pertahanan dan keamanan 4. Menegakkan keadilan

Fungsi Hukum PajakUntuk menjalankan fungsi tersebut, negara butuh biaya yang besar dan sifatnya rutin. Biaya tersebut harus ditanggung oleh setiap warganya yang dinilai mampu memberikan sumbangsih yang kemudian dikenal sebagai pajak. Sumbangsih tersebut harus jelas aturan pelaksanaannya, sehingga dibuatlah hukum pajak yang berfungsi mengatur perpindahan harta dari masyarakat (wajib pajak) kepada publik (dengan melalui kas negara) secara baik, teratur, tertib, adil dan tidak menimbulkan kesewenang-wenangan dari pelaksana hukum.

Fungsi Hukum Pajaky Berfungsinya hukum pajak, diharapkan fungsi

budgetair (mengisi kas negara untuk kemudian digunakan membiayai pengeluaran negara/melaksanakan pembangunan) dari pemungutan pajak dapat terlaksana dengan baik dan adil. y Dalam pembentukan hukum pajak harus nampak fungsi regulerent (mengatur) sehingga pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi lewat kebijaksanaan pajak. Contoh: menggiring penanaman modal baik dalam negeri maupun luar dengan pemberian berbagai keringanan pajak.

Tujuan Hukum PajakHukum pajak bertujuan memberikan: y keadilan, y kemanfaatan, atau y kepastian hukum bagi Wajib Pajak.

Tujuan Hukum Pajaky Keadilan, tercermin dalam pengenaan pajak kepada

Wajib Pajak. Jika Wajib Pajak memiliki objek pajak, tetapi tidak tergolong objek kena pajak, maka Wajib Pajak tidak dikenakan pajak. Jika Wajib Pajak sama sekali tidak memiliki objek pajak karena pailit, maka Wajib Pajak tidak dikenakan pajak. y Kemanfaatan, tercermin dari penggunaan pajak unutk membiayai pemerintahan dan pembangunan untuk mengurangi batas pemisah antara orang kaya dan orang miskin. Pajak yang dipungut dikembalikan ke masyarakat agar dapat dinikmati oleh Wajib Pajak maupun bukan Wajib Pajak.

Tujuan Hukum Pajaky Kepastian hukum, diterapkan dalam penagihan pajak

dan penyelesaian sengketa pajak. Penagihan pajak tidak boleh dilakukan oleh siapapun, kecuali yang telah ditentukan. Bentuk, cara, dan jangka waktu penagihan harus dipenuhi agar tergolong sebagai penagihan pajak yang sah. Dalam penyelesaian sengketa, terdapat lembaga peradilan pajak yang berwenang memeriksa dan memutus sengketa pajak. Terdapat pula persyaratan bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, banding, dan gugatan. Pihak yang menyelesaikan sengketa pajak, harus menaati persyaratan yang telah ditentukan agar putusannya bisa diterima.

Terima Kasih