36
PENGARUH FAKTOR SOSIAL DEMOGRAFI, MODAL SOSIAL, DAN MODAL MANUSIA TERHADAP KESEMPATAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor pada Program Doktor, Program Studi Ilmu Ekonomi, Program Pascasarjana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana TJOKORDA GDE INDRAPUTRA NIM : 1290671006 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017 iii

PENGARUH FAKTOR SOSIAL DEMOGRAFI, MODAL SOSIAL, DAN MODAL MANUSIA ... · pengaruh faktor sosial demografi, modal sosial, dan modal manusia terhadap kesempatan kerja dan kesejahteraan

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH FAKTOR SOSIAL DEMOGRAFI, MODAL

SOSIAL, DAN MODAL MANUSIA TERHADAP

KESEMPATAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT KABUPATEN BULELENG,

PROVINSI BALI

Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor

pada Program Doktor, Program Studi Ilmu Ekonomi,

Program Pascasarjana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

TJOKORDA GDE INDRAPUTRA

NIM : 1290671006

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2017

iii

Disertasi ini Telah Diuji pada Ujian Tertutup

Tanggal 13 bulan Juli tahun 2017

Panitia Penguji Disertasi Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

Nomor : 771/UN14.2.7/PD/2017, Tanggal 6 Juli 2017

Ketua : Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS.

Angggota :

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,MSi.

2. Dr. I Gde Sudjana Budiasa, SE.,MSi.

3. Prof. Dr. Made Kembar Sri Budhi, Drs., MP.

4. Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS.

5. Dr. A.A.I.N. Marhaeni, SE., MSi.

6. Dr. I Wayan Bagia, MSi.

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Tjokorda Gde Indraputra

NIM : 1290671006

Program Studi : Ilmu Ekonomi, Program Pascasarjana, Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Udayana

Alamat Mahasiswa : Jln. Jayagiri XI Nomor 11, Denpasar, Bali

Telepon : 08164711067

Email : [email protected]

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi dengan judul "Pengaruh

Faktor Sosial Demografi, Modal Sosial, Dan Modal Manusia Terhadap

Kesempatan Kerja Dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Buleleng,

Provinsi Bali" ini bebas dari plagiat, apabila dikemudian hari terbukti ada

plagiasi dalam karya ilmiah disertasi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai

peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan

lainnya yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan jujur dan penuh rasa tanggung

jawab, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, Juli 2017

Yang Membuat Pernyataan

(Tjokorda Gde Indraputra)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH ·

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi wasa,

Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat asung kertha wara nugrahaNYA disertasi ini

dapat diselesaikan dengan baik. Disertasi ini berjudul “PENGARUH FAKTOR

SOSIAL DEMOGRAFI, MODAL SOSIAL, DAN MODAL MANUSIA

TERHADAP KESEMPATAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI”. Tuntasnya

penulisan disertasi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam bentuk

materiil dan non-materiil yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung.

Bantuan tersebut sangat memungkinkan disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, penulis dengan penuh rasa syukur dan ketulusan hati

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Terima kasih yang sebesar-besarnya ditujukan kepada Rektor Universitas

Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD.,beserta Wakil-Wakil Rektor

dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Dr. I Nyoman

Mahaendra Yasa, SE.,M.Si. beserta Wakil-Wakil Dekan, yang telah memberikan

fasilitas dan kesempatan pada penulis mengikuti pendidikan di Program Doktor PS.

Ilmu Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya juga penulis sampaikan

kepada Bapak Prof. Dr. Made Kembar Sri Budhi, Drs.,MP. Selaku Ketua Program

Doktor PS. Ilmu Ekonomi, Sekretaris Program Bapak Dr. Drs. I Ketut Djayastra,

SU. atas bantuan dan bimbingannya selama ini.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besamya kepada Profesor Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS.,

sebagai pembimbing utama (promotor), yang dengan penuh perhatian telah

memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti

program doktor, khususnya dalam penyelesaian disertasi ini. Terima kasih sebesar-

besamya pula penulis sampaikan kepada Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,MSi.,

pembimbing l (ko promotor 1) dan Dr. I Gde Sudjana Budiasa, SE.,MSi.,

pembimbing 2 (ko promotor 2), yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah

memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para penguji disertasi, yaitu:

Profesor Dr. Made Kembar Sri Budhi, Drs., MP., Profesor Dr. Made Suyana Utama,

SE., MS., Dr. A.A.I.N. Marhaeni, SE., MSi., Dr. I. A. Nyoman Saskara, SE., MSi., dan Dr. I Wayan Bagia, MSi., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan,

dan koreksi sehingga disertasi ini dapat terwujud. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada seluruh dosen pengajar Program Doktor Ilmu Ekonomi

Universitas Udayana yang telah memberikan bimbingan selama kuliah. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sejawat di Program Doktor Ilmu

Ekonomi Universitas Udayana atas segala motivasinya. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada koordinator penelitian lapangan I Ketut Arsa dan seluruh team

pencari data, serta seluruh responden dan informan yang telah membantu dalam

proses penelitian lapangan.

Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih yang tulus

disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis,

vii

mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih

kepada orang tua ibu Chatarina Pratiwi Hindarti dan ayah dr. Tjokorde Gde Agung,

Sp.PK., yang telah mengasuh dan membesar penulis, memberikan dasar-dasar

berpikir dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik bagi tumbuhnya

kreatifitas. Akhimya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada istri

tercinta Ir. Putu Widyawati, serta anak-anak tersayang:Tjokorda Gde Agung Angga-

dhika W.P.P., SH., Tjokorda Gde Agung Sayogaditya W.P.P, SH., dan Tjokorda

Istri Agung Devitia W.P.P., yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan

kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan disertasi ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya

kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian\disertasi

ini. serta kepada penulis sekeluarga

Denpasar, Juli 2017

Penulis

Tjokorda Gde Indraputra

viii

ABSTRAK

Modal sosial dan modal manusia telah menjadi bagian penting untuk

pembangunan masyarakat di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sosial

demografi relatif melimpah di negara-negara berkembang yang banyak tersedia di

daerah-daerah pedesaan. Modal sosial dapat menjadi faktor penting sebagai penentu

untuk meningkatkan pendapatan dipadu oleh modal manusia untuk

memperluas kesempatan kerja bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Penelitian ini dilaksanakan secara survei di seluruh kecamatan di Kabupaten

Buleleng. Analisis data dilakukan dengan metode SEM-PLS. Hasil penelitian dan

analisis data menunjukkan bahwa : 1) sosial demografi secara langsung berpengaruh

positif dan signifikan terhadap modal sosial di Kabupaten Buleleng; 2) sosial

demografi secara langsung tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap modal

manusia di Kabupaten Buleleng; 3) sosial demografi secara langsung tidak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja di Kabupaten

Buleleng; 4) modal sosial secara langsung berpengaruh positif dan signifikan

terhadap modal manusia di Kabupaten Buleleng; 5) modal sosial secara langsung

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja di Kabupaten

Buleleng; 6) modal manusia secara langsung berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Buleleng; 7) kesempatan kerja secara

langsung berpengaruh positifdan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat di

Kabupaten Buleleng; 8) dengan dimediasi oleh modal sosial, sosial demografi

berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Buleleng; 9)

dengan dimediasi oleh modal manusia, sosial demografi berpengaruh signifikan

terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Buleleng; 10) dengan dimediasi oleh modal

sosial, sosial demografi berpengaruh signifikan terhadap modal manusia di

Kabupaten Buleleng; dan 11) dengan dimediasi oleh modal manusia, modal sosial

berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Buleleng.

Pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten Buleleng menjadi hal

yang sangat penting diperhatikan untuk membangun masa depan. Optimalisasi

individual karena tingginya tingkat ketergantungan membuat masyarakat Kabupaten

Buleleng lebih mendahulukan kesempatan bekerja daripada peningkatan pendidikan.

Tumpuan perekonomian masih bertumpu pada kelompok lapangan pekerjaan

primer, sehingga tingkat kesehatan pekerja dan keterampilan pekerja menjadi

penentu bagi terbukanya peluang kerja dibandingkan dengan upaya meningkatan

pendidikan formal. Rangsangan ekonomi lebih banyak ditentukan oleh struktur

sosial dibandingkan dengan peran individu. Keputusan individu dalam menanggapi

peluang kerja menjadi sangat terikat kepada kepentingan struktur sosial yang

membelenggunya. Lingkungan sosial masyarakat dapat dipakai sebagai alat untuk

mempengaruhi pembangunan kualitas modal manusia di masyarakat Kabupaten

Buleleng. Dengan pemberdayaan sosial demografi dengan mediasi modal sosial dan

modal manusia, maka perluasan kesempatan kerja dapat diperoleh bagi peningkatan

kesejahteraan.

Kata kunci: sosial demografi, modal sosial, modal manusia, kesempatan kerja,

kesejahteraan masyarakat.

ix

ABSTRACT

Social capital and human capital has become an important part of community

development in developing countries like Indonesia. Social demographics are

relatively abundant in developing countries and are widely available in rural areas.

Social capital can be an important factor as a determinant to increase revenue, by

combining human capital to expand employment opportunities which in result

improves the community well-being.

This research was carried out in a survey in all districts in Buleleng

Region. The data analysis was completed with the method of SEM-PLS. Results of

the research and analysis are: 1) socio-demographic data, directly show positive and

significant effect on social capital in Buleleng; 2) socio demographic have a positive

and significant direct effect on human capital in Buleleng; 3) socio demographic

have a positive and significant direct effect on employment in Buleleng; 4) social

capital has a positive and significant direct effect on human capital in Buleleng; 5)

social capital has a positive and significant effect on employment in Buleleng; 6)

human capital has a positive and significant direct effect on employment in

Buleleng; 7) employment have positive and significant direct effect on community

well-being in Buleleng; 8) mediated by social capital, socio demographic have

significant effect on employment in Buleleng; 9) mediated by human capital, socio

demographic have significant effect on employment in Buleleng; 10) mediated by

social capital, social demographic have significant effect on the human capital in

Buleleng; and 11) mediated by human capital, social capital has a significant effect

on employment in Buleleng.

Health care for the people in Buleleng Region becomes a very important note

to build their future. Individual optimization due to a high level of dependency,

makes Buleleng society place more on work opportunities, rather than improving

education. Pedestal economy is still based on primary jobs group, so the level of

health of workers and workers' skills to be decisive for the opening of employment

opportunities compared to the increasing efforts of formal education. Economic

stimulus is determined more by the social structure, in comparison with the role of

the individual. Individual decisions, in response to employment opportunities, are

very guided by the interests of the social structures that bind them. The social

environment can be used as a tool to influence the development of quality human

capital in Buleleng society. With empowerment of socio demographic and mediated

by social capital and human capital, will make dramatic improvement of

employment opportunities to improve overall community well-being.

Keywords: socio-demographic, social capital, human capital, employment,

community well-being.

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

SAMPUL DALAM ...................................................................................................... ii

PERSYARATAN GELAR .........................................................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN PROMOTOR ................................................................ iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................................ v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT............................................................ vi

UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................................... vii

ABSTRAK .................................................................................................................. ix

ABSTRACT ................................................................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 18

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 19

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 23

2.1 Teori Kesejahteraan ............................................................................... 23

2.2 Teori Sosial Demografi .......................................................................... 40

2.3 Teori Modal Sosial ................................................................................. 43

2.4 Teori Modal Manusia ............................................................................. 64

2.5 Kesempatan Kerja .................................................................................. 77

2.6 Hubungan Sosial Demografi Terhadap Modal Sosial ............................ 87

2.7 Hubungan Sosial Demografi Terhadap Modal Manusia ........................ 91

2.8 Hubungan Sosial Demografi Terhadap Kesempatan Kerja ................... 93

2.9 Hubungan Modal Sosial Terhadap Modal Manusia............................... 97

2.10 Hubungan Modal Sosial Terhadap Kesempatan Kerja ........................ 102

2.11 Hubungan Modal Manusia Terhadap Kesempatan Kerja .................... 107

2.12 Hubungan Kesempatan Kerja Terhadap Kesejahteraan ....................... 114

2.13 Studi Empiris ....................................................................................... 120

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS .................... 129

3.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 129

3.2 Konsep Penelitian................................................................................... 142

3.3 Hipotesis ................................................................................................. 152

xi

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 154

4.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. 154

4.2 Lokasi Penelitian .................................................................................... 157

4.3 Subyek dan Obyek Penelitian ................................................................ 158

4.4 Jenis Dan Sumber Data .......................................................................... 158

4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ..................... 159

1) Variabel Penelitian ............................................................................. 159

2) Definisi Operasional .......................................................................... 160

4.6 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 165

4.7 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 167

4.8 Instrumen Penelitian dan Pengujian ....................................................... 171

4.9 Teknik Analisa Data ............................................................................... 173

BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 191

5.1 Gambaran UmumKabupaten Buleleng .................................................. 191

5.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Buleleng ............. 191

5.1.2 Kondisi Pendidikan ....................................................................... 193

5.1.3 Kondisi Perekonomian .................................................................. 197

5.1.4 Kondisi Kesejahteraan .................................................................. 200

5.1.5 Kondisi Ketimpangan Distribusi Pendapatan Masyarakat ............ 203

5.2 Karakteristik Sampel Penelitian ............................................................. 204

5.2.1 Karakteristik Responden ............................................................... 204

5.2.2 Diskripsi Variabel Penelitian ........................................................ 208

5.3 Uji Instrumen Penelitian ........................................................................ 214

5.4 Evaluasi Outer Model (Measurement model) ........................................ 217

5.4.1 Uji Reliabilitas dan Validitas Dimensi Reflektif .......................... 218

5.4.2 Uji Konsistensi Kelayakan Dimensi Formatif .............................. 227

5.5 Pengujian Model Struktral (Inner Model) .............................................. 229

5.6 Pengaruh Langsung dan pengaruh Tidak Langsung Dengan Mediasi ... 237

5.7 Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian .................. 246

5.8 Uji Hipotesis Penelitian.......................................................................... 253

BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................... 265

6.1 Pengaruh langsung Sosial Demografi Terhadap Modal Sosial ............ 265

6.2 Pengaruh Langsung Sosial Demografi Terhadap Modal Manusia ...... 268

6.3 Pengaruh langsung Sosial Demografi Terhadap Kesempatan Kerja .. 272

6.4 Pengaruh Langsung Modal Sosial Terhadap Modal Manusia ............. 275

6.5 Pengaruh Langsung Modal Sosial Terhadap Kesempatan Kerja ........ 278

6.6 Pengaruh Langsung Modal Manusia Terhadap Kesempatan Kerja ..... 280

6.7 Pengaruh Langsung Kesempatan Kerja Terhadap Kesejahteraan ....... 287

6.8 Pengaruh Tidak LangsungSosial Demografi Terhadap Kesempatan

Kerja Melalui Modal Sosial ................................................................. 290

6.9 Pengaruh Tidak Langsung Sosial Demografi Terhadap Kesempatan

Kerja Melalui Modal Manusia ............................................................. 291

xii

6.10 Pengaruh Tidak Langsung Sosial Demografi Terhadap Modal Manusia

Melalui Modal Sosial ........................................................................... 292

6.11 Pengaruh Tidak Langsung Modal Sosial Terhadap Kesempatan Kerja

Melalui Modal Manusia ....................................................................... 293

6.12 Temuan Penelitian ................................................................................ 294

6.13 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 297

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 300

7.1 Simpulan ............................................................................................... 300

7.2. Saran ...................................................................................................... 306

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 312

LAMPIRAN ............................................................................................................ 357

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/

Kota di Provinsi Bali Tahun 2010-2014 (dalam %) ........................................ 4

1.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/Kota Sarbagita dan Non

Sarbagita di Provinsi Bali Tahun 2010-2014 (dalam miliar rupiah) ................ 5

1.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang bekerja Menurut Lapangan Usaha

di Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014 (orang) ................................ 7

1.4 IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2010-2014 ................................ 8

4.1 Pengukuran Konstruk Sosial Demografi ...................................................... 161

4.2 Pengukuran Konstruk Jaringan Second Order Construct ............................ 162

4.3 Pengukuran Konstruk Kepercayaan Second Order Construct ..................... 162

4.4 Pengukuran Konstruk Norma Second Order Construct............................... 163

4.5 Pengukuran Konstruk Modal Manusia......................................................... 163

4.6 Pengukuran Konstruk Kesempatan Kerja .................................................... 164

4.7 Pengukuran Konstruk Kesejahteraan ........................................................... 164

4.8 Jumlah Sampel Berdasarkan Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang

Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan di Kabupaten

Buleleng Tahun 2014 (orang) ..................................................................... 170

4.9 Jenis Konstruk dan Indikator Penelitian ...................................................... 176

5.1 Distribusi Penduduk Menurut Kepala Keluarga, Jenis Kelamin,

Kepadatan Penduduk, dan Rata-rata Jiwa per KK Dirinci per Kecamatan

di Kabupaten Buleleng Tahun 2014 ............................................................. 194

5.2 Sebaran Penduduk Menurut Kelompok Umur Berdasarkan Sensus Penduduk

(SP) Tahun 1990, SP tahun 2010, SP Tahun 2010, dan Tahun 2014 di

Kabupaten Buleleng (orang) ....................................................................... 195

5.3 Jumlah Penduduk Kelompok Umur 10 Tahun keatas Menurut Tingkat

Pendidikan Yang Ditamatkan per Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun

2014 (orang) ................................................................................................ 196

5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Umur Penduduk Usia Kerja

(15 tahun ke atas) di Kabupaten Buleleng Tahun 2014 (orang) .................. 197

5.5 Jumlah Penduduk Usia Kerja Yang bekerja Menurut Lapangan Usaha

per Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2014 (orang) ....................... 198

5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Rata-rata Pendapatan

Perbulan ....................................................................................................... 208

5.7 Diskripsi Karakteristik Dimensi Sosial Demografi...................................... 209

5.8 Diskripsi Karakteristik Dimensi Modal Sosial Jaringan .............................. 210

5.9 Diskripsi Karakteristik Dimensi Modal Sosial Kepercayaan....................... 211

5.10 Diskripsi Karakteristik Dimensi Modal Sosial Norma ................................ 212

5.11 Diskripsi Karakteristik Dimensi Modal Manusia ........................................ 212

5.12 Diskripsi Karakteristik DimensiKesempatan Kerja ..................................... 213

5.13 Diskripsi Karakteristik DimensiKesejahteraan ............................................ 214

5.14 Ringkasan Uji Reliabilitas dan Validitas Indikator pada Dimensi............... 217

xiv

5.15 Uji Reabilitas Konstruk Penelitian ............................................................... 220

5.16 Uji Validitas Discriminant Fornell-Larcker ................................................. 223

5.17 Uji Validitas Discriminant Cross-loading .................................................... 225

5.18 Uji Validitas Discriminant Heterotrait-monotrait Ratio .............................. 226

5.19 Uji Inner-VIF dan Outer-VIF ....................................................................... 227

5.20 Uji Inner-VIF ............................................................................................... 228

5.21 Sebaran Nilai R2 dan R2 adjusted ............................................................... 229

5.22 Hasil Perhitungan Effect Size Cohen ............................................................ 232

5.23 Hasil Analisis Path dan Signifikansi Antar Relasi Konstruk ...................... 238

5.24 Hasil Analisis Indirect Effect Mediasi Konstruk Penelitian ....................... 243

5.25 Hasil Analisis Mediasi Berdasarkan VAF ................................................. 245

5.26 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian Konstruk

Sosial Demografi .......................................................................................... 247

5.27 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian Sub-

konstruk Modal Sosial Sub Dimensi Jaringan ............................................. 247

5.28 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian Sub-

konstruk Modal Sosial Sub Dimensi Kepercayaan ...................................... 248

5.29 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian Sub-

konstruk Modal Sosial Sub Dimensi Norma ................................................ 249

5.30 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian Konstruk

Modal Manusia ( formatif ) .......................................................................... 250

5.31 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian

Konstruk Kesempatan Kerja ........................................................................ 251

5.32 Hasil Analisis Persepsi Responden dan Prediksi Hasil Penelitian

Konstruk Kesejahteraan ............................................................................... 252

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Pengaruh Faktor Sosial Demografi,

Modal Sosial, Modal Manusia Terhadap Kesempatan Kerja Dan

Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Buleleng di Provinsi Bali................ 132

3.2 Konsep Penelitian Tentang Pengaruh Faktor Sosial Demografi, Modal

Sosial, Modal Manusia Terhadap Kesempatan Kerja Dan Kesejahteraan

Masyarakat Kabupaten Buleleng Di Provinsi Bali ...................................... 143

4.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 156

4.2 Model Struktural Penelitian ......................................................................... 175

4.3 Model Pengukuran (Outer Model) Konstruk Sosial Demografi dan

Indikator-Indikatornya ................................................................................. 177

4.4 Model Pengukuran (Outer Model) Konstruk Modal Sosial dan

Indikator-Indikatornya ................................................................................. 178

4.5 Model Pengukuran (Outer Model) Konstruk Modal Manusia dan

Indikator-Indikatornya ................................................................................. 178

4.6 Model Pengukuran (Outer Model) Konstruk Kesempatan Kerja dan

Indikator-Indikatornya ................................................................................. 179

4.7 Model Pengukuran (Outer Model) Konstruk Kesejahteraan Masyarakat dan

Indikator-Indikatornya ................................................................................. 179

4.8 Diagram Jalur Penelitian .............................................................................. 181

5.1 Peta Wilayah Kabupaten Buleleng............................................................... 192

5.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali

Tahun 2010-2015 ......................................................................................... 199

5.3 Upah Minimum (UMK) Kabupaten Buleleng dan Upah Minimum (UMP)

Provinsi Bali Tahun 2010-2015 ................................................................... 200

5.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali

Tahun 2010-2015 ......................................................................................... 201

5.5 Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali Tahun

2010-2015 .................................................................................................... 202

5.6 Gini Ratio Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali Tahun 2010-2015 ......... 203

5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ................................... 205

5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Utama ........ 206

5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ............ 207

5.10 Indikator-indikator Formatif Variabel Laten Modal Manusia ..................... 234

5.11 Indikator-indikator Reflektif Variabel Laten Sosial Demografi .................. 235

5.12 Indikator-indikator Reflektif Variabel Laten Modal Sosial ......................... 236

5.13 Path Analysis dan Estimasi Relasi Antar Konstruk ..................................... 239

5.14 Signifikansi Path dan Jalur Mediasi Penelitian ............................................ 241

5.15 Diagram Jalur Pengaruh Sosial Demografi Terhadap Modal Sosial ........... 254

5.16 Diagram Jalur Pengaruh Sosial Demografi Terhadap Modal Manusia ....... 255

5.17 Diagram Jalur Pengaruh Sosial Demografi Terhadap Kesempatan Kerja ... 256

5.18 Diagram Jalur Pengaruh Modal Sosial Terhadap Modal Manusia .............. 256

xvi

5.19 Diagram Jalur Pengaruh Modal Sosial Terhadap Kesempatan Kerja .......... 257

5.20 Diagram Jalur Pengaruh Modal Manusia Terhadap Kesempatan Kerja ...... 258

5.21 Diagram Jalur Pengaruh Kesempatan Kerja Terhadap Kesejahteraan

Masyarakat ................................................................................................... 259

5.22 Modal Sosial Sebagai Pemediasi Sosial Demografi Untuk Mewujudkan

Peluang Kesempatan Kerja .......................................................................... 260

5.23 Modal Manusia Sebagai Pemediasi Sosial Demografi Untuk Mewujudkan

Peluang Kesempatan Kerja .......................................................................... 261

5.24 Modal Sosial Sebagai Pemediasi Sosial Demografi Untuk Meningkatkan

Modal Manusia............................................................................................. 263

5.25 Modal Manusia Sebagai Pemediasi Modal Sosial Untuk Meningkatkan

Peluang Kesempatan Kerja .......................................................................... 264

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

1 Daftar Pertanyaan ......................................................................................... 356

2 Tabulasi Data Hasil Penelitian ..................................................................... 367

3 Hasil Olahan Data Dengan Smart-PLS 3 (Algoritme) ................................. 387

4 Hasil Olahan Data Dengan Smart-PLS 3 (Bootstrapping) .......................... 397

5 Hasil Uji Reliablity Instrumen dan Factor Analysis Dengan SPSS 17 ........ 405

xviii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi dilaksanakan dengan tujuan mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Kuznet (1955) meyakini bahwa pembangunan ekonomi

pada proses akan menciptakan kesenjangan ekonomi, yang secara bertahap akan

semakin berkurang sejalan dengan kemajuan yang dicapai dari pembangunan

ekonomi tersebut. Fakta empiris menunjukkan bahwa terdapat sejumlah kendala

yang bersifat persisten untuk dapat mewujudkan penurunan kesenjangan pendapatan

di masyarakat. Stiglitz (1981) menyatakan adanya kesenjangan perilaku harga secara

persisten yang menciptakan ketidak-adilan dan kesenjangan ekonomi. Sen (1970)

dan UNDP (1990) menyimpulkan pertumbuhan ekonomi tidak secara otomatis

mewujudkan penurunan kesenjangan pendapatan masyarakat, karena mekanisme

pasar tidak bekerja menciptakan keadilan ekonomi. Sen (1985) merekomendasikan

perlunya menghadirkan kekuatan baru yang dapat merubah kinerja pasar untuk

mewujudkan keadilan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (community

well-being).

Menurut Stiglitz (1998), bahwa pembangunan yang berfokus pada

pertumbuhan ekonomi tidak hanya merancukan antara cara dan hasil tapi juga sebab

dan akibat. Pertumbuhan PDB bukanlah suatu hasil akhir tetapi lebih merupakan

suatu cara untuk meningkatkan standar hidup masyarakat, mengurangi kemiskinan,

meningkatkan pendidikan dan kesehatan. Bila Kuznets (1955) mengatakan bahwa

peningkatan PDB perkapita akan menyebabkan penurunan tingkat kemiskinan, maka

menurut Stiglitz hal tersebut telah merancukan antara sebab dan akibat karena

perubahan sosial masyarakat yang lebih majulah yang justru akan meningkatkan

pertumbuhan PDB secara berkelanjutan. Menurut Stiglitz (1998), selama lebih dari

setengah abad para ekonom melihat pembangunan dari sisi ekonomi semata yaitu

peningkatan akumulasi capital stock dan peningkatan alokasi sumber daya. Yang

membedakannya adalah strategi peningkatan alokasi sumber daya dan pemerintah di

dalamnya.

Kualitas hidup (quality of life) adalah konsep yang lebih luas daripada

produksi ekonomi dan standar hidup. Kualitas hidup mencakup sekumpulan penuh

faktor-faktor yang mempengaruhi apa yang kita hargai dalam hidup ini, melampaui

sisi materialnya. Ada tiga pendekatan konseptual untuk mengukur kualitas hidup,

yaitu: 1) Pendekatan yang dikembangkan erat dengan riset psikologis, dipijakkan

pada gagasan tentang kesejahteraan subjektif (community well-being). Pendekatan

ini terkait erat dengan tradisi utilitarian, yang menyatakan bahwa mengupayakan

manusia untuk bahagia dan puas dengan hidup mereka merupakan tujuan universal

eksistensi manusia; 2) Pendekatan berakar pada gagasan tentang kapabilitas.

Pendekatan ini melihat hidup seseorang sebagai kombinasi antara berbagai kegiatan

dan kedirian (functionings) dan kebebasannya untuk memilih di antara fungsi-fungsi

tersebut (capabilities). Dasar pendekatan kapabilitas ini memiliki akar kuat pada ide

filosofis mengenai keadilan sosial, mencerminkan fokus pada tujuan manusia dan

menghargai kemampuan individu untuk mengejar dan merealisasikan tujuan yang

dia yakini, serta memainkan peran prinsip-prinsip etis dalam merancang masyarakat

yang baik; dan 3) Pendekatan yang dikembangkan dalam tradisi ilmu ekonomi,

didasarkan pada gagasan tentang alokasi yang adil. Dasar pemikirannya, banyak

ditemui dalam ilmu ekonomi kesejahteraan, adalah menimbang berbagai dimensi

non-moneter kualitas hidup (melampaui barang dan jasa yang diperdagangkan di

pasar) dengan suatu cara yang menghargai preferensi seseorang (Stiglitz et al.,

2009a; Stiglitz et al., 2009b).

Secara makro, pola pengembangan wilayah di Bali mengikuti konsep kutub

pertumbuhan (growth pole), di mana kawasan sarbagita (Bali Selatan) menjadi pusat

pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 45

Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung,

Gianyar, Dan Tabanan menetapkan kawasan perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-

Tabanan (sarbagita) sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan juga sebagai

Kawasan Strategis Nasional (KSN).

Laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali rata-rata tumbuh

positif. Selama periode tahun 2010-2014, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi

Kabupaten/Kota Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (sarbagita) berada di

urutan atas. Laju pertumbuhan ekonomi kabupaten non sarbagita yang terdiri dari

Buleleng, Jembrana, Klungkung, Bangli dan Karangasem selalu menempati urutan

di bawah kabupaten/kota sarbagita. Rata-rata laju pertumbuhan tertinggi selama

periode tahun 2010-2014 adalah Kota Denpasar sebesar 7,04 persen dan terendah

adalah Kabupaten Jembrana sebesar 5,66 persen yang merupakan kabupaten non

Sarbagita. Kabupaten Buleleng yang merupakan kabupaten non sarbagita

mempunyai rata-rata laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,64 persen, berada di

bawah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Gianyar tetapi di atas Kabupaten

Tabanan. Kabupaten Buleleng berdasarkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi

tahun 2010-2014 menduduki peringkat ke empat, di atas laju pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Tabanan, seperti terlihat dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/Kota

di Provinsi Bali Tahun 2010-2014 (dalam %)

Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

Pertumbuhan (%)

1. Denpasar 6,57 7,16 7,51 6,96 7,00 7,04

2. Badung 6,48 7,07 7,64 6,82 6,97 7,00

3. Gianyar 6,04 7,15 7,08 6,84 6,80 6,78

4. Buleleng 5,85 6,44 6,78 7,15 6,96 6,64

5. Tabanan 5,68 6,11 6,12 6,41 6,54 6,17

6. Klungkung 5,43 6,11 6,25 6,05 5,98 5,96

7. Bangli 4,97 6,14 6,20 5,94 5,82 5,81

8. Karangasem 5,09 5,43 5,93 6,16 6,01 5,72

9. Jembrana 4,57 5,89 6,11 5,69 6,05 5,66

Provinsi Bali 5,83 6,66 6,96 6,69 6,73 6,57

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015 (data diolah)

PDRB kabupaten/kota di Provinsi Bali selama periode tahun 2010-2014

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2010, PDRB tertinggi adalah

Kabupaten Badung dengan PDRB sebesar 20,85 triliun rupiah dan yang terendah

adalah Kabupaten Bangli dengan PDRB sebesar 2,75 triliun rupiah. Total PDRB

kabupaten/kota sarbagita sebesar 61,39 triliun rupiah atau 187,66 persen lebih besar

dibandingkan total PDRB kabupaten non sarbagita yang sebesar 32,36 triliun rupiah.

Pada tahun 2010 total PDRB kabupaten/kota sarbagita merupakan 65,23 persen dari

PDRB Provinsi Bali.

Pada tahun 2014, PDRB tertinggi tetap Kabupaten Badung dengan PDRB

sebesar 27,45 triliun rupiah dan yang terendah juga tetap Kabupaten Bangli dengan

PDRB hanya sebesar 3,47 triliun rupiah. Total PDRB kabupaten/kota sarbagita naik

menjadi 80,41 triliun rupiah atau naik menjadi 194,38 persen lebih besar

dibandingkan total PDRB kabupaten non sarbagita yang juga naik menjadi 41,37

triliun rupiah. Total PDRB kabupaten/kota sarbagita naik yang merupakan 66 persen

dari PDRB Provinsi Bali, seperti terlihat dalam Tabel 1.2.

Tabel 1.2

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/Kota Sarbagita dan Non

Sarbagita di Provinsi Bali Tahun 2010-2014 (dalam miliar rupiah)

Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

(miliar)

1. Badung 20.849 22.323 24.028 25.667 27.456 24.404

2. Denpasar 20.309 21.763 23.397 25.026 26.777 23.455

3. Gianyar 10.903 11.682 12.509 13.364 14.273 12.546

4. Tabanan 9.325 9.895 10.500 11.173 11.904 10.560

Sarbagita 61.386 65.664 70.434 75.231 80.411 70.625

5. Buleleng 13.620 14.497 15.480 16.587 17.741 15.585

6. Karangasem 6.750 7.116 7.538 8.002 8.483 7.577

7. Jembrana 5.666 5.999 6.366 6.728 7.135 6.379

8. Klungkung 3.580 3.799 4.036 4.280 4.536 4.046

9. Bangli 2.747 2.916 3.097 3.281 3.472 3.102

Non Sarbagita 32.363 34.328 36.518 38.879 41.367 36.691

Provinsi Bali 93.749 99.992 106.951 114.109 121.778 107.316

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015 (data diolah).

Terlihat dari Tabel 1.2, meskipun PDRB kabupaten non sarbagita mengalami

kenaikan, tetapi persentase kenaikan yang terjadi lebih rendah daripada

kabupaten/kota sarbagita. Kabupaten Buleleng yang merupakan kabupaten non

sarbagita mempunyai rata-rata pertumbuhan PDRB sebesar 6,64 persen, berada di

bawah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Gianyar tetapi di atas Kabupaten

Tabanan. Kabupaten Buleleng berdasarkan rata-rata PDRB tahun 2010-2014

menduduki peringkat ke satu untuk kabupaten non sarbagita, tetapi secara

keseluruhan menduduki peringkat ke tiga, di atas rata-rata PDRB Kabupaten Badung

dan Kota Denpasar.

Jaya (2004) menemukan nilai kesenjangan dan hirarki ketimpangan yang

tinggi antar kabupaten/kota di Provinsi Bali. Terjadi intesitas kegiatan perekonomian

yang timpang di antara wilayah pembangunan Bali Selatan (Denpasar, Badung, dan

Gianyar) dengan tiga wilayah pembangunan lainnya (Bali Utara, Bali Timur dan

Bali Barat). Dewi (2014) menemukan nilai 0,68 berdasarkan indeks Williamson,

yang menunjukan tiga pola struktur pertumbuhan ekonomi, yaitu: (1) perekonomian

daerah yang maju dan tumbuh cepat, terdiri dari Kabupaten Badung, daerah

berkembang cepat tetapi tidak maju, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan

Kabupaten Buleleng; (2) daerah maju tapi tertekan yaitu Kabupaten Klungkung; dan

(3) daerah tertinggal yaitu Kabupaten Tabanan, Jembrana, Bangli dan Karangasem.

Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk

bekerja pada suatu perusahaan, instansi atau suatu lapangan usaha (Disnakertrans,

2002). Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja pada tahun 2014 menurut 9

(sembilan) lapangan usaha di Provinsi Bali sejumlah 2.151.937 orang. Mayoritas

punduduk bekerja pada lapangan usaha perdagangan, restoran, dan hotel sebesar

627.773 orang dan terkecil adalah penduduk yang bekerja pada lapangan usaha

kelistrikan dan air sebesar 5.954 orang. Pada tahun 2014, Kota Denpasar memiliki

jumlah penduduk yang bekerja terbesar sejumlah 461.135 orang. Sebagian besar

bekerja pada lapangan usaha perdagangan, restoran, dan hotel sejumlah 195.205

orang, tetapi tidak ada orang yang bekerja pada lapangan usaha pertambangan dan

penggalian. Kabupaten Klungkung memiliki jumlah penduduk yang bekerja terkecil

sejumlah 100.803 orang. Sebagian besar bekerja pada lapangan usaha perdagangan,

restoran, dan hotel sejumlah 25.738 orang, dan tidak ada yang bekerja pada lapangan

usaha listrik dan air. Kabupaten Buleleng sebagai kabupaten di luar sarbagita justru

memiliki jumlah penduduk bekerja di bawah Kota Denpasar, lebih besar dari

Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan. Kabupaten

Buleleng memiliki jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas berdasarkan lapangan

usaha yang bekerja sejumlah 333.594 orang. Sebagian besar bekerja pada lapangan

usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan, dan terkecil sejumlah 357

orang yang bekerja pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Untuk

jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas berdasarkan lapangan usaha yang bekerja,

Kabupaten Buleleng menduduki peringkat ke dua di Provinsi Bali, di bawah Kota

Denpasar, seperti terlihat dalam Tabel 1.3.

Tabel 1.3

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang bekerja Menurut Lapangan Usaha di

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014 (orang)

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015 (data diolah).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antar kabupaten/kota di Provinsi Bali,

setiap tahun mengalami peningkatan selama periode tahun 2010-2014. Rata-rata

IPM tertinggi adalah Kota Denpasar yaitu 80,48 dan IPM terendah adalah

Kabupaten Karangasem yaitu 62,57. Meskipun setiap tahunnya selalu mengalami

peningkatan, urutan empat teratas IPM selama periode tahun 2010-2014 selalu

dipegang oleh kabupaten/kota sarbagita. Kabupaten Buleleng berdasarkan rata-rata

laju pertumbuhan ekonomi dan rata-rata PDRB berada di atas Kabupaten Tabanan

(termasuk sarbagita), tetapi IPM Kabupaten Buleleng periode tahun 2010-2014

berada dibawah Kabupaten/Kota Sarbagita. Kabupaten Buleleng berdasarkan

periode tahun 2010-2014, untuk kabupaten/kota di Provinsi Bali, menduduki

peringkat ke lima, seperti terlihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4

IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2010-2014

Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1. Denpasar 79,19 79,77 80,45 81,32 81,65 80,48

2. Badung 75,84 76,66 77,26 77,63 77,98 77,07

3. Gianyar 71,45 72,50 73,36 74,00 74,29 73,12

4. Tabanan 69,68 70,30 70,59 71,15 72,50 70,84

5. Buleleng 66.98 67,73 68,29 68,83 69,60 68,29

6. Jembrana 66,70 67,53 67,94 68,39 68,67 67,85

7. Klungkung 66,01 67,01 67,64 68,08 68,30 67,41

8. Bangli 63,43 63,87 64,53 65,47 65,75 64,61

9. Karangasem 60,58 61,60 62,95 63.70 64,01 62,57

Provinsi Bali 70,10 70,87 71,62 72,09 72,48 71,41

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015 (data diolah)

BPS (2015) menghitung IPM kabupaten/kota berdasarkan 4 (empat)

komponen yaitu: 1) angka harapan hidup (tahun); 2) angka melek huruf (persen); 3)

rata-rata lama sekolah (tahun); dan 4) daya beli (rupiah). Berdasarkan data BPS

(2015), dari jumlah penduduk di Kabupaten Buleleng kelompok umur 10 tahun

keatas menurut tingkat pendidikan sebenyak 523.307 orang, sebanyak 27 persen atau

sejumlah 141.293 orang tidak menamatkan pendidikan atau tidak mempunyai ijasah.

Sebanyak 28 persen atau sejumlah 146.526 orang menamatkan pendidikan hingga

tingkat SD, sebanyak 18 persen atau sejumlah 94.195 orang menamatkan pendidikan

hingga tingkat SMP. Dengan kata lain sebanyak 74 persen atau sejumlah 382.014

orang dari penduduk kelompok umur 10 tahun keatas menurut tingkat pendidikan di

Kabupaten Buleleng hanya menamatkan pendidikan hingga tingkat SMP.

Rendahnya rata-rata lama sekolah dan tingginya jumlah penduduk Kabupaten

Buleleng yang tidak menamatkan pendidikan yang merupakan modal manusia

Kabupaten Buleleng, tentunya mempengaruhi IPM Kabupaten Buleleng, meskipun

PDRB Kabupaten Buleleng cukup tinggi. Hal tersebut tentunya tidak sejalan dengan

predikat Kota Singaraja sebagai kota pelajar, dimana mendapatkan fasilitas

pendidikan tentunya merupakan hal yang mudah.

Chambers (1983) menyatakan perlunya penelitian pada wilayah-wilayah

tertinggal menggunakan pendekatan kualitatif. Kenyataan menunjukkan adanya

kebijakan pemerintah mengakibatkan wilayah-wilayah tertinggal yang terjebak

dalam kemiskinan (poverty trap), deprivasi sosial (social deprivation), isolasi,

ketidakberdayaan dan ketiadaan akses kepada sumber daya alam, sarana dan

prasarana sosial ekonomi dan kesenjangan. Kelompok ini tidak dapat dijangkau

melalui pendekatan kuantitatif semata.

Kesejahteraan dapat didekati berdasarkan dua hal (Campbell, 1976;

Sumawan dan Tahira, 1993; Milligan et al., 2006), yaitu: 1) kesejahteraan subjektif

dan 2) kesejahteraan objektif. Kesejahteraan masyarakat (community well-being)

dapat didekati berdasarkan empat dimensi kesejahteraan masyarakat yang telah

dipergunakan pada penelitian sebelumnya yang mencakup: 1) material (Flanagan,

1978; Bestuzhey-Lada, 1980); 2) komunitas (Campbell et al., 1976; Flanagan, 1978;

Murrell, et.al., 1983); 3) emosional (Campbell et al., 1976; Andrews dan Withey,

1976; Bestuzhey-Lada, 1980); dan 4) kesehatan dan keamanan (Campbell et al.,

1976; Andrews dan Withey, 1976; Verwayen, 1980; Murrell et al., 1983; Glatzer,

1987).

Whithaker dan Federico (1996) menyatakan bahwa kesejahteraan masyarakat

(community well-being) merupakan sistem suatu bangsa tentang manfaat dan jasa

untuk membantu masyarakat guna memperoleh kebutuhan sosial, ekonomi,

pendidikan dan kesehatan yang penting bagi kelangsungan masyarakat tersebut.

Terdapat beragam pengertian mengenai kesejahteraan subyektif, karena lebih

bersifat subyektif, setiap orang dengan pedoman, tujuan dan cara hidupnya yang

berbeda-beda akan memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang kesejahteraan

dan faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan (Sukirno, 1985; Sumarti,

1999; Soembodo, 2004). Segel dan Bruzy (1998) menjelaskan bahwa kesejahteraan

masyarakat dapat diukur dari kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas

hidup rakyat. Konsep kesejahteraan tidak terlepas dari kualitas hidup masyarakat

(Widyastuti, 2012). Menurut Bubolz dan Sontag (1993), kesejahteraan merupakan

terminologi lain dari kualitas hidup manusia (quality of human life), yaitu suatu

keadaan ketika terpenuhinya kebutuhan dasar serta terealisasikannya nilai-nilai

hidup.

Trait kepribadian adalah prekursor relatif stabil dari perilaku individu

(Hogan, 1991; McCrae dan Costa, 1997). Karakteristik kepribadian individu

terhubung erat dengan kesempatan kerja dan pengembangannya (Mount dan Barrick,

1995). Terdapat lima faktor dari karakteristik kepribadian (Barrick dan Mount, 1991;

Tett et al., 1991). Lima besar kepribadian mengacu kepada lima kepribadian yang

luas dan dapat digunakan untuk merangkum keseluruhan kepribadian individu. Lima

besar kepribadian bisa menggambarkan aspek paling penting dari kepribadian

(Heller et al., 2002). Menurut Schaefer dan Moos (1993); Cooper (1998),

menyatakan bahwa hasil akhir dari ketidaksiapan individu dalam menghadapi

kesempatan kerja telah diketahui sangat merugikan. Maka langkah sistematis untuk

mengatasi hal tersebut sangat diperlukan. Upaya pencegahan dapat diambil secara

substansial berdasarkan langkah-langkah konseptual yang terpadu yang

berhubungan dengan kesiapan individu terkait tekanan dalam kesempatan kerja.

Untuk memastikan kebenaran ilmiah masing-masing dari hasil-hasil

penelitian tersebut di atas, perlu diadakan penelitian kembali terkait dengan dimensi

dan indikator dari masing-masing konstruk. Berdasarkan empiris menyebutkan

bahwa penetapan kabupaten/kota sarbagita justru menghasilkan gap ketimpangan

yang makin melebar dengan kabupaten non sarbagita dan Kabupaten Buleleng

khususnya. Karenanya dirasa perlu untuk menghadirkan suatu bentuk kesejahteraan

masyarakat (community well-being) yang lebih melihat konstruk-konstruk yang

mempengaruhinya, khususnya di Kabupaten Buleleng.

Teori kesejahteraan subjektif yang merupakan fokus penelitian ini

berdasarkan konsep kualitas hidup (quality of life) secara keseluruhan yang

dikemukakan oleh Campbell (Campbell dan Converse, 1972; Campbell, 1976;

Campbell et al., 1976; Campbell, 1981) dan Andrews (Andrews dan Withey, 1974,

1976; Andrews dan Crandall, 1976; Abbey dan Andrews 1985; Andrews dan

Robinson, 1991). Campbell et al. (1976) menyampaikan hipotesis bahwa kualitas

hidup didasarkan pada dua hal yaitu perbedaan situasi (teori perbandingan sosial)

dan aspirasi atau harapan individu. Semakin besar kesenjangan antara situasi

sekarang dan aspirasi atau harapan, semakin besar perubahan kualitas. Hipotesis ini

lebih menekankan pada evaluasi kesenjangan berdasarkan rasio daripada perbedaan

skor. Rasio adalah ukuran proporsional dengan memperbandingkan suatu titik awal,

namun perbedaan (gap) serta rasio menghasilkan beberapa perbandingan dalam

setiap penelitian-penelitian yang berbeda yang menyebabkan kurangnya

perbandingan standar. Andrews (Andrews dan Withey, 1976; Andrews dan

Robinson, 1991), menyampaikan hipotesis yang lebih kompleks dengan gagasan

berupa tingkat keselarasan berdasarkan kebutuhan, lingkungan dan aspirasi dalam

suatu model kualitas hidup.

Kotler dan Amstrong (2001) menyebutkan bahwa karakteristik sosial

demografi adalah ciri yang menggambarkan perbedaan masyarakat berdasarkan usia,

jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis

keluarga, status perkawinan, lokasi geografis, dan kelas sosial. Karateristik sosial

sosial demografi dalam beberapa penelitian terbukti signifikan bagi individu untuk

meningkatkan kesempatan kerja. Status perkawinan, usia, dalam tanggungan sebagai

seorang anak, orientasi tujuan, dan karakteristik anak-anak berdasarkan penelitian

terkait dengan kesempatan kerja. Mereka yang belum menikah lebih mungkin untuk

menjadi pengangguran, sementara ayah lebih cenderung untuk bekerja daripada ibu

(Kim, 2000; Latimer, 2004). Tidak mengherankan, individu menikah memiliki

pendapatan lebih tinggi dari yang belum menikah dan lebih mungkin untuk memiliki

pendapatan di atas rata-rata (Latimer, 2004; Kyoung dan Yoon, 2008). Selain itu,

tenaga kerja yang lebih tua kurang memiliki kesempatan daripada yang lebih muda

(Lee et al., 2001, 2004). Selanjutnya, anak-anak yang masih dalam tanggungan

orang tua kurang mendapat kesempatan untuk dipekerjakan. Tetapi anak-anak

dengan tingkat orientasi yang lebih tinggi dari lebih mungkin untuk dipekerjakan.

Jumlah anak dan jumlah anak dalam tanggungan tidak signifikan terkait dengan

probabilitas kerja (Kim, 2000; Kim, 2001; Lee et al., 2004). Merawat anak atau

anggota keluarga penyandang cacat terkait dengan pendapatan yang lebih rendah

(Dworsky dan Courtney, 2007).

Tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah

mendapatkan kesempatan kerja dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi

dibandingkan yang tingkat pendidikannya lebih rendah (Zhan dan Pandey, 2004;

Pandey et al., 2006); Dworsky dan Courtney, 2007; Kyoung dan Yoon, 2008).

Menurut Parisi et al. (2006), bahwa perbedaan sosial sosial demografi seperti

gender, ras, etnik, dan umur memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap

modal manusia untuk meningkatkan kesejahteraan.

Menurut Suandi (2007), tujuan pembangunan adalah membangun manusia

Indonesia seutuhnya dengan arah pembangunan yang berorientasi kepada

masyarakat. Supaya arah pembangunan ini dapat berjalan dengan efektif dan efisien

maka pola pembangunan ini dapat memanfaatkan berbagai bentuk struktur sosial

yang ada di masyarakat dan salah satunya adalah modal sosial. Modal sosial dapat

dijelaskan sebagai suatu nilai yang terbentuk dari hubungan antar manusia atau

jaringan yang memungkinkan efektivitas fungsi masyarakat. Modal sosial di

klasifikasikan sebagai perekat yang menjaga kesatuan masyarakat, yang tergantung

pada nilai kepercayaan dan kerja sama diantara anggota masyarakat. Terdapat

hubungan yang signifikan antara ketimpangan pendapatan dengan tingkat

kepercayaan dan modal sosial dalam masyarakat (Kawachi dan Keneddy, 1997;

Kennedy et al., 1998a; Kennedy et al., 1998b; Kawachi et al., 1999; Putnam, 2000;

Kawachi, 2000a; Kawachi, 2000b; Halpern, 2005).

Modal sosial dapat didiskusikan dalam konteks komunitas yang kuat (strong

community), masyarakat sipil yang kokoh, maupun identitas negara-bangsa (nation-

state identity). Modal sosial, termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan,

kohesifitas, altruisme, gotong-royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki

pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui beragam mekanisme

seperti meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan publik, meluasnya

partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat, dan

menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan (Blakeley dan Suggate, 1997; Suharto,

2005a; Suharto, 2005b; Suharto, 2006). Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber

(resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu

komunitas (Fukuyama, 1995).

Collier (1998) membedakan modal sosial pemerintah dengan modal sosial

yang ada dalam kehidupan masyarakat yaitu menerapkan berbagai peran undang-

undang/peraturan, kebebasan, tata nilai, norma-norma serta hubungan yang bersifat

informal yang ada di masyarakat. Di dalam masyarakat, modal sosial pemerintah

terbatas karena proporsi kontrak secara luas ditentukan oleh kepercayaan dan modal

sosial masyarakat. Manfaat modal sosial dalam masyarakat dibuktikan dalam

beberapa penelitian. Penelitian Rose (1999) melalui studi di Rusia menyimpulkan

hubungan individu dalam masyarakat mengutamakan jaringan informal. Penelitian

Scheneider et al. (1997) menyimpulkan jaringan/ikatan hubungan cukup bermanfaat

dalam berbagai aktivitas pendidikan. Jaringan sosial dapat membantu dalam

berbagai bentuk proyek masyarakat seperti proyek irigasi (Ostroms, 1992 dan Lam,

1996). Penelitian lainnya dilakukan oleh Olson (1982); Falk dan Kilpatrick (1999);

Winter (2000); dan Tau (2003).

Menurut Cohen dan Soto (2007), bahwa modal manusia dapat menyebabkan

pertumbuhan berkelanjutan merupakan salah satu kritik yang dimunculkan dari

literatur “new growth” yang dinisiasi oleh Lucas (1988) dan Romer (1990). Konsep

modal manusia secara umum didefinisikan sebagai pengetahuan dan keahlian yang

dimiliki manusia. Menurut beberapa ekonom seperti (Becker, 1962; Becker; 1993;

Becker, 2002), modal manusia didefinisikan sebagi pengetahuan, informasi, ide,

keahlian dan kesehatan dari seorang individu. Acemoglu dan Autor (2005),

mendefinisikan modal manusia sebagai suatu hal yang berhubungan dengan bekal

pengetahuan atau karakteristik pekerja yang dimiliki (baik bawaan atau diperoleh)

yang memberikan kontribusi yaitu “produktivitas”.

Modal manusia dan modal fisik merupakan hal-hal yang sama penting bagi

produktivitas. Namun definisi "manusia" dalam modal manusia, mengandung

pengertian "modal" diwujudkan dalam manusia (Schultz, 1971). Setiap individu

terakumulasi dalam modal manusia dari waktu ke waktu, aset modal manusia tidak

dipertukarkan atau dijual layaknya suatu produk (Schultz, 1971; Checchi, 2006).

Modal manusia mencakup kemampuan, keterampilan, kompetensi, dan atribut yang

ada dalam setiap individu, kesejahteraan sosial dan ekonomi (CERI, 2001;

Rosenbaum, 1986). Selain itu unsur-unsur yang meliputinya termasuk motivasi dan

perilaku, kesehatan fisik, emosional, dan mental individu (CERI, 2001). Setiap

individu mulai mendapatkan modal manusia saat lahir, namun modal manusia

memiliki kemampuan untuk berinvestasi dalam modal manusia melalui pendidikan

formal, pelatihan, dan tambahan pengalaman dalam setiap pekerjaan atau gaya hidup

yang berbeda (Bryant, 1990; Becker, 1993). Dengan demikian investasi dalam

modal manusia terjadi selama siklus hidup dan menurun dari waktu ke waktu,

seperti halnya penurunan dari suatu investasi (Mincer, 1974).

Menurut Becker (1993), modal sosial dan modal manusia dapat disatukan

untuk menghasilkan satu kerangka teori yang memperhitungkan kegiatan individu

dan faktor lingkungan sekitar yang akan mempengaruhi kesempatan kerja. Modal

manusia yang menekankan investasi pada pendidikan, pelatihan di tempat kerja dan

pengalaman kerja akan mempengaruhi kemungkinan suatu individu memasuki pasar

tenaga kerja dan menaikkan tingkat partisipasi kerjanya. Menurut Putnam (1963),

teori modal manusia mampu untuk menjelaskan hubungan antara modal manusia

dengan kesempatan kerja, tetapi kurang bisa menjelaskan pengaruh dari luar

individu berupa dukungan dari keluarga, teman ataupun lingkungan sekitar.

Karenanya teori modal sosial sangat bermanfaat mendampingi teori modal manusia.

Modal sosial dapat disimpulkan sebagai perangkat dari lingkungan sosial seperti

kepercayaan, norma-norma dan jaringan yang dapat meningkatkan daya dukung

masyarakat bagi modal manusia.

Kesempatan kerja pada saat ini dipengaruhi oleh peningkatan persaingan

global (Howard, 1995; Cooper, 1998). Sebagai hasil dari pengaruh tersebut terjadi

perubahaan berupa peningkatan tuntutan terhadap kualitas kepribadian individu

terkait kesiapannya pada kesempatan kerja (Howard, 1995; Merllie dan Paoli, 2001).

Kondisi tidak bekerja secara umum memberikan pengaruh negatif, tetapi

tingkat pengaruhnya akan berbeda-beda bagi setiap individu. (Klein et al., 1992;

Wanberg dan Marchese, 1994; Taris et al., 1995; Wanberg et al., 1996). Menurut

Swinburne (1981); Ellis dan Taylor (1983); Payne dan Hartley (1987); Vinokur dan

Caplan (1987); Steffy et al. (1989); Winefield (1995); Wanberg (1997); Creed et al.

(1998); Kalil et al. (2001), bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut pada faktor-

faktor yang terkait dengan kesempatan kerja, terutama yang berkaitan dengan usaha

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Fokus penelitian ini adalah membangun sebuah model disertasi yang dapat

memberikan panduan model teoritik untuk memberdayakan masyarakat Kabupaten

Buleleng di Provinsi Bali mendapatkan jalan keluar membangun kesejahteraan

melalui kekuatan dari dalam diri mereka, dengan penekanan sebagai berikut: 1)

adalah modal sosial, yang mencirikan karakter kebersamaan (better together) dengan

melihat sejauh mana kedalaman relasi sosial yang mereka miliki sebagai kekuatan

yang diperlukan dalam membangun kesejahteraan; dan 2) adalah modal manusia

mencakup komponen pendidikan, pelatihan dan pemberdayaan, serta kesehatan yang

memberikan peluang bagi peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat.

Penelitian ini menggabungkan social capital theory (teori modal sosial) dan

human capital theory (teori modal manusia) untuk mendapatkan social framework

model dalam rangka pengembangan model kesejahteraan masyarakat Kabupaten

Buleleng di Provinsi Bali untuk mendapatkan peluang kesejahteraan berdasarkan

kualitas hidup (quality of life). Pustaka teori yang tersedia saat ini menjelaskan

bahwa peluang untuk meningkatkan kesempatan kerja sangat ditentukan oleh level

tingkat pendidikan, pengalaman kerja serta partisipasi pekerja dalam berbagai

kesempatan pelatihan dan pendidikan non formal untuk meningkatkan keterampilan

individual pekerja, sehingga menjadi penentu peningkatan peluang pasar

mendapatkan kualitas pekerjaan yang lebih baik (Becker, 1993). Sejumlah studi

menunjukkan bahwa peningkatan kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat yang

didorong oleh perbaikan kemampuan kerja berdampak sangat signifikan terhadap

tingkat kesejahteraan masyarakat (Zhan dan Pandey et al., 2004; Latimer, 2004;

Pandey et al., 2006; Dworsky dan Courtney, 2007; Kyoung dan Yoon, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, selanjutnya rumusan

masalah dapat dirincikan ke dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut.

1) Bagaimanakah pengaruh sosial demografi terhadap modal sosial di Kabupaten

Buleleng?

2) Bagaimanakah pengaruh sosial demografi dan modal sosial terhadap modal

manusia di Kabupaten Buleleng?

3) Bagaimanakah pengaruh sosial demografi, modal sosial, dan modal manusia

terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Buleleng?

4) Bagaimanakah pengaruh modal sosial dan modal manusia terhadap kesempatan

kerja di Kabupaten Buleleng?

5) Bagaimanakah pengaruh kesempatan kerja terhadap kesejahteraan masyarakat

di Kabupaten Buleleng?

6) Adakah pengaruh sosial demografi terhadap kesempatan kerja melalui modal

sosial di Kabupaten Buleleng?

7) Adakah pengaruh sosial demografi terhadap kesempatan kerja melalui modal

manusia di Kabupaten Buleleng?

8) Adakah pengaruh sosial demografi terhadap modal manusia melalui modal

sosial di Kabupaten Buleleng?

9) Adakah pengaruh modal sosial terhadap kesempatan kerja melalui modal

manusia di Kabupaten Buleleng?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini dapat dijelaskan dalam uraian, sebagai

berikut.

1) Menganalisis pengaruh sosial demografi terhadap modal sosial di Kabupaten

Buleleng.

2) Menganalisis pengaruh sosial demografi dan modal sosial terhadap modal

manusia di Kabupaten Buleleng.

3) Menganalisis pengaruh sosial demografi, modal sosial, dan modal manusia

terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Buleleng.

4) Menganalisis pengaruh modal sosial dan modal manusia terhadap kesempatan

kerja di Kabupaten Buleleng.

5) Menganalisis pengaruh kesempatan kerja terhadap kesejahteraan masyarakat di

Kabupaten Buleleng.

6) Menganalisis pengaruh sosial demografi terhadap kesempatan kerja melalui

modal sosial di Kabupaten Buleleng.

7) Menganalisis pengaruh sosial demografi terhadap kesempatan kerja melalui

modal manusia di Kabupaten Buleleng.

8) Menganalisis pengaruh sosial demografi terhadap modal manusia melalui modal

sosial di Kabupaten Buleleng.

9) Menganalisis pengaruh modal sosial terhadap kesempatan kerja melalui modal

manusia di Kabupaten Buleleng.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap

pengetahuan terutama pengaruh sosial demografi, modal sosial, modal manusia

terhadap kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bali pada

umumnya dan Kabupaten Buleleng khususnya.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat.

1) Memberikan kontribusi terhadap perkembangan teori ilmu ekonomi

khususnya teori modal sosial, teori modal manusia, teori kesempatan kerja,

dan teori kesejahteraan.

2) Temuan penelitian ini bermanfaat bagi sumbangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni, khususnya temuan-temuan baru yang belum ditemukan

sebelumnya. Temuan penelitian diharapkan menjadi referensi bagi penelitian

yang akan dilakukan di masa datang.

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat.

1) Bagi pemerintah Kabupaten Buleleng maupun pemerintah Provinsi Bali, hasil

penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai dasar perumusan

kebijakan. Terutama yang terkait dengan dimensi dan indikator dalam sosial

demografi, modal sosial, modal manusia yang akan mempengaruhi

kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bali pada

umumnya dan di Kabupaten Buleleng khususnya.

2) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai

dasar pengambilan keputusan untuk meningkatkan modal sosial, modal

manusia, kesempatan kerja, dan kesejahteraan di Provinsi Bali pada

umumnya dan di Kabupaten Buleleng khususnya. Dengan peran mayarakat

yang lebih luas untuk menggali sosial demografi baik individu maupun

masyarakat dalam upaya meningkatkan modal sosial dan modal manusia yang

ada dalam setiap individu dan masyarakat untuk meningkatkan kesempatan

kerja dan kesejahteraan secara keseluruhan di Provinsi Bali pada umumnya

dan di Kabupaten Buleleng khususnya, diharapkan mayarakat Kabupaten

Buleleng tidak merasa kurang sejahtera dibandingkan masyarakat di

Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Bali.