23
PENGARUH INDEPENDENSI DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT, STUDI KASUS AUDITOR KAP DI SUMATERA BARAT Yossi Septriani Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang ABSTRACT This research aimed to investigate the effect of auditor’s independency and competency on audit quality conducted by independent auditors who work in accounting firms in West Sumatera. The research sample were determined using cencus method and data were collected using adopted and modified questionnaire from several previous researches. Population of this research is auditors who work in 7 listed public accounting firms in West Sumatera. The respondent’s profile were dominated by junior auditors age 20-30 years old with working experience between 0- 5 years. Only few of senior auditors and managers/supervisors with working experience 6 to 15 years were able to fill the questionnaires. From 50 distributed questionnaires, only 40 sets of them were eligible to be tested and analyzed using SPSS ver. 16. for windows. The result showed that auditor’s independency had a significant effect on audit quality conducted by auditors who work in public accounting firms. This can be defined as the more independent the auditor is the higher audit quality would be performed. The same result also goes for auditor’s competency. It was proved that auditor’s competency also had significant effect on audit quality. Simultaneously both of independency and competency of auditor had significant effect on audit quality conducted by auditors who work in public accounting firms in West Sumatera. Keywords: audit quality, independency, competency PENDAHULUAN Standar Audit - Standar Umum mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melakukan audit. Selain standar audit auditor juga diharuskan untuk menjunjung tinggi dan mematuhi kode etik profesi selama menjalankan tugas profesionalnya. Kode etik mengatur tentang tanggung jawab profesi dimana seorang auditor dituntut untuk memiliki kompetensi yang cukup, mempertahankan independensi, menjaga integritas yang tinggi dan bersikap objektif selama melaksanakan audit. Semua aturan dan standar tersebut diberlakukan untuk menjaga kepercayaan para pemakai laporan keuangan terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh Akuntan Publik. Kualitas audit didefenisikan sebagai kemungkinan (joint probability)

pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

  • Upload
    vanthu

  • View
    222

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

PENGARUH INDEPENDENSI DAN KOMPETENSI

AUDITOR

TERHADAP KUALITAS AUDIT,

STUDI KASUS AUDITOR KAP DI SUMATERA BARAT

Yossi Septriani Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang

ABSTRACT

This research aimed to investigate the effect of auditor’s independency and

competency on audit quality conducted by independent auditors who work in

accounting firms in West Sumatera. The research sample were determined using

cencus method and data were collected using adopted and modified questionnaire

from several previous researches. Population of this research is auditors who work in

7 listed public accounting firms in West Sumatera. The respondent’s profile were

dominated by junior auditors age 20-30 years old with working experience between 0-

5 years. Only few of senior auditors and managers/supervisors with working

experience 6 to 15 years were able to fill the questionnaires. From 50 distributed

questionnaires, only 40 sets of them were eligible to be tested and analyzed using

SPSS ver. 16. for windows. The result showed that auditor’s independency had a

significant effect on audit quality conducted by auditors who work in public accounting

firms. This can be defined as the more independent the auditor is the higher audit

quality would be performed. The same result also goes for auditor’s competency. It

was proved that auditor’s competency also had significant effect on audit quality.

Simultaneously both of independency and competency of auditor had significant effect

on audit quality conducted by auditors who work in public accounting firms in West

Sumatera.

Keywords: audit quality, independency, competency

PENDAHULUAN

Standar Audit - Standar Umum

mengharuskan auditor untuk memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang

cukup dalam melakukan audit. Selain

standar audit auditor juga diharuskan

untuk menjunjung tinggi dan mematuhi

kode etik profesi selama menjalankan

tugas profesionalnya. Kode etik

mengatur tentang tanggung jawab

profesi dimana seorang auditor dituntut

untuk memiliki kompetensi yang cukup,

mempertahankan independensi,

menjaga integritas yang tinggi dan

bersikap objektif selama melaksanakan

audit. Semua aturan dan standar

tersebut diberlakukan untuk menjaga

kepercayaan para pemakai laporan

keuangan terhadap kualitas audit yang

dihasilkan oleh Akuntan Publik.

Kualitas audit didefenisikan

sebagai kemungkinan (joint probability)

Page 2: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 79

bahwa auditor akan menemukan

pelanggaran yang terjadi dalam sistem

akuntasi klien dan melaporkannya

dalam laporan keuangan auditan (De

Angelo (1981) dalam Baotham et.al

(2009). Sementara kualitas audit sendiri,

menurut AAA Financial Committee

(2000) (dalam Christiawan; 2002)

ditentukan oleh dua hal yaitu

kompetensi dan independensi auditor.

Kualitas audit yang baik dapat

dihasilkan jika auditor memiliki

kompetensi yang memadai untuk

melakukan audit yang disertai dengan

sikap bebas tidak memihak

(independen). Beberapa penelitian

terdahulu menemukan bahwa kualitas

audit dapat dipengaruhi oleh

independensi dan kompetensi auditor

seperti yang dilakukan oleh Mayangsari

(2003), Suraida (2005), Harhinto (2004)

dan Elfarini (2007) yang menemukan

bahwa kompetensi dan independensi

auditor yang berpengaruh secara

signifikan baik parsial ataupun simultan

terhadap kualitas audit. Hal ini diperkuat

oleh Alim.,dkk (2007), Huntoyungo

(2009) yang menyimpulkan bahwa

keahlian auditor dan independensi

berpengaruh positif terhadap kualitas

audit. Sedangkan penelitian yang

dilakukan Sukriah.dkk (2009)

menemukan bahwa independensi tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit.

Kode Etik Profesi dan Pernyataan Standar Audit menekankan sekali pentingnya independensi karena independensi merupakan dasar dari prinsip objektifitas dan integritas. Arens, et.al, (2011;74) menyatakan bahwa independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit. Independensi ini sangat penting karena alasan banyaknya pengguna laporan keuangan bersedia mengandalkan laporan audit eksternal terhadap kewajaran laporan keuangan eksternal adalah karena ekspektasi mereka atas

sudut pandang yang tidak bias dari auditor. Penelitian yang dilakukan oleh

Supriyono (1988) mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi

independensi penampilan akuntan

publik menemukan bahwa kepentingan

keuangan dan hubungan usaha dengan

klien, jasa non audit, lamanya hubungan

auditor dengan klien, persaingan antar

KAP, ukuran KAP serta audit fee secara

signifikan mempengaruhi independensi

penampilan akuntan publik.

Meskipun independensi sangat

penting auditor juga harus memiliki

kompetensi yang memadai dalam

melakukan audit dalam artian memiliki

pengetahuan/ keahlian dan pengalaman

memadai dalam bidang auditing dan

akuntansi seperti yang diatur dalam

Standar Auditing Standar Umum.

Pengalaman auditor dalam melakukan

audit atas laporan keuangan dapat

dilihat dari segi lamanya waktu maupun

banyaknya penugasan yang pernah

ditangani. Semakin banyak

pengalaman, auditor semakin dapat

menghasilkan berbagai macam dugaan

dalam menjelaskan temuan audit,

sehingga turut mempengaruhi kualitas

audit (Suraida; 2005). Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa

pengalaman berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit seperti yang

dilakukan oleh Nurchasanah dan

Rahmanti (2003), Harhinto (2004),

Elfarini (2007), Purnomo (2007), Alim

dkk (2007), dan Sukriah (2009).

Para pemakai laporan

keuangan mendasarkan keputusan

mereka pada laporan keuangan hasil

audit, sehingga informasi yang terdapat

dalam laporan keuangan hendaknya

bebas dari salah saji material dan tidak

menyesatkan. Beberapa kasus

kegagalan audit/ skandal keuangan baik

di luar ataupun di dalam negeri masih

Page 3: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

80 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100

menjadi sorotan masyarakat luas mulai

dari Kasus Enron, WorldCom, Tyco, dll

di Amerika Serikat, hingga beberapa

kasus di dalam negeri seperti indikasi

pelanggaran berat oleh 10 KAP saat

mengaudit bank-bank yang dilikuidasi

pada tahun 1998 yang berujung pada

diambilnya tindakan oleh Majelis

Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI) dan kasus-kasus lain yang

kemudian menimbulkan banyak

pertanyaan seputar independensi,

kompetensi dan kualitas audit oleh

akuntan publik. Hal tersebut menarik

penulis untuk melakukan penelitian

mengenai pengaruh independensi dan

kompetensi terhadap kualitas audit yang

dilakukan oleh akuntan publik dengan

mengambil studi kasus auditor KAP di

Sumatera Barat.

Berdasarkan latar belakang

masalah di atas, permasalahan yang

dapat dijadikan objek penelitian adalah

apakah independensi dan kompetensi

auditor berpengaruh secara parsial

maupun simultan terhadap kualitas audit

dengan studi kasus pada auditor KAP di

Sumatera Barat?

Kajian Teori dan Penelitian Terdahulu

Kualitas Audit

Kualitas audit didefenisikan

sebagai kemungkinan (joint probability)

bahwa auditor akan menemukan

pelanggaran yang terjadi dalam sistem

akuntasi klien dan melaporkannya

dalam laporan keuangan auditan (De

Angelo, 1981 dalam Alim,. dkk (2007).

Selain itu, beberapa peneliti

memberikan defenisi tentang kualitas

audit, meliputi 1) probabilitas bahwa

auditor dengan baik dan benar akan

menemukan kesalahan material,

kekeliruan ataupun kelalaian dalam

laporan keuangan, 2)probabilitas bahwa

auditor tidak akan mengeluarkan

laporan wajar tanpa pengecualian untuk

laporan yang mengandung kesalahan

material (Lee at.al 1999 dalam Baotham

et.al., 2009), 3) ketepatan pelaporan

informasi auditor (Davidson dan Neu

1993) dan 4) mengukur kemampuan

audit untuk mengurangi kebisingan dan

bias dan meningkatkan ketelitian dalam

data akuntansi (Wallace,1980 dalam

Baotham et al., 2009, dalam Sari, 2011).

Kane dan Velury (2005) dalam Sari

(2011), mendefenisikan kualitas audit

sebagai kapasitas auditor eksternal

untuk mendeteksi terjadinya kesalahan

material dan bentuk penyimpangan

lainnya. Sedangkan Russel (2000)

dalam Sari (2011) menyebutkan bahwa

kualitas audit merupakan fungsi jaminan

dimana kualitas tersebut akan

digunakan untuk membandingkan

kondisi yang sebenarnya dengan

kondisi yang seharusnya.

Secara ringkas dapat

disimpulkan bahwa kualitas audit

merupakan segala kemungkinan (joint

probability) bahwa auditor pada saat

mengaudit laporan keuangan klien akan

menemukan pelanggaran yang terjadi

dalam sistem akuntansi klien dan

melaporkannya dalam laporan

keuangan auditan, dimana dalam

melaksanakan tugasnya tersebut

auditor berpedoman pada standar

auditing dan kode etik akuntan publik

yang relevan. Probabilitas auditor untuk

menemukan pelanggaran tergantung

pada kemampuan teknis auditor

sedangkan probabilitas kemauan untuk

melaporkan pelanggaran tergantung

pada independensi auditor, (De Angelo

(1981), Deis and Groux ((1992), dalam

Alim. dkk (2007). Senada dengan hal

tersebut, AAA Financial Committee

(2000) (dalam Christiawan; 2002)

menyatakan bahwa kualitas audit

Page 4: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 81

ditentukan oleh dua hal yaitu

kompetensi dan independensi auditor.

Berbagai penelitian tentang

kualitas audit pernah dilakukan. Hasil

penelitian oleh De Angelo (1981)

menunjukkan bahwa KAP yang besar

akan berusaha untuk menyajikan

kualitas audit yang lebih besar

dibandingkan dengan KAP yang kecil.

Deis dan Giroux (1992) meneliti 4 hal

yang dianggap mempunyai hubungan

dengan kualitas audit dengan

menganalisis temuan-temuan Quality

Control Review. Hasil penelitian mereka

menunjukkan bahwa lama hubungan

dengan klien (audit tenure), jumlah

klien, telaah dari rekan auditor (peer

review), ukuran dan kesehatan

keuangan klien serta jam kerja audit

secara signifikan berhubungan dengan

kualitas audit. Faktor lain yang dapat

mempengaruhi kualitas audit adalah

pendidikan, struktur audit, kemampuan

pengawasan (supervisor),

profesionalisme dan beban kerja.

Semakin lama audit tenure, kualitas

audit akan semakin menurun.

Sedangkan kualitas audit akan

meningkat seiring dengan meningkatnya

jumlah klien, reputasi auditor,

kemampuan teknis dan keahlian yang

meningkat.

Independensi Independensi dalam audit

berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit (Arens et.al,: 2011:74). Kode Etik Profesi menjelaskan dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa professional sebagaimana diatur dalam standar professional akuntan publik (SPAP) yang diterbitkan oleh IAPI . Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in

appearance)(Agoes: 2012:45). Independensi dalam fakta muncul ketika secara nyata auditor menjaga sikap objektif selama melakukan audit. Sedangkan independen dalam penampilan merupakan interpretasi orang lain terhadap independensi auditor tersebut.

Independensi secara umum

dapat diartikan sebagai sikap mental

yang bebas dari pengaruh, tidak

dikendalikan dan tidak tergantung pada

pihak lain. Independensi juga dapat

diartikan adanya kejujuran dalam diri

auditor dalam mempertimbangkan fakta

dan adanya pertimbangan objektif tidak

memihak dalam diri auditor dalam

merumuskan dan menyatakan

pendapatnya. Persyaratan umum bagi

independensi auditor melarang auditor

untuk terlibat dalam berbagai aktivitas

audit di suatu entitas bilamana terdapat

konflik kepentingan yang belum

terselesaikan terkait dengan entitas

tersebut. Hal itu dikarenakan nilai audit

sangat tergantung pada persepsi publik

tentang independensi auditor (Arens;

2011: 75). Penelitian tentang

independensi oleh Lavin (1976) dalam

Alim dkk (2007) meneliti 3 faktor yang

mempengaruhi independensi auditor

yaitu : 1) ikatan keuangan dan

hubungan usaha dengan klien, 2)

pemberian jasa lain selain jasa audit

kepada klien, 3) Lamanya hubungan

antara akuntan publik dengan klien.

Temuan penelitiannya adalah bahwa

jasa non audit seperti jasa kompilasi

(penyusunan laporan keuangan) tidak

mempengaruhi teknik audit yang

dilakukan auditor. Shockley (1981)

meneliti 4 faktor yang mempengaruhi

independensi yaitu 1) persaingan antar

akuntan publik, 2) pemberian jasa

konsultasi manajemen kepada klien, 3)

ukuran KAP dan 4) lamanya hubungan

audit. Sedangkan Supriyono (1988)

meneliti 6 faktor yang mempengaruhi

independensi yaitu 1) ikatan

Page 5: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

82 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100

kepentingan keuangan dan hubungan

usaha dengan klien 2) jasa non audit 3)

lamanya hubungan audit antara akuntan

publik klien, 4) persaingan antar KAP, 5)

ukuran KAP, 6) audit fee. Arens et.al

(2011) mengidentifikasi 5 ancaman

terhadap independensi yaitu : 1)

kepemilikan finansial yang signifikan, 2)

pemberian jasa non-audit kepada klien ,

3) imbalan jasa audit 4) tindakan hukum

antara KAP dan klien 5) pergantian

auditor. Selanjutnya Kasidi (2007)

meneliti faktor yang mempengaruhi

independensi auditor dengan

menggunakan variable bebas yaitu: 1)

ukuran kantor akuntan publik (KAP), 2)

lamanya hubungan audit, 3) audit fee, 4)

pelayanan konsultasi manajemen dan 4)

keberadaan komite audit.

Lamanya hubungan audit dengan

klien (audit tenure)

Di Indonesia masalah audit

tenure diatur dalam Keputusan Menteri

Keuangan No. 423/KMK.06/2002

tentang jasa akuntan publik. Keputusan

tersebut membatasi masa kerja auditor

paling lama 3 tahun untuk klien yang

sama, sementara untuk KAP boleh

sampai 5 tahun. Peraturan ini kemudian

direvisi oleh Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) no.17/2008 yang

mengharuskan partner audit untuk

merotasi tim audit setelah 3 tahun di

klien yang sama dan melakukan rotasi

KAP setelah 6 tahun (Arens, 2011;85).

Pembatasan ini dilakukan dengan

tujuan agar auditor tidak terlalu dekat

dengan klien sehingga menimbulkan

rasa ’kekeluargaan’ atau familiaritas

yang dapat mendorong pada timbulnya

skandal keuangan.

Menurut Bamber dan Iyer (2005) dalam Ibrani, dkk (2007), terdapat asumsi yang belum diuji apakah kedekatan antara auditor

dengan klien menjadi tidak layak karena dapat merusak obyektivitas auditor dalam melakukan pekerjaan audit yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap terjadinya kegagalan audit. Bazerman dkk, (2002) dalam Ibrani.dkk (2007) mengkritik bahwa tidaklah mungkin untuk mengharapkan auditor untuk melakukan penilaian yang bersifat obyektif dan tidak bias karena kemungkinan ada konflik yang terjadi antara: (1) kebutuhan auditor untuk menjadi lebih familiar dengan klien guna melakukan proses audit yang tepat, dan (2) ancaman terhadap obyektivitas auditor karena familiaritasnya terhadap klien. Logisnya ketika hubungan klien suatu KAP telah berlangsung bertahun-tahun, klien dapat dipandang sebagai sumber pendapatan yang berlangsung terus, yang secara potensial dapat mengurangi independensi KAP. Imhof (2003) menyatakan satu penyelesaian pada masalah independensi KAP adalah dengan rotasi KAP yang bersifat mandatory.

Di Indonesia, rotasi KAP

bersifat mandatory dengan

ditetapkannya Keputusan Menteri

Keuangan nomor: 423/KMK.06/2002

tentang jasa akuntan publik dan direvisi

dengan keputusan menteri keuangan

nomor 359/KMK.06/2003 tanggal 21

Agustus 2003 yang mewajibkan

perusahaan untuk membatasi masa

penugasan KAP selama lima tahun dan

akuntan publik selama tiga tahun.

Selanjutnya direvisi lagi dengan

diterbitkannya PMK 17/2008 yang

kemudian disesuaikan lagi oleh

Bapepam LK dengan aturan

independensinya yang mensyaratkan

partner audit untuk merotasi tim audit

setelah 3 tahun dan KAP setelah 6

tahun. Bapepam LK mensyaratkan 3

tahun ‘rehat’ setelah rotasi sebelum

mereka bisa kembali bekerja untuk klien

yang yang sama.

Page 6: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 83

Persaingan antar KAP dan Ukuran

KAP

Persaingan antar KAP juga

menjadi faktor yang menekan auditor.

Dengan jumlah KAP yang semakin

banyak, persaingan dalam

memperebutkan klien akan semakin

ketat. Selain itu ukuran KAP juga turut

menentukan. KAP besar dapat

menghasilkan audit dengan kualitas

yang lebih baik, dimana dapat

mengurangi terjadinya underpricing

pada saat melakukan Initial Public

Offering (IPO). Kantor auditor yang

besar menunjukkan kredibilitas auditor

yang semakin baik, yang berarti kualitas

audit yang dihasilkan semakin baik pula

(Teoh dan Wong (1993) dalam Alim dkk,

2007), sehingga tidak heran jika klien

KAP besar mayoritas adalah

perusahaan besar juga. Melihat

persaingan antar KAP yang semakin

ketat, tentu akan semakin sulit bagi KAP

untuk memperoleh klien baru sehingga

mereka akan lebih memilih untuk

mempertahankan klien yang sudah ada.

Di samping itu ada beragam alasan

yang dapat digunakan manajemen

ketika memilih auditor atau mengganti

auditor terdahulunya, diantaranya

adalah mencari pelayanan dengan

kualitas yang lebih baik, opinion

shopping dan mengurangi biaya. Pada

satu kondisi dimana suatu KAP

pengganti mendapatkan kontrak audit

karena pernah diberikannya saran-

saran pembukuan kepada klien akan

sangat sulit untuk tetap independen.

Demikian pula ketika suatu KAP diminta

oleh klien yang diaudit oleh KAP lain

untuk memberikan opini atas penerapan

prinsip akuntansi atau opini atas praktik

akuntansi lainnya. Hal tersebut dapat

mengganggu independensi keduanya.

Alasannya direksi dapat menggunakan

kekuasaannya untuk mempengaruhi

auditor yang saat ini bertugas, atau

bahkan menggantinya dengan auditor

baru yang dapat memberikan opini yang

lebih menguntungkan klien. Tidak ada

yang salah ketika manajemen mencoba

mendapatkan jasa audit yang lebih

murah atau KAP menawarkan biaya

yang lebih murah dibanding KAP lain

selama kompetisi tersebut tidak memicu

dilakukannya audit dengan kualitas

yang rendah atau membatasi

independensi auditor. (Arens

et.al,2011:83).

Imbalan Jasa Audit (Audit fee)

Imbalan jasa audit dapat

diproksikan dari 1) ketergantungan pada

imbalan jasa audit, 2) Imbalan jasa audit

yang belum dibayar dan 3) Penetapan

imbalan jasa audit (Arens et.al,

2011:80). Independensi auditor akan

diragukan jika imbalan jasa dari satu

klien merupakan bagian yang signifikan

dari total pendapatan KAP tersebut.

Ketika biaya total dari seorang klien

audit melebihi 15% dari biaya kotor

seluruhnya yang diterima KAP,

pekerjaan audit sebaiknya diperiksa

oleh akuntan professional yang bukan

anggota tim audit dan dokumentasi

audit sebaiknya diserahkan kepada

IAPI. Ketika bagian besar dari

pendapatan masing-masing partner

bergantung pada klien tertentu, KAP

harus memastikan bahwa pengendalian

mutu telah dilakukan (Arens

et.al,2011:80).

Terkait imbalan jasa audit yang

signifikan jumlahnya namun belum

dibayar oleh klien untuk audit yang

sudah selesai dilakukan sebelumnya

oleh auditor, auditor dibolehkan untuk

menganggapnya seperti pinjaman

setelah jatuh tempo dalam periode

piutang normal. Namun auditor harus

mempertimbangkan apakah

independensi audit mereka dapat

menurun, dan jika iya, auditor harus

Page 7: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

84 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100

menarik diri dari penugasan audit.

Selanjutnya auditor harus

mengkomunikasikan hal tersebut

dengan komite audit klien.

Penetapan imbalan jasa audit

dilakukan dengan mempertimbangkan

beberapa hal yaitu: a) pengetahuan

dan keterampilan yang dibutuhkan

untuk setiap jenis pekerjaan yang

dilakukan, b) tingkat pendidikan dan

pengalaman personel yang melakukan

pekerjaan c) tingkat tanggung jawab

yang terkandung dalam pekerjaan

tersebut, dan 4) waktu yang dibutuhkan

semua personel untuk menyelesaikan

pekerjaan tersebut. (Arens

et.al,2011:81). Hal ini menandakan

bahwa jasa audit tidak boleh dilakukan

jika imbalan jasa yang disepakati belum

mempertimbangkan faktor-faktor

tersebut. Dasar penetapan imbalan jasa

audit harus didokumentasikan dan

menggambarkan kontrak kerja serta

konsisten dengan praktik industri. Lebih

lanjut Kode Etik Profesi melarang

penetapan biaya kontinjen didasarkan

pada hasil akhir kontrak kerja. Hal ini

dimaklumi karena bisa mengarah pada

praktik lowballing dalam audit. Praktik

lowballing muncul ketika auditor

menetapkan imbalan jasa audit yang

murah dengan tujuan untuk

memenangkan kontrak, dan berharap

untuk menutup imbalan jasa audit awal

dengan memberikan jasa lainnya

kepada klien atau dengan cara

menaikkan imbalan jasa auditnya di

periode mendatang.

Jasa Non Audit

Jasa yang diberikan oleh KAP

bukan hanya jasa atestasi melainkan

juga jasa non atestasi yang berupa jasa

konsultasi manajemen dan perpajakan

serta jasa akuntansi seperti jasa

penyusunan laporan keuangan

(Kusharyanti, 2002:29) dalam Elfarini

(2007). Pemberian jasa selain audit ini

merupakan ancaman potensial bagi

independensi auditor, karena

manajemen dapat meningkatkan

tekanan pada auditor agar bersedia

untuk mengeluarkan laporan yang

dikehendaki oleh manajemen, yaitu

wajar tanpa pengecualian (Barkes dan

Simnet (1994), Knapp (1985) dalam

Harhinto (2004:45)).

Pemberian jasa selain jasa

audit berarti auditor telah terlibat dalam

aktivitas manajemen klien. Jika pada

saat dilakukan pengujian laporan

keuangan klien ditemukan kesalahan

yang terkait dengan jasa yang diberikan

auditor tersebut, kemudian auditor tidak

mau reputasinya buruk karena dianggap

memberikan alternatif yang tidak baik

bagi kliennya. maka hal ini dapat

mempengaruhi kualitas audit dari

auditor tersebut (Standards and Poor)

dalam Mayangsari (2003).

Aturan-aturan Bapepam LK

lebih jauh lagi membatasi, tetapi tidak

sepenuhnya menghapuskan, jenis-jenis

jasa non audit yang bisa diberikan

kepada klien audit yang merupakan

perusahaan publik. Banyak dari jasa-

jasa ini dilarang berdasarkan aturan

Bapepam LK terkait dengan

independensi. Sejumlah aturan baru

menjelaskan larangan yang ada dan

memperluas kondisi dimana jasa-jasa

tersebut dilarang. Jasa-jasa yang

dilarang adalah: 1) jasa pembukuan dan

jasa akuntansi lainnya 2) Desain sistem

informasi keuangan dan

implementasinya 3) Penaksiran atau

jasa penilaian 4) jasa aktuaria 5) jasa

audit internal 6) Fungsi manajemen dan

sumber daya manusia 7) jasa pialang

atau dealer atau penasihat investasi

atau jasa bankir investasi 8) jasa

Page 8: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 85

hukum dan pakar yang tidak terkait

denga audit 9) jasa-jasa lain yang tidak

diizinkan (Arens et.al, 2011; 84). KAP

tidak dilarang untuk memberikan jasa-

jasa tersebut kepada perusahaan publik

yang bukan merupakan klien auditnya.

Selain itu KAP masih dapat memberikan

jasa-jasa lain yang tidak dilarang untuk

klien audit yang merupakan perusahaan

publik.

Review sejawat (Peer review)

KAP harus mendaftarkan diri

dalam program pemantauan praktik IAPI

(Institut Akuntan Publik Indonesia) agar

para anggota KAP memenuhi syarat

keanggotaan Dewan Review Mutu.

Peer review adalah review yang

dilakukan akuntan publik terhadap

ketaatan KAP pada sistem

pengendalian mutu. Tujuannya peer

review adalah untuk menentukan dan

melaporkan apakah KAP yang ditelaah

telah mengembangkan prosedur dan

kebijakan yang cukup atas kelima

elemen pengendalian mutu dan

menerapkannya dalam praktik

(Arens.et.al, 2011;17). Review sejawat

ini menguntungkan KAP karena

membantu memenuhi standar

pengendalian mutu, yang selanjutnya

menguntungkan profesi melalui

peningkatan kinerja praktisi dan

peningkatan kualitas audit. KAP yang

menjalani review sejawat dapat

memperoleh manfaat lebih jauh jika

review itu meningkatkan praktik KAP

sehingga akan memperbaiki reputasi

dan efektifitasnya dan memperkecil

kemungkinan timbulnya tuntutan hukum

atau litigasi (Arens et.al, 2011:47).

Selain itu, peer review juga memberikan

manfaat bagi klien , KAP maupun

akuntan yang terlibat dalam peer

review, diantaranya mengurangi resiko

litigasi, memberikan pengalaman

positif,mempertinggi moral, memberikan

competitive edge dan lebih meyakinkan

klien atas kualitas jasa yang diberikan

(Harjanti, (2002) dalam Irawati (2011).

Komite Audit

Komite audit adalah komite di

bawah dewan komisaris yang terdiri dari

sekurangnya seorang komisaris

independen dan para professional

independen di luar perusahaan, yang

tanggung jawabnya termasuk

membantu para auditor tetap

independen dari manajemen.

Kebanyakan komite audit terdiri dari tiga

sampai tujuh anggota yang bukan

bagian dari manajemen perusahaan.

Bapepam-LK meminta agar para

anggota komite audit bersikap

independen, dan perusahaan harus

mengungkapkan disertakan atau

tidaknya, satu anggota yang merupakan

pakar keuangan. Para auditor

bertanggungjawab untuk

mengkomunikasikan semua hal penting

yang teridentifikasi selama audit kepada

komite audit. Hal ini meningkatkan

independensi dan peran komite audit

yang juga akan menguatkan

independensi auditor dengan secara

efektif membuat komite audit menjadi

klien bagi publik daripada manajemen.

Kompetensi

Standar umum pertama (SA

seksi 210 dalam SPAP 2011)

menyebutkan bahwa audit harus

dilaksanakan oleh seorang atau lebih

yang memiliki keahlian dan pelatihan

teknis yang cukup sebagai auditor,

sedangkan standar umum ketiga (SA

seksi 230 dalam SPAP,2011),

menyebutkan bahwa dalam

pelaksanaan audit dan penyusunan

laporannya, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalitasnya dengan

cermat dan seksama (due professional

care). Menurut Suraida (2005)

Page 9: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

86 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100

kompetensi adalah keahlian profesional

yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil

dari pendidikan formal, ujian profesional

maupun keikutsertaan dalam pelatihan,

seminar dan simposium. Kompetensi

auditor diukur melalui banyaknya ijazah/

atau sertifikat yang dimiliki, serta jumlah

atau banyaknya keikutsertaan yang

bersangkutan dalam pelatihan, seminar

dan sertifikat. Semakin banyak sertifikat

yang dimiliki dan semakin sering

mengikuti pelatihan atau seminar dan

simposium diharapkan auditor yang

bersangkutan akan semakin cakap

dalam melaksanakan tugasnya.

Wesbster Ninth New Collegiate

Dictionary (1983) dalam Lastanti (2005)

mendefenisikan kompetensi sebagai

keterampilan dari seorang ahli, dimana

ahli didefenisikan sebagai seoarang

yang memiliki tingkat keterampilan

tertentu atau pengetahuan yang tinggi

dalam subjek tertentu yang diperoleh

dari pelatihan dan pengalaman.

Selanjutnya Bedard (1986) dalam

Lastanti (2005) mengartikan kompetensi

sebagai seseorang yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan

prosedural yang luas yang ditunjukkan

dengan pengalaman audit. Sementara

itu dalam artikel yang sama, Shanteau

(1987) mendefinisikan keahlian sebagai

orang yang memiliki keterampilan dan

kemampuan pada derajat yang tinggi.

Sedangkan Trotter (1986) dalam

Saifuddin (2004:23) mendefenisikan

bahwa orang yang kompeten adalah

orang yang dengan keterampilannya

mengerjakan pekerjaan dengan mudah,

cepat, intuitif dan sangat jarang atau

tidak pernah membuat kesalahan. Lee

dan Stone (1995), mendefinisikan

kompetensi sebagai keahlian yang

cukup yang secara eksplisit dapat

digunakan untuk melakukan audit

secara objektif.

Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur dari

seberapa tinggi pendidikan seorang

auditor karena dengan demikian auditor

akan mempunyai semakin banyak

pengetahuan (pandangan) mengenai

bidang yang digelutinya sehingga dapat

mengetahui berbagai masalah secara

lebih mendalam. Selain itu auditor akan

lebih mudah dalam mengikuti

perkembangan yang semakin kompleks

(Meinhard et.al,1987 dalam Harhinto,

2004:35). Harhinto (2004) menemukan

bahwa pengetahuan akan

mempengaruhi keahlian audit yang

pada gilirannya akan menentukan

kualitas audit.

Adapun secara umum ada 5

pengetahuan yang harus dimiliki oleh

seorang auditor (Kusharyanti, 2003),

yaitu: (1.) Pengetahuan pengauditan

umum, (2.) Pengetahuan area

fungsional, (3.) Pengetahuan mengenai

isu-isu akuntansi yang paling baru, (4.)

Pengetahuan mengenai industri khusus,

(5.) Pengetahuan mengenai bisnis

umum serta penyelesaian masalah.

Pengalaman

Audit menuntut keahlian dan

profesionalisme yang tinggi. Keahlian

tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh

pendidikan formal tetapi banyak faktor

lain yang mempengaruhi antara lain

adalah pengalaman. Pengalaman audit

adalah pengalaman auditor dalam

melakukan audit laporan keuangan baik

dari segi lamanya waktu maupun

banyaknya penugasan yang yang

pernah ditangani (Suraida, 2005). Libby

dan Frederick (1990) dalam Suraida

(2005) menemukan bahwa semakin

banyak pengalamannya, auditor

semakin dapat menghasilkan berbagai

macam dugaan dalam menjelaskan

temuan audit. Dalam hal pengalaman

penelitian- penelitian dibidang psikologi

Page 10: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 87

yang telah dikutip oleh Jeffrey (1996)

memperlihatkan bahwa seseorang yang

lebih banyak pengalaman dalam suatu

bidang substantif memiliki lebih banyak

hal yang tersimpan dalam ingatannya

dan dapat mengembangkan suatu

pemahaman yang baik mengenai

peristiwa-peristiwa. Butt (1988)

mengungkapkan bahwa akuntan

pemeriksa yang berpengalaman akan

membuat judgment yang relatif lebih

baik dalam tugas-tugas profesional

ketimbang akuntan pemeriksa yang

belum berpengalaman, Marchant G.A.

(1989) menemukan bahwa akuntan

pemeriksa yang berpengalaman mampu

mengidentifikasi secara lebih baik

mengenai kesalahan-kesalahan dalam

telaah analitik. Akuntan pemeriksa yang

berpengalaman juga memperlihatkan

tingkat perhatian selektif yang lebih

tinggi terhadap informasi yang relevan

(Davis 1996) dalam Suraida (2005).

Sedangkan Tubbs (1992) dalam

Mayangsari (2003) menyimpulkan

bahwa auditor yang berpengalaman

memiliki keunggulan dalam mendeteksi

kesalahan, lebih mampu memahami

salah saji secara akurat,serta mencari

penyebab kesalahan.

Review Penelitian terdahulu

Penelitian tentang pengaruh

kompetensi dan independensi terhadap

kualitas audit telah banyak dilakukan.

Harhinto (2004) meneliti pengaruh

keahlian dan independensi terhadap

kualitas audit dengan populasi auditor

Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur.

Keahlian diproksikan melalui sub

variable pengalaman dan pengetahuan.

Sedangkan independensi diproksikan

melalui tekanan dari klien, lama

hubungan dengan klien dan telaah

rekan auditor. Hasil penelitiannya

menunjukkan keahlian dan indepedensi

berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit.

Penelitian yang dilakukan oleh

Elfarini (2007) pada Kantor Akuntan

Publik di Jawa Tengah, menemukan

bahwa kompetensi dan independensi

mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kualitas audit. Pengaruh yang

ditimbulkan adalah positif dalam artian

semakin tinggi kompetensi dan

independensi auditor, maka akan

semakin tinggi pula tingkat kualitas audit

yang dihasiilkan auditor tersebut.

Keahlian diproksikan dalam 2

subvariabel yaitu pengalaman dan

pengetahuan. Sedangkan independensi

diproksikan dalam lama hubungan

dengan klien, tekanan dari klien, telaah

rekan auditor dan jasa non audit..

Purnomo (2007) melakukan

penelitian tentang persepsi auditor

tentang pengaruh faktor-faktor keahlian

dan independensi terhadap kualitas

audit. Keahlian diproksikan dalam sub

variable pengalaman dan pengetahuan.

Independensi diproksikan dalam lama

ikatan dengan klien, tekanan dari klien,

dan pemberian jasa lain dengan klien.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

menurut persepsi auditor faktor-faktor

keahlian yaitu pengalaman dan

pengetahuan berpengaruh terhadap

kualitas audit. Sedangkan faktor

independensi menurut persepsi auditor

hanya tekanan klien yang berpengaruh

terhadap kualitas audit.

Huntoyungo (2009) dalam

penelitian yang ditujukan untuk menguji

pengaruh keahlian auditor (kompetensi),

independensi, kecermatan dan

keseksamaan terhadap kualitas audit,

menyimpulkan bahwa keahlian auditor

dan independensi berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kualitas audit,

sedangkan kecermatan dan

keseksamaan tidak mempunyai

Page 11: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

88 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100

pengaruh yang signifikan terhadap

kualitas audit. Populasi yang diuji

adalah auditor Inspektorat Daerah se-

Provinsi Gorontalo.

Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Sukriah.,dkk (2009)

untuk menguji pengaruh pengalaman

kerja, independensi, objektifitas,

integritas dan kompetensi terhadap

kualitas hasil pemeriksaan

menyimpulkan bahwa pengalaman

kerja, objektifitas dan kompetensi

berpengaruh positif terhadap kualitas

hasil pemeriksaan.

Effendi (2010) melakukan

penelitian pada Inspektorat Pemerintah

Kota Gorontalo dan menemukan bahwa

kompetensi, independensi dan motivasi

secara simultan berpengaruh terhadap

kualitas audit yang dilaksanakan oleh

aparat Inspektorat Kota Gorontalo.

Kompetensi secara parsial berpengaruh

positif terhadap kualitas audit, sehingga

semakin baik tingkat kompetensi

semakin baik kualitas audit yang

dilakukan. Sedangkan independensi

tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap kualitas audit, sehingga

independensi yang dimiliki aparat

inspektorat tidak menjamin apakah yang

bersangkutan akan melakukan audit

secara berkualitas. Motivasi

berpengaruh positif terhadap kualitas

audit, sehingga semakin baik tingkat

motivasi semakain baik kualitas audit

yang dihasilkannya.

Selanjutnya, penelitian oleh

Tarigan (2011) untuk mencari bukti

empiris apakah ada pengaruh

pengalaman kerja, independensi,

objektivitas, integritas dan kompetensi

terhadap kualitas hasil pemeriksaan

menunjukkan bahwa secara simultan

pengalaman kerja, independensi,

objektivitas, integritas dan kompetensi

berpengaruh terhadap kualitas hasil

pemeriksaan. Sedangkan secara parsial

pengalaman kerja tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja

manajerial SKPD.

Penelitian oleh Indah (2010)

yang membahas tentang pengaruh

pengalaman, pengetahuan, lama

berhubungan dengan klien, tekanan dari

klien, telaah dari rekan auditor (peer

review), dan jasa non-audit yang

diberikan oleh KAP terhadap kualitas

audit, menyimpulkan bahwa

pengalaman dalam melaksanakan audit,

pengetahuan seorang auditor serta

telaah dari rekan auditor (peer review)

berpengaruh positif terhadap kualitas

audit. Selanjutnya penelitian oleh Sari

(2011) yang menguji pengaruh

pengalaman kerja, independensi,

objektifitas, integritas, kompetensi dan

etika terhadap kualitas audit pada

Kantor Akuntan Publik di Kota

Semarang, menemukan bahwa

pengalaman kerja, independensi,

objektifitas dan integritas, kompetensi

dan etika berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kualitas audit.

Secara simultan seluruh variable

independen tersebut berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kualitas audit.

Penelitian oleh Irawati (2011) mengenai

pengaruh kompetensi dan independensi

auditor terhadap kualitas audit pada

KAP di Makassar menyimpulkan bahwa

secara parsial hanya independensi yang

berpengaruh terhadap kualitas audit

sedangkan secara simultan kompetensi

dan independensi auditor keduanya

berpengaruh terhadap kualitas audit.

Dalam penelitian ini variabel kompetensi

diproksikan dalam subvariabel

pengatahuan dan pengalaman auditor

sedangkan independensi diproksikan

dalam subvariabel lama hubungan

Page 12: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 89

dengan klien, tekanan dari klien, telaah

dari rekan auditor, dan jasa non audit.

.

Kerangka Pemikiran

Pengembangan Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

H1: Independensi berpengaruh

terhadap kualitas audit oleh

auditor KAP.

H2: Kompetensi berpengaruh terhadap

kualitas audit oleh auditor KAP.

H3: Independensi dan kompetensi

berpengaruh terhadap kualitas

audit oleh auditor KAP

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh auditor yang bekerja

pada Kantor Akuntan Publik di

Sumatera Barat yang terdaftar di IAPI.

Metode pemilihan sampel yang

digunakan adalah metode sensus, yaitu

penyebaran kuesioner dilakukan pada

semua populasi.

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer

yang dikumpulkan dengan

menggunakan daftar pertanyaan

(kuesioner) yang telah terstruktur

sebagai berikut: Bagian pertama

berisikan sejumlah pertanyaan yang

berhubungan dengan independensi

auditor. Untuk kuesioner menguji

independensi ini peneliti mengadopsi

kuesioner yang digunakan oleh Elfarini

(2007) dan Irawati (2011) yang

dimodifikasi sesuai kebutuhan

penelitian. Bagian kedua merupakan

kuesioner tentang kompetensi auditor

yang dibagi dalam dua subvariabel yaitu

pengetahuan dan pengalaman auditor.

Untuk kuesioner kompetensi ini peneliti

mengadopsi kuesioner yang digunakan

oleh Suraida (2005) dan Elfarini (2007)

yang dimodifikasi sesuai kebutuhan

penelitian. Bagian ketiga merupakan

kuesioner tentang kualitas audit. Peneliti

mengadopsi dan memodifikasi

kuesioner yang digunakan oleh Harhinto

(2004) yang juga diadopsi oleh Elfarini

(2007).

Defenisi Operasional dan Metode

Pengukuran Variabel

Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini, data yang diperoleh didefinisikan sebagai berikut:

Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Data Responden. a). Data Nominal, dimana dalam hal ini

peneliti menggunakannya untuk membedakan jenis kelamin responden sebagai berikut: Jika responden laki-laki, dinyatakan dalam angka 1, dan untuk responden

Independensi (X1)

1. Lama hubungan audit

dengan klien (audit

tenure)

2. Persaingan dan ukuran

KAP

3. Imbalan jasa audit (fee

audit)

4. Jasa non audit

5. Peer review

Kompetensi (X2)

1. Pengetahuan auditor

Kualitas

Audit (Y)

Page 13: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

90 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100

perempuan, dinyatakan dalam angka 2.

b). Data Ordinal, dimana peneliti

mengelompokkan responden menurut :

b.1) Umur, yaitu kelompok umur 20–30 tahun, kelompok umur 31–40 tahun, kelompok umur 41–50 tahun, dan kelompok umur diatas 50 tahun.

b.2) Masa Kerja, yaitu < 5 tahun; 6–10 tahun; 11–15 tahun; 16–20 tahun; dan lebih dari 20 tahun.

b.3) Jabatan, sesuai dengan struktur/hirarki organisasi yang lazim di KAP yaitu partner, manager/supervisor, senior auditor dan junior auditor

b.4) Tingkat/Jenjang Pendidikan, yaitu Diploma (D3), Strata Satu (S1), Strata Dua (S2), dan Strata Tiga (S3).

b.5) Bidang Studi, yaitu akuntansi, keuangan, perbankan, manajemen, ekonomi dan lainnya.

b.6) Gelar profesi yang pernah diperoleh. Responden akan dibagi berdasarkan gelar profesi yang pernah diperoleh yaitu: Bersertifikat Akuntan Publik (BAP), Certified Public Accountant (CPA), dan Non Gelar.

b.7) Banyaknya/Jumlah audit yang telah dilakukan yaitu : jumlah audit yang dilakukan kurang dari 10 kali penugasan; 10–20 kali; 20–30 kali; 30-40 kali; dan lebih dari 40 kali.

Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel dengan Mengunakan Skala Interval.

Dalam penelitian ini, variabel

dependen (Y) yang digunakan adalah

kualitas audit oleh auditor KAP,

sedangkan variabel independennya

terdiri atas independensi auditor (X1)

dan kompetensi auditor (X2).

Variabel independensi (X1)

diproksikan melalui: 1) Lama hubungan

audit dengan klien (audit tenure),

2)Persaingan dan ukuran KAP,

3)Imbalan jasa audit (fee audit), 4) Jasa

non audit, 5) Peer review 6) Komite

audit.

Defenisi operasional : Sikap yang

diharapkan dari seorang auditor untuk

bebas dari pengaruh, tidak memihak,

tidak dikendalikan, tidak tergantung

pada pihak lain, tidak bias dalam

melakukan audit, menghindari konflik

kepentingan, jujur dalam

mempertimbangkan fakta, merumuskan

dan menyatakan pendapatnya.

Indikator : 1) Memiliki sikap

independen walaupun familiar dengan

klien audit, 2)Memiliki kejujuran,

3)Kesediaan menerima tuntutan dari

klien, 4)Tidak terpengaruh tekanan dari

klien terkait salah saji, 5)Tidak

terpengaruh oleh audit fee atau fasilitas

dari klien, 6) Pemberian jasa non audit

pada klien yang sama tidak

mempengaruhi independensi, 7)

Kebutuhan akan peer review, 8)Manfaat

peer review, 9) Merespon hasil peer

review, 10) Berkomunikasi dengan

komite audit klien

Variabel kompetensi (X2) diproksikan

melalui: 1) Pengetahuan 2)Pengalaman

Defenisi operasional :

Auditor memiliki pengetahuan dan

pelatihan teknis yang cukup, memiliki

pengalaman yang luas dalam

melaksanakan audit dan menggunakan

Page 14: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 91

kemahiran dan kecermatan

professional.

Indikator :

1) Memiliki pemahaman atas standar yang relevan (SAK dan SPAP), 2) Memiliki pemahaman atas industri klien, 3) Memiliki pemahaman atas kondisi perusahaan klien, 4) Pendidikan formal Keikutsertaan dalam program peningkatan keahlian (pelatihan) 6) Dukungan keahlian terhadap kualitas proses audit, 7) Waktu dan jumlah penugasan yang pernah ditangani 8)Dukungan pengalaman terhadap kualitas audit

Variabel kualitas audit (Y)

Defenisi operasional :

Segala kemungkinan (probability),

bahwa auditor akan menemukan

pelanggaran yang terjadi dalam sistem

akuntansi klien dan melaporkannya

dalam laporan keuangan auditan,

dimana dalam melaksanakan tugasnya

tersebut auditor berpedoman pada

standar auditing dan kode etik akuntan

publik yang relevan.

Indikator :

1) Melaporkan semua kesalahan klien,

2) Memiliki pemahaman atas sistem

informasi klien, 3)Komitmen yang kuat

dalam melaksanakan audi,t

4)Berpedoman pada SAK dan SPAP

dalam melakukan pekerjaan lapangan

audit, 5)Tidak percaya begitu saja pada

pernyataan klien, 6)Sikap hati-hati

dalam pengambilan keputusan.

Skala pengukuran kuesioner

adalah skala interval. Setiap pertanyaan

dari variabel yang diteliti diukur dengan

menggunakan skala likert. Masing-

masing jawaban dari responden diberi

skor 1 sampai 5 dengan urutan sbb:

Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1,

Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, Ragu-

Ragu (R) diberi skor 3, Setuju (S) diberi

skor 4 dan Sangat Setuju (SS) diberi

skor 5.

Pengambilan Sampel Populasi penelitian adalah

seluruh auditor yang bekerja di Kantor

Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar di

Sumatera Barat. Kuesioner

didistribusikan mulai awal September

2012 dan dikumpulkan kembali paling

lambat pertengahan Oktober 2012.

Kuesioner yang disebarkan adalah

sebanyak 50 eksemplar dengan target 7

KAP di Sumatera Barat sebagaimana

yang terdaftar di situs IAPI. Dari 7 KAP

yang dijadikan populasi, hanya 6 KAP

yang berhasil disebarkan kuesioner,

satu KAP pindah alamat dan sedang

dalam proses merger dengan KAP lain,

sehingga sulit untuk diminta jadi

responden penelitian. Dari total

kuesioner yang disebar, kuesioner yang

kembali berjumlah 42 eksemplar.

Sebanyak 40 kuesioner dapat diolah

datanya sedangkan 2 kuesioner lagi

dikeluarkan dari sampel karena tidak

diisi lengkap sehingga datanya tidak

dapat diolah. 8 set kueisioner tidak

kembali karena adanya auditor yang

sedang dinas luar kota atau karena

jumlah kuesioner yang diberikan

ternyata melebihi jumlah auditor aktif

yang bekerja di KAP tersebut. Dengan

demikian total responden pada

penelitian ini adalah sebanyak 40 orang

auditor.

Gambaran Umum Responden Data demografi responden dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, masa kerja, jabatan di KAP, tingkat pendidikan, dan bidang studi

Page 15: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

92 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100

pendidikan terakhir. Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, (57,5%) dengan rentang usia antara 20-30 tahun (87,5%) dan masa kerja di KAP adalah 0-5 tahun (70%). Pada umumnya responden adalah junior auditor yang mayoritas adalah tamatan S-1 akuntansi. Sebanyak 17,5% dari responden adalah senior auditor dengan masa kerja 6-10 tahun. Hanya 12,50% dari responden yang sudah bekerja l1-15 tahun dan pada umumnya adalah para manager/supervisor.

Uji Kualitas Data

Uji Validitas

Uji validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai correlated item-total correlation pada setiap butir pertanyaan dengan nilai r tabel Product Momen. Jika nilai Correlated Item-Total Correlation (r hitung) lebih besar dari nilai r tabel dan nilainya positif, maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan valid. Untuk memudahkan pengujian validitas data, peneliti menggunakan software SPSS versi 16 for windows. Penelitian ini menggunakan sample sebanyak 40 responden, maka derajat bebas atau db = n-2 = 40 – 2 = 38, sedangkan taraf signifikan yang digunakan peneliti adalah 5%. Maka berdasarkan daftar nilai kritik r tabel untuk product moment, nilai kritik yang digunakan adalah 0,320. Hasil uji validasi atas setiap item indikator menunjukkan bahwa untuk instrumen independensi 2 dari 10 item dinyatakan tidak valid. Uji validasi untuk instrumen kompetensi terdapat 2 item pertanyaan yang tidak valid. Sedangkan untuk kualitas audit 1 dari 6 item dinyatakan tidak valid.Peneliti hanya memasukkan item indikator instrument yang valid dalam pengolahan data selanjutnya, yaitu item yang memiliki nilai nilai r hitung lebih besar dari r tabel.

Uji Realibilitas

Pengukuran reabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan one shot atau pengukuran sekali saja dan untuk pengujian reabilitasnya digunakan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2007). Hasil uji realibilitas menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha untuk masing-masing variabel adalah > 0,60, sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item instrument untuk masing-masing variabel adalah reliable. Berikut adalah hasil uji reliabilitas secara rinci:

Tabel 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Data No.

Instrumen Cronbach's Alpha

N of items

Keterangan

1. Independensi

0.839 18 Reliable

2. Kompetensi 0.668 7 Reliable

3. Kualitas Audit

0.746 5 Reliable

Sumber : Hasil pengolahan data, November 2012

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik telah dilakukan dan semua uji terpenuhi dan data berdistribusi normal seperti yang terlihat dari gambar grafik histogram dan grafik normal berikut:

Gambar 4.1 Grafik Histogram

Gambar 4.2 Grafik Normal

Dari grafik histogram maupun

grafik normal P-plot di atas dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Sedangkan pada

Page 16: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 93

grafik normal P-plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta arah penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas yaitu jika data menyebar sekitar garis pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2007).

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen yang dipakai dalam penelitian. Multikolinearitas ditentukan dengan melakukan analisis matrik korelasi variabel-variabel independen dan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Apabila nilai tolerance >0.1 dan VIF < 10, maka dinyatakan tidak ada korelasi sempurna antar variabel independen dan sebaliknya (Gozali, 2007)

Tabel 4.5. Correlations

Kuali

tas

Kompet

ensi

Independ

ensi

Pearso

n

Correla

tion

Kualitas 1,00

0 ,446 ,328

Kompete

nsi ,446 1,000 -,116

Independ

ensi ,328 -,116 1,000

Sig. (1-

tailed)

Kualitas . ,002 ,019

Kompete

nsi ,002 . ,237

Independ

ensi ,019 ,237 .

N Kualitas 40 40 40

Kompete

nsi 40 40 40

Independ

ensi 40 40 40

Sumber: Hasil pengolahan data, November

2012

Matriks korelasi tidak memuat

nilai yang melebihi 0,5. Koefisien

korelasi berada di kisaran 0,3 sampai

dengan 0,45. Meskipun korelasi antara

variabel independen dengan variabel

dependen lemah, tetapi pengaruhnya

signifikan karena berada di bawah taraf

signifikansi 0,05.

Tabel 4.6. Hasil uji multikolinearitas Cofficients

a

Model

Collinearity

Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Kompetensi ,986 1,014

Independensi ,986 1,014

a. Dependent Variable : Kualitas Audit Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012

Hasil uji nilai tolerance dan nilai

Variance Inflation Factor (VIF), juga

diperoleh nilai VIF yang tidak lebih

besar dari 2 dan tidak lebih kecil dari 1,

dan nilai tolerance yang tidak kurang

dari 0.90. Angka tolerance dari variabel

independen yaitu independensi dan

kompetensi auditor mempunyai nilai

tolerance yang lebih besar dari 0,986

yang berarti bahwa tidak ada korelasi

antar variabel independen (otokorelasi)

Nilai VIF juga menunjukkan hal yang

sama. Tidak satupun variabel

independen yang memiliki nilai VIF lebih

besar dari 10. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa antara variabel

Page 17: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

94 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100

independen tidak terjadi

multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu ke pengamatan yang lain tetap, atau disebut homoskedastisitas.Heteroskedastisitas ditandai dengan adanya pola tertentu pada grafik scatter plot. Jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang) maka terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu heteroskedasitas dapat diketahui melalui uji Glesjer. Jika probabilitas signifikansi masing-masing variabel independen> 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi (Ghozali, 2007).

Dilihat dari grafik scatter plot tampak bahwa sebaran data tidak membentuk pola yang jelas, titik-titik data menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.

Gambar 4.3 Grafik Scatter Plot

Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012

Tabel 4.7 Hasil Uji Glesjer

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) -,037 4,527 -,008 ,994

Independensi ,119 ,041 ,385 2,877 ,007

Kompetensi ,398 ,109 ,491 3,663 ,001

Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012

Hasil uji dengan uji Glesjer menunjukkan bahwa probabilitas signifikansi semua variabel independen di atas tingkat kepercayaan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini memenuhi asumsi heteroskedastisitas.

3.6.3 Pengujian Hipotesa

1). Uji Koefisien Determinasi

Untuk mengukur kemampuan

model dalam menerangkan variasi

variabel independen digunakan

koefisien determinasi (R2). Peneliti

menggunakan nilai adjusted R2 pada

saat mengevaluasi mana model regresi

terbaik, karena tidak seperti R2, nilai

adjusted R2 dapat naik atau turun

apabila satu variabel independen

ditambahkan ke dalam model. Hasil uji

memberikan hasil dimana diperoleh

adjusted R2 (koefisien determinasi yang

telah disesuaikan) adalah 0,310. Nilai ini

menunjukkan bahwa 31% variasi

kualitas audit dapat dijelaskan oleh

variasi dari kedua variabel independen

yaitu kompetensi dan independensi,

sedangkan sisanya 69% dijelaskan oleh

sebab lain di luar model.

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi ( X1

dan X2)

Page 18: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 95

Model Summary

Mod

el

Squ

are

Adjust

ed R

Squar

e

Std.

Error

of the

Estim

ate

Change

Statistics

Durbi

n-

Wats

on

Squ

are

Cha

nge

Cha

nge f1 f2

Sig.

F

Cha

nge

58

8a 345 310

.6205

9 345 .752 7 000 .809

Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012

Seberapa besar prosentase

sumbangan dari variabel independen

yaitu independensi (X1) dan kompetensi

(X2) secara parsial terhadap kualitas

audit (Y) sebagai variabel dependen,

dapat dilihat dari koefisien determinasi

R2 masing- masing variabel tersebut.

Untuk variabel independensi, diperoleh

nilai adjusted R2 sebesar 0,084 dengan

arah positif. Ini berarti bahwa kualitas

audit dapat dijelaskan oleh variabel

independensi auditor sebesar 8.4%

sedangkan sisanya dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam penelitian ini. Sedangkan untuk

variabel kompetensi auditor diperoleh

nilai adjusted R2 sebesar 0,178. Artinya

kualitas audit dapat dijelaskan oleh

variabel kompetensi auditor sebesar

17,8% dan sebanyak 82,2 % dijelaskan

oleh variabel lain di luar model

penelitian ini.

Tabel 4.9

Hasil Uji Koefisien Determinasi (variabel X1: Independensi)

Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012

Tabel 4.10

Hasil Uji Koefisien Determinasi

(variabel X2: Kompetensi)

Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012

4.2.2.2. Uji Simultan (Uji F)

Hasil Uji simultan ANOVA atau F test memberikan hasil: nilai F hitung

sebesar 9,752 dengan probabilitas

0,000. Nilai probabilitas ini jauh lebih

kecil dari nilai signifikan 0,05 yang

digunakan, sehingga model regresi

dapat digunakan untuk memprediksikan

kualitas audit. Pada taraf signifikansi =

0,05 dengan derajat kebebasan

pembilang/df1(k) = 2 dan derajat

kebebasan penyebut/df2 (n-k-1) = 37

diperoleh nilai F tabel yaitu 3.252. Jika

dibandingkan nilai F hitung dengan F

tabel terlihat bahwa nilai F hitung

(9.752) lebih besar dari F tabel (3.252),

sehingga dapat dikatakan bahwa kedua

variabel independen yaitu independensi

dan kompetensi secara bersama-sama

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R

Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .328a .108 .084 1.86670 .108 4.588 1 38 .039 1.560

a. Predictors: (Constant),Independensi

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .446a

.199 .178 1.76894 .199 9.425 1 38 .004 1.379

a. Predictors: (Constant), Kompetensi

b. Dependent Variable: Kualitas Audit

Page 19: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

96 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100

berpengaruh secara signifikan terhadap

kualitas audit seperti yang diduga dalam

hipotesa 3 (H3) penelitian ini. Dengan

demikian H3 dapat diterima sehingga

dapat disimpulkan bahwa independensi

dan kompetensi auditor secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit oleh auditor KAP.

Tabel 4.11

Hasil Uji Simultan (Uji F)

Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012

Uji Parsial (Uji t)

Pengujian Hipotesis 1: Independensi

auditor berpengaruh terhadap

kualitas audit

Pengujian hipotesis 1

memberikan hasil seperti terlihat pada

tabel 4.12, dimana nilai koefisien regresi

variabel independensi auditor (X1)

adalah 0,101 dengan nilai t hitung

2.142. Nilai koefisien regresi ini

signifikan pada α =0,05 dengan p value

sebesar 0,039. Perbandingan nilai t

tabel dengan t hitung juga mendukung

hasil tersebut. Nilai t tabel pada α =0,05

dan df(derajat kebebasan) n-k-1 = 37

adalah 2,026, sedangkan nilai t hitung

adalah sebesar 2,877. Dengan demikian

t hitung 2,887 > dari t tabel 2,026. Dari

hasil pengujian tersebut dapat diartikan

bahwa H1 dapat diterima sehingga

dapat dikatakan independensi auditor

berpengaruh secara signifikan terhadap

kualitas audit oleh auditor KAP.

Tabel 4.12

Hasil Uji parsial (Uji t)

Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012

Sedangkan hasil pengujian

ANOVA (F test) pada tabel 4.11,

diperoleh nilai F untuk variabel

independensi adalah 4,588 dengan

tingkat signifikansi 0.039. Dengan

demikian model regresi untuk pengujian

hipotesis 1 dapat digunakan untuk

memprediksikan kualitas auditor dengan

model persamaan sbb: kualitas audit =

12,585 + 0.101X1. Ini artinya, bahwa

kualitas audit yang dilakukan oleh

auditor KAP adalah minimal 12,585 dan

kualitas ini akan terus meningkat

sebesar 0,101 jika auditor memiliki dan

mempertahankan sikap independen

selama melaksanakan tugasnya. Dari

uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

independensi berpengaruh secara

signifikan terhadap kualitas audit, atau

hipotesis 1 diterima.

Pengujian Hipotesis 2: Kompetensi

auditor berpengaruh terhadap

kualitas audit

Pengujian hipotesis ke 2 seperti yang

terlihat dalam tabel 4.12 di atas,

memberikan hasil t hitung 3,663 > dari t

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F

1 Regression 51.226 2 25.613 9.752

Residual 97.174 37 2.626

Total 148.400 39

a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi

b. Dependent Variable: Kualitas Audit

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) -.037 4.527 -.008 .994

Independensi .119 .041 .385 2.877 .007 .986 1.014

Kompetensi .398 .109 .491 3.663 .001 .986 1.014

a. Dependent Variable: Kualitas Audit

Page 20: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 97

tabel 2,026 dengan nilai koefisien

regresi variabel kompetensi adalah

0,398 yang signifikan pada α =0,05

dengan p value 0,001. Hasil pengujian

dengan ANOVA (tabel 4.11 di atas)

diperoleh nilai F untuk independensi

sebesar 9,425 dengan tingkat

signifikansi 0,004. Dengan demikian

model regresi untuk pengujian hipotesis

2 adalah: kualitas audit = 9,472 +0,361

X2, yang dapat dibahasakan bahwa

kualitas audit yang dilakukan oleh

auditor KAP minimal sebesar 9,472 dan

kualitas audit tersebut akan terus

meningkat sebesar 0,361 jika auditor

meningkatkan kompetensinya. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa

kompetensi auditor berpengaruh secara

signifikan terhadap kualitas audit oleh

auditor KAP atau dengan kata lain H2

diterima.

Pembahasan Hasil

Hasil pengujian hipotesis yang

dibangun dalam penelitian ini

mendukung hasil beberapa penelitian

terdahulu. Hipotesis 1 bahwa terdapat

pengaruh independensi terhadap

kualitas audit telah pernah diuji dalam

beberapa penelitian terdahulu

diantaranya Christiawan (2002),

Alim.dkk (2007). Hasil penelitian mereka

menyimpulkan bahwa independensi

berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit. Penelitian ini juga

menemukan bahwa kompetensi auditor

berpengaruh secara signifikan terhadap

kualitas audit yang dilakukan oleh

auditor KAP. Hasil ini senada dengan

De Angelo yang menemukan bahwa

kemungkinan (probability) auditor

menemukan salah saji dalam audit

ditentukan oleh kualitas pemahaman

auditor sendiri (kompetensi) yang

diproksikannya dengan kemampuan

teknis auditor. Lebih lanjut hasil

penelitian ini juga mendukung hasil

penelitian Mayangsari (2003), Alim dkk

(2007), Huntoyungo (2009), dan Irawati

(2011) yang menyimpulkan bahwa

kompetensi auditor yang diproksikan

dengan pengetahuan dan pengalaman

memiliki pengaruh terhadap kualitas

audit.

Kesimpulan

1. Independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit oleh auditor KAP sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin independen seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya akan semakin baik pula kualitas auditnya.

2. Kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit oleh auditor KAP sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik kompetensi seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya akan semakin baik pula kualitas auditnya.

3. Independensi dan kompetensi auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh auditor KAP.

Saran

1. Penelitian ini menggunakan kuesioner, dan hanya difokuskan pada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di propinsi Sumatera Barat. Unsur bias dapat saja terjadi akibat salah persepsi responden dalam menginterpretasikan pernyataan dalam kuesioner.

2. Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan. Untuk penelitian berikutnya sebaiknya pengumpulan data dilakukan melalui interview langsung sehingga beberapa kelemahan

Page 21: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

98 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100

yang terkait dengan validitas kuesioner dapat dikurangi, misalnya terkait item pertanyaan yang bersifat ambigu.

3. Variabel independen yaitu independensi yang digunakan dalam penelitian hanya mampu menjelaskan variabel dependen (kualitas audit) sebesar 8,4%, sedangkan variabel kompetensi hanya mampu menjelaskan kualitas audit sebesar 17,8 % yang berarti masih banyak sekali variabel-variabel lain di luar model regresi ini yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Penggunaan variabel intervening atau moderating juga sangat disarankan agar temuan penelitian lebih bermanfaat.

DAFTAR REFERENSI

Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik

Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi

Dan Independensi Terhadap Kualitas

Audit Dengan Etika Auditor Sebagai

Variabel Moderasi. SNA X. Makassar.

Arens, Alvin A.,Mark S.B, Randal J.E, A.Abadi

Jusuf , 2011. Jasa Audit dan

Assurance, Pendekatan Terpadu. Buku

1.Salemba Empat. Jakarta.

Agoes, Sukrisno,(2012) Auditing, Petunjuk

Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh

Akuntan Publik, Buku 1, Edisi 4,

Salemba Empat , Jakarta.

Christiawan, Yulius Jogi. 2003. Kompetensi dan

Independensi Akuntan Publik: Refleksi

Hasil Penelitian Empiris. Akuntansi dan

Keuangan Vol.4 No. 2 (Nov) Hal. 79-

92.

De Angelo, L.E. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure Regulation. Journal of Accounting and Economics 3. Agustus. p. 113-127.

Deis, D.R. dan G.A. Groux. 1992. Determinants

of Audit Quality in The Public Sector. The Accounting Review. Juli. p. 462-479.

Effendy, Muh.Taufiq, Pengaruh Kompetensi,

Independensi Dan Motivasi Terhadap

Kuliatas Audit Aparat Inspektorat

Dalam Pengawasan Keuangan

Daerah, Tesis, Porgram Studi Magister

Sains Akuntansi, Pasca Sarjana,

Universitas Diponegoro, Semarang.

Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh

Kompetensi Dan Independensi Auditor

Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris

Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa

Tengah. Skripsi Fakultas Ekonomi

Pada Universitas Negeri Semarang

Ghozali, Imam, Prof, DR. H., M.Com, Ak, Aplikasi

Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS, Cetakan IV, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, 2007.

Harhinto, Teguh . 2004. ”Pengaruh Keahlian dan

Independensi Terhadap Kualitas Audit

Studi Empiris Pada KAP di Jawa

Timur”. Semarang. Tesis Pasca

Sarjana, Magister Akuntansi,

Universitas Diponegoro.

Page 22: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 99

Huntoyungo, Siti Badriah (2009) Faktor-Faktor

Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas

Audit :Studi Pada Auditor Inspektorat

Daerah Di Gorontalo, Thesis, Pasca

Sarjana, Magister Akuntansi,

Universitas Diponegoro, Semarang,

Ibrani, YI, Rohman H.A, Handayani Sri (2007),

Pengaruh Identifikasi Auditor atas Klien

Terhadap Objektivitas Auditor dengan

Auditor Tenure, Client Importance dan

Client Image sebagai Variabel

anteseden (Studi terhadap Auditor

Kantor Akuntan Publik yang Listed di

BEJ) SNA X Makassar.

Indah, Siti Nurmawar (2010) Pengaruh

Kompetensi Dan Independensi Auditor

Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris

Pada Auditor Kap Di Semarang),

Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Diponegoro, Semarang,

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar

Profesional Akuntan Publik Per 1 Maret

2011,Salemba Empat, Jakarta.

Irawati, Nur ST, (2011). Pengaruh Kompetensi

Dan Independensi Auditor Terhadap

Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan

Publik Di Makassar, Skripsi, Fakultas

Ekonomi, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Kasidi, (2007) Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Independensi Auditor

Persepsi Manajer Keuangan

Perusahaan Manufaktur Di Jawa

Tengah. Tesis, Pascasarjana

Universitas Diponegoro, Semarang.

Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai

Kualitas Audit Dan Kemungkinan Topik

Penelitian Di Masa Datang. Akuntansi

dan Manajemen (Desember). Hal.25-

60

Lavin, D. 1976. Perception of The Independence of The Auditor. The Accounting Review. Januari. p. 41-50.

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian

dan Independensi terhadap Pendapat

Audit: Sebuah kuasieksperimen. Riset

Akuntansi Indonesia Vol.6 No.1

(Januari).

Murtanto dan Gudono, 1999. Identifikasi

Karakteristik-Karakteristik Audit Profesi

Akuntan Publik di Indonesia. Riset

Akuntansi dan Auditing 2 (1) Januari.

Nurchasanah, Rizmah dan Wiwin Rahmanti.

2003. Analisis Faktor-Faktor Penentu

Kualitas Audit . Akuntansi dan

Manajemen (Agustus). Hal.47-60.

Peraturan Menteri Keuangan No 17/2008 tentang

Jasa Akuntan Publik.

Purnomo, Adi, 2007. Persepsi Auditor Tentang

Pengaruh Faktor-Faktor Keahlian Dan

Independensi Terhadap Kualitas Audit.

Tersedia:

http://[email protected].

Saifuddin. 2004. Pengaruh Kompetensi dan

Independensi Terhadap Opini Audit

Going Concern ( Studi

Page 23: pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas

Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat

100 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100

Kuasieksperimen pada Auditor dan

Mahasiswa ). Semarang. Tesis Undip.

Sari, Nurmalita N (2011) Pengaruh Pengalaman

Kerja, Independensi, Objektifitas,

Integritas, Kompetensi Dan Etika

Terhadap Kuliatas Audit, Skripsi,

Fakultas Ekonomi, Universitas

Diponegoro, Semarang,

Sukriyah Ika, Akram dan Biana Adha Inapty.

Pengaruh Pengalaman Kerja,

Independensi, Objektivitas dan

Integritas terhadap Kualitas Hasil

Pemeriksaan. SNA XII. Palembang.

Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi,

Pengalaman Audit dan Risiko Audit

terhadap Skeptisme Profesional

Auditor dan Ketepatan Pemberian

Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora,

Vol. 7, No. 3, November. 186 - 202.

Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntansi

(Auditing) :Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Independensi

Penampilan Akuntan Publik.

Yogyakarta. Salemba Empat.

Sri Lastanti, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap

Kompetensi dan Independensi Akuntan

Publik : Refleksi Atas Skandal

Keuangan. Media Riset Akuntansi,

Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April

2005. Hal 85-97.

Tarigan Sabri (2011), Pengaruh Pengalaman

Kerja, Independensi,Objektivitas,

Integritas Dan Kompetensi Terhadap

Kualitas Hasil Pemeriksaan, Thesis,

Sekolah Pasca Sarjana, Universitas

Sumatera Utara,Medan

Widiastuti, Harjanti . 2002 . Peer Review : Upaya

Meningkatkan Kualitas Jasa Firma

Akuntan Publik. Akuntansi dan

Investasi Vol. 3(Januari) Hal. 51-60.

www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2011/Pada

ng.pdf. Daftar KAP di Padang