119
PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP KOMPOSISI PEMBIAYAAN MUDHARABAH (Studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh : EVA HARDINI FAUZIAH NIM 1112046100009 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H

PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN

TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP KOMPOSISI PEMBIAYAAN

MUDHARABAH (Studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

di Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

EVA HARDINI FAUZIAH

NIM 1112046100009

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1437 H

Page 2: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …
Page 3: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …
Page 4: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …
Page 5: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

v

ABSTRAK

EVA HARDINI FAUZIAH, NIM 1112046100009, Pengaruh DPK, CAR, Inflasi,

Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan

Mudharabah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel DPK, CAR,

inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat bagi hasil terhadap komposisi pembiayaan

mudharabah pada BPRS di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data time series bulanan yaitu dari Juni 2009 sampai Juni 2015 yang

dipublikasikan oleh Bank Indonesia dalam laporan keuangan bulanan Statistik

Perbankan Syariah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel DPK, CAR,

inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat bagi hasil berpengaruh secara signifikan

terhadap pembiayaan mudharabah. Secara parsial DPK dan nilai tukar rupiah

(kurs) berpengaruh positif signifikan sedangkan CAR berpengaruh negatif

signifikan. Variabel inflasi dan tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan

terhadap pembiayaan mudharabah.

Kata Kunci : Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Inflasi,

Nilai Tukar Rupiah (Kurs), Tingkat Bagi Hasil, Pembiayaan

Mudharabah

Pembimbing : Erika Amelia, M.Si.

Daftar Pustaka : Tahun 2000 s.d tahun 2015

Page 6: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa

memberikan rahmat, taufiq dan karunia-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENGARUH DPK, CAR, INFLASI,

NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP

KOMPOSISI PEMBIAYAAN MUDHARABAH (Studi pada Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia)”. Shalawat serta salam semoga tetap

tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya,

para sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai

pihak yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini baik

secara langsung maupun tidak langsung. Adapun ungkapan terima kasih ini

penulis tujukan kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Dr. Abdurrauf, Lc, M.A., ketua Program

Studi Muamalat dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Erika Amelia, M.Si., dosen pembimbing yang berkenan meluangkan

waktunya dan selalu memberikan motivasi, saran serta pengarahan yang

berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

vii

4. Bapak Dr. Muhammad Maksum, S.Ag., dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan perhatian, masukan dan bimbingan selama masa

kuliah.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada

penulis selama masa kuliah.

6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan

Perpustakaan Umum yang telah memberikan fasilitas kepada penulis

dalam mecari referensi-referensi terkait penulisan skripsi.

7. Kedua orang tua tercinta yang sangat berjasa dalam hidup saya yaitu

Bapak H. Samsudin dan Ibu Hj. Entin Suhartini yang selalu mencurahkan

kasih sayangnya, memberikan doa yang tiada henti-hentinya dan dorongan

semangat kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

8. Adik-adik tercinta Wildan J. Assayuthi, Nurul Fitria A.D dan M. Abidzar

Al-Ghifari yang selalu memberikan doa dan dorongan semangat sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat terbaikku dari kecil Rosi Rosyidah, sahabat kamar Aminah yaitu

Janah, Isti, Adel, Intan dan Ika. Terima kasih kalian yang selalu

mendoakan dan saling menyemangati dari jauh untuk menyelesaikan

skripsi ini. Semoga kita semua selalu sukses.

10. Teman-teman seperjuangan Lala, Ayu, Nihus, Deti, Ais, Ifa, Mentari,

Mulki, Nada dan teman-teman agassi yang selalu memberikan motivasi,

Page 8: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

viii

semangat dan berbagi canda tawa dengan penulis. Kalian seperti keluarga

di tanah rantau.

11. Teman-teman PS A 2012 dan PS angkatan 2012 yang tidak dapat

disebutkan satu per satu. Terima kasih atas bantuan, kerja sama, canda

tawa serta kenangan yang tak terlupakan selama masa perkuliahan.

12. Teman-teman KKN AKRAB yang telah memberikan doa dan semangat

kepada penulis. Semoga kita semakin akrab lagi.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Namun

penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ekonomi islam.

Jakarta, 30 Juni 2016

Penulis

Page 9: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…….........................................................................................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................iv

ABSTRAK...............................................................................................................v

KATA PENGANTAR............................................................................................vi

DAFTAR ISI...........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1

B. Identifikasi Masalah...............................................................................8

C. Batasan Masalah…...…………..............................................................9

D. Rumusan Masalah……………..............................................................9

E. Tujuan Penelitian..................................................................................10

F. Manfaat Penelitian................................................................................10

G. Sistematika Penulisan...........................................................................11

Page 10: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

x

BAB II LANDASAN TEORI

A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)..........................................13

1. Pengertian BPRS............................................................................13

2. Tujuan Didirikannya BPRS............................................................13

3. Kegiatan Usaha BPRS....................................................................14

B. Pembiayaan Mudharabah.....................................................................16

1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah.............................................16

2. Landasan Syariah...........................................................................17

3. Rukun Mudharabah........................................................................19

4. Penerapan Mudharabah dalam Perbankan Syariah........................20

C. Dana Pihak Ketiga (DPK)....................................................................22

D. Capital Adequacy Ratio (CAR)............................................................26

E. Inflasi....................................................................................................29

1. Pengertian Inflasi............................................................................29

2. Jenis Inflasi.....................................................................................30

3. Dampak Inflasi...............................................................................33

F. Nilai Tukar (Kurs)................................................................................36

1. Pengertian Nilai Tukar ..................................................................36

2. Sistem Nilai Tukar di Indonesia.....................................................37

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah..............39

G. Tingkat Bagi Hasil................................................................................40

1. Pengertian Tingkat Bagi Hasil.......................................................40

2. Kebijakan dalam Penetuan Nisbah Bagi Hasil...............................41

Page 11: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

xi

3. Sistem dan Prinsip Distribusi Bagi Hasil.......................................42

H. Penelitian Terdahulu.............................................................................44

I. Kerangka Pemikiran.............................................................................49

J. Hipotesis...............................................................................................52

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................54

B. Sumber dan Jenis Data.........................................................................54

C. Metode Penentuan Sampel...................................................................55

D. Metode Pengumpulan Data..................................................................55

E. Metode Analisis Data...........................................................................55

1. Uji Asumsi Klasik.,........................................................................56

2. Uji Hipotesis...................................................................................61

a. Uji t (Parsial)............................................................................61

b. Uji F (Simultan)........................................................................62

c. Koefisien Determinasi (R2)......................................................63

F. Operasional Variabel Penelitian...........................................................64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif................................................................................67

B. Hasil Uji Asumsi Klasik.......................................................................75

C. Analisis Regresi Berganda...................................................................82

D. Uji Hipotesis.........................................................................................84

E. Pembahasan..........................................................................................89

BAB V PENUTUP

Page 12: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

xii

A. Kesimpulan...........................................................................................93

B. Saran.....................................................................................................94

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................96

LAMPIRAN.........................................................................................................100

.

Page 13: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan BUS, UUS Dan BPRS........2

Tabel 4.1 Uji Kolmogorov-Smirnov...................................................................77

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF..........78

Tabel 4.3 Hasil Uji Glejser................................................................................80

Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin-Watson...................................................................82

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda.............................................82

Tabel 4.6 Hasil Uji t...........................................................................................84

Tabel 4.7 Hasil Uji F..........................................................................................88

Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)................................................89

Page 14: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah....................................................22

Gambar 2.2 Kurva Demand Inflation .................................................................32

Gambar 2.3 Kurva Cost Inflation........................................................................33

Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran............................................................51

Gambar 4.1 Perkembangan Pembiayaan Mudharabah pada BPRS....................68

Gambar 4.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada BPRS ..................69

Gambar 4.3 Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada BPRS..........70

Gambar 4.4 Perkembangan Inflasi di Indonesia.................................................72

Gambar 4.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) di Indonesia.................73

Gambar 4.6 Perkembangan Tingkat Bagi Hasil pada BPRS..............................74

Gambar 4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot................................76

Gambar 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas..........................................................79

Page 15: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu produk penyaluran dana dengan prinsip bagi hasil yang

dilakukan oleh bank syariah adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan

mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana

pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada

pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian

keuntungan.1Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil ini merupakan ciri

sekaligus pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional. Bank

syariah tidak menggunakan sistem bunga tetapi sistem bagi hasil dalam

kegiatan operasionalnya. Pada sistem bagi hasil keuntungan akan ditentukan

berdasarkan besar kecilnya keuntungan dari hasil usaha, atas modal yang

telah diberikan hak pengelolaan kepada nasabah mitra bank syari'ah, sangat

berbeda dengan sistem bunga yang keuntungannya ditentukan diawal, yaitu

dengan menghitung jumlah beban bunga dari dana yang disimpan atau

dipinjamkan.

Pembiayaan mudharabah sangat penting dan dapat diamalkan untuk

menjaga kemaslahatan umat. Pemilik dana yang mempunyai banyak dana

atau uang dapat menginvestasikan kepada pihak lain yang dipercaya untuk

mengelola dana tersebut. Demikian juga pengusaha yang ingin melakukan

1 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta : PT.

RajaGrafindo Persada, 2004), edisi ketiga, hal. 103

Page 16: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

2

usahanya tetapi tidak mempunyai kecukupan dana, maka dapat meminta

bantuan dana dari pihak yang mempunyai banyak dana. Hal ini sangat

bermanfaat karena dapat saling tolong-menolong dan dapat menggerakkan

sektor ekonomi riil yaitu menciptakan lapangan pekerjaan sehingga banyak

menyerap tenaga kerja dan tingkat pengangguran pun berkurang.

Bank syariah menggunakan sistem bagi hasil bukan bunga yang

membebani masyarakat kecil, maka bagi hasil khususnya produk pembiayaan

mudharabah seharusnya menjadi mekanisme yang dominan dalam aktivitas

perbankannya. Namun pada kenyataannya, bahwa saat ini produk

pembiayaan yang lebih banyak digunakan adalah pembiayaan murabahah

(jual beli). Begitu pula pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

pembiayaan murabahah lebih mendominasi dan banyak diminati oleh nasabah

dibandingkan dengan pembiayaan mudharabah.

Tabel 1.1

Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan BUS, UUS Dan BPRS1

Waktu

Pembiayaan di BUS & UUS

(dalam Milyar Rupiah)

Pembiayaan di BPRS (dalam

Jutaan Rupiah)

Pembiayaan

Mudharabah

Pembiayaan

Murabahah

Pembiayaan

Mudharabah

Pembiayaan

Murabahah

Jun-14 14.312 114.322 117.505 3.857.695

Jul-14 14.559 114.128 120.765 3.865.210

Agust-14 14.277 114.002 120.617 3.854.672

Sep-14 14.356 114.891 123.717 3.899.660

1 Bank Indonesia, Tabel Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan BUS, UUS dan BPRS,

Statistik Perbankan Syariah Juni 2015

Page 17: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

3

Okt-14 14.371 115.088 123.691 3.918.522

Nov-14 14.307 115.602 124.847 3.940.199

Des-14 14.354 117.371 122.467 3.965.543

Jan-15 14.207 115.979 118.415 3.990.394

Feb-15 14.147 116.268 118.353 4.054.034

Mar-15 14.136 117.358 123.975 4.132.430

Apr-15 14.388 117.210 133.805 4.212.147

Mei-15 14.906 117.777 143.760 4.281.505

Jun-15 14.906 117.777 158.936 4.367.727

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Juni 2015

Rendahnya pembiayaan mudharabah di bank syariah maupun di BPRS

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah risiko yang tinggi, maka

dalam pembiayaan mudharabah bank akan selalu sangat berhati-hati dalam

melakukan pembiayaan mudharabah. Selain itu terdapat juga ketidakpastian

dari pembiayaan mudharabah. Bank hanya berlandaskan pada prediksi ke

depan dari jenis usaha tersebut.2 Biaya yang lebih tinggi juga dikeluarkan oleh

bank untuk mengawasi pembiayaan mudharabah karena diperlukan

kewaspadaan yang lebih tinggi. Kemudian pihak bank juga perlu

menempatkan para teknisi dan ahli manajemen untuk mengawasi dan

mengevaluasi proyek usaha yang sedang berjalan.3

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sendiri secara sederhana

dapat dipahami sebagai BPR biasa yang sistem operasionalnya mengikuti

2 Muhammad Akhyar Adnan & Didi Purwoko, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Rendahnya Pembiayaan Mudharabah Menurut Perspektif Manajemen Bank Syariah Dengan

Pendekatan Kritis, Jurnal Akuntansi & Investasi Vol. 14 (Januari 2013), hal. 25 3 Muhammad, Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syariah, (Yogyakarta : BPFE 2005)

Page 18: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

4

prinsip-prinsip muamalah.4 Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang perbankan, disebutkan bahwa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Pemerintah mengatur didirikannya BPRS untuk merangkul

masyarakat ekonomi lemah yang biasanya terdapat di wilayah desa atau

kecamatan dan mempunyai masalah dengan permodalan usahanya. Sebagian

besar masyarakat Indonesia mempunyai usaha yang tergolong ke dalam usaha

kecil dan menengah. Berdasarkan data Departemen Koperasi tahun 2010

jumlah UMKM sebesar 99,99% dan 0,01% tergolong ke dalam usaha besar.5

Tingkat pertumbuhan BPRS cukup signifikan di mana pada tahun 2015

jumlahnya sudah mencapai 160 BPRS. Seperti bank syariah, BPRS juga

melakukan kegiatan penghimpunan dana seperti tabungan dan deposito,

namun tidak melakukan simpanan dalam bentuk giro. Kemudian melakukan

penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan, seperti pembiayaan dengan

prinsip jual beli, sewa dan bagi hasil. Total asset dan pembiayaan yang

disalurkan oleh BPRS pun mengalami perkembangan setiap tahunnya, yaitu

sekitar 6,8 triliun dan 5,5 triliun pada bulan Juni 2015.6

Kemampuan pembiayaan yang disalurkan oleh BPRS dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Dari sisi internal atau dari dalam bank itu sendiri seperti

dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh BPRS, kecukupan modal yang

4 Sukawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta : Sinar Grafika, 2000), hal 123

5 Departemen Koperasi, Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, 2010

6Bank Indonesia, Tabel Neraca Gabungan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Statistik

Perbankan Syariah Juni 2015

Page 19: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

5

dimiliki serta tingkat bagi hasil. Dana pihak ketiga merupakan dana yang

berasal dari masyarakat dan merupakan sumber dana yang paling besar yang

dapat diandalkan oleh bank. Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari

masyarakat adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat

yang membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau yang lebih dikenal

dengan pembiayaan. Pemberian pembiayaan merupakan aktifitas bank yang

paling utama dalam menghasilkan keuntungan.7 DPK yang berhasil dihimpun

oleh BPRS sampai bulan Juni 2015 yaitu sekitar 4 triliun.8 Jumlah tersebut

bertambah dari tahun-tahun sebelumnya.

Penyaluran pembiayaan oleh perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh

dana yang tersedia yang bersumber dari DPK tetapi juga dipengaruhi oleh

faktor permodalan atau CAR (Capital Adequecy Ratio).9 Capital Adequecy

Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan

bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan

menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi

bank. Bank Indonesia menetapkan CAR yang dimiliki oleh bank minimal 8%.

Apabila ketentuan CAR tidak terpenuhi, maka akan mempengaruhi tingkat

kesehatan bank dan akan mengurangi kemampuan ekspansi penyaluran

dana.10

7 Billi Arma Pratama, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran

Kredit Perbankan (Studi Bank Umum di Indonesia Periode tahun 2005-2009) (Semarang: Tesis

S2 Universitas Diponegoro, 2010), hal. 4 8 Bank Indonesia, Tabel Komposisi DPK-Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Statistik

Perbankan Syariah Juni 2015 9 I Made Pratista Yuda & Wahyu Meiranto, Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Kredit

Yang Disalurkan (Studi Empiris Pada Bank Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia), Jurnal

Akutansi Dan Auditing Volume 7 Nomor 1 (2010), hal. 95 10

Herman Darmawi, Manajemen Perbankan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 18

Page 20: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

6

Perkembangan BPRS juga tidak terlepas dari pengaruh kondisi

perekonomian saat ini seperti tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah. Inflasi

adalah sebuah fenomena ekonomi yang sangat dikenal oleh masyarakat.

Sejarah perekonomian Indonesia hampir tidak pernah bisa dilepaskan dari

fenomena inflasi. Sedangkan menurut Rahardja dan Mandala Manurung

mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang

bersifat umum dan berlangsung terus menerus.11

Inflasi yang tinggi tidak

akan menggalakkan perkembangan ekonomi suatu negara. Biaya yang terus

menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.

Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan

spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan membeli harta-harta tetap

seperti tanah, rumah dan bangunan.12

Dengan cara investasi seperti itu, tentu

saja menurunkan minat masyarakat untuk menginvestasikan dananya di bank

sehingga bank akan menurunkan pemberian pembiayaannya.

Teori tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khamdi

(2015), bahwa inflasi berpengaruh terhadap pembiayaan di BPRS.13

Namun

berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mufqi Firaldi (2013)

menyatakan bahwa variabel inflasi tidak mempunyai pengaruh signifikan

11

Prathama Raharja dan Mandala Manurung, Pengantar Makro Ekonomi (Jakarta: LPPE-UI

2004), h. 155 12

Prathama Raharja dan Mandala Manurung, Pengantar Makro Ekonomi, h. 339 13

Khamdi, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS) Di IndonesiaPendekatan Error Correction Model (Yogyakarta: Skripsi S1

UMY, 2015)

Page 21: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

7

terhadap total pembiayaan yang disalurkan oleh BPRS, artinya berapa pun

tingkat inflasi yang ada tidak akan berpengaruh terhadap total pembiayaan.14

Nilai tukar rupiah yang melonjak lonjak secara drastis tak terkendali akan

menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam menjalankan usahanya

terutama bagi mereka yang menggunakan bahan baku dari luar negeri atau

menjual barangnya ke pasar ekspor.15

Sehingga saat nilai tukar rupiah

terhadap dolar meningkat maka jumlah permintaan pembiayaan pun menurun.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khamdi

(2013) yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan

negatif terhadap pertumbuhan pembiayaan di BPRS. Begitu pula dengan hasil

penelitian Lia Andriani (2010) bahwa nilai tukar rupiah memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah.

Dengan melemahya kurs rupiah terhadap dolar AS dalam hal ini, yang

mencerminkan kondisi perekonomian yang tidak menentu (uncertainty)

sehingga meningkatkan risiko berusaha akan direspon oleh dunia usaha

dengan menurunkan permintaan mudharabah pada perbankan syariah di

Indonesia.16

Selain itu, jumlah penawaran pembiayaan mudharabah dipengaruhi oleh

faktor profit yang dalam hal ini adalah pendapatan bagi hasil. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Nur Gilang Giannini (2013) menyatakan

14

Mufqi Firaldi, Analisis Pengaruh Jumlah DPK, NPF Dan Tingkat Inflasi Terhadap Total

Pembiayaan Yang Diberikan Oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia (Jakarta:

Skripsi S1 UIN Jakarta, 2013) 15

Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2008), hal. 55 16

Lia Andriani, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Pembiayaan Mudharabah

Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2003-2009 (Jakarta: Skripsi S1 UIN Jakarta, 2010)

Page 22: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

8

bahwa variabel tingat bagi hasil secara parsial berpengaruh positif signifikan

terhadap pembiayaan mudharabah. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin

tinggi tingkat bagi hasil pada sebuah bank syariah maka akan meningkatkan

jumlah pembiayaan mudharabah.17

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,

penulis ingin melakukan penelitian di mana variabel independennya adalah

DPK, CAR, inflasi, nilai tukar rupiah serta tingkat bagi hasil. Sementara

variabel dependennya adalah pembiayaan yang disalurkan di BPRS dan lebih

berfokus pada pembiayaan mudharabah. Sehingga penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai

Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan

Mudharabah (Studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di

Indonesia)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditulis, maka penulis

mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang ada sebagai berikut:

1. Pesatnya perkembangan bank tidak diimbangi dengan pesatnya

kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat yang tergolong ke dalam

ekonomi lemah yang biasanya terdapat di wilayah desa atau kecamatan.

2. Produk pembiayaan murabahah lebih mendominasi dalam kegiatan

penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan produk pembiayaan

mudharabah.

17

Nur Gilang Giannini, Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank

Umum Syariah di Indonesia, Accounting Analysis Journal (Februari 2013),h. 102

Page 23: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

9

3. Analisis bahwa DPK, CAR, inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat bagi

hasil mempengaruhi pembiayaan mudharabah.

4. Ada atau tidaknya hubungan kausalitas antara DPK, CAR, inflasi, nilai

tukar dan tingkat bagi hasil dengan pembiayaan mudharabah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perlu kiranya penulis

membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak terjadi pembahasan yang terlalu

luas. Sehingga variabel yang digunakan adalah dana pihak ketiga (DPK),

Capital Adequacy Ratio (CAR) dan tingkat bagi hasil dari sisi internalnya.

Sementara dari sisi eksternal, variabel yang digunakan adalah inflasi dan nilai

tukar rupiah. Pembiayaan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah

pembiayaan mudharabah. Obyek penelitiannya adalah Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah di Indonesia dengan waktu pengamatan selama 6 tahun yaitu

periode Juni 2009 – Juni 2015.

D. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan penulis dalam menjawab masalah pokok di atas,

maka penulis membuat perumusan masalah seperti berikut :

1. Apakah DPK berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah?

2. Apakah CAR berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah?

3. Apakah inflasi berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah?

4. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah?

5. Apakah tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah?

Page 24: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

10

6. Apakah DPK, CAR, inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat bagi hasil secara

simultan berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bukti empiris mengenai :

1. Menganalisis pengaruh DPK terhadap pembiayaan mudharabah.

2. Menganalisis pengaruh CAR terhadap pembiayaan mudharabah.

3. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap pembiayaan mudharabah.

4. Menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap pembiayaan

mudharabah.

5. Menganalisis pengaruh tingkat bagi hasil terhadap pembiayaan

mudharabah.

6. Menganalisis pengaruh DPK, CAR, inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat

bagi hasil secara simultan terhadap pembiayaan mudharabah.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis pemikiran ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu Ekonomi Islam,

mengetahui seberapa berpengaruh variabel dana pihak ketiga (DPK),

Capital Adequacy Ratio (CAR), inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat bagi

hasil terhadap penyaluran pembiayaan mudharabah di Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah. Serta dapat menjadi acuan bagi peneliti dimasa

Page 25: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

11

mendatang, terutama bagi penelitian yang berkaitan dengan perbankan

syariah dan BPRS.

2. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan menjadi tambahan wawasan

pengetahuan masyarakat tentang variabel-variabel yang diteliti dalam

penelitian ini yaitu pembiayaan mdharabah, dana pihak ketiga (DPK),

Capital Adequacy Ratio (CAR), inflasi, nilai tukar rupiah serta tingkat

bagi hasil. Serta menjadi informasi dan referensi Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) agar dapat meningkatkan kegiatan operasionalnya

terutama dalam pembiayaan mudharabah.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dalam pembahasan skripsi ini, penulis membuat

sistematika penulisan sesuai dengan masing-masing bab. Penulis

membaginya menjadi 5 (lima) bab, yang masing-masing bab terdiri dari

beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun

sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan, berisi uraian mengenai latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, pada bab ini berisi penjelasan secara teori

mengenai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Pembiayaan

Mudharabah, Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio

Page 26: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

12

(CAR), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil,

penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III Metode Penelitian, bab ini berisi tentang ruang lingkup penelitian,

sumber dan jenis data penelitian, metode penentuan sampel,

metode pengumpulan data, metode analisis yang digunakan serta

operasional variabel penelitian.

BAB IV Hasil dan Pembahasan, bab ini membahas tentang hasil analisis

penelitian yang berisi deskriptif variabel yang diteliti yaitu

pembiayaan mudharabah, DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah

dan Tingkat Bagi Hasil serta hasil analisis pengolahan data, yaitu

hasil analisis regresi linier berganda dengan terlebih dahulu

melakukan uji asumsi klasik dan analisis hasil pengujian hipotesis

yang telah dilakukan.

BAB V Penutup, bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran-saran dari

penulis mengenai hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini.

Page 27: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

1. Pengertian BPRS

Dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 5 Ayat 1 yang

diperbaharui dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa “menurut

jenisnya, bank terdiri dari bank umum dan bank perkreditan rakyat”. Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) yang dimaksud dalam undang-undang tersebut

adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka,

tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu (UU Nomor

7 Tahun 1992, Pasal 1 Ayat 3). Adapun yang dimaksud dengan BPRS adalah

BPR biasa yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip ekonomi

(syariah) Islam, terutama bagi hasil.1 Menurut UU Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah, disebutkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam

lalu lintas pembayaran.

2. Tujuan Didirikannya BPRS

Terdapat beberapa tujuan dari didirikannya BPRS, antara lain:

1) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama masyarakat

golongan ekonomi lemah

2) Meningkatkan pendapatan perkapita

1Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan),

(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 108

Page 28: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

14

3) Menambah lapangan kerja terutama di kecamatan-kecamatan

4) Mengurangi urbanisasi

5) Membina semangat ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi.

Kehadiran BPRS diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan umat

Islam terutama masyarakat golongan ekonomi lemah. Hal ini disebabkan

yang menjadi sasaran utama dari BPRS adalah umat Islam yang berada di

pedesaan dan ditingkat kecamatan. Masyarakat yang berada di kawasan

tersebut pada umumnya termasuk pada masyarakat golongan ekonomi lemah.

Kehadiran BPRS bisa menjadi sumber permodalan bagi pengembangan

usaha-usaha masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga pada gilirannya

bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.2

3. Kegiatan Usaha BPRS

Kegiatan usaha yang dilakukan oleh BPRS sebenarnya tidak jauh

berbeda dengan kegiatan usaha bank syariah. Berdasarkan UU Nomor 21

Tahun 2008 Pasal 21 disebutkan bahwa Kegiatan usaha Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah meliputi:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:

1) Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan

dengan Prinsip Syariah; dan

2 Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan),

hal. 109

Page 29: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

15

2) Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau

Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:

1) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau

musyarakah;

2) Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna’;

3) Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;

4) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak

kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik; dan

5) Pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;

c. Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan

berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi berdasarkan Akad

mudharabah dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan

Prinsip Syariah;

d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional,

dan UUS; dan

e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah

lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan

Bank Indonesia.

Page 30: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

16

Sementara itu, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dilarang:

a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip Syariah;

b. Menerima Simpanan berupa Giro dan ikut serta dalam lalu lintas

pembayaran;

c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang

asing dengan izin Bank Indonesia;

d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen

pemasaran produk asuransi syariah;

e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk

untuk menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah; dan

f. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21.

B. Pembiayaan Mudharabah

1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah merupakan akad pembiayaan antara bank

syariah sebagai shahibul-mal dan nasabah sebagai mudharib untuk

melaksanakan kegiatan usaha, di mana bank syariah memberikan modal

sebanyak 100% dan nasabah menjalankan usahanya. Hasil usaha atas

pembiayaan mudharabah akan dibagi antara bank syariah dan nasabah dengan

nisbah bagi hasil yang telah disepakati pada saat akad.

Dalam hal pengelolaan nasabah berhasil mendapatkan keuntungan, maka

bank syariah akan memperoleh keuntungan dari bagi hasil yang diterima.

Page 31: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

17

Sebaliknya, dalam hal nasabah gagal menjalankan usahanya dan

mengakibatkan kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh shahibul-

mal. Mudharib tidak menanggung kerugian sama sekali atau tidak ada

kewajiban bagi mudharib untuk ikut menanggung kerugian atas kegagalan

usaha yang dijalankan.3

Akad mudharabah ada dua jenis, yaitu mudharabah mutlaqah dan

mudharabah muqayyadah. Pada mudharabah mutlaqah pemodal tidak

mensyaratkan kepada pengelola untuk melakukan jenis usaha tertentu. Jenis

usaha yang akan dijalankan oleh mudharib secara mutlak diputuskan oleh

mudharib yang dirasa sesuai sehingga disebut mudharabah tidak terikat atau

tidak terbatas. Pada mudharabah muqayyadah pemodal mensyaratkan kepada

pengelola untuk melakukan jenis usaha tertentu pada tempat dan waktu

tertentu sehingga disebut sebagai mudharabah terikat atau terbatas.4

2. Landasan Syariah

Secara umum landasan syariah al-mudharabah lebih mencerminkan

anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits

berikut ini.

a. Al-Qur’an

...وءاخرون يضربون فى الارض يبتغون من فضل الل

“…dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari

sebagian karunia Allah SWT…”(al-Muzzammil: 20)

3 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: KENCANA, 2011), hal. 168-169

4 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 65

Page 32: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

18

Yang menjadi wajhud-dilalah atau argumen dari surah al-Muzzammil:

20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata

mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.

... لوة فا نتشروا فى الأرض وابتغوا من فضل الل فإذا قضيت الص

“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka

bumi dan carilah karunia Allah SWT...”(al-Jumu’ah: 10)

... ن ر بكم ليس عليكم جنا ح أن تبتغوا فضلا م

“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia

Tuhanmu...(al-Baqarah: 198)

Surat al-Jumu’ah: 10 dan al-Baqarah: 198 sama-sama mendorong

kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha.

b. Al-Hadits

الل عنهما أنه قال : كان سيدنا العباس بن عبد المطلب روى ابن عباس رضي

إذادفع الما ل مضاربة اشترط على صا حبه أن لايسلك به بحرا ولاينزل به

فان فعل ذلك ضمن فبلغ شرطه رسول واديا ولايشترى به دابة ذات كبدرطبة

الل صلى الل عليه وسلم فأجازه

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul

Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia

menyaratkan agar dananya tidak dibawa ke lautan, menuruni lembah yang

berbahaya atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang

bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah

Page 33: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

19

syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw dan Rasulullah saw pun

membolehkannya.” (HR. Thabrani)5

3. Rukun Mudharabah

Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:6

a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)

Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak

pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahibul mal), sedangkan

pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau

‘amil). Tanpa dua pelaku ini, akad mudharabah tidak ada.

b. Objek mudharabah (modal dan kerja)

Faktor kedua (objek mudharabah) merupakan konsekuensi logis

dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal

menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan

pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah.

Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci

berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa

berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan

lain-lain.

Para fuqaha sebenarnya tidak membolehkan modal mudharabah

berbentuk barang. Ia harus uang tunai karena barang tidak dapat

dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian

5 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,

2009), hal. 95-96 6 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2004), hal. 205-206

Page 34: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

20

(gharar) besarnya modal mudharabah. Namun para ulama mazhab

Hanafi membolehkannya dan nilai barang yang dijadikan setoran

modal harus disepakati pada saat akad oleh mudharib dan shahibul

mal. Yang jelas tidak boleh adalah modal mudharabah yang belum

disetor. Para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya mudharabah dengan

hutang.

c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)

Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak, merupakan

konsekuensi dari prinsip an-taraddin-minkum (sama-sama rela). Di

sini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk

mengikatkan diri dalam akad mudharabah.

d. Nisbah keuntungan

Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah rukun yang khas

dalam akad mudharabah, yang tidk ada dalam akad jual beli. Nisbah

ini mencerminkan imbalan yag berhak diterima oleh keduan pihak

yang bermudharabah.

4. Penerapan Mudharabah dalam Perbankan Syariah

Skema standar mudharabah adalah skema yang berlaku antara dua pihak

saja secara langsung, yakni shahibul-mal berhubungan langsung dengan

mudharib. Dan inilah sesungguhnya praktik mudharabah yang dilakukan oleh

nabi dan para sahabat serta umat muslim sesudahnya. Dalam kasus ini, yang

terjadi adalah investasi langsung (direct financing) antara shahibul-mal

(sebagai surplus unit) dengan mudharib (sebagai deficit unit). Dalam direct

Page 35: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

21

financing seperti ini, peran bank sebagai lembaga perantara (intermediary)

tidak ada.

Mudharabah klasik seperti ini memiliki ciri-ciri khusus, yakni bahwa

biasanya hubungan antara shahibul-mal dengan mudharib merupakan

hubungan personal dan langsung serta dilandasi rasa saling percaya

(amanah). Shahibul-mal hanya mau menyerahkan modalnya kepada kepada

orang yang ia kenal dengan baik, profesionalitas maupun karakternya.

Modus mudharabah seperti itu tidak efisien lagi dan kecil

kemungkinannya untuk dapat diterapkan oleh bank, karena beberapa hal:

a. Sistem kerja pada bank adalah investasi berkelompok, di mana

mereka tidak saling mengenal. Jadi kecil sekali kemungkinannya

terjadi hubungan yang langsung dan personal.

b. Banyak investasi sekarang ini yang membutuhkan dana dalam

jumlah besar, sehingga diperlukan puluhan bahkan ratus ribuan

shahibul-mal untuk sama-sama menjadi penyandang dana untuk

satu proyek tertentu.

c. Lemahnya disiplin terhadap ajaran islam menyebabkan sulitnya

bank memperoleh jaminan keamanan atas modal yang

disalurkannya.

Untuk mengatasi hal di atas, khususnya masalah pertama dan kedua,

maka ulama kontemporer melakukan inovasi baru atas skema mudharabah,

yakni mudharabah yang melibatkan tiga pihak. Tambahan satu pihak ini

Page 36: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

22

diperankan oleh bank syariah sebagai lembaga perantara yang

mempertemukan shahibul-mal dengan mudharib.

