Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH AMPAS TEH TERHADAP PERTUMBUHAN
JAMUR TIRAM KUNING (Pleurotus citrinopileatus Singer)
SKRIPSI
Oleh
NUR MURSIDAWATI
NIM. TB.161069
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
PENGARUH AMPAS TEH TERHADAP PERTUMBUHAN
JAMUR TIRAM KUNING (Pleurotus citrinopileatus Singer)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh
NUR MURSIDAWATI
NIM. TB.161069
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
ii
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Jl. Jambi-Ma Bulian KM 16 Simp. Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36365
NOTA DINAS
Kode
Dokumen
Kode Formulir Berlaku
Tgl
No
Revisi
Tgl
Revisi
Halaman
In.08-PS-05 In.08-FM-PS-
05-01
R-0 - 1 dari 1
Hal : Nota Dinas
Lampiran : -
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di Jambi
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah membaca, meneliti memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudari:
Nama : Nur Mursidawati
NIM : TB 161069
Judul Skripsi : Pengaruh Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Jamur
Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer)
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi
Tadris Biologi Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam ilmu Tadris
Biologi.
Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/tugas akhir saudari di atas dapat
segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Jambi, 08 Oktober 2020
Mengetahui
Pembimbing I,
Badariah, M.Pd
NIP.19760614 200312 2 001
iii
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Jl. Jambi-Ma Bulian KM 16 Simp. Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36365
NOTA DINAS
Kode
Dokumen
Kode Formulir Berlaku
Tgl
No
Revisi
Tgl
Revisi
Halaman
In.08-PS-05 In.08-FM-PS-
05-01
R-0 - 1 dari 1
Hal : Nota Dinas
Lampiran : -
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di Jambi
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah membaca, meneliti memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudari:
Nama : Nur Mursidawati
NIM : TB 161069
Judul Skripsi : Pengaruh Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Jamur
Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer)
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi
Tadris Biologi Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam ilmu Tadris
Biologi.
Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/tugas akhir saudari di atas dapat
segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Jambi, 03 Oktober 2020
Mengetahui
Pembimbing II,
Devie Novallyan, S.Si., M.Pd
NIP.19820327 200604 2 003
iv
v
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya
sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip
dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebahagian skripsi bukan
hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
Jambi, 03 Oktober 2020
Nur Mursidawati
TB.161069
vi
PERSEMBAHAN
حيم حمن الر الره
بسم الل
Alhamdulillahirobbil „alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala nikmat, rahmat serta hidaya-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi
ini guna memperoleh gelar Strata 1 (S1), sholawat beriring salam tercurahkan
untuk Nabi Muhammad SAW, kepadanya hamba selalu menghaturkan do‟a dan
kepadanya pula hamba meneladani uswatun hasanah yang mulia.
Ananda persembahkan sebuah karya tulis berbentuk skripsi ini untuk
ayahanda tercinta Abdullah (Alm) dan ibunda tercinta Sobirah yang senantiasa
tegar mengasuh, mendidik, menyekolahkan ananda hingga Perguruan Tinggi dan
tak kenal lelah berusaha dan berdo‟a hingga meneteskan air mata disetiap do‟a
yang engkau panjatkan disepertiga malam. Saudara perempuanku tercinta yakni
Umi Muslihatin dan Siti Masithah serta saudara laki-lakiku tersayang M.
Kamaruddin serta keluarga besar ananda terimakasih atas dukungan, motivasi
serta arahan dan do‟a hingga ananda dapat menyelesaikan Studi di Perguruan
Tinggi ini.
Teman-teman seperjuanganku, keluarga besar Program Studi Tadris
Biologi angkatan 2016, teman-teman Tadris Biologi D 2016 yang telah banyak
memberikan warna-warni selama perkuliahan. Sahabatku Febry Hasna, Luthfiah
Fitrianti, Muhammad Deni Saputra, Rizki Tenno Ari Romadhon, Sri Wulandari,
Vivi Isroati Maslaha dan Yessi Andriani yang dari awal hingga akhir senantiasa
selalu membantu dan menemaniku hingga menambah warna-warni tersendiri
disetiap langkah perjuanganku.
Untuk semuanya ananda ucapkan Jazakumullahu Khairan. Semoga Allah
Subhanahu wa Ta‟ala selalu memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Amin yaa Robbal „Alamin.
vii
MOTTO
Artinya: “(7) Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya
dia akan melihat (balasan) nya. (8) Dan barang siapa mengerjakan
kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya) nya”.
(Al-Muyassar, Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Q.S Az-Zalzalah 99:7-8)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkan, atas Hidayah-Nyalah
hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad
SAW pembawa risalah pencerahan bagi manusia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah
memberikan motivasi baik moril maupun materil. Untuk itu melalui kolom ini.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA., Ph.D selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Reny Safita, S.Pt., M.Pd dan Ibu Dwi Gusfarenie, M.Pd selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Badariah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Devie Novallyan,
S.Si., M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan Penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya dosen Program
Studi Tadris Biologi atas ilmu yang telah bapak ibu berikan.
6. Kabag beserta jajarannya dan karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan pelayanan yang baik
kepada penulis
ix
7. Bapak Edi Gunawan selaku pemilik usaha budidaya jamur tiram yang telah
memberikan informasi tentang budidaya jamur dan memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dengan caranya
masing-masing baik secara langsung maupun secara tidak langsung telah
membantu menyelesaikan skripsi
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan
amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu.
Jambi, 03 Oktober 2020
Penulis
Nur Mursidawati
TB.161069
x
ABSTRAK
Nama : Nur Mursidawati
Program Studi : Tadris Biologi
Judul : Pengaruh Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Jamur
Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi media tanam ampas teh
yang efektif untuk pertumbuhan Jamur Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus
Singer) dan pengaruh berbagai komposisi media ampas teh terhadap pertumbuhan
dan produktivitas Jamur Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperiment, jenis penelitian
ini adalah penelitian sains dan terapan. Pemberian perlakukan yang dilakukan
yaitu: M0 = 100% serbuk gergaji (kontrol), M1 = 100% limbah ampas, M2 = 75%
limbah ampas teh + 25 % serbuk gergaji , M3 = 50% limbah ampas teh + 50%
serbuk gergaji , dan M4 = 25% limbah ampas teh + 75% serbuk gergaji. Setiap
perlakuan diletakkan secara acak dalam 3 ulangan, sehingga untuk penelitian ini
diperlukan 15 unit percobaan. Parameter yang diamati ialah pertumbuhan
miselium jamur tiram kuning dan waktu miselium menutup substrat. Komposisi
media tanam terbaik untuk pertumbuhan jamur tiram kuning (Pleurotus
citrinopileatus Singer) yaitu perlakuan M4 (25% serbuk teh + 75% serbuk
gergaji). Konsentrasi yang diberikan terhadap media dengan menambahkan ampas
teh pada komposisi media tanam jamur tiram kuning (Pleurotus citrinopileatus
Singer) berpengaruh pada pertumbuhan panjang miseliumnya. Namun, pemberian
beberapa media tanam ampas teh terhadap waktu miselium jamur tiram kuning
(Pleurotus citrinopileatus Singer) menutup substrat tidak menemukan hasil karena
dari 15 media tanam (baglog) yang dicobakan, miselium tidak memenuhi substrat
media tanam, karena terkontaminasi.
Kata kunci: ampas teh, Jamur Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer)
xi
ABSTRACT
Name : Nur Mursidawati
Study Program : Tadris Biologi
Title : Effect of tea dregs on the growth of yellow oyster
mushrooms (Pleurotus citrinopileatus Singer)
This study aims to determine the composition of tea dregs growing media which
is effective for the growth of Yellow Oyster Mushroom (Pleurotus citrinopileatus
Singer) and the effect of various composition of tea dregs media on the growth
and productivity of Yellow Oyster Mushroom (Pleurotus citrinopileatus Singer).
The method used in this research is experimental method, this type of research is
scientific and applied research. The treatments were given, namely: M0 = 100%
sawdust (control), M1 = 100% waste, M2 = 75% tea dregs waste + 25% sawdust,
M3 = 50% tea dregs waste + 50% sawdust, and M4 = 25% tea waste waste +
75% sawdust. Each treatment was randomly assigned to 3 replications, so this
research required 15 experimental units. The parameters observed were the
growth of yellow oyster mushroom mycelium and the time mycelium closed the
substrate. The composition of the best planting media for the growth of yellow
oyster mushroom (Pleurotus citrinopileatus Singer) is M4 treatment (25% tea
powder + 75% sawdust). The concentration given to the media by adding tea
dregs to the composition of the yellow oyster mushroom (Pleurotus citrinopileatus
Singer) growing media affected the long growth of the mycelium. However,
giving some tea dregs growing media to the time of yellow oyster mushroom
mycelium (Pleurotus citrinopileatus Singer) to cover the substrate did not find
results because of the 15 planting media (baglog) that were tried, the mycelium
did not meet the substrate of the planting medium, because it was contaminated.
Key words: tea dregs, Yellow Oyster Mushroom (Pleurotus citrinopileatus
Singer)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
NOTA DINAS ....................................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi
MOTTO .............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. x
ABSTRACT ......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Batasan Masalah ...................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik ........................................................................................ 6
B. Studi Relevan ........................................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................. 25
B. Alat Dan Bahan ......................................................................................... 25
C. Desain Penelitian ....................................................................................... 25
D. Prosedur Kerja ........................................................................................... 27
E. Parameter Pengamatan .............................................................................. 29
F. Analisis Data ............................................................................................. 29
G. Jadwal Penelitian ....................................................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 32
B. Pembahasan ............................................................................................... 33
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 43
B. Saran .......................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Jamur Tiram ................................................................ 11
Tabel 2.2 Perbedaan dan Persamaan Studi Relevan yang Peneliti Ambil ............ 18
Tabel 3.1 ANOVA Dengan Nilai-Nilai Yang Diperoleh ...................................... 27
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ................................................................................. 31
Tabel 4.1 panjang miselium pada 7 HSI, 14 HSI, 21 HSI, 28 HSI, dan 35 HIS32
Tabel 4. 2 jamur tular udara yang mengontaminasi media jamur tiram kuning
(Pleurotus citrinopileatus Singer) .......................................................................... 36
18
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Morfologi Jamur Tiram ........................................................................ 7
Gambar 2.2 : Bentuk Tubuh Buah Jamur Tiram Kuning ........................................ 8
Gambar 2.3 Siklus Hidup Jamur Tiram ................................................................. 10
Gambar 4.1 : Baglog yang terkontaminasi Tricoderma sp. ................................... 39
Gambar 4.2 : Baglog yang terkontaminasi Penicilium spp. .................................. 40
Gambar 4.3 : Baglog yang terkontaminasi Mucor spp. ........................................ 41
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Dokumentasi Observasi .................................................................... 49
Lampiran II. Dokumentasi Penelitian ................................................................... 50
1
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Budidaya tanaman pertanian di Indonesia, memiliki potensi serta prospek
yang baik di masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Hal ini di
karenakan Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, serta memiliki
kondisi geografi dan keadaan lingkungan yang mampu menunjang serta
mendukung para petani Indonesia untuk membudidayakan berbagai macam jenis
tanaman pertanian. Beberapa jenis tanaman pertanian yang banyak di
budidayakan oleh para petani antara lain, tanaman pangan dan juga beberapa jenis
tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan). Disamping itu, tidak
sedikit juga yang mencoba membudidayakan jenis tanaman lain, salah satunya
yang akhir-akhir ini banyak di budidayakan adalah jamur (Anggriawan, 2006, hal.
1).
Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak
bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur
hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin,
protein dan senyawa pati dari organisme lain. Dengan bnatuan enzim yang
diproduksi oleh hifa (bagian jamur yang bentuknya seperti benang halus, panjang,
dan kadang bercabang), bahan makanan tersebut diuraikan menjadi senyawa yang
dapat diserap untuk pertumbuhan. Oleh karena itu, jamur digolongkan sebagai
tanaman heterofik, yaitu tanaman yang kehidupannya tergantung pada organisme
lain (Parjimo & Agus Andoko, 2007, hal.1).
Jamur dapat mendatangkan manfaat maupun kerugian. Manfaatnya, ada
beberapa jenis jamur yang dapat dijadikan bahan makanan, serta menjadi bagian
di dalam pembuatan obat-obatan tradisional maupun obat-obatan modern.
Sedangkan kerugiannya, ada beberapa jenis jamur sebagai penyebab penyakit bagi
manusia, hewan, maupun tumbuhan (Anggriawan, 2006, hal. 1).
Berdasarkan tempat tumbuhnya, dikenal 2 golongan besar jamur
konsumsi, yaitu jamur kompos dan jamur kayu. Kedua jenis golongan jamur
2
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
tersebut banyak ditemukan di Indonesia. Masing-masing jenis jamur tersebut
mempunyai ciri-ciri dan kandungan gizi yang berbeda-beda (Muchroji, 1999
dalam Aggriawan, 2006, hal. 2). Salah satu jenis jamur kayu yang dapat
dikonsumsi di Indonesia yaitu Jamur Tiram (Pleurotus sp).
Jamur di Indonesia yang paling banyak dimanfaatkan sebagai makanan
dan suplemen kesehatan adalah jamur tiram, jamur kuping, jamur merang, dan
jamur kancing atau champignon. Menurut Yulliawati (2016, hal. 8) jamur tiram
termasuk jenis jamur yang banyak peminatnya. Hal ini bisa dilihat dari
keberadaannya di tukang-tukang sayur di pasar tradisional. Jumlah jamur tiram
selalu lebih banyak daripada jumlah jamur lainnya dan selalu habis terjual. Jamur
tiram ini dijual ke konsumen dalam keadaan segar. Selain permintaan dari
konsumen rumah tangga, permintaan terhadap jamur tiram pun datang dari
industri makanan olahan dan rumah makan.
Selain memiliki rasa yang enak, jamur tiram juga bergizi tinggi.
Kandungan protein nabati yang dikandungnya mencapai 10-30%. Persentase
tersebut menunjukkan bahwa kandungan protein jamur tiram lebih tinggi dua kali
lipat dibandingkan dengan protein di dalam asparagus, kol, dan kentang; empat
kali lipat dibandingkan dengan tomat dan wortel; serta enam kali lipat
dibandingkan dengan buah jeruk. (Yulliawati, 2016, hal. 116).
Menurut Suhardiman (1983 dalam Winarni dan Ucu Rahayu, 2002, hal. 5)
terdapat beberapa jenis jamur tiram yang paling sering dibudidayakan pekebun,
antara lain:
1. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), warna tubuh buah putih
2. Jamur tiram coklat (Pleurotus abalonus), warna tubuh buah kecoklatan
3. Jamur tiram kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer), warna tubuh buah
kuning
Dari beberapa jenis jamur tiram tersebut, jamur tiram putih dan coklat
paling banyak dibudidayakan, maka saya tertarik untuk mencoba meneliti Jamur
Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer). Menurut Anis (2016, hal. 21),
ekstrak jamur tiram kuning bersifat antioksidan. Selain itu, jamur ini juga
berkhasiat sebagai anti tumor karena mengandung zat lektin.
3
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan observasi lapangan di Bagan Pete tepatnya tempat budidaya
“Edi Jamur” ditemukan formula media tumbuh jamur tiram yang digunakan
petani selalu sama setiap produksi yaitu serbuk kayu, bekatul, tepung jagung, dan
kapur. Serbuk gergaji kayu didapat dari pabrik limbah pengolahan kayu dan
umum digunakan petani karena sesuai dengan tempat tumbuh jamur kayu.
Menurut Maulana (2012, dalam Meutia, 2018, hal. 1) Jamur tiram dapat juga
tumbuh pada serbuk gergaji, limbah jerami, limbah kapas, kertas kardus, atau
bahan organik lainnya. Limbah tanaman umumnya mengandung lignin, cellulose,
dan hemisellulose.
Bahan yang digunakan untuk membuat media tumbuh jamur tiram dapat
berupa serbuk gergaji, bekatul atau dedak halus, tepung jagung, gips (CaSO4), dan
kapur pertanian atau kalsium karbonat (CaSO3) (Yulliawati, 2016, hal. 43-44).
Apabila serbuk gergaji sukar diperoleh maka akan timbul masalah, untuk itu perlu
dicari alternatif guna mengantisipasi hal tersebut.
Substrat lain yang dapat digunakan sebagai media tambahan jamur Tiram
adalah ampas teh. Teh merupakan salah satu jenis bahan minuman yang sudah
dikenal oleh masyarakat luas, termasuk di provinsi Jambi. Menurut Sundari dkk
(2009, dalam Haryani, dkk, 2014, hal. 222), limbah ampas teh mengandung serat
kasar, selulosa dan lignin yang dapat digunakan oleh jamur tiram untuk
pertumbuhannya dan mengandung tanin yang dimanfaatkan untuk menolak
kehadiran semut, selain itu ampas teh mengandung berbagai macam mineral
seperti karbon organik, Tembaga (Cu) 20%, Magnesium (Mg) 10%, dan Kalsium
13%. Hasil penelitian Haryani, dkk, (2014, hal. 228), jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus) dapat tumbuh dengan baik pada media tanam dengan perlakuan limbah
ampas teh, kardus, dan bahan tambahan (serbuk gergaji, dedak, kapur, dan gips).
Maka saya mencoba untuk jamur tiram kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer)
apakah bisa memanfaatkan ampas teh ini.
Di daerah Mendalo dan sekitarnya terdapat pedagang kaki lima yang
menyediakan beberapa varian minuman yang berbahan baku dari teh, dari
konsumsi teh tersebut menghasilkan ampas teh yang hanya di buang begitu saja.
Ampas teh dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada media tanaman
4
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
jamur tiram, karena ampas teh mengandung mengadung lignin, selulosa, tembaga,
magnesium, dan kalsium yang di butuhkan dalam pertumbuhan jamur tiram.
Ampas teh yang diperoleh dari sisa teh yang telah diseduh dalam
pembuatan minuman teh akan menjadi limbah industri rumah tangga.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melalukan Penelitian
mengenai “PENGARUH AMPAS TEH TERHADAP PERTUMBUHAN
JAMUR TIRAM KUNING (Pleurotus citrinopileatus Singer)”.
B. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang akan diteliti tidak terlalu meluas, maka masalah
pada penelitian ini dibatasi pada Pertumbuhan Jamur Tiram Kuning (Pleurotus
citrinopileatus Singer) pada berbagai komposisi media ampas teh.
C. Rumusan Masalah
1. Berapa komposisi media tanam ampas teh yang efektif untuk
pertumbuhan Jamur Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer) ?
2. Bagaimana pengaruh berbagai komposisi media ampas teh terhadap
pertumbuhan dan produktivitas Jamur Tiram Kuning (Pleurotus
citrinopileatus Singer) ?
D. Tujuan Penelitian
1. Ingin mengetahui komposisi media tanam ampas teh yang efektif untuk
pertumbuhan Jamur Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer).
2. Ingin mengetahui pengaruh berbagai komposisi media ampas teh terhadap
pertumbuhan dan produktivitas Jamur Tiram Kuning (Pleurotus
citrinopileatus Singer).
E. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1. Untuk menambah alternatif ilmu bagi peneliti.
5
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
2. Untuk memberikan pengetahuan tentang manfaat serbuk ampas teh
sebagai media pertumbuhan Jamur Tiram khususnya Jamur Tiram Kuning
(Pleurotus citrinopileatus Singer).
3. Untuk membuktikan adanya perbedaan produksi Jamur Tiram Kuning
(Pleurotus citrinopileatus Singer) terhadap media tanam yang berbeda.
Manfaat Praktis
1. Memberi informasi kepada masyarakat, terutama masyarakat yang
mempunyai Jamur tiram dan gemar makan Jamur tiram bahwa limbah
ampas teh ternyata bermanfaat bagi pertumbuhan Jamur Tiram khususnya
Jamur Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer).
2. Memberi informasi kepada petani Jamur Tiram tentang kandungan serbuk
ampas teh.
3. Memberi informasi kepada petani Jamur cara membuat media Jamur
Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer) dengan penambahan
media ampas the.
4. Menambah referensi alternatif penggunaan media tanam Jamur Tiram
khususnya Jamur Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer).
6
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Jamur Tiram (Pleurotus sp.)
Jamur (fungi) adalah organisme eukariotik dengan dinding sel yang
tersusun dari kitin. Kitin adalah polisakarida yang juga terdapat pada kulit
kepiting atau udang. Jamur tidak memiliki klorofil untuk melakukan
fotosintesis. Jamur multiseluler memiliki sel-sel memanjang berupa
benang-benang yang disebut hifa (Nadyah, 2011 dalam fatmawati, 2017,
hal. 13).
Morfologi fungi multiselular meningkatkan kemampuannya untuk
tumbuh ke dalam dan mengsbsorpsi nutrient dari sekelilingnya. Tubuh
fungi-fungi ini biasanya membentuk jaringan filament kecil, yang disebut
hifa (hypha, jamak hyphae). Hifa terdiri dari dinding sel berbentuk tabung
yang mengelilingi membrane plasma dan sitoplasma sel. Tidak seperti
dinding sel tumbuhan, yang mengandung selulosa, dinding sel fungi
diperkuat oleh kitin (chitin). Hifa fungi membentuk massa yang saling
menjalin, disebut miselium (mycelium, jamak mycelia), yang membentuk
zat tempat fungi mencari makan. Struktur miselium memaksimalkan rasio
area permukaan terhadap volume, sehingga absorpsi makanan menjadi
lebih efisien (Campbell, 2008, hal. 205)
Jamur tiram merupakan jamur konsumsi yang berasal dari
kelompok Basidiomycota. Menurut Alexopulus dan Mimn (1979 dalam
Hiola, 2011, hal. 94) jamur yang termasuk kelompok Basidiomycota
umumnya membentuk tubuh buah atau basidiokarp yang berisikan
basidium dan basidiospora. Bentuk basidioskarp jamur ini ada yang
tersusun atas bagian-bagian yang dinamakan akar semu (rhizoid), tangkai
(stipe), cawan (volva), cincin (annulus), bilah (lamella), dan tudung
(pileus).
7
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Jamur tiram memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk
corong dangkal seperti kulit karang (tiram). Tubuh buah jamur memiliki
pileus dan tangkai. Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5-15
cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna
putih dan lunak. Sedangkan pertumbuhan tangkainya dapat pendek atau
panjang 2-6 cm (Djarijah dan Abbas, 2001 dalam Riyanto, 2010, hal. 15).
Permukaan jamur licin dan agak berminyak ketika lembab
sedangkan bagian tepinya mulus agak bergelombang (Gunawan, 2011
dalam Riyanto, 2010, hal. 15). Jamur tiram memiliki plasma dan spora
yang berbentuk sel-sel lepas atau bersambungan membentuk hifa dan
miselium. Pada titik-titik pertemuan percabangan miselium akan terbentuk
bintik kecil yang disebut dengan pinhead yang akan berkembang menjadi
basidiokarp. Tangkai jamur tiram tidak tepat berada di tengah tudung,
tetapi agak ke pinggir (Parjimo & Agus Andoko, 2007, hal.9).
Gambar 2.1 Morfologi Jamur Tiram
Sumber : Rahmat & Nurhidayat (2011, hal. 11)
Menurut Anis (2016, hal. 21), jenis- jenis jamur tiram, antara lain:
1) Jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus)
8
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
2) Jamur tiram merah (Pleurotus flabellatus)
3) Jamur tiram abu-abu (Pleurotus sayor caju)
4) Jamur tiram cokelat (Pleurotus cystidiosus)
5) Jamur tiram raja
6) Jamur tiram kuning
7) Jamur tiram biru
2. Jamur Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer)
Pleurotus citrinopileatus memiliki nama lain Golden Oyster
Mushroom atau jamur tiram kuning. Jamur tiram kuning merupakan
jamur indigenous (asli) Kenya (Musieba et al., 2013, dalam
Divaningtyasari, 2016, hal. 10). Species ini merupakan salah satu jenis
jamur kayu yang hidup pada kayu lapuk. Bentuk tubuh buah
(basidiocarp) agak membulat dan melengkung seperti cangkang tiram
dengan diameter berkisar 3-6 cm. Tangkai jamur ini tidak tepat berada
pada tengah, tetapi agak ke pinggir (Cahyana, 1999, dalam
Divaningtyasari, 2016, hal. 10).
Gambar 2.2 Bentuk Tubuh Buah Jamur Tiram Kuning
Sumber : Daqu Agrotechno 2016
Ekstrak jamur tiram kuning bersifat antioksidan dan
antihiperlipidemia. Jamur emas mengandung lektin yang berkhasiat
antitumor. Hasilpenelitian di China, dengan memasukkan 5 mg lektin per
9
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
kg bobot tikus pengidap sarcoma, mampu menghambat pertumbuhan
tumor hingga 80%. Selain itu, ekstrak glikoprotein dari jamur tiram
kuning berdosis 12,5 mg/ml ampuh menghadang proliferasi sel kanker
leukemia. Ia pun bisa dimanfaatkan sebagai afrodisiak, yakni pembangkit
gairah laki-laki (Redaksi Trubus, 2010, hal. 7). Adapun klasifikasi jamur
tiram kuning yaitu:
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Pleurotaceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus citrinipileatus
(Singer, 1943)
3. Siklus Hidup Jamur Tiram
Menurut Rahmat & Nurhidayat (2011, hal. 12) tahapan siklus
hidup jamur tiram sebagai berikut.
1) Pelepasan dan penyebaran spora (basidiospora)
Spora jamur berukuran sangat kecil dan ringan. Spora yang telah
matang akan lepas terbawa angina ke tempat yang jauh atau jatuh ke
tanah sekitarnya.
2) Pembentukan miselium
Hifa yang tumbuh selanjutnya bertambah panjang membentuk
helaian menyerupai benang bertautan. Tautan antar hifa yang
menyerupai anyaman disebut miselium jamur. Pada jenis jamur
konsumsi umumnya miselium berwarna putih.
3) Pembentukan tubuh buah
Setelah miselium menyebar dan menutupi seluruh permukaan media
tumbuh, selanjutnya akan muncul tunas-tunas jamur berbentuk
menyerupai kancing. Dalam hal ini, para ahli menyebutnya pin head
10
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
atau primordial. Seiring waktu, tunas ini tumbuh membesar
membentuk tubuh buah.
4) Pembentukan spora
Bagian bawah basidiokarp jamur yang membentuk garis-garis
disebut basidia, tempat jutaan spora jamur dihasilkan. Dengan
demikian, spora baru yang dihasilkan jamur dewasa siap menyebar
kembali untuk memulai generasi jamur selanjutnya.
Gambar 2.3 Siklus Hidup Jamur Tiram
Sumber : Rahmat & Nurhidayat (2011, hal. 12)
4. Manfaat dan Kandungan Gizi Jamur Tiram Kuning (Pleurotus
citrinopileatus Singer)
Jamur tiram kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer) merupakan
jamur yang dapat dikonsumsi dan memiliki banyak manfaat dalam
kehidupan sehari-hari karena memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Jamur tiram kuning memiliki antitumor, anti-hiperglikemia, antioksidan,
meningkatkan imunitas dan dapat menurunkan tingkat gula dalam darah
bagi penderita diabetes (Rushita, 2013 dalam Divaningtyasari, 2016, hal.
12).
Kandungan gizi Jamur Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus
Singer) per 100 g sebagai berikut.
11
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Jamur Tiram
Jenis Kandungan Jumlah %
Asam amino
Fat kasar
Protein kasar
Fiber kasar
23.68% - 25.42%
0.8% - 1.9%
42.3% - 47.9%
10.7% - 14.9%
Sumber: Redaksi Trubus, 2010, hal 7.
5. Syarat Tumbuh Jamur Tiram
Pada habitatnya, Jamur Tiram tumbuh di hutan daerah pegunungan
yang sejuk. Jamur Tiram tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah
lapuk atau yang sudah lama ditebang. Oleh karena itu Jamur Tiram
disebut juga Jamur kayu.
Idealnya daerah yang dipilih untuk budidaya jamur adalah dataran
menengah hingga ketinggian 800 masyarakat dpl. di daerah itu tudung
jamur tumbuh baik dengan tudung lebar. Namun, lingkungan itu jangan
menjadi kendala membudidayakan jamur. Dengan memodifikasi
lingkungan, maka jamur pun dapat tumbuh baik di dataran rendah.
Caranya, dengan membudidayakan di dalam rumah jamur yang telah di
modifikasi (Redaksi Trubus, 2010, hal. 16).
a. Suhu
Suhu merupakan hal yang penting dalam budidaya Jamur
Tiram untuk mendapatkan pertumbuhan optimal. Selama fase
pertumbuhannya, jamur tiram memiliki kebutuhan suhu yang
berbeda. Pada fase pembentukan miselium, suhu yang dibutuhkan
berkisar 22-280
C. Namun, pada fase pembentukan tubuh buah, suhu
ideal yang dibutuhkan adalah 16-220 C (Yulliawati, 2016, hal. 10).
b. Intensitas cahaya
12
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Dengan habitat asli di hutan di bawah pepohonan, maka
kebutuhan sinar matahari tidak banyak, berkisar 1000-2000 fc atau
400 lux. Meski intensitasnya rendah, tetapi sinar matahari tetap
dibutuhkan untuk perkembangan spora-hifa-miselium. Tanpa cahaya
matahari, pembentukan tidak maksimal (Redaksi Trubus, 2010, hal.
17).
c. Kelembapan
Jamur tiram membutuhkan kelembapan tinggi, berkisar 80-
90%. Angka kelembapan itu harus dijaga agar jamur tumbuh
dengan baik. Bila kelembapan di bawah 80% dan berlangsung
beberapa hari, maka tubuh buah akan mengalami kekeringan,
sehingga:
- Miselium sulit terbentuk dan berkembang.
- Calon tubuh buah mengalami kekeringan dan mati.
- Ukuran tubuh buah kecil-kecil dan tipis sehingga produksi
tidak maksimal.
Agar hal itu terjadi, maka:
- Tingkatkan frekuensi penyiraman. Bila sebelumnya 2-3 kali
perhari, lakukan 4-5 kali perhari.
- Siapkan kolam dangkal di bawah rak yang selalu berisi air
- Jendela dan pintu kumbung selalu dalam kondisi tertutup
agar kelembapan tidak turun (Redaksi Trubus, 2010, hal.
16-17).
d. Keasaman (pH)
Hal yang juga perlu diperhatikan pada budidaya jamur
tiram yaitu keasaman (PH). Menurut Susilawati dan Budi Raharjo
(2010, hal. 5), tingkat keasaman media tanam mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih. Pada pH yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi penyerapan
air dan hara, bahkan kemungkinan akan tumbuh jamur lain yang
13
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
akan menganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri, pH
optimum pada media tanam berkisar 6-7.
6. Kebutuhan nutrisi jamur tiram
6.1. Lignin
Lignin adalah salah satu substansi yang terdapat sebanyak
17–32% kayu kering dan merupakan jaringan polimer fenolik tiga
dimensi yang berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga
menjadi kaku. Pulping kimia dan proses pemutihan akan
menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selusosa secara
signifikan. Dalam industri kertas keberadaan lignin dalam bahan
baku tidak diinginkan. Lignin sangat mudah mengalami oksidasi,
bahkan dalam keadaan lemah dapat terurai menjadi asam aromatis
seperti asam benzoate dan asam proto chatchecat. Jika oksidasinya
terlalu keras akan membentuk asam-asam formiat, asetat, oksalat
dan suksinat. Dalam keadaan oksidasi sedang yang banyak terdapat
dalam proses pemutihan lignin diubah menjadi produk yang dapat
larut air atau alkali (Ahmad, 2011 dalam Anggriani, 2017, hal. 15).
6.2. Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan polisakarida non selulosa yang
pokok, terdapat dalam serat dengan berat molekul 4000–15.000.
Hemiselulosa merupakan polisakarida lain yang terdapat dalam
serat dan tergolong senyawa organik. Kadar hemiselulosa antara
15–18% (dalam kayu jarum), 22–34% (dalam kayu daun) dan 22-
26% dalam TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit). Hemiselulosa
terdapat di dinding sel bersamaan dengan selulosa, terutama di
daerah amorf dan juga dalam lamella tengah (Ahmad, 2011 dalam
Anggriani, 2017, hal. 15).
6.3.Selulosa
Selulosa adalah senyawa organik penyusun utama dinding
sel tumbuhan. Polimer selulosa tersusun oleh monomer-monomer
14
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
anhidroglukosa atau glukopiranosa yang saling berhubungan pada
posisi atom karbon 1 dan 4 oleh ikatan ß-glukosida. Selulosa
digunakan untuk pembuatan kertas dan tekstil. Selulosa adalah
senyawa yang umumnya tidak berada dalam keadaan murni. Di
alam, selulosa berkaitan dengan lignin dan hemiselulosa
membentuk bagian- bagian tanaman seperti kayu, batang, daun,
dan sebagainya (Cowling, 1975 dalam Anggriani, 2017, hal. 16).
Bentuk polimer ini memungkinkan selulosa saling
menumpuk/terikat menjadi bentuk serat yang sangat kuat. Panjang
molekul selulosa ditentukan oleh jumlah unit glucan di dalam
polimer, disebut dengan derajat polimerisasi. Derajat polymerase
selulosa tergantung pada jenis tanaman dan umumnya dalam
kisaran 2000 – 27000 unit glukan. Selulosa dapat dihidrolisis
menjadi glukosa dengan menggunakan asam atau enzim.
Selanjutnya glukosa yang dihasilkan dapat difermentasi menjadi
etanol (Anggriani, 2017, hal. 16).
7. Media Tumbuh Jamur Tiram
Formulasi media tanam jamur tiram terdiri dari bahan dasar yaitu
serbuk gergaji, dan bahan tambahan yaitu bekatul, gipsum, dan kapur.
Penggunaan bahan seperti itu sering lebih efektif, mudah, dan efisien
dibandingkan cara lain yang diterapkan oleh beberapa pekebun.
Formulasi terbaik adalah yang paling cocok, murah, dan mudah didapat
(Winarni dan Ucu Rahayu, 2002, hal. 10).
Untuk perkembangan dan pertumbuhan jamur, nutrisi yang ada
pada media sangat penting. Nutrisi terpenting yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan miselium dan pembentukan badan buah adalah selulosa,
hemiselulosa lignin dan protein. Media tanam yang digunakan harus bisa
mendukung pertumbuhan jamur secara optimal. pH media harus sesuai
dengan syarat tumbuh dari jamur, yang mana bisa diatur dengan
penambahan kapur karbonat (CaCO3). Selain itu juga digunakan sebagai
15
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
sumber kalsium (untuk memperkokoh media sehingga tidak mudah
rusak, memiliki daya tahan lama dan masa produksi panjang) dan untuk
meningkatkan mineral yang dibutuhkan bagi pertumbuhan. Nutrisi yang
terkandung dalam media tanam harus mencukupi kebutuhan. Kebutuhan
nutrisi bisa dipenuhi dengan penambahan dedak, tepung jagung atau
tepung tongkol jagung pada media tanam (Rochman, 2015, hal. 60).
a. Bekatul
Bekatul atau dedak (diperoleh dari penggilingan padi)
ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media tanam, terutama
sebagai sumber karbon (C), serta nitrogen (N). Sebaiknya dipilih yang
baru, belum berbau tengik dan tidak rusak. Selain bekatul juga dipakai
pula tepung jagung. Jumlah bahan nutrisi ini yang ditambahkan tidak
lebih dari 20%. Sebelum bekatul digunakan, perlu dilakukan
pengujian dengan cara : dedak asli beraroma khas, yaitu bau kulit padi
yang agak maji (tidak berbau apek). Kalau dicampur bahan lain, maka
bau khas itu tidak akan tercium. Bila dikepal dan diremas agak
menggumpal, tidak pecah. Jadi agak lengket, erat kaitannya, dan tidak
remah. Jika digenggam dan diletakkan di atas air, tidak seluruhnya
tenggelam. Sebagian besar ada yang mengapung di atas permukaan air
(Anggriani, 2017, hal. 11).
b. Kapur (CaCO3) dan Gips (CaSO4)
Pada budidaya jamur, kapur digunakan sebagai pengatur Ph
(keasaman) media tanam dan sebagai sumber kalsium (Ca) yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur. Hampir semua tanaman
membutuhkan Ph (keasaman) yang berbeda-beda u tuk
pertumbuhannya, termasuk juga jamur.
Kapur yang digunakan dalam budidaya jamur bisa berupa
kapur CaCO3 atau kapur bangunan. Selain kedua jenis kapur tersebut,
dapat juga digunakan kapur gamping yang biasa digunakan untuk
mengecat rumah. Namun, sebelum digunakan, kapur gamping harus
direndam terlebig dulu di dalam air sehingga bongkahan gamping
16
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
tersebut pecah atau hancur dan tidak pas (Sunarmi & Cahyo
Saparinto, 2018, hal. 39).
Bahan gips (CaSO4) selain sebagai sumber kalsium tambahan,
terutama diperlukan untuk memperkuat dan memperkokoh media.
Tujuannya agar media tanam tidak mudah hancur atau rusak.
Penambahan gips pada substrat, selain sumber kalsium, bersama
dengan kapur juga berfungsi untuk memelihara kelembaban dan
porositas kompos sehingga aerasi dapat berjalan dengan baik
(Cahyana, 2009 dalam Anggriani, 2017, hal. 12).
8. Media Tumbuh Alternatif Jamur Tiram
Ampas Teh
Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari pantai sampai pegunungan.
Perkebunan teh umumnya dikembangan di daerah pegunungan yang
beriklim sejuk, meskipun dapat sumbuh subur di dataran rendah, tanaman
teh memberikan hasil dengan mutu baik. Semakin tinggi daerah
penanaman teh semakin tinggi mutunya. Mutu teh dinilai berdasarkan
rasa (taste), aroma dan warna seduhan (liquor). Penilaian mutu
ditentukan oleh seorang ahli pencicip berdasarkan analisis organoleptik
yaitu kemampuan mengukur mutu dengan indera penglihatan, penciuman
dan rasa. Parameter lain seperti kadar air dan berat jenis hanya sebagai
pendukung (Sundari dkk., 2009 dalam Anggriani, 2017, hal. 19).
Menurut Ningrum (2010, hal. 4) ampas teh mengandung polyphonel dan
Vitamin B kompleks sekitar 10 kali lipat.
Hasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia
Makanan Ternak, Universitas Padjadjaran (2008), menunjukkan bahwa
kandungan nutrien ampas teh terdiri atas 27,42% protein, 20,94% serat
kasar, 2,01% lemak, 0,2% kalsium, 0,7% phospor, 7,83% abu, 6,07%
lignin (Meutia, 2018, hal. 10).
17
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
9. Potensi Limbah Teh Sebagai Media Tumbuh Jamur Tiram
Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan
dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri,
pertambangan, dan sebagainya. Berdasarkan sifatnya limbah dibedakan
menjadi 2, yaitu limbah organik dan limbah anorganik. Limbah organik
merupakan limbah yang dapat diuraikan secara sempurna melalui proses
biologi baik aerob maupun anaerob, sedangkan limbah anorganik
merupakan limbah yang tidak dapat diuraikan melalui proses biologi.
Limbah organik yang dapat diurai melalui proses biologi mudah
membusuk, seperti sisa makanan, sayuran, potongan kayu, daun-daun
kering, dan sebagainya. Limbah organik dapat mengalami pelapukan
(dekomposisi) dan terurai menjadi bahan kecil dan berbau (Latifa dkk.,
2012 dalam Anggriani, 2017, hal. 20).
Limbah teh dapat digunakan pada budidaya jamur tiram putih
karena limbah teh ini mengandung karbohidrat yang kemudian dapat
digunakan untuk sintesis protein. Selain itu limbah teh ini juga
mengandung berbagai macam mineral seperti karbon organik, tembaga
(Cu) 20%, magnesium (Mg) 10% dan kalsium 13% (Ningrum, 2010
dalam Gusnimar, 2011, hal. 2).
10. Pengendalian Hama dan Penyakit
Menurut Suriawiria (2000 dalam Winarni dan Ucu Rahayu, 2002,
hal. 14) hama yang sering merusak. media tanam jamur dan merugikan
diantaranya adalah rayap, lalat, serangga tanah lainnya, eacing, tikus, dan
celurut. Beberapa kapang kontaminan yang sering menyerang dan
berkompetisi dengan jamur Pleurotus Sp adalah Penicillium Sp,
Aspergillus Sp, Trichoderma Sp, dan beberapa spesies lainnya. Dua cara
pengendalian yang biasa dilakukan dalam budidaya jamur. yaitu:
18
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
a. Hama , hama yang sering merusak substrat tanam jamur antara lain ;
rayap, lalat, serangga tanah, cacing, titrus, dan celurut. Untuk
membasmi hama tersebut, pekebun menggunakan insektisida.
b. Penyakit, umumnya disebabkan oleh bakteri dan jenis jamur lain
(misal : Mucor, Rhizopus, Penicillium, Aspergillus). Sasaran
serangan pada substrat tanam dan pada bedengan yang dipenuhi oleh
miselia atau lendir yang merusak bedengan. Juga dapat menyerang
tubuh jamur, sehingga jamur rusak, membusuk/berlendir dan tidak
bernilai kalau dijual. Pengendaliannya dengan membuang sedikit
demi sedikit jamur penyakit atau bedengan dibiarkan menjadi kering
untuk beberapa hari agar pertumbuhan jamur penyakit terhambat.
B. Studi Relevan
Studi relevan yakni memuat hasil-hasil penelitian yang sebelumnya
relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain, dengan
maksud untuk menghindari duplikasi. Permasalahan yang akan penulis ambil
teliti sudah pernah diteliti oleh beberapa orang sebelumnya. Untuk lebih
sistematis penelitian yang relevan dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini:
Tabel 2.2 Perbedaan dan Persamaan Studi Relevan yang Peneliti Ambil
No Nama Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
1. Tri Saptari Haryani,
Ani Apriliyani , dan
S.Y. Srie Rahayu
(2014).
“Pemanfaatan Limbah
Ampas Teh Dan
Kardus Sebagai Media
Pertumbuhan dan
Produktivitas Jamur
Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus)”
1. Jamur tiram putih
(Pleurotus
ostreatus) dapat
tumbuh dengan
baik pada media
tanam dengan
perlakuan limbah
ampas teh,
Persamaan
dengan
penelitian
ini yaitu
sama-sama
menggunak
an ampas
teh.
Penelitian ini
meneliti
tentang
Pemanfaatan
Limbah
Ampas Teh
Dan Kardus
Sebagai
Media
Pertumbuhan
dan
Produktivitas
Jamur Tiram
18
19
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
kardus, dan
bahan tambahan
(serbuk gergaji,
dedak, kapur, dan
gips).
2. Hasil pengamatan
pada semua
perlakuan
menunjukkan
tidak
berpengaruh
terhadap jumlah
tubuh buah jamur
tiram putih
(Pleurotus
ostreatus).
3. Hasil pengamatan
dan pengukuran
pada berat basah,
panjang tangkai,
dan diameter
tudung
menunjukan
bahwa perlakuan
limbah ampas teh
dan kardus
merupakan
perlakuan yang
efektif untuk
dijadikan
alternatif media
Putih
(Pleurotus
ostreatus).
Sedangkan
pada
penelitian
saya meneliti
tentang
Pengaruh
Ampas Teh
Terhadap
Pertumbuhan
Jamur
Tiram
Kuning
(Pleurotus
citrinopilea
tus).
20
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
tanam dengan
rata-rata berat
basah sebesar 80
gram, panjang
tangkai sebesar
5,54 cm dan
diameter tudung
sebesar 7,02 cm.
2. Arif Suryo Nugroho,
dkk (2018)
“Pengaruh Medan
Elektromagnetik Dan
Penambahan Limbah
Teh (Fluf) Pada Media
Tanam Jamur
Terhadap Laju
Pertumbuhan Jamur
Tiram (Pleurotus
Ostreatus)”
1. Penambahan
limbah teh 0%
pada media
tanam adalah
perlakuan
penambahan
limbah teh
terbaik, dengan
hampir semua
parameter
menunjukan
bahwa
penambahan teh
0% memnpunyai
hasil paramter
yang bagus.
2. Penambahan
limbah teh 0%
sangat
berpengaruh pada
pertumbuhan
jamur tiram, hal
ini disebabkan
karena nutrisi
dari serbuk
gergaji memiliki
nutrisi yang lebih
baik
dibandingkan
dengan nutrisi
pada limbah teh,
karena limbah
industri teh yang
Persamaan
dengan
penelitian
ini yaitu
sama-sama
menggunak
an ampas
teh.
Penelitian ini
meneliti
tentang
Pengaruh
Medan
Elektromagn
etik Dan
Penambahan
Limbah Teh
(Fluf) Pada
Media
Tanam
Jamur
Terhadap
Laju
Pertumbuhan
Jamur Tiram
(Pleurotus
Ostreatus).
Sedangkan
pada
penelitian
saya meneliti
tentang
Pengaruh
Ampas Teh
Terhadap
Pertumbuhan
Jamur
Tiram
Kuning
(Pleurotus
citrinopilea
21
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
ada di pabrik
tidak semuanya
terdekomposisi.
tus).
3. Siti Mardiana, dkk
(2018)
“Pemanfaatan Limbah
Serbuk Teh sebagai
Substitusi Serbuk
Gergaji terhadap
Pertumbuhan
Miselium dan
Produksi Jamur
Tiram Putih
(Pleurotus Ostreatus)”
1. Pertumbuhan dan
laju miselium
menutup substrat
untuk semua
kombinasi
perlakuan serbuk
teh dan serbuk
gergaji
menunjukkan
hasil yang baik.
Perlakuan M1
(100% serbuk
teh) miselum
tidak tumbuh
dengan baik
karena kurangnya
kandungan lignin,
selulosa dan
hemiselulosa
yang terdapat
pada serbuk
gergaji.
2. Formulasi terbaik
diperoleh pada
perlakuan M4
(25% serbuk teh
+ 75% Serbuk
gergaji dan M3
(50% serbuk teh
+ 50% serbuk
gergaji).
Persamaan
dengan
penelitian
ini yaitu
sama-sama
menggunak
an ampas
teh.
Penelitian ini
meneliti
tentang
Pemanfaatan
Limbah
Serbuk Teh
sebagai
Substitusi
Serbuk
Gergaji
terhadap
Pertumbuhan
Miselium
dan Produksi
Jamur Tiram
Putih
(Pleurotus
Ostreatus).
Sedangkan
pada
penelitian
saya meneliti
tentang
Pengaruh
Ampas Teh
Terhadap
Pertumbuhan
Jamur
Tiram
Kuning
(Pleurotus
citrinopilea
tus).
4. Zuhra Meutia (2018)
“Pertumbuhan dan
Produktivitas Jamur
Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus)
Pada Media Ampas
Teh Sebagai
Substitusi Serbuk
1. Perlakuan
penambahan
ampas teh
menghasilkan
pertumbuhan
miselium, umur
mulai panen,
jumlah badan
buah, berat basah,
Persamaan
dengan
penelitian
ini yaitu
sama-sama
menggunak
an ampas
teh.
Penelitian ini
meneliti
tentang
Pertumbuhan
dan
Produktivitas
Jamur Tiram
Putih
(Pleurotus
22
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Gergaji” diameter tudung,
luas tudung, dan
tinggi tangkai
yang tidak lebih
baik atau sama
dengan perlakuan
100% serbuk
gergaji/kontrol.
2. Komposisi media
tanam terbaik
untuk
pertumbuhan dan
produktivitas
jamur tiram putih
yaitu
penambahan
ampas teh 10%
(ampas teh 100
gram + serbuk
gergaji kayu 750
gram).
ostreatus)
Pada Media
Ampas Teh
Sebagai
Substitusi
Serbuk
Gergaji.
Sedangkan
pada
penelitian
saya meneliti
tentang
Pengaruh
Ampas Teh
Terhadap
Pertumbuhan
Jamur
Tiram
Kuning
(Pleurotus
citrinopilea
tus).
5. Aninda Ayu Kartina
(2017)
“Pemanfaatan Ampas
Teh Dan Daun Kelor
Sebagai Media
Tambahan Dengan
Berat Yang Berbeda
Untuk Produktivitas
Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus)”
1. Berdasarkan
analisis varians
menunjukkan
bahwa
penambahan
ampas teh dan
daun kelor
dengan berat
berbeda
berpengaruh
signifikan
terhadap lama
penyebaran
miselium, jumlah
badan buah dan
berat basah jamur
tiram.
2. Perlakuan K0T3
dan K1T2
merupakan
perlakuan terbaik
dengan lama
penyebaran
miselium 25,5-26
Persamaan
dengan
penelitian
ini yaitu
sama-sama
menggunak
an ampas
teh.
Penelitian ini
meneliti
tentang
Pemanfaatan
Ampas Teh
Dan Daun
Kelor
Sebagai
Media
Tambahan
Dengan
Berat Yang
Berbeda
Untuk
Produktivitas
Jamur Tiram
Putih
(Pleurotus
ostreatus).
Sedangkan
pada
penelitian
saya meneliti
tentang
23
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
hari, jumlah
badan buah 19
dan berat basah
300g.
Pengaruh
Ampas Teh
Terhadap
Pertumbuhan
Jamur Tiram
Kuning
(Pleurotus
citrinopileatu
s).
6. Agusti Dwi Anggriani
(2017)
“Studi Pertumbuhan
Dan Produksi Jamur
Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus)
Pada Formulasi Media
Tumbuh Serbuk
Ampas Tebu Dan
Ampas Teh.”
1. Perlakuan A1 dan
A3 merupakan
media yang
terbaik dalam
mendukung
pertumbuhan dan
produksi jamur
tiram, dimana
pada media ini
munculnya tubuh
buah menjadi
lebih cepat,
diameter tubuh
buah lebih besar,
tubuh buah lebih
panjang, diameter
tubuh buah lebih
besar, jumlah
tubuh buah lebih
banyak dan bobot
basah panen lebih
tinggi.
2. Formulasi media
tumbuh
berpengaruh
nyata terhadap
pertumbuhan
miselium
menutupi
substrat/baglog
(hari), umur
munculnya tubuh
buah (pean head)
(HSI), diameter
tubuh buah (cm),
panjang tangkai
tubuh buah (cm),
Persamaan
dengan
penelitian
ini yaitu
sama-sama
menggunak
an ampas
teh.
Penelitian ini
meneliti
tentang Studi
Pertumbuhan
Dan
Produksi
Jamur Tiram
Putih
(Pleurotus
ostreatus)
Pada
Formulasi
Media
Tumbuh
Serbuk
Ampas Tebu
Dan Ampas
Teh.
Sedangkan
pada
penelitian
saya meneliti
tentang
Pengaruh
Ampas Teh
Terhadap
Pertumbuhan
Jamur Tiram
Kuning
(Pleurotus
citrinopileatu
s).
24
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
jumlah tubuh
buah, dan bobot
basah
panen/baglog (g).
25
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah budidaya bapak Edi Gunawan Jl.
Swadaya Raya, RT 07, Alam Barajo, Bagan Pete, Kecamatan Kota Baru, Kota
Jambi, Jambi 36361. Dengan waktu penelitian dari bulan Maret 2020 sampai
dengan Mei 2020.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ayakan pasir,
ember, timbangan digital, timbangan duduk dengan kapasitas 3 kg, sekop
plastik, terpal / plastik, karung bekas, pemukul kayu, lampu spritus, besi
pengait bibit, steamer (open sterilisasi baglog), gunting, pisau, angkong,
rak pemeliharaan, hand sprayer, serta alat tulis menulis dan kamera.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit F2 Jamur tiram
kuning (pleurotus citrinopileatus Singer), serbuk gergaji, dedak, ampas
teh, kapur, tepung jagung, air bersih, plastik putih dengan ukuran 18 cm
x 30 cm sebagai wadah media tanam jamur tiram (baglog), karet gelang,
cincin dari pipa, kapas, lembaran kertas dan plastik ukuran 10 cm x 10
cm untuk menutup baglog, serta alkohol 70%.
C. Metode dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian sains dan terapan yang bertujuan
untuk melihat pemanfaatan ampas teh sebagai media tambahan Jamur tiram
kuning (pleurotus citrinopileatus Singer). Penelitian sains adalah penelitian
dibidang sains serta ilmu yang terkait dengan tujuan menemukan solusi atas
suatu masalah yang secara langsung dihadapi oleh masayarakat. Penelitian ini
menggunakan desain rancangan acak lengkap (RAL). Rancangan acak
lengkap (RAL) digunakan untuk percobaan seragam atau homogen, sehingga
26
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
RAL banyak digunakan untuk percobaan laboratorium, rumah kaca dan
peternakan ( Sastrosupadi, 2000, hal. 53).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif eksperimen. Menurut Jaedun (2011, hal. 5) penelitian eksperimen
adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel yang data-datanya belum
ada sehingga perlu dilakukan proses manipulasi melalui pemberian
treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian yang kemudian
diamati/diukur dampaknya (data yang akan datang). Penelitian eksperimen
juga merupakan penelitian yang dilakukan secara sengaja oleh peneliti
dengan cara memberikan treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek
penelitian guna membangkitkan sesuatu kejadian/keadaan yang akan diteliti
bagaimana akibatnya
Penelitian ini menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL)
satu faktor dengan 5 perlakuan menggunakan limbah ampas teh. Pemberian
perlakukan yang akan dilakukan yaitu:
M0 = 100% serbuk gergaji (kontrol)
M1 = 100% limbah ampas
M2 = 75% limbah ampas teh + 25 % serbuk gergaji
M3 = 50% limbah ampas teh + 50% serbuk gergaji
M4 = 25% limbah ampas teh + 75% serbuk gergaji
(Diadaptasi dari Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian)
Keterangan:
M = perlakuan
M0 = kelompok kontrol
M1-M4= kelompok eksperimen
Setiap kombinasi perlakuan ditambah 15% dedak, 2% kapur dan 1%
tepung jagung dari berat bahan sebagai sumber nutrisi dan mineral. Setiap
perlakuan diletakkan secara acak dalam 3 ulangan, sehingga untuk penelitian
ini diperlukan 15 unit percobaan.
27
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
D. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Media Jamur
Ampas teh yang diperoleh dari sisa teh yang sudah diseduh dalam
pembuatan minuman teh dan menjadi limbah rumah tangga. Ampas teh
tersebut dicuci hingga warna air yang dihasilkan tidak berwarna merah
pekat, kemudian dikering anginkan dengan sinar matahari hingga benar-
benar kering. Ampas teh yang sudah kering di ayak terlebih dahulu untuk
memisahkan antara yang kasar dan yang halus. Semua bahan media
jamur ditimbang sesuai dengan kombinasi perlakuan dan ditambah 15%
dedak, 2% kapur dan 1% tepung jagung dari berat bahan. Kemudian
campur bahan-bahan tersebut secara merata. Tambahkan air sedikit demi
sedikit hingga kondisi media tersebut jika digenggam akan menggumpal,
tidak mudah hancur, dan tidak meneteskan air dalam jumlah banyak.
Kemudian dilakukan pengomposan media dengan menutup rapat media
dengan terpal selama ±24 jam. Media yang telah dikomposkan langsung
dimasukkan kedalam plastik polipropilen dan dipadatkan menggunakan
kayu pemukul baglog, dengan tujuan agar media padat. Masing-masing
baglog ditimbang dengan berat 1,2 kg. Ujung baglog diberi cincin pipa
lalu pada lubang yang telah menggunakan cincin dimasukkan kapas dan
ditutup dengan potongan-potongan plastik bekas. Selanjutnya ujung
baglog diikat menggunakan karet gelang.
2. Sterilisasi
Proses sterilisasi menggunakan aliran uap panas pada suhu 1000
C
selama 8-12 jam. Pemanasan menggunakan pembakaran dengan dengan
bahan bakar kayu yang dilengkapi steamer yang ditiup blower. Selama
proses sterilisasi, setiap beberapa waktu, suhu dan tekanan uap dicek
dengan manometer. Apabila suhu dan tekanan uap turun, api dibesarkan
dengan menambah kayu bakar.
28
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
3. Proses Pendinginan
Proses pendingan dilakukan dengan cara menyusun media secara
berdiri dengan batas tumpukan dua lapis, selama 12 jam didiamkan pada
ruang pendingin (sekaligus sebagai ruang inokulasi).
4. Inokulasi Bibit Jamur Tiram
Inokulasi bibit jamur tiram dilakukan ke dalam baglog yang sudah
dingin dan dilakukan dalam ruangan inokulasi, yaitu ruangan khusus
yang bersih dan tertutup serta tidak banyak orang keluar masuk. Pertama,
tangan orang tersebut terlebih dahulu disemprotkan alkohol, agar tangan
dalam kondisi steril. Kedua, cara inokulasi bibit yaitu dengan cara
menyiapkan batang pengaduk besi ukuran 15-20 cm, disemprotkan
dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar menggunakan lampu spritus.
Setelah beberapa saat, batang pengaduk digunakan untuk mengaduk bibit
agar mudah dituang. Buka karet gelang, plastik, serta penutup kapas pada
ujung baglog, lalu tuangkan bibit kedalam bagian atas melalui lubang
cincin. Kemudian baglog ditutup kembali dengan rapat menggunakan
kapas dan potongan kertas koran yang didekatkan ke lampu spritus,
dengan tujuan agar tidak terkontaminasi dengan bakteri. Selanjutnya
ujung baglog diikat kembali menggunakan karet gelang. Bibit jamur
yang digunakan adalah pada kondisi F2. Banyaknya bibit yang
disemaikan ke dalam baglog media tanam kurang lebih 2%. Baglog yang
telah selesai diinokulasi diangkut ketempat inkubasi (Sumarsih, 2015,
hal. 84)
5. Tahap Inkubasi
Setelah media tanam selesai diinokulasi dengan bibit jamur tiram
kuning, tahap selanjutnya adalah media tanam (baglog) diinkubasi.
Tujuannya untuk membantu menumbuhkan miselium jamur tiram kuning
pada kondisi yang sesuai. Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan
baglog diruang inkubasi dengan suhu sekitar 22-280C (Parjimo & Agus
Andoko, 2007, hal.40).
29
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
6. Memasukkan Baglog ke dalam Kumbung
Baglog yang sudah diiinkubasi dimasukkan ke dalam kumbung
yang telah disiapkan. Menurut (Yulliawati 2016, hal. 46) baglog yang
dipilih sebaiknya baglog yang pertumbuhan miseliumnya merata.
Peletakkan baglog di dalam kubung tidak sembarangan. Perlu penataan
yang tepat agar jamur tumbuh sempurna. Cara yang umum dilakukan
adalah dengan merebahkan baglog di atas rak di dalam kubung dengan
posisi penutup saling berlawanan disetiap barisan. Hal ini dilskukan agar
pertumbuhan tubuh buah jamur tidak terhambat.
7. Pemeliharaan
Proses pemeliharaan ini dilakukan dengan cara perangsaan tunas,
pengabutan, dan mengatur sirkulasi udara (Yulliawati 2016, hal. 47).
8. Pemanenan
Jamur tiram sudah bisa dipanen pada umur 40 hari setelah tanam
atau sekitar 4-5 hari setelah pembentukan tubuh buah. Pada umur
tersebut, ukuran jamur sudah tergolong besar dengan diameter 5-10 cm.
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur
tanpa memperhatikan ukurannya (Yulliawati 2016, hal. 48). Menurut
Redaksi Trubus (2010, hal. 49) panen pertama dilakukan setelah 5-6
minggu sejak inokulasi bibit dilakukan.
E. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati ialah pertumbuhan miselium jamur tiram
kuning dan waktu miselium menutup substrat.
F. Analisis Data
Dari hasil penelitian yang diperoleh di analisis menggunakan sidik
ragam ANOVA. Bila berpengaruh dilanjutkan uji BNT. Penanaman
dilakukan di dalam polybag yang ditambah dengan limbah ampas teh
dengan komposisi sesuai perlakukan.
Langkah-langkah sidik ragam ANOVA (Sastrosupadi, 2000, hal. 21)
1. Menggunakan tabel data pengamatan
30
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
2. Menentukan derajat bebas (db) untuk perlakuan, galat dan total
a) db total = jumlah seluruh observasi
b) db perlakuan = jumlah perlakuan
c) db galat = db total – db perlakuan
3. Menghitung jumlah kuadrat (JK)
a) t = jumlah perlakuan, r = jumlah ulangan
b) faktor korelasi (FK) =
HN
c) JK total = Yij2
– FK
d) JK perlakuan =
– FK
e) JK galat = JK total – JK perlakuan
4. Menghitung kuadrat tengah (KT)
a) KT perlakuan =
b) KT galat =
5. Mencari Fhitung =
6. Mengamati tabel F taraf signifikan 5%
7. Mengisi tabel ANOVA dengan nilai-nilai yang diperoleh
Tabel 3.1 ANOVA Dengan Nilai-Nilai Yang Diperoleh
Sumber
Kergaman
(SK)
Derajat
Bebas
(db)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
Fhitung Ftabel
Perlakuan t-1 JKP KTP
KTG/KTP
Galat T (r-1) JKG KTG
Total Tr-1 JKT
8. Uji DMRT
Setelah dilaksanakan analisis data ANOVA satu alur, maka dilanjutkan
dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).
31
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
G. Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian pada proposal ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Bulan/ Tahun
Sep
19
Okt
19
Nov
19
Des
19
Jan
20
Feb
20
Mar
20
Apr
20
Mei
20
Juni
20
Juli
20
Agu
20
Sep
20
Okt
20
Nov
20
1.
Pengajuan
judul
proposal
V
1. 2
Penyusunan
proposal V
2. Pengajuan
pembimbing V
3. Bimbingan
Proposal V V V V V
4. Seminar
proposal V
5.
Perbaikan
proposal V
6. Pengajuan
Izin Riset V
7. Penelitian V V
8. Pengumpulan
data V V
9. Penulisan
Skripsi V V V V
10. Daftar Sidang
Skripsi V
11. Sidang
skripsi V
2.
.
3.
4.
5.
6.
9.
10
12.
7.
8.
11.
32
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh ampas teh
terhadap pertumbuhan jamur tiram kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer)
di peroleh hasil sebagai berikut:
1. Data pengamatan pertumbuhan miselium (cm) jamur tiram kuning
(Pleurotus citrinopileatus Singer)
Tabel 4.1 panjang miselium pada 7 HSI, 14 HSI, 21 HSI, 28 HSI, dan 35 HSI
No. Perlakuan
Panjang miselium pada hari ke- (hari setelah
inokulasi) cm
7 HSI 14 HSI 21 HSI 28 HSI 35 HSI
1. M0 0 0 0 0 0
2. M1 2,8 7 11,3 19 19
3. M2 2,3 5,3 9,6 17 17
4. M3 2,6 6,3 10,3 17,6 17,6
5. M4 3 7,3 11,6 19,3 19,3
Keterangan:
7 HSI : 7 Hari Setelah Inokulasi
14 HSI : 14 Hari Setelah Inokulasi
21 HSI : 21 Hari Setelah Inokulasi
28 HSI : 28 Hari Setelah Inokulasi
35 HSI : 35 Hari Setelah Inokulasi
Keterangan:
M0 : 1.020 gr serbuk gergaji + 153 gr dedak + 10,2 gr tepung jagung + 20,4
gr kapur
M1 : 1.020 gr ampas teh + 153 gr dedak + 10,2 gr tepung jagung + 20,4 gr
kapur
M2 : 765 gr ampas teh + 255 serbuk gergaji + 153 gr dedak + 10,2 gr tepung
jagung + 20,4 gr kapur
33
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
M3 : 510 gr ampas teh + 510 serbuk gergaji + 153 gr dedak + 10,2 gr tepung
jagung + 20,4 gr kapur
M4: 255 gr ampas teh + 765 serbuk gergaji + 153 gr dedak + 10,2 gr tepung
jagung + 20,4 gr kapur
Dari hasil pengukuran di atas diperoleh hasil bahwa perlakuan
pemberian ampas teh pada media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan
miselium. Perlakuan yang memiliki pertumbuhan miselium yang cepat pada
(7 HSI-14 HSI-21 HSI-28 HSI-35 HSI) adalah M4 (255 gr ampas teh + 765
serbuk gergaji + 153 gr dedak + 10,2 gr tepung jagung + 20,4 gr kapur) yaitu
2.8 cm 7 HSI, 7cm 14 HSI, 11.3 cm 21 HSI, 19.3 cm 28 HSI, dan 19,3 cm 35
HSI sehingga rata-rata dari prtumbuhan miselium 0,551/hari.
Kesimpulannya konsentrasi yang diberikan terhadap media dengan
menambahkan ampas teh pada komposisi media tanam jamur tiram kuning
(Pleurotus citrinopileatus Singer) berpengaruh pada pertumbuhan panjang
miseliumnya.
Dari hasil penelitian dilapangan ditemukan hasil bahwa pemberian
beberapa media tanam ampas teh terhadap waktu miselium jamur tiram
kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer) menutup substrat tidak menemukan
hasil karena dari 15 media tanam (baglog) yang dicobakan, miselium tidak
memenuhi substrat media tanam, karena terkontaminasi.
B. Pembahasan
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyiapkan media tanam
yang digunakan untuk budidaya jamur tira kuning, setelah itu melakukan
pembuatan media dan pengomposan media tanam. Setelah pengomposan
media tanam dilakukan, masing-masing media tanam dimasukkan kedalam
plastik baglog, media tanam dimasukkan dengan berat 1.200 gr. Setelah itu
dilakukan pemadatan media tanam menggunakan kayu pemukul baglog, hal ini
bertujuan agar media lebih padat, pemadatan dilakukan hingga bagian bawah
plastik rata dan menyerupai baglog.
34
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Bentuk leher plastik mengerucut agar mudah di pasang cincin dari pipa.
Selanjutnya, tutup mulut baglog dengan kapas dan ditutup dengan potongan-
potongan plastik bekas. Tujuannya agar pada saat sterilisasi/pengukusan air
tidak mudah masuk kedalam baglog. Setelah itu semua baglog dimasukkan ke
dalam steamer untuk proses sterilisasi. Proses sterilisasi menggunakan aliran
uap panas pada suhu 1000
C selama 8-12 jam. Baglog yang telah di sterilisasi
kemudian didinginkan dengan cara menyusun media secara berdiri dengan
batas tumpukan dua lapis, selama 12 jam didiamkan pada ruang pendingin
(sekaligus sebagai ruang inokulasi).
Selanjutnya dilakukan inokulasi bibit pada masing-masing baglog.
Selama proses inokulasi, ruangan dan proses kerjanya dalam keadaan steril.
Inokulasi dengan terlebih dahulu menyemprot telapak tangan dengan alcohol
70%. Kemudian, menyiapkan batang pengaduk besi ukuran 15-20 cm,
disemprotkan dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar menggunakan lampu
spritus. Setelah beberapa saat, batang pengaduk digunakan untuk mengaduk
bibit agar mudah dituang. Buka karet gelang, plastik, serta penutup kapas pada
ujung baglog, lalu tuangkan bibit kedalam bagian atas melalui lubang cincin.
Kemudian baglog ditutup kembali dengan rapat menggunakan kapas dan
potongan kertas koran yang didekatkan ke lampu spritus, dengan tujuan agar
tidak terkontaminasi dengan bakteri. Selanjutnya ujung baglog diikat kembali
menggunakan karet gelang.
Setelah media tanam selesai diinokulasi dengan bibit jamur tiram
kuning, tahap selanjutnya adalah media tanam (baglog) diinkubasi. Proses
inkubasi selesai ditandai dengan adanya pertumbuhan miselium berawarna
putih yang memenuhi baglog. Menurut Redaksi Trubus (2010, hal. 49) panen
pertama dilakukan setelah 5-6 minggu sejak inokulasi bibit dilakukan. Menurut
Yulliawati (2016, hal. 48) Jamur tiram sudah bisa dipanen pada umur 40 hari
setelah tanam atau sekitar 4-5 hari setelah pembentukan tubuh buah. Pada umur
tersebut, ukuran jamur sudah tergolong besar dengan diameter 5-10 cm.
Namun, yang ditemukan dilapangan pada minggu ke-5 belum adanya
pembentukan tubuh buah.
35
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Parameter yang diamati pada penelitian jamur tiram kuning ini yaitu
pertumbuhan miselium jamur tiram kuning (Pleurotus citrinopileatus) dan
waktu miselium menutup substrat.
1. Pertumbuhan miselium jamur tiram kuning (Pleurotus citrinopileatus)
Pengamatan panjang miselium di lakukan dengan mengukur
panjang miselium mulai dari media tanam yang paling atas atau tetap
dibagian bawah cincin hingga memenuhi keseluruhan media. Pengamatan
terhadap panjang miselium dilakukan 7HSI (7 Hari Setelah Inokulasi)
karena miselium mulai terlihat berkembang ± 1 minggu setelah proses
inkubasi. Pada penelitian ini pengamatan lama peyebaran dan panjang
miselium dilakukan sampai 35 HSI (Hari Setelah Inkubasi). Dari hasil
pengamatan panjang miselium jamur tiram kuning (Pleurotus
citrinopileatus) pada setiap perlakuan berbeda, hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada masing-masing media
tanam. Pada pengamatan miselium ini menunjukkan bahwa perlakuan M4
yang paling panjang miseliumnya yaitu 2.8 cm 7 HSI, 7cm 14 HSI, 11.3
cm 21 HSI, 19.3 cm 28 HSI, dan 19,3 cm 35 HSI.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Siti Mardiana, dkk dengan
judul pemanfaatan limbah serbuk the sebagai substitusi serbuk gergaji
terhadap pertumbuhan miselium dan produksi jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan M4
(25% serbuk teh + 75% serbuk gergaji) pertumbuhan miselium paling
cepat.
Pada pengamatan panjang miselium 35 HSI terdapat tidak
ditemukan adanya pertambahan panjang miselium karena adanya
kontaminasi sehingga pertumbuhan miselium terhambat. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang di lakukan oleh Winarni dan Ucu Rahayu (2002,
hal. 22) adanya kontaminasi menyebabkan pertumbuhan miselium
terhambat bahkan tidak dapat tumbuh sama sekali, hal ini dapat terlihat
dari tidak adanya pertambahan panjang miselium.
36
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Dari hasil penelitian dilapangan ditemukan hasil bahwa pemberian
beberapa media tanam ampas teh terhadap waktu miselium jamur tiram
kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer) menutup substrat tidak
menemukan hasil karena dari 15 media tanam (baglog) yang dicobakan,
miselium tidak memenuhi substrat media tanam, karena terkontaminasi.
Menurut Redaksi Trubus (2010, hal. 49) panen pertama dilakukan setelah
5-6 minggu sejak inokulasi bibit dilakukan. Menurut Yulliawati (2016,
hal. 48) Jamur tiram sudah bisa dipanen pada umur 40 hari setelah tanam
atau sekitar 4-5 hari setelah pembentukan tubuh buah. Pada umur tersebut,
ukuran jamur sudah tergolong besar dengan diameter 5-10 cm. Namun,
yang ditemukan dilapangan pada minggu ke-5 (35 HSI) belum adanya
pembentukan tubuh buah bahkan miselium tidak memenuhi substrat media
tanam disebabkan terkontaminasi.
Kontaminasi dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan atau kondisi lingkungan tidak stabil.
Kemungkinan lain dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan tidak aseptis
saat menginokulasikan bibit. Selain itu, kontaminasi juga dapat disebabkan
karena sterilisasi yang tidak sempurna, yaitu pada waktu kantung-kantung
media tanam terlalu padat letaknya di dalam drum sterilisasi (Hadioetomo,
1993 dalam Winarni dan Ucu Rahayu, 2002, hal. 21-22). Di duga pada
penelitian ini kontaminan yang menyerang jamur adalah Tricoderma sp. ,
Penicilium spp., dan Mucor spp..
Tabel 4. 2 jamur tular udara yang mengontaminasi media jamur tiram
kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer)
No. Nama jamur Warna koloni
1. Tricoderma sp. Miselium berwarna hijau
kebiruan.
2. Penicilium spp. Miselium berwarna
coklat
37
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
3. Mucor spp. Miselium berwarna putih
lama-kelamaan menjadi
hitam.
Kepadatan dan keberagaman jamur kontaminan sangat ditentukan
oleh faktor lingkungan, sumber inokulum dan hembusan angin yang
menentukan efisiensi penularan. Besarnya kontaminasi jamur tiram dapat
disebabkan oleh spora tular udara yang mampu mengkontaminasinsaat
dilakukan pengisian bibit ke dalam medai baglog. (Sudarma, dkk, 2015,
hal. 153). Menurut Wijaya (2016, hal. 18-19) hama penyakit seperti spora
jamur pengkontaminasi, bakteri pengganggu, ataupun virus dapat
menyebar dengan mudah melalui aliran udara. Bahkan hama serangga
dapat menyebar dengan cara terbang sekalipun melawan aliran udara.
Demikian pula dengan air, tanah dan manusia dapat membawa sumber
penyakit yang sama seperti udara. Pengetahuan mengenai sumber
timbulnya hama dan penyakit merupakan bagian penting dalam proses
pemcegahan, oleh karena itu kunci pencegahan timbulnya berbagai macam
hama dan penyakit adalah dengan menjaga kebersihan dan sanitasi.
Sedangkan menurut Yulliawati (2016, hal. 111) Jamur memiliki aroma
khas yang dapat mengundang hama pengganggu. Serangan hama dapat
menghambat pertumbuhan jamur, bahkan mengganggu pertumbuhan
miselium dan media tumbuhnya.
Berdasarkan hasil penelitian saya pada semua ulangan tidak
ditemukan miselium menutup substrat. Pada ulangan pertama, kedua, dan
ketiga perlakuan M0 terlihat bahwa bibit hasil inokulasi tidak ada
perkembangan sama sekali, yang terlihat hanya medianya saja. Pada
ulangan pertama perlakuan M1, ulangan kedua perlakuan M1, dan ketiga
perlakuan M1 dan M3 terlihat miselium jamur memenuhi baglog. Namun,
miselium tidak tumbuh sempurna dikarnakan kondisi baglog terdapat
bintik-bintik hijau. Hal itu disebabkan karena adanya jamur Tricoderma
yang mengontaminasi balog jamur tiram kuning sehingga pertumbuhan
38
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
miseliumnya tidak sempurna. Menurut Redaksi Trubus (2010, hal. 53)
Tricoderma, Jamur berwarna hijau umum menyerang jamur Tiram.
Umumnya berasal dari udara atau dari pekerja. Menurut Sunarmi & Cahyo
Saparinto (2018, hal. 52) bakteri dan jamur lain juga kerap menjadi hama
atau penyakit pada jamur yang dibudidayakan sehingga menyebabkan
jamur rusak, miselium mati, hifa jamur rusak, dan kualitas jamur menurun.
Hal ini sesuai dengan penelitian Wijaya (2016, hal. 20) Tricoderma sp.
(jamur hijau) dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur tiram
sehingga dapat menggagalkan tumbuhnya tubuh buah jamur. Ciri-ciri
kontaminasi yang disebabkan oleh jamur ini adalah timbulnya bintik-
bintik atau noda hijau pada media baglog jamur tiram. Cara mengatasi
masalah ini adalah dengan segera membuang baglog yang terkontaminasi.
Sedangkan cara pencegahannya dapat dilakukan dengan melakukan
seterilisasi/desinfektasi tenaga kerja dan peralatan yang dipergunakan
untuk perawatan kumbung.
Kontaminasi yang disebabkan oleh yang disebabkan oleh
Trichoderma sp. menimbulkan bintik-bintik hijau pada media baglog
jamur. Karena adanya pertumbuhan Trichoderma sp. yang menghisap
miselium jamur tiram kuning yang menyebabkan pertumbuhannya
terhambat karena sari-sari makanannya dihisap. Hal ini sesuai dengan
pendapat Karlovsky (2008 dalam Wati, 2012, hal. 94) ketika jamur lain
menjadi inang Trichoderma sp., terjadilah kompetisi nutrisi di mana jamur
Trichoderma sp. dapat menghasilkan senyawa beracun berupa
trichodermin dan gliovirin ysng menekan pertumbuhan miselium jamur
inang dengan menembus dinding sel untuk mengambil zat makanan dari
dalam sel sehingga miselium jamur inang mati.
39
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 4.1 : Baglog yang terkontaminasi Tricoderma sp.
Sumber: Dokumentasi pribadi (18 Mei 2020)
Pada ulangan pertama dan kedua perlakuan M2, M3, dan M4 dan
ulangan ketiga perlakuan M2 dan M4 pertumbuhan miselium terhambat karena
terdapat miselium berwarna coklat pada baglog. Hal ini sesuai dengan
penelitian Wijaya (2016, hal. 21) Penicilium spp.. Kontaminasi ditandai
dengan tumbuhnya miselium berwarna coklat/merah tua yang pada akhirnya
dapat menghambat tumbuhnya miselium dan tubuh buah jamur tiram.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencaga kebersihan ruangan
inkubasi. Cara mengatasi jamur ini adalah dengan membuang media baglog
yang terkontaminasi sehingga penyebarannya dapat diputus/ditiadakan.
40
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 4.2 : Baglog yang terkontaminasi Penicilium spp.
Sumber: Dokumentasi pribadi (18 Mei 2020)
Pada ulangan pertama perlauan M2 terdapat bintik-bintik berwarna
hitam pada permukaan baglog, hal ini yang menybabkan pertumbuhan
miselium terhambat. Hal ini sesuai dengan penelitian Wijaya (2016, hal. 20)
Mucor spp.. Kontaminasi ditandai dengan timbulnya noda hitam pada
permukaan media baglog. Kontaminasi ini menyebabkan persaingan dengan
pertumbuhan miselium jamur tiram sehingga bisa menghambat atau
menggagalkan tumbuhnya tubuh buah jamur tiram. Pencegahan dapat
dilakukan dengan mengurangi jumlah susunan baglog jamur dan
mengatur/menurunkan suhu ruangan dengan membuka dan mengatur sirkulasi
udara.
41
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
.
Gambar 4.3 : Baglog yang terkontaminasi Mucor spp.
Sumber: Dokumentasi pribadi (18 Mei 2020)
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur pelapuk putih (JPP) yang
memiliki kemampuan mendegradasi lignin. Jamur tiram dapat tumbuh pada
limbah lignoselulosa seperti jerami padi, serbuk gergaji, bagas, tandan kosong
kelapa sawit, dan limbah agroindustri lainnya. Kemampuan jamur tiram
mendegradasi lignin memberikan nilai tambah pada jamur ini untuk dapat
bertahan hidup pada kondisi yang tidak ideal. Sekaligus memberikan
keuntungan pada para pembudidaya jamur tiram untuk dapat memanfaatkan
limbah pertanian sebagai media tumbuh jamur ini (Dimawarnita & Yora, 2019
hal. 16).
Umumnya pembudidaya jamur tiram menggunakan autoklaf tiruan
untuk mensterilkan baglog. Hal ini kurang efektif karena msih ada jenis bakteri
(terutama bakteri termophilic) yang tidak mati, karena bakteri akan mati pada
tekanan 1 atm. Hal ini sependapat dengan Yulliawati (2016, hal. 45) ada dua
metode yang dapat digunakan dalam mensterilkan baglog pada budidaya
jamur, yaitu yang pertama menggunakan metode pasteurisasi, yaitu
memanfaatkan uap panas bertemperatur kurang dari 1050 C dan tekanan
42
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
normal. Alat yang umum digunakan petani jamur berupa drum. Sebagai
gambaran, untuk mensterilkan 500-800 baglog dibutuhkan waktu pasteurisasi
sekitar 10-12 jam. Metodes ini dinilai kurang efektif karena membutuhkan
waktu yang lama dan masih ada jenis bakteri (terutama bakteri termophilic)
yang tidak mati. Kedua, metode sterilisasi, yaitu memanfaatkan uap tinggi
bertemperatur 1210 C dan tekanan di atas 1 atm. Alat yang digunakan adalah
autoklaf. Metode ini memiliki keunggulan, yaitu waktu masak yang relatif
lebih singkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hermanto (2017 dalam Kaidi,
dkk, 2019 hal. 310) alat pemanas tertutup untuk mensterilisasi suatu benda
menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C) selama kurang lebih
15 menit. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Unit
sterilisator dari plat stainless steel, bagian dalam diberi plat stainless steel.
Bagian atas dipasang thermometer, kaki dari baja siku. Proses sterilisasi
menggunakan alat sederhana berupa bejana dari drum bekas yang dipanaskan
dengan tungku/gas elpiji, sehingga suhu tidak tercapai (<1000C), waktu
pemanasan terlalu lama (6-8 jam) dan lebih 30% terkontaminasi oleh jamur
liar.
43
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian pada masing- masing objek penelitian tentang pengaruh
ampas teh terhadap pertumbuhan jamur tiram kuning (Pleurotus
citrinopileatus Singer) maka dapat disimpulkan:
1. Komposisi media tanam terbaik untuk pertumbuhan jamur tiram kuning
(Pleurotus citrinopileatus Singer) yaitu perlakuan M4 (25% serbuk teh +
75% serbuk gergaji).
2. Konsentrasi yang diberikan terhadap media dengan menambahkan ampas
teh pada komposisi media tanam jamur tiram kuning (Pleurotus
citrinopileatus Singer) berpengaruh pada pertumbuhan panjang
miseliumnya. Namun, pemberian beberapa media tanam ampas teh
terhadap waktu miselium jamur tiram kuning (Pleurotus citrinopileatus
Singer) menutup substrat tidak menemukan hasil karena dari 15 media
tanam (baglog) yang dicobakan, miselium tidak memenuhi substrat media
tanam, karena terkontaminasi.
B. Saran
Dari kesimpulan dan pengamatan yang dilakukan pada pengaruh pemberian
beberapa media tanam ampas teh terhadap terhadap pertumbuhan jamur tiram
kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer) maka dapat ditemukan saran untuk
penelitian lebih lanjut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Budidaya jamur tiram ini perlu adanya perhatian mengenai factor-faktor
lingkungan seperti kelembapan, air dan kebersihan lingkungan.
2. Dalam melakukan prosedur kerja hendaklah dilakukan dengan hati-hati
dan teliti serta menjaga kebersihan untuk mengurangi tingkat kontaminasi.
3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai kandungan media tanam dari setiap
perlakuan.
44
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab kegagalan
budidaya jamur tiram kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer) dan cara
menanggulanginya.
45
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR PUSTAKA
Al-Muyassar. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. 2017. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Anggriani, Agusti Dwi. 2017. Studi Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Formulasi Media Tumbuh Serbuk
Ampas Tebu Dan Ampas Teh. Skripsi. Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Medan.
Anggriawan, Teddy. 2006. Budi daya jamur kuping ( auricularia auricula judae).
Tugas Akhir. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Anis, nurfita. 2016. Untung Berlimpah Dari Budidaya Jamur Tiram. Jawa Barat:
Villam Media
Campbell, N. A. & J. B. Reece. 2008. Biologi Edisi kedelapan Jilid 2 Terjemahan:
Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.
Dimawarnita, Firda, dan Yora Faramitha. 2019. Tahukah Kamu, Jenis Jamur
Tiram Tidak Hanya Jamur Tiram Putih?. Peneliti PPBBI. 7 (1), 16-18.
www.iribb.org
Divaningtyasari. 2016. Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Kuning
(Pleurotus citrinopileatus Singer) Pada Berbagai Takaran Media
Campuran Serbuk Gergaji Kayu Albasia dan Daun Pisang Kering.
Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program
Studi Sarjana Biologi Universitas Padjadjaran
Fatmawati. 2017. Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada
Berbagai Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji Kayu Dan Serbuk
Sabut Kelapa (Cocopeat). Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar.
Haryani, Tri Saptari, Ani Apriliyani, dan S.Y. Srie Rahayu. (2014). Pemanfaatan
Limbah Ampas Teh Dan Kardus Sebagai Media Pertumbuhan dan
Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurnal
Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor.
46
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Hiola, Fatimah St. 2011. Keanekaragaman Jamur Basidiomycota Di Kawasan
Gunung Bawakaraeng. Bionature. Vol. 12 (2): Hlm: 93–100. ISSN:
1411-4720
Jaedun, Amat. 2011. Metodologi Penelitian Eksperimen. Disampaikan Pada
Kegiatan In Service I Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah. LPMP
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kaidi, dkk. 2019. Rancang Bangun Alat Sterilisasi Baglog Sistem Uap Air Pada
Jamu Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Seminar Nasional Hasil
Pengabdian Masyarakat dan Penelitian Pranata Laboratorium
Pendidikan Politeknik Negeri Jember. ISBN: 978-602-14917-8-2.
Kartina, Aninda Ayu. 2017. Pemanfaatan Ampas Teh Dan Daun Kelor Sebagai
Media Tambahan Dengan Berat Yang Berbeda Untuk Produktivitas
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Skripsi. Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia Dan Kimia Makanan Ternak. 2008.
Analisis Proksimat Ampas Teh. Fakultas Peternakan. Universitas
Padjadjaran. Sumedang.
Mardiana, siti, dkk. 2018. Pemanfaatan Limbah Serbuk Teh sebagai Substitusi
Serbuk Gergaji terhadap Pertumbuhan Miselium dan Produksi Jamur
Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus). Jurnal Agroteknologi dan Ilmu
Pertanian. ISSN 2548-7841
Meutia, Zuhra. 2018. Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) Pada Media Ampas Teh Sebagai Substitusi
Serbuk Gergaji. Skripsi Sarjana. Downloaded From Repositori
Institusi Usu, Univsersitas Sumatera Utara.
Ningrum, 2010. Efektivitas Air Kelapa dan Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) pada Media Tanam
yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
47
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Nugroho, Arif Suryo., dkk. 2018. Pengaruh Medan Elektromagnetik Dan
Penambahan Limbah Teh (Fluf) Pada Media Tanam Jamur Terhadap
Laju Pertumbuhan Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus). Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosiste. Vol. 6 No. 2, Juli 2018,
189-198
Parjimo dan Agus Andoko. 2007. Budi Daya Jamur (Jamur Juping , Jamur
Tiram, & Jamur Merang). Jakarta: Agro Media Pustaka.
Rahmat, Suryani dan Nurhidayat. 2011. Untung Besar dari Bisnis Jamur Tiram.
Jakarta Selatan: PT AgroMedia Pustaka
Riyanto, Frendi. 2010. Pembibitan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Di Balai
Pengembangan Dan Promosi Tanaman Pangan Dan Hortikultura
(BPPTPH) Ngipiksari Sleman, Yogyakarta. Tugas Akhir. Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Rochman, A. 2015. Perbedaan proporsi dedak dalam media tanam terhadap per
tumbuhan jamur tiram putih. Jurnal Agribisnis Fakultas Pertanian Unita
11(13).
Sastrosupadi, A. (2000). Rancangan praktis bidang pertanian. Yogyakarta,
Kanisus
Sudarma, I made, dkk. 2015. Keragaman Dan Daya Hambat Spora Tular Udara
Yang Mengkontaminasi Media Baglog Jamur Tiram (Pleurotus
ostreatus(Jacq. Ex Rr) Kummer). Agrotrop, 5 (2): 150 – 160. ISSN:
2008-155x
Sumarsih, Sri. 2015. Bisnis Bibit Jamur Tiram. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar
Swadaya
Sunarmi, Yohana Ipuk dan Cahya Saparinto. 2018. Usaha 4 Jenis Jamure Skala
Rumah Tangga. Jakarta: Penebar Swadaya.
Susilawati dan B. Raharjo. 2010. Budidaya jamur tiram (P. ostreatus var florida)
yang ramah lingkungan (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH).
BPTP Sumatera Selatan.
Redaksi Trubus. 2010. Jamur Tiram Dua Alam Dataran Rendah Dan Tinggi.
Jakarta: PT Trubus Swadaya
48
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Wati, Dian Kurnia, dkk. 2012. Pengaruh Pemberian Filtrat Alang-Alang
(Imperata cylindrica L.) Terhadap Pertumbuhan Miselium Jamur
Tricoderma sp. Yang Hidup Pada Media Tanam Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus).
Wijaya, Ketut Arsa. 2016. Kajian Tentang Organisme Pengganggu Tabaman
Pada Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) Di Desa Tunjuk
Kabupaten Tabanan. Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Udayana Denpasar-Bali.
Winarni, Inggit, dan Ucu Rahayu. 2002 Pengaruh Formulasi Media Tanam
Dengan Bahan Dasar Serbuk Gergaji Terhadap Produksi Jamur Tiram
Putih (Pleuratus ostreatus). Jurnal Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas MIPA Universitas Terbuka.
Yulliawati, Tetty. 2016. sPasti Untung Budi Daya Jamur (Tiram, Kuping,
Merang, Champignon). Jakarta: Agromedia Pustaka.
49
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran I. Dokumentasi Observasi
Gambar 1. Observasi ke Pembudidaya Jamur
50
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran II. Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi proses pengumpulan dan penjemuran Ampas Teh
Gambar 1. Pengumpulan ampas teh Gambar 2. Proses penjemuran ampas
Gambar 3. Pengayakan serbuk ampas
teh
Gambar 4. Pengayakan serbuk ampas
teh
Dokumentasi lokasi dan proses pembuatan baglog (media tanam) Jamur
Tiram Kuning (Pleurotus citrinopileatus Singer)
Gambar 1. Kumbung Jamur Gambar 2. Penimbangan media
Jamur
51
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 3. Pencampuran media
Jamur
Gambar 4. Pemberian air pada
media
Gambar 5. Media diaduk rata Gambar 6. Pengomposan media
Jamur
Gambar 7. Pengemasan media tanam
(baglog)
Gambar 7. Pengemasan media
tanam (baglog)
52
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 9. Proses pemadatan baglog Gambar 10. Pemasangan cincin pipa
pada baglog
Gambar 11. Pemasangan kapas pada
ujung baglog
Gambar 12. Penutupan ujung
baglog
Gambar 13. Pemberian label pada
baglog Gambar 14. Baglog yang sudah jadi
53
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Dokumentasi proses sterilisasi, inokulasi dan inkubasi
Gambar 1. Persiapan sterilisasi baglog Gambar 2. Persiapan sterilisasi baglog
Gambar 3. Baglog siap disterilisasi Gambar 4. Proses sterilisasi baglog
Gambar 5. Pendinginan media tanam
(baglog)
Gambar 6. Proses Inokulasi
54
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 7. Proses Inkubasi Gambar 8. Baglog yang diinkubasi
Dokumentasi pengamatan miselium
Dokumentasi baglog Jamur
Gambar 1. Baglog M0 Gambar 2. Baglog M1
55
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 3. Baglog M2 Gambar 4. Baglog M3
Gambar 5. Baglog M4
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat: FakultasIlmuTarbiyahdanKeguruan UIN STS Jambi
Jl. Jambi – Ma. Bulian KM. 16 Simp. Sungai Duren Muara Jambi 36363
KARTU KONSULTASI SKRIPSI
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku Tgl No. Revisi Tgl. Revisi Halaman
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 R-0 - -
Nama : Nur Mursidawati
NIM : TB. 161069
Pembimbing II : Badariah, M.Pd
Judul Skripsi : Pengaruh Ampas teh terhadap pertumbuhan jamur tiram kuning (Pleurotus
citrinopileatus Singer) Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Jurusan/Prodi : Tadris Biologi
NO. HARI/TANGGAL MATERI KONSULTASI TANDA TANGAN
PEMBIMBING
1. 11 September 2019 Format penulisan proposal.
2. 17 Desember 2019 Perbaikan isi BAB pada proposal.
3. 15 Januari 2020 ACC untuk seminar.
4. 22 februari 2020 Perbaikan setelah seminar.
5. 26 februari 2020 ACC untuk riset.
6. 12 September 2020
Perbaikan kata pengantar, halaman
persembahan, abstrak, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar.
7. 19 September 2020 Perbaikan bab 4 dan bab 5
8. 03 Oktober 2020
ACC Skripsi
Jambi, 08 Oktober 2020
Mengetahui,
Pembimbing I
Badariah, M.Pd
NIP.19760614 200312 2 001
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat: FakultasIlmuTarbiyahdanKeguruan UIN STS Jambi
Jl. Jambi – Ma. Bulian KM. 16 Simp. Sungai Duren Muara Jambi 36363
KARTU KONSULTASI SKRIPSI
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku Tgl No. Revisi Tgl. Revisi Halaman
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 R-0 - -
Nama : Nur Mursidawati
NIM : TB. 161069
Pembimbing II : Devie Novallyan, S.Si., M.Pd
Judul Skripsi : Pengaruh Ampas teh terhadap pertumbuhan jamur tiram kuning (Pleurotus
citrinopileatus Singer) Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Jurusan/Prodi : Tadris Biologi
NO. HARI/TANGGAL MATERI KONSULTASI TANDA TANGAN
PEMBIMBING
1. 11 September 2019 Format penulisan proposal.
2. 17 Desember 2019 Perbaikan isi BAB pada proposal.
3. 14 Januari 2020 ACC untuk seminar.
4. 20 februari 2020 Perbaikan setelah seminar.
5. 25 februari 2020 ACC untuk riset.
6. 12 September 2020
Perbaikan kata pengantar, halaman
persembahan, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar.
7. 19 September 2020 Perbaikan bab 4 dan bab 5
8. 03 Oktober 2020 ACC Skripsi
Jambi, 03 Oktober 2020
Mengetahui,
Pembimbing II
Devie Novallyan, S.Si., M.Pd
NIP.19820327 200604 2 003
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Nur Mursidawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : Bram Itam Kanan, 3 Februari 1998
Agama : Islam
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : 082385885655
Pengalaman - Pengalaman Pendidikan Formal
1. SD/MI, tahun tamat : SDN 46/V Jati Emas, 2010
2. SMP/MTs, tahun tamat : SMPN 4 Pengabuan, 2013
3. SMA/MA, tahun tamat : MAS Riyadhul Jannah Bram Itam, 2016
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Tadris Komisariat
UIN STS Jambi
2. Anggota HMP-T.BIO UIN STS Jambi, tahun 2017-2018
3. Sekretaris I HMP-T.BIO UIN STS Jambi, tahun 2018-2019
Motto hidup
1) Berbuatlah kebaikan, karena barang siapa yang mengerjakan kebaikan
seberat zarrah, dia akan melihat balasan-Nya
2) Do‟a, usaha dan ikhtiar