Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 110
Jurnal Kebidanan 08 (01) 1-126
Jurnal Kebidanan
http : //www. ejurnal.stikeseub.ac.id
PENGARUH DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN
KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL
Sarwoko 1)
1) Stikes Estu Utomo Boyolali
E-mail: [email protected]
ABSTRAK Resiko kehamilan diantaranya adalah Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi, di Indonesia 22,4% disumbang oleh adanya ibu hamil dengan resiko tinggi berkaitan dengan kehamilan 3T (BKKBN, 2007). Kebanyakan kematian maternal itu terjadi karena ”tiga terlambat”. Ranson dan Yinger (2002) lelaki Indonesia yang istrinya meninggal saat melahirkan kebanyakan tidak mengetahui bahwa istrinya dapat meninggal karena melahirkan (BKKBN, 2007). Antenatal care merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sampai saat sebelum melahirkan. Asuhan antenatal care penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan mendeteksi ibu hamil yang tidak normal sehingga komplikasi obstetri yang mungkin terjadi selama kehamilan dideteksi secara dini serta ditangani secara memadai. Kepatuhan ibu hamil untuk melaksanakan ANC dan dukungan suaminya sangat penting guna keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan. Di BPM Rohmiyanti Wonorejo Kalijambe Sragen terdapat 30 kasus ibu hamil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap kepatuhan melakukan kunjungan ANC tahun 2015. Metode penelitian analitik korelasional, pendekatan waktu dengan prospektif. Populasi ibu hamil sebanyak 30 orang. Teknik sampling total sampling seluruh ibu hamil dan analisis data menggunakan uji regresi linier. Hasil penelitian ini dari 30 responden sebagian besar yang patuh kunjungan ANC mendapat dukungan suami 17 responden dan yang tidak patuh 13 responden 8 diantaranya tidak menpat dukungan suami Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS t-hitung = 5,039 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan dukungan suami terhadap kepatuhan kunjungan ANC pada ibu hamil.
Kata kunci : Dukungan Suami, Kunjungan ANC.
EFFECT OF SUPPORT HUSBAND TO COMPLIANCE WITH ANTENATAL CARE
VISIT OF PREGNANT WOMEN
ABSTRACT The risk of pregnancy including the Maternal Mortality Rate (MMR) is still high, in Indonesia 22.4% was contributed by the presence of pregnant women with high risk associated with pregnancy 3T (BKKBN, 2007). Most maternal deaths occurred due to "three delays". Ranson and Yinger (2002) Indonesian man whose wife died while giving birth most do not know that his wife could die from childbirth (BKKBN, 2007). Antenatal care is care provided to pregnant women until moments before delivery. Antenatal care is important to ensure that the natural course of pregnancy was normal and detect abnormal pregnant women so that obstetric complications that may occur during pregnancy is detected early and dealt with adequately. Compliance pregnant women to carry out ANC and her husband's support is essential to the safety of mothers and babies born. BPM Rohmiyanti Wonorejo in Sragen Kalijambe there were 30 cases of pregnant women. The purpose of this study to determine the effect on adherence husband support ANC visit in 2015. Correlational research methods analytical approach with prospective time. The population of pregnant women as many as 30 people. Sampling technique total sampling all pregnant women and analyzed using linear regression. The results of this study of 30 respondents largely docile ANC got 17 respondents husband's support and non-adherent 13 respondents 8 of them are not menpat husband support the results of calculations using SPSS t-test = 5.039 with 0.000 significance value < 0.05. It is concluded that there is a significant effect on adherence husband support ANC in pregnant women.
Key word: husband's support, ANC visit.
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 111
PENDAHULUAN
Kehamilan melibatkan perubahan
fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan sosial di dalam keluarga.
Kehamilan dimulai dengan pembuahan dan
berakhir dengan kelahiran manusia baru.
Kehamilan dan persalinan merupakan
suatu proses alami, tetapi bukannya tanpa
resiko dan merupakan beban tersendiri
bagi seorang wanita. Namun demikian
tidak semua hasil persalinan dan
kehamilan akan menggembirakan seorang
suami, ibu dan bayi lahir sehat, tetapi ibu
hamil bisa menghadapi kegawatan dengan
derajat ringan sampai berat yang dapat
memberikan bahaya terjadinya
ketidaknyamanan, ketidakpuasaan,
kesakitan, kecacatan bahkan kematian bagi
ibu hamil resiko tinggi, maupun rendah
yang mengalami komplikasi dalam
persalinan (Saifuddin, 2006, hal. 89).
Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan yang diakibatkan oleh resiko
kehamilan adalah melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilan atau antenatal
care (ANC). Tujuan dari ANC adalah
untuk menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilannya, persalinan
dan nifas dengan baik dan selamat, serta
menghasilkan bayi yang sehat (Depkes,
2004). Kunjungan yang teratur dan
pengawasan yang rutin dari bidan atau
dokter selama masa kunjungan tersebut,
maka diharapkan komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan
dan pembedahan dapat dikenali secara
lebih dini. Hal ini dapat mengurangi resiko
kematian ibu hamil (BKKBN, 2007).
Angka Kematian Ibu (AKI) sebagai
salah satu indikator derajat kesehatan ibu
dewasa ini masih tinggi di Indonesia bila
dibandingkan dengan negara Association
South Easth Asian Nation (ASEAN)
lainnya. Departemen Kesehatan
menargetkan pengurangan Angka
Kematian Ibu (AKI) menjadi 26% per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2009
(Weraman, 2009). Tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) ini tidak terlepas dari
masih tingginya angka kehamilan yang
tidak diinginkan yaitu mencapai 16,8%.
Disisi lain masih banyak ditemukan
kehamilan yang tidak ideal (terlalu banyak,
terlalu muda, terlalu tua, dan terlalu dekat),
yang sangat membahayakan bagi
kesehatan ibu atau lebih dikenal dengan
”3T”. Saat ini di Indonesia, ibu hamil
dengan resiko tinggi berkaitan dengan
kehamilan 3T sebesar 22,4% (BKKBN,
2007). Kebanyakan kematian maternal
tersebut sesungguhnya dapat dicegah jika
mereka mendapat pertolongan tenaga
kesehatan. Sayangnya justru mereka
terlambat memperoleh pertolongan karena
tidak mengenali tanda-tanda komplikasi
yang mengancam jiwa, lamban mengambil
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 112
keputusan mencari pertolongan, sangat
jauh untuk mendapatkan perawatan yang
memadai atau sering disebut ”3 terlambat”.
Ketidak tahuan bahaya itu hingga kini
masih dialami oleh sebagian besar para
suami. Tak berlebihan jika Ranson dan
Yinger (2002) dari Population Reference
Bureau (Amerika) dalam bukunya
“Making Motherhood Safer” mengutip
ungkapan lelaki Indonesia yang istrinya
meninggal saat melahirkan, karena sang
suami tidak mengetahui bahwa istrinya
dapat meninggal karena melahirkan
(BKKBN, 2007).
Untuk mencegah hal tersebut maka
perlu disosialisasikan suami siaga untuk
menghindari ”3 terlambat”. Keterlambatan
seringkali berkonstribusi terhadap
kematian ibu ketika terjadi komplikasi
kehamilan. Tiga keterlambatan yang
berisiko terhadap kematian ibu, yaitu
terlambat mengambil keputusan, terlambat
ketempat pelayanan kesehatan, dan
terlambat mendapat pertolongan medis.
Suami dan anggota keluarga lainnya
memegang peranan penting dalam
mendapatkan pelayanan sesegera mungkin
(BKKBN, 2007). Suami biasanya menjadi
pemegang keputusan ketika kondisi istri
dalam keadaan membutuhkan sesegera
mungkin. Kematian ibu dapat dicegah bila
suami dapat mengidentifikasi komplikasi-
komplikasi potensial kehamilan,
persalinan, dan pasca persalinan, dan
selalu siaga untuk mencari pertolongan
jika hal itu terjadi (BKKBN, 2007).
Antenatal care merupakan asuhan
yang diberikan kepada ibu hamil sampai
saat sebelum melahirkan. Asuhan
antenatal care penting untuk menjamin
bahwa proses alamiah dari kehamilan
berjalan normal dan mendeteksi ibu hamil
yang tidak normal sehingga komplikasi
obstetri yang mungkin terjadi selama
kehamilan dideteksi secara dini serta
ditangani secara memadai. Keberhasilan
upaya kesehatan ibu dan anak khususnya
pemeriksaan kehamilan selain tergantung
pada petugas kesehatan, suami juga ikut
berperan serta dalam mengingatkan
pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil
hendaknya mengunjungi tenaga kesehatan
sedini mungkin semenjak dirinya merasa
hamil untuk mendapatkan pelayanan
antenatal care. Tinggi rendahnya cakupan
kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan
terlihat dengan kepatuhan ibu dalam
melakukan Antenatal care. Kunjungan
antenatal untuk pemantauan dan
pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali selama kehamilan
dalam waktu sebagai berikut: sampai
dengan kehamilan trimester pertama (<14
minggu) satu kali kunjungan, dan
kehamilan trimester kedua (14-28 minggu)
satu kali kunjungan, dan kehamilan ketiga
(28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36)
dua kali kunjungan (Cuningham, 2005).
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 113
Angka kunjungan antenatal care
nasional tahun 2010 sekitar 92,7%, sedang
di Kabupaten Sragen angka kunjungan
antenatal care sebesar 4.295 ibu hamil,
sedang di Kecamatan Kalijambe sebesar
200 ibu hamil (Dinkes Kabupaten Sragen,
2010). Kepatuhan kunjungan ANC bagi
ibu hamil perlu ditingkatkan diantaranya
dukungan suami. Dukungan dan peran
suami selama kehamilan meningkatkan
kesiapan ibu hamil dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan bahkan dapat
memicu produksi ASI. Tugas suami yaitu
memberikan perhatian dan membina
hubungan baik dengan istri, sehingga istri
mengkonsultasikan setiap masalah yang
dihadapinya selama kehamilan. Penelitian
yang dimuat dalam artikel “What Your
Partner Might Need From You During
Pregnancy” yang diterbitkan Allina
Hospitals dan Clinics (2001), Amerika
Serikat mengatakan keberhasilan seorang
istri dalam mencukupi kebutuhan ASI
untuk bayinya kelak sangat ditentukan oleh
seberapa besar besar peran dan keterlibatan
suami dalam masa kehamilan (Lusa,
2015).
Seorang suami yang tidak
mendampingi istrinya atau terlalu sibuk
untuk peduli di masa-masa penting ini
akan kehilangan kesempatan emas untuk
menunjukkan cinta dan dukungannya
kepada istri dan buah hatinya. Beberapa
hal yang perlu dilakukan suami untuk
mendukung istrinya yang sedang hamil
antara lain: mencurahkan perhatian,
menjadi suami SIAGA, Menjaga kesehatan
istri, melayani istri dan membicarakan
rencana-rencana. Pria tidak memerlukan
perhatian sebanyak wanita. Akibatnya,
mereka sering tidak menyadari bahwa
wanita memiliki kebutuhan lebih banyak
untuk diperhatikan, apalagi di masa
kehamilan. Penelitian menunjukkan bahwa
seorang wanita yang jarang disentuh atau
tidak dipedulikan secara emosional akan
mengembangkan depresi, rasa rendah diri
dan kurang percaya diri. Untuk
menunjukkan perhatian seorang suami,
jadilah pengamat aktif. Perhatikan
perubahan-perubahan bersamanya. Amati
tendangan bayi anda. Bacakan atau
perdengarkan lantunan ayat-ayat suci
ketika bayi anda sudah bisa mendengar
(bayi mulai dapat mendengar sejak usia 20
minggu). Bicarakan perasaan anda dengan
istri anda dan dengarkan apakah dia
memiliki perasaan yang sama. Ketahuilah
bagaimana seorang bayi tumbuh di dalam
rahim dengan mengunjungi situs-situs
kesehatan atau membeli buku-buku
kehamilan dan melahirkan. Berbicaralah
dan cium bayi di dalam perut istri anda
seolah-olah dia sudah berada di
gendongannya.
Seorang suami harus “siap
mengantar dan menjaga” istri anda di
sepanjang masa kehamilan sampai
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 114
melahirkan. Kurangilah beban kerja di
kantor agar memiliki lebih banyak waktu
di rumah bersama istri. Usahakan untuk
selalu mendampingi istri dalam semua
kunjungan pemeriksaan kehamilan ke
bidan atau dokter. Selama kunjungan
kehamilan pada akhir trimester pertama (1-
3 bulan kehamilan), anda bisa mendengar
detak jantung bayi. Di kunjungan trimester
kedua (4-6 bulan), dalam pemeriksaan
USG dapat dilihat kepala, tangan dan kaki
bayi, bahkan dapat mengetahui jenis
kelamin bayi anda. Pada kunjungan
trimester ketiga (7-9 bulan), tanyakan
kepada bidan atau dokter bagaimana bisa
membantu selama proses melahirkan,
karena mungkin istri perlu pendampingan
di ruang persalinan selama proses
melahirkan.
Bantulah istri tetap sehat selama
kehamilan dan memberi dukungan untuk
menciptakan gaya hidup sehat di masa
kehamilan dan menghindari bahaya di
tempat kerja dan rumah tangga. Bila suami
seorang perokok, inilah saatnya untuk
berhenti merokok. Asap rokok tidak baik
untuk wanita hamil dan bayi. Dampingi
istri mengatasi keluhan di masa kehamilan
seperti “morning sickness”, sakit kepala
dan sejenisnya. Sesekali, pijat-pijatlah
punggungnya yang mungkin terasa pegal
(dengan balsem bila perlu). Pastikan
bahwa istri makan dengan baik. Tuangkan
gelas air tambahan untuk dia minum.
Ajaklah dia untuk pergi keluar dan berjalan
atau olahraga lainnya setengah jam setiap
hari. Dengan menemani istri berbelanja
untuk mencari aksesoris dan kebutuhan
bayi lainnya. Bersabarlah bila istri terlalu
lama memilih-milih belanjaan atau
menanyakan aneka pilihan yang menurut
suami “tidak penting”. Perlu juga suami
membawakan tasnya, bahkan jika tidak
terlalu berat, untuk menciptakan suasana
kebersamaan dan penuh perhatian.
Tawarkan diri untuk memasak dan
membersihkan rumah saat istri lelah. Hal-
hal seperti itu akan membuatnya merasa
bisa mengandalkan suami dalam segala
situasi dan akan meningkatkan semangat
dan rasa cintanya. Tetaplah melakukan
hubungan seks jika ingin melakukannya.
Selama dokter mengatakan tidak apa-apa,
hubungan seks tidak berbahaya untuk
kehamilan. Seorang istri mungkin ingin
melakukannya lebih sering atau kurang
sering daripada sebelum dia hamil. Hasrat
seksualnya dapat berubah sejalan dengan
perubahan tubuhnya. Bicarakan dengan
istri apa yang seorang suami inginkan
mengenai calon bayi. Tentukan di mana
bayi akan tidur dan lakukan perubahan di
rumah untuk menyambut sang bayi.
Dengan mendiskusikan nama yang akan
diberikan padanya. Nama adalah hadiah
terbaik yang dapat kita berikan kepada
anak kita. Pilihlah nama terbaik yang
sepakati suami istri (Anonim, 2015).
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 115
Antenatal care adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalkan
kesehatan mental dan fisik ibu hamil,
sehingga mampu menghadapi persalinan,
kala nifas, persiapan memberikan ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar. Tujuan Antenatal care adalah
mengenal dan menangani sedini mungkin
penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat
persalinan dan kala nifas, mengenal dan
menangani penyakit yang menyertai
kehamilan, persalinan dan kala nifas,
memberikan nasehat dan petunjuk yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
kala nifas, laktasi dan aspek keluarga
berencana, menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu dan perinatal (Manuaba,
1998). Kunjungan antenatal untuk
pemantauan dan pengawasan kesejahteraan
ibu dan anak minimal empat kali selama
kehamilan dalam waktu sebagai berikut:
sampai dengan kehamilan trimester
pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan,
dan kehamilan trimester kedua (14-28
minggu) satu kali kunjungan, dan
kehamilan ketiga (28-36 minggu dan
sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan
(Cuningham, 2005). Sedangkan menurut
Manuaba (1998) jadwal pemeriksaan
Antenatal care adalah Pemeriksaan
pertama, dilakukan segera setelah
diketahui terlambat haid. Pemeriksaan
ulang: setiap bulan sampai umur
kehamilan 6-7 bulan, setiap 2 minggu
sampai umur kehamilan 8 bulan, setiap 1
minggu sejak umur 8 bulan sampai terjadi
persalinan. Pemeriksaan khusus bila
terdapat keluhan-keluhan lain.
Dalam asuhan Antenatal care
meliputi: pemantauan kemajuan kehamilan
untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi, mengenali secara
dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama
kehamilan (termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan
pembedahan), mental dan sosial ibu dan
bayi (Saifuddin, 2002). Keteraturan
Antenatal care dapat ditunjukkan melalui
frekuensi kunjungan, hal ini menjadi
maslah karena tidak semua ibu hamil
memeriksakan kehamilannya secara rutin
terutama ibu hamil normal hingga kelainan
yang timbul dalam kehamilan tidak normal
dapat terdeteksi sedini mungkin. Ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab
ibu hamil kurang termotivasi dalam
melakukan Antenatal care yaitu kesibukan,
tingkat sosial ekonomi yang rendah,
dukungan suami yang kurang, kurangnya
kemudahan untuk pelayanan maternal,
asuhan medik yang kurang baik,
kurangnya tenaga terlatih dan obat-obatan
penyelamat jiwa (Prawirohardjo, 2002).
Ibu hamil dalam masa kehamilannya
menimbulkan reaksi yang berbeda, hal ini
tergantung dari sifat masing-masing
individu yang berdasarkan pengalaman,
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 116
pendidikan dan tingkat kedewasaan
meskipun sebagian besar wanita dalam
menghadapi kehamilannya merasakan
ketakutan, kecemasan yang disebabkan
oleh banyak faktor terutama ibu
primigravida dan primipara. Hal tersebut
mendorong ibu hamil untuk lebih patuh
dalam melaksanakan Antenatal care.
Kepatuhan dalam Antenatal care meliputi
kontrol teratur, dengan kontrol teratur
diharapkan dapat dideteksi lebih dini
keadaan-keadaan yang mengandung resiko
kehamilan dan atau persalinan, baik bagi
ibu maupun janin (Hamilton, 2005). Ibu
hamil dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan Antenatal minimal 4 kali,
yaitu pada setiap trimester, sedangkan
trimester akhir sebanyak dua kali.
Pemeriksaan Pemeriksaan Antenatal care
menurut Indiarti (2008) adalah
penimbangan berat badan, periksa tekanan
darah, pemeriksaan urin, periksa detak
jantung janin, periksa dalam, periksa perut,
berat badan, periksa kaki dan tangan serta
imunisasi.
Setiap ibu hamil memeriksakan diri,
dilakukan penimbangan berat badan.
Menimbang dilakukan untuk mengetahui
apakah ada peningkatan berat badan dari
bulan ke bulan. Kenaikan berat badan
penting untuk mengetahui apakah kenaikan
berat badan normal atau tidak. Jika kurang
atau berlebih, maka dilakukan pemeriksaan
lain yang mendukung. Ketidaknormalan
berat badan berisiko terhadap ibu dan
janin. Misalnya, berat badan yang kurang,
dikhawatirkan bayi lahir rendah, atau jika
berat badan ibu hamil berlebih,
dikhawatirkan ibu menderita diabetes atau
hipertensi dan janin besar. Akan tetapi, jika
pada trimester pertama ibu hamil
kehilangan berat badannya, tidak perlu
cemas. Hal ini biasanya terjadi karena
kondisi morning sickness. Sebaliknya, jika
di akhir kehamilan berat badan tiba-tiba
meningkat tajam, hal ini perlu diwaspadai
sebab bisa sebagai tanda-tanda Pre-
eklampsia. Tekanan darah ibu hamil perlu
dijaga agar selalu normal. Tekanan darah
tinggi akan berisiko terhadap ibu hamil dan
bayinya. Sementara tekanan darah rendah
juga tidak baik bagi ibu. Oleh sebab itu,
pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada
setiap pemeriksaan ibu hamil. Biasanya,
tekanan darah sedikit rendah ketika hamil.
Akan tetapi, jika tekanan darah tiba-tiba
meningkat dari lazimnya, maka ibu hamil
harus mulai waspada. Tekanan darah
normal jika menunjukkan 120/70 mmHg.
Jika sudah mencapai 140/90 mmHg, maka
sudah harus mendapatkan perhatian
khusus, yakni pemantauan secara intensif.
Sebenarnya tekanan darah yang dianggap
tinggi sangat tergantung dari berapa
lazirnnya ukuran tekanan darah. Itu
sebabnya, sejak awal kehamilan dokter
atau perawat selalu mengukur tekanan
darah pada setiap pemeriksaan kehamilan.
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 117
Ada baiknya pada setiap pemeriksaan ini
anda menanyakan berapa tekanan darah
saat itu.
Awal kegunaan pemeriksaan urin
adalah untuk mengetahui kepastian
kehamilan. Melalui urin juga untuk
mengetahui fungsi ginjal. Dengan
pemeriksaan urin dapat dilihat kadar
protein yang keluar dari air seni. Jika
terlihat adanya protein pada air seni, hal ini
dapat untuk mendiagnosa adanya
gangguan Pre-eklampsia. Pemeriksaan urin
di laboratorium juga untuk mengetahui
kadar gula dalam darah. Kondisi kadar
gula dalam darah menunjukkan apakah ada
penyakit diabetes mellitus atau tidak.
Wanita penderita diabetes mellitus
memiliki kemungkinan yang sama untuk
hamil. Yang penting, calon ibu perlu
melakukan pemeriksaan masa pra-konsepsi
sangat memungkinkan ibu penderita
diabetes menjalani kehamilannya dengan
sehat. Jika sejak awal ditangani dokter
dengan benar, menjaga berat badan ideal
dan mempertahankan tingkat gula darah
yang normal, maka calon ibu penderita
diabetes mellitus mempunyai kesempatan
hamil sehat dan melahirkan bayi yang
sehat pula. Periksa Detak Jantung Janin.
Untuk mendengar detak jantung bayi pada
masa awal kehamilan dilakukan dengan
sonicaid. Akan tetapi, setelah usia 28
minggu dokter atau bidan dapat
mendengarkan detak jantung melalui alat
semacam trompet yang berfungsi sebagai
stetoskop janin. Dewasa ini banyak dokter
dan rumah sakit yang menggunakan
Doppler, sehingga ibu hamil maupun
pendampingnya bisa mendengar bunyi
detak janin.
Pemeriksaan dalam dilakukan oleh
tenaga kesehatan dengan memasukkan dua
jarinya ke dalam vagina, sementara sebelah
tangannya menekan perut. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
kehamilan, memastikan normal atau
tidaknya kehamilan, pemeriksaan ada
tidaknya tumor atau kondisi abnormal di
dalam rongga panggul, mendiagnosa bisul
atau erosi pada mulut rahim atau pap
smear, mengetahui penyakit, mengetahui
ukuran kemampuan rongga panggul untuk
jalan lahir bayi. Lazimnya pemeriksaan
dalam dilakukan pada pemeriksaan di awal
kehamilan. Akan tetapi, sebenarnya
pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan
saja. Biasanya hal ini dilakukan lagi
setelah usia kehamilan 36 minggu. Pada
saat ini pemeriksaan bertujuan untuk
mengetahui letak janin pada akhir
kehamilan, memperkirakan kondisi mulut
rahim, dan mengetahui kondisi tulang
panggul, karena pada saat ini letak janin
lazimnya sudah menetap. Periksa perut ini
dilakukan rutin setiap pemeriksaan.
Tenaga kesehatan akan memegang bagian
perut. Ini untuk melihat posisi rahim untuk
mengukur pertumbuhan janin. Juga untuk
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 118
mengetahui apakah posisi janin sudah
tepat, terutama pada akhir kehamilan di
mana kepala janin berada di rongga
panggul. Pemeriksaan tinggi badan ini
dilakukan pada kunjungan pertama.
Pemeriksaan ini dilakukan sebagai
petunjuk untuk mengetahui ukuran
panggul. Pemeriksaan pada kaki bawah,
pergelangan kaki dan tangan untuk
mendeteksi apakah terjadi pembengkakan
atau oedema. Jika terjadi sedikit
pembengkakan di akhir minggu kehamilan
ialah normal, tetapi pembengkakan yang
berlebihan dapat mennandakan Pre-
eklampsia. Pemeriksaan kaki ini untuk
melihat adakah kemungkinan varises atau
tidak. Sehat secara fisik bisa diperoleh jika
seluruh organ tubuh bekerja dengan baik.
Guna mendapatkan kondisi sehat secara
fisik, salah satunya adalah dengan tidak
terkena penyakit infeksi. Salah satu cara
yang dapat membantu wanita hamil
terhindar dari infeksi ialah dengan
melakukan imunisasi. Tentu saja
pemberian imunisasi harus sepengetahuan
atau konsultasi dengan tenaga kesehatan.
Tenaga kesehaan akan mengatakan kapan
seorang wanita memerlukan imuniasi.
Banyak penyebab atau faktor yang
mendorong ibu hamil dalam memutuskan
untuk melakukan dan tidak melakukan
pemeriksaan kehamilannya atau antenatal
care (Saifuddin, 2002). Ada beberapa
variabel yang mempengaruhi ibu hamil
mau memeriksakan kehamilan, diantaranya
adalah kerentanan yang ia rasakan
(perceived susceptibility) terhadap
kehamilan, ibu hamil akan memeriksakan
kehamilannya jika ia tahu bahwa setiap
kehamilan itu beresiko, keseriusan yang
dirasakan (perceived seriousness) tentang
faktor resiko dan resiko tinggi pada
kehamilan. Jika ia mengetahui bahwa ia
beresiko itu akan mendorong ibu untuk
melakukan antenatal care untuk
mengatasinya, manfaat dan rintangan-
rintangan yang dirasakan (perceived
benefits an barriers) ibu mau
memeriksakan kehamilan jika mengetahui
manfaat apa yang didapatkan dari
melakukan antenatal care dan tindakan ibu
memeriksakan kehamilannya juga dapat
dipengaruhi oleh rintangan-rintangan yang
ditemukan waktu akan melakukan
antenatal care, seperti suami atau keluarga
tidak mengijinkan, perilaku petugas
kesehatan tidak memuaskan (petugas tidak
melakukan asuhan sayang ibu),
transportasi yang sulit, pendorong untuk
bertindak (cues to action), untuk
mendapatkan tingkat penerimaan yang
benar tentang kerentanan, keseriusan dan
keuntungan sehingga ibu mau
memeriksakan kehamilannya atau
antenatal care maka diperlukan isyarat-
isyarat berupa faktor eksternal. Faktor -
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 119
faktor tersebut misalnya media massa,
petugas kesehatan, keluarga (Notoatmodjo,
2005).
METODE
Penelitian ini menggunakan metode
korelasi analitik yaitu mencari hubungan
antar variabel faktor resiko dan efek yang
analisisnya untuk menentukan ada
tidaknya hubungan antar variabel itu
sehingga perlu disusun hipotesisnya
(Taufiqurrohman, 2004). Untuk metode
pengambilan data berdasarkan pendekatan
waktu, menggunakan metode cross
sectional. Pengukuran variabel dilakukan
pada suatu saat. Artinya subjek hanya
diobservasi pada saat yang sama,
pengukuran variabel bebas dan terikat
dilakukan pada saat yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2005).
Populasi adalah keseluruhan objek
yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).
Populasi penelitian ini adalah semua ibu
hamil yang berada di desa Wonorejo,
Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen,
baik primigravida maupun multigravida.
Populasi diambil pada tahun 2015
sebanyak 30 responden.
Sampel adalah sebagian dari
keseluruhan objek yang akan diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2005). Sampel penelitian
ini adalah ibu hamil di BPS Rohmiyanti
Wonorejo, Kecamatan Kalijambe,
Kabupaten Sragen yang diteliti pada tahun
2015 sebanyak 30 responden. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah total sampling yaitu dimana semua
populasi yang ada digunakan sebagai
sampel.
Alat pengumpulan data yang akan
digunakan untuk memperoleh data dan
informasi dalam penelitian adalah
instrumen angket atau kuesioner dan Kartu
KIA. Angket atau kuesioner yang
digunakan yaitu angket terbuka, yaitu
responden memberikan jawaban sesuai
yang diinginkan dan tertutup, dimana
responden tinggal memberi tanda pada
lembar jawaban yang disediakan. Dalam
instrumen angket terdiri dari karakteristik
responden (umur, paritas, pendidikan,
pekerjaan), kunjungan ANC ibu hamil
(frekuensi dan umur kehamilan) dan
dukungan suami.
Pengumpulan data dukungan suami
menggunakan data primer, yaitu hasil
diperoleh langsung dari kuisioner.
Sedangkan kunjungan ANC menggunakan
data primer, yaitu hasil diperoleh langsung
dari kuisioner kunjungan ANC ibu hamil
dan memverifikasi dengan data Kartu
Kesehatan Ibu dan Anak.
Untuk menguji ketepatan hipotesa
tentang hubungan variabel sejauh mana
alat ukur (kuesioner) yang telah disusun
memiliki validitas dan realiabilitas. Maka
dilakukan uji Validitas dan Reliabilitas. Uji
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 120
validitas adalah suatu indeks yang
menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,
2005). Uji validitas penelitian ini
menggunakan korelasi Product Moment.
Adapun penghitungannya menggunakan
program SPSS versi 16 diperoleh hasil
sebanyak 2 butir soal kunjungan ANC dan
20 butir soal dukungan suami kesemuanya
dinyatakan valid. Uji reliabilitas dalam
penelitian ini dengan internal consistency
yaitu melakukan uji coba instrumen satu
kali saja kemudian hasil yang diperoleh
dianalisis dengan teknik tertentu
(Sugiyono, 2003).
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Spearman, karena
data yang diolah berupa data ordinal
bevariate. Korelasi Spearman bekerja
dengan data ordinal dan tidak berdistribusi
normal. Digunakan rumus ini karena
tujuan dari penelitian ini hanya mencari
hubungan dan tidak mencari koefisien
korelasi parsial. Nilai kemaknaan adalah
= 5%, jika r hitung > r tabel maka Ho
ditolak dan Ha diterima, jika r hitung < r
tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
(Sugiyono, 2005). Adapun rumus yang
digunakan (Arikunto, 2006).
Dari hasil analisis korelasi
Spearman ada dua arah korelasi yaitu +
(positif) dan arah – (negatif). Korelasi +
yaitu makin tinggi nilai X, maka makin
tinggi nilai Y atau kenaikan nilai Y.
Sedangkan korelasi - yaitu makin tinggi
nilai X, maka makin rendah nilai Y atau
kenaikan nilai X diikuti penurunan nilai Y.
Sedangkan proses pengolahannya
menggunakan program komputer SPSS
versi 16 (Arikunto, 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden dalam penelitian ini
adalah ibu hamil yang berada wilayah
Wonorejo, Kecamatan Kalijambe,
Kabupaten Sragen, yang memeriksakan
kehamilannya di BPM Rohmiyanti
Wonorejo, Kecamatan Kalijambe,
Kabupaten Sragen pada Bulan Oktober
2015 sebanyak 30 responden. Dari data
responden dikumpulkan melalui
wawancara dengan kuesioner, kemudian
data diolah secara kuantitatif untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas
dari penelitian ini. Adapun hasilnya adalah
sebagai berikut:
Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Jumlah Persentase (%)
≤ 20 tahun 2 6,6
21 - 30 tahun 22 73,4
31 - 40 tahun 6 20,0
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2015
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 121
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase
SD 7 23,3
SMP 13 43,3
SMA 5 16,7
Perguruan Tinggi 5 16,7
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2015
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Kehamilan (trimester)
Trimester Jumlah Persentase
I 21 70%
II 9 30%
III
Jumlah 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2015
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami
Dukungan Suami Jumlah Persentase (%)
Mendukung 22 73,33
Tidak Mendukung 8 26,66
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2015
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan ANC
Kepatuhan ANC Jumlah Persentase (%)
Patuh 17 56,60
Tidak patuh 13 43,40
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2015
Tabel 6. Pengaruh Dukungan Suami terhadap Kepatuhan Kunjungan ANC di BPS
Rohmiyanti Wonorejo Kalijambe Sragen
Kepatuhan_ANC Total
Tidak Patuh Patuh
Dukungan Suami
Tidak Mendukung N 8 0 8
% 26.7% .0% 26.7%
Mendukung N 5 17 22
% 16.7% 56.7% 73.3%
Total N 13 17 30
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 122
Kepatuhan_ANC Total
Tidak Patuh Patuh
Dukungan Suami
Tidak Mendukung N 8 0 8
% 26.7% .0% 26.7%
Mendukung N 5 17 22
% 16.7% 56.7% 73.3%
Total N 13 17 30
% 43.3% 56.7% 100%
Tabel 7. Hasil Analisis Data Regresi Linier Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Kepatuhan
Kunjungan ANC Di BPS Rohmiyanti Wonorejo Kalijambe Sragen
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .690a .476 .457 .371
a. Predictors: (Constant), Dukungan_Suami
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 3.503 1 3.503 25.387 .000a
Residual 3.864 28 .138
Total 7.367 29
a. Predictors: (Constant), Dukungan_Suami
b. Dependent Variable: Kepatuhan_ANC
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant)
-3.356E-
17 .131 .000 1.000
Dukungan_Suami .773 .153 .690 5.039 .000
a. Dependent Variable: Kepatuhan_ANC
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier, dengan
menggunakan program SPSS diperoleh t-hitung = 5,039 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05,
ada pengaruh yang signifikan dukungan suami terhadap kepatuhan kunjungan ANC pada ibu
hamil.
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 123
Pembahasan
Dukungan Suami
Berdasarkan tabel 4 hasil penelitian
ini mengenai dukungan suami terhadap
kunjungan antenatal care sebagian besar
adalah mendukung, yaitu masing-masing
sebesar 22 responden (73,33%), dan yang
tidak mendapat dukungan suami baik
sebanyak 8 responden (26,66%). Hal ini
menunjukkan bahwa suami telah memiliki
perilaku yang sehat dalam mendukung istri
dalam menghadapi kehamilannya.
Dukungan dan peran suami selama
kehamilan meningkatkan kesiapan ibu
hamil dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan bahkan dapat memicu produksi
ASI. Tugas suami yaitu memberikan
perhatian dan membina hubungan baik
dengan istri, sehingga istri
mengkonsultasikan setiap masalah yang
dihadapinya selama kehamilan. Penelitian
yang dimuat dalam artikel “What Your
Partner Might Need From You During
Pregnancy” yang diterbitkan Allina
Hospitals dan Clinics (2001), Amerika
Serikat mengatakan keberhasilan seorang
istri dalam mencukupi kebutuhan ASI
untuk bayinya kelak sangat ditentukan oleh
seberapa besar peran dan keterlibatan
suami dalam masa kehamilan (Lusa,
2015).
Namun demikian masih terdapat 8
responden (26,66%) yang tidak mendapat
dukungan suami. Keadaan yang demikian
dimungkinkan karena kesibukan pekerjaan
suami yang rata-rata adalah petani dan
pegawai swasta, namun pekerjaan suami
tidak diteliti dalam penelitian, peneliti
hanya menanyakan secara lisan kepada
responden. Seorang suami yang tidak
mendampingi istrinya atau terlalu sibuk
untuk peduli di masa-masa penting ini
akan kehilangan kesempatan emas untuk
menunjukkan cinta dan dukungannya
kepada istri dan buah hatinya.
Kepatuhan Kunjungan ANC
Pada tabel 5 hasil penelitian
mengenai kepatuhan kunjungan antenatal
care diketahui bahwa sebagian besar
responden patuh terhadap kunjungan
antenatal care yaitu sebanyak 17
responden (56,60%) dan yang tidak patuh
sebanyak 13 responden (43,40%).
Penelitian ini memberikan gambaran
frekuensi kunjungan antenatal sangat
penting. Pada umumnya kehamilan
berkembang dengan normal dan
menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup
bulan melalui jalan lahir namun kadang-
kadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya
bahwa kehamilan akan menjadi masalah.
Sistem penilaian resiko tidak dapat
memperbaiki apakah ibu hamil akan
bermasalah selama kehamilannya. Oleh
karena itu pelayanan antenatal care
merupakan cara penting untuk memonitor
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 124
dan mendukung kesehatan ibu hamil dan
mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.
Hubungan Dukungan Suami dengan
Kepatuhan Kunjungan ANC
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah korelasi spearman,
karena data yang diolah berupa data
ordinal bevariate. Korelasi spearman
bekerja dengan data ordinal dan
berdistribusi bebas. Analisis ini digunakan
dengan tujuan hanya mencari hubungan
dan tidak mencari koefisien korelasi
parsial. Nilai kemaknaan adalah = 5%,
jika r hitung > r tabel maka Ho ditolak dan
Ha diterima, jika r hitung < r tabel maka
Ho diterima dan Ha ditolak (Sugiyono,
2005).
Hasil perhitungan dengan
menggunakan komputer program SPSS
rhitung hasil koefisien 0,690. Hasil tersebut
kemudian dikonsultasikan dengan rtabel pada
taraf signifikan 0,05% dan n = 30 yaitu
0,361 setelah dibandingkan ternyata hasil
rhitung > rtabel (0,690 > 0,361). Hal ini berarti
Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga
terdapat hubungan antara dukungan suami
terhadap kepatuhan kunjungan antenatal
care.
Dukungan suami dalam kunjungan
antenatal care mempunyai peran yang
penting. Kehamilan merupakan masa kritis
bagi kehidupan sebuah keluarga yang
dapat diikuti stress dan kecemasan.
Perubahan dan adaptasi selama kehamilan
tidak hanya dirasakan oleh ibu tetapi oleh
seluruh keluarga terutama suami. Oleh
karena itu, selama kehamilan seluruh
anggota keluarga harus terlibat terutama
suami. Dukungan dan kasih sayang dari
anggota keluarga dapat memberikan
perasaan nyaman dan aman ketika ibu
merasa takut dan khawatir dengan
kehamilannya (Lusa, 2015). Dukungan dan
peran suami selama kehamilan
meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan
bahkan dapat memicu produksi ASI. Tugas
suami yaitu memberikan perhatian dan
membina hubungan baik dengan istri,
sehingga istri mengkonsultasikan setiap
masalah yang dihadapinya selama
kehamilan. Penelitian yang dimuat dalam
artikel “What Your Partner Might Need
From You During Pregnancy” yang
diterbitkan Allina Hospitals dan Clinics
(2001), Amerika Serikat mengatakan
keberhasilan seorang istri dalam
mencukupi kebutuhan ASI untuk bayinya
kelak sangat ditentukan oleh seberapa
besar peran dan keterlibatan suami dalam
masa kehamilan (Lusa, 2015).
Penelitian ini juga memberikan
gambaran frekuensi kunjungan antenatal
sangat penting. Pada umumnya kehamilan
berkembang dengan normal dan
menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup
bulan melalui jalan lahir namun kadang-
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 125
kadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya
bahwa kehamilan akan menjadi masalah.
Sistem penilaian resiko tidak dapat
memperbaiki apakah ibu hamil akan
bermasalah selama kehamilannya.
Partisipasi ibu hamil untuk patuh dalam
melaksanakan kunjungan antenatal care
memegang peran yang sangat penting
untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil dan mendeteksi ibu
dengan kehamilan normal. Kepatuhan ibu
hamil dalam hal ini juga dipengaruhi
dukungan keluarga terutama suami.
Seorang suami yang tidak mendampingi
istrinya atau terlalu sibuk untuk peduli di
masa-masa penting ini akan kehilangan
kesempatan emas untuk menunjukkan
cinta dan dukungannya kepada istri dan
buah hatinya.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai hubungan
dukungan suami terhadap kepatuhan
kunjungan ANC dapat disimpulkan:
Dukungan suami pada ibu hamil di Desa
Wonorejo Kecamatan Kalijambe
Kabupaten Sragen sebagian besar adalah
cukup dan kurang yaitu sebanyak 12
responden (40,00%). Kepatuhan
kunjungan ANC ibu hamil di Desa
Wonorejo Kecamatan Kalijambe
Kabupaten Sragen sebagian besar adalah
patuh yaitu 17 responden (56,60%).
Dukungan suami terhadap kepatuhan
kunjungan ANC ibu hamil di Desa
Wonorejo Kecamatan Kalijambe
Kabupaten Sragen sebagian besar
mempunyai hubungan yang signifikan
(0,690 > 0,361). Berarti Ho ditolak Ha
diterima antara hubungan dukungan suami
terhadap kepatuhan kunjungan antenatal
care. Hal ini berarti bahwa semakin baik
dukungan suami terhadap ibu hamil, maka
semakin patuh ibu hamil melaksanakan
kunjungan ANC.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. 2002. Prosedur Penelitian
Pendekatan Praktik (Edisi Revisi)
Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 112
BPM Rohmiyanti, 2015. Register. Sragen.
Cunningham, 2005. Obstetri Williams.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hal.45
Depkes RI, 2004. Standar Pelayanan
Kebidanan. Jakarta. Hal. 3
Lusa, 2015.
http://www.lusa/web.id/penerapan-
asuhan-sayang-ibu-dalam-penerapan
..., diakses 5 Oktober 2015.
Manuaba, 1998. Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.
Hal 346
Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 01, Juni 2016 126
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi
Keperawatan Konsep dan praktik. Jakarta.
Salemba Medika. Hal. 100
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT
Rineka Cipta. Hal. 121-124
Prawirohardjo, S. 2002. Obstetri Patologi
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Saifuddin, 2002. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Hal
78
Saifuddin, 2008. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hal 101
Sugiyono, 2003. Statistik untuk Penelitian.
Bandung: Alfa Beta. Hal 124
Taufiqurrohman, 2004. Pengantar
Metodologi Penelitian Untuk Ilmu
Kesehatan. Surakarta: LPP dan UPT
Penerbitan UNS. Hal. 46-49
Weraman. P, 2009. AKI, Siapa yang
Bertanggung Jawab?
http://kupang.tribun
ews.com/read/artikel/29088. diakses
17 September 2015.