Upload
zaghi-itu-jafri-biga
View
3.262
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pengaruh IMD terhadap waktu pengeluaran ASI
Citation preview
PENGARUH PENATALAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU
POSTPARTUM DI RSUD. Prof. Dr. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO
Usulan Penelitian untuk Karya Tulis IlmiahJurusan Kebidanan
Diajukan Oleh :
DWI NUR OCTAVIANI KATILINIM. PO719718032
Kepada
POLITEKNIK KESEHATAN GORONTALOKEMENTERIAN KESEHATAN RI
Maret 2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Usulan Penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah
PENGARUH PENATALAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POSTPARTUM
DI RSUD. Prof. Dr. H. ALOEI SABOE
Diajukan Oleh:
DWI NUR OCTAVIANI KATILINIM. PO719718032
Telah disetujui Oleh:
Tanggal, Maret 2011
Tanggal, Maret 2011
Pembimbing Utama
WIRDAWATY S. ADAM, M.KesNip. 195406121980032001
Pembimbing Pendamping
SRI SUJAWATY, SSTNip. 198504272008122001
PERSETUJUAN PEMBIMBING DAN PENGUJI
Usulan Penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah
PENGARUH PENATALAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POSTPARTUM
DI RSUD. Prof. Dr. H. ALOEI SABOE
Diajukan Oleh:
DWI NUR OCTAVIANI KATILINIM. PO719718032
Telah dipertahankan di depan Dewan PengujiPada Tanggal 08 Maret 2011
Pembimbing Utama, Ketua Dewan Penguji,
WIRDAWATY S. ADAM, M. Kes WIRDAWATY S. ADAM, M. KesNip. 195406121980032001 Nip. 195406121980032001
Pembimbing Pendamping, Anggota,
SRI SUJAWATY, SST IRWAN, SKM, M.KesNip. 198504272008122001 Nip. 197208072000031006
Anggota,
ROSALINNA, S.SiTNip. 197705152008122002
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
A. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1. Latar Belakang........................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................3
3. Tujuan Penelitian....................................................................................4
4. Manfaat Penelitian..................................................................................4
5. Keaslian Penelitian.................................................................................5
B. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
1. Tinjauan Umum tentang Pengaruh.........................................................7
2. Tinjauan Umum tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD)........................7
3. Tinjauan Umum tentang ASI..................................................................13
4. Tinjauan Umum tentang Postpartum......................................................28
5. Kerangka Konsep...................................................................................30
6. Hipotesis Penelitian................................................................................30
C. METODE PENELITIAN..........................................................................31
1. Jenis Penelitian.......................................................................................31
2. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................31
3. Variabel Penelitian.................................................................................31
4. Definisi Operasional...............................................................................31
5. Populasi, Sampel dan Sampling.............................................................32
6. Instrument Penelitian..............................................................................33
7. Pengumpulan Data..................................................................................33
8. Pengolahan Data.....................................................................................33
9. Analisis Data..........................................................................................34
10. Etika Penelitian.......................................................................................36
JAWAL PENELITIAN....................................................................................37
BIAYA PENELITIAN.....................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................38
LAMPIRAN
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Di negara berkembang, saat
melahirkan dan minggu pertama setelah melahirkan merupakan periode kritis bagi
ibu dan bayinya. Sekitar dua per tiga kematian terjadi pada masa neonatal, dua per
tiga kematian neonatal tersebut terjadi pada minggu pertama, dan dua per tiga
kematian bayi pada minggu pertama tersebut terjadi pada hari pertama. Sedangkan
di Indonesia, AKB mencapai 48 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005
(Aprillia, 2009; 1).
Banyak tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk
meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Salah satunya
adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir atau biasa disebut
inisiasi menyusui dini serta pemberian ASI Eksklusif. Hal ini didukung oleh
pernyataan United Nations Childrens Fund (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000
kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap
tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam
bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta
minuman tambahan kepada bayi (Aprillia, 2009; 1).
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu). Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO
dan UNICEF yang merekomendasikan IMD sebagai tindakan penyelamatan
1
kehidupan, karena IMD dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal
sebelum usia satu bulan (Admin, 2010).
Faktanya dalam satu tahun, empat juta bayi berusia 28 hari meninggal.
Jika semua bayi di dunia segera setelah lahir diberi kesempatan menyusu sendiri
dengan membiarkan kontak kulit ibu ke kulit bayi setidaknya selama satu tahun
maka satu juta nyawa bayi ini dapat diselamatkan (Roesli, 2008; 9).
Berdasarkan hasil penelitian Sose, dkk CIBA fundation (1987) dalam
Roesli, U (2010; 6) yaitu bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan
meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua
kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi
kesempatan untuk meyusu dini, hasilnya 59% dan 38% yang masih disusui. Bayi
yang tidak diberi kesempatan menyusu dini tinggal 29% dan 8% yang masih
disusui di usia yang sama (Roesli, 2008; 9).
Lidwina (2007), menyebutkan bahwa di Indonesia hanya 8% ibu memberi
ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur enam bulan dan hanya 4% bayi
disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya. Padahal,
ditegaskan oleh dr Utami bahwa sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia di
bawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam
pertama setelah lahir.
Setelah dilakukan studi pendahuluan di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe
pada tanggal 17 Februari 2011 didapatkan bahwa jumlah ibu yang melahirkan
secara normal pada tahun 2007 sebanyak 1.218 orang, tahun 2008 sebanyak 1.227
orang, tahun 2009 sebanyak 1258 orang, tahun 2010 sebanyak 1263 orang
sedangkan pada tahun 2011 (01 Januari-2 Februari) sebanyak 107 ibu bersalin dan
yang dilakukan IMD terdapat 55 orang (51,4%).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Kepala Ruang Bersalin (Ny. Y.P)
di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe bahwa IMD mulai disosialisasikan sejak tahun
2007 hingga sekarang. Akan tetapi masih terdapat pula ibu-ibu yang tidak mau
dilakukan IMD tersebut dengan berbagai alasan misalnya, bayi akan kedinginan,
ibu merasa kelelahan, dan ASI yang di keluarkan merupakan ASI yang tidak baik
untuk bayi. Untuk menambah pengetahuan ibu tentang pentingnya IMD pada
proses persalinan dan menyusui, bidan berupaya dengan cara memberi
penyuluhan kesehatan kepada ibu tentang pentingnya IMD.
Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap
beberapa orang ibu postpartum (Ny. A, Ny. M, Ny. V.L, Ny. N.R) yang dilakukan
IMD, didapatkan bahwa mereka mengatakan dapat menyusui pada hari pertama,
namun masih ada juga ibu yang mengatakan kalau mereka harus dilakukan
rangsangan atau perawatan payudara terlebih dahulu setelah itu ASI baru dapat
keluar.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui
Dini Terhadap Waktu Pengeluaran ASI pada Ibu postpartum di RSUD. Prof. Dr.
H. Aloei Saboe”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada Pengaruh Penatalaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Waktu Pengeluaran ASI pada Ibu Postpartum
di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe?
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Pengaruh
Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini terhadap Waktu Pengeluaran ASI pada
Ibu postpartum di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini pada Ibu
postpartum di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
2) Mengidentifikasi waktu pengeluaran ASI pada Ibu postpartum di RSUD.
Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
3) Mengidentifikasi tentang pengaruh penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini
terhadap waktu pengeluaran ASI pada Ibu postpartum di RSUD. Prof. Dr.
H. Aloei Saboe.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
a. Manfaat Teoritis
Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam pelaksanaan penelitian
mulai dari pengolahan sampai hasil penelitian dan dapat dijadikan bahan acuan
bagi peneliti selanjutnya yang berminat pada judul penelitian ini.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi petugas kesehatan khususnya tenaga bidan
Dapat melaksanakan secara tepat penatalaksanaan Inisiasi Menyusui
Dini segera setelah bayi lahir agar kegagalan menyusui pada bayi dapat
berkurang dan suplai ASI ibu tetap terjaga.
2) Bagi Masyarakat
Memberikan masukan kepada masyarakat khususnya ibu hamil
tentang pentingnya IMD yang dapat membantu dalam keberlangsungan
pemberian ASI Ekslusif (ASI saja) sehingga bayi akan terpenuhi
kebutuhannya selama 2 tahun dan dapat mencegah bayi kurang gizi.
5. Keaslian Penelitian
Sepengetahuan peneliti terdapat judul penelitian yang mirip yaitu:
a. Lalu M., 2009, “Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Penatalaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini di BLUD RSU Dr. M. M. Dunda”.
Jenis Penelitian : Deskriptif korelasi dengan pendekatan evaluasi.
Populasi : Ibu yang dilakukan IMD sebanyak 13 orang.
Tehnik Sampling : Total sampling
Variabel : 1. Bebas : Tingkat Pendidikan Ibu.
2. Terikat: Penatalaksanaan Insiasi Menyusui Dini.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di BLUD.
RSU. Dr. M. M. Dunda Limboto diperoleh hasil penelitian
dari 13 responden terdapat 9 orang ibu melahirkan yang
tingkat pendidikan baik (69,23%) dan 4 orang ibu yang
memiliki tingkat pendidikan yang tidak baik (30,77%)
sedangkan yang melakukan seluruh tahapan
penatalaksanaan IMD ada 7 orang ibu dari 13 responden
yang ada (53,85%) dan yang tidak melakukan seluruh
tahapan penatalaksanaan IMD ada 6 orang (46,15%). Dari
perhitungannya dapat diketahui bahwa nilai X2 tabel (6,71 >
3,84).
Kesimpulan : Adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
penatalaksanaan inisiasi menyusui dini.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Umum tentang Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Diknas,
____).
Menurut Bududu dan Zain dalam Widyatama (2005; 18) Pengaruh adalah
(a) daya yang menyebabkan suatu yang terjadi; (b) sesuatu yang dapat
membentuk atau merubah sesuatu yang lain; dan (c) tunduk atau mengikuti karena
kuasa atau kekuatan orang lain.
Berdasarkan pengertian di atas berarti pengaruh adalah suatu daya yang
timbul dan dapat mempengaruhi atau merubah sesuatu (seseorang) hingga
seseorang tersebut mengikuti atau tunduk.
2. Tinjauan Umum tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Inisiasi Menyusui Dini (Early Intitation) atau permulaan menyusu dini
adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi
manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk
menyusu dini. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya,
setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD ini
dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008;
3).
Dalam sebuah publikasi oleh BreastCrawl.org, yang berjudul Breast
Crawl: A. Scientific Overview, ada beberapa hal yang menyebabkan bayi
7
mampu menemukan sendiri puting ibunya, dan mulai menyusui, yaitu
(Aprillia, 2010; 33):
1) Sensory Inputs atau indera yang terdiri dari penciuman; terhadap bau khas
ibunya setelah melahirkan, penglihatan; karena bayi baru dapat mengenal
pola hitam putih, bayi akan mengenali puting dan wilayah areola ibunya
karena warna gelapnya.
2) Central component. Otak bayi yang baru lahir sudah siap untuk segera
mengeksplorasi lingkungannya, dan lingkungan yang paling dikenalnya
adalah tubuh ibunya. Rangsangan ini harus segera dilakukan, karena jika
terlalu lama dibiarkan, bayi akan kehilangan kemampuan ini. Inilah yang
menyebabkan bayi yang langsung dipisah dari ibunya, akan lebih sering
menangis daripada bayi yang langsung ditempelkan ke tubuh ibunya.
3) Motor Outpot. Bayi yang merangkak di atas tubuh ibunya, merupakan
gerak yang paling alamiah yang dapat dilakukan bayi setelah lahir. Selain
berusaha mencapai puting ibunya, gerakan ini juga memberi banyak
manfaat untuk sang ibu, misalnya mendorong pelepasan plasenta dan
mengurangi pendarahan pada rahim Ibu.
b. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini
Adapun manfaat dari Inisiasi Menyusui Dini adalah (Aprillia, 2010;
35):
1) Manfaat Inisiasi Menyusui Dini bagi bayi
a) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) karena Hypotermia.
b) Dada ibu menghangatkan bayi dengan suhu yang tepat.
c) Bayi mendapatkan colostrum yang kaya akan anti bodi, penting untuk
pertumbuhan usus dan ketahanan bayi terhadap infeksi.
d) Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman, berkoloni
di usus bayi dan menyaingi bakteri pathogen.
e) Menyebabkan kadar glukosa darah bayi yang lebih baik pada beberapa
jam setelah persalinan.
f) Pengeluaran mekonium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas
ikterus normal pada bayi baru lahir.
2) Manfaat Inisiasi Menyusui Dini bagi Ibu
a) Ibu dan bayi menjadi lebih tenang
b) Jalinan kasih sayang ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2
jam pertama.
c) Sentuhan, jilatan, usapan pada putting susu ibu akan merangsang
pengeluaran hormon oxytocin.
d) Membantu kontraksi uterus, mengurangi risiko perdarahan, dan
mempercepat pelepasan plasenta.
c. Inisiasi Menyusui Dini yang dianjurkan
Menurut Roesli (2008; 9) langkah-langkah melakukan IMD yang
dianjurkan:
1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya.
3) Tali pusat dipotong, lalu diikat.
4) Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
5) Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu
dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-
sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas
dari kepalanya.
d. Inisiasi Menyusui Dini yang kurang tepat
Saat ini, umumnya praktek Inisiasi Menyusui Dini sebagai berikut
(Roesli, 2008; 9):
1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu
diikat.
3) Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.
4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak
dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa
lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit
perineum.
5) Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan
puting susu ibu ke mulut bayi.
6) Setelah itu, bayi di bawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan
(recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah,
diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.
e. Tata laksana Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Tata laksana Inisiasi Menyusui Dini secara umum adalah (Roesli,
2008; 20-22):
1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
2) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat
persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat,
aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing.
3) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya
melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok.
4) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua
tangannya. Lemak putih (Vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya
dibiarkan.
5) Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat
dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan
minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya
diselimuti. Jika perlu gunakan topi bayi.
6) Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
7) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau
perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit
atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa
percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit
ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu
pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara
ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan
kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
8) Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada
ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya dengan operasi caesar.
9) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu
jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan
vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.
10) Rawat gabung – ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam
ibu-bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.
Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI
‘keluar’) dihindarkan.
f. Masalah-masalah dalam praktek Inisiasi Menyusui Dini
Menurut UNICEF dalam Aprillia (2010; 38), banyak sekali masalah
yang dapat menghambat pelaksanaan IMD antara lain:
1) Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya Inisiasi Menyusu Dini.
2) Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan kurangnya praktek Inisiasi
Menyusu Dini.
3) Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes mata untuk
mencegah penyakit gonorrhea harus segera diberikan setelah lahir, padahal
sebenarnya tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai
bayi menyusu sendiri.
4) Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan istirahat yang
cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan.
5) Kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang keluar
pada hari pertama tidak baik untuk bayi.
6) Kepercayaan masyarakat yang tidak mengijinkan ibu untuk menyusui dini
sebelum payudaranya dibersihkan.
3. Tinjauan Umum tentang ASI
a. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi
serta mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi
yang dibuat manusia ataupun susu hewan seperti susu sapi, susu kerbau dan
lain-lainnya. Air susu ibu sangat menguntungkan ditinjau dari berbagai segi,
baik segi gizi, kesehatan, ekonomi maupun sosio-psikologis (Suhardjo, 2007 ;
68).
Menurut Kelly (2010; 79) ASI adalah jenis susu alamiah, dan susu
formula tidak dapat benar-benar menyaingi ASI. Komposisi ASI sangat ideal
dengan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. ASI sangat cocok untuk
bayi,ekonomis, dan menghemat waktu. Ibu tidak perlu direpotkan dengan
botol dan susu formula.
Pemberian ASI memiliki banyak kelebihan bagi ibu maupun bayinya.
ASI merupakan makanan yang paling cocok untuk kemampuan digesif bayi
karena bayi dapat menyerapnya dengan baik, tidak pernah sembelit dan
merasa puas (Farrer, 2001; 200).
b. Jenis-jenis Air Susu Ibu (ASI)
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu
(Baskoro, 2008; 9-12):
1) Colostrum
Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mammae yang mengandung tissue debris dan redual material yang
terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mammae sebelum dan
segera sesudah melahirkan anak. Hal tersebut disekresi oleh kelenjar
mammae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat dari masa
laktasi.
Ada beberapa hal penting yang terjadi ketika colotrum diproduksi, antara
lain:
a) Colostrum merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna
kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI mature.
b) Merupakan suatu laxatnif yang ideal untuk membersihkan mekonium
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi
untuk menerima makanan selanjutnya.
c) Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI mature, tetapi
berlainan dengan ASI mature dimana protein yang utama adalah
casein, pada colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga
dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
d) Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI mature yang
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
e) Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan
ASI mature.
f) Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58
kalori/100 ml colostrum.
g) Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air
dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
h) PH lebih alkalis dibandingkan ASI mature.
i) Lemaknya lebih banyak mengandung cholestrol dan lecsitin di
bandingkan ASI mature.
j) Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus
bayi menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar antibodi
pada bayi.
2) Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
a) Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI mature.
b) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada
pula yang berpendapat bahwa ASI mature baru akan terjadi pada
minggu ke-3 sampai ke-5.
c) Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
semakin tinggi.
d) Volume semakin meningkat.
3) Air Susu Mature
a) ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa
minggu ke-3 sampai ke-5 ASI komposisinya baru konstan.
b) Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang
mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-
satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
c) ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap
diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur
yang sesuai untuk bayi
d) Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
casienat, riboflaum dan caroten.
e) Tidak menggumpal bila dipanaskan.
f) Volume: 300-850 ml/24 jam.
g) Terdapat anti mikrobakterial factor, yaitu antibodi terhadap bakteri dan
virus.
h) Faktor resisten terhadap staphylococcus.
c. Komposisi Air Susu Ibu (ASI)
Komposisi zat gizi dalam ASI adalah sebagai berikut (Prasetyono,
2009; 98-102):
1) Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang
jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak
ketimbang dalam PASI. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah
7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini
menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung
tidak mau minum PASI. Dengan demikian, pemberian ASI semakin
berhasil.
2) Protein
Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan PASI.
Meskipun begitu , “whey” dalam protein ASI hampir seluruhnya terserap
oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini dikarenakan “whey” ASI lebih lunak
dan mudah dicerna ketimbang “whey” PASI. Kasein yang tinggi dengan
perbandingan 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan yang relatif keras
dalam lambung bayi. Itulah yang menyebabkan bayi yang diberi PASI
sering menderita susah buang air (sembelit), bahkan diare dan defekasi
denga feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang
sukar diserap oleh bayi yang diberi PASI.
3) Lemak
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal
dari lemak yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi ketimbang
PASI. Hal ini dikarenakan ASI lebih banyak mengandung enzim pemecah
lemak (lipase). Kandungan total lemak dalam ASI para ibu bervariasi satu
sama lain, dan berbeda-beda dari satu fase menyusui ke fase berikutnya.
Pada mulanya, kandungan lemak rendah, kemudian meningkat jumlahnya.
Komposisi lemak pada menit-menit awal menyusui berbeda dengan 10
menit kemudian. Demikian halnya dengan kadar lemak pada hari pertama,
kedua, dan seterusnya, yang akan terus berubah sesuai kebutuhan energi
yang diperlukan dalam perkembangan tubuh bayi.
4) Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif
rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan. Zat besi
dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah
diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75% dari zat besi
yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat
besi yang bisa terserap dalam PASI, yang hanya berjumah sekitar 5-10%.
5) Vitamin
Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti
semua vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama
kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Sebenarnya, hanya ada sedikit
vitamin D dalam lemak susu. Terkait itu, ibu perlu mengetahui bahwa
penyakit polio (rickets) jarang menimpa bayi yang diberi ASI, bila
kulitnya sering terkena sinar matahari.
d. Fisiologi Pengeluaran Air Susu Ibu
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks
antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Pengaturan
hormon terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu
(Soetjiningsih, 1997; 5):
1) Pembentukan kelenjar payudara
a) Sebelum pubertas
Duktus primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa fetus.
Mendekati pubertas terjadi pertumbuhan yang cepat dari sistem duktus
terutama di bawah pegaruh estrogen sedangkan perumbuhan alveoli oleh
hormon progesteron. Hormon yang juga ikut berperan dalam
pertumbuhan kelenjar payudara adalah prolaktin yang dikeluarkan oleh
kelenjar adenohipofise (hipofise anterior).
b) Masa pubertas
Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabangan-percabangan
sistem duktus, proliferasi dan kanalisasi dari unit-unit lobuloalveolar
yang terletak pada ujung-ujung distal duktulus. Jaringan penyangga
stroma mengalami organisasi dan membentuk septum interlobular.
c) Masa siklus menstruasi
Perubahan-perubahan kelenjar payudara wanita dewasa
berhubungan dengan siklus menstruasi dan perubahan-perubahan
hormonal yang mengatur siklus tersebut seperti estrogen dan progesteron
yang dihasilkan oleh korpus luteum. Bila kadar hormon ini meningkat
maka akan terjadi edema lobulus, penebalan dari basal membran epitel
dan keluarnya bahan dalam alveoli. Secara klinis akan dirasakan
payudara berat dan penuh. Setelah menstruasi dimana kadar estrogen dan
progesteron berkurang, yang berperan hanya prolaktin saja, terjadi
degenarisasi dari sel-sel kelenjar air susu beserta jaringan yang
mengalami proliferasi, edema berkurang sehingga besarnya payudara
berkurang namun tidak kembali seperti besar sebelumnya.
d) Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari
duktulus yang baru, percabangan-percabangan dan lobulus, yang
dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon-
hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah
prolaktin, laktogen, korionik, gonadotropin, insulin, kortisol, hormon
tiroid, hormon paratiroid, hormon pertumbuhan.
e) Pada 3 bulan kehamilan
Prolaktin dari adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang
kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum.
Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan
progesteron, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktifitas dalam
pembuatan kolostrum yang ditekan.
f) Pada trimester kedua kehamilan
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum.
Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu
telah didemonstrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang
melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap
keluar kolostrum.
2) Pembentukan air susu
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-
masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu
refleks prolaktin dan refleks “let down”.
a) Refleks prolaktin
Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan
terutama hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas, karena aktifitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi.
Setelah partus, berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya
korpus luteum maka estrogen dan progesteron sangat berkurang,
ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu
dan kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang
berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus
akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang
memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin
akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu.
b) Refleks let down (milk ejection reflex)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke
neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat
menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ
tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel
mioepitelium. Kontraksi dari sel akan menguras air susu yang telah
terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk
selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
3) Pemeliharaan pegeluaran air susu
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur
kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu
untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama
menyusui. Proses menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air
susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan
mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan
terlambatnya proses menyusui. Jadi, peranan prolaktin dan oksitosin mutlak
perlu disamping faktor-faktor lain selama proses menyusui.
e. Volume Air Susu Ibu (ASI)
Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak
bayi lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumahnya pun
meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Produksi ASI semakin efektif
dan terus-menerus meningkat pada 10-14 hari setelah melahirkan (Prasetyono,
2009; 102).
