Upload
hoangthuan
View
241
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP
OUTCOMES PELAYANAN PUBLIK BIDANG
PENDIDIKAN
(Studi Kasus : Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 dan 2012)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat – Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi Program Studi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh:
UMI KHOTIJAH
NIM : B200110008
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP
OUTCOMES PELAYANAN PUBLIK BIDANG
PENDIDIKAN
(Studi Kasus : Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 dan 2012)
UMI KHOTIJAH
B 200 110 008
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desentralisasi fiskal yang diukur
dari sisi pendapatan dan pengeluaran terhadap outcomes pelayanan publik bidang pendidikan
yaitu angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah.
Data penelitian yang digunakan adalah data panel yang mencakup 35 Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa tengah pada tahun 2011 dan 2012. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda. Variabel yang diteliti pengaruhnya terhadap angka partisipasi
sekolah dan angka putus sekolah adalah desentralisasi fiskal, PDRB perkapita, jumlah
penduduk, jumlah sekolah dan rasio murid per guru.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi
pendapatan dan pengeluaran tidak berpengaruh signifikan terhadap angka partisipasi sekolah
dan angka putus sekolah tingkat SMP di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.
Kata kunci: desentralisasi fiskal, angka partisipasi sekolah (APS) SMP, angka putus sekolah
(APtS) SMP.
A. PENDAHULUAN
Pada awal tahun 2001 Indonesia melakukan perombakkan besar-besaran terhadap
sistem pengelolahan pemerintahan. Proses pelaksanaannya diawali dengan
penyempurnaan tatanan politik pemerintahan terhadap UU No. 22 Tahun 1999 diganti
dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota yang menggantikan UU No. 25 Tahun 1999. Berdasarkan
peraturan undang-undang tersebut, muncullah kebijakan baru pemerintah yang dikenal
dengan otonomi daerah yang kemudian diberlakukanlah sistem desentralisasi fiskal.
Desentralisasi fiskal dianggap sebagai alat untuk mendekatkan pengembalian
kebijakan penyediaan barang publik agar lebih efisien dan sesuai dengan permintaan
masyarakat diharapkan mampu membuka akses barang publik. Di Indonesia
desentralisasi fiskal tercermin dalam kebijakan pendapatan asli daerah dan pengeluaran
pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. (Bakti dan Kodoatie, 2012)
Perubahan sistem keuangan yang dilakukan oleh pemerintah diharapkan mampu
memberikan manfaat diberbagai sektor, seperti sektor publik, kesehatan, pendidikan, dan
keamanan. Manfaatnya antara lain: Pertama, mendorong peningkatan partisipasi,
prakarsa dan kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong perataan
hasil-hasil pembangunan (keadilan) di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya
dan potensi yang tersedia di masing-masing daerah. Kedua, memperbaiki alokasi sumber
daya produktif melalui pergeseran peran pengembalian keputusan publik ketingkat
pemerintah yang paling rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap. (Shah,
1997 dalam Mardiasmo, 2002)
Dalam rangka memenuhi penyediaan pelayanan publik bidang pendidikan pemerintah
daerah telah mengalokasikan belanja pendidikan melalui belanja urusan pendidikan.
Belanja urusan pendidikan merupakan urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh
pemerintah daerah dan berhak diterima secara minimal oleh masyarakat sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-undang SISDIKNAS 2003.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal, jumlah penduduk, PDRB per
kapita, jumlah sekolah dan rasio murid per guru terhadap angka partisipasi sekolah dan
angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah periode 2011
dan 2012.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Desentralisasi Fiskal
Menurut Elmi (2002) desentralisasi fiskal merupakan salah satu mekanisme
transfer dana dari APBN dalam kaitan dengan kebijakan keuangan negara yaitu untuk
mewujudkan ketahanan fiskal yang berkelanjutan (fiscal substainability) dan memberikan
stimulus terhadap aktivitas perekonomian masyarakat, maka dengan kebijakan
desentralisasi fiskal diharapkan akan menciptakan pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah.
Teori Pendapatan Asli Daerah
Mulyana. dkk (2006) mengemukakan bahwa pendapatan asli daerah adalah bagian
dari pendapatan daerah yang bersumber dari potensi daerah itu sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Teori Pengeluaran Daerah
Menurut Kawedar. dkk (2008) pengeluaran daerah terdiri dari belanja daerah dan
pengeluaran pembiayaan daerah. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran
harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang
cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak
mencukupi kredit anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD.
C. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Tengah periode 2011 dan 2012. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah periode 2011 dan 2012.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan sampling jenuh.
Menurut Sugiyono (2007) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dengan adanya gabungan data
runtun waktu (time series) dengan data antar daerah (cross section) atau yang disebut data
panel (panel data). Dalam penelitian ini menggunakan data dari periode 2010 dan 2011
yang terdiri dari 35 kabupaten/kota. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder
yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau diperoleh dari pihak lain.
Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah angka partisipasi sekolah dan
angka putus sekolah ditingkat SMP. Sedangkan variabel independen yang berpengaruh
terhadap outcomes bidang pendidikan adalah variabel desentralisasi fiskal yang dilihat
melalui sisi pendapatan dan desentralisasi fiskal dari sisi pengeluaran. Selain itu,
digunakan pula variabel kontrol berupa PDRB perkapita, jumlah penduduk, jumlah
sekolah dan rasio murid per guru.
D. METODE ANALISI DATA
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis dan swekness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011:19).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non-
parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Data dikatakan normal jika nilai signifikan >
0,05 (Ghozali, 2005).
Uji Multikolinearitas
Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, dalam
penelitian ini dengan menggunakan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF).
Jika nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10 berarti tidak terjadi
multikoliniearitas (Ghozali, 2011).
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. (Ghozali, 2011).
Uji Autokorelasi
Model yang digunakan dalam mendeteksi adanya autokorelasi yaitu dengan
menggunakan uji durbin Watson (DW). DW digunakan untuk melihat apakah data
residual terjadi secara random atau sistematis (Ghozali, 2011).
3. Uji Hipotesis
Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian analisis regresi linier berganda dilakukan dengan menggunakan
sofware SPSS versi 17. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari
desentralisasi fiskal terhadap Angka Partisipasi dan Angka Putus Sekolah tingkat
SMP.
Estimasi dalam model persamaan pengaruh desentralisasi fiskal terhadap
outcomes bidang pendidikan merupakan pengembangan model dari Bakti (2012).
Maka pengembangan model ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
APS = a1 + a2DECPAD + a3Y + a4Pop + aJS + aRMG + u (1)
APS = b1 + b2DECEXP + b3Y + b4Pop + bJS + bRMG + u (2)
APtS = c1+ c2DECPAD + c3Y + c5Pop + c6JS + cRMG +u (3)
APtSr = d1+d2DECEXP+d3Y + d5Pop + d6JS + dRMG + u (4)
Dimana :
APS = Angka Partisipasi Sekolah
APtSr = Angka Putus Sekolah
DECPAD = Derajat desentralisasi fiskal yang diukur melalui sisi pendapatan
DECEXP = Derajat desentralisasi fiskal yang diukur melalui sisi pengeluaran
Y = Produk domestik regional bruto
Pop = Jumlah penduduk perempuan
JS = Jumlah sekolah
RMG = Ratio Murid per Guru
u = error terms
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2011).
Uji signifikan simultan (uji statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2011).
Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Jika nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas
(Ghozali, 2011).
E. PEMBAHASAN
1. Pengaruh Desentralisasi Fiskal (DECPAD) terhadap Angka Partisipasi Sekolah
(APS)
Berdasarkan hasil regresi berganda pada persamaan pengaruh desentralisasi
fiskal yang diukur dari sisi pendapatan terhadap angka partisipasi sekolah tidak
memiliki pengaruh signifikan. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien DECPAD
sebesar 0,181 dengan parameter positif. Artinya apabila DECPAD meningkat sebesar
satu satuan, maka angka partisipasi sekolah akan meningkat sebesar 0,181.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bakti et al
(2012) yang menyatakan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan
daerah ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap angka partisipasi sekolah
perempuan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Variabel kontrol pada model pertama yang memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap angka partisipasi sekolah adalah rasio murid per guru. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Salinas Paula, Pena (2007) dalam Huda dan Sasana
mengungkapkan bahwa ketersediaan guru di suatu daerah dengan tingkat partisipasi
sekolah mempunyai hubungan yang positif yang berarti dengan ketersediaan guru di
suatu daerah berpengaruh terhadap partisipasi sekolah.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel desentralisasi fiskal yang
diukur dari sisi pendapatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka
partisipasi sekolah tingkat SMP kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.
2. Pengaruh Desentralisasi Fiskal (DECEXP) terhadap Angka Partisipasi Sekolah
(APS)
Berdasarkan hasil regresi berganda pada persamaan pengaruh desentralisasi
fiskal yang diukur dari sisi pengeluaran terhadap angka partisipasi sekolah tidak
memiliki pengaruh signifikan. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien DECEXP
sebesar -0,087 dengan parameter negatif. Artinya apabila DECEXP menurun sebesar
satu satuan, maka angka partisipasi sekolah akan menurun sebesar -0,087.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Huda et al
(2012) yang menyatakan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dengan belanja
daerah ditemukan tidak signifikan terhadap angka partisipasi sekolah di Provinsi DKI
Jakarta.
