96
PENGARUH BIG-FIVE PERSONALITY, KONFORMITAS, DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF DALAM BERBELANJA ONLINE PADA WANITA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh: Dewi Amelia NIM: 11140700000025 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

PENGARUH BIG-FIVE PERSONALITY, KONFORMITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46998...PEMBELIAN IMPULSIF DALAM BERBELANJA ONLINE PADA WANITA SKRIPSI Diajukan untuk

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH BIG-FIVE PERSONALITY, KONFORMITAS,

    DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU

    PEMBELIAN IMPULSIF DALAM BERBELANJA

    ONLINE PADA WANITA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

    Oleh:

    Dewi Amelia

    NIM: 11140700000025

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1440 H/2019 M

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Masa depan akan seperti berlian jika kita selalu berusaha mengasahnya dan

    mempercantiknya dengan usaha.

    Karya tulis ini dipersembahkan untuk kedua orang tua saya tercinta, Papa &

    Almh. Mama serta keluarga dan sahabat terkasih yang selalu menyemangati di

    balik layar perjuangan saya.

  • vi

    ABSTRAK

    A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    B) Februari 2019

    C) Dewi Amelia

    D) Pengaruh Big-five Personality, Konformitas, dan Faktor Demografi terhadap

    Perilaku Pembelian Impulsif dalam Berbelanja Online pada Wanita

    E) xiii + 72 halaman + Lampiran

    F) Perilaku pembelian impulsif diterapkan individu untuk membeli suatu jenis

    produk dengan alasan di luar kebutuhannya, seperti untuk mengurangi suasana

    hati yang tertekan, untuk mengekspresikan identitasnya, atau hanya untuk

    bersenang-senang. Pembelian impulsif dapat disebabkan juga karena adanya

    dorongan dari lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur dampak dari

    kemajuan teknologi saat ini, serta untuk membuktikan adanya pengaruh

    personality big-five, konformitas, dan demografi terhadap perilaku pembelian

    impulsif berbelanja online pada wanita.

    Populasi dalam penelitian ini merupakan wanita dari tingkat usia dan

    pendapatan yang berbeda. Pengambilan sampel menggunakan teknik non-

    probability sampling dengan sampel sebanyak 228 responden. Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data dengan skala model Likert untuk mengukur

    keseluruhan variabel. Kuesioner yang digunakan adalah Skala Impulsive Buying

    Tendency (IBT) untuk mengukur variabel perilaku pembelian impulsif, Skala Big-Five

    Inventory (BFI) untuk mengukur variabel Big-Five Personality dan Conformity Scale

    (CS) untuk mengukur variabel konformitas. Kuesioner disebarkan secara online yang

    bersifat daring dengan menggunakan non-probability sampling technique, yakni

    convenience sampling. Pengujian CFA (Confirmatory Factor Analysis) dilakukan

    guna menguji validitas tiap-tiap item kuesioner, sedangkan analisis data untuk uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.

    Hasil yang diperoleh menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari

    variabel Big-Five Personality, konformitas, dan demografi terhadap perilaku

    pembelian impulsif dengan sumbangan nilai sebesar 12,2%. Secara rinci

    dijelaskan bahwa dimensi yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku

    pembelian impulsif adalah Neuroticism, dan konformitas, sedangkan dimensi

    lainnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.

    Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menggunakan independent variabel lain

    di luar penelitian ini yang didasarkan dengan penelitian sebelumnya, seperti,

    persepsi (perception). Pengambilan sampel juga disarankan untuk dapat

    membandingkan antara pria dan wanita. Temuan dari penelitian ini menyadarkan

    banyak pihak untuk menghindari sifat boros yang dimulai dari diri sendiri, dan

    juga tidak mudah untuk terpengaruh oleh dorongan kelompoknya untuk membeli

    suatu barang. G) Daftar Bacaan: 56; buku: 5 + jurnal: 31 + skripsi & tesis: 16 + internet: 4.

  • vii

    ABSTRACT

    A) Faculty of Psychology, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta

    B) July 2018

    C) Dewi Amelia

    D) Effect of Big Five Personality, Conformity, and Demographic Factors on

    Impulsive Purchasing Behavior in Online Shopping for Women

    E) xiii + 72 pages + Appendix

    F) Impulsive buying behavior is applied by individuals to buy a type of product

    for reasons other than their needs, such as to reduce a depressed mood, to express

    their identity, or just to have fun. Impulsive purchases can also be caused by

    encouragement from the environment. This research was conducted to measure

    the impact of current technological advances, as well as to prove the influence of

    big-five personality, conformity, and demographics on impulsive buying behavior

    to shop online for women. The population in this study were women of different

    age and income levels. Sampling uses a non-probability sampling technique with

    a sample of 228 respondents.

    This study uses a data collection instrument with a Likert scale model to

    measure all variables. The questionnaire used was the Impulsive Buying

    Tendency Scale (IBT) to measure the impulsive buying behavior variable, the Big-

    Five Inventory Scale (BFI) to measure the variables Big-Five Personality and

    Conformity Scale (CS) to measure conformity variables. Online questionnaires

    were distributed using a non-probability sampling technique, namely convenience

    sampling. CFA testing (Confirmatory Factor Analysis) was conducted to test the

    validity of each questionnaire item, while data analysis for hypothesis testing in

    this study used multiple regression analysis.

    The results showed a significant difference from a variable Big-Five

    Personality, conformity, and the demographics of impulsive buying behavior with

    a value contribution of 12.2%. In detail, it is explained that the dimensions that

    significantly influence impulsive buying behavior are Neuroticism and conformity,

    while the other dimensions do not significantly influence impulsive buying

    behavior. Suggestions for further research are to use other independent variables

    outside of this study which are based on previous research, such as perception.

    Sampling is also recommended to be able to compare between men and women.

    The findings of this study made many people to realize and aware of avoiding the

    wastefulness that starts from themselves, and also not easily affected by the group

    to buy an item.

    G) Reading List: 56; books: 5 + journal: 31 + thesist: 16 + internet: 4.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim,

    Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

    karunia, rahmat, hidayah dan kekuatan yang diberikan-Nya sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Big-five Personality,

    Konformitas, dan Faktor Demografi terhadap Perilaku Pembelian Impulsif

    dalam Berbelanja Online pada Wanita.” Shalawat serta salam semoga selalu

    tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan

    seluruh umat yang senantiasa mencintainya.

    Proses yang telah penulis lalui untuk terwujudnya skripsi ini tidak lepas

    dari bantuan, bimbingan, arahan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada

    penulis dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

    terima kasih kepada:

    1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

    2. Bapak Drs. Akhmad Baidun., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih penulis ucapkan atas kesabaran, arahan, bimbingan, dan juga dukungan

    dari segi waktu dan tenaga yang diberikan selama proses pembuatan skripsi

    ini. Banyak hal yang penulis dapatkan selama proses bimbingan berlangsung

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

    3. Bapak Ikhwan Lutfi., M.Psi selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingan dan juga masukan yang telah diberikan kepada penulis

    sehingga penulis terus termotivasi untuk meningkatkan nilai di setiap

    semesternya selama perkuliahan.

    4. Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan pemahaman kepada penulis baik dalam bidang

    akademis maupun non-akademis.

    5. Responden yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini, penulis ucapkan terima kasih telah meluangkan waktu dan pikiran untuk mengisi kuesioner

    sehingga penulis mendapat informasi dengan sangat baik.

    6. Kedua orang tua yang sangat penulis banggakan, cintai, dan hormati teruntuk papa dan almarhumah mama. Terima kasih doa mama selama hidup, dan

    permohonan maaf penulis untuk mama yang belum sempat memberi

    kebahagiaan dan juga kesempatan untuk melihat penulis hingga lulus. Terima

    kasih teruntuk papa yang selalu mendukung dengan banyak cara yang

    dilakukan agar penulis terus semangat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih

    selalu mendukung di saat suka maupun duka, di saat penulis lelah mama dan

    papa tidak pernah merasa lelah untuk terus memberi semangat. Terima kasih

    telah menjadi kekuatan dan inspirasi penulis untuk tetap semangat dan kuat

    menjalani kehidupan dan juga menyelesaikan skripsi ini.

  • ix

    7. Keluarga penulis yang selalu mensupport dalam keadaan suka dan duka, saat penulis merasa down keluarga selalu ada di belakang penulis untuk membantu

    bangkit kembali. Terimakasih untuk kakakku Mba Sasa yang telah membantu,

    dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih

    untuk Mas Prana, Mas Bagus, dan keluarga H. Tachmid yang telah memberi

    semangat serta memfasilitasi penulis dengan kebahagiaan tidak terbatas.

    8. Mahasiswa/i Psikologi UIN Jakarta angkatan 2014 yang selalu memberi semangat, motivasi, dan inspirasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi

    ini. Terima kasih untuk Mu’ammar, Berliana, Zahra, Salsa, Yani, Cece, Hafla,

    Ifa, Nia, Teh Fitri, Akhlis, Dani, Ziah, Taufan, Tini dan teman-teman lainnya

    yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih telah membantu

    penulis dalam banyak hal untuk menyelesaikan skripsi ini.

    9. Seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu, terima kasih atas bantuan, kebaikan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis. Semoga

    selalu dalam lindungan dan rahmat Allah, dan kebaikan yang telah diberikan

    dibalas dengan kebaikan yang akan Allah SWT berikan dengan sebaik-

    baiknya.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

    keterbatasan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat

    dibutuhkan sangat diharapkan demi perbaikan dalam penelitian di masa

    mendatang. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua kalangan baik orang

    tua, mahasiswa/i, pekerja, maupun masyarakat umum.