Selama beberapa bulan selanjutnya, bayi yang sehat mengkonsumsi
sekitar 700-800 ml per24jam. Namun, demikian konsumsi bayi bervariasi
antara satu dengan yang lainnya, ada yang mengkonsumsi 600 ml atau kurang
dan ada pula yang lebih bahkan sampai satu liter selama 24jam meskipun
keduanya mempunyai laju pertumbuhan yang sama.
Ukuran payudara tampaknya tidak ada hubungan dengan banyaknya
air susu. Faktor emosi seperti stress atau sedih sangat berpengaruh terhadap
produksi air susu selama minggu-minggu pertama dari periode menyusui.
Pada ibu-ibu yang kurang pangan volume air susu ibu dijumpai kira-
kira 500-700 ml per hari selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam enam
bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua. Produksi air susu yang
sedikit merupakan tanda bagi ibu yang kurang gizi. Sebab-sebabnya dapat
ditelusuri pada waktu hamil. Produksi air susu ibu pada ibu-ibu yang terkena
gizi kurang berat dapat sangat kecil sekali bahkan tidak keluar sama sekali,
sehingga keadaan demikian akan berpengaruh fatal pada bayinya.
Pada keadaan yang normal, air susu ibu mampu memberikan zat gizi
yang cukup bagi pertumbuhan bayi sampai umur enam bulan. Namun
demikian sebagaimana diuraikan sebelumnya, terdapat variasi dalam hal
kebutuhan bayi dan kemampuan produksi air susu ibu. Oleh karena itu untuk
mengetahui cukup tidaknya air susu ibu, tidak dapat hanya menggunakan
ukuran volume atau banyaknya air susu ibu. Tanda-tanda lapar atau kepuasan
anak khususnya laju pertumbuhan berat badan merupakan indikator yang lebih
baik untuk mengetahui cukup tidaknya air susu ibu (Suhardjo, 2007; 70-71).
f. Cara pengukuran volume pengeluaran ASI
Pengukuran volume ASI dapat juga dilakukan dengan cara antara lain
yaitu (Fitria, S.Y., 2010):
1) Memerah ASI dengan pompa
Cara menampung atau mengukur ASI yang paling baik dan efektif
dengan menggunakan alat pompa ASI elektrik, namun harganya relatif
mahal. Ada cara lain yang lebih terjangkau yaitu piston atau pompa
berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini memang seperti suntikan, hingga
memiliki keunggulan, yaitu setiap jaringan pompa mudah sekali
dibersihkan dan tekanannya bisa diatur. Pompa-pompa yang ada di
Indonesia jarang berbentuk suntikan, lebih banyak berbentuk squeeze and
bulb. Bentuk squeeze and bulb tidak dianjurkan banyak ahli ASI. Karena
pompa seperti ini sulit dibersihkan bagian bulb-nya (bagian belakang yang
bentuknya menyerupai bohlam) karena terbuat dari karet hingga tak bisa
disterilisasi. Selain itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/
rata (Rahayu, 2008).
2) Memerah ASI dengan tangan
Memerah ASI dengan tangan disebut juga dengan teknik Marmet.
Dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan
waktu sekitar masing-masing payudara 15 menit. Cara ini sering disebut
juga dengan back to nature karena caranya sederhana dan tidak
membutuhkan biaya. Caranya, tempatkan tangan ibu di salah satu
payudara, tepatnya di tepi areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan
jari telunjuk. Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari
dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan
sampai menggeser ke puting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran
susu. Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu
dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan, pijat
payudara diantara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama,
kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakkan cangkir bermulut
lebar yang sudah disterilkan di bawah payudara yang diperas, kemudian
diukur menggunakan gelas ukur (Rahayu, 2008).
g. Kandungan Antibodi dalam ASI
Sejumlah antibodi untuk melawan beragam mikroorganisme dalam
tubuh bayi diperoleh dari ibunya sewaktu masih janin melalui plasenta. Ini
merupakan senjata bagi bayi yang baru lahir untuk menahan serangan
berbagai bibit penyakit diantaranya yang paling penting adalah penyakit
campak (measles) selama 4-6 bulan pertama dalam hidupnya. Bayi yang
disusui ibunya umumnya lebih terlindung dari serangan penyakit infeksi
terutama diare, dan mempunyai peluang yang lebih besar untuk hidup
daripada bayi yang diberi susu botol (Suhardjo, 2007; 70).
Beberapa alasan yang dapat dikemukakan antara lain :
1) Air susu ibu (ASI) bersih. Memang ASI tidak pernah steril karena puting
buah dada dapat terkontaminasi setiap waktu namun bakteri yang mungkin
mencemarinya tidak lagi sempat berkembang biak sebab air susu segera
diminum bayi.
2) ASI mengandung immunoglobulin terutama Ig A. Antibodi ini terdapat
banyak dalam colostrum dan lebih rendah di dalam air susu berikutnya. Ig
A tidak diserap tetapi bekerja di usus dalam menahan bakteri tertentu,
(misalnya E. Coli) dan virus.
3) ASI mengandung lactoferin. Zat ini adalah protein yang dapat mengikat
besi sehingga bakteri yang berbahaya yang terdapat dalam usus tidak
memperoleh mineral ini untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu
suplementasi besi melalui tidak boleh diberikan pada bayi yang disusui
karena akan berpengaruh terhadap peranan laktoferin dalam proteksi tubuh
4) ASI mengandung lisozim, yaitu suatu enzim yang terdapat cukup banyak
(beberapa ribu kali) lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Zat ini
menghancurkan sejumlah bakteri berbahaya.
5) ASI mengandung sel-sel darah putih. Selama dua minggu pertama, ASI
mengandung sampai 4000 sel/ml. Sel-sel ini mengeluarkan Ig A,
laktoferin, lisozim dan interferon. Inteferon adalah suatu substansi yang
dapat menhambat aktivitas virus-virus tertentu.
6) ASI mengandung faktor bifidus. Zat ini adalah karbohidrat yang
mengandung nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri
laktobasilus bafidus. Pada bayi yang diteteki, bakteri ini di dalam usus
menghasilkan asam laktat dari beberapa laktose susu. Asam ini
menghambat pertumbuhan bakteri dan parasit yang berbahaya, serta
membuat feses menjadi asam. Adanya faktor bifidus ini merupakan salah
satu alasan mengapa feses bayi yang diteteki berbeda dari bayi yang diberi
susu botol (Suhardjo, 2007; 74).
h. Keuntungan memberikan ASI
Dengan mengacu kepada apa yang telah diuraikan di atas beberapa
keuntungan dari pada memberikan air susu ibu kepada bayi dapat disarikan
sebagai berikut (Suhardjo, 2007; 78):
1) Air susu ibu mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi dari
serangan penyakit infeksi.
2) Air susu ibu merupakan makanan bayi yang komplit dan sempurna,
mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai umur 4-6 bulan.
3) Air susu ibu lebih murah daripada susu formula. Makanan tambahan yang
diperlukan oleh si ibu biayanya lebih kecil dibandingkan denga biaya bila
digunakan susu formula.
4) Ibu yang memberikan air susunya biasanya mempunyai periode yang tidak
subur lebih panjang dibandingkan dengan ibu yang tidak meneteki
bayinya.
5) Bayi yang diteteki risiko menderita diare, kolik, alergi dan eksim lebih
rendah dibandingkan dengan bayi yang diberi susu botol.
6) Meneteki bayi segera setelah melahirkan mempengaruhi kontraksi uterus
dan membantu memulihkan kondisi ibu lebih cepat.
i. Jumlah ASI yang dibutuhkan bayi bardasarkan usia antara lain (AIMI, ____):
1) Hari pertama dan kedua
Pada hari pertama dan kedua ukuran lambung bayi sebesar biji kemiri,
sedangkan kebutuhan pada tahap ini adalah 10-100ml atau sama dengan 1
sendok makan dan ½ gelas takar per 24 jam.
2) Hari ke 3-7
Pada tahap ini lambung bayi berukuran seperti buah cheri sedangkan pada
hari ke 7 berukuran seperti buah leci. kebutuhan ASI pada hari ke 3-4
adalah 200 ml atau 1 gelas takar, dan pada hari ke 5-7 adalah 400-600ml
atau sekitar 2-2½ gelas takar per 24 jam.
3) Minggu ke 2 sampai bulan ke 6
Pada minggu ke 2 sampai bulan ke 6 ukuran lambung bayi adalah sebesar
buah leci dan kebutuhan ASI pada tahapan ini adalah 700-800 ml/24 jam.
4. Tinjauan Umum tentang Postpartum
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang
artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah
melahirkan.
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8
minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan
dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum
hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan
psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009; 4).
b. Tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Saleha,
2009; 5):
1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3) Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB.
c. Peran Bidan pada Masa Nifas
Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut (Saleha, 2009; 5):
1) Memberi dukungan yang terus-menerus selama masa nifas yang baik dan
sesuai dengan kebutuhan.
2) Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan
psikologis
3) Mengendalikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan
rasa nyaman.
5. Kerangka Konsep
6. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka hipotesa penelitian ini adalah:
Ho: Tidak ada pengaruh penatalaksanaan inisiasi menyusui dini terhadap waktu
pengeluaran ASI pada Ibu postpartum di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
Ha: Ada pengaruh penatalaksanaan inisiasi menyusui dini terhadap waktu
pengeluaran ASI pada Ibu postpartum di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
Waktu Pengeluaran ASI
Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti yaitu jenis penelitian deskriptif
korelasional dimana dalam penelitian ini peneliti ingin membuktikan pengaruh
penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terhadap waktu pengeluaran ASI
pada Ibu postpartum di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo pada tanggal 25 April-31 Mei 2011.
3. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni variabel bebas dan
terikat yakni:
1. Varibel bebas: Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
2. Variabel terikat: Waktu pengeluaran ASI
4. Definisi Operasional
Variabel DefenisiOperasional
Parameter AlatUkur
Skala Score
Variabel Bebas:Penatalaksanaan IMD
Penatalaksanaan IMD merupakan suatu tindakan pemberian ASI awal segera setelah lahir, membiarkan bayi mencari sendiri putting susu ibunya.
Penatalaksana-an IMD berdasarkan tata laksana IMD (R. Utami, 2008; 20).
Chek list Ordinal Dilaksanakan apabila > 50%
Tidak dilaksanakan < 50%
31
Variabel Terikat: Waktu Pengeluaran ASI
Waktu pengeluaran ASI adalah pengeluaran hasil produksi ASI dimana dikatakan ASI keluar secara normal pada hari ke 1 (pertama) dengan jumlah sekitar 50-100 ml.
Waktu pengeluaran ASI pada hari ke 1 (pertama) (Presetyno, 2009; 102).
Chek list Ordinal Normal apabila > 50 ml
Tidak normal apabila < 50 ml
5. Populasi, Sampel, dan Sampling
a. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yakni seluruh ibu
postpartum di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe dan telah dilakukan tindakan
IMD.
b. Sampel
Sampel yang digunakan untuk penelitian ini yaitu ibu postpartum yang
telah dilakukan IMD berdasarkan kriteria inklusi di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei
Saboe.
c. Sampling
Teknik sampling yang digunakan untuk penelitian ini adalah teknik
Accidental Sampling yaitu teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil
responden yang kebetulan ada pada saat melakukan penelitian berdasarkan
kriteria:
1) Kriteria Inklusi
a) Ibu postpartum yang dilakukan IMD.
b) Ibu postpartum pada hari 1.
c) Ibu postpartum yang mau dijadikan responden.
2) Kriteria eksklusi
a) Ibu postpartum yang tidak dilakukan IMD.
b) Ibu yang tidak mau dijadikan respoden.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi
partisipatif (chek list) dimana Peneliti benar-benar mengambil bagian dalam
kegiatan yang dilakukan dengan kata lain Peneliti ikut aktif berpartisipasi pada
aktivitas yang telah diselediki (Setiadi, 2007; 170).
7. Pengumpulan Data
a. Data Primer
Diperoleh dari lembar observasi yang digunakan oleh peneliti.
b. Data Sekunder
Diperoleh dari data Ibu Bersalin di Rekam Medik dan IMD di Ruang
Bersalin RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
8. Pengolahan Data
Pengolahan data terdiri dari beberapa proses yaitu:
a. Editing
Editing adalah pengguntingan data mulai dilaporkan pada saat
penelitian yakni memeriksa semua lembar observasi.
b. Koding
Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam
kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda/kode
berbentuk angka pada masing-masing jawaban.
c. Tabulasi
Setelah selesai diedit selanjutnya dengan pengolahan data kedalam
suatu table menurut sifat-sifat yang dimiliki yang mana sesuai dengan tujuan
penelitian ini dalam hal ini dipakai table untuk memudahkan dalam
menganalisa data (Setiadi, 2007; 190).
9. Analisa Data
Setelah terkumpul kemudian diolah dalam bentuk table, kemudian
dianalisa.
a. Analisa Univariate
Yakni analisis terhadap semua variabel yang diteliti dengan
menggunakan distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk table dan
menggunakan rumus (Setiadi, 2007; 80).
b. Analisa Bivariate
Untuk hasil akhir digunakan uji statistik chi square (X2) dan
menggunakan bantuan SPSS (Statistical Package For The Social Siences)
versi 17. Uji statistik chi square (X2) dengan tingkat kemaknaan α = 0,05,
langkah-langkahnya sebagai berikut:
FP = X 100%
N
Ket: P: Prosentase
F: Jumlah Jawaban positif atau negatif
N: Jumlah pertanyaan
1) Terlebih dahulu membuat rumusan hipotesa penelitian, hipotesa nol (Ho)
dan Hipotesa alternative (Ha).
2) Menyusun tabel koefisien korelasi dan tafsirannya serta tabel kerja
(working tabel) untuk melakukan komputasi data yang diperoleh ke dalam
tabel.
3) Memasukan data ke dalam rumus yang ada dengan melakukan substitusi
Ket:
X 2 : Chi Kuadrat
fo : Frekuensi yang diobservasi
fn : Frekuensi yang diharapkan
Menggunakan rumus chi square pada koefisien kontigensi karena
rumus ini digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang
datanya berbentuk nominal (Sugiono, 2008; 19).
4) Menguji nilai X2 yang diperoleh dengan menggunakan harga kritis
(Critical value X2 table) yang disesuaikan dengan tingkat kemaknaan yang
ditentukan (derajat kemaknaan = 0,05) yang ada pada lampiran.
Untuk menghitung derajat kemaknaan dengan:
Rumus. : n = (c-1)(r-1)
Dimana : n = dk = df
c = banyak kolom
r = banyak row
k X 2 = ∑ i=1
(fo - fn) 2
fn
5) Ketentuan pengujian hipotesis yaitu bila harga Chi Kuadrat (X2) hitung
lebih kecil (<) dari harga Chi Kuadrat (X2) tabel pada taraf kemaknaan
tertentu, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila harga
Chi Kuadrat hitung lebih besar atau sama dengan ( > ) harga tabel maka
Ha diterima (Sugiono, 2008; 21).
10. Etika Penelitian
Setiap penelitian yang menggunakan subjek manusia harus mengikuti aturan
etika dalam hal ini adalah adanya persetujuan (Setiadi, 2007; 82). Etika yang perlu
ditulis dalam penelitian antara lain:
a. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden
yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta
manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan
tujuan penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap
menghormati hak-hak subjek.
b. Tanpa Nama (Anominity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak
mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data yang diisi subjek,
tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
c. Kerahasiaan (Confidentialy)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
Jadwal Penelitian
Kegiatan
WAKTU DALAM BULAN
Feb. 2011
Mar. 2011
Apr. 2011
Mei. 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Bimbingan x x x xPembuatan Proposal x x x x
Seminar Proposal x xPerbaikan x
Penelitian/Lapangan x xPengolahan Data x x
Penyajian dan Analisa Data x x xSeminar Hasil x x
Perbaikan xPembuatan Laporan KTI x x
Seminar KTI xPerbaikan x
Biaya Penelitian
Pengumpulan Data Rp. 350.000
Analisa Data Rp, 100.000
Penyusunan Laporan Rp. 600.000
Seminar Rp. 350.000
Lain-lain Rp. 100.000
Jumlah Rp. 1.500.000
DAFTAR PUSTAKA
Admin, 2010, IMD oleh Seksi Gizi, http://www.dinkes.kulonprogokab.go.id/? pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=12, diakses 15 Pebruari 2011.
AIMI, ____, Memberikan Bayi Anda ASI, images.mia2274.multiply.multiplycontent.com/.../0/.../brosur.pdf. Diakses tanggal 06 Maret 2011.
Aprilia Y., 2010, Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Ekslusif kepada Bidan di Kabupaten Klaten, http://eprints.undip.ac.id/23900/1/Yesie_Aprillia.pdf, Diakses 16 Februari 2011.
Baskoro A., 2008, ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui, Banyu Media, Yogyakarta.
Diknas, ____, Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://pusatbahasa.diknas.go.Id/kbbi/index.php. Diakses tanggal15 Februari 2011.
Farrer, H., 2001, perawatan maternitas edisi 2, EGC, Jakarta.
Fitria, S.Y., 2010, Konsep ASI, repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20073/ 4/Chapter%20II.pdf. Di akses tanggal 6 maret 2011
Kelly P., 2010, Asuhan Neonatus & Bayi, EGC, Jakarta.
Lidwina, 2007, Inisiasi Menyusui Dini, http://lidwinaumry.multiply.com/journal/ item/7/INISIASI_MENYUSU_DINI_IMD. Diakses tanggal 3 maret 2011
Prasetyono S., 2009, Asi Ekslusif, Diva Press, Jogjakarta.
Roesli, U., 2008, Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Ekslusif, Pustaka Bunda, Jakarta.
Saleha, S., 2009, Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Salemba Medika, Jakarta.
Setiadi, 2007, Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan Edisi Pertama, Graha Ilmu, Jogjakarta..
Soetjiningsih, 1997, Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan, EGC, Jakarta.
38
Suhardjo, 2007, Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak, Kanisius, Yogyakarta.
Sugiyono, 2008, Statistik Nonparametris untuk Penelitian, C.V Alfabeta, Bandung.
Syarifuddin, dkk., 2010, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah, Poltekkes Kemenkes Gorontalo, Gorontalo.
Widyatama, 2005 , Bab II Tinjauan Pustaka Pada Skripsi Tentang Perbankan, http://dspace.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/507/bab2.pdf?sequence=4 Diakses 16 Februari 2011.
Tabel Nilai Chi Kuadrat
dkTaraf signifikansi
50% 30% 20% 10% 5% 1%1 0,455 1,074 1,642 2,706 3,481 6,6352 0,139 2,408 2,408 3,605 5,591 9,2103 2,366 3,665 3,665 4,642 7,815 11,3414 3,357 4,878 5,989 7,779 9,488 13,2775 4,351 6,064 7,289 9,236 11,070 15,086 6 5,348 7,231 8,558 10,645 12,592 16,8127 6,346 8,383 9,803 12017 14,017 18,4758 7,344 9,524 11,030 13,362 15,507 20,0909 8,343 10,656 12,242 14,684 16,919 21,66610 9,342 11,781 13,442 15,987 18,307 23,209
11 10,341 12,899 14,631 17,275 19,675 24,72512 11,340 14,011 15,812 18,549 21,206 26,21713 12,340 15,19 16,985 19,812 22,368 27,66814 13,332 16,222 18,151 21,064 23,685 29,14115 14,339 17,322 19,311 22,307 24,996 30,578
16 15,338 18,418 20,465 23,542 26,296 32,00017 16,337 19,511 21,615 24,785 27,587 33,40918 17,338 20,601 22,760 26,028 28,869 34,80519 18,338 21,689 23,900 27,271 30,144 36,19120 19,337 22,775 25,038 28,514 31,410 37,566
21 20,337 23,865 66,171 29,615 32,671 38,93222 21,337 24,939 27,301 30,813 33,924 402,08923 22,337 26,018 28,429 32,007 35,172 41,63824 23,337 27,096 29,553 33,194 35,415 42,98025 24,337 28,172 30,675 34,382 37,652 44,314
26 26,336 29,246 31,795 35,563 38,885 45,64227 26,336 30,319 32,912 36,741 40,113 46,96328 27,336 31,391 34,027 37,916 41,337 48,27829 28,336 32,461 35,139 39,087 42,557 49,58830 29,336 33,530 36,250 40,256 43,775 50,892
Lampiran 1
Lembar Observasi (Check List)
No Responden:
Nama :
1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
2) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat
persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat,
aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing.
3) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya
melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok.
4) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua
tangannya. Lemak putih (Vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya
dibiarkan.
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakans
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
Lampiran 2
5) Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan
kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam
atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu gunakan
topi bayi.
6) Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
7) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku
bayi sebelum menyusu. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri
ibu.
8) Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu
yang melahirkan dengan tindakan, misalnya dengan operasi caesar.
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
9) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam
atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin
K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.
10) Rawat gabung – ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu-
bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian
minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI ‘keluar’)
dihindarkan.
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
LEMBAR OBSERVASIWAKTU PENGELUARAN ASI
NO NAMAJUMLAH PENGELUARAN ASI PADA
HARI KE 1 (PERTAMA) KETRESPONDEN < 50 ML > 50 ML
Lampiran 3
PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Saudara (i)
Di –
Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Nama saya Dwi Nur Octaviani Katili, Mahasiswa Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo. Saya akan melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh penatalaksanaan Inisiasi Menyusui dini (IMD) terhadap waktu pengeluaran ASI pada Ibu postpartum di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe ”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terhadap waktu pengeluaran asi pada ibu post partum di RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
Untuk keperluan di atas saya mohon kesediaan Ibu untuk menjadi Responden dalam penelitian saya. Saya menjamin kerahasiaan identitas Ibu. Untuk itu saya mohon untuk mencantumkan nama dengan inisial saja. Informasi yang didapatkan dari Ibu dipergunakan sebagai wahana untuk mewujudkan manfaat yang disebutkan diatas, dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon kesediaan Ibu untuk menandatangani lembaran persetujuan yang telah saya siapkan. Partisipasi Ibu dalam Penelitian ini sangat saya hargai dan sebelumnya diucapkan terima kasih.
Gorontalo, Juni 2011 Hormat saya,
Dwi Nur Octaviani Katili PO 719718032
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
“PENGARUH PENATALAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI
RSUD. PROF. DR. H. ALOEI SABOE”
Oleh:
Dwi Nur Octaviani KatiliPO 719718032
Setelah saya membaca maksud dan tujuan dari penelitian ini, maka saya
dengan sadar menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini. Tanda tangan saya dibawah ini, sebagai bukti kesediaan saya
menjadi responden penelitian.
Tanggal :
No. responden :
Nama :
Tanda Tangan :
Lampiran 5