74

Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Page 2: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

2

Pengantar Redaksi

Pengantar Redaksi________________________________________3

Catatan Redaksi__________________________________________4

Perkembangan Pengelolaan Sumber Daya Arkeologis_____________6

Pencagarbudayaan di DIY_________________________________12

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatannya_______23

Candi Prambanan Didirikan Di Atas Bekas Aliran Sungai__________36

Candi Kalasan Pasca Gempa Tektonik 27 Mei 2006_____________43

Rehabilitasi Candi Prambanan Sebagai Atraksi Wisata___________51

Pelaksanaan Emergency dan Rehabilitasi_____________________57

Berita Kegiatan BP3 dan Temuan Benda Cagar Budaya__________ 63

Penghargaan Pelestari Benda Cagar Budaya___________________68

Page 3: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

3

Pengantar Redaksi

Pengantar Redaksi

Buletin Narasimha Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY) pada tahun 2008 terbit perdana. Media cetak ini didedikasikan sebagai wahana untuk merefleksikan

pemikiran tentang berbagai aspek yang inheren dengan permasalahan pelestarian benda cagar budaya,

situs, kawasan cagar budaya, dan persoalan-persoalan lain yang terkait. Pada dasarnya persoalan pelestarian

sumberdaya arkeologi dapat dilakukan dengan pendekatan multidisipliner dan multidimensional. Berbagai

pendekatan itu dapat dikonfigurasikan sebagai gagasan dan pemikiran di dalam media ini.

Pada edisi ini berbagai aspek pelestarian benda cagar budaya di presentasikan sebagai urgensi

pembahasan utama. Relevan dengan permasalahan tersebut juga dikupas tentang upaya BP3 DIY

melakukan penetapan Benda Cagar Budaya berbagai potensi sumberdaya arkeologi, hal itu merupakan

amanat Undang-undang No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Terkait dengan aspek pelestarian

juga dibahas mengenai strategi pelestarian dan pemanfaatan kawasan cagar budaya yang dijadikan

pembahasan sebagai kasus adalah Kawasan Imagiri, Bantul.

Sebagai tulisan pendukung yaitu artikel tentang Candi Prambanan dan kondisi Candi Kalasan

pascagempa bumi. Di samping itu, tentang beberapa program kegiatan yaitu sebagai berikut. Pertama,

program tangggap darurat (emergency) dan rehabilitasi potensi sumberdaya arkeologi Candi Prambanan,

Situs Pesanggrahan Tamansari, Kotagede dan Makam Pajimatan Imagiri. Kedua, pelaksanaan kegiatan

atau program-program pemugaran di beberapa situs di DIY, berita temuan Benda Cagar Budaya serta

penghargaan kepada pelestari aktif Benda Cagar Budaya dan lembaga atau organisasi yang peduli Benda

Cagar Budaya dan kawasannya. (Redaksi)

Page 4: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Catatan Redaksi

4

NARASIMHA: Catatan Redaksi

Narasimha merupakan awatara Dewa Wisnu dalam bentuk demonis untuk membebaskan dunia

dari Hiranyakasipu, seorang daitya yang amat berkuasa. Raja tersebut tidak bisa dimusnahkan dalam

kondisi situasi normal. Oleh karena itu, dalam pembebasan itu Dewa Wisnu digambarkan sebagai dewa

yang amat “murka” yakni berupa separuh manusia dan separuh singa yang merobek isi perut (dada) asura

tersebut. Di samping itu, lokasi murka Wisnu tersebut diambang pintu ruang dan waktu peristiwa pada saat

senja. Secara mitologis turunnya awatara Wisnu ini adalah pada masa kali (kaliyuga), yakni suatu masa

keruntuhan yang dipenuhi dengan dosa, sehingga dewa pun harus bertindak tegas bahkan berwujud kejam

agar dunia tetap berdiri.

Sebagai sebuah produk budaya yang dilatarbelakangi konsep kosmogonis, arca merupakan ‘ikon’

pemujaan yang hidup bersama-sama secara kultural para pembuat maupun pemujanya. Jika kita kembali

ke masa Mataram Kuna Jawa Tengah, setidaknya kita mendapati adanya anasir-anasir tentang seorang

tokoh yang juga mempunyai gelar epiteton sebagai “ pembunuh musuh atau pelindung dunia “. Di dalam

parsasti Kelurak (704 Saka) menyebut seorang tokoh bernama Dharanindra Sanggrama Dhananjaya -

sebagai keturunan dinasti Sailendra – yang menyandang gelar sebagai ‘wirawairimanthana’ atau pembunuh

musuh.

Temuan arca Narasimha dari situs Sumur Bandung, Sambirejo, Prambanan, Sleman DIY ini

tentunya juga dapat menjadi sebuah representasi manusia pada masanya. Jika Narasimha sering dikaitkan

dengan masa kaliyuga dimana merupakan suatu masa penuh kerusakan dan kegoncangan, maka bisa

ditarik suatu hipotesa dini bahwa pada suatu waktu di zaman Mataram Kuna (baca : Mataram Kuna

periode Prambanan) pernah terjadi suatu kondisi yang tidak stabil. Seringkali ketidakstabilan ini lebih

banyak terjadi dalam bidang politik yang tentunya juga berimbas pada kehidupan sosial dan ekonomi

masyarakatnya.

Belum dapat dipastikan mengenai kurun waktu yang tepat mengenai hipotesa tersebut. Namun

lain halnya dengan catatan dari masa yang lebih muda yakni dari masa Kertanegara. Ia dikenal dengan

Page 5: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Catatan Redaksi

5

sebutan Narasimhamurti atau titisan Narasimha. Sebagai Narasimhamurti, Kertanegara banyak melakukan

pembasmian penjahat keji, peperangan dengan Malayu serta melakukan penyerangan terhadap Bali dari

kurun waktu 1192 Saka hingga 1206 Saka. Tampak jika ia berusaha menghilangkan dengan tangan besi

segala rintangan-rintangan untuk membebaskan dunia dari cengkeraman kaliyuga.

Adakah korelasi positif antara arca Narasimha dari situs Sumur Bandung dengan dinasti Sailendra

yang pada pertengahan abad kedelapan sedang gencar-gencarnya melakukan politik ekspansi perluasan

wilayah, tidak hanya di pulau Jawa bahkan hingga seberang lautan. Hal tersebut merupakan interpretasi

nilai konteks sosio kultural keberadaan arca Narasimha. Pertanyaan berikut, adakah korelasi antara aspek

kosmologis Narasimha dengan nilai filosofis yang mempunyai arti penting yang relevan untuk saat ini.

Memperhatikan aspek mitologis Narasimha, maka ada beberapa makna yang perlu dicatat.

Narasimha pada dasarnya merefleksikan sebuah tindakan yang didasarkan kepada sikap kritis dalam

menyelesaikan permasalahan yaitu membunuh Hiranyakasipu (angkara murka) yang tidak bisa dimusnahkan

oleh manusia pada waktu siang atau malam dan diluar maaupun di dalam. Sikap kritis didasarkan kepada

alternatif tindakan yang dilakukan, yaitu dengan perwujudan seperti mitologi dan ciri-ciri penggambaran

arca tersebut diatas.

Alternatif kritis tersebut dikonfigurasikan dengan berbagai cara, yaitu tindakan untuk mengatasi

tantangan yang ada dengan pilihan waktu, pilihan lokasi, dan pilihan pendekatan yang tepat dalam memberikan

solusi. Pola pikir tersebut masih relevan bagi kondisi sekarang. Upaya-upaya konkrit yang kita lakukan

dalam pelestarian sumber daya arkeologi, baik pendekatan aksi bersifat fisik atau material maupun langkah-

langkah implementasi presentasinya juga harus mereflleksikan pola pikir alternatif kritis tersebut.

Upaya presentasi sumberdaya arkeologi salah satunya dapat menggunakan media publik tercetak.

Berkoherensi dengan hal itu visi – misi tulisan dalam buletin ini bukan untuk menyelesaikan semua masalah.

Akan tetapi, mencoba memberi kontribusi pemikiran dan wahana media komunikasi untuk pemahaman

upaya pelestarian sumber daya arkeologi sebagaimana pendekatan sikap kritis Narasimha dalam mengurai

permasalahan dan tantangan zamannya. (Redaksi)

Page 6: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Perkembangan Sumber Daya Arkeologis

6

Sejarah arkeologi sebagai sebuah ilmu telahberkembang sejak lama, bahkan embrionyamuncul sejak manusia menyenangi peninggalan-peninggalan masa lalu. Berdasarkan catatan yangpaling awal, penyelidikan terhadap peninggalantersebut sudah dilakukan sejak abad ke-6 sebelumMasehi. Namun penyelidikan masa ini tidakmempunyai kerangka teori yang pasti.Penyelidikan tanpa konsep ini berlangsung terussampai dengan pertengahan abad ke-19.( K.R.Dark,1995:3).

Konsep sejarah budaya mulai diperkenalkandan berkembang dalam arkeologi setelah tahun1850. Konsep ini banyak dipakai banyak arkeologdi beberapa bagian dunia baik di negara-negaraEropa maupun Amerika untuk mengungkapkehidupan masa lampau melalui benda arkeologi.Pada masa ini benda arkeologi hanya dapatdigunakan untuk mengungkap kronologikehidupan masa lalu (Ibid).

Sekitar tahun 1960 arkeolog-arkeologpembaharuan menyatakan bahwa konsep sejarahbudaya tidak dapat digunakan untuk menjelaskanproses kehidupan masa lampau. Untuk itu,mereka menganggap arkeologi sejarah budayaadalah arkeologi tradisional dan mengajukanpendekatan yang berbeda yaitu berpola pikirfilsafat positivisme. Pada masa kemudian sekitartahun 1980, arkeolog pembaharuan denganparadigma prosessual mendapat tantangan dariarkeolog-arkeolog muda yang mengaku sebagaiarkeolog paska prossesual (Ibid.). Sejarahperkembangan arkeologi tersebut berpengatuh

terhadap upaya pengelolaan sumber daya arkeologisyang ada. Upaya pengelolaan sumber dayaarkeologis berkembang sesuai denganperkembangan ilmu arkeologi itu sendiri. Halinilah yang akan dibahas lebih lanjut dalam tulisanini.

Teori Arkeologi adalah suatu konsep-konsep dasar yang digunakan arkeologimelakukan kajiannya. Sedangkan yang dimaksudperkembangan teori arkeologi adalah sebuahusaha untuk mencoba menggambarkanperkembangan dari embrio sampai perkembanganarkeologi sebagai ilmu pada akhir-akhir ini.

Pengelolaan sumber daya arkeologis,merupakan bagian dari pengelolaan sumber dayabudaya atau yang sering dikenal Cultual ResourcesManagement sering diartikan sebagai upaya untukmelestarikan warisan budaya, telah muncul sejakmanusia tertarik terhadap benda peninggalan masalampau. Konsep yang dikembangkan ini, didasarkanpada kepentingan pemilik atau kolektor benda kunomaupun peneliti warisan budaya, sehingga kolektorsebagai pengambil keputusan tunggal. Konsep inimerupakan pengertian pengelolaan sumber dayabudaya yang sempit, kuno atau tradisional (Tanudirjo, 1998:14). Hal senada diungkapkanpula oleh Edi Sedyawati dalam wawancaranyadengan artefak (Edi Sedyawati, 1988)

Sumber daya arkeologis yang merupakanbagian dari sumber daya budaya adalah hasilaktifitas manusia manusia masa lalu yang dapatberupa artefak, fitur maupun struktur yangmeliputi bangunan, lansekap dan sebagainya dalam

PERKEMBANGAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ARKEOLOGISOleh : Drs. Tri Hartono, M.Hum

I

Page 7: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

7

Perkembangan Sumber Daya Arkeologis

suatu lokasi tertentu (Renfrew,1993 dalamDrajat,1999:3). Arkeolog yang berwawasanpelestarian beranggapan bahwa sumber dayabudaya (arkeologis ) merupakan bagian darisumber daya-sumber daya lainnya yangmerupakan warisan untuk masyarakat, sehinggasesuatu yang terjadi harus sepengetahuanmasyarakat luas( Tanudirjo,op cit). Sumber dayaarkeologis mempunyai sifat fragmentaris, jumlahterbatas, mudah rusak, kontektual. Selain itusumber daya arkeologis mempunyai fisik (tangible)maupun non fisik (intangible), Oleh karena itupemanfaatannya harus dilakukan dengan bijakdengan memperhatikan upaya pelestarian. Untukmencapai tujuan tersebut diperlukan perencanaan,pengelolaaan, pengawasan dan evaluasi.

IIPengelolaan sumber daya arkeologis

tradisional diawali dengan kecintaan orangmenggali harta karun yang terpendam dalam bumiyang merupakan peninggalan manusia masa lalu.Pada masa ini, kegiatannya hanya mengumpulkanbarang-barang antik dan berharga tanpa inginmenjadi ahli untuk menjelaskan kehidupan masalalu yang sering disebut masa dilentantia. Pada masaini penggalian dilakukan tanpa menggunakan metodadan cara tertentu hanya betujuan untukmengumpulkan harta karun atau benda antik.Contohnya raja Babilonia yang menggali reruntuhanbangunan kuno pada abad ke-6 Sebelum Masehi(Dark, op cit).

Pada abad ke-15 Masehi dan masaselanjutnya telah lahir masyarakat antiquarian yangberdiri di Italia dan beberapa negara Eropa. Padamasa ini ada kelompok masyarakat yang mulaimenyenangi benda-benda antik, unik dan menarikuntuk dipamerkan dan dimiliki guna menunjukkanstatus pemiliknya. Selanjutnya orang mulaimempertanyakan apa dan siapa pembuat dan

penguna koleksi-koleksi benda antik tersebutberasal. Pada masa ini sudah ada usaha untukmenguak kehidupan masa lalu denganmemanfaatkan koleksi-koleksi yang ada. Usahaperolehan sumber daya arkeologis melaluipenggalian-penggalian yang sudah mulaimemperhatikan hubungan benda-benda arkeologidengan benda lainnya yang ada di sekitarnya.Dalam penggalian sudah memperhatikan statigrafiuntuk mengetahui kronologi dari sumber dayaarkeologi tersebut. Pada masa ini pengalianbanyak sekali dilakukan mengingat teori arkeologiyang ada pada waktu itu mengangggap bahwamakin banyak data arkeologi makin lengkapketerangan kehidupan pada masa lampau yangdiperoleh. Hal ini didasari pola pikir induktifsebagai dasar pemikiran arkeologi tradisionaldengan paradigma sejarah budaya. Para ahli masaini berkecenderungan bahwa hak monopolipemanfaatan sumber daya arkeologi pada dirimereka.

Pengelolaan sumber daya arkeologi sudahdijadikan bahan koleksi yang dipamerkan dalammuseum. Selain itu museum sebagai salah satupenampung/ benda arkeologi yang ditemukandengan tidak sengaja sehingga tidak diketahuikonteknya (Koestoro, 1998:30). Penyusunankoleksi museum disesuaikan dengan tingkatperkembangan teori yang ada pada masa itu yaituberdasarkan kronologi waktu dan bahan.

Perubahan besar teori arkeologi terjadisesudah tahun 1960, setelah banyak arkeologpada masa tersebut menentang pandanganarkeolog sejarah budaya yang hanya dapatmenjelaskan kronologi sumber daya dan tidakdapat menjelaskan kedinamisan budaya yangmelatarbelakanginya. Untuk menjawab persoalanini maka perlu teori tingkat menengah untuk batu

loncatan menjawabnya. Hal ini perlu pola pikiryang berbeda dengan pola pikir masa lalu yang

Page 8: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Perkembangan Sumber Daya Arkeologis

8

induktif. Pendekatan deduktif sangat diperlukan gunamenjawab persoalan yang ada, hal ini melahirkanaliran baru yang disebut arkeologi pembaharuandengan paradigma proses kebudayaan. Denganpendekatan ini, hasil analisa arkeologi yang dicapaisangat obyektif dan saintific atau dapat dikatakanyang paling benar (Tanudirjo,1995:16). Selain itualiran ini beranggapan bahwa tidak harus seluruhsumber daya arkeologi digali, hanya beberapasumber daya arkeologi yang diperlukan untukmenjawab persoalan yang perlu digali/ditemukan.

Aliran ini beranggapan bahwa sumber dayaarkeologi mempunyai sifat jumlah terbatas,fragmentaris, mudah rusak dan kontektualsehingga pengelolaannnya harus berhati-hatisehingga keberadaannya harus dapat digunakandan dilestarikan selama mungkin atau semaksimalmungkin. Dengan pola pikir yang baru ini makaperlu pengelolaan sumber daya arkeologis yangterpadu. Untuk keperluan tersebut harus merubahkonsep pelestarian dari kepentingan pemilik ataupemanfaatan bagi ahli/ peneliti menjadipemanfaatan oleh masyarakat secara luas.

Sumber daya arkeologis ( budaya)merupakan bagian dari sumber daya –sumberdaya lainnya yang merupakan warisan masyarakatsehingga pemanfaatannya harus sepengetahuanmasyarakat. Para arkeolog menyadari bahwatidak realistis untuk berpikir bahwa warisanbudaya (sumber daya arkeologis) harusdiutamakan, sedangkan kepentingan lain harusmengalah, sehingga ada kalanya sumber dayaarkeologis harus dikorbankan untuk kepentinganlainnya. Dengan pola pikir seperti ini, paraarkeolog menyadari bahwa pemanfaatan sumberdaya budaya bukanlah monopoli para ahli, namunbanyak pihak lain dalam masyarakat menghargaidan memanfaatkannya. Akan tetapi dalammenentukan layak tidaknya sumber daya arkeologidimusnahkan tetap di tangan para ahli/arkeolog,

sehingga arkeologi merupakan otoritas tunggalpengelola sumber daya budaya , walaupun sumberdaya budaya merupakan milik masyarakat(Tanudirjo,2000:16).

Pada masa kemudian arkeologi pembaharuanmendapat tentangan dari para arkeologi postprosesual yang menganggap bahwa teori pendekatanyang digunakan selama ini oleh arkeologi prosesualtidak dapat menjawab seluruh persoalan-persoalanyang ada terutama-masalah simbol-simbol yangmelatar belakangi sumber daya arkeologi. Paraarkeolog yang mempertentangkan ini menyebutdirinya sebagai arkeolog post prosedural atau postmodernisme (Hodder,1991a.1999b,1999c dalamTanudirjo,1995.

Para arkeolog post prosedural atau postmodernisme menganggap bahwa pengetahuanmasa lampau itu tidak ada. Yang ada adalahpemahaman tentang masa lampau oleh manusiamasa kini yang sifatnya relatif dan subyektif.Mereka menganggap bahwa dirinya hanyalahpenterjemah dari sumber daya arkeologi (budaya).Para arkeolog aliran ini beranggapan bahwapemanfaatan sumber daya budaya merupakanpotensi yang baik untuk benda seni, pendidikan,sejarah, jati diri, sumber ekonomi, pariwisata,sosial, sumber pengetahuan masa lampau,legitimasi politik, agama dan banyak lainnya(Price,1990.Renfrew dan Bahn,1991;Cleere,1989; Schiffer dan Gumerman, 1977 dalamTanudirja,2000:18). Aliran yang berkembangpada masa terakhir ini menganganggap bahwamasyarakat berhak memberikan makna pada

pengetahuan sumber daya arkeologis, sedangkanarkeolog berposisi sebagai mediator atauperantara masa lalu dan masa kini (Ibid).

IIIPengelolaan sumber daya arkeologis harus

memperhatikan sifat-sifat sumberdaya arkeologis

Page 9: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

9

Perkembangan Sumber Daya Arkeologis

itu sendiri. Seperti disebut dimuka bahwa sumberdaya arkeologis mempunyai sifat terbatas,fragmentaris, fragile, kontektual, selain memilikimakna phisik (tangible) dan makna yangdikandungnya (intangible). Oleh karena sifattersebut, maka untuk menemukan ataumemperoleh sumber daya tersebut harus melaluipenelitian yang sistematis.

Penelitian arkeologis mempunyai dua tujuanyaitu pengembangan ilmu pengetahuan (ilmumurni) dan terapan (arkeologi praktis). Penelitianyang berhubungan dengan pengembangan ilmupengetahuan dapat dilakukan dengan caramengungkap data-data baru sumber dayaarkeologis (pengembangan sumber dayaarkeologis) atau memanfaatkan sumber dayaarkeologis yang telah dilestarikan (dikonservasi).Penelitian ini dapat dimanfaatkan untukkepentingan ideologik, ekonomik maupunakademik (Kusumohartono, 1993:47)Sedangkan penelitian arkeologi terapan bertujuanuntuk perlindungan dan pelestarian sumber dayaarkeologis yang ada. Perlindungan sumber dayaakeologis dilakukan dengan cara pembuatanlegalisasi-legalisasi yang berhubungan dengansumber daya arkeologis guna menghindarikerusakan-kerusakan akibat ulah manusia yangdisengaja maupun tidak sengaja. Pelestarian ataukonsevasi arkeologi dapat dilakukan denganbeberapa cara antara lain restorasi, rekontruksi,adaptasi, revitalisasi, konsolidasi.

Untuk memperoleh hasil penelitian yangbaik, perlu dibuat proyek arkeologi yang salahsatu kegiatan telah dilaksanakan oleh EnglishHaritage, terbagi menjadi 5 tahap yaitu:

Tahap perencanaan yang meliputi pengajuanproposal penelitian dan jumlah besarnya pembiayaan.Tahap kedua merupakan tahap persetujuan dankerja lapangan untuk mengumpulkan data sumberdaya arkeologis, yang menghasilkan arsip-arsip

di lapangan. Hasil lapangan ini dinilai dandiidentifikasi, namun apabila hasilnya tidak dapatdinilai perlu dikaji ulang atau penelitian dihentikandan hasil yang diperoleh menjadi arsip penelitian.

Tahap ketiga yaitu penilaian potensi gunaanalisis. Pada tahap ini, pekerjaan yang harusdilaksanakan yaitu persetujuan anggaranpenilaian dan penilaian yang menghasilkanlaporan penilaian yang hasilnya akan dianalisis.Apabila dalam kegiatan ini tidak dapat diterima,maka penelitian berhenti dan hasil laporan menjadiarsip penelitian. Apabila hasilnya baik, maka perluproposal baru untuk analisis dan biaya-biayanya.

Tahap keempat yaitu Analisis dan persiapanlaporan. Tahap ini dimulai dengan persetujuanhasil desain proyek yang telah diperbaharui danbiayanya. Selanjutnya dilakukan kegiatan analisisdan persiapan laporan yang nantinya akanmenghasilkan arsip penelitian dan teks laporanuntuk disebarluaskan. Untuk itu perlu identifikasiperkiraan biaya penyebaran informasi.

