Upload
vannga
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH FINANCIAL STABILITY,
FINANCIAL TARGET, PERSONAL FINANCIAL NEED,
NATURE OF INDUSTRY DAN RATIONALIZATION PADA
FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF
FRAUD TRIANGLE
(Studi Empiris pada Perusahaan Property, Real Estate and Building
Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Rezza Fahlevi
NIM: 1110082000132
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2015 H
i
PENGARUH FINANCIAL STABILITY,
FINANCIAL TARGET, PERSONAL FINANCIAL NEED,
NATURE OF INDUSTRY DAN RATIONALIZATION PADA
FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF
FRAUD TRIANGLE
(Studi Empiris pada Perusahaan Property, Real Estate and Building
Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Rezza Fahlevi
NIM: 1110082000132
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2015 H
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Rezza Fahlevi
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Mei 1992
3. Alamat : Jl. Adhyaksa II Rt.003 Rw. 01 No.1 Lebak Bulus.
4. Telepon : 08211 767 5624
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. MI Al-Hidayah Lebak Bulus Tahun 1998-2004
2. SMPN 86 Jakarta Tahun 2004-2007
3. SMAN 46 Jakarta Tahun 2007-2010
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2015
III. PENGALAMAN BERORGANISASI
1. Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi Tahun 2011-2012
Divisi Kesenian dan Olah Raga
2. Wakil Ketua Komunitas Pecinta Fotografi Tahun 2010-2012
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Peserta dalam “Seminar Anti-Corruption Training Road to Campus”, 21
Oktober 2010.
vii
2. Peserta dalam “Workshop Bisnis Asuransi bersama AXA Financial
Indonesia”, 27 Mei 2011, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Peserta dalam “Studium General Jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Jakarta” yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis
dengan pembicara Drs. Rizqullah MBA (dirut. BNI Syariah). Rabu, 28 Maret
2012.
4. Peserta dalam “Seminar Kebijakan Fiskal-Kementrian Keuangan RI”, 4 Mei
2012 Jakarta
5. Peserta dalam “Seminar Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi Himpunan
Mahasiswa Jurusan Akuntansi” 3 Oktober 2012, Teater Lt.2 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Peserta dalam “Seminar Auditing Days” 6-7 November 2012 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
7. Peserta dalam “Kuliah Umum Sosialisasi Hemat Energi”. Jumat, 8 November
2012.
V. KEPANITIAAN
1. Panitia 9th Anniversary Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
2. Seksi Dokumentasi PROPESA (Program Pengenalan Studi dan Almamater)
BEMF UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2011.
3. Seksi Dokumentasi dalam OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik Kampus)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.
viii
4. Ketua Kuliah Kerja Nyata PETA 2013, Desa Curugbitung, Nanggung, Bogor.
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Nur Ali
2. Ibu : Noviyati
3. Anak ke : 2 (dua)
ix
Pengaruh Financial Stability, Financial Target, Personal Financial Need,
Nature of Industry dan Rationalization pada Financial Statement Fraud
dalam Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Property,
Real Estate and Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2013)
Abstract
The aim of this research is to analyze the effects of financial stability, financial
target, personal financial need, nature of industry, and rationalization on financial
statement fraud with indicator accrual earnings management. The sample of this
research are property, real estate and building construction companies listed on
Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2010 to 2013 periods.
The number of companies in this research were 31 companies with 4 years
observation. Based on purposive sampling method, final sample total is 124
companies. The data analysis methods uses multiple regressions.
Based on adjusted R square can be found effect of the independent variables to
financial statement fraud with indicator accrual earnings management can be
explained 69 %. The results of these research indicate that percent change in total
assets (ACHANGE), operating cash flows (OCF), the company reported a loss
(LOSS), return on total assets (ROA), and audit opinion (AUDREP) influence
financial statement fraud with 0.000, 0.000, 0.010, 0.019, and 0.058 significant
value. Meanwhile, percent change in receivable on sales (RECEIV) and the
cumulative percentage of ownership in the firm held by insiders (OSHIP) has no
significant impact on financial statement fraud (accrual earnings management)
with 0.377 and 0.576 significant value.
Keywords: Financial Statement Fraud, Accrual Earnings Management, Fraud
Triangle, Financial Stability, Financial Target, Personal Financial
Need, Nature of Industry, Rationalization.
x
Pengaruh Financial Stability, Financial Target, Personal Financial Need,
Nature of Industry dan Rationalization pada Financial Statement Fraud
dalam Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Property,
Real Estate and Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2013)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh financial stability, financial
target, personal financial need, nature of industry, dan rationalization terhadap
kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual. Penelitian
ini menggunakan sampel perusahaan property, real estate and building
construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 sampai
2013.
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 31 perusahaan
dengan pengamatan selama 4 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total
sampel yang diperoleh adalah 124 perusahaan. Metode analisis data penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil adjusted R square ditemukan bahwa pengaruh variabel
independen terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen
laba akrual dapat dijelaskan sebesar 69%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
persentase perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (OCF), perusahaan
yang melaporkan kerugian (LOSS), return on total assets (ROA), dan opini audit
(AUDREP) berpengaruh terhadap manajemen laba akrual dengan nilai signifikansi
0.000, 0.000, 0.010, 0.019 dan 0.058. Sedangkan persentase perubahan piutang
pada penjualan (RECEIV) dan kepemilikan saham orang dalam (OSHIP) tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba akrual dengan nilai signifikansi 0.377 dan
0.576.
Kata kunci: Financial Statement Fraud, Accrual Earnings Management, Fraud
Triangle, Financial Stability, Financial Target, Personal Financial
Need, Nature of Industry, Rationalization.
xi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, Sang teladan
yang selalu membimbing kita menuju kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, penyemangat hidup dengan kasih sayangnya,
doanya, sholatnya, dan dzikirnya yang selalu memohonkan kemudahan
dan kelancaran dalam setiap langkah penulis. Terima kasih banyak Ma,
Pa.
2. Kakak Siska Apriani dan Abang Alamsyah terima kasih atas doa dan
dukungannya dan juga kedua keponakan Faris Muhammad Keandre dan
Attaya Azka Al-Khalifi yang selalu menjadi mood booster penulis.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
4. Ibu Yessi Fitri, S.E., Ak., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntasi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan S.E., M.M., Ak., CA selaku Sekertaris Program
Studi Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Ibu Rahmawati M.M. selaku Pembimbing Akademik penulis selama
menempuh masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.S. selaku dosen pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat dan
bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
xii
8. Ibu Atiqah S.E., M.S., Ak. selaku dosen pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, mendengarkan keluhan,
memberi nasihat, memberikan semangat dan bimbingan dalam proses
penulisan skripsi ini.
9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis
selama menempuh masa studi.
10. Teman-teman satu angkatan dan seperjuangan, khususnya Akuntansi D
(Keluarga Daeng) dan khususon kepada Diah Anug yang telah menjadi
‘Pembimbing III’, sukses untuk kita semua dan semangat selalu bagi
teman-teman yang masih menyelesaikan tanggungjawabnya.
11. Teman-teman KKN PETA dan ‘gerombolan begundal’ DPR terima kasih
untuk pengalaman-pengalaman ‘aneh’ bersama kalian \m/. “tenang saja
walaupun sering disebut ‘lilin’, tapi cahayanya engga pernah habis,
haha”
12. Dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
setiap langkahnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak.
Wassalammualaikum Wr.Wb.
Jakarta, 26 November 2015
(Rezza Fahlevi)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Literatur ............................................................................. 13
1. Teori Agensi (Agency Theory).................................................... 13
2. Laporan Keuangan ...................................................................... 16
a. Pengertian Laporan Keuangan .............................................. 16
b. Tujuan Laporan Keuangan ................................................... 18
xiv
3. Fraud ........................................................................................... 20
a. Definisi Fraud ...................................................................... 20
b. Jenis-jenis Fraud .................................................................. 22
c. Financial Statement Fraud ................................................... 24
4. Fraud Triangle Theory ............................................................... 26
a. Pressure (Tekanan) ............................................................... 27
b. Opportuniy (Kesempatan) .................................................... 28
c. Rationalization (Rasionalisasi) ............................................. 29
5. Manajamen Laba ........................................................................ 29
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ..................... 33
1. Financial Stability dengan Financial Statement Fraud.............. 33
a. Persentasi perubahan total aset ............................................ 34
b. Arus kas operasi ................................................................... 35
c. Perusahaan yang melaporkan adanya kerugian ................... 36
2. Financial Target dengan Financial Statement Fraud: Return On
total Assets ................................................................................. 36
3. Personal Financial Need dengan Financial Statement Fraud .. 38
4. Nature of Industry dengan Financial Statement Fraud .............. 39
5. Rationalization dengan Financial Statement Fraud ................... 40
C. Hasil penelitian terdahulu ................................................................. 41
D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 51
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 51
C. Metode Pengumpulan Data............................................................... 52
D. Metode Analisis ................................................................................ 53
1. Statistik Deskriptif ...................................................................... 53
2. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 54
a. Uji Normalitas ...................................................................... 54
b. Uji Multikolonieritas ............................................................ 54
xv
c. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 55
d. Uji Autokorelasi.................................................................... 55
3. Uji Hipotesis ............................................................................... 56
a. Koefisien Determinasi (R2)................................................... 57
b. Uji Statistik t ......................................................................... 58
c. Uji Statistik F ........................................................................ 58
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................... 59
1. Financial statement fraud (Y) .................................................... 60
2. Financial Stability ...................................................................... 62
a. Persentase perubahan total aset (ACHANGE) ..................... 62
b. Arus Kas Operasi (OCF) ...................................................... 62
c. Perusahaan yang melaporkan kerugian (LOSS) ................... 63
3. Financial Targets: Return On total Assets (ROA) ..................... 64
4. Personal Financial Need: Persentase Kepemilikan Saham oleh
Orang Dalam (OSHIP) ............................................................... 65
5. Nature of Industry: Persentase Perubahan Piutang pada
Penjualan (RECEIV) .................................................................. 65
6. Rationalization: Opini Audit (AUDREP) ................................... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 68
B. Statistik Deskriptif ........................................................................... 70
C. Analisis dan Pembahasan ............................................................... 72
1. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 72
a. Uji Normalitas ...................................................................... 73
b. Uji Multikolonieritas ............................................................ 74
c. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 75
d. Uji Autokorelasi.................................................................... 76
2. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................... 77
a. Koefisien Determinasi .......................................................... 77
b. Uji F (Model Fit) .................................................................. 78
xvi
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ......... 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 89
B. Saran ................................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93
LAMPIRAN .................................................................................................... 98
xvii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Jenis-Jenis Fraud .................................................................................... 23
2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ................................................................ 46
3.1 Operasional Variabel dan Pengukuran ...................................................... 67
4.1 Tahanapan Seleksi Sampel Penelitian ........................................................ 68
4.2 Daftar Nama Perusahaan ............................................................................ 69
4.3 Statistik Deskriptif ..................................................................................... 70
4.4 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov (K-S) ....................................................... 73
4.5 Hasil Uji Multikolonieritas ........................................................................ 74
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Uji Glejser.................................................. 75
4.7 Hasil Uji Autokorelasi: Uji Lagrange Multiplier (LM Test) ..................... 76
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................... 77
4.9 Hasil Uji F (ANOVA) ................................................................................ 78
4.10 Hasil Uji Statistik t ................................................................................... 79
xviii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Fraud Triangle ......................................................................................... 27
2.2 Skema Kerangka Pemikiran .................................................................... 49
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Daftar Nama Perusahaan .......................................................................... 98
2 Data Perusahaan Tahun 2010 – 2013 ....................................................... 99
3 Output SPSS ............................................................................................... 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Produk utama dari akuntansi yaitu serangkaian dokumen yang disebut
dengan laporan keuangan. Laporan keuangan (financial statement) merupakan
dokumen perusahaan yang menjabarkan perusahaan dalam bahasa moneter.
PSAK No.1 paragraf ke 7 (revisi 2009) menjelaskan bahwa laporan keuangan
adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas.
Penerbitan laporan keuangan secara umum bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan.
Pelaporan keuangan bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (Ikatan Akuntan Indonesia,
2009).
Laporan keuangan tersebut berisikan informasi yang dibutuhkan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, baik internal maupun eksternal perusahaan
dan merupakan refleksi dari keadaan keuangan sebuah perusahaan serta
bagaimana kinerja suatu manajemen dalam mengelola perusahaan. Perilaku
kecurangan dalam penyajian laporan keuangan penting menjadi perhatian agar
2
tindakan ini dapat dideteksi sedini mungkin serta dapat diminimalisir
semaksimal mungkin. Sehingga laporan keuangan akan dapat dipercaya oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dan menggambarkan keadaan perusahaan
yang sebenar-benarnya.
Oleh karena itu laporan keuangan harus disajikan secara akurat serta
relevan, sehingga tidak menyesatkan para pengguna laporan keuangan dalam
mengambil keputusan. Meskipun demikian dalam praktiknya dapat kita temui
pelaku-pelaku bisnis yang secara sadar melakukan kecurangan dalam
pelaporan keuangan (financial statement fraud) untuk tujuan tertentu, baik
untuk keuntungan organisasi maupun keuntungan pribadi.
Dalam dua dekade terakhir financial statement fraud telah meningkat
secara substansial (Rezaee, 2002). Kecurangan pada laporan keuangan dapat
saja memberikan keuntungan bagi para pelaku bisnis untuk sebuah tujuan
tertentu dengan mengkondisikan sebuah laporan keuangan agar terlihat baik
dalam pandangan publik. Akan tetapi hal tersebut tentu juga sangat merugikan
bagi pihak-pihak yang menggantungkan suatu keputusan berdasarkan laporan
keuangan. Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB), yang
termasuk pengguna utama laporan keuangan adalah pemegang saham, investor
lain dan kreditor (Hendrikson, 2000).
Dalam laporan keuangan, informasi laba menjadi informasi potensial yang
digunakan para pengguna laporan keuangan untuk menilai kinerja manajemen.
Laba menjadi pusat perhatian investor dalam menginvestasikan dana mereka
pada suatu perusahaan. Keleluasaan dalam memilih metode akuntansi kadang
3
menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk ‘memainkan’ laporan keuangan
mereka. Seperti dinyatakan dalam Zulfiati (2013) bahwa standar akuntansi
menyediakan berbagai pilihan metode akuntansi yang memungkinkan
manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba sesuai dengan keinginan
manajemen. Tindakan manajemen sebagai intervensi yang sengaja dilakukan
untuk maksud tertentu dalam proses pelaporan keuangan ini untuk memperoleh
beberapa keuntungan selanjutnya disebut sebagai Manajemen Laba (Schiper,
1989).
Manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan
tertentu dalam laporan keuangan dan transaksi untuk mengubah laporan
keuangan sebagai dasar kinerja perusahaan yang bertujuan menyesatkan
pemilik atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan
angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healy dan Wahlen, 1999).
Manajemen laba terjadi akibat adanya asimetri informasi yang terjadi antara
manajer dan pemegang saham (Dye, 1988 dalam Rusmin, 2010). Menurut
Scott (2009) terdapat beberapa strategi yang digunakan manajemen perusahaan
dalam praktik manajemen laba yaitu taking a bath, income maximization,
income minimization, dan income smoothing. Taking a Bath yaitu melaporkan
kerugian dalam jumlah besar yang diharapkan dapat meningkatkan laba di
masa yang akan datang. Income Minimization dilakukan pada saat perusahaan
memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi dengan maksud agar tidak
mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek political-
cost). Income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang
4
tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Income smoothing dilakukan
perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat
mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor
lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Skandal akuntansi telah berkembang secara luas, seperti halnya di
Amerika Serikat dengan kasus Enron-nya, Australia juga tidak terlepas dari
kasus skandal akuntansi (Brennan dan McGrath, 2007). Pada kasus HIH yang
merupakan salah satu kegagalan bisnis terbesar dalam sejarah Australia, salah
saji pada aset tidak diungkapkan oleh Arthur Andersen dalam jurnal
penyesuaian akhir tahun, oleh karenanya salah saji tersebut tidak dimasukkan
pula dalam penilaian atas kebenaran dan fairness pada laporan keuangan.
Kasus lain terjadi pada National Australia Bank. Kasus ini bermula ketika
adanya pihak staf yang menyembunyikan adanya kerugian foreign-exchange
trading melalui transaksi yang keliru dan manipulasi sistem yang tidak
terdeteksi oleh auditor eksternal. Hal tersebut berakibat pada laporan keuangan
yang menyesatkan.
Dalam konteks Indonesia, hasil riset Leuz et al. (2003) menunjukkan
bahwa karena lingkungan perlindungan investor yang lemah maka praktek
manajemen laba di Indonesia cenderung lebih intensif dilakukan dibanding
negara-negara lain dengan perlindungan investor yang kuat (Ratmono, 2010).
Manajemen laba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui pilihan
kebijakan akuntansi (manajemen laba akrual) dan tindakan riil atau yang kita
kenal dengan manajemen laba riil (Scott, 2009). Dalam fokus penelitian ini
5
hanya akan membahas manajemen laba akrual. Manajemen laba akrual
merupakan model yang paling kuat dalam mendeteksi manajemen laba
alasannya karena dalam pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan
sistem akuntansi akrual (Sulistyanto, 2008).
Meningkatnya berbagai kasus skandal akuntansi di dunia menyebabkan
berbagai pihak berspekulasi bahwa manajemen telah melakukan kecurangan
pada laporan keuangan (Skousen et al., 2009). Cressey (1953) menyatakan jika
kecurangan laporan keuangan disebabkan oleh tiga kondisi, yaitu Tekanan
(pressure), Kesempatan (opportunity), dan Rasionalisasi (Rationalization)
yang sering disebut dengan Fraud Triangle. Teori Fraud Triangle ini telah
diadopsi dalam standar auditing dan dianggap sebagai salah satu literatur utama
dalam menjelaskan fenomena kecurangan laporan keuangan yaitu dalam
Statement on Auditing Standards (SAS) No. 99.
Komponen Fraud Triangle tidak dapat diteliti secara langsung maka
peneliti harus mengembangkan variabel dan proksi untuk mengukurnya
(Skousen et al., 2009). Komponen Fraud Triangle yang pertama yaitu Tekanan
(Pressure), salah satu kondisi yang selalu hadir saat terjadi kecurangan laporan
keuangan adalah tekanan (pressure) (Cressey, 1953). Tekanan dapat terjadi
saat kinerja perusahaan berada pada titik di bawah rata-rata kinerja industri
(Skousen et al, 2009). Kondisi tersebut tidak menunjukan bahwa perusahaan
berada pada posisi yang stabil yang berarti bahwa perusahaan tidak mampu
mendayagunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Hal ini juga
akan berdampak buruk pada aliran dana yang masuk dari para investor.
6
Kaitannya dengan unsur tekanan, peneliti menggunakan proksi persentase
perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (OCF), dan perusahaan
yang melaporkan adanya kerugian (LOSS) untuk stabilitas keuangan (financial
stability). Untuk personal financial need digunakan proksi persentase
kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) serta proksi Return On total
Asset (ROA) untuk financial target. Variabel -variabel tersebut dipilih
sekaligus untuk melihat konsistensinya dengan penelitian-penelitian terdahulu
yang sebagian besar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan.
Komponen fraud triangle yang kedua yaitu, kesempatan (opportunity).
Pada laporan keuangan terdapat akun-akun tertentu yang besarnya saldo
ditentukan oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi, misalnya akun piutang
tak tertagih dan akun persediaan usang. Kesalahan secara sengaja dalam
menentukan estimasi untuk menilai saldo piutang tak tertagih dan menilai saldo
persediaan usang menjadi sebuah kesempatan bagi manajemen untuk
melakukan kecurangan (Ratmono et al., 2014). Oleh karena itu dalam
penelitian ini menggunakan proksi persentase perubahaan piutang pada
penjualan (RECEIV) untuk kategori nature of industry dalam komponen
kesempatan (opportunity)
Komponen fraud triangle yang terakhir yaitu, rasionalisasi
(rationalization). Rasionalisasi merupakan komponen fraud triangle yang
masih sulit untuk diteliti. Rasionalisasi lebih sering dihubungkan dengan sikap
dan karakter seseorang yang membenarkan nilai-nilai etis yang sebenarnya
7
tidak baik (Rustendi, 2009). Rendahnya integritas yang dimiliki seseorang
menimbulkan pola pikir di mana orang tersebut merasa dirinya benar saat
melakukan kecurangan, sebagai contoh manajemen membenarkan untuk
melakukan praktik manajemen laba (Ratmono et al., 2014). Francis dan
Krishnan (dalam Skousen et al., 2009) menyimpulkan bahwa kelebihan dari
penggunaan diskresionari akrual menyebabkan opini audit tidak wajar.
Tindakan manajemen laba tersebut tentunya karena manajemen merasionalkan
perbuatannya. Oleh karena itu proksi opini audit (AUDREP) digunakan untuk
mengukur rasionalisasi.
Financial statement fraud yang tidak terdeteksi dapat berkembang
menjadi skandal besar yang merugikan banyak pihak (Skousen et al., 2009).
Maka, penelitian ini dimaksudkan untuk mendeteksi financial statement fraud
menggunakan analisis fraud triangle dengan acuan penelitian yang dilakukan
oleh Skousen et al. (2009) dan (Ratmono et al., 2014). Penelitian oleh Skousen
et al. (2009) berhasil mengembangkan model prediksi kecurangan yang
mengalami peningkatan substansial dibandingkan model prediksi fraud
lainnya. Penelitian yang dilakukan untuk mendeteksi financial statement fraud
menggunakan analisis fraud triangle masih cukup jarang di Indonesia.
Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian yang
dilakukan oleh Resti Molida dan Anis Chariri yang meneliti tentang pengaruh
financial stability, personal financial need dan ineffective monitoring pada
financial statement fraud dalam perspektif fraud triangle yang meneliti faktor-
faktor yang mempengaruhi kecurangan laporan keuangan dengan
8
menggunakan earning management sebagai proksi dari financial statement
fraud yang diproksikan lagi dengan discretionary accruals, rasio perubahan
total aset sebagai proksi dari financial stability (unsur fraud triangle: pressure),
persentase kumulatif dari kepemilikan pada perusahaan yang dimiliki oleh
orang dalam sebagai proksi dari personal financial need (unsur fraud triangle:
pressure) dan jumlah komite audit sebagai proksi dari ineffective monitoring
(unsur fraud triangle: oppurtunity). Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya yaitu:
1. Dalam penelitian ini terdapat beberapa penambahan variabel independen
yaitu Return On total Asset (ROA), Operating Cash Flow (OCF),
perusahaan yang melaporkan kerugian (LOSS), persentase perubahaan
piutang pada penjualan (RECEIV) dan opini audit (AUDREP).
2. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 sedangkan penelitian
sebelumnya dilakukan pada tahun 2011.
3. Dalam penelitian ini pengukuran nilai Discretionary Accruals atau
manajemen laba diukur menggunakan Model Kothari et al. (2005).
4. Objek pada penelitian ini merupakan perusahaan pada sektor industri
Property, Real Estate and Building Construction Go Public yang terdaftar
selama periode 2010-2013 di mana pada penelitian-penelitian sebelumnya
menggunakan sektor industri manufaktur dan perbankan sebagai objek
penelitian dengan periode pengamatan selama 2 tahun. Selain itu peneliti
juga menilai bahwa industri Property, Real Estate and Building
Construction sedang dalam perkembangan yang sangat pesat, seperti
9
dikutip dari investor daily, Jumat 7 Desember 2012 menyatakan bahwa
berdasarkan hasil riset Pricewaterhouse-Coopers (PWC) dan Urban Land
Institute (ULI), Jakarta dinobatkan sebagai kota tujuan utama investasi
properti komersial di kawasan Asia Pasifik pada 2013. Jakarta
mengalahkan kota besar lainnya, yakni Shanghai, Singapura, Sydney, dan
Kuala Lumpur.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul “Pengaruh
Financial Stability, Financial Target, Personal Financial Need, Nature of
Industry dan Rationalization pada Financial Statement Fraud dalam
Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris Pada Perusahaan Property, Real
Estate and Building Construction Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2010-2013)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah persentase perubahan total aset (ACHANGE) (kategori dari
financial stability) berpengaruh signifikan terhadap financial statement
fraud?
2. Apakah arus kas operasi (OCF) (kategori dari financial stability)
berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud?
3. Apakah perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS) (kategori
dari financial stability) berpengaruh signifikan terhadap financial
statement fraud?
10
4. Apakah return on total assets (ROA) (kategori dari financial target)
berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud?
5. Apakah persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP)
(kategori dari personal financial need) berpengaruh signifikan terhadap
financial statement fraud?
6. Apakah persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV) (kategori
dari nature of industry) berpengaruh signifikan terhadap financial
statement fraud?
7. Apakah opini audit (AUDREP) (kategori dari rationalization)
berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh persentase
perubahan total aset (ACHANGE) terhadap kecurangan laporan keuangan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh arus kas operasi
(OCF) terhadap kecurangan laporan keuangan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh perusahaan yang
melaporkan adanya kerugian (LOSS) terhadap kecurangan laporan
keuangan.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh return on total
assets (ROA) terhadap kecurangan laporan keuangan.
11
5. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh persentase
kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) terhadap kecurangan
laporan keuangan.
6. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh persentase
perubahan piutang pada penjualan (RECEIV) terhadap kecurangan
laporan keuangan.
7. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh opini audit
(AUDREP) terhadap kecurangan laporan keuangan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari penelitian tersebut adalah untuk:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan memperkuat atau memperluas penelitian sebelumnya terutama
mengenai analisis fraud triangle dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan.
2. Bagi Investor
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris
yang dapat digunakan untuk menambah informasi sebagai dasar
pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Salah satunya dengan
mengamati faktor-faktor untuk menilai kewajaran laporan keuangan.
3. Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya
dan pembanding untuk ilmu pengetahuan.
12
4. Bagi Peneliti Berikutnya
Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan
penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
5. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi
mengenai auditing, terutama tentang faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi terjadinya kecurangan laporan keuangan, sehingga
diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi ( Agency Theory )
Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen (manajemen suatu
usaha) dan prinsipal (pemilik usaha). Teori agensi atau teori keagenan
biasa digunakan untuk menjelaskan kecurangan dalam akuntansi. Di
dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana si agen menutup
kontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi prinsipal, prinsipal
menutup kontrak untuk memberi imbalan pada si agen. Analoginya seperti
antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan itu (Hendriksen,
2000).
Teori keagenan bermaksud memecahkan dua problem yang terjadi
dalam hubungan keagenan. Yaitu, bila keinginan atau tujuan dari prinsipal
dan agen bertentangan (conflict of interest), dan bila prinsipal merasa
kesulitan menelusuri apa yang dilakukan oleh agen. Bila agen dan
prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta
memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka agen tidak selalu
bertindak sesuai keinginan prinsipal serta akan bertindak merugikan
prinsipal, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan
kecurangan akuntansi (Wilopo, 2012). Konflik kepentingan antara pemilik
dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai
14
dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan (Sam’ani,
2008).
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan
adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham
(principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan
masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena
manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar
mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer
memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing menginginkan tujuan
mereka terpenuhi, akibat yang terjadi adalah munculnya konflik
kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih
besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan
sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan
pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya
dalam menjalankan perusahaan.
Menurut Scott (1997), aplikasi agency theory dapat terwujud dalam
kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-
masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara
keseluruhan. Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua
faktor, yaitu:
a. Agent dan principal memiliki informasi yang simetris artinya baik
agent maupun principal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang
15
sama sehingga tidak terdapat informasi yang disembunyikan yang
dapat digunakan untuk keuntungan diri sendiri.
b. Risiko yang dipikul berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil, yang
berarti agent mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan
yang diterimanya.
Principal menilai kinerja agent berdasarkan kemampuannya untuk
menghasilkan laba sebesar mungkin dan secara langsung akan
berpengaruh terhadap besarnya deviden yang diberikan kepada investor.
Semakin tinggi laba perusahaan, semakin besar pula pemberian deviden
kepada investor. Eisenhardt (1989) dalam Sam’ani (2008) membagi tiga
jenis asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan tentang teori agensi
yaitu:
1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest)
2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality), dan
3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia. Manajer sebagai manusia
kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic (Haris,
2004 dalam Sam’ani, 2008:34). Maksud dari sifat opportunistic adalah
bahwa manajer akan lebih mengutamakan kepentingan pribadinya
dibandingkan kepentingan orang lain (investor). Agent akan berusaha
mencari keuntungannya sendiri untuk mendapatkan bonus dari perusahaan
16
dengan berbagai cara seperti memanipulasi angka-angka di laporan
keuangan.
Jensen dan Meckling (1976); Brickley dan James, (1987); dan
Shivdasani (1993) dalam Wilopo (2012:3) menjelaskan bahwa prinsipal
dapat memecahkan permasalahan ini dengan mengeluarkan biaya
keagenan biaya ini mencakup memberi kompensasi yang sesuai kepada
agen, serta mengeluarkan biaya monitoring. Diantaranya, adanya
pengawasan ekstenal yang dilakukan oleh auditor eksternal untuk
menghasilkan laporan keuangan yang transparan (Watts dan Zimmerman,
1986 dalam Meisaroh dan Lucynda, 2011:5).
2. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli ekonomi:
1) Pengertian laporan keuangan menurut Mulyadi (2002) adalah
suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang
dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi
(aktiva) dan atau kewajiban entitas pada saat tertentu atau
perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau
basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
2) Menurut Apriyono (2008), definisi laporan keuangan adalah
ringkasan dari proses akuntansi selama tahun buku yang
17
bersangkutan digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap data atau aktivitas
perusahaan tersebut.
3) Pengertian laporan keuangan menurut Zaki Baridwan (2004)
adalah merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang
terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Laporan Keuangan
adalah:
“Laporan yang menggambarkan dampak keuangan dari transaksi
dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok
besar menurut karakteristik ekonominya”. (IAI, 2002: par 47)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
Laporan Keuangan adalah:
1) Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan
untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak
internal dan eksternal.
2) Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan
kinerja keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan dalam
setiap kondisi.
3) Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang
diklasifikasikan dalam suatu periode perusahaan dalam kurun
waktu setahun.
18
4) Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama periode yang bersangkutan.
b. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Publik
Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
keuangan serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan
manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atau
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Menurut Ainun Na’im (1988) tujuan umum laporan keuangan
adalah:
1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari
kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
3) Memberikan informasi keuangan yang membantu pemakai
laporan dalam menaksir potensi perusahaan.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses
pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan buku bersangkutan.
19
Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objectives of Financial
Reporting by Business Enterprises, tujuan laporan keuangan untuk
organisasi pencari laba adalah adalah:
1) Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan
pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional
mengenai investasi, kredit, dan lainnya.
4) Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon
investor dan kreditor serta pemakai lainnya dalam menentukan
jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari dividen atau
bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham,
dan pinjaman yang jatuh tempo.
5) Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan,
klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan
lain terhadap aktiva dan kewajiban.
6) Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan
selama satu periode.
7) Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan
mendapatkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan
pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal,
termasuk dividen dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dan
solvabilitas perusahaan.
20
8) Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen
perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan
kepada pemilik atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah
dipercayakan kepadanya.
9) Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi
dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik
perusahaan.
Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan
bahwa dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan tersebut secara menyeluruh.
Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja,
tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan
perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan
analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim
dilakukan.
3. Fraud
a. Definisi Fraud
Statement on Auditing Standards No. 99 mendefinisikan fraud
sebagai “an intentional act that result in a material misstatement in
financial statements that are the subject of an audit”. Sedangkan
menurut Black’s Law Dictionary dalam Prasetyo et al. (Peak
Indonesia, 2003), fraud didefinisikan sebagai:
21
Mencakup semua macam yang dapat dipikirkan manusia, dan
yang diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan
dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan
kebenaran, dan mencakup semua cara yang tak terduga, penuh
siasat licik atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar
yang menyebabkan orang lain tertipu.
Sedangkan menurut the Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE), fraud adalah:
Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan
dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau
memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-
orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan
keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan pihak lain.
Tampubolon (2005) berpendapat, fraud tidak selalu sama dengan
tindak kriminal. Tindak kriminal didefinisikan sebagai “an intentional
at that violates the Criminal Law under which no legal excuse
applies”. Sementara itu fraud didefinisikan sebagai “any behavior by
which one person gains or intend to gain a dishonest advantage over
another”. Tindakan fraud dapat dikatakan sebagai kriminal apabila
niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak jujur
tersebut juga sekaligus melanggar ketentuan hukum, misalnya korupsi
atau penggelapan pajak. Fraud yang bukan kriminal masuk kategori
risiko operasional, sedangkan fraud yang sekaligus tindak kriminal
masuk kategori risiko ilegal.
Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) di atas,
maka dapat diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan
22
dapat dilihat pada beberapa kategori kecurangan. Menurut BPK
(2008) secara umum, unsur-unsur dari kecurangan adalah:
1) harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation);
2) dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present);
3) fakta bersifat material (material fact);
4) dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-
knowingly or recklessly);
5) dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;
6) pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah
pernyataan tersebut (misrepresentation);
7) yang merugikannya (detriment).
b. Jenis-jenis Fraud
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) membagi
kecurangan (fraud) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan
perbuatan, yaitu:
1. Asset Misappropriation
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset
atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud
yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau
dapat diukur/dihitung (defined value).
2. Fraudulent Statements
Fraudulent statements meliputi tindakan yang dilakukan oleh
23
pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah
untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan
melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan
keuangannya untuk memperoleh keuntungan.
3. Corruption
Yang banyak terjadi di negara-negara berkembang yang
penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan
tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih
dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi
karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan
(simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya adalah
penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of
interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal
(illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic
extortion).
Lebih lanjut menurut the Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE) dalam Prasetyo (Peak Indonesia 2003) fraud
diklasifikasikan menjadi lima jenis.
Tabel 2.1
Jenis-jenis fraud
Jenis Kecurangan Korban Pelaku Penjelasan
Penggelapan uang
atau kecurangan
pekerjaan
Pegawai Pemberi
Kerja
Pemberi kerja secara
langsung atau tidak
langsung mengambil hak
dari pekerjanya
24
Jenis Kecurangan Korban Pelaku Penjelasan
Kecurangan
Manajemen
Pemegang
saham,
Manajemen
tingkat atas
Manajemen tingkat atas
memberikan penyajian
yang salah, pada
informasi keuangan
Kecurangan
Investasi
Investor Individu Individu menipu investor
Kecurangan
Penyediaan /
logistik
Pembeli
barang
atau jasa
Penjual
barang atau
jasa
Mengenakan biaya yang
berlebih atas barang atau
jasa kepada pembeli
Kecurangan
pelanggan
Penjual
barang
atau jasa
Pelanggan Pelanggan meminta
harga yang lebih kecil
Sumber: ACFE
Robertson (2000) dalam Rezaee (2002) melihat bahwa
management fraud dan financial statement fraud bersinonim, karena
secara tipikal financial statement fraud muncul dengan persetujuan
atau sepengetahuan dari manajemen. Dilihat dari kelima jenis fraud
tersebut, penelitian ini berfokus pada kecurangan manajemen yaitu
financial statement fraud di mana kecurangan tersebut dilakukan oleh
manajemen.
c. Financial Statement Fraud
Kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud)
bersama dengan kegagalan audit menjadi topik yang hangat. Kantor
akuntan publik internasional Arthur Andersen, yang mengaudit Enron
menjadi contoh kantor akuntan publik yang terjerat kasus kegagalan
audit (Intal dan Do, 2002). Kecurangan laporan keuangan
25
(financial statement fraud) telah didefinisikan secara berbeda di
antara para akademisi dan praktisi (Nguyen, 2008). Menurut Eliot dan
Willingham (1980) dalam Spathis (2002) financial statement fraud
atau management fraud didefinisikan sebagai “kecurangan yang
sengaja dilakukan oleh manajemen yang melukai investor dan
kreditor melalui laporan keuangan yang secara material
menyesatkan”.
Statement on Auditing Standards No. 99 “Consideration of Fraud
in Financial Statement”, mendefinisikan fraud sebagai:
“an intentional act that result in a material misstatement in financial
statements that are the subject of an audit”.
Menurut Standar Audit seksi 316, tentang pertimbangan atas
kecurangan dalam audit laporan keuangan, kecurangan laporan
keuangan didefinisikan sebagai “salah saji atau penghilangan secara
sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk
mengelabuhi pemakai laporan keuangan”.
Gravitt (2006) dalam Nguyen (2008) mengatakan bahwa
kecurangan pada laporan keuangan melibatkan skema berikut:
1. Pemalsuan, perubahan, atau manipulasi catatan keuangan yang
material, dokumen pendukung atau transaksi bisnis;
2. Kelalaian yang disengaja atau misrepresentasi peristiwa,
transaksi, rekening, atau informasi penting lainnya dari laporan
keuangan yang disusun;
26
3. Kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi,
kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur,
pengakuan, laporan, dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan
transaksi bisnis;
4. Kelalaian yang disengaja pada pengungkapan atau penyajian
pengungkapan yang tidak memadai berdasarkan prinsip
akuntansi dan kebijakan dan nilai keuangan yang terkait.
4. Fraud Triangle Theory
Teori yang mendasari penelitian ini adalah fraud triangle theory.
Konsep segitiga kecurangan pertama kali diperkenalkan oleh Cressey
(1953). Melalui serangkaian wawancara dengan 113 orang yang telah di
hukum karena melakukan penggelapan uang perusahaan yang disebutnya
“trust violators” atau “pelanggar kepercayaan”, Cressey (1953) dalam
Gagola (2011) menyimpulkan bahwa :
Orang yang dipercaya menjadi pelanggar kepercayaan ketika ia
melihat dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai masalah
keuangan yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain, sadar
bahwa masalah ini secara diam-diam dapat diatasinya dengan
menyalahgunakan kewenangannya sebagai pemegang kepercayaan di
bidang keuangan, dan tindak-tanduk sehari-hari memungkinkannya
menyesuaikan pandangan mengenai dirinya sebagai seseorang yang
biasa dipercaya dalam menggunakan dana atau kekayaan yang
dipercayakan.
Ilustrasi faktor risiko kecurangan dari standar kecurangan yang ada
(yakni SAS 99, ISA 240, TSAS 43), serta oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi No. 70 didasarkan
pada teori segitiga kecurangan yang dicetuskan oleh D. R. Cressey pada
27
tahun 1953 dalam Lou and Wang (2009), Cressey menyimpulkan terdapat
kondisi yang selalu hadir dalam kegiatan kecurangan perusahaan yakni
yaitu tekanan/motif, kesempatan, dan rasionalisasi.
Gambar 2.1
Fraud Triangle
Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953)
a. Pressure (Tekanan)
Tekanan adalah dorongan seseorang dalam melakukan fraud.
Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup,
tuntutan ekonomi, dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non
keuangan. Dalam hal keuangan sebagai contoh dorongan untuk
memiliki barang-barang yang bersifat materi. Tekanan dalam hal non
keuangan juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan fraud,
misalnya tindakan untuk menutupi kinerja yang buruk karena
tuntutan pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang baik (Molida,
2011).
FRAUD
Oppurtunity
Pressure Rationalization
28
Menurut SAS No.99, terdapat empat jenis kondisi yang umum
terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan.
Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure,
personal financial need, dan financial targets. Kategori yang
digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan unsur pressure
yaitu financial stability, personal financial need, dan financial
target.
b. Opportunity (Kesempatan)
Adanya kesempatan memungkinkan terjadinya kecurangan.
Kesempatan tercipta karena adanya kelemahan pengendalian
internal, ketidakefektifan pengawasan manajemen, atau
penyalahgunaan posisi atau otoritas. Kegagalan untuk menetapkan
prosedur yang memadai untuk mendeteksi aktivitas kecurangan juga
meningkatkan peluang terjadinya kecurangan. Dari tiga faktor risiko
kecurangan (pressure, opportunity dan rationalization), peluang
merupakan hal dasar yang dapat terjadi kapan saja sehingga
memerlukan pengawasan dari struktur organisasi mulai dari atas.
Organisasi harus membangun adanya proses, prosedur dan
pengendalian yang bermanfaat dan menempatkan karyawan dalam
posisi tertentu agar mereka tidak dapat melakukan kecurangan dan
efektif dalam mendeteksi kecurangan seperti yang dinyatakan dalam
SAS No.99. SAS No.99 menyebutkan bahwa peluang pada financial
statement fraud dapat terjadi pada tiga kategori kondisi. Kondisi
29
tersebut adalah nature of industry, ineffective monitoring, dan
organizational structure. Dan yang digunakan dalam penelitian itu
berkaitan dengan unsur oppurtunity yaitu nature of industry.
c. Rationalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi adalah komponen penting dalam banyak
kecurangan (fraud). Rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan
mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan
bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur (Skousen et al.,
2009).
Menurut SAS No.99 rasionalisasi pada perusahaan dapat diukur
dengan siklus pergantian auditor, opini audit yang didapat
perusahaan tersebut serta keadaan total akrual dibagi dengan total
aktiva. Dan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
unsur ketiga dari fraud triangle ini yaitu opini audit yang didapat oleh
perusahaan.
5. Manajamen laba
Manajemen laba (Earnings management) telah dijelaskan secara
berbeda oleh para akademisi, peneliti, praktisi dan badan lain yang
terotorisasi (Rezaee, 2002). Schipper (1997) dalam Rezaee (2002)
mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi terhadap proses
pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh beberapa keuntungan
pribadi. Earnings management seringkali dilakukan atas intervensi
manajemen. Pernyataan itu sejalan dengan Healy and Wahlen (1999)
30
yang menyatakan bahwa earnings management terjadi ketika manajer
menggunakan judgement dalam pelaporan keuangan dan melakukan
manipulasi transaksi untuk mengubah laporan keuangan, baik untuk
menyesatkan beberapa stakeholders tentang kinerja perusahaan atau
untuk mempengaruhi kontrak yang bergantung pada angka-angka dalam
laporan keuangan.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan fleksibilitas bagi
manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan. Fleksibilitas inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh
manajemen untuk memilih kebijakan yang dapat menguntungkannya.
Scott (2000) menyatakan bahwa manajemen laba adalah cara yang
digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi angka laba secara
sistematis, dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur
akuntansi tertentu yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan
manajer dan atau nilai pasar dari perusahaan.
Dasar akrual telah disepakati sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan (Wibisono, 2004). Pemilihan basis akrual sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan bertujuan untuk menjadikan laporan
keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang mencerminkan
kondisi yang sebenarnya. Chaerul (2003) meyatakan bahwa dalam
mengaplikasikan kebijakan akrual digunakan accrual, defferal dan
prosedur alokasi yang bertujuan untuk menyesuaikan beban dan
pendapatan dengan periodenya, bukan mengaitkan beban dan pendapatan
31
berdasarkan atas pengeluaran dan penerimaan kas (cash basis) (Ujiyantho
dan Pramuka, 2007). Oleh karena itu, kebijakan accrual dalam
mengaplikasikan standar akuntansi ini dapat digunakan untuk melakukan
manajemen laba.
Tindakan earnings management merupakan cikal bakal terjadinya
suatu skandal akuntansi. Cornett et al. Dalam Ujiyantho dan Pramuka
(2007) menyatakan bahwa tindakan earnings management telah
memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara
luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas
perusahaan lain di Amerika Serikat. Gideon (2005) juga menyatakan
bahwa beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk
dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial
reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi laba. Berbagai
fakta dan teori yang telah diuraikan di atas mengindikasikan bahwa
terdapat hubungan erat antara earnings management dan financial
statement fraud. Pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh Rezaee
(2002) yang menyatakan bahwa:
”Suatu financial statement fraud sering diawali dengan salah saji atau
manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak
material tetapi akhirnya berkembang menjadi fraud secara besar-
besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang
menyesatkan secara material”.
Scott (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa pola dalam
manajemen laba, yaitu:
32
1. Taking a bath
Pola ini dapat terjadi saat ada tekanan organisasioanal pada saat
pergantian manajemen baru. Teknik ini dilakukan dengan mengakui
adanya biaya-biaya pada periode mendatang dan kerugian periode
berjalan. Konsekuensinya manajemen melakukan write off asset
dengan membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang.
Akibatnya laba periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.
2. Income minimization
Pola manajemen ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak
terlalu ekstrim. Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan
sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapatkan perhatian oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. Kebijakan yang diambil dapat
berupa write-off atas barang modal dan aktiva tak berwujud,
pembebanan biaya iklan, biaya riset dan pengembangan,
menggunakan metode persediaan yang dapat mengecilkan
pendapatan, tujuannya yaitu untuk kepentingan pajak.
3. Income maximization
Pola manajemen laba income maximization dilakukan dengan cara
menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi
dari pada laba sesungguhnya. Pola ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh bonus yang lebih besar, meningkatkan keuntungan,
menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang,
ataupun untuk menarik investor.
33
4. Income smoothing
Perataan laba (income smoothing) merupakan cara yang paling
populer dan sering dilakukan. Perataan laba merupakan salah satu
bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan cara membuat laba
akuntansi relatif konsisten (smooth) dari periode ke periode. Dalam
hal ini pihak manajemen dengan sengaja menurunkan atau
meningkatkan laba untuk mengurangi untuk mengurangi gejolak
dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak
berisiko tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, sangat relevan bila penelitian untuk
mendeteksi financial statement fraud diproksikan dengan earnings
management yang dilakukan perusahaan karena keduanya memiliki
hubungan kausalitas.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Hubungan atau keterikatan antara variabel independen dan variabel
dependen dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Financial Stability dengan Financial Statement Fraud
Menurut SAS No. 99, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan
financial statement fraud ketika stabilitas keuangan (financial stability)
atau profitabilitas terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi
entitas yang beroperasi (Skousen et al., 2009). Financial stability
merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan
dari kondisi stabil. Ketika financial stability perusahaan berada dalam
34
kondisi yang terancam, maka manajemen akan melakukan berbagai cara
agar stabilitas keuangan perusahaan terlihat baik. Loebbecke, Eining dan
Willingham (1989) dan Bell, Szykowny, dan Willingham (1991)
menunjukkan bahwa kasus dimana perusahaan mengalami pertumbuhan
industri di bawah rata-rata, manajemen mungkin untuk melakukan
manipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan
(Skousen et al., 2009).
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang termasuk financial
stability yang mewakili unsur pressure (tekanan) dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan, yaitu:
a. Persentasi perubahan total aset (ACHANGE)
Bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan oleh
manajemen salah satunya berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan
(Skousen et al., 2009). Oleh sebab itu, yang pertama financial stability
diproksikan dengan persentase perubahan total aset (ACHANGE). FASB
mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomik masa mendatang yang
cukup pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas
akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Tingginya aset yang dimiliki perusahaan menjadi daya tarik bagi
investor. Untuk menarik para investor, manajemen perusahaan tentunya
berupaya untuk sebaik mungkin menyajikan gambaran perusahaan melalui
laporan keuangan yang meyakinkan bagi investor.
35
Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) dan Molida
(2011) menunjukkan bahwa persentase perubahan total aset (ACHANGE)
berpengaruh posiitif terhadap financial statement fraud. Berdasarkan
uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
𝐻1 : Persentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen
laba akrual (DAC).
b. Arus kas operasi (OCF)
Skousen et al. (2009) menyatakan bahwa ketidakmampuan
perusahaan dalam menghasilkan arus kas positif (baik) dalam
pertumbuhan laba yang dilaporkan akan berkaitan dengan stabilitias
keuangan. Arus kas yang buruk akan berdampak pada penilaian investor
karena arus kas dapat digunakan untuk meramalkan kinerja perusahaan di
masa yang akan datang serta pembanding kinerja keuangan antar
peusahaan. Pradhana dan Rudiawarni (2013) menunjukan bahwa terdapat
hubungan negatif antara arus kas operasi dengan kecurangan laporan
keuangan dengan indikator manajemen laba akrual. Berdasarkan uraian
tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
𝐻2 : Arus kas operasi (OCF) berpengaruh signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual (DAC).
36
c. Perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS)
Hayn (1995), Lipe et al. (1998), dan Collins et al. (1999)
menunjukkan bahwa tingkat cross-sectional pengembalian laba (atau
harga) perusahaan yang dilaporkan mengalami kerugian jauh lebih lemah
dibandingkan dengan perusahaan yang melaporkan keuntungan. Hayn
(1995) melaporkan koefisien negatif untuk regresi pengembalian
pendapatan perusahaan yang melaporkan kerugian selama dua tahun atau
lebih berturut-turut. Francis dan Yu (2009) dalam Herusetya et al., (2012)
juga menemukan asosiasi negatif perusahaan yang mengalami rugi bersih
dengan kualitas akrual, menunjukan bahwa insentif yang lebih rendah
untuk manajemen laba akrual daripada perusahaan yang melaporkan laba
positif. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
𝐻3 : Perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS) berpengaruh
signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator
manajemen laba akrual (DAC).
2. Financial Target dengan Financial Statement Fraud: Return On total
Assets (ROA)
Dalam menjalankan kinerjanya, manajer perusahaan dituntut untuk
melakukan performa terbaik sehingga dapat mencapai target keuangan
yang telah direncanakan. Perbandingan laba tehadap jumlah aktiva atau
Return On total Asset adalah ukuran kinerja operasional yang banyak
digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja
37
(Skousen et al., 2009). ROA sering digunakan dalam menilai kinerja
manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain.
Summerrs dan Sweeney (1998) melaporkan bahwa ROA secara signifikan
berbeda antara fraud firm dan non-fraud firm (Skousen et al., 2009). Oleh
karena itu, Return On Asset dijadikan proksi untuk variabel financial
targets.
Return On total Asset digunakan untuk mengukur manajemen
perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar ROA yang diperoleh, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik
pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya,
2005).
Analisis Return on total Asset (ROA) atau sering diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomi mengukur perkembangan
perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian
diproyeksikan ke masa mendatang untuk melihat kemampuan perusahaan
menghasilkan laba pada masamasa mendatang. Oleh karena itu, semakin
tinggi ROA yang ditargetkan perusahaan maka semakin rentan perusahaan
akan melakukan manajemen laba yang merupakan salah satu bentuk
kecurangan laporan keuangan.
Penelitian Carlson dan Bathala (1997) dalam Widyastuti (2009)
membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki laba yang besar (diukur
dengan profitabilitas atau ROA) lebih mungkin melakukan manajemen
38
laba daripada perusahaan yang memiliki laba yang kecil. Akan tetapi, hasil
penelitian dari Skousen et al. (2009) tidak menguatkan bukti bahwa ROA
berpengaruh terhadap financial statement fraud. Penelitian ini mencoba
membuktikan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap financial
statement fraud. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
𝐻4: Return On Total Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual
(DAC).
3. Personal Financial Need dengan Financial Statement Fraud
Personal financial need merupakan suatu kondisi dimana keuangan
perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif
perusahaan (Skousen et al., 2009). Beasly (1996), Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) (1999),
dan Dunn (2004) menunjukkan bahwa ketika eksekutif perusahaan
memiliki peranan keuangan yang kuat dalam perusahaan, personal
financial need dari eksekutif perusahaan tersebut akan turut terpengaruh
oleh kinerja keuangan perusahaan (Skousen et al., 2009). Sebagian saham
yang dimiliki oleh eksekutif perusahaan akan mempengaruhi kebijakan
manajemen dalam mengungkapkan kinerja keuangan perusahaan. Oleh
sebab itu, personal financial need diproksi dengan persentase kepemilikan
saham oleh orang dalam (OSHIP).
39
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu
perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan
dan aktifa perusahaan. Adanya konsentrasi kepemilikan perusahaan di
Indonesia yang dikendalikan melalui institusi yang berbadan hukum atau
holding company, menurut Clessen et al. (2000), mengakibatkan tidak
terdapat adanya pemisahan yang jelas antara kepemilikan dan kontrol pada
perusahaan go public. Ketika sebagian saham dimiliki oleh
manajer,direktur, maupun komisaris perusahaan, maka secara otomatis
akan mempengaruhi kondisi finansial perusahaan. Kepemilikan sebagian
saham oleh orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam
pelaporan keuangan (Skousen et al., 2009). Manajemen perusahan akan
lebih bertindak hati-hati dalam menyajikan laporan keuangan. Semakin
tinggi persentase kepemilikan saham oleh orang dalam maka praktek fraud
dalam memanipulasi laporan keuangan semakin berkurang.
Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) menunjukkan
bahwa persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP)
berpengaruh positif terhadap financial statement fraud. Berdasarkan
uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
𝐻5: Persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP)
berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan
dengan indikator manajemen laba akrual (DAC).
40
4. Nature Of Industry dengan Financial Statement Fraud
Summers dan Sweeney (1998) mencatat bahwa akun piutang
memerlukan penilaian subjektif dalam memeperkirakan tidak tertagihnya
piutang. Mereka menyarankan bahwa karena adanya penilaian subjektif
dalam menentukan nilai dari akun tersebut, manajemen dapat
menggunakan akun tersebut sebagai alat untuk memanipulasi laporan
keuangan. Argumen ini didukung oleh Loebbecke et al. (1998), yang
menemukan bahwa akun piutang terlibat dalam sejumlah besar fraud
dalam sampel mereka. Summers dan Sweeney (1998), menggunakan
proksi nature of industry yang berkaitan dengan piutang adalah rasio
perubahan dalam piutang usaha. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian
ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
𝐻6: Persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV) berpengaruh
signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator
manajemen laba akrual (DAC).
5. Ratioanalization dengan Financial Statement Fraud
Auditor merupakan salah satu pihak yang memberikan peranan
penting demi tercapainya laporan keuangan yang berkualitas. Terdapat
lima opini audit, antara lain: (1) pendapat wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion); (2) pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa penjelas (unqualified opinion with explanatory language); (3)
pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion); (4) pendapat
tidak wajar (adverse opinion); dan (5) tidak memberikan pendapat
41
(disclaimer opinion). Opini auditor wajar tanpa pengecualian diberikan
oleh auditor kepada perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya
secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di
indonesia. Opini audit wajar tanpa pengecualian mengindikasikan bahwa
tidak terdapat kesalahan yang material dalam laporan keuangan yang
disusun perusahaan (Mulyadi, 2010).
Hasil penelitian Effendi (2008) menunjukkan bahwa opini auditor
wajar tanpa pengecualian (unqualified) berpengaruh negatif terhadap
kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Soselisa dan Mukhlasin (2008), tetapi tidak konsisten dengan
hasil penelitian Skousem et al. (2009). Berdasarkan uraian tersebut,
penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
𝐻7 : Opini audit (AUDREP) berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba
akrual (DAC).
C. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan bahasan kecurangan laporan keuangan (financial
statement fraud) sebelumnya beberapa kali telah dilakukan. Berikut ini adalah
beberapa contoh penelitian yang berkaitan dengan fraud (kecurangan).
Penelitian yang dilakukan Spathis (2002) menggunakan data yang telah
terpublikasi untuk mengembangkan model yang dapat mendeteksi faktor
yang terkait dengan false financial statements (FFS). False financial
statement di Yunani dapat diidentifikasi berdasarkan pada kuantitas dan konten
42
dari kualifikasi dalam laporan yang diajukan oleh auditor. Sampel
yang digunakan berjumlah perusahaan terdiri dari 38 perusahaan dengan FFS
dan 38 perusahaan non-FFS. Spathis (2002) memilih sepuluh variabel
keuangan yang berpotensi dapat digunakan untuk memprediksi FFS.
Penelitian ini menggunakan statistik univariate dan multivariate seperti regresi
logistik untuk mengembangkan model yang dapat mengidentifikasi faktor yang
terkait dengan FFS. Model ini terbukti akurat dalam mengklasifikasikan total
sampel dengan tingkat akurasi melebihi 84 persen. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model berfungsi efektif dalam mendeteksi FFS dan dapat
membantu auditor internal dan eksternal, dirjen pajak dan sistem perbankan
suatu negara.
Intal and Do (2002) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengidentifikasikan alasan mengapa auditor tidak dapat mendeteksi financial
statements fraud. Metode penelitian dilakukan dengan menganalisis kasus
kecurangan laporan keuangan khususnya pada masalah pengakuan pendapatan.
Dari segi teknikal dapat disimpulkan alasan mengapa auditor tidak dapat
mendeteksi financial statement fraud adalah karena tidak dapat menyediakan
bukti audit yang layak dan kuat, lemahnya model risiko audit dan penilaian
risiko internal control, dan kegagalan audit dalam pengakuan pendapatan dan
pengungkapan transaksi dengan pihak ketiga. Dari segi etika, faktor yang
berkaitan dengan gagalnya auditor mendeteksi financial statement fraud adalah
mengenai independensi audit dan jumlah jasa non-audit yang diberikan oleh
auditor.
43
Turner et al., (2003) menguji dampak dari fraud triangle terhadap proses
audit. Turner et al., mengembangkan jaringan bukti yang memiliki dua sub-
jaringan. Pertama, untuk menangkap resiko dan bukti hubungan untuk audit
laporan keuangan konvensional. Kedua, untuk menangkap hubungan resiko
dan bukti untuk penilaian resiko kecurangan. Jaringan ini menggunakan
pendekatan belief functions untuk mengekspresikan ketidakpastian yang
terlibat dalam bukti audit laporan keuangan. Hasil analisis pada penelitian ini
mendukung konsep fraud triangle bahwa dalam tiga komponen dan hubungan
antar komponen terbukti memilki dampak yang besar pada resiko audit.
Nguyen (2008) melakukan penelitian bertujuan untuk fokus pada sifat
kecurangan laporan keuangan dan skema kecurangan terhadap laporan
keuangan. Dua kasus kecurangan pada laporan keuangan dianalisis dari Enron
dan WorldCom. Penelitian ini membahas teknik-teknik umum yang digunakan
untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
Di Indonesia, Koroy (2008) berusaha untuk mengidentifikasi dan
menguraikan permasalahan dalam pendeteksian kecurangan dalam audit atas
laporan keuangan oleh auditor eksternal. Menurutnya, meskipun pendeteksian
kecurangan penting untuk meningkatkan nilai pengauditan, namun terdapat
banyak masalah yang dapat menghalangi implementasi dari pendeteksian yang
tepat. Metode yang digunakan adalah dengan analisis faktor-faktor yang
menjadi hambatan auditor dalam menjalankan tugasnya mendeteksi
kecurangan. Berdasarkan telaah atas berbagai penelitian yang telah dilakukan,
terdapat empat faktor penyebab besar yang diidentifikasikan melalui
44
penelitian tersebut. Pertama, karakteristik terjadinya kecurangan sehingga
menyulitkan proses pendeteksian. Kedua, standar pengauditan belum cukup
memadai untuk menunjang pendeteksian yang sepantasnya. Ketiga,
lingkungan kerja audit dapat mengurangi kualitas audit. Keempat, metode dan
prosedur audit yang ada tidak cukup efektif untuk melakukan pendeteksian
kecurangan.
Skousen et al., (2009) melakukan penelitian secara empiris yang mengkaji
efektivitas teori Cressey (1953) mengenai kerangka faktor resiko kecurangan
yang diterapkan dalam SAS No. 99 untuk mendeteksi kecurangan laporan
keuangan. Menurut teori Cressey, pressure, opportunity dan rationalization
selalu hadir dalam situasi fraud. Skousen et al mengembangkan variabel yang
berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan/motif, kesempatan, dan
rasionalisasi dan menguji variabel-variabel ini menggunakan informasi umum
yang tersedia.
Lou dan Wang (2009) melakukan penelitian untuk menguji faktor resiko
dari fraud triangle. Hasilnya mengindikasikan bahwa kecurangan pelaporan
berhubungan dengan salah satu kondisi berikut: tekanan keuangan dari suatu
perusahaan atau supervisor perusahaan, persentase yang lebih tinggi dari
transaksi yang kompleks suatu perusahaan, lebih dipertanyakannya integritas
manajer sebuah perusahaan, atau penurunan hubungan antara perusahaan
dengan auditornya. Sebuah model logistik sederhana berdasarkan contoh faktor
risiko kecurangan ISA 240 dan SAS 99 mengukur kemungkinan kecurangan
pelaporan keuangan dan dapat menguntungkan praktisi.
45
Gagola (2011) melakukan penelitian secara empiris yang mengkaji
efektivitas teori Cressey (1953) mengenai kerangka faktor resiko kecurangan
yang diterapkan dalam SAS No. 99 dan PSA No. 70 untuk mendeteksi
kecurangan laporan keuangan. Gagola mengembangkan variabel yang
berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi
dan menguji variabel-variabel ini menggunakan informasi umum yang
tersedia.
Molida (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh
bukti empiris tentang efektivitas dari fraud triangle dalam mendeteksi financial
statement fraud. Variabel-variabel dari fraud triangle yang digunakan adalah
financial stability yang diproksi dengan ACHANGE, personal financial need
yang diproksi dengan OSHIP, dan ineffective monitoring yang diproksi dengan
AUDCSIZE. Pendeteksian financial statement fraud pada penelitian ini
menggunakan manajemen laba dengan proksi discretionary accruals sebagai
variabel dependen.
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 dan 2009. Total sampel penelitian ini
adalah 40 perusahaan manufaktur dengan dua tahun pengamatan. Analisis data
dilakukan dengan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan metode
regresi linear.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa financial stability denga
proksi ACHANGE dan personal financial need dengan proksi OSHIP
berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud. Sementara itu,
46
ineffective monitoring dengan proksi AUDCSIZE tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap financial statement fraud.
Ratmono et al., (2014) melakukan penelitian yang betujuan untuk menguji
kemampuan teori fraud triangle dalam menjelaskan fenomena kecurangan
laporan keuangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menguji
faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan
teori fraud triangle, terdapat tiga variabel yang dihipotesiskan mempengaruhi
kecurangan laporan keuangan yaitu tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi.
Penelitian ini menggunakan data 27 perusahaan yang melakukan kecurangan
laporan keuangan dan 27 perusahaan lain sebagai sampel padanan. Data yang
didapat dianalisisi dengan regresi logistik, yang menunjukan hasil bahwa
terdapat hubungan positif antara tekanan dan rasioanalisasi dengan kecurangan
laporan keuangan.
Tabel 2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Penelitian Hasil Penelitian
1. Spathis (2002) Membuktikan bahwa model penelitian terbukti
akurat dalam mengklasifikasikan total sampel
dengan tingkat akurasi melebihi 84 persen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model berfungsi
efektif.
2. Intal dan Do (2002) Alasan mengapa auditor tidak dapat mendeteksi
financial statement fraud adalah: Segi technical,
tidak dapat menyediakan bukti audit yang layak
dan kuat, lemahnya model risiko audit dan
penilaian risiko internal control, dan kegagalan
audit dalam pengakuan pendapatan dan
pengungkapan transaksi dengan pihak ketiga.
Segi etika, mengenai independensi audit dan
jumlah jasa
non-audit yang diberikan oleh auditor.
47
No. Penelitian Hasil Penelitian
3.
Turner et al., (2003) Mengembangkan jaringan bukti yang memiliki
dua sub-jaringan. Pertama, untuk menangkap
resiko dan bukti hubungan untuk audit laporan
keuangan konvensional. Kedua, untuk
menangkap hubungan resiko dan bukti untuk
penilaian resiko kecurangan.
4. Nguyen (2008) Melakukan penelitian bertujuan untuk fokus
pada sifat kecurangan laporan keuangan dan
skema kecurangan terhadap laporan keuangan.
Dua kasus kecurangan pada laporan keuangan
dianalisis dari Enron dan WorldCom. Penelitian
ini membahas teknik-teknik umum yang
digunakan untuk mendeteksi kecurangan laporan
keuangan.
5. Koroy (2008) Terdapat empat faktor penyebab hambatan:
1. Karakteristik terjadinya kecurangan sehingga
menyulitkan proses pendeteksian.
2. Standar pengauditan belum cukup memadai
untuk menunjang pendeteksian yang
sepantasnya.
3. Lingkungan kerja audit dapat mengurangi
kualitas audit.
4. Metode dan prosedur audit yang ada tidak
cukup efektif untuk melakukan
pendeteksian kecurangan.
Berdasarkan permasalahan ini, perbaikan yang
perlu disarankan untuk diterapkan.
6. Skousen et al.,
(2009)
Melakukan penelitian secara empiris yang
mengkaji efektivitas teori Cressey (1953)
mengenai kerangka faktor resiko kecurangan
yang diterapkan dalam SAS No. 99 untuk
mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
Menurut teori Cressey, pressure, opportunity
dan rationalization selalu hadir dalam situasi
fraud. Skousen et al mengembangkan variabel
yang berfungsi sebagai ukuran proksi untuk
tekanan/motif, kesempatan, dan rasionalisasi dan
menguji variabel-variabel ini menggunakan
informasi umum yang tersedia.
48
No. Penelitian Hasil Penelitian
7. Lou dan Wang
(2009)
Menguji faktor resiko dari fraud triangle. Hasilnya
mengindikasikan bahwa kecurangan pelaporan
berhubungan dengan salah satu kondisi berikut:
tekanan keuangan dari suatu perusahaan atau
supervisor perusahaan, persentase yang lebih tinggi
dari transaksi yang kompleks suatu perusahaan, lebih
dipertanyakannya integritas manajer sebuah
perusahaan, atau penurunan hubungan antara
perusahaan dengan auditornya. Sebuah model logistik
sederhana berdasarkan contoh faktor risiko kecurangan
ISA 240 dan SAS 99 mengukur kemungkinan
kecurangan pelaporan keuangan dan dapat
menguntungkan praktisi.
8. Gagola (2011) Melakukan penelitian secara empiris yang mengkaji
efektivitas teori Cressey (1953) mengenai kerangka
faktor resiko kecurangan yang diterapkan dalam SAS
No. 99 dan PSA No. 70 untuk mendeteksi kecurangan
laporan keuangan. Gagola mengembangkan variabel
yang berfungsi sebagai ukuran proksi untuk
tekanan/motif, kesempatan, dan rasionalisasi.
9 Molida (2011) Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa financial
stability dengan proksi ACHANGE dan personal
financial need dengan proksi OSHIP berpengaruh
signifikan terhadap financial statement fraud.
Sementara itu, ineffective monitoring dengan proksi
AUDCSIZE tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap financial statement fraud.
10 Ratmono et al.
(2014)
Melakukan penelitian yang betujuan untuk menguji
kemampuan teori fraud triangle dalam menjelaskan
fenomena kecurangan laporan keuangan, dengan
menggunakan 27 sampel perusahaan yang melakukan
kecurangan laporan keuangan dan 27 sampel
perusahaan lain sebagai padanan. Data diuji dengan
menggunakan regresi logisitik, dengan hasil bahwa
terdapat hubungan positif antara tekanan dan
rasioanalisasi dengan kecurangan laporan keuangan.
Rasioanalisasi tidak didukung sebagai determinan
kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini
memberikan dukungan parsial untuk teori fraud
triangle dalam menjelaskan fenomena kecurangan
laporan keuangan.
Sumber: Dari berbagai referensi pendukung penelitian
49
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.2 sebagai berikut.
Gambar. 2.2
Skema Kerangka Pemikiran
PRESSURE
OPPORTUNITY
RATIONALIZATION
Cukup banyaknya kasus-kasus manipulasi laporan keuangan pada perusahaan-
perusahaan besar dan adanya kasus kebangkrutan yang disebabkan oleh kegagalan
audit
Basis Teori: Teori Agensi,Teori Fraud Triangle
Financial Stability
Financial Target
Kerugian perusahaan (LOSS)
Arus kas operasi (CFO)
Persentase perubahan total aset
(ACHANGE)
Nature of Industry
Persentase perubahan piutang
pada penjulan (RECEIV)
Return on total assets (ROA)
Rationalization
Opini audit (AUDREP)
Financial Statement
Fraud (DAC)
50
Lanjutan...
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Metode Analisis: Regresi Berganda
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian
dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua
variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel independen
persentase perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (CFO),
perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS), Return On total Asset
(ROA), persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP), persentase
perubahan piutang pada penjualan (RECEIV), dan opini audit (AUDREP)
terhadap variable dependen yaitu kecurangan laporan keuangan dengan
indikator manajemen laba yang diproksikan dengan Discretionary Accruals
(DAC). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Property, Real Estate,
and Building Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2010-2013.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yaitu kumpulan pengukuran atau data pengamatan yang
dilakukan terhadap orang, benda atau tempat, sedangkan sampel yaitu sebagian
dari populasi atau dalam istilah matematik dapat disebut sebagai himpunan
bagian atau subset dari populasi.
Metode penelitian sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling,
yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh
52
dengan menggunakan pertimbangan tertentu, umumnya disesuaikan dengan
tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Bambang, 2002).
Sampel untuk penelitian ini adalah semua perusahaan dalam industri
Property, Real Estate, and Building Construction yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2013, dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Perusahaan pada industri Property, Real Estate, and Building
Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-
2013.
2. Perusahaan pada industri Property, Real Estate, and Building Construction
yang menerbitkan laporan keuangan auditan selama empat tahun berturut-
turut, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.
3. Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember.
4. Perusahaan tidak keluar (delisting) di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian tahun 2010-2013.
5. Laporan tahunan perusahaan memiliki data-data yang berkaitan dengan
variabel penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan
dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal, majalah, tesis, internet, dan perangkat lain
yang berkaitan dengan judul penelitian.
53
2. Penelitian Lapangan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Seluruh data bersumber dari laporan keuangan auditan tahunan
perusahaan-perusahaan Property, Real Estate, and Building Construction
tahun 2010 sampai dengan 2013 yang telah dipublikasikan lengkap di
Bursa Efek Indonesai (BEI).
D. Metode Analisis
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik
dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian
dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam
bentuk tabel numerik dan grafik (Indriantoro dan Bambang, 2002).
Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis
kuantitatif yang bersifat deskriptif yang menjabarkan data yang diperoleh
dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk menggambarkan
fenomena atau karakteristik dari data, yaitu dengan memberikan
gambaran tentang pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi financial
statement fraud dengan indikator manajemen laba akrual. Metode
analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer program
SPSS.
54
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka
penelitian ini melakukan uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji
multikolinearitas dan uji autokorelasi. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Bila asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali,
2009).
Dalam penelitian ini pengujian uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan metode uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov
(K-S).
b. Uji Multikolonieritas
Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah pada model regresi
ditentukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi
yang valid adalah model regresi yang bebas dari multikolinearitas.
Multikolinearitas terjadi ketika variabel independen yang ada dalam
metode berkolerasi satu sama lain, ketika korelasi antar variabel
independen sangat tinggi maka sulit untuk memisahkan masing-
masing pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
55
Dalam melakukan pengujian terhadap multikolinearitas. Dapat
dideteksi dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation
factor (VIF), jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak
terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2009).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain. Jika variance dari residual pengamatan ke
pengamatan lain tetap maka disebut homoskedatisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali,2009). Dalam penelitian ini pengujian heteroskedastisitas
dilakukan dengan menggunakan metode Uji Glejser. Uji glejser
dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut residual terhadap
variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2011).
d. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini mengunakan Uji
Lagrange Multiplier (LM test). LM test dipilih dikarenakan uji ini
lebih tepat digunakan dibanding uji Durbin–Watson terutama bila
sampel yang digunakan relatif besar (lebih dari 100) (Ghozali, 2011).
Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah sebuah model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
56
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada runtut waktu karena “gangguan” pada seseorang
individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada
individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali,
2009).
3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi
besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2000). Model regresi berganda
umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel
independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval
atau rasio dalam suatu persamaan linier (Sunyoto, 2009).
Variabel independen terdiri dari persentase perubahan total aset
(ACHANGE), arus kas operasi (CFO), perusahaan yang melaporkan
adanya kerugian (LOSS), Return On total Asset (ROA), persentase
kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP), persentase perubahan
piutang pada penjualan (RECEIV), dan opini audit (AUDREP) terhadap
57
variable dependen yaitu manajemen laba (DAC) yang diproksikan dengan
Discretionary Accruals.
Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi
yang digunakan adalah sebagai berikut:
DAC = α0 + β1 ACHANGE + β2 CFO + β3 LOSS + β4 ROA+ β5 OSHIP
+ β6 RECEIV + β7 AUDREP + ε
Dimana:
DAC = Kecurangan laporan keuangan (manajemen laba akrual)
α0 = Konstanta
β1,2,3,... = Koefisien variabel
ACHANGE = Persentase perubahan total aset
OCF = Arus kas operasi
LOSS = Perusahaan yang melaporkan adanya kerugian
ROA = Return On total Assets
OSHIP = Persentase kepemilikan saham oleh orang dalam
RECEIV = Persentase perubahan piutang pada penjualan
AUDREP = Opini Audit
Pengujian ini dilakukan melalui:
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
58
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variable dependen (Ghozali, 2009).
b. Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji (Ghozali, 2009). Dalam
penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5 % dan 10%.
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 dan/atau 0,10 maka Ho
diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan variabel
independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh individual
terhadap variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 atau 0,10 maka Ho
ditolak dan Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel
independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual
terhadap variabel dependen atau terikat.
c. Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji
59
statistif F digunakan untuk mengetahui semua variabel indepnden yang
dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali,
2009).
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima dan
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan
Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasionalisasi variabel penelitian adalah penentuan construct sehingga
menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasionalisasi menjelaskan cara
tertentu yang digunakan dalam suatu penelitian dalam
mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan penelitian lain
untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik. Pada bagian ini
akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut
dengan operasional dan cara pengukurannya.
60
1. Financial Statement Fraud (Y)
Financial statement fraud sering kali diawali dengan salah saji atau
manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak
material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan
menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara
material (Rezaee, 2002). Oleh sebab itu, earnings management digunakan
sebagai proksi Financial statement fraud dalam penelitian ini. Jika pada
suatu kondisi di mana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai
target laba yang ditentukan, manajemen termotivasi untuk
memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau
keuntungan maksimal bagi perusahaan (Halim et al., 2005). Dasar akrual
dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer untuk
memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba yang
diinginkan (Halim et al., 2005). Jumlah akrual yang tercermin dalam
penghitungan laba terdiri dari discretionary accruals dan nondiscretionary
accruals. Nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang
terjadi seiring dengan perubahan dari aktivitas perusahaan. Discretionary
accruals merupakan komponen akrual yang berasal dari earnings
management yang dilakukan manajer.
Selanjutnya manajemen laba diproksikan lagi menggunakan
discretionary accruals yang dihitung dengan cara menyelisihkan total
accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals (NDACC). Dalam
menghitung DACC, digunakan model yang disusun oleh Kothari et al.
61
(2005), model ini terbukti menghasilkan nilai adjusted R2 yang lebih besar
daripada model Jones, modified Jones, dan Kasznik (Fanny, 2007;
Permatasari, 2011 dalam Junius dan Fitriany, 2012).
𝑇𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1= 𝑎0 + 𝑎𝑖 [
1
𝐴𝑖𝑡−1] + 𝛽1𝑖 [
∆𝑅𝐸𝑉𝑖𝑡 − ∆ 𝐴𝑅𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1] + 𝛽2𝑖 [
𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1] + 𝛿1𝑅𝑂𝐴𝑖,𝑡−1 + ɛ𝑖𝑡
Keterangan :
TACC = Total akrual perusahaan, dihitung dari laba bersih sebelum
pos luar biasa dikurangi dengan arus kas operasi (CFO)
A = Total aset perusahaan
ΔREV = Perubahan pendapatan, dihitung dari pendapatan bersih
pada tahun t dikurangi dengan pendapatan pada tahun t-1
ΔAR = Perubahan account receivable (AR), dihitung dari AR pada
tahun t dikurangi AR pada tahun t-1
PPE = Nilai Plant, Property, dan Equipment (PPE) bruto untuk
perusahaan i
ROA = Laba bersih perusahaan dibagi dengan total aset
= Residual eror
62
2. Financial Stability
a. Persentase perubahan total aset (ACHANGE)
Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Penilaian
mengenai kestabilan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari
bagaimana keadaan asetnya. FASB (1980) dalam Ghozali
dan Chariri (2007) mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi
yang mungkin terjadi di masa mendatang yang diperoleh atau
dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau
peristiwa masa lalu. Total aset menggambarkan kekayaan yang
dimiliki oleh perusahaan yang meliputi aset lancar dan aset tidak
lancar.
Persentasi perubahan total aset (ACHANGE) merupakan rasio
perubahan aset selama dua tahun. ACHANGE dihitung dengan
rumus:
ACHANGE = (𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭 – 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭−𝟏)
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭
b. Arus kas operasi (OCF)
Skousen et al. (2009) menyatakan bahwa ketidakmampuan untuk
menghasilkan arus kas positif dalam pertumbuhan laba yang
dilaporkan akan berkaitan dengan stabilitas keuangan. Penelitian
yang sama juga dilakukan oleh Lou dan Wang (2009) bahwa ada
hubungan positif yang terjadi antara arus kas operasi negatif dengan
63
kecurangan laporan keuangan. Arus kas negatif akan berdampak pada
penilaian investor karena arus kas dapat digunakan untuk meramalkan
kinerja perusaahaan di masa depan. Arus kas biasanya juga sebagai
pembanding kinerja antar perusahaan. Jika perusahaan mengalami
arus kas operasi negatif maka perusahaan tersebut sedang dalam
keadaan yang tidak stabil dan menimbulkan suatu tekanan bagi
manajemen.
Nilai arus kas operasi diukur berdasarkan nilai operating cah flow
laporan arus kas akhir tahun berjalan di bagi dengan total aset akhir
tahun berjalan (Pradhana dan Rudiawarni, 2013).
c. Perusahaan yang melaporkan kerugian (LOSS)
Hayn dalam Lou dan Wang (2009) menunjukkan tingkat cross-
sectional pengembalian laba (atau harga) perusahaan yang dilaporkan
mengalami kerugian jauh lebih lemah dibandingkan dengan
perusahaan yang melaporkan keuntungan. Adanya kerugan dari
aktivitas utama perusahaan menandakan bahwa perusahaan tidak
mampu memaksimalkan penjualannya sehingga para investor tidak
akan menerima dividen pada tahun tersebut. Varibel LOSS yaitu
perusahaan yang melaporkan adanya kerugian diukur dengan
menggunakan variabel dummy dimana kategori 1 untuk perusahaan
yang melaporkan adanya kerugian, dan kategori 0 untuk perusahaan
yang melaporkan keuntungan.
64
3. Financial Targets: Return On total Assets (ROA)
Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan seringkali mematok besaran
tingkat laba yang harus diperoleh atas usaha yang dikeluarkan untuk
mendapatkan laba tersebut, kondisi inilah yang dinamakan financial
targets. Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba yang diperoleh
perusahaan atas usaha yang dikeluarkan adalah ROA. Perbandingan laba
tehadap jumlah aktiva (ROA) adalah ukuran kinerja operasional yang
banyak digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aktiva telah
bekerja (Skousen et al., 2009). ROA sering digunakan dalam menilai
kinerja manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan
lainlain. Oleh karena itu, ROA dijadikan sebagai proksi untuk variabel
financial targets dalam penelitian ini.
Pengertian Return On total Asset (ROA) menurut Hanafi dan Halim (2003)
adalah:
“Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan
menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah
disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut”.
Return On total Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas
dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja perusahaan.
ROA dihitung dengan rumus sebagai berikut:
ROA = 𝑵𝒆𝒕 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒃𝒆𝒇𝒐𝒓𝒆 𝒆𝒙𝒕𝒓𝒂𝒐𝒓𝒅𝒊𝒏𝒂𝒓𝒚 𝒊𝒕𝒆𝒎
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔
65
4. Personal Financial Need: Persentase Kepemilikan Saham Oleh
Orang Dalam (OSHIP)
Personal financial need merupakan suatu kondisi dimana keuangan
perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif
perusahaan (Skousen et al., 2009). Sebagian saham yang dimiliki oleh
eksekutif perusahaan akan mempengaruhi kebijakan manajemen dalam
mengungkapkan kinerja keuangan perusahaan. Struktur kepemilikan
saham perusahaan dapat mempengaruhi tingkat terjadinya fraud.
Personal financial need diproksi dengan OSHIP. Proksi OSHIP
merupakan persentase komulatif dari kepemilikan pada perusahaan yang
dimiliki oleh orang dalam. Saham yang dimiliki oleh manajemen dibagi
dengan saham biasa yang beredar.
OSHIP = The cumulative percentage of ownership in the firm held by
insiders. Shares owned by management divided by the common shares
outstanding.
5. Nature of Industry: Persentase Perubahan Piutang Pada Penjualan
(RECEIV)
Summers dan Sweeney (1998) mencatat bahwa akun piutang memerlukan
penilaian subjektif dalam memperkirakan tidak tertagihnya piutang.
Mereka menyarankan bahwa karena adanya penilaian subjektif dalam
menentukan nilai dari akun tersebut, manajemen dapat menggunakan akun
tersebut sebagai alat untuk memanipulasi laporan keuangan. Argumen ini
didukung oleh Loebbecke et al. (1998), yang menemukan bahwa akun
66
piutang terlibat dalam sejumlah besar fraud dalam sampel mereka.
Summers dan Sweeney (1998), menggunakan proksi nature of industry
yang berkaitan dengan piutang adalah rasio perubahan dalam piutang
usaha.
Dalam Skousen (2009) Persentase Perubahan Piutang Pada Penjualan
(RECEIV) dapat diukur dengan rumus:
RECEIV = (𝑹𝒆𝒄𝒆𝒊𝒗𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕/𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔𝒕 − 𝑹𝒆𝒄𝒆𝒊𝒗𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕−𝟏/𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔𝒕−𝟏)
6. Rationalization: Opini Audit (AUDREP)
Opini audit wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor kepada
perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya secara wajar dan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di indonesia. Opini audit
wajar tanpa pengecualian mengindikasikan bahwa tidak terdapat
kesalahan yang material dalam laporan keuangan yang disusun perusahaan
(Mulyadi, 2010).
Hasil penelitian Effendi (2008) menunjukkan bahwa opini auditor wajar
tanpa pengecualian (unqualified opinion) berpengaruh negatif terhadap
kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Soselisa dan Mukhlasin (2008), tetapi tidak konsisten dengan
hasil penelitian Skousen et al. (2009). AUDREP ini diukur dengan
menggunakan variable dummy di mana kategori 1 untuk perusahaan yang
mendapat opini audit Unqualified Opinion dan kategori 0 untuk
perusahaan yang mendapat opini audit Unqualified Opinion with
explanatory language.
67
Variabel dan skala pengukuran terdapat dalam penelitian disajikan secara
ringkas dalam Tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1
Operasional Variabel dan Pengukuran
No Variabel Definisi
Operasional
Pengukuran Skala
Pengukuran
1 Financial Statement
Fraud (Discretionary
Accruals)
(Herusetya et al., 2012) Dependen
𝑇𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1
= 𝑎0 + 𝑎𝑖 [1
𝐴𝑖𝑡−1]
+ 𝛽1𝑖 [∆𝑅𝐸𝑉𝑖𝑡 − ∆ 𝐴𝑅𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1]
+ 𝛽2𝑖 [𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1] + 𝛿1𝑅𝑂𝐴𝑖,𝑡−1 + ɛ𝑖𝑡
Rasio
2 Pengaruh Persentase
Perubahan Total Aset
(ACHANGE)
(Skousen et al. 2009;
Ratmono et al. 2014)
Independen (Total Aset t – Total Aset t−1)
Total Aset t
Rasio
3 Arus Kas Operasi (OCF)
(Pradhana dan
Rudiawarni, 2013)
Independen Arus kas operasi / total aset
Rasio
4 Perusahaan Yang
Melaporkan Kerugian
(LOSS)
(Herusetya et al., 2012)
Independen
Variabel dummy, diberi
angka 1 untuk perusahaan
yang mengalami kerugian
dan diberi angka 0 jika
lainnya
Nominal
5 Return On total Assets
(ROA)
(Skousen et al. 2009;
Ratmono et al. 2014)
Independen Net Income before
extraordinary item / Total
Assets t
Rasio
6
Persentase Kepemilikan
Saham Oleh Orang Dalam
(OSHIP)
(Skousen et al. 2009);
Ratmono et al. 2014).
Independen Persentase saham yang
dimiliki oleh manajemen.
Rasio
7 Persentase Perubahan
Piutang Pada Penjualan
(RECEIV)
(Skousen et al. 2009);
Ratmono et al. 2014).
Independen (Receivablet/Salest −Receivablet−1/Salest−1)
Rasio
8 Opini Audit
(Skousen et al. 2009);
Ratmono et al. 2014). Independen
variable dumm,y di mana
angka 1 untuk perusahaan
yang mendapat opini audit
Unqualified Opinion dan
angka 0 lainnya
Nominal
Sumber: Dari berbagai referensi pendukung penelitian
68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010 hingga 2013
merupakan populasi dalam penelitian ini. Perusahaan - perusahaan tersebut
tidak keluar dari BEI (delisting) dan telah sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan pada bab sebelumnya. Dari pertimbangan tersebut didapatkan
sampel sebanyak 31 perusahaan dengan total 124 data observasi.
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan di industri Property, Real Estate and
Building Construction yang terdaftar di BEI pada tahun
2010-2013
38
Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria (7)
Jumlah sampel penelitian terpilih 31
Tahun pengamatan 4
Jumlah sampel total dalam periode penelitian 124
Sumber: Data sekunder diolah
Dari hasil seleksi sampel penelitian di atas, terdapat 31 perusahaan yang
sesuai dengan kriteria. Berikut merupakan daftar perusahaan Property, Real
Estate and Building Construction yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
69
Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan
No Nama Perusahaan Kode
1 Agung Podomoro Land Tbk. APLN
2 Alam Sutera Realty Tbk. ASRI
3 Bekasi Asri Pemula Tbk. BAPA
4 Bumi Citra Permai Tbk. BCIP
5 Bukit Darmo Property Tbk. BKDP
6 Sentul City Tbk. BKSL
7 Ciputra Development Tbk. CTRA
8 Ciputra Property Tbk. CTRP
9 Ciputra Surya Tbk. CTRS
10 Duta Anggada Realty Tbk. DART
11 Intiland Development Tbk. DILD
12 Duta Pertiwi Tbk. DUTI
13 Bakrieland Development Tbk. ELTY
14 Perdana Gapuraprima Tbk. GPRA
15 Jaya Real Property Tbk. JIHD
16 Jakarta International Hotel & Dev. Tbk. JRPT
17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. KIJA
18 Lippo Karawaci Tbk. LPKR
19 Modernland Realty Tbk. MDLN
20 Pakuwon Jati Tbk. PWON
21 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. RBMS
22 Roda Vivatex Tbk. RDTX
23 Danayasa Arthatama Tbk. SCBD
24 Suryamas Dutamakmur Tbk. SMDM
25 Summarecon Agung Tbk. SMRA
26 Adhi Karya (Persero) Tbk. ADHI
27 Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk. DGIK
28 Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. JKON
29 PP (Persero) Tbk. PTPP
30 Total Bangun Persada Tbk. TOTL
31 Waskita Karya (Persero) Tbk. WIKA
Sumber: Data sekunder diolah
70
B. Statistik Deskriptif
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi
berganda. Tujuannya untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai pengaruh variabel independen persentase perubahan total aset
(ACHANGE), arus kas operasi (OCF), perusahaan yang melaporkan adanya
kerugian (LOSS), Return On total Asset (ROA), persentase kepemilikan
saham oleh orang dalam (OSHIP), persentase perubahan piutang pada
penjualan (RECEIV), dan opini audit (AUDREP) terhadap variable dependen
yaitu manajemen laba (DAC) yang diproksikan dengan Discretionary
Accruals.
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai data
yang dimiliki dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Analisis ini
hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data agar dapat
memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai terendah (minimum), nilai
tertinggi (maximum), rata-rata (mean), dan standar deviasi. Berikut ini adalah
hasil statistik deskriptif dari variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAC 124 -0,28398 0,53224 -0,00492 0,10538
ACHANGE 124 -0,31884 0,53468 0,15531 0,15576
OCF 124 -0,15876 0,25348 0,04952 0,08085
71
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 124 -0,07234 0,36252 0,04473 0,04707
OSHIP 124 0,00000 0,50310 0,02999 0,08668
RECEIV 124 -0,68941 1,35966 -0,00105 0,21819
AUDREP 124 0 1 0,55 0,500
Valid N
(listwise)
124
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan hasil statistik deskriptif di atas, variabel kecurangan laporan
keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC) yang diproksikan
dengan Discretionary Accrual menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar -
0,28398, nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,53224, nilai rata-rata (mean)
sebesar -0,00492 dan standar deviasi sebesar 0,10538. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada perusahaan Property, Real Estate and
Building Construction melakukan manajemen laba cenderung dengan teknik
income minimization.
Selanjutnya Hasil analisis statistik deskriptif persentase perubahan total
aset (ACHANGE) menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar -0,31884,
nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,53468, nilai rata-rata (mean) sebesar
0,15531, dan standar deviasi sebesar 0,15576. Hasil analisis statistik
deskriptif arus kas operasi (OCF) menunjukan nilai terendah (minimum)
sebesar -0,15876, nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,25348, nilai rata-rata
(mean) sebesar 0,04952, dan standar deviasi sebesar 0,08085. Hasil analisis
statistik deskriptif perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS)
menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar 0, nilai tertinggi (maximum)
72
sebesar 1, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,07, dan standar deviasi sebesar 0,260.
Hasil analisis statistik deskriptif Return On total Asset (ROA) menunjukan nilai
terendah (minimum) sebesar -0,07234, nilai tertinggi (maximum) sebesar
0,36252, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,04473, dan standar deviasi sebesar
0,04707. Hasil analisis statistik deskriptif persentase kepemilikan saham oleh
orang dalam (OSHIP) menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar 0, nilai
tertinggi (maximum) sebesar 0,50310, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,02999,
dan standar deviasi sebesar 0,08668.
Selanjutnya hasil analisis statistik deskriptif persentase perubahan piutang
pada penjualan (RECEIV) menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar -
0.68941, nilai tertinggi (maximum) sebesar 1.35966, nilai rata-rata (mean)
sebesar -0.00105, dan standar deviasi sebesar 0.21819. Dan terakhir, hasil
analisis statistik deskriptif opini audit (AUDREP) menunjukan nilai terendah
(minimum) sebesar 0, nilai tertinggi (maximum) sebesar 1, nilai rata-rata
(mean) sebesar 0.55, dan standar deviasi sebesar 0,500.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji
apakah data memenuhi asumsi klasik atau tidak. Hal ini untuk menghindari
terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak semua data dapat diterapkan
menggunakan regresi. Di bawah ini merupakan uji asumsi klasik yang
telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut:
73
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal
(Gujarati, 2011). Model regresi yang baik adalah yang mempunyai
distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini
pengujian uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode uji
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dasar pengambilan
keputusan pada uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas
signifikansi data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0,05
maka variabel ini tidak berdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila
angka probabilitas di atas 0,05 maka HA ditolak yang berarti variabel
terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011). Adapun hasil uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat dalam tabel berikut:
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-
S) menunjukan nilai sebesar 0,170 yang berarti bahwa data
terdistribusi secara normal. Hal ini dapat terlihat karena nilai
probabilitas sebesar 0,170 lebih besar dari 0,05. Sehingga model
penelitian ini memenuhi uji asumsi klasik normalitas.
Tabel 4.4
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
Asymp. Sig. (2-tailed) Keterangan
0,170 Data berdistribusi normal
Sumber: Data sekunder diolah
74
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertjuan untuk menguji apakah adanya
korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi.
Untuk mendeteksi adanya masalah multikolonieritas dalam penelitian
ini dengan menggunakan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation
Factor). Regresi yang terbebas dari masalah multikolonieritas apabila
nilai VIF <10 dan nilai tolerance >0,10 maka data tersebut tidak ada
multikolonieritas. Berikut ini disajikan hasil uji multikolonieritas
dengan menggunakan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation
Factor), yaitu:
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolonieritas
Model Collinearity Statistics Kesimpulan
Tolerance VIF
ACHANGE 0,851 1,175 Tidak terjadi multikolonieritas
OCF 0,889 1,125 Tidak terjadi multikolonieritas
LOSS 0,743 1,346 Tidak terjadi multikolonieritas
ROA 0,756 1,322 Tidak terjadi multikolonieritas
OSHIP 0,895 1,118 Tidak terjadi multikolonieritas
RECEIV 0,961 1,040 Tidak terjadi multikolonieritas
AUDREP 0,895 1,117 Tidak terjadi multikolonieritas
Sumber: Data sekunder diolah
Dalam tabel 4.5 di atas menunjukan hasil uji multikolonieritas
dengan nilai Tolerance berkisar antara 0,743 – 0,961. Sedangkan
nilai Variance Inflation Factor (VIF) berkisar antara 1,040 – 1,346.
75
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian
ini tidak terjadi masalah multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.6 di bawah merupakan hasil Uji Heteroskedastisitas
dengan menggunakan Uji Glejser. Uji glejser mengusulkan untuk
meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen
(Gujarati,2003). Jika variabel independen signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi
heteroskedastisitas (probabilitas signifikansi tingkat kepercayaan 5%)
(Ghozali, 2011).
Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Glejser
Variabel Sig. Keterangan
ACHANGE 0,141 Tidak terjadi heteroskedastisitas
OCF 0,385 Tidak terjadi heteroskedastisitas
LOSS 0,543 Tidak terjadi heteroskedastisitas
ROA 0,884 Tidak terjadi heteroskedastisitas
OSHIP 0,763 Tidak terjadi heteroskedastisitas
RECEIV 0,637 Tidak terjadi heteroskedastisitas
AUDREP 0,055 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: Data sekunder diolah
Dari hasil uji glejser tersebut semua variabel independen
menunjukan angka signifikansi di atas 0,05 yang berarti bahwa dalam
persamaan regresi tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
76
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya (Ghozali, 2011).
Pada penelitian ini menggunakan Uji Lagrange Multiplier (LM
test) dikarenakan uji ini lebih tepat digunakan dibanding uji Durbin –
Watson terutama bila sampel yang digunakan relatif besar (lebih dari
100) (Ghozali, 2011). Berikut merupakan hasil uji autokorelasi
dengan menggunakan LM test:
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi
Uji Lagrange Multiplier (LM Test)
Variabel Sig. Keterangan
ACHANGE 0,815 * Tampilan output menunjukan koefisien
parameter untuk residual lag 2 (RES_2)
memberikan probabilitas signifikan
0,209 hal ini menunjukkan indikasi tidak
adanya masalah autokorelasi dalam
model regresi linier yang digunakan.
OCF 0,946
LOSS 0,830
ROA 0,902
OSHIP 0,907
RECEIV 0,961
AUDREP 0,923
RES_2* 0,209
Sumber: Data sekunder diolah
77
2. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerapkan model regresi dalam menerangkan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam
penelitian ini menggunakan variabel independen persentase
perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (CFO),
perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS), Return On
total Asset (ROA), persentase kepemilikan saham oleh orang dalam
(OSHIP), persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV),
dan opini audit (AUDREP), serta variable dependen yaitu
manajemen laba (DAC) yang diproksikan dengan Discretionary
Accruals.
Adapun hasil uji koefisien Adjusted R Square disajikan pada tabel
4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Adjusted R Square
1 0,690
Sumber: Data sekunder diolah
Tabel 4.8 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,690,
hal ini berarti bahwa 69% variabel manajemen laba dapat dijelaskan
oleh persentase perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi
(CFO), perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS),
78
Return On total Asset (ROA), persentase kepemilikan saham oleh
orang dalam (OSHIP), persentase perubahan piutang pada penjualan
(RECEIV), dan opini audit (AUDREP). Sedangkan sisanya yaitu
sebesar 31% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
b. Uji F (Model Fit)
Hasil Uji F pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai
signifikansi pada tabel hasil Uji F berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji F (ANOVA)
Model Sig.
1 0,000
Sumber: Data sekunder diolah
Pada tabel 4.9 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
model regresi yang digunakan layak untuk menguji data atau dapat
dikatakan bahwa persentase perubahan total aset (ACHANGE), arus
kas operasi (OCF), perusahaan yang melaporkan adanya kerugian
(LOSS), Return On total Asset (ROA), persentase kepemilikan
saham oleh orang dalam (OSHIP), persentase perubahan piutang
pada penjualan (RECEIV), dan opini audit (AUDREP) secara
bersama-sama mempengaruhi kecurangan laporan keuangan
(Financial Statement Fraud) yang diproksikan dengan manajemen
laba akrual.
79
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen. Tabel 4.10 berikut ini menyajikan hasil
uji statistik t dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik t
B Sig. Kesimpulan
ACHANGE 0,175 0,000* Berpengaruh
OCF -1,076 0,000* Berpengaruh
LOSS -0,062 0,010* Berpengaruh
ROA 0,309 0,019* Berpengaruh
OSHIP 0,057 0,377 Tidak Berpengaruh
RECEIV 0,014 0,576 Tidak Berpengaruh
AUDREP -0,021 0,058* Berpengaruh
Variabel Dependen: Manajemen Laba (DAC)
* Signifikansi pada α 5%
* Signifikansi pada α 10%
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat disimpulkan bahwa
terdapat empat variabel independen yaitu persentase perubahan total
aset (ACHANGE), arus kas operasi (OCF), perusahaan yang
melaporkan adanya kerugian (LOSS), dan return on total assets
(ROA) yang berpengaruh signifikan dengan tingkat signifikansi pada
5%. Sedangkan tiga variabel independen lainnya yaitu persentase
kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP), persentase
perubahan piutang pada penjualan (RECEIV), dan opini audit
(AUDREP) tidak berpengaruh pada kecurangan laporan keuangan
80
yang diindikasikan dengan manajemen laba dengan proksi
discretionary accruals.
Adapun penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
a) Pengaruh Persentase Perubahan Total Aset (ACHANGE)
terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian variabel Persentase Perubahan Total Aset
mempunya signifikansi 0,000 lebih kecil dari α =0,05. Nilai
koefisien beta yang dihasilkan 0,175. Hal ini menunjukan bahwa
hipotesis H1 terdukung sehingga dapat dikatakan persentase
perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba akrual pada tingkat signifikansi 5%.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Skousen et al (2009) dan Molida (2011), tetapi
tidak mendukung hasil peneltian yang dilakukan oleh Ratmono et
al. (2014).
Bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan
oleh manajemen salah satunya berkaitan dengan pertumbuhan
aset perusahaan (Skousen et al., 2009). Tingginya aset yang
dimiliki perusahaan menjadi daya tarik bagi investor. Untuk
menarik para investor, manajemen perusahaan tentunya
berupaya untuk sebaik mungkin menyajikan gambaran
81
perusahaan melalui laporan keuangan yang meyakinkan bagi
investor salah satunya yaitu dengan tingginya aset yang dimiliki.
b) Pengaruh arus kas operasi (OCF) terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian variabel Arus Kas Operasi pada tabel 4.10
menunjukkan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05.
Nilai koefisien beta yang dihasilkan -1,076. Hal ini menunjukkan
hipotesis H2 terdukung sehingga dapat dikatakan arus kas operasi
(OCF) berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba
akrual pada tingkat signifikansi 5%, konsisten dengan hasil
penelitian Nastiti dan Gumanti (2011) dan Pradhana dan
Rudiawarni (2013).
Menurut Nastiti dan Gumanti (2011) arus kas dari aktivitas
operasi mencerminkan kemampuan riil perusahaan dalam
menghasilkan dana (arus dana) untuk digunakan dalam
membiayai kegiatan operasinya, melunasi kewajiban, melakukan
investasi baru tanpa mengandalkan dari sumber pendanaan lain.
Maka jika arus kas dari aktivitas operasi perusahaan tinggi
mengindikasikan perusahaan tersebut kinerjanya baik sehingga
motivasi untuk melakukan kegiatan manajemen laba akrual akan
menurun. Sebaliknya, pada saat arus kas dari aktivitas operasi
rendah, maka manajemen akan termotivasi melakukan
manajemen laba akrual untuk memperbaiki kinerjanya agar
terlihat baik.
82
c) Pengaruh Perusahaan Yang Melaporkan Adanya Kerugian
(LOSS) terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian Perusahaan Yang Melaporkan Adanya
Kerugian (LOSS) pada tabel 4.10 menunjukkan signifikansi
sebesar 0,010 lebih kecil dari α = 0,05. Nilai koefisien beta yang
dihasilkan -0,062. Hal ini menunjukkan hipotesis H3 terdukung
sehingga dapat dikatakan perusahaan yang melaporkan adanya
kerugian (LOSS) berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba akrual.
Konsisten dengan hasil penelitian Herusetya et al., (2012).
Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang mengalami dan
melaporkan kerugian dalam laporan keuangannya kemungkinan
untuk melakukan praktik manajemen laba atau manipulasi
laporan keuangan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan
yang melaporkan laba pada laporan, karena perusahaan yang
cenderung melakukan manajemen laba menginginkan agar
laporan keuangan yang mereka terbitkan nampak dalam kondisi
keuangan yang baik di mata para pengguna laporan keuangan
tersebut.
d) Pengaruh Return On total Asset (ROA) terhadap Manajemen
Laba
Hasil pengujian Return On total Asset (ROA) mempunyai
nilai signifikansi 0,019 lebih kecil dari α =0,05. nilai koefisien
83
beta yang dihasilkan sebesar 0,309. Hal ini menunjukkan
hipotesis H4 terdukung sehingga dapat dikatakan bahwa Return
On total Assets (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba akrual pada tingkat signifikansi 5%. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Norbarani (2012), Daljono (2013), dam Ratmono et al. (2014).
Tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
Skousen (2009) yang menunjukkan hasil berbeda bahwa Return
On total Assets tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Return On total Asset (ROA) digunakan untuk mengukur
manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan. Semakin besar ROA yang diperoleh, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan
tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari
segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2005).
ROA yang tinggi menunjukkan profitabilitas perusahaan
yang tinggi pula, hal tersebut menjadikan target keuangan yang
harus dicapai pada tahun-tahun berikutnya. Selain itu ROA
adalah ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk
menunjukkan sebearap efisien aktiva telah bekerja (Skousen et al.
2009) dan sering digunakan dalam menilai kinerja manajer serta
dalam penentuan bonus, kenaikan upah dan lain-lain. Oleh karena
84
itu, hal tersebut akan memberikan tekanan kepada manajemen
sehingga kemungkinan manajamen melakukan tindak
kecurangan atau manipulasi laporan keuangan akan lebih besar.
Maka hal tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa
Return On total Asset memiliki dampak yang signifikan dalam
mempengaruhi manajemen melakukan tindak kecurangan
laporan keuangan.
e) Pengaruh Persentase Kepemilikan Saham Oleh Orang Dalam
(OSHIP) terhadap Manajemen Laba
Tabel 4.10 menunjukkan hasil pengujian Persentase
Kepemilikan Saham Oleh Orang Dalam (OSHIP) menghasilkan
signifikansi 0,377 lebih besar dari α = 0,05. Nilai koefisien beta
yang dihasilkan sebesar 0,057. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hipotesis H5 tidak terdukung sehingga dapat dikatakan Persentase
Kepemilikan Saham Oleh Orang Dalam (OSHIP) tidak memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba akrual.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Norbarani (2012), Daljono (2013), dan Ratmono
et al. (2014). Dalam penelitian tersebut tidak mendapatkan bukti
OSHIP memiliki pengaruh terhadap manajemen laba akrual.
Namun penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Skousen (2009) dan Molida (2011) yang
85
menunjukan hasil adanya pengaruh antara OSHIP terhadap
kecurangan laporan keuangan.
Kaitannya dengan penelitian ini, OSHIP tidak menunjukkan
hasil adanya hubungan dengan kecurangan laporan keuangan
dikarenakan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan pada industri property, real estate, dan building
construction yang terdaftar di Bursak Efek Indonesia di mana
terdapat cukup banyak perusahaan milik negara yang di
dalamnya para manajemen tidak ada kepemilikan saham. Dari
seluruh sampel yang digunakan dalam penelitian, perusahaan
dengan kepemilikan saham oleh orang dalam di bawah 5%
sebanyak 54,84% dari total sampel, perusahaan dengan
kepemilikan saham oleh orang dalam di atas 5% hanya 12,81%,
dan sisanya sebesar 32,35% dari total sampel menunjukkan tidak
adanya kepemilikan saham oleh orang dalam. Sehingga
dalam penelitian ini OSHIP tidak dapat menunjukkan adanya
hubungan dengan manajamen laba akrual kaitannya dengan
kecurangan laporan keuangan.
f) Pengaruh Persentase Perubahan Piutang Pada Penjualan
(RECEIV) terhadap Manajemen Laba
Tabel 4.10 menunjukkan hasil pengujian Persentase
Perubahan Piutang Pada Penjualan (RECEIV) menghasilkan
signifikansi 0,576 lebih besar dari α = 0,05. Nilai koefisien beta
86
yang dihasilkan sebesar 0,014. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hipotesis H6 tidak terdukung sehingga dapat dikatakan Persentase
Perubahan Piutang Pada Penjualan (RECEIV) tidak memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba akrual.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh skousen (2009) yang menunjukkan bahwa Persentase
Perubahan Piutang Pada Penjualan (RECEIV) tidak memberikan
bukti adanya pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Summers dan Sweeney (1998) dan Rahardjo
(2014) yang menunjukkan adanya hubungan antara RECEIV dan
kecurangan laporan keuangan (manajemen laba akrual).
Berdasarkan penelitian ini perubahan piutang pada penjualan
belum mampu membuktikan adanya pengaruh RECEIV dengan
manajemen laba akrual. Walaupun RECEIV diyakini karena
adanya penilaian subjektif dalam menentukan nilai dari akun
tersebut, manajemen dapat menggunakan akun tersebut sebagai
alat untuk memanipulasi laporan keuangan (Summers dan
Sweeney, 1998). Kaitannya dengan penelitian yang dilakukan
Rahardjo (2014), penelitian ini memiliki hasil berbeda
dikarenakan perbedaan sampel yang digunakan. Dalam
penelitian ini menggunakan sampel perusahaan property, real
estate, dan building construction dengan kecenderungan seluruh
87
perusahaan memiliki piutang yang besar dan peningkatan setiap
tahunnya dikarenakan pada umumnya perusahaan property,
real estate, dan building construction melakukan penjualan
dengan sistem yang hampir pasti selalu menimbulkan piutang
sehingga variabel ini tidak dapat membedakan mana saja
perusahaan yang cenderung melakukan suatu praktik
manajamen laba. Sehingga pernyataan Rahardjo (2014) yang
menyebutkan bahwa kenaikan piutang usaha yang signifikan
dapat menjadi dorongan bagi manajemen untuk memanipulasi
laporan keuangan dapat dikatakan tidak berlaku dalam
penelitian ini.
g) Pengaruh Opini Audit (AUDREP) terhadap Manajemen Laba
Tabel 4.10 menunjukkan hasil pengujian Opini Audit
(AUDREP) menghasilkan signifikansi 0,058 lebih kecil dari
α = 0,10. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar -0,021. Hal
tersebut menunjukkan bahwa hipotesis H7 terdukung sehingga
dapat dikatakan Opini Audit (AUDREP) memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba akrual pada tingkat
signifikansi 10%. Penggunaan signifikansi 10% pada penelitian
ini termasuk dalam kategori penelitian ekonomi dan ekonomi
merupakan bagian dari social science, selalin itu dalam
kaitannya dengan Indonesia, opini Wajar Tanpa Pengecualian
(unqualified) masih belum dapat memastikan seratus persen
88
bahwa suatu entitas yang mendapat opini tersebut terbebas dari
segala bentuk kecurangan seperti contoh kasus PT. Bank Lippo
Tbk. pada tahun 2002 dan juga mengutip dari pernyataan Badan
Pemeriksa Keuangan RI bahwa opini WTP tidak menjamin tidak
ada korupsi atau kecurangan (Jakarta, 30 Juni 2011) sehingga
dalam konteks opini audit masih cocok untuk menggunakan
tingkat signifikansi 10% (α = 0,10).
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Skousen (2009) di mana dalam
penelitian tersebut AUDREP tidak dapat membuktikan adanya
pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan (manajemen
laba akrual). Tetapi hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Soselisa dan Mukhlasin (2008)
dan Effendi (2008) yang menunjukkan bahwa opini auditor wajar
tanpa pengecualian (unqualified) berpengaruh negatif terhadap
kecurangan laporan keuangan.
Opini auditor wajar tanpa pengecualian diberikan oleh
auditor kepada perusahaan yang menyajikan laporan
keuangannya secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum di indonesia. Opini audit wajar tanpa
pengecualian mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesalahan
yang material dalam laporan keuangan yang disusun perusahaan
(Mulyadi, 2010). Praktik manajemen laba atau manipulasi
89
laporan keuangan merupakan suatu tindakan yang sangat material
dalam kaitannya dengan laporan keuangan, sehingga dapat
dipastikan laporan keuangan yang terindikasi adanya praktik
manipulasi laporan keuangan tidak akan mendapat opini audit
unqualified. Oleh karena itu perusahaan yang mendapat opini
audit Unqualified kecenderungan adanya praktik manipulasi
laporan keuangan yang terjadi menjadi lebih kecil.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapat beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Persentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC).
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Skousen et al (2009) dan Molida (2011).
2. Arus kas operasi (OCF) berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC). Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nastiti dan
Gumanti (2011) dan Pradhana dan Rudiawarni (2013).
3. Perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS) berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba
(DAC). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Herusetya et al., (2012).
4. Return On Total Assets (ROA) berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC). Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Norbarani
(2012), Daljono (2013), dam Ratmono et al. (2014).
91
5. Persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) tidak
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator
manajemen laba (DAC). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Norbarani (2012), Daljono (2013), dan Ratmono
et al. (2014).
6. Persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV) tidak
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator
manajemen laba (DAC). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh skousen et al. (2009).
7. Opini audit (AUDREP) berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC). Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Soselisa dan
Mukhlasin (2008) dan Effendi (2008)
B. Saran
Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel
kategori perusahaan agar dapat memprediksi financial statement fraud
pada kategori perusahan lain atau menggunakan seluruh kategori
perusahaan yang ada untuk meneliti financial statement fraud secara
menyeluruh.
92
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan pengukuran lain
dalam menentukan nilai discretionary accrauls seperti model Jones (1991),
model Kaznik (1999) atau model Francis et al. (2005).
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel dependen
yang lain sebagai pengukur dari financial statement fraud selain dengan
manajemen laba.
4. Masih sedikit dan sulitnya cara mengukur aspek rationalization pada fraud
triangle, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menemukan proksi
lain yang dapat digunakan untuk mengukur aspek rationalization selain
pergantian auditor dan opini audit.
5. Dikarenakan masih sedikitnya literatur tentang Fraud Diamond Theory
pada awal penelitian dimulai, peneliti masih menggunakan Fraud Triangle
Theory pada penelitian ini. Penelitian lanjutan tentang Fraud Diamond
Theory mulai banyak diteliti sekitar tahun 2014, walaupun D.T. Wolfe telah
memperkenalkan teori ini sejak tahun 2004. Maka dari itu pada penelitian
selanjutnya diharapkan dapat menggunakan teori lanjutan dari Fraud
Triangle yaitu Fraud Diamond Theory yang diperkenalkan pertama kali
oleh David T. Wolfe dan Dana R. Hermanson sebagai penyempurna dari
teori Fraud Triangle.
93
DAFTAR PUSTAKA
ACFE. 2004. Occupational Fraud and Abuse. USA: Association of Certified Fraud
Examiners.
AICPA. 2007. Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit AU Section
316. New York: PCAOB Standards and Related Rules.
Apriyono, Soemarso. 2008. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi 4. Rineka Cipta.
Jakarta.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). 2002. Siaran Pers Badan Pengawas
Pasar Modal.
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE. Yogyakarta.
Beasley, et al. 2000. Fraudulent financial reporting: Consideration of industry traits
and corporate governance mechanisms. Accounting Horizons 14 (4): 441-
454.
Boynton, et al. 2003. Modern Auditing. Edisi Terjemahan Ketujuh. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Brennan, et al. 2007. Financial statement fraud : some lessons from US and
European case studie. Wiley-Blackwel. Australian Accounting Review, 17
(42): 49-61.
Brigham, Eugene, and Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen. Keuangan, alih
bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh. Salemba Empat.
Charalambos, Spathis. 2002. Detecting false financial statements using published
data: some evidence from Greece. Managerial Auditing Journal, Vol. 17
Iss: 4, h.179 – 191.
Cressey, D. 1953. Other People’s Money; a Study in the Social Psychology of
Embezzlement. Glencoe, IL, Free Press.
Dechow and Sweeney. 1996. Causes and consequences of earnings manipulation:
An analysis of firms subject to enforcement actions by the SEC.
Contemporary Accounting Research 13 (1): 1-36.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Ghalia. Bogor.
94
Ernst & Young. 2009. Detecting Financial Statement Fraud: What Every Manager
Needs to Know.
Gagola, Christo. 2011. Analisis Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kecenderungan
Kecurangan Pelaporan Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia. Tesis
Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasi.
Ghozali dan Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Bpadan Penerbit Undip.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gideon, Budiono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba. Simposium Nasional
Akuntansi VIII, Solo.
Gujarati. 2003. Basic Econometrics. Mc-Grawhill. New York.
Halim, et al. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam
Indeks LQ-45. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.
Hamid, Abdul. 2010. Panduan Penulisan Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Haris, Wibisono. 2004. Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja di
Seputar SEO. Tesis Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.
Tidak dipublikasi.
Healy and Wahlen. 1999. A Review of the Earnings Management Literature and its
Implication for Standard Setting. Accounting Horizon 12.
Hendriksen, et al. 2000. Teori Akuntansi terjemahan dari Accounting Theory.
Interaksara Jakarta.
Herusetya, Antonius. 2012. Analisis Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba
Akuntansi: Studi Pendekatan Composite Measure Versus Conventional
Measure. Disertasi Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba
Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 (Revisi
2009): Penyajian Laporan Keuangan”, IAI, Jakarta.
95
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002 Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi
Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Intal, Tiina dan Linh Thuy Do. 2002. Financial Statement Fraud: Recognition of
Revenue and the Auditor’s Responsibility for Detecting Financial
Statement Fraud. Thesis Graduate Business School, Goteborg University.
Junius dan Fitriany. 2012. Pengaruh Audit Capacity Stress, Pendidikan Profesi
Lanjutan (PPL), Ukuran KAP, Spesialiasi, terhadap Manajemen Laba
Akrual dan Manipulasi Aktifitas Riil. Simposium Nasional Akuntansi XV
Banjarmasin.
Koroy. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor
Eksternal. STIE Nasional Banjarmasin.
Kusumawardhani, Prisca. 2013. Deteksi Financial Statement Fraud Dengan
Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
BEI. Jurnal Universitas Negeri Surabaya, Vol. 1, No. 3.
Leuz, et al. 2003. Earnings Management and Investor Protection: An International
Comparison. Journal of Financial Economic 69.
Lou and Wang. 2009. Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assessing The
Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting. Journal of Business and
Economic Research, Vol. 7, No. 2, h. 62-66.
Martantya, Daljono. 2013. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui
Faktor Risiko Tekanan dan Peluang. Diponegoro Journal of Accounting,
Vol. 2, No.2, h. 1-12.
Meizaroh dan Jurica Lucynda. 2011. Pengaruh Corporate Governance dan
KosentrasiKepemilikan pada Pengungkapan Enterprise Risk
Management, Simposium Nasional Akuntansi 14.
Molida, Resti dan Chariri, Anis. 2011. Pengaruh Financial Stability, Personal
Financial Need Dan Ineffective Monitoring Pada Financial Statement
Fraud Dalam Perspektif Fraud Triangle.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi 6. Penerbit Salemba Empat.
Na’im, Ainun. 1988. Akuntansi Keuangan I. BPFE. Yogyakarta.
Nastiti dan Gumanti. 2011. Kualitas Audit dan Manajemen Laba pada Initial Public
Offerings di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh.
96
Nguyen, Khanh. 2008. Financial Statement Fraud: Motives, Methodes, Cases and
Detection. Dissertation.com: Florida
Norbarani, Listiani. 2012. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan
Analisis Fraud Triangle yang Diadposi dalam SAS No. 99. Universitas
Diponegoro.
Pradhana dan Rudiawarni. 2013. Pengaruh kualitas audit terhadap earning
management pada perusahaan sektor manufaktur yang go public di BEI
periode 2008-2010. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.
2 No. 1.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). 2009. Tentang Penyajian
Pelaporan Keuangan No. 1.
Ratmono, et al. 2014. Dapatkah Teori Fraud Triangle Menjelaskan Kecurangan
Dalam Laporan Keuangan?. SNA XVII Mataram, Lombok.
Rezaee, Zabihollah. 2002. Financial Statement Fraud : Prevention and Detection.
John Wiley & Sons.
Rusmin. 2010. Auditor Quality and Earnings Management: Singaporean Evidence.
Managerial Auditing Journal, Vol. 25. No. 7.
Rustendi, Tedi. 2009. Analisis Terhadap Faktor Pemicu Terjadinya Fraud: Suatu
Kajian Teoritis Bagi Kepentingan Auditor Internal. Jurnal Akuntansi Vol.
4 No. 2. Jakarta.
Sam’ani. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage Terhadap
Kinerja Keuangan pada Perbankan yang Terdaftar di BEI tahun 2004 –
2007. Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Schipper, Katherine. 1989. Comentary Katherine on Earnings Management.
Accounting Horizon.
Scott. 2009. Financial Accounting Theory (5th edition). Pearson Education.
Skousen, et al. 2009. Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The
Effectiveness of the Fraud Triangle and SAS No.99. In C. J. Skousen, K.
R. Smith, & C. j. Wright, Advances in Financial Economics (pp. 53-81).
Bingley: Emerald Group Publishing Limited.
97
Soselisa dan Mukhlasin. 2008. Pengaruh Faktor Kultur Organisasi Manajemen
Strategik Keuangan dan Auditor Terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XI Unika Atmajaya.
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Grasindo.
Jakarta.
Summers and Sweeney. 1998. Fraudulently Misstated Financial Statements and
Insider Trading: an Empirical Analysis. The Accounting Review Vol. 73.
No. 1, h. 131-146.
Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, Yogyakarta, Media
Pressindo.
Tampubolon, Manahan. 2005. Manajemen Keuangan (Financing Management).
Ghalia. Bogor.
Tuanakotta, Theodorus M. 2012. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif Edisi
2. Jakarta: Salemba Empat.
Turner, et al. 2003. ”An Analysis of the Fraud Triangle.” WorkingPaper.
Ujiyantho dan Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen
Laba dan Kinerja Keuangan. SNA X: Unhas Makasar.
Ujiyantho. Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan dalam
Hubungan Keagenan. STIE Muhammadiyah Pekalongan.
Widyastuti, Tri. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal MAKSI.9 (1): 30-41.
Wilopo. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi pada Perusahaan Terbuka
dan BUMN), Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Zulfiati, Lies. 2013. Manajemen Laba, Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan
Siklus Hidup Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XVI. Manado.
98
Lampiran 1:
Daftar Sampel Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction
No Nama Perusahaan Kode
1 Agung Podomoro Land Tbk. APLN
2 Alam Sutera Realty Tbk. ASRI
3 Bekasi Asri Pemula Tbk. BAPA
4 Bumi Citra Permai Tbk. BCIP
5 Bukit Darmo Property Tbk. BKDP
6 Sentul City Tbk. BKSL
7 Ciputra Development Tbk. CTRA
8 Ciputra Property Tbk. CTRP
9 Ciputra Surya Tbk. CTRS
10 Duta Anggada Realty Tbk. DART
11 Intiland Development Tbk. DILD
12 Duta Pertiwi Tbk. DUTI
13 Bakrieland Development Tbk. ELTY
14 Perdana Gapuraprima Tbk. GPRA
15 Jaya Real Property Tbk. JIHD
16 Jakarta International Hotel & Dev. Tbk. JRPT
17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. KIJA
18 Lippo Karawaci Tbk. LPKR
19 Modernland Realty Tbk. MDLN
20 Pakuwon Jati Tbk. PWON
21 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. RBMS
22 Roda Vivatex Tbk. RDTX
23 Danayasa Arthatama Tbk. SCBD
24 Suryamas Dutamakmur Tbk. SMDM
25 Summarecon Agung Tbk. SMRA
26 Adhi Karya (Persero) Tbk. ADHI
27 Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk. DGIK
28 Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. JKON
29 PP (Persero) Tbk. PTPP
30 Total Bangun Persada Tbk. TOTL
31 Waskita Karya (Persero) Tbk. WIKA
99
Lampiran 2: Data Perusahaan Tahun 2010 – 2013
NO. EMITEN DAC ACHANGE OCF LOSS ROA OSHIP RECEIV AUDREP
1 ADHI 0,08761 -0,142411 -0,006241 0 0,029404 0,002700 0,278564 0
2 ADHI -0,08275 0,193893 0,084978 0 0,038453 0,000450 0,045911 0
3 ADHI 0,02707 0,223463 0,030642 0 0,029892 0,000500 0,051191 0
4 ADHI -0,11120 0,190196 0,057820 0 0,027140 0,000000 -0,122548 1
5 APLN 0,22965 0,418226 -0,116157 0 0,007980 0,031010 -0,036329 0
6 APLN 0,14195 0,298745 -0,027551 0 0,031976 0,031010 0,076803 0
7 APLN -0,00485 0,290108 0,079766 0 0,063492 0,030980 0,075328 0
8 APLN -0,05974 0,227860 0,075663 0 0,055364 0,031010 -0,044821 1
9 ASRI -0,15073 0,224068 0,173685 0 0,016521 0,000000 -0,043109 1
10 ASRI -0,18787 0,236296 0,236204 0 0,063314 0,000000 0,002287 1
11 ASRI -0,12326 0,451186 0,185519 0 0,100330 0,000000 -0,009339 1
12 ASRI -0,15094 0,241312 0,161979 0 0,111095 0,000000 0,013990 1
13 BAPA 0,00989 0,010816 0,113660 0 0,066592 0,000008 0,232007 1
14 BAPA -0,06548 0,079183 0,029712 0 0,092996 0,000008 0,552501 1
15 BAPA 0,02469 0,069195 0,019086 0 0,039851 0,000008 0,317886 1
16 BAPA -0,00430 0,094184 -0,038643 0 0,028211 0,062107 -0,183664 0
17 BCIP 0,21939 0,130610 -0,094302 0 0,051685 0,002500 -0,165193 1
18 BCIP 0,14440 0,192911 -0,158763 0 0,097248 0,002500 0,126547 1
19 BCIP -0,00551 0,304550 0,023690 0 0,010052 0,002500 -0,099837 1
20 BCIP -0,28398 0,209736 0,247820 0 0,027787 0,002500 -0,015709 1
21 BKDP -0,02079 0,153608 -0,026486 1 -0,008318 0,157200 -0,265531 1
22 BKDP 0,00447 -0,042044 -0,006886 1 -0,014459 0,157200 1,359658 1
23 BKDP -0,00160 -0,085050 -0,037657 1 -0,021284 0,157200 0,900724 0
24 BKDP -0,10758 -0,064414 -0,021910 1 -0,064888 0,082000 -0,266768 0
25 BKSL 0,06848 0,421720 -0,030309 0 0,000883 0,000000 -0,589471 1
26 BKSL 0,10544 0,089987 -0,085613 0 0,013603 0,000000 0,291904 0
27 BKSL -0,01024 0,140367 0,071084 0 0,025804 0,000000 0,070969 0
28 BKSL 0,06222 0,422989 0,001848 0 0,035907 0,000000 -0,052587 1
29 CTRA -0,05946 0,087904 0,064969 0 0,015937 0,002000 0,017001 0
30 CTRA -0,03980 0,186252 0,076954 0 0,027506 0,002000 0,031576 1
31 CTRA -0,05362 0,232872 0,115021 0 0,042865 0,002000 0,044556 0
32 CTRA 0,02854 0,253120 0,015315 0 0,056537 0,002091 -0,048911 1
33 CTRP -0,02010 0,044873 0,041139 0 0,020318 0,000000 0,017742 0
34 CTRP 0,05140 0,113842 0,001172 0 0,044252 0,000000 0,000472 0
35 CTRP -0,01226 0,280157 0,079504 0 0,039067 0,000000 0,159710 1
36 CTRP -0,06262 0,224723 0,066686 0 0,053785 0,000000 -0,113730 1
37 CTRS -0,02555 0,130537 0,032728 0 0,025178 0,000000 -0,031577 0
38 CTRS -0,03001 0,260638 0,076329 0 0,033411 0,000000 0,040580 1
39 CTRS -0,07685 0,203058 0,142747 0 0,056482 0,000000 0,002035 0
100
40 CTRS -0,07175 0,232568 0,104893 0 0,061856 0,000000 -0,060281 1
41 DART -0,01465 -0,254255 0,023708 0 0,009394 0,000000 -0,171892 1
42 DART 0,02313 0,375732 -0,007938 0 0,010503 0,000000 0,065110 0
43 DART 0,03358 0,044086 0,021001 0 0,014883 0,000000 -0,338366 0
44 DART 0,05032 0,099674 -0,017940 0 0,042120 0,000000 -0,007710 1
45 DGIK -0,18816 0,237055 0,181111 0 0,044651 0,028900 0,100714 1
46 DGIK 0,07733 -0,318836 -0,132756 0 0,036005 0,028900 0,011771 0
47 DGIK 0,06360 0,154940 -0,006711 0 0,005381 0,001000 0,046292 0
48 DGIK -0,10275 0,163196 0,059639 0 0,027002 0,001000 -0,038425 1
49 DILD 0,28684 0,534678 -0,061137 0 0,011968 0,000000 0,311192 1
50 DILD 0,05941 0,191969 -0,039802 0 0,076206 0,000000 -0,183745 0
51 DILD 0,02219 0,065637 0,028979 0 0,025902 0,000000 -0,305520 1
52 DILD -0,01129 0,190623 0,029261 0 0,032916 0,000000 -0,007761 1
53 DUTI -0,00471 0,062215 0,059109 0 0,047858 0,000000 0,006712 1
54 DUTI -0,00652 0,089592 0,072021 0 0,056536 0,000000 -0,015659 0
55 DUTI 0,02333 0,212988 0,093089 0 0,081468 0,000000 -0,006998 1
56 DUTI 0,08026 0,117927 0,034449 0 0,093299 0,000000 0,019987 0
57 ELTY 0,19327 0,320646 -0,129431 0 0,011409 0,000000 -0,127727 0
58 ELTY 0,07681 0,036354 -0,071657 0 0,012329 0,000000 -0,278635 1
59 ELTY -0,09133 -0,162272 0,053655 1 0,004221 0,000000 -0,548145 0
60 ELTY -0,10506 -0,238556 0,022931 1 -0,072336 0,000000 -0,080247 0
61 GPRA -0,06768 -0,116910 0,100144 0 0,023652 0,000000 -0,401614 1
62 GPRA 0,01247 0,041715 0,007538 0 0,029689 0,000000 0,058413 1
63 GPRA 0,11471 0,056474 -0,031135 0 0,036283 0,000000 0,116652 0
64 GPRA 0,01251 0,016805 0,016213 0 0,042955 0,000000 -0,164816 0
65 JIHD -0,02110 -0,075610 0,019174 0 0,061347 0,260300 -0,068248 1
66 JIHD -0,03950 -0,094888 0,065263 0 0,012859 0,215600 0,014353 0
67 JIHD -0,01975 0,020691 0,069917 0 0,016025 0,215600 0,155253 0
68 JIHD -0,10665 0,310787 0,224513 0 0,019163 0,212337 -0,089676 1
69 JKON -0,00720 0,212128 0,062520 0 0,081867 0,047950 0,062819 1
70 JKON -0,09630 -0,314623 0,152391 0 0,059071 0,085500 -0,023245 0
71 JKON 0,20695 0,419180 -0,058195 0 0,009229 0,085500 0,028955 0
72 JKON 0,03603 0,251471 -0,019245 0 0,072426 0,077400 -0,008461 1
73 JRPT -0,14981 0,215505 0,199686 0 0,074147 0,000070 -0,056058 0
74 JRPT -0,01620 0,193099 0,076320 0 0,080384 0,000000 -0,005891 0
75 JRPT 0,06350 0,182833 0,056678 0 0,084883 0,000000 -0,004771 0
76 JRPT 0,03266 0,189012 0,057143 0 0,085615 0,000000 -0,000370 1
77 KIJA -0,03976 0,042526 0,030395 0 0,144245 0,000000 0,015411 1
78 KIJA -0,00677 0,404030 0,082488 0 0,018623 0,000000 -0,024271 0
79 KIJA -0,02260 0,209169 0,092497 0 0,058265 0,000000 -0,009264 0
80 KIJA -0,19870 0,142620 0,114500 0 0,053773 0,000000 0,013431 1
81 LPKR 0,09002 0,249313 -0,042710 0 0,031997 0,000000 -0,026328 1
82 LPKR 0,00779 0,115218 0,020512 0 0,032518 0,000041 -0,037181 0
83 LPKR 0,07999 0,265795 0,051823 0 0,031760 0,000000 -0,124506 0
101
84 LPKR 0,15321 0,205463 -0,066415 0 0,099824 0,000000 0,017412 1
85 MDLN 0,04242 0,128867 -0,017910 0 0,001319 0,000000 0,424638 0
86 MDLN -0,03369 0,156719 0,068142 0 0,018991 0,000000 -0,689406 0
87 MDLN 0,06100 0,475078 0,028820 0 0,038187 0,000000 -0,164840 0
88 MDLN 0,53224 0,524046 -0,031810 0 0,056725 0,000000 -0,208591 1
89 PTPP 0,03899 0,242194 0,012284 0 0,039573 0,000000 0,059526 1
90 PTPP 0,01234 0,214799 0,021093 0 0,037040 0,000000 0,027167 1
91 PTPP 0,03808 0,189162 0,022900 0 0,034647 0,000000 0,046653 0
92 PTPP -0,09405 0,311286 0,052422 0 0,036217 0,000000 0,010484 1
93 PWON -0,10169 0,116946 0,136805 0 0,042171 0,000300 0,036240 1
94 PWON 0,01380 0,314617 0,060271 0 0,069479 0,000300 -0,021825 0
95 PWON -0,08683 0,240702 0,180812 0 0,065892 0,000300 -0,015053 0
96 PWON -0,15492 0,186317 0,226178 0 0,101310 0,000300 -0,008874 1
97 RBMS -0,04773 -0,016046 0,026514 1 0,000983 0,012200 -0,001735 0
98 RBMS 0,09715 0,137094 0,004852 0 -0,036618 0,453100 0,057087 0
99 RBMS 0,09909 0,110428 0,014680 0 0,117392 0,503100 -0,003196 1
100 RBMS -0,25715 0,038904 0,168461 1 0,107327 0,503100 0,040723 1
101 RDTX -0,02160 0,236105 0,177061 0 0,362520 0,000000 0,007006 1
102 RDTX -0,03062 0,212368 0,141444 0 0,200446 0,000000 -0,007714 1
103 RDTX -0,03340 0,103993 0,161263 0 0,105261 0,010300 0,101315 1
104 RDTX -0,17944 0,220543 0,189961 0 0,103321 0,012688 -0,122947 1
105 SCBD 0,00435 -0,094294 0,024224 0 0,069765 0,000000 -0,056511 1
106 SCBD -0,05774 0,000779 0,064771 0 0,022007 0,000000 -0,005163 0
107 SCBD -0,02630 0,022608 0,073823 0 0,020917 0,000000 -0,018657 0
108 SCBD -0,07641 0,358806 0,253483 0 0,019519 0,000000 0,094640 0
109 SMDM -0,02509 0,007176 0,017835 1 0,001151 0,000000 -0,130446 0
110 SMDM 0,01286 0,159642 0,002757 0 -0,000892 0,000000 -0,015464 1
111 SMDM 0,06349 0,069267 -0,014041 0 0,014116 0,000000 0,002755 1
112 SMDM -0,06433 0,105972 0,036070 0 0,017822 0,000000 -0,000475 1
113 SMRA -0,10581 0,273528 0,106584 0 0,037518 0,003000 0,014290 1
114 SMRA -0,06257 0,241942 0,092516 0 0,038028 0,003000 -0,095321 0
115 SMRA -0,04854 0,255343 0,120399 0 0,047993 0,002800 0,005110 0
116 SMRA 0,08593 0,203728 -0,000052 0 0,072826 0,002800 0,013660 1
117 TOTL -0,00907 0,188631 0,072796 0 0,040348 0,025600 0,097252 0
118 TOTL -0,11812 0,162362 0,144915 0 0,050821 0,025600 0,037156 1
119 TOTL -0,00197 0,080739 0,097626 0 0,065096 0,025600 -0,112389 1
120 TOTL 0,11647 0,072919 -0,050147 0 0,088039 0,018300 -0,005401 1
121 WIKA 0,02457 0,093169 0,033394 0 0,033193 0,032518 0,089525 1
122 WIKA -0,06316 0,244705 0,100735 0 0,045324 0,024558 -0,031254 1
123 WIKA 0,02453 0,239578 0,041251 0 0,048279 0,020300 0,037713 0
124 WIKA -0,04259 0,130985 0,022955 0 0,046483 0,018500 -0,067441 1
102
Lampiran 3: Output SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAC 124 -0,28398 0,53224 -0,00492 0,10538
ACHANGE 124 -0,31884 0,53468 0,15531 0,15576
OCF 124 -0,15876 0,25348 0,04952 0,08085
LOSS 124 0 1 0,07 0,260
ROA 124 -0,07234 0,36252 0,04473 0,04707
OSHIP 124 0,00000 0,50310 0,02999 0,08668
RECEIV 124 -0,68941 1,35966 -0,00105 0,21819
AUDREP 124 0 1 0,55 0,500
Valid N
(listwise)
124
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) ,022 ,011 2,012 ,047
ACHANGE ,175 ,037 ,258 4,742 ,000 ,851 1,175
OCF -1,076 ,069 -,825 -15,493 ,000 ,889 1,125
LOSS -,062 ,024 -,153 -2,624 ,010 ,743 1,346
ROA ,309 ,129 ,138 2,387 ,019 ,756 1,322
OSHIP ,057 ,065 ,047 ,886 ,377 ,895 1,118
RECEIV ,014 ,025 ,029 ,560 ,576 ,961 1,040
AUDREP -,021 ,011 -,102 -1,914 ,058 ,895 1,117
a. Dependent Variable: DAC
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,023 ,008 2,889 ,005
ACHANGE ,040 ,027 ,145 1,481 ,141
OCF -,044 ,051 -,083 -,873 ,385
LOSS ,010 ,017 ,064 ,611 ,543
ROA ,014 ,094 ,015 ,146 ,884
OSHIP ,014 ,047 ,029 ,302 ,763
RECEIV -,009 ,018 -,043 -,472 ,637
AUDREP ,016 ,008 ,185 1,942 ,055
a. Dependent Variable: ABS_RES
103
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,004 ,011 -,322 ,748
ACHANGE ,009 ,037 ,024 ,235 ,815
OCF -,005 ,069 -,007 -,069 ,946
LOSS ,005 ,024 ,023 ,216 ,830
ROA ,016 ,129 ,013 ,123 ,902
OSHIP ,008 ,064 ,012 ,118 ,907
RECEIV -,001 ,025 -,005 -,049 ,961
AUDREP ,001 ,011 ,009 ,097 ,923
RES_2 -,119 ,094 -,119 -1,264 ,209
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Model Summaryb
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,841a ,707 ,690 ,05870182
a. Predictors: (Constant), AUDREP, RECEIV, OCF,
OSHIP, ACHANGE, ROA, LOSS
b. Dependent Variable: DAC
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression ,966 7 ,138 40,060 ,000b
Residual ,400 116 ,003
Total 1,366 123
a. Dependent Variable: DAC
b. Predictors: (Constant), AUDREP, RECEIV, OCF, OSHIP, ACHANGE,
ROA, LOSS
104
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 124
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,05700698
Most Extreme
Differences
Absolute ,100
Positive ,100
Negative -,073
Kolmogorov-Smirnov Z 1,110
Asymp. Sig. (2-tailed) ,170
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.