Upload
vuongnhu
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH FAKTOR SOSIAL DEMOGRAFI, MODAL
SOSIAL, DAN MODAL MANUSIA TERHADAP
KESEMPATAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT KABUPATEN BULELENG,
PROVINSI BALI
Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor
pada Program Doktor, Program Studi Ilmu Ekonomi,
Program Pascasarjana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
TJOKORDA GDE INDRAPUTRA
NIM : 1290671006
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2017
iii
Disertasi ini Telah Diuji pada Ujian Tertutup
Tanggal 13 bulan Juli tahun 2017
Panitia Penguji Disertasi Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor : 771/UN14.2.7/PD/2017, Tanggal 6 Juli 2017
Ketua : Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS.
Angggota :
1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,MSi.
2. Dr. I Gde Sudjana Budiasa, SE.,MSi.
3. Prof. Dr. Made Kembar Sri Budhi, Drs., MP.
4. Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS.
5. Dr. A.A.I.N. Marhaeni, SE., MSi.
6. Dr. I Wayan Bagia, MSi.
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Tjokorda Gde Indraputra
NIM : 1290671006
Program Studi : Ilmu Ekonomi, Program Pascasarjana, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana
Alamat Mahasiswa : Jln. Jayagiri XI Nomor 11, Denpasar, Bali
Telepon : 08164711067
Email : [email protected]
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi dengan judul "Pengaruh
Faktor Sosial Demografi, Modal Sosial, Dan Modal Manusia Terhadap
Kesempatan Kerja Dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Buleleng,
Provinsi Bali" ini bebas dari plagiat, apabila dikemudian hari terbukti ada
plagiasi dalam karya ilmiah disertasi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan
lainnya yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan jujur dan penuh rasa tanggung
jawab, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Denpasar, Juli 2017
Yang Membuat Pernyataan
(Tjokorda Gde Indraputra)
vi
UCAPAN TERIMA KASIH ·
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi wasa,
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat asung kertha wara nugrahaNYA disertasi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Disertasi ini berjudul “PENGARUH FAKTOR
SOSIAL DEMOGRAFI, MODAL SOSIAL, DAN MODAL MANUSIA
TERHADAP KESEMPATAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI”. Tuntasnya
penulisan disertasi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam bentuk
materiil dan non-materiil yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung.
Bantuan tersebut sangat memungkinkan disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis dengan penuh rasa syukur dan ketulusan hati
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya ditujukan kepada Rektor Universitas
Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD.,beserta Wakil-Wakil Rektor
dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Dr. I Nyoman
Mahaendra Yasa, SE.,M.Si. beserta Wakil-Wakil Dekan, yang telah memberikan
fasilitas dan kesempatan pada penulis mengikuti pendidikan di Program Doktor PS.
Ilmu Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya juga penulis sampaikan
kepada Bapak Prof. Dr. Made Kembar Sri Budhi, Drs.,MP. Selaku Ketua Program
Doktor PS. Ilmu Ekonomi, Sekretaris Program Bapak Dr. Drs. I Ketut Djayastra,
SU. atas bantuan dan bimbingannya selama ini.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besamya kepada Profesor Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS.,
sebagai pembimbing utama (promotor), yang dengan penuh perhatian telah
memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti
program doktor, khususnya dalam penyelesaian disertasi ini. Terima kasih sebesar-
besamya pula penulis sampaikan kepada Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,MSi.,
pembimbing l (ko promotor 1) dan Dr. I Gde Sudjana Budiasa, SE.,MSi.,
pembimbing 2 (ko promotor 2), yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para penguji disertasi, yaitu:
Profesor Dr. Made Kembar Sri Budhi, Drs., MP., Profesor Dr. Made Suyana Utama,
SE., MS., Dr. A.A.I.N. Marhaeni, SE., MSi., Dr. I. A. Nyoman Saskara, SE., MSi., dan Dr. I Wayan Bagia, MSi., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan,
dan koreksi sehingga disertasi ini dapat terwujud. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada seluruh dosen pengajar Program Doktor Ilmu Ekonomi
Universitas Udayana yang telah memberikan bimbingan selama kuliah. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sejawat di Program Doktor Ilmu
Ekonomi Universitas Udayana atas segala motivasinya. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada koordinator penelitian lapangan I Ketut Arsa dan seluruh team
pencari data, serta seluruh responden dan informan yang telah membantu dalam
proses penelitian lapangan.
Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih yang tulus
disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis,
vii
mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih
kepada orang tua ibu Chatarina Pratiwi Hindarti dan ayah dr. Tjokorde Gde Agung,
Sp.PK., yang telah mengasuh dan membesar penulis, memberikan dasar-dasar
berpikir dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik bagi tumbuhnya
kreatifitas. Akhimya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada istri
tercinta Ir. Putu Widyawati, serta anak-anak tersayang:Tjokorda Gde Agung Angga-
dhika W.P.P., SH., Tjokorda Gde Agung Sayogaditya W.P.P, SH., dan Tjokorda
Istri Agung Devitia W.P.P., yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan
kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan disertasi ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian\disertasi
ini. serta kepada penulis sekeluarga
Denpasar, Juli 2017
Penulis
Tjokorda Gde Indraputra
viii
ABSTRAK
Modal sosial dan modal manusia telah menjadi bagian penting untuk
pembangunan masyarakat di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sosial
demografi relatif melimpah di negara-negara berkembang yang banyak tersedia di
daerah-daerah pedesaan. Modal sosial dapat menjadi faktor penting sebagai penentu
untuk meningkatkan pendapatan dipadu oleh modal manusia untuk
memperluas kesempatan kerja bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan secara survei di seluruh kecamatan di Kabupaten
Buleleng. Analisis data dilakukan dengan metode SEM-PLS. Hasil penelitian dan
analisis data menunjukkan bahwa : 1) sosial demografi secara langsung berpengaruh
positif dan signifikan terhadap modal sosial di Kabupaten Buleleng; 2) sosial
demografi secara langsung tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap modal
manusia di Kabupaten Buleleng; 3) sosial demografi secara langsung tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja di Kabupaten
Buleleng; 4) modal sosial secara langsung berpengaruh positif dan signifikan
terhadap modal manusia di Kabupaten Buleleng; 5) modal sosial secara langsung
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja di Kabupaten
Buleleng; 6) modal manusia secara langsung berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Buleleng; 7) kesempatan kerja secara
langsung berpengaruh positifdan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Buleleng; 8) dengan dimediasi oleh modal sosial, sosial demografi
berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Buleleng; 9)
dengan dimediasi oleh modal manusia, sosial demografi berpengaruh signifikan
terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Buleleng; 10) dengan dimediasi oleh modal
sosial, sosial demografi berpengaruh signifikan terhadap modal manusia di
Kabupaten Buleleng; dan 11) dengan dimediasi oleh modal manusia, modal sosial
berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Buleleng.
Pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten Buleleng menjadi hal
yang sangat penting diperhatikan untuk membangun masa depan. Optimalisasi
individual karena tingginya tingkat ketergantungan membuat masyarakat Kabupaten
Buleleng lebih mendahulukan kesempatan bekerja daripada peningkatan pendidikan.
Tumpuan perekonomian masih bertumpu pada kelompok lapangan pekerjaan
primer, sehingga tingkat kesehatan pekerja dan keterampilan pekerja menjadi
penentu bagi terbukanya peluang kerja dibandingkan dengan upaya meningkatan
pendidikan formal. Rangsangan ekonomi lebih banyak ditentukan oleh struktur
sosial dibandingkan dengan peran individu. Keputusan individu dalam menanggapi
peluang kerja menjadi sangat terikat kepada kepentingan struktur sosial yang
membelenggunya. Lingkungan sosial masyarakat dapat dipakai sebagai alat untuk
mempengaruhi pembangunan kualitas modal manusia di masyarakat Kabupaten
Buleleng. Dengan pemberdayaan sosial demografi dengan mediasi modal sosial dan
modal manusia, maka perluasan kesempatan kerja dapat diperoleh bagi peningkatan
kesejahteraan.
Kata kunci: sosial demografi, modal sosial, modal manusia, kesempatan kerja,
kesejahteraan masyarakat.
ix
ABSTRACT
Social capital and human capital has become an important part of community
development in developing countries like Indonesia. Social demographics are
relatively abundant in developing countries and are widely available in rural areas.
Social capital can be an important factor as a determinant to increase revenue, by
combining human capital to expand employment opportunities which in result
improves the community well-being.
This research was carried out in a survey in all districts in Buleleng
Region. The data analysis was completed with the method of SEM-PLS. Results of
the research and analysis are: 1) socio-demographic data, directly show positive and
significant effect on social capital in Buleleng; 2) socio demographic have a positive
and significant direct effect on human capital in Buleleng; 3) socio demographic
have a positive and significant direct effect on employment in Buleleng; 4) social
capital has a positive and significant direct effect on human capital in Buleleng; 5)
social capital has a positive and significant effect on employment in Buleleng; 6)
human capital has a positive and significant direct effect on employment in
Buleleng; 7) employment have positive and significant direct effect on community
well-being in Buleleng; 8) mediated by social capital, socio demographic have
significant effect on employment in Buleleng; 9) mediated by human capital, socio
demographic have significant effect on employment in Buleleng; 10) mediated by
social capital, social demographic have significant effect on the human capital in
Buleleng; and 11) mediated by human capital, social capital has a significant effect
on employment in Buleleng.
Health care for the people in Buleleng Region becomes a very important note
to build their future. Individual optimization due to a high level of dependency,
makes Buleleng society place more on work opportunities, rather than improving
education. Pedestal economy is still based on primary jobs group, so the level of
health of workers and workers' skills to be decisive for the opening of employment
opportunities compared to the increasing efforts of formal education. Economic
stimulus is determined more by the social structure, in comparison with the role of
the individual. Individual decisions, in response to employment opportunities, are
very guided by the interests of the social structures that bind them. The social
environment can be used as a tool to influence the development of quality human
capital in Buleleng society. With empowerment of socio demographic and mediated
by social capital and human capital, will make dramatic improvement of
employment opportunities to improve overall community well-being.
Keywords: socio-demographic, social capital, human capital, employment,
community well-being.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
SAMPUL DALAM ...................................................................................................... ii
PERSYARATAN GELAR .........................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PROMOTOR ................................................................ iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................................ v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT............................................................ vi
UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................................. ix
ABSTRACT ................................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 18
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 19
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 23
2.1 Teori Kesejahteraan ............................................................................... 23
2.2 Teori Sosial Demografi .......................................................................... 40
2.3 Teori Modal Sosial ................................................................................. 43
2.4 Teori Modal Manusia ............................................................................. 64
2.5 Kesempatan Kerja .................................................................................. 77
2.6 Hubungan Sosial Demografi Terhadap Modal Sosial ............................ 87
2.7 Hubungan Sosial Demografi Terhadap Modal Manusia ........................ 91
2.8 Hubungan Sosial Demografi Terhadap Kesempatan Kerja ................... 93
2.9 Hubungan Modal Sosial Terhadap Modal Manusia............................... 97
2.10 Hubungan Modal Sosial Terhadap Kesempatan Kerja ........................ 102
2.11 Hubungan Modal Manusia Terhadap Kesempatan Kerja .................... 107
2.12 Hubungan Kesempatan Kerja Terhadap Kesejahteraan ....................... 114
2.13 Studi Empiris ....................................................................................... 120
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS .................... 129
3.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 129
3.2 Konsep Penelitian................................................................................... 142
3.3 Hipotesis ................................................................................................. 152
xi
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 154
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. 154
4.2 Lokasi Penelitian .................................................................................... 157
4.3 Subyek dan Obyek Penelitian ................................................................ 158
4.4 Jenis Dan Sumber Data .......................................................................... 158
4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ..................... 159
1) Variabel Penelitian ............................................................................. 159
2) Definisi Operasional .......................................................................... 160
4.6 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 165
4.7 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 167
4.8 Instrumen Penelitian dan Pengujian ....................................................... 171
4.9 Teknik Analisa Data ............................................................................... 173
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 191
5.1 Gambaran UmumKabupaten Buleleng .................................................. 191
5.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Buleleng ............. 191
5.1.2 Kondisi Pendidikan ....................................................................... 193
5.1.3 Kondisi Perekonomian .................................................................. 197
5.1.4 Kondisi Kesejahteraan .................................................................. 200
5.1.5 Kondisi Ketimpangan Distribusi Pendapatan Masyarakat ............ 203
5.2 Karakteristik Sampel Penelitian ............................................................. 204
5.2.1 Karakteristik Responden ............................................................... 204
5.2.2 Diskripsi Variabel Penelitian ........................................................ 208
5.3 Uji Instrumen Penelitian ........................................................................ 214
5.4 Evaluasi Outer Model (Measurement model) ........................................ 217
5.4.1 Uji Reliabilitas dan Validitas Dimensi Reflektif .......................... 218
5.4.2 Uji Konsistensi Kelayakan Dimensi Formatif .............................. 227
5.5 Pengujian Model Struktral (Inner Model) .............................................. 229
5.6 Pengaruh Langsung dan pengaruh Tidak Langsung Dengan Mediasi ... 237
5.7 Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian .................. 246
5.8 Uji Hipotesis Penelitian.......................................................................... 253
BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................... 265
6.1 Pengaruh langsung Sosial Demografi Terhadap Modal Sosial ............ 265
6.2 Pengaruh Langsung Sosial Demografi Terhadap Modal Manusia ...... 268
6.3 Pengaruh langsung Sosial Demografi Terhadap Kesempatan Kerja .. 272
6.4 Pengaruh Langsung Modal Sosial Terhadap Modal Manusia ............. 275
6.5 Pengaruh Langsung Modal Sosial Terhadap Kesempatan Kerja ........ 278
6.6 Pengaruh Langsung Modal Manusia Terhadap Kesempatan Kerja ..... 280
6.7 Pengaruh Langsung Kesempatan Kerja Terhadap Kesejahteraan ....... 287
6.8 Pengaruh Tidak LangsungSosial Demografi Terhadap Kesempatan
Kerja Melalui Modal Sosial ................................................................. 290
6.9 Pengaruh Tidak Langsung Sosial Demografi Terhadap Kesempatan
Kerja Melalui Modal Manusia ............................................................. 291
xii
6.10 Pengaruh Tidak Langsung Sosial Demografi Terhadap Modal Manusia
Melalui Modal Sosial ........................................................................... 292
6.11 Pengaruh Tidak Langsung Modal Sosial Terhadap Kesempatan Kerja
Melalui Modal Manusia ....................................................................... 293
6.12 Temuan Penelitian ................................................................................ 294
6.13 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 297
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 300
7.1 Simpulan ............................................................................................... 300
7.2. Saran ...................................................................................................... 306
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 312
LAMPIRAN ............................................................................................................ 357
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/
Kota di Provinsi Bali Tahun 2010-2014 (dalam %) ........................................ 4
1.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/Kota Sarbagita dan Non
Sarbagita di Provinsi Bali Tahun 2010-2014 (dalam miliar rupiah) ................ 5
1.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang bekerja Menurut Lapangan Usaha
di Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014 (orang) ................................ 7
1.4 IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2010-2014 ................................ 8
4.1 Pengukuran Konstruk Sosial Demografi ...................................................... 161
4.2 Pengukuran Konstruk Jaringan Second Order Construct ............................ 162
4.3 Pengukuran Konstruk Kepercayaan Second Order Construct ..................... 162
4.4 Pengukuran Konstruk Norma Second Order Construct............................... 163
4.5 Pengukuran Konstruk Modal Manusia......................................................... 163
4.6 Pengukuran Konstruk Kesempatan Kerja .................................................... 164
4.7 Pengukuran Konstruk Kesejahteraan ........................................................... 164
4.8 Jumlah Sampel Berdasarkan Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang
Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan di Kabupaten
Buleleng Tahun 2014 (orang) ..................................................................... 170
4.9 Jenis Konstruk dan Indikator Penelitian ...................................................... 176
5.1 Distribusi Penduduk Menurut Kepala Keluarga, Jenis Kelamin,
Kepadatan Penduduk, dan Rata-rata Jiwa per KK Dirinci per Kecamatan
di Kabupaten Buleleng Tahun 2014 ............................................................. 194
5.2 Sebaran Penduduk Menurut Kelompok Umur Berdasarkan Sensus Penduduk
(SP) Tahun 1990, SP tahun 2010, SP Tahun 2010, dan Tahun 2014 di
Kabupaten Buleleng (orang) ....................................................................... 195
5.3 Jumlah Penduduk Kelompok Umur 10 Tahun keatas Menurut Tingkat
Pendidikan Yang Ditamatkan per Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun
2014 (orang) ................................................................................................ 196
5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Umur Penduduk Usia Kerja
(15 tahun ke atas) di Kabupaten Buleleng Tahun 2014 (orang) .................. 197
5.5 Jumlah Penduduk Usia Kerja Yang bekerja Menurut Lapangan Usaha
per Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2014 (orang) ....................... 198
5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Rata-rata Pendapatan
Perbulan ....................................................................................................... 208
5.7 Diskripsi Karakteristik Dimensi Sosial Demografi...................................... 209
5.8 Diskripsi Karakteristik Dimensi Modal Sosial Jaringan .............................. 210
5.9 Diskripsi Karakteristik Dimensi Modal Sosial Kepercayaan....................... 211
5.10 Diskripsi Karakteristik Dimensi Modal Sosial Norma ................................ 212
5.11 Diskripsi Karakteristik Dimensi Modal Manusia ........................................ 212
5.12 Diskripsi Karakteristik DimensiKesempatan Kerja ..................................... 213
5.13 Diskripsi Karakteristik DimensiKesejahteraan ............................................ 214
5.14 Ringkasan Uji Reliabilitas dan Validitas Indikator pada Dimensi............... 217
xiv
5.15 Uji Reabilitas Konstruk Penelitian ............................................................... 220
5.16 Uji Validitas Discriminant Fornell-Larcker ................................................. 223
5.17 Uji Validitas Discriminant Cross-loading .................................................... 225
5.18 Uji Validitas Discriminant Heterotrait-monotrait Ratio .............................. 226
5.19 Uji Inner-VIF dan Outer-VIF ....................................................................... 227
5.20 Uji Inner-VIF ............................................................................................... 228
5.21 Sebaran Nilai R2 dan R2 adjusted ............................................................... 229
5.22 Hasil Perhitungan Effect Size Cohen ............................................................ 232
5.23 Hasil Analisis Path dan Signifikansi Antar Relasi Konstruk ...................... 238
5.24 Hasil Analisis Indirect Effect Mediasi Konstruk Penelitian ....................... 243
5.25 Hasil Analisis Mediasi Berdasarkan VAF ................................................. 245
5.26 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian Konstruk
Sosial Demografi .......................................................................................... 247
5.27 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian Sub-
konstruk Modal Sosial Sub Dimensi Jaringan ............................................. 247
5.28 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian Sub-
konstruk Modal Sosial Sub Dimensi Kepercayaan ...................................... 248
5.29 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian Sub-
konstruk Modal Sosial Sub Dimensi Norma ................................................ 249
5.30 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian Konstruk
Modal Manusia ( formatif ) .......................................................................... 250
5.31 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian
Konstruk Kesempatan Kerja ........................................................................ 251
5.32 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian
Konstruk Kesejahteraan ............................................................................... 252
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
3.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Pengaruh Faktor Sosial Demografi,
Modal Sosial, Modal Manusia Terhadap Kesempatan Kerja Dan
Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Buleleng di Provinsi Bali................ 132
3.2 Konsep Penelitian Tentang Pengaruh Faktor Sosial Demografi, Modal
Sosial, Modal Manusia Terhadap Kesempatan Kerja Dan Kesejahteraan
Masyarakat Kabupaten Buleleng Di Provinsi Bali ...................................... 143
4.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 156
4.2 Model Struktural Penelitian ......................................................................... 175
4.3 Model Pengukuran (Outer Model) Konstruk Sosial Demografi dan
Indikator-Indikatornya ................................................................................. 177
4.4 Model Pengukuran (Outer Model) Konstruk Modal Sosial dan
Indikator-Indikatornya ................................................................................. 178
4.5 Model Pengukuran (Outer Model) Konstruk Modal Manusia dan
Indikator-Indikatornya ................................................................................. 178
4.6 Model Pengukuran (Outer Model) Konstruk Kesempatan Kerja dan
Indikator-Indikatornya ................................................................................. 179
4.7 Model Pengukuran (Outer Model) Konstruk Kesejahteraan Masyarakat dan
Indikator-Indikatornya ................................................................................. 179
4.8 Diagram Jalur Penelitian .............................................................................. 181
5.1 Peta Wilayah Kabupaten Buleleng............................................................... 192
5.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali
Tahun 2010-2015 ......................................................................................... 199
5.3 Upah Minimum (UMK) Kabupaten Buleleng dan Upah Minimum (UMP)
Provinsi Bali Tahun 2010-2015 ................................................................... 200
5.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali
Tahun 2010-2015 ......................................................................................... 201
5.5 Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali Tahun
2010-2015 .................................................................................................... 202
5.6 Gini Ratio Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali Tahun 2010-2015 ......... 203
5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ................................... 205
5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Utama ........ 206
5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ............ 207
5.10 Indikator-indikator Formatif Variabel Laten Modal Manusia ..................... 234
5.11 Indikator-indikator Reflektif Variabel Laten Sosial Demografi .................. 235
5.12 Indikator-indikator Reflektif Variabel Laten Modal Sosial ......................... 236
5.13 Path Analysis dan Estimasi Relasi Antar Konstruk ..................................... 239
5.14 Signifikansi Path dan Jalur Mediasi Penelitian ............................................ 241
5.15 Diagram Jalur Pengaruh Sosial Demografi Terhadap Modal Sosial ........... 254
5.16 Diagram Jalur Pengaruh Sosial Demografi Terhadap Modal Manusia ....... 255
5.17 Diagram Jalur Pengaruh Sosial Demografi Terhadap Kesempatan Kerja ... 256
5.18 Diagram Jalur Pengaruh Modal Sosial Terhadap Modal Manusia .............. 256
xvi
5.19 Diagram Jalur Pengaruh Modal Sosial Terhadap Kesempatan Kerja .......... 257
5.20 Diagram Jalur Pengaruh Modal Manusia Terhadap Kesempatan Kerja ...... 258
5.21 Diagram Jalur Pengaruh Kesempatan Kerja Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat ................................................................................................... 259
5.22 Modal Sosial Sebagai Pemediasi Sosial Demografi Untuk Mewujudkan
Peluang Kesempatan Kerja .......................................................................... 260
5.23 Modal Manusia Sebagai Pemediasi Sosial Demografi Untuk Mewujudkan
Peluang Kesempatan Kerja .......................................................................... 261
5.24 Modal Sosial Sebagai Pemediasi Sosial Demografi Untuk Meningkatkan
Modal Manusia............................................................................................. 263
5.25 Modal Manusia Sebagai Pemediasi Modal Sosial Untuk Meningkatkan
Peluang Kesempatan Kerja .......................................................................... 264
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Halaman
1 Daftar Pertanyaan ......................................................................................... 356
2 Tabulasi Data Hasil Penelitian ..................................................................... 367
3 Hasil Olahan Data Dengan Smart-PLS 3 (Algoritme) ................................. 387
4 Hasil Olahan Data Dengan Smart-PLS 3 (Bootstrapping) .......................... 397
5 Hasil Uji Reliablity Instrumen dan Factor Analysis Dengan SPSS 17 ........ 405
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi dilaksanakan dengan tujuan mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Kuznet (1955) meyakini bahwa pembangunan ekonomi
pada proses akan menciptakan kesenjangan ekonomi, yang secara bertahap akan
semakin berkurang sejalan dengan kemajuan yang dicapai dari pembangunan
ekonomi tersebut. Fakta empiris menunjukkan bahwa terdapat sejumlah kendala
yang bersifat persisten untuk dapat mewujudkan penurunan kesenjangan pendapatan
di masyarakat. Stiglitz (1981) menyatakan adanya kesenjangan perilaku harga secara
persisten yang menciptakan ketidak-adilan dan kesenjangan ekonomi. Sen (1970)
dan UNDP (1990) menyimpulkan pertumbuhan ekonomi tidak secara otomatis
mewujudkan penurunan kesenjangan pendapatan masyarakat, karena mekanisme
pasar tidak bekerja menciptakan keadilan ekonomi. Sen (1985) merekomendasikan
perlunya menghadirkan kekuatan baru yang dapat merubah kinerja pasar untuk
mewujudkan keadilan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (community
well-being).
Menurut Stiglitz (1998), bahwa pembangunan yang berfokus pada
pertumbuhan ekonomi tidak hanya merancukan antara cara dan hasil tapi juga sebab
dan akibat. Pertumbuhan PDB bukanlah suatu hasil akhir tetapi lebih merupakan
suatu cara untuk meningkatkan standar hidup masyarakat, mengurangi kemiskinan,
meningkatkan pendidikan dan kesehatan. Bila Kuznets (1955) mengatakan bahwa
peningkatan PDB perkapita akan menyebabkan penurunan tingkat kemiskinan, maka
menurut Stiglitz hal tersebut telah merancukan antara sebab dan akibat karena
perubahan sosial masyarakat yang lebih majulah yang justru akan meningkatkan
pertumbuhan PDB secara berkelanjutan. Menurut Stiglitz (1998), selama lebih dari
setengah abad para ekonom melihat pembangunan dari sisi ekonomi semata yaitu
peningkatan akumulasi capital stock dan peningkatan alokasi sumber daya. Yang
membedakannya adalah strategi peningkatan alokasi sumber daya dan pemerintah di
dalamnya.
Kualitas hidup (quality of life) adalah konsep yang lebih luas daripada
produksi ekonomi dan standar hidup. Kualitas hidup mencakup sekumpulan penuh
faktor-faktor yang mempengaruhi apa yang kita hargai dalam hidup ini, melampaui
sisi materialnya. Ada tiga pendekatan konseptual untuk mengukur kualitas hidup,
yaitu: 1) Pendekatan yang dikembangkan erat dengan riset psikologis, dipijakkan
pada gagasan tentang kesejahteraan subjektif (community well-being). Pendekatan
ini terkait erat dengan tradisi utilitarian, yang menyatakan bahwa mengupayakan
manusia untuk bahagia dan puas dengan hidup mereka merupakan tujuan universal
eksistensi manusia; 2) Pendekatan berakar pada gagasan tentang kapabilitas.
Pendekatan ini melihat hidup seseorang sebagai kombinasi antara berbagai kegiatan
dan kedirian (functionings) dan kebebasannya untuk memilih di antara fungsi-fungsi
tersebut (capabilities). Dasar pendekatan kapabilitas ini memiliki akar kuat pada ide
filosofis mengenai keadilan sosial, mencerminkan fokus pada tujuan manusia dan
menghargai kemampuan individu untuk mengejar dan merealisasikan tujuan yang
dia yakini, serta memainkan peran prinsip-prinsip etis dalam merancang masyarakat
yang baik; dan 3) Pendekatan yang dikembangkan dalam tradisi ilmu ekonomi,
didasarkan pada gagasan tentang alokasi yang adil. Dasar pemikirannya, banyak
ditemui dalam ilmu ekonomi kesejahteraan, adalah menimbang berbagai dimensi
non-moneter kualitas hidup (melampaui barang dan jasa yang diperdagangkan di
pasar) dengan suatu cara yang menghargai preferensi seseorang (Stiglitz et al.,
2009a; Stiglitz et al., 2009b).
Secara makro, pola pengembangan wilayah di Bali mengikuti konsep kutub
pertumbuhan (growth pole), di mana kawasan sarbagita (Bali Selatan) menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 45
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung,
Gianyar, Dan Tabanan menetapkan kawasan perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-
Tabanan (sarbagita) sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan juga sebagai
Kawasan Strategis Nasional (KSN).
Laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali rata-rata tumbuh
positif. Selama periode tahun 2010-2014, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten/Kota Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (sarbagita) berada di
urutan atas. Laju pertumbuhan ekonomi kabupaten non sarbagita yang terdiri dari
Buleleng, Jembrana, Klungkung, Bangli dan Karangasem selalu menempati urutan
di bawah kabupaten/kota sarbagita. Rata-rata laju pertumbuhan tertinggi selama
periode tahun 2010-2014 adalah Kota Denpasar sebesar 7,04 persen dan terendah
adalah Kabupaten Jembrana sebesar 5,66 persen yang merupakan kabupaten non
Sarbagita. Kabupaten Buleleng yang merupakan kabupaten non sarbagita
mempunyai rata-rata laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,64 persen, berada di
bawah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Gianyar tetapi di atas Kabupaten
Tabanan. Kabupaten Buleleng berdasarkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi
tahun 2010-2014 menduduki peringkat ke empat, di atas laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Tabanan, seperti terlihat dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/Kota
di Provinsi Bali Tahun 2010-2014 (dalam %)
Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
Pertumbuhan (%)
1. Denpasar 6,57 7,16 7,51 6,96 7,00 7,04
2. Badung 6,48 7,07 7,64 6,82 6,97 7,00
3. Gianyar 6,04 7,15 7,08 6,84 6,80 6,78
4. Buleleng 5,85 6,44 6,78 7,15 6,96 6,64
5. Tabanan 5,68 6,11 6,12 6,41 6,54 6,17
6. Klungkung 5,43 6,11 6,25 6,05 5,98 5,96
7. Bangli 4,97 6,14 6,20 5,94 5,82 5,81
8. Karangasem 5,09 5,43 5,93 6,16 6,01 5,72
9. Jembrana 4,57 5,89 6,11 5,69 6,05 5,66
Provinsi Bali 5,83 6,66 6,96 6,69 6,73 6,57
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015 (data diolah)
PDRB kabupaten/kota di Provinsi Bali selama periode tahun 2010-2014
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2010, PDRB tertinggi adalah
Kabupaten Badung dengan PDRB sebesar 20,85 triliun rupiah dan yang terendah
adalah Kabupaten Bangli dengan PDRB sebesar 2,75 triliun rupiah. Total PDRB
kabupaten/kota sarbagita sebesar 61,39 triliun rupiah atau 187,66 persen lebih besar
dibandingkan total PDRB kabupaten non sarbagita yang sebesar 32,36 triliun rupiah.
Pada tahun 2010 total PDRB kabupaten/kota sarbagita merupakan 65,23 persen dari
PDRB Provinsi Bali.
Pada tahun 2014, PDRB tertinggi tetap Kabupaten Badung dengan PDRB
sebesar 27,45 triliun rupiah dan yang terendah juga tetap Kabupaten Bangli dengan
PDRB hanya sebesar 3,47 triliun rupiah. Total PDRB kabupaten/kota sarbagita naik
menjadi 80,41 triliun rupiah atau naik menjadi 194,38 persen lebih besar
dibandingkan total PDRB kabupaten non sarbagita yang juga naik menjadi 41,37
triliun rupiah. Total PDRB kabupaten/kota sarbagita naik yang merupakan 66 persen
dari PDRB Provinsi Bali, seperti terlihat dalam Tabel 1.2.
Tabel 1.2
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/Kota Sarbagita dan Non
Sarbagita di Provinsi Bali Tahun 2010-2014 (dalam miliar rupiah)
Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
(miliar)
1. Badung 20.849 22.323 24.028 25.667 27.456 24.404
2. Denpasar 20.309 21.763 23.397 25.026 26.777 23.455
3. Gianyar 10.903 11.682 12.509 13.364 14.273 12.546
4. Tabanan 9.325 9.895 10.500 11.173 11.904 10.560
Sarbagita 61.386 65.664 70.434 75.231 80.411 70.625
5. Buleleng 13.620 14.497 15.480 16.587 17.741 15.585
6. Karangasem 6.750 7.116 7.538 8.002 8.483 7.577
7. Jembrana 5.666 5.999 6.366 6.728 7.135 6.379
8. Klungkung 3.580 3.799 4.036 4.280 4.536 4.046
9. Bangli 2.747 2.916 3.097 3.281 3.472 3.102
Non Sarbagita 32.363 34.328 36.518 38.879 41.367 36.691
Provinsi Bali 93.749 99.992 106.951 114.109 121.778 107.316
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015 (data diolah).
Terlihat dari Tabel 1.2, meskipun PDRB kabupaten non sarbagita mengalami
kenaikan, tetapi persentase kenaikan yang terjadi lebih rendah daripada
kabupaten/kota sarbagita. Kabupaten Buleleng yang merupakan kabupaten non
sarbagita mempunyai rata-rata pertumbuhan PDRB sebesar 6,64 persen, berada di
bawah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Gianyar tetapi di atas Kabupaten
Tabanan. Kabupaten Buleleng berdasarkan rata-rata PDRB tahun 2010-2014
menduduki peringkat ke satu untuk kabupaten non sarbagita, tetapi secara
keseluruhan menduduki peringkat ke tiga, di atas rata-rata PDRB Kabupaten Badung
dan Kota Denpasar.
Jaya (2004) menemukan nilai kesenjangan dan hirarki ketimpangan yang
tinggi antar kabupaten/kota di Provinsi Bali. Terjadi intesitas kegiatan perekonomian
yang timpang di antara wilayah pembangunan Bali Selatan (Denpasar, Badung, dan
Gianyar) dengan tiga wilayah pembangunan lainnya (Bali Utara, Bali Timur dan
Bali Barat). Dewi (2014) menemukan nilai 0,68 berdasarkan indeks Williamson,
yang menunjukan tiga pola struktur pertumbuhan ekonomi, yaitu: (1) perekonomian
daerah yang maju dan tumbuh cepat, terdiri dari Kabupaten Badung, daerah
berkembang cepat tetapi tidak maju, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan
Kabupaten Buleleng; (2) daerah maju tapi tertekan yaitu Kabupaten Klungkung; dan
(3) daerah tertinggal yaitu Kabupaten Tabanan, Jembrana, Bangli dan Karangasem.
Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk
bekerja pada suatu perusahaan, instansi atau suatu lapangan usaha (Disnakertrans,
2002). Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja pada tahun 2014 menurut 9
(sembilan) lapangan usaha di Provinsi Bali sejumlah 2.151.937 orang. Mayoritas
punduduk bekerja pada lapangan usaha perdagangan, restoran, dan hotel sebesar
627.773 orang dan terkecil adalah penduduk yang bekerja pada lapangan usaha
kelistrikan dan air sebesar 5.954 orang. Pada tahun 2014, Kota Denpasar memiliki
jumlah penduduk yang bekerja terbesar sejumlah 461.135 orang. Sebagian besar
bekerja pada lapangan usaha perdagangan, restoran, dan hotel sejumlah 195.205
orang, tetapi tidak ada orang yang bekerja pada lapangan usaha pertambangan dan
penggalian. Kabupaten Klungkung memiliki jumlah penduduk yang bekerja terkecil
sejumlah 100.803 orang. Sebagian besar bekerja pada lapangan usaha perdagangan,
restoran, dan hotel sejumlah 25.738 orang, dan tidak ada yang bekerja pada lapangan
usaha listrik dan air. Kabupaten Buleleng sebagai kabupaten di luar sarbagita justru
memiliki jumlah penduduk bekerja di bawah Kota Denpasar, lebih besar dari
Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan. Kabupaten
Buleleng memiliki jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas berdasarkan lapangan
usaha yang bekerja sejumlah 333.594 orang. Sebagian besar bekerja pada lapangan
usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan, dan terkecil sejumlah 357
orang yang bekerja pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Untuk
jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas berdasarkan lapangan usaha yang bekerja,
Kabupaten Buleleng menduduki peringkat ke dua di Provinsi Bali, di bawah Kota
Denpasar, seperti terlihat dalam Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang bekerja Menurut Lapangan Usaha di
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014 (orang)
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015 (data diolah).
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antar kabupaten/kota di Provinsi Bali,
setiap tahun mengalami peningkatan selama periode tahun 2010-2014. Rata-rata
IPM tertinggi adalah Kota Denpasar yaitu 80,48 dan IPM terendah adalah
Kabupaten Karangasem yaitu 62,57. Meskipun setiap tahunnya selalu mengalami
peningkatan, urutan empat teratas IPM selama periode tahun 2010-2014 selalu
dipegang oleh kabupaten/kota sarbagita. Kabupaten Buleleng berdasarkan rata-rata
laju pertumbuhan ekonomi dan rata-rata PDRB berada di atas Kabupaten Tabanan
(termasuk sarbagita), tetapi IPM Kabupaten Buleleng periode tahun 2010-2014
berada dibawah Kabupaten/Kota Sarbagita. Kabupaten Buleleng berdasarkan
periode tahun 2010-2014, untuk kabupaten/kota di Provinsi Bali, menduduki
peringkat ke lima, seperti terlihat pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4
IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2010-2014
Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1. Denpasar 79,19 79,77 80,45 81,32 81,65 80,48
2. Badung 75,84 76,66 77,26 77,63 77,98 77,07
3. Gianyar 71,45 72,50 73,36 74,00 74,29 73,12
4. Tabanan 69,68 70,30 70,59 71,15 72,50 70,84
5. Buleleng 66.98 67,73 68,29 68,83 69,60 68,29
6. Jembrana 66,70 67,53 67,94 68,39 68,67 67,85
7. Klungkung 66,01 67,01 67,64 68,08 68,30 67,41
8. Bangli 63,43 63,87 64,53 65,47 65,75 64,61
9. Karangasem 60,58 61,60 62,95 63.70 64,01 62,57
Provinsi Bali 70,10 70,87 71,62 72,09 72,48 71,41
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015 (data diolah)
BPS (2015) menghitung IPM kabupaten/kota berdasarkan 4 (empat)
komponen yaitu: 1) angka harapan hidup (tahun); 2) angka melek huruf (persen); 3)
rata-rata lama sekolah (tahun); dan 4) daya beli (rupiah). Berdasarkan data BPS
(2015), dari jumlah penduduk di Kabupaten Buleleng kelompok umur 10 tahun
keatas menurut tingkat pendidikan sebenyak 523.307 orang, sebanyak 27 persen atau
sejumlah 141.293 orang tidak menamatkan pendidikan atau tidak mempunyai ijasah.
Sebanyak 28 persen atau sejumlah 146.526 orang menamatkan pendidikan hingga
tingkat SD, sebanyak 18 persen atau sejumlah 94.195 orang menamatkan pendidikan
hingga tingkat SMP. Dengan kata lain sebanyak 74 persen atau sejumlah 382.014
orang dari penduduk kelompok umur 10 tahun keatas menurut tingkat pendidikan di
Kabupaten Buleleng hanya menamatkan pendidikan hingga tingkat SMP.
Rendahnya rata-rata lama sekolah dan tingginya jumlah penduduk Kabupaten
Buleleng yang tidak menamatkan pendidikan yang merupakan modal manusia
Kabupaten Buleleng, tentunya mempengaruhi IPM Kabupaten Buleleng, meskipun
PDRB Kabupaten Buleleng cukup tinggi. Hal tersebut tentunya tidak sejalan dengan
predikat Kota Singaraja sebagai kota pelajar, dimana mendapatkan fasilitas
pendidikan tentunya merupakan hal yang mudah.
Chambers (1983) menyatakan perlunya penelitian pada wilayah-wilayah
tertinggal menggunakan pendekatan kualitatif. Kenyataan menunjukkan adanya
kebijakan pemerintah mengakibatkan wilayah-wilayah tertinggal yang terjebak
dalam kemiskinan (poverty trap), deprivasi sosial (social deprivation), isolasi,
ketidakberdayaan dan ketiadaan akses kepada sumber daya alam, sarana dan
prasarana sosial ekonomi dan kesenjangan. Kelompok ini tidak dapat dijangkau
melalui pendekatan kuantitatif semata.
Kesejahteraan dapat didekati berdasarkan dua hal (Campbell, 1976;
Sumawan dan Tahira, 1993; Milligan et al., 2006), yaitu: 1) kesejahteraan subjektif
dan 2) kesejahteraan objektif. Kesejahteraan masyarakat (community well-being)
dapat didekati berdasarkan empat dimensi kesejahteraan masyarakat yang telah
dipergunakan pada penelitian sebelumnya yang mencakup: 1) material (Flanagan,
1978; Bestuzhey-Lada, 1980); 2) komunitas (Campbell et al., 1976; Flanagan, 1978;
Murrell, et.al., 1983); 3) emosional (Campbell et al., 1976; Andrews dan Withey,
1976; Bestuzhey-Lada, 1980); dan 4) kesehatan dan keamanan (Campbell et al.,
1976; Andrews dan Withey, 1976; Verwayen, 1980; Murrell et al., 1983; Glatzer,
1987).
Whithaker dan Federico (1996) menyatakan bahwa kesejahteraan masyarakat
(community well-being) merupakan sistem suatu bangsa tentang manfaat dan jasa
untuk membantu masyarakat guna memperoleh kebutuhan sosial, ekonomi,
pendidikan dan kesehatan yang penting bagi kelangsungan masyarakat tersebut.
Terdapat beragam pengertian mengenai kesejahteraan subyektif, karena lebih
bersifat subyektif, setiap orang dengan pedoman, tujuan dan cara hidupnya yang
berbeda-beda akan memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang kesejahteraan
dan faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan (Sukirno, 1985; Sumarti,
1999; Soembodo, 2004). Segel dan Bruzy (1998) menjelaskan bahwa kesejahteraan
masyarakat dapat diukur dari kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas
hidup rakyat. Konsep kesejahteraan tidak terlepas dari kualitas hidup masyarakat
(Widyastuti, 2012). Menurut Bubolz dan Sontag (1993), kesejahteraan merupakan
terminologi lain dari kualitas hidup manusia (quality of human life), yaitu suatu
keadaan ketika terpenuhinya kebutuhan dasar serta terealisasikannya nilai-nilai
hidup.
Trait kepribadian adalah prekursor relatif stabil dari perilaku individu
(Hogan, 1991; McCrae dan Costa, 1997). Karakteristik kepribadian individu
terhubung erat dengan kesempatan kerja dan pengembangannya (Mount dan Barrick,
1995). Terdapat lima faktor dari karakteristik kepribadian (Barrick dan Mount, 1991;
Tett et al., 1991). Lima besar kepribadian mengacu kepada lima kepribadian yang
luas dan dapat digunakan untuk merangkum keseluruhan kepribadian individu. Lima
besar kepribadian bisa menggambarkan aspek paling penting dari kepribadian
(Heller et al., 2002). Menurut Schaefer dan Moos (1993); Cooper (1998),
menyatakan bahwa hasil akhir dari ketidaksiapan individu dalam menghadapi
kesempatan kerja telah diketahui sangat merugikan. Maka langkah sistematis untuk
mengatasi hal tersebut sangat diperlukan. Upaya pencegahan dapat diambil secara
substansial berdasarkan langkah-langkah konseptual yang terpadu yang
berhubungan dengan kesiapan individu terkait tekanan dalam kesempatan kerja.
Untuk memastikan kebenaran ilmiah masing-masing dari hasil-hasil
penelitian tersebut di atas, perlu diadakan penelitian kembali terkait dengan dimensi
dan indikator dari masing-masing konstruk. Berdasarkan empiris menyebutkan
bahwa penetapan kabupaten/kota sarbagita justru menghasilkan gap ketimpangan
yang makin melebar dengan kabupaten non sarbagita dan Kabupaten Buleleng
khususnya. Karenanya dirasa perlu untuk menghadirkan suatu bentuk kesejahteraan
masyarakat (community well-being) yang lebih melihat konstruk-konstruk yang
mempengaruhinya, khususnya di Kabupaten Buleleng.
Teori kesejahteraan subjektif yang merupakan fokus penelitian ini
berdasarkan konsep kualitas hidup (quality of life) secara keseluruhan yang
dikemukakan oleh Campbell (Campbell dan Converse, 1972; Campbell, 1976;
Campbell et al., 1976; Campbell, 1981) dan Andrews (Andrews dan Withey, 1974,
1976; Andrews dan Crandall, 1976; Abbey dan Andrews 1985; Andrews dan
Robinson, 1991). Campbell et al. (1976) menyampaikan hipotesis bahwa kualitas
hidup didasarkan pada dua hal yaitu perbedaan situasi (teori perbandingan sosial)
dan aspirasi atau harapan individu. Semakin besar kesenjangan antara situasi
sekarang dan aspirasi atau harapan, semakin besar perubahan kualitas. Hipotesis ini
lebih menekankan pada evaluasi kesenjangan berdasarkan rasio daripada perbedaan
skor. Rasio adalah ukuran proporsional dengan memperbandingkan suatu titik awal,
namun perbedaan (gap) serta rasio menghasilkan beberapa perbandingan dalam
setiap penelitian-penelitian yang berbeda yang menyebabkan kurangnya
perbandingan standar. Andrews (Andrews dan Withey, 1976; Andrews dan
Robinson, 1991), menyampaikan hipotesis yang lebih kompleks dengan gagasan
berupa tingkat keselarasan berdasarkan kebutuhan, lingkungan dan aspirasi dalam
suatu model kualitas hidup.
Kotler dan Amstrong (2001) menyebutkan bahwa karakteristik sosial
demografi adalah ciri yang menggambarkan perbedaan masyarakat berdasarkan usia,
jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis
keluarga, status perkawinan, lokasi geografis, dan kelas sosial. Karateristik sosial
sosial demografi dalam beberapa penelitian terbukti signifikan bagi individu untuk
meningkatkan kesempatan kerja. Status perkawinan, usia, dalam tanggungan sebagai
seorang anak, orientasi tujuan, dan karakteristik anak-anak berdasarkan penelitian
terkait dengan kesempatan kerja. Mereka yang belum menikah lebih mungkin untuk
menjadi pengangguran, sementara ayah lebih cenderung untuk bekerja daripada ibu
(Kim, 2000; Latimer, 2004). Tidak mengherankan, individu menikah memiliki
pendapatan lebih tinggi dari yang belum menikah dan lebih mungkin untuk memiliki
pendapatan di atas rata-rata (Latimer, 2004; Kyoung dan Yoon, 2008). Selain itu,
tenaga kerja yang lebih tua kurang memiliki kesempatan daripada yang lebih muda
(Lee et al., 2001, 2004). Selanjutnya, anak-anak yang masih dalam tanggungan
orang tua kurang mendapat kesempatan untuk dipekerjakan. Tetapi anak-anak
dengan tingkat orientasi yang lebih tinggi dari lebih mungkin untuk dipekerjakan.
Jumlah anak dan jumlah anak dalam tanggungan tidak signifikan terkait dengan
probabilitas kerja (Kim, 2000; Kim, 2001; Lee et al., 2004). Merawat anak atau
anggota keluarga penyandang cacat terkait dengan pendapatan yang lebih rendah
(Dworsky dan Courtney, 2007).
Tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah
mendapatkan kesempatan kerja dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi
dibandingkan yang tingkat pendidikannya lebih rendah (Zhan dan Pandey, 2004;
Pandey et al., 2006); Dworsky dan Courtney, 2007; Kyoung dan Yoon, 2008).
Menurut Parisi et al. (2006), bahwa perbedaan sosial sosial demografi seperti
gender, ras, etnik, dan umur memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap
modal manusia untuk meningkatkan kesejahteraan.
Menurut Suandi (2007), tujuan pembangunan adalah membangun manusia
Indonesia seutuhnya dengan arah pembangunan yang berorientasi kepada
masyarakat. Supaya arah pembangunan ini dapat berjalan dengan efektif dan efisien
maka pola pembangunan ini dapat memanfaatkan berbagai bentuk struktur sosial
yang ada di masyarakat dan salah satunya adalah modal sosial. Modal sosial dapat
dijelaskan sebagai suatu nilai yang terbentuk dari hubungan antar manusia atau
jaringan yang memungkinkan efektivitas fungsi masyarakat. Modal sosial di
klasifikasikan sebagai perekat yang menjaga kesatuan masyarakat, yang tergantung
pada nilai kepercayaan dan kerja sama diantara anggota masyarakat. Terdapat
hubungan yang signifikan antara ketimpangan pendapatan dengan tingkat
kepercayaan dan modal sosial dalam masyarakat (Kawachi dan Keneddy, 1997;
Kennedy et al., 1998a; Kennedy et al., 1998b; Kawachi et al., 1999; Putnam, 2000;
Kawachi, 2000a; Kawachi, 2000b; Halpern, 2005).
Modal sosial dapat didiskusikan dalam konteks komunitas yang kuat (strong
community), masyarakat sipil yang kokoh, maupun identitas negara-bangsa (nation-
state identity). Modal sosial, termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan,
kohesifitas, altruisme, gotong-royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki
pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui beragam mekanisme
seperti meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan publik, meluasnya
partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat, dan
menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan (Blakeley dan Suggate, 1997; Suharto,
2005a; Suharto, 2005b; Suharto, 2006). Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber
(resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu
komunitas (Fukuyama, 1995).
Collier (1998) membedakan modal sosial pemerintah dengan modal sosial
yang ada dalam kehidupan masyarakat yaitu menerapkan berbagai peran undang-
undang/peraturan, kebebasan, tata nilai, norma-norma serta hubungan yang bersifat
informal yang ada di masyarakat. Di dalam masyarakat, modal sosial pemerintah
terbatas karena proporsi kontrak secara luas ditentukan oleh kepercayaan dan modal
sosial masyarakat. Manfaat modal sosial dalam masyarakat dibuktikan dalam
beberapa penelitian. Penelitian Rose (1999) melalui studi di Rusia menyimpulkan
hubungan individu dalam masyarakat mengutamakan jaringan informal. Penelitian
Scheneider et al. (1997) menyimpulkan jaringan/ikatan hubungan cukup bermanfaat
dalam berbagai aktivitas pendidikan. Jaringan sosial dapat membantu dalam
berbagai bentuk proyek masyarakat seperti proyek irigasi (Ostroms, 1992 dan Lam,
1996). Penelitian lainnya dilakukan oleh Olson (1982); Falk dan Kilpatrick (1999);
Winter (2000); dan Tau (2003).
Menurut Cohen dan Soto (2007), bahwa modal manusia dapat menyebabkan
pertumbuhan berkelanjutan merupakan salah satu kritik yang dimunculkan dari
literatur “new growth” yang dinisiasi oleh Lucas (1988) dan Romer (1990). Konsep
modal manusia secara umum didefinisikan sebagai pengetahuan dan keahlian yang
dimiliki manusia. Menurut beberapa ekonom seperti (Becker, 1962; Becker; 1993;
Becker, 2002), modal manusia didefinisikan sebagi pengetahuan, informasi, ide,
keahlian dan kesehatan dari seorang individu. Acemoglu dan Autor (2005),
mendefinisikan modal manusia sebagai suatu hal yang berhubungan dengan bekal
pengetahuan atau karakteristik pekerja yang dimiliki (baik bawaan atau diperoleh)
yang memberikan kontribusi yaitu “produktivitas”.
Modal manusia dan modal fisik merupakan hal-hal yang sama penting bagi
produktivitas. Namun definisi "manusia" dalam modal manusia, mengandung
pengertian "modal" diwujudkan dalam manusia (Schultz, 1971). Setiap individu
terakumulasi dalam modal manusia dari waktu ke waktu, aset modal manusia tidak
dipertukarkan atau dijual layaknya suatu produk (Schultz, 1971; Checchi, 2006).
Modal manusia mencakup kemampuan, keterampilan, kompetensi, dan atribut yang
ada dalam setiap individu, kesejahteraan sosial dan ekonomi (CERI, 2001;
Rosenbaum, 1986). Selain itu unsur-unsur yang meliputinya termasuk motivasi dan
perilaku, kesehatan fisik, emosional, dan mental individu (CERI, 2001). Setiap
individu mulai mendapatkan modal manusia saat lahir, namun modal manusia
memiliki kemampuan untuk berinvestasi dalam modal manusia melalui pendidikan
formal, pelatihan, dan tambahan pengalaman dalam setiap pekerjaan atau gaya hidup
yang berbeda (Bryant, 1990; Becker, 1993). Dengan demikian investasi dalam
modal manusia terjadi selama siklus hidup dan menurun dari waktu ke waktu,
seperti halnya penurunan dari suatu investasi (Mincer, 1974).
Menurut Becker (1993), modal sosial dan modal manusia dapat disatukan
untuk menghasilkan satu kerangka teori yang memperhitungkan kegiatan individu
dan faktor lingkungan sekitar yang akan mempengaruhi kesempatan kerja. Modal
manusia yang menekankan investasi pada pendidikan, pelatihan di tempat kerja dan
pengalaman kerja akan mempengaruhi kemungkinan suatu individu memasuki pasar
tenaga kerja dan menaikkan tingkat partisipasi kerjanya. Menurut Putnam (1963),
teori modal manusia mampu untuk menjelaskan hubungan antara modal manusia
dengan kesempatan kerja, tetapi kurang bisa menjelaskan pengaruh dari luar
individu berupa dukungan dari keluarga, teman ataupun lingkungan sekitar.
Karenanya teori modal sosial sangat bermanfaat mendampingi teori modal manusia.
Modal sosial dapat disimpulkan sebagai perangkat dari lingkungan sosial seperti
kepercayaan, norma-norma dan jaringan yang dapat meningkatkan daya dukung
masyarakat bagi modal manusia.
Kesempatan kerja pada saat ini dipengaruhi oleh peningkatan persaingan
global (Howard, 1995; Cooper, 1998). Sebagai hasil dari pengaruh tersebut terjadi
perubahaan berupa peningkatan tuntutan terhadap kualitas kepribadian individu
terkait kesiapannya pada kesempatan kerja (Howard, 1995; Merllie dan Paoli, 2001).
Kondisi tidak bekerja secara umum memberikan pengaruh negatif, tetapi
tingkat pengaruhnya akan berbeda-beda bagi setiap individu. (Klein et al., 1992;
Wanberg dan Marchese, 1994; Taris et al., 1995; Wanberg et al., 1996). Menurut
Swinburne (1981); Ellis dan Taylor (1983); Payne dan Hartley (1987); Vinokur dan
Caplan (1987); Steffy et al. (1989); Winefield (1995); Wanberg (1997); Creed et al.
(1998); Kalil et al. (2001), bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut pada faktor-
faktor yang terkait dengan kesempatan kerja, terutama yang berkaitan dengan usaha
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Fokus penelitian ini adalah membangun sebuah model disertasi yang dapat
memberikan panduan model teoritik untuk memberdayakan masyarakat Kabupaten
Buleleng di Provinsi Bali mendapatkan jalan keluar membangun kesejahteraan
melalui kekuatan dari dalam diri mereka, dengan penekanan sebagai berikut: 1)
adalah modal sosial, yang mencirikan karakter kebersamaan (better together) dengan
melihat sejauh mana kedalaman relasi sosial yang mereka miliki sebagai kekuatan
yang diperlukan dalam membangun kesejahteraan; dan 2) adalah modal manusia
mencakup komponen pendidikan, pelatihan dan pemberdayaan, serta kesehatan yang
memberikan peluang bagi peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat.
Penelitian ini menggabungkan social capital theory (teori modal sosial) dan
human capital theory (teori modal manusia) untuk mendapatkan social framework
model dalam rangka pengembangan model kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Buleleng di Provinsi Bali untuk mendapatkan peluang kesejahteraan berdasarkan
kualitas hidup (quality of life). Pustaka teori yang tersedia saat ini menjelaskan
bahwa peluang untuk meningkatkan kesempatan kerja sangat ditentukan oleh level
tingkat pendidikan, pengalaman kerja serta partisipasi pekerja dalam berbagai
kesempatan pelatihan dan pendidikan non formal untuk meningkatkan keterampilan
individual pekerja, sehingga menjadi penentu peningkatan peluang pasar
mendapatkan kualitas pekerjaan yang lebih baik (Becker, 1993). Sejumlah studi
menunjukkan bahwa peningkatan kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat yang
didorong oleh perbaikan kemampuan kerja berdampak sangat signifikan terhadap
tingkat kesejahteraan masyarakat (Zhan dan Pandey et al., 2004; Latimer, 2004;
Pandey et al., 2006; Dworsky dan Courtney, 2007; Kyoung dan Yoon, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, selanjutnya rumusan
masalah dapat dirincikan ke dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut.
1) Bagaimanakah pengaruh sosial demografi terhadap modal sosial di Kabupaten
Buleleng?
2) Bagaimanakah pengaruh sosial demografi dan modal sosial terhadap modal
manusia di Kabupaten Buleleng?
3) Bagaimanakah pengaruh sosial demografi, modal sosial, dan modal manusia
terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Buleleng?
4) Bagaimanakah pengaruh modal sosial dan modal manusia terhadap kesempatan
kerja di Kabupaten Buleleng?
5) Bagaimanakah pengaruh kesempatan kerja terhadap kesejahteraan masyarakat
di Kabupaten Buleleng?
6) Adakah pengaruh sosial demografi terhadap kesempatan kerja melalui modal
sosial di Kabupaten Buleleng?
7) Adakah pengaruh sosial demografi terhadap kesempatan kerja melalui modal
manusia di Kabupaten Buleleng?
8) Adakah pengaruh sosial demografi terhadap modal manusia melalui modal
sosial di Kabupaten Buleleng?
9) Adakah pengaruh modal sosial terhadap kesempatan kerja melalui modal
manusia di Kabupaten Buleleng?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini dapat dijelaskan dalam uraian, sebagai
berikut.
1) Menganalisis pengaruh sosial demografi terhadap modal sosial di Kabupaten
Buleleng.
2) Menganalisis pengaruh sosial demografi dan modal sosial terhadap modal
manusia di Kabupaten Buleleng.
3) Menganalisis pengaruh sosial demografi, modal sosial, dan modal manusia
terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Buleleng.
4) Menganalisis pengaruh modal sosial dan modal manusia terhadap kesempatan
kerja di Kabupaten Buleleng.
5) Menganalisis pengaruh kesempatan kerja terhadap kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Buleleng.
6) Menganalisis pengaruh sosial demografi terhadap kesempatan kerja melalui
modal sosial di Kabupaten Buleleng.
7) Menganalisis pengaruh sosial demografi terhadap kesempatan kerja melalui
modal manusia di Kabupaten Buleleng.
8) Menganalisis pengaruh sosial demografi terhadap modal manusia melalui modal
sosial di Kabupaten Buleleng.
9) Menganalisis pengaruh modal sosial terhadap kesempatan kerja melalui modal
manusia di Kabupaten Buleleng.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap
pengetahuan terutama pengaruh sosial demografi, modal sosial, modal manusia
terhadap kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bali pada
umumnya dan Kabupaten Buleleng khususnya.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat.
1) Memberikan kontribusi terhadap perkembangan teori ilmu ekonomi
khususnya teori modal sosial, teori modal manusia, teori kesempatan kerja,
dan teori kesejahteraan.
2) Temuan penelitian ini bermanfaat bagi sumbangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, khususnya temuan-temuan baru yang belum ditemukan
sebelumnya. Temuan penelitian diharapkan menjadi referensi bagi penelitian
yang akan dilakukan di masa datang.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat.
1) Bagi pemerintah Kabupaten Buleleng maupun pemerintah Provinsi Bali, hasil
penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai dasar perumusan
kebijakan. Terutama yang terkait dengan dimensi dan indikator dalam sosial
demografi, modal sosial, modal manusia yang akan mempengaruhi
kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bali pada
umumnya dan di Kabupaten Buleleng khususnya.
2) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
dasar pengambilan keputusan untuk meningkatkan modal sosial, modal
manusia, kesempatan kerja, dan kesejahteraan di Provinsi Bali pada
umumnya dan di Kabupaten Buleleng khususnya. Dengan peran mayarakat
yang lebih luas untuk menggali sosial demografi baik individu maupun
masyarakat dalam upaya meningkatkan modal sosial dan modal manusia yang
ada dalam setiap individu dan masyarakat untuk meningkatkan kesempatan
kerja dan kesejahteraan secara keseluruhan di Provinsi Bali pada umumnya
dan di Kabupaten Buleleng khususnya, diharapkan mayarakat Kabupaten
Buleleng tidak merasa kurang sejahtera dibandingkan masyarakat di
Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Bali.