Tahap kelima yaitu penyebaran informasiyang berupa pengumpulan semua arsip danmempublikasikan serta pembuatan laporan ( IanHodder, 1999: 172) Skema dapat dilihat dalamlampiran.

IVDi Indonesia , perlindungan terhadap sumber

daya arkeologis dimulai sejak dikeluarkannya MO1931 oleh Pemerintahan India Belanda. Undang-undang ini disebut Monumenten OrdenantieStaatblad 1931 no. 238 (Soekmono, 1977:8)Undang-undang tersebut diubah dalam bentukperaturan baru yaitu Monumenten OrdenantieNomor 21 Tahun 1934 (Staatblad Tahun 1934nomor 515). Selanjutnya peraturan ini diperbaharuidengan Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1992tentang Benda Cagar Budaya beserta PeraturanPemerintah dan peraturan-peraturan lainnya. Pada

Page 10: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Perkembangan Sumber Daya Arkeologis

10

prinsipnya UU No.5/1992 mengatur tentangpengelolaan terhadap benda cagar budaya yangsudah ada maupun yang belum ditemukan. Penelitianarkeologi sudah diatur, namun masih bertujuan untukperlindungan dan pelestarian benda cagar budayatersebut, sedangkan penelitian yang bertujuan untukpengembangan ilmu pengetahuan belum diatursecara mendetail, namun substansinya sudah adadalam Undang-Undang tersebut. (Kusumohartono,1994:38)

Hal seperti tersebut di atas terjadi,kemungkinan akibat sistem pengelolaan sumberdaya arkeologis di Indonesia yang ditangani olehdua instansi yang terpisah. Penelitian sumber dayaarkeologis yang bertujuan untuk pengembanganilmu pengetahuan ditangani oleh Pusat Arkeologidan unit pelaksana teknisnya, sedangkanpenelitian yang berhubungan dengan konservasiarkeologi dikelola oleh Direktorat PeninggalanPurbakala dan instansi di bawahnya. Oleh karenaUU no.5/1992 diusulkan oleh pemerintah melaluiDirlinbinjarah (sekarang Direktorat PeninggalanPurbakala), maka penelitian yang diatur dalamundang-undang tersebut hanya untuk kepentingantugas dan fungsi lembaga tersebut. Akibatnyapenelitian arkeologi yang berhubungan denganpengembangan ilmu pengetahuan tidakterakomodasi dalam undang-undang ini.

Pada awal berdiri pada tahun 1913,Lembaga Purbakala yang mengelola sumber dayaarkeologis hanya ditangani oleh satu instansi yaituOudheidkundige Dienst in Nederlandsch Indie(OD). Lembaga ini berganti nama LPPN . Padatahun 1979 lembaga ini terpecah menjadi dua yaitupenelitian dalam rangka ilmu pengetahuan yangdikelola oleh Puslit Arkenas dan lembaga yangmenangani konservasi arkeologi yaitu Dirlinbinjarah.Pemisahan tugas dan fungsi lembaga pengelolasumber daya arkeologis mempunyai banyakdampak negatif, salah satu diantaranya yaitu tidak

terakomodasinya peraturan yang berhubungandengan penelitian murni. Agar supaya penangananterhadap sumber daya arkeologis dapat berjalansecara efektif, efisien dan konprehensif, sebaiknyaperlu penggabungkan kembali lembaga pengelolasumber daya arkeologis di Indonesia agar sumberdaya arkeologis dapat terlestarikan. Hal senadasudah pernah dilontarkan Nurhadi Msc dalamwawancaranya dengan artefak (Nurhadi,1998:12-13).

Page 11: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

11

Perkembangan Sumber Daya Arkeologis

Daftar Pustaka

Dark, KR, 1995, Theoretical Archaelogy, CornellUniversity Press

Drajat, Hari Untoro, 1999, “Manajemen SumberDaya Budaya”, Bulletin CagarBudaya, Vol 1, No.1 Maret 1999.

Edi Sedyawati, “Cultural Resources Management:Pengertian dan Realisasinya”, ArtefakNo.19, Februari 1998 .

Hodder, Ian, 1999, Archaeological Process an Introduction, Blackwell.

Koesomohartono, Bugie, 1993, “ Penelitian Arkeologi dalam Konteks PengembanganSumberdaya Arkeologi” Berkala Arkeologi, Tahun XIII, No.2 Th. 1993.————,1994, “ Penelitian Arkeologi Indonesia Pasca UU No.5 Th. 1992, Berkala Arkeologi Tahun XIV, No.1 Mei 1994Koestoro, Lucas Pertanda, 1988, “Arkeologi Ekskavasi dan Koleksi Museum”

Penulis : Ketua Kelompok Perlindungan BP3 DIY

Kebudayaan, No.13 Th. VII 1997/1998.Nurhadi, “CRM dan Pembangunan”, Artefak, No.19 Februari 1998.Soekmono, R, 1992, “Sedikit Riwayat”, 50 Tahun Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional, Puslit Arkenas.Tanudirjo, Daud Aris, 1995, “Kajian Budaya Bendawi Modern dan Arkeologi”, Artefak No.15 Agustus 1995—————,1998, “Cultural Resources Management sebagai manajemen Konflik”Artefak, No.19 Februari 1998.—————, 2000,”Reposisi Arkeologi dalamEra Global”, Bulletin Cagar Budaya

Vol. 1 No.2 Th. 2000.

Page 12: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pencagarbudayaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta

12

Dalam era globalisasi saat ini yang disertaidengan pesatnya perkembangan teknologiinformasi, telah mempengaruhi tatanan budayadalam segala aspek kehidupan masyarakat,tidakterkecuali di Yogyakarta. Fenomena tersebutperlu diantisipasi dengan usaha penguatanterhadap keunggulan komparatif dan kompetitifsumber daya budaya provinsi DIY, yang selamaini telah disadari menjadi salah satu leading sektoryang menjadi tumpuan dasar bagi pembangunansektor yang lain. Hal ini mengingat kekayaanutama yang dimiliki DIY adalah sumber dayamanusia dan sumber daya budaya. Meskipunsumber daya alam juga tersedia, namun demikianpotensinya sangat minim jika dibandingkandengan dua sumber kekayaan tersebut. Potensisumberdaya manusia berkualitas yang melimpahdi Yogyakarta sebagai kota pendidikan,seharusnya dapat menggelola sumberdaya budayasecara efektif, efisien, dan berkelanjutan.

Yogyakarta telah lama dikukuhkan sebagaidaerah istimewa yang sekaligus menjadi pusatpendidikan, budaya, dan pariwisata. Untukmempertahankan semua predikat tersebuttentunya diperlukan strategi-strategi yang cerdas,kreatif, dan inovatif agar identitas yang telahmelekat tidak tereduksi oleh arus globalisasi.Pemerintah provinsi DIY dengan visipembangunan DIY tahun 2020 mempunyai obsesimenjadikan DIY sebagai pusat pendidikan,budaya, dan pariwisata yang terkemuka. Dalammewujudkan visi tersebut khususnya di bidangkebudayaan, terdapat beberapa strategi antara lainpenguatan social cultural capital masyarakat dan

menciptakan lingkungan yang kondusif yangmemperkuat branch image sebagai pusatkebudayaan. Dalam upaya menciptakan suasanalingkungan yang selaras dengan karakter kotabudaya, diperlukan upaya pengelolaansumberdaya budaya yang menekankan pada aspekpelestarian, pengembangan , dan pemanfaatansecara seimbang yang didukung oleh seluruhlapisan masyarakat.

Dalam sebuah buku yang diterbitkanPemerintah Prop. DIY Tahun 2003 dengan judul“ Menuju Jogja Propensi Ramah LingkunganHidup : Agenda 21 Pembangunan PariwisataBerkelanjutan DIY “, salah satu kebijakanpemerintah Prop. DIY adalah perubahanparadigma pembangunan dari wawasan ekonomimenuju wawasan budaya. (Soemarwoto, 2003).Hal ini mengingat bahwa laju pembangunan yangselama ini dilakukan dengan berbasis ekonomitelah banyak merubah tatanan budaya dan wajahkota Yogyakarta. Pembangunan yang hanyaberbasis ekonomi dikhawatirkan akan semakinmenghilangkan citra dan karakteriastik kotaYogyakarta yang sudah masuk dalam daftar kotabersejarah di Dunia

Potensi sumberdaya budaya DIY sangatkaya dan beraneka warna, yang berdasakanjenisnya terdiri dari budaya material dan nonmaterial. Dalam tulisan ini hanya akan difokuskanpada pembahasan mengenai salah satu daribeberapa strategi pelestarian terhadap warisanbudaya, yaitu pencagarbudayaan.Pencagarbudayaan adalah penetapan secara legalformal suatu benda sebagai cagar budaya/situs

PENCAGARBUDAYAANDI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh : Dra. Ari Setyastuti, M.Si.

Page 13: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

13

Pencagarbudayaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta

yang dilindungi kelestariannya. Pencagarbudayaandimaksudkan untuk menjamin perlindungan hukumterhadap status dan eksistensi benda cagar budayadari kerusakan akibat ulah manusia/ pembangunan.

Sesauai dengan Undang-undang RI No.5Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya , yangdimaksud dengan Benda Cagar Budaya dan situsadalah :

a. Benda buatan manusia, bergerak atautidak bergerak yang berupa kesatuan ataukelompok, atau bagian-bagiannya atausisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, atau mewakili masagaya yang khas dan mewakili masa gayasekurang-kurangnya 50, serta dianggapmempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmupengetahuan, dan kebudayaan.

b. Benda alam yang dianggap mempunyainilai penting bagi sejarah, ilmupengetahuan, dan kebudayaan.

c. Situs adalah lokasi yang mengandung ataudiduga mengandung benda cagar budayatermasuk lingkungannya yang diperlukanbagi pengamanannya.

Prosedur Pencagarbudayaan

Prosedur pencagarbudayaan dapat dilakukanmelalui :

1. Pendaftaran yang dilakukan oleh pemilikatau yang menguasai cagarbudaya ke DinasKebudayaan di setiap kabupaten/kota.Selanjutnya dokumen pendaftarandisampaikan Kepada Direktur Jenderalu.p.Direktur Peniggalan Purbakala,dengan tembusan kepada Kepala BalaiPelestarian Purbakala dan Kepala DinasKebudayaan Propinsi.

2. Pengusulan yang dilakukan oleh instansi yangberwenang menangani pelastarianpeninggalan purbakala, dalam hal iniadalah Balai Pelestarian PeninggalanPurbakala

3. Pengusulan yang dilakukan olehPemerintah Daerah dalam hal ini adalahDinas Kebudayaan Propinsi.

Prosedur pencagarbudayaan melaluipendafataran merupakan inisiatif darimasyarakat, sehingga diharapkan masyarakatberperan secara aktif dalam upaya pelestariandengan cara mendaftarkan benda cagarbudaya yang dimiliki/dikuasai.

Proses Pencagarbudayaan

Pemanfaatan Dan Revitalisasi Benda CagarBudaya

Konsep utama pelestarian adalahkesinambungan yang menerima perubahan dan/atau pembangunan. Perubahan yang dimaksudbukanlah terjadi secara drastis, namun secaraalami dan terseleksi. Pelestarian bisa berupapembangunan atau pengembangan dengan

Page 14: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pencagarbudayaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta

14

melakukan upaya preservasi, restorasi, replikasi,rekonstruksi, rehabilitasi, revitalisasi suatu asetmasa lalu. Dengan demikian pelestarian jugamerupakan upaya untuk menciptakan pusakabudaya masa mendatang.(Adisakti,2003)

Berangkat dari konsep tersebut, makapelestarian sangat terkait erat dengan dinamikakehidupan yang terus berkembang. Pelestarian disatu sisi mempertahankan dan di sisi lainmengembangkan bahkan merubah ataumenambah (memodifikasi) komponennya.Perkembangan konsep pelestarian ini perlu didukung kepekaan untuk memutuskan manabenang merah budaya yang perlu dipertahankan,dan mana yang perlu dikembangkan, atau bahkandiubah sehingga ruang kehidupan tetap tumbuhdinamik seiring dengan pusaka budaya lama yangbernilai tetap lestari. Konsep tersebutmenunjukkan bahwa dalam pelestarianterkandung kegiatan pembangunan.

Dalam pemanfaatan benda cagar budaya,sesuai ketentuan yang berlaku dapat dilakukandengan mengajukan ijin kepada MenteriKebudayaan Dan Pariwisata. Seringkali dalampemanfaatan tersebut diperlukan prosesrehabilitasi dengan modifikasi pada beberapakomponen yang disesuaikan dengan tuntutanfasilitas dan kenyamanan fungsi yang baru. Untukkeperluan tertsebut perlu adanya pengkajianterhadap perencanaan pemanfaatan danrevitalisasi oleh Tim Penilai agar dalampemanfaatan nantinya tetap mempertimbangkanaspek pelestarian. Dalam merumuskan konseppemanfatan dan revitalisasi benda cagar budaya,pendekatan yang dilakukan akan sangat kasuistiktergantung dari karakteristik setiap cagar budaya.Dengan demikian rambu-rambu detail teknispemanfaatan dan revitalisasi dirumuskan olehsuatu forum yang terdiri dari Tim Penilai, Pemilik/Pengelola, serta Konsultan Perencana. Forum

inilah yang akan secara selektif mencari benangmerah mana bagian yang perlu dipertahankan danmana bagian yang dapat dikembangkan sehinggacagar budaya tetap lestari namun nyaman untukmasa kini, serta nilainya semakin tinggi.Proses Perencanaan

Berdasarkan katagorisasinya, benda cagarbudaya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : deadmonument dan living monument. Deadmonument adalah bangunan yang secara fungsionalpernah ditinggalkan oleh pendukungnya sehinggatidak lagi berfungsi sebagaimana waktu dibangun.Contohnya adalah bangunan candi, benteng dll.Sedangkan living monument adalah bangunan yangsecara terus menerus dimanfaatkan oleh masyarakat

Page 15: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

15

Pencagarbudayaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta

pendukungnya. Contohnya adalah masjid, gereja,klenteng, keraton, fasilitas pendidikan, rumah sakit,dan rumah tinggal.

Untuk dead monument rambu-rambupemanfaatan dan revitalisasi lebih difokuskan padaaspek pelestariannya. Dengan demikian, bahan,desain dan setting semaksimal mungkindipertahankan keasliannya. Sedangkan untuk livingmonument rambu-rambu pemanfaatan danrevitalisasi harus mengakomodasi kepentinganpemanfaatan namun tetap dalam koridor pelestarian.

Mekanisme Perijinan Pemanfaatan DanRevitaliasi

Khusus untuk kota Yogyakarta, dalammengantisipasi perubahan dan pembongkaran cagarbudaya telah dilakukan koordinasi lintas sektoralmelalui pelayanan satu atap di Dinas Perijinan KotaYogyakarta. Balai Pelestarian Peninggalan PurbakalaYogyakarta selaku UPT pusat di daerah yangberwenang dalam pelestarian cagar budaya,memberikan Daftar Inventaris Cagar Budaya baikyang sudah ditetapkan oleh Menteri maupun yangbelum ,serta Daftar Kawasan Cagar Budaya sebagaipanduan Dinas Perijinan dalam mengeluarkanIMBB.

Mekanisme pengajuan IMBB untukbangunan cagar budaya maupun bangunan bukancagar budaya tetapi lokasinya berada di KawasanCagar Budaya, perencanaan pembangunan danrevitalisasi yang akan dilakukan terlebih dahulu harusmendapatkan rekomendasi dari Balai PelestarianPeningalan Purbakala Yogyakarta.

Proses pemberian rekomendasi melaluibeberapa tahap yaitu :1) Peninjauan bangunanyang akan direhab. 2) Pengkajian terhadap dokumenperencanaan yang dilakukan oleh forum diskusi yangterdiridari Tim Penilai BP3 Yogyakarta, Pemilik/pengelola serta konsultan perencana. 3) Penyusunan

dokumen perencanaan final. 4) PemberianRekomendasi. Melalaui prosestersebut,pemanfaatan dan revitalisasi cagar budayamaupun pembangunan yang dilakukan di KawasanCagar Budaya dapat dilakukan secara selektifdengan mencari benang merah mana bagian yangperlu dipertahankan keasliannya, dan mana bagianyang dapat dikembangkan sehingga pembangunanberkelanjutan yang berwawasan pelestarian budayadapat terwujud.

Peran dan Partisipasi Masyarakat dalamPelestrarian Cagar Budaya

Krisis ekonomi yang berkembang menjadikrisis multidimensional telah secara mahalmemberikan pelajaran bagi bangsa Indonesia,bahwa meletakkan pembangunan ekonomi sebagaidominasi tunggal dalam pembangunan akanmengakibatkan kerapuhan pada sendi-sendikehidupan bangsa yang pada akhirnya berujung padakrisis sosial. Hal ini juga dirasakan dampaknyadalam pembangunan di beberapa wilayah diIndonesia. Desain kebijakan pembangunanekonomi dengan dukungan iptek yang berorientasipertumbuhan dan berpihak pada sekelompok kecilpemodal besar dari luar daerah telah menciptakantatanan kehidupan sosial yang timpang daneksploitatif ( Kian Gie, 2002:2).

Pembangunan ekonomi tidak akanberhasil dan berkelanjutan jika tidakmempertimbangkan aspek sosisl budaya, tradisi dankearifan lokal secara holistic. Untuk itu pembangunandi suatu wilayah dituntut untuk mempertimbangkanaspek sosial budaya masyarakat. Dalam hal inisesuai dengan percepatan kemajuan teknologiinformasi, dimana memungkinkan terjadinyatransformasi kebudayaan (exchange of culture),maka dampak negatif dan pengaruhnya terhadap

Page 16: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pencagarbudayaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta

16

adat dan tradisi, system nilai dan norma-norma yangberlaku dalam kehidupan masyarakat harusdiantisipasi dengan memperkuat social culturalcapital masyarakat.

Dalam rangka memperkuat socialcultural capital masyarakat perlu menempatkanperan masyarakat secara adil dan seimbangdengan stakeholder yang lain. KonsepCommunity Based Development adalahpendekatan pembangunan yang menempatkanmasyarakat sebagai subyek pembangunan. Syaratyang paling mendasar dalam pembangunanberbasis komunitas adalah bahwa inisiatif danpenyelenggaraannya tidak boleh dipaksakan olehalasan dan motif-motif serta kepentingan-kepentingan yang datang dari luar. Sebaliknya,pembangunan harus dilakukan atas inisiatif dandorongan kepentingan masyrakat. Masyarakatharus diberi kesempatan untuk terlibat di dalamkeseluruhan proses perencanaan dan pelaksanaanpembangunannya, termasuk pemilikan danpenguasaan asset dan infrastrukturnya. Dengandemikian distribusi keuntungan akan diterimamasyarakat secara lebih adil (Nasikun, 2000).

Pada intinya partisipasi masyarakat didalam pengendalian operasinya merupakan jaminankeberlanjutan (ekonomi, social, kultural, politik,ekologi) dari pembangunan berbasis komunitas.Dalam posisinya sebagai subyek dari pembangunantersebut, masyarakat harus berdaya agar dapatmelaksanakan setiap tahapan pembangunantersebut.

Dalam implementasinya, pengertianpembangunan berkelanjutan semestinya dipahamidalam keseluruhan dimensinya baik secara vertikalmaupun horizontal,yaitu inter-generation daninter-region. Bagaimanapun keberlanjutan inter-generation tidak akan tercapai tanpa keberlanjutaninter- region (Kusworo,2000). Berkaitan dengan itu

seharusnya pembangunan memperhitungkan perandan partisipasi masyarakat .

Perubahan di era reformasi saat ini jugamendorong munculnya tuntutan demokratisasisehingga menuntut perubahan paradigmapembangunan yang menekankan pemberian peranyang cukup strategis bagi masyarakat lokal.Secara strategis peran didefinisikan sebagai fungsiyang dinamis dari status. Status merupakanseperangkat hak dan kewajiban yang di tentukanoleh proses sosial dalam masyarakat. Dalam halini partisipasi sebagai media untukmengaktualisasikan peran juga memiliki dimensihak dan kewajiban, oleh karenanyamempertanyakan seberapa besar peran danpartisipasi masyarakat dalam pembangunanseharusnya tidak hanya mempertanyakanseberapa besar mereka memenuhi kewajibantetapi juga seberapa besar hak yang didapatkan.( Kusworo, 2000).

Masyarakat merupakan bagian yangberpotensi menyediakan cultural environmentexperience, sehingga partisipasi masyarakatdalam perencanaan harus terintegrasi dalam setiaptahap proses perencanaan yang meliputi : problemidentification,planning process, projection,assessment, evaluation, mitigation,monitoring.Dalam implementasinya ada dua pendekatan yangdapat dilakukan untuk memberikan peran danmemberi ruang partisipasi bagi masyarakat lokal,yaitu: (1) prinsip partisipatori dan (2) prinsippemberdayaan masyarakat. (Prasodjo, 2003).

Partisipatori merupakan sebuahpendekatan yang selalu melibatkan masyarakatdalam setiap langkah kerja yang dilaksanakan.Sedangkan pemberdayaan merupakan upayamembangun landasan social , budaya, politik danekonomi yang kuat bagi masyarakat lokal.Pemberdayaan dalam bidang sosial dengan cara

Page 17: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

17

Pencagarbudayaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akanpotensi yang dimiliki sehingga masyarakatmempunyai kekuatan untuk memperoleh aksessosial. Kekuatan ini akan mendorong tumbuhnyaorganisasi sosial yang secara mandiri dapatmemperjuangkan peningkatan kesejateraanmasyarakat.

Dalam bidang politik, pemberdayaan lebihdifokuskan dalam mendorong kemapuanmasyarakat dalam menegakkan demokrasisehingga dapat melakukan kewajiban dengan baikdan memperoleh hak-haknya secara seimbang.

Pemberdayaan dalam bidang ekonomidimaksudkan agar masyarakat dapat memiliki aksesterhadap pengelolaan dan pemanfaatan sumberdayaekonomis untuk meningkatkan pendapatan.Beberapa prinsip berikut merupakan satu kesatuanfactor yang tidak dapat dipisahkan dalam prosespelembagaan pembagunan berbasis komunitas(Adishakti, 2003):1)Masyarakat sebagai pusatpengelola (people centered management).2)Kerjasama dan kolaborasi interdisipliner dan lintassektoral.3)Terciptanya mekanisme kelembagaanyang mampu mengakomodasi apresiasi dan aksimasyarakat. 4)Dukungan dan penegakan aspek

legal.5)Perlu diwujudkan pasar pelestarian sumberdaya alam dan budaya yang menunjangkesinambungan pengelolaan.