Variabel kontrol pada model kedua yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap angka partisipasi sekolah antara lain PDRB per kapita dan rasio murid per
guru.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dari
sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi
sekolah tingkat SMP di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.
3. Pengaruh Desentralisasi Fiskal (DECPAD) terhadap Angka Putus Sekolah
(APtS)
Berdasarkan hasil regresi berganda pada persamaan pengaruh desentralisasi
fiskal yang diukur dari sisi pendapatan terhadap angka partisipasi sekolah tidak
memiliki pengaruh signifikan. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien DECPAD
sebesar 0,021 dengan parameter positif. Artinya apabila DECPAD meningkat sebesar
satu satuan, maka angka putus sekolah akan meningkat sebesar 0,021.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh
Agustina (2011) bahwa indikator desentralisasi yang tepat dalam menggambarkan
derajat desentralisasi fiskal adalah indikator yang diestimasi dari sisi pendapatan,
karena dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa angka melanjutkan sekolah yang
diukur dari sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan
variabel lainnya yang diukur menggunakan rasio pendapatan semua memiliki
pengaruh yang signifikan.
Variabel kontrol dalam model ketiga yang memiliki pengaruh signifikan yaitu
rasio murid per guru. Artinya ketersediaan guru di suatu daerah berpengaruh terhadap
angka putus sekolah.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dari
sisi pendapatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka putus sekolah
tingkat SMP di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.
4. Pengaruh Desentralisasi Fiskal (DECEXP) terhadap Angka Putus Sekolah
(APtS)
Berdasarkan hasil regresi berganda pada persamaan pengaruh desentralisasi
fiskal yang diukur dari sisi pendapatan terhadap angka partisipasi sekolah tidak
memiliki pengaruh signifikan. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien DECEXP
sebesar 0,026 dengan parameter positif. Artinya apabila DECEXP meningkat sebesar
satu satuan, maka angka putus sekolah meningkat sebesar 0,026.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Agustina
(2011) bahwa indikator desentralisasi yang tepat dalam menggambarkan derajat
desentralisasi fiskal adalah indikator yang diestimasi dari sisi pengeluaran, karena
dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa angka melanjutkan sekolah yang diukur
dari sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan variabel
lainnya yang diukur menggunakan rasio pendapatan semua memiliki pengaruh yang
signifikan.
Variabel kontrol dalam model keempat yang memiliki pengaruh signifikan
hanya rasio murid per guru. Artinya ketersediaan guru di suatu daerah berpengaruh
terhadap angka putus sekolah.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dari
sisi pengeluaran tidak berpengaruh signifikan terhadap angka putus sekolah tingkat
SMP di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.
F. SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai pengaruh desentralisasi fiskal terhadap
angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 dan 2012 dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengaruh desentralisasi fiskal terhadap angka partisipasi sekolah tingkat SMP di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 dan 2011
Berdasarkan hasil olah data menggunakan analisis regresi linier berganda
diketahui variabel desentralisasi fiskal baik melalui sisi pendapatan maupun sisi
pengeluaran tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi
sekolah tingkat SMP. Variabel kontrol seperti PDRB perkapita, jumlah penduduk dan
jumlah sekolah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah
sebagai variabel dependen. Untuk variabel kontrol yang lain yaitu PDRB perkapita
ditemukan hasil yang berbeda dari sisi pendapatan menunjukkan bahwa PDRB per
kapita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah namun
dari sisi pengeluaran PDRB per kapita memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
angka partisipasi sekolah. Sedangkan rasio murid per guru ditemukan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap angka partisipasi sekolah di lihat dari sisi
pendapatan maupun pengeluaran. Daerah dengan angka partisipasi tertinggi berada di
Kota Salatiga dan terendah berada di Kabupaten Brebes.
2. Pengaruh desentralisasi fiskal terhadap angka putus sekolah tingkat SMP di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 dan 2011
Berdasarkan hasil olah data menggunakan analisis regresi linier berganda
diketahui variabel desentralisasi fiskal baik melalui sisi pendapatan maupun sisi
pengeluaran tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap angka putus sekolah
tingkat SMP. Variabel kontrol dalam persamaan ini yaitu PDRB per kapita, jumlah
penduduk dan jumlah sekolah tidak berpengaruh terhadap angka putus sekolah tingkat
SMP, sedangkan rasio murid per guru memiliki pengaruh terhadap angka putus
sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Angka putus sekolah
tertinggi berada di Kabupaten Semarang dan terendah berada di beberapa daerah yang
memiliki angka putus sekolah nol persen.
