Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KABUPATEN GOWATAHUN 2011 – 2017
SKRIPSI
BELLA MEISY BHUANA SARI
105710227015
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR
2019
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KABUPATEN GOWATAHUN 2011 – 2017
SKRIPSI
BELLA MEISY BHUANA SARI
105710227015
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penelitian Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR
2019
iii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua saya tercinta, serta
saudara-saudaraku, atas pengorbanan, perhatian dan Doa yang telah
diberikan.
MOTTO HIDUP
Semua situasi adalah tempat belajar, selalu posisikan dirimu untuk terus
belajar. Jangan takut salah dan berani mencoba
Berjuanglah sekeras mungkin dengan elegan, dengan diam dan tenang
setenang air dipermukaan.
Semangat untukku, untukmu, yang sedang memperjuangkan apapun dalam
hidup. Semogah Allah selalu memudahkan langkah kita.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur kehadirat Allah Subuhana Wataala,
berkat rahmat dan hidayat-nyalah sehingga penulis skripsi ini dapat diselesaikan
pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Gowa Tahun 2011 - 2017”,
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan studi Jurusan
Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan rasa terimakasih yang sebesar
besarnya kepada kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Soedjarnoto dan Ibu
Mukminah, dan keluarga besar saya yang tiada henti-hentinya mendoakan, memberi
dorongan moril maupun materi selama menempuh pendidikan. Penulis juga banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan petunjuk dari dosen pembimbing maka
selayaknya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dosen Pembimbing yaitu Bapak Dr. H.
Muhammad Rusydi, M.Si dan Bapak Andi Nur Achsanuddin UA., S.E., M.Si selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam
mengarahkan dan membimbing sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini,
Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE..MM. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasullong, SE., MM, selaku Dekan Fakuftas Ekonomi dan Bisnis
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si, selaku ketua Prodi Ekonomi Pembangunan
4. Bapak/ibu para dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar
5. Para Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar
6. Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa yang telah bersedia menerima dan
memberikan informasi data/informasi yang dibutuhkan skripsi ini
7. Sahabatku Nisa, Monik, Dudi, Indah, Riska, Ismi, Irma, Nopi, Andif, Uda, dan
Ikka yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk teman kelas EP15D yang telah banyak membantu selama proses
perkulihan.
9. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka yang namanya
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak membantu dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis senantiasa mengharapkan mengharapkan kritikan dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu
persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan
Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi
penulis. Amin.
Makassar, 30 September 2019
Penulis
viii
ABSTRAK
BELLA MEISY BHUANA SARI, 2019. Dengan judul skripsi Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Gowa Tahun 2011 - 2017. Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing olehpembimbing I Muhammad Rusydi dan pembimbing II Andi Nur Achsanuddin
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: Pengaruh Indek Kesehatan, Indeks Pendidikan, dan Indek Pengeluaran Per Kapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dengan teknik pengolaan data menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan SPSS 20. Variabel pada penelitian ini meliputi variabel dependen dan independen. Data yang diolah yaitu data indeks kesehatan, indeks pendidikan, indeks pengeluaran per kapita dan PDRB Kabupaten Gowa tahun 2011 – 2017 yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Variabel indeks kesehatan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. (2) Variabel indeks pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. (3) Variabel indeks pengeluaran per kapita tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kata Kunci: Indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan, Indeks Pengeluaran Per
Kapita, Pertumbuhan Ekonomi.
ix
ABSTRACK
BELLA MEISY BHUANA SARI, 2019. With the title of the mini thesis the Effect of the Human Development Index on Economic Growth in Gowa Regency in 2011 –2017. Makassar Muhammadiyah University. Guided by supervisor I Muhammad Rusydi, and supervisor II Andi Nur Achsanuddin.
The purpose of this study was to determine: The Effect of the Health Index, Education Index, and the Per Capita Spending Index on Economic Growth. This research is a quantitative descriptive study, with data processing techniques using multiple linear regression with the help of SPSS 20. The variables in this study include the dependent and independent variables. The processed data are health index data, education index, expenditure index per capita and Gowa Regency Gowa in 2011 - 2017 obtained from the Central Statistics Agency of Gowa. Based on the results of the study it can be concluded that (1) Health index variables have no effect on economic growth. (2) The education index variable has a positive effect on economic growth. (3) Variable per capita expenditure index does not affect economic growth.
Keywords: Health index, Education Index, Per Capita Index, Economic Growth
x
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL......................................................................................... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................ vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ................................................................. viii
ABSTRACT.................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR/BAGAN.......................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ................................................................................... 8
B. Tinjauan Empiris ............................................................................... 25
C. Kerangka Konsep ............................................................................. 26
D. Hipotesis ........................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................................. 31
B. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian ............................................ 31
C. Definisi Operasional Variabel Dan Pengukuran................................. 32
D. Jenis Dan Sumber Data .................................................................... 33
E. Metode Pengumpulan Data............................................................... 33
F. Teknik Analisis Data.......................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian................................................... 40
B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) ...................................................... 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 62
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 65
B. Saran ................................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 68
DAFTAR LAMPIRAN
BIOGRAFI
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Domestik Regional Bruto Per Kapita AtasDasar Harga Konstan Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota (Persen) Tahun 2009 – 2010................................ 3
Tabel 1.2 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Di ProvinsiSulawesi Selatan 2009 – 2010...................................................... 5
Tabel 2.1 Konversi Lama Sekolah Berdasarkan Ijazah Akhir ........................ 20Tabel 2.2 Nilai Maksimum dan Minimum Indeks Pembangunan
Manusia ........................................................................................ 24
Tabel 2.3 Tinjauan Empiris ........................................................................... 25
Tabel 4.1 Indeks Kesehatan Kabupaten Gowa Tahun 2011-2017 ................ 46
Tabel 4.2 Persentase Penduduk Usia 7 – 24 Tahun Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gowa Tahun
2017............................................................................................. 48
Tabel 4.3 Indeks Pendidikan Kabupaten Gowa Tahun 2011-2017.................. 48
Tabel 4.4 Indeks Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Gowa Tahun
2011-2017 ...................................................................................... 50
Tabel 4.5 Laju Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar HargaKonstan 2010 Lapangan Usaha Kabupaten Gowa Tahun 2011- 2017 .................................................................................. 51
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi.................................................................... 52Tabel 4.7 Uji Simultan .................................................................................. 55
Tabel 4.8 Uji Multikolerasi............................................................................. 60
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi ............................................................................. 61
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Indikator-indikator IPM .............................................................. 18
Gambar 2.2 Kerangka konsep Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Gowa
Tahun 2011-2017..................................................................... 27
Gambar 4.1 Grafik Histogram ....................................................................... 45
Gambar 4.2 Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Gowa Tahun 2011-2017......................................... 47
Gambar 4.3 Grafik Histogram ...................................................................... 58
Gambar 4.4 Grafik Normal P.Plot ................................................................. 59
Gambar 4.5 Uji Heterokedastisitas............................................................... 62
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KABUPATEN GOWATAHUN 2011 – 2017
SKRIPSI
BELLA MEISY BHUANA SARI
105710227015
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR
2019
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Domestik Regional Bruto Per Kapita AtasDasar Harga Konstan Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota (Persen) Tahun 2009 – 2010................................ 3
Tabel 1.2 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Di ProvinsiSulawesi Selatan 2009 – 2010...................................................... 5
Tabel 2.1 Konversi Lama Sekolah Berdasarkan Ijazah Akhir ........................ 20Tabel 2.2 Nilai Maksimum dan Minimum Indeks Pembangunan
Manusia ........................................................................................ 24
Tabel 2.3 Tinjauan Empiris ........................................................................... 25
Tabel 4.1 Indeks Kesehatan Kabupaten Gowa Tahun 2011-2017 ................ 46
Tabel 4.2 Persentase Penduduk Usia 7 – 24 Tahun Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gowa Tahun
2017............................................................................................. 48
Tabel 4.3 Indeks Pendidikan Kabupaten Gowa Tahun 2011-2017.................. 48
Tabel 4.4 Indeks Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Gowa Tahun
2011-2017 ...................................................................................... 50
Tabel 4.5 Laju Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar HargaKonstan 2010 Lapangan Usaha Kabupaten Gowa Tahun 2011- 2017 .................................................................................. 51
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi.................................................................... 52Tabel 4.7 Uji Simultan .................................................................................. 55
Tabel 4.8 Uji Multikolerasi............................................................................. 60
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi ............................................................................. 61
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Indikator-indikator IPM .............................................................. 18
Gambar 2.2 Kerangka konsep Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Gowa
Tahun 2011-2017..................................................................... 27
Gambar 4.1 Grafik Histogram ....................................................................... 45
Gambar 4.2 Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Gowa Tahun 2011-2017......................................... 47
Gambar 4.3 Grafik Histogram ...................................................................... 58
Gambar 4.4 Grafik Normal P.Plot ................................................................. 59
Gambar 4.5 Uji Heterokedastisitas............................................................... 62
13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan utama Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) adalah untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sejahtera bebas
dari belenggu kemiskinan. Hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar tahun 1945 alinea keempat, mengamanatkan bahwa tugas
pokok Pemerintah Republik Indonesia adalah “memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,
pemerintah dalam menyusun rencana pembangunan menjadikan penurunan
tingkat kemiskinan sebagai indikator utama untuk mengukur keberhasilan
pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi dalam beberapa kasus selalu dikaitkan
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan gambaran keberhasilan
implementasi kebijakan makro ekonomi suatu daerah yang pada akhirnya
juga akan berdampak positif bagi pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa pemerintah dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi selain bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, juga sebagai argumen untuk memuliakan negara
dan penguasa (Wardihan, 2012).
Pertumbuhan ekonomi yang pesat mendorong penyediaan berbagai
sarana dan prasarana perekonomian yang dibutuhkan untuk mempercepat
pembangunan ekonomi, dengan adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
2
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berarti
perkembangan kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. (Sukirno dalam Wardihan, 2012). Upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari pemerataan
pendapatan dan peranan serta manusia dalam meningkatkan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan manusia sebagai khalifah atau wakil Allah di
bumi. Dalam ajaran agama islam juga memandang bahwa manusia
mempunyai peringkat tertinggi diantara mahluk-mahluk lainnya.
Salah satu indikator penting untuk mengetahui keadaan disuatu
wilayah adalah dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
baik dilihat atas harga berlaku maupun atas dasar harga konstan
berdasarkan indikator ini kita akan memperoleh tingkat pertumbuhan
ekonomi maupun tingkat kemakmuran suatu masyarakat disuatu wilayah.
Informasi ini sangat dibutuhkan guna mendukung setiap kebijakan yang
diambil oleh para pengambil keputusan (decision market), mulai dari tingkat
perencanaan, pelaksaan dan hasil-hasil pembangunan disuatu daerah.
Penyusunan PDRB suatu daerah merupakan suatu upaya untuk daerah
tersebut dalam memberikan informasi yang jelas tentang gambaran
pembangunan ekonomi, situasi, kondisi dan potensi suatu daerah sehingga
memudahkan pemerintah maupun pihak swasta dalam menentukan
pembangunan di daerah tersebut. (Fatmawati, 2017).
Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan salah satu
pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah yang didefinisikan sebagai
keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu
3
tahun diwilayah tersebut. Pertumbuhan produk domestik regional bruto
Kabupaten Gowa pada tahun 2009 mencapai 7,99% atau berada pada
urutan ke-2 dibanding dari 24 kabupaten/kota se Sulawesi Selatan. Pada
tahun 2010 pertumbuhan PDRB Kabupaten Gowa turun menjadi 6,05% atau
berada pada urutan ke-14 diantara 24 Kabupaten/Kota se Sulawesi Selatan.
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Domestik Regional Bruto Per Kapita Atas
Dasar Harga Konstan Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota
(Persen) Tahun 2009 – 2010
No Kabupaten/Kota 2009 20101 Selayar 7.18 8.012 Bulukumba 6.47 6.273 Bantaeng 7.32 7.904 Jeneponto 5.38 7.255 Takalar 6.58 6.856 Gowa 7.99 6.057 Sinjai 7.02 6.038 Maros 6.27 7.039 Pangkep 5.91 6.34
10 Barru 5.72 6.0111 Bone 7.54 7.6312 Soppeng 6.81 4.4513 Wajo 5.10 5.7114 Sidrap 6.66 4.4515 Pinrang 7.65 6.2316 Enrekang 6.62 5.0017 Luwu 6.82 6.9518 Tator 6.10 6.2719 Luwu Utara 6.90 5.9320 Luwu Timur -4.04 16.1521 Toraja Utara 5.74 7.0022 Makassar 9.20 9.8323 Pare-pare 7.93 8.4724 Palopo 7.86 7.29
Jumlah/Total 6.20 8.35Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011
Pentingnya pembangunan sumber daya manusia didasarkan pada
pemikiran bahwa faktor manusia memiliki sumbangan yang sangat penting
dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Setiap faktor tersebut memiliki
4
sumbangan yang berbeda-beda terhadap keseluruhan hasil pembangunan,
tergantung dari kualitas yang dimiliki oleh faktor manusianya. Dalam
mengukur pembangunan manusia disuatu negara/wilayah digunakan suatu
indeks yang disebut indeks pembangunan manusia (IPM).
Salah satu tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan adalah
tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya
manusia yang berkualitas dapat dilihat dari angka pendidikan dan
kesehatan, serta juga perekonomian yang diukur dalam tingkat pengeluaran
per kapita suatu wilayah atau negara yang semakin membaik. Oleh karena
itu sebagian besar negara baik maju maupun berkembang banyak yang
menggunakan Human Development Indeks (HDI) atau Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) sebagai indikator untuk memulai kualitas sumber daya
manusia. Manusia bukan hanya merupakan objek pembangunan tetapi
diharapkan menjadi subyek, sehingga dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi kemajuan suatu wilayah yang secara makro menjadi
kemajuan suatu negara.
Konsep IPM pertama kali dipublikasikan UNDP melalui Human
Development Report tahun 1996, yang kemudian berlanjut setiap tahun.
Dalam publikasi ini pembangunan manusia didefinisikan sebagai “a process
of enlarging people’s choices” atau proses yang meningkatkan aspek
kehidupan masyarakat. Aspek terpenting kehidupan ini dilihat dari usia yang
panjang dan hidup sehat, tingkat pendidikan yang memadai, dan standar
hidup yang layak. Secara spesifik UNDP menetapkan empat elemen utama
dalam pembangunan manusia, yaitu produktivitas (productivity), pemerataan
(equity), keberlanjutan (sustainability), dan pemberdayaan (empowerment).
5
Jika melihat angka IPM kabupaten Gowa dan dibandingkan dengan
Kabupaten/kota Lainnya, maka Kabupaten Gowa berada pada rangking ke
15 dari 24 Kabupaten/kota pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 angka
IPM Kabupaten Gowa tetap pada rangking 15 dari 24 Kabupaten/Kota se
Sulawesi Selatan. Sedangkan untuk rangking nasional berada pada urutan
ke-298 pada tahun 2010 seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Tabel 1.2 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Di Provinsi
Sulawesi Selatan 2009 – 2010
No Kabupaten/Kota 2009 2010Rangking 2010
Sul-Sel Nasional1 Selayar 68.86 69.34 22 3502 Bulukumba 70.55 71.19 12 2533 Bantaeng 69.39 70.10 18 3274 Jeneponto 64.55 64.92 24 4585 Takalar 68.04 68.62 23 3876 Gowa 70.00 70.67 15 298
7 Sinjai 69.21 69.53 19 3398 Maros 70.56 71.12 13 2549 Pangkep 69.07 69.43 20 342
10 Barru 70.30 70.86 14 27411 Bone 69.62 70.17 16 31112 Soppeng 71.26 71.89 11 22113 Wajo 69.44 70.22 17 32414 Sidrap 72.06 72.37 9 19115 Pinrang 72.61 73.21 7 15416 Enrekang 74.19 74.55 4 9117 Luwu 73.59 73.98 6 11718 Tator 71.39 71.84 10 21519 Luwu Utara 73.65 74.32 5 11220 Luwu Timur 72.29 72.79 8 17921 Toraja Utara 68.92 69.56 21 34622 Makassar 78.24 78.79 1 723 Pare-pare 77.45 77.78 2 1824 Palopo 76.10 76.55 3 43
Sulawesi Selatan
70.98 70.98 71.62
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan
6
Berdasarkan Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 bahwa ada kecenderungan IPM
Kabupaten Gowa tidak mengalami pertumbuhan selama tahun 2009-2010.
Sedangkan pertumbuhan PDRB Kabupaten Gowa cenderung mengalami
penurunan selama tahun 2009-2010. Dengan kata lain, bahwa
kecenderungan konstannya IPM Kabupaten Gowa selama tahun 2009-2010
sejalan dengan kecenderungan menurunnya pertumbuhan PDRB Kabupaten
Gowa pada periode yang sama.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah indeks kesehatan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten Gowa?
2. Apakah indeks pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten Gowa?
3. Apakah indeks pengeluaran per kapita berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh indeks kesehatan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Gowa.
2. Untuk mengetahui pengaruh indeks pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Gowa.
3. Untuk mengetahui pengaruh indeks pengeluaran per kapita terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pada
fakultas ekonomi dan bisnis universitas muhammadiyah makassar, dan
juga menambah pengetahuan tentang faktor Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) di Kabupaten Gowa. Selain itu penulis dapat
membandingkan antara teori dan praktek yang ada di lapangan.
2. Bagi instansi terkait
Penelitian merupakan syarat wajib bagi penulis dalam
menyelesaikan studi, maka penulis melaksanan penelitian ini dan
hasilnya diharapkan mampu memberikan informasi dan penambahan
wawasan bagi pihak-pihak terkait dengan permasalahan ekonomi,
dengan demikian diharapkan dapat menentukan kebijakan dengan
tepat, dan juga sebagai tolak ukur atau gambaran pembangunan
manusia di Kabupaten Gowa.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat
yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi, tanpa adanya perubahan teknologi
produksi itu sendiri, misalnya kenaikan stok modal ataupun
penambahan faktor-faktor produksi tanpa adanya perubahan pada
teknologi produksi yang lama (Arsyad, 2010:96). Teori ini dikembangkan
hampir pada waktu yang bersamaan oleh (Harrod, 1948) di Inggris dan
(Domar, 1957) di Amerika Serikat. Diantara mereka menggunakan
proses perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama,
sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan
disebut teori Harrod-Damar. Teori ini melengkapi teori Keynes, dimana
Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis), sedangkan
Harrod-Damar melihatnya dalam jangka penjang (kondisi dinamis). Teori
Harrod-Damar didasarkan pada asumsi:
a. Perekonomian bersifat tertutup.
b. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.
c. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return
toscale).
9
d. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama
dengan tingkat pertumbuhan penduduk.
Model ini menerangkan dengan asumsi supaya perekonomian
dapat mencapai pertumbuhan yang kuat dalam jangka panjang. Asumsi
yang dimaksud disini adalah kondisi dimana barang modal telah
mencapai kapasitas penuh, tabungan memiliki proporsional yang ideal
dengan tingkat pendapatan nasional, rasio antara modal dengan produksi
(Capital Output Ratio/COR) tetap perekonomian terdiri dari dua sektor (y
= C + I).
Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa
pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi
dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-
syarat keseimbangan sebagai berikut:
g = k = n
Dimana:
g : Growth (tingkat pertumbuhan output)
K : Capital (tingkat pertumbuhan modal)
n : Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Harrod-Domar dalam (Hariani, 2008) teorinya berdasarkan
mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi
kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan
besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran
dan sisi permintaan barang. bahwa pemerintah perlu merencanakan
10
besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran
dan sisi permintaan barang.
a. Teori –Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bidang penyelidikan
yang sudah lama dibahas oleh ahli-ahli ekonomi, mazhab Merkantilisme
yaitu pemikir pemikir ekonomi antara abad ke-16 dan akhir abad ke-17,
banyak membahas peranan perdagangan luar negri terhadap
pembangunan ekonomi. Dalam Zaman ahli-ahli ekonomi klasik lebih
banyak lagi pendapat telah dikemukakan. buku Adam Smith yang
terkenal yaitu An Inquiry into the Nature and Cause of the wealt of
nations.
Pada hakikatnya adalah suatu analisis mengenai sebab-sebab dari
berlakunya pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang menentukan
pertumbuhan itu. Buku ini yang diterbitkan pada tahun 1776, dipandang
sebagai permulaan perkembangan ahli ekonomi sebagai salah satu
bidang ilmu pengetahuan. Sesudah masa Adam Smith, beberapa ahli
ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus dan Stuart Mill juga
menumpahkan perhatian yang besar terhadap masalah perkembangan
ekonomi. Pada permulaan abad ini Schumpeter menjadi sangat terkenal
karena bukunya mengenai pembangunan ekonomi.
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik pertumbuhan ekonomi
akan terwujud apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam berlebihan,
tingkat pengembalian modal akan mengalami peningkatan, maka para
pengusaha akan mendapatkan keuntungan yang besar dan ini akan
11
menimbulkan investasi baru. ada empat faktor yang memepengaruhi
pertumbuhan ekonomi yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang
modal, luas tanah, dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang
digunakan. Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi
tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi Klasik terutama
menitikberatkan perhatianya kepada pengaruh pertumbuhan penduduk
pada pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan mereka,
dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan
tingkat teknologi tidak mengalami perubahan.
Solow-Swan dalam (Hariani, 2008) melihat bahwa dalam banyak
hal, mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan, sehingga
pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri / mempengaruhi pasar.
Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter.
Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi
modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan
teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan
teknik, sehingga produktivitas kapital meningkat. Dalam model tersebut,
masalah teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu.
Sebagai satu perluasan teori Keynes, Teori-harrod Domar melihat
persoalan pertumbuhan itu dari segi permintaan. Pertumbuhan ekonomi
hanya akan berlaku apabila pengeluaran agregat melalui kenaikan
Investasi bertambah secara terus menerus. Pada tingkat pertumbuhan
yang ditentukan.
12
Neoklasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar
kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan
pasar sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Sama seperti
dalam ekonomi model klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah
meniadakan hambatan dalam perdagangan termasuk perpindahan orang,
barang dan modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, tenaga
kerja dan perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus diusahakan,
terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan terjaminnya
keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik. Hal khusus yang perlu dicatat
adalah bahwa model neoklasik mengasumsikan I=S.
Hal ini berarti kebiasaan masyarakat yang suka memegang uang
tunai dalam jumlah besar dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Analisis lanjutan dari paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk
terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan
suatu tingkat saving yang tinggi dan seluruh keuntungan pengusaha
diinvestasikan kembali.
Kuznet (Jhingan, 2000) mendefenisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang
ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat. Kemampuan ini
tumbuh berdasarkan kemajuan teknologi, institutional, dan ideologis yang
diperlukan. Dalam analisisnya, Kuznet mengemukakan enam ciri
pertumbuhan ekonomi modern yang dimanifestasikan dalam proses
pertumbuhan oleh semua negara maju.
1. Dua variabel ekonomi yang bersamaan (aggregate)
13
a. Tingginya tingkat produk per kapita dan laju pertumbuhan
penduduk.
b. Tingginya peningkatan produktivitas terutama tenaga kerja.
2. Dua variabel transformasi struktural
a. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.
b. Tingginya tingkat struktur sosial dan ideologi.
3. Dua variabel penyebaran internasional
a. Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju
untuk pergi ke seluruh pelosok dunia untuk mendapatkan
pasaran dan bahan baku.
b. Arus barang, modal dan orang antar bangsa yang meningkat.
b. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi
Sumber daya manusia sama halnya dengan proses pembangunan,
pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat
lambatnya proses pembangunan tergantung pada sejauh mana sumber
daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang
memadai untuk melaksakan proses pembangunan.
1. Faktor sumber daya alam, sebagian besar negara berkembang
bertumpu pada sumber daya alam dalam melaksakan proses
pembangunannya. Namun demikian sumber daya alam saja tidak
mampu menjamin keberhasilan proses pembangunan ekonomi,
apabila tidak didukung oleh kemampuan sumber daya manusia
dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya
14
alam yang dimaksud diantaranya adalah kesuburan tanah, kekayaan
mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
2. Faktor ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya
percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula
menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih
berdampak pada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian
aktifitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya
berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
3. Faktor budaya, faktor budaya memberikan dampak tersendiri
terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat
berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong pembangunan
diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan
sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat pembangunan
antaranya yaitu sikap anarkis,egois, boros, KKN dan sebagainya.
Sumber daya modal, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk
mengelolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal
berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga
dapat meningkatkan produktifitas.
2. Teori Indeks Pembangunan Manusia
UNDP (United Nation Development Programme) mendefinisikan
pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-
pilihan bagi manusia. Dalam konsep tersebut manusia ditempatkan
15
sebagai tujuan akhir (theultimateend), sedangkan upaya pembangunan
dipandang sebagai sarana (principalmeans) untuk mencapai tujuan
tersebut.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu indikator
yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai
kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai
bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM ini menunjukkan seberapa jauh
wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka
harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan
masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang
telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu
wilayah terhadap angka 100, maka semakin dekat jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai sasaran itu.
IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata
sederhana dari tiga indeks yang terdiri dari indeks kesehatan yang diukur
dengan harapan hidup pada saat lahir, indeks pendidikan yang diukur
dengan kombinasi antara harapan lama sekolah dan rata-rata lama
sekolah, serta indeks pengeluaran per kapita yang diukur dengan
pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan atau paritas daya beli.
Setelah menjalani masa transisi selama lima tahun terakhir,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang baru kini mulai diperkenalkan.
Transformasi ini ditandai dengan penerapan metode baru yang dianggap
lebih sesuai dengan kondisi masa kini. Dua dari empat indikatornya
16
diganti untuk merepresentasikan secara tepat hal-hal yang dihadapi saat
ini.
Dua indikator tersebut ialah Harapan Lama Sekolah (HLS) dan
Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. HLS, yang termasuk ke dalam
dimensi pendidikan, menggantikan Angka Melek Huruf (AMH). Sementara
PNB per kapita menggantikan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita
sebagai indikator tunggal dalam dimensi standar hidup.
Dalam indeks pengeluaran per kapita, PNB per kapita kini dihitung
dengan memasukkan 96 komoditas Purchasing Power Parity (PPP).
Sebelumnya, PDB per kapita dihitung dengan 27 komoditas saja. PPP,
yang dipopulerkan oleh ahli ekonomi Swedia, Gustave Cassel, hampir
seabad lalu, merujuk pada keseimbangan daya beli diantara masyarakat
di wilayah atau negara yang berbeda.
PNB sendiri menggambarkan nilai produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara Indonesia (WNI).
Lokasinya bisa di dalam maupun luar negeri. Sementara PDB merupakan
nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi
di dalam negeri. Pemiliknya bisa saja WNI ataupun warga asing.
Dengan teknologi yang semakin maju, arus pergerakan komoditas
serta uang antarnegara semakin terbuka dan mudah. Dunia kini seakan
tidak berbatas lagi. Jarak fisik atau geografis tidak lagi menjadi
penghalang sirkulasi ekonomi dunia. Misalnya saja, uang atau dana dari
satu negara bisa berpindah ke negara lain dalam tempo singkat. Sistem
17
keuangan dan perbankan dunia yang semakin saling terkoneksi membuat
perpindahan itu menjadi nyata.
Dua indikator lain masih tetap dipertahankan. Keduanya ialah
Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) dan Rata-rata Lama Sekolah
(RLS). Hanya saja ada sedikit penyesuaian pada RLS, yang terkait
dengan penetapan batas usia penduduk yang diamati. Dalam metode
baru, batas usia penduduk dinaikkan menjadi 25 tahun.
AHH merupakan indikator yang mewakili dimensi kesehatan,
sementara RLS termasuk ke dalam dimensi pendidikan. Jadi, secara
umum, wajah IPM tidak banyak berubah. Hanya ada sejumlah
penyesuaian indikator pembentuknya.Yang jelas, empat prinsip untuk
menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia tetap
dipertahankan. Keempat prinsip tersebut ialah produktivitas, pemerataan,
keberlanjutan, serta pemberdayaan.
Prinsip yang pertama, produktivitas, merepresentasikan
kebutuhan manusia untuk terus berproduksi agar proses pembangunan
dapat terus berjalan. Prinsip yang kedua, pemerataan, menunjukkan
adanya akses yang adil terhadap sumber daya ekonomi dan sosial bagi
seluruh warga.
Dua prinsip berikutnya ialah keberlanjutan dan pemberdayaan.
Keberlanjutan menjadi prasyarat mutlak keseimbangan antara generasi
sekarang dengan yang akan datang. Lalu, prinsip yang terakhir,
pemberdayaan, diperlukan agar masyarakat turut berpartisipasi dalam
18
proses pembangunan yang juga akan menentukan arah hidup mereka
sendiri.
Gambar 2.1 Indikator-indikator IPM
a. Indeks Kesehatan (Angka harapan hidup sejak lahir)
Angka harapan hidup saat lahir (expectation of life at birth) yang
biasanya dilambangkan dengan simbol e0 dan sering disingkat dengan
AHH didefinisikan sebagai rata –rata perkiraan banyak tahun yang dapat
ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH ini merupakan salah satu
indikator yang biasa digunakan untuk menggambarkan tingkat kemajuan
dibidang kesehatan. AHH dihitung dari hasil sensus dan survei
kependudukan.
Angka harapan hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak
tahun yang didapat oleh seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan
DIMENSI
INDIKATOR
INDEKS DIMENSI
Umur Panjang dan Hidup Sehat
Angka Harapan Hidup pada saat lahir
Indeks Kesehatan
Pengetahuan
Harapan Lama
Sekolah
Rata-rata Lama
Sekolah
Indeks Pendidikan
Standar Hidup Layak
Pengeluaran per kapita riil
yang disesuaikan
(PPP Rupiah)
Indeks Pengeluaran
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
19
derajat kesehatan masyarakat. Angka harapan hidup dihitung
menggunakan yaitu angka lahir hidup (ALH) dan anak masih hidup
(AMH). Paket program metrock digunakan untuk perhitungan ini.
Kemudian selanjutnya dipilih oleh metode TRUSSEL dengan model
WEST yang sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia
di negara-negara di Asia Tenggara pada umumnya.
b. Indeks Pendidikan
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS)
Angka HLS didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun)
yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap
bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang
penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama
saat ini.Angka HLS dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun keatas.
HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan system
pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya
pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap
anak.
Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang
digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal.
Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu
wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam
penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun
ke atas. Namun, perubahan cakupan dari penduduk usia 15 keatas
20
dengan metode lama menjadi 25 tahun keatas dengan metode baru
menyebabkan penurunan nilai rata-rata lama sekolah.
Tabel 2.1 Konversi Lama Sekolah Berdasarkan Ijazah Terakhir
IjazahKonversi Tahun Lama Sekolah
(Tahun)
Tidak Punya Ijazah 0
SD/SDLB/MI/Paket A 6
SMP/SMPLB/MTs/Paket B 9
SMA/SMLB/MA/SMK/Paket C 12
D1/D2 14
D3/Sarjana Muda 15
D4/S1 16
S2/S3 18
Sumber : BPS 2016
c. Indeks Pengeluaran Per kapita
Dimensi ketiga adalah ukuran kualitas hidup manusia adalah
standar hidup layak, dalam cakupan yang lebih luas standar hidup layak
menggambarkan tingkat kesahjateraan yang dinikmati oleh penduduk
sebagai dampak dari semakin membaikknya perekonomian. Untuk
menghitung paritas daya beli, BPS menggunakan rata-rata pengeluaran
per kapita riilyang disesuaikan. Nilai maksimum yang digunakan BPS
adalah sebesar Rp.26.572.353,- dan nilai minimum adalah Rp.1.007.
436,-
Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai
pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purchasing Power Parity-
21
PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas,
dihitung dari level provinsi hingga level kabupaten/kota. Rata-rata
pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar
2012=100.
Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96
komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya
komoditas non makanan. Metode penghitungan paritas daya beli
menggunakan Metode Rao.
3. Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi
a. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia
Tingkat pembangunan manusia yang tinggi sangat menentukan
kemampuan penduduk dalam menyerap dan mengelola sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi, baik kaitannya dengan teknologi maupun
terhadap kelembagaan sebagai sarana penting untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia merupakan perwujudan
tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan
pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling
pembangunan (Yunita, 2012).
Pada tingkat makro, umur harapan hidup dipakai sebagai salah satu
indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan.
Peningkatan itu bisa memberikan gambaran membaiknya kondisi sosial
ekonomi penduduk, kesehatan dan lingkungan. Demikian pula
sebaliknya, bila terjadi penurunan kondisi sosial ekonomi penduduk
dalam satu periode berakibat penurunan umur harapan hidup (BPS,
2008). Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap
22
manusia, tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu
produktivitas bagi negara. Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata –
Rata Lama Sekolah (RLS) merupakan indikator dalam mengukur
pembangunan manusia melalui indeks pendidikan. Kesejahteraan
masyarakat akan berbanding lurus dengan kebutuhan masyarakat
terhadap pendidikan yang berkualitas sehingga harapan lama sekolah
akan semakin meningkat. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
akan semakin meningkat produktifitas seseorang sehingga akan
meningkatkan pendapatan baik individu maupun secara nasional.
Peningkatan pendapatan individu akan meningkatkan kemampuan
konsumsi, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi (Rahmawati,
2011).
Pengeluaran per kapita merupakan salah satu capaian
pembangunan manusia dalam mewujudkan kehidupan yang layak
terkait dengan konsumsi riil per kapita. Kemampuan daya beli
masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-
rata besarnya konsumsi per kapita sebagai pendekatan pendapatan
yang mewakili pencapaian pembangunan untuk hidup layak. Tingkat
kesejahteraan dikatakan meningkat jika terjadi peningkatan konsumsi riil
per kapita, yaitu peningkatan nominal pengeluaran rumah tangga lebih
tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama (Yunita, 2012).
b. Modal Manusia dengan Pertumbuhan Ekonomi
Modal manusia dalam terminologi ekonomi sering digunakan untuk
bidang pendidikan, kesehatan dan berbagai kapasitas manusia lainnya
yang ketika bertambah dapat meningkatkan produktivitas. Pendidikan
23
memainkan peran kunci dalam hal kemampuan suatu perekonomian
untuk mengadopsi teknologi modern dan dalam membangun
kapasitasnya bagi pembangunan dan pertumbuhan
berkelanjutan.Kesuksesan dalam pendidikan bergantung juga pada
kecukupan kesehatan. Disamping itu kesehatan merupakan prasyarat
bagi peningkatan produktivitas. Dengan demikian kesehatan dan
pendidikan dapat juga dilihat sebagai komponen vital dalam
pertumbuhan dan pembangunan sebagai input bagi fungi produksi
agregat.
Modal manusia merupakan salah satu faktor penting dalam proses
pertumbuhan ekonomi (teori Cobb-Douglas). Dalam teori cobb-douglas
tersebut mengemukakan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi
tidak terlepas dari kualitas humant capitalnya. Dengan modal manusia
yang berkualitas kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih baik. Kualitas
modal manusia ini misalnya dilihat dari indeks pendidikan, kesehatan,
ataupun indikator-indikator lainnya.
Modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang
diperoleh oleh para pekerja melalui pendidikan mulai dari program untuk
anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on the job
training) untuk para pekerja dewasa.Seperti halnya dengan modal fisik,
modal manusia meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang
dan jasa. Untuk meningkatkan level modal manusia dibutuhkan investasi
dalam bentuk guru, perpustakaan dan waktu belajar.
24
4. Menghitung Indeks Komponen IPM
Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan
maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Dimensi Kesehatan :
Ikesehatan =
Dimensi Pendidikan :
IHLS =
IRLS =
IPENDIDIKAN =
Dimensi Pengeluaran :
IPengeluaran = ( ) ( )( ) ( )
Dalam menghitung indeks komponen-komponen IPM diperlukan
nilai maksimum dan minimum dari masing-masing indikator. Berikut tabel
yang menyajikan nilai-nilai tersebut:
Tabel 2.2 Nilai Maksimum dan Minimum Dari Setiap Komponen
IPM
Komponen Satuan Nilai Minimum Nilai MaksimumAngka Harapan Tahun 20 85
25
Hidup (AHH)Harapan Lama Sekolah (HLS)
Tahun 0 18
Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Tahun 0 15
Pengeluaran Per Kapita
Rupiah 1.007.436 26.572.352
Nilai IPM dapat dihitung sebagai berikut:
IPM = IAHHxIpendidikanxIpengeluaran 100B. Tinjauan Empiris
Tabel 2.3 Tinjauan Empiris
NO Nama
Peneliti/Tahun
Judul
Penelitian
Metode
PenelitianHasil Penelitian
1 Nyoman Lilya,
I Ketut
Sutrisna
(Journal of
economics ics
EP Unud, 3/3
: 106-114) /
2014
Pengaruh
Komponen
Indeks
Pembangunan
Manusia
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Provinsi Bali
analisis
regresi
linear
berganda
dengan
metode
Ordinary
Least
Squere
Kesimpulan hasil
penelitiannya bahwa
indeks daya beli,
indeks pendidikan
berpengaruh positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi sedangkan
indeks kesehatan
berpengaruh negatif.
2 Irmayanti /
2017
Pengaruh
Indeks
Pembangunan
Manusia
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Kabupaten
Polewali
Regresi
linear
berganda
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel indeks
kesehatan dan indeks
daya beli
berpengaruh positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi kabupaten
26
Mandar polewali mandar.
Sedangkan variabel
indeks pendidikan
berpengaruh negatif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
3 Yunita
Mahrany
(Jurnal
Volume 29,
Nomor 2 Juli
2012) / 2012
Pengaruh
Indikator
Komposit
Indeks
Pembangunan
Manusia
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi.
Analisis
linear
berganda
Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa
angka rata-rata lama
sekolah yang tidak
berpengaruh terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
4 Muhammad
Bhakti
Setiawan dan
Abdul Hakim/
2013
Indeks
Pembangunan
Manusia
Indonesia
Model
Koreksi
Kesalahan
(Error
Correction
Model
atau ECM)
Variabel PDB dan
PPN berpengaruh
secara signifikan
terhadap IPM
5 Nadiah
Muhlisani A
/2017
Pengaruh IPM
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Kabupaten
Enrekang
Regresi
Linear
berganda
Variabel Indeks
Kesehatan dan
Indeks Pengeluaran
Per Kapita
berpengaruh secara
langsung terhadap
pertumbuhan
ekonomi, tetapi
variabel indeks
pendidikan
27
berpengaruh secara
statistika terrhadap
pertumbuhan
ekonomi.
C. Kerangka Konsep
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan
ekonomi, rendahnya kualitas sumber daya manusia dapat berdampak pada
rendahnya tingkat produktivitas. Karena sumber daya manusia akan
menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas dan mampu menggunakan
teknologi untuk peningkatan produktivitas hal ini akan memberikan dampak
terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi disuatu daerah.
Untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam pembangunan
manusia terdapat tiga indikator IPM yang digunakan yaitu: tingkat kesehatan
yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir, pendidikan yang
diukur berdasarkan harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, dan
tingkat daya beli yang diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah
disesuaikan menjadi paritas daya beli. Karena pembangunan manusia
merupakan salah satu indikator terciptanya pembangunan manusia yang
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa variabel dependen pertumbuhan ekonomi kabupaten
Gowa dan variabel independen berupa indeks kesehatan, indeks pendidikan
dan indeks daya beli.
Indeks Kesehatan (X1)
Pertumbuhan Ekonomi
(Y)
Indek Pendidikan (X2)
28
Gambar 2.2 Kerangka konsep
1. Hubungan Indeks Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Menurut United National Development Programme (UNDP), pada
tingkat makro, umur harapan hidup dipakai salah satu indikator
keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan. Apabila umur
harapan hidup mengalami peningkatan maka dapat memberikan
gambaran membaiknya kondisi sosial ekonomi penduduk, kesehatan dan
lingkungan. Demikian pula sebaliknya, bila terjadi penurunan kondisi
sosial ekonomi penduduk dalam satu periode berakibat penurunan umur
harapan hidup. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap
manusia, tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu
produktivitas bagi negara.
Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia
karena tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu
produktivitas bagi negara atau daerahnya. Kegiatan ekonomi suatu
negara akan berjalan ketika ada jaminan kesehatan bagi penduduknya.
Terkait dengan teori modal manusia bahwa modal manusia berperan
signifikan, bahkan lebih penting daripada faktor-faktor teknologi dalam
memacu pertumbuhan ekonomi. Kesehatan penduduk sangat
menentukan kemampuan penduduk untuk menyerap dan mengelola
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik yang berkaitan dengan
teknologi sampai kelembagaan yang penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Indeks Pengeluaran (X3)
29
2. Hubungan Indeks Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Mankiw suatu negara yang memberikan perhatian lebih
kepada pendidikan terhadap masyarakatnya akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik daripada tidak melakukannya.
Dengan kata lain, investasi terhadap sumber daya manusia melalui
kemajuan pendidikan akan menghasilkan pendapatan nasional atau
pertumbuhanekonomi yang tinggi.
Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah merupakan
indikator yang dipakai dalam mengukur pembangunan manusia melalui
indeks pendidikan. Kesejahteraan masyarakat akan berbanding lurus
dengan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas
sehingga harapan lama sekolah akan semakin meningkat. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka akan semakin meningkat produktifitas
seseorang sehingga akan meningkatkan pendapatan baik individu
maupun secara nasional. Peningkatan pendapatan individu akan
meningkatkan kemampuan konsumsi, sehingga dapat memacu
pertumbuhan ekonomi.
3. Hubungan Indeks Pengeluaran Per Kapita terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Menurut Keynes bahwa kecenderungan mengonsumsi marginal
adalah kursial bagi rekomendasi kebijakan untuk menurunkan
pengangguran yang kian meluas. Banyak alasan yang menyebabkan
analisi makro ekonomi harus perlu memperhatikan tentang konsumsi
rumah tangga secara mendalam. Pertama, komsumsi rumah tangga
memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Kedua, konsumsi
30
rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiatan
ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Konsumsi seseorang
berbanding lurus dengan pendapatannya.
Menurut teori Harrod Domar berpendapat bahwa walaupun
kapasitas dalam memproduksi bertambah, pendapatan nasional baru
akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi akan tercipta apabila
pengeluaran masyarakat meningkat dibandingkan masa lalu.
Pengeluaran per kapita merupakan salah satu capaian
pembangunan manusia dalam mewujudkan kehidupan yang layak terkait
dengan konsumsi riil per kapita. Kemampuan daya beli masyarakat
terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya
konsumsi per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili
pencapaian pembangunan untuk hidup layak. Tingkat kesejahteraan
dikatakan meningkat jika terjadi peningkatan konsumsi riil per kapita, yaitu
peningkatan nominal pengeluaran rumah tangga lebih tinggi dari tingkat
inflasi pada periode yang sama.
D. Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan untuk menjawab tujuan
penelitian yang dikemukakan yaitu :
1. Diduga faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di kabupaten Gowa.
2. Diduga faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di kabupaten Gowa.
3. Diduga faktor pengeluaran per kapita sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di kabupaten Gowa.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif
dengan pendekatan eksplanatori. Pada dasarnya, pendekatan eksplanatori
dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan
menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan
penolakan hipotesis nihil dan data yang saya gunakan dalam penelitian ini
adalah data indeks pembangunan manusia di Kabupaten Gowa. Dengan
metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau
signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.
Penelitian eksplanatori adalah jenis pendekatan penelitian yang
bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau
bahkan menolak teori atau hipotesis suatu penelitian yang sudah ada,
penelitian eksploratori bersifat mendasar dan bertujuan untuk memperoleh
keterangan, informasi atas data mengenai hal-hal yang belum diketahui,
karena bersifat mendasar penelitian ini disebut penjelajahan (eksploration).
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan secara
keseluruhan, dan di Kabupaten Gowa secara khususnya, tentang
pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia yang mencakup
indeks pendidikan (harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah), dan
indeks pengeluaran (konsumsi per kapita) melalu Badan Pusat Statistik
32
(BPS) di Kabupaten Gowa. Waktu pelaksaan penelitian ini dilakukan bulan
juni sampai bulan juli.
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
1. Pertumbuhan ekonomi (Y)
Pertumbuhan ekonomi (Y) merupakan peningkatan output riil
suatu perekonomian yang diukur dengan perubahan PDRB atas harga
konstan Kabuapten Gowa periode tahun 2011-2017 diukur dalam
persen.
2. Indeks Kesehatan (X1)
Indeks Kesehatan (X1) mencakup angka harapan hidup yaitu rata-
rata lama hidup sejak lahir yang dicapai oleh penduduk di Kabupaten
Kabupaten Gowa periode tahun 2011 sampai dengan 2017 yang diukur
dalam satuan tahun.
3. Indeks Pendidikan (X2)
Indeks Pendidikan (X2) mencakup rata-rata lama sekolah adalah
rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk yang berusia 15
tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang
pernah dijalani oleh penduduk di Kabupaten Gowa periode tahun 2011
sampai tahun 2017 yang diukur dalam satuan tahun.
4. Indeks Pengeluaran (X3)
Indeks Pengeluaran (X3) adalah kemampuan masyarakat dalam
membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa setiap tahun di
Kabupaten Gowa periode tahun 2011 sampai dengan 2017 dan diukur
dalam jutaan rupiah.
33
D. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang berupa data time series periode tahun 2012-2017, data sekunder
adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari
peneliti dan subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Data yang dipergunakan
meliputi: data pertumbuhan ekonomi dan data Indeks Pembangunan
Manusia. Data-data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) di
Kabupten Gowa.
E. Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yaitu pengambilan data melalui dokumen
tertulis maupun elektronik dari lembaga/institusi, dokumen diperlukan untuk
mendukung kelengkapan data yang lain. Data yang dimaksudkan adalah
data kesehatan, data pendidikan, data indeks daya beli dan data
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gowa.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode statistika untuk keperluan estimasi.
Dalam metode ini statistika alat analisis yang biasa dipakai dalam khasanah
penelitian adalah analisis regresi yang diolah melalui program SPSS 2.0.
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi atas ketergantungan suatu
variabel yaitu variabel yang tergantung pada variabel yang lain yang disebut
dengan variabel bebas dengan tujuan untuk mengistemasi dengan
meramalkan nilai populasi berdasarkan nilai tertentu dari variabel yang
diketahui.
34
1. Regresi Linear Berganda
Model analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
model analisis inferensial, yaitu analisis regresi berganda untuk
mengetahui angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama
sekolah, pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dan pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Gowa, yang dinyatakan dalam bentuk fungsi
sebagai berikut.
Y = f(X1,X2,X3) ............................................................................ (1)
Secara eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi model non liniear
berikut:
Y = β0 X1 1 2 2 3 3µ ............................................................ (2)
Untuk estimasi koeisien regresi, (Feldstein, 1998) mengadakan
transformasi ke bentuk linear dengan menggunakan logaritma natural
(Ln) guna menghitung nilai elastisitas dari masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat ke dalam model sehingga diperoleh
persamaan sebagai berikut:
Ln Y = β0 + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 +µ ............................... (3)
Keterangan:
Y = Pertumbuhan Ekonomi Kabupten Gowa
X1 = Angka Harapan Hidup (indeks kesehatan)
X2 = Rata-Rata Lama Sekolah (indeks pendidikan)
X3 = Pengeluaran Per Kapita riil yang disesuaikan (indeks
pengeluaran)
β0 = Konstanta
35
β1– β4 = Parameter/Koefisien Arah Regresi
µ = Error Term
Ln = Logaritma Natural
2. Koefisisen Determinasi
Koefisien determinasi (R2) yang kecil atau mendekati nol berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.
Akan tetapi ada kalanya dalam penggunaan koefisien regresi
terjadi bisa terhadap satu variabel independen yang dimasukkan dalam
model. Setiap tambahan satu variabel independen akan menyebabkan
peningkatan R2, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen (memiliki nilai t yang
signifikan).
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat atau sumbangan
variabel.
a. Uji F Statistika
Uji statistika terhadap regresi berganda untuk membuktikan
hipotesis ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan atau kuat maka
dilakukan dengan uji- t dan uji –f.
36
Untuk mengetahui apakah semua variabel independent yang
digunakan dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependent perlu dilakukan pengujian koefisien
regresi secara serampak. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan derajat signifikansi nilai F, pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan SPSS 2.0.
Ho = Ketiga variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel
terikat.
Hi = Ketiga variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
Dasar pengambilan keputusan menurut Santoso (2004) :
1. Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 (α) maka Ho diterima.
2. Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 (α) maka Ho ditolak dan
menerima Hi.
Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05). Uji F
digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh bidang pendidikan
dan daya beli.
b. Uji T
Pengujian koefisien regresi parsial (Uji-t) untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas secara parsial atau individu terhadap
variabel terikat dengan asumsi variabel yang lain konstan. Pengujian
ini dilakukan dengan melihat derajat signifikansi masing-masing
variabel bebas.
Ho = Jika variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
37
Hi = Jika variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.
Dasar pengambilan keputusan menurut (Santoso, 2004) :
1. Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 (α) maka Ho diterima.
2. Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 (α) maka Ho ditolak dan
menerima Hi.
Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05). Uji F
digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh bidang pendidikan
dan daya beli.
4. Uji asumsi klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus
dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis
Ordinary Least Square (OLS). Uji asumsi klasik terbagi menjadi
empat yaitu:
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode
yang dapat dipakai untuk normalitas antara lain: analisis grafik dan
analisis statistik.
38
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau
dengan melihat histogram dari residualnya:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas memeiliki tujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel
pendapatan per kapita, tingkat suku bunga, dan inflasi. Model
regresi yang baik tidak terjadi korelasi diantara variabel
pendapatan per kapita, tingkat suku bunga dan inflasi. Gejala
multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance
dan variance inflation factor (VIF). Berdasarkan aturan variance
inflation factor (VIF) dan tolerance, maka apabila VIF dan
tolerance melebihi angka 10 maka dapat dikatakanya bahwa telah
terjadi gejala multikolinearitas sebalikanya jika nilai variance
inflation factor (VIF) kurang dari 10 atau tolerance kurang dari 10
maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.
39
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi
adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Salah satu metode analisis untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian nilai Durbin
Watson (DW test).
4. Uji Heteroksedastisitas
Uji Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana variance
dari setiap gangguan tidak konstan. Pengujian ini memiliki tujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan yang lain atau untuk
melihat penyebaran data. Jika variance dari residual atau
pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan
jika berbeda disebut Heterokedastisitas.
Untuk mengetahui adanya heterokedastisitas adalah dengan
melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatter Plot
dengan ketentuan:
a. Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur maka menunjukkan
telah terjadi heterokedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas sehingga model regresi layak dipakai.
40
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Gowa berada pada 119.3773˚ Bujur Barat dan 120.0317˚
Bujur Timur, 5.0829342862˚ Lintang Utara dan 5.577305437˚ Lintang
Selatan. Kabupaten yang berada di daerah selatan dari Selawesi Selatan
merupakan daerah otonom ini, di sebelah Utara berbatasan dengan Kota
Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Sinjai, Bulukumba dan Bantaeng. Di sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di
bagian Baratnya dengan Kota Makassar dan Takalar.
41
Wilayah administrasi Kabupaten Gowa terdiri dari 18 kecamatan dan
167 desa/kelurahan dengan luas sekitar 1.883,33 kilometer persegi atau
sama dengan 3,01 persen dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu
sekitar 72,26 persen. Ada 9 wilayah kecamatan yang merupakan dataran
tinggi yaitu Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi,
Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Dari total luas
Kabupaten Gowa 35,30 persen mempunyai kemiringan tanah di atas 40
derajat, yaitu pada wilayah kecamatan Parangloe, Tinggimoncong,
Bungaya dan Tompobulu. Kabupaten Gowa dilalui oleh banyak sungai
yang cukup besar yaitu ada 15 sungai. Sungai dengan luas daerah aliran
yang terbesar adalah Sungai Jeneberang yaitu seluas 881 km² dengan
panjang 90 km.
Kabupaten Gowa sebagai kabupaten yang paling dekat dengan ibu
kota provinsi menjadi daerah penyangga aktivitas ekonomi Kota
Makassar sehingga tingkat pertumbuhan ekonominya pun hampir
menyamai pertumbuhan ekonomi Kota Makassar. Namun, pembangunan
manusianya ternyata jauh tertinggal dari Kota Makassar. Pada Tahun
2016, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Kota Makassar, Pare-pare
dan Palopo menempati urutan pertama, kedua dan ketiga IPM tertinggi,
sedangkan Kabupaten Gowa berada di urutan ke-12 dari 24
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Urutan tersebut membaik
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berada pada urutan ke- 15.
42
Sama halnya dengan pertumbuhan IPM Kabupaten Gowa pada tahun
2016 yang meningkat menjadi sebesar 1,24 persen dari 1,13 persen pada
tahun 2015. (Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Gowa Tahun
2016)
2. Gambaran Umum Variabel Yang Di Teliti
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu indikator
yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai
kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai
bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM ini menunjukkan seberapa jauh
wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka
harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan
masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang
telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu
wilayah terhadap angka 100, maka semakin dekat jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai sasaran itu.
IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata
sederhana dari tiga indeks yang terdiri dari indeks kesehatan yang diukur
dengan harapan hidup pada saat lahir, indeks pendidikan yang diukur
dengan kombinasi antara harapan lama sekolah dan rata-rata lama
sekolah, serta indeks pengeluaran per kapita yang diukur dengan
pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan atau paritas daya beli.
43
Capaian IPM dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berikut:
IPM < 60 : rendah
60 ≤ IPM < 70 : sedang
70 ≤ IPM < 80 : tinggi
IPM ≥ 80 : sangat tinggi
Data-data yang digunakan dalam penghitungan IPM sebagian besar
bersumber dari data SUSENAS, khususnya data untuk menghitung
indeks kesehatan dan indeks pendidikan. Berikut ini adalah data-data
yang dibutuhkan:
a) Angka harapan hidup saat lahir (Sensus Penduduk 2010, Proyeksi
penduduk)
b) Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (Susenas)
c) PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi/kab/kota,
sehingga diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan
menggunakan data Susenas.
d) Penentuan nilai maksimum dan minimum menggunakan standar
UNDP untuk keterbandingan global, kecuali indeks pengeluaran per
kapita karena menggunakan ukuran rupiah.
a. Indeks Kesehatan (X1)
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan
masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan secara mudah,
murah dan merata, sehingga diharapkan akan tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang baik. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mulai dari
memberikan penyuluhan akan pentingnya pola hidup sehat, menyediakan
44
sarana dan prasarana kesehatan sampai ke daerah-daerah terpencil,
menambah jumlah tenaga kesehatan, mengusahakan obat murah
(generik) hingga asuransi kesehatan dan pengobatan gratis bagi
masyarakat miskin. Dalam penghitungan IPM, angka yang digunakan
sebagai indikator kesehatan adalah angka harapan hidup pada saat lahir
(e0). Angka Harapan Hidup (AHH) yaitu lama tahun yang diharapkan
seseorang masih hidup. Angka ini diasumsikan dapat mencerminkan
derajat kesehatan masyarakat. Jika derajat kesehatan seseorang baik,
maka diasumsikan orang tersebut dapat hidup lebih lama dibandingkan
dengan orang dengan derajat kesehatan dibawahnya. Salah satu
indikator kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah yaitu
meningkatkan angka harapan hidup menjadi 72 tahun.
Pada tahun 2011 hingga tahun 2017, Angka Harapan Hidup
(AHH) Kabupaten Gowa terus meningkat, dari 69,75 hingga 69,95 tahun.
Artinya, rata-rata penduduk Kabupaten Gowa dapat hidup sampai dengan
usia 69,75 tahun pada tahun 2011, sedangkan pada tahun 2017 secara
rata-rata dapat hidup sampai usia 69,95 tahun. Adanya peningkatan
angka harapan hidup menandakan adanya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat di daerah ini, yang dapat digunakan untuk
mengukur capaian atau kinerja pemerintah dalam bidang kesehatan.
45
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa 2011-2017
Gambar 4.1 Angka Harapan Hidup Kabupaten Gowa 2011-2017 (Tahun)
Indikator lain yang dicanangkan pemerintah dapat menjadi tolok
ukur keberhasilan pembangunan kesehatan. Undang-undang No. 17
Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 memberikan perhatian khusus
pada penduduk rentan, yaitu pada ibu, bayi dan anak, usia lanjut serta
keluarga miskin, antara lain menurunnya angka kematian bayi menjadi 24
per 1.000 kelahiran hidup, menurunnya angka kematian ibu melahirkan
menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup serta menurunnya angka gizi
buruk pada balita menjadi kurang dari 15 persen.
Sementara itu, pada tahun 2016, persentase wanita usia 15-49
tahun yang pernah kawin memiliki usia perkawinan pertama 16 tahun ke
bawah sebesar 10,85 persen, sedangkan usia perkawinan pertama 17-19
tahun sebesar 18,19 persen, sisanya adalah usia perkawinan pertama 19-
20 tahun sebesar 24,30 persen dan 21 tahun ke atas sebesar 46,66
persen. Masih tingginya persentase wanita pernah kawin yang memiliki
69,7569,77 69,78 69,78
69,88
69,9269,95
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Angk
a H
arap
an H
idup
Tahun
46
usia perkawinan yang relaitf muda akan berisiko pada kesehatan janin
dan ibu apabila terjadi kehamilan.
Tabel 4.1 Indeks Kesehatan Kabupaten Gowa
Tahun 2011-2017
Tahun Indeks Kesehatan (e0)2011 76.532012 76.572013 76.582014 76.592015 76.742016 76.802017 76.85
Sumber : BPS Gowa, Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten GowaTahun 2017
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa persentase indeks
kesehatan di Kabupaten Gowa setiap tahunnya pada 7 tahun terakhir
mengalami fluktuasi atau berubah-ubah. Ini dapat dibuktikan data dari
tahun 2011 sampai tahun 2017 terus mengalami peningkatan yang cukup
signifikan yaitu prsentasenya 76.53% sampai 76.85%. Hal yang
membuat nilai presentase indeks kesehatan di Kabupaten Gowa
mengalami fluktuasi atau berubah-ubah karena komponen penyusun
indeks kesehatan itu sendiri yang terus mengalami perubahan setiap
tahunnya.
b. Indeks Pendidikan (X2)
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) tahun 2017 sebesar 13,04.
Artinya, seorang anak usia 7 tahun ke atas diharapkan dapat mengenyam
pendidikan formal selama 13,04 tahun, atau minimal hingga semester 2
pada pendidikan tinggi. Angka HLS terus meningkat, dimana tahun 2011
hanya sebesar 11,65 tahun.
47
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa 2011-2017
Gambar 4.2 Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah
Kabupaten Gowa Tahun 2011-2017
Indikator pendidikan lainnya, rata-rata lama sekolah, memberikan
informasi tentang sejauh mana tingkat pendidikan rata-rata yang dicapai
oleh penduduk. Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Gowa pada
tahun 2017 sebesar 7,74 tahun, sedikit meningkat dibandingkan tahun
2016 yang hanya sebesar 7,52 tahun. Dapat dikatakan bahwa penduduk
Kabupaten Gowa rata-rata hanya menyelesaikan pendidikan sampai
kelas 7 saja atau SMP kelas 1. Program nasional wajib belajar 9 tahun
yang dicanangkan pemerintah nampaknya belum memperlihatkan hasil
yang nyata. Hal ini mungkin berkaitan erat dengan tingkat kesadaran
masyarakat yang masih rendah dan kondisi sosial ekonomi yang juga
rendah, sehingga hanya mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai
sekolah dasar saja.
0
2
4
6
8
10
12
14
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
11,65 11,76 12,19 12,45 12,74 13,03 13,04
6,5 6,52 6,74 6,99 7,24 7,52 7,74
Lam
a Se
kola
h (T
ahun
)
Tahun
Harapan Lama Sekolah Rata-rata Lama Sekolah
48
Tabel 4.2 Persentase Penduduk Usia 7 – 24 Tahun Menurut Status
Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gowa Tahun 2017
Status PendidikanJenis Kelamin
Laki-laki PerempuanTidak/Belum Pernah Sekolah 0.62 -
Masih Sekolah
SD/MI/Paket A 35.62 33.37SMP/MTs/Paket B 11.10 15.13SMA/SMK/MA/Paket C 17.02 13.80Diploma I s.d Universitas 8.40 9.20
Tidak Bersekolah Lagi 27.24 28.50Jumlah 100.00 100.00
Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Sulawesi Selatan
2017
Berdasarkan status pendidikan dan jenis kelamin, persentase
penduduk usia 7-24 tahun yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 0,62
persen untuk penduduk laki-laki. Selain itu, status pendidikan penduduk
yang masih sekolah persentasenya semakin mengecil sejalan dengan
tingginya status pendidikan. Pada tingkat SD/MI/Paket A untuk penduduk
laki-laki sebesar 35,62 persen, sedangkan penduduk perempuan sebesar
33,37 persen. Persentase tersebut terus mengecil hingga pada tingkat
pendidikan Diploma I sampai dengan Universitas hanya mencapai 8,4
persen untuk penduduk laki-laki dan 9,2 persen untuk penduduk
perempuan.
Tabel 4.3 Indeks Pendidikan Kabupaten Gowa Tahun 2011-2017
Tahun Indeks Pendidikan2011 6.502012 6.522013 6.742014 6.992015 7.242016 7.522017 7.74
Sumber : BPS Gowa, Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten GowaTahun 2017
49
Dari tabel diatas kita ketahui bahwa presentase pendidikan di
Kabupaten Gowa dalam hal ini yaitu rata-rata lama sekolah di
kabupaten Gowa mengalami perubahan atau fluktuatif, hal ini dapat
dilihat dari setiap tahunnya mulai dari tahun 2011-2017 indeks
pendidikan di Kabupaten Gowa mengalami peningkatan kenaikan terus
menerus. Walaupun terus mengalami peningkatan, pemerintah harus
membuat suatu terobosan-terobosan demi meningkatkan kualitas
pendidikan. Apalagi pemerintah pusat telah menyetujui alokasi sektor
pendidikan sebesar 20 % dari APBN. (Indikator Kesahjateraan
Masyarakat Kabupaten Gowa).
c. Indeks Pengeluaran Per Kapita Yang Disesuaikan (X3)
Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai
pengeluaran per kapita dan paritas daya beli. Salah satu parameter untuk
melihat keberhasilan pembangunan adalah dengan melihat daya beli
masyarakatnya. Pendekatan yang digunakan untuk mengukur daya beli
yaitu dengan melihat pendapatan yang diterima oleh masyarakat. IPM
metode lama menggunakan PDB per kapita, namun metode baru
menggunakan PNB karena lebih menggambarkan pendapatan
masyarakat pada suatu wilayah.
50
Tabel 4.4 Indeks Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Gowa
Tahun 2011-2017
Tahun Indeks Pengeluaran Per Kapita
2011 64.662012 64.882013 65.012014 65.222015 65.452016 65.942017 66.95
Sumber : BPS Gowa, Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten GowaTahun 2017
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa indeks pengeluaran
per kapita di Kabupaten Gowa pada 7 tahun mengalami fluktuasi atau
berubah-ubah pada tahun 2011 – 2017 terus mengalami kenaikan yang
cukup signifikan. Selisih kenaikan yang paling besar ada pada tahun
2015-2016 dengan nilai persentase kenaikan 65.45%-65.94%.
d. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gowa (Y)
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro
untuk melihat kinerja perekonomian secara riil di suatu wilayah. Laju
pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan perubahan PDRB atas dasar
harga konstan tahun yang bersangkutan terhadap tahun sebelum-nya.
Pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai pertambahan jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua lapangan usaha kegiatan
ekonomi yang ada di suatu wilayah selama kurun waktu setahun.
Berdasarkan harga konstan 2010, nilai PDRB Gowa pada tahun
2018 meningkat. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya
produksi diseluruh lapangan usaha yang sudah bebas dari pengaruh
inflasi. Nilai PDRB Gowa atas dasar harga konstan 2010, mencapai 12,82
51
triliun rupiah. Angka tersebut naik dari 11,97 triliun rupiah pada tahun
2017. Hal tersebut menunjuk-kan bahwa selama tahun 2018 terjadi
pertumbuhan ekonomi sebesar 7,11 persen, lebih rendah jika
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang
mencapai 7,21 persen.
Tabel 4.5 Laju Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Lapangan Usaha Kabupaten Gowa Tahun 2011-2017
Tahun PDRB (Rupiah)2011 766,451,316,000,000.002012 828,911,315,000,000.002013 907,000,215,000,000.002014 972,016,964,000,000.002015 1,038,021,868,000,000.002016 1,116,602,195,000,000.002017 1,197,135,893,000,000.00
Sumber : BPS Gowa Tahun 2017
Sumbangan PDRB yang meningkat dari tahun ke tahun
merupakan sumbangan dari sektor ekonomi berbagai lapangan usaha.
Sektor-sektor tersebut meliputi sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan; sektor pertambangan dan galian; sektor industri
pengolahan; sektor listrik, gas dan air; sektor bangunan; sektor
perdagangan, restoran dan hotel; sektor angkutan dan komunikasi; sektor
bank dan lembaga keuangan; sektor jasa-jasa. Sumbangan PDRB di
Kabupaten Gowa yang paling besar adalah sektor pertanian.
B. Penyajian Data (Hasil Penelitian)
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini menggunakan analisis data regresi linier
berganda dengan menggunakan uji asumsi klasik. Regresi linier
berganda digunakan karena dalam penelitian ini mencakup dari empat
52
variabel (termasuk variabel Y), dimana dalam regresi linier berganda
variabel (Y) merupakan variabel terikat yang tergantung pada tiga
variabel bebas (X). Hasil analisis regresi linear berganda dapat dilihat
tabel pada hasil analisis regresi linear berganda yang merupakan
output aplikasi SPSS 20.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi
Variabel Independen B t-hitung Sign
Indeks Kesehatan (X1) -14.380 -0.599 0.592Indeks Pendidikan (X2) 2.814 4.507 0.020Indeks Pengeluaran (X3) 2.443 0.995 0.393
Konstanta 32.689
f-hitung 75.858
Adjusted R2 0.974
R Square 0.987Data diolah SPSS 20
Y = 0+ 1ln 1+ 2ln 2+ 3ln 3+μY= 32.689+ (-14.380) X1 + 2.814 X2 + 2.443 X3 + μ
Berdasarkan persamaan regresi berganda seperti diatas,
selanjutnya dapat diinterprestasikan sebagai berikut:
a) Nilai koefisien 0 sebesar 32.689 berarti apabila variabel indeks
kesehatan (X1), indeks pendidikan (X2), dan indeks Pengeluaran
Per Kapita (X3) sama dengan nol maka pertumbuhan ekonomi
(Y) sebesar 32.689.
b) Nilai koefisien 1 sebesar -14.380. Artinya setiap peningkatan
indeks kesehatan sebesar 1 % akan mengakibatkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi sebesar 14.38% dengan asumsi variabel
lainnya konstan atau tetap. Koefisien bernilai negatif artinya
53
terjadi hubungan negatif antara indeks kesehatan dengan
pertumbuhan ekonomi.
c) Nilai koefisien 2 2.814. Artinya setiap peningkatan indeks
pendidikan sebesar 1%, maka mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi sebesar 2.814%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi
hubungan positif antara indeks pendidikan dengan pertumbuhan
ekonomi.
d) Nilai koefisien 3 sebesar 2.443. Artinya setiap peningkatan
indeks pengeluaran per kapita sebesar 1 % maka akan
mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar
2.44%. Koefisien yang bernilai positif artinya terjadi hubungan
positif antara indeks pengeluaran per kapita dengan
pertumbuhan ekonomi.
2. Koefisien Determinasi Berganda (R2)
Untuk mengetahui konstribusi koefisien regresi antara variabel
bebas dengan variabel terikat maka digunakan koefisien determinasi
(R²). Apabila nilai koefisien determinasi mendekati 1 maka pengaruh
dari variabel bebas terhadap variabel terikat adalah kuat, apabila (R²)
adalah 0 maka tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Berdasarkan tabel 4.6 dari hasil analisis diketahui bahwa nilai
koefisien (R2) sesuai dengan kriteria pengujian R2 = 0.987 yang
artinya bahwa 98.7% menunjukkan besarnya persentase variasi
output (X1) indeks kesehatan, (X2) indeks pendidikan, (X3)
pengeluaran per kapita mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan
54
ekonomi. Data tersebut juga menunjukkan bahwa variabel bebas
mampu menjelaskan persentase sumbangan terhadap pertumbuhan
ekonomi sebesar 98.7%, sedangkan sisanya 1.3% perubahan
besarnya laju pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh faktor lain
diluar model peneltian ini.
Adjusted R square adalah nilai R square yang telah disesuaiakan,
nilai ini selalu lebih kecil dari R square dan angka ini bisa bernilai
negatif, kelemahan mendasar dari determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, setiap
tambahan satu variabel independen maka R square akan meningkat
tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena itu, banyak
peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R square
pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak sama
dengan R square nilai adjusted R square dapat naik atau turun jika
suatu variabel independen ditambah ke dalam model (Ghozali, 2009).
Berdasarkan data tersebut diatas nilai adjusted R square yaitu 0,974
atau 97.4% maka dapat dikatakan bahwa variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen karena nilai adjusted R
square mendekati 1.
3. Uji Hipotesis
a. Uji F Statistika
Untuk mengetahui adanya pengaruh (X1) indeks kesehatan,
(X2) indeks pendidikan, (X3) pengeluaran per kapita terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gowa secara bersama–sama
55
digunakan alat analisis yaitu uji F (Ftest). Kriteria pengambilan
keputusan dalam uji F ini yaitu apabila nilai probabilitas Fhitung ≥
0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, dengan kata lain bahwa
secara bersama–sama variabel (X1) indeks kesehatan, (X2) indeks
pendidikan , (X3) indeks pengeluaran per kapita tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gowa (Y).
Sebaliknya, apabila nilai probabilitas ℎ <0,05 maka H0 ditolak
dan Ha diterima, yang berarti bahwa secara bersama-sama variabel
(X1) indeks kesehatan, (X2) indeks pendidikan, (X3) indeks
pengeluaran per kapita berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Gowa (Y).
Tabel 4.7 Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression .029 3 .010 75.858 .003b
Residual .000 3 .000
Total .029 6
a. Dependent Variabel: Pertumbuhan Ekonomi
b. Predictors: (Constant), Indeks Pengeluaran Per Kapita (X3), Indeks Pendidikan (X2), Indeks
Kesehatan (X1)Data diolah SPSS 20
Dari hasil regresi diperoleh F sebesar 75.858 dengan
signifikan sebesar 0.003 artinya bahwa analisis ini signifikan
dengan tingkat signifikansi kurang dari 5% maka H0 ditolak dan
Ha diterima. Dengan kata lain secara bersama-sama variabel
indeks kesehatan (X1), indeks pendidikan (X2), indeks
pengeluaran per kapita (X3) berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Gowa (Y).
56
b. Uji Parsial T
Uji t dalam analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat signifikansi pengaruh secara parsial antara variabel bebas
biaya operasional (X1), indeks kesehatan (X2), indeks pendidikan
(X3) indeks pengeluaran per kapita terhadap pertumbuhan Ekonomi
di Kabupaten Gowa (Y). Kriteria pengujian untuk uji t antara lain:
bila nilai probabilitas thitung <0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
berarti ada pengaruh signifikasi antar variabel bebas terhadap
variabel terikat; dan bila nilai probabilitas thitung >0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak sehingga tidak ada pengaruh yang
signifikan antar masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat.
1) Pengaruh Indeks Kesehatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Kab Gowa.
Berdasarkan tabel 4.6 nilai signifikasi untuk variabel
indeks kesehatan (X1) adalah 0.592 dinyatakan lebih besar dari
taraf α : 0,05 (0,592>0,05) hal ini ditunjukkan juga dengan niai
ℎ : -0.599 dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
variabel indeks kesehatan (X1) tidak berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Gowa.
57
2) Pengaruh Indeks Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Kabupaten Gowa.
Berdasarkan tabel 4.6 nilai sifgnifikasi untuk variabel
indeks pendidikan (x2) adalah 0.020 dinyatakan lebih kecil dari
nilai signifikasi α : 0.05 (0.020 < 0.05) hal ini ditunjukkan
dengan nilai ℎ : 4.507 sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel indeks pendidikan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gowa, dengan
demikian penelitian ini menolak ℎ0 dan menerima ℎ .
3) Pengaruh Indeks Pengeluaran Per Kapita Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gowa.
Berdasarkan tabel 4.6 nilai signifikan untuk variabel
pengeluaran per kapita atau paritras daya beli (X3) adalah
0.393 dinyatakan lebih besar dari taraf signifikan α : 0,05 (0,393
> 0,05) dengan nilai ℎ adalah sebesar 0.995 dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel indeks pengeluaran
per kapita (X3) tidak pengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa. Dengan demikian
dalam penelitian ini menolak ℎ dan menerima ℎ0.
4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik (classical assumptions) adalah uji statistik untuk
mengukur sejauh mana sebuah model regresi dapat disebut sebagai
model yang baik. Model regresi disebut sebagai model yang baik jika
model tersebut memenuhi asumsi-asumsi klasik yaitu multikolineralitas,
autokorelasi, heteroskedastisitas, dan normalitas. Proses pengujian
58
asumsi klasik menggunakan SPSS dilakukan bersamaan dengan proses
uji regresi sehingga langkah-langkah manggunakan langkah kerja yang
sama dengan uji regresi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode
untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode
analisis grafik. Baik dengan melihat grafik secara histogram ataupun
dengan melihat secara Normal Probability Plot. Normalitas data
dapat dilihat dari penyebaran dua (titik) pada sumbu diagonal pada
grafik normal P-Plot atau dengan melihat histogram dari rasidualnya
sebagaimana dengan yang terlihat pada gambar berikut:
Data diolah SPSS 20
Gambar 4.3 Grafik Histogram
59
Dari gambar 4.3 diatas terlihat bahwa pola distribusi
mendekati normal, karena data mengikuti arah garis grafik
histogramnya.
Data diolah SPSS 20
Gambar 4.4 Grafik Normal P.Plot
Dari gambar 4.4 Normal Probability Plot diatas menujukkan bahwa
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
dan menujukkan pola distribusi normal, sehingga dapat disimpulkan
bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antara yang tinggi diantara variabel
bebas. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang
tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai toleransi
rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF= 1/Tolerance) dan
60
menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cotuff yang umum
dipakai adalah tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 5.
Berdasarkan pada aturan Variance Inflation Factor (VIF) dan
tolerance, maka apabila VIF melebihi angka 5 atau tolerance kurang dari
0,5 maka dinyatakan terjadi gejalah multikolinearitas. Sebaliknya apabila
nilai VIF kurang dari 5 atau tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan
tidak terjadi gejala multikolinearitas.
Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
BStd. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 32.689 42.217 .774 .495
Indeks Kesehatan (X1)
-14.380 24.015 -.150 -.599 .592 .069 14.494
Indeks Pendidikan (X2)
2.814 .624 .969 4.507 .020 .094 10.665
Indeks Pengeluaran Per Kapita (X3)
2.443 2.455 .182 .995 .393 .130 7.721
Data diolah SPSS 20
Berdasarkan tabel 4.8, maka dapat diketahui nilai VIF untuk
masing-masing variabel kesehatan dan variabel pendidikan niali VIFnya >
10 yang artinya terjadi multikorelasi. Sedangkan variabel pengeluaran per
kapita nilai VIFnya < 10 ini artinya tidak terjadi multikorelasi.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi antara anggota-
anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu. Uji
61
autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan
asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi antara residual satu
pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Pengujian ini
menggunakan Durbin Watson dan hasil uji autokorelasi untuk penelitian
ini dapat dilihat pada tabel uji Durbin Watson berikut ini:
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi
Model RR
Square
Adjusted R
SquareDurbin-Watson
1 .993a .987 .974 1.942
Data diolah SPSS 20
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Waston
menunjukkan nilai 2.345 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien bebas
dari gangguan autokorelasi.
d. Uji Heteroksedastisitas
Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
varian berbeda disebut Heteroksedastisitas. Adapun hasil pengujian
penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
62
Data diolah SPSS 20Gambar 4.5 Uji Heterokedastisitas
Dari grafik Scatterplot tersebut, terlihat titik–titik menyebar secara
acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar
baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak
terjadi heretoskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi
layak dipakai untuk memprediksi pengaruh variabel berdasarkan
masukan variabel independennya.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kesehatan,
pendidikan dan pengeluaran per kapita terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Gowa. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari uji F dan uji t serta
koefisien regresi dari masing-masing variabel.
Hasil regresi secara parsial melalui uji t dari variabel bebas yaitu indeks
kesehatan (X1) pada analisis data menunjukkan tidak berpengaruh nyata
atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, indeks pendidikan (X2)
menunjukkan hasil signifikan dan mempunyai pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel pengeluaran per kapita (X3)
63
berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Gowa. Hal ini dibuktikan dari hasil uji t dan nilai koefisien regresi dari
masing-masing variabel bebas tersebut.
1. Pengaruh Indeks Kesehatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Kabupaten Gowa.
Hasil penelitian menemukan bahwa indeks kesehatan tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh indeks kesehatan tampaknya tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gowa.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Muhlisani, 2017) hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
dengan demikian ada pengaruh indeks kesehatan, terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan.
Sedangkan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Syam, 2014) hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa dengan
demikian tidak ada pengaruh indeks kesehatan, terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Sulawesi Selatan.
2. Pengaruh Indeks Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Kabupaten Gowa.
Hasil Penelitian menemukan bahwa indeks pendidikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh indeks pendidikan tampaknya berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gowa.
64
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lilya,
2014) bahwa hasil penelitian ini menyatakan pendidikan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali.
Hasil Penelitia ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yunita (2012) tngkat pembangunan manusia yang tinggi sangat
menentukan kemampuan penduduk dalam menyerap dan mengelola
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, baik kaitannya dengan teknologi
maupun terhadap kelembagaan sebagai sarana penting untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia merupakan perwujudan
tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan
pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia disekeliling
pembangunan.
3. Pengaruh Pengeluaran Per Kapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Kabupaten Gowa.
Hasil penelitian ini menujukkan tidak berpengaruh dan signifikan
dikatakan tidak signifikan karena pengeluaran per kapita di Kabupaten
Gowa tidak berpengaruh secara langsung, hal ini berarti bahwa jika
tingkat pengeluaran per kapita masyarakat meningkat maka akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi mungkin memerlukan waktu
yang lama.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fatmawati dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Komponen
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2006-2015,
65
hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel pengeluaran per kapita
berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap PDRB Sulawesi
Selatan.
Penelitian ini sejalan dengan Yunita (2012), bahwa pengeluaran per
kapita merupakan salah satu capaian pembangunan manusia dalam
mewujudkan kehidupan yang layak terkait dengan konsumsi riil per
kapita. Kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan
pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya konsumsi per kapita sebagai
pendekatan pendapatan yang mewakili pencapaian pembangunan untuk
hidup layak. Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat jika terjadi
peningkatan konsumsi riil per kapita, yaitu peningkatan nominal
pengeluaran rumah tangga lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode
yang sama. Hal ini bermakna bahwa jika tingkat kesejahteraan
masyarakat meningkat, maka secara makro akan meningkatkan PDRB,
yang tentunya berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi. (Yunita,
2012).
66
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta hasil
analisis yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Indeks Kesehatan dalam hal ini yang dihitung dengan simbol Angka
Harapan Hidup (AHH) mempunyai hasil dengan perhitungan
statistika menjelaskan bahwa variabel angka harapan hidup tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gowa.
Dengan taraf perhitungan sebesar 0,992.
2. Variabel indeks pendidikan dengan kategori Rata-rata Lama Sekolah
(RLS) dengan hasil perhitungan statisstika sebesar 0,66 yang artinya
variabel ini berpengaruh secara statistika terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Gowa.
3. Sedangkan variabel indeks pengeluaran per kapita dengan
perhitungan statistika sebesar 0,701 yang artinya variabel ini tidak
berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Gowa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, maka saran yang
dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Angka harapan hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun
sejak lahir, AHH mencerminkan derajat kesehatan masyarakat,
angka harapan hidup dihitung menggunakan metode tidak langsung
indirect estimation. Angka harapan hidup di Kabupaten Gowa yang
67
cukup menurun kiranya tetap mendapat perhatian dari pemerintah
dengan cara meningkatkan derajat kesehatan baik melalui perbaikan
fasilitas, sarana dan prasarana kesehatan bagi masyarakat.
2. Kualitas sumber daya manusia pada kualitas pendidikan artinya
semakin tinggi jenjang pendidikan yang berhasil dilalui, semakin baik
sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut, derajat
pendidikan masyarakat Kabupaten Gowa masih perlu ditingkatkan
khususnya pada tinggat SLTA sederajat ke jenjang S1 ke atas, faktor
yang memepengaruhi masyarakat Kabupaten Gowa kurang
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena lapangan
pekerjaan yang mereka tekuni yaitu umunya pada bidang pertanian
sehingga mereka kurang memeperhatiakn pendidikan, mereka
menganggap bahwa mereka tidak perlu berpendidikan tinggi karean
dengan keadaan pekerjaan yang mereka tekuni, sehingga disinilah
perlu peranan pemerintah untuk mengubah sudut pandang atau
pardigma masyarakat tentang pendidikan, dan lebih meningkatkan
kesadaran msyarakat akan pentingnya mempunyai pendidikan yang
tinggi.
3. Konsumsi per kapita di tahun terakhir berdasarkan data yang
diambil cukup ,mengalami peningkatan menggambarkan bahwa
semakin membaiknya kemampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu pemerintah tetap harus
memberikan perhatian terhadap masyarakat agar konsumsi per
kapita bisa lebih meningkat tahun berikutnya dan tentunya agar
68
menambah atau meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa
yang akan datang.
69
68
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa. 2011. Gowa Dalam Angka 2011. Gowa.(https://gowakab.bps.go.id/publication/download, diakses 21 April 2019).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa. 2017. Indeks Pembangunan Manusia2017. Gowa. (https://gowakab.bps.go.id/publication/download, diakses 15 April 2019).
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. 2011. Laju PertumbuhanEkonomi. Sulawesi Selatan.
Bhakti, Muhammad. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia.Jurnal. 2008.Universitas Islam Indonesia.
Domar, evyes. 1952. A Theoretical Analysis of Economic Growth. AER
Fatmawati. 2017. Pengaruh Komponen Indeks Pembangunan Manusia TerhadapProduk Domestic Regional Bruto Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2006-2015. Makassar. Universitas Hasanuddin.
Faturrohmin, Rahmawati. Pengaruh PDRB, Harapan Hidup dan Melek Hurufterhadap Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di JawaTengah). Skripsi: Program Sarjana Jurusan Ilmu Ekonomi dan StudiPembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah,Jakarta. 2011.
Harrod, Roy. 1939. The Economic Journal. An Essay in Dynamic Theory. 49(193):14-33.
Irmayanti. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap PertumbuhanEkonomi di Kabupaten Polewali Mandar. Skripsi:Program Sarjana
JurusanIlmu Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin, Makassar. 2017.
Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: Grafindo Persada.
Lilya, Nyoman. Pengaruh Komponen Indeks Pembangunan Manusia terhadapPertumbuhan Provinsi Bali. Jurnal: Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Udayana. 2014.
69
Mahrany, Yunita. Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan ManusiaTerhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan. Jurnal. 2012.
Muhlisani, Nadiah. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadapPertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Enrekang. Skripsi: Program Sarjana Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Alauddin, Makassar. 2017.
Ramirez, A.,G. Ranis dan Stewart, Economics Growth and Human Capital. QEHWorking Paper No. 18, 1998.
Sabar, Wardihan. 2013. Determinan Pertumbuhan Ekonomi. Analisis determinanyang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Enrekang tahun 2012. Vol 3, No 1, (https://ojs.unm.ac.id/JEEP/article/view/4160/, diakses 20 April 2019).
Samarta, T. 2014. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PertumbuhanEkonomi , dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2012. Yogyakarta. Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. (https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10152/SKRIPSI%20Sylvia%20Yasmin%20Supraba.pdf?sequence=1&isAllowed=y/,diakses 20 April 2019)
Sukirno, Sadon. Pengantar Teori Makro Dan Mikro Ekonomi. Jakarta : BimaGrafika.H.A 423. 2000.
Syam, Fajar Hidayat. Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Selatan Tahun 2014
Todaro, Machkel P Dan Stephen C Smith . Pembangunan Ekonomi Edisi Ke-9.Terjemahan Oleh Haris Munandar Dan Puji. 2011.
Yunita Mahrany. Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan ManusiaTerhadap pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan. Jurnal: SarjanaFakultas ekonomidan Bisnis Universitas Hasanuddin, Makassar. 2012.
70
L
A
M
P
I
R
A
N
OLAHAN DATA EXCEL VARIABEL X1, X2, X3 DAN Y
TahunINDEKS
KESEHATAN (X1)
INDEKS PENDIDIKAN
(X2)
INDEKS PENGELUARAN
(X3)PDRB HARGA KONSTAN
2011
76,53 54,01
64,66
766.451.316.000.000,00
2012
76,57 54,40
64,88
828.911.315.000.000,00
2013
76,58 56,31
65,01
907.000.215.000.000,00
2014
76,59 57,87
65,22
972.016.964.000.000,00
2015
76,74 59,53
65,45
1.038.021.868.000.000,00
2016
76,80 61,26
65,94
1.116.602.195.000.000,00
2017
76,85 62,02
66,95
1.197.135.893.000.000,00
Data diolah SPSS 20
OLAHAN DATA EXCEL X1,X2, X3, DAN Y SETELAH DI LOGARITMA
Tahun Indeks Kesehatan
Indeks Pendidikan
Indeks Pengeluaran
PerkapitaPDRB
2011 1,883831713 1,732474177 1,8106357 14,884484572012 1,884058647 1,7355989 1,812110841 14,918508072013 1,884115362 1,750585527 1,812980166 14,957607392014 1,88417207 1,762453482 1,814380794 14,987673842015 1,885021795 1,774735883 1,815909651 15,01620652016 1,88536122 1,787176992 1,819148943 15,047898482017 1,885643872 1,792531762 1,825750581 15,07814345
Hasil Uji Normalitas
Data diolah SPSS 20
Hasil Uji Multikolineritas
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
BStd. Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 32.689 42.217 .774 .495
Indeks Kesehatan (X1)
-14.380 24.015 -.150 -.599 .592 .069 14.494
Indeks Pendidikan (X2)
2.814 .624 .969 4.507 .020 .094 10.665
Indeks Pengeluaran Per Kapita (X3)
2.443 2.455 .182 .995 .393 .130 7.721
Data diolah SPSS 20
Hasil Uji Autokolerasi
Model R R SquareAdjusted R
SquareDurbin-Watson
1 .993a .987 .974 1.942
Data diolah SPSS 20
Uji Simultan (Uji F)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression .029 3 .010 75.858 .003b
Residual .000 3 .000
Total .029 6
Data diolah SPSS 20
Hasil Analisis Regresi
Variable Independen B t-hitung Sign
Indeks Kesehatan (X1) -14.380 -0.599 0.592Indeks Pendidikan (X2) 2.814 4.507 0.020Indeks Pengeluaran (X3) 2.443 0.995 0.393
Konstanta 32.689
f-hitung 75.858
Adjusted R2 0.974
R Square 0.987Data diolah SPSS 20
Uji Heterokedastisitas
Data diolah SPSS 20
Grafik Histogram
Data diolah SPSS 20
BIOGRAFI PENULIS
Bella Meisy Bhuana Sari lahir di Makassar pada tanggal 16 Mei
1997 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Soedjarnoto
dan Ibu Mukminah. Peneliti sekarang bertempat tinggal di
Kompleks TNI-AU Panaikang, Kota Makassar. Penulis telah
menempuh pendidikan sebagai berikut, penulis masuk di SD
Negeri Panaikang III Makassar dan lulus tahun 2009, kemudian
melanjutkan ke SMP Negeri 23 Makassar dan lulus pada tahun 2012, setelah lulus
dari SMP kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan tingkat lanjut SMA Negeri 05
Makassar dan lulus pada tahun 2015, pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan ke tingkat perguruan tinggi pada jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar program strata
satu sampai sekarang. Sebagai tugas akhir, maka penulis menulis sebuah skripsi
yang berjudul “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Kabupaten Gowa Tahun 2011-2017”.