Pelestarian benda cagar budaya selamaini masih sangat didominasi oleh peran pemerintah,dalam artian bahwa semua kebijakan pelestarianditentukan oleh pemerintah. Selama ini masyarakatsangat menggantungkan pelestarian kepadapemerintah, karena kebijakan pelestarian semua yangmengatur adalah pemerintah. Masyarakat hanyadituntut untuk melaksanakan apa yang sudah menjadiketetapan pemerintah.

Kewajiban dan hak masyarakat dalam berperan danberpartisipasi dalam pelestarian budaya belumdiberikan secara seimbang. Sebagai contoh adalahperjuangan untuk mendapatkan keringanan pajakbagi pemilik/pengelola cagar budaya yang telahbersusuh payah melestarikan asset budaya belummendapatkan perhatian yang semestinya. Olehkarena itu sesuai dengan perkembangan jaman dandinamika peran masyarakat dalam pelestarian saatini akan sangat relevan apabila pendekatanpelestarian mengadopsi konsep community based.

Peran dan Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan RencanaPelestarian

Page 18: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pencagarbudayaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta

18

Meskipun agak terlambat paradigma pelestariansudah saatnya dilakukan dengan berbasis padamasyarakat (Community based HeritageConservation).

Peningkatan peran dan partisipasimasyarakat perlu ditumbuhkan melalui usaha yangterus menerus tiada henti dalam jangka panjang.Usaha tersebut meliputi beberapa tahap yaitu: tepung,dunung, srawung. Pada tahap awal masyarakat perlumengenali (tepung) apa yang menjadi potensi sumberdaya alam dan budaya yang dimilikinya. Tahapselanjutnya masyarakat perlu mengetahui (dunung)bagaimana mengembangkan dan memanfaatkanpotensi yang dimilikinya. Pada ahirnya masyarakatmenghargai dan memahami (srawung) bahwa potensisumber daya alam dan budaya yang mampudipelihara dan dikembangkan dapat memberikanmanfaat bagi kehidupannya, meningkatankesejahteraan secara material dan spiritual.

Konfigurasi tersebut menggambarkan keserasiandan keseimbangan kedudukan antar stakeholderyang meliputi:

· Kewenangan dan otoritas dalamperencanaan implementasi danpengelolaan

· Peran dan partisipasi dalam perencanaanimplementasi dan pengelolaan

· Hak dan Kewajiban dalam manajemenpengelolaan dan monitoring

Penulis : Kasubag TU BP3 DIY

Konfigurasi Peran dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan danPengelolaan Pelestarian

Page 19: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

19

Pencagarbudayaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta

DAFTAR PUSATAKA

Adishakti, Laretna T., 2003, Community Participationand Future Development of Borobudur Templeand its Environtment, Paper presented in the FourthInternational Experts Meeting on Borobudur,organized by Ministry of Culture and Tourism incollaboration with UNESCO in Borobudur, Magelang,4-8 July 2003.

Adishakti, Laretna T., 2003, Pelestarian PusakaBudaya: Masyarakat Sebagai PusatPengelolaan Perubahan, Makalah disampaikandalam Pra Kongres Kebudayaan pada tanggal 28-30 April 2003 di Denpasar, Bali.

Anonim, 1998, Guide for Local Authorities onDeveloping Sustainable Tourism, A Tourism andEnvironment Publication, World TourismOrganization.

Kusworo, Hendrie Adji, 2000, Pengembangan WisataPedesaan Tepi Hutan Berbasis Kerakyatan,Pengusahaan Ekowisata, Yogyakarta: FakultasKehutanan UGM.

Kusworo, Hendrie Adji, 2003, Enhancing The Rule ofCommunity in Tourism Destination: Communityand Institutional Development Perspectives(Indonesia Case Studies), Makalah yangdisampaikan pada: 2003 Asian Uninet WorkshopLocation and Attractiveness Studies in Tourism:Supporting Tools for Tourism Policies, BangkokThailand 1-3 Desember 2003

Nasikun, 2000, Globalisasi dan ParadigmaBaru Pembangunan Pariwisata BerbasisKomunitas, Pengusahaan Ekowisata,Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM.

Prasojo, T.,2003, “Arkeologi danPemberdayaan Masyarakat Lokal”,Buletin Cagar Budaya No.3 Januari2003.

Soemarwoto, O., 2003, Menuju JogjaPropinsi Ramah Lingkungan Hidup :Agenda 21 Pembangunan Pariwisatayang berkelanjutan DIY,PemerintahProp. DIY.

Page 20: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pencagarbudayaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta

20

DAFTAR BANGUNAN YANG TELAH DICAGARBUDAYAKANDI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NO NAMA BENDA CAGAR BUDAYA NAMA SURAT KEPUTUSAN TGL MULAI MASUK

1 2 3 4

1. Benteng Vredeburg(Jl.A.Yani No. 2 - 4 Yogyakarta)

Keputusan MenteriPendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor0224/U/1981

15 Juli 1981

2.Kantor Pengurus Ikatan PelajarIndonesia(Jl. P Diponegoro No.70 Yogyakarta)

Keputusan Menteri Pendidikandan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor0777/M/1987

5 Desember 1987

3. Markas Tentara Pelajar Pusat(Jl. Pakuningratan No. 38 Yoogyakarta)

Keputusan Menteri Pendidikan danKebudayaan Republik IndonesiaNomor 0777/M/1987

5 Desember 1987

4.Markas Batalyon 300 TentaraPelajar (Jl. Magelang No. 41Yogyakarta )

Keputusan Menteri Pendidikan danKebudayaan Republik IndonesiaNomor 0777/M/1987

5 Desember 1987

5. Gedung Budi Utomo(Jl. A.M. Sangaji No.38 Yogyakarta)

Keputusan MenteriPendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia Nomor 132/M/1998

16 Juni 1998

6.Situs dan Bangunan Ratu BokoDs. Dawung, Kel Bokoharjo, KecPrambanan,Kab Sleman)

Keputusan MenteriPendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia Nomor 157M/1998

1 Juli 1998

7.Situs dan Bangunan Candi KalasanDs. Kalibening, Kel Tirtomartani, KecKalasan, Kab Sleman)

Keputusan MenteriPendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia Nomor 157M/1998

1 Juli 1998

8.Situs dan Bangunan Candi Ijo (Dk.Klengkong, Kel. Sambirejo, KecPrambanan, Kab Sleman)

Keputusan MenteriPendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia Nomor 157M/1998

1 Juli 1998

9. Situs Tamansari (Ds Taman, KecKraton, Kotamadya Yogyakarta)

Keputusan MenteriPendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia Nomor 157M/1998

1 Juli 1998

10. Situs Sambisari (Sambisari, Kalasan)Keputusan Menteri Pendidikan danKebudayaanRepublik Indonesia Nomor157/M/1998

1 Juli 1998

11. Situs Bangunan C Banyunibo (Kel.Bokoharjo, Kec. Prambanan)

Keputusan Menteri Pendidikan danKebudayaanRepublik Indonesia Nomor157/M/1998

1 Juli 1998

12. Kompleks C Prambanan (DsKarangasem ,Kel Bokoharjo)

Keputusan Menteri Pendidikan danKebudayaanRepublik Indonesia Nomor157/M/1998

1 Juli 1998

13 Candi Barong (Kel.Sambirejo, KecPrambanan, Kab. Sleman)

Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata RI No.PM25/PW.007/MKP/2007

26 Maret 2007

Page 21: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

21

Pencagarbudayaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta

NO NAMA BENDA CAGAR BUDAYA NAMA SURAT KEPUTUSAN TGL MULAI MASUK

1 2 3 4

14 Candi Sari (Kel. Tirtomartani, KecKalasan, Kab Sleman)

Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata RI No.PM25/PW.007/MKP/2007

26 Maret 2007

15 Masjid Mataram kuno Kotagede (DsJagalan, Kec. Banguntapan, Bantul)

Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata RI No.PM25/PW.007/MKP/2007

26 Maret 2007

16Masjid Sulthoni dan Makam Nitikan)(Jl. Masjid Sulthoni, Kampung Nitikan,Ds Sorosutan, Kec Umbulharjo)

Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata RI No.PM25/PW.007/MKP/2007

26 Maret 2007

17

Klenteng/Vihara Budha PrabhaGondomanan (Jl. Brigjen KatamsoNo.3 Kel. Prawirodirjan, KecGondomanan)

Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata RI No.PM25/PW.007/MKP/2007

26 Maret 2007

18

Gereja Katolik Santo Yusup Bintaran(Jl. Bintaran Kidul No.5 KampungBintaran, Kel Wirogunan, KecMergangsan)

Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata RI No.PM25/PW.007/MKP/2007

26 Maret 2007

19Gereja Protestan "Marga Mulya" (Jl. AYani, Kel. Ngupasan, Kec.Gondomanan)

Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata RI No.PM.25/PW.007/MKP/2007)

26 Maret 2007

20.Pendopo Agung Tamansiswa(Jl.Tamansiswa No.31-33, KelMergangsan, Kec. Mergangsan)

Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata RI No.PM.25/PW.007/MKP/2007)

26 Maret 2007

21Gedung SMK II (STM 1 dan 2) Jl. .A.MSangaji No. 47, Kmpung Jetis, KelCokrodiningratan, Kec Jetis)

Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata RI No.PM.25/PW.007/MKP/2007)

26 Maret 2007

Page 22: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pencagarbudayaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta

22

Page 23: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

23

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

I. Keberadaan Makam Pajimatan dan Kawasan Imogiri

Keberadaan makam bagi KerajaanMataram Islam merupakan salah satu bagianpenting dari konsep pola tata ruang kotanya.Pola tata ruang tersebut merupakan bagiandari lingkungan binaan, untuk memenuhiberbagai kebutuhan, baik sosial, budaya,politik, dan legitimasi kekuasaan. Oleh karenaitu, makam sangat penting bagi keberadaankerajaan. Pada masa kerajaan berada di KotaGede, makam berada di belakang MasjidAgung Mataram. Tokoh utama yangdimakamkan yaitu Ki Ageng Pemanahan,Panembahan Senapati, Hanyakrawati besertakerabat Mataramlainnya.

Mengingat aspek fungsional teknis strategiskebutuhan ruang dan filosofis simbolis, ketikaMataram dalam pemerintahan Sultan AgungHanyakrakusuma (1613 M s.d. 1646 M)membuat makam kerajaan baru. Pada awalnyadi Girilaya kemudian membuat lokasi baru diGunung Merak, dinamakan Pajimatan Imogiri.Makam Girilaya mulai dibangun pada tahun 1629M dipimpin oleh salah seorang paman SultanAgung, yaitu Panembahan Juminah. Selesainyapembangunan Panembahan Juminah wafatkemudian dikebumikan di makam tersebut.Babad ing Sangkala menyebutkan “… jalmisami atata tunggal (1551 Çaka / 1629 M)warsanipun ambangun ing Girilayarinarengga pakuburan prameswari astanarinarengga …”, (“… 1551 Çaka tahun

membangun di Girilaya. Menghias makampermaisuri”). Sedangkan sumber lain yaituBabad Momana menyebutkan “… angkatahun 1553 Jw tahun Wawu, awit yasaantakapura ing Girilaya ingkangNgundhageni Panembahan Juminah, lajengseda sumare ing ngriku…”, (“… Tahun 1553Jw tahun wawu membangun makam diGirilaya, yang memimpin pembuatanPanembahan Juminah, kemudian meninggaldimakamkan di tempat tersebut…”) (DeGraaf, 1986: 299-300; Inajati A., 2000: 60).Pada tahun 1632 M Sultan Agungmemerintahkan pembangunan makam barulokasinya terletak di sebelah selatannya, yaituGunung Merak kemudian dinamakanPajimatan Imagiri. Babad Momanamenyebutkan tahun 1554 Çaka sebagai awalpembangunan makam di Imagiri, “… awitbabad maleh ing redi Merak badheantakapura … “, (“… awal mulai pembuatanmakam lagi di Gunung Merak…”). NamaPajimatan Imagiri berasal dari gabungan duasuku kata yaitu jimat yang mendapat awalan padan akhiran an untuk menunjukkan tempat,sehingga mengandung arti dan makna sebagai“tempat untuk jimat atau tempat pusaka”.Sedangkan Imagiri berasal dari kata ima atauhima (berawan atau awan yang meliputi gunung)dan giri (gunung), sehingga mengandung arti danmakna “gunung berawan atau gunung yang tinggi”(PJ. Zoetmulder, 1995). Dengan demikian artidan makna Pajimatan Imagiri yaitu gunung

KAWASAN IMOGIRI : STRATEGI PELESTARIANDAN PEMANFAATANNYA

Oleh : Drs.Ign.Eka Hadiyanta

Page 24: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

24

berawan atau gunung tinggi yang merupakantempat bersemayamnya “jimat atau pusaka bagiKerajaan Mataram”. Dalam konteks ini SultanAgung yang dimakamkan (sumare) pertamadi tempat tersebut merupakan leluhur danpusaka bagi dinasti Kerajaan Mataram.Tidak mengherankan setelah Sultan Agungwafat dan dimakamkan di Pajimatan Imagiripada tahun 1646 M, kemudian para pengeran,bangsawan, dan keturunannya jugadimakamkan ditempat tersebut. Sebagaimakam tempat leluhur atau pusaka Mataram,maka konsekuensi logisnya pada saatKerajaan Mataram dibagi menjadi duakerajaan, yaitu Kasunanan Surakarta danKasultanan Ngayogyakarta, tetap menjadi“harta suci” dua kerajaan tersebut. Artinyabahwa Surakarta dan Yogyakarta mempunyaihak dan kewajiban melakukan pemeliharaandan melestarikan makam tersebut. SejakSultan Agung sampai generasi KratonSurakarta dan Kraton Yogyakarta, keluargadan kerabat kerajaan dimakamkan di Imagiri.Secara garis besar makam Pajimatan Imagiridibagi menjadi beberapa kompleks, sebagaiberikut: 1) Kompleks makam Sultan Agungan;2) Kompleks makam Pakubuwanan; 3)Kompleks makam Kasunanan Surakarta, disisi barat (Bagusan, Kapingsangan,Girimulya); 4) Kompleks makam KasultananYogyakarta di sisi timur (Kasuwargan,Besiyaran, Saptarengga) (KRT.Mandayakusuma, .t.t.).Bahkan wilayah administrasi seluruh desa-desa di Imogiri sejak Perjanjian Gianti (1755M) kewenangannya juga dibagi, yaitu dibawah Kraton Yogyakarta (Wukirsari,Selopamioro, Sriharja, Mangunan, danDlingo) serta enclave Kraton Surakarta (Girirejo,

Imagiri, Karangtalun, Karangtengah, dan KebonAgung).

II. Identifikasi Kawasan ImagiriAda beberapa pengertian kawasan yang

dapat diacu untuk menentukan sampai sejauhmana kawasan Imagiri yang dimaksud, antaralain: menurut UU No. 24/1992 tentang PenataanRuang, kawasan adalah wilayah dengan fungsiutama lindung atau budi daya. Sedangkankawasan lindung adalah kawasan yangditetapkan dengan fungsi utama melindungikelestarian lingkungan hidup yang mencakupsumberdaya alam dan sumberdaya buatan.Menurut Haryadi (1995) kawasan adalah bataswilayah dari sekelompok ruang-ruang atauseting-seting tempat manusia melakukankegiatannya. Dalam hal ini seting adalah alatuntuk menemukenali ruang sebagai wadahkegiatan manusia. Persebaran tanda-tandaspasial dan fisik dalam kawasan tersebutbukanlah tidak beraturan tetapi mempunyaiketeraturan atau system tertentu. Secara jelaskawasan Imagiri dapat dilacak tanda-tandaspasial dan fisiknya.

Gerbang supit urang menuju Makam PajimatanImagiri, yang terletak kira-kira 100 M di atas

permukaan laut. Di latar belakang tampak GerbangPaduraksa menuju Makam Sultan Agung. Setiap hari

Senen dan Jumat dipadati para peziarah yangmengunjungi makam.

Page 25: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

25

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

Kawasan Imagiri terletak kurang lebih berjarak17 Km arah selatan Kota Yogyakarta. Kawasantersebut secara histories tumbuh danberkembang dengan adanya keberadaanMakam Pajimatan dan makam-makamkerajaan lainnya, yaitu Girilaya danBanyusumurup. Pada awalnya dinamikamasyarakat dan kebutuhan ruang mempunyaikoherensi dengan proses pembangunanmakam dan aktivitas pemanfaatan makam.Aktivitas tersebut membutuhkan ruang danketerlibatan sumberdaya manusia yang besar.Pada perkembangannya di sampingdimanfaatkan untuk makam para raja, jugamenjadi konsentrasi aktivitas para abdi dalemPuralaya (Yogyakarta) dan abdi dalemJurukunci (Surakarta) yang “mengelola”makam kerajaan dan para peziarah yangmengunjungi makam. Dengan demikiankawasan tersebut pada prosesperkembangannya, juga tumbuh danberkembang menjadi kawasan urban denganberbagai potensi masyarakatnya, baik pasar,kerajinan batik, kerajinan wayang, maupunkeris. Secara keseluruhan batas kawasan,yaitu wilayah yang mempunyai assetsumberdaya arkeologi potensial meliputi desa-desa yang berdekatan dan salingbersinggungan, yaitu Desa Imagiri, Wukirsari,Girirejo, dan Karangtalun.

A. Potensi Sumberdaya Arkeologi Kawasan1. Makam Pajimatan Imagiri, Girilaya, dan Banyusumurup

Makam Pajimatan berada di atasgunung dan untuk menaiki kompleks tersebutharus melewati 409 trap tangga. Bangunanpertama di bawah yaitu Masjid MakamImagiri berfungsi sebagai tempat beribadah danmensholatkan jenazah para raja ataupun kerabat

yang akan dimakamkan. Kemudian bangunanmakam yang berada di atas gunung terdiri dari,antara lain : 1) Kompleks makam SultanAgungan; 2) Kompleks makam Pakubuwanan;3) Kompleks makam Kasunanan Surakarta, disisi barat (Bagusan, Kapingsangan, Girimulya);4) Kompleks makam Kasultanan Yogyakarta disisi timur (Kasuwargan, Besiyaran,Saptarengga). Secara arsitektural gaya bangunandan ragam hiasnya stereotipe dengan corakmakam Kotagede, yaitu mengadaptasi unsurlokal sebelumnya baik bersifat Hindu – Buddhamaupun bangunan asli berupa punden berundak(Machi Suhadi dan Halina H., 1994: 1). Dilingkungan makam tersebut terdapat beberapapohon yang khas, antara lain: nagasari(palaqirun rostratum), kemuning (aglaiaodorato), dan kelapa gading.

Masjid dan Makam Girilaya terletakdi sebelah utara Makam Pajimatan. KeluargaKerajaan Mataram yang dimakamkan antaralain: Panembahan Juminah, PangeranMangkubumi, Pangeran Sokowati, RatuMartosono, Ratu Pengayun, Sultan Cirebon(Penembahan Ratu II yang meninggal masaAmangkurat I pada tahun 1662 M), secarakeseluruhan yang dimakamkan di tempattersebut ada 77.

Masjid dan Makam Banyusumurup,terletak di lereng gunung sebelah selatanImagiri. Makam tersebut dahuludiperuntukkan bagi bangsawan yang dihukumkarena dianggap bersalah oleh Mataram,antara lain: Pangeran Pekik, P. Lamongan,Ratu Mangkurat, RA. Condhong, P. Demangdll, secara keseluruhan yang dimakamkan ada58. Bahkan termasuk Patih Danurejo II(kemudian dipindah ke Mlangi) dan R.Rangga Prawiradirjo III (dipindah ke Giripurna)(KRT. Mandayakusuma, .t.t.), yang mengalami

Page 26: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

26

hukuman pada saat pemerintahan HamengkuBuwana II.

2. Dalem Bupati Puralaya Kraton Yogyakarta

Dalem Bupati Puralaya berada di DesaWukirsari, yaitu kurang lebih 1 Km disebelah barat kompleks makam PajimatanImagiri. Dalem ini merupakan rumah dinasdan kantor abdi dalem Puralaya KratonYogyakarta, yaitu yang bertugas mengelolamakam-makam milik kerajaan. Keberadaandalem stereotype sebagaimana dalem-dalembangsawan kraton, yaitu dengan pembagiantata ruang sebagai berikut: paling depanadalah gledekan atau jalan menuju dalemdengan tanaman pohon asem (tamarindusindica), regol, dan halaman luas dengantanaman pohon sawo kecik (manilkararestratum), kanthil (michelia champaca), danjambu dersana (syzygium malaccensse).Bangunan paling depan yaitu pendapaterbuka, pringgitan, dalem ageng, dan pawon,Di samping barat terdapat kantor abdi dalemdan di utara seketheng terdapat bangunan

pavilyun. Kondisi sebagian besar komponenbangunan dalem mengalami kerusakan,karena struktur kayu sebagian besar sudahrapuh dan keropos, sehingga diperlukanpemugaran dan koservasi bangunan.

3. Dalem Bupati Jurukunci Kraton Surakarta

Dalem Bupati Jurukunci berada diDesa Imagiri yaitu kira-kira 2 Km sebelahbarat kompleks makam Pajimatan atautepatnya sebelah utara Pasar Imagiri. Dalemini merupakan kantor abdi dalem JurukunciKraton Surakarta, yaitu bertugas mengelolamakam-makam milik kerajaan (Kotagede,Girilaya, Pajimatan Imagiri, danBanyusumurup). Keberadaan bangunan dalemstereotype sebagaimana dalem-dalembangsawan kraton, yaitu dengan pembagiantata ruang sebagai berikut: paling depan adalahgledhekan atau jalan menuju dalem, regol, danhalaman luas dengan tanaman pohon sawokecik (manilkara restratum), bangunan palingdepan yaitu pendapa terbuka, pringgitan, dalem

Dalem Jurukunci Kraton Surakarta, tampak masihterawat. Dalem ini menjadi bagian dalam FestivalImagiri setiap tahun pada bulan Sura dan menjadi

salah satu pusat kegiatan budaya.

