12
13 PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMUNCULAN KUMBANG BARU Elaeidobius kamerunicus FAUST (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA BUNGA JANTAN KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq.) THE INSECTICIDE EFFECT TO THE ACTIVITY AND EMERGENCE OF Elaeidobius kamerunicus FAUST (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) ON OIL PALM (Elaeis guineensis Jacq.) MALE INFLORESCENCE J. Pen. Kelapa Sawit, 2019, 27(1): 13-24 mempengaruhi kunjungan kumbang pada bunga jantan mekar 1-3 hari kemudian, dan menurunkan jumlah kemunculan kumbang baru dari tiap spikelet bunga jantan setelah inkubasi selama 21 hari. Sementara, perlakuan insektisida kimia Klorantraniliprol dan Flubendiamida serta bioinsektisida B. thuringiensis tidak mempengaruhi perkembangan populasi E. kamerunicus baik di laboratorium maupun di lapangan sehingga bersifat aman bagi penyerbukan bunga kelapa sawit. Kata Kunci: insektisida, sensitivitas, Elaeidobius kamerunicus, bunga jantan Abstract Elaeidobius kamerunicus is the main pollinating insect in oil palm plantations in Indonesia which influences the oil palm fruit set. Theoil palm (Elaeis guineensis) male inflorescence is the only one of their breeding site. The application of insecticides, especially those directly to the male inflorescence, can affect the activity and breeding of pollinator insects. Various insecticides include Deltamethrin (2 mL/L), Lamda Sihalotrin (2 mL/L), Dimehipo (2 mL/L), Asefat (1.5 g/L), Fipronil (2.5 mL/L), Chlorantraniliprol (1 mL/L), Flubendiamide (0.5 mL/L) and B. thuringiensis (2 mL/L) have been tested on E. kamerunicus weevils by in vivo trial and on anthesising male inflorescence at different levels of bloom (25 %, 50%, 75% and 100%) in the field. The weevils mortality observations were carried out for 5 days after the insecticides application in the laboratory while observations in the field included the number of weevils visit before and after insecticide application until the end of the male flower anthesis and Abstrak Elaeidobius kamerunicus merupakan serangga penyerbuk dominan di perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang paling mempengaruhi pembentukan fruit set. Serangga ini hanya spesifik dapat berkembangbiak pada bunga jantan kelapa sawit Elaeis guineensis. Aplikasi insektisida terutama yang bersinggungan langsung dengan bunga jantan tersebut dapat mempengaruhi aktivitas maupun perkembangbiakan serangga polinator. Pengujian berbagai insektisida meliputi Deltametrin (2 mL/L), Lamda Sihalotrin (2 mL/L), Dimehipo (2 mL/L), Asefat (1,5 g/L), Fipronil (2,5 mL/L), Klorantraniliprol (1 mL/L), Flubendiamida (0,5 mL/L) dan B. thuringiensis (2 mL/L)telah dilakukan terhadap kumbang E. kamerunicus secara in vivo dan terhadap bunga jantan kelapa sawit pada berbagai tingkat kemekaran yang berbeda (25%, 50%, 75%, dan 100%) di lapangan. Pengamatan mortalitas kumbang dilakukan selama 5 hari setelah aplikasi insektisida di laboratorium sedangkan pengamatan di lapangan meliputi jumlah kunjungan kumbang sebelum dan sesudah aplikasi insektisida hingga akhir masa mekar bunga jantan dan kemunculan kumbang baru dalam setiap spikelet bunga setelah inkubasi selama 21 hari. Hasil pengujian menunjukkan bahwa insektisida kimia Deltametrin, Lamda Sihalotrin, Dimehipo, Asefat, dan Fipronil bersifat membunuh kumbang E. kamerunicus, Penulis yang tidak disertai dengan catatan kaki instansi adalah peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit Agus Eko Prasetyo( ) * Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jl. Brigjen Katamso No. 51 Medan, Indonesia Email: [email protected] Agus Eko Prasetyo dan Agus Susanto Naskah masuk: 01/11/2018; Naskah diterima: 13/03/2019

PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

seiring dengan kebijakan hilirisasi sawit, kedua hal ini akan berimplikasi pada peningkatan kinerja ekspor dengan produk RPO yang berkualitas. Peningkatan kualitas produk RPO dengan memperhatikan standarisasi produk yang diminta di negara importir dapat memperkuat penetrasi pasar dan meningkatkan preferensi negara importir untuk lebih memilih produk RPO Indonesia dibandingkan kompetitornya.

DAFTAR PUSTAKAAldila, H.F. 2014. Persaingan Ekspor Kopi Indonesia di

Pasar Negara Amerika Serikat. Prosiding Konferensi Nasional XVII. Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia, Bogor.

Berlian, G.S. 2016. Politik Hilirisasi Kelapa Sawit Indonesia. Jurnal Ilmiah Transformasi. 2(2): 80-100.

Basith, A. 2017. Indonesia-Rusia jalin kerjasama dagang sawit [internet]. [diakses pada tanggal 2018 Desember 17] . Tersedia pada: http://www.kontan.co.id

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Distribusi PDB berdasarkan harga berlaku menurut lapangan kerja tahun 2000-2016 [internet]. [diakses pada tanggal 2017 September 2]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id

Bruno, L. 2016. The palm oil industry: technological change; global competition; social and environmental impact [internet]. [diakses pada tanggal 2018 Agustus 26]. Tersedia pada http://www.ehs.org.uk/press/the-palm-oil-indust ry - techno log ica l -change-g loba l -competition-social-and-environmental-impact

Chang, H.S., Nguyen, C. 2002. Elasticity of Demand for Australian Cotton in Japan. The Australian Journal of Agricultural and Resource Economics. 46(1): 99-113.

Mizobuchi, K,, Tanizaki, H. 2013. On estimation of almost ideal demand system using moving blocks bootstrap and pairs bootstrap methods. Empirical Economics. 47(4): 1221-1250.

Nambiappan, B., Ismail, A., Hashim, N., Ismail, N., Nazrima, S., Idris, N.A.N., Omar, N., Saleh, K.M., Hassan, N.A.M., Kushairi, A.. 2018. Malaysia: 100 Years of Resilient Palm Oil

Economic Performance. Journal of Oil Palm Research. 30(1): 13-25.

Oil World. 2017. Oil World Database September 2017. ISTA Mielke GmbH, Jerman.

Rifai, N., Syaukat, Y., Siregar, H., Sa'id, G.S. 2014. The Development and Prospect of Indonesian Palm Oil Industry and Its Derivative Products. IOSR Journal of Economics and Finance. 4(5): 27-39.

Rifin, A. 2009. Export Compeititveness of Indonesia's Palm Oil Product. Trade in Agricultural Economics. 3(1): 1-18.

Rifin, A. 2013. Analysis of Indonesia's Market Position in Palm Oil Market in China and India. Journal of Food Products Marketing. 19(4): 299-310.

Tim Riset PASPI. 2017. Strategi dan kebijakan pengembangan industri hilir minyak sawit Indonesia. Monitor. 3(18): 780-787.

Trade Map. 2018. List of importing market for a product import and export by countries: 1511 (151110 and 151190) Crude Palm Oil and Palm oil and its fractions, whether or not refined (excluding c h e m i c a l l y m o d i f i e d a n d c r u d e ) . https://www.trademap.org/ . Diakses pada tanggal 15 Mei 2018.

Wan, Y., Sun, C., Grebner, D.L. 2010. Analysis of Import Demanf for Wooden Beds in the US. Journal of Agricultural and Applied Economics. 42(4): 643-658.

Wong L, Selvanathan EA, Selvanathan S. 2015. Modelling the meat consumption patterns in Australia. The International Journal of Theoretical and Applied Papers on Economic Modelling. 49(2):1–10.

Yang, S.R. , Koo, W.W., 1994. Japanese Meat Import Demand Est imat ion wi th the Source Di f ferent iated AIDS Model . Journal of Agr icul tural and Resource Economics. 19(2): 396 – 408.

Yu l i sm i , S i rega r . H , . 2007 . De te rm inan t Factors of Indonesian Palm Oi l Export to Major Import ing Countr ies: an Error Correct ion Model Analysis. Economics and Finance in Indonesia. 55(1):65-88.

1* 2 3Risnayanti Ulfa Aulia , Harianto , Tanti Novianti

12 13

PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMUNCULAN KUMBANG BARU Elaeidobius kamerunicus FAUST (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA BUNGA JANTAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

THE INSECTICIDE EFFECT TO THE ACTIVITY AND EMERGENCE OF Elaeidobius kamerunicus FAUST (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) ON OIL PALM (Elaeis guineensis Jacq.) MALE INFLORESCENCE

J. Pen. Kelapa Sawit, 2019, 27(1): 13-24

mempengaruhi kunjungan kumbang pada bunga jantan mekar 1-3 hari kemudian, dan menurunkan jumlah kemunculan kumbang baru dari tiap spikelet bunga jantan setelah inkubasi selama 21 hari. Semen t a r a , p e r l a kuan i n se k t i s i d a k im i a K lorant ran i l ip ro l dan F lubend iamida ser ta bioinsektisida B. thuringiensis tidak mempengaruhi perkembangan populasi E. kamerunicus baik di laboratorium maupun di lapangan sehingga bersifat aman bagi penyerbukan bunga kelapa sawit.

Kata Kunci: insektisida, sensitivitas, Elaeidobius kamerunicus, bunga jantan

Abstract Elaeidobius kamerunicus is the main pollinating insect in oil palm plantations in Indonesia which influences the oil palm fruit set. Theoil palm (Elaeis guineensis) male inflorescence is the only one of their breeding site. The application of insecticides, especially those directly to the male inflorescence, can affect the activity and breeding of pollinator insects. Various insecticides include Deltamethrin (2 mL/L), Lamda Sihalotrin (2 mL/L), Dimehipo (2 mL/L), Asefat (1.5 g/L), Fipronil (2.5 mL/L), Chlorantraniliprol (1 mL/L), Flubendiamide (0.5 mL/L) and B. thuringiensis (2 mL/L) have been tested on E. kamerunicus weevils by in vivo trial and on anthesising male inflorescence at different levels of bloom (25 %, 50%, 75% and 100%) in the field. The weevils mortality observations were carried out for 5 days after the insecticides application in the laboratory while observations in the field included the number of weevils visit before and after insecticide application until the end of the male flower anthesis and

Abstrak Elaeidobius kamerunicus merupakan serangga penyerbuk dominan di perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang paling mempengaruhi pembentukan fruit set. Serangga ini hanya spesifik dapat berkembangbiak pada bunga jantan kelapa sawit Elaeis guineensis. Aplikasi insektisida terutama yang bersinggungan langsung dengan bunga jantan tersebut dapat mempengaruhi aktivitas maupun perkembangbiakan serangga polinator. Pengujian berbagai insektisida meliputi Deltametrin (2 mL/L), Lamda Sihalotrin (2 mL/L), Dimehipo (2 mL/L), Asefat (1,5 g/L), Fipronil (2,5 mL/L), Klorantraniliprol (1 mL/L), Flubendiamida (0,5 mL/L) dan B. thuringiensis (2 mL/L)telah di lakukan terhadap kumbang E. kamerunicus secara in vivo dan terhadap bunga jantan kelapa sawit pada berbagai tingkat kemekaran yang berbeda (25%, 50%, 75%, dan 100%) di lapangan. Pengamatan mortalitas kumbang dilakukan selama 5 hari setelah aplikasi insektisida di laboratorium sedangkan pengamatan di lapangan meliputi jumlah kunjungan kumbang sebelum dan sesudah aplikasi insektisida hingga akhir masa mekar bunga jantan dan kemunculan kumbang baru dalam setiap spikelet bunga setelah inkubasi selama 21 hari. Hasil pengujian menunjukkan bahwa insektisida kimia Deltametrin, Lamda Sihalotrin, Dimehipo, Asefat, dan Fipronil bersifat membunuh kumbang E. kamerunicus,

Penulis yang tidak disertai dengan catatan kaki instansi adalah peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Agus Eko Prasetyo( )*

Pusat Penelitian Kelapa SawitJl. Brigjen Katamso No. 51 Medan, IndonesiaEmail: [email protected]

Agus Eko Prasetyo dan Agus Susanto

Naskah masuk: 01/11/2018; Naskah diterima: 13/03/2019

Page 2: PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

Agus Eko Prasetyo dan Agus Susanto

the number of new emerged weevil in each spikelet after 21 days of incubation. The results showed that the chemical insecticides i.e. Deltametrin, Lamda Sihalotrin, Dimehipo, Asefat, and Fipronil were killed the weevil, affecting the weevil visit on anthesising male inflorescence 1-3 days later, and decreasing the number of new emerged weevil from each spikelet of male inflorescence after incubation for 21 days. Meanwhile, the treatment of Chlorantraniliprole and Flubendiamide and B. thuringiensis did not affect the development of E. kamerunicus both in the laboratory and in the field so that they were safe for oil palm pollinating naturally.

Keywords: insecticide, sensitivity, Elaeidobius kamerunicus, male inflorescence

PENDAHULUAN Penggunaan insektisida selalu menjadi pilihan u t a m a s e b a g i a n b e s a r p e k e b u n d a l a m mengendalikan berbagai hama di perkebunan kelapa sawit terutama ulat pemakan daun dan ulat penggerek buah. Cara tersebut sangat efektif untuk mengurangi populasi hama hingga di bawah ambang ekonomi secara cepat, sehingga tanaman kelapa sawit dapat terhindar dari kerusakan (Susanto et al., 2015). Jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang sering menyerang di perkebunan kelapa sawit meliputi ulat api, ulat kantung, dan ulat bulu sedangkan ulat penggerek tandan kelapa sawit adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida untuk mengendalikan hama ulat api, ulat kantung, dan ulat bulu umumnya dilakukan dengan penyemprotan pada bagian daun (Susanto et al., 2012) sedangkan untuk ulat penggerek tandan disemprotkan langsung pada bagian bunga dan tandan buah kelapa sawit (Prasetyo et al., 2018). Jenis insektisida yang paling sering digunakan untuk mengendalikan hama ulat pemakan daun kelapa sawit adalah deltametrin, lamda sihalotr in, klorantraniliprol, flubendiamide, asefat, dimehipo, dan Bacillus thuringiensis sedangkan untuk ulat p e n g g e r e k t a n d a n d i a n t a r a n y a a d a l a h B. thuringiensis dan fipronil (Susanto et al., 2015). Aplikasi insektisida untuk mengendalikan berbagai hama tersebut diduga memiliki dampak negatif terhadap keberadaan serangga penyerbuk kelapa

sawit, Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) (Purba et al., 2010). Purba et al. (2012) juga menyatakan bahwa aplikasi penyemprotan insektisida terutama yang memiliki spektrum yang luas dapat menurunkan populasi kumbang E. kamerunicus. Namun demikian, penelitian-penelitian tersebut masih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak negatif insektisida terhadap E. kamerunicus secara kuantitatif yakni terhadap aktivitas dan perkembangbiakan E. kamerunicus pada bunga jantan kelapa sawit. Elaeidobius kamerunicus merupakan serangga penyerbuk utama pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga saat ini (de Chenon, 2016). Introduksi E. kamerunicus pada awal tahun 1982 menjadi t i t ik tolak pesatnya perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Prasetyo et al., 2014). Seperti kasus di Pulau Seram, Maluku Utara, Prasetyo dan Susanto (2016) melaporkan bahwa pembentukan fruit set kelapa sawit mencapai 75% pada 8 bulan setelah introduksi E. kamerunicus dibandingkan dengan sebelum introduksi serangga tersebut, fruit set kelapa sawit hanya berkisar 0,5-30%. Meskipun demikian, keberadaan E. kamerunicus sangat tergantung pada ketersediaan bunga jantan kelapa sawit Elaeis guineensis karena menjadi satu-satunya tempat berkembang biak yang baik bagi serangga tersebut (Hutauruk et al., 1982).

BAHAN DAN METODE Penguj ian apl ikas i insekt is ida terhadap E. kamerunicus dibagi menjadi dua tahap yakni di laboratorium dan di lapangan pada September 2016 hingga April 2017. Pengujian di laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Entomologi, Kelti Proteksi Tanaman, Unit Usaha Marihat PPKS sedangkan pengujian lapangan dilakukan di blok BJ 42, afdeling IV, kebun Bah Jambi, PT Perkebunan Nusantara IV.

Aplikasi insektisida di laboratorium

Pengujian mengikuti prosedur Kok et al. (2010) yang dimodifikasi oleh Prasetyo et al. (2013) menggunakan kumbang E. kamerunicus yang berumur 1-2 hari, hasil rearing yang berasal dari bunga jantan kelapa sawit yang sedang mekar (anthesis) 50-

75%, kotak inkubator serangga ukuran lebar 15 cm x panjang 15 cm x tinggi 30 cm, dan berbagai insektisida uji. Setiap kotak inkubator berisi satu sp i ke l e t bunga j an t an dan 10 kumbang E. kamerunicus terdiri dari 5 kumbang jantan dan 5 kumbang betina. Masing-masing insektisida yang diuj i di larutkan dengan air sesua i dengan konsentrasi komersial pada Tabel 1. Masing-

masing larutan insektisida uji disemprotkan ke dalam kotak inkubator uji dengan dosis 10 ml/kotak atau setara dengan penyemprotan insektisida sebanyak 400 L/ha di lapangan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 10 kotak inkubator dalam setiap pengujian dan diulang sebanyak 4 kali. Suhu lingkungan laboratorium 25-30C.̊

Aplikasi insektisida di lapangan

Berdasarkan perbedaan kunjungan kumbang E. kamerunicus pada berbagai tingkat kemekaran bunga jantan kelapa sawit (Rahayu, 2009), pengujian penyemprotan berbagai insektisida dilakukan pada bunga jantan kelapa sawit mekar pada tingkat kemekaran 25%, 50%, 75%, dan 100%. Periode kemekaran bunga jantan kelapa sawit berlangsung selama 4 hari (Corley & Tinker, 2016). Sebelum diaplikasikan insektisida, terlebih dahulu dilakukan penghitungan kumbang E. kamerunicus dengan metode Susanto et al. (2015) yakni menangkap

Pengaruh insektisida terhadap aktivitas dan kemunculan kumbang baru aust Elaeidobius kamerunicus FColeoptera: Curculionidae Elaeis guineensis J( ) pada bunga jantan kelapa sawit ( acq.)

Tabel 1. Jenis dan konsentrasi insektisida yang diuji sebagai perlakuanTable 1. Kind and concentration of tested insecticides as the treatments

Peubah pengamatan meliputi mortalitas kumbang E. kamerunicus dalam setiap perlakuan setiap hari sampai hari ke-4 setelah aplikasi penyemprotan insekt is ida yang diuj i . Mortal i tas kumbang E. kamerunicus dihitung menggunakan rumus:

kumbang mati ���S Mortalitas kumbang (%) = x 100% kumbang total uji �S Pada pengamatan hari terakhir (hari ke-4), dilakukan penghitungan nilai efikasi berbagai insektisida yang diuji berdasarkan formula Abbott (1925) sebagai berikut:

������������������������������S kumbang hidup pada perlakuan uji Nilai efikasi �(1-������������������������������������������������������������ ) � (%) = x 100% ������������������S kumbang total uji ������

14 15

No. Bahan aktif insektisidaKonsentrasi suspensi insektisida yang

diuji

1 Deltametrin 25 g/L 2 mL/L

2 Lamda Sihalotrin 25 g/L 2 mL/L

3 Dimehipo 500 g/L 2 mL/L

4 Asefat 75 g/kg 1,5 g/L

5 Fipronil 50 g/L 2,5 mL/L

6 Klorantraniliprol 50 g/L 1 mL/L

7 Flubendiamida 200 g/L 0,5 mL/L

8 B. thuringiensis (4,1 x 109 CFU/g) 2 mL/L

9 Air -

Page 3: PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

Agus Eko Prasetyo dan Agus Susanto

the number of new emerged weevil in each spikelet after 21 days of incubation. The results showed that the chemical insecticides i.e. Deltametrin, Lamda Sihalotrin, Dimehipo, Asefat, and Fipronil were killed the weevil, affecting the weevil visit on anthesising male inflorescence 1-3 days later, and decreasing the number of new emerged weevil from each spikelet of male inflorescence after incubation for 21 days. Meanwhile, the treatment of Chlorantraniliprole and Flubendiamide and B. thuringiensis did not affect the development of E. kamerunicus both in the laboratory and in the field so that they were safe for oil palm pollinating naturally.

Keywords: insecticide, sensitivity, Elaeidobius kamerunicus, male inflorescence

PENDAHULUAN Penggunaan insektisida selalu menjadi pilihan u t a m a s e b a g i a n b e s a r p e k e b u n d a l a m mengendalikan berbagai hama di perkebunan kelapa sawit terutama ulat pemakan daun dan ulat penggerek buah. Cara tersebut sangat efektif untuk mengurangi populasi hama hingga di bawah ambang ekonomi secara cepat, sehingga tanaman kelapa sawit dapat terhindar dari kerusakan (Susanto et al., 2015). Jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang sering menyerang di perkebunan kelapa sawit meliputi ulat api, ulat kantung, dan ulat bulu sedangkan ulat penggerek tandan kelapa sawit adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida untuk mengendalikan hama ulat api, ulat kantung, dan ulat bulu umumnya dilakukan dengan penyemprotan pada bagian daun (Susanto et al., 2012) sedangkan untuk ulat penggerek tandan disemprotkan langsung pada bagian bunga dan tandan buah kelapa sawit (Prasetyo et al., 2018). Jenis insektisida yang paling sering digunakan untuk mengendalikan hama ulat pemakan daun kelapa sawit adalah deltametrin, lamda sihalotr in, klorantraniliprol, flubendiamide, asefat, dimehipo, dan Bacillus thuringiensis sedangkan untuk ulat p e n g g e r e k t a n d a n d i a n t a r a n y a a d a l a h B. thuringiensis dan fipronil (Susanto et al., 2015). Aplikasi insektisida untuk mengendalikan berbagai hama tersebut diduga memiliki dampak negatif terhadap keberadaan serangga penyerbuk kelapa

sawit, Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) (Purba et al., 2010). Purba et al. (2012) juga menyatakan bahwa aplikasi penyemprotan insektisida terutama yang memiliki spektrum yang luas dapat menurunkan populasi kumbang E. kamerunicus. Namun demikian, penelitian-penelitian tersebut masih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak negatif insektisida terhadap E. kamerunicus secara kuantitatif yakni terhadap aktivitas dan perkembangbiakan E. kamerunicus pada bunga jantan kelapa sawit. Elaeidobius kamerunicus merupakan serangga penyerbuk utama pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga saat ini (de Chenon, 2016). Introduksi E. kamerunicus pada awal tahun 1982 menjadi t i t ik tolak pesatnya perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Prasetyo et al., 2014). Seperti kasus di Pulau Seram, Maluku Utara, Prasetyo dan Susanto (2016) melaporkan bahwa pembentukan fruit set kelapa sawit mencapai 75% pada 8 bulan setelah introduksi E. kamerunicus dibandingkan dengan sebelum introduksi serangga tersebut, fruit set kelapa sawit hanya berkisar 0,5-30%. Meskipun demikian, keberadaan E. kamerunicus sangat tergantung pada ketersediaan bunga jantan kelapa sawit Elaeis guineensis karena menjadi satu-satunya tempat berkembang biak yang baik bagi serangga tersebut (Hutauruk et al., 1982).

BAHAN DAN METODE Penguj ian apl ikas i insekt is ida terhadap E. kamerunicus dibagi menjadi dua tahap yakni di laboratorium dan di lapangan pada September 2016 hingga April 2017. Pengujian di laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Entomologi, Kelti Proteksi Tanaman, Unit Usaha Marihat PPKS sedangkan pengujian lapangan dilakukan di blok BJ 42, afdeling IV, kebun Bah Jambi, PT Perkebunan Nusantara IV.

Aplikasi insektisida di laboratorium

Pengujian mengikuti prosedur Kok et al. (2010) yang dimodifikasi oleh Prasetyo et al. (2013) menggunakan kumbang E. kamerunicus yang berumur 1-2 hari, hasil rearing yang berasal dari bunga jantan kelapa sawit yang sedang mekar (anthesis) 50-

75%, kotak inkubator serangga ukuran lebar 15 cm x panjang 15 cm x tinggi 30 cm, dan berbagai insektisida uji. Setiap kotak inkubator berisi satu sp i ke l e t bunga j an t an dan 10 kumbang E. kamerunicus terdiri dari 5 kumbang jantan dan 5 kumbang betina. Masing-masing insektisida yang diuj i di larutkan dengan air sesua i dengan konsentrasi komersial pada Tabel 1. Masing-

masing larutan insektisida uji disemprotkan ke dalam kotak inkubator uji dengan dosis 10 ml/kotak atau setara dengan penyemprotan insektisida sebanyak 400 L/ha di lapangan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 10 kotak inkubator dalam setiap pengujian dan diulang sebanyak 4 kali. Suhu lingkungan laboratorium 25-30C.̊

Aplikasi insektisida di lapangan

Berdasarkan perbedaan kunjungan kumbang E. kamerunicus pada berbagai tingkat kemekaran bunga jantan kelapa sawit (Rahayu, 2009), pengujian penyemprotan berbagai insektisida dilakukan pada bunga jantan kelapa sawit mekar pada tingkat kemekaran 25%, 50%, 75%, dan 100%. Periode kemekaran bunga jantan kelapa sawit berlangsung selama 4 hari (Corley & Tinker, 2016). Sebelum diaplikasikan insektisida, terlebih dahulu dilakukan penghitungan kumbang E. kamerunicus dengan metode Susanto et al. (2015) yakni menangkap

Pengaruh insektisida terhadap aktivitas dan kemunculan kumbang baru aust Elaeidobius kamerunicus FColeoptera: Curculionidae Elaeis guineensis J( ) pada bunga jantan kelapa sawit ( acq.)

Tabel 1. Jenis dan konsentrasi insektisida yang diuji sebagai perlakuanTable 1. Kind and concentration of tested insecticides as the treatments

Peubah pengamatan meliputi mortalitas kumbang E. kamerunicus dalam setiap perlakuan setiap hari sampai hari ke-4 setelah aplikasi penyemprotan insekt is ida yang diuj i . Mortal i tas kumbang E. kamerunicus dihitung menggunakan rumus:

kumbang mati ���S Mortalitas kumbang (%) = x 100% kumbang total uji �S Pada pengamatan hari terakhir (hari ke-4), dilakukan penghitungan nilai efikasi berbagai insektisida yang diuji berdasarkan formula Abbott (1925) sebagai berikut:

������������������������������S kumbang hidup pada perlakuan uji Nilai efikasi �(1-������������������������������������������������������������ ) � (%) = x 100% ������������������S kumbang total uji ������

14 15

No. Bahan aktif insektisidaKonsentrasi suspensi insektisida yang

diuji

1 Deltametrin 25 g/L 2 mL/L

2 Lamda Sihalotrin 25 g/L 2 mL/L

3 Dimehipo 500 g/L 2 mL/L

4 Asefat 75 g/kg 1,5 g/L

5 Fipronil 50 g/L 2,5 mL/L

6 Klorantraniliprol 50 g/L 1 mL/L

7 Flubendiamida 200 g/L 0,5 mL/L

8 B. thuringiensis (4,1 x 109 CFU/g) 2 mL/L

9 Air -

Page 4: PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

kumbang E. kamerunicus yang menempel pada satu spikelet bagian atas bunga jantan mekar (untuk memudahkan pengambilan dan tidak menganggu aktivitas kumbang) menggunakan botol plastik transparan pada pukul 09.00-10.00 wib, memingsankan kumbang menggunakan etil asetat, dan menghitung jumlahnya. Satu 1 jam setelah dilakukan penghitungan kumbang, tandan uji tersebut kemudian disemprot secara langsung dengan larutan insektisida menggunakan knapsack sprayer. Jenis dan konsentrasi insektisida yang digunakan sama dengan Tabel 1. Masing-masing perlakuan insektisida pada tingkat kemekaran bunga jantan berbeda dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali. Penghitungan kumbang yang berkunjung ke bunga jantan mekar dilakukan dengan metode yang sama pada 2 jam setelah aplikasi insektisida dan dilanjutkan pada hari berikutnya sampai akhir hari bunga mekar. Misalnya penyemprotan insektisida pada bunga jantan dengan tingkat kemekaran 25% akan diamati populasi kumbang E. kamerunicus pada jam ke-2, 24, 48, dan 72, sebaliknya penyemprotan insektisida pada tingkat kemekaran 100% hanya akan diamati populasi kumbang E. kamerunicus pada jam ke-2 setelah aplikasi karena bisa dipastikan kumbang tidak akan mendatangi kembali bunga jantan yang sudah lewat mekar. Setelah masa akhir bunga jantan mekar, sebanyak 3 spikelet bunga dari bagian atas, tengah dan bawah dari tandan sampel dipotong dan dimasukkan ke dalam kotak inkubator sampai 21 hari. Jumlah kumbang E. kamerunicus yang muncul pada spikelet-spikelet bunga jantan tersebut kemudian dihitung. Hal ini berdasarkan siklus hidup kumbang tersebut maksimal 21 hari (Kurniawan, 2010; Tuo et al., 2011a). Pada tiap peubah pengamatan, dilakukan penghitungan persentase nilai efikasi berbagai insektisida yang diuji berdasarkan formula Abbott (1925) seperti halnya yang dilakukan pada pengujian di laboratorium. Parameter yang d igunakan ada lah j um lah to ta l kumbang E. kamerunicus yang berkunjung tiap hari selama masa mekar bunga pada tiap perlakuan (dimulai dari aplikasi pada tiap tingkat kemekaran bunga) dan jumlah total kumbang E. kamerunicus baru yang setelah 21 hari inkubasi dari hasil pengujian lapangan.

Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam menggunakan bantuan perangkat lunak SAS 9.0. Jika terdapat signifikansi data maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan's Multiple Range Test) pada taraf nyata 95% untuk mengetahui perbedaan tingkat efikasi antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASANPengujian Laboratorium

Hasil pengujian penyemprotan insektisida pada kumbang E. kamerunicus secara in vivo tertera pada Tabe l 2 . Secara umum, semua kumbang E. kamerunicus yang terpapar langsung dengan insektisida kimia akan mengalami kematian pada pengamatan hari ke-1 setelah aplikasi kecuali pada perlakuan Klorantraniliprol dan Flubendiamida. Bahkan, proses kematian kumbang tersebut sudah dimulai 10-20 menit setelah dilakukan penyemprotan insektisida. Insektisida-insektisida kimia yang dimaksud adalah Deltametrin, Lamda Sihalotrin, Dimehipo, Asefat, dan Fipronil. Di lain sisi, pada perlakuan B. thuringiensis, populasi kumbang E. kamerunicus juga menurun tetapi tidak berbeda dengan kontrol (tanpa aplikasi insektisida). Pada penelitian Ahmad et al. (2009; 2012), mortalitas kumbang E. kamerunicus juga mencapai 100% pada har i per tama sete lah apl ikas i penyemprotan insektisida kimia berbahan aktif Sipermetrin secara in vivo. Deltametrin, Lamda Sihalotrin dan Sipermetrin merupakan jenis insektisida piretroid yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan hama ulat pemakan daun kelapa sawit saat ini terutama ulat api dan ulat bulu (Susanto et al., 2012). Pengujian insektisida berbahan aktif trichlorfon secara in vivo juga mengakibatkan kematian kumbang E. kamerunicus hampir 100% (Kok et al., 2010). Jenis insektisida lain yang juga dilaporkan menurunkan populasi kumbang E. kamerunicus tetapi tidak sampai 100% adalah imidakloprid (Hambal, 2009) dan indoxacarb (Kok et al., 2010). Insektisida kimia yang relatif aman bagi keberadaan E. kamerunicus sesuai dengan pengujian ini adalah berbahan aktif Klorantraniliprol dan Flubendiamida dengan data mortalitas kumbang tidak berbeda dengan perlakuan kontrol pada tiap hari pengamatan (Tabel 2). Pengujian insektisida Klorantraniliprol juga pernah dilakukan oleh Kok et al.

(2010) atau insektisida Flubendiamida oleh Prasetyo et al. (2015) juga tidak mempengaruhi tingkat hidup kumbang E. kamerunicus, bahkan masih dapat melakukan proses reproduksi. Kedua insektisida kimia ini tergolong ke dalam insektisida Diamida yang mulai digunakan untuk mengendalikan hama ulat pemakan daun kelapa sawit di Indonesia (Susanto et al., 2015).

Jenis insektisida kimia lain yakni berbahan aktif TOMF untuk pemberantasan nyamuk juga dilaporkan relatif aman bagi kumbang E. kamerunicus (Omar, 2011). Sementara, pengujian bioinsektisida B. thuringiensis secara bioassay juga tidak menurunkan populasi kumbang E. kamerunicus (Ahmad et al., 2009; 2012; Prasetyo et al., 2015).

Pengujian di lapangan

Kond is i serupa juga d i tun jukkan pada penyemprotan insektisida di lapangan terhadap kunjungan kumbang pada bunga jantan E. kamerunicusmekar, rerata total kunjungan kumbang E. kamerunicusterlihat pada Tabel 3 sementara rerata perkembangan kunjungan kumbang setiap jam pengamatan hingga periode akhir kemekaran bunga ditunjukkan pada Gambar 1, 2, 3, dan 4. Insektisida kimia meliputi Deltametrin, Lamda Sihalotrin, Dimehipo, Asefat, dan Fipronil mempengaruhi kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan mekar. Akibat aplikasi berbagai insektisida kimia tersebut, kumban baru berkunjung kembali g E. kamerunicus1-3 hari setelah aplikasi insektisida. Hal ini menunjukkan bahwa dampak aplikasi berbagai insektisida kimia tersebut, selain akan mematikan kumbang yang terpapar langsung E. kamerunicus(Tabel 2) juga dapat menimbulkan residu yang

menyebabkan kumbang tidak tertarik ke bunga jantan tersebut. Deltametrin, dan Lamda Sihalotrin merupakan insektisida golongan Piretroid yang bersifat kontak dengan mekanisme kerja toksik adalah mencegah penutupan saluran natrium sehingga saraf tidak dapat melakukan repolarisasi dan mengakibatkan kelumpuhan (Thatheyus & Selvam, 2013). Kedua insektisida ini memiliki spektrum cukup luas yang dapat membunuh berbagai serangga bermanfaat dari ordo Coleoptera, Diptera, dan Orthoptera. Insektisida yang lain yakni dimehipo dari golongan Nereistoksin bersifat racun lambung dengan memiliki mekanisme kerja memblokir sel saraf depan hingga terjadi kelumpuhan saraf serangga, insektisida asefat dari golongan Organofosfat dengan mekanisme kerja mengikat dan menghambat enzim asetilkolinesterase (AChE) dalam jaringan sistem saraf, dan fipronil dari golongan Phenylpyrazoles memiliki sifat kontak dengan mekanisme kerja mengganggu sistem saraf

Tabel 2. Mortalitas kumbang Elaeidobius kamerunicus rerata setelah aplikasi berbagai insektisida uji Table 2. Mortality of Elaeidobius kamerunicus weevils after application tested insecticides

Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan adanya beda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf signifikansi 95%

Perlakuan

Rerata mortalitas kumbang jantan E. kamerunicus pada

hari setelah aplikasi (%)Nilai efikasi

Abbot (%)1 2 3 4

Deltametrin 100 a 100 a 100 a 100 a 100,00

Lamda Sihalotrin 100 a 100 a 100 a 100 a 100,00

Dimehipo 100 a 100 a 100 a 100 a 100,00

Asefat 100 a 100 a 100 a 100 a 100,00

Fipronil 100 a 100 a 100 a 100 a 100,00

Klorantraniliprol 11 b 18 b 27 b 31 b 4,17

Flubendiamida 12 b 20 b 29 b 29 b 1,39

B. thuringiensis 10 b 14 b 28 b 29 b 1,39

Air (kontrol) 9 b 21 b 24 b 28 b -

16 17

Agus Eko Prasetyo dan Agus SusantoPengaruh insektisida terhadap aktivitas dan kemunculan kumbang baru aust Elaeidobius kamerunicus F

Coleoptera: Curculionidae Elaeis guineensis J( ) pada bunga jantan kelapa sawit ( acq.)

Page 5: PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

kumbang E. kamerunicus yang menempel pada satu spikelet bagian atas bunga jantan mekar (untuk memudahkan pengambilan dan tidak menganggu aktivitas kumbang) menggunakan botol plastik transparan pada pukul 09.00-10.00 wib, memingsankan kumbang menggunakan etil asetat, dan menghitung jumlahnya. Satu 1 jam setelah dilakukan penghitungan kumbang, tandan uji tersebut kemudian disemprot secara langsung dengan larutan insektisida menggunakan knapsack sprayer. Jenis dan konsentrasi insektisida yang digunakan sama dengan Tabel 1. Masing-masing perlakuan insektisida pada tingkat kemekaran bunga jantan berbeda dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali. Penghitungan kumbang yang berkunjung ke bunga jantan mekar dilakukan dengan metode yang sama pada 2 jam setelah aplikasi insektisida dan dilanjutkan pada hari berikutnya sampai akhir hari bunga mekar. Misalnya penyemprotan insektisida pada bunga jantan dengan tingkat kemekaran 25% akan diamati populasi kumbang E. kamerunicus pada jam ke-2, 24, 48, dan 72, sebaliknya penyemprotan insektisida pada tingkat kemekaran 100% hanya akan diamati populasi kumbang E. kamerunicus pada jam ke-2 setelah aplikasi karena bisa dipastikan kumbang tidak akan mendatangi kembali bunga jantan yang sudah lewat mekar. Setelah masa akhir bunga jantan mekar, sebanyak 3 spikelet bunga dari bagian atas, tengah dan bawah dari tandan sampel dipotong dan dimasukkan ke dalam kotak inkubator sampai 21 hari. Jumlah kumbang E. kamerunicus yang muncul pada spikelet-spikelet bunga jantan tersebut kemudian dihitung. Hal ini berdasarkan siklus hidup kumbang tersebut maksimal 21 hari (Kurniawan, 2010; Tuo et al., 2011a). Pada tiap peubah pengamatan, dilakukan penghitungan persentase nilai efikasi berbagai insektisida yang diuji berdasarkan formula Abbott (1925) seperti halnya yang dilakukan pada pengujian di laboratorium. Parameter yang d igunakan ada lah j um lah to ta l kumbang E. kamerunicus yang berkunjung tiap hari selama masa mekar bunga pada tiap perlakuan (dimulai dari aplikasi pada tiap tingkat kemekaran bunga) dan jumlah total kumbang E. kamerunicus baru yang setelah 21 hari inkubasi dari hasil pengujian lapangan.

Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam menggunakan bantuan perangkat lunak SAS 9.0. Jika terdapat signifikansi data maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan's Multiple Range Test) pada taraf nyata 95% untuk mengetahui perbedaan tingkat efikasi antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASANPengujian Laboratorium

Hasil pengujian penyemprotan insektisida pada kumbang E. kamerunicus secara in vivo tertera pada Tabe l 2 . Secara umum, semua kumbang E. kamerunicus yang terpapar langsung dengan insektisida kimia akan mengalami kematian pada pengamatan hari ke-1 setelah aplikasi kecuali pada perlakuan Klorantraniliprol dan Flubendiamida. Bahkan, proses kematian kumbang tersebut sudah dimulai 10-20 menit setelah dilakukan penyemprotan insektisida. Insektisida-insektisida kimia yang dimaksud adalah Deltametrin, Lamda Sihalotrin, Dimehipo, Asefat, dan Fipronil. Di lain sisi, pada perlakuan B. thuringiensis, populasi kumbang E. kamerunicus juga menurun tetapi tidak berbeda dengan kontrol (tanpa aplikasi insektisida). Pada penelitian Ahmad et al. (2009; 2012), mortalitas kumbang E. kamerunicus juga mencapai 100% pada har i per tama sete lah apl ikas i penyemprotan insektisida kimia berbahan aktif Sipermetrin secara in vivo. Deltametrin, Lamda Sihalotrin dan Sipermetrin merupakan jenis insektisida piretroid yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan hama ulat pemakan daun kelapa sawit saat ini terutama ulat api dan ulat bulu (Susanto et al., 2012). Pengujian insektisida berbahan aktif trichlorfon secara in vivo juga mengakibatkan kematian kumbang E. kamerunicus hampir 100% (Kok et al., 2010). Jenis insektisida lain yang juga dilaporkan menurunkan populasi kumbang E. kamerunicus tetapi tidak sampai 100% adalah imidakloprid (Hambal, 2009) dan indoxacarb (Kok et al., 2010). Insektisida kimia yang relatif aman bagi keberadaan E. kamerunicus sesuai dengan pengujian ini adalah berbahan aktif Klorantraniliprol dan Flubendiamida dengan data mortalitas kumbang tidak berbeda dengan perlakuan kontrol pada tiap hari pengamatan (Tabel 2). Pengujian insektisida Klorantraniliprol juga pernah dilakukan oleh Kok et al.

(2010) atau insektisida Flubendiamida oleh Prasetyo et al. (2015) juga tidak mempengaruhi tingkat hidup kumbang E. kamerunicus, bahkan masih dapat melakukan proses reproduksi. Kedua insektisida kimia ini tergolong ke dalam insektisida Diamida yang mulai digunakan untuk mengendalikan hama ulat pemakan daun kelapa sawit di Indonesia (Susanto et al., 2015).

Jenis insektisida kimia lain yakni berbahan aktif TOMF untuk pemberantasan nyamuk juga dilaporkan relatif aman bagi kumbang E. kamerunicus (Omar, 2011). Sementara, pengujian bioinsektisida B. thuringiensis secara bioassay juga tidak menurunkan populasi kumbang E. kamerunicus (Ahmad et al., 2009; 2012; Prasetyo et al., 2015).

Pengujian di lapangan

Kond is i serupa juga d i tun jukkan pada penyemprotan insektisida di lapangan terhadap kunjungan kumbang pada bunga jantan E. kamerunicusmekar, rerata total kunjungan kumbang E. kamerunicusterlihat pada Tabel 3 sementara rerata perkembangan kunjungan kumbang setiap jam pengamatan hingga periode akhir kemekaran bunga ditunjukkan pada Gambar 1, 2, 3, dan 4. Insektisida kimia meliputi Deltametrin, Lamda Sihalotrin, Dimehipo, Asefat, dan Fipronil mempengaruhi kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan mekar. Akibat aplikasi berbagai insektisida kimia tersebut, kumban baru berkunjung kembali g E. kamerunicus1-3 hari setelah aplikasi insektisida. Hal ini menunjukkan bahwa dampak aplikasi berbagai insektisida kimia tersebut, selain akan mematikan kumbang yang terpapar langsung E. kamerunicus(Tabel 2) juga dapat menimbulkan residu yang

menyebabkan kumbang tidak tertarik ke bunga jantan tersebut. Deltametrin, dan Lamda Sihalotrin merupakan insektisida golongan Piretroid yang bersifat kontak dengan mekanisme kerja toksik adalah mencegah penutupan saluran natrium sehingga saraf tidak dapat melakukan repolarisasi dan mengakibatkan kelumpuhan (Thatheyus & Selvam, 2013). Kedua insektisida ini memiliki spektrum cukup luas yang dapat membunuh berbagai serangga bermanfaat dari ordo Coleoptera, Diptera, dan Orthoptera. Insektisida yang lain yakni dimehipo dari golongan Nereistoksin bersifat racun lambung dengan memiliki mekanisme kerja memblokir sel saraf depan hingga terjadi kelumpuhan saraf serangga, insektisida asefat dari golongan Organofosfat dengan mekanisme kerja mengikat dan menghambat enzim asetilkolinesterase (AChE) dalam jaringan sistem saraf, dan fipronil dari golongan Phenylpyrazoles memiliki sifat kontak dengan mekanisme kerja mengganggu sistem saraf

Tabel 2. Mortalitas kumbang Elaeidobius kamerunicus rerata setelah aplikasi berbagai insektisida uji Table 2. Mortality of Elaeidobius kamerunicus weevils after application tested insecticides

Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan adanya beda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf signifikansi 95%

Perlakuan

Rerata mortalitas kumbang jantan E. kamerunicus pada

hari setelah aplikasi (%)Nilai efikasi

Abbot (%)1 2 3 4

Deltametrin 100 a 100 a 100 a 100 a 100,00

Lamda Sihalotrin 100 a 100 a 100 a 100 a 100,00

Dimehipo 100 a 100 a 100 a 100 a 100,00

Asefat 100 a 100 a 100 a 100 a 100,00

Fipronil 100 a 100 a 100 a 100 a 100,00

Klorantraniliprol 11 b 18 b 27 b 31 b 4,17

Flubendiamida 12 b 20 b 29 b 29 b 1,39

B. thuringiensis 10 b 14 b 28 b 29 b 1,39

Air (kontrol) 9 b 21 b 24 b 28 b -

16 17

Agus Eko Prasetyo dan Agus SusantoPengaruh insektisida terhadap aktivitas dan kemunculan kumbang baru aust Elaeidobius kamerunicus F

Coleoptera: Curculionidae Elaeis guineensis J( ) pada bunga jantan kelapa sawit ( acq.)

Page 6: PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

18 19

Gambar 2. Kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan mekar di setiap jam pengamatan setelah aplikasi berbagai macam insektisida pada tingkat kemekaran bunga 50% (kumbang)

Figure 2. Visitation E. kamerunicus weevil on anthesising male inflorescence in every hour of observation after application tested insecticides at 50% of blooming level (weevils)

Gambar 3. Kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan mekar di setiap jam pengamatan setelah aplikasi berbagai macam insektisida pada tingkat kemekaran bunga 75% (kumbang)

Figure 3. Visitation E. kamerunicus weevil on anthesising male inflorescence in every hour of observation after application tested insecticides at 75% of blooming level (weevils)

Jum

lah

kunj

unga

n ku

mba

ng

E. k

amer

unic

us p

er s

pike

let

bung

a ja

ntan

kel

apa

sawi

t ant

hesi

s

Waktu pengamatan (jam setelah aplikasi)

0

20

40

60

80

100

120

140

0 jsa 2 jsa 24 jsa 48 jsa

Deltametrin

Lamda Sihalotrin

Dimehipo

Asefat

Fipronil

Klorantraniliprol

Flubendiamida

B. thuringiensis

Air

Jum

lah

kunj

unga

n ku

mba

ng

E. k

amer

unic

us p

er s

pike

let

bung

a ja

ntan

kel

apa

sawi

t ant

hesi

s

Waktu pengamatan (jam setelah aplikasi)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 jsa 2 jsa 24 jsa

Deltametrin

Lamda Sihalotrin

Dimehipo

Asefat

Fipronil

Klorantraniliprol

Flubendiamida

B. thuringiensis

Air

Tabel 3. Rerata jumlah kumbang E. kamerunicus yang berkunjung selama masa mekar bunga jantan kelapa sawit pada berbagai perlakuan (kumbang)

Table 3. Average number of E. kamerunicus weevils visit as long as anthesising male inflorescence of oil palm in each treatment (weevils)

Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan adanya beda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf signifikansi 95%

Gambar 1. Kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan mekar di setiap jam pengamatan setelah aplikasi berbagai macam insektisida pada tingkat kemekaran bunga 25% (kumbang)

Figure 1. Visitation E. kamerunicus weevil on anthesising male inflorescence in every hour of observation after application tested insecticides at 25% of blooming level (weevils)

Jum

lah

kunj

unga

n ku

mba

ng

E. k

amer

unic

us p

er s

pike

let

bung

a ja

ntan

kel

apa

sawi

t ant

hesi

s

Waktu pengamatan (jam setelah aplikasi)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0 jsa 2 jsa 24 jsa 48 jsa 72 jsa

Deltametrin

Lamda Sihalotrin

Dimehipo

Asefat

Fipronil

Klorantraniliprol

Flubendiamida

B. thuringiensis

Air

Agus Eko Prasetyo dan Agus Susanto

pusat serangga dengan menghalangi saluran GABA-gated chloride glutamate-gated chloride dan

(GluCl) sehingga terjadi hipereksitasi pada saraf dan otot serangga (IRAC, 2018).

Perlakuan

Rerata jumlah total kunjungan kumbang E. kamerunicus selama masa mekar

bunga jantan kelapa sawit dihitung dari masa aplikasi insektisida pada tingkat

kemekaran bunga (kumbang)

25% 50% 75% 100%

Deltametrin 61 c 79 c 100 c 121 b

Lamda Sihalotrin 149 b 198 b 106 c 151 b

Dimehipo 79 c 123 bc 107 c 124 b

Asefat 55 c 80 c 86 c 141 b

Fipronil 53 c 80 c 130 c 140 b

Klorantraniliprol 365 a 435 a 295 b 293 a

Flubendiamida 387 a 425 a 379 ab 298 a

B. thuringiensis 349 a 419 a 353 ab 246 a

Air (kontrol) 346 a 402 a 456 a 261 a

Pengaruh insektisida terhadap aktivitas dan kemunculan kumbang baru aust Elaeidobius kamerunicus FColeoptera: Curculionidae Elaeis guineensis J( ) pada bunga jantan kelapa sawit ( acq.)

Page 7: PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

18 19

Gambar 2. Kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan mekar di setiap jam pengamatan setelah aplikasi berbagai macam insektisida pada tingkat kemekaran bunga 50% (kumbang)

Figure 2. Visitation E. kamerunicus weevil on anthesising male inflorescence in every hour of observation after application tested insecticides at 50% of blooming level (weevils)

Gambar 3. Kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan mekar di setiap jam pengamatan setelah aplikasi berbagai macam insektisida pada tingkat kemekaran bunga 75% (kumbang)

Figure 3. Visitation E. kamerunicus weevil on anthesising male inflorescence in every hour of observation after application tested insecticides at 75% of blooming level (weevils)

Jum

lah

kunj

unga

n ku

mba

ng

E. k

amer

unic

us p

er s

pike

let

bung

a ja

ntan

kel

apa

sawi

t ant

hesi

s

Waktu pengamatan (jam setelah aplikasi)

0

20

40

60

80

100

120

140

0 jsa 2 jsa 24 jsa 48 jsa

Deltametrin

Lamda Sihalotrin

Dimehipo

Asefat

Fipronil

Klorantraniliprol

Flubendiamida

B. thuringiensis

Air

Jum

lah

kunj

unga

n ku

mba

ng

E. k

amer

unic

us p

er s

pike

let

bung

a ja

ntan

kel

apa

sawi

t ant

hesi

s

Waktu pengamatan (jam setelah aplikasi)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 jsa 2 jsa 24 jsa

Deltametrin

Lamda Sihalotrin

Dimehipo

Asefat

Fipronil

Klorantraniliprol

Flubendiamida

B. thuringiensis

Air

Tabel 3. Rerata jumlah kumbang E. kamerunicus yang berkunjung selama masa mekar bunga jantan kelapa sawit pada berbagai perlakuan (kumbang)

Table 3. Average number of E. kamerunicus weevils visit as long as anthesising male inflorescence of oil palm in each treatment (weevils)

Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan adanya beda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf signifikansi 95%

Gambar 1. Kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan mekar di setiap jam pengamatan setelah aplikasi berbagai macam insektisida pada tingkat kemekaran bunga 25% (kumbang)

Figure 1. Visitation E. kamerunicus weevil on anthesising male inflorescence in every hour of observation after application tested insecticides at 25% of blooming level (weevils)

Jum

lah

kunj

unga

n ku

mba

ng

E. k

amer

unic

us p

er s

pike

let

bung

a ja

ntan

kel

apa

sawi

t ant

hesi

s

Waktu pengamatan (jam setelah aplikasi)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0 jsa 2 jsa 24 jsa 48 jsa 72 jsa

Deltametrin

Lamda Sihalotrin

Dimehipo

Asefat

Fipronil

Klorantraniliprol

Flubendiamida

B. thuringiensis

Air

Agus Eko Prasetyo dan Agus Susanto

pusat serangga dengan menghalangi saluran GABA-gated chloride glutamate-gated chloride dan

(GluCl) sehingga terjadi hipereksitasi pada saraf dan otot serangga (IRAC, 2018).

Perlakuan

Rerata jumlah total kunjungan kumbang E. kamerunicus selama masa mekar

bunga jantan kelapa sawit dihitung dari masa aplikasi insektisida pada tingkat

kemekaran bunga (kumbang)

25% 50% 75% 100%

Deltametrin 61 c 79 c 100 c 121 b

Lamda Sihalotrin 149 b 198 b 106 c 151 b

Dimehipo 79 c 123 bc 107 c 124 b

Asefat 55 c 80 c 86 c 141 b

Fipronil 53 c 80 c 130 c 140 b

Klorantraniliprol 365 a 435 a 295 b 293 a

Flubendiamida 387 a 425 a 379 ab 298 a

B. thuringiensis 349 a 419 a 353 ab 246 a

Air (kontrol) 346 a 402 a 456 a 261 a

Pengaruh insektisida terhadap aktivitas dan kemunculan kumbang baru aust Elaeidobius kamerunicus FColeoptera: Curculionidae Elaeis guineensis J( ) pada bunga jantan kelapa sawit ( acq.)

Page 8: PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

20 21

Gambar 4. Kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan mekar di setiap jam pengamatan setelah aplikasi berbagai macam insektisida pada tingkat kemekaran bunga 100% (kumbang)

Figure 4. Visitation E. kamerunicus weevil on anthesising male inflorescence in every hour of observation after application tested insecticides at 100% of blooming level (weevils)

Kondisi sebaliknya ditunjukkan pada insektisida kimia Klorantraniliprol dan Flubendiamida serta b io insekt is ida B. thur ing iens is yakni t idak mempengaruhi kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan mekar (Gambar 1, 2, 3, dan 4). Jumlah kunjungan kumbang E. kamerunicus pada tiap jam pengamatan cenderung mengalami kenaikan sesuai dengan penambahan tingkat kemekaran bunga. Rahayu (2009) meneliti bahwa tingkat kemekaran bunga jantan semakin tinggi menimbulkan jumlah kunjungan kumbang E. kamerunicus semakin banyak. Klorantraniliprol dan flubendiamida merupakan insektisida kimia dari golongan Diamida yang yang berspektrum lebih sempit dibandingkan dengan Piretroid dan Organofosfat. Golongan insektisida ini memiliki mekanisme insektisidal dengan sasaran pada saraf dan otot serangga hama yakni dengan mengaktifkan reseptor rianodin yang menyebabkan kontraksi dan kelumpuhan (Tohnishi et al., 2005; Kok et al., 2010). Menurut Andaloro et al. (2010), golongan diamida relatif aman terhadap serangga bermanfaat. Sedangkan B. thuringiensis merupakan bakteri yang menghasi lkan kr istal protein dengan nama δ-endotoksin yang bersifat membunuh serangga (insektisidal) sewaktu mengalami proses sporulasinya

(Hofte & Whiteley, 1989) yang lebih banyak membunuh ordo Lepidoptera dan sedikit dari ordo yang lain. Studi aplikasi berbagai insektisida jangka panjang selama 9 bulan dengan jarak aplikasi setiap 2 minggu memperlihatkan populasi dan kunjungan kumbang pada bunga jantan dan betina mekar mengalami penurunan selama proses penyemprotan insektisida kimia Fipronil tetapi tidak pada bioinsektisida B. thuringiensis atau kombinasinya dengan Klorantraniliprol (Prasetyo et al., 2018). Sebagai hasilnya, nilai fruit set, berat tandan, dan produktivitas kelapa sawit pada perlakuan insektisida Fipronil menurun mulai 6 bulan setelah aplikasi pertama, seba l i knya pada per lakuan b io insek t i s ida B. thuringiensis maupun kombinasinya dengan Klorantraniliprol dapat menjaga nilai fruit set dan produktivitas kelapa sawit tetap normal. Berbagai penelitian lain juga mengindikasikan adanya efek negatif penggunaan insektisida kimia. Tuo et al. (2011b) mengamati bahwa aplikasi insektisida kimia berbahan aktif hiocyclam hydrogen oxalate di lapangan melalui sistem fogging dosis 800 g/8 L solardilaporkan juga menurunkan populasi kumbang E. kamerunicus, E. subvittatus, E. plagiatus, dan E. singularis sebesar 62,92% pada hari pertama.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 jsa 2 jsa

Deltametrin

Lamda Sihalotrin

Dimehipo

Asefat

Fipronil

Klorantraniliprol

Flubendiamida

B. thuringiensis

AirJum

lah

kunj

unga

n ku

mba

ng

E. k

amer

unic

us p

er s

pike

let

bung

a ja

ntan

kel

apa

sawi

t ant

hesi

s

Waktu pengamatan (jam setelah aplikasi)

Tabel 4. Nilai efikasi Abbot pada penurunan jumlah kunjungan kumbang selama bunga jantan mekar dan kemunculan kumbang baru E. kamerunicus dari spikelet bunga jantan kelapa sawit hasil penyemprotan insektisida pada berbagai perlakuan

Table 4. Abbot efficacy value of decreasing number of E. kamerunicus weevils visit as long as anthesising male inflorescence and the emerging of new E. kamerunicus weevils from male spikelet that sprayed by tested insecticides in each treatment

Hasil pengamatan lain terhadap kemunculan kumbang E. kamerunicus baru diperlihatkan pada Gambar 5. Secara umum, jumlah kumbang E. kamerunicus dari tiap spikelet bunga pada perlakuan Deltametrin, Lamda Sihalotrin, Dimehipo, Asefat, dan Fipronil lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan Klorantraniliprol, Flubendiamida, dan B. thuringiensis, hasil analisis statistik menyatakan bahwa data berbeda nyata pada tiap perlakuan tingkat kemekaran bunga 25% hingga 75% tetapi tidak pada tingkat kemekaran 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kunjungan kumbang E. kamerunicus akan mempengaruhi jumlah telur yang diletakkan di dalam setiap bulir bunga jantan meskipun tidak dilakukan penghitungan. Berdasarkan perhitungan nilai Abbot, persentase penurunan total jumlah kunjungan kumbang E. kamerunicus selama masa mekar bunga jantan

a k i b a t p e n y emp r o t a n i n s e k t i s i d a k im i a Deltametrin, Lamda Sihalotrin, Dimehipo, Asefat, dan Fipronil cukup tinggi yakni antara 50,17-75,69% (Tabel 4). Pada pengamatan siklus kumbang berikutnya, penurunan jumlah kemunculan kumbang baru dipengaruhi oleh kondisi bunga mekar yang terpapar insekt is ida. Tabel 4 memper l iha tkan bahwa te r jad i penurunan kemunculan kumbang baru yang relatif tinggi jika penyemprotan insektisida kimia terjadi pada saat awal kemekaran bunga jantan. Kisaran penurunan kemunculan kumbang baru pada saat tingkat kemekaran bunga jantan 25%, 50%, 75%, dan 100%, berturut-turut adalah 46,26-68,39%; 29,74-75,30%; 26,41-49,74; dan 6,84-25,00%. Lain halnya dengan insektisida Klorantraniliprol, Flubendiamida, dan B. thuringiensis relatif tidak mempengaruhi E. kamerunicus.

Agus Eko Prasetyo dan Agus Susanto

Perlakuan

Nilai efikasi Abbot (%)

Penurunan total jumlah

kunjungan kumbang

E. kamerunicus selama

bunga jantan mekar

Penurunan kemunculan kumbang baru

E. kamerunicus dari spikelet bunga jantan pada

berbagai perlakuan insektisida (tingkat kemekaran

bunga)

Mekar

25%

Mekar

50%Mekar 75%

Mekar

100%

Deltametrin 73,60 67,24 69,30 34,36 13,95

Lamda Sihalotrin 50,17 46,26 29,74 49,74 18,95

Dimehipo 66,01 59,77 58,51 26,41 25,00

Asefat 75,69 68,39 75,30 46,92 18,42

Fipronil 71,07 65,80 55,88 42,31 6,84

Klorantraniliprol 1,65 8,91 12,47 -6,15 8,16

Flubendiamida -4,40 9,77 13,43 -7,44 -0,53

B. thuringiensis 0,88 8,05 9,35 -2,82 5,79

Pengaruh insektisida terhadap aktivitas dan kemunculan kumbang baru aust Elaeidobius kamerunicus FColeoptera: Curculionidae Elaeis guineensis J( ) pada bunga jantan kelapa sawit ( acq.)

Page 9: PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

20 21

Gambar 4. Kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan mekar di setiap jam pengamatan setelah aplikasi berbagai macam insektisida pada tingkat kemekaran bunga 100% (kumbang)

Figure 4. Visitation E. kamerunicus weevil on anthesising male inflorescence in every hour of observation after application tested insecticides at 100% of blooming level (weevils)

Kondisi sebaliknya ditunjukkan pada insektisida kimia Klorantraniliprol dan Flubendiamida serta b io insekt is ida B. thur ing iens is yakni t idak mempengaruhi kunjungan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan mekar (Gambar 1, 2, 3, dan 4). Jumlah kunjungan kumbang E. kamerunicus pada tiap jam pengamatan cenderung mengalami kenaikan sesuai dengan penambahan tingkat kemekaran bunga. Rahayu (2009) meneliti bahwa tingkat kemekaran bunga jantan semakin tinggi menimbulkan jumlah kunjungan kumbang E. kamerunicus semakin banyak. Klorantraniliprol dan flubendiamida merupakan insektisida kimia dari golongan Diamida yang yang berspektrum lebih sempit dibandingkan dengan Piretroid dan Organofosfat. Golongan insektisida ini memiliki mekanisme insektisidal dengan sasaran pada saraf dan otot serangga hama yakni dengan mengaktifkan reseptor rianodin yang menyebabkan kontraksi dan kelumpuhan (Tohnishi et al., 2005; Kok et al., 2010). Menurut Andaloro et al. (2010), golongan diamida relatif aman terhadap serangga bermanfaat. Sedangkan B. thuringiensis merupakan bakteri yang menghasi lkan kr istal protein dengan nama δ-endotoksin yang bersifat membunuh serangga (insektisidal) sewaktu mengalami proses sporulasinya

(Hofte & Whiteley, 1989) yang lebih banyak membunuh ordo Lepidoptera dan sedikit dari ordo yang lain. Studi aplikasi berbagai insektisida jangka panjang selama 9 bulan dengan jarak aplikasi setiap 2 minggu memperlihatkan populasi dan kunjungan kumbang pada bunga jantan dan betina mekar mengalami penurunan selama proses penyemprotan insektisida kimia Fipronil tetapi tidak pada bioinsektisida B. thuringiensis atau kombinasinya dengan Klorantraniliprol (Prasetyo et al., 2018). Sebagai hasilnya, nilai fruit set, berat tandan, dan produktivitas kelapa sawit pada perlakuan insektisida Fipronil menurun mulai 6 bulan setelah aplikasi pertama, seba l i knya pada per lakuan b io insek t i s ida B. thuringiensis maupun kombinasinya dengan Klorantraniliprol dapat menjaga nilai fruit set dan produktivitas kelapa sawit tetap normal. Berbagai penelitian lain juga mengindikasikan adanya efek negatif penggunaan insektisida kimia. Tuo et al. (2011b) mengamati bahwa aplikasi insektisida kimia berbahan aktif hiocyclam hydrogen oxalate di lapangan melalui sistem fogging dosis 800 g/8 L solardilaporkan juga menurunkan populasi kumbang E. kamerunicus, E. subvittatus, E. plagiatus, dan E. singularis sebesar 62,92% pada hari pertama.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 jsa 2 jsa

Deltametrin

Lamda Sihalotrin

Dimehipo

Asefat

Fipronil

Klorantraniliprol

Flubendiamida

B. thuringiensis

AirJum

lah

kunj

unga

n ku

mba

ng

E. k

amer

unic

us p

er s

pike

let

bung

a ja

ntan

kel

apa

sawi

t ant

hesi

s

Waktu pengamatan (jam setelah aplikasi)

Tabel 4. Nilai efikasi Abbot pada penurunan jumlah kunjungan kumbang selama bunga jantan mekar dan kemunculan kumbang baru E. kamerunicus dari spikelet bunga jantan kelapa sawit hasil penyemprotan insektisida pada berbagai perlakuan

Table 4. Abbot efficacy value of decreasing number of E. kamerunicus weevils visit as long as anthesising male inflorescence and the emerging of new E. kamerunicus weevils from male spikelet that sprayed by tested insecticides in each treatment

Hasil pengamatan lain terhadap kemunculan kumbang E. kamerunicus baru diperlihatkan pada Gambar 5. Secara umum, jumlah kumbang E. kamerunicus dari tiap spikelet bunga pada perlakuan Deltametrin, Lamda Sihalotrin, Dimehipo, Asefat, dan Fipronil lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan Klorantraniliprol, Flubendiamida, dan B. thuringiensis, hasil analisis statistik menyatakan bahwa data berbeda nyata pada tiap perlakuan tingkat kemekaran bunga 25% hingga 75% tetapi tidak pada tingkat kemekaran 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kunjungan kumbang E. kamerunicus akan mempengaruhi jumlah telur yang diletakkan di dalam setiap bulir bunga jantan meskipun tidak dilakukan penghitungan. Berdasarkan perhitungan nilai Abbot, persentase penurunan total jumlah kunjungan kumbang E. kamerunicus selama masa mekar bunga jantan

a k i b a t p e n y emp r o t a n i n s e k t i s i d a k im i a Deltametrin, Lamda Sihalotrin, Dimehipo, Asefat, dan Fipronil cukup tinggi yakni antara 50,17-75,69% (Tabel 4). Pada pengamatan siklus kumbang berikutnya, penurunan jumlah kemunculan kumbang baru dipengaruhi oleh kondisi bunga mekar yang terpapar insekt is ida. Tabel 4 memper l iha tkan bahwa te r jad i penurunan kemunculan kumbang baru yang relatif tinggi jika penyemprotan insektisida kimia terjadi pada saat awal kemekaran bunga jantan. Kisaran penurunan kemunculan kumbang baru pada saat tingkat kemekaran bunga jantan 25%, 50%, 75%, dan 100%, berturut-turut adalah 46,26-68,39%; 29,74-75,30%; 26,41-49,74; dan 6,84-25,00%. Lain halnya dengan insektisida Klorantraniliprol, Flubendiamida, dan B. thuringiensis relatif tidak mempengaruhi E. kamerunicus.

Agus Eko Prasetyo dan Agus Susanto

Perlakuan

Nilai efikasi Abbot (%)

Penurunan total jumlah

kunjungan kumbang

E. kamerunicus selama

bunga jantan mekar

Penurunan kemunculan kumbang baru

E. kamerunicus dari spikelet bunga jantan pada

berbagai perlakuan insektisida (tingkat kemekaran

bunga)

Mekar

25%

Mekar

50%Mekar 75%

Mekar

100%

Deltametrin 73,60 67,24 69,30 34,36 13,95

Lamda Sihalotrin 50,17 46,26 29,74 49,74 18,95

Dimehipo 66,01 59,77 58,51 26,41 25,00

Asefat 75,69 68,39 75,30 46,92 18,42

Fipronil 71,07 65,80 55,88 42,31 6,84

Klorantraniliprol 1,65 8,91 12,47 -6,15 8,16

Flubendiamida -4,40 9,77 13,43 -7,44 -0,53

B. thuringiensis 0,88 8,05 9,35 -2,82 5,79

Pengaruh insektisida terhadap aktivitas dan kemunculan kumbang baru aust Elaeidobius kamerunicus FColeoptera: Curculionidae Elaeis guineensis J( ) pada bunga jantan kelapa sawit ( acq.)

Page 10: PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

Kem

uncu

lan

kum

bang

E.

kam

erun

icus

bar

u pe

r spi

kele

t b

unga

jant

an k

elap

a sa

wit

Perlakuan

0

75

150

225

300

375

450

Mekar 25% Mekar 50% Mekar 75% Mekar 100%

Oleh karena itu, jika penyemprotan insektisida terjadi pada bunga jantan kelapa sawit dengan tingkat kemekaran bunga 100% maka belum memberikan dampak negatif terhadap perkembangan populasi E. kamerunicus di lapangan. Sebaliknya, jika penyemprotan insektisida kimia tersebut terjadi pada bunga jantan dengan tingkat kemekaran bunga lebih rendah, maka akan mempengaruhi perkembangan populasi kumbang penyerbuk tersebut. Namun demikian, menurut Omar (2011), penurunan populasi kumbang E. kamerunicus <30% belum mempengaruhi penyerbukan bunga kelapa sawit secara alami di lapangan. Kondisi ini terjadi pada setiap aplikasi insektisida kimia. Oleh karena itu, aplikasi insektisida kimia sejenis secara berulang dalam waktu relatif singkat, selain menurunkan populasi kumbang E. kamerunicus juga dapat mempengaruhi penyerbukan bunga kelapa sawit secara alami di lapangan.

KESIMPULAN

Insektisida kimia Deltametrin, Lamda Sihalotrin,

Dimehipo, Asefat, dan Fipronil bersifat membunuh kumbang E. kamerunicus sebesar 100% jika terpapar langsung, mempengaruhi kunjungan kumbang pada bunga jantan mekar 1-3 hari kemudian dengan persentase penurunan sebesar 50,17-75,69%, dan menurunkan jumlah kemunculan kumbang baru dari tiap spikelet bunga jantan setelah inkubasi selama 21 hari jika waktu terpapar insektisida terjadi pada tingkat kemekaran bunga jantan 25-75% dengan persentase penurunan 26,41-75,30%. Disisi lain, aplikasi insektisida kimia Klorantraniliprol dan Flubendiamida serta bioinsektisida B. thuringiensis tidak mempengaruhi perkembangan populasi E. kamerunicus baik di laboratorium maupun di lapangan sehingga bersifat aman bagi penyerbukan bunga kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKAAbbott, W.S. 1925. A method of computing the

effectiveness of an insecticide. Journal of Economic Entomology 18: 265-267.

Gambar 5. Kemunculan kumbang E. kamerunicus baru dari setiap spikelet bunga jantan lewat mekar hari ke-21 setelah aplikasi berbagai insektisida pada berbagai tingkat kemekaran bunga

Figure 5. Number of new emerged E. kamerunicus weevils from every spikelet of post anthesis of male inflorescence at day 21 after application the insecticides in each blooming level

22 23

Ahmad, M.N., S.R.A. Ali, M.M.M. Masri, and M.B. Wahid. 2009. Effect of Bacillus thuringiensis, Terakil-1® and Teracon-1® against oil palm pollinator, Elaeidobius kamerunicus and beneficial insects associated with Cassia cobanensis. Journal of Oil Palm Research 21 (2): 667 – 674.

Ahmad, M.N., S.R.A. Ali, M.M.M. Masri, and M.B. Wahid. 2012. Effect of Bt products, LEPCON-1, BAFOG-1 (S) and ECOBAC-1 (EC), against the oil palm pollinating weevil, Elaeidobius kamerunicus, and beneficial insects associated with Cassia cobanensis. Journal of Oil Palm Research 24: 1442 – 1447.

Andaloro J.T., V. Company, A. Porter, R. Slater, R. Senn, K. Chisholm, L. Teixiera, and P. Marcon. 2010. The mode of action of diamides and other lepidopteran insecticides and general rotation recommenda t ions . Proceed ing o f t h6International DBM Conference March 2010.

Corley, R.H.V. and P.B. Tinker. 2016. The Oil Palm. 5 ed. Chichester, UK: Blackwell Science Ltd.

de Chenon, R.D. 2016. Keynote speech: the current and future challenges of pests, disease, weeds and biodiversity in oil palm. Proceeding of Sixth IOPRI-MPOB International Seminar of Pests and Diseases. Medan 27-29 September 2016.

Hambal, K.R.A. 2009. Toxicity of imidacloprid and cypermetrhin against the oil palm pollinating weevil Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curulionidae). Universiti Putra Malaysia, 22 hal.

Hofte, H. and H.R. Whiteley. 1989. Insecticidal crystal proteins of Bacillus thuringiensis. Microbiology Review 53: 42-255.

Hutauruk, C.H., A. Sipayung dan Sudharto Ps. 1982. Elaeidobius kamerunicus Fst: hasil Uji Kekhususan Inang dan Peranannya Sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit. Buletin Pusat Penelitian Marihat, 3 (2): 1 – 15.

Hutauruk, C.H., Sudharto Ps., G. Simangunsong, dan A. Sipayung. 1985. Menjelang Dua Tahun Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus di Indonesia. Simposium Kelapa Sawit, Medan, Indonesia, 27 – 28 Maret 1985: 183 – 225.

[IRAC] Insecticide Resistance Action Committee. 2018. IRAC Mode of Action Classification Scheme. Crop Life International, www.irac-online.org or [email protected]

Kok,C.C., O.K. Eng, A.R. Razak, P.G. Marcon, andL.K. Loong. 2010. Chlorantraniliprole: a novel insecticide for bagworm (Metisa plana) control in�oil palm plantation. The Planters 86 (1009): 223 – 235.

Kurniawan, Y. 2010. Demografi dan populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) sebagai penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Omar, D. 2011. Toxicity of TMOF against the oil palm pollinator, Elaeidobius kamerunicus Faust. Final Report. Department of Plant Protection, Faculty of Agriculture, University Putra Malaysia.

Prasetyo, A.E. dan A. Susanto. 2016. Perkembangan populasi Elaeidobius kamerunicus Faust pasca introduksi dan peningkatan fruit set kelapa sawit di Pulau Seram, Maluku, Indonesia. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 24 (1): 47-55.

Prasetyo, A.E., J.A. Lopez, J.R. Eldridge, D.H. Zommick, and Agus Susanto. 2018. Long-term study of Bacillus thuringiensis towards Tirathaba rufivena Walker and the effect to Elaeidobius kamerunicus Faust, insect biodiversity and oil palm productivity. Journal of Oil Palm Research 40 (1): 1-11.

Prasetyo, A.E., D. Sunindyo, dan A. Susanto. 2015. Flubendiamida: Insektisida Potensial untuk Hama Kelapa Sawit yang Aman Terhadap Elaeidobius kamerunicus Faust. Prosiding PTKS 19-21 Mei 2015, Yogyakarta.

Prasetyo, A.E., W.O. Purba, A. Susanto. 2014. Elaeidobius kamerunicus: application of hatch and carry technique for increasing oil palm fruit set. Journal of Oil Palm Research 26 (3): 195-202.

Prasetyo, A.E., D. Sunindyo, P. Tolentino, dan A. Susanto. 2013. Pengaruh beberapa jenis bahan aktif insektisida terhadap mortalitas dan kemunculan kumbang baru Elaeidobius kamerunicus Faust. Jurnal Penelitian Kelapa

Agus Eko Prasetyo dan Agus SusantoPengaruh insektisida terhadap aktivitas dan kemunculan kumbang baru aust Elaeidobius kamerunicus F

Coleoptera: Curculionidae Elaeis guineensis J( ) pada bunga jantan kelapa sawit ( acq.)

Page 11: PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

Kem

uncu

lan

kum

bang

E.

kam

erun

icus

bar

u pe

r spi

kele

t b

unga

jant

an k

elap

a sa

wit

Perlakuan

0

75

150

225

300

375

450

Mekar 25% Mekar 50% Mekar 75% Mekar 100%

Oleh karena itu, jika penyemprotan insektisida terjadi pada bunga jantan kelapa sawit dengan tingkat kemekaran bunga 100% maka belum memberikan dampak negatif terhadap perkembangan populasi E. kamerunicus di lapangan. Sebaliknya, jika penyemprotan insektisida kimia tersebut terjadi pada bunga jantan dengan tingkat kemekaran bunga lebih rendah, maka akan mempengaruhi perkembangan populasi kumbang penyerbuk tersebut. Namun demikian, menurut Omar (2011), penurunan populasi kumbang E. kamerunicus <30% belum mempengaruhi penyerbukan bunga kelapa sawit secara alami di lapangan. Kondisi ini terjadi pada setiap aplikasi insektisida kimia. Oleh karena itu, aplikasi insektisida kimia sejenis secara berulang dalam waktu relatif singkat, selain menurunkan populasi kumbang E. kamerunicus juga dapat mempengaruhi penyerbukan bunga kelapa sawit secara alami di lapangan.

KESIMPULAN

Insektisida kimia Deltametrin, Lamda Sihalotrin,

Dimehipo, Asefat, dan Fipronil bersifat membunuh kumbang E. kamerunicus sebesar 100% jika terpapar langsung, mempengaruhi kunjungan kumbang pada bunga jantan mekar 1-3 hari kemudian dengan persentase penurunan sebesar 50,17-75,69%, dan menurunkan jumlah kemunculan kumbang baru dari tiap spikelet bunga jantan setelah inkubasi selama 21 hari jika waktu terpapar insektisida terjadi pada tingkat kemekaran bunga jantan 25-75% dengan persentase penurunan 26,41-75,30%. Disisi lain, aplikasi insektisida kimia Klorantraniliprol dan Flubendiamida serta bioinsektisida B. thuringiensis tidak mempengaruhi perkembangan populasi E. kamerunicus baik di laboratorium maupun di lapangan sehingga bersifat aman bagi penyerbukan bunga kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKAAbbott, W.S. 1925. A method of computing the

effectiveness of an insecticide. Journal of Economic Entomology 18: 265-267.

Gambar 5. Kemunculan kumbang E. kamerunicus baru dari setiap spikelet bunga jantan lewat mekar hari ke-21 setelah aplikasi berbagai insektisida pada berbagai tingkat kemekaran bunga

Figure 5. Number of new emerged E. kamerunicus weevils from every spikelet of post anthesis of male inflorescence at day 21 after application the insecticides in each blooming level

22 23

Ahmad, M.N., S.R.A. Ali, M.M.M. Masri, and M.B. Wahid. 2009. Effect of Bacillus thuringiensis, Terakil-1® and Teracon-1® against oil palm pollinator, Elaeidobius kamerunicus and beneficial insects associated with Cassia cobanensis. Journal of Oil Palm Research 21 (2): 667 – 674.

Ahmad, M.N., S.R.A. Ali, M.M.M. Masri, and M.B. Wahid. 2012. Effect of Bt products, LEPCON-1, BAFOG-1 (S) and ECOBAC-1 (EC), against the oil palm pollinating weevil, Elaeidobius kamerunicus, and beneficial insects associated with Cassia cobanensis. Journal of Oil Palm Research 24: 1442 – 1447.

Andaloro J.T., V. Company, A. Porter, R. Slater, R. Senn, K. Chisholm, L. Teixiera, and P. Marcon. 2010. The mode of action of diamides and other lepidopteran insecticides and general rotation recommenda t ions . Proceed ing o f t h6International DBM Conference March 2010.

Corley, R.H.V. and P.B. Tinker. 2016. The Oil Palm. 5 ed. Chichester, UK: Blackwell Science Ltd.

de Chenon, R.D. 2016. Keynote speech: the current and future challenges of pests, disease, weeds and biodiversity in oil palm. Proceeding of Sixth IOPRI-MPOB International Seminar of Pests and Diseases. Medan 27-29 September 2016.

Hambal, K.R.A. 2009. Toxicity of imidacloprid and cypermetrhin against the oil palm pollinating weevil Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curulionidae). Universiti Putra Malaysia, 22 hal.

Hofte, H. and H.R. Whiteley. 1989. Insecticidal crystal proteins of Bacillus thuringiensis. Microbiology Review 53: 42-255.

Hutauruk, C.H., A. Sipayung dan Sudharto Ps. 1982. Elaeidobius kamerunicus Fst: hasil Uji Kekhususan Inang dan Peranannya Sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit. Buletin Pusat Penelitian Marihat, 3 (2): 1 – 15.

Hutauruk, C.H., Sudharto Ps., G. Simangunsong, dan A. Sipayung. 1985. Menjelang Dua Tahun Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus di Indonesia. Simposium Kelapa Sawit, Medan, Indonesia, 27 – 28 Maret 1985: 183 – 225.

[IRAC] Insecticide Resistance Action Committee. 2018. IRAC Mode of Action Classification Scheme. Crop Life International, www.irac-online.org or [email protected]

Kok,C.C., O.K. Eng, A.R. Razak, P.G. Marcon, andL.K. Loong. 2010. Chlorantraniliprole: a novel insecticide for bagworm (Metisa plana) control in�oil palm plantation. The Planters 86 (1009): 223 – 235.

Kurniawan, Y. 2010. Demografi dan populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) sebagai penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Omar, D. 2011. Toxicity of TMOF against the oil palm pollinator, Elaeidobius kamerunicus Faust. Final Report. Department of Plant Protection, Faculty of Agriculture, University Putra Malaysia.

Prasetyo, A.E. dan A. Susanto. 2016. Perkembangan populasi Elaeidobius kamerunicus Faust pasca introduksi dan peningkatan fruit set kelapa sawit di Pulau Seram, Maluku, Indonesia. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 24 (1): 47-55.

Prasetyo, A.E., J.A. Lopez, J.R. Eldridge, D.H. Zommick, and Agus Susanto. 2018. Long-term study of Bacillus thuringiensis towards Tirathaba rufivena Walker and the effect to Elaeidobius kamerunicus Faust, insect biodiversity and oil palm productivity. Journal of Oil Palm Research 40 (1): 1-11.

Prasetyo, A.E., D. Sunindyo, dan A. Susanto. 2015. Flubendiamida: Insektisida Potensial untuk Hama Kelapa Sawit yang Aman Terhadap Elaeidobius kamerunicus Faust. Prosiding PTKS 19-21 Mei 2015, Yogyakarta.

Prasetyo, A.E., W.O. Purba, A. Susanto. 2014. Elaeidobius kamerunicus: application of hatch and carry technique for increasing oil palm fruit set. Journal of Oil Palm Research 26 (3): 195-202.

Prasetyo, A.E., D. Sunindyo, P. Tolentino, dan A. Susanto. 2013. Pengaruh beberapa jenis bahan aktif insektisida terhadap mortalitas dan kemunculan kumbang baru Elaeidobius kamerunicus Faust. Jurnal Penelitian Kelapa

Agus Eko Prasetyo dan Agus SusantoPengaruh insektisida terhadap aktivitas dan kemunculan kumbang baru aust Elaeidobius kamerunicus F

Coleoptera: Curculionidae Elaeis guineensis J( ) pada bunga jantan kelapa sawit ( acq.)

Page 12: PENGARUH INSEKTISIDA TERHADAP AKTIVITAS DAN … · 2019. 11. 4. · adalah Tirathaba rufivena atau T. mundella (Susanto et al., 2012; Corley & Tinker, 2016). Penggunaan insektisida

Sawit 21 (3): 105-114.Purba, R.Y., I.Y. Harahap, Y. Pangaribuan, dan A.

Susanto. 2010. Menjelang 30 tahun keberadaan serangga penyerbuk kelapa sawit Elaeidobius kamerunicus Faust di Indonesia. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit18 (2): 73-85.

Purba, R.Y., T.A.P. Rozziansha, and Y. Pangaribuan.. 2012. Strategies to improve effectiveness of pollination and productivity on early mature oil palm. Proceeding of Fourth IOPRI-MPOB International Seminar: Existing and Emerging of Oil Palm Pests and Diseases – Advance in Research and Management , Bandung December 13-14, 2012.

Rahayu, S. 2009. Peranan senyawa volatil kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bagi serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus Faust dan Thrips hawaiinensis Morgan. Disertasi. Institut Teknologi Bandung.

Susanto, A; A.E. Prasetyo, H. Priwiratama, T.A.P. Rozziansha, D. Simanjuntak, Sudharto, R.D. de Chenon, A. Sipayung, R.Y. Purba. 2015. Kunci Sukses Pengendalian Hama dan Penyakit Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Susanto, A., A.E. Prasetyo, H. Priwiratama, T.A.P. Rozziansha, D. Simanjuntak, Sudharto, R.D. de Chenon, A. Sipayung, A.T. Widi P, R.Y. Purba. 2012. EWS: ulat api, ulat kantung,ulat bulu. Seri Kelapa Sawit Populer 09 Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Thatheyus, A.J. and A.D.G. Selvam. 2013. Synthetic pyrethroids: toxicity and biodegradation. Applied Ecology and Environmental Sciences, 1(3): 33-36.

Tohnishi, M., H. Nakao, T. Furuya, A. Seo, H. Kodama, K. Tsubata, S. Fujioka, T. Hirooka, and T. Nishimatsu. 2005. Flubendiamide, a novel insecticide highly active against Lepidopterous insect pests. Journal of Pesticide Science 30: 354-360.

Tuo, Y., H. K. Koua, and N. Hala. 2011a. Biology of Elaeidobius kamerunicus and Elaeidobius plagiatus (Coleoptera: Curculionidae) main pollinators of oil palm in West Africa. European Journal of scientific Research 49 (3): 426 – 423.

Tuo, Y., A.A.M. Akpesse, N. Hala, and, H.K. Koua. 2011b. Impact of terrestrial spraying of thiocyclam hydrogen oxalate on oil palm pollinating insects. Journal of Agriculture and Biological Sciences 2(7): 208 – 213.

24 25

J. Pen. Kelapa Sawit, 2019, 27(1): 25-40

JARAK GENETIK 47 AKSESI PLASMA NUTFAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) ASAL KAMERUN BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

GENETIC DISTANCE OF 47 ACCESSIONS OF OIL PALM (Elaeis guineensis Jacq.) GERMPLASM FROM CAMEROON BASED ON MORPHOLOGICAL CHARACTER

jarak genetik di antara DxP PPKS 540 yaitu 16%. Hal ini membuktikan bahwa jarak genetik Aksesi Kamerun lebih besar dibandingkan Varietas DxP PPKS 540. Perbedaan disebabkan Aksesi Kamerun merupakan hasil menyerbuk bebas dan belum diseleksi, sedangkan Varietas DxP PPKS 540 merupakan hasil seleksi. Jarak genetik antar aksesi semakin jauh, maka semakin luas keragaman genetik antara aksesi yang diamati. Bila keragaman genetik luas maka besar peluang keberhasilan seleksi dalam meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan.

Kata kunci: jarak genetik, plasma nutfah, introduksi, Kamerun, keragaman genetik

Abstract The development of the palm oil industry requires several efforts to achieve increased national productivity, one of them is the utilization of high quality seeds constructed from breeding programme with high genetic variability of germplasm. One of efforts that can be made for the development of oil palm in Indonesia is through the characterization of oil palm intoduced from abroad. Regarding this matter, further research on genetic distance analysis of palm oil accessions introduced from Cameroon is based on morphological characters to enrich the genetic base of oilpalm breeding population. The research was conducted at Seed Garden of Adolina PTPN IV and oil and bunch analysis laboratory of Indonesian Oil Palm Research Institute (IOPRI) from December 2017 to February 2018. Single observation was made on 47 accession palm oil introduced from Cameroon planted in December 2010 and ten trees from PPKS 540 variety for comparison analysis was conducted on description of the plant to know the character of plant morphology

1Sujadi, Tiara S. Wandita , Nanang Supena, dan Yurna Yenni

Abstrak Pengembangan kelapa sawit memerlukan upaya peningkatan produktivitas nasional, diantaranya dengan pemanfaatan benih unggul yang dikontruksi dari program pemuliaan yang memiliki sumber daya genetik yang mempunyai keragaman genetik tinggi. Salah satu upaya dilakukan untuk pengembangan kelapa sawit adalah melalui karakterisasi kelapa sawit hasil introduksi dari luar negeri. Mengingat hal tersebut maka diperlukan penelitian lanjutan mengenai analisis jarak genetik antar aksesi kelapa sawit yang diintroduksi dari Kamerun berdasarkan karakter morfologi untuk memperkaya dasar genetik populasi tanaman. Penelitian dilaksanakan di Kebun Benih Adolina PTPN IV, Perbaungan, Serdang Bedagai dan laboratorium analisis tandan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, dari Januari hingga Maret 2018. Pengamatan tunggal dilakukan pada 47 Aksesi Kamerun dan 10 tanaman Varietas PPKS 540 sebagai pembanding. Analisis data yang digunakan adalah deskripsi tanaman untuk mengetahui karakter morfologi tanaman serta analisis jarak genetik. Analisis jarak genetik menggunakan PCA (Principal Component Analysis) dan analisis klaster. PCA berhasil mereduksi karakter yang diamati menjadi enam komponen utama yang mempunyai eigen value > 1 yang mampu menje laskan 73,8% keragaman yang ada. Berdasarkan analisis klaster diperoleh jarak genetik di antara 47 aksesi Kamerun sebesar 57%, sedangkan Penulis yang tidak disertai dengan catatan kaki instansi adalah peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Sujadi ( )*

Pusat Penelitian Kelapa SawitJl. Brigjen Katamso No. 51 Medan, IndonesiaEmail: [email protected]

1Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang

Naskah masuk: 26/11/2018; Naskah diterima:14/04/2019

Agus Eko Prasetyo dan Agus Susanto