Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR),
INFLASI DAN GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)
TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN NON
PERFORMING FINANCING (NPF) SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada Bank
Umum Syariah Di Indonesia Periode Tahun 2015-2019)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
Hendriyana Ekawati
63010160005
PERBANKAN SYARIAH S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
i
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR),
INFLASI DAN GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)
TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN NON
PERFORMING FINANCING (NPF) SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada Bank
Umum Syariah Di Indonesia Periode Tahun 2015-2019)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
Hendriyana Ekawati
63010160005
PERBANKAN SYARIAH S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
PENGESAHAN
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
vi
KESEDIAAN PUBLIKASI SRIPSI
vii
MOTTO
“Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan” (QS Asy Syarah: 5)
Man Jadda Wa Jadda “Barang Siapa Bersungguh-sunguh Pasti Akan
Mendapatkan Hasil”
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan
inayah-Nya. Serta dengan penuh cinta dan sayang skripsi ini saya
persembahkan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan dalam
melakukan penulisan skripsi ini.
2. Kedua Orang Tua ku, Bapak Riyadi dan Ibu Mugiatun serta adikku
Ahmad Egi Fareza yang telah memberikan dukungan serta doa untukku.
3. Sahabat-sahabatku, Muh Muhsoni, Vindi Rima, Anisa Isnaniyah, Afia
Awwala Aqila, Diyah Firda, Eka Wulandari dan Dian Ayu yang selalu
menemani, menyemangatiku dan membantu dalam menyelesaikan
skripsiku.
4. Evi Rifqoh, Sansiaka Kata dan Diah Ayu yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini
5. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 khususnya yang telah
membantu proses terselesainya skripsi ini.
6. Almamater ku S1 Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
(FEBI), Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, hidayah, taufiq dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Inflasi Dan
Gross Domestic Product (GDP) Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Non
Performing Financing (NPF) Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus
Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2015-2019)”. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kita jalan yang lurus berupa ajaran islam yang sempurna dan
menjadi anugerah dan rahmat bagi seluruh alam semesta. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program sarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si.selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Bapak Ari Setiawan, M.M. selaku Ketua Program Studi S1 Perbankan
Syariah.
x
4. Bapak Taufikur Rahman, SE. M.Si. selaku Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta bimbingan
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi dan masukan selama penulis menjalani perkuliahan
di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
6. Kedua orang tua tercinta. Bapak Riyadi dan Ibu Mugiatun yang telah
membimbing dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih atas kasih sayang, doa, nasehat, kesabaran dan
semangat yang luar biasa.
7. Sahabat-sahabatku, Muh Muhsoni, Vindi Rima, Anisa Isnaniyah, Afia
Awwala Aqila, Diyah Firda, Eka Wulandari dan Dian Ayu yang selalu
menemani dan membantu penulis.
8. Evi Rifqoh, Sansiaka Kata dan Diah Ayu yang tak henti-hentinya
memberikan dukungan, motivasi, dan bantuan kepada penulis.
9. Semua pihak yang memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari dan mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan penulis.Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak.Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan referensi dan
tambahan wawasan bagi pembaca.
xi
ABSTRAK
Ekawati, Hendriyana. (2020). Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Inflasi
Dan Gross Domestic Product (GDP) Terhadap Kinerja Keuangan
Dengan Non Performing Financing (NPF) Sebagai Variabel
Intervening (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia
Periode Tahun 2015-2019).Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Program Studi S1 Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
Pembimbing: Bapak Taufikur Rahman, SE, M. Si
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui Pengaruh
Capital Adequacy Ratio (CAR), Inflasi, Dan Gross Domestic Product (GDP)
Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Non Performing Financing (NPF) Sebagai
Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia
Periode 2015-2019). Sampel yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini
adalah 10 Bank Syariah. Teknik pengambilan sempel dalam penilitian ini adalah
purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengeksplorasi
laporan-laporan keuangan dari bank berupa laporan tahunan yang bersumber dari
OJK. Teknik analisis data menggunakan path analysis. Pengolahan data dalam
penelitian ini menggunakan alat bantu aplikasi Eviews 10. Berdasarkan hasil dari
analisis jalur menunjukkan bahwa variabel CAR dan Inflasi berpengaruh positif
terhadap Kinerja Keuangan, variabel GDP dan NPF berpengaruh negatif terhadap
Kinerja Keuangan, variabel CAR dan Inflasi berpengaruh positif terhadap NPF.
Variabel GDP tidak berpengaruh terhadap NPF. NPF tidak mampu memediasi
hubungan CAR, Inflasi dan GDP terhadap Kinerja Keuangan.
Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio, Inflasi, Gross Domestic Product, Non
Performing Financing, Return On Asset
xii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...................................................................... v
KESEDIAAN PUBLIKASI SRIPSI ...................................................................... vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 11
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 14
A. Telaah Pustaka ........................................................................................... 14
B. Kerangka Teori........................................................................................... 23
1. Stakeholder Theory ................................................................................ 23
2. Signalling Theory ( Teori Sinyal) .......................................................... 24
3. Kinerja Keuangan ................................................................................... 24
4. Return On Asset (ROA) .......................................................................... 27
5. Capital Adequacy Ratio (CAR) .............................................................. 29
6. Inflasi ...................................................................................................... 31
7. Gross Domestic Product (GDP) ............................................................. 33
8. Non Performing Financing (NPF) ......................................................... 35
C. Kerangka Penelitian ................................................................................... 41
D. Hipotesis ..................................................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 53
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 53
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 53
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 53
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 56
E. Definisi Konsep dan Operaasional ............................................................. 57
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 60
xiv
1. Uji Stasioner ........................................................................................... 60
2. Uji Regresi .............................................................................................. 60
3. Uji Statistik ............................................................................................. 62
4. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 64
5. Path Analysis (Analisis Jalur) ................................................................ 67
G. Alat Analisis ............................................................................................... 69
BAB IV ANALISIS DATA .................................................................................. 71
A. Deskriptif Objek Penelitian ........................................................................ 71
B. Analisis Data .............................................................................................. 73
1. Uji Stasioneritas ..................................................................................... 73
2. Uji Model Regresi .................................................................................. 74
3. Uji Regresi .............................................................................................. 75
4. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 86
5. Path Analysis .......................................................................................... 90
6. Pembahasan Hipotesis ............................................................................ 94
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 108
A. Kesimpulan .............................................................................................. 108
B. Saran ......................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 113
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 121
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah .................................................................. 2
Tabel 2.1 Research Gap ........................................................................................ 14
Tabel 3.1 Daftar Populasi ...................................................................................... 54
Tabel 3.2 Dasar Pengambilan Keputusan DW-Test .......................................... 66
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ................................................................................ 72
Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas Level................................................................. 73
Tabel 4.3 Hasil Uji Chow...................................................................................... 74
Tabel 4.4 Hasil Uji Hausman ................................................................................ 75
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Persamaan I .............................................................. 76
Tabel 4.6 Hasil Regresi Persamaan II ................................................................... 81
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................... 87
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 89
Tabel 4.10 Path Analysis....................................................................................... 91
Tabel 4.11 Hasil Penelitian ................................................................................. 107
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Kerangka Penelitian ........................................................................... 41
Gambar 4.1Uji Normalitas .................................................................................... 86
Gambar 4.2Model Path Analysis .......................................................................... 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama
muslim, tentunya hal itu akan mendorong peningkatan kinerja industri
syariah, termasuk di dalamnya adalah perbankan syariah. Beberapa tahun
terakhir ini, industri perbankan syariah di Indonesia mulai berkembang
pesat. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan perbankan syariah yang
melebihi pertumbuhan perbankan konvensional (Margaretha & Letty,
2017)
Menurut data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
menunjukkan, total aset bank konvensional pada tahun 2018 mencapai Rp
8,1 triliun meningkat 9,22% dibandingkan dengan periode sebelumnya
yang sebesar Rp 7,4 triliun. Pertumbuhan aset bank konvensional tahun
2017 sedikit melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun
2016 sebesar 10,45 dan 2017 sebesar 9,76%. Secara umum, rata-rata
pertumbuhan aset bank konvensional sejak tahun 2012-2018 sebesar
12,02%. Sedangkan pertumbuhan aset bank syariah pada tahun 2018
sebesar 12,5% (yoy) menjadi Rp 477 triliun dan pada tahun 2017 sebesar
Rp 424 triliun. Pertumbuhan rata-rata aset bank syariah secara umum lebih
tinggi dibandingkan dengan bank konvensional, yaitu sebesar 18,81%
pada tahun 2012-2018 (Jayani. 2019. Berapa Aset Perbankan Syariah dan
2
Konvensional. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/berapa-
aset-perbankan-syariah-dan-konvensional. Diakses 19 Mei 2020).
