31
PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP STRES KERJA AIR TRAFFIC CONTROLLER DALAM SEBUAH BANDAR UDARA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: SUBKHAN SETIAJI P 100070046 MAGISTER MANAJEMEN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

  • Upload
    vudang

  • View
    265

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA

TERHADAP STRES KERJA AIR TRAFFIC CONTROLLER

DALAM SEBUAH BANDAR UDARA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

SUBKHAN SETIAJI

P 100070046

MAGISTER MANAJEMEN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

i

ii

Page 3: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

ii

Page 4: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

iii

Page 5: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

1

PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP STRES KERJA

AIR TRAFFIC CONTROLLER DALAM SEBUAH BANDAR UDARA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk manganalisis (1) Pengaruh beban kerja terhadap

tingkat stres para air traffic controller di dalam sebuah bandar udara, (2) Pengaruh iklim

kerja terhadap tingkat stres para air traffic controller dalam sebuah bandar udara, (3)

Tingkat rata-rata beban kerja, iklim kerja, dan stres kerja para air traffic controller

dalam sebuah bandar udara. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kuantitatif

dengan responden sebanyak 62 orang air traffic controller dari tiga bandar udara.

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan metode

regresi berganda dan analisis pengukuran beban kerja subyektif Nasa-TLX. Berdasarkan

pada analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Beban kerja memberikan pengaruh

postif signifikan terhadap tingkat stres para air traffic controller ; (2) Iklim kerja

memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat stres para air traffic

controller; (3) Tingkat beban kerja rata-rata para air traffic controller berada pada

tingkat sangat berat (91,71 persen), iklim kerja berada pada tingkat baik

berkecenderungan sangat baik (79,26 persen), dan stres kerja berada para tingkat sedang

atau wajar (58,61 persen).

Kata kunci: pengaruh, beban kerja, iklim kerja, stres kerja, air traffic controller.

sebuah bandar udara.

ABSTRACT

The objectives of this research is to analyze (1) The influence of workload towards

air traffic controllers stress level in an airport, (2) The influence of working climate

towards air traffic controllers stress level in an airport, (3) The average level of

workload, working climate, and stress of air traffic controllers in an airport. This

research uses quantitative method, consists of 62 air traffic controllers of three airports.

In the data collecting uses questionnaire. To analyze the data, the researcher uses

double regression method and Nasa-TLX S to assess the subjective workload. Based on

the data analysis can be concluded that: (1) Workload contributes positive significant

towards stress level of air traffic controllers; (2) Working climate contributes negative

significant towards stress level of air traffic controllers; (3) The air traffic controllers

workload average level is in a heavy level (91,71 percent), the working climate is in a

fine level and excellent trend (79,26 percent), and the stress is in a normal level (58,61

percent).

Key words: influence, workload, working climate, stress, air traffic controllers, an

airport.

1. PENDAHULUAN

Perkembangan dunia penerbangan, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan bertambahnya

pesawat-pesawat yang digunakan oleh industri-industri penerbangan. Pesawat yang digunakan

da-lam pelayanan transportasi udara semakin beragam, baik dari bentuk, jenis, kategori dan

performennya. Kompleksitas dalam dunia transportasi udara sema-kin meningkat. Seluruh

operasional penerbangan senantiasa diarahkan kepada optimalisasi keamanan terbang dan

efisiensi biaya, yang mana terpampang dalam setiap kebijakan perusahaan penerbangan sebagai

“safety first”. Dunia transportasi pener-bangan dalam mencapai profitabilitas kerja dan

Page 6: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

2

keamanan terbangnya melibatkan unsur potensial terkait dengan safety policy tersebut, yaitu

penga-turan dan kontrol terhadap airspace dan ground area pergerakan pesawat. Unsur

potensial tersebut adalah Pengendali Lalu Lintas Udara atau Air Traffic Controller. Keselamatan

penerbangan sangat bergantung pada kapabilitas dan kualitas para kontroler.

Air Traffic Controller dengan karakteristik kerja yang spesifik, memiliki wilayah kendali baik

darat maupun udara. Wilayah kendali darat mencakup seluruh pergerakan di dalam airside

Airport. Pengendalian dalam wilayah udara mencakup arrivals, instrument approach, visual

approach, take off, landing, dan transisi kontrol dari sebuah aerodrome ke aerodrome lain.

Karakteristik dan konfigurasi pesawat dalam kendalinya pun sangat variatif, pesawat training

militer, sekolah terbang sipil, maskapai penerbangan komersial, penerbangan carter, bahkan pada

pergerakan pesawat kepresidenan. Pengendalian wilayah udara dan wilayah darat secara

simultan berada dalam tanggung jawab individu seorang controller di saat bertugas sebagai

controller. Tanggung jawab yang diemban merupakan beban kerja yang sangat tinggi. Dimensi

eksternal dan dimensi internal menjadi wilayah kerja sekaligus tanggung jawab individual.

Aktivitas yang dilakukan secara internal oleh para kontroler, merupakan tuntutan kerja yang

didasarkan kepada kemampuan kognitif sebagai beban mental kerja subyektif (subjective mental

workload). (Hilburn, B., 2004). Beban kerja tinggi yang diemban oleh para kontroler bilamana

tidak mendapatkan dukungan kondisi iklim kerja yang baik memberikan pengaruh terhadap

timbulnya kelelahan fisik dan mental, berdampak pada timbulnya stres kerja yang tinggi bagi

para kontroler. Stres yang timbul pada para kontroler memiliki dampak signifikan atas turunnya

jaminan safety penerbangan, dengan terjadinya berbagai macam insiden dan kecelakaan pesawat

baik di darat maupun di udara. Terjadinya kecelakaan pesawat membawa imbas pada penilaian

negatif atas kapabilitas tugas sebagai controller, sebagaimana sering terdengar dalam

pemberitaan. Meskipun kesimpulan atas hal ini tidak seutuhnya benar, para controller dengan

beban kerja yang sangat berat, sangat sering mendapatkan peninilaian yang kurang baik atas

kinerja mereka. Stres pada tingkatan sangat rendah dan tingkatan sangat tinggi berkontribusi

langsung terhadap turunnya kinerja. Stres yang sangat rendah berdampak pada longgarnya

pelaksanaan prosedur kerja dan rendahnya pencapaian target dan kualitas kerja. Stres yang

sangat tinggi berdampak pada kelelahan fisik dan mental fatig, berdampak pada buruknyanya

kondisi kesehatan dan turunnya konsentrasi pegawai dalam kerja yang berimbas kepada turunnya

pencapaian target dan kualitas kerja, dengan kata lain adalah turunnya kinerja. Stres kerja para

controller yang senantiasa terjaga dalam batas wajar merupakan faktor potensial atas tercapainya

target dan kualitas kerja atau optimalisasi kinerja. Perwujudan nyata atas optimalisasi kinerja

para controller adalah terjaminnya keamanan dan keselamatan penerbangan dengan optimal.

Page 7: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

3

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis: (1) Pengaruh beban kerja yang

diemban oleh para air traffic controller terhadap tingkat stres yang di alami para air traffic

controller di dalam sebuah airport. (2) Pengaruh iklim kerja yang terjadi dalam lingkup kerja

para air traffic controller terhadap tingkat stres kerja yang di alami para air traffic controller di

dalam sebuah airport. (3) Pengaruh beban kerja dan iklim kerja secara bersama-sama terhadap

tingkat stres kerja yang di alami para air traffic controller di dalam sebuah airport. (4) Seberapa

berat beban kerja yang diemban oleh para air traffic controller di dalam sebuah airport. (5)

Seberapa bagus iklim kerja dalam lingkup kerja para air traffic controller di dalam sebuah

airport. (6) Seberapa tinggi tingkat stres kerja yang dialami para air traffic controller di dalam

sebuah airport agar dapat ditentukan kebijakan manajerial sehingga stres para controller tetap

dalam tingkatan normal.

1.3. Landasan Teori

Beban kerja yang dirasakan para tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari

eksternal maupun internal. Faktor-faktor eksternal merupakan faktor yang berpengaruh kepada

para pekerja yang bersumber dari tatanan pengaturan kerja sebagai beban kerja yang bersifat

obyektif, yakni: (1) Tugas kerja, meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan jenis dan

jumlah pekerjaan. Tugas kerja yang bersifat fisik meliputi wilayah kerja, pengaturan tempat

kerja, kualitas kerja, kepadatan kerja, ketrampilan dan keahlian, kompleksitas pekerjaan,

sedangkan yang bersifat mental, meliputi tanggung jawab, konsentrasi, emosi pekerja dan

sebagainya. (2) Organisasi kerja, meliputi struktur kerja, lamanya waktu kerja, waktu istirahat,

shift kerja, sistem kerja dan sebagainya. (3) Lingkungan kerja, meliputi ruang kerja, kenyamanan

kerja, hubungan antar pekerja, lingkungan sekitar tempat kerja dan sebagainya. Faktor internal

adalah faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri para pekerja akibat dari reaksi beban kerja

eksternal sebagai beban kerja yang bersifat subyektif individual. Faktor-faktor internal adalah

faktor somatik dan faktor psikis yang berpotensi sebagai stresor. Faktor somatis meliputi jenis

kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, dan faktor psikis meliputi motivasi kerja,

persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan kerja.

Kompleksitas kerja yang dihadapi para controller dalam dalam pengendalian lalu lintas udara

berperanan sangat besar terhadap naiknya tingkat beban kerja mereka. Beban kerja yang

dialami oleh para controller secara spesifik berasal dari beban kerja fisik (physical workload)

dan beban mental (mental workload) Berdasarkan faktor pemben-tuknya, beban kerja para

kontroler dibagi menjadi tiga faktor, yakni: (1) Faktor-faktor beban kerja mental (Mental

Workload); (2) Faktor-faktor tugas kerja (Taskload Factors); (3) Faktor-faktor Operator

Page 8: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

4

(Operator factors). Faktor-faktor beban kerja mental (mental workload factors) bukanlah sebuah

kesatuan, melainkan merupakan sebuah konsep yang multi dimensional yang mengkait ke dalam

beban kerja fisik maupun beban kerja mental. Faktor-faktor beban kerja mental (mental

workload), meliputi: tekanan waktu (time pressure), kebisingan (noise), stres, gangguan yang

mengakibatkan timbulnya konsekuensi manusia (human costs) dalam melaksanakan kinerja

tugasnya; sikap kerja, ketrampilan, pengalaman, perilaku, dan kepribadian, merupakan

determinan beban kerja subyektif (Loura, J.,2014).

1.3.1. Beban Kerja para Air Traffic controller

Sistem kerja organisasi ATC menitikberatkan pada pengendalian lalu lintas udara (airspace

control). Dimensi yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya beban kerja yang diemban oleh

para kontroler dalam air traffic controller meliputi dimensi eksternal dan dimensi internal. Para

controller memiliki otoritas terhadap airspace dan ground control (CASR 170, Air Traffic rules).

Wilayah udara (air maneuvering area) yang menjadi tanggung jawab para kontroler yang

meliputi: aerodrome sector, instrument approach sector, dan transition control sector. Wilayah

darat (ground maneuvering area) yang menjadi tanggung jawab para controller adalah seluruh

wilayah airside yang meliputi seluruh pergerakan di dalam area apron, taxiway, runway,

shoulders dan pergerakan lainnya dalam wilayah airport. Kewaspadaan, pengawasan,

perencanaan, pengendalian, pemberian informasi dan perintah merupakan menjadi satu kesatuan

responsibilitas controller. Seluruh aktivitas individual tersebut diarahkan pada satu tujuan utama

yaitu penghindaran terjadinya tabrakan (collision) dan tercapainya safety maksimum. (ICAO

ANNEX 11, Air Traffic Services). Tidak ada ruang untuk melakukan kesalahan, terjadinya

kesalahan implementasi regulasi berdampak pada penurunan jaminan safety penerbangan, yang

berarti bahwa tujuan organisasi tidak dapat dicapai dengan optimal. Kompleksitas prosedur,

keragaman metode kerja dan tingginya kewajiban hukum yang berlaku menjadikan tuntutan

kognitif para controller semakin kompleks.(Blanken, S. V., et al. 2010). Beban kerja para

controller semakin bertambah manakala terjadi problem dalam sistem komunikasi, baik internal

maupun eksternal.

Bilamana jumlah pesawat yang berada dalam kontrol bertambah, maka mental workload juga

meningkat, demikian juga kemungkinan terjadinya konflik. Potensi konflik bersumber dari

perbedaan atau separasi ketinggian terbang, perbedaan konfigurasi, dan jenis regulasi

penerbangan yang digunakan oleh para pilot. (Raufaste, É., 2008; Kuchar, J. K. and Yang, L. C.,

2000).

Page 9: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

5

Kondisi fisikal para controller memiliki kontribusi terhadap berhasil dan tidaknya tugas kerja

mereka (Munandar, 2001: 382). Tuntutan-tuntutan fisik dan ketenangan jiwa seorang controller

merupakan kebutuhan inti untuk tercapainya optimalisasi keselamatan penerbangan. Emosi

pribadi yang timbul harus terkendali. Kewajiban struktural dan hierarki dalam organisasi

menuntut penerapan karakteristik sikap dan perilaku kerja, responsibilitas tugas yang intensif,

interaksi positif antar personal dalam lingkungan kerja para controller, guna mendukung

terjadinya kohesivitas dalam organisasi dan pembagian tugas kerja yang jelas, untuk mencapai

optimalisasi tujuan tugas kerja yaitu safety penerbangan.

1.3.2. Iklim Kerja para Air Traffic Controller

Perilaku individu dalam sebuah organisasi merupakan penjabaran dari individu yang berada

dalam tatanan aturan sosial, yang terdiri dari struktur organisasi, kebijakan-kebijakan organisasi

dan hubungan interpersonal yang dikembangkan dalam sebuah kelompok organisasi di mana

individu-individu tersebut merupakan bagian dari organisasi. pengukuran iklim organisasi pada

umumnya meliputi : lingkungan eksternal; kepemimpinan dalam organisasi; struktur organisasi;

praktik-praktik management; pekerjaan ; kepribadian dalam kerja; kepribadian di luar kerja.

Iklim organisasi merupakan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi dan

berfokus pada persepsi-persepsi rasional yang dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh

langsung terhadap kinerja anggota organisasi (Stinger, R. A.:2002).

Iklim organisasi yang terbentuk dari adanya dukungan rekan kerja, koordinasi yang baik, dan

kenyamanan ruang kerja (microclimate) dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan stres

kerja kepada tingkat rendah atau wajar (Suandi, T., 2014). Naiknya tingkat kepercayaan (thrust),

komunikasi dan kohesivitas interpersonal dalam lingkungan kerja berhubungan erat dengan

tingkat kepuasan kerja. Faktor-faktor tersebut merupakan esensi dari iklim kerja (Iqbal, M.,

2013) yang merupakan prediktor kuat terhadap stres (Linzer, D., 2010).

Holloway (2012) menyatakan bahwa iklim kerja sebuah organisasi ditentukan oleh seberapa baik

anggota diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi. Terdapat enam dimensi iklim

organisasi, yaitu: fleksibilitas dan konformitas (flexibility conformity), tanggung jawab

(resposibility), standar kerja (standards), penghargaan (re-ward), kejelasan kerja (clarity),

komitmen tim (team commitmen). Air traffic controller bekerja dalam berbagai tim kerja terdiri

dari para controller, supervisor dan asisten, serta rekan-rekan dari bagian terdekatnya sampai

pada pusat struktur kerja, dan para pilot.

1.3.3. Stres Kerja para Air Traffic Controller

Page 10: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

6

Stres bisa menjadi sebuah faktor yang memiliki tingkat resiko yang berat terhadap kesehatan

mana kala stres yang timbul disebabkan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan-tuntutan

berlebihan dengan ketidak kemampuan individu dalam menghadapi tuntutan-tuntutan tersebut,

baik dari kemampuan fisik, waktu, keahlian maupun kualitas kerja (Costa, G.:1995). Pengaruh

positif dari stres adalah dapat membantu memaksa kita untuk melakukan suatu tindakan yang

dapat menghasilkan kesadaran dan perspektif baru. Pengaruh negatifnya adalah menimbulkan

perasaan tidak percaya diri, penolakan, kemarahan, dan depresi, yang dapat menyebabkan

timbulnya masalah-masalah kesehatan seperti sakit kepala, sakit perut, insomnia, bisul, tekanan

darah tinggi, penyakit jantung, dan stroke (Loura, J. :2013). Kegiatan dalam dunia penerbangan

merupakan pekerjaan dengan tanggung jawab tinggi baik konsekwensi jiwa maupun biaya.

(Costa, G. 1995). Robbins, S. P. (2008) menyatakan bahwa timbulnya stres dipengaruhi oleh

beberapa, yaitu: (1) Faktor Organisasi, (2) Faktor Lingkungan, (3) Faktor Individu.

Sumber-sumber stres para controller meliputi: (1) Tuntutan kerja seperti jumlah pesawat yang

dikontrol, periode puncak kepadatan lalu lintas udara, pesawat asing tak berjadwal, terjadinya

peristiwa yang tidak diduga; (2) Prosedur Operasional, seperti tekanan waktu, pelanggaran atas

aturan, perasaan hilang control, takut konsekuensi kesalahan; (3) Waktu kerja, seperti periode

tugas yang tidak ada jedanya, shift kerja malam; (4) peralatan kerja, seperti keterbatasan dan

kehandalan peralatan, kualitas peralatan komuni-kasi, jalur telepon, dan tata letak peralatan; (5)

Lingkungan kerja, seperti pencahayaan, pantulan optic, tingkat kebisingan suara, mikroklimat,

postur tubuh yang tidak ergonomis, jumlah istirahat, fasilitas relaksasi dan kantin, lift atau

tangga; (6) Organisasi kerja, seperti ambiguitas peran, hubungan kerja dengan supervisor dan

rekan kerja, kurangnya control atas proses kerja, gaji dan imbalan, opini publik (Costa, G.:1995).

Beban kerja para controller merupakan beban yang diemban secara individual dalam suatu

periode tugas pengendalian air traffic, bersumber dari eksternal dan internal, merupakan beban

kerja obyektif dan beban kerja mental subyektif (Iqbal, M., 2013; Fox, J. L., 2003: Broker, P.,

2003), yang terbentuk dari kompleksitas-kompleksitas kerja (Loura, J., 2013; Costa, G., 1995),

beserta tuntutan-tuntutan kognitif, tuntutan fisik dan psikis (Cardosi, K.M., 1999; Maning, C.A.,

2001), penguasan medan kerja udara dan darat (ICAO annex 17; Kep/52/V/2013)

memungkinkan terjadinya overload kerja secara individual dan dapat menstimulasi terjadinya

peningkatan stres kerja (Costa, G., 1995; Cardosi, K.M., 1999; Loura, J., 2013; Iqbal, M., 2013).

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

STRUCTURE

STANDARD

FLEXIBILITY

REWARD

TEAM COMMITMENT

EXTERNAL/OBJECTIVE

INTERNAL/SUBJECTIVE

WORKING

STRESS

WORKING

CLIMATE

WORK

LOAD

Page 11: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

7

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dua analisis penelitian. Pertama dengan

menggunakan metode perhitungan regresi, yang dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan atas

tingkat pengaruh variabel beban kerja dan variabel iklim kerja terhadap variabel stres kerja.

Analisis kedua dengan menggunakan Nasa-TLX guna mengungkap lebih dalam terhadap tingkat

beban kerja subyektif para controller yang meliputi tuntutan mental psikis, tuntutan fisik,

tekanan waktu, kinerja, tingkat frustrasi, dan usaha kerja. Uji instrumen yang dilakukan pada 42

item pernyataan diperoleh nilai r hitung terendah 0,324 dan tertinggi 0,769, maka semua item yang

digunakan dalam penelitian ini dinyatakan valid. Nilai reliabilitas variabel beban kerja 0,752;

variabel iklim kerja 0,754; dan variabel stres kerja 0,739, maka data penelitian dinyatakan

reliabel.

2.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Data observasi dikumpulkan dengan survei kuesioner yang dilakukan pada bulan Nopember

2016 sampai dengan bulan Januari 2017. Data tabulasi diperoleh dari observasi di tiga airport

dengan total responden sebanyak 62 orang air traffic controller. Rincian dari total responden

adalah 38 orang dari airport A, 19 orang dari airport B, dan 5 orang dari airport C.

Tabel 1. Data Responden

Airport A, adalah sebuah internasional airport dengan jam operasi pukul 06.00 sampai dengan

pukul 19.00 WIB dengan perpanjangan waktu sampai pukul 23.00 WIB. Airport A melayani

seluruh penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal domestik dan internasional, penerbangan

latih militer pemula maupun lanjut, penerbangan operasional militer, dan dengan jenis pesawat

yang beragam baik jenis baling-baling maupun jenis jet. Jumlah penerbangan berkisar 100

penerbangan komersial dan berkisar 100 penerbangan latih militer setiap hari, dengan

penembahan beberapa penerbangan tidak berjadwal. Prosedur yang diterapkan untuk pendaratan

dan tinggal landas adalah prosedur visual, prosedur instrument, dan panduan atau guidance

dengan radar. Airport ini memiliki radius kendali 75 mil udara dan ketinggian maksimum sampai

duapuluh lima ribu kaki, dengan berbagai macam transisi kontrol. Dalam tugas pengendalian

lalulintas udara para air traffic controller bertindak sebagai Aerodrome Control Tower dan

Approach Control Service.

Airport Jumlah

responden

Gender Status Kedinasan

Pria Wanita Senior Junior Militer Sipil

A 38 35 3 24 14 30 8

B 19 16 3 9 10 16 3

C 5 4 1 2 3 - 5

Jumlah 62 55 7 35 27 46 16

Page 12: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

8

Airport B, adalah sebuah internasional airport dengan jam operasi pukul 06.00 sampai dengan

pukul 19.00 WIB. Dengan perpanjangan waktu sampai pukul 21.00 WIB. Airport B melayani

seluruh penerbangan domestik dan internasional berjadwal maupun tidak berjadwal, penerbangan

latih militer pemula dan penerbangan latih sipil, dengan jenis pesawat yang beragam baik jenis

baling-baling maupun jenis jet. Jumlah penerbangan berkisar 50 penerbangan komersial, 35

penerbangan latih militer dan 30 penerbangan latih sipil setiap hari, dengan penembahan

beberapa penerbangan tidak berjadwal. Prosedur yang diterapkan untuk pendaratan dan tinggal

landas adalah prosedur visual dan prosedur instrument, dengan radius kendali 25 mil udara dan

ketinggian maksimum sampai enam ribu kaki, dengan transisi kontrol. Dalam tugas pengendalian

lalulintas udara para controller bertindak sebagai Aerodrome Control Tower.

Airport C, adalah sebuah airport domestik dengan jam operasi dari pukul 07.00 WIB sampai

dengan jam 14.00 WIB. Aiport ini melayani beberapa penerbangan tidak berjadwal perintis dan

beberapa sekolah penerbangan sipil. Spesifikasi pesawat yang terbang dalam airport ini hanyalah

pesawat dengan penggerak baling-baling, dengan prosedur pendaratan dan tinggal landas visual.

Jumlah penerbangan berkisar 4 penerbangan perintis dan 30 penerbangan latih sipil setiap hari.

Dalam tugas pengendalian lalulintas udara para controller bertindak sebagai Aerodrome Control

Tower, dengan wilayah pengendalian dalam radius 20 mil udara dan dengan ketinggian

maksimal enam ribu kaki.

Dekripsi di atas memberikan gambaran bahwa setiap airport memiliki jumlah kepadatan

penerbangan dan tingkat kompleksitas pelayanan penerbangan yang berbeda. Para controller

juga memiliki karakteristik kerja yang berbeda di antara airport satu dengan airport lainnya.

Jumlah kepadatan penerbangan dan tingkat kompleksitas pelayanan penerbangan memiliki

korelasi yang kuat dengan tingkat beban kerja, iklim kerja dan stres kerja para controller yang

bekerja di dalamnya.

2.2. Analisis Deskriptif Variabel

Data distribusi frekwensi variabel beban kerja diperoleh 9 responden atau 14, 516 persen berada

dalam kategori berat, 53 responden atau 85,484 persen dalam kategori sangat berat. Data

tersebut menunjukkan beban kerja para controller berada dalam kategori rata-rata sangat berat.

Varaibel Iklim kerja, 1 responden atau 1,613 persen dalam kategori tidak baik, 4 responden atau

6,452 persen dalam kategori cukup; 43 responden atau 69,355 persen dalam kategori baik; dan

14 responden atau 22,581 persen dalam kategori sangat baik. Data tersebut menunjukkan bahwa

iklim kerja para controller berada dalam kategori rata-rata baik.

Page 13: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

9

Variabel Stres Kerja, 1 responden atau 1,613 persen berada pada kategori sangat ringan; 15

responden atau 24,194 persen dalam kategori ringan; 39 responden atau 62,903 persen dalam

kategori sedang; 7 responden atau 11,290 persen dalam kategori berat ; sedangkan dalam

kategori sangat berat tidak ada. Data tersebut menunjukkan stres kerja controller berada dalam

kategori rata-rata sedang atau wajar.

3. HASIL PENELITIAN

3.1. Metode Regresi

Korelasi Pearson beban kerja terhadap stres kerja sebesar 0,941, dan iklim kerja terhadap stres

kerja sebesar -0,951; data ini memperlihatkan bahwa beban kerja berpengaruh positif terhadap

stres kerja, sedangkan iklim kerja berpengaruh negatif terhadap stres kerja. Nilai probabilitas satu

sisi atau Sig. 1-tailed 0,00. Berarti korelasi antara variabel stres kerja dengan variabel beban

kerja dan variabel iklim kerja sangat nyata. R Square sebesar 0,933 berarti bahwa sebesar 93,3%

dari variasi stres kerja air traffic controller bisa dijelaskan oleh variabel beban kerja dan variabel

iklim kerja, dan 6,7% dijelaskan oleh sebab-sebab residualnya. Nilai standard error of estimate

1,15573 lebih besar dari nilai deviation variabel stres kerja 4,2469, maka model regresi pada

penelitian ini bertindak sebagai predictor stres kerja.

Tabel 2. Data Koefisien Regresi

Hasil persamaan regresi yang diperoleh adalah: Y = 30,414 + 0,466X1 + (-0,485)X2

Nilai konstan persamaan regresi adalah 30,414 berparameter positif berarti bila tidak ada variabel

beban kerja dan variabel iklim kerja, maka nilai stres kerja akan sebesar 30,414. Nilai koefisien

regresi beban kerja sebesar 0,466 dengan parameter positif. Bilamana beban kerja bertambah

maka tingkat stres kerja naik. Nilai koefisien regresi iklim kerja sebesar -0,485 parameter negatif.

Berarti bilamana iklim kerja semakin bagus, maka tingkat stres kerja semakin turun, sebaliknya

bila tingkat iklim kerja turun, maka tingkat stres kerja semakin berat. Nilai Fhitung 411,858 atau

lebih besar dari 4,00 p sama dengan 0,000, probablilitas 0,000 lebih kecil dari probabilitas 0,05

berarti variabel beban kerja dan variabel iklim kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel stres kerja, dan pemilihan model yang digunakan dalam regresi variabel beban kerja dan

variabel iklim kerja sudah tepat (Setiadji:106). Variabel beban kerja air traffic controller

memberikan sumbangan relatif sebesar 43,47%, dan variabel iklim kerja memberikan sumbangan

relatif sebesar 56,57%.

Sumber: data primer diolah 2017

B Std. Error Beta t

(Constant)

Beban Kerja

Iklim Kerja

30,414

0,466

-0,485

7,913

0,093

0,075

0,431

-0,555

3,843

5,041

-6,491

Page 14: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

10

3.1.1. Beban Kerja Air Traffic Controller

Beban kerja para air traffic controller dalam sebuah airport berada pada tingkat rata-rata sangat

berat, yaitu 91,7 persen. Tingkat beban kerja air traffic controller rata-rata di airport A adalah

94,4 persen; di airport B rata-rata 80,3 persen, dan di airport C rata-rata 88,6 persen, tabel 3 dan

grafik 1.

3.1.2. Iklim Kerja Air Traffic Controller

Iklim kerja para air traffic controller dalam airport yang diobservasi berada pada tingkat rata-

rata baik dengan kecenderungan sangat baik, yaitu 79,3 persen. Iklim kerja di lingkungan

kerja para air traffic controller di airport A berada pada tingkat baik dengan nilai rata-rata 75,7

persen; di airport B berada pada tingkat sangat baik dengan nilai rata-rata 85,2 persen; dan di

airport C berada pada tingkat rata-rata sangat baik dengan nilai rata-rata 84,3 persen, tabel 4 dan

grafik 2.

3.1.3. Stres Kerja Air Traffic Controller

Stres kerja para air traffic controller dari tiga airport yang diobservasi berada pada tingkat rata-

rata sedang atau wajar dengan nilai rata-rata 58,6 persen. Tingkat stres kerja controller di

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

Du

kun

gan rekan

kerja

Kep

ercayaan

Fleksibilitas d

an asp

iratif

Tekanan

kerja

Kejelasan

tuju

an kerja

Ku

alitas dan

kepu

asan kerja

Struktu

ral

Pastisipasi

Kep

astian resp

on

sibilitas

Imb

alan kerja

Perhatian

dan

kon

trol p

imp

inan

Pengh

argaan

Job

discrip

tion

koh

esivitas

WO

RK

ING

CLI

MA

TE P

ERCE

NTI

VE

INDICATORS

CILACAP

SURAKARTA

JOGYAKARTA

Airport C Airport B Airport A

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

Ko

mp

leksita

s

Pro

sed

ur k

erja

Resp

on

sib

ilitas

Reg

ula

si

Ko

mu

nik

asi

Po

ten

si K

on

flik

Ko

nsen

trasi

Tu

ntu

tan

Waktu

Tu

ntu

tan

Stru

ktu

ral

Tu

ntu

tan

Ketra

mp

ilan

Tu

ntu

tan

Fis

ik

Tu

ntu

tan

men

tal d

an

psik

is

Tu

ntu

tan

Ko

gn

itif

Aku

rasi

WO

RKL

OA

D P

ERCE

NTI

VE

INDICATORS

CILACAP

SURAKARTA

JOGYAKARTA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Airport C

Airport B Airport A

Grafik 1 Persentase Rata-rata Beban Kerja

Air Traffic Controller

Tabel 3. Persentase Rata-rata Beban Kerja

Air Traffic Controller

Airport Indikator Beban Kerja Rata

rata q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13 q14

Airport A 94.1 87.5 94.1 90.8 97.4 92.8 98.7 98.0 88.2 98.0 96.7 96.1 90.1 98.7 94.4 Airport B 80.3 78.9 90.8 84.2 90.8 88.2 90.8 92.1 80.3 89.5 88.2 89.5 84.2 93.4 80.3 Airport C 95.0 75.0 90.0 90.0 90.0 80.0 90.0 95.0 85.0 90.0 90.0 95.0 85.0 90.0 88.6 Rata-rata 89.9 83.9 92.7 88.7 94.8 90.3 95.6 96.0 85.5 94.8 93.5 94.0 87.9 96.4 91.7

Sumber: data primer diolah 2017

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Grafik 2 Persentase Rata-rata Iklim Kerja

Air Traffic Controller

Airport Indikator Iklim Kerja Avg.

q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13 q14

Airport A 78.3 74.3 84.2 75.7 74.3 60.5 83.6 75.7 76.3 65.1 80.9 82.2 77.0 71.1 75.7

Airport B 85.5 85.5 88.2 78.9 84.2 80.3 92.1 86.8 88.2 77.6 88.2 94.7 84.2 77.6 85.2

Airport C 90.0 90.0 85.0 80.0 85.0 70.0 85.0 80.0 85.0 85.0 90.0 90.0 85.0 80.0 84.3

Rata-rata 81.5 79.0 85.5 77.0 78.2 67.3 86.3 79.4 80.6 70.6 83.9 86.7 79.8 73.8 79.3

Tabel 4. Persentase Rata-rata Iklim Kerja

Air Traffic Controller

Sumber: data primer diolah 2017

Page 15: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

11

airport A rata-rata sebesar 61,8 persen, di airport B sebesar 53,4 persen; dan airport C dengan

nilai rata-rata 54,3 persen, tabel 5 dan grafik 3.

3.1.4. Pengolahan Data dengan Nasa-TLX

Instrumen Nasa-TLX dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur beban kerja subyektif

individual pada tugas kerja para air traffic controller dalam sebuah airport. Sebagaimana

diuraikan dalam landasan teori di depan bahwa beban kerja memiliki dimensi ekternal dan

dimensi internal. Dimensi eksternal merupakan beban kerja obyektif para air traffic controller.

Dimensi internal sebagai beban tugas kerja subyektif (subyektif workkload) bersifat individual,

berfokus pada tingkat berat atau ringannya beban tugas yang dirasakan para air traffic controller

secara individu sebagai tuntutan-tuntutan tugas kerja. Beban kerja subyektif yang diukur dengan

instrument Nasa-Tlx dalam penelitian ini meliputi 6 dimensi, yaitu: 1) Mental Demans (MD); 2)

Physical Demands (PD); 3) Temporal Demands (TD); 4) Performance (P); 5) Frustration Level

(FL); dan 6) Efforts (E). Pengukuran terhadap tingkat beban kerja yang dilakukan dengan

analisis Nasa-TLX ini digunakan untuk melengkapi data besaran beban kerja yang diemban para

air traffic controller.

Kisi-kisi instrument penelitian disusun dengan 22 butir pernyataan yang terkait dengan beban

kerja subyektif para air traffic controller adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Kisi-kisi Penelitian dengan Nasa-TLX

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

overlo

ad

Tekanan

atasan

Sulit tid

ur

Melelah

kan

Am

bigu

itas

Ku

rang fasilitas relaksasi

Pusin

g

takut salah

tidak b

ergairah

Men

inggalkan

keluarga

Resp

on

sibilitas gand

a

marah

dan

tersinggu

ng

Tekanan

darah

naik

Tun

tutan kerja tin

ggi

WO

RK

ING

STR

ESS

PER

CEN

TIV

E

INDICATORS

CILACAP

SURAKARTA

JOGYAKARTA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Airport C Airport B Airport A

no Dimensi Indikator

1

MENTAL DEMANDS

1. Aktivitas Psikologis dan mental 2. Aktivitas Perseptual,pemahaman dan interpretasi 3. Aktivitas melihat 4. Aktivitas Mengingat 5. Aktivitas Mencari 6. Kesulitan kerja 7. Kompleksitas kerja

2

PHYSICAL DEMANDS

8. Aktivitas dengan fisik 9. Aktivitas dengan mulut 10. Aktivitas dengan telinga 11. Aktivitas dengan mata

no Dimensi Indikator

3 TIMPORAL DEMANDS

12. Tekanan waktu

4

PERFOR MANCE

13. Hasil kerja 14. Kepuasan kerja 15. Keamanan kerja

5

16. Resiko kerja

FRUSTRATION LEVEL

17. Putus asa 18. Tersinggung atau marah 19. Gangguan ruang kerja 20. Gangguan atasan

6 EFFORTS 21. Konsentrasi

22. Perhitungan, perkiraan, imaginasi

Grafik 2 Persentase Rata-rata Stres Kerja

Air Traffic Controller

Tabel 5. Persentase Rata-rata Stres Kerja

Air Traffic Controller

Sumber: data primer diolah 2017

Airport Indikator Stres Kerja Rata

rata q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13 q14 Airport A 71.7 60.5 71.7 73.0 76.3 55.9 55.9 57.9 52.0 52.0 52.6 55.9 52.0 77.6 61.8 Airport B 65.8 52.6 67.1 61.8 72.4 43.4 40.8 53.9 43.4 46.1 44.7 39.5 46.1 69.7 53.4 Airport C 60.0 55.0 60.0 60.0 70.0 40.0 50.0 60.0 45.0 40.0 55.0 50.0 40.0 75.0 54.3

Rata-rata 69.0 57.7 69.4 68.5 74.6 50.8 50.8 56.9 48.8 49.2 50.4 50.4 49.2 75.0 58.6

Page 16: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

12

Data tabulasi kuisioner di atas telah melalui uji instrument sebagaimana disyaratkan dalam

metodo-logi riset ilmiah. Pada korelasi Pearson diperoleh nilai rhitung terendah 0.3352 dan nilai

tertinggi 0.6758. Dengan taraf signifikansi 0,05 dan jumlah responden sebanyak 62, diperoleh

nilai rtabel sebesar 0,2461, maka semua data dinyatakan valid. Alpha cronbach didapatkan nilai

0,739, berarti reliabel. Chi-Square 19.613 lebih kecil dari chi-square tabel 66,766,

berkecenderungan sama. Distribusi normal pada kolmogorov asymp. sig. (2-tailed) 0,060 dan

distribusi normal dengan grafik pplot.

Interval kelas Nasa-TLX (Hart and Staveland:1981), digunakan 3 kategori, maksimum skor 100

persen dan minimum 0 persen. Di bawah 50 persen berarti tingkat ringan, 50 persen sampai

dengan 80 persen adalah tingkat sedang dan lebih dari 80 persen sampai dengan 100 persen

berarti tingkat berat.

Dimensi Mental Demands memiliki nilai rata-rata 74.79 persen, nilai rata-rata physical demands

adalah 75,35 persen, temporal demands rata-rata 73,97 persen. Ketiga dimensi demands tersebut

berada pada tingkat sedang. Dimensi performance berada pada tingkat bagus dengan nilai rata-

rata sebesar 80,11 persen, effort berada pada tingkat rata-rata berat sebesar 82,62 persen. Rata-

rata dimensi frustration level berada pada tingkat ringan atau wajar sebesar 44,67 persen.

Frustration level memiliki analogi yang relatif sama dengan stres kerja.

Tabel 7. Persentase Rata-Rata Indikator Subjective Workload Air Traffic Controller

Data tabulasi kuisioner di atas telah melalui uji instrument sebagaimana disyaratkan dalam

metodologi riset ilmiah. Pada korelasi Pearson diperoleh nilai rhitung terendah 0.3352 dan nilai

tertinggi 0.6758. Dengan taraf signifikansi 0,05 dan jumlah responden sebanyak 62, diperoleh

nilai rtabel sebesar 0,2461, maka semua data dinyatakan valid. Alpha cronbach didapatkan nilai

Sumber: data primer diolah 2017

AIR

PO

RT

Tek

anan

wak

tu

TE

MP

OR

AL

DE

MA

ND

S

PERFOR

MANCE

FRUSTRATION

LEVEL EFFORT

RA

TA

-RA

TA

WW

L

Has

il k

erja

Kep

uas

an k

erja

Kea

man

an k

erja

Pen

ang

anan

res

iko k

erja

Pu

tus

asa

Ter

sin

ggu

ng

ata

u m

arah

Gan

ggu

an r

uan

g k

erja

- b

isin

g

Gan

ggu

an a

tasa

n

Ko

nse

ntr

asi

Per

hit

ung

an, per

kir

aan

& i

mag

inas

i

Items No. 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Airport A 78 83 83 88 89 36 36 54 43 91 85 75.0

Airport B 74 80 79 85 87 44 38 65 45 89 84 73.8

Airport C 71 69 69 64 87 48 44 49 36 79 67 64.5

Average 74 77 77 79 87 43 39 56 41 86 79 71.9

AIR

PO

RT

MENTAL DEMANDS PHYSICAL

DEMANDS

Psi

ko

log

is d

an m

enta

l

Per

septu

al, p

emah

aman

&

inte

rpre

tasi

M

elih

at

M

engin

gat

M

enca

ri

Kes

uli

tan k

erja

Ko

mple

ksi

tas

ker

ja

Ak

tivit

as d

engan

fis

ik

Ak

tivit

as d

engan

mulu

t

Ak

tivit

as d

engan

tel

ing

a

Ak

tivit

as d

engan

mat

a

Items No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Airport A 74 83 86 86 72 80 82 51 91 91 90

Airport B 78 73 80 80 76 79 80 56 84 86 84

Airport C 56 60 65 65 67 79 71 51 69 73 79

Average 69 72 77 77 72 79 78 53 81 83 84

Page 17: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

13

0,739, berarti reliabel. Chi-Square 19.613 lebih kecil dari chi-square tabel 66,766,

berkecenderungan sama. Distribusi normal pada kolmogorov asymp. sig. (2-tailed) 0,060 dan

distribusi normal dengan grafik pplot.

Interval kelas Nasa-TLX (Hart and Staveland:1981), digunakan 3 kategori, maksimum skor 100

persen dan minimum 0 persen. Di bawah 50 persen berarti tingkat ringan, 50 persen sampai

dengan 80 persen adalah tingkat sedang dan lebih dari 80 persen sampai dengan 100 persen

berarti tingkat berat.

Dimensi Mental Demands memiliki nilai rata-rata 74.79 persen, nilai rata-rata physical demands

adalah 75,35 persen, temporal demands rata-rata 73,97 persen. Ketiga dimensi demands tersebut

berada pada tingkat sedang. Dimensi performance berada pada tingkat bagus dengan nilai rata-

rata sebesar 80,11 persen, effort berada pada tingkat rata-rata berat sebesar 82,62 persen. Rata-

rata dimensi frustration level berada pada tingkat ringan atau wajar sebesar 44,67 persen.

Frustration level memiliki analogi yang relatif sama dengan stres kerja.

Nilai beban kerja subyektif atau subjective workload keseluruhan berada pada tingkat sedang

dengan rata-rata sebesar 71.92 persen. Rrincian data dapat dilihat pada tabel 8 dengan visualisasi

pada grafik 4.

Mental demands rata-rata berada pada tingkat sedang dengan kecenderungan berat. Mental

demands di airport A berada pada tingkat rata-rata berat sebesar 80,3 persen, di airport B pada

tingkat rata-rata sedang sebesar 77,9 persen, dan di airport C berada pada tingkat rata-rata

sedang sebesar 66,1 persen.

Airport A memiliki indikator kompleksitas kerja, mengingat, melihat, perseptual dengan

pemahaman dan interpretasi; berada pada tingkat rata-rata berat. Hal ini dimungkinkan terjadi

karena kepadatan penerbangan dan tingkat pelayanan penerbangan yang lebih tinggi dan lebih

kompleks dibandingkan dengan kedua airport lainnya.. Di sisi lain para controller di airport A

mempunyai dua wilayah pengendalian yang berbeda, yaitu sebagai aerodrome control tower

dengan pengendalian visual langsung pada obyek kontrol atau pesawat terbang, dan approach

MD PD TD P FL E Average

74.80 75.43 74.55 80.10 44.47 82.60 71.92

Sumber: data primer diolah 2017

Grafik 4. Rata-rata Beban Kerja Subyektif

Air Traffic Controller

Tabel 8.Persentase Rata-rata Beban Kerja Subyektif Air

Traffic controller

MENTAL

DEMANDS17%

PHYSICAL

DEMANDS18%

TEMPORAL

DEMANDS17%

PERFORMANCE

19%

FRUSTRATION

LEVEL10%

EFFORTS

19%

0 20 40 60 80 100

MENTAL DEMANDS

PHYSICAL DEMANDS

TEMPORAL DEMANDS

PERFORMANCE

FRUSTRATION LEVEL

EFFORTS

WEIGHTED WORKLOAD

Page 18: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

14

0 20 40 60 80 100

Psikologis dan mental 1

Perseptual, pemahaman dan interpretasi 2

Melihat 3

Mengingat 4

Mencari 5

Kesulitan kerja 6

Kompleksitas kerja 7JogyakartaSurakartaCilacap

Airport A Airport B Airport C

persen

1 2 3 4 5 6 7 Average

AIRPORT A

AIRPORT B

AIRPORT C

74.1

77.6

56.0

82.7

72.8

60.0

85.7

80.1

65.0

85.9

79.9

65.0

72.4

76.3

67.0

79.6

79.0

79.0

81.8

79.9

71.0

80.3

77.9

66.1

AVERAGE 69.2 71.8 77.0 76.9 71.9 79.2 77.6 74.8

Tabel 9. Persentase Rata-rata Dimensi

Mental Demands Air Traffic Controller

Sumber: data primer diolah 2017

Grafik 5 Tingkat Mental Demands

Air Traffic Controller

control service dengan pengendalian lalu lintas udara melalui layar monitor radar, tabel 9 dan

grafik 5.

Kondisi fisik seluruh anggota badan yang baik merupakan faktor potensial sebagai penunjang

terlaksananya aktivitas kerja para air traffic controller dengan optimal. Tuntutan-tuntutan fisik

atau physical demands para air traffic controller berada pada tingkat sedang dengan

kecenderungan tinggi, khusunya penggunaan organ fisik sebagai alat untuk berkomunikasi dan

pengendalian. Tuntutan atas aktivitas dengan mata, telinga, dan mulut berada dalam tingkat

berat. Tingkat rata rata di airport A sebesar 80,7 persen, di airport B sebesar 77,3 persen dan di

airport C sebesar 68,0 persen.

Aktivitas organ alat komunikasi dan pengendalian, yaitu dengan mulut, telinga, dan mata, berada

pada tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan tuntutan aktivitas dengan badan atau fisik. Hal

ini karena hampir seluruh aktivitas komunikasi dan pengendalian dilakukan dengan duduk, baik

sebagai tower controller yang lansung secara visual kepada pesawat, maupun para approach

controller yang melakukan pengendalian pesawat melalui radar monitor, tabel 10 dan grafik 6.

Temporal demands berada dalam tingkatan rata-rata sedang, sebesar 74,0 persen. Ketiga airport

memiliki tekanan waktu pada tingkat sedang. Berdasar pada tabel 11 dan grafik 7 di bawah,

Grafik 6 Tingkat Physical Demands

Air Traffic Controller

8 9 10 11 Average

AIRPORT A

AIRPORT B

AIRPORT C

51.2

55.5

51.0

91.2

83.7

69.0

91.0

85.8

73.0

89.5

84.2

79.0

80.7

77.3

68.0

AVERAGE 52.6 81.3 83.3 84.2 75.3

Sumber: data primer diolah 2017

Tabel 10. Persentase Rata-rata Dimensi

Physical Demands

0 20 40 60 80 100

Aktivitas dengan fisik 8

Aktivitas dengan mulut 9

Aktivitas dengan telinga 10

Aktivitas dengan mata 11

JogyakartaSurakartaCilacap

Airport A Airport B Airport C

persen

Page 19: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

15

terlihat gradasi tingkat tingginya tekanan waktu, semakin tinggi tingkat kepadatan penerbangan

dan kompleksitas pelayanan, semakin tinggi tekanan waktu yang dirasakan oleh para controller.

Performance yang dicapai para air traffic controller rata-rata pada tingkat bagus sebesar 80,1

persen. Dalam airport A dan airport B, performance para controller berada dalam tingkat yang

sangat bagus, airport A sebesar 85,6 persen dan untuk airport B sebesar 82,4 persen. Sedangkan

airport C pada tingkat sedang dengan nilai sebesar 72,3 persen, tabel 11.

Indikator keamanan kerja, dan indikator penanganan resiko kerja, di airport A dan di airport B

berada pada tingkat yang sangat bagus. Di airport A sebesar 87,9 persen pada keamanan kerja

dan 88,8 persen penanganan resiko kerja; di airport B sebesar 84,5 persen pada keamanan kerja

dan 86,7 persen pada penanganan resiko kerja. Kedua indikator merupakan faktor-faktor yang

sangat potensial terhadap tercapainya safety penerbangan, sebagaimana tujuan utama atas

bekerjanya para controller. Sedangkan di airport C, penangan resiko kerja pada tingkat sangat

bagus sebesar 87.0 persen, dan keamanan kerja pada tingkat sedang sebesar 64,0 persen, tabel 12

dan grafik 8. Pada indikator kepuasan kerja dan hasil kerja, tingkat performance para air traffic

controller di airport A berada pada tingkat bagus, sebesar 83,0 persen; di airport B berada pada

tingkat sedang dengan kecenderungan bagus sebesar 78,6 persen; dan di airport C berada pada

tingkat sedang sebesar 69,00 persen. Dimungkinkan adanya pengaruh tingkat kompleksitas

pelayanan penerbangan terhadap performance pada kepuasan kerja dan hasil kerja para

controller. Semakin tinggi tingkat kompleksitas pelayanan penerbangan semakin tinggi tingkat

performance para air traffic controller. Keadaan ini terjadi karena peralatan kerja yang lebih

lengkap dengan tingkat teknologi yang lebih tinggi, disamping tingkat pelatihan para controller

yang lebih baik.

Tingkat frustrasi atau Frustration Level, dapat dianalogikan sebagai stres kerja sebagaimana di

teliti dalam penelitian regresif di depan. Frustration level di dalam ketiga airport, berada pada

tingkat ringan dengan kecenderungan sedang atau wajar. Nilai rata-rata frustration level sebesar

44,9 persen. Pada tabel 13 dan grafik 9, dapat diketahui bahwa gangguan ruang kerja karena

suara bising menunjukkan nilai yang signifikan di atas rata-rata di airport B.

12 Average

AIRPORT A 77.6 77.6

AIRPORT B 73.5 73.5

AIRPORT C 71.0 71.0

AVERAGE 74.0 74.0

Sumber: data primer diolah 2017

Tabel 11. Persentase Rata-rata Dimensi

Temporal Demands Air Traffic Controller

AIRPORT A

AIRPORT B

AIRPORT C

Grafik 7 Tingkat Temporal Demands

Air Traffic Controller

65 70 75 80

Cilacap

Surakarta

Jogyakarta

13 14 15 16 Average

AIRPORT A

AIRPORT B

AIRPORT C

82.7

79.9

69.0

83.0

78.6

69.0

87.9

84.5

64.0

88.8

86.7

87.0

85.6

82.4

72.3

AVERAGE 77.2 76.9 78.8 87.5 80.1

Sumber: data primer diolah 2017

Tabel 12. Tabulasi Data Dimens Performance

Air Traffic Controller

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Hasil kerja 13

Kepuasan kerja 14

Keamanan kerja 15

Penanganan resiko kerja 16

JogyakartaSurakartaCilacap

Airport A Airport B Airport C

persen

Page 20: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

16

Efforts yang terdiri dari konsentrasi; perhitungan, perkiraan dan imajinasi; berada pada tingkat

tinggi di airport A dan di airport B dengan rata-rata nilai sebesar 87,8 persen; dan 86,7persen.

Sedangkan di airport C berada pada tingkat sedang dengan rata-rata nilai sebesar 73.0 persen,

tabel 14. Pada grafik 10 terlihat ada gradasi tingkatan dalam dimensi efforts. Semakin tinggi

tingkat kepadatan penerbangan dan tingkat pelayanan penerbangan sebuah airport, maka tingkat

efforts semakin tinggi.

Mental demands, physical demands, dan efforts pria berada pada tingkat lebih tinggi di banding

wanita. Tekanan waktu berada pada tingkat yang tinggi, wanita berada pada tingkat lebih tinggi

dari pada pria. Tingkat frustrasi berada pada tingkat sedang atau wajar, wanita memiliki tekanan

waktu lebih tinggi daripada pria, grafik 11. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara senior

dan junior dalam mental demands, physical demands, temporal demands, dan performance.

Pada skala observasi status, controller senior maupun controller junior pada tingkat yang relative

sama, yaitu pada tingkat berat dan tingkat frustration level pada tingkat ringan, grafik 12. Mental

demands, physical demands, temporal demands, dan efforts berada pada tingkat berat. Para

controller dengan kedinasan militer berada pada tingkat lebih berat daripada para controller sipil.

Performance para controller militer dan controller sipil, keduanya dalam tingkat yang sangat

Grafik 10 Tingkat Efforts Air Traffic Controller

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Konsentrasi 21

Perhitungan, perkiraan dan imaginasi 22

JogyakartaSurakartaCilacap

Airport A Airport B

Airport C

persen

21 22 Average

AIRPORT A

AIRPORT B

AIRPORT C

90.7

89.0

79.0

85.0

84.4

67.0

87.8

86.7

73.0

AVERAGE 86.2 78.8 82.5

Tabel 14. Persentase Rata-rata Dimensi

Efforts Air Traffic Controller

Sumber: data primer diolah 2017

17 18 19 20 Average

AIRPORT A

AIRPORT B

AIRPORT C

35.8

44.2

48.0

36.2

38.1

44.0

53.5

65.2

49.0

43.4

44.9

36.0

42.2

48.1

44.3

AVERAGE 42.7 39.4 55.9 41.4 44.9

Sumber: data primer diolah 2017

Tabel 13. Tabulasi Data Dimensi

Frustration Level Air Traffic Controller

0 10 20 30 40 50 60 70

Putus asa 17

Tersinggung atau marah 18

Gangguan ruang kerja - bising 19

Gangguan atasan 20

JogyakartaSurakartaCilacap

Airport A Airport B Airport C

persen

Grafik 9. Frustration Level Air Traffic Controller

Page 21: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

17

bagus, militer memiliki tingkat sedikit lebih bagus daripada sipil. Frustration level para

controller militer lebih rendah daripada para controller sipil, tetapi keduanya dalam tingkat yang

sedang dan wajar, grafik 13. mental demands, physical demands, temporal demands, dan efforts

para controller di airport A dan di airport B berada pada tingkat tinggi, airport A memiliki

tingkat yang lebih tinggi daripada airport B dan airport C. Para controller di airport A memiliki

tingkat performance yang paling tinggi, dan sekaligus memiliki frustration level yang paling

rendah. Frustration level di airport A dan airport B berada pada tingkat ringan dan wajar.

Mental demands, physical demands, temporal demands, dan efforts para controller di airport C

berada pada tingkat sedang dengan kecenderungan tinggi, dengan tingkat frustration level

berada pada tingkat ringan dan wajar, grafik 14.

3.1.5. Ringkasan Hasil Penelitian Tabel 15. Ringkasan Hasil Penelitian

Nilai Rata-rata dan Kategori Variabel

Nilai Rata-rata dan Kategori Dimensi Subjective Workload dengan Analisis Nasa-TLX

Sumber: data primer diolah 2017

DIMENSI Airport A Airport B Airport C Average Total

Average Kategori Average Kategori Average Kategori Average Kategori

Mental Demands 80.33 Berat 77.94 Sedang 66.14 Sedang 74.80 Sedang

Physical Demands 80.73 Berat 77.30 Sedang 68.00 Sedang 75.43 Sedang

Temporal Demands 77.60 Sedang 73.52 Sedang 71.00 Sedang 74.55 Sedang

Performance 85.58 Bagus 82.42 Bagus 72.25 Sedang 80.10 Bagus

Frustration Level 42.24 Wajar 48.11 Wajar 44.25 Wajar 44.47 Wajar

Efforts 87.83 Tinggi 86.69 Tinggi 73.00 Sedang 82.60 Tinggi

WWL 75.72 Sedang 74.33 Sedang 65.77 Sedang 71.99 Sedang

BEBAN KERJA IKLIM KERJA STRES KERJA

Airport Average Kategori Average Kategori Average Kategori

Airport A

Airport B

94.361

88.571

sangat berat

sangat berat

75.658

85.150

bagus

sangat bagus

61.795

53.384

sedang ke berat

sedang/wajar

Airport C 80.263 sangat berat 84.286 sangat bagus 54.286 sedang/wajar

Rata-rata 91,705 sangat berat 79,263 bagus ke sangat bagus 56,612 sedang/wajar

Grafik 11. Gender Grafik 12. Status Grafik 13. Kedinasan Grafik 14. Airport

MDPDTD P FL E

military 80.179.974.984.942.788.9

civil 79.382.575.086.357.582.5

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

MD PD TD P FL E

airport C 66.168.071.072.344.373.0

airport B 77.977.373.582.448.186.7

airport A 80.380.777.685.642.287.8

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

MD

PD

TD

P FL E

male 78.379.075.383.542.987.0

female 81.879.084.286.956.585.0

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

MDPDTD P FL E

senior 78. 78. 77. 83. 44. 85.

junior 79. 82. 75. 86. 57. 82.

0.010.020.030.040.050.060.070.080.090.0

100.0

Page 22: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

18

3.2. PEMBAHASAN

3.2.1. Tingkat Beban Kerja dan Pengaruhnya terhadap Stres Kerja Para Air Traffic

Controller

Nilai koefisien variabel beban kerja air traffic controller pada persamaan regresi adalah 0,466

dengan parameter positif, maka jika beban kerja naik satu tingkat, maka stres kerja akan naik

0,466. Hal ini berarti bahwa beban kerja memiliki pengaruh secara signifikan terhadap stres

kerja. Bilamana beban kerja semakin berat maka stres kerja juga meningkat. Besarnya pengaruh

beban kerja terhadap stres kerja berdasarkan pada perhitungan sumbangan relatif variabel beban

kerja terhadap stres kerja air traffic controller adalah sebesar 43,47 persen. Beban kerja dalam

fungsinya sebagai prediktor memiliki kontribusi relatif besar terhadap naik atau turunnya tingkat

stres kerja para air traffic controller.

Beban kerja pada dimensi eksternal sebagai beban obyektif para air traffic controller, berada

pada tingkat rata-rata sangat berat, yaitu 91,71 persen. Seluruh indikator beban kerja berada

pada nilai di atas 80 persen, yang berarti bahwa semua aspek yang berhubungan dengan beban

kerja air traffic controller berada pada tingkat yang sangat berat. Berdasar pada analisis grafikal

beban kerja, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan penerbangan dan

kompleksitas pelayanan penerbangan semakin tinggi tingkat beban kerja yang dirasakan para air

traffic controller, dan sebaliknya semakin rendah kepadatan dan kompleksitas pelayanan

penerbangan semakin rendah prosedur kerja yang harus dilakukan oleh para controller. Beban

kerja pada dimensi internal individual sebagai beban kerja subyektif para air traffic controller,

berada pada tingkat rata-rata sedang dengan kecenderungan berat, dengan nilai sebesar 71.92

persen. Tuntutan mental, tuntutan fisik, tekanan waktu, dan usaha kerja berada pada rata rata

sedang dengan kecenderungan berat, dengan nilai rata-rata sebesar 76,68 persen. Berdasarkan

perbandingan pada grafik skala observasi airport dapat diperoleh data bahwa semakin tinggi

tingkat kepadatan penerbangan dan kompleksitas pelayanan penerbangan, semakin berat

tuntutan-tuntutan tugas subyektif tersebut bagi para air traffic controller.

Terdapat beban kerja berlebih yang cukup signifikan terjadi di kelompok unit kerja operasional

dan teknis penerbangan. Kebutuhan mental juga ditemukan sebagai elemen yang paling

berkontribusi terhadap besarnya beban kerja berlebih tersebut (Hendrawan, B: 2002). Faktor-

faktor beban kerja mental (mental workload), meliputi: (1) tekanan waktu (time pressure),

kebisingan (noise), stres, gangguan, mengakibatkan timbulnya konsekuensi pada sektor manusia

Page 23: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

19

(human costs) dalam melaksanakan kinerja tugasnya. (2) Sikap kerja, ketrampilan, pengalaman,

perilaku, dan kepribadian, merupakan determinan beban kerja subyektif (Loura, J. :2014).

Tuntutan-tuntuan mental atau mental demands yang dihadapi para controller berada pada tingkat

tinggi. Komplekstitas kerja baik dalam wilayah kendali udara maupun wilayah kendali darat

memiliki keragaman yang sangat tinggi, baik jenis maupun prosedur kerja. Kompleksitas dalam

tugas yang dihadapi para controller mengarahkan kepada tingkat kesulitan kerja yang tinggi

pula. Kemampuan dalam mengingat, melihat, mencari dan interpretasi atas tugas pengontrolan

pesawat merupakan tuntutan kognitif kerja yang tinggi bagi para controller. Di sisi lain, selain

tuntutan kogninif yang tinggi, para controller diharuskan mampu mengendalikan emosi dan

ketenangan psikologis yang timbul sebagai respons atas konflik yang timbul dalam wilayah

kontrolnya ataupun kejadian insidentil yang berada di luar dari prediksinya, grafik 8 persentase

rata-rata mental demands. Airport dengan tingkat kepadatan dan kompleksitas pelayanan lebih

banyak mempunyai tingkat mental demands yang lebih tinggi. Budiman, J.(2013), dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa beban kerja mental operator air traffic controller berada

dalam tingkat tinggi yang dapat dilihat dari banyaknya operator yang berada pada kategori

overload. Pekerjaan ATC membutuhkan aktivitas mental (dimensi Mental Demand) yang tinggi

seperti berpikir, memutuskan, menghitung, mengingat, dan melihat atau memantau dalam

melakukan pekerjaannya. Tuntutan-tuntutan mental, tuntutan-tuntutan fisik, tekanan waktu, dan

tuntutan usaha kerja yang harus diselesaikan dalam tugas kerja para air traffic controller berada

pada tingkat sedang cenderung berat. Tuntutan fisik (physical demands) yang dihadapi para

controller berada pada tingkatan tinggi. Aktivitas yang mereka lakukan dengan mata, telinga,

dan mulut, merupakan aktivitas dalam keseharian tugas kerja dengan akurasi tinggi dan berada

dalam tekanan waktu (temporal demands), grafik 9 persentase rata-rata physical demands dan

grafik 10 persentase rata-rata temporal demands.

Meskipun tuntutan-tuntutan tugas kerja oyektif maupun subyektif berada pada tingkat berat,

tetapi dalam menghadapi dan menyelesaikan tugas para air traffic controller tetap memiliki

tingkat kinerja atau performance pada tingkat tinggi dengan tingkat frustrasi yang rendah. Hal

ini terjadi karena para air traffic controller adalah individu-individu yang terbina dan terlatih

secara berkesinambungan, adanya kontrol kerja maupun kontrol kesehatan yang baik,

kepercayaan kerja, penghargaan, dan hubungan antar personal yang baik. Faktor-faktor tersebut

merupakan dukungan terbentuknya sebuah iklim kerja yang baik dalam lingkungan kerja para air

traffic controller, grafik 11 persentase rata-rata performance dan grafik 12 persentase rata-rata

frustration level. Berdasarkan pada komparasi grafik 1 persentase rata-rata variabel beban kerja

terhadap grafik 3 persentase rata-rata variabel stres kerja dapat disimpulkan bahwa terdapat

Page 24: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

20

pengaruh yang signifikan beban kerja terhadap stres kerja pada para air traffic controller dalam

sebuah airport. Dalam airport dengan tingkat beban kerja paling tinggi memiliki nilai

persentase rata-rata stres kerja paling tinggi pula, sedangkan dalam sebuah airport dengan tingkat

beban kerja paling rendah memiliki nilai persentase rata-rata stres kerja yang paling rendah juga,

meskipun rata-rata tingkat stress kerja mereka berada pada tingkat yang sedang atau wajar.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa beban kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap stres

kerja para air traffic controller dalam sebuah airport.

3.2.2. Tingkat Iklim Kerja dan Pengaruhnya terhadap Stres Kerja Para Air Traffic

Controller

Nilai koefisien regresi iklim kerja terhadap stres kerja para air traffic controller sebesar 0,485

dengan parameter negatif, yang berarti bahwa iklim kerja yang ada pada lingkungan kerja para

air traffic controller memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat stres yang dirasakan

oleh para air traffic controller.Parameter negatif mengindikasikan terjadinya pengaruh yang

berkebalikan, bilamana iklim kerja semakin baik, maka tingkat stres kerja semakin ringan. Dan

sebaliknya bilamana iklim kerja menurun atau memburuk, maka tingkat stres para air traffic

controller semakin berat. Besarnya pengaruh iklim kerja terhadap stres kerja berdasarkan pada

perhitungan sumbangan relatif variabel beban kerja terhadap stres kerja air traffic controller

adalah sebesar 56,57 persen. Bilamana dibandingkan dengan nilai pengaruh beban kerja

terhadap stres kerja, maka nilai pengaruh iklim kerja terhadap stres kerja lebih besar dari

pengaruh beban kerja terhadap stres kerja. Perbandingan ini menunjukkan bahwa iklim kerja

dominan berpengaruh terhadap stres kerja darpada beban kerja.

Iklim kerja dalam lingkungan organisasi air traffic controller berada pada rata-rata baik

berkecenderungan sangat baik, yaitu sebesar 79.26 persen. Pada data tabulasi iklim kerja

didapatkan indikasi bahwa iklim kerja mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat kepadatan

dan kompleksitas pelayanan penerbangan sebuah airport. Semakin tinggi tingkat kepadatan dan

tingkat kompleksitas pelayanan penerbangan, iklim kerja semakin menurun.

Iklim kerja para air traffic controller terlihat berbeda secara signifikan di antara airport satu

dengan airport lainnya (Iqbal, M., 2013). Berdasarkan pada grafik iklim kerja air traffic

controller, dapat diperoleh indikator-indikator yang yang signifikan di luar dari rata-rata.

Indikator imbalan kerja, kualitas dan kepuasan kerja berada di bawah rata-rata nilai iklim kerja

dan berbeda tingkat rata-rata pada airport yang berbeda. Tingkat rata-rata pada struktural kerja

dan penghargaan terlihat signifikan berbeda antara airport satu dengan airport lainnya.

Kohesivitas di antara para air traffic controller rata-rata berada pada tingkat sedang dan relatif

Page 25: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

21

sama dalam semua airport. Dalam sebuah airport dengan tingkat kepercayaan kepada para

controller berada di bawah rata-rata memiliki tingkat kualitas kerja, kepuasan kerja, dan

kohesivitas yang juga di bawah rata-rata (tabel 3 dan grafik 2 persentase rata-rata iklim kerja).

Iklim kerja sebuah organisasi ditentukan oleh seberapa baik anggota diarahkan, dibangun dan

dihargai oleh organisasi. Iklim organisasi dipengaruhi oleh banyak faktor dan dimensi, salah

satunya terkait dengan kepemimpinan dalam sebuah organisasi, meliputi tekanan, ancaman, atau

karakeristik-karakteristik budaya kepemimpinan dalam sebuah organisasi (Holloway, J.B.:2012).

Penghargaan yang diberikan kepada para air traffic controller memberikan dampak pada tingkat

bagusnya iklim kerja dalam organisasi mereka. Penghargaan memberikan kontribusi terhadap

peningkatan motivasi kerja yang pada akhirnya menjadikan kualitas dan kepuasan kerja tetap

bisa dipertahankan dalam tingkat yang tinggi, meskipun imbalan kerja terkadang berada di

bawah tingkat rata-rata (tebulasi dan grafik persentasi rata-rata variabel iklim kerja). Berdasarkan

pada komparasi grafik 2 persentase rata-rata variabel iklim kerja terhadap grafik 3 persentase

rata-rata variabel stres kerja, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan iklim

kerja terhadap stres kerja para air traffic controller dalam sebuah airport. Para air traffic

controller dalam sebuah airport dengan tingkat iklim kerja terbagus memiliki nilai persentase

rata-rata stres kerja terendah, sedangkan para air traffic controller dalam sebuah airport dengan

tingkat iklim kerja terrendah memiliki nilai persentase rata-rata stres kerja yang tertinggi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa iklim kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap stres

kerja para air traffic controller dalam sebuah airport.

3.2.3. Pengaruh Beban Kerja dan Iklim Kerja Simultan terhadap Stres Kerja Para Air

Traffic Controller

Perhitungan regresi berganda yang dilakukan dengan bantuan program SPSS-20 for windows,

didapatkan nilai F sama dengan 411,858 dan p sebesar 0,000. Hasil perhitungan tersebut

mengindikasikan adanya pengaruh signifikan beban kerja dan iklim kerja bersama-sama dengan

terhadap stres kerja para air traffic controller. Beban kerja yang tinggi yang merupakan

gabungan atas tuntutan-tuntutan tugas kerja menyebabkan tingginya tingkat stres kerja para air

traffic controller. Beban kerja yang tinggi tersebut, bilamana didukung dengan kohesivitas yang

kuat, penghargaan kerja yang tinggi, imbalan kerja yang sesuai, dukungan teman kerja yang baik,

dan perhatian dari atasan yang keseluruhannya merupakan bagian dari iklim kerja, maka tingkat

stres dapat direduksi. Tuntutan-tuntutan mental dapat direduksi dengan bagusnya dukungan

teman kerja, tuntutan-tuntutan fisik dapat direduksi dengan keberadaan fasilitas relaksasi,

kenyamanan ruang kerja dan perhatian pimpinan atas kesehatan, tuntutan waktu dapat direduksi

dengan pembagian tugas struktural dan pembagian waktu atau shift kerja. Beban kerja yang

Page 26: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

22

berada pada tingkat tinggi bilamana didukung oleh iklim kerja yang bagus akan mempengaruhi

stres kerja kepada tingkat stres yang sedang atau wajar. Tabulasi dan grafik persentase rata-rata

ketiga variabel menunjukkan bahwa beban kerja para air traffic controller berada pada tingkat

rata-rata sangat berat dengan iklim organisasi berada pada tingkat rata-rata bagus

berkecenderungan sangat bagus, maka stres kerja para air traffic controller berada pada tingkat

rata-rata sedang atau wajar.

3.2.4. Tingkat Stres Para Air Traffic Controller

Berdasarkan perhitungan dengan regresi berganda yang dilakukan dengan bantuan program

SPSS-20 for windows, nilai koefisien konstanta stres kerja tanpa adanya pengaruh beban kerja

dan iklim kerja adalah sebesar 30.414 satuan. Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan

bahwa sebagai seorang air traffic controller pada dasarnya sudah memiliki stres kerja dalam

tingkat yang wajar. Stres merupakan sebuah proses psikologis yang tidak menyenangkan yang

terjadi sebagai tanggapan terhadap tekanan lingkungan (Robbin, S.J.:2015).

Stres kerja para air traffic controller rata-rata berada pada tingkat sedang atau wajar dalam

semua airport dengan persentase rata-rata sebesar 58,61 persen. Tingkat rata-rata stres kerja

para air traffic controller berbeda pada tiap airport. Perbedaan tingkat rata-rata stres kerja

tersebut dipengaruhi oleh tingkat beban kerja dan kondisi iklim kerja yang berbeda di dalam

lingkungan kerja para air traffic controller. Faktor overload kerja, ambiguitas, tuntutan kerja

yang tinggi menjadi stresor tinggi yang relatif sama dalam semua airport. Faktor rasa takut

salah dan responsibilitas ganda merupakan faktor yang signifiakan berpengaruh terhadap stres

pada airport kecil yang memiliki tingkat kepadatan penerbangan dan pelayanan penerbangan

yang lebih rendah. Ruang kerja para air traffic control yang berjarak relative dekat dengan

apron pesawat ditemukan memiliki gangguan pada ruang kerja yang disebabkan oleh suara

bising (tabel dan grafik frustration level pada pengukuran beban kerja subyektif-Nasa-TLX).

Kegiatan dalam dunia penerbangan merupakan pekerjaan dengan tanggung jawab yang tinggi,

tidak hanya dengan pertaruhan nyawa, tetapi juga tingginya biaya. (Costa, G., 1995). Gabungan

dari tingginya beban kerja, tanggung jawab terhadap safety penerbangan yang tinggi

menciptakan tingginya stres kerja para controler. (Martindale, D., 1977) Tingkat stres rata-rata

yang dirasakan oleh para controller tetap dalam tingkat yang wajar meskipun adanya pengaruh

baban kerja yang tinggi dan banyaknya faktor yang menjadi stresor. Pelatihan yang

berkesinambungan, supervisi kerja, kejelasan tugas, pembagian waktu, kepercayaan, penerapan

disiplin kerja, perhatian pimpinan, imbalan kerja, penghargaan, dan sebagainya yang tercakup

sebagai aspek-aspek iklim kerja yang baik, memberikan pengaruh terhadap terjaminnya stres

kerja para air traffic controller selalu dalam tingkat yang wajar.

Page 27: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

23

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada pengolahan data dan pembahasan didapatkan kesimpulan-kesimpulan sebagai

berikut: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan positif antara beban kerja yang harus diemban

para air traffic controller terhadap tingkat stres kerja yang dirasakan oleh para air traffic

controller. Bilamana beban kerja meningkat, maka stres kerja juga meningkat. Sebaliknya

bilamana beban kerja turun, maka tingkat stres kerja para air traffic controller juga turun. (2)

Terdapat pengaruh yang signifikan negatif antara iklim kerja dalam lingkungan organisasi para

air traffic controller terhadap tingkat stres para air traffic controller. Bilamana iklim kerja yang

terjadi dalam lingkungan organisasi para air traffic controller semakin bagus, maka tingkat stres

para air traffic controller semakin ringan. Sebaliknya bilamana iklim kerja dalam organisasi

para air traffic controller semakin memburuk, maka tingkat stres para air traffic controller

semakin berat. (3) Terdapat pengaruh signifikan beban kerja dan iklim kerja para air traffic

controller terhadap stres kerja para air traffic controller. Bilamana beban kerja yang berada

pada tingkat sangat berat didukung oleh iklim kerja yang bagus, maka stres kerja para air traffic

controller berada pada tingkat yang wajar. (4) Tingkat beban kerja para air traffic controller

dalam sebuah airport rata-rata berada pada tingkat sangat berat. (5) Iklim kerja dalam lingkungan

organisasi para air traffic controller dalam sebuah airport rata-rata pada tingkat bagus. (6) Stres

kerja yang dirasakan para air traffic controller dalam sebuah airport rata-rata berada pada tingkat

sedang atau wajar, (7) Terdapat indikasi adanya gradasi korelatif pada beban kerja dan iklim

kerja, semakin tinggi tingkat kepadatan dan kompleksitas pelayanan penerbangan tingkat beban

kerja semakin berat, tingkat iklim kerja cenderung semakin rendah. Tetapi tidak terjadi gradasi

korelatif pada stres kerja. Nilai rata-rata mental demans, physical demans, temporal demans,

performance, dan efforts meningkat gradatif dengan kenaikan tingkat kepadatan dan

kompleksitas pelayanan penerbangan sebuah bandara, tetapi tidak terdapat gradasi korelatif pada

frustration level. Frustration level cenderung turun bila performance meningkat.

4.2. Impilkasi Manajerial

Guna mencapai optimalisasi safety penerbangan maka para pimpinan air traffic controller

diharapkan mampu menerapkan kebijakan yang efektif untuk menjaga tingkat beban kerja para

controller tidak melampau batas kemampuan. Sistem shift sangat mungkin dijalankan, dengan

harapan bisa terjadi pembagian dan delegasi tugas kerja. Semakin tinggi tingkat kepadatan dan

pelayanan penerbangan sebuah airport memberikan dampak pada naiknya tingkat beban kerja

obyektif dan subyektif, sehingga diperlukan pengambilan keputusan dan kebijakan manajemen

kerjayang baik adalah dengan shift in shift, pemberlakuan co controller dan supervisi di dalam

Page 28: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

24

masa tugas para controller dalam internal kerja, dan secara eksternal bisa digunakan pembagian

sektor wilayah pengendalian.

Iklim kerja yang terjadi dalam lingkungan kerja para controller diusahakan selalu berada dalam

kondisi yang baik. Tingginya beban kerja para controller, bilamana tidak ditunjang dengan

iklim kerja yang baik, akan menimbulkan tekanan-tekanan individual yang tinggi. Tekanan-

tekanan ini akan terakumulasi menjadi stres kerja controller, yang pada akhirnya berkontribusi

terhadap peningkatan rasa frustrasi. Para pimpinan, sebagai pengambil keputusan kebijakan

manajerial sangat diharapkan mampu menjaga iklim kerja dalam lingkungan para controller pada

tingkat yang baik. Kepercayaan, penghargaan, fleksibilitas yang terkontrol, perhatian, dan

imbalan kerja, perlu dipertimbangkan guna tercapainya iklim kerja yang baik dari sisi pimpinan.

Dukungan rekan kerja, partisipasi dan kohesivitas, merupakan faktor penting yang harus dijaga

dalam hubungan antar individu sebagai controller. Disamping itu dari sisi struktural yang terkait

dengan posisi jabatan, kejelasan responsibilitas, serta job description berkontribusi pada

kepuasan dan kualitas kerja, maka kebijakan yang diterapkan berpengaruh terhadap tingkat baik

tidaknya iklim kerja. Iklim kerja yang terjaga dengan baik berkontribusi pada rendahnya tingkat

stres kerja, dan tingkat frustrasi.

Ambiguitas, responsibilitas ganda, dan tekanan atasan yang tidak relevan perlu diminimalisir.

Terjadinya rasa takut salah harus dikurangi dengan memberikan pelatihan yang lebih baik dan

peningkatan rasa percaya diri yang baik. Kenyamanan ruang kerja dari gangguan suara bising

sangat penting dipertimbangkan guna tercapainya konsentrasi kerja yang optimal bagi para

controller. Terjaganya kesehatan fisik para controller merupakan sumbangan yang sangat besar

terhadap kemampuan dalam menerima beban kerjadan kehandalan dalam menghadapi tingkat

stres kerja. Terpenuhinya kesejahteraan keluarga para controller merupakan aspek penting yang

berkontribusi terhadap ketenangan kerja para controller. Faktor-faktor tersebut merupakan

faktor-faktor internal dan subyektif individual, yang berkontribusi terhadap tingkat stres para

controller. Beban kerja dan iklim kerja di dalam lingkungan kerja para controller merupakan

faktor-faktor eksternal yang berkontribusi terhadap tingkat stres kerja para controller.

Frustration Level yang rendah dengan Performance yang tinggi, diharapkan dapat senantiasa

dijaga, sehingga tuntutan-tuntutan kerja dapat dilaksanakan oleh para controller dengan baik dan

safety penerbangan tetap dijaga dengan optimal. Stres yang tinggi harus segera diturunkan, tetapi

bila terlalu rendah stress harus dinaikkan dalam batas wajar. Stres kerja para controller yang

senantiasa terjaga dalam batas wajar merupakan faktor potensial atas tercapainya target dan

kualitas kerja atau optimalisasi kinerja. Perwujudan nyata atas optimalisasi kinerja para air

traffic controller adalah terjaminnya keamanan dan keselamatan penerbangan dengan optimal.

Page 29: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

25

4.3. Saran terhadap Peneliti Mendatang

Pengaruh indikator-indikator penelitian terhadap kinerja dan tingkat frustrasi para air traffic

controller dalam hubungannya dengan tingkat kepadatan dan kompleksitas pelayanan

penerbangan belum bisa dieksplorasi lebih dalam, maka disarankan kepada para peneliti

mendatang untuk meniliti pengaruh prosedur kerja dan imbalan kerja terhadap performance dan

frustration level para air traffic controller.

DAFTAR PUSTAKA DAN REFERENSI

Setiadji,B. (2006). Panduan Riset dengan Pendekatan Kuantitatif, Muhammadiyah University

Press.

Sugiyono (2015). Metode Penelitian Manajemen, Bandung, Alfabeta.

ICAO (1990). Manual Concerning Safety Measures Relating to Military Activities Potentially

Hazardous to Civil Aircraft Operations, first edition, International Civil Aviation

Organization.

Blanken, J. S. (2010). “The ATC Cognitive Process & Operational Situation Model-A model for

analysing cognitive complexity in ATC”, Budapest, Paper presented at the 29th EAAP

Conference, Hungary.

Brooker, P. (2006). “Air Traffic Control Safety Indicators: What is Achievable?”, Barcelona,

Eurocontrol. Safety R&D Seminar, SPAIN.

Brooker, P. (2005). “Air Traffic Control automation. for humans or people?”: “Human Factors

and Aerospace Safet” , Cranfield University, Ashgate Publishing, Final Draft, UK.

Cardosi, K. M. (1999). “Human Factors for Air Traffic Control Specialists: A User's Manual for

Your 3raln”, U. S. Pepartment of Transportation, Research and Special Programs

Administration, Voipe National Transportation Systems Center.

Costa, G. (1995). “Occupational stres and stres prevention in air traffic control”, University of

Verona, Working paper, Institute of Occupational Medicine.

Guastello, S, J. (2013). “Cusp catastrophe models for cognitive workload and fatigue in financial

decision making”, Running head. Cognitive Workload and Fatigue, Milwaukee, Marquette

University, WI.

Gudipati, S. & Pennathur, A. (2011). “Workload Assessment Techniques for Job Design”, Texas,

Department of Industrial Engineering University of Texas at El Paso, E-Mail.

[email protected].

Hadley, G. A. (1999). “Air traffic control specialist performance measurement database”,

Document of the National Technical Information, Federal Aviation Administration, Atlantic

City International airport.

Page 30: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

26

Hancock, P. A. (2003). “Effects of heat stres on cognitive performance. the current state of

knowledge”, Orlando, Department of Psychology and Institute for Simulation and Training,

University of Central Florida, 4000 Central Florida Boulevard, USA.

Hart, S. G. & Staveland, L. E. (1988). “Development of NASA-TLX (Task Load Index): Results of

empirical and theoretical research”, In P. A. Hancock and N. Meshkati (Eds.) Human

Mental Workload. Amsterdam. North Holland Press.

Hilburn, B. (2004). “Cognitive Complexity in Air Traffic Control. A Literature Review”, Project

COCA - Complexity and Capacity, Center for Human Performance Research, European

Organisation for the Safety of Air Navigation.

Holloway, J. B. (2012). “Leadership Behavior and Organizational Climate: An Empirical Study

in a Non-Profit Organization”, Regent University School of Global Leadership &

Entrepreneurship ISSN 1941-4684, Emerging Leadership Journeys, Vol. 5 Iss. 1, pp. 9- 35.

Iqbal , M. (2013). “Job Control Mediates between Workplace Stres and Organizational

Performance: A case study of Air Traffic Controllers of Pakistan1”, Hyderabad, Journal of

Contemporary Management, Civil Aviation Training Institute, Pakistan.

Kuchar, J. K. and Yang, L. C. (2000). “A Review of Conflict Detection and Resolution Modeling

Methods : IEEE Transactions on Intelligent Transportation Systems”, Cambridge,

Massachusetts Institute of Technology, Vol. 1, No. 4.

Loura, J. (2014). “Human Factors and Workload in Air traffic Control Operations - A Review of

Literature”, International Journal of Management and Social Sciences Research (IJMSSR),

Explore International Research Journal , Consortium Volume 3, No. 3.

Manning, C. A. (2002). “Using Air Traffic Control Taskload Measures and Communication

Events to Predict Subjective Workload”, Washington DC 20591, National Technical

Information Service, Springfield, VA 22161. Office of Aerospace Medicine,

Martindale, D. (1977). “Sweaty palms in the control tower”. Psychology Today, 10. 71-75.

Qureshi, M. I.; Iftikhar, M.; Abbas, S.G. (2013). “Relationship Between Job Stres, Workload,

Environment and Employees Turnover Intentions: What We Know, What Should We Know”,

Abbottabad, World Applied Sciences Journal 23 (6). 764-770, 2013, ISSN 1818-4952,

Management Sciences, COMSATS Institute of Information Technology, Pakistan.

Raufaste, E. (2008). “ATC in ACT-R. a Computational Model of Conflict Detection between

Planes in Air Traffic Control”, Toulouse cedex, CNRS and University of Toulouse-II, 5

Allées A. Machado, France.

Sharma, P. (2013). “A Study of Organizational Climate and Stres of Police Personnel”,

International Journal of Advanced Research in Management and Social Sciences IJARMSS-

ISSN. 2278-6236, Volume 2, No.

Smith, R. C. (1980). ”Stres, Anxiety, and the Air Traffic Control Specialist: Some Conclusions

from a Decade of Research” , Oklahoma City, Civil Aeromedical Institute Federal Aviation

Administration Oklahoma.

Staal, M. A. (2004). “Stres, Cognition, and Human Performance. A Literature Review and

Conceptual Framework”, NASA/TM, Ames Research Center, Moffett Field, California.

Page 31: PENGARUH BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA TERHADAP …eprints.ums.ac.id/54608/13/Naskah Publikasi Fix.pdf · pengaruh beban kerja dan iklim kerja terhadap stres kerja air traffic controller

27

Suandi, T. (2014). “Relationship between Organizational Climate, Job Stres and Job

Performance Officer at State Education Department”, International Journal of Education &

Literacy Studies ISSN 2202-9478, Faculty of Educational Studies, University Putra

Malaysia, Malaysia.

Sutherland, V. J. & Cooper, C. L. (1996). “Stres prevention in the offshore oil and gas

exploration and production industry”, Geneva, Working paper CONDI/T/WP.7/1996,

Manchester School of Management, University of Manchester Institute of Science and

Technology.

Tshabalala, M. P. (2011). “Occupational Stres and Coping Resources in Air Traffic Control”,

Industrial and Organisational Psychology at the University of South Africa.

Wickens, C. D. (2008). “Situation Awareness. Review of Mica Endsley’s 1995 Articles on

Situation Awareness Theory and Measurement”, university of Illinois, Golden Anniversary

Special Issue, champaign, Illinois.

____________________________