Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH JENIS, BENTUK, DAN PANJANG
BATANG DALAM PENENTUAN WAKTU PEMISAHAN
TERBAIK DAN DISTRIBUSI UKURAN GELEMBUNG
GLISEROL DALAM BIODIESEL DENGAN METODE
PENGAPUNGAN BATANG
SKRIPSI
OLEH
INDRAJAYA BANJAR NAHOR
140405047
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AGUSTUS 2020
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH JENIS, BENTUK, DAN PANJANG
BATANG DALAM PENENTUAN WAKTU PEMISAHAN
TERBAIK DAN DISTRIBUSI UKURAN GELEMBUNG
GLISEROL DALAM BIODIESEL DENGAN METODE
PENGAPUNGAN BATANG
SKRIPSI
Oleh
INDRAJAYA BANJAR NAHOR
140405047
SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN
PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AGUSTUS 2020
Universitas Sumatera Utara
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
PENGARUH JENIS, BENTUK, DAN PANJANG BATANG DALAM
PENENTUAN WAKTU PEMISAHAN TERBAIK DAN DISTRIBUSI
UKURAN GELEMBUNG GLISEROL DALAM BIODIESEL DENGAN
METODE PENGAPUNGAN BATANG
yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini
adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang telah saya sebutkan
sebelumnya.
Demikian pernyataan ini diperbuat, apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ini
bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan aturan yang berlaku.
Medan, Agustus 2020
Indrajaya Banjar Nahor
NIM. 140405047
Universitas Sumatera Utara
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul:
PENGARUH JENIS, BENTUK, DAN PANJANG BATANG DALAM
PENENTUAN WAKTU PEMISAHAN TERBAIK DAN DISTRIBUSI
UKURAN GELEMBUNG GLISEROL DALAM BIODIESEL DENGAN
METODE PENGAPUNGAN BATANG
dibuat untuk melengkapi persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini telah
diujikan pada sidang ujian skripsi tanggal 26 Agustus 2020 dan dinyatakan
memenuhi syarat/sah sebagai skripsi pada Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Medan, September 2020
Ketua Departemen Teknik Kimia
Universitas Sumatera Utara
Koordinator Skripsi
Maya Sarah, S.T., M.T., Ph.D., IPM NIP. 19700501 200012 2 001
Ir. Bambang Trisakti, M.T.
NIP. 19660925 199103 1 003
Universitas Sumatera Utara
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Tim Penguji menyetujui perbaikan skripsi:
Nama : Indrajaya Banjar Nahor
NIM : 140405047
Judul : Pengaruh Jenis, Bentuk, Dan Panjang Batang Dalam Penentuan Waktu
Pemisahan Terbaik Dan Distribusi Ukuran Gelembung Gliserol Dalam
Biodiesel Dengan Metode Pengapungan Batang
yang telah diperbaiki sesuai saran dari Tim Penguji.
Dosen Pembimbing
Dr. Eng. Rondang Tambun, ST., MT.
……………………………………..
NIP. 19720412 200012 1 004
Dosen Penguji I
Dr. Ir. Iriany, M.Si.
……………………………………..
NIP. 19640613 199003 2 001
Dosen Penguji II
Ir. Bambang Trisakti, M.T.
……………………………………..
NIP. 19660925 199103 1 003
Universitas Sumatera Utara
iv
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul
“Pengaruh Jenis, Bentuk, Dan Panjang Batang Dalam Penentuan Waktu Pemisahan
Terbaik Dan Distribusi Ukuran Gelembung Gliserol Dalam Biodiesel Dengan
Metode Pengapungan Batang”, berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di
Laboratorium Proses Industri Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana teknik.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Eng. Rondang Tambun, M.T., selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan ilmu, arahan dan dana selama pelaksanaan penelitian ini
serta banyak memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Dr.Ir. Iriany, M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan
kritik dan saran yang mambangun dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Ir. Bambang Trisakti, M.T., selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan kritik dan saran yang mambangun dalam penyelesaian skripsi ini
serta selaku Koordinator Penelitian Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Maya Sarah, S.T., M.T., Ph.D., IPM selaku Ketua Departemen Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Dosen/Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik
Kimia yang telah memberikan banyak ilmu yang berharga dan bantuan kepada
penulis selama menjalankan perkuliahan.
6. Orang terkasih yaitu orang tua tercinta Pandapotan Banjar Nahor dan Romla
Situmorang, Adik-adikku Anitaria Banjar Nahor, Agusmartogi Banjar Nahor,
Juliana Elsa Fitri Banjar Nahor, dan Kasih Helmy Kartika Banjar Nahor , dan
seluruh keluarga Oppung Paskaria Banjar Nahor dan Oppung Desmon
Situmorang yang telah memberikan dukungan doa dan semangat.
Universitas Sumatera Utara
v
7. Partner penelitian Albert Novian Silaen yang selama ini bekerja sama, bertukar
pikiran, dan berjuang bersama dalam penelitian dan penyelesaian skripsi demi
meraih gelar sarjana teknik bersama-sama.
8. Teman-teman seperjuangan Keluarga Mahasiswa Kristen angkatan 2014 Teknik
Kimia USU Albert Silean, Andry Sianturi, Boy Andika Sinaga, Clara Natalia,
Dinar Rajagukguk , Elizabeth C, Febri Tuahman Saragih, Fransiska Adventi
Simbolon, Herianto Silalahi, Immanuel Putra Riau, Hutagaol, Jesica Mentari,
Joas Friztalexius Sidauruk, Karla Betmi, Lina Br. Simanjuntak, Lies Widya
Naibaho, Meirany Sianturi, , Michael Dillo Ginting, Monica Nathalia Sihaloho,
Regy A Putra Ginting, Sasro Arif Purba, Shelly, Sicilya Ruth Yudhika Surya
Dana Sembiring, Samuel Oktavianus Purba, Warren Kristoper Sinaga dan Yessi
Pakpahan yang banyak memberikan semangat, dukungan dan bantuan selama
penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
9. Rekan-rekan 2014 Teknik Kimia yang banyak memberikan semangat, dukungan
dan bantuan selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
10. Adik-adik angkatan 2016 hingga angkatan 2017 serta Sahabat dan Kekasih Eflin
Nila Malau yang banyak memberikan semangat, dukungan dan bantuan selama
penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk itu
adanya kritik serta saran yang membangun sangat diperlukan untuk penyempurnaan
skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini ada manfaatnya bagi
penulis dan para pembaca.
Medan, September 2020
Penulis
Indrajaya Banjar Nahor
Universitas Sumatera Utara
vi
DEDIKASI
Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada Allah Tritunggal Maha Kudus, Yesus
Kristus dan Bunda Maria yang selalu bersama saya mulai dari saya lahir ke dunia ini.
Untuk Ayah tersayang Pandapotan Banjar Nahor yang selalu mendoakan,
membimbing, mengarahkan dan memberikan kasih sayang kepada anakmu ini untuk
menjadi manusia yang berguna bagi Tuhan, keluarga dan masyarakat. Untuk Ibuku
tersayang Romla Situmorang, ibu terima kasih telah melahirkan anakmu ini,
memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan perjuangan anakmu ini. Untuk
Adik-adikku Anitaria Banjar Nahor, Agusmartogi Banjar Nahor, Juliana Elsa Fitri
Banjar Nahor, dan Kasih Helmy Kartika Banjar Nahor yang telah memberikan doa,
motivasi, dan dukungan. Untuk guru-guru yang telah mendidik saya dari TK, SD,
SMP, SMA, dan Kuliah yang telah memberikan banyak ilmu dan motivasi dalam
pendidikan yang telah saya tempuh.
Universitas Sumatera Utara
vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama: Indrajaya Banjar Nahor
NIM: 140405047
Tempat/Tanggal Lahir: Negeri Lama, 25 Juni 1995
Nama Orangtua: Pandapotan Banjar Nahor dan Romla
Situmorang
Alamat Orangtua:
Jl. Sei Plancang, Kecamatan Panai Tengah, Labuhan Batu,
Sumatera Utara.
Asal Sekolah:
SD Negeri 114373 , Tahun 2002 – 2008
SMP Negeri 3 Bilah Hilir, Tahun 2008 - 2011
SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2011 – 2014
Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU
2. Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Fakultas Teknik USU
3. Kerja Praktek di PTPN II Pabrik gula Kwala Madu. Stabat, tahun 2018.
4. Panitia Natal Teknik Kimia USU tahun 2017 sebagai Koordinator Humas.
Artikel yang dipublikasikan dalam Jurnal/Pertemuan Ilmiah:
1. The capability of buoyancy weighing bar method in determining the separation time of biodiesel and glycerol at various concentrations.
2. Effect of type and shape of rods in separation time determining of glycerol in
biodiesel by the buoyancy weighing bar method.
3. Effect of lenght, shape, and type of rod on the buoyancy weighing-bar method in
detecting the separation time of kerosene and water.
Universitas Sumatera Utara
viii
ABSTRAK
Buoyancy Weighing-Bar Method adalah metode yang menggunakan peralatan
sederhana dengan keakuratan yang tinggi dalam menentukan waktu pemisahan dan
mengukur distribusi ukuran partikel yang mengendap maupun yang mengapung pada
dua fasa yang tidak saling bercampur. Metode ini juga sudah diaplikasikan untuk
mengukur distribusi ukuran gelembung (DSD) untuk cairan yang berbeda densitas.
Menentukan waktu pemisahan dan DSD yaitu dengan menggunakan sebuah batang
yang digantung pada suspensi, Sampel yang akan diuji adalah gliserol dan biodiesel
(metil ester) yang dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan densitas. Teknik dari
metode ini adalah perubahan massa sebuah batang yang digantung pada emulsi
seiring berjalannya waktu dikarenakan adanya perpindahan massa gelembung
berdasarkan perbedaan densitas. Penelitian ini bertujuan menginvestigasi jenis,
bentuk, dan panjang batang dalam penentuan waktu pemisahan antara gliserol dan
biodiesel, serta distribusi ukuran gelembung gliserol dalam biodiesel pada
konsentrasi 99% biodiesel : 1% gliserol. Pada penelitian ini variasi yang digunakan
adalah variasi jenis batang yaitu aluminium, tembaga, perunggu dan besi; variasi
bentuk batang yaitu silinder, segi empat, dan sheet; variasi panjang batang yaitu 210
mm, 160 mm, 110 mm dan 60 mm, variasi diameter batang yaitu 15 mm, 10 mm, 5
mm, serta variasi konsentrasi yaitu 1% : 99% ; 2% : 98% ; 3% : 97% ; 4% : 96%.
Berdasarkan data yang diperoleh, waktu pemisahan gliserol-biodiesel dapat
ditentukan dengan metode pengapungan batang. Jenis batang yang paling akurat
dalam menentukan waktu pemisahan antara gliserol dan biodiesel pada konsentrasi
99% biodiesel : 1% gliserol adalah berjenis perunggu berbentuk silinder dengan
panjang 210 mm. Kemurnian dari pemisahan ini diuji dengan menggunakan Gas
Chromathography. Kemurnian biodesel pada perbandingan konsentrasi 99%
biodiesel : 1% gliserol yang diperoleh pada detik ke-200 sebesar 98.1265%; dan pada
detik ke-700 sebesar 99.2271%; perbandingan konsentrasi 98% biodiesel : 2%
gliserol yang diperoleh pada detik ke-200 sebesar 98.6815%; perbandingan
konsentrasi 97% biodiesel : 3% gliserol yang diperoleh pada detik ke-200 sebesar
98.6705%; dan perbandingan konsentrasi 96% biodiesel : 4% gliserol yang diperoleh
pada detik ke-200 sebesar 98.3678%. Distribusi ukuran gelembung dihitung dengan
menggunakan metode Stokes, metode Allen dan metode Newton. Hasil yang
diperoleh dibandingkan dengan metode Coulter Counter. Berdasarkan hasil yang
diperoleh, distribusi ukuran gelembung dengan metode Newton sebanding dengan
metode Coulter Counter.
Kata kunci: buoyancy weighing bar, distribusi ukuran gelembung, gliserol,
biodiesel.
Universitas Sumatera Utara
ix
ABSTRACT
Buoyancy Weighing-Bar Method is a method that uses plain equipment and
high accuracy to determine separation time and size distribution of settled and
floated particle in two unmixed phases. This method has been applied to determine
drop size distribution (DSD) for liquids with density disparity. To determine the
separation time and drop size distribution of suspension with a weighing bar. The
samples are glycerol and biodiesel (methyl ester) that will be determined with
density difference. Technique of the method is a mass changing of weighing-bar with
the time in emulsion because of mass transfer of droplet with density difference. This
research is aimed investigating type, form and bar length in separation time
determination between glycerol and methyl ester, also drop size distribution in 99%
methyl ester : 1% glycerol concentration. The variation are type of bar such as
aluminum, copper, bronze and iron; form of bar variation such as cylinder,
rectangular, and sheet; length of bar variation such as 210 mm, 160 mm, 110 mm and
60 mm; diameter of bar such as 15 mm, 10 mm, 5 mm; also variation of
concentration such as 1% : 99% ; 2% : 98% ; 3% : 97% ; 4% : 96%. According to the
obtained data, separation time of glycerol-methyl ester could be determined by
weighing-bar method. The most accurate type of bar in determining of glycerol-
methyl ester time separation in 99% methyl ester : 1% glycerol is cylinder bronze
bar with 210 mm length. Purity of separation was tested with Gas Chromatography.
The purity of methyl ester is 98.1265% in 99% methyl ester : 1% glycerol obtained
at second of 200, and 99.2271% at second of 700; 98.6815% purity in 98% methyl
ester : 2% glycerol at second of 200; 98.6705% purity in 97% methyl ester : 3%
glycerol at second of 200; and 98.3678% purity in 96% methyl ester : 4% glycerol at
second of 200. Drop size distribution is calculated with Stokes, Allen and Newton
methods. The results are compared to Coulter Counter method. The obtained result
of drop size distribution of Newton method is comparable to Coulter Counter
method.
Keyword: buoyancy weighing-bar, drop size distribution, glycerol, biodiesel.
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN SKRIPSI ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
PRAKATA iv
DEDIKASI vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR SINGKATAN xvi
DAFTAR SIMBOL xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Prinsip Metode Pengapungan Batang 4
2.2 Penelitian Yang Pernah Dilakukan 8
2.3 Metode Pengukuran Distribusi Ukuran
Gelembung (DSD) 10
2.3.1 Laser Diffraction 10
2.3.2 Electrical Pulse Counting(Coulter Counter) 11
2.3.3 Mikroskop 12
2.3.4 Nuclear Magnetic Resonance (NMR) 12
Universitas Sumatera Utara
xi
2.4 Emulsi Cair-Cair 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14
3.1 Bahan Yang Digunakan 14
3.2 Peralatan Yang Digunakan 14
3.3 Rancangan Penelitian 15
3.4 Flowchart Penelitian 18
3.4.1 Pengaruh Panjang Batang 18
3.4.2 Pengaruh Bentuk Batang 19
3.4.3 Pengaruh Jenis Batang 20
3.4.4 Pengaruh Diameter Batang 21
BAB IV PEMBAHASAN 22
4.1 Aplikasi Metode Pengapungan Batang
Terhadap waktu Pemisahan Dengan Pengaruh
Jenis, Bentuk, Dan Panjang Batang 22
4.1.1 Pengaruh Jenis Batang 22
4.1.2 Pengaruh Bentuk Batang 24
4.1.3 Pengaruh Panjang Batang 26
4.1.3 Pengaruh Diameter Batang 28
4.1.3 Pengaruh Konsentrasi Cairan 30
4.2 Aplikasi Metode Pengapungan Batang
Terhadap Estimasi Distribusi Ukuran
Gelembung Dengan Pengaruh Jenis, Bentuk,
Dan Panjang Batang 32
4.2.1 Pengaruh Jenis Batang 32
4.2.2 Pengaruh Bentuk Batang 34
4.2.3 Pengaruh Panjang Batang 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 38
5.1 Kesimpulan 38
5.2 Saran 38
DAFTAR PUSTAKA 39
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skematik diagram pengapungan gelembung 4
Gambar 2.2 Grafik penentuan distribusi gelembung dengan BWM 8
Gambar 2.3 Metode Laser Diffraction MetodeCoulter Counter 10
Gambar 2.4 Metode Coulter Counter 11
Gambar 2.5 Metode Nuclear Magnetic Resonance (NMR) 12
Gambar 3.1 Skematik dari Peralatan Penelitian 15
Gambar 3.2 Flowchart Pengaruh Panjang Batang dalam Penentuan Waktu
Pemisahan Terbaik dan Distribusi Ukuran Gelembung Gliserol
Dalam Biodiesel dengan Metode Pengapungan Batang 18
Gambar 3.3 Flowchart Pengaruh Bentuk Batang dalam Penentuan Waktu
Pemisahan Terbaik dan Distribusi Ukuran Gelembung Gliserol
Dalam Biodiesel dengan Metode Pengapungan Batang 19
Gambar 3.4 Flowchart Pengaruh Jenis Batang dalam Penentuan Waktu
Pemisahan Terbaik dan Distribusi Ukuran Gelembung Gliserol
Dalam Biodiesel dengan Metode Pengapungan Batang 20
Gambar 3.5 Flowchart Pengaruh Diameter Batang dalam Penentuan Waktu
Pemisahan Terbaik dan Distribusi Ukuran Gelembung Gliserol
Dalam Biodiesel dengan Metode Pengapungan Batang 21
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Waktu Pemisahan Terhadap Massa Batang Pada
Berbagai Jenis Batang 23
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Waktu Pemisahan Terhadap Massa Batang Pada
Berbagai Bentuk Batang 25
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Waktu Pemisahan Terhadap Massa Batang Pada
Berbagai Panjang Batang 27
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Waktu Pemisahan Terhadap Massa Batang Pada
Berbagai Diameter Batang 29
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Waktu Pemisahan Terhadap Massa Batang Pada
Berbagai Konsentrasi Cairan 31
Gambar 4.6 Grafik Distribusi Ukuran Gelembung dengan Pengaruh Jenis Batang
Menggunakan (a) Metode Hukum Stokes, (b) Metode Allen, dan (c)
Metode Newton 33
Gambar 4.7 Grafik Distribusi Ukuran Gelembung dengan Pengaruh Bentuk
Universitas Sumatera Utara
xiii
Batang Menggunakan (a) Metode Hukum Stokes, (b) Metode Allen,
dan (c)Metode Newton 35
Gambar 4.8 Grafik Distribusi Ukuran Gelembung dengan Pengaruh Panjang
Batang Menggunakan (a) Metode Hukum Stokes, (b) Metode Allen,
dan (c)Metode Newton 36
Gambar LB.1 Data Analisa Kemurnian Biodiesel pada t = 200 detik
dengan Perbandingan 99% : 1% 49
Gambar LB.2 Data Analisa Kemurnian Biodiesel pada t = 700 detik detik
dengan Perbandingan 99% : 1% 50
Gambar LB.3 Data Analisa Kemurnian Biodiesel pada t = 200 detik detik
dengan Perbandingan 98% : 2% 51
Gambar LB.4 Data Analisa Kemurnian Biodiesel pada t = 200 detik detik
dengan Perbandingan 97% : 3% 52
Gambar LB.5 Data Analisa Kemurnian Biodiesel pada t = 200 detik detik
dengan Perbandingan 96% : 4% 53
Gambar LB.6 Grafik Analisa DSD Beckman Coulter 54
Gambar LB.7 Data Analisa DSD Beckman Coulter 55
Gambar LC.1 Batang Logam 56
Gambar LC.2 Batang Pengaduk 56
Gambar LC.3 Rangkaian Peralatan 57
Universitas Sumatera Utara
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel Rancangan Percobaan
Halaman
16
Tabel 4.1 Ukuran Gelembung dengan Berbagai Jenis Batang 34
Tabel 4.2 Ukuran Gelembung dengan Berbagai Bentuk Batang 36
Tabel 4.3
Tabel LA.1
Ukuran Gelembung dengan Berbagai Panjang Batang
Data Massa Batang Perunggu Dengan Metode Pengapungan
37
Batang 42
Tabel LA.2 Data Untuk 99% Biodiesel – 1% Gliserol 43
Tabel LA.3 Data Untuk 99% Biodiesel – 1% Gliserol Pada Waktu 500 detik 45
Tabel LA.4 Estimasi Distribusi Ukuran Gelembung metode Stokes 46
Tabel LA.5 Estimasi Distribusi Ukuran Gelembung metode Allen 47
Tabel LA.6 Estimasi Distribusi Ukuran Gelembung metode Newton 47
Tabel LA.7 Data Besaran Untuk 99% Biodiesel –1% Gliserol 48
Universitas Sumatera Utara
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A CONTOH PERHITUNGAN 42
LA.1 MENENTUKAN ESTIMASI DISTRIBUSI UKURAN
GELEMBUNG 43
LA.2 MENENTUKAN KUMULATIF MASSA
GELEMBUNG 45
LA.3 MENENTUKAN BILANGAN REYNOLD 47
LAMPIRAN B DATA HASIL ANALISA 49
LB.1 GAS CHROMATOGRAPHY 49
LB.2 BECKMAN COULTER 54
LAMPIRANC FOTO PERCOBAAN 56
LC.1 BATANG LOGAM 56
LC.2 BATANG PENGADUK 56
LC.3 RANGKAIAN PERALATAN 57
Universitas Sumatera Utara
xvi
DAFTAR SINGKATAN
DSD Droplet Size Distribution
BWM Buoyancy Weighing-Bar Method
GC Gas Chromatography
SPG Shirasu Porous Glass
NMR Nuclear Magnetic Resonance
Universitas Sumatera Utara
xvii
DAFTAR SIMBOL
Simbol Keterangan Dimensi
ρ Densitas kg/m3
ρG Densitas Gelembung kg/m3
ρL Densitas Larutan kg/m3
h Panjang Batang m
g Percepatan Gravitasi m/s2
μL Viskositas Larutan kg/m.s
φ Wadell’s shape factor -
NRe Bilangan Reynold -
x Ukuran Gelembung µm
D Kumulatif Massa Undersize -
R Kumulatif Massa Oversize -
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pemisahan memiliki peran penting dalam industri seperti industri
kimia, petrokimia, pengolahan pangan, farmasi, pengolahan minyak bumi,
pengolahan mineral. Proses – proses pemisahan senantiasa mengalami
perkembangan, dengan makin banyaknya pilihan teknologi yang bisa digunakan
dan makin berkembangnya permasalahan dilapangan. Oleh karenanya proses
pemisahan menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih jauh [1].
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode pengapungan batang,
metode ini sudah berhasil digunakan untuk menentukan waktu pemisahan dan
droplet size distribution (DSD) terhadap dua fasa cairan yang tidak saling
bercampur. Hal ini dikarenakan batang logam yang digantung pada suspensi dapat
mendeteksi perpindahan gelembung cairan yang berbeda densitas melalui
perubahan massa batang.
Proses pemisahan antara dua fluida yang tidak saling bercampur terjadi secara
gravitasi. fenomena yang di hasilkan adalah berupa peristiwa creaming
(pemisahan) dan peristiwa sedimentasi (pengendapan), tergantung dari nilai
densitas fasa terdispersi dan fasa kontinyu pada emulsi.
Metode Pengapungan Batang (Buoyancy Weighing-Bar Method) telah
berhasil digunakan untuk menentukan distribusi ukuran partikel yang berukuran
antara 5 μm- 100 μm [2]. Hasil pengukuran distribusi ukuran partikel dengan
metode pengapungan batang ini sebanding dengan hasil yang diperoleh dengan
metode-metode yang sebelumnya sudah dikenal dan banyak dipakai di industri,
seperti menggunakan metode Coulter Counter [3], metode Light Scattering [4],
metode Time Domain Pulsed Field Gradient NMR [5], metode Shirasu-Porous-
Glass (SPG) Membranes [6], metode Low-Field NMR [7], dan dengan SMX Static
Mixer [8]. Namun, metode pengukuran dari distribusi ukuran gelembung di atas
memiliki biaya yang cukup mahal. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dikaji
DSD dari gliserol dalam biodiesel dengan metode pengapungan batang
Universitas Sumatera Utara
2
dikarenakan biaya yang cukup murah, dalam penelitian ini biodiesel yang
digunakan adalah metil ester.
Prinsip dari metode ini adalah mengukur distribusi ukuran gelembung dan
waktu pemisahan gliserol dalam biodiesel dengan menggunakan sebuah batang
yang digantungkan pada dua campuran yang saling terpisah berdasarkan
perbedaan massa jenisnya. Dalam metode ini, perubahan densitas larutan yang
terjadi karena perpindahan massa gelembung diukur dari perubahan massa batang
yang digantung di dalam suspensi [9]. Pada penelitian ini, Metode Pengapungan
Batang digunakan untuk mengetahui waktu pemisahan terbaik serta penentuan
DSD dalam pemisahan dua cairan yang berbeda densitas. Sampel yang akan diuji
adalah gliserol dan biodiesel (metil ester) yang dilakukan dengan memanfaatkan
perbedaan densitas.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah menentukan jenis,
bentuk, dan panjang batang logam yang paling efektif dalam menentukan waktu
pemisahan terbaik antara gliserol dan biodiesel serta DSD gliserol dalam biodiesel
dengan mendeteksi perpindahan gelembung cairan akibat adanya perbedaan
densitas.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan metode pengapungan
batang (BWM) untuk menentukan waktu pemisahan terbaik dan DSD gliserol
dalam biodiesel pada berbagai variasi jenis, bentuk dan panjang batang.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian penentuan waktu terbaik dengan variasi jenis, bentuk,
dan panjang batang dengan Metode Pengapungan Batang ini adalah:
1. Mengaplikasikan Metode Pengapungan Batang ini pada industri
biodiesel untuk mengetahui waktu terbaik pada pemisahan biodiesel.
2. Memberikan informasi kepada industri yang berhubungan dengan
penentuan DSD gliserol dalam biodiesel.
Universitas Sumatera Utara
3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1.5.1 Variabel Tetap
Variabel tetap dalam penelitian ini adalah volume larutan yang
digunakan sebanyak 1000 ml dan divariasikan dengan perbandingan
konsentrasi gliserol dan biodiesel.
1.5.2 Variabel yang divariasikan
1. Fase cairan
Pada penelitian ini, fasa cairan yang akan divariasikan adalah
perbandingan konsentrasi biodiesel : gliserol, dengan konsentrasi
fasa terdispersi (gliserol) kurang dari 10% yaitu :
99 % biodiesel : 1 % gliserol
98 % biodiesel : 2 % gliserol
97 % biodiesel : 3 % gliserol
96 % biodiesel : 4 % gliserol
2. Jenis Batang = Aluminium, Tembaga, Perunggu, dan Besi.
3. Bentuk Batang = Silinder, Segi Empat, dan Sheet.
4. Panjang Batang = 210 mm, 160 mm, 110 mm, dan 60 mm
5. Diameter Batang = 15 mm, 10 mm, 5 mm
1.5.3 Variabel yang diuji
Pada penelitian ini, DSD dari gliserol dalam biodiesel diukur
menggunakan metode Pengapungan Batang dengan menggunakan
hukum Stokes dan hukum Allen. Hasil dari pengukuran DSD ini
dibandingkan dengan metode Coulter Counter. Selain itu, pada
penelitian ini ditentukan waktu pemisahan terbaik gliserol dalam
biodiesel, yang hasil kemurniannya dibandingkan dengan analisa
menggunakan Gas Chromatography (GC).
Universitas Sumatera Utara
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip Metode Pengapungan Batang
Pada dasarnya prinsip Metode Pengapungan Batang pada pengukuran
distribusi ukuran gelembung sama dengan pada pengukuran distribusi ukuran
partikel padatan (particle size), dimana prinsip ini sama dengan yang dipakai pada
metode manometrik dan metode Oden Balance [9]. Pada pengukuran distribusi
ukuran gelembung sampel yang digunakan cair-cair, sedang pada penentuan particle
size digunakan cair-padat. Secara grafik, kurva massa terhadap waktu pengendapan
pada Metode Pengapungan Batang ini analog dengan kurva pressure drop terhadap
superficial velocity pada fluidisasi [10;11;12].
Gambar 2.1 Skematik diagram pengendapan gelembung
Gambar 2.1(a) menunjukkan bahwa massa batang mula-mula yang mengapung
pada kondisi awal tergantung pada gelembung yang berada antara bagian atas batang
dan bagian bawah batang dalam suspensi. Pada waktu pengapungan t = 0, densitas
mula-mula dari suspensi (ρS0) adalah:
S 0 L
C 0 G L (2.1)
G
Universitas Sumatera Utara
5
0 x x
Karena massa batang mula-mula yang mengapung WB0 tergantung pada
gelembung pada suspensi dari permukaan sampai kedalaman h, WB0 dapat
didefinisikan sebagai berikut:
WB0 VB S0 .................................................................................................(2.2)
Pada kondisi mula-mula, massa batang dalam suspensi adalah
GB0 VB B WB0 VB (B S0 ) .......................................................... (2.3)
dimana, ρB adalah densitas dari batang. Gambar 2.1(b) menunjukkan
konsentrasi suspensi (C) semakin menurun dari waktu ke waktu, karena gelembung
yang besar sudah mengapung. Densitas suspensi ρSt , massa pengapungan batang
WBt , dan massa nyata dari batang GBt di dalam suspensi pada t= t diberikan sesuai
dengan persamaan berikut.
St L G L C ......................................................................... (2.4)
WBt VB .ρSt
G
..................................................................................................(2.5)
GBt VB .ρB WBt VB .ρB VB .ρSt VB ρB ρSt ............................................(2.6)
Gambar 2.1(c), pada t = ~, konsentrasi suspensi adalah 0, karena semua
gelembung, baik besar maupun kecil sudah mengapung. Densitas suspensi S∞,
massa pengapungan batang WB , dan massa nyata dari batang GB∞ di dalam suspensi
pada t = ~ diberikan sesuai dengan persamaan berikut.
S L ..............................................................................................................................................(2.7)
WB VB .ρL ...........................................................................................................................(2.8)
GB VB .ρB WB VB ρB ρL (2.9)
Persamaan (2.11) menunjukkan neraca massa gelembung dalam suspensi [10].
C0 C C xmax
f (x)dx C i
xi
0 min
v(x)t
h
f (x)dx ...............................(2.10)
Dari persamaan (2.2), (2.5), (2.8) dan (2.10), diperoleh: W W (W W )
xmax
f (x)dx (W W ) xi
v(x)t
f (x)dx ................. (2.11) 0 0 x 0 x
min h i
Universitas Sumatera Utara
6
√
Dimana v(x) adalah kecepatan pengendapan, f(x) adalah frekuensi massa
gelembung berukuran x.
Diferensial persamaan (2.11) terhadap waktu t, maka akan diperoleh :
dW dt (W0 W )
xi
xmin
v(x)
h
f (x)dx ................................................. (2.12)
Dari persamaan (2.11) dan (2.12),
WBt = WRt + (dWBt) t .................................................................................... (2.13)
dt
Dimana WRt adalah massa gelembung yang lebih besar dari gelembung
berukuran x, W - (W -W ) ∫xmax f(x)dx.
0 0 ∞ xi
Kombinasi persamaan (2.6) dan (2.13) akan menghasilkan :
dGBt
dGBt
..................................(2.14)
GBt VB . B WRt t GRt dt dt t
Dimana,
G
Rt VB .B WRt , dan dGBt
dt
dWBt
dt
, karena penurunan massa
batang sesuai dengan penurunan massa pengapungan batang. Nilai GRt dihitung dari
slope persamaan (2.14). Hubungan kumulatif massa oversize, R(x) dan kumulatif
massa undersize, D(x) adalah,
R(x)xmax
f (x)dx GRt GB0 1D(x) ............................................... (2.15)
xi GB GB0
Metode Stokes, metode Allen, dan metode Newton kemudian digunakan untuk
menghitung ukuran gelembung x.
Persamaan (2.16) merupakan persamaan metode Stokes.
x = 18 µLv(x) ....................................................................................................................................
(2.16)
g(ρG – ρL)
Dimana g adalah percepatan gravitasi dan μL adalah viskositas larutan.
Persamaan stokes berlaku hanya untuk jenis aliran laminar dengan Bilangan
Reynold, ReG< 0,2 [12].
Persamaan (2.17) merupakan persamaan metode Allen :
1
x = 1 . v(x) . {
225
φ 4
μLρL
(ρ -ρ )2g2
3
.........................................................................(2.17) L G
}
Universitas Sumatera Utara
7
dimana φ adalah Wadell’s shape factor, g adalah percepatan gravitasi, μL
adalah viskositas larutan, ρL adalah densitas pelarut (biodiesel) dan ρG adalah
densitas gelembung. Nilai dari densitas gelembung diasumsikan sama dengan
densitas gliserol, karena gliserol merupakan fase terdispersi yang akan membentuk
gelembung. Bentuk dari gelembung gliserol diasumsikan memiliki bentuk spherical,
sehingga nilai Wadell’s shape factor untuk gelembung gliserol adalah 1 [13]. Pada
persamaan Allen hanya berlaku untuk jenis aliran transisi dengan bilangan Reynold
0,2< ReG< 500 [13].
Persamaan (2.18) merupakan persamaan metode Newton :
x = v(x)
2ρL
.............................................................................................(2.18)
29,73 g(ρG – ρL)
Pada metodeNewton berlaku untuk jenis aliran turbulen dengan bilangan
Reynold 500<NRe < 105[14].
Bilangan Reynold dari gelembung dihitung menggunakan persamaan berikut :
ReG = v . x . ρ
G................................................................................................................................................................ (2.19) μG
dimana v merupakan kecepatan pengapungan yang dihitung dengan persamaan
(2.19), ρG densitas gelembung gliserol, μG adalah viskositas gelembung gliserol dan x
adalah ukuran gelembung.
Kecepatan pengapungan v(x) gelembung dihitung sesuai dengan persamaan
berikut,
v (x) = h ........................................................................................................
(2.20) t
dimana h adalah panjang batang yang terapung di dalam cairan dan t adalah
waktu pengendapan.
mengapung dengan menggunakan Metode Pengapungan Batang. Gambar
kanan bawah menunjukkan perubahan massa batang sebagai fungsi waktu, sementara
gambar kanan atas menunjukkan hubungan waktu dengan kebalikan ukuran
gelembung. Dari persamaan (2.16) dan (2.17), waktu sebanding dengan kuadrat
kebalikan dari ukuran gelembung. Jadi dalam metode ini, ukuran gelembung dapat
dihitung pada setiap waktu t, sementara GRt secara simultan dapat dihitung dari slope,
sesuai dengan persamaan (2.14). Kumulatif massa oversize, R(x) dapat dihitung
Universitas Sumatera Utara
8
dengan persamaan (2.15). Pada gambar kiri atas, distribusi ukuran gelembung
diperoleh dari perhitungan ukuran gelembung x dan R(x) [15;16].
Gambar 2.2 Grafik penentuan distribusi gelembung dengan BWM
Persamaan (2.1) –(2.17) di atas dipakai dalam penentuan ukuran gelembung
pada pemisahan cair-cair (gliserol dan biodiesel) serta menentukan waktu yang
menyatakan telah terpisahnya kedua cairan secara sempurna yang ditandai ketika
massa batang dalam suspensi sudah konstan.
2.2 Penelitian Yang Pernah Dilakukan
Penelitian dengan menggunakan metode Metode Pengapungan Batang telah
dilakukan untuk partikel-partikel mengapung dan partikel mengendap dan
Penelitian untuk pengukuran DSD juga telah dilakukan. Penelitian – penelitian yang
pernah dilakukan tersebut adalah sebagai berikut:
Obata, dkk pertama sekali menemukan metode ini dengan mengukur
distribusi ukuran partikel yang mengendap dalam Stokes region.
Sampel yang mereka teliti adalah silica sand, calcium carbonate dan
barium-titanate glass yang diukur dengan menggunakan fase cair
air[2].
Motoi, dkk kemudian mengaplikasikan metode ini untuk menentukan
distribusi ukuran partikel yang mengapung. Sampel yang mereka teliti
Universitas Sumatera Utara
9
adalah Glass bubbles, paraffin particle dan Fuji nylon beads. Fase cair
yang dipakai adalah air [14].
Tambun, dkk mengembangkan penelitian ini dengan melakukan
pengukuran distribusi ukuran partikel yang mengapung dalam Allen
region. Sampel yang dipakai adalah polystyrene beads (spherical) dan
nylon beads (cylindrical). Cairan yang dipakai adalah natrium
klorida[17].
Opedal, dkk melakukan penelitian penentuan DSD dengan
menggunakan Low Field NMR pada emulsi air dalam minyak dengan
menggunakan sampel crude oil. Hasil pengukuran DSD dengan metode
ini memiliki korelasi yang sama dengan menggunakan optical
microscope [3].
Boxall, dkk melakukan penelitian penentuan DSD dari emulsi air
dalam minyak dengan menggunakan Particle Video Microscope dan
Focused Beam Reflectance Method pada sampel crude oil. Hasil
penelitian ini adalah bahwa DSD yang terukur pada konsentrasi fase
terdispersi 10 – 20 %[18].
Jurado, dkk melakukan penelitian pengukuran DSD dengan
menggunakan metode laser diffraction yang dilengkapi dengan
Coulter LS-230 analyzer pada sampel triolein, trybutyrin dan air[19].
Pada penelitian sebelumnya, metode pengapungan batang ini sudah pernah
diaplikasikan untuk mengkaji pemisahan dua jenis cairan dan penentuan DSD,
namun masih perlu pengembangan ataupun penelitian lebih lanjut karena masih
minimnya hasil yang diperoleh. Metode BWM ini diharapkan mampu mengukur
DSD gliserol dalam biodiesel serta waktu pemisahan yang terbaik dari kedua cairan
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
10
2.3 Metode – Metode Pengukuran Distribusi Ukuran Gelembung (DSD)
2.3.1 Laser Diffraction
Metode ini awalnya digunakan hanya untuk mengukur distribusi ukuran partikel
namun, pemanfaatan metode ini untuk pengukuran DSD telah diwujudkan bertahun-tahun
yang lalu. Metode ini kemudian menjadi metode yang paling umum digunakan untuk
mengukur DSD dari emulsi karena dapat mengukur DSD dari ukuran 0,1 μm sampai 1000
μm. Prinsip dari metode ini, yaitu sinar monokromatik ditembakkan melalui suatu emulsi
dan pola difraksi yang dihasilkan diukur menggunakan serangkaian detektor yang peka
terhadap cahaya. Untuk mengakuratkan metode ini dalam pengukuran DSD ada dua hal
yang sangat penting, yaitu (1) desain sistem optik yang digunakan untuk mengukur pola
difraksi yang dihasilkan dari transmisi sinar laser melalui cuvette dan (2) kecanggihan model
matematika yang digunakan untuk mengkonversi pola difraksi yang diukur dalam DSD.
Jumlah, posisi dan kualitas detektor pada alat ini yang digunakan untuk mengukur
ketergantungan sudut sinar laser menentukan keakurasian pola difraksi yang dapat diukur.
Semakin besar jumlah detektor, semakin luas area dari sudut yang terukur dan semakin besar
sensivitas detektor maka semakin akurat pola difraksi yang dapat diukur [20].
Gambar 2.3 Penggunaan Metode Light Scattering untuk Mengukur DSD
Universitas Sumatera Utara
11
2.3.2 Electrical Pulse Counting (Coulter Counter)
Metode ini sering juga disebut dengan electrozone sensing. Pada metode ini emulsi
yang akan dianalisis diencerkan dalam larutan elektrolit lemah yang ditempatkan pada
suatu gelas kimia dengan dua elektroda dicelupkan ke dalamnya. Salah satu elektroda
tersebut memiliki suatu celah kecil dimana emulsi digambarkan. Prinsip dari metode ini,
yaitu ketika suatu oil droplet melewati celah pada eletroda menyebabkan penurunan arus
antara elektroda, karena minyak memiliki konduktivitas listrik yang jauh lebih rendah
daripada air. Setiap kali oil droplet melewati celah, instrumen mencatat penurunan arus
pada elektroda yang dikonversi menjadi suatu denyut (pulse) listrik. Alat ini mengontrol
volume cairan yang melewati celah. Oleh karena itu, konsentrasi droplet dapat ditentukan
dengan menghitung jumlah denyut (pulse) listrik dalam suatu emulsi. Metode ini dapat
mengukur DSD yang berukuran 0,4 μm sampai 1200 μm [21].
Gambar 2.4 Metode Coulter Counter
Universitas Sumatera Utara
12
2.3.3 Microscopy
Pada metode ini DSD ditentukan dengan cara mengamati sampel emulsi melalui
microscope dan secara visual menentukan ukuran dari gelembung. Sering kali foto
diperbesar untuk penentuan visual. Teknik ini memiliki keuntungan untuk dapat
membedakan antara droplet oil dan partikel non-minyak. Alat ini juga dapat membantu
untuk melihat langsung apakah ada faktor bentuk yang ekstrim. Namun, teknik ini
umumtnya menggunakan volume sampel yang sangat kecil dan karena itu mungkin tidak
mewakili dari seluruh sampel [22]. Namun, kelemahan metode ini adalah tidak
terdeteksinya suatu gelembung yang memiliki ukuran kurang dari 0,5 μm. Hal ini terjadi
karena lemahnya resolusi dan kecerahan (kontras) pada metode ini. Dan jika suatu
gelembung memiliki brownian effect, maka alat ini tidak bisa mendeteksi gelembung yang
memiliki ukuran kurang dari 1μm [23].
2.3.4 Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
Metode ini telah digunakan untuk mengukur DSD dari suatu emulsi, dimana DSD
yang terdeteksi berukuran 0,2 μm sampai 100 μm. Prinsip dari metode ini sangat rumit,
dan telah dijelaskan pada beberapa literatur. Pada dasarnya sampel yang akan dianalisa
ditempatkan pada static magnetic field gradient dan serangkaian radio frequency pulses
ditempatkan pada daerah itu. Pulse tersebut akan menyebabkan beberapa inti hidrogen
dalam sampel memiliki energi yang lebih tinggi sehingga dapat terdeteksi oleh NMR [24].
Pada saat melakukan pengukuran DSD, tidak perlu melakukan pretreatmen pada sampel
yang akan dianalisa dan sampel tersebut tidak akan rusak, sehingga memungkinkan untuk
kembali melakukan pengukuran untuk sampel yang sama [25].
Gambar 2.5 Nuclear Magnetic Resonance
Universitas Sumatera Utara
13
2.4 Emulsi Cair - Cair
Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri dari dua fasa cairan yang tidak saling
tercampur. Dua fasa cairan ini terdiri dari liquid droplet (fasa terdispersi) yang terdispersi
pada suatu media cair (fase kontinu). Ada beberapa jenis emulsi yaitu emulsi minyak
dalam air (W/O), emulsi air dalam minyak (W/O) dan emulsi minyak dalam minyak
(O/O). Untuk dapat mendispersikan dua cairan yang tidak saling bercampur diperlukan
komponen ketiga, yaitu emulsifier. Penggunaan emulsifier tidak hanya untuk membantu
pembentukan emulsi tetapi juga untuk menstabilkan emulsi tersebut untuk waktu yang
lama [26]. Proses pengubahan dua cairan yang tidak saling melarut menjadi suatu emulsi
disebut homogenisasi dan alat yang digunakan untuk melakukan fungsi di atas disebut
dengan homogenizer [24]. Tipe emulsi di atas dipengaruhi oleh beberapa variabel, seperti
perbandingan jumlah air dan minyak, konsentrasi elektolit, temperatur [27], ukuran rata-
rata dari gelembung, visksositas dari tiap fasa dan konsentrasi dari emulsifier yang akan
digunakan [28].
Beberapa proses yang berkaitan dengan pemecahan emulsi, yaitu : (1) Droplet size
distrbution antara fasa terdispersi dan fasa kontinu. (2) Kelarutan dari fasa terdispersi dan
distribusi ukuran partikel, yang kemudian akan menyebabkan Ostwald ripening
(disproporsional). (3) Stabilitas dari liquid film antara droplet, yang kemudian
menyebabkan peleburan emulsi dan (4) Fase inversi. Fenomena fisik yang terlibat dalam
setiap proses pemecahan pada emulsi di atas tidak sederhana, dan memerlukan analisis
dari setiap fenomena yang terlibat. Selain itu, proses pemecahan di atas lebih sering terjadi
secara bersamaan dibandingkan secara berurutan, yang kemudian akan mempersulit
analisis [26].
Universitas Sumatera Utara
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan
selama 6 bulan. Pada penelitian ini dikaji kecepatan pemisahan gliserol dalam metil
ester, sekaligus untuk menentukan DSD dari gliserol dalam biodiesel.
3.1 Bahan Yang Digunakan
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut.
1. Gliserol (pa)
2. Biodiesel (Produksi PPKS)
3.2 Peralatan Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut.
1. Neraca analitik FS – AR 210 dengan ketelitian 0,0001 g dengan pengait di
bawah.
2. Batang logam sebagai pendeteksi perpindahan gelembung cairan yang berjenis
aluminium, tembaga, perunggu, dan besi dengan bentuk silinder, segi empat,
dan sheet dengan panjang 210 mm, 160 mm, 110 mm, dan 60 mm pada
diameter 15 mm, 10 mm, dan 5 mm.
3. Pengaduk khusus, untuk menghomogenkan suspensi di awal percobaan.
4. Gas Chromatography di PPKS Medan sebagai pembanding/menguji
kemurnian hasil pemisahan gliserol dalam biodiesel.
5. Coulter Counter di LIPI Serpong sebagai pembanding/menguji hasil DSD
gliserol dalam biodiesel.
Universitas Sumatera Utara
15
Ilustrasi gambar peralatan dapat dilihat seperti pada gambar 3.1.
Keterangan:
1. Neraca analitik (analytical balance) FS – AR
210
2. Benang penggantung batang / pengait
3. Fasa kontinue
4. Batang logam (weighing bar)
5. Gelas ukur (measuring glass cylinder)
6. Fasa terdispersi
7. Ruangan insulasi (insulation vessel)
Gambar 3.1 Skematik dari Peralatan Penelitian
3.3 Rancangan Penelitian
Material sampel yang diteliti adalah campuran biodiesel dan gliserol. Volume
campuran yang digunakan sebanyak 1000 ml dengan perbandingan konsentrasi yaitu
99% : 1%, 98% : 2%, 97% : 3%, 96% : 4%. Gelas ukur yang digunakan memiliki
diameter 60 mm. Rancangan percobaan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
1
2
3
4
5
6
7
Universitas Sumatera Utara
16
Tabel 3.1 Tabel Rancangan Percobaan
Jenis
Batang
Konsentrasi
(%)
Bentuk
Batang
Panjang
Batang
(mm)
Diameter/
Ukuran
Batang
(mm)
Jumlah
Run
Aluminium
99 : 1 Silinder 210 15, 10, 5 3
99 : 1 Silinder 160 10 1
99 : 1 Silinder 110 10 1
99 : 1 Silinder 60 10 1
98 : 2 Silinder 210 10 1
97 : 3 Silinder 210 10 1
96 : 4 Silinder 210 10 1
Besi
99 : 1 Silinder 210 10 1
99 : 1 Balok 210 10 x 10 1
99 : 1 Sheet 210 3 x 25 1
Perunggu 99 : 1 Silinder 210 10 1
Tembaga 99 : 1 Silinder 210 10 1
Jumlah Total Run 14
Perlakuan penelitian dilakukan dengan mencampurkan gliserol kedalam
biodiesel pada suhu 298 K (suhu kamar) sehingga terbentuk dua lapisan sesuai
dengan perbandingan konsentrasi tersebut di atas. Pada penelitian ini mengukur lama
pemisahan antara gliserol dengan biodiesel, dimana pada pemisahan ini terbentuk 2
lapisan, yaitu lapisan atas (biodiesel) dan lapisan bawah (gliserol), kemudian
Universitas Sumatera Utara
17
digunakan Metode Pengapungan Batang untuk menentukan lamanya pemisahan dan
mengkaji DSD. Semua campuran diaduk sebelum dilakukan pengukuran, lama
pengukuran maksimal selama 1 jam dan data direkam setiap interval 1 detik.
Pada penelitian ini, DSD diukur berdasarkan metode Stokes, metode Allen,
dan metode Newton, sedangkan untuk mengetahui kemurnian dari gliserol dan
biodiesel diuji dengan menggunakan gas chromatography.
Untuk menyiapkan suspensi, 1000 ml campuran dimasukkan kedalam gelas
ukur. Dengan mengunakan tali/benang yang sangat ringan, batang yang sesuai
dengan rancangan percobaan di atas digantung dari bawah neraca analitik. Setelah
diaduk dengan pengaduk khusus, batang dimasukkan kedalam suspensi, dan dicatat
sebagai t = 0 detik. Hal ini berlangsung maksimal selama 1 jam. Setelah pengukuran
selesai, distribusi ukuran gelembung diukur menggunakan metode Stokes, metode
Allen, metode Newton.
Universitas Sumatera Utara
18
Ya
Apakah ada panjang
batang yang lain ?
Ya
Apakah ada perbandingan
volume yang lain ?
Tidak
Selesai
Gelas ukur dimasukkan ke dalam rangkaian peralatan
Digunakan batang logam aluminium berbentuk silinder
dengan panjang 210 mm
3.4 Flowchart Penelitian
3.4.1 Pengaruh Panjang Batang
Adapun flowchart pengaruh panjang batang dalam penentuan waktu pemisahan
terbaik dan distribusi ukuran gelembung gliserol dalam biodiesel dengan metode
pengapungan batang adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2 Flowchart Pengaruh Panjang Batang dalam Penentuan Waktu Pemisahan
Terbaik dan Distribusi Ukuran Gelembung Gliserol dalam Biodiesel.
Mulai
Biodiesel dan gliserol sebanyak 1000 ml dengan perbandingan
99% : 1% (v/v) dimasukan ke dalam gelas ukur, kemudian diaduk
Diukur waktu terpisahnya biodiesel dan gliserol
Dihitung DSD dari gliserol dalam biodiesel
Waktu dan massa dicatat hingga massa konstan
Universitas Sumatera Utara
19
Apakah ada bentuk
batang yang lain ?
Ya
Selesai
Dihitung DSD dari gliserol dalam biodiesel
Diukur waktu terpisahnya biodiesel dan gliserol
Mulai
Biodiesel dan gliserol sebanyak 1000 ml dengan perbandingan
99% : 1% (v/v) dimasukan ke dalam gelas ukur, kemudian diaduk
3.4.2 Pengaruh Bentuk Batang
Adapun flowchart pengaruh bentuk batang dalam penentuan waktu pemisahan
terbaik dan distribusi ukuran gelembung gliserol dalam biodiesel dengan metode
pengapungan batang adalah sebagai berikut:
Gambar 3.3 Flowchart Pengaruh Bentuk Batang dalam Penentuan Waktu Pemisahan
Terbaik dan Distribusi Ukuran Gelembung Gliserol dalam Biodiesel.
Waktu dan massa dicatat hingga massa konstan
Gelas ukur dimasukkan ke dalam rangkaian peralatan
Digunakan batang logam aluminium dengan panjang 210
mm berbentuk silinder
Universitas Sumatera Utara
20
Apakah ada jenis batang
yang lain ?
Ya
Selesai
Dihitung DSD dari gliserol dalam biodiesel
Diukur waktu terpisahnya biodiesel dan gliserol
Waktu dan massa dicatat hingga massa konstan
Gelas ukur dimasukkan ke dalam rangkaian peralatan
Dipilih batang logam silinder dengan panjang 210 mm
berjenis aluminium
3.4.3 Pengaruh Jenis Batang
Adapun flowchart pengaruh jenis batang dalam penentuan waktu pemisahan
terbaik dan distribusi ukuran gelembung gliserol dalam biodiesel dengan metode
pengapungan batang adalah sebagai berikut:
Gambar 3.4 Flowchart Pengaruh Jenis Batang dalam Penentuan Waktu Pemisahan
Terbaik dan Distribusi Ukuran Gelembung Gliserol dalam Biodiesel.
Mulai
Biodiesel dan gliserol sebanyak 1000 ml dengan perbandingan
99% : 1% (v/v) dimasukan ke dalam gelas ukur, kemudian diaduk
Universitas Sumatera Utara
21
Apakah ada diameter
batang yang lain ?
Ya
Selesai
Dihitung DSD dari gliserol dalam biodiesel
Diukur waktu terpisahnya biodiesel dan gliserol
Waktu dan massa dicatat hingga massa konstan
Gelas ukur dimasukkan ke dalam rangkaian peralatan
Dipilih batang logam silinder berjenis aluminium dan
panjang 210 mm dengan diameter 15 mm
3.4.4 Pengaruh Diameter Batang
Adapun flowchart pengaruh jenis batang dalam penentuan waktu pemisahan
terbaik dan distribusi ukuran gelembung gliserol dalam biodiesel dengan metode
pengapungan batang adalah sebagai berikut:
Gambar 3.5 Flowchart Pengaruh Diameter Batang dalam Penentuan Waktu
Pemisahan Terbaik dan Distribusi Ukuran Gelembung Gliserol dalam Biodiesel.
Mulai
Biodiesel dan gliserol sebanyak 1000 ml dengan perbandingan
99% : 1% (v/v) dimasukan ke dalam gelas ukur, kemudian diaduk
Universitas Sumatera Utara
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 APLIKASI METODE PENGAPUNGAN BATANG TERHADAP
WAKTU PEMISAHAN DENGAN PENGARUH JENIS, BENTUK, DAN
PANJANG BATANG
Pada penelitian ini, aplikasi Metode Pengapungan Batang terhadap waktu
pemisahan dilakukan pada perbandingan konsentrasi antara biodiesel dengan gliserol
sebesar 99% : 1% ; 98% : 2% ; 97% : 3% ; 96% : 4% yang divariasikan dengan jenis,
bentuk, diameter, dan panjang batang.
4.1.1 Pengaruh Jenis Batang
Gambar 4.1 menunjukkan grafik pengaruh waktu pemisahan terhadap massa
batang berjenis aluminium, tembaga, perunggu dan besi yang memiliki panjang 210
mm berbentuk silinder dan diameter batang 10 mm pada perbandingan konsentrasi
99% : 1%.
Tabel 4.1 menunjukkan waktu pemisahan biodiesel dengan gliserol yang
didapat dari perubahan massa batang pada berbagai jenis batang, dimana massa
batang dimulai dari meningkat dengan cepat dan meningkat secara perlahan hingga
konstan, massa batang yang sudah konstan menunjukkan bahwa biodiesel dan
gliserol sudah terpisah.
Tabel 4.1 Waktu Pemisahan dengan Berbagai Jenis Batang
Jenis
Batang
Meningkat
Cepat (detik)
Meningkat
Perlahan (detik)
Konstan
(detik)
Perunggu 0 – 160 160 – 777 777
Tembaga 0 – 200 200 – 721 721
Besi 0 – 72 72 – 365 365
Aluminium 0 – 140 140 – 261 261
Universitas Sumatera Utara
23
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Waktu Pemisahan Terhadap Massa Batang pada Berbagai Jenis Batang dengan Panjang Batang 210 mm dan Diameter Batang 10 mm
Berbentuk Silinder pada Konsentrasi 99% Biodiesel : 1% Gliserol.
138.33
138.32
138.31
138.30
138.29
138.28
138.27
138.26
133.81
133.80
133.80
133.79
133.78
133.78
133.77
133.76
118.31
118.30
118.29
118.28
118.27
118.26
118.25
118.24
32.81
32.81
32.80
32.80
32.80
32.80
32.80
32.79
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Waktu (detik)
Ma
ssa
Ba
tan
g (
x 1
0-6
kg
)
Universitas Sumatera Utara
24
Pada awal proses pemisahan, gelembung yang berukuran besar akan tenggelam
terlebih dahulu sehingga peningkatan massa batang yang terjadi cukup besar.
Semakin lama waktu proses pemisahan, maka peningkatan massa batang semakin
lambat hingga konstan dikarenakan pada saat tersebut gelembung yang berukuran
kecil yang mengapung hingga semua gelembung tenggelam [9].
Pada proses pemisahan gliserol dalam biodiesel, terdapat perbedaan waktu
pemisahan antara jenis batang yang digunakan. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan massa jenis batang yang digunakan, dimana semakin besar massa jenis
batang maka lebih baik dalam mendeteksi perpindahan gelembung tersebut.
Metode Gas Chromatography selanjutnya digunakan untuk mengetahui
gliserol dan biodiesel sudah terpisah dengan sempurna. Sampel yang diambil untuk
menguji kadar biodiesel adalah sampel pada detik ke-200 dan detik ke-700. Pada
detik ke-200 massa batang belum konstan dengan kadar biodiesel sebesar 99,1265%.
Namun, massa batang tersebut masih tetap meningkat secara perlahan sampai detik
ke-700 dengan kadar biodiesel didapat 99,2271%.
Pada dasarnya, kadar gliserol untuk detik ke-200 dan detik ke-700 adalah sama
untuk semua variasi jenis batang, namun pada penelitian ini hanya pada batang
perunggu yang massanya berubah secara perlahan hingga konstan pada detik ke-700.
Sementara itu pada batang aluminium, tembaga, dan besi mengalami perubahan
massa hingga akhirnya konstan lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa, batang
perunggu lebih baik dalam mendeteksi perpindahan gelembung dibandingkan dengan
jenis batang lainnya.
4.1.2 Pengaruh Bentuk Batang
Gambar 4.2 menunjukkan grafik pengaruh waktu pemisahan terhadap massa
batang yang berjenis besi berbentuk silinder (diameter 10 mm), segi empat (10 mm x
10 mm), dan sheet (3 mm x 25 mm) yang memiliki panjang 210 mm pada
perbandingan konsentrasi 99% : 1%.
Tabel 4.2 menunjukkan waktu pemisahan biodiesel dengan gliserol yang
didapat dari perubahan massa batang pada berbagai bentuk batang, dimana massa
batang dimulai dari meningkat dengan cepat dan meningkat secara perlahan hingga
Universitas Sumatera Utara
25
konstan, massa batang yang sudah konstan menunjukkan bahwa biodiesel dan
gliserol sudah terpisah.
Tabel 4.2 Waktu Pemisahan dengan Berbagai Bentuk Batang
Bentuk
Batang
Meningkat
Cepat (detik)
Meningkat
Perlahan (detik)
Konstan
(detik)
Segi
Empat 0 – 120 120 – 264 264
Silinder 0 – 72 72 – 365 365
Sheet 0 – 45 45 – 318 318
145.58
145.58
145.57
145.57
145.56
145.56
145.55
145.55
118.31
118.30
118.29
118.28
118.27
118.26
118.25
118.24
110.90
110.89
110.88
110.87
110.86
110.84
110.83
110.82
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Waktu (detik)
Ma
ssa
Ba
tan
g (
x 1
0-6
kg
)
Universitas Sumatera Utara
26
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Waktu Pemisahan Terhadap Massa Batang pada Berbagai Bentuk Batang dengan Panjang Batang 210 mm Berjenis Besi pada
Konsentrasi 99% Biodiesel : 1% Gliserol.
Pada proses pemisahan gliserol dalam biodiesel dengan variasi bentuk batang,
tidak ada perbedaan kemampuan dalam mendeteksi perpindahan gelembung karena
massa jenis yang sama. Hal ini menujukkan bahwa variasi bentuk batang
memberikan hasil yang berdekatan dalam menentukan waktu pemisahan biodiesel-
gliserol.
4.1.3 Pengaruh Panjang Batang
Gambar 4.3 menunjukkan grafik pengaruh waktu pemisahan terhadap massa
batang dengan panjang 210 mm, 160 mm, 110 mm dan 60 mm yang memiliki bentuk
silinder berjenis aluminium dan diameter batang 10 mm pada perbandingan
konsentrasi 99% : 1%.
Tabel 4.3 menunjukkan waktu pemisahan biodiesel dengan gliserol yang
didapat dari perubahan massa batang pada berbagai panjang batang, dimana massa
batang dimulai dari meningkat dengan cepat dan meningkat secara perlahan hingga
konstan, massa batang yang sudah konstan menunjukkan bahwa biodiesel dan
gliserol sudah terpisah.
Tabel 4.3 Waktu Pemisahan dengan Berbagai Panjang Batang
Panjang
Batang
Meningkat
Cepat (detik)
Meningkat
Perlahan (detik)
Konstan
(detik)
210 mm 0 – 140 140 – 261 261
160 mm 0 – 110 110 – 251 251
110 mm 0 – 25 25 – 216 216
60 mm 0 – 18 18 – 168 168
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Waktu Pemisahan Terhadap Massa Batang pada
Berbagai Panjang Batang dengan Diameter Batang 10 mm, Berjenis Aluminium, dan
Berbentuk Silinder pada Konsentrasi 99% biodiesel : 1% gliserol
32.81
32.81
32.80
32.80
32.80
32.80
32.80
32.79
25.07
25.07
25.07
25.07
25.07
25.06
25.06
25.06
17.86
17.86
17.85
17.84
17.84
17.83
17.83
17.82
10.00
10.00
10.00
9.99
9.99
9.99
9.98
9.98
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Waktu (detik)
Ma
ssa
Ba
tan
g (
x 1
0-6
kg
)
Universitas Sumatera Utara
28
Pada awal proses pemisahan, gelembung yang berukuran besar akan tenggelam
terlebih dahulu sehingga peningkatan massa batang yang terjadi cukup besar.
Semakin lama waktu proses pemisahan, maka peningkatan massa batang semakin
lambat hingga konstan dikarenakan pada saat tersebut gelembung yang berukuran
kecil yang mengapung hingga semua gelembung tenggelam [9].
Pada proses pemisahan gliserol dalam biodiesel, terdapat perbedaan waktu
pemisahan antara panjang batang yang digunakan. Hal ini dikarenakan semakin
panjangnya batang, maka semakin banyak pula area dalam mendeteksi perpindahan
gelembung.
Pada penelitian ini, batang dengan panjang 210 mm yang massanya berubah
secara perlahan hingga konstan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan batang
dengan panjang 60 mm, 110 mm, dan 160 mm. Hal ini menunjukkan bahwa, batang
dengan panjang 210 mm lebih baik dalam mendeteksi perpindahan gelembung
dibandingkan dengan panjang batang lainnya.
4.1.4 Pengaruh Diameter Batang
Gambar 4.4 menunjukkan grafik pengaruh waktu pemisahan terhadap massa
batang diameter 5 mm, 10 mm, 15 mm yang memiliki panjang 210 mm berjenis
aluminium dan berbentuk silinder pada perbandingan konsentrasi 99% : 1%.
Tabel 4.4 menunjukkan waktu pemisahan biodiesel dengan gliserol yang
didapat dari perubahan massa batang pada berbagai diameter batang, dimana massa
batang dimulai dari meningkat dengan cepat dan meningkat secara perlahan hingga
konstan, massa batang yang sudah konstan menunjukkan bahwa biodiesel dan
gliserol sudah terpisah.
Tabel 4.4 Waktu Pemisahan dengan Berbagai Diameter Batang
Diameter
Batang
Meningkat
Cepat (detik)
Meningkat
Perlahan (detik)
Konstan
(detik)
15 mm 0 – 260 260 – 373 373
10 mm 0 – 140 140 – 261 261
5 mm 0 – 135 135 – 233 233
Universitas Sumatera Utara
29
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Waktu Pemisahan Terhadap Massa Batang pada
Berbagai Diameter Batang dengan Panjang Batang 210 mm, Berjenis Aluminium,
dan Berbentuk Silinder pada Konsentrasi 99% biodiesel : 1% gliserol.
Metode Gas Chromatography selanjutnya digunakan untuk mengetahui
biodiesel dan gliserol sudah terpisah dengan sempurna. Sampel yang diambil untuk
77.78
77.76
77.73
77.71
77.68
77.66
77.63
77.61
32.81
32.81
32.80
32.80
32.80
32.80
32.80
32.79
12.88
12.88
12.87
12.87
12.87
12.86
12.86
12.86
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Waktu (detik)
Ma
ssa
Ba
tan
g (
x 1
0-6
kg
)
Universitas Sumatera Utara
30
menguji kadar biodiesel adalah sampel pada detik ke-200. Pada detik ke-200 massa
batang belum konstan dengan kadar biodiesel sebesar 98,1265%.
Pada penelitian ini, batang dengan diameter 15 mm yang massanya berubah
secara perlahan hingga konstan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan batang
dengan diameter 10 mm dan diameter 5 mm. Hal ini menunjukkan bahwa, batang
dengan diameter 15 mm lebih baik dalam mendeteksi perpindahan gelembung
dibandingkan dengan diameter batang lainnya.
4.1.5 Pengaruh Konsentrasi Cairan
Gambar 4.5 menunjukkan grafik pengaruh waktu pemisahan terhadap massa
batang dengan perbandingan konsentrasi cairan 99% : 1% ; 98% : 2% ; 97% : 3% ;
96% : 4% yang memiliki bentuk silinder berjenis aluminium dan diameter batang 10
mm pada panjang batang 210 mm.
Tabel 4.5 menunjukkan waktu pemisahan biodiesel dengan gliserol yang
didapat dari perubahan massa batang pada berbagai panjang batang, dimana massa
batang dimulai dari meningkat dengan cepat dan meningkat secara perlahan hingga
konstan, massa batang yang sudah konstan menunjukkan bahwa biodiesel dan
gliserol sudah terpisah.
Tabel 4.5 Waktu Pemisahan dengan Berbagai Panjang Batang
Perbandingan
Konsentrasi
Cairan
Meningkat
Cepat (detik)
Meningkat
Perlahan (detik)
Konstan
(detik)
99% : 1% 0 – 140 140 – 261 261
98% : 2% 0 – 170 170 – 552 552
97% : 3% 0 – 290 290 – 592 592
96% : 4% 0 – 350 350 – 711 711
Universitas Sumatera Utara
31
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Waktu Pemisahan Terhadap Massa Batang pada
Berbagai Konsentrasi Cairan dengan Panjang Batang 210 mm, Diameter Batang 10
mm Berjenis Aluminium, dan Berbentuk Silinder.
Pada awal proses pemisahan, gelembung yang berukuran besar akan
mengapung terlebih dahulu sehingga penurunan massa batang yang terjadi cukup
besar. Semakin lama waktu proses pemisahan, maka penurunan massa batang
32.81
32.81
32.80
32.80
32.80
32.80
32.79
32.47
32.46
32.45
32.45
32.44
32.43
32.42
32.41
32.43
32.42
32.40
32.38
32.37
32.35
32.34
32.32
32.40
32.37
32.34
32.31
32.28
32.25
32.22
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Waktu (detik)
Ma
ssa
Ba
tan
g (
x 1
0-6
kg
)
Universitas Sumatera Utara
32
semakin lambat hingga konstan dikarenakan pada saat tersebut gelembung yang
berukuran kecil yang mengapung hingga semua gelembung mengapung [8].
Metode Gas Chromatography selanjutnya digunakan untuk mengetahui
biodiesel dan gliserol sudah terpisah dengan sempurna. Sampel yang diambil untuk
menguji kadar biodiesel adalah sampel pada detik ke-200 dan ke-700. Pada
perbandingan konsentrasi 99% : 1% detik ke-200 kadar biodiesel didapat sebesar
98,1265% dan detik ke-700 kadar biodiesel didapat 99,2271%. Begitu juga pada
perbandingan konsentrasi 98% : 2% pada detik ke- 200 kadar biodiesel didapat
sebesar 98,6815%, perbandingan konsentrasi 97% : 3% pada detik ke- 200 kadar
biodiesel didapat sebesar 98,6705%, dan perbandingan konsentrasi 96% : 4% pada
detik ke- 200 kadar biodiesel didapat sebesar 98,3678%.
4.2 APLIKASI METODE PENGAPUNGAN BATANG TERHADAP
ESTIMASI DISTRIBUSI UKURAN GELEMBUNG DENGAN
PENGARUH JENIS, BENTUK, DAN PANJANG BATANG
4.2.1 Pengaruh Jenis Batang
Gambar 4.6 menunjukkan grafik estimasi distribusi ukuran gelembung
terhadap massa batang untuk jenis batang aluminium, tembaga, perunggu dan besi
yang memiliki panjang 210 mm berbentuk silinder.
Gambar (a) menunjukkan distribusi ukuran gelembung yang diperoleh dari
perhitungan dengan metode Stokes dan gambar (b) menunjukkan distribusi ukuran
gelembung yang diperoleh dari perhitungan dengan metode Allen, dimana dapat
dilihat bahwa rentang distribusi ukuran gelembung dengan perhitungan metode
Stokes maupun metode Allen tidak sebanding dengan metode Coulter Counter.
Gambar (c) menunjukkan distribusi ukuran gelembung yang diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan metode Newton. Pada grafik tersebut dapat dilihat
bahwa perhitungan dengan menggunakan metode Newton mendekati dengan hasil
yang diperoleh pada metode Coulter Counter, hal ini dikarenakan gelembung yang
dihasilkan oleh rasio konsentrasi 99% biodiesel : 1% gliserol memiliki Bilangan
Reynold dengan rentang yang berada pada aliran Newton, yaitu Re = 500 – 105. Jadi
Universitas Sumatera Utara
33
dapat disimpulkan bahwa metode Newton lebih sesuai dibandingkan dengan metode
Stokes ataupun metode Allen dalam mengukur ukuran distribusi gelembung.
(a) (b)
(c)
Gambar 4.6 Grafik Distribusi Ukuran Gelembung dengan Pengaruh Jenis Batang
Menggunakan (a) Metode Hukum Stokes, (b) Metode Allen, dan (c) Metode
Newton.
Percobaan ini menggunakan variasi jenis batang, untuk mengetahui jenis
batang yang paling tepat dalam mengukur distribusi ukuran gelembung. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan metode Newton, distribusi ukuran gelembung
pada batang berjenis perunggu lebih mendekati hasil dari metode Coulter Counter
dibandingkan dengan batang berjenis aluminium, tembaga dan besi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Metode Pengapungan Batang ini dapat
digunakan untuk menentukan distribusi ukuran gelembung.
Tabel 4.7 menunjukkan hasil ukuran gelembung yang didapat dari metode
Stokes, Allen, dan Newton dengan jenis batang yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 4.7 Ukuran Gelembung dengan Berbagai Jenis Batang
Jenis
Batang
Stokes
Ukuran Gelembung
(µm)
Allen
Ukuran
Gelembung (µm)
Newton
Ukuran Gelembung
(µm)
Aluminium 106,6686 – 1723,2834 17,3046 – 564,5610 0,0019– 83,4803
Tembaga 64,1784 – 994,9381 6,2642 – 451,6488 0,0722– 333,9213
Perunggu 61,8224 – 1723,2834 5,8127 – 564,5610 0,0006– 333,9213
Besi 90,2008 – 1723,2834 12,3739 – 645,2125 0,0025– 333,9213
4.2.2 Pengaruh Bentuk Batang
Gambar 4.5 menunjukkan grafik estimasi distribusi ukuran gelembung
terhadap massa batang untuk bentuk batang silinder, prisma segi empat, dan sheet
yang memiliki panjang 210 mm berjenis besi
(a) (b)
(c)
Gambar 4.7 Grafik Distribusi Ukuran Gelembung dengan Pengaruh Bentuk Batang Menggunakan (a) Metode Hukum Stokes, (b) Metode Allen, dan (c) Metode Newton
Gambar (a) menunjukkan distribusi ukuran gelembung yang diperoleh dari
perhitungan dengan metode Stokes, gambar (b) menunjukkan distribusi ukuran
.
Universitas Sumatera Utara
35
gelembung yang diperoleh dari perhitungan dengan metode Allen, dan gambar (c)
menunjukkan distribusi ukuran gelembung yang diperoleh dari perhitungan dengan
menggunakan metode Newton.
Percobaan ini menggunakan variasi bentuk batang, untuk mengetahui bentuk
batang yang paling tepat dalam mengukur distribusi ukuran gelembung. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan metode Newton, distribusi ukuran gelembung
pada seluruh bentuk batang mendekati hasil dari metode Coulter Counter.
Tabel 4.8 menunjukkan hasil ukuran gelembung yang didapat dari metode
Stokes, Allen, dan Newton dengan bentuk batang yang digunakan.
Tabel 4.8 Ukuran Gelembung dengan Berbagai Bentuk Batang
Bentuk
Batang
Stokes
Ukuran Gelembung
(µm)
Allen
Ukuran Gelembung
(µm)
Newton
Ukuran Gelembung
(µm)
Prisma Segi
Empat 106,0608 – 609,2727 19,3702 – 645,2125 0,0048– 333,9213
Sheet 96,6369 – 609,2727 14,2028 – 564,5610 0,0033 – 333,9213
Silinder 90,2008 – 770,6758 12,3739 – 645,2125 0,0025 – 333,9213
4.2.3 Pengaruh Panjang Batang
Gambar 4.6 menunjukkan grafik estimasi distribusi ukuran gelembung
terhadap massa batang untuk panjang batang 60 mm, 110 mm, 160 mm dan 210 mm
yang memiliki bentuk silinder berjenis aluminium.Gambar (a) menunjukkan
distribusi ukuran gelembung yang diperoleh dari perhitungan dengan metode Stokes,
gambar (b) menunjukkan distribusi ukuran gelembung yang diperoleh dari
perhitungan dengan metode Allen, dan gambar (c) menunjukkan distribusi ukuran
gelembung yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan metode Newton.
Universitas Sumatera Utara
36
(a)
(c)
Gambar 4.8 Grafik Distribusi Ukuran Gelembung dengan Pengaruh Panjang Batang Menggunakan (a) Metode Hukum Stokes, (b) Metode Allen, dan (c) Metode Newton
Percobaan ini menggunakan variasi panjang batang, untuk mengetahui panjang
batang yang paling tepat dalam mengukur distribusi ukuran gelembung. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan metode Newton,distribusi ukuran gelembung pada
batang dengan panjang 210 mm lebih mendekati hasil dari metode Coulter Counter
dibandingkan batang dengan panjang 60 mm, 110 mm dan 160 mm.
„
(b)
Universitas Sumatera Utara
37
Tabel 4.9 menunjukkan hasil ukuran gelembung yang didapat dari metode
Stokes, Allen, dan Newton dengan panjang batang yang digunakan.
Tabel 4.9 Ukuran Gelembung dengan Berbagai Panjang Batang
Panjang
Batang
Stokes
Ukuran Gelembung
(µm)
Allen
Ukuran Gelembung
(µm)
Newton
Ukuran Gelembung
(µm)
210 mm 106,6686 – 609,2727 17,3046 – 752,7429 0,0049 – 333,9213
160 mm 94,9446 – 614,0891 13,7079 – 688,2267 0,0031 – 193,8409
110 mm 84,8626 – 720,0833 10,9527 – 591,4448 0,0020 – 91,6201
60 mm 55,4322 – 508,0448 7,6811 – 645,2125 0,0023 – 65,0321
Universitas Sumatera Utara
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari metode penelitian pengapungan batang ini
adalah:
1. Jenis batang yang paling efektif dalam menentukan waktu pemisahan
biodiesel-gliserol pada rasio konsentrasi 99% : 1% dengan panjang batang
210 mm dan diameter batang 10 mm berbentuk silinder adalah jenis batang
perunggu.
2. Bentuk batang segi empat, silinder, dan sheet memberikan hasil yang
berdekatan dalam menentukan waktu pemisahan biodiesel-gliserol pada
rasio konsentrasi 99% : 1% dengan panjang batang 210 mm berjenis besi.
3. Panjang batang yang paling efektif dalam menentukan waktu pemisahan
biodiesel-gliserol pada rasio konsentrasi 99% : 1% dengan diameter batang
10 mm, berjenis aluminium, dan berbentuk silinder adalah panjang batang
210 mm.
4. Metode Pengapungan Batang Dapat mengukur distribusi ukuran gelembung
gliserol dalam biodiesel dan hasilnya sebanding dengan metode coulter
counter.
5. Metode Newton lebih sesuai dibandingkan dengan metode Stokes ataupun
metode Allen dalam mengukur ukuran distribusi gelembung.
5.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Pada penelitian selanjutnya disarankan menggunakan neraca analitik dengan
ketelitian 0,000001 (mikro) agar hasil metode Pengapungan Batang semakin
diketahui keakuratannya dan dapat memberikan hasil yang lebih teliti.
2. Pada penelitian selanjutnya disarankan memvariasikan konsentrasi gliserol
lebih dari 4%.
3. Pada penelitian selanjutnya disarankan memvariasikan bentuk dan panjang
batang perunggu.
Universitas Sumatera Utara
39
DAFTAR PUSTAKA
[1] W, Ningsih, “Pengaruh Udara Pemanas dalam Proses Filtrasi Sentrifugasi
dalam Perpindahan Massa Cairan”, Universitas Gadjah Mada, 2016.
[2] E. Obata, Y. Ohira and M. Ohta, “New Measurement of Particle Size
Distribution by Buoyancy Weighing–bar Method, Powder Technology, 196,
163–168, 2009.
[3] F. B. Sprow, “Distribution of Drop Size Produced in Turbulent Liquid-Liquid
Dispersion”, (Oxford : Pergamon Press Ltd, 1967), 22, hal. 435 – 442.
[4] Y. Mao, L. Yong, H. Tao, W. Shimin dan X. Yiqian, “In Situ Measurement of
Droplet Size Distribution by Light Scattering Method”, Wuhan University
Journal of Natural Sciences, 3, hal. 18-422, 1998.
[5] G. J. W. Goudappel, J. P. M. van Duynhoven, dan M. M. W. Mooren,
“Measurement of Oil Droplet Size Distributions in Food Oil/Water Emulsions
by Time Domain Pulsed Field Gradient NMR”, Journal of Colloid dan
Interface Science, 239, hal. 535–542, 2001.
[6] G. T. Vladisavlejevic dan H. Schubert, “Preparation dan Analysis of Oil in
Water Emulsions with a Narrow Droplet Size Distribution using Shirasu
Porous Glass (SPG) Membranes”, Desalination, 144, hal. 167-172, 2002.
[7] N. van der Tuuk Opedal, G. Sorldandan J. Sjoblom, “Methods for Droplet
Size Distribution Determination of Water in Oil Emulsions using Low-Field
NMR”,
Journal of Basic Principles of Diffusion Theory, Experiment dan Application,
7, hal. 1-28, 2009.
[8] L. Murugandanam, D. Kunal dan G. O. Melwyn, “Studies on Droplet Size
Distribution of Oil-in-Water Emulsion in SMX Static Mixer”, Journal of
Applied Fluid Mechanics, 11, 1, 107-114, 2018.
Universitas Sumatera Utara
40
[9] S. Odén, The size distribution of particles in soils and the experimental
methods of obtaining them, Soil Science, 19, 1–35,1925.
[10] E. Obata, H. Watanabe and N. Endo, Measurement of size and size
distribution of particles by fluidization, Journal of Chemical Engineering of
Japan, 15, 23– 28, 1982.
[11] E. Obata and H. Watanabe, Measurement of particle sizes by fluidization,
Encyclopedia of Fluid Mechanics, vol. 4, Gulf Publishing, Houston, pp. 221–
236, 1986.
[12] E. Obata and K. Ando, Particle size measurements by fluidization: From
laminar flow region to the turbulent flow region, Encyclopedia of Fluid
Mechanics, Supplement 2, Gulf Publishing, Houston, pp. 169–189,1993.
[13] E. Obata, Y. Ohira and M. Ohta, New measurement of particle size
distribution by buoyancy weighing–bar method, Powder Technology, 196,
163–168, 2009.
[14] T. Motoi, Y. Ohira and E. Obata, Measurement of the floating particle size
distribution by buoyancy weighing–bar method, Powder Technology, 201,
283– 288, 2010.
[15] T. Allen, Particle Size Measurement, Fourth edition, Chapman and Hall,
London, pp. 345–355, 1990.
[16] R. Tambun, Y. Ohira and E. Obata, Graphical analogy of particle size
distribution among Andreasen pipette, settling balance, fluidization–curve
and buoyancy weighing–bar methods, Proceeding of the 13th
Asia Pacific
Confederation of Chemical Engineering Congress, Taipei, Taiwan, 2010.
[17] RondangTambun, Buku Ajar TeknologiOleokimia, USU, Medan, 2006.
[18] Shahidi, F (editor), Bailey’s Industrial Oil and Fat Product, Volume 1-6, Edisike-
6, A Wiley Interscience Publication, John Wiley &Sons, New York,2005.
[19] C. Barry Carter and M. Grant Norton. CermaicMaterials : Science and
Engineering. Springer, New York, 2013.
Universitas Sumatera Utara
41
[20] R. Tambun, T. Motoi, M. Shimadzu, Y. Ohira and E. Obata, Size distribution
measurement of floating particles in the Allen region by a buoyancy
weighing– bar method, Advanced Powder Technology, 22, 548–552, 2011 .
[21] J. A. Boxall, C. A. Koh, E. D. Sloan, A. K. Sum and D. T. Wu, Measurement
and Calibration of Droplet Size Distributions in Water-in-Oil Emulsions by
Particle Video Microscope and a Focused Beam Reflectance Method, Ind.
Eng. Chem. Res. 49, 1412–1418,2010.
[22] E. Jurado, V. Bravo, F. Camacho, J. M. Vichariadan A. F. Arteaga, Estimation
of the distribution of droplet size, interfacial area and volume in emulsions,
Colloids and Surfaces A: Physicochem. Eng. Aspects, 295, 91–98,2007.
[23] D.J. McClements, Food Emulsion : Principles, Practices, and Techniques,
Second Edition, (United States of America : CRC Press, 2005), hal. 5-6.
[24] M. Stewart dan K. Arnold, Emulsions and Oil Treating Equipment :
Selection, Sizing and Troubleshooting, (Oxford : Gulf Publishing, 2009), hal.
116-117. [25] J. Kinsella, Advances in Food and Nutrition Research,
Volume : 33 (California : Academic Press, Inc, 1989) , hal 169-171.
[25] E. O. Fridjonsson, B. F. Graham, M. Akhfash, E.F. May and M. L.
Johns, Optimized Droplet Sizing of Water-in-Crude Oil Emulsions Using
Nuclear Magnetic Resonance, Energy& Fuels, 28, 1756−1764, 2014.
[26] T. F. Tadros, Emulsion Science and Technology : A General
Introduction (Weinheim : Wiley-VCH, 2009), hal 1-3.
[27] B. P. Binks, Moders Aspects of Emulsion Science (United Kingdom : The
Royal Society of Chemistry, 1998), hal 2-3.
[28] J. Sjoblom, Encyclopedic Handbook of Emulsion Technology (New York :
Marcel Dekker, Inc, 2001), hal 1-2.
Universitas Sumatera Utara
42
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
Untuk perhitungan, diambil contoh data dari Metode Pengapungan Batang
yang menggunakan rasio perbandingan konsentrasi 99% Biodiesel : 1% Gliserol
dengan batang perunggu berbentuk silinder. Tabel LA.1 dibawah menujukkan data
massa batang dengan menggunakan Metode Pengapungan Batang
Tabel LA.1. Data Massa Batang Perunggu Dengan Metode Pengapungan Batang
Waktu
t (s)
Massa Batang
G (kg)
Waktu
t (s)
Massa Batang
G (kg)
Waktu
t (s)
Massa Batang
G (kg)
0 138,2665 270 138,3197 540 138,3199
10 138,2826 280 138,3197 550 138,3199
20 138,2986 290 138,3197 560 138,3199
30 138,3079 300 138,3197 570 138,3199
40 138,3116 310 138,3198 580 138,3199
50 138,3130 320 138,3198 590 138,3199
60 138,3134 330 138,3198 600 138,3199
70 138,3141 340 138,3198 610 138,3199
80 138,3156 350 138,3198 620 138,3199
90 138,3159 360 138,3198 630 138,3199
100 138,3161 370 138,3198 640 138,3199
110 138,3167 380 138,3198 650 138,3199
120 138,3167 390 138,3198 660 138,3199
130 138,3167 400 138,3198 670 138,3199
140 138,3177 410 138,3198 680 138,3199
150 138,3190 420 138,3198 690 138,3199
160 138,3196 430 138,3198 700 138,3199
170 138,3196 440 138,3198 710 138,3199
180 138,3196 450 138,3198 720 138,3199
190 138,3196 460 138,3198 730 138,3199
200 138,3196 470 138,3199 740 138,3199
210 138,3196 480 138,3199 750 138,3199
220 138,3196 490 138,3199 760 138,3199
230 138,3196 500 138,3199 770 138,3199
240 138,3197 510 138,3199 780 138,3200
250 138,3197 520 138,3199 790 138,3200
260 138,3197 530 138,3199 800 138,3200
Universitas Sumatera Utara
43
L
LA.1 MENENTUKAN ESTIMASI DISTRIBUSI UKURAN GELEMBUNG
Ukuran gelembung ditentukan dengan persamaan (2.16),(2.17), dan (2.18)
Metode Stokes :
18 µL . v(x) x = √
g . (ρ – ρG ).........................................................................................(2.16)
Metode Allen :
1 225
1 μ
Lρ
L 3
x = φ
. v(x) . { 4 (ρ – ρ
2g2} ................................................................(2.17)
L G)
MetodeNewton :
v(x)2
. ρL x =
29,73 . g . (ρ – ρ G )
.................................................................................(2.18)
h v (x) =
t ......................................................................................................... (2.20)
dengan data sebagai berikut:
Tabel LA.2. Data Untuk 99% Biodiesel – 1% Gliserol
Viskositas Larutan, μL 0,0030258 kg/m.s
Panjang Batang, h 0,21 M
Percepatan Gravitasi, g 9,8 m/s2
Densitas Gelembung, ρG 1260 kg/m3
Densitas Larutan, ρL 867 kg/m3
Wadell’s shape factor φ 1
L
Universitas Sumatera Utara
44
G
2
Maka, ukuran gelembung saat t = 500 detik adalah:
Metode Stokes
x = √ 18 . μ
L . h
g . (ρG
-ρL) . t
18 . 0,0030258 kg/ms . 0,21 m x = √
9,8 m/s2 . (1260 kg/m3- 867 kg/m3) . 500 s
x = 77,0675 µm
Metode Allen
1
1 x=
φ v(x) {
225
4
μLρ
L 3
} (ρ�-ρ
L) g2
1 0,21 m 225 1
0,0030258 kg
. 867 kg/m3 3
x = { ms
}
1 500 s 4 (1260 kg/m3- 867 kg/m3)2 . (9,8m/s2)2
x= 9,0329 µm
Metode Newton
v(x)2
. ρL x =
29,73 . g . (ρ – ρ ) L
0,21 m 2 867 kg/m3
x =( 500 s
)
29,73 . (9,8m/s2) . (1260 kg/m3- 867 kg/m3)
x= 0,0013 µm
Universitas Sumatera Utara
45
LA.2 MENENTUKAN KUMULATIF MASSA GELEMBUNG
Penentuan kumulatif massa gelembung menggunakan persamaan (2.14) dan (2.15)
dG
Bt
GBt G t
Rt dt
........ ...............................................................(2.14)
R(x) G
Rt G
B0
GB G
B0
1 D(x) ........................................................... (2.15)
dengan data sebagai berikut:
Tabel LA.3. Data Untuk 99% Biodiesel – 1% Gliserol Pada Waktu 500 detik
Massa batang saat t = 500 detik (GBt) 0,1383199 kg
Massa batang saat t = 501 detik (GBt) 0,1383199 kg
Massa batang saat t = 0 detik (GB0) 0,1382665 kg
Massa batang saat t akhir (GB∞) 0,1383200 kg
Maka:
dGBt
G
Bt G
Rt t dt
dGBt
G
Rt G
Bt
dt t
0,1383199 kg - 0,1383199 kg
GRt = 0,1383199 kg –( 501s - 500s
). 500s
GRt = 0,1383199 kg
Universitas Sumatera Utara
46
Kumulatif Massa Oversize (R):
R(x) GB0 GRt
GB0 GB
0,1382665 kg - 0,1383199 kg R(x) = ( )
0,1382665 kg - 0,1383200 kg
R(x) = 0,9981
Kumulatif Massa Undersize (D):
D(x) = 1 – R(x)
D(x) = 1 – 0,9981
D(x) = 0,0019
Persentase D(x) = 0,0019 x 100%
Persentase D(x) = 0,19 %
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, maka didapatkan hasil distribusi ukuran
gelembung untuk rasio perbandingan 99% Biodiesel : 1% Gliserol yang ditunjukkan
pada Tabel LA.4 – LA.6 untuk ukuran gelembung dengan metode Stokes, metode
Allen dan metode Newton.
Tabel LA.4. Estimasi Distribusi Ukuran Gelembung metode Stokes
Ukuran Gelembung
x (µm)
Kumulatif Massa
Undersize D
1723,2834 1,0000
994,9381 0,9869
703,5275 0,9402
477,9528 0,8673
367,4052 0,5832
272,4750 0,2318
203,0909 0,1103
150,5640 0,0617
61,8224 0,0000
Universitas Sumatera Utara
47
t
Tabel LA.5. Estimasi Distribusi Ukuran Gelembung metode Allen
Ukuran Gelembung
x (µm)
Kumulatif Massa Undersize D
564,5610 1,0000
322,6063 0,9458
167,2773 0,7178
115,8074 0,4561
110,1582 0,3850
92,1732 0,2243
74,0408 0,1234
28,7674 0,0075
5,8127 0,0000
Tabel LA.6. Estimasi Distribusi Ukuran Gelembung metode Newton
Ukuran Gelembung
x (µm)
Kumulatif Massa Undersize D
333,9213 1,0000
83,4803 0,9757
9,2756 0,9402
0,3475 0,3925
0,1725 0,1495
0,0195 0,0617
0,0006 0,0000
LA.3 MENENTUKAN BILANGAN REYNOLD
Bilangan Reynold dihitung dengan persamaan (2.19) :
v . x .ρG
h . x . ρG
NRe= μG
= μG
........................................................................ (2.19)
dengan data sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel LA.7 Data Besaran Untuk 99% Biodiesel – 1% Gliserol
Viskositas Gelembung μG 0,00001 kg/m.s
Panjang Batang, h 0,21 m
Densitas Gelembung, ρG 1260 kg/m3
Ukuran Gelembung, d
(pada t = 2 s)
83,4803 x 10
-6
m
Ukuran Gelembung, d
(pada t= 500 s)
9,0329 x 10
-6
m
Bilangan Reynold saat t = 2 detik adalah:
h x d x ρ
0,21 x (83,4803 x 10
-6) x 1260
NRe= t G = 2
μG
0,00001
NRe= 8835,5581
Bilangan Reynold saat t = 500 detik adalah:
NRe=
h x d x ρ
t G =
μG
0,21 x (9,0329 x 10
-6) x 1260
500
0,00001
NRe= 0,4780
Pada detik ke = 2 diperoleh Bilangan Reynold sebesar 8835,5581 yang berada pada
rentang persamaan Newton
Pada detik ke = 500 diperoleh Bilangan Reynold sebesar 0,4780 yang berada pada
rentang persamaan Allen
Universitas Sumatera Utara
49
LAMPIRAN B
DATA HASIL ANALISA
LB.1 GAS CHROMATOGRAPHY
Waktu (t) pengapungan = 200 detik
Gambar LB.1 Data Analisa Kemurnian Biodiesel pada t = 200 detik
dengan Perbandingan 99% : 1
Universitas Sumatera Utara
50
Waktu (t) pengapungan = 700 detik dengan perbandingan 99% : 1%
Gambar LB.2 Data Analisa Kemurnian Biodiesel pada t = 700 detik
dengan Perbandingan 99% : 1%
Universitas Sumatera Utara
51
Waktu (t) pengapungan = 200 detik dengan perbandingan 98% : 2%
Gambar LB.3 Data Analisa Kemurnian Biodiesel pada t = 200 detik
dengan Perbandingan 98% : 2%
Universitas Sumatera Utara
52
Waktu (t) pengapungan = 200 detik dengan perbandingan 97% : 3%
Gambar LB.4 Data Analisa Kemurnian Biodiesel pada t = 200 detik
dengan Perbandingan 97% : 3%
Universitas Sumatera Utara
53
Waktu (t) pengapungan = 200 detik dengan perbandingan 96% : 4%
Gambar LB.5 Data Analisa Kemurnian Biodiesel pada t = 200 detik
dengan Perbandingan 96% : 4%
Universitas Sumatera Utara
54
LB.2 COULTER COUNTER
Gambar LB.6 Grafik Analisa DSD Beckman Coulter
Universitas Sumatera Utara
55
Gambar LB.7 Data Analisa DSD Beckman Coulter
Universitas Sumatera Utara
56
LAMPIRAN C
FOTO PERCOBAAN
LC.1 BATANG LOGAM
Gambar LC.1 Batang Logam
LC.2 BATANG PENGADUK
Gambar LC.2 Batang Pengaduk
Universitas Sumatera Utara
57
LC.3 RANGKAIAN PERALATAN
Gambar LC.3 Rangkaian Peralatan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara