129
PENGARUH KECERDASAN EMOSI, NARSISME, POLA ASUH IBU, DAN GENDER TERHADAP TINDAKAN CYBERBULLYING PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Oleh: Indah Niandya NIM: 1113070000016 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H/2018M

PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

PENGARUH KECERDASAN EMOSI, NARSISME, POLA

ASUH IBU, DAN GENDER TERHADAP TINDAKAN

CYBERBULLYING PADA SISWA

SEKOLAH MENENGAH ATAS

DI JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh:

Indah Niandya

NIM: 1113070000016

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H/2018M

Page 2: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober
Page 3: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober
Page 4: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober
Page 5: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

v

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Oktober 2018

C) Indah Niandya

D) Pengaruh kecerdasan emosi, narsisme, pola asuh ibu, dan gender terhadap

tindakan cyberbullying pada siswa menengah atas di Jakarta Selatan.

E) xiv + 89 halaman + 26 lampiran

F) Cyberbullying merupakan tindakan bullying yang sedang marak terjadi

dikalangan remaja pengguna internet. Cyberbullying merupakan tindakan yang

sengaja dilakukan oleh kelompok atau individu menggunakan media elektronik

dan ditujukan kepada orang lain yang dianggap lebih lemah. Penelitian ini

mencoba untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosi, narsisme dimensi

superiority, exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness dan Self-

Sufficiency, pola asuh ibu dimensi otoriter, otoritatif dan permisif dan gender

terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta

Selatan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 412 siswa terdiri dari 153 siswa

SMAN 90 Jakarta, 158 siswa SMAN 70 Jakarta dan 101 siswa SMAN 6

Jakarta. Hasil penelitian menggunakan analisis regresi berganda menunjukan

bahwa seluruh variabel yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap

tindakan cyberbullying dengan proporsi varians sebesar 10.4%, sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Sementara, hasil

analisis masing-masing variabel secara terpisah menunjukan bahwa variabel

superiority, pola asuh otoritatif, pola asuh permisif dan gender berpengaruh

signifikan terhadap tindakan cyberbullying, sementara sebelas dimensi lainnya

yaitu kecerdasan emosi, exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness,

Self-Sufficiency dan pola asuh otoriter tidak berpengaruh signifikan terhadap

tindakan cyberbullying.

G) Bahan Bacaan: 48; buku: 5 + jurnal: 36 + artikel: 5 + skripsi: 2

Page 6: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

vi

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology B) October 2018 C) Indah Niandya D) Emotional intelligence, narcissism, parenting mother style, gender and

socioeconomic status of cyberbullying actions on student high school students

in South Jakarta. E) xiv + 89 pages + 26 attachment F) In these days, cyberbullying is an action that is rife among young internet users.

Cyberbullying was an act of deliberately done by groups or individuals use

electronic media and addressed to other people who are considered to be weak.

The research is trying to determine the influence of emotion intelligence,

narcissism; superiority, exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness

and self-sufficiency, mother parenting style; authoritarian, authoritative and

permissive and gender on act of cyberbullying in high school students in South

Jakarta. The sample of this research was 153 students SMAN 90, 158 students

SMAN 70 and 101 students SMAN 6 with total number of sample was 412.

The result of this research using multiple regression analysis showed that all

independent variables significant on the act of cyberbullying with a variance of

10.4 %, another 89,6% was influenced by other factor outside this research.

Analysis using each variable found that superiority, authoritative, permissive

environment and gender have a significant effect on the act of cyberbullying,

while eleven dimensions other emotional intelligence, exhibitionism,

entitlement, authority, exploitativeness, self-sufficiency and authoritarian was

not significant on the act of cyberbullying G) References : 48; books: 5 + journal: 36 + articles online: 5 + thesis: 2

Page 7: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam dilimpahkan untuk kehadirat

baginda Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang

telah membawa ilmu kepada umat manusia dimuka bumi.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti sangat menyadari banyak pihak yang

turut berkontribusi baik tenaga, pikiran dan waktu. Untuk itu, pada kesempatan ini

peneliti ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

2. Bapak Jahja Umar, Ph.D selaku Dosen Pembimbing 1, yang telah bersedia

memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan motivasi kepada peneliti untuk

segera menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini. Peneliti mengucapkan

banyak terima kasih semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan pahala

yang berlipat ganda.

3. Bapak Miftahuddin, M.Si selaku Dosen Pembimbing 2, yang telah bersedia

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi selama penyusunan proposal

skripsi. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih semoga Allah selalu

memberikan kesehatan dan pahala yang berlipat ganda.

4. Ibu Dr. Natris Idriyani, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik Psikologi

kelas A angkatan 2013, terima kasih atas bimbingannya selama peneliti

menjalani masa perkuliahan di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Seluruh Dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah berjasa dalam memberikan ilmu serta wawasan bagi peneliti selama masa

perkuliahan.

6. Kepala Sekolah SMAN 6 Jakarta, Kepala Sekolah SMAN 70 Jakarta dan

Kepala Sekolah SMAN 90 Jakarta yang telah bersedia memberikan izin dan

Page 8: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

viii

kesempatan untuk peneliti melakukan penyebaran kuesioner. Tak lupa,

khususnya peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Safari dan

Bapak Jayatin (SMAN 70 Jakarta), Ibu Iis (SMAN 6 Jakarta) dan seluruh guru

SMAN 90 Jakarta, yang telah mempermudah peneliti melakukan proses

administrasi penelitian. Semoga Bapak/Ibu sekalian senantiasa diberi nikmat

sehat dan rejeki yang berlimpah.

7. Kedua orang tua peneliti, Deddy Syamsudin dan Munanih, skripsi ini peneliti

persembahkan kepada ayah dan ibu, dimana skripsi ini merupakan hasil

dukungan, kesabaran dan doa yang tidak pernah putus yang diberikan ayah dan

ibu terhadap peneliti. Serta Kak Nunu dan Ka irul yang telah memberikan

motivasi, dan bantuan baik moril maupun materil kepada peneliti. Tak luput

keponakan peneliti yaitu Altaf Aqeela, yang selalu menjadi penghibur dan

penyemangat saat dirumah.

8. Dan tak akan dilupa Pilih Kelas (PILAS), Ica dan Maya yang selalu membantu

dan memotivasi peneliti dalam proses pengerjaan skripsi ini, serta Erna, Fani,

Gulam, Nada, Septian dan Wulan yang selalu mewarnai hari-hari peneliti

selama duduk dibangku perkuliahan. Terimakasih Guys! Sukses dan bahagia

selalu untuk kita semua PILAS!.

9. Sahabat tercinta khususnya Marita Dwi Ningtyas, i love you so much! Dan

Dyah diu serta Mita, April Endut, Atun, Novi Nenek dan Made yang menjadi

penyemangat peneliti untuk segera mengikuti mereka yang sudah meraih gelar

sarjana terlebih dahulu.

10. Serta seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu semoga

senantiasa akan dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Page 9: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

ix

Akhir kata, peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan

penelitian ini. Oleh karena itu segala saran yang membangun sangat peneliti

harapkan sehingga penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti maupun khususnya siapa saja yang

membaca dan terutama yang berkeinginan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Terimakasih.

Jakarta, 12 Oktober 2018

Peneliti

Indah Niandya

Page 10: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................. v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1-12

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 8

1.2.1 Pembatasan masalah ............................................................ 8

1.2.2 Perumusan masalah ............................................................. 8

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 10

1.3.1 Tujuan penelitian ............................................................... 11

1.3.2 Manfaat penelitian ............................................................. 12

BAB 2 LANDASAN TEORI ....................................................................... 13-29

2.1. Bullying dan Cyberbullying ........................................................... 13

2.1.1 Pengertian bullying dan cyberbullying .............................. 14

2.1.2 Aspek-aspek cyberbullying ............................................... 15

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi cyberbullying ............. 16

2.1.4. Pengukuran cyberbullying ................................................. 18

2.2. Kecerdasan Emosi .......................................................................... 19

2.2.1 Pengertian kecerdasan emosi ............................................. 19

2.2.2 Dimensi kecerdasan emosi ................................................ 20

2.2.3 Pengukuran kecerdasan emosi ........................................... 20

2.3. Narsisme ........................................................................................ 20

2.3.1. Pengertian narsisme ........................................................... 20

2.3.2. Dimensi narsisme............................................................... 21

2.3.3. Pengukuran narsisme ......................................................... 22

2.4. Pola Asuh Ibu ................................................................................ 23

2.4.1. Pengertian pola asuh ibu .................................................... 23

2.4.2. Dimensi pola asuh ibu ....................................................... 23

2.4.3. Pengukuran pola asuh ibu .................................................. 25

2.5. Kerangka Berpikir ......................................................................... 25

2.6. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 29

Page 11: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

xi

BAB 3 METODE PENEITIAN .................................................................. 32-56

3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...................... 32

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 32

3.3. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 35

3.3.1. Alat ukur cyberbullying ..................................................... 35

3.3.2. Alat ukur kecerdasan emosi ............................................... 36

3.3.3. Alat ukur narsisme ............................................................. 37

3.3.4. Alat ukur pola asuh ibu ...................................................... 38

3.4. Uji Validitas Konstruk ................................................................... 38

3.4.1. Uji validitas konstruk cyberbullying .................................. 40

3.4.2. Uji validitas konstruk kecerdasan emosi ........................... 42

3.4.3. Uji validitas konstruk superiority ...................................... 44

3.4.4. Uji validitas konstruk exhibitionism .................................. 45

3.4.5. Uji validitas konstruk entitlement ...................................... 46

3.4.6. Uji validitas konstruk authority ......................................... 48

3.4.7. Uji validitas konstruk exploitativeness .............................. 49

3.4.8. Uji validitas konstruk self-sufficiency ................................ 50

3.4.9. Uji validitas konstruk pola asuh otoriter ............................ 51

3.4.10. Uji validitas konstruk pola asuh otoritatif ......................... 53

3.4.11. Uji validitas konstruk pola asuh permisif .......................... 54

3.5. Teknik Analisis Data ..................................................................... 56

BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 60-71

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ............................................. 60

4.2. Analisis Deskriptif ......................................................................... 62

4.3. Kategorisasi Skor........................................................................... 64

4.4. Uji Hipotesis Penelitian ................................................................. 65

4.5. Pengujian Proporsi Varian ............................................................. 71

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN...................................... 76-84

5.1. Kesimpulan .................................................................................... 76

5.2. Diskusi ........................................................................................... 77

5.3. Saran .............................................................................................. 81

5.3.1 Saran teoritis ......................................................................... 81

5.3.2 Saran praktis ......................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 84

LAMPIRAN ......................................................................................................... 89

Page 12: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blue Print Skala Cyberbullying ........................................................ 36

Tabel 3.2 Blue Print Skala Emotional Intelligence Developed ......................... 37

Tabel 3.3 Blue Print skala Narcissistic Personality Inventory (NPI) ............... 37

Tabel 3.4 Blue Print skala Parental Authority Questionnaire (PAQ) .............. 38

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Cyberbullying ................................................... 41

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Kecerdasan Emosi ............................................ 43

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Superiority ........................................................ 45

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Exhibitionism ................................................... 46

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Entitlement ....................................................... 47

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Authority........................................................... 49

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Exploitativeness ............................................... 49

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Self-Sufficiency ................................................. 51

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Pola Asuh Otoriter ........................................... 53

Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Pola Asuh Otoritatif ......................................... 54

Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Pola Asuh Permisif........................................... 56

Tabel 4.1 Subjek Penelitian Berdasarkan Waktu Penggunaan Internet ............ 61

Tabel 4.2 Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Jejaring Sosial ........................ 61

Tabel 4.3 Subjek Penelitian Berdasarkan Tindakan Cyberbullying yang

Dilakukan dalam 6 Bulan .................................................................. 62

Tabel 4.4 Analisis Deskriptif ............................................................................ 63

Tabel 4.5 Norma Kategorisasi Skor Variabel penelitian .................................. 64

Tabel 4.6 Tabel Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .................................... 64

Tabel 4.7 Model Summary ................................................................................ 66

Tabel 4.8 Tabel Anova Pengaruh Keseluruhan independent variable terhadap

dependent variable ............................................................................ 67

Tabel 4.9 Koefisien Regresi Setiap Variabel .................................................... 68

Tabel 4.10 Proporsi Varian Setiap Variabel ....................................................... 72

Page 13: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ......................................................... 29

Gambar 4.1 Gambaran Umum Jenis Kelamin Subjek Penelitian ...................... 60

Gambar 4.2 Histogram Residual Tindakan Cyberbullying ................................ 75

Gambar 4.3 Residual Plot Tindakan Cyberbullying .......................................... 75

Page 14: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian................................................................... 91-93

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ....................................................................... 94

Lampiran 3 Syntax dan Path Diagram ............................................................. 106

Lampiran 4 Tabel Regresi ................................................................................ 114

Page 15: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia di bidang teknologi informasi terutama dalam penggunaan

internet berkembang dengan cukup pesat. Fasilitas yang semakin diminati oleh para

pengguna internet adalah social networking atau jejaring sosial. Jejaring sosial

memiliki dampak positif dan dampak negatif bagi para penggunanya. Dampak

positif yang dirasakan pengguna jejaring sosial ialah perasaan kepuasan hidup

karena dapat menjalin hubungan persahabatan dengan orang lain dan meningkatkan

rasa solidaritas dalam suatu komunitas (group) (Oh, Ozkaya & LaRose, 2014).

Dampak lain dari jejaring sosial adalah dampak negatif seperti penindasan online

yaitu dimana seseorang mengucilkan dan menggertak orang lain yang dianggap

lemah oleh dirinya (Tokunaga, 2010).

Penindasan online sering disebut sebagai cyberbullying yang digambarkan

dengan intimidasi dan pelecehan terhadap orang lain dengan menggunakan

teknologi elektronik, terutama telepon seluler dan internet (Smith, Steffgen,

& Sittichai, 2013). Hasil survei yang dilakukan oleh EU Kids Online tahun 2010

sampai 2014 di tujuh negara Eropa (Belgia, Denmark, Italia, Irlandia, Portugal,

Rumania, dan Inggris) tentang resiko penggunaan media sosial mengalami

peningkatan yaitu perilaku menerima pesan kebencian dari 13% hingga 20% dan

bullying traditional menjadi cyberbullying dari 7% hingga 12% (Hasebrink, 2014).

Page 16: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

2

Cyberbullying menurut American Psychological Association (APA) adalah

perilaku yang dilakukan secara verbal seperti mengancam atau melecehkan

seseorang yang dilakukan melalui teknologi elektronik atau internet seperti telepon

seluler, e-mail, dan pesan teks. Bentuk tindakan cyberbullying sangat beragam,

mulai dari mengunggah foto atau membuat postingan yang mempermalukan

korban, mengolok-olok korban dijejaring sosial hingga mengakses akun jejaring

sosial untuk mengancam korban dan membuat masalah seperti ancaman melalui

email dan membuat situs web untuk menyebar fitnah (Rifauddin, 2016).

Kowalski (dalam Doleey, Pyzalski & Cross, 2009) mengemukakan bahwa

cyberbullying merupakan bentuk dari tindakan bullying. Terdapat dua hal yang

saling berhubungan mengenai cyberbullying dan bullying. Pertama, mengenai

ketidakseimbangan kekuasaan, bullying lebih banyak menggunakan kekuatan fisik

dan psikis di dunia nyata, sedangkan cyberbullying menggunakan kekuataan fisik

dan psikis dengan memanfaatkan teknologi dan fitur yang terdapat dijejaring sosial

seperti menyembunyikan identitas diri nya agar korban tidak mempunyai kekuatan

untuk melawan tindakan pelaku cyberbullying. Kedua, adanya pengulangan,

bullying dilakukan dari waktu ke waktu oleh pelakunya di dunia nyata sedangkan

cyberbullying mengintimidasi orang lain dari waktu ke waktu dengan cara

menggunakan fitur-fitur yang terdapat di jejaring sosial (Doleey, Pyzalski & Cross,

2009).

Cyberbullying merupakan bentuk bully yang lebih parah dibandingkan yang

terjadi di dunia nyata karena cyberbullying dapat menjangkau siapapun dan dapat

diakses kapan pun melalui handphone, laptop, ataupun gadget lainnya (Sameer

Page 17: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

3

Hinduja & Justin W. Patchin, 2009). LeBlanc (2011) juga sependapat bahwa

cyberbullying memiliki efek yang lebih parah dibandingkan dengan bullying karena

korban bullying akan merasa aman ketika sudah sampai di rumah, tetapi korban

cyberbullying akan merasa terancam terus menerus dimanapun dirinya berada.

Penelitian terdahulu menemukan bahwa dampak bagi korban cyberbullying

ialah seperti merasa tertekan, bingung, bersalah, takut, kesepian, malu, marah,

sedih, dan merasa harga diri nya rendah (Mishna et al., dalam journal of

cybertherapy & Rehabilitation, 2012). Penelitian lain menyatakan dampak negatif

dari korban cyberbullying adalah masalah perilaku dan fisik yang terkait dengan

pengorbanan interpersonal offline dimana korban akan lebih tertutup, penggunaan

obat-obatan dan alkohol, masalah di sekolah dan dengan teman sebaya, pelecehan

fisik atau seksual, kenakalan dan perilaku agresif (Tokunaga, 2010 ).

Terdapat beberapa faktor remaja melakukan tindakan cyberbullying, seperti

faktor internal yaitu balas dendam, kecemburuan, kebosanan dan terkadang hanya

sekedar iseng untuk mengolok teman sebayanya (Varjas, 2010). Terdapat juga

faktor eksternal seperti status sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan orang

tua, keharmonisan keluarga, dan pola asuh (Dake et al, 2003). Perilaku

cyberbullying jika dibiarkan terus-menerus tanpa disadari akan berdampak negatif

bagi pelakunya seperti perasaan bersalah yang berkepanjangan dan menimbulkan

kerugian besar yang berujung pada ranah pidana jika korbannya tidak terima atas

perlakuan yang diberikan oleh pelaku cyberbullying (Rifauddin, 2016).

Penelitian yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika

(KOMINFO) bekerjasama dengan UNICEF tahun 2014 yang melibatkan 400 anak

Page 18: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

4

dan remaja rentang usia 10 hingga 19 tahun menyatakan sebagian besar remaja di

Indonesia 13 persennya mengaku menjadi korban cyberbullying dengan bentuk

hinaan dan ancaman.

Kasus cyberbullying yang pernah menyita banyak perhatian publik ialah

kasus SED siswi SMAN di Kota Medan pada tahun 2016 yang berurusan dengan

seorang polisi wanita (POLWAN). SED dengan sengaja membentak POLWAN

yang ingin menilangnya. Perbuatan SED tersebut ternyata direkam oleh orang yang

tidak dikenal dan disebar luaskan di jejaring sosial. Perbuatan SED berakibat sangat

besar bagi dirinya dimana SED dibully di salah satu jejaring sosial yaitu instagram.

Efek kejadian tersebut membuat SED depresi, mengalami rasa malu yang hebat,

serta efek nya pun berimbas kepada keluarga SED (Kompasiana, 2016).

Vollink, Dehue dan Guckin (2016) menyatakan cyberbullying memiliki

dampak negatif jangka panjang yang luar biasa pada korbannya yaitu, korban akan

terganggu kesejahteraan mentalnya, fungsi sosial dan hasil sekolahnya. Tindakan

cyberbullying bagaikan bola salju dimana tindakan tersebut dapat diulang berkali-

kali oleh satu orang dan berlanjut menjadi banyak orang dan dialami berulang kali

oleh korbanya (Smith & Steffgen, 2013). Ybarra dan Mitchell (2004)

mengemukakan bahwa beberapa pelaku cyberbullying mungkin pernah menjadi

korban bully dengan alasan karena tidak dapat membalas nya secara langsung dan

dapat melakukannya dengan sarana elektronik sebagai bentuk balas dendam

terhadap orang lain.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi cyberbullying salah satunya ialah

kecerdasan emosi (Barocelli & Ciucci, 2014). Kecerdasan emosi merupakan

Page 19: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

5

kemampuan untuk dapat mengenali emosi diri, mengelola emosi, dapat memotivasi

diri, mengenali emosi dalam diri dan orang lain dan mampu mengendalikan

hubungan baik dengan orang lain (Goleman, 1995).

Menurut Wiliard (2005), rendahnya kecerdasan emosi dapat memicu remaja

untuk dengan mudah membuat status yang kasar atau tidak sopan, dan

mengekspresikan kemarahan secara frontal (Flaming) atau mengirim pesan pada

situs jejaring sosial yang sifatnya mengganggu dengan kata-kata kotor atau

ancaman (harassment), atau mengumbar keburukan teman lain di situs media sosial

(denigration) atau berpura-pura menjadi orang lain dengan mengirim pesan-pesan

yang tidak senonoh (impersonation) atau menyebarkan rahasia teman (outing) serta

menipu teman chatting mereka di akun sosial (trickey). Dimana semua hal yang

cenderung dilakukan ketika remaja tidak memiliki atau rendah kecerdasan

emosinya akan mengarah pada tindakan cyberbullying.

Kecerdasan emosi pada diri remaja merupakan aspek yang sangat penting

dalam pembentukan karakter dalam bertindak dan menyikapi semua informasi

secara tepat dalam melakukan interaksi sosial di dunia maya. Dengan kemampuan

mereka dalam mengontrol emosi, mampu berpikir realistik, memahami diri sendiri

dan mampu menampakkan emosi disaat dan tempat yang tepat maka cyberbullying

dapat dicegah. Hasil dari riset yang dilakukan Brackett dan Rivers (2011)

menemukan bahwa kecerdasan emosional merupakan komponen utama upaya

pencegahan dari intimidasi cyberbullying. Hasil dari beberapa penelitian yang telah

disebutkan menjadi latar belakang pemilihan independent variable yaitu

kecerdasan emosi pada penelitian ini.

Page 20: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

6

Faktor yang mempengaruhi perilaku cyberbullying lainya berasal dari

perilaku narsisme (Ang, Tan & Mansor, 2011). Menurut Donnellan, et.al. (2005)

bahwa orang yang narsisme positif terhadap perilaku kekerasan. Dalam kamus

American Psychologycal Association (APA) narsisme ialah perilaku yang

mencintai diri sendiri secara berlebihan dan egosentris. Individu yang narsisme

mungkin lebih rentan terhadap kekerasan karena mereka cenderung percaya bahwa

mereka memiliki kualitas yang lebih daripada yang orang lain (Locke, 2009).

Menurut penelitian Guo (2016), pelaku cyberbullying memiliki kepribadian

narsisme dimana seseorang tersebut memiliki ciri emosional yang tidak berperasaan

terhadap orang lain, tidak memiliki nilai moral seperti penyesalan atau empati

terhadap orang lain. Kim (dalam Ang, Tan & Mansor, 2011) menyatakan narsisme

signifikan dengan penindasan maya karena narsisme memiliki kecenderungan kuat

untuk menggunakan cara apa pun yang mungkin ada, termasuk mengeksploitasi

orang lain demi meningkatkan kekayaan dan kekuatan mereka meskipun itu di

dunia maya maupun di dunia nyata.

Variabel lain yang mungkin mempengaruhi perilaku cyberbullying ialah

pola asuh. Peran orang tua sangat penting untuk memastikan penggunaan jejaring

sosial (Rosen, Cheever & Carrier, 2008). Wong (2010) menemukan bahwa anak-

anak yang menjadi pelaku cyberbullying secara masif memiliki pemantauan orang

tua yang terbatas, disiplin orang tua yang lebih kuat dan ikatan emosional yang

lebih lemah daripada anak-anak yang tidak melakukan cyberbullying. Remaja yang

mendapat lebih banyak dukungan dari orang tua akan mungkin menghindari

perilaku negatif dan antisosial yang lebih sedikit (Park, Kim, & Cho, 2008).

Page 21: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

7

Rosen, Cheever dan Carrier (2008) menyatakan bahwa suatu penelitian

menemukan bahwa pola asuh berhubungan dengan perilaku remaja saat

menggunakan internet. Orang tua dengan pola asuh permisif yaitu memanjakan

cenderung menghasilkan anak yang berani bertemu seseorang dari dunia maya

secara langsung secara diam-diam. Berbeda dengan pola asuh otoritatif, pola asuh

seperti ini cenderung dikaitkan dengan pola asuh anak yang dimana anak mampu

mengungkapkan informasi pribadi mereka di media sosial sedangkan pola asuh

otoriter akan menghasilkan anak yang mampu berbuat negatif dan perilaku beresiko

seperti mem-bully di media sosial.

Faktor lain yang mungkin mempengaruhi cyberbullying ialah faktor

demografis yaitu gender. Vimala (2015) menyatakan perempuan lebih sering

melakukan cyberbullying, dikarenakan sifat jejaring sosial sendiri yang dapat

menyembunyikan identitas (anonimitas) sehingga wanita biasanya lebih sering

menggunakan komunikasi elektronik seperti e-mail dan situs jejaring sosial untuk

melakukan cyberbullying.

Penelitian lain menyatakan laki-laki lebih sering melakukan cyberbullying

dikarenakan anak laki-laki lebih banyak mengakses permainan game online yang

memicu kognisi agresif, dan mereka lebih cenderung mengasosiasikan konsep diri

mereka dengan agresi dimedia sosial (Du, Sun, & fan, 2016). Perbedaan dari

beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menjadikan peneliti ingin meneliti lebih

lanjut mengenai pengaruh gender terhadap cyberbullying.

Peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian tentang perilaku

Page 22: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

8

cyberbullying, karena masih kurangnya penelitian tentang cyberbullying di

Indonesia, padahal saat ini Indonesia tengah dihadapkan oleh krisis mental atas

perilaku yang dilakukan remajanya terutama perilaku remaja di jejaring sosial,

digambarkan pada data survey global yang diadakan oleh Latitude News, Negara

Indonesia merupakan Negara dengan kasus cyberbullying tertinggi di dunia setelah

Jepang. Dengan demikian, peneliti mengangkat judul penelitian yaitu “pengaruh

kecerdasan emosi, narsisme, pola asuh ibu, dan gender terhadap tindakan

cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan”.

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1. Pembatasan masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai tindakan cyberbullying

pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan. Cyberbullying yaitu tindakan

agresif yang sengaja dilakukan oleh kelompok atau individu, menggunakan media

elektronik secara berulang kali dan ditujukan kepada orang lain yang tidak dapat

dengan mudah membela dirinya sendiri (Smith et al, 2006). Dalam penelitian ini

juga dibatasi oleh beberapa faktor yang mungkin di prediksi dapat mempengaruhi

tindakan cyberbullying yaitu kecerdasan emosi, narsisme, pola asuh ibu dan gender.

1.2.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan mengenai kecerdasan emosi, narsisme,

pola asuh ibu, dan gender terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah

menengah atas di Jakarta Selatan ?

Page 23: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

9

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan mengenai kecerdasan emosi terhadap

tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan ?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan mengenai superiority dimensi dari

narsisme terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas

di Jakarta Selatan ?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan mengenai exhibitionism dimensi dari

narsisme terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas

di Jakarta Selatan ?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan mengenai entitlement dimensi dari

narsisme terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas

di Jakarta Selatan ?

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan mengenai authority dimensi dari

narsisme terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas

di Jakarta Selatan ?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan mengenai exploitativeness dimensi dari

narsisme terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas

di Jakarta Selatan ?

8. Apakah ada pengaruh yang signifikan mengenai self-sufficiency dimensi dari

narsisme terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas

di Jakarta Selatan ?

9. Apakah ada pengaruh yang signifikan mengenai pola asuh otoriter dimensi dari

pola asuh ibu terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah

atas di Jakarta Selatan ?

Page 24: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

10

10. Apakah ada pengaruh yang signifikan mengenai pola asuh otoritatif dimensi

dari pola asuh ibu terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah

menengah atas di Jakarta Selatan ?

11. Apakah ada pengaruh yang signifikan mengenai pola asuh permisif dimensi

dari pola asuh ibu terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah

menengah atas di Jakarta Selatan ?

12. Apakah ada pengaruh yang signifikan mengenai gender terhadap tindakan

cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan ?

1.3. Tujuan dan Manfaat

1.3.1. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosi, narsisme, pola asuh ibu dan

gender terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas

di Jakarta Selatan.

2. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosi terhadap tindakan

cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan.

3. Untuk mengetahui pengaruh superiority dimensi dari narsisme terhadap

tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta

Selatan.

4. Untuk mengetahui pengaruh exhibitionism dimensi dari narsisme terhadap

tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta

Selatan.

Page 25: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

11

5. Untuk mengetahui pengaruh entitlement dimensi dari narsisme terhadap

tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta

Selatan.

6. Untuk mengetahui pengaruh authority dimensi dari narsisme terhadap

tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta

Selatan.

7. Untuk mengetahui pengaruh exploitativeness dimensi dari narsisme

terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di

Jakarta Selatan.

8. Untuk mengetahui pengaruh self-sufficiency dimensi dari narsisme terhadap

tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta

Selatan.

9. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh otoriter dimensi dari pola asuh ibu

terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di

Jakarta Selatan.

10. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh otoritatif dimensi dari pola asuh ibu

terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di

Jakarta Selatan.

11. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh permisif dimensi dari pola asuh ibu

terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di

Jakarta Selatan.

12. Untuk mengetahui pengaruh gender terhadap tindakan cyberbullying pada

siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan.

Page 26: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

12

1.3.2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu

pengetahuan baik bagi seluruh civitas academic pada umumnya, pembaca dan

maupun bagi diri peneliti secara khusus mengenai tindakan cyberbullying pada

siswa menengah atas di Jakarta.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai pengaruh kecerdasan emosi, superiority, exhibitionism, entitlement,

authority, exploitativeness, self-sufficiency, pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif,

pola asuh permisif, dan gender terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah

menengah atas di Jakarta Selatan. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat

memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya remaja untuk

dapat mencegah tindakan cyberbullying. Diharapkan dengan adanya penelitian ini

dapat membuka wawasan dan memberikan efek yang positif sehingga dapat

mengurangi dan mengantisipasi tindakan cyberbullying dikalangan remaja.

Page 27: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

13

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Cyberbullying

2.1.1. Pengertian Bullying dan Cyberbullying

Olweus (dalam Dooley, 2009) mendefinisikan bullying sebagai tindakan agresi

yang sengaja dilakukan oleh satu atau lebih individu secara berulang kali dan

ditujukan pada orang yang lemah dan tidak mampu membela dirinya sendiri. Dua

faktor penting yang membedakan bullying dan agresi yaitu bullying terdiri dari

tindakan berulang dan hubungan korban dengan pelaku ditandai oleh perbedaan

kekuasaan, sementara agresi dapat terjadi antara dua orang dengan kekuatan yang

sama (Olweus dalam Dooley, 2009).

Olweus et al (1994) mencirikan tiga kriteria tindakan bullying, yaitu:

1. Perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja.

2. Perilaku dilakukan berulang dari waktu ke waktu.

3. Perilaku yang dimana dalam hubungan interpersonal ditandai dengan

ketidakseimbangan kekuasaan.

Coloroso (2005) juga menyatakan bahwa terdapat empat unsur yang terkandung

dalam bullying, yaitu ketidakseimbangan kekuatan, adanya keinginan untuk

melukai, repetitif atau dilakukan berulang kali dengan adanya intensi untuk

menyakiti orang lain yang dianggap lebih lemah dan teror berbentuk ancaman atau

melukai secara fisik, kata-kata yang melecehkan, menebar rumor, atau pengucilan.

Page 28: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

14

Menurut Gladden et.al. (dalam Tiziana, Gianluca, & Robert, 2016), bullying

ialah perilaku agresif yang disengaja dan dilakukan berulang terhadap orang lain

yang menimbulkan kerugian atau menyebabkan penderitaan termasuk fisik,

psikologis, sosial, pendidikan atau hal lain yang membahayakan. Bullying dapat

terjadi di segala tempat seperti di rumah, di sekolah, di tempat kerja, bahkan

didalam dunia maya (cyberbullying).

Menurut Kowalski dan Limber (dalam Utari & Akbar, 2015), terdapat tiga hal

yang membedakan bullying dan cyberbullying. Pertama, pelaku bullying

melakukan tindakan mengancam secara langsung atau secara bertatap muka,

sedangkan pelaku cyberbullying menggunakan internet, sehingga tidak harus

bertatap muka dengan korbannya. Kedua, korban cyberbullying tidak di serang

secara fisik, namun lebih kepada psikis sang korban. Ketiga, tidak seperti bullying,

cyberbullying dapat muncul kapan saja dan secara cepat dapat menyebarkan berita

buruk mengenai korbannya dengan bantuan teknologi internet.

Dalam kamus American Pscyhologycal Association (APA) bullying adalah

tindakan mengancam yang dilakukan terus-menerus dan perilaku agresi fisik atau

pelecehan verbal yang diarahkan kepada orang lain terutama mereka yang lebih

muda, lebih kecil, lebih lemah, atau beberapa situasi lain yang relatif merugikan,

sedangkan cyberbullying ialah tindakan mengancam atau melecehkan secara verbal

yang dilakukan melalui teknologi elektronik seperti ponsel, email, dan pesan teks.

Ketika tindakan mengancam itu dilakukan di media elektronik maka bullying

dikatakan sebagai cyberbullying.

Page 29: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

15

Smith et al. (2006) mendefinisikan cyberbullying sebagai tindakan agresif yang

sengaja dilakukan oleh kelompok atau individu, menggunakan media elektronik

secara berulang kali dan ditujukan kepada orang lain yang tidak dapat dengan

mudah membela dirinya sendiri. Menurut Tokunaga (2012) cyberbullying adalah

setiap perilaku yang dilakukan secara berulang kali dengan menyebarkan pesan

yang bersifat permusuhan atau agresif melalui media elektronik oleh seorang

individu atau kelompok sehingga menimbulkan kerugian atau ketidaknyamanan

pada orang lain.

Menurut Hinduja dan Patchin (dalam Guo 2016) mendefinisikan cyberbullying

sebagai penggunaan media elektronik seperti pesan instan, chat room, email, dan

pesan teks sebagai sarana kegiatan agresif misalnya, mengancam, melecehkan,

tidak menghargai, yang dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang menuju

individu tertentu atau sekelompok individu. Sedangkan menurut Willard (2005)

cyberbullying merupakan tindakan menyebarluaskan hal-hal berbahaya seperti

berbicara kejam atau terlibat dalam bentuk kekejaman sosial lain dengan

menggunakan internet atau teknologi informasi komunikasi lainnya.

Pada penelitian ini, peneliti akan fokus membahas perilaku cyberbullying

berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Smith (2006) yaitu tindakan agresif yang

sengaja dilakukan oleh kelompok atau individu, menggunakan media elektronik

secara berulang kali dan ditujukan kepada orang lain yang tidak dapat dengan

mudah membela dirinya sendiri.

2.1.2 Aspek-Aspek Cyberbullying

Ada beberapa aspek cyberbullying menurut Smith (2006), yaitu :

Page 30: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

16

1. Cyberstalking

Mengirimkan pesan yang mengancam atau mengintimidasi terhadap seseorang

menggunakan teknologi elektronik bertujuan untuk menakut-takuti orang lain.

2. Hacking

Tindakan berpura-pura menjadi orang lain, seperti peretasan email atau jenis

jejaring sosial lain bertujuan untuk membuat orang lain menjadi malu.

3. Recording aggressions

Melakukan serangan dengan menggunakan ponsel, seperti merekam teman

atau orang lain tanpa sepengetahuan orang tersebut.

4. Excluding an online companion

Mengucilkan seorang teman agar tidak boleh masuk kedalam kelompok online.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi cyberbullying

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku cyberbulllying

berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku cyberbullying:

1. Kecerdasan emosi

Hasil penelitian yang dilakukan Brackett dan Rivers (2011) menyatakan bahwa

kecerdasan emosional merupakan komponen utama dari pencegahan tindakan

intimidasi cyberbullying, dimana orang yang memiliki kecerdasan emosi yang

baik akan menjauhkan diri dari tindakan cyberbullying sedangkan orang yang

memiliki kecerdasan emosi yang kurang baik akan cenderung bertindak agresi

seperti cyberbullying.

Page 31: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

17

2. Narsisme

Menurut Ang, Tan dan Mansor (2011) narsisme dikaitkan dengan sifat

memanifestasikan diri sendiri, dan hal ini berkorelasi positif dengan tindakan

agresi. Narsisme dianggap memiliki pengaruh secara positif terhadap tindakan

cyberbullying, dimana semakin tinggi tingkat narsisme semakin tinggi pula

perilaku cyberbullying (Fan, et al, 2016).

3. Pola asuh

Penelitian yang dilakukan oleh Eastin, Greenberg dan Hofschire (2006)

menyatakan bahwa pola asuh berhubungan dengan perilaku penggunaan

internet pada remaja. Penelitian lain juga menyatakan pola asuh berkorelasi

dengan perilaku remaja didunia maya. Orang tua yang mengabaikan perilaku

anak mereka dan tidak menunjukan tindakan monitoring kepada anak memicu

anak melakukan perilaku negatif di dunia maya (Rosen, Cheever & Carrier,

2008).

4. Traditional bullying

Dalam Sticca et. al. (2013) menyatakan bullying merupakan faktor risiko

longitudinal dari perilaku cyberbullying, dimana mereka yang menyerang

orang lain di dunia nyata sangat mungkin melakukan penyerangan kembali

pada dunia maya.

5. Jenis kelamin

Penelitian yang dilakukan oleh Li (2006) menyatakan perbedaan jenis kelamin

signifikan dalam hal cyberbullying, dimana laki-laki cenderung menjadi pelaku

cyberbullying dibandingkan dengan perempuan. Namun faktor jenis kelamin

Page 32: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

18

ini masih menjadi perdebatan dimana hasilnya selalu berbeda disetiap

penelitian seperti pada penelitian Navarro dan Jasinski (2013) berpendapat

bahwa perempuan lebih beresiko melakukan tindakan cyberbullying.

2.1.4 Pengukuran cyberbullying

Aspek-aspek cyberbullying dikembangkan oleh Willard (2005), yang mengacu

pada bentuk-bentuk cyberbullying yaitu perkelahian secara online menggunakan

bahasa kasar (flaming), mengirimkan pesan menghina secara berulang kali

(harrassment), berulang kali mengirimkan ancaman bahaya (cyberstalking),

mengirimkan pernyataan yang tidak benar atau kejam (denigration), membagikan

informasi pribadi orang lain (outing) dan mengungkapkan informasi yang

memalukan secara online (trickery), mengeluarkan seseorang dari grup online

(exclusion).

Dari adanya aspek-aspek yang dikembangkan oleh Willard (2005)

berkembanglah alat ukur cyberbullying salah satunya ialah the cyberbullying

questionnaire (CBQ) terdiri dari 16 item dan diperuntukan untuk anak usia usia 12-

17 tahun yang dimana alat ukur ini dikembangkan oleh Smith (2006).

Terdapat alat ukur lain mengenai cyberbullying yaitu alat ukur yang

dikembangkan oleh Cetin, Yaman & Peker (2011) yang dinamakan cyber victim

and bullying scale (CVBS). Skala tersebut berisi 22 item dengan 3 faktor tersebut

dinamakan cyber verbal bullying, hiding identity and cyber forgery.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yang merujuk pada

teori smith (2006) yaitu the cyberbullying questionnaire (CBQ).

Page 33: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

19

2.2. Kecerdasan Emosi

2.2.1 Pengertian kecerdasan emosi

Kecerdasan emosional pertama kali diperkenalkan oleh Mayor dan Salovey pada

tahun 1990. Menurut Mayer dan Salovey 1990 (dalam, Schutte et.al. 1998)

kecerdasan emosional ialah penilaian ekspresi emosi, regulasi emosi dan

pemanfaatan emosi dalam memecahkan masalah.

Menurut Goleman (1996) kecerdasaan emosi adalah kemampuan yang

mencakup pengendalian diri, semangat, ketekunan serta kemampuan untuk

memotivasi diri sendiri. Kecerdasan emosi berperan dalam membentuk

kemampuan dasar manusia untuk bertahan hidup misalnya kesanggupan untuk

mengendalikan dorongan emosi, untuk membaca perasaan terdalam orang lain,

untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, keterampilan untuk marah

pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat dan demi

tujuan yang benar dan dengan cara yang baik (Goleman, 1996).

Reuven-Bar-On juga mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai susunan

kemampuan non-kognitif, kompetensi, dan keahlian yang mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.

Sedangkan menurut Mashar (2011) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk

mengenali, mengelola, mengontrol, emosi agar mampu merespon secara positif

setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi tertentu. Pada penelitian

ini, peneliti menggunakan teori dari Mayor dan Salovey (1990) yang menyatakan

bahwa kecerdasan emosional ialah penilaian ekspresi emosi, regulasi emosi dan

pemanfaatan emosi dalam memecahkan masalah.

Page 34: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

20

2.2.2 Dimensi kecerdasan emosional

Mayer dan Salovey (1990) membagi kecerdasan emosi menjadi tiga komponen

yaitu :

1. Penilaian ekspresi emosi dalam diri dan penilaian emosi pada orang lain.

Komponen penilaian dan ekspresi emosi dalam diri dibagi menjadi sub-

komponen verbal dan non verbal dan diterapkan pada orang lain dipecah

menjadi sub-komponen persepsi non-verbal dan empati.

2. Regulasi emosi

Memiliki komponen regulasi emosi dalam diri dan regulasi emosi pada orang

lain.

3. Pemanfaatan emosi.

Mencakup komponen perencanaan yang fleksibel, pemikiran kreatif, perhatian

dan motivasi yang diarahkan.

2.2.3 Pengukuran kecerdasan emosi

Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala emotional intelligence

developed dari Salovey dan Mayer (1990) dengan aspek-aspek seperti penilaian

ekspresi emosi dalam diri dan penilaian emosi pada orang lain, regulasi emosi dan

pemanfaatan emosi dengan jumlah item sebanyak 33 item dan menggunakan

bentuk skala likert.

2.3. Narsisme

2.3.1 Pengertian narsisme

Narsisme menurut Kring et.al (2004) adalah orang-orang dengan karakteristik

seperti memiliki pandangan berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan

Page 35: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

21

mereka, mereka terfokus dengan berbagai fantasi keberhasilan yang besar, mereka

menghendaki perhatian dan pemujaan berlebihan yang hampir tanpa henti dan

yakin bahwa mereka hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang istimewa dan

memiliki status tinggi.

Menurut versi DSM III American Psychiatric Association (dalam raskin &

terry, 1998) narsisme didefinisikan dengan beberapa kriteria yaitu rasa sombong

tentang kepercayaan diri atau keunikan diri, keasikan berfantasi akan kesuksesan,

kekuatan, kecermelangan, kecantikan, eksibisionisme, ketidakmampuan untuk

menerima kritik, ketidakpedulian kepada orang lain, hak atau harapan akan bantuan

orang lain tanpa adanya rasa timbal balik, eksploitasi interpersonal dan kurang nya

empati. Individu narsisme juga cenderung egois dan eksploitif, mereka sering kali

memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungan mereka

(Robbins dan Judge, 2008).

Namun dalam penelitian ini berfokus pada teori narsisme menurut Raskin

dan Terry (1988) yaitu kekaguman pada diri sendiri yang ditandai dengan

kecenderungan ke arah ide-ide yang mengagumkan, kebiasaan berfantasi,

eksibionisme, bersikap defensif dalam menanggapi kritik, hubungan interpersonal

yang ditandai dengan perasaan menuntut hak, bersikap eksploitatif, dan kurangnya

empati.

2.3.2 Dimensi narsisme

Raskin dan Terry (1988) mengidentifikasi enam dimensi dari narsisme, diantaranya

superiority, exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness dan Self-

Sufficiency. Dimensi tersebut diantaranya :

Page 36: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

22

1. Superiority

Perilaku seseorang yang merasa dirinya lebih hebat dari orang lain dan

menyukai pujian.

2. Exhibitionism

Perilaku bahwa dirinya menjadi pusat perhatian.

3. Entitlement

Perasaan bahwa dirinya memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan dan

penghormatan dari orang lain.

4. Authority

Perilaku bertanggung jawab akan keputusan yang diambil dan kecakapan yang

lebih dibandingkan dengan orang lain.

5. Exploitativeness

Pikiran bahwa diri mampu mengerti orang lain, mampu memanipulasi orang

lain, mampu mengungkapkan diri, merasa bahwa orang lain menyukai cerita

mengenai dirinya dan tidak merasa puas hingga ia mendapatkan apa yang ia

inginkan.

6. Self-sufficiency

Perilaku yang dengan sengaja mengucilkan seseorang dari grup online.

2.3.3 Pengukuran narsisme

Narsisme dapat diukur oleh beberapa cara pengukuran salah satu nya yaitu

narcissistic personality inventory (NPI) yang disusun oleh Raskin dan Terry pada

tahun 1988 yang terdiri dari 40 item, yang memiliki reliabilitas sebesar 0.72 dan

reliabilitas split-hal sebesar 0.80.

Page 37: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

23

2.4. Pola Asuh Ibu

2.4.1. Pengertian pola asuh ibu

Darling (1999) menyatakan bahwa pola asuh ialah kegiatan yang kompleks,

mencakup berbagai perilaku spesifik, dimana orang tua bekerja secara individual

dan bersama-sama untuk mempengaruhi tingkah laku anak. Pengasuhan yang baik

memerlukan waktu dan usaha. Bukan hanya kuantitas waktu yang dihabiskan orang

tua dengan anak-anak tetapi kualitas pengasuhan juga sangat penting bagi

perkembangan sang anak (Benzies, Keown, & Magill-Evans, 2009).

Mengasuh, melindungi, membimbing dalam tiap proses perkembangan

anak merupakan tugas dari orang tua. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), pola asuh identik dengan istilah pengasuhan yaitu hal cara atau perbuatan

mengasuh. Dalam kata mengasuh terdapat kata menjaga (merawat dan mendidik),

membimbing (membantu dan melatih), memimpin (mengepalai dan

menyelenggarakan).

Dalam penelitian ini peneliti fokus pada teori pola asuh yang dikemukakaan

oleh Baumrind (dalam American Psychologycal Association, 2007) yang

menyatakan bahwa pola asuh adalah semua tindakan yang berkaitan dengan

membesarkan anak, khususnya yang berkenaan dengan cara yang ditempuh orang

tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya.

2.4.2. Dimensi pola asuh ibu

Baumrind (1971) (dalam Santrock, 2011) membagi pola asuh menjadi 3 jenis gaya

pengasuhan :

Page 38: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

24

1. Pola asuh otoriter (authoritarian parenting)

Gaya membatasi dan menghukum ketika orang tua memaksa anak untuk

mengikuti arahan orang tua dan menghormati pekerjaan serta upaya mereka.

Orang tua dengan pola asuh imi menempatkan batasan-batasan kontrol yang

tegas pada anak dan memungkinkan sedikit pertukaran verbal, memukul anak

mereka, menegakan aturan-aturan kaku, tetapi tidak menjelaskan kepada

mereka dan menunjukan kemarahan kepada anak.

2. Pola asuh otoritatif (authoritative parenting)

Pola asuh otoritatif, mendorong anak-anak mereka menjadi mandiri, dengan

tetap menempatkan batasan dan kontrol atas tindakan anak. Komunikasi verbal

timbal balik bisa berlangsung dengan lancar dan orang tua bersikap hangat dan

penyayang terhadap anak.

3. Pola Permisif (permissive parenting )

Pola pengasuhan permisif adalah dimana pengaruh anak lebih besar daripada

pengaruh orang tua. Pola pengasuhan permisif dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu :

a. Pengabaian (neglectful)

Gaya pengasuhan ini orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.

Gaya ini biasanya mengakibatkan anak tidak kompetenn dalam kehidupan

sosialnya, terutama memunculkan kurangnya rasa percaya diri pad anak.

Remaja yang dibesarkan dengan pola pengasuhan seperti ini biasanya tidak

bisa menangani kebebasan dengan baik.

Page 39: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

25

b. Memanjakan (indulgent)

Pola pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak,

namun tidak terlalu menuntut atau mengobrol. Orang tua macam ini

membiarkan anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan.

Hasilnya anak tidak pernah mengendalaikan perilakunya sendiri dan selalu

berharap mendapatkan keinginannya. Anak yang dibesarkan dengan pola

pengasuhan seperti ini jarang belajar menghormati orang lain dan

mengalami kesulitan untuk mengendalikan perilakunya, mereka mungkin

mendominasi, egosentris, tidak menuruti aturan dan kesulitan dalam

berhubungan dengan teman sebaya.

2.4.3. Pengukuran pola asuh ibu

Berikut ini instrument yang digunakan dalam mengukur pola asuh orang tua yaitu

Parental Authority Questionnaire (PAQ), Skala pola asuh PAQ disini

dikembangkan oleh Buri (1991). PAQ didesain berdasarkan pengukuran tiga pola

asuh Baumrind yaitu pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif dan pola asuh permisif.

PAQ terdiri atas 30 item dimana masing-masing subskala memiliki 10 item yang

digunakan untuk mengukur setiap dimensi pola asuh.

2.5. Kerangka Berpikir

Kehidupan manusia di era digital seperti sekarang ini tidak lepas dari penggunaan

internet. Ketersediaan internet menjadi suatu bagian penting dalam kehidupan

seseorang. Berbicara mengenai karakteristik internet, ada hal yang menarik dalam

sifat internet yang membuat para penggunanya merasa nyaman dan semakin lekat

menggunakan internet. Internet menyediakan berbagai macam situs jejaring sosial

Page 40: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

26

yang dapat mempermudah seseorang melakukan aktivitas di dunia maya seperti

chatting, mengupload foto atau hanya sekedar berkomentar dan membuat status di

jejaring sosial yang dimiliki.

Jejaring sosial memiliki dampak positif salah satunya ialah seseorang

menjadi lebih terbuka untuk mengekspresikan dirinya tanpa harus terbentur norma-

norma sosial yang biasa ditemukan pada interaksi langsung. Tidak hanya hal positif,

jejaring sosial juga menimbulkan dampak negatif yang dilakukan oleh

penggunanya seperti menggunakan kata-kata kasar, kritik yang kejam, kemarahan,

kebencian, bahkan ancaman terhadap orang lain hanya karna ingin membalas

dendam terhadap seseorang atau hanya sekedar untuk mengolok teman nya. Pada

cakupan negatif inilah orang banyak melakukan tindakan cyberbullying.

Pesatnya perkembangan teknologi dan telekomunikasi serta mudahnya

mengakses internet, membuka peluang bagi anak usia remaja, khususnya pada masa

perkembangan remaja awal untuk terlibat dalam tindakan cyberbullying. Menurut

Hurlock (1980) masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami

perubahan dalam sikap dan perilaku seperti meningginya perubahan emosi, remaja

merasa hidupnya dipenuhi masalah sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut

kepuasanyanya sendiri dan remaja menginginkan serta menuntut kebebasan. Hal ini

memperkuat alasan bahwa pelaku aktivitas cyberbullying terbanyak adalah mereka

yang berada pada tahap perkembangan remaja awal.

Tindakan cyberbullying yang dilakukan seseorang menimbulkan dampak

negatif terhadap korbanya dimulai seperti depresi, kecemasan, ketidaknyamanan,

prestasi di sekolah menurun, tidak mau bergaul dengan teman sebayanya,

Page 41: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

27

menghindar dari lingkungan sosial, stres berat, melumpuhkan rasa percaya diri

yang memicu tindakan-tindakan menyimpang seperti mencontek, membolos, kabur

dari rumah, bahkan sampai minum minuman keras atau menggunakan narkoba

bahkan yang paling parah ialah sampai berpikir untuk bunuh diri karena tidak

mampu menghadapi masalah yang tengah dihadapinya (Rifauddin, 2016).

Faktor yang mungkin mempengaruhi cyberbullying ialah kecerdasan emosi.

Kecerdasan emosi ialah cara seseorang melakukan penilaian emosi, regulasi emosi

dan pemanfaatan emosi dalam memecahkan masalah dengan baik (Mayor &

Salovey, 1990). Kecerdasan emosi diprediksi memberikan pengaruh signifikan

terhadap tindakan cyberbullying. Seseorang dengan kecerdasan emosi yang baik

akan mampu bertindak dan menyikapi semua informasi secara tepat. Kemampuan

mengontrol emosi, berpikir realistik, serta mampu memanfaatkan emosi dengan

baik diprediksi dapat mencegah tindakan cyberbullying.

Faktor lain yang mungkin mempengaruhi cyberbullying ialah narsisme.

Narsisme menurut kamus American Psychological Association (APA) adalah

perilaku mencintai diri sendiri secara berlebihan dan egosentris. Perilaku narsisme

sangat erat hubungannya dengan perilaku agresi. Orang yang narsisme akan

melakukan hal-hal agresi dan berharap dirinya mendapatkan status dari orang lain.

Kim et al. (2008) menyatakan bahwa individu yang narsisme memiliki

kecenderungan kuat untuk menggunakan cara apa pun yang mungkin ada, termasuk

mengeksploitasi orang lain demi meningkatkan kekayaan dan pengakuan dari orang

lain meskipun itu di dalam dunia online seperti cyberbullying.

Page 42: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

28

Faktor lainnya yang mungkin mempengaruhi cyberbullying yaitu pola asuh

ibu. Rosen, Cheever dan Carrier (2008) menyatakan pola asuh yang diterapkan

orang tua akan membentuk perilaku remaja dalam penggunaan internet.

Penggunaan internet dijaman sekarang, jarang melibatkan peran orang tua. Orang

tua sering tidak diikutsertakan dalam kegiatan internet anak karena anak

menginginkan privasi mereka tetap terjaga dari kontrol orang tua (Subrahmanyam

& Greenfield, 2008). Tindakan anak yang menyingkirkan orang tua menyebabkan

tindakan cyberbullying tidak terlihat dibandingkan dengan bullying karena tidak

adanya ruang kontrol dari orang tua terhadap anak. Remaja jarang memberi tahu

orang tua mereka bahwa mereka terlibat dalam cyberbullying karena mereka takut

dihukum, kehilangan hak istimewa seperti komputer ataupun handphone, dan

mereka dapat diisolasi dari teman sebayanya (Bath et al., 2009).

Pada penelitian ini peneliti juga berasumsi bahwa faktor demografis berupa

gender mungkin mempengaruhi tindakan cyberbullying. Perbedaan sikap laki-laki

dan perempuan memiliki perbedaan, dimana biasanya laki-laki lebih sering

bertindak agresi dibandingkan perempuan dikehidupan nyata, membuat peneliti

tertarik untuk melihat perbedaan gender dalam penggunaan media sosial apakah

laki-laki juga bersifat agresi atau perempuan yang lebih bersifat agresi dalam

penggunaan media sosial.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengukur pengaruh

kecerdasan emosi, narsisme, pola asuh ibu, dan gender tindakan cyberbullying.

Berdasarkan asumsi tersebut, kerangka berpikir penelitian ini dapat dijelaskan

melalui bagan ilustrasi 2.1.

Page 43: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

29

Gambar 2.1 Kerangka berpikir penelitian

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis Mayor

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosi, superiority,

exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness dan self-sufficiency, pola

asuh otoriter, pola asuh otoritatif, pola asuh permisif, dan gender terhadap

tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan.

Pola Asuh Ibu

Pola asuh otoriter

Pola asuh otoritatif

Narsisme

Exhibitionism

Superiority

Entitlement

Authority

Exploitativeness

Self-Sufficiency

Pola asuh permisif

Kecerdasan emosi

Gender

Tindakan

Cyberbullying

Page 44: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

30

Hipotesis minor

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan emosi terhadap tindakan

cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan.

H2: Terdapat pengaruh yang signifikan superiority dari variabel narsisme terhadap

tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan.

H3: Terdapat pengaruh pengaruh yang signifikan exhibitionism dari variabel

narsisme terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas

di Jakarta Selatan.

H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan entitlement dari variabel narsisme terhadap

tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan.

H5: Terdapat pengaruh yang signifikan authority dari variabel narsisme terhadap

tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan.

H6 : Terdapat pengaruh yang signifikan exploitativeness dari variabel narsisme

terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta

Selatan.

H7: Terdapat pengaruh yang signifikan self-sufficiency dari variabel narsisme

terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta

Selatan.

Page 45: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

31

H8: Terdapat pengaruh yang signifikan pola asuh otoriter dari variabel pola asuh

ibu terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di

Jakarta Selatan.

H9: Terdapat pengaruh yang signifikan pola asuh otoritatif dari variabel pola asuh

ibu terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di

Jakarta Selatan.

H10: Terdapat pengaruh yang signifikan pola asuh permisif dari variabel pola asuh

ibu terhadap tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di

Jakarta Selatan.

H11: Terdapat pengaruh yang signifikan gender terhadap tindakan cyberbullying

pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan.

Page 46: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

32

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan

yang terdiri dari tiga sekolah yaitu SMAN 6 Jakarta, SMAN 70 Jakarta dan SMAN 90

Jakarta. Sampel pada penelitian ini sebanyak 412 siswa terdiri dari siswa kelas X dan

XI. Proses pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non probablity

sampling yaitu hanya anggota populasi tertentu yang dapat menjadi subjek penelitian

sehingga tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama, yaitu siswa

yang hanya memiliki smartphone dan siswa yang memiliki media sosial seperti

instagram, facebook dan twitter dll. Pengambilan sampel dilakukan dengan menyebar

kuesioner secara offline atau langsung mengunjungi sekolah yang telah ditetapkan

sebagai populasi penelitian.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: cyberbullying, kecerdasan emosi,

superiority, exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness dan self-sufficiency,

pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif dan pola asuh permisif, dan gender.

Terdapat dua macam variabel pada penelitian ini yaitu variabel terikat (dependent

variable) yaitu cyberbullying dan variabel bebas (independent variable) yaitu

kecerdasan emosi, superiority, exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness,

Page 47: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

33

self-sufficiency, pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif, pola asuh permisif, dan gender.

Adapun definisi dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Cyberbullying yang dimaksud dalam penelitian ini ialah tindakan agresif yang

sengaja dilakukan oleh kelompok atau individu, menggunakan media elektronik

secara berulang kali dan ditujukan kepada orang lain yang tidak dapat dengan

mudah membela dirinya sendiri.

2. Kecerdasan emosi, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian ekspresi

emosi, regulasi emosi dan pemanfaatan emosi dalam memecahkan masalah.

3. Narsisme yang dimaksud dalam penelitian ini ialah kekaguman pada diri sendiri

yang ditandai dengan kecenderungan ke arah ide-ide yang mengagumkan,

kebiasaan berfantasi, eksibionisme, bersikap defensif dalam menanggapi kritik,

hubungan interpersonal yang ditandai dengan perasaan menuntut hak, bersikap

eksploitatif, dan kurangnya empati. Terdapat enam dimensi pada narsisme, yaitu :

a. Superiority yaitu perilaku bahwa dirinya lebih hebat dari orang lain dan

menyukai pujian.

b. Exhibitionism yaitu perilaku bahwa dirinya menjadi pusat perhatian.

c. Entitlement yaitu perasaan bahwa dirinya memiliki hak untuk mendapatkan

penghargaan dan penghormatan dari orang lain.

d. Authority yaitu perilaku bertanggung jawab akan keputusan yang diambil dan

kecakapan yang lebih dibandingkan dengan orang lain.

e. Exploitativeness yaitu pikiran bahwa diri mampu mengerti orang lain, mampu

memanipulasi orang lain, mampu mengungkapkan diri, merasa bahwa orang

Page 48: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

34

lain menyukai cerita mengenai dirinya dan tidak merasa puas hingga ia

mendapatkan apa yang ia inginkan.

f. Self-sufficiency yaitu perilaku yang dengan sengaja mengucilkan seseorang

dari grup online.

4. Pola asuh ibu yang dimaksud dalam penelitian ini ialah semua tindakan yang

berkaitan dengan membesarkan anak, khususnya yang berkenaan dengan cara

yang ditempuh orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Terdapat tiga

dimensi yang terdapat pada pola asuh ibu yaitu:

a. Pola asuh otoriter yaitu orang tua menempatkan batasan-batasan kontrol yang

tegas pada anak dan memungkinkan sedikit pertukaran verbal, memukul anak

mereka, menegakan aturan-aturan kaku, tetapi tidak menjelaskan kepada

mereka dan menunjukan kemarahan kepada anak.

b. Pola asuh otoritatif yaitu perilaku orang tua yang mendorong anak menjadi

mandiri, tetapi masih menempatkan batasan dan kontrol atas tindakan mereka.

Komunikasi verbal timbal balik bisa berlangsung dengan lancar dan orang tua

bersikap hangat dan penyayang terhadap anak.

c. Pola asuh permisif yaitu pengaruh anak lebih besar daripada pengaruh orang

tua. Dimana pola asuh permisif terdiri dari dua jenis, yaitu pengasuhan yang

mengabaikan (neglectful), dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam

kehidupan anak dan pengasuhan yang memanjakan (indulgent), dimana orang

tua sangat terlibat dalam kehidupan anak namun tidak terlalu menuntut atau

berkomunikasi dengan anak.

Page 49: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

35

3.3. Instrumen pengumpulan data.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner

dengan menggunakan model likert. Cara menjawab kuesioner dengan memberikan

tanda checklist (√) pada salah satu alternatif pilihan jawaban yang telah disediakan.

Dalam penelitian ini terdapat 4 skala pengukuran, skala yang pertama yaitu skala

cyberbullying menggunakan skala The Cyberbullying Questionnare (CBQ; Smith,

2006). Terdapat empat kategori jawaban untuk skala ini yaitu selalu (SL), sering (SR),

hampir tidak pernah (HTP), tidak pernah (TP).

Skala pengukuran kedua dalam penelitian ini skala kecerdasan emosi yang

menggunakan skala Emotional Intelligence Developed (Salovey dan Mayer, 1990).

Item disusun dalam bentuk pernyataan favorable (positif) dan unfavorable (negatif).

Pada skala penelitian ini digunakan empat alternatif pilihan jawaban yaitu sangat tidak

setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S) dan sangat setuju (SS).

Skala pengukuran berikutnya dalam penelitian ini yaitu skala narsisme yang

menggunakan skala Narcissistic Personality Inventory (NPI; Raskin dan Terry, 1988)

dan skala pola asuh ibu yang menggunakan skala Parental Authority Questionnaire

(PAQ; Baumrind 1970). Pada skala penelitian ini digunakan empat alternatif pilihan

jawaban yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S) dan sangat setuju

(SS).

3.3.1. Alat ukur Cyberbullying.

Skala pengukuran cyberbullying yang digunakan dalam penelitian ini ialah skala the

cyberbullying questionnare (CBQ) yang dibuat dan dikembangkan oleh Smith (2006).

Page 50: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

36

Skala ini terdiri atas 16 item yang merupakan model unidimensional. Skala alat ukur

ini menggunakan model Likert 4 poin yaitu “sangat sering” (SS), “sering” (S), “hampir

tidak pernah” (HTP), “tidak pernah” (TP). Adapun blue print dari skala cyberbullying

dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Blue Print Skala cyberbullying Dimensi Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

Cyberstalking

Mengirimkan pesan yang mengancam atau

mengintimidasi terhadap seseorang

menggunakan teknologi elektronik bertujuan

untuk menakut-takuti orang lain.

1,2,14 3

Hacking Tindakan berpura-pura menjadi orang lain,

seperti peretasan email atau jenis jejaring sosial

lain.

7 1

Recording

Aggressions

Melakukan serangan melalui telepon seluler,

seperti merekam teman dan lain lain.

3,6,8,

9,10,11,

12,15,16

9

Excluding an

online companion

Mengucilkan seorang teman agar tidak boleh

masuk kedalam kelompok online.

4,5,13 3

16

3.3.2. Alat ukur kecerdasan emosi

Skala pengukuran kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala

Emotional Intelligence Developed yang dibuat oleh Mayer dan Salovey (1990). Terdiri

atas 33 item, 13 dari item berasal dari penilaian ekspresi emosi, 10 item berasal dari

regulasi emosi dan 10 berasal dari pemanfaatan emosi. Skala alat ukur ini

menggunakan model Likert 4 poin, yaitu “sangat setuju” (SS), “setuju” (S), “tidak

setuju” (TS) dan “sangat tidak setuju” (STS). Adapun blue print dari skala Emotional

Intelligence Developed dapat dilihat pada tabel 3.2.

Page 51: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

37

Tabel 3.2 Blue Print Skala Emotional Intelligence Developed Dimensi Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

Penilaian ekspresi

emosi

Sub komponen verbal dan non verbal dan

diterapkan pada orang lain dipecah menjadi

sub komponen persepsi non-verbal dan

empati

1,2,3,4,

6,7,8,9,

10,11,12,

13

5 13

Regulasi emosi Regulasi emosi dalam diri dan regulasi

emosi pada orang lain.

14,15,16,

17,18,19,

20,21,22,23

10

Pemanfaatan

emosi

Mencakup komponen perencanaan yang

fleksibel, pemikiran kreatif, perhatian dan

motivasi yang diarahkan.

24,25,26

,27,29,30,

31,32

28,33 10

Total 33

3.3.3. Alat ukur Narsisme

Skala pengukuran narsisme dalam penelitian ini menggunakan skala Narcissistic

Personality Inventory (NPI) yang disusun oleh Raskin dan Terry pada tahun 1988.

Skala ini terdiri dari 40 item dan menggunakan model Likert 4 poin, yaitu “sangat

setuju” (SS), “setuju” (S), “tidak setuju” (TS) dan “sangat tidak setuju” (STS). Adapun

blue print dari skala Narcissistic Personality Inventory (NPI) dapat dilihat pada tabel

3.3.

Tabel 3.3 Blue Print skala Narcissistic Personality Inventory (NPI) Dimensi Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

Superiority Perilaku bahwa dirinya lebih hebat dari orang lain dan menyukai pujian.

4,9,26,37,40, 15,19,29

8

Exhibitionism Perilaku bahwa dirinya menjadi pusat

perhatian.

2,3,7,20,28,

30, 38

7

Entitlement Perasaan bahwa dirinya memiliki hak untuk

mendapatkan penghargaan dan penghormatan

dari orang lain.

5,14,18

24,25,27

6

Authority Perilaku bertanggung jawab akan keputusan

yang diambil dan kecakapan yang lebih

dibandingkan dengan orang lain.

1,8,10,11

12,32,33,36

8

Exploitativeness Pikiran bahwa diri mampu mengerti orang

lain, mampu memanipulasi orang lain, mampu

mengungkapkan diri, merasa bahwa orang lain menyukai cerita mengenai dirinya dan tidak

merasa puas hingga ia mendapatkan apa yang

ia inginkan.

6,13,16

23,35

5

Self-Sufficiency Perilaku yang dengan sengaja mengucilkan

seseorang dari grup online

17,21,22

31,34,39

6

Total 40

Page 52: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

38

3.3.4. Alat ukur pola asuh ibu

Skala pengukuran pola asuh ibu pada penelitian ini menggunakan skala pengukuran

dari Parental Authority Questionnaire (PAQ). Pada skala ini terdapat tiga dimensi

yaitu pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif, dan pola asuh permisif yang mengacu pada

teori dari Baumrind. Terdiri dari 30 item, setiap dimensi mewakili 10 item. Skala alat

ukur ini menggunakan model Likert 4 poin, yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “tidak

setuju” dan “sangat tidak setuju”. Adapun blue print dari skala Parental Authority

Questionnaire (PAQ) dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Blue Print skala Parental Authority Questionnaire (PAQ) Dimensi Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

Pola asuh otoriter Batasan-batasan kontrol yang tegas, sedikit pertukaran verbal, memukul anak,

menegakkan aturan-aturan kaku, tetapi tidak

menjelaskan kepada mereka dan menunjukan kemarahan kepada anak.

2,3,7,9,12 16,18,25,

26,29

10

Pola asuh otoritatif Mendorong anak menjadi mandiri, tetapi

masih menempatkan batasan dan kontrol atas tindakan mereka. Komunikasi verbal timbal

balik bisa berlangsung dengan lancar dan

orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap anak.

4,5,8,11,

15,20,22 23,27,30

10

Pola asuh permisif Dimana pengaruh anak lebih besar daripada

pengaruh orang tua.

1,6,10,13,1

4,17,19,21,24,28

10

Total 30

3.3 Uji Validitas Konstruk

Alat ukur untuk setiap variable dalam penelitian ini dilakukan uji validitas konstruk

dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan menggunakan

software MPlus 7.0. CFA merupakan metode statistik yang bisa digunakan untuk

menguji setiap pengukuran suatu konstruk teori. Tahapan dalam CFA diawali dengan

Page 53: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

39

merumuskan model teoritis atau hipotesis tentang pengukuran variabel laten, kemudian

model tersebut diuji kebenarannya.

Untuk menguji kebenaran apakah sehimpunan item tersebut mengukur apa yang

hendak diukur, maka perlu dilakukan uji model fit, yaitu dengan melihat residual (S –

Ʃ = 0). Yang dapat dijadikan ukuran untuk menentukan model fit diantaranya adalah

nilai chi-square dan RMSEA. Jika nilai chi-square yang diperoleh tidak signifikan

(p>0.05) maka dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara data

dengan model (model yang diteorikan dapat diterima), yang dalam hal ini adalah model

unidimensional dimana seluruh item hanya mengukur satu konstruk yang sama atau

hanya mengukur satu dimensi yang sama yaitu konstruk yang hendak diukur. Hanya

jika model terbukti fit barulah dapat dilakukan langkah selanjutnya yaitu uji signifikan

terhadap setiap koefisien muatan faktor (faktor loading). Item yang memiliki koefisien

yang signifikan adalah item yang valid mengukur apa yang hendak diukur dan

sebaliknya (Umar, komunikasi pribadi, 23 Agustus 2018).

Jika model yang diuji tidak fit dengan data (p<0.05) maka model dapat

dimodifikasi yaitu dengan cara meniadakan asumsi bahwa kesalahan pengukuran tidak

boleh berkorelasi. Artinya modifikasi model dilakukan dengan mengizinkan korelasi

antara dua eror pada dua item yang berbeda menjadi parameter bebas. Adanya korelasi

antar dua eror menunjukan bahwa item yang bersangkutan bersifat multidimensional

karena selain mengukur konstruk yang hendak diukur kedua item yang bersangkutan

mengukur juga konstruk lain hal ini dikenal dengan istilah bias butir soal (item bias).

Page 54: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

40

Setelah diperoleh model fit dan dilakukan uji signifikan terhadap setiap butir soal

atau item (nilai t>1.96) kemudian dilakukan CFA kembali namun hanya dengan

himpunan item yang signifikan saja sedangkan item yang tidak signifikan sebaiknya di

drop. Dengan menggunakan model CFA yang final ini kemudian di estimasi nilai true

score untuk setiap subjek dengan menggunakan pendekatan Bayesian (terutama jika

item nya sedikit) menggunakan software Mplus 7.0. True score yang diperoleh adalah

dalam bentuk skor baku (z-score) dengan mean = 0 dan standar deviasi = 1. Karena z-

score mencakup juga bilangan negatif maka penulis maka penulis mentransformasikan

true score tersebut menjadi T-score dengan rumusnya yaitu:

Dalam hal ini, T-score akan memiliki SD = 10 dan mean = 50 dan diharapkan

seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki rentangan diperkiraan antara 0

dan 100. Setelah didapatkan faktor skor yang telah diubah menjadi T-score, nilai T-

score inilah yang akan digunakan sebagai data dalam analisis uji hipotesis penelitian.

3.4.1. Uji Validitas Konstruk Cyberbullying

Pada penelitian ini uji validitas konstruk variabel cyberbullying, penulis melakukan

perhitungan CFA model unidimensional terhadap 16 item cyberbullying. Perhitungan

awal CFA ini menghasilkan nilai chi-square = 235.163, df = 100, P- Value = 0.0000,

RMSEA = 0.057 yang berarti model tidak fit dengan data. Oleh sebab itu, dilakukan

modifikasi dengan membebaskan korelasi antara kesalahan pengukuran (eror) pada

butir soal.

T-score = (10 x factor score) + 50

Page 55: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

41

Hasilnya didapat model fit dimana chi-square = 148.654, df = 65, P- Value =

0.0000, RMSEA = 0.056, 90 percent C.I = 0.044 – 0.068, probability RMSEA <=.05

= 0.197 dan CFI = 0.904. Item nomor 8, 9, 10, 11, 15 dan 16 memiliki eror yang saling

berkorelasi. Keenam item ini selain mengukur cyberbullying juga mengukur faktor

lain. Agar bisa diperoleh nilai truescore cyberbullying yang lebih murni maka ada dua

alternatif yaitu mendrop keenam item ini atau menggunakan pendekatan bifactor.

Penulis dalam hal ini memilih mendrop item yang itemnya saling berkorelasi,

tetapi penulis berusaha agar tidak semua item tersebut di drop. Dengan menganalisis

pola korelasi antar kesalahan pengukuran pada keenam item tesebut akhirnya penulis

mendapatkan model yang fit tanpa adanya korelasi antar eror (murni unidimensional)

dimana item yang di drop hanya tiga item yaitu 9, 11, dan 16.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu

di-drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item cyberbullying disajikan dalam tabel.

Tabel 3. 5 Muatan Faktor Item Cyberbullying

No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan

1 0.482 0.081 5.944 0.000 √

2 0.606 0.061 9.864 0.000 √

3 0.367 0.055 6.649 0.000 √

4 0.502 0.054 9.298 0.000 √

5 0.655 0.041 15.966 0.000 √

6 0.638 0.044 14.386 0.000 √

7 0.514 0.112 4.596 0.000 √

8 0.568 0.050 11.393 0.000 √

10 0.478 0.082 5.844 0.000 √

12 0.575 0.051 11.274 0.000 √

13 0.539 0.048 11.287 0.000 √

14 0.552 0.053 10.450 0.000 √

15 0.545 0.074 7.398 0.000 √

Page 56: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

42

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa semua item bermuatan positif dan

signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria yang telah

dijelaskan setelah model fit dan dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya.

3.4.2. Uji Validitas Konstruk Kecerdasan Emosi

Pada penelitian ini uji validitas konstruk variabel kecerdasan emosi, penulis melakukan

perhitungan CFA model unidimensional terhadap 33 item kecerdasan emosi.

Perhitungan awal CFA ini menghasilkan nilai chi-square = 1265.377, df = 495, P-

Value = 0.0000, RMSEA = 0.061 yang berarti model tidak fit dengan data. Oleh sebab

itu, dilakukan modifikasi dengan membebaskan korelasi antara kesalahan pengukuran

(eror) pada butir soal.

Hasilnya didapat model fit dimana chi-square = 710.826, df = 324, P- Value =

0.0000, RMSEA = 0.054, 90 percent C.I = 0.048 – 0.059, probability RMSEA <=.05

= 0.118 dan CFI = 0.825. Item nomor 5, 15, 18, 21, 22, 25, 29, 30, 32 dan 33 memiliki

eror yang saling berkorelasi. Kesembilan item ini selain mengukur kecerdasan emosi

juga mengukur faktor lain. Agar bisa diperoleh nilai truescore kecerdasan emosi yang

lebih murni maka ada dua alternatif yaitu mendrop kesembilan item ini atau

menggunakan pendekatan bifactor.

Penulis dalam hal ini memilih mendrop item yang itemnya saling berkorelasi,

tetapi penulis berusaha agar tidak semua item tersebut di drop. Dengan menganalisis

pola korelasi antar kesalahan pengukuran pada kesembilan item tesebut akhirnya

penulis mendapatkan model yang fit tanpa adanya korelasi antar eror (murni

Page 57: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

43

unidimensional) dimana item yang di drop hanya enam item yaitu 5, 15, 21, 29, 30 dan

33 .

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu

di-drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran kecerdasan emosi

disajikan dalam tabel.

Tabel 3. 6 Muatan Faktor Item Kecerdasan Emosi No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan

1 0.247 0.058 4.240 0.000 √

2 0.552 0.045 12.320 0.000 √

3 0.466 0.050 9.316 0.000 √

4 0.305 0.052 5.878 0.000 √

6 0.429 0.049 8.781 0.000 √

7 0.361 0.047 7.651 0.000 √

8

9

0.115

0.367

0.051

0.054

2.251

6.746

0.024

0.000

10

11

0.381

0.469

0.065

0.041

5.911

11.381

0.000

0.000

12 0.572 0.041 14.052 0.000 √

13 0.303 0.045 6.773 0.000 √

14 0.378 0.063 6.037 0.000 √

16

17

18

19

20

22

23

24

25

26

27

28

31

32

0.380

0.423

0.576

0.402

0.471

0.489

0.566

0.480

0.392

0.499

0.413

0.187

0.598

0.415

0.056

0.051

0.039

0.046

0.047

0.043

0.042

0.050

0.044

0.040

0.046

0.051

0.041

0.045

6.732

8.253

14.934

8.708

9.992

11.413

13.531

9.664

8.968

12.412

8.889

3.627

14.626

9.235

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

Page 58: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

44

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa semua item bermuatan positif dan

signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria yang telah

dijelaskan setelah model fit dan dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya.

3.4.3. Uji Validitas Konstruk Narsisme

1. Dimensi Superiority

Pada penelitian ini uji validitas konstruk variabel superiority, penulis melakukan

perhitungan CFA model unidimensional terhadap 8 item superiority. Perhitungan awal

CFA ini menghasilkan nilai chi-square = 25.687, df = 10, P- Value = 0.0042, RMSEA

= 0.062 yang berarti model tidak fit dengan data. Oleh sebab itu, dilakukan modifikasi

dengan membebaskan korelasi antara kesalahan pengukuran (eror) pada butir soal.

Hasilnya didapat model fit dimana chi-square = 1.975, df = 2, P- Value =

0.3725, RMSEA = 0.000, dan CFI = 1.000. Item nomor 4, 9, 15, 29, 37 dan 40.

memiliki eror yang saling berkorelasi. Keenam item ini selain mengukur kecerdasan

emosi juga mengukur faktor lain. Agar bisa diperoleh nilai truescore kecerdasan emosi

yang lebih murni maka ada dua alternatif yaitu mendrop keenam item ini atau

menggunakan pendekatan bifactor.

Penulis dalam hal ini memilih mendrop item yang itemnya saling berkorelasi,

tetapi penulis berusaha agar tidak semua item tersebut di drop. Dengan menganalisis

pola korelasi antar kesalahan pengukuran pada keenam item tesebut akhirnya penulis

mendapatkan model yang fit tanpa adanya korelasi antar eror (murni unidimensional)

dimana item yang di drop hanya empat item yaitu 4, 9, 15 dan 37.

Page 59: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

45

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu

di-drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran kecerdasan emosi

disajikan dalam tabel.

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Superiority No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan

19 0.731 0.068 10.702 0.000 √

26 0.410 0.055 7.406 0.000 √

29 0.770 0.074 10.369 0.000 √

40 0.161 0.060 2.704 0.007 √

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa semua item bermuatan positif dan

signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria yang telah

dijelaskan setelah model fit dan dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya.

2. Dimensi Exhibitionism

Pada penelitian ini uji validitas konstruk variabel exhibitionism, penulis melakukan

perhitungan CFA model unidimensional terhadap 7 item exhibitionism. Perhitungan

data CFA model satu faktor dari variabel ini diperoleh skor chi-square = 38.033, df =

14, P- Value = 0.0005, RMSEA = 0.065, 90 Percent C.I. = 0.040-0.090, Probability

RMSEA <= .05 = 0.149, CFI = 0.980. Jika melihat nilai P-Value > 0.05, 90 Percent C.I

< 0.05, Probability RMSEA > 0.05 dan CFI = 0.980 (Cumulative Fit Index) mendekati

1.000 artinya model ini sudah fit dengan data.

Page 60: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

46

Tabel 3. 8 Muatan Faktor Item Exhibitionism No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan

2 0.294 0.050 5.854 0.000 √

3 0.193 0.053 3.657 0.000 √

7 0.733 0.031 23.695 0.000 √

20 0.552 0.038 14.460 0.000 √

28 0.351 0.050 6.972 0.000 √

30 0.966 0.027 36.209 0.000 √

38 0.350 0.050 6.942 0.000 √

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu

di-drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran exhibitionism dapat dilihat

pada tabel di atas. Berdasarkan tabel 3.9 dapat diketahui bahwa semua item bermuatan

positif dan signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria

yang telah dijelaskan setelah model fit dan dapat diikutsertakan pada analisis

selanjutnya.

3. Dimensi Entitlement

Pada penelitian ini uji validitas konstruk variabel entitlement, penulis melakukan

perhitungan CFA model unidimensional terhadap 6 item entitlement. Perhitungan awal

CFA ini menghasilkan nilai chi-square = 16.700, df = 6, P- Value = 0.0105, RMSEA

= 0.066 yang berarti model tidak fit dengan data. Oleh sebab itu, dilakukan modifikasi

dengan membebaskan korelasi antara kesalahan pengukuran (eror) pada butir soal.

Hasilnya didapat model fit dimana chi-square = 3.382, df = 2, P- Value = 0.1843,

RMSEA = 0.041, dan CFI = 0.993. Item nomor 14, 18, 24, 27 memiliki eror yang saling

Page 61: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

47

berkorelasi. Keempat item ini selain mengukur entitlement juga mengukur faktor lain.

Agar bisa diperoleh nilai truescore entitlement yang lebih murni maka ada dua

alternatif yaitu mendrop keempat item ini atau menggunakan pendekatan bifactor.

Penulis dalam hal ini memilih mendrop item yang itemnya saling berkorelasi, tetapi

penulis berusaha agar tidak semua item tersebut di drop. Dengan menganalisis pola

korelasi antar kesalahan pengukuran pada keempat item tesebut akhirnya penulis

mendapatkan model yang fit tanpa adanya korelasi antar eror (murni unidimensional)

dimana item yang di drop hanya dua item yaitu 14 dan 24.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu

di-drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran entitlement disajikan

dalam tabel.

Tabel 3. 9 Muatan Faktor Item Entitlement No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan

5 0.458 0.059 7.809 0.000 √

18 0.330 0.061 5.402 0.000 √

25 0.626 0.057 10.910 0.000 √

27 0.684 0.059 11.675 0.000 √

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa semua item bermuatan positif dan

signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria yang telah

dijelaskan setelah model fit dan dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya.

Page 62: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

48

4. Dimensi Authority

Pada penelitian ini uji validitas konstruk variabel authority penulis melakukan

perhitungan CFA model unidimensional terhadap 8 item authority. Perhitungan awal

CFA ini menghasilkan nilai chi-square = 51.942, df = 19, P- Value = 0.001, RMSEA

= 0.065 dan CFI = 0.977 yang berarti model tidak fit dengan data. Oleh sebab itu,

dilakukan modifikasi dengan membebaskan korelasi antara kesalahan pengukuran

(eror) pada butir soal.

Hasilnya didapat model fit dimana chi-square = 34.560, df = 14, P- Value = 0.0017,

RMSEA = 0.060, 90 Percent C.I. = 0.035-0.085, Probability RMSEA <= .05 = 0.236,

CFI = 0.985. Item nomor 1 dan 12 memiliki eror yang saling berkorelasi. Kedua item

ini selain mengukur authority juga mengukur faktor lain. Agar bisa diperoleh nilai

truescore authority yang lebih murni maka ada dua alternatif yaitu mendrop kedua item

ini atau menggunakan pendekatan bifactor.

Penulis dalam hal ini memilih mendrop item yang itemnya saling berkorelasi, tetapi

penulis berusaha agar tidak semua item tersebut di drop. Dengan menganalisis pola

korelasi antar kesalahan pengukuran pada kedua item tesebut akhirnya penulis

mendapatkan model yang fit tanpa adanya korelasi antar eror (murni unidimensional)

dimana item yang di drop hanya satu item yaitu 12.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu

di-drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

Page 63: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

49

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran authority disajikan dalam

tabel.

Tabel 3. 10 Muatan Faktor Item Authority No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan

1 0.405 0.048 8.493 0.000 √

8 0.500 0.043 11.747 0.000 √

10 0.815 0.026 31.397 0.000 √

11 0.623 0.033 18.746 0.000 √

32 0.389 0.047 8.307 0.000 √

33 0.652 0.034 18.995 0.000 √

36 0.828 0.026 31.347 0.000 √

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa semua item bermuatan positif dan

signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria yang telah

dijelaskan setelah model fit dan dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya.

5. Dimensi Exploitativeness

Pada penelitian ini uji validitas konstruk variabel exploitativeness, penulis melakukan

perhitungan CFA model unidimensional terhadap 5 item exploitativeness. Perhitungan

data CFA model satu faktor dari variabel ini diperoleh skor perhitungan awal chi-

square = 5.305, df = 5, P- Value = 0.3798, RMSEA = 0.012, CFI = 0.999. Jika melihat

nilai P-Value > 0.05, RMSEA <0.05 dan CFI (Cumulative Fit Index) mendekati 1.000

artinya model ini sudah fit dengan data.

Tabel 3. 11 Muatan Faktor Item Exploitativeness No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan

6 0.537 0.053 10.094 0.000 √

13 0.442 0.055 8.071 0.000 √

16 0.383 0.057 6.677 0.000 √

23 0.485 0.048 10.045 0.000 √

35 0.679 0.052 13.025 0.000 √

Page 64: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

50

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu

di-drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran exploitativeness dapat

dilihat pada tabel di atas. Berdasarkan tabel 3.12 dapat diketahui bahwa semua item

bermuatan positif dan signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah

memenuhi kriteria yang telah dijelaskan setelah model fit dan dapat diikutsertakan pada

analisis selanjutnya.

6. Dimensi Self-Sufficiency

Pada penelitian ini uji validitas konstruk variabel self-sufficiency, penulis melakukan

perhitungan CFA model unidimensional terhadap 6 item self-sufficiency. Perhitungan

awal CFA ini menghasilkan nilai chi-square = 12.792, df = 7, P- Value = 0.0773,

RMSEA = 0.045 dan CFI = 0.961 dengan beberapa item berkorelasi. Oleh sebab itu,

dilakukan modifikasi dengan membebaskan korelasi antara kesalahan pengukuran

(eror) pada butir soal.

Hasilnya didapat model fit dimana chi-square = 4.439, df = 2, P- Value = 0.1087,

RMSEA = 0.054, 90 Percent C.I = 0.000-0.124, Probability RMSEA = 0.357 dan CFI

= 0.971. Item nomor 21, 22, 31, dan 34 memiliki eror yang saling berkorelasi. Keempat

item ini selain mengukur self-sufficiency juga mengukur faktor lain. Agar bisa

diperoleh nilai true score self-sufficiency yang lebih murni maka ada dua alternatif

yaitu mendrop keempat item ini atau menggunakan pendekatan bifactor.

Page 65: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

51

Penulis dalam hal ini memilih mendrop item yang itemnya saling berkorelasi, tetapi

penulis berusaha agar tidak semua item tersebut di drop. Dengan menganalisis pola

korelasi antar kesalahan pengukuran pada keempat item tesebut akhirnya penulis

mendapatkan model yang fit tanpa adanya korelasi antar eror (murni unidimensional)

dimana item yang di drop hanya dua item yaitu 22 dan 34.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam mengukur

apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu di-drop atau

tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan

faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya.

Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran self-sufficiency disajikan dalam tabel.

Tabel 3. 12 Muatan Faktor Item Self-Sufficiency

No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan

17 0.541 0.080 6.755 0.000 √

21 0.345 0.072 4.779 0.000 √

31 0.260 0.068 3.826 0.000 √

39 0.553 0.081 6.866 0.000 √

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa semua item bermuatan positif dan

signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria yang telah

dijelaskan setelah model fit dan dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya.

3.4.4. Uji Validitas Konstruk Pola Asuh Ibu

1. Dimensi Pola Asuh Otoriter

Pada penelitian ini uji validitas konstruk variabel pola asuh otoriter, penulis melakukan

perhitungan CFA model unidimensional terhadap 10 item pola asuh otoriter.

Perhitungan awal CFA ini menghasilkan nilai chi-square = 81.739, df = 30, P- Value

Page 66: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

52

= 0.000, RMSEA = 0.065 dengan beberapa item berkorelasi. Oleh sebab itu, dilakukan

modifikasi dengan membebaskan korelasi antara kesalahan pengukuran (eror) pada

butir soal.

Hasilnya didapat model fit dimana chi-square = 41.024, df = 14, P- Value = 0.0002,

RMSEA = 0.068, 90 Percent C.I = 0.045-0.093, Probability RMSEA = 0.096 dan CFI

= 0.962. Item nomor 2, 3, 7, 9, 12, dan 25 memiliki eror yang saling berkorelasi.

Keenam item ini selain mengukur pola asuh otoriter juga mengukur faktor lain. Agar

bisa diperoleh nilai true score pola asuh otoriter yang lebih murni maka ada dua

alternatif yaitu mendrop keenam item ini atau menggunakan pendekatan bifactor.

Penulis dalam hal ini memilih mendrop item yang itemnya saling berkorelasi, tetapi

penulis berusaha agar tidak semua item tersebut di drop. Dengan menganalisis pola

korelasi antar kesalahan pengukuran pada keenam item tesebut akhirnya penulis

mendapatkan model yang fit tanpa adanya korelasi antar eror (murni unidimensional)

dimana item yang di drop hanya tiga item yaitu 2, 3 dan 12.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu

di-drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran pola asuh otoriter

disajikan dalam tabel.

Page 67: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

53

Tabel 3. 13 Muatan Faktor Item Pola Asuh Otoriter

No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan

7 0.457 0.048 9.448 0.000 √

9 0.595 0.043 13.965 0.000 √

16 0.685 0.038 18.083 0.000 √

18 0.710 0.040 17.783 0.000 √

25 0.617 0.041 15.191 0.000 √

26 0.210 0.055 3.825 0.000 √

29 0.272 0.056 4.892 0.000 √

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa semua item bermuatan positif dan

signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria yang telah

dijelaskan setelah model fit dan dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya.

2. Dimensi Pola Asuh Otoritatif

Pada penelitian ini uji validitas konstruk variabel pola asuh otoritatif, penulis

melakukan perhitungan CFA model unidimensional terhadap 10 item pola asuh

otoritatif. Perhitungan awal CFA ini menghasilkan nilai chi-square = 90.824, df = 33,

P- Value = 0.000, RMSEA = 0.065 dengan beberapa item berkorelasi. Oleh sebab itu,

dilakukan modifikasi dengan membebaskan korelasi antara kesalahan pengukuran

(eror) pada butir soal.

Hasilnya didapat model fit dimana chi-square = 38.993, df = 14, P- Value = 0.0004,

RMSEA = 0.066, 90 Percent C.I = 0.042-0.091, Probability RMSEA = 0.130 dan CFI

= 0.979. Item nomor 4, 5, 8, 15, dan 20 memiliki eror yang saling berkorelasi. Kelima

item ini selain mengukur pola asuh otoriter juga mengukur faktor lain. Agar bisa

diperoleh nilai true score pola asuh otoritatif yang lebih murni maka ada dua alternatif

yaitu mendrop kelima item ini atau menggunakan pendekatan bifactor.

Page 68: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

54

Penulis dalam hal ini memilih mendrop item yang itemnya saling berkorelasi, tetapi

penulis berusaha agar tidak semua item tersebut di drop. Dengan menganalisis pola

korelasi antar kesalahan pengukuran pada kelima item tesebut akhirnya penulis

mendapatkan model yang fit tanpa adanya korelasi antar eror (murni unidimensional)

dimana item yang di drop hanya tiga item yaitu 4, 8, dan 20.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu

di-drop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran pola asuh otoritatif

disajikan dalam tabel.

Tabel 3. 14 Muatan Faktor Item Pola Asuh Otoritatif No.

Item

Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan

5 0.531 0.038 13.821 0.000 √

11 0.475 0.044 10.785 0.000 √

15 0.469 0.044 10.544 0.000 √

22 0.773 0.030 25.709 0.000 √

23 0.737 0.032 22.675 0.000 √

27 0.654 0.033 19.974 0.000 √

30 0.553 0.041 13.547 0.000 √

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa semua item bermuatan positif dan

signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria yang telah

dijelaskan setelah model fit dan dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya.

3. Dimensi Pola Asuh Permisif

Pada penelitian ini uji validitas konstruk variabel pola asuh permisif, penulis

melakukan perhitungan CFA model unidimensional terhadap 10 item pola asuh

Page 69: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

55

permisif. Perhitungan awal CFA ini menghasilkan nilai chi-square = 59.818, df = 21,

P- Value = 0.000, RMSEA = 0.067 dengan beberapa item berkorelasi. Oleh sebab itu,

dilakukan modifikasi dengan membebaskan korelasi antara kesalahan pengukuran

(eror) pada butir soal.

Hasilnya didapat model fit dimana chi-square = 20.623, df = 9, P- Value = 0.0144,

RMSEA = 0.056, 90 Percent C.I = 0.024-0.088, Probability RMSEA = 0.336 dan CFI

= 0.966. Item nomor 6, 10, 13, 19, 21 dan 24 memiliki eror yang saling berkorelasi.

Keenam item ini selain mengukur pola asuh permisif juga mengukur faktor lain. Agar

bisa diperoleh nilai true score pola asuh permisif yang lebih murni maka ada dua

alternatif yaitu mendrop keenam item ini atau menggunakan pendekatan bifactor.

Penulis dalam hal ini memilih mendrop item yang itemnya saling berkorelasi, tetapi

penulis berusaha agar tidak semua item tersebut di drop. Dengan menganalisis pola

korelasi antar kesalahan pengukuran pada keenam item tesebut akhirnya penulis

mendapatkan model yang fit tanpa adanya korelasi antar eror (murni unidimensional)

dimana item yang di drop hanya empat item yaitu 13, 19, 21 dan 28.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu

di-drop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran pola asuh permisif

disajikan dalam tabel.

Page 70: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

56

Tabel 3. 15 Muatan Faktor Item Pola Asuh Permisif

No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan

1 0.438 0.058 7.552 0.000 √

6 0.614 0.045 13.692 0.000 √

10 0.160 0.058 2.748 0.006 √

14 0.382 0.054 7.124 0.000 √

17 0.651 0.044 14.667 0.000 √

24 0.654 0.045 14.490 0.000 √

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa semua item bermuatan positif dan

signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria yang telah

dijelaskan setelah model fit dan dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya.

3.5. Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan estimasi faktor skor dari setiap

item yang telah memenuhi kriteria item yang valid untuk mendapat faktor skor pada

setiap variabel. Sehingga, perbedaan kemampuan dari masing-masing item dalam

mengukur apa yang hendak diukur ikut menetukan dalam menghitung faktor skor.

Hasil dari true score (T score) inilah yang akan dianalisis dalam analisis berikutnya.

Sebelum dilakukan analisis statistik, penulis mentransformasikan faktor skor

ke dalam T score, dengan mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10. Dengan demikian,

tidak ada subjek penelitian yang mendapatkan skor negatif dan setiap variabel memiliki

nilai satuan yang sama yang bernilai positif. Adapun rumus T score adalah:

Selanjutnya T score diinput untuk melakukan analisis regresi berganda

(multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan ketika terdapat

lebih dari satu independent variable untuk memprediksi dependent variable.

T score = (10 x Factor score) + 50

Page 71: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

57

Penulis menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis

nihil penelitian. Penelitian ini memiliki variabel sebanyak duabelas variabel

independen, dan memiliki satu variabel dependen. Langkah pertama dalam analisis

regresi berganda adalah mengestimasi parameter yang dalam hal ini merupakan

koefisien b & a. Jika koefisien telah diperoleh maka dapat dibuat persamaan untuk

memprediksi dependent variable. Adapun persamaan regresi yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

Keterangan :

Y = Cyberbullying

a = Konstanta

b = Koefisien regresi untuk masing-masing X

X1 = Kecerdasan emosi

X2 = Superiority

X3 = Exhibitionism

X4 = Entitlement

X5 = Authority

X6 = Exploitativeness

X7 = Self-Sufficiency

X8 = Pola asuh otoriter

X9 = Pola asuh otoritatif

X10 = Pola asuh permisif

X11 = Gender

e = Residual

Pertama, peneliti melakukan analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh

yang diberikan seluruh independent variable terhadap dependent variable. Untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan independent variable terhadap

Y = a + 𝐛𝟏𝐗𝟏 + 𝐛𝟐𝐗𝟐 + 𝐛𝟑𝐗𝟑 + 𝐛𝟒𝐗𝟒+ 𝐛𝟓𝐗𝟓+ 𝐛𝟔𝐗𝟔 + 𝐛𝟕𝐗𝟕 + 𝐛𝟖𝐗𝟖 +

𝐛𝟗𝐗𝟗 + 𝐛𝟏𝟎𝐗𝟏𝟎 + 𝐛𝟏𝟏𝐗𝟏𝟏 + e

Page 72: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

58

dependent variable, peneliti melihat besaran proporsi varians (R²) yang diperoleh

melalui rumus sebagai berikut:

Keterangan :

R² = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan IV

SSreg = Sum of square regression (jumlah kuadrat regresi)

SSy = Sum of square Y (jumlah kuadrat dari Y)

Selanjutnya untuk melihat signifikansi hasil analisis regresi berganda antara

independent variable terhadap dependent variable maka dilakukan uji F. Model

dikatakan signifikan apabila memiliki taraf signifikansi sebesar <0,05. Adapun proses

uji F dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

F = Taraf signifikansi

R² = Proporsi varians

k = Banyaknya independent variable

N = Jumlah sampel

Selanjutnya peneliti juga melakukan pengujian untuk mengetahui masing-

masing independent variable yang signifikan terhadap dependent variable. Pengajuan

R2 =SSreg

SSy

F =R²/k

(1 − R2)/(N − k − 1)

Page 73: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

59

ini dilakukan denga cara uji T, yaitu melihat taraf signifikansi koefisien masing-masing

independent variable. Adapun proses uji T dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

t = Taraf signifikansi koefisien b

b = Koefisien regresi

Sb = Standard error dari b

t =b

Sb

Page 74: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

60

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Total sampel pada penelitian ini berjumlah 412 orang yang merupakan siswa kelas X

dan XI dari sekolah menengah akhir (SMA) yang berbeda di Jakarta Selatan. Gambaran

umum subjek pada penelitian berdasarkan faktor demografi, yaitu meliputi jenis

kelamin, penghasilan orang tua, waktu penggunaan internet, jenis jejaring sosial yang

dimiliki dan tindakan terkait cyberbullying yang dilakukan selama 6 bulan terakhir

dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4. 1 Gambaran Umum Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa dari 412 subjek penelitian yang

berpartisipasi dalam penelitian ini, subjek penelitian berjenis kelamin perempuan 261

orang atau 63% dan laki-laki sebanyak 151 orang atau 37%.

37%

63%

JENIS KELAMIN

Laki-Laki Perempuan

Page 75: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

61

Tabel 4. 1

Subjek Penelitian Berdasarkan Waktu Penggunaan Internet Karakteristik Subjek penelitian N N (%)

Waktu Penggunaan Internet

1 – 2 jam per hari 7 2

2 – 3 jam per hari 10 2

3 – 4 jam per hari 51 12

4 – 5 jam per hari 67 16

>5 jam per hari 277 68

Total 412 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 412 subjek penelitian terdapat

7 orang atau 2% melakukan penggunaan internet 1-2 jam perhari, 10 orang atau 2%

melakukan penggunaan internet 2-3 jam per hari, 51 orang atau 12% melakukan

penggunaan internet 3-4 jam per hari, 67 orang atau 16% melakukan penggunaan

internet 4-5 jam per hari , dan 277 orang atau 68% melakukan penggunaan internet >5

jam per hari .

Tabel 4. 2

Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Jejaring Sosial Karakteristik Subjek penelitian N N (%)

Jenis Jejaring Sosial

Facebook 2 1

Twitter 12 3

Instagram 315 76

Youtube 43 10

Whatsapp 3 1

Lainnya 37 9

Total 412 100%

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 412 subjek penelitian yang

berpartisipasi terdapat 2 orang atau 1% subjek penelitian menggunakan jejaring sosial

facebook, 12 orang atau 3% subjek penelitian menggunakan jejaring sosial twitter, 315

orang atau 76%, subjek penelitian menggunakan jejaring sosial instagram, 43 orang

atau 10% subjek penelitian menggunakan jejaring sosial youtube, 3 orang atau 1%

Page 76: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

62

subjek penelitian menggunakan jejaring sosial whatsapp dan sebanyak 37 orang atau

9% subjek penelitian menggunakan jejaring sosial lainnya.

Tabel 4. 3

Subjek Penelitian Berdasarkan Tindakan Cyberbullying yang Dilakukan dalam

6 Bulan Karakteristik Subjek penelitian N N (%)

Perilaku yang Dilakukan dalam 6 bulan

Membajak akun orang lain. 38 9

Memblokir akun orang lain. 88 21

Menghina seseorang di media

sosial.

79 19

Meng upload foto temen yang

memalukan.

125 30

Menyindir sesorang di timeline

media sosial.

57 14

Tidak melakukan perilaku

cyberbullying.

25 7

Total 412 100%

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 412 subjek penelitian yang

berpartisipasi dalam penelitian ini terdapat 38 orang atau 9% melakukan perilaku

terkait cyberbullying yaitu membajak akun orang lain, 88 orang atau 21% memblokir

akun orang lain, 79 orang atau 19% menghina seseorang di media sosial, 125 orang

atau 30% meng upload foto teman yang memalukan, 57 orang atau 14% menyindir

seseorang di timeline media sosial, dan sebanyak 25 orang atau 7% tidak melakukan

perilaku cyberbullying.

4.2. Analisis Deskriptif

Dalam suatu penelitian, perlu dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis

statistik adalah skor faktor yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari

kesalahan pengukuran. Penghitungan skor faktor pada tiap variabel tidak

menjumlahkan item-item seperti pada umumnya, tetapi menghitung true score pada

Page 77: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

63

setiap item. Setelah faktor skor didapatkan, penulis mentranformasikan faktor skor

menjadi T skor. Penggunaan T skor ini bertujuan untuk menyamakan skala pengukuran

yang berbeda-beda dan untuk menghindari nilai minus pada faktor skor agar pembaca

mudah memahami interpretasi hasil penelitian. Adapun T skor dalam penelitian ini

penulis menetapkan skor dengan nilai mean = 50 dan standar deviasi = 10. Langkah

selanjutnya adalah melakukan proses transformasi melalui formula T-score = (F-score

*10) + 50.

Tabel 4.4

Analisis Deskriptif Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Cyberbullying 412 39.40 85.79 50.0000 8.64347

Kecerdasan Emosi 412 16.83 74.73 50.0000 9.07673

Superiority 412 37.94 76.44 50.0000 6.41829

Exhibitionism 412 31.96 72.27 50.0000 9.30246

Entitlement 412 27.41 69.64 50.0000 7.66930

Authority 412 26.35 71.88 50.0000 9.02451

Exploitativeness 412 19.14 72.31 50.0000 7.73864

SelfSufficiency 412 30.43 71.99 50.0000 6.78853

Pola Asuh Otoriter 412 30.18 76.37 50.0000 8.48749

Pola Asuh Otoritatif 412 23.05 67.58 50.0000 8.74217

Pola Asuh Permisif 412 15.83 68.64 50.0000 8.24336

Valid N (listwise) 412

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa semua mean pada variable sudah mendekati

angka 50 dan standar deviasi juga mendekati angka 10. Skor terendah dari

cyberbullying 39.40 dan skor tertinggi 85.79. Skor terendah dari kecerdasan emosi

16.83 dan skor tertinggi 74.73. Skor terendah dari superiority 37.94 dan skor tertinggi

76.44, kemudian skor terendah exhibitionism 31.96 dan skor tertinggi 72.27, kemudian

skor terendah untuk entitlement 27.41 dan skor tertinggi 69.64. Skor terendah dari

authority 26.35 dan skor tertinggi 71.88. Skor terendah dari exploitativeness 19.14 dan

skor tertinggi 72.31, kemudian skor terendah self sufficiency 30.43 dan skor tertinggi

Page 78: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

64

71.99. Kemudian skor terendah dari pola asuh otoriter 30.18 dan skor tertinggi 76.37.

Semudian skor terendah dari pola asuh otoritatif 23.05 dan skor tertinggi 67.58.

Kemudian skor terendah pola asuh permisif 15.83 dan skor tertinggi 68.64.

4.3 Kategorisasi Skor

Kategorisasi skor variabel bertujuan untuk menempatkan individu dalam kelompok-

kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut

yang diukur. Adapun norma kategori skor variabel dalam penelitian ini dijelaskan pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.5

Norma Kategorisasi Skor Variabel penelitian Kategori Norma

Rendah X < M – SD

Sedang M – SD ≤ X ≤ M + SD

Tinggi X > M + SD

Setelah norma kategorisasi skor pada tabel 4.5 didapatkan maka diperoleh nilai

presentase kategorisasi skor untuk setiap variabel yang terdapat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6

Tabel Kategorisasi Skor Variabel Penelitian Variabel Rendah Sedang Tinggi

Cyberbullying 50 (12.2%) 308 (74.9%) 53 (12.9%)

Kecerdasan Emosi 44 (10,7%) 320 (77.9%) 48 (11.7%)

Superiority 12 (2.9%) 372 (90.3%) 28 (6.8%)

Exhibitionism 62 (15.0%) 304 (73.8%) 46 (11.2%)

Entitlement 33 (8.0%) 344 (83.5%) 35 (8.5%)

Authority 44 (10.7%) 311 (75.5%) 57 (13.8%)

Exploitativeness 43 (10.4%) 327 (79.4%) 42 (10.2%)

Self-Sufficiency 22 (5.3%) 357 (86.7%) 33 (8.0%)

Pola Asuh Otoriter 52 (12.7%) 310 (75.2%) 50 (12.1%)

Pola Asuh Otoritatif 48 (11.7%) 302 (73.3%) 62 (15.0%)

Pola Asuh Permisif 40 (9.7%) 327 (79.4%) 45 (10.9%)

Page 79: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

65

Berdasarkan tabel 4.6 mengenai gambaran skor variabel diatas dapat dilihat

bahwa semua skor variabel dalam kurva normal. Skor pada variabel tindakan

cyberbullying sebanyak 50 orang (12.2%) memiliki skor cyberbullying pada kategori

rendah, 308 orang (74.9%) pada kategorisasi sedang dan 53 orang (12.9%) memiliki

skor cyberbullying pada kategorisasi tinggi.

Dari tabel 4.6 juga dapat dijelaskan bahwa variabel superiority memiliki

perbedaan yang cukup signifikan antara skor kategorisasi rendah dan kategorisasi

tingginya yaitu dimana sebanyak 12 orang (2.9%) berada pada skor kategorisasi

rendah, 372 orang (90.3%) pada kategorisasi sedang dan 28 orang (6.8%) memiliki

skor superiority pada kategorisasi tinggi. Kemudian variable self-sufficiency dimana

sebanyak 22 orang (5.3%) berada pada skor kategorisasi rendah, 357 orang (86.7%)

berada pada kategorisasi sedang, dan 33 orang (8.0%) memiliki skor kategorisasi

tinggi.

Berbeda dengan variabel exhibitionism dimana skor kategorisasi jauh lebih

tinggi dibandingkan kategorisasi rendah yaitu sebanyak 62 orang (15.0%) memiliki

skor exhibitionism pada kategori rendah, 304 (73.8%) pada kategorisasi sedang,

sedangkan 46 orang (11.2%) memiliki skor exhibitionism pada kategori tinggi.

4.4 Uji Hipotesis Penelitian

Pada tahapan uji hipotesis penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis regresi

dengan aplikasi IBM software SPSS 22.0. Terdapat tiga hal yang dapat dilihat dalam

melakukan analisis regresi. Pertama, dengan menggunakan analisis regresi, peneliti

dapat melihat seberapa besar (%) pengaruh yang diberikan independent variable

Page 80: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

66

terhadap dependent variabel dengan melihat nilai R-square. Kedua, melihat apakah

seluruh independent variable yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap

dependent variabel melalui uji F. Ketiga, melihat signifikan atau tidaknya koefisien

regresi dari setiap independent variable melalui uji t.

Langkah pertama, peneliti melihat seberapa besar independent variable

berpengaruh terhadap dependent variable dengan melihat besaran R-square. Adapun

besarnya R-square dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .323a .104 .080 8.29174

Berdasarkan tabel 4.7, dapat dilihat bahwa perolehan R² sebesar 0.104 atau

10.4%. Dengan demikian besarnya pengaruh seluruh independent variable (kecerdasan

emosi, superiority, exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness, self-

sufficiency, pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif, pola asuh permisif dan gender)

terhadap dependent variable (cyberbullying) ialah 10.4%, sedangkan 89.6% lainnya

dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Setelah mengetahui besar pengaruh

seluruh independent variable terhadap dependent variable, langkah kedua ialah

menghitung signifikansi model penelitian dengan seluruh independent variable melalui

uji F.

Page 81: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

67

Tabel 4.8

Tabel Anova Pengaruh Keseluruhan independent variable terhadap dependent

variable

Model Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

1 Regression 3204.474 11 291.316 4.237 .000b

Residual 27501.157 400 68.753

Total 30705.631 411

Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa nilai p (probability) pada kolom

paling kanan sebesar 0.000. Dengan nilai p < 0.05, maka hipotesis nihil yang

menyatakan “Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosi,

superiority, exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness dan self-sufficiency,

pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif, pola asuh permisif, dan gender terhadap

tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan” ditolak.

Artinya ada pengaruh yang signifikan dari kecerdasan emosi, superiority,

exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness, self-sufficiency, pola asuh

otoriter, pola asuh otoritatif, pola asuh permisif, dan gender terhadap tindakan

cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan.

Oleh sebab itu langkah berikutnya yang diperlukan untuk melihat diantara

kecerdasan emosi, superiority, exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness,

self-sufficiency, pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif, pola asuh permisif, dan gender

mana yang dampaknya signifikan dan tidak memprediksi cyberbullying perlu

dilakukan uji t terhadap koefisien regresi dari kecerdasan emosi, superiority,

exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness, self-sufficiency, pola asuh

Page 82: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

68

otoriter, pola asuh otoritatif, pola asuh permisif, dan gender dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.9

Koefisien Regresi Setiap Variabel Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 38.979 5.912 6.593 .000

Kecerdasan emosi -.065 .058 -.068 -1.126 .261

Superiority .331 .074 .245 4.469 .000

Exhibitionism -.069 .050 -.074 -1.376 .170

Entitlement .117 .065 .104 1.814 .070

Authority -.069 .061 -.072 -1.133 .258

Exploitativeness .140 .073 .125 1.914 .056

Self-Sufficiency -.119 .076 -.093 -1.556 .120

Pola asuh otoriter .038 .054 .037 .706 .481

Pola asuh otoritatif .147 .056 .149 2.603 .010

Pola asuh permisif -.144 .062 -.137 -2.331 .020

Gender -2.659 .892 -.148 -2.980 .003

a. Dependent Variable: Cyberbullying

Untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak, dapat dilihat pada

kolom paling kanan. Jika nilai p < 0.05 maka koefisien regresi yang dihasilkan terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap cyberbullying, begitupun sebaliknya. Adapun besarnya

koefisien regresi dari masing-masing independent variable terhadap cyberbullying dapat

dilihat pada tabel 4.9. Berdasarkan tabel koefisien regresi diatas juga diperoleh

persamaan regresi sebagai berikut:

Cyberbullying' = 38.979 – 0.065 (kecerdasan emosi) + 0.331 (superiority)*

– 0.069 (exhibitionism) + 0.117 (entitlement) – 0.069 (authority) + 0.140

Page 83: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

69

(exploitativeness) – 0.119 (self-sufficiency) – 0.038 (pola asuh otoriter) + 0.147 (pola

asuh otoritatif)* – 0.144 (pola asuh permisif)* – 2.659 (gender)*

Keterangan: tanda (*) menunjukkan variabel signifikan

Dari persamaan regresi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari dua belas

independent variable terdapat lima independent variable yang signifikan terhadap

tindakan cyberbullying dimana nilai p <0.005, yaitu kecerdasan emosi, pola asuh

otoritatif , pola asuh permisif dan gender. Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi

yang diperoleh dari masing-masing independent variable sebagai berikut:

1. Variabel kecerdasan emosi terhadap variabel cyberbullying memiliki koefisien

regresi sebesar -0.065 dengan nilai P=0.261 (>0.05). Dengan demikian variabel

kecerdasan emosi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel cyberbullying.

2. Variabel superiority terhadap variabel cyberbullying memiliki koefisien regresi

sebesar 0.331 dengan nilai P=0.000 (<0.05). Dengan demikian variabel kecerdasan

emosi berpengaruh signifikan terhadap variabel cyberbullying. Nilai koefisien

yang positif menunjukkan arah hubungan, bahwa jika skor superiority semakin

tinggi maka akan semakin tinggi pula skor pada tindakan cyberbullying.

3. Variabel exhibitionism terhadap variabel cyberbullying memiliki koefisien regresi

sebesar -0.069 dengan nilai P=0.170 (>0.05). Dengan demikian variabel

exhibitionism tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel cyberbullying.

4. Variabel entitlement terhadap variabel cyberbullying memiliki koefisien regresi

sebesar 0.117 dengan nilai P=0.070 (>0.05). Dengan demikian variabel entitlement

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel cyberbullying.

Page 84: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

70

5. Variabel authority terhadap variabel cyberbullying memiliki koefisien regresi

sebesar -0.069 dengan nilai P=0.258 (>0.05). Dengan demikian variabel

entitlement tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel cyberbullying.

6. Variabel exploitativeness terhadap variabel cyberbullying memiliki koefisien

regresi sebesar 0.140 dengan nilai P=0.056 (>0.05). Dengan demikian variabel

exploitativeness tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel cyberbullying.

7. Variabel self-sufficiency terhadap variabel cyberbullying memiliki koefisien

regresi sebesar -0.119 dengan nilai P=0.120 (>0.05). Dengan demikian variabel

self-sufficiency tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel cyberbullying.

8. Variabel pola asuh otoriter terhadap variabel cyberbullying memiliki koefisien

regresi sebesar 0.038 dengan nilai P=0.481 (>0.05). Dengan demikian variabel

pola asuh otoriter tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel cyberbullying.

9. Variabel pola asuh otoritatif terhadap variabel cyberbullying memiliki koefisien

regresi sebesar 0.147 dengan nilai P=0.010 (<0.05). Dengan demikian variable

pola asuh otoritatif berpengaruh signifikan terhadap variabel cyberbullying. Nilai

koefisien yang positif menunjukkan arah hubungan, bahwa jika skor pola asuh

otoritatif semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula skor pada tindakan

cyberbullying.

10. Variabel pola asuh permisif terhadap variabel cyberbullying memiliki koefisien

regresi sebesar -0.144 dengan nilai P=0.020 (<0.05). Dengan demikian variabel

pola asuh permisif berpengaruh signifikan terhadap variabel cyberbullying. Nilai

koefisien yang negatif menunjukkan arah hubungan, bahwa jika skor pola asuh

Page 85: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

71

permisif semakin tinggi maka akan semakin rendah skor pada tindakan

cyberbullying.

11. Variabel gender terhadap variabel cyberbullying memiliki koefisien regresi

sebesar -2.659 dengan nilai P=0.003 (<0.05). Dengan demikian variabel gender

berpengaruh signifikan terhadap variabel cyberbullying. Variabel gender

menggunakan coding yaitu laki-laki = 0 dan perempuan = 1. Dengan demikian

dilihat dari nilai koefisien yang negatif menunjukan bahwa laki-laki memiliki

tindakan cyberbullying yang lebih tinggi dibandingkan perempuan

4.5 Pengujian Proporsi Varian

Langkah selanjutnya ialah melihat proporsi varians untuk masing-masing independent

variable. Untuk mengetahui proporsi varians dari masing-masing independent

variable, peneliti melakukan perhitungan nilai R2 Change dengan cara melakukan

analisis regresi satu per satu, langkah ini dilakukan untuk mengetahui besarnya R2

Change setiap kali menambahkan independent variable kedalam analisis regresi.

Adapun besar R2 Change untuk masing-masing independent variable pada penelitian

ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 86: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

72

Tabel 4.10

Proporsi Varian setiap Variabel

Model R

Square

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

Kecerdasan emosi .002 .002 .865 1 410 .353

Superiority .046 .044 18.709 1 409 .000

Exhibitionism .046 .001 .293 1 408 .588

Entitlement .052 .006 2.583 1 407 .109

Authority .053 .000 .118 1 406 .731

Exploitativeness .059 .007 2.876 1 405 .091

Self-Sufficiency .063 .003 1.337 1 404 .248

Pola asuh otoriter .066 .003 1.434 1 403 .232

Pola asuh otoritatif .074 .008 3.469 1 402 .063

Pola asuh permisif .084 .011 4.663 1 401 .031

Gender .104 .020 8.881 1 400 .003

Berdasarkan tabel 4.10, penjelasan untuk masing-masing R2 Change adalah sebagai

berikut:

1. Variabel kecerdasan emosi memberikan sumbangan sebesar 0.002 atau 0.2%

terhadap varians cyberbullying. Namun sumbangan yang diberikan tidak

signifikan, dengan nilai P=0.353 (>0.05).

2. Variabel superiority memberikan sumbangan sebesar 0.044 atau 4.4% terhadap

varians cyberbullying. Sumbangan yang diberikan signifikan, dengan nilai

P=0.000 (<0.05).

3. Variabel exhibitionism memberikan sumbangan sebesar 0.001 atau 0.1% terhadap

varians cyberbullying. Namun sumbangan yang diberikan tidak signifikan, dengan

nilai P=0.588 (>0.05).

Page 87: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

73

4. Variabel entitlement memberikan sumbangan sebesar 0.006 atau 0.6% terhadap

varians cyberbullying. Namun sumbangan yang diberikan tidak signifikan, dengan

nilai P=0.109 (>0.05).

5. Variabel authority memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau 0.0% terhadap

varians cyberbullying. Namun sumbangan yang diberikan tidak signifikan, dengan

nilai P=0.731 (>0.05).

6. Variabel exploitativeness memberikan sumbangan sebesar 0.007 atau 0.7%

terhadap varians cyberbullying. Namun sumbangan yang diberikan tidak

signifikan, dengan nilai P=0.091 (>0.05).

7. Variabel self-sufficiency memberikan sumbangan sebesar 0.003 atau 0.3%

terhadap varians cyberbullying. Namun sumbangan yang diberikan tidak

signifikan, dengan nilai P=0.248 (>0.05).

8. Variabel pola asuh otoriter memberikan sumbangan sebesar 0.003 atau 0.3%

terhadap varians cyberbullying. Namun sumbangan yang diberikan tidak

signifikan, dengan nilai P=0.232 (>0.05).

9. Variabel pola asuh otoritatif memberikan sumbangan sebesar 0.008 atau 0.8%

terhadap varians cyberbullying. Namun sumbangan yang diberikan tidak

signifikan, dengan nilai P=0.063 (>0.05).

10. Variabel pola asuh permisif memberikan sumbangan sebesar 0.011 atau 1.1%

terhadap varians cyberbullying. Sumbangan yang diberikan signifikan, dengan

nilai P=0.031 (<0.05).

Page 88: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

74

11. Variabel gender memberikan sumbangan sebesar 0.003 atau 3.0% terhadap

varians cyberbullying. Sumbangan yang diberikan signifikan, dengan nilai

P=0.020 (<0.05).

Hal lain yang penting dalam melakukan analisis regresi adalah menguji asumsi

normalitas dari variabel residual karena jika ternyata terdapat distribusi frekuensi

residual yang tidak normal maka semua uji signifikan yang sudah dikemukakan di atas

diragukan, oleh sebab itu penulis melakukan uji normalitas sesuai asumsi tersebut.

Hasil analisis regresi yang dapat dipercaya adalah jika distribusi frekuensi dari residual

mengikuti kurva normal. Apabila residual berada disekitar garis harapan untuk kurva

normal, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi ini memiliki distribusi error atau

residual yang mengikuti kurva normal. Artinya, hasil persamaan regresi beserta

interpretasinya dapat dipercaya.

Berikut adalah gambar “residual plot” yang dihasilkan untuk “dependent

variable” dalam penelitian ini. Berdasarkan gambar 4.2 dan 4.3 dapat dilihat bahwa

secara umum distribusi dari residual yang dihasilkan tidak terlalu jauh berbeda dari

kurva normal.

Page 89: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

75

Gambar 4.2 Histogram Residual Tindakan Cyberbullying Gambar 4. 3 Residual Plot Tindakan

Dengan demikian, uji hipotesis dan penelitian dengan analisis regresi pada

tindakan cyberbullying dapat diterima dikarenakan residual berada disekitar garis

harapan untuk kurva normal.

Page 90: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

76

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji multiple regression,

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan emosi,

superiority, exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness, self-sufficiency, pola

asuh otoriter, pola asuh otoritatif, pola asuh permisif, dan gender terhadap tindakan

cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas yang tersebar di Jakarta Selatan.

Apabila dilihat dari signifikasi masing-masing independent variabel, terdapat

empat variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tindakan cyberbullying yaitu

superiority, pola asuh otoritatif, pola asuh permisif, dan gender. Selain itu, terdapat tujuh

variabel yang tidak signifikan yaitu kecerdasan emosi, exhibitionism, entitlement,

authority, exploitativeness, self-sufficiency, dan pola asuh otoriter.

Variabel superiority memiliki koefisien regresi bernilai positif, artinya semakin

tinggi skor superiority individu, maka akan semakin tinggi kecenderungan individu

melakukan tindakan cyberbullying. Variabel pola asuh otoritatif memiliki koefisien regresi

bernilai positif artinya semakin tinggi pola asuh otoritatif maka akan semakin tinggi pula

kecenderungan individu melakukan tindakan cyberbullying. Variabel pola asuh permisif

memiliki koefisien regresi bernilai negatif artinya semakin tinggi pola asuh permisif

maka akan semakin rendah tindakan cyberbullying. Selanjutnya, variabel gender

menunjukan nilai koefisien yang negatif dimana variabel gender menggunakan coding

Page 91: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

77

yaitu laki-laki = 0 dan perempuan = 1 menunjukan bahwa laki-laki memiliki tindakan

cyberbullying yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Berdasarkan analisis regresi didapatkan bahwa tindakan cyberbullying yang

dipengaruhi oleh keseluruhan independent variable didapatkan hasil sebesar 10,4%.

Proporsi varians superiority sebesar 4,4%, pola asuh otoritatif sebesar 0,8%, pola asuh

permisif sebesar 1,1%, dan gender sebesar 2,0%.

5.2 Diskusi

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang memengaruhi tindakan cyberbullying

pada siswa sekolah menengah atas yang tersebar di Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa dari dua belas independent variable

yang diteliti terdapat empat variabel yang signifikan mempengaruhi tindakan

cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas di Jakarta Selatan. Empat variabel

tersebut antara lain superiority, pola asuh otoritatif, pola asuh permisif, dan gender.

Pada penelitian ini superiority berpengaruh signifikan dengan arah positif yang

berarti bahwa jika skor superiority semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula skor

pada tindakan cyberbullying. Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wasburn et.al (2004) bahwa dimensi dari narsisme yaitu superiority

dikalangan remaja dapat memicu tindakan agresi, dimana remaja tersebut akan

mempromosikan konstruksi diri yang superior melalui dominasi fisik dan psikologis

terhadap orang lain seperti melakukan tindakan cyberbullying.

Kemudian dua dari tiga dimensi pola asuh ibu yaitu dimensi pola asuh otoritatif

dan pola asuh permisif ditemukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tindakan

Page 92: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

78

cyberbullying. Pola asuh ibu otoritatif berpengaruh signifikan dengan arah positif

dengan arti bahwa semakin tinggi skor pada pola asuh otoritatif maka akan semakin

tinggi pula skor pada tindakan cyberbullying.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Derebasi (2015)

yang menyatakan pola asuh otoritatif signifikan positif terhadap tindakan cyberbullying.

Orang tua dengan gaya pengasuhan otoritatif yaitu mendorong anak menjadi mandiri

dengan tetap masih menggunakan batasan-batasan kontrol terhadap anak ternyata malah

memicu anak untuk melakukan tindakan cyberbullying. Peneliti menyimpulkan bahwa

anak yang di didik mandiri dengan masih diberi batasan kontrol dari orang tua membuat

anak merasa kurang memiliki kebebasan dalam menentukan perilakunya. Sehingga anak

dengan pola asuh otoritatif menyalurkan kekesalanya dengan berbuat agresi terhadap

orang lain.

Bukan hanya pola asuh otoritatif tetapi pola asuh permisif juga ditemukan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan cyberbullying. Hasil penelitian ini

berbanding terbalik dengan teori yang di kemukakaan Baumrind (Dalam Santrock,

1971) yaitu pola asuh permisif dimana orang tua membiarkan anak mereka melakukan

apa saja yang mereka inginkan akan membuat anak jarang menghormati orang lain dan

mengalami kesulitan untuk mengendalikan perilakunya. Pada penelitian ini justru pola

asuh permisif berpengaruh signifikan dengan arah negatif bahwa semakin tinggi skor

pola asuh permisif maka akan semakin rendah skor pada tindakan cyberbullying.

Disini peneliti menyimpulkan bahwa melalui hasil penelitian ini, orang tua

dengan pola asuh permisif dapat membuat anak merasa mempunyai kebebasan untuk

Page 93: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

79

melakukan sesuatu, anak tidak merasa tertekan, sehingga anak dapat belajar menghargai

orang lain karena wawasan nya yang terbuka tidak didominasi oleh peran otoritas orang

tua yang kejam yang akan memicu anak melakukan modelling terhadap orang lain.

Sehingga melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pola asuh permisif merupakan

salah satu cara untuk menghindari tindakan cyberbullying.

Selanjutnya variabel lain dalam penelitian ini yang signifikan terhadap tindakan

cyberbullying ialah gender. Hasil menyatakan bahwa laki-laki memiliki intensi yang

lebih tinggi dalam tindakan cyberbullying. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Abeele & Cock (2013) yang menyatakan bahwa laki-laki lebih

kontroversial untuk terlibat dalam kegiatan cyberbullying seperti mengancam atau

menghina seseorang dengan cara panggilan suara atau SMS.

Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini ialah penelitian dari

Doucett, Jeremy D (2013) yang menyatakan laki-laki signifikan lebih sering melakukan

cyberbullying dibandingkan wanita karena laki-laki lebih sering menggunakan kata-kata

yang menyakitkan dengan anggapan bahwa hal yang mereka lakukan adalah hal biasa

ataupun sekedar bercanda.

Dalam penelitian ini terdapat pula beberapa variabel yang terbukti tidak terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap sikap terkait kekerasan dalam berpacaran, yaitu:

kecerdasan emosi, exhibitionism, entitlement, authority, exploitativeness, self-

sufficiency, dan pola asuh otoriter. Hal ini membuat hasil yang didapat dapat dikatakan

bertentangan dengan penelitian yang telah ada.

Page 94: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

80

Kecerdasan emosi pada penelitian ini terbukti tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tindakan cyberbullying. Dalam hal ini penulis mengambil

kesimpulan bahwa terdapat faktor lain yang membuat kecerdasan emosi tidak signifikan

terhadap tindakan cyberbullying. Dalam penelitian yang dilakukan oleh García-Sancho,

Salguero dan Berrocal (2014) menyatakan kecerdasan emosi hanya merupakan faktor

mediasi mungkin terdapat faktor lain sehingga tidak didapatkan hasil yang signifikan

sebagai suatu variabel independen yang dapat mempengaruhi langsung tindakan

cyberbullying.

Kemudian terdapat lima variabel narsisme yaitu exhibitionism, entitlement,

authority, exploitativeness, dan self-sufficiency yang dalam penelitian ini tidak terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap tindakan cyberbullying. Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Derebasi (2015), bahwa dimensi narsisme tidak signifikan

dikarenakan alat ukur yang digunakan narcissistic personality inventory (NPI) tidak pas

digunakan untuk mengukur perilaku penggunaan media sosial dan item pada narcissistic

personality inventory (NPI) hanya mengacu pada persepsi mereka tentang perilaku

mereka dalam kehidupan nyata.

Variabel lain yang ditemukan tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap tindakan

cyberbullying dalam penelitian ini adalah pola asuh otoriter. Hasil penelitian yang

dilakukan peneliti sangat berbanding terbalik oleh penelitian yang dilakukan oleh

Zurcher, et.at (2018) yang menyatakan bahwa pola asuh otoriter signifikan berfungsi

sebagai faktor pemicu cyberbullying khususnya, verbal (kata-kata) yang menyakitkan

dari ibu dikaitkan dengan partisipasi anak laki-laki dalam perilaku cyberbullying.

Page 95: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

81

Peneliti menyimpulkan bahwa pola asuh otoriter pada penelitian ini tidak terbukti

signifikan. Pola asuh otoriter pada teori Baumrind (1971) dijelaskan merupakan pola

asuh dengan batasan-batasan kontrol yang tegas pada anak dan memungkinkan sedikit

pertukaran verbal, memukul anak, menegakan aturan-aturan kaku, tetapi tidak

menjelaskan kepada mereka dan menunjukan kemarahan kepada anak. Pada penelitian

ini ditarik kesimpulan bahwa anak remaja tidak ingin memperlihatkan kepada orang lain

bahwa ia memiliki orang tua dengan sifat kasar sehingga pada penelitian ini sampel lebih

banyak mengisi pada pola asuh otoritatif dan permisif. Peneliti mengharapkan pada

penelitian lain agar lebih mengeksplorasi mengenai pola asuh otoriter ini.

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Peneliti memberikan beberapa saran yang

terbagi menjadi saran teoritis dan saran praktis.

5.3.1 Saran teoritis

Untuk pengembangan penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Didalam penelitian ini hanya didapatkan sumbangan sebesar 10.4% dari

independent variable terhadap dependent variable, masih ada 89.6% lainnya

dipengaruhi oleh variable lain. Apabila pada penelitian selanjutnya hendak

menggunakan variabel yang sama, hendaknya mencari faktor-faktor menarik

lainnya untuk dijadikan variabel independen yang mempengaruhi tindakan

cyberbullying seperti gaya hidup, self-esteem dan dukungan teman sebaya.

Page 96: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

82

2. Disarankan pada penelitian berikutnya untuk dapat memperdalam penelitian terkait

tindakan cyberbullying dikalangan anak SMA dengan menggunakan path analysis

dan structural equation model (SEM). Hal ini dilakukan agar pengaruh independent

variable terhadap dependent variable dapat terlihat lebih jelas dan dapat dijelaskan

secara rasional yaitu terdapat dampak langsung dan tidak langsung dengan path

analysis yang diperhitungkan standar kesalahannya dengan menggunakan SEM.

3. Pada penelitian ini, pola asuh menunjukan hasil yang berbeda dari teori, dimana

pola asuh otoritatif memiliki nilai koefisien regresi dengan arah positif, yang berarti

jika orang tua semakin bersikap otoritatif anak akan semakin melakukan tindakan

cyberbullying dan untuk pola asuh permisif memiliki nilai koefisien regresi dengan

arah negatif, yang berarti semakin orang tua bersikap permisif anak akan semakin

tidak melakukan tindakan cyberbullying. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa

peran orang tua sangat penting dalam pembentukan perilaku anak. Adanya

perbedaan hasil penelitian dengan teori yaitu dimana anak dengan pola asuh

permisif seharusnya kesulitan dalam mengendalikan perilakunya ternyata dalam

penelitian ini, anak dengan pola asuh permisif ternyata mampu mengkontrol dirinya

untuk menghindari perilaku cyberbullying. Dari adanya perbedaan hasil penelitian

dengan teori yang ada, peneliti mengharapkan untuk penelitian selanjutnya, dapat

menggunakan variabel pola asuh untuk diteliti kembali.

4. Saran selanjutnya penyebaran kuesioner yang dilakukan secara langsung dengan

cara mengunjungi sekolah yang ingin dijadikan sampel harus sangat diperhatikan

tentang masalah waktu. Waktu penyebaran kuesioner sangat penting karena peneliti

Page 97: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

83

menyimpulkan kondisi siswa di pagi hari lebih fit untuk mengisi kuesioner

dibandingkan pada waktu siang hari, banyak siswa yang mengeluhkan kurang

konsentrasi dan kelelahan pada saat pengisian kuesioner.

5. Dalam penelitian selanjutnya peneliti juga harus memastikan bahwa subjek

penelitian mengisi sesuai dengan petunjuk yang sudah ada, sehingga hasil yang

didapat benar dan lebih akurat.

5.3.2 Saran praktis

Untuk dapat mengurangi tindakan cyberbullying pada siswa sekolah menengah atas,

maka peneliti menyarankan beberapa intervensi sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini dimensi superiority signifikan terhadap tindakan cyberbullying.

Jika ditemukan siswa atau anak dengan sikap superiority yang berlebihan orang tua

maupun guru perlu meningkatkan atau memberikan masukan seperti agama dan

motivasi bahwa perilaku tersebut akan menimbulkan efek kurang baik terhadap

orang lain. Tindakan ini dilakukan secara perventif untuk menghindari tindakan

cyberbullying yang dilakukan oleh anak terhadap orang lain.

2. Untuk pihak sekolah ada baiknya melakukan kampanye atau workshop terhadap

siswa dengan tujuan memperluas pengetahuan dan meningkatkan kesadaran bahwa

perilaku cyberbullying memiliki dampak negatif. Jika tindakan cyberbullying

dibiarkan korbannya akan merasa tertekan dan bahkan banyak kasus yang berawal

dari bullying berlanjut menjadi cyberbullying dan membuat korbannya enggan pergi

kesekolah, enggan melakukan sosialisasi dengan orang lain bahkan sampai bunuh

diri.

Page 98: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

84

DAFTAR PUSTAKA

Abeele, M.V., & Cock. (2013). Cyberbullying by mobile phone among adolescents: The

role of gender and peer group status, 38 (1):107-118. doi: 10.1515 /commun-

2013-0006.

Ang, R.P., Tan, K.A., & Mansor A.T. (2011). Normative beliefs about aggression as a

mediator of narcissistic exploitativeness and cyberbullying. Journal of

Interpersonal Violence, 26 (13), 2619-2634. doi: 10.1177/088626051038828.

Baroncelli, A., & Ciucci, E. (2014). Unique effects of different components of traits

emotional intelligence in traditional bullying and cyberbullying. Florence, Itay:

Elseiver Academic Press.

Brackett, M.A., & Rivers S.E. (2011). Classroom emotional climate, teacher affiliation

and student conduct. E-Journal of Classroom Interaction, 46 (1), 27-36.

Retrieved from https://www.jstor.org/stable/pdf/23870549.

Buri, J.R. (1991). Parental authority questionnaire. Journal of Personality Assesment.

57 (1), 110-119.

Calvate, E., Orue, I., Estevez, A., Villardon, L., & Padilla. (2010). Cyberbullying in

adolescents: Modalities and aggressors’ profile. Spain: Elseiver Academic

Press.

Cetin, B., Yaman, E., & Peker, A. (2011). Cyber victim and bullying scale: A study of

validity and reliability. Turkey: Elseiver Academic Press.

Chen, H., & Wong, Y.C. (2015). Internet supervision and parenting in the digital age:

the case of shanghai. Journal of the Open Family Studies. 7 (2), 112-123.

Dake, J.A., Prince, J.H., Telljohann, S.K. (2003). The Nature and Extent of Bullying at

School. Journal of school health, 73 (5), 173-180.

Darling, N. (1999). Parenting style and its correlates. Clearinghouse on elementary

and early childhood education. United State: Education Resources Information

Center.

Doleey, J.J., Pyzalski, J., & Cross, D. (2009). Cyberbullying versus face to face

bullying. Journal of Psychology, 217 (4), 182-18. doi: 10.1027/0044-3409.21

7.4.18.

Page 99: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

85

Donellan, M.B., Trzesniewski, K.H., Robins, R.W., Moffitt, T.E., & Caspi, A. (2005).

Low self esteem is relate to aggression, antisocial behavior and delinquency.

Diunduh tanggal 31 Oktober 2017 dari http://journals.sagepub.com.

Du, J., Sun. F., & Fan. X. (2016). Cyberbullying perpetration: a meta-analysis of

gender differences. Journal of Internet Science. 11 (1), 61-81.

Fan, C.Y., Chu, X.W., Zhang, M, & Zhou, Z.K. (2016). Are narcissists more likely to

be involved in cyberbullying? Examining the mediating role of self esteem.

Journal of Interpersonal Violence, 1-24. doi: 10.1177/088626051666653.

Goleman, D. (1996). Emotional Intelligence: Kecerdasan emosional mengapa EI lebih

pentng daripada IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Guo, S. (2016). A meta-analysis of the predictors of cyberbullying perpetration and

victimization. Journal of Psychology in the School. 53(4), doi:10.1002/pits,In.

Hasebrink, U. (2014). Children’s changing online experiences in a longitudinal

perspective. London, UK: EU Kids Online.

Hinduja, S., Justin, W.,& Patchin, Ph.D. (2010). Cyberbullying research summary.

Journal of School Health. Retrieved from http://www.cyberbullying.us.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hymel, S., & Swearer, S. (2009). Investigating the comparability of a self-report

measure of childhood bullying across countries. Canadian Journal of School

Psychology, 24 (1), 82-93. doi: 0.1177/0829573509331614.

Kring, A.M., Davison, G.C., & Neale, J.M. Abnormal psychology-ninth edition.

Psikologi abnormal edisi ke 9. Noermalasari Fajar (terj). 2004. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Li, Q. (2006). Cyberbullying in schools : a research of gender differences. Journal of

International School Psychology Association, 27 (157), doi:

10.1177/0143034306064547.

Locke, K.D. (2009). Aggresion, narcissism, self-esteem and the attribution of desirable

and humanizing traits to self versus others. Moscow: Elseiver Academic Press

Page 100: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

86

Navarro, J.N., & Jasinski, J.L. (2013). Why girls? Using routine activities theory to

predict cyberbullying experiences between girls and boy. Journal of Women &

Criminal Justice, 23 (4), 286-303, doi: 10.1080/08974454.2013.784225.

Oh, H.J., Ozkaya, E., & Larose, R. (2014). How does online social networking enhance

life satisfaction? The relationships among online supportive interaction, affect,

perceived social support, sense of community, and life satisfaction. USA:

Elseiver Academic Press.

Olweus, D.A. (1994). Bullying at school: basic facts and effects of a school based

intervention program. E-Journal of Child Psychology and Psychiatry, 35 (7),

1171-1190. doi: 10.1111/j.1469-7610.1994.tb01229.x

Park, S.K., Kim J.Y., & Cho, C.B. (2008). Prevalence of internet addiction and

correlations with family factors among south Korean adolescents. 43(3), 895-

909. Retrieved from https://web.b.ebscohost.com

Raskin, R. & Hall, C. S. (1979). A narcissistic personality inventory. Psychological

Reports, 45, 590.

Raskin, R., & Terry, H. (1988). A principal components analysis of the narcissistic

personality inventory and further evidence of its construct validity. Journal of

Personality and Social Psychology. 54 (5), 890-902.

Rifauddin, M. (2016). Fenomena cyberbullying pada remaja: Studi Analisis Media

Sosial Facebook. Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan Khizanah

Al-Hikmah, 4(1), 35-44.

Rosen, L.D., Cheever, N.A., & Carrier, L.M. (2008). The association of parenting style

and child age with parental limit setting and adolescent myspace behavior.

Carson, USA: Elseiver Academic Press.

Rosemary, C. (2014). Adolescent cyberbullying in new Zealand and the implications of

parenting style. University of Canterbury.

Santrock, J.W. Masa perkembangan anak buku dua edisi sebelas. Verawaty Pakpahan

& Wahyu Tanujaya (terj). 2011. Jakarta: Salemba Humanika.

Schutte, N.S., Malouff J.M., Hall, L.E., Haggerty, D.J., Cooper, J.T., Golden, J.C., &

Dornheim, L. (1998). Development and validation of a measure of emotional

intelligence. USA : Personality And Individual Differences.

Page 101: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

87

Smith, P., Mahdavi, J., Carvalho, M & Tippett, N. (2006). An investigation into

cyberbullying, its forms, awereness and impact, and the relationship between age

and gender in cyberbullying. London : Research Brief.

Smith, P. K., Steffgen, G., & Sittichai R. (2013). The nature of cyberbullying, and an

international network. London: Psychology Press.

Smith, P.K & Steffgen, G. (2013). Cyberbullying through the new media. New York:

Psychology Press

Stica, F., Ruggieri, S., Alsaker, F., & Perren, S. (2013). Longitudinal risk factors for

cyberbullying in adolescene. Journal of Community and Applied Social

Psychology, 23 (2013), 52-67. doi: 0.1002/casp.2136

Subrahmanyam, K., & Greenfield, P. (2008). Online communication and adolescent

relationship. Diunduh tanggal 9 oktober 2017 dari https://www.jstor.org/stable/

pdf/20053122

Tokunaga, R. S. (2010). Following you home from school: A critical review and

synthesis of research on cyberbullying victimization. Computers in Human

Behavior, 26 (3), 277-287.

Utari, P., & Akbar, MA. (2015). Cyberbullying pada media sosial (Studi analisis isi

tentang cyberbullying pada remaja di facebook). Surakarta: Universitas

Sebelas Maret.

Vandenbos, G.R. (2015). American psychological association dictionary (2nd Ed).

Washington DC: American Psychological Association.

Varjas, K., Talley, J., Meyers, J., Parris, L., & Cutts, H. (2010). High school students’

perceptions of motivations for cyberbullying: An exploratory study. Western

Journal of Emergency Medicine, 11, 269–273.

Vollink, T., Dehue, F., & Guckin, C.M. (2016). Cyberbullying from theory to

intervention. New York: Routledge.

Wiederhold, B.K. (2012). Journal of cybertheraphy and rehabilitation. Journal of the

International Associations of cyberpsychology, training and Rehabilitation. 5

(1).

Willard, N. (2005). Cyberbullying and cyberthreats. Washington, US: Departement of

education.

Page 102: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

88

Ybarra, M.L., and Mitchell, K.J. (2004). Online aggressor/targets, aggressors, and

targets: a comparison of associated youth characteristics. Journal of Child

Psychology and Psychiatry, 45, 1308–1316.

Artikel

Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (KOMINFO). (2018).

Jumlah Pengguna Internet. https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/12

640/ (Diakses pada tanggal 6 Juni 2018)

Cyberbullying terhadap Sonya Depari di Sosial Media (KOMPASIANA). (2016).

https://www.kompasiana.com/khansadewikarima/573ae0ac517a615c076ce99

a/cyberbullying-terhadap-sonya-depari-di-sosial-media (diakses 19 juni 2018)

Page 103: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

89

LAMPIRAN

Page 104: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

90

Page 105: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

91

Page 106: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

92

Page 107: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

93

LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner Penelitian

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Selamat Pagi/ Siang/ Sore,

Saya Indah Niandya, mahasiswi Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti saat ini sedang melakukan penelitian untuk

memenuhi tugas akhir skripsi. Peneliti sangat mengharapkan partisipasi dari Anda untuk

mengisi kuesioner ini. Jawaban Anda akan menjadi masukan yang sangat berharga bagi

kepentingan penelitian ini.

Silahkan Anda mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk pengisian yang

diberikan dan TIDAK ADA JAWABAN BENAR ATAU SALAH dalam kuesioner ini.

Diharapkan Anda mengisi jawaban sesuai dengan keadaan Anda saat ini. Data diri dan

semua jawaban Anda akan diolah secara general bukan perorangan. Data dari penelitian

ini akan dijaga KERAHASIAANNYA dan hanya dipakai untuk keperluan penelitian ini

saja.

Bacalah petunjuk pengisian terlebih dahulu. Setelah selesai mengisi kuesioner

ini, mohon jawaban Anda diteliti kembali agar tidak ada penyataan yang terlewat atau

tidak terjawab. Atas partisipasi Anda, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Indah Niandya

Page 108: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

94

Pernyataan Persetujuan Partisipasi.

Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini:

Nama/Inisial : ....................................................................

Jenis Kelamin & Usia : ....................................................................

Kelas & Asal Sekolah : ....................................................................

Nomor Telepon : ....................................................................

*Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda sesuai dengan diri

anda

Berapa sering anda menggunakan internet :

-2 jam per hari

-3 jam per hari

-4 jam per hari

-5 jam per hari

Jenis jejaring sosial yang lebih sering digunakan :

Di antara perilaku di bawah ini, manakah perilaku yang pernah anda lakukan dalam 6

bulan terakhir ?

Memblokir akun orang lain

Responden

(……………………………………….)

Page 109: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

95

SKALA 1

Pada skala ini terdapat sejumlah pernyataan. Baca dan pahami dengan baik setiap

pernyataan. Berilah tanda checklist (√) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia,

yaitu :

TP : Tidak Pernah, jika situasi tidak pernah terjadi pada diri anda

HTP : Hampir Tidak Pernah, jika situasi terjadi 1-2 kali pada diri anda

SR : Sering, jika situasi terjadi 3-4 kali pada diri anda

SS : Sangat Sering, jika situasi terjadi >4 kali pada diri anda

Contoh:

No. Pernyataan TP HTP SR SS

00. Saya orang yang suka bergaul √

Tidak ada jawaban benar atau salah, maka isilah kolom dibawah ini dengan

jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda pada saat ini. Selamat mengerjakan.

Pernyataan

No. Pernyataan TP HTP SR SS

1. Saya mengirimkan pesan yang mengancam

atau menghina melalui e-mail.

2. Saya mengirimkan pesan yang mengancam

atau menghina melalui sms.

3. Memajang atau memasang gambar untuk

memperlakukan teman sekelas di blog

internet.

4. Mengirimkan link untuk membuka gambar

yang berisi cemoohan terhadap orang lain.

5. Menulis lelucon, rumor, gosip, atau

komentar yang mencemooh atau

merendahkan orang lain di internet.

6. Mengupload atau mengeshare rumor, gosip

dll tentang teman sekelas kepada orang

lain agar mereka dapat membacanya.

7. Membobol e-mail orang lain dan mengirim

pesan ke orang lain dengan nama pemilik

Page 110: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

96

email tersebut, yang bisa membuat orang

tersebut malu atau menimbulkan masalah.

8 Mengambil gambar atau merekamnya

dengan ponsel ketika sekelompok orang

sedang menertawakan seseorang atau

memaksa orang itu melakukan sesuatu yang

tidak diinginkan.

9. Mengupload atau mengeshare gambar hasil

memotret tersebut kepada orang lain.

10. Merekam video atau memotret dengan

ponsel saat seseorang memukul atau

menyakiti orang lain.

11. Mengupload atau mengeshare video hasil

rekaman tersebut kepada orang lain.

12. Menyebarkan rahasia orang lain atau

kejelekan orang lain berupa foto-foto

melalui internet.

13. Dengan sengaja mengucilkan seseorang

anggota grup online.

14 Mengirimkan pesan berulang kali bertujuan

untuk membuat orang lain takut atau

menakut-nakutkan seseorang.

15. Merekam video atau mengambil gambar

beberapa teman sekelas saat dia sedang

berbicara yang bernuansa sesksual atau

berbicara jorok.

16. Mengupload atau mengeshare video hasil

rekaman tersebut kepada orang lain.

SKALA 2

Pada skala ini terdapat sejumlah pernyataan. Baca dan pahami dengan baik setiap

pernyataan. Berilah tanda cheklist (√) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia,

yaitu :

STS : Sangat tidak setuju

TS : Tidak setuju

S : Setuju

SS : Sangat setuju

Page 111: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

97

Contoh:

No.

Pernyataan STS TS S SS

00. Saya orang yang cerdas √

Tidak ada jawaban benar atau salah, maka isilah kolom dibawah ini dengan jawaban

yang paling sesuai dengan diri Anda pada saat ini. Selamat mengerjakan.

Pernyataan

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Saya tahu kapan harus berbicara tentang

masalah pribadi saya kepada orang lain.

2. Ketika saya dihadapkan pada rintangan, saya

ingat bagaimana cara menghadapinya di

waktu yang lalu.

3. Biasanya saya dapat berhasil dengan baik

pada sebagian besar yang saya coba.

4. Orang lain mudah untuk percaya kepada

saya.

5. Saya merasa kesulitan jika harus memahami

pesan yang disampaikan secara isyarat.

6. Beberapa peristiwa penting dalam hidup saya,

telah menuntun saya untuk menentukan mana

yang penting atau tidak penting.

7. Saat mood saya sedang bingung atau gundah,

saya melihat adanya kesempatan.

8 Emosi adalah salah satu hal yang membuat

hidup saya bergairah.

9. Saya menyadari apa yang saya rasakan saat

mengalaminya.

10. Saya berharap segala sesuatunya akan baik-

baik saja.

11. Saya suka berbagi rasa dengan orang lain.

12. Ketika saya mengalami perasaan senang, saya

tahu bagaimana menjaganya.

13. Saya mengatur acara yang disukai orang lain.

14. Saya mencari kegiatan yang membuat saya

bahagia.

Page 112: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

98

15. Saya menyadari ketika saya mengirim pesan

dalam bentuk isyarat kepada orang lain.

16. Saya berusaha agar penampilan diri saya baik

didepan orang lain .

17. Saya merasa mudah menyelesaikan sesuatu

ketika suasana hati saya sedang senang.

18. Dengan melihat ekspresi wajah orang lain,

saya mengenali apa yang sedang

dirasakannya.

19. Saya tahu mengapa perasaan saya berubah.

20. Ketika saya merasa senang, saya bisa

menemukan ide-ide baru.

21. Saya dapat mengendalikan emosi saya dengan

baik.

22. Saya dengan mudah memahami apa yang

sedang saya rasakan.

23. Saya memotivasi diri saya dengan

membayangkan bahwa saya pasti berhasil

melewati tantangan tersebut.

24. Saya suka memuji orang lain yang telah

melakukan pekerjaanya dengan baik.

25. Saya sadar akan pesan isyarat yang dikirim

orang lain .

26. Ketika orang lain mencurahkan isi hatinya,

saya hampir merasa seolah-olah telah

mengalami peristiwa ini sendiri.

27. Ketika suasana hati saya berubah, saya

cenderung mengemukakan gagasan baru.

28. Ketika saya menghadapi tantangan berat, saya

mudah menyerah karena yakin akan gagal.

29. Saya tahu apa yang orang lain rasakan hanya

dengan melihat wajah mereka.

30. Saya suka menghibur orang lain yang sedang

dalam kesusahan.

31. Saya membuat diri saya merasa senang agar

bisa membantu orang lain yang sedang

kesusahan.

32. Saya dapat mengetahui bagaimana perasaan

orang lain, hanya dengan memperhatikan

nada suaranya.

Page 113: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

99

33. Sulit bagi saya untuk mengerti mengapa

seseorang melakukan hal yang tidak

semestinya.

SKALA 3

Pada skala ini terdapat sejumlah pernyataan. Baca dan pahami dengan baik setiap

pernyataan. Berilah tanda cheklist (√) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia,

yaitu :

STS : Sangat tidak setuju

TS : Tidak setuju

S : Setuju

SS : Sangat setuju

Contoh:

No. Pernyataan STS TS S SS

00. Saya orang yang percaya diri √

Tidak ada jawaban benar atau salah, maka isilah kolom dibawah ini dengan jawaban

yang paling sesuai dengan diri Anda pada saat ini. Selamat mengerjakan.

Pernyataan

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Saya memiliki bakat alami untuk

mempengaruhi orang lain.

2. Kesederhanaan bukan gaya hidup saya.

3. Saya orang yang agak nekat.

4. Ketika orang-orang memuji-muji saya, saya

tersinggung.

5. Dunia pasti lebih nyaman jika saya bisa

mengaturnya.

6. Biasanya saya mampu mencari jalan keluar

pada setiap masalah yang saya hadapi.

7. Saya suka menjadi pusat perhatian.

8 Saya seorang yang sukses.

9. Saya rasa saya orang yang istimewa.

Page 114: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

100

10. Saya melihat diri saya sebagai pemimpin yang

baik.

11. Saya tegas.

12. Saya senang jika mengatur orang lain.

13. Saya merasa mudah untuk memerintah orang

lain.

14. Saya selalu mendapatkan penghormatan

karena saya pantas mendapatkannya.

15. Saya senang memamerkan tubuh saya.

16. Saya merasa mudah memahami orang lain.

17. Saya senang jika saya saja yang membuat

keputusan.

18 Saya senang jika semua orang memperhatikan

saya.

19. Saya senang menghabiskan waktu untuk

melihat tubuh saya sendiri.

20. Saya senang menonjolkan diri, jika ada

kesempatan.

21 Saya selalu mengerti apa yang sedang saya

kerjakan.

22. Saya jarang mengandalkan orang lain untuk

menyelesaikan sesuatu.

23. Kebanyakan orang senang mendengar kalau

saya bercerita.

24. Saya berharap banyak dari orang lain.

25. Saya tidak akan pernah puas kalau apa yang

menjadi hak saya belum saya dapatkan.

26. Saya suka dipuji.

27. Saya memiliki kemauan kuat untuk berkuasa.

28. Saya senang mencoba pakaian model baru.

29. Saya suka memandangi diri saya dicermin.

30. Saya senang sekali jika menjadi pusat

perhatian.

31. Saya mampu menjalani hidup dengan cara

yang saya inginkan.

32. Orang lain tampaknya mengakui kehebatan

saya.

33. Kalau boleh pilih saya lebih suka menjadi

pemimpin daripada pengikut.

34. Saya tentu akan jadi orang yang hebat.

35. Saya bisa meyakinkan orang lain sesuai

dengan yang saya inginkan.

Page 115: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

101

36. Saya memang terlahir sebagai pemimpin.

37. Saya berharap akan ada orang yang

menuliskan riwayat hidup saya.

38. Saya jengkel jika orang tidak memperhatikan

penampilan saya.

39. Saya lebih mampu dari kebanyakan orang.

40. Saya adalah orang yang serba hebat.

SKALA 4

Pada skala ini terdapat sejumlah pernyataan. Baca dan pahami dengan baik setiap

pernyataan. Berilah tanda Ceklist (√) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia,

yaitu :

STS : Sangat tidak setuju

TS : Tidak setuju

S : Setuju

SS : Sangat setuju

Contoh:

No. Pernyataan STS TS S SS

00. Saya orang yang suka diatur.

Tidak ada jawaban benar atau salah, maka isilah kolom dibawah ini dengan

jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda pada saat ini. Selamat mengerjakan.

Pernyataan

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Selagi saya dibesarkan, ibu saya merasa

bahwa rumah yang dikelola dengan baik, anak

harus memiliki jalan mereka sendiri di

keluarga seperti yang orang tua lakukan.

2. Bahkan jika anak anaknya tidak setuju

dengannya , ibu saya merasa bahwa itu untuk

kebaikan kita sendiri, ia merasa apa yang ia

pikirkan selalu benar.

Page 116: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

102

3. Kapan pun ibu saya menyuruh melakukan

sesuatu, ia mengharapkan saya melakukannya

segera tanpa banyak bertanya.

4. Ketika saya tumbuh dewasa, begitu kebijakan

keluarga terbentuk, ibu saya mendiskusikan

alasan di balik kebijakan tersebut dengan

anak-anak di dalam keluarga.

5. Ibu saya selalu menjelaskan secara langsung

setiap kali saya merasa bahwa peraturan dan

larangan keluarga tidak masuk akal.

6. Ibu saya selalu merasa bahwa apa yang

dibutuhkan anak adalah bebas mengambil

keputusan dan melakukan apa yang ingin

mereka lakukan, walaupun hal ini tidak sesuai

dengan keinginan orang tua.

7. Seiring tumbuh kembangnya saya, ibu saya

tidak mengizinkan saya mempertanyakan

keputusan apa pun yang telah dibuatnya

8 Saat saya tumbuh dewasa, ibu saya

mengarahkan kegiatan dan keputusan anak-

anak di keluarga melalui penalaran dan

disiplin.

9. Ibu saya selalu merasa bahwa memakai

kekuatan harus digunakan oleh orang tua agar

anak-anak mereka berperilaku sebagaimana

mestinya.

10. Ketika saya tumbuh dewasa, ibu saya tidak

merasa bahwa saya harus mematuhi peraturan

dan regulasi hanya karena seseorang yang

berwenang telah membuat peraturan tersebut.

11. Ketika saya tumbuh dewasa, saya tahu apa

yang diharapkan ibu saya terhadap saya, tapi

saya juga merasa bebas untuk mendiskusikan

harapan tersebut dengan ibu saya saat saya

merasa itu tidak masuk akal.

12. Ibu saya merasa orang tua yang bijaksana

seharusnya menjadi guru bagi anaknya bukan

hanya menjadi bos dalam keluarga.

13. Ketika saya tumbuh dewasa, ibu saya jarang

memberi saya harapan dan pedoman untuk

perilaku saya.

Page 117: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

103

14. Sebagian besar waktu ketika saya tumbuh

dewasa, ibu saya melakukan apa yang anak

anak dalam keluarga inginkan seperti ketika

membuat keputusan di dalam keluarga.

15. Sairing saya tumbuh dewasa, ibu saya secara

konsisten memberi arahan dan bimbingan

dengan cara yang rasional dan obyektif.

16. Saat saya tumbuh dewasa, ibu saya akan

sangat kesal jika saya mencoba untuk tidak

sependapat dengannya.

17. Ibu saya merasa bahwa sebagian besar

masalah di masyarakat akan terpecahkan jika

orang tua tidak membatasi aktivitas,

keputusan, dan keinginan anak-anak mereka

saat mereka tumbuh dewasa.

18. Saat saya tumbuh dewasa, ibu saya

membiarkan saya berperilaku seperti yang ibu

saya harapkan, dan jika tidak sesuai dengan

harapannya, ibu saya menghukum saya.

19. Seiring bertambahnya usia, ibu saya

membiarkan saya memutuskan banyak hal

untuk diri sendiri tanpa banyak arahan

darinya.

20. Saat saya tumbuh dewasa, ibu saya

mempertimbangkan pertimbangan anak-anak

saat membuat keputusan keluarga, tapi dia

tidak mau memutuskan hanya karena anak-

anak menginginkannya.

21. Ibu saya tidak menganggap dirinya

bertanggung jawab untuk mengarahkan dan

membimbing tingkah lakuku saat saya tumbuh

dewasa.

22. Ibu saya memiliki standar perilaku yang jelas

untuk anak-anak nya dirumah saat anaknya

tumbuh dewasa, namun dia bersedia

menyesuaikan standar tersebut dengan

kebutuhan masing-masing anak di keluarga.

23. Ibu saya memberi saya arahan untuk perilaku

dan aktivitas saya saat saya tumbuh dewasa

dan ia mengharapkan saya untuk mengikuti

arahannya, tapi ia selalu bersedia untuk

Page 118: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

104

mendengarkan kekhawatiran saya dan

mendiskusikan arah itu dengan saya.

24. Ketika saya tumbuh dewasa, ibu saya

mengizinkan saya untuk membentuk sudut

pandang saya sendiri mengenai masalah

keluarga dan pada umumnya membiarkan

saya memutuskan sendiri apa yang akan saya

lakukan.

25. Ibu saya selalu merasa bahwa sebagian besar

masalah di masyarakat akan terpecahkan jika

orang tua secara ketat dan paksa menangani

anak-anak merek agar mereka tidak

melakukan apa yang seharusnya mereka

lakukan saat mereka tumbuh dewasa.

26. Seiring berjalannya waktu, ibu saya sering

mengatakan kepada saya apa yang ia ingin dan

harapkan dari saya.

27. Saat saya tumbuh dewasa, ibu saya memberi

arahan yang jelas untuk perilaku dan aktivitas

saya, tapi ia juga mengerti saat saya tidak

setuju dengannya.

28. Saat saya tumbuh dewasa, ibu saya tidak

mengarahkan perilaku, aktivitas, dan

keinginan anak-anak dalam keluarga.

29. Ketika saya tumbuh dewasa, saya tahu apa

yang diharapkan ibu saya terhadap saya dalam

keluarga dan dia berkeras agar saya sesuai

dengan harapan tersebut hanya karena

menghormati otoritasnya.

30. Saat saya tumbuh dewasa, jika ibu saya

mengambil keputusan dalam keluarga yang

menyakiti saya, dia bersedia mendiskusikan

keputusan itu dengan saya dan mengakui jika

ia melakukan kesalahan.

Page 119: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

105

LAMPIRAN 3

SYNTAX DAN PATH DIAGRAM

1. Syntax Cyberbullying

TITLE: UJI VALIDITAS DATA CB;

DATA: FILE=DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE CB1-CB16 KE1-KE33 NA1-NA40 PAI1-PAI30;

USEVAR ARE CB1-CB8 CB10 CB12-CB15;

CATEG ARE CB1-CB8 CB10 CB12-CB15;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000; PROCESSORS=2;

DEFINE: IF CB1>2 THEN CB1=2;

IF CB2>3 THEN CB2=3;

IF CB4>3 THEN CB4=3;

IF CB7>2 THEN CB7=2;

IF CB10>3 THEN CB10=3;

IF CB11>3 THEN CB11=3;

IF CB14>3 THEN CB14=3;

IF CB15>3 THEN CB15=3;

IF CB16>3 THEN CB16=3;

MODEL: CB BY CB1* CB2-CB8 CB10 CB12-CB15;

CB@1;

Path Diagram cyberbullying

Page 120: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

106

2. Syntax Kecerdasan Emosi

TITLE: UJI VALIDITAS DATA KE;

DATA: FILE=DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE CB1-CB16 KE1-KE33 NA1-NA40 PAI1-PAI30;

USEVAR ARE KE1-KE4 KE6-KE14 KE16-KE20 KE22-KE28 KE31-KE32;

CATEG ARE KE1-KE4 KE6-KE14 KE16-KE20 KE22-KE28 KE31-KE32;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000; PROCESSORS=2;

DEFINE: IF KE3<2 THEN KE3=2;

IF KE4<2 THEN KE4=2;

IF KE6<2 THEN KE6=2;

IF KE10<2 THEN KE10=2;

IF KE14<2 THEN KE14=2;

IF KE17<2 THEN KE17=2;

IF KE20<2 THEN KE20=2;

IF KE24<2 THEN KE24=2;

IF KE30<2 THEN KE30=2;

IF KE31<2 THEN KE31=2;

MODEL: KE BY KE1* KE2-KE4 KE6-KE14 KE16-KE20 KE22-KE28 KE31-KE32*;

KE@1;

Path Diagram Kecerdasan Emosi

3. Syntax Superiority

TITLE: UJI VALIDITAS DATA NA-SU x VA;

DATA: FILE=DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE CB1-CB16 KE1-KE33 NA1-NA40 PAI1-PAI30;

USEVAR ARE NA19 NA26 NA29 NA40;

CATEG ARE NA19 NA26 NA29 NA40;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000; PROCESSORS=2;

!DEFINE: IF NA34<2 THEN NA34=2;

MODEL: SU BY NA19* NA26 NA29 NA40*;

SU@1

Page 121: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

107

Path Diagram Superiority

4. Syntax Exhibitionism

TITLE: UJI VALIDITAS DATA NA-EX;

DATA: FILE=DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE CB1-CB16 KE1-KE33 NA1-NA40 PAI1-PAI30;

USEVAR ARE NA2 NA3 NA7 NA20 NA28 NA30 NA38;

CATEG ARE NA2 NA3 NA7 NA20 NA28 NA30 NA38;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000; PROCESSORS=2;

!DEFINE: IF NA34<2 THEN NA34=2;

MODEL: EX BY NA2* NA3 NA7 NA20 NA28 NA30 NA38*;

EX@1;

Path Diagram Exhibitionism

Page 122: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

108

5. Syntax Entitlement

TITLE: UJI VALIDITAS DATA NA-EN;

DATA: FILE=DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE CB1-CB16 KE1-KE33 NA1-NA40 PAI1-PAI30;

USEVAR ARE NA5 NA18 NA25 NA27;

CATEG ARE NA5 NA18 NA25 NA27;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000; PROCESSORS=2;

!DEFINE: IF NA34<2 THEN NA34=2;

MODEL: EN BY NA5* NA18 NA25 NA27*;

EN@1;

Path Diagram Entitlement

6. Syntax Authority

TITLE: UJI VALIDITAS DATA NA-AU;

DATA: FILE=DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE CB1-CB16 KE1-KE33 NA1-NA40 PAI1-PAI30;

USEVAR ARE NA1 NA8 NA10 NA11 NA32 NA33 NA36;

CATEG ARE NA1 NA8 NA10 NA11 NA32 NA33 NA36;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000; PROCESSORS=2;

!DEFINE: IF NA34<2 THEN NA34=2;

MODEL: AU BY NA1* NA8 NA10 NA11 NA32 NA33 NA36*;

AU@1;

Page 123: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

109

Path Diagram Authority

7. Syntax Exploitativeness

TITLE: UJI VALIDITAS DATA NA-EXP;

DATA: FILE=DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE CB1-CB16 KE1-KE33 NA1-NA40 PAI1-PAI30;

USEVAR ARE NA6 NA13 NA16 NA23 NA35;

CATEG ARE NA6 NA13 NA16 NA23 NA35;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000; PROCESSORS=2;

!DEFINE: IF NA34<2 THEN NA34=2;

MODEL: EXP BY NA6* NA13 NA16 NA23 NA35*;

EXP@1;

Path Diagram Exploitativeness

Page 124: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

110

8. Syntax Self-Sufficiency

TITLE: UJI VALIDITAS DATA NA-SS;

DATA: FILE=DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE CB1-CB16 KE1-KE33 NA1-NA40 PAI1-PAI30;

USEVAR ARE NA17 NA21 NA31 NA39;

CATEG ARE NA17 NA21 NA31 NA39;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000; PROCESSORS=2;

DEFINE: IF NA34<2 THEN NA34=2;

MODEL: SS BY NA17* NA21 NA31 NA39*;

SS@1;

Path Diagram Self-Sufficiency

9. Syntax Pola Asuh Ibu Otoriter

TITLE: UJI VALIDITAS DATA PAI-OTR;

DATA: FILE=DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE CB1-CB16 KE1-KE33 NA1-NA40 PAI1-PAI30;

USEVAR ARE PAI7 PAI9 PAI16 PAI18 PAI25 PAI26 PAI29;

CATEG ARE PAI7 PAI9 PAI16 PAI18 PAI25 PAI26 PAI29;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000; PROCESSORS=2;

DEFINE: IF PAI12<2 THEN PAI12=2;

MODEL: PAI BY PAI7* PAI9 PAI16 PAI18 PAI25 PAI26 PAI29*;

PAI@1;

Page 125: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

111

Path Diagram Pola Asuh Ibu Otoriter

10. Syntax Pola Asuh Ibu Otoritatif

TITLE: UJI VALIDITAS DATA PAI-OTF;

DATA: FILE=DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE CB1-CB16 KE1-KE33 NA1-NA40 PAI1-PAI30;

USEVAR ARE PAI5 PAI8 PAI11 PAI22 PAI23 PAI27 PAI30;

CATEG ARE PAI5 PAI8 PAI11 PAI22 PAI23 PAI27 PAI30;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000; PROCESSORS=2;

!DEFINE: IF PAI12<2 THEN PAI12=2;

MODEL: PAI BY PAI5* PAI8 PAI11 PAI22 PAI23 PAI27 PAI30*;

PAI@1;

Path Diagram Pola Asuh Ibu Otoritatif

Page 126: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

112

11. Syntax Pola Asuh Ibu Permisif

TITLE: UJI VALIDITAS DATA PAI-PRM;

DATA: FILE=DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE CB1-CB16 KE1-KE33 NA1-NA40 PAI1-PAI30;

USEVAR ARE PAI1 PAI6 PAI10 PAI14 PAI17 PAI24;

CATEG ARE PAI1 PAI6 PAI10 PAI14 PAI17 PAI24;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000; PROCESSORS=2;

!DEFINE: IF PAI12<2 THEN PAI12=2;

MODEL: PAI BY PAI1* PAI6 PAI10 PAI14 PAI17 PAI24*;

PAI@1

Path Diagram Pola Asuh Ibu Permisif

Page 127: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

113

LAMPIRAN 4

TABEL REGRESI

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Cyberbullying 412 39.40 85.79 50.0000 8.64347

kecerdasanemosi 412 16.83 74.73 50.0000 9.07673

Superiority 412 37.94 76.44 50.0000 6.41829

Exhibitionism 412 31.96 72.27 50.0000 9.30246

Entitlement 412 27.41 69.64 50.0000 7.66930

Authority 412 26.35 71.88 50.0000 9.02451

Exploitativeness 412 19.14 72.31 50.0000 7.73864

SelfSufficiency 412 30.43 71.99 50.0000 6.78853

Pola asuh otoriter 412 30.18 76.37 50.0000 8.48749

Pola asuh otoritatif 412 23.05 67.58 50.0000 8.74217

Pola asuh permisif 412 15.83 68.64 50.0000 8.24336

Valid N (listwise) 412

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .323a .104 .080 8.29174

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3204.474 11 291.316 4.237 .000b

Residual 27501.157 400 68.753

Total 30705.631 411

a. Dependent Variable: Cyberbullying

b. Predictors: (Constant), GENDER, PRM, SU, EXP, EX, OTR, EN, OTF, SS, kecerdasanemosi,

AU

Page 128: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

114

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 38.979 5.912 6.593 .000

Kecerdasan emosi -.065 .058 -.068 -1.126 .261

Superiority .331 .074 .245 4.469 .000

Exhibitionism -.069 .050 -.074 -1.376 .170

Entitlement .117 .065 .104 1.814 .070

Authority -.069 .061 -.072 -1.133 .258

Exploitativeness .140 .073 .125 1.914 .056

Self-Sufficiency -.119 .076 -.093 -1.556 .120

Pola asuh otoriter .038 .054 .037 .706 .481

Pola asuh otoritatif .147 .056 .149 2.603 .010

Pola asuh permisif -.144 .062 -.137 -2.331 .020

Gender -2.659 .892 -.148 -2.980 .003

a. Dependent Variable: CB

Model Summary

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .046a .002 .000 8.64489 .002 .865 1 410 .353

2 .214b .046 .041 8.46403 .044 18.709 1 409 .000

3 .216c .046 .039 8.47135 .001 .293 1 408 .588

4 .229d .052 .043 8.45496 .006 2.583 1 407 .109

5 .230e .053 .041 8.46414 .000 .118 1 406 .731

6 .244f .059 .045 8.44465 .007 2.876 1 405 .091

7 .250g .063 .046 8.44114 .003 1.337 1 404 .248

8 .257h .066 .047 8.43661 .003 1.434 1 403 .232

9 .272i .074 .053 8.41088 .008 3.469 1 402 .063

a. Predictors: (Constant), kecerdasanemosi

b. Predictors: (Constant), kecerdasanemosi, SU

Page 129: PENGARUH KECERDASAN EMOSI NARSISME POLA ASUH IBU, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46124... · 2019. 7. 18. · v ABSTRAK . A) Fakultas Psikologi . B) Oktober

115

c. Predictors: (Constant), kecerdasanemosi, SU, EX

d. Predictors: (Constant), kecerdasanemosi, SU, EX, EN

e. Predictors: (Constant), kecerdasanemosi, SU, EX, EN, AU

f. Predictors: (Constant), kecerdasanemosi, SU, EX, EN, AU, EXP

g. Predictors: (Constant), kecerdasanemosi, SU, EX, EN, AU, EXP, SS

h. Predictors: (Constant), kecerdasanemosi, SU, EX, EN, AU, EXP, SS, OTR

i. Predictors: (Constant), kecerdasanemosi, SU, EX, EN, AU, EXP, SS, OTR, OTF

Model Summary

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .272a .074 .053 8.41088 .074 3.561 9 402 .000

2 .291b .084 .062 8.37282 .011 4.663 1 401 .031

3 .323c .104 .080 8.29174 .020 8.881 1 400 .003

a. Predictors: (Constant), OTF, SS, EX, OTR, kecerdasanemosi, SU, AU, EN, EXP

b. Predictors: (Constant), OTF, SS, EX, OTR, kecerdasanemosi, SU, AU, EN, EXP, PRM

c. Predictors: (Constant), OTF, SS, EX, OTR, kecerdasanemosi, SU, AU, EN, EXP, PRM, GENDER