Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH EFEKTIFITAS DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP MANAJEMEN LABA UNTUK PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010 DAN 2011
Adi Fathoni dan Ancella A. Hermawan
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1 EKSTENSI AKUNTANSI
UNIVERSITAS INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efektifitas dewan komisaris dan komite audit
terhadap manajemen laba. Efektifitas dewan komisaris dinilai menggunakan skor berdasarkan
dengan checklist yang dikembangkan oleh Hermawan (2009). Skor efektifitas diukur berdasarkan
karakteristik independensi, aktivitas, jumlah anggota, dan kompetensi dari dewan komisaris dan
komite audit. Penelitian ini menggunakan metode Kothari et al. (2005) untuk perhitungan
discretionary accruals. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan model regresi linier
berganda yang menggunakan 406 observasi (firm-year) dan perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2010 dan 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektifitas
dewan komisaris dan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini berarti
semakin efektif fungsi dewan komisaris dan komite audit, maka akan mengurangi praktek
manajemen laba. Hasil ini mendukung temuan Abdillah (2011), namun pada pengujian
sensitivitas, efektifitas komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
This study aimed to determine the effect of the effectiveness of the board and audit committee on
earnings management. The effectiveness of the board of commissioners was assessed using a
score based on a checklist developed by Hermawan (2009). Score effectiveness is measured
based on the characteristics of independence, activity, number of members, and the competence
of the board of directors and audit committee. This study uses Kothari et al. (2005) for the
calculation of discretionary accruals. Testing the hypothesis in this study with multiple linear
regression models using the 406 observations (firm-year) and companies listed on the Indonesia
Stock Exchange in 2010 and 2011. The results of this study show that the effectiveness of the
board of commissioners and audit committees negatively effect earnings management. This
means that the effective functioning of the board of commissioners and audit committee will
reduce the practice of earnings management. These results support the findings Abdillah (2011),
but the sensitivity of the test, the effectiveness of the audit committee has no effect on earnings
management.
Kata Kunci/Keyword: Efektifitas dewan komisaris; efektifitas komite audit; manajemen laba
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
2
1. Pendahuluan
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika prinsipal/pemilik
perusahaan memekerjakan agen/manajer untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling,
1976). Manajer perusahaan, sebagai pihak yang memiliki kendali di dalam perusahaan, dapat
lebih mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya daripada pemegang saham (Scott et al.,
2009). Berdasarkan informasi pribadi yang dimilikinya, manajer akan mencoba memindahkan
kekayaan pemegang saham kepada dirinya dengan melebih-lebihkan informasi performa
keuangan. Kondisi ini, yang merupakan suatu masalah keagenan, dikenal sebagai asimetri
informasi (information asymmetry).
Asimetri informasi (information asymmetry) sebagai suatu masalah keagenan menciptakan
kebutuhan akan penerapan GCG (Good Corporate Governance) untuk memonitor manajer dan
melindungi investor dari masalah keagenan (Fama dan Jensen, 1983). Corporate governance
merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk
kepentingan pemegang kepentingan (stakeholders). Penerapan corporate governance itu sendiri
ditujukan untuk peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja
manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan
pada peraturan yang telah diterapkan.
Dalam penelitian ini variabel corporate governance yang diwakili oleh efektivitas dewan
komisaris dan komite audit mencoba menghubungkannya dengan penerapan manajemen laba
oleh peruasahaan. Penelitian sebelumnya mencoba menghubungkan dampak dari penerapan
corporate governance terhadap manajemen laba. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Shen dan Chih (2007), Xie et al. (2003), Lai (2005), Chen et al. (2007), Liu dan Lu (2007),
Chung et al. (2008). Penelitian-penelitian tersebut menyimpulkan bahwa bahwa perusahaan yang
menerapkan good corporate governance cenderung melakukan manajemen laba yang rendah.
Sebelumnya terdapat penelitian yang dilakukan oleh Abdillah (2011) yang meneliti pengaruh
efektifitas dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba. Penelitian ini
mengembangkan penelitian Hermawan (2009) yang mengukur kualitas laba dengan earning
response coeffient (ERC), penelitian tersebut mengukur kualitas laba dengan discretionary
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
3
accruals dengan menggunakan sampel data yang digunakan hermawan (2009), yaitu perusahaan
yang terdaftar di BEI pada periode 2006 – 2007. Penelitian tersebut dalam perhitungan
disecretionary accruals mengggunakan Modified Jones Model, dan hasilnya menunjukkan bahwa
efektifitas dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan
komite audit terbukti mempengaruhi manajemen laba. Perbedaan utama penelitian yang
dilakukan Abdillah (2011) dengan penelitian ini adalah dalam metode pengukuran discretionary
accruals serta sampel data yang dipakai dalam penelitian. Dimana penelitian ini menggunakan
metode Kothari et al. (2005) untuk perhitungan discretionary accruals, serta sampel yang
digunakan menggunakan tahun 2010 dan 2011 agar lebih menggambarkan kondisi terkini dan
lebih representatif.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, Penelitian ini mencoba meneliti
mengenai pengaruh penerapan GCG terhadap praktik manajemen laba oleh perusahaan, dimana
penerapan GCG diproksikan dengan tingkat efektifitas dewan komisaris dan komite audit.
Karakteristik dari efektifitas dewan komisaris dan komite audit yang menjadi tolak ukur dalam
penelitian ini terdiri dari independensi, kompetensi, jumlah anggota (size), dan aktifitas (activity).
Karakteristik inilah yang akan menjadi penunjang efektifnya dewan komisaris dalam
menjalankan tugasnya mengawasi perusahaan. Dengan tercapainya good corporate governance,
maka praktik manajemen laba dapat diminimalisir.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Efektifitas Dewan Komisaris dan Komite Audit terhadap
Manajemen Laba “. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris mengenai
pengaruh penerapan corporate governance terhadap manajemen laba di perusahaan yang
terdaftar di BEI dengan Menguji dan menganalisis pengaruh efektifitas dewan komisaris terhadap
manajemen laba serta Menguji dan menganalisis pengaruh efektifitas komite audit terhadap
manajemen laba.
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
4
2. Tinjauan Teoritis
2.1 Dewan Komisaris
Tugas dan fungsi dewan komisaris tertuang dalam undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT)
Nomor 40 Tahun 2007, yaitu Pasal 108 UUPT, komisaris bertugas melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun
usaha perseroan, dan member nasehat kepada direksi. Selanjutnya dalam Pasal 114 UUPT
menegaskan, bahwa komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan
fungsinya untuk kepentingan perseroan. Keberadaan komisaris independen sangatlah penting,
UUPT pasal 120 dan peraturan Pencatatan Efek No.I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan
Efek Bersifat Ekuitas di bursa (Lampiran II Kep-305/BEJ/07-2004) BEI menyatakan bahwa
komisaris independen wajib ada dalam dewan komisaris perusahaan. Berdasarkan peraturan
tersebut komisaris independen harus secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen
sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah seluruh anggota komisaris.
Merujuk pada penelitian yang dilakukan Hermawan (2009) dengan menguji empat faktor yang
menjadi tolak ukur dalam menilai efektifitas dewan komisaris di Indonesia, yaitu independensi,
kompetensi, jumlah anggota (size), dan aktifitas (activity).
2.1.1 Independensi Dewan Komisaris
Menurut Peraturan BAPEPAM-LK komisaris independen adalah anggota yang berasal dari luar
emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung
pada emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau
perusahaan publik, komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan
publik, dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan
dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.
Terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai independensi dewan komisaris, Qin dan
Liwen (2007) melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa kemampuan board of directors dalam
hal melakukan pengawasan yang efektif akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
5
board of directors yang independen di dalam suatu perusahaan, sebelumnya Klein (2002) juga
menyatakan bahwa board of directors dari pihak independen dapat lebih efektif dalam
melakukan pengawasan. Jaggi et al. (2009) menyebutkan bahwa dengan proporsi board of
directors independen yang lebih tinggi dikaitkan dengan pelaporan laba dengan kualitas lebih
tinggi. Sedangkan Lai (2005) menguji efektifitas komisaris independen dalam mengurangi
manajemen laba, hasilnya menyatakan bahwa komisaris independen efektif dalam mengurangi
manajemen laba ketika komisaris independen merupakan minoritas dalam dewan komisaris.
2.1.2 Aktivitas Dewan Komisaris
Aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam perusahaan adalah meliputi
penyampaian laporan pertanggungjawaban pengawasan atas kinerja direksi, laporan keuangan,
serta prospek bisnis perusahaan yang telah dilakukan oleh pihak direksi. Selanjutnya dewan
komisaris juga memberikan saran atau rekomendasi kepada anggota direksi atas penelaahan yang
dilakukan oleh komite audit.
Anderson et al. (2003) dan Xie et al. (2003) juga menyatakan bahwa aktivitas board yang diukur
dengan frekuensi rapat juga dapat mempengaruhi efektifitas board. Penelitian yang dilakukan
oleh Brick dan Chidambaran (2010) menyatakan bahwa aktivitas board adalah meliputi frekuensi
dari jumlah rapat yang dihadiri oleh dewan dan perubahan struktur dalam board subcommittees,
serta aktivitas dari board akan menentukan tingkat kualitas pengawasan dari board. Frekuensi
rapat telah banyak dijadikan proksi untuk mengukur aktivitas dewan komisaris, semakin tinggi
frekuensi rapat akan meningkatkan efektivitas dewan komisaris. Hal ini karena semakin tinggi
aktivitas yang dilakukan board, maka akan meningkatkan pengungkapan informasi yang
akhirnya akan mengurangi tingkat information asymmetry.
2.1.3 Jumlah Anggota Dewan Komisaris
Jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan tidak memiliki ketetapan yang baku
mengenai jumlah yang harus ada. Industri serta operasi yang dijalankan oleh setiap perusahaan
berbeda-beda, sehingga kebutuhan akan jumlah dewan komisaris yang berbeda-beda pula. Hal ini
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
6
karena setiap industri dan operasi bisnis tertentu memiliki tingkat resiko yang berbeda dan
tingkat penanganan yang berbeda-beda. Semakin banyaknya jumlah dewan komisaris akan sangat
membantu dalam fungsinya sebagai pengawas kinerja manajemen, sehingga kualitas laporan
keuangan yang dihasilkan juga bisa terkelola dengan baik (Anderson et al., 2003).
Menurut Hermawan (2009), semakin banyak dewan komisaris dalam suatu organisasi akan dapat
memudahkan pekerjaan karena pekerjaan dapat dibagi-bagi ke lebih banyak orang dan lebih
mudah melakukan spesialisasi karena mempunyai jumlah pakar yang lebih banyak dan
bervariasi. Penelitian Uadiale (2010) menunjukkan bahwa perusahaan dengan jumlah anggota
board of directors yang besar akan lebih efektif melakukan pengawasan, sehingga dapat
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai
jumlah anggota board of directors yang lebih sedikit.
2.1.4 Kompetensi Dewan Komisaris
Agar board dapat berjalan dengan efektif, dewan komisaris yang ada dalam suatu perusahaan
harus memiliki kompetensi yang memadai. Kompetensi dapat dilihat dari latar belakang
pendidikan dan pengalaman dari anggota dewan komisaris. Untuk dapat mampu memahami dan
mengawasi proses penyajian laporan keuangan perusahaan, secara spesifik diharapkan anggota
dewan komisaris memiliki pengetahuan atau latar belakang di bidang keuangan dan akuntansi
(Hermawan, 2009).
2.2 Komite Audit
Menurut KNKG (2006), komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan
bahwa:
i) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum,
ii) struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik,
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
7
iii) pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit
yang berlaku, dan ;
iv) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.
Menurut Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh
dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Sesuai Keputusan
Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002, komite audit adalah suatu badan yang berada
dibawah komisaris yang sekurang-kurangnya minimal satu orang anggota komisaris, dan dua
orang ahli yang bukan merupakan pegawai BUMN yang bersangkutan yang bersifat mandiri baik
dalam pelaksanaan tugasnya maupun pelaporannya dan bertanggungjawab langsung kepada
komisaris atau dewan pengawas.
Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan
oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan (Bradbury et al., 2006).
Selanjutnya Bradbury et al. (2006) juga menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya komite
menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal, dan auditor
internal. Hermawan (2009), menjelaskan bahwa efektifitas sebuah komite audit dapat
dipengaruhi oleh tiga karakteristik dari dewan komisaris, yaitu meliputi kompetensi, jumlah
anggota (size), dan aktivitas (activity).
2.2.1 Kompetensi Komite Audit
Karakteristik komite audit yang mempengaruhi efektifitas komite audit sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hermawan (2009) kompetensi. Dalam peraturan BAPEPAM-LK Nomor
Kep-29/PM/2004 mengenai Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit,
anggota komite audit diwajibkan untuk memenuhi persyaratan yaitu memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi dan keuangan (minimal 1 orang). Tentunya dengan kompetensi yang
memadai dari anggota komite audit, diharapakan keberadaan komite audit akan menjadi efektif
dalam rangka penerapan Good Corporate Governance yang efektif.
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
8
2.2.2 Jumlah Anggota Komite Audit
Berdasarkan Surat Edaran dari Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. SE-008/BEJ/12-2001 tanggal
7 Desember 2001 perihal keanggotaan komite audit, disebutkan bahwa jumlah anggota komite
audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, di mana di dalamnya termasuk ketua komite audit.
Ketua komite audit adalah komisaris independen menjabat di dalam perusahaan tersebut.
Anggota lainnya dari komite audit berasal dari pihak eksternal yang independen. Penelitian
Uadiale (2010) menunjukkan bahwa perusahaan dengan jumlah anggota board of directors yang
besar akan lebih efektif melakukan pengawasan, sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai jumlah anggota board of
directors yang lebih sedikit. Shen dan Chih (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
penerapan good corporate governance akan efektif mengurangi manajemen laba.
2.2.3 Aktivitas Komite Audit
Vafeas (1999) dan Adams (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa frekuensi dari rapat
yang dilakukan oleh board akan meninngkatkan nilai perusahaan, semakin tinggi frekuensi rapat
yang dilakukan maka kegiatan pengawasan oleh board akan semakin tinggi. Penelitian yang
dilakukan oleh Byun (2007) juga menyebutkan bahwa aktivitas komite audit dapat mencakup
aktivitas dalam mengadakan rapat dengan sesama anggota komite maupun dengan board.
2.3 Manajemen Laba
Copeland (1968) mendefinisikan manajemen laba sebagai, “some ability to increase or decrease
reported net income at will.” Ini berarti bahwa manajemen laba mencakup usaha manajemen
untuk memaksimalkan, atau meminimalkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan
manajemen. Sedangkan scott (2000) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu cara yang
digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dan sengaja dengan
cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk
memaksimumkan utilitas manajer dan atau nilai pasar dari perusahaan.
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
9
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan perilaku
oportunistik manajemen dengan cara memanipulasi proses pelaporan keuangan untuk mengejar
tujuan pribadinya sendiri sehingga dapat menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan.
2.3.1 Discretionary Accruals
Deteksi atas kemungkinan dilakukannya manajemen laba dalam laporan keuangan secara umum
diteliti melalui penggunaan akrual. Pemilihan basis akrual ditujukan untuk menjadikan laporan
keuangan yang lebih informatif yaitu laporan keuangan yang mencerminkan kondisi yang
sebenarnya. Penggunaan akrual ini dapat dirubah, ini sering dijadikan peluang bagi manajer
untuk mengambil keuntungan demi mendapatkan insentif atas kinerja keuangan mereka. Standar
akuntansi keuangan menggunakan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan untuk dapat
mencapai tujuan pelaporan keuangan. Tujuan utama dari akrual akuntansi adalah untuk
melindungi investor dalam menaksir kinerja ekonomi perusahaan selama satu periode, melalui
penggunaan prinsip akuntansi dasar seperti pengakuan pendapatan.
Terdapat dua konsep akrual yaitu: discretionary accrual dan non discretionary accrual.
Discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba atau beban yang bebas, tidak diatur dan
merupakan pilihan kebijakan manajemen, seperti pemilihan standar akuntansi, pos laba rugi luar
biasa (extraordinary gains and losses) serta kebijakan lainnya. Discretionary accruals
merupakan strategi yang dilakukan manajemen sehingga pendeteksiannya memerlukan
investigasi data dan analisis yang lebih rinci (Ahmad et al., 2007). Non discretionary accrual
adalah pengakuan akrual laba yang wajar, yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Non discretionary accrual merupakan akrual yang wajar, dan apabila
dilanggar akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan (tidak wajar), oleh karena itu bentuk
akrual yang dianalisis dalam penelitian ini adalah bentuk discretionary accrual yang merupakan
akrual tidak normal dan merupakan pilihan kebijakan manajemen dalam pemilihan metode
akuntansi.
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
10
2.4 Pengembangan Hipotesis
Perusahaan menerapkan berbagai kebijakan akuntansi demi mencapai tujuan perusahaan.
Manajemen laba merupakan usaha manajemen untuk memaksimalkan atau meminimalkan laba,
termasuk perataan laba sesui dengan keinginan manajemen. Tindakan manajer ini akan
mengubah laporan keuangan yang dilaporkan dan tentunya akan menyesatkan bagi para
pengguna laporan keuangan seperti pemegang saham. Karakteristik perusahaan yang menerapkan
Good Corporate Governance dapat membatasi praktek-praktek manajemen laba.
Penelitian yang dilakukan Chen et al. (2007) yang secara khusus menguji apakah independensi,
keahlian finansial dan informasi sukarela dewan direksi independen berhubungan dengan nilai
absolut discretionary accrual. Hasilnya menyatakan bahwa independensi pengawas, keahlian
finansial direksi independen, dan formasi sukarela dewan direksi independen berhubungan
dengan makin rendahnya kecenderungan manajemen laba.
Qin dan Liwen (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan board of directors
dalam hal pengawasan yang efektif akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah board
of directors yanh independen di dalam suatu perusahaan, sebelumnya penelitian Klein (2002)
juga menyatkan bahwa board of directors yang independen dapat lebih efektif dalam melakukan
pengawasan. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa aktivitas dari board dapat meningkatkan
efektifitas board (Vafeas, 1999), aktivitas yang dimaksud adalah frekuensi rapat para dewan
komisaris sehingga fungsi pengawasan akan lebih efektif.
Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al (2007) serta Liu dan Lu (2007), secara empiris
menunjukkan bukti empiris bahwa corporate governance berhubungan dengan manajemen laba,
hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lai (2005). Selain itu Xie et al. (2003)
secara empiris juga telah membuktikan bahwa komisaris independen dan komite audit yang aktif
dan memiliki pengetahuan tentang keuangan menjadi faktor penting dalam pencegahan
kecenderungan manajer untuk melakukan manajemen laba. Selain itu dinyatakan pula bahwa
persentase dewan komisaris dari luar perusahaan yang independen berpengaruh negatif secara
signifikan terhadap discretionary accrual. Berdasarkan literatur dan pemaparan yang telah
dibahas, maka hipotesis yang dapat disimpulkan adalah :
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
11
H1a : Skor efektifitas dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap discretionary accrual
H2a : Skor efektifitas komite audit berpengaruh negatif terhadap discretionary accrual
3. Metode penelitian
3.1 Model Penelitian
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis pengaruh efektifitas dewan komisaris dan komite
audit terhadap manajemen laba akan mengggunakan model penelitian sebagai berikut:
Model
DACit : β0 + β1BOCSCOREit + β2AUDCOMSCOREit + β3SIZEit + β4LEVit +
β5AGEit + εi
Keterangan
DAC : Discretionary accruals pada perusahaan i pada tahun t
BOCSCORE : Efektifitas dewan komisaris pada perusahaan i pada tahun t
AUDCOMSCORE : Efektifitas komite audit pada perusahaan i pada tahun t
SIZE : Ukuran perusahaan berdasarkan logaritma natural total aset perusahaan i
pada akhir tahun t
LEV : Tingkat leverage pada perusahaan i pada tahun t
AGE : Umur listing dibursa untuk perusahaan i pada tahun t
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
12
3.2 Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian
3.2.1 Variabel Dependen
Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah manajemen laba. Dalam
penelitian ini untuk mengukur akrual mengikuti model pengukuran akrual yang dilakukan oleh
Kothari et al. (2005). Kothari et al. (2005) ingin mencocokan nilai discretionary accrual dengan
performa perusahaan yang diproksikan dengan return on assets (ROA). Berikut adalah model
perhitungan akrual yang dilakukan Kothari et al. (2005) :
TACit = β0 + β1(1/ Assetit-1) + β2[ΔSalesit - ΔRecit) / Assetit-1] + β3 (PPEit / Assetit-1) + δ4ROAit -1) +
εit ……….(1)
Dimana :
TACit = Total accrual perusahaan i pada tahun t
Assetit = Total asset perusahaan i pada tahun t-1
ΔSalesit = Perubahan penjualan perusahaan i antara tahun t dan tahun t-1
ΔRecit = Perubahan piutang perusahaan i antara tahun t dan tahun t-1
PPEit = Nilai perolehan aktiva tetap pada perusahaan i dan tahun t
ROAit = Rasio Return On Asset pada perusahaan i dan tahun t
εit = error term
Total accrual pada model tersebut dapat dihitung dengan:
TACit = Operating Incomeit - CFOit …………………...(2)
Non Discretionary Accrual (NDAC) merupakan nilai prediksi dari model (1), serta Discretionary
Accrual (DAC) merupakan selisih dari Total Accrual (TAC) dengan Non Discretionary Accrual
(NDAC), berikut perhitungannya:
DACit = TACit – NDACit ……………………………...(3)
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
13
3.2.2 Variabel Independen
3.2.2.1 Skor Efektifitas Dewan Komisaris dan Komite Audit
Variabel independen dalam penelitian ini adalah skor efektifitas dewan komisaris dan komite
audit. Skor efektifitas dewan komisaris dan komite audit ini diperoleh berdasarkan daftar
pertanyaan (checklist) yang berasal dari penelitian Hermawan (2009). Daftar pertanyaan tersebut
disusun berdasarkan karakteristik yang dianggap dapat meningkatkan efektifitas dewan komisaris
dan komite audit, yaitu independensi, aktivitas, jumlah anggota (size), dan kompetensi. Checklist
pada penelitian ini menghitung skor efektifitas dewan komisaris dan komite audit pada tahun
2010 dan 2011 yang diperoleh dari sambutan dewan komisaris, laporan tata kelola perusahaan
(corporate governance), dan laporan komite audit pada laporan tahunan perusahaan tahun 2010
dan 2011. Penelitian Hermawan (2009) yang mengacu pada penelitian Dahliwal (2007). Untuk
setiap pertanyaan, penilaian akan terdiri dari 2 (dua) kemungkinan jawaban, yaitu good dan poor,
atau 3 (tiga) kemungkinan jawaban yaitu good, fair, poor. Untuk setiap nilai good akan diberi
nilai 3, fair akan diberi nilai 2, dan poor akan diberi nilai 1. Untuk pertanyaan yang tidak dapat
diperoleh informasinya dari laporan tahunan perusahaan, maka akan diberi nilai poor atau 1.
Untuk menguji keandalan dari pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam checklist skor
dewan komisaris, komite audit, dan tingkat pengungkapan sukarela, akan dilakukan pengujian
Cronbach Alpha atas hasil checklist yang telah diperoleh.
3.2.2.2 Ukuran Perusahaan
Size dalam penelitian ini merupakan ukuran perusahaan yang dinilai berdasarkan total aset yang
dimiliki perusahaan pada akhir tahun t. Variabel ukuran perusahaan (Size) dihitung dengan
logaritma natural total asset.
3.2.2.3 Tingkat Leverage
Variabel leverage dalam penelitian ini merupakan tingkat penggunaan utang untuk pembiayaan
(financing) dalam kegiatan operasi perusahaan. Tingkat leverage ini akan menggambarkan
ketergantungan perusahaan akan hutang (debt) serta hubungannya dengan tingkat kewenangan
yang dimiliki oleh pihak kreditur (debtholders) dibandingkan dengan para shareholders.
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
14
3.2.2.4 Umur Perusahaan
Age merupakan variabel kontrol yang menunjukkan ukuran umur perusahaan yang dihitung
berdasarkan seberapa lama perusahaan tersebut listing di Bursa Efek Indonesia. AGE diperoleh
dengan ((age current year) – (age listing year)).
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2010 dan 2011. Penelitian ini menggunakan data cross section dan dengan
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu berupa informasi-informasi
yang disajikan dalam annual report (laporan tahunan) perusahaan. Metode pengumpulan data
dengan penelitian lapangan (field research) yang dihimpun secara langsung data-data yang
digunakan sebagai variabel penelitian dari laporan tahunan perusahaan. Data ini dapat diperoleh
dengan mengakses www.idx.co.id atau dengan mengakses langsung website milik perusahaan,
cara yang sama juga dilakukan untuk memperoleh laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2010
dan 2011.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas skor dewan
komisaris dan komite audit, analisis deskriptif, analisis korelasi, analisis regresi linier berganda,
uji asumsi klasik, serta analisis sensitivitas.
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
15
4. Hasil Penelitian
4.1 Sampel Penelitian
Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan beberapa kriteria untuk
mendapatkan sampel yang sesuai. Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini disajikan dalam
Tabel 1 (lampiran). Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan maka didapatkan 406 observasi
perusahaan.
4.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Skor Dewan Komisaris dan Komite Audit
Dari hasil pengujian cronbach’s coefficient alpha di atas, variabel BOCSCORE didapatkan
koefisien alphanya sebesar 0,628, dan variabel AUDCOMSCORE nilai koefisien alphanya
sebesar 0,761. Dari kedua variabel tersebut memiliki nilai koefisien alpha > 0,6 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel skor efektifitas dewan komisaris dan skor efektifitas komite audit
adalah reliable dan valid (Sekaran dan Bougie, 2010) untuk digunakan dalam penelitian ini.
4.3 Analisis Statistik Deskriptif
DAC adalah Discretionary accruals pada perusahaan i pada tahun t. Tabel 2 (lampiran)
menunjukkan bahwa rata-rata nilai DAC adalah 0,0000 dengan standar deviasi sebesar 0,0848.
Nilai terendah DAC adalah -0,3141 dan nilai tertinggi yang didapat adalah 0,3205. Nilai ini
menunjukkan penerapan discretionary accrual yang beragam, baik penerapan discretionary
berupa menaikkan serta menurunkan laba.
Rata-rata nilai BOCSCORE adalah 0,7269 dengan standar deviasi sebesar 0,0838. Nilai terendah
pada nilai BOCSCORE adalah 0,4394 dan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 0,9394.
Perusahaan dengan nilai BOCSCORE tertinggi yaitu dengan skor 0,9394 untuk tahun 2010 dan
2011 masing-masing adalah PT Lippo Karawaci Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Sedangkan perusahaan yang mendapatkan nilai terendah di tahun 2010 adalah PT Tempo Scan
Pacific Tbk dengan nilai 0,4394 dan pada tahun 2011 adalah PT Nippon Indosari Corpindo Tbk
dengan nilai 0,5303.
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
16
Skor AUDCOMSCORE rata-ratanya adalah 0,7185 dengan standar deviasi sebesar 0,1425. Nilai
terendah pada nilai AUDCOMSCORE adalah 0,3333 dan nilai tertinggi yang didapat
AUDCOMSCORE adalah 0,9697. Pada tahun 2010 perusahaan yang mendapatkan nilai
AUDCOMSCORE tertinggi adalah PT Ancora Indonesia Resources Tbk, dan juga untuk tahun
2011. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PT Ancora Indonesia Resources Tbk memiliki komite
audit yang lebih efektif jika dibandingkan perusahaan lain dalam observasi penelitian. Sedangkan
perusahaan yang mendapatkan nilai terendah di tahun 2010 dan 2011 adalah PT Fast Food
Indonesia Tbk dengan nilai skor 0,3333, artinya komite audit belum berjalan secara efektif
dibanding dengan perusahaan lain.
SIZE (ukuran) perusahaan yang diukur dengan logaritma natural total aset. Nilai rata-rata ukuran
perusahaan adalah 14,4331. Total aset yang menjadi tolak ukur sampel penelitian bervariasi
dengan rentang yang cukup besar, yaitu nilai terendah 9,4442 dan nilai tertinggi 18,8493 yang
hampir dua kali lipat, serta dengan standar deviasi sebesar 1,6841. Untuk variabel LEV, rata-rata
tingkat leverage sebesar 0,4676, nilai minimumnya sebesar 0,0113 dan dengan nilai maksimum
1,1528. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan menggunakan hutang untuk
membiayai kegiatan operasionalnya, ada perusahaan yang rasio hutangnya cukup rendah namun
ada pula perusahaan yang asetnya lebih dari 100% dibiayai oleh hutang. AGE (umur) perusahaan,
diukur dari berapa lama perusahaan tersebut listing di BEI. Rata-rata umur perusahaan yang
listing di BEI pada tahun 2010 dan 2011 adalah 13,0812 tahun, dengan umur tertinggi sebesar 34
tahun dan umur terendah 1 tahun. Standar deviasi yang dicapai dari variabel ini mencapai 7,5167
tahun atau jika dibulatkan menjadi 7 tahun.
4.4 Analisis Korelasi
Tabel 3 (lampiran) menunjukkan Pearson Correlation antar variabel di dalam model penelitian,
di mana variabel DAC sebagai variabel dependennya. Pada tabel ini, BOCSCORE dan
AUDCOMSCORE berkorelasi negatif terhadap variabel dependen DAC pada signifikansi 5%.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor efektifitas dewan komisaris dan komite audit
suatu perusahaan, maka berhubungan dengan semakin rendahnya discretionary accrual yang ada
dalam perusahaan tersebut. Untuk variabel kontrol pada model penelitian, yang berkorelasi
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
17
signifikan terhadap DAC hanyalah variabel AGE. Artinya SIZE dan LEV tidak mempengaruhi
tingkat penerapan discretionary accruals dalam perusahaan.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Analisis Hasil Pengujian Hipotesis
4.5.1.1 Pengaruh Efektifitas Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba
Pengujian hipotesis 1 ditujukan untuk menguji pengaruh dari efektifitas dewan komisaris
terhadap manajemen laba. Tabel 4 (lampiran) menunjukkan BOCSCORE memiliki koefisien
negatif dan marginal signifikan pada α = 1%. Hasil ini menunjukkan bahwa efektifitas dari
dewan komisaris dapat menurunkan tingkat manajemen laba yang dilakukan perusahaan dengan
signifikan. Hasil ini berarti mendukung hipotesis 1, sehingga hipotesis penelitian 1 diterima.
Perusahaan dengan tingkat efektifitas dewan komisarisnya yang tinggi tentunya akan
meningkatkan mekanismen pengendalian dan monitoring, sehingga penerapan manajemen laba
yang dilakukan oleh manajemen dapat diminimalisir.
4.5.1.2 Pengaruh Efektifitas Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Pengujian hipotesis 2 ditujukan untuk menguji pengaruh dari efektifitas komite audit terhadap
tingkat manajemen laba. Tabel 4 menunjukkan bahwa variabel AUDCOMSCORE memiliki
koefisien negatif dan signifikan pada α = 5%. Artinya efektifitas komite audit berpengaruh untuk
menurunkan tingkat penerapan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil ini berarti
mendukung hipotesis 2, sehingga hipotesis penelitian 2 diterima. Komite audit yang merupakan
bagian dari organ dewan komisaris dimana fungsi utamanya adalah membantu dewan komisaris
dalam menjalankan tugas-tugasnya, diharapkan dapat membantu meningkatkan pengawasan
terhadap perilaku manajemen. Efektifnya fungsi dari komite audit ini tentunya akan mengurangi
asimetri informasi bagi investor dan tentunya akan menurunkan praktik manajemen laba.
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
18
4.5.1.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Umur Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba
Variabel LEV memiliki koefisien negatif dan signifikan pada level α = 10%. Artinya semakin
besar rasio leverage, maka makin semakin tinggi praktik manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan. Tingkat leverage yang tinggi akan memicu manajemen untuk mempercantik kinerja
mereka, tentunya dengan tujuan agar para kreditur tetap percaya dengan pengembalian hutang
perusahaan. SIZE memiliki koefisien yang positif dan tidak signifikan terhadap penerapan
manajemen laba oleh perusahaan. Artinya semakin besar nilai aset yang dimiliki oleh suatu
perusahaan, maka tidak akan berpengaruh terhadap penerapan manajemen laba. Harapannya
dengan semakin besar nilai aset yang dimiliki perusahaan maka akan semakin rendah penerapan
manajemen laba. Diasumsikan perusahaan yang besar merupakan sumber pemberitaan dan
cenderung menjadi perhatian utama para analis. Sehingga kecenderungan untuk melakukan
praktek manajemen laba diharapkan akan rendah untuk perusahaan besar. AGE memiliki
koefisien negatif dan signifikan pada level α = 10%. Hal ini berarti semakin lama umur sebuah
perusahaan listing di bursa, maka semakin rendah praktik manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut. Semakin lama umur suatu perusahaan listing di bursa, maka perusahaan
tersebut sudah memiliki pengalaman yang cukup dan telah dikenal baik oleh publik dan investor,
sehingga akan semakin baik tatakelola perusahaan yang dimilikinya. Perusahaan yang telah
dikenal baik baik oleh publik diasumsikan setiap kebijakan perusahaan mendapat pengawasan
langsung dari pasar dan berdampak langsung terhadap nama baik perusahaan di pasaran.
4.5.2 Analisis Sensitivitas Model Penelitian
Berdasarkan hasil dari tabel 5 (lampiran) terlihat bahwa yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel DAC adalah BOCSCORE, variabel kontrol LEV dan AGE. Variabel
BOCSCORE memiliki koefisien yang negatif dan signifikan pada α = 5%, yang berarti bahwa
skor dewan komisaris berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap DAC. Hasil ini
konsisten dengan hasil penelitian yang diperoleh pada pengujian model utama. Namun untuk
variabel AUDCOMSCORE memiliki koefisien negatif dan tidak signifikan terhadap DAC,
artinya berapapun skor dewan komisaris tidak memiliki pengaruh terhadap tindakan manajemen
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
19
laba. Sedangkan pada pengujian utama variabel AUDCOMSCORE memiliki koefisien negatif
dan signifikan pada α = 5%. Selanjutnya untuk variabel kontrol SIZE memiliki koefisien positif
dan tidak signifikan terhadap DAC, yang berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
perilaku manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hal ini konsisten dengan hasil pengujian
model utama sebelumnya. Variabel LEV memiliki koefisien negatif dan signifikan pada α = 5%,
artinya rasio leverage berpengaruh negatif terhadap perilaku manajemen laba. Hasil ini konsisten
dengan hasil pengujian model utama. Terakhir untuk variabel kontrol AGE memiliki koefisien
negatif dan signifikan pada level α = 1%, artinya umur perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap DAC dan hasil ini konsisten dengan pengujian model utama.
4.6 Kesimpulan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa efektifitas dewan komisaris, yang diproksikan oleh
empat kategori atau karakterisitik dewan komisaris, yaitu independensi, aktivitas, jumlah
anggota, dan kompetensi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba
yang diproksikan dengan nilai discretionary accruals. Hal ini menunjukkan keberadaan dewan
komisaris yang efektif dapat meningkatkan fungsi pengawasan terhadap manajemen sehingga
laporan keuangan yang dihasilkan merupakan laporan keuangan yang berkualitas dan
menurunkan praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Analisis sensitivitas
menunjukkan hasil yang konsisten dengan pengujian model utama, yaitu efektifitas dewan
komisaris dan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa efektifitas komite audit, yang diproksikan oleh tiga
kategori atau karakteristik komite audit, yaitu aktivitas, jumlah anggota, dan kompetensi
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini menunjukkan
bahwa keberadaan komite audit untuk membantu tugas komisaris dalam melakukan pengawasan
perusahaan telah mampu menurunkan praktik manajemen laba. Keberadaan komite audit
tentunya akan meningkatkan pengawasan internal perusahaan, baik itu berupa pelaksanaan audit
internal, sampai dengan penyajian laporan keuangan yang harus sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Efektifnya peran dan tugas komite audit telah mampu menurunkan praktik
manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Hasil dari analisis sensitivitas menunjukan
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
20
hasil yang tidak konsisten dengan dengan hasil pengujian model utama. Dimana hasil dari
analisis sensitivitas menunjukkan bahwa efektifitas komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
4.7 Saran
Penelitian ini tidak lepas dari berbagai keterbatasan, berikut keterbatasan yang dihadap serta
saran untuk penelitian selanjutnya:
1. Sampel terbatas untuk 2 tahun observasi saja, yaitu tahun 2010 dan 2011. Selain itu
terdapat kesulitan mendapatkan laporan beberapa perusahaan sehingga membatasi jumlah
sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Kesulitan ini berupa adanya
perusahaan yang belum/tidak menerbitkan laporan tahunannya. Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat memperbanyak observasi penelitian yang digunakan. Misalnya dengan
menambah periode observasi penelitian. Selain itu untuk informasi yang sulit ditemukan
mungkin dapat diminta langsung ke perusahaan terkait.
2. Banyak sekali sampel dalam penelitian ini yang tidak menyediakan informasi dengan
lengkap mengenai komite audit dan dewan komisaris. Asumsi yang digunakan pada
penelitian ini adalah memberikan nilai poor pada perusahaan dengan informasi yang tidak
lengkap. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mencari sumber informasi lain selain
laporan tahunan. Misalnya saja dengan melakukan observasi langsung ke perusahaan
terkait, atau juga yang bersumber dari surat kabar.
3. Pengukuran nilai efektifitas dewan komisaris dalam penelitian ini mengikuti yang telah
dilakukan sebelumnya dalam Hermawan (2009), yaitu berdasarkan daftar pertanyaan
yang dikembangkan oleh IICD dan Hermawan sendiri. Kelemahan yang dapat terjadi
adalah bahwa pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur setiap karakteristik
(kecuali untuk jumlah anggota) kurang mencerminkan karakteristik yang ingin diukur.
Tingkat cronbach alpha yang dibawah 0.8 untuk seluruh pertanyaan-pertanyaan yang
digunakan dalam perhitungan skor dewan komisaris mencerminkan adanya kelemahan
tersebut. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mendalami mengenai peran dewan
komisaris serta komite audit dengan pendekatan studi kasus atau dengan melakukan
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
21
survei langsung, sehingga dapat mengobservasi langsung proses kegiatan pengawasan
dewan komisaris dan komite audit di perusahaan serta karakteristiknya yang
mempengaruhi efektifitas perannya.
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
22
Daftar Referensi
Abdilalah, Musavie. 2011. Pengaruh Efektifitas Dewan Komisaris dan Komite Audit Terhadap
Manajemen Laba. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tesis.
Adams, R.B., dan Hamid, M. 2005. Corporate performance, board structure and its determinants
in the Banking Industry. Working paper. SSRN
Ahmad-Zaluki, N.A., K. Campbell, dan A. Goodarce. (2007) “Earnings management in initial
public offerings: an investigation of pervasiveness,determinants and long run
performance” Working paper, University ofStirling
Anderson, K.L., Deli, D.N. dan Gillan, S.L. 2003. Boards of directors, audit committees, and the
information content of earnings. Working Paper Series, University of Delaware. SSRN.
Anderson, R.C. dan Reeb, D.M. 2003. Founding-family ownership and firm performance:
evidence from the S&P 500. The Journal of Finance, 58 (3), 1301-1328.
Brick, I.E. dan Chidambaran, N.K. (2010). Board meetings, committee structure, and firm value.
Journal of Corporate Finance. 16. 533-553.
Chen, K.Y., R.J. Elder, dan Y.M. Hsieh. 2007. Corporate governance and earnings management:
The implications of corporate governance best-practice principles for Taiwanese listed
companies. Journal of Contemporary Accounting & Economics 3: 73-105.
Chung, H., H-J. Sheu, dan J-L. Wang. 2009. Do Firm’ earnings management practices affect their
equity liquidity?. Finance Research Letters, 6, 152-158
Copeland, R.M. 1968. Income Smoothing. Journal Accounting Research, Empirical Research In
Accounting, Selected Studies 6 (Supplement): 101-116
Dhaliwal, D., Naiker, V., dan Navissi, F. 2006. Audit committee financial expertise, corporate
governance and accruals quality: an empirical analysis. Working Paper. SSRN.
Fama, E dan Jensen, M. 1983. Separation of ownership and control. Journal of Law and
Economics, 301-325.
Hermawan, Ancella A. 2009. Pengaruh efektifitas dewan komisaris dan komite audit,
kepemilikan oleh keluarga dan peran monitoring bank terhadap kandungan informasi
laba. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Disertasi.
Jaggi, B., Sidney, L., dan Ferdinand, G. 2009. Family control, board independence and earnings
management: Evidence based on Hong kong firms. Journal Accounting Public Policy.
Jensen, M. C. dan Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: managerial behavior, agency costs
and ownership structure. Journal of Financial Economics 3, 305-360.
Jones, J.J. 1991. Earnings management during import relief investigations. Journal of Accounting
Research 29 2: 193-228
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
23
Klein, A. (2002). Audit committee, board of director characteristics, and earnings management.
Journal of Accounting and Economics, 33, 375–400.
Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman umum good corporate governance di
Indonesia. Jakarta: KNKG
Kothari, S.P., Andrew J.L., dan Charles E.W. 2005. Performance matched discretionary accrual
measures. Journal of Accounting and Economics 39: 163-197.
Lai, L.H. 2005. “Are Independent Directors Effective in Lowering EarningManagement in
China.” A Dissertation. Texas A & M University. pp. 1-85.
Liu, Q. dan Z. Lu. 2007. Corporate governance dan earnings management in the Chinese listed
companies: A tunneling perspective. Journal of Corporate Finance 13: 881-906.
Qin, L. dan Liwen, T. (2007). An empirical analysis of the relation between board independence
and earnings management. School of Economics and Management,Wuhan University,
P.R.China, 430072.
Scott, F., Hoje. J., Shih. C.T. 2009. Agency problem in stock market-driven acquisitions. Review
of Accounting and Finance. Vol. 8 Iss: 4, pp. 388-430
Shen, Chung-Hua, & Chih, Hsiang-Lin (2007). Earnings management and corporate governance
in Asia's emerging markets. Journal Compilation, 15(5), 999–1021.
Uadiale, O.M (2010). The impact of board structure on corporate financial performance in
Nigeria. International Journal of Business and Management. Vol. 5, No.10.
Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007.
Vafeas, N. (1999). Board meeting frequency and firm performance. Journal of Financial
Economics, 53, 113-142.
Xie, B., Davidson III, W.N., dan Dadalt, P.J. (2003). Earnings management and corporate
governance: the role of the board and the audit committee. Journal of Corporate
Finance, 9, 295–316
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
24
Lampiran
Tabel 1 Deskripsi Sampel
Deskripsi Jumlah
Sampel
Jumlah perusahaan tercatat per Desember 2011 445
Jumlah yang bergerak di industri keuangan (72)
Jumlah outlier (32)
Jumlah perusahaan yang tidak dapat diperoleh laporan
tahunan
(139)
Jumlah sampel 202
Jumlah perusahaan yang terdapat di tahun 2010 dan 2011 186
Sampel perusahaan yang terdapat di tahun 2010 saja 18
Jumlah sampel di tahun 2010 204
Sampel perusahaan yang terdapat di yahun 2011 202
Total 406
Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel
Jumlah
Observ
asi
Min Max Mean Std.
Deviation
2010 - 2011
DAC 406 -0,3141 0,3205 0,0000 0,0848
BOCSCORE 406 0,4394 0,9394 0,7269 0,0838
AUDCOMSCORE 406 0,3333 0,9697 0,7185 0,1425
SIZE 406 9,4442 18,8493 14,4331 1,6841
LEV 406 0,0113 1,1528 0,4676 0,2119
AGE 406 1 34 13,0812 7,5167
Sumber : data hasil pengolahan SPSS 17.0
Jumlah observasi 406.
DAC = Discretionary accruals pada perusahaan i pada tahun t, BOARDSCORE : Skor
efektifitas dewan komisaris perusahaan i pada tahun t, AUDCOMSCORE = Skor efektifitas
komite audit pada perusahaan i pada tahun t, SIZE = ukuran perusahaan diukur dengan
logaritma natural dari total aset perusahaan i pada tahun t, LEV = tingkat leverage pada
perusahaan i pada tahun t, AGE = umur listing perusahaan di bursa pada perusahaan i pada
tahun t.
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
25
Tabel 3 Pearson Correlation Matrix Model
DAC BOCSCORE AUDCOMSCORE SIZE LEV AGE
DAC 1
BOCSCORE -0,164** 1
0.0009
AUDCOMSCORE -0,137** 0,396** 1
0,0056 0.0000
SIZE -0,0097 .475** 0,313** 1
0,8456 0,0000 0.0000
LEV 0,0597 -0,0002 0,109* 0,100* 1
0,2301 0,9976 0,0283 0,0444
AGE -0,0790 0,0172 0,0939 -0,0065 0,0771 1
0,1121 0,7294 0,0587 0,8956 0,1208
Sumber : data hasil pengolahan SPSS 17.0
** Signifikan pada level α = 1% (2-tailed)
* Signifikan pada level α = 5% (2-tailed)
Angka di dalam kurung menunjukkan P-value
Tabel 4 Hasil Regresi Model Penelitian
Expexted
Sign
Unstandardized
Coefficient t Sig,
B
(Constant) 0,1044 2,2904 0,0113
BOCSCORE - -0,1654 -2,6996 0,0036***
AUDCOMSCORE - -0,0589 -1,7771 0,03815**
SIZE - 0,0037 0,2466 0,1067
LEV + 0,0329 0,5719 0,0584*
AGE - -0,0008 -1,4102 0,0000***
Adjusted R-Squared 0,0881
Durbin-Watson Stat 1,9583
F-Statistic 7,5074
Prob (F-Statistic) 0,0000
Sumber : data hasil pengolahan EViews 6
*** Signifikan pada level α = 1% (1-tailed)
** Signifikan pada level α = 5% (1-tailed)
* Signifikan pada level α = 10% (1-tailed)
Jumlah observasi 406
DAC = Discretionary accruals pada perusahaan i pada tahun t, BOARDSCORE : Skor efektifitas
dewan komisaris perusahaan i pada tahun t, AUDCOMSCORE = Skor efektifitas komite audit
pada perusahaan i pada tahun t, SIZE = ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari
total aset perusahaan i pada tahun t, LEV = tingkat leverage pada perusahaan i pada tahun t, AGE
= umur listing perusahaan di bursa pada perusahaan i pada tahun t.
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013
26
Tabel 5 Hasil Regresi Analisis Sensitivitas Model Penelitian
Expexted
Sign
Unstandardized
Coefficient t Sig,
B
(Constant) 0,0714 1,8157 0,0351
BOCSCORE - -0,0918 -1,7338 0,0419**
AUDCOMSCORE - -0,0265 -1,2714 0,1022
SIZE - 0,0017 0,6627 0,2539
LEV + 0,0316 1,7473 0,0407**
AGE - -0,0014 -2,6256 0,0045***
Adjusted R-Squared 0,0761
Durbin-Watson Stat 1,9522
F-Statistic 6,5426
Prob (F-Statistic) 0,0000
Sumber : data hasil pengolahan EViews 6
*** Signifikan pada level α = 1% (1-tailed)
** Signifikan pada level α = 5% (1-tailed)
* Signifikan pada level α = 10% (1-tailed)
Jumlah observasi 406
DAC = Discretionary accruals pada perusahaan i pada tahun t, BOARDSCORE : Skor efektifitas
dewan komisaris perusahaan i pada tahun t, AUDCOMSCORE = Skor efektifitas komite audit
pada perusahaan i pada tahun t, SIZE = ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari
total aset perusahaan i pada tahun t, LEV = tingkat leverage pada perusahaan i pada tahun t, AGE
= umur listing perusahaan di bursa pada perusahaan i pada tahun t.
Pengaruh efektifitas..., Adi Fathoni, FE UI, 2013