Gambar 2.1

Skema Pembiayaan Mudharabah

Dalam skema indirect financing di atas, bank menerima dana dari

shahibul-mal dana pihak ketiga sebagai sumber dananya. Dana-dana ini dapat

berupa tabungan atau simpanan deposito mudharabah dengan jangka waktu

bervariasi. Selanjutnya, dana-dana yang sudah terkumpul ini disalurkan

kembali oleh bank ke dalam bentuk pembiayaan-pembiayaan yang

menghasilkan (earning assets). Keuntungan dari penyaluran pembiayaan

inilah yang akan dibagi hasilkan antara bank dengan pemilik dana pihak

ketiga.7

C. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana pihak ketiga (simpanan) menurut UU Perbankan RI No. 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah

kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain

7 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hal. 210-211

Mudharib

(Pelaku

usaha)

Bank Syariah

(Intermediasi

Keuangan)

Shahibul-

mal (Pemilik

dana)

Penitipan dana Penyaluran dana

Bagi Hasil Bagi Hasil

Defisit Unit Surplus Unit

Page 37: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

23

yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan,

atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank dapat berbentuk giro,

tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam

penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadiah dan mudharabah.8

BPRS tidak melakukan penghimpunan dana dalam bentuk giro, maka

pembahasan DPK dalam penelitian ini hanya tabungan dan deposito.

1. Tabungan

Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan berdasarkan akad

wadi’ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain

yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya

dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati,

tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya

yang dipersamakan dengan itu.

a. Tabungan Wadiah

Berkaitan dengan produk tabungan wadiah, Bank Syariah

menggunakan akad wadiah yad adh-dhamanah. Beberapa ketentuan

umum tabungan wadiah sebagai berikut:

1. Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan

murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call)

sesuai dengan kehendak pemilik harta.

8 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hal. 107

Page 38: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

24

2. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan

barang menjadi milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah

penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.

3. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta

sebagai sebuah insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad

pembukaan rekening.

b. Tabungan Mudharabah

Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan

berdasarkan akad mudharabah. Dalam hal ini, Bank Syariah bertindak

sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak

sebagai shahibul mal (pemilik dana). Bank Syariah dalam

kapasitasnya sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan

berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah

serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah

dengan pihak lain. Namun, di sisi lain, Bank Syariah juga memiliki

sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yang berarti bank harus

berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab

atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.

Beberapa ketentuan umum tabungan mudharabah sebagai berikut:

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau

pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau

pengelola dana.

Page 39: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

25

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan

berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya

mudharabah dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai

dan bukan piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah

dan dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening

5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan

dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan

nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.9

2. Deposito

Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang

dimaksud dengan deposito adalah investasi dana berdasarkan akad

mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah

yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan

akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau UUS. Jangka

waktu deposito bisa 1, 3, 6 dan 12 bulan.

Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang

dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, DSN MUI telah

9 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hal. 297-301

Page 40: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

26

mengeluarkan fatwa yang meyatakan bahwa deposito yang dibenarkan

adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.10

Hubungan DPK Dengan Pembiayaan Mudharabah

Kegiatan yang dilakukan oleh bank adalah menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat. Dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat

disebut dengan dana pihak ketiga (DPK). Penghimpunan dana ini bisa melalui

tabungan, deposito dan giro. DPK mempunyai hubungan yang positif dengan

pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah maupun BPRS. DPK

merupakan sumber dana terbesar yang dimiliki oleh suatu bank. Dana yang

terkumpul tersebut kemudian disalurkan oleh bank dalam bentuk pembiayaan.

Sehingga semakin besar jumlah DPK yang dihimpun oleh bank dapat

meningkatkan jumlah pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat.

D. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio permodalan yang

menunjukan kemampuan bank dalam mengembangkan usahanya dan

sekaligus menutupi kerugian dari risiko yang terjadi dalam menjalankan

kegiatan operasionalnya. Jumlah modal yang dimiliki oleh sebuah bank harus

cukup untuk memenuhi fungsi dasar, yaitu membiayai organisasi dan operasi

sebuah bank, memberikan rasa perlindungan kepada penabung dan kreditor

lainnya, dan memberikan rasa percaya kepada para penabung dan pihak

berwenang. Dalam kaitan ini, fungsi perlindunganlah yang paling penting.

10

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hal. 303

Page 41: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

27

Dana modal harus mencukupi untuk menyerap kerugian dan menjamin

keamanan dana para deposan.

Penetapan rasio kecukupan modal (CAR), BI menetapkan kewajiban

menyediakan modal minimal yang harus dimiliki oleh setiap bank umum,

yang dinyatakan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Sesuai dengan

standar yang ditetapkan oleh Bank for International Settlements (BIS),

besarnya CAR setiap bank minimal sebesar 8%.11

Apabila CAR minimal

tidak tercapai, bank tersebut dinilai akan sulit mengatasi masalah

keuangannya. Karena modal sendiri akan segera habis untuk menutupi

kerugian yang terjadi dan tidak akan dapat menutupi kewajiban ke

masyarakat. Untuk itu, Bank Indonesia akan segera melakukan tindakan pada

perbankan nasional yang tidak dapat memenuhi CAR minimal.12

Modal bank syariah terdiri dari: (a) modal inti (tier 1), (b) modal

pelengkap (tier 2), dan (c) modal pelengkap tambahan (tier 3). Modal

pelengkap (tier 2) dan modal pelengkap tambahan (tier 3) hanya dapat

diperhitungkan setinggi-tingginya 100% dari modal inti. Sedangkan modal

inti (tier 1) dan modal pelengkap (tier 2) diperhitungkan dengan faktor

pengurang yang berupa seluruh penyertaan yang dilakukan oleh bank.13

Pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum didasarkan atas

risiko aktiva dalam arti luas, artinya tidak hanya aktiva yang tercantum pada

neraca secara on Balance Sheets tetapi juga pada aktiva yang bersifat

11

Herman Darmawi, Manajemen Perbankan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 89-90 12

Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta:

PT Indeks Kelompok Gramedia, 2006), hal. 62 13

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006),

hal. 140

Page 42: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

28

administratif atau secara off Balance Sheets, sebagaimana yang tampak pada

kewajiban yang bersifat kontijen dan/atau komitmen yang disediakan oleh

bank bagi pihak ketiga. Risiko terhadap aktiva dalam bentuk risiko kredit

maupun risiko yang terjadi karena fluktuasi harga surat-surat berharga, dan

tingkat bunga serta nilai tukar valuta asing secara teknis, kewajiban

penyediaan modal minimum diukur dari persentase tertentu terhadap Aktiva

Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), sedangkan pengertian modal meliputi

modal inti dan modal pelengkap.14

CAR merupakan perbandingan antara

modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).

atau

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah nilai total masing-

masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masig bobot risiko

aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva

yang paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian ATMR

menunjukan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam

jumlah yang cukup.15

14

Riyadi Slamet, Banking Assets And Liability Management, (Jakarta: LPFE UI, 2006), hal.

66 15

Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Jakarta: UIN

JAKARTA PRESS, 2013), hal. 93

Page 43: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

29

Hubungan CAR Dengan Pembiayaan Mudharabah

CAR merupakan rasio permodalan yang berfungsi untuk mengukur

kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat

dihindari lagi serta dapat pula digunakan untuk mengukur besar-kecilnya

kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang

sahamnya. Perhitungan aspek permodalan bank dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan bank tersebut untuk menanggung

risiko kerugian yang mungkin timbul dari pembiayaan yang diberikan bank

kepada pihak lain.16

CAR termasuk salah satu indikator dalam menganalisis

kesehatan/kinerja bank. Semakin tinggi CAR yang dimiliki oleh suatu bank

menunjukan bahwa kinerja bank tersebut baik sehingga berpengaruh terhadap

kegiatan operasionalnya, salah satunya pembiayaan mudharabah.

E. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang dijumpai

hampir disemua negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat dari inflasi

adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus

menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,

kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan)

sebagian besar dari harga barang-barang lain. Syarat adanya kecenderungan

menaik yang terus-menerus juga perlu diingat. Kenaikan harga-harga karena,

misalnya musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja

16

Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, hal. 90

Page 44: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

30

(dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi. Kenaikan

harga semacam ini tidak dianggap sebagai masalah atau “penyakit” ekonomi

dan tidak memerlukan kebijaksanaan khusus untuk menanggulanginya.17

Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai

kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian.

Sedangkan menurut Rahardja dan Mandala Manurung mengatakan bahwa

inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan

berlangsung terus menerus. Sedangkan menurut Sukirno, inflasi yaitu,

kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan

bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar.

Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu

sedikit. Tingkat harga yang melambung sampai 100% atau lebih dalam

setahun (hiperinflasi), menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat

terhadap mata uang, sehingga masyarakat cenderung menyimpan aktiva

mereka dalam bentuk lain, seperti real estate atau emas, yang biasanya

bertahan nilainya dimasa-masa inflasi.18

2. Jenis Inflasi

Kategori inflasi menurut besarnya dapat dibagi menjadi beberapa macam,

yaitu:19

a. Inflasi rendah, yaitu inflasi dengan laju kurang dari 10% pertahun,

sehingga disebut juga dengan inflasi di bawah dua digit. Sifat inflasi

17

Boediono, Ekonomi Moneter (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1998), edisi ke 3, hal. 161 18

Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis, (Jakarta: KENCANA, 2008),

hal. 175 19

Imamudin Yuliadi, Ekonomi Moneter (Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008),

cetakan I, hal. 75

Page 45: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

31

rendah ini tidak memberikan dampak yang merusak bagi

perekonomian. Dalam beberapa hal justru memberikan dorongan bagi

pengusaha untuk lebih bergairah dalam berproduksi karena adanya

dorongan kenaikan harga barang di pasar.

b. Inflasi sedang, yaitu inflasi yang bergerak antara 10%-30% pertahun.

Pengaruh yang ditimbulkan cukup dirasakan terutama bagi masyarakat

yang berpenghasilan tetap seperti pegawai negeri dan karyawan lepas.

c. Inflasi tinggi, yaitu inflasi dengan laju antara 30%-100% pertahun.

Efek yang ditimbulkan menyebabkan mulai hilangnya kepercayaan

masyarakat terhadap lembaga-lembaga ekonomi masyarakat seperti

perbankan. Aktifitas kredit, asuransi, proses produksi dan distribusi

barang mengalami guncangan karena masyarakat lebih mengambil

sikap aman dengan memegang barang daripada uang. Masyarakat

mulai kehilangan kepercayaan terhadap stabilitas nilai mata uang.

d. Hyper inflation, yaitu inflasi dengan laju di atas 100% pertahun dan

menimbulkan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Fenomena hyper

inflation biasanya menandai adanya pergolakan politik dan pergantian

pemerintah atau rezim. Masyarakat benar-benar kehilangan

kepercayaan terhadap mata uang yang beredar sehingga perekonmian

lumpuh.

Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari inflasi. Atas

dasar ini kita bedakan 2 macam inflasi:

Page 46: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

32

1. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai

barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation.

2. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Ini disebut cost

inflation.20

Gambar 2.2

Kurva Demand Inflation

Pada gambar 2.2, karena permintaan masyarakat akan barang-barang

(aggreat demand) bertambah (misalnya, karena bertambahnya

pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau

kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau

bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah),

maka kurva aggregat demand bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat

harga umum naik dari H1 ke H2.

20

Boediono, Ekonomi Moneter, hal. 162-163

H2

H1

S

D2

Q1 Q2

Harga

0 Output

D1

Page 47: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

33

Gambar 2.3

Kurva Cost Inflation

Bila biaya produksi naik (misalnya, arena kenaikan harga sarana

produksi yang didatangkan dari luar negeri atau karena kenaikan harga

bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat (aggregat

supply) bergeser dari S1 ke S2. Kasus cost inflation biasanya kenaikan

harga-harga dibarengi dengan penurunan omzet penjualan barang

(kelesuan usaha)

3. Dampak Inflasi

Ada beberapa masalah sosial (biaya sosial) yang muncul dari inflasi yang

tinggi (≥ 10% per tahun), yaitu :21

a. Menurunnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat

Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhananya diukur dengan

tingkat daya beli pendapatan yang diperoleh. Inflasi menyebabkan

daya beli pendapatan makin rendah, khususnya bagi masyarakat yang

21

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &

Makroekonomi, (Jakarta: LPFEUI, 2008), hal. 371-372

H1

H2

S2

S1

D

Q4 Q3

Harga

0 Output

Page 48: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

34

berpenghasilan kecil dan tetap (kecil). Makin tinggi tingkat inflasi,

makin cepat penurunan tingkat kesejahteraan.

b. Makin Buruknya Distribusi Pendapatan

Dampak buruk inflasi terhadap tingkat kesejahteraan dapat

dihindari jika pertumbuhan pendapatan lebih tinggi dari tingkat inflasi.

Jika inflasi 20% per tahun, pertumbuhan tingkat pendapatan harus

lebih besar dari 20% per tahun. Persoalannya adalah jika inflasi

mencapai 20% per tahun, dalam masyarakat hanya segelintir orang

yang mempunyai kemampuan meningkatkan pendapatannya ≥ 20%

per tahun. Akibatnya, ada sekelompok masyarakat yang mampu

meningkatkan pendapatan riil (pertumbuhan pendapatan nominal

dikurangi laju inflasi lebih besar dari 0% per tahun). Tetapi sebagian

besar masyarakat mengalami penurunan pendapatan riil. Distribusi

pendapatan, dilihat dari pendapatan riil, makin memburuk.

c. Terganggunya Stabilitas Ekonomi

Pengertian yang paling sederhana dari stabilitas ekonomi adalah

sangat kecilnya tindakan spekulasi dalam perekonomian. Produsen

berproduksi pada kapasitas penuh (optimal). Konsumen juga memakai

barang dan jasa optimal dengan kebutuhan mereka. Kondisi nyaman

ini mulai terganggu bila inflasi yang relatif tinggi menjadi kronis.

Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan

tentang masa depan (ekspektasi) para pelaku ekonomi. Inflasi yang

kronis menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa

Page 49: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

35

akan terus naik. Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian

barang dan jasa lebih banyak dari yang seharusnya/biasanya.

Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi. Akibatnya,

permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat.

Bagi produsen perkiraan akan naiknya harga barang dan jasa

mendorong mereka menunda penjualan, untuk mendapat keuntungan

yang lebih besar. Penawaran barang dan jasa berkurang. Akibatnya,

kelebihan permintaan membesar dan mempercepat laju inflasi. Tentu

saja, kondisi ekonomi akan menjadi semakin memburuk.

Hubungan Inflasi Dengan Pembiayaan Mudharabah

Kondisi perekonomian yang selalu menarik perhatian perbankan dalam

menyalurkan pembiayaan adalah tingkat inflasi. Inflasi mempunyai pengaruh

negatif terhadap pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Inflasi menyebabkan

harga barang-barang menjadi naik. Ketika tingkat inflasi tinggi, daya beli

masyarakat menurun khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap

dan kecil. Masyarakat akan mengurai konsumsi tersier, namun tetap

menggunakan dananya untuk membeli bahan-bahan pokok guna memenuhi

kebutuhan sehari-sehari. Selain itu, dampak dari inflasi adalah melemahkan

semangat menabung dari masyarakat dan mengarahkan investasi pada hal-hal

yang non produktif yaitu pemupukan kekayaan seperti tanah, bangunan, logam

mulia mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif

Page 50: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

36

seperti pertanian, industrial, transportasi dan lainnya.22

Minat menabung

masyarakat menurun menyebabkan dana yang dihimpun dari masyarakat

jumlahnya ikut menurun. Hal ini akan berpengaruh pada jumlah pembiayaan

yang diberikan oleh bank kepada masyarakat.

F. Nilai Tukar (Kurs)

1. Pengertian Kurs

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai

mata uang sesuatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.

Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sejumlah uang domestik yang

dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu

unit mata uang asing.23

Menurut Douglas Greenwald (1982:430) exchange rates (nilai tukar

uang) atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah

catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam

harga mata uang domestik (domestic currency) begitu pula sebaliknya, yaitu

harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang

mempresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang yang lainnya

dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan

internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka

22

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),

hal. 139 23

Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

2011), cetakan ke-20, hal 397

Page 51: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

37

pendek antar negara yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas

hukum.24

Kebijakan nilai tukar uang dalam islam dapat dikatakan menganut sistem

“managed floating”, dimana nilai tukar adalah hasil dari kebijakan-kebijakan

pemerintah (bukan merupakan cara atau kebijakan itu sendiri) karena

pemerintah tidak mencampuri keseimbangan yang terjadi di pasar kecuali jika

terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu sendiri. Jadi bisa

dikatakan bahwa suatu nilai tukar yang stabil adalah merupakan hasil dari

kebijakan pemerintah yang tepat.25

2. Sistem Nilai Tukar di Indonesia

Secara umum dapat disimpulkan nilai tukar uang yang digunakan oleh

Indonesia sejak periode 1964 hingga sekarang, sistem nilai tukar yang berlaku

di Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak tiga kali yaitu:

a. Sistem Nilai Tukar Tetap

Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) dimana lembaga

otoritas moneter menetapkan tingkat nilai tukar mata uang domestic

terhadap mata uang negara lain pada tingkat tertentu, tanpa

memperhatikan penawaran ataupun permintaan terhadap valuta asing

yang terjadi.

b. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali

Nilai tukar mengambang terkendali, dimana pemerintah

mempengaruhi tingkat nilai tukar melalui permintaan dan penawaran

24

M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 107 25

M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam, hal. 116

Page 52: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

38

valuta asing, biasanya sistem ini diterapkan untuk menjaga stabilitas

moneter dan neraca pembayaran. Dengan sistem tersebut, Bank

Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di

pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar

rupiah, maka BI melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi

batas atas atau batas bawah spread.

c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas

Nilai tukar mengambang bebas, di mana pemerintah tidak

mencampuri tingkat nilai tukar sama sekali sehingga nilai tukar

diserahkan pada permintaan dan penawaran valuta asing. Indonesia mulai

menerapkan menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas pada

periode 1997 hingga sekarang. Sejak pertengahan Juli 1997, rupiah

mengalami tekanan yang mengakibatkan semakin melemahnya nilai

rupiah terhadap US dollar.26

Apabila suatu negara mengalami defisit neraca perdagangan yaitu nilai

impor lebih besar daripada nilai ekspornya, maka kurs mata uangnya akan

meningkat atau dengan kata lain nilai mata uangnya mengalami penurunan

(depresiasi) artinya bahwa nilai mata uang suatu negara menjadi semakin

rendah dibandingkan mata uang mitra dagangnya. Dan sebaliknya jika suatu

negara mengalami surplus neraca perdagangan dimana nilai ekspornya lebih

26

M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam, hal. 122-124

Page 53: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

39

besar daripada nilai impornya, maka kurs mata uangnya akan menurun atau

dengan kata lain nilai mata uangnya mengalami peningkatan (apresiasi).27

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat,

hubungan ekonomi antar negara akan menjadi saling terkait dan

mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang maupun uang serta

modal antar negara. Terjadinya perubahan indikator makro di negara lain,

secara tidak langsung akan berdampak ada indikator suatu negara. Dengan

diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/bebas (free floating

system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap

mata uang asing (khususnya US$) ditentukan oleh mekanisme pasar. Sejak

masa itu naik turunnya nilai tukar (fluktuasi) ditentukan oleh kekuatan pasar.

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US$ pasca diberlakukannya sistem

nilai tukar mengambang terus mengalami kemerosotan.

Pada tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia yang sempat

menembus level US$70/barrel memberikan kontribusi yang cukup besar

terhadap meningkatnya permintaan valuta asing sebagai konsekuensi negara

pengimpor minyak. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah

terhadap US$ dan berada kisaran Rp 9.200 sampai Rp 10.200 er US$. Nilai

tukar rupiah merupakan satu indikator ekonomi makro yang terkait dengan

APBN. Asumsi nilai tukar rupiah berhubungan dengan banyaknya transaksi

dalam APBN yang terkait dengan mata uang asing, seperti penerimaan

27

Imamudin Yuliadi, Ekonomi Moneter (Jakarta: PT. Indeks, 2008), hal. 61

Page 54: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

40

pinjaman dan pembayaran utang luar negeri, penerimaan minyak dan

pemberian subsidi BBM.28

Hubungan Nilai Tukar Rupiah Dengan Pembiayaan Mudharabah

Menurut Khamdi (2013) nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan negatif

terhadap pertumbuhan pembiayaan di BPRS. Melemahnya nilai tukar rupiah

menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam menjalankan usahanya

terutama bagi mereka yang menggunakan bahan baku dari luar negeri atau

menjual barangnya ke pasar ekspor. Pengelolaan nilai tukar rupiah yang

realistis dan perubahan yang cukup rendah dapat memberikan kepastian dunia

usaha sebagaimana yang terjadi pada beberapa waktu terakhir merupakan

suatu hal yang penting dalam peningkatan investasi maupun kegiatan yang

berorientasikan pada ekspor. Keadaan tersebut pada gilirannya akan

mendorong meningkatnya permintaan kredit untuk usaha yang produktif

sehingga dapat mendorong perkembangan perbankan yang sehat.29

G. Tingkat Bagi Hasil

1. Pengertian Bagi Hasil

Bank syariah menerapkan nisbah bagi hasil terhadap produk-produk

pembiayaan yang berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC), yaitu akad

bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi

jumlah maupun waktu, seperti mudharabah dan musyarakah.30

28

M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam, hal. 128 29

Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2008), hal. 55 30

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan , hal. 286

Page 55: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

41

Tingkat bagi hasil adalah prosentase pembagian hasil atas keuntungan

yang akan didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Besarnya ketentuan

porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan

bersama dan harus terjadi dengan adanya kerelaan dimasing-masing pihak

tanpa adanya unsur paksaan.

2. Kebijakan dalam Penentuan Nisbah Bagi Hasil

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan margin

dan bagi hasil antara lain:31

1. Komposisi pendanaan

Bagi bank syariah yang pendanaannya sebagian besar diperoleh

dari dana giro dan tabungan, yang notabene nisbah nasabah tidak

setinggi pada deposan (apalagi bonus/athaya untuk giro cukup rendah

karena diserahkan sepenuhnya pada kebijakan bank syariah yang

bersangkutan), maka penentuan keuntungan (margin atau bagi hasil

bagi bank) akan lebih kompetitif jika dibandingkan suatu bank yang

pendanaannya porsi terbesar berasal dari deposito.

2. Tingkat persaingan

Jika tingkat kompetisi ketat, porsi keuntungan bank tipis,

sedangkan pada tingkat persaingan masih longgar bank dapat

mengambil keuntungan lebih tinggi.

3. Risiko pembiayaan

31

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014),

hal. 316

Page 56: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

42

Untuk pembiayaan pada sektor yang beresiko tinggi, bank dapat

mengambil keuntungan lebih tinggi dibanding yang berisiko sedang

apalagi kecil.

4. Jenis nasabah

Yang dimaksud adalah nasabah prima dan nasabah biasa. Bagi

nasabah prima misal usahanya besar dan kuat bank cukup mengambil

keuntungan tipis, sedangkan untuk pembiayaan kepada para nasabah

biasa diambil keuntungan yang lebih tinggi.

5. Kondisi perekonomian

Silus ekonomi meliputi kondisi: revival, boom/peak-puncak, resesi

dan depresi. Jika perekonomian secara umum berada pada dua kondisi

pertama, di mana usaha berjalan lancar, maka bank dapat mengambil

kebijkan pengambilan keuntungan yang lebih longgar. Namun pada

kondisi lainnya (resesi dan depresi) bank tidak merugi pun bagus,

keuntungan sangat tipis.

3. Sistem dan Prinsip Distribusi Bagi Hasil

Ketentuan yang terkait dengan perhitungan pembagian hasil usaha

sudah ditetapkan dalam Fatwa DSN-MUI. Dalam Fatwa Dewan Syariah

Nasional Nomor 14/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sistem Distribusi Hasil

Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah, ketentuannya adalah:

1. Pada prinsipnya, LKS boleh menggunakan sistem Accrual Basis

maupun Cash Basis dalam administrasi keuangan.

Page 57: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

43

2. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), dalam pencatatan sebaiknya

digunakan sistem Accrual Basis; akan tetapi, dalam distribusi hasil

usaha hendaknya ditentukan atas dasar penerimaan yang benar-benar

terjadi (Cash Basis).

3. Penetapan sistem yang dipilih harus disepakati dalam akad.

Kemudian prinsip distribusi bagi hasil usaha sudah tertuang dalam

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 15/DSN-MUI/IX/2000 Tentang

Prinsip Distribusi Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah, dalam

fatwa tersebut ditetapkan sebagai berikut:

1. Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net

Revenue Sharing) maupun Bagi Untung (Profit Sharing) dalam

pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya.

2. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini, pembagian hasil

usaha sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing).

3. Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati

dalam akad.

Dasar perhitungan bagi hasil yang menggunakan revenue sharing

adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan atas penjualan dan/atau

pendapatan kotor atas usaha sebelum dikurangi dengan biaya. Bagi hasil

dalam revenue sharing dihitung dengan mengalihkan nisbah yang telah

disetujui dengan pendapatan bruto. Pada umumnya bagi hasil terhadap

investasi dana dari masyarakat menggunakan revenue sharing.

Page 58: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

44

Dasar perhitungan bagi hasil dengan menggunakan profit/loss sharing

merupakan bagi hasil yang dihitung dari laba/rugi usaha. Kedua pihak,

bank syariah maupun nasabah akan memperoleh keuntungan atas hasil

usaha mudharib dan ikut menanggung kerugian bila usahanya mengalami

kerugian.32

Hubungan Tingkat Bagi Hasil Dengan Pembiayaan Mudharabah

Pembagian keuntungan dalam pembiayaan mudharabah ditentukan

berdasarkan tingkat bagi hasil yang disepakati oleh kedua belah pihak. Faktor

tingkat bagi hasil juga dianggap berpengaruh dalam pembiayaan mudharabah.

Tingkat bagi hasil mempunyai hubungan yang positif dengan pembiayaan

mudharabah. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat bagi

hasil pada sebuah bank syariah maka akan meningkatkan jumlah pembiayaan

mudharabah, karena nasabah selalu mengharapkan keuntungan yang lebih

tinggi daripada kerugian.

H. Penelitian Terdahulu

Penulis menemukan beberapa penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya mengenai tema ini. Terdapat beberapa penelitian yang dapat

menunjang dan membantu penulis dalam menyempurnakan hasil penelitian.

Hasil penelitian tersebut juga digunakan sebagai landasan pembanding dalam

menganalisa pengaruh variabel DPK, CAR, inflasi, nilai tukar dan tingkat bagi

hasil terhadap pembiayaan mudharabah yang dilakukan oleh BPRS. Beberapa

tinjauan pustaka yang telah dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut:

32

Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: KENCANA, 2011), edisi pertama, hal. 98-99

Page 59: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

45

No Judul Variabel dan

Metode

Analisis

Hasil

Pembahasan

Perbedaan

1 “Analisis

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Volume

Pembiayaan

Berbasis Bagi

Hasil Pada

Bank Umum

Syariah Di

Indonesia”

Agustina

Kurniawanti

dan Zulfikar,

Syariah Paper

Accounting

(2014) Program

Studi

Akuntansi-FEB

Universitas

Muhammadiyah

Surakarta

Variabel

independen =

DPK, tingkat

bagi hasil, NPF

dan total asset.

Variabel

dependen =

volume

pembiayaan

berbasis bagi

hasil.

Alat analisis

yang digunakan

dalam

penelitian ini

adalah regresi

berganda.

Hasil penelitian

menunjukan

DPK dan NPF

tidak mempunyai

pengaruh yang

signifikan

sedangkan

tingkat bagi hasil

dan total asset

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

pembiayaan

berbasis bagi

hasil. Secara

simultan variabel

DPK, tingkat

bagi hasil, NPF

dan total asset

berpengaruh

signifikan

terhadap volume

pembiayaan

berbasis bagi

hasil.

Variabel

independen =

DPK, CAR,

inflasi, nilai

tukar rupiah

dan tingkat

bagi hasil.

Variabel

dependen =

pembiayaan

mudharabah di

BPRS periode

2009-2015.

Metode analisis

menggunakan

regresi linier

berganda.

2 “Analisis

Hubungan

Simpanan,

Modal Sendiri,

NPL,

Prosentase

Bagi Hasil Dan

Mark Up

Keuntungan

Terhadap

Pembiayaan

Pada

Perbankan

Syariah Studi

Kasus Pada

Bank

Muamalat

Indonesia”

Variabel

independen =

Simpanan/DPK,

modal sendiri,

NPL dan

prosentase bagi

hasil dan marjin

keuntungan.

Variabel

dependen =

pembiayaan

pada perbankan

syariah. Alat

analisis yang

digunakan

dalam

penelitian ini

adalah analisis

Hasil penelitian

menunjukan

simpanan

mempunyai

pengaruh yang

signifikan,

sedangkan

variabel lainnya

yaitu modal

sendiri, NPL dan

prosentase bagi

hasil dan marjin

keuntungan tidak

mempunyai

pengaruh yang

signifikan

terhadap

pembiayaan pada

Variabel

independen =

DPK, CAR,

inflasi, nilai

tukar rupiah

dan tingkat

bagi hasil.

Variabel

dependen =

pembiayaan

mudharabah di

BPRS periode

2009-2015.

Metode analisis

menggunakan

regresi linier

berganda.

Page 60: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

46

Pratin dan

Akhyar Adnan

(2005), Sinergi

Kajian Bisnis

dan Manajemen

edisi khusus on

Finance.

regresi linier

berganda.

perbankan

syariah di

Indonesia.

3 “Faktor Yang

Mempengaruhi

Pembiayaan

Mudharabah

Pada Bank

Umum Syariah

Di Indonesia”

Nur Gilang

Giannini,

Accounting

Analysis

Journal (2013)

Jurusan

Akuntansi

Fakultas

Ekonomi

Universitas

Negeri

Semarang

Indonesia

Variabel

independen =

FDR, NPF,

ROA, CAR dan

tingkat bagi

hasil.

Variabel

dependen =

pembiayaan

mudharabah.

Alat analisis

yang digunakan

dalam

penelitian ini

adalah regresi

berganda.

Hasil penelitian

menunjukan

bahwa FDR,

NPF, ROA CAR

dan tingkat bagi

hasil secara

simultan

berpengaruh

terhadap

pembiayaan

mudharabah.

Untuk hasil

secara parsial,

variabel FDR

berpengaruh

positif terhadap

pembiayaan

mudharabah.

Variabel NPF

tidak

berpengaruh

terhadap

pembiayaan

mudharabah.

Sedangkan untuk

variabel ROA,

CAR dan tingkat

bagi hasil

berpengaruh

positif terhadap

pembiayaan

mudharabah.

Variabel

independen =

DPK, CAR,

inflasi, nilai

tukar rupiah

dan tingkat

bagi hasil.

Variabel

dependen =

pembiayaan

mudharabah di

BPRS periode

2009-2015.

Metode analisis

menggunakan

regresi linier

berganda.

4 “Analisis

Pengaruh

Dana Pihak

Ketiga, Tingkat

Bagi Hasil,

Dan Non

Variabel

independen =

DPK, tingkat

bagi hasil dan

NPF.

Variabel

Hasil penelitian

menunjukan

bahwa DPK dan

tingkat bagi hasil

berpengaruh

positif secara

Variabel

independen =

DPK, CAR,

inflasi, nilai

tukar rupiah

dan tingkat

Page 61: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

47

Performing

Financing

Terhadap

Volume

Pembiayaan

Berbasis Bagi

Hasil Pada

Perbankan

Syariah Di

Indonesia”

Dita Andraeny,

Simposium

Nasional

Akuntansi XIV

Aceh (2011)

Fakultas

Ekonomi

Universitas

Syiah Kuala

Banda Aceh

dependen =

volume

pembiayaan

berbasis bagi

hasil.

Teknik analisis

data yang

digunakan

adalah Partial

Least Square

(PLS).

signifikan

terhadap volume

pembiayaan

berbasis bagi

hasil. Sementara

itu, variabel NPF

tidak

berpengaruh

signifikan.

bagi hasil.

Variabel

dependen =

pembiayaan

mudharabah di

BPRS periode

2009-2015.

Metode analisis

menggunakan

regresi linier

berganda.

5 “Pengaruh

ROA, NPF,

FDR, BOPO

Dan Tingkat

Bagi Hasil

Terhadap

Pembiayaan

Mudharabah

(Studi Kasus

Pada BUS Dan

UUS di

Indonesia

Periode 2010-

2013)”

Siti Nugraha,

Skripsi (2014)

Fakultas

Syariah dan

Hukum UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta

Variabel

independen

=NPF, FDR,

ROA, BOPO

dan tingkat bagi

hasil.

Variabel

dependen =

pembiayaan

mudharabah.

Metode analisis

data yang

digunakan

dalam

penelitian ini

adalah dengan

menggunakan

metode regresi

linier berganda.

Hasil analisis

menunjukan

bahwa NPF, FDR

dan tingkat bagi

hasil secara

bersama-sama

(simultan)

mempunyai

pengaruh

signifikan

terhadap

pembiayaan

mudharabah.

Sedangkan ROA

dan BOPO secara

bersama-sama

(simultan) tidak

mempunyai

pengaruh

terhadap yaitu

pembiayaan

mudharabah.

Variabel

independen =

DPK, CAR,

inflasi, nilai

tukar rupiah

dan tingkat

bagi hasil.

Variabel

dependen =

pembiayaan

mudharabah di

BPRS periode

2009-2015.

Metode analisis

menggunakan

regresi linier

berganda.

6 “Analisis

Faktor Yang

Mempengaruhi

Variabel

independen =

tingkat bagi

Hasil analisis

menunjukkan

bahwa JII, PDB

Variabel

independen =

DPK, CAR,

Page 62: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

48

Permintaan

Pembiayaan

Mudharabah

Pada

Perbankan

Syariah Di

Indonesia

Periode 2003-

2009

Lia Andriani,

Skripsi (2010)

Fakultas

Ekonomi dan

Bisnis UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta

hasil, Jakarta

Islamic Index

(JII), inflasi,

PDB dan kurs

rupiah

Variabel

dependen =

pembiayaan

mudharabah

Alat analisis

yang digunakan

dalam

penelitian ini

adalah Error

Correction

Model (ECM).

dan kurs rupiah

baik jangka

pendek maupun

jangka panjang

berpengaruh

signifikan

terhadap

pembiayaan

mudharabah.

Sedangkan

tingkat bagi hasil

dan inflasi baik

jangka pendek

maupun jangka

panjang tidak

berpengaruh

secara signifikan

pada pembiayaan

mudharabah

inflasi, nilai

tukar rupiah

dan tingkat

bagi hasil.

Variabel

dependen =

pembiayaan

mudharabah di

BPRS periode

2009-2015.

Metode analisis

menggunakan

regresi linier

berganda.

7 ”Analisis

Pengaruh

Jumlah Dana

Pihak Ketiga

(DPK), Non

Performing

Financing

(NPF) dan

Tingkat Inflasi

Terhadap Total

Pembiayaan

Yang Diberikan

Oleh BPRS Di

Indonesia

(Periode

Januari 2007-

Oktober 2012)

Mufqi Firaldi,

Skripsi (2013)

Fakultas

Ekonomi dan

Bisnis UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta

Variabel

independen =

DPK, NPF dan

tingkat inflasi.

Variabel

dependen =

total

pembiayaan

Penelitian ini

menggunakan

uji kointegrasi

untuk melihat

hubungan

jangka panjang

dan

menggunakan

ECM untuk

melihat

hubungan

jangka pendek.

Hasil dari

penelitian ini

mengindikasikan

bahwa DPK

mempunyai

pengaruh jangka

pendek terhadap

total pembiayaan,

NPF mempunyai

pengaruh jangka

pendek terhadap

total pembiayaan

dan inflasi tidak

mempunyai

pengaruh

terhadap total

pembiayaan yang

diberikan oleh

BPRS

Variabel

independen =

DPK, CAR,

inflasi, nilai

tukar rupiah

dan tingkat

bagi hasil.

Variabel

dependen =

pembiayaan

mudharabah di

BPRS periode

2009-2015.

Metode analisis

menggunakan

regresi linier

berganda.

Page 63: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

49

I. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui faktor apa saja yang

mempengaruhi pembiayaan mudharabah yang disalurkan oleh BPRS di

Indonesia pada tahun 2009-2015. Dari data yang diperoleh pembiayaan yang

mendominasi di bank syariah maupun BPRS adalah pembiayaan murabahah.

Padahal Bank Indonesia sebagai regulator telah menyarankan kepada bank

syariah untuk meningkatkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dan

mengurangi pembiayaan dengan skema jual beli (murabahah). Bank syariah

dan BPRS pun sudah berupaya untuk meningkatkan pembiayaan

mudharabah, namun permintaan dari nasabah akan pembiyaan murabahah

masih cukup tinggi. Padahal pembiayaan mudharabah dengan prinsip bagi

hasil lebih menguntungkan baik bagi bank maupun bagi nasabah. Selain

karena permintaan nasabah yang masih rendah terhadap pembiayaan

mudharabah dan risiko yang cukup tinggi, ada faktor-faktor lain yang

mempengaruhi pembiayaan mudharabah. Seperti kondisi bank itu sendiri dan

kondisi perekonomian Indonesia saat ini.

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen

berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel

dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau

penurunan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

DPK, CAR, inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat bagi hasil, sementara

Page 64: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

50

variabel dependennya adalah komposisi pembiayaan mudharabah pada BPRS

di Indonesia. Waktu pengamatan dilakukan selama 6 tahun yaitu dari bulan

Juni 2009 – Juni 2015. Setelah penulis mendapatkan data dari semua variabel,

selanjutnya data diolah secara elektronik dengan menggunakan Microsoft

Excel 2010 dan IBM SPSS Statistics 22 untuk mempercepat mendapatkan

perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti.

Dalam menggunakan analisis regresi linier berganda terlebih dahulu

dilakukan uji asumsi klasik. Berikut ini adalah kerangka pemikiran yang telah

disederhanakan oleh penulis:

Page 65: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

51

Gambar 2.4

Skema Kerangka Pemikiran

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS)

Variabel Dependen:

Pembiayaan Mudharabah

Variabel Independen:

DPK, CAR, Inflasi, Kurs, TBH

Metode Regresi Linier Berganda

Uji Asumsi Klasik

Uji t (Parsial) Koefisien Adjusted R2 Uji F (Simultan)

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Page 66: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

52

J. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih

perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas dan dapat diuji.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

a. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Ho: Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara DPK terhadap

pembiayaan mudharabah.

Ha: Terdapat pengaruh secara signifikan antara DPK terhadap

pembiayaan mudharabah.

b. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Ho: Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara CAR terhadap

pembiayaan mudharabah.

Ha: Terdapat pengaruh secara signifikan antara CAR terhadap

pembiayaan mudharabah.

c. Inflasi

Ho: Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara inflasi terhadap

pembiayaan mudharabah.

Ha: Terdapat pengaruh secara signifikan antara inflasi terhadap

pembiayaan mudharabah.

d. Nilai Tukar Rupiah

Ho: Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara kurs terhadap

pembiayaan mudharabah.

Page 67: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

53

Ha: Terdapat pengaruh secara signifikan antara kurs terhadap

pembiayaan mudharabah.

e. Tingkat Bagi Hasil

Ho: Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara tingkat bagi hasil

terhadap pembiayaan mudharabah.

Ha: Terdapat pengaruh secara signifikan antara tingkat bagi hasil

terhadap pembiayaan mudharabah.

Page 68: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

54

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel dana

pihak ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), inflasi, nilai tukar rupiah

dan tingkat bagi hasil sebagai variabel independennya terhadap variabel

dependen yaitu pembiayaan mudharabah. Objek dalam penelitian ini adalah

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode ini

sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah

yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini

disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan

analisis menggunakan statistik.1 Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah regresi linier berganda.

B. Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtut waktu (time

series) bulanan dalam jangka waktu enam tahun, yaitu dari Juni 2009 sampai

dengan Juni 2015. Penelitian ini dilakukan dengan melihat laporan keuangan

yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yaitu Statistik Perbankan Syariah.

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010),

cetakan ke-11, hal. 7

Page 69: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

55

C. Metode Penentuan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang ada di Indonesia. Untuk

pengambilan sampel metode yang digunakan adalah non probability sampling

yaitu metode pengambilan sampel yang tidak memberikan

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel. Sedangkan tekniknya menggunakan purposive

sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pada tujuan dan

pertimbangan tertentu.

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan merupakan data sekunder. Sehingga metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

studi dokumentasi, yaitu metode yang menghimpun sejumlah informasi dari

dokumen-dokumen, seperti studi pustaka, eksplorasi literature, jurnal, laporan

keuangan perbankan serta laporan kebijakan moneter yang dipublikasikan

oleh Bank Indonesia.

E. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini

adalah analisis regresi linier berganda (multiple linier regression). Analisis

regresi berganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel

bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan ada

tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih

Page 70: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

56

variabel bebas X1, X2,..., Xi terhadap suatu variabel terikat Y.2 Data diolah

secara elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan IBM SPSS

Statistic 22 untuk mempercepat mendapatkan perolehan hasil yang dapat

menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti.

Estimasi persamaan regresi berganda dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Keterangan:

Y = Pembiayaan Mudharabah

a = Nilai Konstanta

b = Koefisien Regresi

X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)

X2 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

X3 = Inflasi

X4 = Nilai Tukar Rupiah

X5 = Tingkat Bagi Hasil (TBH)

e = Error Terms

1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil

estimasi regresi yang dilakukan benar-benar terbebas dari adanya gejala

multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan data yang

dihasilkan berdistribusi normal. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk

2 Muhidin Sambas Ali, Analisis Korelasi, Regresi Dan Jalur Dalam Penelitian (Bandung:

CV. Pustaka Setia, 2011), hal. 198

Page 71: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

57

menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang

minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE) yang berarti model

regresi tidak mengandung masalah. Pengujian-pengujian yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual

yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau

tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual

terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya.

Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika

menggambarkan dengan bentuk kurva akan membentuk gambar

lonceng (bell-shaped curve) yang kedua sisinya lebar sampai tidak

terhingga.3 Model regresi yang baik adalah model dengan distribusi

yang normal atau mendekati normal.

Kriteria sebuah data residual berdistribusi normal atau tidak dengan

pendekatan Normal Probability Plot dapat dilakukan dengan melihat

sebaran titik-titik yang ada pada gambar. Apabila sebaran titik-titik

tersebut mendekati atau rapat pada garis lurus (diagonal) maka dapat

dikatakan bahwa (data) residual terdistribusi normal. Namun apabila

sebaran titik-titik tersebut menjauhi garis maka tidak terdistribusi

normal.

3 Suliyanto, Ekonometrika Terapan (Yogyakarta: ANDI, 2011), hal. 69

Page 72: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

58

Selain menggunakan grafik, pengujian normalitas juga dapat

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai

Kolmogorov-Smirnov tidak signifikan > 0,05 maka semua data

terdistribusi secara normal. Sebaliknya, apabila nilai Kolmogorov-

Smirnov signifikan < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Penyimpangan asumsi model klasik adalah adanya

multikolinearitas dalam model regresi yang dihasilkan. Artinya antar

variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan

yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasi tinggi

atau bahkan 1).4

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas di dalam model

regresi yaitu dengan menggunakan VIF (Variance Inflation Factor)

dan nilai Tolerance, maka:

a) Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 (VIF ≤ 10), maka model

regresi bebas dari multikolinearitas.

b) Jika nilai Tolerance tidak kurang dari 1 (Tolerance ≥ 1 atau

0,10), maka model regresi bebas dari multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Penyimpangan asumsi model klasik selanjutnya adalah adanya

heteroskedastisitas. Dalam persamaan regresi perlu juga diuji

mengenai sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang

4 Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi (Yogyakarta: BPFE, 2013), hal. 84

Page 73: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

59

satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians

yang sama, disebut terjadi homoskedastisitas, dan jika variansnya tidak

sama/berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi

yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisistas.5

Model regresi dengan heteroskedastisitas mengandung

konsekuensi yang serius bagi estimator metode OLS karena tidak lagi

BLUE.6 Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui

apakah suatu model regresi mengandung unsur heteroskedastisitas atau

tidak. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam

penelitian ini dilakukan dengan menganalisis grafik scatterplot. Dasar

pengambilan keputusan ada tidaknya heteroskedastisitas, sebagai

berikut:

a) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk

suatu pola literatur (bergelombang, kemudian menyempit),

maka terjadi heteroskedastisitas

b) Jika tidak ada pola tertentu yang jelas serta titik-titik menyebar

di atas dan di bawah angka 0 sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas menggunakan Scatterplot sangat lemah

karena hanya mengandalkan analisis visual. Untuk mendapatkan

kepastian dalam menentukan terjadi atau tidaknya masalah

5 Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis (Jakarta: Buku Kita, 2009), hal. 82

6 Agus Widarjono, Ekonometrika (Yogyakarta: EKONOSIA, 2009), hal. 117

Page 74: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

60

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Glejser. Uji Glejser

pada umumnya meregresikan antara nilai residual yang absolut

dengan semua variabel independennya. Uji Glejser secara umum

dinotasikan sebagai berikut:

e = b1 + b2X2 + v

Dimana:

e = nilai absolut dari residual yang dihasilkan dari regresi model

X2 = variabel penjelas.

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

a) Tidak terjadi heteroskedastisitas, jika nilai t hitung lebih kecil

dari t tabel dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

b) Terjadi heteroskedastisitas, jika nilai t hitung lebih besar dari t

tabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.

d. Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah

autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut

menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah

autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan

pengganggu periode t (berada) dan kesalahan pengganggu periode t-1

(sebelumnya).

Page 75: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

61

Jika kita menganalisis data runtut waktu (time series) maka

variabel gangguan antara waktu akan saling berhubungan. Oleh karena

itu, data runtut waktu diduga sering kali mengandung unsur

autokorelasi. Sedangkan data cross section diduga jarang ditemui

adanya unsur autokorelasi.7

Pengujian masalah autokorelasi dalam suatu model regresi dapat

dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Uji Durbin Watson (Uji

Dw), dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2).

2. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2

atau -2 < DW < +2.

3. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau DW >

+2.8

2. Uji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel independen

secara masing-masing (parsial) memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan

membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan:

a) Bila t hitung < t tabel maka Ho diterima dan menolak Ha,

artinya bahwa secara parsial variabel independen tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

7 Agus Widarjono, Ekonometrika, hal. 141

8 Danang Sunyoto, Uji Khi Kuadrat dan Regresi Untuk Penelitian, (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2010), hal. 116

Page 76: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

62

b) Bila t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan menerima Ha

artinya bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Pengujian ini juga dapat menggunakan pengamatan nilai

signifikansi t pada tingkat α yang digunakan yaitu sebesar 5%. Analisis

ini didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikansi t dengan nilai

signifikansi 0,05 dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Jika signifikansi t < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti variabel

independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel

dependen.

b) Jika signifikansi t > 0,05 maka Ho diterima yang berarti

variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji F ini juga sering disebut sebagai uji simultan, untuk menguji

apakah variabel bebas yang digunakan dalam model mampu

menjelaskan perubahan nilai variabel tergantung atau tidak. Untuk

menyimpulkan apakah model masuk dalam kategori cocok (fit) atau

tidak, kita harus membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.9

Uji ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

9 Suliyanto, Ekonometrika Terapan, hal. 61

Page 77: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

63

a) Bila F hitung < F tabel maka Ho diterima dan menolak Ha,

artinya bahwa secara simultan variabel independen tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b) Bila F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan menerima Ha

artinya bahwa secara simultan variabel independen

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Pengujian ini juga dapat menggunakan pengamatan nilai

signifikansi F pada tingkat α yang digunakan yaitu sebesar 5%. Analisis

ini didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikansi F dengan

nilai signifikansi 0,05 dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Jika signifikansi F < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti

variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap

variabel dependen.

b) Jika signifikansi F > 0,05 maka Ho diterima yang berarti

variabel independen secara simultan tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel-

variabel bebas (independen) terhadap variabel terikatnya (dependen).

Atau dapat pula dikatakan sebagai proporsi pengaruh seluruh variabel

bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat

diukur oleh nilai Adjusted R-square (R2). Nilai koefisien determinasi

terletak antara 0 dan 1 yaitu 0 ≤ R2 ≤ 1. Bila R

2 = 1 berarti 100% total

Page 78: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

64

variasi variabel terikat dijelaskan oleh variabel bebasnya dan

menunjukkan ketepatan yang baik, dan bila R2 = 0 berarti tidak ada

total variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebasnya.10

F. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

komposisi pembiayaan mudharabah pada Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) di Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam

penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia

yaitu pada Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan,

yaitu dari Juni 2009 hingga Juni 2015 yang dinyatakan dalam bentuk

milyar rupiah.

2. Variabel Independen (X)

Variabel independen yang digunakan sebagai berikut :

a. Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1)

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang berhasil dihimpun dari

masyarakat oleh bank. Dana simpanan (deposit) masyarakat

merupakan jumlah dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank.

Deposit ini terdiri dari berbagai bentuk, yaitu simpanan dalam bentuk

tabungan, deposito berjangka dan rekening giro. Sumber dana ini

merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan

merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai

10

Yanti Budiasih, Statistika Deskriptif Untuk Ekonomi & Bisnis (Tangerang: Jelajah Nusa,

2012), hal. 198

Page 79: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

65

operasinya dari sumber dana ini. Data DPK diambil dari data yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu pada Statistik Perbankan

Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Juni 2009 sampai

Juni 2015 yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah.

b. Capital Adequacy Ratio (CAR) (X2)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio modal yang

menunjukan kemampuan suatu bank dalam menutupi setiap risiko

yang terjadi atas kegiatan operasional dalam pengembangan usahanya.

Bank yang mampu menutupi risiko dengan dana modalnya

menunjukan bank tersebut dalam keadaan sehat. Data operasional yang

digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh

Bank Indonesia yaitu pada Statistik Perbankan Syariah, yaitu dari Juni

2009 sampai Juni 2015 yang dinyatakan dalam bentuk persen

perbulan.

c. Inflasi (X3)

Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-

harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Atau kenaikan harga

barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Data tentang

inflasi yang digunakan adalah data laju inflasi dalam persen yang

terjadi di Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam penelitian

ini diperoleh dari data pada Bank Indonesia yang dapat diakses pada

situs www.bi.go.id. Data ini berupa data bulanan, yaitu dari Juni 2009

sampai Juni 2015 yang dinyatakan dalam bentuk persen per bulan.

Page 80: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

66

d. Nilai Tukar Rupiah (X4)

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing adalah nilai mata uang

suatu negara terhadap mata uang negara lain. Dalam hal ini adalah

nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Data operasional yang

digunakan berupa data bulanan, yaitu dari Juni 2009 sampai Juni 2015

yang dinyatakan dalam bentuk rupiah. Data ini diperoleh dari data

pada Bank Indonesia yang dapat diakses pada situs www.bi.go.id.

e. Tingkat Bagi Hasil (X5)

Tingkat bagi hasil adalah sebuah bentuk pengembalian dari kontrak

investasi berdasarkan suatu periode tertentu dengan karakteristiknya

yang tidak tetap dan tidak pasti besar kecilnya perolehan tersebut.

Besarnya ketentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak

ditentukan sesuai kesepakatan bersama tanpa adanya unsur paksaan.

Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari

data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu pada Statistik

Perbankan Syariah, yaitu dari Juni 2009 sampai Juni 2015 yang

dinyatakan dalam bentuk persen.

Page 81: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

67

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini data diolah secara elektronik dengan menggunakan

Microsoft Excel 2010 dan IBM SPSS Statistics 22 untuk mempercepat

mendapatkan perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang

diteliti. Pembiayaan mudharabah pada BPRS menjadi variabel dependen.

Sementara itu yang menjadi variabel independen dana pihak ketiga (DPK),

Capital Adequacy Ratio (CAR), inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat bagi

hasil. Hasil dan pembahasan masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

1. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama di mana ada yang

bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana) dan sebagai mudharib

(pengelola dana) dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah bagi

hasil yang telah disepakati antara kedua belah pihak. Apabila pembiayaan

mudharabah dapat dilaksanakan dengan maksimal akan menggerakan

sektor ekonomi riil yaitu dengan membuka lapangan pekerjaan dan

menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran. Perkembangan

pembiayaan mudharabah pada BPRS dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 82: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

68

Gambar 4.1

Perkembangan Pembiayaan Mudharabah pada BPRS

Sumber : Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan gambar tersebut dapat kita ketahui bahwa pembiayaan

mudharabah yang disalurkan oleh BPRS di Indonesia dari tahun 2009

hingga 2015 secara umum terus mengalami kenaikan. Mulai dari Juni

2009 yaitu sebesar 50.170 milyar dan terus meningkat menjadi 69.549

milyar pada Oktober 2010. Namun pada November 2010 sampai Februari

2011 mengalami penurunan menjadi 63.080 milyar. Kemudian bergerak

naik kembali menjadi 79.774 milyar pada Agustus 2011 dan kembali turun

lagi hingga awal tahun 2012. Pada Januari sampai Juni 2015 pembiayaan

mudharabah terus meningkat dari 118.415 milyar menjadi 158.936 milyar.

Perkembangan pembiayaan mudharabah memang berfluktuasi. Tetapi

secara keseluruhan pembiayaan mudharabah terus menunjukkan

peningkatan yang cukup menggembirakan dan tidak ada penurunan yang

signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan mudharabah pada

BPRS telah berkembang dengan baik.

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

Jun

-09

Okt

-09

Feb

-10

Jun

-10

Okt

-10

Feb

-11

Jun

-11

Okt

-11

Feb

-12

Jun

-12

Okt

-12

Feb

-13

Jun

-13

Okt

-13

Feb

-14

Jun

-14

Okt

-14

Feb

-15

Jun

-15

Mily

ar

Periode

Pembiayaan Mudharabah

Page 83: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

69

2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

DPK merupakan dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Pada

BPRS, dana pihak ketiga ini hanya dalam bentuk tabungan dan deposito.

Dana ini biasanya menjadi dana terbesar yang dimiliki oleh bank atau

BPRS. Hal ini sesuai dengan fungsinya yaitu melakukan penghimpunan

dana dari masyarakat. Perkembangan DPK pada BPRS di Indonesia dari

tahun 2009 hingga 2015 dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.2

Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada BPRS

Sumber : Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa perkembangan DPK yang

berhasil dihimpun oleh BPRS di Indonesia secara keseluruhan terus

mengalami peningkatan. Hampir setiap tahunnya meningkat, dari Juni

2009 hingga April 2014 yaitu sebesar 1.082.786 milyar menjadi 3.734.325

milyar. DPK pada BPRS sedikit mengalami penurunan pada bulan Mei

hingga Juli 2014 namun kembali mengalami kenaikan hingga April 2015

yaitu sebesar 4.204.807 milyar. Perkembangan DPK pada BPRS

0500.000

1.000.0001.500.0002.000.0002.500.0003.000.0003.500.0004.000.0004.500.000

Jun

-09

No

p-0

9

Ap

r-1

0

Sep

-10

Feb

-11

Jul-

11

De

s-1

1

Me

i-1

2

Okt

-12

Mar

-13

Agu

st-1

3

Jan

-14

Jun

-14

No

p-1

4

Ap

r-1

5

Mily

ar

Periode

DPK

Page 84: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

70

menunjukkan bahwa meskipun BPRS merupakan lembaga keuangan

mikro namun kepercayaan dan minat masyarakat untuk menyimpan

dananya di BPRS semakin baik dan terus meningkat. Semakin banyak

dana yang dapat dihimpun oleh bank semakin besar pula pembiayaan yag

disalurkan oleh bank kepada masyarakat.

3. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal pada

bank maupun BPRS yang berfungsi untuk menutupi risiko kerugian dari

aktiva produktif, misalnya pemberian pembiayaan. Nilai CAR yang tinggi

dapat meningkatkan cadangan kas untuk memperluas pembiayaan yang

diberikan oleh bank. Sehingga tingkat profitabilitas bank juga akan

semakin meningkat. Perkembangan CAR pada BPRS selama periode

2009-2015 dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.3

Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada BPRS

Sumber : Bank Indonesia, data diolah

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

Jun

-09

Okt

-09

Feb

-10

Jun

-10

Okt

-10

Feb

-11

Jun

-11

Okt

-11

Feb

-12

Jun

-12

Okt

-12

Feb

-13

Jun

-13

Okt

-13

Feb

-14

Jun

-14

Okt

-14

Feb

-15

Jun

-15

Pe

rse

n

Periode

CAR

Page 85: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

71

Gambar di atas menunjukkan bahwa terjadi kenaikan CAR secara

signifikan pada tahun 2009, yaitu pada bulan september sebesar 30,27%

meningkat secara signifikan menjadi 43,86% pada Oktober 2009. Namun

terjadi penurunan yang signifikan pula pada November 2009, nilai CAR

menjadi 34,57%. Kemudian dari tahun 2010 hingga 2015 tingkat

perkembangan CAR pada BPRS di Indonesia cenderung mengalami

penurunan. Selama periode 2010-2015, nilai CAR tertinggi terjadi pada

bulan Februari 2010, yaitu sebesar 33,25%. Kemudian mengalami

penurunan menjadi 30,80% pada Januari 2011. Nilai CAR terus bergerak

turun hingga mencapai 21,73% pada bulan Juni 2015. Walaupun nilai

CAR terus mengalami penurunan, kondisi tersebut masih aman karena

Bank Indonesia menetapkan besarnya modal minimum yang wajib

disediakan oleh bank adalah sebesar 8%.

4. Inflasi

Inflasi merupakan masalah ekonomi yang hampir dihadapi oleh semua

negara, baik negara berkembang maupun negara maju. Inflasi adalah

proses meningkatnya harga-harga barang secara umum dan berlangsung

terus menerus. Tingkat inflasi yang masih rendah atau dibawah 10%

pertahun masih dapat dengan mudah dikendalikan. Namun inflasi yang

sudah mencapai dua digit ke atas, harus segera diatasi karena dapat

menurunkan kesejahteraan masyarakat dan mengganggu stabilitas

ekonomi suatu negara. Perkembangan inflasi di Indonesia dapat dilihat

sebagai berikut:

Page 86: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

72

Gambar 4.4

Perkembangan Inflasi di Indonesia

Sumber : Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan gambar di atas pergerakan inflasi di Indonesia dari tahun

2009 hingga 2015 berfluktuatif. Dari tahun ke tahun terus mengalami

perubahan. Mulai Juni 2009 tingkat inflasi sebesar 3,65% kemudian

sampai akhir tahun 2009 turun menjadi 2,78%. Selama tahun 2010 tingkat

inflasi di Indonesia cenderung mengalami peningkatan dari sekitar 3%

meningkat menjadi 6%. Tetapi pada tahun 2011 hingga Februari 2012

inflasi mengalami penurunan menjadi 3,56%. Kenaikan yang cukup besar

terjadi pada bulan Juni sampai Juli 2013 yaitu dari 5,90 % menjadi 8,61%.

Namun pada awal tahun 2015 tingkat inflasi kembali turun lagi ke angka

6,29%. Meskipun di Indonesia sering terjadi kenaikan harga barang-barang

tetapi tingkat inflasi di Indonesia masih tergolong ke dalam inflasi yang

rendah karena masih berada di bawah angka 10.

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

Jun

-09

Okt

-09

Feb

-10

Jun

-10

Okt

-10

Feb

-11

Jun

-11

Okt

-11

Feb

-12

Jun

-12

Okt

-12

Feb

-13

Jun

-13

Okt

-13

Feb

-14

Jun

-14

Okt

-14

Feb

-15

Jun

-15

Pe

rse

n

Periode

Inflasi

Page 87: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

73

5. Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar atau kurs menunjukkan seberapa besar rupiah yang

diperlukan untuk memperoleh mata uang asing. Kurs yang berlaku di

Indonesia saat ini adalah sistem kurs mengambang terkendali, yaitu kurs

valuta asing ditentukan oleh kekuatan pasar sampai pada tingkat tertentu

dan jika telah melampaui batas akan segera distabilkan oleh intervensi

pemerintah. Perkembangan nilai tukar rupiah di Indonesia dari 2009

sampai 2015 dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.5

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) di Indonesia

Sumber : Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan gambar di atas dapat kita lihat bahwa perkembangan nilai

tukar rupiah terhadap dollar Amerika dari tahun 2009 hingga 2015

cenderung melemah. Pada Juni 2009 nilai tukar rupiah berada di level Rp

10.257,59 dan terus menguat menjadi Rp 8.574,79 pada Agustus 2011.

Sepanjang tahun 2012 sampai awal tahun 2015 nilai tukar rupiah terus

melemah dari Rp 9.154,70 menjadi Rp 12.641,95. Hingga pada bulan Juni

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

Jun

-09

Okt

-09

Feb

-10

Jun

-10

Okt

-10

Feb

-11

Jun

-11

Okt

-11

Feb

-12

Jun

-12

Okt

-12

Feb

-13

Jun

-13

Okt

-13

Feb

-14

Jun

-14

Okt

-14

Feb

-15

Jun

-15

Ru

pia

h

Periode

Kurs

Page 88: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

74

2015 nilai tukar rupiah terhadap dollar kembali melemah, mencapai Rp

13.379,95. Angka ini menjadi angka tertinggi selama periode 2009-2015.

Melemahnya nilai tukar rupiah ini disebabkan karena kondisi ekonomi

Amerika yang semakin membaik sehingga dollar kembali menguat. Selain

itu, neraca perdagangan negara mengalami defisit. Produk impor masih

membanjiri pasaran, sementara tingkat ekspor negara kita masih rendah.

6. Tingkat Bagi Hasil

Tingkat bagi hasil adalah prosentase pembagian hasil atas keuntungan

yang akan didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Besarnya ketentuan

porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan

bersama dan harus terjadi dengan adanya kerelaan dimasing-masing pihak

tanpa adanya unsur paksaan. Prinsip bagi hasil inilah yang membedakan

antara bank konvensional dengan bank syariah. Perkembangan tingkat

bagi hasil pada BPRS di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.6

Perkembangan Tingkat Bagi Hasil pada BPRS

Sumber : Bank Indonesia, data diolah

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

Jun

-09

Okt

-09

Feb

-10

Jun

-10

Okt

-10

Feb

-11

Jun

-11

Okt

-11

Feb

-12

Jun

-12

Okt

-12

Feb

-13

Jun

-13

Okt

-13

Feb

-14

Jun

-14

Okt

-14

Feb

-15

Jun

-15

Pe

rse

n

Periode

Tingkat Bagi Hasil

Page 89: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

75

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa perkembangan

tingkat bagi hasil pada BPRS di Indonesia berfluktuasi. Selama periode

2009-2015, tingkat bagi hasil tertinggi terjadi pada bulan Juli 2011 yaitu

sebesar 23,52%. Tingkat bagi hasil mengalami penurunan pada September

2011 yaitu sebesar 23,33% turun menjadi 15,81% pada Juni 2011. Tingkat

terendah bagi hasil terjadi pada bulan Juli 2014 yaitu hanya 14,73%.

Besarnya tingkat bagi hasil yang diterima setiap bulannya berbeda-beda.

Adakalanya bagi hasil yang diterima jumlahnya besar dan adakala

jumlahnya kecil. Hal ini karena bagi hasil yang dibagikan kepada nasabah

tergantung pada keuntungan usaha yang diperoleh.

B. Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan analisis regresi linier berganda dan pengujian

hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk

mengetahui apakah data setiap variabel layak digunakan atau tidak dalam

penelitian ini. Selain itu, uji asumsi klasik penting dilakukan untuk

menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum

(Best Linier Unbiased Estimator = BLUE) yang berarti model regresi tidak

mengandung masalah. Hasil pengujian asusmsi klasik dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual yang

telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak.

Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual

Page 90: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

76

terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam

penelitian ini, penulis melakukan uji normalitas dengan pendekatan

Normal P-P Plot dan uji Kolmogorov-Smirnov.

1) Analisis grafik dengan Normal P-P Plot

Gambar 4.7

Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot

Berdasarkan gambar Normal P-P Plot di atas menunjukkan bahwa

sebaran titik-titik relatif mendekati garis lurus. Hal ini menunjukkan

bahwa (data) residual yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi

normal.

Kelemahan dari uji normalitas dengan Normal P-P Plot terletak pada

kriteria dekat/jauhnya sebaran titik-titik. Tidak ada batasan yang jelas

mengenai dekat atau jauhnya sebaran titik-titik tersebut sehingga sangat

dimungkinkan terjadi kesalahan penarikan kesimpulan. Untuk lebih

Page 91: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

77

meyakinkan bahwa data sudah berdistribusi normal maka dilakukan pula

uji normalitas dengan menggunakan uji Komogorov-Smirnov.

2) Uji Kolmogorov-Smirnov

Tabel 4.1

Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized

Residual

N 72

Normal Parametersa,b

Mean .0000000

Std. Deviation .96414598

Most Extreme Differences Absolute .073

Positive .073

Negative -.072

Test Statistic .073

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi

(Asymp. Sig. 2-tailed) adalah sebesar 0,200 lebih besar dari α 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel independen dan dependen

dalam penelitian ini merupakan data yang berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya

korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model

regresi linier berganda. Model regresi yang baik adalah tidak mengandung

multikolinieritas. Untuk menguji multikoinieritas dapat dilihat dari nilai

Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi

Page 92: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

78

dikatakan terbebas dari masalah multikolinieritas apabila nilai Tolerance >

0,01 atau nilai VIF < 10. Berikut ini adalah hasil uji multikolinieritas:

Tabel 4.2

Hasil Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai Tolerance masing-

masing variabel bebas (DPK, CAR, Inflasi, Kurs dan TBH) lebih besar

dari 0,10. Begitu pula dengan nilai VIF variabel bebas (DPK, CAR,

Inflasi, Kurs dan TBH) lebih kecil dari 10. Hasil ini menunjukkan bahwa

tidak terjadi multikolinieritas pada semua variabel bebas tersebut.

Berdasarkan syarat asumsi klasik regresi dengan OLS, maka model regresi

linier yang baik adalah terbebas dari adanya multikolinieritas. Dengan

demikian, model regresi yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari

masalah multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Jika residualnya mempunyai varians

Page 93: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

79

yang sama, disebut terjadi homoskedastisitas, dan jika variansnya tidak

sama/berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang

baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisistas. Untuk menguji asumsi

heteroskedastisitas dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis

grafik scatter plot dan uji Glejser.

1) Grafik Scatterplot

Ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat

dari titik-titik yang membentuk pola gambar pada Scatterplot. Apabila

titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu (bergelombang,

kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas. Tetapi, apabila

tidak ada pola tertentu dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka

0 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat

dilihat pada gambar Scatterplot, seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.8

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Page 94: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

80

Pada gambar 4.8 terlihat bahwa titik-titik tidak membentuk suatu

pola/alur tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak

terjadi heteriskedastisitas atau dengan kata lain terjadi homoskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas dengan scatterplot ini rentan mengalami

kesalahan dalam penarikan kesimpulannya. Hal ini karena penentuan ada

tidaknya pola/alur atas titik-titik yang ada pada gambar sangat bersifat

subjektif. Bisa saja sebagian orang mengatakan tidak ada pola, tapi

sebagian lainnya mengatakan ada pola yang terbentuk. Sehingga dalam

penelitian ini, penulis juga menggunakan uji Glejser untuk mendeteksi

terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas pada model.

2) Uji Glejser

Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel

independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara

variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas.

Tabel 4.3

Hasil Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -.581 .277 -2.101 .039

DPK .017 .027 .217 .644 .522

CAR .110 .091 .290 1.203 .233

Inflasi .101 .124 .116 .814 .419

Kurs .079 .054 .308 1.466 .147

TBH .213 .107 .289 1.985 .051

a. Dependent Variable: absres

Page 95: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

81

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai t hitung DPK = 0,644, CAR

= 1,203, inflasi = 0,814, kurs = 1,466 dan TBH = 1,985. Sedangkan Nilai t

tabel dicari pada distribusi nilai t tabel dengan df = N – k atau 73 – 6

dengan signifikansi 0,05 maka diperoleh nilai t tabel = 1,996. Berdasarkan

uji heteroskedastisitas dengan metode Glesjer diperoleh nilai t hitung lebih

kecil t tabel, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas. Begitupula nilai signifikansi masing-masing variabel

bebas (DPK, CAR, inflasi, kurs dan TBH) lebih besar dari 0,05, yang

berarti dapat disimpulkan bahwa pada model regresi linier tidak terjadi

gejala heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota

observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam

kaitannya dengan asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi

antara satu variabel gangguan dengan variabel gangguan yang lain.

Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan

variabel gangguan adalah tidak adanya hubungan antara variabel gangguan

satu dengan variabel gangguan yang lain.1 Dalam penelitian ini metode

yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi adalah

dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW). Hasil uji autokorelasi dengan

nilai Durbin-Watson (DW) dapat dilihat pada tabel hasil output SPSS

berikut ini:

1 Agus Widarjono, Ekonometrika, hal. 141

Page 96: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

82

Tabel 4.4

Hasil Uji Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .980a .961 .958 .0263691 .612

a. Predictors: (Constant), TBH, CAR, Inflasi, Kurs, DPK

b. Dependent Variable: PM

Berdasarkan tabel 4.4, nilai Durbin-Watson yang tertera pada output

SPSS adalah sebesar 0,612. Nilai Durbin-Watson tersebut berada pada

kisaran -2 dan +2, maka tidak terjadi masalah autokorelasi dan model

regresi layak digunakan.

C. Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat dilihat

pada hasil output SPSS sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.156 .510 6.184 .000

DPK .542 .049 .778 10.987 .000

CAR -.413 .168 -.125 -2.457 .017

Inflasi .178 .228 .024 .782 .437

Kurs .282 .099 .126 2.842 .006

TBH .202 .198 .031 1.022 .310

a. Dependent Variable: PM

Page 97: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

83

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 4.5 di atas,

estimasi persamaan regresi yang didapatkan adalah sebagai berikut:

PM = 3,156 + 0,542 DPK – 0,413 CAR + 0,178 Inflasi + 0,282 Kurs + 0,202

TBH

Dari persamaan regresi di atas dapat dinyatakan nilai koefisien regresinya

sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 3,156, berarti jika setiap variabel independen

konstan bernilai nol atau tidak ada pengaruh dari variabel independen,

maka akan meningkatkan pembiayaan mudharabah sebesar 3,156.

b. Nilai koefisisen variabel DPK sebesar 0,542, berarti setiap peningkatan

1% DPK akan meningkatkan pembiayaan mudharabah sebesar 0,542

dengan asumsi variabel lainnya diabaikan dan konstan.

c. Nilai koefisisen variabel CAR sebesar -0,413, berarti setiap peningkatan

1% CAR akan menurunkan pembiayaan mudharabah sebesar 0,413

dengan asumsi variabel lainnya diabaikan dan konstan.

d. Nilai koefisisen variabel inflasi sebesar 0,178, berarti setiap peningkatan

1% inflasi akan meningkatkan pembiayaan mudharabah sebesar 0,178

dengan asumsi variabel lainnya diabaikan dan konstan.

e. Nilai koefisisen variabel nilai tukar rupiah sebesar 0,282, berarti setiap

peningkatan 1% kurs rupiah akan meningkatkan pembiayaan

mudharabah sebesar 0,282 dengan asumsi variabel lainnya diabaikan dan

konstan.

Page 98: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

84

f. Nilai koefisisen variabel tingkat bagi hasil sebesar 0,202, berarti setiap

peningkatan 1% tingkat bagi hasil akan meningkatkan pembiayaan

mudharabah sebesar 0,202 dengan asumsi variabel lainnya diabaikan dan

konstan.

D. Pengujian Hipotesis

1. Uji t (Parsial)

Uji t bertujuan untuk menguji apakah setiap variabel independen

secara masing-masing (parsial) memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan

membandingkan t hitung dengan t tabel atau dapat juga menggunakan

pengamatan nilai signifikansi t pada tingkat α yang digunakan yaitu

sebesar 5%. Hasil uji t dari output SPSS dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji t

B

E

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.156 .510 6.184 .000

DPK .542 .049 .778 10.987 .000

CAR -.413 .168 -.125 -2.457 .017

Inflasi .178 .228 .024 .782 .437

Kurs .282 .099 .126 2.842 .006

TBH .202 .198 .031 1.022 .310

a. Dependent Variable: PM

Page 99: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

85

Berdasarkan tabel di atas, besarnya pengaruh masing-masing variabel

independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengaruh DPK terhadap pembiayaan mudharabah

Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat diketahui bahwa t hitung

variabel dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,987. Tabel distribusi t

dicari pada tingkat kepercayaan α = 5% dengan derajat kebebasan (df)

(n–k–1) atau (72–5-1) = 66, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,996.

Karena t hitung > t tabel atau 10,987 > 1,996 maka Ho ditolak dan Ha

diterima, yang berarti DPK berpengaruh signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah.

Variabel DPK mempunyai nilai probabilitas (Sig.) lebih kecil

dibandingkan alpha (α) yaitu 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak yang

artinya variabel DPK mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah.

b. Pengaruh CAR terhadap pembiayaan mudharabah

Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat diketahui bahwa t hitung

variabel capital adequacy ratio (CAR) sebesar -2,457. Tabel distribusi

t dicari pada tingkat kepercayaan α = 5% dengan derajat kebebasan

(df) (n–k–1) atau (72–5-1) = 66, maka diperoleh nilai t tabel sebesar

1,996. Karena t hitung > t tabel atau 2,457 > 1,996 maka Ho ditolak

dan Ha diterima, yang berarti CAR berpengaruh signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah.

Page 100: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

86

Variabel CAR mempunyai nilai probabilitas (Sig.) lebih kecil

dibandingkan alpha (α) yaitu 0,017 < 0,05 maka Ho ditolak yang

artinya variabel CAR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah.

c. Pengaruh inflasi terhadap pembiayaan mudharabah

Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat diketahui bahwa t hitung

variabel inflasi sebesar 0,782. Tabel distribusi t dicari pada tingkat

kepercayaan α = 5% dengan derajat kebebasan (df) (n–k–1) atau (72–

5-1) = 66, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,996. Karena t hitung

< t tabel atau 0,782 < 1,996 maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang

berarti inflasi tidak berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah.

Variabel inflasi mempunyai nilai probabilitas (Sig.) lebih besar

dibandingkan alpha (α) yaitu 0,437 > 0,05 maka Ho diterima yang

artinya variabel inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap pembiayaan mudharabah.

d. Pengaruh nilai tukar rupiah (kurs) terhadap pembiayaan mudharabah

Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat diketahui bahwa t hitung

variabel nilai tukar rupiah sebesar 2,842. Tabel distribusi t dicari pada

tingkat kepercayaan α = 5% dengan derajat kebebasan (df) (n–k–1)

atau (72–5-1) = 66, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,996. Karena

t hitung > t tabel atau 2,842 > 1,996 maka Ho ditolak dan Ha diterima,

yang berarti nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah.

Page 101: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

87

Variabel nilai tukar rupiah mempunyai nilai probabilitas (Sig.)

lebih kecil dibandingkan alpha (α) yaitu 0,006 < 0,05 maka Ho ditolak

yang artinya variabel nilai tukar rupiah (kurs) mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap pembiayaan mudharabah.

e. Pengaruh tingkat bagi hasil (TBH) terhadap pembiayaan mudharabah

Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat diketahui bahwa t hitung

variabel tingkat bagi hasil sebesar 1,022. Tabel distribusi t dicari pada

tingkat kepercayaan α = 5% dengan derajat kebebasan (df) (n–k–1)

atau (72–5-1) = 66, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,996. Karena

t hitung < t tabel atau 1,022 < 1,996 maka Ho diterima dan menolak

Ha, yang berarti tingkat bagi hasil tidak berpengaruh terhadap

pembiayaan mudharabah.

Variabel tingkat bagi hasil mempunyai nilai probabilitas (Sig.)

lebih besar dibandingkan alpha (α) yaitu 0,310 > 0,05 maka Ho

diterima yang artinya variabel tingkat bagi hasil tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan mudharabah.

2. Uji F (Simultan)

Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel independen yang

digunakan dalam model secara bersama-sama (simultan) mampu

menjelaskan perubahan nilai variabel dependen. Pengujian ini dilakukan

dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau dapat juga

menggunakan pengamatan nilai signifikansi t pada tingkat α yang

digunakan yaitu sebesar 5%. Berikut hasil uji F dari output SPSS:

Page 102: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

88

Tabel 4.7

Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.138 5 .228 327.200 .000b

Residual .046 66 .001

Total 1.183 71

a. Dependent Variable: PM

b. Predictors: (Constant), TBH, CAR, Inflasi, Kurs, DPK

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh F hitung sebesar 327,200. Tabel

distribusi F dicari pada tingkat kepercayaan α = 5%, df1 (k-1) atau 6-1 = 5

dan df2 (n-k) = 66, maka diperoleh nilai F tabel sebesar 2,35. F hitung > F

tabel yaitu 327,200 > 2,35 maka Ho ditolak dan menerima Ha. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel DPK, CAR, inflasi, nilai tukar rupiah

(kurs) dan tingkat bagi hasil secara bersama-sama berpengaruh terhadap

pembiayaan mudharabah, maka model regresi bisa digunakan untuk

memprediksi pembiayaan mudharabah.

Jika dilihat dari nilai probabilitas (Sig.) diketahui bahwa nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 sehingga memiliki

kesimpulan yang sama bahwa model regresi layak digunakan untuk

memprediksi pembiayaan mudharabah.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Secara statistik untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel

independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dari besarnya

koefisien korelasi ganda atau R2. Apabila koefisien determinasi sama

Page 103: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

89

dengan nol (R2 = 0), artinya variabel Y tidak dapat diterangkan oleh X

sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variabel Y secara keseluruhan

dapat diterangkan oleh X. Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh

nilai Adjusted R-square. Berikut hasil uji R2 :

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .980a .961 .958 .0263691

a. Predictors: (Constant), TBH, CAR, Inflasi, Kurs, DPK

b. Dependent Variable: PM

Pada tabel di atas, nilai Adjusted R-square sebesar 0,958 atau 95,8%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan mudharabah dapat

dijelaskan atau dipengaruhi oleh DPK, CAR, inflasi, nilai tukar rupiah

dan tingkat bagi hasil sebesar 95,8%. Sedangkan sisanya sebesar 4,2%

(100% - 95,8% = 4,2%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam penelitian ini.

E. Pembahasan

1. Pengaruh DPK terhadap Pembiayaan Mudharabah

Dalam penelitian ini, hasil perhitungan uji t variabel DPK

mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap komposisi

pembiayaan mudharabah pada BPRS. Hal ini karena tugas utama dari

sebuah bank syariah adalah melakukan kegiatan penghimpunan dan

penyaluran dana. Menurut Antonio dan Muhamad yang dikutip oleh Dita

Page 104: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

90

Andraeny salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan

adalah simpanan (DPK).2 Sehingga semakin tinggi dana pihak ketiga

yang berhasil dihimpun oleh bank syariah atau BPRS maka semakin

tinggi pula pembiayaan yang disalurkan termasuk pembiayaan

mudharabah. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Mufqi Firaldi (2013) bahwa DPK berpengaruh positif secara

signifikan terhadap pembiayaan yang diberikan oleh BPRS.

2. Pengaruh CAR terhadap Pembiayaan Mudharabah

Berdasarkan hasil perhitungan uji t menunjukkan bahwa variabel

CAR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap komposisi

pembiayaan mudharabah pada BPRS. Hubungan antara CAR dengan

pembiayaan mudharabah pada BPRS bersifat negatif. Modal yang

dimiliki oleh sebuah bank harus cukup untuk memenuhi fungsi dasar,

yaitu membiayai organisasi serta kegiatan operasional bank dan fungsi

perlindunganlah yang paling penting. Dana modal harus mencukupi untuk

menyerap kerugian dan menjamin keamanan dana para deposan. Untuk

mengantisipasi risiko yang cukup besar dalam pembiayaan mudharabah,

maka BPRS menggunakan modalnya untuk membiayai kegiatan

operasional lain yang risikonya lebih rendah. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarina Katmas (2014) yang

menyatakan bahwa dalam jangka pendek maupun panjang berpengaruh

negatif secara signifikan terhadap pembiayaan.

2 Dita Andraeny, Analisis Pengaruh DPK, Tingkat Bagi Hasil dan Non Performing

Financing Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di

Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi (Juli: 2011), hal. 7

Page 105: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

91

3. Pengaruh Inflasi terhadap Pembiayaan Mudharabah

Berdasarkan uji t variabel inflasi tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap komposisi pembiayaan mudharabah pada BPRS.

Berapapun tingkat inflasi yang terjadi tidak akan mempengaruhi

pembiayaan mudharabah pada BPRS di Indonesia. Hal ini dapat

dibuktikan sepanjang tahun 2011 tingkat inflasi di Indonesia mengalami

penurunan dari 6% menjadi 3% dan pada saat itu pembiayaan

mudharabah mengalami kenaikan dari 63 milyar menjadi 75 milyar.

Kemudian ketika inflasi mengalami kenaikan pada tahun 2013, jumlah

pembiayaan mudharabah tetap bergerak naik. Hal ini juga sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Mufqi Firaldi (2013) bahwa inflasi

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan yang

disalurkan oleh BPRS di Indonesia.

4. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Pembiayaan Mudharabah

Dalam penelitian ini, hasil perhitungan uji t variabel nilai tukar

rupiah (kurs) mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap

komposisi pembiayaan mudharabah pada BPRS. Kurs ini selalu bergerak,

berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dalam masa-masa tertentu, seperti

ketika sedang terjadi gejolak ekonomi, kurs dapat berubah dengan cepat

naik dan turun. Kurs mempunyai hubungan yang positif dengan

pembiayaan mudharabah, sehingga ketika kurs menguat 1% maka akan

menaikkan komposisi pembiayaan mudharabah sebesar 0,282. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lia Andriani (2010) yang

Page 106: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

92

menyatakan bahwa nilai tukar rupiah (kurs) berpengaruh positif secara

signifikan terhadap pembiayaan mudharabah. Dengan menguatnya kurs

rupiah khususnya terhadap dollar AS dalam hal ini, yang mencerminkan

stabilitas perekonomian yang semakin mantap akan menurunkan risiko

berusaha yang pada akhirnya akan direspon oleh dunia usaha dengan

meningkatkan pembiayaan mudharabah.3

5. Pengaruh Tingkat Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Mudharabah

Berdasarkan hasil perhitungan uji t menunjukkan bahwa variabel

tingkat bagi hasil (TBH) mempunyai hubungan yang positif dengan

pembiayaan mudharabah namun tidak signifikan, sehingga dapat

disimpulkan bahwa berapapun jumlah tingkat bagi hasil yang ada pada

BPRS maka tidak akan berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lia Andriani

(2010) bahwa tingkat bagi hasil juga tidak berpengaruh terhadap

pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah. Berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Nur Gilang Giannini (2013) bahwa tingkat

bagi hasil secara parsial berpengaruh positif secara signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

3 Lia Andriani, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Pembiayaan Mudharabah

Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2003-2009 (Jakarta: Skripsi S1 UIN Jakarta, 2010)

Page 107: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh DPK, CAR, inflasi, nilai

tukar rupiah dan tingkat bagi hasil terhadap pembiayaan mudharabah pada

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) periode 2009 – 2015, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel DPK mempunyai nilai koefisien sebesar 0,542 dan nilai t hitung

sebesar 10,987 lebih besar dari t tabel atau 10,987 > 1,996. Begitu pula

dengan nilai probabilitasnya (Sig.) lebih kecil dibandingkan alpha (α)

yaitu 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak. Artinya dapat disimpulkan bahwa

variabel DPK mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap

pembiayaan mudharabah.

2. Variabel CAR mempunyai nilai koefisien sebesar -0,413 dan nilai t

hitung sebesar 2,457 lebih besar dari t tabel atau 2,457 > 1,996. Begitu

pula dengan nilai probabilitasnya (Sig.) lebih kecil dibandingkan alpha

(α) yaitu 0,017 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel CAR

berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pembiayaan mudharabah

atau Ho ditolak.

3. Variabel inflasi mempunyai nilai koefisien sebesar 0,178 dan nilai t

hitung sebesar 0,782 lebih kecil dari t tabel atau 0,782 < 1,996. Begitu

pula dengan nilai probabilitasnya (Sig.) lebih besar dibandingkan alpha

Page 108: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

94

(α) yaitu 0,437 > 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha. Artinya bahwa

variabel inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah.

4. Variabel nilai tukar rupiah (kurs) mempunyai nilai koefisien sebesar

0,282 dan nilai t hitung sebesar 2,842 lebih besar dari t tabel atau 2,842 >

1,996. Begitu pula dengan nilai probabilitasnya (Sig.) lebih kecil

dibandingkan alpha (α) yaitu 0,006 < 0,05 maka Ho ditolak dan dapat

disimpulkan bahwa variabel kurs mempunyai pengaruh yang signifikan

positif terhadap pembiayaan mudharabah.

5. Variabel tingkat bagi hasil (TBH) mempunyai nilai koefisien sebesar

0,202 dan nilai t hitung sebesar 1,022 lebih kecil dari t tabel atau 1,022 <

1,996. Begitu pula dengan nilai probabilitasnya (Sig.) lebih besar

dibandingkan alpha (α) yaitu 0,310 > 0,05 maka Ho diterima, yaitu dapat

disimpulkan bahwa variabel tingkat bagi hasil tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan mudharabah.

6. Berdasarkan hasil uji F, variabel DPK, CAR, inflasi, nilai tukar rupiah

dan tingkat bagi hasil secara bersama-sama (simultan) berpengaruh

signifikan terhadap pembiayaan mudharabah. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai F hitung > F tabel yaitu 327,200 > 2,35 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,000 < 0,05, maka Ho diterima.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian yang

diperoleh, penulis memberikan beberapa saran yang sekiranya dapat

Page 109: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

95

mendorong pertumbuhan pembiayaan khususnya pembiayaan mudharabah

pada bank syariah dan BPRS di Indonesia serta penelitian selanjutnya. Saran-

saran tersebut antara lain:

1. BPRS sebagai lembaga keuangan mikro syariah sangat membantu para

pengusaha mikro, kecil dan menengah. Untuk itu pengelolaan BPRS

harus dilaksanakan dengan baik seperti tetap menjaga likuiditasnya dan

mempunyai SDM yang ahli dibidangnya agar BPRS tetap bisa

memberikan layanan jasa keuangan khususnya memberikan pembiayaan

kepada para pengusaha kecil untuk mendapatkan tambahan modal.

2. Sebagai lembaga keuangan syariah yang menganut sistem bagi hasil baik

bank maupun BPRS, seharusnya komposisi pembiayaan mudharabah

lebih ditingkatkan. Karena pembiayaan mudharabah merupakan

pembiayaan produktif yang dapat menggerakan perekonomian dengan

membuka lapangan pekerjaan baru sehingga pengangguran berkurang.

3. Untuk meningkatkan pembiayaan mudharabah, BPRS harus

meningkatkan CAR nya. Karena dalam penelitian ini data CAR pada

BPRS dari tahun 2010 hingga 2015 terus mengalami penurunan.

4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan memperpanjang waktu

pengamatan penelitian serta menambah variabel internal dan eksternal

yang diteliti. Selain itu dapat juga dibedakan antara skim pembiayaan

mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.

Page 110: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

96

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2013. Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi . Yogyakarta: BPFE.

Ali, Muhidin Sambas . 2011. Analisis Korelasi, Regresi Dan Jalur Dalam

Penelitian . Bandung: CV. Pustaka Setia.

Andriani, Lia. 2010. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Pembiayaan Mudharabah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Periode

2003-2009. Skripsi S1 UIN Jakarta.

Andraeny, Dita. 2011. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil,

Dan Non Performing Financing Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis

Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Simposium Nasional

Akuntansi XIV Aceh.

Annonimus. 2011. Undang-Undang RI tentang Perbanakan Syariah.

Yogyakarta:Pustaka.

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2009. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta:

Gema Insani.

Arifin, Zainul. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. . Jakarta: Pustaka

Alvabet.

Arthesa, Ade dan Edia Handiman. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan

Bank. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Ascarya. 2007. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Bank Indonesia. Statistik Perbankan Syariah: Komposisi Pembiayaan Yang

Diberikan Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah Periode Juni

2015.

Page 111: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

97

__________. Statistik Perbankan Syariah: Komposisi Pembiayaan Yang

Diberikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Periode Juni 2015.

Budiasih, Yanti. 2012. Statistika Deskriptif Untuk Ekonomi & Bisnis. Tangerang:

Jelajah Nusa.

Darmawi, Herman. 2012. Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djazuli dan Yadi Janwari. 2002. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah

Pengenalan). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Firaldi, Mufqi. 2013. Analisis Pengaruh Jumlah DPK, NPF Dan Tingkat Inflasi

Terhadap Total Pembiayaan Yang Diberikan Oleh Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah Di Indonesia.Skripsi S1 UIN, Jakarta.

Giannini, Nur Gilang. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan

Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Accounting

Analysis Journal.

Huda, Nurul. 2008. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis. Jakarta:

KENCANA

Ihsan, Dwi Nur’aini. 2013. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah.

Jakarta: UIN JAKARTA PRESS.

Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: KENCANA.

Karim, Adiwarman A. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta :

PT. RajaGrafindo Persada.

__________. 2007. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. RajaGrafindo.

Page 112: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

98

Katmas, Ekarina. 2014. Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap

Volume Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia. Skripsi S1 UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Khamdi. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di IndonesiaPendekatan Error

Correction Model. Skripsi UMY, Yogyakarta.

Kurniawanti, Agustina dan Zulfikar. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank

Umum Syariah Di Indonesia. Syariah Paper Accounting UMS, Surakarta.

Lubis, Sukawardi K. 2000. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta : Sinar Grafika.

Manurung, Mandala & Prathama Raharja. 2004. Pengantar Makro Ekonomi.

Jakarta: LPPE-UI.

__________. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi.

Jakarta: LPFEUI.

Meiranto, Wahyu & I Made Pratista Yuda .2010. Pengaruh Faktor Internal Bank

Terhadap Kredit Yang Disalurkan (Studi Empiris Pada Bank Yang

Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akutansi Dan Auditing

Volume 7 Nomor .

Muhammad. 2005. Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syariah. Yogyakarta :

BPFE.

__________. 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

Pohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Page 113: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

99

Pratama, Billi Arma. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Bank Umum di Indonesia

Periode tahun 2005-2009). Tesis S2 Universitas Diponegoro, Semarang.

Pratin dan Akhyar Adnan. 2005. Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri,

NPL, Prosentase Bagi Hasil Dan Mark Up Keuntungan Terhadap

Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Studi Kasus Pada Bank Muamalat

Indonesia. Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen.

Purwoko, Didi & Muhammad Akhyar Adnan. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Rendahnya Pembiayaan Mudharabah Menurut Perspektif

Manajemen Bank Syariah Dengan Pendekatan Kritis. Jurnal Akuntansi &

Investasi Vol. 14.

Slamet, Riyadi. 2006. Banking Assets And Liability Management. Jakarta: LPFE

UI.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada.

Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Jakarta: Buku Kita.

__________.2010. Uji Khi Kuadrat dan Regresi Untuk Penelitian. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Usman, Hardius dan Nachrowi. 2006. Pendekatan Populer Dan Praktis

Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi Dan Keuangan. Jakarta : LPFEUI.

Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika . Yogyakarta: EKONOSIA.

Yuliadi, Imamudin. 2008. Ekonomi Moneter. Jakarta : PT Macanan Jaya

Cemerlang.

Page 114: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

100

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Data yang digunakan dalam penelitian.

Periode Pembiayaan

Mudharabah DPK CAR Inflasi Kurs TBH

Jun-09 12,0345 0,2815 0,0365 4,0110 0,2000

Jul-09 10,7006 12,0510 0,3245 0,0271 4,0070 0,2004

Agust-09 10,7203 12,0569 0,3126 0,0275 4,0012 0,1924

Sep-09 10,7219 12,0637 0,3027 0,0283 3,9978 0,1933

Okt-09 10,7376 12,0798 0,4386 0,0257 3,9791 0,1958

Nop-09 10,7284 12,0894 0,3457 0,0241 3,9785 0,1963

Des-09 10,7225 12,0971 0,2998 0,0278 3,9779 0,1859

Jan-10 10,7266 12,1084 0,308 0,0372 3,9695 0,1910

Feb-10 10,7461 12,1173 0,3325 0,0381 3,9729 0,1865

Mar-10 10,7666 12,1173 0,3135 0,0343 3,9647 0,1902

Apr-10 10,7639 12,1292 0,307 0,0391 3,9577 0,1831

Mei-10 10,7757 12,1416 0,296 0,0416 3,9652 0,1742

Jun-10 10,8025 12,1417 0,2964 0,0505 3,9635 0,1759

Jul-10 10,8065 12,1519 0,292 0,0622 3,9588 0,1823

Agust-10 10,8105 12,1449 0,2717 0,0644 3,9551 0,1798

Sep-10 10,8241 12,1637 0,291 0,058 3,9552 0,1886

Okt-10 10,8423 12,1850 0,2625 0,0567 3,9529 0,2002

Nop-10 10,8289 12,1812 0,287 0,0633 3,9534 0,1881

Des-10 10,8160 12,2051 0,2746 0,0696 3,9575 0,1970

Jan-11 10,8032 12,2150 0,3012 0,0702 3,9582 0,1923

Feb-11 10,7999 12,2223 0,2975 0,0684 3,9522 0,2037

Mar-11 10,8127 12,2233 0,2842 0,0665 3,9448 0,1994

Apr-11 10,8334 12,2305 0,2771 0,0616 3,9392 0,2016

Mei-11 10,8400 12,2469 0,2463 0,0598 3,9344 0,2037

Jun-11 10,8584 12,2518 0,2671 0,0554 3,9349 0,1968

Jul-11 10,8833 12,2623 0,2524 0,0461 3,9333 0,2352

Agust-11 10,9019 12,2663 0,2524 0,0479 3,9332 0,2256

Sep-11 10,8892 12,2793 0,2475 0,0461 3,9449 0,2333

Okt-11 10,8901 12,2928 0,2463 0,0442 3,9513 0,2297

Nop-11 10,8771 12,3086 0,2478 0,0415 3,9571 0,2225

Des-11 10,8797 12,3213 0,2349 0,0379 3,9607 0,2102

Jan-12 10,8684 12,3408 0,259 0,0365 3,9616 0,2202

Feb-12 10,8750 12,3531 0,2524 0,0356 3,9576 0,2165

Mar-12 10,8882 12,3652 0,2493 0,0397 3,9643 0,2153

Page 115: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

101

Apr-12 10,9090 12,3799 0,2453 0,045 3,9648 0,2095

Mei-12 10,9335 12,3917 0,2328 0,0445 3,9702 0,1650

Jun-12 10,9574 12,3946 0,2433 0,0453 3,9776 0,1581

Jul-12 10,9471 12,4072 0,2436 0,0456 3,9779 0,1671

Agust-12 10,9704 12,4169 0,2448 0,0458 3,9799 0,1700

Sep-12 10,9774 12,4293 0,2526 0,0431 3,9829 0,1699

Okt-12 10,9774 12,4434 0,2504 0,0461 3,9843 0,1772

Nop-12 10,9827 12,4535 0,2387 0,0432 3,9857 0,1706

Des-12 10,9972 12,4680 0,2516 0,043 3,9865 0,1709

Jan-13 10,9798 12,4748 0,2506 0,0457 3,9884 0,1704

Feb-13 10,9638 12,4860 0,2445 0,0531 3,9883 0,1653

Mar-13 10,9722 12,4960 0,241 0,059 3,9894 0,1670

Apr-13 10,9894 12,5020 0,2276 0,0557 3,9900 0,1629

Mei-13 11,0082 12,5073 0,2244 0,0547 3,9917 0,1703

Jun-13 11,0293 12,5064 0,224 0,059 3,9970 0,1734

Jul-13 11,0608 12,5106 0,2209 0,0861 4,0053 0,1831

Agust-13 11,0561 12,5238 0,221 0,0879 4,0263 0,1823

Sep-13 11,0805 12,5329 0,2196 0,084 4,0570 0,1788

Okt-13 11,0590 12,5388 0,224 0,0832 4,0578 0,1780

Nop-13 11,0523 12,5489 0,2463 0,0837 4,0671 0,1806

Des-13 11,0288 12,5642 0,2208 0,0883 4,0845 0,1620

Jan-14 11,0030 12,5646 0,2462 0,0822 4,0878 0,1577

Feb-14 11,0213 12,5694 0,2378 0,0775 4,0790 0,1653

Mar-14 11,0376 12,5758 0,2308 0,0732 4,0601 0,1638

Apr-14 11,0483 12,5722 0,2278 0,0725 4,0604 0,1600

Mei-14 11,0478 12,5660 0,225 0,0732 4,0638 0,1702

Jun-14 11,0701 12,5562 0,2221 0,067 4,0774 0,1706

Jul-14 11,0819 12,5553 0,2186 0,0453 4,0699 0,1473

Agust-14 11,0814 12,5715 0,2178 0,0399 4,0706 0,1650

Sep-14 11,0924 12,5744 0,218 0,0453 4,0774 0,1686

Okt-14 11,0923 12,5800 0,2222 0,0483 4,0866 0,1600

Nop-14 11,0964 12,5858 0,2234 0,0623 4,0870 0,1666

Des-14 11,0880 12,6051 0,2277 0,0836 4,0969 0,1664

Jan-15 11,0734 12,6077 0,2443 0,0696 4,1018 0,1674

Feb-15 11,0732 12,6110 0,2467 0,0629 4,1077 0,1689

Mar-15 11,0933 12,6184 0,2304 0,0638 4,1183 0,1748

Apr-15 11,1265 12,6238 0,2253 0,0679 4,1144 0,1841

Mei-15 11,1576 12,6225 0,2173 0,0715 4,1208 0,1881

Jun-15 11,2012 12,6127 0,2173 0,0726 4,1265 0,1879

Page 116: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

102

Hasil output SPSS

DATASET ACTIVATE DataSet1.

DATASET CLOSE DataSet3.

GET

FILE='D:\2016\spss\revisi.sav'.

DATASET NAME DataSet4 WINDOW=FRONT.

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT PM

/METHOD=ENTER DPK CAR Inflasi Kurs TBH

/SCATTERPLOT=(*ZRESID ,*ZPRED)

/RESIDUALS DURBIN HISTOGRAM(ZRESID) NORMPROB(ZRESID).

Regression

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 TBH, CAR, Inflasi,

Kurs, DPKb

. Enter

a. Dependent Variable: PM

b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .980a .961 .958 .0263691 .612

a. Predictors: (Constant), TBH, CAR, Inflasi, Kurs, DPK

b. Dependent Variable: PM

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.138 5 .228 327.200 .000b

Residual .046 66 .001

Total 1.183 71

a. Dependent Variable: PM

b. Predictors: (Constant), TBH, CAR, Inflasi, Kurs, DPK

Page 117: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

103

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3.156 .510 6.184 .000

DPK .542 .049 .778 10.987 .000 .117 8.535

CAR -.413 .168 -.125 -2.457 .017 .228 4.392

Inflasi .178 .228 .024 .782 .437 .647 1.545

Kurs .282 .099 .126 2.842 .006 .300 3.337

TBH .202 .198 .031 1.022 .310 .624 1.601

a. Dependent Variable: PM

Charts

Page 118: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

104

Page 119: PENGARUH DPK, CAR, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN …

105

Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -.581 .277 -2.101 .039

DPK .017 .027 .217 .644 .522

CAR .110 .091 .290 1.203 .233

Inflasi .101 .124 .116 .814 .419

Kurs .079 .054 .308 1.466 .147

TBH .213 .107 .289 1.985 .051

a. Dependent Variable: absres

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized

Residual

N 72

Normal Parametersa,b

Mean .0000000

Std. Deviation .96414598

Most Extreme Differences Absolute .073

Positive .073

Negative -.072

Test Statistic .073

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.