100

Click here to load reader

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Aparatur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Skripsi Ilmu Pemerintahan, Manajemen, SDM tentang pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap kinerja aparatur desa

Citation preview

  • PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP KINERJA APARATUR DESA AMARTAPURA

    KECAMATAN MADUKARA KABUPATEN KARANG TUMARITIS

    SKRIPSI

    Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Administrasi Pemerintahan

    oleh

    MARIO BALLOTELI NPM.

    PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGIILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP) BENTANG BARANANG KARANG TUMARITIS

    2013

  • 2

    ABSTRAK

    MARIO BALLOTELI (10010XXX) Pengaruh Gaya Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Kepala Desa Terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis Sekolah Tinggi Imu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (STISIP) BENTANG BARANANG Karang Tumaritis Pembimbing:

    Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) Menguji dan mendeskripsikan pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang Tumaritis, dan (2) Mendeskripsikan besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang Tumaritis.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dengan pegawai di Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis yang seluruhnya berjumlah 16 orang. Teknik pengumpulan data untuk kedua variabel Gaya Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Kepala Desa dan Kinerja Aparatur Desa Amartapura menggunakan instrumen angket dengan skala ordinal serta menggunakan skala Likert.

    Hasil penelitian menunjukkan: (1) Gaya Kepemimpinan Kepala Desa berpengaruh positif terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang Tumaritis yang ditunjukkan dengan persamaan regresi = 44,885 + 0,239X + e serta pengujian hipotesis dengan uji t yang menunjukkan nilai thitung (2,861) lebih besar daripada nilai ttabel (1,761) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 14 untuk penolakan atas HO, dan diterimanya HA.. (2) Besar pengaruh ditunjukkan dengan koefisien determinasi sebesar 0,275 yang mengandung makna sebanyak 27,50% Kinerha Aparatur Desa Amartapura dipengaruhi oleh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa. Sedangkan sisanya sebesar 72,50 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

  • 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara

    sadar dengan sebuah batasan yang reaktif dapat diidentifikasikan, bekerja

    secara terus menerus untuk mencapai tujuan.1 Kemudian menurut Euis

    Sholeha dan Suzy mengemukakan organisasi adalah perserikatan orang-orang

    yang usahanya harus dikoordinasikan, tersusun dari sejumlah sub system yang

    saling berhubungan dan saling tergantung, bekerja sama atas dasar pembagian

    kerja, peran dan wewenang, serta mempunyai tujuan tertentu yang hendak

    dicapai.2

    Organisasi berisikan orang-orang yang mempunyai serangkaian

    aktivitas yang jelas dan dilakukan secara berkelanjutan guna mencapai tujuan

    organisasi. Semua tindakan yang diambil dalam setiap kegiatan diprakarsai,

    dan ditentukan oleh manusia yang menjadi anggota organisasi, dimana

    manusia sebagai pendukung utama setiap organisasi apapun bentuk organisasi

    itu (Mulyadi dan Rivai, 2009).3

    1 Robbins, S.P. Perilaku Organisasi. (PT. Indeks Kelompok Gramedia. 2006). P. 55 2 Sholeha, Euis. Dan Suzy. 1996. Kepemimpinan Yang Efektif, Tinjauan dan Implementasinya

    Bagi Pencapaian Tujuan Organisasi. Jurnal Gema Stikubank. Hal: 45-56. 3 Mulyadi, Deddi. Dan Veithzal Rivai. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. (Jakarta :

    Rajawali Pers. 2009) p. 21

  • 4

    Dalam mencapai tujuan organisasi, setiap organisasi memerlukan

    sumber daya untuk mencapainya. Sumber daya merupakan sumber energi,

    tenaga, kekuatan yang diperlukan untuk menciptakan aktivitas ataupun

    kegiatan. Sumber daya itu antara lain sumber daya alam, sumber daya

    finansial, sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sumber daya

    manusia. Diantara sumber daya tersebut, sumber daya yang terpenting ialah

    sumber daya manusia.4 Sumber daya manusia dianggap penting karena dapat

    mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi, serta merupakan

    pengeluaran pokok organisasi dalam menjalankan kegiatannya.5

    Sumber daya manusia yaitu sumber daya yang digunakan untuk

    menggerakkan, dan mensinergikan sumber daya lainnya untuk mencapai

    tujuan organisasi. Sejalan dengan itu Simamora mendefinisikan bahwa sumber

    daya manusia merupakan asset organisasi yang paling penting, dan membuat

    sumber daya organisasi lainnya menjadi bekerja.6 Dengan demikian, tanpa

    sumber daya manusia sumberdaya lainnya akan menganggur dan kurang

    bermanfaat dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk itu sumber daya manusia

    sebagai asset organisasi perlu dilakukan pengelolaan (manajemen) dengan

    baik.

    Menurut Stoner, manajemen merupakan proses perencanaan,

    pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota

    4 Wirawan. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat. 2009) p. 107 5 Simamora, Henry. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi III. (Jakarta : STIE YKPN. 2006)

    p. 11 6 Ibid

  • 5

    organisasi, serta penggunaan sumber daya manusia, dan sumberdaya lainnya

    agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.7

    Manajemen sumber daya manusia (MSDM) sendiri adalah serangkaian

    fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengen-

    dalian) yang dijadikan dasar dilaksanakannya fungsi msdm (pengadaan,

    pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhenti-

    an pegawai), dengan maksud terwujudnya tujuan organisasi, individu pegawai,

    dan masyarakat.8 Adapun tugas msdm menurut Gibson, et al (1995) yaitu

    berkisar pada upaya mengelola unsur manusia dengan potensi yang dimiliki

    sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia yang puas (satisfied), dan

    memuaskan (satisfactory) bagi organisasi.9

    Gibson, et all (1995) menjelaskan bahwa kinerja organisasi tergantung

    pada kinerja pegawainya, atau dengan kata lain kinerja pegawai akan

    memberikan kontribusi pada kinerja organisasi.10 Apa yang dikemukakan

    Gibson tersebut dapat diartikan bahwa perilaku anggota organisasi baik secara

    individu ataupun kelompok dapat memberikan kekuatan atau pengaruh atas

    kinerja organisasinya. Kinerja pegawai adalah hal yang penting untuk

    diperhatikan organisasi, karena dapat mempengaruhi tercapainya tujuan dan

    kemajuan organisasi untuk dapat bertahan dalam suatu persaingan global yang

    sering berubah atau tidak stabil.

    7 Ibid 8 Flippo, Edwin B. Manajemen Personalia, Edisi Keempat, (Jakarta: Erlangga. 1993) p. 41 9 Gibson, James. L, et all. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Edisi ke-5. (Jakarta : Erlangga.

    1995) p. 24 10 Ibid

  • 6

    Rivai (2003) mengemukakan kinerja ialah hasil kerja seseorang atau

    sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang, dan

    tanggung jawabnya.11 Lalu Seymour menjelaskan bahwa kinerja merupakan

    tindakan-tindakan atau pelaksanaan-pelaksanaan tugas yang dapat diukur atau

    dinilai.12 Dengan demikian, kinerja pegawai dalam suatu organisasi perlu

    diukur atau dinilai, agar dapat diketahui apakah kinerja pegawai itu baik atau

    buruk.

    Kinerja yang baik adalah kinerja yang optimal, yaitu kinerja yang

    sesuai standar organisasi dan mendukung tercapainya tujuan organisasi, dan

    dikatakan buruk jika sebaliknya (Masrukhin dan Waridin, 2006).13 Kinerja

    pegawai erat kaitannya dengan penilaian kinerja, untuk itu penilaian kinerja

    pegawai perlu dilakukan oleh suatu organisasi. Penilaian kinerja (performance

    evaluation) yaitu proses untuk mengukur atau mengevaluasi hasil pekerjaan

    yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi (Rivai,

    2003).14 Dengan kata lain penilaian kinerja ditentukan oleh hasil kegiatan

    sumber daya manusia (SDM) dengan standar kinerja yang telah ditetapkan

    organisasi sebelumnya.

    Dalam perkembangannya, melakukan penilaian kinerja pegawai

    tidaklah sederhana. Karena dalam penilaian kinerja memerlukan syarat,

    11 Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Erlangga.

    2004) p. 77 12 Cahyono, Budhi. 2006. Pengaruh Organizational Stressor dan Individual Traits Terhadap Stress

    Pekerjaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 7 No 2. P 181-195 13 Masrukhin dan Waridin. 2004. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja,Budaya Organisasi

    Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai. EKOBIS. Vol 7. No 2. Hal: 197-209. 14 Rivai, Op.Cit

  • 7

    indikator, serta terdapat elemen-elemen atau variabel-variabel yang mem-

    pengaruhinya. Adapun beberapa variabel yang dapat mempengaruhi kinerja

    pegawai menurut Wirawan15 antara lain:

    a. Gaya kepemimpinan, gaya kepemimpinan yang biasa diterapkan pimpinan

    kepada bawahan atau pegawai dalam rangka proses kepemimpinannya.

    b. Motivasi kerja, motivasi kerja yang biasa diberikan pemimpin atau

    organisasi kepada bawahan atau pegawai.

    Dalam organisasi ada dua pihak yang saling tergantung dan merupakan

    unsur utama dalam organisasi yaitu pemimpin sebagai atasan, dan pegawai

    sebagai bawahan (Mulyadi dan Rivai, 2009).16 Kepemimpinan pemimpin

    dalam suatu organisasi dirasa sangat penting, karena pemimpin memiliki

    peranan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang biasa tertuang

    dalam visi dan misi organisasi.17 Kepemimpinan ialah kemampuan dan

    keterampilan seseorang atau individu yang menduduki jabatan sebagai

    pimpinan satuan kerja, untuk mempengaruhi perilaku orang lain terutama

    bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa, sehingga melalui

    perilaku yang positif tersebut dapat memberikan sumbangsih nyata dalam

    pencapaian tujuan organisasi.18 Kemudian Basuki dan Susilowati menyatakan

    15 Wirawan. Op.Cit. p. 24 16 Mulyadi dan Rivai. Loc.Cit. 17 Suranta, Sri. 2002. Dampak Motivasi Karyawan Pada Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan

    Dengan Kinerja Karyawan Perusahaan Bisnis. Empirika.Vol 15. No 2. Hal: 116-138. 18 Siagian, Sondang. P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. (Jakarta: Rineka Cipta.

    2002.) p. 41

  • 8

    bahwa pemimpin merupakan titik sentral dalam manajemen, sedangkan

    manajemen merupakan titik sentral dari organisasi.19

    Mulyadi dan Rivai memaparkan bahwa pemimpin dalam

    kepemimpinannya perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya kepemimpinan

    yang akan diterapkan kepada pegawainya.20 Gaya kepemimpinan yaitu norma

    perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba

    mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan atasan dapat

    mempengaruhi kesuksesan pegawai dalam berprestasi.

    Dengan kata lain gaya kepemimpinan atasan dapat berpengaruh pada

    kinerja pegawai dalam suatu organisasi. Beberapa penelitian tentang pengaruh

    gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pernah dilakukan, dengan

    menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang dilakukan

    beberapa ahli di atas menunjukkan hasil bahwa gaya kepemimpinan

    berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Kemudian

    terdapat pula penelitian dengan hasil yang menunjukkan bahwa gaya

    kepemimpinan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja

    pegawai.

    Dalam perkembangannya, gaya kepemimpinan tidak hanya

    diperhatikan oleh organisasi swasta, melainkan organisasi pemerintah juga

    dalam meningkatkan kinerja pegawai. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah

    setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang

    19 Basuki, dan Indah Susilowati. 2005 Dampak Kepemimpinan, dan Lingkungan Kerja, Terhadap

    Semangat Kerja. Jurnal JRBI. Vol 1 No 1. Hal : 31-47 20 Mulyadi dan Rivai. Op.Cit.

  • 9

    ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam

    suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Sumber: Undang-

    Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian).

    Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara yang

    bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional,

    jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan

    pembangunan (Sumber: Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

    Pokok-pokok Kepegawaian). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PNS

    mempunyai peran yang sangat menentukan keberhasilan dalam meraih tujuan,

    dan merupakan kunci dalam menentukan keberhasilan Pemerintah dalam

    melaksanakan kewenangan. Berdasarkan hal tersebut, maka kinerja pegawai

    (PNS) harus dinilai dan ditingkatkan secara berkesinambungan.

    Dalam menilai kinerja para PNS, ada baiknya jika kegiatan ini tidak

    berhenti pada keberadaan para PNS itu sendiri. Hal ini perlu juga dikaitkan

    dengan sistem dan mekanisme evaluasi kinerja lebih luas yang melibatkan

    proses evaluasi kualitas motivasi kerja yang diberikan, dan evaluasi kualitas

    kepemimpinan para pemimpin institusi tempat mereka bekerja. Dengan kata

    lain proses penilaian kinerja PNS tidak bisa dilepaskan dari motivasi kerja,

    berikut peran dan tanggungjawab para pemimpin instansi tersebut.

    Peningkatan kinerja pegawai senantiasa dilakukan agar dapat mencapai

    sasaran pelayanan prima bagi masyarakat, yaitu terciptanya pelayanan yang

  • 10

    disajikan oleh aparatur pemerintah yang sesuai dengan standar, serta dapat

    menciptakan citra positif.

    Aparat dan perangkat Desa Amartapura, Kecamatan Madukara dalam

    meningkatkan kinerja pegawainya dihadapkan pada kendala yang timbul,

    yaitu masih rendahnya pemahaman tupoksi dari pegawai dalam mendukung

    pelaksanaan tugas. Dimana untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas yang

    ada setiap pegawai harus senantiasa memiliki pemahaman yang baik terhadap

    apa yang telah menjadi tupoksinya (Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja

    Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2010).

    Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan kesenjangan (gap) terhadap

    apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan organisasi (setiap pegawai

    harus senantiasa memiliki pemahaman yang baik terhadap apa yang telah

    menjadi tupoksinya, untuk mendukung pelaksanaan setiap tugas yang ada)

    dengan apa yang senyatanya terjadi di lapangan (masih rendahnya pemahaman

    tupoksi dari pegawai dalam mendukung pelaksanaan tugas), yang

    mengindikasikan bahwa kinerja pegawai belum tercapai secara optimal.

    Dengan melihat dan memperhatikan uraian-uraian tersebut di atas, maka

    dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala

    Desa terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara

    Kabupaten Karang Tumaritis.

  • 11

    B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

    Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dengan menunjukkan

    hasil yang tidak konsisten, dan melihat kendala yang dihadapi oleh Perangkat

    Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis, di

    mana kendala tersebut menunjukkan kekurangan yang perlu diperbaiki untuk

    mencapai kinerja pegawai yang optimal. Untuk itu dalam memecahkan

    masalah tersebut perlu dikembangkan beberapa pertanyaan penelitian, antara

    lain sebagai berikut:

    1. Apakah gaya kepemimpinan kepala desa berpengaruh terhadap kinerja

    aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang

    Tumaritis?

    2. Seberapa besar perngaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap

    kinerja aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten

    Karang Tumaritis?

    C. Maksud dan Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka

    peneliti mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Adapun

    tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut.

    1. Menguji dan mendeskripsikan pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa

    terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara,

    Kabupaten Karang Tumaritis.

  • 12

    2. Mendeskripsikan besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa

    terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara,

    Kabupaten Karang Tumaritis.

    D. Kegunaan Penelitian

    1. Kegunaan Praktis

    Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada Kepala Desa

    Amartapura selaku pimpinan tertinggi di dalam organisasi tersebut, berikut

    serta para pegawai atau perangkat Desa Amartapura Kecamatan

    Madukara, Kabupaten Karang Tumaritis, akan pengaruh dari gaya

    kepemimpinan dan motivasi kerja dalam meningkatkan kinerja pegawai.

    2. Kegunaan Teoretis

    Memberikan tambahan referensi untuk mengembangkan ilmu

    pengetahuan khususnya bidang Manjemen Pemerintahan.

    E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

    1. Kerangka Pemikiran

    a. Gaya Kepemimpinan

    Ada banyak defenisi tentang kepemimpinan. Tetapi bagi kita, secara

    mendasar kepemimpinan berarti mempengaruhi orang lain. Ini merupakan

    defenisi yang luas dan termasuk di dalamnya bermacam-macam prilaku yang

    diperlukan untuk mempengaruhi orang lain. Sebagian besar persfektif

    kepemimpinan memandang pemimpin sebagai sumber pengaruh. Pemimpin

  • 13

    dalam memimpin pada dasarnya mempengaruhi dan para pengikutnya

    mengikuti sebagai pihak yang dipengaruhi.

    Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk

    menggerakkan sekelompok orang menuju ke suatu tujuan yang telah

    ditetapkan/disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka

    untuk bertindak dengan cara yang tidak memaksa. Dengan kemampuannya

    seorang pemimpin yang baik harus mampu menggerakkan orang-orang

    menuju tujuan jangka panjang dan betul-betul merupakan upaya memenuhi

    kepentingan mereka yang terbaik. Dengan demikian kepemimpinan dapat

    dikatakan sebagai peranan dan juga suatu proses untuk mempengaruhi orang

    lain. (Rivai 2004:64).21

    Selanjutnya, Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup

    meyakinkan orang lain supaya bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai

    suatu team untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu.

    Kepemimpinan juga merupakan relasi dan pengaruh antara

    pimpinan dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan

    berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan

    individu-individu yang dipimpin. Kepemimpinan ini dapat berfungsi atas

    dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi dan

    menggerakan orang-orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian

    satu tujuan tertentu. Dengan begitu pemimpin tersebut ada bila terdapat

    kelompok atau organisasi. Maka keberadaan pemimpin itu selalu ada di

    21 Rivai. Op.Cit. p. 64

  • 14

    tengah-tengah kelompoknya (anak buah, bawahan. Rakyat).22 (Kartono,

    2005: 6)

    Sehubungan dengan itu, dapat diuraikan beberapa persyaratan

    kepemimpinan yaitu sebagai berikut:

    1) Jujur

    2) Berpengetahuan

    3) Berani

    4) Tegas

    5) Dapat diandalkan

    6) Berinisiatif

    7) Bijaksana

    8) Adil

    9) Gairah

    10) Ulet

    11) Tidak mementingkan diri sendiri

    12) Setia

    13) Berwibawa

    14) Mampu membuat pertimbangan.23 (Yukl, 1994)

    Demikian dapat di lihat bahwa untuk menjadi seorang pemimpin

    tidaklah mudah, diperlukannya syarat-syarat yang sangat kuat agar seorang

    22 Kartini Kartono, Psikologi Sosial untuk Manajemen: Perusahaan dan Industri, (Jakarta:

    Rajawali Press, 1994) p. 6 23 Yukl, G. Leadership in Organizations.(Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. 1994) p. 48

  • 15

    pemimpin dapat memimpin anggotanya atau kelompoknya dengan

    bijaksana serta bertanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi.

    Keberhasilan seorang pemimpin banyak tergantung dari

    keberhasilannya dalam kegiatan komunikasi. Seseorang tak mungkin

    menjadi pemimpin tanpa punya pengikut. Lebih tinggi kedudukannya

    sebagai pemimpin, akan lebih banyak pengikutnya. Akan tetapi tidak

    mungkin ia dapat menaiki anak tangga kepemimpinannya tanpa

    kemampuan membina hubungan komunikatif dengan pengikut-

    pengikutnya dan bakal pengikut-pengikutnya. Yang sangat penting bagi

    seorang pemimpin dalam kegiatannya sebagai komunikator ialah adanya

    faktor daya tarik komunikator dan faktor kepercayaan pada komunikator.

    Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya Kepemiminan dan

    Perilaku Organisasi menjelaskan bahwa :

    Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mencapai sasaran organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi komitmen bersama.24

    Berdasarkan pendapat Veithzal Rivai diatas, peneliti dapat

    menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yang sering dipakai untuk

    menapai tujuan atau sasaran yang menjadi kesepakatan bersama adalah

    24 Rivai. Op.Cit. p. 107

  • 16

    gaya kepemimpinan yang berdasarkan pola perilaku dan strategi yang

    disukai seorang pemimpin.

    Pendapat di atas menunjukan bahwa gaya seorang pemimpin

    merupakan suatu penggabungan dari apa yang pemimpin tersebut inginkan

    secara individu dan apa yang mejadi tujuan organisasi, dan gaya

    kepemimpinan tersebut akan terlihat dari pola dan tingkah laku pemimpin

    tersebut.

    Masih dalam bukunya Veithzal Rivai Kepemiminan dan Perilaku

    Organisasi membagi gaya kepemimpinan kedalam beberapa indikator,

    yaitu :

    1) Watak

    2) Visi

    3) Kemampuan

    4) Memberi Motivasi

    5) Memberikan Arahan

    6) Melakukan Evaluasi25

    b. Kinerja Aparatur Desa

    Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang

    tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan tugas organisasi, baik itu dalam

    lembaga pemerintahan maupun swasta. Kinerja berasal dari bahasa job

    25 Ibid. p. 105

  • 17

    performanceatau atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

    sesungguhnya yang di capai oleh seseorang atau suatu institusi).

    Kamus bahasa indonesia. Berikut pengertian kinerja :

    Menurut Anwar Prabu Mangku Negara dalam bukunya yang berjudul evaluasi kinerja sumber daya manusia kinerja sumber daya manusia adalah pre stasi kerja atau hasil kerja output baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai dalam persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.26

    Kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena

    dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu organisasi atau

    lembaga pemerintahan dalam mencapai misinya. Untuk organisasi atau

    lembaga pemerintahan pelayana publik, informasi kinerja tentu sangat

    berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh

    organisasi itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan

    melakukan penilaia terhadap kinerja, maka upaya untuk memperbaiki

    kerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis.

    Adapun pengertian kinerja aparatur yang dikemukakan oleh Agus

    Dharma dalam bukunya Manajemen Prestasi yaitu sebagai berikut :

    Kinerja aparatur adalah sesuatau yang dicapai oleh aparatur, prestasi

    kerja yang diperhatikan oleh aparatur, kemampuan kerja dikaitkan dengan

    penggunaan peralatan kantor.27 (Dharma, 1991:105)

    Pendapat tersebut mengemukakan bahwa kinerja aparatur

    merupakan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan aparatur pada sebuah 26 Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2005) p, 9 27 (Dharma, 1991:105)

  • 18

    organisasi yang tidak lepas dari memanfaatkan peralatan kantor yang

    menunjang pada suatu pencapaian hasil tujuan organisasi.

    Sejalan dengan pengertian tersebut, A.A. Anwar Prabu

    Mangkunegara dalam bukunya Evaluasi Kinerja SDM, mengatakan

    bahwa: Kinerja aparatur adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

    yang dicapai oleh seseorang aparatur dalam melaksanakan tugasnya sesuai

    dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.28 (Mangkunegara,

    2005:9)

    Berdasarkan pengertian diatas bahwa kinerja aparatur sangat erat

    kaitannya dengan hasil kerja apalagi jika melaksanakan tugasnya dengan

    penuh tanggung jawab akan menghasilkan hasil kerja yang memiliki

    kualitas dan kuantitas.

    Pengertian kinerja aparatur menurut Bambang Kusriyanto yang

    dikutip oleh Harbani Pasolong dalam bukunya Teori Administrasi

    Publik adalah Kinerja aparatur adalah hasil kerja perseorangan dalam

    suatu organisasi.29

    Berdasarkan pengertian kinerja aparatur dari beberapa ahli, dapat

    disimpulkan bahwa kinerja aparatur erat kaitannya dengan hasil pekerjaan

    Dalam konteks kinerja Kumoromotomo menggunakan beberapa kriteria

    untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi pelayanan

    publik, antara lain :

    28 Mangkunegara, Op.Cit. p. 9 29 Pasolong, Harbani. Teori Administrasi Publik. Alfabete, Bandung. 2007) p. 175

  • 19

    1) Efesiensi Efesiensi menyangkut pertimbangan tentangkeberhasilan organisai pelayanan publik mendapatkan laba, mamanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakn kriteria efesiensi yang sangat relevan.

    2) Efektivitas Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaintannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

    3) Keadilan Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

    4) Daya Tanggap Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenhi kriteria daya tanggap ini.30 (Kumoromotomo, 1996:52)

    Berdasarkan indikator-indikator dari para ahli, dapat disimpulkan

    bahwa kinerja aparatur dapat dikatakan berkualitas dalam tingkatannya

    apabila berdasarkan indikator efisiensi, efektivitas, keadilan, dan daya

    tanggap atau responsivitas.

    Kinerja tidak lepas dari beberapa indikator yang mempengaruhi.

    Berikut indikator yang mempengaruhi kinerja sebagaimana yang

    dikemukakan oleh Dwiyanto dalam buku Reformasi Birokrasi Publik.

    30 (Kumoromotomo, 1996:52)

  • 20

    1) Produktivitas 2) Kualitas Layanan 3) Responsivitas 4) Responsibilitas 5) Akuntabilitas31

    Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti diharapkan dapat

    menentukan seberapa besar gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi

    yang ada agar pemimpin dapat mempengaruhi para aparatur bawahannya

    dalam bekerja dan dapat menghasilkan kinerja aparatur yang sangat

    berkualitas.

    Kerangka pemikiran diatas dapat dilihat dalam model kerangka

    penelitian sebagai berikut.

    2. Hipotesis Penelitian

    Uji hipotesis penelitian digunakan untuk menjawab permasalahan

    penelitian secara komprehensif, yaitu besarnya Pengaruh Gaya

    31 Dwiyanto, 2005:50

    Gaya Kepemimpinan (Rivai,2009:105)

    Kinerja Aparatur (Dwiyanto, 2005:50)

    1) Watak 2) Visi 3) Kemampuan 4) Memberi Motivasi 5) Memberikan

    Arahan 6) Melakukan Evaluasi

    1) Produktivitas 2) Kualitas Layanan 3) Responsivitas 4) Akuntabilitas

  • 21

    Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura

    Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis ditentukan oleh sub

    variabel gaya kepemimpinan situasional yaitu watak, visi, kemampuan,

    memberi motivasi, memberi arahan, dan melakukan evaluasi, serta

    variabel kinerja aparatur yaitu produktivitas, kualitas layanan,

    responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas.

    Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

    HO = Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap

    kinerja aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara

    Kabupaten Karang Tumaritis.

    HA = Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap kinerja

    aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten

    Karang Tumaritis.

    F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

    1. Metode Penelitian

    Penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa

    Terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara

    Kabupaten Karang Tumaritis ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

    Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang ada dalam

    penelitian. Pendekatan ini menekankan pada prosedur yang ketat dalam

    menentukan variabel-variabel penelitiannya. Keketatan pendekatan ini

    sudah terlihat dari asumsi dasar penelitian kuantitatif.

  • 22

    Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel

    sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan

    dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan

    validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam

    menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan

    menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta

    generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian

    kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian

    akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik

    analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini

    lebih memberikan makna dalam hubungan-nya dengan penafsiran angka

    statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.

    Metode penelitian memandu peneliti tentang urut-urutan bagai-

    mana penelitian akan dilakukan, dengan alat apa dan prosedur yang bagai-

    mana. Dalam penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala

    Desa Terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara

    Kabupaten Karang Tumaritis ini digunakan metode deskriptif verifikasi

    dengan menggunakan teknik survei. Singarimbun mengemukakan bahwa

    penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu

    populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang

    pokok.32 Sementara itu, Sugiyono mengemukakan bahwa menurut tingkat

    32 Masri Singarimbun & Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES. 2003) p. 3

  • 23

    eksplanasinya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian asosiatif.33

    Penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari pengaruh antara satu

    variabel dengan variabel lainnya. Variabel yang dimaksud dalam

    penelitian ini adalah (1) Gaya Kepemimpinan dan (2) Kinerja Aparatur

    Desa.

    2. Teknik Pengumpulan Data

    Menurut Nasir, teknik pengumpulan data merupakan instrumen

    ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang

    akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis,

    informasi lisan, serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus

    penelitian yang sedang diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian

    di atas, teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

    terutama ada dua macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.34

    a. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

    dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari

    dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai

    risalah resmi yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi

    lain yang ada pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi

    dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari

    33 Sugiyono. Op.Cit. p. 11 34 Nasir (2003:328)

  • 24

    instansi/lembaga meliputi buku-buku, laporan kegiatan dan keuangan,

    serta dokumen lain yang relevan dengan fokus penelitian.

    b. Teknik Angket

    Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada

    responden sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah

    angket yang disebarkan seluruhnya adalah sebanyak sampel yang

    ditentukan untuk penelitian. Pemilihan dengan model angket ini

    didasarkan atas alasan bahwa (a) responden memiliki waktu untuk

    menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang

    diajukan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian

    yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai

    kebebasan dalam memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk

    mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dalam

    waktu yang cepat dan tepat.

    Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala

    Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk mengukur sikap,

    pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu

    fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan keputusan pembelian

    produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh karena itu,

    penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat diterima.

    Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 25

    Tabel 1.1 Penskoran Skala Likert

    Pernyataan Bobot Penilaian Pernyataan Bobot

    Penilaian

    Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5

    Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4

    Netral Skor : 3 Netral Skor : 3

    Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2

    Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1

    G. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

    Kabupaten Karang Tumaritis, yang berlokasi di Jl. Siti Jenab Karang

    Tumaritis. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yakni dari bulan

    Februari 2013 sampai dengan bulan Juli 2013. Rincian pelaksanaan penelitian

    dapat dijelaskan melalui tabel berikut.

    Tabel 1.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    No Kegiatan Febr 2013 Maret 2013

    April 2013

    Mei 2013

    Juni 2013

    Juli 2013

    1 Kegiatan Prapenelitian X X X

    2 Pengumpulan Data X X X

    3 Analisis Data X X X X X

    4 Penyusunan Laporan X X X X

    5 Bimbingan dan Perbaikan X X X X

    6 Sidang Skripsi X

  • 26

    H. Sistematika Penulisan

    Secara sistematis, karya tulis ini dikembangkan dalam lima bagian

    sebagai berikut.

    1. Bagian pertama merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang

    masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

    pemikiran dan hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, serta sistematika

    pengembangan skripsi.

    2. Bagian kedua merupakan tinjauan teoretis yang berisi tentang pembahasan

    gaya kepemimpinan dan kinerja aparatur desa.

    3. Bagian ketiga merupakan pembatasan mengenai metode penelitian yang

    membahas tentang latar penelitian, metode dan teknik penelitian, metode

    dan teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan data.

    4. Pembahasan hasil penelitian yang berisi deskripsi, analisis, serta pem-

    bahasan hasil penelitian serta pembuktian hipotesis.

    5. Bagian kelima merupakan kesimpulan atas seluruh hasil analisis data yang

    diperoleh dalam penelitian serta saran yang dapat dikemukakan berdasar-

    kan temuan-temuan pada saat penelitian.

  • 27

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Gaya Kepemimpinan

    1. Pengertian Kepemimpinan

    Kepemimpinan sangat diperlukan bagi suatu organisasi dalam

    menentukan kemajuan dan kemunduran organisasi, serta tidak ada

    organisasi yang dapat maju tanpa kepemimpinan yang baik (Masud,

    2004). Tanpa kepemimpinan, organisasi hanyalah merupakan kumpulan

    orang-orang yang tidak teratur dan kacau balau. Kepemimpinan akan

    merubah sesuatu yang potensial menjadi kenyataan. Dengan demikian

    keberadaan kepemimpinan dalam organisasi adalah sangat penting dalam

    mencapai tujuan dan kemajuan organisasi.

    Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari

    kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Istilah pemimpin,

    kepemimpinan dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar

    pimpin. Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang

    berbeda. Pemimpin adalah suatu peran dalam sistem tertentu karenanya

    seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan

    kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan

    pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat

    pengaruh yang dimiliki seseorang.

  • 28

    Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen, karena

    kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

    mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran

    (Sholeha dan Suzy, 1996). Kemudian Handoko (2003) mengemukakan

    bahwa kepemimpinan ialah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

    mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.

    Sedangkan Robbins (2008) mengartikan kepemimpinan adalah

    kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya

    tujuan.

    Lebih lanjut lagi Nimran (2004) mendefinisikan kepemimpinan

    (leadership) yaitu suatu proses mempengaruhi perilaku orang lain agar

    berperilaku seperti yang dikehendaki. Kemudian Mulyadi dan Rivai

    (2009) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan proses

    mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku

    pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki

    budaya pengikut, serta proses mengarahkan ke dalam aktivitas-aktivitas

    positif yang ada hubungannya dengan pekerjaan dalam organisasi.

    Miftah Toha dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dalam

    management mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut.

    Kegiatan mempengaruhi orang lain atau seni mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perorangan maupun kelompok, kepemimpinan dapat terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukan kemampuannya untuk mempengaruhi perilaku orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan terentu (Thoha, 1983:123)

  • 29

    Berdasarkan pendapat diatas, bahwa seorang pemimpin harus bisa

    mempengaruhi bawahan supaya setiap bawahan atau aparatur yang

    dipimpinnya dapat bekerja lebih keras sehingga tujuan suatu organisasi

    dapat tercapai sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemimpin.

    Buku Kartini Kartono yang berjudul Pemimpin dan

    Kepemimpinan, mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut.

    Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki keterampilan teknis, khususnya dalam suatu bidang, sehingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan (Kartono, 1998:74).

    Pemimpin harus memliki kemampuan lebih dari orang lain atau

    bawahannya supaya proses mempengaruhi orang lain ataupun bawahannya

    dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan sehingga akan terjadi

    keselarasan dalam bekerja dan tujuan-tujuan tertentu akan tercapai.

    Gibson dalam Harbani Pasolong mengemukakan bahwa yang

    dimaksud dengan kepemimpinan adalah Satu usaha menggunakan suatu

    gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam

    mencapai tujuan.(Hasibuan, 2003:170)

    Pendapat di atas menunjukan bahwa untuk memotivasi aparatur

    supaya lebih baik lagi dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, seorang

    pemimpin dituntut untuk menggunakan suatu gaya yang sesuai dengan

    keadaan situasi yang dihadapinya.

  • 30

    Menurut Harbani Pasolong dalam bukunya yang berjudul

    Kepemimpinan Birokrasi mengemukakan bahwa kepemimpinan yang baik

    sebagai berikut.

    Perilaku yang diharapkan dari kepemimpinan birokrasi adalah perilaku yang menyesuaikan dengan situasi di lingkungan birokrasi. Jika dilingkungan birokrasi banak yang tidak jujur , maka pemimpin birokrasi harus memberikan contoh kepada bawahannya dengan berperilaku jujur. Jika para bawahan ditemukan tidak disiplin, maka pemimpin memberikan contoh kepada bawahannya dengan berperilaku disiplin. Jika dalam birokrasi ditemukan banyak yang korup, maka pemimpin birokrasi harus berani memberikan sanksi berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang ada, dn pemimpin birokrasi memberikan contoh bahwa memang dirinya bersih tidak bebas dari perilaku korup.(Pasolong, 2013:80)

    Pendapat diatas mencerminkan bahwa sebagai seorang pemimpin

    yang baik harus bisa memberika contoh yang baik pula bagi bawahanya,

    kemudian jika dalam suatu organisasi ada yang melanggar peraturan yang

    sudah ada maka pemimpin harus berani bertindak tegas untuk memberikan

    sanksi terhadap bawahannya yang melanggar peraturan tersebut.

    Berdasarkan definisi-definisi kepemimpinan di atas dapat ditarik

    kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah bagian yang dianggap penting

    dalam manajemen organisasi, yang dimana melekat pada diri seorang

    pemimpin dalam bentuk kemampuan dan atau proses untuk mempengaruhi

    orang lain atau bawahan perorangan atau kelompok, agar bawahan

    perorangan atau kelompok itu mau berperilaku seperti apa yang

    dikehendaki pemimpin, dan memperbaiki budayanya, serta memotivasi

    perilaku bawahan dan mengarahkan ke dalam aktivitas-aktivitas positif

  • 31

    yang ada hubungannya dengan pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan

    organisasi.

    Menurut Mulyadi dan Rivai (2009) pemimpin dalam suatu

    organisasi dalam memberikan pengaruh kepada bawahannya lebih bersifat

    formal, yaitu berdasarkan posisi yang dimiliki pemimpin dalam organisasi.

    Dengan demikian pemimpin dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh

    statusnya, yakni sebagai pimpinan formal. Pimpinan formal sendiri adalah

    seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin, atas dasar keputusan dan

    pengangkatan resmi untuk memangku jabatan dalam struktur organisasi,

    dengan segala hak dan kewajiban yang melekat berkaitan dengan

    posisinya.

    2. Teori-teori Kepemimpinan

    Dalam Mulyadi dan Rivai (2009) dikemukakan beberapa teori

    kepemimpinan, yaitu:

    a. Teori Sifat

    Teori ini memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi

    sifat-sifat yang tampak dari pemimpin. Asumsi dasar dari teori ini

    adalah keberhasilan pemimpin disebabkan karena sifat atau

    karakteristik, dan kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang

    pemimpin, dan oleh sebab itu seseorang dirasa layak untuk memimpin.

    Adapun sifat atau karakteristik, dan kemampuan yang luar biasa yang

    dimiliki seorang pemimpin, antara lain:

  • 32

    1) Inteligensia.

    Seorang pemimpin memiliki kecerdasan diatas para bawahannya.

    Pemimpin dengan kecerdasannya itulah dapat mengatasi masalah

    yang timbul dalam organisasi, dengan cepat mengetahui

    permasalahan apa yang timbul dalam organisasi, menganalisis

    setiap permasalahan, dan dapat memberikan solusi yang efektif,

    serta dapat diterima semua pihak.

    2) Kepribadian.

    Seorang pemimpin memiliki kepribadian yang menonjol yang

    dapat dilihat dan dirasakan bawahannya, seperti:

    Memiliki sifat percaya diri, dan rasa ingin tau yang besar. Memiliki daya ingat yang kuat. Sederhana, dan dapat berkomunikasi dengan baik kepada

    semua pihak.

    Mau mendengarkan masukan (ide), dan kritikan dari bawahan. Peka terhadap perubahan globalisasi, baik itu perubahan

    lingkungan, teknologi, dan prosedur kerja.

    Mampu beadaptasi dengan perubahan-perubahan yang timbul. Berani dan tegas dalam melaksanakan tugas pokoknya, dan

    dalam mengambil sikap, serta mengambil keputusan bagi

    kepentingan organisasi dan pegawainya.

    Mampu menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada dalam organisasi.

  • 33

    3) Karakteristik fisik.

    Seorang pemimpin dikatakan layak menjadi pemimpin dengan

    melihat karakteristik fisiknya, yaitu: usia, tinggi badan, berat

    badan, dan penampilan.

    b. Teori Perilaku

    Dalam teori ini perilaku pemimpin merupakan sesuatu yang

    bisa dipelajari. Jadi seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang

    tepat akan meraih keefektifan dalam memimpin. Teori ini memusatkan

    perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu: fungsi

    kepemimpinan, dan gaya kepemimpinan.

    Terdapat dua fungsi kepemimpinan, yaitu:

    1) Fungsi yang berorientasi tugas.

    2) Fungsi yang berorientasi orang atau pemeliharan kelompok

    (sosial).

    Suprayetno dan Brahmasari (2008) menyebutkan beberapa

    tugas pemimpin adalah sebagai berikut:

    1) Peranan yang bersifat interpersonal. Maskudnya adalah seorang

    pemimpin dalam organisasi adalah simbol akan keberadaan

    organisasi, bertanggung jawab untuk memotivasi dan mengarahkan

    bawahannya.

  • 34

    2) Peranan yang bersifat informasional. Maksudnya yaitu seorang

    pemimpin dalam organisasi mempunyai peran sebagai pemberi,

    penerima, dan penganalisis informasi.

    3) Peranan pengambilan keputusan. Maksudnya ialah seorang

    pemimpin mempunyai peran sebagai penentu kebijakan yang akan

    diambil berupa startegi-strategi untuk mengembangkan inovasi,

    mengambil peluang atau kesempatan, dan bernegosiasi.

    c. Teori Situasional,

    Merupakan suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang

    menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat

    bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya

    kepemimpinan tertentu. Pendekatan ataupun teori ini mensyaratkan

    pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku

    manusia.

    Sholeha dan Suzy (1996) mengemukakan bahwa dalam teori

    ini kepemimpinan dipengaruhi oleh berbagai faktor situasi dalam

    organisasi, dan faktor situasi diluar organisasi, antara lain:

    1) Faktor situasi diluar organisasi: sosial dan budaya yang

    berkembang, perubahan globalisasi, dan kondisi perekonomian.

    2) Faktor situasi dalam organisasi: kepribadian dan latar belakang

    pemimpin, pengharapan dan perilaku atasan, tingkatan organisasi

    dan besarnya kelompok, pengharapan dan perilaku bawahan.

  • 35

    3. Pengertian Gaya Kepemimpinan

    Dalam mensukseskan kepemimpinan dalam organisasi, pemimpin

    perlu perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya kepemimpinan yang

    akan diterapkan kepada pegawainya (Mulyadi dan Rivai, 2009). Gaya

    kepemimpinan atasan dapat mempengaruhi kesuksesan pegawai dalam

    berprsetasi, dan akan berujung pada keberhasilan organisasi dalam

    mencapai tujuannya (Suranta, 2002). Pemimpin perlu memikirkan gaya

    kepemimpinan yang paling tepat, dimana gaya kepemimpinan yang paling

    tepat yaitu gaya kepemimpinan yang dapat memaksimumkan kinerja, dan

    mudah dalam menyesuaikan dengan segala situasi dalam organisasi

    (Mulyadi dan Rivai, 2009).

    Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang

    sedemikian rupa untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan

    individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Sholeha dan Suzy, 1996).

    Sedangkan Mulyadi dan Veithzal Rivai (2009) menerangkan bahwa gaya

    kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang disukai dan

    sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mencapai sasaran

    organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya

    kepemimpinan yaitu pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering

    diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan

    individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang

    telah menjadi komitmen bersama.

  • 36

    Lebih lanjut Suranta (2002) menjelaskan bahwa gaya

    kepemimpinan bersifat lentur atau fleksibel, maksudnya adalah gaya

    kepemimpinan yang biasa diterapkan pemimpin dapat berubah dengan

    gaya kepemimpianan yang lainnya seiring dengan berubahnya situasi dan

    kondisi internal organisasi. Sehingga tercapai keefektifan gaya

    kepemimpinan, dan tercapainya tujuan organisasi.

    Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya Kepemiminan dan

    Perilaku Organisasi menjelaskan bahwa :

    Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mencapai sasaran organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi komitmen bersama(Rivai,2009:107)

    Berdasarkan pendapat Veithzal Rivai diatas, peneliti dapat

    menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yang sering dipakai untuk

    menapai tujuan atau sasaran yang menjadi kesepakatan bersama adalah

    gaya kepemimpinan yang berdasarkan pola perilaku dan strategi yang

    disukai seorang pemimpin.

    Sementara itu gaya kepemimpinan menurut S Suarli dan Yayang

    Bahtiar dalam buku Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis

    adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan

    organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan(Suarli

    dan Bahtiar, 2006:24)

  • 37

    Pendapat diatas menunjukan bahwa gaya seorang pemimpin

    merupakan suatu penggabungan dari apa yang pemimpin tersebut inginkan

    secara individu dan apa yang mejadi tujuan organisasi, dan gaya

    kepemimpinan tersebut akan terlihat dari pola dan tingkah laku pemimpin

    tersebut.

    Masih dalam bukunya Veithzal Rivai Kepemiminan dan Perilaku

    Organisasi membagi gaya kepemimpinan kedalam beberapa indikator,

    yaitu :

    1) Watak 2) Visi 3) Kemampuan 4) Memberi Motivasi 5) Memberikan Arahan 6) Melakukan Evaluasi

    (Rivai,2009:105)

    Pertama, Watak dianggap sangat penting dalam mempengaruhi

    orang lain atau bawahan karena sifat batin manusia yang mempengaruhi

    segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat atau sifat seseorang.

    Kedua, Visi merupakan suatu pandangan jauh tentang tujuan dan

    apa yag harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara jelas

    menerangkan gambaran sistem yang ingin dicapai sesuai dengan yang

    disepakati bersama.

    Ketiga, Kemampuan seorang pemimpin merupakan suatu usaha

    yang secara sistenatis dan dilakukan untuk mengubah situasi dan kondisi

    ke taraf yang lebih sempurna.

  • 38

    Keempat, Memberi motivasi harus mampu membuat sistem yang

    bisa mengawasi dinamika diantara para bawahan atau pegawai dan

    keadaan emosional didalam batin seorang kariawan.

    Kelima, Memberikan arahan perintah resmi seorang pemimpin

    perusahaan kepada bawahannya yang berupa petunjuk untuk

    melaksanakan sesuatu dan jika tidak dilaksanakan akan mendapat sanksi.

    Keenam, Melakukan evaluasi mrupakan proses pengukuran atau

    penilaian efektivitas strategi yang digunakan untuk dalam upaya mencapai

    tujuan suatu perusahaan.

    Menurut Harbani Pasolong dalam bukunya yang berjudul

    Kepemimpinan Birokrasi mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut :

    Kepemimpinan adalah gaya yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan. (Pasolong, 2013:5)

    Pendapat diatas menunjukan bahwa dalam pencapaian suatu tujuan

    sangat perlu adanya gaya kepemimpinan yang digunakan sesuai dengan

    situasi dan kondisi yang dihadapinya dalam rangka mengarahkan dan

    mempengaruhi setiap bawahannya.

    Keberhasilan pembangunan suatu desa tidak luput dari gaya

    kepemimpinan seseorang dalam memimpin desa tersebut. Berikut macam-

    macam gaya kepemimpinan menurut Siagian dalam buku Teori dan

    Praktek Kepemimpinan.

    1) Otokratik

  • 39

    2) Paternalistik 3) Kharismatik 4) Laissez Faire 5) Demokratik

    (Siagian, 1988:27)

    Gaya kepemimpinan yang otokratik adalah gaya seseorang

    memimpin dengan sangat egois, egoismenya yang sangat besar akan

    mendorong memutarbalikan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai

    dengan apa yang secara subjektif diinterpretasikannya sebagai kenyataan.

    Gaya kepemimpin yang paternalistik banyak terdapat dilingkungan

    masyarakat yang masih bersifat tradisional, salah satu ciri utama dari

    masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh

    para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.

    Orang-orang tersebut dihormati terutama karena orang-orang demikian

    biasanya memproyeksikan sifat-sifat dan gaya hidup yang pantas dijadikan

    teladan atau panutan oleh para anggota masyarakatnya, dan biasanya di

    dampingi oleh harapan pengikutnya.

    Pemimpin yang kharismatik biasanya memiliki daya tarik yang

    sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya

    kadang-kadang sangat besar, pemimpin yang kharismatik juga seseorang

    yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut

    tidak selalu dapat menjelakan secara konkret mengapa orang tertentu

    dikagumi.

    Seorang pemimpin yang laissez faire cenderung memilih peranan

    yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri

  • 40

    tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan

    digerakan. Hal ini terjadi karena pemimpin mempunyai presepsi bahwa

    para bawahannya sudah dewasa sehingga mereka tahu akan kerjaan dan

    tanggung jawabnya. Karena itu, demikian pandangan pemimpin yang

    laissez faire, nilai yang tepat dalam hubungan atasan-bawahan adalah nilai

    yang didasarkan kepada saling mempercayai yang besar.

    Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya

    selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen

    organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Seorang pemimpin

    yang bersifat demokratik biasanya menyadari bahwa mau tidak mau

    organisasi harus disusun sedemikian rupa demi tercapainya tujuan dan

    berbagai sasaran organisasi.

    Tercapainya pembangunan suatu desa tidak luput dari gaya

    kepemimpinan seseorang dalam memimpin desa tersebut. Berikut gaya

    kepemimpinan situasional menurut Siagian dalam buku Teori dan Praktek

    Kepemimpinan yaitu Kondisi, Waktu dan Ruang.(Siagian, 1988:17)

    Ketiga indikator menurut Siagian diatas merupakan suatu hal yang

    penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin bergaya situasional

    dalam memimpin suatu organisasi, begitu pula dengan Kepala Desa

    Weragati dalam memimpin Desa Weragati, dengan memperhatikan dan

    memaksimalkan ketiga hal tersebut, Kepala Desa Weragati maka akan

    didapatkan suatu program-program kerja yang akan berjalan secara

    optimal, menyangkut kinerja aparatur dalam PNPM mandiri.

  • 41

    Kondisi di luar organisasi mutlak perlu dikenali secara tepat.

    Misalnya suasana persaingan yang dihadapi oleh suatu desa. Seandainya

    suatu desa dipimpin oleh seorang pemimpin dengan gaya yang laissez

    faire misalnya dalam hal pesaingan antar desa mendapat dana bantuan dari

    pemerintah. Sikap, perilaku dan gaya yang santai yang merupakan satu ciri

    utama seorang pemimpin yang laissez faire, akan berakibat fatal apabila

    dipertahankan terus pada hal desa yang dipimpinya menghadapi suasana

    persaingan yang ketat dan bahkan mungkin tidak sehat. Konsistensi gaya

    kepemimpinan dalam hal ini tidak hanya merugikan diri sendiri, akan

    tetapi juga merugikan desa sebagai keseluruhan.

    Segi kepemimpinan lain yang perlu diperhatikan adalah yang

    berkaitan dengan faktor waktu, inilah yang dimaksud dengan faktor

    temporal. Akan ada saat-saat tetentu dalam kehidupan organisasi dimana

    inovasi dan kreativitas merupakan unsur penentu keberhasilan. Misalnya

    dalam menghadapi tekanan untuk merubah struktur dan cara kerja dalam

    organisasi sebagai akibat perkembangan teknologi yang mau tidak mau

    harus diterapkan.

    Faktor lain yang perlu mendapat perhatian adalah faktor ruang atau

    faktor spatial. Gaya kepemimpinan yang dituntut dalam menggerakan satu

    organisasi di satu daerah mungkin saja lain dari gaya kepemimpinan yang

    diperlukan bila seseorang memimpin organisasi di tempat yang lain.

    Artinya, sikap dan perilaku yang tegas dan keras mungkin cocok di satu

    daerah yang penduduknya cenderung bersifat keras juga. Sikap dan

  • 42

    perilaku demikian akan tidak cocok bila diterapkan di satu daerah yang

    penduduknya kebalikan dari sebelumnya.

    4. Macam-macam Gaya Kepemimpinan

    Menurut Robbins (2006) terdapat empat macam gaya

    kepemimpinan yaitu sebagai berikut:

    a. Gaya kepemimpianan Kharismatik.

    Adalah gaya kepemimpinan yang memicu para pengikutnya dengan

    memperlihatkan kemampuan heroik atau luar biasa ketika mereka

    mengamati perilaku tertentu pemimpin mereka

    b. Gaya kepemimpinan transaksional.

    Yaitu gaya kepemimpinan yang memandu atau memotivasi para

    pengikutnya menuju ke sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas

    persyaratan peran dan tugas.

    c. Gaya kepemimpinan transformasional.

    Ialah gaya kepemimpinan yang menginspirasi para pengikut untuk

    melampaui kepentingan pribadi mereka dan mampu membawa

    dampak yang mendalam dan luar biasa pada pribadi para pengikut.

    d. Gaya kepemimpinan visioner.

    Merupakan gaya kepemimpinan yang mampu menciptakan dan

    mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai

  • 43

    massa depan organisasi atau unit organisasi yang tengah tumbuh dan

    membaik..

    5. Pengertian Kepala Desa

    Kekepalaan mempunyai konotasi adanya kedudukan dalam

    hirarkhi organisasi, yang di dalamnya terkandung tugas, wewenang dan

    tanggung jawab yang telah ditentukan secara formal. Kekepalaan berkaitan

    dengan wewenang sah berdasarkan ketentuan formal, untuk membawahi

    dan memberi perintah-perintah kepada kelompok orang-orang bawahan

    tertentu dan dalam bidang masalah tertentu pula. Seorang kepala unit

    belum tentu dapat menjadi leader. Demikian pula seorang leader belum

    tentu mempunyai kedudukan sebagai kepala.

    Seorang yang tidak mempunyai pengaruh dapat saja menjadi

    seorang kepala instansi, dan ia baru menjadi seorang leader kalau ia

    mampu mempengaruhi orang lain. Oleh karena itu, pimpinan yang

    mengepalai suatu organisasi atau salah satu unitnya harus menyadari

    bahwa kedudukan formal saja belum tentu merubah perilaku anak buahnya

    sesuai dengan yang diharapkan agar memudahkan dan melancarkan

    pencapaian tujuan organisasinya, atau mampu menciptakan kerjasama

    yang baik antara bawahannya.

    Bedasarkan pengertian tentang kepemimpinan tersebut di atas,

    jelas kepemimpinan itu tidak perlu terkait dengan batasan-batasan dan

  • 44

    ketentuan-ketentuan formal. Maka seseorang yang melaksanakan

    kekepalaan mungkin belum dapat disebut sebagai orang pemimpin. la

    sekaligus dapat disebut sebagai seorang pemimpin, apabila ia juga mampu

    mempengaruhi bawahan sehingga mereka dengan penuh pengertian,

    kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti dan mentaati kehendak atau

    perintah-perintahnya.

    Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-

    batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

    masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat iatiadat setempat

    yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan NKRI.

    Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang

    pemerintah desa yang dimaksud dengan desa adalah kesatuan masyarakat

    hukum yang memiliki kewenangan untuk mngatur dan mengurus

    kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

    setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di

    daerah kabupaten. Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai

    kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan SDA, dengan susunan

    fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa

    pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

    Tipologi dari masyarakat desa dilihat dari kegiatan pokok yang

    ditekuni masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,

    selain itu tipologi desa bisa dilihat dari segi pemukiman maupun dari

  • 45

    tingkat perkembangan masyarakat desa itu sendiri, dilihat dari segi mata

    pencaharian pokok yang dikerjakan.

    Seorang kepala desa adalah seseorang yang mempunyai keahlian

    memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat

    orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya.

    Seorang kepala desa adalah seseorang yang aktif membuat rencana-

    rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan

    untuk mencapai tujuan bersama-sama, Kepala desa merupakan seorang

    pemimpin yang mampu mempengaruhi bawahannya dalam memenuhi

    fungsi dan kewajibannya.

    Kepala Desa adalah pemimpin dari desa di Indonesia. Kepala Desa

    merupakan pimpinan dari pemerintah desa. Masa jabatan Kepala Desa

    adalah 6 (enam) tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa

    jabatan berikutnya. Kepala Desa tidak bertanggung jawab kepada Camat,

    namun hanya dikoordinasikan saja oleh Camat. Jabatan Kepala Desa dapat

    disebut dengan nama lain, misalnya wali nagari (Sumatera Barat),

    pambakal (Kalimantan Selatan), hukum tua (Sulawesi Utara), perbekel

    (Bali).

    Wewenang Kepala Desa antara lain:

    a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

    b. Mengajukan rancangan peraturan desa c. Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan

    bersama BPD.

  • 46

    d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

    Kepala Desa dilarang menjadi pengurus partai politik (namun

    boleh menjadi anggota partai politik), merangkap jabatan sebagai Ketua

    atau Anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan, merangkap jabatan

    sebagai Anggota DPRD, terlibat dalam kampanye Pemilihan Umum,

    Pemilihan Presiden, dan Pemilihan Kepala Daerah.Kepala Desa dapat

    diberhentikan atas usul Pimpinan BPD kepada Bupati/Walikota melalui

    Camat, berdasarkan keputusan musyawarah BPD. Istilah Lurah seringkali

    rancu dengan jabatan Kepala Desa. Memang, di Jawa pada umumnya,

    secara historis pemimpin dari sebuah desa dikenal dengan istilah Lurah.

    Namun dalam konteks Pemerintahan Indonesia, sebuah Kelurahan

    dipimpin oleh Lurah, sedang desa dipimpin oleh Kepala Desa. Tentu saja

    keduanya berbeda, karena Lurah adalah Pegawai Negeri Sipil yang

    bertanggung jawab kepada Camat, sedangkan Kepala Desa bisa dijabat

    siapa saja yang memenuhi syarat (bisa berbeda-beda antar desa) yang

    dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades).

    B. Kinerja Aparatur

    1. Pengertian Kinerja

    Setiap pegawai dalam organisasi dituntut untuk memberikan

    kontribusi positif melalui kinerja yang baik, mengingat kinerja organisasi

    tergantung pada kinerja pegawainya (Gibson, et all, 1995). Kinerja adalah

  • 47

    tingkat terhadapnya para pegawai mencapai persyaratan pekerjaan secara

    efisien dan efektif (Simamora, 2006). Menurut Dessler (2006) kinerja

    pegawai merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja

    yang dapat dilihat secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan

    organisasi. Kemudian Robbins (2008) mendefinisikan kinerja yaitu suatu

    hasil yang dicapai oleh pegawai dalam pekerjaanya menurut kriteria

    tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan. Lalu Mangkunegara (2005)

    kinerja ialah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang

    dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan tugas sesuai dengan

    tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan Rivai (2003)

    kinerja diartikan kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk

    melakukan suatu kegiatan, dan menyempurnakannya sesuai tanggung

    jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.

    Berdasarkan pengertian-pengertian kinerja dari beberapa pendapat

    diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja baik itu

    secara kualitas maupun kuantitas yang telah dicapai pegawai, dalam

    menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

    organisasi, dan hasil kerjanya tersebut disesuaikan dengan hasil kerja yang

    diharapkan organisasi, melalui kriteria-kriteria atau standar kinerja

    pegawai yang berlaku dalam organisasi.

    Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh organisasi

    tersebut di pengaruhi oleh tingkat kinerja pegawai secara individual

    maupun secara kelompok. Dengan asumsi semakin baik kinerja pegawai

  • 48

    maka semakin baik pula kinerja organisasi. Dengan demikian organisasi

    perlu menetapkan tujuan kinerja pegawai. Adapun tujuan kinerja pegawai

    menurut Basri dan Rivai (2005):

    a. Untuk perbaikan hasil kinerja pegawai, baik secara kualitas

    ataupun kuantitas.

    b. Memberikan pengetahuan baru dimana akan membantu pegawai

    dalam memecahan masalah yang kompleks, dengan serangkaian

    aktivitas yang terbatas dan teratur, melalui tugas sesuai tanggung

    jawab yang diberikan organisasi.

    c. Memperbaiki hubungan antar personal pegawai dalam aktivitas

    kerja dalam organisasi.

    Kinerja pegawai dipengaruhi oleh berbagai faktor (Gibson, et all,

    1995), antara lain:

    a. Faktor individu, yaitu kemampuan dan keterampilan (mental dan

    fisik), latar belakang (pengalaman, keluarga, dst), dan demografis

    (umur, asal usul, dll).

    b. Faktor organisasi, adalah sumber daya, kepemimpinan, imbalan

    (kompensasi), struktur organisasi, dan diskripsi pekerjaan (job

    description).

    c. Faktor psikologis, ialah persepsi, sikap, kepribadian, pola belajar, dan

    motivasi.

    Dalam suatu organisasi pegawai dituntut untuk mampu

    menunjukkan kinerja yang produktif, untuk itu pegawai harus memiliki

  • 49

    ciri individu yang produktif. Ciri ini menurut Sedarmayanti (2001) harus

    ditumbuhkan dalam diri pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Adapun

    ciri-ciri atau karakteristik dari individu yang produktif antara lain:

    a. Kepercayaan diri

    b. Rasa tanggung jawab

    c. Rasa cinta terhadap pekerjaan

    d. Pandangan ke depan

    e. Mampu menyelesaikan persoalan

    f. Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berubah

    g. Memberi kontribusi yang positif terhadap lingkungan

    h. Kekuatan untuk menunjukkan potensi diri.

    2. Penilaian Kinerja

    Dalam suatu organisasi penilaian kinerja merupakan mekanisme

    penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan, dan

    standar kinerja, serta memotivasi kinerja individu secara berkelanjutan

    (Simamora, 2006). Untuk mengetahui baik atau buruk kinerja seorang

    pegawai maka perlu dilakukan penilaian kinerja, yang pada dasarnya

    penilaian kinerja merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu

    organisasi secara efektif dan efisien. Penilaian kinerja adalah proses

    dimana organisasi mengawasi pelaksanaan kerja individu pegawai

    (Simamora, 2006), sedangkan menurut Dessler (2006) penilaian kinerja

    yaitu memberikan umpan balik kepada pegawai dengan tujuan memotivasi

  • 50

    pegawai untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau berkinerja lebih

    baik lagi.

    Pegawai menginginkan dan memerlukan umpan balik berkenaan

    dengan prestasi mereka, dan penilaian menyediakan kesempatan untuk

    memberikan umpan balik kepada mereka. Jika kinerja tidak sesuai dengan

    standar, maka penilaian memberikan kesempatan untuk meninjau

    kemajuan pegawai, dan untuk menyusun rencana peningkatan kinerja

    (Dessler, 2006). Menurut Simamora (2006) Umpan balik penilaian kinerja

    memungkinkan pegawai mengetahui seberapa baik mereka bekerja jika

    dibandingkan dengan standar organisasi.

    Manfaat dari penilaian kinerja sendiri dapat dilihat melalui dua segi

    manfaat Wexley dan Yukl (dalam Crimson Sitanggang, 2008) yaitu:

    a. Segi administratif antara lain:

    1) Sebagai dasar pembuat keputusan promosi, pemberhentian, dan

    mutasi

    2) Sebagai alat menetapkan kebutuhan pelatihan

    3) Sebagai kriteria dalam seleksi dan penempatan

    4) Dasar penilaian manfaat pelatihan

    5) Dasar penilaian efisiensi dan produktivitas

    6) Metode administrasi penggajian

    b. Segi pengembangan pegawai antara lain:

    1) Sebagai alat untuk mengenali kelemahan pegawai

  • 51

    2) Alat untuk mengembangkan kemampuan pegawai dengan

    memberikan umpan balik

    3) Alat untuk meningkatkan motivasi pegawai

    4) Alat untuk mendorong pemimpin melakukan pengamatan terhadap

    perilaku setiap bawahannya, untuk kemudian dikenali kebutuhan

    pelatihannya

    5) Alat untuk menunjukan kekurangan masa lalu dan menambah

    kekuatan pegawai di masa yang akan dating.

    Menurut Dessler (2006) ada lima faktor dalam penilaian kinerja:

    a. Kualitas pekerjaan, meliputi: akuisi, ketelitian, penampilan dan

    penerimaan keluaran

    b. Kuantitas Pekerjaan, meliputi: volume keluaran dan kontribusi

    c. Supervisi yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran, arahan atau

    perbaikan.

    d. Kehadiran, meliputi: regularitas, dapat dipercaya/diandalkan dan

    ketepatan waktu

    e. Konservasi, meliputi: pencegahan, pemborosan, kerusakan dan

    pemeliharaan.

    Dalam melakukan penilaian kinerja pegawai diperlukan langkah-

    langkah, berikut langkah-langkah penilaian kinerja (Dessler, 2006):

    a. Mendefinisikan pekerjaan, yang berarti memastikan bahwa atasan dan

    bawahan sepakat tentang tugas-tugasnya dan standar jabatan.

  • 52

    b. Menilai kinerja, berarti membandingkan kinerja aktual bawahan

    dengan standar yang telah ditetapkan dan ini mencakup beberapa jenis

    tingkat penilaian.

    c. Sesi umpan balik, berarti kinerja dan kemajuan bawahan dibahas dan

    rencana-rencana dibuat untuk perkembangan apa saja yang dituntut.

    3. Indikator Kinerja Pegawai

    Adapun indikator dari kinerja pegawai menurut Bernadine (dalam

    Masud, 2004) adalah sebagai berikut:

    a. Kualitas,

    Tingkat di mana hasil aktivitas yang dilakukan mendekati sempurna,

    dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas

    ataupun memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas.

    b. Kuantitas,

    Jumlah yang dihasilkan dalam istilah jumlah unit, jumlah siklus

    aktivitas yang diselesaikan.

    c. Ketepatan Waktu,

    Tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan,

    dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan

    waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

    d. Efektivitas,

  • 53

    Tingkat penggunaan sumber daya manusia organisasi dimaksimalkan

    dengan maksud menaikan keuntungan atau mengurangi kerugian dari

    setiap unit dalam penggunaan sumber daya.

    e. Kemandirian,

    Tingkat dimana seorang pegawai dapat melakukan fungsi kerjanya

    tanpa minta bantuan bimbingan dari pengawas atau meminta turut

    campurnya pengawas untuk menghindari hasil yang merugikan.

    C. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Aparatur Desa

    Kepemimpinan pemimpin yang diperlihatkan dan diterapkan ke dalam

    suatu gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor dalam peningkatan

    kinerja pegawai, karena pada dasarnya sebagai tulang punggung

    pengembangan organisasi dalam mendorong, dan mempengaruhi semangat

    kerja yang baik kepada bawahan. Untuk itu pemimpin perlu memikirkan dan

    memperlihatkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam penerapannya.

    Gaya kepemimpinan ialah pola perilaku dan strategi yang disukai dan

    sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan

    tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran

    yang telah menjadi komitmen bersama.

    Suranta (2002); Rachmawati, Warella, dan Hidayat (2006);

    Kusumawati (2008); Baihaqi (2010) telah meneliti gaya kepemimpinan

    terhadap kinerja pegawai, kemudian menyatakan bahwa gaya kepemimpinan

  • 54

    mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas maka diduga kuat gaya kepemimpinan

    berpengaruh terhadap kinerja aparatur desa.

  • 55

    BAB III

    OBJEK PENELITIAN

    A. Deskripsi Latar Penelitian

    Desa merupakan perangkat daerah yang berkedudukan di wilayah

    Kecamatan. Desa dipimpin oleh Kepala Desa yang berada di bawah dan

    bertanggungjawab kepada Bupati melalui Camat. Desa Amartapura

    merupakan salah satu dari 11 desa yang ada di wilayah kecamatan Madukara.

    Kantor Desa Amartapura Kecamatan Madukara terletak di Jl. Prabu

    Dwarawati, Tlp. 9977874545442, Desa Amartapura, Kabupaten Karang

    Tumaritis 322205. Desa Amartapura dipimpin oleh kepala desa yang dipilih

    langsung oleh masyarakat. Pada periode ini yang menjabat sebagai kepala

    desa adalah Bapak Prabakesah.

    Kepala Desa mempunyai tugas melaksanakan kewenangan

    pemerintahan yang dilimpahkan oleh Camat untuk menangani sebagian urusan

    otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, meliputi

    pemberdayaan masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum, penerapan dan

    penegakan peraturan perundangan-undangan, pemeliharaan prasarana dan

    fasilitas pelayanan umum pemerintahan di tingkat desa, pelayanan masyarakat

    di tingkat RW dan RT sesuai dengan ketentuan dan atau peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

  • 56

    Dalam melaksanakan tugas sebagai mana dimaksud, Kecamatan

    menyelenggarakan fungsi :

    1. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;

    2. Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

    umum;

    3. Pengkoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundang-

    undangan;

    4. Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

    5. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat

    kecamatan;

    6. Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;

    7. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya

    dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau

    kelurahan.

    Struktur Organisasi Desa Amartapura Kecamatan Madukara adalah

    sebagai berikut.

  • 57

    B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

    Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna

    variabel yang sedang diteliti. Singarimbun (2003:46-47) memberikan

    pengertian tentang definisi operasional sebagai unsur penelitian yang

    memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi

    operasional dapat juga dikatakan sebagai informasi ilmiah yang sangat

    membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Dengan

    demikian, definisi operasional dalam sebuah penelitian harus dapat diukur dan

    spesifik serta dapat dipahami oleh orang lain.

    Berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan, variabel penelitian

    ini dapat didefinisikan sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

    Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian

    Variabel Dimensi Indikator Skala

    Watak 1. Pemimpin memiliki karakter terbuka.

    Ordinal

    Visi 2. Pemimpin memiliki visi yang berorientasi ke masa depan

    Ordinal

    Kemampuan 3. Pemimpin memiliki kemampuan manajerial yang baik

    Ordinal

    Memberi Motivasi

    4. Pemimpin selalu memberi motivasi kepada bawahannya

    Ordinal

    Memberikan Arahan

    5. Pemimpin memberikan arahan secara berkala demi menjaga stabilitas kinerja bawahannya

    Ordinal

    Gaya Kepemimpinan (Rivai,2009:105)

    Melakukan Evaluasi

    6. Pemimpin selalu mengevaluasi setiap tugas yang diberikan kepada bawahannya

    Ordinal

    Kinerja Aparatur Produktivitas

    7. Kinerja mencapai batas maksimum target yang

    Ordinal

  • 58

    Variabel Dimensi Indikator Skala ditetapkan.

    8. Kinerja mengarah kepada kuantitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

    9. Mampu menyelesaikan pekerjaan secara beragam.

    Kualitas Layanan

    10. Tujuan pekerjaan dapat tercapai dengan maksimal.

    11. Tingkat kesalahan sangat sedikit.

    Ordinal

    Responsivitas 12. Aparat memberikan perhatian yang baik terhadap masyarakat

    13. Memberikan pelayanan dengan sungguh-sungguh hingga tuntas

    Ordinal

    (Dwiyanto, 2005:50)

    Akuntabilitas 14. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku.

    15. Mendahulukan yang lebih dahulu sesuai dengan kedatangan pekerjaan yang harus dilayani.

    Ordinal

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi Penelitian

    Sumber data mengacu kepada populasi penelitian serta penentuan

    sampel yang digunakan dalam penelitian. Populasi menurut Husaeni (2008:

    41) adalah semua nilai baik melalui perhitungan kuantitatif maupun kualitatif,

    dari karak-teristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan jelas. Ditinjau

    dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri dari populasi terbatas

    (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak terhingga), dan dilihat dari sifatnya

    populasi dapat bersifat homogen dan heterogen. Menurut Sugiyono (2004:4)

    populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

  • 59

    mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

    untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

    Populasi penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala

    Desa Terhadap Kinerja Aparatur Desa Amartapura Kecamatan Madukara

    Kabupaten Karang Tumaritis ini adalah seluruh pegawai atau aparatur Desa

    Amartapura Kecamatan Madukara Kabupaten Karang Tumaritis yang

    seluruhnya berjumlah 16 orang.

    2. Sampel Penelitian

    Pada penelitian ini digunakan teknik sampling berupa probability

    sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi

    semua anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono,

    2004: 92). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified

    random sampling di mana populasi mempunyai anggota yang tidak homogen

    dan berstrata secara proporsional.

    Akan tetapi, mengingat jumlah sampel ternyata jauh di bawah 100

    orang, maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, atau

    menggunakan sampel populasi.

    D. Langkah-langkah Pengumpulan Data

    Menurut Neuman, W. Lawrence (2006: 209-219) terdapat tujuh

    langkah dasar dalam melakukan sebuah penelitian survey sebagai berikut.

  • 60

    1) Perencanaan

    Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu

    penelitian dan merencanakan strategi umum untuk memperoleh dang

    menganalisa data bagi penelitian itu.

    2) Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian

    Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Disini

    disajikan lagi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian,

    hipotesis serta metode.

    3) Pengambilan contoh (sampling)

    Proses pemilihan sejumlah unsur dari suatu populasi guna mewakili

    seluruh populasi itu.

    4) Penyusunan daftar pertanyaan

    Proses penerjemahan tujuan-tujuan studi kedalam bentuk pertanyaan

    untuk mendapatkan jawaban yang berupa informasi yang dibutuhkan.

    5) Kerja lapangan

    Tahap ini meliputi pemilihan dan latihan para pewawancara, bimbingan

    dalam wawancara serta pelaksanaan wawancara.

    6) Editing dan Coding

    Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera dalam daftar

    pertanyaan ke dalam berbagai kelompok jawaban yang disusun dalam

    angka dan ditabulasi.

  • 61

    7) Analisis dan Laporan

    Meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan terpenting pula

    dalam suatu proses penelitian.

    E. Metode Pengumpulan Data

    Menurut Nasir (2003:328), teknik pengumpulan data merupakan

    instrumen ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data

    yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis,

    informasi lisan, serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus

    penelitian yang sedang diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian

    di atas, teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

    terutama ada dua macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.

    1) Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

    dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan

    mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah

    resmi yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain

    yang ada pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi

    ditujukan untuk memperoleh data langsung dari instansi/lembaga

    meliputi buku-buku, laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain

    yang relevan dengan fokus penelitian.

  • 62

    2) Teknik Angket

    Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden

    sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang

    disebarkan seluruhnya adalah 32 perangkat angket. Pemilihan dengan

    model angket ini didasarkan atas alasan bahwa (a) responden memiliki

    waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau per-nyataan-

    pernyataan yang diajukan, (b) setiap responden menghadapi susunan

    dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c)

    responden mempunyai kebebasan dalam memilih jawaban, dan (d)

    dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak

    responden dalam waktu yang cepat dan tepat.

    Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk

    skala Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk

    mengukur sikap, pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang

    tentang suatu fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan

    keputusan pembelian produk dapat dikategorikan sebagai fenomena

    sosial. Oleh karena itu, penggunaan skala Likert pada penelitian ini

    dapat diterima.

    Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

  • 63

    Tabel 3.1 Penskoran Skala Likert

    Pernyataan Bobot Penilaian Pernyataan Bobot

    Penilaian

    Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5

    Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4

    Netral Skor : 3 Netral Skor : 3

    Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2

    Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1

    F. Langkah-langkah Pengolahan Data

    1. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

    Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur

    persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah

    peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang

    telah ditetapkan oleh peneliti. Pengolahan data secara deskriptif adalah

    dengan cara memperoleh hasil perkalian dari jumlah responden dengan

    skor pilihan jawaban yang diberikan. Seluruh hasil perkalian dari jumlah

    responden pada masing-masing pilihan jawaban ini (pada masing-masing

    item) dijadikan dasar penafsiran data hasil penelitian secara deskriptif.

    Untuk menentukan tingkat tanggapan responden, dilakukan

    perhitungan persentase dengan mengacu kepada teori yang dikemukakan

    oleh Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006: 122) dalam menyusun

    penskalaan dengan metode Likerts Summated Rating yang ditentukan

  • 64

    oleh skor maksimum dan skor minimum yang mungkin dicapai oleh setiap

    responden.

    z z z z z

    2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

    Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dalam kerangka

    pengembangan instrumen penelitian. Langkah-langkah yang akan

    ditempuh dalam pengembangan instrumen penelitian secara garis besarnya

    adalah sebagai berikut.

    a. Merumuskan definisi operasional setiap variabel penelitian hingga

    masing-masing variabel memiliki batasan yang jela