Upload
doannhi
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH BEBERAPA GENOTIPE TERHADAP PERTUMBUHANDAN HASIL SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)
(Skripsi)
Oleh
ANISAH IKA PARAMITA
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PENGARUH BEBERAPA GENOTIPE TERHADAP PERTUMBUHANDAN HASIL SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)
Oleh
Anisah Ika Paramita
Setiap varietas memiliki gen yang berbeda-beda, adanya interaksi antara genotipe
dan lingkungan akan menghasilkan fenotipe. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan pengaruh varietas yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman sorgum, untuk menghitung korelasi antara pertumbuhan dan produksi
tanaman sorgum, dan kemudian menentukan genotipe sorgum yang berpotensi
sebagai penghasil biomassa, etanol, dan biji. Penelitian ini dilakukan di Desa
Sukanegara, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi
Lampung. Lima belas genotipe sorgum yang berbeda ditanam. Variabel yang
diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,
kehijauan daun, berat biji, bobot kering batang, bobot kering daun, bobot 1000
butir, volume nira dan nilai brix.
Anisah Ika Paramita
Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe GH 7 berpotensi menghasilkan
etanol yang tinggi dibandingkan dengan genotipe lainnya, karena volume nira dan
nilai brix tinggi. Genotipe GH 13 memiliki potensi untuk menghasilkan biji yang
tinggi dibandingkan dengan genotipe lainnya. Selain itu, genotipe P / F 5-193-C
berpotensi menghasilkan biomassa tinggi karena berat kering daun dan batang
yang tinggi. Korelasi positif antara hasil biji dan diameter batang pada 10 MST
dan 18 MST, masing-masing adalah r=0,34 ** dan r=0,24 **. Ini berarti bahwa
diameter batang berperan dalam bobot biji.
Kata kunci : Genotipe, Hasil, Pengaruh, Pertumbuhan, Sorgum dan Varietas
ABSTRACT
EFFECT OF SEVERAL GENOTIPE TO GROWTH AND SORGUMRESULTS (Sorghum bicolor [L.] Moench)
By
Anisah Ika Paramita
The interaction between the genotype and environment will produce phenotype.
This study was aimed to determine the effect of different varieties of sorgum on
the growth and production, to calculate correlation between growth and
production of sorgum plant, and to determine sorgum genotipes as biomass,
ethanol, and grain production. This research was conducted in Sukanegara
Village, Tanjung Bintang Sub-District, Lampung Selatan District, Lampung
Province. Fifteen different sorgum genotipes were planted, the variables observed
in this study were plant height, number of leaves, stem diameter, leaf greenness,
seed weight, stem dry weight, leaf dry weight, 1000 grain weight, volume of sap
and percent brix.
The results showed that genotype of GH 7 potentially produced the high ethanol
compared with other genotypes, due to the high volume of sap and brix values in
the genotype. GH 13 genotype had potential to produce high
Anisah Ika Paramita
grain weight compared to other genotypes. Moreover, P/F 5-193-C genotype had
potential to produce biomass due to high leaf number and stem dry weight.
Positive correlation between yield of seed and stem diameter at 10 MST and 18
MST, were r-r = 0.34 ** and r = 0.24 ** respectively. This means that the
heavier, the bigger stem diameter would be.
Keywords: Genotype, Growth, Influence, Sorghum, Varieties and Yield
PENGARUH BEBERAPA GENOTIPE TERHADAP PERTUMBUHANDAN HASIL SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)
OlehAnisah Ika Paramita
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bumi Dipasena Makmur pada tanggal 09 Januaru 1996.
Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Suhaimi dan Ibu Zubaidah.
Pendidikan formal penulis diawali dari pendidikan Taman Kanak-Kanak Darma
Wanita Bumi Dipasena Tulang Bawang pada tahun 2000, Sekolah Dasar Negeri 5
Merak Batin Natar pada tahun 2002, Madrasah Tsanawiyah Diniyyah Putri
Lampung pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Bandar
Lampung pada tahun 2010 dan penulis diterima sebagai Mahasiswa Jurusan
Agroteknologi Universitas Lampung pada tahun 2014.
Pada Agustus 2017 penulis melaksanakan Praktik Umum di CV. Atsiri Garden
Indonesia, Subang, Jawa Barat. Pada Januari 2018 penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Negeri Agung, Kecamatan Maragatiga, Kabupaten
Lampung Timur. Selama jadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi
himpunan kemahasiswaan yaitu Perma AGT (Persatuan Mahasiswa
Agroteknologi) sebagai anggota bidang kaderisasi (2016/2017) dan sekertaris
umum Perma AGT (2017/2018). Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada
praktikum Teknik Budidaya Tanaman dan Fisiologi Tumbuhan.
11
PERSEMBAHAN
Dengan segala ketulusan hati dan rasa syukur yang tak terhingga,
kupersembahkan karya ini kepada :
Allah SWT serta Nabi Besar Muhammad SAW
Teristimewa Ayahanda Suhaimi dan Ibunda Zubaidah yang tak
pernah lelah memberikan kasih sayang dan doa
Tersayang ketiga adikku, Hayatun Nurul Hidayah, Indah Ismi
Lestari dan Muhammad Farzana Afsar untuk segala bentuk
dukungan dan doa.
Serta
Almamater tercinta, Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung
Semoga karya ini bemanfaat
i
So remember me I will remmember you
(Q.S Al-Baqarah : 152)
Sesungguhnya Allah tidak dapat mengubah nasib suatu kaum,
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(Q.S Ar-Ra’d : 11)
If one has good manners, one may attain the same level of merit as
those who spend their nights in prayer
(Sahih Bukhari)
Semua orang berubah tapi tidak semuanya mampu berkembang
(Alifia R Andarini
i
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur Penulis hantarkan ke hadirat Allah
Subhanahu wa Ta’ala, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah, serta
junjungan Nabi besar Muhammad SAW sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Beberapa Genotipe Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench)” merupakan salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian Universitas Lampung. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3. Bapak Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan saran,
bimbingan, motivasi, doa dan ilmu yang bermanfaat sampai penulisan skripsi
ini selesai.
ii
4. Bapak Prof. Ir. Kukuh Setiawan, M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing
Kedua yang telah membimbing, memberikan saran, motivasi, dan dorongan
kepada penulis dari awal terlaksananya penelitian sampai selesainya penulisan
skripsi ini.
5. Bapak Ir. M. Syamsoel Hadi, M.Sc. Selaku Dosen Penguji yang telah
menyisihkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan saran, gagasan, ilmu
yang bermanfaat, motivasi dan do’a dari awal terlaksananya penelitian sampai
selesainya penulisan skripsi ini.
6. Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S. selaku dosen Pembimbing Akademik
penulis atas nasihat, saran dan bimbingannya.
7. Seluruh dosen mata kuliah Jurusan Agroteknologi atas semua ilmu, didikan,
dan bimbingan yang penulis peroleh selama masa studi
8. Kedua orang tua tercinta Ibu Zubaidah dan Ayah Suhaimi. Adikku tersayang
Hayatun Nurul Hidayah, Indah Ismi Lestari, Muhammad Farzana Afsar atas
do’a, dukungan moril dan materil yang telah diberikan kepada Penulis.
9. Sahabat tercinta yaitu Fachri Rachmat fadila, yang selalu memberikan bantuan
tenaga, fikiran, semangat, kepedulian, keceriaan, dan do’a kepada penulis dari
awal terlaksananya penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai.
10. Sahabat-sahabat terdekat yaitu Amirah Inas Widyawati, Ahyar Safitri, Chintia
Aniessa Pasa yang selalu memberikan dukungan serta semangat kepada
Penulis.
11. Keluarga besar penelitian Anak Bapak yaitu, Gita, Putri Amalia, Putri Ulva,
Rafika, Restu, Irmawati, Diah, Dita, Agnes, Ikrimah, Nisa Nurlela, Fina,
iii
Ridho, Farastika dan Uan Eko yang telah membantu terlaksananya penelitian
ini dengan penuh keceriaan dan rasa kekeluargaan.
12. Teman-teman seperjuangan Amara Ayu Nilanda, Dicky Ashari Ramadhan,
Erik Suwandana, Diko Sri Agung, Binti Masruroh, Fandi Ahmad, Anisa
Mawarni, Desta Natalia, Annisa Amalia, dan Andino Nur Ponco yang telah
membantu baik tenaga, fikiran maupun semangat kepada Penulis.
13. Adik-adik tersayang Rosa Nintania, Anggista Megafiska, Negrita
14. Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (Perma AGT) yang
selalu memberi semangat kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman terdekat Cinde Melati, Nurafifah, Julia Helwanti, Hajarani Nur, Syifa
Alawiyah, Nurul Ramadhani, Khairunnisa, Maryam Meyriza yang selalu
menyemangati Penulis dari awal perkuliahan hingga akhir masa studi.
16. Teman-teman Agroteknologi kelas A yang telah berjuang bersama dari awal
perkuliahan.
17. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang secara
langsung telah membantu baik selama pelaksanaan penelitian maupun dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan
Penulis berharap semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas semua kebaikan
dari semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Bandar Lampung, 1 Desember 2018Penulis,
Anisah Ika Paramita
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 11.1 Latar Belakang ............................................................................ 11.2 Tujuan ......................................................................................... 41.3 Kerangka Pemikiran .................................................................... 51.4 Hipotesis ....................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 82.1 Tanaman Sorgum ......................................................................... 82.2 Morfologi Tanaman Sorgum ........................................................ 92.3 Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum .............................................. 112.4 Varietas Sorgum............................................................................. 122.5 Manfaat Sorgum ................................................................... 132.6 Unsur Hara Mikro ................................................................ 142.7 Pola Tanam Monokultur ............................................................... 16
III. BAHAN DAN METODE.................................................................... 183.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 183.2 Bahan dan Alat ............................................................................ 183.3 Metode Penelitian ....................................................................... 193.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 20
3.4.1 Pengolahan Tanah .......................................................... 203.4.2 Penanaman ...................................................................... 213.4.3 Penyulaman ...................................................................... 213.4.4 Penjarangan ..................................................................... 213.4.5 Pemupukan ....................................................................... 223.4.6 Pengendalian Gulma......................................................... 223.4.7 Peyungkupan Biji Sorgum ................................................ 223.4.8 Pemanenan ...................................................................... 23
vii
3.5 Variabel Pengamatan ................................................................... 233.5.1 Komponen Pertumbuhan ................................................ 233.5.2 Komponen Fase Masak Susu .......................................... 243.5.3 Komponen Fase Masak Fisiologi .................................. 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 284.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 28
4.1.1 Komponen Pertumbuhan .................................................. 294.1.2 Komponen Fase Masak Susu ........................................... 324.1.3 Komponen Fase Masak Fisiologi ..................................... 404.1.4 Korelasi Antara Komponen Pertumbuhan dan Hasil……. 45
4.2 Pembahasan ................................................................................. 494.2.1 Perbedaan Pertumbuhan Beberapa Genotipe Sorgum...... 504.2.2 Perbedaan Hasil Beberapa Genotipe Sorgum ................. 524.2.3 Hubungan Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Genotipe
Sorgum .............................................................................. 57
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 605.1 Simpulan ........................................................................................ 605.2 Saran ............................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 62
LAMPIRAN .............................................................................................. 67
TABEL ...................................................................................................... . 68-93
GAMBAR ................................................................................................. . 94-97
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Pertumbuhan yang diamati pada 6,7,8 dan 9 MSTberdasarkan analisis ragam, rata-rata, kelompok, genotipe,galat dan KK pada tanaman sorgum (Sorghum bicolor [L.]Moench)………………………………………………………… 28
2. Perbedaan nilai tengah pada komponen pertumbuhan beberapagenotipe tanaman sorgum ............................................................ 29
3. Data hasil pada fase masak susu dan fase masak fisiologisberdasarkan analisis ragam, rata-rata, kelompok, genotipe, galatdan KK pada tanaman sorgum (Sorghum bicolor [L.]Moench)………………………………………………………… 32
4. Perbedaan nilai tengah pada komponen vegetative dan bijibeberapa genotipe tanaman sorgum pada fase masak susu ......... 33
5. Perbedaan nilai tengah pada komponen vegetatif dan bijibeberapa genotipe tanaman sorgum pada fase masakfisiologis………………………………………………………... 38
6. Nilai Korelasi antara Variabel Pertumbuhan dengan VariabelPada Fase Masak Susu Tanaman Sorgum.................................... 44
7. Nilai Korelasi antara Variabel Pertumbuhan dengan VariabelPada Fase Masak Fisiologis Tanaman Sorgum............................ 46
8. Data panjang batang (cm) tanaman sorgum pada 6 MST............ 68
9. Analisis ragam panjang batang(cm) tanaman sorgum pada 6MST………………...................................................................... 68
10. Data panjang batang(cm) tanaman sorgum pada 7 MST............. 69
11. Analisis ragam panjang batang(cm) tanaman sorgum pada 7MST………………...................................................................... 69
12. Data panjang batang(cm) tanaman sorgum pada 8 MST……..... 70
ix
13 Analisis ragam panjang batang(cm) tanaman sorgum pada 8MST…………………………………………………….............. 70
14 Data panjang batang(cm) tanaman sorgum pada 9 MST............. 71
15 Analisis ragam panjang batang(cm) tanaman sorgum pada 9MST…………………………………………………….............. 71
16 Data jumlah daun (helai) tanaman sorgum pada 6 MST……….. 72
17 Analisis ragam jumlah daun (helai) tanaman sorgum pada 6MST.............................................................................................. 72
18 Data jumlah daun (helai) tanaman sorgum pada 7 MST……….. 73
19 Analisis ragam jumlah daun (helai) tanaman sorgum pada 7MST…………………………………………………….............. 73
20 Data jumlah daun (helai) tanaman sorgum pada 8 MST.............. 74
21 Analisis ragam jumlah daun (helai) tanaman sorgum pada 8MST…………………………………………………….............. 74
22 Data jumlah daun (helai) tanaman sorgum pada 9 MST.............. 75
23 Analisis ragam jumlah daun (helai) tanaman sorgum pada 9MST…………………………………………………….............. 75
24 Data diameter batang (mm) tanaman sorgum............................... 76
25 Analisis ragam diameter batang (mm) tanaman sorgum.............. 76
26 Data kehijuan daun (unit) tanaman sorgum.................................. 77
27 Analisis ragam kehijuan daun (unit) tanaman sorgum................. 77
28 Data volume nira (ml) pada fase masak susu tanamansorgum………………………………………….......................... 78
39 Analisis ragam volume nira (ml) pada fase masak susu tanamansorgum…………………………………………………….......... 78
30 Data bobot kering batang (g) pada fase masak susu tanamansorgum…………………………………………………….......... 79
x
31 Analisis ragam bobot kering batang (g) pada fase masak susutanaman sorgum............................................................................ 79
32 Data bobot kering daun (g) pada fase masak susu tanamansorgum………………………………………………….............. 80
33 Analisis ragam bobot kering daun (g) pada fase masak susutanaman sorgum………................................................................ 80
34 Data bobot cangkang (g) pada fase masak susu…....................... 81
35 Analisis ragam bobot cangkang (g) pada fase masak susutanaman sorgum…........................................................................ 81
36 Data bobot biji (g) pada fase masak susu tanaman sorgum.......... 82
37 Analisis ragam bobot biji (g) pada fase masak susu tanamansorgum…………………………………………………….......... 82
38 Data Nilai Brix pada fase masak susu tanaman sorgum............. 83
39 Analisis ragam Nilai Brix pada fase masak susu tanamansorgum…………………………………………………….......... 83
40 Data diameter batang pada fase masak fisiologis tanamansorgum…………………………………………………….......... 84
41 Analisis ragam diameter batang pada fase masak fisiologistanaman sorgum............................................................................ 84
42 Data tinggi tanaman sorgum pada 18 MST…............................. 85
43 Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada 18 MST................ 85
44 Data bobot kering batang pada fase masak fisiologis tanamansorgum…………………………………………………….......... 86
45 Analisis ragam bobot kering batang pada fase masak fisiologistanaman sorgum........................................................................... 86
46 Data bobot kering daun pada fase masak fisiologis tanamansorgum…………………………………………………….......... 87
47 Analisis ragam bobot kering daun pada fase masak fisiologistanaman sorgum............................................................................ 87
48 Data jumlah ruas pada panen fase masak fisiologis tanamansorgum.......................................................................................... 88
xi
49 Analisis ragam jumlah ruas pada panen fase masak fisiologistanaman sorgum............................................................................ 88
50 Data panjang malai pada panen fase masak fisiologis tanamansorgum………………………………………………………….. 89
51 Analisis ragam panjang malai pada panen fase masak fisiologistanaman sorgum............................................................................ 89
52 Data bobot cangkang pada panen fase masak fisiologis tanamansorgum.......................................................................................... 90
53 Analisis ragam bobot cangkang pada panen fase masakfisiologis tanaman sorgum…........................................................ 90
54 Data head bobot pada panen fase masak fisiologis tanamansorgum.......................................................................................... 91
55 Analisis ragam head bobot pada panen fase masak fisiologisTanaman sorgum.......................................................................... 91
56 Data bobot biji (g) pada panen fase masak fisiologis tanamansorgum…………………………………………………….......... 92
57 Analisis ragam bobot biji (g) pada panen fase masak fisiologistanaman sorgum........................................................................... 92
58 Data bobot biji 1000 butir (g) pada panen fase masak fisiologistanaman sorgum............................................................................ 93
59 Analisis ragam bobot biji 1000 butir (g) pada panen fase masakfisiologis tanaman sorgum............................................................ 93
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata Letak Percobaan di Lahan.................................................... . 20
2. Diameter batang tanaman sorgum pada 10 MST dan 18 MST ..... 31
3. Bobot kering batang tanaman sorgum pada 10 MST dan18 MST............................................................................................ 35
4. Bobot kering daun tanaman sorgum pada 10 MST dan18 MST............................................................................................ 36
5. Bobot biji tanaman sorgum pada 10 MST dan 18 MST................. 37
6. Pengukuran lahan awal penelitian………………………………... 94
7. Penanaman sorgum ....................................................................... 94
8. Tanaman sorgum pada 2 MST...................................................... 94
9. Proses pemupukan pertama (5 MST)............................................ 95
10. Pemasangan label pada tanaman sampel ...................................... 95
11. Pengukuran tinggi tanaman........................................................... 95
12. Muncul daun bendera pada beberapa genotipe ............................. 96
13. Pengukuran kehijuan daun menggunakan SPAD ......................... 96
14. Pengukuran diameter batang dengan menggunakan jangkasorong............................................................................................ 96
15. Tanaman sorgum pada 15 MST.................................................... 97
16. Beberapa genotipe sorgum yang sudah muncul malai.................. 97
17. Panen pada fase masak fisiologis.................................................. 97
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah penduduk di Indonesia tercatat lebih dari 252,20 juta jiwa pada tahun
2016. Pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun meningkat 1,40% pada
tahun 2011-2016 (Badan Pusat Statistik, 2016). Jumlah penduduk yang semakin
meningkat menjadikan Indonesia harus waspada terhadap ketahanan pangan.
Salah satu masalah yang dihadapi oleh Indonesia berkaitan dengan ketahanan
pangan adalah ketergantungan terhadap bahan pangan impor terutama beras dan
gandum (Musofie dan Wardhani, 1995).
Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia yang semakin
meningkat, semakin meningkatnya jumlah penduduk maka dilakukan usaha untuk
meningkatkan produksi bahan pangan. Usaha ini tidak terbatas pada tanaman
pangan utama seperti padi, jagung, dan ubi kayu melainkan penganekaragaman
(diversivikasi) dengan mengembangkan tanaman pangan alternatif. Sorgum
memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia. Biji sorgum
dapat digunakan sebagai bahan pangan yang banyak mengandung karbohidrat
(Mudjishono dan Damardjati, 1987).
2
Sorgum memiliki keunggulan tahan terhadap kekeringan dibanding jenis tanaman
serealia lainnya. Tanaman ini mampu beradaptasi pada daerah yang luas, mulai
dari daerah dengan iklim tropis kering sampai daerah beriklim basah. Tanaman
sorgum masih dapat menghasilkan biji pada lahan marginal. Budidayanya mudah
dengan biaya yang relatif murah, produktivitas sangat tinggi dan dapat dipanen
lebih dari satu kali dalam sekali tanam dengan hasil yang tidak jauh berbeda,
tergantung pemeliharaan tanamannya. Selain itu tanaman sorgum lebih resisten
terhadap serangan hama dan penyakit sehingga risiko gagal relatif kecil (Sumarno
dan Karsono, 1995).
Sebagai bahan pangan, sorgum merupakan komoditas sumber karbohidrat yang
cukup potensial karena kandungan karbohidratnya cukup tinggi, sekitar 73 g/100
g bahan (Direktorat Jenderal Perkebunan, 1996). Secara umum protein sorgum
lebih tinggi dibanding jagung, beras, dan jawawut tetapi masih di bawah gandum.
Sorgum mengandung 3,1% lemak, sementara gandum 2%, beras pecah kulit
2,7%, dan jagung 4,6% (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1992). Bila dijadikan bahan pakan ternak, sorgum sangat potensial
karena daun dan batangnya dapat dijadikan campuran ransum ternak. Selain
potensial untuk dijadikan sumber pangan alternatif dan sumber pakan ternak,
sorgum juga dapat dijadikan sumber energi alternatif, terutama sorgum manis
karena sorgum manis memiliki kandungan pati yang tinggi. Menurut Sirappa
(2003), kandungan pati biji sorgum dapat mencapai 65-71% yang dapat
dihidrolisis menjadi gula sederhana. Kemudian gula sederhana tersebut dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan alkohol.
3
Tantangan utama pengembangan sorgum adalah semakin terbatasnya lahan
pertanian dan kompetisi dengan komoditas lain seperti kelapa sawit, kelapa, tebu,
kedelai, ubi kayu, ubi jalar, dan jagung. Jika tanaman sorgum difokuskan sebagai
sumber Bahan Bakar Nabati (BBN) akan terjadi benturan dengan keamanan
pangan. Selain itu, sorgum juga belum masuk ke dalam komoditas prioritas
sehingga pengembangannya belum meluas. Tanaman sorgum belum dikenal luas
oleh petani dan dianggap sebagai komoditas bernilai ekonomi rendah, sehingga
pengembangannya diarahkan pada lahan marjinal serta yang banyak tersebar di
wilayah timur Indonesia.
Rata-rata luas tanam dan produktivitas sorgum pada beberapa daerah sentra
produksi sorgum di Indonesia cukup bervariasi. Variasi ini disebabkan oleh
perbedaan agroekologi serta teknologi budidaya yang diterapkan oleh petani,
terutama perbedaan genotipe. Menurut Subagio dan Aqil (2013), peluang untuk
meningkatkan produksi melalui peningkatan produktivitas masih sangat besar
karena hingga sekarang produktivitas yang telah dicapai baru sebesar 60% dari
potensi hasil masing-masing genotipe baru. Peningkatan produksi sorgum di
dalam negeri perlu mendapat perhatian khusus. Menurut Sirappa (2003),
produktivitas yang tinggi ini dapat dicapai dengan menerapkan teknologi
budidaya secara optimal, antara lain penggunaan varietas hibrida, pemupukan
secara optimal dan lingkungan yang sesuai.
Ketersediaan unsur hara merupakan masalah sangat penting bagi tanaman.
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan, unsur hara dibagi menjadi dua golongan,
yaitu unsur hara mikro dan makro. Unsur hara makro diperlukan oleh tanaman
4
dalam jumlah banyak dibandingkan unsur hara mikro. Namun ketersediaan unsur
hara mikro bukan berarti dapat diabaikan, unsur hara mikro diperlukan dalam
jumlah sedikit oleh tanaman namun tidak dapat digantikan oleh unsur hara lain.
Unsur hara mikro merupakan zat penyusun enzim yang berfungsi sebagai
katalisator untuk mempercepat suatu reaksi (Indrasari dan Abdul, 2006).
Lingkungan yang mendukung juga sangat berpengaruh terhadap produktivitas
sorgum. Oleh karena itu, besarnya pengaruh lingkungan dan varietas yang
berbeda-beda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum membuat perlunya
analisis mengenai pengaruh perbedaan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman sorgum yang ditanam secara monokultur.
Berdasarkan latar belakang, dapat disimpulkan rumusan masalah dari penelitian
ini sebagai berikut :
1. Apakah varietas sorgum yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil produksi?
2. Adakah korelasi antara pertumbuhan dengan hasil produksi tanaman
sorgum?
3. Adakah genotipe sorgum yang berpotensi sebagai penghasil biomasa,
bioethanol dan biji?
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengevaluasi pengaruh genotipe yang berbeda terhadap pertumbuhan dan
produksi masing-masing genotipe sorgum.
5
2. Menghitung korelasi antara variabel pertumbuhan dan produksi yang
diamati.
3. Menentukan genotipe yang berpotensi sebagai penghasil biomassa,
bioethanol dan biji.
1.3 Kerangka Pemikiran
Pengembangan sorgum di Indonesia masih mengalami beberapa kendala baik
secara teknis, sosial maupun ekonomi. Di samping itu, pemerintah juga belum
menempatkan sorgum sebagai prioritas dalam progam perluasan areal tanam
dengan alasan sorgum bukan kebutuhan pokok. Padahal sorgum memiliki banyak
kelebihan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan, pakan, dan energi
penduduk Indonesia. Sebagai bahan pakan ternak, penggunaan biji sorgum dalam
ransum pakan ternak bersifat suplemen (substitusi) terhadap jagung. Bahkan
menurut Sirappa (2003), penggunaan biji sorgum sebagai pengganti jagung dalam
ransum dengan berbagai rasio tidak mempengaruhi produksi telur dan bobot
ayam. Pada kondisi optimum, sorgum dapat menghasilkan pakan ternak hijauan
sekitar 30-45 t ha-1 tahun-1 (Wardhani, 1996).
Faktor genetik merupakan salah satu penentu pada pertumbuhan dan hasil
produksi sorgum. Gen dalam setiap benih sorgum yang berbeda genotipenya akan
memiliki perbedaan satu sama lain. Adanya perbedaan genotipe tersebut dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta hasil sorgum dengan
perlakuan yang sama karena gen berfungsi dalam metabolisme tanaman.
6
Penelitian Setiawan (2007) menunjukkan bahwa perbedaan genotipe secara
nyata memperlihatkan perbedaan hasil produksi tanaman. Adanya perbedaan
panjang periode dan fase pertumbuhan pada setiap genotipe digunakan untuk
menentukan genotipe yang mampu menghasilkan produksi yang berkualitas dan
berkuantitas tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan Septiani (2009), genotipe
mengacu kepada gen yang mengendalikan sifat suatu tanaman. Pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sangat tergantung kepada sifat genetik tanaman, tetapi
kinerja genetik suatu genotipe tanaman masih dapat berubah akibat pengaruh
lingkungan. Lingkungan adalah suatu faktor luar yang mepengaruhi kinerja gen
termasuk di dalamnya adalah kesuburan tanah, kandungan hara tanah, pH tanah,
suhu, cahaya dan air.
Faktor lingkungan juga menjadi faktor yang penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sorgum. Air, intensitas cahaya, iklim dan unsur hara
merupakan factor lingkungan yang amat penting bagi sorgum. Walaupun
tanaman sorgum merupakan tanaman yang tahan akan kekeringan, namun pada
saat fase vegetatif tanaman sorgum tetap memerlukan air yang cukup. Curah
hujan yang merata sangat membantu tanaman sorgum untuk tumbuh baik pada
saat fase vegetatif. Cahaya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman sorgum karena sorgum merupakan tanaman C4 yang membutuhkan
cahaya lebih banyak dari tanaman biasanya dan iklim yang panas.
Hasil penelitian Indrasari dan Abdul (2006) menunjukkan bahwa pemberian unsur
hara mikro dapat meningkatkan unsur Fe, Mn, Zn dan Cu di dalam tanah. Hal
tersebut berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Pemberian
7
unsur hara mikro meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah maupun
konsentrasinya dalam jaringan tanaman.
Hal lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman
sorgum adalah pola tanam. Menurut penelitian yang dilakukan Gonggo et. al.
(2003), bahwa pola tanam monokultur dengan tumpang sari tanaman sorgum dan
ubi kayu memiliki pertumbuhan dan produksi yang berbeda. Pada pola tanam
monokultur tanaman dapat tumbuh dengan baik dan memiliki produktivitas yang
tinggi. Hal ini dikarenakan tidak ada perebutan unsur hara dan cahaya matahari
dengan tanaman lain, pemeliharaannya juga lebih mudah karena terpusat pada
satu tanaman saja.
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan pertumbuhan dan produksi dari masing-masing genotipe
sorgum.
2. Terdapat korelasi antara variabel pertumbuhan dan produksi yang diamati.
3. Terdapat satu atau lebih genotipe sorgum yang berpotensi sebagai penghasil
biomassa, bioethanol dan biji yang tinggi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Sorgum
Sorgum adalah tanaman serealia yang berpotensi untuk dibudidayakan dan
dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di Indonesia.
Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agoekologi yang luas, tahan
terhadap kekeringan, produksi tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit
dibanding tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan
nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan
maupun pakan ternak alternatif. Terkait dengan energi, di beberapa negara seperti
Amerika, India, dan Cina, sorgum telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan
bahan bakar etanol (bioetanol). Sorgum merupakan merupakan salah satu
komoditi unggulan untuk meningkatkan produksi bahan pangan dan energi,
karena keduanya dapat diintegasikan proses budidayanya dalam satu dimensi
waktu dan ruang (Kartasapoetra, 1994).
Sorgum merupakan tanaman serealia yang bukan asli dari Indonesia, melainkan
dari Ethiopia dan Sudan di Afrika. Di Indonesia sorgum punya beberapa nama
seperti gandrung, jagung pari, dan jagung canthel. Tanaman ini toleran terhadap
kekeringan dan genangan, memiliki adaptasi yang luas dan dapat tumbuh baik di
lahan yang kurang subur (Syam et. al. 1996).
9
Tanaman sorgum merupakan tanaman gaminae yang memiliki taksonomi sebagai
berikut (Sumantri, 1993)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Sorghum
Spesies : Sorghum bicolor (L.) Moench
2.2 Morfologi Tanaman Sorgum
Rangkaian bunga sorgum terdapat di ujung tanaman. Bunga tersusun dalam
Malai. Rangkaian bunga ini nantinya akan menjadi bulir-bulir sorgum. Bunga
terbentuk setelah pertumbuhan vegetatif, bunga sorgum berbentuk malai,
bertangkai panjang tegak lurus terlihat pada pucuk batang. Setiap malai
mempunyai bunga jantan dan bunga betina. Persarian berlangsung hampir tanpa
bantuan serangga. Kira-kira 95% dari bunga betina yang berbuah adalah hasil
persarian sendiri (Suprapto dan Mudjishono, 1987).
Menurut Subagio dan Aqil (2013), batang sorgum tegak lurus dan beruas-ruas,
setiap ruas mempunyai alur yang letaknya berselang-seling. Dari setiap buku
keluar daun berhadapan dengan alur. Tinggi batang sorgum beragam mulai
kurang dari 150 cm hingga lebih dari 250 cm. Batang sorgum ada yang
mengandung nira dengan kadar gula cukup tinggi disebut sorgum manis. Sorgum
manis tipe varietas ideal yang berpotensi nira cukup tinggi adalah yang memiliki
10
batang relatif tinggi dan mempunyai diameter yang besar. Batang tanaman
sorgum beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian tengah
batang terdapat seludang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel
parenkim).
Daun sorgum berbentuk mirip seperti daun jagung, tetapi daun sorgum dilapisi
oleh sejenis lilin yang agak tebal dan berwarna putih. Lapisan lilin ini berfungsi
untuk menahan atau mengurangi penguapan air dari dalam tubuh tanaman
sehingga mendukung ketahanan tanaman terhadap kekeringan. Ukuran daun
meningkat dari bawah (pertama ketika mulai tumbuh) ke atas umumnya sampai
daun ketiga atau keempat kemudian menurun sampai daun bendera. Jumlah daun
pada saat dewasa berkorelasi dengan panjang periode vegetatif, umumnya
berkisar antara 7-18 helai daun atau lebih (Suprapto dan Mudjisihono, 1987).
Secara umum biji sorgum dapat dikenali dengan bentuknya yang bulat dan terdiri
dari tiga lapisan utama, yaitu kulit luar (8%), lembaga (10%), dan endosperma
(82%). Ukuran bijinya kira-kira 4.0 x 2.5 x 3.5 mm, dan berat biji 100 butir
berkisar antara 8 mg sampai 50 mg dengan rata-rata 29 mg. Berdasarkan bentuk
dan ukurannya, biji sorgum dapat digolongkan sebagai biji berukuran kecil (8-10
mg), sedang (12-24 mg), dan besar (25-35 mg). Kulit bijinya ada yang berwarna
putih, merah, atau coklat (Suprapto dan Mudjisihono, 1987).
Sistem perakaran sorgum terdiri dari akar-akar primer dan sekunder yang
panjangnya hampir dua kali panjang akar jagung pada tahap pertumbuhan yang
sama sehingga merupakan faktor utama penyebab toleransi sorgum terhadap
kekeringan (Vanderlip, 1993). Toleransi sorgum terhadap kekeringan disebabkan
11
karena pada endodermis akar sorgum terdapat endapan silika yang berfungsi
mencegah kerusakan akar pada kondisi kekeringan. Sorgum juga efisen dalam
penggunaan air karena didukung oleh sistem perakaran sorgum yang halus dan
letaknya agak dalam sehingga mampu menyerap air dengan cukup (Rismunandar,
1989).
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum
Seiring dengan meningkatnya perhatian terhadap bahan bakar nabati, pemerintah
telah memetakan wilayah pengembangan sorgum. Suarni dan Subagio (2013),
mengemukakan bahwa wilayah penghasil sorgum pada tahun 2012 telah
mengalami pergeseran. Jika sebelumnya wilayah penghasil sorgum berpusat di
Pulau Jawa, dalam beberapa tahun terakhir telah bergeser ke luar Jawa. Sorgum
manis berpeluang dikembangkan pada lahan kering, baik pada wilayah beriklim
basah (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) maupun beriklim kering
(Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, dan sebagian Sumatera dan Jawa).
Sorgum banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang.
Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut (dpl),
memerlukan suhu lingkungan 23°-34°C tetapi suhu optimumnya 23°C dengan
kelembaban relatif 20-40%. Sorgum tidak terlalu peka terhadap keasaman (pH)
tanah, tetapi pH tanah yang baik untuk pertumbuhannya adalah 5.5-7.5. Sorgum
tahan terhadap kekeringan, sebagai perbandingan satu kg bahan kering sorgum
hanya memerlukan sekitar 332 kg air selama pembudidayaan, sedangkan pada
jumlah bahan kering yang sama, jagung membutuhkan 368 kg, barley 434 kg dan
gandum 514 kg air (Suprapto dan Mudjisihono, 1987).
12
2.4 Varietas Sorgum
Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai
oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi
karakter atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan tanaman dengan jenis
atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan
apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Varietas dapat diakui secara
resmi oleh pemerintah apabila sudah melalui beberapa tahap pengujian yang
menghasilkan data berupa hasil produksi, proses budidaya, jenis induk
persilangan, proses dalam mendapatkannya, tahun penemuan atau perolehannya
dan lain sebagainya (Menteri Pertanian, 2006).
Perbedaan varietas sorgum akan mempengaruhi fenotipe masing-masing varietas
sorgum. Pertumbuhan dan hasil pada tanaman sorgum sangat ditentukan oleh
genetiknya. Tanaman sorgum akan memiliki tampilan tanaman yang berbeda
yang ditentukan oleh gen yang terdapat dalam setiap benih tanaman sorgum yang
varietasnya berbeda. Selain genotipe dari masing-masing varietas yang berbeda
faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman
sorgum sebagai akibat adanya interaksi genotipe dan lingkungan, perbedaan hasil
dan produksi akan terjadi bahkan jika ditanam dengan perlakuan yang sama
(Rahmawati, 2013).
Berdasarkan bentuk malai dan tipe spikelet, sorgum diklasifikasikan ke dalam 5
ras yaitu ras Bicolor, Guenia, Caudatum, Kafir, dan Durra. Ras Durra yang
umumnya berbiji putih merupakan tipe paling banyak dibudidayakan sebagai
sorgum biji (gain sorghum) dan digunakan sebagai sumber bahan pangan. Di
13
antara ras Bicolor terdapat varietas yang memiliki batang dengan kadar gula tinggi
disebut sebagai sorgum manis (sweet sorghum) yakni biasanya digunakan sebagai
bahan baku bioetanol. Sorgum terdiri dari empat jenis yaitu sorgum manis (sweet
sorghum), sorgum biji (grain sorghum), sorgum sapu (broom sorghum) dan
sorgum rumput (grass sorghum), sedangkan ras-ras lain pada umumnya
digunakan sebagai biomasa dan pakan ternak (Mutiah, 2013).
Beberapa varietas sorgum yang telah dikenal di Indonesia adalah Malang 26,
Birdproof, Katengu, Pretoria, Darsa, dan Cempaka. Varietas varietas yang
dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor di antaranya adalah
varietas UPCA-S1, UPCA-S2, No.46, No.6C, dan No.7C. Balai penelitian
tanaman serealia Indonesia pada tahun 2001 telah melepas dua varietas sorgum
unggul baru yaitu Kawali dan Numbu yang diproduksi dari India, varietas Kawali
berpotensi sebagai sorgum manis karena hasil biji yang tinggi, sedangkan varietas
Numbu berpotensi sebagai sorgum penghasil biomassa karena memiliki bobot
berangkasan yang tinggi (Rahmawati, 2013).
2.5 Manfaat Sorgum
Sorgum merupakan tanaman yang mempunyai banyak kegunaan. Produk-produk
turunan seperti gula, bioetanol, kerajinan tangan, pati, biomas dan lain-lain
merupakan beberapa produk yang dapat dihasilkan dari tanaman sorgum. Dari
beberapa produk tersebut, produk utama tanaman sorgum adalah biji dan
batangnya. Biji sorgum memiliki kandungan tepung dan pat, batang sorgum
terutama jenis sorgum manis memiliki kandungan nira sebagaimana halnya
14
tanaman tebu. Nira sorgum dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula
dan bioetanol (Soeranto, 2002).
Menurut Sumantri et. al. (1996), beberapa kegunaan sorgum yaitu:
1. Sebagai bahan pangan, sorgum dapat dimanfaatkan sebagai butir beras sorgum
dan tepung sorgum. Beras sorgum bisa langsung ditanak sebagai nasi sorgum,
atau digiling dijadikan tepung sorgum sebagai bahan dasar kue. Selain itu dapat
dijadikan penganan jajan pasar berupa tapai, wajik, lemper, rengginang, dan
sebagainya.
2. Sorgum dapat menghasilkan nira yang dapat dijadikan bahan baku untuk
membuat bioethanol dengan melalui proses fermentasi hingga proses destilasi.
3. Sorgum sebagai pakan. Tanaman sorgum dapat dijadikan ransum makanan
bagi ternak sebagai pengganti jagung kuning, terutama untuk ayam, karena biji
sorgum memiliki harga yang lebih murah daripada jagung kuning sehingga dapat
menekan biaya produksi.
Sorgum memiliki berbagai kandungan dalam bijinya, antara lain yaitu protein,
mineral seperti Ca, Fe, P dan kandungan vitamin B1. Kandungan protein pada
biji sorgum paling tinggi, dibandingkan sumber pangan lain seperti beras,
singkong dan jagung (Suprapto dan Mudjishono, 1987).
2.6 Unsur Hara Mikro
Kesuburan tanah akan sangat ditentukan oleh keberadaan unsur hara dalam tanah,
baik unsur hara makro, unsur hara sekunder maupun unsur hara mikro. Unsur
hara makro meliputi nitrogen (N) berfungsi sebagai penambah kandungan protein
15
tanaman, pospor (P) berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan akar dan membentuk
sistem perakaran yang baik sehingga tanaman dapat mengambil unsur hara lebih
banyak., kalium (K) berfungsi meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
serangan hama dan penyakit, dan C, H, O (yang ambil dari udara dan air), calcium
(Ca) berfungsi sebagai pendorong pembentukan buah dan biji yang sempurna
dapat menetralkan asam-asam orgnaik yang dihasilkan pada metabolisme,
magnesium (Mg) berfungsi untuk membentuk warna hijau pada daun (klorofil)
dan mengatur dalam penyerapan unsur hara lain seperti P dan K, dan sulfur (S)
berfungsi membantu dalam pembentukan klorofil.
Unsur hara mikro adalah: Besi (Fe) berperan dalam pembentukan klorofil,
Mangan (Mn) berfungsi sebagai katalisator berbagai enzim yang memiliki dalam
proses perombakan karbohidrat dan juga metabolisme nitrogen, Seng (Zn)
berperan dalam pertumbuhan biji dan pertumbuhan vegetatif, Tembaga (Cu)
memiliki peran penting dalam pembentukan klorofil, Boron (B) membantu
transportasi karbohidrat keseluruh bagian tanaman, Molibdenium (Mo) memiliki
peran dalam pembentukan asam amino dan protein, kemudian selanjutnya adalah
Khlor (Cl) memiliki peran dalam proses fotosintesis, yang utama berkaitan
langsung dengan osmosisi didalam sel tanaman (Susanto, 2005).
Unsur hara mikro sebagai unsur hara esensial, harus ada meskipun dalam jumlah
sedikit. Hal ini disebabkan unsur hara tersebut mempunyai fungsi yang spesifik
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk meningkatkan kadar
unsur hara makro dalam tanah sudah biasa dilakukan yaitu dengan pemberian
pupuk buatan atau pupuk organik. Tetapi untuk unsur hara mikro yang
16
dibutuhkan dalam jumlah sedikit untuk pertumbuhan tanaman, penambahannya
harus hati-hati karena jika kelebihan dapat bersifat racun bagi tanaman (Susanto,
2005).
Secara umum fungsi unsur hara mikro adalah : (1) sebagai penyusun jaringan
tanaman; (2) sebagai katalisator (stimulant); (3) mempengaruhi proses oksidasi
dan reduksi tanaman; (4) membantu mengatur kadar asam; (5) mempengaruhi
nilai osmotic tanaman, mempengaruhi pemasukan unsur hara; (6) membantu
pertumbuhan tanaman. Perhatian terhadap unsur mikro meningkat pesat, hal ini
karena : (a) terangkatnya unsur mikro dalam tanaman menyebabkan persediaan
dalam tanah mencapai titik tidak dapat menunjang pertumbuhan normal;
(b) penggunaan pupuk makro yang meningkat dosisnya mempertajam
menurunnya unsur mikro tanah; (c) penggunaan pupuk berkadar unsur tinggi,
meniadakan peluang digunakannya bahan-bahan kurang murni, sehingga
kontaminasi unsur mikro dalam pupuk berkurang; (d) kemampuan masyarakat
dalam mengenal gejala kekurangan unsur mikro masih kurang (Susanto, 2005).
2.7 Pola Tanam Monokultur
Pola tanam menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman sorgum karena berhubungan dengan lingkungan budidaya.
Proses interaksi antara pola tanam dan lingkungan menghasilkan fenotipe yang
berbeda dari masing masing varietas yang ditanam di lingkungan yang sama dan
pola tanam berhubungan juga langsung dengan penyerapan unsur hara dan cahaya
matahari.
17
Salah satu pola tanam yang sering digunakan yaitu pola tanam monokultur. Pola
tanam monokultur adalah cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu
jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh
kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian
industrial (Kartasapoetra, 1994).
Pola tanam yang biasa digunakan dalam budidaya sorgum adalah tumpangsari,
baik dengan ubi kayu maupun tanaman yang lainnya, karena pola tanam
tumpangsari dinilai lebih efisien terhadap penggunaan lahan, namun dilihat dari
segi produksinya tanaman yang ditanam dengan pola tanam monokultur memiliki
hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang ditanam dengan pola
tanam tumpangsari. Pola tanam monokultur memiliki kelebihan di antaranya
tidak terjadi perebutan unsur hara di dalam tanah, cahaya dapat secara langsung
diserap oleh tanaman karena tidak ada tanaman lain yang menaungi, perawatan
tanaman menjadi lebih mudah karena terfokus pada satu jenis tanaman saja dan
dapat menekan biaya tenaga kerja (Kartasapoetra, 1994).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukanegara, Kecamatan Tanjung Bintang,
Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung dengan kondisi tanah
berdasarkan hasil analisis yaitu pH 5,45 dan kandungan lainnya seperti N-total
0,04%, P-tersedia 2,61 ppm, K-dd 0,17 me/100g, pasir 52,13%, debu 20,92%,
liat 26,95% sehingga berdasarkan segitiga tekstur tanah tergolong tanah lempung
liat berpasir. Waktu penelitian di lapang dilaksanakan pada bulan April 2017
sampai Februari 2018. Analisis berangkasan dilakukan di Laboratorium
Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 7 varietas sorgum
yaitu UPCA, Numbu, Mandau, Talaga Bodas, Samurai 1, Super 1, Super 2 dan 8
galur yaitu P/F 5-193-C, P/I WHP, GH 3, GH 4, GH 5, GH 6, GH 7, GH 13.
Pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea, TSP, KCl. Penanaman sorgum
dilakukan dengan penambahan unsur hara mikro sebanyak 40 kg/ha. Pupuk
mikro yang digunakan adalah Zincmikro dengan kandungan unsur hara yaitu Mg,
Zn, Mn, B, Cu, Ca, Co, Mo dan S.
19
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain terdiri dari alat pengolah
tanah (bajak singkal dan bajak rotari), tali plastik, meteran, plang nama genotipe,
label sampel, golok, gunting, cutter, ember, paranet, jangka sorong, SPAD 500,
streples, timbangan, kertas koran, oven, seed blower, seed counter, alat tulis, dan
kamera.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan 15 perlakuan varietas sorgum yang disusun dalam
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan yang digunakan sebagai
kelompok. Jumlah seluruh satuan percobaan adalah 45 satuan percobaan. Tata
letak di lahan penelitian ini disajikan pada Gambar 1. Setelah data didapatkan,
homogenitas ragam diuji dengan menggunakan uji Bartlett dan aditivitas data
diuji dengan uji Tukey. Bila kedua asumsi terpenuhi maka dilakukan analisis
ragam. Jika dalam analisis ragam ada perbedaan nyata antar perlakuan maka
dilakukan pemisahan nilai tengah dengan menggunakan Uji BNT pada taraf nyata
5%. Kemudian untuk mengetahui hubungan antar variabel yang diamati terutama
pada variabel tinggi tanaman, diameter batang, volume nira, nilai brix, bobot
kering daun dan batang, serta semua variabel hasil pada fase masak fisisologis
dilakukan perhitungan korelasi dengan jumlah N sebanyak 135 pada masing-
masing variabel, analisis data menggunakan program Minitab (Versi 17).
Bentuk umum dari model linier rancangan acak kelompok (RAK) adalah sebagai
berikut:
Yijk = µ + βi + τj + ԑijk
20
Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i pada kelompok ke j
µ = Nilai tengah umum pengamatan
βi = Pengaruh kelompok ke i
τj = Pengaruh perlakuan ke-j
ԑijk = Galat ke k akibat pengaruh dari perlakuan ke i dan kelompok ke-j
B
T
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
GH 13 TALAGA BODAS SUPER 2UPCA GH 7 NUMBU
P/F 5-193-C GH 5 SUPER 1GH 3 MANDAU GH 7GH 6 P/F 5-193-C TALAGA BODAS
PW WHP SAMURAI 1 UPCANUMBU UPCA SAMURAI 1
SAMURAI 1 GH 3 GH 3MANDAU GH 13 GH 4
GH 4 GH 6 GH 5GH 5 GH 4 GH 6
SUPER 1 NUMBU PW WHPSUPER 2 PW WHP GH 13
GH 7 SUPER 1 MANDAUTALAGA BODAS SUPER 2 P/F 5-193-C
Gambar 1. Tata Letak Percobaan di Lahan.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pengolahan Tanah
Sebelum pengolahan tanah, dilakukan pengambilan sampel tanah secara komposit
untuk menentukan kandungan hara dalam tanah. Pengolahan tanah dilakukan
S U
21
dengan membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, kemudian lahan
dibajak dua kali dengan menggunakan traktor, dan setelah itu tanah diratakan
dengan bajak rotari, kemudian dibuat plot berukuran 5x4 m sebanyak tiga plot
(ulangan) dan setiap plot dipisahkan dengan parit berjarak 1 meter. Pada setiap
plot dipasang plang nama genotipe di bagian depan plot.
3.4.2 Penanaman
Penanaman benih sorgum dilakukan dengan cara ditugal dengan setiap lubang
tanam sebanyak 10 benih sorgum. Jarak tanam sorgum yang digunakan yaitu 80
cm x 20 cm, jarak antarbarisan 80 cm dan di dalam barisan 20 cm.
3.4.3 Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh. Hal ini
dilakukan dengan cara memindahtanamkan bibit sorgum dengan genotipe yang
sama pada lubang tanam yang benihnya tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan
paling lambat dua minggu setelah tanam (MST).
3.4.4 Penjarangan
Penjarangan dilakukan terhadap tunas-tunas baru yang sudah tumbuh pada
pertanaman sorgum yang dilakukan sebanyak 2 kali. Penjarangan pertama
dilakukan untuk menyisakan 5 tanaman sorgum terbaik. Selanjutnya penjarangan
kedua dilakukan untuk menyisakan 2 tanaman sorgum terbaik pada setiap lubang
tanam. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur tiga minggu setelah
tanam dan sebelum dilakukan pemupukan.
22
3.4.5 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk anorganik yaitu Urea, TSP,
KCl dengan dosis masing masing yaitu 200 kg/ha Urea, 150 kg/ha TSP, 200 kg/ha
KCl dan 40 kg/ha Zincmikro. Pemupukan dilakukan dengan cara dilarik di
samping tanaman. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali. Pemupukan awal
sorgum dilakukan pada saat 4 MST dengan pemberian setengah dosis pupuk Urea
dan KCl serta dosis penuh untuk pupuk TSP dan Zincmikro. Pemupukan kedua
dilakukan pada fase vegetatif maksimum (8 MST) dengan pemupukan setengah
dosis pupuk Urea dan KCl yang tersisa.
3.4.6 Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu dengan penyiangan. Hal ini
bertujuan agar tidak mengganggu perakaran tanaman sorgum. Penyiangan
pertama dilakukan pada umur kira-kira 1 bulan setelah tanam dan selanjutnya
disesuaikan dengan kondisi gulma di lapang.
3.4.7 Penyungkupan Biji Sorgum
Penyungkupan biji sorgum dilakukan untuk melindungi biji dari serangan
predator seperti burung. Sampel yang mulai memasuki fase masak susu
disungkup menggunakan paranet. Paranet yang digunakan dibentuk seperti
kantung dengan ukuran 34x34 cm.
23
3.4.8 Pemanenan
Pemanenan dilaksanakan pada fase masak susu dan fase masak fisiologis. Secara
umum tanaman sorgum dipanen pada fase masak susu umur ± 60 hari setelah
tanam (HST) dan pemanenan pada fase masak fisiologis umur ± 100 - 120 HST.
Namun dalam penelitian ini proses pemanenan tanaman sorgum akan
dilaksanakan pada waktu yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan genotipe
tanaman sorgum berdampak pada periode masak fisiologis yang berbeda.
3.5 Variabel Pengamatan
Jumlah tanaman yang akan diamati adalah 5 tanaman setiap satu satuan percobaan
yang dipilih secara acak. Pengamatan untuk keseluruhan variabel terbagi menjadi
dua komponen yaitu komponen pertumbuhan dan komponen hasil. Variabel
pengamatan meliputi:
3.5.1 Komponen pertumbuhan
3.5.1.1 Panjang batang (cm)
Panjang batang diukur mulai dari 6 MST sampai dengan sebelum munculnya
daun bendera (9 MST). Pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali yaitu 6 MST, 7
MST, 8 MST dan 9 MST dengan mengukur tinggi dari ruas batang terbawah
sampai dengan pangkal daun teratas yang daunnya sudah membuka sempurna
menggunakan alat ukur panjang (meteran).
24
3.5.1.2 Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung mulai dari 6 MST sampai dengan sebelum munculnya daun
bendera (9 MST). Pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali yaitu 6 MST, 7 MST, 8
MST dan 9 MST dengan menghitung jumlah daun per tanaman yang sudah
membuka sempurna.
3.5.1.3 Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan
pada saat munculnya daun bendera (10 MST) dengan mengukur pada tiga titik
yaitu bagian pangkal, tengah dan atas batang, kemudian dirata-ratakan.
3.5.1.4 Kehijauan Daun
Kehijauan daun diukur dengan menggunakan alat ukur SPAD 500. Pengukuran
kehijauan daun dilakukan pada saat munculnya daun bendera (10 MST) dengan
cara mengukur pada daun ketiga dari atas, di tiga titik yaitu bagian pangkal,
tengah dan ujung daun lalu dirata-ratakan.
3.5.2 Komponen Fase Masak Susu
3.5.2.1. Volume Nira (ml)
Volume nira diperoleh dari lima tanaman sampel yang dipanen pada fase masak
susu, diperas batang sorgum menggunakan alat pemeras batang kemudian diukur
volume nira dengan menggunakan gelas ukur.
25
3.5.2.2 Nilai Brix
Nilai brix didapatkan dari hasil nira yang diambil satu atau dua tetes kemudian
diukur menggunakan alat pengukur nilai brix yaitu refaktometer, pengukuran
dilakukan sebanyak tiga kali yang kemudian nilainya dirata-rata.
3.5.2.3 Bobot kering berangkasan (g)
Bobot kering berangkasan diperoleh saat sorgum dipanen pada fase masak susu
dan dipisahkan masing-masing bagiannya, yaitu daun, batang dan head. Daun
dan batang dicacah kecil, sedangkan head dipisahkan terlebih dahulu dari bijinya,
kemudian dikeringanginkan hingga kadar air pada berangkasan berkurang. Ini
dilakukan bertujuan agar pada saat berangkasan dioven, tidak terlalu basah. Daun,
batang dan head tanpa biji selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong kertas,
dikeringkan dalam oven pada suhu 800C selama 48 jam, kemudian masing-masing
berangkasan ditimbang menggunakan timbangan elektrik.
3.5.2.4 Bobot biji per tanaman (g)
Bobot biji per tanaman diperoleh pada panen fase masak susu. Biji
dikeringanginkan selama kurang lebih 3 hari bergantung cuaca, lalu biji dipipil
dan ditimbang bobotnya per tanaman dengan menggunakan timbangan elektrik.
26
3.5.3 Komponen Fase Masak Fisiologis
3.5.3.1 Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan
pada saat panen fase masak fisiologis (18 MST) dengan mengukur diameter
batang pada tiga titik yaitu bagian pangkal, tengah dan ujung batang, kemudian
dirata-ratakan.
3.5.3.2 Jumlah Ruas (ruas)
Jumlah ruas dihitung pada saat panen fase masak fisiologis dengan menghitung
jumlah ruas yang ada masing-masing sampel tanaman sorgum.
3.5.3.3 Bobot kering berangkasan (g)
Bobot kering berangkasan diperoleh saat sorgum dipanen pada fase masak
fisiologis dan dipisahkan masing-masing bagiannya, yaitu daun, batang dan head.
Daun dan batang dicacah kecil, sedangkan head di pisahkan terlebih dahulu dari
bijinya, kemudian dikeringanginkan hingga kadar air pada berangkasan
berkurang. Ini dilakukan bertujuan agar pada saat berangkasan dioven, tidak
terlalu basah. Daun, batang dan head tanpa biji selanjutnya dimasukkan ke dalam
kantong kertas, dikeringkan dalam oven pada suhu 800C selama 48 jam, kemudian
masing-masing berangkasan ditimbang menggunakan timbangan elektrik.
27
3.5.3.4 Panjang malai per tanaman (cm)
Panjang malai diukur pada saat panen fase masak fisiologis. Malai diukur mulai
dari pangkal head sampai ujung head dengan menggunakan alat pengukur
panjang yaitu penggaris.
3.5.3.5 Bobot head per tanaman (g)
Bobot head per tanaman diperoleh setelah pangkal head dikeringanginkan lalu
ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik.
3.5.3.6 Bobot biji per tanaman (g)
Bobot biji per tanaman diperoleh setelah head dikeringanginkan hingga kadar air
berkurang, lalu dipipil untuk memisahkan biji dengan headnya, kemudian biji
ditimbang bobotnya dengan menggunakan timbangan elektrik.
3.5.3.7 Bobot 1000 butir biji (g)
Bobot 1000 butir biji didapat dengan menghitung biji sebanyak 300 butir
menggunakan seed counter. Setelah mendapatkan 300 butir biji lalu ditimbang
menggunakan timbangan elektrik. Hasil bobot 300 butir biji diekstrapolasi
menjadi bobot 1000 butir biji.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Genotipe P/F 5-193-C memiliki tinggi tanaman tertinggi dibandingkan
dengan genotipe lainnya 297,78 cm. Selanjutnya, volume nira dan nilai brix
tinggi ada pada genotipe GH 7 dengan masing-masing sebesar 140 ml dan
14,17. Kemudian bobot biji tinggi dihasilkan oleh genotipe GH 13 sebesar
5,23 g.
2. Bobot kering batang berkorelasi positif pada jumlah daun (r = 0,18*) dan
tinggi tanaman 18 MST (r = 0,55**). Nilai brix berkorelasi positif terhadap
volume nira (r = 0,37**) dan bobot kering batang (r = 0,25**). Bobot biji
berkorelasi positif terhadap diameter batang pada umur 10 MST (r = 0,34**)
dan 18 MST (r = 0,24**), serta bobot kering daun (r = 0,20*).
3. Genotipe P/F 5-193-C merupakan genotipe penghasil biomassa tertinggi.
Genotipe GH 7 berpotensi sebagai sorgum penghasil etanol tertinggi.
Selanjutnya genotipe GH 13 sebagai penghasil sorgum biji tertinggi.
61
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka disarankan untuk
menganalisis kandungan gula yang terkandung pada nira, untuk mengetahui
banyaknya total gula yang terdapat dalam nira dilakukan analisis pol. Pol atau
derajat pol adalah jumlah gula (dalam gram) yang ada dalam setiap 100 gram
larutan yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan polarimeter secara
langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, A. dan Muzdalifah, I. 2007. Morfologi dan Fase PertumbuhanSorgum. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Sulawesi Selatan. 152 hlm.
Asnawi, R. dan Dwiwarni, I. 2000. Pengaruh mulsa terhadap pertumbuhan danproduksi enam varietas cabai (Capsicum annuum). Jurnal TanahTropika 5. Vol 1, hlm 5-8.
Azrai, M., Soeranto, H. dan Sri, S. 2014. Pembentukan Varietas Unggul Sorgumuntuk Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 214 hlm.
Badan Pusat Statistik. 2016. Jumlah penduduk indonesia tahun 2011-2016berita resmi statistik. Http://www.bps.go.id. Diakses Pada Desember2017.
Centre for Soil and Agroclimate Research. 1994. Kerangka Acuan Survei TanahSemi-Detail Daerah Prioritas. TOR Versi 3.0 Juni 1994. 48 hlm.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum manis komoditi harapan dipropinsi kawasan Timur Indonesia. Edisi Khusus Balai PenelitianTanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Vol 4, hlm 6-12.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1992. DaftarKomposisi Bahan Makanan. Bhratara. Jakarta. 6-12 hlm.
Elvira, S.D., Muhamad, Y. dan Maiyuslina. 2015. Karakter agronomi beberapavarietas sorgum pada lahan marginal di Aceh Utara. Jurnal Agrium 12Vol 1, hlm 1-4.
Gardner, F.P., Pearce, R.B. dan Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi TanamanBudidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 152 hlm.
Gonggo, B.M., Turmudi, E. dan Brata, W. 2003. Respon pertumbuhan dan hasilubi jalar pada sistem tumpangsari ubi jalar-jagung manis di lahan bekasalang-alang. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 5, hlm 34-39.
63
Goldsworthy, P.R. dan Fischer, N.M. 1996. Fisiologi Tanaman BudidayaTropika. GMUPress. Yogyakarta. 98 hlm.
Hanafiah, A.K. 2008. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali press. Jakarta.72 hlm
Hasan, S.A. dan Mohammed, M.I. 2015. Breeding for dual pureposeattributes in shorgum identification of materials and association amongfodder and grain yield and related traits. Journal of Plant and CropScience 7. Vol 4, hlm 5-8.
Indrasari, A. dan Abdul, S. 2006. Pengaruh pemberian pupuk kandangdan unsur hara mikro terhadap pertumbuhan jagung pada ultisol yangdikapur. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan. Vol 6, hlm 4-7.
Kamil, J. 1996. Teknologi Benih. Angkasa Raya. Padang. 122 hlm.
Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. PT RinekaCipta. Jakarta. 134 hlm.
Khasanah, M., Rasyad, A. dan Zuhry, E. 2016. Daya hasil beberapa kultivarsorgum (Sorghum bicolor [L] Moench) pada jarak tanam yang berbeda.Jurnal Faperta 3(2) hlm 4-6.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. 215 hlm.
Marlina, Z. Elza dan Nurbaiti. 2015. Aplikasi tiga dosis pupuk fosfor padaempat varietas sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) dalammeningkatkan komponen hasil dan mutu fisiologis benih. JOM FapertaVol 2:2 hlm 7-12.
Menteri Pertanian. 2006. Undang-undang no.37 tahun 2006 tentang peraturanmenteri pertanian tentang pengujian penilaian, pelepasan dan penarikanvarietas. Keputusan Menteri Pertanian. Jakarta. hlm 32-44.
Mudjishono, R. dan Damardjati, D.S. 1987. Prospek kegunaan sorghum sebagaisumber pangan dan pakan ternak. Jurnal Litbang Pertanian. (691)hlm 1-4.
Musofie, A dan Wardhani, N.K. 1995. Sorgum manis, manfaatnya sebagai bahanMakan dan pengembangan agoindustri lahan kering. Edisi KhususBalitkabi 4. Hlm 294−301.
Mutiah, Z. 2013. Uji Daya Hasil Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) diTanah Masam Jasinga. Institut Pertanian Bogor. 66 hlm.
64
Pabendon, M B., Aqil, M. dan Mas’ud, S. 2013. Kajian Sumber Bahan BakarNabati Berbasis Sorgum Manis. Balai Penelitian Tanaman Serealia.Sulawesi Selatan. 18 hlm.
Pabendon, M B., Marcia, S., Budi, S. dan Nuning, A. 2012. Prospek SorgumManis sebagai Bahan Baku Bioetanol. Balai Penelitian Tanaman Serealia.Sulawesi Selatan. 15 hlm.
Pramanda, R.P., Hidayat, K.F., Sunyoto dan Kamal, M. 2015. Pengaruhaplikasi bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil beberapavarietas sorgum (Sorghum bicolor [L] Moench). Jurnal AgroteknologiTropikal. Vol. 3, hlm 85-91.
Prasetio, B.H dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologipengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering diIndonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 25 hlm 2-5.
Purmohadi, M. 2006. Potensi penggunaan beberapa varietas sorgumManis (Sorghum bicolor [L.] Moench) sebagai bahan tanaman pakan.Berk. Penel. Hayati. Hlm 41–44.
Puspitasari, G., Dody, N.K. dan Waluyo, S. 2012. Pertumbuhan dan HasilSorgum Manis (Sorghum bicolor [L.] Moench) Tanam Baru dan Ratoonpada Jarak Tanam Berbeda. Fakultas Pertanian Gadjah Mada.Yogyakarta. 114 hlm
Rahmawati, A. 2013. Respons beberapa genotipe sorgum (Sorghum bicolor[L.] Moench) terhadap sistem tumpang sari dengan ubikayu (Manihotesculenta crantz). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.Bandar Lampung.
Rismunandar. 1989. Sorghum Tanaman Serba Guna. Sinarbaru. Bandung. 62hlm.
Septiani, R. 2009. Evaluasi pertumbuhan dan hasil beberapa genotipe sorgum(Sorghum bicolor [L] Moench) ratoon 1. Skripsi. Fakultas Pertanian.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Setiawan. 2007. Uji adaptasi berbagai genotipe sorgum (Sorghum bicolor [L]Moench) di Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian. UniversitasLampung. Bandar Lampung.
Sirappa, M.P. 2003. Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagaikomoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Jurnal Penelitiandan Pengambangan Pertanian. Jakarta. Hlm 133-140.
65
Sirappa, M.P. dan Waas, E.D. 2009. Kajian varietas dan pemupukanterhadap peningkatan hasil padi sawah di dataran Pasahari, MalukuTengah. Jurnal pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian.Vol. 12 No.(1) hlm 79-90.
Soeranto, H. 2002. Prospek dan Potensi Sorgum Sebagai Bahan Baku Bioetanol.Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Jakarta Selatan. 73 hlm.
Suarni dan Subagio, H. 2013. Potensi pengembangan jagung dan sorgum sebagaisumber pangan fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 32 (2): hlm 47-55.
Subagio, H. dan Aqil, M. 2013. Pengembangan Produksi Sorgum diIndonesia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 16 hlm.
Sucipto, 2010. Efektifitas cara pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasilbeberapa varietas shorgum manis (Sorghum bicolor [L.] Moench). JurnalEmbryo. Vol 7 (2) hlm 67-74.
Sugandi, Rizal, Tengku, N. dan Nurbaiti. 2013. Variabilitas genetik danheritabilitas karakter agronomis beberapa varietas dan galur sorgum(Sorghum bicolor [L.] Moench). Skripsi. Jurusan Agroteknologi FakultasPertanian Universitas Riau.
Sumantri, A., Hanyokrowati, dan Guritno, B. 1996. Prospek PengembanganSorgum Manis untuk Menunjang Pembangunan Agroindustri di LahanKering. Makalah dalam Lokakarya Nasional Pertanian Lahan KeringBeberapa Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu di Kawasan TimurIndonesia. Malang. 37 hlm.
Sumantri, A. 1993. Pedoman Teknis Budidaya Sorgum Manis sebagai BahanBaku Industri Gula. Kerja Sama Direktorat Jenderal Perkebunan denganPusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 64 hlm.
Sumarno dan Karsono. 1995. Perkembangan produksi sorgum di dunia danpenggunaannya. Edisi Khusus Balitkabi. Vol 4 hlm 13-24.
Suprapto dan Mudjishono, R. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorgum.Penebar Swadaya. Jakarta. 19 hlm.
Supriyanto. 2010. Pengembangan Sorgum di Lahan Kering untuk MemenuhiKeperluan Pangan, Pakan, Energi dan Industri. Simposium Nasional.Jakarta. 132 hlm.
Susanto, A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah (Konsep dan Kenyataan).Kanisius. Yogyakarta. 68 hlm.
66
Sutrisna, N., Sunandar, N. dan Subair, A. 2013. Uji adaptasi beberapa varietassorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) Pada lahan kering di KabupatenCiamis, Jawa Barat. Jurnal Lahan Suboptimal, Vol 2:2 hlm 137−143
Syam, M., Hermanto dan Musaddad, A. 1996. Kinerja Penelitian TanamanPangan, Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Buku 4.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 16 hlm.
Vanderlip, R.L. 1993. How a Sorghum Plant Develop. Kansas State University.20 hlm.
Wardhani, N.K. 1996. Sorghum vulgare sudanense sebagai alternatifpenyediaan hijauan pakan. Edisi Khusus Balai Penelitian TanamanKacang-kacangan dan Umbi-umbian. Vol 4 hlm 327-332.
Yudiarto, M.A. 2006. Pemanfaatan Sorgum sebagai Bahan Baku Bioetanol.Balai Besar Teknologi Pati (B2TP), Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi (BPPT). Lampung. 27 hlm.