Upload
dangquynh
View
233
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS OPERASI, CORPORATE
GOVERNANCE, TINGKAT HUTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP PERSISTENSI LABA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat - Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Randi Radityo Putra
NIM: 1112082000030
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS OPERASI, CORPORATE
GOVERNANCE, TINGKAT HUTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP PERSISTENSI LABA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat - Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Randi Radityo Putra
NIM: 1112082000030
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
iii
PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS OPERASI, CORPORATE
GOVERNANCE, TINGKAT HUTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP PERSISTENSI LABA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Randi Radityo Putra
NIM: 1112082000030
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Yulianti, SE.,M.Si.
NIP.19820318 201101 2 011
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 10 Mei 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1 Nama : Randi Radityo Putra Pangestu
2 NIM : 1112082000030
3 Jurusan : Akuntansi
4 Judul Skripsi : Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate
Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Persistensi Laba
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Mei 2016
1. Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA.
NIP.19760924 200604 2 002
Penguji 1
2. Yulianti, SE.,M.Si.
NIP.19820318 201101 2 011
Penguji 2
v
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 19 September 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1 Nama : Randi Radityo Putra Pangestu
2 NIM : 1112082000030
3 Jurusan : Akuntansi
4 Judul Skripsi : Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate
Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Persistensi Laba
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 September 2016
1. Hepi Prayudiawan, SE., MM, Ak., CA
NIP.19720516 200901 1 006
Ketua
2. Yulianti, SE.,M.Si.
NIP.19820318 201101 2 011
Sekretaris
3. Yusro Rahmah, SE.,M.Si.
NIP.19800506 200801 2 016
4. Yulianti, SE.,M.Si.
NIP.19820318 201101 2 011
Pembimbing I
vi
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Randi Radityo Putra Pangestu
NIM : 1112082000030
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, September 2016
Yang Menyatakan,
(Randi Radityo Putra Pangestu)
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Randi Radityo Putra Pangestu
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 08 Januari 1994
3. Alamat : Jl. Benda Barat 8 B, Blok D 15 No.10
RT 04 RW 07 Pondok Benda, Pamulang,
Tangerang Selatan
4. Telepon : 085310050569
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Islam Al-Azhar 15 Pamulang Tahun 2000-2006
2. SMP Negeri 1 Pamulang Tahun 2006-2009
3. SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan Tahun 2009-2012
4. S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tahun 2012-2016
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Bendahara KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) SMA Negeri 2 Kota
Tangerang Selatan periode 2010-2011
2. Staff Divisi Keuangan ATK KOPMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
periode 2014
viii
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Tri Suwarto
2. Ibu : Pangestuti
3. Anak ke- : Ke-2 dari 2 bersaudara
ix
THE INFLUENCE OF ACCRUAL, OPERATING CASH FLOW,
CORPORATE GOVERNANCE, DEBT, AND FIRM SIZE ON EARNING
PERSISTENCE
ABSTRACT
The purpose of this research was found an evidences regarding the
influence of accrual, operating cash flow, corporate governance, debt, and firm
size on earning persistence.
This research based on purposive sampling method. The populations of this
research used property and real estate companies listed on the Indonesia Stock
Exchange (IDX) of 49 companies. Through the defined criteria and screening
data, selected a sample of 23 companies with 3 years observation. Hypothesis in
this research were tested by multiple regression analysis.
The results of this research indicated that accrual and operating cash flow
gave influence on earning persistence. While board independent, audit comitte,
debt, and firm size did not influence on earning persistence.
Keywords: earning persistence, accrual, operating cash flow, board
independent, audit comitte, debt, firm size
x
PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS OPERASI, CORPORATE
GOVERNANCE, TINGKAT HUTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP PERSISTENSI LABA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti mengenai pengaruh akrual,
arus kas operasi, corporate governance, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan
terhadap persistensi laba.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sebagai metode
pemilihan sampel. Populasi penelitian adalah perusahaan properti dan real estate
sebanyak 49 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan kriteria dan screening data, terpilih sampel berjumlah 23 perusahaan
dengan pengamatan selama 3 tahun. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa akrual dan arus kas operasi
berpengaruh terhadap persistensi laba. Sedangkan dewan komisaris independen,
komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
persistensi laba.
Kata Kunci: Persistensi laba, akrual, arus kas operasi, dewan komisaris
independen, komite audit, tingkat hutang, ukuran perusahaan
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance,
Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua saya, Tri Suwarto dan Pangestuti yang telah memberikan
semangat, motivasi dan pelajaran hidup yang sangat berharga serta doa dan
dukungan yang tidak pernah putus kepada penulis.
2. Kakak saya yang telah menyemangati dan memberikan banyak dukungan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc, MA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Rahmawati, SE.,MM. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis
selama menimba ilmu di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Yulianti, SE.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan waktu dan nasihatnya yang sangat berharga untuk membimbing
penulis selama menyusun skripsi.
8. Semua guru, dosen, dan pendidik yang telah memberikan ilmu-ilmu serta
nasihat-nasihat kepada penulis sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.
xii
9. Sahabat-sahabat Akuntansi B 2012, Hery, Mayeda, Fadil, Ilman, Rifai, Galih,
Farid, Revan, Fajar, Yudhi, Rita, Latul, Vivi, Farida, Fitri, Annisa, Dina,
Dita, Seren, Kia, Dara, Jian, Dwi, Nindy, Intan, terimakasih atas kekompakan
dan solidaritasnya selama ini.
10. Keluarga besar Akuntansi 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih
karena telah menjadi sahabat-sahabat yang menyenangkan selama ini.
11. Sahabat-sahabat KKN BATIK 2015, Labib, Farhan, Ardi, Safri, Fauzi,
Deden, Endang, Putri, Lolita, Aisa, Ayu, Emi, Aliyah, Stephi, Diah, Luthfia
terimakasih untuk kebersamaan dan pengalaman hidup yang berharga.
12. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuannya selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, September 2016
Randi Radityo Putra Pangestu
xiii
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM ............................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vii
ABSTRACT........................................................................................................ ix
ABSTRAK .......................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 12
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil ........................ 12
1. Teori Keagenan (Agency Theory) .................................................. 12
2. Persistensi Laba ............................................................................. 13
3. Akrual .......................................................................................... 15
4. Arus Kas ....................................................................................... 18
xiv
5. Corporate Governance .................................................................. 20
a. Dewan Komisaris Independen ................................................... 22
b. Komite Audit ............................................................................ 23
6. Tingkat Hutang.............................................................................. 25
7. Ukuran Perusahaan ........................................................................ 26
B. Penelitian Sebelumnya ....................................................................... 28
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 35
D. Perumusan Hipotesis .......................................................................... 36
1. Pengaruh besaran akrual terhadap persistensi laba ......................... 36
2. Pengaruh arus kas operasi terhadap persistensi laba ....................... 37
3. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap persistensi laba ... 38
4. Pengaruh komite audit terhadap persistensi laba ............................ 40
5. Pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi laba ......................... 41
6. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap persistensi laba ................... 42
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 44
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 44
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 44
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 45
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 46
1. Statistik Deskriptif ......................................................................... 46
2. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 46
a. Uji Normalitas Data .................................................................. 46
b. Uji Multikolinearitas ................................................................. 48
c. Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 49
d. Uji Autokorelasi ....................................................................... 50
xv
3. Koefisien Determinasi (R2) ............................................................ 51
4. Analisis Regresi Berganda ............................................................. 52
5. Uji Hipotesis ................................................................................. 53
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ................................. 53
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ............... 53
E. Operasional Variabel Penelitian ......................................................... 54
1. Variabel Independen (X). .............................................................. 54
2. Variabel Dependen (Y). ................................................................. 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 60
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 60
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ...................................................... 63
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .......................................................... 63
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................ 67
3. Hasil Koefisien Determinasi .......................................................... 75
4. Uji Hipotesis ................................................................................. 76
a. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ........................ 76
b. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ...... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 90
A. Kesimpulan ........................................................................................ 90
B. Saran.................................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 92
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 97
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya ..................................................................... 28
Tabel 3. 1 Tabel Operasional Variabel ............................................................... 59
Tabel 4. 1 Data Sampel Penelitian ...................................................................... 60
Tabel 4. 2 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) 96 sampel........... 61
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) 72 Sampel ........... 62
Tabel 4. 4 Hasil Uji Statistik Deskriptif .............................................................. 64
Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) ............................ 70
Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................ 71
Tabel 4. 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Glejser ................................................ 73
Tabel 4. 8 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test ....................................................... 74
Tabel 4. 9 Hasil Koefisien Determinasi .............................................................. 75
Tabel 4. 10 Hasil Uji Signifikansi Simultan : Uji Statistik F ............................... 77
Tabel 4. 11 Hasil Uji Signifikansi Individual : Uji Statistik t .............................. 78
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 35
Gambar 4. 1 Grafik Histogram .......................................................................... 68
Gambar 4. 2 Grafik Normal Probability Plot .................................................... 69
Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Scatterplot...................................... 72
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perusahaan Properti dan Real Estate yang Menjadi Sampel ............. 98
Lampiran 2 Data Perusahaan .............................................................................. 99
Lampiran 3 Hasil Perhitungan .......................................................................... 103
Lampiran 4 Hasil Output SPSS ........................................................................ 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban perusahaan
kepada pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan seperti
investor, kreditur, Pemerintah, dan masyarakat secara umum. Menurut
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia, tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan memuat berbagai informasi penting yang menjadi
dasar bagi pengguna untuk menilai perusahaan. Namun, dari seluruh
informasi yang disajikan, para investor cenderung hanya terfokus pada
informasi tingkat laba yang dihasilkan suatu perusahaan, hal tersebut juga
diungkapkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sloan (1996), yang
menjelaskan bahwa investor bersifat naif, yaitu investor hanya berpatokan
pada laba agregat saja.
Selain itu baik kreditor maupun investor, laba digunakan untuk
mengevaluasi manajemen, memperkirakan earnings power dan memprediksi
laba yang akan datang (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Kekuatan laba
(earnings power) terlihat pada tingkat laba perusahaan yang diharapkan akan
terjadi di masa depan, kekuatan laba diakui sebagai faktor utama dalam
2
penilaian perusahaan. Konsep kekuatan laba melihat stabilitas dan daya tahan
laba beserta komponennya (Subramanyam dan Wild, 2011).
Schipper dan Vincent (2003) menjelaskan bahwa kualitas laba digunakan
oleh investor dan kreditur sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi,
khususnya yang berkaitan dengan pengambilan keputusan pembuatan kontrak
(contracting decision), keputusan investasi (investment decision) dan
digunakan sebagai salah satu indikator kualitas laba yang dihasilkan para
pembuat standar (standard setters). Keputusan melakukan kontrak yang
didasarkan pada kualitas laba yang rendah menyebabkan terjadinya transfer
kesejahteraan yang tidak diinginkan oleh semua pihak.
Kualitas laba mengacu pada relevansi laba dalam mengukur tingkat
kinerja perusahaan. Penentu kualitas laba mencakup lingkungan usaha
perusahaan dan prinsip akuntansi yang dipilih oleh perusahaan
(Subramanyam dan Wild, 2010). Persistensi laba sering digunakan sebagai
pertimbangan kualitas laba karena persistensi laba merupakan komponen dari
karakteristik kualitatif relevansi yaitu predictive value (Jonas dan Blanchet,
2000).
Masalah agensi (perbedaan kepentingan) antara pihak investor dan
kreditor menjadi penyebab timbulnya keraguan pihak investor dan lenders
mengenai kemampuan laba untuk bertahan dimasa depan (persistensi laba)
sebagai ukuran pembuatan keputusan, monitoring, penghargaan kinerja, dan
pembuatan kontrak (Junawatiningsih dan Harto, 2014). Menurut Fanani
(2010), para pengguna laporan keuangan akan memusatkan perhatian mereka
3
terhadap persistensi laba. Jika laba tahun berjalan suatu perusahaan dapat
menjadi indikator yang baik untuk laba perusahaan di masa yang akan datang,
maka laba perusahaan tersebut merupakan laba yang persisten. Laba yang
semakin persisten menunjukkan laba semakin informatif, sebaliknya jika laba
kurang persisten, maka laba menjadi kurang informatif (Tucker dan Zarowin,
2006). Standar akuntansi memberikan kelonggaran dalam metode akuntansi
memberikan celah kepada pihak manajemen untuk berperilaku curang dalam
menyediakan informasi akuntansi yang tidak handal dan relevan bagi para
pemangku kepentingan (Boediono, 2005).
Salah satu contoh kasus terkait adanya penyimpangan akuntansi oleh
pihak manajemen terjadi pada tahun 2015 yang melanda salah satu
perusahaan besar dunia. Toshiba Corporation didera skandal akuntansi senilai
US$1,2 miliar. Temuan tersebut menyebabkan pengunduran diri pemimpin
perusahaan Hisao Tanaka dan dua eksekutif lainnya yaitu wakil presiden
Norio Sasaki dan mantan presiden Atsutoshi Nishida yang berperan sebagai
penasihat.
Pengunduran diri terjadi setelah laporan pihak ketiga menunjukkan
eksekutif puncak perusahaan menetapkan target keuntungan realistis yang
secara sistematis menyebabkan akuntansi cacat. Toshiba juga mengumumkan
Masashi Muromachi akan menjadi presiden sementara, dan akan
mengumumkan tim manajemen baru pada pertengahan Agustus dan akan
mengajukan laporan laba tahun fiskal 2014 pada 31 Agustus.
4
Perusahaan Toshiba terjerembab dalam skandal akuntansi terbesar di
negara itu sejak 2011. Laporan itu juga menyebutkan bahwa Tanaka dan
Sasaki, yang total masa kepemimpinan keduanya mencapai enam tahun,
berusaha untuk menunda pembukuan kerugian dan karyawan tidak mampu
untuk melawan perintah manajemen (Basari, 2015).
Contoh lain dapat dilihat dari sektor perbankan di Indonesia. PT Bank
Lippo Tbk, terindikasi melakukan pelaporan keuangan ganda tahun 2002 dan
PT Bank Century yang terindikasi memanipulasi berbagai transaksi fiktif
tahun 2008, yang mengakibatkan laba/rugi PT Bank Century Tbk mengalami
penurunan sangat drastis. Terjadinya berbagai kasus penyajian laporan
keuangan yang tidak semestinya ini mengakibatkan laba yang dilaporkan
perusahaan menjadi tidak persisten (Nurochman dan Solikhah, 2015).
Naik turunnya laba suatu perusahaan dengan tingkat perubahan
signifikan bahkan curam menyebabkan persistensi laba mulai dipertanyakan
(Fachrurrozie dan Kasiono, 2016). Ditambah lagi laba dalam laporan
keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik calon investor,
sehingga laba tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh manajemen
untuk mempengaruhi keputusan investor (Fanani, 2010).
Kasus penyajian laporan keuangan yang tidak sesuai dengan yang
sebenarnya, menunjukkan terjadinya kegagalan dalam menyampaikan
informasi laporan keuangan. Informasi laba yang merupakan bagian dari
laporan keuangan tidak dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Laba yang diharapkan dapat memberikan informasi
5
untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya.
Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja
manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan (Khafid, 2012).