Pangsa pasar bank syariah pada tahun 2019 menurut data Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) adalah sebesar 6,01% atau mencapai Rp 513 triliun.
Hal ini disebabkan karena meningkatnya pertumbuhan aset perbankan
syariah yakni Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
sebesar 10,15% secara year on year (yoy) menjadi Rp 499,98 triliun. Dan
juga pertumbuhan pembiayaan sebesar 10,52% yoy menjadi Rp 345,28
triliun dan dana pihak ketiga (DPK) yang naik menjadi Rp 402,36 triliun
(Sitanggang.2019.https://amp.kontan.co.id/news/alhamdulilah-usia-28
tahun-akhirnya-pangsa-pasar-perbankan-syariah-tembus-6.Diakses 19 Mei
2020).
Tabel 1.1
Perkembangan Bank Syariah
Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019
Total Asset
(dalam Milyar)
213.423 254.184 288.027 316.691 350.364
Jumlah Bank 13 13 13 14 14
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Perkembangan pada perbankan syariah akan menciptakan
persaingan yang semakin ketat, untuk tetap bisa bersaing dipasar industri
keuangan, perusahaan perbankan harus mampu menunjukkan kinerja
keuangannya yang optimal. Kinerja keuangan bank merupakan salah satu
dasar penilaian terhadap kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya
sebagai penghimpun dan pengelola dana masyarakat. Kinerja keuangan
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/berapa-aset-perbankan-syariah-dan-konvensionalhttps://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/berapa-aset-perbankan-syariah-dan-konvensionalhttps://amp.kontan.co.id/news/alhamdulilah-usia-28%20tahun-akhirnya-pangsa-pasar-perbankan-syariah-tembus-6https://amp.kontan.co.id/news/alhamdulilah-usia-28%20tahun-akhirnya-pangsa-pasar-perbankan-syariah-tembus-6
3
melaksanakan kegiatan operasional dan penyusunan rencana kerja
anggaran bank dan untuk memonitor pelaksanaan kebijakan perusahaan
yang telah diterapkan, sehingga dapat diadakan perbaikan dimasa yang
akan datang. Informasi yang disajikan dalam kinerja keuangan dapat
digunakan oleh pihak terkait baik investor, kreditor dan pihak-pihak luar
perbankan untuk memprediksi kinerja keuanganya pada setiap periode
(Sartono, 2001).
Baik atau buruknya suatu kinerja keuangan merupakan cerminan
kemampuan perbankan dalam mengelola dan mengalokasikan dananya.
Kinerja keuangan suatu bank dapat dinilai dari beberapa indikator
diantaranya adalah rasio profitabilitas. Rasio ini merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, salah
satunya ialah Return On Assets (ROA) yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan (Hery, 2015)
ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen
dalam mengelola investasinya secara keseluruhan dengan mengukur
besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sesuai dengan Surat
Edaran BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, ROA digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam menggunakan asset yang dimilikinya
untuk menghasilkan laba kotor. Menurut Lukman dalamHakim &
Rafsanjani (2016), Semakin besar ROA pada suatu bank, semakin besar
4
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank dan semakin baik pula posisi
bank dari segi penggunaan asetnya.
Menurut Balanchander dalam Zafirah et al., (2014) Profitabilitas
bank ditentukan oleh beberapa faktor-faktor yaitu faktor-faktor yang dapat
dikendalikan oleh manajemen dan faktor-faktor di luar kendali
manajemen. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan manajemen merupakan
faktor yang menggambarkan kebijakan dan keputusan manajemen bank
itu sendiri, seperti penghimpunan dana, manajemen modal, manajemen
likuiditas, dan manajemen biaya. Sedangkan faktor-faktor di luar kendali
manajemen mencakup faktor lingkungan dan karakteristik bank, seperti
struktur pasar, regulasi, inflasi, tingkat suku bunga dan pertumbuhan
pasar.
Faktor pertama adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), menurut
Riyadi dalam Syakhrun et al., (2019) Capital Adequacy Ratio (CAR)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang
dimilki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR
maka semakin kuat kemampuan bank untuk menanggung risiko dari setiap
kredit aktiva produktif yang beresiko. Untuk saat ini minimal CAR sebesar
8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), hal ini tergantung
pada kondisi bank yang bersangkutan. Jika rasio CAR dibawah 8% maka
bank tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan
usaha bank, namun apabila rasio CAR diatas 8% maka bank dikatakan
5
solvable. Dengan meningkatnya tingkat solvabilitas bank, maka akan
berpengauh pada meningkatnya kinerja bank, karena kerugian-kerugian
yang ditanggung bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki bank
tersebut.
Hasil penelitian Purwoko & Sudiyatno (2013)dan Purnamasari &
Ariyanto (2016)menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap
ROA. Sedangkan penelitian Hakim & Rafsanjani (2016)menyatakan
bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Bachri & Saifi
(2013)juga menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan yang diukur denga ROA.
Faktor kedua adalah Inflasi, secara umum inflasi berarti kenaikan
tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan jasa selama
periode waktu tertentu (Karim, 2014). Kestabilan tingkat inflasi sangat
berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian, apabila inflasi stabil, maka
kegiatan perekonomian tidak akan terhambat. Sebaliknya apabila terjadi
inflasi yang sangat tinggi maka akan semakin tinggi pula harga barang dan
jasa dan akan mengakibatkan penurunan jumlah uang yang beredar. Inflasi
juga mengakibatkan minat masyarakat untuk menabung dan berinvestasi
di sektor rill akan menurun, masyarakat akan cenderung menggunakan
uangnya untuk investasi yang bersifat spekulasi. Bagi perbankan inflasi
berpengaruh terhadap kenaikan biaya produksi maupun operasional
sehingga menurunkan profitabilitas dan berdampak terhadap pembiayaan
bermasalah (Zafirah et al., 2014).
6
Menurut penelitian Duraj & Moci (2015) dan Syafarida & Aminah
(2015) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap ROA.
Wibowo & Syaichu (2013) menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh
terhadap ROA. Sedangkan Hidayati (2014) menyatakan bahwa inflasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sahara (2013) dan
Kasman & Carvallo (2013) juga menyatakan bahwa inflasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan
ROA.
Faktor yang ketiga adalah Gross Domestic Product (GDP), Gross
Domestic Product merupakan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu
setahun. GDP adalah indikator dari pertumbuhan ekonomi yang
menjelaskan secara langsung kinerja ekonomi dalam menyediakan barang
dan jasa. Komponen yang ada dalam GDP adalah pendapatan, pengeluaran
atau investasi, pengeluaran pemerintah dan selisih ekspor-
import.Pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan cash flow bank dengan
cara meningkatkan permintaan pembiayaan oleh perusahaan dan rumah
tangga. Selama pertumbuhan ekonomi yang kuat permintaan pembiayaan
cenderung meningkat (Madura, 2006).
Gross Domestic Product juga mencerminkan kapasitas keluaran
yang dapat dihasilkan perekonomian dengan memanfaatkan segenap
sumber daya yang ada dalam perekonomian (Mukhlis, 2015). Tingkat
pendapatan yang diukur dengan GDP akan mempengaruhi pola saving dari
7
seseorang. Semakin besar GDP maka profitabilitas bank juga akan
meningkat (Ali et al., 2011).
Menurut penelitian Sahara (2013) dan Utami (2013) menyatakan
bahwa GDP berpengaruh positif terhadap profitabilitas ROA. Sedangkan
menurut Syaichfuddin & Rosyidi (2017) menyatakan bahwa GDP
berpengaruh negatif terhadap ROA. Aristiana et al., (2017) dan Saputra
(2015) juga menyatakan bahwa GDP tidak berpengaruh terhadap ROA.
