102
PENGARUH HARDINESS DAN KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA UIN JAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh: Rahmat Dani NIM: 11140700000122 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

PENGARUH HARDINESS DAN KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47003... · 2019. 9. 2. · Dispositional Resilience Scale), Big five Inventory

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH HARDINESS DAN KEPRIBADIAN BIG FIVE

TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA UIN

JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

Rahmat Dani

NIM: 11140700000122

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

PENGARUH HARDINESS DAN KEPRIBADIAN BIG FIVE

TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA UIN

JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

Rahmat Dani

NIM: 11140700000122

Dosen Pembimbing

Drs. Rachmat Mulyono M.Si, Psikolog

NIP.19650220 199903 1003

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Saat Allah SWT mendorongmu ke tebing, yakinlah kalau hanya ada dua hal yang mungkin terjadi. Mungkin saja Ia akan menangkapmu, atau Ia ingin kau belajar bagaimana caranya terbang”

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua yang

sangat berjasa dan sangat aku sayangi, kakak, sahabat yang

menemani dalam kondisi apapun dan orang terkasih.

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Februari 2019

C) Rahmat Dani

D) Pengaruh Hardiness dan Kepribadian Big five terhadap Intensi Berwirausaha

Mahasiswa UIN Jakarta

E) X + 74+lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hardiness (kontrol, komitmen

dan tantangan) dan kepribadian big five (extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism dan openness to experience) terhadap intensi

berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta. Sampel yang diambil sebanyak 249

responden yang berasal dari 11 fakultas yang ada di UIN Jakarta dengan teknik

non-probability sampling. Penyusun memodifikasi alat ukur EIQ (Entrepreneurial

Intention Questionnaire), DRS-15 (Dispositional Resilience Scale), Big five Inventory – Kurzversion (BFI-K). Uji validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor

analysis (CFA). Analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan hardiness dan

kepribadian big five terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta. Hasil

uji hipotesis minor yang menguji pengaruh hardiness dan big five, hanya dimensi

komitmen dan conscientiousness yang memiliki pengaruh terhadap intensi

berwirausaha mahasiswa. Sedangkan kontrol, tantangan, extraversion,

agreeableness, neuroticism dan openness to experience tidak memiliki pengaruh

terhadap intensi berwirausaha. Penyusun berharap implikasi dalam penyusunan ini

dapat meningkatkan motivasi mahasiswa yang ingin menjadi seorang pengusaha

dengan mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan seperti komitmen yang tinggi,

tidak mudah menyerah, mampu mengatur waktu dan terbiasa untuk menetapkan

tujuan yang ingin dicapai. Saran untuk penyusunan selanjutnya adalah

menggunakan independent variable lain di luar penyusunan ini didasarkan dengan

penyusunan sebelumnya, seperti adversity quotient, self-efficacy dan pendidikan.

Lalu, untuk penyusunan selanjutnya dapat menambahkan dependent variable berupa

perilaku berwirausaha agar semakin jelas dampak dari intensi berwirausaha.

Pengambilan sampel juga diharapkan bisa mencakup lebih luas dengan

membandingkan perbedaan antara mahasiswa UIN Jakarta dengan mahasiswa dari

universitas lain.

G) Bahan Bacaan : 66 ; Buku: 9 + Jurnal: 49 + Website: 7 + Skripsi:1

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) Februari 2019

C) Rahmat Dani

D) The Effect of Hardiness and Big five Personality on the intention of Student

Entrepreneurship at UIN Jakarta

E) X + 74 + attachment

F) This study aims to determine the effect of hardiness (control, commitment and

challenge) and big five personality (extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism and openness to experience) on the entrepreneurial

intentions of UIN Jakarta students. The samples taken were 249 respondents from

11 faculties in UIN Jakarta with non-probability sampling techniques. The

researcher modified the EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) measuring

instrument, DRS-15 (Dispositional Resilience Scale), Big five Inventory -

Kurzversion (BFI-K). Test the validity of the gauge using the confirmatory factor

analysis (CFA) technique. Data analysis using multiple regression analysis

techniques.

The results showed that there was a significant effect of hardiness and big five

personality on the entrepreneurial intentions of UIN Jakarta students. The results

of the minor hypothesis test that examined the effect of hardiness and big five,

only the dimensions of commitment and conscientiousness that have an influence

on the intention of student entrepreneurship. While control, challenges,

extraversion, agreeableness, neuroticism and openness to experience do not have

an influence on entrepreneurial intentions. The researcher hopes that the

implications in this study can increase the motivation of students who want to

become entrepreneurs by preparing whatever is needed such as high commitment,

not giving up easily, being able to manage time and getting used to setting goals

to be achieved. The suggestion for further research is to use other independent

variables outside of this study based on previous research, such as adversity

quotient, self-efficacy and education. Then, for further research, it can add a

dependent variable in the form of entrepreneurial behavior so that the more

obvious the impact of entrepreneurial intentions. Sampling is also expected to

cover more broadly by comparing differences between UIN Jakarta students and

students from other universities.

G) Reading Material: 66; Book: 9 + Journal: 49 + Website: 7 + Skripsi:1

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas bimbingan dan

hidayah-NYA, penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Hardiness dan Kepribadian Big five terhadap Intensi berwirausaha Mahasiswa

UIN Jakarta”. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurah kepada junjungan

kita, Nabi Muhammad SAW.

Penyusun menyadari ada banyak pihak yang turut berkontribusi dalam

penyusunan skripsi ini.Untuk itu, pada kesempatan kali ini, penyusun ingin

mengucapkan terimakasih pada:

1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, berserta jajarannya. Penyusun mengucapkan

terima kasih atas bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan skripsi.

2. Bapak Drs. Rachmat Mulyono M.Si Psikolog selaku dosen pembimbing

skripsi yang selalu memberikan semangat, dorongan, pengetahuan yang

baru untuk meneliti serta sabar dalam membimbing penyusun dalam

menyelesaikan skripsi

3. Ibu Eva dan ibu Natris selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membantu, mendukung, dan memberi masukan selama masa perkuliahan.

Terimakasih atas saran dan perhatian yang diberikan.

4. Bapak (Eldi Gusmar) dan Mak (Eli Sofina) dan kakak tersayang (Rini

Rusdiana) serta keluarga besar. Kepada orang tua yang penyusun

sayangi, terima kasih banyak atas setiap pengorbanan demi kesuksesan

anakmu dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih banyak atas semua

ix

pengorbanan yang bapak dan mak lakukan sehingga dani bisa

menyelesaikan kuliah. Semoga allah membalas semua kebaikan yang

tidak akan mampu penyusun balas.

5. Kepada Mutiara Fajrin terima kasih atas support yang diberikan dalam

membantu penyusun saat bingung dalam menyelesaikan skripsi.

6. Kepada angkatan 2014 yang sudah memberikan dukungan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Segala canda tawa menghiasi setiap

langkah penyusun semasa perkuliahan. Kepada akhlis, Ammar, Iko,

Faisal, Ivan, Wildan, Hasan, Yaden, Taufan, Amel, Fitri, Dinda, Vera,

Vero yang sudah memberikan semangat kepada penyusun dalam

menyelesaikan skripsi

7. Terakhir, penyusun mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang

sudah membantu proses penyelesaian skripsi ini.

Jakarta, 28 Februari 2019

Rahmat Dani

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................ vi

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1-10

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................. 8

1.2.1 Pembatasan Masalah...................................................... 8

1.2.2 Perumusan Masalah ....................................................... 9

1.3 Tujuan Penyusunan ..................................................................... 9

1.4 Manfaat Penyusunan ................................................................... 10

1.4.1 Manfaat Penyusunan...................................................... 10

1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................. 10

BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................ 11-36

2.1 Intensi Berwirausaha ................................................................... 11

2.1.1 Definisi Intensi Berwirausaha ........................................ 11

2.1.2 Dimensi Intensi Berwirausaha ....................................... 14

2.1.2.1 Theory Reasoned Action .................................. 14

2.1.2.2 Theory Planned Behavior................................. 16

2.1.3 Faktor-Faktor Intensi Berwirausaha ............................... 18

2.1.3.1 Faktor Internal ................................................. 18

2.1.3.2 Faktor Eksternal ............................................... 19

2.1.4 Pengukuran Skala Internal Berwirausaha ....................... 20

2.2 Hardiness ................................................................................... 21

2.2.1 Definisi Hardiness ......................................................... 21

2.2.2 Dimensi Hardiness ........................................................ 23

2.2.3 Pengukuran Skala Hardiness ......................................... 24

2.3 Kepribadian Big five ................................................................... 25

2.3.1 Definisi Kepribadian Big five ......................................... 25

2.3.2 Dimensi Kepribadian Big five ........................................ 28

2.3.3 Pengukuran Skala Kepribadian Big five ......................... 30

xi

2.4 Kerangka Berpikir ...................................................................... 31

2.5 Hipotesis Penyusunan ................................................................. 35

2.5.1 Hipotesis Mayor ............................................................ 35

2.5.2 Hipotesis Minor ............................................................. 36

BAB 3 METODOLOGI PENYUSUNAN ....................................................... 38-53

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel..................... 38

3.2 Variabel Penyusunan & Definisi Operasional Variabel ............... 38

3.3 Pengumpulan Data ...................................................................... 40

3.4 Instrumen Penyusunan ................................................................ 41

3.4.1 Intensi Berwirausaha ..................................................... 41

3.4.2 Hardiness ...................................................................... 42

3.4.3 Kepribadian Big five ...................................................... 43

3.5 Uji Validitas Konstruk ................................................................ 44

3.5.1 Uji Validitas Skala Intensi Berwirausaha ....................... 46

3.5.2 Uji Validitas Skala Hardiness ........................................ 47

3.5.3 Uji Validitas Skala Big five ............................................ 48

3.6 Teknik Analisis Data .................................................................. 50

BAB 4 HASIL PENYUSUNAN ....................................................................... 54-65

4.1 Gambar Subjek Penyusunan ........................................................ 54

4.2 Hasil Analisis Deskriptif ............................................................. 54

4.3 Kategorisasi Skor Variabel.......................................................... 56

4.4 Uji Hipotesis Penyusunan ........................................................... 57

4.4.1 Pengujian Proporsi Varians Independent Variabel ......... 63

BAB 5 KESIMPULAN .................................................................................... 66-72

5.1 Kesimpulan................................................................................. 66

5.2 Diskusi ....................................................................................... 66

5.3 Saran .......................................................................................... 71

5.3.1 Saran Metodologis ......................................................... 71

5.3.2 Saran Praktis.................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 73-78

LAMPIRAN ..................................................................................................... 79-88

xii

DAFTAR TABEL

3.1 Skor Skala Likert .................................................................................... 41

3.2 Blueprint Skala Intensi Berwirausaha ..................................................... 42

3.3 Blueprint Skala Hardiness ...................................................................... 43

3.4 Blueprint Skala Big five .......................................................................... 43

3.5 Muatan Faktor Item Intensi Berwirausaha............................................... 47

3.6 Muatan Faktor Item Hardiness ............................................................... 48

3.7 Muatan Faktor Item Big five ................................................................... 49

4.1 Gambar Penyusunan Subjek ................................................................... 54

4.2 Analisis Deskriptif .................................................................................. 55

4.3 Pedoman Interpretasi Skor ...................................................................... 56

4.4 Kategorisasi Skor Variabel ..................................................................... 56

4.5 Model Summary Analisis Regresi ........................................................... 58

4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ....................................... 59

4.7 Koefisien Regresi ................................................................................... 60

4.8 Proporsi Varian setiap IV ke DV ............................................................ 63

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Theory Planned Behavior ................................................. 17

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Berpikir ........................................................... 35

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisoner Penyusunan .................................................................... 79

Lampiran 2 Path Diagram dan Syntax Intensi Berwirausaha ............................. 84

Lampiran 2 Path Diagram dan Syntax Hardiness .............................................. 85

Lampiran 2 Path Diagram dan Syntax Big five.................................................. 86

Lampiran 3 Tabel R Square dan Tabel Analisis Deskriptif ............................... 87

Lampiran 4 Tabel Anova dan Tabel Regresi ..................................................... 87

Lampiran 5 Tabel Proporsi Varians .................................................................. 88

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berwirausaha merupakan sebuah proses dalam menciptakan suatu hal baru dengan

cara yang kreatif dan inovatif. Berwirausaha juga menjadi dasar, kiat, dan sumber

daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan individu. Selain itu berwirausaha

merupakan suatu kegiatan usaha yang melibatkan kemampuan untuk melihat

kesempatan usaha guna meraih keuntungan (Sembodo & Djumali, 2017).

Individu yang berwirausaha memiliki keyakinan, mandiri, dan rasa optimis

yang tinggi. Individu juga memiliki ketekunan, mampu mengejar prestasi, mampu

mengambil risiko, memiliki inovasi serta kreatifitas yang tinggi dan fleksibel dalam

menghadapi sesuatu. Individu yang ingin bergerak dalam bidang wirausaha tentunya

harus memiliki komitmen yang tinggi agar dapat menetapkan prioritas utama dalam

mengejar tujuan, cita-cita, dan harapan yang direncanakan dalam kehidupan.

Manfaat dari berwirausaha di antaranya kebebasan finansial, kebebasan

waktu, dapat menciptakan lapangan pekerjaan, menciptakan kemandirian individu

dan memiliki kesempatan yang terbuka luas. Suatu negara dikatakan maju jika jumlah

pengusaha dari total jumlah penduduk sebesar 14% (Kuwado, 2018).

Di Indonesia, saat ini jumlah pengusaha masuk dalam kategori rendah yaitu

tiga persen (Lestari, 2018). Hal ini terjadi karena orientasi masyarakat masih berfokus

2

untuk mencari pekerjaan daripada menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru

(Suharti & Sirene, 2011).

Indonesia setiap tahun mencetak sekitar 300 ribu sarjana dari 2900 perguruan

tinggi negeri dan swasta, dan Indonesia hanya mampu mengambil 37% lulusan

sarjana dari perguruan tinggi dan akan terus menurun karena adanya pengaruh

perkembangan teknologi yang semakin meminimalkan peran tenaga manusia

(Sangganagara, 2015). Jika semakin kecil jumlah sarjana yang diambil menjadi

tenaga pekerja, tentunya akan berpengaruh terhadap jumlah pengangguran. Data yang

telah didapatkan di lapangan yaitu jumlah pengangguran universitas naik sebesar

6,31% pada tahun 2018 (Pradita, 2018). Jika hal ini tidak ditanggulangi maka dapat

berakibat menurunnya tingkat produktifitas dan kesejahteraan masyarakat dalam

Negara.

Berwirausaha dapat menjadi solusi agar terhindarnya jumlah pengangguran

pasca mahasiswa lulus dari sebuah universitas, yaitu mahasiswa diarahkan untuk

memilih karirnya sebagai seorang pengusaha. Kendala yang dihadapi mahasiswa

ketika ingin memulai berwirausaha yaitu modal, minim ide, tidak berani mengambil

risiko dan tidak siap dengan ketidakpastian (Fahmi, 2017). Cara mempersiapkan

mahasiswa untuk masuk ke dalam dunia berwirausaha dapat dilakukan dengan

menumbuhkan intensi mahasiswa terhadap berwirausaha. Menumbuhkan intensi

berwirausaha pada mahasiswa dapat menjadi langkah awal dalam memulai karir

menjadi seorang pengusaha (Nurhidayati & Utari, 2018).

3

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 45 mahasiswa/i

UIN Jakarta yang diwawancarai tentang pendapat mereka “apakah saat kuliah sudah

memikirkan menjadi seorang pengusaha atau belum?” mengenai pandangan

mahasiswa/i tersebut mengenai berwirausaha, “faktor apa saja yang membuat

mahasiswa/i memutuskan untuk berwirausaha?”, dan “kapan mahasiswa/i akan

memulai berwirausaha?”. Hasil yang didapatkan 40 mahasiswa/i sudah berfikir

wirausaha saat kuliah. Mahasiswa/i menganggap bahwa berwirausaha itu penuh

dengan risiko, mandiri, dapat membangun relasi yang kuat dan berani menghadapi

segala masalah. Faktor ekonomi, keluarga, lingkungan, ingin hidup mandiri, serta

freedom time yang membuat mereka berniat menjadi seorang wirausaha. Saat ditanya

kapan memulai berwirausaha ada yang menjawab belum tahu pasti, seletah lulus S1,

sekitar 2 sampai 5 tahun lagi, ada yang sudah melakukan, dan ada yang menjawab

ketika tekad sudah kuat.

Intensi memainkan peran penting bagi mahasiswa dalam mengarahkan

tindakan, yaitu menghubungkan antara pertimbangan yang diyakini dan diinginkan

mahasiswa dalam pengambilan keputusan (Nurhayati & Utari, 2018). Intensi adalah

keyakinan dan kemauan seseorang untuk berusaha melakukan suatu tindakan tertentu

(Fishbein & Ajzen, 1975). Menumbuhkan intensi pada mahasiswa dalam

berwirausaha meupakan langkah awal dalam proses memilih karirnya sebagai

pengusaha di masa depan.

4

Intensi berwirausaha juga dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang

masuk akal untuk memahami siapa yang akan menjadi wirausahawan. Individu

dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang

lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan individu tanpa intensi untuk

memulai usaha (Amier, 2017). Intensi berwirausaha dapat dikembangkan untuk

memahami persepsi sosial dan keterampilan dalam menunjukkan perilaku

berwirausaha. Wijaya (2007) mengatakan bahwa individu yang ingin berwirausaha

terbentuk melalui tahapan keputusan dalam bertindak untuk melakukan kegiatan

wirausaha sebagai perilaku terencana. Proses terencana inilah yang menjadikan

individu mengambil keputusan untuk berwirausaha.

Individu mengambil keputusan untuk menciptakan suatu usaha baru

berdasarkan tiga faktor motivasi yaitu: pandangan individu mengenai seorang

pengusaha, dukungan sosial dan anggapan terhadap kemampuan dalam menunjukkan

perilaku wirausaha (Linan, 2008). Mahasiswa yang akan menjalani wirausaha

dihadapkan dengan tantangan seperti ketidakpastian, risiko, dan kegagalan. Individu

harus mampu bertahan dalam situasi dan kondisi apapun saat dia berwirausaha.

Pengalaman dari kegagalan akan membantu untuk mencapai hasil yang lebih positif

(Sabela, 2014).

Pengalaman individu ketika dihadapkan dengan situasi sulit dapat

menciptakan coping stres yang efektif daripada yang menghindari situasi yang sulit.

Menghindari situasi yang sulit tentunya akan menghilangkan kesempatan individu

untuk belajar dan tumbuh yang mungkin membawa individu menuju kesuksesan.

5

Salah satu hal yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya stres yang

dirasakan oleh individu adalah ketahanan individu yang dinamakan hardiness.

Hardiness muncul sebagai pola sikap dan strategi untuk melindungi seseorang dari

efek negatif stres (Maddi, 2013). Hardiness merupakan suatu sikap mental yang

dapat mengurangi efek stres secara fisik dan mental pada individu. Hardines

merupakan salah satu karakter yang dapat mempengaruhi individu tentang

bagaimana dirinya melihat sebuah situasi stres dan menentukan respon yang efektif

(Odgen, 2007).

Penelitian yang menunjukkan hardiness memiliki pengaruh terhadap intensi

berwirausaha yaitu Susilawati (2013) menyatakan dalam dimensi hardiness yaitu

komitmen, kontrol dan tantangan menjadi hal yang penting dalam membahas intensi

berwirausaha. Individu yang memiliki komitmen dikatakan mampu menghadapi

siatuasi yang menekan dan tidak akan mudah menyerah dalam mencapai tujuan.

Selain itu individu yang memiliki kontrol mampu mengendalikan dan mengelola apa

saja yang terjadi dikehidupannya sehingga dapat mengantisipasi ancaman yang akan

datang dimasa depan. Dalam hal ini bisa dijelaskan bagaimana individu mampu

beradaptasi secara fleksibel terhadap situasi yang menjadi penyebab adanya tekanan

yang akan terjadi ketika memutuskan untuk mulai berwirausaha.

Penelitian terdahulu juga menjelaskan hardiness dan intensi berwirausaha,

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa individu yang memiliki hardiness yang

tinggi memiliki daya juang yang tinggi, tidak mudah menyerah dalam mencapai

tujuan, dan mampu bertahan dalam situasi dan kondisi yang tidak menyenangkan

6

(Nourmawati, 2015). Menurut Kobasa (1982) hardiness merupakan suatu

karakteristik kepribadian yang membuat individu menjadi lebih kuat, tahan, stabil,

optimis dalam menghadapi tekanan dan mengurangi efek negatif yang dihadapi. Hal

ini dibutuhkan oleh individu yang ingin menjadi wirausaha. Mahasiswa yang

memiliki hardiness yang tinggi mampu menghadapi berbagai masalah yang ada

untuk mencapai tujuannya menjadi pengusaha.

Maddi (2013) mengatakan bahwa hardiness muncul sebagai pola dari sikap

dan strategi yang mengubah keadaan stres dari kondisi yang berpeluang

menimbulkan bencana menjadi peluang. Individu yang memiliki hardiness yang

tinggi memiliki ketahanan psikologis yang kuat dimana individu tersebut akan

mampu menghadapi tekanan dengan cara mengubah tekanan negatif menjadi

tantangan yang positif

Menurut Linan (2008) menjelaskan bahwa menjadi pengusaha membutuhkan

proses mental yang kompleks. Pengusaha membutuhkan suatu komitmen, kontrol

diri dalam melakukan berbagai inovasi yang baru dalam menciptakan usaha baru.

Hal tersebut dibutuhkan dalam melakukan aktivitas berwirausaha. Kepribadian yang

dimiliki individu juga memiliki pengaruh terhadap intensi berwirausaha. Menurut

Allport kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang

psikofisik yang menentukan penyesuaian yang unik dengan lingkungan (Yusuf &

Nurihsan, 2007).

Feist dan Feist (1998) menjelaskan kepribadian sebagai sebuah pola yang

relatif menetap, trait, disposisi atau karakteristik didalam individu yang memberikan

7

beberapa ukuran yang konsisten tentang perilaku. Dalam memahami tipe individu

dalam bersikap dapat dijelaskan dalam lima komponen yaitu conscientiousness,

extraversion, agreeableness, neuroticism, dan openness to experience. Kelima aspek

tersebut yang menjelaskan bagaimana seseorang dalam memberikan respon pada

suatu situasi atau pada orang lain (Landy & Conte, 2004).

Mahasiswa yang dapat memanfaatkan kelima aspek tersebut dalam

berwirausaha tentunya akan bepengaruh terhadap usaha suatu hari nanti. Mahasiswa

harus mampu untuk bersikap asertif kepada siapa saja sehingga mampu

mempengaruhi lingkungan seperti stakeholder atau konsumen. Mahasiswa harus

memiliki kemampuan interpersonal terhadap lingkungan sekitarnya. Mahasiswa juga

harus memiliki sikap pekerja keras, teliti, dispin dan berfikir matang yang dibutuhkan

untuk menata strategi agar mencapai tujuan dalam berwirausaha. Mahasiswa harus

mampu mengendalikan emosi, memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan

menunjang mahasiswa agar diakui dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tidak

mudah merasa puas akan ilmu yang dimiliki menjadi kunci kemana usahanya akan

dibawa (John & Srivastava, 1999).

Chen dan Jing (2012) mengatakan bahwa individu dalam mencapai prosesnya

untuk berwirausaha, individu yang dapat melakukan lebih banyak kegiatan yang

mendukung untuk berwirausaha. Individu yang menghadapi risiko dapat menciptakan

usahanya sendiri daripada individu yang menghindari berbagai risiko.

Berdasarkan fenomena yang telah dijabarkan diatas, jika penyusun tidak

melakukan penelitian ini maka mahasiswa tidak akan mengetahui proses apa saja

8

yang dihadapi ketika memutuskan untuk terjun ke dalam dunia berwirausaha

sehingga tidak sanggup bertahan dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut yang

menjadi dasar penyusun untuk menguji pengaruh setiap dimensi dari variabel

hardiness dan kepribadian big five terhadap intensi berwirausaha melalui penelitian

yang berjudul “Pengaruh Hardiness dan Kepribadian Big Five terhadap Intensi

Berwirausaha Mahasiswa UIN Jakarta.”

1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Fokus dalam penelitian ini adalah intensi berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta.

Faktor yang memengaruhi yaitu hardiness dan kepribadian big five. Adapun

pengertian konsep dari masing- masing variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Intensi Berwirausaha merupakan kecenderungan individu untuk menunjukkan

perilaku berwirausaha (Fishbein & Ajzen, 1975).

2. Hardiness adalah sekumpulan karakteristik kepribadian yang tampil untuk

mempertahankan individu dari efek negatif stres pada kesehatan fisik dan mental

yang meliputi kontrol, komitmen dan tantangan (Bartone, 2015). Berdasarkan hal

tersebut hardiness dibagi menjadi 3 yaitu: kontrol, komitmen dan tantangan.

3. Kepribadian Big Five adalah kepribadian sebagai gaya emosional, interpersonal,

eksperimental, obyektif, dan motivasi yang bertahan lama yang menjelaskan

perilaku dalam situasi yang berbeda. McCrae dan Costa (dalam John dan

Srivastava, 1999). Berdasarkan hal tersebut kepribadian big five dibagi menjadi 5

9

bagian yaitu: extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan

openness to experience.

4. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Jakarta yang berasal dari

11 fakultas yang ada di UIN Jakarta.

1.2.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari hardiness (kontrol, komitmen dan

tantangan) dan kepribadian big five (extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience) terhadap intensi

berwirausaha mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta?

2. Variabel apa saja dari variabel bebas (kontrol, komitmen, tantangan, extraversion,

agreaeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience)

yang besar pengaruhnya terhadap variabel terikat (intensi berwirausaha)?

3. Seberapa besar sumbangan variabel hardiness (kontrol, komitmen dan tantangan)

dan kepribadian big five (extraversion, agreeableness, conscientiousness,

neuroticism, dan openness to experience) terhadap intensi berwirausaha

mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk membuktikan

pengaruh dari variabel Hardiness dan Kepribadian Big Five terhadap Intensi

Berwirausaha pada Mahasiswa UIN Jakarta

10

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca

untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang wirausaha. Dan

menumbuhkan minat remaja untuk memulai berwirausaha sejak usia dini agar dapat

mengembangkan perekonomian bangsa. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat

membantu sebagai bahan refensi untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini, dapat memberikan manfaat yang dapat

digunakan oleh calon generasi bangsa yang ingin memulai karir dalam bidang

wirausaha dan memberikan gambaran yang diperlukan saat memulai berwirausaha.

11

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Intensi Berwirausaha

2.1.1 Definisi Intensi Berwirausaha

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) intensi adalah posisi individu dalam dimensi

probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan

beberapa tindakan. Intensi dapat menjelaskan bagaimana keyakinan dan kemauan

individu untuk berusaha melakukan suatu tindakan tertentu. Intensi adalah perkiraan

seseorang mengenai seberapa besar suatu tindakan akan dilakukan. Hal ini

menjelaskan bagaimana proses pembentukan intensi menjadi perilaku.

Tubbs dan Ekeberg (dalam Fini, 2009) menjelaskan berdasarkan pendekatan

kognitif bahwa intensi merupakan posisi sentral dalam membahas perilaku manusia.

Kazt dan Gartner (dalam Rokhman & Ahamded, 2015) mengatakan bahwa intensi di

asumsikan mengambil peran dalam pengendalian faktor emosional yang

mempengaruhi suatu perilaku dan mengidentifikasi usaha seseorang untuk mencoba

melaksanakan perilaku yang diinginkan. Intensi memainkan peranan khas dalam

mengarahkan tindakan, yaitu menghubungkan antara pertimbangan yang mendalam,

diyakini dan diinginkan oleh individu dengan tindakan tertentu. Intensi berkaitan

dengan indikasi akan seberapa susah individu mencoba untuk memahami, seberapa

besar usaha individu dalam merencanakan sesuatu untuk melakukan perilaku tertentu

(Vemmy, 2012).

12

Berdasarkan pengertian intensi diatas dapat disimpulkan bahwa intensi

merupakan hasil keyakinan dalam diri individu mengenai sesuatu yang kemudian

membentuk sikap dan menghasilkan intensi yang akan dilaksanakan dalam kehidupan

sehari-hari. Intensi juga dapat diartikan sebagai tingkat keyakinan yang dimiliki

individu untuk memunculkan tindakan yang telah direncanakan dimasa depan.

Sebelum menjelaskan mengenai intensi berwirausaha, ada baiknya

menjelaskan pengertian tentang berwirausaha. Sumardi (2007) menjelaskan bahwa

berwirausaha merupakan individu yang menciptakan sebuah usaha atau bisnis yang

dihadapkan dengan risiko dan ketidakpastian untuk memperoleh keuntungan dan

mengembangkan bisnis dengan cara membuka kesempatan. Ahmad dan Seymour

(2008) menjelaskan berwirausaha merupakan proses untuk menciptakan dan

mengembangkan kegiatan ekonomi dengan memadukan pengambilan risiko, yang

menuntut kreativitas atau inovasi dengan manajemen yang baik dalam organisasi baru

atau yang sudah ada.

Hisrich (2001) mengemukakan bahwa kewirausahaan diartikan sebuah proses

dinamis dalam menciptakan tambahan kekayaan individu yang menanggung risiko

utama dalam hal modal waktu, komitmen karir atau menyediakan nilai bagi beberapa

produk atau jasa. Berdasarkan pengertian wirausaha yang telah dijelaskan dapat

disimpulkan bahwa berwirausaha merupakan proses penciptaan suatu usaha secara

dinamis yang dihadapkan dengan risiko, ketidakpastian, komitmen, managemen yang

baik serta memiliki kreativitas yang dapat menghasilkan keuntungan.

13

Menurut Fini (2009) intensi berwirausaha merupakan representasi kognitif

dari tindakan yang akan dilaksanakan oleh individu untuk mendirikan usaha baru

secara mandiri atau untuk menciptakan sesuatu yang baru dalam usaha. Intensi

berwirausaha dapat diartikan sebagai langkah awal dari suatu proses pendirian sebuah

usaha yang umumnya bersifat jangka panjang (Lee & Wong, 2004). Selanjutnya,

Linan (2008) menjelaskan bahwa menjadi pengusaha membutuhkan proses mental

yang kompleks. Pengusaha membutuhkan suatu komitmen yang kuat dalam

menciptakan usaha baru.

Intensi berwirausaha juga mempengaruhi tindakan individu dalam suatu usaha

yang ada. Suatu usaha yang mapan merupakan hasil dari proses yang disengaja, yaitu

individu mengejar dan mengeksploitasi peluang yang ada (Stevenson & Jarillo,

1986). Menurut Bygrave (dalam Walipah & Naim, 2016) wirausahawan

(entrepreneur) adalah individu yang mampu melihat peluang dan berusaha

menciptakan cara untuk mendapatkan hasil dari peluang tersebut. Sedangkan menurut

Meng & Liang (dalam Walipah & Naim, 2016) bahwa wirausaha adalah individu

yang kreatif, inovatif dan proaktif, berani mengambil risiko, memiliki visi dan misi

yang jelas, memiliki kebutuhan berprestasi tinggi, tekun dan memiliki rasa tanggung

jawab yang tinggi, percaya diri, serta bersemangat dan penuh antusias.

Intensi berwirausaha adalah pusat untuk memahami proses wirausaha karena

Intensi berwirausaha membentuk dasar pendirian suatu organisasi baru bagi individu

(Krueger, 1993). Intensi berwirausaha dapat dikembangkan untuk memahami

persepsi sosial dan keterampilan dalam menunjukkan perilaku berwirausaha (Linan,

14

2008). Individu mengambil keputusan untuk menciptakan suatu usaha baru

berdasarkan tiga faktor motivasi yaitu: pandangan individu mengenai pengusaha,

dukungan sosial dan kemampuan dalam menunjukkan perilaku wirausaha (Linan &

Chen, 2009).

Intensi berwirausaha individu dapat ditingkatkan dengan adanya pelatihan

berwirausaha. Gibb (dalam Linan, 2011) menjelaskan bahwa pelatihan untuk individu

yang baru mulai berwirausaha itu penting agar dapat mengenal lingkungan yang

dihadapi baik situasi dan kondisi. Berdasarkan teori intensi individu berada dalam

posisi dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya

dengan beberapa tindakan (Fishbein & Ajzen, 1975). Intensi berwirausaha adalah

kecenderungan individu untuk menunjukkan perilaku berwirausaha (Fishbein &

Ajzen, 1975). Dalam penelitian ini intensi berwirausaha secara khusus didasarkan

pada teori dari aspek intensi yang dijelaskan oleh Fishbein dan Ajzen (1975).

2.1.2 Dimensi Intensi Berwirausaha

Berdasarkan teori intensi terdapat dua teori besar yang menjelaskan intensi yaitu

theory reasoned action dan theory planned behavior (Fishbein & Ajzen, 1975) yang

akan dijelaskan dibawah ini:

2.1.2.1 Theory Reasoned Action

Teori yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) menjelaskan bahwa intensi

mampu memprediksi perilaku yang akan dilakukan atas kemauan diri sendiri. Teori

ini menjelaskan bahwa individu memproses semua informasi yang didapatkan

sehingga bisa mempertimbangkan implikasi dari perilaku yang dilakukan.

15

Berdasarkan teori ini, terdapat dua faktor utama yang menjadi penentu perilaku

intensi yaitu, faktor personal dan lingkungan. Faktor personal ini merupakan sikap

dan faktor lingkungan merupakan norma subjektif. Rumus utama teori dapat diwakili

sebagai berikut:

Dalam persamaan diatas, B adalah behavior, I (Intention) merupakan intensi

munculnya perilaku tertentu (BI). AB adalah sikap terhadap terwujudnya perilaku B,

SN adalah norma subjectif dan W1 dan W2 pertimbangan yang ditentukan secara

empiris (Fishbein & Ajzen, 1975). Ajzen (1991) menjelaskan bahwa berdasarkan

teori Reasoned Action, intensi menjelaskan keinginan individu untuk mencoba

menetapkan perilaku yang terdiri dari tiga determinan, yaitu:

1. Sikap terhadap perilaku

Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku akan

membawa hasil yang diinginkan atau tidak. Individu yang memiliki keyakinan

positif akan memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan.

2. Norma subjektif

Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif atau harapan dari orang

lain dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif yang

membentuk norma subjektif. Individu memiliki keyakinan bahwa individu atau

kelompok tertentu menerima atau tidak tindakan yang dilakukan.

B - I = (AB) W1 + SN (W2)

16

3. Kontrol Perilaku yang disadari

Kontrol perilaku merupakan keyakinan mengenai ada atau tidak faktor-faktor

yang memfasilitasi atau penghambat terhadap perilaku individu. Kontrol perilaku

diperngaruhi oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai

seberapa sulit atau mudah perilaku tersebut dilakukan.

2.1.2.2 Theory Planned Behavior

Teori planned behavior merupakan pengembangan dari teori reasoned action, yang

dibuat oleh Fishbein sebagai cara mengatasi kelemahan dalam teori sebelumnya yang

menjelaskan tentang individu yang memiliki control kehendak yang kurang lengkap

(Fishbein & Ajzen, 1975). Ajzen (1991) menganggap bahwa teori reasoned action

tidak menjelaskan mengenai perilaku yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh

individu, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor lain yang dianggap sebagai

kesempatan yang dibutuhkan agar perilaku dapat dimunculkan.

Teori planned behavior, menambahkan satu faktor penentu dari intensi yaitu

perceived behavior control. Sedangkan faktor lainnya sama dengan teori reasoned

action yaitu sikap dan norma subjektif. Teori ini memiliki tiga konsep determinan

dari terjadinya intensi. Pertama, attitude toward behavior mengacu pada penilaian

atau evaluasi terhadap perilaku baik atau buruk perilaku yang dilakukan, kedua

adalah norma subjektif yaitu tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan perilaku

atau tidak melakukan perilaku. Ketiga, perceived behavioral control yaitu persepsi

kemudahan atau kesulitan yang dirasakan dalam melakukan suatu perilaku dan

diasumsikan untuk mencerminkan pengalaman masa lalu serta mengantisipasi

17

hambatan dan rintangan (Fishbein & Ajzen, 1975). Berdasarkan ketiga hal diatas

yaitu attitude toward behavior, norma subjektif dan perceived behavioral control

mengarah pada pembentukan intensi atau niat berperilaku. Gambar 2.1 berikut adalah

penjelasan dari theory of planned behavior.

Berdasarkan teori diatas Fishbein dan Ajzen (1975) menjelaskan intensi yang terdiri

dari sejumlah dimensi yaitu, perilaku, target yang dituju, situasi dan waktu yang

dijelaskan dibawah ini:

1. Perilaku, suatu perilaku spesifik (khusus) yang kemudian akan diwujudkan secara

nyata.

2. Target, dimana perilaku diarahkan yaitu sasaran yang akan dituju oleh perilaku.

3. Situasi, yaitu dalam situasi bagaimana perilaku itu diwujudkan. Dalam hal ini

situasi dapat diartikan sebagai lokasi atau situasi suasana.

18

4. Waktu, yaitu menyangkut kapan suatu perilaku akan diwujudkan. waktu ini dibagi

atas: periode waktu yang telah ditentukan dan periode waktu yang tidak dibatasi.

Dengan demikian, berdasarkan teori diatas dapat dijelaskan dimensi dari intensi

berwirausaha yaitu:

1. Perilaku Berwirausaha, dalam dimensi ini menjelaskan individu melakukan

kecenderungan berperilaku berwirausaha dikemudian hari.

2. Target Berwirausaha, dalam dimensi ini menjelaskan individu menentukan

dengan siapa yang akan menjadi sasaran untuk berwirausaha dikemudian hari.

3. Situasi Berwirausaha, dalam aspek ini menjelaskan individu memiliki keadaan

yang mendukung untuk berperilaku berwirausaha.

4. Waktu Berwirausaha, dalam aspek ini menjelaskan kapan individu memiliki niat

untuk berwirausaha.

2.1.3 Faktor-Faktor Intensi Berwirausaha

Adapun beberapa faktor yang memengaruhi intensi berwirausaha, terbagi menjadi

dua faktor yaitu internal dan eksternal:

2.1.3.1 Faktor Internal

1. Hardiness

Menurut Bartone (2015) hardiness dijelaskan dalam salah satu dimensinya yaitu

kontrol yang memiliki keyakinan diri dalam mengendalikan peristiwa hidup individu.

Sehingga variabel hardiness memiliki pengaruh sebagai faktor dalam intensi

berwirausaha.

19

2. Kepribadian Big Five

Menurut Joyce (2010) terdapat hubungan kepribadian big five terhadap intensi

berwirausaha. Openness to experience dicirikan sebagai pengusaha yang berani akan

pengalaman baru. Extraversion dicirikan sebagai pengusaha yang mampu

membangun komunikasi dengan lingkungan disekitar. Agreeableness dicirikan

sebagai pengusaha yang menjunjung tinggi rasa kepercayaan. Conscientiousness

dicirikan pengusaha yang harus disiplin dan bertanggung jawab serta senang akan

prestasi. Neuroticism dicirikan sebagai pengusaha yang harus memiliki sikap

optimis.

3. Adversity Quetient

Stoltz (1997) adversity quotient untuk mengukur bagaimana respon individu

menghadapi suatu permasalahan atau hambatan untuk dapat dimanfaatkan menjadi

sebuah peluang.

4. Self-Efficacy

Bandura (1995) menjelaskan self-efficacy mengacu pada keyakinan dalam

kemampuan individu yang mengatur dan mengimplementasikan tindakan untuk

mengatasi situasi tertentu. Keyakinan tersebut mempengaruhi bagaimana individu

berpikir, merasakan serta memotivasi dirinya dan berperilaku

2.1.3.2 Faktor Eksternal

1. Pendidikan

Hengky (2016) pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap jiwa

seseorang (termasuk jiwa wirausaha). Dengan adanya pendidikan, wawasan individu

20

menjadi lebih luas, percaya diri, bisa memilih serta mengambil keputusan,

meningkatkan kreatifitas, moral, karakter. Pendidikan berfungsi untuk membentuk

kepribadian seseorang menjadi lebih kuat dan tahan hantaman. Kepribadian yang kuat

merupakan salah satu modal untuk menjadi seorang pengusaha.

2. Lingkungan

Suharti dan Sirene (2011) lingkungan di dalam keluarga berpengaruh terhadap intensi

berwirausaha dimana semakin kondusif lingkungan di dalam keluarga maka akan

semakin mendorong seseorang menjadi seorang pengusaha. Mahasiswa yang latar

belakang keluarganya atau saudaranya memiliki usaha ternyata memiliki tingkat

intensi berwirausaha yang lebih besar dibandingkan mahasiswa yang keluarga atau

saudaranya tidak memiliki usaha.

2.1.4 Pengukuran Skala Intensi Berwirausaha

Model intensi berwirausaha pada dasarnya untuk menganalisa niat individu untuk

menjadi seorang pengusaha. Instrument yang digunakan untuk mengukur intensi

berwirausaha yaitu alat ukur EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) (Linan &

Chen 2009). Sepanjang keseluruhan proses konstruksi EIQ telah dilakukan revisi

untuk menyelesaikan setiap perbedaan yang mungkin timbul dengan instrument

lainnya (Ajzen 1991, 2001, 2002). Teori yang digunakan dalam alat ukur EIQ

(Entrepreneurial intention Questionnaire) berdasarkan teori Ajzen yaitu theory

planned behavior. EIQ memiliki nilai alpha cronbach yang baik yaitu 0,78.

Alat ukur ini juga sudah digunakan dalam penelitian sebelumnya seperti : Autio et al.

(2001), Chen et al. (1998), Kickul and Zaper (2000), Kolvereid (1996b), Kolvereid

21

and Isaksen (2006), Krueger et al. (2000), and Veciana et al. (2005) (Linan & Chen

2009).

Entrepreneurial Intention Questionnaire (EIQ) terdiri dari enam item, dengan

rentangan empat skala, dari “Sangat Tidak Setuju (1) sampai Sangat Setuju” (4).

Selain itu alat ukur ini memiliki nilai alpha cronbach yang lebih bagus yaitu 0,82.

Namun alat ukur tersebut berasal dari tempat dan budaya yang berbeda sehingga

penyusun akan melakukan modifikasi item menambahkan jumlah item menjadi

delapan item untuk mencegah apabila saat dilapangan terdapat item error.

2.2 Hardiness

2.2.1 Definisi Hardiness

Menurut Bartone (2015) hardiness adalah sekumpulan karakteristik kepribadian

untuk mempertahankan individu dari efek negatif stres pada kesehatan fisik dan

mental. Hal ini sejalan dengan Kobasa (1982) mengatakan hardiness adalah

kepribadian yang membuat individu menjadi kuat, tahan, stabil dan optimis dalam

menghadapi stess dan dapat mengurangi efek negatif yang dimiliki. Proses

berkembangnya dimulai saat masa kanak-kanak yang muncul sebagai perubahan dan

sebagai pengalaman hidup. Berbeda dengan Maddi (2013) ia mengatakan bawah

hardiness dikonseptualisasikan sebagai sesuatu yang berkembang bukan terjadi pada

masa kanak-kanak.

Hardiness adalah ciri kepribadian multidemensi yang dapat melindungi orang

dari berbagai dampak stres (Eschleman, 2010). Hardiness adalah kumpulan

karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber daya tahan dalam

22

menghadapi berbagai peristiwa hidup yang menimbulkan stres. Individu yang

memiliki hardiness dinyatakan lebih rendah terserang penyakit psikologis

dibandingkan individu yang tidak memiliki hardiness akan memiliki tingkat stres

yang lebih tinggi (Kobasa, 1982).

Hardiness muncul sebagai pola sikap dan strategi yang secara bersamaan

memfasilitasi yang mengubah keadaan stres akibat potensi hal buruk menjadi peluang

untuk berkembang. Hardiness juga merupakan langkah yang kuat untuk menghadapi

tekanan yang menimbulkan efek stres terhadap individu. Hardiness menjadikan

individu memiliki strategi koping yang tepat untuk mencari problem solving. dua

mekanisme tersebut merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi jumlah

pengalaman psikologis yang penuh dengan stres dan mendukung terciptanya

kepribadian yang sehat pada individu dalam waktu yang lama (Maddi, 2013).

Hardiness memiliki fungsi tersendiri di dalam diri individu sebagai, proses

adaptasi individu, toleransi terhadap frustasi, mengurangi akibat negatif dari stres,

meningkatkan ketahanan diri akan stres, melatih individu dalam mengambil

keputusan dalam situasi yang penuh dengan tekanan (Maddi, 2002).

Individu yang memiliki hardiness akan memiliki rasa antusias yang tinggi

dalam menyongsong masa depan karena dalam menghadapi perubahan yang terjadi di

dalam kehidupan dianggap sebagai suatu tantangan dan sangat berguna untuk melatih

individu dalam menghadapi tekanan (Maddi, 2006).

Individu yang memiliki hardiness yang tinggi mempunyai serangkaian sikap

yang tahan akan stres. Individu tersebut seneng bekerja keras karena menikmati

23

pekerjaan yang dilakukan, senang membuat keputusan, melaksanakannya karena

memandang hidup ini sebagai sesuatu yang harus dimanfaatkan dan diisi agar

mempunyai makna. Individu yang memiliki hardiness sangat antusias dalam

menyongsong masa depan karena perubahan dalam kehidupan dianggap sebagai

suatu tantangan dan sangat berguna untuk perkembangan hidup individu (Bissonette,

1998).

Berdasarkan beberapa definisi yang penyusun jabarkan diatas, penyusun

memilih definisi Bartone (2015) yaitu sekumpulan karakteristik kepribadian yang

tampil untuk mempertahankan individu dari efek negatif stres pada kesehatan fisik

dan mental.

2.2.2 Dimensi Hardiness

Menurut Bartone (2015) hardiness terdiri dari 3 dimensi yaitu:

1. Kontrol

Menurut Bartone (2015) Kontrol merupakan keyakinan dan pengaruh diri sendiri

terhadap berbagai peristiwa dan pengalaman hidup. Individu yang memiliki kontrol

yang kuat memiliki keyakinan akan pengaruh pada hasil, tidak peduli seberapa sulit

itu terjadi.

2. Komitmen

Menurut Bartone (2015) Komitmen adalah rasa yang dimiliki individu dalam

mencapai tujuan secara keseluruhan dan keterlibatan dalam kehidupan. Individu yang

memiliki komitmen yang tinggi dapat mengartikan interaksi dengan orang lain dan

berbagai peristiwa hidup yang menarik dan berharga. Individu yang memiliki

24

komitmen yang kuat tidak akan mudah menyerah pada tekanan. Pada saat

menghadapi stres individu akan melakukan strategi koping yang sesuai dengan nilai,

tujuan dan kemampuan yang ada didalam dirinya.

3. Tantangan

Menurut Bartone (2015) tantangan adalah karakteristik yang mengharapkan dan

memiliki kekuatan untuk melihat suatu perubahan sebagai potensi bagi pertumbuhan

dan perkembangan diri. Bartone (2010) kemampuan individu untuk menerima bahwa

kehidupan tidak lepas dari kejadian yang menyebabkan stres. Kejadian yang

menyebabkan stres dianggap sebagai tantangan dalam hidup.

2.2.3 Pengukuran Skala Hardiness

Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk

mengukur hardiness. Menurut O’Neal (1999) beberapa alat ukur hardiness yang

digunakan yaitu Personal Views Survey III (Maddi,1997), Personal Views Survey

(PVS; Hardiness Institute,1985), Dispositional Resillience Scale (DSR; Bartone et al,

1989), Personal Views Survey II (PVS-II) (Maddi,1997) Cognitive Hardiness Scale

(Nowack,1898) dan Psychological Hardiness Scale (Younkin & Betz,1996).

Pada tahun 1989, Bartone mengembangkan Dispositional Resillience Scale

(DRS) sebanyak 45 item untuk mengukur hardiness (Bartone, 1989). Selanjutnya,

pada tahun 1991 dan 1995, Bartone mengurangi DSR versi 45 item menjadi versi 30

item dan 15 item (Bartone, Ronald, Picano& William, 2008).

Dalam penelitian ini, hardiness akan diukur dengan menggunakan adaptasi

dari 15 item Dispositional Resillience Scale (DRS-15) (Bartone, 2007; Bartone,

25

Hystad, Eid, Johnsen, &Laberg, 2010; Bartone et al, 2014). Skala tersebut terdiri dari

15 item yang disusun berdasarkan tiga dimensi hardiness yaitu kontrol, komitmen

dan tantangan. DRS-Short Form merupakan revisi terakhir DRS, yang merupakan

pengembangan dari skala hardiness yang pertama kali dikonstruk oleh Kobasa pada

tahun 1979. DRS-15 memiliki berbagai kelebihan yaitu singkat, valid dan memiliki

konsistensi internal yang baik (Bartone, 2007). Nilai koefisien alpha cronbach untuk

DRS-15 adalah 0.82 (Bartone, 2007). DRS-15 sudah di adaptasikan di berbagai

negara seperti Norwegia (Bartone et al, 2010) dan Cina (Bartone et al, 2014).

Adaptasi skala ini juga memiliki nilai alpha cronbach yang baik yaitu 0.79 (Bartone

et al, 2010 dan 0.78 Bartone (2014).

DRS-15 terdiri dari lima belas item, dengan rentangan empat skala, dari

“Sangat Tidak Setuju (1) sampai Sangat Setuju” (4). Selain itu alat ukur ini memiliki

nilai alpha cronbach yang lebih bagus yaitu 0,78. Namun alat ukur tersebut berasal

dari tempat dan budaya yang berbeda sehingga penyusun modifikasi dan mengurangi

item menjadi dua belas item agar sesuai dengan sampel yang diinginkan.

2.3 Kepribadian Big Five

2.3.1 Definisi Kepribadian Big Five

Feist dan Feist (2010) menjelaskan bahwa kepribadian (personality) adalah pola sifat

dan karakteristik tertentu yang relatif permanen baik secara konsistensi maupun

individualitas pada perilaku seseorang.

Menurut King, Pervin, et.al (2005) mendefinisikan kepribadian sebagai

karakteristik seseorang yang mana perasaan, pikiran, dan tindakannya cenderung

26

menetap. Keperibadian memiliki sifat menetap, yang artinya jika individu dihadapkan

dalam situasi yang sama akan memunculkan sikap yang sama walaupun di tempat

yang berbeda.

Kepribadian mengacu pada perbedaan diantara individu yang memiliki

kecenderungan yang unik dalam berperilaku, berpikir, atau merasa secara konseptual,

melintasi berbagai situasi yang relevan dalam beberapa periode waktu yang cukup

lama (Ashton, 2013). Kepribadian bisa menjadi salah satu alasan seseorang dalam

bertindak.

Hall dan Lindzey (1993) menyatakan kepribadian disamakan dengan aspek

unik dari tingkah laku. Dalam hal ini, kepribadian merupakan istilah untuk

menunjukkan hal yang khusus mengenai individu dan membedakan dengan individu

lainnya. Definisi ini mengemukakan bahwa kepribadian merupakan bagian dari

individu yang paling mencerminkan atau mewakili individu.

Menurut Gordon Allport (dalam Alwisol, 2009) bahwa kepribadian adalah

organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisik yang menentukan cara

yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Allport (dalam Hall &

Lindzey, 1993) bahwa kepribadian merupakan apa orang itu sesungguhnya.

Kepribadian meliputi apa yang paling khas dari suatu individu.

Dari definisi kepribadian diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian

merupakan sebuah pola pikir, perasaan dan tindakan atau seperangkat sifat

psikologikal yang ada dalam diri individu yang memiliki karakteristik yang unik dan

relatif menetap yang mempengaruhi interaksi individu dengan orang lain dan

27

lingkungan. dari kesimpulan di atas penelitian ini untuk memahami bagaimana

individu beradaptasi dengan lingkungan dengan menggunakan tipe kerpibadian big

five.