    Jakarta, 16 Februari 2019

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii

    PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

    ABSTRAK ............................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv

    BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1-10

    1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

    1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 7

    1.2.1 Pembatasan Masalah ................................................................... 7

    1.2.2 Perumusan Masalah .................................................................. 8

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 9

    1.3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................... 9

    1.3.2 Manfaat Penelitian ..................................................................... 9

    1.3.2.1 Manfaat Teoritis ............................................................. 9

    1.3.2.2 Manfaat Praktis ............................................................... 9

    BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................ 10-27 2.1 Perilaku Pembelian Impulsif ................................................................ 10

    2.1.1 Pengertian Perilaku Pembelian Impulsif .................................... 10

    2.1.2 Dimensi-Dimensi Perilaku Pembelian Impulsif ......................... 12

    2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian

    Impulsif ............................................................................................... 12

    2.1.4 Pengukuran Perilaku Pembelian Impulsif ................................... 14

    2.2 Big-Five Personality ............................................................................ 15

    2.2.1 Pengertian Big-Five Personality ................................................ 15

    2.2.2 Dimensi-Dimensi Big-Five Personality ..................................... 16

    2.2.3 Pengukuran Big-Five Personality .............................................. 17

    2.3 Konformitas ......................................................................................... 18

    2.3.1 Pengertian Konformitas ............................................................. 18

    2.3.2 Indikator Konformitas ................................................................ 19

    2.3.3 Pengukuran Konformitas ............................................................ 19

    2.4 Faktor Demografi ................................................................................... 20

    2.4.1 Usia ............................................................................................. 20

    2.4.2 Pendapatan .................................................................................. 21

    2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................ 21

    2.6 Hipotesis .............................................................................................. 27

  • xi

    BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................ 28-46 3.1 Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............................. 28

    3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ....................... 29

    3.3 Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 31

    3.3.1 Alat Ukur Perilaku Pembelian Impulsif ..................................... 32

    3.3.2 Alat Ukur Big-Five Personality ............................................... 32

    3.3.3 Alat Ukur Konformitas ............................................................. 33

    3.3.4 Alat Ukur Usia ........................................................................... 34

    3.3.5 Alat Ukur Pendapatan ................................................................ 34

    3.4 Uji Validitas Konstruk ......................................................................... 35

    3.4.1 Uji Validitas Konstruk Perilaku Pembelian Impulsif ................. 37

    3.4.2 Uji Validitas Konstuk Big-Five Personality .............................. 38

    3.4.2.1 Uji Validitas Alat Ukur Extraversion .............................. 38

    3.4.2.2 Uji Validitas Alat Agreeableness .................................... 39

    3.4.2.3 Uji Validitas Alat Ukur Conscientiousness .................... 40

    3.4.2.4 Uji Validitas Alat Ukur Neuroticism ............................... 41

    3.4.2.5 Uji Validitas Alat Ukur Openness ................................... 42

    3.4.4 Uji Validitas Konstruk Konformitas .......................................... 43

    3.5 Teknik Analisis Data .................................................................... 43

    BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................................ 47-57 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .................................................... 47

    4.2 Analisis Deskriptif ................................................................................ 48

    4.3 Kategorisasi Skor ................................................................................. 49

    4.4 Uji Hipotesis Penelitian ........................................................................ 50

    Bab 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran ................................................................. 58-65

    5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 58

    5.2 Diskusi ................................................................................................. 58

    5.3 Saran .................................................................................................... 63

    5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................. 63

    5.3.2 Saran Praktis .............................................................................. 64

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 66-70

    LAMPIRAN ............................................................................................................. 71-82

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Tabel Skor Skala Likert............................................................................. 31

    Tabel 3.2 Blue Print Skala Perilaku Pembelian Impulsif ......................................... 32

    Tabel 3.3 Blue Print Skala Big-Five Personality ...................................................... 33

    Tabel 3.4 Blue Print Skala Konformitas .................................................................... 33

    Tabel 3.4 Blue Print Skala Usia ................................................................................. 34

    Tabel 3.4 Blue Print Skala Pendapatan ...................................................................... 35

    Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Pembelian Impulsif ................................................... 37

    Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Extraverison .............................................................. 38

    Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Agreeableness ........................................................... 39

    Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Conscientiousness ..................................................... 40

    Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Neuroticism ............................................................... 41

    Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Openness ................................................................. 42

    Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Konformitas ............................................................ 43

    Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................................... 47

    Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ..................................................................................... 48

    Tabel 4.3 Kategorisasi Skor ....................................................................................... 49

    Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ........................................................................ 49

    Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi .............................................................. 51

    Tabel 4.6 Anova ......................................................................................................... 51

    Tabel 4.7 Koefisien Regresi ....................................................................................... 52

    Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians untuk masing-masing independent

    variable ...................................................................................................................... 56

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir ....................................................................... 26

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuesioner ................................................................................................ 71

    Lampiran 2 Syntax dan Path Diagram ....................................................................... 77

    Lampiran 3 Output Regresi ........................................................................................ 81

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Individu masa kini memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan pembelian

    yang semakin luas. Kesempatan didapatkan individu melalui akses yang beragam

    terhadap produk dan jasa serta meningkatnya kemudahan dalam melakukan

    pembelian. Internet memiliki karakteristik efisiensi dan beragam informasi

    sehingga individu dapat melakukan perbandingan harga serta informasi suatu

    produk (Qibtiyah, 2013).

    Semakin tingginya penetrasi smartphone dan internet di Indonesia

    berakibat semakin banyak individu yang terhubung dengan informasi dan sosial

    media. Individu semakin menyukai visualisasi dibandingkan dengan narasi yang

    terlalu panjang. Individu kini juga menjadi seorang agregator informasi seperti

    mengumpulkan berbagai informasi terkait pembelian seperti harga, review, dan

    rating product (Ali, 2017).

    Kegiatan berbelanja merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu, dan

    setiap individu mempunyai kebutuhan hidup yang berbeda. Individu

    merencanakan pengeluaran uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sesuai

    dengan apa yang dibutuhkan dan berapa banyak uang yang akan dikeluarkan.

    Bagi individu, berbelanja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

    namun belanja juga menjadi suatu kegiatan untuk memenuhi keinginan

    (Nurmayasari, 2014). Perilaku belanja pada individu merupakan suatu proses

    terjadinya aktivitas pada fungsi kognitif individu yang pada akhirnya individu

    akan memutuskan untuk membeli suatu produk (Purnama, 2015).

  • 2

    Berbelanja merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh wanita. Hal

    ini dikarenakan wanita memang suka berbelanja baik untuk kebutuhan pribadi

    maupun tidak. CEO Shopee, Chris Feng mengatakan bahwa alasan wanita lebih

    suka belanja dibandingkan pria dikarenakan kebutuhan wanita yang cukup

    banyak, dan dikarenakan wanita ingin menunjang penampilannya (Anggraeni,

    2017). Selaras dengan hal itu pembelian lebih cenderung dilakukan oleh wanita,

    hal ini dibuktikan karena wanita berbelanja untuk menunjukkan identitas sosial.

    Berbeda dengan laki-laki yang berbelanja lebih kepada fungsi atau kegunaan

    barang (Nurmayasari, 2014). Pernyataan ini juga disetujui dengan penelitian yang

    dilakukan pada konsumen di Amerika, bahwa wanita cenderung lebih sering

    untuk menjadi pembeli (Purnama, 2015).

    Tekait dengan pembelian secara online, CNN Indonesia melansir bahwa

    “belanja online individu Indonesia mencapai Rp.75 triliun disepanjang tahun

    lalu.” (Nababan, 2017). Fenomena berbelanja online melahirkan fenomena

    lainnya pada individu Indonesia yaitu fenomena “Flash Sale”. Fenomena ini

    dijelaskan Nathania Christy selaku Head of Global Insight Network

    TrendWatching bahwa “Flash sale merupakan buah dari persaingan sengit antar

    e-commerce di tanah air”. “Flash sale memang menawarkan harga cenderung

    lebih murah dibanding kondisi normal, ini dilakukan untuk mendapatkan porsi

    kue (keuntungan) yang lebih besar di Indonesia” (Rosyadi, 2018).

    Fenomena flash sale merupakan “urusan yang tentu tidak bisa dipisahkan

    dari persediaan produk yang memadai”. Minat pengguna internet yang besar

    terhadap momen diskon akan membuat permintaan barang melonjak drastis”

  • 3

    (Melisa, 2018). Awalnya belanja online (online shop) membentuk perilaku

    konsumen untuk berbelanja secara rasional, namun faktanya tidak semua

    konsumen berbelanja dengan rasional dan logis. Seringkali konsumen berbelanja

    dengan tidak terencana atau tanpa niat melakukan pembelian (impulsive buying).

    Hampir 60% pembeli online adalah impulsif dan 40% pembelian secara

    online dihasilkan melalui impulsive buying (Fihartini, 2015). Berbelanja online

    menjadi bidang yang menarik untuk dibahas karena menawarkan konteks untuk

    mempelajari perilaku impulsif pada individu. Hal ini dijelaskan seperti

    menyediakan pasokan tanpa akhir, dan jam buka tanpa batas. Berbelanja online

    mendukung individu dengan pilihan harga dan perbandingan produk yang tak ada

    habisnya (Sunsdrom, et al 2013).

    Fenomena pembelian impulsif telah dipelajari secara luas lebih dari 60

    tahun terakhir. Fenomena ini dipelajari di berbagai negara terutama negara maju

    dan beberapa penelitian dilakukan di negara berkembang, dan terbelakang.

    Pembelian impulsif merupakan cara terkait dengan individu yang mudah dalam

    membeli sesuatu (Awan, 2015). Pada pembelian impulsif, individu memiliki

    perasaan yang kuat dan positif terhadap suatu produk yang harus dibeli, hingga

    akhirnya memutuskan untuk membelinya (Diba, 2014).

    Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa wanita cenderung melakukan

    pembelian impulsif untuk memanjakan diri (Lucas, et al 2014). Wanita membeli

    tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan bertindak berdasarkan sesuatu yang tiba-tiba

    dan harus dipenuhi (Purnama, 2015). Konsumen wanita memainkan peranan

    penting dalam individu saat ini (Kaur, 2015). Terkait dengan hal berbelanja secara

  • 4

    online, wanita memiliki persentase pembelian yang lebih tinggi secara impulsif

    ketika menjelajah internet (Crafts, 2012).

    Pembelian impulsif dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti akses ke toko

    yang mudah, barang yang dijual lebih banyak, dan adanya kegiatan promosi

    seperti dikon. Pengaruh lainnya dapat dikaitkan dengan lingkungan belanja, ciri

    pribadi individu, karakteristik produk, dimensi demografi, dan sosial budaya yang

    beragam. Faktor lainnya juga dapat berupa suasana hati individu, dan evaluasi

    normatif individu (Unsalan, 2016).

    Faktor yang berkontribusi dalam pembelian impulsif dapat berupa ciri

    kepribadian (personality trait) individu seperti pengendalian diri. Faktor variabel

    demografi, faktor situasional seperti inkonsistensi waktu, dan efek konformitas

    juga menjadi faktor penentu dalam pembelian impulsif (Wu-Chung Wu, 2010).

    Penelitian terdahulu menjelaskan faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif

    secara online yang dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Faktor

    internal seperti pendekatan psikologis dan faktor eksternal seperti faktor

    situasional, produk, dan situs web (Ling, 2015).

    Penelitian ini memfokuskan faktor yang mempengaruhi perilaku

    pembelian impulsif kepada faktor internal yaitu kepribadian (personality trait).

    Setiap individu memiliki pola kepribadian dan perilakunya sendiri yang berbeda

    dalam setiap arti. Perilaku individu sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kepribadian

    (Mathai, 2014). Dampak yang luar biasa pada kepribadian individu memiliki

    karakteristik yang berbeda satu sama lain dan kecenderungan tingkat perilaku

    impulsif pada individu juga berbeda (Ruswanti, 2016). Kepribadian masing-

  • 5

    masing individu memiliki sebagian efek pada perilaku individu, yang akan

    mempengaruhi perilaku pembelian impulsif individu (Verplanken, 2001).

    Faktor berikutnya merupakan faktor situasional berupa konformitas.

    Konformitas merupakan perilaku individu yang melihat anggota kelompoknya

    cenderung memberi imbalan secara spontan, hedonis, dan menganggap pembelian

    impulsif merupakan suatu cara pembelian yang diinginkan. Ketika individu

    melakukan pembelian dengan rekannya, individu mungkin ingin mendapatkan

    identitas kelompok dan memenuhi harapan kelompoknya. Hal ini yang

    menyebabkan individu bersikap dan berpikir dengan cara yang menyerupai

    anggota kelompok lainnya (Wu-Chung Wu, 2010).

    Konformitas menggambarkan kemungkinan individu melakukan

    pembelian impulsif tergantung pada kecenderungan pembelian impulsif dan

    kerentanan terhadap pengaruh interpersonal. Kebutuhan individu mengidentifikasi

    dan meningkatkan citra individu di mata individu lainnya melalui akuisisi dan

    penggunaan produk dan merek. Mengamati, mencari informasi, dan

    menyesuaikan dengan harapan orang lain (Côté-Hamel, 2012).

    Terkait dengan pembelian impulsif pada wanita, konformitas telah

    memberikan lebih banyak arti pada pembelian wanita. Dampak yang disebabkan

    oleh konformitas kelompok kepada individu telah dilaporkan dalam banyak

    penelitian bahwa teman dan kenalan efektif dalam proses pembuatan keputusan.

    Kehadiran individu lain bersama dengan pelanggan lain dalam pembelian dapat

    memiliki dampak besar pada final pembelian (Kazempour, 2017).

  • 6

    Faktor demografi dalam penelitian ini berupa usia, dijelaskan bahwa

    perilaku pembelian impulsif terutama secara online antara usia muda dan usia tua

    berbeda. Kelompok usia muda lebih cenderung membeli secara impulsif daripada

    kelompok usia tua. Kelompok usia muda lebih terpengaruh pada rangsangan

    eksternal seperti banyak menghabiskan waktu dalam berbelanja online. Kelompok

    usia tua lebih tidak terpengaruh oleh rangsangan eksternal dalam melakukan

    pembelian online secara impulsif (Ling, 2015). Usia berbanding terbalik dengan

    pembelian impulsif, individu yang muda dan kaya lebih mungkin untuk terhubung

    dalam pembelian impulsif (Awan, 2015).

    Faktor demografi berikutnya pendapatan, bahwa konsumen yang memiliki

    pendapatan lebih tinggi terbukti lebih impulsif dibandingkan dengan konsumen

    yang memiliki pendapata rendah (Widhyanto, 2016). Penelitian terdahulu lainnya

    menjelaskan jika terjadi kenaikan pendapatan pada individu, menyebabkan

    individu menjadi lebih konsumtif yang kemudian mendorong kearah perilaku

    impulsive buying (Setiawan, 2014). Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi

    pendapatan bulanan individu sebanyak 5% mempengaruhi impulsif (Rana, 2012).

    Usia dalam penelitian ini juga menjadi faktor demografi yang mempengaruhi

    perilaku pembelian impulsif (Ling, 2015).

    Berdasarkan beberapa data di atas, penelitian ini memfokuskan untuk

    mengukur pengaruh variabel kepribadian (personality traits), konformitas dan

    demografi (usia, dan pendapatan) terhadap perilaku pembelian impulsif.

    Penelitian ini penting untuk terus dilakukan terkait dengan perilaku pembelian

  • 7

    impulsif secara online yang dihubungkan dengan fenomena dan data yang ada di

    individu.

    1.2. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

    1.2.1. Pembatasan Masalah

    Agar penelitian ini tidak meluas dan terarah, maka perlu adanya suatu batasan

    masalah. Penelitian ini mengukur pengaruh variabel kepribadian (personality

    traits), konformitas dan demografi (usia, dan pendapatan) terhadap perilaku

    pembelian impulsif. Penjelasannya sebagai berikut:

    1. Perilaku pembelian impulsif adalah perilaku membeli secara tidak

    direncanakan, atau hanya untuk menjadi sebuah kesenangan, dan karena

    adanya dorongan yang kuat untuk membeli sesuatu (Verplanken, 2001).

    2. Big-Five Personality Traits adalah sampel dari sifat-sifat individu

    mendeskripsikan diri individu dan individu lain dengan lima fitur yang

    mewakili secara tidak langsung yaitu: Extraversions, Agreebleness,

    Conscientiousness, Neuroticism, dan Openness) (Goldberg, 1990).

    3. Konformitas adalah perubahan dalam perilaku individu seperti lebih

    melibatkan diri kepada kelompok melalui gagasan, nilai dan perilaku

    (Mehrabian, 1995).

    4. Faktor demografi dalam penelitian ini adalah usia wanita dewasa muda (21-

    40 tahun) dan wanita dewasa menengah (41-60 tahun) (Santrock, 2012) dan

    pendapatan responden.

    5. Responden dalam penelitian ini dibatasi hanya pada wanita di Jabodetabek.

  • 8

    1.2.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, rumusan masalah

    yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

    1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan big-five personality,

    konformitas, dan demografi terhadap perilaku pembelian impulsif?

    2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan extraversion pada variabel big-

    five personality terhadap perilaku pembelian impulsif?

    3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan agreeableness pada variabel

    big-five personality terhadap perilaku pembelian impulsif?

    4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan conscientiousness pada variabel

    big-five personality terhadap perilaku pembelian impulsif?

    5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan neuroticism pada variabel big-

    five personality terhadap perilaku pembelian impulsif?

    6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan openness pada variabel big-five

    personality terhadap perilaku pembelian impulsif?

    7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan konformitas terhadap perilaku

    pembelian impulsif?

    8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan usia pada variabel demografi

    terhadap perilaku pembelian impulsif?

    9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pendapatan pada variabel

    demografi terhadap perilaku pembelian impulsif?

  • 9

    1.3. Tujuan dan Manfaat Masalah

    1.3.1. Tujuan Penelitian

    Secara pokok dan prinsip tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan

    pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di atas. Oleh karenanya, tujuan dan

    manfaat substansial penelitian ini sangat berkaitan erat dengan pertanyaan

    penelitian yaitu untuk membuktikan pengaruh big-five personality, konformitas,

    dan demografi terhadap perilaku pembelian impulsif.

    1.3.2. Manfaat Penelitian

    1.3.2.1. Teoritis

    Secara teoritis, temuan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi,

    1. Referensi dan masukan bagi perkembangan kajian ilmu psikologi.

    2. Penelitian ini bisa menjadi referensi dan bahan untuk penelitian selanjutnya.

    1.3.2.2. Praktis

    Secara praktis, temuan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi,

    1. Masukan yang baik bagi pihak terkait dalam perilaku berbelanja seperti

    remaja, mahasiswa, pekerja, hingga orang tua.

    2. Dapat dijadikan ilmu pengetahuan terbaru bagaimana pengaruh big-five

    personality, konformitas, dan demografi terhadap perilaku pembelian

    impulsif berbelanja online pada kalangan individu secara umum.

  • 10

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1. Perilaku Pembelian Impulsif

    2.1.1. Pengertian Perilaku Pembelian Impulsif

    Perilaku pembelian impulsif adalah gaya pembelian non-rasional jika individu

    membeli produk untuk semua jenis dengan alasan di luar kebutuhannya, seperti

    untuk mengurangi suasana hati yang tertekan, untuk mengekspresikan identitas,

    atau hanya untuk bersenang-senang. Perilaku pembelian impulsif juga merupakan

    konsep yang didefinisikan mencangkup banyak bentuk perilaku pembelian non-

    rasional. Sebagian besar terkait dengan pembelian yang tidak direncanakan dan

    tiba-tiba, yang dimulai di tempat, disertai dengan dorongan kuat dan perasaan

    senang dan gembira (Verplanken, 2001).

    Pengertian serupa terkait pembelian impulsif yaitu perilaku spontan yang

    didorong oleh pengaruh yang terjadi tanpa pertimbangan yang luas tentang alasan

    untuk membeli suatu produk. Perilaku pembelian impulsif merupakan “dorongan

    yang tiba-tiba sering kali kuat dan terus-menerus untuk membeli sesuatu dengan

    segera”. Perilaku pembelian impulsif mempengaruhi banyak individu yang sering

    melakukannya dengan konsekuensi negatif. Pembelian impulsif dapat

    menyebabkan perasaan bersalah pada pihak pembeli, dan penolakan sosial

    terhadap pembeli (Hubert, 2013).

    Pengertian selanjutnya yaitu pembelian impulsif adalah pembelian yang

    tidak direncanakan di mana individu memutuskan untuk membeli barang tanpa

    rencana terlebih dahulu. Pembelian impulsif adalah hasil dari paparan stimulus di

    mana individu membeli secara impulsif dipicu oleh stimulus eksternal seperti

  • 11

    desain barang atau harga barang. Pembelian impulsif adalah sifat langsung dari

    perilaku di mana individu membeli tanpa mempertimbangkan pencarian

    informasi, evaluasi alternatif, dan konsekuensi dari pembelian (Ling, 2015).

    Ketika individu membeli sesuatu secara spontan tanpa perencanaan

    sebelumnya, disebut dengan perilaku pembelian impulsif. Pembelian impulsif

    adalah pembelian yang tidak menguntungkan, mengganggu model pengambilan

    keputusan yang normal di otak konsumen. Urutan logis dari tindakan konsumen

    yang diganti dengan momen kepuasan diri yang irasional. Pembelian impuls

    sejatinya mencerminkan keputusan di dalam toko saat individu membeli (Rana,

    2012).

    Penelitian terdahulu menjelaskan pengertian perilaku pembelian impulsif

    sebagai perilaku yang tidak terencana dan tidak mencerminkan. Pembelian

    impulsif didorong oleh rangsangan eksternal. Rangsangan eksternal yang

    mempengaruhi seperti strategi promosi penjual yang dapat membuat konsumen

    bingung dan memicu untuk melakukan pembelian dengan segera (Yang, 2011).

    Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku

    pembelian impulsif merupakan perilaku membeli secara tidak direncanakan, atau

    hanya untuk menjadi sebuah kesenangan, dan karena adanya dorongan yang kuat

    untuk membeli sesuatu. Dalam penelitian ini, untuk definisi perilaku pembelian

    impulsif lebih difokuskan kepada definisi yang dijelaskan oleh (Verplanken,

    2001) yaitu pembelian impulsif sebagai pembelian yang tidak rasional.

  • 12

    2.1.2. Dimensi-Dimensi Pembelian Impulsif

    Berdasarkan definisi di atas, (Verplanken, 2001) menjelaskan bahwa perilaku

    pembelian impulsif memiliki 2 dimensi, yaitu:

    1. Kognitif

    Terkait dengan kurangnya perencanaan dan pertimbangan dalam melakukan

    pembelian. Kognitif berbanding terbalik dengan kesadaran, kebutuhan struktur,

    dan kebutuhan untuk dievaluasi.

    2. Afektif

    Terkait dengan perasaan senang dan gembira, dorongan untuk membeli,

    sulitnya meninggalkan barang, dan adanya perasaan menyesal. Afektif

    berhubungan dengan kurangnya anatomi dan orientasi tindakan.

    2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif

    Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembelian impulsif, di

    antaranya:

    1. Personality Trait

    Teori kepribadian dari pembelian impulsif menekankan peran kepribadian

    sebagai proses yang mempengaruhi pembelian impulsif. Dalam literatur

    pembelian yang impulsif, ada fokus khusus pada peran impulsif umum dan

    aspek kepribadian big-five. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa sifat

    menyenangkan dari pembelian impulsif menarik konsumen untuk

    menunjukkan variabel kepribadian berkaitan dengan variasi pencarian

    (Shawcross, 2015).

  • 13

    2. Konformitas

    Individu melihat anggota kelompoknya cenderung memberi imbalan secara

    spontan, hedonis, dan menganggap pembelian impulsif merupakan suatu cara

    pembelian yang diinginkan. Ketika individu melakukan pembelian dengan

    rekannya, individu mungkin ingin mendapatkan identitas kelompok dan

    memenuhi harapan individu lain, maka individu bersikap dan berpikir dengan

    cara yang menyerupai anggota kelompok lainnya (Wu-Chung Wu, 2010).

    3. Variabel Demografi

    a. Pendapatan

    Hasil dari penelitian terdahulu ditemukan bahwa tingkat signifikansi

    sebanyak 5% pendapatan bulanan individu mempengaruhi perilaku

    pembelian impulsif (Rana, 2012). Konsumen yang memiliki penghasilan

    atau pendapatan yang lebih tinggi terbukti lebih impulsif dibandingkan

    dengan konsumen yang memiliki pendapatan yang rendah (Widhyanto,

    2016). Hal ini dibenarkan oleh penelitian terdahulu lainnya bahwa jika

    terjadi kenaikan pendapatan pada individu maka akan menyebabkan

    individu menjadi lebih konsumtif yang kemudian mendorong kearah

    perilaku impulsive buying (Setiawan, 2014).

    b. Usia

    Usia dianggap sebagai salah satu variabel demografi penting yang dapat

    memiliki pengaruh mendalam pada pola pembelian individu (Khan,

    2015). (Rana, 2012) dalam penelitiannya menemukan hubungan non-

  • 14

    linear antara usia dan pembelian impulsif dalam sampel dewasa di

    Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan bahwa pembelian impulsif akan

    meningkat sedikit dari usia 18 hingga 39 dan menurut setelahnya.

    c. Gender

    Ditemukan bahwa beberapa penelitian menguji peran gender dalam

    perilaku pembelian impuls yang secara umum telah diamati, bahwa

    wanita lebih cenderung untuk berbelanja (Luniya, 2015).

    4. Perception and Product Involvement

    Persepsi memainkan peran dalam pembelian impulsif, sedangkan keterlibatan

    produk mengacu pada individu yang merasakan pentingnya kebaikan

    berdasarkan minat dan nilai serta tingkat upaya individu yang kemungkinan

    akan dikontribusikan pada produk (Ling, 2015).

    Berdasarkan beberapa data di atas, penelitian ini akan mengukur faktor

    yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif dalam berbelanja online yaitu

    konformitas, big-five personality, dan demografi.

    2.1.4. Pengukuran Perilaku Pembelian Impulsif

    Adapun pengukuran yang digunakan dalam mengukur pembelian impulsif, di

    antaranya:

    1. UPPS Behavioral Scale, alat ukur ini mengukur empat dimensi impulsivitas

    yaitu urgency, (lack of) premeditation, (lack of) perseverance, dan sensation-

    seeking yang merangkum dimensi-dimensi ini menjadi item yang terdiri dari

    43 item (Berto, 2017).

  • 15

    2. Impulsive Buying Tendency (IBT), alat ikur ini dikembangkan oleh

    (Verplanken, 2001) yang terdiri dari 20 item. Alat ukur ini dibagi menjadi

    dua dimensi yaitu kognitif dan afektif. Koefisien alpha dari kognitif = 0,91

    dan afektif = 0,83.

    Pada penelitian ini akan menggunakan alat ukur Impulsive Buying

    Tendency (IBT) yang dikembangkan oleh (Verplanken, 2001) dan digunakan

    untuk mengukur perilaku pembelian impulsif. Alat ukur ini dirasa sangat sesuai

    dengan apa yang akan diukur pada penelitian ini. Alat ukur ini akan disesuaikan

    dengan keadaan responden saat ini, dan disesuaikan dengan budaya.

    2.2. Big-Five Personality

    2.2.1. Pengertian Big-Five Personality

    Kepribadian dikaitkan dengan sampel kata sifat yang cukup baik dalam

    mendeskripsikan diri dan individu lain dengan lima fitur yang mewakili secara

    tidak langsung. Fitur utama yang mewakili kata sifat dijelaskan seperti kekuatan

    cinta, pekerjaan, pengaruh, dan akal yaitu big-five personality (Goldberg, 1990).

    Kepribadian adalah organisasi dimanis yang unik dari karakteristik individu

    tertentu, fisik dan psikologis yang mempengaruhi perilaku, dan tanggapan

    terhadap lingkungan sosial dan fisik (Mathai, 2014). Kepribadian secara umum

    didefinisikan sebagai emosi individu, pikiran, karakter dan pola perilaku yang

    unik bagi individu (Zainol et al, 2016). Kepribadian diartikan sebagai

    “karakteristik individu pola pemikiran, emosi, dan perilaku, bersama dengan

    mekanisme psikologis yang tersembunyi atau tidak dibalik pola-pola perilaku.”

    (Neuman, 2016). Kepribadian adalah karakteristik unik, stabil, dan individual

  • 16

    yang membedakan satu dari yang lain, termasuk emosi nilai, sikap, dan bakat

    individu (Woo, 2015).

    Big-five personality adalah model kepribadian yang paling populer di

    dunia akademis, yang banyak diadopsi dalam ilmu sosial. Kepribadian manusia

    terdiri dari lima faktor: Extroversion, Agreeableness, Conscientiousness,

    Neuroticism, dan Openness to experience (Hyunhee Woo, 2015). (Goldberg,

    1990) memberi nomor dan label pada lima fitur utama yang menjelaskan

    kepribadian “Big-five”: I. Surgency (Extravertion), II. Agreeableness, III.

    Conscientiousness (or Dependability), IV. Emotional Stability (vs. Neuroticism),

    dan V. Culture, Intellect (Openness). Dalam penelitian lainnya juga dijelaskan

    bahwa ada lima ciri kepribadian utama: openness to experience,

    conscientiousness, extraversion, agreeableness and emotional stability (Sagini,

    2014).

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penelitian ini menggunakan

    teori big-five personality dari (Goldberg, 1990) yang telah melakukan penelitian

    terkait taksonomi kepribadian (personality) melalui lima fitur utama yang

    dinamakan big-five personality. Big-Five Personality meliputi Extraversion,

    Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism dan Openness to experience.

    2.2.2. Dimensi- Dimensi Big-Five Personality

    Personality menurut (Goldberg, 1990) menjelaskan lima dimensi, yaitu:

    1. Extraversion: membandingkan sifat seperti banyak bicara, tegas, dan tingkat

    aktivitas dengan sifat seperti keheningan, pasif, dan tertib.

  • 17

    2. Agreeableness: membandingkan sifat kebaikan, kepercayaan, dan kehangatan

    dengan sifat permusuhan, egois, dan ketidakpercayaan.

    3. Conscientiousness: membandingkan sifat organisasi, ketelitian, dan

    kehandalan dengan sifat seperti kecerobohan, kelalaian, dan tidak dapat

    diandalkan.

    4. Neuroticism: mencangkup sifat gugup, murung, dan tempramen.

    5. Openness: membandingkan sifat imajinasi, keingintahuan, dan kreativitas

    dengan sifat dangkal dan ketidaksempurnaan.

    2.2.3. Pengukuran Big-Five Personality

    Adapun pengukuran yang digunakan dalam mengukur personality, yaitu:

    1. Big Five Inventory (BFI): berdasarkan teori dari (Goldberg, 1993) memiliki

    44 item yang dikembangkan untuk menjelaskan peringkat kepribadian. BFI

    tidak menggunakan kata sifat tunggal sebagai item. Hal ini dikarenakan item

    dijawab kurang konsisten daripada ketika responden disuguhi pernyataan

    dengan definisi atau elaborasi (John, 1999).

    2. The Revised NEO Personality Inventory (NEO PI-R): Alat ukur ini

    dikembangkan oleh Costa & McCrae (1992), yang terdiri dari 240 item. NEO

    PI-R menggunakan kuesioner yang dirancang untuk mengukur Big Five. Alat

    ukur ini bertujuan untuk membedakan kelima dimensi kepribadian dengan

    mengembangkan enam facet yang sifatnya lebih spesifik (Soto, 2009).

    3. The Mini International Personality Item Pool (The Mini-IPIP). Alat ukur ini

    dikembangkan oleh Goldberg (1999), yang terdiri dari 20 item. Mini-IPIP

  • 18

    merupakan ukuran singkat yang dapat diterima secara psikometrik dan praktis

    dari beberapa faktor kepribadian big five. Skala Mini-IPIP, dengan empat

    item big five memiliki konsistensi internal yang konsisten dan dapat diterima

    di lima studi (Donnellan, 2006).

    Penelitian ini menggunakan alat ukur BFI yang dikembangkan oleh (John,

    1999) berdasarkan teori kepribadian dari (Goldberg, 1993). Alat ukur ini dirasa

    sangat sesuai dengan apa yang akan diukur pada penelitian ini terkait dengan

    pengukuran personality traits.

    2.3. Konformitas

    2.3.1. Pengertian Konformitas

    Konformitas adalah keterlibatan keinginan individu untuk mengidentifikasi

    karakteristik individu lain dan meniru mereka. Individu mengikuti individu lain

    untuk menghindari konflik. Umumnya individu dalam hal ini menjadi pengikut

    daripada pemimpin dalam hal gagasan, nilai, dan perilaku dalam mengambil

    sebuah keputusan untuk berperilaku atau bertindak (Mehrabian, 1995).

    Hal ini dibenarkan oleh penelitian terdahulu yang menjelaskan bahwa ada

    berbagai bentuk konformitas dan pengaruhnya sesuai pada jenis keputusan yang

    akan dibuat oleh individu jika individu ditekan termasuk dengan kelompoknya.

    Ketika individu mengevaluasi pilihan, individu rentan terhadap pengaruh dan bias

    dari individu lain (Balagopal, 2014).

    (Wu-Chung Wu, 2010) mengkategorikan konformitas kepada kesediaan

    masyarakat dan penerimaan. Kesediaan masyarakat berarti bahwa masyarakat

    bersedia membaur dengan kelompok dalam maksud untuk mendapatkan timbal

  • 19

    balik berupa reward atau punishment dan tidak merubah jadi diri mereka.

    Penerimaan pribadi merupakan kepercayaan dan perilaku yang mempengaruhi

    kelompok sosial. Hal itu merupakan keinginan penerimaan dari perilaku

    kelompok, kepercayaan, nilai dan ekspektasi dan merubah diri mereka menjadi

    sesuai dengan kelompok sosialnya.

    Konformitas tidak hanya bertindak sebagai tindakan individu lain, tetapi

    juga dipengaruhi oleh bagaimana individu bertindak. Konformitas adalah

    perubahan dalam perilaku atau keyakinan untuk selaras dengan individu lain.

    Kuncinya adalah apakah perilaku dan keyakinan individu akan sama terlepas dari

    kelompok, menurut (Myers, 2003).

    2.3.2. Indikator Konformitas

    Stefl dan Mehrabian (1995) menjelaskan 3 indikator dari konformitas, yaitu:

    1. Identifikasi (Identify), mengidentifikasi individu lain dengan cara melihat apa

    yang individu lain kenakan atau gunakan.

    2. Meniru (Emulate), melimpahkan suatu tindakan dengan meniru individu lain

    untuk menghindari suatu konflik yang tidak diinginkan.

    3. Menjadi pengikut (Follower), individu cenderung meleburkan diri dengan

    cara lebih baik menjadi pengikut daripada pemimpin dalam hal gagasan,

    norma, serta perilaku.

    2.3.3. Pengukuran Konformitas

    Adanya pengukuran yang digunakan dalam mengukur konformitas, di antaranya:

    1. Conformity Scale, alat ukur ini mengukur tiga indikator dari konformitas yaitu,

    Identifikasi (Identify), Meniru (Emulate), dan Menjadi pengikut (Follower)

  • 20

    yang dirangkum menjadi item yang terdiri 11 item, faktor yang dianalisis dan

    solusi komponen utama yang diperoleh adalah dari plot eigenvalue yang

    digunakan untuk uji scree oleh (Mehrabian, 1995).

    2. Conform Scale, alat ukur ini mengukur tujuh item yang menggambarkan

    konformitas yang dianalisis menggunakan analisis faktor. Item membentuk

    satu faktor akuntansi untuk 40% dari varians dalam matriks korelasi

    (Goldsmith, 2005).

    3. Conformity Scale oleh Lucille Hamewow (1967), alat ukur ini mengukur 20

    pertanyaan tentang perilaku yang berkaitan dengan norma. Jumlah pertanyaan

    positif dan negatif sama yang diberi kata dan jumlah pertanyaan yang sama

    dengan kata kata hipotesis dalam hal perilaku yang sebenarnya.

    Pada penelitian ini akan menggunakan alat ukur konformitas (Conformity

    Scale) yang dikembangkan oleh (Mehrabian, 1995) dan digunakan untuk

    mengukur variabel konformitas. Alat ukur ini akan disesuaikan dengan budaya

    dan keadaan responden saat ini. Alat ukur ini dirasa sangat sesuai dengan apa

    yang akan diukur pada penelitian ini.

    2.4. Faktor Demografi

    2.4.1. Usia

    Usia merupakan suatu tahapan perkembangan individu yang tumbuh dan

    berkembang secara potensial (Rachmawati, 2014). Proses kehidupan manusia

    dimulai dari masa janin dalam kandungan, terlahir sebagai bayi, dan terus

    mengalami berbagai perkembangan menuju masa dewasa, hingga akhir usianya

    menjelang kematian (Wahidah, 2016). Masa dewasa itu sendiri dibagi menjadi 3

  • 21

    fase, yaitu masa dewasa awal (usia 21-40 tahun), dewasa menengah (usia 41-60

    tahun), dan dewasa akhir (usia 61-kematian) (Santrock, 2012).

    Terkait dengan perilaku pembelian impulsif, (Wathani, 2009) mengatakan

    bahwa pembeli dengan usia kurang dari 25 tahun lebih impulsif dibandingkan usia

    yang berada di atasnya. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa pembelian

    impulsif akan meningkat sedikit dari usia 18 hingga 39 tahun, dan menurun

    setelahnya (Rana, 2012). Berbeda dengan hal itu, konsumen pada usia 50 tahun ke

    atas sensitif terhadap harga daripada kelompok usia dibawahnya yaitu kelompok

    usia 18-30 tahun (Singh, 2009). Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya,

    bahwa usia masyarakat yang lebih muda menghabiskan waktu untuk membeli

    lebih dari yang direncanakan semula (Ferreira, 2014).

    2.4.2. Pendapatan

    Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh responden setiap bulannya

    (Febriansyah, 2015). Terkait dengan perilaku pembelian impulsif, pendapatan

    merupakan pengaruh yang penting dalam kesadaran pemasaran dalam perilaku

    pembelian impulsif pada masyarakat (Yang, 2011). Faktanya menunjukkan bahwa

    kelompok populasi yang memiliki pendapatan lebih rendah tidak dapat berhasil

    membeli semua barang yang diinginkan (Istudor, et al 2014). Hal ini dibuktikan

    dengan tingkat signifikansi pendapatan bulanan masyarakat sebanyak 5%

    mempengaruhi impulsif (Rana, 2012).

    2.5. Kerangka Berpikir

    Perilaku pembelian impulsif merupakan perilaku membeli secara tidak

    direncanakan, atau hanya untuk menjadi sebuah kesenangan, dan karena adanya

  • 22

    dorongan yang kuat untuk membeli sesuatu. Perilaku pembelian impulsif

    mempengaruhi banyak individu yang sering melakukannya dengan konsekuensi

    negatif. Pembelian impulsif dapat menyebabkan perasaan bersalah pada pihak

    pembeli, dan penolakan sosial terhadap pembeli. Terkait dengan hal pembelian,

    saat ini masyarakat milenial banyak berpindah menjadi pelaku pembeli secara

    online.

    Hal di atas, dibuktikan dengan data yang diperoleh dari penelitian

    terdahulu yaitu bahwa hampir 60% pembeli online adalah impulsif. Dari 100%,

    sisanya 40% pembelian secara online dihasilkan melalui pembelian secara

    impulsif (impulsif buying) (Sunsdrom, et al 2013). Pembelian impulsif lebih

    cenderung dilakukan oleh wanita karena wanita berbelanja untuk menunjukkan

    identitas sosialnya dibanding laki-laki yang lebih mementingkan fungsi atau

    kegunaan dari barang yang ingin dibeli (Nurmayasari, 2014).

    Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa personality memiliki dampak

    atau pengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif (Ruswanti, 2016). Hal ini

    didukung oleh penelitian terdahulu bahwa perilaku individu sangat dipengaruhi

    oleh sifat-sifat dari kepribadian (personality), yaitu big-five personality (Mathai,

    2014). Penelitian terdahulu juga menjelaskan bahwa konformitas memiliki

    dampak yang efektif dalam proses pembuatan keputusan, dan dalam final

    pembelian individu terutama perilaku pembelian impulsif (Kazempour, 2017).

    Pengaruh usia dan pendapatan juga menentukan perilaku pembelian

    impulsif dalam penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa

    kelompok usia muda lebih cenderung membeli secara impulsif dibandingkan

  • 23

    dengan kelompok usia tua (Ling, 2015). Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa

    individu dengan pendapatan lebih tinggi terbukti lebih impulsif, dibandingkan

    dengan individu yang memiliki pendapatan rendah (Widhyanto, 2016).

    Perilaku pembelian impulsif memiliki dua aspek, yaitu kognitif yang

    meliputi kurangnya perencanaan dan pertimbangan dalam melakukan pembelian.

    Kognitif berbanding terbalik dengan kesadaran, kebutuhan struktur, dan

    kebutuhan untuk dievaluasi. Aspek selanjutnya, yaitu Afektif yang meliputi

    perasaan senang dan gembira, adanya dorongan untuk membeli, sulitnya

    meninggalkan barang, dan adanya perasaan menyesal. Afektif berhubungan

    dengan kurangnya anatomi dan orientasi tindakan (Verplanken, 2001).

    Perilaku pembelian impulsif erat kaitannya dengan personality traits

    melalui sifat-sifatnya, yaitu big five personality. Variabel extraversion dalam big-

    five personality memiliki karakteristik banyak bicara dan mudah bergaul (John,

    1999). Individu dengan kepribadian ini cenderung menikmati dirinya sendiri saat

    berada di lingkungan sosial. Variabel extraversion memiliki keterkaitan yang kuat

    dengan pembelian yang bersifat impulsif. Individu dengan kepribadian ini

    digambarkan menggunakan kata sifat “ramah” dan “mudah berteman” yang

    menjelaskan kemungkinan individu untuk cenderung terlibat dalam bentuk

    belanja sosial terutama berbelanja secara impulsif (Shawcross, 2015).

    Variabel selanjutnya agreeableness dalam big-five personality yang

    memiliki karakteristik lembut hati, mudah dipercaya, toleran, dan bersahabat

    (John, 1999). Variabel agreeableness meliputi atribut seperti kepercayaan,

    altruisme, kebaikan, kasih sayang, dan perilaku pro-sosial lainnya yang

  • 24

    merupakan efek positif dari kemampuan individu untuk menunjukkan perilaku

    pembelian impulsif (Shahjehan, 2012). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa

    individu yang memiliki kepribadian agreeableness yang tinggi lebih cenderung

    percaya dengan orang lain dan membeli secara tidak reflektif atau tidak dipikirkan

    terlebih dahulu (Ni, 2016). Hal ini menjelaskan bahwa individu dengan

    kepribadian agreeableness cenderung untuk berperilaku membeli secara impulsif.

    Variabel berikutnya yaitu variabel conscientiousness dalam big-five

    personality. Individu dengan kepribadian conscientiousness memiliki karakteristik

    teliti, pekerja keras, rajin dan teroganisir (John, 1999). Hal ini menggambarkan

    bahwa individu memiliki kontrol akan dorongan yang ditentukan oleh lingkungan

    sosial yang memfasilitasi tugas dan perilaku yang sesuai dengan tujuan. Individu

    berpikir sebelum bertindak, menunda gratifikasi, mengikuti norma, aturan,

    perencanaan, pengorganisasian dan memprioritaskan tugas. Individu dengan

    kepribadian ini memiliki kecenderungan yang rendah untuk pembelian tidak

    direncanakan atau pembelian impulsif karena individu berpikir terkait hasil dari

    tindakan atau resiko jika melakukan pembelian impulsif (Mathai, 2014).

    Variabel neuroticism dalam big-five personality menjelaskan karakteristik

    individu sebagai individu yang emosional, cemas, dan tempramental (John,

    1999). Individu yang memiliki skor tinggi pada sifat kepribadian ini adalah

    individu yang tidak stabil secara emosional dan memiliki emosi negatif. Individu

    memiliki tempramen yang pendek, murung, dan mudah stres. Terkait dengan

    pembelian secara impulsif, individu yang merasa cemas dan memiliki tekanan

    emosi dapat menuntun dirinya untuk melakukan pembelian impulsif. Individu

  • 25

    yang melampiaskan tekanan emosi negatifnya kepada pembelian dengan cara

    pembelian yang impulsif, akan merasa sedikit lega dan lebih santai setelah

    melakukannya (Farid, 2018).

    Pada variabel openness dalam big-five personality individu memiliki daya

    kognitif yang tinggi dengan cara berpikir yang kreatif, terbuka, dan bebas (John,

    1999). Hal ini mengacu pada individu yang berpikiran terbuka dan mudah tertarik

    dengan hal-hal baru dan inovatif (Zainol et al, 2016). Individu dengan perilaku

    pembelian impulsif yang tinggi kurang mempunyai pertimbangan dan

    perencanaan dalam melakukan suatu pembelian, dan juga individu lebih

    mengikuti dorongan emosional daripada kognitifnya (Verplanken, 2001). Hal ini

    menjelaskan bahwa jika individu memiliki kepribadian openness yang tinggi,

    maka individu cenderung rendah dalam pembelian impulsif.

    Variabel berikutnya konformitas yang menjelaskan individu memiliki

    karakteristik mengidentifikasi individu lain dengan cara melihat apa yang individu

    lain kenakan atau gunakan. Individu melimpahkan suatu tindakan dengan meniru

    individu lain untuk menghindari suatu konflik yang tidak diinginkan. Individu

    cenderung meleburkan diri dengan cara lebih baik menjadi pengikut daripada

    pemimpin dalam hal gagasan, norma, serta perilaku (Mehrabian, 1995).

    Penelitian terdahulu menjelaskan konformitas sebagai individu yang dapat

    melihat dirinya sebagai bagian dari kelompok yang terhubung dengan nilai,

    kesesuaian, harmoni, serta menempatkan nilai keselamatan dan keamanan yang

    tinggi pada kelompok. Beberapa individu mungkin secara umum perilaku

    membelinya dihalangi oleh suatu ekspektasi seperti norma kelompok, contohnya

  • 26

    keluarga. Kehadiran rekan atau teman sebaya dapat melepaskan keinginan untuk

    membeli dan mengurangi tekanan hambatan terhadap membeli. Individu akan

    lebih impulsif dihadapan teman sebaya atau rekan kelompok dibanding dihadapan

    anggota keluarga atau di saat individu sedang sendiri (Luo, 2005) .

    Variabel berikutnya yaitu usia, penelitian terdahulu menjelaskan bahwa

    perilaku pembelian impulsif lebih banyak dilakukan oleh individu dengan usia

    muda. Individu dapat menghabiskan waktu untuk membeli lebih dari yang

    direncanakan semula (Ferreira, 2014). Hal ini juga dijelaskan oleh penelitian

    terdahulu bahwa usia individu yang muda dan kaya lebih memungkinkan untuk

    terhubung dalam pembelian impulsif (Awan, 2015). Variabel terakhir yaitu

    pendapatan individu yang memiliki pengaruh penting dalam perilaku pembelian

    secara impulsif. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi pendapatan

    bulanan individu sebanyak 5% mempengaruhi impulsif (Rana, 2012). Berikut

    merupakan ilustrasi kerangka berpikir penelitian.

    2.1 Skema Kerangka Berpikir

    Big-Five Personality

    Extraversion

    Agreeableness

    Conscientiousness

    Neuroticism

    Openness

    Konformitas

    Faktor Demografi

    Usia

    Pendapatan

    Perilaku

    Pembelian

    Impulsif

  • 27

    2.6. Hipotesis H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan variabel Big-Five Personality,

    konformitas, dan demografi terhadap perilaku pembelian impulsif

    berbelanja online.

    H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan Extraversion pada variabel personality

    traits terhadap perilaku pembelian impulsif berbelanja online.

    H3: Terdapat pengaruh yang signifikan Agreeableness pada variabel personality

    traits terhadap perilaku pembelian impulsif berbelanja online.

    H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan Conscientiousness pada variabel

    personality traits terhadap perilaku pembelian impulsif berbelanja online.

    H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan Neuroticism pada variabel personality

    traits terhadap pembelian impulsif berbelanja online.

    H6 : Terdapat pengaruh yang signifikan Openness pada variabel personality traits

    terhadap perilaku pembelian impulsif berbelanja online.

    H7 : Terdapat pengaruh yang signifikan Konformitas terhadap perilaku pembelian

    impulsif berbelanja online.

    H8 : Terdapat pengaruh yang signifikan Usia pada variabel demografi terhadap

    perilaku pembelian impulsif berbelanja online.

    H9 : Terdapat pengaruh yang signifikan Pendapatan pada variabel demografi

    terhadap perilaku pembelian impulsif berbelanja online.

  • 28

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah wanita di wilayah Jabodetabek. Penelitian ini

    memiliki jumlah keseluruhan populasi yang tidak teridentifikasikan karena

    cangkupan populasi dalam penelitian ini tidak terbatas. Sampel yang diambil

    adalah sebanyak 228 wanita, sampel yang menjadi sasaran memiliki rentang usia

    dewasa awal yaitu 21-40 tahun dan usia dewasa menengah yaitu 41-60 tahun.

    Kriteria dari sampel yang akan digunakan adalah wanita yang menjadi anggota

    dari grup chat berbelanja online di media sosial seperti WA (WhatsApp), Line,

    dan Instagram, dengan rentang pendapatan perbulan 8.000.000.

    Alasan pemilihan sampel diambil berdasarkan kriteria di atas yaitu, dalam grup

    chat berbelanja online besar kemungkinan individu untuk menjadi impulsif dalam

    berbelanja suatu barang, alasan tersebut didasari oleh observasi peneliti

    sebelumnya.

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

    non-probability sampling dengan unit sampling, convenience sampling yaitu

    teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang

    ditemui dan bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel (Siregar, 2013).

    Sampel dalam penelitian ini diambil secara daring atau online. Waktu

    pengambilan data selama 2 minggu dengan kuesioner dibagikan dalam bentuk link

    googleform kepada responden yang sudah ditargetkan dan menyetujui untuk

    dijadikan responden dalam penelitian ini.

  • 29

    3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

    Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variabel

    dependent (Y) dan variabel independent (X).

    1. Variabel Dependent (Y): Perilaku Pembelian Impulsif.

    2. Variabel Independent (X1): Personality Traits

    3. Variabel Independent (X2): Konformitas

    4. Variabel Independent (X3): Demografi

    Definisi operasional dalam penelitian ini ditemukan berdasarkan definisi

    konseptual yang telah dijelaskan pada bab kajian teori. Adapun definisi masing-

    masing variabel sebagai berikut:

    1. Perilaku pembelian impulsif adalah perilaku membeli secara tidak

    direncanakan, atau hanya untuk menjadi sebuah kesenangan, dan karena

    adanya dorongan yang kuat untuk membeli sesuatu (Verplanken, 2001).

    Adapun dimensinya yaitu:

    1. Cognitive (Kognitif), adalah menyangkut kurangnya pertimbangan

    individu dan perencanaan ketika melakukan pembelian.

    2. Affective (Afektif), adalah suatu perasaan individu seperti senang dan

    gembira saat berbelanja, dorongan untuk membeli, individu kesulitan

    untuk meninggalkan sesuatu, dan kemungkinan merasakan penyesalan

    setelah melakukan pembelian

    2. Big-Five Personality Traits adalah sampel dari sifat-sifat individu

    mendeskripsikan diri individu dan individu lain dengan lima fitur yang

    mewakili secara tidak langsung yaitu: Extraversions, Agreebleness,

  • 30

    Conscientiousness, Neuroticism, dan Openness) (Goldberg, 1990). Lima fitur

    yang mewakili merupakan dimensi dari big-five personality dijelaskan dalam

    (John, 1999), yaitu:

    1. Extraversion, mencakup lima komponen yang dapat dibedakan seperti

    tingkat aktivitas (aktif,energik), mendominasi (tegas, memaksa, suka

    memerintah), sosiabilitas (ramah, mudah bergaul, banyak bicara), ekspresi

    (suka berpetualang, vokal, berisik, pamer), dan emosionalitas (antusias,

    dan berani).

    2. Agreebleness, mencakup enam komponen yang dapat dibedakan seperti

    kehangatan (kasih sayang, lembut, hangat), pikiran lembut (sensitif, baik,

    berhati lembut, simpatik), Altruisme (murah hati, senang membantu, dan

    senang memuji), dan rasa percaya (percaya, dan memaafkan). Kontras

    dengan permusuhan, kritis, dan ketidakpercayaan.

    3. Conscientiousness, mencakup adab, mudah dibentuk, bermartabat,

    visioner, dan logis.

    4. Neuroticism, mencakup emosional, kekuatan ego (kecemasan), rasa

    dominan, kepuasan, dan pengaruh.

    5. Openness, mencakup kecerdasan, budaya, minat intelektual, artistik, rasa

    ingin tahu, orisinal, kecanggihan dan wawasan yang luas.

    2. Konformitas adalah perubahan dalam perilaku individu seperti lebih

    melibatkan diri kepada kelompok melalui gagasan, nilai dan perilaku

    (Mehrabian, 1995).

  • 31

    3. Faktor demografi yang mencangkup usia dan pendapatan responden, sampel

    dalam penelitian ini dibatasi hanya pada wanita di Jabodetabek. Adapun

    dimensinya, yaitu:

    1. Usia, mencakup masa dewasa awal (usia 21-40 tahun), dan dewasa

    menengah (usia 41-60 tahun) (Santrock, 2012).

    2. Pendapatan, mencakup pendapatan bersih responden yang diperoleh dari

    seluruh penghasilan dikurangi dengan seluruh biaya (Fykar, 2016).

    3.3. Instrumen Pengumpulan Data

    Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    berbentuk kuesioner dengan menggunakan skala Likert yang memiliki rentang

    yang berbeda sesuai dengan skala baku. Skala baku telah digunakan pada

    penelitian sebelumnya dan juga kebutuhan serta adaptasi yang telah dilakukan.

    Penelitian ini menggunakan model skala Likert dengan 4 kategori jawaban, yaitu

    Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai

    (STS). Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya central tendency atau

    pemusatan dan juga menghindari jumlah respon yang bersifat netral.

    Tabel 3.1.

    Tabel Skor Skala Likert Respon Pilihan Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable

    Variasi 1 Variasi 2

    SS

    (Sangat Sesuai)

    SS

    (Sangat Sesuai)

    4 1

    S

    (Sesuai)

    S

    (Sesuai)

    3 2

    TS

    (Tidak Sesuai)

    TS

    (Tidak Sesuai)

    2 3

    STS

    (Sangat Tidak Sesuai)

    STS

    (Sangat Tidak Sesuai)

    1 4

  • 32

    Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga alat ukur, yaitu alat

    ukur pembelian impulsif, personality traits, konformitas, dan demografi. Alat

    ukur disusun berdasarkan adaptasi dari peneliti sebelumnya. Adapun ketiga alat

    ukur sebagai berikut :

    3.3.1. Alat Ukur Perilaku Pembelian Impulsif

    Alat ukur perilaku pembelian impulsif dalam penelitian ini menggunakan alat

    ukur IBT (Perilaku pembelian impulsif Tendency), dikembangkan oleh

    Verplanken dan Herabadi (2001), yang terdiri dari 20 item. IBT menggunakan

    skala model Likert dengan rentang 4 poin Menggunakan skala 1 (sangat tidak

    setuju) sampai dengan 4 (sangat setuju), Adapun blue print dari skala pembelian

    impulsif adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.2.

    Blue Print Skala Perilaku pembelian impulsif No Aspek Indikator Nomor Item

    Jml

    1. Cognitive Individu yang kurang mempunyai pertimbangan dalam melakukan suatu

    pembelian

    1,6*,7*,8*,10 5

    Individu yang kurang mempunyai rencana yang matang dalam melakukan

    suatu pembelian

    2*,3,4*,5*,9 5

    2. Affective Individu yang memiliki dorongan membeli yang kuat

    12*,13,18,19,20*

    5

    Individu yang merasa senang ketika

    berbelanja

    14*,15,16,11,17 5

    TOTAL 20

    Keterangan: *=item unfavorable.

    3.3.2. Alat Ukur Big-Five Personality

    Alat ukur personality traits yang di gunakan adalah Skala BFI (Big-Five

    Inventory) yang berlandaskan pada teori (Goldberg, 1993 dalam Oliver P. John,

    1999). Skala ini terdiri dari 44 item yang mencangkup 5 (lima) dimensi yaitu

    Extraversion (E: 8 item), Agreeableness (A: 9 item), Conscientiousniess (C: 9

    item), Neuroticism (N: 8 item), dan Openness (O: 10 item).

  • 33

    Skala asli menggunakan skala sampai dengan 5 poin, namun dalam

    penelitian ini diubah menjadi skala 1 sampai 4 poin agar tidak ada jawaban skala

    3 (ragu-ragu). Adapun blue print dari skala personality traits adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 3.3

    Blue Print Skala Big-Five Personality No Aspek Indikator Nomor item Jml

    1. Extraversion 1. Banyak bicara. 2. Mudah bergaul.

    1,6*,11,16,21*

    26,31*,36

    8

    2. Agreeableness 1. Lembut hati 2. Mudah dipercaya 3. Toleran 4. Bersahabat

    2*,7,12*,17

    22,27*

    32,37* 42

    9

    3. Conscientiousnes

    1. Teliti 2. Pekerja Keras. 3. Rajin dan terorganisir

    3,8*

    13,18*,23* 28,33,38,43*

    9

    4. Neuroticism 1. Emosional 2. Cemas 3. Tempramental

    4,9* 14,19,24*

    29,34*,39

    8

    5. Opennes 1. Inovatif 2. Penasaran 3. Kreatif 4. Bebas

    5 10, 35*

    15,20,25

    30,40,41*,44

    10

    TOTAL 44

    Keterangan: *=item unfavorable.

    3.3.3. Alat Ukur Konformitas

    Alat ukur konformitas dalam penelitian ini menggunakan Conformity Scale yang

    dikembangkan oleh Stefl dan Mehrabian (1995). Alat ukur ini terdiri dari 11 item.

    Empat respon skala Likert dimulai dari Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan

    Sangat Tidak Sesuai. Adapun blue print dari skala Conformity Scale adalah

    sebagai berikut:

    Tabel 3.4

    Blue Print Skala Konformitas No Indikator Nomor Item Jml

    1. Mengidentifikasi individu lain

    dengan cara melihat apa yang

    individu lain kenakan atau gunakan.

    5,10,7*

    3

    2. Melimpahkan suatu tindakan dengan

    meniru individu lain untuk

    menghindari suatu konflik yang tidak

    diinginkan.

    4,8,2*

    3

    3. Individu cenderung meleburkan diri

    dengan cara lebih baik menjadi

    pengikut daripada pemimpin dalam

    hal gagasan, norma, serta perilaku.

    6,9,1,11*,3 5

    TOTAL 11

    Keterangan: *=item unfavorable

  • 34

    3.3.4. Alat Ukur Usia

    Alat ukur usia dalam penelitian ini menggunakan teori Santrock (2012) untuk

    mengukur responden dalam rentang usia dewasa awal 21-40 tahun, dan dewasa

    tengah (madya) 41-60 tahun. Empat respon skala Likert dimulai dari Sangat

    Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Adapun blue print dari

    alat ukur ini adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.4

    Blue Print Skala Usia No Indikator Usia

    1. Dewasa Awal 21-40 tahun

    2. Dewasa Tengah (Madya) 41-60 tahun

    3.3.5. Alat Ukur Pendapatan

    Alat ukur pendapatan dalam penelitian ini menggunakan standar pendapatan

    UMR (Upah Minimum Regional) di Indonesia tahun 2019, guna mengukur

    pendapatan responden berdasarkan patokan atau standar yang ditetapkan di

    Indonesia. Indonesia memiliki standar UMR yang beragam pada setiap provinsi,

    yang dinamakan UMP (Upah Minimum Provinsi). Dalam penelitian ini,

    responden tidak ditentukan berdasarkan domisilinya, maka dari itu penelitian ini

    memiliki pilihan rentang pendapatan berdasarkan rentang pilihan yang sudah

    ditentukan pada penelitian sebelumnya (Febriansyah, 2015). Rentang pilihan pada

    lembar kuesioner bermula pada nominal 8.000.000. Empat respon skala Likert

    dimulai dari Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai.

    Adapun blue print dari alat ukur ini adalah sebagai berikut:

  • 35

    Tabel 3.4

    Blue Print Skala Pendapatan Koding Indikator

    1. 8.000.000

    3.4. Uji Validitas Konstruk

    Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan uji instrumen dengan total 75 item

    dari skala perilaku pembelian impulsif (20 item), personality traits (44 item) dan

    konformitas (11 item). Uji instrumen yang dilakukan menggunakan Teknik CFA

    (Confirmatory Factor Analysis). Teknik CFA ini memiliki beberapa prosedur

    menurut (Umar, 2013 dalam Suryadi, et al 2014), yaitu:

    1. Menyusun suatu definisi operasional tentang konsep atau trait yang hendak

    diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut diperlukan item (stimulus)

    sebagai indikatornya.

    2. Disusun hipotesis/teori bahwa seluruh item yang disusun (dibuat) adalah valid

    mengukur konstruk yang didefinisikan. Dengan kata lain diteorikan (hipotesis)

    bahwa hanya ada satu faktor yang diukur yaitu konstruk yang didefinisikan

    (model unidimensional).

    3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi antar

    item, yang disebut matriks S.

    4. Matriks korelasi tersebut digunakan untuk mengestimasi korelasi yang

    seharusnya terjadi menurut teori atau model yang ditetapkan. Jika

    teori/hipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua item hanya

    mengukur satu faktor saja (unidimensional).

  • 36

    5. Adapun langkah-langkahnya adalah:

    1. Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji, terdiri dari

    koefisien muatan faktor dan varian kesalahan pengukuran (residual).

    2. Setelah nilai parameter diperoleh, kemudian diestimasi (dihitung) korelasi

    antar setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar item

    berdasarkan hipotesis/teori yang diuji (matriks korelasi ini disebut sigma).

    6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S = ∑ atau

    dapat dituliskan HO : S – ∑ = 0. Uji hipotesis ini misalnya dilakukan

    menggunakan uji Chi-Square, dimana jika Chi-Square tidak signifikan (p >

    0,05) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0) tidak ditolak.

    Artinya, teori yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur satu

    konstruk saja terbukti sesuai (fit) dengan data.

    7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka

    langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan dalam mengukur apa yang

    hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan

    maka item dinyatakan tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak

    diiukur, bila perlu item yang demikian didrop dan sebaliknya. Melihat

    signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur satu faktor dengan melihat

    nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t > 1,96

    maka item tersebut signifikan dan sebaliknya.

    8. Selanjutnya, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan

    faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab, hal ini tidak sesuai

    dengan sifat item, dimana item tersebut bersifat positif (favorable).

  • 37

    9. Langkah terakhir adalah apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak

    yang berkorelasi, maka item tersebut akan didrop. Karena, item tersebut, selain

    mengukur apa yang hendak diukur, juga mengukur hal lain. adapun, pengujian

    analisis CFA seperti yang dipaparkan di atas dapat dilakukan dengan

    menggunakan bantuan software LISREL versi 8.70.

    3.4.1. Uji Validitas Konstruk Perilaku Pembelian Impulsif

    Penelitian ini menguji apakah 20 item dari skala perilaku pembelian impulsif

    bersifat unidimensional atau tidak. Artinya, benar hanya mengukur perilaku

    pembelian impulsif saja. Dari hasil awal CFA yang dilakukan dengan model satu

    faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 982.02, df = 170 , P-Value =

    0.00000, RMSEA = 0.145. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model,

    di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sam lain.

    Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 57 kali, maka diperoleh model fit dengan

    Chi-Square = 134.50, df = 113, P-Value = 0.08194 , RMSEA = 0.029. Berikut

    merupakan koefisien muatan faktor untuk item pengukuran pembelian impulsif

    yang disajikan dalam tabel 3.5:

    Tabel 3.5

    Muatan Faktor Item Perilaku Pembelian Impulsif No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan

    X1 0.70 0.06 11.89 V

    X2 -0.42 0.07 -6.48 X

    X3 -0.24 0.07 -3.48 X

    X4 -0.69 0.06 -11.24 X

    X5 -0.75 0.06 -12.68 X

    X6 -.0.67 0.06 -11.08 X

    X7 -0.36 0.07 -5.31 X

    X8 0.84 0.06 14.83 V

    X9 0.11 0.07 1.65 X

    X10 -0.45 0.06 -7.10 X

    X11 -0.16 0.07 -2.44 X

    X12 -0.17 0.07 -2.46 X

    X13 0.00 0.07 0.01 X

    X14 -0.34 0.07 -4.98 X

    X15 0.07 0.07 1.05 X

    X16 -0.16 0.07 -2.34 X

    X17 0.09 0.07 1.32 X

    X18 0.05 0.07 0.75 X

    X19 -0.23 0.07 -3.11 X

    X20 0.21 0.07 3.08 V

    Keterangan: Tanda V = Signifikan (t>1,96); X Tidak Signifikan (t

  • 38

    Selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam mengukur

    faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu

    digugurkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value dan

    muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

    Berdasarkan tabel 3.5 terlihat bahwa dari 20 item yang mengukur perilaku

    pembelian impulsif ada 17 item yang harus digugurkan atau di drop, yaitu item

    2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18, dan 19.

    3.4.2. Uji Validitas Konstruk Big-Five Personality

    3.4.2.1. Uji Validitas Alat Ukur Extraversion

    Pada variabel extraversion dilakukan model fit atau faktor, ternyata menghasilkan

    model yang tidak fit dengan Chi-Square = 95.01, df = 20, P-Value = 0.00000,

    RMSEA = 0.129. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, di mana

    kesalahan pengkuran pada item dibebaskan satu sama lain. Setelah dilakukan

    modifikasi sebanyak 6 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 21.67,

    df = 16, P-Value = 0.15428, RMSEA = 0.039. berikut merupakan koefisien

    muatan faktor untuk item pengukuran extraversion yang disajikan pada tabel 3.6:

    Tabel 3.6

    Muatan Faktor Item Skala Extraversion

    No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan

    X1 0.76 0.06 12.39 V

    X2 0.42 0.07 6.01 V

    X3 0.49 0.07 7.04 V

    X4 0.80 0.06 13.09 V

    X5 0.06 0.08 0.85 X

    X6 0.65 0.07 9.88 V

    X7 -0.19 0.07 -2.67 X

    X8 0.10 0.07 1.38 X Keterangan: Tanda V = Signifikan (t>1,96); X Tidak Signifikan (t

  • 39

    mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang

    perlu digugurkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value dan

    muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

    Berdasarkan tabel 3.6 terlihat bahwa dari 8 item yang mengukur extraversion ada

    tiga item yang harus digugurkan atau di drop, yaitu item 5, 7 dan 8.

    3.4.2.2. Uji Validitas Alat Ukur Agreeableness

    Pada variabel agreeableness dilakukan model fit atau faktor, ternyata

    menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-Square = 93.14, df =27, P-Value =

    0.00000, RMSEA =0.104. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model,

    di mana kesalahan pengkuran pada item dibebaskan satu sama lain. Setelah

    dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-

    Square =29.19, df =24, P-Value =0.21299, RMSEA =0.031. berikut merupakan

    koefisien muatan faktor untuk item pengukuran agreeableness yang disajikan

    pada tabel 3.7:

    Tabel 3.7

    Muatan Faktor Item Skala Agreeableness

    No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan

    X1 0.58 0.07 8.48 V

    X2 -0.44 0.07 -6.26 X

    X3 0.60 0.07 8.84 V

    X4 -0.78 0.07 -11.58 X

    X5 -0.57 0.07 -8.36 X

    X6 0.57 0.07 8.40 V

    X7 -0.16 0.07 -2.24 X

    X8 0.09 0.07 1.22 X

    X9 -0.31 0.08 -3.93 X Keterangan: Tanda V = Signifikan (t>1,96); X Tidak Signifikan (t

  • 40

    perlu digugurkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value dan

    muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

    Berdasarkan tabel 3.7 terlihat bahwa dari 9 item yang mengukur agreeableness

    ada enam item yang harus digugurkan atau di drop, yaitu item 2,4,5,7,8, dan 9.

    3.4.2.3. Uji Validitas Alat Ukur Concientiousness

    Pada variabel concientiousness dilakukan model fit atau faktor, ternyata

    menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-Square =110.51, df =27, P-Value

    = 0.00000, RMSEA = 0.117. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap

    model, di mana kesalahan pengkuran pada item dibebaskan satu sama lain.

    Setelah dilakukan modifikasi sebanyak dua kali, maka diperoleh model fit dengan

    Chi-Square = 35.00, df =25, P-Value = 0.8815, RMSEA =0.042. berikut

    merupakan koefisien muatan faktor untuk item pengukuran concientiousness yang

    disajikan pada tabel 3.8:

    Tabel 3.8

    Muatan Faktor Item Skala Concientiousness

    No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan

    X1 0.47 0.08 5.71 V

    X2 0.60 0.08 7.49 V

    X3 -0.54 0.08 -6.81 X

    X4 0.29 0.08 3.40 V

    X5 0.43 0.08 5.42 V

    X6 0.35 0.08 4.08 V

    X7 0.19 0.08 2.35 V

    X8 -0.19 0.08 -2.34 X

    X9 0.07 0.08 0.82 X Keterangan: Tanda V = Signifikan (t>1,96); X Tidak Signifikan (t

  • 41

    muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

    Berdasarkan tabel 3.8 terlihat bahwa dari 9 item yang mengukur concientiousness

    ada tiga item yang harus digugurkan atau di drop, yaitu item 3,8, dan 9.

    3.4.2.4. Uji Validitas Alat Ukur Neuroticism

    Pada variabel neuroticism dilakukan model fit atau faktor, ternyata menghasilkan

    model yang tidak fit dengan Chi-Square = 161.23, df = 20, P-Value = 0.00000,

    RMSEA = 0.176 .Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model, di mana

    kesalahan pengkuran pada item dibebaskan satu sama lain. Setelah dilakukan

    modifikasi sebanyak 7 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 18.61,

    df = 13, P-Value = 0.13565, RMSEA = 0.044. berikut merupakan koefisien

    muatan faktor untuk item pengukuran neuroticism yang disajikan pada tabel 3.9:

    Tabel 3.9

    Muatan Faktor Item Skala Neuroticism No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan

    X1 13.12 0.00 3132.07 V

    X2 0.01 0.01 1.73 X

    X3 9.30 0.00 1876.50 V

    X4 10.69 0.00 2589.91 V

    X5 0.01 0.05 0.17 X

    X6 0.00 0.03 0.03 X

    X7 -0.01 0.06 -0.16 X

    X8 0.01 0.04 0.23 X Keterangan: Tanda V = Signifikan (t>1,96); X T