Dalam penelitian ini, menggunakan variabel intervening
(penghubung). Variabel intervening (penghubung) adalah variabel yang
secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen
dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat
diamati dan diukur (Sugiyono, 2016). Variabel intervening (penghubung)
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Performing Financing
(NPF), di mana variabel NPF digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel CAR, Inflasi dan GDP terhadap Kinerja Keuangan (ROA) melalui
variabel NPF.
Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen
penilaian kinerja suatu bank syariah yang menjadi interpretasi penilaian
pada aktiva produktif, khususnya dalam penilaian pembiayaan bermasalah.
NPF adalah jumlah pembiayaan yang bermasalah dan ada kemungkinan
tidak dapat ditagih. Sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, besarnya NPF yang baik adalah dibawah 5%. Tingkat NPF
akan mempengaruhi bank dalam mengumpulkan pendapatan dari
8
pembiayaan. Semakin tinggi NPF maka semakin kecil ROA, yang berarti
akan memperbesar biaya baik biaya pencandangan aktiva produktif
maupun biaya lainnya, sehingga kinerja keuangan bank menurun.
Sebaliknya semakin tinggi ROA maka kinerja perusahaan akan semakin
efektif sehingga struktur modal perusahaan dapat mencerminkan aktivitas
pembiayaan dengan tingkat pengembalian modal atau laba yang didapat.
Peningkatan keuntungan menunjukkan bahwa kualitas pembiayaan
semakin baik dan menunjukkan tingkat NPF yang semakin rendah
(Tristiningtyas & Mutaher, 2013).
Berdasarkan dari uraian dan beberapa penelitian terdahulu yang
menunjukan hasil yang tidak konsisten, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Capital Adequacy Ratio,
Inflasi dan Gross Domestic Product terhadap Kinerja Keuangan
dengan Non Performing Financing sebagai Variabel Intervening
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode tahun
2015-2019)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka
diperoleh rumusan masalah untuk penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap kinerja
keuangan bank umum syariah di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap kinerja keuangan bank umum
syariah di Indonesia?
9
3. Bagaimana pengaruh Gross Domestic Product terhadap kinerja
keuangan bank umum syariah di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Non
Performing Financing bank umum syariah di Indonesia?
5. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Non Performing Financing bank
umum syariah di Indonesia?
6. Bagaimana pengaruh Gross Domestic Product terhadap Non
Performing Financing bank umum syariah di Indonesia?
7. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing terhadap kinerja
keuangan bank umum syariah di Indonesia?
8. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap kinerja
keuangan bank umum syariah melalui Non Performing Financing
sebagai variabel intervening?
9. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap kinerja keuangan bank umum
syariah melalui Non Performing Financing sebagai variabel
intervening?
10. Bagaimana pengaruh Gross Domestic Product terhadap kinerja
keuangan bank umum syariah melalui Non Performing Financing
sebagai variabel intervening?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukaan di atas maka
diperoleh tujuan penelitian yaitu:
10
1. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap kinerja
keuangan bank umum syariah di Indonesia
2. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap kinerja keuangan bank
umum syariah di Indonesia
3. Untuk mengetahui pengaruh Gross Domestic Product terhadap kinerja
keuangaan bank umum syariah di Indonesia
4. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Non
Performing Financing bank umum syariah di Indonesia
5. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap Non Performing
Financing bank umum syariah di Indonesia
6. Untuk mengetahui pengaruh Gross Domestic Product terhadap Non
Performing Financing bank umum syariah di Indonesia
7. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Financing terhadap
kinerja keuangan bank umum syariah di Indonesia
8. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap kinerja
keuangan bank umum syariah melalui Non Performing Financing
sebagai variabel intervening
9. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap kinerja keuangan bank
umum syariah melalui Non Performing Financing sebagai variabel
intervening
10. Untuk mengetahui pengaruh Gross Domestic Product terhadap kinerja
keuangan bank umum syariah melalui Non Performing Financing
sebagai variabel intervening
11
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi para perusahaan perbankan, akademisi, peneliti dan pihak lain, yaitu:
1. Bagi Perbankan
Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi tingkat
profitabilitas perusahaan perbankan serta dapat memberikan informasi
kepada manajemen untuk memperbaiki kinerja keuangan perbankan.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang diperoleh
selama kuliah dan menambah pengetahuaan serta wawasan yang
berkaitan dengan manajemen keuangan dan perbankan.
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan menambah rujukan
bagi pembaca yang ingin meneliti tentang keuangan dalam perbankan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan bertujuan untuk membuat sistematika
laporan penelitian dengan menggambarkan alur pemikiran dari awal
hingga akhir secara ringkas. Sistematika penulisan penelitian ini sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang latar belakang
masalah yang mendasari diadakannya penelitian. Rumusan masalah
merupakan pertanyaan mengenai keadaan yang memerlukan jawaban
penelitian. Tujuan penelitian berisi tentang hal yang ingin dilakukan.
12
Kegunaan penelitian merupakan hal yang diharapkan dapat dicapai dalam
penelitian. Sistematika penulisan mencakup uraian singkat pembahasan
materi tiap bab.
BAB II Landasan Teori. Bab ini menguraikan tentang teori yang
digunakan dan penjelasan Teori Keagenan, pengertian kinerja keuangan,
Return On Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Inflasi, Gross
Domestic Product (GDP), Non Performing Financing (NPF), dan berisi
tentang perbedaan beberapa penelitian terdahulu, telaah pustaka, kerangka
penelitian dan hipotesis.
BAB III Metode Penelitian. Bab ini menguraikan mengenai objek
yang akan dibahas, jenis dan sumber data yang merupakan penguraian
jenis data dari variabel-variabel penelitian serta dari mana sumber data
berasal, penelitian sempel berisi tentang jumlah populasi dan sampel yang
digunakan beserta metode yang dipakai dalam pengambilan sampel,
variabel penelitian dan definisi operasional berupa variabel yang dipakai
dalam penelitian beserta penjabaran secara operasional, teknik
pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan untuk mengambil
data. Metode analisis data berupa alat analisis yang digunakan dalam
penelitian.
BAB IV Analisis Data. Bab ini berisi tentang deskripsi penelitian
yang membahas mengenai gambaran penelitian. Analis data berupa
penyebaran sata agar lebih mudah dibaca. Pembahasan bertujuan untuk
mencari makna yang lebih mendalam dan penerapan dari hasil analisis.
13
BAB V Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang
diharapkan agar dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan perbankan
syariah untuk meningkatkan kinerja keuangannya. Kesimpulan merupakan
sajian singkat dari analisis yang dilakukan. Saran berupa anjuran kepada
pihak yang berkepentingan terhadap analisis penelitian.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel-
variabel dalam penelitian ini yang dilakukan oleh penelitian terdahulu
teringkas dalam Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Research Gap
No Nama/ Tahun Variabel Hasil Beda Penelitian
Isu : CAR Terhadap Kinerja Keuangan
1. Gusti Ayu Yuliani & Dodik Ariyanto
(2016) Analisis
Perbandingan
Kinerja Keuangan
Bank
Konvensional dan
Bank Syariah
Periode 2010-
2014
Variabel
Independen : CAR,
NPL, NIM dan
LDR
Variabel Dependen
:
Kinerja Keuangan
(ROA)
CAR
berpengaruh
positif
terhadap ROA
(+)
Pada penelitian ini
menggunakan variabel
independen Inflasi dan
GDP serta variabel
intervening NPF
Objek penelitian Bank
Umum Syariah di
Indonesia
2. Risma Linda Fitria (2018)
Pengaruh GCG,
dan CAR
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perbankan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Periode 2013-
2015
Variabel
Independen : GCG
dan CAR
Variabel Dependen
:
ROA
CAR
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap ROA
(+)
Pada penelitian ini
menggunakan variabel
independen inflasi dan
GDP, serta variabel
intervening NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
3. Rima Cahya & Ahmad Mifdhol
Mutohar (2018)
Analisis Pengaruh
NPF, FDR,
BOPO, CAR, dan
GCG Terhadap
Kinerja Keuangan
Bank Umum
Variabel
Independen : NPF,
FDR, BOPO, CAR
dan GCG
Variabel Dependen
: ROA
CAR
berpengaruh
positif dan
tidak
signifikan
terhadap ROA
(+)
Pada penelitian ini
menggunakan variabel
independen inflasi dan
GDP, serta variabel
intervening NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
15
Syariah Di
Indonesia Periode
2013-2017
4. Muhammad Syakhrun, Asbi
Amin & Anwar
(2019) Pengaruh
CAR, BOPO,
NPF dan FDR
Terhadap
Profitabilitas Pada
Bank Umum
Syariah Di
Indonesia
Variabel
Independen : CAR,
BOPO, NPF dan
FDR
Variabel Dependen
:
ROA
CAR
berpengaruh
negatif
terhadap ROA
(-)
Pada penelitian ini
menggunakan variabel
independen inflasi dan
GDP, serta variabel
intervening NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
5. Dewa Ayu & Ida Bagus (2016)
Pengaruh Rasio
Keuangan
Terhadap Kinerja
Keuangan Sektor
Perbankan Di
Bursa Efek
Indonesia
Variabel
Independen : CAR,
NPF,
Variabel Dependen
:
Kinerja Keuangan
(ROA)
CAR tidak
berpengaruh
terhadap ROA
Pada penelitian ini
menggunakan variabel
independen Inflasi dan
GDP, serta variabel
intervening NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
Isu : Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan
1. Hendrawan Raharjo, Anita
Wijayanti &
Riana R Dewi
(2020) Analisis
Pengaruh Kinerja
Keuangan dan
Inflasi Terhadap
Profitabilitas
Bank Umum
Syariah Di
Indonesia (Tahun
2014-2018)
Variabel
Independen :
Inflasi, CAR, NPF
dan BOPO
Variabel Dependen
:
ROA
Inflasi
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap ROA
(+)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen GDP, serta
variabel intervening NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
2. Toufan Aldian Syah (2018)
Pengaruh Inflasi,
BI Rate, NPF, dan
BOPO Terhadap
Profitabilitas Bank
Umum Syariah Di
Indonesia
Variabel
Independen :
Inflasi, BI Rate,
NPF dan BOPO
Varaibel Dependen
:
ROA
Inflasi
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap ROA
(+)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR dan
GDP, serta variabel
intervening NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
3. Putri Indriani & Nirdukita
Ratnawati (2017)
Pengaruh
Intellectual Capital,
Variabel Indpenden
: Inflasi, CAR, dan
Intellectual Capital
Variabel Dependen
:
Inflasi
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap ROA
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen GDP, serta
variabel intervening NPF
Objek penelitian pada
16
Struktur Modal dan
Tingkat Inflasi
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perbankan Syariah
Di Indonesia
ROA (+) Bank Umum Syariah di
Indonesia
4. Herman Supardi, Suratno &
Suyanto (2016)
Pengarug Current
Ratio, Debt To
Asset Ratio, Total
Turnover dan
Inflasi Terhadap
Retrun On Asset
Variabel
Independen :
Current Ratio, DER
dan Inflasi
Variabel Dependen
:
ROA
Inflasi
berpengaruh
negatif tidak
signifikan
terhadap ROA
(-)
Penelitian ini
menggunakan variabel
indpenden GDP dan CAR,
serta variabel intervening
NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
5. Suryakusuma & Asri Nur
Wahyuni (2018)
Dampak Makro
Ekonomi dan
Faktor Internal
Terhadap Kinerja
Keuangan Bank
Umum Syariah Di
Indonesia
Variabel
Independen :
Inflasi, GDP, FDR
dan BOPO
Variabel Dependen
:
ROA
Inflasi tidak
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap ROA
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR, serta
variabel intervening NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
Isu : GDP Terhadap
Kinerja
Keuangan
1. Fangky A. Sorongan (2018)
Analisis Pengaruh
CAR, LOAN,
GDP Terhadap
Profitabilitas
Bank Di
Indonesia
Variabel
Independen : CAR,
GDP dan LOAN
Variabel Dependen
:
ROA
GDP
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap ROA
(+)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen Inflasi, serta
variabel intervening NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
2. Ratna Aritstiana, Rita Andini &
Abrar Oemar
(2017) Pengaruh
LDR, NIM, NPL,
Suku Bunga, BI
dan PDB
Terhadap ROA
(Pada Lembaga
Keuangan Syariah
yang Terdaftar Di
BEI Periode
2010-2015)
Variabel
Independen : LDR,
NIM, NPL, Suku
Bunga dan GDP
Varaibel Dependen
:
ROA
GDP
berpengaruh
positif
terhadap ROA
secara
simultan (+)
Penelitian ini
menggunakan variabel
dependen CAR dan Inflasi,
serta variabel intervening
NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
3. Angga Sukma Pratama (2018)
Variabel
Independen : Bi
GDP tidak
berpengaruh
Penelitian ini
menggunakan variabel
17
Pengaruh Tingkat
BI Rate dan GDP
Terhadap Kinerja
Bisnis dan Sosial
Perbankan
Syariah di
Indonesia Dengan
Konsep Risk
Manajemen dan
Kecukupan
Modal sebagai
Variabel
Intervening
Rate dan GDP
Variabel
Intervening : NPF
dan CAR
Variabel Dependen
:
ROA
terhadap ROA independen Inflasi dan
CAR, serta variabel
intervening: NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
4. Raeswari Eka Wardhani (2019)
Pengaruh Kinerja
Keuangan dan
Faktor Makro
Ekonomi
Terhadap
Profitabilitas
Bank Syariah
Variabel
Independen :CAR,
NPF, FDR, Suku
Bunga, dan GDP
Variabel Dependen
:
ROA
GDP tidak
berpengaruh
terhadap ROA
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen Inflasi, serta
variabel intervening: NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
5. Laras Andasari dan
Suharman(2017)
Pengaruh Faktor
Makroekonomi,
DPK dan Pangsa
Pembiayaan
Terhadap
Profitbilitas
Industri
Perbankan
Syariah Di
Indonesia Tahun
2011-2015
Variabel
Independen :
Inflasi, GDP, DPK
dan Pangsa Pasar
Variabel Dependen
:
ROA
GDP
berpengaruh
negatif dan
tidak
signifikan
terhadap ROA
(-)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR serta
variabel intervening: NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
Isu : CAR Terhadap NPF
1. Mia Maraya & Syaichu (2016)
Analisis Pengaruh
Faktor Internal
dan Faktor
Eksternal
Terhadap Tingkat
Pembiayaan
Bermasalah pada
Bank Umum
Syariah Di
Indonesia Periode
Tahun 2010-2014
Variabel
Independen :
BOPO, CAR, FDR,
SBIS, Inflasi dan
Kurs
Variabel Dependen
:
NPF
CAR
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap NPF
(-)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen GDP, serta
variabel dependen NPF.
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
18
2. Yulya Aryani, Lukytawati &
Ranti Wiliasih
(2016) Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Non Performing
Financing pada
Bank Umum
Syariah Di
Indonesia Periode
2010-2014)
Variabel
Independen : CAR,
FDR, Bank Size,
KAP dan NIM
Variabel Dependen
:
NPF
CAR
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap NPF
(-)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen Inflasi dan
GDP, serta variabel
dependen NPF.
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
3. Sherly Yolanda & Ariusni (2019)
Pengaruh Faktor
Internal dan
Eksternal
Terhadap
Pembiayaan
Bermasalah pada
Bank Umum
Syariah dan Bank
Pembiayaan
Rakyat Syariah
Variabel
Independen : CAR,
ROA, Inflasi dan
Nilai Tukar
Variabel Dependen
: NPF
CAR
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap NPF
(-)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen GDP, serta
variabel dependen NPF.
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
4. Rizal Nur Firdaus (2015) Pengaruh
Faktor Internal
dan Eksternal
yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Bermasalah pada
Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Variabel
Independen : CAR,
Pembiayaan, dan
Kurs
Variabel Dependen
:
NPF
CAR
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap NPF
(+)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen Inflasi dan
GDP, serta variabel
dependen NPF.
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
5. Indri Supriani & Heri Sudarsono
(2018) Analisis
Pengaruh
Variabel Makro
dan Mikro
Terhadap NPF
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Variabel
Independen : CAR,
FDR, ROA, BOPO,
Inflasi, BI Rate dan
Kurs
Variabel Dependen
:
NPF
CAR
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap NPF
dalam jangka
panjang (+)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen GDP, serta
variabel dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
Isu : Inflasi Terhadap NPF
1. Soeharjoto, Debbie Aryani
&Lucky Nugroho
(2019) Pengaruh
Variabel
Independen :
FDR,BOPO,
KURS, Inflasi dan
Inflasi
berpengaruh
positif
signifikan
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR, serta
variabel dependen NPF
19
Fundamental
Ekonomi dan
Kinerja Keuangan
Terhadap Kredit
Bermasalah Pada
Bank Syariah Di
Indonesia
GDP
Variabel Dependen
:
NPF
terhadap NPF
(+)
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
2. Kristiani Nibaho &Sri Mangesti
(2018) Pengaruh
GDP, Inflasi, BI
Rate, Nilai Tukar
Terhadap Non
Performing Loan
Bank Umum
Konvensional Di
Indonesia
Variabel
Independen : GDP
Inflasi, Bi Rate dan
Nilai Tukar
Variabel Dependen
:
NPF/ NPL
Inflasi
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap NPF
(+)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR, serta
variabel dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
3. Amir Hamzah (2018) Pengaruh
Faktor Makro
Ekonomi
Terhadap
Pembiayaan
Bermasalah
(Penelitian pada
Bank Umum
Syariah di
Indonesia Tahun
2010-2017)
Variabel
Independen :
Inflasi, BI Rate,
dan Nilai Tukar
Variabel Dependen
:
NPF
Inflasi tidak
berpengaruh
terhadap NPF
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR dan
GDP, serta variabel
dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
4. Veni Melinda & Saniman Widodo
(2018) Analisis
Pengaruh GDP,
Inflasi, FDR dan
KPMM Terhadap
NPF pada Bank
Umum Syariah Di
Indonesia Periode
2013-2017
Variabel
Independen : GDP,
Inflasi, FDR dan
KPMM
Variabel Dependen
:
NPF
Inflasi
berpengaruh
tidak
signifikan
terhadap NPF
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR, serta
variabel dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
5. Heny Purwaningtyas &
Ulil Hartono
(2020) Pengaruh
GDP, Inflasi,
KURS, FDR dan
Bank Size
Terhadap NPF
Perbankan
Syariah Di
Indonesia Tahun
Variabel
Independen : GDP,
Inflasi, Kurs, FDR
dan Bank Size
Variabel Dependen
:
NPF
Inflasi
berpengaruh
negatif
terhadap NPF
(-)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR, serta
variabel dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
20
2014-2017
Isu : GDP Terhadap NPF
1. Zaky Wahyuddin (2016) Pengaruh
Faktor Internal
dan Eksternal
Terhadap
Pembiayaan
Bermasalah
dengan Likuiditas
Sebagai Variabel
Intervening pada
Bank Umum
Syariah Di
Indonesia
Variabel
Independen :
Ukuran Bank,
BOPO, GDP,
Inflasi Variabel
Intervening:
Likuiditas
Variabel Dependen
:
NPF
GDP
berpengaruh
positif tidak
signifikan
terhadap NPF
(+)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR dan
Inflasi, serta variabel
dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
2. Nova Shenni dan Ari Darmawan
(2018) Pengaruh
Pertumbuhan
Produk Domestik
Bruto dan Inflasi
Terhadap Non
Performing
Financing Bank
Syariah (Studi
Pada Bank Umum
Syariah Di
Indonesia Periode
2014-2016)
Variabel
Independen : GDP,
dan Inflasi
Variabel Dependen
:
NPF
GDP
berpengaruh
tidak
signifikan
terhadap NPF
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR serta
variabel dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
3. Yudhistira Ardana & Rita
Irviani (2017)
Kondisi
Makroekonomi
Terhadap Tingkat
Pembiayaan
Bermasalah Bank
Umum Syariah di
Indonesia
(Periode Januari
2009- Desember
2015 dengan
Model ECM)
Variabel
Independen : Suku
Bunga, GDP, Nilai
Tukar dan Inflasi
Variabel Dependen
:
NPF
GDP
berpengaruh
negatif tidak
signifikan
terhadap NPF
(-)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR serta
variabel dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
4. Asma, Munifatussa’idah
& Suryani Sri
Lestari (2019)
Determinan Non
Performing
Financing Pada
Variabel
Independen : GDP,
CAR dan FDR
Variabel Dependen
:
NPF
GDP
berpengaruh
negatif tidak
signifikan
terhadap NPF
(-)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen Inflasi, serta
variabel dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
21
Bank Umum
Syariah Di
Indonesia Periode
2014-2018
5. Kristiani Naibaho & Sri Mangesti
(2018) Pengaruh
GDP, Inflasi, BI
Rate, Nilai Tukar
Terhadap Non
Performing Loan
Bank Umum
Konvensional Di
Indonesia
Variabel
Independen : GDP,
Inflasi, Bi Rate dan
Nilai Tukar
Variabel Dependen
:
NPF
GDP
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap NPF
(-)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR variabel
dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
Isu : NPF Terhadap Kinerja Keuangan
1. Hellen, Fadirul & Nur Fadjrih
(2019) Analisis
Pengaruh CAR,
NPF NOM,
BOPO dan FDR
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perbankan
Syariah Di
Indonesia Tahun
2011-2017
Variabel
Independen : CAR,
NPF, NOM,
BOPO, dan
FDRVariabel
Dependen :
ROA
NPF
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap ROA
(-)
Pada penelitian ini
menggunakan variabel
independen Inflasi dan
GDP, serta variabel
dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
2. Dewa Ayu & Ida Bagus (2016)
Pengaruh Rasio
Keuangan
Terhadap Kinerja
Keuangan Sektor
Perbankan Di
Bursa Efek
Indonesia
Variabel
Independen : CAR,
NPF/NPL dan LDR
Variabel Dependen
:
ROA
NPF
berpengaruh
negatif
terhadap ROA
(-)
Pada penelitian ini
menggunakan variabel
independen Inflasi dan
GDP, serta variabel
dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
3. Siti Choiriyah & Astri Fitria (2019)
Pengaruh
Pembiayaan
Syariah, NPF dan
Intellectual
Capital Terhadap
Kinerja Keuangan
Variabel
Independen :
Pembiayaan Jual
Beli, Pembiayaan
Bagi Hasil, NPF
dan Intellectual
Capital Variabel
Dependen :
ROA
NPF
berpengaruh
negatif
terhadap ROA
(-)
Pada penelitian ini
menggunakan variabel
independen Inflasi dan
GDP, serta variabel
dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
4. Yuwita Ariessa Pravasanti (2017)
Risiko Keuangan
dan Tingkat
Kesehatan
Variabel
Independen : FDR,
NPF dan NOM
Variabel Dependen
:
NPF
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap ROA
Pada penelitian ini
menggunakan variabel
independen CAR, Inflasi
dan GDP, serta variabel
dependen NPF
22
Keuangan Bank
Denfan Size,
Inflasi dan GDP
Sebagai Variabel
Kontrol pada
Perbankan
Syariah di
Indonesia
ROA (+) Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
5. Salman Al Parisi (2017)
Determinan
Kinerja Keuangan
Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Variabel
Independen : CAR,
BOPO, FDR, NPF
dan NOM
Variabel Dependen
:
ROA
NPF
berpengaruh
positif
terhadap ROA
(+)
Pada penelitian ini
menggunakan variabel
independen Inflasi dan
GDP, serta variabel
dependen NPF
Objek penelitian pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
NPF Sebagai Variabel Intervening (ROA)
1. Anisa Siti Fatonah &
Dadang
Hermawan (2019)
Estimasi
Pengaruh Faktor
Internal Bank dan
Stabilitas
Makroekonomi
Terhadap
Profitabilitas
dengan Mediasi
Rasio
Pembiayaan
Bermasalah Di PT
Bank Muamalat
Indonesia
Variabel
Independen :
Modal, BOPO,
FDR, Inflasi dan
GDP
Variabel Dependen:
ROA
Variabel
Intervening:
NPF
Inflasi
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA
melalui NPF,
sedangkan
GDP tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA
melalui NPF
Pada penelitian ini
menggunakan variabel
CAR sebagai Variabel
independen, dan objek
penelitian pada Bank
Umum Syariah di
Indonesia
2. Muhammad Taufik (2017)
Pengaruh FDR
dan CAR
Terhadap ROA
Dengan NPF
Sebagai Variabel
Moderasi Pada
Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Variabel
Independen:
CAR dan FDR
Variabel Dependen:
ROA
Variabel
Intervening:
NPF
CAR
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap ROA
dan NPF tidak
memoderasi
pengaruh CAR
terhadap ROA
Pada penelitian ini
menggunakan variabel
independen Inflasi dan
GDP, objek penelitian
pada Bank Umum Syariah
di Indonesia
23
B. Kerangka Teori
1. Stakeholder Theory
Teori Stakeholder menjelaskan bahwa perusahaan bukanlah entitas
yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus
mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Di dalam sebuah
perusahaan pihak yang paling diutamakan adalah stakeholder
(pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah,
masyarakat, analisis, dan pihak lainya) (Chariri & Ghazali, 2008).
Menurut Carrol dalam Maskuroh (2014) stakeholder
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stakeholders internal dan
stakeholders eksternal. Stakeholder internal adalah orang dalam dari
suatu perusahaan, orang atau instansi yang secara langsung terlibat
dalam kegiatan perusahaan, seperti pemilik, pemegang saham, manajer
dan karyawan. Sementara stakeholder eksternal adalah orang luar dari
suatu perusahaan, orang atau instansi yang tidak secara langsung
terlibat dalam kegiatan perusahaan, seperti para konsumen, masyarakat
dan pemerintah.
Untuk memenuhi kepentingan stakeholder internal, maka kinerja
keuangan (financial performance) menjadi sangat relevan untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaan khususnya memenuhi
kepentingan stakeholder internal. Sementara untuk memenuhi
kepentingan pihak stakeholder eksternal, maka pencapaian kinerja
24
sosial (social performance) menjadi ukuran pemenuhan kepentingan
pihak stakeholder eksternal tersebut. Dengan pemenuhan kinerja
keuangan dan dan kinerja sosial yang baik, maka kelangsungan hidup
perusahaan jangka pendek dan jangka panjang akan dapat dicapai
(Maskuroh, 2014).
2. Signalling Theory ( Teori Sinyal)
Signalling Theory (teori sinyal) digunakan untuk menjelaskan
bahwa pada dasarnya laporan keuangan dimanfaatkan perusahaan
untuk memberi sinyal positif maupun negatif kepada pengunanya
(Sulistiyono, 2008). Signalling Theory lebih menekankan kepada
pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap
keputusan investasi pihak luar perusahaan. Informasi merupakan unsur
penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada
hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk
keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang
bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagi pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat
diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk
mengambil keputusan investasi (Ulum, 2017).
3. Kinerja Keuangan
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2012) Kinerja keuangan adalah gambaran
tentang keberhasilan perusahaan yang berupa hasil yang telah
25
dicapai berkat berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Kinerja
keuangan merupakan suatu analisis untuk menilai sejauh mana
suatu perusahaan telah melaksanakan aktivitas sesuai aturan-aturan
pelaksanaan keuangan. Sedangkan menurut Rudianto, (2013)
kinerja keuangan adalah hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh
manajemen perusahaan dalam mengelola aset perusahaan secara
efektif selama periode tertentu. Kinerja keuangan sangat
dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi
tingkat keberhasilan perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan
yang telah dilaksanakan.
Menurut Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan
(DPNP) dalam Surat Edaran (SE) BI No.13/24/DPNP/2011 yang
merupakan prinsip-prinsip umum yang harus diperhatikan
manajemen bank dalam menilai kinerja bank adalah berorientasi
pada risiko, proporsionalitas, materialitas dan signifikansi serta
komprehensif dan terstruktur. Yusuf (2017) menyatakan bahwa
penilaian kinerja bank oleh manajemen, pemegang saham,
pemerintah maupun stakeholder yang lain penting untuk dilakukan
karena menyangkut distribusi kesejahteraan diantara mereka.
Kinerja bank dapat dinilai melalui berbagai macam variabel atau
indikator. Sumber utama variabel atau indikator yang dijadikan
dasar penilaian adalah laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan.
26
b. Pengukuran Kinerja
Untuk mengetahui prestasi yang dicapai perusahaan, perlu
dilakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam kurun
waktu tertentu. Dalam mengevaluasi kinerja perusahaan yang
paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dalam hal ini
adalah investor, para manajer, kreditor, pemerintah dan
masyarakat.
Tujuan pengukuran kinerja keuangan perusahaan menurut
Munawir (2010:31)yaitu:
a) Mengetahui tingkat likuiditas yang menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada
saat ditagih.
b) Mengetahui tingkat solvabilitas yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan
jangka pendek dan jangka panjang jika perusahaan dilikuidasi.
c) Mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba pada periode tertentu.
d) Mengetahui tingkat stabilitas yang menunjukan kemampuan
perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan stabil yang
diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan
untuk membayar hutang dan beban bunga atas hutang tepat
pada waktunya.
27
c. Faktor Internal dan Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kinerja
Keuangan
Menurut Athanasoglou et al. dalam Dwijayanti & Naomi,
(2009) menyatakan bahwa kinerja keuangan dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor mikro atau faktor spesifik bank yang
menentukan profitabilitas, sedangkan faktor eksternal merupakan
variabel-variabel yang tidak berhubungan langsung dengan bank,
tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi
perekonomian dan hukum yang akan berdampak pada kinerja
keuangan. Athanasoglou (2011) menyatakan bahwa profitabilitas
bank merupakan fungsi dari faktor internal dan eksternal. Para
peneliti sepakat bahwa faktor internal yang mempengaruhi
profitabilitas bank adalah ukuran, modal, manajemen risiko,
manajemen biaya sedangkan faktor eksternal yang perlu
diperhatikan adalah inflasi, suku bunga, siklus output, serta
variabel yang mempersentasikan karakteristik pasar.
4. Return On Asset (ROA)
Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang
paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Menurut
Sholihah dan Triyana dalam Jannah (2018) semakin tinggi
profitabilitas perusahaan, maka semakin baik kinerja keuangannya.
28
Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah
Return On Asset (ROA).
Menurut Endraswati et al., (2014) Return On Asset merupakan
rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menghasilkan keuntungan dari pengelolaan aset yang dimiliki bank.
Menurut Kasmir (2016) ROA merupakan rasio yang menunjukan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahan.
Menurut Hery (2015) hasil pengembalian ROA merupakan rasio
yang menunjukan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan
laba bersih. Dengan kata lain rasio ROA digunakan untuk mengukur
seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Analisis ROA berfungsi sebagai jembatan bagi pihak manajemen
untuk mengetahui bagaimana efektifitas dan efisiensi penggunaan
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sehingga dengan
melakukan analisis ROA juga akan memudahkan pengguna informasi
keuangan untuk menentukan keputusan dan strategi bisnis dalam
upaya untuk mempertahankan pengembangan serta eksistensi suatu
perusahaan pada masa yang akan datang (Palimbong, 2016).
Dendawijaya dalam Arifah (2018) menyatakan bahwa semakin
besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut
dalam segi penggunaan aset. Dan sebaliknya semakin rendah ROA,
29
maka semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari satu
rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Menurut Bank Indonesia Return On Asset (ROA) merupakan
perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total aset
dalam satu periode. Secara matematis, ROA dirumuskan sebagai
berikut:
ROA =𝐋𝐚𝐛𝐚𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡
𝐑𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 x 100%
5. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Dendawijaya dalam Syakhrun et al., (2019), capital
adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang menghasilkan
risiko, misalnya risiko kredit yang diberikan sehingga dapat
mempengaruhi profitabilitas. Menurut Kasmir (2016), capital
adequacy ratio adalah perbandingan rasio antara rasio modal terhadap
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan sesuai ketentuan
pemerintah.
Menurut Muhammad & Suwikayo (2009) Capital Adequacy Ratio
(CAR) adalah gambaran mengenai kemampuan bank syariah dalam
memenuhi kecakupan modalnya. Rasio kecakupan modal (CAR)
merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka
pengembangan usaha dan menampung rasio kerugian (Umam, 2013)
Menurut Bank Indonesia Nomor 9/13/PBI/2007, CAR adalah
penyediaan modal minimum bagi bank yang didasarkan pada risiko
30
aktiva yang tercantum dalam neraca dan aktiva yang bersifat
administratif dan risiko pasar.
Nilai CAR semakin tinggi, maka semakin kuat kemampuan bank
untuk menanggung risiko dari setiap kredit dan aktiva produktif yang
beresiko. CAR diukur berdasarkan dari presentase tertentu terhadap
aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Semakin besar kredit yang
disalurkan oleh bank, maka semakin besar pula ATMR bank tersebut,
sehingga CAR akan turun. Artinya, apabila bank akan melakukan
ekspansi kredit, maka harus memperhatikan jumlah kredit yang
dimiliki saat itu. Serta apabila CAR-nya sudah terbatas atau mendekati
ketentuan minimal, maka ekspansi kredit harus dibarengi dengan
penambahan modal (Pracoyo, 2005).
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum pasal 2
ayat 3 penyediaan modal minimum dibagi menjadi 4 kategori yaitu:
paling rendah 8% dari ATMR untuk bank dengan profit risiko tingkat
satu, paling rendah 9% sampai kurang dari 10% dari ATMR untuk
bank dengan profit risiko peringkat 3, dan 11% sampai dengan 14%
dari ATMR untuk bank dengan profit risiko peringkat 4 atau peringkat
5.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP
tanggal 14 Desember 2001, CAR adalah rasio antara modal terhadap
analisis tertimbang menurut risiko (ATMR)
31
CAR = 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍𝑺𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊
𝑨𝑻𝑴𝑹 x 100%
6. Inflasi
Secara umum inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara terus
menerus dari barang atau komoditas dan jasa selama periode waktu
tertentu (Syah, 2018). Menurut Karim, (2017) inflasi adalah kenaikan
yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit
perhitungan moneter) terhadap barang-barang atau komoditas atau
jasa. Sedangkan menurut Boedinono (2000) inflasi adalah
kecenderungan meningkatnya harga barang-barang umum secara terus
menerus. Dimana kenaikan harga-harga barang tersebut tidak
semuanya dengan presentase yang sama atau dapat terjadi kenaikan
yang tidak bersamaan akan tetapi terjadi secara terus menerus selama
satu periode tertentu.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK adalah
perbandinganrelative dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu
saat dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada
tahun dasar dan dinyatakan dalam persen (Gilarso 2004). Perubahan
IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket
barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
a. Jenis Inflasi Menurut Tingkat Keparahannya
Menurut Paul dalam Hidayati (2014) jenis inflasi menurut tingkat
keparahannya sebagai berikut:
32
a) Moderate Inflation
Moderate Inflation adalah kenaikan tingkat harga yang
lambat atau sering disebut inflasi satu digit. Pada tingkat inflasi
seperti ini orang-orang masih mau untuk memegang uang dan
menyimpan kekayaanya dalam bentuk uang daripada dalam
bentuk asset rill.
b) Galloping Inflation
Galloping Inflation adalah inflasi terjadi pada tingkatan
20% sampai dengan 200% per tahun. Pada tingkat inflasi
seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja,
sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk asset-asset rill.
Perekonomian seperti ini cenderung mangakibatkan terjadinya
masalah besar dalam perekonomian karena orang-orang akan
cenderung mengirimkan dananya untuk berinvestasi di luar
negeri daripada berinvestasi di dalam negeri (capital outflow).
c) Hyper Inflation
Hyper Inflation terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi
yaitu jutaan sampai triliunan persen per tahun. Meski banyak
pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan
menghadapi galloping inflation, akan tetapi tidak pernah ada
pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi inflasi jenis
ketiga yang amat mematikan ini.
33
7. Gross Domestic Product (GDP)
Menurut Mutmainah dan Chasanah dalam Azizi (2016) Gross
Domestic Product (GDP) digunakan untuk mengukur semua barang
dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu.
Komponen yang ada dalam GDP yaitu pendapatan, pengeluaran atau
investasi, pengeluaran pemerintah dan selisih ekspor-impor.
Menurut Sukirno (2004) Gross Domestic Product (GDP)
merupakan nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang
diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut
dan negara asing. Sedangkan menurut Hasyim (2016) Gross Domestic
Product adalah total pendapatan yang dihasilkan dari semua barang
dan jasa didalam suatu negara, termasuk pendapatan orang asing yang
bekerja dalam negara tersebut. Gross Domestic Product mengukur
nilai semua barang dan jasa yang dihasilkan dalam negeri tanpa
membedakan kepemilikan atau kewarganegaraan dalam periode
tertentu.
Gross Domestic Product adalah nilai pasar dari semua barang dan
jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara. Tujuan GDP adalah
untuk meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu
selama periode waktu tertentu (Mankiw, 2006).
GDP hanya menghitung barang jadi atau barang final dan jasa
final, dan tidak termasuk nilai barang setengah jadi. GDP dipakai
sebagai media atau indikator yang baik untuk kehidupan masyarakat.
34
GDP menurut Mankiw (2006) dibagi menjadi dua yaitu GDP rill dan
GDP nominal.
GDP riil adalah GDP atas dasar konstan yang menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang
berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Perubahan GDP rill
hanya diakibatkan karena perubahan jumlah barang dan jasa yang
diproduksi. Hal ini diakibatkan karena GDP rill disusun berdasarkan
harga-harga pada tahun tertentu (Natsir, 2014). GDP rill
mencerminkan pendapatan asli warga negara, sehingga ukuran
kemakmuran ekonomi suatu negara yang lebih baik akan dihitung
berdasarkan output barang dan jasa perekonomian warga negaranya
dan tidak dipengaruhi oleh harga yang berlaku. Dan GDP rill variabel
yang tepat untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu negara,
karena harga-harganya dianggap konstan sehingga lebih mudah
dihitung Prasetyo dalam Prakasa (2019).
GDP nominal adalah GDP yang dihitung atas dasar harga yang
berlaku yang menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. GDP
nominal dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur
ekonomi. Perubahan GDP nominal diakibatkan oleh perubahan harga
dan perubahan jumlah output yang diproduksi (Eachem & A, 2020)
35
8. Non Performing Financing (NPF)
Berdasarkan Surat Edaran OJK Nomor 10/SEOJK.03/2014 risiko
pembiayaan adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian
yang disepakati. Menurut Dendawijaya (2006) Non Performing
Financing adalah pembiayaan-pembiayaan yang kategori
kolektabilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar,
diragukan dan pembiayaan macet.
Menurut Siamat dalam Rahman & Rochmanika (2012)
pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan
pelunasan akibat adanya faktor kesenjagan dan atau karena faktor
eksternal dari luar kemampuan nasabah peminjam. Menurut Prastanto
dalam Ariyanti (2017), Non Performing Financing adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank untuk
mengelola pembiayaan yang bermasalah yang ada, yang dapat
dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank.
Menurut Solikhatun (2014: 58) menyatakan bahwa semakin
besarnya pembiayaan dibandingkan dengan deposit atau simpanan
masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya
resiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan, salah
satunya risiko pembiayaan bermasalah atau Non Performing
Financing. Apabila NPF semakin tinggi maka profitabilitas akan
36
semakin rendah dan sebaliknya, semakin rendah NPF maka
profitabilitas akan semakin tinggi (Abdullah, 2005:114).
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
15/POJK.03/2017 standar rasio NPF yang diperbolehkan Bank
Indonesia adalah maksimal 5% atau peringkat dua. Tingginya nilai
NPF suatu bank menunjukan kualitas pembiayaan bank syariah yang
semakin buruk. Buruknya kondisi keuangan akan membuat nasabah
atau investor menjadi kurang percaya untuk menanamkan dananya
pada bank tersebut.
Rasio Non Performing Financing (NPF) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
NPF = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝐷𝑖𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑘𝑎𝑛 x 100%
a. Kategori Kolektabilitas Kredit Bermasalah
Menurut Dendawijaya (2006) adapun kategori kolektabilitas
kredit bermasalah terdiri dari tiga bagian yaitu:
a) Kurang Lancar (substandard)
Kredit kurang lancar adalah kredit yang pengembalian
pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami
penundaan selama 3 (tiga) bulan dari waktu yang diperjanjikan.
b) Diragukan (doubtful)
Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok
pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami
37
penundaan selama 6 (enam) bulan atau dua kali lipat dari
jadwal yang telah diperjanjikan.
c) Macet (loss)
Kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok
pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami
penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut
jadwal yang telah diperjanjikan.
b. Faktor-faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena
kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Menurut
Arifin (2002) penyebab kesulitan keuangan perusahaan dapat
dibagi dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal :
a) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada didalam perusahaan
sendiri, dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor
manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan
perusahaan yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat
dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam kebijakan
pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan
pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan
yang berlebihan pada aktiva tetap, dan permodalan yang tidak
cukup.
38
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar
kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam,
peperangan, perubahan dalam kondisi perekonomian dan
perdagangan, perubahan-perubahan teknologi dan lain-lain.
c. Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
Menurut Trisnawati (2013) upaya yang dapat dilakukan
oleh bank untuk penyelesaian pembiayaan bermasalah adalah:
a) Rescheduling
Rescheduling adalah upaya yang dapat dilakukan oleh bank
guna menangani pembiayaan bermasalah dengan membuat
penjadwalan ulang. Penjadwalan ulang dapat dilakukan oleh
nasabah (debitur) yang mempunyai niat baik namun tidak
memeliki kemampuan dalam melakukan pembayaran.
b) Reconditioning
Reconditioning adalah upaya yang dapat dilakukan bank
dalam menangani pembiayaan dengan cara mengubah seluruh
atau sebagian dari perjanjian yang telah dilakukan oleh kedua
belah pihak, yaitu pihak nasabah dan bank.
c) Restructuring
Restructuring adalah upaya yang dapat dilakukan oleh bank
dalam menangani pembiayaan bermasalah dengan cara
mengubah struktur dalam pembiayaan yang mendasari
39
penyaluran pembiayaan. Dalam hal ini, pihak bank akan
mengubah struktur pembiayaan tersebut dengan cara
memberikan tambahan dana (pembiayaan) untuk modal kerja
agar usaha nasabah dapat kembali menjalankan operasionalnya
dan mendapat keuntungan, sehingga angsuran dapat
dibayarkan kembali.
d) Kombinasi
Kombinasi adalah upaya pihak bank dalam menangani
pembiayaan bermasalah dengan mengkombinasikan berbagai
opsi diatas seperti:
1) Rescheduling dan Restructuring
Kombinasi yang dilakukan misalnya bank
memberikan perpanjangan waktu dan menambah jumlah
pembiayaan. Hal ini karena bank melihat bahwa nasabah
mempunyai potensi untuk diselamatkan dengan cara
memberikan tambahan pembiayaan guna tambahan modal
kerja bagi nasabah, serta bank memberikan tambahan waktu
agar total angsuran perbulan menurun sehingga nasabah
mampu membayar angsuran.
2) Rescheduling dan Reconditioning
Kombinasi yang dilakukan adalah dengan
memperpanjang jangka waktu dan meringankan bagi hasil.
40
Dengan hal tersebut nasabah diharapkan dapat membayar
kembali kewajibannya.
3) Restructuring dan Reconditioning
Kombinasi yang dilakukan adalah dengan
penambahan pembiayaan diikuti dengan mengurangi bagi
hasil atau pembebasan tunggakan dari nasabah.
4) Rescheduling, Restructuring dan Reconditioning
Kombinasi yang dilakukan dalam tahap ini
merupakan upaya maksimal dari bank, mislanya
memperpanjang jangka waktu, menambah pembiayaan dan
membebaskan tunggakan.
e) Eksekusi
Eksekusi adalah upaya alternatif yang dapat dilakukan
terakhir dalam menangani pembiayaan bermasalah, yaitu
penjualan agunan yang dimilki oleh bank. Hasil dari penjualan
agunan digunakan untuk melunasi semua kewajiban nasabah
(debitur) baik kewajiban atas pembiayaan pokok maupun
margin. Sisa atas hasil penjualan agunan tersebut, akan
dikembalikan kepada nasabah. Sebaliknya, kekurangan dari
hasil penjualan angunan menjadi tanggungan nasabah, artinya
nasabah masih memilki kewajiban kepada bank sebesar
kekurangan jumlah pembiayaan yang telah dikurangi hasil
penjualan agunan.
41
C. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini akan menjelaskan pengaruh variabel CAR,
Inflasi, dan GDP terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dengan
NPF sebagai variabel intervening.
H1
H5
H6 H4
H7
H3
H2
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Dalam rangka konsep penelitian diatas variabel X adalah Capital
Adequacy Ratio, Inflasi dan Gross Domestic Product, dengan variabel Y
adalah kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROA dan variabel
Intervening (Z) adalah Non Performing Financing (NPF). Berdasarkan
kerangka diatas maka dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
NPF (z) = β0 + β1X1 +β2X2 +β3X3 + e
CAR (X1)
Inflasi (X2)
GDP (X3)
NPF (Z) ROA (Y)
42
ROA (y) = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 +β4Z + e
Keterangan:
X1 = Capital Adequacy Ratio
X2 = Inflasi
X3 = Gross Domestic Product
Y = ROA
Z = Non Performing Financing
e = Standar eror
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian
yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat (Sujarweni,
2015). Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian
dinyatakan sebagai berikut:
1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Kinerja Keunagan (ROA)
Capital Adequacy Ratio adalah salah satu cara untuk menghitung
apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau belum
(Hasibuan, 2008). Bank bertugas menghimpun dana dan menyalurkan
kembali dalam bentuk kredit dengan CAR yang cukup atau memenuhi
ketentuan. Sehingga bank dapat beroperasi dan terciptalah laba.
43
CAR merupakan rasio permodalan untuk mengukur kecakupan
modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang menghasilkan
resiko, misal kredit yang diberikan. Indikator CAR merupakan salah
satu indikator permodalan yang sering digunakan dalam menilai
kinerja perbankan. Apabila modal yang dimiliki bank mampu untuk
menanggung risiko-risiko yang tidak dapat dihindari, maka bank dapat
mengelola seluruh kegiatannya secara efisien, sehingga kekayaan yang
dimiliki bank diharapkan semakin meningkat dan begitu pula
sebaliknya (Pramudhito, 2014). Semakin besar CAR maka kinerja
perbankan tersebut akan semakin baik, karena permodalan yang ada
digunakan untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan
perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga (Ayu & Bagus,
2016). Penelitian yang dilakukan oleh Singh (2015) dan Wibowo &
Syaichu (2013) menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja perbankan (ROA). Sehingga hipotesis
pertama (H1) yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1: CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan (ROA)
2. Pengaruh Inflasi terhadap Kinerja Keuangan (ROA)
Inflasi menurut Lindayani & Dewi (2016) merupakan
kecenderungan kenaikan harga secara terus menerus yang tidak
diimbangi dengan jumlah persedaiaan. Menurut Nopirin (2009) inflasi
merupakan proses kenaikan harga-harga umum suatu barang secara
44
terus menerus, atau dengan kata lain adanya penurunan dari nilai mata
uang yang berlaku.
Inflasi dapat berpengaruh buruk bagi perekonomian. Apabila
terjadi inflasi yang tinggi maka keadaan perekonomian menjadi kacau.
Hal ini mengakibatkan minat masyarakat untuk menabung,
berinvestasi dan berproduksi menjadi berkurang. Bagi perusahaan
sebuah inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi maupun
operasional