McCrae dan Costa (1987) mendefinisikan kepribadian sebagai suatu

karakteristik seseorang yang terdiri dari lima karakter kepribadian yaitu extraversion,

agreeaableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experience. John

dan Srivastava (1999) menjelaskan bahwa dimensi kepribadian big five tidak hanya

mewakili perspektif teoritis tertentu, namun juga berasal dari analisis yang digunakan

individu dalam menggambarkan diri mereka maupun orang lain. Feist dan Feist

(2011) menyatakan bahwa big five merupakan salah satu kepribadian yang dapat

memprediksi dan menjelaskan perilaku.

Kepribadian big five merupakan pendekatan dalam psikologi kepribadian yang

membagi trait kepribadian. Tokoh pelopor kepribadian big five yaitu Allport dan

Cattell. Kepribadian big five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam

psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang dibagi menjadi lima

dimensi kepribadian yaitu: extraversion, agreeaableness, conscientiousness,

neuroticism dan openness to experience (Joyce, 2010).

Menurut McAdam (dalam John & Srivastava, 1999) menjelaskan bahwa

kepribadian merupakan perspektif teoritis yang sudah di konsepkan dalam tingkatan

yang berbeda keluasannya. Menurut Goldberg (dalam John & Srivastava, 1999)

bahwa kepribadian memiliki tingkatan dan keunikan masing-masing dalam

28

memahami individu dalam perilaku dan pengalaman. Namun, jumlah sifat

kepribadian dan skala kepribadian tetap dirancang tanpa henti.

McCrae dan Costa (dalam John & Srivastava, 1999) mendefinisikan

kepribadian sebagai gaya emosional, interpersonal, eksperimental, obyektif, dan

motivasi yang bertahan lama yang menjelaskan perilaku dalam situasi yang berbeda.

Menurut John dan Srivastava (1999) dalam memahami kepribadian diperlukan

taksonomi untuk menjelaskan berbagai macam kepribadian yang dimiliki oleh

individu dan menyederhanakan pengertian yang tumpang tindih. Manfaat adanya

taksonomi tersebut adalah mempermudah penyusun untuk melihat karakteristik

kepribadian dibandingkan memeriksa ribuan atribut dalam setiap individu yang

tergolong berbeda dan unik.

Dimensi big five pertama kali diperkenalkan oleh Goldberg (dalam John &

Srivastava, 1999). Dimensi ini tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi

merupakan hasil dari analisis bahasa manusia dalam menjelaskan dirinya dan orang

lain. Taksonomi big five digunakan untuk memperkuat sistem dalam memahami

kepribadian dalam individu.

Berdasarkan penjabarkan diatas, penyusun memilih definisi McCrae dan

Costa (dalam John & Srivastava, 1999) yaitu kepribadian sebagai gaya emosional,

interpersonal, eksperimental, obyektif, dan motivasi yang bertahan lama yang

menjelaskan perilaku dalam situasi yang berbeda.

29

2.3.2 Dimensi Kepribadian Big Five

Berdasarkan McCrae dan Costa (dalam John & Srivastava, 1999) membagi

klasifikasi kepribadian big five ke dalam lima bentuk yaitu:

1. Extraversion (E)

Dimensi ini menunjukkan individu memiliki kemampuan bersosialisasi dengan orang

lain. Individu yang memiliki nilai yang tinggi extraversion dikatakan sebagai orang

yang ramah, asertif, energik, memiliki jiwa berpetualang, antusias dan orang yang

mudah bergaul.

2. Agreeableness (A)

Dimensi ini menunjukkan kemampuan interpersonal yang dimiliki individu. Individu

yang memiliki nilai yang tinggi agreeableness dikatakan sebagai orang yang mudah

dipercaya, jujur, suka menolong, patuh, sopan, dan simpatik.

3. Conscientiousness (C)

Dimensi ini menunjukkan tingkat individu dalam lingkungan organisasi. Individu

yang memiliki nilai yang tinggi conscientiousness dikatakan sebagai orang yang

melakukan sesuatu dengan efisien, teratur, teliti, mengejar prestasi, displin dan

berfikir dengan matang.

4. Neuroticism (N)

Dimensi ini mewakili perbedaan penyesuaian dan stabilitas emosional individu.

Individu yang tinggi pada neuroticism dikatakan sebagai orang yang mudah cemas,

mudah marah, depresi, pemalu, mood mudah berubah, tidak percaya diri.

30

5. Openness to Experience (O)

Dimensi ini mencirikan individu yang memiliki rasa penasaran dan mencari

pengalaman baru serta mengeksplorasi gagasan baru. Individu yang tinggi dalam

openness to experience dapat dikatakan sebagai orang yang penuh dengan ide,

imajinatif, senang dengan seni (artistic), selalu mencari pengalaman baru, dan tidak

konvensional.

2.3.3 Pengukuran Skala Kepribadian Big Five

Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kepribadian big five

diantaranya adalah: Instrumen yang paling komprehensif dalam mengukur

kepribadian big five adalah NEO Personality Inventory-Revised (NEO-PI-R) dengan

alpha 0.83 yang terdiri dari 240 item dari McCrae dan Costa yang mengukur setiap

dimensi big five dengan 6 aspek spesifik disetiap dimensi. Pengerjaan alat ukur ini

membutuhkan waktu yang cukup lama

1. Big Five Inventory (BFI) secara luas digunakan 44 item dengan alpha 0.83 oleh

John dan Srivasta (1999), 60 item NEO Five Factor Inventory dengan alpha

cronbach 0.83 Costa dan McCrae dan Instrument dari Goldberg yang terdiri dari

pengambaran 100 trait kata sifat (dalam Gosling et al.. 2003).

2. Ten Item Personality (TIPI) dengan alpha cronbach 0.72 (Gostling et al, 2003).

Mini International-Personality Item Pool (Mini IPIP) dengan alpha cronbach 0.6

(Donnellan, 2006).

3. Alat ukur Big Five Inventory lainnya adalah BFI-K yang merupakan versi pendek

dari BFI (John & Srivasta, 1999) yang dikembangkan oleh Kovaleva (2013)

31

berdasarkan teori McCrae dan Costa (dalam John & Srivastava, 1999) menjadi

lebih singkat dari versi sebelumnya yaitu 21 item pernyataan dengan empat skala

likert SS- STS. Big Five Inventory- Kurzversion (BFI-K) memiliki koefisien

alpha cronbach 0.7.

Pada penelitian kali ini, penyusun memutuskan untuk menggunakan alat ukur

BFI-K oleh Kovaleva (2013) yang terdiri dari 21 item yang didesain untuk mengukur

dimensi big five (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan

openness to experience). Alasan penggunaan alat ukur ini item yang digunakan lebih

sedikit item, lebih menghemat waktu, lebih komprehensif dan secara psikometri

kualitasnya bagus.

2.4 Kerangka Berpikir

Menumbuhkan niat mahasiswa untuk memilih karir berwirausaha setelah

menyelesaikan kuliah sehingga saat menjadi sarjana mampu untuk menciptakan

lapangan pekerjaan yang baru dan tidak mencari pekerjaan sebagai tujuan utama.

Namun yang menjadi faktor penghambat untuk menumbuhkan intensi berwirausaha

mahasiswa adalah masih berfokus untuk mencari pekerjaan yang memiliki gaji yang

aman, relatif tanpa risiko dibandingkan menciptakan pekerjaan baru yang memiliki

ketidakpastian, hambatan dan risiko (Suharti & Sirene, 2011).

Intensi Berwirausaha pada dasarnya menjelaskan aspek motivasi individu

dalam melakukan sesuatu. Motivasi tersebut dipengaruhi berdasarkan pandangan

subjektif individu terhadap berwirausaha, dukungan yang diberikan oleh lingkungan

sekitar dan keyakinan individu terhadap mudah atau tidaknya tindakan tersebut

32

dilakukan. Jika hal tersebut sudah dimiliki oleh individu tentukan akan menghasilkan

tindakan atau behavior. Hal tersebut juga berlaku terhadap individu yang

berwirausaha. Mahasiswa yang memiliki pandangan positif terhadap berwirausaha,

dukungan kerabat terdekat dan keyakinan atas kemampuan yang dimiliki mampu

menjadikan ia melakukan berwirausaha pada suatu hari nanti.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha, salah satu

variabel yang diduga memiliki pengaruh yang kuat adalah hardiness. Pada umumnya

setiap individu memiliki ketahanan dalam menghadapi stres itu berbeda-beda.

Didalam kehidupan sehari-hari mahasiswa mengalami berbagai macam permasalahan

yang ada dikampus. Mahasiswa yang memiliki hardiness yang tinggi tentunya tidak

akan mudah stres dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun.

Berdasarkan studi pendahuluan kepada mahasiswa yang belum pernah

berwirausaha, memandang bahwa berwirausaha sebagai kegiatan yang penuh dengan

risiko, mandiri, menghadapi berbagai macam hambatan seperti modal dan harus

memiliki tekad yang kuat. Hal tersebut yang membuat mahasiswa untuk berwirausaha

masih berpikir untuk berwirausaha yang menjadi permasalahan utama saat

diwawancara adalah modal.

Penelitian yang dilakukan Bruce (2009) menjelaskan penyebab mahasiswa

gagal dalam untuk berwirausaha dikemudian hari disebabkan tidak mampu melewati

hambatan dan tantangan yang dihadapi ketika tidak memiliki hardiness yang baik. hal

ini sebabkan individu yang memiliki hardiness yang tinggi, memiliki coping stres

dalam menghadapi berbagai masalah. disamping itu mahasiswa yang memiliki

33

hardiness yang tinggi mempunyai sikap tahan akan stres, senang bekerja dengan

keras, menikmati segala sesuatu dan senang dalam mengambil keputusan.

Menurut teori dari dimensi intensi yaitu perilaku, target, situasi dan waktu.

dalam konteks intensi berwirausaha, niat ini harus dijelaskan dengan jelas, perilaku

yang menunjukkan kecenderungan perilaku berwirausaha (perilaku), dengan siapa

individu akan berwirausaha dikemudian hari (aspek objek atau target), keadaan

seperti apa yang mendukung individu untuk berperilaku berwirausaha (situasi) dan

kapan individu akan berwirausaha (waktu).

Menurut Bartone (2015) dimensi hardiness terdiri dari 3 yaitu kontrol,

komitmen dan tantangan. Kontrol merupakan keyakinan dan pengaruh diri sendiri

terhadap berbagai peristiwa dan pengalaman hidup. individu yang memiliki kontrol

yang tinggi mampu mengontrol dan mempengaruhi suatu kejadian. Komitmen

merupakan tujuan secara keseluruhan dan keterlibatan dalam kehidupan. Individu

yang memiliki komitmen yang tinggi dapat mengartikan interaksi dengan orang lain

dan berbagai peristiwa hidup yang menarik dan berharga. Tantangan merupakan

perubahan yang terjadi dianggap sebagai potensi untuk perkembangan diri sendiri.

Individu yang memiliki tantangan yang tinggi ia akan menerima bahwa hidup itu

sifatnya penuh dengan stres, melihat perubahan yang dapat menimbulkan stres

sebagai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan.

Faktor lainnya yang memiliki pengaruh terhadap intensi berwirausaha adalah

kepribadian big five. Kepribadian merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap

individu yang melatarbelakangi karakter individu dalam menghadapi setiap

34

permasalahan yang ada. Kepribadian big five juga berpengaruh terhadap intensi

berwirausaha individu.

Dalam penelitian Ismail (2009) meneliti adanya pengaruh kepribadian big five

terhadap intensi berwirausaha. hasil dari penelitian tersebut individu yang memiliki

kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai yang dibutuhkan dalam berwirausaha

dapat bertahan cukup lama ketika membangun usaha yang baru dan menjadi

pengusaha. Individu yang memiliki nilai openness to experience yang tinggi memiliki

rasa ingin tahu yang tinggi dan tidak mudah puas dengan ilmu yang dimiliki. Hal ini

yang membuat seseorang bisa berhasil ketika berwirausaha. selain itu individu nilai

extraversion yang tinggi memiliki kemampuan komunikasi yang baik yang menjadi

modal ketika membangun relasi dengan orang lain.

Kepribadian big five dalam mempengaruhi intensi mahasiswa dalam

berwirausaha, karena untuk bisa berwirausaha dikemudian hari mahasiswa harus

mampu beradaptasi dengan lingkungan yang bisa dijelaskan dalam kepribadian big

five. Mahasiswa harus mampu membangun relasi kepada siapa saja sehingga mampu

mempengaruhi lingkungan seperti stakeholder atau konsumen. Memiliki sikap yang

simpatik, sopan, dan jujur tentunya akan membuat relasi yang didapatkan dapat

bertahan dan menjadi langganan. Memiliki sikap pekerja keras, teliti, displin dan

berfikir matang dibutuhkan dalam menata strategi untuk mencapai tujuan dalam

berwirausaha. mampu mengendalikan emosi, memiliki rasa percaya diri yang tinggi

akan menunjang mahasiswa agar diakui dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,

35

tidak mudah merasa puas akan ilmu yang dimiliki menjadi kunci kemana usahanya

akan dibawa (John & Srivastava, 1999).

Kerangka berpikir yang sudah dipaparkan diatas selanjutnya dapat dilihat

pada bagan berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis Penelitian

Dengan Mengacu pada bagan yang telah dijelaskan dalam kerangka berpikir maka

hipotesis yang akan diuji secara empirik adalah:

2.5.1 Hipotesis Mayor

Ha: Ada pengaruh yang signifikan hardiness dan kepribadian big five terhadap intensi

berwirausaha mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta.

36

2.5.2 Hipotesis Minor

Ha1: Ada pengaruh yang signifikan dimensi kontrol pada variabel hardiness terhadap

intensi berwirausaha mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta

Ha2: Ada pengaruh yang signifikan dimensi komitmen pada variabel hardiness

terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri)

Jakarta.

Ha3: Ada pengaruh yang signifikan dimensi tantangan pada variabel hardiness

terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri)

Jakarta.

Ha4: Ada pengaruh yang signifikan dimensi extraversion pada variabel big five

terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri)

Jakarta.

Ha5: Ada Pengaruh yang signifikan dimensi agreeableness pada variabel big five

terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri)

Jakarta.

Ha6: Ada pengaruh yang signifikan dimensi conscientiousness pada variabel big five

terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri)

Jakarta.

Ha7: Ada pengaruh yang signifikan dimensi neuroticism pada variabel big five

terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri)

Jakarta.

37

Ha8: Ada pengaruh yang signifikan dimensi openness to experience pada variabel big

five terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri)

Jakarta.

38

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Populasi, Sample, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang terdiri dari 11 Fakultas. Banyaknya anggota populasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sebesar 23.662. Jumlah sampel sebanyak 249 diambil dari 11

fakultas di UIN Syarif Hidayatullah.

Pada penelitian ini penyusun mengambil sampel dengan cara memberikan

kuisoner kepada responden yang berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Prosedur penetapan sampel yang penyusun gunakan berjenis non probability

sampling yaitu dimana peluang terpilihnya anggota populasi untuk dijadikan

sampel tidak dapat diketahui. Peneliti menggunakan convenience sampling, yaitu

terpilihnya menjadi sampel berdasarkan pertimbangan kemudahan dan kesedian

untuk merespon sampel. Peneliti mendatangi setiap responden satu persatu dan

menanyakan apakah bersedia menjadi responden. Waktu pengambilan data selama

2 minggu yang dimulai pada 28 April 2018 dengan mendatangi satu persatu

mahasiswa/i untuk dijadikan responden.

3.2. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel

Terdapat beberapa variable yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana

yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah intensi berwirausaha, untuk variabel bebasnya adalah hardiness dan

kepribadian big five. Berikut definisi operasional variabel:

39

1. Intensi Berwirausaha merupakan kecenderungan individu untuk menunjukkan

perilaku berwirausaha. Dalam penelitian ini, dimensi intensi berwirausaha

adalah perilaku berwirausaha, target berwirausaha, situasi berwirausaha dan

waktu berwirausaha. Pengukuran terhadap intensi berwirausaha

menggunakan alat ukur Entrepreneurial Intention Questionnaire (EIQ).

2. Hardiness adalah sekumpulan karakteristik kepribadian untuk

mempertahankan individu dari efek negatif stres pada kesehatan fisik dan

mental. Pengukuran hardiness menggunakan DSR-15 (Dispositional

Resillience Scale -15) terdiri dari tiga dimensi yaitu:

a. Kontrol

Keyakinan dan pengaruh diri sendiri terhadap berbagai peristiwa dan

pengalaman hidup

b. Komitmen

rasa yang dimiliki individu dalam mencapai tujuan secara keseluruhan

dan keterlibatan dalam kehidupan.

c. Tantangan

karakteristik yang mengharapkan dan memiliki kekuatan untuk melihat

suatu perubahan sebagai potensi bagi pertumbuhan dan perkembangan

diri.

3. Kepribadian Big Five adalah gaya emosional, interpersonal, eksperimental,

objektif dan motivasi yang bertahan lama yang menjelaskan perilaku dalam

situasi yang berbeda. Pengukuran dalam penelitian menggunakan Big Five

40

Inventory- Kurzversion (BFI-K). Big Five yang dibagi menjadi lima dimensi

kepribadian yaitu:

a. Extraversion adalah salah satu dimensi kepribadian big five yang

didefinisikan sebagai karakteristik yaitu mudah bergaul, energik, ramah

dan suka antusias.

b. Agreeableness adalah salah satu dimensi kepribadian big five yang

didefinisikan sebagai karakteristik sebagai dapat dipercaya, patuh,

simpatik, suka menolong.

c. Conscientiousness adalah salah satu dimensi kepribadian big five yang

didefinisikan sebagai karakteristik sebagai teratur, disiplin dan efisien.

d. Neuroticism adalah salah satu dimensi kepribadian big five yang

didefinisikan sebagai karakteristik sebagai memiliki rasa cemas, mudah

marah, pemalu, tidak percaya diri.

e. Openness to experience adalah salah satu dimensi kepribadian big five

yang didefinisikan sebagai karakteristik karakteristik sebagai penuh ide,

imajinatif, menyukai seni.

3.3. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan skala dalam bentuk

pernyataan model likert. Empat alternatif jawaban dipilih dengan alasan

menghindari jawaban netral. Skala yang digunakan berisi pernyataan mengenai

hardiness, kepribadian big five dan Intensi Berwirausaha. Responden diminta

untuk mengisi setiap pernyataan dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom

yang sesuai.

41

Pada skala penelitian ini digunakan empat pilihan jawaban yaitu: Sangat

Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Hal ini

dilakukan untuk menghindari terjadi pemusatan (central tendency) atau

menghindari jumlah respon yang bersifat netral.

Item dari skala pengumpulan data yang terdiri pernyataan positif

(favorable) dan pernyatan negatif (unfavorable). Skor tertinggi untuk pernyataan

favorable diberikan pada pilihan jawaban sangat sesuai dan skor terendah

diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak sesuai. Sebaliknya, skor tertinggi

untuk pernyataan unfavorable diberikan pada pilihan jawaban yang sangat tidak

sesuai dan skor terendah diberikan pada pilihan jawaban sangat sesuai.

Tabel 3.1

Skor Skala Likert

Kategori Respon Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

3.4. Instrumen Penelitian

3.4.1 Intensi Berwirausaha

Untuk mengukur intensi berwirausaha digunakan Entrepreneurial Intentions

Questionnaire (EIQ) (Linan & Chen, 2009). penyusun memodifikasi item-item

pernyataan yang ada agar sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia. Alat ukur

EIQ sudah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya.

Entrepreneurial Intention Questionnaire (EIQ) terdiri dari enam item dan

dimodifikasi menjadi delapan item agar indikator terwakili lebih dari satu item.

42

Apabila ada item yang tidak valid maka ada item cadangan, dengan rentangan

empat skala, dari “Sangat Tidak Setuju (1) sampai Sangat Setuju” (4).

Tabel 3.2

Blue Print Skala Intensi Berwirausaha

No Dimensi Indikator Item Jumlah

1 Perilaku Berwirausaha Individu melakukan

kecenderungan perilaku

berwirausaha

6 1

2 Target Berwirausaha Individu memilih dengan siapa

akan berwirausaha

1,4,7 3

3 Situasi Berwirausaha Keadaan yang mendukung untuk

berwirausaha

2 1

4 Waktu Berwirausaha Individu mampu menjelaskan

waktu yang tepat untuk

berwirausaha

3,5,8 3

Jumlah Item 8 8

3.4.2 Hardiness

Dalam penelitian ini, hardiness akan diukur dengan menggunakan adaptasi dari

dua belas item Dispositional Resillience Scale (DSR-15) (Bartone, 2007; Bartone,

Hystad, Eid, Johnsen, & Laberg, 2010; Bartone et al, 2014). Skala tersebut terdiri

dari dua belas item yang disusun berdasarkan tiga dimensi hardiness yaitu

kontrol, komitmen dan tantangan. DSR-Short Form merupakan revisi terakhir

DSR, yang merupakan pengembangan dari skala hardiness yang pertama kali

dikonstruk oleh Kobasa pada tahun 1979. DSR-15 memiliki berbagai kelebihan

yaitu singkat, valid dan memiliki konsistensi internal yang baik (Bartone, 2014).

Nilai koefisien alpha cronbach untuk DSR-15 adalah 0.78 (Bartone, 2014).

43

Tabel 3.3

Blue Print Skala Hardiness

No Dimensi Indikator Item Jml

Fav Unfav

1 Kontrol Memiliki keyakinan dalam mencapai

tujuan

Percaya bahwa diri sendiri bisa

mengendalikan peristiwa dalam

hidup

4

9,12

5

1

3

2 Komitmen Memiliki kebermaknaan

Terlibat penuh dan antusias dalam

berbagai kegiatan hidup

7

2

10

1

2

3 Tantangan Senang dengan perubahan

Menyukai risiko dalam berbagai

kegiatan yang dikerjaan

3,6

1

8,11

3

2

Jumlah Total 6 6 12

3.4.3 Kepribadian Big Five

Alat ukur Big Five Inventory lainnya adalah BFI-K yang merupakan versi pendek

dari BFI (John & Srivasta, 1999) yang dikembangkan lagi oleh Kovaleva, Beirlen,

Kemper, dan Rammstede (2013) menjadi lebih singkat dari versi sebelumnya

yaitu 21 item pernyataan dengan empat skala likert SS- STS. Big Five Inventory-

Kurzversion (BFI-K) memiliki koefisien alpha 0.7.

Tabel 3.4

Blue Print Skala Big Five

No Dimensi Indikator Item Total

Fav Unfav

1 Extraversion Mudah bergaul, antusias,

energik dan ramah

1,2,

3,4 4

2 Agreeableness Mudah percaya, jujur, dan

patuh

5 6,7,8 4

3 Concientiousness Teratur, disiplin, teliti, dan

efisien

9,10,11,

18,20

12 6

4 Neuroticism Cemas, mudah marah, tidak

percaya diri dan pemalu

13,14,1

5

16 4

5 Openness to Experience

Penuh ide, menyukai seni, senang berimajinasi

17,19 21 3

Total Item 13 8 21

44

3.5. Uji Validitas Konstruk

Sebelum melakukan analisis data penelitian sesuai dengan model yang telah

dihipotesiskan, penyusun terlebih dahulu menguji validitas konstruk dari setiap

instrumen penelitian yang digunakan. Uji validitas dilakukan dengan maksud

untuk melihat apakah setiap item yang digunakan untuk mengukur konstruk yang

hendak diukur. Dalam melakukan uji validitas, penyusun menggunakan metode

Confirmatory Factor Analysis (CFA).

Confirmatory Factor Analysis merupakan suatu metode untuk menguji

suatu konstruk yang telah diteorikan. Dalam melakukan uji validitas

menggunakan CFA, penyusun memerlukan gambaran yang spesifik mengenai: a)

jumlah faktor; b) variable yang mencerminkan suatu faktor; dan c) apakah suatu

faktor saling berkorelasi dengan faktor lainnya. Confirmatory Factor Analysis

merupakan salah satu metode yang cukup kuat karena dalam penggunaannya telah

dilandaskan oleh suatu teori tertentu, sehingga dapat melihat seberapa tepat suatu

item mengukur konstruk tertentu secara lebih presisi.

Menurut Umar (2014), logika dalam melakukan Confirmatory Factor

Analysis adalah sebagai berikut:

1. Terdapat sebuah konstruk yang dapat didefinisikan secara operasional, sehingga

dapat direpresentasikan oleh pertanyaan maupun pernyataan untuk mengukur

konstruk tersebut. Konstruk yang dapat didefinisikan ini disebut faktor, sedangkan

pengukuran terhadap faktor ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap

item-itemnya.

45

2. Diteorikan bahwa setiap item hanya mengukur satu faktor saja, artinya setiap item

dari suatu konstruk bersifat unidimensional (hanya mengukur konstruk yang

hendak diukur, tidak mengukur hal lain).

3. Confirmatory Factor Analysis dilakukan dengan mengestimasi matriks korelasi

antar item. Sebelum penyusun dapat mengetahui apakah suatu item benar-benar

mengukur suatu konstruk tertentu, penyusun perlu mengetahui terlebih dahulu

apakah matriks korelasi berdasarkan konstruk yang telah diteorikan (Σ) sama

dengan matriks yang diperoleh dari data lapangan (S). Jika teori tersebut benar

(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Σ dengan

matriks S, atau bisa juga dinyatakan dengan Σ – S = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji chi square,

dapat dilihat dari taraf signifikansi model dengan melihat besaran p-value (>0,05).

Apabila p-value > 0,05 maka hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak” artinya teori

unideminsionalitas tersebut dapat diterima bahwa item hanya mengukur satu

faktor.

5. Setelah model fit diperoleh, maka langkah selanjutnya ialah melihat apakah setiap

item memang benar-benar mengukur konstruk yang dimaksud atau tidak.

Terdapat dua kriteria utama dalam menentukan validitas item menggunakan CFA:

a) factor loading (muatan faktor) setiap item harus bernilai positif; dan b) item

memiliki nilai t-value sebesar > 1,96. Apabila kedua kriteria tersebut terpenuhi,

maka item dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk analisis penelitian.

46

6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya

negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat

item, yang bersifat positif.

Dalam pengujian analisis Confirmatory Factor Analysis, penyusun menggunakan

bantuan software Lisrel v.8.70.

3.5.1 Uji Validitas Skala Intensi Berwirausaha

Pada skala intensi berwirausaha terdapat delapan item. Dalam melakukan uji

validitas bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur intensi

berwirausaha. Hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,

diperoleh model yang tidak fit dengan Chi-Square = 127.40, df = 20, P-Value =

0.00000, RMSEA = 0.147. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi dengan

item lain. Setelah dilakukan beberapa kali pembebasan item, diperoleh model fit

dengan Chi-Square = 16.92, df = 12, P-Value = 0.15251, RMSEA = 0.041. Nilai

Chi-Square menghasilkan P-Value > 0.05 artinya model bersifat satu faktor

(Unidimensional) dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu intensi

berwirausaha.

Selanjutnya penyusun melihat apakah item tersebut signifikan, sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, maka dilakukan

pengujian koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.5 berikut:

47

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item Intensi Berwirausaha

No item Koefisien Standar Error t-Value Signifikan

1 0,78 0,05 14,22 V

2 0,77 0,05 14,05 V

3 0,86 0,05 16,72 V

4 0,88 0,05 17,32 V

5 0,84 0,05 15,83 V

6 0,41 0,06 6,56 V

7 0,72 0,06 12,81 V

8 0,69 0,06 11,86 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96), tanda X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel diatas, nilai t dari semua item signifikan karena t-value>

1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan

negatif, maka diketahui tidak ada item yang muatan faktornya negatif. Dengan

demikian semua item akan digunakan dalam penghitungan selanjutnya.

3.5.2 Uji Validitas Skala Hardiness

Pada skala hardiness terbagi menjadi tiga faktor atau dimensi yaitu item kontrol,

item komitmen dan item tantangan yang berjumlah 12 item. Hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model tiga faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan

Chi-Square = 307.45, df = 51, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.142. Oleh karena

itu, dilakukan modifikasi terhadap model, yang mana terjadi kesalahan dalam

pengukuran item sehingga dikorelasikan dengan item lain. Setelah dilakukan

korelasi dengan item lainnya, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 57.00, df

= 34, P-Value = 0.10975 RMSEA = 0.035. Nilai Chi-Square menghasilkan P-

Value > 0,05 artinya model bersifat tiga faktor (Multidimensional) hal tersebut

menandakan seluruh item hardiness terdiri 3 dimensi yaitu kontrol, komitmen dan

tantangan.

Selanjutnya penyusun melihat apakah item tersebut signifikan, sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, maka dilakukan

48

pengujian koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item Hardiness

Dimensi No. Item Koefisien Std. Error t-value Kesimpulan

KON1 0,72 0,06 11,52 V

Kontrol KON2 0,27 0,07 3,94 V

KON3 0,58 0,06 9,18 V

KON4 0,67 0,06 10,94 V

Komitmen KOM5 0,66 0,06 10,85 V

KOM6 0,87 0,06 14,80 V

KOM7 0,50 0,06 7,94 V

TAN8 0,18 0,07 2,80 V

TAN9 0,65 0,07 9,89 V

Tantangan TAN10 0,57 0,07 8,73 V

TAN11 -0,02 0,07 -0,30 X

TAN12 -0,09 0,07 -1,37 X

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96), tanda X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel diatas, nilai t untuk muatan faktor 11 dan 12 tidak

signifikan, sedangkan muatan faktom item lainnya signifikan karena t-value>

1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan

negatif, maka diketahui ada item yang muatan faktornya negatif yaitu 11 dan 12.

Dengan demikian item 11 dan 12 yang di drop, artinya tidak dianalisis dalam

penghitungan selanjutnya.

3.5.3 Uji Validitas Skala Big Five

Pada skala big five terbagi menjadi lima faktor atau dimensi yaitu item

extraversion, item agreeableness, item conscientiousness, item neuroticism, item

openness to experience yang terdiri dari 21 item. Hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model lima faktor, diperoleh data tidak fit dengan Chi-Square =

983.77, df = 179, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.135. Oleh karena itu,

dilakukan modifikasi terhadap model, yang terjadi kesalahan dalam pengukuran

sehingga beberapa item dikorelasikan dengan item lainnya. Setelah dilakukan

korelasi dengan item lainnya, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 142.75, df

49

= 118, P-Value = 0.06017, RMSEA = 0.029. Nilai Chi-Square menghasilkan P-

Value > 0,05 artinya model bersifat lima faktor (Multidimensional) dimana

seluruh item yang mengukur big five terdiri dari extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism dan openness to experience.

Selanjutnya penyusun melihat apakah item tersebut signifikan, sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, maka dilakukan

pengujian koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7

Muatan faktor item Big Five

Dimensi No. Item Koefisien Std. Error t-value Kesimpulan

EXTRAVERSION

EXT1 0,80 0,08 10,30 V

EXT2 0,74 0,09 8,19 V

EXT3 0,33 0,07 4,69 V

EXT4 0,56 0,07 8,29 V

AGREEABLENESS

AGREE5 0,19 0,09 2,02 V

AGREE6 0,90 0,33 2,70 V

AGREE7 0,80 0,30 2.68 V

AGREE8 0,68 0,26 2.60 V

CONSCIENTIOUSNESS

CONS9 0,92 0,06 15,43 V

CONS10 0,75 0,06 12,56 V

CONS11 0,62 0,06 10,73 V

CONS12 0,65 0,07 9,58 V

CONS13 0,28 0,06 4,90 V

CONS14 0,45 0,06 7,87 V

NEUROTICISM

NEU15 0,65 0,06 10,31 V

NEU16 0,49 0,07 7,48 V

NEU17 0,64 0,06 10,43 V

NEU18 0,49 0,07 7,30 V

OPENNESS

OPEN19 0,52 0,06 8,56 V

OPEN20 0,96 0,06 15,41 V

OPEN21 0,72 0,06 12,84 V

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96), tanda X = tidak signifikan

50

Berdasarkan tabel diatas, nilai t dari semua item signifikan karena t-value>

1,96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan

negatif, maka diketahui tidak ada item yang muatan faktornya negatif. Dengan

demikian semua item akan digunakan dalam penghitungan selanjutnya.

3.6. Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan analis data, penyusun melakukan pengujian terhadap

validitas konstrak alat ukur. Untuk menguji validitas konstruk digunakan

Confirmatory Factor Analysis (CFA), untuk melihat validitas konstruk tiap item

serta menguji struktur faktor yang diturunkan secara teoritis.

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan teori adalah bahwa seluruh item

bersifat mengukur satu sama hal yang sama (Unidimensional) yaitu konstruk

besar yang dimaksud untuk diukur. Analisis faktor adalah alat analisis statistik

yang digunakan untuk mengurangi faktor-faktor yang memengaruhi suatu

variable menjadi beberapa set indikator saja tanpa mengurangi informasi yang

berarti, serta akan memungkinkan item yang tidak valid akan dibuang dan yang

valid akan dihitung dan digunakan dalam penelitian.

Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat

pengaruh yang signifikan dari variable hardiness dan kepribadian big five

terhadap intensi berwirausaha, penyusun menggunakan metode statistika karena

datanya berupa angka yang merupakan hasil pengukuran dan perhitungan. Dalam

hal ini berdasarkan hipotes yang diukur, penyusun menggunakan teknik analis

regresi berganda. Teknik regresi ganda atau multiple regression adalah teknik

statistik yang membentuk model hubungan antara variable terikat dengan lebih

51

dari satu variabel bebas. Adapun persamaan umum analisis regresi berganda ini

adalah:

Keterangan:

Y = Dependent variabel yang dalam hal ini adalah Intensi Berwirausaha

a = Konstan

b = Koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X

X1 = Kontrol

X2 = Komitmen

X3 = Tantangan

X4 = Extraversion

X5 = Agreeableness

X6 = Conscientiousness

X7 = Neuroticism

X8 = Openness to Experience

e = Residu

Adapun data yang dianalisis dengan persamaan diatas adalah hasil dari

pengukuran yang sudah di transfrormasi ke dalam factor score. Dalam hal ini,

factor score adalah faktor yang diukur dengan menggunakan software SPSS 24

dengan menggunakan item yang valid. Tujuan dari factor score adalah agar

koefisien regresi tidak mengalami atenuasi atau underestimates (koefisien regresi

yang terhitung lebih rendah dari yang seharusnya sehingga tidak signifikan.

Y = a +b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 + b6X6 +b7X7 +b8X8 + e

52

Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians intensi

berwirausaha yang dipengaruhi oleh seluruh IV yang diukur dengan

menggunakan rumus R2, dimana:

R2

Dari analisis regresi berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi diantaranya:

1. R2 yang menunjukkan proposi varians (persentase varian) dari variabel Intensi

Berwirausaha yang dapat diterangkan dalam hardiness dan big five.

2. Uji Hipotesis mengenai signifikan atau tidak masing-masing koefisien regresi.

Koefisien regresi yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari

hardiness dan big five

3. Persamaan regresi yang ditemukan dapat digunakan untuk membuat prediksi

tentang besarannya tingkat intensi berwirausaha jika hardiness dan big five

diketahui.

4. Sumbangan varian dari masing-masing aspek variabel independen yaitu

hardiness (kontrol, komitmen, dan tantangan) dan big five (extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experience)

Kemudian untuk membuktikan apakah regresi intensi berwirausaha pada

hardiness dan big five signifikan, maka digunakan uji F. dari hasil uji F yang

dilakukan, dapat dilihat apakah hardiness dan big five memiliki pengaruh

terhadap intensi berwirausaha dengan rumus sebagai berikut:

F= R2 / k

(1-R2) / (N– k–1)

53

Keterangan:

R2 = Proporsi varians

K = banyaknya IV (Independent Variable)

N = Ukuran Sampel

Selanjutnya hipotesis minor dianalisa melalui penjelasan tentang apakah

terdapat pengaruh yang signifikan yang diberikan hardiness dan big five, caranya

adalah dengan dilakukan uji koefisien regresi dari setiap independent variable dan

dependent variabel yang dianalisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah

pengaruh yang diberikan hardiness dan big five terhadap intensi berwirausaha,

secara dimensional atau parsial.

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah sebuah independent variable

memberikan kontribusi terhadap dependent variable. Sebelum didapatkan nilai t

tiap independent variable, harus didapat terlebih dahulu nilai standar error of

estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar MSres dibagi

dengan SSx. setelah didapatkan Sb barulah dapat dilakukan uji t, yaitu hasil bagi b

(koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Uji t yang digunakan menggunakan

rumusan sebagai berikut:

Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard error of estimate

dari b. Hasil uji t akan diperoleh dari regresi yang akan dilakukan nantinya.

Dalam penelitian ini, penghitungan statistik dilakukan dengan menggunakan

sistem komputerisasi program SPSS versi 24.

54

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 249 orang mahasiswa dari setiap

fakultas yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk menjelaskan latar

belakang pengambilan sampel penyusun menggunakan data tambahan agar dapat

memahami kondisi setiap responden yang ada sebagai berikut:

Tabel 4.1

Gambaran Subjek Penilitian Berdasarkan Data Demografi

Sampel Penelitian N

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 24

Fakultas Adab dan Humaniora 22 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat 22

Fakultas Syarih dan Hukum 23

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi 25

Fakultas Dirasat Islamiyah 24 Fakultas Psikologi 25

Fakultas Ekonomi dan Bisnis 26

Fakultas Sains dan Teknologi 21 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 25

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 13

Total 249

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.

Dalam hasil analisis deskriptif akan disajikan nilai minimal, maksimum, mean,

dan standar deviasi serta kategorisasi tinggi rendahnya skor variable penelitian.

Gambaran hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

55

Tabel 4.2

Analisis Deskriptif

N MIN Max Std. Deviation

Intensi Berwirausaha 249 21.44 61.98 9.36866

Kontrol 249 22.42 59.75 8.72616

Komitmen 249 13.26 60.19 8.83607

Tantangan 249 22.63 59.18 9.99552

Extraversion 249 26.82 65.65 8.77003

Agreeableness 249 33.80 73.33 7.78734

Conscientiousness 249 23.39 69.15 8.90852

Neuroticism 249 26.93 68.34 8.88230

Openness to Experience 249 21.71 64.83 8.49364

Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa data intensi berwirausaha memiliki

nilai minimal 21.44, nilai maksimal 61.98, mean 50 dan standar deviasi 9.36866.

Dimensi hardiness yaitu kontrol memiliki nilai minimal 22.42, nilai maksimal

59.75, mean 50 dan standar deviasi 8.72616. Dimensi hardiness selanjutnya

komitmen memiliki nilai minimal 13.26, nilai maksimal 60.19, mean 50 dan

standar deviasi 8.83607. Dimensi hardiness selanjutnya tantangan memiliki nilai

minimal 22.63, nilai maksimal 59.18, mean 50 dan standar deviasi 9.99552.

Dimensi big five extraversion memiliki nilai minimal 26.82, nilai maksimal 65.65,

mean 50 dan standar deviasi 8.77003. Dimensi big five agreeableness memiliki

nilai minimal 33.80, nilai maksimal 73.33, mean 50 dan standar deviasi 7.78734.

Dimensi big five conscientiousness memiliki nilai minimal 23.39, nilai maksimal

69.15, mean 50 dan standar deviasi 8.90852. Dimensi big five neuroticism

memiliki nilai minimal 26.93, nilai maksimal 68.34, mean 50 dan standar deviasi

8.88230. Dimensi big five openness to experience nilai minimal 21.71, nilai

maksimal 64.83, mean 50 dan standar deviasi 8.49364.

56

4.3 Kategorisasi Skor Variable

Berdasarkan pada alat ukur yang digunakan, kategorisasi skor dalam penelitian ini

dibuat menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Hal ini diketahui dari

informasi yang tertera pada alat ukur yang digunakan bahwa kategorisasi skor

menggunakan raw score dibagi menjadi tiga kategorisasi yaitu tinggi, sedang dan

rendah.

Selanjutnya penyusun menggunakan informasi tersebut sebagai acuan untuk

membuat norma, data kategorisasi dalam penelitian ini bukan menggunakan raw

score tetapi menggunakan true score yang skalanya telah dipindah menggunakan

rumus T score yang dijelaskan pada bab sebelumnya, pedoman interpretasi skor

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Pedoman Interpretasi Skor

Uraian mengenai gambaran kategori skor variable berdasarkan rendah, sedang

dan tinggi tiap variable terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4

Kategorisasi Skor Variabel

Dimensi Rendah Sedang Tinggi

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Intensi Berwirausaha 56 22,5 143 57,4 50 20,1

Kontrol 19 7,6 189 75,9 41 16,5

Komitmen 10 4 183 73,5 56 22,5

Tantangan 6 2,4 243 97,6 0 0

Extraversion 32 12,9 174 69,9 43 17,3

Agreabbleness 31 12,4 189 75,9 29 11,6

Conscientiousness 28 11,2 186 74,7 35 14,1

Neuroticims 26 10,4 185 74,3 38 15,3

Openness to Experience 26 10,4 197 79,1 26 10,4

Kategori Rumus

Tinggi X > Mean + 1SD

Sedang Mean – 1SD ≤ X ≤ Mean + 1SD

Rendah X < Mean - 1SD

57

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa intensi berwirausaha dalam kategori

rendah 56 orang (22,5%), kategori sedang 143 orang (57,4%), dan kategori tinggi

50 orang (20,1%).

Pada variabel kontrol dalam kategori rendah 19 orang (7,6%), kategori sedang

189 orang (75,9%), dan kategori tinggi 41 orang (16,5%). Pada variabel

komitmen dalam kategori rendah 10 orang (4%), kategori sedang 183 orang

(73,5%), dan kategori tinggi 56 orang (22,5%). Pada variabel tantangan dalam

kategori rendah 6 orang (2,4%), kategori sedang 243 orang (97,6%), dan tidak

memiliki kategori yang tinggi.

Pada variabel extraversion dalam kategori rendah 32 orang (12,9%), kategori

sedang 174 orang (69,9%), dan kategori tinggi 43 orang (17,3%). Pada variabel

agreeableness dalam kategori rendah 31 orang (12,4%), kategori sedang 189

orang (75,9%), dan kategori tinggi 29 orang (11,6%). Pada variabel

conscientiousness dalam kategori rendah 28 orang (11,2%), kategori sedang 186

orang (74,7%), dan kategori tinggi 35 orang (14,1%). Pada variabel neuroticism

dalam kategori rendah 26 orang (10,4%), kategori sedang 185 orang (74,3%), dan

kategori tinggi 38 orang (15,3%). Pada variabel openness to experience dalam

kategori rendah 26 orang (10,4%), kategori sedang 197 orang (79,1%), dan

kategori tinggi 26 orang (10,4%).

4.4 Uji Hipotesis Penelitian

Selanjutnya adalah uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-masing

independent variabel terhadap dependent variabel dalam penelitian ini,

analisisnya dilakukan dengan teknik multiple regression analysis. Data yang

58

dianalisis adalah faktor skor atau true score yang diperoleh dari hasil analisis

faktor. Lalu penyusun memindahkan skala faktor skor tersebut menjadi T Score.

Alasan penyusun menggunakan T score adalah untuk menghindari dampak

negatif dari kesalahan pengukuran dan juga agar tidak ada responden yang

mendapatkan nilai negatif.

Pada tahap ini, penyusun menguji hipotesis dengan multiple regression

analysis dengan menggunakan software SPSS 24.0. Dalam melakukan analisis

regresi ada tiga hal yang dilihat yaitu dengan melihat besaran R Square untuk

mengetahui berapa persen varian dependent variabel yang dijelaskan independent

variabel, kedua apakah secara keseluruhan independent variabel berpengaruh

secara signifikan terhadap dependent variabel, kemudian terakhir melihat

signifikan atau tidaknya koefisien regresi masing-masing independent variabel.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Langkah pertama,

penyusun melihat besaran R2 untuk mengetahui berapa persen varians dependent

variabel yang dijelaskan independent variabel. Selanjutnya untuk tabel yang

berisi R2, dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.5

Model Summary Analisis Regresi

Model R R Square Adjusted R Square Standar Error

1 .578a .334 .312 7.76913

a. Predictor: (Constant), Openness_toExprience, Neuroticism, Tantangan, Conscientiousness,

Kontrol, Extraversion, Agreeableness, Komitmen

Berdasarkan data pada table 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R2 sebesar

0.334 atau 33,4 %. Artinya proporsi varians dari intensi berwirausaha yang

dijelaskan oleh hardiness dan big five adalah 33,4% sedangkan 66,6%

59

dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Langkah kedua, penyusun

menganalisis dampak dari seluruh independent variabel terhadap intensi

berwirausaha. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.6

Anova Pengaruh Keseluruhan Independent Variabel terhadap Dependent

Variabel

Model Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig

1 Regresion 7281.150 8 910.144 15.079 .000b

Residual 14486.263 240 60.359

Total 21767.413 248

a. Dependent Variabel :Intensi Berwirausaha

b. Predictor : (Constan), Opennessto_Experience,Tantangan, Neuroticism, Komitmen,

Conscientiousness, Extraversion, Kontrol, Agreeableness

Berdasarkan pada tabel 4.6 diketahui bahwa nilai Sig. pada kolom paling

kanan adalah sebesar 0,000. Dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig. kurang

dari 0.05, maka hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh signifikan hardiness

(kontrol, komitmen dan tantangan) serta big five (extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience) terhadap Intensi

Berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta diterima. Artinya ada pengaruh signifikan

hardiness (kontrol, komitmen dan tantangan) dan serta big five (extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience)

terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta.

Langkah berikutnya adalah melihat koefisien regresi pada setiap independent

variable. Dari tabel 4.7 untuk mengukur signifikan atau tidaknya koefisien regresi

yang dihasilkan kita cukup melihat nilai signifikasi pada kolom yang paling kanan

60

(kolom ke-6). Jika sig < 0.05 maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan

pengaruhnya terhadap intensi berwirausaha.

Tabel 4.7

Koefisien Regresi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 11.391 7.864 1.448 .149

Kontrol .554 .325 .516 1.708 .089 Komitmen .264 .068 .249 3.911 .000* Tantangan -.181 .277 -.193 -.652 .515 Extraversion .087 .064 .082 1.369 .172

Agreeableness -.014 .070 -.012 -.202 .840 Conscientiousness .125 .063 .118 1.981 .049* Neuroticim -.005 .063 -.005 -.080 .937 Openness to Experience -.059 .059 -.053 -1.002 .317

a. Dependent Variable: Intensi Berwirausaha Keterangan : Signifikan (*)

Berdasarkan hasil diatas koefisien regresi komitmen dan conscientiousness

yang signifikan, sedangkan sisanya tidak. Hal ini menunjukkan bahwa 8 hipotesis

minor hanya 2 yang signifikan. Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 5.8 dapat

dijelaskan persamaan regresi sebagai berikut:

Intensi Berwirausaha= 11,391 + 0,516 kontrol + 0,249 komitmen* – 0,193

tantangan + 0,082 extraversion- 0,012 agreeableness + 0,118

Conscientiousness* - 0,005 neuroticism – 0,053 openness to experience + e

Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing

independent variabel adalah sebagai berikut:

1. Variabel Kontrol

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,516 dengan signifikan sebesar 0,089 (p

> 0,05). Dengan demikian H01 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang

signifikan dari kontrol terhadap intensi berwirausaha diterima. Artinya, kontrol

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha.

61

2. Varibel Komitmen

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,249 dengan signifikan sebesar 0,000 (p

< 0,05). Dengan demikian H02 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang

signifikan dari komitmen terhadap intensi berwirausaha ditolak. Artinya,

komitmen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha.

Koefisien regresi memiliki arah positif, sehingga semakin tinggi komitmen maka

akan semakin tinggi intensi berwirausaha individu.

3. Variabel Tantangan

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,193 dengan signifikan sebesar 0,515

(p > 0,05). Dengan demikian H03 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang

signifikan dari tantangan terhadap intensi berwirausaha diterima. Artinya,

tantangan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha.

4. Variabel Extraversion

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,082 dengan signifikan sebesar 0,172 (p

> 0,05). Dengan demikian H04 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang

signifikan dari extraversion terhadap intensi berwirausaha diterima. Artinya,

extraversion tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi

berwirausaha.

5. Variabel Agreeableness

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,012 dengan signifikan sebesar 0,840

(p > 0,05). Dengan demikian H05 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang

signifikan dari agreeableness terhadap intensi berwirausaha diterima. Artinya,

62

agreeableness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi

berwirausaha.

6. Variabel Conscientiousness

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,118 dengan signifikan sebesar 0,049 (p

< 0,05). Dengan demikian H06 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang

signifikan dari conscientiousness terhadap intensi berwirausaha ditolak. Artinya,

conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi

berwirausaha. Koefisien regresi memiliki arah yang positif, sehingga semakin

tinggi conscientiousness maka akan semakin tinggi intensi berwirausaha individu.

7. Variabel Neuroticism

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,005 dengan signifikan sebesar 0,937

(p > 0,05). Dengan demikian H07 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang

signifikan dari neuroticism terhadap intensi berwirausaha diterima. Artinya,

neuroticism tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi

berwirausaha.

8. Variabel Openness to Experience

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,053 dengan signifikan sebesar 0,317

(p > 0,05). Dengan demikian H08 yang menyatakan tidak ada pengaruh yang

signifikan dari openness to experience terhadap intensi berwirausaha diterima.

Artinya, openness to experience tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

intensi berwirausaha.

Berdasarkan penjelasan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa yang berpengaruh

terhadap Intensi Berwirausaha adalah dimensi dari hardiness yaitu komitmen

63

dengan beta 0,264 dan nilai signifikan 0,000 dan conscientiousness dengan beta

0,125 dan nilai signifikan 0,049.

4.4.1 Pengujian proporsi varians independent Variable

Selanjutnya, penyusun ingin mengetahui bagaimana sumbangan proporsi varians

dari masing-masing independent variable terhadap intensi berwirausaha

mahasiswa UIN Jakarta. Berikut ini akan disajikan tabel, dimana dalam tabel

tersebut terdiri atas beberapa kolom. Kolom pertama (model) adalah independent

variabel yang dianalisis satu persatu, kolom ketiga (R Square) merupakan

pertambahan varians dependent variabel dari tiap independent variabel yang

dianalisis satu persatu tersebut. Kolom keenam (R Square change) merupakan

nilai murni varians dependent variabel dari tiap independent variabel yang

dianalisis satu persatu, kolom ketujuh (F Change ) adalah nilai hitung bagi tiap

independent variabel yang bersangkutan, kemudian df terdiri dari numerator dan

denumerator, yang terakhir adalah kolom signifikansi (Sig. F Change ). Besarnya

proporsi varians pada intensi berwirausaha dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Proporsi Varians Tiap Independent Variabel terhadap Dependent Variabel

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .484a .234 .231 8.21481 .234 75.561 1 247 .000*

2 .553b .306 .301 7.83483 .072 25.540 1 246 .000*

3 .555c .308 .299 7.84123 .002 .598 1 245 .440

4 .565d .319 .308 7.79174 .011 4.122 1 244 .043*

5 .566e .321 .307 7.80112 .001 .414 1 243 .521

6 .576f .332 .315 7.75315 .011 4.016 1 242 .046*

7 .576g .332 .312 7.76920 .000 .001 1 241 .972

8 .578h .334 .312 7.76913 .003 1.004 1 240 .317

Predictors: (Constant), Kontrol, Komitmen, Tantangan, Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness_toExperience

Keterangan : Signifikan (*)

64

Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai berikut:

1. Variabel kontrol memberikan sumbangan 23,4% terhadap varians intensi

berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta. Sumbangan tersebut signifikan dengan F

Change 75.561 dan df1= 1 df2= 247 dengan Sig. F Change = 0,000 (Sig. F

Change < 0,05).

2. Variabel komitmen memberikan sumbangan 7,2% terhadap varians intensi

berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta. Sumbangan tersebut signifikan dengan F

Change 25.540 dan df1= 1 df2= 246 dengan Sig. F Change = 0,000 (Sig. F

Change < 0,05).

3. Variabel tantangan memberikan sumbangan 0,2% terhadap varians intensi

berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F Change 0.598 dan df1= 1 df2= 245 dengan Sig. F Change = 0,440

(Sig. F Change > 0,05).

4. Variabel extraversion memberikan sumbangan 1,1% terhadap varians intensi

berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta. Sumbangan tersebut signifikan dengan F

Change 4.122 dan df1= 1 df2= 244 dengan Sig. F Change = 0,043 (Sig. F

Change < 0,05).

5. Variabel agreeableness memberikan sumbangan 0,1% terhadap varians intensi

berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F Change 0.414 dan df1= 1 df2= 243 dengan Sig. F Change = 0,521

(Sig. F Change > 0,05).

6. Variabel conscientiousness memberikan sumbangan 1,1% terhadap varians

intensi berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta. Sumbangan tersebut signifikan

65

dengan F Change 4.016 dan df1= 1 df2= 242 dengan Sig. F Change = 0,046

(Sig. F Change < 0,05).

7. Variabel neuroticism memberikan sumbangan 0% terhadap varians intensi

berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F Change 0.001 dan df1= 1 df2= 241 dengan Sig. F Change = 0,972

(Sig. F Change > 0,05).

8. Variabel openness to experience memberikan sumbangan 0,3% terhadap

varians intensi berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta. Sumbangan tersebut tidak

signifikan dengan F Change 1.004 dan df1= 1 df2= 240 dengan Sig. F Change

= 0,341 (Sig. F Change > 0,05).

66

BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah penyusun lakukan dalam bab 4

sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada

pengaruh yang signifikan antara variabel komitmen dan conscientiousness sedang

variabel yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan yaitu hardiness (kontrol

dan tantangan) serta kepribadian big five (extraversion, agreeableness, opennes to

experience dan neuroticism) terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN

Jakarta.

Kemudian, berdasarkan hasil uji hipotesis minor dari signifikansi masing-

masing koefisien regresi terhadap dependent variable terdapat 5 variabel yang

nilai koefisien regresinya yang signifikan yaitu : hardiness (kontrol dan

komitmen), big five ( extraversion dan conscientiousness) sementara terdapat 3

variabel lain yang tidak signifikan diantaranya kepribadian big five

(agreeableness, neuroticism, dan opennes to experience).

5.2 Diskusi

Pada bagian ini penyusun akan menjelaskan hasil penelitian berkaitan dengan

kedelapan independen variabel yang digunakan dalam penelitian ini, kontrol,

komitmen, tantangan, extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism

dan openness to experience terhadap dependen variabel yaitu intensi berwirausaha

mahasiswa UIN Jakarta serta akan membahas penelitian dan literatur terdahulu

67

mengenai kedelapan independen variabel yang dikaitkan dengan dependen

variabel.

Dalam penelitian ini, dimensi hardiness yaitu komitmen memiliki

pengaruh yang signifikan dan positif. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Susilawati (2014) yang menyatakan bahwa mahasiswa yang ingin

memulai suatu usaha baru tentunya harus memiliki komitmen yang kuat.

Mahasiswa yang berkeinginan untuk mulai berwirausaha diawali dengan

membangun komitmen dengan diri sendiri sehingga ketika memulai usaha tidak

akan mudah menyerah ketika menghadapi masalah.

Menurut Sabela (2014), Mahasiswa yang memiliki komitmen yang tinggi

memiliki orientasi terhadap masa depan dan senang dalam membangun relasi.

Memiliki komitmen tinggi merupakan hal dasar yang dibutuhkan seseorang yang

akan memulai suatu usaha agar dapat mempertahankan usaha yang ketika dirintis

dari awal.

Sedangkan dimensi hardiness yaitu kontrol dan tantangan tidak signifikan.

Pada dimensi hardiness yaitu kontrol menunjukkan hasil yang kurang signifikan

secara statistik. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya dalam

susilawati (2014) yang menjelaskan bahwa kontrol memiliki pengaruh signifikan

terhadap intensi berwirausaha. Sebagian besar sampel dalam dimensi ini

menunjukkan kategori sedang 75.9%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa

dalam tahap ini sudah memiliki ketertarikan untuk mulai berwirausaha.

mahasiswa pada umumnya sudah memiliki keyakinan untuk memulai

68

berwirausaha namun banyak faktor lainnya yang menyebabkan mahasiswa masih

belum maksimal dalam meningkatkan niat untuk berwirausaha karena seperti,

tugas kuliah dan organisasi.

Pada dimensi hardiness yaitu tantangan menunjukkan hasil yang kurang

signifikan dan memiliki nilai negatif. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Bruce (2009) mengatakan bahwa tantangan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap intensi berwirausaha. Pada dimensi tantangan menunjukkan

kategori sedang 97.6%. Hal ini menunjukkan mahasiswa jika dihadapkan dengan

hambatan dalam memulai berwirausaha seperti modal, tidak punya ide usaha dan

takut gagal dapat menurunkan niat mahasiswa dalam berwirausaha.

Pada variabel kepribadian big five yang memiliki pengaruh yang

siginifikan dan positif terhadap intensi berwirausaha adalah conscientiousness.

Hal ini sejalan dengan penelitian harahap dan fitria (2017) yang mengatakan

bahwa conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi

berwirausaha. Hal ini bahwa mahasiswa yang ingin berwirausaha mampu

mengatur dirinya, disiplin, teratur dan teliti dalam melakukan sesuatu.

Mahasiswa yang memiliki conscientiousness yang tinggi mampu

menetapkan tujuan ketika memulai berwirausaha. Hal ini dibutuhkan karena

seseorang dalam menjalankan usahanya mampu untuk menerapkan strategi yang

sesuai agar usahanya dapat berkembang. Selain itu, mahasiswa yang memiliki

nilai conscientiousness yang tinggi dalam merencanakan tujuan akan berusaha

dan gigih dalam mencapai tujuannya.

69

Sedangkan variabel big five lain seperti extraversion, agreeableness,

neuroticism dan openness to experience tidak ditemukan pengaruh yang

signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta. Pada variabel

kepribadian big five dimensi extraversion tidak memiliki hubungan yang

signifikan dan positif. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Novitaloka (2015)

yang menjelaskan bahwa extraversion memiliki hubungan yang signifikan

terhadap intensi berwirausaha. Dimensi ini extraversion ini masuk dalam kategori

sedang 69.9%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa mampu dalam

membangun komunikasi yang bagus dengan lingkungan sekitar, seperti teman,

saudara, dan dosen yang merupakan relasi mahasiswa ketika dikampus. Memiliki

relasi yang baik tentunya dapat mendukung individu ketika mulai berwirausaha.

Dimensi selanjutnya yaitu agreeableness tidak memiliki pengaruh yang

signifikan dan memiliki nilai negatif. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian

Akanbi (2013) yang mengatakan bahwa agreeableness memiliki hubungan yang

signifikan terhadap intensi berwirausaha. Dimensi agreeableness menunjukan

kategori 75.9%. Hal ini menunjukkan mahasiswa yang tidak memiliki

kemampuan interpersonal yang baik dapat menurunkan intensi berwirausaha

mahasiswa. Hal ini terjadi jika mahasiswa tidak mampu bersikap ramah dan tidak

berempati dengan orang lain maka mahasiswa yang ingin berwirausaha tidak

dapat meraih kepercayaan konsumen, klien atau lingkungan yang akan

menghambat proses dalam berwirausaha.

Dimensi selanjutnya yaitu neuroticism tidak memiliki pengaruh yang

signifikan dan memiliki nilai negatif. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian

70

Harahap dan Fitria (2017) yang menyatakan bahwa dimensi neuroticism memiliki

pengaruh signifikan dan memiliki nilai yang negatif. Dimensi neuroticism

menunjukkan kategori sedang 74.3%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa

yang ingin berwirausaha jika memiliki tingkat kecemasan dan tidak percaya diri

yang tinggi mampu menurunkan intensi berwirausaha. Mahasiswa yang ingin

berwirausaha harus mampu bersikap profesional, mampu mengendalikan emosi,

dan memiliki tingkat percaya diri yang tinggi. Tentunya itu akan menjadi daya

tarik mahasiswa ketika memulai berwirausaha dan memiliki nilai tambah dimata

klien maupun konsumen.

Dimensi selanjutnya yaitu openness to experience tidak memiliki

hubungan yang signifikan dan memiliki nilai negatif. Hal ini tidak sejalan dengan

Ismail (2009) yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi

berwirausaha. Dimensi openness to experience menunjukkan kategori sedang

79.1%. Hal ini menunjukkan mahasiswa yang ingin berwirausaha jika tidak

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan tidak keluar dari zona nyaman maka

dapat menurunkan intensi berwirausaha. Mahasiswa yang tidak mampu

menciptakan inovasi dan kreatif dalam berwirausaha akan terhambat dalam proses

berwirausaha.

Keterbatasan dalam penelitian ini, sampel dalam penelitian ini masih

dalam ruang lingkup yang sempit dengan jumlah sampel yang kurang sehingga

kedepannya diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat memperluas sebaran

sampelnya sehingga mendapatkan hasil yang lebih bervariasi. Selain itu,

penyusun dalam menggunakan alat ukur kurang terintegrasi dengan sampel yang

71

dituju yaitu mahasiswa. Dalam penelitian ini hanya melihat pengaruh intensi

berwirausaha bukan mengukur perilaku berwirausaha sehingga tidak didapatkan

informasi lebih jelas mengenai apa saja perilaku berwirausaha yang sudah mereka

lakukan.

5.3 Saran

Berdasarkan Penelitian penelitian ini, penyusun menyadari bahwa terdapat banyak

kekurangan didalamnya. Untuk itu peyusun memberikan beberapa saran untuk

bahan pertimbangan sebagai penyempurna penelitian selanjutnya yang terkait

dengan penelitian yang serupa, yaitu saran metodologis dan saran praktis.

5.3.1. Saran Metodologis

1 Penyusun menyadari bahwa ketahanan akan stres dan kepribadian yang

dimiliki setiap mahasiswa berbeda sehingga hal tersebut membedakan tingkat

intensi berwirausaha mahasiswa UIN Jakarta. Sehingga membedakan proses

mereka dalam menjadi seorang pengusaha.

2 Penyusun selanjutnya menyarankan untuk menggunakan sampel dengan

jumlah yang lebih banyak dan cara pengambilan sampel yang lebih rinci

terkait sampel yang akan diambil agar lebih mengambarkan populasi

penelitian.

3 Dalam menggunakan alat ukur yang berasal dari luar negeri, sebaiknya teliti

dalam menerjemahkan sehingga mampu mengadaptasi setiap item dengan

budaya yang ada di Indonesia. Sehingga tidak terjadi kesalahan dalam

memahami item.

72

4 Pada penelitian selanjutnya, masih banyak faktor-faktor menarik lainnya yang

dapat dijadikan independen variabel untuk melihat pengaruhnya terhadap

intensi berwirausaha seperti self-efficacy, adversity quotient, Pendidikan dan

Lingkungan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui sisa 66.6 % lagi yang dapat

memengaruhi intensi berwirausaha selain hardiness dan big five.

5.3.2. Saran Praktis

1. Dari penelitian ini didapatkan bahwa komitmen berpengaruh secara positif

terhadap intensi berwirausaha. Dalam praktiknya mahasiswa diharapkan

memiliki komitmen yang tinggi agar mampu bertahan dalam situasi apapun.

Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan mengenai

berwirausaha.

2. Dari penelitian ini didapatkan bahwa conscientiousness berpengaruh secara

positif terhadap intensi berwirausaha. Disarankan mahasiswa yang ingin

menjadi seorang pengusaha harus mampu mengatur dirinya sendiri dan displin

dalam waktu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menuliskan list kegiatan

yang akan dilakukan setiap hari. Hal ini bermanfaat untuk membiasakan diri

untuk memberikan target setiap harinya.

73

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, N., & Seymour, R. G. (2008). Defining entrepreneurial activity: Definitions

supporting frameworks for data collection. Organisation for Economic Co-

operation and Development, 1-16.

Ajzen. I, & Fishbein. M. (1975). Belief, attitude, intention, and behavior: An introduction

to theory and research. Chapter 7: Formation of intentions. London, England:

Addison-wesley publishing company.

Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human

Decision Processes, 179-211.

Akanbi, S. T. (2013). Familial factors, personality traits and self-efficacy as determinants

of entrepreneurial intention among vocational based collage of education student

in oyo state, Nigeria. The Africa symposium. 13(2). 66-76.

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang:UMM Press.

Asthon, M. C. (2013). Individual Differences and Personality. New York: Elsevier.

Bandura, A., Baer, J.S., elder Jr, G.H., Flammer, A., Fuchs, R., Hedackett, G., Et al.

(1995). Exercise of personal and collective efficacy in changing societies. In A.

Bandura, self efficacy in changing sosiety. New York: Cambridge University.

Bartone, P.T., Hystad. S W., Eid, J. Johnsen, B. H., &Laberg, J. C. (2010). Psychometric

properties of the revised Norwegian dispositional resilience (hardiness) scale.

Scandinavian Journal of Psychology, 51, 237-245.

Bartone, P. T., Wong, J, Y-H., Fong, D.Y-T., Choi, A, W-M., Chan, C. K-Y., Tiwari, A.,

Chan, K. L., Lai, V., & Logan, T. K. (2014). Transcultural and psychometric

validation of the dispositional resilience scale (dsr-15) in chiness adult women.

Quality of Life Research, 23(9), 2489-2494.

Bartone, P. T., Hansen, A. L., Hystad, S. W., Johnsen, B.H., &Sandrvik, A. M (2015).

Psychopathy, anxiety, and resilience – psychological hardiness as a mediator of

the psychopathy anxiety relantionship in a prison setting, Personality and

Individual Differences, 72, 30-34.

Bissonnette, M. (1998). : Optimism, Hardiness, and Resilience; A Review of Literature”.

Prepared for the child and family partnership project, 26(7), 21-36.

BDKJakarta (2019, 19 Maret). Anggaran Pendidikan Kemenag tidak besar dari

Kemendikbud. Dikutip 1 April 2019 dari Kementerian Agama Balai Diklat

74

Keagaman Jakarta: https://bdkjakarta.kemenag.go.id/blog/detil/37-anggaran-

pendidikan-kemenag-tidak-lebih-besar-dari-kemendikbud.

Bruce, R.A, & Robert, S. (2009). Exploring the psychological hardiness of entrepreneurs.

Presented at the Babson Entrepreneurship: University o Louisville. Frontiers of

Entrepreneurship Research, 29(6).

Chen, S., C., Jing, L., L., Sung, M., H. (2012). University students’ personality traits and

entrepreneurial intention: using entrepreneurship and entrepreneurial attitude as

mediating variable. IJER. 3(3), 76-82.

Donnellan, M. B., Oswald, F. L., Baird, B. M., Lucas, R. E. (2006). the mini- ipip scales:

tiny-yet-effetive measures of the big five factors of personality. Psychological

Assesment. 18(2), 192-203.

Eschleman, K. J. (2010). A meta analytic examination of hardiness. International Journal

of Stres Management, 17(4), 207-307.

Fahmi, I., Adil, Fajar., & Sumarwan, U. (2017). Pengaruh faktor sikap, norma subjektif,

demografi, sosioekonemi serta literasi keuangan syariah dan konvensional

terhadap minat berwirausaha pada mahasiswa. Jurnal Al-Muzara’ah. 5(1).1-20

Feist, J. & Feist, G.J. (1998). “Theories of Personality. Fourth edition”. New York:

McGraw Hill Company.

Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian: Theory of personality. Jakarta:

McGraw Hill.

Feist, J., & Feist, G. J. (2011). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Fini, R., Sobrero, M., Gian, L., M. (2009) The Foundation of Entrepreneurial Intention.

Department of Management of the University of Bologna, Italy.

Gosling, S., D., Rentfrow, P., J., & Jr Swann, W., B. (2003). A very brief measure of the

big five personality domains. Journal of Reasearch in Personality, 37, 504-528.

Hall, C. S., & Lindzey , G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis) (3rd ed.). (A.

Supratiknya, Penyunt., & Yustinus, Penerj.) Yogyakarta: Kanisius.

Harahap, R., Fitria, S.E. (2017). Pengaruh tipe kepribadian terhadap intensi berwirausaha

mahasiswa (studi pada mahasiswa program studi majanemen bisnis

telekomunikasi dan informatika universitas telkom tahun 2017). E-proceeding of

management, 4(1), 163-168.

Hisrich, R. (2001). Entrepreneurship kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.

75

Ismail, M,. et al. (2009). Entrepreneurial intention among malaysian undergraduate.

International of business management, 4(10), 54-60.

John, O. P., John dan Srivastava, S. (1999). The big five trait taxonomy: history,

measurement and theoretical perspectives. Dalam L. A. Pervin& O. P. John

(Eds.), Handbook of personality: Theory and research (2nd ed.). New York:

Guilford.

Joyce. (2010). The influence of personality traits and demographic factorr on social

entrepreneurship start up intentions. Journal of Business Ethics, 95, 259-282.

Kovaleva, A., Beierlen, C., Kemper, C. J., & Rammstedt, B. (2013). Psychometric

properties of the BFI-K: A cross validation study. The International Journal of

Education and Psychological Assesment, 13(1), 34-50.

Kobasa, S., C., Maddi, S., R, & Stephen Khan. (1982) Hardiness and Health: A

prospective study. Journal of Personality and Social Psychology. 42, 168-177.

Kuwado, F. J. (2018, 5 April). Jumlah Entrepreneur di Indonesia Jauh di Bawah Negara

Maju. Dikutip 18 April 2019 dari Kompas.com:

https://nasional.kompas.com/2018/04/05/17261391/jumlah-entrepreneur-di-

indonesia-jauh-di-bawah-negara-maju-ini-kata-jokowi.

Krueger, N.F., Alan L. Carsrud. (1993). Entrepreneurial intentions: Applying the theory

of planned behaviour. Entrepreneurship & Regional Development, 5, 315-330.

Landy & Conte, (2004). Work in the 21th century : An introduction to industrial &

organizational psychology. New York : McGraw Hill.

Lestari, Daurina (2018, 1 November). Wirausaha Indonesia Masih Tergolong Sedikit

Untuk Jadi Negara Maju. Dikutip 18 April 2019 dari Viva.co.id :

https://www.viva.co.id/bisnis/1089839-wirausaha-indonesia-masih-tergolong-

sedikit-untuk-jadi-negara-maju.

Lee, S., H., Wong, Poh., Kam. (2004). An exploratory study of technopreneurial

intentions: a career anchor perspective. Journal of Business Venturing, 1-22.

Linan, F. (2008). Skill and value perceptions: how do they affect entrepreneurial

intentions?. Entpreneurship And Management Journal. Springer.

Linan, F., & Chen (2009). Development and cross-cultural application of a specific

instrument to measure entrepreneurial intentions. Entrepreneurship Theory and

Practice. Baylor University.

Linan, F., Cohard, J.C.R., Cantuche, J.M.R. (2011). Factors affecting entrepreneurial

intention levels: a role for education. Jel Codes. 1-37.

76

Maddi, S. R. (2002). The story of hardiness: Twenty Years of theorizing, research, and

practice. Journal Psychology Consulting: Practice and Research, 54(3), 175-185.

Maddi, S. R. (2006). Hardiness: The courage to grow from stres. The journal of Positive

Psychology, 1(3), 160-168.

Maddi, S. R. (2013). Personal hardiness as the basis for resilience. Springer Briefs in

Psychology. 1, 7-17.

McCrae, R. R., & Costa, P. T. (1987). Validation of the five-factor model of personality

across instrument and observers. Journal of Personality and Social Psychology,

81-90.

Novitaloka, M., Nurtjahjanti, H. (2015). Hubungan antara tipe kepribadian ekstraversi

dengan intensi berwirausaha pada pegawai dinas sosial provinsi jawa tengah.

Jurnal Empati. 4(1), 111-115.

Nourmawati, S. (2015). Hubungan antara kepribadian hardiness dengan intensi wirausaha

pada siswa smk kelas xii jurusan pemasaran di smk koperasi yogjakarta. Skripsi.

program studi psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Nurhidayati & Utari, D. T. (2018). Model intensi kewirausahaan dengan pertimbangan

pasar kerja, dukungan sosial dan self-efficacy terhadap pengambilan keputusan

karir. Ekobis. 19(2). 111-120.

Obschonka, M., Silbereisen, R., K., Rodermund, E., S. (2010). Entrepreneurial intention

as developmental outcome. Journal of Vocational Behavior.77, 63-72.

Odgen, J. (2007). Health psychology. New York: Open University Press.

O’Neal, M. R. (1999). Measuring resilience. Paper Presented in symposium at the annual

meeting of the Mid-South Educational Research Assosiation, Point Clear,

Alabama, November 17-19.

Poetera, M., S. (2013). Hubungan antara big five personality, sikap dan entrepreurial

intention (berwirausaha) dikalangan mahasiswa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Universitas Surabaya. 2(2), 1-13.

Pradita, Shintaloka (2018, 7 Mei). BPS: Pengangguran Lulusan Universitas Naik 1.13%.

Dikutip 1 April 2019 dari Tirto.Id : https://tirto.id/bps-pengangguran-lulusan-

universitas-naik-113-persen-cJ3h.

Putera, D. A. (2018, 16 Juli). BPS: Maret 2018, Persentase Kemiskinan Indonesia

Terendah Sejak 1999. dikutip 1 April 2019 dari kompas.com:

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/16/130732026/bps-maret-2018-

persentase-kemiskinan-indonesia-terendah-sejak-1999#.

77

Rokhman, W., & Ahamed. (2015). The role of social and psychological factors on

entrepreneurial intention among Islamic collage student in indonesia.

Entrepreneurial business and economic. 3(1), 29-42.

Sabela, O.I., Ariati, J., Imam, S. (2014) Ketangguhaan mahasiswa yang berwirausaha:

Studi Kasus. Jurnal Psikologi UNDIP. 13, 170-189.

Sangganagara, H. (2015, 10 April). Memacu Gerakan Wirausaha. Dikutip 16 april 2019

dari investor daily: https://id.beritasatu.com/home/memacu-gerakan-

wirausaha/112950.

Sarah, S. (2016). pengaruh kepribadian lima besar dan norma subyektif terhadap intensi

berwirausaha mahasiswa STMIK Bandung. Jurnal Indonesia Membangun. 15(3),

77-97.

Sindo (2018, 8 Maret). Jumlah Wirausaha Indonesia Baru 3%, Kalah dengan Malaysia

hingga Singapura. dikutip 1 april 2019 dari okefinance:

Https://economy.okezone.com/read/2018/03/08/320/1869496/jumlah-wirausaha

indonesia-baru-3-kalah-dengan-malaysia-hingga-singapura.

Sembodo, H., Djumali, Burhanudin. (2017). Pengaruh pembelajaran, pemberdayaan

faktor internal dan ekstrenal terhadap minat berwirausaha mahasiswa UNIBA

Surakarta Angkatan 2014. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan. 17(1), 93-100.

Seibert, H. Z. (2006). The big five personality dimensions and entrepreneurial status: A

meta-analytical review. Journal of Applied Psychology, 91(2), 259-271.

Suharti, L.,Sirine, H. (2011). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap niat

kewirausahaan (entrepreneurial intention). Jurnal Manajemen Dan

Kewirausahaan, 13, 124-134.

Sumardi, K. (2007). Menakar jiwa wirausaha mahasiswa teknik mesin angkatan 2005.

Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan, 4(10).

Susilawati, I., R. (2013). Analysis of factors affecting the entrepreneurial intention of

collage student with non entrepreneur parents. International Conference of

Economic, Education and Psychology Sciences. 1-15.

Susilawati, I., R. (2014). Can personal characteristics, social support, and organizational

support encourage entrepreneurial intention of universities students?. European

Journal of Social Sciences. 41(4), 1-7.

Stoltz, P.G (1997). Adversity Quotient: Mengubah hambatan menjadi peluang. Jakarta:

PT. Grasindo.

78

Stevenson, H.H., Jarrillo, J.C., Mossi. (1986). Preserving entrepreneurship as companies

grow. Journal of Business Strategy. 7(1), 10-23.

Umar, J. (2015). Statistik 3. Bahan Ajar Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak diterbitkan.

Walipah., Naim. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi niat berwirausaha mahasiswa.

Jurnal ekonomi modernisasi, 12(3) 138-144.

Wijaya, T. (2007). Hubungan adversity intelligence dengan intensi berwirausaha studi

empiris pada siswa smkn 7 Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan kewirausahaan,

9(2),117-127.

79

LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Assalammualaikum. Wr. Wb

Kepada responden yang terhormat,

Perkenalkan saya Rahmat Dani, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan

penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. Saya mengharapkan kesediaan anda

untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Adapun bentuk kesediaan anda

yang saya harapkan adalah mengisi setiap pernyataan dibawah ini. Adapun

informasi atau data yang saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian

dan akan dijamin kerahasiaannya. Saya mengucapkan terima kasih sudah mau

meluangkan waktunya dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam

Penelitian.

Hormat Saya,

Rahmat Dani

Data Responden

Nama Lengkap / Inisial : …………………………………………….

Jurusan / Semester : ………………………………/……………

Jenis kelamin : …………………………………………….

Usia : ……………………………………...Tahun

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyertakan bersedia untuk berpartisipasi

mengisi kuisoner penelitian ini.

………………………….

(Nama dan Tanda Tangan)

80

Lampiran 1 : Kuisoner

PETUNJUK PENGISIAN

Alat ukur ini terdiri dari beberapa pernyataan, anda diminta untuk membaca dan

memahami setiap pernyataan. Dalam setiap pernyataan tidak ada jawaban yang

benar dan salah, anda diminta untuk menilai mengenai diri anda. Semua jawaban

akan penyusun jaga kerahasiaannya. Mohon untuk meneliti kembali dalam

mengisi alat ukur ini sehingga tidak ada pernyataan yang terlewatkan. Disetiap

pertanyaan terdapat pilihan SS (Sangat Setuju), S (Sesuai), TS (Tidak Setuju) dan

STS (Sangat Tidak Setuju). Anda diminta untuk memberikan tanda (X) untuk

setiap pernyataan.

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya siap bekerja keras agar menjadi seorang

pengusaha.

2 Saya serius memikirkan untuk memulai sebuah usaha

saat ini.

3 Saya akan berusaha dengan keras mengembangkan

dan menjalankan usaha saya sendiri.

4 Saya ingin menjadi pengusaha yang profesional.

5 Saya bertekad untuk menciptakan usaha dimasa

depan.

6 Saya mengikuti setiap seminar wirausaha yang

diadakan oleh kampus.

7 Saya bercita-cita memiliki usaha sendiridan

81

mengembangkanusaha tersebut sampai maju.

8 Saya memiliki niat untuk memulai usaha suatu hari

nanti

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya tidak suka melakukan perubahan dalam

aktivitas sehari-hari.

2 Saya merasa bahwa hidup ini tidak bermakna tanpa

melakukan aktivitas yang dijalani setiap hari.

3 Saya menyukai setiap perubahan yang terjadi demi

kearah yang lebih baik

4 Keadaan hidup saya tergantung bagaimana tindakan

yang saya lakukan.

5 Saya tidak berpikir bahwa kegiatan yang dikerjakan

saat ini berpengaruh terhadap masa depan.

6 Saya menikmati tantang ketika harus melakukan

kegiatan yang banyak dalam satu waktu yang sama.

7 Saya merasa hidup ini menarik dan menyenangkan.

8 Saya merasa terganggu ketika kegiatan rutin yang

dilakukan itu berubah secara mendadak.

9 Saya bebas memutuskan bagaimana masa depan yang

dijalani nanti.

10 Hidup ini membosankan bagi saya.

82

11 Saya suka rutinitas harian yang tidak banyak

berubah.

12 Setiap pilihan yang saya buat memiliki pengaruh atas

apa yang terjadi di masa depan.

No Pernyataan SS S TS STS

Saya melihat diri saya sebagai individu yang…

1 Ramah dan mudah bersosialisasi

2 Sangat antusias

3 Cenderung pendiam

4 Tidak mudah bergaul

5 Secara umum mudah percaya

6 Cenderung mencari kesalahan orang lain

7 Bisa menjadi dingin dan penyendiri

8 Keras terhadap orang lain

9 Melakukan sesuatu dengan efektif

10 Melakukan pekerjaan dengan teliti

11 Membuat rencana dan mengikuti rencana tersebut

12 Cenderung malas

13 Mudah merasa gugup

14 Sering khawatir

15 Depresi dan murung

83

16 Santai dan mengatasi stres dengan baik

17 Menghargai seni dan pengalaman estetika

18 Penasaran dengan berbagai macam hal

19 Memiliki imajinatif yang aktif

20 Pandai dan cerdas

21 Punya ketertarikan dengan artistic

84

Lampiran 2 : Path diagram dan Syntax Intensi

Berwirausaha

UJI VALIDITAS KONSTRUK INTENSI BERWIRAUSAHA

DA NI=8 NO=249 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8

PM SY FI=IB.COR

MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

IB

FR TD 7 2 TD 8 7 TD 8 5 TD 5 1 TD 3 2 TD 8 3 TD 7 4 TD 6 3

PD

OU SS TV MI

85

Lampiran 2 : Path diagram dan Syntax Hardiness

UJI VALIDITAS KONSTRUK HARDINESS

DA NI=12 NO=249 MA=PM

LA

KON1 KON2 KON3 KON4

KOM5 KOM6 KOM7

TAN8 TAN9 TAN10 TAN11 TAN12

PM SY FI=HARDINES.COR

MO NX=12 NK=3 PH=ST TD=SY

LK

KONTROL KOMITMEN TANTANGAN

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 2 LX 6 2 LX 7 2 LX 8 3 LX 9 3 LX 10 3

LX 11 3 LX 12 3

FR TD 12 7 TD 9 3 TD 11 8 TD 10 7 TD 5 3 TD 6 1 TD 8 2 TD 11 4 TD 12 8 TD

8 7 TD 9 5 TD 7 2 TD 12 4 TD 12 11 TD 9 8 TD 12 5 TD 8 3

PD

OU SS TV MI

86

Lampiran 2 : Path diagram dan Syntax Big five

UJI VALIDITAS KONSTRUK BIG FIVE

DA NI=21 NO=249 MA=PM

LA

EXT1 EXT2 EXT3 EXT4 AGREE5 AGREE6 AGREE7 AGREE8 C0NS9

CONS10 CONS11 CONS12 CONS13 CONS14

NEU15 NEU16 NEU17 NEU18 OPEN19 OPEN20 OPEN21

MO NX=21 NK=5 PH=ST TD=SY

PM SY FI=BF.COR

LK

EXTRAVERSION AGREEABLENES CONSCIENTIOUSNES NEURTICISM

OPENNES

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 2 LX 6 2 LX 7 2 LX 8 2

FR LX 9 3 LX 10 3 LX 11 3 LX 12 3 LX 13 3 LX 14 3

FR LX 15 4 LX 16 4 LX 17 4 LX 18 4 LX 19 5 LX 20 5 LX 21 5

FR TD 4 3 TD 14 13 TD 16 15 TD 7 3 TD 9 7 TD 13 2 TD 8 6 TD 12 8 TD 18 13

FR TD 21 6 TD 11 10 TD 13 11 TD 21 11 TD 15 10 TD 13 1 TD 19 1 TD 18 9

TD 17 5 TD 12 9

FR TD 18 5 TD 5 1 TD 14 1 TD 15 14 TD 21 14 TD 14 2 TD 13 7 TD 9 5 TD 14

3 TD 7 4 TD 15 5

FR TD 9 8 TD 20 10 TD 19 4 TD 12 7 TD 16 14 TD 7 6 TD 8 7 TD 17 16 TD 2 1

TD 5 2 TD 21 15

FR TD 15 12 TD 15 3 TD 20 15 TD 15 4 TD 18 15 TD 16 12 TD 16 2 TD 14 4

TD 19 5 TD 19 12 TD 8 2

87

FR TD 18 1 TD 13 4 TD 3 1 TD 9 3 TD 4 2 TD 15 13 TD 15 2 TD 17 10 TD 17

12

PD

OU SS TV MI AD=OFF

Lampiran 3 : Tabel R-Square dan Tabel Analisis Deskriptif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Standar Error

1 .578a .334 .312 7.76913

Descriptive Statistic

N Minimal Maksimal Std. Deviation

Intensi Berwirausaha 249 21.44 61.98 9.36866

Kontrol 249 22.42 59.75 8.72616

Komitmen 249 13.26 60.19 8.83607

Tantangan 249 22.63 59.18 9.99552

Extraversion 249 26.82 65.65 8.77003

Agreeableness 249 33.80 73.33 7.78734

Conscientiousness 249 23.39 69.15 8.90852

Neuroticism 249 26.93 68.34 8.88230

Openness to Experience 249 21.71 64.83 8.49364

Lampiran 4 : Tabel Anova dan Tabel Regresi

Anovaa

Model Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig

1 Regresion 7281.150 8 910.144 15.079 .000b

Residual 14486.263 240 60.359

Total 21767.413 248

a. Dependent Variabel :Intensi Berwirausaha

b. Predictor : (Constan),Opennessto_Experience,Tantangan, Neuroticism,

Komitmen, Conscientiousness, Extraversion, Kontrol, Agreeableness

88

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 11.391 7.864 1.448 .149

Kontrol .554 .325 .516 1.708 .089

Komitmen .264 .068 .249 3.911 .000

Tantangan -.181 .277 -.193 -.652 .515

Extraversion .087 .064 .082 1.369 .172

Agreeableness -.014 .070 -.012 -.202 .840

Conscientiousness .125 .063 .118 1.981 .049

Neuroticim -.005 .063 -.005 -.080 .937

Openness to

Experience

-.059 .059 -.053 -1.002 .317

a. Dependent Variable: Intensi Berwirausaha

Lampiran 5 : Tabel Proporsi Varians

Model Summary

Model R

R

Squar

e

Adjusted R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .484a .234 .231 8.21481 .234 75.561 1 247 .000

2 .553b .306 .301 7.83483 .072 25.540 1 246 .000

3 .555c .308 .299 7.84123 .002 .598 1 245 .440

4 .565d .319 .308 7.79174 .011 4.122 1 244 .043 5 .566e .321 .307 7.80112 .001 .414 1 243 .521

6 .576f .332 .315 7.75315 .011 4.016 1 242 .046

7 .576g .332 .312 7.76920 .000 .001 1 241 .972

8 .578h .334 .312 7.76913 .003 1.004 1 240 .317

Predictors: (Constant), Kontrol, Komitmen, Tantangan, Extraversion, Agreeableness,

Conscientiousness, Neuroticism, Openness toExperience