Dapat dijabarkan, jika investor menaksir laba terlalu tinggi maka akan
mengakibatkan kompensasi yang berlebihan kepada manajer. Jika laba yang
ditaksir terlalu tinggi dapat menutupi kemampuan melunasi hutang yang
sesungguhnya serta dapat memberikan informasi yang menyesatkan bagi para
kreditor untuk melanjutkan pemberian pinjaman dana atau melakukan
penyitaan (Hayati, 2014).
Proses penyusunan laporan keuangan melibatkan pihak pengelola dalam
pengelolaan perusahaan, diantaranya adalah pihak manajemen, dewan
komisaris, dan pemegang saham. Kebijakan dan keputusan yang diambil oleh
mereka dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan terutama laba akan
menentukan kualitas laba (Khafid, 2012). Agar proses penyusunan laporan
keuangan menghasilkan informasi yang sesuai, maka diperlukan sistem
pengendalian untuk mencegah adanya perekayasaan laporan. Pengendalian
tersebut dewasa ini dikenal luas sebagai corporate governance (tata kelola
perusahaan) sebagai solusi mengatasi masalah keagenan. Corporate
governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan,
berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor
bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka
investasikan, corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk
menekan atau menurunkan biaya keagenan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
6
Contoh kasus pada sektor properti di Indonesia yang dengan sengaja
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan good corporate governance
yaitu terungkapnya kasus “mafia pailit”. Istilah “mafia pailit” terkait dengan
kesengajaan perusahaan properti memailitkan dirinya, kemudian memperoleh
kembali perusahaan tersebut berikut proyeknya dengan harga murah lewat
perusahaan rekanan atau partner. Indonesia Property Watch (IPW) mencatat,
hingga akhir Februari 2014, konsumen properti telah mengadukan 43 kasus
kepada IPW. Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda menyatakan, kasus
terbanyak melibatkan "mafia pailit" atau oknum yang sengaja memailitkan
perusahaan pengembang.
Contoh kasus "mafia pailit" adalah kasus Apartemen Central at
Kemanggisan atau yang sebelumnya disebut dengan Rusunami Kemanggisan
Residence pada tahun 2014. Kasus tersebut berawal dari putusan pailit atas
pengembang Rusunami Kemanggisan Residence, PT Mitra Safir Sejahtera
(PT. MSS), pada Februari 2012 lalu. PT MSS tidak membayarkan kembali
unit rusun yang telah dibeli secara lunas. Bahkan, ketika masalah ini belum
terselesaikan, pengembang baru bernama PT Berlian Makmur Properti (PT.
BMP) menjual unit yang telah dibeli calon penghuni. Selain itu, Apartemen
tersebut belum mengantongi izin perubahan peruntukan dari rusunami
menjadi apartemen (Diela, 2014).
Selain kasus tersebut, terungkapnya kasus kecurangan oleh perusahaan
publik di luar negeri seperti kasus Enron Corporation, Woldcom, Xerox,
Adelphia, Parmalat, dan di dalam negeri seperti Kimia Farma, Ades Alfindo,
7
Indofarma, merupakan contoh lain kasus tata kelola perusahaan. Untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut, mekanisme internal dan eksternal
corporate governance harus diterapkan dengan baik pada perusahaan-
perusahaan publik khususnya di Indonesia (Junawatiningsih dan Harto,
2014).
Dengan melihat beberapa kasus tersebut, sangat relevan bila ditarik suatu
pertanyaan tentang efektivitas penerapan corporate governance terkait
persistensi laba. Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci
dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian
hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang
saham dan stakeholders lainnya (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Hal tersebut
juga didukung oleh hasil survei yang dilakukan oleh Mc Kinsey dan Co.
(2002) dalam Windah dan Andono (2013) mengatakan bahwa para investor
cenderung menghindari perusahaan-perusahaan dengan predikat buruk dalam
corporate governance.
Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai persistensi laba sebagai
variabel dependen telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Khafid (2012), Arfan dkk. (2014), Kusuma dan Sadjiarto
(2014), dan Nurochman dan Solikhah (2015). Penelitian ini menggunakan
enam variabel independen, yaitu besaran akrual, arus kas operasi, dewan
komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan.
Variabel komponen akrual sebelumnya diteliti oleh Fanani (2010),
dengan hasil besaran akrual berpengaruh negatif terhadap persistensi laba,
8
sementara hasil yang dihasilkan oleh Fachrurrozie dan Kasiono (2016) ialah
akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Namun hasil yang
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Putri (2015) yang
berkesimpulan akrual tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba.
Kemudian variabel arus kas sebelumnya diteliti oleh Dewi dan Putri (2015),
dengan hasil arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba.
Hasil tersebut juga didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Arfan dkk.
(2014). Namun hasil berbeda didapat dari penelitian yang dilakukan oleh
Chowijaya dkk. (2014), yang menyatakan bahwa aliran kas operasi tidak
berpengaruh terhadap persistensi laba.
Variabel dewan komisaris independen dan komite audit diteliti
sebelumnya oleh Khafid (2012) dan Kusuma dan Sadjiarto (2014) dengan
hasil yaitu komposisi dewan komisaris independen berpengaruh positif
terhadap persistensi laba dan komite audit berpengaruh positif terhadap
persistensi laba. Hasil yang sama diperoleh oleh Nurochman dan Solikhah
(2015), namun hasil berbeda pada variabel dewan komisaris independen,
yaitu tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba.
Variabel tingkat hutang sebelumnya diteliti oleh Kusuma dan Sadjiarto
(2014) dan Nurochman dan Solikhah (2015) dengan hasil tingkat hutang tidak
berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Namun hasil yang berbeda
diperoleh dari penelitian Junawatiningsih dan Harto (2014) dan Arfan, dkk.
(2014) yang berkesimpulan tingkat hutang berpengaruh positif terhadap
persistensi laba. Sedangkan variabel ukuran perusahaan sebelumnya diteliti
9
oleh Junawatiningsih dan Harto (2014), kemudian Dewi dan Putri (2015)
yang memperoleh hasil ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
persistensi laba. Namun penelitian oleh Nurochman dan Solikhah (2015)
menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap
persistensi laba.
Berdasarkan latar belakang penelitian dan hasil dari penelitian
sebelumnya yang masih menunjukkan hasil yang berbeda sehingga menarik
untuk dilakukan penelitian yang serupa, penelitian ini merupakan gabungan
dari penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Putri (2015) dengan Kusuma
dan Sadjiarto (2014) dengan perbedaan yaitu penelitian ini tidak
menggunakan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, volatilitas penjualan,
dan penelitian ini menggunakan jenis sampel perusahaan sektor properti dan
real estate. Penelitian dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi persistensi laba, dengan mengambil judul “Pengaruh Akrual,
Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Persistensi Laba”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, maka peneliti
merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah besaran akrual berpengaruh terhadap persistensi laba?
2. Apakah arus kas operasi berpengaruh terhadap persistensi laba?
3. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap persistensi
laba?
10
4. Apakah komite audit berpengaruh terhadap persistensi laba?
5. Apakah tingkat hutang berpengaruh terhadap persistensi laba?
6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap persistensi laba?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis:
a. Menganalisis pengaruh besaran akrual terhadap persistensi laba
b. Menganalisis pengaruh arus kas operasi terhadap persistensi laba
c. Menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap
persistensi laba
d. Menganalisis pengaruh komite audit terhadap persistensi laba
e. Menganalisis pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi laba
f. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap persistensi laba
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik
bersifat praktis maupun teoritis, yaitu:
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat memberikan pertimbangan tambahan untuk
membantu para manajer dalam mengelola arus kas dan kebijakan
akrual perusahaan agar menghasilkan laba yang berkualitas.
b. Bagi Pengguna Eksternal Laporan Keuangan
Penelitian ini dapat memberi pertimbangan dalam mengambil
keputusan, seperti bagi investor atau calon investor dalam
11
mengambil keputusan investasi. Bagi kreditur, hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan pemberian kredit.
c. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau referensi dalam penelitian
selanjutnya dan diharapkan akan memberikan kontribusi ilmu
pengetahuan dibidang akuntansi.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori Keagenan dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun
1976. Teori ini menjelaskan adanya pemisahan antara kepemilikan
(ownership) dan pengendalian (control) dalam suatu perusahaan.
Hubungan agensi ini didefinisikan sebagai kontrak antara satu atau lebih
orang, dimana principal mengikat orang lain (agent) untuk melakukan
pelayanan sesuai kepentingan principal yang melibatkan pendelegasian
beberapa otoritas untuk membuat keputusan bagi agent.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak antara agent dengan principal. Jika kedua kelompok
(agent dan principal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya
memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk
meyakini bahwa agent tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk
kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).
Menurut Jensen dan Meckling (1976), biaya keagenan (agency cost)
terdiri dari:
a) Monitoring expenditures by the principle.
Biaya monitoring dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor
perilaku agen, termasuk juga usaha untuk mengendalikan (control)
perilaku agen melalui budget restriction, dan compensation policies
13
b) Bonding expenditures by the agent. The bonding cost
Dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan
menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau
untuk menjamin bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia
tidak mangambil banyak tindakan.
c) Residual loss
Merupakan penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal maupun agen
setelah adanya agency relationship.
Perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan pihak
manajemen perusahaan ini merupakan kenyataan yang tidak dapat
dihindari dari sebuah hubungan keagenan. Menurut Eisenhardt (1989)
menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia
yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self
interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi
masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu
menghindari risiko (risk averse). Menurut Ikhsan (2012), agency
problem terjadi karena adanya kesenjangan informasi antara agent
dengan principal. Agent sebagai pihak internal perusahaan mempunyai
lebih banyak informasi mengenai keadaan perusahaan yang
sesungguhnya dibandingkan principal.
2. Persistensi Laba
Penman dan Zhang (2002) mendefinisikan persistensi laba sebagai
revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang
14
(expected future earnings) yang disebabkan oleh inovasi laba tahun
berjalan (current earnings). Tingkat persistensi laba ditunjukkan oleh
besarnya revisi laba tersebut. Laba yang berkualitas dapat menunjukkan
kesinambungan laba, sehingga laba yang persisten cenderung tidak
berfluktuatif disetiap periode (Suwandika dan Astika, 2013).
Penman (2003) membedakan laba ke dalam dua kelompok yaitu
sustainable earning (earning persistence atau core earning) dan unusual
earning atau transitory earning. Persistensi laba merupakan laba yang
mempunyai kemampuan sebagai indikator laba periode mendatang
(future earning) yang dihasilkan oleh perusahaan secara berulang-ulang
(repetitive) dalam jangka panjang (sustainable). Sedangkan unusual
earning atau transitory earning merupakan laba yang tidak dapat
dihasilkan secara berulang-ulang (non-repeating), sehingga tidak dapat
digunakan sebagai indikator laba periode mendatang.
Chandrarin (2003) dalam Wijayanti (2006) mengungkapkan bahwa
laba yang persisten adalah laba akuntansi yang memiliki sedikit atau
tidak mengandung gangguan (noise), dan dapat mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Persistensi laba terkait juga
dengan kinerja harga saham perusahaan di pasar modal yang diwujudkan
dalam imbalan hasil. Persistensi laba yang tinggi dapat ditunjukkan
melalui hubungan kuat yang tercipta antara laba perusahaan dengan
imbalan hasil bagi investor. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan laba
15
dengan investor dapat mencerminkan persistensi laba perusahaan
(Kusuma dan Sadjiarto, 2014).
Persistensi laba memfokuskan pada koefisien dari regresi laba
sekarang terhadap laba mendatang. Hubungan tersebut dapat dilihat dari
koefisien slope regresi antara laba sekarang dengan laba mendatang.
Semakin tinggi (mendekati angka 1) koefisiennya menunjukkan
persistensi laba yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika nilai koefisiennya
mendekati nol, persistensi labanya rendah atau laba transitorinya tinggi.
Jika nilai koefisiennya bernilai negatif, pengertiannya terbalik, yaitu nilai
koefisien yang lebih tinggi menunjukkan kurang persisten, dan nilai
koefisien yang lebih rendah menunjukkan lebih persisten (Fanani, 2010).
3. Akrual
Dalam akuntansi dikenal istilah basis akrual (accrual basis) dan
basis kas (cash basis). Menurut PSAK No.1 mengharuskan laporan
keuangan disusun berdasarkan dasar akrual kecuali laporan arus kas.
Besaran akrual adalah besaran pendapatan diakui pada saat hak kesatuan
usaha timbul lantaran penyerahan barang ke pihak luar dan biaya diakui
pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang
melekat pada barang yang diserahkan tersebut (Dechow dan Dichev,
2002).
Menurut Subramanyam dan Wild (2010), akuntansi akrual bertujuan
untuk memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan
mengenai konsekuensi aktivitas usaha terhadap arus kas perusahaan di
16
masa depan secepat mungkin dengan tingkat kepastian yang layak.
Akuntansi akrual dapat mengurangi masalah ketepatan waktu dan
pengaitan yang terdapat pada akuntansi kas. Masalah ketepatan waktu
(timing) mengacu pada arus kas yang tidak selalu terjadi bersamaan
dengan aktivitas yang menghasilkan kas tersebut. Masalah penandingan
atau pengaitan (matching) mengacu pada arus kas masuk dan keluar yang
disebabkan oleh aktivitas usaha tetapi tidak dapat dikaitkan dengan
waktu terjadinya.
Laba akrual didasarkan pada dua prinsip akuntansi, yakni pengakuan
pendapatan dan prinsip penandingan. Prinsip pengakuan pendapatan
meminta perusahaan untuk mengakui pendapatan ketika telah
melaksanakan semua atau satu bagian subtansial dari jasa-jasa yang harus
diberikan dan penerimaan kas dari transaksi tersebut adalah pasti. Prinsip
penandingan meminta perusahaan untuk mengakui semua biaya yang
terkait dengan pendapatan dalam periode yang sama dimana pendapatan
diakui (Dahler dan Febrianto, 2006).
Menurut Subramanyam dan Wild (2010), keunggulan akrual dalam
menyajikan informasi yang relevan dibandingkan dengan arus kas dapat
dijelasakan sebagai berikut:
1. Kinerja keuangan (Financial Performance). Pengakuan pendapatan
dan pengaitan biaya pada akuntansi berbasis akrual menghasilkan
angka laba yang lebih unggul dibandingkan arus kas untuk
mengevaluasi kinerja keuangan. Dengan memastikan semua
17
pendapatan yang dihasilkan dalam suatu periode telah diakui, dan
beban yang dicatat pada satu periode hanya beban yang terkait
dengan pendapatan tersebut.
2. Kondisi keuangan (Financial Condition). Akuntansi akrual
menghasilkan neraca yang lebih merefleksikan secara akurat sumber
daya yang tersedia bagi perusahaan untuk menghasilkan arus kas di
masa depan.
3. Memprediksi arus kas masa depan (future cash flows). Laba akrual
lebih unggul dalam memprediksi arus kas masa depan dibandingkan
memprediksi arus kas sekarang. Dengan pengakuan pendapatan, laba
akrual mencerminkan konsekuensi arus kas masa depan. Sebagai
contoh, penjualan kredit hari ini meramalkan kas yang akan diterima
dari pelanggan di masa depan. Akuntansi akrual mengaitkan arus kas
masuk dan keluar dengan lebih baik sepanjang waktu melalui proses
pengaitan. Artinya laba lebih stabil dan merupakan alat prediksi arus
kas yang lebih dapat diandalkan.
Akrual yang menjadi dasar pengukuran transaksi akuntansi dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: non discretionary accrual (akrual tidak
bebas), dan discretionary accrual (akrual bebas) (Suranggane, 2007).
1) Non discretionary accrual adalah dasar akrual yang tidak bebas dan
untuk memberikan indikasi pengukuran yang memenuhi konsep
matching cost with revenue dalam laporan keuangan karena transaksi
dan peristiwa keuangan diakui pada saat kejadian.
18
2) Discretionary accrual adalah akrual bebas dapat berupa suatu cara
untuk mengurangi atau meningkatkan pelaporan laba yang sulit
dideteksi karena sifatnya yang kontekstual dan subjektif.
4. Arus Kas
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 yang
menyatakan perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan
menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai
laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan
perusahaan untuk mengunakan arus kas tersebut.
Menurut Kieso, et al. (2015), informasi dalam laporan arus kas
sebuah perusahaan dapat membantu para investor, kreditor, dan pihak
lainnya guna menilai hal-hal berikut:
1) Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas di masa
depan. Dengan menganalisa hubungan antara beberapa komponen
yang mempengaruhi arus kas seperti penjualan dengan arus kas yang
diperoleh dari aktivitas operasi.
2) Kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen dan memenuhi
kewajibannya. Apabila perusahaan tidak mempunyai kas yang
cukup, maka gaji karyawan tidak dapat dibayar begitu juga dengan
hutang dan deviden.
19
3) Penyebab perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari
kegiatan operasi. Ini dibutuhkan karena net income mengandung
accrual basis, para investor ingin mengetahui penerimaan dan
pengeluaran kas riil perusahaan, karena itu net income dapat kita
bandingkan dengan net cash flow dari aktivitas operasi.
4) Transaksi-transaksi pendanaan dan investasi kas dan non-kas selama
suatu periode tertentu. Dengan menganalisis kegiatan investasi dan
pendanaan perusahaan, pembaca laporan keuangan dapat mengerti
kenapa aset dan hutang mengalami penurunan dan kenaikan.
Menurut Subramanyam dan Wild (2011), laporan arus kas
melaporkan arus kas melalui tiga jenis transaksi yaitu:
1) Aktivitas operasi, merupakan aktivitas perusahaan yang terkait
dengan laba. Selain pendapatan dan beban, aktivitas operasi juga
meliputi arus kas masuk dan keluar bersih yang berasal dari aktivitas
operasi terkait, seperti pemberian kredit pada pelanggan, investasi
dalam persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok.
2) Aktivitas investasi, merupakan cara untuk memperoleh dan
menghapuskan aset non-kas. Meliputi pembelian dan penjualan aset
tetap dan investasi pada efek. Aset ini juga meliputi pemberian dan
penagihan pinjaman.
3) Aktivitas pendanaan, merupakan cara untuk mendistribusikan,
menarik, dan mendapatkan dana untuk mendukung aktivitas usaha.
Meliputi perolehan pinjaman dan pelunasan dana dengan obligasi
20
dan pinjaman lainnya, kontribusi dan penarikan oleh pemilik serta
dividen.
Terdapat dua metode pelaporan arus kas dari aktivitas operasi, yaitu
metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung melaporkan total
arus kas masuk dan keluar dari aktivitas operasi. Sementara metode tidak
langsung, menyesuaikan laba bersih dengan pos penghasilan (beban)
non-kas dan dengan akrual, untuk menghasilan arus kas aktivitas operasi.
5. Corporate Governance
Menurut The Organization for Economic Corporation and
Development (OECD, 2004) mengartikan Corporate Governance adalah
sistem yang digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan-
kegiatan perusahaan. Corporate governance berfungsi untuk mengatur
pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berperan terhadap
kehidupan perusahaan termasuk para pemegang saham, dewan pengurus,
para manajer dan semua anggota, stakeholder non-pemegang saham.
Menurut pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia
yang diterbitkan oleh KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance)
pada tahun 2006, memaparkan azas-azas GCG sebagai berikut:
1) Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak
21
hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan
oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2) Akuntabilitas (Accountability)
Harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan
dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur
dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3) Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka
panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4) Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain.
22
5) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Dalam penelitian ini, pengukuran tata kelola perusahaan (Corporate
Governance) yang digunakan adalah ukuran jumlah dewan komisaris
independen dan komite audit.
a. Dewan Komisaris Independen
Menurut UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran
dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Menurut Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi
dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik, komisaris
independen adalah anggota dewan komisaris yang berasal dari luar
emiten atau perusahaan publik.
Lebih lanjut terdapat persyaratan wajib sebagai komisaris
independen yaitu bukan merupakan orang yang bekerja atau
mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan,
memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan emiten atau
perusahaan publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir,
tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada
perusahaan, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan,
23
anggota dewan komisaris, anggota direksi, atau pemegang saham
utama perusahaan tersebut, serta tidak mempunyai hubungan usaha
baik langsung maupun tidak langsung.
Setiap perusahaan tercatat wajib memiliki dewan komisaris
paling kurang terdiri dari 2 (dua) orang anggota dewan komisaris
dengan salah satu diantaranya adalah komisaris independen. Dalam
hal dewan komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang anggota dewan
komisaris, jumlah komisaris independen wajib paling kurang 30%
(tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris.
Jumlah komisaris independen harus dapat menjamin agar
mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Salah satu dari komisaris
independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau
keuangan (KNKG, 2006).
b. Komite Audit
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan
Kerja Komite Audit, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh
dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Emiten atau
perusahaan publik wajib memiliki piagam Komite Audit (audit
committee charter) paling kurang memuat:
1) tugas dan tanggung jawab serta wewenang;
24
2) komposisi, struktur, dan persyaratan keanggotaan;
3) tata cara dan prosedur kerja;
4) kebijakan penyelenggaraan rapat;
5) sistem pelaporan kegiatan;
6) ketentuan mengenai penanganan pengaduan atau pelaporan
sehubungan dugaan pelanggaran terkait pelaporan keuangan;
7) masa tugas komite audit.
Berdasarkan peraturan tersebut, juga dijelaskan bahwa emiten
atau perusahaan publik wajib memiliki komite audit yang berjumlah
sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal
dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau
perusahaan publik. Komite audit diketuai oleh komisaris independen
serta diwajibkan salah seorang dari anggota komite audit tersebut
memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan/atau keuangan.
Beberapa tugas komite audit diantaranya melakukan penelaahan
atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan emiten atau
perusahaan publik kepada publik dan/atau pihak otoritas antara lain
laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan
informasi keuangan emiten atau perusahaan publik, melakukan
penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, memberikan
pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara
manajemen dan akuntan atas jasa yang diberikannya. Komite audit
25
wajib membuat laporan tahunan pelaksanaan kegiatan komite audit
yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan publik.
6. Tingkat Hutang
Salah satu informasi pada laporan keuangan yang dapat
mempengaruhi persepsi investor adalah tingkat hutang. Investor
cenderung akan lebih berhati-hati dan lebih waspada ketika berinvestasi
pada perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi (Kusuma dan
Sadjiarto, 2014). Tingkat hutang merupakan besaran hutang yang
dimiliki oleh perusahaan (Nurochman dan Solikhah, 2015). Penggunaan
hutang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi: 1) pemberi
kredit menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan,
2) dengan menggunakan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik
perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan 3) dengan menggunakan
hutang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan
pengendalian perusahaan (Nelvirita dan Delvira, 2013).
Menurut Tarjo (2008) kebijakan hutang merupakan salah satu
alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal,
akan tetapi keberadaan hutang justru bisa menjadi cerminan bahwa
kinerja saham perusahaan kurang bagus. Tingkat hutang yang tinggi
menunjukkan peningkatan risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan
perusahaan membayar hutang. Tingkat hutang yang tinggi juga akan
26
mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi dan akhirnya akan
berdampak pada tingkat pengembalian pada investor (Hayati, 2014).
Besarnya tingkat hutang akan berelevansi pada arus masuk dari
sumber daya eksternal yang mengandung manfaat ekonomi di masa yang
akan datang. Namun di sisi lain, perusahaan memiliki kewajiban untuk
melunasi hutang pada saat jatuh tempo. Tingkat hutang akan menjadi
besar apabila lebih banyak hutang jangka panjang yang dimiliki
perusahaan. Maka dari itu seberapa besar tingkat hutang yang diinginkan,
sangat tergantung pada stabilitas perusahaan (Fachrurrozie dan Kasiono,
2016). Semakin besarnya tingkat hutang mendorong perusahaan untuk
selalu menjaga keberlangsungan labanya dengan tujuan untuk
mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan kreditor (Arfan
dkk., 2014).
7. Ukuran Perusahaan
Pada umumnya ukuran perusahaan dapat terbagi dalam perusahaan
besar (large firm) dan perusahaan kecil (small firm). Ukuran perusahaan
merupakan suatu penetapan besar kecilnya perusahaan. Semakin tinggi
total aset yang dimiliki perusahaan, mengindikasikan bahwa perusahaan
tersebut tergolong perusahaan besar. Dan sebaliknya, semakin rendah
total aset mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tergolong
perusahaan kecil (Rifai, dkk., 2015).
Besarnya aktiva yang dimiliki, maka semakin banyak modal yang
ditanam, dan semakin banyak penjualan yang dilakukan maka semakin
27
banyak perputaran uang, serta semakin besar kapitalisasi pasar maka
semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat (Sudarmadji
dan Sularto, 2007). Perusahaan yang berukuran besar lebih mendapatkan
perhatian dari masyarakat, sehingga laporan keuangan mereka akan
dilaporkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (Anggit dan Shodiq,
2014). Dan investor lebih memiliki kepercayaan pada perusahaan besar,
karena perusahaan besar dianggap mampu untuk terus meningkatkan
kinerja perusahaannya dengan berupaya meningkatkan kualitas labanya
(Nurochman dan Solikhah, 2015).
Perusahaan-perusahaan besar cenderung lebih mudah untuk
memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuan mengakses
kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aktiva yang bernilai
lebih besar dibandingkan perusahaan kecil (Susanto, 2011). Selain itu,
Nuryaman (2009) menyatakan bahwa perusahaan berukuran besar
memiliki basis pemegang kepentingan lebih luas sehingga berbagai
kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap
kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil, semakin
besar perusahaan maka perusahaan akan menghadapi tuntutan yang lebih
besar dari para stakeholder.
28
B. Penelitian Sebelumnya
Berikut ini adalah tabel penelitian sebelumnya beserta dengan hasil penelitan.
Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya
Dengan Akrual (X1), Arus Kas Operasi (X2), Dewan Komisaris Independen (X3), Komite Audit (X4),
Tingkat Hutang (X5), Ukuran Perusahaan (X6), dan Persistensi Laba (Y)
No Judul/Peneliti
(tahun)
Metodologi
Penelitian
Variabel Penelitian Sebelumnya
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain
1 Pengaruh Tata
Kelola Perusahaan
(Corporate
Governance) dan
Struktur
Kepemilikan
terhadap
Persistensi Laba
Khafid (2012)
Jenis penelitian
kuantitatif, data
sekunder berupa
laporan keuangan
tahun 2005-2010
dengan metode
purposive
sampling, sampel
berjumlah
sebanyak 242
perusahaan yang
terdaftar di BEI.
Menggunakan
metode analisis
regresi berganda
√ √ √ Kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan
institusional
Komposisi dewan komisaris
independen, komite audit, dan
kepemilikan manajerial,
berpengaruh positif terhadap
persistensi laba.
Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh negatif terhadap
persistensi laba.
Seluruh variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh
terhadap persistensi laba
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
29
No Judul/Peneliti
(tahun)
Metodologi
Penelitian
Variabel Penelitian Sebelumnya
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain
2 Analisa Pengaruh
Volatilitas Arus
Kas, Volatilitas
Penjualan, Tingkat
Hutang, Book Tax
Gap, dan Tata
Kelola Perusahaan
terhadap
Persistensi Laba
Kusuma, dan
Sadjiarto (2014)
Jenis penelitian
kuantitatif, data
sekunder berupa
laporan keuangan
tahun 2010-2013
dengan metode
purposive
sampling, sampel
berjumlah
sebanyak 114
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI.
Menggunakan
metode analisis
regresi berganda
√ √ √ √ √ Volatilitas
penjualan, dan
book tax gap
(large negative
book-tax
differences
(LNBTD) dan
large positive
book-tax
differences
(LPBTD))
Volatilitas arus kas, volatilitas
penjualan, dan book tax gap
berpengaruh negatif terhadap
persistensi laba. Komposisi dewan
komisaris dan komite audit
berpengaruh positif terhadap
persistensi laba, sementara tingkat
hutang tidak berpengaruh negatif
terhadap persistensi laba.
Variabel-variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap persistensi laba
3 Analisis Pengaruh
Mekanisme
Internal dan
Eksternal
Corporate
Governance
terhadap
Persistensi Laba
Jenis penelitian
kuantitatif, data
sekunder berupa
laporan keuangan
tahun 2012-2013
dengan metode
purposive
sampling, sampel
berjumlah
√ √ √ √ Konsentrasi
kepemilikan,
kepemilikan
institusional,
audit tenure,
dan
spesialisasi
industri auditor
Konsentrasi kepemilikan, komite
audit, leverage, spesialisasi
industri auditor, size berpengaruh
positif terhadap persistensi laba.
Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh negatif terhadap
persistensi laba, dan audit tenure
tidak berpengaruh positif terhadap
persistensi laba
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
30
No Judul/Peneliti
(tahun)
Metodologi
Penelitian
Variabel Penelitian Sebelumnya
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain
Junawatiningsih,
dan Harto (2014)
sebanyak 98
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI.
Menggunakan
metode analisis
regresi berganda
4 Pengaruh
Volatilitas Arus
Kas, Volatilitas
Penjualan, Besaran
Akrual, dan
Financial Leverage
terhadap
Persistensi Laba
Pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
Arfan dkk. (2014)
Jenis penelitian
kuantitatif, data
sekunder berupa
laporan keuangan
tahun 2009-2012
dengan metode
purposive
sampling, sampel
berjumlah
sebanyak 76
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI.
Menggunakan
metode analisis
regresi berganda
√ √ √ √ Volatilitas
penjualan
Volatilitas arus kas, volatilitas
penjualan, besaran akrual, dan
financial leverage secara bersama-
sama memiliki pengaruh yang
sangat kecil terhadap persistensi
laba.
Volatilitas arus kas, dan volatilitas
penjualan berpengaruh positif
terhadap persistensi laba.
Besaran akrual berpengaruh
positif terhadap persistensi laba,
dan financial leverage berpengaruh
positif terhadap persistensi laba
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
31
No Judul/Peneliti
(tahun)
Metodologi
Penelitian
Variabel Penelitian Sebelumnya
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain
5 Pengaruh Good
Corporate
Governance,
Tingkat Hutang
dan Ukuran
Perusahaan
terhadap
Persistensi Laba
Nurochman, dan
Solikhah (2015)
Jenis penelitian
kuantitatif, data
sekunder berupa
laporan keuangan
tahun 2008-2013
dengan metode
purposive
sampling, sampel
berjumlah
sebanyak 26
perusahaan
perbankan yang
terdaftar di BEI.
Menggunakan
metode analisis
regresi berganda
√ √ √ √ √ Kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan
institusional
Komite audit berpengaruh positif
terhadap persitensi laba. Dewan
komisaris independen tidak
berpengaruh positif terhadap
persistensi laba.
Kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, tingkat
hutang, dan ukuran perusahaan
tidak berpengaruh negatif terhadap
persistensi laba
6 Pengaruh Book-
Tax Difference,
Arus Kas Operasi,
Arus Kas Akrual,
Dan Ukuran
Perusahaan pada
Persistensi Laba
Jenis penelitian
kuantitatif, data
sekunder berupa
laporan keuangan
tahun 2009-2011
dengan metode
purposive
sampling, sampel
berjumlah
√ √ √ √ Perbedaan
temporer dan
perbedaan
permanen
Perbedaan temporer dan permanen
berpengaruh positif terhadap
persistensi laba. Arus kas operasi
dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap
persistensi laba
Akrual tidak berpengaruh terhadap
persistensi laba
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
32
No Judul/Peneliti
(tahun)
Metodologi
Penelitian
Variabel Penelitian Sebelumnya
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain
Dewi dan Putri
(2015)
sebanyak 41
perusahaan
perhotelan dan
pariwisata yang
terdaftar di BEI.
Menggunakan
metode analisis
regresi berganda
7 The Relationship
between Accruals
Quality, Earnings
Persistence and
Accruals Anomaly
in the Canadian
Context
Boubakri (2012)
Jenis penelitian
kuantitatif, data
sekunder berupa
laporan keuangan
tahun 2002-2005
dengan metode
purposive
sampling, sampel
berjumlah
sebanyak 803 firm-
year observations
yang terdaftar di
Toronto Stock
Exchange, Kanada.
Menggunakan
metode analisis
regresi berganda
√ √ √ Menjabarkan
komponen
akrual
berdasarkan
tingkat ke-
andalannya
(perubahan
aset keuangan/
ΔFIN, modal
kerja/ ΔWC,
dan aset tidak
lancar/ ΔNCO)
Non-current operating accruals
memiliki reliabilitas rendah dan
finansial akrual memiliki
reliabilitas tinggi, reliabilitas yang
rendah menunjukkan persistensi
laba yang rendah.
Investor Kanada menilai
persistensi komponen akrual
(ΔNCO and ΔFIN) memiliki
persistensi lebih rendah
dibandingkan ΔWC
Perubahan modal kerja, aset
keuangan dan aset operasi tidak
lancar memiliki pengaruh yang
negatif terhadap persistensi laba
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
33
No Judul/Peneliti
(tahun)
Metodologi
Penelitian
Variabel Penelitian Sebelumnya
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain
8 Examining the
Earnings
Persistence and Its
Components in
Explaining the
Future Profitability
Moienadin, dan
Tabatabaenasab
(2014)
Jenis penelitian
kuantitatif, data
sekunder berupa
laporan keuangan
tahun 2006-2011
dengan metode
purposive
sampling, sampel
berjumlah
sebanyak 114
perusahaan di
Bursa Efek Tehran,
Iran. Menggunakan
metode analisis
regresi berganda
√ √ Akrual dibagi
menjadi non
discretionary
accrual dan
discretionary
accrual.
Free cash flow
Laba tahun berjalan berasosiasi
dengan laba masa depan.
Akrual (current operating accruals
and non-current operating
accruals) mampu menjelaskan laba
masa depan.
Current operating dan non-current
operating accruals memiliki
kemampuan dalam memprediksi
laba masa depan.
Arus kas bebas (free cash flow)
berpengaruh positif terhadap laba
masa depan
9 Earnings
Persistence Over
The acroeconomic
Cycle: Evidence
From Korea
Shin dan Park
(2015)
Jenis penelitian
kuantitatif, data
sekunder berupa
laporan keuangan
kuartal 2002 Q4-
2013 Q3 dengan
metode purposive
sampling, sampel
berjumlah
sebanyak 21.232
√ √ √ Business cycle
dengan fase
(expansion,
transition,
recession,
transition).
Variabel
akrual dibagi
menjadi
Akrual lebih persisten
dibandingkan dengan arus kas
pada fase expansion.
Arus kas lebih persisten
dibandingkan dengan akrual pada
fase recession
Non-discretionary accrual lebih
persisten dibandingkan dengan
arus kas
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
34
No Judul/Peneliti
(tahun)
Metodologi
Penelitian
Variabel Penelitian Sebelumnya
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain
kuartal pengamatan
Menggunakan
metode analisis
regresi berganda
Non
discretionary
accrual dan
discretionary
accrual
dan discretionary accrual pada
fase expansion dan recession
Sumber : Data yang diolah tahun 2016
35
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran pada penelitian “Pengaruh Akrual, Arus Kas
Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Persistensi Laba” dapat digambarkan seperti:
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran
Teori Pendukung : Teori Keagenan
Akrual
Arus Kas Operasi
Dewan Komisaris
Independen
Jumlah Komite Audit
Persistensi Laba
Ukuran Perusahaan
Tingkat Hutang
Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat
Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba
Fenomena-Fenomena Persistensi
Laba
Analisis Data:
1. Statistik Deskriptif
2. Uji Asumsi Klasik
3. Koefisien Determinasi
4. Uji Hipotesis
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
36
D. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh besaran akrual terhadap persistensi laba
Angka akuntansi akrual dapat menyebabkan distorsi akuntansi,
seperti adanya metode akuntansi yang memiliki banyak alternatif serta
praktik manajemen laba yang dapat mengurangi sifat “dapat
dibandingkan” dan “konsistensi”. Distorsi akuntansi juga disebabkan
oleh aturan akuntansi yang berubah-ubah serta adanya kesalahan estimasi
(Subramanyam dan Wild, 2010).
Menurut Schick (2007), jika akrual tinggi maka ketepatan prediksi
terhadap laba masa depan menjadi rendah, dan jika unsur akrual dalam
laba rendah maka laba yang dilaporkan saat ini lebih tepat digunakan
untuk memprediksi laba masa depan. Laba yang disusun atas dasar akrual
mengandung unsur kepentingan manajer dalam pelaporan tersebut
sehingga informasi arus kas operasi diperlukan sebagai salah satu
pertimbangan dalam memprediksi kinerja perusahaan di masa depan
(Nuraina, 2011).
Hayn (1995) dalam Fanani (2010) menjelaskan bahwa gangguan
dalam laba akuntansi disebabkan oleh peristiwa transitori (transitory
events) atau penerapan konsep akrual dalam akuntansi. Semakin besar
akrual, maka semakin rendah persistensi laba. Walaupun terjadinya
peristiwa transitory, namun dengan adanya tindakan yang dilakukan oleh
manajer untuk mengatur angka-angka dalam laporan keuangan, maka
persistensi laba tetap meningkat (Arfan, dkk., 2014).
37
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh besaran akrual terhadap
persistensi laba diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Fanani (2010)
yang menghasilkan kesimpulan bahwa besaran akrual berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap persistensi laba, serta besar kecilnya
komponen akrual yang terjadi di perusahaan akan menyebabkan
gangguan (noise) yang dapat mengurangi persistensi laba. Penelitian
Arfan, dkk. (2014) berkesimpulan bahwa akrual berpengaruh positif
terhadap persistensi laba, hal tersebut dikuatkan penelitian lain, yaitu
oleh Moienadin dan Tabatabaenasab (2014) yang berkesimpulan bahwa
current operating accruals dan non-current operating accruals memiliki
kemampuan dalam memprediksi laba masa depan. Berdasarkan
pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik
suatu hipotesis sebagai berikut:
Ha.1 : Besaran akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba
2. Pengaruh arus kas operasi terhadap persistensi laba
Nuraina (2011) memaparkan komponen arus kas dari aktivitas
operasi sebagai ukuran kinerja cenderung tidak menyimpang
dibandingkan jumlah yang dinyatakan pada laba. Arus kas operasi sering
digunakan sebagai cek atas kualitas laba dengan pandangan bahwa
semakin tinggi rasio arus kas operasi terhadap laba maka akan semakin
tinggi pula kualitas laba tersebut. Nilai di dalam arus kas pada suatu
periode mencerminkan nilai laba dalam cash basis.
38
Wijayanti (2006) mengatakan beberapa analis keuangan lebih suka
mengkaitkan aliran kas operasi sebagai penentu atas kualitas laba karena
aliran kas dianggap lebih persisten dibanding komponen akrual. Arfan,
dkk (2014) menyatakan arus kas yang berfluktuasi tajam dapat
menyebabkan laba perusahaan menjadi tidak stabil atau terganggu
sehingga kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
keberlangsungan labanya juga menjadi rendah.
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh arus kas operasi terhadap
persistensi laba oleh Dewi dan Putri (2015) menemukan kesimpulan
bahwa aliran kas memiliki pengaruh positif terhadap persistensi laba. Hal
yang sama juga dihasilkan oleh Nuraina (2011), mengisyaratkan bahwa
semakin tinggi aliran kas operasi suatu perusahaan akan meningkatkan
persistensi laba perusahaan tersebut. Berdasarkan pengungkapan dan
kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis
sebagai berikut:
Ha.2 : Arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi
laba
3. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap persistensi laba
Berdasarkan aturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2014, komisaris independen harus dimiliki oleh emiten atau
perusahaan publik minimal 30% dari jumlah seluruh anggota dewan
komisaris. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan,
komposisi dewan komisaris dapat mempengaruhi pihak manajemen
39
dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu
laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005).
Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007)
menyatakan bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai
penengah dalam perselisihan yang terjadi di antara para manajer internal
dan mengawasi kebijakan menajemen serta memberikan nasihat kepada
menajemen. Jumlah komisaris independen harus dapat menjamin agar
mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (KNKG, 2006).
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh dewan komisaris
independen terhadap persistensi laba diantaranya penelitian Khafid
(2012) dan Kusuma dan Sadjiarto (2014) yang berkesimpulan bahwa
komposisi dewan komisaris independen dalam perusahaan terbukti secara
signifikan berpengaruh terhadap persistensi laba. Sedangkan kesimpulan
yang berbeda diperoleh dari penelitian Nurochman dan Solikhah (2015)
yang berkesimpulan komposisi dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap persistensi laba. Berdasarkan pengungkapan dan
kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis
sebagai berikut:
Ha.3 : Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap
persistensi laba
40
4. Pengaruh komite audit terhadap persistensi laba
Dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya, dewan
komisaris dapat membentuk komite yaitu komite audit (Khafid, 2012).
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015,
setiap emiten atau perusahaan publik harus memiliki minimal 3 orang
komite audit. Komite audit yang anggotanya terdiri dari pihak eksternal
perusahaan diyakini memiliki independensi dalam pengawasan dan
pengendalian proses laporan keuangan. Selain itu, salah satu anggota
komite audit diharuskan memiliki latar belakang pengetahuan akuntansi
dan atau keuangan, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam
pelaporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan
yang telah ditetapkan (Junawatiningsih dan Harto, 2014).
Mc Mullen (1996) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006)
menyatakan bahwa investor, analis, dan regulator menganggap komite
audit memberikan kontribusi dalam kualitas pelaporan keuangan. Karena
masalah dalam proses pelaporan keuangan lebih mungkin ditemukan dan
diselesaikan apabila terdapat komite audit yang lebih besar (Naimi et al.,
2010).
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh komite audit terhadap
persistensi laba diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Khafid
(2012), dalam penelitiannya tersebut ditarik kesimpulan bahwa komite
audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hasil yang sama juga
didapat dari Kusuma dan Sadjiarto (2014), Junawatiningsih dan Harto
41
(2014) serta penelitian Nurochman dan Solikhah (2015). Berdasarkan
pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik
suatu hipotesis sebagai berikut:
Ha.4 : Komite audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba
5. Pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi laba
Investor cenderung akan lebih berhati-hati dan lebih waspada ketika
berinvestasi pada perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi.
Investor cenderung akan memiliki pandangan yang lebih baik terhadap
perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi bila ada perusahaan
tersebut persisten atau sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan
berkelanjutan (Kusuma dan Sadjiarto, 2014). Menurut Supadmi dan Putri
(2016), tingkat hutang didefinisikan sebagai rasio total hutang dibagi
total aktiva untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, kebijakan
utang merupakan salah satu alternatif untuk pendanaan perusahaan selain
menjual saham di pasar modal (modal ekuitas).
Besarnya tingkat hutang perusahaan akan menyebabkan perusahaan
meningkatkan persistensi laba dengan tujuan untuk mempertahankan
kinerja yang baik di mata kreditor dan auditor. Dengan kinerja yang baik
tersebut maka diharapkan kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap
perusahaan, tetap mudah mengucurkan dana dan perusahaan akan
memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran (Junawatiningsih dan
Harto, 2014).
42
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh tingkat hutang terhadap
persistensi laba diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Fanani (2010)
dan Junawatiningsih dan Harto (2014) dengan hasil tingkat hutang
berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Sementara hasil yang
disimpulkan oleh Fachrurrozie dan Kasiono (2016) yang memberikan
hasil bahwa tingkat hutang berpengaruh negatif terhadap persistensi laba.
Sedangkan hasil penelitian Suwandika dan Astika (2013), Nurochman
dan Solikhah (2015) serta Kusuma dan Sadjiarto (2014) berkesimpulan
tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap persistensi laba. Berdasarkan
pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik
suatu hipotesis sebagai berikut:
Ha.5 : Tingkat hutang berpengaruh positif terhadap persistensi laba
6. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap persistensi laba
Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan
adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Menurut Indriani (2005)
dalam Daniati dan Suhairi (2006), perusahaan yang memiliki total aktiva
besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap
kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan positif dan
dianggap memilki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif
lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil
dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total
aset yang kecil.
43
Semakin tinggi total aset perusahaan mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut tergolong perusahaan besar. Dan sebaliknya,
semakin rendah total aset mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut
tergolong perusahaan kecil (Rifai dkk., 2015). Semakin besarnya suatu
perusahaan, maka diharapkan pertumbuhan laba yang tinggi.
Pertumbuhan laba yang tinggi juga akan mempengaruhi persistensi laba
dan kesinambungan perusahaan dalam menarik calon investor yang akan
dicurigai sebagai praktik modifikasi laba (Dewi dan Putri, 2015).
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh ukuran perusahaan
terhadap persistensi laba diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Junawatiningsih dan Harto (2014) yang memberikan hasil bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hasil tersebut
juga didapat oleh Dewi dan Putri (2015). Namun hasil yang berbeda
didapat dari penelitian Nurochman dan Solikhah (2015), yang
berkesimpulan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
persistensi laba. Berdasarkan pengungkapan dan kesimpulan penelitian
terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut:
Ha.6 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi
laba
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menguji
pengaruh dari variabel independen yang terdiri dari besaran akrual, arus kas
operasi, komposisi dewan komisaris independen, jumlah komite audit, tingkat
hutang, dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen. Variabel
dependen dalam penelitian ini ialah persistensi laba.
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sub sektor properti dan
real estate yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data laporan
keuangan tahunan periode 2012-2015.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sub sektor properti
dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Penentuan
sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling method dari
seluruh perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Purposive sampling method merupakan pengambilan sampel dengan
kritera tertentu. Penelitian ini menentukan sampel dengan kriteria sebagai
berikut :
45
1. Perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015
2. Perusahaan yang terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2012
3. Perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk
periode 2012-2015 yang berakhir pada tanggal 31 Desember, dan
memiliki data laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan data yang
diperlukan dalam penelitian
4. Perusahaan yang memiliki laba positif secara berturut-turut pada tahun
2012-2015
5. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang
Rupiah
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Dalam metode dokumentasi ini, peneliti mempelajari
dan mengambil data berupa dokumen-dokumen dari beberapa sumber seperti
internet, buku, jurnal, dan sumber lainnya baik dalam format kertas hasil
cetakan maupun dalam format elektronik yang berkaitan dengan judul
penelitian ini. Pengumpulan data ini juga bertujuan untuk memperoleh data
mengenai laporan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan kebutuhan
penelitian ini yaitu berupa laporan keuangan tahunan perusahaan jasa sub
sektor properti dan real estate dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui
website www.idx.co.id dan dari perusahaan sampel melalui website resmi
masing-masing perusahaan sampel.
46
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data penelitian ini menggunakan perhitungan statistik
dengan penerapan SPSS (Statistical Product and Service Solution) for
windows 22. Setelah data yang dibutuhkan penelitian ini telah diperoleh,
selanjutnya dilakukan analisis data penelitian, terdiri dari metode analisis
statistik deskriptif, uji asumsi klasik, koefisien determinasi dan uji hipotesis.
Penjelasan mengenai metode analisis data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka
uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.
47
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antara data observasi dengan data distribusi yang mendekati
distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat
histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah
sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data
residual normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali,
2013).
2) Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik akan menyesatkan apabila
tidak berhati-hati secara visual terlihat normal, namun secara
statistik bisa sebaliknya. Uji statistik lain yang dapat digunakan
untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan
dengan membuat hipotesis (Ghozali, 2013), yaitu:
H0: Data residual berdistribusi normal
HA: Data residual tidak berdistribusi normal
48
Jika signifikansi < 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai
perbedaan signifikan dengan data normal baku, berarti data
tersebut tidak normal atau H0 ditolak.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel – variabel disebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar
variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013). Terdapat
beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas.
Dalam penelitian ini, multikolinearitas dideteksi dengan cara melihat
nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF).
Nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Dalam pengertian sederhana, setiap variabel
independen menjadi variabel dependen dan diregres terhadap
variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah
49
nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap
peneliti harus menentukan tingkat multikolinearitas yang masih
dapat ditolerir.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Dasar
analisis uji heteroskedastisitas ialah jika ada pola tertentu maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak
ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013).
Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup
signifikan, karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting.
Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit
50
menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu, diperlukan uji
statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil (Ghozali,
2013). Ada beberapa uji statistik yang dapat digunakan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Dalam penelitian
ini digunakan uji glejser untuk menguji heteroskedastisitas secara
statistik. Dasar analisis uji glejser ialah jika variabel independen
secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi
terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya (Ghozali, 2013).
Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari
autokorelasi (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini, pendeteksian uji
autokorelasi yang digunakan ialah Run Test dengan ketentuan
probabilitas lebih besar dari signifikansi 0,05. Run Test sebagai
bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk
menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika
51
antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan
bahwa residual adalah acak atau random (Ghozali, 2013).
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan 1 atau (0 < x < 1). Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel-variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Secara umum, koefisien determinasi untuk data silang (crossection)
relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing
pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya
memiliki nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2013).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.
Setiap tambahan satu variabel independen, maka pasti meningkat,
tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau
tidak terhadap variabel dependen. Maka banyak peneliti menganjurkan
untuk menggunakan nilai adjusted pada saat mengevaluasi mana
model regresi terbaik. Nilai adjusted dapat naik atau turun apabila
satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2013).
52
4. Analisis Regresi Berganda
Metode analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian
ini adalah analisis regresi berganda. Dalam analisis regresi, selain
mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga
menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen (Ghozali, 2013). Pembuatan persamaan regresi berganda
menggunakan output SPSS dengan menginterpretasikan angka-angka
yang termuat di dalam Unstandardized Coefficients B (Ghozali, 2013).
Variabel-variabel independen dalam penelitian ini adalah besaran akrual,
arus kas operasi, komposisi dewan komisaris independen, jumlah komite
audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah persistensi laba. Untuk menguji hipotesis variabel-
variabel tersebut digunakan rumus persamaan regresi sebagai berikut:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + e
keterangan:
Y : Persistensi Laba
α : Konstanta
β1,2,3,4,5,6 : Koefisien Regresi
X1 : Besaran akrual
X2 : Arus kas operasi
X3 : Dewan Komisaris Independen
X4 : Komite Audit
X5 : Tingkat Hutang
53
X6 : Ukuran Perusahaan
e : Kesalahan regresi (regression error)
5. Uji Hipotesis
Dasar pengambilan keputusan dalam analisa regresi berganda adalah
dengan menggunakan uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)
dan uji signifikansi simultan (uji statistik F). Berikut penjelasan dari uji
statistik F dan uji statistik t :
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat (Ghozali, 2013). Menurut Ghozali (2013)
penentuan nilai statistik F yaitu dengan menentukan level of
significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah
sebesar 5% atau (α) = 0,05. Jika sig. F > 0,05 maka Ha ditolak
namun jika sig. F < 0,05 maka Ha diterima dan berarti bahwa semua
variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi
variabel dependen (Ghozali, 2013).
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
Menurut Ghozali (2013) penentuan nilai statistik t yaitu dengan
54
menentukan level of significance-nya. Level of significance yang
digunakan adalah sebesar 5% atau (α) = 0,05. Jika sig. t > 0,05 maka
Ha ditolak namun jika sig. t < 0,05 maka Ha diterima dan berarti
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
dengan variabel dependen (Ghozali, 2013).
E. Operasional Variabel Penelitian
Bagian ini akan menjelaskan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan dan pengukuran dari variabel yang digunakan penelitian. Terdiri
dari enam variabel independen dan satu variabel dependen.
1. Variabel Independen (X). Variabel independen yang digunakan pada
penelitian ini adalah:
a. Akrual
Besaran akrual adalah besaran pendapatan diakui pada saat hak
kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang ke pihak luar dan
biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan
sumber ekonomik yang melekat pada barang yang diserahkan
tersebut (Dechow dan Dichev, 2002). Dalam penelitian ini besaran
akrual diukur dengan laba akuntansi sebelum pajak dan pendapatan
komprehensif periode sekarang (PTBI) dikurangi oleh aliran kas
operasi sebelum pajak (PTCF), kemudian dibagi rata-rata total aset.
PTBIt - PTCFt
Rata-rata total aset
(Hanlon, 2005)
55
b. Arus Kas Operasi
Nuraina (2011) memaparkan komponen arus kas dari aktivitas
operasi sebagai ukuran kinerja cenderung tidak menyimpang
dibandingkan jumlah yang dinyatakan pada laba, arus kas operasi
sering digunakan sebagai cek atas kualitas laba dengan pandangan
bahwa semakin tinggi rasio arus kas operasi terhadap laba maka
akan semakin tinggi pula kualitas laba tersebut. Dalam penelitian ini
arus kas operasi diukur dengan total aliran kas operasi dikurangi
aliran kas terkait pendapatan komprehensif dan ditambah pajak
secara kas, kemudian dibagi rata-rata total aset.
c. Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris independen merupakan dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan yang tidak terafiliasi dengan
perusahaan. Dengan semakin besarnya jumlah dewan komisaris,
maka semakin kecil kemungkinan dilakukan modifikasi penyajian
laporan keuangan, yang berarti akan membuat laba perusahaan
persisten (Kusuma dan Sadjiarto, 2014). Komposisi dewan komisaris
merupakan jumlah keanggotaan dewan komisaris yang berasal dari
luar perusahaan (Khafid, 2012). Dalam penelitian ini dewan
Arus kas operasi-kas pend.komprehensif+pajak secara kas
Rata-rata total aset
(Hanlon, 2005)
56
komisaris independen diukur dengan persentase jumlah anggota
dewan komisaris independen dari seluruh anggota dewan komisaris.
d. Komite Audit
Mc Mullen (1996) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006)
menyatakan bahwa investor, analis, dan regulator menganggap
komite audit memberikan kontribusi dalam kualitas pelaporan
keuangan. Karena masalah dalam proses pelaporan keuangan lebih
mungkin ditemukan dan diselesaikan apabila terdapat komite audit
yang lebih besar (Naimi et al., 2010). Dalam penelitian ini komite
audit diukur dengan jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan.
e. Tingkat Hutang
Menurut Tarjo (2008) kebijakan hutang merupakan salah satu
alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar
modal. Tingkat hutang didefinisikan sebagai rasio total hutang dibagi
total aktiva untuk membayar kewajiban jangka panjangnya (Supadmi
dan Putri, 2016). Tingkat hutang yang tinggi menunjukkan
peningkatan dari risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan
Jml Anggota Dewan Komisaris Independen x 100%
Jml Anggota Dewan Komisarsis
(Khafid, 2012)
Jumlah komite audit
(Khafid, 2012)
57
perusahaan membayar hutang (Hayati, 2014). Dalam penelitian ini
tingkat hutang diukur dengan total hutang dibagi total aset.
f. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan yang diukur dengan aset perusahaan
menunjukkan seberapa besar harta yang dimiliki perusahaan, dengan
aset yang besar maka akan menghasilkan keuntungan usaha yang
lebih besar dan perusahaan dengan aset yang kecil tentunya juga
menghasilkan keuntungan sesuai dengan aset yang dimilikinya yang
relatif kecil (Rifai dkk., 2015). Dalam penelitian ini ukuran
perusahaan diukur dengan logaritma natural (ln) total aset.
2. Variabel Dependen (Y). Variabel dependen yang digunakan pada
penelitian ini adalah persistensi laba.
Persistensi laba merupakan suatu ukuran yang menjelaskan
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang
diperoleh saat ini sampai satu periode masa depan (Sloan, 1996). Laba
yang berkualitas dapat menunjukkan kesinambungan laba, sehingga laba
yang persisten cenderung tidak berfluktuatif disetiap periode (Suwandika
Total Hutangt
Total Asett
(Supadmi dan Putri, 2016)
Ln Total Aset
(Nurochman dan Solikhah, 2015)
58
dan Astika, 2013). Dalam penelitian ini persistensi laba diukur dengan
laba akuntansi sebelum pajak dan pendapatan komprehensif masa depan
(PTBIt+1) dibagi dengan rata-rata total aset.
PTBIt+1
Rata-rata total aset
(Hanlon, 2005)
59
Tabel 3. 1 Tabel Operasional Variabel
No Variabel Indikator Skala
1 Akrual (X1)
(Hanlon, 2005)
PTACC = PTBIt – PTCFt
Rata-rata total aset
ket: PTBIt = laba akuntansi sebelum pajak dan pendapatan
komprehensif periode sekarang
PTCFt = arus kas operasi sebelum pajak
Rasio
2 Arus Kas Operasi (X2)
(Hanlon, 2005)
PTCF = Arus kas operasi – kas pend.komprehensif + pajak terkait kas
Rata-rata total asset Rasio
3 Komposisi Dewan
Komisaris (X3)
(Khafid, 2012)
BDIND = Jml Anggota Dewan Komisaris Independen x 100%
Jml Anggota Dewan Komisarsis Rasio
4 Komite Audit (X4)
(Khafid, 2012) AUDCOM = Jumlah Komite Audit Nominal
5 Tingkat Hutang (X5)
(Supadmi dan Putri,
2016)
TH = Total Hutang
Total Aset Rasio
6 Ukuran Perusahaan (X6)
(Nurochman dan
Solikhah, 2015)
UP = Ln Total Aset Rasio
7 Persistensi Laba (Y)
(Hanlon, 2005)
PTBIt+1
Rata-rata total aset
ket: PTBIt+1 = laba akuntansi sebelum pajak dan pendapatan
komprehensif tahun depan dibagi rata-rata total aset
Rasio
Sumber : Data yang diolah tahun 2016
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan pada sektor properti
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Berdasarkan kriteria, diperoleh sampel sebanyak 32 perusahaan per
tahun, periode pengamatan yang digunakan adalah 3 periode yaitu tahun 2012
sampai dengan tahun 2014. Sehingga total keseluruhan sampel awal yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 96 sampel. Berikut sampel
perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian.
Tabel 4. 1 Data Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
49
2 (-) Perusahaan yang IPO di BEI setelah 1 Januari 2012 (8)
3
(-) Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan
keuangannya secara berturut-turut dari tahun 2012-
2015 dan tidak memiliki kelengkapan data yang
diperlukan dalam penelitian
(1)
4 (-) Perusahaan yang tidak memiliki laba positif secara
berturut-turut selama tahun 2012-2015
(8)
5 (-) Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan
dengan mata uang selain Rupiah
(0)
Jumlah total sampel (32 perusahaan selama 3 tahun) 96
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
61
Pada saat pengujian normalitas, diperoleh hasil bahwa data penelitian
tidak normal. Pengujian dengan Kolmogorov Smirnov (K-S) menghasilkan
nilai sebesar 0,001 dengan total sampel sebanyak 96 data, artinya data tidak
lolos uji normalitas karena nilai signifikansi dibawah 0,05 (0,001 < 0,05).
Berikut hasil dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov (K-S) dengan 96
sampel yang disajikan dalam tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S)
96 sampel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 96
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation ,05911485
Most Extreme
Differences
Absolute ,126
Positive ,126
Negative -,079
Test Statistic ,126
Asymp. Sig. (2-tailed) ,001c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Salah satu cara agar data penelitian menjadi normal adalah dengan
melakukan screening data untuk mendeteksi apakah data dari masing-masing
variabel penelitian memiliki data ekstrim (outlier) yang berpotensi
mengganggu hasil analisis. Screening data penelitian ini menggunakan nilai
z-score, jika terdapat nilai z-score yang bernilai lebih besar dari +2,5 atau
bernilai lebih kecil dari -2,5 dari masing-masing variabel maka data tersebut
62
adalah data ekstrim (outlier). Variabel komite audit dikecualikan dari
screening data menggunakan z-score, dikarenakan tidak terdapat variasi data
setelah screening data. Setelah screening data dengan z-score, hasil uji
normalitas dengan Kolmogorov Smirnov (K-S) menghasilkan nilai sebesar
0,012 dengan total sampel sebanyak 72 data, artinya data tidak lolos uji
normalitas karena nilai signifikansi dibawah 0,05 (0,012 < 0,05). Berikut
hasil dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov (K-S) dengan 72 sampel yang
disajikan dalam tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S)
72 Sampel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 72
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation ,03538445
Most Extreme
Differences
Absolute ,120
Positive ,120
Negative -,058
Test Statistic ,120
Asymp. Sig. (2-tailed) ,012c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Setelah data penelitian masih tidak normal, maka dilakukan screening
data dengan melihat grafik histogram salah satu variabel. Variabel tersebut
ialah variabel dependen penelitian, data terbesar dari variabel dependen
tersebut dihilangkan sehingga data penelitian dapat lolos uji normalitas.
63
Hasil screening data menunjukan bahwa terdapat 9 perusahaan yang
memiliki data ekstrim (outlier), sehingga perusahaan-perusahaan tersebut
harus dikeluarkan dari sampel. Jumlah sampel akhir yang diobservasi adalah
23 perusahaan dalam jangka waktu 3 periode, sehingga total sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 69 sampel.
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2013). Variabel yang digunakan didalam penelitian
ini adalah variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah persistensi laba. Sedangkan variabel
independen dalam penelitian ini terdiri dari akrual, arus kas operasi,
komposisi dewan komisaris independen, komite audit, tingkat hutang,
dan ukuran perusahaan. Hasil dari uji statistik deskriptif dalam penelitian
ini disajikan pada tabel 4.4. Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan bahwa
jumlah data (Valid N) yang ada didalam penelitian ini adalah sebanyak
69 sampel yang berasal dari 23 perusahaan-perusahaan properti dan real
estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 periode,
yaitu tahun 2012-2014.
64
Tabel 4. 4 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
PTBIplus1 69 ,00413 ,22485 ,0831819 ,04692367
PTACC 69 -,16907 ,22048 ,0103765 ,07543418
PTCF 69 -,14524 ,23751 ,0651016 ,06718800
BDIND 69 ,33000 ,57000 ,3768116 ,06704899
AUDCOM 69 2,00000 5,00000 3,0000000 ,34299717
TH 69 ,17750 ,64941 ,4240454 ,12722018
UP 69 26,55680 30,97059 29,1163181 1,12286591
Valid N
(listwise) 69
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2016
Variabel dependen di dalam penelitian ini adalah persistensi laba
(PTBIplus1). Perhitungan persistensi laba dengan proksi laba tahun
depan diperoleh dari laba sebelum pajak dan pendapatan komprehensif
tahun depan (t+1) dibagi dengan rata-rata total aset tahun 2012-2015.
Dari hasil uji statistik deskriptif diperoleh nilai mean (rata-rata) sebesar
0,0831819 dan nilai standar deviasi dari persistensi laba adalah sebesar
0,04692367. Nilai terendah (minimum) dari persistensi laba adalah
sebesar 0,00413, tingkat persistensi laba paling rendah diperoleh dari
Sentul City Tbk pada tahun 2013. Nilai tertinggi (maximum) dari
persistensi laba adalah sebesar 0,22485, perusahaan yang menunjukkan
tingkat persistensi laba paling tinggi diperoleh dari Lippo Cikarang Tbk
pada tahun 2014.
Variabel independen pertama dalam penelitian ini adalah akrual
sebelum pajak (PTACC). Perhitungan akrual diperoleh dari laba sebelum
65
pajak dan pendapatan komprehensif tahun sekarang dikurangi arus kas
operasi sebelum pajak kemudian dibagi dengan rata-rata total aset tahun
2012-2015. Dari hasil uji statistik deskriptif diperoleh nilai mean (rata-
rata) sebesar 0,0103765 dan nilai standar deviasi dari akrual adalah
sebesar 0,07543418. Nilai terendah (minimum) dari variabel akrual yaitu
sebesar -0,16907, tingkat akrual paling rendah diperoleh dari Bumi Citra
Permai Tbk pada tahun 2013. Sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari
variabel akrual sebesar 0,22048 yang diperoleh dari Pikko Land
Development Tbk pada tahun 2014.
Variabel independen kedua dalam penelitian ini adalah arus kas
operasi sebelum pajak (PTCF). Perhitungan arus kas operasi diperoleh
dari nilai arus kas operasi ditambah pajak secara kas dikurangi kas terkait
pos luar biasa kemudian dibagi dengan rata-rata total aset tahun 2012-
2015. Dari hasil uji statistik deskriptif diperoleh nilai mean (rata-rata)
sebesar 0,0651016 dan nilai standar deviasi dari arus kas operasi adalah
sebesar 0,06718800. Nilai terendah (minimum) dari variabel arus kas
operasi sebesar -0,14524, tingkat arus kas operasi paling rendah
diperoleh dari Bumi Citra Permai Tbk pada tahun 2014. Sedangkan nilai
tertinggi (maximum) dari variabel arus kas operasi sebesar 0,23751 yang
diperoleh dari Bumi Citra Permai Tbk pada tahun 2013.
Variabel independen ketiga dalam penelitian ini adalah dewan
komisaris independen (BDIND). Perhitungan dewan komisaris
independen diperoleh dari jumlah anggota komisaris independen dibagi
66
dengan jumlah seluruh anggota dewan komisaris kemudian dikalikan
100%. Dari hasil uji statistik deskriptif diperoleh nilai mean (rata-rata)
sebesar 0,3768116 dan nilai standar deviasi dari dewan komisaris
independen adalah sebesar 0,06704899. Nilai terendah (minimum) dari
variabel dewan komisaris independen sebesar 0,33. Sedangkan nilai
tertinggi (maximum) dari variabel dewan komisaris independen sebesar
0,57 yang diperoleh dari Lippo Cikarang Tbk pada tahun 2013.
Variabel independen keempat dalam penelitian ini adalah komite
audit (AUDCOM). Perhitungan komite audit diperoleh dari jumlah
anggota komite audit yang dimiliki perusahaan. Dari hasil uji statistik
deskriptif diperoleh nilai mean (rata-rata) sebesar 3,00 dan nilai standar
deviasi dari komite audit adalah sebesar 0,34299717. Nilai terendah
(minimum) dari variabel komite audit sebesar 2,00 yang diperoleh dari
Megapolitan Developments Tbk pada tahun 2012 serta dari Perdana
Gapura Prima Tbk pada tahun 2012 dan 2013. Sedangkan nilai tertinggi
(maximum) dari variabel komite audit sebesar 5,00 yang diperoleh dari
Alam Sutera Reality Tbk pada tahun 2012.
Variabel independen kelima dalam penelitian ini adalah tingkat
hutang (TH). Perhitungan tingkat hutang diperoleh dari hasil pembagian
antara total liabilitas dengan total aset. Dari hasil uji statistik deskriptif
diperoleh nilai mean (rata-rata) sebesar 0,4240454 dan nilai standar
deviasi dari tingkat hutang adalah sebesar 0,12722018. Nilai terendah
(minimum) dari variabel tingkat hutang sebesar 0,17750, tingkat hutang
67
paling rendah diperoleh dari Roda Vivatex Tbk pada tahun 2014.
Sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari variabel tingkat hutang sebesar
0,64941 yang diperoleh dari Summarecon Agung Tbk pada tahun 2013.
Variabel independen keenam dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan (UP). Perhitungan ukuran perusahaan diperoleh dari
logaritma natural (ln) total aset. Dari hasil uji statistik deskriptif
diperoleh nilai mean (rata-rata) sebesar 29,1163181 dan nilai standar
deviasi dari ukuran perusahaan adalah sebesar 1,12286591. Nilai
terendah (minimum) dari variabel perusahaan sebesar 26,55680, ukuran
perusahaan paling rendah diperoleh dari Bumi Citra Permai Tbk pada
tahun 2012. Sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari variabel ukuran
perusahaan sebesar 30,97059 yang diperoleh dari Bumi Serpong Damai
pada tahun 2014.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum pengujian regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik yang bertujuan untuk memastikan bahwa penggunaan model
regresi dalam penelitian layak untuk digunakan. Uji asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
68
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik
(Ghozali, 2013).
Uji normalitas dengan analisis grafik dalam penelitian ini
menggunakan grafik histogram dan grafik normal probability plot.
Hasil pengujian normalitas menggunakan grafik dalam penelitian ini
dapat dilihat pada gambar 4.1 yang menunjukkan hasil uji normalitas
menggunakan grafik histogram dan gambar 4.2 yang menunjukkan
hasil uji normalitas menggunakan grafik normal probability plot.
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2016
Gambar 4. 1 Grafik Histogram
69
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2016
Dengan melihat tampilan grafik histogram pada gambar 4.1
dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan hasil berupa
pola distribusi yang normal, sedangkan grafik normal probability
plot pada gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
Berdasarkan uji normalitas menggunakan analisis grafik, dapat
disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah
memenuhi asumsi normalitas.
Selain melalui analisis grafik, penelitian ini juga menggunakan
uji normalitas melalui uji statistik. Dalam penelitian ini, digunakan
uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk
memperkuat hasil normalitas data. Jika nilai Kolmogorov-Smirnov
(K-S) memiliki tingkat signifikansi diatas α > 0,05 maka model
Gambar 4. 2 Grafik Normal Probability Plot
70
regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013). Hasil
pengujian normalitas data dengan menggunakan uji statistik non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) disajikan pada tabel 4.5.
Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 69
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation ,02925230
Most Extreme
Differences
Absolute ,058
Positive ,051
Negative -,058
Test Statistic ,058
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.5, hasil uji normalitas menunjukkan
besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah 0,058 dan tingkat
signifikansinya berada pada 0,200. Hasil ini menunjukkan bahwa
model regresi memenuhi asumsi normalitas karena tingkat
signifikansinya lebih dari 0,05.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (idependen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
71
variabel independen. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan
lawannya yaitu variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang
dipakai ada atau tidaknya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤
0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Hasil dari uji
multikolinearitas pada penelitian ini disajikan pada tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
PTACC ,281 3,554
PTCF ,277 3,609
BDIND ,677 1,476
AUDCOM ,902 1,109
TH ,729 1,371
UP ,720 1,390
a. Dependent Variable: PTBIplus1
Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.6, hasil perhitungan pada kolom tolerance
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar
variabel independen. Sementara hasil perhitungan nilai variance
inflation factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel
independen dalam model regresi pada penelitian ini.
72
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplot dan
uji glejser.
Pada grafik scatterplot, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas
dengan menggunakan grafik plot disajikan dalam gambar 4.3.
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Berdasarkan grafik scatterplot yang ditunjukkan pada gambar
4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik
di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Scatterplot
73
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
Selain melalui grafik scatterplot, penelitian ini melakukan uji
glejser untuk memperkuat bukti bahwa dalam model regresi
penelitian tidak terdapat heteroskedastisitas. Hasil dari uji glejser
dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.7.
Berdasarkan hasil uji glejser yang ditunjukkan pada tabel 4.7,
menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang
signifikan secara statistik. Hal ini terlihat dari probabilitas
signifikansinya yang bernilai diatas tingkat kepercayaan 5% (0,05).
Dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas. Hasil ini sesuai dengan uji heteroskedastisitas
menggunakan grafik scatterplot.
Tabel 4. 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Glejser
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
74
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali,
2013).
Dalam penelitian ini, pengujian uji autokorelasi menggunakan
Run Test dengan ketentuan probabilitas lebih besar dari signifikansi
0,05. Hasil dari uji autokorelasi dalam penelitian ini disajikan dalam
tabel 4.8.
Tabel 4. 8 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea ,00239
Cases < Test Value 34
Cases >= Test Value 35
Total Cases 69
Number of Runs 32
Z -,847
Asymp. Sig. (2-tailed) ,397
a. Median
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.8 nilai test adalah sebesar 0,00239 dengan
probabilitas 0,397 yang bernilai lebih besar dari 0,05. Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai residual acak atau random, sehingga dapat
75
disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada model
regresi yang digunakan didalam penelitian ini.
3. Hasil Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur kemampuan
variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Koefisien determinasi dilihat dari nilai adjusted R2. Nilai adjusted R
2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke
dalam model (Ghozali, 2013). Hasil dari uji koefisien determinasi dalam
penelitian ini disajikan dalam tabel 4.9.
Tabel 4. 9 Hasil Koefisien Determinasi
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Dari tabel 4.9 yang telah disajikan di atas, nilai adjusted R2
sebesar
0,574 yang berarti bahwa variabel-variabel independen yang ada dalam
penelitian ini dapat menjelaskan 57,4% variabel dependen dalam
penelitian ini yaitu persistensi laba. Hasil ini menunjukkan bahwa model
memiliki kemampuan yang tinggi dalam menjelaskan variabel dependen,
sedangkan sisanya sebesar 42,6% dijelaskan oleh varibel-variabel lain di
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,782a ,611 ,574 ,03063506
a. Predictors: (Constant), UP, PTCF, AUDCOM, TH, BDIND,
PTACC
b. Dependent Variable: PTBIplus1
76
luar penelitian ini. Beberapa contoh variabel lain tersebut ialah siklus
operasi (Fanani, 2010), book tax gap dan volatilitas penjualan (Kusuma
dan Sadjiarto, 2014), kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial (Nurochman dan Solikhah, 2015).
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk memberikan gambaran antara
hubungan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Pada
penelitian ini, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji
signifikansi simultan (uji statistik F) dan uji signifikansi parameter
individual (uji statistik t).
a. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau variabel bebas mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Dalam
penelitian ini, variabel independen yang terdiri dari akrual, arus kas
operasi, dewan komisaris independen, komite audit, tingkat hutang,
dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen yaitu persistensi laba. Hasil dari uji signifikansi simultan
(uji statistik F) yang disajikan dalam tabel 4.10, diperoleh nilai F
adalah sebesar 16,256 dengan nilai signifikansi 0,000.
77
Tabel 4. 10 Hasil Uji Signifikansi Simultan: Uji Statistik F
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Dari hasil tersebut, nilai signifikansi lebih kecil daripada tingkat
signifikansi yang digunakan dalam penelitian yaitu sebesar 0,05
(5%). Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang
terdiri dari akrual, arus kas operasi, dewan komisaris independen,
komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan secara bersama-
sama atau secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen
yaitu persistensi laba.
b. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2013). Dalam penelitian ini, apakah variabel independen yang terdiri
dari akrual, arus kas operasi, dewan komisaris independen, komite
audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan secara individual
mempengaruhi variabel dependen yaitu persistensi laba. Hasil dari
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression ,092 6 ,015 16,256 ,000b
Residual ,058 62 ,001
Total ,150 68
a. Dependent Variable: PTBIplus1
b. Predictors: (Constant), UP, PTCF, AUDCOM, TH, BDIND,
PTACC
78
uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) disajikan dalam
tabel 4.11.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,123 ,102 1,212 ,230
PTACC ,833 ,093 1,339 8,972 ,000
PTCF ,933 ,105 1,335 8,878 ,000
BDIND ,114 ,067 ,163 1,692 ,096
AUDCOM -,009 ,011 -,067 -,806 ,423
TH -,018 ,034 -,049 -,530 ,598
UP -,004 ,004 -,096 -1,030 ,307 a. Dependent Variable: PTBIpuls1
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Berdasarkan pada hasil uji signifikansi individual (uji statistik t)
yang disajikan pada tabel 4.11 diatas, maka didapat persamaan
regresi seperti:
PTBIt+1 = 0,123 + 0,833 PTACC + 0,933 PTCF + 0,144 BDIND –
0,009 AUDCOM – 0,018 TH – 0,004 UP + e
Berikut penjelasan dari variabel yang berpengaruh terhadap
persistensi laba:
1) Nilai konstanta sebesar 0,123 artinya jika variabel akrual
(PTACC), arus kas operasi (PTCF), dewan komisaris
independen (BDIND), komite audit (AUDCOM), tingkat hutang
(TH), dan ukuran perusahaan (UP) bernilai nol, maka variabel
Tabel 4. 11 Hasil Uji Signifikansi Individual : Uji Statistik t
79
dependen atau persistensi laba (PTBIt+1) akan bernilai 0,123
satuan.
2) Koefisien regresi akrual (PTACC) sebesar 0,833 yang berarti
jika variabel akrual (PTACC) meningkat sebesar satu satuan dan
variabel lainnya konstan, maka variabel dependen yaitu
persistensi laba (PTBIt+1) akan meningkat sebesar 0,833 satuan.
3) Koefisien regresi arus kas operasi (PTCF) sebesar 0,933 yang
berarti jika variabel arus kas operasi (PTCF) meningkat sebesar
satu satuan dan variabel lainnya konstan, maka variabel
dependen yaitu persistensi laba (PTBIt+1) akan meningkat
sebesar 0,933 satuan.
Berikut hasil uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)
dari variabel independen yang terdiri dari akrual (PTACC), arus kas
operasi (PTCF), dewan komisaris independen (BDIND), komite
audit (AUDCOM), tingkat hutang (TH), dan ukuran perusahaan
(UP) terhadap variabel dependen yaitu persistensi laba (PTBIt+1).
Penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1) Akrual (PTACC)
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh akrual (PTACC)
terhadap persistensi laba (PTBIt+1) yang telah dilakukan
menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar 0,833 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang ditunjukkan
variabel akrual lebih kecil daripada 0,05 (0,000 < 0,05). Artinya
80
akrual memiliki pengaruh terhadap persistensi laba. Dan dengan
demikian maka Ha1 yang menyatakan bahwa besaran akrual
berpengaruh positif terhadap persistensi laba diterima. Koefisien
regresi yang bernilai positif menunjukkan bahwa semakin tinggi
nilai akrual maka semakin tinggi juga nilai dari persistensi laba.
Secara teoritis selain dapat memprediksi arus kas masa
depan, akrual juga dapat digunakan untuk memprediksi laba
masa depan, namun tidak mampunya akrual secara signifikan
mempengaruhi persistensi laba dapat dikarenakan nilai akrual
yang terlalu rendah (Dewi dan Putri, 2015). Namun, hasil dalam
penelitian ini tidak mendukung pernyataan tersebut, pada
penelitian ini nilai akrual tinggi sehingga hasil menunjukkan
bahwa akrual berpengaruh terhadap persistensi laba. Hal ini
memperkuat pernyataan Moienadin dan Tabatabaenasab (2014)
yang menyatakan bahwa akrual memiliki kemampuan dalam
memprediksi laba masa depan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Fachrurrozie dan Kasiono (2016) yang berkesimpulan
bahwa akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba.
Temuan ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arfan, dkk. (2014) yang memperoleh hasil besaran akrual
berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Sementara hasil
dari penelitian Fanani (2010) berkesimpulan besaran akrual
81
berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Namun penelitian
ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi
dan Putri (2015) yang memperoleh hasil akrual tidak
berpengaruh negatif terhadap persistensi laba.
2) Arus kas operasi
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh arus kas operasi
(PTCF) terhadap persistensi laba (PTBIt+1) yang telah dilakukan
menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar 0,933 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang ditunjukkan
variabel arus kas operasi lebih kecil daripada 0,05 (0,000 <
0,05). Artinya arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap
persistensi laba. Dan dengan demikian maka Ha2 yang
menyatakan bahwa arus kas operasi berpengaruh positif
terhadap persistensi laba diterima. Koefisien regresi yang
bernilai positif menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai arus
kas operasi maka semakin tinggi juga nilai dari persistensi laba.
Hal ini disebabkan karena selama tahun penelitian
perusahaan sampel lebih banyak mendapatkan kas dibandingkan
mengeluarkannya, dengan kata lain perusahaan memiliki kas
untuk melakukan operasionalnya kembali tanpa harus
meminjam atau mencari modal kepada pihak lain, apabila
operasional perusahaan baik maka akan menghasilkan laba yang
baik pula (Nurbaiti dkk., 2016). Pada dasarnya, arus kas operasi
82
yang dijadikan patokan dalam bertindak selain laba, semakin
tinggi nilai aliras kas operasi pada perusahaan, maka kualitas
laba atau persistensi laba akan meningkat, begitu pula
sebaliknya (Dewi dan Putri, 2015).
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi
dan Putri (2015) dan penelitian yang dilakukan oleh Nurbaiti
dkk. (2016) yang menyatakan bahwa arus kas operasi
berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Sementara hasil
penelitian Arfan dkk. (2014) yang menggunakan volatilitas arus
kas berkesimpulan bahwa volatilitas arus kas berpengaruh
positif terhadap persistensi laba. Hasil serupa juga disimpulkan
oleh Kusuma dan Sadjiarto (2014) berkesimpulan bahwa
volatilitas arus kas berpengaruh negatif terhadap persistensi
laba. Namun, hasil ini berlawanan dengan Chowijaya dkk.
(2014) yang menyatakan bahwa aliran kas operasi tidak
berpengaruh terhadap persistensi laba.
3) Dewan Komisaris Independen
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh dewan komisaris
independen (BDIND) terhadap persistensi laba (PTBIt+1) yang
telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar
0,114 dengan nilai signifikansi sebesar 0,096. Nilai signifikansi
yang ditunjukkan variabel arus kas operasi lebih besar daripada
0,05 (0,096 > 0,05). Artinya dewan komisaris independen tidak
83
berpengaruh terhadap persistensi laba. Dan dengan demikian
maka Ha3 yang menyatakan bahwa dewan komisaris
independen berpengaruh positif terhadap persistensi laba
ditolak.
Komisaris independen dapat memilih dan memutuskan
secara bebas ketika kinerja manajemen menurun secara
signifikan, hal ini rasional karena para dewan komisaris
independen tidak memiliki hambatan-hambatan psikologis
dalam melakukan fungsi monitoring terhadap kinerja
manajemen (Khafid, 2012). Namun, hasil penelitian ini tidak
mendukung hal tersebut, penjelasan atas hal tersebut menurut
Siregar dan Utama (2005) adalah bahwa pengangkatan
komisaris independen oleh perusahaan hanya dilakukan untuk
pemenuhan regulasi tapi tidak dimaksudkan untuk penegakkan
Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan. Kedua,
ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30%
belum cukup tinggi untuk menyebabkan komisaris independen
tersebut dapat mendominasi kebijakan yang diambil oleh
dewan komisaris. Jika komisaris independen merupakan pihak
mayoritas (>50%) maka mungkin dapat lebih efektif dalam
menjalakan peran monitoring dalam perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Nurochman dan Solikhah (2015) yang berkesimpulan
84
bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh positif
terhadap persistensi laba. Namun, hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian Kusuma dan Sadjiarto (2014) yang
berkesimpulan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh
positif terhadap persistensi laba, hasil tersebut juga didapat dari
penelitian Khafid (2012) yang memiliki hasil dewan komisaris
independen berpengaruh positif terhadap persistensi laba.
4) Komite Audit
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh komite audit
(AUDCOM) terhadap persistensi laba (PTBIt+1) yang telah
dilakukan menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar -0,009
dengan nilai signifikansi sebesar 0,423. Nilai signifikansi yang
ditunjukkan variabel arus kas operasi lebih besar daripada 0,05
(0,423 > 0,05). Artinya komite audit tidak berpengaruh terhadap
persistensi laba. Dan dengan demikian maka Ha4 yang
menyatakan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap
persistensi laba ditolak.
Dengan adanya pengawasan oleh komite audit membuat
manajer lebih cenderung meningkatkan kinerjanya dari pada
harus melakukan manipulasi laba. Akibatnya pengawasan yang
dilakukan komite audit akan meningkatkan kinerja manajer
untuk menghasilkan laba yang persisten (Nurochman dan
Solikhah, 2015). Namun hasil penelitian ini tidak mendukung
85
pernyataan tersebut, tidak adanya pengaruh mengindikasikan
bahwa besar kecilnya ukuran komite audit tidak berdampak
pada manipulasi laba yang dilakukan manajemen perusahaan.
Hasil tersebut tidak menjamin ukuran komite audit dapat
memonitor untuk mendeteksi gangguan dalam informasi laba,
akan tetapi lebih kepada integritas dari anggota komite audit itu
sendiri untuk melaksanakan tugasnya sebagai fungsi
pengawasan secara efektif, hal tersebut diduga jumlah anggota
komite audit yang diisyaratkan hanya sekedar memenuhi
ketentuan formal oleh perusahaan (Prabowo, 2014).
Hasil serupa diperoleh dari Siregar dan Utama (2005) yang
berkesimpulan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh
negatif terhadap pengelolaan laba (sebagai proksi yang
digunakan untuk menilai kualitas laba). Hasil penelitian ini tidak
mendukung penelitian Khafid (2012) yang berkesimpulan
bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap persistensi
laba, hasil tersebut juga didapat dari penelitian Kusuma dan
Sadjiarto (2014) serta Junawatinigsih dan Harto (2014) yang
memperoleh hasil komite audit berpengaruh positif terhadap
persistensi laba. Hasil penelitian Nurochman dan Solikhah
(2015) juga berkesimpulan bahwa komite audit berpengaruh
positif terhadap persistensi laba.
86
5) Tingkat Hutang
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh tingkat hutang (TH)
terhadap persistensi laba (PTBIt+1) yang telah dilakukan
menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar -0,018 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,598. Nilai signifikansi yang ditunjukkan
variabel tingkat hutang lebih besar daripada 0,05 (0,598 > 0,05).
Artinya tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap persistensi
laba. Dan dengan demikian maka Ha5 yang menyatakan bahwa
tingkat hutang berpengaruh positif terhadap persistensi laba
ditolak.
Tingkat hutang memiliki hubungan yang berlawanan atau
negatif terhadap persistensi laba karena hutang mengandung
konsekuensi perusahaan harus membayar bunga dan pokok pada
saat jatuh tempo. Jika perusahaan tidak mampu membayar maka
akan menimbulkan resiko kegagalan sehingga laba yang
diperoleh perusahaan akan lebih diutamakan untuk membayar
hutang dan bunganya daripada untuk memelihara penghasilan
perusahaan dan membiayai kegiatan operasional perusahaan,
sehingga akan memungkinkan berdampak pada penurunan laba
perusahaan di masa depan (Rica dan Barus, 2014).
Menurut Zuhri (2016), tingkat hutang tidak mempunyai
pengaruh terhadap persistensi laba dikarenakan ada
kemungkinan perusahaan cenderung menggunakan pendanaan
87
dari hutang untuk berinvestasi pada aset jangka panjang seperti
PPE (property, plant, and equipment) dibandingkan
menggunakan hutang untuk kegiatan operasional perusahaan.
Penggunaan pendanaan dari hutang untuk investasi pada aset
jangka panjang yang return atau dampaknya terhadap laba lebih
lama jika dibandingkan dengan penggunaan pendanaan utang
untuk keperluan operasional perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Rica dan Barus (2014) dan penelitian Kusuma dan
Sadjiarto (2014) yang memperoleh hasil tingkat hutang tidak
berpengaruh negatif terhadap persistensi laba, hasil tersebut juga
didukung oleh Nurochman dan Solikhah (2015). Sementara
penelitian yang dilakukan oleh Suwandika dan Astika (2013)
dan penelitian oleh Hayati (2014) berkesimpulan bahwa tingkat
hutang tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba.
Namun penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fanani (2010),
yang memperoleh hasil tingkat hutang berpengaruh positif
terhadap persistensi laba. Hasil serupa juga didapat dari
penelitian Junawatiningsih dan Harto (2014) serta penelitian
yang dilakukan oleh Arfan, dkk. (2014) yang berkesimpulan
bahwa tingkat hutang berpengaruh positif terhadap persistensi
laba. Sementara Fachrurrozie dan Kasiono (2016)
88
berkesimpulan bahwa tingkat hutang berpengaruh negatif
terhadap persistensi laba.
6) Ukuran Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh ukuran perusahaan
(UP) terhadap persistensi laba (PTBIt+1) yang telah dilakukan
menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar -0,004 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,307. Nilai signifikansi yang ditunjukkan
variabel ukuran perusahaan lebih besar daripada 0,05 (0,307 >
0,05). Artinya ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
persistensi laba. Dan dengan demikian maka Ha6 yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap persistensi laba ditolak.
Hasil ini mendukung teori stewardship. Dalam teori
stewardship, manajer akan berperilaku sesuai kepentingan
bersama. Sehingga besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak
akan menpengaruhi penurunan ataupun kenaikan laba
perusahaan (Nurochman dan Solikhah, 2015). Hasil ini juga
berlawanan dengan pernyataan Gu et. al (2002) dalam
Nurochman dan Solikhah (2015) yang menyatakan bahwa
perusahaan besar akan mengurangi biaya politis dengan
menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi laba,
dengan begitu laba yang dihasilkan cenderung kecil dan tidak
89
persisten serta tidak mencerminkan kualitas laba yang
sesungguhnya yang dihasilkan oleh perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Nurochman dan Solikhah (2015) yang memperoleh hasil
ukuran perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap
persistensi laba. Namun penelitian ini menghasilkan kesimpulan
yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Junawatiningsih dan Harto (2014) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba.
Hasil serupa juga diperoleh dari penelitian Dewi dan Putri
(2015) yang berkesimpulan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap persistensi laba.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh akrual, arus kas operasi, dewan
komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan
terhadap persistensi laba pada perusahaan properti dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan analisis dan pembahasan
yang dilakukan pada bab pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Kesimpulan
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Arfan dkk. (2014), dan Fachrurrozie dan Kasiono (2016).
2. Arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba.
Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Arfan dkk. (2014), Dewi dan Putri (2015), dan Nurbaiti
dkk. (2016).
3. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh positif terhadap
persistensi laba. Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nurochman dan Solikhah (2015).
4. Komite audit tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba.
Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Siregar dan Utama (2005).
91
5. Tingkat hutang tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba.
Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Rica dan Barus (2014), Kusuma dan Sadjiarto (2014), dan
Nurochman dan Solikhah (2015).
6. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba.
Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Nurochman dan Solikhah (2015).
B. Saran
Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini,
maka beberapa saran untuk perkembangan penelitian selanjutnya terkait
dengan persistensi laba perusahaan sehingga diharapkan penelitian
selanjutnya dapat memberikan hasil penelitian yang lebih maksimal dengan
mempertimbangkan saran dibawah ini:
1. Peneliti menyarankan agar pada penelitian selanjutnya untuk
menambahkan atau mengganti variabel-variabel lain selain variabel yang
telah dimasukkan di dalam penelitian ini seperti book tax-gap dan
volatilitas penjualan (Kusuma dan Sadjiarto, 2014), spesialisasi industri
auditor (Junawatiningsih dan Harto, 2014), kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional (Nurochman dan Solikhah, 2015).
2. Peneliti menyarankan agar pada penelitian selanjutnya untuk
memperpanjang rentang waktu periode penelitian agar hasil yang didapat
lebih baik dan juga memperluas sampel penelitian yang digunakan
sehingga tidak terbatas pada satu jenis industri saja.
92
DAFTAR PUSTAKA
Anggit, Domas Titis dan M. Ja’far Shodiq. 2014. Hubungan Antara Mekanisme
Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan.
Simposium Nasional Akuntansi XVII, Mataram.
Arfan, M., Hasan Basri dan Nina. 2014. Pengaruh Volatilitas Arus Kas,
Volatilitas Penjualan, Besaran Akrual, dan Financial Leverage terhadap
Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal
Administrasi Akuntansi, Vol.3, No. 2, hal. 1-12.
Basari, M. Taufikul. 2015. Toshiba Diguncang Skandal Akuntansi Senilai US$
1,2 Miliar. Artikel diakses pada 18 Juni 2016 dari
http://finansial.bisnis.com/read/20150721/9/455185/toshiba-diguncang-
skandal-akuntansi-senilai-us12-miliar.
Boediono, G. S. 2005. Kualitas Laba : Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis
Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.
Boubakri, Fatma. 2012. The Relationship between Accruals Quality, Earnings
Persistence and Accruals Anomaly in the Canadian Context. International
Journal of Economics and Finance, Vol. 4, No. 6.
Chowijaya, Andriansyah. Rizal Effendi dan Cherrya Dhia Wenny. 2014 pengaruh
Laba Akuntansi, Laba Fiskal, dan Arus Kas Operasi terhadap Persistensi
Laba. STIE Multi Data Palembang.
Dahler, Yolanda dan Febrianto. 2006. Kemampuan Prediktif Earnings dan Arus
Kas Dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan. Simposium Nasional
Akuntansi IX Padang, 23-26 Agustus.
Daniati, Ninna dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen
Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected
Return Saham (Survey pada Industri Textile dan Automotive yang terdaftar
di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Dechow, P. dan Dichev. 2002. The Quality of Accruals and Earnings : The Role
of Accrual Estimation Errors. The Accounting Review, 77, pp. 35-59.
Dewi, Ni Putu Lestari dan Asri Dwija Putri. 2015. Pengaruh Book-Tax
Difference, Arus Kas Operasi, Arus Kas Akrual, dan Ukuran Perusahaan
pada Persistensi Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.1 :
244-260.
Diela, Tabita. 2014. Awas Mafia Jangan Tertipu Pengembang yang Mengaku
Pailit. Artikel diakses pada 01 Juni 2016 dari
http://properti.kompas.com/read/2014/04/22/1056555/Awas.Mafia.Jangan.
Tertipu.Pengembang.yang.Mengaku.Pailit.
93
Eisenhardt, Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review.
Academy of Management Review, 14, 57-74.
Fachrurrozie, dan Kasiono. 2016. Determinan Persistensi Laba pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Accounting Analysis Journal, Vol. 5.
Fanani, Zaenal. 2010. Analisis Faktor-Faktor Penentu Persistensi Laba. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 7, No. 1, hal. 109-123.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Jakarta.
Hanlon, M. 2005. The Persistense and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash
Flow When Firms Have Large Book-tax Difference. The Accounting Review
80. pp 137-166.
Hayati, Okta Sabridal. 2014. Pengaruh Volatilitas Arus Kas dan Tingkat Hutang
terhadap Persistensi Laba. Artikel. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Padang.
Ikhsan, Taufikal. 2012. Pengaruh Kualitas Penerapan Corporate Governance dan
Konsentrasi Kepemilikan terhadap Persistensi Laba. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Vol.11 No. 2.
Jensen, M. C. Dan W. H. Meckling. 1976. Theory of Frim : Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics,
Vol.3, pp.305-560.
Jonas, Gregory J. dan Jeannot Blanchet. 2000. Assessing Quality of Financial
Reporting. Accounting Horizons, 14 (3), pp: 353-363.
Junawatiningsih, Tri dan Puji Harto. 2014. Analisis Pengaruh Mekanisme Internal
dan Eksternal Corporate Governance terhadap Persistensi Laba. Diponegoro
Journal of Accounting, Vol. 3, No. 4, hal. 1-11.
Khafid, M. 2012. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) dan
Struktur Kepemilikan terhadap Persistensi Laba. Jurnal Dinamika
Akuntansi, Vol. 4(2), hal. 139 - 148.
Kieso, Donald E., Weygandt dan Warfield. 2015. Intermediate Accounting. John
Wiley & Sons, USA.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia.
Kusuma, Briliana dan R. Arja Sadjiarto. 2014. Analisa Pengaruh Volatilitas Arus
Kas, Volatilitas Penjualan, Tingkat Hutang, Book Tax Gap, dan Tata
Kelola Perusahaan terhadap Persistensi Laba. Tax and Accounting Review,
Vol. 4, No.1.
94
Moienadin, Mahmoud dan Zohre Tabatabaenasab. 2014. Examining the Earnings
Persistence and Its Components in Explaining the Future Profitability.
Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In Business, Vol.5
No.10.
Naimi, Mohammad. Rohami Shafie dan Wan Nordin Wan-Hussin. 2010.
Corporate Governance and Audit Report Lag in Malaysia. Asian Academy
of Management journal of Accounting and Finance, Vol 6, 57-84.
Nelvirita, dan Maisil Delvira. 2013. Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage, dan
Persistensi Laba terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). E-Jurnal
Universitas Negeri Padang, Vol. 1, No. 1.
Nuraina, Elva. 2011. Laba, Arus Kas Operasi dan Akrual Sebagai Penentu Laba
Operasi Masa Depan. Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 2 (1), hal. 62-69.
Nurbaiti, Annisa. Dudi Pratomo dan Salsabiila. 2016. Pengaruh Book Tax
Difference dan Aliran Kas Operasi terhadap Persistensi laba. E-Journal
Tarumanegara Jurnal Akuntansi Vol. XX, No. 2, hal 314-329.
Nurochman, Afid dan Badingatus Solikhah. 2015. Pengaruh Good Corporate
Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi
Laba. Accounting Analysis Journal, Vol. 4.
Nuryaman. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela.
Jumal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 6.
Organization for Economic Co-Operation and Development. 2004. OECD
Principles of Corporate Governance.
Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan
Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.
Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Penman, S.H. and X.J. Zhang. 2002. Accounting Conservatism, the Quality of
Earning and Stock Returns. The Accounting Review Vol.77, pp. 237-264.
Penman, S.H. 2003. Financial Statement Analysis and Security Valuation. Second
Editon : McGraw Hill.
Prabowo, Danuharja Arvin. 2014. Pengaruh Komisaris Independen, Independensi
Komite Audit, Ukuran dan Jumlah Pertemuan Komte Audit terhadap
Manajemen Laba. Accounting Analysis Journal, Vol.3, No.1.
Rica, Vera dan Andreani Caroline Barus. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Persistensi Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Vol.4, No.2.
95
Rifai, Moh., Rina Arifati dan Maria Magdalena. 2015. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap
Profitabilitas Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2010-2012.
Jurnal Unpand Vol.1 No.1.
Schick, A. 2007. Performance Budgeting and Accrual Budgeting: Decision Rules
or Analytic Tools. OECD Journal on Budgeting. Vol. 7, No.2.
Schipper, K and Vincent. 2003. Earnings Quality. Accounting Horizon. Vol. 17.
pp. 97 – 110.
Shin, Heejeong dan Sorah Park. 2015. Earnings Persistence Over The
Macroeconomic Cycle: Evidence From Korea. The Journal of Applied
Business Research Vol. 31, No.6.
Siallagan, Hamonangan dan M. Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi IX, Padang.
Sloan, Richard G. 1996. Do Stock Prices Fully Reflect Information in Accruals
and Cash Flows about Future Earnings?. The Accounting Review 71, 289–
315.
Subramanyam, K. R dan J.J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 10
Buku 1. Salemba Empat, Jakarta
Subramanyam, K. R dan J.J. Wild. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 10
Buku 2. Salemba Empat, Jakarta.
Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Lana Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Tipe Kepemilikan Perusahaan
terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan.
Proceeding PESAT Vol.2 ISSN:1858-2559.
Supadmi, Ni Luh dan A.A Ayu Ganitri Putri. 2016. Pengaruh Tingkat Hutang dan
Kepemilikan Manajerial terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan
Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.15.2.
Suranggane, Zulaikha. 2007. Analisis Aktiva Pajak Tangguhan dan Akrual
sebagai Prediktor Manajemen Laba (Kajian Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEJ). Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia Vol.4, No. 1, hal. 77-94.
Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen,
Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistimatik, Set Peluang Investasi dan
Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13.3, hal.195-210.
96
Suwandika, I Made Andi dan Ida Bagus Putra Astika. 2013. Pengaruh Perbedaan
Laba akuntansi, Laba Fiskal, Tingkat Hutang Pada Persistensi Laba. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 5.1, hal. 196-214.
Tarjo. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage
terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham, serta Cost of Equity
Capital. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.
Tucker, Jennifer W. dan Zarowin. 2006. Does Income Smoothing Improve
Earnings Informativeness?. The Accounting Review, 81 (1), hal. 251-270
Ujiyantho, Muh. Arief dan B. Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada
Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi
X, IAI, Makassar 2007.
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Lembaran Negara RI Tahun 2007, No. 106. Jakarta :
Sekretariat Negara. Diakses pada 31 Mei 2016.
Siregar, Sylvia Veronica N.P dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management). Simposium Nasional
Akuntansi VIII, Solo.
Wijayanti. 2006. Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba
Fiskal terhadap Persistensi laba, Akrual, dan Arus Kas. Simposium Nasional
Akuntansi IX, Padang.
Windah, Gabriela C. dan Fidelis Arastyo Andono,. 2013. Pengaruh Penerapan
Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Hasil Survei
The Indonesian Institute Perception Governance (IICG) Periode 2008-
2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1) hal. 1-20.
Zuhri, Achmad Syaifudin. 2016. Analisis Akrual Diskresioner, Ketidakpastian
Lingkungan Operasi, dan Leverage dalam Memprediksi Laba. Jurnal
Akuntansi UNESA Vol 4, No 2 (2016): Vol.4 No. 2.
97
LAMPIRAN-LAMPIRAN
98
Lampiran 1 Perusahaan Properti dan Real Estate yang Menjadi Sampel
No Kode Saham Nama Perusahaan
1 APLN Agung Podomoro Land Tbk
2 ASRI Alam Sutera Reality Tbk
3 BCIP Bumi Citra Permai Tbk
4 BKSL Sentul City Tbk
5 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk
6 CTRA Ciputra Development Tbk
7 CTRP Ciputra Property Tbk
8 CTRS Ciputra Surya Tbk
9 DART Duta Anggada Realty Tbk
10 DILD Intiland Development Tbk
11 DUTI Duta Pertiwi Tbk
12 EMDE Megapolitan Developments Tbk
13 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk
14 JRPT Jaya Real Property Tbk
15 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
16 LPCK Lippo Cikarang Tbk
17 MTLA Metropolitan Land Tbk
18 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk
19 PUDP Pudjiati Prestige Tbk
20 RDTX Roda Vivatex Tbk
21 RODA Pikko Land Development Tbk
22 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk
23 SMRA Summarecon Agung Tbk
99
Lampiran 2 Data Perusahaan
100
Data Perusahaan
101
Data Perusahaan
102
Data Perusahaan
NO Nama
Perusahaan
2012 2013 2014
BDIND AUDCOM BDIND AUDCOM BDIND AUDCOM
1 APLN 33% 3 33% 3 33% 3
2 ASRI 40% 5 40% 3 40% 3
3 BCIP 33% 3 33% 3 33% 3
4 BKSL 43% 3 43% 3 40% 3
5 BSDE 38% 3 38% 3 38% 3
6 CTRA 40% 3 50% 3 50% 3
7 CTRP 40% 3 40% 3 40% 3
8 CTRS 50% 3 50% 3 50% 3
9 DART 33% 3 33% 3 33% 3
10 DILD 33% 4 33% 3 33% 3
11 DUTI 33% 3 33% 3 33% 3
12 EMDE 33% 2 33% 3 33% 3
13 GPRA 33% 2 33% 2 33% 3
14 JRPT 40% 3 40% 3 40% 3
15 KIJA 33% 3 50% 3 50% 3
16 LPCK 50% 3 57% 3 33% 3
17 MTLA 33% 3 33% 3 33% 3
18 PLIN 33% 3 33% 3 33% 3
19 PUDP 33% 3 33% 3 33% 3
20 RDTX 33% 3 33% 3 33% 3
21 RODA 33% 3 33% 3 33% 3
22 SMDM 33% 3 33% 3 33% 3
23 SMRA 50% 3 50% 3 50% 3
103
Lampiran 3 Hasil Perhitungan
(Bersambung di halaman berikutnya)
104
(Bersambung di halaman berikutnya)
105
106
Lampiran 4 Hasil Output SPSS
1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
PTBIplus1 69 ,00413 ,22485 ,0831819 ,04692367
PTACC 69 -,16907 ,22048 ,0103765 ,07543418
PTCF 69 -,14524 ,23751 ,0651016 ,06718800
BDIND 69 ,33000 ,57000 ,3768116 ,06704899
AUDCOM 69 2,00000 5,00000 3,0000000 ,34299717
TH 69 ,17750 ,64941 ,4240454 ,12722018
UP 69 26,55680 30,97059 29,1163181 1,12286591
Valid N
(listwise) 69
2. Uji Normalitas
Grafik Histogram
Grafik Normal Probability Plot
107
Kolmogorov Smirnov (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 69
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation ,02925230
Most Extreme
Differences
Absolute ,058
Positive ,051
Negative -,058
Test Statistic ,058
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
3. Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
PTACC ,281 3,554
PTCF ,277 3,609
BDIND ,677 1,476
AUDCOM ,902 1,109
TH ,729 1,371
UP ,720 1,390
a. Dependent Variable: PTBIplus1
108
4. Uji Heteroskedastisitas
Grafik Scatterplot
Uji Glejser
5. Uji Auto Korelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea ,00239
Cases < Test Value 34
Cases >= Test Value 35
Total Cases 69
Number of Runs 32
Z -,847
Asymp. Sig. (2-tailed) ,397
a. Median
109
6. Hasil Koefisien Determinasi
7. Hasil Uji Signifikan Individual : Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,123 ,102 1,212 ,230
PTACC ,833 ,093 1,339 8,972 ,000
PTCF ,933 ,105 1,335 8,878 ,000
BDIND ,114 ,067 ,163 1,692 ,096
AUDCOM -,009 ,011 -,067 -,806 ,423
TH -,018 ,034 -,049 -,530 ,598
UP -,004 ,004 -,096 -1,030 ,307 a. Dependent Variable: PTBIpuls1
8. Hasil Uji Signifikansi Simultan: Uji Statistik F
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,782a ,611 ,574 ,03063506
a. Predictors: (Constant), UP, PTCF, AUDCOM, TH, BDIND,
PTACC
b. Dependent Variable: PTBIplus1
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression ,092 6 ,015 16,256 ,000b
Residual ,058 62 ,001
Total ,150 68
a. Dependent Variable: PTBIplus1
b. Predictors: (Constant), UP, PTCF, AUDCOM, TH, BDIND,
PTACC