Dalem Bupati Puralaya Kraton Yogyakarta, beberapastruktur bangunannya rusak. Setiap tahun dalem ini

menjadi bagian prosesi Festival Imagiri dalam rangkapengurasan enceh setiap bulan Sura

Page 27: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

27

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

ageng, dan pawon, dan di sisi tmur terdapatbangunan loji, berfungsi sebagai perkantoran.

4. TapakGedong atau bangunan dari batu di timur

pasar atau selatan pegadaian, dahulu menurutcatatan perjalanan C.A. Lons (1733 M) sebagaitempat singgah Sultan Agung pada saatmengawasi pembangunan makam. Bahkan didalam Babad Alit bangunan tersebut disebutsebagai pesanggrahan yang dibangunbersamaan dengan makam (De Graaf, 1986 :300). Kondisi bangunan saat ini menurutinformasi tinggal reruntuhan.

5. ToponimAda beberapa nama kampung di kawasan

makam Imagiri yang inheren dengankeberadaan Kraton Mataram dan MakamPajimatan, yaitu menunjukkan nama-namabangsawan dan abdi dalem yang mempunyaiprofesi tertentu antara lain:· Singasaren (Desa Wukirsari).

Singasaren berasal dari nama Singasari –an, nama kampung tersebutterkait dengan keberadaan salah seorangpangeran yaitu Singasari.

· Kanoman (Desa Girireja)Nama Kanoman diindikasikan berasal darika – anom – an. Nama tersebut seringdikaitkan dengan tempat keberadaanPangeran Adipati Anom (putra mahkotaraja).

· Kradenan (Desa Girireja)Nama Kradenan berasal dari kata ka – raden– an, yaitu mengindikasikan sebagai tempatkeberadaan para raden atau keluargabangsawan kraton.

· Namburan (Desa Karangtalun) Nama namburan berasal dari kata tambur– an, yaitu kampung tempat bermukimabdi dalem prajurit musikan (unen-unen).

Tambur merupakan alat musik yang seringmenjadi bagian kesatuan keprajuritan untukpenghormatan apabila terjadi raja wafat.

· Singoyudan (Desa Imagiri)Singayudan berasal dari nama Singayuda -an, diperkirakan kampung tersebut sebagaitempat tinggal atau hunian salah seorangbangsawan kraton Mataram bernamaSingayuda.

· Minggiran (Desa Imagiri)Minggiran berasal dari nama minggir – anyaitu sekelompok orang yang berasal daridaerah-daerah mancanegara yang dijadikanabdi dalem di kraton.

· Kerten (Desa Imagiri)Kerten berasal dari nama kerti - an, yaitunama kampung tempat bermukim abdidalem yang membidangi atau ahli dalamstruktur bangunan. Keberadaan abdi dalemini dalam pembangunan makam sangatpenting.

· Dongkelan (Desa Imagiri)Dongkelan berasal dari nama dongkel – anyaitu kelompok abdi dalem yang bertugasuntuk menebang pepohonan. Keberadaanabdi dalem ini terkait dengan abdi dalemkerti, terutama dalam melaksanakan tugas

pembangunan.· Kundhen (Desa Imagiri) Kampung Kundhen berasal dari kata kundhi– an, yaitu suatu tempat yang terkait dengankeberadaan para pembuat peralatan darigerabah.

· Ketandan (Desa Imagiri) Nama Ketandan berasal dari kata ke – tanda – an, yaitu tempat bermukim tanda yang bertugas sebagai penarik pajak (retribusi) pasar di Imagiri.

Page 28: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

28

6. PasarPasar Imagiri mempunyai koherensi dengan

keberadaan Makam Pajimatan Imagiri.Keberadaan Makam Pajimatan Imagiri memicudan berpengaruh terhadap tumbuh sertaberkembangnya berbagai aktivitas sertadinamika kehidupan sosial dan ekonomiasyarakat di lingkungan itu. Perludiketahui, bahwa Makam Pajimatan dibukasetiap hari Senen dan Jumat, Oleh karena itu,pasaran di Pasar Imagiri menyesuaikan denganwaktu buka makam. Kondisi tersebutmembedakan dengan hari-hari pasaran diberbagai pasar seluruh Kabupaten Bantul yangmenggunakan hari pasaran Pahing, Pon, Wage,Kliwon, dan Legi.

B.Nilai Penting Potensi1. Nilai Penting Sejarah

Kawasan Imagiri mempunyai nilai penting sejarah,yaitu inheren dengan keberadaan KratonMataram Islam sejak masa pemerintahan SultanAgung sampai dengan setelah Perjanjian Gianti(1755 M) yakni Mataram dibagi dua menjadiKasunanan Surakarta dan Kasultanan YogyakartaHadiningrat. Sumberdaya arkeologi di kawasantersebut dapat merefleksikan proses dinamikasejarah Kerajaan Mataram Islam denganberagam kondisi dan fenomena. Beragam kondisitersebut meliputi, baik kurun waktu masakejayaan, disintegrasi, keruntuhan,pemberontakan, perpindahan kerajaan, danperpecahan. Bahkan keberadaan SultanCirebon (Panembahan Ratu II) yang meninggaltahun 1662 M dan dimakamkan di Girilaya(Pramita R. A., 1982: 50), dapat untukmenjelaskan fenomena politik sentralistik sertainteraksi antara Mataram dengan raja-raja didaerah pasisiran pada masa pemerintahanAmangkurat I.

2. Nilai Penting BudayaProses dinamika histories di Imagiri denganberbagai proses budaya, baik ide-ide, gagasan,pola perilaku, dan produk-produk material(artefak), merupakan refleksi sosio kultural diKerajaan Mataram. Untuk melihat danmengetahui proses kebudayaan Jawa danpemahaman nilai-nilainya, terutama terkaitdengan strata sosial, genealogi, tradisi, senibangunan, dan akulturasi budaya, keberadaanMakam Pajimatan dan lingkungannya dengandinamika budayanya mempunyai posisi yangstrategis. Hal ini terkait dengan aspek keunikandan identitas budaya suatu kawasan secarakeseluruhan perlu ditransformasikan secaraluas.

3. Nilai Penting Ilmu PengetahuanKeberadaan kawasan dan lingkungannya dapatmenjadi concern dan orientasi bagi kajianberbagai disiplin ilmu pengetahuan. Berbagaikajian tersebut secara tematik dapatmenentukan kepentingannya, baik studiarkeologi, eksplanasi rekonstruksi historiesbagi ilmu sejarah, antropologi, kajian foklor,sastra – bahasa jawa, arsitektur tradisional,ilmu teknik bangunan dan lingkungan, studireligi, filsafat, seni ragam hias, senipertunjukan, perencanaan pembangunanwilayah, dan sosiologi.

4. Nilai Penting EstetikDi lingkungan Kawasan Makam Imagiri terdapatberbagai pola perilaku, system symbol, danberbagai seni (kriya, rancang bangun, danpertunjukan,) yang mempunyai nilai estetikataupun keindahan yang tinggi. Cita rasa estetikselalu mewarnai setiap tampilan visual berbagairagam hias dari bermacam langgam atau gaya,hal ini merupakan citra atau image yang melekatkawasan tersebut.

Page 29: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

29

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

5. Nilai Penting PendidikanHal ini dalam rangka proses pembelajaran atautransfer of knowledge terutama untuk systemnilai budaya, rasa kebangsaan (nasionalisme),dan penghargaan kepada jasa leluhur. Nilai-nilai tersebut juga dapat menjadikan prasaratkondisi (conditio sin qua non) pembentukankarakter suatu generasi, rasa bangga (senseof pride), rasa memiliki (sense of belonging),dan rasa berkewajiban (sense of obligation),baik bagi pelajar, mahasiswa, maupunmasyarakat. Proses tersebut diharapkan untukmenghasilkan apresiasi, refleksi kritis, dankesadaran publik (public awaerness).

6. Nilai Penting EkonomiKawasan Imagiri mempunyai sumber dayalingkungan dan budaya sangat beragam. Halini merupakan asset yang sangat penting danuntuk menjadi potensial dan bermafaat bagimasyarakat secara keseluruhan, maka harusdilakukan aktualisasi secara komprehensif.Dengan cara ini maka sumber daya tersebutdapat mempunyai asas manfaat dan berbagaidampak positif bagi kualitas hidup (qualitylife), baik bagi kelestarian sumberdaya tersebutmaupun masyarakatnya. Artinya, bahwadampak positif aktivitas “pariwisata ziarah”dapat dimaksimalkan untuk tumbuhkembangnya potensi ekonomi masyarakat.

C. Analisis Potensi dan Pengembangan: Pendekatan SWOT

Bagaimanakah kekuatan – kelemahanpotensi (strength – weakness), hal inimerupakan faktor internal yang dimilikikawasan Imagiri? Bagaimana pula peluang –ancaman (opportunity – threat), merupakanfaktor eksternal yang dapat mempengaruhipelaksanaan pelestarian kawasan tersebutsebagai kawasan lindung budaya, akan tetapi

masih tetap dapat dimanfaatkan untuk berbagaikepentingan masyarakat. Secara diagramatisdapat digambarkan sebagai berikut:

Rumusan arahan strategi tersebut antara lain:· SO : memanfaatkan kekuatan S (Strengths)

dengan maksimal untuk meraih peluang O(Opportunity)

· ST : memanfaatkan kekuatan S(Strengths) dengan maksimal untukmengantisipasi dan menghadapi ancamanT (Threats).

· WO : meminimalkan kelemahan(Weakness) untuk meraih peluang O(Opportunity)

· WT : meminimalkan kelemahan(Weakness) untuk menghindari ancamanT (Threats).

Rumusan tersebut secara kualitatif dapatdikelompokkan sebagai berikut: yaituperbandingan antara Faktor Strengt –Opportunity (S – O) dan Weakness – Threats(W – T).

· Kondisi (S – O) > (W – T) : dapat berkembang atau progresif· Kondisi (S – O) = (W – T) : jalan di tempat atau stagnan· Kondisi (S – O) < (W – T) : kondisi kritis

Page 30: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

30

III. Strategi Pelestarian KawasanA. Batasan Pengertian

Pada dasarnya sumberdaya arkeologi didalam suatu kawasan mempunyai sifat tidakterbarui (non renewable), langka atauterbatas jumlahnya (finite), tak dapatdipindahkan (non moveable), dan mudahrusak (fragile) (H. Untoro Drajad, 1999: 3).Bahkan juga bersifat irreversible yaitu kalausudah dirusak ataupun dirubah tidak dapatdikembalikan sebagaimana kondisi semuladan keberadaannya kontekstual (contextual),yaitu tidak dapat dipisahkan dengan yanglainnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya pelestarian berkelanjutan untukmempertahankan daya dukungnya agar dapatbertahan lama. Beberapa makna danpengertian tentang pelestarian (conservation)yang dapat dijadikan rujukan. Pertama,menurut perumusan Burra Charter,pelestarian adalah segenap proses pengelolaansuatu tempat agar makna cultural yangdikandungnya terpelihara dengan baik.Pelestarian dapat meliputi seluruh kegiatanpemeliharaan sesuai dengan situasi dankondisi setempat dapat mencakup preservasi,restorasi, rekonstruksi, adaptasi, danrevitalisasi. Kedua, menurut PiagamPelestarian Pusaka Saujana Indonesia,pelestarian adalah upaya pengelolaanperubahan secara selektif melalui kegiatanperlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan dan/ atau pengembangan pusaka saujana untukmenjaga kesinambungan, keserasian, dandaya dukungnya dalam menjawab dinamikajaman, kualitas hidup yang lebih baik sertamenciptakan pusaka akan datang.

B. Konsep dan Prinsip-PrinsipMencermati batasan tersebut di atas maka

konsep pelestarian yang dilakukan adalah bersifat

dinamis, hal ini berbeda dengan pengawetan(preservation) bersifat statis. Makna dinamispelestarian yang dimaksud yaitu dengan konsepkesinambungan yang menerima perubahan.Dengan demikian upaya yang dilakukan tetapmemberikan peluang pengelolaan danpemanfaatannya. Tujuan yang dilakukan tidaksekedar isu romantisme masa lalu dan orientasisekedar memperindah, tetapi secara holisitik,komprehensif, dan berkelanjuan mengurai sertamengelola setiap persoalan benturankepentingan yang ada dalam masyarakat. Olehkarena itu, di kawasan bersejarah seiring upayapelestarian kran-kran partisipasi masyarakatdalam mengembangkan potensi merupakanurgensi yang perlu diperkuat.Prinsip-prinsip yang diacu adalah sebagaiberikut:

1. Penghargaan terhadap otentisitas suatu tempatdan secara minimal melakukan intervensi fisiksehingga tidak mengubah secara frontal bukti-bukti sejarah yang ada.

2. Didasarkan kepada pemahaman terhadapmakna kultural latar visual, kondisi fisikbangunan, kelompok bangunan, situs dankawasannya.

3. Pelaksanaan pelestarian bersifat menyeluruh dan tidak sektoral, serta tidak dapat dilaksanakan dengan pendekatan proyek tunggal.4. Kemitraan publik dan privat perlu dilakukan di

dalam mengolah pelestarian kawasanbersejarah, sehingga akan terjadikeseimbangan dalam proses kemitraantersebut. Hal ini untuk meminimalkan adanyakemungkinan dampak yang muncul, baikkerusakan tatanan lingkungan alam, budaya,serta kehidupan masyarakatnya.

5. Pendekatan legal formal pelestarian yaitu sebagaiberikut: Undang-Undang RI No. 5 tahun 1992tentang Benda Cagar Budaya, Peraturan

Page 31: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

31

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

Pemerintah No. 10 tahun 1993 tentang PedomanPelaksanaan UU No 5 tahun 1992, KeputusanMenteri Pendidikan dan Kebudayaan, danPeraturan Daerah tentang Kawasan CagarBudaya. Berdasarkan aturan yang ada setiapsumberdaya arkeologi harus ditetapkanstatusnya sebagai benda cagar budaya dan situsserta menentukan peruntukan tata ruangkawasannya sebagaimana diatur UU No. 26tahun 2007.

C. Strategi dan Program PelestarianStrategi dan program pelaksanaan pelestarianyang dimplementasikan membutuhkan upayapendekatan lintas sektoral serta berkelanjutandalam bentuk:

1. Membuat Rencana Induk (master plan) danmengimplementasikan upaya dan kepastianpenentuan ruang untuk pelestarian sertapemanfaatan kawasan.

2. Studi kelayakan dan studi teknis yang meliputipenentuan kelayakan bangunan, identifikasi,perencanaan penelitian, perencanaan teknis,perencanaan desain detail, danmengimplementasikan arah kegiatanselanjutnya. Hal itu mengingat banyak potensisumberdaya budaya yang terkena dampak

gempa bumi tektonik 27 Mei 2006.3. Pembuatan arahan guide line pelestarian

kawasan, hal itu dapat menjadi dasarterwujudnya kawasan Imagiri sebagaikawasan bersejarah dan pertumbuhankawasan secara visual ada keselarasan dankeberlanjutan antara yang tradisional danpengembangan. Di sisi lain juga dapatmenentukan skala prioritas rencana programpelestarian potensi sumberdaya budaya dankawasannya, hal ini sesuai dengan kondisirealisits dan urgensinya.

2. PreservasiPreservasi bangunan dan kelompok bangunan,baik secara tradisional maupun kimiawi. Hal itubertujuan untuk mengatasi ancaman danmenghambat proses kerapuhan serta kerusakan.

3. PemugaranPemugaran bangunan yang mengalamikerusakan dengan beberapa pendekatanantara lain: rekonstruksi, restorasi,rehabilitasi, konsolidasi, dan konservasi.Program ini mendesak dilakukan untukbeberapa bangunan yang mengalami rusakkarena dampak gempa bumi tektonik.Sedangkan untuk mendukung pengembangankawasan atau perencanaan revitalisasikawasan diperlukan konsep infill desain danrancangan arsitektur yang mendukungkarakter budaya lingkungannya.

4. ZonasiPenataan lingkungan dalam bentuk zonasiatau penentuan batas situs untuk pengamanansitus dengan langkah-langkah : penentuanzonasi atau pemintakatan inti, penyangga, danpengembangan di setiap sumberdayaarkeologi. Penentuan batas tersebut harusdidasarkan kepada kelayakan, kepentinganpelestarian, dan pemanfaatannya. Hal iniuntuk menjamin kepastian pemanfaatan tata

ruang kawasan.5. Revitalisasi

Menghidupkan kembali tempat yang potensialuntuk mewujudkan kembali vitalitas kawasan,baik dalam kegiatan sosial, budaya, ekonomi,infrastruktur, dukungan utilitas sehinggatercapai misi pelestariannya. Program tersebutdilakukan berkelanjutan dari tahapan jangkapendek, jangka panjang, dari ruang bersifatterbatas kemudian meluas serta menggalangmasyarakat lokal sehingga dapat berkembangdan hidup. Di kawasan Imagiri dapat diawali

Page 32: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

32

dengan merencanakan revitalisasi dalemPuralaya, dalem Jurukunci, dan rumah-rumahtradisional.

I. Pemanfaatan Kawasan Imagiri

A. Latar BelakangBerbagai potensi yang perlu diperhatikan

di dalam pemanfaatan kawasan di sampingsumberdaya arkeologi, antara lain seni budayalokal yang berkembang, festival Imagiritahunan setiap bulan Sura (hari pasaran Selasaatau Jumat Kliwon) dalam rangka mengurasenceh, kerajinan batik, kerajinan wayang kulit,kerajinan mranggi keris - tombak, pasartradisional, museum batik, makam seniman,makanan dan minuman khas.

B. Asas Keseimbangan PemanfaatanSebagaiman diatur di dalam Undang-

Undang No. 5/1992 pasal 2 disebutkan,bahwa “perlindungan benda cagar budaya dansitus bertujuan untuk melestarikan danmemanfaatkanya untuk memajukan kebudayaannasional” Pemanfaatan yang direkomendasikanadalah yang tidak mengabaikan pelestariannya.Sedangkan di dalam laporan ICOMOS padaSymposium of International Committee on

Archaeoloigical Heritage Management(ICAHM), Swedia tahun 1988, dinyatakanbahwa sumberdaya arkeologi dapatdimanfaatkan untuk berbagai tujuan: akademik,pendidikan atau pariwisata, walau terkadangtidak dapat dihindarkan terjadinya perubahankarakter situs bahkan kerusakan dankemusnahannya. Oleh karena itu, dalam rangkapemanfaatan harus terjalin interaksi dinamisdengan visi pelestariannya.

Di dalam International Charter forCultural Tourism yang diterbitkan ICOMOStahun 2003, disebutkan bahwa pemanfaatankhususnya untuk kepentingan pariwisatapembangunan pariwisata dilakukan secaraberlebihan dan tidak dikelola dengan baikakan mengancam hakekat fisik, integritas, dankarakter utama pusaka budaya. Oleh karenaitu, pemanfaatan untuk kepentinganpariwisata seyogyanya dapat memberimanfaat signifikan bagi masyarakat,menyediakan sarana, dan mendorong motivasiuntuk memelihara maupun menjaga pusakabudaya dan praktek budaya masyarakatsetempat. Dengan demikian, ada asaskeseimbangan antara pemanfaatan danpeletariannya, yaitu dengan cara pengelolaanberkelanjutan untuk kepentingan generasisekarang dan yang akan datang.

C. Strategi Pemanfaatan1. Membangun kepedulian masyarakat dan

pihak terkait akan pentingnya pelestarianlingkungan budaya dengan upaya-upaya yanglangsung dapat diimplementasikan.

2. Keragaman potensi budaya perlu dipahami olehmasyarakat, sehingga mampu menjaga,mengolah, dan mengembangkan potensi tanpamerusak unsur-unsur yang menjadi matarantai kesinambungan sejarah serta

Prosesi pengurasan enceh yang dilakukan setiaptahun di bulan Jawa Sura, selalu menjadi daya tarik

para peziarah untuk mendapatkan air.

Page 33: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

33

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

pengembangan kawasan sebagai obyek wisatasecara kreatif.

3. Mendorong keterlibatan masyarakat secaraaktif dengan menciptakan wadah atau saranapartisipasi. Di samping itu, dapat mendorongkemandirian masyarakat untuk mampumengelola kawasan bersejarahnya.

4. Meningkatkan kualitas lingkungan dankehidupan masyarakat dengan pemberdayaanasset lokal dan pemukiman tradisional sebagaiobyek tujuan wisata budaya di luar makam-makam kraton. Di sisi lain bangunan-bangunan tradisional dapat dimanfaatkanuntuk kegiatan seni dan budaya.

Oleh karena itu, ada beberapa langkah tujuanyang dicapai, menurut Boniface(1995) adabeberapa hal yang perlu diperhatikan sebagaiberikut:· Atraktif : sumberdaya budaya menarik

untuk dikunjungi.· Detraktif : secara positif perlu

dilakukan untuk meminimalkan resiko.· Edukatif dan informatif : bermanfaat

untuk pendidikan dan sebagai sumberinformasi.

· Menghibur : mempunyai nilai rekreatifbagi pengunjung atau wisatawan.

· Mempunyai nilai tambah:pengunjung mendapat pengalaman sesuaidengan nilai pengeluaran mereka.

· Manfaat untuk lingkungan: memberikankontribusi bagi masyarakat sekelilingnya

D. Manajemen dan Sistem Kelembagaan : Sebuah Epilog1. Peran dan kemampuan Kelompok Pengelola

dan Pengendali Kawasan Bersejarah Imagiridalam mengelola kawasan secara keseluruhanperlu dirintis. Untuk jangka panjang peranmasyarakat lokal sebagai pusat pengelolaan(people centered management) sangatsignifikan.

2. Mendorong mekanisme kelembagaan pemerintah yang mempunyai kemampuan :

- Mengakomodasi apresiasi dan kreativitas masyarakat secara rutin dan sistemik.- Mempersiapkan sistem investasi (heritage

investment) yang mendorong danmerangsang pemanfaatan danpengembangan kawasan bersejarahImagiri.

- Mempersiapkan kebijakan pelestarian -pemanfaatan dan aspek legal yang terkaitdengan kebijakan insentif – disinsentif.

- Mewujudkan “pasar pelestarian” untukmenunjang kesinambungan pengelolaanpemanfaatan yang melibatkan pihakswasta (Laretna Adhisakti, 2004).

3. Kualitas potensi kultural dan komersialkawasan dapat ditingkatkan, mengingatkondisi kekuatan dan peluangnya lebih besardaripada kelemahan dan ancamannya.

4. Organisasi pengelola yang ada dapat menjalinjaringan dengan organisasi pengelola kawasanbersejarah di berbagai tempat.