G. KETERBATASAN
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut :
1. Data dalam rentang waktu penelitian hanya dilakukan selama dua tahun di 35
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah belum mampu menjelaskan secara
menyeluruh proses desentralisasi fiskal terhadap outcomes pelayanan publik bidang
pendidikan yaitu angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah.
2. Terbatasnya data dalam menganalisa variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
outcomes pelayanan publik bidang pendidikan yaitu angka partisipasi sekolah dan
angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.
H. SARAN
Berdasarkan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran-saran yang ingin
diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti selanjutnya data rentang waktu penelitian harap ditambah sehingga
hasilnya dapat memperkuat penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan varaiabel kontrol lain yang mungkin
dapat memiliki pengaruh dalam mengukur outcomes pelayanan publik bidang
pendidikan yaitu angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah tingkat SMP di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah seperti variabel rasio murid per kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Dina. 2011. Analisi Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Angka Kematian Bayi
dan Angka Melanjutkan SMP/MTs Periode 2007-2009. Sekripsi S1
dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah 2011 s/d 2013. Jawa Tengah Dalam Angka 2012
dan 2013. Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 dan 2012.
Publikasi Digital BPS Provinsi Jawa Tengah.
Ahmad, Afridian Wirahadi. 2010. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Outcomes Bidang
Kesehatan: Studi Empiris di Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Barat.
Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Bakti, Galih Pramilu dan Kodoatie, Johanna Maria 2012. “Analisis Dampak Desentralisasi
Fiskal terhadap Angka Melek Huruf Perempuan dan Angka Partisipasi
Perempuan di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Diponegoro Journal of Economic. Vol 1, No 1, Tahun 2012, Halaman1-7.
.
Darise, Nurlan. 2006. Pengelolaan Keungan DAERAH. Penerbit PT. INDEKS Kelompok
Gramedia. Gorontalo.
Elmi, Bachrul. 2002. Kebijakan Desentralisasi Fiskal Kaitannya dengan Hutang Luar Negeri
Pemerintah Daerah Otonom. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 6. No.4.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Huda, Noval Akhmad dan Sasana, Hadi. 2013. “Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal
terhadap Outcome Pelayanan Publik Bidang Pendidikan (Studi Kasus: Provinsi
DKI Jakarta)”. Diponegoro Journal of Economic. Volume 2, Nomor 1, Tahun
2013, Hal 1.
Kwedar, Warsito, Abdul Rohman, dan Siti Handayanti. 2008. “ Akuntansi Sektor Publik :
Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah. Penerbit
UNDIP. Semaranag.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi, Yogyakarta, Hal.25
Prasetya, Ferry. 2012. MODUL EKONOMI PUBLIK, BAGIAN V: TEORI Pengeluaran
Pemerintah. FEB Universitas Brawijaya. Malang.
Purusa, Mahocca Swangga dan Sasana, Hadi. 2013. IMLIKASI DESENTRALISASI
FISKAL TERHADAP AKABA DAN APM SD/MI DI KABUPATEN/KOTA
PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2007-2010. Vol. 2. No. 1. Hal 1-12.
Salinas, Paula dan Sole-Olle, Albert. 2009. “Evaluating the effects of desentralisazion on
educational outcomes in Spain,” Working Papers in Economia 228, Universitat
de Barcelona. Espai de Recerca on Economia.
Saragih, Juri Panglima. 2011. “DESENTRALISASI FISKAL DAN KEUANGAN DAERAH
DALAM OTONOMI. Ghalian Indonesia. Jakarta.
Sasana, Hadi. 2009. Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuahn Ekonomi
terhadap Kesenjangan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa tengah. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Vol. 2 4 No. 7
Sianturi, Y. Simonsen. 2011. “Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Ketimpangan
Pendapatan Antar Wilayah (Studi Kasus Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera)”.
Sekripsi S1 dipublikasikan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Soebagiyo, Daryono. 2013. “Perekonomian Indonesia”. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung
Suparmoko. 2003. EKONOMI PUBLIK Edisi Pertama. Andi Yogyakarta.
Suyanto. 2010. “Flaypaper Effect Theory Dalam Implementasi Kabijakan Desentralisasi
Fiskal’. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.11, No. 73-74
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang “Perlindungan Anak”
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang “Otonomi Daerah”
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang “Pemerintah Daerah”
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang “Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah”