59
LAPORAN PENELITIAN DOSEN STIS PENGARUH INDEKS KEKAYAAN DAN FAKTOR SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA TAHUN 2016 Dr. I Made Arcana, M.Sc Yaya Setiadi, SST, MM UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (UPPM) SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK (STIS) 2017

PENGARUH INDEKS KEKAYAAN DAN FAKTOR SOSIAL ......LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian Dosen dengan judul: Pengaruh Indeks Kekayaan dan Faktor Sosial Demografi Terhadap Proporsi Pengeluaran

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • LAPORAN PENELITIAN DOSEN STIS

    PENGARUH INDEKS KEKAYAAN DAN FAKTOR SOSIAL DEMOGRAFI

    TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN

    RUMAH TANGGA DI INDONESIA TAHUN 2016

    Dr. I Made Arcana, M.Sc

    Yaya Setiadi, SST, MM

    UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (UPPM)

    SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK (STIS)

    2017

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Laporan Penelitian Dosen dengan judul:

    Pengaruh Indeks Kekayaan dan Faktor Sosial Demografi Terhadap

    Proporsi Pengeluaran Makanan Rumah Tangga di Indonesia

    Tahun 2016

    Nama Peneliti:

    Dr. I Made Arcana, M. Sc

    Yaya Setiadi, SST, MM

    Dilaksanakan pada Agustus 2017 sampai dengan November 2017

    Telah disahkan oleh Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM)

    Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS), pada tanggal 27 November 2017

    Menyetujui,

    Kepala UPPM

    Dr. Hardius Usman, MSi

    NIP. 196704251989011002

    Ketua Peneliti

    Dr. I Made Arcana, MSc

    NIP. 196805031991011001

    Mengetahui

    Pembantu Ketua I

    Dr. Erni Tri Astuti, M. Math

    NIP. 196710221990032002

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

    rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan

    judul “Pengaruh Indeks Kekayaan dan Faktor Sosial Demografi Terhadap Proporsi

    Pengeluaran Makanan Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2015” yang disusun untuk

    melengkapi persyaratan dalam melaksanakan penelitian dosen di Sekolah Tinggi

    Ilmu Statistik (STIS).

    Penyelesaian penelitian ini tidak terlepas dari peran para pimpinan STIS,

    yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan dukungan yang

    diberikan, baik moril maupun materiil sehingga penelitian ini dapat diselesaikan

    Untuk semua dukungan tersebut, penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-

    tingginya dan terima kasih yang tidak terhingga.

    Akhir kata, walau tulisan ini bagai setitik air di samudra luas, penulis berharap

    dapat menjadi sumbangan kecil bagi dunia pendidikan di Indonesia. Dalam

    melakukan penelitian ini, sudah barang tentu banyak hal yang dapat memunculkan

    perbedaan pendapat, informasi maupun referensi. Oleh karenanya, kritik dan saran

    terhadap tulisan ini sangat dihargai.

    Jakarta, November 2017

    PENULIS

  • ii

    ABSTRAK

    Pola pengeluaran rumah tangga dapat digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk

    menilai tingkat kesejahteraan rumah tangga, dimana semakin rendah proporsi

    pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran maka semakin baik tingkat

    perekonomian penduduk. Indeks kekayaan rumah tangga yang dihitung menggunakan

    metode Principle Component Analysis (PCA) digunakan sebagai aproksimasi untuk

    pendapatan rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

    gambaran umum proporsi pengeluran rumah tangga dalam sebulan yang dialokasikan

    untuk makanan berdasarkan wilayah perkotaan dan perdesaan, serta menganalisis

    pengaruh indeks kekayaan rumah tangga dan faktor sosial demografi rumah tangga

    ( tingkat pendidikan kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, jumlah

    anggota rumah tangga, status bekerja kepala rumah tangga dan tingkat pendidikan

    kepala rumah tangga) terhadap proporsi pengeluaran makanan. Proporsi pengeluaran

    sebulan untuk makanan pada rumah tangga di Indonesia sangat bervariasi dengan

    nilai median sebesar 53,7 persen untuk wilayah perkotaan, relatif lebih rendah

    dibandingkan nilai median untuk wilayah perdesaan sebesar 60,0 persen. Dengan

    menerapkan Multiple Classification Analysis (MCA), dihasilkan bahwa indeks

    kekayaan memiliki pengaruh positif terhadap proporsi konsumsi makanan, baik di

    wilayah perkotaan maupun perdesaan. Di wilayah perkotaan, indeks kekayaan rumah

    tangga berkontribusi sebesar 37,3 persen dan di wilayah perdesaan sebesar 29,4

    persen. Faktor demografi seperti jenis kelamin KRT menyumbang sekitar 59,3 persen

    untuk proporsi konsumsi makanan untuk rumah tangga di wilayah perdesaan, dan

    sebesar 51,0 persen di wilayah perkotaan.

    Kata kunci : indeks kekayaan, Multiple Classification Analysis (MCA),

    pengeluaran makanan

  • iii

    ABSTRACT

    The pattern of household expenditure can be used as a measurement for assessing the

    level of household welfare, which the lower the proportion of expenditure for food

    compared to the total expenditure, the better the economic level of the population.

    The household wealth index calculated using the Principle Component Analysis

    (PCA) method is used as an approximation for household income. The purpose of this

    study is to describe the general pattern of the proportion of household expenditure in

    a month allocated for food based on urban and rural areas, and to analyze the

    influence of household wealth index and household demographic social factors (such

    as education level of household head, sex of household head, number of household

    members, work status of household head and education level of household head) to

    proportion of food expenditure. The proportion of monthly food expenditure on

    households in Indonesia varies greatly with the median of 53.7 percent for urban

    areas, relatively lower than the median for the rural areas of 60.0 percent. By

    applying Multiple Classification Analysis (MCA), it was discovered that the wealth

    index had a positive influence on the proportion of food consumption, both in urban

    and rural areas. In urban areas, the household wealth index contributed 37.3 percent

    and in rural areas by 29.4 percent. Demographic factors such as sex of household

    head accounted for about 59.3 percent for the proportion of food consumption of

    households in rural areas, and 51.0 percent in urban areas.

    Keywords : Wealth Index, Multiple Classification Analysis (MCA), food

    expenditure

  • iv

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

    ABSTRAK ................................................................................................................ ii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

    DAFTAR TABEL .................................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. viii

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1

    1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ................................................................. 3

    1.3. Tujuan Penelitian.. ………………………………….. ....................................... 4

    1.4. Sistematika Penulisan ..…………………………….. ......................................... 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………….. ...................................... 6

    2.1. Landasan Teori ……………………..…………………. .................................... . 6

    2.2. Penelitian Terkait .............................................................. ................................. . 10

    2.3. Kerangka Penelitian …………………………………… ................................... .. 12

    2.4. Hipotesis penelitian............. …………………… ............................................... ………. 13

    BAB III METODOLOGI ………………………… ............................................................... ….. 14

    3.1. Sumber Data ……………………… ................................................................... ………. 14

    3.2. Metode Analisis.………………… ...................................................................... ………….. 14

  • v

    3.2.1. Analisis Deskriptif ...................................................................................... 15

    3.2.2. Analisis Inferensia ...................................................................................... 18

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………… ................................................. …….. 21

    4.1. Pola Pengeluaran Rumah Tangga untuk Makana ............................................... n 21

    4.2. Model MCA untuk daerah perkotaan dan perdesaan .......................................... 25

    4.3. Model MCA untuk daerah perkotaan .................................................................. 28

    4.4. Model MCA untuk daerah perdesaan .................................................................. 31

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………… ............................................. ………. 36

    5.1. Kesimpulan …………………………………… ................................................. ……….… 36

    5.2. Saran ………………………………………… ................................................... …………... 37

    DAFTAR PUSTAKA ………………………………………… ............................... ………..….. 38

    LAMPIRAN………………………………………………… .................................. …………….. 39

  • vi

    DAFTAR TABEL

    No Judul Tabel Halaman

    3.1. Uraian nama variabel dan pembagian kategori yang digunakan ............... 15

    4.1. Hasil ANOVA terhadap model MCA ....................................................... 25

    4.2. Hasil estimasi rata-rata dengan model MCA ........................................... 25

    4.3. Pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap perubahan

    persentase konsumrsi makanan rumah tangga .......................................... 27

    4.4. Hasil ANOVA terhadap model MCA di wilayah perkotaan ..................... 28

    4.5. Hasil estimasi rata-rata dengan model MCA di wilayah perkotaan ......... 29

    4.6. Pengaruh masing-masing vaiabel bebas terhadap perubahan persentase

    konsumsi makanan rumah tangga ............................................................. 31

    4.7. Hasil ANOVA terhadap model MCA di wilayah perdesaan .................... 32

    4.8. Hasil estimasi rata-rata dengan model MCA di wilayah perdesaan ......... 32

    4.9. Pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap perubahan

    persentase konsumsi makanan rumah tangga di wilayah perdesaan ......... 34

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    No Judul Gambar Halaman

    4.1. Pola distribusi persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan ... 21

    4.2. Distribusi persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan

    menurut provinsi di Indonesia ................................................................. 22

    4.3. Distribusi persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan di

    daerah perkotaan menurut provinsi di Indonesia .................................... 23

    4.4. Distribusi persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan di

    daerah perdesaan menurut provinsi di Indonesia .................................... 24

    4.5. Nilai estimasi persentase konsumsi makanan untuk setiap variabel

    bebas yang terlibat dalam model MCA ................................................... 26

    4.6. Nilai estimasi persentase konsumsi makanan untuk setiap variabel

    bebas yang terlibat dalam model MCA di wilayah perkotaan ................ 30

    4.7. Nilai estimasi persentase konsumsi makanan untuk setiap variabel

    bebas yang terlibat dalam model MCA di wilayah perdesaan ................ 33

  • viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    No Keterangan Halaman

    1. Output statistik deskriptif wilayah perkotaan & perdesaan) .................. 39

    2. Output statistik deskriptif wilayah perkotaan ........................................ 40

    3. Output statistik deskriptif wilayah perdesaan ....................................... 41

    4. Output MCA tanpa variabel interaksi untuk wilayah perkotaan dan

    perdesaan ................................................................................................. 42

    5. Output MCA dengan variabel interaksi untuk wilayah perkotaan dan

    perdesaan ................................................................................................. 44

    6. Output MCA dengan variabel interaksi untuk wilayah perkotaan .......... 46

    7. Output MCA dengan variabel interaksi untuk wilayah perdesaan .......... 48

  • 1

    BAB I.

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi

    kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan,

    hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap

    individu dalam aktivitas keseharian melakukan pembelanjaan atau konsumsi terhadap

    suatu barang. Pengeluaran untuk konsumsi pada setiap individu mulai dari dilahirkan

    hingga akhir hidupnya, artinya setiap individu melakukan kegiatan konsumsi

    sepanjang hidupnya. Oleh karena itu kegiatan konsumsi mempunyai peranan penting

    dalam kehidupan manusia.

    Banyak faktor yang memengaruhi besaran pengeluaran konsumsi rumah

    tangga. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi faktor ekonomi, faktor

    demografi, dan faktor nonekonomi. Faktor-faktor ekonomi yang memengaruhi

    tingkat konsumsi rumah tangga adalah pendapatan umah tangga, kekayaan rumah

    tangga, jumlah barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat, tingkat bunga,

    perkiraan tentang masa depan, dan kebijakan pemerintah dalam mengurangi

    ketimpangan distribusi pendapatan. Faktor-faktor demografi yang memengaruhi

    tingkat konsumsi adalah jumlah penduduk dan komposisi penduduk. Sedangkan

    faktor-faktor nonekonomi yang paling berpengaruh terhadap tingkat konsumsi adalah

    faktor sosial budaya masyarakat seperti pola kebiasaan makan, perubahan etika dan

    tata nilai untuk meniru kelompok masyarakat lain (Rahardja dan Manurung, 2008).

    Kemiskinan yang merupakan manifestasi dari kurangnya tingkat

    kesejahteraan penduduk adalah isu global maupun nasional sehingga masih akan

    tetap merupakan keprihatinan banyak pihak. Untuk keperluan perencanaan,

    monitoring, dan evaluasi berbagai program terkait penanggulangan kemiskinan

    diperlukan sejumlah instrumen statistik yang dapat menunjukkan status dan

  • 2

    perkembangan penduduk miskin di Indonesia antar waktu. Salah satu instrumen yang

    utama adalah jumlah penduduk yang rata-rata pengeluarannya di bawah garis

    kemiskinan.

    Konsumsi merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Pemenuhan

    kebutuhan hidup yang harus dipenuhi setiap hari oleh manusia tidak terlepas dari

    aktivitas konsumsi. Pengeluaran konsumsi dapat menjadi sebagai salah satu indikator

    untuk menilai tingkat kesejahteraan ekonomi individu atau rumah tangga (BPS,

    2008). Disamping itu, pola konsumsi penduduk juga merupakan salah satu indikator

    sosial ekonomi masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan

    setempat. Budaya dan perilaku lingkungan akan membentuk pola kebiasaan tertentu

    pada kelompok masyarakat. Data pengeluaran dapat mengungkapkan pola konsumsi

    rumah tangga secara umum menggunakan indikator proporsi pengeluaran untuk

    makanan dan non makanan. Komposisi pengeluaran rumah tangga dapat dijadikan

    ukuran untuk menilai tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk.

    Rumah tangga yang proporsi pengeluarannya lebih besar untuk makanan

    biasanya merupakan rumah tangga yang masih pada taraf tingkat subsisten.

    Sementara rumah tangga yang lebih banyak mengkonsumsi untuk barang-barang

    mewah dan kebutuhan sekunder merupakan rumah tangga yang lebih sejahtera (Mor

    & Sethia, 2010). Dengan mengamati pola konsumsi rumah tangga, baik untuk

    makanan dan bukan makanan, dapat diketahui standar hidup yang diterapkan dalam

    rumah tangga tersebut.

    Pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), salah satu ukuran

    yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan rumah tangga adalah

    indeks kekayaan (wealth index) yang merupakan indeks komposit dari kumulatif

    standar hidup suatu rumah tangga. Dari hasil SDKI 2012 memperlihatkan bahwa

    rumah tangga di daerah perkotaan memiliki kecenderungan lebih besar berada dalam

    60 persen kuintil kekayaan tertinggi, sementara rumah tangga di daerah perdesaan

    menunjukkan kecenderungan lebih besar masuk dalam 40 persen kuintil kekayaan

    terendah.

  • 3

    1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

    Pada kondisi pendapatan rumah tangga yang terbatas, pemenuhan kebutuhan

    makanan akan menjadi prioritas utama, sehingga pada kelompok rumah tangga

    berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan

    untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun

    akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu terjadinya penurunan proporsi

    pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan proporsi pendapatan

    yang dibelanjakan untuk bukan makanan. Berdasarkan fenomena tersebut, pola

    pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk menilai tingkat

    kesejahteraan rumah tangga, dimana semakin rendah persentase pengeluaran untuk

    makanan terhadap total pengeluaran maka semakin baik tingkat perekonomian rumah

    tangga tersebut. Hal ini sejalan dengan hukum Engel yang dicetuskan oleh Ernst

    Engel (1857) bahwa bila selera penduduk tidak berubah, maka persentase

    pengeluaran untuk makanan akan menurun seiring dengan meningkatnya pendapatan.

    Hukum ini didasarkan pada hasil survei mengenai pendapatan dan pengeluaran rumah

    tangga.

    Dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang diselenggarakan

    secara rutin oleh Badan Pusat Statistik (BPS), informasi mengenai pendapatan rumah

    tangga sering kali underestimate yang disebabkan kurang validnya informasi tentang

    pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari responden. Dengan kondisi seperti ini,

    maka informasi pendapatan rumah tangga sebagai dasar untuk memperkirakan pola

    konsumsi rumah tangga dalam penelitian ini akan didekati dengan menggunakan

    indeks kekayaan rumah tangga yang merupakan indeks komposit dari kumulatif

    standar hidup suatu rumah tangga seperti yang diterapkan dalam SDKI.

    Lebih jauh lagi, pola konsumsi rumah tangga yang merupakan salah satu

    indikator sosial ekonomi rumah tangga sangat dipengaruhi oleh faktor sosial

    demografi rumah tangga, latar belakang budaya dan lingkungan di mana rumah

    tangga tersebut berada. Selain tingkat pendapatan rumah tangga yang didekati dengan

    ukuran indeks kekayaan rumah tangga, faktor sosial demografi yang diduga

  • 4

    mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga yang digambarkan melalui proporsi

    pengeluaran rumah tangga untuk makanan, antara lain tingkat pendidikan kepala

    rumah tangga (KRT), jumlah anggota rumah tangga (ukuran rumah tangga), status

    bekerja kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, serta status wilayah

    (perdesaan dan perkotaan).

    Berdasarkan pemaparan masalah di atas, penulis tertarik untuk mengetahui

    lebih mendalam tentang pengaruh indeks kekayaan dan faktor sosial demografi

    rumah tangga yaitu tingkat pendidikan KRT, jumlah anggota rumah tangga, status

    bekerja KRT serta jenis kelamin KRT terhadap proporsi pengeluaran makanan pada

    rumah tangga di Indonesia. Kepala rumah tangga menjadi fokus penelitian karena

    memegang peranan penting pada pengambilan keputusan dalam rumah tangganya,

    termasuk keputusan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga (makanan dan bukan

    makanan). Status bekerja dari kepala rumah tangga memiliki peran penting dan

    berdampak pada tingkat kecukupan dalam pemenuhan kebutuhan seluruh anggota

    tangganya (The Parliement of the Commonwealth of Australia, 2000), yang pada

    gilirannya akan mempengaruhi penilaian dari masyarakat di sekitar tempat

    tinggalnya. Secara makro, permasalahan yang berkaitan dengan status bekerja

    penduduk, seperti pengangguran, menjadi penting dan mendesak untuk diselesaikan

    karena dapat berdampak luas sebagai sumber utama kemiskinan, mendorong

    peningkatan keresahan sosial dan kriminalitas, serta dapat menghambat pembangunan

    dalam jangka panjang (Depnakertrans, 2004).

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan uraian dan identifikasi permasalahan yang telah diuraikan

    sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui gambaran pola konsumsi rumah tangga dalam sebulan yang

    dialokasikan untuk makanan berdasarkan wilayah perkotaan dan

    perdesaan.

  • 5

    2. Menganalisis pola hubungan serta besarnya pengaruh indeks kekayaan

    rumah tangga terhadap proporsi pengeluaran makanan rumah tangga

    dalam sebulan

    3. Menganalisis hubungan dan menghitung besarnya pengaruh indeks

    kekayaan bersama-sama dengan faktor sosial demografi rumah tangga

    terhadap proporsi pengeluaran makanan rumah tangga dalam sebulan.

    1.4. Sistematika Penulisan

    Pemaparan mengenai penelitian ini disajikan dalam lima bab yang memuat

    uraian tentang proses pelaksanaan penelitian sampai pembahasan mengenai hasil

    penelitan serta kesimpulan yang diperoleh. Bab I menguraikan tentang latar belakang

    dilaksanakannya penelitian ini dan identifikasi permasalahan dari fenomena yang

    menjadi subyek penelitian yang mengarah pada sasaran yang ingin dicapai dari

    penelitian yang dilakukan. Landasan teori yang terkait dengan topik penelitian, baik

    dalam bidang statistik maupun tentang indeks kekayaan serta faktor sosial demografi

    rumah tangga yang ingin diungkap, dijelaskan secara rinci dalam Bab II. Disamping

    itu, diuraikan juga penelitian terkait yang memuat penelitian-penelitian yang pernah

    dilakukan sebelumnya yang mengarahkan pada dirancangnya kerangka pikir

    penelitian yang menjelaskan tentang hubungan antara variabel bebas dan variabel tak

    bebas dalam penelitian ini. Pada Bab 3 diuraikan tentang metodologi yang digunakan

    dalam melakukan penelitian, mencakup sumber data yang digunakan dan metode

    analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Selanjutnya Bab 4 memuat

    hasil perhitungan statistik yang dilakukan dan pembahasan mengenai interpretasi

    hasil penelitian dengan analisis deskriptif menggunakan tabel atau grafik dan analisis

    inferensia dengan menerapkan Multiple Classification Analysis (MCA). Terakhir,

    pada Bab 5 memaparkan tentang kesimpulan yang diperoleh dilengkapi saran-saran

    berdasarkan kesimpulan yang diuraikan sebelumnya.

  • 6

    BAB II.

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Landasan Teori

    Multiple Classification Analysis (MCA)

    Multiple Classification Analysis (MCA) merupakan salah satu metode analisis

    inferensia yang menggunakan uji statistik dan hampir mirip dengan analisis regresi

    dengan variabel bebasnya berupa dummy variable. MCA digunakan untuk

    menunjukan hubungan antara beberapa variabel bebas yang berskala nominal atau

    ordinal dengan sebuah variabel tak bebas yang berskala interval atau rasio.

    Di samping itu, MCA memiliki kemampuan untuk menunjukan pengaruh

    masing-masing variabel bebas sebelum dan sesudah dikontrol oleh variabel bebas

    yang lain. Pengaruh setiap variabel bebas dalam persamaan model MCA dapat

    dinyatakan dalam bentuk nilai rata-rata keseluruhan dari variabel tak bebas setelah

    dikontrol variable-variabel lainnya. Oleh karena itu, adjusted mean score dapat

    dihitung dan lebih mudah diinterpretasikan dibanding koefisien regresi yang

    dihasilkan melalui analisis regresi yang melibatkan dummy variable. Pada analisis

    regresi dengan dummy variabel, kategori yang menjadi acuan (reference category)

    harus dikeluarkan dari analisis ketika menyusun persamaan model regresinya.

    Dengan demikian, bagi kategori yang menjadi acuan tidak akan diperoleh nilai

    koefisien regresinya, padahal koefisien-koefisien regresi lainnya dinyatakan sebagai

    perbandingan dari kategori yang menjadi acuan. Sebaliknya, koefisien MCA dihitung

    untuk seluruh kategori pada setiap variable bebasnya, yaitu dalam bentuk variabel

    berskala nominal dan dinyatakan sebagai deviasi dari angka rata-ratanya. MCA bebas

    dari pembatasan-pembatasan penggunaan skala ukuran untuk variabel bebasnya,

    artinya variable bebas dapat berskala ukuran yang paling lemah (nominal).

  • 7

    Model Multiple Classification Analysis dituliskan dalan bentuk persamaan

    berikut (Andrew, 1973):

    𝑌𝑖𝑗⋯𝑛 = �̅� + 𝛼𝑖 + 𝛽𝑗 + ⋯ + (𝛼𝛽)𝑖𝑗 + ⋯ + 𝑒𝑖𝑗⋯𝑛

    dimana:

    𝑌𝑖𝑗⋯𝑛 : adalah nilai variabel tak bebas yang didasarkan pada kategori ke-𝑖

    dari variabel bebas A, kategori ke-𝑗 dari variabel bebas B, dan

    seterusnya;

    �̅� : merupakan nilai rata-rata variabel tak bebas

    𝛼𝑖 : adalah besarnya pengaruh variabel bebas A terhadap variabel tak

    bebas;

    𝛽𝑗 : adalah besarnya pengaruh variabel bebas B terhadap variabel tak

    bebas;

    (𝛼𝛽)𝑖𝑗 : adalah besarnya pengaruh interaksi variabel bebas A dan B terhadap

    variabel tak bebas; dan 𝑒𝑖𝑗⋯𝑛 menunjukkan random error.

    Estimasi parameter model (�̂�, �̂�, ⋯ ) diperoleh dengan meminimalkan nilai

    sum of squared error atau dengan mencari penyelesaian dari sejumlah persamaan

    normal (normal equations) berdasarkan banyaknya variabel bebas dalam model.

    Uji Simultan

    Uji simultan bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas

    dalam model secara simultan terhadap keragaman variabel tak bebas Y. Statistik uji

    yang digunakan adalah :

    𝐹 =𝐸/(𝐶 − 𝑃)

    𝑍/(𝑁 − 𝐶 + 𝑃 − 1)~𝐹(𝐶−𝑃);(𝑁−𝐶+𝑃−1) (2.2)

    (2.1)

  • 8

    dengan:

    𝐸 = ∑ ∑ ⋯ ∑ 𝑊𝑖𝑗⋯𝑛(�̂�𝑖 + �̂�𝑗 + ⋯ )2

    𝑛𝑗𝑖

    𝑍 = (∑ 𝑊𝑘(𝑌𝑘 − �̅�)2

    𝑘

    ) − 𝐸

    dimana:

    N : jumlah sampel;

    C : jumlah kategori pada variabel bebas;

    P : jumlah variabel bebas

    Pengaruh variabel bebas

    Untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas tertentu terhadap

    keragaman variabel tak bebas digunakan pendekatan dengan 2(dua) jenis statistik

    yaitu statistik Eta (𝜂𝑖) yang mengukur besarnya pengaruh tanpa dipengaruhi oleh

    variabel bebas lainnya dalam model dan statistik Beta (𝛽𝑖) yang mengukur besarnya

    pengaruh variabel bebas tertentu dengan mempertimbangkan pengaruh variabel bebas

    lainnya dalam model.

    Statistik Eta (𝜂𝑖)

    Statistik Eta (𝜂𝑖) digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel

    bebas ke-𝑖 dalam model terhadap variabel tak bebas Y sebelum dilakukan adjustment.

    Artinya, pengukuran besarnya pengaruh variabel bebas ke-𝑖 dilakukan dengan tanpa

    mempertimbangkan pengaruh variabel bebas lainnya yang terlibat dalam model.

    Statistika Eta diperoleh dengan mengaplikasikan formula berikut:

    𝜂𝑖 = √𝑈𝑖𝑇

    (2.3)

  • 9

    dimana:

    𝑈𝑖 = ∑ (∑ 𝑊𝑖𝑗𝑘

    𝑗

    )

    𝑖

    (�̅�𝑖𝑗 − �̅�)2

    𝑇 = ∑ 𝑊𝑘(𝑌𝑘 − �̅�)2

    𝑘

    Statistik Beta (𝛽𝑖)

    Statistik Beta (𝛽𝑖) digunakan untuk mengukur hubungan variabel bebas ke-i

    dalam model terhadap variabel tak bebas Y setelah dilakukan adjustment. Artinya,

    pengukuran besarnya pengaruh variabel bebas ke-𝑖 dilakukan dengan

    mempertimbangkan pengaruh variabel bebas lainnya yang terlibat dalam model.

    Statistik Beta diperoleh dengan mengaplikasikan formula berikut:

    𝛽𝑖 = √𝐷𝑖𝑇

    (2.4)

    dengan:

    𝐷𝑖 = ∑ (∑ 𝑊𝑖𝑗𝑘

    𝑗

    )

    𝑖

    (�̂�𝑖𝑗)2

    dimana �̂�𝑖𝑗 adalah besarnya deviasi variabel bebas ke-𝑖 kategori ke-𝑗 yang telah

    disesuaikan.

    Indeks Kekayaan (Wealth Index)

    Indeks kekayaan adalah ukuran komposit dari standar hidup kumulatif rumah

    tangga. Indeks kekayaan dihitung dengan menggunakan data yang mudah

    dikumpulkan mengenai kepemilikan rumah tangga terhadap aset terpilih, seperti

    televisi, sepeda, sepeda motor, kulkas; bahan yang digunakan untuk pembangunan

  • 10

    perumahan; dan jenis akses air bersih dan fasilitas sanitasi rumah tangga.

    Penghitungan indeks kekayaan menggunakan prosedur statistik yang dikenal sebagai

    analisis komponen utama. Dengan mengamati indeks kekayaan rumah tangga akan

    menempatkan rumah tangga tersebut dalam skala relatif. Sering kali indeks kekayaan

    disajikan dalam bentuk kategorik menjadi lima kuintil kekayaan untuk

    membandingkan pengaruh kekayaan pada berbagai indikator populasi, kesehatan dan

    gizi.

    Indeks kekayaan adalah salah satu karakteristik rumah tangga yang sering kali

    memiliki pengaruh besar pada kesehatan serta memungkinkan untuk identifikasi

    masalah khusus bagi rumah tangga miskin, seperti akses yang tidak merata terhadap

    perawatan kesehatan, dan juga masalah khusus untuk rumah tangga/penduduk kaya,

    seperti di negara-negara Afrika yang akan meningkatkan risiko infeksi HIV.

    Penghitungan indeks kekayaan dikembangkan oleh Program DHS dan

    memungkinkan pemerintah untuk melakukan evaluasi terhadap layanan kesehatan

    masyarakat, kampanye vaksinasi, pendidikan, dan intervensi penting lainnya yang

    berkaitan dengan rumah tangga paling miskin.

    Disamping itu, indeks kekayaan memungkinkan untuk melakukan identifikasi

    terhadap status ekonomi rumah tangga yang mempengaruhi tingkat kesehatan

    anggota rumah tangga dengan menggunakan metode multivariate, bivariat maupun

    analisis yang lebih kompleks. Sebagai salah satu contoh, dalam sebuah penelitian

    terhadap sembilan negara, para peneliti telah dapat menunjukkan bahwa status

    ekonomi bukanlah faktor pendorong untuk kasus kekerasan dalam rumah tangga.

    2.2. Penelitian terkait

    Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi Wuryandari (2015)

    menganalisis pengaruh variabel-variabel sosio-demografi, sosio-ekonomi dan wilayah

    tempat tinggal terhadap pengeluaran rumah tangga untuk makanan, pendidikan, dan

    kesehatan menggunakan analisis regresi berganda. Tahapan siklus hidup rumah

    tangga, jumlah anggota rumah tangga dan daerah tempat tinggal menunjukkan

  • 11

    pengaruh yang konsisten terhadap proporsi pengeluaran makanan, total pengeluaran

    pendidikan, dan total pengeluaran kesehatan. Lebih jauh lagi, semakin banyak jumlah

    ART cenderung meningkatkan proporsi pengeluaran makanan, pengeluaran

    pendidikan dan kesehatan. Terungkap pula bahwa rumah tangga yang memiliki

    proporsi pengeluaran makanan terbesar tetapi pengeluaran pendidikan dan

    kesehatannya terkecil adalah rumah tangga dengan KRT yang bekerja sebagai pekerja

    mandiri.

    Fathia Rizky Ananda (2015) mengungkapkan bahwa terjadinya konsumsi

    dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya faktor ekonomi dan faktor

    sosial. Dari segi ekonomi, konsumsi secara langsung dapat dipengaruhi oleh

    pendapatan. Semakin tinggi pendapat kepala keluarga maka akan meningkatkan

    konsumsi keluarganya. Sedangkan dari segi sosial, konsumsi dapat dipengaruhi oleh

    jumlah anggota keluarga, pendidikan, dan jam kerja. Apabila suatu rumah tangga

    memiliki ukuran anggota tangga yang relatif besar, maka akan semakin tinggi pula

    kebutuhan yang harus terpenuhi. Selanjutnya, kepala rumah tanga dengan tingkat

    pendidikan yang tinggi memiliki kecenderungan untuk meningkatkan konsumsi

    bukan makanan dibandingkan makanan. Untuk kepala rumah tangga yang bekerja

    dengan jam kerja yang relatif tinggi maka semakin besar beban kerja yang diterima

    secara langsung yang akan mempengaruhi pengeluaran, baik untuk makanan maupun

    bukan makanan.

    Variabel pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan

    ibu rumah tangga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran

    makanan rumah tangga petani. Hal ini diutarakan oleh M. A. Rachmah, Mukson, dan

    S. Marzuki yang melakukan penelitian terhadap rumah tangga petani di Kecamatan

    Suruh Kabupaten Semarang pada tahun 2016. Sedangkan harga bahan pokok beras,

    konsumsi protein hewani serta konsumsi harian protein nabati dan hewani tidak

    berpengaruh terhadap pengeluaran makanan rumah tangga petani di Kecamatan

    Suruh Kabupaten Semarang.

  • 12

    2.3. Kerangka Pikir Penelitian

    Dari hasil kajian terhadap penelitan terkait pola konsumsi rumah tangga untuk

    makanan yang dilakukan sebelumnya, terungkap bahwa faktor sosial demografi

    rumah tangga seperti jenis kelamin kepala rumah tangga, tingkat pendidikan tertinggi

    yang ditamatkan oleh kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga serta status

    bekerja kepala rumah tangga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola

    konsumsi rumah tangga untuk makanan. Disamping itu, pendapatan rumah tangga

    yang didekati dengan indeks kekayaan rumah tangga memiliki peran yang penting

    dalam menentukan proporsi pengeluaran ruman tangga untuk makanan dalam

    sebulan.

    Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diasumsikan memiliki pengaruh

    terhadap proporsi konsumsi makanan rumah tangga, interaksi antara jenis kelamin

    Gambar 2.1. Bagan kerangka pikir penelitian

  • 13

    kepala rumah tangga dan status bekerja kepala rumah tangga akan diteliti

    kecenderungannya dalam mempengaruhi konsumsi makanan rumah tangga. Secara

    rinci hubungan antara variabel bebas dan variabel tak bebas dapat dilihat pada bagan

    yang ditampilkan pada Gambar 2.1.

    2.4. Hipotesis Penelitian

    Penelitian yang dilakukan didasarkan pada hipotesis penelitian yang dapat

    diurakan sebagai berikut:

    1. Indeks kekayaan rumah tangga secara signifikan dan positif dalam

    mempengaruhi besarnya proporsi pengeluaran makanan rumah tangga dalam

    sebulan

    2. Faktor sosial demografi yang terdiri dari tingkat pendidikan kepala rumah

    tangga, jumlah anggota rumah tangga, status bekerja kepala rumah tangga

    serta jenis kelamin kepala rumah tangga secara simultan bersama-sama indeks

    kekayaan mempengaruhi besarnya proporsi pengeluaran makanan rumah

    tangga dalam sebulan

    3. Faktor sosial demografi (tingkat pendidikan kepala rumah tangga, ukuran

    rumah tangga, status bekerja kepala rumah tangga serta jenis kelamin kepala

    rumah tangga) dan indeks kekayaan rumah tangga secara parsial (mandiri)

    mempengaruhi besarnya proporsi pengeluaran makanan rumah tangga dalam

    sebulan

  • 14

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1. Sumber Data

    Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang merupakan hasil Survei

    Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) yang diselenggarakan oleh Badan Pusat

    Statistik (BPS) pada bulan Maret 2016. Susenas merupakan survei rumah tangga

    yang diselenggarakan secara berkala yang meliputi data kor dan data konsumsi /

    pengeluaran. Data konsumsi / pengeluaran ini digunakan untuk mengevaluasi taraf

    hidup penduduk Indonesia. Sementara itu, data pengeluaran yang dibedakan menurut

    kelompok makanan dan bukan makanan, dapat digunakan untuk melihat strategi

    penduduk dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki untuk memenuhi

    kebutuhan rumah tangganya.

    Susenas Maret 2016 dilaksanakan di seluruh Indonesia. Banyaknya responden

    yang menjadi sumber informasi dalam survei tersebut adalah sebanyak 291.414. Data

    hasil survei dapat disajikan pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.

    Konsumsi rumah tangga yang dicakup dalam Susenas Maret 2016 dibedakan atas

    konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa memperhatikan asal barang baik

    berasal dari pembelian maupun pemberian. Untuk pengeluaran rumah tangga terbatas

    pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk pengeluaran

    untuk keperluan usaha atau yang diberikan kepada pihak lain.

    3.2. Metode Analisis

    Metode analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

    dan analisis inferensia dengan mengaplikasikan pengujian dan pemodelan secara

    statistik. Analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

    dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi secara lebih mendalam terhadap variabel-

  • 15

    variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebelum diterapkan dalam analisis

    inferensia. Selanjutnya, analisis inferensia dilakukan dengan menerapkan Multiple

    Classification Analysis (MCA). Jenis analisis ini dimaksudkan untuk mengevaluasi

    pola hubungan dan besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tak

    bebas. Pada pemodelan statistik yang dihasilkan akan diterapkan pengujian secara

    statistik untuk mengevaluasi tingkat keberartian model dan tingkat signifikansi dari

    pengaruh yang diberikan oleh masing-masing variabel bebas.

    3.2.1. Analisis Deskriptif

    Analisis deskriptif menguraikan secara lebih mendalam tentang karakteristik

    dari variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini dalam bentuk tabel dan

    grafik yang meliputi persentase pengeluaran makanan rumah tangga, indeks kekayaan

    (wealth index) pada tingkat rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga,

    pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh kepala rumah tangga, ukuran rumah

    tangga dan status bekerja kepala rumah tangga. Secara rinci, uraian mengenai jenis

    variabel yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 3.1. Uraian nama variabel dan pembagian kategori yang digunakan

    NO NAMA

    VARIABEL KETERANGAN VARIABEL KATEGORI

    1. prop_food Persentase pengeluaran makanan

    rumah tangga -

    2. wealth Indeks kekayaan rumah tangga 0 : 40% kuintil bawah

    1 : 60% kuintil atas

    3. sex Jenis kelamin kepala rumah

    tangga

    0 : perempuan

    1 : laki-laki

    4. pendd

    Tingkat pendidikan tertinggi yang

    ditamatkan oleh kepala rumah

    tangga

    1 : SD sederajat ke

    bawah

    2 : SD & SMP sederajat

    3 : SMA sederajat ke

    atas

    5. size Jumlah anggota rumah tangga 0 : ART ≤ 4 orang 1 : ART > 4 orang

    6. bekerja Status bekerja kepala rumah

    tangga

    0 : tidak bekerja

    1 : bekerja

  • 16

    Variabel yang tercantum dalam Tabel 1 dapat dikelompokkan menjadi 2(dua)

    jenis variabel yaitu variabel hasil penghitungan seperti persentase pengeluaran dan

    indeks kekayaan, serta variabel hasil pengukuran melalui informasi dari responden

    survei seperti jenis kelamin KRT (kepala rumah tangga), tingkat pendidikan KRT,

    jumlah ART dan status bekerja KRT.

    Peritungan persentase Pengeluaran Makanan Rumah Tangga

    Persentase pengeluaran rumah tangga merupakan variabel hasil perhitungan

    dalam persentase (%) yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah pengeluaran

    makanan rumah tangga dalam sebulan dan jumlah pengeluaran total rumah tangga

    dalam sebulan yang merupakan penjumlahan pengeluaran makanan dan bukan

    makanan. Data konsumsi/pengeluaran untuk konsumsi makanan diukur dari 126 jenis

    komoditi, masing-masing dikumpulkan data kuantitas dan nilainya. Untuk konsumsi

    bukan makanan dikumpulkan hanya data nilainya, kecuali untuk beberapa jenis

    pengeluaran tertentu, seperti penggunaan listrik, air, gas, dan bahan bakar minyak

    (BBM), yang juga dikumpulkan kuantitasnya.

    Perhitungan Indeks Kekayaan Rumah Tangga

    Informasi tentang indeks kekayaan didasarkan pada data yang dikumpulkan

    melalui kuesioner KOR untuk rumah tangga. Kuesioner ini mencakup pertanyaan

    tentang kepemilikan rumah tangga terhadap sejumlah barang konsumsi seperti

    televise, mobil, sepeda motor; karakteristik tempat tinggal seperti material lantai, atap

    dan dinding; jenis sumber air minum; fasilitas toilet; dan karakteristik lain yang

    terkait dengan status kekayaan.

    Setiap aset rumah tangga yang dikumpulkan informasinya diberikan skor

    bobot atau faktor yang dihasilkan melalui analisis komponen utama (Principle

    Component Analysis). Nilai aset yang dihasilkan distandarisasi dalam kaitannya

    dengan distribusi normal standar dengan mean nol dan standar deviasi satu. Nilai

  • 17

    standar ini kemudian digunakan untuk menciptakan titik impas yang mendefinisikan

    kuintil kekayaan sebagai: terendah, kedua, tengah, keempat, dan tertinggi. Pada setiap

    rumah tangga diberi nilai yang telah distandarisasi untuk setiap aset, dimana nilainya

    berbeda-beda tergantung pada kepemilikan aset rumah tangga tersebut (dalam kasus

    pengaturan kamar tidur digunakan jumlah orang per kamar). Nilai ini dijumlahkan

    pada setiap rumah tangga, dan untuk individu diberi peringkat sesuai dengan jumlah

    skor rumah tangga yang menjadi tempat tinggalnya. Selanjutnya seluruh sampel

    dibagi menjadi lima kelompok dengan jumlah individu yang sama pada masing-

    masing kelompok.

    Kuintil kekayaan dinyatakan dalam bentuk kuintil individu dalam populasi,

    bukan kuintil individu yang berisiko terhadap kesehatan seseorang atau indikator

    penduduk lainnya. Pendekatan untuk mendefinisikan kuintil kekayaan memiliki

    keuntungan untuk menghasilkan informasi yang secara langsung relevan dengan

    pertanyaan pokok yang diinginkan, misalnya, status kesehatan atau akses terhadap

    layanan untuk penduduk miskin pada populasi secara keseluruhan. Hal ini juga

    berkaitan dengan perbandingan antar indikator untuk kuintil yang sama, karena unsur

    penyebut dalam pembentukan kuintil tetap tidak berubah pada setiap indikator.

    Namun demikian, beberapa jenis analisis barangkali memerlukan data untuk kuintil

    individu yang berisiko seperti ini.

    Seluruh indikator kesehatan, gizi dan penduduk dihitung setelah menerapkan

    pembobot sampling sehingga jumlah yang dihasilkan dapat digeneralisasikan ke total

    populasi. Untuk setiap indikator, nilai total atau rata-rata penduduk yang disajikan

    adalah jumlah kuintil tertimbang untuk indikator tersebut, di mana bobot yang

    diberikan pada setiap nilai kuintil adalah proporsi jumlah individu yang berisiko

    dalam kuintil tersebut. Nilai total indikator yang dihasilkan oleh skema pembobotan

    ini mewakili total penduduk, karena memperhitungkan fakta bahwa jumlah individu

    yang berisiko dapat bervariasi di antara kuintil kekayaan. Demikian pula, setiap nilai

    kuintil itu sendiri dapat direproduksi sebagai rata-rata tertimbang tingkat perkotaan/

    pedesaan (berbobot dengan proporsi perkotaan/perdesaan) atau jenis kelaim laki-

    laki/perempuan (dibobot oleh proporsi laki-laki/perempuan). Sebagai hasil dari skema

  • 18

    pembobotan ini, rata-rata populasi untuk indikator tertentu yang disajikan dalam tabel

    biasanya akan berbeda dari rata-rata sederhana dari subkelompok populasi.

    3.2.2. Analisis Inferensia

    Analisis inferensia yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Multiple

    Classification Analysis (MCA). Jenis analisis ini memiliki kelebihan dapat menangani

    pemodelan statistik dimana variabel bebasnya memiliki skala interval/rasio,

    sementara semua variabel bebasnya memiliki skala nominal/ordinal. Disamping itu,

    pemenuhan asumsi untuk variabel-variabel yang digunakan dalam model tidak

    seketat penerapan asumsi dalam analisis regresi (Andrew, Morgan, Songuist, dan

    Klem, 1973). Model MCA yang akan dibetuk digunakan untuk melakukan estimasi

    persentase pengeluaran makanan rumah tangga dalam sebulan, baik untuk daerah

    perkotaan, perdesaan serta gabungan antara perkotaan dan perdesaan. Pembuatan

    model MCA pada masing-masing tipe wilayah ini dimaksudkan untuk

    mengidentifikasi perbedaan pola konsumsi makanan pada rumah tangga di wilayah-

    wilayah tersebut selama sebulan.

    Model MCA untuk pola konsumsi makanan rumah tangga

    Model MCA yang digunakan untuk memprediksi persentase konsumsi

    makanan rumah tangga dalam sebulan melibatkan beberapa variabel bebas yaitu

    indeks kekayaan pada tingkat rumah tangga (nama variabel: wealth), jenis kelamin

    kepala rumah tangga (nama variabel: sex), pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh

    kepala rumah tangga (nama variabel: pendd), jumlah anggota rumah tangga (nama

    variabel: size) dan status bekerja kepala rumah tangga (nama variabel: bekerja).

    Dengan menerapkan interaksi antara variabel jenis kelamin dan status bekerja kepala

    rumah tangga (nama variabel: sex*bekerja), maka dibentuk model MCA seperti pada

    persamaan (3.1) yang merupakan modifikasi dari persamaan (2.1).

  • 19

    𝑝𝑟𝑜𝑝_𝑓𝑜𝑜𝑑̂ 𝑖𝑗⋯𝑛 = 𝑝𝑟𝑜𝑝_𝑓𝑜𝑜𝑑̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅̂ + 𝑤𝑒𝑎𝑙𝑡ℎ𝑖 + 𝑠𝑒𝑥𝑗 + 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑑𝑘 + 𝑠𝑖𝑧𝑒𝑙

    +𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑚 + 𝑠𝑒𝑥 ∗ 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑛 (3.1)

    dimana :

    𝑝𝑟𝑜𝑝_𝑓𝑜𝑜𝑑̂ 𝑖𝑗⋯𝑛 : nilai estimasi persentase konsumsi makanan rumah tangga sebulan

    𝑝𝑟𝑜𝑝_𝑓𝑜𝑜𝑑̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅̂ : nilai rata-rata dari persentase konsumsi makanan

    Pengujian kecocokan model

    Pengujian terhadap model MCA yang dibentuk dilakukan secara simultan

    dengan melibatkan semua variabel bebas dalam model dengan menerapkan Analysis

    of Variance (ANOVA) dengan menerapkan formula (2.2) untuk penghitungan

    statistik uji F. Penerapan uji yang sama dilakukan dalam pengujian variabel bebas

    secara parsial. Semua bentuk pengujian dengan menerapkan ANOVA ini

    menggunakan tingkat signifikansi 𝛼 = 5 persen. Selanjutnya berdasarkan hasil

    pengujian yang dilakukan dapat diputuskan mengenai kecocokan model MCA yang

    telah dibentuk dalam melakukan estimasi variabel tak bebas.

    Pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas

    Penghitungan pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas dalam

    model MCA dilakukan dengan menerapkan formula (2.3) untuk penghitungan

    statistik Eta (𝜂𝑖) dan menerapkan formula (2.4) untuk penghitungan statistik Beta

    (𝛽𝑖). Nilai statistik Eta (𝜂𝑖) untuk variabel bebas tertentu menunjukkan besarnya

    pengaruh variabel bebas tersebut terhadap variasi perubahan variabel tak bebas secara

    mandiri tanpa mempertimbangkan adanya faktor atau pengaruh variabel bebas

    lainnya. Sementara statistik Beta (𝛽𝑖) diterapkan untuk menghitung besarnya

    pengaruh variabel bebas tertentu terhadap variabel tak bebas dengan

    mempertimbangkan adanya pengaruh dari variabel bebas lainnya.

  • 20

    Perhitungan besarnya kontribusi variabel bebas yang terlibat dalam model

    MCA secara simultan terhadap variasi perubahan variabel tak bebas digunakan

    ukuran koefisien determinasi (𝑅2).

  • 21

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pola Pengeluaran Rumah Tangga untuk Makanan

    Secara nasional, pola distribusi persentase pengeluaran rumah tangga untuk

    makanan memiliki kecenderungan mengelompok di sebelah kanan seperti

    ditunjukkan pada Gambar 4.1. Kondisi ini mengindikasikan bahwa lebih dari separo

    rumah tangga di Indonesia memiliki persentase pengeluaran untuk makanan di atas

    50 persen (ditunjukkan dengan nilai median sebesar 57 persen) yang menyebabkan

    pola distribusinya menceng kiri ( skewed to the left ) dengan nilai jangkauan yang

    lebar. Artinya, terdapat beberapa rumah tangga (sekitar 10 persen) yang memiliki

    persentase pengeluaran untuk makanan di bawah sepertiga pengeluaran totalnya

    selama sebulan dan sekitar 10 persen rumah tangga dengan 75 persen pengeluaran

    sebulannya untuk makanan (lihat Lampiran 1)

    Gambar 4.1. Pola distribusi persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan

  • 22

    Bila ditinjau lebih dalam lagi mengenai pola komsumsi rumah tangga untuk

    makanan pada masing-masing provinsi di Indonesia, maka terlihat pada Gambar 4.2

    bahwa sebagian besar provinsi memiliki nilai median persentase pengeluaran rumah

    tangga di atas nilai median nasional (ditunjukkan oleh garis warna merah sebesar 57

    persen), diantaranya Provinsi Aceh (11), Sumatera Utara (12), Sumatera Barat (13),

    NTT (53) dan Papua (94). Sementara provinsi dengan nilai median persentase

    pengeluaran rumah tangga untuk makanan di bawah 50 persen adalah Provinsi DKI

    Jakarta (31) dan Provinsi Bali (51). Gambar 2 secara lebih jelas memperlihatkan

    keragaman nilai median persentase pengeluaran rumah tangga sebulan untuk

    makanan pada masing-masing provinsi di Indonesia.

    Gambar 4.2. Distribusi persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan

    menurut provinsi di Indonesia

  • 23

    Konsumsi rumah tangga sebulan untuk makanan di daerah perkotaan

    menunjukkan pola yang kurang lebih sama, dimana nilai mediannya sebesar 54

    persen (lihat Lampiran 2). Daerah perkotaan di masing-masing provinsi di Indonesia

    memperlihatkan pola persentase konsumsi makanan yang beragam seperti terlihat

    pada Gambar 4.3. Sebagian besar (lebih dari 50 persen) provinsi menunjukkan nilai

    median persentase konsumsi makanan di bawah median nasional, termasuk di

    dalamnya Provinsi Papua (94).

    Provinsi DKI Jakarta (31), D.I. Yogyakarta (34) dan Provinsi Bali (51)

    menunjukkan nilai median di bawah 50 persen yang berarti bahwa rumah tangga

    Gambar 4.3. Distribusi persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan di

    daerah perkotaan menurut provinsi di Indonesia

  • 24

    perkotaan di provinsi tersebut mengalami pergeseran pola konsumsi dari makanan ke

    bukan makanan yang ditunjukkan oleh lebih besarnya persentase konsumsi bukan

    makanan dibandingkan untuk makanan. Sementara Provinsi Sumatera Utara (12),

    Sumatera Barat (13) dan Sulawesi Barat (76) memperlihatkan proporsi konsumsi

    makanan dibandingkan bukan makanan lebih tinggi dibandingkan rumah tangga

    perkotaan di provinsi lainnya di Indonesia.

    Di daerah perdesaan terjadi fenomena yang cukup menarik dimana persentase

    konsumsi makanan rumah tangga sebulan cukup homogen bila dibandingkan antar

    provinsi di Indonesia yaitu berkisar 60 persen (lihat Lampiran 3). Provinsi Aceh (11),

    Sumatera Utara (12), Sumatera Barat (13) dan Papua (94) memperlihatkan bahwa

    proporsi konsumsi makanan oleh rumah tangga perdesaan di wilayah tersebut secara

    konsisten di atas nilai median nasional. Pola konsumsi makanan di provinsi lainnya

    disajikan pada Gambar 4.4.

    Gambar 4.4. Distribusi persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan di

    daerah perdesaan menurut provinsi di Indonesia

  • 25

    4.2. Model MCA untuk daerah perkotaan dan perdesaan

    Hasil pengujian terhadap model MCA yang dibentuk untuk melakukan

    estimasi terhadap persentase konsumsi makanan rumah tangga di wilayah perkotaan

    dan perdesaan di Indonesia (lihat Tabel 4.1) menunjukkan bahwa model MCA yang

    melibatkan semua variabel bebas yang telah dipilih secara simultan dapat digunakan

    untuk melakukan estimasi dengan tingkat signifikansi 𝛼 = 5 persen.

    Tabel 4.1. Hasil ANOVA terhadap model MCA

    Uraian Jumlah

    Kuadrat

    Derajat

    Bebas

    Rata-rata

    Kuadrat

    Statistik

    Uji F p-value

    Model 24035837.558 7 3433691.080 34479.681 .000

    Residual 29019937.285 291406 99.586

    Total 53055774.843 291413 182.064

    Tabel 4.2. Hasil estimasi rata-rata dengan model MCA

    Uraian Variabel

    Estimasi Rata-rata

    Tidak

    Disesuaikan

    Disesuaikan

    dengan Faktor

    lain

    prop_food wealth 0 58.3405 56.2522

    1 47.6722 53.3710

    sex 0 74.9120 71.9219

    1 52.5513 53.0018

    size 0 57.1581 56.0721

    1 54.1400 55.0066

    pendd 1 57.2961 56.5421

    2 46.1911 51.5406

    3 34.6640 40.8750

    bekerja 0 58.9921 54.4979

    1 50.6790 56.8210

    sex*bekerja 0 59.9503 57.4858

    1 48.3591 52.2842

  • 26

    Hasil pengujian secara parsial untuk setiap variabel bebas dalam model secara rinci

    dapat dilihat pada Lampiran 5. Seluruh variabel bebas yang terdiri dari indeks

    kekayaan, jenis kelamin KRT, pendidikan tertitnggi yang ditamatkan KRT, jumlah

    anggota rumah tangga, status bekerja KRT, termasuk variabel interaksi antara jenis

    kelamin dan status bekerja KRT secara parsial signifikan untuk digunakan dalam

    model.

    Nilai estimasi terhadap rata-rata persentase pengeluaran rumah tangga sebulan

    untuk makanan dengan menerapkan model MCA dapat dilihat pada Tabel 4.2. Untuk

    indeks kekayaan, terlihat adanya perbedaan persentase konsumsi makanan antara

    kelompok rumah tangga yang termasuk dalam 40 persen kuintil bawah (kategori 0)

    dan kelompok rumah tangga dalam 60 persen kuintil atas (kategori 1) yaitu sebesar

    10,6 persen. Artinya, terjadi peningkatan persentase konsumsi makanan sebesar 10,6

    persen untuk kelompok 40 persen kuintil bawah (58,3 persen) dibandingkan

    kelompok 60 persen kuintil atas (47,7 persen). Untuk variabel jenis kelamin KRT,

    0.0

    10.0

    20.0

    30.0

    40.0

    50.0

    60.0

    70.0

    80.0

    IndeksKekayaan

    Jeniskelamin KRT

    Jumlah ART PendidikanKRT

    Statusbekerja KRT

    Jeniskelamin KRT

    & statusbekerja

    58.3

    74.9

    57.2 57.359.0 60.0

    47.7

    52.6 54.1

    46.2

    50.748.4

    34.7

    Per

    sen

    tase

    ko

    nsu

    m m

    akan

    an s

    ebu

    lan

    Gambar 4.5. Nilai estimasi persentase konsumsi makanan untuk setiap variabel

    bebas yang terlibat dalam model MCA

  • 27

    terlihat bahwa perbedaan persentase konsumsi makanan yang cukup besar antara

    KRT perempuan dan KRT laki-laki yaitu sebesar 22,3 persen. Sementara pada tingkat

    pendidikan KRT, terjadi perbedaan persentase konsumsi makanan yang signifikan

    antara KRT dengan pendidikan SD ke bawah dengan KRT dengan pendidikan SMA

    ke atas yaitu sebesar 22,6 persen. Pada variabel interaksi antara jenis kelamin KRT

    dan status bekerja KRT terjadi perbedaan sekitar 11,6 persen untuk persentase

    konsumsi makanan rumah tangga pada KRT perempuan dengan status tidak bekerja

    dan KRT laki-laki dengan status bekerja. Jumlah anggota rumah tangga sebagai

    indikator untuk ukuran rumah tangga menunjukkan dampak perubahan yang relatif

    kecil. Dengan kata lain, perubahan ukuran rumah tangga tidak berdampak secara

    signifikan terhadap perubahan persentase konsumsi makanan rumah tangga sebulan.

    Besarnya perbedaan persentase konsumsi makanan untuk setiap variabel bebas secara

    rinci dapat dilihat pada Gambar 4.5.

    Tabel 4.3. Pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap perubahan

    persentase konsumsi makanan rumah tangga

    Uraian Variabel Statistik Eta Statistika Beta

    prop_food wealth 0,350 0,095

    sex 0,559 0,473

    size 0,111 0,039

    pendd 0,396 0,253

    bekerja 0,304 0,085

    sex*bekerja 0,418 0,188

    Besarnya pengaruh setiap variabel bebas terhadap perubahan persentase

    pengeluaran rumah tangga untuk makanan disajikan pada Tabel 4.3. Variabel bebas

    dengan pengaruh secara mandiri (tanpa mempertimbangkan pegaruh variabel lainnya)

    ditunjukkan oleh statistik Eta dengan nilai terbesar pada variabel jenis kelamin KRT

    yaitu sebesar 55,9 persen, diikuti oleh variabel interaksi jenis kelamin dan status

    bekerja KRT sebesar 41,8 persen dan variabel pendidikan tertinggi KRT sebesar 39,6

  • 28

    persen. Sementara indeks kekayaan rumah tangga memiliki pengaruh secara mandiri

    sebesar 35 persen. Sementara pengaruh variabel bebas dengan mempertimbangkan

    pengaruh variabel lainnya dalam model diperlihatkan oleh nilai statistik Beta, dengan

    nilai terbesar pada variabel jenis kelamin KRT sebesar 47,3 persen dan pendidikan

    yang ditamatkan oleh KRT sebesar 25,3 persen.

    4.3. Model MCA untuk daerah perkotaan

    Pada wilayah perkotaan, hasil pengujian terhadap model MCA yang dibentuk

    untuk melakukan estimasi terhadap persentase konsumsi makanan rumah tangga di

    Indonesia (lihat Tabel 4.4) menunjukkan bahwa model MCA yang melibatkan semua

    variabel bebas yang telah ditentukan sebelumnya secara simultan dikatakan layak

    digunakan untuk melakukan estimasi melalui model MCA dengan tingkat

    signifikansi 𝛼 = 5 persen.

    Tabel 4.4. Hasil ANOVA terhadap model MCA di wilayah perkotaan

    Uraian Jumlah

    Kuadrat

    Derajat

    Bebas

    Rata-rata

    Kuadrat

    Statistik

    Uji F p-value

    Model 10296694.960 7 1470956.423 13142.868 .000

    Residual 13934662.810 124505 111.921

    Total 24231357.770 124512 194.611

    Hasil pengujian secara parsial untuk setiap variabel bebas dalam model MCA

    pada wilayah perkotaan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 6. Seluruh variabel

    bebas yang terdiri dari indeks kekayaan, jenis kelamin KRT, pendidikan tertitnggi

    yang ditamatkan KRT, jumlah anggota rumah tangga, status bekerja KRT, termasuk

    variabel interaksi antara jenis kelamin dan status bekerja KRT secara parsial

    berkontribusi secara signifikan terhadap estimasi dalam model.

  • 29

    Tabel 4.5. Hasil estimasi rata-rata dengan model MCA di wilayah perkotaan

    Uraian Variabel

    Estimasi Rata-rata

    Tidak

    Disesuaikan

    Disesuaikan

    dengan Faktor

    lain

    prop_food wealth 0 56.2477 53.4826

    1 45.2980 50.6024

    sex 0 74.6703 70.8814

    1 50.2098 50.6003

    size 0 54.1600 52.9854

    1 51.8807 52.3147

    pendd 1 54.9877 54.0185

    2 44.4762 49.1460

    3 33.6669 38.8050

    bekerja 0 57.0134 51.4034

    1 47.9872 53.5856

    sex*bekerja 0 57.9899 54.8675

    1 46.3261 49.8323

    Hasil perhitungan nilai estimasi rata-rata persentase pengeluaran rumah

    tangga sebulan untuk makanan dengan menerapkan model MCA disajikan pada Tabel

    4.5. Untuk variabel indeks kekayaan menunjukkan adanya perbedaan persentase

    konsumsi makanan antara kelompok rumah tangga yang termasuk dalam 40 persen

    kuintil bawah (kategori 0) dan kelompok rumah tangga dalam 60 persen kuintil atas

    (kategori 1) yaitu sebesar 10,9 persen. Artinya, terjadi peningkatan persentase

    konsumsi makanan sebesar 10,9 persen untuk kelompok 40 persen kuintil bawah

    (56,2 persen) dibandingkan kelompok 60 persen kuintil atas (45,3 persen). Untuk

    variabel jenis kelamin KRT, terlihat bahwa perbedaan persentase konsumsi makanan

    yang cukup besar antara KRT perempuan dan KRT laki-laki yaitu sebesar 24,5

    persen. Sementara pada tingkat pendidikan KRT, terjadi perbedaan persentase

  • 30

    konsumsi makanan yang signifikan antara KRT dengan pendidikan SD ke bawah

    dengan KRT dengan pendidikan SMA ke atas yaitu sebesar 21,3 persen. Pada

    variabel interaksi antara jenis kelamin KRT dan status bekerja KRT terjadi perbedaan

    sekitar 11,7 persen untuk persentase konsumsi makanan rumah tangga pada KRT

    perempuan dengan status tidak bekerja dan KRT laki-laki dengan status bekerja.

    Jumlah anggota rumah tangga sebagai indikator untuk ukuran rumah tangga

    menunjukkan dampak perubahan yang sangat kecil. Dengan kata lain, perubahan

    ukuran rumah tangga relatif tidak berdampak secara signifikan terhadap perubahan

    persentase konsumsi makanan rumah tangga sebulan. Besarnya perbedaan persentase

    konsumsi makanan untuk setiap variabel bebas secara rinci dapat dilihat pada Gambar

    4.6.

    0.0

    10.0

    20.0

    30.0

    40.0

    50.0

    60.0

    70.0

    80.0

    IndeksKekayaan

    Jeniskelamin KRT

    Jumlah ART PendidikanKRT

    Statusbekerja KRT

    Jeniskelamin KRT

    & statusbekerja

    56.2

    74.7

    54.2 55.057.0 58.0

    45.3

    50.2 51.9

    44.548.0 46.3

    33.7

    Per

    sen

    tase

    ko

    nsu

    m m

    akan

    an s

    ebu

    lan

    Gambar 4.6. Nilai estimasi persentase konsumsi makanan untuk setiap variabel bebas

    yang terlibat dalam model MCA di wilayah perkotaan

  • 31

    Tabel 4.6. Pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap perubahan

    persentase konsumsi makanan rumah tangga

    Uraian Variabel Statistik Eta Statistika Beta

    prop_food wealth 0,373 0,098

    sex 0,510 0,423

    size 0,073 0,021

    pendd 0,429 0,286

    bekerja 0,324 0,078

    sex*bekerja 0,417 0,180

    Besarnya pengaruh setiap variabel bebas terhadap perubahan persentase

    pengeluaran rumah tangga untuk makanan disajikan pada Tabel 4.6. Variabel bebas

    dengan pengaruh secara mandiri (tanpa mempertimbangkan pegaruh variabel lainnya)

    ditunjukkan oleh statistik Eta dengan nilai terbesar pada variabel jenis kelamin KRT

    yaitu sebesar 51,0 persen, diikuti oleh variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan

    KRT sebesar 42,9 persen dan variabel interaksi jenis kelamin dan status bekerja KRT

    sebesar 41,7 persen. Sementara indeks kekayaan rumah tangga memiliki pengaruh

    secara mandiri sebesar 37,3 persen. Untuk pengaruh variabel bebas yang

    mempertimbangkan pengaruh variabel lainnya dalam model diperlihatkan oleh nilai

    statistik Beta, dengan nilai terbesar pada variabel jenis kelamin KRT sebesar 42,3

    persen dan pendidikan yang ditamatkan oleh KRT sebesar 28,6 persen.

    4.4. Model MCA untuk daerah perdesaan

    Untuk wilayah perdesaan, hasil pengujian terhadap model MCA yang

    dibentuk untuk melakukan estimasi terhadap persentase konsumsi makanan rumah

    tangga di Indonesia (lihat Tabel 4.7) menunjukkan bahwa model MCA yang

    melibatkan semua variabel bebas yang telah ditentukan sebelumnya secara simultan

    dikatakan layak digunakan untuk melakukan estimasi melalui model MCA dengan

    tingkat signifikansi 5 persen.

  • 32

    Tabel 4.7. Hasil ANOVA terhadap model MCA di wilayah perdesaan

    Uraian Jumlah

    Kuadrat

    Derajat

    Bebas

    Rata-rata

    Kuadrat

    Statistik

    Uji F p-value

    Model 12145963.649 7 1735137.664 19642.267 .000

    Residual 14742816.220 166893 88.337

    Total 26888779.869 166900 161.107

    Tabel 4.8. Hasil estimasi rata-rata dengan model MCA di wilayah perdesaan

    Uraian Variabel

    Estimasi Rata-rata

    Tidak

    Disesuaikan

    Disesuaikan

    dengan Faktor

    lain

    prop_food wealth 0 59.6439 58.2677

    1 50.5269 55.6238

    sex 0 75.0180 72.9434

    1 54.4341 54.8261

    size 0 58.2101 57.8364

    1 57.0268 57.5296

    pendd 1 58.8582 58.3745

    2 48.4838 53.5983

    3 36.5997 42.9099

    bekerja 0 60.1521 56.9009

    1 53.4376 59.1094

    sex*bekerja 0 61.0913 59.2760

    1 50.5776 54.3993

    Hasil pengujian secara parsial untuk setiap variabel bebas dalam model MCA pada

    wilayah perdesaann secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 7. Seluruh variabel

    bebas yang terdiri dari indeks kekayaan, jenis kelamin KRT, pendidikan tertitnggi

    yang ditamatkan KRT, jumlah anggota rumah tangga, status bekerja KRT, termasuk

  • 33

    variabel interaksi antara jenis kelamin dan status bekerja KRT secara parsial

    berkontribusi secara signifikan terhadap estimasi dalam model.

    Estimasi rata-rata persentase pengeluaran rumah tangga dalam sebulan untuk

    makanan dengan menerapkan model MCA disajikan pada Tabel 4.8. Untuk variabel

    indeks kekayaan menunjukkan adanya perbedaan persentase konsumsi makanan

    antara kelompok rumah tangga yang termasuk dalam 40 persen kuintil bawah

    (kategori 0) dan kelompok rumah tangga dalam 60 persen kuintil atas (kategori 1)

    yaitu sebesar 9,1 persen. Artinya, terjadi peningkatan persentase konsumsi makanan

    sebesar 9,1 persen untuk kelompok 40 persen kuintil bawah (59,6 persen)

    dibandingkan kelompok 60 persen kuintil atas (50,5 persen). Untuk variabel jenis

    kelamin KRT, terlihat bahwa perbedaan persentase konsumsi makanan yang cukup

    besar antara KRT perempuan dan KRT laki-laki yaitu sebesar 20,6 persen. Sementara

    pada tingkat pendidikan KRT, terjadi perbedaan persentase konsumsi makanan yang

    signifikan antara KRT dengan pendidikan SD ke bawah dengan KRT dengan

    0.0

    10.0

    20.0

    30.0

    40.0

    50.0

    60.0

    70.0

    80.0

    IndeksKekayaan

    Jeniskelamin KRT

    Jumlah ART PendidikanKRT

    Statusbekerja KRT

    Jeniskelamin KRT

    & statusbekerja

    59.6

    75.0

    58.2 58.960.2 61.1

    50.554.4

    57.0

    48.5

    53.450.6

    36.6

    Per

    sen

    tase

    ko

    nsu

    m m

    akan

    an s

    ebu

    lan

    Gambar 4.7. Nilai estimasi persentase konsumsi makanan untuk setiap variabel bebas

    yang terlibat dalam model MCA di wilayah perdesaan

  • 34

    pendidikan SMA ke atas yaitu sebesar 22,3 persen. Pada variabel interaksi antara

    jenis kelamin KRT dan status bekerja KRT terjadi perbedaan sekitar 10,5 persen

    untuk persentase konsumsi makanan rumah tangga pada KRT perempuan dengan

    status tidak bekerja dan KRT laki-laki dengan status bekerja. Jumlah anggota rumah

    tangga sebagai indikator untuk ukuran rumah tangga menunjukkan dampak

    perubahan yang sangat kecil sekitar 1,2 persen. Dengan kata lain, perubahan ukuran

    rumah tangga relatif tidak berdampak secara signifikan terhadap perubahan

    persentase konsumsi makanan rumah tangga sebulan. Besarnya perbedaan persentase

    konsumsi makanan untuk setiap variabel bebas secara rinci dapat dilihat pada Gambar

    4.7.

    Tabel 4.9. Pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap perubahan persentase

    konsumsi makanan rumah tangga di wilayah perdesaan

    Uraian Variabel Statistik Eta Statistika Beta

    prop_food wealth 0,294 0,085

    sex 0,593 0,522

    size 0,046 0,012

    pendd 0,331 0,210

    bekerja 0,255 0,084

    sex*bekerja 0,387 0,180

    Besarnya pengaruh setiap variabel bebas terhadap perubahan persentase

    pengeluaran rumah tangga untuk makanan disajikan pada Tabel 4.9. Variabel bebas

    dengan pengaruh secara mandiri (tanpa mempertimbangkan pegaruh variabel lainnya)

    ditunjukkan oleh statistik Eta dengan nilai terbesar pada variabel jenis kelamin KRT

    yaitu sebesar 59,3 persen, diikuti oleh variabel interaksi jenis kelamin dan status

    bekerja KRT sebesar 38,7 persen dan variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan

    KRT sebesar 33,1 persen. Sementara indeks kekayaan rumah tangga memiliki

    pengaruh secara mandiri sebesar 29,4 persen. Bila mempertimbangkan pengaruh

    variabel lainnya dalam model, maka pengaruh variabel bebas diperlihatkan oleh nilai

  • 35

    statistik Beta, dengan nilai terbesar pada variabel jenis kelamin KRT sebesar 52,2

    persen dan pendidikan yang ditamatkan oleh KRT sebesar 21,0 persen.

  • 36

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengolahan terhadap data Susenas 2016 dalam

    menganalisis persentase pengeluaran rumah tangga sebulan untuk makanan dan

    hubungannya dengan variabel sosial rumah tangga menggunakan model Multiple

    Classification Analysis diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

    1. Persentase pengeluaran rumah tangga sebulan untuk makanan pada setiap

    provinsi di Indonesia sangat bervariasi dengan pola distribusi yang

    menceng kiri (skewed to the left). Nilai median untuk wilayah perkotaan

    sebesar 53,7 persen, relatif lebih rendah dibandingkan nilai median untuk

    wilayah perdesaan sebesar 60,0 persen. Kondisi ini memperlihatkan bahwa

    separo rumah tangga di wilayah perdesaan mengalokasi 60 persen

    pengeluaran rumah tangganya untuk makanan.

    2. Indeks kekayaan memiliki pengaruh yang positif terhadap persentase

    konsumsi makanan pada rumah tangga, baik di wilayah perkotaan maupun

    perdesaan. Di wilayah perkotaan, indeks kekayaan rumah tangga

    berkontribusi sebesar 37,3 persen terhadap proporsi konsumsi makanan

    rumah tangga dalam sebulan. Angka ini lebih tinggi dibanding rumah

    tangga di wilayah perdesaan yang memiliki pengaruh sebesar 29,4 persen.

    3. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi besarnya proporsi konsumsi

    makanan sebulan rumah tangga adalah jenis kelamin KRT, pendidikan

    KRT, status bekerja KRT, jumlah anggota rumah tangga dan variabel

    interaksi jenis kelamin KRT dengan status bekerja KRT. Pengaruh terbesar

    diberikan oleh jenis kelamin KRT yaitu sebesar 59,3 persen di wilayah

    perdesaan, lebih tinggi dibandingkan rumah tangga di wilayah perkotaan

    yang sebesar 51,0 persen. Kontribusi terkecil diberikan oleh variabel

  • 37

    jumlah anggota rumah tangga, baik di wilayah perkotaan (7,3 persen)

    maupun wilayah perdesaan (4,6 persen).

    5.2. Saran

    Dengan mempertimbangkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini,

    maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

    1. Metode penghitungan indeks kekayaan dengan memanfaatkan data Susenas

    perlu dikembangkan lagi agar dapat digunakan sebagai salah satu proxy untuk

    mengukur tingkat pendapatan rumah tangga dan memprediksi proporsi

    konsumsi rumah tangga untuk makanan.

    2. Rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan, terutama di wilayah

    perdesaan, menunjukkan kecenderungan memiliki proporsi pengeluaran untuk

    makanan lebih dari 60 persen, sehingga perlu perhatian dari pemerintah

    daerah setempat untuk diberi pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan

    peningkatan kemampuan kerja agar dapat dipergunakan untuk menambah

    pendapatan rumah tangganya sehingga pada gilirannya dapat keluar dari

    lingkaran kemiskinan.

  • 38

    DAFTAR PUSTAKA

    Andrew, F., Morgan J. N., Sonquist J. A., Klem L. (1973), Multiple Classification

    Analysis. A report on a computer program for multiple regession using

    categorical predictors, Second Edition, The Univerity of Michigan.

    Ananda Fathia Rizky (2015). Analisis Ppengaruh Sosial Ekonomi Terhadap

    Pengeluaran Konsumsi Keluarga Miskin (studi pada masyarakat pesisir di

    desa Gisikcemandi dan desa Tambakcemandi kecamatan Sedate kabupaten

    Sidoarjo). Jurnal Ilmiah Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

    Bambang Suwarno (1995), Multiple Classification Analysis,. Fakultas Pasca Sarjana

    UPI, Bandung

    BPS (2016). Indikator Kesejahteraan Rakyat 2015. BPS, Jakarta

    BPS (2016). Statistik Kesejahteraan Rakyat 2015. BPS, Jakarta

    Rachmah, Mukson, dan S. Marzuki (2016). Analisis Faktor-faktor yang

    Mempengaruhi Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani di

    Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, Program Studi Agribisnis Fakultas

    Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang

    Retherford R.D., Choe M.J. (1993), Statistical models for causal analysis, Wiley and

    Sons, New York

    Rutstein, S. O. (2008). The DHS Wealth Index: Approaches for Rural and Urban

    Areas. ORC Macro. Calverton, Maryland USA

    Rutstein, S. O. & K. Johnson (2004). DHS Comparative Reports No. 6: The DHS

    Wealth Index. ORC Macro. Calverton, Maryland USA

    Wuryandari Ratna Dewi (2015), Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran

    Makanan, Pendidikan, dan Kesehatan Rumah Tangga Indonesia. Jurnal

    Kependudukan Indonesia Vol. 10 No. 1 Juni 2015, 27-42.

  • 39

    Ringkasan statistik untuk persentase pengeluaran makanan rumah tangga (Perkotaan

    + Perdesaan)

    N Valid 291414

    Mean 55.4795

    Median 56.8714

    Mode 56.18

    Std. Deviation 13.4931

    Minimum 1.06

    Maximum 97.31

    Percentiles 10 37.2004

    20 44.5142

    30 49.4553

    40 53.4079

    50 56.8714

    60 60.1454

    70 63.4161

    80 67.0016

    90 71.6547

    LAMPIRAN 1. Output statistik deskriptif wilayah perkotaan & perdesaan)

  • 40

    Ringkasan statistik untuk persentase pengeluaran makanan rumah tangga (Perkotaan)

    N Valid 124513

    Mean 52.4957

    Median 53.6836

    Mode 44.88

    Std. Deviation 13.95029

    Minimum 1.85

    Maximum 97.31

    Percentiles 10 33.4652

    20 40.7590

    30 45.8903

    40 50.0022

    50 53.6836

    60 57.2011

    70 60.7573

    80 64.5843

    90 69.5791

    LAMPIRAN 2. Output statistik deskriptif wilayah perkotaan

  • 41

    Ringkasan statistik untuk persentase pengeluaran makanan rumah tangga (perdesaan)

    N Valid 166901

    Mean 57.7056

    Median 58.9993

    Mode 56.18

    Std. Deviation 12.69280

    Minimum 1.06

    Maximum 95.20

    Percentiles 10 40.8294

    20 47.6519

    30 52.2112

    40 55.7977

    50 58.9993

    60 62.0015

    70 65.0339

    80 68.3966

    90 72.8199

    LAMPIRAN 3. Output statistik deskriptif wilayah perdesaan

  • 42

    ANOVAa,b

    Hierarchical Method

    Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Main

    Effects

    (Combined) 23852085.166 6 3975347.528 39667.731 .000

    wealth 655221.406 1 655221.406 6538.082 .000

    sex 16217192.559 1 16217192.559 161822.136 .000

    size 4235369.474 1 4235369.474 42262.342 .000

    pendd 2576452.063 2 1288226.032 12854.474 .000

    bekerja 167849.664 1 167849.664 1674.876 .000

    Model 23852085.166 6 3975347.528 39667.731 .000

    Residual 29203689.677 291407 100.216

    Total 53055774.843 291413 182.064

    a. prop_food by wealth, sex, size, pendd, bekerja

    b. Due to empty cells or a singular matrix, higher order interactions have been suppressed.

    Predicted Mean Deviation

    Unadjusted

    Adjusted for

    Factors Unadjusted

    Adjusted for

    Factors

    prop_food wealth 0 58.3405 56.2828 1.67858 .60205

    1 47.6722 53.2874 -1.33948 -.48042

    sex 0 74.9120 73.2582 19.43247 17.77867

    1 52.5513 52.8005 -2.92824 -2.67903

    size 0 57.1581 56.0816 2.86097 .80331

    1 54.1400 54.9991 -7.80730 -2.19216

    pendd 1 57.2961 56.5654 1.81655 1.08587

    2 46.1911 51.4119 -9.28838 -4.06757

    3 34.6640 40.6234 -20.81552 -14.85616

    bekerja 0 58.9921 56.4002 3.51261 .92071

    1 50.6790 54.2212 -4.80048 -1.25828

    LAMPIRAN 4. Output MCA tanpa variabel interaksi untuk wilayah perkotaan

    dan perdesaan

  • 43

    Factor Summarya

    Eta

    Beta

    Adjusted for

    Factors

    prop_food wealth .350 .098

    sex .559 .511

    size .111 .040

    pendd .396 .258

    bekerja .304 .080

    a. prop_food by wealth, sex, size, pendd, bekerja

    Model Goodness of Fit

    R R Squared

    prop_food by wealth, sex,

    size, pendd, bekerja .670 .450

  • 44

    Perkotaan + Perdesaan

    Predicted Mean Deviation

    Unadjusted

    Adjusted for

    Factors Unadjusted

    Adjusted for

    Factors

    prop_food wealth 0 58.3405 56.2522 1.67858 .59257

    1 47.6722 53.3710 -1.33948 -.47286

    sex 0 74.9120 71.9219 19.43247 16.44240

    1 52.5513 53.0018 -2.92824 -2.47767

    size 0 57.1581 56.0721 2.86097 .77264

    1 54.1400 55.0066 -7.80730 -2.10847

    pendd 1 57.2961 56.5421 1.81655 1.06257

    2 46.1911 51.5406 -9.28838 -3.93892

    3 34.6640 40.8750 -20.81552 -14.60453

    bekerja 0 58.9921 54.4979 3.51261 -.98161

    1 50.6790 56.8210 -4.80048 1.34150

    sex*bekerja 0 59.9503 57.4858 4.47074 2.00628

    1 48.3591 52.2842 -7.12043 -3.19536

    ANOVAa,b

    Hierarchical Method

    Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Main

    Effects

    (Combined) 24035837.558 7 3433691.080 34479.681 .000

    wealth 655221.406 1 655221.406 6579.458 .000

    sex 16217192.559 1 16217192.559 162846.224 .000

    size 4235369.474 1 4235369.474 42529.798 .000

    pendd 2576452.063 2 1288226.032 12935.824 .000

    bekerja 167849.664 1 167849.664 1685.476 .000

    sex *bekerja 183752.393 1 183752.393 1845.164 .000

    Model 24035837.558 7 3433691.080 34479.681 .000

    Residual 29019937.285 291406 99.586

    Total 53055774.843 291413 182.064

    a. prop_food by Wealth, sex, size, pendd, bekerja, sex_bekerja

    b. Due to empty cells or a singular matrix, higher order interactions have been suppressed.

    LAMPIRAN 5. Output MCA dengan variabel interaksi untuk wilayah perkotaan

    dan perdesaan

  • 45

    Factor Summarya

    Eta

    Beta

    Adjusted for

    Factors

    prop_food wealth .350 .095

    sex .559 .473

    size .111 .039

    pendd .396 .253

    bekerja .304 .085

    sex*bekerja .418 .188

    a. prop_food by Wealth, sex, size, pendd, bekerja,

    sex*bekerja

    Model Goodness of Fit

    R R Squared

    prop_food by Wealth, sex,

    size, pendd, bekerja,

    sex*bekerja

    .673 .453

  • 46

    ANOVAa,b

    Hierarchical Method

    Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Main

    Effects

    (Combined) 10296694.960 7 1470956.423 13142.868 .000

    wealth 127437.338 1 127437.338 1138.642 .000

    sex 6242913.296 1 6242913.296 55779.887 .000

    size 2323827.367 1 2323827.367 20763.195 .000

    pendd 1463575.526 2 731787.763 6538.460 .000

    bekerja 81059.004 1 81059.004 724.255 .000

    sex*bekerja 57882.428 1 57882.428 517.174 .000

    Model 10296694.960 7 1470956.423 13142.868 .000

    Residual 13934662.810 124505 111.921

    Total 24231357.770 124512 194.611

    a. prop_food by wealth, sex, size, pendd, bekerja, sex*bekerja

    b. Due to empty cells or a singular matrix, higher order interactions have been suppressed.

    Predicted Mean Deviation

    Unadjusted

    Adjusted for

    Factors Unadjusted

    Adjusted for

    Factors

    prop_food wealth 0 56.2477 53.4826 1.66432 .48980

    1 45.2980 50.6024 -.61496 -.18098

    sex 0 74.6703 70.8814 22.17461 18.38574

    1 50.2098 50.6003 -2.28588 -1.89531

    size 0 54.1600 52.9854 3.75204 .98693

    1 51.8807 52.3147 -7.19760 -1.89325

    pendd 1 54.9877 54.0185 2.49205 1.52281

    2 44.4762 49.1460 -8.01946 -3.34963

    3 33.6669 38.8050 -18.82880 -13.69068

    bekerja 0 57.0134 51.4034 4.51778 -1.09225

    1 47.9872 53.5856 -4.50843 1.08999

    sex*bekerja 0 57.9899 54.8675 5.49424 2.37183

    1 46.3261 49.8323 -6.16954 -2.66336

    LAMPIRAN 6. Output MCA dengan variabel interaksi untuk wilayah perkotaan

  • 47

    Factor Summarya

    Eta

    Beta

    Adjusted for

    Factors

    prop_food wealth .373 .098

    sex .510 .423

    size .073 .021

    pendd .429 .286

    bekerja .324 .078

    sex*bekerja .417 .180

    a. prop_food by wealth, sex, size, pendd, bekerja,

    sex*bekerja

    Model Goodness of Fit

    R R Squared

    prop_food by wealth, sex,

    size, pendd, bekerja,

    sex*bekerja

    .652 .425

  • 48

    ANOVAa,b

    Hierarchical Method

    Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Main

    Effects

    (Combined) 12145963.649 7 1735137.664 19642.267 .000

    wealth 57156.945 1 57156.945 647.033 .000

    sex 9411450.308 1 9411450.308 106540.376 .000

    size 1547592.774 1 1547592.774 17519.204 .000

    pendd 950227.999 2 475114.000 5378.430 .000

    bekerja 73845.430 1 73845.430 835.952 .000

    sex*bekerja 105690.192 1 105690.192 1196.444 .000

    Model 12145963.649 7 1735137.664 19642.267 .000

    Residual 14742816.220 166893 88.337

    Total 26888779.869 166900 161.107

    a. prop_food by wealth, sex, size, pendd, bekerja, sex*bekerja

    b. Due to empty cells or a singular matrix, higher order interactions have been suppressed.

    Predicted Mean Deviation

    Unadjusted

    Adjusted for

    Factors Unadjusted

    Adjusted for

    Factors

    prop_food wealth 0 59.6439 58.2677 .50451 .13080

    1 50.5269 55.6238 -.67880 -.17598

    sex 0 75.0180 72.9434 17.31245 15.23786

    1 54.4341 54.8261 -3.27145 -2.87943

    size 0 58.2101 57.8364 1.93832 .56209

    1 57.0268 57.5296 -7.17866 -2.08175

    pendd 1 58.8582 58.3745 1.15260 .66893

    2 48.4838 53.5983 -9.22178 -4.10725

    3 36.5997 42.9099 -21.10590 -14.79567

    bekerja 0 60.1521 56.9009 2.44653 -.80470

    1 53.4376 59.1094 -4.26797 1.40380

    sex*bekerja 0 61.0913 59.2760 3.38571 1.57042

    1 50.5776 54.3993 -7.12797 -3.30622

    LAMPIRAN 7. Output MCA dengan variabel interaksi untuk wilayah perdesaan

  • 49

    Factor Summarya

    Eta

    Beta

    Adjusted for

    Factors

    prop_food wealth .294 .085

    sex .593 .522

    size .046 .012

    pendd .331 .210

    bekerja .255 .084

    sex*bekerja .387 .180

    a. prop_food by wealth, sex, size, pendd, bekerja,

    sex*bekerja

    Model Goodness of Fit

    R R Squared

    prop_food by wealth, sex,

    size, pendd, bekerja,

    sex*bekerja

    .672 .452