5. Memberikan informasi kredibel tentang upaya recovery pascagempa bumi tektonik yang telah

dilakukan dengan berbagai program rehabilitasi

Potensi masyarakat kerajinan batikmerupakansalah satu asset berharga yang dapatmenjadi daya tarik dan penunjang kawasanImagiri.

Page 34: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

34

dan rekonstruksi. Promosi dan pemasarankawasan bersejarah Imagiri ini dapat dipadukandengan promosi kawasan bersejarah lainnya,yaitu kawasan Jeron Benteng Kraton, Kotagede,dan Plered-Kerta.

Daftar Pustaka

Abdurachman, Paramita R., Cerbon, Jakarta : Sinar Harapan, 1982.Adishakti, Laretna, Tantangan dan Peluang

Ekonomi dalam Pelestarian Pusaka:Yogyakarta Kota Pusaka Dunia?,Diskusi Panel, 2004.

Adrisijanti, Inajati, Arkeologi Perkotaa Mataram Islam, Yogyakarta: Jendela, 2000.Anonim, Kajian Toponim Kota Yogyakarta, Dinas

Parsenibud Kota, 2004.______, Penyusunan Rencana Induk Program

Pelestarian dan Pengembangan,Proyek Pengkajian Benda-BendaBudaya, Disbud Prop. DIY, 2000.

Boniface, P., Managing Quality Cultural Tourism,London: Routledge, 1995.

Drajad, Hari Untoro, “Manajemen SumberdayaBudaya”, dalam Buletin Cagar Budaya,No. 1/1999.

Graaf, H.J. de, Puncak Kekuasaan Mataram, Jakarta: Grafiti Pers, 1986.Haryadi, “Kemungkinan Penerapan Konsep

Sistem Seting Dalam Penemu KenalanPenataan Ruang”, Berkala Arkeologi,tahun XV, 1995.

Mandayakusuma, KRT., Cengkorongan GambarSarta Pratelan Ingkang Sami SumareIng Kagungan Dalem Pasareyan, KH.

Sriwandawa Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat,1950.

Nuryanti, Wiendu, Pemanfaatan SumberdayaArkeologi Melalui Pariwisata, JurusanArsitektur dan Perencanaan UGM, 2005.

Pearson, Michael & Sullivan, Looking AfterHeritage Places, Melbourne UniversityPress, 1995.

Piagam (Charter) Internasional Pariwisata Budaya, ICOMOS, 2002.Piagam Pelestarian Pusaka Saujana Indonesia, 2003.Suhadi, Machi, dan Halina Hambali, Makam-

makam Wali Sanga Di Jawa, Jakarta:Proyek Pengembangan MediaKebudayaan, 1994.

Penulis : Ketua Kelompok Dokumentasi BP3 DIY

Page 35: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

35

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

Denah Kawasan Imogiri

Denah Makam Pajimatan Imagiri

Page 36: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kawasan Imogiri Strategi Pelestarian dan Pemanfaatanya

36

Kalimat tersebut di atas adalah sepenggalkutipan dari Prasasti Siwagrha yang berangka tahun778 Saka atau 856 Masehi yang dikeluarkan olehDyah Lokapala (Rakai Kayuwangi), dimana olehbeberapa ahli arkeologi prasasti tersebutdihubungkan dengan Candi Prambanan yang terletakdi Yogyakarta. Prasasti Siwagrha yang didugaberkaitan erat dengan Candi Prambanan

memberikan gambaran secara rinci mengenaigugusan candi yang diresmikan pada tahun 778 Saka(856 Masehi) oleh raja yang bernama Pikatan. Didalam prasasti yang ditulis dengan menggunakanhuruf dan bahasa Jawa Kuna tersebut, memuat beritatentang pergantian kekuasaan dari Jatiningrat (RakaiPikatan) kepada anaknya yaitu Dyah Lokapala yangbertahta antara tahun 856 M – 883 M. Candi

CANDI PRAMBANAN DIDIRIKAN DI ATASBEKAS ALIRAN SUNGAI?

...huvus nikana tang sivalaya samapta divyottamaluah yang inalihhaken apa ni yanitik palmahan... (Prasasti Siwagrha, 856 M)terjemahan:...dan setelah kuil Siwa itu selesai sama sekali dalam kemegahannya yang menakjubkandialihkannya aliran sungainya karena (melewati) halaman (kuil)...

Oleh : Dewi Puspito Rini. S.S.

Page 37: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

37

Candi Prambanan didirikan di bekas aliran sungai

Prambanan difungsikan pertama kali sebagai tempatpemujaan tingkat kerajaan. Prasasti Siwagrhamenyebutkan secara rinci tentang peresmianbangunan suci untuk Dewa Siwa yang disebut denganSiwagrha atau Siwalaya. Gambaran gugusan candiyang disebutkan dalam prasasti Siwagrhadiidentifikasikan sebagai Kompleks CandiPrambanan. Gugusan candi yang bangunan pusatnyadipagari dengan tembok keliling dan dikelilingideretan candi-candi perwara yang disusun bersaphanya terdapat di Candi Prambanan. (Soekmono,1974)

Candi Prambanan terbagi dalam tigahalaman yang berbentuk bujur sangkar dan disusunberteras terpusat dimana masing-masing halamandibatasi oleh tembok keliling. Halaman utama(halaman pertama) merupakan tempat yangdianggap paling suci terletak di bagian dalam,berukuran 110 m x 110 m dengan enambelasbangunan candi di dalamnya, yaitu tiga candi utama(Brahma, Siwa, Wisnu), tiga candi wahana (Angsa,Nandi, Garuda), dua candi apit (utara-selatan),empat candi kelir, dan empat candi patok (sudut).Halaman kedua berada di bagian tengah, berukuran222 m x 222 m, terdapat 224 candi perwara yangdisusun mengelilingi halaman pertama dan terbagidalam empat baris. Deret candi perwara pertamaberjumlah 68 buah, deret kedua 60 buah, deretketiga 58 buah, dan deret keempat sebanyak 44buah candi. Halaman ketiga melingkari halamankedua dengan ukuran 390 m x 390 m. Di halamanketiga ini tidak ditemukan bangunan candi, menurutpara ahli arkeologi kemungkinan di halaman inidahulu digunakan sebagai tempat tinggal parapendeta agama. Dikarenakan bangunan tempattinggal mereka terbuat dari kayu maka bangunantersebut tidak dapat bertahan lama seperti candi yangterbuat dari batu.

Sebagai tempat pemujaan agama Hindu,Kompleks Candi Prambanan dibangun berdasarkan

konsep keagamaan. Di dalam agama Hindu, candidigambarkan sebagai replika dari Gunung Meruyang merupakan simbolisasi alam semesta. Sebagaireplika Gunung Meru, semua bentuk candi di CandiPrambanan terbagi dalam tiga bagian yang sesuaidengan lingkungan alam semesta, yaitu bhurlokadiwujudkan dengan kaki candi yang melambangkanalam semesta, bhuvarloka diwujudkan dengan tubuhcandi yang melambangkan alam manusia yang telahmati dan svarloka diwujudkan dengan atap candiyang melambangkan alam para dewa. Candi-canditersebut memiliki pola tapak persegi dengan bentuksemakin ke atas semakin meruncing dan berakhirpada puncaknya yang berbentuk ratna. Ragam hiasdi Candi Prambanan dipahatkan dengan megah danhalus. Motif hiasnya antara lain berupa motif tubuhmanusia, motif setengah manusia setengah binatang,motif binatang dan motif tumbuh-tumbuhan.Keunikan di Candi Prambanan dapat dilihat padahiasannya yang spesifik yaitu relung singa yang diapitpohon kalpataru dengan bunga-bunga teratai yangdi bawahnya terdapat kinara-kinari (makhlukmanusia setengah dewa). Motif ini merupakan ciri“motif prambanan” karena tidak ditemukan dicandi lain.

Candi Prambanan ditemukan pertama kalipada tahun 1733 dalam kondisi runtuh tertutup tanahdan semak belukar oleh C.A. Lons (pegawai VOCpada masa pemerintahan Hindia Belanda diIndonesia yang tinggal di Semarang). Sejak pertamakali ditemukan hingga tahun 1864 belum adaperhatian dari pemerintah Hindia Belanda. SetelahN.W. Hoepermans melaporkan sebagian batu-batudi Candi Prambanan digunakan untuk pembangunanpabrik gula, baru mendapat perhatian dari J.W.Ijzerman yang telah mendirikan “ArchaeologischeVereeniging van Jogja”, sehingga pada tahun1885 Candi Prambanan dibersihkan dari timbunantanah, khususnya yang menutupi bilik-bilik CandiSiwa. Sistem yang dilakukan masih sangat

Page 38: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

38

Candi Prambanan didirikan di bekas aliran sungai

sederhana, yaitu mengumpulkan dan menggali batu-batu candi yang berserakan serta tertimbun tanahkemudian dikelompokkan tanpa pendokumentasian.Pemugaran secara metodologis baru dilaksanakanpada tahun 1927 oleh Oudheidkundig Dienst yaitumenyusun kembali Candi Siwa. Karena pada saatitu Indonesia masih dalam kondisi perang sehinggapemugaran Candi Siwa baru dapat diselesaikan padatahun 1953. Sedangkan candi-candi yang lain diKompleks Candi Prambanan baru dipugar antaratahun 1970-an hingga tahun 1990-an.

Sebagaimana kutipan penggalan prasastiSiwagrha yang disebutkan di muka, diindikasikanCandi Prambanan dibangun di atas suatu endapansungai purba yang saat itu dipindahkan alirannya.Pemindahan sungai tersebut dilakukan karena tempatyang dilalui sungai tersebut akan didirikan sebuahkompleks bangunan suci. Dalam pembangunan canditerdapat syarat-syarat yang harus dipatuhi.Kekokohan bangunan candi selain ditentukan olehstruktur bahan penyusun juga ditentukan oleh tanahdimana candi didirikan. Pembangunan candi diawalidengan pemilihan lokasi atau tanah. Ada dua jenistanah yang cocok untuk mendirikan candi, yaituTanah Brahmana dan Tanah Ksatrya. TanahBrahmana adalah tanah yang mempunyai ciri-ciriberwarna putih atau seputih debu mutiara, berasamanis atau asam, mengandung lumpur, miring keutara, ditumbuhi pohon Udumbara, bentuknya bujursangkar, mendatangkan kebaikan dankeberuntungan. Tanah Ksatrya mempunyai ciri-ciriberwarna merah atau merah darah, berasa pahit,pedas atau rasa darah, bercampur pasir, miring ketimur, ditumbuhi pohon Asuatha, dan berbentukempat persegi panjang dengan ukuran panjang 1½kali lebar, mendatangkan kesuksesan. Kedua jenistanah tersebut mempunyai sifat teknis yang baik bagipondasi bangunan. Tanah putih yang berpasirmempunyai permeabilitas yang tinggi, sehinggapondasi bangunan dapat dikatakan akan terbebas

dari genangan air. Selain itu, tanah pasir mampumenyatukan gaya berat yang diterima secara meratasehingga bangunan terhindar dari kemelesakan ataukemiringan. Tanah merah yang diduga mempunyaiumur yang tua, sangat kuat dan stabil.Permeabilitasnya tidak setinggi tanah pasir, namundengan adanya pengudaraan yang baik berarti airhujan juga akan cepat masuk ke dalam tanahsehingga pondasi tidak menjadi lembek dan labil.(IGN Anom, 1997: 116)

Sesudah lokasi tanah dipilih sebagai calonlahan candi berdasarkan unsur-unsur fisiknya, makadiadakan berbagai pengujian antara lain dengan cara:

1. Pengujian stabilitas tanahPengujian stabilitas tanah dilakukan dengancara pemukulan (tumping). Tanah yangsolid akan mengeluarkan bunyi yang dalamatau nyaring atau sebaliknya. Pengujiansemacam itu pada masa sekarang dikenaldengan tes penetrasi yang bertujuan utukmengetahui indikasi kekuatan dankepadatan tanah. Caranya ialah denganmenekankan alat penetrometer statis kedalam tanah dengan kecepatan tertentu. Alattersebut akan memunculkan gayaperlawanan tanah secara otomatis dalam kg/cm2. Semakin besar perlawanan tanahberarti tanah yang dites semakin padat(solid) dan stabil.

2. Pengujian kekompakan tanahPengujian kekompakan tanah menurut kitabAjitagama dilakukan dengan membuatsebuah lubang di tengah-tengah calon lahan.Tanah galiannya kemudian dikembalikan lagike dalam lubang tersebut. Jika tanahnyatidak cukup untuk mengisi lubang kembali,berarti secara logika tanah tersebut tidakkompak sehingga tidak baik untuk didirikanbangunan dan harus dihindarkan. Jikahasilnya sebaliknya berarti tanah tersebut

Page 39: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

39

Candi Prambanan didirikan di bekas aliran sungai

kompak dan baik untuk didirikan bangunan.Pengujian ini disertai dengan tespenimbangan tanah. Kitab Ajitagamamemberikan ketentuan bahwa tanahbesarnya satu “gantung” (adyaka) harusmempunyai getar paling sedikit 60 “tala”.Jika beratnya kurang dari ketentuan itu,tanah tersebut dianggap tidak baik untukkonstruksi. Ditinjau dari pengetahuantentang tanah sekarang ini, pengujian tanahmencakup beberapa sifat tanah, yaitu (1)berat jenis, yaitu perbandingan antara beratisi butir tanah dengan berat airnya, (2)kerapatan (density),yaitu perbandinganberat tanah seluruhnya dengan isi tanahseluruhnya, (3) porositas, yaituperbandingan isi pori-pori dengan tanahseluruhnya, dan (4) kadar air, yaituperbandingan berat air dengan butir tanah.Biasanya tanah yang lebih berat mempunyaiberat jenis dan densitas yang besar, tetapiporositas dan kadar airnya kecil. Ini berartibahwa tanah tersebut adalah tanah kompakyang mempunyai daya dukung tinggi,sehingga baik untuk konstruksi.

3. Pengujian permeabilitas dan kelembabantanahMenurut kitab Manasara, Ajitagama, danMayatama, pengujian dilakukan denganmembuat lubang bujur sangkar dengankedalaman selutut orang dewasa di tengahcalon lahan yang akan diuji. Pada malamharinya lubang tersebut diisi dengan air yangdiisi biji-bijian dan wangi-wangian,kemudian pada pagi harinya dilakukanpenelitian. Jika rembesan terlihat sejauhsembilan langkah dari lubang uji dan atausangat dalam serta lembab maka tanah itudianggap tidak baik utuk konstruksibangunan. Tanah yang baik adalah jika tidak

ada air yang tersisa dalam lubang danrembesan air di sekeliling lubang, tidaksangat jauh tetapi dangkal atau sangat dekattapi dalam. Jika lubang tertimbun sampaipenuh oleh tanah di sekitarnya maka tanahitu baik sekali untuk konstruksi bangunan.Pengujian permeabilitas cukup penting bagikonstruksi bangunan karena tes ini dapatmenunjukkan porositas dan litologi tanah.Tanah yang baik mempunyai permeabilitasdan porositas yang sedang dan biasanyatanah itu terdiri dari pasir halus sampaisedang.

4.Pengujian kesuburan tanah melalui pembibitan

Cara lain untuk menentukan jenis tanahdapat dilakukan dengan mengamatikesuburan yang disebut dengan “tespembibitan” sebagaimana tercantum dalamkitab Bhuvanapradipa. Melaluipengamatan atas waktu pertumbuhan bibitwijen yang ditabur di atas calon lahan yangtelah dibajak, dibedakan lima golongantanah, yaitu: (1) Tanah Brahmana (jika bibitwijen itu tumbuh dalam waktu tiga malam,(2) Tanah Ksatrya (jika bibit wijen tumbuhdalam waktu empat malam), (3) TanahVaisya (jika bibit wijen tumbuh dalam waktulima malam), (4) Tanah Sudra (jika bibitwijen tumbuh dalam waktu enam malam),dan (5) Tanah Pisacha (kalau bibit wijen itubaru tumbuh setelah lewat dari tujuh malam),maka di atas tanah itu dilarang didirikanbangunan apapun. Tanah yangmemungkinkan pertumbuhan bibit wijendalam waktu yang pendek adalah tanah yangmengandung mineral silica dan kelembabanyang cukup. Mineral silica biasanya banyakterdapat pada tanah berpasir. (IGN Anom,1997: 116 - 122)

Page 40: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

40

Candi Prambanan didirikan di bekas aliran sungai

Selain beberapa hal yang telah disebutkandi atas, syarat lain yang harus ada dalampembangunan candi adalah adanya unsur air, karena

air mempunyai potensi untuk membersihkan,menyucikan dan menyuburkan. Unsur air dapatberupa sungai, danau, ataupun kolam. Candi adalahtempat tinggal para dewa, maka lokasi tempat candiberdiri harus mencerminkan istana para dewa dikahyangan yang serba indah dengan taman penuhbunga dikelilingi kolam atau danau. Air sangatdigemari oleh dewa sebagai tempat mandi dan

bermain-main. Jika di lokasi yang akan didirikan canditidak terdapat unsur air maka pada waktu candi akandidirikan harus ditempatkan tiga kendi air pada pusat

candi yang disebut brahmasthana. (IGN Anom,1997: 105) Sehingga tidak mengherankan jikaKompleks Candi Prambanan didirikan di dekatsungai.

Untuk membuktikan kebenaran isi prasastiSiwagrha tentang keberadaan sungai purba yangdiduga telah dialihkan aliran sungainya dan telah

Alur perkiraan keberadaan sungai purba di Kompleks Candi Prambanan

Page 41: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

41

Candi Prambanan didirikan di bekas aliran sungai

ditimbun serta berada di bawah Kompleks CandiPrambanan, Balai Pelestarian Peninggalan PurbakalaDIY telah melakukan serangkaian penelitian bekerjasama dengan beberapa ahli dari UGM, yaitu JurusanTeknik Sipil dan Lingkungan, LaboratoriumGeofisika FMIPA, dan Jurusan Teknik Geologi. LabGeofisika FMIPA UGM melakukan penelitiandengan menggunakan metode surveyelektromagnetik very low frequency (VLF). Darihasil survey tersebut diketahui adanya sebarankonduktivitas tinggi pada batuan di bawah KompleksCandi Prambanan dengan kedalaman 16 m. Anomalikonduktivitas tersebut memanjang relatif utara –selatan dan diduga merupakan bentukan sungaipurba secara vertikal dengan kedalaman 16 m dansecara horisontal seluas sekitar 1500 m x 750 m.Selain itu, di bagian timur dari Kompleks CandiPrambanan terindikasi adanya sungai purba yang lainyang mengalir dari utara ke selatan, sedangkan dibagian selatan Kompleks Candi Prambanandiperkirakan terdapat bekas genangan air sedalamsekitar 15 m (Sismanto, 2007).

Penelitian serupa dilakukan oleh tim JurusanTeknik Geologi UGM dengan menggunakan surveygeoradar untuk memperoleh sebaran batuan jenuhair hasil endapan sungai purba. Hasil penyelidikangeoradar terbukti cukup efektif untuk mendeteksistruktur lapisan tanah di bawah permukaan di sekitarsitus. Terdapat dua jenis tanah yang dapatdiidentifikasi, yaitu tanah urug di bagian atas dantanah tempatan (in situ) di bagian bawah. Ketebalantanah urug sekitar 5 – 7 m, tersusun oleh materialyang belum padat dan relatif kering. Tanah tempatantersusun oleh material kompak dan jenuh air.Kehadiran kantong-kantong air menunjukkanheterogenitas material penyusun tanah, umumnyaberada pada batas antara lapisan tanah urug dantanah tempatan. Suatu tubuh batuan jenuh airterisolasi selebar 40 m berhasil diidentifikasi di bagianutara pada kedalaman 16 m dari permukaan tanah

dan ditafsirkan berasal dari endapan rawa(Salahuddin Husein & Agung Harijoko, 2007).

Sedangkan dari hasil uji geolistrik olehJurusan Teknik Sipil dan Lingkungan UGM diketahuibahwa halaman Kompleks Candi Prambanantersusun oleh tiga lapisan, yaitu lapisan paling atasmerupakan tanah matang/pasir untuk meratakanhalaman, lapisan di bawahnya merupakan tatanan/susunan batu putih atau andesit, serta lapisan palingbawah merupakan tanah yang dipadatkan. Di depanCandi Siwa dijumpai muka air tanah pada kedalaman12 m, khusus di bawah Candi Siwa dijumpaisusunan batu putih sebagai dasar candi setebal 8 mdari permukaan tanah halaman candi dan dibawahnya dijumpai tanah pasir yang dipadatkansetebal 6 m. Di bawah lapisan tersebut dijumpaiendapan Merapi berupa pasir serta campuran pasirdan kerakal.

Meskipun belum dapat dikatakan secarapasti tentang kebenaran telah dilakukannyapengalihan aliran sungai, hasil penelitian ini telahmemberikan pengetahuan baru bagi kita. Masihperlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam danterpadu untuk mengungkapkan makna “luah yanginalihhaken apa ni yanitik palmahan”. Dan jikabenar dalam pembangunan Candi Prambanan telahdilakukan pengalihan aliran sungai, kita patutberbangga dan wajib menghargai hasil karya nenekmoyang kita karena meskipun dengan keterbatasanteknologi mereka dapat melakukan pemindahanaliran sungai dan menghasilkan mahakarya yangbegitu indah. Sepatutnyalah kita wajib melestarikanwarisan nenek moyang kita ini, terlebih lagi saat inicandi-candi di Kompleks Candi Prambanan sangatmembutuhkan uluran tangan kita untuk bangkit darikerusakan akibat gempa yang terjadi pada 27 Mei2006 lalu. Bukankah bangsa yang besar adalahbangsa yang bisa menghargai warisan leluhurnya?

Page 42: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

42

Candi Prambanan didirikan di bekas aliran sungai

Daftar Pustaka

Anom, IGN, 1997, “Keterpaduan Aspek Teknisdan Aspek Keagamaan dalam PendirianCandi Periode Jawa Tengah” (Studi KasusCandi Utama Sewu), Disertasi,Yogyakarta: UGM.

Soekmono, 1974, “Candi, Fungsi danPengertiannya”, Disertasi, Yogyakarta:UGM.

Salahuddin Husein dan Agung Harijoko, 2007,Laporan Penyelidikan Sungai Purba diKompleks Situs Candi Prambanandengan Georadar, Yogyakarta: JurusanTeknik Geologi FT UGM.

Sismanto, Dr., 2007, Laporan Pemetaan SungaiPurba di Kompleks Candi Prambanandengan Menggunakan Metode VeryLow Frequency (VLF), Yogyakarta:Laboratorium Geofisika FMIPA UGM.

Tim Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM,2007, Laporan Penyelidikan Geoteknikdengan Alat Bor Mesin di KompleksCandi Prambanan Daerah IstimewaYogyakarta, Yogyakarta.

Tim Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM,2007, Laporan Uji Geolistrik diKompleks Candi Prambanan DaerahIstimewa Yogyakarta, Yogyakarta.

Penulis : Staf BP3 DIY

Page 43: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

43

Candi Kalasan Pascagempa Tektonik 27 Mei 2006

Kutipan baris terakhir dari prasasti Kalasanyang berangka tahun 700 Saka di atas merupakansebuah narasi ‘pengharapan’ seorang raja bernamaKariyana Panamkarana agar ‘Para Penguasa MasaDepan’ memelihara sebuah bangunan suci secaralayak. Bangunan suci tersebut tak lain adalahTarabhawana atau ‘Kuil Dewi Tara’ yang kini kitamenyebutnya sebagai candi Kalasan. PrasastiKalasan dituliskan pada lempeng batu dengan bahasaSanskerta berhuruf Pranagari, berangka tahun 700Saka atau 778 Masehi yang di dalamnyamenyebutkan tentang diperingatinya jasa RajaPanangkaran yang telah membangun sebuah kuilbagi Dewi Tara serta memuat arca sang Dewi yangkemudian ditahtakan di dalam kuil tersebut. Selainitu dalam prasasti Kalasan ini juga menyebutkantentang pendirian tempat tinggal (asrama) bagi parapendeta dengan menghibahkan desa Kalasankepada para sanggha. Di dalam prasasti tersebut,baik bangunan kuil bagi Dewi Tara maupunasrama bagi para sanggha disebut sebagai Vihara.

Penyebutan asrama bagi para sanggha sesuaidengan prasasti sering dikaitkan dengan bangunanCandi Sari yang berada di sisi Timur Laut CandiKalasan (+ 500 m), selain itu dari gambar lama tahun1806 yang dibuat oleh Cornelius secara jelasmenggambarkan wilayah sekitar Candi Kalasan yangpada sisi Barat Daya candi terdapat komplek

bangunan (biara ?). Meskipun demikian,penyebutan asrama dalam prasasti tahun 700 Sakabelum dapat diidentifikasi kaitannya dengan CandiSari ataupun bangunan biara yang terdapat dalamgambar tahun 1806 tersebut.

Kini, Candi Kalasan berada pada kondisiyang stagnan. Bangunan Candi Kalasan yang saatini kita saksikan, merupakan hasil pemugaranpada tahun 1925-1930-an oleh OudheidkundigeDienst. Dari jangka waktu tersebut hingga saatini, perlakuan yang diterapkan kepada fisikbangunan Candi Kalasan hanyalah bersifat preventifyakni sekadar merawat melalui pembersihan khemis-mekanis secara rutin.

Para ahli dan staf pemugaran Candi Kalasan sesaatsetelah purna pugar.

(Sumber : Foto OD koleksiBP3Yogyakarta)

CANDI KALASANPASCAGEMPA TEKTONIK

27 MEI 2006

Oleh : Kayato Hardani S.S

Page 44: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Candi Kalasan Pascagempa Tektonik 27 Mei 2006

44

Setelah hampir lebih dari satu milenium,apakah kita masih menerjemahkan kata ‘memeliharadengan layak’ atas pengharapan KariyanaPanamkarana tersebut dengan cukup melakukantindakan-tindakan preventif semacam itu. Kondisilapangan menyatakan bahwa Candi Kalasan saatini sudah sangat mendesak untuk dilakukan suatutindakan kuratif. Tindakan yang membutuhkan jalinankerjasama multidisiplin agar peninggalan bersejarahini tetap lestari setidaknya hingga seribu tahun lagi.Periode tahun 1806 hingga 2005

Membicarakan Candi Kalasan, setiap ahlipurbakala pasti tidak akan bisa memisahkanpikirannya dari keberadaan bajralepa yangmenempel pada tubuh Candi Kalasan. Karenabajralepa inilah yang menjadikan Candi Kalasanmenjadi sebuah candi kuna yang unik. Daribajralepa ini pula diyakini bahwa Candi Kalasanbelum pernah mengalami keruntuhan, layaknyacandi-candi lain di sekitar wilayah tersebut.Gambar tahun 1806 oleh Cornelius sepertinyamenguatkan dugaan tersebut yakni menampakkankondisi Candi Kalasan masih berdiri kokoh.

Bajralepa yang secara etimologis berartidiamond cement mempunyai komposisi campuranantara pasir kwarsa (30%), kalsit (40%), calcophyrit(25%) dan sedikit lempung (5%). Bajralepa bisa

disebut sebagai semacam plester bagi dinding candi.Perihal fungsinya apakah sama dengan plester acianyang dipakai rumah-rumah zaman ini, yakni sebagaisebuah finishing touch yang kemudian diwarnaidengan cat? Belum dapat dipastikan. Suatu hal yangpasti mengenai keberadaan bajralepa di CandiKalasan adalah fenomena jika rumput dan tanamanpaku-pakuan pasti enggan tumbuh menempel dipermukaan batu yang masih ada sisa lapisanbajralepanya.

Pasca dilakukan penggambaran olehCornelius di tahun 1806 sepertinya tidak diketahuilagi catatan-catatan lagi. Baru kemudian di awaltahun 1900-an, Cephas melakukan pemotretanuntuk pertamakalinya atas fisik bangunan CandiKalasan.

Setelah institusi kepurbakalaan pertama kalidibentuk oleh pemerintah Kolonial Belanda di tahun1913, upaya-upaya penyelamatan awal CandiKalasan mulai dilakukan. Pada tahun 1917 dilakukanupaya konsolidasi terhadap Candi Kalasan yakni

Kondisi Candi Kalasan pada tahun 1806 yangdigambar oleh Cornelius

(Sumber : Candi Kalasan dan Sari, A.J BernetKempers)

Kondisi fasad sisi selatan Candi Kalasan padatahun + 1900 sebagaimana difoto oleh Cephas(Sumber :Cephas, Yogyakarta Photography in theServices of The Sultan, Gerrit Knaap, KITLV Press,1999, hlm.111)

Page 45: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

45

Candi Kalasan Pascagempa Tektonik 27 Mei 2006

dengan membuat penyangga pada penampil sisiselatan yang mulai mengalami deformasi.

Pemugaran Candi Kalasan pertama kalipada tahun 1926-1930 dilakukan oleh VanRomondt meski dilakukan secara tidakmenyeluruh. Saat itu komponen batu-batu sudahtidak dapat ditemukan kembali, seperti padakomponen tangga, stupa puncak, dan atap. Hasilpemugaran tahun 1930 tersebut adalah bangunancandi yang bisa kita saksikan saat ini.

Setelah pemugaran tahun 1930, kita tidakmenjumpai catatan apapun yang berkenaandengan upaya pelestarian Candi Kalasan.Kebanyakan catatan pemugaran pada kurunwaktu tersebut lebih terfokus pada upayapemugaran Candi Lara Jonggrang hingga tahun1940-an. Sepertinya sejak tahun 1930, CandiKalasan telah ditetapkan pada taraf ‘purna pugar’.Hampir 50 tahun kemudian yakni ketika telahberdiri Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala

Kondisidinding sisiselatansebelumdikonsolidasiserta hasilkonsolidasidinding sisiselatan padatahun 1917(Sumber : FotoOD KoleksiBP3Yogyakarta

Sudut atap timur laut sebelum dipugar.(Sumber : Foto OD koleksi BP3 Yogyakarta

Kegiatanpemugaranbagian sudutTimur Laut(Sumber :Foto ODkoleksi BP3Yogyakarta

HasilpemugaranCandiKalasanpada tahun1926-1930(Sumber :Foto ODkoleksi BP3Yogyakarta

Page 46: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Candi Kalasan Pascagempa Tektonik 27 Mei 2006

46

(SPSP), periode antara tahun 1980-1990 upayapemeliharaan Candi Kalasan berada di bawahnaungan kerja Kelompok Kerja Pemeliharaan. Barusetelah dibentuk unit-unit kerja, Candi Kalasanberada pada unit kerja tersendiri sehingga upaya-upaya pemeliharaannya menjadi lebih fokus.

Sejauh ini sejumlah upaya-upayapenyelamatan Candi Kalasan yang masihterdokumentasi di antaranya adalah pada tahun1993 dilakukan beberapa kegiatan yakni StudiTeknis Konservasi, kegiatan penanggulangankebocoran atap dengan menutup lubang sisi atasdengan fiberglass, dan kegiatan konservasi CandiKalasan untuk batu kulit bagian kaki dan tubuh.Tahun 1994/1995 dilakukan kegiatanpenanggulangan kebocoran atap tingkat I,kemudian di tahun 1996 dilakukan pula kegiatanpenanggulangan kebocoran atap Candi Kalasansisi Utara. Kegiatan-kegiatan penanggulangankebocoran pada atap Candi Kalasan yangdilakukan mulai tahun 1993 hingga 1996,dilakukan dengan menutup nat-nat antar batudengan mortar araldite juga dengan pengolesanwater repellent pada permukaan batu khususnyabagian atap. Di tahun 2005 dilakukan studi tekniskembali yang secara khusus difokuskan pada bilikutama, khususnya pada dinding bilik sisi dalamyang sudah mengalami penggaraman yang sangatparah. Berbagai kegiatan pada kurun waktu tahun1980 hingga 2005 terlihat jika kegiatan lebih fokuspada upaya preservasi yakni mengawetkanmaterial bangunan melalui kegiatan-kegiatanpembersihan rutin secara khemis maupunmekanis. Meski juga terdapat beberapa upayapenelitian melalui studi teknis konservasi yangpada hakekatnya hasil dari penelitian tersebutbelum menampakkan hasil yang signifikan bagieksistensi Candi Kalasan.

Pascagempa 27 Mei 2006Dari hasil pemugaran pada tahun 1917

hingga 1930-an didapat sebuah fakta menarik,yakni pada suatu waktu di masa lampau CandiKalasan pernah diperluas atau ‘diperbaharui’. CandiKalasan yang saat ini kita saksikan keelokan ragamhiasnya adalah bangunan kedua atau bahkan ketigayang menutupi bangunan candi yang lebih tua. Halini jelas terlihat pada struktur kaki yang ditutup olehbangunan sekarang serta singgasana arca yangtampak telah diperbesar dengan meninggikan lantaibagian dalamnya.

Bila dikonfirmasikan dengan prasastiKalasan yang berangka tahun 700 Saka atau 778Masehi, maka tahun tersebut merupakan tahun

Sudut sisiTimur Lautbangunan tuayang tertutupbangunancandisekarang.(Sumber :Foto ODkoleksi BP3Yogyakarta

Lantai bangunan lama yang tertutup lantai baru padabilik utama. (Sumber : Foto OD koleksi BP3Yogyakarta

Page 47: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

47

Candi Kalasan Pascagempa Tektonik 27 Mei 2006

pembangunan kuil yang manakah? Apakah CandiKalasan yang kita saksikan kini atau bangunan yangtelah tertutup. Belum dapat ditentukan dengan pasti?Di Jawa abad 9-10 Masehi memperluas kuil dewaadalah hal yang jamak dilakukan. Candi Sewu,Candi Barong, Candi Ijo, dan Kraton Ratu Bokopun mengalami hal yang sama. Menariknya, meskibelum pernah dipugar total Candi Kalasan tetapberdiri kokoh meski digoyang gempa yang mungkintelah ribuan kali sejak dibangunnya, termasuk gempa27 Mei 2006 yang lalu. Kekokohan Candi Kalasanselain dipengaruhi oleh perbandingan rasio tinggi danlebar candi juga dipengaruhi oleh strukturnya yanglebih fleksibel, karena belum punya “otot baru”berupa beton bertulang yang membentuk kolom danbalok dengan struktur rangka di bagian dalam candi.

Efek gempa pada bangunan CandiKalasan tidak meninggalkan kerusakan yangsignifikan sebagaimana yang terjadi padabangunan candi lain seperti Prambanan, Sojiwan,Sewu dan Plaosan. Kerusakan yang terjadi padaCandi Kalasan ‘relatif ringan’ meski kita tidak bisamenyepelekan kerusakan sekecil apapun. Tercatatkerusakan Candi Kalasan sewaktu dilakukankegiatan pendataan rapid assesment pada bulanJuni 2006 adalah lapisan bajralepa mengelupaspada beberapa sudut serta batu-batu bagian atasrelung yang bergeser dan pecah.

Bersamaan dengan dilakukannya kegiatankonservasi atap yang dimulai pada bulan Oktober2006 diketahui bahwa atap lapis I, II dan III jugamengalami kerusakan. Kerusakan yang cukupmengkhawatirkan adalah terlepasnya sebagianmortar araldite yang berada di bagian atap. Selainitu nat-nat antar batu juga mengalamikerenggangan dan juga beberapa batu atap candimengalami pecah (gempil-retak). Kerusakan-kerusakan tersebut lebih banyak terjadi pada atapsisi atas bagian Selatan berlanjut ke sisi Timur-Timur Laut kemudian ke Utara lalu menurun kesudut Barat Laut. Berikut adalah sebagian fotokerusakan atap Candi Kalasan sebagaimanaterekam di dalam kegiatan konservasi atap tahun2006.1. Kerusakan atap sisi Selatan – sudut Tenggara(atap II dan III)

Rekonstruksi aksonometris candi Kalasan

Nat pada dudukan stupa sudut Tenggara yangmengalami keretakan

Detail batu yang retak dan gempil serta nat yangterlepas pada sudut Tenggara

Page 48: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Candi Kalasan Pascagempa Tektonik 27 Mei 2006

48

2. Atap sisi Timur – sudut Timur Laut (atap I)

3. Atap sisi Utara – sudut Barat Laut

Detail nat yang terlepas pada batu lapis atas sisiSelatan

Tampak ataskeretakan atapsisi timur.Keretakan initerus berlanjutke sudut timurlaut sepanjangsisi bawahstupa puncak.

Detail keretakan nat pada sudut stupapuncak atap pada sudut Timur Laut

Keretakan nat pada sudut Barat Laut (lapis bawah)

Detailkeretakanmemanjangpadasambunganantar batu diatap sisi Utara

Keretakan vertikal pada nat atap sudut Barat Laut

Page 49: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

49

Candi Kalasan Pascagempa Tektonik 27 Mei 2006

Kerusakan pada bagian atap yangdiakibatkan oleh gempa – secara visual – bukankerusakan struktural. Tetapi satu hal yang perludijadikan catatan penting adalah efek dominoyang ditimbulkan di masa mendatang denganhilangnya lapisan kedap air pada bagian ataptersebut. Inilah permasalahan baru Candi Kalasanpasca gempa 27 Mei 2006! Apakah hanya cukupdengan dilakukan dengan penutupan nat?

Sebelum terjadi gempa, Candi Kalasansudah mempunyai permasalahan lama yangkiranya cukup pelik penyelesaiannya. Sebelummedio tahun 1990-an, pada sisa stupa puncakyang hilang batunya meninggalkan lubang selebar+ 2 meter. Berlubangnya atap tersebut akhirnyamenjadi jalan keluar masuknya kelelawar yangberkoloni di dalam bilik candi. Kondisi CandiKalasan saat itu benar-benar mirip sebuah guayang hangat di musim hujan dan sejuk di musimkemarau dengan lantai ‘gua’ yang selalu berairsepanjang tahun! Karena sebelum lubang ditutupdengan fiberglass di tahun 1991 air hujan denganleluasa masuk dan membentuk genangan di bawahsinggasana arca.

Kini kondisi Candi Kalasan bisa disebutaman terkendali pasca lenyapnya kerajaankelelawar. Tapi para kelelawar itu telahmeninggalkan ‘warisan kronis’ yang sudahterlanjur meresap dalam pori batu. Sulfat dan ureadari kotoran dan air kencing koloni kelelawardiyakini telah meracuni batu-batu bagian dalambilik. Belum lagi degradasi kualitas material batupenyusun bangunan itu sendiri, yang telahberumur lebih dari satu milenium diperparahdengan iklim tropis dengan curah hujan yangtinggi. Pelapukan khemis dan fisis tidak dapatdielakkan lagi. Pada bagian dinding bilik utamalebih dari 80% permukaannya telah tertutupendapan garam karbonat cukup tebal yangberwarna putih coklat-kekuningan. Hal itulah

yang menjadi permasalahan utama Candi Kalasankini.

Penggaraman telah merusak materi batudari dalam. Elemen-elemen silikat batu tentulahikut larut dalam proses reaksi kimia tersebut.Selain penggaraman yang hebat, di bilik utamadijumpai ‘air misterius’ yang merembes sepanjangtahun bahkan di musim kemarau, apalagi musimpenghujan. Di sini air (air hujan yang merembes dariatap serta air tanah yang berkapilerisasi), sisa-sisasulfat, kalsium telah bersekutu bersamamenghancurkan batu candi dari dalam. Air adalahagen utama penyebab penggaraman sekaligus zatyang menyebabkan timbulnya reaksi antara sulfat-kalsium dengan batu andesit. Air ini berasal dariair hujan yang merembes dari atas maupun airtanah yang berkapiler dari bawah. Hal ini semakindiperparah dengan dimensi dinding candi yangcukup tebal. Diyakini pada bagian-bagian dindingini telah menjadi kantung-kantung air yang selaluberisi air sepanjang musim. Akibatnya di beberapasudut di bilik sisi dalam terlihat bahwa sejumlahbatu mengeluarkan ‘getah’ berwarna coklatpekat?

Agen perusak eksternal yang tidak dapatdiabaikan adakah lingkungan sekitar. ApakahCandi Kalasan saat ini tengah “keracunan” gasCO yang terakumulasi dari knalpot kendaraanyang berlalu-lalang di jalan Solo - Yogya yangberjarak hanya 20 meter di sisi Utaranya, apalagidi sekitar Candi Kalasan terdapat industripembakaran gamping. Adakah akumulasi-akumulasi gas yang larut dalam air hujan berperandalam kerusakan batu bilik Candi Kalasan?Diperlukan sebuah penelitian sistematis untukmembuktikan dugaan ini.Hal tersebut barusebatas permasalahan yang menimpa fisikbangunan Candi Kalasan. Permasalahan lain yangberkenaan dengan lingkungan sekitar candi jugatidak kalah pentingnya untuk ditangani.

Page 50: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Candi Kalasan Pascagempa Tektonik 27 Mei 2006

50

PenutupTulisan ini pada dasarnya bukan sajian data

keseluruhan kerusakan yang dialami Candi Kalasan,tetapi hanya menyajikan satu permasalahan baruyang – sepertinya – terabaikan oleh kita semua.Pasca gempa 27 Mei 2006 Candi Kalasan masihtegak berdiri, namun kondisi demikian ini akankahberlangsung selamanya? Mengingat kondisi CandiKalasan yang semakin menua dan fakta-faktakerusakan semakin tampak.Kita sebagai “Para Penguasa Masa Depan”sebagaimana dinyatakan Panamkarana lebih dariseribu tahun yang lalu, berkewajiban menjagatinggalan bersejarah ini secara layak.Nahan hingan iking katha wiwaksan

DAFTAR PUSTAKAKempers, Bernet, Candi Kalasan dan Sari.Knaap, Gerrit, 1999, Cephas, Yogyakarta

Photography in the Services of TheSultan, Leiden : KITLV Press.

Penulis : Staf BP3 DIY

Lingkungan sekitar Candi Kalasan tahun 1929 yang masih relatif asli. Kondisi lingkungan situs semacam inisudah beralih menjadi pemukiman padat.

(Sumber : Foto OD koleksi BP3 Yogyakarta)

Page 51: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

51

Rehabilitasi Candi Prambanan Pascagempa Sebagai Atraksi Wisata

Pengalaman menangani kerusakan CandiPrambanan akibat gempa merupakan pengalamanlangka dan unik yang sangat berharga untukdibagi kepada masyarakat, khususnya pelestaripusaka budaya dan mayarakat pada umumnya.Pengalaman ini diharapkan menjadi pelajaran yangdapat digunakan sebagai acuan langkah preventifdan perencanaan manajemen bencana (dissastermanagement) dalam pengelolaan situs ataukawasan cagar budaya.

Tulisan ini dimaksudkan untukmemberikan informasi kepada masyarakat tentanglangkah apa saja yang perlu dilakukan parapengelola dalam menghadapi bencana untukmempersiapkan recovery secara komprehensif,serta apa saja yang dapat dilakukan masyarakatdalam memanfaatkan pusaka budaya sebagaiobyek penelitian dan pariwisata.

Kerusakan pasca gempa yang dialamiCandi Prambanan cukup parah sehingga untukmelakukan rehabilitasi diperlukan dana yang tidaksedikit dan waktu yang cukup panjang. Hal ini mengingat dalam rehabilitasi cagar

budaya harus dilakukan dengan metode danteknik yang sangat spesifik sehingga diperlukanketelitian dan ketelatenan. Perlu dipahami bahwasesuai dengan karakteristiknya, pekerjaanrehabilitasi cagar budaya seperti bangunan candi,target waktu tidak bisa dilakukan secepatmembangun bangunan baru. Meskipun demikianselama kegiatan rehabilitasi berlangsungmasyarakat masih dapat memanfaatkan sebagai

REHABILITASI CANDI PRAMBANAN PASCAGEMPASEBAGAI ATRAKSI WISATA

OlehDra. Ari Setyastuti, M.Si

Gambar 1: Situasi C Prambanan Pasca Gempa

Page 52: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Rehabilitasi Candi Prambanan Pascagempa Sebagai Atraksi Wisata

52

obyek wisata yang dapat direncanakan dan dikemasuntuk lebih memberikan pengetahuan danmeningkatkan apresiasi masyarakat tentangpelestarian cagar budaya. Pengalaman diPrambanan pasca gempa banyak wisatawanberminat untuk menjadi sukarelawan dalamkegatan rescue. Keinginan tersebut selaindilatarbelakangi oleh kecintaannya terhadappuska budaya juga didorong oleh keinginan untukmemperkaya wawasan dan menambahpengetahuan tentang kearifan dibalik sebuahbangunan pusaka budaya. Menanggapipermintaan tersebut perlu persiapan yang cukupmatang mengingat pelestarian pusaka harus dapatdipertanggungjawabkan secara ilmiah. Untuk itudi Prambanan pasca gempa telah diujicobakanpaket wisata minat khusus yang diikuti beberapawisatawan dari Jepang yang memanfaatkankondisi pasca gempa untuk menambahpengetahuan dan wawasan tentang pelestariancagar budaya. Pasca gempa 27 Mei 2006, langkah daruratdalam mengatasi kerusakan akibat gempa, telahdilakukan beberapa kegiatan yang bersifat darurat(emergency), antara lain: penutupan sementara untukpengunjung guna mengaturan ulang alur kunjungan,peningkatan pengamanan lokasi, pemasanganpolice line, sosialisasi dan publikasi kondisi pascagempa, pembentukan Tim Rescue, serta koordinasidengan instansi terkait baik di daerah maupun pusat.Selain itu koordinasi juga dilakukan di tingkatinternasional khususnya UNESCO, mengingat CandiPrambanan merupakan salah satu dari WarisanBudaya Dunia (World Heritage).

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan darurattersebut selanjutnya dilakukan kegiatanpenyelamatan (rescue). Kegiatan penyelamatanini dilaksanakan sejak akhir bulan Mei sampaidengan September 2006, dengan jenis kegiatanmeliputi :

1. Pendokumentasian secara lengkap baik berupa foto,video mupun gambar, 2.Observasi kerusakan

3. Pengamanan batu runtuh di halaman danlorong candi.

Gambar 2 :Observasikerusakanstruktur

Page 53: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

53

Rehabilitasi Candi Prambanan Pascagempa Sebagai Atraksi Wisata

4). Penyelamatan dan pembongkaran struktur yangrawan runtuh.

Dalam melakukan pengamanan batu yangruntuh, sebelum batu dipindahkan, lokasireruntuhan di halaman candi dibuat grid. Hal inidiperlukan untuk membuat registrasi batu yangakan memudahkan identifikasi dan klasifikasi darimana kedudukan asli runtuhan batu tersebut.

Gambar : 3 Pengamanan dan registrasi

Batu runtuh

Gambar : 4 Pembongkaran batu Rawan runtuh

Page 54: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Rehabilitasi Candi Prambanan Pascagempa Sebagai Atraksi Wisata

54

Observasi kerusakan yang dilakukan pascagempa diketahui bahwa kerusakan yang terjadi padasetiap candi mempunyai karakteristik tersendiri yangdipengaruhi oleh sistem dan metode pemugaran yangtelah dilakukan sebelumnya. Jenis kerusakan terdiridari kerusakan yang bersifat material dan kerusakanyang bersifat struktural. ( gambar 6 )

Meskipun demikian kegiatan observasitersebut masih bersifat kwalitatif , hal ini mengingatkondisi pasca gempa pada waktu itu di mana masihbanyak batu yang berserakan di halaman dan lorong-lorong candi yang menjadi hambatan tersendiridalam melakukan observasi. Di samping itu masihbanyak batu runtuh yang tersangkut di bagian atapsehingga sangat berbahaya bila terjadi gempa susulan.Dengan kondisi seperti itu maka belummemungkinkan untuk melakukan observasi secaradetail. Observasi secara detail baru dapat dilakukansetelah pengamanan batu runtuh dan pembongkaranstruktur yang rawan runtuh /miring selesai dilakukan.

Dengan selesainya kegiatan yang bersifatrescue selanjutnya dilakukan perencanaan yang lebihteliti, detail dan komprehensif yang melibatkanbidang ilmu terkait, untuk memformulasikan dan

Gambar 5 Grid reruntuhan batu di halaman

Candi Prambanan

Gambar 6 : Kerusakan struktural dan material

Page 55: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

55

Rehabilitasi Candi Prambanan Pascagempa Sebagai Atraksi Wisata

menentukan langkah pemulihannya (recovery).Untuk keperluan tersebut, telah dilakukan StudiTeknis Pelestarian Candi Prambanan yangmelibatkan ahli di bidang Arkeologi, Teknik Sipil,Geologi, dan Geofisika . Kegiatan indilakukan bulanjanuari s/d Maret 2007.

Hasil studi tersebut selanjutnyadipresentasikan dalam International ExpertMeeting yang diselenggarakan DepartemenKebudayaan dan Pariwisata bekerjasama denganUnesco di Hotel Mercure Tgl 4 s/d 8 Maret 2007.Kegiatan ini kemudian ditindaklanjuti denganNational Technical Meeting. Dalam ExpertMeeting berhasil disusun Action Plan untukRehabilitasi Candi Prambanan jangka pendek,menengah dan panjang. Salah satu program yangtidak boleh dilupakan karena sangat terkaitdengan kubutuhan masyarakat adalah manajemenpengunjung (visitor management). Meskipundalam tahap recovery, manajemen pengunjungtetap direncanakan untuk memberikan akses bagikeperluan pendidikan, pengembangan ilmupengetahuan dan pariwisata, sehingga masyarakat

Gambar 7Penelitian arkeologi

Gambar 8 Penelitian Geo listrik

Peneletian Geoteknik

Penelitian Geo radar

Page 56: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Rehabilitasi Candi Prambanan Pascagempa Sebagai Atraksi Wisata

56

masih tetap bisa memanfaatkan Candi Prambananselama kegiatan rehabilitasi berlangsung.

Disamping itu dalam action plan juga memuatperencanaan pemberdayaan dan penigkatanapresiasi masyarakat sekitar. Hal ini mengingat peranmasyarakat sekitar dalam pelestaria kawasan cagarbudaya sangat penting.

Kegiatan recovery kompleks CandiPrambanan pasca gempa secara bertahap dilakukanmengingat sebagai obyek pariwisata yang sangatpotensial, termasuk salah satu destinasi utama wisatabudaya di Indonesia disamping Candi Borobudur.

Kerusakan akibat gempa secara signifikantelah menurunkan jumlah kunjungan pariwisatasampai 50%. Secara makro penurunan tersebuttelah mengurangi devisa negara dari sektorpariwisata. Sedangkan secara mikro penurunanjumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupunasing mempengaruhi lumpuhnya perekonomianmasyarakat sekitar (community) yang sangatmenggantungkan kehidupannya dari sektorpariwisata. Sektor pariwisata selama ini telahmemberikan dampak multiplier efek yang sangatmempengaruhi pertumbuhan ekonomi masyarakatsekitar. Namun penurunan jumlah kunjungan tersebuthanya bersifat sementara, karena dengan publikasiyang dapat dipertangungjawabkan tetang kondisipasca gempa, mulai tahun 2007 peningakatan jumlahkunjungan meningkat secara signifikan melampauijumlah kunjungan sebelum terjadi gempa.Fenomena ini menunjukkan bahwa kegiatanrecovery tidak mengurangi minat pengunjung,namun justru menjadi atraksi yang mempunyaidaya tarik tersendiri karena masyarakat dapatsecara langsung melihat kegiatan pelestariancandi. Hal ini tentunya akan menambah wawasanmasyarakat tentang pelestarian cagar budaya.

Daftar Pustaka :Anonim, Laporan Kegiatan Observasi, 2006Anonim, Laporan Kegiatan Penyelamatan, 2006Anonim, Laporan Studi Tehnis Candi Wahana,2006Anonim, Laporan Studi Tehnis Candi Tri Murti,2007Anonim, Laporan Recovery Candi Garuda,2008

Gambar 9Kegiatan Pembongkaran atap Candi garuda

Penulis : Kasubag TU BP3 Yogyakarta

Page 57: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

57

Pelaksanaan Emergency dan Rehabilitasi Pascagempa

1. Pemugaran Situs TamansariKegiatan Emergency Gapura Panggung, GapuraAgung, Pulo Panembung, Pulo Kenanga dandinding pagar sisi utara di PesanggrahanTamansari serta gapura Jalan Langenastran Kiduldimaksudkan untuk mencegar runtuhnyabangunan.Kegiatan Emergency dilakukan berdasarkan skalaprioritas

1. Gapura PanggungKerusakan Gapura Panggung yangdiakibatkan gempa berupa retakan-retakan pada dinding dan pipi tangga.Keretakan pada sudut pipi tanggadilakukan pengupasan dan ditambalkembali dengan bahan grouting. Padabagian yang retak ditutup spesi dan diberilubang injeksi. Retakan pada dinding atasgapura ± 1 m diatas lantai berupakeretakan horisontal.. Dalam pelaksanaankegiatan ini meliputi penambalan bagiandinding ornamen yang patah, retak danmengelupas. Ornamen yang mengelupasditambal kembali sesuai dengan bentuksemula. Sedangkan retakan-retakanhorisontal ditambal dengan acian dandiberi lubang injeksi.

2. Gapura AgungPelaksanaan kegiatan emergency meliputikegiatan pemasangan besi penguat tekangeser ke arah barat. Akibat gempamenyebabkan dinding atas ornamenmiring ke arah barat. Untuk mengurangiposisi vertikal ± 3º diberi perkuatan yangdipasang diatas lantai berbentuk Truss(segitiga). Harapannya dapat menahanbagian dinding atas agar kemiringannyatidak bertambah. Pelaksanaan groutingmeliputi penambalan bagian dindingornamen yang patah, retak danmengelupas.

Kegiatan injeksi di Gapura Agungmeliputi keretakan yang masuk padaornamen ataupun pada retakan horisontaldasar dinding ornamen. Bahan yangdigunakan adalah pasta semen dicampursekamen (pengganti strobon)

PELAKSANAAN EMERGENCYDAN REHABILITASI

PASCAGEMPA

Page 58: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

58

Pelaksanaan Emergency dan Rehabilitasi Pascagempa

3. Pulo PanembungPelaksanaan kegiatan emergency untukPulo Panembung meliputi pemasanganstruktur penguat (latiu) yang terletakdiatas ambang jendela dengan perkuatancor beton. Pemasangan batu bata padadidinding bertujuan untuk memperkuatdinding yang telah rusak / patah akibatgempaKegiatan grouting adalah pengupasanplesteran yang rusak pada dinding yangpatah/ retak. Setelah pengupasan diplesterkembali pada bagian tertentudengan kawat kasa dan campuran bahangrouting mortar semen (sika grouting215).

Kegiatan lain yaitu injeksi pada dinding-dinding yang retak pecah ditutup padaalur yang retak/pecah dan diberi pipa

untuk injeksi yang digunakan adalah pastasemen dicampur dengan cairan sika semen.

4. Pulo KenangaPelaksanaan kegitan emergency pada PuloKenanga meliputi pemasangan strukturpenguat pada bagian luar bangunan baratyang masih tersisa meliputi pembuatanperkuatan dengan baja.Kerusakan

5. Gapura Pulo Kenanga sisi selatanKerusakan gapura Pulo Kenanga beruparetakan-retakan struktur pasangan bata,pengelupasan spesi dan kerapuhanmaterial keretakan pada sudut-sudut pilarakibat dari gerakan gempa yangmenyebabkan terjadinya gaya puntir padapersendian pilar gapura sehingga terjadikeretakan horisontal dan vertikal.Adapun penanganan Gapura PuloKenanga dengan cara dipasangperkuatan-perkuatan berbentukpenyangga.

Page 59: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

59

Pelaksanaan Emergency dan Rehabilitasi Pascagempa

6. Dinding Pagar Situs TamansariKerusakan dinding pagar situs Tamansariadalah akibat getaran gempa denganruntuh sebagian. Kerusakan tersebutkarena susunan/sistem dinding strukturbiasa dengan spesi yang tidak cukupmerekat pada bata-bata yang tersusun,sehingga kerusakan membelah strukturdinding pasangan bata dari atas hingga kedasar permukaan tanah.Jenis kerusakan pasangan bata padadinding pagar dimungkinkan kelemahanstruktur, terutama pada ikatan spesi yangsangat rapuh, serta sistem (bentuk)susunan yang tidak memenuhi syaratteknis (kaidah-kaidah tertentu).

2. Pemugaran Makam ImogiriHasil pendataan yang dilakukan menunjukkan

bahwa kerusakan pada bangunan kompleks makamImogiri adalah roboh, melesak, miring, retak danpengelupasan. Penanganan yang dilakukan padakompleks makam Imogiri adalah pemugaran atauyang disebut rehabilitasi, konsolidasi, rekonstruksidan preservasi. Rekonstruksi dilakukan pada hampirsemua bangunan yang roboh, bangunan yang terbuatdari batu putih, bata merah, baik berlepa maupuntidak. Untuk bangunan bata berlepa digunakanmaterial bata pengganti yang kualitasnyamendekati kualitas asli. Sedangkan material batuputih yang ditampakkan (expose) menggunakanbatu yang kualitasnya sama. Secara keseluruhanpemugaran dilakukan oleh BP3 DIY dan DinasKebudayaan DIY.Sasaran PemugaranSasaran pemugaran kompleks Makam PajimatanImogiri oleh BP3 DIY difokuskan pada :

1. Astana Besiyaran2. Astana Pakubuwanan3. Astana Saptarengga

Pekerjaan yang dilaksanakan pada ketiga Astanameliputi : Gapura, yang meliputi gapura halamanI, halaman II dan halaman III, Dinding Pagar,Dinding Teras serta Tangga dan jalan akses.Pelaksanaan Pemugaran

1. Tahap Persiapan, meliputi : Memperbaikibangunan Patehan yang terletak di selasarAstana Pakubuwanan untuk dijadikankantor yang terdiri atas ruangadminustrasi, ruang gambar, gudang dandapur, Melaksanakan pengadaan bahandan alat, Menyiapkan tenaga kerja yangpelaksanaanya secara bertahap sertaPerencanaan teknis pemugaran

2. Tahap Pemugaran GapuraSasaran pemugaran gapura meliputi halaman I, IIdan III Astana Besiyaran, Gapura halaman III Astana

Page 60: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

60

Pelaksanaan Emergency dan Rehabilitasi Pascagempa

Pakubuwanan dan gapura halaman III AstanaSaptarengga.Gapura yang dipugar dengan sistem rehabilitasiadalah gapura halaman II Astana Besiyaran dangapura halaman III Astana Saptarengga. Gapurahalaman II Astana Besiyaran dalam kondisi rusakberat, antara lain retak-retak dan deformasi mulaikomponen dinding bagian tubuh sampai denganatap, sedangkan gapura halaman III AstanaSaptarengga telah runtuh, tinggal sebagiankomponen tubuh bagian bawah yang masih insitu.Pemugaran gapura yang dilaksanakan dengansistem konsolidasi adalah gapura halaman IIIAstana Pakubuwanan, gapura halaman I dangapura halaman III Astana Besiyaran. Kerusakanyang terjadi hanya pada bagian dinding tubuhyaitu patah dan deformasi. Konsolidasi yangdilaksanakan adalah memasang konstruksipenguat berupa struktur beton bertulang padabagian tubuh gapura.

3. Pemugaran Dinding PagarPelaksanaan pemugaran dinding pagar secarateknis tergantung pada jenis kerusakan dan tingkatkerusakan yang terjadi. Adapun kerusakan yangada pada dinding pagar adalah retak, retakdisertai geser dan miring, roboh sebagian, bahanpenyusun rapuh sebagian serta plesteran rapuhdan mengelupas. Penanganan pemugaran dindingpagar yang retak dilakukan dengan membukaretakan plesteran.

Pemugaran dinding yang retak, geser serta miringkondisinya rawan runtuh dibongkar dan digantidengan struktur baru pasangan bata atau batu putihsesuai aslinya. Perkuatan dinding pagar baru denganperbaikan pondasi dan pasangan konstruksi penguatbeton bertulang. Penanganan kerusakan diatasidengan cara konsolidasi yaitu memasang kolombeton bertulang ditambah angkur sebagai pengingatkolom tanpa membongkar dinding, konsolidasidengan memasang kolom balok ring dan betonbertulang serta konsolidasi dengan memasangkolom, balok sloop, balok ring beton bertulang.Pemugaran dinding yang roboh sebagian dilakukandengan cara memasang konstruksi penguat kolom,balok sloop, balok ring, beton bertulang sertaperbaikan pondasi. Perbaikan pondasi dilakukandengan cara memberi lapisan pasir dibawah pondasisetebal ± 10 cm kemudian diatasnya dipasangpasangan batu kali berspesi.Pemugaran dinding pagar yang bahanpenyusunnya rapuh sebagian dilakukan dengancara membongkar pasangan bata dan spesi yangrapuh diganti dengan pasangan bata berspesi yangbaru.Konsolidasi Tangga dan Jalan Akses dilakukandengan sistem konsolidasi yaitu memperbaikistruktur pasangan bata dan perbaikan plesterandengan plester baru.

Pelaksanaan dan Sasaran PreservasiPreservasi dilakukan pada bangunan yang kondisieksistingnya masih dapat dipertahankan. Untukbangunan kayu yang lapuk atau kerusakannyamencapai 80% dilakukan penggantian.Sedangkan bangunan kayu yang masih bisadipertahankan, tetap dipertahankan dengan sistempenambalan. Penambalan kayu dilakukan dengantahapan, pemotongan dan pemahatan kayu,pembersihan, penyemprotan obat anti rayap,

Kegiatan pemlesteran dinding

Page 61: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

61

Pelaksanaan Emergency dan Rehabilitasi Pascagempa

penyambungan kayu serta kamuflase, untukmenyamarkan sambungan kayu.

Untuk mengantisipasi pertumbuhan mikroorganismedipergunakan bahan tradisional sebagai bahanpembunuhnya yaitu dengan menggunakan campurantembakau, batang pisang dan cengkih yang direndamdalam air selama 2x24 jam. Adapun MetodePreservasi dilakukan meliputi tahapan sebagaiberikut :

· Pembersihan mekanis kering, menggunakansikat ijuk dan pembersihan mekanis basah

· Pembersihan chemis dengan menggunakanSC 322 dan penyikatan denganmenggunakan sikat dan diguyur dengan airberulang-ulang hingga pH air normal

· Treatment dengan bahan Hyvar XL danHyamine yang dilarutkan dalam air,kemudian disemprotkan ke seluruh bagian.

Kegiatan pembersihan mekanis

Gapura Saptarengga

3. Pemugaran Masjid Makam KotagedeKegiatan Rehabilitasi Masjid Gede MataramKotagede

Masjid dan makam Kotagede merupakansalah satu BCB yang juga terkena dampak gempabumi. Oleh karena itu, juga dilakukan berbagaipenanganan rehabilitasinya. Pelaksanaan rehabilitasidilakukan tetap mempertahankan prinsip-prinsiparkeologis (keaslian desain, bahan, teknologipengerjaan, tata letak serta konteks lebih luas) danprinsip teknis (efektif, efisien, aman dan bersifatilmiah). Pemugaran yang dilakukan terhadap MasjidKota Gede dan makam yang rusak akibat GempaTektonik 27 Mei 2006 bersifat rehabilitasi yangdiikuti dengan upaya konsolidasi dan konservasimaterial ( kayu). Pemugaran dilakukan oleh BP3DIY dan Dinas Kebudayaan Propinsi DIY. Kegiatanpemugaran tahun 2007 oleh BP3 DIY antara lain:1. Kegiatan Rehabilitasi masjid meliputi :

· Pembongkaran dan Kegiatan PlesteranPembongkaran plester dilakukan sebagaiupaya treatment untuk mencegah tumbuhnyajamur maka dilakukan pengecatan dengansemen putih. Volume pembongkaranplesteran sebesar 160 m².

· Pembongkararan dinding serambi sisi tiimur,pawestren dan kanopi dan kegiatan plesteran. Volume kegiatan pembongkaran dindingsebesar 46,5 m³, namun dalam realisasinyaterdapat penambahan sebesar 6,5 m³sehingga volume keseluruhan menjadi 40,27m³. Pemasangan kembali bata yang telahdibongkar mengacu pada prinsip keaslian

Daftar PustakaLaporan Akhir Pemugaran Kagungan DalemPasareyan Pajimatan Imogiri, BP 3 Yogyakarta, 2007

Page 62: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

62

Pelaksanaan Emergency dan Rehabilitasi Pascagempa

Kegiatan pembongkaran struktur pagar

Pemasangan kembali batu-bata

Kondisi sebelum dilakukan pemugaran

atau sesuai dengan nomor urut kodefikasi yangdilakukan sebelum pembongkaran. Untukcampuran spesi digunakan PC, pasir, kapurdan semen merah dengan perbandingan 1 : 1:1 : 5.

· Pembongkaran langit-langit. Volumepembongkaran langit-langit sebesar 25 m²

2. Konservasi, meliputi :· Pengawetan Kayu. Volume keseluruhan

kegiatan pengolesan profos adalah 43.2571m²

· Injeksi Resin.· Pelapisan Bahan Kedap Air menggunakan

bahan Araldite Tar. Volume pengolesan

araldite tar keseluruhan adalah 18.7577 m².

Pemugaran tahun 2008 dilakukan di dindingPagar Bangsal Dudo Sisi Selatan dan Gapura sisiSelatan turut mengalami kerusakan akibat gempa padatanggal 27Mei 2006 oleh karena itu diperlukan suatukegiatan pemugaran agar beberapa komponenbangunan yang terkena dampak gempa dapatdiperbaiki. Kegiatan pemugaran ini dilaksanakanselama 70 (tujuh puluh) hari kerja mulai Bulan Aprilhingga Juni 2008 dengan volume pekerjaan sebesar

525,16 m3/120m2. (Redaksi)

Page 63: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

63

Berita Kegiatan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta

1. Pemugaran Pagar I Sisi Timur BagianUtara Candi Barong

Candi Barong secara administratif beradadi Dusun Candisari, Sambirejo, Prambanan,Sleman. Candi barong merupakan candi bercorakHindu dengan halaman yang terbagi menjadi tigabagian yang ditata semakin meninggi ke bagianbelakang. Teras ke tiga yakni teras paling atasmerupakan halaman yang paling suci. PemugaranCandi Barong telah dimulai sejak tahun 1985hingga saat ini. Pemugaran yang telah selesaiadalah pada talud serta dua buah candi induk.Berdasarkan data yang ada kompleks candiBarong dikelilingi pagar keliling, namun pagarkeliling ini hanya tersisa di sisi timur. Pagar kelilingcandi Barong berupa struktur batu putih dengansistem dinding ganda, yakni dengan batu isian ditengahnya. Sisa pagar sisi timur memiliki panjang+ 110 m. Pagar sisi timur ini pernah dipugar padatahun 2005 yakni pada pagar bagian selatan(volume 70 m). Secara keseluruhan pagar inimemiliki dimensi, tinggi 270 cm, tebal pondasi100 cm dan tebal dinding 75 cm. Kondisi awalpagar pada saat dipugar menampakkan sisastruktur yang masih intact, khususnya batu lapispertama dan kedua. Secara keseluruhan sisastruktur terdeformasi ke arah barat.

Kegiatan pemugaran tahun 2008 merupakankelanjutan kegiatan pemugaran tahun 2005.Pemugaran pagar sisi timur bagian utara inimerupakan salah satu tahap pemugaran CandiBarong yang ke XXII. Sasaran kegiatanpemugaran yaitu pada pagar candi Barong sisitimur dengan volume 262,4 m3 yang dilaksanakanselama bulan April sampai dengan September 2008.

2. Pemugaran Pagar Keliling Sisi SelatanDan Barat Candi Ijo

Kompleks Candi Ijo secara administratifberada di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo,Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Padasitus ini terdapat 17 gugusan candi dan batur yangtersebar pada 11 teras. Selain bangunan candi danbatur, pada situs Candi Ijo ini juga dijumpai sisa-sisa struktur talud dan pagar khususnya pada teraske-11. Teras ke-11 merupakan halaman utama darikeseluruhan kompleks percandian. Di halaman ini

BERITA KEGIATAN DI BALAI PELESTARIANPENINGGALAN PURBAKALA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Eksisting sisa struktur pagar sisi timur setelahdilakukan kegiatan penggalian

Kegiatan pembongkaran batu-batu pagar

Page 64: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

64

Berita Kegiatan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta

dijumpai satu buah candi induk menghadap ke arahbarat dengan tiga buah candi perwara yang beradadi depannya. Pada halaman ini dibatasi oleh pagaryang diperkuat dengan talud pada sisi utara, barat,timur dan selatan. Pada umumnya, secara konseptualkeberadaan pagar merupakan batas antara zonasakral dan profan.

Sebagai upaya pelestarian, BP3Yogyakarta melakukan kegiatan restorasi pagarkeliling berdasar data yang masih tersisa. Padatahun 2005 telah dilakukan pemugaran pagar sisitimur. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan denganmemugar sebagian pagar sisi selatan di tahun2006, namun karena terjadi gempa bumi pada 27Mei 2006 kegiatan ini dihentikan. Selanjutnyapada tahun 2008 dilanjutkan memugar pagar sisiselatan dan barat. Kegiatan pemugarandilaksanakan selama 6 bulan yakni bulan Maret

sampai dengan September 2008 dengan volumepekerjaan sebesar 502 m3/150 m2. Di dalamkegiatan pemugaran ini dilakukan penambahanperkuatan struktur baru. Hal ini perlu untukdilakukan karena kondisi struktur pagar dan tanahaslinya telah mengalami penurunan hingga + 70cm.

3. Pemugaran Lantai Teras I Dan DindingTeras II Sisi Barat Candi Pembakaran

Kegiatan pemugaran Situs Ratu Bokotahun 2008 adalah memugar lantai teras I dandinding teras II sisi barat Candi Pembakaran.

Candi Pembakaran berfungsi sebagai bangunan suciyang berhubungan dengan upacara keagaamaan.

Kondisi pagarsisi selatansebelumdibongkar

Kegiatan pembongkaran sisa struktur pagar

Kegiatan pemasangan batu-batu pagar

Lantai teras I dan dinding teras II sisibarat selatan tangga Candi Pembakaran

sebelum dilakukan pemugaran

Page 65: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

65

Berita Kegiatan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Pembakaran merupakan bangunan berbentukbatur yang menghadap kearah barat. Bangunan yangberukuran 22,49 m x 22,88 m dengan tinggi batur 3meter tersebut terdiri dari dua buah undak, ditengah-tengahnya terdapat sumuran dengan ukuran 1,58 mx 1,58 m dengan kedalaman 2 meter. Adanyasumuran pada batur tersebut memberikan indikasibahwa bangunan suci tersebut bersifat Hindu. Padatahun 1943, bangunan Candi Pembakaran telahdirekonstruksi. Namun upaya ini belum banyakmengembalikan batu-batu candi yang berbahanbatu andesit, karena batu-batu tersebut belumbanyak ditemukan. Upaya pemugaran telahdilakukan sejak tahun 2002. Pemugaran dindingteras I termasuk tangga naik Candi Pembakarantelah diselesaikan pada tahun anggaran 2007.Dengan demikian bagian bangunan CandiPembakaran yang belum dipugar adalah lantaiteras I sisi barat dan keempat sisi dinding terasII. Adapun volume kegiatan pemugaran lantaiteras I dan dinding teras II sisi barat CandiPembakaran adalah sebesar 140,8 m3/140 m2 yangdilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli2008.

Kegiatan pembongkaran sisa bangunan danpenggalian tanah

Berita Temuan1. Arca Agastya dan fragmen lingga

Pada tanggal 12 Januari 2008 di DusunGodegan, Tamantirto, Kasihan, Bantul ditemukanarca Agastya pada kedalaman 1,50 m sewaktudilakukan penggalian tanah untuk membuat sumurdi rumah Ir.Supracaya.

Temuan Arca Agastya

Page 66: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

66

Berita Kegiatan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta

Arca Agastya/Siwa Mahaguru merupakan salah satuaspek dari Dewa Siwa. Arca berukuran tinggi 76cm, lebar 43 cm, tebal 29 cm. Selain itu ditemukanpula fragmen lingga dengan ukuran tinggi 43 cm,diameter 14 cm, bagian bawah berukuran 15 x 17cm. Keduanya terbuat dari batu andesit.

2. Arca Nandi dan JaladwaraPada tanggal 12 Desember 2007 di dusun

Ngentak Mejing, Jogotirto, Berbah telah ditemukanarca Nandi, jaladwara dan sejumlah blok batu putihlepas di area penambangan pasir sisi utara KaliOpak.

Arca Nandi terbuat dari batu andesit dengan ukuranpanjang 70 cm, lebar 32 cm, tinggi 34 cm,sedangkan jaladwara terbuat dari batu andesit yangberukuran panjang 57 cm, lebar 13 cm, tinggi 29cm. Ditempat tersebut juga pernah ditemukan tigabuah jaladwara, fragmen arca serta buis dari batuputih pada bulan januari 2007

3. Doorpel Berhias KalaPada bulan Juni 2008 di dusun Palgading

ditemukan doorpel dan sebuah batu berlis sewaktuwarga melakukan kerja bakti membuat pagarmakam di dusun tersebut. Lokasi temuan tersebutberada 100 m dari situs Palgading. Doorpel terbuatdari batu andesit yang berukuran panjang 94 cm,lebar 27 cm, tebal 43 cm.

Benda tersebut dalam keadaan baik (utuh) denganhiasan kala yang halus.pengerjaannya. Batu yang dipergunakan kualitasnyajuga sangat bagus.

4. Struktur batu putih di Candi BanyuniboPada tanggal 16 Juni 2007 di lokasi

pembangunan PT Mega Andalan Kalasanditemukan susunan batu putih ketika sedangdilakukan pembuatan lubang untuk kolom cakarayam. Struktur batu putih tersebut ditemukan

Temuan Fragmen Lingga

Temuan Nandi

Temuan Jaladwara

Temuan Doorpel

Page 67: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

67

Berita Kegiatan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta

pada kedalaman 52 cm dari permukaan tanah. Struktur menampakkan dua buah batu berjajarmembujur utara selatan, satu buah di dinding barat dan sebuah batu lainnya di dinding sebelah timur.Kemungkinan struktur ini merupakan kelanjutan dari salah satu temuan struktur yang pernah diteliti olehBalai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta pada tahun 1977. (Redaksi)

Temuan Struktur Batu Putih

Temuan struktur batu putih setelah diangkat

Page 68: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

68

Penghargaan Pelestari Benda Cagar Budaya

Pertimbangan umumDaerah Istimewa Yogyakarta merupakan

daerah yang kaya akan potensi warisan budayadan memiliki entitas (tata pemerintahan berbasiskultural), sekaligus identitas lokal berupa nilaireligi, nilai spiritual, nilai filosofis, nilai etika, nilaiperjuangan, nilai kesejarahan dan nilai budayayang harus dijaga kelestariannya. Keberadaanwarisan budaya dalam bentuk Kawasan CagarBudaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya (BCB)di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta,merupakan kekayaan kultural yang mengandungnilai-nilai kearifan budaya lokal, nilai sejarah danilmu pengetahuan sebagai dasar pembangunankepribadian, pembentukan jati diri serta bentengketahanan sosial budaya masyarakat DaerahIstimewa Yogyakarta.

Untuk menjaga kelestarian KawasanCagar Budaya dan Benda Cagar Budayadiperlukan upaya pengaturan pengelolaan yangmenjadi tanggung jawab bersama semua pihak.Lestarinya berbagai potensi budaya tersebut padadasarnya merupakan wujud nyata kontribusiberbagai pihak sebagai pelestari aktif.

Kegiatan Penghargaan Pelestari BendaCagar Budaya (BCB) oleh Balai PelestarianPeninggalan Purbakala DIY dimaksudkan untukmemberikan penghargaan kepada :

· Masyarakat pemilik BCB yangmempunyai komitmen tinggi untuk tetapmelestarikan bangunan yang dimilikinya.

· Paguyuban atau kelompok masyarakat lokaldi kawasan-kawasan cagar budaya yangkonsisten berpartisipasi dalam pelestarianbenda cagar budaya dan kawasannya.

Adapun tujuannya adalah untuk mendorongmasyarakat agar bangga dan menumbuhkan“sense of belonging” yang tinggi di kalanganmasyarakat pemilik BCB. Pada kali ini,penghargaan diberikan kepada pemilik/pengelolabangunan-bangunan cagar budaya danpaguyuban/kelompok pelestari benda cagarbudaya.Penilaian terhadap bangunan didasarkan padabeberapa kriteria:

· Keaslian, yang mencakup : Interior,Design, Setting dan Material

· Kebersihan, yang mencakup : Bangunandan Lingkungan

· Pemanfaatan BCB· Kemandirian Pendanaan Pelestarian

dalam hal : Pemeliharaan dan Pemugaran· Organisasi / Manajemen

Adapun penilaian terhadap paguyuban/kelompokpelestari benda cagar budaya didasarkan pada :Eksistensi Lembaga, Frekuensi Kegiatan,Komunikasi Dengan Pihak BP3, KemandirianPendanaan dan Organisasi.

Bangunan Penerima Penghargaan :1. Bekas Markas Pusat Tentara Pelajar. Jl. Pakuningratan No. 38, Yogyakarta

Bangunan Markas Pusat Tentara Pelajarmerupakan bangunan yang mempunyai nilaisejarah tinggi. Pada masa kemerdekaan parapemuda berjuang merebut dan mempertahankankemerdekaan, tidak ketinggalan pula tentarapelajar mempunyai andil yang besar. Pelajar-pelajardi Daerah Yogyakarta mempunyai dua markas yaitu

PENGHARGAAN PELESTARI BENDA CAGAR BUDAYA

Page 69: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

69

Penghargaan Pelestari Benda Cagar Budaya

Markas Ikatan Pelajar Indonesia dan Markas PusatTentara Pelajar.

Markas Pusat Tentara Pelajar mempunyai sejarahdalam proses tegaknya Negara Republik Indonesia,antara lain berfungsi sebagai : tempat rapat bagitentara pelajar, tempat berkumpulnya para pemimpinpelajar pejuang dari tingkat pusat dan tempatkomunikasi tentara pelajar dari seluruh Jawa.Bangunan ini telah ditetapkan sebagai cagar budayadengan SK Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia No. 0777/M/1987.

2. RS Mata Dr. Yap. Jl. Cik Ditiro No. 5, Yogyakarta

Rumah Sakit Mata “Dr. Yap” didirikantanggal 21 November 1922 oleh Sri SultanHamengku Buwana VIII. Hal ini berdasarkanprasasti yang berada pada dinding teras bawahsisi barat berbentuk persegi bertuliskan DEEERSTE STEEN GELEDG DOOR Z.HHAMENGKOE BOEWONO VIII OP DEN 21STEN NOV 1922 (peletakan batu pada tanggal21 November 1922). Arsitektur bangunanmerupakan perpaduan gaya kolonial yangdisesuaikan dengan kondisi lingkungan tropis. Atapyang tinggi dengan kemiringan tajam dan dihiasidengan menara kecil yang berfungsi sebagai ventilasiudara untuk ruang bawah atap. Jendela tinggi danlebar terbuat dari kayu dan berdaun pintu dua modelkupu-kupu.

Bangunan ini telah ditetapkan sebagai cagarbudaya dengan Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata No. PM.25/PW.007/MKP/2007.

3. GPIB Margomulyo. Jl. Jend. Ahmad Yani No. 5, Yogyakarta

Keberadaan bangunan gereja ini tidak lepaskaitannya dengan era Pemerintahan Hindia Belandadi Yogyakarta. Dari data sejarah diketahui bahwabangunan gereja diresmikan dan diberkati sebagaitempat ibadah pada hari Minggu tanggal 11 Oktober1857 oleh Ds. C.G.S. Begemann. Kemudian padahari Senin tanggal 10 Juni 1867 gedung gereja runtuhkarena dilanda gempa bumi sehingga bangunan yangberdiri sekarang ini bentuknya telah berbeda denganbangunan aslinya. Bangunan ini berdiri di atas tanahseluas 745 m2. Bangunan tersebut mempunyai corakIndis dan mencitrakan konteks budaya padazamannya. Pada bagian atap terdapat bentuklucarne (jendela kecil duduk di atas kemiringan atap,selain untuk hiasan juga untuk memberikan aliranudara pada ruang dalam atap) pada sisi selatan yangjuga terbuat dari seng. Secara keseluruhan, bangunangereja terdiri atas tiga ruangan yang membujur daritimur ke barat, yakni ruang depan atau porch, ruangutama atau nave (ruang ibadah) dan ruang pastori.

Sebelum memasuki ruang depan, terdapatpintu masuk dengan bentuk kupu tarung dari bahankayu jati. Pada bagian atas pintu terdapat vousoir(unit-unit batu yang disusun dalam bentukmelengkung di atas gerbang, pintu atau jendela).

Page 70: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

70

Penghargaan Pelestari Benda Cagar Budaya

Bangunan ini telah ditetapkan sebagai cagarbudaya dengan Peraturan Menteri Kebudayaan danPariwisata No. PM.25/PW.007/MKP/2007.

4. Klenteng Gondomanan. Jl. Brigjen. Katamso No. 3, Yogyakarta

Bangunan Vihara Buddha Prabha (klenteng)ini diperkirakan didirikan pada tahun 1846 olehmasyarakat Cina di Yogyakarta. Semula nama asliKlenteng ini adalah Hok Tik Bio. Berdasarkanelemen-elemen patung yang terdapat pada bangunan,Klenteng Gondomanan mempunyai dua fungsisebagai Klenteng Konghucu dan Vihara Budha.Bangunan ini mencitrakan arsitektur khas Cina, baikbentuk, warna maupun ragam hiasnya. Klenteng inimenghadap ke barat, pintu masuk menuju halamanmelalui pintu gerbang bagian atas

berbentuk lengkung kurawa terbuat dari besi, padalengkungan pintu ini dipergunakan sebagai tumpuanlampu penerangan. Untuk masuk ke dalam Klentengmelewati tangga yang di kanan kiri tangga terdapat

pipi tangga. Bangunan teras depan berukuran 10 x8 m, mempunyai pagar dan pintu dengan dua tiangpenyangga atap berbentuk segi enam. Pada dindingteras sisi selatan dan utara terdapat dua panelbergambar seekor naga yang muncul dari dalam air.Pada tiang semu terdapat lukisan ayam merak. Pintuutama dengan dua daun pintu berbentuk kupu-kupu,dihiasi lukisan dewa penjaga pintu. Di kanan kiri pintuutama terdapat lukisan hewan tentang kehidupanmanusia. Bubungan atap berbentuk pelana,terdapat hiasan dua ekor naga saling berhadapan.Bangunan ini telah ditetapkan sebagai cagarbudaya dengan Peraturan Menteri Kebudayaandan Pariwisata No. PM.25/PW.007/MKP/2007.

5. Gereja SantoYusup Bintaran. Jl. Bintaran Kidul No. 5, Yogyakarta

Gereja yang didirikan pada tahun 1934 iniadalah hasil karya arsitek J.H. Van Oyen,merupakan gereja pertama yang diperuntukkanbagi orang-orang pribumi di wilayah Bintaran danbagian tenggara Kota Yogyakarta. Mgr.Soegiyapranoto pernah menempati gereja ini dan

sering menjalin komunikasi dengan para pejabatnegara seperti I.J. Kasimo, Presiden Soekarno dll.Pada masa perjuangan kemerdekaan tahun 1947-1948 digunakan sebagai tempat pengungsianpenduduk sekitar. Denah bangunan berbentukpersegi panjang ini mempunyai arsitektur gayaEropa. Gereja ini dibangun dengan konstruksibeton, bentuk atapnya melengkung, pada bagian atap

Page 71: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

71

Penghargaan Pelestari Benda Cagar Budaya

depan terdapat lonceng. Pada dinding gerejaterdapat tujuh puluh dua buah hiasan bulatan denganlingkaran cincin yang sekaligus berfungsi sebagaiventilasi. Bangunan St Yusup Bintaran diberkati dandiresmikan penggunaanya pada Hari Minggu 8 April1934 oleh Romo A. Th. Van Hoof Sj. sebagaipimpinan gereja katolik di Batavia. Bangunan initelah ditetapkan sebagai cagar budaya denganPeraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.PM.25/PW.007/MKP/2007.

6. Masjid Plosokuning. Ploso Kuning, Kel. Minomartani, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman.

Masjid Plosokuning diperkirakan dibangunpada masa Sri Sultan Hamengku Buwana III (1810-1811, 1813-1814). Merupakan salah satu dariMasjid Pathok Negoro (masjid yang didirikan disudut-sudut luar kota dan di tengah komunitasrakyat). Secara konsentris, kedudukan atau letaknyaberada di wilayah negorogung atau mengelilingikuthagara, dan sebagai pusatnya adalah Kraton.Secara arsitektural masjid Pathok Negoromerupakan

stereo type (miniatur) dari Masjid Gedhe Kraton(Kauman), yaitu tajug, menggunakan mustokomodel meru, di sekeliling masjid terdapat kolam dandi halaman terdapat tanaman sawo kecik. Sampaisaat ini Masjid Plosokuning dan lingkungannya masihmenjadi salah satu tempat kegiatan syiar agama, haltersebut dapat diketahui dari kehidupan

masyarakatnya yang religius dan di sekitar masjidpada awal abad XX kemudian tumbuh pondokpesantren. Bangunan ini telah masuk dalam inventarisbenda tak bergerak Balai Pelestarian PeninggalanPurbakala Yogyakarta.

7. Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran. Jl. Suryaden, No. 63 (Jl. Bantul, No. 63), Yogyakarta

Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran adalahhasil karya arsitek Van Oyen, gereja ini didirikandengan tujuan untuk menampung umat di Yogyabagian selatan dan Bantul utara. Hal ini disebabkankarena pada masa itu di Yogyakarta bagian selatanbaru ada satu Gereja Katolik yaitu di Ganjuran.Gereja ini diberkati dan diresmikan penggunaannyapada tanggal 8 Juli 1934 oleh Romo van Kalken,SJ. Selama masa Perang Kemerdekaan 19Desember 1948 sampai dengan 19 Juni 1949,menjadi tempat pengungsian dan perlindungan bagipenduduk di sekitar Gereja Pugeran. Disamping itu,di bawah Rama Sandiwanbrata, PR., tempat ini jugadifungsikan sebagai penghubung rahasia antara parapejuang gerilyawan perang kemerdekaan RI yangbergerak di dalam dan di luar kota Yogyakarta.Bangunan ini menggunakan atap tajug yang disanggaoleh empat sokoguru di tengah ruangan.

Keempat sokoguru tersebut melambangkankeberadaan empat penginjil yaitu Santo Mateus,

Page 72: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

72

Penghargaan Pelestari Benda Cagar Budaya

Santo Markus, Santo Yohanes, dan Santo Lukas.Sebagai saka guru gereja. Mencermati selubungtegak bangunan, maka nampak bahwa bangunangereja tersebut juga mengacu pada arsitektur barat.Disamping itu, di bagian depan terdapat porch danpintu masuk yang memiliki 2 lapis daun pintu denganmodel Eropa. Karakter budaya Jawa tidak hanyacorak arsitektur tetapi juga pada upacara-upacaraMisa Kudusnya. Dapat dikatakan bahwa bangunanGereja Pugeran ini merupakan gereja denganbangunan gaya tradisional yang dipadukan denganarsitektur barat. Bangunan ini telah masuk dalaminventaris benda tak bergerak Balai PelestarianPeninggalan Purbakala Yogyakarta.

8. Dalem Pakuningratan. Jl. Palawijan Ngasem No.12, Yogyakarta

Dalem Pakuningratan dibangun secarabertahap, atas perintah Sri Sultan HamengkuBuwana VII. Pertama kali didiami oleh PangeranPurboyo (Putra Mahkota) yang kemudian naik tahtamenjadi Hamengku Buwana VIII. Pada tahun 1912GRM. Darajatun (Hamengku Buwono IX) jugadilahirkan di dalem ini. Saat ini Dalem Pakuningratanditempati oleh dua keluarga ahli waris Kanjeng RatuPembayun (Istri BPH. Pakuningrat IV).

Dalem Pakuningratan terdiri dari beberapabagian bangunan baik yang ada di luar tembokmaupun di dalam tembok. Bangunan yang ada diluar tembok yaitu montoran yang terletak disebelahtenggara pintu gerbang (regol). Sedangkan yang di

dalam tembok adalah kuncungan, pendopo,pringgitan, ndalem ageng yang terdiri dari sentongkiwo, tengah dan tengen. Di kanan kiri ndalemageng terdapat bangunan gandok kiwo dan tengen.Serta terdapat bangunan paviliun, gadri, cekokandan keputren. Pada saat ini bagian gandok danpendopo dimanfaatkan sebagai fasilitas pendidikan.Dalem ini secara keseluruhan masih mempertahankanbentuk arsitektur aslinya. Bangunan ini telah masukdalam inventaris benda tak bergerak BalaiPelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta.

Organisasi penerima penghargaan :

1. Paguyuban Pelestari Benda dan Kawasan Cagar Budaya Kel. Patehan, Kraton2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kotabaru3. Yayasan Kanthil Kotagede

Misi dari paguyuban atau organisasi tersebutmeningkatkan kesadaran masyarakat dan akanpentingnya pelestarian kawasan cagar budayadan menjadi pelaku aktif dalam kegiatanpelestarian. Memberdayakan masyarakatuntuk berperan serta aktif serta penguatansumber daya manusia masyarakat untuk dapatmengelola pusaka budaya danmengembangkan secara berkelanjutan.

(Redaksi)

Page 73: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Page 74: Pengantar Redaksi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan